6 th of April Youth Movement serta trending topic Twitter #Jan25 dan #Egypt

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "6 th of April Youth Movement serta trending topic Twitter #Jan25 dan #Egypt"

Transkripsi

1 117 BAB III SEBAB-SEBAB TERJADINYA KEKERASAN A. Penyebab Kekerasan Simbolik pada Revolusi Mesir 2011 Munculnya kekerasan simbolik lewat media jejaring sosial tidak jauh dilatarbelakangi oleh kejenuhan masyarakat Mesir terhadap rezim Hosni Mubarak. Mubarak dikenal sebagai pemimpin yang otoriter dan cenderung mementingkan kekuasaan kelompoknya semata. Pemerintahan yang otoritarian tersebut, cukup membungkam suara dan keberanian rakyat untuk menuntut Hosni Mubarak secara terang-terangan (lihat: Putri, 2015: 6). Munculnya gerakan Facebook WAAKS dan 6 th of April Youth Movement serta trending topic Twitter #Jan25 dan #Egypt adalah bentuk respon terhadap pemerintah dan langkah-langkah strategis untuk mengajak rakyat melakukan aksi protes secara bersama-sama. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, maka penyebab munculnya gerakan-gerakan media jejaring sosial adalah karena pemerintahan yang otoritarian yang melahirkan pembatasan-pembatasan hak suara masyarakat. Dari adanya pembatasan-pembatasan tersebut, lahir berbagai tindakan semena-memena oleh aparat terhadap masyarakat sipil yang mengkritik pemerintah. Hal ini jelas bertentangan dengan sistem demokrasi yang dianut oleh Mesir dan dijanjikan oleh Mubarak (Amalia, 2012: 58). Hosni Mubarak terpilih berkali-kali sebagai presiden pada pemilihan presiden 1987, 1993, 1999, dan Berdasarkan konstitusi, Dewan Rakyat punya peran kunci dalam memilih calon tunggal presiden Mesir (Historia: 2011). Sebelumnya pada akhir Februari 2005, Mubarak mengumumkan perubahan aturan pemilihan presiden Mesir menuju ke pemilu multi kandidat. Untuk pertama 117

2 118 kalinya sejak 1952, rakyat Mesir mendapat kesempatan untuk memilih langsung pemimpin dari daftar berbagai kandidat. Namun, perubahan aturan tersebut juga menerapkan berbagai batasan sehingga kandidat lain tidak dapat bersaing (Sitohang dan Rahman, 2001: 64). Mubarak membatasi kontak antar partai oposisi dengan rakyat. Mubarak juga melarang adanya koalisi antar partai politik oposisi. Hal ini merupakan kebebasan yang merugikan partai politik oposisi sebagai penyeimbang dan ingin berpartisipasi dalam perpolitikan di Mesir (Amalia: 2012: 58). Adapun tindakan represif terhadap rakyat adalah dengan mengintimadasi rakyat yang memilih partai oposisi. Rasa takut tentu lahir di tengah masyarakat karena dia mengetahui bahwa siapa saja yang menentang pemerintahan Mubarak akan dihukum. Oleh sebab itu, NDP yang menjadi basis politik Mubarak selalu mendapat dukungan penuh dari masyarakat sipil dan militer. Pembatasan organisasi-organisasi HAM dan berbagai lembaga non pemerintah yang ingin berdiri juga dilakukan (Gergez, 2002: 224). Nuansa otoritarian juga terlihat dari sisi kebebasan pers Mesir. Lembaga pers tidak dapat leluasa untuk menyalurkan aspirasi rakyat Mesir apalagi untuk mengkritik pemerintahan. Pemerintahan Mubarak dapat dengan mudah menangkap wartawan, memenjarakan, bahkan melarang hingga menutup pihak penerbit (Murtiaji dalam Amalia, 2012: 59). Oleh karena itu, para awak media lebih memilih untuk diam dari pada profesi mereka terancam oleh rezim Mubarak. Pengekangan kebebasan berekspresi lebih dilengkapi lagi dengan adanya Undang- Undang Security Act yang berisi bahwa pemerintah dengan bebas dapat menangkap siapa saja tanpa proses hukum (Sammy dalam Amalia, 2012: 59).

3 119 Pada masa pemerintahannya, Mubarak juga memberlakukan Undang- Undang Keadaan Darurat (UU Nomor 162 Tahun 1958) sejak berakhirnya Perang Enam Hari pada 1967 saat melawan Israel. UU tersebut awalnya berlaku selama 18 bulan di awal 1980-an, dan terus berlaku sejak pembunuhan Presiden Anwar Sadat tahun UU Darurat tersebut memperbesar kekuasaan polisi dan menangguhkan hak konstitusional warga negara, sensor disahkan, dan pemerintah dapat menjalankan individu tanpa batas waktu dan tanpa alasan. UU ini juga membatasi kegiatan politik apapun yang anti-pemerintah, termasuk demonstrasi jalanan, izin terhadap organisasi non-politik, dan memeriksa sumbangan keuangan yang tidak terdaftar (Tamburaka, 2011: ). Salah satu alasan yang dilontarkan adalah untuk melawan terorisme sekaligus mengontrol kelompok-kelompok Islam fundamentalis, termasuk IM. Mubarak beralasan, tanpa UU itu IM dapat naik ke pemerintahan dan menggoyahkan kestabilan politik di Mesir (Fitria dalam Fernando dan Harto, 2012: 2). Organisasi HAM Mesir menyatakan bahwa Mubarak menahan hingga sekitar orang tanpa alasan jelas, dan sekitar diantaranya adalah anggota IM, tanpa ada proses peradilan dan dituduh melakukan kejahatan politik (Fernando dan Harto, 2012: 2). Pada 2003, pemerintah membentuk Dewan Nasional Hak Asasi Manusia dan dipimpin oleh mantan Sekjen PBB, Boutros Boutros-Ghali yang bertanggung jawab langsung kepada presiden. Dewan tersebut mendapat kritikan keras dari para aktivis lokal. Mereka menilai bahwa organisasi tersebut melemahkan kerja mereka di Mesir dan sebagai alat propaganda pemerintah untuk alasan pelanggaran

4 120 dan memberikan legitimasi hukum represif seperti UU Darurat (Tamburaka, 2011: 73). IM dilarang menjadi kekuatan politik di Mesir sejak Mereka dituduh oleh rezim Gamal Abdul Nasser, Anwar Sadat, hingga Hosni Mubarak sebagai kelompok yang ingin melakukan makar, atau menjatuhkan pemerintahan yang sah (Tamburaka, 2011: 107). Nuansa otoritarian rezim Mubarak sudah sangat terlihat dengan adanya UU Darurat yang merugikan banyak pihak dengan alasan melindungi negara. UU ini akhirnya dicabut pasca lengsernya Hosni Mubarak karena merupakan salah satu tuntutan mutlak dalam revolusi 25 Januari (voaindonesia.com: 12 Agustus 2011). Beberapa organisasi HAM lokal dan internasional, termasuk Amnesty International dan HRW, telah bertahun-tahun mengkritik persoalan HAM di Mesir. Beberapa pelanggaran HAM paling serius, menurut laporan HRW 2006 di Mesir adalah penyiksaan rutin dan penahanan sewenang-wenang sebelum diadili oleh pihak keamanan negara dan militer. Pada 2007, Amnesty International merilis laporan dan mengkritik Mesir untuk penyiksaan dan penahanan illegal. Laporan tersebut menyebut bahwa Mesir telah menjadi pusat internasional untuk penyiksaan, dimana negara-negara lain mengirim tersangka untuk diinterogasi (Tamburaka, 2012: 72-73). Pengerahan pasukan berpakaian preman Baltagiya, yang dibayar oleh partai berkuasa Mubarak, menjadi ciri khas dari pemerintahan Mubarak. Organisasi HAM Mesir telah mendokumentasikan 567 kasus penyidikan, termasuk 167 kematian oleh polisi yang terjadi antara tahum 1993 dan 2007 (Tamburaka, 2011:

