BAB II KAJIAN PUSTAKA. direncanakan oleh guru untuk siswa agar terjadinya proses. pembelajaran yang saling berinteraksi satu sama lain.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. direncanakan oleh guru untuk siswa agar terjadinya proses. pembelajaran yang saling berinteraksi satu sama lain."

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang artinya merencanakan suatu proses pembelajaran yang direncanakan oleh guru untuk siswa agar terjadinya proses pembelajaran yang saling berinteraksi satu sama lain. Trianto (2011:51) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Dalam setiap pembelajaran pasti menggunakan model pembelajaran agar terjadinya proses pembelajaran antara guru dan peserta didik, sehingga terjadinya tahap-tahap kegiatan pembelajaran setelah itu adanya evaluasi atau hasil yang dimiliki siswa. Hanafiah dan Suhana (2012:41) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan prilaku peserta didik secara adatif maupun generatif. Jadi dari pengertian di atas maka model pembelajaran itu perlu untuk terjadinya proses pembelajaran agar Model pembelajaran semuanya sama namun, dilihat dari tingkat keberhasilan maupun tingkat ketidakberhasilannya dalam proses pembelajaran. Jadi model pembelajaran perlu adanya pertimbangan atau disesuaikan dari materi dan karakteristik siswa masing-masing. 11

2 12 Berbagai macam model-model pembelajaran yang ada yang dapat digunakan untuk kalangan pelajar. Ada macam-macam model pembelajaran berdasarkan teori belajar, Rusman (2014: 136) menyatakan bahwa: a) Model interaksi sosial b) Model pemrosesan informasi c) Model personal d) Model pembelajaran modefikasi tingkah laku (behavioral) Berbagai macam model yang dapat digunakan oleh seorang guru namun, dalam pemilihan model pembelajaran harus sesuai untuk mencapainya tujuan pendidikan. 2. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Pembelajaran Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran maka perlu adanya pertimbanganpertimbangan dalam pemilihan model pembelajaran. Dalam pemilihan model perlu adanya pertimbangan, Rusman (2014:133) menarik kesimpulan sebagai berikut: a) Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai b) Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran c) Pertimbangan dari sudut peserta didik d) Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis Dalam pertimbangan-pertimbangan di atas maka adanya pemahaman mengenai model yang digunakan dalam proses pembelajaran serta dapat dilihat dari karakteristik peserta didiknya. Maka dari itu peneliti sudah mempertimbangkan model yang akan

3 13 digunakan dalam proses pembelajaran sejarah yaitu model penemuan konsep. B. Model Penemuan Konsep Susanto (2014:99) menyatakan bahwa model penemuan konsep ini menuntut aktivitas kognitif yang tinggi. Aktivitas dalam model ini mengharuskan siswa untuk memahami sifat dari kasus atau peristiwa yang disajikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa model penemuan konsep adalah proses pembelajaran yang mengkaji mengenai contoh-contoh yang mudah dipahami oleh siswa (paling dominannya contoh positif bukan negatif). Model penemuan konsep ini terarah dalam proses pembelajarannya karena diberikan materi-materi yang sudah ada setelah itu dikaitkan dengan contohcontoh yang berkaitan dengan materi sehingga siswa akan mudah menganalisis materi tersebut. Joyce, dkk (2009:128) menyatakan bahwa: Model penemuan konsep merupakan perangkat evaluasi unggul saat guru ingin mengetahui sejauh mana siswa mampu menguasai gagasan-gagasan penting yang mereka ajarkan. Model ini dengan cepat akan memberikan laporan tentang kedalaman pemahaman siswa sekaligus akan memperkuat pengetahuan mereka sebelumnya. Model penemuan konsep ini rangkain konsep yang berkaitan dengan materi yang mampu membedakan, mengatur, menghubungkan sehingga siswa dapat terarah dengan model penemuan konsep tersebut. 1. Penerapan Model Penemuan Konsep Penerapan model penemuan konsep ini perlu adanya keaktifan siswa dalam memecahkan suatu masalah. Contohnya saja penekanannya pada kognitif untuk memperoleh konsep-konsep atau contoh-contoh yang baru yang pada saat itu guru menekankan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya berupa contoh. Joyce, dkk (2009:136) menyatakan bahwa:

4 14 Jika penekanannya adalah proses induktif, guru mungkin dapat menyediakan sedikit tanda atau isyarat dan mengajak siswa untuk tekun dan berpartisipasi aktif. Materi yang kurang penting dari pada partisipasi aktif dalam proses induktif, bahkan mungkin untuk konsep yang sudah banyak diketahui pun. Jadi jika penekanannya pada analisis berfikir, guru sebaiknya menerapkan latihan penemuan konsep yang tidak terlalu lama sehingga siswa akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk analisis berfikir. Model ini dapat diterapkan oleh siswa dari berbagai tingkatan kelas. Ketika model ini diterapkan materi yang digunakan berupa contoh-contoh yang harus tersedia serta perlunya pengubahan untuk mempermudah contoh-contoh tersebut. Misalnya saja seperti melalui benda-benda, gambar-gambar, cerita, kejadian manusia dan objek yang berada disekitar kita bisa digunakan sebagai contoh dalam proses pembelajaran. Adapun langkah-langkah yang dipergunakan dalam proses pembelajaran yang terdapat dalam model penemuan konsep untuk pelajaran sejarah, Susanto (2014:99) menyatakan bahwa: a. Langkah ke-1: Guru menyajikan materi dan mengidentifikasi konsep, guru menyajikan contoh-contoh yang telah dilabeli ( ya dan tidak atau relevan dan tidak ). Sementara siswa untuk membandingkan sifat atau ciri sesuai label yang diberikan. Aplikasi: guru menyajikan isi pokok materi contohnya saja mengenai perbedaan meghantropus dan pithecantropus serta memberikan label ya pada poin yang ada ciri-cirinya dan tidak pada poin yang tidak ada ciri-cirinya. b. Langkah ke-2: pengujian pencapaian konsep, siswa diberi kasus atau peristiwa sejarah lainnya yang masih relevan dengan contoh dan selanjutnya diminta untuk memberikan label sendiri.

5 15 Aplikasi: dengan mengikuti pola pada contoh di atas, siswa diminta untuk melakukan hal yang sama pada pokok-pokok manusia purba di Indonesia. c. Langkah ke-3: analisis strategi berfikir, siswa diminta untuk mendeskripsikan pemikirannya atas penilaian mereka lakukan dan mendiskusikannya secara klasikal dibawah bimbingan guru. Sasaran utama diskusi ini adalah siswa mampu mendeskripsikan dasar penilaiannya terhadap suatu peristiwa. Dari langkah-langkah di atas maka model penemuan konsep ini diperkuat lagi oleh Joyce, dkk (2009:136) menyatakan bahwa: a. Tahap pertama: melibatkan penyajian materi pada pembelajaran. Setiap unit data merupakan contoh atau noncontoh konsep yang terpisah. Unit-unit ini disajikan berpasangan. Data tersebut bisa berupa kejadian, manusia, objek, cerita, gambar, atau unit lain yang dapat dibedakan satu sama lain. Para pembelajar diberitahu bahwa seluruh contoh positif memiliki satu gagasan umum, tugas mereka adalah mengembangkan satu hipotesis tentang sifat dari konsep tersebut. Contoh-contoh yang disajikan dalan suatu intruksi yang telah diatur sebelumnya dan dilabeli dengan ya dan tidak. Para pembelajar diminta untuk membandingkan dan mermverifikasi sifatsifat dari contoh-contoh yang berbeda. Pada akhirnya, para pelajar diminta untuk menamai konsep-konsep mereka dan menyampaikan aturan-aturan atau definisi-definisi konsep menurut sifat-sifatnya yang paling esensial. b. Tahap kedua: siswa menguji penemuan konsep yang dihasilkan, pertama-tama dengan mengidentifikasi secara tepat contoh-contoh tambahan yang tidak dilabeli dari konsep itu dan kemudian dengan

6 16 membuat contoh-contoh mereka. Selain itu, guru dan siswa dapat membenarkan atau tidak hipotesis mereka, merevisi pilihan konsep atau sifat-sifat yang mereka tentukan sebagaimana mestinya. c. Tahap ketiga: siswa mulai menganalisis strategi-strategi dengan segala hal yang mereka gunakan untuk mencapai konsep. Dari langkah-langkah di atas maka dapat dipergunakan untuk proses pembelajaran dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa mengenai fakta-fakta atau konsep sejarah yang dianalisis serta dapat mengukur kemampuan menganalisis materi sejarah siswa. 2. Kelebihan dan Kekurangan Model Penemuan Konsep a. Kelebihan Model Penemuan Konsep, Joyce, dkk (2009:142) menyatakan bahwa: a) Dapat menyempurnakan tujuan-tujuan instruksional, bergantung pada tekanan pelajaran tertentu b) Dapat mengajarkan konsep-konsep yang spesifik dan sifat-sifat dari konsep-konsep itu c) Strategi ini juga menyediakan praktik dalam logika induktif dan kesempatan-kesempatan untuk mengubah dan mengembangkan strategi-strategi membangun konsep yang dimiliki siswa d) Pada akhirnya, khusus pada konsep-konsep yang abstrak, yang berusaha mendidik kesadaran pada perspektif-perspektif alternatif, kepekaan pada nalar logis dalam komunikasi dan tolerasi pada ambiguitas b. Kekurangan Model Penemuan Konsep, Joyce, dkk (2009:142) menyatakan bahwa kekurangan model ini perlu adanya analisis yang mendalam dalam proses berfikir. Bila dalam analisisnya kurang maka

