BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Hasil Belajar Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu istilah yang tidak asing bagi kita

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Hasil Belajar Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu istilah yang tidak asing bagi kita"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Hasil Belajar Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu istilah yang tidak asing bagi kita karena setiap orang di dunia ini dari lahir hingga meninggal dunia pernah mengalami yang namanya belajar sehingga muncul istilah belajar sepanjang hayat. Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian tentang belajar berdasarkan argumennya masing-masing. Antara definisi dari pakar pendidikan yang satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan tetapi ada juga yang mempuyai persamaan, namun demikian selalu mengacu pada prinsip yang sama yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya. Menurut Slameto (2003) dalam bukunya Belajar dan Faktor Faktor yang Mempengaruhinya. Beliau menjelaskan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar sebagai suatu proses artinya kegiatan belajar terjadi secara dinamis dan terus-menerus yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam diri anak. Perubahan yang dimaksud dapat berupa pengetahuan (knowledge) atau perilaku (behavior). Sementara itu, menurut The Liang Gie (2000) belajar adalah segenap kegiatan fikiran seseorang yang dilakukan secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang alam semesta, kehidupan masyarakat, perilaku menusia, gejala bahasa, atau perkembangan sejarah. Jadi, seorang siswa yang sedang belajar berarti mengerahkan seluruh kemampuan pikiran secara sungguh sungguh untuk menggali dan memahami pengetahuan mengenai berbagai pokok soal dari alam semesta sampai perkembangan sejarah. 6

2 7 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas/kegiatan yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku baru dalam diri siswa yang meliputi perubahan dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik, baik itu yang dapat diamati maupun tidak dapat diamati sebagai hasil dari pengalaman atau latihan Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Belajar Banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang. Faktor tersebut bisa berasal dari dalam diri individu sendiri maupun berasal dari luar individu. Slameto (2003) lebih rinci menggolongkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar ke dalam dua jenis, yaitu: a. Faktor Intern yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor intern, terbagi ke dalam tiga faktor: 1) Faktor Jasmaniah, terdiri atas: faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh. 2) Faktor Psikologis, meliputi: intelligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan. 3) Faktor Kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. b. Faktor Ekstern yaitu faktor yang ada diluar individu. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu: 1) Faktor keluarga, seperti: cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan. 2) Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah. 3) Faktor masyarakat, diantaranya: kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

3 Pengertian Hasil Belajar Setiap guru pasti memiliki keinginan agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang dibimbingnya. Karena itu guru harus memiliki hubungan dengan siswa yang dapat terjadi melalui proses belajar mengajar. Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa. Menurut Purwanto (2008) hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Manusia mempunyai potensi perilaku kejiwaan yang dapat dididik dan diubah perilakunya yang meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Belajar mengusahakan perubahan perilaku dalam domaindomain tersebut sehingga hasil belajar merupakan perubahan perilaku dalam domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Benyamin Bloom (Sudjana, 2010) secara garis besar membagi menjadi tiga ranah hasil belajar yakni : 1. Ranah kognitif; berkenan dengan hasil belajar intelektual. 2. Ranah afektif; berkenan dengan sikap. 3. Ranah psikomotorik; berkenaan dengan hasil belajar dan kemampuan bertindak. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku dari proses kegiatan belajar siswa dari seluruh kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan menerima suatu pelajaran untuk mencapai kompetensi tertentu. Perubahan perilaku disebabkan karena siswa mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik Pengukuran Hasil Belajar Untuk mengetahui hasil belajar siswa dan keberhasilan proses digunakan alat penilaian untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah

4 9 ditetapkan tercapai atau tidak. Dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat diukur dengan menggunakan tes dan non tes. Sistem penilaian yang digunakan untuk penelitian ini untuk mengukur hasil belajar menggunakan PAP (penilaian acuan patokan). PAP adalah penilaian yang diacukan kepada tujuan instruksional yang harus dikuasai oleh siswa. Dengan demikian, derajat keberhasilan siswa dibandingkan dengan tujuan yang seharusnya dicapai, bukan dibandingkan dengan rata rata kelompoknya (Sudjana, 2010). Hasil belajar merupakan perwujudan kemampuan akibat perubahan perilaku yang dilakukan oleh usaha pendidikan. Kemampuan tersebut menyangkut domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Penilaian hasil pembelajaran dan penilaian proses yang dilakukan pada kegiatan ini adalah menggunakan beberapa sumber, yaitu : a. Penilaian hasil belajar dengan tes. Tes yang digunakan ini termasuk dalam tes formatif yang dilaksanakan pada akhir siklus. Sumber penilaian ini ditekankan pada hasil pembelajaran dilihat dari aspek kognitif mengacu pada indikator pembelajaran yang telah ditetapkan. Aturan penilaian dari aspek kognitif ini menggunakan skala dan acuan yang digunakan adalah patokan. Sedangkan standar minimal ketuntasan belajar/kkm pada mata pelaran IPA di SD 2 Bangsri adalah 62,50. Sehingga dapat dikatakan jika siswa yang mendapat nilai kurang dari batas KKM dinyatakan belum tuntas. b. Penilaian hasil belajar dengan non tes. Sumber penilaian ini untuk mengukur proses pada pembelajaran dilihat dari aspek afektif dan psikomotor. Penilaian proses dilakukan pada saat siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar yaitu keterlibatan dan keaktifan siswa serta partisipasi siswa dalam pembelajaran Tes Formatif Tes formatif merupakan salah satu jenis tes yang diberikan kepada siswa setelah siswa menyelesaikan satu unit pelajaran. Hasil tes formatif dimanfaatkan untuk memonitor apakah proses pembelajaran yang baru saja

5 10 dilaksanakan telah dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rencana pembelajaran atau belum (Suryanto, 2009). Sudjana (2010) juga menyebutkan bahwa penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar-mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar-mengajar itu sendiri. Dengan demikian, penilaian formatif diharapkan guru dapat memperbaiki program pengajaran dan strategi pelaksanaannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa tes formatif adalah suatu tes yang digunakan memantau keberhasilan belajar siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dalam waktu tertentu dan digunakan untuk memonitor kemajuan siswa. Sehubungan dengan tujuan penelitian ini, aspek yang diperhatikan dalam penggunaan tes formatif adalah dari aspek bentuk tes. Dilihat dari bentuknya, tes formatif dapat dibagi menjadi dua yaitu: (1) tes objektif dan (2)tes uraian. (diunduh pada sinopsis_disertasi_ratu_ilma_unsri_20101.pdf). Dalam penelitian ini penulis menggunakan bentuk tes objektif yang penyusunan soalnya berbentuk pilihan jamak (multiple choice) dan penyusunan soal jawaban singkat (short answer). Di bawah ini akan diuraikan mengenai bentuk tes tersebut. Persoalan dalam tes objektif sudah distruktur, sehingga jawaban terhadap soal-soal tersebut sudah dapat ditentukan secara pasti. Pada tes objektif ini cenderung dapat mengungkap bahan ajar secara luas, karena waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan setiap soal relatif singkat. Proses penyekoran dan pemeriksaan hasilnya juga lebih mudah, sehingga dalam waktu yang relatif singkat dapat diselesaikan pemeriksaan terhadap pekerjaan siswa dalam jumlah relatif banyak (Rahmat, 1999) Penyusunan soal bentuk pilihan jamak (multiple choice) terdiri dari pokok soal (stem) dan kemungkinan jawaban (option). Persoalan bisa dirumuskan dalam bentuk pertanyaan tidak lengkap disamping dalam bentuk pertanyaan lengkap. Bentuk pilihan jamak dipandang lebih fleksibel. Jenis ini

6 11 mampu mengungkapkan jenjang kemampuan siswa yang komplek sekalipun (Rahmat, 1999). Penyusunan soal jawaban singkat (short answer) dirumuskan dalam kalimat pertanyaan. Kelebihan tes objektif ini adalah tidak ada kesempatan untuk menebak, karena jawaban harus dicari sendiri oleh testi. Meski jawabannya dicari oleh testi, tetapi jawabannya sudah pasti sehingga tidak akan menimbulkan variasi jawaban benar (Rahmat, 1999) Tinjauan Tentang Belajar IPA di SD Hakikat Pembelajaran IPA IPA merupakan salah satu pelajaran wajib di sekolah dasar. Dengan belajar IPA siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pemahaman langsung dan kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Depdiknas (Samatowa, 2010) menyatakan pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan kata kata dalam bahasa Inggris yaitu natural science artinya ilmu pengetahuan alam (IPA) berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, science itu pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini (Samatowa, 2010). Dapat dikatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya (Trianto, 2010). Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah dan sikap ilmiah. Menurut Trianto (2010) dalam bukunya Model Pembelajaran Terpadu dijelaskan bahwa hakikat IPA adalah ilmu

