ESSENSIALISME. Perbedaan dari kedua aliran tersebut dapat dilihat dalam uraian berikut ini:
|
|
- Indra Lesmono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ESSENSIALISME I. Pendahuluan Filsafat disebut sebagai induk dari semua ilmu pengetahuan.. Dengan demikian semua jenis ilmu pengetahuan, baik eksakta maupun non eksakta berlandaskan pada filafat, termasuk ilmu pengetahuan. Filsafat pendidikan dalam artian bentuknya yang murni berkembang dengan menghasilkan berbagai alternatif jawaban terhadap berbagai macam pertanyaan filosofis yang diajukan dalam problem hidup dan kehidupan manusia dalam bidang pendidikan yang jawabannya telah melekat dalam masing-masing jenis, sistem, dan aliran-aliran filsafat. Esensial, adalah aliran filsafat pendidikan yang mendasarkan pandangannya kepada nilai-nilai budaya yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Essensialisme menghendaki agar landasan-landasan pendidikan didasarkan pada nilainilai budaya yang essensial, yaitu budaya yang telah teruji keberadaannya dari segi waktu yang telah diwariskan dari zaman ke zaman. Konsep pendidikan aliran filsafat esensialisme, merupakan perpaduan antara ide-ide aliran filsafat idealisme dengan pandangan filsafat realisme, oleh sebab itu konsep filsafat lebih luas dari satu aliran yang disentesakan. (Tumpu, 1997 : ) Dengan demikan, idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak essensialisme. Dua aliran ini bertemu sebagai pendukung essensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan pandangannya masing-masing, karena terdapat perbedaan di antara keduanya. Perbedaan dari kedua aliran tersebut dapat dilihat dalam uraian berikut ini: Idealisme memandang bahwa dunia yang realisitis ini bukanlah dunia yang sempurna, melainkan dibalik alam ini ada alam yang lain yang merupakan tempat bersemayam seluruh hakikat yang ada, yaitu alam idea. Pandangan ini lahir dari Socrates dan dikembangkan oleh Plato. Sedangkan realisme memandang bahwa pengalaman bukanlah pengetahuan yang merupakan bayangan atau aliran belaka dari alam idea. Idea itu sama sekali bukan realitas dari keadaan yang nyata, melainkan terletak pada
2 pengertian tentang wujud realitas itu sendiri. Pandangan kefilsafatan ini, dicetuskan oleh Aristoteles. Realisme yang menjadi eksponen essensialisme, tujuannya dititikberatkan pada alam dan dunia fisik sedangkan idealisme sebagai eksponen yang lain, pandanganpandangannya bersifat spiritual. John Butler mengutarakan ciri dari keduanya yaitu, alam memiliki kenyataan pada dirinya sendiri, dan dijadikan pangkal berfilsafat. Kualitas-kualitas dari pengalaman terletak pada dunia fisik. Di dalam dunia fisik terdapat Sesuatu yang menghasilkan penginderaan dan presepsi-presepsi yang tidak sematamata bersifat mental. Dalam hal ini jiwa dapat diibaratkan sebagai cermin yang menerima gambaran-gambaran yang berasal dari dunia fisik, maka anggapan mengenai adanya kenyataan itu merupakan pertemuan antara idealisme dan realisme, dan itulah essensialisme. (Poedjawijatna, 1983: ) II. Pandangan Essensialisme a. Pandangan Ontologi Essesialisme Ontologi Essensialisme adalah suatu konsep bahwa dunia ini dikuasai oleh tatanan yang tiada cela, yang isinya diatur dengan rapi secara ekosistim. Pandangan ini menuujukkan bahwa hendaknya sifat, bentuk, dan cita-cita manusia disesuaikan dengan tata alam yang ada. Ontologi essensialisme adalah merupakan kemasan dari pandangan realisme dan idealisme objektif, sebagaimana uraian tentang realisme dan idealisme berikut ini: 1. Realisme yang mendukung essensialisme adalah realisme objektif, karena mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam serta manusia. Setiap aspek dari alam fisika dapat dipahami berdasarkan adanya tatanan khusus. Dengan demikian, segala kejadian dapat ditafsirkan menurut hukum alam. 2. Idealisme mempunyai pandangan tentang alam semesta yang lebih optimis dibandingkan dengan pandangan realisme. Pandangan idealisme bersifat menyeluruh dan meliputi segala sesuatu. Dengan landasan pikiran bahwa totalitas dalam alam semeta ini hakikatnya adalah jiwa atau spirit.
3 Pandangan lain idealisme tentang tatanan dunia tersimpul dalam pengertianpengertian tentang makrosmos dan mikrosmos. Makrosmos menunjukkan keseluruhan alam semesta dalam arti susunan dan kesatuan kosmos. Mikrokosmos menunjuk kepada fakta tunggal pada tingkat manusia. Manusia sebagai individu, jasmani, dan rohani adalah mahluk yang semua tata dan kesatuannya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari alam semesta. Pengertian mengenai makrosmos dan mikrosmos merupakan dasar pengertian mengenai makrosmos dan mikrosmos merupakan dasar pengertian mengenai hubungan vertikal manusia terhadap tuhan. b. Pandangan Epistemologi Essensialisme Epistemologi Essensialisme, bertolak pada kepribadian manusia yang mampu menyadari realitas dirinya sebagai mikrosmos dan makrosmos, maka manusia dapat mengetahui tingkat kemampuan rasionya untuk memikirkan kesemestaan alam. Jasmani dan rohani, adalah kunci untuk memahami realitas baik pada kepribadian diri sendiri maupun pada realitas alam semesta. Secara umum dapat dikatakan bahwa jasmani adalah fakta yang fundamental, berpikir sebagai proses saraf yang kompleks. Kepribadian pun sesungguhnya hanyalah istilah dari pola-pola reaksi yang telah terkondisi kepada seseorang, sedangkan behaviorisme berkesimpulan bahwa manusia ditentukan semata-mata oleh hukum alam yang dapat berwujud dalam kehidupan mental serta tercermin pada tingkah laku. Perbedaan pandangan antara idealisme dan realisme tentang jasmani dan rohani adalah karena idealisme menganggap rohani adalah kunci kesadaran realisme. Manusia mengetahui sesuatu yang melalui ide dan rahani. Sebaliknya realisme berpendapat bahwa untuk mengetahui sesuatu realita hanya melalui jasmani. Dan bagi sebagian penganut realisme, memandang bahwa pikiran itu adalah jasmani yang sifatnya tunduk kepada hukum-hukum phisis. Dengan demikian,unsur rohani dan jasmani adalah realita kepribadian manusia, untuk mengerti manusia,baik secara filosofis maupun secara ilmiah harus melalui kedua unsur tesebut, berdasarkan pendekatan yang sesuai dengan pelaksanaan pendidikan, [Kattsoff,1992; ]
4 c. Pandangan Aksiologi Essensialisme Pandangan ontology dan epistemology dapat mempengaruhi pandangan aksiologi. Pandangan ini menekankan nilai-nilai kebenaran yang berakar dan berasal dari sumber objektif. Unsur-unsur yang tampak sebagai realitas terdapat dalam praktik tingkah laku sosial dan seni, praktik ini telah mewarnai sikap budaya yang dilatarbelakangi oleh pendidikan. Penganut idealisme memandang bahwa hukum-hukum etika adalah hukum kosmos. Karena itu, seseorang dikatakan baik jika banyak mengadakan interaktif dalam melaksanakan hukum-hukum itu. Menurut idealisme, bahwa sikap, tingkah laku, dan ekspresi perasaan juga mmpunyai hubungan dengan kualitas baik dan buruk. George Santayana memadukan antara aliran idalisme dan aliran realisme dalam suatu sintesa dengan mengataan bahwa nilai itu tidak ditandai dengan suatu konsep tunggal, perhatian dan pengalaman seseorang turut menentukan adanya kualitas tertentu. Walaupun idealisme menjunjung asas otoriter atau nilai-nilai, namun idealisme tetap mengakui bahwa pribadi secara aktif besifat menentukan nilai-nilai atas dirinya sendiri. Sebaliknya, realisme memandang bahwa sumber pengetahuan manusia terletak pada keteraturan lingkungan hidupnya. Bagi realisme perbuatan seseorang, adalah hasil perpaduan yang timbul sebagai akibat adanya saling hubungan antara pembawa fisiologis dengan pengaruh lingkungan. III. Konsep dasar Pendidikan menurut Essensialisme a. Pendekatan Terhadap Ilmu Pengetahuan Secara essensial, pengetahuan dapat diketahui melalui rasio dan realita, sehingga yang dapat menjadi modal dasar untuk mendekati suatu pengetahuan untuk mengerti tentang rohani kita sendiri. Dengan pengertian tentang rohani kita sendiri akan memberikan kesadaran untuk mengerti realitas yang lain.
