MAKALAH EKONOMI LINGKUNGAN KELAS AA ANALISIS PEMBANGUNAN SUTET (SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI) DAN PERAN AMDAL DI INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAKALAH EKONOMI LINGKUNGAN KELAS AA ANALISIS PEMBANGUNAN SUTET (SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI) DAN PERAN AMDAL DI INDONESIA"

Transkripsi

1 MAKALAH EKONOMI LINGKUNGAN KELAS AA ANALISIS PEMBANGUNAN SUTET (SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI) DAN PERAN AMDAL DI INDONESIA Dosen: Prof. Dr. Maryunani, SE, MS Asisten: Herman Cahyo Diartho Andistya Oktaning Listra NIM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

2 DAFTAR ISI I. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan... 3 II. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pembangunan SUTET dan Masalah Lingkungan Pencemaran Air Pencemaran Tanah Pencemaran Udara Kondisi Sistem Lingkungan Manusia Alam Dampak Pembangunan SUTET di Indonesia Sosial Masyarakat Ekonomi Kesehatan Budaya Rona Lingkungan Peran AMDAL Mengatasi Dampak Pembangunan SUTET di Indonesia III. KESIMPULAN DAN SARAN IV. DAFTAR PUSTAKA

3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana pemerintah untuk meningkatan kesejahteraan rakyat melalui industrialisasi tampaknya merupakan suatu rencana yang patut didukung oleh semua pihak. Berbagai investasi dalam bidang industri pada saat ini telah banyak dilakukan oleh pihak swasta, baik melalui penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun melalui penanaman modal asing (PMA). Sedangkan dari pihak pemerintah sendiri rupanya juga sudah cukup banyak yang dikerjakan melalui sektor industri, antara lain melalui kiprah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tergabung dalam kelompok industri strategis (BPIS) dan juga melalui industri petrokimia, industri semen, industri logam dan industri berat lainnya. Pembangunan di semua sektor menyebabkan kebutuhan tenaga listrik meningkat. Peningkatan kebutuhan tenaga listrik tersebut diiimbangi dengan pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit ke gardu induk maupun dari gardu induk satu ke gardu induk lain memerlukan jaringan transmisi, yang salah satunya dikenal dengan istilah SUTET. SUTET adalah saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat telanjang (penghantar) di udara bertegangan di atas 245 kv sesuai standar di bidang ketenagalistrikan. Di Indonesia, SUTET yang beroperasi sebagian besar bertegangan 500 kv. Terkait hal ini, awal tahun 2006 merupakan puncak akumulasi protes yang dilakukan oleh masyarakat yang bertempat tinggal di bawah SUTET. Berbagai bentuk protes, mulai dari demo, aksi mogok makan, menjahit mulut, sampai ancaman untuk merobohkan tower SUTET dilakukan untuk menuntut ganti rugi lahan tempat tinggal mereka yang dilintasi SUTET. Sebelumnya, bulan September 2004, masyarakat dari enam kabupaten di Jawa Barat, Kabupaten Bandung, Sumedang, Bogor, 2

4 Cianjur, Majalengka, dan Cirebon, menuju Istana Merdeka untuk memprotes keberadaan SUTET yang melintas di atas pemukiman mereka. Demikian pula masyarakat di beberapa daerah di Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur, melakukan aksi serupa di daerah masing-masing. Sebenarnya sejak tahun 1991, warga Singosari, Gresik, Jawa Timur, telah melakukan aksi protes dan memperkarakan lewat jalur hukum. Kemudian muncul pula kasus-kasus hukum yang lain dengan tujuan yang sama, yaitu meminta ganti rugi bagi lahan dan rumah yang dilintasi SUTET. Alasan utama yang dikemukakan, khawatir mengganggu kesehatan. Oleh karena itu, dalam rangka melaksanakan pembangunan ketenagalistrikan perlu adanya perubahan konsep peraturan hukum sektoral kedalam konsep hukum pengelolaan yang bersifat ekologis dan bersifat komprehensif dengan menekankan perhatian pada daya dukung lingkungan (subtainable development) membawa perkembangan baru dalam sistem hukum lingkungan Indonesia. Konsep hukum ini didasarkan pada keampuhan alat prediksi yang lazim disebut sebagai analisis mengenai dampak lingkungan (an environmental impact assessment) atau AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan adalah hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup diperlukan bagi proses pengambilan keputusan. 1.2 Tujuan Mengetahui implikasi dari pembangunan SUTET di Indonesia baik dari segi ekonomi, lingkungan, dan masyarakat disertai peran AMDAL untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan dari SUTET. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, penulis mencoba merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: Bagaimanakah implikasi dari pembangunan SUTET baik dari segi ekonomi, lingkungan, dan masyarakat disertai peran AMDAL untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan dari SUTET? 3

5 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pembangunan SUTET dan Masalah Lingkungan Setiap pembangunan ketenagalistrikan pada pembangkit baik thermal maupun hidro, akan menimbulkan implikasi positif dan negatif. Besaran dampak tersebut bisa bersifat penting dan tidak penting, tergantung dari jenis dan besar pembangkit tersebut. Begitu pula terhadap komponen lingkungan yang akan terkena dampak, juga tidak akan sama dampaknya walaupun jenis kegiatannya sama. Hal ini sangat terpengaruh pada lokasi kegiatan, pola kehidupan masyarakat dan teknologi pengendalian dampak yang digunakan. Pemantauan yang dilakukan secara rutin, seperti yang disepakati dalam dokumen, dimaksudkan untuk melihat sejauh mana efektifitas pelaksanaan pengelolaan lingkungan. Hasil pemantauan akan dapat digunakan sebagai acuan tindakan penanggulangan (corrective action) secara akurat dan tepat. Untuk pembangunan SUTET implikasinya terhadap lingkungan adalah timbulnya keresahan masyarakat terutama yang tinggal di bawah jalur SUTET. Menurut UU No.15 tahun 1985 tentang kenagalistrikan, Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No 01.P/47/MPE/1992 Tentang Ruang Bebas SUTET Untuk Penyaluran Tenaga Listrik dan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 975 K/47/MPE/1999 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 01.P/47/M.PE/1992 Tentang Ruang Bebas SUTET Untuk Penyaluran Tenaga Listrik. Oleh karena itu, pembangunan SUTET 500 kv juga sudah mempunyai Standar Nasional Indonesia (SNI) yaitu SNI tentang ruang bebas dan jarak bebas minimum SUTET dan SNI tentang Nilai Ambang Batas Medan Listrik dan Medan Magnet SUTET. Besarnya kuat medan magnet dan medan listrik yang dipersyaratkan WHO adalah: kuat medan magnet sebesar 0,1 mt, kuat medan listrik sebesar 5 kv/m. 4

