BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sebab rendahnya kualitas manusia adalah karena minimnya tradisi belajar. Cara paling efektif untuk meningkatkan kualitas diri adalah dengan cara belajar (Naim, 2011:91). Belajar secara rajin dan tekun akan menjadikan kualitas diri tumbuh dan berkembang. Tanpa belajar sulit untuk mengharapkan terjadinya peningkatan kualitas. Belajar bisa dilakukan dengan banyak cara. Cara paling konvensional, efektif, dan banyak dilakukan adalah dengan sekolah. Kebutuhan pendidikan lewat jalur sekolah tersedia sejak tingkat paling rendah (sekolah dasar) hingga tingkat paling tinggi (doktor). Setiap orang dapat memilih tempat belajar yang sesuai dengan bakat, minat, dan kondisi keuangannya. Tetapi kondisi keuangan ini terkadang menjadi faktor penghalang bagi mereka kalangan menengah kebawah. Kondisi keuangaan ini menjadi faktor utama bagi mereka untuk tidak mengikuti pendidikan. Biaya untuk perjalanan ke sekolah, membeli buku, seragam, dan peralatan sekolah lainnya menjadi tambahan beban pikiran bagi mereka, padahal masih banyak biaya lain yang lebih mahal dan harus dipikirkan demi keberlangsungan hidup mereka. Hal tersebut yang menyebabkan bagi seorang anak yang berasal dari keluarga kurang mampu tidak menyentuh dunia pendidikan, karena anak tersebut harus bekerja membantu ekonomi keluarga. Menurut UUD No. 23 Tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1 tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (Aqib, 2008:72). Dengan kata lain, setiap anak kelak akan membangun bangsa dan Negara menjadi lebih maju, maka perlu bagi setiap anak mendapatkan kesempatan yang seluas- 1

2 luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan akhlak mulia, tidak terkecuali bagi anak jalanan. Keberadaan anak jalanan menjadi fenomena sosial yang memerlukan perhatian dan perlindungan dari semua elemen Negara, sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945 Pasal 34 Ayat 1 yang sudah diamandemenkan keempat, fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara. Negara dalam hal ini bukan hanya unsur pemerintahan tapi seluruh unsur masyarakat, tidak terkecuali individu yang peduli terhadap mereka. Hidup menjadi anak jalanan bukanlah sebagai pilihan hidup yang menyenangkan, melainkan keterpaksaan yang harus mereka terima karena adanya sebab tertentu (Anugrawati, 2012:2). Keterlibatan anak turun ke jalanan untuk mencari rezeki merupakan hal yang wajar bagi kehidupan mereka. Namun tanpa mereka sadari, keberadaan mereka di jalanan dapat membahayakan dirinya dari segala macam ancaman yang dapat terjadi di jalanan, seperti eksploitasi, diskriminasi, kekerasan seksual, dan kekerasan lainnya yang dapat mengganggu tumbuh kembang mereka. Berikut ini akan dipaparkan mengenai ancaman bagi anak jalanan yang mencari rezeki di jalanan. Gambar 1.1 Ancaman Hidup Bagi Anak Jalanan Eksploitasi Diskriminasi Kekerasan Seksual Kejahatan lain yang merugikan Sumber: dalam Simanullang (2013:5) Pada gambar 1.1 memaparkan bahwa ancaman hidup bagi anak jalanan yang terus dibiarkan hidup dijalanan dan tidak diberikan kesempatan untuk mendapatkan sebuah perubahan hidup, membuat mereka akan mengalami: 2

3 Pertama, eksploitasi anak, yaitu pemanfaatan untuk keuntungan seseorang dengan menggunakan anak dibawah umur sebagai media untuk mencari uang. Kedua, Diskriminasi, artinya membedakan yang satu dengan yang lainnya. Hal ini umumnya memberikan efek buruk, yaitu akan menyebabkan anak jalanan menjadi semakin tidak peduli terhadap lingkungan sosialnya. Ketiga, kekerasan seksual yang berupa persentuhan antar bagian tubuh ataupun kontak seksual yang mencakup kegiatan tidak bersentuhan tubuh, misalnya percakapan atau pertukaran gambar yang berbau seks. Kedua bentuk ini dapat mengganggu kondisi fisik dan kondisi psikis (mental) anak. Keempat, kejahatan lain dapat berupa ancaman dan pemaksaan dalam penyerahan uang. Menurut Soetarso (dalam Simanullang, 2013:3-4), keberadaan anak jalanan ini tidak dapat dilepaskan dari berbagai hal, diantaranya: Pertama, berlangsungnya kemiskinan struktural dalam masyarakat. Kedua, semakin terbatasnya tempat bermain anak karena pembangunan yang semakin tidak mempertimbangkan kepentingan dan perlindungan anak. Ketiga, semakin meningkatnya segala ekonomi upah dan terbukanya peluang bagi anak untuk mencari uang dari jalanan. Kota Depok sebagai salah satu kota besar di Jawa Barat memiliki jumlah penduduk tertinggi ke tiga dari Kota Bogor, Tasikmalaya, Cimahi, Sukabumi, Cirebon, dan Banjar, yaitu sebesar jiwa (jabarprov.go.id/ diakses 05 April 2015, pukul WIB). Di Kota Depok sendiri jumlah anak jalanan pada tahun 2008 sebanyak 160 anak. Tahun 2009 sampai dengan 2010 meningkat menjadi 270 anak, dan tahun 2011 berjumlah 733 anak jalanan (Disnakersos Depok, dalam kitabisa.com diakses 12 Januari 2015, pukul WIB). Sebagai kota yang mendapat penghargaan Kota Layak Anak (KLA) kategori pertama tahun 2013 dari Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (KPP-PA RI). Keberadaan anak jalanan ini menjadi tugas besar bagi Pemerintah dan masyarakat Kota Depok untuk tanggap terhadap permasalahan anak di Kota Depok, khususnya masalah pendidikan bagi mereka. ( diakses 12 Januari, pukul WIB). 3

