BAB II ONAN NAINGGOLAN SEBELUM TAHUN 1965

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II ONAN NAINGGOLAN SEBELUM TAHUN 1965"

Transkripsi

1 BAB II ONAN NAINGGOLAN SEBELUM TAHUN Wilayah dan Geografis Nainggolan adalah sebuah wilayah di Samosir yang mayoritas penghuninya juga bermarga Nainggolan. Wilayah ini termasuk kedalam daerah adminitistratif Kabupaten Samosir pada tahun 2004, dimana sebelum terjadi pemekaran wilayah, Nainggolan masih tergabung kedalam Kecamatan Onan Runggu 5. Adapun yang menjadi batas batas wilayah dari daerah ini adalah: Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Barat Sebelah Timur : Kecamatan Simanindo : Danau Toba : Desa Urat, Kecamatan Palipi : Danau Toba Secara keseluruhan daerah ini termasuk dalam kawasan Pulau Samosir yang secara geografis terletak pada LU LU dan BT BT. Batas administratif dari wilayah Kabupaten Samosir dikelilingi oleh tujuh kabupaten, dengan batas batasnya yaitu: Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun Sebelah Timur Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir : berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan 5 Pemda Tk. II Tapanuli Utara Kantor Sensus dan Statistik Tarutung, Onan Runggu Dalam Angka, 1990, Tarutung, Hal. 3

2 Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat Sejarah Kabupaten Samosir, diawali dari sejarah terbentuknya Kabupaten Tapanuli Utara selaku induk dari beberapa Kabupaten pemekaran di wilayah Tapanuli Utara. Kabupaten Samosir adalah hasil pemekaran dari induknya Kabupaten Toba Samosir yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.36 Thn 2003 tentang pembentukan kabupaten. Dengan waktu yang bersamaan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Provinsi Sumatera Utara, yang diresmikan pada tanggal 7 Januari 2004 oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden Republik Indonesia dengan sembilan kecamatan, seratus sebelas desa serta enam kelurahan. Dengan lahirnya Undang-Undang No.12 Tahun 1998 tentang pembentukan daerah tingkat II Toba Samosir, akhirnya Kabupaten daerah tingkat II Toba Samosir di resmikan oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden Republik Indonesia pada tanggal 9 Maret 1999 di Medan. Setelah selama 5 tahun masuk ke dalam wilayah Kabupaten Toba Samosir maka untuk mengembangkan wilayah Samosir menjadi lebih baik maka pada tahun 2004 untuk seluruh Pulau Samosir dan wilayah di sekitarnya dilakukan pemekaran wilayah menjadi Kabupaten Samosir. Nainggolan awalnya adalah sebuah desa yang sebelum Samosir di pisahkan dari Kabupaten Toba samosir merupakan satu kecamatan dengan Onan Runggu. Seiring dengan pemekaran otonomi maka daerah Nainggolan menjadi satu kecamatan yang utuh yang terpisah dari kecamatan Onan Runggu setelah pembentukan Kabupaten Samosir 7 Januari Kecamatan Nainggolan menjadi salah satu

3 kecamatan diantara sembilan kecamatan yang berada di Kabupaten Samosir sekarang ini berbatasan wilayah : Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Palipi, Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Onan Runggu Sebelah Selatan berbatasan dengan pantai Danau Toba serta Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Rumah Hombar Keberadaan Onan Nainggolan terletak di daerah pinggiran pantai Danau Toba yang dapat ditempuh melalui transportasi air yang menjadi salah satu pintu masuk jalur danau menuju Samosir keseluruhan serta melalui transportasi darat juga. Hal ini dapat dilihat dengan keberadaan pelabuhan kapal motor yang selalu dipadati oleh kedatangan para pelaku ekonomi dari luar Samosir setiap hari pekan di Onan Nainggolan. 2.2 Kondisi Masyarakat Berbicara mengenai kondisi masyarakat maka disini penulis akan menguraikan keadaan masyarakat nainggolan dengan : a. Mata Pencaharian Masyarakat Nainggolan pada dasarnya memiliki sumber mata pencaharian dari bertani, beternak, dan mengambil ikan dari danau Toba ( martoba ). Mereka bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Memenuhi kebutuhan hidup keluarga sudah menjadi tujuan paling utama dari setiap kepala keluarga, namun untuk keperluan barang mewah mereka tidak terlalu antusias memikirkannya. Seiring munculnya beragam kebutuhan hidup yang akan dipenuhi dan lebih berbeda dari biasanya maka tidak jarang mereka melakukan sistem barter yaitu menukarkan

4 barang ataupun benda yang mereka inginkan dengan barang yang mereka punya untuk saling melengkapi dan memenuhi barang kebutuhan tadi. Misalkan saja pisang dari petani di tukar dengan ikan hasil tangkapan orang pinggiran danau, jagung ditukar dengan beras ikan di tukar dengan beras dan lain lain. Kampung Nainggolan sangat luas cakupannya karena selain masyarakat yang tinggal di pinggiran Danau Toba masih ada juga penduduknya yang tersebar ke daerah pegunungan hingga akibatnya muncul stigma yang menyatakan orang yang tinggal di pinggiran Danau Toba akan lebih menyatakan dirinya orang pasar dan yang di bagian pegunungan menyatakan dirinya pardolok (orang yang tempat tinggal rumahnya jauh dari pinggiran Danau Toba), mereka ini hidup dari bertani tidak jarang anak sekolahan dari gunung akan tinggal di pinggiran Danau Toba dengan menyewa rumah orang lain. Pada masa itu yang menjadi bayaran sewa masih memakai beras. Mereka menyewa tempat karena jarak tempuh dari rumah ke sekolah sangat jauh dimana sekolah pada masa itu berada di pinggiran Danau Toba. Anak sekolah akan pulang ke gunung di saat liburan pada hari sabtu sore dan akan tiba di gunung malam hari. Hal ini membuat mereka tidak sempat membantu orang tua mereka padahal hari minggu besoknya mereka sudah harus kembali lagi ke penyewaan mereka di Pinggiran Danau Toba untuk melanjutkan pendidikan mereka di pagi hari. Masyarakat di Kampung Nainggolan beraktivitas selain petani nelayan dan beternak banyak juga menjadi pekerja harian mengerjakan ladang atau sawah orang. Tidak jarang juga di temui penggarap tanah orang dengan hasil di bagi tiga misalkan saja si penggarap mendapat hasil 90 kaleng padi dari tanah yang di garapnya,maka untuk pemilik tanah 30 kaleng padi dan untuk si penggarap 60 kalengnya.