6 2.1.1 Pencemaran Air Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Dalam hal ini, pembangunan SUTET akan mengakibatkan aspek fisik-kimia pada kualitas air khususnya air tanah yang telah terkontaminasi radiasi gelombang elektromagnetik dari SUTET sehingga terjadi kenaikan suhu pada badan air dimana dapat membahayakan kesehatan masyarakat jika mengkonsumsinya adapun hal ini juga berpengaruh pada penurunan kualitas tanaman yang mengandalkan irigasi dari air tanah yang berada di kawasan SUTET Pencemaran Tanah Pencemaran tanah akibat SUTET terjadi karena adanya partikel atau benda yang bermuatan listrik, di sekitarnya akan timbul medan listrik. Pada medan listrik, garis medannya mempunyai awal dan akhir, yaitu berawal dari kawat penghantar yang bertegangan sebagai sumbernya dan berakhir pada struktur konduktif, misalnya tanah atau permukaan benda-benda yang berada di atas tanah dan merupakan titik akhir garis medan listrik tersebut. Besaran medan dinyatakan dalam kuat medan listrik E dengan satuan V/m atau kv/m. Kuat medan listrik tertinggi terdapat pada permukaan kawat penghantar, sedangkan yang terendah pada permukaan tanah atau benda-benda yang berada di atas permukaan tanah. Hal inilah yang menyebabkan peningkatan suhu badan tanah dan mengurangi tingkat kesuburan tanah sehingga banyak pohon dan tanaman yang sulit tumbuh bahkan mati. Adapun implikasi lain pencemaran tanah akibat SUTET dapat mempengaruhi terhadap kesehatan tergantung pada jumlah radiasi gelombang elektromagnetik dari tanah yang akhirnya menciptakan kerentanan populasi sehingga sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal. Terdapat beberapa macam dampak kesehatan yang tampak 5

7 seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit yang jelas pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan kematian Pencemaran Udara Pencemaran udara merupakan peristiwa masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke udara dan/ atau berubahnya tatanan udara oleh kegiatan manusia atau proses alam. SUTET yang menciptakan radiasi elektromagnetik adalah kombinasi medan listrik yang berosilasi dan medan magnet yang merambat lewat ruang dan membawa energi dari satu tempat ke tempat yang lain. Berkaitan dengan SUTET, secara teoretis adanya medan listrik dan medan magnet akan mempengaruhi elektron bebas di udara. Elektron bebas yang terdapat dalam udara di sekitar jaringan tegangan tinggi, akan terpengaruh oleh adanya medan magnet dan medan listrik, sehingga gerakannya akan makin cepat dan hal ini dapat menyebabkan timbulnya ionisasi di udara. Ionisasi dapat terjadi karena elektron sebagai partikel yang bermuatan negatif dalam gerakannya akan bertumbukan dengan molekul-molekul udara sehingga timbul ionisasi berupa ion-ion dan elektron baru. Proses ini akan berjalan terus selama ada arus pada jaringan tegangan tinggi dan akibatnya ion dan elektron akan menjadi berlipat ganda terlebih lagi bila gradien tegangannya cukup tinggi. Udara yang lembab karena adanya pepohon di bawah jaringan tegangan tinggi akan lebih mempercepat terbentuknya pelipatan ion dan elektron yang disebut dengan avalanche. Akibat berlipat gandanya ion dan elektron ini (peristiwa avalanche) akan menimbulkan korona berupa percikan busur cahaya yang seringkali disertai pula dengan suara mendesis dan bau khusus yang disebut dengan bau ozone. Dari segi kesehatan pencemaran udara akibat SUTET menyebabkan implikasi negative seperti: 1. Gejala hipersensitivitas berupa keluhan sakit kepala, pening dan gejala dan keletihan menahun. 6

8 2. Selain itu menurut WHO, dapat menyebabkan terganggunya sistem darah, reproduksi, syaraf, jantung, psikologis dan hipersensitivitas. 3. Jantung berdebar, gangguan tidur, gangguan konsentrasi, rasa mual dan gangguan pencernaan lain yang tidak jelas penyebabnya, telinga berdenging, muka terbakar, kejang otot, kebinggungan serta gangguan kejiwaan berupa depresi. 2.2 Kondisi Sistem Lingkungan Kondisi sistem lingkungan terkait pembangunan SUTET berdasarkan rencana pemerintah dalam meningkatkan industrialisasi menimbulkan keresahan masyarakat, hal ini dikarenakan kepedulian bangsa Indonesia terhadap masalah lingkungan semakin meningkat. Penilaian masyarakat terhadap masalah lingkungan terbagi paling sedikit dua kelompok yang saling bertentangan, yaitu mereka yang berpihak pada pertumbuhan dan mereka yang berpihak pada konservasi. Citra dari pertumbuhan memanifestasikan diri dalam pernyataan berikut: Kita perlu memperbaiki pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja terlebih dahulu, sebelum memperbaiki lingkungan. Pemerintah kita telah berjalan terlampau jauh berpihak pada para pendukung perlindungan alam. Kini sudah waktunya bagi kita untuk berpaling. Selain concern pada masalah lingkungan, pembangunan SUTET juga menciptakan kekhawatiran terhadap kesehatan bagi penduduk yang tinggal di wilayah yang dilewati jalur SUTET. Hasil penelitian yang sangat mempengaruhi pandangan masyarakat dunia tentang hubungan kanker otak pada anak dengan paparan medan elektromagnetik adalah hasil penelitian Wertheimer dan Leper tahun 1979, yang sempat menggoncangkan dunia karena resiko positif yang dilaporkannya. Sejak penelitian tersebut, berbagai studi epidemiologi dan laboratorium lainnya dilakukan sebagai replikasi dan eskpansi penelitian Wertheimer di berbagai negara. Hal ini juga yang menciptakan inisiatif masyarakat dalam penghentian proyek pembangunan SUTET yang kiranya dapat 7

9 menimbukan eksternalitas negative tersebut. Namun dilematisnya, apabila terealisasikan maka resesi kegiatan ekonomi akhirnya menciptakan peningkatan pengangguran dan kemiskinan. Oleh karena itu, pembangunan SUTET harus dipertimbangan terkait ketersediaan tenaga listrik yang andal, aman, akrab lingkungan dan efisien dengan harga terjangkau yang merupakan faktor penunjang kehidupan masyarakat sehari-hari termasuk untuk menghasilkan barang dan jasa Manusia Kehidupan manusia modern tidak dapat dipisahkan dengan kebutuhan akan energi listrik, baik untuk kebutuhan rumah tangga, maupun pengobatan, sarana kerja, dan kegiatan lainnya. Kehadiran medan listrik dan medan magnet di sekitar kehidupan manusia tidak dapat dirasakan oleh indera manusia, kecuali jika intensitasnya cukup besar dan terasa hanya bagi orang yang hipersensitif saja. Medan listrik dan medan magnet termasuk kelompok radiasi nonpengion, yang berbeda dengan radiasi nuklir atau sinar rontgen yang termasuk kelompok radiasi pengion. Medan listrik dan medan magnet dibangkitkan oleh alam, dan sudah ada sejak bumi serta alam semesta ini diciptakan. Medan listrik dan medan magnet yang dibangkitkan peralatan buatan manusia muncul sejak diketemukan energi listrik. Pengaruh langsung medan elektromagnetik natural pada sistem biologi manusia tidak terungkapkan, karena manusia secara evaluasi dalam ruang dan waktu yang lama telah menyesuaikan diri pada pembebanannya. Termasuk dalam medan elektromagnetik natural di alam adalah radiasi panas, sinar ultraviolet, radiasi gamma dan lain-lain. Radiasi elektromagnetik nonpengion berada pada rentang frekuensi Hz (Hertz) sampai THz (Tera Hertz). Demikian pula panjang gelombangnya, mulai dari panjang gelombang terkecil, yaitu nm (nano meter) sampai lebih dari 1000 km (kilo meter). Sedangkan energi per foton yang dihasilkan tentu saja berada pada rentang yang sangat lebar, mulai dari pev sampai ev. Potensi gangguan kesehatan antara lain ditentukan energi per foton yang dihasilkan oleh radiasi elektromagnetik tersebut. 8

