BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan perkembangan pada anak ( Hockenberry dan Wilson, 2011), mencakup
|
|
- Teguh Tedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nutrisi pada awal kehidupan ini berperan untuk optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan pada anak ( Hockenberry dan Wilson, 2011), mencakup perkembangan otak, perkembangan kognitif (Rosales dan Zeisel, 2008), pertumbuhan tulang, otot (Specker, 2004), berperan memproduksi hormon untuk metabolisme glukosa, lemak dan protein yang akan mempengaruhi status kesehatan anak (Burn et al., 2004). Kekurangan asupan nutrisi pada anak beresiko terjadi masalah nutrisi (kekurangan vitamin, seng, yodium dan zat besi), menurunnya pertahanan tubuh seperti anak mudah terkena infeksi dan akan berdampak terjadi penyakit kronis (Tinkew et al., 2014; Alaimo et al., 2001; Black et al.,2008). Keadaan kekurangan nutrisi juga menyebabkan terganggunya proses pertumbuhan, produksi tenaga, berkurangnya pembentukan struktur dan fungsi otak sehingga anak cenderung menunjukkan perilaku tidak tenang, mudah cengeng dan mudah tersinggung serta apatis (Almatsier, 2009). Masalah nutrisi di Indonesia dan di Negara Berkembang ini masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A (KVA), dan masalah obesitas di kota-kota besar (Supariasa et al., 2012). Data Riskesdas (2013) menggambarkan keadaan status gizi anak berdasarkan BB/TB dengan prevalensi sangat kurus secara Nasional masih tinggi sebesar 5,3 persen, prevalensi kurus sebesar 6,8 persen dan prevalensi gemuk sebesar 11,9 persen. Masalah kesehatan 1
2 2 masyarakat dianggap serius ketika prevalensi kurus antara 10,0-14,0 persen dan dianggap kritis bila 15 persen. Kementrian Kesehatan RI (2012) mengemukakan bahwa Indonesia mengalami masalah gizi ganda, masalah gizi kurang belum teratasi secara menyeluruh, muncul masalah gizi lebih dan kegemukan terutama di Kota-kota Besar di Indonesia termasuk wilayah Kota Tangerang. Kejadian kegemukan pada anak ini memberikan dampak terhadap stigma sosial yang negatif, dan harga diri rendah, serta beresiko terhadap peningkatan berat badan dan obesitas di usia remaja dan dewasa (Singh et al., 2008; Johannsson et al., 2006), beresiko terjadi penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes, jantung koroner dan kantung empedu (Almatsier et al., 2011). Penanganan anak dengan berat badan kurang dan obesitas ini merupakan masalah yang penting dalam kesehatan masyarakat karena masalah tersebut cenderung menjadi masalah kesehatan yang kronis, yang akan meningkatkan morbiditas dimasa yang akan datang (Greco et al., 1995; Freedman dan Sherry, 2009; Dietz, 1998; Brown dan McClimens, 2012). Masalah nutrisi pada anak ini berhubungan dengan adanya kesulitan orang tua dalam pengasuhan terhadap anak-anaknya seperti kurangnya informasi tentang bagaimana cara pemberikan makanan yang bergizi pada anak (Dearden, 2009; Moore, 2006 ) termasuk pada usia toddler. Orang tua bertanggung jawab melakukan aktivitas perawatan bagi anak-anaknya dalam memenuhi kebutuhan (Orem, 2001) dan bertanggung jawab atas pengasuhan anak termasuk dalam pemberian makan sesuai dengan kebutuhan nutirisi (Hoc kkenberry dan Wilson, 2011).
3 3 Perilaku pemberian makan anak untuk memenuhi kebutuhan nutrisi mencakup asupan makanan yang tepat, sehat dan aman serta menyediakan lingkungan yang menyenangkan saat makan (Orem, 20 01), tidak hanya proses pemilihan, konsumsi dan regulasi makanan, tetapi orang tua juga memotivasi, mendorong dan menikmati interaksi toddler dan orang tua ( Arndt dan Horodynski, 2004). Orem (2001) juga menjelaskan untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi ini tidak hanya kegiatan makan saja, namun bagaimana orang tua berusaha memperoleh informasi tentang makanan yang mengandung nutrisi, mengidentifikasi alternatif makanan sehat, membuat keputusan dalam pembelian atau penyediaan makanan dan perencanaan terhadap pemberian makanan yang sehat (Orem, 2001). Pengaruh perilaku orang tua dalam pemberian makan yang tidak tepat berhubungan dengan kejadian berat badan yang kurang (Moore et al., 2006; Lutter et al., 2011) dan berhubungan dengan berat badan yang berlebihan pada anak (Tschann et al., 2013; Jansen et al., 2012). Perilaku orang tua cenderung membiarkan anak makan apa saja secara berlebihan sehingga muncul obesitas pada anak (Tinkew et al. (2014) dan sebanyak 18-33% anak tidak diberikan sayur atau buah setiap hari (Fox et al., 2004), menyediakan makanan siap saji menjadi makanan yang sering dikonsumsi anak seperti kue manis, minuman soda dan permen. Perilaku pemberian makan di Indonesia juga cenderung kurang adanya variasi makanan baik bentuk maupun rasa. Orang tua yang tidak berespon terhadap isyarat makan anak akan mengganggu perkembangan kemampuan anak dalam pemenuhan kebutuhan diri, pemilihan terhadap makanan serta asupan
4 4 makan yang dibutuhkan pada anak (Birch dan Fisher, 1998), termasuk usia toddler. engatasi hal tersebut dibutuhkan kemampuan orang tua untuk melakukan pemberian makan yang tepat dalam memenuhi kebutuhan nutrisi toddler yang disebut sebagai Dependent Care Agency/DCA (Tylor et al., 2001). Tahapan perkembangan usia 1-3 tahun (toddler) merupakan konsumer pasif, anak menerima asupan makan dari apa yang disediakan oleh ibunya (Suganti dan Prikasih, 2009). Ciri toddler ini dalam periode memilih makanan dalam setiap makan ( picky eating), makanan sering dikemut, susah makan atau rewel saat makan dan sulit untuk mengkonsumsi sayuran (Almatsier et al., 2011) merupakan tahapan perkembangan dengan stressor tersendiri dimana seharusnya anak mengkonsumsi mengandung unsur yang penting untuk pertumbuhannya (Cathey dan Gaylor, 2004 cit Hockenberry dan Wilson, 2011). Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya dapat melibatkan peran perawat. Perawat dapat melakukan pengkajian tingkat kebutuhan nutrisi pada anak, tingkat pengetahuan keluarga tentang nutrisi, mengidentikasi bagaimana cara memilih, mengolah dan mengkonsumsi jenis makanan serta memastikan bahwa anak mendapatkan makanan yang adekuat (Burn et al., 2004), pemberian infomasi mengenai cara pengasuhan yang tepat dapat dilakukan oleh perawat, untuk mencapaian status gizi yang optimal dan menurunkan angka kematian pada anak (Atmatsier et al., 2011; Brown et. al., 2006; West et. al., 2006). Penelitian tentang DCA dan perilaku orang tua dalam pemberian makan orang tua di Indonesia, sejauh peneliti ketahui masih jarang dilakukan. Sari (2013) meneliti tentang DCA orang tua dalam pemberian makan anak toddler secara
5 5 menyeluruh, mengungkapkan bahwa orang tua perlu meningkatkan DCA untuk menghasilkan perilaku yang tepat dalam praktik pemberian makan pada anak usia toddler sehingga anak akan mendapatkan gizi yang adekuat. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan DCA dan perilaku orang tua dalam pemberian makan anak dengan status gizi anak yang berbeda di Kota Tangerang yang merupakan salah satu 10 besar Kota besar di Indonesia. Letak kota Tangerang sangat strategis karena berada di antara Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta. Wilayah Puskesmas Sukasari memiliki perbandingan status gizi anak yang lebih bervariasi dibanding Puskesmas lain dan terletak di tengah-tengah Kota Tangerang dengan jumlah anak Batita (Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2013). B. Rumusan Masalah Penelitian Nutrisi yang adekuat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan penkembangan anak. Orang tua bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan anaknya yang masih dalam pengasuhan termasuk dalam pemenuhan nutrisi. Kemampuan orang tua dalam berperilaku (DCA) mempengaruhi ketepatan perilaku dalam pemberian makan pada anak. Faktor DCA dan perilaku pemberian makan pada anak merupakan faktor yang penting dalam menentukan status gizi pada anak.
6 6 Uraian ringkas dari latar belakang masalah diatas memberi dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian berikut: a. Adakah hubungan yang signifikan antara dependent care agency (DCA) dengan perilaku orang tua dalam pemberian makan pada toddler di Puskesmas Sukasari Kota Tangerang? b. Adakah perbedaan yang signifikan antara DCA orang tua toddler dengan status gizi kurus, normal dan gemuk di Puskesmas Sukasari Kota Tangerang? c. Adakah perbedaan yang signifikan antara perilaku orang tua dalam pemberian makan toddler dengan status gizi kurus, normal dan gemuk di Puskesmas Sukasari Kota Tangerang? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara DCA dan perilaku orang tua dalam pemberian makan toddler berdasarkan status gizi toddler. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara dependent care agency (DCA) dengan perilaku orang tua dalam pemberian makan pada toddler di Puskesmas Sukasari Kota Tangerang
7 7 b. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara DCA orang tua toddler dengan status gizi kurus, normal dan gemuk di Puskesmas Sukasari Kota Tangerang c. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara perilaku orang tua dalam pemberian makan toddler dengan status gizi kurus, normal dan gemuk di Puskesmas Sukasari Kota Tangerang D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Diharapkan dapat mengembangkan ilmu DCA dan perilaku orang tua dalam pemberian makan anak toddler sehingga dapat mencapai status gizi yang normal 2. Bagi Orang tua Diharapkan dapat sebagai upaya preventif dan promotif untuk meningkatkan DCA dan perilaku pemberian makan yang optimalt sehingga anak dapat mencapai status gizi yang baik. 3. Bagi Peneliti Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan DCA dan cara perilaku pemberian makan yang tepat diberikan kepada anak toddler sehingga mampu memberikan saran untuk penelitian berikutnya.
8 8 E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang Dependent Care Agency (DCA) dan perilaku pemberian makan orang tua pada toddler di Indonesia sepengetahuan peneliti belum pernah diteliti sebelumnya. Penelitian yang mirip dan sudah pernah dilakukan adalah : 1. Sari (2013), melakukan penelitia n tentang hubungan Dependent Care Agency (DCA) dengan perilaku pemberian makan orang tua pada anak dengan usia toddler di wilayah Puskesmas Depok Sleman, Yogyakarta. Hasilnya terdapat hubungan antara DCA dengan perilaku pemberian makan orang tua pada anak toddler. Persamaan penelitian ini adalah peneliti mencari hubungan variabel DCA dan perilaku orang tua dalam pemberian makan pada toddler dengan pendekatan teori Orem. Perbedaannya adalah peneliti memfokuskan untuk mengetahui adakah perbedaan yang signifikan DCA dan perilaku orang tua dalam pemberian makan berdasarkan status gizi anak (BB/TB). 2. Jansen et. al. (2012). Penelitian yang berjudul Children s eating behavior, feeding practices of parents and weight problem in early childhood : results from the population based Generation R Study. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perbedaan perilaku makan anak preschool dan praktik pemberian makan orang tua dikaitkan dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) yang dibedakan menjadi berat badan kurang, normal, lebih dan obesitas. Penelitian ini menggunakan kuesioner Children s Eating Behaviour Qoestionnaire (CEBQ) yang meliputi 8 aspek penilaian dan Child Feeding Qoestionnaire (CFQ) yang meliputi 3 aspek penilaian. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa aspek tingginya nilai respon anak terhadap makanan, enjoyment of food
9 9 dan parental retriction berhubungan dengan IMT diatas rata-rata anak. Aspek Emotional Undereating, Satiety Responsiveness dan Fussiness yang digunakan orang tua dalam menekan makanan mempunyai hubungan negatif dengan IMT anak. Penelitian ini menggunakan 3 variabel yaitu perilaku makan anak, perilaku orang tua dalam pemberian makan dan status gizi pada anak.. Persamaan penelitian ini peneliti mengidentifikasi perbedaan perilaku orang tua dalam pemberian makan pada anak terhadap status gizi anak dengan metode cross sectional. Perbedaannya peneliti tidak mengukur perilaku makan anak, pengukuran peneliti dilakukan terhadap orang tua dengan melihat 2 aspek variabel bebas yaitu DCA dan perilaku pemberian makan anak terhadap status gizi anak berdasarkan BB/TB dengan menggunakan pendekatan teori OREM sebagai kerangka teori. 3. Rodgers et. al. (2013). Maternal feeding practices predict weight gain an d abesogenic eating behaviors in young children : a prospective study. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara perilaku ibu dalam pemberian makan, perilaku makan abesogenic dan status gizi pada anak. Kesimpulannya perilaku ibu dalam pemberian makan mempunyai pengaruh dalam mningkatkan berat badan dan perilaku abesogenic pada anak dalam mencegah terjadinya obesitas. Persamaanya adalah peneliti menggunakan 2 variabel yang sama yaitu perilaku orang tua dalam pemberian makan dan status gizi pada anak. Perbedaannya peneliti bertujuan untuk mencari perbedaan 2 aspek penilaian terhadap orang tua yang meliputi DCA dan perilaku pemberian makan (variabel bebas) terhadap status gizi anak
10 10 4. Hennessy et al., Parent behaviour and child weight status among a diverse group of underserved rural families. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan diantara 3 perilaku orang tua (pola asuh, gaya makan dan perilaku makan) dengan berat badan anak dan menentukan variabel yang mempengaruhi perilaku makan dan berat badan anak. Persamaan dalam penelitian ini adalah menggunakan studi cross sectional, variabel independen yang digunakan yaitu perilaku makan orang tua dan variabel dependen yaitu berat badan anak. Perbedaannya peneliti menggunakan 2 variabel independen yaitu DCA dan Perilaku orang tua dalam pemberian makan yang diukur untuk menentukan perbedaan pada setiap variabel dependen yaitu status gizi anak. 5. Evans et al. (2011). Parental feeding practices and concerns related to child underweight, picky eating and using food to calm differ according to ethnicity/race, acculturation, and income. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi perbedaaan perilaku orang tua dalam pemberian makan terhadap ras/etnik, penghasilan rumah tangga, tingkat pendidikan pada orang tua, dan budaya. Hasil penelitian terdapat 3 temuan yang penting, pertama praktik pemberian makan cenderung untuk menekan anak untuk makan dan dihubungkan dengan adanya picky eating, kedua terdapat perbedaan budaya akan memperngaruhi praktik pemberian makan, adanya perbedaan yang kurang signifikan terhadap data demografi. Persamaan dalam penelitian ini adalah design cross sectional dengan menggunakan variabel independen perilaku orang tua adalam pemberian makan dan metode penelitian untuk uji beda.
11 11 Perbedaanya adalah variabel dependen yaitu status gizi pada anak menurut BB/TB, beserta variabel independen lainnya yaitu dependent care agency 6. Slusher. (1999). Self Care Agency and Self Care Practice of Adolescent. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menggambar kan self -care agency, (2) menggambarkan self care practice dan mencari hubungan antara self-care agency dan self-care practice pada remaja. Hasil penelitian adalah adanya gambaran mengenai self-care agency dan self-care practice, meskipun selfcare practice lebih rendah daripada self-care agency, namun terdapat hubungan yang positif yang signifikan pada kedua variabel tersebut. Persamaan penelitian ini adalah variabel yang digunakan yaitu self care practice yang berupa perilaku pemberian makan orang tua. Perbedaan penelitian ini adalah penelitian tersebut mencari hubungan sedangkan peneliti mencari perbedaan dari variabel independen yaitu dependent care agency dan perilaku pemberian makan berdasarkan status gizi pada anak. 7. Wilson, et al.(2008). Using the teach-back and orem s self care deficit nursing theory to increase childhood immunization communication among low-income mothers. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan antara kecakapan kesehatan ibu (maternal haelth literacy) dan kemampuan ibu dalam memahami dan berkomunikasi terhdap informasi yang didapatkan tentang imunisasi pada anak. Studi ini menggunakan design kuantitatif dan kualitatif. Kuesioner berupa Rapid Estimate of Adult literacy (REALM) untuk mengukur tingkat literacy. Hasil studi menggambarkan banyak kemampuan ibu yang tepat dalam menjawab tentang vaksin IPV dan PCV mengenai keuntungan dan resiko,
12 12 namun banyak ibu menmberikan jawaban yang salah mengenai keamanan vaksin. Respon ibu menunjukan komunikasi yang tidak konsisten menjelasakn tentang informasi vaksin yang diketahui. Persamaan penelitian ini adalah menggunakan konsep dasar teori OREM berupa Basic Conditioning Factor (BCF) sebagai faktor dasar yang mempengaruhi variabel pengganggu. Perbedaannya variabel yang digunakan dalam penelitian.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperlukan anak dalam siklus kehidupannya untuk perkembangan dan menjaga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asupan nutrisi yang cukup merupakan salah satu kebutuhan dasar yang diperlukan anak dalam siklus kehidupannya untuk perkembangan dan menjaga fungsi tubuh (Orem,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,
14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia internasional menghadapi masalah baru, semakin banyak anak-anak dan remaja yang kelebihan berat badan. Berdasarkan data dari National Health and Nutrition Examination
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengetahuan, dan nilai nilai yang dianggap paling tepat bagi orang tua agar anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola asuh adalah suatu keseluruhan interaksi orang tua dan anak, di mana orang tua yang memberikan dorongan bagi anak dengan mengubah tingkah laku, pengetahuan, dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan masyarakat Indonesia merupakan usaha yang dilakukan pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa dapat berhasil dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asupan makanan yang semakin mengarah kepada peningkatan asupan makanan siap saji
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejumlah penyakit degeneratif di Indonesia seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan stroke menunjukkan peningkatan insiden (Riskesdas, 2013). Penyakit degeneratif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa kekurangan gizi, terutama pada usia dini akan berdampak pada
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang yang optimal (golden periode)terutama untuk pertumbuhan jaringan otak,
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Balita atau anak dengan usia dibawah 5 tahun merupakan masa yang penting dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan (Muaris, 2006).Masa ini merupakan periode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting yang menjadi kesepakatan global dalam Sustainable Development