5 ). Hingga akhirnya kasus yang paling terkenal adalah kematian Khaled Said yang dibunuh oleh dua orang polisi. Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab gerakan Facebook, revolusi Mesir mulanya di gagas oleh 6 th of April Youth Movement. Tetapi kekerasan simbolik yang terjadi menjelang terjadinya revolusi 25 Januari diawali oleh gerakan We are all Khaled Said yang digagas oleh Wael Ghonim sebagai bentuk simpati dan penolakan terhadap pemerintah atas kekejian rezim terhadap rakyatnya sendiri. Gerakan tersebut akhirnya mampu mempengaruhi rakyat mesir secara umum dengan di dukung oleh para aktivis muda Mesir. Kebrutalan polisi terhadap Khaled Said ini dapat dinilai sebagai dampak dari adanya UU Darurat yang memberikan kekuatan kepada lembaga tersebut. Jatuhnya rezim Ben Ali di Tunisia juga memberikan dampak besar bagi rakyat Mesir. Mereka terinspirasi dari keberhasilan rakyatnya yang juga menggunakan Facebook dan Twitter untuk mengumpulkan massa (dw.com: 15 April 2013). Hal ini berbeda dengan Mesir yang mana Facebook dan Twitter berpengaruh besar terhadap pecahnya revolusi Mesir Rendahnya kemampuan pers untuk menyalurkan aspirasi rakyat juga membuat media jejaring sosial menjadi wadah yang praktis dan efektif untuk menggiring opini publik dalam mewujudkan wacana revolusi 25 Januari B. Penyebab Kekerasan Fisik pada Revolusi Mesir 2011 dan Kekerasan Fisik pada Revolusi Mesir 2011 a. Serangan Polisi dan Pendukung Mubarak Jatuhnya pemerintahan Hosni Mubarak pada tanggal 11 Februari telah melalui proses yang rumit selama 18 hari. Pada awalnya Mubarak tetap memilih

6 122 untuk bertahan dan meredam kemarahan rakyat yang berpusat di Tahrir Square. Namun, desakan rakyat dari segala arah menandingi kekuatan tahkta Mubarak yang telah dibangun selama 30 tahun lamanya. Meningkatnya kekerasan yang dilakukan oleh massa penuntut Mubarak terjadi secara alamiah dan sebagai bentuk perlawanan. Pada permulaan terjadinya revolusi, Mubarak menggunakan aparat kepolisian untuk membubarkan massa secara kasar. Penggunaan gas air mata oleh polisi terhadap demonstran justru menimbulkan kekecewaan dan menambah kemarahan rakyat terhadap pemerintah (aljazeera.com: 14 Februari 2011). Contoh lainnya, kekerasan yang terjadi di kota El-Kharga antara polisi dan demonstran pada 9 Februari Serangan tembakan peluru tajam dilakukan pertama kali oleh pihak polisi. Tembakan tersebut ditujukan untuk menghalau dan membubarkan demonstran dari tempat mereka melangsungkan aksi demonstrasi. Massa yang sudah lebih dari satu minggu berjuang untuk menuntut turunnya rezim semakin marah dan membalas tembakan tersebut dengan membakar tujuh bangunan pemerintah, termasuk dua kantor polisi, satu barak polisi, satu gedung pengadilan, dan markas lokal partai NDP (Kompas, 2011: 8). Peristiwa semacam itu hampir terjadi setiap hari dan selalu didahului oleh serangan polisi atau pendukung Mubarak. Kerasnya masyarakat yang tidak mau dibubarkan melambangkan bahwa kejenuhan terhadap Mubarak telah mencapai titik teratas dan tidak dapat ditawar. Hal tersebut sesuai dengan prinsip hegemoni yang mana pemerintahan akan jatuh apabila dilakukan dengan cara penekanan bahkan terlihat seperti makhluk asing dari rakyatnya sendiri (Bocock, 2007: 40-41).

7 123 Kekejaman polisi anti huru hara sudah dikenal oleh masyarakat Mesir sejak lama. Citra polisi juga semakin buruk akibat banyaknya penyiksaan-penyiksaan yang dilakukan oleh polisi terhadap masyarakat (Burdah, Wawancara, Yogyakarta: 4 Januari 2016). Hal ini membuat para demonstran semakin membrutal untuk melawan pasukan pengamanan yang dikendalikan oleh Mubarak. Seperti contohnya pelemparan batu dan penggunaan bom molotov untuk melawan aparat kepolisian. Akhirnya, aksi saling membalas serangan baik menggunakan senjata maupun bentrokan fisik terus terjadi. Selain perlawanan dari aparat kepolisian, massa pendukung Mubarak juga menyerang para demonstran sambil menggunakan unta, kuda dan memegang pentungan (Kompas, 2011: 11). Peristiwa tersebut tentu membuat pengunjuk rasa panik sekaligus semakin marah dengan perlakuan Mubarak yang seolah acuh dan tidak mengutamakan keselamatan rakyatnya. Kegagalan Mubarak dalam membawa Mesir menuju negara yang demokratis semakin memperlihatkan kediktatoran pemerintahannya. Akibatnya, kekerasan tidak dapat dibendung dan terus terjadi hingga Mubarak lengser dari jabatannya. Adapun kekerasan seksual yang dialami oleh para wartawan wanita dikarenakan karena semakin hilangnya konsentrasi pasukan keamanan Mesir. Jutaan massa yang turun kejalan menyebabkan kekacauan nasional yang sulit dikendalikan. Pelaku pelecehan seksual juga bukan hanya terdiri dari masyarakat sipil, melainkan juga dari para demonstran penuntut Mubarak atau dari para pendukung Mubarak yang marah karena tuntutan pengunjuk rasa tercapai. Permasalahan kekerasan seksual yang terus terjadi selama revolusi menjadi problematika yang cukup kompleks. Pada satu sisi, perempuan Mesir mempunyai

8 124 hak yang sama kedudukannya dengan laki-laki dalam memperjuangkan negaranya. Begitu halnya dengan wartawan asing yang berani meliput kejadian secara langsung dari tempat kejadian perkara. Mereka merasa bahwa itu merupakan tanggung jawab dan profesionalitas kerja. Tetapi kembali lagi pada kondisi keamanan Mesir yang sangat tidak stabil menyebabkan lemahnya perlindungan kepada setiap orang. Ditambah dengan budaya orang Mesir yang menganggap wanita tidak sepantasnya ikut berdemonstrasi. b. Informasi dari Media Jejaring Sosial Informasi seputar kabar terkini tentang peristiwa-peristiwa mengenaskan terus tersedia setiap saat melalui media jejaring sosial. Gerakan Facebook WAAKS dan 6 th of April Youth Movement berperan aktif dalam memberitakan kekerasan-kekerasan yang terjadi di lapangan (Putri, 2015: 7-8). Selain itu, masyarakat juga ikut berpartisipasi mengabarkan situasi terkini melalui Twitter (lihat: Iddle dan Nuns, 2011: ). Wacana yang diberitakan oleh media sosial cukup banyak berpengaruh dalam membentuk suatu opini masyarakat dan bagaimana masyarakat tersebut akan bereaksi terhadap suatu pemberitaan. Media sosial telah memungkinkan penggunanya membuat berita sesuai dengan apa yang penciptanya inginkan (Putri, 2015: 7). Kebebasan dalam mempeluas informasi dalam bentuk yang vulgar dan tanpa proses editing dan sensor adalah kelebihan dari media jejaring sosial. Kecepatan media sosial dalam memberitakan suatu kejadian juga lebih cepat dibandingkan dengan media cetak yang membutuhkan waktu lebih lama untuk memberitakan hasil liputan.

