HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran Umum Lokasi Penelitian"

Transkripsi

1 57 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Taman Nasional Bulit Barisan Selatan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) merupakan salah satu taman nasional yang memiliki keanekaragaman ekosistem serta flora dan fauna yang tinggi. Taman nasional ini melindungi berbagai tipe ekosistem, mulai ekosistem pegunungan sampai ekosistem laut. Setiap tipe ekosistem merupakan habitat berbagai flora dan fauna yang beberapa diantaranya merupakan flora dan fauna khas dan atau langka. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) pada awalnya ditetapkan tahun 1935 sebagai Kawasan Suaka Marga Satwa, melalui Besluit Van der GouvernourGeneral Van Nederlandsch Indie No 48 stbl. 1935, dengan nama SS I (Sumatra Selatan I). Selanjutnya, pada 1 April 1979 kawasan Bukit Barisan Selatan memperoleh status sebagai Kawasan Pelestarian Alam. Pada tanggal 14 Oktober 1982 status kawasan ini dikukuhkan sebagai Taman Nasional melalui Surat Pernyataan Menteri Pertanian No. 736/Mentan/X/1982. Kemudian pada tahun 1997 melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 185/KptsII/1997 tanggal 31 Maret 1997, dengan nama Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (BTNBBS 2010). Kawasan TNBBS terletak di ujung Selatan dari rangkaian pegunungan Bukit Barisan yang membujur sepanjang Pulau Sumatera. TNBBS memiliki topografi yang cukup bervariasi yaitu mulai datar, landai, bergelombang, berbukit, curam dan bergunung dengan ketinggian berkisar antara m dpl. Bagian lereng di sebelah Timur dan Utara cukup curam dan semakin landai pada bagian Selatan dan Barat ke arah Samudera Hindia. Secara geografis Kawasan Taman Nasional Bukit Barisan (TNBBS) terletak pada o 57 LS dan 103 o o 44 BT, meliputi areal seluas ± hektar (BTNBBS 2010). Kawasan ini membentang dari ujung Selatan Bagian Barat Provinsi Lampung hingga wilayah Provinsi Bengkulu bagian Selatan. Berdasarkan administrasi pemerintahan, kawasan TNBBS termasuk ke dalam provinsi Lampung yaitu di Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Tangamus, serta Provinsi Bengkulu yaitu di Kabupaten Kaur. Berikut adalah tabel luasan kawasan TNBBS di dua provinsi tersebut: Provinsi Tabel 9 Distribusi luas kawasan TNBBS Kabupaten Luas (ha) Persentase Terhadap Luas Total Kawasan (persen) Lampung 1. Tanggamus ,02 2. Lampung Barat ,38 Bengkulu 3. Bengkulu Selatan ,60 Sumber: BTNBBS (2011)

2 58 Kawasan TNBBS dikelompokkan menjadi dua zona iklim. Bagian Barat Taman Nasional mempunyai curah hujan antara per tahun dan bagian Timur Taman Nasional antara mm per tahun dengan suhu berkisar 20 o 28 o C. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, bagian Barat Kawasan TNBBS termasuk tipe iklim A (basah) dengan lebih dari 9 (sembilan) bulan basah per tahun dan di bagian timur termasuk tipe iklim B yang lebih kering dari tipe A dan mempunyai 7 (tujuh) bulan basah per tahun. Curah hujan ratarata per tahun mm per tahun di bagian Barat dan mm per tahun di bagian Timur, dengan suhu berkisar 20 o 28 o C (BTNBBS 2010). Kawasan TNBBS memiliki banyak fungsi, antara lain, sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Kawasan TNBBS memiliki nilai manfaat ekonomi, sosial, budaya, dan estetika, baik dirasakan secara langsung maupun tidak. Secara hidrologi, merupakan bagian hulu dari sungaisungai yang mengalir ke daerah permukiman dan pertanian di daerah hilir sehingga berperan sangat penting sebagai daerah tangkapan air (catchment area) dan melindungi sistem tata air. Kawasan TNBBS merupakan daerah tangkapan air dan pelindung sistem tata air di dua provinsi (Lampung dan Bengkulu). Kawasan TNBBS merupakan bagian hulu sungaisungai yang mengalir ke daerah pemukiman dan pertanian di daerah hilir sehingga berperan sangat penting sebagai daerah tangkapan air (catchment area) dan melindungi sistem tata air (hidroorologis). Sebagian besar dari sungaisungai yang ada mengalir ke arah Barat Daya dan bermuara di Samudera Indonesia sementara sebagian lagi bermuara ke Teluk Semangka. Sungaisungai yang mengalir di bagian Utara taman nasional terdiri dari Air Nasal Kiri, Air Sambat, Air Nasal Kanan, Way Menula, Way Simpang dan Way Laai. Sungaisungai yang mengalir di bagian Tengah taman nasional terdiri dari Way Tenumbang, Way Biha, Way Marang, Way Ngambur Bunuk, Way Tembuli, Way Ngaras, Way Pintau, Way Pemerihan, Way Semong, dan Way Semangka. Sementara di bagian Selatan taman nasional mengalir Way Canguk, Way Sanga, Way Menanga Kiri, Way Menanga Kanan, Way Paya, Way Kejadian, Way Sulaeman dan Way Blambangan. Di bagian ujung Selatan taman nasional terdapat danau yang dipisahkan hanya oleh pasir pantai selebar puluhan meter yaitu Danau Menjukut (150 ha). Di bagian Tengah yaitu di daerah Suoh terdapat 4 (empat) buah danau yang letaknya berdekatan yaitu Danau Asam (160 ha), Danau Lebar (60 ha), Danau Minyak (10 ha), dan Danau Belibis (3 ha). Sementara bagian Tenggara, selatan dan Barat taman nasional dikelilingi oleh lautan yaitu perairan Teluk Semangka, Tanjung Cina dan Samudera Indonesia. TNBBS tersusun atas berbagai tipe ekosistem yang lengkap mulai ekosistem rawa, estuari, hutan pantai, hutan hujan dataran rendah, hutan hujan bukit, hutan hujan pegunungan bawah dan hutan hujan pegunungan tinggi. Hutan hujan dataran rendah (0 500 m dpl) seluas ±44,04 persen ( ha) dari luasan total kawasan, hutan hujan bukit ( mdpl) ±34.34 persen ( ha). Sementara itu hutan hujan pegunungan dengan ketinggian di atas 1000 mdpl yang terdiri dari hutan hujan pegunungan bawah ±20.20 persen ( ha), dimana ±3 persen ( ha) merupakan hutan hujan pegunungan tinggi. Hutan hujan rawa dan atau perairan seluas 1,42 persen luas total kawasan (BTNBBS

3 2011). Dari keseluruhan tipe ekosistem tersebut, hutan hujan tropis dataran rendah merupakan tipe ekosistem terbesar, memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan semakin terancam kelestariannya akibat berbagai aktivitas manusia. Selain itu dari Tanjung Cina sampai Way Pemerihan merupakan satusatunya ekosistem hutan pantai yang kering yang terdapat di kawasan konservasi di Sumatera. Hutan hujan dataran rendah didominasi oleh Shorea sp., Dipterocarpus sp., dan Hopea sp. dengan jenis tumbuhan bawah diantaranya Urophyllum sp., Phrynium sp., Korthalsi sp., Calamus sp., Famili pohon yang dominan pada hutan hujan bukit adalah dipterocarpaceae, lauraceae, myrtaceae, dan annonaceae dengan tumbuhan bawah diantaranya Neolitsea cassianeforia, Psychotria rhinocerotis, Areaca sp., dan Globba pendella. Sedangkan vegetasi yang umum dijumpai di lahan basah dan pesisir adalah Terminalia cattapa, Hibiscus sp., Baringtonia asiatica, Callophyllum inophyllum, Casuarina sp., Pandanus sp., Ficus septica.spesies pohon dari famili lauraceae, myrtaceae, dipterocarpaceae dan fagaceae khususnya Magnolia sp., Quercus sp., Garcinia sp., hidup di hutan hujan pegunungan bawah sementara Eugenia sp., dan Castanopsis sp dominan di hutan hujan pegunungan tinggi (BTNBBS 2010). Secara umum telah teridentifikasi paling sedikit 514 jenis pohon dan tumbuhan bawah, 128 jenis anggrek, 26 jenis rotan, dan 25 jenis bambu, 137 jenis tanaman obat, dan 2 jenis tumbuhan langka yang hidup di kawasan TNBBS (BTNBBS 2011). Jenis pohon dan tumbuhan bawah didominasi oleh dari famili lauraceae, myrtaceae, dipterocarpaceae dan fagaceae, annonaceae, rosaceae, zingibberaceae. Jenisjenis rumput laut (sea weed) ditemukan di Pesisir Selatan Sumatera diantaranya Sargassym gracillum, Acnthopora specifesa, Hypnea musciformis, Sargassum echinocarpum dan Turbinaria ornate sementara jenis Thallasis sp hidup di sepanjang Teluk Belimbing. Kawasan TNBBS juga merupakan habitat penting bagi berbagai jenis tumbuhan yang memiliki nilai pemanfaatan tradisional seperti jenisjenis penghasil getah diantaranya Damar Mata Kucing (Shorea javanicia), Damar Batu (Shorea ovalis) dan Jelutung (Dyera sp). Selain itu kawasan TNBBS juga merupakan habitat bagi jenisjenis tumbuhan berbunga unik dan langka yang menjadi ciri khas taman nasional yaitu Bunga Rafflesia (Rafflesia sp) dan 2 jenis bunga bangkai yaitu bunga bangkai jangkung (Amorphophallus decussilvae), bunga bangkai raksasa (Amorphophallus titanum) dan anggrek raksasa (Grammatophylum speciosum). Kawasan TNBBS memiliki nilai penting bagi upaya konservasi beberapa satwa langka dan terancam punah. Secara umum telah teridentifikasi 122 jenis mamalia termasuk 7 jenis primata, 450 jenis burung termasuk 9 jenis burung rangkong, 123 jenis herpetofauna (reptil dan amphibi), 53 jenis ikan dan 221 jenis serangga. Terdapat 15 jenis satwa yang termasuk dalam appendix 1 menurut CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora), yang berarti jenis satwa tersebut dilarang dari segala bentuk perdagangan internasional (BTNBBS 2011). Tercatat 6 jenis binatang mamalia terancam punah menurut Red Data Book IUCN (International Union for Conservation of Nature), yaitu Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), Tapir (Tapirus indicus), Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrensis), Beruang Madu (Helarctos malayanus), 59

