BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit herpes tidak termasuk dalam penyakit yang harus dilaporkan secara rutin, sehingga data prevalensi virus herpes di dunia sangat terbatas. Penyakit herpes disebabkan oleh virus herpes yang disebut dengan human herpes virus (HHV). World Health Organization (WHO) melaporkan prevalensi herpes di negara-negara berkembang lebih tinggi dibandingkan dengan di negara maju (Looker et al., 2008). Dari 8 macam HHV, HHV tipe 1 atau herpes simplex virus (HSV) tipe 1 dan HHV tipe 2 atau HSV tipe 2 yang paling sering diteliti. Kedua virus ini menimbulkan manifestasi klinis serta dampak epidemiologi yang berbeda. Kasus herpes yang paling mendapat perhatian adalah kasus herpes simpleks genital (HSV-2) yang mengancam kehidupan janin dan neonatus. Virus ini dapat ditularkan ibu kepada janin, baik melalui plasenta maupun pada saat proses persalinan. Tanpa pengobatan yang adekuat, 80% bayi yang lahir terinfeksi HSV-2 akan meninggal, dan bayi yang dapat bertahan hidup biasanya mengalami kerusakan otak (Brown et al., 1997). HSV-1 disebut juga herpes simpleks labialis, tertular melalui udara dan sebagian kecil melalui kontak langsung. Infeksi ditemukan pada bibir, rongga mulut, tenggorokan, jari tangan dan dapat juga ditemukan di daerah genital yang penularannya melalui oro-genital (Hartadi dan Sumaryo, 1998). Pada tahun 2003, estimasi prevalensi infeksi HSV-2 di dunia pada kelompok usia tahun sebanyak 536 juta orang atau sekitar 16% dari penduduk dunia pada kelompok usia ini. Prevalensi akan meningkat sejalan dengan usia karena infeksi bersifat seumur hidup, berawal pada usia muda dan mencapai puncaknya pada usia tahun. Prevalensi pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki (Looker et al., 2008). Penelitian di Indonesia tahun 2005 menemukan sebanyak 86,9% pekerja seks komersal (PSK) menunjukkan seropositif HSV-2. Pada perempuan non-psk, 1

2 2 prevalensinya sebesar 18,7%. Penelitian tersebut dilakukan di Makasar, Bali dan Kupang, terlaksana berkat kerja sama Australian International Development Agency (AusAID) dengan the Indonesian HIV/AIDS and STD Prevention and Care Project (Davies et al., 2007). Herpes dicurigai ikut membantu penyebaran HIV dan AIDS. Herpes genital dikaitkan dengan peningkatan risiko terinfeksi HIV 2 hingga 3 kali. Penularan HIV melalui hubungan seksual meningkat hingga 5 kali. Hal ini mengakibatkan 40-60% infeksi HIV baru pada suatu populasi dengan prevalensi HSV-2 menjadi tinggi (Looker et al., 2008). Penelitian yang dilakukan Haksohusodo (1989) di Yogyakarta menemukan, dari 547 individu yang dites reaksinya terhadap antibodi virus herpes simpleks (tidak disebutkan HSV tipe berapa), sebanyak 48% individu pada usia tahun positif terhadap antibodi, tetapi untuk kelompok usia di atas 20 tahun terdapat 87% individu yang positif terhadap antibodi, 50 dari 59 atau 89% perempuan hamil positif terhadap antibodi herpes simpleks. Individu-individu yang terlibat dalam penelitian tersebut berasal dari pasien herpes yang berobat di RS. Panti Rapih, ibu hamil yang berobat ke klinik obstetrik-ginekologi di RS. Dr. Sardjito, pasien di klinik kulit dan kelamin di RS. Dr. Sardjito, pekerja seks komersal yang sehat yang sudah dibina, tukang pijat yang sehat, pemandu wisata yang sehat dan pendonor darah yang sehat. Hingga kini belum ada imunisasi untuk mencegah infeksi herpes simpleks. Imunisasi yang ada saat ini adalah imunisasi untuk virus Varicella-Zoster atau cacar air yang nantinya dapat mencegah herpes zoster. Tindakan prevensi tertular penyakit herpes dengan menghindari kontak kulit ke kulit dengan orang yang sedang mengalami infeksi primer herpes, dan tetap menjaga imunitas tubuh. Pengobatan dengan Acyclovir pada dasarnya bertujuan untuk memperpendek masa serangan terjadi dan mencegah kekambuhan. Pengobatan yang tepat dan sedini mungkin dipercaya akan menyebabkan penyakit berlangsung lebih singkat dan rekurensi lebih jarang (Arnold et al., 1990). Dengan demikian, pencegahan merupakan pilihan yang terbaik untuk membatasi penyebaran virus ini. Upaya pencegahan penularan penyakit herpes nampaknya belum banyak menarik perhatian dan masih menjadi tantangan dalam bidang prevensi dan