5 b. Kebudayaan Masyarakat Nainggolan Masyarakat Nainggolan sangat berbudaya. Bagi mereka adat adalah nomor satu sehingga mereka ini sangat rajin menghadiri upacara yang berkaitan dengan adat. Diantaranya pesta adat dalam pernikahan suku Batak, Upacara adat bagi keluarga yang meninggal dunia dan lain lain. Di Masyarakat Nainggolan masih terkenal apabila seseorang keturunan dari Keluarga Raja Adat karena Raja Adat ini penting dalam pengambilan keputusan musyawarah yang berhubungan dengan adat yang akan menjadi tanggungjawabnya, adalagi sebutan lain Raja Bius, adalagi sebutan Raja Hampung ini akan menjadi sangat di hargai masyarakat karena mereka ini adalah tokoh yang dianggap penting dalam setiap upacara adat 6. Banyaknya hal yang tidak memungkinkan di tengah masyarakat membuat mereka berpikir untuk mengubah beberapa pekerjaan ke pekerjaan lain bahkan melakukan kegiatan dagang yang pada dasarnya mereka mungkin belum menyadari bahwa yang mereka lakukan adalah aktivitas perdagangan walaupun dengan sistem barter di tempat terbuka. Sebelum berdirinya Onan Naninggolan masyarakat melakukan aktifitas perdagangan ke desa Silaban. Barulah sesudah berdirinya Onan Nainggolan itu mereka berdagang di lingkungannya sendiri walaupun dengan kondisi yang masih belum layak dikatakan sebuah Onan. Masyarakat Nainggolan tidak jarang menikah dengan sesama satu marga yang tidak jauh. Pernikahan banyak yang terjadi antara perempuan kampung yang tidak 6 Raja Bius : adalah Jabatan seseorang dalam struktur masyarakat Batak yang dianggap sebagai orang yang paling mengerti akan hukum adat, sedangkan Raja Hampung : gelar bagi seseorang yang pertama sekali melakukan pembukaan hunian dalam masyarakat Batak Toba. Hasil wawancara dengan Bapak Ajumarar Parhusip tanggal 02 Agustus 2013.

6 jauh jaraknya dengan kampung laki-laki, seiring munculnya Onan Nainggolan dan itu semua membawa dampak yang besar terhadap mata pencaharian, pernikahan dan antusias akan barang-barang mewah. c. Agama Masyarakat Nainggolan adalah masyarakat dengan mayoritas penduduknya beragama Kristen, namun itu tidaklah dengan mudah membuat mereka menjadi lebih bertahan dan taat pada agama yang mereka anut. Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya sekitar dua puluh persen masyarakat Nainggolan pada masa ini masih percaya akan mitos, masih seringnya terlihat upacara mamele, yaitu menganggap sebuah tempat yang dihuni oleh nenek moyang mereka sebagai tempat yang sakral dan keramat, bahkan mereka sering menyebutkan kata-kata Mulajadi Nabolon dalam upacara upacara adat mereka. Melakukan Upacara mangongkal holi (mengambil dan mengumpulkan tulang-tulang nenek moyang hingga membuat tulang tersebut ke satu peti) dan di semen dalam batu kubur yang cantik sudah menjadi tradisi dan untuk melakukan ini dan menghabiskan biaya besar, bagian masyarakat yang sudah melakukan ini akan dianggap masyur, kaya, dan terhormat. d. Pendidikan Masyarakat Nainggolan sebelum tahun 1965 kurang antusias akan dunia pendidikan. Hal ini bisa dipahami sebagai akibat dari persoalan pelik letak Pulau Samosir yang berada di tengah Danau Toba. Dimana posisi geografis daerah ini membuat masyarakatnya sulit untuk berkembang karena jalur ke dalam dan ke luar dari daerah ini sangat susah pada masa itu. Dari faktor geografis tersebut terkadang

7 menimbulkan pemikiran bahwa setiap orang yang tinggal di daerah tersebut menjadi kurang berkembang sehingga dengan munculnya Onan di Desa Nainggolan ini membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat sehingga menjadi lebih baik dan secara tidak langsung membawa pengembangan terhadap wilayah yang mereka tempati. Pengaruh yang dibawa oleh para pedagang dari luar Pulau Samosir yang datang ke kampung Nainggolan tersebut diyakini membawa perubahan terhadap pola hidup, dan pergeseran mata pencaharian yang sebelumnya di dominasi oleh pertanian kini banyak juga yang berprofesi sebagai pedagang. Masyarakat Nainggolan ada juga yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil. Hal ini bisa dilihat dari jenjang pendidikan masyarakat yang rata rata sudah menamatkan pendidikannya dari Sekolah lanjutan Atas bahkan ada juga yang mampu menembus bangku perkuliahan hingga tingkat sarjana. Tabel 1. Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Onan Runggu Tahun 1961 NO Mata Pencaharian Tahun Petani Jiwa Jiwa Jiwa 2. Pedagang Jiwa Jiwa Jiwa 3. PNS/TNI 368 Jiwa Jiwa Jiwa 4. Buruh Tani Jiwa Jiwa Jiwa 5. Nelayan Jiwa Jiwa Jiwa

8 6. Total Jiwa Jiwa Jiwa Sumber: Kantor Statistik Kab. Tapanuli Utara 2.3 Keadaan Onan Nainggolan Sebelum Tahun 1965 Secara historis Pasar Onan Nainggolan dulunya disebut Onan Pesanggrahan. Onan Pesanggrahan ini dulunya hanya merupakan tanah kosong yang digunakan masyarakat sebagai tempat pesanggrahan atau tempat pertemuan raja-raja Batak (Raja Bius) dalam melakukan pertemuan penting, kecuali hari Senin karena difungsikan sebagai pasar (onan) 7. Onan Pesanggrahan terletak di dekat pelabuhan Nainggolan. Tanahnya tidak begitu luas jika dibandingkan dengan lahan kosong di sekitarnya. Hal ini dikarenakan masyarakat sekitar masih percaya bahwa tanah yang dijadikan sebagai Onan Pesanggrahan tersebut tidak angker jika dibandingkan dengan tanah kosong lain di sekitarnya. Onan Pesanggrahan telah ada sejak tahun 1936 dan merupakan tanah milik marga Nainggolan Parhusip. Hal ini dibuktikan dengan adanya Tugu Nainggolan Parhusip di dekat lokasi pasar untuk menunjukkan kepada masyarakat banyak bahwa Onan tersebut dibangun di atas tanah marga Nainggolan Parhusip. Sebelum Onan Nainggolan berdiri tahun 1936 penduduk Nainggolan untuk melakukan pertukaran barang harus ke Desa Silaban Kecamatan Palipi dengan menggunakan transportasi kuda beban atau berjalan kaki. Hal ini bisa dilihat dari kenyataan bahwa kapal mesin masuk ke daerah Samosir pada tahun 1933 oleh 7 A. Deddy Lumban Siantar, Wawancara, di Kampung Nainggolan, Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir tanggal 1 Agustus 2013

9 Pastoran pada masa zending Katolik di Desa Silaban Kecamatan Palipi. Kapal inilah yang digunakan juga oleh Pastoran membantu masyarakat untuk digunakan sebagai pengangkutan manusia dan barang-barang hasil bumi dengan rute penyeberangan sekali atau dua kali seminggu terjadi penyeberangan Kondisi ini menimbulkan kegelisahan dari beberapa mayarakat sampai mereka menyampaikan aspirasi terhadap Tuan Nagari dan Raja Bius serta Raja Adat supaya satu hati satu pemikiran melihat dan menyetujui sebuah lahan yang dianggap strategis sebagai tempat perkumpulan melakukan barter dan sebagai sarana pengumuman atau undangan dan fasilitas pertemuan 8. Asal usul nama Onan Nainggolan yang disebut sampai sekarang ini, mempunyai latar belakang tersendiri. Menurut hasil wawancara dengan Deddy Lumban Siantar bahwa nama Onan Nainggolan ini diambil karena tanah yang dijadikan sebagai lahan perdagangan sekarang ini adalah tanah milik Marga Nainggolan Parhusip. Di samping itu, di daerah yang dijadikan areal dagang kebanyakan bermarga Nainggolan. Dahulu areal ini merupakan tanah kosong yang biasanya digunakan oleh Raja- Raja Adat dalam melakukan pertemuan. Lama kelamaan daerah ini menjadi Onan Nainggolan yang dijadikan sebagi tempat melakukan aktifitas dagang (masih bersifat barter) masyarakat. Hal ini terjadi atas permintaan masyarakat Nainggolan kepada Raja Adat yang didasari atas kegundahan masyarakat akan jauhnya jarak yang harus ditempuh masyarakat dalam melakukan aktifitas dagang pada masa itu. 8 Wawancara dengan Ajumarar Parhusip di Kampung Sitonggor, Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir, Tanggal 2 Agustus 2013.