10 Menurut INIRC (International Non Ionizing Radiation Committee) dari International Radiation Protection Association (IRPA), nilai medan listrik dan medan magnet yang merupakan ciri kondisi pajanan tidak terganggu (unperturbed electric and magnetic fields) ialah medan yang apabila semua benda dihilangkan, karena medan listrik pada umumnya akan terganggu jika berada di dekat permukaan suatu benda. UNEP (United Nations Environmental Programme), WHO (World Health Organization) dan IRPA pada tahun 1987 mengeluarkan pernyataan tentang nilai rapat arus induksi dengan efek-efek biologisnya yang ditimbulkan oleh pajanan pada seluruh tubuh manusia: a) 1-10 ma/m2, tidak menimbulkan efek biologis berarti. b) ma/m2, menimbulkan efek biologis yang berarti, termasuk efek pada sistem penglihatan dan saraf. c) ma/m2, menimbulkan stimulasi pada jaringanjaringan yang dapat dirangsang dan berbahaya bagi kesehatan. d) 1000 ma/m2, dapat menimbulkan gangguan pada jantung, berupa irama ekstrasistole dan fibrilasi ventrikular. Secara umum, potensi gangguan kesehatan akibat radiasi elektromagnetik pada manusia, berupa: (1) efek jangka panjang, berupa potensi proses degeneratif dan keganasan (kanker), serta (2) efek hipersensitivitas, dengan berbagai manifestasinya. Potensi terjadinya proses degeneratif dan keganasan tergantung batas pajanan medan listrik dan medan magnet dalam satuan waktu. Sedangkan efek hipersensitivitas tidak harus tergantung pada batas pajanan. Batas pajanan medan listrik dan medan magnet yang direkomendasikan oleh WHO dan IRPA, serta Ikatan Dokter Indonesia (IDI), adalah sebagai berikut: 9

11 Radiasi elektromagnetik berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan tertentu. Berbagai potensi gangguan kesehatan tersebut adalah sebagai berikut: (1) Sistem darah, berupa leukemia dan limfoma malignum. (2) Sistem reproduksi laki-laki, berupa infertilitas. (3) Sistem saraf, berupa degeneratif saraf tepi. (4) Sistem kardiovaskular, berupa perubahan ritme jantung. (5) Sistem endokrin, berupa perubahan metabolisme hormon melatonin. (6) Psikologis, berupa neurosis dan gangguan irama sirkadian. (7) Hipersensitivitas. Potensi gangguan terhadap sistem darah, kardiovaskular, reproduksi dan saraf, memerlukan waktu yang panjang dan tidak dapat dirasakan atau diamati dalam waktu pendek. Sedangkan potensi gangguan pada sistem hormonal, psikologis dan hipersensitivitas, umumnya dapat terjadi dalam waktu pendek. Manifestasi gangguan dalam waktu pendek, biasanya berupa berbagai keluhan. Keluhan yang paling banyak dikemukakan oleh 10

12 penduduk yang bertempat tinggal di bawah SUTET adalah sakit kepala, pening dan keletihan menahun Alam Lingkungan alam merupakan komponen dari sistem ekonomi, dan tanpa lingkungan alam sistem ekonomi tidak akan berfungsi. Karena itu, kita perlu memperlakukan lingkungan alam sama dengan kita memperlakukan pekerja dan modal yaitu sebagai aset dan sebuah sumber. Disini terdapat bermacam macam komponen lingkungan alam yang terdiri dari dua jenis, yaitu: (1) sumber sumber yang tak dapat diperbarui, dan (2) sumber sumber yang tak dapat diperbarui. Meskipun dibuat perbedaan yang jelas antara sumber yang dapat diperbarui dan yang tidak dapat diperbarui, namun bila salah kelola hampir semua sumber yang dapat diperbarui dengan mudah berubah menjadi tidak dapat diperbarui. Adapun hal ini terkait dengan proyek pembangunan SUTET yang mengakibatkan kelangkaan tanah, udara, dan air sehat karena telah terkontaminasi radiasi gelombang elektromagnetik yang menyebabkan semakin rentannya populasi sehingga merusak ekosistem alam. 2.3 Dampak Pembangunan SUTET di Indonesia Sosial Masyarakat Terjadinya keresahan dan ketakutan yang disebabkan dari munculnya rasa tidak aman terhadap bahaya kecelakaan yang dapat ditimbulkan dari jaringan tersebut, yaitu kecelakaan yang disebabkan adanya sambaran petir, putusnya kabel, atau gangguan fondasi tower akibat dari perubahan struktur tanah sehingga menimbulkan masalah terkait pembebasan lahan dan pemindahan penduduk ke area di luar jalur SUTET. Selain itu munculnya kekhawatiran kesehatan secara terus menerus yang disebabkan oleh radiasi gelombang elektromagnetik. 11

13 2.3.2 Ekonomi Secara makro mungkin pembangunan SUTET berimplikasi pada kesejahteraan rakyat karena mampu meningkatkan aktivitas industri di Indonesia sehingga GDP meningkat. Namun di satu sisi, pembangunan jaringan tegangan tinggi tersebut dapat menyebabkan Kematian Perdata bagi nilai tanah yang dilintasi oleh SUTET, sehingga apabila pemilik tanah tersebut berniat menjual tanahnya, maka harga jual tanah tersebut akan jatuh dan berada dibawah harga jual tanah yang tidak dilewati jalur tersebut (itupun bila ada yang mau membelinya), atau juga pemilik tanah mau mengoptimalisasikan tanahnya dengan mendirikan bangunan bertingkat ia akan mempunyai masalah dengan perijinan pendirian bangunan, atau bila ia ingin menanam pohon ia akan dilarang menanam pohon dalam batas ketinggian tertentu Kesehatan Dari hasil penelitian disebutkan bahwa banyak penyakit yang bisa ditimbulkan akibat dari paparan radiasi gelombang elektromagnetik bagi masyarakat yang tinggal di bawahnya. Hasil penelitian di Eropa menyatakan bahwa jaringan transmisi tegangan tinggi menimbulkan sakit kepala, gangguan tidur, lesu, libido menurun, kemandulan dan merasa sakit tanpa diketahui penyebabnya. Sedangkan penelitian di Amerika Serikat yang dilakukan oleh Lermer dan Leeper pada 1979, menyebutkan bahwa pemaparan medan elektromagnetik dari jaringan transmisi tegangan tinggi dapat menyebabkan meningkatnya resiko kematian yang ditimbulkan oleh penyakit leukimia, Kanker, Limfoma, Infertilitas pada pria, cacat pada keturunan, demikian juga dapat menyebabkan penyakit kulit, perangai pemarah, dsb Budaya Menciptakan budaya self-injury (menyakiti diri sendiri) di kalangan masyarakat akibat hak hak para korban SUTET belum terpenuhi. Beberapa aksi self-injury yang dilakukan masyarakat 12

14 pada tanggal 30 Januari 2006, yaitu: aksi jahit mulut, mogok makan, dan cap jempol darah yang berlangsung di Posko Selamatkan Rakyat Indonesia di Jalan Diponegoro - Jakarta Pusat. Puluhan orang sudah melakukan aksi tersebut dan sudah berjatuhan korban dari aksi tersebut, bahkan Ibu-ibu rela meninggalkan keluarga dan anak-anak mereka tercinta demi melakukan aksi tersebut Rona Lingkungan Peran lingkungan dalam meningkatkan derajat kesehatan sangat besar sebagaimana dikemukakan Blum (1974) dalam Planning for health, development and application of social change theory. Bahwa faktor lingkungan berperan sangat besar disamping perilaku daripada faktor pelayanan kesehatan dan keturunan. Memang tidak selalu lingkungan sebagai penyebab, melainkan juga sebagai penunjang, media transmisi maupun memperberat penyakit yang telah ada. Akibat didirikannya jaringan transmisi tegangan tinggi tersebut, pepohonan dalam radius tertentu ditebangi karena dianggap melebihi ketentuan dalam ketinggian tertentu. Sehingga wilayah disekitar jaringan tersebut menjadi kering kerontang, sangat panas dengan angin yang kencang di masa kemarau, dan sangat dingin di musim penghujan, kualitas tanah juga ikut menurun drastis dan kehilangan kesuburan karena tidak bisa dioptimalisasikan lagi. 2.5 Peran AMDAL Mengatasi Dampak Pembangunan SUTET di Indonesia Dalam rangka melaksanakan pembangunan Ketenagalistrikan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan pembangunan ketenagalistrikan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu UU No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup. Bagi rencana kegiatan yang mempunyai dampak penting, maka berdasarkan PP No. 27 Tahun 1999, untuk kegiatan yang mempunyai dampak penting wajib menyusun dokumen Analisis mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Sedangkan yang tidak mempunyai dampak penting wajib menyusun Upaya Pengelolaan Lingkungan dan atau Upaya 13