4 60 dan Ajag (Cuon alpinus). Hal inilah yang menjadikan TNBBS ditetapkan sebagai kawasan prioritas utama konservasi satwa langka tersebut. Di kawasan TNBBS diperkirakan sedikitnya terdapat ekor gajah terdiri dari beberapa kelompok tersebar masingmasing di sekitar Sekincau, Lemong, Bengkunat, Sumberejo, Pemerihan, Way Haru, Belimbing, Tampang, Way Nipah, dan Sukaraja. Sedangkan Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) pada mulanya tersebar di seluruh Pulau Sumatera, namun karena fragmentasi hutan maka habitatnya terpisah dalam kantongkantong diantaranya adalah kawasan TNBBS. Di kawasan TNBBS diperkirakan populasi badak ekor. Penyebarannya terdapat di bagian Tengah Selatan kawasan TNBBS yaitu mulai dari Marang sampai Belimbing. Jenis fauna lain di TNBBS adalah Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrensis) yang merupakan salah satu jenis mamalia langka yang memiliki daya jelajah paling luas dibandingkan mamalia lainnya. Populasi satwa di kawasan TNBBS diperkirakan 4560 ekor. Kerbau Liar (Bubalus bubalus) terdapat di bagian selatan kawasan TNBBS di Belimbing (Blambangan dan Way Sleman), Kalong (Pteuropus vampyrus) banyak ditemukan di sepanjang Muara Way Sleman. Sedangkan jenis kelelawar kecil menempati bagianbagian Gua Way Paya dan Way Nenok. Beberapa jenis penyu yang juga langka antara lain Penyu Sisik, Penyu Hijau dan Penyu Blimbing dapat dijumpai antara Danau Menjukut, Blambangan, Penerusan. Satwa penting lainnya adalah Kambing Hutan, Rusa, dan Kelinci Sumatera (BTNBBS 2010). Di kawasan TNBBS terdapat 7 (tujuh) jenis primata yaitu Siamang (Symphalangus syndactylus), Owa (Hylobates agilis), Lutung (Presbytis cristata dan Presbytis melalophos), Beruk (Macaca nemestrina), Kera (Macaca fascicularis), dan Binatang Hantu (Tarsius bancanus). Jenis burung yang terdapat di TNBBS antaralain Kuau Kerdil Sumatera (Polyplectron chalcurum), Pita Raksasa (Pitta caeurella) dan Tokhtor Sumatera (Carposossyx viridis). Jenis burung Tokhtor Sumatera dilaporkan tidak pernah lagi ditemukan sejak tahun 1916 namun ditemukan di TNBBS (BTNBBS 2010). Dalam pengelolaan taman nasional, sebagaimana definisi dan fungsinya, TNBBS dikelola berdasarkan zonasi yang terdiri dari zona inti ( ha), zona rimba ( ha), zona pemanfaatan (8.039 ha), dan zona penyangga yang dikembangkan berdasarkan potensi dan kepentingan konservasi sumberdaya hutan dan ekosistemnya terdiri dari zona rehabilitasi ( ha), pemanfaatan tradisional (7.242 ha), zona religi (4 ha) dan pemanfaatan khusus (142 ha) (BTNBBS 2011). Peta pembagian zona/mintakat di TNBBS dan penataan zonasi di desa lokasi pemberdayaan masyarakat MDK di Pekon Sukaraja dan Kubu Perahu sebagaimana dalam Lampiran 5 6. Masyarakat di sekitar kawasan TNBBS Masyarakat di sekitar kawasan merupakan potensi penting sebagai pelaku utama dalam menjaga kelestarian TNBBS. Keterlibatan masyarakat tersebut sangat mungkin untuk dikembangkan mengingat merekalah yang akan merasakan dampak positif dengan terjaganya kelestarian kawasan TNBBS yang berada di sekitar mereka.

5 61 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan merupakan kawasan konservasi yang dikelilingi oleh 210 desa yang tersebar pada tiga Provinsi, yaitu Lampung, Bengkulu dan Sumatera Selatan (tabel 9). Diantara desadesa tersebut, sekitar 53 desa merupakan desa yang berbatasan langsung dengan kawasan TNBBS termasuk Sukaraja dan Kubu Perahu. Bagi wilayah sekitar ini, kawasan TNBBS memiliki nilai penting dan strategis tidak hanya secara ekonomi, ekologi, tetapi juga sosial budaya (BTNBBS 2010). Tabel 10 Desa di Sekitar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Provinsi Kabupaten Jumlah Desa Jumlah Penduduk (jiwa) Lampung a. Lampung Barat b. Tanggamus Bengkulu Kaur Sumatera Selatan Ogan Komering Ulu Jumlah Total Sumber: BTNBBS (2011) Banyaknya desa di sekitar kawasan TNBBS berimplikasi pada banyaknya batas buatan antara kawasan dengan desadesa di sekitarnya tersebut. Total panjang batas kawasan baik alam maupun buatan adalah +893,39 km. dari total batas tersebut, +797,95 km atau hampir 90 persen adalah batas buatan. Jumlah penduduk yang bermukim di sekitar kawasan TNBBS adalah jiwa (BTNBBS, 2011). Berdasarkan hasil kajian BPS Tahun 2007 sebagaimana diacu dalam BTNBBS (2010) jumlah penduduk miskin yang berada di kecamatan kecamatan tersebut berjumlah KK (69,18 persen). Sebagian besar masyarakat ini bermata pencaharian sebagai petani (BTNBBS 2010). Disamping masyarakat asli, masyarakat yang berada di sekitar TNBBS merupakan sekumpulan sukusuku (Sunda, Jawa, dan Semendo) yang mendiami beberapa wilayah di dalam dan sekitar kawasan. Pada umumnya suku Jawa dan Sunda merupakan masyarakat transmigran yang kemudian karena keterbatasan lahan garapan dan kesempatan berusaha, sebagian besar dari mereka mencari tempat baru dengan membuka hutan. Masyarakat di sekitar TNBBS tinggal di desadesa sekitar kawasan baik di daerah penyangga maupun enclave. Dalam upaya pelibatan masyarakat, salah satu kegiatan yang dilaksanakan adalah pemberdayaan masyarakat Model Desa Konservasi (MDK) yang berlokasi di Pekon Sukaraja dan Pekon Kubu Perahu. Pekon Sukaraja dan Pekon Kubu Perahu sebagai lokasi pemberdayaan Masyarakat Model Desa Konservasi (MDK) Letak wilayah Pekon Sukaraja secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. Secara administratif