4 Diakui atau tidak, selama ini jumlah anak yang terancam putus sekolah akan terus meningkat, khususnya anak pada jenjang pendidikan dasar sembilan tahun. Salah satu tempat di Kota Depok yang menaungi anak-anak jalanan, anak terlantar, dan masyarakat tidak mampu lainnya untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan, yakni Sekolah Masjid Terminal (Master). Sekolah ini berdiri pada tanggal 28 Oktober 2000 bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda. Sekolah Master atau yang bernama resmi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Depok merupakan sekolah gratis yang diperuntukkan bagi anak-anak dari keluarga dhu afa. Sekolah Master berada dibawah naungan Yayasan Bina Insan Mandiri (Yabim) yang diketuai oleh Nur Rochim. Berdirinya PKBM Yabim berawal dari pengalaman Nur Rochim kecil yang tinggal di lingkungan terminal. Dia lebih beruntung dibanding teman-temannya karena berhasil lulus dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Jakarta, sedangkan teman-temannya hanya untuk makan saja harus bekerja keras. Karena hal inilah, dia mengaku merasa prihatin melihat anak-anak usia sekolah berkerliaran di jalanan. Tahun 1998, lokasi PKBM Yabim yang sekarang ini dulunya dijadikan tempat tongkrongan, karena letaknya berada di belakang masjid, agak menyempit, dan gelap. Bahkan, lokasi tersebut sering digunakan tempat minum-minum keras, bermain bilyar, tempat para preman dan copet berkumpul untuk berbagi barang hasil kejahatan. Sampai suatu saat Pak Nur Rochim datang ke Depok pada awal tahun 1999 bersama istrinya berjualan nasi rames dan mengumpulkan barang rongsokan. Dia melihat kondisi lokasi di belakang masjid sangat memprihatinkan dan melihat banyaknya anak-anak yang mengamen tidak terurus oleh keluarganya dan tidak bersekolah. Melalui interaksinya dengan anak-anak jalanan, Pak Nur Rochim melihat kemauan yang besar untuk belajar. Melihat kemauan dan potensi mereka yang masih terpendam maka pada tahun 2000 Pak Nur Rochim bersama seorang temannya, Pak Purwandiono bertekad untuk membeli tanah di belakang terminal tersebut dan mendirikan sebuah saung yang digunakan untuk tempat belajar bagi anak-anak jalanan. 4

5 Beberapa bulan berlalu, berdirilah Yayasan Bina Insan Mandiri (Yabim) yang pendiriannya didasari oleh pandangan perlunya satu wadah yang menanungi kegiatan yang sedang berjalan, yang salah satunya adalah kegiatan belajar. Sekolah yang kemudian lebih dikenal dengan Sekolah Master, karena pusat kegiatan belajarnya berada di lingkungan Masjid Terminal ini semakin lama semakin berkembang. Meskipun demikian, pada awalnya proses belajar mengajar yang diterima anak-anak jalanan tersebut secara formal belum diakui karena belum ada ijazah atau tanda lulus lainnya. Karena itu, kemudian pengurus Yabim melakukan pendekatan kepada Pemerintah Kota Depok dalam hal ini Dinas Pendidikan Kota Depok dan mengusulkan agar anak-anak yang belajar di PKBM Yabim diakreditasi dan diberikan kesempatan yang sama untuk medapatkan ijazah. Hingga pada akhir tahun 2004, yayasan ini baru mendapat pengakuan eksternal dan secara formal Yabim disahkan oleh Dinas Pendidikan Kota Depok sebagai Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang berkompeten menyelenggarakan program-program PAUD, Paket A, Paket B, Paket C, serta Sekolah Terbuka tingkat SMP dan SMA yang merupakan sekolah terbuka negeri satu-satunya yang ada di Provinsi Jawa Barat (Tamba, 2012:7). Untuk kategori sekolah terbuka, PKBM Yabim saat ini mendapatkan sokongan dana sebesar Rp 2-3 juta perbulan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang diberikan melalui sekolah induknya, yaitu SMPN 10 Depok dan SMAN 5 Depok. Sedangkan untuk kategori sekolah kesetaraan sebagaian besar pendanaannya diperoleh dari donator (Tamba, 2012:7). Minimnya fasilitas PKBM Yabim tidak menghalangi siswa-siswanya untuk mencetak prestasi gemilang. Menurut Nur Rochim selaku ketua Yayasan Bina Insan Mandiri (dalam Koran Warta Depok, 03 November 2012), Pada tahun 2005 dan 2006, siswa PKBM menjadi juara I (satu) lomba Menulis Surat Untuk Presiden dan juara harapan I dan II Olimpiade Matematika SD. Tahun 2008, tiga orang siswa berhasil lolos Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) diterima di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB-UI). 5