10 Pada tahun 1936 pedagang masih menjajakan barang dagangannya dalam jumlah yang masih relatif sedikit. Jumlah pedagangnya pun masih sedikit, serta jarak berjualannya juga masih berjauhan antara pedagang yang satu dengan pedagang lainnya. Para pedagang pada masa itu belum ditentukan tempat berjualannya karena belum memiliki aturan yang benar-benar mengikat di antara para pedagang tersebut. Aturan yang berlaku hanya peraturan yang bersifat lisan saja, yang tidak saling merugikan di antara para pedagang 9. Para pedagang biasanya menggunakan lahan yang kosong di sekitar Onan Pesanggrahan sebagai tempat menjajakan barang dagangannya. Dengan kata lain, lapak/lahan mereka tidak menetap. Siapa cepat dia dapat, istilah tersebut menggambarkan pola hidup pedagang pada masa itu. Siapa yang pertama tiba di areal dagang dialah yang akan menempati areal tersebut hanya untuk hari itu saja. Pada hari selanjutnya, areal dagangnya bisa saja berganti ke tempat lain hanya karena terlambat atau telah ditempati oleh pedagang lain. Atau dengan kata lain, tidak ada peraturan sewa lahan untuk berdagang pada masa itu. Jenis barang dagangan yang diperdagangkan berupa kebutuhan hidup seharihari, seperti sayur-mayur, padi, ubi, ikan, pakaian, attirha (ubi yang direbus dengan daun) dan kebutuhan hidup lainnya. Pada saat itu para pedagang di pasar belum mengenal adanya uang, sehingga proses jual beli dengan uang belum ada pada masa itu. Sistem yang dikenal pada masa itu adalah sistem barter, di mana barang ditukar dengan barang. Cara menghitung sistem barter pada masa itu tidak didasarkan pada 9 Wawancara dengan Op. Dorlan Nainggolan, Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir, Tanggal 1 Agustus 2013.

11 nilai kegunaan dan manfaat barang melainkan berdasarkan kebutuhan masyarakat pada masa itu 10. Sebagai contoh si A memiliki 5 tumba beras. Beliau membutuhkan 2 ekor ikan mas sebagai lauk di rumah. Kemudian beliau akan mencari orang yang membutuhkan beras di Onan yang kebetulan membawa ikan mas dan bersedia menukarkannya dengan beras yang dimilikinya. Kebetulan si B memiliki 2 ekor ikan mas yang ingin menukarkan ikan dengan beras. Mereka akan membawa barang dagangannya ke Onan Pesanggrahan. Ketika si A dan si B bertemu maka akan terjadi barter (pertukaran) barang dagangan yang didasarkan atas kebutuhan masing-masing. Pengunjung Onan Pesanggrahan tahun 1936 hanyalah warga dari sekitar daerah Nainggolan. Hal ini disebabkan karena pada masa itu hanya ada satu di daerah Nainggolan. Di sisi lain belum ada angkutan yang memadai untuk masyarakat melakukan aktifitas dagang ke daerah lain. Hal inilah yang menyebabkan pengunjung dan pedagang masih relatif sedikit jumlahnya. Sekitar tahun 1945 Onan Pesanggrahan tidak lagi digunakan oleh raja-raja Bius dalam melakukan aktivitas rapat atau pertemuan lagi melainkan telah sepenuhnya menjadi pasar. Kemudian satu tahun setelahnya yakni tahun 1946 Onan Pesanggrahan diganti namaya dengan Onan Nainggolan dan pada tahun itu juga disahkanlah Onan Nainggolan. Dalam upacara pengesahannya dilakukan ritual adat Batak dengan melakukan upacara selama 3 hari 3 malam dengan tujuan agar Onan 10 Wawancara dengan Op. Dorlan Nainggolan, Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir, Tanggal 1 Agustus 2013.

12 Nainggolan tersebut terhindar dari hal-hal mistik dan dapat digunakan semaksimal mungkin oleh masyarakat sekitar sebagai tempat mencari nafkah 11. Mengingat kecenderungan jumlah penduduk yang semakin bertambah, karena manusia selalu berusaha merubah lingkungannya untuk memperoleh kebutuhan hidupnya, sehingga tidak jarang mereka selalu merusak lingkungan alam sebagai tempat tinggalnya. 12 Dengan demikian, dulunya jumlah penduduk yang berada di sekitar pasar masih sangat jarang telah berubah menjadi daerah yang cukup padat. Hal ini disebabkan karena pada umumnya mereka yang datang banyak yang menggantungkan mata pencahariannya di pasar tersebut. Hal ini terbukti dengan adanya bangunan rumah di dekat pasar yang memanfaatkan badan pasar sehingga menyebabkan luas pasar semakin menyempit. Untuk menghindari penyempitan tersebut, masyarakat membuat kawat duri di pinggiran pasar yang berguna untuk membuat batasan antara rumah warga dengan pasar. Seiring dengan kemajuan pada waktu itu, tanah kosong berubah secara perlahan. Sebagian pedagang mulai membuat undung-undung yaitu tenda yang dibangun dengan empat buah bambu sebagai tiang penyangga. Kondisi pedagang masa itu sangat memprihatinkan. Pada saat hujan turun misalnya, pedagang yang menjajakan barang dagangannya langsung di atas tanah yang beralaskan tikar akan sangat merugi dikarenakan kondisi Onan akan menjadi sangat becek. Oleh karena itu pada tahun 1962 petugas pasar membangun undung-undung kepada para pedagang 11 Wawancara dengan A. Deddy Lumban Siantar di Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir, Tanggal 1 Agustus Zoer, aini, Djamuel Irwin, Ekosistem Komunitas dan Lingkungan, Jakarta, Bumi Aksara, 1992, hal.74

13 dengan catatan pedagang memberikan uang iuran kepada petugas pasar sebagai sewa lahan dan undung-undung. Selain undung-undung ada pula sebagian bangunan yang dibuat dari papan yang telah dibuat atapnya akan tetapi masih sebagian kecil. Uang iuran yang diberikan pada masa itu tidak dipatok jumlahnya, tergantung kerelaan pedagang untuk memberikan iuran mereka. Jika hasil dagangan berlebih, tidak jarang para pedagang memberikan iuran berlebih. Sebaliknya jika pedagang tidak mendapatka penghasilan yang cukup, mereka tidak memberikan iuran kepada petugas pasar. Uang hasil iuran tersebut selanjutnya akan diberikan sebahagian kepada punguan Marga Parhusip sebagai sewa lahannya dan sebagian lagi akan diserahkan kepada pemerintah dinas pasar setempat 13. Pada tahun 1948 masyarakat telah mulai meninggalkan sistem barter dan mulai menggunakan uang sebagai alat pembayaran yang sah. Setiap barang telah ditentukan dengan harga yang diatur oleh pihak pedagang sehingga di pasar terjadi persaingan dalam menentukan harga barang. Istilah yang digunakan pada masa itu adalah sasukku (sasukku = 50sen). 14 Pedagang biasanya menentukan harga barang dengan kebutuhan mereka untuk membeli barang lain yang mereka butuhkan dalam tingkat kewajaran harga yang berlaku di pasar. Dalam hal ini pemerintah tidak ikut ambil bagian dalam menentukan harga barang di pasar. 13 Wawancara dengan A. Deddy Lumban Siantar di Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir, Tanggal 1 Agustus Wawancara dengan Op.Dorlan Nainggolan (71 tahun) tanggal 1 Agustus 2013 di desa Nainggolan Kecamatan Nainggolan Kabupaten Samosir