3 3 promosi kesehatan. Membicarakan herpes tidak seterbuka membicarakan HIV/AIDS. Stigma herpes masih bertahan karena masyarakat tidak membedakan antara herpes simpleks labialis yang bukan penyakit menular seksual dan herpes simpleks genitalis yang ditularkan melalui hubungan seksual, sedangkan stigma HIV/AIDS perlahan-lahan mulai menghilang. Saat ini semua orang bisa membicarakan topik HIV/AIDS dengan aktif berkat informasi yang terus menerus mereka terima, baik dari media massa cetak maupun elektronik. Namun, tidak demikian dengan penyakit herpes. Informasi tentang herpes sangat terbatas, mendiskusikan herpes tidaklah populer di kalangan masyarakat. Selain rasa sakit yang membatasi aktivitas, pengidap herpes juga merasakan ketidaknyamanan dalam berinteraksi sosial, apalagi ketika harus mengaku kepada orang lain tentang herpes yang diderita. Penderita tertutup dan enggan membicarakan herpes karena pengaruh negatif herpes terhadap pergaulan dan hubungan dengan pasangan, sehingga serangan penyakit ini mengarah kepada gangguan psikologis. Penyakit herpes simpleks genitalis atau herpes simpleks labialis dikaitkan dengan perilaku seksual seseorang karena penyakit ini diyakini menular melalui hubungan seksual. Mengacu pada uraian sebelumnya, permasalahan dalam pencegahan penularan penyakit herpes dipengaruhi oleh karakteristik spesifik penderita herpes, yang diperburuk dengan minimnya informasi tentang herpes dari sumbersumber informasi, termasuk informasi dari petugas kesehatan atau dari media, serta tekanan sosio-psikologis. Pemahaman masyarakat luas yang diduga belum baik menjadi alasan penting untuk mengumpulkan informasi lebih lanjut. Pendekatan sosiologi kesehatan bisa digunakan untuk memahami perspektif masyarakat mengenai penyakit herpes. Adapun kajian tersebut dibutuhkan untuk memberikan gambaran yang mendasar dari aspek sosial mengingat individu dan lingkungan sosialnya memiliki hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi. Hasil kajian akan digunakan untuk memberikan informasi yang mendalam bagi pengembangan program-program pencegahan penyakit, khususnya program prevensi dan promosi kesehatan penyakit herpes. Pada September 2009, penulis berkesempatan mengunjungi Dusun Parangrejo. Dusun ini masuk dalam wilayah pelayanan Puskesmas Purwosari.

4 4 Dalam pertemuan dengan kader kesehatan, penulis menemukan ada beberapa kader menderita penyakit herpes. Saat penderita diwawancarai secara singkat diketahui bahwa mereka sudah beberapa kali terkena penyakit herpes tersebut. Penderita tidak hanya perempuan, tetapi juga laki-laki pada semua kelompok usia. Beberapa di antara mereka mengaku sudah terbiasa dengan rasa sakit penyakit ini. Saat dikonfirmasi dengan petugas kesehatan di Puskesmas Purwosari, dokter puskesmas mengatakan bahwa pada tahun 2009 terjadi wabah herpes di Dusun Parangrejo. Salah satu gambaran adalah hasil pengamatan yang dilakukan di Kecamatan Purwosari, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Masyarakat setempat mengenal penyakit herpes dengan istilah dompo. Menurut Hartadi dan Sumaryo (1988), nama dompo digunakan untuk menyebut penyakit herpes zoster. Masyarakat di Kecamatan Purwosari menggunakan kata herpes atau dompo untuk menyebutkan penyakit herpes tanpa membedakan jenis penyakit herpes. Hasil penelusuran awal dengan pendekatan data sekunder oleh peneliti menemukan bahwa selama kurun waktu , penderita herpes simpleks di wilayah Puskesmas Purwosari (2011) Kabupaten Gunungkidul mengalami peningkatan setiap tahunnya dan setiap tahun ditemukan penderita baru. Sebagian besar penderita yang datang berobat ke Puskesmas Purwosari adalah pasien kambuhan dengan penderita terbanyak pada perempuan kelompok usia tahun. Dari 4 desa yang ada di Kecamatan Purwosari, penderita herpes simpleks paling banyak dilaporkan berasal dari Desa Giripurwo.

