BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilaku. Motivasi adalah konsep penting bagi auditor dalam. baik. Auditor yang memiliki motivasi dalam dirinya tidak akan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilaku. Motivasi adalah konsep penting bagi auditor dalam. baik. Auditor yang memiliki motivasi dalam dirinya tidak akan"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI Teori Motivasi Menurut Siegel dan Marconi (1989) motivasi merupakan kunci untuk memulai, mengendalikan, mempertahankan dan mengarahkan perilaku. Motivasi adalah konsep penting bagi auditor dalam menjalankan tugas audit. Seorang auditor harus mempunyai motivasi dalam dirinya untuk mencapai tujuan organisasi dan tujuan audit yang baik. Auditor yang memiliki motivasi dalam dirinya tidak akan terpengaruh oleh berbagai masalah atau faktor faktor yang ada, baik dari internal maupun eksternal, seperti : perbedaan gender di antara satu dengan yang lainnya, tekanan ketaatan, maupun struktur tugas yang kompleks sekalipun dalam melakukan audit dan menghasilkan suatu judgement yang relevan. Auditor dengan motivasi yang tinggi juga akan menjaga kredibilitas dan profesionalisme dalam bekerja. Motivasi dapat berasal dari dua sumber, yaitu dari dalam diri sendiri maupun dari luar dirinya. Atau dapat juga disebut motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi hal itu sendiri (sebuah tujuan itu sendiri). Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi berasal dari luar

2 yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Tujuan dalam hal ini bisa jadi karena paksaan ataupun penghargaan Teori X dan Y Douglas McGregor mengemukakan adanya dua pandangan manusia, yaitu teori X dan Y. Teori X (negatif) memiliki locus of control eksternal dimana mereka pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan, berusaha menghindarinya dan menghindari tanggung jawab, sehingga mereka harus dipaksa atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan. Sedangankan individu bertipe Y cenderung memiliki locus of control internal dimana mereka menyukai pekerjaan, mampu mengendalikan diri untuk mencapai tujuan, bertanggung jawab, dan mampu membuat keputusan inovatif. Jika diproyeksikan kepada auditor, maka auditor dengan teori X ini cenderung kurang tepat dalam membuat pertimbangan (judgement) jika dihadapkan pada seuatu masalah atau hal yang kompleks. Akibatnya, tidak tercapainya sebuah tujuan audit yang baik. Bahkan auditor dengan tipe X ini cenderung mencari jalan aman jika dihadapkan pada tugas yang rumit, sehingga adanya kemungkinan auditor akan berperilaku disfungsional dalam membuat pertimbangan. Berbeda dengan tipe X, auditor dengan teori Y dapat bertanggung jawab atas tugasnya dan tetap bersikap profesional dalam menjalankan tugas audit. Auditor dengan tipe ini tidak akan terpengaruh meskipun ia

3 mendapat tekanan ketaatan dan menghadapi tugas audit yang kompleks, sehingga dapat membuat hasil judgment lebih baik dan tepat. Seorang auditor dengan tipe Y dalam menjalankan tugasnya sebagai auditor harus memenuhi standariasi audit, dimana terdapat di dalamnya bahwa seorang auditor wajib mempertahankan independensi dan kredibilitasnya Teori Penetapan Tujuan Teori penetapan tujuan ditemukan oleh Edwin Locke. Teori ini menjelaskan hubungan antara tujuan dengan perilaku. Teori ini menegaskan bahwa niat individu untuk mencapai sebuah tujuan merupakan sumber motivasi kerja yang utama. Seorang individu yang dihadapkan dengan tujuan yang sulit, lebih spesifik dan menantang akan mendorong kinerja yang lebih tinggi dibandingkan tujuan yang tidak jelas dan lebih mudah. Locke mengungkapkan bahwa terdapat dua kategori tindakan yang diarahkan oleh tujuan, yaitu: (a) non-consciously goal dan (b) consciously goal directed atau purposeful actions. Yang mendasari teori ini adalah kategori yang kedua yaitu consciously goal, dimana dalam consciously goal, ide-ide berguna untuk mendorong individu untuk bertindak. Auditor yang memahami tujuannya tidak akan bersikap menyimpang ketika mendapat tekanan dari atasan atau suatu entitas yang diaudit, serta tidak menyimpang jika diberikan tugas yang kompleks. Memahami tujuan bagi seorang auditor, tentu akan membuat auditor

4 melakukan suatu tugas audit yang baik sehingga menghasilkan judgement yang baik juga. Auditor internal sendiri harus disadarkan bahwa kewajiban auditor adalah memberikan jasa audit yang professional untuk menilai sistem pengendalian internal suatu perusahaan, apakah wajar atau tidak, dan untuk memastikan tercapainya tujuan dan sasaran perusahaan, sehingga hasilnya dapat digunakan pihak yang berkepentingan terhadap laporan hasil audit internal tersebut. Auditor juga harus bekerja sesuai dengan etika profesi dan standar audit yang berlaku Audit Judgement Audit judgement merupakan aktivitas utama dalam melaksanakan pekerjaan audit. Haryanto (2012) menyatakan bahwa ketepatan judgment auditor secara tidak langsung akan mempengaruhi tepat atau tidaknya keputusan yang akan diambil oleh pihak pemakai informasi (manajer) yang mengandalkan laporan keuangan auditan sebagai acuannya dalam pembuatan keputusan. Menurut Suci dan Indira (2012), audit judgement diperlukan karena audit tidak dapat dilakukan terhadap seluruh bukti audit. Bukti inilah yang digunakan untuk menyatakan pendapat atas hasil audit auditor internal, sehingga dapat dikatakan bahwa pertimbangan audit ikut menentukan hasil dari pelaksanaan audit. Dimana hasil ini akan didokumentasikan dalam kertas kerja audit dengan lengkap dan jelas. Laporan hasil audit internal didukung dari dokumentasi Kertas Kerja

5 Audit (KKA) yang telah diperiksa oleh Kepala Satuan Kerja Audit Internal. Pertimbangan audit sebelum menentukan hasil audit, seorang auditor akan mengumpulkan bukti yang berasal dari waktu yang berbeda. Kemudian auditor akan mengintegrasikan informasi dari bukti tersebut. Karena tidak semua bukti dapat dijadikan acuan, maka auditor akan mengambil beberapa sampel daripada bukti yang relevan. Oleh karena itu, maka auditor harus berhati-hati dalam memutuskan karena bukti yang ada berupa sampling dan resiko audit yang nantinya akan berdampak pada masa mendatang Dalam membuat judgement, pertama kali yang dilakukan oleh auditor adalah persiapan audit. Pelaksanaan audit yang baik harus disiapkan dengan benar agar tujuan audit dapat dicapai secara efisien. Pada tahap persiapan audit, wajib memperhatikan penetapan penugasan, pemberitahuan audit dan penelitian pendahuluan. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan disusun program audit yang merupakan dokumentasi prosedur bagi auditor internal dalam mengumpulkan, menganalisa dan menginterpretasikan serta mendokumentasikan informasi selama pelaksanaan audit. Pada tahap pelaksanaan audit kemudian auditor mengumpulkan bukti bukti audit yang dibutuhkan sesuai dengan prosedur audit. Bukti-bukti audit harus mencakup kecukupan, relevan dan kompeten untuk mendukung penyusunan kesimpulan dan rekomendasinya. Disini auditor harus menggunakan pertimbangan yang professional untuk menentukan jenis dan jumlah bukti.