14 BAB III PERKEMBANGAN ONAN NAINGGOLAN ( ) 3.1 Kondisi Fisik Pada tahun 1965, di Samosir, terlebih di Onan Nainggolan terjadi perombakan secara besar-besaran. Onan Nainggolan yang dulunya hanya berupa undung-undung telah dirombak dan secara keseluruhan menjadi bangunan papan yang atapnya telah dibuat dengan menggunakan ijuk sebagai pelindung dari hujan dan terik matahari sebagai tempat berjualan para pedagang. Akan tetapi bentuk fisik bangunannya masih tergolong sederhana, luas lapak masing-masing tidak merata. Ada beberapa yang luasnya 4x6 meter, dan ada pula yang luasnya hanya 2x3 meter. Pada tahun itu hanya ada 57 bangunan sebagai tempat berjualan para pedagang. Selanjutnya setelah semua pembangunan selesai diadakan lagi upacara adat untuk meresmikan pasar tradisional tersebut karena sudah menjadi adat dan kebiasaan masyarakat sekitar 15. Walaupun telah dibangun lebih baik, ternyata jumlah pedagang setiap tahunnya terus bertambah. Hal ini menyebabkan Onan Nainggolan tidak dapat lagi menampung banyaknya para pedagang, sehingga banyak di antaranya yang berjualan di luar pasar dengan memanfaatkan badan jalan sebagai tempat berjualannya. Kebanyakan dari mereka berasal dari wilayah Nainggolan itu sendiri, dan hanya sebagian saja yang berasal dari luar Nainggolan. 15 Wawancara dengan A. Deddy lumban Siantar di Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir, Tanggal 1 Agustus 2013.

15 Para pedagang yang berasal dari luar Nainggolan biasanya menggunakan kuda beban sebagai alat transportasi mereka untuk mengangkut barang dagangannya, saat itu belum ada angkutan kendaraan bermotor. Mereka yang datang berasal dari Onan Runggu, Dolok, Palipi, Mogang dan Sitinjak. Barang dagangan yang diperjual belikan pada masa itu tidak jauh berbeda dengan tahun 1946, akan tetapi berubah secara kuantitas. Barang dagangan yang sebelumnya dijual hanya untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari saja telah berubah menjadi motif untuk mencari keuntungan lebih yang mampu digunakan untuk hari berikutnya. Harga barang dagangan yang dijual pada masa itu pun bervariasi tergantung kepada harga di pasaran. Setelah itu akan terjadi tawar menawar antara pedagang dan pembeli untuk mencapai kesepakatan harga 16. Kondisi seperti ini berlangsung cukup lama, hingga dimulainya kedatangan pedagang dari luar Pulau Samosir (Muara, Balige, Sibandang, Parapat, dll) pada tahun Pada tahun 1994 dibangunlah bangunan baru yang lebih mewah. Pasar yang dulunya hanya terbuat dari papan dirubah menjadi pasar dengan bangunan yang lebih bagus. Bangunannya berubah menjadi bangunan beton dengan ukuran merata yaitu 4x5m keseluruhannya. Sementara itu, menunggu pembangunannya selesai, lokasi Onan Nainggolan untuk sementara waktu dipindahkan ke tanah lapang yang masih berada di sekitar wilayah Nainggolan itu juga Wawancara dengan Op. Parpandua di Kampung Nainggolan, Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir, Tanggal 2 Agustus Wawancara dengan A. Deddy Lumban Siantar di Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir, Tanggal 1 Agustus 2013.

16 Awalnya pemindahan tersebut mendapatkan perlawanan dari masyarakat setempat. Bentuk perlawanan mereka ditunjukkan dengan cara berjualan bukan di Onan Nainggolan melainkan di sepanjang jalan dari Pelabuhan Nainggolan hingga ke jalan besar Nainggolan (berjarak sekitar 500M dari Pelabuhan ke jalan besar Nainggolan menuju simpang tiga dan simpang empat juga tanah lapang). Hal ini sangat mengganggu aktifitas lalu lintas., atas himbauan pemerintah setempat, yang juga masih merupakan Raja Bius, maka warga setempat mau pindah ke tanah lapang sebagai tempat berjualan untuk sementara waktu 18. Pada tahun 1995 pembangunan Onan Nainggolan yang baru dengan bangunan beton telah rampung. Pedagang pun dipindahkan kembali dari tanah lapang ke Onan Nainggolan yang baru. Masyarakat pun menerima dengan bangga hasil pembangunan pasar yang baru. Akan tetapi pada tahun 1995 terjadi perubahan yang sangat jauh berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pasar dibagi atas beberapa kelas yaitu: 1. Kelas I Pada lokasi ini dikhususkan kepada para pedagang yang menjual pakaian, barang pecah belah dan alat dapur seperti keramik, piring, gelas, kaca, ember, dan lain-lain, jenis ikan dan daging serta aksesoris. Dalam hal ini pada kelas pertama ini mereka dikenakan biaya retribusi yang lebih besar 18 Wawancara dengan A. Karmila Parhusip di Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir, Tanggal 3 Agustus 2013.

17 yakni 3000 rupiah per hari sebagai sewa lahan. Dengan kata lain mereka harus membayar sewa lahan sesuai dengan tarif yang sudah ditetapkan oleh pemerintah setempat. Letaknya berada langsung di depan pintu masuk ke Onan Nainggolan dari pelabuhan. 2. Kelas II Pada lokasi ini dikhususkan kepada para pedagang yang menjual sayursayuran, buah-buahan, dan bahan pangan seperti beras, gula, minyak, dan lain-lain. Dalam hal ini, pada kelas kedua para pedagang dikenakan biaya retribusi sebesar 2000 rupiah per harinya sebagai sewa lahan. Letaknya berada tepat di belakang kelas pertama. 3. Kelas III Pada lokasi ini dikhususkan kepada para pedagang yang menjual makanan tradisional seperti pecal, mie sop, the manis, attirha dan lain sebaginya. Dalam hal ini, pada kelas ketiga para pedagang dikenakan biaya 1000 rupiah per harinya sebagai sewa lahan. Letaknya lebih ke belakang pasar, tepatnya di belakang kelas kedua 19. Sebenarnya, hal ini bertujuan agar tidak terjadi tumpang tindih, di mana pada satu lokasi terdapat berbagai jenis barang dagangan dan juga menjaga kenyamanan bagi setiap pembeli yang berbelanja di pasar tersebut. Retribusi yang dikenakan per 19 Wawancara dengan A. Deddy Lumban Siantar di Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir, Tanggal 1 Agustus 2013.