5 5 Tahun Tabel 1. Kasus herpes simpleks di Kecamatan Purwosari tahun Jumlah penderita herpes simpleks Jumlah pasien yang berobat ke Puskesmas Purwosari ,106% ,136% ,212% ,101% ,243% ,361% ,523% ,491% TOTAL ,17% Sumber: Data Pasien Puskesmas Purwosari Persentase penderita herpes simpleks dari total pasien/tahun Menurut Kepala Puskesmas Purwosari, angka tersebut jauh dari angka sebenarnya, karena masih banyak penderita yang menganggap penyakit tersebut akan hilang begitu saja tanpa perlu diobati. Adanya anggapan penderita bahwa penyakit herpes merupakan penyakit yang umum dan biasa saja menjadi bukti awal adanya pemahaman tersendiri oleh penderita terhadap penyakit ini. Lebih lanjut disampaikan bahwa ada beberapa penderita yang karena alasan malu diketahui warga lain saat ingin berobat, mencari pengobatan di tempat lain seperti rumah sakit atau praktik swasta. Hal ini menunjukkan adanya stigmatisasi terhadap penyakit herpes. Terlihat ada permasalahan sosial berkaitan dengan penyakit herpes yang ditemukan di masyarakat. Masyarakat tradisional yang homogen potensial menghasilkan pemahaman-pemahaman yang sempit dalam merespon berbagai perbedaan yang dimiliki anggota masyarakatnya. Nilai-nilai konservatif dan norma-norma sosial dapat menyebabkan munculnya stigma. Penderita sudah terisolir secara sengaja dan terstruktur terhadap sumber-sumber dukungan psikologis, individu terisolir bahkan dari lingkungan sosialnya, sehingga memunculkan reaksi negatif seperti depresi, stres, atau menarik diri dari lingkungan sosial. Menurut Goffman (1963 dalam Yang, 2006), stigma muncul sebagai suatu perbedaan antara identitas sosial virtual dengan identitas sosial yang aktual. Dikaitkan dengan aspek kesehatan, stigma di masyarakat merupakan sebuah

6 6 respon langsung terhadap perilaku individu (penderita) saat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Pendapat yang tidak jauh berbeda disampaikan Link et al. (2004), yaitu keberadaan stigma berhubungan dengan empat hal. Pertama, orang membeda-bedakan dan memberi label terhadap perbedaan yang dimiliki seseorang. Kedua, kepercayaan berdasarkan budaya yang dominan memberi label kepada karakteristik yang tidak diinginkan, yang mengarah kepada stereotip negatif. Ketiga, orang yang terstigmatisasi tersebut berada dalam wilayah yang terpisah, dikelompokkan atau diisolasi dari lingkungan umum. Keempat, orang yang terstigmatisasi tersebut mulai merasakan kehilangan kepercayaan diri dan diskriminasi. Menurut Muzaham (1995), stigma muncul sebagai hasil persepsi masyarakat yang didasarkan atas pemahaman konsep sehat-sakit dan perilaku sakit. Konsep-konsep ini dipengaruhi oleh unsur pengalaman di masa lalu dan unsur sosial budaya di daerah tersebut. Penyakit-penyakit kronis dianggap mendatangkan aib bagi penderitanya. Penyakit yang mendatangkan aib dan berjangka panjang merupakan penyakit yang menimbulkan kerusakan fisik (yang terlihat secara kasat mata) tidak dapat diterima masyarakat. Adapun konsekuensi sosial sebagai akibat dari julukan yang diberikan oleh masyarakat umum (stigmatisasi) adalah perbedaan perilaku dan karakter pada penderitanya. Penderita kurang dapat mengontrol dampak negatif dari penyakit yang dideritanya. Menurut Corrigan dan Watson (2002), pada hakekatnya, perilaku yang terlihat oleh orang lain merupakan manifestasi penghargaan penderita terhadap dirinya sendiri. Apabila penderita menganggap dirinya lebih rendah dibandingkan dengan orang lain, maka ia memperkuat stigma yang ada, namun apabila individu tersebut menghargai dirinya sebagai seseorang yang walaupun memiliki hambatan fisik namun masih sanggup menjalankan fungsifungsi sosial yang diembannya, maka ia tidak memperkuat stigma yang ada. Tidak dapat dipungkiri stigma membatasi penderita berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dan menghalangi mencapai kualitas hidup yang selayaknya diperoleh. Persepsi masyarakat yang keliru dengan menciptakan teori kecacatan seseorang lebih merupakan hambatan sosial daripada hambatan fisik. Menjauhi

7 7 penderita tanpa disadari sebenarnya lebih sebagai pernyataan secara langsung terhadap aib si penderita. Hal ini merupakan satu alasan seseorang tidak mencari pengobatan atas keadaan sakit yang dideritanya, karena keadaan sakitnya dianggap sebagai ancaman terhadap kehidupan sehari-hari dan mengganggu identitas sosial orang lain. Pemahaman masyarakat terhadap suatu penyakit berbeda-beda antara kelompok masyarakat. Oleh sebab itu perlu diselidiki persepsi masyarakat di Kecamatan Purwosari tentang penyakit herpes simpleks, untuk memahami penyebab persepsi tersebut berkembang. Disadari atau tidak, sangatlah penting bagi petugas kesehatan menyelidiki persepsi masyarakat di wilayah pelayanannya tentang konsep sehat-sakit, penyebab individu berperilaku sakit tertentu untuk mendukung usaha-usaha preventif. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa karena keterbatasan yang dimiliki pusat-pusat pelayanan kesehatan, mereka tidak mencoba mengerti penyebab persepsi tertentu berkembang di masyarakat, padahal hal ini sebenarnya adalah langkah awal untuk mengubah persepsi-persepsi keliru yang ada di masyarakat tersebut ke konsep yang lebih objektif. Petugas kesehatan masih mempraktikkan paradigma sehat-sakit dan perilaku sakit dengan sedapat mungkin menerapkan kriteria medis yang dianggap lebih objektif berdasarkan gejala yang tampak pada penderita dengan menerapkan diagnosis terhadap kondisi fisik pasiennya. Perbedaan persepsi antara petugas kesehatan dan masyarakat inilah yang menimbulkan masalah dalam melaksanakan program kesehatan. Kembali ke konsep bahwa masyarakat mempunyai pendapat sendiri tentang suatu penyakit, adalah penting untuk melibatkan masyarakat dalam membentuk pemahaman yang benar tentang masalah-masalah kesehatan yang ditemukan di lingkungan sosialnya. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa mengubah kepercayaan kelompok lebih sulit dibandingkan dengan kepercayaan individu, karena kepercayaan individu sifatnya lebih subjektif dan relatif dibandingkan dengan kepercayaan kelompok yang memiliki intensitas yang lebih kuat karena didukung oleh individu-individu yang lebih banyak, apalagi jika kepercayaan tersebut didukung oleh tokoh-tokoh masyarakat setempat.