7 17 akan sulit untuk memecahkan suatu berupa contoh-contoh yang diberikan oleh guru. Dari berbagai model pembelajaran yang ada pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing karena memiliki karakteristik dan cara yang berbeda-beda yang memiliki pengaruh tidaknya pada siswa dalam pembelajaran, berhasil tidaknya dapat dilihat dari hasil evaluasi siswa tersebut. C. Kemampuan Menganalisis Materi Sejarah Kemampuan menganalisis adalah kemampuan untuk pemecahan masalah yang berkaitan dengan materi yang diberikan oleh guru agar mudah dipahami oleh peserta didik. Sudjana (2012:27) menyatakan bahwa analisis adalah usaha memilah integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan susunannya. Kata analisis ini sangat familiar dikalangan pelajar terutama dimenengah atas karena dalam pembelajaran perlu adanya analisis siswa untuk memecahkan masalah-masalah yang diberikan oleh guru. Kuswana (2012:115) menyatakan bahwa menganalisis adalah memecah materi menjadi bagian-bagian pokok dan menggambarkan bagaimana bagianbagian tersebut, dihubungkan satu sama lain maupun menjadi sebuah struktur keseluruhan atau tujuan. Secara spesifiknya kata menganalisis ini sebagai perluasan dari memahami. Menganalisis ranah kognitif yang tinggi dari C4 yang sangat penting untuk semua mata pelajaran agar siswa mampu memecahkan masalah yang diberikan oleh guru, dari memecahkan masalah itu siswa dapat membedakan, menghubungkan, berpendapat dan menyimpulkan materi-materi pembelajaran sejarah. Anderson dan Krathwohl (2010:120) menyatakan bahwa:

8 18 Kategori proses menganalisis ini meliputi proses-proses kognitif membedakan (menetukan potonga-potongan informasi yang relevan atau penting), mengorganisasi (menentukan cara-cara untuk menata potonganpotongan informasi tersebut), dan mengatribusikan (menentukan tujuan dibalik informasi). Kategori-kategori yang ada dalam proses menganalisis ini sebagai melaksanakan tugas-tugas kognitif yang diberikan oleh guru namun dari ketiga kategori tersebut belum tentu siswa mampu menganalisis karena perlu adanya kata memahami terlebih dahulu dari menganalisis materi yang telah diberikan. Siswa dituntut untuk dapat menguraikan, merumuskan dan mengidentifikasi materi-materi yang komlpeks ke dalam bagian-bagian yang paling mudah dipahami oleh siswa. Anderson dan Krathwohl (2010:120) menyatakan bahwa mengembangkan kemampuan menganalisis siswa yaitu: 1. Membedakan fakta dari opini (realitas dari khayalan) 2. Menghubungkan kesimpulan dengan pernyataan-pernyataan pendukungnya 3. Membedakan materi yang relevan dari yang tidak relevan 4. Menghubungkan ide-ide 5. Menangkap asumsi-asumsi yang tak dikatakan dalam perkataan 6. Membedakan ide-ide pokok dari ide-ide turunannya atau menentukan tema-tema puisi atau musik 7. Menemukan bukti pendukung tujuan-tujuan pengarang Mengembangkan kemampuan menganalisis siswa perlu adanya peningkatan-peningkatan yang disebutkan di atas sehingga siswa mempunyai pemahaman yang signifikan dan dapat memilahkan materi-materi yang umum menjadi terpadu. Jadi, pengembangan kemampuan menganalisis siswa ini harus berawal dari memahami maksud dan makna materi-materi yang dapat diperinci kembali agar dapat memudahkan kita menganalisisnya terutama pada peristiwaperistiwa sejarah.