6 62 pengelolaan TNBBS, wilayah ini termasuk dalam Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I Sukaraja. Secara administratif pekon Kubu Perahu termasuk dalam Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung. Dalam pengelolaan taman nasional, Kubu Perahu termasuk dalam Satuan Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) II Wilayah Kubu Perahu. Sebagian besar wilayah kedua pekon baik Sukaraja maupun Kubu perahu, berbatasan langsung dengan kawasan TNBBS. Pekon Sukaraja dengan luas wilayah ± 723 ha ini terdiri dari 10 dusun yaitu dusun Sukaraja Pasar, Poncol, Way Tebing, Mojoroto, Klaten, Sukaraja, Wonorejo, Wonosari, Sumberejo dan Gunung Pete. Sebagian besar wilayah Pekon Sukaraja berbatasan langsung dengan kawasan TNBBS, sebelah Utara berbatasan dengan Pekon Sedayu; sebelah Selatan berbatasan dengan Pekon Kacapura; sebelah Timur berbatasan dengan Pekon Bangunsari; dan sebelah Barat berbatasan dengan kawasan hutan TNBBS. Pekon Kubu Perahu terdiri dari 4 (empat) dusun yakni Dusun Taman Indah, Kampung Baru dan Taman Jaya yang letaknya berdekatan dengan ibukota Kabupaten Lampung Barat di Liwa dan Dusun Kubu Perahu yang letaknya paling jauh dibandingkan dusun yang lain yaitu sekitar 7 km dari ibukota Kabupaten. Pekon Kubu Perahu terutama di sebelah barat berbatasan langsung dengan kawasan hutan TNBBS dengan topografi berbukit dan tingkat kelerengan relatif tinggi. Kubu Perahu merupakan wilayah enclave kawasan Taman Nasonal Bukit Barisan Selatan. Secara geografis, Kubu Perahu terletak di dalam kawasan taman nasional, pekon ini telah ada sebelum kawasan ditetapkan sebagai taman nasional. Sebagai wilayah enclave, Kubu Perahu dikelilingi oleh kawasan taman Nasional, sehingga hampir semua batas wilayahnya merupakan kawasan taman nasional. Ilustrasi batas antara Pekon Sukaraja dan Pekon Kubu Perahu yang berbatasan langsung dengan kawasan TNBBS sebagaimana dalam Lampiran 7. Jumlah penduduk Penduduk Pekon Sukaraja relatif homogen dalam strata sosial, budaya termasuk latar belakang pendidikan. Mayoritas penduduk beragama Islam (99,2 persen), hanya 4 KK atau 0,8 persen yang memeluk agama Katolik. Jumlah penduduk ±3431 jiwa (715 KK). Dari jumlah penduduk tersebut, penduduk laki laki berjumlah 1572 orang atau 46 persen, lebih sedikit dari jumlah penduduk perempuan yakni 1859 orang atau 54 persen. Penduduk Pekon Kubu Perahu terdiri dari jiwa yang terdiri dari 515 KK dengan kepadatan 44,6 jiwa per km2. Dari jumlah penduduk tersebut, penduduk lakilaki berjumlah 954 orang (54,2 persen). Jumlah ini sedikit lebih banyak dari jumlah penduduk perempuan yakni dan 805 orang (45,8 persen), namun secara umum dapat dikatakan dalam kondisi seimbang (BTNBBS 2010). Berdasarkan komposisi umur, penduduk Kubu Perahu termasuk dalam piramida penduduk yang ideal, dimana usia produktif ( tahun) merupakan piramida terbesar sebanyak 62,26 persen diikuti usia anakanak (0 15 tahun) sebesar 34,25 persen dan piramida puncak dengan prosentase terkecil adalah usia tua (> 60 tahun) sebesar 3,49 persen.

7 63 Etnis Pemukim Etnis pemukim Pekon Sukaraja selain penduduk asli (Lampung) yang sudah turun temurun mendiami wilayah tersebut, banyak pendatang dari berbagai wilayah seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, dan Palembang. Sebagian besar masyarakat berasal dari etnis Jawa yang melakukan perpindahan ke wilayah Sumatera. Etnis Jawa mendominasi kehidupan sosial budaya masyarakat sebesar 91 persen sedangkan etnis lainnya adalah Lampung dan Palembang sebesar 9 persen. Suku Jawa mendominasi hampir di seluruh dusun sedangkan suku Lampung dan Palembang berjumlah sangat sedikit dibandingkan dengan suku Jawa sehingga umumnya mereka mengikuti budaya masyarakat mayoritas terutama bahasa seharihari yang digunakan yaitu bahasa Jawa. Komposisi penduduk Pekon Sukaraja berdasarkan etnis pemukim disajikan dalam diagram berikut: Gambar 4 Komposisi penduduk Pekon Sukaraja berdasarkan etnis pemukim Demikian pula masyarakat Pekon Kubu Perahu, selain penduduk asli yang sudah turun temurun mendiami wilayah tersebut, cukup banyak pendatang dari berbagai wilayah. Pendatang umumnya berasal dari Jawa Barat (etnis Sunda) sebesar 60 persen, sebagian berasal dari Jawa Tengah (10 persen). Sedangkan etnis asli Lampung sebanyak 20 persen dan sisanya sebesar 10 persen merupakan etnis pendatang dari Padang dan Batak. Komposisi penduduk Pekon Kubu Perahu berdasarkan etnis pemukim disajikan dalam diagram berikut: Gambar 5 Komposisi penduduk Pekon Kubu Perahu berdasarkan etnis pemukim

8 64 Berbeda dengan dusundusun lain, lokasi penelitian di Dusun Kubu Perahu mayoritas penduduk adalah etnis asli Lampung, sedangkan di dusun lainnya didominasi oleh pendatang. Potensi Pekon Pekon Sukaraja merupakan daerah penyangga yang berbatasan langsung dengan kawasan TNBBS. Kondisi demikian menjadikan Pekon Sukaraja merupakan daerah strategis sebagai penyangga kelestarian kawasan. Kawasan Sukaraja Atas merupakan bagian hulu sungai Pemerihan. Demikian pula dengan Pekon kubu perahu, pekon ini sangat strategis sebagai model desa konservasi. Potensi Pekon Sukaraja dan Kubu Perahu sebagaimana dalam Tabel berikut: Tabel 11 Potensi Pekon Sukaraja dan Pekon Kubu Perahu sebagai lokasi pemberdayaan MDK Jenis Potensi Sukaraja Kubu Perahu Lanskap Lanskap berbukit, daerah Lanskap pegunungan rendah, daerah pertanian dan permukiman. pertanian, pemukiman Tipe ekosistem Hutan Hujan Bukit yang relatif masih asli, habitat penting bagi jenisjenis tumbuhan unik dan langka Jenis vegetasi (flora) Terdapat jenis langka dan dilindungi yaitu Bunga Rafflesia (Rafllesia sp), Bunga Bangkai (Amorphophallus sp) Jenis fauna Wisata Terdapat jenis fauna langka dan dilindungi yaitu Harimau dan Badak Sumatera Pemandangan perairan Teluk Semangka, sungai dan hutan. Wilayah ini sangat potensial bagi wisata alam, berkemah, foto hunting, pengamatan flora dan fauna. Di Sukaraja Atas, terdapat beberapa obyek ekowisata yaitu air terjun bumi perkemahan, sarana outbound, dan pengembangan museum ekowisata (arboretum flora dan fauna) Hasil hutan non kayu Bambu, madu Bambu, air, anggrek Hutan hujan pegunungan tengah yang relatif masih asli. Merupakan habitat penting bagi berbagai jenis anggrek alam dan berbagai jenis burung. Terdapat sedikitnya 59 jenis anggrek alam. Dua di antaranya merupakan jenis yang dilindungi, yaitu Anggrek Hitam (Gramatophlum sp) dan Anggrek Bulan Sumatera (Phalaenopsis sumatranus). Terdapat sedikitnya 136 jenis burung, seperti Rangkong (Buceros sp) dan Kuau (Argusianus argus). Terdapat sedikitnya 49 jenis mamalia, diantaranya siamang (Hylobates syndactyllus), owa (Hylobates agilis) dan simpai (Presbytis melalophos) dan mamalia besar, seperti beruang madu (Helarctos malayanus), gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus). Pemandangan indah strata tajuk hutan hujan pegunungan yang masih asli, hawa sejuk dan segar, juga penjelajahan hutan, pengamatan flora dan fauna, foto hunting, berkemah, memancing, dan rekreasi air terjun yaitu Sepapa Kanan (20 m) dan Sepapa Kiri (60 m). Di Kubu Perahu, mengalir sebuah sungai utama, yaitu Way Sindalapai dengan ratusan anak sungai. Sungaisungai mengalir relatif stabil karena didukung banyaknya flora penutup tanah dan belum terganggunya air tanah dangkal sebagai sumber mata air.