6 Setelah itu, auditor membuat hasil audit yang nantinya akan ditulis dalam laporan tertulis, dimana sesuai dengan standar pelaporan yang berlaku Perbedaan Gender Gender adalah perbedaan dan fungsi peran sosial yang dikonstruksikan oleh masyarakat, serta tanggunbg jawab laki-laki dan perempuan, sehingga gender belum tentu sama di tempat berbeda dan dapat berubah sewaktu-waktu. Sementara seks/kodrat adalah jenis kelamin yang terdiri dari laki-laki dan perempuan yang telah ditentukan oleh Tuhan oleh karena itu tidak dapat ditukar/diubah, ketentuan ini berlaaku sejak dahulu kala, sekarang, dan berlaku selamanya (Nobelius, 2012). Sebenarnya istilah gender berbeda dengan seks atau jenis kelamin. Istilah seks atau jenis kelamin lebih banyak berkonsentrasi kepada aspek biologi seseorang, meliputi perbedaan komposisi kimia dan hormon dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi, dan karakteristik biologis lainnya. Sedangkan gender lebih banyak berkonsentrasi pada aspek sosial, budaya, psikologis, dan aspek-aspek non biologis lainnya. Dari pernyataan di atas dapat dijelaskan secara umum bahwa gender memiliki dua karakteristik, yaitu maskulin dan feminin dan mempunyai cara yang berbeda dalam menunjukkan minat, kepedulian, atau dukungan. Dan juga mempunyai cara pandang berbeda dalam menangkap pesan. Bagi seorang feminin, komunikasi menjadi faktor utama untuk menjalin hubungan, kedekatan, dan keakraban, sedangkan

7 seorang maskulin, komunikasi sangat penting dalam mencapai suatu tujuan. Dalam mengaplikasikan kepeduliannya, orang maskulin menunjukkannya dengan cara melakukan sesuatu yang konkret terhadap orang lain. Sedangkan orang feminin selalu menjaga perasaan orang lain agar tidak terluka. Dari karakteristik tersebut diproyeksikan ke dalam jenis seks yang ada, dimana sebagian besar laki laki mempunyai karakter maskulin, dan feminism diproyeksikan kepada perempuan. Pada mulanya, teori perbedaan gender hanya ada dua, yakni teori nurture dan nature. Namun teori teori tersebut dikembangkan sehingga muncullah teori lain, seperti teori keseimbangan atau teori equilibrium. Teori yang berhubungan terhadap perbedaan gender adalah sebagai berikut: 1. Teori Nurture Menurut teori nurture, adanya perbedaan perempuan dan laki-laki pada hakikatnya adalah hasil konstruksi sosial budaya sehingga menghasilkan peran dan tugas yang berbeda. Perbedaan tersebut menyebabkan perempuan selalu tertinggal dan terabaikan peran dan konstribusinya dalam hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Perjuangan untuk persamaan dipelopori oleh orang orang yang konsen memperjuangkan kesetaraan perempuan dan laki-laki (kaum feminis) yang cenderung mengejar kesamaan atau fifty-fifty yang kemudian dikenal dengan istilah kesamaan kuantitas (perfect equality). Perjuangan tersebut sulit dicapai karena berbagai hambatan, baik dari

8 nilai agama maupun budaya. Karena itu, aliran nurture melahirkan paham sosial konflik yang memperjuangkan kesamaan proporsional dalam segala aktivitas masyarakat seperti di tingkatan manajer, menteri, DPR, partai politik, dan bidang lainnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, dibuatlah program khusus (affirmatif action) demi memberikan peluang untuk pemberdayaan perempuan yang kadang berakibat timbulnya reaksi negatif dari kaum laki-laki karena apriori terhadap perjuangan tersebut. 2. Teori Nature Menurut teori nature, adanya perbedaan perempuan dan laki-laki adalah kodrat sehingga tidak dapat berubah dan bersifat universal. Perbedaan biologis ini memberikan indikasi dan implikasi bahwa di antara kedua jenis tersebut memiliki peran dan tugas yang berbeda. Baik perempuan maupun laki-laki, memiliki perbedaan kodrat sesuai dengan fungsinya masing-masing. Dalam kehidupan sosial, ada pembagian tugas (division of labour). Dalam keluarga juga terdapat pembagian tugas. Keluarga sebagai unit sosial yang memberikan perbedaan peran antara suami dan istri untuk saling melengkapi dan saling membantu satu dengan yang lain. Keharmonisan hidup hanya dapat diciptakan bila terjadi pembagian peran dan tugas yang serasi antara perempuan dan laki-laki, dan hal ini dimulai sejak dini melalui pola pendidikan dan pengasuhan anak dalam keluarga. Aliran ini melahirkan paham struktural fungsional yang menerima perbedaan peran, asal dilakukan secara demokratis dan dilandasi oleh kesepakatan (komitmen) antara suami-isteri dalam

9 keluarga, atau antara perempuan dan laki-laki dalam kehidupan masyarakat. 3. Teori Equilibrium Disamping kedua teori tersebut, yakni teori nurture dan nature, terdapat paham yang dikenal dengan keseimbangan (equilibrium) yang menekankan pada konsep kemitraan dan keharmonisan dalam hubungan antara perempuan dan laki-laki. Pandangan ini mengutarakan bahwa keduanya harus bekerjasama dalam kemitraan dan keharmonisan dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, dan berbangsa. Karena itu, penerapan kesetaraan dan keadilan gender harus memperhatikan masalah kontekstual (yang ada pada tempat dan waktu tertentu) dan situasional (sesuai situasi/keadaan), bukan berdasarkan perhitungan secara matematis (jumlah/quota) dan tidak bersifat universal. Teori psikologi keperilakuan menjelaskan perbedaan antara lakilaki dan perempuan berdasarkan risk aversion dan selectivity hypothesis. Dimana, perempuan dikatakan lebih menghindari risiko (risk averse) dan memproses informasi secara lebih komprehensif (selectivity hypothesis) dibandingkan dengan laki-laki. Risk aversion dan selectivity hypothesis seringkali digunakan untuk menjadi landasan teori riset-riset di bidang akuntansi yang menguji gender sebagai variabel independen Performance Incentives Perusahaan dalam menjalankan operasi usahanya pasti membutuhkan tenaga kerja. Tenaga kerja yang dimiliki perusahaan pasti

10 mempunyai target produktivitas yang ditentukan oleh perusahaan. Ada kalanya seorang tenaga kerja merasa jenuh akan target atau pekerjaan yang ditanggung jawabkannya. Oleh karena itu, perusahaan memberi insentif kepada karyawannya. Insentif ini diberikan kepada karyawan agar karyawan semakin tekun dan giat dalam bekerja, sehingga diharapkan bahwa karyawan senang untuk bekerja di sebuah perusahaan tersebut. Tetapi tidak hanya cukup untuk bekerja dengan rajin, insentif ini bertujuan agar karyawan terpacu untuk mencapai target yang ditentukan dengan iming iming mendapat feedback yang menggiurkan dari perusahaan. Begitu pula di dalam penugasan audit, seorang auditor dalam kinerjanya seyogyanya membutuhkan suatu insentif dengan harapan akan membuat auditor tersebut giat dalam bekerja dan menghasilkan suatu pertimbangan yang baik. Hal itu sesuai dengan teori motivasi yang ada, dimana motivasi seseorang berasal dari intrinsik dan ekstrinsik. Dalam hal ini, insentif kinerja yang diberikan oleh perusahaan termasuk dalam kategori ekstrinsik. Ada yang berupa paksaan dan ada juga yang berupa penghargaan. Insentif dapat memotivasi seseorang untuk memberikan kontribusi yang tinggi, karena mereka percaya bahwa kontribusi yang tinggi membuat suatu penilaian yang baik terhadap seseorang tersebut dan akan mendapatkan penghargaan yang sesuai. Menurut Hasibuan (2009) mengemukakan bahwa insentif adalah tambahan balas jasa yang diberikan kepada karyawan tertentu