8 8 Dukungan sosial sebenarnya dimulai dari lingkungan terdekat si penderita yaitu keluarga, kemudian bergerak keluar melibatkan anggota masyarakat atau bahkan teman-teman sesama penderita. Dukungan sosial akan membantu individu mengelola dan membentengi diri dari efek negatif stigma. Lingkungan yang suportif menerima penderita dengan menciptakan lingkungan yang positif akan merangsang penderita membangun rasa percaya diri dan kesanggupan diri sementara pada saat yang bersamaan berusaha mengatasi masalah psikologis akibat penyakit yang dideritanya. Keberadaan dukungan sosial yang positif meminimalisir stres yang disebabkan HIV (Vyavaharkar et al., 2010). Penelitian lain menemukan, keyakinan anggota keluarga dan perilaku mereka yang negatif terhadap anggota keluarga yang menderita penyakit tertentu, akan berkontribusi terhadap pembentukan konsep tentang makna memiliki penyakit tersebut dan pembentukan persepsi pada penderita tentang stigma terkait dengan penyakit yang dideritanya. Orangtua yang percaya bahwa anak-anak mereka yang menderita epilepsi akan terstigmatisasi, percaya bahwa epilepsi akan membatasi penderitanya, menghasilkan lebih banyak masalah terkait dengan perilaku anak-anak mereka sehari-hari dibandingkan dengan orangtua yang tidak menyampaikan kepercayaan mereka tersebut kepada anak-anaknya (Morrell, 2002). Tenaga kesehatan juga perlu diedukasi terkait dengan persepsi-persepsi negatif akibat suatu penyakit. Petugas kesehatan atau orang-orang yang berhubungan dengan merawat penderita perlu memahami bahwa dukungan yang negatif terhadap stigma dan akibat dukungan sosial terhadap penderita akan mengurangi masalah-masalah sosial penderita, sehingga mereka perlu menjalin ikatan emosional dengan penderita, tidak hanya fokus pada upaya kuratif. Dukungan positif dapat dimulai dengan melakukan upaya-upaya yang bersifat promosi kesehatan. Kegiatan promosi kesehatan yang dilaksanakan oleh Puskesmas Purwosari dalam upaya pemberantasan penyakit herpes masih dalam bentuk saran dari petugas kesehatan kepada penderita ketika berobat ke puskesmas. Tidak ada program promosi kesehatan terkait dengan herpes yang dilaksanakan di

9 9 kecamatan ini. Sebenarnya, kegiatan promosi kesehatan diperlukan untuk mendorong individu yang terkena atau belum terkena penyakit mengenali gejala dari herpes, segera mencari pengobatan apabila individu atau orang lain di sekitarnya terlihat menderita kelainan pada kulit serta menemukan saran untuk mencegah penularannya. Menurut petugas surveilans Puskesmas Purwosari, tidak adanya program khusus bagi penderita herpes disebabkan oleh kurangnya jumlah petugas di puskesmas tersebut. Hal ini dianggap sebagai salah satu faktor penyebab kegiatan pemberantasan penyakit menular di wilayah Puskesmas Purwosari tidak maksimal. Kendala lain adalah kurangnya keahlian petugas kesehatan dalam menentukan diagnosis penyakit. Menurut dokter umum di Puskesmas Purwosari, beberapa petugas kesehatan yang ada (bidan dan perawat) masih mengalami kesulitan dalam mendiagnosis penyakit herpes. Hal ini terlihat dari keputusan mengelompokkan herpes, herpes simpleks, dan herpes zoster ke dalam klasifikasi herpes simpleks. Keahlian dalam menentukan diagnosis dibutuhkan untuk mendukung ketepatan dalam pemberian obat yang sesuai bagi penderita. Keterbatasan keahlian dalam menentukan diagnosis oleh petugas medis perlu diketahui untuk dicarikan jalan keluar, agar petugas medis tidak merasa kurang maksimal dalam melaksanakan tugasnya dan memiliki kompetensi, setidaknya keahlian dasar yang diperlukan dalam menentukan diagnosis yang tepat dan perangkat yang mereka butuhkan dalam mendukung tugas mereka. Pemberdayaan keahlian petugas medis tidak hanya dari segi keilmuan penyakit, namun juga keterampilan dalam merancang dan melakukan kegiatan promosi kesehatan untuk menolong masyarakat mengenal penyakit herpes, termasuk cara penularan dan pencegahannya. Kenyataan bahwa penyakit infeksi sulit dieliminasi menjadi tantangan berat bagi ilmu kesehatan. Kegiatan promosi kesehatan sebagai benteng utama untuk mencegah penularan penyakit herpes harus didukung oleh peningkatan ketahanan masyarakat terhadap permasalahan-permasalahan kesehatan yang ada di lingkungannya. Minimnya informasi tentang herpes, belum maksimalnya usaha pencegahan penularan, dan stigmatisasi terhadap penderita, menunjukkan adanya