6 Tahun 2009, dua siswa Master diterima di Universitas Indonesia, tahun 2010 meningkat menjadi tiga siswa, tahun 2011 meningkat menjadi lima siswa, dan tahun 2012 meningkat menjadi delapa siswa. Berbagai prestasi yang diraih tersebut membuktikan keberhasilan PKBM Yabim dan membuktikan bahwa pendidikan tidak harus digapai dengan biaya yang mahal. Pendidikan bermutu dapat juga dinikmati oleh masyarakat dari golongan ekonomi lemah melalui program pendidikan nonformal, yaitu pendidikan kesetaraan. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 26 ayat 1 menyatakan bahwa: Pendidikan nonformal adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang merupakan jalur di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanajang hayat ( diakses 21 Juli 2015, pukul WIB). Selanjutnya dalam ayat 2 dinyatakan pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional. Ayat 3 menyatakan bahwa pendidikan nonfromal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik ( diakses 21 Juli 2015, pukul WIB). Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003, pendidikan nonformal merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional yang memiliki tugas sama dengan pendidikan formal, yaitu memberikan pelayanan terbaik terhadap pendidikan masyarakat. Sekolah sebagai program formal tidak lagi menjadi satu-satunya wadah tunggal yang dapat dirasakan oleh masyarakat mampu saja. Melalui 6

7 pendidikan nonfromal, masyarakat tidak mampu juga dapat mersakan pendidikan sepanjang hayat. Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pada SMP Master Depok. Menurut Yusuf dalam Psikologi Pendidikan (2004:26-27) masa usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) bertepatan dengan masa remaja. Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifat-sifat khasnya dan perannya yang menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakat orang dewasa. Masa ini dapat diperinci lagi menjadi beberapa masa, yaitu: Pertama, masa praremaja (remaja awal). Masa ini biasanya ditandai oleh munculnya sifatsifat negatif pada si remaja dengan gejalanya, seperti tidak tenang, kurang suka bekerja, dan lain sebagainya. Kedua, masa remaja (remaja madya). Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya. Gejala remaja pada masa ini ditandai dengan masa mencari sesuatu yang dapat dipandang bernilai dan dipujapuja. Pada anak laki-laki sering aktif meniru, sedangkan pada anak perempuan kebanyakan pasif, mengagumi, dan memuja dalam khayalan. Ketiga, masa remaja akhir. Setelah dapat menentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya telah tercapailah masa remaja akhir dan telah terpenuhilah tugas-tugas perkembangan masa remaja, yaitu menemukan pendirian hidup dan masuklah individu ke dalam masa dewasa. Hal tersebut yang mendasari penulis memfokuskan penelitian pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan siswa yang harus mendapatkan banyak bimbingan, perhatian, dan arahan yang lebih dari orang dewasa, seperti orang tua dan guru di sekolah, agar siswa memiliki pendirian hidup yang kuat. Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) memiliki usia yang merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia remaja. Perilaku yang disebabkan oleh masa peralihan ini menimbulkan berbagai keadaan siswa yang labil dalam pengendalian emosi dan penentuan keputusan siswa (Yusuf, 2004:28). 7

8 Dalam keadaan siswa yang labil ini, siswa mudah untuk terpengaruh dengan orang lain sehingga terkadang setiap keputusan yang diambil mudah untuk berubah-ubah. Hal inilah yang terjadi pada siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Master Depok. Pada tahun 2014 sampai dengan tahun 2015, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Master mengalami perbedaan jumlah siswa antara jumlah siswa yang mendaftar dengan jumlah siswa yang mengikuti kegiatan belajar di kelas. Berikut akan dipaparkan rekapitulasi jumlah siswa yang terdaftar dengan jumlah siswa yang aktif dalam kegiatan belajar. Tabel 1.1 Rekapitulasi Siswa Periode Januari Tahun 2015 No Terdaftar Keaktifan Nama Paket Jumlah Paket Kelompok Putra Putri Putra Putri Jumlah 1. Cerdas Cerdas Cerdas Total Keseluruhan 135 Total Keseluruhan 91 Sumber: Kesekretariatan SMP Master Depok (Observasi, 07 Januari 2015) Berdasarkan tabel 1.1, terlihat bahwa jumlah setiap siswa di masing-masing kelas mengalami penurunan yang pesat jika dilihat dari perbandingan antara siswa yang terdaftar dengan siswa yang aktif mengikuti kegiatan belajar di tahun 2014 sampai dengan tahun Jumlah siswa yang banyak mengalami penurunan terlihat pada siswa yang berjenis kelamin, laki-laki. Sebagai aktivitas yang berlangsung melalui proses, sudah barang tentu keaktifan belajar siswa tidak lepas dari pengaruh, baik pengaruh dari dalam maupun dari luar. Agar seorang siswa memahami proses belajar sesuai dengan tujuan yang harus dicapainya, maka perlu memerhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keaktifan belajar tersebut. Semua itu bisa dimulai dari komunikasi yang baik antara guru dan siswa (Naim, 2011:92). 8

