PERSEPSI MASYARAKAT SUKU BATAK TOBA DAN BATAK KARO DALAM KONTEKS KOMUNIKASI ANTARBUDAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSEPSI MASYARAKAT SUKU BATAK TOBA DAN BATAK KARO DALAM KONTEKS KOMUNIKASI ANTARBUDAYA"

Transkripsi

1 PERSEPSI MASYARAKAT SUKU BATAK TOBA DAN BATAK KARO DALAM KONTEKS KOMUNIKASI ANTARBUDAYA (Studi Kasus Masyarakat Suku Batak Toba di Desa Unjur Dan Masyarakat Suku Batak Karo di Desa Surbakti Dalam Mempersepsi Nilai-Nilai Perkawinan Antarsuku tersebut) Liberty T. Togatorop Abstrak Penelitian ini berjudul Studi Kasus masyarakat Batak Toba di Desa Unjur dan masyarakat Batak Karo di Desa Surbakti dalam mempersepsi nilai-nilai Perkawinan Antarsuku tersebut. Penelitian bertujuan mengetahui bagaimana persepsi masyarakat suku Batak Toba di Desa Unjur terhadap masyarakat Batak Karo di Desa Surbakti, dan sebaliknya masyarakat Batak Karo terhadap Batak Toba, untuk mengetahui pergeseran nilai-nilai kebudayaan di masing-masing suku dalam memahami budaya perkawinan. Penelitian bersifat kualitatif dengan metode studi kasus dan teknik penelitian yaitu wawancara mendalam dengan purposive sampling, dengan kriteria bapak atau ibu yang sudah mempunyai anak umur 17 tahun ke atas, karena dalam umur inilah seorang anak mulai tertarik dengan lawan jenis. Dengan metode studi kasus, maka hasil penelitian ini nantinya hanya berlaku di dua daerah yang telah ditentukan oleh peneliti, yaitu Desa Unjur dan Desa Surbakti. Subjek penelitian di Desa Surbakti ada enam keluarga Batak Karo dan Desa Unjur ada Lima Keluarga Batak Toba. Hasil menunjukkan bahwa masyarakat Batak Karo di Desa Surbakti tidak lagi melarang anak untuk menikah dengan orang Batak Toba, tetapi sebaliknya, masyarakat Batak Toba di Desa Unjur masih melarang keras anaknya untuk pacaran atau menikah dengan orang Batak Karo. Faktor lain juga sangat berpengaruh dalam mempersepsi budaya seperti stereotip, etnosentrisme dan prasangka. Kata Kunci : Persepsi, Komunikasi Antarbudaya, Etnosentrisme dan Prasangka PENDAHULUAN Istilah komunikasi bukanlah suatu istilah yang baru bagi kita. Bahkan komunikasi itu sendiri tidak bias dilepaskan dari sejarah peradaban umat manusia, dimana pesan yang menjadi inti dari komunikasi itu sendiri sampai saat ini selalu menjadi suatu kajian yang tak pernah ada habisnya. Bentuk pesan dalam komunikasi ini juga terbagi menjadi dua bagian, verbal dan non verbal. Kesamaan pemaknaan terhadap penggunaan simbol verbal dan non verbal akan membuat orang yang berkomunikasi lebih mudah mencapai pengertian bersama. Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara dua orang atau lebih dengan perhatian khusus pada factor kebudayaan yang mempengaruhinya. Bagaimana dua orang atau lebih yang menjalin komunikasi, saling memaknai simbol atau lambing, juga bahasa, dengan latar 1

2 belakang budaya yang berbeda. Hal ini sangat penting agar menimbulkan pemaknaan yang sama untuk sebuah komunikasi yang efektif, karena salah satu asumsi dalam komunikasi antarbudaya adalah adanya perbedaan persepsi antara komunikator dengan komunikan. Beda budaya beda persepsi. Semakin tinggi tingkat persamaan persepsi maka semakin besar kemungkinan anggota kelompok untuk berkomunikasi satu dengan yang lain, sehingga mereka bias mempertahankan identitas mereka (Liliweri, 2001:114). Dalam hal ini peneliti ingin melihat suatu proses komunikasi antarbudaya lebih spesifik lagi dari sekian banyaknya suku di Indonesia, yaitu proses komunikasi antarbudaya suku Batak Toba dan Batak Karo. Kedua suku ini berada dalam satu rumpun yaitu suku Batak. Namun demikian begitu banyak perbedaan yang kontras diantara keduanya. Perbedaan persepsi, stereotip, prasangka dan juga etnosentrisme, yang sering terealisasi dalam fenomena-fenomena di sekitar kita, bahkan yang dialami langsung oleh peneliti, yaitu orang tua batak Toba yang melarang anakanaknya untuk pacaran atau menikah dengan orang Batak Karo dan juga sebaliknya. Jika ditarik benang merah, yang jadi pemicunya adalah perbedaan persepsi, stereotip, prasangka dan etnosentrisme diantara kedua suku tersebut, yang membuat ruang lingkup komunikasi antarbudaya menjadi terbatas. Supaya lebih spesifik lagi, peneliti memilih lokasi Desa Unjur Kabupaten Samosir untuk masyarakat Batak Toba dan Desa Surbakti Kabupaten Karo untuk masyarakat Batak Karo. Metode Studi Kasus yang bersifat kualitatif dipilih peneliti agar tidak membatasi pemikiran, pendapat dan juga sanggahan dari masyarakat yang ingin diteliti. Teknik pengumpulan data purposive sampling membantu peneliti karena kriteria tertentu dalam proses penelitian, yaitu orangtua yang sudah memiliki anak 17 tahun ke atas, karena pada umur itulah seseorang mulai tertarik dengan lawan jenis (pubertas). Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti ingin melihat Bagaimana masyarakat suku Batak Toba di Desa Unjur dan masyarakat suku Batak Karo di Desa Surbakti dalam mempersepsi nilai-nilai perkawinan antarsuku tersebut?. Dan berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian adalah untuk mengetahui persepsi suku Batak Toba terhadap suku Batak Karo dan sebaliknya, untuk mengetahui pergeseran nilai-nilai budaya dari masing-masing suku dalam memahami budaya perkawinan antarsuku. KAJIAN PUSTAKA Komunikasi Antarbudaya Komunikasi antarbudaya selalu mempunyai tujuan tertentu yakni menciptakan komunikasi yang efektif melalui pemaknaan yang sama terhadap pesan yang dipertukarkan. Dengan demikian, untuk mencapai komunikasi yang efektif itu, individu yang saling berkomunikasi haruslah mempunyai makna yang sama terhadap pesan yang disampaikan dan diterima. Intesnsifitas kita dalam komunikasi antarbudaya mempu mengubah persepsi dan sikap kita terhadap lawan bicara (Liliweri, 2004:254). Sebagaiman kita ketahui bahwa budaya mempengaruhi orang 2

3 yang berkomunikasi. Cara menilai budaya lain dengan standar nilai dari budaya kita sendiri dan menolak mempertimbangkan norma-norma budaya lain, akan menentukan keefektifan komunikasi yang terjadi. Di satu pihak ada orang yang sekaligus mengetahui dan menerima kepercayaan dan perilaku orang lain, di pihak lain ada juga orang yang tidak mengetahui dan menerima, sehingga kemungkinan sangat besar untuk gagal berkomunikasi. Persepsi Persepsi adalah proses internal yang kita lakukan untuk memilih, mengevaluasi dan mengorganisasikan rangsangan dari luar atau dari lingkungan eksternal kita (Lubis, 2012). Komunikasi antarbudaya dimulai dengan anggapan dasar bahwa ada perbedaan persepsi antara komunikator dengan komunikan. Perbedaan kerangka berpikir dan kerangka pengalaman seseorang (frame of refrences dan field of experience) menyebabkan perbedaan model komunikasi yang dihasilkan. Salah satu kendala dalam memahami komunikasi antarbudaya adalah masalah bahasa dan persepsi masing-masing pihak yang berkomunikasi. Prinsip-prinsip yang terkandung dalam perbedaan latar belakang kebudayaan dan juga iklim komunikasi di antara individu, umumnya mengimplikasikan bahwa hambatan komunikasi antarbudaya acapkali tampil dalam bentuk perbedaan persepsi terhadap nilai-nilai budaya, norma budaya, pola berpikir dan system budaya (Liliweri, 2004:15). Agama, ideology, intelektualitas, tingkat ekonomi, pekerjaan dan citra rasa sebagai faktor-faktor internal akan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap realitas yang ada (Rakhmat, 2007:61). Dengan demikian, persepsi itu terikat oleh budaya dan bersifat subjektif. Semakin besar perbedaan kebudayaan seseorang dengan orang lain, maka akan semakin besar perbedaan persepsi diantara mereka terhadap suatu realitas (Liliweri, 2001:15). Hambatan dalam Komunikasi Antarbudaya Ada beberapa hal yang menjadi penghambat bagi kita untuk mencapai sebuah komunikasi efektif, seperti prasangka social, stereotip dan etnosentrisme. Prasangka social adalah salah satu rintangan atau hambatan bagi suatu kegiatan komunikasi karena orang yang mempunyai prasangka, belum apa-apa sudah menaruh curiga dan menentang komunikator yang menyampaikan pesan (Liliweri, 2001:175). Stereotip yaitu kepercayaan yang kita anut mengenai kelompok-kelompok atau individuindividu berdasarkan pendapat dan sikap yang lebih dulu terbentuk (Mulyana, 2005). Kita seolah-olah sudah diberikan bayangan akan apa yang ada di depan kita, sebelum masuk ke dunia itu, seperti yang diungkapkan Lippman, bahwa kita tidak melihat dulu baru memberikan defenisi, tetapi mendefenisikan dulu baru melihat. Etnosentrisme yakni kecenderungan untuk melihat dunia melaluifilter budaya sendiri. Kebiasaan buruk setiap kelompok itu adalah menganggap kebudayaan kelompoknya sebagai kebudayaan yang paling baik. Makin besar kesamaan kita dengan mereka, makin dekat mereka dengan kita; makin besar ketidaksamaan kita dengan mereka, makin jauh mereka dari kita. Seperti yang diungkapkan oleh Ihromi 3

4 dalam bukunya: Etnosentrisme menghalangi pengertian seorang individu tentang adat-istiadat orang lain dan juga menghalangi tumbuhnya pengertian yang terbuka dan kreatif mengenai kebiasaan dalam kebudayaannya sendiri. Metode Penelitian Penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Studi kasus digunakan untuk menyelidiki unit sosia; yang kecil seperti keluarga, individu, sekolah, masyarakat dalam suatu desa dan kelompok kecil lainnya (Robert, 2003). Dengan semikian peneliti harus terjun langsung ke lapangan dan akan menyelidiki lebih mendalam. Kemudian peneliti akan menemukan variable yang kecil sekalipun yang terkait dengan subjek penlitian yang ditelitnya. Namun dalam hal ini, dibutuhkan kemampuan peneliti dalam mengumpulkan, memilah, mengkategorisasikan, memberikan kode, serta menafsirkan makna dari sejumlah informasi yang didapat dari seorang indidu. Sistem wawancara yang diterapkan peneliti dalam penelitian ini adalah sistem data jenuh, dimana ketika jawaban antara informan yang satu dengan yang lainnya sudah jenuh, maka peneliti akan menyudahi penelitiannya. Objek penelitian adalah persepsi terhadap nilai nilai perkawinan. Subjek penelitian atau informan, yaitu orang -orang yang dipilih untuk diwawancarai atau diobservasi sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian (Kriyantono, 2007:161). Adapun subjek penelitian lnforman ini adalah orang tua dari keluarga yang sudah memiliki anak berumur 17 tahun ke atas dari masing-masing suku,karena dalam fase inilah seorang anak mencoba bertahan untuk mencapai kebebasan fisik dan psikis dari orang tuanya,mendapatkan pasangan,dan mencari tempat di dunia lain,dan orangtua mulai ketat dalam mengawasi anakanaknya, termasuk dalam hal memilih teman hidup (Feist, 2010:143). Pemilihan informan dengan cara seperti ini dinamakan teknik purpossive sampling atau sampel bertujuan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model interaktif miles dan huberman untuk menganalisis data yang terdiri dari tiga hal utama,yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Idrus, 2009). HASIL Adapun hasil penelitian setelah pengamatan dan wawancara kepada enam informan suku Batak Karo yang ada di Desa Surbakti dan kepada lima informan suku Batak Toba yang ada di Desa Unjur, adalah sebagai berikut: 1. Masyarakat batak Karo di Desa Surbakti, saat ini sudah jauh lebih terbuka terhadap suku Batak Toba. Sedangkan orang Batak Toba masih bertahan dengan pemikiran yang sedikit primitif. Cukup sulit dan susah bagi mereka untuk bias menerima keberagaman suku dalam keluarga. 2. Dari seluruh informan, didapati bahwa adat-istiadat dan juga bahasa yang berbeda menjadi salah satu hal yang paling disoroti ketika berhadapan dengan suku lain. 3. Kedekatan fisik secara geografis turut menentukan perubahan cara pandang kita. Seperti Desa Surbakti, dimana penduduknya tidak lagi murni hanya 4

5 masyarakat suku Batak Karo, disana juga ada masyarakat suku Batak Toba. Lain halnya dengan Desa Unjur yang murni masyarakat suku Batak Toba. 4. Tidak bias dipungkiri bahwa etnosentrisme pasti ada dalam setiap jiwa yang menjadi anggota bagian dari setiap suku. Stereotip suku Batak Toba: pekerja keras, bertanggung jawab, tidak gengsi, pemarah, kasar, keras, solidaritas yang tinggi, bersahabat, sangat menjunjung tinggi kerabat atau kekeluargaan, pejuang keras untuk meningkatkan taraf hidup yang tinggi. Stereotip suku Batak Karo: pendendam, tidak jujur, keras, egois, gengsi,malas, kuat dalam dunia mistik, sombong secara keuangan,penjorok, otak kotor dan pelit. 5. Perbedaan agama tetap menjadi hal yang paling penting untuk dipertimbangkan oleh informan ketika ingin menikahkan anak atau putrid mereka dalam perkawinan antarsuku ini. 6. Masing-masing suku tentunya dibentuk oleh adat-istiadat yang berlaku di dalamnya. Namun tidak bias dipungkiri bahwa nilai0nilai adat-istiadat itu tidak lagi seutuh zaman dahulu. Semakin banyak terjadi pengikisan nilai-nilai adat. Dikarenakan perkembangan zaman dan perdagangan bebas sekarang ini. PEMBAHASAN Menurut Mulyana (2002:167), bahwa persepsi itu muncul karena setiap penilaian dan pemilihan seseorang terhadap orang lain diukur berdasarkan penyertaan sendiri. Ada tiga elemen pokok persepsi budaya yang memiliki tiga pengaruh besar dan langsung terhadap individu-individu peserta komunikasi antarbudaya. Pertama, pandangan dunia yang mencakup kepercayaan, nilai dan tingkah laku. Kedua, sistem lambing yaitu bahasa dan yang ketiga adalah organisasi social (Sarbaugh 1998 dan Samovar, et, al, 2006). Dalam mempersepsi budaya lain, ada juga unsure lain yang akan mempengaruhi kita, namun unsure ini bukanlah suatu keharusan yang akan kita temukan dalam persepsi setiap individu. Ada kalanya unsure ini tersirat dan ada kalanya unsure ini benar-benar tidak ada. Unsure tersebut adalah prasangka, stereotip, dan etnosentrisme. Persepsi masyarakat suku Batak Karo di Desa Surbakti terhadap suku Batak Toba dalam hal perkawinan antarsuku tersebut Hal yang paling disoroti adalah sistem lambing yaitu bahasa. Inilah yang menjadi pertimbangan ketika terjadi persepsi dari masyarakat Batak Karo ke Batak Toba. Bahasa Batak Karo jauh berbeda dengan Batak Toba. Bahkan informan suku Batak Karo mengakui bahwa bahasa mereka lebih dekat dengan bahasa Batak Simalungun. Budaya yang berbeda jelas menghasilkan pandangan yang berbeda juga, termasuk di dalamnya kepercayaan, nilai yang dianut, dan juga perilaku. Dari enaminforman Batak Karo, semua sudah menganut agama. Lima Kristen Protestan dan satu agama Islam. Namun hanya ada satu informan yang menentang keras anaknya untuk menikah dengan yang berbeda agama. Nilai yang mereka anut juga menjadi sutu hal yang dipertimbangkan ketika berhadapan dengan suku lain seperti Batak Toba, antara lain; menantu dengan mertua tidak boleh bicara empat mata 5

6 secara langsung, hanya ada istilah pemberian kain panjang bagi pengantin bukan ulos seperti Batak Toba, tukur atau harga yang diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan sudah mempunyai kelas tersendiri sesuai marga perempuan, dan jauh lebih murah dari harga di Batak Toba, pesta pernikahan diadakan di tempat perempuan, sistem impal masih sangat kental, duduk berhadapan dan berseberangan dengan mertua adalah suatu hal yang tabu, dalam adat meninggal pemberi ulos adalah orang yang berduka, nilai yang paling penting untuk mereka terapkan kepada anak adalah sangkep sitelu, dimana ada tiga golongan kedudukan kekerabatan yang dihormati dalam budaya mereka. Hamper seluruh nilai-nilai itu tidak cocok dengan suku Batak Toba. Sebenarnya dari enam informan Batak Karo yang diteliti, hanya ada tiga informan yang menganut kentalnya budaya ini dan mewarisinya kepada anaknya. Satu informan merupakan pasangan campuran batak Karo dan batak Toba, mengaku bahwa nilai yang diwariskan kepada anak-anak mereka adalah nilai percampuran dari kedua suku tersebut. Sedangkan dua informan lagi tidak begitu paham jika berbicara soal adat-istiadat yang dianutnya sendiri. Selama wawancara dalam penelitian berlangsung, peneliti menemukan hal-hal yang tersirat dari semua informan yang mengungkapkan sisi stereotip suku Batak Toba dalam mind set mereka, antara lain: umumnya kasar, sangat keras, pemarah, penjorok, gila hormat, kekompakan yang luar biasa, kesopanan dan kehormatan dalam menjunjung tinggi adat istiadat budaya Batak Toba, pemikiran yang mau maju dalam meningkatkan taraf hidup, tukur atau biaya yang sangat tinggi dalam adat, semangat juang dan semangat hidup yang tinggi, tidak ada istilah gengsi, namun harga diri dalam adat dan kekerabatan sangatlah begitu penting untuk dijaga, egois, pribadi yang sangat kental dalam adat. Tidak juga terlepas dari pengakuan etnosentrisme yang tersirat dari beberapa informan yang mengakui bahwa budaya Batak Karo jauh lebih sederhana dibandingkan budaya Batak Toba. Namun ada satu informan yang menjalani pernikahan campuran dari kedua suku ini yang mengakui dari sisi stereotip bahwa sebenarnya prasangka dan stereotip yang buruk tidak lagi mereka anut, sudah lepas dari pemikiran yang demikian, diakibatkan pengalaman mereka sendiri yang mau bergaul dan membuka hati dengan orang lain yang berasal dari suku yang berbeda. Satu informan lainnya juga mengaku telah membuang stereotip suku Batak Toba yang selama ini buruk dalam pemikirannya, karena lingkungan tempat dia bekerja adalah mayoritas suku Batak Toba, dia tidak menemukan stereotip buruk yang selama ini ada dalam pemikirannya. Persepsi masyarakat Suku Batak Toba di Desa Unjur terhadap suku Batak Karo dalam hal perkawinan antarsuku tersebut Ada tiga unsure yang mempengaruhi kita dalam mempersepsi sesuatu yaitu sistem lambing (bahasa), pandangan dunia (world view), dan juga organisasi soial. Ketiga unsure ini mempengaruhi masyarakat Batak Toba di Desa Unjur dalam mempersepsi masyarakat suku Batak Karo. Dari segi bahasa, bahasa Batak Toba memang jauh berbeda dengan bahasa Batak Karo. Kelima informna dari Batak Toba ini juga mengakui akan sangat tidak baik jika menjalin hubungan atau bergaul dengan 6

7 orang lain di luar suku, jika kita tidak mengerti bahasanya. Karena menurut pengakuan masing-masing informan, sangat tidak efektif untuk berkomunikasi. Tetapi jika memang harus berhubungan dengan Batak Karo, yang menjadi kunci utamanya adalah kemauan belajar antarsuku tersebut, baik belajar bahasa, adat dan nilai. Sistem kepercayaan dan nilai-nilai dibentuk oleh budaya yang mendarah daging dalam diri seseorang. Menurut Tinambunan (2010), anak akan berpegang teguh pada kepercayaan yang telah dipegang teguh oleh orangtuanya. Kelima informan ini adalah penganut agama Kristen Protestan. Empat informan yang melarang keras anaknya untuk menikah dengan yang berbeda agama. Sementara satu informan menyatakan bahwa mengarahkan anak adalah wajib, namun tidak untuk menjadi paksaan bagi si anak dan melarang kera bukanlah hak orang tua. Jadi bagi kelima informna ini jelaslah bahwa agama adalah hal yang sangat dipertimbangkan dalam perkawinan. Niali yang dianut oleh setiap pribadi akan diwujudkan dalam bentuk perilaku. Selama pengamatan berlangsung ada beberap nilai dan prinsip Batak Toba yang diketahui oleh peneliti dan paling sering diwariskan kepada anak, antara lain: prinsip Anakkonki do hamoraon di au (anak ku adalah harta yang terbesar bagiku), nilai Putra dalam keluarga sangat dijunjung tinggi, Dalihan Na Tolu (kedudukan dalam kekerabatan adat-istiadat), nilai 3H yaitu Hamoraon (kekayaan), Hagabeon (kesuksesan), Hasangapon (kehormatan), adat pemakaian ulos, nilai silsilah atau Tarombo dan Suhi ni ampang na opat, sinamot (harga beli perempuan) yang jauh lebih besar daripada Batak Karo. Nilai-nilai seperti ini tentunya mempengaruhi cara pandang masyarakat Batak Toba terhadap masyarakat Batak Karo, dengan harapan apakah mereka kelak akan menemukan nilai seperti ini di suku lainnya, terutama Batak Karo, jika anak menikah dengan Batak Karo? Kekentalan pengetahuan akan budaya dan adat-istiadat masih dipegang teguh oleh kelima informan ini. Masyarakat suku Batak Toba juga mempunyai stereotip yang berbeda beda antarinforman. Tentunya peneliti telah merangkumkan secara keseluruhan, yaitu: orang batak karo tidak beres pemikirannya (otak kotor), dunia mistik yang masih kuat, dendam berkarat, tidak mau memaafkan, keras, egois, terkesan jorok dan menjijikkan karena suka makan sirih dengan kurang teratur, jorok karena terlalu focus berladang tidak lagi memperhatikan kebersihan rumah, tidak jujur, dan merasa diri paling hebat. Ada satu informan yang mempunyai prasangka yang sangat buruk terhadap orang Batak Karo dan setelah menjalin hubungan kekeluargaan dengan Batak Karo, semua prasangka buruk itu menjadi stereotip yang sangat melekat dalam dirinya terhadap orang Batak Karo karena dia mengalami secara langsung. Sementar untuk informan lainnya, sekalipun mereka mempunyai stereotip dan prasangka demikian, namun dalam kesehariannya apabila mereka bertemu dan menjalin hubungan komunikasi dengan Batak Karo, mereka berusaha meminimalisir stereotip dan prasangka tersebut, agar tidak menjadi hambatan dalam komunikasi yang efektif. 7

8 Pergeseran Nilai-nilai dari masing-masing kebudayaan dalam memahami perkawinan antarsuku Batak Toba dan Batak Karo Setelah melakukan penelitian di Desa Surbakti kepada masyarakat Batak Karo dan di Desa Unjur kepada masyarakat Batak Toba, peneliti menemukan banyak nilainilai yang dianut, namun tidak bias dipungkiri bahwa Desa Surbakti (Batak Karo) dan di Desa Unjur (Batak Toba) telah terjadi pergeseran nilai-nilai kebudayaan sebagai berikut: Tabel 01. Pergeseran Nilai-nilai Kebudayaan No. Pergeseran Nilai-nilai Budaya Batak Karo 1. Percakapan antara menantu dengan mertua, antar sesama kakak ipar secara langsung tidak menjadi hal yang tabu lagi. 2. Penyembahan dan pemberian sesajen pada roh nenek moyang sudah jauh berkurang. 3. Uji coba kepada menantu yang baru dengan memasak pakai kayu bakar tidak lagi berlaku. 4. Sistem Impal tidak lagi selalu dipertahankan, karena semakin terbuka untuk orang lain. 5. Kesadaran kerabat keluarga untuk menghadiri pesta tahunan sebagai wadah menjalin hubungan kekeluargaan dan belajar adat semakin menurun. 6. Semakin sedikit orangtua yang mau belajar adat budaya dan tradisi kebudayaan adat Batak Karo di Los (sejenis gedung atau wisma di desa), hanya datang, duduk, diam, makan dan pulang. Pergeseran Nilai-nilai Budaya Batak Toba Pakaian adat Batak Toba yang semakin hari semakin diabaikan, cukup dengan busana kebaya dan jas dan ulos. Sementara zaman dahulu pakaian adat batak Toba itu punya cirri khas sendiri, sortali di kepala dan ulos Sadum. Pembuatan ulos batak Toba yang asli tenun sudah sangat jarang ditemukan. Penatua adat yang jumlahnya semakin minim di suatu desa. Tidak ada anak muda yang mau belajar budaya. Jenis aliran music yang sering digunakan dalam acara adat budaya batak Toba tidak lagi gendang, tetapi sudah membaur dengan music barat, yaitu keyboard. Banyaknya anak muda yang tidak mengerti aksara dan bahasa batak Toba, karena tidak lagi dipelajari di sekolah seperti zaman dahulu. 8

9 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan oleh peneliti, maka terdapat beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara umum, masyarakat Batak Karo di Desa Surbakti Kabupaten Karo tidak melarang anak mereka untuk bergaul dan bahkan menikah dengan orang Batak Toba, karena pemikiran yang sudah terbuka terhadap orang lain di luar suku, namun sebaliknya secara umum masyarakat batak Toba di Desa Unjur Kabupaten Samosir masih melarang anak untuk menikah dengan orang Batak Karo. 2. Perbedaan agama menjadi salah satu hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan bagi kedua suku ini dalam hal perkawinan. 3. Hal yang paling disoroti masyarakat dari masing-masing suku ketika diperhadapkan dengan perkawinan antarsuku Batak Karo dengan Batak Toba adalah ketidaksamaan bahasa atau sistem lambing. 4. Stereotip dari masyarakat suku Batak Toba di Desa Unjur terhadap orang Batak Karo adalah pendendam, tidak jujur, keras, egois, gengsi, malas, masih kuat dalam dunia mistik, penjorok, otak licik. Stereotip dari masyarakat batak Karo di Desa Surbakti terhadap orang Batak Toba adalah pekerja keras, bertanggung jawab, pemarah, tidak gengsi namun harga diri sangat dijunjung tinggi apalagi dalam hal kekerabatan adat-istiadat, kasar, solidaritas yang sangat tinggi, menjunjung tinggi harkat dan martabat dalam menghormati keluarga, pemikiran yang maju untuk meningkatkan pendidikan dan taraf hidup melalui anak-anak. 5. Kedekatan fisik secara geografis turut menentukan perubahan cara pandang masyarakat di masing-masing suku. 6. Kekentalan budaya tampak lebihmelekat pada masyarakat Batak Toba daripada Batak Karo, misalnya penerapan sistem kekerabatan dalihan na Tolu (Batak Toba) dan Sangkep Sitelu (Batak Karo). 7. Kemajuan zaman, perkembangan teknologi, perdagangan bebas, tingkat kebutuhan yang meningkat, minat belajar budaya yang menurun adalah factor-faktor penyebab terjadinya pengikisan nilai-nilai budaya dan tradisi kebudayaan bagi masing-masing suku. SARAN 1. Penelitian mengenai komunikasi antarbudaya hendaknya semakin banyak lagi dikaji oleh mahasiswa/i yang mengambil program studi komunikasi, sehingga penelitian ini pun nantinya bias diperdalam lagi. 2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai hasil referensi bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi yang berencana untuk meneliti lebih lanjut mengenai komunikasi antarbudaya. 3. Besar harapan peneliti, mahasiswa akan melanjutkan penelitian ini dengan sudut pandang yang berbeda dan mendapatkan kesimpulan yang akan 9

10 memperkaya khasanah penelitian di bidang ilmu komunikasi khususnya mengenai komunikasi antarbudaya. 4. Hendaknya setiap orangtua tidak mewariskan budaya self-centre kepada anak, sehingga anak bebas untuk mengenali orang lain di luar suku dan budayanya. 5. Mata pelajaran bahasa daerah hendaknya tetap menjadi bagian dari subjek di sekolah, sehingga anak yang tidak mendapatkan nilai-nilai kebudayaan dalam keluarga dapat memperolehnya dan belajar di sekolah. DAFTAR REFERENSI Feist, Jess dan Georgy G. Feist Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika Bertens, K Etika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum Bungin, Burhan Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Cangara, Hafied Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Idrus, Muhammad Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga Kriyantono, Rachmat Teknik Praktis Komunikasi. Jakarta: Kencana Liliweri, Alo Gatra-gatra Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Lubis, Lusiana Pemahaman Praktis Komunikasi Antarbudaya. Medan: USU PRESS Mulyana, Deddy Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya Rakhmat, Jalaluddin Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Robert Studi Kasus. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Tinambunan, Djapiter Orang Batak Kasar? Membangun Citra dan Karakter. Jakarta: Elex Media Komputindo 10

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Istilah komunikasi bukanlah suatu istilah yang baru bagi kita. Bahkan komunikasi itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban umat manusia, dimana pesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang lain, baik itu komunikasi Verbal maupun Non verbal. Dimana tanpa adanya komunikasi maka

Lebih terperinci

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Asimilasi Pernikahan Jawa dan Minangkabau) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta 74 Komuniti, Vol. VII, No. 2, September 2015 CULTURE SHOCK SANTRI LUAR JAWA DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DI JAWA (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF CULTURE SHOCK SANTRI ETNIS LUAR JAWA DENGAN SANTRI ETNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam adat Batak Toba, penyatuan dua orang dari anggota masyarakat melalui perkawinan tidak bisa dilepaskan dari kepentingan kelompok masyarakat bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang terkenal akan keanearagaman budaya yang dimiliki setiap suku bangsa yang mendiami wilayahnya. Kemajemukan Indonesia tercermin

Lebih terperinci

bersikap kolot, dan lebih mudah menerima perubahan yang terjadi di dalam masyarakat terutama pada perempuan yang tidak menikah ini.

bersikap kolot, dan lebih mudah menerima perubahan yang terjadi di dalam masyarakat terutama pada perempuan yang tidak menikah ini. BAB V KESIMPULAN Suku Batak Toba merupakan suku yang kaya akan budaya salah satunya falasafah Dalihan Na Tolu yang menjadi landasan orang Batak Toba dalam bermasyarakat. Dalihan Na Tolu ini mengandung

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, beberapa budaya Indonesia yang terkikis oleh budaya barat sehingga generasi muda hampir melupakan budaya bangsa sendiri. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat lebih dari 500 etnis di Indonesia (Suryadinata, 1999). Suku Batak merupakan

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang Masalah

I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang lain dan kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai alat untuk mempersatukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki ciri khas dengan berbagai macam bentuk keberagaman. Keberagaman tersebut terlihat dari adanya perbedaan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan menjadi identitasnya masing-masing. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki beragam kebudayaan,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara LAMIRAN DEARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU OLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jl. Dr. A. Sofyan No. 1 Telp. (061) 8217168 LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRISI NAMA : Liberty T. Togatorop

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda. Masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai etnis dengan berbagai nilai budaya dan beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai perbedaan latar belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam ciri-ciri fisik,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi berikutnya. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simalungun merupakan salah satu suku dengan ragam keunikan yang dimiliki, tanah yang subur, masyarakat yang ramah dan lemah lembut. Memiliki kekayaan warisan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat

Lebih terperinci

DINAMIKA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DI KALANGAN MAHASISWA FISIP USU DALAM MENJAGA HARMONISASI. Fipit Novita Sari

DINAMIKA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DI KALANGAN MAHASISWA FISIP USU DALAM MENJAGA HARMONISASI. Fipit Novita Sari DINAMIKA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DI KALANGAN MAHASISWA FISIP USU DALAM MENJAGA HARMONISASI Fipit Novita Sari 100904099 ABSTRAK Skripsi ini berisi penelitian mengenai bagaimana dinamika komunikasi antarbudaya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA Adat bagi masyarakat Batak Toba merupakan hukum yang harus dipelihara sepanjang hidupnya. Adat yang diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan. (Huvigurst dalam Hurlock, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan. (Huvigurst dalam Hurlock, 2000). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki salah satu tugas perkembangan untuk mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan mengarahkan individu tersebut untuk melangsungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10 BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH Orang Batak Toba sebagai salah satu sub suku Batak memiliki perangkat struktur dan sistem sosial yang merupakan warisan dari nenek moyang. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki beranekaragam suku bangsa, tentu memiliki puluhan bahkan ratusan adat budaya. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, khususnya daerah di sekitar Danau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi dalam hidupnya. Kebutuhan akan komunikasi diawali dengan asumsi

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi dalam hidupnya. Kebutuhan akan komunikasi diawali dengan asumsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan komunikasi dalam hidupnya. Kebutuhan akan komunikasi diawali dengan asumsi bahwasanya komunikasi berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan terlepas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan terlepas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan terlepas selama manusia itu ada dalam berbagai interaksi sosialnya, baik itu konflik perorangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Masyarakat majemuk yang hidup bersama dalam satu wilayah terdiri dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda tentunya sangat rentan dengan gesekan yang dapat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis profil keluarga Rifa iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain untuk melengkapi kehidupannya. Proses pernikahan menjadi salah satu upaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi antarpersonalnya menjadi berbeda satu dengan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi antarpersonalnya menjadi berbeda satu dengan yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penelitian Jakarta sebagai Ibu Kota Indonesia adalah tempat bagi kurang lebih satu juta penduduk yang heterogen. Berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang-orang

Lebih terperinci

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MAHASISWA THAILAND DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS FARMAKOLOGI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MAHASISWA THAILAND DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS FARMAKOLOGI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 13 KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MAHASISWA THAILAND DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS FARMAKOLOGI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Dwi Nurani Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia. yang dilalui untuk dapat mempertahankan dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia. yang dilalui untuk dapat mempertahankan dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahkluk Tuhan yang paling sempurna. Manusia diberi akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia memiliki kodrat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB I. marga pada masyarakat Batak. Marga pada masyarakat Batak merupakan nama. Dalam kultur masyarakat Batak terkenal dengan 3 H, yaitu hamoraon

BAB I. marga pada masyarakat Batak. Marga pada masyarakat Batak merupakan nama. Dalam kultur masyarakat Batak terkenal dengan 3 H, yaitu hamoraon BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera Utara. Nama Batak merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

PASAR SEBAGAI SARANA KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA (Studi Deskriptif Pedagang Pasar Segiri Samarinda)

PASAR SEBAGAI SARANA KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA (Studi Deskriptif Pedagang Pasar Segiri Samarinda) ejournal lmu Komunikasi, 2014, 2 (1): 155-165 ISSN 0000-0000, ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id Copyright 2014 PASAR SEBAGAI SARANA KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA (Studi Deskriptif Pedagang Pasar Segiri Samarinda)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu praktek kebudayaan yang paling mengundang upaya perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa Indonesia

Lebih terperinci

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara majemuk yang dikenal dengan keanekaragaman suku dan budayanya, dimana penduduk yang berdiam dan merupakan suku asli negara memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Adat istiadat merupakan konsepsi pemikiran yang lahir sebagai rangkaian pemikiran manusia yang bersumber dari hakikat kemajuan akalnya. Sebelumnya disebut bahwa adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang terdiri dari beragam budaya dan ragam bahasa daerah yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan antara suku bangsa, yang harus saling menghargai nilai nilai

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan antara suku bangsa, yang harus saling menghargai nilai nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk yang terkenal dengan beranekaragam suku bangsa, setiap suku bangsa mempunyai adat dan budaya sendiri. Dimana ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki kebudayaan sendiri yang menjadi ciri khas bagi setiap suku tersebut. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN

BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN a. Latar Belakang (Times New Roman 14) Menguraikan tentang alasan dan motivasi dari penulis terhadap topik permasalahan yang diteliti / dikaji. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.tanah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.tanah bagi manusia memiliki arti yang sangat penting. Hubungan antara manusia dan tanah tidak dapat dipisahkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar dalam menjalankan tata hukum di Indonesia. Oleh sebab itu, untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batak Angkola bermukim di daerah Tapanuli Bagian Selatan yang merupakan. Etnis Angkola bekerja sebagai petani dan beragama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Batak Angkola bermukim di daerah Tapanuli Bagian Selatan yang merupakan. Etnis Angkola bekerja sebagai petani dan beragama Islam. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera Utara. Nama Batak Merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasi beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan seni dan budayanya. Hal itu telihat dari keberagaman suku yang dimiliki Bangsa Indonesia, mulai dari cara hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merayakan upacara-upacara yang terkait pada lingkaran kehidupan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat Karo. Upacara atau perayaan berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua manusia yang ada di dunia ini pasti memiliki kebudayaan tersendiri. Keduanya tidak mungkin dipisahkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa penting tersebut dikaitkan dengan upacaraupacara yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan jenjang awal pembentukan masyarakat, dari suatu parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di dalamnya akan lahir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang

Lebih terperinci

PERAN IDENTITAS ETNIS DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA KOMUNITAS INDIA TAMIL DI KAMPUNG MADRAS KOTA MEDAN SRI HANDAYANI TAMPUBOLON

PERAN IDENTITAS ETNIS DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA KOMUNITAS INDIA TAMIL DI KAMPUNG MADRAS KOTA MEDAN SRI HANDAYANI TAMPUBOLON PERAN IDENTITAS ETNIS DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA PADA KOMUNITAS INDIA TAMIL DI KAMPUNG MADRAS KOTA MEDAN SRI HANDAYANI TAMPUBOLON 100904024 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Peran Identitas Etnis dalam

Lebih terperinci

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

(Elisabeth Riahta Santhany) ( ) 292 LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMBERITAHUAN AWAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA Saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah saudara luangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia terhadap perbedaan suku bangsa dan budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Setiap daerah masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau disebut makhluk bermasyarakat, selain itu manusia juga diberikan akal dan pikiran yang berkembang serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa, yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan berbangsa

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. remaja etnis Jawa di Pasar Kliwon Solo, sejauh ini telah berjalan baik,

BAB IV PENUTUP. remaja etnis Jawa di Pasar Kliwon Solo, sejauh ini telah berjalan baik, BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan dan analisa data, maka dapat disimpulkan komunikasi antarbudaya remaja etnis keturunan Arab dengan remaja etnis Jawa di Pasar Kliwon Solo, sejauh ini

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : akomodasi, jawa, batak, interaksi

ABSTRAK. Kata kunci : akomodasi, jawa, batak, interaksi ABSTRAK Judul Skripsi : Pengalaman Akomodasi Komunikasi (Kasus: Interaksi Etnis Jawa dengan Etnis Batak) Nama : Osa Patra Rikastana NIM : 14030111140104 Jurusan : Ilmu Komunikasi Geografis Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, dengan WNA dari budaya barat (Sabon, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, dengan WNA dari budaya barat (Sabon, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, terutama di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya Jakarta. Menurut Faradila, berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. yakni menjadi seorang muslim yang tidak menanggalkan identitas sebagai orang Batak Toba. Sebab untuk saat ini dan akan datang

BAB V PENUTUP. yakni menjadi seorang muslim yang tidak menanggalkan identitas sebagai orang Batak Toba. Sebab untuk saat ini dan akan datang BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Proses keberlangsungan pendidikan akhlak disejumlah daerah pada setiap keluarga Batak Toba Islam secara subtansial dapat dikatakan berasal dari pesan ajaran Islam serta pesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I ini berisi pendahuluan yang membahas latar belakang penelitian. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan masalah dan rumusan masalah. Tujuan

Lebih terperinci

KOMUNIKASI ADAPTASI KELUARGA DALAM REMARRIAGE SUMMARY SKRIPSI. Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1.

KOMUNIKASI ADAPTASI KELUARGA DALAM REMARRIAGE SUMMARY SKRIPSI. Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1. KOMUNIKASI ADAPTASI KELUARGA DALAM REMARRIAGE SUMMARY SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Antarbudaya Dalam ilmu sosial, individu merupakan bagian terkecil dalam sebuah masyarakat yang di dalamnya terkandung identitas masing-masing. Identitas tersebut yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman budaya, suku dan kesenian yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling berkomunikasi. Manusia juga pada dasarnya memiliki dua kedudukan dalam hidup, yaitu sebagai makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak.

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hula - hula dalam adat Batak Toba adalah keluarga laki-laki dari pihak istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. Hula - hula merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa wilayah di Indonesia. Di pulau Sumatera sendiri khususnya di Sumatera Utara, suku Batak bisa ditemukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang kaya budaya dan keberagaman etnis, bahasa, tradisi, adat istiadat, dan cara berpakaian. Indonesia terkenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera merupakan pulau keenam terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut menghasilkan berbagai macam tradisi dan budaya yang beragam disetiap

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut menghasilkan berbagai macam tradisi dan budaya yang beragam disetiap BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Indonesia adalah Negara majemuk dimana kemajemukan tersebut mengantarkan Negara ini kedalam berbagai macam suku bangsa yang terdapat didalamnya. Keaneka ragaman suku

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami 114 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami dibawah tangan pada masyarakat batak toba di Kota Bandar Lampung saat ini, maka dapat disimpulkan

Lebih terperinci

STRATEGI KOMUNIKASI EFEKTIF SUAMI-ISTRI BEDA BUDAYA DALAM MENDIDIK ANAK

STRATEGI KOMUNIKASI EFEKTIF SUAMI-ISTRI BEDA BUDAYA DALAM MENDIDIK ANAK STRATEGI KOMUNIKASI EFEKTIF SUAMI-ISTRI BEDA BUDAYA DALAM MENDIDIK ANAK (Studi Kasus Pasangan Suami-Istri Suku Jawa-Batak Toba Dalam Mendidik Anak di Kota Medan) Lucy V. Hutajulu Abstrak ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Budaya merupakan suatu

Lebih terperinci

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS) Oleh : Ira Purwitasari

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS) Oleh : Ira Purwitasari FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA PERTEMUAN 4 MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS) Oleh : Ira Purwitasari POKOK BAHASAN Memahami Perbedaan Perbedaan Budaya DESKRIPSI Modul ini membahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak berdomisili di daerah Sumatera Utara. Etnik Batak ini terdiri dari enam sub etnik yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang memiliki keragaman atas dasar suku (etnis), adat istiadat, agama, bahasa dan lainnya. Masyarakat etnis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh masyarakat adat batak toba. Sistem ini dalam arti positif merupakan suatu sistem dimana seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri atas berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Salah satunya adalah etnis Batak. Etnis

Lebih terperinci

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari PERTEMUAN 15 FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari POKOK BAHASAN Penelitian Komunikasi Antarbudaya DESKRIPSI Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana pada masa tersebut terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Periode ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ciri khas yang menjadi identitas bagi mereka. Cimpa, terites, tasak telu

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ciri khas yang menjadi identitas bagi mereka. Cimpa, terites, tasak telu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki ciri khas masing-masing yang membedakannya dengan suku lain. Ciri khas inilah yang akan membentuk identitas suatu suku bangsa. Identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah diketahui bahwa penduduk Indonesia adalah multietnik (plural society). Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: )

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: ) 11. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Upacara Adat Upacara adalah sistem aktifitas atau rangkaian atau tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia dilahirkan seorang diri, tetapi manusia adalah makhluk sosial yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup bermasyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal tersebut dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mendukung dimiliki di jalur kehidupan yang sedang dilalui.

BAB I PENDAHULUAN. yang mendukung dimiliki di jalur kehidupan yang sedang dilalui. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan berkeluarga atau menempuh kehidupan dalam perkawinan adalah harapan dan niat yang wajar dan sehat dari setiap anak-anak muda dan remaja dalam masa perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Sumatera Utara merupakan salah satu daerah pariwisata yang berpotensi di Indonesia. Potensi pariwisata yang ada di Sumatera Utara antara lain keindahan alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Informasi merupakan suatu hal terpenting dalam kehidupan. Banyak cara untuk mendapatkan informasi, melalui media televisi maupun radio. Majalah dan koran

Lebih terperinci