10 10 isu kesehatan yang berhubungan dengan interaksi perilaku dengan lingkungan fisik dan sosial budaya di masyarakat yang perlu diintervensi oleh petugas kesehatan melalui upaya-upaya promosi kesehatan. Keterbatasan-keterbatasan sumber daya penyedia layanan kesehatan dalam melaksanakan program promosi kesehatan mengisyaratkan perlunya melibatkan masyarakat di wilayah layanannya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana persepsi, stigma dan dukungan sosial dikaitkan dengan perilaku pencegahan penularan penyakit herpes di Desa Giripurwo, Kecamatan Purwosari? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mendapatkan informasi tentang persepsi, stigma dan dukungan sosial menurut orang yang hidup dengan herpes (people living with herpes/plwh), masyarakat dan petugas kesehatan berkaitan dengan penyakit herpes dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan tenaga kesehatan terhadap upaya-upaya promosi kesehatan untuk mencegah penularan penyakit herpes. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui persepsi PLWH, masyarakat di Desa Giripurwo dan petugas kesehatan tentang penyakit herpes serta dampak infeksi herpes terhadap kualitas hidup penderitanya. b. Mengetahui stigma dan dukungan sosial yang ada di masyarakat dan petugas terhadap penderita penyakit herpes. c. Mengetahui bentuk promosi kesehatan yang mengadopsi kearifan lokal dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan petugas kesehatan berkaitan dengan perilaku pencegahan penularan penyakit herpes.

11 11 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi puskesmas Sebagai masukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, kegiatan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit herpes di Desa Giripurwo (khususnya) dan masyarakat Kecamatan Purwosari (umumnya), mengingat setiap tahun jumlah penderita penyakit ini meningkat namun tidak termasuk dalam penyakit yang harus dilaporkan secara rutin. 2. Bagi institusi pendidikan Menambah literatur tentang penyakit herpes di Indonesia demi pengembangan ilmu kesehatan masyarakat di bidang ilmu perilaku dan promosi kesehatan. 3. Bagi penulis Sebagai upaya pembelajaran dalam rangka meningkatkan pengalaman penemuan kasus di lapangan dan mengkaji dari perspektif ilmu perilaku dan promosi kesehatan. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang persepsi masyarakat terhadap herpes di Kecamatan Purwosari Kabupaten Gunungkidul, sepengetahuan penulis, belum pernah dilakukan. Beberapa penelitian tentang persepsi penyakit infeksi di antaranya penelitian yang dilakukan oleh: 1. Suryanda (2006) tentang persepsi masyarakat terhadap penyakit kusta, suatu studi kasus di Kecamatan Cambai Pramubulih, bertujuan memperoleh gambaran tentang persepsi masyarakat dan petugas kesehatan dan penderita/mantan penderita kusta dalam upaya meningkatkan peran serta masyarakat terhadap pemberantasan kusta. Persamaan dengan penelitian ini pada jenis penelitian, yaitu kualitatif dengan rancangan studi kasus deskriptif. Perbedaannya pada jenis penyakit yang diteliti, lokasi

12 12 penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian dan landasan teori yaitu health belief model (HBM). 2. Duana (2011) tentang persepsi masyarakat Bali terhadap penyakit rabies. Penelitian tersebut dilakukan bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang mendalam mengenai persepsi masyarakat Bali terhadap penyakit rabies, upaya pencegahan dan penanggulangannya. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan ini pada jenis penelitian, yaitu kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dan mempertimbangkan aspek budaya dalam pembentukan persepsi masyarakat terhadap topik yang diteliti. Perbedaannya terletak pada jenis penyakit yang diteliti, lokasi penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian dan landasan teori yang digunakan. 3. Gamelia (2008) yaitu persepsi masyarakat tentang malaria dalam hubungannya dengan perilaku pencegahan malaria di wilayah kerja Puskesmas Kemranjen I Kabupaten Banyumas. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan ini pada jenis penyakit yang diteliti, lokasi penelitian, jenis penelitian yaitu observasional dengan pendekatan cross sectional, masalah penelitian dan tujuan penelitian. Persamaannya pada landasan teori yang digunakan, yaitu HBM.