9 19 Dari pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan menganalisis materi sejarah adalah kemampuan memecahkan masalah-masalah yang ada berawal dari umum terlebih dahulu menjadi kekhusus sehingga siswa pun mampu memahami sejarah ataupun fenomenafenomena yang terjadi. Dari menganaisis sejarah ini yang paling penting memetakan fenomena atau kejadian yang lebih kompleks menjadi lebih mudah dan sederhana. Pentingnya kemampuan menganalisis materi sejarah ini bagi siswa untuk membedakan dan mengidentifikasi peristiwa-peristiwa yang terjadi agar lebih menghargai peristiwa yang ada dan tidak meremehkan satu sama lain. Maka dari itu kemampuan menganalisis ini sangat diperlukan bagi siswa dikalangan tingkat atas seperti SMA maupun perguruan tinggi agar siswa paham mengenai peristiwa-peristiwa yang ada maupun mengambil nilai-nilai positif yang terkandung dalam peristiwa tersebut serta dapat diterapkan ke dalam kehidupan sehari-hari. Ternyata kemampuan menganalisis materi sejarah perlu ditingkatkan untuk kalangan pelajar agar peserta didik mampu menjelaskan, membedakan, berpendapat maupun menyimpulkan mata pelajaran sejarah yang diberikan. Tidak hanya pada ranah pengetahuan saja namun menganalisis pun perlu untuk semua pelajaran tidak hanya pelajaran sejarah. Pada penelitian ini, peneliti memilih beberapa indikator seperti menganalisis materi sejarah mengenai peristiwa-peristiwa, kejadian, cerita yang akan dideskripsikan dan dihayati melalui konsep-konsep yang dimiliki setiap individu. Indikator tersebut kemudian dikembangkan oleh peneliti untuk mengukur kemampuan menganalisis siswa dalam pembelajaran sejarah. Indikator ini sesuai dengan materi sejarah yaitu manusia purba di Indonesia dan dunia yang akan digunakan untuk penelitian dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

10 20 Tabel.2 Indikator kemampuan menganalisis materi sejara Aspek Indikator 1. Kemampuan menjelaskan manusia purba di Indonesia dan dunia Kemampuan menganalisis materi sejarah 2. Kemampuan membedakan manusia purba di Indonesia dan dunia 3. Kemampuan mengidentifikasi keberadaan manusia purba di Indonesia dan dunia 4. Kemampuan menghubungkan jenis dan ciri-ciri manusia purba di Indonesia dan dunia D. Kajian Penelitian Yang Relevan Dalam penelitian ini peneliti telah melaksanakan penelusuran dan kajian sebagai sumber atau referensi yang memiliki kesamaan topik atau relevansi materi pokok permasalahan ini. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah yang dilakukan oleh: 1. Galih Paisal tentang penerapan metode pembelajaran concept attainment untuk meningkatan keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah, (penelitian tindakan kelas di kelas X IPS SMA Puragabaya Bandung) dilatar belakangi oleh rendahnya prestasi siswa dalam pembelajaran sejarah dan kurangnya kesadaran siswa kelas X IPS dalam berpikir kesejarahan dalam pembelajaran sejarah, hasil tersebut

11 21 didasarkan pada setiap hasil belajar siswa yang berada di bawah SKBM yang ditentukan. Sehingga hal tersebut disebabkan oleh kurangnya kesadaran berpikir kesejarahan mengenai konsep yang dipelajari. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran concept attainment untuk meningkatkan keterampilan berpikir kesejarah siswa cukup efektif dan efisien. Hal tersebut ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar dan kualitas proses pembelajaran pada setiap siklusnya. 2. Intan Wulandari tentang pengaruh penerapan model concept attainment terhadap kemampuan berpikir analitis siswa dalam mata pelajaran sejarah di Kelas XI IPS SMA Negeri 9 Bandung tahun pelajaran 2014/2015, Universitas Pendidikan Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa yang signifikan antara peringkat skor post-test kemampuan berpikir analitis siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbedaan ini dapat kita lihat dari rata-rata post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol yang berbeda secara signifikan. Rata-rata post-test kelas eksperimen menunjukkan Sedangkan rata-rata post-test kelas kontrol menunjukkan Hasil penelitian menunjukkan kelas eksperimen yang menggunakan model concept attainment berpengaruh terhadap kemampuan berpikir analitis siswa yang dapat terlihat dari perbedaan rerata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran terlangsung. 3. Eni Sukaeni tentang penggunaan model penemuan konsep dalam pembelajaran menulis karangan ilmiah dengan fokus kalimat efektif :Studi Eksperimen di Kelas XI SMA Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

12 22 S2 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan model penemuan konsep dalam pembelajaran menulis karangan ilmiah dengan fokus kalimat efektif pada kompetensi menulis karangan ilmiah secara komprehensif, atau pada keterampilan berbahasa lainnya terjadinya perubahan positif dalam pembelajaran bahasa Indonesia. E. Kerangka Berpikir dan Paradigma 1. Kerangka Berpikir Kerangka berfikir adalah gambaran yang dibuat oleh peneliti untuk penelitiannya agar sesuai dengan variabel-variabel yang digunakan. Nasehudin dan Gozali (2012:101) menyatakan bahwa: Kerangka berpikir adalah gambaran pemikiran peneliti atas masalah yang akan diteliti atau merupakan ulasan terhadap teori-teori yang telah dikemukakannya dalan tinjauan pustaka, kerangka teori ataupun tinjauan teoritis. Kerangka berpikir ini sangat penting untuk jalannya atau proses peneliti agar bisa bertahap-tahap karena dengan adanya kerangka berpikir peneliti mampu menentukan jalanya apa yang harus dilakukan agar terarah dengan apa yang sudah disesuaikan oleh peneliti tersebut. Kerangka berpikir peneliti yang pertama dilakukan adalah membuat perangkat pembelajaran dan soal. Sebelumnya pengujian terhadap soal yang dibuat peneliti agar tahu valid tidaknya soal tersebut yang akan diuji cobakan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Setelah itu terjadinya proses pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan model penemuan konsep sedangkan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran ceramah materi yang digunakan sama yaitu materi manusia purba di Indonesia dan dunia. Setelah materi selesai dalam beberapa

13 23 pertemuan peneliti mengadakan tes tertulis (pilihan ganda) 40 soal dengan option (a,b,c,d,e). Dengan tes tersebut peneliti dapat mengukur kemampuan menganalisis materi sejarah siswa seberapa jauh tingkat keberhasilannya dalam memahami materi sejarah. Uma sekaran (dalam Sugiyono 2014: 91) menyatakan bahwa kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa kerangka berpikir adalah menjelaskan dan menafsirkan pemikiran yang berhubungan dengan variabel-variabel satu dengan yang lainnya untuk memecahkan suatu masalah yang diteliti. Kerangka berpikir sebagai konsep dasar yang digunakan pada variabel-variabel seperti variabel X yaitu model penemuan konsep sedangkan variabel Y yaitu kemampuan menganalisis materi sejarah. Kerangka berpikir dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model penemuan konsep dapat dilaksanakan dengan baik apabila kemampuan menganalisis siswa mengenai pelajaran sejarah hasilnya bisa maksimal. Gambar 2. Kerangka berpikir Model Penemuan Paradigma Konsep (X) Proses Pembelajaran Kemampuan Menganalisis Materi Sejarah (Y) 2. Paradigma Paradigma yaitu kaitan antara variabel X (model penemuan konsep) dan Y (kemampuan menganalisis materi sejarah) yang berkaitan satu

14 24 sama lain untuk terjadinya proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti untuk mengkaji ada tidaknya pengaruh variabel-variabel tersebut. Berdasarkan kaitan antar variabel penelitian maka dapat ditunjukkan dalam bentuk hubungan variabel satu dengan yang lainnya maka paradigma dalam penelitian ini dapat penulis gambarkan sebagai berikut. Gambar 3. Paradigma Tujuannya Meningkatkan Kemampuan Menganalisis Materi Sejarah Model Penemuan Konsep Proses Pembelajaran Hasil Menganalisis Siswa Evaluasi F. Hipotesis Hipotesis adalah dugaan sementara yang perlu diuji kebenarannya. Martono (2011:63) menyatakan bahwa hipotesis dapat didefinisikan sebagai jawaban sementara yang kebenarannya masih harus diuji atau rangkuman kesimpulan teoritis yang diperoleh dari tinjauan pustaka. Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah langkah awal yang dilakukan untuk memberi gambaran terhadap keadaan yang diamati dan berusaha untuk mencari solusi terhadap masalah yang dihadapi dengan menggunakan berbagai alternatif. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

15 25 H 0 : Tidak adanya pengaruh penggunaan model penemuan konsep terhadap kemampuan menganalisis materi sejarah siswa kelas X semester genap SMA Negeri I Seputih Banyak tahun pelajaran 2016/2017. H 1 : Adanya pengaruh penggunaan model penemuan konsep terhadap kemampuan menganalisis materi sejarah siswa kelas X semester genap SMA Negeri I Seputih Banyak tahun pelajaran 2016/2017.

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menganalisis yang dimiliki setiap individu akan membawa

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menganalisis yang dimiliki setiap individu akan membawa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan menganalisis yang dimiliki setiap individu akan membawa perubahan dalam pola pikir peserta didiknya sebagai pemecahan masalahmasalah materi yang diberikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. baik secara fisik maupun secara mental aktif.