18 orang dan per hari pekan pun tidak lagi diberikan kepada Marga Parhusip, melainkan sepenuhnya diserahkan kepada Dinas Pasar Kecamatan Onan Runggu. Dalam hal pengutipan retribusi pun tidak ada lagi pengecualian kepada Marga Parhusip. Dengan kata lain, semua pedagang memiliki kewajiban yang sama dalam hal membayar retribusi termasuk dari keluarga Parhusip sekali pun 20. Permasalahan baru muncul pada tahun 1998, di mana Onan Nainggolan yang telah dirancang dan dibangun sedemikian rupa demi kesejahteraan masyarakat mengalami kebakaran. Kebakaran terjadi pada malam hari sehingga tidak ada dari kalangan pedagang yang mengalami kerugian. Kerugian dari kebakaran pasar hanya pada bangunan dan tidak ada korban jiwa sama sekali. Dampak dari kebakaran Onan Nainggolan terhadap para pedagang adalah dengan dipindahkan lagi areal perdagangan ke tanah lapang menunggu pembangunan Onan Nainggolan yang baru. 3.2 Pengelolaan Onan Nainggolan Pasar tradisional merupakan pusat aktifitas sebagian besar masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya mulai dari kebutuhan sandang, pangan, papan, maupun kebutuhan sosial lainnya. Keberadaan pasar tradisional terus mengalami perkembangan dan semakin banyak pula masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari keberadaan pasar tradisional tersebut.. Dalam hal pengelolaan, Onan Nainggolan lebih bersifat pelayanan kepada masyarakat yang dikelola oleh pemerintah daerah setempat. Onan Nainggolan 20 Wawancara dengan A. Jumses, di Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir, Tanggal 1 Agustus 2013.

19 dipegang oleh Petugas Peraturan Pasar (PERPAS). Tugas pokok dari PERPAS adalah menyiapkan bahan perencanaan dan program kerja, pelayanan administrasi dan teknis pembinaan dan bimbingan, evaluasi dan pelaporan bidang pengelolaan pasar yang meliputi pendapatan serta sarana kebersihan, keamanan, dan ketertiban. Petugas PERPAS Onan Nainggolan mengelola segala kegiatan yang berhubungan dengan aktifitas di pasar. Pengelolaannya meliputi pembangunan bangunan fisik pasar, pelayanan kebersihan dengan menyediakan tong sampah yang bekerjasama dengan dinas kebersihan, pemungutan pajak sewa bangunan, dan pelaksana keamanan dan ketertiban di area pasar. Pajak atau sewa bangunan selanjutnya akan dilaporkan kepada pihak Kecamatan yang mengurusi masalah keuangan dan pendapatan kecamatan. Pada dasarnya sistem pengelolaan Onan Nainggolan bukan hanya dikendalikan oleh petugas pasar (PERPAS) melainkan adanya peran serta masyarakat pedagang yang banyak menggantungkan hidupnya di Onan Nainggolan. Para pedagang yang mengelola Onan Nainggolan adalah para pedagang yang berjualan menetap di mana telah memiliki lapak/tempat berjualan yang tidak berpindah dan telah menandatangani kontrak atas sewa areal dagang. Para pedagang yang menyewa dengan sistem kontrak mulai ada sejak tahun 1997 dimana setiap tempat berdagang yang mereka sewa dikenakan biaya pajak yang berbeda tergantung kepada kelasnya masing-masing. Sistem pengelolaan Onan Nainggolan adalah sistem yang bersifat kekeluargaan, di mana pemerintah menetapkan harga sewa di samping berdasarkan kelas juga didasarkan pada tingkat kemakmuran ekonomi masyarakat. Dalam

20 menetapkan harga sewa biasanya pihak pemerintah akan melakukan musyawarah terlebih dahulu dengan masyarakat setempat sehingga pajak sewa yang dikenakan kepada masyarakat tidak terlalu besar dan masyarakat pun akan tepat waktu dalam pembayaran karena semua aturan yang menyangkut sewa didasarkan pada kesepakatan antara pemerintah setempat dengan masyarakat sekitar. 3.3 Aktifitas Onan Nainggolan Barang-barang dagangan yang diperjual belikan pada masa itu tidak jauh berbeda dengan tahun 1946, akan tetapi berubah secara kuantitas. Barang dagangan yang sebelumnya dijual hanya untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari selanjutnya berubah menjadi motif untuk mencari keuntungan lebih yang mampu digunakan untuk hari berikutnya. Harga barang dagangan yang dijual pada masa itu pun bervariasi tergantung pada jenis barang dan harga di pasaran. Setelah itu akan terjadi tawar menawar antara pedagang dan pembeli untuk mencapai kesepakatan harga. Dalam hal retribusi, para pedagang dikenakan biaya retribusi dua sukku (1 rupiah) atas sewa lahan mereka. Uang retribusi tersebut diserahkan sepenuhnya kepada Dinas Pasar Kabupaten Tapanuli Utara dan tidak ada lagi pemberian kepada Marga Parhusip karena pada tahun 1965 tanah tersebut telah resmi dihibahkan oleh Raja Parhusip kepada pemerintah setempat untuk renovasi pasar dengan catatan setiap Marga Parhusip yang berjualan di Onan Nainggolan tidak dikenakan pungutan biaya. Hal ini dikarenakan sistem adat Batak Toba secara turun temurun yang

21 menghargai adat dan selalu peduli terhadap keturunannya walaupun moyang mereka telah meninggal 21. Pungutan/retribusi yang dikutip dari para pedagang digunakan untuk penataan kota supaya tercipta daerah yang indah, tertib, dan bersih. Masalah sampah yang dimunculkan para pedagang merupakan suatu kendala bagi pemerintah daerah Kabupaten Tapanuli Utara dalam mewujudkan daerah yang bersih dan indah. Maka untuk itu, diperlukan penanganan yang lebih serius dari seluruh pihak yang berkompeten karena apabila tidak ditangani secara serius maka akan menjadi permasalahan yang lebih kompleks. Melihat kenyataan yang berkembang, maka pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara telah menyediakan gerobak-gerobak dan tongtong sampah.di samping itu juga telah menyiapkan tenaga-tenaga kerja kebersihan yang bertugas memelihara kebersihan kota, menyapu jalan/pasar, dan petugas pengangkutan gerobak sampah. Jumlah dari petugas kebersihan dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini merupakan bukti nyata dari upaya pemerintah dalam penanggulangan sampah dan juga demi kesejahteraan para pedagang dan kenyamanan para pembeli Permasalahan yang Dihadapi di Onan Nainggolan Para pedagang tersebut apabila sudah selesai berjualan akan meninggalkan sampah yang berserakan sehingga dapat menimbulkan situasi yang tidak nyaman di sekitar pasar dan selokan/parit. Keadaan ini berlangsung setiap hari sehingga sampah 21 Wawancara dengan A. Deddy Lumban Siantar di Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir, Tanggal 1 Agustus Wawancara dengan A. Karmila Parhusip di Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir, Tanggal 3 Agustus 2013.

22 ataupun kotoran tersebut jadi menumpuk di areal pasar tersebut. Apabila keadaan ini dibiarkan berlarut-larut maka dapat mengakibatkan aroma yang tidak sedap dan berbau busuk serta dapat menimbulkan sumber penyakit. Keadaan ini dapat menimbulkan dampak negatif bagi kebersihan dan keindahan pasar yang disebabkan oleh sampah-sampah yang berserakan dan tata ruang semakin semrawut serta sering kali dapat menimbulkan kemacetan lalu lintas. Keadaan payung-payung yang dipasang oleh para pedagang dari luar Pulau Samosir pada saat berjualan juga dapat menimbulkan pemandangan yang kurang sedap dipandang oleh mata. Parit-parit yang tersumbat oleh karena sampah-sampah pedagang kaki lima akan menggenang di sepanjang jalan terutama saat hujan turun. Keadaan ini lambat laun akan mempercepat kerusakan pada badan jalan sementara itu pasar menjadi becek dan berlumpur 23 Dampak lainnya yang disebabkan oleh para pedagang kaki lima adalah kemacetan lalu lintas. Hal ini terjadi karena pedagang kaki lima tidak menghiraukan tempat-tempat yang dilarang untuk berjualan. Sering kali para pedagang membuat lokasi berdagang di sepanjang jalan, bahkan terkadang sampai menempati setengah badan jalan. Hal ini juga dapat menggangu kelancaran lalu lintas meskipun petugas sering melakukan penertiban dan penggusuran terhadap para pedagang kaki lima, akan tetapi hasilnya tidak pernah mengalami perubahan Wawancara dengan Op. Dorlan di Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir, Tanggal 2 Agustus Wawancara dengan A. Deddy Lumban Siantar di Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir, Tanggal 1 Agustus 2013.

23 Keadaan pedagang di Onan Nainggolan menjadi suatu dilema bagi pemerintah dalam mewujudkan Samosir yang bersih, tertib, dan aman. Pada tahun 1990 Jumlah pedagang terus bertambah karena tempat penampungan untuk berjualan belum memadai. Inilah hal utama yang masih menjadi kendala bagi pemerintah dalam mengatur tata kota administratifnya, khususnya di daerah Kecamatan Onan Runggu 25. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara telah berusaha menjadikan Samosir menjadi kota yang indah, tertib, dan bersih. Hal ini sangat berpengaruh dengan Onan Nainggolan, karena pasar ini sangat strategis dilalui oleh masyarakat dari berbagai arah atau tempat. Hal ini didukung juga oleh dekatnya lokasi pasar dengan Pelabuhan Nainggolan. Pemerintah berusaha dalam mengatasi masalah yang muncul di tengahtengah masyarakat dalam era keterbukaan dimana memerlukan penanggulangan yang terpadu, yaitu menciptakan kerjasama yang baik dari berbagai pihak dengan memperhatikan aspek dan kepentingan dari berbagai pihak serta tidak mengindahkan nilai kebenaran dan kemanusiaan. Kehadiran pedagang di Onan Nainggolan dari segala bentuk dan kegiatannya tidak pernah luput dari permasalahannya. Pedagang di Onan memberikan masalah yang kompleks terutama masalah sampah, lingkungan kumuh, kemacetan, dan ketertiban lalu lintas yang merupakan ulah dari pedagang tersebut. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah mengadakan operasi pasar untuk menertibkan para pedagang dengan mengadakan razia atau penggusuran yang bertujuan untuk menertibkan dan 25 Wawancara dengan A. Deddy Lumban Siantar di Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir, Tanggal 1 Agustus 2013.

24 menata pedagang agar berjualan di tempat yang telah ditentukan, kemudian menyediakan tempat penampungan bagi para pedagang dengan cara menambah bangunan pasar dan membuka kawat duri pembatas dan dibangun dengan bangunan pasar baru sebagai tambahan bangunan berdagang bagi pedagang dalam menjalankan aktifitasnya. Melalui pasar yang baru ini juga, diharapkan agar para pedagang tidak lagi berjualan di sepanjang jalan maupun badan jalan.

BAB II ONAN RUNGGU. atas permukaan laut. Wilayah Onan Runggu memiliki luas sekitar 60,89 Km 2

BAB II ONAN RUNGGU. atas permukaan laut. Wilayah Onan Runggu memiliki luas sekitar 60,89 Km 2 BAB II ONAN RUNGGU 2.1 Letak Geografis Onan Runggu adalah satu wilayah di Kabupaten Samosir yang terletak diantara 2 o 26 2 o 33 LU dan 98 o 54 99 o 01 BT dengan ketinggian 904 1.355 meter di atas permukaan

Lebih terperinci

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389 BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 2.1. Kondisi Geografis Desa Namo Rambe merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Lingkungan Alam Penelitian ini dilakukan di Desa Janji Hutanapa, Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbang Hansundutan. Desa ini memiliki batas-batas administratif

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( ) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (1998-2005) 2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam Kecamatan Ajibata merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI. pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan daerah pemekaran

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI. pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan daerah pemekaran BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI 2.1. Letak Geografis Desa Sigaol Marbun merupakan salah satu desa di Kecamatan Palipi yang berada di Kabupaten Samosir. Kecamatan Palipi terletak

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN 2.1 Letak Geografis Sumbul Pegagan Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara. Secara geografis Sumbul Pegagan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SAMOSIR DAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SAMOSIR DAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SAMOSIR DAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

RGS Mitra 1 of 14 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG

RGS Mitra 1 of 14 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG RGS Mitra 1 of 14 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SAMOSIR DAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR

V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR 5.1. Kebijakan Pengelolaan Pasar Tradisional Kota Bogor Terdapat tujuh buah pasar tradisional yang dibangun oleh Pemerintah Kota Bogor untuk menunjang perekomomian dan memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barter tersebut menimbulkan masalah seperti, tempat, waktu dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. barter tersebut menimbulkan masalah seperti, tempat, waktu dan lain sebagainya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar di awali pada zaman sejarah dan prasejarah, dimana pada zaman sejarah dan prasejarah dalam memenuhi kebutuhan manusia dengan melakukan sistim barter yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar merupakan suatu tempat dimana penjual dan pembeli dapat bertemu untuk melakukan transaksi jual beli barang. Penjual menawarkan barang dagangannya dengan harapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri atas berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Salah satunya adalah etnis Batak. Etnis

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG

BAB III PRAKTEK TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG BAB III PRAKTEK TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG A. Gambaran Umum tentang Lokasi Penelitian Pasar Ikan di Kec. Ketapang ini merupakan salah satu pasar yang berada di wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu wilayah tidak dapat dilepaskan dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu wilayah tidak dapat dilepaskan dari perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu wilayah tidak dapat dilepaskan dari perkembangan transportasi. 1 Hal ini tidak dapat dipungkiri mengingat transportasi memiliki peran yang penting dalam

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah 46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 sampai dengan 105 45 Bujur Timur dan 5 15 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah sebuah negara yang menganut sistem ekonomi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah sebuah negara yang menganut sistem ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah sebuah negara yang menganut sistem ekonomi kerakyatan. Dimana salah satu faktor pendukung terjadinya sistem ekonomi ini adalah keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN LOKASI DESA BANGUN. km, sedangkan jarak Desa ke Ibukota kabupaten sekitar 15 km. Jarak dengan

BAB II GAMBARAN LOKASI DESA BANGUN. km, sedangkan jarak Desa ke Ibukota kabupaten sekitar 15 km. Jarak dengan BAB II GAMBARAN LOKASI DESA BANGUN 2.1. Letak dan Lokasi Desa Bangun merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi. Jarak Desa Bangun ke Ibukota kecamatan sekitar 7 km,

Lebih terperinci

BAB II. IDENTIFIKASI GEREJA KATOLIk. 2.1 Sejarah Berdirinya Gereja Katolik Santo Diego Martoba

BAB II. IDENTIFIKASI GEREJA KATOLIk. 2.1 Sejarah Berdirinya Gereja Katolik Santo Diego Martoba BAB II IDENTIFIKASI GEREJA KATOLIk 2.1 Sejarah Berdirinya Gereja Katolik Santo Diego Martoba Pada tahun 1952 penduduk km 9 dan 10 yang sebahagian besar berasal dari toba samosir dan janjiraja yang beragama

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Pasar Bandar Buat awal berdirinya merupakan sebuah pasar nagari, pasar