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi dan balita akibat gizi buruk masih menjadi perhatian dunia. Indonesia menjadi salah satu negara dengan prevalensi kejadian gizi kurang dan gizi buruk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam satu dekade terakhir, prevalensi obesitas di seluruh dunia meningkat dengan drastis sehingga menempatkan masalah gizi ini menjadi salah satu masalah yang perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Balita adalah penerus masa depan kita, balita juga menentukan masa depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah satu golongan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan gizi pada balita dan anak terutama pada anak pra sekolah di Indonesia merupakan masalah ganda, yaitu masih ditemukannya masalah gizi kurang dan gizi lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi muncul masalah gizi lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sekolah berada pada perkembangan yang cepat dalam proses intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang aktif. Untuk menunjang perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Periode pembangunan sekarang ini Indonesia masih menghadapi beban besar dalam masalah gizi, ganguan gizi kurang seperti Kurang Energi Protein (KEP) dan Kurang Energi
Lebih terperinciBAB I : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pencapaian MDGs yaitu status gizi balita. Masalah gizi utama di Indonesia saat ini
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator kesehatan pada anak dinilai dari keberhasilan pencapaian MDGs yaitu status gizi balita. Masalah gizi utama di Indonesia saat ini tidak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Balita Balita didefinisikan sebagai anak dibawah lima tahun dan merupakan periode usia setelah bayi dengan rentang 0-5 tahun (Gibney, 2009). Menurut Sutomo dan Anggraeni (2010),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang tua menginginkan mempunyai anak yang sehat, cerdas, sholeh, berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan mempunyai generasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. buruk, gizi kurang, gizi lebih, masalah pendek, anemia kekurangan zat besi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah gizi dan kesehatan anak umumnya adalah gizi buruk, gizi kurang, gizi lebih, masalah pendek, anemia kekurangan zat besi, dan karies gigi. Kekurangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Salah satu faktor yang mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beban permasalahan kesehatan masyarakat. Hingga saat ini polemik penanganan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia sekarang masih memikul banyak beban permasalahan kesehatan masyarakat. Hingga saat ini polemik penanganan kesehatan di masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit. Kelompok usia yang paling rentan yaitu usia 2-4 tahun, hal ini disebabkan karena pada usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah Negara beriklim tropis dengan sumber daya alam yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara beriklim tropis dengan sumber daya alam yang beraneka ragam, termasuk pangan. Sayur merupakan bahan pangan yang mudah didapat. Sayur memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempengaruhi perilaku makan anak (Kudlova & Schneidrova, 2012; Horodynski,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia 1-3 tahun/toddler, merupakan masa kritis untuk membentuk dan mempengaruhi perilaku makan anak (Kudlova & Schneidrova, 2012; Horodynski, et al., 2011;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi yang dialami oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan berbagai dampak pada
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangan nya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang. Status gizi berhubungan dengan kecerdasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
13 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak dengan status gizi lebih merupakan salah satu tantangan paling serius dalam bidang kesehatan masyarakat di abad 21. Hal ini merupakan masalah global yang prevalensinya
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014 Klemens STIKes Prima Jambi Korespondensi penulis :kornelis.klemens@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah perempuan dalam keluarga utuh (dua orangtua) sebagai tenaga kerja berbayar, meningkat secara drastis dalam 50 terakhir (Frediksen-Goldsen & Scharlach, 2001).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gizi yang terdiri dari 5,7% balita yang gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi didalam tubuh. Masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan anak. Menurut Hidayat (2008), zat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber daya manusia (SDM). Salah satu upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah terciptanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia 1-3 tahun berada pada masa pertumbuhan cepat setelah masa bayi. Meskipun lajunya menurun dibanding saat bayi, pada masa ini berat dan panjang badan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status gizi adalah suatu keadaan kesehatan sebagai akibat keseimbangan antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang diekskpresikan dalam
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang mengalami masalah gizi ganda. Sementara gizi buruk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sedang mengalami masalah gizi ganda. Sementara gizi buruk masih menjadi masalah yang besar, jumlah anak yang mengalami obesitas juga mengalami peningkatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak yang rentang usianya 3 6 tahun (Suprapti, 2004). Anak usia
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa kanak-kanak atau yang dikenal sebagai masa prasekolah yaitu anak yang rentang usianya 3 6 tahun (Suprapti, 2004). Anak usia prasekolah mengalami perkembangan fisiologik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara. berkembang termasuk di Indonesia, masalah yang timbul akibat asupan gizi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia, masalah yang timbul akibat asupan gizi yang kurang diantaranya Kurang Energi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi buruk, gizi kurang, dan gizi lebih.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masa baduta (bawah dua tahun) merupakan Window of opportunity. Pada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa baduta (bawah dua tahun) merupakan Window of opportunity. Pada masa ini, seorang anak memerlukan asupan zat gizi yang seimbang baik dari segi jumlah maupun proporsinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stunting atau pendek merupakan salah satu indikator gizi klinis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stunting atau pendek merupakan salah satu indikator gizi klinis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan sosial ekonomi secara keseluruhan di masa lampau dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Terjadi banyak perubahan baik fisik yaitu pertumbuhan yang sangat cepat (growth spurt) dan perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Almatsier (2002), zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Almatsier (2002), zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan makan dan zat gizi yang digunakan oleh tubuh. Ketidakseimbangan asupan makan tersebut meliputi kelebihan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa menjadi suatu peluang yang menguntungkan bagi Indonesia bila diikuti dengan peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja, sebagai kelompok umur terbesar struktur penduduk Indonesia merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi pembangunan sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan masalah yang banyak dijumpai baik di negara maju maupun di negara berkembang. Obesitas merupakan suatu masalah serius pada masa remaja seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini biasanya menyerang tanpa tanda-tanda. Hipertensi itu sendiri bisa menyebabkan berbagai
Lebih terperinciISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia
ISSN 2442-7659 InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI di Indonesia 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia Pembangunan kesehatan dalam periode tahun 2015-2019 difokuskan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi pembangunan bidang kesehatan yaitu Indonesia Sehat 2010, diharapkan akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat dan berperilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, pada saat ini menghadapi masalah yang berhubungan dengan pangan, gizi dan kesehatan. Dalam bidang gizi, Indonesia diperkirakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maju dan negara berkembang. Setiap tahun prevalensi obesitas selalu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas saat ini masih menjadi masalah kesehatan utama di negara maju dan negara berkembang. Setiap tahun prevalensi obesitas selalu mengalami peningkatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang sedang berkembang dan membangun, Indonesia masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan dengan negara lain yang sudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi antara anak dan dewasa yang terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Konsumsi gizi yang baik merupakan modal utama bagi kesehatan individu yang dapat mempengaruhi status kesehatan. Individu dengan asupan gizi yang tidak sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian dari membangun manusia seutuhnya yang diawali dengan pembinaan kesehatan anak mulai sejak dini. Pembinaan kesehatan anak sejak awal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, bahkan WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global, sehingga obesitas merupakan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk, dan sekaligus menambah jumlah penduduk usia lanjut. Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan, terutama di bidang kesehatan secara tidak langsung menurunkan angka kesakitan dan kematian penduduk, serta meningkatkan usia harapan hidup.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sekolah merupakan sumber daya manusia di masa depan sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu ditingkatkan. Sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status nutrisi Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan manfaat zat zat gizi. Perubahan pada dimensi tubuh mencerminkan keadaan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO menyatakan bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan (Soekirman, 2000). Di bidang gizi telah terjadi perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak balita adalah anak yang berusia dibawah 5 tahun. Balita usia 1-5
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak balita adalah anak yang berusia dibawah 5 tahun. Balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah di dunia, World Health Organization (WHO) memperkirakan sejak tahun 2008 sebanyak 2,8 juta penduduk meninggal setiap tahun terkait overweight
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa Taman Kanak-Kanak merupakan awal dari pengenalan anak dengan suatu lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK sedang mengalami
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Status gizi merupakan gambaran keseimbangan antara kebutuhan tubuh akan zat gizi untuk pemeliharaan kehidupan, pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan fungsi normal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gizi lebih mulai menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Data
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Gizi lebih mulai menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa gambaran status gizi pada kelompok umur dewasa lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak balita merupakan kelompok masa yang dianggap kritis sekaligus masa keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila ditinjau dari kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya meningkatkan kualitas SDM seharusnya dimulai sedini mungkin sejak janin dalam kandungan. Masa kehamilan merupakan periode yang sangat menentukan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan masalah kesehatan global dan telah muncul sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko untuk kanker, hipertensi, hiperkolesterolemia,
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang yang ditandai dengan indeks panjang badan dibanding
Lebih terperinciWorld Hunger Organization (WHO), terdapat empat jenis masalah kekurangan. Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A (KVA) dan Gangguan Akibat
yang terkait. Masalah kekurangan gizi juga merupakan masalah kesehatan tertinggi di dunia, terutama di negara negara berkembang. Menurut data dari pada World Hunger Organization (WHO), terdapat empat jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arah pembangunan jangka menengah Indonesia ke-2 (2010-2014) adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh membaiknya berbagai indikator pembangunan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat
Lebih terperinciBAB I PEN DAHULUAN. prasarana pendidikan yang dirasakan masih kurang khususnya didaerah pedesaan.
BAB I PEN DAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah pembangunan nasional adalah rendahnya kualitas SDM. Masalah ini dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti gizi makanan, sikap masyarakat terhapat pendidikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah gizi di Indonesia, terutama KEP masih lebih tinggi dari pada negara ASEAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah gizi pada hakekatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.
Lebih terperinciHUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG
HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG The Association Beetween Energy and Protein Intake with Nutritional Status of Under Five Children in Tamamaung Village
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas pada anak sampai kini masih merupakan masalah, satu dari sepuluh anak di dunia ini mengalami obesitas dan peningkatan obesitas pada anak dan remaja saat ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi menjadi penyebab dari sepertiga kematian anak di dunia. Gizi buruk dan juga gizi lebih masih menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan SDM yang berkualitas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa kehamilan adalah periode kritis sekaligus unik dari seluruh daur hidup manusia. Ibu dan janin merupakan satu kesatuan yang erat, sejak konsepsi hingga masa kelahiran.
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 sebanyak 11,2 % anak usia 5-12 tahun
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, karena jumlahnya yang besar, selain itu mereka juga sasaran yang mudah dijangkau
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat
BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia sampai saat ini masih mencakup 4 hal yaitu Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehari-hari. Makanan atau zat gizi merupakan salah satu penentu kualitas kinerja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang memerlukan energi untuk melakukan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari. Energi ini diperoleh dari hasil metabolisme bahan makanan sehari-hari. Makanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu sangat mendambakan kesehatan karena hal itu merupakan modal utama dalam kehidupan, setiap orang pasti membutuhkan badan yang sehat, baik jasmani maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu tantangan yang paling serius. Masalahnya adalah global dan terus mempengaruhi negara yang berpenghasilan rendah dan menengah, khususnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup dalam jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang tengah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang tengah dihadapkan dengan beban ganda masalah gizi (double burden of malnutrition). Belum selesai dengan permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)
anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan
Lebih terperinciHubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA PAPRINGAN KECAMATAN
Lebih terperinci