7 12 pengetahuan yang mempelajari gejala gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip dan teori yang berlaku secara universal Perlunya IPA Diajarkan di Sekolah Dasar Setiap guru harus paham akan alasan mengapa IPA diajarkan di sekolah dasar. Menurut Samatowa (2010) ada berbagai alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran itu dimasukkan ke dalam kurikulum suatu sekolah. Alasan itu dapat digolongkan menjadi empat golongan yaitu : a. Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang lebar. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar teknologi, sering disebut sebut sebagai tulang punggung pembangunan. Pengetahuan dasar untuk teknologi adalah IPA. b. Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berfikir kritis. Contoh IPA diajarkan dengan mengikuti metode menemukan sendiri. Dengan ini anak dihadapkan pada suatu masalah; umpamanya dapat dikemukakan suatu masalah demikian Dapatkah tumbuhan hidup tanpa daun?. Anak diminta untuk mencari dan menyelidiki hal ini. c. Bila IPA diajarkan melalui percobaan percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan saja. d. Mata pelajaran ini mempunyai nilai nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan. IPA melatih anak berpikir kritis dan objektif. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu yaitu rasional dan objektif. Rasional artinya masuk akal atau logis,

8 13 sesuai dengan kenyataan atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui panca indera Pembelajaran Kooperatif Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Dalam pembelajaran kooperatif diterapkan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompoknya harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Pada pembelajaran kooperatif ini diajarkan keterampilan keterampilan khusus agar siswa dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, menjadi pendengar yang baik, dan diberi lembar kegiatan berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan (Hamdani, 2010). Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk belajar bersama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang histories, serta harapan masa depan yang berbeda beda. Karena perbedaan itu, manusia dapat saling asah, asih, asuh (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang asah, asih dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (Learning Community). Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari sesama siswa. Jadi dasar pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang

9 14 dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat (Mulyono, 2010) Ciri Ciri Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen elemen yang saling terkait. Elemen elemen pembelajaran kooperatif menurut Anita Lie (Mulyono, 2011) adalah : a. Saling ketergantungan positif Pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai melalui: (1) saling ketergantungan pencapaian tujuan, (2) saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas, (3) saling ketergantungan bahan atau sumber, (4) saling ketergantungan peran, dan (5) saling ketergantungan hadiah. b. Interaksi tatap muka Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam itu memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi. c. Akuntabilitas individual Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Meskipun demikian, penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok mengetahui siapa anggota yang memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotannya, dan karena itu tiap anggota

10 15 kelompok harus memberikan urunan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok secara individual inilah yang dimaksudkan dengan akuntabilitas individual. d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan anta pribadi tidak hanya memperoleh teguran dari guru tetapi juga dari sesama siswa Pembelajaran dengan Model Picture and Picture Pengertian Model Picture and Picture Picture and picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar yang dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis (Hamdani, 2010). Model pembelajaran picture and picture ini merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, namun siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Model picture and picture ini menggunakan media pembelajaran berupa gambar. Penekanan pada media picture and picture ini adalah pada proses dan cara mereka berpikir dan mengurutkan yang tersedia. Gambar gambar yang tersedia menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk charta dalam ukuran besar. Atau jika disekolah sudah menggunakan ICT (information comunication technology) dapat menggunakan power point atau software