15 Pemantauan Lingkungan (UKL/UPL). Untuk penentuan kriteria wajib AMDAL dan UKL/UPL mengacu pada peraturan yang berlaku. Peraturan-peraturan pelaksanaan di bidang Lindungan Lingkungan Tenaga Listrik meliputi: a) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. b) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). c) Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. d) Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 01P/47/MPE/1992 Tentang Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) untuk Penyaluran Tenaga Listrik.e. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak. e) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan. f) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. g) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002 tentang Pedoman Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan. h) Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1457 Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Lingkungan Bidang Pertambangan dan Energi. i) Standar Nasional Indonesia Nomor Tentang Ruang Bebas dan Jarak Bebas Minimum pada Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET). j) Standar Nasional Indonesia Nomor Tentang Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) Nilai Ambang Batas Medan Listrik dan Medan Magnet. 14

16 Adapun upaya penanggulangan dampak yang terjadi antara lain memberi sosialisasi pada masyarakat tentang manfaat SUTET/SUTT, melakukan pengukuran dan pemantauan terhadap medan magnet dan medan listrik secara kontinyu, memantau kondisi tapak tower terutamapada lahan yang erosinya tinggi dan menetapkan batasan ruang kosong (ROW) di bawah jalur SUTET. 15

17 Selanjutnya skema-skema berikut ini memberikan gambaran mengenai prosedur keterlibatan masyarakat dalam proses AMDAL dan proses persetujuan AMDAL dan tanggapan UKL/UPL. Prosedur Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses AMDAL Prosedur Persetujuan AMDAL dan Tanggapan UKL/UP 16

18 Di samping itu, beberapa upaya berkaitan dengan kebiasaan sehari-hari yang terkesan sederhana, sebenarnya dapat dilakukan untuk mengurangi radiasi di lingkungan, sehingga kecil kemungkinan akan berpengaruh pada manusia. Upaya untuk mengurangi pajanan bagi penduduk yang bertempat tinggal atau berada di bawah SUTET adalah sebagai berikut. a) Mengusahakan agar rumah menggunakan langit-langit (plafon) b) Apabila atap rumah terbuat dari logam atau seng yang berfungsi sebagai penghantar listrik, sebaiknya dilakukan pentanahan (grounding). c) Apabila atap rumah tidak berbahan logam, misalnya genting, asbes atau sirap, usahakan untuk tidak dipergunakan meletakkan bahan logam seperti antena TV, talang seng dan sebagainya. 17

19 d) Semua benda logam, misalnya kawat jemuran, mobil, sepeda motor yang berada di bawah SUTET, sebaiknya dialirkan ke tanah, agar netral kembali. e) Apabila terdapat saluran intercom, sedapat mungkin dijauhkan dari SUTET. f) Jangan membuat jemuran yang atasnya bebas sama sekali dari pepohonan. Buatlah jemuran dari kayu, bambu, tali plastik, dan bukan dari kawat maupun tiang besi. g) Tanamlah sebanyak mungkin pohon di lahan kosong di sekitar rumah. h) Sebaiknya tidak berada di luar rumah di bawah SUTET, terutama pada malam hari. Pada saat ini arus yang mengaliri kawat penghantar SUTET lebih tinggi daripada siang hari. 18

20 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN SUTET tetap diperlukan, untuk menjamin kehandalan sistem ketenagalistrikan yang mampu meningkatan kesejahteraan rakyat melalui industrialisasi yang berpengaruh pada kesejahteraan rakyat akibat pertumbuhan GDP. Pembangunan di semua sektor menyebabkan kebutuhan tenaga listrik meningkat. Peningkatan kebutuhan tenaga listrik tersebut diiimbangi dengan pembangunan pembangkit listrik dan jaringan-jaringan transmisinya. Namun, pembangunan SUTET ini meskipun berimplikasi positif pada perekonomian Indonesia secara makro tetap saja menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat karena dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia. Apabila mengacu pada batasan sehat menurut UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, bahwa sehat berarti sejahtera secara fisik, mental, sosial, serta produktif secara sosial ekonomi. Solusinya adalah manajemen berbasis lingkungan. Namun, hal ini bukan serta merta dapat mengakibatkan penyakit pada manusia. Manusia di bawah SUTET yang menderita sesuatu penyakit, tidak dapat diklaim semata-mata akibat radiasi elektromagnetik SUTET, melainkan dapat pula oleh kontribusi faktor-faktor fisika, kimia dan biologi yang lain, di samping perilaku manusia yang bersangkutan. Satu faktor penting yang harus diperhitungkan secara matang adalah faktor sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat. Salah satu solusi antara lain dengan melakukan pemberdayaan masyarakat (community development) pada penduduk di bawah dan di sekitar SUTET, dengan terlebih dahulu mengidentifikasi problem serta kebutuhan masyarakat setempat. Solusi lain yang dapat dipertimbangkan, dengan memberikan bea siswa kepada anak-anak berprestasi dari keluarga yang bertempat tinggal di bawah SUTET. Diharapkan hambatan yang timbul khususnya dari aspek sosial ekonomi dapat teratasi. Dengan demikian, pembangunan sumber daya energi, dalam hal ini listrik, tetap berjalan dengan baik. Lebih dari itu, penduduk setempat juga merasa ikut memiliki dan menjaga keberadaan SUTET tersebut. 19

21 DAFTAR PUSTAKA Djajadiningrat, Surna T Pengantar Ekonomi Lingkungan. Jakarta: Pustaka LP3ES Anies. Mengatasi Gangguan Kesehatan Masyarakat Akibat Radiasi Elektromagnetik Dengan Manajemen Berbasis Lingkungan. 6 Juni eprints.undip.ac.id Wisnu Arya Wardhana, dkk. Masalah Radiasi Tegangan Tinggi. 6 Juni elektroindonesia.com DJLPE ESDM. Lindungan Lingkungan Tenaga Listrik. 6 Juni djlpe.esdm.go.id Swamardika, Alit. Pengaruh Radiasi Elektromagnetik Terhadap Kesehatan Manusia (Suatu Kajian Pustaka). 6 Juni ejournal.unud.ac.id Novi Triana, dkk. Pengaruh Radiasi SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) Terhadap Kesehatan Makhluk Hidup Sekitarnya. 6 Juni vinovia.files.wordpress.com Wikipedia. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi. 6 Juni id.wikipedia.org Front Nasional. Rebut Keadilan, Ganti Rugi Untuk Korban SUTT/ SUTET dan Tolak Kenaikan Tarif Dasar Listrik. 6 Juni frontnas.tripod.com Media Kajian dan Informasi Tata Ruang Indonesia. SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi). 6 Juni tataruangindonesia.com 20

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 18 TAHUN 2015 RUANG BEBAS DAN JARAK BEBAS MINIMUM PADA SALURAN

Lebih terperinci

BAB III KEADAAN UMUM MENARA SUTET

BAB III KEADAAN UMUM MENARA SUTET BAB III KEADAAN UMUM MENARA SUTET SUTET atau Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi merupakan media pendistribusian listrik oleh PLN berupa kabel dengan tegangan listriknya dinaikkan hingga mencapai 500kV

Lebih terperinci

LINDUNGAN LINGKUNGAN TENAGA LISTRIK

LINDUNGAN LINGKUNGAN TENAGA LISTRIK LINDUNGAN LINGKUNGAN TENAGA LISTRIK 4.1. Umum Dalam rangka melaksanakan pembangunan Ketenagalistrikan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, pembangunan ketenagalistrikan mengacu pada peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui industrialisasi.