9 65 Sebagai wilayah yang berbatasan langsung dengan kawasan TNBBS, masyarakat Sukaraja memiliki hubungan erat dengan TNBBS, demikian pula dengan Kubu Perahu. Hasil kuesioner dan observasi lapangan baik di Sukaraja maupun di Kubu Perahu menunjukkan bahwa kebutuhan air untuk pertanian dan keperluan lainnya tergantung pada kondisi kawasan TNBBS di daerah hulu. Bahkan di Sukaraja, sebagian masyarakat yang berada di wilayah hulu (Wonorejo dan Wonosari) pada saatsaat tertentu sangat kesulitan air sehingga mereka masuk kawasan TNBBS untuk mencari sumbersumber air. Potensi hasil hutan non kayu di Sukaraja adalah bambu. Namun untuk kebutuhan kayu lokal belum terpenuhi sehingga upaya mengembangkan tanaman kayu di lahan masyarakat sangat perlu dilakukan sebagai upaya mengurangi gangguan terhadap kawasan. Selain itu, sebelum adanya kegiatan pemberdayaan, masyarakat melakukan kegiatan berburu, mengambil damar dan rotan dari kawasan untuk dijual pada penampung. Selain itu mereka juga melakukan aktivitas perambahan sebagai upaya memperluas lahan garapan untuk ditanami komoditas pertanian/perkebunan. Belum adanya fasilitas penerangan (listrik) juga merupakan permasalahan utama masyarakat di Sukaraja. Berdasarkan tata guna lahan, penggunaan lahan di Pekon Kubu Perahu adalah untuk tanaman pangan dengan menggunakan pengairan yang berasal dari dalam kawasan. Lahan pertanian tersebut ada hanya dapat dijumpai di dusun Kubu Perahu yang merupakan enclave. Selain digunakan untuk pertanian, lahan tersebut digunakan pula untuk kegiatan perikanan. Meskipun terdapat keterbatasan lahan di Pekon Kubu Perahu khususnya di dusun Kubu Perahu, namun terdapat potensi belum dioptimalkan pemanfataannya yaitu ketersediaan air sebagai unsur penting dalam kegiatan pertanian, perkebunan, dan perikanan sangat melimpah dari kawasan TNBBS. Potensi lain yang dimiliki oleh Pekon Kubu Perahu adalah potensi sumberdaya alam berupa kekayaan tanaman hias seperti beragam jenis anggrek. Masyarakat Pekon Kubu dapat mengembangkan budidaya tanaman hias dalam hal ini anggrek yang merupakan tanaman hias yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Pendidikan dan mata pencaharian Pada umumnya, tingkat pendidikan masyarakat masih relatif rendah. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat pendidikan masyarakat Pekon Sukaraja yang didominasi oleh lulusan Sekolah Dasar bahkan banyak juga yang tidak tamat sekolah/tidak mengenal sekolah sama sekali. Namun meski tingkat pendidikan relatif rendah, masyarakat Pekon Sukaraja tetap mengupayakan anakanak mereka mendapat pendidikan yang lebih tinggi. Pada umumnya, mata pencaharian utama warga Sukaraja (lebih dari 90 persen) adalah petani/berkebun, sebagian kecil wiraswasta termasuk jasa (bengkel, penggilingan padi, buruh bangunan), pedagang dan pegawai. Usaha lain yang dilakukan oleh penduduk Pekon Sukaraja sebagai altematif mata pencaharian adalah menjadi buruh/tenaga harian dan beternak. Pada musim paceklik, masyarakat yang ratarata menggantungkan hidup dari sektor pertanian, memilih untuk menjadi buruh sebagai mata pencaharian baik buruh di tempat orang yang lebih mampu/mempunyai lahan banyak, buruh bangunan maupun buruh memetik buahbuahan (kelapa, pisang, dan

10 66 sebagainya) serta sebagian menjual hewan ternak yang mereka miliki. Dengan demikian pendapatan utama yang diperoleh adalah dan hasil pertanian/perkebunan dengan komoditas tanaman padi, kopi dan kakao. Mata pencaharian utama warga Kubu sebagian besar adalah petani penggarap dan pemecah batu. Hal ini dilatarbelakangi karena keterbatasan lahan yang ada dipekon tersebut bagi kegiatan pertanian/perkebunan. Mata pencaharian penduduk pada Pekon Kubu Perahu adalah buruh tani, petani, budidaya ikan, buruh batu, dan hanya sebagian kecil yang berdagang (rumah makan dan warung). Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa kepemilikan lahan yang luas akan berdampak pada meningkatnya produksi/hasil. Hal ini berimplikasi pada terjadinya perambahan kawasan sebagai upaya untuk memperluas lahan garapan. Masyarakat menggunakan lahan perambahan untuk bercocok tanam padi, sayuran maupun berkebun kopi dan atau coklat. Untuk kebutuhan kayu lokal, masyarakat juga masih mengambil dari kawasan. Ketika menghadapi tuntutan kebutuhan misalnya pendaftaran sekolah, hari raya, keperluan lainnya, masyarakat cenderung mengambil jalan pintas, biasanya mengambil burung maupun kayu dari kawasan untuk dijual. Kegiatan perambahan dan ilegal lainnya yang dilakukan masyarakat tentunya akan mengancam keberadaan TNBBS sebagai kawasan konservasi. Kegiatan MDK diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kawasan dan mengubah pandangan dan perilaku masyarakat yang memperluas lahan dengan cara merambah agar lebih mengembangkan potensi lokal untuk menambah penghasilan. Sarana Prasarana Sarana prasarana umum yang ada di pekon Sukaraja yaitu 1 unit Balai Pekon dalam kondisi rusak berat, 1 unit pasar, 1 unit lapangan, 4 lokasi Tempat Pemakaman Umum (TPU). Sarana lainnya yaitu 5 tugu batas pekon, 1 tugu PKK, sarana kesehatan (1 unit puskesmas induk dan 1 unit puskesmas pembantu), sarana pendidikan (1 unit Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan 3 unit Sekolah Dasar), tempat ibadah berupa 5 unit masjid dan 5 unit musholla, sarana keamanan (15 unit gardu siskamling), sarana kebersihan berupa 1 unit mesin penyedot air, 20 unit goronggorong dan 1 unit instalasi air bersih serta sarana transportasi yang meliputi jalan aspal sepanjang 7 km, jalan onderlag sepanjang 1,5 km, jalan tanah sepanjang 6 km serta jembatan beton sebanyak 4 buah. Sedangkan di Pekon Kubu Perahu, sarana prasarana meliputi jalan lintas barat Sumatera dalam kondisi relatif baik, masjid, musholla, bangunan SD, Balai pekon, jaringan listrik, posyandu, sarana air bersih serta puskesmas keliling. Dibandingkan dengan Pekon Sukaraja, meskipun fasilitas di Kubu Perahu juga terbatas, namun karena kedekatan dengan pusat kota kabupaten (lampung Barat), maka akses terhadap fasilitas sarana prasarana relatif lebih mudah. Aksesibilitas Jalan darat sebagai sarana aksesibilitas di beberapa dusun di Pekon Sukaraja kondisinya sangat memprihatinkan terutama di Dusun Wonosari, Wonorejo dan Sumberejo. Selain cukup jauh dari pusat pekon, dusundusun

11 67 tersebut berbatasan langsung dengan kawasan TNBBS dengan topografi berbukit dan tingkat kelerengan yang lebih tinggi. Karena topografinya yang cukup terjal dan berada di dataran tinggi, masyarakat setempat sering menyebut dusun tersebut sebagai daerah Sukaraja Atas. Untuk mencapai lokasi Pekon Sukaraja Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus, dapat dilakukan dengan jalur sebagai berikut: Dari ibukota provinsi Lampung, menuju ibukota kabupaten Tanggamus (Kotaagung) dapat ditempuh dengan menggunakan bus/angkutan umum selama kurang lebih 2,5 jam dengan kondisi jalan aspal. Dari Kotaagung menuju pusat Pekon Sukaraja menggunakan angkutan umum dapat ditempuh sekitar 1 jam. Berbeda dengan Pekon Sukaraja, Kubu Perahu relatif dekat dengan Ibu Kota Kabupaten Lampung Barat (Liwa). Karena letak yang cukup strategis berada dekat dengan ibukota Kabupaten, sarana dan prasarana perekonomian seperti pasar, transportasi, sarana telekomunikasi, bank dan sebagainya dapat diakses dengan mudah. Untuk mencapai lokasi Pekon Kubu Perahu, Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat dapat dilakukan dengan rute sebagai berikut : Dari ibukota provinsi lampung, Bandar Lampung Kotaagung Sukaraja Bengkunat Krui Kubu Perahu dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda empat/angkutan umum selama kurang lebih 7 (tujuh) jam dengan kondisi jalan aspal yang membelah kawasan TNBBS. Dari ibukota provinsi Lampung, Bandar Lampung, Bandar Jaya Kotabumi Bukit Kemuning Sumber Jaya Liwa Kubu Perahu ditempuh menggunakan kendaraan roda empat/angkutan umum selama kurang lebih 8 jam dengan kondisi ialan aspal (sebagian besar telah rusak karena merupakan jalan lintas). Pemberdayaan Masyarakat Model Desa Konservasi (MDK) Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai kawasan hutan konservasi tidak terlepas dari berbagai kepentingan terutama yang berkaitan dengan masyarakat sekitar kawasan. Kepentingan konservasi kawasan di satu sisi sering berbenturan dengan kepentingan pemenuhan kebutuhan masyarakat di sisi lain. Upaya untuk meminimalisir konflik kepentingan ini salah satunya dilakukan melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat. Namun demikian, permasalahan pemberdayaan masyarakat disekitar kawasan konservasi merupakan permasalahan yang cukup kompleks dan rumit karena menyangkut aspek sosial, ekonomi sekaligus ekologi serta menyangkut banyak pemangku kepentingan. Model Desa Konservasi (MDK) merupakan desa yang dijadikan model/contoh bagi desa lain di sekitar kawasan konservasi dalam upaya pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan konservasi, dengan memperhatikan aspek konservasi, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat. Pembangunan Model Desa Konservasi (MDK) bertujuan agar pengelolaan kawasan taman nasional dapat dilakukan dengan baik, sehingga dapat berfungsi secara optimal dan lestari, serta mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya menuntut adanya kegiatan nyata yang manfaatnya dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Apabila masyarakat telah memperoleh manfaat langsung dari keberadaan suatu kawasan