5 Manusia tidak mungkin mengetahui sesuatu hanya dengan kesadaran jiwa tanpa adanya pengamatan. Dengan demikian, media antara intelek dan realita adalah seberkas penginderan atau pengamatan. b. Pola Pendidikan Pola dasar pendidikan essensialisme hanya berhubungan dengan teori dasar pendidikan, sebab soal-soal praktik pendidikan adalah masalah praktis yang dapat disesuaikan dengan kondisi yang insidental. Pola dasar pendidikan essensialisme dikenal melalui belajar yang populer, diantaranya. Pertama, pada prinsipnya bahwa belajar adalah melatih daya jiwa yang potensial dengan menyerap apa yang berasal dari luar, terutama pada warisan sosial budaya yang telah tersusun dalam bentuk kurikulum. Guru hanya sebagai perantara. Kedua, belajar lebih awal dimulai dari diri sendiri sebagai subjek yang kreatif dan dapat mengerti terhadap hubungannya dengan sesuatu. Begitu pula sebaliknya, harus dapat mengerti bagaimana hubungan alam semesta dengan pribadi beserta kegiatan konsekuensinya. Ketiga, belajar adalah proses penyesuaian dengan lingkungan pola stimulus response. c. Kurikulum menurut Essensialisme Kaum essensialisme memandang bahwa kurikulum itu hendaklah berpangkal pada landasan idil dan organisasiyang kuat.. Herman Harne mengatakan, bahwa hendaknya kurikulum itu bersendikan atas fundamen tunggal, yaitu watak manusia yang ideal. Kegiatan dalam pendidikan perlu disesuaikan dan ditujukan kepada yang serba baik. Atas dasar ketentuan ini, kegiatan atau keaktifkan anak didik tidak terkekang, asalkan sejalan dengan fundamen-fundamen yang telah ditentukan.
6 Bogoslousky, mengutarakan dengan tegas, supaya kurikulum dapat terhindar dari adanya pemisahan mata pelajaran yang satu dengan yang lain. Kurikulum dapat diumpamakan sebagai sebuah rumah yang mempunyai empat bagian: 1. Pengetahuan, merupakan latar belakang adanya kekuatan segala manifestasi hidup manusia, asal usul tata surya dan lain-lainnya. Basis pengetahuan ini adalah ilmu pengetahuan alam kodrat yang diperluas. 2. Karya yang dihasilkan manusia sebagai akibat hidup masyarakat. Dengan sivilisasi manusia mampu mengadakan pengawasan terhadap lingkungannya, mengejar kebutuhan, dan hidup aman dan sejahtera. 3. Kebudayaan, merupakan karya manusia yang mencakup di antaranya filsafat, kesenian, kesusastraan, agama, penafsiran, dan penilaian mengenai lingkungan. 4. Bagian yang bertujuan kepada pembentukan kepribadian dalam arti riil yang tidak bertentangan dengan kepribadian yang ideal. Realisme mengumpamakan kurikulum sebagai balok-balok yang disusun secara teratur satu sama lain, yaitu disusun dari yang paling sederhana sampai kepada yang paling kompleks. Susunan ini, dapat diibaratkan sebagai susunan dari alam, yang sederhana yang merupakan fundamen atau dasar dari susunannya yang paling kompleks. Jadi, bila kurikulum disusun atas dasar pikiran yang demikian, akan bersifat harmonis (Jalaluddin, 1997:88-89) d. Tujuan Pendidikan Menurut Essensialisme Sekolah menurut essensialisme berfungsi untuk mendidik warga negara agar hidup sesuai dengan prinsip-prinsip hidup dan lembaga sosial yang ada di dalam masyarakat. Sekolah, merupakan tempat membina manusia dan menstransformasikan kebudayaan, warisan sosial, serta membina kemampuan individu dan penyesuaian diri kepada masyarakat.
7 Secara umum pendidikan bertujuan untuk membentuk pribadi bahagia di dunia dan di akhirat. Isi pendidikan sebaiknya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian, dan segala hal yang mampu menggerakkan potensi dan kehendak manusia IV. Kesimpulan 1. Aliran filsafat essensialisme, adalah suatu aliran yang menginginkan agar manusia kembali ke akar-akar budaya yang sudah teruji, dan telah banyak memberikan nilai-nilai kebajikan dalam kehidupan manusia. 2. Essensialisme sebagai teori pendidikan dan kebudayaan, melihat kenyataan bahwa lembaga-lembaga pendidikan dan praktek kebudayaan modern perlu disrahkan untuk memenuhi kebutuhan jaman. 3. Untuk menyelamatkan manusia dan kebudayaannya, harus diusahakan melalui pendidikan. Hanya pendidikanlah yang mungkin dapat mengubah praktik sosial budaya serta segala dogma perlu dibentuk menjadi kebudayaan modern yang ideal. 4. Konsep pendidikan hendaknya dapat mengakumulasi anatar nilai-nilai idea dengan nilai-nilai realitas, dan menyatukan antara rasio dan rasa, antara zikir dan pikir, untuk melahirkan manusia-manusia yang beriman.