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui industrialisasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan terhadap energi listrik juga meningkat. Untuk mengantisipasinya, pemerintah membuat kebijakan yang ditujukan

Lebih terperinci

Analisa Dampak SUTET 500 KV Bagi Masyarakat Yang Berada Disekitarnya

Analisa Dampak SUTET 500 KV Bagi Masyarakat Yang Berada Disekitarnya Analisa Dampak SUTET 500 KV Bagi Masyarakat Yang Berada Disekitarnya Disusun oleh Nama : Rangga Erlangga NPM : 15411866 Jurusan : Teknik Elektro Dosen Pembimbing I : Dr. Hartono Siswono, ST., MT Dosen

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI. Nomor : 01.P/47/MPE/1992. Tanggal.: 07 Februari 1992

PERATURAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI. Nomor : 01.P/47/MPE/1992. Tanggal.: 07 Februari 1992 PERATURAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI Nomor : 01.P/47/MPE/1992 Tanggal.: 07 Februari 1992 PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI REGION..... PT PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN

Lebih terperinci

MENGATASI GANGGUAN KESEHATAN MASYARAKAT AKIBAT RADIASI ELEKTROMAGNETIK DENGAN MANAJEMEN BERBASIS LINGKUNGAN

MENGATASI GANGGUAN KESEHATAN MASYARAKAT AKIBAT RADIASI ELEKTROMAGNETIK DENGAN MANAJEMEN BERBASIS LINGKUNGAN MENGATASI GANGGUAN KESEHATAN MASYARAKAT AKIBAT RADIASI ELEKTROMAGNETIK DENGAN MANAJEMEN BERBASIS LINGKUNGAN PIDATO PENGUKUHAN Disampaikan pada Upacara Penerimaan Jabatan Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan teknologi yang semakin maju dan persaingan dunia kerja yang semakin ketat menuntut para lulusan perguruan tinggi untuk menguasai bidangnya. Penguasaan

Lebih terperinci

RUANG BEBAS SUTT ATAU SUTET DAN TATA CARA GANTI RUGI ATAU KOMPENSASI. Dosen : Ir.SYARIFFUDDIN MAHMUDSYAH,M.Eng.

RUANG BEBAS SUTT ATAU SUTET DAN TATA CARA GANTI RUGI ATAU KOMPENSASI. Dosen : Ir.SYARIFFUDDIN MAHMUDSYAH,M.Eng. RUANG BEBAS SUTT ATAU SUTET DAN TATA CARA GANTI RUGI ATAU KOMPENSASI Dosen : Ir.SYARIFFUDDIN MAHMUDSYAH,M.Eng. PENGUKURAN MEDAN MAGNET DAN MEDAN LISTRIK Sampai sekarang masyarakat masih khawatir tinggal

Lebih terperinci

PERHITUNGAN ARUS INDUKSI ELEKTROSTATIS DI BAWAH SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI 500 KV DI JALUR PEDAN-UNGARAN TUGAS AKHIR

PERHITUNGAN ARUS INDUKSI ELEKTROSTATIS DI BAWAH SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI 500 KV DI JALUR PEDAN-UNGARAN TUGAS AKHIR PERHITUNGAN ARUS INDUKSI ELEKTROSTATIS DI BAWAH SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI 500 KV DI JALUR PEDAN-UNGARAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radiasi matahari merupakan gelombang elektromagnetik yang terdiri atas medan listrik dan medan magnet. Matahari setiap menit

BAB I PENDAHULUAN. Radiasi matahari merupakan gelombang elektromagnetik yang terdiri atas medan listrik dan medan magnet. Matahari setiap menit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matahari merupakan kendali cuaca serta iklim yang sangat penting dan sebagai sumber energi utama di bumi yang menggerakkan udara dan arus laut. Energi matahari diradiasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kehidupan yang semakin modern membuat manusia hampir selalu berhubungan dengan alat-alat elektronik. Penggunaan peralatan elektronik meningkat seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat dan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, khususnya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat dan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, khususnya dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama beberapa dasawarsa terakhir, perkembangan globalisasi semakin meningkat dan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, khususnya dalam peningkatan teknologi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. spermatozoa merupakan bagian dari sistem reproduksi yang penting bagi

I. PENDAHULUAN. spermatozoa merupakan bagian dari sistem reproduksi yang penting bagi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bagi manusia dan makhluk hidup yang berkembang biak secara generatif, spermatozoa merupakan bagian dari sistem reproduksi yang

Lebih terperinci

PEMAJANAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV DI PROPONSI RIAU

PEMAJANAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV DI PROPONSI RIAU PEMAJANAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 1 KV DI PROPONSI RIAU Suwitno, Fri Murdiya Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Riau, Pekanbaru Email : suwitnowd@yahoo.co.id

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN POHON PADA RUANG BEBAS SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM), SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI

Lebih terperinci

Baharuddin 2, Ikhwana Elfitri 2 dan Rina Anggraini 3 ABSTRACT

Baharuddin 2, Ikhwana Elfitri 2 dan Rina Anggraini 3 ABSTRACT SOSIALISASI PADA MASYARAKAT TENTANG DAMPAK MEDAN LISTRIK DAN MEDAN MAGNET DI BAWAH SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN PASAR AMBACANG KECAMATAN KURANJI KOTA PADANG 1 Baharuddin 2,

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGALISTRIKAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGALISTRIKAN 29 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGALISTRIKAN I. PENJELASAN UMUM Pembangunan sektor ketenagalistrikan bertujuan untuk memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN 2013-2032 I. UMUM Ruang yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara,

Lebih terperinci

Efisiensi tumbuhan dalam meredam Gelombang elektromagnetik (studi kasus di sutt kota bengkulu)

Efisiensi tumbuhan dalam meredam Gelombang elektromagnetik (studi kasus di sutt kota bengkulu) Jurnal Gradien Vol.8 No.12 Januari 2012 : 722-727 Efisiensi dalam meredam Gelombang elektromagnetik (studi kasus di sutt kota bengkulu) Arif Ismul Hadi, Rida Samdara & Hesna Nurliana Jurusan Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

STUDI INTENSITAS MEDAN LISTRIK DI SUTT 150 kv KONFIGURASI VERTIKAL UNTUK LINGKUNGAN PEMUKIMAN

STUDI INTENSITAS MEDAN LISTRIK DI SUTT 150 kv KONFIGURASI VERTIKAL UNTUK LINGKUNGAN PEMUKIMAN STUDI INTENSITAS MEDAN LISTRIK DI SUTT 150 kv KONFIGURASI VERTIKAL UNTUK LINGKUNGAN PEMUKIMAN I.N.Y. Prayoga 1, A.A.N. Amrita 2, C.G.I.Partha 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas udara perkotaan di Indonesia menunjukkan kecenderungan menurun dalam beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi

Lebih terperinci

PRAKIRAAN DAMPAK KEGIATAN TERHADAP KESMAS

PRAKIRAAN DAMPAK KEGIATAN TERHADAP KESMAS PRAKIRAAN DAMPAK KEGIATAN TERHADAP KESMAS PENINGKATAN KUALITAS HIDUP MASYARAKAT PEMERINTAH PEMILIK USAHA SEHAT, merupakan suatu keadaan sejahtera (badan, jiwa,dan sosial). Hidup Produktif - Sosial - Ekonomi

Lebih terperinci

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 36 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomo

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 36 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomo BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.951, 2015 KEMEN ESDM. Saluran Udara. Tegangan Tinggi. Tegangan Ekstra Tinggi Arus Searah. Jarak Bebas Minimum. Ruang Bebas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama tanaman. Penggunaannya yang sesuai aturan dan dengan cara yang tepat adalah hal mutlak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa

BAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin bertambahnya aktivitas manusia di perkotaan membawa dampak semakin sulitnya pemenuhan tuntutan masyarakat kota akan kesejahteraan, ketentraman, ketertiban

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. antara V/m. Demikian juga bumi secara alamiah bermedan. listrik V/m dan bermedan magnet 0,004-0,007 mt.

I. PENDAHULUAN. antara V/m. Demikian juga bumi secara alamiah bermedan. listrik V/m dan bermedan magnet 0,004-0,007 mt. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Medan listrik dan medan magnet sudah ada sejak bumi kita ini terbentuk. Awan yang mengandung potensial air, terdapat medan listrik yang besarnya antara 3000-30.000 V/m.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PRILAKU DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI SEKIRAR JARINGAN SUTT TRANSMISI PALEMBANG, SUMATERA SELATAN.

IDENTIFIKASI PRILAKU DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI SEKIRAR JARINGAN SUTT TRANSMISI PALEMBANG, SUMATERA SELATAN. FP Unsri IDENTIFIKASI PRILAKU DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT YANG BERMUKIM DI SEKIRAR JARINGAN SUTT TRANSMISI PALEMBANG, SUMATERA SELATAN Muhammad Arbi Staf Pengajar Universitas Sriwijaya Jl Palembang-Prabumulih

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018 ANALISIS INTENSITAS MEDAN MAGNET PADA HANDPHONE DALAM MODE PANGGILAN DAN STAND BY Hisyam Yassar Abdullah unitaur77@gmail.com Sudarti sudarti.fkip@unej.ac.id Alex Harijanto alexharijanto.fkip@unej.ac.id

Lebih terperinci

Pencemaran Lingkungan

Pencemaran Lingkungan Pencemaran Lingkungan Arsitektur Ekologi dan Berkelanjutan Minggu ke 4 By : Dian P.E. Laksmiyanti, St, MT Email : dianpramita@itats.ac.id http://dosen.itats.ac.id/pramitazone Ini yang sering nampak Pencemaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan pesatnya pertumbuhan penduduk, ekonomi, industri, dan perumahan.

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan pesatnya pertumbuhan penduduk, ekonomi, industri, dan perumahan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan tenaga listrik diberbagai wilayah di Indonesia semakin meningkat seiring dengan pesatnya pertumbuhan penduduk, ekonomi, industri, dan perumahan. Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Permohonan Izin. Pemanfaatan Tenaga Listrik. Telekomunikasi. Tata Cara. Pencabutan.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Permohonan Izin. Pemanfaatan Tenaga Listrik. Telekomunikasi. Tata Cara. Pencabutan. No.1539, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Permohonan Izin. Pemanfaatan Tenaga Listrik. Telekomunikasi. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir Penelitian ini diperuntukan untuk tugas akhir dengan judul Studi Intensitas Medan Listrik di SUTT 150 kv Konfigurasi Vertikal untuk Lingkugan Pemukiman. Penelitian

Lebih terperinci

KAJIAN KUAT MEDAN LISTRIK PADA KONFIGURASI HORISONTAL SALURAN TRANSMISI 150 KV

KAJIAN KUAT MEDAN LISTRIK PADA KONFIGURASI HORISONTAL SALURAN TRANSMISI 150 KV KAJIAN KUAT MEDAN LISTRIK PADA KONFIGURASI HORISONTAL SALURAN TRANSMISI 15 KV I.P.H. Wahyudi 1, A.A.N.Amrita 2, W.G. Ariastina 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Email

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu dan teknologi yang semakin berkembang, membuat banyaknya. peralatan listrik modernyang menggunakan gelombang elektromagnetik

I. PENDAHULUAN. Ilmu dan teknologi yang semakin berkembang, membuat banyaknya. peralatan listrik modernyang menggunakan gelombang elektromagnetik I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu dan teknologi yang semakin berkembang, membuat banyaknya peralatan listrik modernyang menggunakan gelombang elektromagnetik dalam kehidupan sehari-hari. Kemajuan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi di Indonesia maka sejak awal disadari tentang kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi di Indonesia maka sejak awal disadari tentang kemungkinan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan serta keselamatan kerja merupakan masalah penting dalam setiap proses operasional di tempat kerja. Dengan berkembangnya industrialisasi di Indonesia maka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo diawali dengan berkembangnya aspirasi masyarakat terutama dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo diawali dengan berkembangnya aspirasi masyarakat terutama dari BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Kota Tengah Kecamatan Kota Tengah merupakan pemekaran dari Kecamatan Kota Utara, yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aktivitas berteknologi tinggi mengakibatkan manusia sering kali berhubungan

I. PENDAHULUAN. aktivitas berteknologi tinggi mengakibatkan manusia sering kali berhubungan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya kemajuan teknologi memberikan banyak kemudahan bagi manusia. Namun demikian, kemajuan yang sangat pesat dari teknologi tersebut juga memberikan dampak negatif

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. berlangsung secara aman dan efisien sepanjang waktu. Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk menyalurkan listrik secara

BAB I LATAR BELAKANG. berlangsung secara aman dan efisien sepanjang waktu. Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk menyalurkan listrik secara BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Pendahuluan Kebutuhan akan energi listrik yang handal dan kontinyu semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan beban. Penyaluran energi listrik diharapkan dapat berlangsung secara

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR :. TAHUN TENTANG

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR :. TAHUN TENTANG RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR :. TAHUN TENTANG KOMPENSASI ATAS TANAH, BANGUNAN DAN TANAMAN YANG DILINTASI TRANSMISI TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KONSEP TGL. 9-4-2003 RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Bab

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS ATAP RUMAH TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS MEDAN MAGNET DI BAWAH SUTT 150 KV

PENGARUH JENIS ATAP RUMAH TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS MEDAN MAGNET DI BAWAH SUTT 150 KV PENGARUH JENIS ATAP RUMAH TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS MEDAN MAGNET DI BAWAH SUTT 5 KV ) Erlyn Yulia, ) Sudarti, ) Yushardi ) Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Email erlynyulia8@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. listrik demi menjaga kelangsungan hidup mereka. Pada proses sistem tenaga. transmisikan dan didistribusikan kepada para konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. listrik demi menjaga kelangsungan hidup mereka. Pada proses sistem tenaga. transmisikan dan didistribusikan kepada para konsumen. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern seperti sekarang ini, listrik adalah salah satu komponen terpenting dalam kehidupan manusia. Hampir seluruh manusia membutuhkan listrik demi menjaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahan untuk bermukim. Beberapa diantara mereka akhirnya memilih untuk