9 Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui bagaimana komunikasi yang dilakukan oleh guru kepada siswa saat proses belajar di SMP Master. Karena pada dasarnya kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan komunikasi. Guru dengan siswa terlibat dalam proses penyampaian pesan, penggunaan media, dan penerimaan pesan. Komunikasi dalam pembelajaran di sekolah menentukan hasil pembelajaran. Proses Komunikasi yang berjalan secara lancar antara guru dan siswa akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan dapat membawa hasil pelajaran yang baik (Naim, 2011:53). Sebaliknya, komunikasi yang terhambat bisa karena guru tidak membuka ruangan komunikasi, guru kurang mampu menggali kemauan bertanya siswa, siswa takut bertanya, dan sebagainya. Sehingga dapat berimplikasi kurang bagus terhadap komunikasi antara guru dan siswa, suasana belajar, dan hasil belajar siswa. Tujuan pembelajaran di sekolah adalah agar siswa menerima secara baik apa yang disampaikan guru, menguasai pelajaran secara komprehensif, dan siswa dapat mengembangkannya baik melalui bimbingan guru maupun mandiri. Penerimaan siswa dan pengembangannya sangat dipengaruhi oleh metode dan model komunikasi yang dilakukan oleh guru kepada para siswanya. Karena kunci utama komunikasi di kelas terletak di tangan guru (Naim, 2011:54). Komunikasi yang dilakukan dengan benar oleh seorang guru mampu membangkitkan minat belajar pada anak (Naim, 2011:93). Komunikasi yang terjalin antara guru dan siswa dapat menimbulkan komunikasi interpersonal yang merupakan kondisi yang memungkinkan untuk berlangsungnya komunikasi persuasif dan proses belajar mengajar yang efektif, karena setiap orang diberi kesempatan untuk terlibat dalam pembelajaran (Istanto, 2012:2). Komunikasi persuasif yang dilakukan guru dapat menumbuhkan minat dan semangat belajar pada siswa sehingga belajar menjadi sebuah hobi. Menumbuhkan minat dan semangat belajar penting artinya demi kesuksesan belajar. Minat belajar akan menjadi daya dorong yang kukuh untuk melakukan belajar tanpa adanya anjuran apalagi paksaan (Naim, 2011:93). 9

10 Oleh karena itu, karakteristik siswa SMP Master yang berbeda dengan karakteristik siswa sekolah formal merupakan salah satu hal yang menjadi faktor utama dalam penerapan komunikasi persuasif di SMP Master Depok. Karakteristik siswa SMP Master merupakan siswa yang sudah mampu bekerja dan memiliki penghasilan. Hal ini membuat siswa susah untuk meninggalkan kebiasaan mereka dan melupakan hak siswa untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Sehingga diperlukannya strategi komunikasi persuasif dalam menumbuhkan minat dan semangat belajar siswa. Karakteristik siswa pada SMP Master apabila menggunakan teknik kekerasan, paksaan, dan hukuman tidak akan membuat siswa-siswa berubah dari segi perilaku, sikap, dan opini. Justru siswa akan kembali lagi ke jalanan dan berusaha melakukan perlawanan sesuai dengan cara-cara yang mereka pelajari (Bajari, 2012:298). Komunikasi persuasif guru sudah seharusnya dilakukan dengan berbagai cara secara sistematis dan tepat dalam membangkitkan minat dan semangat belajar siswa. Salah satunya dapat dengan memandang siswa dengan prespektif yang tepat dan juga didukung dengan komunikasi persuasif dari seorang guru saat proses pembelajaran. Pesan komunikasi persuasif disampaikan melalui pendekatan pribadi yang bersifat ajakan dan tidak memaksa, sehingga mampu menghasilkan minat dan semangat belajar bagi komunikan atau penerima pesan (Naim, 2011:94). Maka dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada komunikasi persuasif guru. Dengan guru atau pengajar di SMP Master menerapkan komunikasi persuasif saat pembelajaran, diharapkan dapat mengubah pola pikir anak jalanan mengenai pendidikan. Oleh karena itu, peneliti hendak mengangkat penelitian dengan judul: Penerapan Komunikasi Persuasif Di SMP Master Depok (Studi Kasus Pada Guru Di SMP Master Depok) 10