9 125 Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Facebook digunakan untuk mengatur jadwal aksi demontrasi, dan Twitter sebagai sarana komunikasi antar demonstran (yang mungkin tidak pernah saling bertemu atau berkenalan langsung). Hubungan media jejaring sosial ini sangat membantu demonstran untuk menyebarluaskan informasi terkini di lapangan yang dampaknya adalah bertambahnya perlawanan masyarakat terhadap pihak-pihak yang membela dan mendukung Mubarak. 2. Kekerasan Fisik pada Revolusi Mesir 2013 Setahun setelah Mesir menggelar pesta demokrasi dengan diselenggarakannya pemilu parlemen dan presiden, aksi protes besar-besaran kembali terjadi. Aksi protes yang ditujukan untuk menurunkan Mursi ini adalah kehendak mayoritas rakyat mesir yang tidak puas dengan kepemimpinan presiden Mursi selama satu tahun (Jalaludin, Kuesioner, Kairo: 5 Februari 2016). Dekrit Presiden yang dibuat oleh Presiden Mursi juga memberikan stigma negatif terhadap dirinya sendiri. Kebijakannya seolah menjadi bumerang dan membawa karir politiknya pada situasi yang tidak aman. Keberanian Mursi ini memunculkan dilema yang luar biasa pada pemerintahannya, sebab menurutnya memperkuat posisinya sebagai kepala negara dan mempercepat pemulihan konstitusi adalah satu-satunya cara untuk menstabilkan kondisi Mesir (Huriyah, 2015: 68-69). Kubu sekuler dan nasionalis pada akhirnya kembali menghimpun kekuatan politik untuk melayangkan tuntutan kepada Muhammad Mursi agar bersedia berbagai kekuasaan dan tidak mementingkan kelompoknya semata (baca: Ikhwa>nul Muslimi>n). Selain para tokoh elit politik, rakyat juga menilai bahwa

10 126 kepemimpinan presiden Mursi terlalu memihak kepada IM. (Jalaludin, Kuesioner, Kairo: 5 Februari 2016). Situasi politik juga semakin panas akibat pihak militer ikut turun tangan menyelesaikan perseteruan tersebut. Menurunnya tingkat keamanan Mesir dan semakin hilangnya kondusifitas perpolitikan Mesir membuat militer ikut turun tangan dan secara tidak langsung menjadi lawan politik Mubarak. Dalam hal ini, kelompok militer diwakili oleh Jenderal Abdul Fatah Al-Sisi yang menjadi menteri pertahanan pada era Muhammad Mursi. Tindakan militer ini juga mendapat dukungan dari berbagai kalangan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Berdasarkan penjelasan singkat diatas maka penyebab pecahnya aksi protes massa yang melahirkan kembali kekerasan-kekerasan fisik di Mesir ditengarai oleh tiga hal, pertama adalah kebijakan kontroversial Mursi, seruan oposisi kepada masyarakat Mesir, dan intervensi militer yang bertindak sebagai policy maker. a. Kebijakan Kontroversial Muhammad Mursi Pada awal masa pemerintahan Mursi, mayoritas rakyat Mesir sangat mendukung dan mempercayai kemampuan Mursi untuk membawa Mesir kearah yang lebih baik (Huriyah, 2013: 8). Mursi juga mendapat dukungan penuh dari Presiden AS, Barack Obama karena Mursi berjanji akan menjunjung tinggi nilainilai demokrasi dan kebebasan berpendapat seluruh elemen masyarakat Mesir (Hanifa, Wawancara, Jakarta: 10 November 2015). Kebijakan Mursi dalam bidang politik dalam negeri berupa Dekrit Presiden dan referendum tanggal 22 November 2012 menuai protes dari berbagai kalangan. Presiden Mursi mengeluarkan Dekrit Presiden yang terdiri dari enam butir. Intisari dari setiap poin dekrit tersebut adalah :

11 127 1) Penyelidikan pembunuhan atau penggunaan kekerasan atau kekejaman terhadap demonstran pada revolusi Mesir 2011 akan kembali dilakukan. Pejabat politik dan eksekutif dari rezim yang terlibat dalam kasus ini akan diadili kembali sesuai dengan UU tentang Perlindungan Revolusi dan undang-undang lainnya. 2) Semua deklarasi konstitusional, hukum dan keputusan yang dibuat sejak Presiden Muhammad Mursi berkuasa tanggal 30 Juni 2012 tidak dapat diajukan banding atau dibatalkan oleh pihak manapun sampai konstitusi baru telah diratifikasi dan parlemen baru telah terpilih. 3) Mencabut jabatan Abdul Maguid Mahmud sebagai Jaksa Agung dan menggantikannya dengan Talaat Ibrahim yang langsung dipilih oleh Presiden Muhammad Mursi untuk masa jabatan selama empat tahun. 4) Memperpanjang masa kerja Dewan Konstituante selama dua bulan untuk menulis kontitusi baru Mesir. Pasal 6 dari Deklarasi Konstitusi 30 Maret 2011 menyatakan bahwa majelis akan menyelesaikan draft dalam waktu enam bulan dari pembentukannya, tetapi diubah menjadi delapan bulan. 5) Hakim tidak mempunyai kuasa untuk membubarkan Konstituante atau Dewan Syura. 6) Presiden berwenang untuk mengambil langkah-langkah strategis yang dinilai perlu untuk melindungi amanat revolusi dan persatuan nasional/keamanan nasional (egyptindependent.com: 22 November 2012). 1 Secara tersirat isi dekrit tersebut mengancam posisi kelompok pro rezim Mubarak dan kelompok oposisi. Pasalnya, pihak oposisi menganggap 1 Teks asli terlampir