BAB V KESIMPULAN. Pasar Bandar Buat awal berdirinya merupakan sebuah pasar nagari, pasar 74 BAB V KESIMPULAN Pasar Bandar Buat awal berdirinya merupakan sebuah pasar nagari, pasar ini diperkirakan sudah ada sejak zaman belanda namun hanya sebatas untuk pasar untuk kebutuhan masyarkat nagari

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PERPARKIRAN DI KABUPATEN KENDAL. A. Keadaan Sosial, Ekonomi, Budaya dan Keagamaan serta Letak

BAB III PRAKTEK PERPARKIRAN DI KABUPATEN KENDAL. A. Keadaan Sosial, Ekonomi, Budaya dan Keagamaan serta Letak 35 BAB III PRAKTEK PERPARKIRAN DI KABUPATEN KENDAL A. Keadaan Sosial, Ekonomi, Budaya dan Keagamaan serta Letak Geografis Keadaan sosial budaya di daerah Kaliwungu tepatnya di Pasar Sore Kaliwungu desa

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Balai yang bernama Balai Tilatang. Balai Tilatang menjadi pasar distributor bagi

BAB V KESIMPULAN. Balai yang bernama Balai Tilatang. Balai Tilatang menjadi pasar distributor bagi BAB V KESIMPULAN Pada awal berdirinya pada tahun 1898, Pasar Pekan Kamis merupakan sebuah Balai yang bernama Balai Tilatang. Balai Tilatang menjadi pasar distributor bagi pasar-pasar kecil di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB II DESA HUTAJULU HINGGA TAHUN 1960

BAB II DESA HUTAJULU HINGGA TAHUN 1960 BAB II DESA HUTAJULU HINGGA TAHUN 1960 Alur dalam bab ini dimulai dengan deskripsi sejarah, dan terbentuknya Desa Hutajulu, kemudian menjelaskan desa dan seluruh isi desa tersebut hingga tahun 1960 yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah Desa Sugau Nama desa secara administrasi disebut desa Sugau, masyarakat sering menyebut desa ini dengan nama Simpang Durin Pitu. Simpang Durin Pitu dibuat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu kabupaten yang tekstur wilayahnya bergunung-gunung. Tapanuli Utara berada

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA. A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA. A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita 1. Keadaan geografis Pasar Pelita merupakan salah satu pasar yang ada di kecamatan Kubu Babussalam tepatnya di desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terjadi. Pada umumnya, semua pasar tradisional yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terjadi. Pada umumnya, semua pasar tradisional yang ada di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar tradisional di Indonesia masih merupakan wadah utama masyarakat dalam membeli suatu kebutuhan, karena dalam pasar inilah sesungguhnya perputaran ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah dikunjungi dari transportasi apapun sering menjadi primadona bagi pendatang yang ingin keluar dari

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geofrafis dan Demografis Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di wilayah Kecamatan Inuman Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Batak terdiri dari beberapa etnik yaitu Toba, Simalungun, Karo, Angkola/Mandailing dan Pakpak Dairi. Namun sekarang ini sebutan Batak hanya ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011

BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011 BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG KETERTIBAN UMUM DAN KETENTRAMAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian di setiap bagian yang diperlukan dalam penelitian ini. Kita dapat mulai untuk meneliti apa

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Semua etnis memiliki budaya yang

Lebih terperinci

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa 17 BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN A. Sejarah Perkembangan Desa Koto Perambahan Desa Koto Perambahan adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Karo merupakan masyarakat pedesaan yang sejak dahulu mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata pencaharian utama masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara tradisional menurut Kotler (2007) pasar merupakan tempat fisik dimana para pembeli dan penjual berkumpul untuk membeli dan menjual barang. Pasar dinyatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km² BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG 2.1 Letak Geografis Pulau Burung Pulau Burung merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir,

Lebih terperinci

Danau Toba: Pesona Sumatera Utara

Danau Toba: Pesona Sumatera Utara Danau Toba: Pesona Sumatera Utara Danau Toba yang terletak di Sumatera Utara ini merupakan salah satu danau vulkanik terindah yang dimiliki Indonesia. Dengan luas yang mencapai 1.145 kilometer persegi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat berarti terhadap pembangunan, karena melalui pariwisata dapat diperoleh dana dan jasa bagi

Lebih terperinci

SEKILAS BERBURU BAWANG MERAH DI PULAU SAMOSIR

SEKILAS BERBURU BAWANG MERAH DI PULAU SAMOSIR No. 10 - Agustus 2014 SEKILAS BERBURU BAWANG MERAH DI PULAU SAMOSIR Kondisi Geografis, Iklim, dan Sosio Ekonomis Kabupaten Samosir terletak di Provinsi Sumatera Utara, yaitu di Pulau Samosir di tengah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian awal dari penelitian. Pendahuluan adalah awal suatu cara untuk mengetahui suatu masalah dengan cara mengumpulkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL, BAGAN, DAN GAMBAR... ABSTRACT...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL, BAGAN, DAN GAMBAR... ABSTRACT... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL, BAGAN, DAN GAMBAR... ABSTRAK... ABSTRACT... i iii iv v viii x xii xiii BAB I PENDAHULUAN A.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN 2.1 Sejarah Desa Pauh Desa Pauh ini terletak di Jalan Jala X Lingkungan 14 Terjun Medan. Nama asli dari desa ini sebenarnya adalah Desa Terjun Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari, karena kedua hal tersebut adalah kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari, karena kedua hal tersebut adalah kebutuhan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Terkait Objek Perancangan Setiap manusia sangat membutuhkan kebutuhan sandang dan pangan dalam kehidupan sehari-hari, karena kedua hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih tinggi. Seperti yang dituangkan dalam GBHN (Tap. MPR No. IV/MPR/1999), pembangunan nasional merupakan usaha

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih tinggi. Seperti yang dituangkan dalam GBHN (Tap. MPR No. IV/MPR/1999), pembangunan nasional merupakan usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya adalah usaha yang terus menerus untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, baik secara materiil maupun spiritual yang lebih tinggi. Seperti

Lebih terperinci

BAB II MUSIK TIUP PADA UPACARA ADAT KEMATIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA MEDAN

BAB II MUSIK TIUP PADA UPACARA ADAT KEMATIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA MEDAN BAB II MUSIK TIUP PADA UPACARA ADAT KEMATIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA MEDAN 2.1 Deskripsi Masyarakat Batak Toba di Kota Medan 2.1.1 Etnografi Kota Medan Kota Medan merupakan ibukota provinsi

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI UMUM PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI UMUM PENELITIAN BAB II DESKRIPSI UMUM PENELITIAN 2.1 Deskripsi Umum Wilayah 2.1.1 Sejarah Desa Lalang Menurut sejarah yang dapat dikutip dari cerita para orang tua sebagai putra daerah di Desa Lalang, bahwa Desa Lalang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN NELAYAN INDAH. serta latarbelakang historisnya. Cerita sejarah baru dianggap benar jika pengungkapan

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN NELAYAN INDAH. serta latarbelakang historisnya. Cerita sejarah baru dianggap benar jika pengungkapan BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN NELAYAN INDAH 2.1 Sejarah Kelurahan Nelayan Indah Adapun faktor geografis dalam penulisan sejarah adalah merupakan suatu hal yang tidak boleh diabaikan. Sebab dengan melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten BAB II KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, yang terdapat komunitas Islam Aboge merupakan ajaran Islam

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecamatan yang berbeda bisa ditemukan hal-hal yang menunjukkan bahasa itu