BAB II KAJIAN TEORI. emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. baik secara fisik maupun secara mental aktif. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian belajar menurut beberapa ahli Menurut Djamarah dan Syaiful (1999 : 22) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian mengenai teori-teori menurut pendapat dari beberapa ahli yang digunakan untuk mengembangkan dan mendukung penelitian ini. Pembahasan

Lebih terperinci

peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain

peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain Eni Sukaeni, 2012 Penggunaan Model Penemuan Konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kualitas kehidupan, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. soal matematika apabila terlebih dahulu siswa dapat memahami konsepnya.

BAB I PENDAHULUAN. soal matematika apabila terlebih dahulu siswa dapat memahami konsepnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemahaman konsep merupakan salah satu hal yang penting di dalam belajar matematika. Salah satu karakteristik matematika yaitu mempunyai obyek bersifat abstrak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Observasi Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain ialah sebagai teknik penyajian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CRH Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis merupakan hal yang harus dikuasai oleh siswa. Keterampilan menulis tidak dapat terlepas dari ketiga komponen lainnya seperti keterampilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Model Pembelajaran Snowball Throwing 1. Pengertian Model Pembelajaran Snowball Throwing Menurut Arahman (2010:3) mengemukakan bahwa model pembelajaran Snowball

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan aspek berbahasa yang tidak dapat dipisahkan dari aspek lain dalam proses belajar yang dialami siswa selama menuntut ilmu di sekolah. Dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Learning Cycle Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat pada pembelajar atau anak didik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan IPA memiliki potensi besar dan peranan strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi era industrialisasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui penguasaan keterampilan. jenis tulisan baik tulisan fiksi maupun nonfiksi.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui penguasaan keterampilan. jenis tulisan baik tulisan fiksi maupun nonfiksi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui penguasaan keterampilan menulis, siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mencapai tujuan belejar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mencapai tujuan belejar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebagai proses pemberian bimbingan terhadap anak oleh orang dewasa dengan sengaja untuk mempengaruhi potensi anak agar mencapai kedewasaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

Lebih terperinci

2 memperoleh pembelajaran. Karena belajar itu adalah dari tidak tahu menjadi tahu, dari buruk menjadi baik, dan dari tidak bisa menjadi bisa. Metode y

2 memperoleh pembelajaran. Karena belajar itu adalah dari tidak tahu menjadi tahu, dari buruk menjadi baik, dan dari tidak bisa menjadi bisa. Metode y BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil belajar memiliki kedudukan yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran. Hasil belajar merupakan tolak ukur keberhasilan suatu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Learning Cycle Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat pada pembelajar atau anak didik (Hirawan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengajaran berbahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan pengajaran keterampilan-keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang berbahasa. Keterampilan-keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan kondisi belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Slameto (2003:1) dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Slameto (2003:1) dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menuntut kajian dan tindakan secara reflektif, kolaboratif, dan partisipasif

METODE PENELITIAN. menuntut kajian dan tindakan secara reflektif, kolaboratif, dan partisipasif III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research) model Kemmis dan McTaggart, karena model ini mudah dipahami dan sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam proses pembentukan karakter bangsa, sehingga mampu menemukan jati dirinya sebagai ciri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : XI / Genap Alokasi Waktu : 2 x 45 menit A. KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan atau aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum ada empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai para pembelajar bahasa, yaitu keterampilan mendengar (menyimak), keterampilan berbicara, keterampilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran. Istilah-istilah tersebut dalam kegiatan pembelajaran digunakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran. Istilah-istilah tersebut dalam kegiatan pembelajaran digunakan 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan istilah yang tidak asing dalam kegiatan pembelajaran. Istilah-istilah tersebut dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini, akan dijelaskan tentang lokasi dan subjek yang penulis teliti, desain dan metode tentang penelitian tindakan kelas, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, membawa hasil dan merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan peneliti dengan menggunakan metode kuantitatif. Sugiyono (2014:14)

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan peneliti dengan menggunakan metode kuantitatif. Sugiyono (2014:14) BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian adalah suatu bentuk atau rencana penelitian yang digunakan peneliti dengan menggunakan metode kuantitatif. Sugiyono (2014:14) menyatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Berpikir Kritis Menurut Ennis (Kuswana, 2012) berpikir kritis adalah berfikir yang wajar dan reflektif yang berfokus pada memutuskan apa yang harus diyakini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Untuk itu guru harus menata kegiatan. sesuai dengan situasi dilingkungan siswa itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Untuk itu guru harus menata kegiatan. sesuai dengan situasi dilingkungan siswa itu sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran dalam menerapkan model pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan kepada siswa dalam mencapai tujuan-tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasieksperimen. Sugiono (2013, hlm. 107) menyatakan bahwa dalam penelitian eksperimen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan memilih menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik.untuk mencapai tujuan yang berlangsung dalam lingkungan. Pendidikan bukan sekedar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu aspek belajar yang harus diajarkan guru kepada siswa selain aspek lainnya, yaitu membaca, mendengar, dan berbicara. Menurut Tarigan