11 yang prestasinya di atas prestasi standar. Insentif ini merupakan alat yang dipergunakan mendukung prinsip adil dalam pemberian kompensasi. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa performance incentives adalah suatu kompensasi tambahan yang diberikan kepada tenaga kerja, baik berbentuk material, maupun non-material, sebagai bentuk apresiasi terhadap prestasi kerja karena sudah mencapai target tertentu yang ditetapkan oleh suatu perusahaan Obedience Pressure (Tekanan Ketaatan) Mangkunegara (2005:29) menyatakan tekanan ketaatan adalah suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seorang karyawan, dalam hal ini tekanan tersebut disebabkan oleh lingkungan pekerjaan tempatnya bekerja. Indikator tekanan ketaatan menurut Mangkunegara (2005:30), ada dua macam tekanan ketaatan, diantaranya yaitu perintah dari atasan (kepala Audit Internal) dan keinginan klien untuk menyimpang dari standar professional auditor. Dasar teoritikal dari teori obedience menyatakan bahwa instruksi atasan dalam suatu organisasi mempengaruhi perilaku bawahan karena atasan memiliki otoritas. Pengaruh spesifik dari penerapan otoritas yang tidak tepat barangkali tergantung pada

12 penilaian individual atas potensi cost dan benefit yang berhubungan dengan respon mereka. Tekanan ketaatan akan semakin rumit jika auditor dihadapkan dalam suatu konflik, dimana dia tentunya selaku auditor akan menjaga independensi dan kredibilitas mereka dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran dalam sistem pengendalian internal suatu perusahaan, akan tetapi di sisi lain, auditor harus memenuhi tuntutan suatu entitas, agar entitas tersebut puas dengan kinerja auditor. Tentunya hal ini akan mengganggu auditor dalam membuat suatu pertimbangan. Pertimbangan yang buruk akan menyebabkan hasil audit yang tidak benar. Hal tersebut akan merugikan bagi siapa saja yang berkepentingan terhadap laporan hasil audit tersebut. Faktor faktor yang mempengaruhi kredibilitas dari auditor diragukan antara lain ketidakindependenan auditor, kegagalan dalam mendeteksi kecurangan pada financial statement, hasil daripada laporan yang tidak kredibel. Milgram (1974), dalam teorinya menyatakan bawahan yang mengalami tekanan ketaatan dari atasan akan mengalami perubahan psikologis dari seorang yang berperilaku autonomis menjadi perilaku agen. Perubahan perilaku ini terjadi karena bawahan tersebut merasa menjadi agen dari sumber kekuasaan, dan dirinya terlepas dari tanggung jawab atas apa yang dilakukannya.

13 Berdasarkan teori motivasi X dan Y, seorang individu yang mendapat tekanan ketaatan dari atasan maupun entitas yang diperiksa akan cenderung termasuk dalam tipe X dimana mereka akan mengambil jalan yang aman dan bersikap disfungsional. Mereka belum dapat bertindak secara independen dan masih merasa takut sehingga memilih jalan yang tidak beresiko. Hal ini tentunya akan mengakibatkan auditor tidak mampu membuat judgement yang baik dan tepat. Sesuai dengan teori X dan Y, seseoang yang bertipe X jika dipengaruhi tekanan ketaatan akan terganggu psikologisnya dalam membuat suatu pertimbangan, dan berdampak pada hasil audit yang dibuat. Lain halnya dengan auditor bertipe Y akan tetap menjaga profesionalitasnya dan independensinya jika ada tekanan yang mengganggu kinerjanya dalam mengumpulkan suatu bukti audit yang akan dipakai dalam membuat suatu pertimbangan. Juga dalam teori penetapan tujuan,yang telah dijelaskan sebelumnya, seseorang bekerja untuk mencapai tujuan. Seorang auditor yang bekerja dengan memahami tujuannya tentu tidak akan menyimpang dan bersikap disfungsional jika mendapat tekanan,karena auditor sadar bahwa hasil auditnya penting bagi pihak yang membutuhkan.

14 2.1.8 Task Complexity Sanusi (2007) mendefinisikan kompleksitas tugas sebagai tugas yang tidak terstruktur, membingungkan dan sulit. Chung dan Monroe (2001) mengemukakan argument yang sama, bahwa kompleksitas tugas dalam pengauditan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1. Banyaknya informasi yang tidak relevan dalam artian informasi tersebut tidak konsisten dengan kejadian yang akan diprediksikan. 2. Adanya ambiguitas yang tinggi, yaitu beragamnya outcome (hasil) yang diharapkan oleh klien dari kegiatan pengauditan. Dalam penyelesaiannya, auditor tidak jarang dihadapkan oleh tugas tugas yang kompleks, berbeda namun saling terkait satu dengan yang lain. Persepsi yang tidak sama tentang tugas audit membuat banyak opini tentang pertimbangan auditor yang dilakukan oleh auditor yang berbeda beda. Ada yang mengatakan tugas audit yang diberikan mudah, ada juga yang mengatakan tugas tersebut begitu sulit dan kompleks. Restu et al (2000) menyatakan bahwa kompleksitas muncul dari ambiguitas dan struktur yang lemah, baik dalam tugastugas utama maupun tugas-tugas lain. Pada tugas-tugas yang membingungkan (ambigous) dan tidak terstruktur, alternatif - alternatif yang ada tidak dapat diidentifikasi, sehingga data tidak dapat diperoleh dan outputnya tidak dapat diprediksi.

15 Locke et al (1990) menjelaskan bahwa terdapat dua aspek penyusunan kompleksitas tugas, yaitu tingkat kesulitan tugas dan struktur tugas. Tingkat kesulitan tugas dalam konteks ini dimana auditor selalu dihadapkan dengan banyaknya infomasi tentang tugas tersebut. Struktur tugas terkait dengan kejelasan informasi (information clarity) yang didapat oleh auditor. Seringkali auditor kesulitan dalam melakukan suatu pertimbangan dikarenakan auditor tidak tahu struktur tugas yang akan mereka lakukan. Kompleksitas tugas menunjukkan tingkat inovasi dan pertimbangan audit yang diperlukan auditor dalam menyelesaikan tugas. Kompleksitas tugas yang rendah memerlukan tingkat inovasi dan pertimbangan audit yang relatif sedikit, tetapi kompleksitas tugas yang tinggi memerlukan tingkat inovasi dan pertimbangan yang tinggi (Jiambalvo et al, 1982). Jika auditor dihadapkan pada suatu tugas dengan kompleksitas yang tinggi auditor akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas audit. Hal ini akan membuat auditor tidak mampu mengintegrasikan informasi menjadi suatu judgement yang baik. Menurut Bonner (1994) dalam Jamilah (2007), proses pengolahan informasi terdiri dari tiga tahapan, yaitu: input, proses, output. Pada tahap input dan proses, kompleksitas tugas meningkat seiring bertambahnya faktor petunjuk (cues). Terdapat perbedaan antara pengertian banyaknya petunjuk yang diadakan (number of

16 cues available) dengan banyaknya petunjuk yang terolah (number of cues processed). Banyaknya petunjuk yang ada, seorang pembuat keputusan harus berusaha melakukan pemilahan terhadap petunjukpetunjuk tersebut dan kemudian mengintegrasikannya ke dalam suatu pendapat. Keputusan bisa diberikan segera bila banyak petunjuk yang diamati tidak meninggalkan batas-batas kemampuan dari seorang pembuat keputusan. 2.2 Penelitian Terdahulu Berikut ini penelitian terdahulu dengan beberapa hasil penelitiannya dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Tahun Peneliti Judul Hasil Penelitian Janne Chung; Garry S. Monroe A Research Note On the Effects of Gender and Task Complexity On an Audit Judgment Hartanto Analisis pengaruh tekanan ketaatan terhadap judgment auditor Hasil Penelitian menunjukkan bahwa perbedaan Gender berpengaruh signifikan terhadap Audit Judgement dan akan berpengaruh sebaliknya jika ditambah variabel Kompleksitas Tugas sebagai variable moderating. Gender tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment, namun tekanan ketaatan berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment.