11 1.2 Fokus Penelitian Menyoroti pelaksanaan komunikasi persuasif di lembaga pendidikan nonformal, seperti pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) Master Depok. 1.3 Rumusan Masalah Bagaimana Penerapan Komunikasi Persuasif Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Master Depok yang berdasarkan tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pada rational persuasion, consultation tactics, ingratiation tactics, personal appeals tactics, exchange Tactics, serta hambatan komunikasi persuasif? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang ingin dicapai berdasarkan rumusan masalah diatas adalah: Untuk mengetahui penerapan komunikasi persuasif pada lembaga pendidikan nonformal yang memiliki keterbatasan biaya dan perbedaan karakteristik siswa dalam proses belajar mengajar. 1.5 Manfaat Penelitian Aspek Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan ilmu komunikasi, khususnya mengenai komunikasi persuasif guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan pengetahuan mengenai komunikasi persuasif terhadap pendidikan anak jalanan dan anak kurang mampu, sehingga hasil penelitian dapat memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat dijadikan bahan refrensi untuk penelitian selanjutnya. 11

12 1.5.2 Aspek Praktisi Penelitian ini tentunya memberikan wawasan bagi penulis, pengajar dan Sekolah Master Depok dalam kajian komunikasi persuasif. Bagi penulis, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan ilmu yang di dapat selama berada di bangku kuliah. Bagi pengajar dan Sekolah Master, dapat membantu dalam menerapkan komunikasi persuasif yang benar dan tepat untuk memotivasi anak jalanan dan anak kurang mampu untuk terus belajar. Sehingga diharapkan pengajar dan Sekolah Master dapat menemukan solusi yang tepat dalam menangani karakteristik siswa yang berbeda dengan siswa pada umumnya di sekolah formal lainnya. Selain itu, dapat digunakan sebagai bahan pengayaan khususnya bagi dosen ilmu komunikasi tentang pembelajaran komunikasi persuasif. 1.6 Tahapan Penelitian Untuk melakukan sebuah penelitian kualitatif, penelitian harus lebih sistematis agar diperoleh hasil penelitian yang sistematis pula. Berikut adalah alur tahapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. 12

13 Gambar 1.2 Tahapan Penelitian Tahap Pra Penelitian Penentuan Subyek atau Objek Penelitian Tahap Pengumpulan Data Data Primer, Observasi dan Wawancara Guru dan Siswa SMP Master Depok Data Sekunder, melalui Studi Pustaka; Buku, Skripsi & Jurnal Terdahulu dan Internet; Website, Berita Online Proses Pendekatan Pelaksanaan Wawancara Tahap Analisis & Representasi Data Hasil Wawancara Mengolah Data Penulisan Laporan Penarikan Kesimpulan dan Hasil Penelitian Sumber: Olahan Peneliti,

14 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Sekolah Menengah Pertama (SMP) Master yang berkolasi di Jalan Margonda Raya No. 58 Kelurahan Depok Kecamatan Pancoran Mas, Terminal Terpadu Kota Depok Kode Pos 16431, Jawa Barat Waktu Penelitian Waktu penelitian di lapangan dilaksanakan mulai awal Januari Riciannya dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut: Tabel 1.2 Waktu Penelitian Kegiatan Pra Penelitian Penelitian Lapangan Wawancara Informan Pengumpulan & Pengolahan Data Menyusun Proposal Seminar Proposal Menyusun Skripsi Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Sumber: Olahan Peneliti,

15 1.8 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Berisi mengenai latar belakang penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tahapan penelitian, lokasi dan waktu penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Berisi mengenai penelitian terdahulu dan teori-teori pendukung yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti dan kerangka pemikiran. BAB III METODE PENELITIAN Berisi mengenai paradigma penelitian, metode penelitian, pendekatan penelitian, subjek dan objek penelitian, definisi konsep, unit analisis, teknik pengumpulan data, teknik keabsahan data, dan teknik analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berisi mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan secara kornologis dan sistematis sesuai dengan masalah serta tujuan penelitian. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Berisi mengenai kesimpulan dari hasil penelitian. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 15

BAB I PENDAHULUAN. Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Tengah di PalangkaRaya ini memiliki

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu

1. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa, melalui pendidikan akan terbentuk manusia yang cerdas, berahlak mulia dan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan. kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan. kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Pendidikan sebagai sarana strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. positif pula. Menurut Ginnis (1995) orang yang optimis adalah orang yang merasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. positif pula. Menurut Ginnis (1995) orang yang optimis adalah orang yang merasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Optimisme merupakan kemampuan seseorang memandang positif dalam segala hal. Memiliki pemikiran yang selalu positif akan menghasilkan hasil yang positif pula.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanah dari Allah SWT, Setiap orang tua menginginkan anakanaknya