11 16 lainnya (Diakses dari Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa model picture and picture penerapannya dalam kegiatan belajar mengajar mengutamakan kelompok-kelompok dan menggunakan media berupa gambar, dimana gambar tersebut dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan yang logis. Dari gambar tersebut dipersepsikan menjadi simbol-simbol supaya lebih mudah diterima/dipahami dan lebih mudah diingat siswa. Kemudian dari gambar tersebut jika siswa sudah lebih mudah memahami dan mengingat maka pembelajaran tentang materi tersebut akan lebih mudah disimpan dalam ingatan mereka sehingga jika siswa mendapat pertanyaan atau soal-soal tentang materi tersebut akan lebih mudah menjawab dan berdampak pada hasil belajar khususnya mapel IPA dapat meningkat Kaitan Model Picture and Picture dengan Teori Memori Model picture and picture ini bermanfaat supaya materi yang dipelajari dapat disimbolkan atau jika dalam teori memori dengan istilah encoding. Model picture and picture ini didukung oleh teori memori. a. Pengertian Memori Secara etimologi, memori atau memory (Inggris), memoire (Prancis) adalah keberadaan tentang pengalaman masa lalu yang hidup kembali, catatan yang berisi penjelasan, alat yang dapat menyimpan atau merekam informasi (Ahmadi, 2003). Ilmu Psikologi mendefinisikan memori sebagai sebuah proses pengkodean, penyimpanan dan pemanggilan kembali informasi (retrieval) oleh manusia dan organisme lainnya. Pengkodean berkaitan dengan presepsi awal dan pengenalan. Menurut perspektif psikologi terutama psikologi kognitif bahwa memori atau ingatan merupakan kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan dan mereproduksikan kesan-kesan. Jadi ada tiga unsur perbuatan ingatan yaitu menerima kesan-kesan, menyimpan dan mereproduksikan. Dengan adanya kemampuan untuk mengingat pada

12 17 manusia ini berarti ada suatu indikasi bahwa manusia mampu untuk menyimpan dan menimbulkan kembali dari sesuatu yang pernah dialami (Ahmadi, 2003). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa memori atau ingatan tidak hanya kemampuan menyimpan saja tetapi juga termasuk kemampuan untuk menerima, menyimpan dan menimbulkan kembali apa yang dilihat. Kemampuan tersebut lebih dikenal dengan istilah Encoding (pengkodean apa yang dipersepsikan yaitu proses penerimaan), Storage (penyimpanan), Retrieval (menimbulkan kembali apa yang di simpan). b. Teori-Teori Memori Ahmadi (2003) berpendapat teori yang paling banyak diterima oleh para ahli adalah teori tentang tiga proses memori, seperti yang telah disebutkan diatas, yaitu : 1. Proses Encoding (pengkodean apa yang dipersepsikan dengan cara mengubah menjadi simbol-simbol atau gelombang-gelombang listrik tertentu sesuai dengan perangkat yang ada pada organisme). Proses pengubahan informasi dapat terjadi dengan dua cara yaitu sengaja dan tidak sengaja. 2. Proses Storage (penyimpanan terhadap apa yang telah diproses dalam encoding). Proses ini disebut juga retensi yaitu suatu proses pengendapan informasi yang diterimanya. Penyimpanan informasi merupakan mekanisme yang sangat penting dalam memori. Setiap proses belajar meninggalkan jejak-jejak (traces) dalam diri seseorang, meskipun jejak ingatan tersebut memungkinkan untuk mengingat lagi tetapi tidak semua jejak ingatan tersebut dapat hilang. 3. Proses Retrieval (pemulihan kembali apa yang telah disimpan sebelumnya). Mekanisme dalam proses mengingat sangat membantu organisme dalam menghadapi persoalan sehari-hari. Hilgard menyebutkan tiga jenis proses mengingat, yaitu : recall, recognition dan redintegrative.

13 18 Teori tentang memori yang melibatkan proses encoding, storage, dan retrieval ini paling banyak disetujui oleh para ahli. Teori yang umum digunakan adalah teori Information-Processing. Teori ini dikembangkan oleh Richard Atkinson dan Richard Shiffrin menurut teori mereka, memori juga melalui proses encoding, storage, dan retrieval Langkah Langkah Model Picture and Picture Hamdani (2010) menyebutkan model pembelajaran picture and picture mempunyai langkah-langkah sebagai berikut : a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. Pada langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apa yang menjadi kompetensi dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indikatorindikator ketercapaian kompetensi dasar, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik. b. Menyajikan materi sebagai pengantar. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari. c. Guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar gambar kegiatan berkaitan dengan materi. Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan gambar kita akan menghemat energi kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangan selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau

14 19 demontrasi yang kegiatan tertentu seperti membuat kopi, menggoreng tempe dan sebagainya d. Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian memasang atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis Pada langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan. Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutkan, dibuat, atau dimodifikasi. Jika menyusunan bagaimana susunannya. Jika melengkapi gambar mana gambar atau bentuknya, panjangnya, tingginya atau sudutnya. e. Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut Setelah itu ajaklah siswa menemukan tuntutan kompetensi dasar dengan indikator yang akan dicapai. Usahakan agar proses diskusi berlangsung dengan tertib dan terkendali. Jadi guru harus mampu mengendalikan situasi yang terjadi sebagai moderator utamanya dengan memberikan sedikit penjelasan jika terdapat kendala dalam diskusi sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik. f. Dari alasan atau urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan. g. Kesimpulan atau rangkuman Kesimpulan dan rangkuman dilakukan bersama dengan siswa. Guru membantu dalam proses pembuatan kesimpulan dan rangkuman.

15 Kelebihan dan Kelemahan Model Picture and Picture Setiap model pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dan kelemahan. Begitu pula pada model pembelajaraan kooperatif tipe picture and picture. Kelebihan Model Picture and Picture antara lain : a. Guru lebih mengetahui kemampuan masing masing siswa. b. Melatih berfikir logis dan sistematis. c. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar. d. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar. e. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. Model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture menitikberatkan pada gambar. Sebagai media gambar pada model ini juga mempunyai kelemahan, antara lain : a. Memakan banyak waktu dan banyak siswa yang pasif. b. Tafsiran orang yang melihat gambar akan berbeda akan terjadi ketidaksamaan dalam penafsiran gambar. c. Gambar hanya menampilkan persepsi indera mata. d. Gambar hanya disajikan dalam ukuran kecil mengakibatkan kurang efektif untuk proses pengajaran. 2.2 Penelitan Yang Relevan Penelitian oleh Dewi Diansari (2011) dengan judul Penerapan Model Picture and Picture Untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA Siswa Kelas IV SDN Gampingan 01 Pagak menyimpulkan bahwa model penggunaan pembelajaran model Picture and Picture dapat meningkatkan pembelajaran aktivitas dan hasil belajar siswa. Pada siklus I diperoleh rata-rata aktifitas belajar siswa yaitu 54,65 meningkat menjadi 75,8 pada siklus II. Pembelajaran dengan menggunakan model picture and picture juga meningkatkan hasil belajar siswa, pada siklus I diperoleh rata-rata nilai evaluasi siswa 69,1 meningkat menjadi 85,8 pada siklus II.

16 21 Penelitian oleh Musnaini (2011) dengan judul Pengunaan Model Pembelajaran Picture and Picture Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas III SD Negeri 04 Lubuk Pinang Mukomuko. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa terhadap pelajaran IPA pada siswa kelas III SD Negeri 04 Lubuk Pinang Mukomuko. Ini ditunjukkan dari peningkatan minat dan interaksi siswa serta hasil belajar siswa pada setiap siklusnya, jika dibandingkan dengan tes awal siswa yang rata-rata nilainya 45,8. Setelah diterapkan model pembelajaran picture and picture, nilai ratarata siswa meningkat dari 60,50 pada siklus I dan menjadi 67,83 pada siklus II. Selain itu, juga tampak dari meningkatnya jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar dari siklus pertama hingga kedua. Beberapa hasil penelian di atas menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Dengan analisis tersebut maka peneliti melakukan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran picture and picture untuk meningkatkan hasil belajar khususnya mata pelajaran IPA. 2.3 Kerangka Berpikir Pada KBM di kelas V SD 2 Bangsri dalam mengajarkan materi pada pokok bahasan sifat sifat cahaya guru menggunakan metode yang konvensional dan kurang melibatkan siswa sehingga hasil belajar IPA rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan siswa pada pokok bahasan sifat sifat cahaya dari 34 siswa yang mendapat nilai di atas atau sama dengan KKM hanya 14 siswa sedangkan 20 siswa lainnya mendapat nilai di bawah KKM. Penelitian yang akan dilakukan dengan cara kolaborasi antara guru kelas dan peneliti. Peneliti sebagai pemberi ide dan meminta bantuan guru kelas VI sebagai observer saat guru yang melaksanakan KBM. Penelitian dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture, sehingga diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan

17 22 hasil belajar mereka dalam mata pelajaran IPA khususnya pokok bahasan sifat sifat cahaya. Penerapan pembelajaran pada penelitian ini berdasarkan skema kerangka berpikir. Adapun skema itu adalah sebagai berikut: KONDISI AWAL Strategi pembelajaran yang konvensional Hasil belajar IPA pada pokok bahasan sifatsifat cahaya masih rendah. TINDAKAN KONDISI AKHIR Pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran Siklus I Menggunakan model pembelajaran picture and picture Siklus II Menggunakan model pembelajaran picture and picture Diduga hasil belajar IPA siswa kelas V meningkat dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

18 Hipotesis Hipotesis yang akan digunakan untuk memberi arahan pada penelitian ini adalah melalui model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dalam pembelajaran IPA pokok bahasan sifat sifat cahaya dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V di SD Negeri 2 Bangsri Kecamatan Jepon Kabupaten Blora Semester Genap Tahun Ajaran 2011/ 2012.

19 23

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model Picture and Picture Pada model pembelajaran picture and picture ini memiliki cirri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model apapun yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar Menurut Slameto dalam Hamdani (2010: 20), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori. 2.1.1. Prestasi Belajar Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:2) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari beberapa ahli yang mendukung penelitian yang dilakukan. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang relevan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pada sub bab ini, peneliti akan membahas mengenai teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang sudah ditentukan. Adapaun teori yang berkaitan dengan variabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Metode Picture and Picture Picture and picture adalah suatu metode pemelajaran yang menggunakan gambar dan dipasangkan/diurut menjadi urutan logis.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) a. Pengertian Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) Strategi pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Teori-teori yang dapat mendukung penelitian ini diantaranya adalah teori pembelajaran bahasa Inggris, hakikat belajar, model penelitian kooperatif tipe picture and

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Matematika

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Matematika 4 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Hakekat Pembelajaran Matematika 2.1.1. Pengertian Belajar Belajar adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian 4.1.1 Gambaran Sekolah Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Bangsri Kecamatan Jepon Kabupaten Blora Semester Genap Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Yunius, Siti Nuryanti, dan Yusuf Kendek Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

A. PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF PICTURE AND PICTURE

A. PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF PICTURE AND PICTURE BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF PICTURE AND PICTURE Bila kita membicarakan pembelajaran, ada beberapa hal yang selalu disinggung, yaitu model, strategi, metode, pendekatan

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH OLEH. 1. FEBBY DWINTY PUTRI 2. Drs. M. HIDAYAT, M.Pd 3. SRI PURWANINGSIH, S.Si, M.Si

ARTIKEL ILMIAH OLEH. 1. FEBBY DWINTY PUTRI 2. Drs. M. HIDAYAT, M.Pd 3. SRI PURWANINGSIH, S.Si, M.Si ARTIKEL ILMIAH UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING MATERI SUHU DAN KALOR DI KELAS X 6 MAN MODEL

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan di jaman sekarang semakin berkembang karena dengan adanya perubahan kurikulum yang semakin pesat. Model pembelajaran yang dipakai pun bermacam-macam.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar 1. Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas menurut kamus besar bahasa Indonesia (2007), adalah keaktifan atau kegiatan. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah IPA (sains) berupaya meningkatkan minat manusia agar meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya. IPA di sekolah dasar hendaknya membuka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian mengenai teori-teori menurut pendapat dari beberapa ahli yang digunakan untuk mengembangkan dan mendukung penelitian ini. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. (Dalam bukunya Purwanto,

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. (Dalam bukunya Purwanto, 8 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar (Winkel,1965 : 51) Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. (Dalam bukunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landaan Teori 2.1.1 Pengertian Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Hamalik (2005:27) menyimpulkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh hasil belajar. Mengetahui keberrhasilan atau tidaknya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. diketahui serta memaksimalkan potensi yang dimiliki seseorang. Belajar adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. diketahui serta memaksimalkan potensi yang dimiliki seseorang. Belajar adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Teori Belajar Belajar adalah suatu kegiatan memahami dan menemukan sesuatu yang belum diketahui serta memaksimalkan potensi yang dimiliki seseorang. Belajar adalah proses perubahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Belajar Dari http://wikipedia.com, belajar didefinisikan sebagai perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap. BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Pembelajaran sejarah Belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan, yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Pendidikan bertujuan antara lain mengembangkan dan meningkatkan kepribadian individu yang sedang melakukan proses pendidikan. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Slameto, 2010). Menurut Gredler dalam Aunurrahman. sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Slameto, 2010). Menurut Gredler dalam Aunurrahman. sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Hakikat Belajar dan Pembelajaran Belajarmerupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan dan kecakapan. Menurut Wina Sanjaya (2006:113) belajar. di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan dan kecakapan. Menurut Wina Sanjaya (2006:113) belajar. di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar Menurut Witherington dalam Hanafiah dan Suhana (2009:7) belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons baru yang berbentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Kooperatif Menurut E. Slavin (2008), pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam suatu kelas dijadikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Namun, realitas yang dipahami oleh sebagian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Make a Match Model Make a Match adalah salah satu model dalam pembelajaran kooperatif atau salah satu bentuk model dalam Pembelajaran Aktif, Inovatif,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Belajar Pendapat tentang pengertian belajar ada bermacam-macam. Pendapat tersebut lahir

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Belajar Pendapat tentang pengertian belajar ada bermacam-macam. Pendapat tersebut lahir BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Pendapat tentang pengertian belajar ada bermacam-macam. Pendapat tersebut lahir berdasarkan sudut pandang yang berbeda-beda. Menurut Slameto

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS Ani Rosidah anirosidah.cjr@gmail.com Universitas Majalengka ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Proses belajar tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Proses belajar tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative learning atau pembelajaran gotong royong merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan pada anak didik untuk bekerja

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Hakikat Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris science. Kata sciense

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kajian Teori BAB II TINJAUAN TEORITIS 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray a) Pengertian model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray Menurut Isjoni (2010, h.15 ) model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari hasil akhir pembelajaran yang merupakan tolak ukur dari keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. dari hasil akhir pembelajaran yang merupakan tolak ukur dari keberhasilan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan ke penerima pesan. Terkadang terjadi kendala

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA Menurut (Depdiknas RI No. 22, 2006) bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas dalam hal ini berarti siswa aktif dalam mengerjakan soal-soal atau tugas-tugas yang diberikan dengan rasa senang dan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT Mirna Herawati Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pemebelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berasal dari Bahasa Inggris, yaitu natural science. Nature artinya berhubungan dengan alam atau yang bersangkut paut dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE POWER OF TWO PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI KELAS VIII-B DI SMP NEGERI 1 BOLAANG Tjitriyanti Potabuga 1, Meyko

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture Salah satu model pembelajaran kooperatif yang menjadi bahan Penelitian Tindakan Kelas adalah model Picture and Picture.

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Strategi Belajar Peta Konsep Pada Siswa Keas IV SDN 3 Siwalempu

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Strategi Belajar Peta Konsep Pada Siswa Keas IV SDN 3 Siwalempu Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Strategi Belajar Peta Konsep Pada Siswa Keas IV SDN 3 Siwalempu Rizki Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif. 6 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam landasan teori ini diuraikan teori-teori yang diungkapkan para ahli dari berbagai sumber yang mendukung penelitian. Landasan teori tersebut terdiri atas berbagai

Lebih terperinci

BA B II KAJIAN PUSTAKA

BA B II KAJIAN PUSTAKA BA B II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Menurut Nana Sudjana (2004: 14) hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Tanggung Jawab a. Pengertian Tanggung Jawab Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan belajar yang nyaman dan penggunaan pendekatan yang relevan dan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan belajar yang nyaman dan penggunaan pendekatan yang relevan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu begitu pesat, sehingga berdampak kepada jalannya proses penerapan pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perlu dilakukan usaha atau tindakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Hamalik