17 Rahmawati dan Setyaningtyas Pengaruh Tekanan Kepatuhan, Gender, Autoritarian dan Pertimbangan Moral Terhadap Judgment Auditor Zulaikha Pengaruh Interaksi Gender, Kompleksitas Tugas Dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit judgment Zuraidah Mohd Sanusi ; Takiah Mohd Iskandar Audit Judgment Performance: Assessing the Effect of Performance Incentives, Effort and Task Complexity Auditor pria dan wanita memberikan hasil judgement yang berbeda di bawah tekanan kepatuhan. Pertimbangan moral juga berpengaruh signifikan terhadap audit judgement. Sedangkan authoritarian tidak mempengaruhi auditor dalam membuat pertimbangan (judgement). Peran ganda wanita tidak berpengaruh secara signifikan terhadap akuratnya informasi yang diproses dalam menghasilkan pertimbangan. Kompleksitas tugas tidak berpengaruh terhadap ketepatan judgment. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara insentif kinerja dengan kinerja pengambilan keputusan audit. Dan juga mempunyai pengaruh yang signifikan antara usaha (effort) dengan audit judgement, akan tetapi akan berpengaruh negatif tidak signifikan jika dibubuhkan Kompleksitas Tugas sebagai variabel moderating.

18 Prasinta Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan, Dan Kompleksitas Tugas Terhadap Audit judgment Nadhiroh Pengaruh Kompleksitas Tugas, Orientasi Tujuan, dan Self Efficacy Terhadap Kinerja Auditor Dalam Pembuatan Audit judgment Wijayatri Pengaruh Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas, Dan Keahlian Audit Terhadap Audit Judgment Fitrianingsih Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgment Gender, tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas tidak berpengaruh signifikan terhadap audit judgement Kompleksitas tugas, orientasi tujuan pembelajaran, dan self efficacy tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor dalam pembuatan auditjudgment, tetapi orientasi penghindaran-kinerja berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment. Tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, dan keahlian audit berpengaruh signifikan terhadap audit judgement. kompleksitas tugas berpengaruh dominan terhadap audit judgement. Gender, tekanan ketaatan tidak berpengaruh terhadap audit judgment. Kompleksitas tugas berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment.

19 Hua Lee Incentive Contracts and Time Pressure on Audit Judgement Performance Hasil penelitian menunjukkan bahwa Incentive Contracts dan Tekanan waktu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pengambilan keputusan audit/audit judgement. 2.3 Kerangka Konseptual Task Complexity (X 4 ) Perbedaan Gender (X 1 ) H4 H5 H6 H 1 Incentive Performance (X 2 ) H 2 Audit Judgement (Y) Obedience Pressure (X 3 ) H 3 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

20 Dalam kerangka konsep perlu dijelaskan secara teoritis antara variabel independen dan variabel dependen. Menurut Lubis (2007) kerangka konsep penelitian adalah gambaran ringkas, lugas dan bernas mengenai keterkaitan satu konsep dengan konsep lainnya yang akan diteliti atau menggambarkan pengaruh atau hubungan antara satu kejadian/fenomena dengan kejadian/fenomena lainnya. Kerangka konseptual penulis dalam penelitian ini adalah audit judgement sebagai variabel dependen dipengaruhi oleh perbedaan gender, perfomance incentives, dan obedience pressure (variabel independen) serta task complexity sebagai variabel moderating. Fakih (1996) mengemukakan bahwa gender merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural. Perubahan ciri dan sifat-sifat yang terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat lainnya disebut konsep gender. Insentif adalah suatu sarana memotivasi berupa materi, yang diberikan sebagai suatu perangsang ataupun pendorong dengan sengaja kepada para pekerja agar dalam diri mereka timbul semangat yang besar untuk meningkatkan produktivitas kerjanya dalam organisasi (Gorda, 2004:141). Milgram (1974), dalam teorinya menyatakan bahwa bawahan yang mengalami tekanan ketaatan dari atasan akan mengalami perubahan psikologis dari seorang yang berperilaku autonomis menjadi perilaku agen. Perubahan perilaku ini terjadi karena bawahan tersebut merasa menjadi agen dari sumber kekuasaan, dan dirinya terlepas dari tanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Restu dan Indriantoro (2000) menyatakan bahwa kompleksitas muncul dari ambiguitas dan

21 struktur yang lemah, baik dalam tugas-tugas utama maupun tugas-tugas lain. Pada tugas-tugas yang membingungkan (ambigous) dan tidak terstruktur, alternatif - alternatif yang ada tidak dapat diidentifikasi, sehingga data tidak dapat diperoleh dan outputnya tidak dapat diprediksi 2.4 Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan kerangka konseptual serta penelitian terdahulu, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah : 1. Pengaruh Perbedaan Gender terhadap Audit Judgement Meyers-Levy (1986) mengembangkan suatu kerangka teoritis untuk menjelaskan cara pria dan wanita dalam mengelola infomasi. Penelitian ini disebut juga selectivity hypothesis. Perbedaan berbasis gender dalam mengelola informasi dan mengambil keputusan ini didasarkan pada pendekatan. Pria pada umumnya tidak menggunakan semua informasi yang ada dalam memecahkan masalah, juga tidak memproses informasi secara komprehensif. Sementara wanita dipandang sebagai prosesor informasi yang dapat memproses sebagian besar masalah dengan rinci. (Meyers-Levy, 1986). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ruegger et al (1992) yang menjelaskan wanita umumnya memiliki tingkat pertimbangan moral lebih tinggi dibanding pria. Adanya dua karakteristik yang berbeda antara pria dan wanita membuat kinerja daripada suatu judgement juga berbeda. Dalam melakukan suatu pertimbangan, pria lebih cenderung mengumpulkan bukti dan informasi yang lebih sedikit. H 1 : Perbedaan Gender berpengaruh terhadap Audit Judgement

22 2. Pengaruh Incentive Performance terhadap Audit Judgement Berdasarkan pada teori motivasi insentif, motivasi berasal dari dua sumber, yakni dari diri sendiri (intrinsik) ataupun berasal dari luar (ekstrinsik). Perfomance incentives merupakan sumber motivasi yang berasal dari ekstrinsik individu. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sanusi et al (2007) menyatakan bahwa pemberian financial incentive akan berdampak terhadap kinerja dari suatu auditor, sehingga dapat menghasilkan audit judgement yang akurat. Adanya insentif juga diperlukan agar seorang auditor loyal dalam bekerja dan diharapkan menghasilkan judgement yang baik. Menurut Awashi et al (1990) serta Libby et al (1992) dalam hasil penelitiannya menyatakan tidak adanya pengaruh yang positif dari insentif berupa financial terhadap kualitas audit judgement. Oleh karena itu, penulis mengemukakan suatu hipotesa bahwa adanya pengaruh insentif kinerja (perfomance incentives) dalam membuat suatu audit judgement. H 2 : Incentive Performance berpengaruh terhadap Audit Judgement 3. Pengaruh Obedience Pressure terhadap Audit Judgement Tekanan ketaatan memiliki peran yang sangat penting dalam membuat pertimbangan. Pandangan ketaatan pada suatu kekuasaan dikemukakan oleh Milgram (1974) dimana dalam teorinya dikatakan bahwa bawahan yang memiliki tekanan ketaatan akan mengalami perubahan psikologis dari seseorang yang memiliki perilaku autonomis menjadi perilaku agen. Perubahan perilaku tersebut terjadi karena bawahan merasa menjadi agen dari suatu sumber kekuasaan, dan dirinya terlepas dari tanggung jawab atas apa yang dilakukannya.