12 128 kelompoknya tak diberi ruang dalam kebijakan-kebijakan pemerintahan Mursi. Sedangkan pengikut Mubarak yang dinilai masih bertengger di lembaga-lembaga tinggi negara dinilai masih menampakan loyalitasnya pada mantan presiden Mesir, Hosni Mubarak. Di samping itu, dekrit tersebut dimaksudkan untuk memberi tameng hukum bagi majelis penulis konstitusi baru Mesir guna mengakomodasi amanat revolusi Mesir (Huriyah, 201: 68). Sebulan kemudian digelar referendum untuk memutuskan konstitusi baru yang menjamin posisi presiden agar tidak mudah dijatuhkan oleh Jaksa Agung (Ramly dan Irenewaty, 2015: 96). Langkah ini dapat dinilai salah satu upaya Mursi agar posisi presiden kuat dan kebal akan upaya-upaya pelemahan dari pihak-pihak yang bersebrangan dengannya. Namun disisi lain, kebijakan ini juga dianggap oleh banyak kalangan sebagai pelanggaran nilai-nilai demokrasi Mesir yang sedang dibangun oleh seluruh elemen. Dalam era demokrasi, perbedaan pendapat dan pandangan itu diberi toleransi. Dekrit Presiden Mursi muncul di tengah kebuntuan jalan menuju citacita revolusi Mesir. Namun, Dekrit tersebut langsung ditanggapi dengan aksi-aksi anarkis massa yang terprovokasi lawan-lawan FJP yang gagal meraih kekuasaan. Sejumlah kantor perwakilan IM dan kantor perwakilan partai di bakar massa yang tak sepakat dengan dekrit tersebut (Huriyah, 2015: 67). Selain dekrit Presiden, dengan adanya dominasi Ikhwa>nul Muslimi>n menjadikan posisi lawan politik Mubarak militer semakin lemah. Sebanyak 13 dari 27 provinis di Mesir dipimpin oleh seorang gubernur yang berasal dengan IM (Kompas, 2013: 1). Hal ini berdampak pada mindset kubu oposisi bahwa Mursi

13 129 akan menjadi pemimpin yang otoriter dan akan memperluas kekuasaan IM di ranah perpolitikan Mesir. Pada saat terjadinya aksi demonstrasi, massa penentang Mursi juga melakukan serangan terhadap markas-markas IM. Para pengkritik Mursi menganggap bahwa markas IM adalah pusat kekuasaan negara sebenarnya. Mereka menuduh pemimpin ritual IM, Mohammad Badie dan wakilnya El-Shater, yang mengendalikan negaranya (Kompas, 2013: 1). Meskipun tuduhan-tuduhan tersebut belum terbukti secara benar, opini masyarakat Mesir telah terbentuk dan menimbulkan sikap apatis terhadap Presiden Muhammad Mursi akibat trauma mendalam saat rezim Hosni Mubarak berkuasa. Terlepas dari kebijakan Mursi diatas, pertumbuhan ekonomi Mesir juga tidak kunjung membaik. Mursi dinilai belum memenuhi janji-janjinya memperbaiki ekonomi Mesir. Ekonomi Mesir justru memburuk dan lawan-lawan politiknya menilai bahwa Mursi mulai terlihat otoriter seperti Mubarak karena menolak berkompromi dengan kepentingan banyak pihak dalam menyusun kebijakan-kebijakan strategis (viva.co.id: 1 Juli 2013). Kebijakan-kebijakan Mursi seperti yang disebutkan diatas adalah kebijakan yang paling mendasari munculnya gerakan perlawanan dari pihak oposisi. Penguatan politik yang dilakukan oleh Mursi pada dasarnya untuk menjaga amanat revolusi Mesir 2011 dan memudahkan kinerja pemerintah dalam memperbaiki sendi-sendi permasalahan Mesir khususnya bidang ekonomi yang telah anjlok. Namun cara kerja Mursi yang sangat kontras dan dinilai kontroversial ini justru malah menimbulkan bumerang terhadap kelanggengan kekuasaannya.

14 130 b. Seruan Oposisi Pihak oposisi yang menamakan diri sebagai Tamarod mempunyai peran besar dalam aksi demonstrasi yang terjadi di kota-kota Mesir. Jika belajar dari peristiwa revolusi Mesir yang terjadi pada 2011, maka pelajaran yang dapat diambil adalah besarnya kekuatan rakyat dapat menumbangkan rezim. Pihak oposisi dalam pemerintahan tentu membutuhkan dukungan dari masyarakat Mesir untuk menekan Mursi dan menyebarkan rasa takut kepada para pendukung Mursi. Tamarod memotori demonstrasi untuk mengultimatum Mursi agar mundur selambat-lambatnya pada 2 Juli 2013 pukul 5 sore waktu setempat. Tamarod juga mengancam akan kembali mengerahkan massa dalam jumlah lebih besar dan akan ada pembangkangan sipil besar-besaran jika Mursi tidak bersedia turun dari jabatannya (Viva News: 1 Juli 2013). Selain mengultimatum Mursi, pihak oposisi juga menyerukan rakyat Mesir agar bersatu untuk menuntut Mursi turun dari jabatannya (Kompas, 2011: 1). Mohammad El-Baradei yang sebelumnya menjadi tokoh penting dalam revolusi Mesir 2011 kembali ikut andil dalam pelengseran Mursi (tempo.co: 15 Agustus 2013). El-Baradei meminta seluruh warga Mesir ikut ambil bagian dalam rencana aksi protes besar-besaran yang akan mulai digelar pada minggu 30 Juni 2013 untuk menggulingkan Presiden Muhammad Mursi. El-Baradei juga menyerukan agar rakyat Mesir mendesak tuntutan pemilu ulang dipercepat (politikindonesia.com: 30 Juni 2013). Posisi IM semakin terjepit karena semakin maraknya kekerasan yang terjadi di Mesir. Kekerasan-kekerasan antar kubu ini dapat dipandang sebagai perang saudara yang dilatarbelakangi oleh perbedaan pandangan terhadap kepemimpinan

15 131 Muhammad Mursi. Seruan-seruan yang terus dilayangkan oleh pihak oposisi secara tidak langsung mempengaruhi emosi para penentang Mursi dan semakin membrutal terhadap siapa saja yang membela Mursi. Keteguhan Mursi pada pilihannya dan menghiraukan tuntutan-tuntutan pihak oposisi justru menambah kemarahan rakyat. Peristiwa semacam ini sudah terlihat pada revolusi 2011, dimana ketika Mubarak tetap bersikeras untuk bertahan pada kursi kepresidenan, kebrutalan masyarakat justru semakin meningkat bahkan berperang melawan polisi yang merupakan aparatur negara. Menurut penjelasan Setyawati (2016), bergolaknya massa yang menuntut Mursi digerakkan oleh kekuatan besar di Mesir. Dalam hal ini adalah pihak militer yang dipimpin oleh Jenderal Abdul Fatah Al-Sisi. Al-Sisi pada akhirnya juga berbelot dan berada di kubu oposisi untuk menentang Mursi (Setyawati, Wawancara, Yogyakarta: 21 Januari 2016). Namun sikap yang diambil adalah memberikan Mursi tenggat 48 jam untuk memenuhi semua tuntutan pihak oposisi. Terkait permasalahan kekersan seksual di Mesir pada revolusi 2013, penyebab utama tidak jauh seperti pada revolusi Banyak perempuanperempuan Mesir yang memilih untuk memperjuangkan kehidupan yang layak karena semakin buruknya ekonomi negara. Namun pada akhirnya mereka malah menjadi korban kekerasan seksual oleh kelompok-kelompok orang yang tidak dikenal. Selain para pengunjuk rasa, para kaum hawa dari pihak pendukung Mursi juga banyak yang mengalami hal serupa. Menurut pemberitaan BBC, kekerasan seksual tersebut digunakan sebagai alat untuk membungkam pengunjuk rasa dari kedua kubu tersebut (bbc.com: 24 Oktober 2013).