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif. HIV merupakan

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang kita kenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health issue. HIV/AIDS telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tipe Herpes Virus yang telah teridentifikasi. Human Herpes Virus antara lain

BAB I PENDAHULUAN. tipe Herpes Virus yang telah teridentifikasi. Human Herpes Virus antara lain 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terdapat 8 tipe Herpes Virus yang dapat menginfeksi manusia dari 100 tipe Herpes Virus yang telah teridentifikasi. Human Herpes Virus antara lain Herpes Simplex Virus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan penyakit yang masih menjadi perhatian di dunia dan Indonesia. Penyakit ini memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1] BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang salah satu jenis sel darah putih yang berperan sebagai sistem kekebalan tubuh manusia.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1] PENDAHULUAN Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang salah satu jenis sel darah putih yang berperan sebagai sistem kekebalan tubuh manusia. Sedangkan AIDS adalah gejala penyakit yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Menyadarkan para wanita tuna susila tentang bahaya HIV/AIDS itu perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan masyarakat. Hal ini penting karena para wanita tuna susila itu dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired

Lebih terperinci

PRODI DIII KEBIDANAN STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA

PRODI DIII KEBIDANAN STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA Epidemiologi Dasar RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT ANDREAS W. SUKUR PRODI DIII KEBIDANAN STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA Website: https://andreaswoitilasukur.wordpress.com/ Email : andreaswoitila@gmail.com Riwayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes. RI, 2008). Virus tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Millennium Development Goals (MDGs) 4 menargetkan penurunan angka kematian balita (AKBa) hingga dua per tiganya di tahun 2015. Berdasarkan laporan terdapat penurunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan pada peningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN PENGARUH STIGMA DAN DISKRIMINASI ODHA TERHADAP PEMANFAATAN VCT DI DISTRIK SORONG TIMUR KOTA SORONG Sariana Pangaribuan (STIKes Papua, Sorong) E-mail: sarianapangaribuan@yahoo.co.id ABSTRAK Voluntary Counselling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) pertamakali ditemukan di propinsi Bali, Indonesia pada tahun 1987 (Pusat Data dan Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan penyakit yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi HIV adalah melalui kontak seksual;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan aset berharga, tidak hanya bagi individu tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan aset berharga, tidak hanya bagi individu tetapi juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan aset berharga, tidak hanya bagi individu tetapi juga untuk negara manapun. Setiap negara dapat berkembang cepat ketika penduduknya sehat dan menjalani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. commit to user. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan salah satu penyebab masalah kesehatan, sosial dan ekonomi di banyak negara serta merupakan salah satu pintu masuk HIV. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Insiden maupun prevalensi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Menurut Center

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang.

Lebih terperinci

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH HIV/AIDS Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Definisi HIV/AIDS Tanda dan gejala HIV/AIDS Kasus HIV/AIDS di Indonesia Cara penularan HIV/AIDS Program penanggulangan HIV/AIDS Cara menghindari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit HIV dan AIDS merupakan masalah kesehatan global dewasa ini. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak

Lebih terperinci

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR, WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR, Menimbang: a. b. c. bahwa dalam upaya untuk memantau penularan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang sampai saat ini belum ditemukan obat untuk menyembuhkannya (CDC, 2016). WHO (2016) menunjukkan bahwa terdapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang yang terjangkit HIV di dunia sampai akhir tahun 2010 diperkirakan 34 juta orang. Dua pertiganya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksual disebut infeksi menular seksual (IMS). Menurut World Health Organitation

BAB I PENDAHULUAN. seksual disebut infeksi menular seksual (IMS). Menurut World Health Organitation BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi yang menyerang manusia melalui transmisi hubungan seksual disebut infeksi menular seksual (IMS). Menurut World Health Organitation (WHO) (2015) diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana seorang anak mengalami pubertas dan mulai mencari jati diri mereka ingin menempuh jalan sendiri dan diperlakukan secara khusus. Disinilah

Lebih terperinci

Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual

Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual a. Penyebab penyakit (agent) Penyakit menular seksual sangat bervariasi dapat berupa virus, parasit, bakteri, protozoa (Widyastuti, 2009).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga di dunia setiap tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus atau HIV merupakan suatu virus yang dapat menyebabkan penurunan kekebalan tubuh pada manusia. Virus ini akan memasuki tubuh manusia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia sehingga menyebabkan sistem pertahanan tubuh manusia tersebut menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya pencegahan IMS yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Nilai - nilai yang ada di Indonesiapun sarat dengan nilai-nilai Islam. Perkembangan zaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang AIDS dapat diartikan sebagai kumpulan dari gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hepatitis B adalah infeksi virus yang menyerang hati dan dapat menyebabkan penyakit akut, kronis dan juga kematian. Virus ini ditularkan melalui kontak dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV di Indonesia masih menjadi masalah yang serius dan komplek serta menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di Indonesia juga masih tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan milenium atau sering disebut dengan millennium development goals (MDGs) adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan milenium atau sering disebut dengan millennium development goals (MDGs) adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan milenium atau sering disebut dengan millennium development goals (MDGs) adalah komitmen bersama untuk mempercepat pembangunan manusia dan