BAB I PENDAHULUAN. kecamatan yang berbeda bisa ditemukan hal-hal yang menunjukkan bahasa itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu fonologi adalah suatu kajian bahasa dalam hal bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bunyi ujaran yang dimaksud adalah bentukan fonem-fonem yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.legalitas.org UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1998 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TOBA SAMOSIR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MANDAILING NATAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 127 ayat (1) Undang - Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pulau Sumatera merupakan salah satu dari lima pulau terbesar yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pulau Sumatera merupakan salah satu dari lima pulau terbesar yang terdiri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Sumatera merupakan salah satu dari lima pulau terbesar yang terdiri dari sepuluh Provinsi. Salah satu provinsi yang ada di Pulau Sumatera adalah Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa dipisahkan dari komunitas lingkungan di sekitarnya. Manusia dikatakan makhluk sosial karena manusia hidup secara berkelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir disetiap negara berkembang kemiskinan selalu menjadi trending topic yang ramai dibicarakan. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menempati urutan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan permukiman yang dihadapi kota kota besar di Indonesia semakin kompleks. Tingginya tingkat kelahiran dan migrasi penduduk yang tinggi terbentur pada kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Republik Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan luas sekitar 2/3 bagian (5,8 juta Km 2 ) adalah lautan, dan sekitar 1/3 bagian (2,8 juta km 2 ) adalah daratan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan Perikanan, terlebih bagi negara kepulauan seperti Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan Perikanan, terlebih bagi negara kepulauan seperti Indonesia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan ikan yang meningkat tentunya memiliki makna positif bagi pengembangan Perikanan, terlebih bagi negara kepulauan seperti Indonesia yang memiliki potensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda. Masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai etnis dengan berbagai nilai budaya dan beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR. 2.1.Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Samosir.

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR. 2.1.Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Samosir. BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR 2.1.Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Samosir. Kabupaten Samosir merupakan sebuah kabupaten yang terbentuk dari hasil pemekaran Kabupaten Toba Samosir. Diawali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kondisi Pariwisata Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara tujuan wisata Internasional. Kondisi geografis serta iklim yang unik dan menarik yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi Tanah Karo dengan ketinggian antara 600 sampai 1400 meter di

BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi Tanah Karo dengan ketinggian antara 600 sampai 1400 meter di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Berastagi merupakan kota yang terletak di Kabupaten Karo. Kabupaten Karo terkenal dengan nama Tanah Karo Simalem yang berarti tanah yang tidak sakit (tanah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sekarang berada pada satu zaman dengan kecepatan yang sangat tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sekarang berada pada satu zaman dengan kecepatan yang sangat tinggi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan sekarang berada pada satu zaman dengan kecepatan yang sangat tinggi, ditandai dengan cepatnya perkembangan teknologi yang baru, yang juga sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas keseluruhan wilayah kabupaten pasaman barat. Kecamatan sungai beremas dengan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas keseluruhan wilayah kabupaten pasaman barat. Kecamatan sungai beremas dengan BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografis Kecamatan sungai beremas merupakan salah satu daerah di sebelah utara kabupaten pasaman barat dengan luas wilayah sekitar 440,48 km 2 atau 11,33 persen

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan 66 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan dan kebutuhan prasarana dan sarana transportasi perkotaan di empat kelurahan di wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menggantungkan hidupnya pada

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Gambaran Umum Kelurahan Tuktuk Siadong

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Gambaran Umum Kelurahan Tuktuk Siadong BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Gambaran Umum Kelurahan Tuktuk Siadong Secara Administratif Kelurahan Tuktuk Siadong termasuk ke dalam Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir dengan batas-batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berekreasi, membuka lapangan pekerjaan dan berbelanja. Pada mulanya

BAB I PENDAHULUAN. berekreasi, membuka lapangan pekerjaan dan berbelanja. Pada mulanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam pasar terjadi suatu aktivitas interaksi sosial dan transaksi jual beli antar penjual dan pembeli. Pasar mempunyai fungsi yang sangat penting bagi setiap orang

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pekarangan pada dasarnya merupakan lahan di sekitar rumah yang di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pekarangan pada dasarnya merupakan lahan di sekitar rumah yang di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pekarangan pada dasarnya merupakan lahan di sekitar rumah yang di dalamnya tumbuh sayur-mayur, kolam ikan, tanaman buah-buahan dan obatobatan yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya tidak lepas dari lingkungan hidup sekitarnya. Lingkungan hidup manusia tersebut menyediakan berbagai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Demografis Kelurahan Simpang Baru

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Demografis Kelurahan Simpang Baru BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Demografis Kelurahan Simpang Baru Kelurahan Simpang Baru adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru Propinsi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI 2.1. Sejarah Kota Medan Kota Medan sebagai Ibukota dari propinsi Sumatera Utara memiliki berbagai keunikan yang berbeda dari ibu kota lainnya yang ada di Indonesia. Tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pelaksanaan pembangunan tersebut bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 758 TAHUN : 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DI KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Samosir

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Samosir BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR 2.1. Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Samosir Kabupaten Samosir merupakan sebuah kabupaten yang terbentuk dari hasil pemekaran Kabupaten Toba Samosir. Diawali

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1998 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TOBA SAMOSIR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MANDAILING NATAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

I Z I N P E N G G U N A A N K I O S D A N L O S P A S A R D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A

I Z I N P E N G G U N A A N K I O S D A N L O S P A S A R D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A B U P A T I B A T A N G P E R A T U R A N B U P A T I B A T A N G N O M O R 2 ( S ' T A H U N 2 0 1 4 T E N T A N G I Z I N P E N G G U N A A N K I O S D A N L O S P A S A R D E N G A N R A H M A T T U

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Surade 4.1.1 Kondisi Geografis, Topografi, dan Demografi Kelurahan Surade Secara Geografis Kelurahan Surade mempunyai luas 622,05 Ha,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang pada gilirannya merupakan penawaran tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang pada gilirannya merupakan penawaran tenaga kerja yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang sedang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak.

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hula - hula dalam adat Batak Toba adalah keluarga laki-laki dari pihak istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. Hula - hula merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat Indonesia selain sebagai muara dari produk-produk rakyat, pasar juga berfungsi sebagai tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, berinteraksi, bermasyarakat dan menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

maupun daerah untuk mempercepat tercapainya pembangunan ekonomi. lahirnya dua produk undang-undang, yaitu Undang-undang No.

maupun daerah untuk mempercepat tercapainya pembangunan ekonomi. lahirnya dua produk undang-undang, yaitu Undang-undang No. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang menginginkan pembangunan dan setiap negara bekerja keras untuk pembangunan. Memang kemajuan ekonomi adalah komponen utama pembangunan, tetapi bukan merupakan

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau dan Kabupaten Lingga BAB III KONDISI UMUM 3.1. Geografis Wilayah Kepulauan Riau telah dikenal beberapa abad silam tidak hanya di nusantara tetapi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang dikenal dengan banyaknya objek wisata yang tersebar di banyak kota dan kabupatennya. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor perikanan memberikan kontribusi terhadap PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 s/d 2014 mengalami peningkatan yang signifikan, dimana

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Desa Lebih terletak di Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali dengan luas wilayah 205 Ha. Desa Lebih termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai perbedaan latar belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam ciri-ciri fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Di pasar kita dapat berbelanja sayuran, daging, sembako, bumbu dapur, buahbuahan, pakaian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan secara merata diseluruh tanah air dan ditujukan bukan hanya untuk satu golongan, atau

Lebih terperinci