BAB I PENDAHULUAN. lahan untuk bermukim. Beberapa diantara mereka akhirnya memilih untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di kota-kota besar di negara-negara dunia sering ditemukan adanya daerah kumuh atau pemukiman miskin. Daerah kumuh ini merupakan pertanda kuatnya gejala kemiskinan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah pulau sebanyak buah yang dikelilingi oleh garis pantai

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah pulau sebanyak buah yang dikelilingi oleh garis pantai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim dan tercatat sebagai negara kepulauan dengan jumlah pulau sebanyak 17.508 buah yang dikelilingi oleh garis pantai sepanjang 81.000

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Hambatan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang memiliki satuan Ohm. Satuan hambatan jika

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 3 2009 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa lingkungan

Lebih terperinci

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA 3.1. Pendahuluan Setiap bahan isolasi mempunyai kemampuan menahan tegangan yang terbatas. Keterbatasan kemampuan tegangan ini karena bahan isolasi bukanlah

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE 4.1. Konsep Dasar Rumah susun sederhana sewa di Kalurahan Pandean Lamper ini direncanakan untuk masyarakat berpenghasilan

Lebih terperinci

DAMPAK GEJALA MEDAN TINGGI PADA TRANSFORMATOR AKIBAT EFEK KORONA

DAMPAK GEJALA MEDAN TINGGI PADA TRANSFORMATOR AKIBAT EFEK KORONA DAMPAK GEJALA MEDAN TINGGI PADA TRANSFORMATOR AKIBAT EFEK KORONA Di Susun Oleh : Kelompok 2 1. AdityaEka 14.03.0.020 2. AnggaPrayoga. S 14.03.0.048 3. HasbiSagala 14.03.0.011 4. MuhammadIqbal 14.03.0.040

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS ATAP RUMAH TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS MEDAN MAGNET DI BAWAH SUTT 150 KV

PENGARUH JENIS ATAP RUMAH TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS MEDAN MAGNET DI BAWAH SUTT 150 KV PENGARUH JENIS ATAP RUMAH TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS MEDAN MAGNET DI BAWAH SUTT 5 KV ) Erlyn Yulia, ) Sudarti, ) Yushardi ) Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Email erlynyulia8@gmail.com

Lebih terperinci

Hubungan Radiasi Gelombang Elektromagnetik Dan Faktor Lain Dengan Keluhan Subyektif Pada Tenaga Kerja Industri Eletronik GE di Yogyakarta

Hubungan Radiasi Gelombang Elektromagnetik Dan Faktor Lain Dengan Keluhan Subyektif Pada Tenaga Kerja Industri Eletronik GE di Yogyakarta Hubungan Radiasi Gelombang Elektromagnetik Dan Faktor Lain Dengan Keluhan Subyektif Pada Tenaga Kerja Industri Eletronik GE di Yogyakarta Bina Kurniawan *), Ida Wahyuni *) *) Bagian Keselamatan Dan Kesehatan

Lebih terperinci

Jika massa jenis benda yang tercelup tersebut kg/m³, maka massanya adalah... A. 237 gram B. 395 gram C. 632 gram D.

Jika massa jenis benda yang tercelup tersebut kg/m³, maka massanya adalah... A. 237 gram B. 395 gram C. 632 gram D. 1. Perhatikan gambar. Jika pengukuran dimulai pada saat kedua jarum menunjuk nol, maka hasil pengukuran waktu adalah. A. 38,40 menit B. 40,38 menit C. 38 menit 40 detik D. 40 menit 38 detik 2. Perhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Radiasi nuklir merupakan suatu bentuk pancaran energi. Radiasi nuklir dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan kemampuannya mengionisasi partikel pada lintasan yang dilewatinya,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang tidak memerlukan. media untuk merambat. Paparan gelombang elektromagnetik dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang tidak memerlukan. media untuk merambat. Paparan gelombang elektromagnetik dapat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gelombang Elektromagnetik Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang tidak memerlukan media untuk merambat. Paparan gelombang elektromagnetik dapat menyebabkan penurunan berat

Lebih terperinci

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1.

Lebih terperinci

5.1.1 Bencana Lainnya A. Bencana Angin Puting Beliung Berdasarkan data yang diperoleh terdapat kejadian bencana yang diakibatkan oleh bencana angin

5.1.1 Bencana Lainnya A. Bencana Angin Puting Beliung Berdasarkan data yang diperoleh terdapat kejadian bencana yang diakibatkan oleh bencana angin 81 82 5.1.1 Bencana Lainnya A. Bencana Angin Puting Beliung Berdasarkan data yang diperoleh terdapat kejadian bencana yang diakibatkan oleh bencana angin topan juga termasuk angin putting beliung. Angin

Lebih terperinci

SOAL PERSIAPAN IPA-FISIKA TAHUN PELAJARAN

SOAL PERSIAPAN IPA-FISIKA TAHUN PELAJARAN SOAL PERSIAPAN IPA-FISIKA TAHUN PELAJARAN 2009 2010 LEMBAR SOAL Mata Pelajaran Sekolah KurikulumAcuan Waktu Kelas : IPA : Sekolah Menengah Pertama : KTSP : (120 menit) : IX PETUNJUK UMUM : 1. Tulis nama

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER

STUDI PERENCANAAN SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER Widen Lukmantono NRP 2209105033 Dosen Pembimbing Ir.Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng Ir.Teguh Yuwono JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, yaitu masuknya zat pencemar yang berbentuk gas, partikel kecil atau aerosol ke dalam udara (Soedomo,

Lebih terperinci

Ir. Nini Medan, 29 Maret 2007

Ir. Nini Medan, 29 Maret 2007 Ir. Nini Medan,, 29 Maret 2007 LATAR BELAKANG 1. SETIAP PEMBANGUNAN KETENAGALISTRIKAN DAPAT MENIMBULKAN DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN 2. TAHAPAN KEGIATAN PEMBANGUNAN TERDIRI DARI PRA KONSTRUKSI, KONSTRUKSI,

Lebih terperinci

B. Kegiatan Belajar. 1. Kegiatan Belajar 1 Muatan Listrik. a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran

B. Kegiatan Belajar. 1. Kegiatan Belajar 1 Muatan Listrik. a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran B. Kegiatan Belajar 1. Kegiatan Belajar 1 Muatan Listrik a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar 1, diharapkan Anda dapat: 1. Melakukan percobaan untuk memperoleh jenis muatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekstra Tinggi) adalah pendistribusian arus listrik dari sumber energi menuju

TINJAUAN PUSTAKA. Ekstra Tinggi) adalah pendistribusian arus listrik dari sumber energi menuju 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gelombang Elektromagnetik SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi) dan SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) adalah pendistribusian arus listrik dari sumber energi menuju daerah-daerah

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PENYULUHAN PROGRAM 5T CARA CERDAS PETANI MENGGUNAKAN PESTISIDA GUNA MEMINIMALISASI PENCEMARAN LINGKUNGAN BIDANG KEGIATAN: PKM-M Diusulkan oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia Merupakan negara kepulauan dan dua pertiga bagian wilayah indonesia berupa perairan. Namun demikian, Indonesia juga tidak lepas dari masalah yang

Lebih terperinci

1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran

1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran 1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran tersebut adalah.... A B. C D E 2. Sebuah perahu menyeberangi

Lebih terperinci

UKL DAN UPL TPA SAMPAH TALANGAGUNG KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG

UKL DAN UPL TPA SAMPAH TALANGAGUNG KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan pada dasarnya adalah usaha untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dengan jalan memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam yang dimiliki, namun disisi

Lebih terperinci

#2 Dualisme Partikel & Gelombang (Sifat Partikel dari Gelombang) Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya

#2 Dualisme Partikel & Gelombang (Sifat Partikel dari Gelombang) Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya #2 Dualisme Partikel & Gelombang (Sifat Partikel dari Gelombang) Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya Kerangka materi Tujuan: Memberikan pemahaman tentang sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses industri dipercepat untuk mendapatkan produksi semaksimal mungkin.