Lebih terperinci

HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu

HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu internasional karena HIV telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia dan merupakan penyebab kematian bagi penderitanya. Penyakit menular adalah penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Peningkatan harga diri penderita HIV/AIDS dapat dilakukan dengan memberi pelatihan. Oleh karenannya, seorang penderita HIV/AIDS atau ODHA sangat perlu diberi terapi psikis dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kusta merupakan salah satu jenis penyakit menular yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kusta merupakan salah satu jenis penyakit menular yang masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kusta merupakan salah satu jenis penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Selain menimbulkan masalah kesehatan penyakit kusta juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang mudah menular dan mematikan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui pemberian kekebalan tubuh yang harus dilaksanakan secara terus-menerus

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui pemberian kekebalan tubuh yang harus dilaksanakan secara terus-menerus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Imunisasi merupakan salah satu upaya preventif untuk mencegah penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh yang harus dilaksanakan secara terus-menerus dan menyeluruh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Saat ini masyarakat dihadapkan pada berbagai penyakit, salah satunya adalah penyakit Lupus, yang merupakan salah satu penyakit yang masih jarang diketahui oleh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) di Indonesia terhitung mulai tanggal 1 Januari 2013 sampai dengan 30 Desember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia (Silalahi, Lampus, dan Akili, 2013). Seseorang yang terinfeksi HIV dapat

BAB I PENDAHULUAN. dunia (Silalahi, Lampus, dan Akili, 2013). Seseorang yang terinfeksi HIV dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah HIV merupakan salah satu penyakit menular seksual yang berbahaya di dunia (Silalahi, Lampus, dan Akili, 2013). Seseorang yang terinfeksi HIV dapat diibaratkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada akhir tahun 2009 terdapat lebih dari kasus Acquired

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada akhir tahun 2009 terdapat lebih dari kasus Acquired I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada akhir tahun 2009 terdapat lebih dari 1.000.000 kasus Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) terjadi di Amerika Serikat disebabkan oleh Human Immunodeficiency

Lebih terperinci

Informasi Epidemiologi Upaya Penanggulangan HIV-AIDS Dalam Sistem Kesehatan

Informasi Epidemiologi Upaya Penanggulangan HIV-AIDS Dalam Sistem Kesehatan Informasi Epidemiologi Upaya Penanggulangan HIV-AIDS Dalam Sistem Kesehatan Sutjipto PKMK FK UGM Disampaikan pada Kursus Kebijakan HIV-AIDS 1 April 216 1 Landasan teori 2 1 EPIDEMIOLOGY (Definisi ) 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah suatu penyakit cerebrovascular dimana terjadinya gangguan fungsi otak yang berhubungan dengan penyakit pembuluh darah yang mensuplai darah ke otak (Wardhani

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini tergolong

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini tergolong BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini tergolong penyakit yang penularannya melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) paru merupakan salah satu penyakit yang mendapat perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization (WHO) 2013, lebih dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune. rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV 1.

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune. rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai masa depan dimana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat, penduduknya berperilaku hidup bersih dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN HIV (Human Immunodeficiency Virus) virus ini adalah virus yang diketahui sebagai penyebab AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). HIV merusak sistem ketahanan tubuh,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia akibat kanker, baik pada pria maupun wanita di dunia. Di seluruh dunia, kematian akibat kanker paru sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kusta (Mycobacterium leprae) yang awalnya menyerang saraf tepi, dan selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. kusta (Mycobacterium leprae) yang awalnya menyerang saraf tepi, dan selanjutnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kusta adalah penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang awalnya menyerang saraf tepi, dan selanjutnya menyerang kulit,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi menular seksual (IMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Menurut WHO (2009), terdapat lebih kurang dari 30 jenis mikroba (bakteri, virus,

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus tersebut merusak sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV merupakan famili retrovirus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia terutama limfosit (sel darah putih) dan penyakit AIDS adalah penyakit yang merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis. Penyakit ini umumnya menyerang pada paru, tetapi juga dapat menyerang bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena pernikahan muda pada dasarnya merupakan bagian dari budaya masyarakat tertentu. Minimnya akses mendapatkan fasilitas kesehatan, tingkat pendidikan yang rendah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar penduduknya berusia 10-24 tahun dan 90% diantaranya tinggal di negara berkembang (PBB, 2013). Hasil Sensus Penduduk tahun 2010

Lebih terperinci

Lampiran 1. Informed Consent. Penjelasan prosedur

Lampiran 1. Informed Consent. Penjelasan prosedur Lampiran 1 Penjelasan prosedur Informed Consent Anda diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian yang yang akan dilakukan oleh Gaby Gabriela Langi, SKM, mahasiswa Minat Utama Epidemiologi Lapangan Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini masih terdapat banyak penyakit di dunia yang belum dapat diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan kesehatan yang sebelumnya