8 PERENNIALISME I. Pendahuluan Salah satu aliran yang terkenal dalam filsafat pendidikan adalah perennialisme. Menurut Sahabuddin (1997: ), perennialisme dianggap sebagai jalan mundur menuju kebudayaan zaman lampau (regressive road to culture). Perennialisme melihat kebudayaan sebagai suatu yang sedang krisis dan melanda manusia modern yang sekarang. Untuk menghadapi situasi krisis itu, perennialisme menyarankan pemecahan dengan jalan kembali kepada kebudayaan masa silam, kebudayaan yang dianggap ideal. Pendidikan harus lebih banyak mengarahkan perhatian kepada kebudayaan ideal yang teruji. Perennialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal yang dimaksud; pendidikan sebagai regresi cultural. Perennialisme tidak melihat jalan lain kecuali kembali kepada kebudayaan dan kebudayaan abad pertengahan. Motivasi yang mendorong perennialisme kembali ke masa silam, bukan sikap nostalgia, melainkan untuk membina kembali kepercayaan yang teguh padea nilai-nilai asasi abad pertengahan yang praktis dan vital bagi abad ke-20, seperti nilai-nilai yang pernah hidup dalam alam pikiran dan tindakan manusia pada abad tersebut. II. Pengertian dan sejarah Perkembangan Perennialisme Perennialisme berasal dari kata perennial, diartikan sebagai Continuing throughout the whole year atau lasting for a very long time yaitu abadi atau kekal dan dapat pula berarti terus tiada akhir. Dengan demikian esensi kepercayaan filsafat perennial adalah berpegang pada nilai atau norma-norma yang bersifat kekal abadi. Aliran ini mengambil analogi realita sosial budaya manusia seperti realita sepohon bunga yang terus menerus mekar dari musim ke musim, datang dan pergi dan berubah warna secara tetap sepanjang tahun dan masa dengan gejala yang terus ada dan sama (Indar,1994:137).
9 Filsafat Perennialisme ini terkenal pula dengan nama latinnya philosophia Perennis. Aliran ini termasuk pendukung lewat aliran essensialisme. Filsafat ini muncul dari warisan yunani yang diwakili oleh Plato dan Aristoteles (leluhur Perennialisme), kemudian didukung dan diperkuat oleh Thomas Aquinas sebagai perubahan dan repormer utama pada abad ke-13 (Ali, 1993). Plato ( ) hidup pada zaman kebudayaan yang penuh keraguan, immoralitas, perang dan kejahatan yang mengancam Athena. Seperti Socrates ia pun ingin membina kehidupan manusia di atas tata kebudayaan yang tertib dan sejahtera, yang ideal. Aristoteles ( ) mewariskan prinsip yang realitistis, yang lebih dekat dengan alam kehidupan sehari-hari manusia. Ia pun berusaha merumuskan prinsipprinsip ajarannya sebagai norma kehidupan pribadi dan sosial yang tersimpul dalam karyanya Etika dan Politika. Thomas Aquinas mengakui potensi martabat manusia sebagai mahluk intelek sekaligus sebagai mahluk susila. Manusia dapat melakukan reflective thinking tetapi juga manusia tak mungkin menolak dogma sebagai devine truth yang tidak rasional, melainkan superrasional (Syam. 1988: ) Demikian mulusnya pengaruh Plato, Aristoteles, dan Thomas Aquinas, sehingga mereka dijuluki sebagai peletak dasar filsafat Perennialisme III. Pola Dasar Pendidikan Perennialisme Pola dasar pendidikan perennialisme dibatasi pada prinsip-prinsip umum dari teori dan praktek pendidikan. Bahkan harus diakui bahwa prinsip-prinsip pelaksanaan pendidikan perennialisme tidak selalu secara mutlak konsisten dengan asas-asas filosofis yang menjadi dasar pandangannya. Meskipun demikian perennialisme tetap dipengaruhi oleh ketiga tokohnya; Plato, Aristoteles dan Aquinas. a) Pokok Pikiran Plato Plato mengajarkan bahwa manusia secara kodrat memiliki tiga potensi; nafsu, kemauan, dan pikiran. Karena itu pendidikan harus mengembangkan
10 ketiga potensi itu. Ketiga potensi ini merupakan pula asas kepribadian manusia, karena itu sruktur sosial didasarkan pada pandangan kepribadian ini. Namun perimbangan ketiga potensi itu tidak sama pada setiap individu. Dalam hal ini dikenal tiga tingkatan manusia berdasarkan potensinya; b) Aristoteles Sebagian ajaran Aristoteles meneruskan ide-ide plato; tetapi dengan cara lebih dekat dengan realita dunia, dan tidak lebih supranatural dan ekstranatural seperti konsepsi Plato. Aristoteles terutama menitikberatkan pembinaan berpikir melalui media science dan terutama dengan filsafat. Tentang pembinaan pemimpin yang bijaksana dalam rangka tujun politik dan kehidupan negara, ia sependapat denan gurunya, Plato. c) Thomas Aquinas Persamaan Aquinas dan Aristoteles ialah dalam kepercayaannya tentang tujuan pendidikan sebagai usaha mewujudkan kapasitas (potensi) yang ada dalam individu agar menjadi aktif dan nyata. Peranan guru terutama mengajar, dalam arti memberi bantuan kepada anak untuk berpikir jelas dan mampu mengerti hukum pertama secara intuitif. Aquinas menganalogikan fungsi guru sebagai fungsi dokter. Dokter berfungsi membantu seorang yang sakit supaya sehat, sebab si sakit punya inherent tendency (kecendrungan bawaan) untuk sembuh. Demikian pula tugas seorang guru yaitu membantu perkembangan potensi-potensi yang ada pada anak untuk berkembang. Kedua tugas itu oleh guru dan dokter tak mungkin sukses tanpa adanya potensi yang sudah inherent pada manusia (Syam, 1988: ). IV. Teori Belajar Menurut Perennialisme Teori dasar dalam belajar yang utama menurut perennialisme ada lima yaitu : a. Mental Disiplin sebagai Teori Dasar
11 Penganut perennialisme sependapat bahwa latihan dan pembinaan berpkir (mental disiplin) adalah salah satu kewajiban tertinggi belajar atau keutamaan dalam proses belajar. Karena itu teori dan program pendidikan pada umumnnya dipusatkan pada pembinaan kemampuan berpikir. b. Rasionalistas dan Asas Kemerdekaan Perennialisme menekankan prinsip utama, bahwa manusia baik sebagai jenis maupun martabatnya berbeda dengan semua makhluk alam lainnya. Prinsip rasionalitas manusia yang self evident itu melahirkan prinsip kedua yang utama juga, yakni asas kemerdekaan. Secara ontologis dan aksilogis asas kemerdekaan ini termasuk masalah kemerdekaan kemauan (free-will) yang juga mendapat pemecahan secara teologis. Makna kemerdekaan pendidikan ialah membantu manusia untuk menjadi dirinya sendiri, yang membedakan dari makhluk-makhluk lain. c. Belajar untuk Berpikir Bagaimana tugas berat ini dapat dilaksanakan, yakni belajar supaya mampu berpikir. Perennialisme tetap percaya dengan asas pembentukan kebiasaan dalam permulaan pendidikan anak. Kecakapan membaca, menulis dan berhitung merupakan landasan dasar. Dan berdasarkan pentahapan itu, maka belajar untuk berpikir menjadi tujuan pokok pendidikan sekolah. d. Belajar sebagai Persiapan Hidup Belajar untuk mampu berpikir bukanlah semata-mata tujuan kebajikan moral dan kebajikan intelektual dalam rangka aktualitas sebagai filosofis. Belajar untuk berpikir berarti pula untuk memenuhi fungsi practical philosophy baik, etika, sosial, politik, ilmu dan seni. e. Belajar melalui Pembelajaran Perennialisme selalu cenderung untuk membandingkan antara seni mendidik dan seni dalam kesehatan (pengobatan). Teori ini berasal dari Aquinas yang melihat
12 kesehatan sebagai inhern seperti juga potensi kecakapan adalah inherent dalam proses aktualitas. Fungsi guru menurut perennialisme ialah guru juga sebagai murid yang mengalami proses belajar sementara mengajar. Guru mengembangkan potensi-potensi self=discovery; dan ia melakukan; moral authority (otoritas moral) atas muridmuridnya, karena ia adalah professional yang berkualitas dan superior dibandingkan dengan muridnya. Guru harus mempunyai aktualitas yang lebih dan pengetahuan yang sempurna. V. Kurikulum Perennialisme Sebagaimana filsafat pendidikan pada umumnnya, filsafat pendidikan perennialisme juga mempengaruhi sekolah-sekolah moderen sekarang, yang pandangan-pandangan kurikulumnya mempengaruhi praktek pendidikan ; (i) pendidikan dasar dan menengah (ii) pendidikan tinggi dan adult education a. Pendidikan Dasar dan (sekolah) Menengah 1. Pendidikan sebagai Persiapan Perennialisme berpendapat bahwa pendidikan adalah persiapan bagi kehidupan di dalam masyarakat. Dasar pandangan ini berpangkal pada ontology, bahwa anakanak ada dalam phase photensialitas menu aktualitas, menuju kematangan. Pada tingkat pendidikan dasar kurikulum yang diutamakan.the three R.s Bagi Hutchins kurikulum tersebut ditambah lagi dengan sejarah, ilmu bumi, kesusastraan, bahasa asing dan science. Meskipun begitu hendaknya disadari guru bahwa sekolah dasar bukanlah berfungsi sebagai persiapan untuk hidup di dalam masyarakat dengan kebudayannya yang ada. Kemudian ia merevisi itu dengan menyatakan bahwa sebaiknya anak-anak sekolah jangan di sibukkan oleh social studies. Dengan demikian kurikulum utam pendidikan dasar hanyalah membaca, menulis, dan berhitung.
13 2. Kurikulum Sekolah Menengah Prinsip kurikulum pendidikan dasar, bahwa pendidikan sebagai persiapan, berlaku pula bagi pendidikan menengah. Perennialisme membedakan kurikulum pendidikan menengah antara program, general education dan pendidikan kejuruan, yang terbuka bagi anak tahun. Bagi beberapa tokoh perennialisme ditekankan pada adanya kurikulum tertentu seperti bahasa asing, bahasa latin. Logika, retorika, grammar, matematika dalam rangka latihan berpikir. b. Pendidikan Tinggi dan Adult Education 1. Kurikulum Universitas Program general education dipersiapkan untuk pendidikan tinggi dan adult education. Pendidikan tinggi sebagai lanjutan pendidikan menengah dengan program general education yang telah selesai disiapkan, bagi umur 21 tahun sebab dianggap telah cukup mempunyai kemampuan melaksanakan program pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi pada prinsipnya diarahkan untuk mencapai tujuan kebajikan intelektual yang disebut the intellectual love of God. Hutchins menganjurkan adanya lembaga teknis untuk melatih masalah-masalah pendidikan kejuruan, misalnya di bidang hukum, kedokterann keguruan dan lain-lain. Teapi pendidikan kejuruan (profesi) ini juga tetap menekankan pembinaan kebajikan dan kebajikan moral. Semua mahasiswa mengalami pembinaan dalam dua tingkat; tingkat sarjana muda dan tingkat sarjana, yang terakhir ini untuk spesialisasi (keahlian). 2. Kurikulum Pendidikan Orang Dewasa (Adult Education) Tujuan pendidikan orang dewasa ialh meningkatkan pengetahuan yang telah dimilikinya dalam pendidikan lama selama itu. Menetralisir pengaruh-pengaruh jelek yang ada. Nilai utama pendidikan orang dewasa secara filosofis ialah mengembangkan sikap bijaksana, guna mampu mereorganisasi pendidikan anak-anaknya, dan membina
14 kebudayaannya. Malahan Hutchins mengatakan Pendidikan orang dewasa adalah jalan menyelamatkan kehidupan masyarakat bangsa-bangsa (Syam, 1988: ) VI. Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas maka dapat di simpulkan bahwa : a) Perennialisme melihat kebudayaan sebagai suatu yang sedang krisis dan melanda manusia modern sekarang. Untuk menghadapi sdituasi itu Perennialisme menyarankan pemecahan dengan jalan kembali kepada kebuudayaan masa silam, kebudayaan yang dianggap ideal. b) Filsafat perennialime muncul dari warisan Yunani yang diwakili oleh Plato dam Aristoteles (leluhur Perennialisme) kemudian didukung oleh Thomas Aquinas sebagai pembaru abad pertengahan (abad ke-13) c) Pandanan ontology perennialisme bersendikan atas pengertian-pengertian yang pasti seperti benda individual, esensi. aksiden, dan substansi. Sedangkan pengetahuan dipandang mengandung kebenaran bila dapat memiliki evidensi diri sendiri. Pandangan mengenai nilai bahwa Allah swt adalah sumber nilai dan oleh karenanya nilai selalu bersifat teologis. d) Teori dasar menurut perennialisme ada lima yaitu mental disiplin sebagai teori dasar-dasar rasionalis dan asas kemerdekaan, belajar untuk berfikir, belajar sebagai persiapan hidup dan belajar melalui pembelajaran. e) Kurikulum perennialisme mempengaruhi praktek pendidikan ; (1) Pendidikan Dasar dan Menengah dan (2) Pendidikan Tinggi dan Adult Education.
ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS
ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS 1. PROGRESSIVISME a. Pandangan Ontologi Kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu,
Lebih terperinciALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME
ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME oleh : Drs. IBNU UBAIDILAH, MA STKIP BINA MUTIARA SUKABUMI PENGERTIAN Pengertian secara Etimologi Istilah perenialisme berasal dari bahasa latin, yaitu dari akar
Lebih terperinciDISUSUN OLEH: DEFI DESIANA ( ) MOHAMAD RISTYO NUGROHO ( ) NOVI TRISNA ANGGRAYNI ( ) YOSSY MAHALA CHRISNA S
DISUSUN OLEH: DEFI DESIANA (14144600192) MOHAMAD RISTYO NUGROHO (14144600204) NOVI TRISNA ANGGRAYNI (14144600199) YOSSY MAHALA CHRISNA S (14144600262) ZAFITRIA SYAHADATIN (14144600195) Rekonstruksionalisme
Lebih terperinciMAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan
MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN Imam Gunawan PERENIALISME Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad 20. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang
Lebih terperinciMENCIPTAKAN IKLIM PENDIDIKAN YANG MURNI BERBASIS IDEALISME. Istinganatul Ngulwiyah 1. Abstrak
Untirta Civic Education Journal MENCIPTAKAN IKLIM PENDIDIKAN YANG MURNI BERBASIS IDEALISME (Diterima 26 Desember 2016; direvisi 29 Desember 2016; disetujui 30 Desember 2016) Istinganatul 1 1 Program Studi
Lebih terperinciALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONALISME DALAM TINJAUAN ONTOLOGIS, EPISTEMOLIGIS, DAN AKSIOLOGIS
ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONALISME DALAM TINJAUAN ONTOLOGIS, EPISTEMOLIGIS, DAN AKSIOLOGIS Tugas Makalah pada Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Dosen: Drs. Yusuf A. Hasan, M. Ag. Oleh: Wahyu
Lebih terperinciMAKALAH KELOMPOK PENGANTAR PENDIDIKAN ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN: REKONSTRUKSIONALISME, ESENSIALISME, DAN PERENIALISME
MAKALAH KELOMPOK PENGANTAR PENDIDIKAN ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN: REKONSTRUKSIONALISME, ESENSIALISME, DAN PERENIALISME Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedudukan filsafat dalam pendidikan adalah suatu hal yang sangat asasi sekaligus strategis. Asasi, karena filsafat merupakan suatu dasar atau landasan dalam pembentukan
Lebih terperinciPANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PENGERTIAN FILSAFAT FILSAFAT (Philosophia) Philo, Philos, Philein, adalah cinta/ pecinta/mencintai Sophia adalah kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran Cinta pada
Lebih terperinciPANCASILA SEBAGAI FILSAFAT
PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT Pengertian Filasat Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia : philo/philos/philen yang artinya cinta/pencinta/mencintai. Jadi filsafat adalah cinta akan kebijakan
Lebih terperinciPengantar. Jakarta, September Tim Penulis
Pengantar Segala puji bagi Allah SWT dan Shalawat untuk Muhammad SAW atas dipermudahnya pembuatan makalah ini. Makalah pengantar kurikulum ini dibuat untuk memenuhi tugas dari pa Khaerudin. Kami juga berharap
Lebih terperinciPANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PREVIEW PENGERTIAN FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT NILAI-NILAI PANCASILA MENJADI DASAR DAN ARAH KESEIMBANGAN
Lebih terperinciPANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT 1 PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT Filsafat (Philosophia) : - Philo/Philos/Philein yang berarti cinta/pecinta/mencintai. - Sophia yang berarti kebijakan/kearifan/hikmah/hakekat
Lebih terperinciPendidikan Karakter menurut Aliran Essensialisme, Parennialisme, Progresivisme, dan Eksistensialisme. Indri Isna, Iftah Rohmatul, Ikhwalus Tazayyun
Pendidikan Karakter menurut Aliran Essensialisme, Parennialisme, Progresivisme, dan Eksistensialisme Indri Isna, Iftah Rohmatul, Ikhwalus Tazayyun A. Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan merupakan
Lebih terperinciMATERI KULIAH ETIKA BISNIS. Pokok Bahasan: Pancasila sebagai Landasan Etika Bisnis
MATERI KULIAH ETIKA BISNIS Pokok Bahasan: Pancasila sebagai Landasan Etika Bisnis Latar Belakang Di zaman yang serba modern ini, nilai, etika, norma,dan moral seringkali diabaikan oleh rakyat Indonesia,
Lebih terperinciDASAR FILSAFAT PENDIDIKAN
DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA Pentingnya Filsafat Perubahan cepat yang terjadi dalam masyarakat memerlukan filsafat pendidikan jasmani yang kokoh bagi profesi agar tetap dapat bertahan
Lebih terperinciPANCASILA SEBAGAI FALSAFAH HIDUP BANGSA INDONESIA
PANCASILA SEBAGAI FALSAFAH HIDUP BANGSA INDONESIA Buku Pegangan: PANCASILA dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi Oleh: H. Subandi Al Marsudi, SH., MH. Oleh: MAHIFAL, SH., MH. PENGERTIAN TENTANG FILSAFAT
Lebih terperinciMANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL A. Konsep Manusia Dalam Berbagai Sudut Pandang Pencarian makna dan hakekat manusia dilakukan melalui berbagai pendekatan. Para filosuf memahami manusia
Lebih terperinciPenulis: Thoha Firdaus (Kandidat Doktor UPI)
PERSPEKTIF LANDASAN PEDAGOGIK DALAM PENELITIAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN IPA DENGAN PENDEKATAN PERENIALISME [Makalah Landasan Pedagogik UPI] Dosen Pengampu: Prof. Dr. Hj. Melly Sri Sulastri Rifa
Lebih terperinciPendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi Bisnis
Modul ke: Pendidikan Pancasila Berisi tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat. Fakultas Fakultas Ekonomi Bisnis Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Pancasila
Lebih terperinciLANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN
LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN Disampaikan pada Diklat Pengembangan Kompetensi Gadik Secapa POLRI SUKABUMI 210110 Oleh BABANG ROBANDI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JANUARI 2010 LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN
Lebih terperinciFilsafat Umum. Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi
Filsafat Umum Modul ke: 01 Fakultas Psikologi Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1 Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. RAPEM FILSAFAT UMUM Judul Mata Kuliah : Filsafat Umum
Lebih terperincifilsafat meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Adapun filsafat hukum merupakan kajian terhadap hukum secara menyeluruh hingga pada tataran
ix Tinjauan Mata Kuliah F ilsafat hukum merupakan kajian terhadap hukum secara filsafat, yakni mengkaji hukum hingga sampai inti (hakikat) dari hukum. Ilmu hukum dalam arti luas terdiri atas dogmatik hukum,
Lebih terperinciPENGERTIAN FILSAFAT (1)
PENGERTIAN FILSAFAT (1) Jujun S. Suriasumantri, orang yang sedang tengadah memandang bintang-bintang di langit, dia ingin mengetahui hakekat dirinya dalam kesemestaan galaksi; atau orang yang berdiri di
Lebih terperinciTEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin
A. Pendahuluan TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM --------------------------------------------------------------------- Oleh : Fahrudin Tujuan agama Islam diturunkan Allah kepada manusia melalui utusan-nya
Lebih terperinciFilsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman
Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Berbicara mengenai filsafat, yang perlu diketahui terlebih dahulu bahwa filsafat adalah induk dari segala disiplin ilmu pengetahuan yang
Lebih terperinciPANCASILA. Pancasila sebagai Sistem Filsafat. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Manajemen.
PANCASILA Modul ke: Pancasila sebagai Sistem Filsafat Fakultas MKCU Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pengertian Filsafat Secara etimologi, kata falsafah berasal
Lebih terperinciIDEALISME (1) Idealis/Idealisme:
Idealis/Idealisme: IDEALISME (1) Orang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika dan agama serta menghayatinya; Orang yang dapat melukiskan dan menganjurkan suatu rencana atau program yang belum
Lebih terperinci1. Seseorang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika, dan agama serta menghayatinya;
IDEALISME Arti kata IDEALIS secara umum: 1. Seseorang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika, dan agama serta menghayatinya; 2. Seseorang yang dapat melukiskan dan menganjurkan suatu rencana
Lebih terperinciPancasila sebagai Sistem Filsafat
PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: 07 Pancasila sebagai Sistem Filsafat Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil www.mercubuana.ac.id Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Pendahuluan Pancasila merupakan filsafat bangsa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bila masa depan adalah kenyataan, apakah masa depan akan dialami oleh setiap orang? Jawabannya bisa iya bisa tidak. Tetapi yang paling terpenting adalah masa depan itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan manusia, pendidikan mempunyai peran penting dalam usaha membentuk manusia yang berkualitas. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan
Lebih terperinciTugas Filsafat. Mohamad Kashuri M
Tugas Filsafat Mohamad Kashuri 090810530M PROGRAM STUDI ILMU FARMASI FAKULTAS FARMASI PASCA SARJANA UNIVERSITAS AIRLANGGA 2008 1. Pendahuluan Sejalan dengan kemajuan pola berpikir manusia saat ini, ilmu
Lebih terperinciBab 3 Filsafat Ilmu. Agung Suharyanto,M.Si. Psikologi - UMA
Bab 3 Filsafat Ilmu Agung Suharyanto,M.Si Psikologi - UMA 2017 Definisi Filsafat Ilmu Robert Ackermann Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapatpendapat ilmiah dewasa
Lebih terperinciPANCASILA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.
PANCASILA Modul ke: PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT ABSTRACT Menjelaskan Pengertian,
Lebih terperinciSEGI TIGA KESEIMBANGAN: TUHAN, MANUSIA DAN ALAM RAYA
SEGI TIGA KESEIMBANGAN: TUHAN, MANUSIA DAN ALAM RAYA MANUSIA MAKHLUK BUDAYA: HAKEKAT MANUSIA Manusia Makhluk ciptaan Tuhan, terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai kesatuan utuh. Manusia merupakan makhluk
Lebih terperinciETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI
ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI Modul ke: Pokok Bahasan : PENGANTAR BIDANG FILSAFAT Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom Program Studi (Marcomm) www.mercubuana.ac.id MENGAPA HARUS
Lebih terperinciOleh: Regina Tamburian Gita Nur Istiqomah
Tugas Ringkasan Oleh: Regina Tamburian Gita Nur Istiqomah Imelda Polii Pracecilia Damongilala Anastania Maria Stephanie Bokong Pontoh UNIVERSITAS SAM RATULANGI TEKNIK ARSITEKTUR MANADO 2006 PANCASILA SEBAGAI
Lebih terperinciPENDIDIKAN PANCASILA
PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: Materi Ini Memuat : Fakultas Fikom Wahyudi Pramono, S.Ag. M.Si Program Studi Humas 2 Latar belakang Teori dan Konsep Globalisasi telah mengancam bahkan menguasai eksistensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang yang berada dalam lingkungan kehidupan tertentu. 1 Tingkah laku seseorang yang menggambarkan baik dan
Lebih terperinciPara Filsuf [sebahagian kecil contoh] Oleh Benny Ridwan
Para Filsuf [sebahagian kecil contoh] Oleh Benny Ridwan 1 Socrates adalah filsuf Yunani. Ia sangat berpengaruh dan mengubah jalan pikiran filosofis barat melalui muridnya yang paling terkenal, Plato. Socrates
Lebih terperinciAkal dan Pengalaman. Filsafat Ilmu (EL7090)
Akal dan Pengalaman Filsafat Ilmu (EL7090) EROPA History TEOLOGI ±10 Abad COSMOS RENAISSANCE Renaissance Age ITALY Renaissance = Kelahiran Kembali - TEOLOGIS - Rasionalitas dan Kebebasan Berfikir Martabat
Lebih terperinciPERENIALISME. Oleh: Tati Latifah
TSARWAH (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam) 85 PERENIALISME Oleh: Tati Latifah ABSTRAK Perenialisme sebagai pengetahuan yang selalu ada dan akan selalu ada, yang dan bersifat universal. Ada dalam pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kegiatan pembelajaran telah dilakukan manusia dalam pelaku pendidikan. Pendidikan merupakan suatu sistem yang harus dijalankan secara terpadu
Lebih terperinciKonsep Politik Menurut Pemikiran Filsuf Barat. By : Amaliatulwalidain, MA
Konsep Politik Menurut Pemikiran Filsuf Barat By : Amaliatulwalidain, MA NEGARA KOTA Apakah negara-negara kota itu? Terlebih dahulu perlu dijelaskan bahwa persepsi kita mengenai negara saat ini jelas berbeda
Lebih terperinciPENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat. Modul ke: 06Fakultas Ekonomi. Program Studi Manajemen
Modul ke: 06Fakultas Gunawan Ekonomi PENDIDIKAN PANCASILA Pancasila Sebagai Sistem Filsafat Wibisono SH MSi Program Studi Manajemen Latar belakang Teori dan Konsep Globalisasi telah mengancam bahkan menguasai
Lebih terperinciMAKNA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT DAN DASAR ILMU
Modul ke: MAKNA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT DAN DASAR ILMU Fakultas TEKNIK Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi Arsitektur www.mercubuana.ac.id Pokok Bahasan Pendahuluan Pengertian Sistem Filsafat
Lebih terperinciBAB IV PANCASILA SEBAGAI ETIKA (MORAL)POLITIK
BAB IV PANCASILA SEBAGAI ETIKA (MORAL)POLITIK A. Pengertian Nilai, Moral, dan Norma 1. Pengertian Nilai Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah, memperkaya batin dan menyadarkan manusia akan
Lebih terperinciMAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan
MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN Imam Gunawan Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat. Filsafat beraneka ragam alirannya, sehingga dalam filsafat pendidikan pun kita akan temukan berbagai aliran,
Lebih terperinciFILSAFAT ILMU DAN PENDAHULUAN. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi
FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI PENDAHULUAN Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengertian Filsafat Secara Etimologis : kata filsafat berasal
Lebih terperinciFILSAFAT????? Irnin Agustina D.A, M.Pd
FILSAFAT????? am_nien@yahoo.co.id PENGERTIAN FILSAFAT SECARA ETIMOLOGI Istilah filsafat yang merupakan terjemahan dari philolophy (bahasa Inggris) berasal dari bahasa Yunani philo (love of ) dan sophia
Lebih terperinciPlotinus KAJIAN TOKOH FILSAFAT ABAD PERTENGAHAN. Endah Kusumawardani
KAJIAN TOKOH FILSAFAT ABAD PERTENGAHAN Plotinus Endah Kusumawardani Kehidupan sebagai proses makhluk Tuhan untuk menjalani waktu di dunia ini tidak dapat terlepas dari yang namanya masalah. Bahkan terdapat
Lebih terperinciETIKA. Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat.