12 68 konservasi sehingga berdampak pada peningkatan kesejahteraan, maka dengan sendirinya akan memunculkan dukungan dari masyarakat setempat dalam berbagai upaya konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya. Model Desa Konservasi merupakan salah satu kegiatan pemberdayaan di TNBBS dengan fokus utama pada peningkatan ekonomi masyarakat dan kelestarian kawasan. Kegiatan MDK telah dilaksanakan di TNBBS sejak tahun Kegiatan MDK difokuskan di dua desa/pekon, yaitu Pekon Sukaraja (daerah penyangga) dan Pekon Kubu Perahu (wilayah enclave). Pemilihan lokasi pekon didasarkan oleh beberapa kriteria antara lain berbatasan langsung dengan kawasan, terdapat interaksi masyarakat dengan kawasan, dan terdapat potensi lokal yang dapat dikembangkan. Sebagaimana kegiatan pemberdayaan lainnya, berdasarkan Master Plan Pengembangan MDK di TNBBS, pengembangan MDK dalam prosesnya memerlukan tahapantahapan yang dimulai dari prakondisi, persiapan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Tahap prakondisi merupakan tahap awal dalam identifikasi sasaran. Tahap prapelaksanaan ini merupakan tahap penting untuk identifikasi kebutuhankebutuhan masyarakat, identifikasi altematif pemecahan masalah, pemilihan alternatif masalah menurut skala prioritas dengan melalui analisis secara bersamasama. Dalam kegiatan ini dilakukan pendampingan untuk mencapai beberapa tujuan antara lain penyusunan kriteria dan standar kegiatan serta hasil/keluaran yang akan dicapai bersama masyarakat desa model, dan mendorong terbentuknya peraturan pekon/desa terkait dengan pelestarian kawasan TNBBS yang disepakati seluruh warga desa model. Sampai saat ini di kedua pekon lokasi pemberdayaan baik Sukaraja maupun Kubu Perahu belum terdapat adanya peraturan pekon terkait dengan MDK. Perencanaan kegiatan yang akan diimplementasikan di desa model hendaknya dibahas secara rinci meliputi elemen penanggung jawab dan tahapan teknis yang dilakukan. Selanjutnya tahap pelaksanaan kegiatan merupakan kelanjutan tahap perencanaan yang merupakan kegiatan partisipatif dan pengkajian sejumlah topik sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dari hasil pengkajian dan penilaian kemudian ditentukan skala prioritas. Tahap pemantauan dan evaluasi dilaksanakan oleh fasilitator utama (TNBBS) bekerja sama dengan mitra atau pihak yang telah disepakati sebelumnya sesuai dengan jenis program yang akan dievaluasi. Pemantauan dan evaluasi harus melibatkan peran aktif masyarakat, minimal tokohtokoh kunci (key person) dalam penguasaan teknikteknik pemantauan dan evaluasi yang efektif. Pemberdayaan MDK dilaksanakan di Pekon Sukaraja dan Kubu Perahu dengan berbagai pertimbangan, diantaranya adalah letak kedua desa tersebut yang berbatasan langsung dengan kawasan, interaksi masyarakat dengan kawasan dan adanya potensi yang dapat dikembangkan. Kegiatan pemberdayaan MDK di Pekon Sukaraja sejak tahun 2006, sedangkan di Pekon Kubu Perahu dilaksanakan pada tahun Kegiatan MDK di Pekon Kubu Perahu merupakan pengembangan dari Sentra Penyuluhan Kehutanan Pedesaan (SPKP) dibentuk pada tahun Pada waktu itu, setelah SPKP terbentuk tidak ada tindak lanjut berupa kegiatan pendampingan karena tidak ada tenaga penyuluh di TNBBS (tenaga penyuluh kehutanan baru ada tahun 2009). Kegiatan pemberdayaan dilakukan melalui pendampingan kelompok untuk mengembangkan usaha produktif berdasarkan potensi yang dimiliki lokal

13 69 setempat. Oleh karena itu dalam rangka mendukung keberhasilan pengembangan MDK diperlukan adanya kegiatan yang dapat memberikan manfaat langsung kepada masyarakat diantaranya yaitu pendampingan masyarakat, peningkatan kapasitas SDM dan pengembangan kelompok usaha produktif. MDK dikembangkan melalui proses partisipatif, dimana masyarakat mempunyai peran dalam menentukan kegiatan yang mereka inginkan. Masyarakat diberi bantuan sesuai dengan yang dibutuhkan untuk mengembangkan potensi yang ada dengan harapan ketergantungannya terhadap hutan akan berkurang. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain adalah budidaya ikan, budidaya ternak, pembibitan, agroforestry dan pembuatan pupuk organik (Lampiran 8). Baru pada tahun 2010 dilaksanakan pelatihan untuk peningkatan keterampilan masyarakat misalnya pelatihan dasar kelompok, pelatihan kesehatan ternak dan pelatihan pembuatan pupuk organik. Di Pekon Sukaraja terdapat 3 (tiga) kelompok aktif yang terlibat dalam kegiatan MDK yaitu Kelompok Wana Lestari, Tunas Karya dan Eka Tunggal Makmur serta 1 (satu) kelompok eks penerima manfaat program pemberdayaan MDK Sentra penyuluhan Kehutanan Pedesaan (SPKP). Kelompok yang masih aktif bergerak dalam pengembangan usaha produktif di bidang budidaya ternak, pengolahan kopi, agroforestry, dan pupuk organik. Sedangkan di Pekon Kubu Perahu melibatkan 2 (dua) kelompok aktif yang bergerak di bidang perikanan yaitu kelompok Mulya Tani Harapan Maju dan kelompok Pemuda Mandiri serta 1 (satu) kelompok eks penerima manfaat program pemberdayaan MDK. Dengan berbagai bidang usaha yang dikembangkan tersebut, keberhasilan program pemberdayaan di Pekon Sukaraja dan Pekon Kubu Perahu bukan hanya menjadi tanggung jawab instansi pengelola kegiatan pemberdayaan semata. Terdapat banyak faktor yang berhubungan dengan efektif atau tidaknya pemberdayaan yang dilakukan, baik dari segi masyarakatnya maupun pendekatan pemberdayaan yang dilakukan oleh pelaksana pemberdayaan. Karakteristik Sosiodemografi Dalam falsafah penyuluhan, pemahaman karakteristik individu masyarakat merupakan hal mendasar. Penyuluhan adalah kegiatan mendidik orang dengan tujuan mengubah perilaku sasaran sesuai dengan yang direncanakan dan hal ini merupakan upaya untuk mengembangkan potensi individu sasaran agar lebih berdaya secara mandiri (Asngari 2008). Dengan demikian, sasaran pemberdayaan adalah manusia dengan segala kompleksitas yang melekat padanya. Pemberdayaan tidak akan berhasil tanpa melibatkan ilmuilmu yang mewakili dan mempelajari berbagai dimensi atau kompleksitas tersebut. Oleh karenanya, untuk memahami sasaran secara komprehensif perlu mempertimbangkan segala aspek meliputi kejiwaan manusia, individu, sosialitas, manifestasinya dalam berinteraksi dengan lingkungan, kepentingan bersama, dan budaya yang dimiliki. Karakteristik individu dalam penelitian ini merupakan karakteristik sosiodemografi yang merupakan ciri yang melekat pada individu berupa karakteristik sosial dan kependudukan yang menggambarkan perbedaan masyarakat berdasarkan usia, mata pencaharian, pendidikan, suku bangsa (etnis), pendapatan, keluarga, serta sosial budaya, hubungannya dengan orang lain dan sebagainya.

14 70 Dalam penelitian ini, karakteristik masyarakat peserta program pemberdayaan MDK yang diamati meliputi umur, pendidikan formal, pelatihan, mata pencaharian, pendapatan, kepemilikan lahan, jumlah tanggungan keluarga, etnis pemukim, keikutsertaan dalam kelompok, dan keterdedahan terhadap informasi. Berikut adalah distribusi responden pada berbagai karakteristik yang diamati: Tabel 12 Distribusi responden pada berbagai karakteristik sosiodemografi No. Sub Variabel Kategori 1. Umur 1. Tidak produktif (014 th) 2. Kurang produktif ( 65 th) 3. Produktif (50 64 th) 4. Sangat produktif (15 49 th) 2. Tingkat pendidikan formal 1. Sangat rendah (Dasar) 2. Rendah (Menengah) 3. Tinggi (Atas) 4. Sangat tinggi (PT) 3. Pelatihan 1. Sangat rendah 2. Rendah 3. Tinggi 4. Sangat tinggi 4. Mata pencaharian 1. Petani 2. Non petani 5. Pendapatan 1. Sangat rendah (< Rp ) 2. Rendah (> Rp jt) 3. Tinggi (> Rp 1 jt 1,5 juta) 4. Sangat tinggi (> Rp 1,5 juta) 6. Kepemilikan lahan 7. Jumlah tanggungan keluarga 8. Etnis pemukim 9. Keikutsertaan dalam kelompok 10. Keterdedahan terhadap informasi 1. Sangat Rendah (0 ha) 2. Rendah (> 0 s/d 0,5 ha/kk) 3. Tinggi (>0,5 s/d 1 ha/kk) 4. Sangat tinggi (> 1 ha/kk) 1. Sangat Rendah (0 2 jiwa/kk) 2. Rendah (3 4 jiwa/kk) 3. Tinggi (5 6 jiwa/kk) 4. Sangat Tinggi(> 6 jiwa/kk) 1. Penduduk asli (etnis asli) 2. Migran (etnis pendatang) 1. Sangat Rendah (tidak aktif) 2. Rendah (kurang aktif) 3. Tinggi (aktif) 4. Sangat tinggi (sangat aktif) 1. Sangat rendah 2. Rendah 3. Tinggi 4. Sangat tinggi Lokasi Desa/Pekon Sukaraja Kubu Perahu persen persen ,5 16,4 82,1 64,2 19,4 16,4 47,8 22,4 17,9 11,9 89,6 10,4 47,8 38, ,1 91,9 48,6 24,3 27,0 43,2 40,5 16,2 73,0 27,0 27,0 59,5 10,8 2,7 Total persen Dalam memahami masyarakat sekitar kawasan, pertimbangan mengenai berbagai karakteristik yang meliputi karakteristik kependudukan, sosial, ekonomi, termasuk pendidikan yang mempengaruhi masyarakat dalam aspek ,5 98,5 23,9 14,9 38,8 22,4 7,5 41,8 32,8 17, ,1 18,9 32,4 48,6 13,5 5,4 2,7 29,7 48,6 18, ,5 85,6 58,7 21,2 20,2 46,2 28,8 17,3 7,7 83,7 16, , ,8 70,2 26,9 26,9 29,8 16,3 5,8 37,5 38,5 18,3

15 71 pengetahuan, persepsi, sikap dan tindakannya terhadap lingkungan menjadi bagian yang penting untuk dapat dikaji secara mendalam. Pengabaian hal tersebut dalam perumusan kebijakan pengelolaan taman nasional akan menyebabkan dampak yang merugikan masyarakat dan akan menjadi kendala pencapaian tujuan konservasi dan pengelolaan taman nasional dalam jangka panjang (Agrawal dan Gibson 1999). Dengan demikian, pemahaman karakteristik sasaran sangat penting dalam menyusun strategi pengelolaan hutan termasuk melalui pemberdayaan karena dengan memahami karakteristik tersebut, segala aspek yang berhubungan kondisi sasaran dapat diketahui dengan baik. Umur Komposisi penduduk menurut usia produktif berdasarkan penggolongan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dibagi dalam 4 (empat) kategori (Umar 2011) yaitu; (1) usia kurang produktif 65 tahun ke atas, (2) usia produktif tahun, (3) usia sangat produktif tahun dan usia tidak produktif 0 14 tahun. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden (85,6 persen) termasuk dalam kategori usia sangat produktif. Dari hasil lapangan diperoleh bahwa responden mempunyai kisaran umur tahun. Dari kisaran tersebut, sebagian besar responden berumur antara tahun (sangat produktif). Pendidikan formal Pendidikan formal adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh/dicapai responden dinyatakan dalam strata/tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan dapat dikatakan dalam kategori sangat rendah karena sebagian besar responden tidak lulus pendidikan tingkat dasar dan atau hanya lulus pendidikan pada tingkat sekolah dasar (SD). Pendidikan tertinggi responden adalah Sekolah Menengah Atas (SMA). Meskipun demikian, namun berdasarkan wawancara dengan responden, mereka berharap anakanak mereka nantinya dapat mengenyam pendidikan yang lebih baik atau lebih tinggi dari orang tuanya. Pelatihan Pelatihan merupakan salah satu bentuk pendidikan non formal. Dalam hal ini pelatihan yang dimaksud adalah pelatihan yang berkaitan dengan MDK yang pernah diikuti oleh masyarakat. Sebagian besar termasuk dalam kategori sangat rendah, 75 persen termasuk dalam kategori rendah dan sangat rendah. Dari jumlah tersebut, lebih dari 46 persen masyarakat peserta program pemberdayaan MDK tidak pernah mengikuti pelatihan dan 28.8 persen masyarakat peserta program pemberdayaan MDK hanya mengikuti 1 (satu) sampai dengan 2 (dua) kali pelatihan saja. Hal ini dapat dipahami karena berdasarkan hasil wawancara, kegatan pelatihan mulai aktif dilaksanakan mulai tahun Namun demikian, upayaupaya peningkatan kapasitas masyarakat melalui pelatihan terus dilakukan oleh pengelola (TNBBS) baik melalui penyelenggaraan pelatihan oleh TNBBS

16 72 sendiri maupun mengikutsertakan masyarakat pada pelatihanpelatihan yang dilaksanakan oleh mitra TNBBS. Pendapatan Pendapatan dalam konteks ini adalah penghasilan yang diperoleh dari berbagai sumber baik pekerjaan tetap maupun sampingan dalam satu bulan. Secara umum masyarakat peserta program pemberdayaan mempunyai penghasilan dengan kategori rendah dan sangat rendah. Lebih dari 86 persen masyarakat peserta program pemberdayaan MDK termasuk dalam kategori ini, dimana separuh dari jumlah tersebut mempunyai penghasilan di bawah Rp 500 ribu per bulan. Tidak terdapat perbedaan nyata antara pendapatan di Pekon Sukaraja maupun Kubu Perahu. Meskipun kebanyakan responden di Sukaraja memiliki lahan, namun belum terdapat upaya dalam peningkatan kualitas pengelolaan lahan, masyarakat masih mengandalkan pengolahan secara tradisional dengan bertani sawah maupun kebun. Dalam setahun terakhir masyarakat peserta program pemberdayaan mencoba menerapkan pola agroforestry pada sebagian lahan mereka. Sedangkan di Kubu Perahu, masyarakat sebagian besar tidak mempunyai lahan, selain menjadi buruh tani, mereka mempunyai usaha sampingan sebagai pemecah batu kali yang mendatangkan keuntungan relatif besar. Mata pencaharian Mata pencaharian responden secara umum adalah petani. Lebih dari 83 persen masyarakat bekerja sebagai petani. Perbedaannya adalah, masyarakat di Sukaraja adalah petani yang mempunyai lahan, sedangkan di Kubu Perahu sebagian besar tidak mempunyai lahan atau petani penggarap. Selain sebagai petani, masyarakat menambah pendapatan dari berbagai usaha sampingan seperti menjadi buruh bangunan, memecah batu, bengkel, dan usaha lainnya. Kepemilikan lahan Kepemilikan lahan adalah luas lahan yang dimiliki oleh responden, dinyatakan dalam satuan hektar per kepala keluarga. Kepemilikan lahan sebagian besar responden, dapat dikategorikan rendah yaitu 0,1 0,5 hektar berdasarkan klasifikasi lahan petani (Sastraatmaja 2010). Dari hasil uji beda nonparametrik tes MannWhitney, terdapat perbedaan nyata (p=0.000) dalam kepemilikan lahan. Di Pekon Sukaraja, hampir semua responden merupakan petani yang mempunyai lahan, sedangkan di Kubu Perahu sebagian besar merupakan petani yang tidak punya lahan. Prosentase kepemilikan lahan responden di Kubu Perahu yang sangat rendah, sebanyak 59,5 persen masyarakat peserta program pemberdayaan di Kubu Perahu tidak mempunyai lahan. Lahanlahan di Kubu Perahu merupakan lahan milik pendatang dari luar daerah. Masyarakat peserta program pemberdayaan di Kubu Perahu biasanya menjadi petani penggarap sekaligus mengandalkan penghasilan dengan menjadi pemecah batu kali.

17 73 Tanggungan keluarga Tanggungan keluarga yang dimaksud adalah semua orang yang tinggal dalam satu rumah ataupun yang berada diluar dan menjadi tanggung jawab kepala keluarga. Jumlah tanggunangan keluarga merupakan salah satu indikator dalam menentukan aktivitas masyarakat (Drakel 2008) berkaitan dengan upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya. Masyarakat peserta program pemberdayaan MDK pada umumnya (75 persen) mempunyai tanggungan keluarga antara 0 4 orang dan 25 persen mempunyai tanggungan keluarga sejumlah 5 7 orang. Tanggungan keluarga masyarakat peserta pemberdayaan termasuk dalam kategori rendah yang sebagian besar responden adalah 3 4 orang. Etnis pemukim Etnis pemukim dalam penelitian ini di tentukan berdasarkan status kependudukan yang mengacu pada asal etnis masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan TNBBS. Terdapat perbedaan asal etnis masyarakat peserta program pemberdayaan di kedua lokasi penelitian. Responden di Pekon Sukaraja, 98,5 persen merupakan masyarakat etnis pendatang yang berasal dari Jawa, sedangkan di Pekon Kubu Perahu, 81 persen merupakan masyarakat etnis asli Lampung, dan sisanya adalah pendatang dari etnis Jawa dan Sunda. Sebagian besar atau bahkan hampir semua masyarakat pendatang yang bermukim di lokasi penelitian telah lama menjadi penduduk setempat bahkan sejak lahir. Banyaknya etnis pendatang di daerah ini merupakan akibat perpindahan penduduk baik karena program pemerintah maupun keinginan sendiri. Gelombang perpindahan penduduk yang sebagian besar adalah dari Jawa ke Lampung telah berlangsung sejak tahun 1930an. Perbedaan asal etnis paling tidak akan mempengaruhi kehidupan sosial budaya masyarakat dalam kehidupan seharihari. Keikutsertaan dalam kelompok Masyarakat peserta program pemberdayaan umumnya tergabung dalam kelompok, namun demikian terdapat variasi keaktifan mereka dalam kelompok. Dari hasil penelitian, 54 persen masyarakat mempunyai tingkat keaktifan sangat rendah dan rendah. Berdasarkan hasil uji beda nonparametrik MannWhitney, terdapat perbedaan nyata (p=0.001) keikutsertaan masyarakat dalam kelompok di kedua lokasi. Masyarakat di Sukaraja cenderung lebih aktif dalam kelompok dibandingkan dengan di Kubu Perahu. Sebanyak 73 persen responden di Kubu Perahu mempunyai tingkat keaktifan dalam kelompok dengan kategori sangat rendah dan rendah. Hal ini antara lain disebabkan karena di Sukaraja kebanyakan merupakan petani pemilik lahan, bukan petani penggarap seperti di Kubu Perahu, sehingga mereka mempunyai tanggungjawab lebih besar terhadap lahan mereka. Dengan keikutsertaan dalam kelompok mereka mempunyai harapan dapat memperoleh informasi terutama tentang bagaimana mengolah lahan dengan lebih baik.

18 74 Keterdedahan informasi Keterdedahan terhadap informasi merupakan proses pada responden untuk mencari informasi yang dapat membantu mereka menentukan perilaku yang diukur melalui intensitas masyarakat dalam mencari informasi baik dari teman kelompok, penyuluh, dan pihak lain, kunjungan, membaca, mendengarkan maupun menonton dan sebagainya. Keterdedahan masyarakat terhadap informasi secara umum berada dalam kondisi seimbang antara masyarakat dengan kategori keterdedahan informasi rendah dan kategori tinggi. Umumnya masyarakat memperoleh informasi dari berbagai sumber informasi, baik dari teman kelompok, aparat desa, penyuluh, pihak lain, dan media massa. Dari hasil penelitian, teman kelompok dan penyuluh kehutanan berperan penting dalam penyampaian informasi. Interaksi dan Akses Terhadap Taman Nasional Interaksi dan akses masyarakat terhadap sumberdaya taman nasional merupakan faktor penting dalam mengukur efektifitas pemberdayaan berkaitan dengan partisipasi dan kemandirian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana kecenderungan perubahan dalam masyarakat (yang tinggal disekitar kawasan dan sebagian besar berbatasan langsung dan berinteraksi dengan kawasan) sebagai hasil/dampak kegiatan pemberdayaan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Interaksi positif dan akses bagi masyarakat dalam zona tertentu di taman nasional diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan kemandirian mereka. sebagaimana diketahui bahwa taman nasional adalah kawasan konservsi dengan akses yang sangat terbatas bagi masyarakat. Dari hasil penelitian, berikut adalah interaksi dan akses masyarakat terhadap sumber daya taman nasional (TNBBS): Tabel 13 Interaksi dan akses masyarakat terhadap sumber daya taman nasional No. Sub Variabel Kategori 1. Tingkat ketergantungan terhadap TNBBS 2. Tingkat keterlibatan dalam kegiatan TNBBS 3. Tingkat manfaat yang dirasakan 4. Tingkat akses terhadap kegiatan TNBBS 1. Sangat tinggi 2. Tinggi 3. Rendah 4. Sangat rendah 1. Sangat rendah 2. Rendah 3. Tinggi 4. Sangat tinggi 1. Sangat rendah 2. Rendah 3. Tinggi 4. Sangat tinggi 1. Sangat Rendah 2. Rendah 3. Tinggi 4. Sangat tinggi Lokasi Desa/Pekon Sukaraja Kubu Perahu persen persen 7,5 71,6 20,9 31,3 28,4 23,9 16,4 7,5 19,4 61,2 11,9 34,3 34,3 17,9 13, ,8 43,2 43,2 37,8 16,2 2,7 32,4 54,1 13,5 51,4 27,0 21,6 Total persen 25,0 61,5 13,5 35,6 31,7 21,2 11,5 4,8 24,0 58,7 12,5 40,4 31,7 19,2 8,7

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Kawasan lindung Bukit Barisan Selatan ditetapkan pada tahun 1935 sebagai Suaka Marga Satwa melalui Besluit Van

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan konservasi terdiri dari kawasan suaka alam termasuk cagar alam dan suaka margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam, dan taman

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terkecil lingkup Balai Besar TNBBS berbatasan dengan:

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terkecil lingkup Balai Besar TNBBS berbatasan dengan: IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Wilayah Sukaraja Atas 1. Letak Geografis dan Luas Berdasarkan administrasi pengelolaan Kawasan Hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Resort Sukaraja Atas sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni hutan tropis sumatera yang semakin terancam keberadaannya. Tekanan terhadap siamang terutama

Lebih terperinci

Profil Kawasan. Peta Kawasan : Logo : Nama : Branding : Luas : TN Bukit Barisan Selatan Ha

Profil Kawasan. Peta Kawasan : Logo : Nama : Branding : Luas : TN Bukit Barisan Selatan Ha Profil Kawasan Peta Kawasan : Logo : Nama : TN Bukit Barisan Selatan Branding : Luas : 356800 Ha Koordinat : -5.194580078125 104.131271362305 Letak geografis : Bujur : 104 27 09-104 46 04 Lintang :05 43

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keanekaragaman Hayati Tanah Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan atau totalitas variasi gen, jenis dan ekosistem pada suatu daerah.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat Menurut Lampung Barat Dalam Angka (213), diketahui bahwa Kabupaten Lampung Barat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas 29 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan salah satu kabupaten/kota yang berada di wilayah

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1.Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) meliputi areal seluas ± 365.000 hektar yang membentang dari ujung selatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang 38 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. wilayah Kabupaten Lampung Utara berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. wilayah Kabupaten Lampung Utara berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun 27 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Barat Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan hasil pemekaran wilayah Kabupaten Lampung Utara berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat merupakan lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang biak secara alami. Kondisi kualitas dan kuantitas habitat akan menentukan komposisi,

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 37 IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Pengelolaan Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang merupakan kawasan hutan produksi yang telah ditetapkan sejak tahun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 35 IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Barat Menurut Pemerintah Kabupaten Lampung Barat (2011) bahwa Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. km dari pusat pemerintahan kecamatan. Desa Talang Mulya mempunyai luas 654

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. km dari pusat pemerintahan kecamatan. Desa Talang Mulya mempunyai luas 654 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Demografi Desa 1. Letak dan Luas wilayah Desa Talang Mulya merupakan salah satu desa pemekaran dari Desa Hurun Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran yang terletak

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kawasan Tahura WAR mencakup luas areal ,31 ha secara geografis

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kawasan Tahura WAR mencakup luas areal ,31 ha secara geografis 19 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Administrasi Kawasan Tahura WAR mencakup luas areal 22.249,31 ha secara geografis terletak diantara 105⁰ 02 42,01 s/d 105⁰ 13 42,09 BT dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pringsewu. Keadaan Geografis Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah barat Bandar Lampung, ibukota Provinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3 39 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Tanggamus Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3 Januari 1997 dan pada tanggal 21 Maret 1997 resmi menjadi salah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas hektar. Desa yang terdiri

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas hektar. Desa yang terdiri 27 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Biofisik dan Tata Guna Lahan Desa Margasari terletak di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas 1.702

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat yang masih memiliki nilai-nilai dan kultur tradisional. Sejak jaman dahulu, mereka tidak hanya

Lebih terperinci

KAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas

KAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas KAJIAN UMUM WILAYAH Pengembangan Kota Terpadu Mandiri (KTM) di Kawasan Transmigrasi dirancang dengan kegiatan utamanya pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 24 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata di Kota Palembang.

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT

GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT 4.1 Wilayah Kabupaten Lampung Barat dengan Ibukota Liwa terbentuk pada tanggal 24 September 1991 berdasarkan Undang-undang Nomor 06 tahun 1991. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang cukup luas dengan penduduk yang beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai dari sumber daya alam yang diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Dengan potensi tanah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN 5.1. LATAR BELAKANG DESA KESUMA Kawasan penelitian yang ditetapkan ialah Desa Kesuma, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Desa ini berada pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang diambil dari buku dan literatur serta hasil-hasil penelitian terdahulu.

METODE PENELITIAN. yang diambil dari buku dan literatur serta hasil-hasil penelitian terdahulu. 30 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Penelitian Kepustakaan Adalah penelitian dengan mengkupas data terbaik dalam penelitian ini yang diambil dari buku dan literatur serta hasil-hasil penelitian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sendiri masuk dalam Tahura WAR. Wilayah Tahura Wan Abdul

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sendiri masuk dalam Tahura WAR. Wilayah Tahura Wan Abdul 28 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Fisik Wilayah 1. Letak dan Luas Sumber Agung adalah salah satu Kelurahan yang ada di Kecamatan Kemiling Kota Madya Bandar Lampung. Kelurahan Sumber Agung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Wilayah Propinsi Lampung 1. Geografi Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau Sumatera dengan luas wilayah 35.288,35 Km 2. Propinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undangundang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak dan Luas Secara geografis Kabupaten Cianjur terletak antara 6 0 21-7 0 25 Lintang Selatan dan 106 0 42-107 0 33 Bujur

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Fisik Wilayah 1. Letak dan Luas Kelurahan Sumber Agung secara Administratif masuk dalam Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung. Letak Kelurahan Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya (KSDHE), Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU 75 GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu propinsi yang masih memiliki tutupan hutan yang baik dan kaya akan sumberdaya air serta memiliki banyak sungai. Untuk kemudahan dalam

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan dan lain - lain merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Penurunan

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. status Nature Reserve (cagar alam) seluas 298 ha. Kemudian berdasarkan Surat

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. status Nature Reserve (cagar alam) seluas 298 ha. Kemudian berdasarkan Surat IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Status Kawasan Kawasan ini ditunjuk berdasarkan Besluit Van Der Gouverneur General Van Netherlanch Indie No. 15 Stbl 24 tahun 1933 tanggal 10 Januari 1933 dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif 28 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperlihatkan dan menguraikan keadaan dari

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan erat dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan devisa negara, yang pada masa lalu didominasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung adalah salah satu kawasan yang amat vital sebagai penyangga kehidupan ekonomi, sosial dan ekologis bagi masyarakat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Desa Pesawaran Indah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2007 tanggal 10 Agustus 2007 tentang Pembentukan Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satu periode, yaitu data Program

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satu periode, yaitu data Program III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satu periode, yaitu data Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP)

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada 104 35-105

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bengkunat (SPTN II Bengkunat)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bengkunat (SPTN II Bengkunat) IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bengkunat (SPTN II Bengkunat) Taman Nasional Bukit Barisan Selatan memiliki daerah pembagian wilayah yang

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili Secara administratif pemerintah, areal kerja IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili dibagi menjadi dua blok, yaitu di kelompok Hutan Sungai Serawai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Sejarah Desa Pulau Pahawang berawal dari datangnya Ki Nokoda tahun an

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Sejarah Desa Pulau Pahawang berawal dari datangnya Ki Nokoda tahun an IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Desa Pulau Pahawang Sejarah Desa Pulau Pahawang berawal dari datangnya Ki Nokoda tahun 1.700-an yang diikuti pula oleh datangnya Hawang yang merupakan keturunan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik 47 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Profil Kabupaten Pringsewu 1. Sejarah Singkat Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu Daerah Otonom Baru (DOB) di Provinsi Lampung yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Fisik Kabupaten Lampung Timur Kabupaten Lampung Timur dibentuk berdasarkan Undang Undang Nomor 12 Tahun 1999, diresmikan pada tanggal 27 April 1999 dengan

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Deskripsi umum lokasi penelitian 3.1.1 Perairan Pantai Lovina Kawasan Lovina merupakan kawasan wisata pantai yang berada di Kabupaten Buleleng, Bali dengan daya tarik

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Umum Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa adalah satu dari sepuluh kabupaten dan kota di Provinsi Lampung. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-undang No.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kawasan hutan hujan tropis dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan kawasan pelestarian alam

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan 78 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU No.33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain yang berada di Provinsi

dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain yang berada di Provinsi 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung 1. Keadaan Umum Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tampak pada bulan Januari September Resort Pugung Tampak memiliki luas

III. METODE PENELITIAN. Tampak pada bulan Januari September Resort Pugung Tampak memiliki luas 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Resort Pugung Tampak pada bulan Januari September 2012. Resort Pugung Tampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, salah satu pengelompokan hutan berdasarkan fungsinya adalah hutan konservasi. Hutan konservasi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menyandang predikat mega biodiversity didukung oleh kondisi fisik wilayah yang beragam mulai dari pegunungan hingga dataran rendah serta

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagian besar hutan yang ada di Indonesia adalah hutan hujan tropis, yang tidak saja mengandung kekayaan hayati flora yang beranekaragam, tetapi juga termasuk ekosistem terkaya

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009 33 BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16 4.1 Keadaan Wilayah Desa Sedari merupakan salah satu desa di Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang. Luas wilayah Desa Sedari adalah 3.899,5 hektar (Ha). Batas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

Profil Permukiman Transmigrasi Simpang Tiga SP 3 Provinsi Sumatera Selatan

Profil Permukiman Transmigrasi Simpang Tiga SP 3 Provinsi Sumatera Selatan 1 A. GAMBARAN UMUM 1. Nama Permukiman Transmigrasi Simpang Tiga SP 3 2. Permukiman Transmigrasi Simpang Tiga SP 3 Terletak di Kawasan a. Jumlah Transmigran (Penempatan) Penempata 2009 TPA : 150 KK/563

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumberdaya lahan merupakan suatu sumberdaya alam yang sangat penting bagi mahluk hidup, dengan tanah yang menduduki lapisan atas permukaan bumi yang tersusun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan 24 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Desa Merak Belantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang

BAB I PENDAHULUAN. Hutan Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hutan Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang sangat tinggi, sehingga memiliki peranan yang baik ditinjau dari aspek ekonomi, sosial

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu, secara geografis Kabupaten

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu, secara geografis Kabupaten 47 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pringsewu, secara geografis Kabupaten Pringsewu terletak pada 140 0 42 0-105 0 8 0 BT dan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia merupakan kekayaan yang wajib disyukuri, diurus, dan dimanfaatkan secara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Lampung Barat, Balik Bukit adalah Kecamatan yang terletak di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Lampung Barat, Balik Bukit adalah Kecamatan yang terletak di IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat. Kecamatan Balik Bukit merupakan 1 dari 25 Kecamatan lain

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan sumber keanekaragaman hayati dan memilki banyak kawasan konservasi. Cagar Alam (CA) termasuk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas HPGW secara geografis terletak diantara 6 54'23'' LS sampai -6 55'35'' LS dan 106 48'27'' BT sampai 106 50'29'' BT. Secara administrasi pemerintahan HPGW

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya alam. Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang tinggi, baik

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km² BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG 2.1 Letak Geografis Pulau Burung Pulau Burung merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir,

Lebih terperinci