Lebih terperinci

Wawat Suryati STKIP-PGRI Bandar Lampung ABSTRAK

Wawat Suryati STKIP-PGRI Bandar Lampung ABSTRAK Wawat Suryati STKIP-PGRI Bandar Lampung ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pengaruh penerapan metode pembelajaran PQ4R pada hasil belajar siswa dengan mengambil pokok bahasan program

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Belajar merupakan proses perubahan dari hasil interaksi dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental dan spiritual.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. eksperimen. Penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang

III. METODE PENELITIAN. eksperimen. Penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian jenis komparatif dengan pendekatan eksperimen. Penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PILANGSARI 1 SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010 (Penelitian Tindakan Kelas) SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori A. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah dirinya menjadi lebih baik untuk berinteraksi dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : XI / Genap Alokasi Waktu : 2 x 45 menit A. KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu, masing-masing orang mempunyai pendapat yang tidak sama. Sebagian orang beranggapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang kehidupan dan perkembangan manusia. Pengaruh pendidikan dapat dilihat dan dirasakan

Lebih terperinci

A. Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Sumber Pembelajaran. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu dan

A. Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Sumber Pembelajaran. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu dan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Sumber Pembelajaran Belajar pada hakikatnya adalah suatu interaksi antara individu dan lingkungan. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Pendidikan yang berkualitas tinggi akan membawa kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Pendidikan yang berkualitas tinggi akan membawa kemajuan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pendidikan berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas tinggi akan membawa kemajuan suatu negara. Sebaliknya,

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. digunakan adalah eksperimen semu. Eksperimen semu dilakukan karena keadaan

III METODE PENELITIAN. digunakan adalah eksperimen semu. Eksperimen semu dilakukan karena keadaan 24 III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penelitian ini menyangkut perilaku manusia, dimana variabel yang dapat diteliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia atau peserta didik dengan cara mendorong kegiatan belajar.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : XI / Genap Alokasi Waktu : 2 x 45 menit A. KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2007:136) bahwa narasi berusaha menjawab: Apa yang telah terjadi? Setiap

BAB I PENDAHULUAN. (2007:136) bahwa narasi berusaha menjawab: Apa yang telah terjadi? Setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narasi sebenarnya merupakan karangan yang mudah ditulis oleh siswa karena karangan ini dikembangkan melalui kegemaran siswa dalam mendengarkan cerita atau bercerita.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengenai pelaksanaan pemberian kredit kendaraan bermotor roda empat serta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengenai pelaksanaan pemberian kredit kendaraan bermotor roda empat serta BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian 3.1.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Kualitatif dan sifatnya lebih mengarah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu berkomunikasi dengan baik secara lisan ataupun tulisan. Kemampuan siswa berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA. Pembelajaran yang diterapkan pada kelompok sampel (kelas X IA-4)

BAB V ANALISA. Pembelajaran yang diterapkan pada kelompok sampel (kelas X IA-4) 83 BAB V ANALISA Pembelajaran yang diterapkan pada kelompok sampel (kelas X IA-4) adalah pembelajaran menggunakan model pembelajaran inquiry training yang dilakukan dalam tiga kali pertemuan dengan alokasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengenai terjadinya proses pembelajaran secara umum berdasarkan. cakupan topik tertentu (Sanjaya dalam Nurhidayati (2011:1)).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengenai terjadinya proses pembelajaran secara umum berdasarkan. cakupan topik tertentu (Sanjaya dalam Nurhidayati (2011:1)). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Pembelajaran 1. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Pendekatan pembelajaran adalah suatu titik tolak atau sudut pandang mengenai terjadinya proses pembelajaran secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri 04 Ngringo. SD Negeri 04 Ngringo ini berlokasi di jalan Cempaka

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Masalah dapat terjadi pada berbagai aspek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Menurut Kemmis (1988) Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke II. TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan g alam sekitar di sekelilingnya

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PENCAPAIAN KONSEP DENGAN MENGGUNAKAN PETA PIKIRAN SEBAGAI UPAYA MENGURANGI MISKONSEPSI SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PENCAPAIAN KONSEP DENGAN MENGGUNAKAN PETA PIKIRAN SEBAGAI UPAYA MENGURANGI MISKONSEPSI SISWA Jurnal INPAFI, Volume 1, Nomor, Juni 013 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PENCAPAIAN KONSEP DENGAN MENGGUNAKAN PETA PIKIRAN SEBAGAI UPAYA MENGURANGI MISKONSEPSI SISWA Fathia Rahmi*), Mara Bangun Harahap**)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa untuk memahami nilai-nilai, norma, dan pedoman bertingkah laku karena