23 Dalam teori motivasi X dan Y telah dijelaskan bahwa seorang individu yang mendapat tekanan dari atasannya cenderung orang bertipe X, dimana mereka akan mengambil jalan aman. Akibatnya mereka akan melakukan perilaku disfungsional. Akibatnya, auditor cenderung membuat pertimbangan yang tidak tepat. Mengenai tekanan ketaatan telah diteliti sebelumnya oleh Jamillah (2007) dan konsisten dengan hasil penelitian Hartanto (1999) yang menyatakan bahwa tekanan ketaatan berpengaruh signifikan terhadap audit judgement. H 3 : Obedience Pressure berpengaruh terhadap Audit Judgement 4. Pengaruh Perbedaan Gender terhadap Audit Judgement dengan Task Complexity sebagai variabel moderating Terdapat dua aspek penyusunan kompleksitas tugas, yaitu tingkat kesulitan tugas dan struktur tugas terkait dengan kejelasan informasi. Peningkatan kompleksitas dalam suatu tugas atau sistem, akan menurunkan tingkat keberhasilan tugas itu (Restuningdiah dan Indriantoro, 2000). Dalam tugas yang lebih kompleks, akan mempengaruhi auditor, baik pria maupun wanita. Sebagaimana hasil penelitian sebelumnya, hasil penelitian yang dilakukan oleh Chung et al (2011), menjelaskan bahwa perempuan diduga lebih efektif dan efisien dalam memproses informasi informasi disaat adanya tugas tugas yang lebih kompleks dibandingkan laki laki, karena perempuan memiliki kemampuan untuk mengintegritaskan dan membedakan kunci keputusan. Dalam pemrosesan informasi, laki laki kurang mendalam saat menganalisis inti daripada suatu keputusan. Oleh karena itu, penulis mengemukakan suatu hipotesa

24 dimana Task Complexity memoderasi pengaruh perbedaan gender terhadap audit judgement. H 4 : Perbedaan Gender berpengaruh terhadap Audit Judgement dengan Task Complexity sebagai variabel moderating 5. Pengaruh Incentive Performance terhadap Audit Judgement dengan Task Complexity sebagai variabel moderating Motivasi adalah komponen yang penting dalam kinerja karena hal tersebut akan mempengaruhi perilaku yang benar dan meningkatkan performa kerja yang tinggi (Vroom, 1964). Bonner et al (2002) menjelaskan bahwa jika diberikan insentif maka mendorong upaya (effort) dan kinerja yang tinggi, jika dimoderasikan oleh kompleksitas tugas yang rendah. Dan sebaliknya, jika kompleksitas tugas yang tinggi, akan membuat kinerja auditor rendah. Sama halnya pula dengan Ashton (1990) dengan hasil penelitiannya bahwa insentif finansial meningkatkan kinerja di saat auditor tidak menghadapi kompleksitas tugas yang tinggi. Sebaliknya, jika auditor dihadapkan pada kompleksitas tugas yang tinggi, maka pengaruh insentif finansial terhadap kinerja tidaklah signifikan. Dengan demikian, maka penulis mengemukakan hipotesa bahwa terdapat hubungan performance incentives terhadap audit judgement jika dimoderasi oleh task complexity. H 5 : Incentive Performance berpengaruh terhadap Audit Judgement dengan Task Complexity sebagai variabel moderating

25 6. Pengaruh Obedience Pressure terhadap Audit Judgement dengan Task Complexity sebagai variabel moderating Didasarkan pada teori penetapan tujuan, seorang individu yang ingin mencapai sebuah tujuan menjadi sumber motivasi kerja yang utama. Seorang individu yang dihadapkan pada tujuan yang sulit dan tugas yang lebih kompleks akan menantang individu tersebut dalam bekerja dibandingkan dengan tujuan yang lebih mudah. Oleh karena itu, seorang auditor yang mendapat tekanan dari atasan tidak akan menyimpang dari tujuan utamanya, yaitu menghasilkan suatu pertimbangan yang baik, yang nantinya akan menghasilkan suatu hasil audit yang baik pula. Sehingga dapat digunakan pihak yang berkepentingan terhadap hasil tersebut. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Irwanti (2011) yakni dimana kompleksitas tugas hanya memperkuat hubungan dari perbedaan gender terhadap audit judgement, tetapi tidak mempengaruhi hubungan tekanan ketaatan terhadap audit judgement. H 6 : Task Complexity tidak berpengaruh signifikan dalam memoderasi hubungan antara Obedience Pressure terhadap Audit Judgement

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang auditor atau akuntan biasanya memberikan judgment dalam proses pengauditan berdasarkan data-data keuangan perusahaan. Hal ini berkaitan dengan salah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (negatif) dan teori Y (positif) (Robbins, 2008:225). Individu yang bertipe X

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (negatif) dan teori Y (positif) (Robbins, 2008:225). Individu yang bertipe X BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori motivasi X dan Y McGregor McGregor mengemukakan dua pandangan mengenai manusia yaitu teori X (negatif) dan teori

Lebih terperinci

2. Teoretisasi Gender

2. Teoretisasi Gender 2. Teoretisasi Gender Sumber: Dra. Sri Sundari Sasongko, 2009, BKKBN: Jakarta Konsep Perubahan Perilaku dan Bentuk-bentuk Diskriminasi Gender: Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku manusia/individu?

Lebih terperinci

audit yang tinggi menyebabkan merosotnya kepercayaan masyarakat waktu yang berbeda dan mengintegrasikan informasi dari bukti-bukti tersebut

audit yang tinggi menyebabkan merosotnya kepercayaan masyarakat waktu yang berbeda dan mengintegrasikan informasi dari bukti-bukti tersebut 2 Ketidak percayaan masyarakat kepada suatu perusahaan. Misalnya, kasus manipulasi akuntansi yang melibatkan sejumlah perusahaan besar di Indonesia seperti Kimia Farma dan Bank Lippo yang dahulunya mempunyai

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori

BAB II. Landasan Teori BAB II Landasan Teori A. Audit Judgment Audit judgment merupakan suatu pertimbangan pribadi atau cara pandang auditor dalam menanggapi informasi yang mempengaruhi dokumentasi bukti serta pembuatan keputusan

Lebih terperinci

Penelitian tentang audit judgment pernah dilakukan oleh Jamilah dkk. (2007) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh perbedaan gender antara

Penelitian tentang audit judgment pernah dilakukan oleh Jamilah dkk. (2007) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh perbedaan gender antara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang audit judgment pernah dilakukan oleh Jamilah dkk. (2007) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh perbedaan gender antara auditor laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan suatu lembaga keuangan atau badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan (SAK). Opini tersebut menunjukkan kualitas atas laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan (SAK). Opini tersebut menunjukkan kualitas atas laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik adalah audit atas laporan keuangan sebuah entitas dengan memberikan opini atau pendapatnya atas laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akuntabel dan transparan ditandai dengan diterbitkannya Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. yang akuntabel dan transparan ditandai dengan diterbitkannya Peraturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi ini, pengguna laporan keuangan pemerintah daerah menuntut adanya transparansi atas penggunaan dana dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dan yang lain tidak. Dalam praktiknya, manajer yang tidak berpengalaman sering

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dan yang lain tidak. Dalam praktiknya, manajer yang tidak berpengalaman sering BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Motivasi Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dalam laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan

BAB I PENDAHULUAN. ada dalam laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seorang auditor dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seorang auditor dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Auditor mengumpulkan bukti dalam waktu yang berbeda dan mengintegrasikan informasi dari bukti tersebut untuk membuat suatu Audit Judgement. Audit Judgement merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan opini atau pendapat tentang kewajaran penyajian laporan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan opini atau pendapat tentang kewajaran penyajian laporan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntan atau auditor adalah suatu profesi yang salah satu tugasnya adalah melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan opini atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada seksi 341 menyebutkan bahwa audit judgment atas kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pada seksi 341 menyebutkan bahwa audit judgment atas kemampuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntan merupakan suatu profesi yang salah satu tugasnya adalah melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan opini atau pendapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara obyektif untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara obyektif untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Auditing Menurut Haryono (2010:11) auditing adalah suatu proses sistimatis untuk mendapatkan dan mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki komposisi penduduk dalam rentang usia produktif yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki komposisi penduduk dalam rentang usia produktif yang Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara dengan jumlah populasi penduduk terpadat keempat di dunia, Indonesia memiliki komposisi penduduk dalam rentang usia produktif yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Secara umum auditing merupakan suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian-kejadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh pihak eksternal maupun internal perusahaan. (Singgih dan Bawono, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh pihak eksternal maupun internal perusahaan. (Singgih dan Bawono, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Informasi akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan menjadi hal yang sangat dibutuhkan oleh para pengelola perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnis pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha dilakukan untuk meningkatkan pendapatan dan agar tetap bertahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. usaha dilakukan untuk meningkatkan pendapatan dan agar tetap bertahan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat sekarang ini dapat memicu persaingan yang semakin meningkat diantara pelaku bisnis. Berbagai macam usaha dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor Kep-306/BEI/ menyebutkan. bahwa perusahaan yang go public diwajibkan menyampaikan laporan

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor Kep-306/BEI/ menyebutkan. bahwa perusahaan yang go public diwajibkan menyampaikan laporan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peraturan BAPEPAM Nomor Kep-36/PM/2003 dan Peraturan Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor Kep-306/BEI/07-2004 menyebutkan bahwa perusahaan yang go public diwajibkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pernyataan yang telah ditandatanganinya. Untuk itu auditor akan sangat berhati-hati

BAB I PENDAHULUAN. pernyataan yang telah ditandatanganinya. Untuk itu auditor akan sangat berhati-hati BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Seorang auditor menjalankan tugasnya dengan melaksanakan pemeriksaan harus mempunyai kemampuan profesional. Sebagai seorang profesional, auditor akan dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perusahaan dalam mempertanggung jawabkan aktivitas bisnisnya dan menilai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perusahaan dalam mempertanggung jawabkan aktivitas bisnisnya dan menilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan dalam mempertanggung jawabkan aktivitas bisnisnya dan menilai kinerja organisasi diharuskan untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi independen, integritas dan profesional. BPK wajib untuk mematuhi

BAB I PENDAHULUAN. tinggi independen, integritas dan profesional. BPK wajib untuk mematuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah BPK adalah lembaga negara yang bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesi akuntan dalam mengaudit laporan keuangan. Munculnya krisis ini

BAB I PENDAHULUAN. profesi akuntan dalam mengaudit laporan keuangan. Munculnya krisis ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terjadinya kasus kegagalan audit dalam beberapa dekade belakangan ini, menimbulkan krisis kepercayaan masyarakat mengenai ketidakmampuan profesi akuntan dalam

Lebih terperinci

PENGARUH TEKANAN KERJA, KOMPLEKSITAS TUGAS, DAN GENDER TERHADAP AUDIT JUDGMENT (Studi Kasus pada BPKP Provinsi Jawa Timur) SKRIPSI

PENGARUH TEKANAN KERJA, KOMPLEKSITAS TUGAS, DAN GENDER TERHADAP AUDIT JUDGMENT (Studi Kasus pada BPKP Provinsi Jawa Timur) SKRIPSI PENGARUH TEKANAN KERJA, KOMPLEKSITAS TUGAS, DAN GENDER TERHADAP AUDIT JUDGMENT (Studi Kasus pada BPKP Provinsi Jawa Timur) SKRIPSI Diajukan oleh : MULYANI SUCI 0913010177/EA Kepada FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia bisnis, perusahaan yang dapat bertahan adalah perusahaan yang memiliki konsisten tinggi dalam menjalankan kinerjanya. Untuk melihat konsistensi dari kinerja

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: obedience pressure, kompleksitas tugas, senioritas auditor, audit judgment

ABSTRAK. Kata kunci: obedience pressure, kompleksitas tugas, senioritas auditor, audit judgment Judul : Pengaruh Obedience Pressure, Kompleksitas Tugas dan Senioritas Auditor Terhadap Audit Judgment (Studi Pada Kantor Akuntan Publik di Bali) Nama : Ruliff Tanoto NIM : 1315351001 ABSTRAK Laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membahas permasalahan yang diteliti, teori-teori tersebut antara lain teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membahas permasalahan yang diteliti, teori-teori tersebut antara lain teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan mengenai teori-teori yang digunakan sebagai dasar untuk membahas permasalahan yang diteliti, teori-teori tersebut antara lain teori keagenan, teori motivasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntan besar Big4 tetapi juga praktik perorangan lainnya. Untuk contoh kasus yang ada di indonesia yaitu PT Kimia Farma.

BAB I PENDAHULUAN. akuntan besar Big4 tetapi juga praktik perorangan lainnya. Untuk contoh kasus yang ada di indonesia yaitu PT Kimia Farma. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terjadinya kasus kegagalan audit dalam beberapa dekade belakangan ini, telah menimbulkan krisis kepercayaan masyarakat mengenai ketidakmampuan profesi akuntan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan perusahaan di Indonesia semakin pesat tiap tahunnya, sehingga hal ini membuat perusahaan berpikir keras untuk mendapatkan dana yang relatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntan didukung oleh sektor perbankan yang mengharuskan calon debiturnya

BAB I PENDAHULUAN. akuntan didukung oleh sektor perbankan yang mengharuskan calon debiturnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi akuntan akhir-akhir ini menunjukkan perkembangan seiring dengan banyaknya usaha-usaha swasta yang semakin berkembang serta kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. hubungan antara agent dengan principal. Hubungan teori keagenan mucul

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. hubungan antara agent dengan principal. Hubungan teori keagenan mucul BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keanggenan (Agency Theory) adalah teori yang menjelaskan hubungan antara agent dengan principal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap opini Badan. Pemeriksa Keuangan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap opini Badan. Pemeriksa Keuangan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap opini Badan Pemeriksa Keuangan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah sebagai salah satu tolak ukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang auditor adalah melakukan pemeriksaan atau audit dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. seorang auditor adalah melakukan pemeriksaan atau audit dan memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen terhadap pemilik perusahaan dan pihak-pihak lain yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Landasan teori berisikan pengertian mengenai masing-masing variabel

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Landasan teori berisikan pengertian mengenai masing-masing variabel BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Landasan teori berisikan pengertian mengenai masing-masing variabel dalam penelitian ini yaitu audit judgment, keahlian auditor, tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini audit telah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini audit telah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini audit telah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kegiatan pertanggungjawaban manajemen terhadap pihak-pihak yang berkepentingan. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang

BAB I PENDAHULUAN. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan judgement yang didasarkan pada kejadian masa lalu, sekarang, dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan judgement yang didasarkan pada kejadian masa lalu, sekarang, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam proses audit seorang auditor harus dapat memberikan opini dengan judgement yang didasarkan pada kejadian masa lalu, sekarang, dan yang akan datang.

Lebih terperinci

PENGARUH GENDER, UMUR DAN KOMPLEKSITAS TUGAS AUDITOR PADA KUALITAS AUDIT KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI BALI

PENGARUH GENDER, UMUR DAN KOMPLEKSITAS TUGAS AUDITOR PADA KUALITAS AUDIT KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI BALI ISSN: 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 3.1 (2013): 109-118 PENGARUH GENDER, UMUR DAN KOMPLEKSITAS TUGAS AUDITOR PADA KUALITAS AUDIT KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI BALI Widiarta Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori agensi menjelaskan adanya konflik antara manajemen selaku agen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori agensi menjelaskan adanya konflik antara manajemen selaku agen BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Agensi Teori agensi menjelaskan adanya konflik antara manajemen selaku agen dengan pemilik selaku principal dikarenakan terjadi asimetri informasi diantara keduanya. Manajamen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut peraturan BAPEPAM-LK nomor PER-03/BL/2012 dan peraturan Bursa Efek Jakarta (BEJ) nomor KEP-306/BEJ/07-2004 yang menyebutkan bahwa perusahaan yang go public

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor Kep-306/BEI/ menyebutkan. bahwa perusahaan yang go public diwajibkan menyampaikan laporan

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor Kep-306/BEI/ menyebutkan. bahwa perusahaan yang go public diwajibkan menyampaikan laporan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peraturan BAPEPAM Nomor Kep-36/PM/2003 dan Peraturan Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor Kep-306/BEI/07-2004 menyebutkan bahwa perusahaan yang go public diwajibkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sebaiknya kita perlu mengetahui definisi auditing terlebih dahulu. Ada

BAB II LANDASAN TEORI. sebaiknya kita perlu mengetahui definisi auditing terlebih dahulu. Ada BAB II LANDASAN TEORI A. Auditing Sebelum mempelajari auditing dan profesi akuntan publik dengan mendalam, sebaiknya kita perlu mengetahui definisi auditing terlebih dahulu. Ada beberapa pengertian auditing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta (BEJ) Nomor Kep-306/BEJ/ menyebutkan bahwa perusahaan yang go

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta (BEJ) Nomor Kep-306/BEJ/ menyebutkan bahwa perusahaan yang go BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peraturan BAPEPAM Nomor Kep-36/PM/2003 dan Peraturan Bursa Efek Jakarta (BEJ) Nomor Kep-306/BEJ/07-2004 menyebutkan bahwa perusahaan yang go public diwajibkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. kerja, yaitu teori-teori; kebutuhan, harapan, dan keadilan (Wijono, 2010). Menurut

BAB II TINJAUAN TEORITIS. kerja, yaitu teori-teori; kebutuhan, harapan, dan keadilan (Wijono, 2010). Menurut BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Motivasi Motivasi dalam bahasa inggris disebut motivation yang berasal dari bahasa latin movere yang dimaksud menggerakkan. Secara umum ada tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usahanya di tengah ketatnya persaingan di dunia usaha. Laba yang besar yang

BAB I PENDAHULUAN. usahanya di tengah ketatnya persaingan di dunia usaha. Laba yang besar yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring pesatnya perkembangan dunia bisnis, banyak pengusaha yang ingin mengembangkan usahanya. Berbagai jenis usaha telah berkembang di dunia usaha. Berbagai cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas kewajarannya sering dibutuhkan judgment (Zulaikha, 2006). Dalam pembuatan

BAB I PENDAHULUAN. atas kewajarannya sering dibutuhkan judgment (Zulaikha, 2006). Dalam pembuatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanggung jawab utama auditor eksternal adalah memberikan opini atas kewajaran pelaporan keuangan organisasi, terutama dalam penyajian posisi keuangan dan hasil operasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau prinsip tersebut secara konsisten (Wibowo, 2010). Profesi akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. atau prinsip tersebut secara konsisten (Wibowo, 2010). Profesi akuntan publik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntan atau auditor adalah suatu profesi yang salah satu tugasnya adalah melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas atau perusahaan dan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang memiliki konsistensi tinggi dalam menjalankan kinerjanya.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang memiliki konsistensi tinggi dalam menjalankan kinerjanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia bisnis, perusahaan yang dapat bertahan adalah perusahaan yang memiliki konsistensi tinggi dalam menjalankan kinerjanya. Untuk melihat konsistensi

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham. Untuk itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham. Untuk itu diperlukan pihak ketiga (akuntan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang ini. Akuntan Publik memberikan jasa asurans, yang meliputi jasa audit

BAB I PENDAHULUAN. Undang ini. Akuntan Publik memberikan jasa asurans, yang meliputi jasa audit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Audit atas laporan keuangan sangat dibutuhkan oleh perusahaan terutama perusahaan go public. Audit ini bertujuan untuk meyakinkan para pemilik perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah, seperti bagi perusahaan yang mengadakan emisi (go public)

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah, seperti bagi perusahaan yang mengadakan emisi (go public) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini profesi akuntan mengalami perkembangan karena adanya peraturanperaturan pemerintah, seperti bagi perusahaan yang mengadakan emisi (go public) di pasar modal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan judgment berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu. judgment atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. dengan judgment berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu. judgment atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang auditor dalam menjalankan proses audit akan memberikan opini dengan judgment berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu perusahaan dimasa lalu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seorang auditor dalam proses audit memberikan opini dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seorang auditor dalam proses audit memberikan opini dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang auditor dalam proses audit memberikan opini dengan judgment didasarkan pada kejadian-kejadian dimasa lalu, sekarang, dan yang akan datang. Auditor mengumpulkan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP AUDIT JUDGMENT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP AUDIT JUDGMENT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP AUDIT JUDGMENT (Studi Pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah) Anugrah Suci Praditaningrum Dra. Indira Januarti, S.E., M.Si., Akt Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan dunia usaha dewasa ini, semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan dunia usaha dewasa ini, semakin banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan dunia usaha dewasa ini, semakin banyak kebutuhan akan auditor independen yang kompeten dan dapat dipercaya publik. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi perusahaan dengan para pemangku kepentingan yang berisi informasi hasil

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi perusahaan dengan para pemangku kepentingan yang berisi informasi hasil BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan elemen penting yang berfungsi sebagai media komunikasi perusahaan dengan para pemangku kepentingan yang berisi informasi hasil kinerja perusahaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengecualian (unqualified opinion). Faktor yang ikut memberi iklim perkembangan profesi

BAB I PENDAHULUAN. pengecualian (unqualified opinion). Faktor yang ikut memberi iklim perkembangan profesi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Profesi akuntan akhir-akhir ini menunjukkan perkembangannya, hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya jasa akuntan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak perusahaan go publik yang ikut berperan dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak perusahaan go publik yang ikut berperan dalam peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan profesi akuntan publik di Indonesia dewasa ini dan meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap profesi auditor mampu membawa perubahan

Lebih terperinci

pula kepercayaan publik terhadap auditor eksternal. dilakukan oleh beberapa KAP bahkan salah satu KAP berstatus big five

pula kepercayaan publik terhadap auditor eksternal. dilakukan oleh beberapa KAP bahkan salah satu KAP berstatus big five BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang berguna untuk pengambilan keputusan oleh berbagai pihak. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan pengalaman auditor terhadap audit judgment membutuhkan kajian teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan pengalaman auditor terhadap audit judgment membutuhkan kajian teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian tentang pengaruh tekanan anggaran waktu, tekanan ketaatan, dan pengalaman auditor terhadap audit judgment membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan oleh manajemen ini diharapkan dapat memberikan gambaran. mengenai kinerja manajemen dalam mengelola sumber-sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan oleh manajemen ini diharapkan dapat memberikan gambaran. mengenai kinerja manajemen dalam mengelola sumber-sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap akhir periode tahun perusahaan, pihak manajemen berkewajiban untuk menerbitkan suatu laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan agent untuk memberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan agent untuk memberikan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi Jensen & Meckling (1976) menjelaskan bahwa hubungan keagenan muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002). A Statement Of Basic Auditing Concepts

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002). A Statement Of Basic Auditing Concepts BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jasa audit akuntan publik dibutuhkan oleh pihak luar perusahaan, hal ini disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa audit akuntan publik untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Setiap pengambilan keputusan akan lengkap dan sempurna jika melibatkan

BAB II LANDASAN TEORI. Setiap pengambilan keputusan akan lengkap dan sempurna jika melibatkan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pertimbangan Etis Setiap pengambilan keputusan akan lengkap dan sempurna jika melibatkan pertimbangan etis sebab pertimbangan etis merupakan suatu kriteria

Lebih terperinci

Judul : Locus Of Control Sebagai Pemoderasi Pengaruh Profesionalisme dan Kompleksitas Tugas Pada Kinerja Auditor Di Kantor Akuntan Publik Di Bali

Judul : Locus Of Control Sebagai Pemoderasi Pengaruh Profesionalisme dan Kompleksitas Tugas Pada Kinerja Auditor Di Kantor Akuntan Publik Di Bali Judul : Locus Of Control Sebagai Pemoderasi Pengaruh Profesionalisme dan Kompleksitas Tugas Pada Kinerja Auditor Di Kantor Akuntan Publik Di Bali Nama : Putu Krisna Gautama NIM :1215351105 ABSTRAK Kinerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia bisnis, perusahaan yang dapat bertahan adalah perusahaan yang memiliki konsisten tinggi dalam menjalankan kinerjanya. Untuk melihat konsistensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesi akuntansi dalam mengaudit laporan keuangan. (Daljono dan Fitriani,

BAB I PENDAHULUAN. profesi akuntansi dalam mengaudit laporan keuangan. (Daljono dan Fitriani, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinya kasus kegagalan audit dalam beberapa dekade belakangan ini, telah menimbulkan krisis kepercayaan masyarakat mengenai ketidak mampuan profesi akuntansi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ke depan (Yustrianthe, 2012). Berdasarkan Peraturan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ke depan (Yustrianthe, 2012). Berdasarkan Peraturan Pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Target akhir dalam suatu proses audit adalah pembuatan opini dengan judgement yang dasar dan pertimbangan yang mendalam yang menunjukkan tidak adanya keraguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit (dysfunctional

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit (dysfunctional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku profesional akuntan publik salah satunya diwujudkan dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit (dysfunctional audit behavior). Perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap laporan keuangan perusahaan sehingga dapat meningkatkan kredibilitas

BAB I PENDAHULUAN. terhadap laporan keuangan perusahaan sehingga dapat meningkatkan kredibilitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Audit atas laporan keuangan digunakan sebagai salah satu dasar dalam pengambilan keputusan perusahaan. Untuk itu diperlukan pihak independen sebagai pihak ketiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan atau entitas terutama yang telah go public diharuskan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan atau entitas terutama yang telah go public diharuskan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan atau entitas terutama yang telah go public diharuskan untuk menyusun laporan keuangan secara periodik untuk menunjukkan kepada pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. 1. Grand Theory Utility ( teori dasar atas nilai guna)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. 1. Grand Theory Utility ( teori dasar atas nilai guna) BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Grand Theory Utility ( teori dasar atas nilai guna) Teori nilai guna (utilitas) yaitu teori ekonomi yang mempelajari kepuasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memastikan kelayakan informasi akuntansi perusahaan, pengelola perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. memastikan kelayakan informasi akuntansi perusahaan, pengelola perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan dalam persaingan usaha di Indonesia semakin meningkat dewasa ini. Dalam menghadapi permasalan tersebut, informasi akuntansi sangat dibutuhkan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (agency theory) menurut Sony Keraf dan Robert Haryono (1995) adalah teori yang menjelaskan konflik yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicapai auditor yang bekerja pada kantor akuntan publik. Salah satu bukti kinerja

BAB I PENDAHULUAN. dicapai auditor yang bekerja pada kantor akuntan publik. Salah satu bukti kinerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Auditor mengumpulkan bukti-bukti dalam waktu yang berbeda dan mengitegrasikan informasi yang ada dalam bukti tersebut untuk membuat suatu keputusan. Kinerja

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Independesi, Tekanan Anggaran Waktu, Risiko Audit, Gender, Kualitas Audit. vii

ABSTRAK. Kata kunci : Independesi, Tekanan Anggaran Waktu, Risiko Audit, Gender, Kualitas Audit. vii Judul : Pengaruh Independensi, Tekanan Anggaran Waktu, Risiko Audit, dan Gender Pada Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Auditor yang Bekerja Di Kantor Akuntan Publik Kota Denpasar) Nama : Putu Setia Ariningsih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Persepsi Persepsi menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer adalah pandangan dari seseorang atau banyak orang akan hal atau peristiwa yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. hal-hal lain yang termasuk dalam faktor personal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. hal-hal lain yang termasuk dalam faktor personal. 10 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Persepsi Persepsi menurut Rakhmat dalam Maryani (2014) adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman biasanya selalu diiringi dengan perubahan perilaku manusia, dimana seringkali perilaku manusia dikaitkan dengan isu etis, yang mana seorang profesional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menaikan tingkat keandalan laporan perusahaan-perusahaan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. untuk menaikan tingkat keandalan laporan perusahaan-perusahaan, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Profesi Akuntan Publik merupakan profesi yang bertanggung jawab untuk menaikan tingkat keandalan laporan perusahaan-perusahaan, sehingga masyarakat dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pria dan wanita, dilandaskan kepada pengakuan bahwa ketidaksetaraan gender yang

BAB I PENDAHULUAN. pria dan wanita, dilandaskan kepada pengakuan bahwa ketidaksetaraan gender yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjuangan kesetaraan gender adalah terkait dengan kesetaraan sosial antara pria dan wanita, dilandaskan kepada pengakuan bahwa ketidaksetaraan gender yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan audit serta mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan audit serta mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran auditor telah menjadi pusat kajian dan riset di kalangan akademisi. Tidak hanya itu, praktisi juga semakin kritis dengan selalu menganalisa kontribusi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Beberapa tahun terakhir sangat berarti bagi profesi akuntan khususnya para auditor. Munculnya beberapa kasus mengenai profesi auditor di awal abad ini mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, hal ini disebabkan karena laporan keuangan dijadikan sebagai. indikator pengukuran kinerja perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, hal ini disebabkan karena laporan keuangan dijadikan sebagai. indikator pengukuran kinerja perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan pada periode akuntansi suatu organisasi yang berisi seluruh kegiatan bisnis dari suatu kegiatan usaha. Laporan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori Keagenan (Agency Theory) menjelaskan adanya konflik antara manajemen selaku agen dengan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP AUDIT JUDGMENT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP AUDIT JUDGMENT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP AUDIT JUDGMENT (Studi Pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah) Anugerah Suci Praditaningrum Indira Januarti Universitas Diponegoro ABSTRACT This research

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Grand Theory 1. Teori Tindakan Beralasan (Reaction Action Theory) Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperilaku dengan cara yang sadar dan mempertimbangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009. 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fungsi audit sangat penting untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi dalam suatu organisasi. Hasil audit akan memberikan umpan balik bagi semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah dan keterbatasan kemampuan rasional manusia. dengan pihak eksternal maupun pihak internal perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. masalah dan keterbatasan kemampuan rasional manusia. dengan pihak eksternal maupun pihak internal perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengambilan keputusan merupakan suatu proses mengkombinasikan pendekatan yang rasional dan judgmental, yang prosesnya tidak dapat diformulasikan secara lengkap. Dalam

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Penelitian pada Kantor Akuntan Publik di Bandung bertujuan untuk mengetahui apakah gender, tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, dan pengalaman auditor berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi dari pihak yang melakukan audit (Weningtyas et al., 2006).

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi dari pihak yang melakukan audit (Weningtyas et al., 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lingkungan dunia usaha telah semakin berkembang. Semua bidang usaha berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik sehingga diperlukan pula usaha dari setiap bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disusun berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, antara lain :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disusun berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, antara lain : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu Pembahasan yang dilakukan penulis pada penelitian kali ini disusun berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, antara lain : 1. Putri dan Laksito (2013)

Lebih terperinci

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 1 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting ISSN (Online): 2337-3806 PENGARUH GENDER, PENGALAMAN, KEAHLIAN AUDITOR DAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diperoleh suatu entitas atas transaksi-transaksi yang telah dilakukan selama

BAB 1 PENDAHULUAN. diperoleh suatu entitas atas transaksi-transaksi yang telah dilakukan selama BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam membicarakan tentang akuntansi pasti tidak terlepas dari adanya laporan keuangan. Karena laporan keuangan merupakan hasil akhir yang diperoleh suatu entitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan dan kesadaran etik/moral memainkan peran kunci. dalam semua area profesi akuntansi (Louwers et al dalam Muawanah dan

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan dan kesadaran etik/moral memainkan peran kunci. dalam semua area profesi akuntansi (Louwers et al dalam Muawanah dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan dan kesadaran etik/moral memainkan peran kunci dalam semua area profesi akuntansi (Louwers et al dalam Muawanah dan Indriantoro, 2001). Akuntan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa pemerintahan sekarang mengharuskan adanya transparansi

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa pemerintahan sekarang mengharuskan adanya transparansi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa pemerintahan sekarang mengharuskan adanya transparansi laporan keuangan dan pendanaan penyelenggaraan daerah. Pengguna laporan keuangan mengharapkan adanya

Lebih terperinci