PENGERTIAN ETIKA ETIKA Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Fungsi Etika Sebagai subjek : Untuk menilai apakah tindakan-tindakan
Lebih terperinciAGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : Erna Karim
AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL Oleh : Erna Karim DEFINISI AGAMA MENGUNDANG PERDEBATAN POLEMIK (Ilmu Filsafat Agama, Teologi, Sosiologi, Antropologi, dan Ilmu Perbandingan Agama) TIDAK ADA DEFINISI AGAMA YANG
Lebih terperinciMEMAHAMI KONSEP KEINDAHAN
MEMAHAMI KONSEP KEINDAHAN A. Pengertian Keindahan Keindahan adalah sifat-sifat yang merujuk pada sesuatu yang indah, dimana manusia mengekspresikan perasaan indah tersebut melalui berbagai hal yang mengandung
Lebih terperinciSejarah Perkembangan Ilmu
Sejarah Perkembangan Ilmu Afid Burhanuddin Pusat kendali kehidupan manusia terletak di tiga tempat, yaitu indera, akal, dan hati. Namun, akal dan hati itulah yang paling menentukan Akal dan hati ibarat
Lebih terperinciMEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL
MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL Oleh : Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si (Kaprogdi Akuntansi - FE) Pendahuluan Ilmu pengetahuan merupakan karya budi yang logis serta imajinatif,
Lebih terperinciPANCASILA IDEOLOGI TERBUKA
PANCASILA IDEOLOGI TERBUKA Era global menuntut kesiapan segenap komponen Bangsa untuk mengambil peranan sehingga pada muara akhirnya nanti dampak yang kemungkinan muncul, khususnya dampak negatif dari
Lebih terperinciPENDIDIKAN PANCASILA
PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: Materi Ini Memuat : Fakultas Fikom Wahyudi Pramono, S.Ag. M.Si Program Studi Humas PANCASILA DAN ILMU PENGETAHUAN 2 TM 12 Indikator: 1. Mampu melakukan kajian dalam3 berbagai
Lebih terperinciILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI Oleh NIM : Boni Andika : 10/296364/SP/23830 Tulisan ini berbentuk critical review dari Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori dan Metodologi
Lebih terperinciPANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK
PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakekatnya merupakan suatu nilai sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran norma, baik norma hukum, moral maupun norma
Lebih terperinciFILSAFAT ILMU DAN CABANG FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 02Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi
FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 02Fakultas Dr. PSIKOLOGI CABANG FILSAFAT H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id CABANG- CABANG FILSAFAT Standar Kompetensi Setelah perkualiahan
Lebih terperinciBAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN
BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,
Lebih terperinciModul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK
Modul ke: 07 Fakultas DESAIN SENI KREATIF Pancasila Sebagai Sistem Filsafat Modul ini membahas mengenai Pancasila Sebagai Sistem Filsafat, Pengertan Filsafat, filsafat pancasila, karakteristik sistem filsafat
Lebih terperinciPancasila sebagai Sistem Filsafat
PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: 07 Pancasila sebagai Sistem Filsafat Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi AKUNTANSI Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.Sc Pendahuluan Pancasila merupakan filsafat bangsa Indonesia
Lebih terperinci2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 berisi rumusan tujuan pendidikan yang kaya dengan dimensi moralitas, sebagaimana disebutkan dalam
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Dengan demikian, istilah ilmu jiwa merupakan terjemahan harfiah dari
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Psikologi Sosial Kata psikologi mengandung kata psyche yang dalam bahasa Yunani berarti jiwa dan kata logos yang dapat diterjemahkan dengan kata ilmu. Dengan demikian, istilah
Lebih terperinciAji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK
Modul ke: 13 Fakultas DESAIN SENI KREATIF Pancasila Dan Implementasinya Bagian III Pada Modul ini kita membahas tentang keterkaitan antara sila keempat pancasila dengan proses pengambilan keputusan dan
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN DASAR NEGARA
LAPORAN TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN DASAR NEGARA Disusun Oleh: Nama : Heruadhi Cahyono Nim : 11.02.7917 Dosen : Drs. Khalis Purwanto, MM STIMIK AMIKOM
Lebih terperinciOleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si
Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si Konsep (pengertian) ilmu pengetahuan Memahami dan menjelaskan konsep (pengertian) ilmu pengetahuan secara umum Hubungan sosiologi dengan ilmu-ilmu sosial lainnya Memahami
Lebih terperincihsirait Hasanuddin Sirait/http://www.hsirait.wordpress.com / Phone:
PETUNJUK : UNTUK SOAL-SOAL DIBAWAH INI JAWABAN ADALAH : A BILA PERNYATAAN 1 DAN 2 BENAR B BILA PERNYATAAN 1 BENAR, PERNYATAAN 2 SALAH C. BILA PERNYATAAN 1 SALAH PERNYATAAN 2 BENAR D. BILA PERNYATAAN 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya dari aspek jiwa, manusia memiliki cipta rasa dan karsa sehingga dalam tingkah laku dapat membedakan benar atau salah, baik atau buruk, menerima atau menolak
Lebih terperinciBahasan Kajian Filsafat
PENGERTIAN FILSAFAT Secara etimologi istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani philein yang artinya cinta dan sophos yang artinya hikmah atau kebijaksanaan atau wisdom. Secara harfiah istilah filsafat
Lebih terperinciRANGKUMAN Penggolongan Filsafat Pendidikan menurut Theodore Brameld: 1. Tradisi filsafat klasik yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh dari teori Plato,
RANGKUMAN Penggolongan Filsafat Pendidikan menurut Theodore Brameld: 1. Tradisi filsafat klasik yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh dari teori Plato, Aristoteles, thomas Aquinas muncullah Perenialisme.