Lebih terperinci

HIV/AIDS dan PMTCT, 4 orang mengatakan kadang-kadang memberikan. informasi HIV/AIDS dan PMTCT, dan 1 orang mengatakan tidak pernah

HIV/AIDS dan PMTCT, 4 orang mengatakan kadang-kadang memberikan. informasi HIV/AIDS dan PMTCT, dan 1 orang mengatakan tidak pernah 1 Sebanyak 3 orang mengatakan selalu memberikan informasi HIV/AIDS dan PMTCT, 4 orang mengatakan kadang-kadang memberikan informasi HIV/AIDS dan PMTCT, dan 1 orang mengatakan tidak pernah memberikan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus HIV ditemukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan diri dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma

BAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma Akuminata, HIV/ Acquired Immuno

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. WHO (2005) melaporkan penyakit kronis telah mengambil nyawa lebih dari 35 juta orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus. berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus. berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang diantaranya Acquired Immuno Defesiiency

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bawah Pemda Kota Bandung. Promosi kesehatan Dinas Kesehatan Kota. Bandung memiliki strategi khusus dalam mengajak masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. bawah Pemda Kota Bandung. Promosi kesehatan Dinas Kesehatan Kota. Bandung memiliki strategi khusus dalam mengajak masyarakat untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Promosi Kesehatan (Promkes) Dinas Kesehatan Kota Bandung termasuk salah satu bagian lembaga pemerintahan karena institusi tersebut di bawah Pemda Kota Bandung.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai penanggulangannya, merupakan masalah yang sangat kompleks. Penularan HIV- AIDS saat ini tidak hanya terbatas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di Asia dengan epidemi HIV (human immunodeficiancy virus) yang berkembang paling cepat menurut data UNAIDS (United Nations

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah masyarakat yang sehat mandiri dan berkeadilan. Visi tersebut menggambarkan bahwa pelayanan kesehatan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu mulai berkembang dan pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu mulai berkembang dan pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah suatu masa saat individu mulai berkembang dan pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder ketika telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun 2008-2009. Menurut data per 31 Desember 2008 dari Komisi Penanggulangan AIDS Pusat, di 10 Propinsi jumlah kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insidens dan prevalensi PTM (Penyakit Tidak Menular) diperkirakan terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan tantangan utama masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan mengaktualisasikan dirinya. Kesehatan juga berarti keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) semakin meningkat dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya menjaga sistem kekebalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah perempuan yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah perempuan yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah perempuan yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari tahun ke tahun semakin meningkat, seiring dengan meningkatnya jumlah laki-laki yang melakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau BAB II 2.1. HIV/AIDS TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Pengertian HIV/AIDS Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini salah satu aspek kesehatan yang menjadi bencana bagi manusia adalah penyakit yang disebabkan oleh suatu virus yaitu HIV (Human Immunodeficiency Virus)

Lebih terperinci

2016 GAMBARAN MOTIVASI HIDUP PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH CEMARA GEGER KALONG BANDUNG

2016 GAMBARAN MOTIVASI HIDUP PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH CEMARA GEGER KALONG BANDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immunodefiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang didapat, disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human immunodeficiency virus (HIV) adalah suatu jenis retrovirus yang memiliki envelope, yang mengandung RNA dan mengakibatkan gangguan sistem imun karena menginfeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia, berdasarkan data sensus penduduk jumlah remaja 10-24 tahun mencapai 64 juta pada tahun 2010 atau 28,64% dari total

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pasangan yang sudah tertular, maupun mereka yang sering berganti-ganti

I. PENDAHULUAN. pasangan yang sudah tertular, maupun mereka yang sering berganti-ganti 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi menular seksual (IMS) yang disebut juga penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang menular lewat hubungan seksual baik dengan pasangan yang sudah tertular,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia, tidak dapat diperkirakan secara tepat. Di beberapa negara disebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV dapat menyebabkan penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksius yang menular yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksius yang menular yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksius yang menular yang terutama menyerang parenkim paru yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis (Brunner & Suddarth,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pandangan bahwa hubungan seksual adalah tabu, membuat remaja enggan berdiskusi tentang kesehatan reproduksinya dengan orang lain. Menurut WHO remaja adalah penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA sudah mencapai tahap terkonsentrasi pada beberapa sub-populasi berisiko

BAB II TINJAUAN PUSTAKA sudah mencapai tahap terkonsentrasi pada beberapa sub-populasi berisiko BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Epidemi HIV/AIDS di Indonesia Epidemi HIV di Indonesia telah berlangsung selama 25 tahun dan sejak tahun 2000 sudah mencapai tahap terkonsentrasi pada beberapa sub-populasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari. penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari. penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari Human Imunno deficiency Virus dalam bahasa Indonesia berarti virus penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar

BAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan berubahnya karakteristik seseorang dari kerusakan fungsi perilaku atau psikologis yang secara umum diukur dari beberapa konsep norma dihubungkan

Lebih terperinci