16 132 c. Intervensi Militer dan Dukungan Pihak Asing Hegemoni kekuasaan militer seakan kembali bangkit dari tidurnya. Aksi protes yang semakin membawa Mesir menjadi semakin terpuruk membuat militer berusaha memediasi antara pemerintah dengan rakyat. Namun presiden Mursi tidak menerima mediasi tersebut. Maka demi menjaga keutuhan negara, militer melengserkan presiden dan tampuk pimpinan negara diserahkan kepada ketua mahkamah konstitusi sesuai konstitusi Mesir (Jalaludin, Kuesioner, Kairo: 5 Februari 2016). Keberanian militer dalam melengserkan Mursi lewat kudeta bukan lagi menjadi hal yang mengejutkan. Pasalnya, kudeta pimpinan negara sudah pernah terjadi sebelumnya pada tahun 1952 ketika Mesir masih dipimpin oleh Raja Farouk. Sehingga kita dapat melihat budaya pergantian pemimpin Mesir yaitu dengan penggulingan paksa atau dengan upaya pembunuhan (Setyawati, Wawancara, Yogyakarta: 21 Januari 2016). Meskipun pada dasarnya, pemerintahan Mubarak jauh lebih nyata menerapkan pemeritahan yang diktator, Mursi juga dianggap akan mengikuti jejak Mubarak jika tidak dihentikan. Militer sebagai badan yang sudah menguasai sendisendi pemerintaha Mesir menjadi pengendali terakhir saat negara mengalami krisis dan saat penduduk Mesir mulai mendesak tentara dalam penurunan Mursi (Sudrajad, Kuesioner, Kairo: 1 Februari 2016). Terlepas dari hubungan militer dan pihak oposisi dalam serangkaian agenda penurunan Mursi, pihak luar juga ikut andil dalam mendukung langkah-langkah militer untuk mengambil alih pemerintahan Mesir. Arab Saudi (ketika masih di pimpin oleh Raja Abdullah) termasuk negara pertama yang mendukung tindakan

17 133 militer terhadap para pendukung Mursi dan kudeta Presiden Mursi. Raja Abdullah ketika itu menyatakan bahwa Mesir harus dilindungi dari aksi-aksi terorisme. Dia juga mendesak negara-negara Arab agar menolak berbagai upaya yang membuat Mesir tidak stabil. Selain Arab Saudi, Uni Emirat Arab Bahrain, dan Kuwait juga mendukung kudeta oleh militer (Antara News: 17 Agustus 2013). Selain Arab Saudi, sekutu utama Mesir pada masa Hosni Mubarak, Amerika Serikat juga belakangan justru berada di pihak oposisi dan mendukung militer. Meskipun pada awalnya tuduhan keterlibatan AS dalam aksi penggulingan Presiden Mursi dinilai sebagai tuduhan yang emosional, sikap diam AS terhadap aksi pembubaran paksa oleh militer dan kudeta terhadap Mursi justru mengkonfirmasi tuduhan tersebut (Agastya, 2013: 83). AS sebagai negara yang selalu mengangkat tinggi bendera demokrasi, seharusnya mengecam tindakan militer yang tidak mencerminkan prinsip dalam demokrasi. Namun pada kenyataannya kekuatan politik Islam tidak mendapat dukungan dari AS dan negara-negara barat. Jika kekuatan tersebut berhaluan nasionalis atau sekuler, dukungan penuh akan diberikan oleh AS. (Setyawati, Wawancara, Yogyakarta: 21 Januari 2016). Adapun Israel yang mempunyai ikatan perjanjian Camp David tentu tidak mendukung Muhammad Mursi yang berasal dari kelompok IM. Menurut Setyawati (2016) Israel mempunyai kekhawatiran yang besar jika Mursi terus berkuasa di Mesir (Setyawati, Wawancara, Yogyakarta: 21 Januari 2016). Dikatakan juga oleh Benjamin Miller 2 ketakutan utama Israel adalah apabila golongan Islam Fundamentalis seperti IM berkuasa di Mesir. Beberapa kalangan 2 Pakar Timur Tengah Haifa University, Israel.

18 134 di Israel juga menyayangkan sikap AS yang mendukung masyarakat Mesir dalam melengserkan Hosni Mubarak pada revolusi Mesir 2011 (Kompas, 2011: 11). Maka dari itu, serangkaian kekerasan fisik yang terjadi pada revolusi Mesir 2013 tidak jauh bermula dari kebijakan-kebijakan Mursi yang sangat mencolok dan terkesan terburu-buru. Momentum ini dimanfaatkan oleh Tamarod selaku kelompok oposisi untuk menghimpun dukungan dari masyarakat yang tidak setuju dengan berbagai kebijakan strategis Mursi. Agenda penurunan Mursi dari jabatannya dilancarkan dengan turunya militer dengan mengintervensi para pendukung Mursi yang melawan massa penuntut. Langkah-langkah militer ini juga ternyata mendapatkan dukungan penuh dari pihak-pihak asing. Selain dari pihak asing, kaum minoritas Mesir, Kristen Koptik, juga mendukung langkah militer. Pendeta Alex Samuel Uryat 3, mengatakan bahwa pemerintahan Mursi sangat buruk dibandingkan ketika Al-Sisi telah menjadi presiden Mesir. Pada saat Era Mursi, mereka pernah beberapa kali mengalami ancaman dan teror dari kelompok tertentu namun belum bisa dikatakan siapa pelaku dibalik terror tersebut. Uryat bahkan mengatakan bahwa peristiwa turunnya Mursi bukanlah sebuah kudeta, melainkan pembebasan (intifa>dha) yang didukung oleh semua bangsa Mesir (Uryat, Wawancara, Fustat: 3 Februari 2016). 3 Pendeta Kristen Koptik Gereja Gantung (Al-Kani>sah Al-Muallaqa>t) di Fustat, Mesir. Wawancara dilakukan oleh responden Gun Gun Gunawan untuk mengetahui pendapat mereka tentang pemerintahan Presiden Muhammad Mursi.

Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Ketiga dapat dikatakan benar. Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami proses demokrasi

Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Ketiga dapat dikatakan benar. Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami proses demokrasi Rani Apriliani Aditya 6211111049 Hubungan Internasional 2011 Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Apa yang diprediksikan oleh Huntington dalam bukunya Gelombang Demokrasi Ketiga dapat dikatakan benar.

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN Prosperity Outhority faktor sosial ekonomi politik

BAB IV KESIMPULAN Prosperity Outhority faktor sosial ekonomi politik BAB IV KESIMPULAN Setelah melakukan beberapa analisa data melalui pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan penelitian ini kedalam beberapa hal pokok untuk menjawab pertanyaan

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial BAB V Kesimpulan Berdasarkan tulisan diatas, dapat diambil argumen bahwa Media memiliki peranan yang sangat penting dalam isu politik dan hubungan internasional. Di kawasan Mesir dan Suriah bisa dikatakan

Lebih terperinci

Mempertahankan sistem militer dan sistem demokrasi sama saja memperpanjang kolonialisme. Pilihan satu-satunya adalah khilafah.

Mempertahankan sistem militer dan sistem demokrasi sama saja memperpanjang kolonialisme. Pilihan satu-satunya adalah khilafah. Mempertahankan sistem militer dan sistem demokrasi sama saja memperpanjang kolonialisme. Pilihan satu-satunya adalah khilafah. Luka itu belum sembuh. Mesin perang tentara dan polisi Mesir mengoyak-ngoyak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. di Kerajaan Saudi. Ulama berperan dalam mendukung segala kebijakan-kebijakan

BAB V KESIMPULAN. di Kerajaan Saudi. Ulama berperan dalam mendukung segala kebijakan-kebijakan BAB V KESIMPULAN Ulama merupakan salah satu entitas yang penting dalam dinamika politik di Kerajaan Saudi. Ulama berperan dalam mendukung segala kebijakan-kebijakan pemerintah atau kerajaan dan mengkafirkan

Lebih terperinci

Semua yang terjadi di Mesir tak lepas dari kepentingan Amerika. Hubungan militer Mesir dan Amerika sangat erat.

Semua yang terjadi di Mesir tak lepas dari kepentingan Amerika. Hubungan militer Mesir dan Amerika sangat erat. Semua yang terjadi di Mesir tak lepas dari kepentingan Amerika. Hubungan militer Mesir dan Amerika sangat erat. Detik demi detik perubahan di Mesir tidak lepas dari restu Amerika Serikat. Ketika Jenderal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator BAB V KESIMPULAN Amerika serikat adalah sebagai negara adidaya dan sangat berpengaruh di dunia internasional dalam kebijakan luar negerinya banyak melakukan berbagai intervensi bahkan invasi dikawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi ini akan membahas tentang pemerintah otoriter Mesir di bawah

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi ini akan membahas tentang pemerintah otoriter Mesir di bawah BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Skripsi ini akan membahas tentang pemerintah otoriter Mesir di bawah Presiden Abdel Fattah Al Sisi pasca kudeta militer tahun 2013 yang berhasil menumbangkan

Lebih terperinci

Tentara sekali lagi membuktikan mereka adalah kekuatan nyata di negeri itu. Tidak berubah.

Tentara sekali lagi membuktikan mereka adalah kekuatan nyata di negeri itu. Tidak berubah. Tentara sekali lagi membuktikan mereka adalah kekuatan nyata di negeri itu. Tidak berubah. Boleh jadi mantan Presiden Mesir Husni Mubarak tertawa di dalam penjara. Penggantinya Muhammad Mursi tak bisa

Lebih terperinci

BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian antar negara-negara

BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian antar negara-negara BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH A. Alasan Pemilihan Judul Liga Arab adalah organisasi yang beranggotakan dari negara-negara Arab. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan

Lebih terperinci

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja Lampiran Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Maret 2011 Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja membuat graffiti politik, puluhan orang tewas ketika pasukan keamanan menindak Demonstran Mei

Lebih terperinci

BAB II PEMERINTAHAN OTORITER DAN TRANSISI DEMOKRASI DI MESIR. kekuasaan Raja Farouk pada tahun Pasca kudeta, hingga tahun 2011 secara

BAB II PEMERINTAHAN OTORITER DAN TRANSISI DEMOKRASI DI MESIR. kekuasaan Raja Farouk pada tahun Pasca kudeta, hingga tahun 2011 secara BAB II PEMERINTAHAN OTORITER DAN TRANSISI DEMOKRASI DI MESIR Secara historis, dinamika politik pemerintahan Mesir tidak terlepas dari genggaman kalangan militer yang otoriter. Militer telah menguasai Mesir

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi politik di Pakistan tak pernah jauh dari pemberitaan media internasional, kekacauan politik seolah menjadi citra buruk di mata internasional. Kekacauan

Lebih terperinci

مظاهرات بمصر احتفاء بثورة (Skematik)

مظاهرات بمصر احتفاء بثورة (Skematik) LAMPIRAN Kerangka Analisis Data Teks Berita 1 dari www.aljazeera.net Struktur Wacana Elemen Temuan Struktur Makro Topik/Tema Demonstrasi yang mendukung revolusi Arab Superstruktur Judul مظاهرات بمصر احتفاء

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia 68 BAB IV KESIMPULAN Pasca berakhirnya perang saudara di Spanyol pada tahun 1939, Francisco Franco langsung menyatakan dirinya sebagai El Claudilo atau pemimpin yang menggunakan kekuasaannya dengan menerapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, bebas dan jujur.tetapi pemilihan umum 1955 menghasilkan

Lebih terperinci

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 Oleh: Muh. Miftachun Niam (08430008) Natashia Cecillia Angelina (09430028) ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kebijakan isolasi untuk menutup negara Myanmar dari dunia internasional. Semua. aspek kehidupan mulai dari politik, ekonomi, hukum

BAB V PENUTUP. kebijakan isolasi untuk menutup negara Myanmar dari dunia internasional. Semua. aspek kehidupan mulai dari politik, ekonomi, hukum BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Negara Myanmar telah diperintah oleh junta militer sejak tahun 1962 melalui sebuah kudeta yang menggeser sistem demokrasi parlemen yang telah diterapkan sejak awal kemerdekaannya

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1979 TENTANG EKSTRADISI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1979 TENTANG EKSTRADISI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1979 TENTANG EKSTRADISI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa Koninklijk Besluit van 8 Mei 1883 No. 26 (Staatsblad 1883-188) tentang

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

BAB III RESPON TERHADAP PEMERINTAHAN TRANSISI ADLY MANSOUR. pemerintahan transisi yang dipimpin oleh Adly Mansour pada saat setelah kudeta.

BAB III RESPON TERHADAP PEMERINTAHAN TRANSISI ADLY MANSOUR. pemerintahan transisi yang dipimpin oleh Adly Mansour pada saat setelah kudeta. BAB III RESPON TERHADAP PEMERINTAHAN TRANSISI ADLY MANSOUR Pada bab ini, penulis menjelaskan posisi Ikhwanul Muslimin pada masa pemerintahan transisi yang dipimpin oleh Adly Mansour pada saat setelah kudeta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak masa reformasi ditandai dengan adanya kebebasan terhadap pers dalam

BAB I PENDAHULUAN. sejak masa reformasi ditandai dengan adanya kebebasan terhadap pers dalam 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan media massa di Indonesia yang berkembang pesat terutama sejak masa reformasi ditandai dengan adanya kebebasan terhadap pers dalam menyajikan beragam

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan BAB V KESIMPULAN Arab Saudi merupakan negara dengan bentuk monarki absolut yang masih bertahan hingga saat ini. Namun pada prosesnya, eksistensi Arab Saudi sering mengalami krisis baik dari dalam negeri

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan Aung San Suu Kyi Dalam Memperjuangkan Demokrasi di Myanmar tahun 1988-2010. Kesimpulan

Lebih terperinci

DUKUNGAN ARAB SAUDI TERHADAP PEMERINTAHAN ALI ABDULLAH SALEH DALAM REVOLUSI RAKYAT YAMAN RESUME

DUKUNGAN ARAB SAUDI TERHADAP PEMERINTAHAN ALI ABDULLAH SALEH DALAM REVOLUSI RAKYAT YAMAN RESUME DUKUNGAN ARAB SAUDI TERHADAP PEMERINTAHAN ALI ABDULLAH SALEH DALAM REVOLUSI RAKYAT YAMAN RESUME Disusun oleh Veny Tristiana 151090042 PRODI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak diumumkannya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Universal Declaration of

I. PENDAHULUAN. Sejak diumumkannya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Universal Declaration of I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejak diumumkannya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Universal Declaration of Human Rights pada tahun 1948 telah terjadi perubahan arus global di dunia internasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama dan cita-cita bersama yang telah disepakati oleh

I. PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama dan cita-cita bersama yang telah disepakati oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan sebuah organisasi masyarakat yang memiliki tujuan untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan terhadap kedudukan di pemerintahan dengan cara melakukan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA I. UMUM Bahwa hak asasi manusia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, Deklarasi Universal

Lebih terperinci

Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua

Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua Oleh Dr. Muridan S. Widjojo (Koordinator Tim Kajian Papua LIPI) Ballroom B Hotel Aryaduta Jakarta, Senin,13 Desember 2010 Refleksi: 1. catatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan

Lebih terperinci

Dengan mencabut Koninklijk Besluit van 8 Mei 1883 No. 26 (Staatsblad ) tentang "Uitlevering van Vreemdelingen".

Dengan mencabut Koninklijk Besluit van 8 Mei 1883 No. 26 (Staatsblad ) tentang Uitlevering van Vreemdelingen. 1:1010 UNDANG-UNDANG (UU) Nomor : 1 TAHUN 1979 (1/1979) Tanggal : 18 JANUARI 1979 (JAKARTA) Sumber : LN 1979/2; TLN NO. 3130 Tentang : EKSTRADISI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Militer Mesir, merupakan salah satu badan militer yang terkuat di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Militer Mesir, merupakan salah satu badan militer yang terkuat di kawasan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tepat pada tahun 1952 ketika Mesir masih dipimpin oleh Raja Farouk, sekelompok tentara melakukan kudeta terhadapnya. Sekelompok militer tersebut menamakan

Lebih terperinci

sherila putri melinda

sherila putri melinda sherila putri melinda Beranda Profil Rabu, 13 Maret 2013 DEMOKRASI YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA DEMOKRASI YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA Demokrasi berasal dari kata DEMOS yang artinya RAKYAT dan

Lebih terperinci

Aparat keamanan membabi buta memuntahkan peluru tajam ke arah para pengunjuk rasa. Korban berjatuhan.

Aparat keamanan membabi buta memuntahkan peluru tajam ke arah para pengunjuk rasa. Korban berjatuhan. Aparat keamanan membabi buta memuntahkan peluru tajam ke arah para pengunjuk rasa. Korban berjatuhan. Rabu (14/8) pagi. Hari masih gelap. Ribuan orang berkumpul di lapangan Rabiah al Adawiyah di Kairo

Lebih terperinci

Dalam pandangan Ikhwan, mereka mempunyai hubungan bersahabat sejak era pendiri kerajaan, Raja Abdul Aziz al Saud, bahkan sampai saat ini.

Dalam pandangan Ikhwan, mereka mempunyai hubungan bersahabat sejak era pendiri kerajaan, Raja Abdul Aziz al Saud, bahkan sampai saat ini. Pengantar: Kerajaan Arab Saudi mengelompokkan Ikhwanul Muslimin sebagai kelompok teroris, sama dengan Al Qaeda, dan lainnya. Ada apa di balik semua ini? Adakah negara lain punya peran? Simak pembahasannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya berkisar di lingkungan kekuasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat yang kecil ataupun masyarakat yang berskala besar dalam menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat yang kecil ataupun masyarakat yang berskala besar dalam menginginkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik adalah sekelumit permasalahan yang timbul karena adanya pergeseran sosial yang di inginkan oleh setiap masyarakat. Konflik bisa saja di tuai berdasarkan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 82/PUU-XI/2013 Pengaturan Organisasi Kemasyarakatan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 82/PUU-XI/2013 Pengaturan Organisasi Kemasyarakatan RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 82/PUU-XI/2013 Pengaturan Organisasi Kemasyarakatan I. PEMOHON Pimpinan Pusat Persyarikatan Muhammadiyah, yang dalam hal ini diwakili oleh Prof. Dr. Din Syamsudin.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan informasi yang terjadi setiap harinya, sudah menjadi kebutuhan penting di setiap harinya. Media massa merupakan wadah bagi semua informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 mengakui bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur

Lebih terperinci

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- 166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme

Lebih terperinci

NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. BAB V merupakan bab yang berisi kesimpulan-kesimpulan dari setiap

BAB V KESIMPULAN. BAB V merupakan bab yang berisi kesimpulan-kesimpulan dari setiap BAB V KESIMPULAN BAB V merupakan bab yang berisi kesimpulan-kesimpulan dari setiap pembahasan yang ada di dalam karya tulis (skripsi) ini. Kesimpulan tersebut merupakan ringkasan dari isi perbab yang kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengenang sejarah Jerman akan selalu tertuju pada Perang Dunia II dan sosok pemimpinnya yaitu Adolf Hitler. Adolf Hitler menjabat sebagai kanselir Jerman di usia

Lebih terperinci

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Balas campur tangan militer Kenya di Somalia, kelompok al Shabab menyerang sebuah mal di Nairobi,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP 2013 Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP Perhatian : Jawaban tertera pada kalimat yang ditulis tebal. 1. Di bawah ini merupakan harapan-harapan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. dalam Genosida 65

Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. dalam Genosida 65 Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris dalam Genosida 65 Majalah Bhinneka April 2, 2016 http://bhinnekanusantara.org/keterlibatan-pemerintah-amerika-serikat-dan-inggris-dalam-genosida-65/

Lebih terperinci

Telah terjadi penembakan terhadap delapan TNI dan empat warga oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM). Bagaimana tanggapan Anda terkait hal ini?

Telah terjadi penembakan terhadap delapan TNI dan empat warga oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM). Bagaimana tanggapan Anda terkait hal ini? Organisasi Papua Merdeka (OPM) terus beraksi dalam beberapa bulan terakhir di Papua. Aparat keamanan dan kepolisian jadi sasaran, termasuk warga sipil. Sudah banyak korban yang tewas karenanya, termasuk

Lebih terperinci

Ia mendesak dunia Barat untuk mengambil langkah agar khilafah bisa dicegah.

Ia mendesak dunia Barat untuk mengambil langkah agar khilafah bisa dicegah. Ia mendesak dunia Barat untuk mengambil langkah agar khilafah bisa dicegah. Ideologi tak pernah mati. Begitu juga Islam. Meski telah kehilangan institusinya sejak 3 Maret 1924, ideologi Islam tetap tertanam

Lebih terperinci

Digantung karena menjadi seorang Kristen di Iran

Digantung karena menjadi seorang Kristen di Iran Digantung karena menjadi seorang Kristen di Iran Delapan belas tahun lalu, ayah dari Rashin Soodmand digantung di Iran karena ia meninggalkan Islam dan menjadi seorang Kristen. Saat ini, saudara laki-lakinya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Film Ip Man III Dikisahkan kehidupan seorang guru besar bela diri aliran Wing Chun yang sangat dihormati oleh masyarakat di wilayah itu bernama

Lebih terperinci

Resolusi yang diadopsi tanpa mengacu pada komite Pertanyaan dipertimbangkan oleh Dewan Keamanan pada pertemuan 749 dan750, yang diselenggarakan pada 30 Oktober 1956 Resolusi 997 (ES-I) Majelis Umum, Memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan bernegara. Kepercayaan agama tidak hanya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang

Lebih terperinci

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik.

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. RESUME Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. Salah satu kasus yang mengemuka adalah tergulingnya presiden Honduras, Manuel Zelaya pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi massa menjadi sebuah kekuatan sosial yang mampu membentuk opini publik dan mendorong gerakan sosial. Secara sederhana, komunikasi diartikan sebagai

Lebih terperinci

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA Diterima dan terbuka untuk penandatanganan, ratifikasi dan aksesi olah Resolusi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Niar Riska Agustriani, 2014 Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Niar Riska Agustriani, 2014 Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hak Asasi Manusia (HAM) menurut pasal 1 ayat 1 UU. No. 39 tahun 1999 yaitu seperangkat hak yang melekat pada hakikatnya dengan keberadaan manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan politik yang dikeluarkan oleh pemerintah biasanya menimbulkan berbagai permasalahan yang berawal dari ketidakpuasan suatu golongan masyarakat, misalnya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan

Lebih terperinci

Gerakan 30 September Hal tersebut disebabkan para kader-kader Gerwani tidak merasa melakukan penyiksaan ataupun pembunuhan terhadap para

Gerakan 30 September Hal tersebut disebabkan para kader-kader Gerwani tidak merasa melakukan penyiksaan ataupun pembunuhan terhadap para BAB 5 KESIMPULAN Gerwani adalah organisasi perempuan yang disegani pada masa tahun 1950- an. Gerwani bergerak di berbagai bidang. Yang menjadi fokus adalah membantu perempuan-perempuan terutama yang tinggal

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA Diterima dan terbuka untuk penandatanganan, ratifikasi dan aksesi olah Resolusi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara

Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara Impunitas yaitu membiarkan para pemimpin politik dan militer yang diduga terlibat dalam kasus pelanggaran

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disingkat UUD 1945 1 telah mengalami perubahan sebanyak empat kali, yakni Perubahan Pertama pada tahun 1999, Perubahan

Lebih terperinci

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH Daftar Isi BAB I KETENTUAN UMUM I-7 BAB II ASAS, SIFAT, DAN TUJUAN I-8 BAB III PEMBENTUKAN I-10 BAB

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 131, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3989) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Dawam Rahardjo: Saya Muslim dan Saya Pluralis

Dawam Rahardjo: Saya Muslim dan Saya Pluralis http://www.sinarharapan.co/news/read/31850/dawam-rahardjo-saya-muslim-dan-saya-pluralis- Dawam Rahardjo: Saya Muslim dan Saya Pluralis 03 February 2014 Ruhut Ambarita Politik dibaca: 279 Dawam Rahardjo.

Lebih terperinci

Isi. Pro dan Kontra Palestina masuk PBB

Isi. Pro dan Kontra Palestina masuk PBB Isi Pro dan Kontra Palestina masuk PBB Dari 193 negara anggota Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), 138 negara anggota menyetujui Palestina tidak lagi hanya berstatus sebagai entitas pengamat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1230, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG. Perilaku. Kode Etik. Jaksa. Pencabutan. PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER 014/A/JA/11/2012 TENTANG KODE PERILAKU JAKSA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyaknya persoalan anak masih menjadi perhatian kita semua. Kekerasan terhadap anak sudah banyak yang memperhatikan namun masih sedikit perhatian tertuju untuk

Lebih terperinci

Kepada Yth: Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi RI Melalui Ketua Mahkamah Konstitusi RI Di Tempat. Dengan hormat

Kepada Yth: Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi RI Melalui Ketua Mahkamah Konstitusi RI Di Tempat. Dengan hormat No : 173/Eks/Ketua-PBHI/VII/08 Hal : Tambahan Informasi dalam perkara Nomor 14/PUU-VI/2008 Tentang Pengujian Pasal 310 ayat (1), Pasal 310 ayat (2), Pasal 311 (1), Pasal 316, dan Pasal 207 KUHP terhadap

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab V, penulis memaparkan simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Simpulan yang dibuat oleh penulis merupakan penafsiran terhadap analisis hasil

Lebih terperinci

PEMERINTAH OTORITER MESIR DI BAWAH PRESIDEN ABDEL FATTAH AL SISI PASCA KUDETA MILITER TAHUN 2013

PEMERINTAH OTORITER MESIR DI BAWAH PRESIDEN ABDEL FATTAH AL SISI PASCA KUDETA MILITER TAHUN 2013 PEMERINTAH OTORITER MESIR DI BAWAH PRESIDEN ABDEL FATTAH AL SISI PASCA KUDETA MILITER TAHUN 2013 (The Authoritarian Government of Egypt under President Abdel Fattah Al Sisi Administration after Military

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1979 TENTANG EKSTRADISI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1979 TENTANG EKSTRADISI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1979 TENTANG EKSTRADISI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Koninklijk Besluit van 8 Mei 1883 No. 26 (Staatsblad

Lebih terperinci

Bahan Diskusi Sessi Kedua Implementasi Konvensi Hak Sipil Politik dalam Hukum Nasional

Bahan Diskusi Sessi Kedua Implementasi Konvensi Hak Sipil Politik dalam Hukum Nasional Bahan Diskusi Sessi Kedua Implementasi Konvensi Hak Sipil Politik dalam Hukum Nasional Oleh Agung Putri Seminar Sehari Perlindungan HAM Melalui Hukum Pidana Hotel Nikko Jakarta, 5 Desember 2007 Implementasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni

BAB VI KESIMPULAN. Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni BAB VI KESIMPULAN Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni sejak tahun 1961 hingga 1963, akan tetapi Kennedy tetap mampu membuat kebijakan-kebijakan penting yang memiliki dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada Bab 1 pasal 1 dijelaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara hukum dan negara

Lebih terperinci

Kenapa Isu PKI Muncul

Kenapa Isu PKI Muncul Kenapa Isu PKI Muncul ketika Pemerintah sedang Mengebut Pembangunan dan Penegakan Hukum? https://seword.com/politik/kenapa-isu-pki-muncul-ketika-pemerintah-sedang-mengebut-pembangunan-dan-penegakan-hukum/

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini,

Lebih terperinci

Presiden Seumur Hidup

Presiden Seumur Hidup Presiden Seumur Hidup Wawancara Suhardiman : "Tidak Ada Rekayasa dari Bung Karno Agar Diangkat Menjadi Presiden Seumur Hidup" http://tempo.co.id/ang/min/02/18/nas1.htm Bung Karno, nama yang menimbulkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

Lebih terperinci

FAKTOR KONTINUITAS POLITIK LUAR NEGERI MESIR TERHADAP AMERIKA SERIKAT PASCA REVOLUSI 2011

FAKTOR KONTINUITAS POLITIK LUAR NEGERI MESIR TERHADAP AMERIKA SERIKAT PASCA REVOLUSI 2011 FAKTOR KONTINUITAS POLITIK LUAR NEGERI MESIR TERHADAP AMERIKA SERIKAT PASCA REVOLUSI 2011 Hafid Adim Pradana Universitas Muhammadiyah Malang adimhafid@gmail.com Abstract Revolution happening in a country

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2008 LEMBAGA NEGARA. POLITIK. Pemilu. DPR / DPRD. Warga Negara. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4801) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipakai untuk melakukan penyerangan kepada pihak musuh. Peraturanperaturan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipakai untuk melakukan penyerangan kepada pihak musuh. Peraturanperaturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konvensi-konvensi Den Haag tahun 1899 merupakan hasil Konferensi Perdamaian I di Den Haag pada tanggal 18 Mei-29 Juli 1899. Konvensi Den Haag merupakan peraturan

Lebih terperinci

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL

Lebih terperinci

Rilis Pers Bersama. Perppu Ormas Ancaman bagi Demokrasi dan Negara Hukum

Rilis Pers Bersama. Perppu Ormas Ancaman bagi Demokrasi dan Negara Hukum Rilis Pers Bersama Perppu Ormas Ancaman bagi Demokrasi dan Negara Hukum Pemerintah akhirnya menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru di Indonesia, namun selama ini selalu dirahasiakan atau ditutup-tutupi oleh keluarga maupun

Lebih terperinci