BAB I PENDAHULUAN. proses industri dipercepat untuk mendapatkan produksi semaksimal mungkin. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara-negara industri di kota-kota besar seluruh dunia, bising merupakan masalah utama kesehatan kerja. Sudah sejak dulu diketahui bahwa bising industri dapat

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL SELEKSI PPG SM3T 2015 MATA UJI: PENDIDIKAN IPA

KISI-KISI SOAL SELEKSI PPG SM3T 2015 MATA UJI: PENDIDIKAN IPA KISI-KISI SOAL SELEKSI PPG SM3T 2015 MATA UJI: PENDIDIKAN IPA Standar Kompetensi Guru Kompetensi Inti Guru Kompetensi Guru Mapel Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung

Lebih terperinci

EFISIENSI TUMBUHAN DALAM MEREDAM GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK (STUDI KASUS DI SUTT KOTA BENGKULU)

EFISIENSI TUMBUHAN DALAM MEREDAM GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK (STUDI KASUS DI SUTT KOTA BENGKULU) EFISIENSI TUMBUHAN DALAM MEREDAM GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK (STUDI KASUS DI SUTT KOTA BENGKULU) Arif Ismul Hadi, Rida Samdara & Hesna Nurliana Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

Pertanyaan Final (rebutan)

Pertanyaan Final (rebutan) Pertanyaan Final (rebutan) 1. Seseorang menjatuhkan diri dari atas atap sebuah gedung bertingkat yang cukup tinggi sambil menggenggam sebuah pensil. Setelah jatuh selama 2 sekon orang itu terkejut karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kalangan masyarakat. Perusahaan Listrik Negara (PLN) memiliki peran

I. PENDAHULUAN. kalangan masyarakat. Perusahaan Listrik Negara (PLN) memiliki peran I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran Perusahaan Listrik Negara (PLN) sangat dibutuhkan oleh selu ruh kalangan masyarakat. Perusahaan Listrik Negara (PLN) memiliki peran yang sangat penting

Lebih terperinci

memanfaatkan konsep efek fotolistrik. Efek ini akan muncul ketika cahaya mendorong elektron keluar dari benda tersebut yang jumlahnya dapat diukur

memanfaatkan konsep efek fotolistrik. Efek ini akan muncul ketika cahaya mendorong elektron keluar dari benda tersebut yang jumlahnya dapat diukur A. Latar Belakang Untuk membangkitkan tenaga listrik dari cahaya matahari kita mengenal istilah sel surya. Namun tahukah kita bahwa sel surya itu sebenarnya memanfaatkan konsep efek fotolistrik. Efek ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas praktikum fisika kami. Tujuan dari praktikum ini adalah membuat alat sederhana berdasarkan konsep fisika untuk kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang mudah dalam

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang mudah dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang mudah dalam penyaluran dan pemanfaatannya. Energi listrik dapat dengan mudah diubah ke dalam bentuk energi

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PENCEMARAN Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekaligus faktor utama penunjang pembangunan ekonomi karena peningkatan

I. PENDAHULUAN. sekaligus faktor utama penunjang pembangunan ekonomi karena peningkatan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbaikan kualitas penduduk merupakan tujuan pembangunan dan sekaligus faktor utama penunjang pembangunan ekonomi karena peningkatan kualitas penduduk berarti peningkatan

Lebih terperinci

Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan

Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan Salah satu jenis transportasi darat yang cukup diminati oleh masyarakat adalah kereta api. Perkeretaapian tidak saja memberi dampak yang positif bagi masyarakat sekitarnya,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MEDAN ELEKTROMAGNETIK DENGAN TRANSMISI ARUS SEARAH

HUBUNGAN ANTARA MEDAN ELEKTROMAGNETIK DENGAN TRANSMISI ARUS SEARAH HUBUNGAN ANTARA MEDAN ELEKTROMAGNETIK DENGAN TRANSMISI ARUS SEARAH KELOMPOK III JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 1 TUJUAN Mengetahui proses terjadinya induksi elektromagnetik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Proses terjadinya petir

BAB I PENDAHULUAN Proses terjadinya petir BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Petir Petir adalah suatu fenomena alam, terjadinya seringkali mengikuti peristiwa hujan baik hujan air atau hujan es, peristiwa ini dimulai dengan munculnya lidah api

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat vital bagi kehidupan. Tidak ada satupun makhluk hidup di bumi ini yang tidak membutuhkan air. Karena hampir semua aktivitas

Lebih terperinci

#2 Dualisme Partikel & Gelombang Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya

#2 Dualisme Partikel & Gelombang Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya #2 Dualisme Partikel & Gelombang Fisika Modern Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya Kerangka materi Tujuan: Memberikan pemahaman tentang sifat dualisme partikel dan gelombang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan eksplorasi minyak dan gas sebagaimana dilakukan oleh PT Lapindo Brantas, Inc. merupakan kegiatan survey seismic dan eksplorasi. Kegiatan tersebut merupakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 122 TAHUN 2010 SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 122 TAHUN 2010 SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 122 TAHUN 2010 SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan dambaan setiap manusia. Kesehatan menjadi syarat utama agar individu bisa mengoptimalkan potensi-potensi yang dimilikinya. Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia pembangunan disektor industri terus meningkat sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kegiatan manusia di dalam mengelola dan mengolah

Lebih terperinci

Petir : Volt Volt = Kvolt PLN : Sumber 1 KVolt Gardu 1000 Volt Rumah 220 Volt Baterei : 9 Volt, 1,5 Volt

Petir : Volt Volt = Kvolt PLN : Sumber 1 KVolt Gardu 1000 Volt Rumah 220 Volt Baterei : 9 Volt, 1,5 Volt Petir : 30.000 Volt 60.000 Volt = 30-60 Kvolt PLN : Sumber 1 KVolt Gardu 1000 Volt Rumah 220 Volt Baterei : 9 Volt, 1,5 Volt Tubuh Manusia: 70 milivolt = 0,07 Volt Biolistrik_02 Listrik Eksternal. Yang

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 815 K/30/MEM/2003 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 815 K/30/MEM/2003 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 815 K/30/MEM/2003 TENTANG PEMANFAATAN JARINGAN TENAGA LISTRIK UNTUK KEPENTINGAN TELEKOMUNIKASI, MULTIMEDIA, DAN INFORMATIKA MENTERI ENERGI DAN SUMBER

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA 301) Cahaya

Fisika Umum (MA 301) Cahaya Fisika Umum (MA 301) Topik hari ini (minggu 11) Cahaya Cahaya adalah Gelombang Elektromagnetik Apa itu Gelombang Elektromagnetik!!! Pendahuluan: Persamaan Maxwell Listrik dan magnet awalnya dianggap sebagai

Lebih terperinci

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU) Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU) 1 Pendahuluan Sungai adalah salah satu sumber daya alam yang banyak dijumpai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat tertentu.temperature kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabkan oleh gerakan

Lebih terperinci

PENCEMARAN TERHADAP LINGKUNGAN

PENCEMARAN TERHADAP LINGKUNGAN MAKALAH PENCEMARAN TERHADAP LINGKUNGAN Galih Pranowo Jurusan Matematika Ilmu Komputer FAKULTAS SAINS TERAPAN INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kita semua

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara A. Dasar Pemikiran Sejak satu dasawarsa terakhir masyarakat semakin

Lebih terperinci