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa untuk memahami nilai-nilai, norma, dan pedoman bertingkah laku karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah konsep yang memberikan apresiasi dan pemahaman yang luas kepada siswa untuk memahami nilai-nilai, norma, dan pedoman bertingkah laku karena pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan dapat membekali seseorang dengan pengetahuan yang memungkinkan baginya untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Namun dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting dalam kehidupan manusia karena ilmu pengetahuan ini telah memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. dapat memperjelas suatu pemahaman. Melalui komunikasi, ide-ide

BAB II KAJIAN TEORITIK. dapat memperjelas suatu pemahaman. Melalui komunikasi, ide-ide BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Komunikasi Matematis Komunikasi merupakan salah satu kemampuan penting dalam pendidikan matematika sebab komunikasi merupakan cara berbagi ide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).

BAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (Quasi Experiment). Eksperimen semu adalah jenis komparasi yang membandingkan pengaruh

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN FLIPCARD

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN FLIPCARD UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN FLIPCARD Diyah Nur W 1), Djoko Nugroho 2) Mahasiswa Fisika IKIP PGRI Madiun 1) Guru Fisika SMA Negeri 1 Jiwan 2) Jl. Setia Budi

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian yang dilakukan meliputi: a. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah yang meliputi wawancara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan standar kompetensi lulusan kelompok mata pelajaran sains, tujuan pendidikan pada satuan pendidikan SMA adalah untuk mengembangkan logika, kemampuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan IPA (sains) memiliki potensi besar dan peranan strategis dalam menyiapkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan IPA (sains) memiliki potensi besar dan peranan strategis dalam menyiapkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan IPA (sains) memiliki potensi besar dan peranan strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi era industrialisasi dan globalisasi.

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu aspek keterampilan berpikir yang dapat ditumbuhkan pada diri peserta didik pada saat mengikuti proses pembelajaran adalah kemampuan analisis. Kemampuan berpikir

Lebih terperinci

Gayus Simarmata FKIP Universitas HKBP Nomensen Pematangsiantar

Gayus Simarmata FKIP Universitas HKBP Nomensen Pematangsiantar PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN PENDEKATAN KONVENSIONAL PADA MATERI OPERASI PECAHAN DI KELAS VII SMP NEGERI 1 SIANTAR T.A. 2012/2013 Gayus Simarmata FKIP Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang saling mempengaruhi yakni berbicara, menyimak dan membaca. Keterampilan menulis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Keaktifan Belajar Sebelum penulis membahas tentang keaktifan belajar, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan pengertian belajar. Belajar adalah suatu proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rendah, gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. rendah, gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional BAB I pasal 1 (1) pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 Model Pembelajaran Role Playing (model bermain peran) a Pengertian Role playing atau bermain peran menurut Zaini, dkk (2008:98) adalah suatu aktivitas pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Refleksi Awal Proses Pengembangan Perangkat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas V B SD Negeri 19 Kota Bengkulu. Subjek dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan melalui metode ilmiah. Fisika merupakan salah satu dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membaca sangat berperan penting untuk mencapai kesuksesan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membaca sangat berperan penting untuk mencapai kesuksesan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca sangat berperan penting untuk mencapai kesuksesan dalam belajar siswa sekolah dasar. Kegiatan pembelajaran di kelas tidak dapat dilepaskan dari kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Materi sistem koloid adalah materi pembelajaran dalam ilmu kimia yang memerlukan pemahaman konseptual, nyata dan banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari (Sari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 menghendaki pembelajaran yang diterapkan di sekolah adalah

I. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 menghendaki pembelajaran yang diterapkan di sekolah adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum 2013 menghendaki pembelajaran yang diterapkan di sekolah adalah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah akan melatih tiga ranah yakni

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Menurut Sugiyono (2013, hlm. 6) metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran fisika merupakan salah satu wahana untuk menumbuhkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran fisika merupakan salah satu wahana untuk menumbuhkan kemampuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelajaran fisika merupakan salah satu wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu hal yang terpenting dalam kehidupan manusia adalah bahasa. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Pengajaran

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN ISSN 5-73X PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN Ratni Sirait Jurusan Pendidikan Fisika Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menurut (Sanjaya, 2009:240-241), pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokan/tim kecil,

Lebih terperinci