Lebih terperinciFilsafat dan Teori Pendidikan. Oleh. Fauzan AlghiFari / / TP-B
Filsafat dan Teori Pendidikan Oleh Fauzan AlghiFari / 15105241008 / TP-B http://fauzanfari.blogs.uny.ac.id Berikut aliran-aliran dalam filsafat pendidikan : A. Filsafat Pendidikan Progresivisme Progresivisme
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Materi Kuliah. FALSAFAH PANCASILA (Pancasila Sebagai Sistem Filsafat)
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Materi Kuliah FALSAFAH PANCASILA (Pancasila Sebagai Sistem Filsafat) Modul 2 Oleh : Rohdearni Tetty Yulietty Munthe, SH 11 1. Tujuan Pembelajaran Umum Mahasiswa mampu memahami
Lebih terperinciPANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN IPTEK
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN IPTEK Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila yang diampu oleh Ibu Selly Rahmawati, M.Pd Kelompok 8: 1. Desi Muji Hartanti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, yang isinya disebutkan bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara kita (Indonesia) tentang pendidikan juga diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, yang isinya disebutkan bahwa Pendidikan
Lebih terperinciFilsafat Umum. Filsafat Timur. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi
Filsafat Umum Modul ke: 6 Filsafat Timur Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. PERBEDAAN FILSAFAT BARAT DAN TIMUR BARAT Pengetahuan Mengutamakan akal sebagai alat penalaran
Lebih terperinciEPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT
EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT Pengetahuan adalah sesuatu yang sangat vital dan krusial dalam masa kehidupan manusia. Berbagai kajian telah dilakukan untuk kepentingan pengembangan
Lebih terperinciFILSAFAT ILMU. Irnin Agustina D.A.,M.Pd
FILSAFAT ILMU Irnin Agustina D.A.,M.Pd am_nien@yahoo.co.id Definisi Filsafat Ilmu Lewis White Beck Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine
Lebih terperinciSek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara
Sekilas tentang filsafat Hendri Koeswara Pengertian ilmu filsafat 1. Etimologi Falsafah (arab),philosophy (inggris), berasal dari bahasa yunani philo-sophia, philein:cinta(love) dan sophia: kebijaksanaan(wisdom)
Lebih terperinciFilsafat Islam قولية كونية. Wahyu. Para Rasul. Alam. Akal Manusia. Problem Filsafat Islam tentang tuhan: Bentuk Aktifitas Manusia. Aktivitas Kehidupan
Problem Filsafat Islam tentang tuhan: Bentuk Aktifitas Manusia هللا Wahyu كونية قولية Para Rasul Alam Akal Manusia Aktivitas Kehidupan 1 pg. Filsafat Islam Problem Tuhan berpisah dengan alam Tuhan bersatu
Lebih terperinciSebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan ke dalam Bahasa yang bisa dimengerti manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan
Subjudul Sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan ke dalam Bahasa yang bisa dimengerti manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan mengingat tentang sesuatu. Sesuatu yang didapat
Lebih terperinci01FEB. Template Standar Business Ethics and Good Governance
Modul ke: Fakultas 01FEB Template Standar Business Ethics and Good Governance Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata
Lebih terperinciAbstrak. Kata kunci : Tujuan Pendidikan
Abstrak Pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan mempunyai fungsi yaitu, memberikan arah kepada segenap kegiatan
Lebih terperinciTAFSIR INDEPENDENSI HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
TAFSIR INDEPENDENSI HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM A. PEDAHULUAN Menurut fitrah kejadiannya, maka manusia diciptakan bebas dan merdeka. Karenanya kemerdekaan pribadi adalah hak yang pertama. Tidak ada sesuatu
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA
TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA NAMA : AKHMAD FAOZI NIM : 11.11.4734 DOSEN : TAHAJUDIN SUDIBYO,Drs KELOMPOK : C TEKNIK INFORMATIKA (S1) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Abstrak Pancasila artinya lima dasar
Lebih terperinciDasar-Dasar Etika Michael Hariadi / Teknik Elektro
Dasar-Dasar Michael Hariadi / 1406564332 Teknik Elektro Sama halnya antara karakter dan kepribadian, demikian juga antara etika dan moralitas yang penggunaan sering menjadi rancu. berasal dari bahasa Yunani,
Lebih terperinciNOVIA KENCANA, S.IP, MPA
NOVIA KENCANA, S.IP, MPA novia.kencana@gmail.com PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT???? Cabang ilmu Cara berpikir ILMU FILSAFAT Alkisah bertanyalah seorang awam kepada ahli filsafat yang arif bijaksana
Lebih terperinciTeori-teori Kebenaran Ilmu Pengetahuan. # Sesi 9, Kamis 16 April 2015 #1
Teori-teori Kebenaran Ilmu Pengetahuan # Sesi 9, Kamis 16 April 2015 #1 Teori-teori kebenaran yang telah dikemukakan para filosuf: 1. Teori idealisme 2. Teori rasionalisme 3. Teori rasio murni (reinen
Lebih terperinciDr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.
M.MA., MA. M.MA., MA. 09/01/2016 1 Manusia mencari kebenaran dengan menggunakan akal sehat (common sense) dan dengan ilmu pengetahuan. Ada empat hal pokok yang membedakan antara ilmu dan akal sehat. 1)
Lebih terperinciMAKALAH RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU
MAKALAH RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Dosen Pembimbing: Dr. Hasaruddin Hafid, M.Ed Oleh: A. Syarif Hidayatullah PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN SENI RUPA
Lebih terperinciNATURALISME (1) Naturalisme 'natura' Materialisme
NATURALISME (1) Naturalisme adalah teori yang menerima 'natura' (alam) sebagai keseluruhan realitas. Naturalisme adalah kebalikan dari dari istilah supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik
Lebih terperinciFILSAFAT ILMUDAN SEJARAH FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 05Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi
Modul ke: 05Fakultas Dr. PSIKOLOGI FILSAFAT ILMUDAN LOGIKA SEJARAH FILSAFAT H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id SEJARAH FILSAFAT ; Standar Kompetensi Setelah perkualiahan
Lebih terperinciTUGAS FILSAFAT ILMU ILMU PENGETAHUAN, FILSAFAT, AGAMA MENEMUKAN LANDASAN UNTUK KE DEPAN DI SUSUN OLEH: 1. FRIDZ EZZA ABIGAIL KETUA
TUGAS FILSAFAT ILMU ILMU PENGETAHUAN, FILSAFAT, AGAMA MENEMUKAN LANDASAN UNTUK KE DEPAN DI SUSUN OLEH: 1. FRIDZ EZZA ABIGAIL 071211133053 KETUA 2. MAS ULA 071211132008 SEKRETARIS 3. VINANDA KARINA D. P
Lebih terperinciSAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Handout 4 Pendidikan PANCASILA SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PANCASILA sebagai Sistem Filsafat Kita simak Pengakuan Bung Karno tentang Pancasila Pancasila memuat nilai-nilai universal Nilai-nilai
Lebih terperinciMATERI KULIAH ILMU NEGARA MATCH DAY 2 PERKEMBANGAN ILMU NEGARA DARI MASA KE MASA
MATERI KULIAH ILMU NEGARA MATCH DAY 2 PERKEMBANGAN ILMU NEGARA DARI MASA KE MASA Kapan timbulnya ilmu negara (pemikiran tentang negara dan hukum)?. Teori-teori pemahaman tentang negara atau ilmu-ilmu yang
Lebih terperinciPERATURAN KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA BESAR MAHASISWA
PERATURAN KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA
Lebih terperinciSUMBER-SUMBER DAN NILAI DALAM PERILAKU ETIKA. Week 6
SUMBER-SUMBER DAN NILAI DALAM PERILAKU ETIKA Week 6 Agama Islam menganggap etika sebagai cabang dari Iman, dan ini muncul dari pandangan dunia islam sebagai cara hidup manusia. Istilah etika yang paling
Lebih terperinci