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanah dari Allah SWT, Setiap orang tua menginginkan anakanaknya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanah dari Allah SWT, Setiap orang tua menginginkan anakanaknya cerdas, berwawasan luas dan bertingkah laku baik, berkata sopan dan kelak suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mega Wulandari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mega Wulandari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar seseorang dalam mendapatkan bekal ilmu pengetahuan yang tidak hanya bermanfaat untuk masa sekarang melainkan bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia, melalui pendidikan manusia dapat belajar demi kelangsungan hidupnya. Bagoe (2014, h.1) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia khususnya dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Lembaga pendidikan ini diharapkan mampu untuk mewujudkan suatu tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Raden Aufa Mulqi, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Raden Aufa Mulqi, 2016 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan seseorang karena melalui pendidikan, seseorang dapat memiliki karir yang baik dan memiliki kemampuan. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bernegara demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. dan bernegara demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah pelita dan harapan bagi suatu masyarakat, bangsa, dan negara yang kelak akan menjadi motor penggerak kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern dewasa ini, maka banyak terjadi perubahan diberbagi aspek kehidupan. Demikian pula dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan mencapai anak dan pada tahun 2012 meningkat menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan mencapai anak dan pada tahun 2012 meningkat menjadi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena anak jalanan di Indonesia adalah isu yang memerlukan perhatian khusus semua elemen masyarakat. Jumlah anak jalanan di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam 1 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Mereka bersih seperti kertas putih ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian penunjang kehidupan manusia yang sangat penting, dalam UU no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk memperoleh. merupakan sektor penting yang berperan aktif dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. membuat mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk memperoleh. merupakan sektor penting yang berperan aktif dalam meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia sekarang ini masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan pelayanan pendidikan terutama untuk masyarakat ekonomi menengah kebawah. Mahalnya biaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sering kita jumpai dijalanan banyak anak-anak yang masih dibawah umur

BAB 1 PENDAHULUAN. Sering kita jumpai dijalanan banyak anak-anak yang masih dibawah umur BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 latar Belakang Masalah Sering kita jumpai dijalanan banyak anak-anak yang masih dibawah umur sudah mencari nafkah, misalnya saja menjadi pengamen, pengemis, pemulung, gelandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dijadikan sebagai perhatian utama disetiap negara, tidak terkecuali Indonesia. Upaya meningkatkan mutu pendidikan membutuhkan proses belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangMasalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangMasalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangMasalah Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan bahwa Pendidikan Non Formal (PNF) adalah bagian terpadu dari Sistem Pendidikan Nasional yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran penting dalam kehidupan. Bangsa yang maju selalu diawali dengan kesuksesan di bidang pendidikan serta lembaga pendidikan sebagai

Lebih terperinci

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PAKET C DI PKBM NEGERI 17

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PAKET C DI PKBM NEGERI 17 54 BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PAKET C DI PKBM NEGERI 17 5.1 Faktor Individu Sesuai dengan pemaparan pada metodologi, yang menjadi responden pada penelitian ini adalah warga belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertama dituliskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. UKDW

BAB I PENDAHULUAN. pertama dituliskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan isi Undang-Undang dasar tahun 1945 pasal 31 ayat yang pertama dituliskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. UUD tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Pendidikan merupakan usaha yang sengaja secara sadar dan terencana untuk membantu meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan maksud agar orang yang dihadapinya mengalami perubahan dan peningkatan dari segi pengetahuan, kemampuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan pendidikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan pendidikan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan pendidikan sebagai faktor penentu tercapainya tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang mesti didapatkan oleh semua orang, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang mesti didapatkan oleh semua orang, karena BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan hal yang mesti didapatkan oleh semua orang, karena dengan mendapatkan pendidikan seseorang dapat mengembangkan dirinya sesuai dengan kebutuhan dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yakni melindungi

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yakni melindungi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara berkembang seperti Indonesia, secara berkelanjutan melakukan pembangunan baik fisik maupun mental untuk mencapai tujuan negara yang tertuang dalam pembukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa depannya

Lebih terperinci

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar manusia dalam mewujudkan suasana belajar dengan melakukan proses pembelajaran didalamnya menjadikan peserta didik aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat akan membawa dampak kemajuan dibidang kehidupan. Agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Madrasah Tsanawiyah Kifayatul Achyar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Madrasah Tsanawiyah Kifayatul Achyar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Madrasah Tsanawiyah Kifayatul Achyar Madrasah Tsanawiyah Kifayatul Achyar beralamat di Jl. AH. Nasution Km 13,7 No 495 Cibiru Kota Bandung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelak menjadi motor penggerak bagi kehidupan bermasyarakat, dan bernegara demi

BAB I PENDAHULUAN. kelak menjadi motor penggerak bagi kehidupan bermasyarakat, dan bernegara demi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah pelita dan harapan bagi suatu masyarakat, bangsa, dan negara yang kelak menjadi motor penggerak bagi kehidupan bermasyarakat, dan bernegara demi terwujudnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada sehingga setiap manusia diharapkan mampu menghadapi tantangan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. ada sehingga setiap manusia diharapkan mampu menghadapi tantangan sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu usaha setiap bangsa untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga membantu memperlancar pelaksanaan pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan nasional yang diselenggarakan oleh pemerintah merupakan salah satu usaha untuk mecapai kehidupan sumber daya manusia yang berkualitas. Kualitas sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu pendidikan seharusnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia,

I. PENDAHULUAN. Dalam hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia, yang berorientasi kepada pemenuhan hajat hidup manusia sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat menggantikan generasi-generasi terdahulu dengan kualitas kinerja dan mental yang lebih baik. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang memiliki budi pekerti luhur,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang memiliki budi pekerti luhur, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional berdasarkan pancasila bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang memiliki budi pekerti luhur, berperikemanusian,

Lebih terperinci

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A PENGARUH KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan seiring dengan itu, angka kemiskinan terus merangkak. Kenaikan harga

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan seiring dengan itu, angka kemiskinan terus merangkak. Kenaikan harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia mengalami permasalahan di bidang sosial, politik, ekonomi. Permasalahan yang paling umum dirasakan masyarakat adalah permasalahan ekonomi dan seiring

Lebih terperinci

DUKUNGAN SOSIAL PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA USIA REMAJA DI BANYUMAS

DUKUNGAN SOSIAL PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA USIA REMAJA DI BANYUMAS DUKUNGAN SOSIAL PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA USIA REMAJA DI BANYUMAS SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Disusun Oleh : ARHAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kualitas hidup. Istilah kualitas hidup digunakan untuk mengevaluasi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kualitas hidup. Istilah kualitas hidup digunakan untuk mengevaluasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas hidup adalah istilah yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan. Kesejahteraan menggambarkan seberapa baik perasaan seseorang terhadap lingkungan

Lebih terperinci

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang

Lebih terperinci

belajar, pembinaan anak jalanan, dan pengajian pada tahun 2000, akhirnya pada tahun 2002, terbentuk PKBM secara formal. Jumlah pendaftar pun bisa dibilang cukup besar, 700 anak. Namun, karena kendala tempat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempunyai peranan sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang terwujud dalam sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan dan perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan perlu direspon oleh kinerja pendidikan yang professional dan bermutu tinggi. Mutu pendidikan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Anak Jalanan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Anak Jalanan Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Anak jalanan merupakan fenomena kota besar dimana saja. Perkembangan sebuah kota akan mempengaruhi jumlah anak jalanan. Semakin berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang sama sekali tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Komunikasi tentunya menjadi suatu proses yang sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang pada era sekarang. Pendidikan di Indonesia adalah hak dan kewajiban setiap warga negara. Setiap warga

Lebih terperinci

PENERAPAN KOMUNIKASI PERSUASIF DI SMP MASTER DEPOK (Studi Kasus Pada Guru di SMP Master Depok)

PENERAPAN KOMUNIKASI PERSUASIF DI SMP MASTER DEPOK (Studi Kasus Pada Guru di SMP Master Depok) ISSN : 2355-9357 e-proceeding of Management : Vol.2, No.3 Desember 2015 Page 4116 PENERAPAN KOMUNIKASI PERSUASIF DI SMP MASTER DEPOK (Studi Kasus Pada Guru di SMP Master Depok) THE APPLICATION OF PERSUASSIVE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini, membawa banyak perubahan dalam setiap aspek kehidupan individu. Kemajuan ini secara tidak langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bertujuan utnuk menciptakan kualitas individu yang memiliki karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang diharapkan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan, suatu kata yang sudah pasti tidak asing lagi di telinga masyarakat semua. Setiap manusia sudah pasti memerlukan pendidikan untuk menjalani kehidupannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diperkirakan akan semakin kompleks. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang diperkirakan akan semakin kompleks. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Situasi kehidupan dewasa ini sudah semakin kompleks. Kompleksitas kehidupan seolah-olah telah menjadi bagian yang mapan dari kehidupan masyarakat, sebagian demi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada manusia yang disebabkan oleh perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap. Proses belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rajin pangkal pandai, itulah pepatah yang sering kita dengarkan dahulu sewaktu kita masih duduk di bangku Sekolah Dasar, agar kita mempunyai semangat untuk belajar,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dari ketiga subyek, mereka memiliki persamaan dan perbedaan dalam setiap aspek yang diteliti. Khususnya dalam penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pesatnya perkembangan pembangunan di Indonesia terutama di bidang ilmu dan teknologi dewasa ini memberikan banyak pengaruh bagi kehidupan manusia. Pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi tidak saja memberikan dampak positif akan tetapi memberikan dampak negatif pula terhadap kehidupan manusia. Dampak positif yang dirasakan yaitu berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara maksimal untuk menunjang setiap kegiatan dari pihakpihak

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara maksimal untuk menunjang setiap kegiatan dari pihakpihak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa perkembangan kemajuan teknologi informasi yang sangatlah cepat masa sekarang ini, kebutuhan terhadap suatu informasi yang bersifat akurat sangatlah diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI BAGIAN KE TIGA JENIS PENDIDIKAN TINGGI 1. Pendidikan Akademik 2. Pendidikan Vokasi 3. Pendidikan Profesi Pendidikan Akademik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebab kebanyakan mereka ditemukan di kota-kota besar. Mereka banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebab kebanyakan mereka ditemukan di kota-kota besar. Mereka banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena anak jalanan sering diidentifikasi sebagai fenomena kota besar, sebab kebanyakan mereka ditemukan di kota-kota besar. Mereka banyak ditemukan di tempat-tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan nasional negara kita adalah pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan nasional sebagai salah satu sistem dari supra sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan dan menurunkan pengetahuan dari generasi yang lalu ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan dan menurunkan pengetahuan dari generasi yang lalu ke generasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia. Secara faktual, mendidik merupakan kegiatan antar manusia, oleh manusia dan untuk manusia. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan suatu bangsa tidak dapat terlepas dari Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada, karena SDM merupakan modal dasar dari pembangunan yang sedang/akan dilakukan.

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Anak jalanan, anak gelandangan, atau kadang disebut juga sebagai anak mandiri,

Bab I. Pendahuluan. Anak jalanan, anak gelandangan, atau kadang disebut juga sebagai anak mandiri, Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Anak jalanan, anak gelandangan, atau kadang disebut juga sebagai anak mandiri, sesungguhnya adalah anak- anak yang tersisih, marginal dan teralinasi dari perlakuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Kunandar (2009) merupakan investasi Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Kunandar (2009) merupakan investasi Sumber Daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan menurut Kunandar (2009) merupakan investasi Sumber Daya Manusia (SDM) jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan hidup manusia di dunia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panti tidak terdaftar yang mengasuh sampai setengah juta anak. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. panti tidak terdaftar yang mengasuh sampai setengah juta anak. Pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia menempati urutan pertama di dunia sebagai negara dengan jumlah panti asuhan terbesar yaitu mencapai 5000 hingga 8000 panti terdaftar dan 15.000 panti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah Konsep pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah Konsep pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Konsep pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pembangunan yang berlangsung terus menerus

Lebih terperinci

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I WONOSARI

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I WONOSARI PENGARUH PERSIAPAN SISWA DALAM BELAJAR DAN KEMANDIRIAN DALAM MENGERJAKAN TUGAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I WONOSARI KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ghina Afini Capriditi,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ghina Afini Capriditi,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Banyaknya permasalahan pendidikan yang terjadi di Indonesia. Salah satunya adalah permasalahan dalam peningkatan mutu pendidikan. Hal tersebut seharusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2015 ini sejak pergantian Presiden lama kepada Presiden yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2015 ini sejak pergantian Presiden lama kepada Presiden yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun 2015 ini sejak pergantian Presiden lama kepada Presiden yang baru, Indonesia mengalami beberapa kenaikan harga seperti harga BBM yang naik dua

Lebih terperinci

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. :: Sistem Pendidikan Nasional Pelaksanaan pendidikan nasional berlandaskan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar manusia menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk berupaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk berupaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, tidak terkecuali di Indonesia. Sebagai negara berkembang, bangsa Indonesia dihadapkan pada

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan dalam hal ini pembangunan pendidikan merupakan salah satu upaya penting dalam penanggulangan kemiskinan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ani Sumarni, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ani Sumarni, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kehidupan manusia tidaklah hanya membutuhkan akan materi belaka. Banyak hal yang harus di penuhi dalam rangka menjadikan manusia yang mempunyai kesantunan terhadap Tuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah istilah kunci yang paling paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keberadaan pekerja anak telah memberikan kontribusi dalam perekonomian.

I. PENDAHULUAN. keberadaan pekerja anak telah memberikan kontribusi dalam perekonomian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pekerja anak merupakan salah satu fenomena tersendiri yang terjadi di Indonesia dalam hal ketenagakerjaan. Secara langsung maupun tidak langsung keberadaan pekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. i Solo B ru

BAB I PENDAHULUAN. i Solo B ru BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar belakang Pengadaan Proyek Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Perkembangan sebuah negara dipengaruhi oleh beberapa aspek, salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap manusia wajib untuk belajar baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan dari pembangunan nasional, yaitu terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan dan berdaya saing maju dan sejahtera dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PMKS secara umum dan secara khusus menangani PMKS anak antara lain, anak

BAB I PENDAHULUAN. PMKS secara umum dan secara khusus menangani PMKS anak antara lain, anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan sosial secara umum di Indonesia mencakup berbagai jenis masalah yang berkaitan dengan anak. Saat ini Departemen Sosial menangani 26 jenis PMKS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

M, 2016 PENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA MELALUI MODEL PROJECT BASED LEARNING MENGGUNAKAN MEDIA FLIP CHART DALAM PEMBELAJARAN IPS

M, 2016 PENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA MELALUI MODEL PROJECT BASED LEARNING MENGGUNAKAN MEDIA FLIP CHART DALAM PEMBELAJARAN IPS 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain, oleh karena itu manusia senantiasa membutuhkan interaksi dengan manusia yang lain. Manusia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang dicanangkan

BAB I PENDAHULUAN. Wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang dicanangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang dicanangkan pemerintah Indonesia pada tahun 1994 (Amuda, 2005) mewajibkan setiap anak berusia enam sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ane Fitriani, 2015 Upaya pengelola dalam meningkatkan manajemen mutu PAUD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ane Fitriani, 2015 Upaya pengelola dalam meningkatkan manajemen mutu PAUD 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah suatu upaya untuk membantu memanusiakan manusia Ahmad Tafsir (dalam Suyadi 2011, hlm.6) Artinya, melalui proses pendidikan diharapkan

Lebih terperinci