Perancangan Coupling Antara Solar Collector - Serat Optik Untuk Sistem Pencahayaan Alami

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perancangan Coupling Antara Solar Collector - Serat Optik Untuk Sistem Pencahayaan Alami"

Transkripsi

1 JURNAL TEKNK POMTS Vl. 1, N. 1, (2013) Perancangan Cupling Antara Slar Cllectr - Serat Optik Untuk Sistem Pencahayaan Alami Bantara Bayu Perrmana Putra, Sekartedj, Agus M. Hatta. Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknlgi ndustri, nstitut Teknlgi Sepuluh Npember (TS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya sekar@ep.its.ac.id, amhatta@ep.its.ac.id Abstrak Slar lighting merupakan salah satu energi alternatif yang memanfaatkan matahari sebagai sumber cahaya untuk penerangan ruangan. Slar lighting dapat diaplikasikan dengan berbagai macam metde, salah satunya adalah dengan menggunakan serat ptik. Sistem slar lighting berbasis serat ptik terdiri dari dua kmpnen utama, yaitu slar cllectr dan serat ptik. Slar cllectr merupakan alat yang digunakan untuk memantulkan dan mengumpulkan sinar matahari pada satu titik, sedangkan serat ptik merupakan alat yang digunakan sebagai media transmisi cahaya. Salah satu masalah yang dapat mempengaruhi transmisi cahaya adalah cupling dari slar cllectr ke serat ptik. Dalam tugas akhir ini dilakukan perancangan sistem cupling antara slar cllectr dengan serat ptik pada sistem slar lighting berbasis serat ptik dengan hasil intensitas keluaran serat ptik sesuai dengan standar SN dalam pencahayaan labratrium (500 ). Dasar perancangan dalam sistem cupling adalah pemilihan - pemilihan parameter dari klektr parabla dan serat ptik untuk besar berkas masukan cahaya tertentu. Berdasarkan diameter berkas cahaya yang diterima klektr dan sudut penerimaan maksimal dari serat ptik dapat ditentukan besar harga parameter panjang fkus (f) dan aperture (D) yang menghasilkan cupling yang maksimum. Selain itu panjang serat ptik dapat mempengaruhi dari transmisi. Pada tugas akhir ini digunakan serat ptik sepanjang 50 m sebagai salah satu batasan penelitian. Hasil dari perhitungan, untuk memperleh intensitas sebesar 500 pada keluaran serat ptik diperlukan parabla dengan panjang fkus 1,51 m dan aperture 1,31 m, sedangkan hasil eksperimen dengan panjang fkus dan aperture yang sama diperleh intensitas kurang dari 500. Ketidaksesuaian antara hasil perhitungan dengan eksperimen ini dapat diakibatkan leh kurang simetrisnya klektr parabla yang dibuat. Hal ini dapat dilihat dari terjadinya pelebaran spt size berkas cahaya masukan pada serat ptik. Kata kunci- Slar Lighting, Klektr, dan Serat Optik. P. PENDAHULUAN eningkatan knsumsi energi listrik di dunia semakin meningkat seiring dengan berkembangnya teknlgi, pembangunan dan lain lain pada tiap negara. Khususnya pada negara ndnesia, telah digunakan energi listrik sebesar GWh pada tahun 2010 yang meningkat 2 kali lipat dari tahun 2000 [1]. Diperlukan energi alternatif untuk mengurangi pemakaian energi listrik tersebut. Saat ini energi alternatif yang berkenaan dengan listrik banyak diteliti seperti penggunaan slar cell atau pun yang lain khususnya pada pemanfaatan pencahayaan. Adapun beberapa cnth yaitu penggunaan lampu LED (Light Emiting Dide), pemanfaatan jendela sebagai pencahayaan alami pada siang hari. Namun slusi tersebut masih belum dapat mengurangi pemakaian listrik secara berarti. Berbagai slusi lain telah ditawarkan misalnya penggunaan fiber ptic day lighting system [2]. Saat ini telah banyak dikembangkan penelitian lain yang berkaitan dengan fiber ptic day lighting system dengan berbagai desain pada cllectr dan sistem transmisinya. Misalnya pada penelitian yang dilakukan leh Cuture dimana diteliti seberapa besar pengaruh 4 jenis klektr, masing-masing dilengkapi dengan dan tanpa lensa Fresnel. Disimpulkan bahwa klektr harus memiliki bentuk mengerucut atau memiliki fkus agar cahaya yang ditangkap agar dapat masuk dalam serat ptik [3]. Selain itu penelitian telah dilakukan leh Nugrahani dengan judul Perancangan Sistem Transmisi Sinar Melalui Serat Optik [4]. Pada penelitian tersebut dibahas tentang percbaan dengan menggunakan berbagai jenis slar cllectr, yakni jenis parabla, cermin datar, limas segi empat dan kerucut. Bentuk Parabla digunakan untuk primary cllectr sedangkan cermin datar, limas segi empat dan kerucut digunakan untuk secndary cllectr. Hasil transmisi daya maksimal didapatkan dengan menggunakan parabla sebagai primary cllectr dan kerucut sebagai secndary cllectr, dimana utput atau intensitas yang diukur pada ujung keluaran fiber sebesar 206. Namun untuk mendapatkan utput atau intensitas pada serat ptik yang tinggi perlu dilakukan analisa pada setiap sistem slar lighting itu sendiri. Salah satu masalah yang berpengaruh adalah cupling antara slar cllectr dengan serat ptik. Dalam tugas akhir ini dilakukan perancangan cupling antara slar cllectr dengan serat ptik untuk memperleh transmisi daya yang ptimum.. URAAN PENELTAN Penelitian tugas akhir ini disusun berdasarkan beberapa tahapan yaitu perancangan dengan perhitungan dan perancangan dengan eksperimen. A. Perancangan dengan Perhitungan Perancangan dengan perhitungan ini merupakan perancangan slar cllectr dengan bantuan sftware OSLO. Perancangan slar cllectr ini digunakan adalah bentuk parabla. Perancangan slar cllectr menggunakan aperture (d) dan panjang fkus (f) yang telah ditentukan. Kemudian perancangan tersebut disimulasikan dengan sftware OSLO. Dengan menggunakan perbandingan f dan d maka akan diperleh sudut θ atau sudut yang dibentuk leh sinar matahari di titik fkus sesuai dengan rumus berikut : 1 2arctan (1) f d

2 JURNAL TEKNK POMTS Vl. 1, N. 1, (2013) Adapun parameter parameter yang digunakan dalam OSLO yaitu aperture (d) dan panjang fkus (F) seperti gambar di bawah ini. d x d x = Aperture surface x = Aperture surface awal = x = awal Setelah memperleh nilai intensitas awal di masing masing NA maka dilakukan perancangan dengan mengubah parameter aperture (d) dan panjang fkus (f) di masing masing sudut θ menggunakan perbandingan gemetrik seperti gambar berikut Gambar 1. Skema parameter klektr parabla yang digunakan di dalam OSLO. Adapun spesifikasi dari serat ptik yang digunakan adalah sebagai berikut : Jenis : Slid cre end glw cable Bahan cre : Plymethil Methacrylate Resin (PMMA) Bahan cladding : Flurinated Plymer Bahan jacket : black PVC ndeks bias cre : 1,49 Diameter cre : 6 mm Sudut penerimaan : 60 Lss : 0,3 db/m Penyesuaian spesifikasi serat ptik yaitu besar numerical aperture. Penyesuaian numerical aperture dapat diperleh dengan menggunakan rumus berikut NA nsin (2) NA = Numerical Aperture n = ndeks bias udara θ = Sudut penerimaan Langkah pertama yang dilakukan adalah mendapatkan besar intensitas dititik fkus dengan menggunakan persamaan dibawah ini in lss ( db/ m) 10 lg ut (3) lss (db/m) = besar nilai lss pada serat ptik in = masukan ut = keluaran Data intensitas keluaran sebesar 153. Data tersebut diambil dari penelitian Nugrahani dengan panjang fkus klektr sebesar 46 cm. Kemudian mencari besar sudut dengan menggunakan NA sebesar 0.866, 0.766, , 0.5, 0.342, dan dengan panjang fkus 46 cm. Setelah nilai aperture diperleh dilakukan perhitungan untuk memperleh intensitas pada masing masing NA. Adapun perhitungan perbandingan tersebut dapat dituliskan dengan persamaan sebagai berikut d x x (4) d Gambar 2. Penjalaran Sinar pada Setiap Sudut. Kemudian dilakukan perhitungan kembali agar mendapatkan intensitas di titik fkus pada setiap sudutnya. Perhitungan tersebut dilakukan dengan menggunakan analgi perbandingan antara panjang fkus dengan intensitas seperti persamaan berikut. f f x xn (5) f x = Panjang fkus surface x f = Panjang fkus surface awal xn = xn = awal Setelah mendapatkan intensitas dari persamaan (5) maka dilakukan kembali perhitungan dengan menggunakan persamaan (3) dengan intensitas masukan serat ptik ( in ) sama dengan intensitas xn. B. Perancangan dengan Eksperimen Perancangan dengan eksperimen ini merupakan hasil rancangan dari perhitungan yang direalisasikan dengan menentukan aperture (d) dan panjang fkus (f) yang telah memenuhi SN. Perancangan dengan eksperimen ini dilakukan 3 pengambilan data yaitu pengambilan data pada intensitas matahari, intensitas di titik fkus dan intensitas keluaran serat ptik.. ANALSA DATA DAN PEMBAHASAN A. Perancangan dengan Perhitungan Perancangan dengan perhitungan ini merupakan perancangan klektr parabla dengan mengubah parameter panjang fkus dan aperture. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sudut berkas cahaya yang dipantulkan leh klektr pada muka serat ptik atau sudut θ.

3 JURNAL TEKNK POMTS Vl. 1, N. 1, (2013) masih perlu diperbaiki dalam hal bentuk (kelengkungan) dari klektr. Gambar 3. Parameter parameter yang digunakan dalam OSLO. Sesuai Gambar 3. parameter yang digunakan adalah efl atau titik fkus sebesar 46 cm. Nilai tersebut dimaksudkan bahwa titik fkus berada pada jarak 46 cm dan angka negatif merupakan letak titik fkus tersebut berada di sebelah kiri sumbu x. Hal ini terjadi karena sinar datang pada sftware OSLO berasal dari sumbu x atau berasal dari sumbu negatif. Kemudian parameter kedua adalah aperture. Nilai Aperture tersebut sebesar 80 cm dan diletakkan pada surface kedua dalam OSLO disebut aperture stp (AST). Aperture stp yaitu letak dimana sinar cahaya tersebut akan berakhir atau berhenti sehingga surface kedua ini berfungsi sebagai letak dimana sinar tersebut akan dipantulkan dan difkuskan. Setelah kedua parameter tersebut sesuai selanjutnya dilakukan perubahan numerical aperture serat ptik seperti Gambar 4. Gambar 4. Penyesuaian numerical aperture serat ptik. Pada Gambar 4. dapat dilihat parameter yang diubah adalah parameter numerical aperture. Nilai parameter tersebut sebesar 0,866. Angka ini diperleh dari hasil perhitungan pada persamaan 2. dimana syarat sinar matahari yang dipantulkan dapat masuk secara maksimal pada serat ptik harus membentuk sudut Dengan menggunakan parameter NA, sinar yang dapat masuk secara maksimal hanya sebesar cm. Nilai tersebut terlihat pada klm aperture di surface kedua. Sehingga dengan menggunakan panjang fkus 46 cm dan aperture sebesar 80 cm, sinar yang dipantulkan dan difkuskan tidak sepenuhnya masuk atau diterima leh serat ptik (sesuai spesifikasi θ 60 0 ) melainkan sebagian sinar keluar atau tidak diterima. Hal tersebut terjadi karena sinar tersebut membentuk sudut θ sebesar 60 0 dengan menggunakan perhitungan gemetri. Dapat disimpulkan bahwa desain sistem ptik tersebut Gambar 5. Penjalaran sinar yang membentuk sudut Setelah melakukan perbandingan gemetri untuk mencari sudut yang dibentuk kemudian mencari intensitas pada titik fkus. Besar nilai intensitas keluaran pada serat ptik sementara menggunakan hasil pengukuran Nugrahani yang diperleh sebesar 153. Dengan menggunakan persamaan 3. intensitas yang masuk pada serat ptik sebesar 4838,284. Seharusnya sinar yang masuk lebih besar dua kali lipat yaitu ± Hal ini terjadi karena sebagian tidak masuk pada serat ptik atau sinar sinar tersebut tidak membentuk sudut 60 0 melainkan lebih seperti Gambar 5. Setelah mengetahui besar intensitas yang diperleh dengan menggunakan desain Nugrahani dan desain perubahan NA dilakukan perhitungan besar intensitas kurang dari sama dengan sudut di titik fkus Sudut pada titik fkus (degree) Gambar 6. Grafik hubungan intensitas dengan sudut pada panjang fkus sebesar 46 cm. Dari gambar 6. dapat dilihat bahwa semakin kecil sudut yang dibentuk maka intensitas yang dapat masuk semakin kecil pula. Dalam gambar tersebut terlihat planya dari kanan ke kiri besar intensitas semakin kecil. Pada sudut 60 0 intensitas yang dihasilkan adalah 4838,384 dan besar aperture 39,836 cm. Pada sudut 50 0 besar intensitas lebih kecil daripada sudut 60 0 yaitu sebesar ± atau besar aperture yang dibentuk adalah cm. Kemudian pada sudut 40 0 pun besar intensitasnya semakin kecil yaitu dan aperture sebesar cm. Dapat disimpulkan bahwa aperture sebanding dengan intensitas dan sudut. Hal ini dibuktikan dengan semakin besar aperture maka semakin besar pula intensitas yang dihasilkan dan semakin kecil sudut yang dibentuk maka nilai dari aperture akan semakin kecil. Perubahan kelengkungan parabla ini merupakan perancangan desain klektr parabla agar sinar matahari yang datang dan dipantulkan akan membentuk sudut 60 0 sesuai dengan spesifikasi dari serat ptik. Sesuai dengan

4 JURNAL TEKNK POMTS Vl. 1, N. 1, (2013) persamaan 1. sudut tersebut dapat diatur dengan mengubah tingkat kelengkungan dari parabla itu sendiri. Perubahan kelengkungan dapat dilakukan dengan perbandingan rasi antara panjang fkus dengan aperture. Perubahan kelengkungan ini dilakukan dengan acuan sinar yang dibentuk sudut Panjang Fkus (cm) sudut 60 sudut 50 sudut 40 sudut 30 sudut 20 Sudut 10 Gambar 7. Grafik hubungan intensitas dengan panjang fkus pada setiap sudut. Perubahan kelengkungan ini dilakukan dengan mengubah besar aperture dan panjang fkus agar mendapatkan intensitas Perubahan tersebut dilakukan agar sinar yang terbentuk pada titik fkus yaitu 60 0, 50 0, 40 0, 30 0, 20 0 dan Untuk sudut 60 0 perbandingan rasi antara panjang fkus dengan aperture sebesar 1,1547. Kemudian untuk sudut 50 0 atau perbandingan antara panjang fkus dengan aperture sebesar Untuk sudut sebesar 40 0 atau perbandingan antara panjang fkus dengan aperture adalah Untuk sudut sebesar 30 0 atau perbandingan antara panjang fkus dengan aperture adalah 2,00. Untuk sudut sebesar 20 0 atau perbandingan antara panjang fkus dengan aperture adalah 2,92. Dan untuk sudut sebesar 10 0 atau perbandingan antara panjang fkus dengan aperture adalah 5,76. Hasil intensitas pada Gambar 7. tersebut diperleh dengan menghitung menggunakan perbandingan sesuai dengan persamaan 5. Pada gambar diatas fkus bernilai negatif karena didalam sftware OSLO sinar datang dari arah sumbu negatif sehingga pada saat sinar tersebut mengenai klektr akan dipantulkan dan difkuskan pada sumbu negatif juga. Pada Gambar 7. grafik tersebut linier naik ke atas karena semakin besar titik fkus maka semakin besar intensitas yang dihasilkan. Jika diamati pada Gambar 7. tersebut intensitas pada sudut 60 0 memiliki aperture lebih besar dari cm dan panjang fkus lebih dari -151 cm. Kemudian untuk sudut 50 0 berada pada panjang fkus -191 cm dan aperture sebesar cm. Untuk sudut 40 0 berada pada panjang fkus -271 cm dan aperture sebesar cm. Dan untuk sudut 30 0 berada pada panjang fkus -421 cm dan aperture sebesar 210,5 cm. Namun untuk sudut 20 0 dan 10 0 nilai intensitas kurang dari untuk rentang panjang fkus 5 meter. Namun intensitas akan didapat apabila panjang fkus lebih dari 5 meter. Dari beberapa hasil yang diperleh dengan mengubah perbandingan antara panjang fkus dengan diameter (aperture), didapatkan desain sistem yang ptimal yaitu memiliki panjang sistem yang pendek, permukaan yang luas dan dapat menghasilkan intensitas pada titik fkus Desain tersebut adalah desain dengan sudut yang dibentuk pada titik fkus sebesar 60 0 yang memiliki panjang fkus 1,51 m dan aperture 1,3m. B. Perancangan dengan Eksperimen Perancangan dengan eksperimen merupakan perancangan klektr parabla dengan parameter aperture (D) dan panjang fkus (f) yang maksimal dan diperleh dari perhitungan. Rancangan yang digunakan adalah panjang fkus 1,51 m dan aperture atau diameter 1,3 m. Tabel 1. Pengukuran intensitas cahaya matahari dengan intensitas cahaya pada fkus parabla. 29 Juni Juni Juli 2013 di Fkus Parabla di Fkus Parabla di Fkus Parabla 10: : : : : Tabel 2. Pengukuran Cahaya dengan Cahaya pada Fkus Parabla Juli Juli Juli 2013 di Fkus Parabla di Fkus Parabla 10: : : : : Tabel 3. Besar Keluaran Serat Optik 29 Juni Juni Juli Juli Juli :00 11:00 12:00 13:00 14:00 244,7 268,5 268,8 268,8 233,4 233,2 148, , ,6 227, ,7 213, ,4 208,2 183,4 11,7 25,6 39,3 126,8 109,5 Dengan melakukan pengukuran intensitas matahari, intensitas pada titik fkus dan intesitas keluaran serat ptik yang dimulai pukul 10:00 sampai 15:00 dapat dilihat pada Tabel 1, 2 dan 3. Pada Tabel 1 dan 2 terlihat bahwa intensitas matahari mengalami kenaikan 2 kali lipat dititik fkus. Hal tersebut akibat luasan parabla yang menerima intensitas matahari kemudian sinar matahari difkuskan pada luasan yang lebih kecil sehingga intensitas tersebut naik. Kemudian dilakukan persentase antara besar intensitas di titik fkus dengan intensitas yang pada keluaran serat ptik seperti Tabel 4. Tabel 4. Persentase Cupling antara di Titik Fkus denngan Keluaran Serat Optik.

5 JURNAL TEKNK POMTS Vl. 1, N. 1, (2013) :00 11:00 12:00 13:00 14:00 29 Juni ,1271% 0,1361% 0,1391% 0,138% 0,2167% 30 Juni ,1288% 0,1232% 0,1492% 0,5427% 0,3938% 01 Juli ,1219% 0,2854% 0,316% 0,5313% 0,524% 06 Juli ,1241% 0,1348% 0,1227% 0,1174% 0,2698% 07 Juli ,1234% 0,2719% 0,2884% 0,2822% 0,3614% Pada tabel 4. dapat dilihat bahwa cahaya tidak dapat ditransmisikan dengan baik. Dalam perhitungan cahaya seharusnya dapat ditransmisikan secara maksimal. Namun hal tersebut terjadi akibat pada pembuatan parabla yang kurang tepat atau simetris. Hal ini dapat dilihat pada perhitungan dengan menggunakan sftware OSLO spt size kurang dari diameter cre yaitu sebesar 4,13 x 10-3 mm sedangkan dalam eksperimen lebih besar dari diameter cre. V. KESMPULAN Kesimpulan yang didapat dari penelitian yang telah dilakukan adalah: Telah dilakukan perancangan sistem pencahayaan alami dengan serat ptik dengan menggunakan 1 klektr parabla dan 1 serat ptik jenis end glw sepanjang 50 m. Dari hasil perhitungan dapat diperleh klektr parabla dengan panjang fkus 1,51 m dan aperture radius atau diameter 1,30 m yang dapat memenuhi kriteria SN yaitu intensitas keluaran serat ptik sebesar 500. Pada percbaan diperleh persentase cupling rata rat 0,2% sehingga sistem cupling cahaya tidak dapat berfungsi secara penuh. Hal ini diakibatkan leh bentuk parabla yang kurang simetris sehingga diameter spt size berkas lebih besar daripada diameter cre. [7] Edwards, L., & Trcellini, P. (2002). A Literature Review f the Effect f Natural Light n Building Occupants. Natinal Renewable Energy Labratry. [8] Grisé, W., & Patrick, C. (2003). Passive Slar Lighting Using Fiber Optics. Jurnal f ndutrial Technlgy. [9] Kandilli, C., & Ulgen, K. (2007). Review and Mdelling the Systems f Transmissin Cncentrated. Elsevier. [10] Keiser, G. (1991). Optical Fiber Cmmunicatin. Singapre: McGraw-Hill Bk. [11] Stine, W. B. (2003). Pwer frm the Sun. Retrieved Maret 12, 2012, frm html [12] Whang, A. J.-W., Chen, Y. Y., & Wu, Y. B. (2009). nnvative Design f Cassegrain Slar Cncentratr System fr ndr lluminatin Utilizing Chrmatic Aberratin t Filter Out Ulltravilet and nfrared in Sunlight. [13] Xie, W. T., Dai, Y. J., Wang, R. Z., & Sumathy, K. (2010). Cncentrated Slar Energy Applicatins Using Fresnel Lens. V. UCAPAN TERMA KASH Terima kasih kepada Allah SWT atas rahmat dan kebesarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Tidak lupa juga dengan dsen bidang minat ftnika yang membimbing selama pengerjaan tugas akhir dan seluruh Mahasiswa Teknik Fisika atas kesan-kesan yang pernah saya buat di jurusan ini. DAFTAR PUSTAKA [1] Djjnegr, W. (1992). Pengembangan dan penerapan energi baru dan terbarukan, Lkakarya "Bi Mature Unit" (BMU) untuk pengembangan masyarakat pedesaan. Jakarta: BPPT. [2] Werring, C. G. (2009). Design And Applicatin Of Fiber Optic Daylighting Systems. [3] Cuture, P., Mstefa, M., & Al-Azzawi, A. (2008). Designs f Slar Cllectr fr Hybrid Fiber Optic Lighting System. EEE. [4] Nugrahani, E. F. (2012). Perancangan Sistem Transmisi Cahaya Melalui Serat Optik Untuk Pencahayaan Ruangan. [5] , S. (2001). Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada gedung. [6] Crpratin, L. R. (2005). OSLO. Littletn.

Perancangan Coupling Antara Solar Collector- Serat Optik untuk Sistem Pencahayaan Alami

Perancangan Coupling Antara Solar Collector- Serat Optik untuk Sistem Pencahayaan Alami JURNAL TEKNK POMTS Vl. 2, N. 2, (213) SSN: 2337-3539 (231-9271 Print) B-345 Perancangan Cupling Antara Slar Cllectr- Serat Optik untuk Sistem Pencahayaan Alami Bantara Bayu Perrmana Putra, Sekartedj, dan

Lebih terperinci

Data Penulis: Alumnus STEKOM Agus Widayanto, S.Kom Lingga Hartadi, Amd Luy Usman, Amd Muhammad Toha, S.Kom Rohmad Abidin, S.Kom Wahyu Utomo, S.

Data Penulis: Alumnus STEKOM Agus Widayanto, S.Kom Lingga Hartadi, Amd Luy Usman, Amd Muhammad Toha, S.Kom Rohmad Abidin, S.Kom Wahyu Utomo, S. Data Penulis: Dosen STEKOM Khoirur Rozikin, S.Kom, M.Kom Dani Sasmoko, S.T, M. Eng Unang Achlison, S.T, M.Kom Drs. Bambang Suhartono, M.Kom Purwanto, S.Kom Arsito Ari Kuncoro, S.Kom, M.Kom Budi Hartono,

Lebih terperinci

Perancangan Reflektor Cahaya untuk Sistem Pencahayaan Alami Berbasis Optik Geometri

Perancangan Reflektor Cahaya untuk Sistem Pencahayaan Alami Berbasis Optik Geometri JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) B-87 Perancangan Reflektor Cahaya untuk Sistem Pencahayaan Alami Berbasis Optik Geometri Joko Nugroho, Gatut Yudoyono, dan

Lebih terperinci

Analisis Performansi Kolektor Surya Pemanas Air Dengan Pelat Kolektor Bentuk-V

Analisis Performansi Kolektor Surya Pemanas Air Dengan Pelat Kolektor Bentuk-V Banjarmasin, 7-8 Oktber 2 Analisis Perfrmansi Klektr Surya Pemanas Air Dengan Pelat Klektr Bentuk-V Jalaluddin1,a *, Effendi Arief2,b dan Rustan Tarakka3,c 1,2 dan 3 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Transmisi Cahaya Matahari Melalui Serat Optik untuk Pencahayaan Ruangan

Perancangan Sistem Transmisi Cahaya Matahari Melalui Serat Optik untuk Pencahayaan Ruangan JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Perancangan Sistem Transmisi Caaya Mataari Melalui Serat Optik untuk Pencaayaan Ruangan Elita Fidiya Nugraani, Dr. Ir. Sekartedjo K. MSc., dan A.M. Hatta,

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Panjang Kupasan dan Perubahan Suhu Terhadap Pancaran Intensitas pada Serat Optik Plastik Multimode Tipe FD

Analisis Pengaruh Panjang Kupasan dan Perubahan Suhu Terhadap Pancaran Intensitas pada Serat Optik Plastik Multimode Tipe FD JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) B-103 Analisis Pengaruh Panjang Kupasan dan Perubahan Suhu Terhadap Pancaran Intensitas pada Serat Optik Plastik Multimode Tipe

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM HUKUM-HUKUM OPTIK

BAB II TINJAUAN UMUM HUKUM-HUKUM OPTIK BAB II TINJAUAN UMUM HUKUM-HUKUM OPTIK Tujuan Instruksional Umum Bab II menjelaskan konsep-konsep dasar optika yang diterapkan pada komunikasi serat optik. Tujuan Instruksional Khusus Pokok-pokok bahasan

Lebih terperinci

ANALISA RUGI-RUGI PELENGKUNGAN PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA

ANALISA RUGI-RUGI PELENGKUNGAN PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA ANALISA RUGI-RUGI PELENGKUNGAN PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA Yovi Hamdani, Ir. M. Zulfin, MT Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik

Lebih terperinci

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK Submitted by Dadiek Pranindito ST, MT,. SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM LOGO PURWOKERTO Topik Pembahasan Chapter 1 Overview SKSO Pertemuan Ke -2 SKSO dan Teori

Lebih terperinci

TUGAS. : Fitrilina, M.T OLEH: NO. INDUK MAHASISWA :

TUGAS. : Fitrilina, M.T OLEH: NO. INDUK MAHASISWA : TUGAS NAMA MATA KULIAH DOSEN : Sistem Komunikasi Serat Optik : Fitrilina, M.T OLEH: NAMA MAHASISWA : Fadilla Zennifa NO. INDUK MAHASISWA : 0910951006 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PENGUKURAN REDAMAN SERAT OPTIK MENGGUNAKAN OTDR UNTUK MENDETEKSI KADAR GLUKOSA DALAM AIR

PEMANFAATAN PENGUKURAN REDAMAN SERAT OPTIK MENGGUNAKAN OTDR UNTUK MENDETEKSI KADAR GLUKOSA DALAM AIR PEMANFAATAN PENGUKURAN REDAMAN SERAT OPTIK MENGGUNAKAN OTDR UNTUK MENDETEKSI KADAR GLUKOSA DALAM AIR Intan Pamudiarti, Sami an, Pujiyanto Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga

Lebih terperinci

Fiber Optics (serat optik) Oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber)

Fiber Optics (serat optik) Oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber) Fiber Optics (serat optik) Oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber) Bahan fiber optics (serat optik) Serat optik terbuat dari bahan dielektrik berbentuk seperti kaca (glass). Di dalam serat

Lebih terperinci

DAN KONSENTRASI SAMPEL

DAN KONSENTRASI SAMPEL PERANCANGAN SENSOR ph MENGGUNAKAN FIBER OPTIK BERDASARKAN VARIASI KETEBALAN REZA ADINDA ZARKASIH NRP. 1107100050 DAN KONSENTRASI SAMPEL DOSEN PEMBIMBING : DRS. HASTO SUNARNO,M.Sc Jurusan Fisika Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PEMBENGKOKAN PADA ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM SENSOR SERAT OPTIK

ANALISIS PENGARUH PEMBENGKOKAN PADA ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM SENSOR SERAT OPTIK ANALISIS PENGARUH PEMBENGKOKAN PADA ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM SENSOR SERAT OPTIK Mardian Peslinof 1, Harmadi 2 dan Wildian 2 1 Program Pascasarjana FMIPA Universitas Andalas 2

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Pemecahan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Pemecahan masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Apalagi dengan berkembangnya zaman dan tuntutan modernisasi. Kebutuhan akan pasokan energi

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal Xpedia Fisika Optika Fisis - Soal Doc. Name: XPFIS0802 Version: 2016-05 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) muatan listrik yang diam (2) muatan listrik yang bergerak lurus

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Pencahayaan Untuk Penghematan Energi Listrik Di Ruang Kelas P- 105 Teknik Fisika-ITS Surabaya

Perancangan Sistem Pencahayaan Untuk Penghematan Energi Listrik Di Ruang Kelas P- 105 Teknik Fisika-ITS Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Perancangan Sistem Pencahayaan Untuk Penghematan Energi Listrik Di Ruang Kelas P- 105 Teknik Fisika-ITS Surabaya Herdian Ardianto dan Ir. Heri Justiono,

Lebih terperinci

13. Cahaya; Optika geometri

13. Cahaya; Optika geometri mitrayana@ugm.ac.id 3. Cahaya; Optika geometri 9/7/202 Benda terlihat Benda tersebut sumber cahaya: bola lampu, matahari, bintang dll Benda terlihat dari cahaya yang dipantulkannya . Model Berkas Cahaya

Lebih terperinci

Pengukuran Pengaruh Kelengkungan Serat Optik terhadap Rugi Daya Menggunakan Optical Time Domain Reflectometer (OTDR)

Pengukuran Pengaruh Kelengkungan Serat Optik terhadap Rugi Daya Menggunakan Optical Time Domain Reflectometer (OTDR) Pengukuran Pengaruh Kelengkungan Serat Optik terhadap Rugi Daya Menggunakan Optical Time Domain Reflectometer () Aninda Maharani, Apriani Kusumawardhani Laboratorium Rekayasa Fotonika Jurusan Teknik Fisika

Lebih terperinci

Pengukuran Pengaruh Kelengkungan Serat Optik terhadap Rugi Daya Jaringan Sistem Komunikasi Menggunakan Optical Time Domain Reflectometer (OTDR)

Pengukuran Pengaruh Kelengkungan Serat Optik terhadap Rugi Daya Jaringan Sistem Komunikasi Menggunakan Optical Time Domain Reflectometer (OTDR) Pengukuran Pengaruh Kelengkungan Serat Optik terhadap Rugi Daya Jaringan Sistem Komunikasi Menggunakan Optical Time Domain Reflectometer (OTDR) Aninda Maharani 2406 100 054 Latar Belakang John Crisp &

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SISTEM SENSOR SERAT OPTIK BERDASARKAN EFEK GELOMBANG EVANESCENT

KARAKTERISASI SISTEM SENSOR SERAT OPTIK BERDASARKAN EFEK GELOMBANG EVANESCENT KARAKTERISASI SISTEM SENSOR SERAT OPTIK BERDASARKAN EFEK GELOMBANG EVANESCENT Andeskob Topan Indra, Harmadi Laboratorium Fisika Elektronika dan Instrumentasi, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus

Lebih terperinci

Referensi : 1.Fisika Universitas edisi kesepuluh, schaum 2.Optics, Sears 3.Fundamental of Optics, Jenkin and White

Referensi : 1.Fisika Universitas edisi kesepuluh, schaum 2.Optics, Sears 3.Fundamental of Optics, Jenkin and White SILABUS : 1.Konsep Pemantulan Cahaya a. Cermin Datar b. Cermin Lengkung 2.Pembiasan Cahaya a. Gejala Pembiasan b. Lensa Datar c. Lensa Lengkung 3.Alat-alat Optik a. Mata dan Kacamata b. Lup c. Mikroskop

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Optika Fisis - Latihan Soal Doc Name: AR12FIS0399 Version : 2012-02 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) Mauatan listrik yang diam (2) Muatan listrik

Lebih terperinci

PERANCANGAN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN PERGESERAN OBYEK DALAM ORDE MIKRON MENGGUNAKAN SERAT OPTIK MULTIMODE WIDYANA

PERANCANGAN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN PERGESERAN OBYEK DALAM ORDE MIKRON MENGGUNAKAN SERAT OPTIK MULTIMODE WIDYANA PERANCANGAN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN PERGESERAN OBYEK DALAM ORDE MIKRON MENGGUNAKAN SERAT OPTIK MULTIMODE WIDYANA - 2406100093 PENDAHULUAN Kebutuhan suatu alat pengukuran pergeseran obyek dalam

Lebih terperinci

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding TT 1122 PENGANTAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI Information source Electrical Transmit Optical Source Optical Fiber Destination Receiver (demodulator) Optical Detector Secara umum blok diagram transmisi komunikasi

Lebih terperinci

Oleh : Akbar Sujiwa Pembimbing : Endarko, M.Si., Ph.D

Oleh : Akbar Sujiwa Pembimbing : Endarko, M.Si., Ph.D Oleh : Akbar Sujiwa Pembimbing : Endarko, M.Si., Ph.D Serat optik FTP 320-10 banyak digunakan Bagaimana karakter makrobending losses FTP 320-10 terhadap pembebanan Bagaimana kecepatan respon FTP 320-10

Lebih terperinci

POWER LAUNCHING. Ref : Keiser. Fakultas Teknik Elektro 1

POWER LAUNCHING. Ref : Keiser. Fakultas Teknik Elektro 1 POWER LAUNCHING Ref : Keiser Fakultas Teknik Elektro 1 Penyaluran daya optis dr sumber ke fiber : Fiber : NA fiber Ukuran inti Profil indeks bias Beda indeks bias inti-kulit Sumber : Ukuran POWER LAUNCHING

Lebih terperinci

Interferensi Cahaya. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung

Interferensi Cahaya. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Interferensi Cahaya Agus Suroso (agussuroso@fi.itb.ac.id) Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 1 / 39 Contoh gejala interferensi

Lebih terperinci

Perancangan Sensor Kebakaran (Asap) Menggunakan Serat Optik Plastik

Perancangan Sensor Kebakaran (Asap) Menggunakan Serat Optik Plastik Perancangan Sensor Kebakaran (Asap) Menggunakan Serat Optik Plastik Oleh : Desica Alfiana 2408100015 Pembimbing I : Ir. Heru Setijono, MSc Pembimbing II : Agus M. Hatta, ST, MSi, PhD 9/7/2012 Seminar Tugas

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUKURAN MENGGUNAKAN OTDR SERTA ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGGUKURAN TERHADAP RUGI-RUGI TRANSMISI

BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUKURAN MENGGUNAKAN OTDR SERTA ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGGUKURAN TERHADAP RUGI-RUGI TRANSMISI BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUKURAN MENGGUNAKAN OTDR SERTA ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGGUKURAN TERHADAP RUGI-RUGI TRANSMISI 4.1 Analisa Perencanaan Instalasi Penentuan metode instalasi perlu dipertimbangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemantulan adalah perubahan arah rambat sinar ke arah sisi (medium) asal, setelah menumbuk antarmuka dua medium (Kerker, 1977). Prinsip pemantulan dalam serat

Lebih terperinci

JARAK FOKUS LENSA TIPIS

JARAK FOKUS LENSA TIPIS JARAK FOKUS LENSA TIPIS Dian Saputri Yunus, Ni Nyoman Putri Ari, Fitri Safitri, Sadri. LABORATORIUM FISIKA DASAR JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR Abstrak Telah dilakukan

Lebih terperinci

Perancangan Prototipe Biosensor Serat Optik Berbasis pada Metode End-Butt Coupling

Perancangan Prototipe Biosensor Serat Optik Berbasis pada Metode End-Butt Coupling Perancangan Prototipe Biosensor Serat Optik Berbasis pada Metode End-Butt Coupling Adnan Fatahillah Afiff, Purnomo Sidi Priambodo Departemen Teknik Elektro, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok

Lebih terperinci

POWER LAUNCHING. Ref : Keiser

POWER LAUNCHING. Ref : Keiser POWER LAUNCHING Ref : Keiser Penyaluran daya optis dr sumber ke fiber : Fiber : NA fiber Ukuran inti Profil indeks bias Beda indeks bias inti-kulit Sumber : Ukuran POWER LAUNCHING Radiansi/brightness (daya

Lebih terperinci

ANALISA RUGI DAYA MAKROBENDING SERAT OPTIK MODA TUNGGAL TERHADAP PENGARUH PEMBEBANAN DENGAN VARIASI JUMLAH DAN DIAMETER LILITAN

ANALISA RUGI DAYA MAKROBENDING SERAT OPTIK MODA TUNGGAL TERHADAP PENGARUH PEMBEBANAN DENGAN VARIASI JUMLAH DAN DIAMETER LILITAN ANALISA RUGI DAYA MAKROBENDING SERAT OPTIK MODA TUNGGAL TERHADAP PENGARUH PEMBEBANAN DENGAN VARIASI JUMLAH DAN DIAMETER LILITAN Henry Prasetyo 1109100060 Pembimbing : Endarko, M.Si., Ph.D Department of

Lebih terperinci

DESAIN FIBER SENSOR BERBASIS RUGI-RUGI KARENA BENDING UNTUK STRAIN GAUGE

DESAIN FIBER SENSOR BERBASIS RUGI-RUGI KARENA BENDING UNTUK STRAIN GAUGE DESAIN FIBER SENSOR BERBASIS RUGI-RUGI KARENA BENDING UNTUK STRAIN GAUGE Widya Carolina Dwi Prabekti, Ahmad Marzuki, Stefanus Adi Kristiawan Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

15B08064_Kelas C TRI KURNIAWAN OPTIK GEOMETRI TRI KURNIAWAN STRUKTURISASI MATERI OPTIK GEOMETRI

15B08064_Kelas C TRI KURNIAWAN OPTIK GEOMETRI TRI KURNIAWAN STRUKTURISASI MATERI OPTIK GEOMETRI OPTIK GEOMETRI (Kelas XI SMA) TRI KURNIAWAN 15B08064_Kelas C TRI KURNIAWAN STRUKTURISASI MATERI OPTIK GEOMETRI 1 K o m p u t e r i s a s i P e m b e l a j a r a n F i s i k a OPTIK GEOMETRI A. Kompetensi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II POLARIMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II POLARIMETRI LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II POLARIMETRI Oleh : Nama : Ni Made Susita Pratiwi Nim : 1008105005 Kelmpk : II Tanggal Praktikum : 16 April 2012 LABORATORIUM KIMIA FISIK JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK I. SOAL PILIHAN GANDA Diketahui c = 0 8 m/s; µ 0 = 0-7 Wb A - m - ; ε 0 = 8,85 0 - C N - m -. 0. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut : () Di udara kecepatannya cenderung

Lebih terperinci

Cahaya dan Perambatannya

Cahaya dan Perambatannya Cahaya dan Perambatannya Anhar, MT. 1 Perkembangan awal Cahaya telah digunakan beribu tahun yg lalu. Walaupun saat ini eranya wireless, banyk nahkoda masih menggunakan cahaya utk navigasi di lautan. Boston,

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 08 Fisika

Antiremed Kelas 08 Fisika Antiremed Kelas 08 Fisika Cahaya - Latihan Soal Pilihan Ganda Doc. Name: AR08FIS0699 Version: 2012-08 halaman 1 01. Berikut yang merupakan sifat cahaya adalah. (A) Untuk merambat, cahaya memerlukan medium

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Bagan

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Bagan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bagan Bagan merupakan suatu alat tangkap yang termasuk kedalam kelompok jaring angkat dan terdiri atas beberapa komponen, yaitu jaring, rumah bagan, dan lampu. Jaring bagan umumnya

Lebih terperinci

Pengembangan Spektrofotometri Menggunakan Fiber Coupler Untuk Mendeteksi Ion Kadmium Dalam Air

Pengembangan Spektrofotometri Menggunakan Fiber Coupler Untuk Mendeteksi Ion Kadmium Dalam Air Pengembangan Spektrofotometri Menggunakan Fiber Coupler Untuk Mendeteksi Ion Kadmium Dalam Air Pujiyanto, Samian dan Alan Andriawan. Program Studi S1 Fisika, Departemen Fisika, FST Universitas Airlangga,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengukuran dan pengecekan rugi-rugi fiber optic berdasarkan nilai data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengukuran dan pengecekan rugi-rugi fiber optic berdasarkan nilai data BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran dan pengecekan rugi-rugi fiber optic berdasarkan nilai data yang diperoleh dari hasil kerja praktek di PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA area Gresik, divisi Infrastruktur

Lebih terperinci

Analisis Efisiensi Daya Pada Transmisi Daya Optik Lewat Bundel Serat Optik

Analisis Efisiensi Daya Pada Transmisi Daya Optik Lewat Bundel Serat Optik The 13 th Industrial Electronics Seminar 2011 (IES 2011) Electronic Engineering Polytechnic Institute of Surabaya (EEPIS), Indonesia, October 26, 2011 Analisis Efisiensi Daya Pada Transmisi Daya Optik

Lebih terperinci

IV : MEDIA TRANSMISI JARINGAN KOMPUTER

IV : MEDIA TRANSMISI JARINGAN KOMPUTER IV : MEDIA TRANSMISI JARINGAN KOMPUTER IV.1. Jenis Media Transmisi pada LAN : 1. Coaxial Cable 2. Shielded & Unshielded Twisted Pair 3. Fiber Optic Cable 4. Wireless 1. Coaxial Cable : kabel ini sering

Lebih terperinci

Analisis Kesalahan Pengukuran Kecepatan Akibat Distorsi Lensa

Analisis Kesalahan Pengukuran Kecepatan Akibat Distorsi Lensa JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (21) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) A9 Analisis Kesalahan Pengukuran Akibat Distorsi Lensa Yudha Hardhiyana Putra dan Yusuf Kaelani Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Karakteristik Serat Optik

Karakteristik Serat Optik Karakteristik Serat Optik Kecilnya..? Serat optik adalah dielectric waveguide yang dioperasikan pada frekuensi optik 10 14-10 15 Hz Struktur serat optik Indeks bias core > cladding n 1 > n Fungi cladding:

Lebih terperinci

CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM

CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 0 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM Cahaya Cermin 0. EBTANAS-0-2 Bayangan yang terbentuk oleh cermin cekung dari sebuah benda setinggi h yang ditempatkan pada jarak lebih kecil

Lebih terperinci

Perancangan Pencahayaan GOR Target Keputih dengan Menganalisa Daya serta Menerapkan Konsep Green Building

Perancangan Pencahayaan GOR Target Keputih dengan Menganalisa Daya serta Menerapkan Konsep Green Building JRN TEKNIK OITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 rint) D-150 erancangan encahayaan GOR Target Keputih dengan enganalisa Daya serta enerapkan Konsep Green Building Najma adarina, Wiratno.

Lebih terperinci

Analisa Aspek Daya dan Ekonomis Perancangan Pencahayaan Ruang Kelas Menerapkan Konsep Bangunan Hijau

Analisa Aspek Daya dan Ekonomis Perancangan Pencahayaan Ruang Kelas Menerapkan Konsep Bangunan Hijau 1 Analisa Aspek Daya dan Ekonomis Perancangan Pencahayaan Ruang Kelas Menerapkan Konsep Bangunan Hijau Nanang C Darmawan, Andi Rahmadiansah, Wiratno Argo A Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

PENCAHAYAAN RUANG ARSITEKTUR DENGAN FIBER OPTIC SEBAGAI ALTERNATIF PENCAHAYAAN ALAMI DAN PEMANFAATAN ENERGI TERBARUKAN

PENCAHAYAAN RUANG ARSITEKTUR DENGAN FIBER OPTIC SEBAGAI ALTERNATIF PENCAHAYAAN ALAMI DAN PEMANFAATAN ENERGI TERBARUKAN JRL Vol. 4 No.3 Hal 165-170 Jakarta, September 2008 ISSN : 2085-3866 PENCAHAYAAN RUANG ARSITEKTUR DENGAN FIBER OPTIC SEBAGAI ALTERNATIF PENCAHAYAAN ALAMI DAN PEMANFAATAN ENERGI TERBARUKAN Suryo Anggoro

Lebih terperinci

KISI DIFRAKSI (2016) Kisi Difraksi

KISI DIFRAKSI (2016) Kisi Difraksi KISI DIFRAKSI (2016) 1-6 1 Kisi Difraksi Rizqi Ahmad Fauzan, Chi Chi Novianti, Alfian Putra S, dan Gontjang Prajitno Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman

Lebih terperinci

PENGARUH DESAIN CLERESTORIES TERHADAP KINERJA DAYLIGHT PADA GOR BULUTANGKIS ITS DI SURABAYA GUNA MENDUKUNG KONSEP GREEN BUILDING

PENGARUH DESAIN CLERESTORIES TERHADAP KINERJA DAYLIGHT PADA GOR BULUTANGKIS ITS DI SURABAYA GUNA MENDUKUNG KONSEP GREEN BUILDING PENGARUH DESAIN CLERESTORIES TERHADAP KINERJA DAYLIGHT PADA GOR BULUTANGKIS ITS DI SURABAYA GUNA MENDUKUNG KONSEP GREEN BUILDING John Victor Lewi S 1), Sri Nastiti N. Ekasiwi 2), dan Ima Defiana 3) 1)

Lebih terperinci

Lembar Pengesahan Riwayat Hidup. Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran

Lembar Pengesahan Riwayat Hidup. Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran vi Lembar Pengesahan Riwayat Hidup Abstrak Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran DAFTAR ISI i ii iii iv vi ix xi xii BAB I : PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Identifikasi

Lebih terperinci

MODIFIKASI SISTEM HEADLAMP LIVINA DENGAN PERGERAKAN ADAPTIVE

MODIFIKASI SISTEM HEADLAMP LIVINA DENGAN PERGERAKAN ADAPTIVE MODIFIKASI SISTEM HEADLAMP LIVINA DENGAN PERGERAKAN ADAPTIVE Yusuf Kusuma Hodianto 1), Ian Hardianto Siahaan 2) Program Studi Teknik Mesin Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya 60236.

Lebih terperinci

PERANCANGAN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN PERGESERAN OBYEK DALAM ORDE MIKROMETER MENGGUNAKAN SERAT OPTIK MULTIMODE

PERANCANGAN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN PERGESERAN OBYEK DALAM ORDE MIKROMETER MENGGUNAKAN SERAT OPTIK MULTIMODE PERANCANGAN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN PERGESERAN OBYEK DALAM ORDE MIKROMETER MENGGUNAKAN SERAT OPTIK MULTIMODE Widyana - Heru Setijono Laboratorium Rekayasa Fotonika Jurusan Teknik Fisika Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV BIOOPTIK FISIKA KESEHATAN

BAB IV BIOOPTIK FISIKA KESEHATAN BAB IV BIOOPTIK Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa akan dapat: a. Menentukan posisi dan pembesaran bayangan dari cermin dan lensa b. Menjelaskan proses pembentukan bayangan pada mata c. Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB 4 Difraksi. Difraksi celah tunggal

BAB 4 Difraksi. Difraksi celah tunggal BAB 4 Difraksi Jika muka gelombang bidang tiba pada suatu celah sempit (lebarnya lebih kecil dari panjang gelombang), maka gelombang ini akan meng-alami lenturan sehingga terjadi gelombanggelombang setengah

Lebih terperinci

K.S.O TRANSMITTING LIGHTS ON FIBER.

K.S.O TRANSMITTING LIGHTS ON FIBER. K.S.O TRANSMITTING LIGHTS ON FIBER ekofajarcahyadi@st3telkom.ac.id OVERVIEW SMF (Single Mode Fiber) MMF (Multi Mode Fiber) Signal Degradation BASIC PRINCIPLE OF LIGHTS TRANSMISSION IN F.O JENIS-JENIS FIBER

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun KATA PENGANTAR Puji syukur tim panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya tim bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Optika Fisis ini. Makalah ini diajukan guna memenuhi

Lebih terperinci

Deteksi Konsentrasi Kadar Glukosa Dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Serat Optik Menggunakan Cermin Cekung Sebagai Target

Deteksi Konsentrasi Kadar Glukosa Dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Serat Optik Menggunakan Cermin Cekung Sebagai Target Deteksi Konsentrasi Kadar Glukosa Dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Serat Optik Menggunakan Cermin Cekung Sebagai Target Hilyati N., Samian, Moh. Yasin, Program Studi Fisika Fakultas Sains

Lebih terperinci

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB 14 420 040 TEKNIK ELEKTRO ILUMINASI (PENCAHAYAAN) Iluminasi disebut juga model refleksi atau model pencahayaan. Illuminasi menjelaskan tentang interaksi

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [FISIKA] [1.6 Sifat Cermin] [Susilo] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017 1.6 Materi

Lebih terperinci

LAMPIRAN I RPP SIKLUS 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SATUAN PEMBELAJARAN

LAMPIRAN I RPP SIKLUS 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SATUAN PEMBELAJARAN LAMPIRAN I RPP SIKLUS 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) SATUAN PEMBELAJARAN Satuan pendidikan : SMA Mata pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X3 / II Sekolah : SMA Nation Star Academy Surabaya

Lebih terperinci

INTERFEROMETER MICHELSON DAN CCD WEBCAM SEBAGAI PENENTU FREKUENSI GETAR OBJEK

INTERFEROMETER MICHELSON DAN CCD WEBCAM SEBAGAI PENENTU FREKUENSI GETAR OBJEK INTERFEROMETER MICHELSON DAN CCD WEBCAM SEBAGAI PENENTU FREKUENSI GETAR OBJEK Afdhal Muttaqin, Nadia Mayani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand Limau Manis, Padang, 25163 Email: allz@fmipa.unand.ac.id

Lebih terperinci

A. PENGERTIAN difraksi Difraksi

A. PENGERTIAN difraksi Difraksi 1 A. PENGERTIAN Jika muka gelombang bidang tiba pada suatu celah sempit (lebarnya lebih kecil dari panjang gelombang), maka gelombang ini akan mengalami lenturan sehingga terjadi gelombang-gelombang setengah

Lebih terperinci

BAB III. Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai. Perancangan Sensor. Pengujian Kesetabilan Laser

BAB III. Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai. Perancangan Sensor. Pengujian Kesetabilan Laser BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Tahapan Penelitian Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai Perancangan Sensor Pengujian Kesetabilan Laser Pengujian variasi diameter

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA YOVI HAMDANI

TUGAS AKHIR TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA YOVI HAMDANI TUGAS AKHIR ANALISA RUGI-RUGI PELENGKUNGAN PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA Oleh : YOVI HAMDANI 070402099 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

Pengaruh Sudut Kemiringan Kolektor Surya Pelat Datar terhadap Efisiensi Termal dengan Penambahan Eksternal Annular Fin pada Pipa

Pengaruh Sudut Kemiringan Kolektor Surya Pelat Datar terhadap Efisiensi Termal dengan Penambahan Eksternal Annular Fin pada Pipa JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (215 ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print B-31 Pengaruh Sudut Kemiringan Kolektor Surya Pelat Datar terhadap Efisiensi Termal dengan Penambahan Eksternal Annular Fin pada Pipa

Lebih terperinci

RAY TRACER PENGUJIAN CAHAYA LED. B. M. Wibawa, I M. Joni, F. Faizal, V. Hutabalian, K. Heru dan C. Panatarani

RAY TRACER PENGUJIAN CAHAYA LED. B. M. Wibawa, I M. Joni, F. Faizal, V. Hutabalian, K. Heru dan C. Panatarani Prsiding Seminar Nasinal Sains dan Teknlgi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 Nvember 2008 RAY TRACER PENGUJIAN CAHAYA LED B. M. Wibawa, I M. Jni, F. Faizal, V. Hutabalian, K. Heru dan C. Panatarani Grup

Lebih terperinci

Sensor Serat Optik untuk Pengukuran Beban Bergerak

Sensor Serat Optik untuk Pengukuran Beban Bergerak Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 14 Sensor Serat Optik untuk Pengukuran Beban Bergerak 1, Pujayanto 2 1,2 Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Jalan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI FIBER BRAG GRATING TERHADAP SUHU MENGGUNAKAN TEKNIK SAPUAN PANJANG GELOMBANG LASER

KARAKTERISASI FIBER BRAG GRATING TERHADAP SUHU MENGGUNAKAN TEKNIK SAPUAN PANJANG GELOMBANG LASER Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIV HFI Jateng & DIY, Semarang 10 April 2010 241 hal. 241-246 KARAKTERISASI FIBER BRAG GRATING TERHADAP SUHU MENGGUNAKAN TEKNIK SAPUAN PANJANG GELOMBANG LASER Andi Setiono dan

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM PENCAHAYAAN BUATAN RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU)

ANALISA SISTEM PENCAHAYAAN BUATAN RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (1-8) 1 ANALISA SISTEM PENCAHAYAAN BUATAN RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU) Hanang Rizki Ersa Fardana, Ir. Heri Joestiono, M.T. Jurusan Teknik Fisika,

Lebih terperinci

fisika CAHAYA DAN OPTIK

fisika CAHAYA DAN OPTIK Persiapan UN SMP 2017 fisika CAHAYA DAN OPTIK A. Sifat-Sifat Cahaya Cahaya merupakan suatu gelombang elektromagnetik sehingga cahaya dapat merambat di dalam ruang hampa udara. Kecepatan cahaya merambat

Lebih terperinci

Kurikulum 2013 Kelas 12 SMA Fisika

Kurikulum 2013 Kelas 12 SMA Fisika Kurikulum 2013 Kelas 12 SA Fisika Persiapan UTS Semester Ganjil Doc. Name: K13AR12FIS01UTS Version : 2016-04 halaman 1 01. Suatu sumber bunyi bergerak dengan kecepatan 10 m/s menjauhi seorang pendengar

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN KONSENTRASI CLADDING TERHADAP LOSS POWER SERAT OPTIK SINGLEMODE SMF-28

PENGARUH PERUBAHAN KONSENTRASI CLADDING TERHADAP LOSS POWER SERAT OPTIK SINGLEMODE SMF-28 PENGARUH PERUBAHAN KONSENTRASI CLADDING TERHADAP LOSS POWER SERAT OPTIK SINGLEMODE SMF-28 Sujito, Arif Hidayat, Firman Budianto Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang Telah dilakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dengan kapasitas besar dengan keandalan yang tinggi. Pada awal

BAB I PENDAHULUAN. informasi dengan kapasitas besar dengan keandalan yang tinggi. Pada awal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serat optik adalah salah satu media transmisi yang dapat menyalurkan informasi dengan kapasitas besar dengan keandalan yang tinggi. Pada awal penggunaannya, serat optik

Lebih terperinci

PENCAHAYAAN DALAM RUANG TERTUTUP MENGGUNAKAN SOLAR ILLUMINATION

PENCAHAYAAN DALAM RUANG TERTUTUP MENGGUNAKAN SOLAR ILLUMINATION PENCAHAYAAN DALAM RUANG TERTUTUP MENGGUNAKAN SOLAR ILLUMINATION Isa Albanna; Suyatno, M.Si; Gatut Yudoyono, Drs., MT Jurusan Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Nama : Kelas/No : / Elektromagnet - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK Interferensi Pada

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA DASAR II CINCIN NEWTON. (Duty Millia K)

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA DASAR II CINCIN NEWTON. (Duty Millia K) LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA DASAR II 0 2 CINCIN NEWTON (Duty Millia K) IKO SAPTINUS 08/270108/PA/12213 GEOFISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS GADJAH MADA

Lebih terperinci

BAB II ISI MAKALAH A. PENGIRIM OPTIK

BAB II ISI MAKALAH A. PENGIRIM OPTIK BAB II ISI MAKALAH A. PENGIRIM OPTIK Pada prinsipnya fiber optik memantulkan dan membiaskan sejumlah cahaya yang merambat di dalamnya. Efisiensi dari serat optik ditentukan oleh kemurnian dari bahan penyusun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2013 s/d Mei 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2013 s/d Mei 2014. 22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2013 s/d Mei 2014. Pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium Eksperimen

Lebih terperinci

APLIKASI DIRECTIONAL COUPLER DAN DOUBLE COUPLER SEBAGAI SENSOR PERGESERAN BERDIMENSI MIKRO

APLIKASI DIRECTIONAL COUPLER DAN DOUBLE COUPLER SEBAGAI SENSOR PERGESERAN BERDIMENSI MIKRO APLIKASI DIRECTIONAL COUPLER DAN DOUBLE COUPLER SEBAGAI SENSOR PERGESERAN BERDIMENSI MIKRO Oleh ANWARIL MUBASIROH 1109 100 708 Dosen Pembimbing Drs. Gatut Yudoyono, M.T JURUSAN FISIKA FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Hambatan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang memiliki satuan Ohm. Satuan hambatan jika

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa 2 Metode yang sering digunakan untuk menentukan koefisien serap bunyi pada bahan akustik adalah metode ruang gaung dan metode tabung impedansi. Metode tabung impedansi ini masih dibedakan menjadi beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gelombang Gelombang adalah gangguan yang terjadi secara terus menerus pada suatu medium dan merambat dengan kecepatan konstan (Griffiths D.J, 1999). Pada gambar 2.1. adalah

Lebih terperinci

PEMETAAN BEBAN OLEH BIDANG SERAGAM DENGAN METODE BENDING LOSS AKIBAT GRATING PADA SERAT OPTIK

PEMETAAN BEBAN OLEH BIDANG SERAGAM DENGAN METODE BENDING LOSS AKIBAT GRATING PADA SERAT OPTIK PEMETAAN BEBAN OLEH BIDANG SERAGAM DENGAN METODE BENDING LOSS AKIBAT GRATING PADA SERAT OPTIK Mahmudah Salwa Gianti*, Ahmad Marzuki*, Stefanus Adi Kristiawan** *Prodi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Analisis Sensor Regangan dengan Teknik Pencacatan Berbasis Serat Optik Multimode Step-Index

Analisis Sensor Regangan dengan Teknik Pencacatan Berbasis Serat Optik Multimode Step-Index B22 Analisis Sensor Regangan dengan Teknik Pencacatan Berbasis Serat Optik Multimode Step-Index Muhadha Shalatin dan Agus Rubiyanto Departemen Fisika, Fakultas Ilmu Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mulai bulan Maret 2011 sampai bulan November Alat alat yang digunakan dalam peneletian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. mulai bulan Maret 2011 sampai bulan November Alat alat yang digunakan dalam peneletian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Optika dan Aplikasi Laser Departemen Fisika Universitas Airlangga dan Laboratorium Laser Departemen Fisika

Lebih terperinci

EKSPERIMEN FISIKA DASAR II

EKSPERIMEN FISIKA DASAR II EKSPERIMEN FISIKA DASAR II PERCOBAAN 1 CERMIN CEMBUNG TUJUAN ; Menentukan Titik Fokus Cermin Cembung Menyelidiki sifat-sifat bayangan dari suatu cermin cembung. DASAR TEORI A A` f C S S` Gambar di atas

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM PENCAHAYAAN HYBRID MENGGUNAKAN SERAT OPTIK DAN ULTRABRIGHT LED

RANCANG BANGUN SISTEM PENCAHAYAAN HYBRID MENGGUNAKAN SERAT OPTIK DAN ULTRABRIGHT LED RANCANG BANGUN SISTEM PENCAHAYAAN HYBRID MENGGUNAKAN SERAT OPTIK DAN ULTRABRIGHT LED Henri Sukmajaya NRP 2205100148 Dosen pembimbing: Dr. Muhammad Rivai, ST,MT Ir. Harris Pirngadi, MT,ID Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Sifat gelombang elektromagnetik Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Pantulan (Refleksi) Pemantulan gelombang terjadi ketika gelombang

Lebih terperinci

FABRIKASI SENSOR PERGESERAN BERBASIS MACROBENDING SERAT OPTIK

FABRIKASI SENSOR PERGESERAN BERBASIS MACROBENDING SERAT OPTIK FABRIKASI SENSOR PERGESERAN BERBASIS MACROBENDING SERAT OPTIK Oleh; Hadziqul Abror NRP. 1109 100 704 Pembimbing: Dr. Melania Suweni Muntini, M.T Ruang Sidang Fisika, 20 Maret 2012 Outline Pendahuluan Tinjauan

Lebih terperinci

PENINGKATAN DAYA KELUARAN SEL SURYA DENGAN PENAMBAHAN INTENSITAS BERKAS CAHAYA MATAHARI

PENINGKATAN DAYA KELUARAN SEL SURYA DENGAN PENAMBAHAN INTENSITAS BERKAS CAHAYA MATAHARI PENINGKATAN DAYA KELUARAN SEL SURYA DENGAN PENAMBAHAN INTENSITAS BERKAS CAHAYA MATAHARI Oleh: Budhi Priyanto ABSTRAK: Sel surya sebagai penghasil energi listrik dari sinar matahari secara langsung saat

Lebih terperinci

Deteksi Kadar Glukosa dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Menggunakan Fiber Coupler

Deteksi Kadar Glukosa dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Menggunakan Fiber Coupler Deteksi Kadar Glukosa dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Menggunakan Fiber Coupler Fina Nurul Aini, Samian, dan Moh. Yasin. Program Studi S1 Fisika, Departemen Fisika, FST Universitas Airlangga,

Lebih terperinci

PEMANTULAN CAHAYA LAPORAN PRAKTIKUM OPTIK. Disusun oleh: Nita Nurtafita

PEMANTULAN CAHAYA LAPORAN PRAKTIKUM OPTIK. Disusun oleh: Nita Nurtafita PEMANTULAN CAHAYA LAPORAN PRAKTIKUM OPTIK Disusun oleh: Nita Nurtafita 107016300115 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENENTUAN RUGI-RUGI BENGKOKAN SERAT OPTIK JENIS SMF-28. Syahirul Alim Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta

PENENTUAN RUGI-RUGI BENGKOKAN SERAT OPTIK JENIS SMF-28. Syahirul Alim   Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta PENENTUAN RUGI-RUGI BENGKOKAN SERAT OPTIK JENIS SMF-8 Syahirul Alim Email: arul_alim@yahoo.com Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstrak Telah dilakukan penelitian tentang Rugi-rugi bengkokan

Lebih terperinci

STUDY AWAL FIBER OPTIK SEBAGAI SENSOR ph

STUDY AWAL FIBER OPTIK SEBAGAI SENSOR ph STUDY AWAL FIBER OPTIK SEBAGAI SENSOR ph Nama Mahasiswa : RAHARDIANTI AYU KHOLILAH NRP : 1106 100 04 Jurusan : Fisika FMIPA-ITS Dosen Pembimbing : Drs. HASTO SUNARNO, M.Sc. Abstrak Telah dilakukan penelitian

Lebih terperinci

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL Frans Soehartono 1, Anik Juniwati 2, Agus Dwi Hariyanto 3 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci