Untuk. Kota-Kabupaten atau Wilayah- Sektoral 0.2. Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Untuk. Kota-Kabupaten atau Wilayah- Sektoral 0.2. Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH"

Transkripsi

1 Untuk Kota-Kabupaten atau Wilayah- Sektoral 0.2 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) Jakarta, 207

2 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH 0.2 Untuk Kota-Kabupaten atau Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF), Jakarta, 207 Tim Penulis Adaptation and Resilience Coordinator ICCTF Muhammad Varih Sovy Planning, Monitoring and Evaluation Manager ICCTF Ni Komang Widiani Program Director ICCTF Joseph Viandrito Editor Communication Officer Adhi Fitri Dinastiar Layout Creative Officer Oki Triono Silahkan mengutip isi buku ini untuk kepentingan studi dan atau kegiatan pelatihan dan penyuluhan dengan menyebut sumbernya. i Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

3 KATAPENGANTAR Separuh dari warga dunia saat ini tinggal di perkotaan (United Nation, 202) sehingga kota akan semakin diperhitungkan di masa datang. Namun demikian kota-kota besar memiliki ikatan kuat dengan kota-kota pinggiran, kota-kota kecil dan pedesaan terutama terkait arus urbanisasi, akses komunikasi, informasi, transportasi serta infrastruktur dan hubungan timbal o o, o or r o yang lentur dengan batasan yang terus berkembang. Karena sebagian besar kota semakin lama semakin rumit, maka diperlukan perencanaan untuk memudahkan perubahan yang r r o r or bagaimana menghadapi perubahan yang lain yang saat ini terus berkembang, satu hal yaitu perubahan iklim. Dengan mempertimbangkan penjelasan di atas, buku panduan ketangguhan kota-kabupaten dan wilayah ini dibuat untuk mendorong strategi yang nantinya diharapkan merubah paradigma perencanaan dan tata kelola perkotaan terutama terkait risiko perubahan iklim yang akan dihadapi. Setiap kota atau wilayah dalam kesatuan pemerintahan memiliki karakter dan keunikan sendiri sehingga cara-cara pemerintah terkait dalam menghadapi perubahan iklim akan berbeda-beda. Oleh karenanya, buku panduan ini selain memberi standar kajian yang sama untuk subjek kota-kabupaten atau wilayah juga memberikan ruang untuk memasukkan konteks-konteks lokal dengan membebaskan penentuan indikator dan sub indikator untuk membangun unsur-unsur risiko serta memberi wewenang yang lebih kepada (pemerintah) daerah untuk memilih aksi adaptasi mana yang penting bagi pemerintah setempat. Keluaran dari buku panduan ini ada dua, yang pertama berupa dokumen risiko adaptasi untuk ketangguhan kota-kabupaten atau wilayah dan yang kedua dokumen rencana aksi adaptasi. Kedua keluaran ini disatukan untuk menjadi dokumen besar kajian adaptasi perubahan iklim untuk kota-kabupaten atau wilayah. Faktor-faktor penting terkait tolok ukur keberhasilan kajian adaptasi dalam buku ini adalah pengarus utamaan hasil kajian terutama aksi adaptasi di level kebijakan (dan anggaran) pemerintah atau pemangku kepentingan terkait, hal ini sangat penting karena maksud dari buku panduan ini tidak berhenti hanya sebagai dokumen kajian. Faktor penting lain dalam buku kajian adaptasi yang dihasilkan adalah memperhitungkan seberapa jauh menangguhkan kelompok rentan dan meningkatkan kapasitaf adaptif wilayahwilayah yang berisiko tinggi terkait perubahan iklim. Penting bagi pelaksana proyek hibah ICCTF yang memiliki keluaran terkait kajian ini untuk memperhitungkan sungguh-sungguh kerentanan yang dikaji dan ketangguhan melalui program dan aksi adaptasi yang dipilih. Dengan menggunakan panduan melalui pelibatan pemerintah setempat yang dibangun melalui pokja iklim atau adaptasi, diharapkan pelaksana kajian dan pemerintah setempat atau yang terkait dapat memenuhi standar minimal ICCTF terkait kajian risiko dan memahami lebih baik program dan aksi yang akan dibuat. Hal ini untuk menjamin bahwa hasil kajian merupakan produk dari oleh dan untuk pemerintah dan para pihak terkait setempat. ii Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

4 DAFTARISTILAH Adaptasi Aksi Adaptasi Bahaya (H) BAU (Business As Usual) Bobot maksimal Brainstorming Curah Hujan Dokumen Aksi Adaptasi Dokumen Besar Kajian Adaptasi Dokumen Kajian Adaptasi Dokumen Kajian Risiko untuk Ketangguhan Adaptasi Perubahan Iklim FGD Indeks Nilai Median Indikator IPCC Kajian Risiko Kapasitas Adaptif (C) Kejadian Historis Kerentanan (V) Ketangguhan Penyesuaian pada sistem alam atau manusia sebagai respon terhadap rangsangan iklim aktual atau yang diharapkan maupun dampaknya, mengontrol dampak yang merugikan ataupun mengeksploitasi peluang yang menguntungkan. Tindakan nyata yang memiliki perencanaan dan anggaran pembiayaan yang jelas termasuk lokasi, penanggung jawab dan kerterlibatan, dalam mengurangi Kerentanan (V) dan Bahaya (H), merujuk pada pilihan Program Adaptasi hasil Kajian Risiko. Sebuah fungsi dari karakter, kekuatan,tingkatan perubahan iklim, dan variabilitasnya. Kegiatan atau program yang dilakukan sebagai rutinitas/kegiatan yang biasa dilakukan merujuk pada sistem yang sudah ada sejak lama. Nilai maksimal bobot apabila memenuhi batas maksimal penilaian. Upaya kreatif dalam mencari solusi atas permasalahan tertentu dengan mengumpulkan gagasan secara spontan dari anggota kelompok. Volume hujan (mm) dalam satuan waktu. Dokumen aksi adaptasi yang telah melalui proses perbaikan setelah mendapatkan masukan dari konsultasi publik, yang disusun secara rinci dalam bentuk tabel aksi adaptasi. Dokumen komprehensif yang terdiri dari Dokumen Kajian Risiko untuk Ketangguhan Adaptasi Perubahan Iklim dan Dokumen Final Aksi Adaptasi. Dokumen yang terdiri dari Dokumen Kajian Risiko untuk Ketangguhan Adaptasi Perubahan Iklim dan Dokumen Aksi Adaptasi. Dokumen kajian risiko adaptasi perubahan iklim dalam satuan wilayah, administratif atau sektor tertentu. Bentuk pertemuan diskusi kelompok yang terpusat atau terfokus. Indeks nilai yang dihasilkan dari formulasi nilai tengah populasi sebagai acuan normalisasi. Variabel yang membangun unsur risiko (dalam kajian risiko). Intergovernmental Panel on Climate Change adalah suatu panel ilmiah para ilmuwan seluruh dunia yang terlibat dalam kebijakan perubahan iklim global. Kajian terkait perubahan iklim yang terdiri dari kajian kerentanan dan kajian bahaya. Kemampuan sistim (manusia atau alam) untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan iklim,memanfaatkan peluang yang ada, dan atau mengatasi konsekuensinya. Data atau informasi kejadian historis terkait bencana atau bahaya. r r Hasil dari pengurangan risiko melalui pengurangan kerentanan dan bahaya di tingkat kota-kabupaten dan wilayah lokasi kajian (IPCC, 204). iii Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

5 Keterpaparan (E) Kota-kabupaten atau wilayah Model Iklim Nilai Indeks Nilai Skenario Moderat Normalisasi OPD Pembobotan Penerima Manfaat Pengarusutamaan Pokja Program Adaptasi Proyeksi Iklim RAD API RAN API Risiko (R) Sensitivitas (S) Skenario Iklim Sub Indikator Tingkat Nilai Baik Tingkat Tapak Tinjauan Kembali Unsur Sejumlah elemen (misalnya populasi dan sumber daya ekonomi) di sebuah area yang berpotensi terjadi bencana atau bahaya. Kesatuan sistem administratif atau sistem bentang alam lintas administratif yang memiliki kesatuan pemerintahan baik di level pemerintahan kota-kabupaten atau provinsi. Sebuah pengembangan proyeksi iklim dengan mengacu pada pendekatan dan metodologi yang terintegrasi dalam sistem teknologi untuk memproyeksikan iklim di masa datang. Sebuah kuantitas dari risiko, unsur, indikator dan sub indikator kajian risiko dengan rentang kelas 0-. Nilai yang dihasilkan dari pemodelan yang menggunakan skenario moderat. Mekanisme atau formulasi yang dibangun untuk membuat nilai-nilai indeks tidak memiliki kesenjangan yang lebar. Organisasi Pemerintah Daerah, dahulu disebut SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah). Batasan proporsi nilai yang dikenakan pada risiko dan turunannnya (unsur, indikator, sub indikator). Kelompok, institusi, entitas atau sistem yang menerima keuntungan atau manfaat kegiatan adaptasi. Kegiatan untuk memasukkan program atau aksi adaptasi ke perencanaan atau kebijakan pemerintah dan atau pemangku kepentingan terkait. Satuan kelompok kerja yang dibuat oleh pemerintah dengan tugas dan waktu yang terbatas. Program pilihan yang dihasilkan dari kajian risiko untuk pengurangan Kerentanan (V) dan Bahaya (H) yang dihasilkan dalam kajian risiko. Prakiraan yang dibangun untuk melihat kondisi iklim masa depan melalui pendekatan dan metode tertentu. Rencana Aksi Daerah Adaptasi Perubahan Iklim, yaitu sejumlah rencana dan strategi adaptasi yang dikembangkan oleh pemerintah daerah. Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim yang merupakan rencana strategi serta aksi adaptasi di tingkat nasional Indonesia. Merupakan fungsi dari Ancaman/Bahaya (H), Kerentanan (V) dan Keterpaparan (E). Derajat atau tingkatan penilaian dimana komunitas atau ekosistem tertentu terpengaruh oleh tekanan iklim. Suatu prakiraan kuantitatif terkait variabel perubahan iklim, misalnya karbon yang terlepas bebas, berdasarkan tingkat pertumbuhan wilayah atau negara. Variabel yang membangun nilai indikator (dalam kajian risiko). Nilai yang hasilnya relatif sama pada wilayah yang sama walau modelnya berbeda. Tingkat lapangan yang merupakan tingkatan paling rendah yang merujuk pada lokasi kegiatan adaptasi. Biasanya berhubungan dengan lokasi berdampak, kelompok atau wilayah rentan secara langsung. Fase kegiatan peninjauan terhadap draft kajian risiko atau aksi adaptasi yang telah disusun. Variabel yang membangun indeks risiko. iv Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

6 DAFTARISI Kata Pengantar...i Daftar Istilah...ii Daftar Tabel & Gambar...vi 0. Pendahuluan Cara Menggunakan Buku Ini Pengenalan Kerangka Besar Ketangguhan Kota-Kabupaten atau Wilayah Pembentukan Pokja Iklim Kota-Kabupaten Menyusun Draft Kajian Kerentanan dan Risiko Perubahan Iklim Pengarus-utamaan Adaptasi Berdasarkan Kajian Adaptasi Penyusunan Aksi Adaptasi dari Keluaran Program Dokumen Kajian Risiko untuk Ketangguhan Adaptasi Perubahan Iklim ICCTF Penutup Daftar Pustaka Lampiran...46 Lampiran...47 Lampiran v Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

7 DAFTAR TABEL&GAMBAR Tabel. Tabel 2. Tabel 3 Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 0. Tabel. Tabel 2 Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Table 7. Contoh informasi umum perubahan iklim untuk pemahaman awal Pemangku kebijakan di kota A...7 Contoh analisis kesenjangan data di kota-kabupaten A...2 o o r r Contoh indikator, sub indikator dan bobot untuk unsur sensitivitas...6 Contoh indikator, sub indikator dan bobot untuk unsur kapasitas adaptif...7 Contoh indikator, sub indikator dan bobot untuk unsur keterpaparan...8 Contoh informasi iklim dan lahan untuk estimasi indeks bahaya...2 Contoh perhitungan estimasi indeks puting beliung di desa X...24 Contoh analisis nilai salah satu unsur risiko menggunakan indeks median...26 Contoh pilihan program adaptasi untuk pengurangan sensitivitas...29 Contoh pilihan program adaptasi melalui penambahan kapasitas adaptif...30 o o r ro r pembangunan daerah (untuk semua pilihan program adaptasi)...30 Contoh analisis ekonomi pilihan program adaptasi...34 Contoh program dan aksi adaptasi untuk ketangguhan kota-kabupaten dan atau wilayah yang sinergis dengan RAN API...39 Contoh tabel bantuan aksi adaptasi dengan rincian informasi...40 Contoh kebijakan daerah sebagai pertimbangan memasukkan aksi adaptasi...4 Contoh tabel monitoring implementasi aksi adaptasi bulan ke-x...43 Gambar. Penjelasan langkah-langkah buku panduan kajian adaptasi tingkat kotakabupaten atau wilayah...2 Gambar 2. Konsep risiko perubahan iklim (IPCC, 204)... Gambar 3. Contoh alur perhitungan indeks kerentanan dan keterpaparan...5 Gambar 4. Contoh perbandingan beberapa pemodelan dan skenario iklim (Rata-rata suhu bulan Juni) dan perbandingan tahun saat ini ( ) dan proyeksi mendatang ( )...20 Gambar 5. Contoh analisis bahaya per indikator untuk model xxxx skenario xxx...24 Gambar 6. Contoh perubahan nilai indeks konvensional (kiri) dengan menggunakan indeks median (kanan)...27 Gambar 7. Rentang penilaian indeks risiko perubahan iklim...28 Gambar 8. Contoh proses penilaian pilihan program adaptasi perubahan iklim...37 Gambar 9. Diagram alir proses pengembangan aksi adaptasi...38 vi Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

8 0. PENDAHULUAN Buku panduan ADAPTANGGUH 02 ini merupakan petunjuk teknis dan standar kualitas program ICCTF yang berhubungan dengan dokumen adaptasi tingkat kota-kabupaten dan wilayah. Buku ini menjadi panduan utama dalam menyusun kajian adaptasi untuk program adaptasi skala kota-kabupaten dan wilayah dimana beberapa kegiatan dari penerima hibah swakelola ICCTF memiliki atau berhubungan dengan program yang dimaksud. Dengan mengikuti panduan dari buku ini, penerima swakelola secara otomatis mengikuti standar minimal yang diharapkan ICCTF dari output kegiatan mereka yang berhubungan dengan kajian ketangguhan, VA kota-kabupaten, atau kajian untuk sektor rentan yanng berskala minimal kota-kabupaten. Ketangguhan kota-kabupaten atau wilayah yang menjadi kajian penting dalam buku panduan ini merupakan hasil dari pengurangan resiko melalui pengurangan kerentanan dan bahaya di tingkat kota-kabupaten dan wilayah lokasi kajian (IPCC, 204). Sementara itu pengertian risiko, kerentanan dan unsur terkait akan dijelaskan secara detail pada bagian lain di buku ini (pemetaan tingkat risiko) karena menyangkut metodelogi, pendekatan dan pilihan konsep. Kota-kabupaten atau wilayah yang dimaksudkan dalam buku panduan ini adalah kesatuan sistem administratif atau sistem bentang alam lintas administratif yang memiliki kesatuan pemerintahan entah itu walikota-bupati atau gubernur. Sehingga pengertian kota dalam buku ini tidak berkaitan dengan kota sebagai pusat administratif atau pusat perdagangan, industri dan jasa dengan kepadatan tertentu dan tingkat infrastruktur tertentu seperti ibukota, kota besar dan pusat kota. Dalam buku panduan ini hal pokok yang akan dihasilkan adalah () kajian risiko untuk ketangguhan yang terdiri dari kajian kerentanan dan kajian bahaya. Dari kajian risiko tersebut akan menghasilkan program pilihan adaptasi untuk ketangguhan yang akan diturunkan menjadi (2) aksi adaptasi untuk ketangguhan kota-kabupatan atau wilayah. Kedua pokok keluaran yang dihasilkan itu kemudian disatukan menjadi dokumen kajian adaptasi wilayahkabupaten atau kota. Terkait substansi yang diarahkan melalui buku panduan ini merujuk pada dokumen yang telah menjadi sumber kajian resmi dan utama secara nasional maupun internasional. Dokumen rujukan diantaranya () Dokumen IPCC 204 terkait adaptasi di wilayah perkotaan, (2) Dokumen Rencana Aksi Perubahan Iklim Nasional (RAN API) Indonesia serta contoh kajian lainnya seperti UNISDR, ISET, 00 Resilience City and UNICEF. Selain itu contoh-contoh yang diambil dalam buku ini merujuk pada kajian-kajian lain yang terkait seperti kajian Marcy Corp Indonesia serta kegiatan-kegiatan ICCTF yang sedang atau telah berlangsung, seperti PPI ITB, YTKPI Transformasi, Fakultas Geometeorologi IPB, Fakultas Teknik Pertanian UGM dan YEU Yogyakarta Indonesia. Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

9 02. CARA MENGGUNAKAN BUKU INI Buku ini terdiri dari beberapa bab yang merupakan urutan dari proses kajian. Proses yang dijalankan di bab sebelumnya akan mempengaruhi bab selanjutnya sehingga melakukan langkah-langkah secara berurutan sesuai bab dan sub bab buku panduan ini sangat diharapkan. Namun demikian penggunaan buku ini hanyalah standar minimal yang diterapkan ICCTF untuk kajian adaptasi tingkat kota-kabupaten atau wilayah, pengguna buku ini bisa menambahkan atau mempertajam setiap proses selama tidak bertentangan dengan standar minimal yang diwajibkan oleh ICCTF, yaitu memenuhi output setiap proses dalam buku ini. Secara singkat setiap proses yang dilakukan pada buku panduan ini akan dijelaskan dalam gambar sebagai berikut: Gambar. Penjelasan langkah-langkah buku panduan kajian adaptasi tingkat kotakabupaten atau wilayah. 0. Pengenalan kerangka besar ketangguhan kota di tingkat pemerintah dan masyarakat Prakiraan jumlah pertemuan: 2 No. tabel terkait: Catatan: Untuk kepala daerah, OPD (dulu SKPD) terkait dan parapihak terkait 02. Pembentukan pokja/tim iklim, mekanisme tugas & wewenang, perencanaan kerja & anggaran Prakiraan jumlah pertemuan: 2 No. tabel terkait: - Catatan: Dibentuk oleh pemerintah yang mewakili OPD, akademisi, pengusaha, tokoh, lembaga pelasana program ICCTF dan lembaga masyarakat. 2 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

10 03. Mengembangkan pendekatan, metodologi, konsep dan data Prakiraan jumlah pertemuan: No. tabel terkait: 2 dan 3 Catatan: Pilihan data untuk membangun indikator dan unsur adaptasi diserahkan pada lembaga pelaksana dengan dasar ilmiah yang kuat. PENYUSUNAN KAJIAN RISIKO 04. Penyusunan kajian unsur sensitivitas Prakiraan jumlah pertemuan: 3 No. tabel terkait: 4 Catatan: Dikembangkan oleh pokja melalui tim ahli di dalam pokja dan lembaga pelaksana ICCTF 05. Penyusunan kajian unsur kapasitas adaptif 06. Prakiraan jumlah pertemuan: 3 No. tabel terkait: 5 Catatan: Dikembangkan oleh pokja melalui tim ahli di dalam pokja dan lembaga pelaksana ICCTF Penyusunan kajian unsur keterpaparan Prakiraan jumlah pertemuan: 3 No. tabel terkait: 6 Catatan: Dikembangkan oleh pokja melalui tim ahli di dalam pokja dan lembaga pelaksana ICCTF 07. Penyusunan kajian unsur bahaya 08. Prakiraan jumlah pertemuan: 3 No. tabel terkait: 7 Catatan: Dikembangkan oleh pokja melalui tim ahli di dalam pokja dan lembaga pelaksana ICCTF Analisis indeks yang dihasilkan dari risiko dan unsur-unsurnya Prakiraan jumlah pertemuan: No. tabel terkait: 8 dan 9 Catatan: Dilakukan dalam pertemuan pokja 3 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

11 09. Menyusun pilihan program adaptasi 0. Prakiraan jumlah pertemuan: No. tabel terkait: 0,, dan 2 Catatan: Dilakukan dalam pertemuan pokja Penyusunan dokumen kajian risiko Prakiraan jumlah pertemuan: 2 No. tabel terkait: lampiran Catatan: Dilakukan dalam pertemuan pokja. Finalisasi dokumen kajian risiko Prakiraan jumlah pertemuan: 2 No. tabel terkait: - Catatan: Melalui proses tinjauan para ahli 2. Konsultasi para pihak dan pengarus utamaan hasil kajian dalam kebijakan terkait Prakiraan jumlah pertemuan: No. tabel terkait: 3 Catatan: Diselenggarakan oleh pokja yang dihadiri pimpinan daerah OPD terkait dan wakil lembaga masyarakat terkait 4 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

12 3. Penyusunan dokumen aksi adaptasi PENYUSUNAN PILIHAN AKSI ADAPTASI 4. Prakiraan jumlah pertemuan: 2 No. tabel terkait: 4 Catatan: Oleh Pokja Penyusunan dokumen adaptasi yang terdiri dari () dokumen kajian risiko dan (2) aksi adaptasi Prakiraan jumlah pertemuan: 3 No. tabel terkait: 5 Catatan: Oleh Pokja 5. Konsultasi parapihak dan pengarus utamaan hasil kajian dalam kebijakan terkait 6. Monitoring dan evaluasi Prakiraan jumlah pertemuan: 2 No. tabel terkait: 6 Catatan: Oleh Pokja Prakiraan jumlah pertemuan: No. tabel terkait: 7 Catatan: Oleh Pokja 5 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

13 03. PENGENALAN KERANGKA BESAR KETANGGUHAN KOTA-KABUPATEN ATAU WILAYAH Proses paling awal dalam kegiatan kajian adaptasi adalah dengan memberikan pemahaman yang jelas terkait kegiatan kajian yang akan dilakukan. Pelaksana program perlu mengadakan pertemuan khusus dengan perwakilan para pihak terkait, misalnya kepala daerah, dewan perwakilan daerah, sektor swasta (private sector), akademisi, serta lembaga swadaya masyarakat di wilayah lokasi program. Istilah-istilah yang kurang populer seperti adaptasi, perubahan iklim, kerentanan iklim, risiko iklim, keterpaparan iklim, kapasitas adaptif iklim, proyeksi iklim dan ketangguhan iklim harus diterangkan secara jelas dan rinci hingga menumbuhkan pemahaman yang sama terhadap penggunaan istilah-istilah tersebut selama pelaksanaan kegiatan kajian adaptasi dan aksi ketangguhan iklim. Pelaksana program diharapkan mampu memberikan gambaran jelas tentang beberapa hal r r, r r r yang berada di lokasi kajian yang akan dilakukan; 2) bentuk-bentuk pembuktian secara ilmiah dan fenomena umum yang nampak dan dirasakan dalam konteks lokal; 3) dampak, tantangan, serta potensi kerusakan akibat perubahan iklim pada masa mendatang di lokasi program juga perlu dijelaskan meskipun secara umum. Penjelasan terkait perubahan iklim untuk pemangku kebijakan atau pemerintah akan lebih efektif bila dikaitkan dengan pembangunan daerah. Penting untuk memahami visi ke depan daerah terkait agar kajian yang dihasilkan efektif dan sejalan dengan visi daerah tersebut. Elemen-elemen penting terkait visi ketangguhan daerah (UNISDR, 202), misalnya mencakup: () Penguatan kerangka kerja kelembagaan; (2) Manajemen anggaran dan sumber anggaran; (3) Kajian risiko bahaya dan iklim; (4) Perencanaan dan peremajaan infrastruktur; (5) Pendidikan dan kesehatan; (6) Tata aturan pemukiman dan tata guna lahan; (7) Pelatihan, pendidikan dan kesadaran publik; (8) Perlindungan lingkungan dan ekosistem; (9) Kesiap-siagaan bencana, (0) Pemulihan kelompok rentan dan pembangunan komunitas. Merujuk pada dokumen RAN API (BAPPENAS, 204), terdapat lima bidang yang menjadi fokus utama adaptasi sebagai berikut:. Ketahanan ekonomi meliputi ketahanan pangan dan energi; 2. Ketahanan sistem kehidupan yang meliputi ketahanan kesehatan, pemukiman dan infrastruktur; 3. Ketahanan ekosistem yang meliputi konservasi dan keragaman hayati; 4. Ketahanan wilayah khusus yang meliputi perkotaan dan pulau kecil; 5. Sistem pendukung yang memadai yang meliputi, penguatan pengetahuan, informasi iklim, perencanaan, riset dan monitoring. Keseluruhan atau sebagian bidang tersebut dapat dikaitkan dengan ancaman baik secara langsung maupun tidak langsung dengan perubahan iklim, seperti banjir, kekeringan, kegagalan panen, kelangkaan tangkapan ikan, kenaikan penderita penyakit khusus seperti Malaria dan Diare. Lembaga pelaksana program harus memiliki pemahaman komprehensif 6 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

14 tentang ancaman ini serta memiliki rancangan umum terkait () ancaman/bahaya perubahan iklim di tingkat wilayah program, (2) kerugian yang telah dan akan dialami, (3) rencana ke depan terkait strategi pengurangan yang bisa dilakukan dan peluang yang dapat dikembangkan. Tabel. Contoh informasi umum perubahan iklim untuk pemahaman awal pemangku kebijakan di kota A. BAHAYA & ANCAMAN KERUGIAN STRATEGI & PELUANG Gagal panen (00 ha/± Rp 0 Milyar) Perbaikan tata guna air dan lahan: selokan, sengkedan air, pemukiman. Pengembangan informasi pertanian dan perikanan terkait cuaca. Pengembangan pembibitan dan metode tahan kekeringan dan hujan tinggi. Restorasi ekosistem. Dan lain sebagainya, Kerusakan infrastruktur jalan (3 km/rp xxxxx) Banjir tahun 205 Peningkatan malaria 25% dari ratarata sepuluh tahun sebelumnya/rp xxxx Kemarau tahun Kelangkaan air bersih untuk pertanian, gagal panen 80 ha/rp xxxx, subsidi air bersih Rp xxx Perbaikan sanitasi dan manajemen air di kota/ kabupaten Restorasi ekosistem wilayah yang rusak. Pengembangan tata ruang. Dan lain sebagainya. Penjelasan awal terkait perubahan iklim dan strategi yang diinformasikan sekaligus menjadi bahan awal rencana adaptasi yang diharapkan membantu pemahaman pemangku kebijakan terkait rencana kegiatan yang akan dilakukan di kota/kabupaten. Kesepahaman juga dibangun terkait pengertian adaptasi dan komponen-komponennya untuk lebih memahami kegiatan kajian yang akan dilakukan dengan selalu melibatkan pemerintah dan pemangku kepentingan. Keluaran (output) yang diharapkan dari proses awal ini adalah inisiatif daerah terkait untuk menyelenggarakan pertemuan tindak lanjut pembentukan tim (yang biasanya merupakan Kelompok Kerja (Pokja) khusus perubahan iklim) di daerah terkait. Tujuan dari pembentukan pokja adalah keterlibatan pemerintah dan pemangku kepentingan dalam kajian adaptasi termasuk merancang pengarus-utamaan strategi adaptasi yang dihasilkan di tingkat perencanaan seperti Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Strategis (Renstra), Rencana Kerja Anggaran (RKA) atau Peraturan Daerah terkait, termasuk target untuk memasukkan kegiatan ke Anggaran Daerah setempat. 7 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

15 04. PEMBENTUKAN POKJA IKLIM KOTA KABUPATEN 0. Pembentukan yang Mewakili Para Pihak (Pemerintah, Akademisi, Masyarakat Rentan) Pertemuan lanjutan ke dua adalah inisiatif pembentukan tim khusus misalnya Pokja (iklim atau adaptasi) di daerah kajian yang selanjutnya akan dipimpin oleh perwakilan pemerintah terkait. Pembentukan Pokja ini menjamin keterlibatan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang diperkirakan berhubungan dengan rencana ketangguhan iklim Kota atau Kabupaten, misalnya BAPPEDA, Badan Lingkungan Hidup (BLH), Dinas Pekerjaan Umum (PU), Badan Daerah Penanggulangan Bencana (BDPB), Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Meteorologi, o o, o, r r r r r kelembagaan daerah masing-masing). Selain itu perlu dipertimbangkan untuk memasukkan akademisi di dalam Pokja tersebut, misalnya perwakilan dari universitas atau perguruan tinggi setempat, peneliti khusus yang dilibatkan dalam Pokja tersebut, wakil-wakil lembaga swadaya masyarakat, dan sektor swasta serta perwakilan komunitas yang berpotensi terdampak ancaman perubahan iklim dan atau memiliki peluang untuk menguatkan ketangguhan adaptasi perubahan iklim di daerah. Perwakilan dalam tim khusus tersebut, diharapkan akan mempertimbangkan () Perimbangan komposisi antara pemerintah, swasta, dan lembaga sosial masyarakat; (2) Perimbangan jenis kelamin juga menjadi faktor penting keluaran dari kajian, karena memberikan kesempatan yang sama pada perempuan akan berpotensi mengurangi kerentanan iklim di sisi gender; (3) Perwakilan kelompok yang terkena dampak langsung perubahan iklim, dan sangat rentan terhadap perubahan iklim, misalnya kelompok tani dan kelompok nelayan serta komunitas adat setempat; (4) Perwakilan pemuda juga sangat dipertimbangkan karena berhubungan dengan kesadaran menyeluruh perubahan iklim di masa datang. 02. Kerangka Kerja dan Target Capaian Tim Adaptasi atau Pokja Iklim Pada fase awal pembentukan, Tim Khusus (Pokja) tersebut perlu menyusun target keluaran dari Pokja tersebut, diantaranya kerangka kerja (termasuk mencantumkan jumlah pertemuan), target capaian per pertemuan, dan tujuan utama memasukkan strategi adaptasi ke kebijakan daerah dan rencana kerja sektor swasta atau lembaga sosial terkait. Selain itu juga menyusun mekanisme pembagian kerja untuk ) kajian ilmiah terkait proyeksi iklim dan ancaman bahaya, 2) analisis kerentanan wilayah yang terdiri dari analisis keterpaparan di daerah, sensitivitas di daerah, analisis kapasitas adaptif, 3) analisis terkait strategi adaptasi daerah dengan mempertimbangkan risiko perubahan iklim, 4) analisis strategi pengarusutamaan adaptasi ke perencanaan dan kebijakan institusi daerah dan pemangku kepentingan terkait 8 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

16 03. Pemilihan dan Pengembangan Data dan Metode dalam Kajian oleh Pokja Untuk mempertajam analisa dan memperkuat validitas data kajian yang akan disusun, data yang didapatkan harus terorganisir/sistematis dan direncanakan secara komprehensif. Kajian kerentanan biasanya melibatkan banyak data sosial ekonomi serta infrastruktur dari Badan Pusat Statistik (BPS), sementara kajian iklim banyak berhubungan dengan informasi BMKG, dan kajian ilmiah banyak bersumber dari institusi penelitian, akademis (universitas), serta program-program nasional dan internasional yang berkaitan dengan isu adaptasi perubahan iklim. Sesuai dengan kebutuhan sebaran varian data yang luas, tim harus mengatur pengumpulan dan pengelompokan data sesuai dengan tujuan masing-masing. Pembahasan lebih mendalam tentang analisis data akan dijabarkan pada topik metodologi. Selain mengatur pengelompokan data pada saat analisis data, tim Pokja juga harus menentukan metode yang tepat sesuai dengan penggunaan dan pengembangannya dalam kerangka kerja tim Pokja. Metode yang terbaik adalah metode yang telah diuji sebelumnya atau yang telah masuk dalam jurnal ilmiah nasional dan internasional. Peran akademisi atau peneliti dalam hal ini sangat penting untuk dilibatkan, karena perspektif dan kesamaan r o tentang metodologi kajian akan dijelaskan lebih detil pada topik metodologi. 9 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

17 05. MENYUSUN DRAFT KAJIAN KERENTANAN DAN RISIKO PERUBAHAN IKLIM 0 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

18 0. Pendekatan, Metodologi, Pengumpulan dan Analisis Data Dalam kajian risiko dan adaptasi iklim, pendekatan dianggap sebagai proses analisis sistematik data-data yang terkumpul dan yang dibangun (MoEI, 202). Pendekatan yang dapat digunakan dalam kajian risiko meliputi: () Pendekatan Konvensional; (2) Kajian Dampak, (3) Kajian Adaptasi Umum; (4) Kajian Kerentanan; (5) Kajian Terintegrasi (Suroso, 2008). Dalam buku panduan ini, pendekatan adaptasi harus diintegrasikan dengan kebijakan pemerintah atau entitas terkait untuk memperkuat strategi adaptasi perubahan iklim di tingkat pengambil keputusan dan sistem di pemerintahan (UNDP, 2005). Metodologi dalam kajian adaptasi terdiri dari beberapa pendekatan sebagai berikut: a. Kajian adaptasi yang mengambil lokasi tanpa mempertimbangkan batas administratif namun tetap bekerja dengan pemerintah atau pemangku kepentingan yang terkait. Kajian ini biasanya mengambil pendekatan landscape ecology seperti DAS, ekosistem karst gunung sewu dan sejenisnya. b. Kajian adaptasi yang mempertimbangkan batas administratif, seperti misalnya kota atau kabupaten tertentu atau batasan provinsi dan negara. Kajian administratif ini dibagi dalam skala makro (negara), meso (provinsi) dan mikro (kota-desa) (Messner. 2005). 02. Pemetaan Tingkat Risiko Kajian risiko dalam buku panduan ini menggunakan rumusan dari IPCC (204) sebagai rujukan yang pada umumnya digunakan secara luas. Dalam rumusan tersebut, Risiko (R) merupakan fungsi dari Ancaman/Bahaya (H), Kerentanan (V) dan Keterpaparan (E), r r r r Perbedaan dengan konsep sebelumnya (R= (HxV) seperti dalam rumusan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (PERKA BNPB), pada rumusan risiko di IPCC 204, keterpaparan dikeluarkan dari komponen Kerentanan, sementara itu Kapasitas Adaptif r r r gambar 2. Gambar 2. Konsep risiko perubahan iklim (IPCC, 204; IPB-WVI, 205). DAMPAK IKLIM KERENTANAN PROSES SOSIAL-EKONOMI Keragaman Iklim ANCAMAN RISIKO Sosial- Ekonomi Aksi Adaptasi & Mitigasi Perubahan Iklim KETERPAPARAN Pemerintahan Emisi & Perubahan Lahan Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

19 Sehingga rumusan konsep risiko dalam kajian ini dapat dirumuskan sebagai berikut RUMUS R: Risiko (Risk) H: Bahaya (Hazard) V: Kerentanan (Vulnerability) E: Keterpaparan (Exposure) S: Sensitivitas (Sensitivity) C: Kapasitas adaptif (Adaptive Capacity) Bahaya dapat diartikan sebagai sebuah fungsi dari karakter, kekuatan,tingkatan perubahan iklim, dan variabilitasnya. Sementara itu Kerentanan merupakan fungsi yang memiliki sensitivitas dan kapasitas adaptif terhadap perubahan iklim. Keterpaparan adalah sejumlah elemen (misalnya populasi dan sumberdaya ekonomi) di sebuah area yang berpotensi terjadi bencana atau bahaya. Sensitivitas adalah derajat dimana komunitas atau ekosistem tertentu terpengaruh oleh tekanan iklim. Misalnya, sebuah komunitas yang bergantung pada pertanian tadah hujan jauh lebih peka terhadap perubahan pola curah hujan daripada petani dengan irigasi. Kapasitas adaptif diartikan sebagai kemampuan sistem (manusia atau alam) untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan iklim, memanfaatkan peluang yang ada, dan atau mengatasi konsekuensinya. 03. Analisis Data Dasar dan Kesenjangan Data r or r tersedia di lapangan terlebih dahulu sebelum melakukan analisis Kerentanan, Kepaparan, dan Bahaya. Jika terjadi kesenjangan terhadap ketersediaan data, maka tim harus mencari solusi yang tepat guna dengan mempertimbangkan data-data alternatif sebagai pengganti data primer, namun tetap berpedoman kepada prosedur yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Contoh analisis kesenjangan data dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Contoh analisis kesenjangan data di kota-kabupaten A. Data yang diharapkan Data yang ada Data alternatif yang ada Relevansi data pengganti Data sejarah banjir Data banjir tahunan Tidak perlu - Data kekeringan wilayah Tidak ada Data historis kemarau Dapat memperkirakan kondisi kekeringan Data persentase mal-nutrisi Tidak ada Data gizi anak Dapat membangun informasi mal-nutrisi 2 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

20 Selain kesenjangan data, dalam buku panduan ini Tabel Data Dasar diperlukan untuk memastikan sumber data yang mendukung sub indikator dari unsur risiko. Dalam Tabel Dasar, data-data ini disediakan sesuai dengan indikator yang diperlukan guna membangun r o r, contoh dalam tabel 3 berikut. Tabel 3 o o r r UNSUR RISIKO INDIKATOR (JENIS DATA) FORMAT/SATUAN SKALA BAHAYA Biofisik DEM (Digital Elevation Model) RTH (Ruang Terbuka Hijau) Penggunaan Lahan Buffer Sungai/Panjang Sungai Iklim Curah Hujan Suhu Maksimum Suhu Rata-rata Suhu minimum Banjir Kekeringan Puting Beliung Raster Vektor Vektor Vektor Raster Raster Raster Raster Excel Excel Excel 5 m Administrasi Administrasi Administrasi 30 Second 30 Second 30 Second 30 Second Kelurahan Kelurahan Kelurahan KETERPAPARAN Populasi Penduduk Keberadaan bangunan Orang/ha Unit/ha Kelurahan Kelurahan SENSITIVITAS Tingkat Kesejahteraan Persentase keluarga miskin Persentase penduduk dengan mata pencaharain berisiko (buruh, petani kecil, nelayan kecil) Persentase pengangguran Tingkat kesehatan Persentase penduduk miskin yang tidak mendapatkan akses layanan kesehatan Persentase penduduk miskin yang tidak terdaftar dalam BPJS Persentase rumah tangga tanpa MCK layak % % % % % % Kelurahan Kelurahan Kelurahan Kelurahan Kelurahan Kelurahan 3 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

21 Tingkat Pendidikan Penduduk yang tidak lulus SMP Persentase penduduk yang jauh dari sekolah SMP Kondisi Lingkungan Persentase hutan yang rusak (terdegradasi) Proporsi luas RTH Persentase dusun yang kekurangan air di musim kemarau Kondisi Pemukiman Persentase penduduk yang tinggal di bantaran sungai Persentase penduduk miskin yang tinggal di wilayah kering Persentase rumah semipermanen % % %(Raster) Pembobotan (-4) (Raster) % %(Vektor) %(Vektor) % Kelurahan Kelurahan Kecamatan Kelurahan Kelurahan Kelurahan Kelurahan Kelurahan KAPASITAS ADAPTIF Persentase sanitasi yang layak Jumlah bangunan sekolah Persentase akses pelayanan air minum Persentase akses pelayanan telekomunikasi Aksis kesehatan Jumlah fasilitas kesehatan Jumlah tenaga kesehatan Jumlah warung/kelontong/ pasar Tingkat kesiagaan bencana % Unit/kelurahan % % Unit/kelurahan Orang/000 jiwa Unit/00 jiwa Pembobotan (-4) Kelurahan Kelurahan Kelurahan Kelurahan Kelurahan /000 jiwa 00 jiwa Kelurahan 04. Langkah dan Analisis Kerentanan dan Keterpaparan Proses untuk analisis kajian kerentanan dan keterpaparan kota - kabupaten atau wilayah khusus dalam buku panduan ini menggunakan prosedur sebagai berikut: r, or or or r perubahan iklim serta gambaran kemampuan setempat dalam mengatasi masalah. Teknik yang digunakan adalah melalui () brainstroming, (2) konsultasi publik, dan (3) Focus Group Discussion (FGD) dengan para pihak terkait. b. Hasil rumusan ini untuk membangun sub indikator dan indikator bagi masing masing unsur kerentanan kota-kabupaten atau wilayah sebagai berikut: () Sensitivitas (S) dan (2) Kapasitas Adaptif (C) serta (3) Keterpaparan (E). 4 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

22 c. Data-data tersebut diolah dengan menentukan pembobotan serta normalisasi masing- o o r r r, Indeks Kerentanan (bagi unsur S dan C) dan Indeks Sensitivitas. Secara lebih rinci perhatikan gambar di bawah ini. Gambar 3. Contoh alur perhitungan indeks kerentanan dan keterpaparan Sub indikator Proses pembobotan S. S.2 C. C.2 E. E.2 Indikator X. X.2 X.3 Proses pembobotan S C Nilai Indeks Unsur Kerentanan dengan Normalisasi S/C Rumus Kerentanan (S/C) V E Nilai kerentanan dan keterpaparan Untuk mempermudah operasionalisasi prosedur di atas diperlukan tabel-tabel bantuan () r r data dan (2) Tabel Pengelolaan Data-Data Sub Kategori agar sesuai dengan peruntukkannya dalam Analisis Kerentanan dan Keterpaparan. Tabel pengelolaan data-data sub kategori digunakan untuk mempermudah analisis perhitungan indeks dengan memasukkan bobot pada setiap sub kategori. Tabel ini mempermudah proses untuk membangun indeks-indeks yang dibutuhkan (kerentanan, risiko, bahaya, sensitivitas, kapasitas adaptif, keterpaparan). Dalam buku panduan ini, kategori dan sub kategori yang digunakan untuk membangun indeks disesuaikan dengan kegiatan kajian risiko kota atau wilayah yang ingin ditekankan, kajian wilayah/kota pesisir akan jauh berbeda dengan kajian wilayah pegunungan atau dataran aluvial, demikian juga kajian perkotaan ibu kota akan sangat berbeda dengan kajian 5 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

23 kabupaten di pedalaman. Dalam buku panduan ini, unsur kerentanan dan keterpaparan serta bahaya diolah pada skala desa per satu wilayah atau kota-kabupaten atau satuan terkecil lainnya bila melintasi batas administrasi pada pendekatan bentang alam. Tabel pengelolaan data di bawah ini hanya sebagai contoh menyusun indikator dan sub indikator serta bobot dalam tabel, dalam realisasi kegiatan, pelaksana kajian bisa menggunakan indikator, sub indikator dan bobot sesuai dengan tujuan yang diharapkan namun tetap dalam kerangka ilmiah dan sesuai dengan bidang-bidang RAN API Indonesia (lihat lampiran 3). Contoh operasionalisasi Tabel Pengelolaan Data dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini. Tabel 4. Contoh indikator, sub indikator dan bobot untuk unsur sensitivitas. INDIKATOR SUB INDIKATOR BOBOT MAKSIMAL KETERANGAN Persentase keluarga miskin 0.25 Tingkat Kesejahteraan Persentase penduduk dengan mata pencaharian berisiko Persentase pengangguran Persentase petani kecil dan buruh tani. Persentase nelayan kecil tanpa perahu. Persentase buruh pabrik. Persentase penduduk miskin yang tidak mendapatkan akses layanan kesehatan 0.25 Persentase penduduk miskin yang jauh dari layanan kesehatan (5 km) Tingkat Kesehatan Persentase penduduk miskin yang tidak terdaftar dalam BPJS Persentase rumah tangga tanpa MCK layak Tingkat Pendidikan Penduduk yang tidak lulus SMP Persentase penduduk yang jauh dari sekolah SMP Persentase penduduk tidak lulus SMP termasuk yang tidak/ lulus SD dan yang tidak pernah bersekolah dasar Lebih sama dengan 0 km 6 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

24 Persentase hutan yang rusak 0.5 r yang terdeforestasi r yang terdegradasi Kondisi Lingkungan Proporsi luas RTH Persentase dusun yang kekurangan air di musim kemarau Standar RTH /3 total wilayah (di kota) Total Indeks Sensitivitas adalah 0.25 x (Indeks Pendidikan + Indeks Kesehatan + Indeks Pendidikan + Indeks Lingkungan) Tabel 5. Contoh indikator, sub indikator dan bobot untuk unsur kapasitas adaptif. INDIKATOR SUB INDIKATOR BOBOT MAKSIMAL KETERANGAN Akses Listrik Akses Listrik Persentase KK pengguna listrik Sanitasi Kondisi Sanitasi Persentase kepemilikan jamban per 00 KK Pendidikan Bangunan Sekolah Proporsi bangunan sekolah untuk tingkat umur sampai SMP Akses Air Minum Bersih Akses Air Minum Persentase kepemilikan air ledeng (sumur atau PDAM) terhadap kebutuhan air minum Akses Telekomunikasi Akses Telekomunikasi Persentase kepemilikan alat telekomunikasi per rumah tangga Akses Kesehatan Akses Fasilitas Kesehatan Akses Tenaga Kesehatan Proporsi puskemas per seratus jiwa Proporsi tenaga kesehatan per seribu jiwa 7 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

25 Akses Ekonomi Akses Warung/ Kelontong/Pasar Proporsi warung kelontong per seribu jiwa Akses Antisipasi Bencana Kesiap-siagaan Bencana Nilai sistem pengamanan dan perlengkapan untuk keselamatan bencana Nilai penyuluhan dan sistem rehabilitasi kebencanaan 0.5 Persentase kawasan hijau Total Indeks Kapasitas Adaptif adalah 0.25 x (total penjumlahan semua hasil pembobotan dari indikator kapasitas adaptif) Tabel 6. Contoh indikator, sub indikator dan bobot untuk unsur keterpaparan. INDIKATOR SUB INDIKATOR BOBOT MAKSIMAL KETERANGAN KEPADATAN Kepadatan penduduk Proporsi penduduk terhadap luasan desa Jumlah bangunan Persentase jumlah pemukiman di bawah standar kelayakan Persentase jumlah bangunan di bantaran sungai. BANGUNAN Persentase bangunan non permanen Luasan sawah irigasi dan kebun dekat mata air Persentase luasan sawah dan perkebunan di bantaran sungai LAHAN PRODUKSI Luasan sawah non irigasi dan kebun non irigasi Persentase sawah perkebunan kering Luasan hutan di wilayah non landai Persentase luasan hutan di wilayah non landai WILAYAH HUTAN Luas hutan di daerah tangkapan (catchment area) Proporsi luasan hutan/ RTH di catchment area Total Indeks Keterpaparan adalah 0.25 x (total penjumlahan semua hasil pembobotan dari indikator kapasitas adaptif) 8 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

26 Dalam proses analisis sub indikator untuk menjadi nilai Unsur Risiko, nilai dari pembobotan diproses sebagai berikut: a. Persentase dinilai maksimal sesuai maksimal bobot bila sub indikator yang dihitung memenuhi 00% dari total 00% populasi, demikian seterusnya persamaan yang dibangun. Sebagai contoh jika persentase hanya 50% dan bobot maksimal, maka nilai bobotnya adalah 0.5. b. Proporsi dinilai bila sesuai dengan proporsi standar nasional. Sebagai contoh proporsi standar RTH /3 luasan total lahan, apabila hanya separuh dari proporsi standar maka nilainya adalah 0.5, dan seterusnya. c. Nilai dari sub indikator bisa dikonversi dalam nilai bobot sebagaimana contoh berikut: nilai 00 maka mendapatkan nilai bobot maksimal, namun apabila nilainya hanya 50 maka akan mendapatkan setengah dari nilai maksimal bobot. Misal nilai maksimal bobot, maka jika nilai 50 bobotnya 0.5. Terkait data-data yang dipilih untuk membangun indeks unsur sensitivitas, kapasitas adaptif,dan keterpaparan, lembaga pelaksana program bisa menentukan data-data lain yang relevan dan tersedia dengan relatif mudah di kota-kabupaten atau wilayah terkait. Namun demikian harus memiliki referensi ilmiah untuk menjadi data pembangun Unsur Risiko terutama melalui jurnal ilmiah yang terpublikasi. 05. Langkah dan Analisis Bahaya Untuk mendapatkan nilai bahaya akibat perubahan iklim, diperlukan analisis berdasarkan data historis dan proyeksi perubahan iklim mendatang (lihat lampiran 2). Data-data tersebut disarankan dikomunikasikan dengan institusi resmi terkait seperti BMKG. Data-data iklim termasuk pemodelan iklim dan skenario iklim saat ini bisa didapatkan melalui akses ke website lembaga riset perubahan iklim seperti dan lain sebagainya. Untuk mendapatkan komponen perubahan iklim yang akurat (seperti frekuensi hujan, suhu dan model distribusi spesies), buku panduan ini mengharuskan lembaga pelaksana program untuk menganalisis minimal dua atau lebih model proyeksi iklim dan tiga variasi skenario iklim (misal: A/A2/B/B2/RCP2.6/RCP4.5/RCP6.0/RCP8.5). Perhatikan contoh analisis pemodelan dan skenario rata-rata suhu di suatu daerah sebagaimana disajikan oleh Gambar 4. 9 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

27 Gambar 4. Contoh perbandingan beberapa pemodelan dan skenario iklim (rata-rata suhu bulan juni) dan perbandingan tahun saat ini ( ) dan proyeksi mendatang ( ). Data Historis ( ) Skenario Iklim Model Iklim MIROC 5 GFDL-CM3 HadGEM2-CC RCP 2.6 RCP 4.5 RCP 6.0 RCP C 29 C Data iklim yang dianalisis terdiri dari data historis dan proyeksi iklim. Data historis tidak memiliki model dan skenario, sehingga hasil yang didapat akan relatif sama. Hal ini dikarenakan data historis tersebut didapatkan dari data iklim yang telah terjadi dan dan telah tercatat, misalnya di stasiun hujan. Namun terkait data iklim, nilai-nilai yang muncul adalah nilai-nilai prediksi yang dikembangkan oleh Sistem Pemodelan Iklim. Analisis iklim lebih lanjut bisa dilihat di lampiran 2. Analisis proyeksi iklim akan menghasilkan nilai-nilai elemen iklim (suhu, curah hujan, suhu maksimal, suhu minimal, dan lainnya) yang dapat diturunkan hingga tingkat Desa dan atau Kecamatan. Analisis data-data iklim dalam buku panduan ini, akan dibagi ke dalam beberapa tingkatan nilai, sebagai berikut: () Tingkat Nilai Baik adalah nilai yang hasilnya relatif sama pada wilayah yang sama walau modelnya berbeda. (2) Tingkat Nilai yang Sangat Baik adalah hasil nilai yang menunjukkan kesamaan relatif di satu wilayah yang sama meskipun model dan skenarionya berbeda. Nilai yang diambil sebisa mungkin merupakan nilai yang paling baik atau yang baik. Bila nilai tersebut tidak 20 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

28 muncul, maka menggunakan nilai skenario moderat, yaitu nilai pemodelan dari skenario moderat, misal RCP 6.0 dengan atau tanpa mencari rerata nilai semua pemodelan yang digunakan. Namun yang perlu diperhatikan, pilihan nilai-nilai harus memperhatikan tingkat kesahihan (mempertimbangkan kejadian historis di lokasi yang sama). Penilaian Bahaya (H) dari nilai-nilai elemen iklim dapat dilakukan dengan menggunakan Tabel Bantu guna mempermudah analisis Bahaya (H) sehingga menghasilkan nilai indikator. Analisis bahaya iklim dalam buku ini minimal menggunakan indikator banjir, kekeringan, dan puting beliung (khusus untuk wilayah terestrial atau darat). Perhatikan contoh Tabel Bantuan (Tabel 7) berikut. Tabel 7. Contoh informasi iklim dan lahan untuk estimasi indeks bahaya. Indikator Sub Indikator Pembobotan Keterangan Banjir Kelas Bobot Nilai Iklim (proyeksi dan current ( ) berdasar data iklim yang didapat) Curah Hujan Tahunan (mm/tahun) Curah Hujan Bulanan Musim Hujan (mm/musim) Curah hujan maksimum musim hujan (mm/bulan) Kejadian Historis Informasi sejarah banjir wilayah (total jumlah/desa atau wilayah) Fisik Wilayah potensi kemarau (dataran aluvial, pantai, dataran) berdasarkan ketinggian > < 800 > < 600 > < 00 > > 45 Tutupan vegetasi (%) < 40 Panjang sungai terhadap luas wilayah (%) > ,9 < Diambil dari rata-rata nilai indeks proyeksi dan current Dari data setempat Nilai sub indikator = bobot nilai/nilai bobot maksimal Nilai Indikator Banjir = ((2 x rerata nilai iklim)+(3 x kejadian historis)+(2 x rerata nilai 2 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

29 Kekeringan Iklim (proyeksi dan current ( ) berdasar data iklim yang didapat) Curah hujan tahunan (mm/ tahun) Curah hujan musim kemarau (mm/musim) Curah hujan minimum musim hujan (mm/bulan) ETP (Evapotranspirasi) tahunan (mm/tahun) ETP musim kemarau (mm/ musim) ETP bulanan musim kemarau (mm/musim) Kejadian Historis Informasi sejarah kemarau wilayah (total jumlah/desa atau wilayah) Fisik Wilayah potensi kemarau (dataran aluvial, pantai, dataran) berdasarkan ketinggian Ruang terbuka hijau untuk menahan air (%) Nilai maksimum penggunaan tutupan lahan > < 800 > < 600 > < 00 > < 000 > < 500 > < 200 > > < 40 Tubuh air Hutan Pemukiman Pertanian Terbuka Diambil dari rata-rata nilai indeks proyeksi dan current Dari data setempat Nilai sub indikator = bobot nilai/nilai bobot maksimal Nilai Indikator Banjir = ((2 x rerata nilai iklim)+(3 x kejadian historis)+(2 x rerata nilai 22 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

30 Puting Beliung Iklim (proyeksi dan current ( ) berdasar data iklim yang didapat) Curah hujan selama musim peralihan (mm/musim) Curah hujan maksimum selama musim peralihan Kejadian Historis Informasi sejarah kemarau wilayah (total jumlah/desa atau wilayah) Fisik Nilai ketinggian maksimum pada daerah berpotensi puting beliung > < 600 > < 00 > > 45 Ruang terbuka hijau < 40 Nilai maksimum penggunaan tutupan lahan Tubuh air Hutan Pemukiman Pertanian Terbuka Diambil dari rata-rata nilai indeks proyeksi dan current Dari data setempat Nilai sub indikator = bobot nilai/nilai bobot maksimal Nilai Indikator Banjir = ((2 x rerata nilai iklim)+(3 x kejadian historis)+(2 x rerata nilai Total indeks bahaya = total nilai indikator/jumlah nilai indikator Nilai Indeks Bahaya (H) adalah rerata dari indikator Bahaya, dalam buku panduan ini minimal meliputi banjir, kekeringan, dan puting beliung (khusus untuk wilayah terestrial atau darat). Masing masing nilai indikator didapat dari rata-rata proporsi nilai masing masing data dengan konversi nilai maksimal. Apabila nilai maksimal sebuah data 5, maka bobot per satuan nilainya adalah 0.2. Apabila nilai maksimal sebuah data 4, maka bobot per satuan nilainya Perhatikan contoh pada Tabel 8 berikut. 23 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

31 Tabel 8. Contoh perhitungan estimasi indeks puting beliung di desa X. Data Kelas Nilai Nilai maksimal Konversi ke Indeks Curah hujan peralihan musim > Curah hujan bulanan maksimum musim peralihan ,75 Kelerengan Lahan < 40 % 4 4 Proporsi vegetasi < 40 % 4 4 Penggunaan lahan Tanah terbuka 2 5 0,4 Total Nilai Indeks Bahaya untuk puting beliung di desa X adalah: 0,83 Berdasarkan hasil olah indeks tersebut, dengan menggunakan olah data spasial akan muncul tampilan data spasial seperti gambar berikut: Gambar 5. Contoh analisis bahaya per indikator untuk model xxxx skenario xxx. BANJIR 24 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

32 KEKERINGAN PUTING BELIUNG Sumber: IPB-WVI, 205 Sesuai bahasan tentang Standar Minimal Analisis Bbahaya yang telah dijelaskan di awal, jika tim pengkaji data menggunakan dua model dan dua kenario proyeksi iklim maka masingmasing Indikator Bahaya akan menghasilkan empat data spasial atau peta dengan pasangan model dan skenario yang berbeda. Indeks-indeks Bahaya (misal banjir, kekeringan dan puting beliung) diintegrasikan dalam satu nilai indeks, dengan membuat nilai rata-rata semua indeks. 25 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

33 06. Pengolahan Data dengan Pendekatan Normalisasi Untuk mempersempit kesenjangan nilai indeks di masing-masing desa, nilai indeks per Unsur Risiko, dianjurkan untuk dikonversi dengan nilai median. Penggunaan nilai median sebagai nilai indeks data dapat dirumuskan sebagai berikut: Untuk nilai indeks Unsur Risiko desa X ke-i nilai median: X i_adj = (0,5 ((X i -X median )/(X max -X median )))+0,5 RUMUS 2 Untuk nilai indeks Unsur Risiko desa X ke-i < nilai median: X i_adj = 0,5 ((X i -X min )/(X median -X min )) RUMUS 3 Keterangan X i_adj : Nilai skor Desa X ke-i yang akan dinormalisasi X i : Nilai skor variabel Desa X ke-i X min : Nilai skor minimum variabel Desa X X max : Nilai skor maksimum variabel Desa X : Nilai skor median variabel Desa X X median Keterangan lebih jelas, silahkan untuk melihat contoh perhitungan konversi nilai indeks di bawah ini. Tabel 9. Contoh analisis nilai salah satu unsur risiko menggunakan indeks median. Nama Desa Hasil Indeks Konvensional (0-) Indeks Normalisasi Median (0-) A B 0,9 0,9 C 0,9 0,9 D 0,5 0,6 E 0,4 0,7 F 0,3 0,5 G 0,3 0,5 H 0,3 0,5 I 0,3 0,5 J 0,3 0,5 K 0,3 0,5 L 0,2 0 Penggunaan indeks median dalam analisis ini akan menghasilkan tampilan data yang memiliki kesenjangan kelas yang sempit. 26 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

34 Gambar 6. Contoh perubahan nilai indeks konvensional (kiri) dengan menggunakan indeks median (kanan). Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Sumber: IPB-WVI, Proses Analisis Risiko dari Nilai Indeks Unsur-Unsur Risiko Kajian Risiko sebagaimana diterangkan pada Sub Bab Pemetaan Tingkat Risiko, merupakan hasil dari rumusan IPCC (204) dengan memasukkan setiap indeks Unsur Risiko ke dalam rumusan tersebut. Unsur Risiko yang terdiri atas Kerentanan (V), Bahaya (H), dan Keterpaparan (E) memiliki bobot yang sama dalam rumusan IPCC tersebut. Semua indeks Unsur Risiko harus dinormalisasikan menggunakan indeks median guna mempersempit kesenjangan nilai indeks. Hasil dari dari proses ini akan menghasilkan nilai indeks risiko yang memiliki rentang nilai (0-). Dalam pembagian kelas nilai indeks, semakin tinggi nilai indeks Unsur Risiko maka semakin tinggi tingkat risikonya. Kecuali untuk Kemampuan Adaptif berlaku sebaliknya, yaitu, semakin tinggi nilai indeksnya, maka semakin rendah risikonya. Untuk keterangan lebih detil, perhatikan Gambar Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

35 Gambar 7. Rentang penilaian indeks risiko perubahan iklim. Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 0,8 0,6 0,4 0, Menyusun Pilihan Program Adaptasi di Kota-Kabupaten atau Wilayah Dengan mengikuti proses penghitungan indeks, maka akan diperoleh indeks setiap desa atau sub wilayah pada satu kota atau fokus area. Dari perhitungan indeks risiko akan memunculkan wilayah atau desa dengan indeks risiko tinggi hingga sangat tinggi. Hasil pengkajian unsur-unsur indeks risiko dan indikator pembentuk unsur nilai indeks risiko menjadi dasar penguatan ketangguhan kelurahan-desa atau wilayah yang memiliki indeks risiko tinggi. Ketangguhan adaptasi perubahan iklim menjadi lebih kuat dengan berkurangnya indeks Kerentanan dan indeks Bahaya, sehingga untuk penguatan ketangguhan adaptif dapat dilakukan dengan mengembangkan program-program adaptasi guna mengurangi ancaman Bahaya (H), Sensitivitas (S), dan menguatkan Kapasitas Adaptif (C). Program-program adaptasi tersebut dibuat dengan mempertimbangkan indikator atau sub indikator yang membentuk unsur Bahaya, Sensitivitas, dan Kapasitas Adaptif. Urutan pilihan prioritas untuk indikator dan sub indikator yang menyusun unsur Bahaya dan Sensitivitas ditentukan dari nilai indeks tertinggi ke nilai indeks terendah. Sebaliknya dengan Kapasitas Adaptif, urutan prioritas dimulai dari indeks terendah ke indeks tertinggi. o r r r ro r telah dipilih. Sebagai contoh, untuk program penguatan infrastruktur maka pihak yang dilibatkan adalah Dinas Pekerjaan Umum (PU), untuk program pelatihan tenaga kerja maka pihak yang dilibatkan adalah Dinas Tenaga Kerja, dan seterusnya. Selain itu, tim juga r or private sector) serta kelompok masyarakat yang berpotensi mengambil bagian dan terlibat dalam program tersebut. Analisis selanjutnya ro r ro r r dimasukkan ke dalam perencanaan atau peraturan daerah setempat di tingkat tapak. Perhatikan contoh pada Tabel 0,, dan Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

36 Tabel 0. Contoh pilihan program adaptasi untuk pengurangan sensitivitas. Indikator Tingkat Kesejahteraan Tingkat kesehatan dan seterusnya Sub indikator Persentase keluarga miskin Persentase penduduk dengan mata pencaharian berisiko Persentase pengangguran Persentase penduduk miskin yang tidak mendapatkan akses layanan kesehatan Persentase penduduk miskin yang tidak terdaftar dalam BPJS Persentase rumah tangga tanpa MCK layak Nilai Indeks* Program Pilihan 0.9 Pengembangan mata pencaharian alternatif yang berkelanjutan melalui pinjaman modal lunak dan pelatihan 0.8 Menguatkan sistem jaminan sosial petani gurem/kecil Pengembangan keahlian dan bantuan perahu Menguatkan sistem jaminan sosial buruh dan pendidikan anak buruh 0.8 Pengembangan lapangan kerja padat karya dan pelatihan kewirausahaan 0.8 Menambah fasilitas kesehatan masyarakat 0.8 Perluasan kesempatan BPJS 0.25 (Contoh nilai yang tidak menjadi prioritas karena indeksnya rendah) Program pengembangan MCK terpadu Pemerintah Dinas Tenaga Kerja Pemangku Kepentingan Swasta/ LSM Bank Pemerintah Daerah dst dst dst dst dst dst dst dst dst dst dst dst dst dst dst dst dst dst dst dst dst Kelompok Masyarakat Koperasi, LKMD *Nilai indeks didapat dari nilai skor yang didapat dibagi bobot skor total 29 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

37 Tabel. Contoh pilihan program adaptasi melalui penambahan kapasitas adaptif. Indikator Sub indikator Nilai Indeks* Keterangan Akses listrik Akses listrik 0. Perluasan akses listrik atau melalui pengembangan tenaga alternatif Sanitasi Pedidikan Akses air minum bersih Akses telekomunikasi dan seterusnya Kondisi Sanitasi Bangunan sekolah Akses air minum Akses telekomunikasi 0.2 Program terpadu pengembangan jamban desa/ wilayah 0.3 Perbaikan fasilitas sekolah dan pengembangan sekolah baru 0.3 Pengembangan instalasi air minum melalui instalasi MCK umum 0.7 (bukan merupakan prioritas) Perluasan instalasi telekomunikasi umum Pemerintah/ BUMN PLTN, PU Pemangku Kepentingan Swasta/ LSM LSM PT Energi dst dst dst dst dst dst dst dst dst dst dst dst Kelompok Masyarakat Masyarakat adat pedalaman A *Nilai indeks didapat dari nilai skor yang didapat dibagi bobot skor total Tabel 2 o o r ro r daerah (untuk semua pilihan program adaptasi). Indikator Sub Indikator Nilai Dalam Kajian Keterangan Kemungkinan Pengarus-utamaan (tingkat kemungkinan, 3: besar, 2: sedang, : kecil) RKPD RPJMD RPJPD RAD API Perda PERDES dst Akses listrik Sanitasi Pendidikan Akses listrik dan seterusnya Kondisi Sanitasi Bangunan sekolah 0, Perluasan akses listrik atau melalui pengembangan tenaga alternatif 0,2 Program terpadu pengembangan jamban desa/ wilayah 0,3 Perbaikan fasilitas sekolah dan pengembangan sekolah baru dst dst dst dst dst dst dst dst 30 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

38 09. Format Penyusunan Kajian Risiko untuk Ketangguhan Adaptasi Perubahan Iklim Setelah pilihan program adaptasi selesai disusun (perhatikan Tabel 0,, dan 2), maka tim wajib memasukkannya ke dalam draft Dokumen Kajian Risiko untuk Ketangguhan Adaptasi Perubahan Iklim yang kemudian disatukan menjadi Dokumen Kajian Adaptasi. Dokumen Kajian Adaptasi merupakan dokumen yang terdiri dari Dokumen Kajian Risiko untuk Ketangguhan Adaptasi Perubahan Iklim dan Dokumen Aksi Adaptasi. Dokumen Kajian Risiko ini terdiri atas beberapa pokok bahasan (Lampiran ): Pendekatan dan metodologi: Pilihan pendekatan dan metodologi disesuaikan dengan penjelasan dalam buku panduan ini. Penting untuk menjelaskan alasan pemilihan sesuai dengan konteks tujuan kegiatan dan lokasi program. Data dan analisis data: Pokok bahasan ini menjelaskan tentang pemilihan data-data dasar berdasarkan pilihan indikator untuk penyusunan Unsur Risiko (Bahaya, Kerentanan (Sensitivitas dan Kapasitas adaptif) dan Keterpaparan). Pokok bahasan ini juga menjelaskan operasionalisasi pembobotan dan sistem ambang batas. Untuk data-data dasar bahaya iklim harus diterangkan secara detil sumbernya (USGS, NOAA, worldclim model xxx, dan lain sebagainya), waktu keluaran, bentuk data (misal vektor atau raster) dan lain-lain. Proses pengolahan data, misal sistem ambang batas sebagai bantuan analisis (jika memang diperlukan), perlu dilengkapi dengan referensi ilmiah. Hasil indeks konvensional dalam buku panduan ini harus dikorvensi menjadi indeks median. Kajian bahaya akibat perubahan iklim: Dalam pokok bahasan ini, tim minimal menggunakan tiga indikator bahaya, yaitu banjir, kekeringan dan angin puting beliung (khusus untuk wilayah terestrial atau darat). Buku ini menganjurkan pembahasan Kajian ENSO dan La Nina sebagai tambahan data dalam Kajian Bahaya. Hasil kajian bahaya harus merujuk pada hasil dari indeks. Misalnya daerah mana yang berpotensi banjir, kekeringan, dan puting beliung dan seberapa besar potensi kejadiannya harus dijelaskan secara detil beserta alasan ilmiah yang melatar-belakangi. Untuk kajian bahaya iklim, tim harus memberi nilai (pembobotan) yang sama antara potensi Bahaya dari proyeksi dengan kejadian historis. Penampakan peta harus memperlihatkan minimal dua model dan skenario. Kajian kerentanan dan keterpaparan kota atau wilayah atau sektor: Kajian kerentanan harus mempertimbangkan pendekatan, metode, data dan analisis data yang dipilih. Indikator dan sub indikator yang disusun harus sesuai dengan tujuan program, dengan mempertimbangkan indikator RAN API (lihat Lampiran 3). Buku panduan ini tidak menentukan indikator dan sub indikator dalam membangun analisis kerentanan dan keterpaparan. Deskripsi wilayah yang rentan dan yang terpapar harus dijelaskan secara rinci. Termasuk di dalamnya unsur Sensitivitas dan Kapasitas Adaptif sebagai unsur kerentanan. Pilihan program adaptasi: Pilihan program adaptif untuk kota-kabupaten dan atau wilayah/sektor harus mempertimbangkan nilai indeks analisis yang dihasilkan dalam Kajian Risiko, Bahaya, dan Kerentanan. Selanjutnya program-program tersebut harus berkontribusi dalam memperkuat ketangguhan adaptasi dan mengurangi kerentanan serta bahaya. Pengurangan risiko dilakukan dengan mengurangi Sensitivitas dan Bahaya dan menguatkan Kapasitas Adaptif melalui program yang dikembangkan. Program tersebut r r,, kelompok masyarakat terkait. Selain itu setiap program harus dianalisis kemungkinannya masuk dalam perencanaan daerah, penganggaran daerah atau kemungkinan untuk mengarusutamakan program di level pemangku kebijakan. 3 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

39 06. PENGARUS-UTAMAAN ADAPTASI BERDASARKAN KAJIAN ADAPTASI 32 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

40 0. Prasyarat untuk Pengarus-utamaan Kajian Adaptasi ke Level Kebijakan dan Aksi hingga Level Tapak Kajian risiko dan kerentanan untuk adaptasi perubahan iklim dalam buku ini disusun untuk mendukung ketangguhan kota-kabupaten dan atau wilayah/sektor sesuai dengan tujuan kegiatan. Kajian ini dari awal harus melibatkan pemangku kebijakan dan kepentingan agar hasil dari kajian tersampaikan ke strategi pembangunan kota-kabupaten dan atau wilayah. Langkah penting untuk mencapai target pengarus-utamaan adaptasi ke level kebijakan di tingkat tapak sebagai berikut: () kesepahaman dan dukungan penuh para pihak yang berkaitan dengan program adaptasi perubahan iklim dan penguatan ketangguhan kota-kabupaten dan atau wilayah. (2) integritas tim atau pokja adaptasi-iklim yang dibentuk mewakili para pihak (pemerintah, tokoh masyarakat, akademisi, kelompok rentan dan lain-lain), (3) pemahaman keuntungan yang akan dicapai dan pengurangan kerugian dari dampak perubahan iklim, (4) keterlibatan para pihak baik pemangku kebijakan maupun kelompok-kelompok rentan dalam kajian dan aksi yang dibangun, (5) kajian yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan memiliki keluaran yang nyata di tingkat pemangku kebijakan serta kelompok rentan seperti buruh, petani, nelayan kecil dan masyarakat adat, (6) Sistem monitoring dan evaluasi r r, r 02. Finalisasi Draft Dokumen Kajian Risiko untuk Ketangguhan Adaptasi Perubahan Iklim ICCTF Finalisasi dokumen kajian risiko untuk ketangguhan adaptasi perubahan iklim akan ditentukan melalui dua prosedur penting: () Tinjauan kembali (review) substansi ilmiah dokumen kajian; (2) Analisis peluang, keuntungan, dan kerugian program-program adaptasi untuk kota-kabupaten dan atau wilayah/sektor yang merupakan hasil utama dari dokumen ini; (3) Konsultasi dan persetujuan pemerintah terkait. Apabila prosedur ini telah dipenuhi maka dokumen kajian dianggap telah selesai. a. Tinjauan kembali (review) substansi ilmiah dari kajian r r, metode serta turunannya untuk memastikan kajian tersebut sesuai atau memenuhi standar ilmiah. Prosedur yang dijelaskan dalam buku panduan ini akan menjadi standar minimal Kajian Risiko kota-kabupaten dan atau wilayah yang mendukung tinjauan substantif Kajian Risiko. Perhatikan poin-poin utama berikut: Memastikan pilihan pendekatan dan metode sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Apakah kajian telah relevan untuk sesuai pendekatan, misal: kota-kabupaten dan atau wilayah/sektor seperti pertanian, perikanan tangkap atau wilayah khusus berdasarkan bentang alam seperti Daerah Aliran Sungai (DAS), kawasan karst dan lain-lain. Memastikan pilihan sub indikator sesuai dengan indikator dan unsur yang membangun Kerentanan, Keterpaparan, Bahaya dan Risiko itu sendiri. Dengan demikian, data-data yang didapat dan prosedur yang dipilih harus valid,, r r r Memastikan tidak ada inkonsistensi prosedur ilmiah dalam analisis data hingga ke perhitungan indeks risiko. Memastikan prosedur ilmiah dan hasilnya memiliki kesesuaian dengan sistem yang 33 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

41 sudah ada, misalnya terkait analisis proyeksi iklim harus bersinergi dengan data BMKG. Oleh karena itu komunikasi dan keterlibatan para pihak disetiap proses harus diperkuat guna mencapai tujuan yang diharapkan. Setelah draft Dokumen Kajian selesai, tim dapat memulai tinjauan kembali substansi. Selain itu, tim juga harus menyiapkan ringkasan kajian (summary) yang memuat sistematika kajian yang informatif serta mudah dipahami oleh seluruh pihak. Pertemuan khusus harus diagendakan dengan memenuhi minimal kehadiran para pihak sebagai berikut: Bappeda setempat, Organisasi Pemerintah Daerah terkait (OPD/dahulu SKPD), perwakilan BMKG daerah, perwakilan kelompok rentan setempat, sektor swasta dan perwakilan akademisi yang memiliki kepakaran terkait kajian tersebut di daerah. Pertemuan ini penting untuk dilakukan guna mendapatkan masukan dan perbaikan untuk revisi kajian sehingga dapat ro o b. Tinjauan Kembali (review) Program untuk Menghitung Peluang, Keuntungan dan Kerugian, o peluang, keuntungan, dan kerugian terkait keluaran (output) program adaptasi pilihan yang dikembangkan (lihat Tabel 0-2). Program-program yang disusun tersebut harus memuat peluang, tantangan, keuntungan jika dijalankan dan kerugian jika diabaikan. Analisis ini harus mampu memproyeksikan dampak jangka menengah dan panjang, sebagaimana contoh pada Tabel 3. Peluang dalam analisis ini berarti bahwa program tersebut () memungkinkan dilakukan walaupun dengan keterbatasan sumberdaya dan kondisi terkini pemerintahan serta pihak terkait setempat, (2) adanya sinkronisasi dengan program yang sedang berjalan atau mendukung program yang sedang berjalan, (3) adanya ketertarikan institusi pemerintah dan swasta terhadap program. Sementara keuntungan atau kerugian dalam buku ini dihitung dengan () tingkat pengurangan kelompok rentan seperti petani, nelayan atau buruh miskin, (2) tingkat pengurangan melalui perbaikan lingkungan, (3) tingkat potensi untuk perbaikan tata kelola pemerintahan dan lembaga serta kelompok masyarakat. Tabel 3. Contoh analisis ekonomi pilihan program adaptasi. Program Peluang (sangat mungkin, mungkin tidak mungkin) Keuntungan Apabila Dijalankan (mempertimbangkan sisi sosial-ekonomi, lingkungan) Kerugian Indikatif pabila Diabaikan (mempertimbangkan sisi sosial-ekonomi, lingkungan hidup) Program peningkatan gizi Sangat mungkin Mengurangi risiko kematian anak Potensi meningkatnya kematian anak pada kelompok rentan semakin tinggi Program restorasi hutan bakau Sangat mungkin Mengurangi risiko banjir rob, meningkatkan potensi jumlah ikan tangkapan Bertambahnya luasan banjir rob, hilangnya ikan Program pelatihan budi daya padi tahan kekeringan dan pembenihan varietas tahan kekeringan (bekerja sama dengan balai pembibitan) Mungkin Mengurangi risiko gagal panen di musim kering, meningkatkan ketahanan pangan Semakin meningkatnya risiko gagal panen di musim kemarau 34 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

42 Keterlibatan para pihak menjadi elemen kunci dalam proses analisis keuntungan dan kerugian program-program adaptasi yang akan diajukan. Pakar ekonomi setempat dari institusi pendidikan, tokoh masyarakat, dan sektor swasta terkait harus terlibat dalam analisis ini, tentunya dengan tetap melibatkan pemerintah daerah seperti BAPPEDA dan OPD terkait. c. Konsultasi dan Persetujuan Pemerintah Terkait Setelah dua prosedur tinjauan kembali dilakukan, tim penyusun harus melakukan konsultasi khusus dengan pemerintah daerah guna mendapatkan masukan akhir dan mendapatkan persetujuan dokumen kajian sebagai keluaran pokja iklim atau adaptasi. Sebuah draft dokumen kajian dan rangkumannya, dikonsultasikan dengan walikota-bupati atau gubernur (jika merupakan kajian lintas administratif) atau wakil resmi pemerintah beserta staf terkait untuk kemudian diharapkan diterima dengan atau tanpa catatan. Dalam pertemuan tersebut dibahas pula agenda konsultasi publik ke pemangku kepentingan lebih luas sebagai proses o, r r daerah setelah konsultasi publik. Aksi adaptasi merupakan turunan dari program-program pilihan adaptasi yang dihasilkan. 03. Konsultasi Publik Dokumen Final Kajian Risiko untuk Ketangguhan Adaptasi Perubahan Iklim ICCTF o r o ro r ro r dijelaskan dalam buku panduan ini), dokumen kajian wajib diinformasikan dan disosialisasikan kepada publik. Konsultasi yang efektif bisa dilakukan dengan cara menyelenggarakan workshop skala kecil namun dihadiri oleh pemangku kepentingan utama yang berkaitan (OPD terkait, sektor swasta, LSM, kelompok rentan dan tokoh masyarakat). Pada saat workshop, ada beberapa pokok bahasan yang penting untuk dibahas sebagai berikut: ) Pendekatan dan metodologi; 2) Kajian Bahaya; 3) Kajian Kerentanan (Sensitivitas dan Kapasitas Adaptif; 4) Kajian pilihan program adaptasi: keterlibatan, potensi, keuntungan, dan kerugian serta rencana aksi adaptasi ke depan. Dalam paparan hasil kajian sangat dimungkinkan ada masukan atau bahkan sanggahan dan ralat atau pembetulan lainnya, sehingga dalam dokumen kajian risiko selanjutnya harus disertakan ralat atau masukan namun dimasukkan dalam lampiran dokumen. Hasil konsultasi publik juga akan membahas rencana tindak lanjut untuk menurunkan programprogram adaptasi yang direncanakan ke bentuk aksi-aksi adaptasi serta rencana strategis lanjutan untuk memasukkan program adaptasi ke level perencanaan pemerintah atau aksi realistis adaptasi di tingkat masyarakat. 35 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

43 07. PENYUSUNAN AKSI ADAPTASI DARI KELUARAN PROGRAM DOKUMEN KAJIAN RISIKO UNTUK KETANGGUHAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM ICCTF 36 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

44 0. Siapa dan Bagaimana Melakukan Penyusunan Aksi Adaptasi Penyusunan aksi adaptasi dilakukan oleh pokja atau tim yang dibentuk oleh kota-kabupaten dan atau wilayah yang menjadi lokasi implementasi program. Penyusunan aksi adaptasi ini terkait erat dengan hasil dari dokumen Kajian Risiko dan Kerentanan, karena aksi adaptasi merupakan turunan dari program adaptasi hasil Kajian Risiko. Kajian Risiko perubahan iklim akan merekomendasikan pilihan program-program adaptasi hasil dari proses dan analisis penilaian tiap tahap penyaringan. Pengembangan prioritas program adaptasi dilakukan mengacu pada indeks prioritas dari indeks risiko (Kerentanan dan Bahaya dari hasil kajian sebagaimana contoh Tabel 0-2). ro r o o r r r faktor: ) para pihak terkait, 2) potensi untuk mengarusutamakan program pada kebijakan pemerintah daerah atau institusi lokal. Dengan melihat Tabel Peluang pada Tabel 3, program-program yang muncul dalam kajian diolah dengan mempertimbangkan nilai peluang, keuntungan dan kerugian. Jika seluruh tahapan tersebut telah terpenuhi, maka program-program yang dihasilkan relevan dan dapat diturunkan ke dalam bentuk aksi-aksi adaptasi. Semakin banyak tahapan penyaringan yang dilalui, maka semakin tinggi potensi program untuk direalisasikan menjadi aksi adaptasi. Perhatikan contoh pada Gambar 8 berikut. Gambar 8. Contoh proses penilaian pilihan program adaptasi perubahan iklim. Program A Terkait bahaya/ kerentanan Tidak terkait bahaya/ kerentanan Berpotensi mainstreaming Kurang berpotensi mainstreaming Berpeluang untuk dikembangkan Tidak berpeluang untuk dikembangkan Berpotensi menguntungkan Tidak menguntungkan Program potensial menjadi aksi Kaitan dengan hasil kajian adaptasi perubahan iklim Kaitan ditingkat kebijakan dan pemangku kepentingan Kaitan tingkat realistis di lapangan Kaitan pertimbangan ekonomi dan sosial lingkungan Pilihan program yang terbaik tinggi Tingkat nilai program rendah 37 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

45 02. Pengertian Aksi-Aksi Adaptasi dalam Buku Panduan Ini, r r ro r pilihan adaptasi yang diajukan atau dihasilkan dalam Dokumen Kajian Risiko. Aksi adaptasi berhubungan erat dengan Kajian Risiko yang dilakukan sebelumnya, dan harus sinergis dengan program besar Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API) serta Rencana Aksi Daerah Adaptasi Perubahan Iklim (RAD-API) di daerah (jika ada). Aksi adaptasi ini dikembangkan sebagai bentuk kegiatan nyata di lapangan dengan ruang lingkup yang lebih kecil dan berdampak langsung terhadap para penerima manfaat (beneficiaries). Proses pengembangan aksi adaptasi lebih lanjut dapat dilihat dalam penjelasan Gambar 9 di bawah ini. Gambar 9. Diagram alir proses pengembangan aksi adaptasi. Kajian Risiko Kajian Bahaya Program Pengurangan Bahaya Aksi adaptasi Kajian Kerentanan Kajian Sensitivitas Program pengurangan sensitivitas Aksi adaptasi Kajian Kapasitas Adaptif Program penguatan kapasitas adaptif Aksi adaptasi tingkatan proses menuju aksi adaptasi Keterangan Berkesesuaian dengan bidang dan atau sub bidang RAN API Berkesesuaian dengan sub bidang dan kelompok (cluster) RAN API dan substansi RAD API Pada gambar 8 di atas, unsur-unsur risiko yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan program dan aksi adaptasi meliputi Kajian Bahaya, Kajian Kerentanan, Kajian Sensitivitas dan Kajian Kapasitas Adaptif. Khusus untuk Kajian Keterpaparan dalam buku panduan ini tidak diturunkan ke dalam program adaptasi dan aksi adaptasi karena hanya merupakan data atribut wilayah lokasi program. Untuk menunjukkan perbedaan yang jelas antara program dan aksi dapat dilihat dari kriteria berikut: a. Program adaptasi tidak memunculkan prakiraan kuantitatif secara rinci serta menggunakan redaksional yang masih bersifat umum; b. Aksi adaptasi memuat indikatif kuantitatif, merupakan kegiatan secara nyata yang akan diimplementasikan di lapangan dan memiliki perincian anggaran, memperlihatkan perhitungan dampak secara kuantitatif maupun kualitatif, serta dapat dihitung jumlah penerima manfaat langsung maupun tak langsung. Secara lebih rinci, perhatikan contoh pada Tabel Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

46 Tabel 4. Contoh program dan aksi adaptasi untuk ketangguhan kota-kabupaten dan atau wilayah yang sinergis dengan RAN API. Program Adaptasi Aksi Adaptasi RAN API Program terpadu pengembangan jamban desa jamban umum untuk kelompok rentan iklim di wilayah pinggiran sungai r desa untuk rumah tangga miskin kelompok rentan perubahan iklim, petani miskin dan nelayan miskin dengan akses air yang memadai di 8 desa potensi kekeringan khusus kelompok rentan miskin. Ketahanan sistem kehidupan, sub bidang pemukiman, klaster/kelompok penyediaan infrastruktur kesehatan kelompok rentan perubahan iklim dst dst dst 03. Kriteria Aksi-Aksi Adaptasi Kriteria aksi adaptasi yang dipaparkan dalam buku panduan ini dibangun untuk membantu menentukan aksi adaptasi yang sesuai dengan yang diharapkan dalam kerangka besar adaptasi untuk ketangguhan kota-kabupaten dan atau wilayah. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut: Aksi adaptasi bukan bagian dari Business As Usual (BAU) kegiatan pemerintah atau lembaga terkait, namun merupakan kegiatan baru atau kegiatan yang sudah berjalan o o r, o r r Merupakan pilihan aksi yang memiliki korelasi dengan Kajian Risiko kota-kabupaten dan atau wilayah yang dikembangkan serta memiliki keterkaitan dampak perubahan iklim secara langsung maupun tak langsung. Memiliki korelasi dengan lima bidang ketahanan, sub bidang ketahanan dan klaster RAN API Indonesia, secara langsung maupun tidak langsung. Memiliki dampak yang efektif terhadap pengurangan kerentanan dan penguatan ketangguhan kelompok atau entitas rentan di kota-kabupaten atau wilayah yang memiliki indeks bahaya yang tinggi. Guna mencapai tujuan kegiatan adaptasi (secara teknis maupun substansi) yang diharapkan sebagaimana Business Process ICCTF, maka tim harus menyusun aksi adaptasi dengan memenuhi seluruh kriteria tersebut di atas (sebagai standar minimal adaptasi perubahan iklim) baik secara redaksional maupun substansi dalam mengembangkan aksi ketangguhan kota-kabupaten dan atau wilayah. 04. Tabel Informasi sebagai Final Dokumen Aksi Adaptasi Semua tahapan terkait aksi adaptasi diatas dirangkum dan disusun dalam kerangka pokja iklim atau adaptasi yang dibentuk yang kemudian dikembangkan dalam tabel bantuan aksi adaptasi kota-kabupaten dan atau wilayah sebagai berikut. 39 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

47 Tabel 5. Contoh tabel bantuan aksi adaptasi dengan rincian informasi. Program Aksi Adaptasi Kelompok Rentan Rangkuman Kegiatan Biaya Waktu (Rencana) Potensi Pendanaan Pemangku Kepentingan yang Dilibatkan RAN API (RAD API) Program terpadu pengembangan jamban kota Aksi pengembangan jamban dengan akses air yang memadai di 8 kelurahan potensi kekeringan khusus kelompok rentan miskin 600 keluarga miskin di 8 kelurahan Kegiatan ini dilakukan dengan membangun instalasi air bersih untuk perbaikan 600 jamban pada keluarga miskin di 8 desa 600 juta /2/207- /3/207 APBD dan LSM Pemerintah daerah (OPD Dinas PU) dan Perusahaan MCK serta LSM Sanitasi nasional dan internasional Ketahanan sistem kehidupan klaster penyediaan infrastruktur kesehatan untuk kelompok rentan dan seterusnya Program restorasi daerah tangkapan air Penumbuhan pohon serap air di sepuluh lokasi tangkapan air (00 H) di hutan rakyat kecamatan B Enam desa dengan potensi banjir tinggi Kegiatan ini dilakukan untuk memulihkan kawasan konservasi air di kecamatan B 800 juta /2/207- /3/207 APBN Pemerintah daerah (OPD PU, BP DAS) dan BLH, Dinas Kehutanan Ketahanan Ekosistem, sub bidang peningkatan kualitas tutupan hutan pada wilayah DAS dan seterusnya 05. Bagaimana Mengarahkan Aksi Adaptasi ke Pembangunan Daerah dan Entitas Lainnya yang Terkait Dalam Tabel Aksi dan Rincian Informasi (Tabel 5, r yang berpotensi untuk dilibatkan. Guna memaksimalkan efektivitas rencana aksi, maka perlu strategi untuk memasukkannya ke dalam agenda perencanaan daerah. Penyusunan strategi tersebut harus melibatkan OPD tekait seperti BAPPEDA kota-kabupaten atau BAPPEDA Provinsi guna membahas kemungkinan mengarusutamakan aksi adaptasi tersebut ke dalam perencanaan daerah. Sebagaimana ditekankan sedari awal dalam buku ini, bahwa tim harus memastikan ) melibatkan pemerintah dan para pihak terkait sejak awal proses penyusunan rencana kegiatan; 2) menciptakan kemauan pemerintah daerah untuk ikut berkontribusi aktif melalui pendekatan yang efektif; 3) menumbuhkan rasa saling memiliki kegiatan oleh para pihak terkait baik dalam proses pembentukan Pokja, proses Kajian Risiko, hingga penyusunan aksi adaptasi. Jika pemerintah daerah memiliki kesadaran dan kemauan untuk menerima sebagian maupun keseluruhan aksi adaptasi yang disusun oleh tim (dengan catatan atau tanpa catatan), maka dalam proses input redaksional program dan aksi adaptasi harus mengikuti sistem daerah yang berlaku, sebagaimana contoh pada Tabel 6 berikut. 40 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

48 Tabel 6. Contoh kebijakan daerah sebagai pertimbangan memasukkan aksi adaptasi. Level Bentuk Perencanaan Daerah Pengertian Kebijakan adaptasi Strategi RAN API (belum mengikat) 2 Strategi API Daerah (belum mengikat) RPJMD (mempertimbangkan RPJMN, RPJPN dan RPJPD) Strategi nasional terkait adaptasi perubahan iklim Strategi adaptasi perubahan iklim di daerah Rencana pembangunan jangka menengah 2 RKPD Rencana kerja pemerintah daerah 3 Renstra OPD (dulu SKPD) Rencana strategi OPD 4 Renja OPD Rencana kerja Kebijakan perencanaan daerah 5 RKA OPD Rencana kerja anggaran 6 RPJMDES Rencana pembangunan jangka menengah desa KLHS Kajian lingkungan hidup strategis Kebijakan keruangan 2 RTRW Daerah (mempertimbangkan RTRW nasional) Rencana tata ruang wilayah Tabel 6 tersebut di atas, menunjukkan tingkatan perencanaan pembangunan. Setiap tingkatan level akan mempengaruhi tingkatan level lain di bawahnya satu sama lain. Aksi adaptasi yang telah melalui prosedur penyaringan berdasarkan tingkat peluang, harus mempertimbangkan tingkatan di atasnya saat akan dimasukkan ke level kebijakan. Jika rencana aksinya ingin dimasukkan ke dalam perencanaan daerah, maka tim Pokja harus memastikan jika kegiatan tersebut relevan untuk dimasukkan. Meskipun demikian, kebijakan terkait adaptasi tidak bersifat mutlak dan wajib disepakati kecuali kebijakan tersebut sudah diterima di level kebijakan lainnya. Payung kebijakan pembangunan daerah terkait pengarus utamaan adaptasi dapat merujuk pada kerangka besar RPJMN Nasional. RAN API telah dimasukkan dalam perencanaan pembangunan nasional yaitu di Buku II RPJMN ( ) poin Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Bidang yang berbunyi: 4 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

49 ...Menerapkan Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim(RAN-API) secara sinergis... dengan strategi: (i) mengarusutamakan RAN-API ke dalam perencanaan pembangunan nasional dan daerah; (ii) melaksanakan rencana aksi adaptasi perubahan iklim seperti yang tercantum dalam RAN-API secara terkoordinasi antara K/L dan pemerintah daerah serta antar daerah; (ii) mengembangkan indikator kerentanan dan memperkuat proyeksi dan sistem informasi iklim dan cuaca; (iii) menyusun kajian kerentanan dan meningkatkan ketahanan (resiliensi) pada sektor yang sensitif serta pelaksanaan upaya adaptasi di daerah percontohan; (iv) mensosialisasikan RAN-API kepada pemerintah daerah dan meningkatkan kapasitas daerah dalam upaya adaptasi; dan (v) melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan adaptasi Bagaimana Dokumen Final Aksi Adaptasi Dalam Panduan Ini Disusun ro, o r r dalam bentuk draft Tabel Rencana Aksi Adaptasi (Tabel 5). Draft dokumen tersebut kemudian dikonsultasikan secara terbuka ke OPD dan para pihak lainnya yang terkait sebagaimana ro ro o r buku panduan ini disebut Konsultasi Publik Dokumen Aksi Adaptasi Perubahan Iklim. Proses ini hampir serupa dengan konsultasi publik Dokumen Final Kajian Risiko untuk ketangguhan adaptasi perubahan iklim ICCTF pada bab 6 poin 2. Meskipun demikian, masukan, sanggahan atau tambahan, ralat serta rekomendasi dari hasil diskusi publik ini sangat penting untuk dimasukkan ke dalam Tabel Aksi Adaptasi sebagai proses perbaikan Dokumen Aksi Adaptasi. Dokumen Final Aksi Adaptasi adalah dokumen aksi adaptasi yang telah melewati proses perbaikan setelah mendapatkan masukan dari konsultasi publik, yang disusun secara rinci dalam bentuk tabel aksi adaptasi sebagaimana dicontohkan pada Tabel 5. Tabel tersebut kemudian dilampirkan dalam Dokumen Besar Kajian adaptasi yang juga sudah melewati tahap konsultasi publik sebagaimana proses yang telah diterangkan dalam sub bab Konsultasi Publik Kajian Risiko. Perhatikan Lampiran. 07. Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan evaluasi dikembangkan untuk menjadi bagian integral/tak terpisahkan dari bentuk perencanaan adaptasi hasil dari kajian dokumen adaptasi. Monitoring ini berbeda dengan monitoring proyek pada umumnya yang tingkat kemungkinan implementasi dan anggarannya sudah pasti. Monitoring terkait adaptasi ditingkat perkotaan-kabupaten dan atau wilayah harus mempertimbangkan kemungkinan implementasi di level kebijakan melalui proses pengarusutamaan adaptasi, swadaya masyarakat, bantuan donor serta peran swasta. Tidak semua draft aksi adaptasi bisa masuk ke dalam kebijakan pemerintah atau diimplementasikan melalui bantuan pemangku kepentingan (stakeholders) terkait. Perlu upaya monitoring khusus terkait status terbaru implementasi setiap rincian aksi adaptasi. Tabel bantuan terkait status terkini penerimaan aksi adaptasi dan strategi implementasi akan menjadi bagian penting monitoring aksi adaptasi yang disusun dalam setiap bulan perencanaan hingga batas tertentu sesuai kesepakatan tim Pokja sejak proses awal. Perhatikan Tabel Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

50 Table 7. Contoh tabel monitoring implementasi aksi adaptasi bulan ke-x. Nama Aksi Status Terkini Strategi Lanjutan Terkini Evaluasi Substansi Rehabilitasi lahan 20 hektar di daerah tangkapan hujan kelurahan X Masih menunggu persetujuan revisi Renstra Pertemuan lanjutan terkait detil teknis dan mekanisme pendanaan serta administratif Perbaikan detil teknis oleh pihak ke 3 Perbaikan Situ Y sebagai tampungan limpasan air kecamatan Y Masih menunggu concept note bantuan pendanaan Lembaga X Komunikasi intensif dan roundtable meeting terkait proposal teknis dengan pemrakarsa. Perbaikan-perbaikan sasaran dan proposal teknis Pembuatan sumur resapan di desa X untuk 00 KK miskin Sudah masuk RKA SKPD X Menunggu perkembangan lebih lanjut dan seterusnya 43 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

51 08. PENUTUP Kajian adaptasi untuk ketangguhan kota-kabupaten dan atau wilayah merupakan bagian integral dari kebutuhan kota-kabupaten dan atau wilayah dalam menghadapi perubahan iklim. Secara khusus, ketangguhan kota-kabupaten dan atau wilayah didorong untuk mengurangi risiko bagi kelompok rentan yang ikut terpapar karena perubahan iklim seperti buruh, petani atau nelayan serta masyarakat berpendapatan kecil. Selain target sasaran untuk kelompok rentan, ketangguhan perkotaan-kabupaten dan atau wilayah juga berhubungan dengan perencanaan pembangunan berkelanjutan yang memberi kesempatan pada generasi penerus untuk merasakan kualitas hidup yang sama atau bahkan lebih baik. Ancaman bahaya sebagai akibat dari perubahan iklim seperti banjir, kekeringan, badai puting beliung dapat diantisipasi dan diminimalisir dengan perencanaan adaptasi perubahan iklim yang lebih baik. Buku ini disusun sebagai instrumen adaptasi tingkat kota-kabupaten dan atau wilayah yang menjadi salah satu bagian penting program adaptasi ICCTF. Sangat disadari bahwa masih banyak pertanyaan yang muncul terkait upaya pengurangan kerentanan dan aksi meningkatkan ketangguhan perubahan iklim yang belum terjawab dan terakomodir sepenuhnya di dalam buku panduan ini. Oleh karenanya tim penyusun sangat mengharapkan adanya masukan untuk penyempurnaan isi buku panduan ini ke depannya. 44 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

52 09. DAFTAR PUSTAKA. (203). Assessing City Resilience Lessons from Using the UNISDR Local Government Self-Assessment Tool in Thailand and Vietnam. ISET-International, Colorado-USA. (204). Rencana Aksi Nasional Perubahan Iklim (RAN-API). BAPPENAS, Jakarta. (206). Resilient Semarang. 00Resilientcity, Semarang. (205). Prelimenary Resilience Assessment Da Nang City, 00Resilientcity, Hanoi. (206). Pembelajaran dari ACCCRN Indonesia. Mercy Corps Indonesia, Jakarta. (205). Pengembangan Kajian Risiko Iklim Fokus Anak. IPB-WVI, Jakarta. (207). Kajian Iklim Sektor Pertanian Kabupaten Subang (Draft). Fak-Geomet IPB- ICCTF, Jakarta. (207). Kajian Risiko Sektor Perikanan Tangkap (Draft). PPI ITB-ICCTF, Jakarta. (207). Kajian Cepat Ketahanan Kota (Draft). YTKPI-Transformasi-ICCTF, Jakarta. (207). Proyeksi Iklim Untuk Wilayah Kering Kupang (Draft). FTP UGM, Jakarta Valdee H.M, dkk. (202). How To Make Cities More Resilient: A Handbook For Local Government Leaders. UNISDR, Geneva Tunner T, dkk. (2009). Urban Governance for Adaptation: Assessing Climate Change Resilience in Ten Asian Cities. Institute of Development Study, Brighton-UK Revi. A, dkk. (204). IPCC WGII AR5 Chapter 8. IPCC, Geneva IPCC Climate Change 2007: Impacts, Adaptation and Vulnerability. Contribution of Working Group II to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change, Cambridge University Press, Cambridge-UK 45 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

53 0. LAMPIRAN 46 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

54 Lampiran Format dokumen kajian adaptasi: Kajian risiko untuk ketangguhan adaptasi perubahan iklim ICCTF dan dokumen aksi adaptasi Kata pengantar Pendahuluan Kepentingan dokumen dibuat Pendekatan umum Tujuan dokumen 2 r o o r dikembangkan RAN API dan ICCTF a. misal: kerentanan b. dll 3 Lokasi dan cakupan kegiatan 4 Data, metode dan prosedur Metode dan prosedur Data Sedetail mungkin menyangkut administratif, kajian bentang alam atau landscape, gambaran besar iklim dan perubahan yang terjadi di wilayah, potensi wilayah dan risiko secara umum (terkait risiko akan diterangkan lebih detail di pembahasan) Pilihan pendekatan dan metodologi disesuaikan sebagaimana diterangkan dalam buku panduan ini demikian juga untuk pilihan metodologi yang diambil. Penting untuk menjelaskan alasan pemilihan sesuai dengan konteks tujuan kegiatan dan lokasi program, termasuk prosedur terkait pembuatan dokumen rencana aksi. Penjelasan ini menyangkut data-data dasar apa yang dipilih berdasarkan pilihan indikator untuk penyusunan unsur risiko (bahaya, kerentanan (sensitivitas dan kapasitas adaptif) dan keterpaparan). Selain itu menjelaskan penggunaan pembobotan dan sistem ambang batas. Untuk data-data dasar bahaya iklim harus diterangkan secara detail data-data dasar yang dipakai (sumber (berasal dari mana, misal USGS, NOAA, worldclim model xxx), waktu keluaran, bentuk data (misal vektor atau raster) dan lain-lain). Proses pengolahan misalnya sistem ambang batas sebagai bantuan analisis (jika memang diperlukan) perlu dilengkapi dengan referensi ilmiah. Hasil indeks konvensional dalam buku panduan ini harus dikorvensi dengan pendekatan median. Termasuk data dasar untuk dokumen aksi adaptasi apabila ada. 47 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

55 5 Hasil Pembahasan a. Kajian bahaya akibat perubahan iklim Dalam kajian ini, minimal menggunakan tiga bahaya, banjir, kekeringan dan angin puting beliung (khusus untuk wilayah terestrial atau darat) dengan menggunakan kajian indikator iklim di data historis dan proyeksi iklim, dapat menambahkan kajian ENSO sebagai rekomendasi dari buku panduan ini. Hasil kajian bahaya harus merujuk pada hasil dari indeks, daerah mana yang berpotensi banjir kekeringan dan puting beliung, berapa besar potensi kejadian, harus dijelaskan secara detail beserta alasan ilmiah yang melatar belakangi. Untuk kajian bahaya iklim harus memberi nilai yang sama (pembobotan) antara potensi kedepan dengan kejadian historis. Penampakan peta harus memperlihatkan minimal dua model dan skenario. b. Kajian kerentanan dan keterpaparan kota atau wilayah atau sektor Kajian kerentanan harus mempertimbangkan pendekatan, metode, data dan analisis data yang dipilih. Indikator dan sub indikator yang disusun harus sesuai dengan tujuan program. Buku panduan ini tidak menentukan indikator dan sub indikator dalam membangun analisis kerentanan dan keterpaparan. Deskripsi wilayah yang rentan dan yang terpapar harus dijelaskan secara rinci. Termasuk di dalamnya unsur Sensitivitas dan Kapasitas Adaptif sebagai unsur kerentanan. c. Pilihan program adaptasi ro r o sektor harus mempertimbangkan analisis yang dihasilkan dalam kajian risiko, bahaya, kerentanan dan bahaya. Pertimbangan utama adalah hasil dari nilai indeks risiko. Selanjutnya program-program tersebut harus diarahkan pada menguatkan ketangguhan dengan mengurangi kerentanan dan bahaya. Pegurangan kerentanan dan bahaya dilakukan dengan mengurangi sensitivitas dan bahaya dan menguatkan kapasitas adaptif melalui program r ro r r r pemangku kepentingan baik pemerintah, swasta, LSM atau kelompok masyarakat terkait. Selain itu setiap program harus dianalisis kemungkinan untuk masuk dalam perencanaan daerah dan penganggaran daerah atau kemungkinan untuk masuk dalam mainstriming di level pemangku kebijakan., r draft) d. Daftar aksi adaptasi sebagai dokumen aksi adaptasi kota-kabupaten atau wilayah e. Batasan, update hasil dan tingkat ketidakpastian hasil kajian Dalam sub bab ini diterangkan secara singkat proses yang dibuat terkait penyusunan tabel aksi adaptasi, detail aksi adaptasi selanjutnya di jelaskan melalui tabel di dalam lampiran dokumen Keterbatasan kajian, mekanisme yang akan direncanakan terkait update data karena perkembangan data dan teknologi serta mekanisme perbaikan data-data yang masih dianggap perlu kajian lebih lanjut 48 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

56 6. Diskripsi rekomendasi kebijakan, perencanaan dan dampak yang diharapkan Rekomendasi Rencana-rencana dari dokumen dan dampak yang diharapkan 7 Aturan perbaikan dokumen (kedepan) Perbaikan data Perbaikan metodologi Referensi atau daftar pustaka Rangkupan singkat poin per poin Lampiran Lampiran. Tabel lampiran dokumen aksi adaptasi kota-kabupaten atau wilayah Lampiran 2. Tabel bantuan monitoring dan evaluasi aksi adaptasi bulan ke- Lampiran 3. Lampiran lain-lain Foto dokumentasi proses kegiatan 49 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

57 Lampiran 2 0. Analisis Bahaya Menggunakan Data Worldclim dengan Bantuan Arcgis dan Excel Lampiran ini menerangkan tentang analisis unsur bahaya iklim dari data-data pemodelan iklim internasional untuk membangun indeks risiko secara keseluruhan. Mengingat banyaknya data dasar yang harus diproses, perlu tim khusus dan jadwal rinci terkait kegiatan tersebut. Selain pakar spasial, diperlukan pakar iklim dan ahli analisis tabular untuk mengolah datadata terkait. Komunikasi dan keterlibatan secara langsung dan atau tidak langsung dengan institusi BMKG dan pihak terkait wajib dilakukan untuk mensinergikan hasil analisis yang diharapkan. Proses download data Silahkan buka lalu klik version.4, klik current untuk data historis dengan perhitungan dari beberapa dekade tahun dan future untuk proyeksi iklim beberapa dekade kemudian lengkap dengan model dan skenarionya. Untuk pilihan current, data yang bisa didapatkan diantaranya curah hujan dan rata-rata suhu. Untuk data future, harus terlebih dahulu membaca secara seksama penjelasan di halamannya. Di dalam future ada beberapa pilihan skenario, model dan variabel iklim seperti curah hujan, suhu dan lain-lain. Sebagaimana standar yang diwajibkan dalam buku panduan ini, data yang diambil harus menggunakan dua pemodelan dan dua skenario disetiap pemodelan. Untuk kedetailan data, pilih ukuran 30 second, yaitu ukuran data terdetail. Gambar 0. Penampakan halaman data future. 50 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

58 Setelah memilih data yang dimaksud, tinggal klik, dan tunggu sampai download selesai, proses akan menunggu cukup lama karena kapasitas setiap data cukup tinggi. Setiap satu kali download, akan menghasilkan 2 file yang menunjukkan 2 data bulanan. Setap file akan memiliki nama yang merujuk pada properti dari file tersebut. Misal, mc45pr502.tif, mc menunjukkan model MIROC. 45 menunjukkan skenario Rcp 45, pr berarti curah hujan, 50 berarti proyeksi 2050, 2 berarti bulan ke-2 atau desember. 02. Proses Analisis Spasial Menggunakan Arcgis Sebelum data iklim diproses, perlu untuk menyiapkan data-data penunjang sebagai berikut, () data administratif lokasi kegiatan ekstensi.shp tanpa sub polygon, misal data Kabupaten Blitar, poligonnya hanya Kabupaten yang terkait, tanpa poligon turunan, kecamatan atau desa, (2) data administratif lokasi kegiatan ekstensi.shp dengan polygon turunan seperti kecamatan atau desa. Selanjutnya perlu disiapkan program olah spasial, dalam lampiran ini akan digunakan aplikasi Arcgis 0. Langkah olah spasial ini dimulai dengan membuka Arcgis. Gambar. Simbol Arcgis. Buka satu file (raster) dari hasil download ( file berarti satu bulan) Gambar 2. Contoh data raster. 5 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

59 Gambar 3. Penampakan data raster. Jangan kawatir bila data Indonesia tidak jelas, karena sebenarnya bila dipotong, akan nampak sangat jelas. Untuk melakukan pemotongan, cari Extract Mask dari tools pencarian. Lalu masukkan file raster dengan klik simbol folder ke input raster. Masukkan file.shp administratif (disarankan menggunakan file.shp utuh tanpa polygon turunan: misal propinsi tanpa polygon kota-kabupaten, kabupaten tanpa polygon kecamatan-desa) dengan cara seperti cara memasukkan raster. Untuk sementara biarkan nama output raster ditentukan secara otomatis. Setelah proses selesai, save hasil proses dengan klik kanan di nama file, pilih data lalu pilih export data dan buatlah file baru di folder yang anda inginkan. Gambar 4. Contoh input di extract mask. 52 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

60 Gambar 5. Cara menyimpan data dengan nama yang dibuat sendiri. Cari Raster to polygon menggunakan tools pencarian, konversi raster ke file polygon (.Shp). Untuk sementara biarkan nama output raster ditentukan oleh program. Setelah proses selesai, save hasil proses dengan klik kanan di nama file, pilih data lalu pilih export data dan buatlah file baru di folder yang anda inginkan (sama seperti langkah export data sebelumnya). Lakukan proses union antara file raster yang sudah dalam bentuk polygon dengan file.shp yang memiliki polygon turunan seperti.shp kabupaten yang memiliki turunan kecamatan dan atau desa. Gambar 6. Proses penggabungan SHP hasil konversi raster dengan wilayah administrasi dan turunannya. 53 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

61 Untuk menghitung dominasi variabel iklim misalnya hujan dalam satuan desa atau kecamatan, terlebih dahulu rubah coordinat system ke UTM, klik kanan layer di dashboard table of contents, klik properties, klik Coordinate System, lalu pilih Project Coordinate System, lalu pilih UTM, lalu pilih lagi WGS 984, lalu pilih Southerm Hamisphere dan pilih WGS 984 UTM Zone 49S. Sekarang Coordinat system anda menggunakan UTM. Gambar 7. Mengubah koordinat Geo ke UTM. Untuk menghitung persen dominan per wilayah setelah perubahan sistem koordinat, ikuti langkah berikut tambahkan tabel baru di attribute table ; dengan klik kanan file hasil union, klik add field pilih float di add field dan berikan nama luas untuk field baru. Kolom baru akan muncul di paling kanan tabel. Gambar 8. Penghitungan luasan per administratif (desa, kecamatan atau sub wilayah). 54 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

62 Selanjutnya klik kanan pada judul kolom baru tersebut, di contoh ini namanya luas, lalu pilih calculate geometry, lalu pilih satuan luas, di contoh ini dipilih satuan kilometer (Km). Selanjutnya akan secara otomatis muncul tabel luasan satuan kilometer. Gambar 9. Penghitungan luasan per administratif (desa, kecamatan atau sub wilayah) Analisis Data Tabular Menggunakan Excel Langkah selanjutnya untuk mengetahui faktor iklim dominan di satu lokasi (kecamatan, desa atau satuan wilayah lebih), buka file yang memiliki ekstensi.dbf dari file Arcgis terakhir (yang telah ditambah kolom luasan) menggunakan folder program, file.dbf tersebut lalu buka dengan aplikasi excel. Setelah file telah terbuka di program excel, klik Insert dan pilih PivotTable Gambar 20. Proses analisis tabular menggunakan pivot excel. Setelah masuk ke PivotTable, masukkan data desa (atau satuan wilayah terkecil dalam analisis risiko) ke kolom rows, lalu masukkan data luas dan gridcode ke kolom values. Di gridcode yang sudah dipindah di kolom values pilih max of, sehingga data yang muncul setiap desa adalah data maksimal. Yang kemudian diolah untuk menjadi data Analisis Risiko. 55 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

63 Gambar 2. Pengolahan menggunakan pivot. Data-data yang dihasilkan tersebut selanjutnya diolah dalam tabel kompilasi Olah Data Iklim untuk Analisis bahaya. Tabel Contoh Bantuan Olah Data Iklim untuk Analisis Bahaya Administrasi Model Skenario Data Iklim Bulan Bulan 2 dst Desa A MIROC5 Skenario Rcp 45 Curah Hujan 00 mm 50 mm dst MIROC5 Skenario Rcp 60 Curah hujan 0 mm 20 mm dst MIROC5 Skenario Rcp 45 Suhu ratarata dst MIROC5 Skenario Rcp 60 Suhu ratarata dst dan seterusnya 04. Memasukkan data Excel ke Arcgis Untuk memasukkan data Excel yang sudah diolah ke dalam data spasial, terlebih dahulu siapkan kolom kunci dimana data excel dan data arcgis (atribute) memiliki kesamaan, misalnya kolom desa dari.shp administratif desa. Kemudian buatlah tabel baru yang kolom awalnya merupakan copy paste kolom desa dari data atribute.shp Desa untuk dijadikan kunci ketika nanti datanya digabungkan di Arcgis dalam Joint. Selanjutnya masukkan data olahan excel berdasarkan kunci kolom desa. 56 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

64 Gambar 22. Kolom desa sebagai kunci kolom yang diolah dari atribute. Untuk membuat kolom kunci, buka dari folder kolom tersebut, cari file.dbf, lalu tarik file ke excel, otomatis data akan masuk. Gambar 23. Data desa yang bisa dijadikan kunci kolom di excel berformat.dbf. 57 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

65 Copy paste kolom kunci, misalnya kolom Desa, ke sheet baru. Gambar 24. Copy paste kolom kunci. Gabungkan kolom kunci dengan hasil olahan Excel dari data Pivot (nama desa olahan pivot didapat dari proses sebelumnya yang menggunakan file.shp administratif desa yang sama dengan kolom kunci). Untuk memasukkan data olahan pivot ke kolom kunci yang biasanya acak dan tidak berurutan, maka sisakan satu atau dua kolom kosong diantara kolom kunci dan kolom hasil olahan. Lalu masukkan rumus vlookup = VLOOKUP (lokasi kunci;tabel yang dicocokkan;jumlah tabel;0), maka secara otomatis data olahan akan masuk ke desa masing-masing. Gambar 25. Proses otomatisasi pengisian hasil data pivot. 58 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

66 Buat sheet baru hasil olahan vlookup dan tabel kunci. Simpan dalam format CSV (Comma delimited) Gambar 26. Data yang siap digabung dengan format.csv. Untuk menggabungkan dengan data shp, buka data.shp administratif desa yang kolom desanya dijadikan kolom kunci. Pilih join, lalu isilah data join. Nomor menunjukkan desa sebagai kolom kunci file.shp, nomor 2 menunjukkan file excel yang akan di join (dengan nama kolom kunci yang sama). Nomer 3 menunjukkan kolom kunci di file excel. Gambar 27. Proses joint data. 59 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

67 Setelah selesai maka kolom excel yang memuat contoh informasi curah hujan akan terintegrasi dengan atribute administratif. Gambar 28. Hasil joint data dengan membuka atribute. Untuk menunjukkan warna yang menggambarkan variabilitas iklim atau data iklim misalnya curah hujan, klik properties dengan cara mengklik kanan file.shp. Lalu pilih symbology, pilih quantitative, dan graduated calors. Lalu di fields > values pilih curah hujan, secara otomatis akan muncul warna berdasarkan kelas, lalu klik oke. Gambar 29. Proses simbiologi kelas data. 60 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

68 Selanjutnya akan muncul perbedaan warna seperti gambar di bawah ini, berdasarkan kelas curah hujan. Sebagaimana acuan di panduan, untuk menganalisis indeks (misal banjir) maka kelas tersebut (misal kelas frekuensi hujan di musim hujan) diubah dalam indeks bahaya banjir indikator frekuansi hujan berdasarkan nilai bobot yang dicontohkan dalam panduan ini. Gambar 30. Proses simbiologi dengan warna berdasarkan data kelas. Proses yang sama dilakukan pada setiap data raster yang akan diolah baik suhu rata-rata, curah hujan, suhu maksimal suhu minimal dan lain-lain. Data yang telah terkompilasi dalam satu kolom kunci misalnya desa dengan mudah dapat menganalisis proyeksi (dengan o r o, o o r di bawah ini. Tabel contoh atribute file.shp kompilasi hasil analisis iklim. Desa gs45tn50_ gs45tn50_2 gs45tn50_3 dst mi45tx50_ mi45tx50_2 mi45tx50_3 dst Desa A dst dst Desa B dst dst dst dst dst dst dst dst dst dst dst 6 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

69 Lampiran 3 Indikator-indikator Sub Bidang dan Klaster RAN API Indonesia Sebagai rujukan dan pertimbangan untuk membangun indikator kerentanan terhadap perubahan iklim dalam kajian risiko dokumen adaptasi ICCTF, RAN API telah mengembangkan indikator ketahanan pada sub bidang dan klaster dari 5 bidang RAN API Indonesia. Berikut indikator RAN API yang terkait sub bidang dan klaster berdasarkan Dokumen RAN API, Satu Tahun Rencana Aksi Nasional Perubahan Iklim: a. Indikator Ketahanan Pangan Indikator untuk mengukur ketahanan pangan adalah: r, r r ro ro, r tanaman pangan, (c) luasan lahan gagal panen, (d) jumlah penduduk rawan pangan per tahun, (e) tingkat ketersediaan cadangan pangan dan (f) tersedianya infrastruktur, teknologi dan kelembagaan pasca panen. 2. Akses Pangan dan Penghidupan, terdiri atas (a) persentase penduduk hidup di bawah garis kemiskinan, (b) jumlah dan kualitas sarana dan pra sarana yang mendukung kelancaran distribusi pangan, (c) jumlah kelembagaan distribusi pangan masyarakat, (d) PDB/PDRB Perikanan dan Pertanian serta (e) Harga bahan pangan utama. 3. Pemanfaatan pangan, terdiri atas (a) prevalensi balita dengan berat badan rendah dan gizi buruk, (b) persentase rumah tangga tanpa akses ke air bersih dan (c) konsumsi pangan per kapita. b. Indikator Kemandirian Energi Indikator untuk mengukur kemandirian energi adalah:. Indikator ketersediaan, terdiri atas (a) jumlah produksi energi yang sumbernya sensitif terhadap parameter iklim, (b) ketersediaan bahan baku pembangkitan energi yang transportasinya dipengaruhi oleh gangguan iklim, (c) nilai kerusakan dan kerugian akibat bencana hidro-meteorologis, (d) luasan lahan rehabilitasi dan reklamasi hutan di daerah DAS dan (e) produktivitas jenis tanaman kayu energi. 2. Indikator Akses, terdiri atas (a) durasi pemadaman listrik/gas akibat bencana hidrometeorologi dan (b) penurunan intensitas energi di sektor rumah tangga dan industri pada saat terjadinya bencana hidro-meteorologi. 3. Indikator Keberlanjutan, yaitu jumlah desa yang memanfaatkan sumber EBT di wilayahwilayah rawan bencana hidro-meteorologi. c. Indikator Ketahanan Kesehatan Indikator ketahanan kesehatan adalah sebagai berikut:. Indikator penduduk yang menderita malnutrisi, yaitu prevalensi balita dengan berata badan rendah/gizi kurang dan buruk. 2. Indikator penurunan angka kematian, terdiri atas (a) Angka Kematian Bayi dan Balita per 000 kelahiran dan (b) Tingkat kematian akibat cuaca ekstrim dan bencana hidrometeorologi. 3. Indikator pengendalian penyebaran penyakit dan penurunan jumlah kasus baru, terdiri atas (a) prevalensi penyakit yang dibawa oleh vektor, (b) prevalensi penyakit yang disebarakan melalui udara dan (c) prevalensi penyakit yang disebarkan melalui air. 62 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

70 4. Indikator sarana dan pra-sarana kesehatan, terdiri atas (a) presentase kecamatan dengan kesiapan pelayanan kesehatan tingkat pertama, (b) persentase kabupaten/ kota dengan akses pelayanan kesehatan tingkat lanjutan dan (c) persentase ketersediaan vaksin dan obat di seluruh fasilitas farmasi kabupaten. 5. Indikator kesehatan lingkungan yaitu presentase kabupaten/kota yang memenuhi syarat kesehatan lingkungan. 6. Penguatan sistem kewaspadaan dan pemanfaatan sistem peringatan dini, terdiri atas (a) jumlah provinsi yang menggunakan sistem peringatan dini, (b) jumlah desa yang mengembangkan Participatory Adaptation Climate Change Transformation dalam menyusun rencana aksi adaptasi masyarakat untuk bidang kesehatan dan (c) Tersedianya peta kerentanan iklim bidang kesehatan tingkat nasional. 7. Regulasi, kapasitas kelembagaan dan IPTEK, terdiri atas (a) adanya kebijakan di tingkat kabupaten dan provinsi yang berorientasi pada adaptasi perubahan iklim di bidang kesehatan dan (b) jumlah produk/penelitian bidang kesehatan terkait perubahan iklim. d. Indikator Ketahanan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Indikator untuk mengukur ketahanan pesisir dan pulau-pulau kecil adalah sebagai berikut:. Indikator Peningkatan Kesejahteraan dan kesiapan usaha masyarakat kelautan dan perikanan dan pulau kecil, (a) rata-rata pembudidaya ikan, nelayan tangkap, pengolah ikan dan petambak garam, (b) adanya sumber pendapatan alternatif bagi pelaku, (c) ketersediaan informasi mengenai cuaca ekstrim, (d) jumlah unit pembenihan dan pembudidayaan ikan yang memenuhi standar cara budidaya ikan yang baik, (e) Jumlah kapal dan alat penangkap ikan yang memenuhi standar laik laut, laik tangkap dan laik simpan, (f) Jumlah petambak garam rakyat yang menerapkan teknologi adaptif dan sistem kelembagaan yang mendukung produksi garam Kualitas Produksi, (g) Ragam produk olahan bernilai tambah, (h) Jumlah pelaky usaha dan masyarakat pulau kecil yang dilatih dan disuluh tentang mitigasi bencana hidro-meterologi dan adaptasi perubahan, (i) Jumlah desa pesisir tangguh, (j) Panjang pra-sarana pelindung pantai yang dibangun dan dipelihara dan direhabilitasi, (k) Jumlah pulau kecil yang terfasilitasi peningkatan kualitas lingkungannya untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dan (l) Jumlah pulau kecil yang terfasilitasi sarana/pra-sarana air bersih. 2. Indikator Peningkatan pengelolaan SDKP secara berkelanjutan, terdiri atas (a) Jumlah pulau kecil dan luasan kawasan yang terfasilitasi rehabilitasi ekosistem dan (b) Tersedianya peta kerentanan perubahan iklim untuk wilayah pesisir dan pulau kecil. Sementara itu indikator untuk Ketahanan Ekosistem, Ketahanan Infrastruktur masih dalam proses kajian. 63 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

71 64 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)

72 ICCTF Secretariat Wisma Bakrie 2 Building, 20 th floor, Jl. H.R. Rasuna Said Kav. B-2, Jakarta 2920, Indonesia P (62-2) F (62-2) E secretariat@icctf.or.id

PEMANFAATAN DATA SIDIK DALAM PENETAPAN LOKASI DAN AKSI PRIORITAS ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

PEMANFAATAN DATA SIDIK DALAM PENETAPAN LOKASI DAN AKSI PRIORITAS ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan PEMANFAATAN DATA SIDIK DALAM PENETAPAN LOKASI DAN AKSI PRIORITAS ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM Disampaikan pada Rapat Koordinasi ProKlim Manggala Wanabakti, 26 April

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE KAJIAN RISIKO IKLIM FOKUS ANAK

PENGEMBANGAN METODE KAJIAN RISIKO IKLIM FOKUS ANAK PENGEMBANGAN METODE KAJIAN RISIKO IKLIM FOKUS ANAK Temuan Kunci 1. Perubahan iklim dapat berdampak terhadap capaian Kota Surabaya sebagai Kota Layak Anak 2. Diperlukan sebuah metode untuk menilai tingkat

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul : Jenis Kegiatan : Adaptasi dan Ketangguhan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul : Jenis Kegiatan : Adaptasi dan Ketangguhan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

Presentasi Ekspose ICCTF

Presentasi Ekspose ICCTF Presentasi Ekspose ICCTF Judul Pelaksana Fokus Area Strategi Managemen Pertanian Berbasis Iklim: Penguatan Ketahanan Masyarakat terhadap Perubahan Iklim (CAMS-CRCC) Departemen GEOMET FMIPA IPB Adaptasi

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.7/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2018 TENTANG PEDOMAN KAJIAN KERENTANAN, RISIKO, DAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini dirumuskan dengan menentukan tingkat bahaya banjir kemudian menentukan kerentanan wilayah terhadap bencana banjir. Penentuan kelas kerentanan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

Memperkuat Kapasitas Kelembagaan PemerintahDaerah untuk Mengintegrasikan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Rencana Pembangunan Daerah

Memperkuat Kapasitas Kelembagaan PemerintahDaerah untuk Mengintegrasikan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Rencana Pembangunan Daerah Memperkuat Kapasitas Kelembagaan PemerintahDaerah untuk Mengintegrasikan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Rencana Pembangunan Daerah Nazla Mariza, MA Media Fellowship ICCTF Jakarta, 24 Mei 2016 Pusat Transformasi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia dengan total

BAB I PENGANTAR. keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia dengan total BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia dengan total panjang keseluruhan 95.181

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

Peran dan Kontribusi K/L: Implementasi Kajian Risiko dan Dampak Perubahan Iklim

Peran dan Kontribusi K/L: Implementasi Kajian Risiko dan Dampak Perubahan Iklim Ulasan - Review Peran dan Kontribusi K/L: Implementasi Kajian Risiko dan Dampak Perubahan Iklim Perdinan GFM FMIPA - IPB Desain oleh http://piarea.co.id NDC - Adaptasi TARGET The medium-term goal of Indonesia

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan hasil kajian Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2001 mengenai perubahan iklim, yaitu perubahan nilai dari unsur-unsur iklim dunia sejak tahun

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penyusunan penelitian ini dilakukan dengan menentukan tingkat bahaya banjir yang kemudian dilanjutkan dengan menentukan tingkat kerentanan wilayah terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar populasi dunia bermukim dan menjalani kehidupannya di kawasan pesisir (Bird, 2008), termasuk Indonesia. Kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Makassar,

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

Proyek ICCTF/Adapt Asia yang diimplementasikan oleh Yayasan Transformasi Kebijakan Publik

Proyek ICCTF/Adapt Asia yang diimplementasikan oleh Yayasan Transformasi Kebijakan Publik Memperkuat Kelembagaan Pemerintah Daerah Dalam Rangka Mengintegrasikan Adaptasi Perubahan Iklim kedalam Rencana Pembangunan Daerah di Kabupaten Gorontalo Proyek ICCTF/Adapt Asia yang diimplementasikan

Lebih terperinci

Sintesis Dasar: Adaptasi Perubahan Iklim, Pengurangan Risiko Bencana, dan Pembangunan Daerah

Sintesis Dasar: Adaptasi Perubahan Iklim, Pengurangan Risiko Bencana, dan Pembangunan Daerah Sintesis Dasar: Adaptasi Perubahan Iklim, Pengurangan Risiko Bencana, dan Pembangunan Daerah Sumber: BPBD Kabupaten Selayar, 2012 Wilmar Salim, Ph.D. Pusat Perubahan Iklim Institut Teknologi Bandung Disampaikan

Lebih terperinci

Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan

Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan Kementerian PPN/Bappenas Dalam kasus perubahan iklim, kota menjadi penyebab, sekaligus penanggung

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA 30 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA Ada dua kecenderungan umum yang diprediksikan akibat dari Perubahan Iklim, yakni (1) meningkatnya suhu yang menyebabkan tekanan panas lebih banyak dan naiknya permukaan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN. Deputi Bidang SDA dan LH

KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN. Deputi Bidang SDA dan LH KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN Deputi Bidang SDA dan LH

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Kementerian PPN/Bappenas Lokakarya Mengarusutamakan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Agenda

Lebih terperinci

Buku 1 EXECUTIVE SUMMARY

Buku 1 EXECUTIVE SUMMARY Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change Impact along the Ciliwung River Flowing Through Bogor, Depok, and North Jakarta Buku 1 Activities in Vulnerability Assessment of Climate Change

Lebih terperinci

Peran Kementerian ATR/BPN dalam Adaptasi Perubahan Iklim untuk Mencapai Tujuan NDC

Peran Kementerian ATR/BPN dalam Adaptasi Perubahan Iklim untuk Mencapai Tujuan NDC Peran Kementerian ATR/BPN dalam Adaptasi Perubahan Iklim untuk Mencapai Tujuan NDC Rabu, 17 Januari 2018 Workshop Elaborasi NDC Adaptasi Perubahan Iklim KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan LH Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan LH Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) PEMBUKAAN KONSULTASI DAERAH RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) API) Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan LH Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan

Lebih terperinci

Versi 27 Februari 2017

Versi 27 Februari 2017 TARGET INDIKATOR KETERANGAN 13.1 Memperkuat kapasitas ketahanan dan adaptasi terhadap bahaya terkait iklim dan bencana alam di semua negara. 13.1.1* Dokumen strategi pengurangan risiko bencana (PRB) tingkat

Lebih terperinci

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gas Rumah Kaca (GRK) adalah jenis gas yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan secara alami, yang jika terakumulasi di atmosfer akan mengakibatkan suhu bumi semakin

Lebih terperinci

BASIS SUBSTANSI: RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)

BASIS SUBSTANSI: RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) BASIS SUBSTANSI: RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API) Jakarta, 4 Juli 2013 Kementerian PPN/Bappenas Outline I. Ketahanan (Resiliensi) terhadap Perubahan Iklim sebagai Dasar Pembangunan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PENGESAHAN. Agreement. Perubahan Iklim. PBB. Kerangka Kerja. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 204) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi iklim di bumi tidak pernah statis, tapi berbeda-beda dan berfluktuasi dalam jangka waktu yang lama. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan sebagai sebuah ekosistem mempunyai berbagai fungsi penting dan strategis bagi kehidupan manusia. Beberapa fungsi utama dalam ekosistem sumber daya hutan adalah

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Disampaikan dalam Forum Diskusi Nasional Menuju Kota Masa Depan yang Berkelanjutan dan Berketahanan

Lebih terperinci

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 Apa saja prasyaarat agar REDD bisa berjalan Salah satu syarat utama adalah safeguards atau kerangka pengaman Apa itu Safeguards Safeguards

Lebih terperinci

Mengapa Isu Adaptasi Perubahan Iklim (API) dan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Sangat Penting untuk Kita?

Mengapa Isu Adaptasi Perubahan Iklim (API) dan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Sangat Penting untuk Kita? APIK Maluku 1 Mengapa Isu Adaptasi Perubahan Iklim (API) dan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Sangat Penting untuk Kita? 2 Latar belakang Sebagian besar jumlah bencana yang terkait iklim dalam 7 tahun

Lebih terperinci

V KEBERGANTUNGAN DAN KERENTANAN MASYARAKAT TERHADAP SUMBERDAYA DANAU

V KEBERGANTUNGAN DAN KERENTANAN MASYARAKAT TERHADAP SUMBERDAYA DANAU V KEBERGANTUNGAN DAN KERENTANAN MASYARAKAT TERHADAP SUMBERDAYA DANAU 70 5.1 Kebergantungan Masyarakat terhadap Danau Rawa Pening Danau Rawa Pening memiliki peran penting dalam menciptakan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Jayapura Tahun 2013-2017 merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah yang harus ada dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia diramaikan oleh isu perubahan iklim bumi akibat meningkatnya gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan

Lebih terperinci

1) Sumber Daya Air, 2) Pertanian dan Ketahanan Pangan, 3) Kesehatan Manusia, 4) Ekosistem daratan,

1) Sumber Daya Air, 2) Pertanian dan Ketahanan Pangan, 3) Kesehatan Manusia, 4) Ekosistem daratan, SUMBER DAYA AIR Perubahan iklim akibat pemanasan global bukan lagi dalam tataran wacana, namun secara nyata telah menjadi tantangan paling serius yang dihadapi dunia di abad 21. Pada dasarnya perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.33/Menlhk/Setjen/Kum.1/3/2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN AKSI ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kota Metropolitan Makassar, ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, merupakan pusat pemerintahan dengan berbagai kegiatan sosial, politik, kebudayaan maupun pembangunan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa ilmuwan dan orang awam dulu menganggap bahwa global warming hanya merupakan sebuah mitos yang dampaknya tidak akan berpengaruh pada kehidupan manusia. Namun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral dalam pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK)

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK) RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK) Shinta Damerys Sirait Kepala Bidang Pengkajian Energi Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Kementerian Perindustrian Disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan bidang sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, sehingga perhatian dan alokasi pendanaan pun cenderung kurang memadai. Disamping

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia T

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.521, 2016 KEMEN-LHK. Perubahan Iklim. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.33/Menlhk/Setjen/Kum.1/3/2016

Lebih terperinci

PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP

PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP 3 PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP 3.1. Pembagian Urusan Gubernur selaku pimpinan daerah provinsi dalam menyusun RAD GRK harus berpedoman pada Peraturan Presiden No 61 tahun 2011 tentang RAN GRK. Penyusunan

Lebih terperinci

MODUL 1: PENGANTAR TENTANG KETANGGUHAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA. USAID Adapt Asia-Pacific

MODUL 1: PENGANTAR TENTANG KETANGGUHAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA. USAID Adapt Asia-Pacific MODUL 1: PENGANTAR TENTANG KETANGGUHAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA University of Hawaii at Manoa Institut Teknologi Bandung SELAMAT DATANG! Mengapa kita berada disini (tujuan

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional

Kerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional Kegiatan Kerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional SFDRR (Kerangka Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana) dan Pengarusutamaan PRB dalam Pembangunan di Indonesia Tanggal 17 Oktober

Lebih terperinci

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR Oleh: NUR HIDAYAH L2D 005 387 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAPASITAS ADAPTASI PETANI TANAMAN PANGAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM UNTUK MENDUKUNG KEBERLANJUTAN KETAHANAN PANGAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAPASITAS ADAPTASI PETANI TANAMAN PANGAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM UNTUK MENDUKUNG KEBERLANJUTAN KETAHANAN PANGAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAPASITAS ADAPTASI PETANI TANAMAN PANGAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM UNTUK MENDUKUNG KEBERLANJUTAN KETAHANAN PANGAN Oleh : Sumaryanto Sugiarto Muhammad Suryadi PUSAT ANALISIS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

Adaptasi Perikanan Tangkap terhadap Perubahan dan Variabilitas Iklim di Wilayah Pesisir Selatan Pulau Jawa Berbasis Kajian Risiko

Adaptasi Perikanan Tangkap terhadap Perubahan dan Variabilitas Iklim di Wilayah Pesisir Selatan Pulau Jawa Berbasis Kajian Risiko Adaptasi Perikanan Tangkap terhadap Perubahan dan Variabilitas Iklim di Wilayah Pesisir Selatan Pulau Jawa Berbasis Kajian Risiko Studi Kasus : Kabupaten Pangandaran 7-8 November 2016 Outline Adaptasi

Lebih terperinci

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan tanah terbuka pada suatu daerah yang dapat menjadi salah satu faktor penentu kualitas lingkungan. Kondisi lahan pada suatu daerah akan mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci

BAB VII P E N U T U P

BAB VII P E N U T U P BAB VII P E N U T U P Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Akhir Tahun 2012 diharapkan dapat memberikan gambaran tentang berbagai capaian kinerja, baik makro maupun mikro dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

Adaptasi Perikanan Tangkap terhadap Perubahan dan Variabilitas Iklim di Wilayah Pesisir Selatan Pulau Jawa Berbasis Kajian Risiko Pusat Perubahan

Adaptasi Perikanan Tangkap terhadap Perubahan dan Variabilitas Iklim di Wilayah Pesisir Selatan Pulau Jawa Berbasis Kajian Risiko Pusat Perubahan Judul Pelaksana Fokus Area Adaptasi Perikanan Tangkap terhadap Perubahan dan Variabilitas Iklim di Wilayah Pesisir Selatan Pulau Jawa Berbasis Kajian Risiko Pusat Perubahan Iklim Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.33/Menlhk/Setjen/Kum.1/3/2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN AKSI ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1 P a g e

BAB I. PENDAHULUAN. 1 P a g e BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan kawasan hutan di Jawa Timur, sampai dengan saat ini masih belum dapat mencapai ketentuan minimal luas kawasan sebagaimana amanat Undang-Undang nomor 41

Lebih terperinci

Untuk Komunitas/ Kelompok Masyarakat 0.1. Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH

Untuk Komunitas/ Kelompok Masyarakat 0.1. Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Untuk Komunitas/ Kelompok Masyarakat 0.1 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH Jakarta, 2017 Buku Panduan Kajian Adaptasi ICCTF ADAPTANGGUH 0.1 untuk komunitas/kelompok masyarakat @, Jakarta,

Lebih terperinci

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72%

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, daerah kumuh dan akhirnya pada

Lebih terperinci

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I LINGKUNGAN HIDUP. Strategis. Penyelenggaraan. Tata Cara. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 228) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sesungguhnya masih menjadi isu strategis di Indonesia. Tidak hanya di tingkat masyarakat, namun juga pada sisi para pengambil

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA 4.1. Landasan Berfikir Pengembangan SRAP REDD+ Provinsi Papua Landasan berpikir untuk pengembangan Strategi dan Rencana Aksi (SRAP) REDD+ di Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Potensi longsor di Indonesia sejak tahun 1998 hingga pertengahan 2008, tercatat

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN Prioritas dan sasaran merupakan penetapan target atau hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan yang direncanakan, terintegrasi, dan konsisten terhadap pencapaian

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013-2018 1.1. Latar Belakang Lahirnya Undang-undang

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

Penataan Kota dan Permukiman

Penataan Kota dan Permukiman Penataan Kota dan Permukiman untuk Mengurangi Resiko Bencana Pembelajaran dari Transformasi Pasca Bencana Oleh: Wiwik D Pratiwi dan M Donny Koerniawan Staf Pengajar Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMDA MELAKSANAKAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GRK DAN SISTEM PEMANTAUANNYA

KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMDA MELAKSANAKAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GRK DAN SISTEM PEMANTAUANNYA KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMDA MELAKSANAKAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GRK DAN SISTEM PEMANTAUANNYA ENDAH MURNININGTYAS Deputi Bidang SDA dan LH Disampaikan dalam acara FGD Pembentukan Komite Pembangunan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

Outline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs

Outline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs Outline Presentasi PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II Bengkulu, 14 Oktober 2014 Kristanto Sinandang UNDP Indonesia Proses Penyusunan SDGs Tujuan dan sasaran

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor tidak terlepas

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.228, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Strategis. Penyelenggaraan. Tata Cara. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5941) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan iklim adalah salah satu isu lingkungan global yang paling penting dihadapi oleh masyarakat dunia saat ini. Rata-rata temperatur global tahunan di daratan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan yang erat dengan kemiskinan, tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat,

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Organisasi Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi Banten berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 bulan

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH SUMATERA BARAT DALAM PENGURANGAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM

PEMERINTAH DAERAH SUMATERA BARAT DALAM PENGURANGAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM I. PENDAHULUAN PEMERINTAH DAERAH SUMATERA BARAT DALAM PENGURANGAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM Dr. Bambang Istijono, ME Anggota Ikatan Geografi Indonesia Cabang Sumatera Barat Kepala Bappeda Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

PENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA

PENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA PENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA Ida Ngurah Plan International Indonesia Ida.Ngurah@plan-international.org Konteks Bencana dan Dampak Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hampir seluruh kegiatan ekonomi berpusat di Pulau Jawa. Sebagai pusat pertumbuhan

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I BAB 5 I VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pengertian visi secara umum adalah gambaran masa depan atau proyeksi terhadap seluruh hasil yang anda nanti akan lakukan selama waktu yang ditentukan.

Lebih terperinci

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012 Sambutan Endah Murniningtyas Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Penyusunan

Lebih terperinci

MEMPERKUAT KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM. Prof. Dr. Ir. Nelson Pomalingo, M.Pd Bupati Kabupaten Gorontalo

MEMPERKUAT KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM. Prof. Dr. Ir. Nelson Pomalingo, M.Pd Bupati Kabupaten Gorontalo MEMPERKUAT KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM Prof. Dr. Ir. Nelson Pomalingo, M.Pd Bupati Kabupaten Gorontalo ASPARAGA 10 Desa TOLANGOHULA 15 Desa MOOTILANGO PULUBALA 10 Desa

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Masyarakat Tangguh Bencana Berdasarkan PERKA BNPB Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana, yang dimaksud dengan Desa/Kelurahan Tangguh Bencana adalah

Lebih terperinci

Penguatan Peran Petani untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan dan Pencapaian Target Swasembada Pangan

Penguatan Peran Petani untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan dan Pencapaian Target Swasembada Pangan Penguatan Peran Petani untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan dan Pencapaian Target Swasembada Pangan Purwo Hadi Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional Disampaikan pada acara Round Table

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maupun Negara. Bisa melalui

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maupun Negara. Bisa melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang dijalankan beriringan dengan proses perubahan menuju taraf hidup yang lebih baik. Dimana pembangunan itu sendiri dilakukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan memberikan kesimpulan hasil penelitian berdasarkan teori dan temuan studi yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Selain itu, juga akan diberikan rekomendasi

Lebih terperinci