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perlu dilakukan usaha atau tindakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Hamalik 8 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2..1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hasil Belajar Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga melibatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga melibatkan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Eksperimen Eksperimen adalah bagian yang sulit dipisahkan dari Ilmu Pengetahuan Alam. Eksperimen dapat dilakukan di laboratorium maupun di alam terbuka. Metode ini mempunyai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Hakekat Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan IPA di SD Ketrampilan proses adalah salah satu pendekatan, disamping pendekatan yang menekankan pada fakta dan pendekatan konsep, yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Gita Nurliana Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Gita Nurliana Putri, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu aspek penting bagi seluruh lapisan masyarakat. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter seseorang yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sekolah sebagai tempat pembentuk generasi bangsa yang berkualitas mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu pendidikan di sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam pembentukan kualitas sumber daya manusia yang mampu menghadapi berbagai perubahan serta kemajuan di sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Sejarah a. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan. Tujuan dari pendidikan itu sendiri adalah berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan. Tujuan dari pendidikan itu sendiri adalah berusaha untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya mengembangkan aspek kepribadian manusia salah satunya melalui pendidikan. Pendidikan di tingkat satuan pendidikan berupaya untuk membekali peserta didik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1.1 Pengertian IPA Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar beserta isinya. Hal ini berarti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar 2.1.1.1. Pengertian Hasil Belajar Kegiatan belajar mengajar dikatakan efisien jika hasil belajar yang diinginkan dapat dicapai dengan usaha

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang mengisyaratkan adanya orang yang mengajar dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. baik guru maupun siswa pada proses pembelajaran. Bagi guru, strategi

BAB II KAJIAN TEORI. baik guru maupun siswa pada proses pembelajaran. Bagi guru, strategi BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif Made Wena menjelaskan bahwa strategi pembelajaran sangat berguna, baik guru maupun siswa pada proses pembelajaran. Bagi guru, strategi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam Kamus

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam Kamus BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Metode Diskusi Metode mengajar merupakan salah satu komponen yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam suatu kegiatan pembelajaran. Metode mengajar merupakan cara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah hasil akhir baik berupa perilaku, maupun pengetahuan (kognitif) yang terjadi setelah proses pembelajaran dalam rangka memperoleh suatu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Menurut Djamarah (2008:13) mengatakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, pendekatan CTL, dan alat peraga. 2.1.1 Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pola pikir seseorang dalam menghadapi berbagai situasi masalah kondisi lingkungan, sesamanya, dirinya dan permasalahan dalam kehidupannya sangat dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah aktivitas atau upaya sadar dan terencana, dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah aktivitas atau upaya sadar dan terencana, dirancang untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah aktivitas atau upaya sadar dan terencana, dirancang untuk membantu seseorang mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi suatu bangsa merupakan salah satu usaha yang strategis dalam rangka mempersiapkan warga negara dalam menghadapi masa depan diri sendiri dan bangsanya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab II kajian pustaka berisi tentang kajian teoriyang menjelaskan tentang pembelajaran,pengertian dari IPA sebagai ilmu pengetahuan yang berisi tentang alam semesta. Hasil belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI NILAI NILAI PANCASILA MELALUI MODEL PICTURE AND PICTURE DI KELAS II SDN I TLAGA KABUPATEN GORONTALO

MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI NILAI NILAI PANCASILA MELALUI MODEL PICTURE AND PICTURE DI KELAS II SDN I TLAGA KABUPATEN GORONTALO MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI NILAI NILAI PANCASILA MELALUI MODEL PICTURE AND PICTURE DI KELAS II SDN I TLAGA KABUPATEN GORONTALO OLEH : Santi Gobel 1. Pembimbing I Dra. Elmia Umar, M.Pd 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari siswa sekolah dasar. IPA berguna untuk memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai fenomena-fenomena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Model Pembelajaran Kreatif - Produktif. pembelajaran hal tersebut harus ditumbuhkan secara bersamaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Model Pembelajaran Kreatif - Produktif. pembelajaran hal tersebut harus ditumbuhkan secara bersamaan. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kreatif - Produktif A. Pengertian Model Pembelajaran Kreatif - Produktif Kreativitas merupakan hal yang sangat penting untuk dikembangkan. Kreativitas diperlukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya seluruh aspek potensi kemanusiaan saja (Suprijono, 2006). Hasil belajar adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama dan mempunyai pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia tersebut bergantung pada kualitas pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci