BAB I PENDAHULUAN. fungsi pengawasan dan sistem pengendalian intern yang baik atas pelaksanaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. fungsi pengawasan dan sistem pengendalian intern yang baik atas pelaksanaan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan masyarakat akan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) menghendaki adanya pelaksanaan fungsi pengawasan dan sistem pengendalian intern yang baik atas pelaksanaan pemerintahan dan pengelolaan keuangan negara. Pelaksanaan fungsi pengawasan dilaksanakan untuk menjamin bahwa semua kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan rencana yang telah ditetapkan serta untuk menjamin bahwa tujuan tercapai secara hemat, efisien, dan efektif. Komisi Pemberantasan Korupsi mengungkapkan bahwa dalam periode tahun 2013 hingga akhir tahun 2014 banyak kasus korupsi yang melibatkan aparat Pemerintah Pusat/Kementerian/Lembaga serta beberapa kasus korupsi yang melibatkan aparat Pemerintah Daerah ( 31 Agustus 2014). Berbagai kasus korupsi ini juga melibatkan DPR baik Pusat, Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Sedangkan berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan Indonesia Corruption Watch (ICW) dari tanggal 1 Januari hingga 27 Desember 2014 mengungkapkan bahwa total kasus korupsi di tahun 2014 adalah 629 kasus dengan jumlah tersangka orang (Suara Pembaruan, 2015). Begitu juga dengan berbagai kasus korupsi yang terjadi di Provinsi Bali dari tahun 2010 sampai tahun 2013 seperti terilihat pada Tabel 1.1:

2 2 Tabel 1.1 Jumlah Kasus Korupsi di Provinsi Bali Tahun NOMOR TAHUN JUMLAH KASUS KORUPSI Sumber : BPKP dan Pengadilan Negeri Denpasar, 2014 Tabel 1.1 menunjukkan bahwa perkembangan jumlah kasus korupsi yang terjadi di Provinsi Bali dalam tahun terlihat dinamis. Dari tahun 2010 ke 2011 mengalami penurunan yang cukup signifikan sebesar 30% (9 kasus) dan dari tahun 2011 ke 2012 turun 5% (1 kasus). Namun mulai tahun justru jumlah kasus korupsi kembali mengalami peningkatan sebesar 25% (5 kasus). Berbagai indikasi kasus korupsi ini secara keseluruhan akan mengakibatkan kerugian keuangan negara. Adanya unsur kerugian keuangan negara, maka perlu ada penghitungan keuangan atau audit investigasi untuk menentukan besar kecilnya kerugian keuangan yang diderita oleh negara. Perhitungan kerugian keuangan negara dan pembuktiannya tersebut, biasanya kasus-kasus yang sulit penghitungannya aparat penegak hukum meminta bantuan instansi atau bekerja sama dengan instansi terkait yang mempunyai keahlian dalam masalah audit keuangan. Penegak hukum pada umumnya meminta bantuan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), karena instansi tersebut

3 3 mempunyai auditor yang memiliki keahlian dalam melakukan audit investigasi dan penghitungan masalah keuangan, sehingga kualitas audit atas audit investigasi yang dilaksanakan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini sesuai dengan fungsi BPKP dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia No.192 Tahun 2014 dinyatakan bahwa pengawasan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program dan/atau kegiatan yang dapat menghambat kelancaran pembangunan, audit atas penyesuaian harga, audit klaim, audit isvestigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara/daerah, audit penghitungan kerugian keuangan negara/daerah, pemberian keterangan ahli, dan upaya pencegahan korupsi. Berdasarkan PERMENPAN No: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dinyatakan dalam standar umum audit kinerja dan audit investigasi meliputi standar-standar yang terkait dengan karakteriktik organisasi dan individu-individu yang melakukan kegiatan audit harus independen, obyektif, memiliki keahlian (latar belakang pendidikan, kompetensi teknis dan sertifikasi jabatan dan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan), kecermatan profesional dan kepatuhan terhadap kode etik. Christiawan (2002:24) menyatakan bahwa kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi. Auditor mempunyai kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka kepada organisasi di mana mereka tersebut bekerja, profesi auditor, masyarakat, dan diri auditor itu sendiri dengan menunjukkan kualitas hasil pemeriksaan yang berkualitas. Kualitas audit yang baik pada prinsipnya dapat dicapai jika auditor menerapkan standar - standar dan

4 4 prinsip - prinsip audit, bersikap bebas tanpa memihak, patuh kepada hukum serta mentaati kode etik profesi. Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dalam bidang praktek akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap auditor. Mulyadi dan Puradiredja (1998:25) menyatakan independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, dan tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor saat merumuskan dan menyatakan pendapatnya serta mempertimbangkan fakta. Auditor dituntut untuk selalu berpikir kritis terhadap bukti audit dengan selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi terhadap bukti audit tersebut. Penggunaan kemahiran profesional (due professional care) dengan cermat dan seksama memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan (fraud). Tuntutan laporan yang berkualitas dengan anggaran waktu terbatas tentu saja merupakan tekanan tersendiri bagi auditor. Kondisi yang tertekan (secara waktu) dapat mengakibatkan auditor cenderung berperilaku disfungsional, seperti terlalu percaya kepada penjelasan dan presentasi klien, serta gagal mengivestigasi isu-isu relevan, yang pada gilirannya dapat menghasilkan laporan audit dengan kualitas rendah. Coram dkk. (2004:6) menunjukkan terdapat penurunan kualitas audit pada auditor yang mengalami tekanan dikarenakan anggaran waktu yang sangat ketat. Situasi seperti ini merupakan tantangan tersendiri bagi auditor,

5 5 dengan anggaran waktu yang terbatas, mereka dituntut untuk menghasilkan laporan audit yang berkualitas. Salah satu metode untuk meningkatkan pengolahan informasi agar dapat memberikan kualitas yang baik adalah dengan meningkatkan tingkat keterlibatan anggota. Keterlibatan anggota organisasi dapat dilaksanakan dengan meningkatkan komitmen organisasi mereka. Komitmen organisasi dibangun atas dasar kepercayaan pekerja atas nilai-nilai organisasi, kerelaan pekerja membantu mewujudkan tujuan organisasi dan loyalitas untuk tetap menjadi anggota organisasi. Penelitian ini dilakukankan untuk mengetahui pengaruh independensi, due professional care, time budget pressure, pada kualitas audit dengan komitmen organisasi sebagai variable pemoderasi. Penelitian dengan topik ini penting dilakukan karena dalam beberapa penelitian menunjukkan ada ketidakkonsistenan antara satu penelitian dengan penelitian lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Bawono dkk. (2010), Wulandari (2010), Ardini (2010), Satria (2012), Yenny (2012) dan Gunawan (2012) yang menunjukan bahwa independensi auditor berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Sukriah (2009), Carolita (2012), Ayuningtyas (2012), dan Faisal dkk. (2012) yang menunjukkan bahwa independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Penelitian yang dilakukan Bawono dkk (2010), Wulandari (2010) dan Satria (2012) menunjukan bahwa (due professional care) profesionalisme auditor berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit. Namun penelitian yang dilaksanakan Netty dkk. (2012), Faisal dkk. (2012) dan

6 6 Saripudin (2012) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa due professional care tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Penelitian yang dilakukan Andin Prasita dan Priyo Hari (2007) memberi hasil bahwa kompleksitas audit dan tekanan anggaran waktu berpengaruh negatif terhadap kualitas audit, sedangkan penelitian Basuki dan Mahardani (2006) dan Sososutikno (2003) menunjukkan bahwa tekanan anggaran waktu tidak memiliki pengaruh terhadap kualitas audit. Adanya beberapa penelitian yang menunjukkan hasil yang tidak konsisten satu dengan lainnya, menurut Govindarajan (1986) dapat digunakan pendekatan kontijensi untuk menyelesaikan perbedaan dari berbagai penelitian tersebut. Pendekatan kontijensi memungkinkan adanya variabel-variabel lain yang dapat bertindak sebagai faktor pemoderasi yang mempengaruhi hubungan antara independensi, due professional care, time budget pressure, dengan kualitas audit. Komitmen organisasi sebagai variabel moderating dengan dasar pertimbangan yaitu adanya ketidakkonsistenan dari hasil penelitian sebelumnya. Teori sosialisasi kelompok yang dikemukakan oleh Moreland, et al (1993), menyimpulkan bahwa baik kelompok maupun individu akan melakukan proses evaluasi di dalam hubungan bersama yang akan menimbulkan perubahan perasaan yang berpengaruh terhadap komitmen. Semakin tinggi perasaan positif individu tersebut, maka akan semakin besar pula komitmen organisasinya. Komitmen organisasi itu sendiri merupakan suatu hasrat yang mendorong individu untuk melaksanakan kegiatan demi kesuksesan organisasi (Wiener, 1982 dalam Sumarno, 2005). Adanya komitmen organisasi dalam diri anggota organisasi akan

7 7 memberikan hasil kualitas yang baik atas pekerjaan yang sedang dan akan dilaksanakan sehingga memberikan kesuksesan organisasinya. Riset yang dilaksanakan berkaitan dengan kualitas audit relatif banyak dilakukan di Indonesia baik pada sektor perekonomian maupun pada sektor publik (pemerintah). Adanya faktor situasional pada masing-masing organisasi menyebabkan peneliti termotivasi untuk melakukan pengujian kembali. Responden pada penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Bali. Alasan peneliti menggunakan responden tersebut karena auditor pemerintah yang bekerja di BPKP memiliki tuntutan hasil kerja yang tinggi atas perannya agar menghasilkan audit yang berkualitas yaitu dengan memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang berkaitan dengan adanya tindakan penyimpangan keuangan negara. Banyaknya kasus korupsi yang terjadi di pemerintahan baik pusat maupun daerah membuat hasil kinerja/pemeriksaan BPKP semakin menjadi sorotan. Fenomena tersebut membuat penelitian ini penting untuk dilakukan. Terlebih lagi terdapat inkonsistensi hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya sehingga penting untuk melakukan penelitian kembali untuk memperoleh kejelasan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu: 1) Apakah independensi berpengaruh pada kualitas audit? 2) Apakah due professional care berpengaruh pada kualitas audit? 3) Apakah time budget pressure berpengaruh pada kualitas audit?

8 8 4) Apakah komitmen organisasi memoderasi pengaruh independensi pada kualitas audit? 5) Apakah komitmen organisasi memoderasi pengaruh due professional care pada kualitas audit? 6) Apakah komitmen organisasi memoderasi pengaruh time budget pressure pada kualitas audit? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan penelitian, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui pengaruh independensi pada kualitas audit. 2) Untuk mengetahui pengaruh due professional care pada kualitas audit. 3) Untuk mengetahui pengaruh time budget pressure pada kualitas audit. 4) Untuk mengetahui pengaruh moderasi komitmen organisasi dalam memengaruhi independensi pada kualitas audit. 5) Untuk mengetahui pengaruh moderasi komitmen organisasi dalam memengaruhi due professional care pada kualitas audit. 6) Untuk mengetahui pengaruh moderasi komitmen organisasi dalam memengaruhi time budget pressure pada kualitas audit. 1.4 Manfaat Penelitian berikut: Adapun manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah sebagai

9 9 1) Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan bukti empiris mengenai ada tidaknya pengaruh independensi, due professional care, time budget pressure pada kualitas audit dengan komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menunjukkan dukungan atau penolakan pada penerapan teori keagenan dalam menjelaskan hubungan independensi, due professional care, time budget pressure pada kualitas audit, terutama dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang muncul antara principal dan agent dalam kualitas audit. 2) Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi peneliti lain yang berminat dan tertarik memperdalam penelitian di bidang akuntansi khususnya pada konsentrasi audit di sektor publik (pemerintahan). Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan bahan pertimbangan bagi pihak BPKP dalam memberikan informasi guna memperluas pengetahuan mengenai kualitas audit sekaligus sebagai suatu masukan dalam meningkatkan kinerja para auditornya.

10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Agensi Teori Agensi muncul karena prinsipal dan agen memiliki kepentingan yang tidak selaras. Teori ini mengasumsikan bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara prinsipal dan agen (Jensen dan Meckling, 1976). Teori Agensi menjelaskan fenomena yang terjadi apabila atasan mendelegasikan wewenangnya kepada bawahan untuk melakukan suatu tugas atau otorisasi untuk membuat keputusan (Anthony dan Govindarajan, 2011). Teori keagenan juga menyatakan bahwa entitas merupakan urat nadi dari hubungan-hubungan keagenan dan mencoba untuk memahami perilaku organisasi dengan menguji bagaimana pihak-pihak dalam hubungan keagenan tersebut memaksimumkan utilitas melalui kerjasama. Zimmerman (1977) mengatakan bahwa agency problem terjadi dalam semua jenis organisasi, di sektor privat antara pemegang saham dengan manajemen, di sektor publik antara politisi dengan voters (rakyat). Politisi diasumsikan sebagai pihak yang mementingkan kepentingan pribadi/kelompok, sehingga memaksimalkan kekayaan ditentukan apakah mereka akan dipilih kembali. Kepentingan politisi adalah agar dapat dipilih kembali oleh rakyat, sehingga eksekutif dapat memanfaatkan anggaran negara demi kepentingan individu/kelompoknya. 10

11 11 Adanya asimetri informasi antara politisi dan rakyat, maka laporan keuangan pemerintah baik pusat maupun daerah perlu diaudit oleh pihak yang independen. Menurut UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. BPKP adalah lembaga yang bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara terutama yang berkaitan dengan adanya tindakan penyimpangan keuangan negara. Laporan hasil pemeriksaan BPKP dapat memuat temuan, kesimpulan dan rekomendasi tergantung lingkup pemeriksaannya. Pemeriksaan yang dilaksanakan auditor berdasarkan independensi, due professional case, dan time budget pressure dengan komitmen organisasi sebagai pemoderasi. Hasil pemeriksaan ini merupakan bagian dari pertanggungjawaban pemerintah sebagai agen kepada rakyat sebagai principal yang menginginkan transparansi penggunaan anggaran negara. Struktur Organisasi Pemerintahan seperti BPKP, teori keagenan bisa terjadi antara pimpinan dengan para staf. Pimpinan dapat berlaku sebagai principal yang akan memonitoring kinerja agen, efisiensi biaya dan menentukan biaya (cost) yang mesti dikeluarkan untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Sedangkan para staf dapat bertindak sebagai agen yang mempunyai informasi yang lebih banyak tentang kinerja aktual, motivasi dan tujuan organisasi, yang berpotensi menciptakan moral hazard dan adverse selection. Pertanggungjawaban

12 12 staf selaku agen dalam melaksanakan kinerjanya sangat dimonitoring oleh pimpinan yang bertindak selaku principal. 2.2 Pendekatan Kontijensi Pendekatan kontijensi harus diidentifikasi pada aspek yang spesifik dari sistem akuntansi yang digabungkan dengan keadaan yang telah ditentukan secara tepat dengan perbandingan yang sesuai. Suatu gagasan yang menjustifikasi pengadopsian pendekatan kontijensi pada akuntansi manajemen muncul sebagai suatu kebutuhan untuk menginterpretasikan hasil riset empiris. Konsep seperti teknologi, struktur organisasi diharapkan dapat menjelaskan bagaimana sistem akuntansi dihasilkan, berbeda pada suatu situasi tertentu. Pendekatan kontijensi memberi penekanan pada perlunya memfokuskan pada perubahan. Tidak ada satu aturan atau hukum yang memberi solusi terbaik untuk setiap waktu, tempat, semua orang atau semua situasi. Ada beberapa anggapan dasar dalam pendekatan kontijensi, yaitu antara lain: 1) Manajemen pada dasarnya bersifat situasional. Konsekuensinya teknikteknik manajemen sangat bergantung pada situasi yang dihadapi. Jika teknik yang digunakan sesuai dengan permintaan lingkungan, maka teknik tersebut dikatakan efektif dan berhasil. Diversitas dan kompleksitas situasi eksternal yang dihadapi organisasi harus di pecahkan dengan teknik yang sesuai. 2) Manajemen harus mengadopsi pendekatan dan strategi sesuai dengan permintaan setiap situasi yang dihadapi. Kebijakan dan praktik manajemen yang secara spontan dapat merespon setiap perubahan lingkungan bisa

13 13 dikatakan efektif. Untuk mencapai keefektifan ini organisasi harus mendesain struktur organisasinya, gaya kepemimpinannya, dan sistem pengendalian yang berorientasi terhadap situasi yang dihadapi. 3) Ketika keefektifan dan kesuksesan manajemen dihubungkan secara langsung dengan kemampuannya menghadapi lingkungan dan setiap perubahan dapat diatasi, maka harus ditingkatkan keterampilan mendiagnosa yang proaktif untuk mengantisipasi perubahan lingkungan yang komprehensif. 4) Manajer yang sukses harus menerima bahwa tidak ada satu cara terbaik dalam mengelola suatu organisasi. Mereka harus mempertimbangkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik manajemen yang dapat diaplikasikan untuk semua waktu dan semua kebutuhan. Tidak ada solusi yang dapat diaplikasikan secara universal. Beberapa penelitian sebelumnya yang mengindikasikan hasil yang saling bertentangan mengenai hubungan antara independensi, due professional care, time budget pressure, dengan kualitas audit. Govindarajan (1986) menyatakan bahwa jika beberapa penelitian yang menunjukkan hasil yang tidak konsisten satu dengan lain dapat digunakan pendekatan kontijensi untuk menyelesaikan perbedaan dari berbagai penelitian tersebut. Pendekatan kontijensi memungkinkan adanya variabel-variabel lain yang dapat bertindak sebagai faktor pemoderasi yang mempengaruhi hubungan antara independensi, due professional care, time budget pressure, dengan kualitas audit. Faktor kontijensi yang akan digunakan adalah komitmen organisasi.

14 Kualitas Audit Moize (1986) dalam Elfarini (2007:17) menyatakan bahwa pengukuran kualitas proses audit terpusat pada kinerja yang dilakukan auditor dan kepatuhan pada standar yang telah digariskan. De Angelo (1981:115) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan (probability) di mana auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi klien. Behn, et al. (1997) dalam Widagdo, et al. (2002:565) mengembangkan atribut kualitas audit yang salah satu diantaranya adalah standar etika yang tinggi, sedangkan atribut-atribut lainnya terkait dengan keahlian dan independensi auditor. Carcello (1992:5-6) untuk menentukan faktor-faktor penentu kualitas jasa audit, yaitu dengan melakukan survey terhadap pembuat laporan keuangan, pengguna dan auditornya dengan meringkas 41 atribut kualitas audit menjadi hanya 12 faktor penentu kualitas audit dan juga digunakan Behn, et al. (1997) untuk menghubungkan kualitas audit dengan kepuasan klien/auditee, yaitu: 1) Pengalaman tim audit dan KAP dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan klien. 2) Keahlian/pemahaman terhadap industri klien. 3) Responsif atas kebutuhan klien. 4) Kompetensi anggota-anggota tim audit terhadap prinsip-prinsip akuntansi dan norma-norma pemeriksaan. 5) Sikap independensi dalam segala hal dari individu-individu tim audit dan KAP.

15 15 6) Anggota tim audit sebagai suatu kelompok yang bersifat hati-hati. 7) KAP memiliki komitmen yang kuat terhadap kualitas. 8) Keterlibatan pimpinan KAP dalam pelaksanaan audit. 9) Pelaksanaan audit lapangan 10) Keterlibatan komite audit sebelum, pada saat, dan sesudah audit. 11) Standar-standar etika yang tinggi dari anggota-anggota tim audit. 12) Menjaga sikap skeptis dari anggota-anggota tim audit. Financial Accounting Standard Commettee 2000 menyatakan bahwa kualitas audit ditentukan oleh dua hal, keahlian (kompetensi) dan independensi. Kualitas ini mempunyai pengaruh langsung terhadap kualitas auditor. Laporan keuangan menggunakan persepsi bahwa kualitas audit adalah suatu fungsi untuk menggambarkan independensi auditor dan keahlian auditor tersebut. Mulyadi (2002:33) menyatakan bahwa audit adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan tentang kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Berdasarkan PER/05/M.PAN/03/2008 yang mengatur tentang standar pelaporan audit investigatif dinyatakan bahwa kualitas pelaporan (audit) ditentukan oleh laporan hasil audit yang harus akurat, jelas, lengkap, singkat dan disusun dengan logis, tepat waktu, dan obyektif. Suatu laporan harus akurat dan jelas, singkat, menunjukkan hasil-hasil relevan dan upaya auditor investigatif. Laporan harus disajikan secara langsung, tepat secara gramatikal, menghindari penggunaan kata yang tidak perlu, mengganggu, atau membingungkan. Laporan

16 16 harus disajikan dengan baik, relevan dengan audit investigatif, dan mendukung penyajian. Semua audit investigatif harus dilaksanakan dan dilaporkan secara cermat dan tepat waktu. Hal ini disebabkan besarnya dampak hasil audit investigatif terhadap karir seseorang atau kehidupan suatu organisasi. 2.4 Independensi Independensi adalah sikap tidak memihak. Independensi adalah salah satu faktor yang menentukan kredibilitas pendapat auditor. Kata kunci dalam pengertian independensi, yaitu: 1) Objektivitas, yaitu suatu kondisi yang tidak bias, adil, dan tidak memihak. 2) Integritas, yaitu prinsip moral yang tidak memihak, jujur, memandang dan mengemukakan fakta apa adanya. Standar Audit APIP yang diatur dalam PERMENPAN Nomor PER/05/M.PAN/03/2008, dalam semua hal yang berkaitan dengan audit, APIP harus independen dan auditor harus obyektif dalam pelaksanaan tugasnya. Penilaian untuk independensi dan obyektifitas, yaitu: 1) Status APIP dalam organisasi 2) Kebijakan untuk menjaga obyektifitas auditor terhadap obyek audit. Pimpinan APIP bertanggung jawab kepada pimpinan tertinggi organisasi agar tanggung jawab pelaksanaan audit dapat terpenuhi. Posisi APIP ditempatkan secara tepat sehingga bebas dari intervensi, dan memproleh dukungan yang memadai dari pimpinan tertinggi organisasi sehingga dapat bekerjasama dengan auditan dan melaksanakan pekerjaan dengan leluasa. Meskipun demikian, APIP

17 17 harus membina hubungan kerja yang baik dengan auditan terutama saling memahami diantara peran masing masing lembaga. Auditor harus memiliki sikap yang netral dan tidak bias serta menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan dan melaporkan pekerjaan yang dilakukannya. Auditor harus objektif dalam melaksanakan audit. Prinsip objektifitas mensyaratkan agar auditor dalam melaksanakan audit dengan jujur dan tidak mengkompromikan kualitas. Pimpinan APIP tidak diperkenankan menempatkan auditor dalam situasi yang membuat auditor tidak mampu mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan profesionalnya. Jika independensi atau objektifitas terganggu, baik secara faktual maupun penampilan, maka gangguan tersebut harus dilaporkan kepada pimpinan APIP. Auditor harus melaporkan kepada pimpinan APIP mengenai situasi adanya dan atau interpretasi adanya konflik kepentingan, ketidakindependenan atau bias. Pimpinan APIP harus menggantikan auditor yang menyampaikan situasinya dengan auditor lainnya yang bebas dari situasi tersebut. Auditor yang mempunyai hubungan yang dekat dengan auditan seperti hubungan sosial, kekeluargaan atau hubungan lainnya yang dapat mengurangi objektifitasnya, harus tidak ditugaskan untuk melakukan audit terhadap entitas tersebut. Dalam hal auditor bertugas menetap untuk beberapa lama di kantor auditan guna membantu mereview kegiatan, program atau aktivitas auditan, maka auditor tidak boleh terlibat dalam pengambilan keputusan atau menyetujui hal hal yang merupakan tanggung jawab auditan.

18 18 Kebanyakan literatur independensi auditor menyarankan bahwa kredibilitas laporan keuangan tergantung pada persepsi audit independen dari seorang auditor eksternal oleh pengguna laporan keuangan. Kasidi (2007:28) dalam tesisnya mengemukakan alasan bahwa jika auditor terlihat tidak independen, maka pengguna laporan keuangan semakin tidak percaya atas laporan keuangan yang dihasilkan auditor dan opini auditor tentang laporan keuangan perusahaan yang diperiksa menjadi tidak ada nilainya. Kredibilitas seorang auditor tidak hanya pada independensi dalam fakta, tetapi juga pada independensi dalam persepsi atau penampilan, guna menjaga dan mempertahankan kepercayaan publikasikan profesinya sebagai auditor. Independensi merupakan sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya yang bertentangan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Independensi menyangkut kemampuan untuk bertindak obyektif serta penuh integritas. Hal ini hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang secara psikologis memiliki intelektual tinggi dan penuh dengan kejujuran. Nilai auditing bergantung pada persepsi publik akan independensi yang dimiliki auditor. Independensi dalam audit artinya mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam melakukan uji audit, evaluasi hasil audit, dan pelaporan audit. Arens dan Loebbecke (1996:25) mendefinisikan independensi sebagai berikut, auditing berarti berpegang pada pandangan yang tidak memihak di dalam penyelenggaraan pengujian audit, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit. Sikap tidak memihak ini dapat dibentuk dalam sudut pandang yaitu:

19 19 1) Independensi dalam kenyataan (Independence in fact) yang berarti akuntan dapat menjaga sikap yang tidak memihak dalam melaksanakan pemeriksaan. 2) Independensi dalam penampilan (Independence in appearance) yang berarti akuntan bersikap tidak memihak menurut persepsi pemakai laporan keuangan. Antara independensi dalam sikap mental dan independensi dalam penampilan memiliki kaitan yang sangat erat, di mana akuntan dengan independensi dalam sikap mental yang baik dengan sendirinya akan bersikap tidak memihak menurut persepsi pemakai laporan keuangan. Mempertahankan perilaku independen bagi auditor dalam memenuhi tanggungjawab mereka adalah sangat penting, namun yang lebih penting lagi adalah bahwa pemakai laporan keuangan memiliki kepercayaan atas independensi itu sendiri. Berubahnya lingkungan audit telah menimbulkan kebutuhan akan perubahan yang cukup besar persyaratan independensi. Organisasi dan kisaran pelayanan yang ditawarkan oleh kantor akuntan publik juga telah bergeser dan kantor tersebut sering memasuki bisnis yang rumit dan hubungan keuangan dengan klien. 2.5 Due Professional Care Due professional care memiliki arti kemahiran profesional yang cermat dan seksama (PSA No. 04 SPAP 2011). Singgih dan Bawono (2010) mendefinisikan due professional care sebagai kecermatan dan keseksamaan dalam penggunaan kemahiran profesional yang menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional.

20 20 Penting bagi auditor untuk mengimplementasikan due professional care dalam pekerjaan auditnya. Auditor dituntut untuk selalu berpikir kritis terhadap bukti audit dengan selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi terhadap bukti audit tersebut. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan (fraud). Auditor dalam menjalankan tugasnya dituntut untuk bersifat cermat dan seksama. Penerapan kecermatan dan keseksamaan diwujudkan dengan dilakukannya review secara kritis pada setiap tingkat supervise terhadap pelaksanaan audit. Kecermatan dan keseksamaan menyangkut apa yang dikerjakan auditor dan bagaimana kesempurnaan pekerjaan yang dihasilkan. Auditor yang cermat dan seksama akan menghasilkan kualitas audit yang tinggi. 2.6 Time Budget Pressure Soobaroyen dan Chengabroyan (2005) menemukan bahwa time budget yang ketat sering menyebabkan auditor meninggalkan program bagian audit yang penting dan akibatnya menyebabkan penurunan kualitas audit. Anggaran waktu yang ketat dapat menyebabkan auditor mengurangi prosedur pemeriksaan bukti dan menurangi jumlah konfirmasi data yang mesti di uji sehingga bias menyebabkan penurunan kualitas audit. Auditor sering bekerja dalam waktu yang terbatas, untuk itu setiap Auditor perlu membuat anggaran waktu dalam kegiatan pengauditan. Anggaran waktu dibutuhkan untuk menentukan kos audit dan mengukur kinerja auditor (Simamora, 2000). Tetapi, anggaran waktu seringkali

21 21 tidak sesuai dengan realisasi atas pekerjaan yang dilakukan, akibatnya timbul perilaku disfungsional yang menyebabkan rendahnya kualitas audit. Dalam time budget pressure, terdapat suatu kecenderungan untuk melakukan tindakan seperti mengurangi prosedur audit yang dibutuhkan, mengurangi ketepatan dan keefektifan pengumpulan bukti audit yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas audit. Time budget pressure merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja auditor. Bagi auditor, tekanan waktu merupakan suatu kondisi yang tidak dapat dihindari dalam menghadapi pemeriksaan. Auditor harus mampu untuk mengalokasikan waktu secara tepat dalam menentukan besar kos audit. Kos audit yang semakin besar disebabkan karena alokasi waktu yang terlalu lama. Hal ini dapat menimbulkan kemungkinan ketidak efektifan pelaksanaan dan penerbitan laporan audit. Time budget pressure merupakan gambaran normal dan sistem pengendalian auditor. Tekanan yang dihasilkan oleh anggaran waktu yang ketat secara konsisten berhubungan dengan perilaku disfungsional. Time budget pressure adalah keadaan yang menunjukkan auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat pembatasan waktu anggaran yang sangat ketat dan kaku (Sososutikno, 2003). 2.7 Komitmen Organisasi Komitmen organisasi merupakan sifat hubungan antara individu dengan organisasi kerja dimana individu mempunyai keyakinan diri terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi kerja, adanya kerelaan untuk menggunakan usahanya secara

22 22 sungguh-sungguh demi kepentingan organisasi kerja serta mempunyai keinginan yang kuat untuk tetap menjadi bagian dari organisasi. Sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan penentu yang sangat penting bagi keefektifan kegiatan dalam sebuah organisasi. Keberhasilan dan kinerja seseorang dalam pekerjaan dapat ditentukan dari tingkat kompetensi, profesionalisme dan juga komitmennya terhadap bidang pekerjaan yang ditekuninya (Amilin dan Dewi, 2008:13). Komitmen organisasi pada dasarnya merupakan peristiwa dimana individu sangat tertarik pada tujuan, nilai-nilai dan sasaran organisasi tempat mereka bekerja. Komitmen organisasi menunjukkan komitmen sebuah institusi dan tujuan suatu organisasi (Riveros, 2011:329). Schein (1980) dalam Liu dkk (2006: 66) percaya bahwa faktor yang paling penting dalam menentukan motivasi individu adalah psikologis. Faktor psikologis digambarkan sebagai serangkaian harapan antara karyawan dan beberapa implisit dari komponen organisasi, seperti gaji, martabat dan peluang. Organisasi nantinya akan menuntut loyalitas dan komitmen karyawan sebagai imbalannya. Seseorang yang memiliki komitmen terhadap organisasi akan menunjukkan kesediaan untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi. Dirinya pun akan ikut terlibat aktif karena merasa sebagai bagian dari organisasi. Oleh karena itu agar sebuah organisasi dapat tumbuh berkembang, diperlukan adanya komitmen yang kuat yang terbentuk dari hubungan baik antara organisasi dan masing-masing anggota organisasi. Cohen dkk (2001) dalam Restuningsih (2009: 251) mengemukakan bahwa komitmen dan kepuasan kerja juga dapat mempengaruhi tingkat absen dan tingkat produktivitas seseorang.

23 23 Tipe komitmen menurut pendapat Meyer dan Allen (1997), yaitu: 1) Komitmen yang berpengaruh (affective commitment) meliputi keadaan emosional dari karyawan untuk menggabungkan diri, menyesuaikan diri dan berbaur langsung dalam organisasi. Dengan kata lain seseorang menjadi anggota organisasi karena ia menginginkannya (want to). 2) Komitmen berkelanjutan (continuance commitment) meliputi komitmen yang didasarkan pada penghargaan yang diharapkan karyawan untuk dapat tetap berada dalam organisasi. Dengan kata lain seseorang menjadi anggota organisasi karena ia merasa membutuhkannya (need to). 3) Komitmen normatif (normative commitment) meliputi perasaan karyawan terhadap kewajiban untuk tetap tinggal dalam organisasi. Seseorang menjadi anggota organisasi karena ia merasa harus melakukan sesuatu (ought to do).

24 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir De Angelo dalam Simanjuntak (2008) mendefinisikan kualitas audit sebagai gabungan probabilitas seorang auditor untuk dapat menemukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien. Deis and Groux (1992) menjelaskan bahwa probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis auditor dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Banyaknya kasus korupsi yang terjadi belakangan ini yang berkaitan dengan berbagai macam trik-trik rekayasa, untuk itu auditor diharapkan mampu dalam mendeteksi trik rekayasa laporan keuangan tersebut. Jadi yang menjadi inti permasalahannya adalah kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor dalam bentuk laporan audit (audit report). Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti, kemudian membangun hipotesis berdasarkan teori yang melandasi dan penelitian sebelumnya. Setelah itu akan dilakukan pengujian hipotesis terhadap data-data yang telah dikumpulkan dengan teknik analisis regresi moderasi. Kesimpulan dibuat berdasarkan hasil pengujian yang diperoleh, yang kemudian akan menemukan keterbatasan dan saran yang bisa digunakan sebagai dasar pertimbangan bagi penelitian selajutnya. Kerangka konseptual dari penelitian ini yang dipergunakan pada Gambar

25 25 Kemampuan Komitmen Organisasi Memoderasi Pengaruh Independensi, Due Professional Care, Time Budget Pressure pada Kualitas Audit Kajian Teoritis 1. Teori Agensi 2. Pendekatan Kontijensi 3. Kualitas Audit 4. Independensi 5. Due Professional Care 6. Time Budget Pressure 7. Komitmen Organisasi Kajian Empiris Penelitian terdahulu: 1. Jurnal Asing: Carcello and McGrath (1992), De Angelo (1981), Deis and Gary (1992), Samelson and Johnson (2006), Salomon and Vickrey (1986) 2. Jurnal Nasional: Riharna, dkk (2013), Norma, dkk (2012), Dyah (2012), Sukriah, dkk (2010), Wiwit (2014), Lubis (2009), Ardini (2010), Aprianti (2010), Ratih, dkk (2013), Putri Arsika (2013). Hipotesis H 1 : Indepedensi berpengaruh positif pada kualitas audit H 2 : Due Professional Care berpengaruh positif pada kualitas audit H 3 : Time Budget Pressure berpengaruh negatif pada kualitas audit H 4 : Komitmen Organisasi memperkuat pengaruh Independensi pada kualitas audit H 5 : Komitmen Organisasi memperkuat pengaruh Due Professional Care pada kualitas audit H 6 : Komitmen Organisasi memperkuat pengaruh Time Budget Pressure pada kualitas audit Pengujian Hipotesis Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi moderasi Pembahasan Kesimpulan dan Saran Gambar 3.1 Kerangka Berpikir

26 Konsep Berdasarkan uraian yang dimulai dari latar belakang hingga penelitian terdahulu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi kualitas audit. Penelitian ini merupakan penelitian untuk menguji pengaruh independensi, due professional care, time budget pressure pada kualitas audit dengan komitmen organisasi sebagai pemoderasi. Adapun konsep dari penelitian ini yang dipergunakan dalam Gambar 3.2 sebagai berikut: Independensi (X 1 ) Komitmen Organisasi (X 4 ) H 1 H 4 H 5 H 6 Due Professional Care (X 2 ) H 2 Kualitas Audit (Y) Time Budget Pressure (X 3 ) H 3 Gambar 3.2 Konsep Penelitian 3.3 Hipotesis Pengaruh Independensi pada Kualitas Audit Independensi berarti tidak mudah dipengaruhi, karena auditor melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Auditor tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun. Karena pentingnya independensi dalam menghasilkan kualitas audit, maka auditor harus memiliki dan mempertahankan sikap ini dalam menjalankan tugas profesionalnya.

27 27 Independensi merupakan suatu standar auditing yang sangat penting untuk dimiliki oleh auditor. Auditor harus dapat mempertahankan sikap mental independen karena opini yang dikeluarkannya bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan manajemen, sehingga jika auditor tersebut tidak independen maka kualitas audit yang dihasilkan tidak baik. Kasidi (2007:28) dalam tesisnya mengemukakan alasan bahwa jika auditor terlihat tidak independen, maka pengguna laporan keuangan semakin tidak percaya atas laporan keuangan yang dihasilkan auditor dan opini auditor tentang laporan keuangan perusahaan yang diperiksa menjadi tidak ada nilainya. Penelitian yang dilakukan oleh Teguh Harhinto (2004) dan Alim, dkk. (2007) menunjukkan hasil bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit yang dilaporkan oleh auditor kepada klien. Hal ini dikuatkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardini (2010) dan Aprianti (2010) yang menunjukkan hasil bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor atas audit laporan keuangan klien. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis, seperti di bawah ini. H 1 : Independensi berpengaruh positif pada kualitas audit Pengaruh Due Professional Care pada Kualitas Audit Due professional care memiliki arti kemahiran profesional yang cermat dan seksama. Menurut PSA No. 4 SPAP (2001), kecermatan dan keseksamaan dalam penggunaan kemahiran profesional menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional, yaitu suatu sikap auditor yang berpikir kritis terhadap bukti

28 28 audit dengan selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi terhadap bukti audit tersebut. Auditor yang gagal dalam menggunakan atau menerapkan sikap skeptik maka akan menghasilkan opini audit yang tidak berdaya guna dan tidak memiliki kualitas audit yang baik (Mansur, 2007). Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan. Auditor yang cermat dan seksama akan dapat menghasilkan audit yang berkualitas. Rahman (2009) dan Aprianti (2010) menguji due professional care terhadap kualitas audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa due professional care berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Kemahiran profesional dan keyakinan yang memadai atas bukti-bukti yang ditemukan akan sangat membantu auditor dalam menentukan scope dan metodologi yang akan digunakan dalam melaksanakan pekerjaan audit. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis, seperti di bawah ini. H 2 : Due professional care berpengaruh positif pada kualitas audit Pengaruh Time Budget Pressure pada Kualitas Audit Time budget pressure adalah keadaan yang menunjukkan auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat pembahasan waktu anggaran yang sangat ketat dan kaku (Sososutikno,

29 ). Tekanan yang dihasilkan oleh anggaran waktu yang ketat secara konsisten berhubungan dengan perilaku disfungsional. Time budget pressure digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya. Ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas audit merupakan komponen penting dalam penilaian kinerja auditor. Hal ini yang kemudian menimbulkan tekanan bagi auditor untuk menyelesaikan pekerjaannya sesuai waktu yang telah dianggarkan. Tekanan inilah yang memungkinkan auditor mengurangi kepatuhannya dalam mengikuti dan menjalankan prosedur audit. Tekanan anggaran waktu secara konsisten berhubungan dengan perilaku disfungsional, dimana merupakan ancaman langsung dan serius terhadap kualitas audit karena tekanan anggaran waktu merupakan keadaan di mana auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat pembatasan waktu dalam anggaran yang sangat ketat dan kaku. Pengujian mengenai pengaruh kompleksitas audit, tekanan anggaran waktu, dan pengalaman terhadap kualitas audit dengan variabel moderasi pemahaman terhadap sistem informasi, dilakukan oleh Andini (2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompleksitas audit, tekanan anggaran waktu, dan pengalaman berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Adanya tekanan anggaran waktu yang dikelola secara professional dapat meningkatkan kualitas pekerjaan sesuai dengan perilaku Resiliensi (Jakson, 2002) kemampuan individu untuk dapat beradaptasi dengan baik meskipun dihadapkan dengan keadaan yang sulit.

30 30 bawah ini. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis, seperti di H 3 : Time budget pressure berpengaruh positif pada kualitas audit Komitmen Organisasi memoderasi pengaruh Independensi pada Kualitas Audit Menurut Arfan dan Ishak (2005:35), komitmen organisasi merupakan tingkat sejauh mana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya serta niat untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi itu. Komitmen organisasi dapat tumbuh karena individu memiliki ikatan emosional terhadap organisasi yang meliputi dukungan moral dan menerima nilai yang ada serta tekad dari dalam diri untuk mengabdi pada organisasi. Seseorang yang memiliki komitmen terhadap organisasi akan menunjukkan kesediaan untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi. Dirinya pun akan ikut terlibat aktif karena merasa sebagai bagian dari organisasi. Oleh karena itu agar sebuah organisasi dapat tumbuh berkembang, diperlukan adanya komitmen yang kuat yang terbentuk dari hubungan baik antara organisasi dan masing-masing anggota organisasi. Komitmen organisasi yang kuat di dalam diri individu akan menyebabkan individu berusaha keras mencapai tujuan organisasi sehingga berpengaruh pada independensi dan dapat meningkatkan kualitas kerja secara keseluruhan. Sebaliknya, apabila anggota organisasi memiliki komitmen organisasi yang rendah, maka dapat pula

31 31 mempengaruhi independensi dan kualitas kerja sehingga dapat menurunkan kinerja manajerial. Penelitian yang dilakukan oleh Teguh Harhinto (2004) dan Alim, dkk. (2007) menunjukkan hasil bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit yang dilaporkan oleh auditor kepada klien. Hal ini dikuatkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardini (2010) dan Aprianti (2010) yang menunjukkan hasil bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor atas audit laporan keuangan klien. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis, seperti di bawah ini. H 4 : Komitmen organisasi memperkuat pengaruh independensi pada kualitas audit Komitmen Organisasi memoderasi pengaruh Due Professional Care pada Kualitas Audit Davis dan Olesen (1963) dalam Kalbers dan Forgaty (1995) mengungkapkan untuk membangun komitmen pada profesi sering diharapkan pada tendensi profesionalisme. Kalbers dan Forgaty (1995) mengemukakan adanya kesesuaian hubungan antara tingkat profesionalisme dengan komitmen organisasi. Penelitian tentang hubungan antara profesionalisme dengan komitmen telah dilakukan oleh Kalbers dan Forgaty (1995) serta Rahmawati (1997) yang mengungkapkan dedikasi berpengaruh positif terhadap effective commitment. Hal ini menunjukkan bahwa adanya komitmen yang bersifat efektif akan dapat meningkatkan tingkat profesionalisme para anggota organisasi.

32 32 Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama seiring dengan komitmen organisasi yang tinggi dimiliki auditor sehingga memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan. Auditor yang cermat dan seksama akan dapat menghasilkan audit yang berkualitas. Penelitian yang dilaksanakan oleh Rahman (2009) dan Aprianti (2010) menunjukkan bahwa due professional care berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Kemahiran profesional dan keyakinan yang memadai atas buktibukti yang ditemukan akan sangat membantu auditor dalam melaksanakan pekerjaan audit. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis, seperti di bawah ini. H 5 : Komitmen organisasi memperkuat pengaruh due professional care pada kualitas audit Komitmen Organisasi memoderasi pengaruh Time Budget Pressure pada Kualitas Audit Tekanan anggaran waktu secara konsisten berhubungan dengan perilaku disfungsional, dimana merupakan ancaman langsung dan serius terhadap kualitas audit karena tekanan anggaran waktu merupakan keadaan di mana auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat pembatasan waktu dalam anggaran yang sangat ketat dan kaku.

33 33 Komitmen organisasi yang kuat di dalam diri individu akan menyebabkan individu berusaha keras mencapai tujuan organisasi sehingga berpengaruh pada kualitas kerja yang dilakukan auditor secara keseluruhan. Adanya penggunaan anggaran waktu bagi auditor yang disusun dengan cermat dan seksama seiring dengan komitmen organisasi yang tinggi dimiliki auditor memungkinkan auditor untuk dapat menghasilkan audit yang berkualitas. Penelitian (Prasito dan Priyo, 2007) menunjukkan hasil bahwa tekanan anggaran waktu berpengaruh negatif terhadap kualitas audit. Demikian juga penelitian (Ratih, 2013) menunjukkan bahwa time budget pressure berpengaruh secara negatif dan signifikan pada kualitas audit. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan anggaran waktu membuat auditor cenderung melakukan tindakan yang menyebabkan penurunan kualitas audit. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis, seperti di bawah ini. H 6 : Komitmen organisasi memperkuat pengaruh time budget pressure pada kualitas audit

34 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Sebelumnya telah dijelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, kajian pustaka, serta hipotesis penelitian. Tahap berikutnya adalah mempersiapkan rancangan penelitian. Rancangan penelitian menjelaskan rencana dan struktur riset yang mengarahkan proses dari hasil penelitian sedapat mungkin menjadi valid, objektif, efektif, dan efisien. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas audit. Variabel independen dalam penelitian ini adalah independensi, due professional care, time budget pressure dengan variabel moderasi komitmen organisasi. Variabel-variabel tersebut diperoleh melalui kajian teoritis maupun empiris dari penelitianpenelitian sebelumnya, dan berdasarkan atas kajian tersebut diperoleh rumusan masalah serta hipotesis penelitian. Sebelum melakukan pengujian data secara statistik, sampel penelitian, jenis data, dan sumber data harus ditentukan terlebih dahulu. Data penelitian didapatkan melalui kuesioner yang diedarkan kepada para responden. Kemudian, hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi moderasi untuk menguji H 1, H 2, H 3, H 4, H 5, H 6. Setelah diperoleh hasil penelitian, maka hasil tersebut diinterpretasikan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini sehingga dapat diperoleh suatu kesimpulan penelitian. Skema penelitian pada Gambar 4.1: 34

35 35 Masalah Penelitian Hipotesis Penelitian Variabel Penelitian Instrumen Penelitian: kuesioner Desain sampel - Populasi - Sampel - Responden Teknik pengumpulan data: metode survei (kuesioner) Teknik pengambilan sampel: teknik purposive sampling. Pengolahan data dan analisis Pembahasan dan interpretasi hasil analisis data Simpulan dan saran Gambar 4.1 Rancangan Penelitian

36 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Bali, yang merupakan instansi pemerintah yang menyelenggarakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara. Penelitian ini akan menguji pengaruh independensi, due professional care, time budget presure pada kualitas audit dengan moderasi komitmen organisasi. Waktu penelitian adalah bulan Juni sampai dengan Juli Penentuan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya, diambil dan dicatat pertama kali. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik kuesioner dengan cara mengedarkan daftar pertanyaan yang akan diisi oleh responden untuk memperoleh data tersebut. Kuesioner yang telah disiapkan dikirimkan secara langsung kepada responden. Sedangkan kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang kembali dan telah diisi secara lengkap oleh responden Populasi Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Sugiyono, 2010:115). Populasi juga merupakan keseluruhan kumpulan elemen-elemen berkaitan dengan apa yang peneliti harapkan dalam mengambil beberapa kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor (fungsional auditor) yang bekerja pada BPKP Perwakilan Provinsi Bali sebanyak 98 orang (data per tanggal 30 Juni 2015).

37 Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah penyampelan dengan kriteria berupa suatu pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010:116). Kriteria pengambilan sampel yang digunakan adalah auditor yang telah bekerja lebih dari atau sama dengan 1 tahun pada BPKP Perwakilan Provinsi Bali pada tahun 2015 dijadikan sebagai sampel pada penelitian ini. 4.4 Variabel Penelitian Identifikasi Variabel Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Variabel dependen (Y) yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010:59). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kualitas audit (Y). 2) Variabel independen (X) yaitu jenis variabel yang dipandang sebagai penyebab munculnya variabel dependen yang diduga sebagai akibatnya (Sugiyono, 2010:59). Variabel independen dalam penelitian yang terdiri dari tiga bagian yaitu independensi (X 1 ), due professional care (X 2 ), dan time budget pressure (X 3 ). 3) Variabel moderating (X) merupakan variabel yang dapat mempengaruhi variabel dependen yang tidak dapat dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel moderating dalam penelitian ini adalah komitmen organisasi (X 4 ).

38 Definisi Operasional Variabel Berikut adalah penjelasan mengenai definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini: 1) Kualitas Audit (Y) Kualitas audit merupakan suatu bentuk pelaporan tentang kelemahan pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan, tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab, pendistribusian laporan hasil pemeriksaan, dan tindak lanjut dari rekomendasi auditor sesuai dengan peraturan perundang-undangan atau standar yang telah ditetapkan. Pengukuran kualitas audit dalam penelitian ini menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Sukriah (2009), yaitu: 1) penetapan sasaran, ruang lingkup dan metodelogi pemeriksaan, 2) selalu mengacu pada kode etik dan standar pemeriksaan, 3) penerapan teknik-teknik audit, 4) perolehan bukti kompeten sesuai prosedur audit, 5) mendiskusikan setiap permasalahan dengan atasan, 6) audit field sesuai standar dan sistem pengendalian mutu, 7) temuan audit selalu didiskusikan dengan klien dan 8) laporan atas tindakan perbaikan oleh auditan. Pada variabel ini digunakan 8 item pertanyaan yang diukur dengan 5 poin Skala Likert. 2) Independensi (X 1 ) Independensi didefinisikan sebagai sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh orang lain, dan tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga dapat diartikan sebagai kejujuran auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan obyektif tidak memihak

39 39 dalam memutuskan dan menyatakan pendapatnya (Mulyadi, 2002). Pengukuran variabel independensi menggunakan pertanyaan yang menjadi indikator variabel yang dikembangkan oleh Mautz dan Sharaf (1980), yaitu: 1) auditor yang bebas dari intervensi, 2) bersikap netral dan tidak bias, 3) menghindari konflik kepentingan, 4) tidak memiliki hubungan dekat dengan auditan, 5) melaporkan pada pimpinan jika indepedensi terganggu, dan 6) pimpinan mengganti auditor yang tidak independen. Variabel ini menggunakan 6 item pertanyaan yang diukur dengan 5 poin Skala Likert. 3) Due Professional Care (X 2 ) Due professional care didefinisikan sebagai kecermatan dan keseksamaan dalam penggunaan kemahiran profesional yang menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional (Singgih, 2010). Pengukuran variable due professional care menggunakan pertanyaan yang menjadi indikator variabel yang dikembangkan oleh Mansur (2007), yaitu: 1) bekerja dengan cermat dan terampil, 2) bersikap teguh dan energik, 3) adanya kemampuan teknik audit, 4) bersifat mewaspadai kecurangan dan ketidakefektifan, dan 5) mewaspadai risiko audit. Variabel ini menggunakan 6 item pertanyaan yang diukur dengan 5 poin Skala Likert. 4) Time Budget Pressure (X 3 ) Time budget pressure didefinisikan sebagai suatu keadaan yang menunjukkan auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat pembatasan waktu anggaran yang sangat ketat dan kaku (Sososutikno, 2003). Pengukuran variable time budget

40 40 pressure menggunakan pertanyaan yang menjadi indikator variabel yang dikembangkan oleh Sososutikno ( 2003 ) dan Prasita dan Adi (2007), yaitu: 1) keterbatasan waktu dalam penugasan, 2) penyelesaian tugas dengan waktu yang sudah ditentukan, 3) pemenuhan target waktu selama penugasan, 4) fokus tugas dengan keterbatasan waktu, 5) pengkomunikasian anggaran waktu, 6) efisiensi dalam proses audit, 7) penilaian kinerja dari atasan, dan 8) anggaran waktu merupakan keputusan mutlak dari atasan. Variabel ini menggunakan 8 item pertanyaan yang diukur dengan 5 poin Skala Likert. 5) Komitmen organisasi Komitmen organisasi merupakan sifat hubungan antara individu dengan organisasi kerja, dimana individu mempunyai keyakinan diri terhadap nilainilai dan tujuan organisasi kerja, adanya kerelaan untuk menggunakan usahanya secara sungguh-sungguh demi kepentingan organisasi kerja serta mempunyai keinginan yang kuat untuk tetap menjadi bagian dari organisasi kerja (Kuntjoro, 2009). Dalam mengukur variabel komitmen organisasi menggunakan pertanyaan yang menjadi indikator variabel yang dikembangkan oleh Trisnaningsih (2007) yaitu: 1) rasa ikut memiliki organisasi, 2) keterikatan secara emosional, 3) berartinya organisasi dalam diri, 4) merasa menjadi bagian dari organisasi, 5) masalah organisasi seperti masalah sendiri, 6) sulit terikat dengan organisasi lain, 7) berusaha secara optimal buat organisasi, 8) komitmen terhadap organisasi, 9) loyalitas terhadap organisasi, dan 10) tidak pernah meninggalkan dan keluar dari

41 41 organisasi. Variabel ini menggunakan 12 item pertanyaan yang diukur dengan 5 poin Skala Likert. 4.5 Instrumen Penelitian Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan teknik kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono, 2010: 199). Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner (lampiran 2) Uji Instrumen Penelitian Mengingat adanya pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, maka kesungguhan responden dalam menjawab merupakan suatu hal yang penting. Keabsahan suatu hasil penelitian ditentukan oleh alat pengukur instrumen yang digunakan dalam data yang diperoleh. Berdasarkan pertimbangan tersebut, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini diawali dengan pengujian instrumen yaitu dengan menguji validitas dan reliabilitas Uji Validitas Uji validitas bertujuan untuk menguji seberapa baik instrumen penelitian mengukur konsep yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2010:172). Pengujian validitas dapat dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor (analisis pearson correlation). Syarat minimum suatu

42 42 kuesioner untuk memenuhi validitas adalah jika r bernilai minimal 0,3. Nilai korelasi antar skor item dengan total item kemudian dibandingkan dengan r kritis (0,30). Jika korelasi terhadap item skor total lebih besar dari kritis (0,30) maka instrumen penelitian tersebut dikatakan valid Uji Reliabilitas Reliabilitas memperlihatkan konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur subjek yang sama. Apabila hasil pengukuran memperlihatkan hasil yang relatif sama terhadap subjek yang sama selama beberapa kali maka alat ukur tersebut reliabel (Sugiyono, 2010:173). Suatu variabel dianggap reliabel apabila nilai cronbach s alpha lebih besar dari 0,60 (Nunnally, 1960 dalam Ghozali, 2009:46) Method of Succesive Interval (MSI) Data dalam penelitian diperoleh dari jawaban kuesioner dalam bentuk sekala Likert, maka diperoleh data ordinal yang bersifat nonparametrik. Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi, maka data tersebut harus dirubah dalam bentuk parametrik. Untuk mengubah data ordinal menjadi data interval menggunakan Method of Succesive Interval (MSI) (Suwarno, 2007:30). Intervalisasi data akan menghasilkan nilai skala yang disebut skala interval, yang nantinya digunakan dalam perhitungan regresi. 4.6 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu: 1) Studi kepustakaan dilakukan untuk mengumpulkan teori dan bahan yang menjadi sumber acuan untuk melakukan penelitian. Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan, mempelajari, dan membaca buku,

43 43 jurnal ilmiah, artikel, tesis, dan disertasi yang berkaitan dengan judul penelitian ini. 2) Pengumpulan data primer dilakukan dengan mengedarkan daftar pertanyaan berupa kuesioner yang akan diisi oleh responden. 3) Menentukan sampel penelitian dengan menggunakan teknik purposive sampling. 4) Melakukan uji instrument penelitian berupa uji validitas dan uji reliabilitas dan Method of Succesive Interval (MSI). 5) Melakukan uji asumsi klasik, analisis regresi untuk H 1, H 2, H 3, H 4, H 5, dan H 6. 6) Menginterpretasikan dan menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis regresi yang dilakukan. 4.7 Analisis Data Uji Asumsi Klasik Model regresi dikatakan baik apabila model tersebut bebas dari asumsi klasik, baik multikolinearitas, autokorelasi, normalitas, dan heteroskedastisitas. Pada penelitian ini, uji asumsi klasik yang digunakan adalah normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas. Uji autokorelasi tidak dilakukan karena data yang digunakan tidak berbentuk deret waktu (time series) Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal.

44 44 Penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mendeteksi terpenuhi atau tidaknya uji normalitas dengan ketentuan bila signifikansi tiap variabel lebih besar dari 0,05 maka berdistribusi normal, sedangkan bila signifikansi tiap variabel lebih kecil dari 0,05 maka data tidak berdistribusi normal (Ghozali, 2009: 32) Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Dengan kata lain, tidak terjadi multikolinearitas. Model regresi yang bebas dari multikolinearitas adalah yang memiliki nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan mempunyai angka tolerance tidak kurang dari 10% (Ghozali, 2009: 96) Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas digunakan metode glejser. Metode ini dilakukan dengan meregresikan nilai absolute e i dengan variabel bebas. Jika tidak ada satupun variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel terkait (nilai absolute e i ), maka tidak ada heteroskedastisitas (Ghozali, 2009: 125) Analisis Regresi Suliyanto (2011:53-54) berpendapat bahwa teknik analisis regresi digunakan untuk mengetahui ketergantungan suatu variabel terikat terhadap satu atau lebih variabel bebas dengan atau tanpa variabel moderator. Analisis ini juga dapat

45 45 menduga besar arah dari hubungan tersebut serta mengukur derajat keeratan hubungan antara satu variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas. Teknik analisis data dinyatakan dalam bentuk persamaan regresi yang digunakan untuk menguji H 1, H 2, H 3, H 4, H 5, dan H 6 dengan rumus sebagai berikut: Y = α + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + β 5 X 1 X 4 + β 6 X 2 X 4 + β 7 X 3 X 4 + e...(1) Notasi: Y = Kualitas Audit α = Konstanta X 1 = Independensi X 2 = Due professional care X 3 = Time budget pressure X 4 = Komitmen organisasi β 1-7 = Koefisien regresi X 1 X 4 = Interaksi antara independensi dengan komitmen organisasi X 2 X 4 = Interaksi antara due professional care dengan komitmen organisasi X 3 X 4 = Interaksi antara time budget pressure dengan komitmen organisasi e = error term Berdasarkan analisis regresi diamati Goodness of Fit (uji kecocokan) dengan melihat koefisien determinasi (R 2 ), uji kelayakan model (Uji F), dan uji hipotesis (Uji t). Adapun penjelasannya sebagai berikut Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R 2 ) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Utama, 2009:70). Nilai koefisien determinasi adalah di antara nol dan satu. Nilai R 2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2009:87).

46 Uji Kelayakan Model (Uji F) Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap variabel terikatnya, dimana jika variabel bebas memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel terikat maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit (Suliyanto, 2011:55). Pengujian ini dapat dilakukan dengan melihat pada hasil regresi yang dilakukan dengan program SPSS, yaitu dengan membandingkan tingkat signifikansi. Apabila tingkat signifikansi F < α = 0,05 maka H 1 diterima. Sebaliknya F > α = 0,05 maka H 1 ditolak (Suliyanto, 2011:67) Uji Hipotesis (Uji t) Uji hipotesis menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara parsial dalam menerangkan variasi variabel dependen (Utama, 2009:71). Pengujian ini dapat dilakukan dengan melihat pada hasil regresi yang dilakukan dengan program SPSS, yaitu dengan membandingkan tingkat signifikansi masingmasing variabel bebas dengan α = 0,05. Apabila tingkat signifikansi t < 0,05 maka H 1 diterima dan H 0 ditolak. Sebaliknya bila tingkat signifikansi t > 0,05 maka H 1 ditolak dan H 0 diterima (Suliyanto, 2011:67).

47 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Deskripsi Responden Responden pada penelitian ini adalah auditor yang telah bekerja lebih dari atau sama dengan 1 tahun pada BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Responden penelitian ini sebanyak 98 orang. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik purposive sampling. Penyebaran kuesioner dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Juli Adapun rincian mengenai jumlah populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Jumlah Populasi dan Sampel Keterangan Jumlah Populasi 98 Masa kerja kurang dari 1 th 24 Sampel 74 Sumber: Data primer diolah, 2015 Tabel 5.1 menunjukkan bahwa terdapat 98 auditor BPKP Perwakilan Provinsi Bali sebagai populasi. Terdapat 24 auditor yang masa kerja kurang dari 1 tahun sesuai dengan teknik purposive sampling, sehingga terdapat 74 auditor yang digunakan sebagai sampel. Kuesioner yang telah disiapkan dikirimkan secara langsung kepada responden. Kuesioner yang nantinya digunakan adalah kuesioner yang kembali dan telah diisi secara lengkap oleh responden. Adapun rincian mengenai pengiriman dan pengembalian kuesioner pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel

48 48 Tabel 5.2 Rincian Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner Keterangan Jumlah Kuesioner yang disebarkan 74 Kuesioner yang tidak kembali 28 Kuesioner yang dikembalikan dan digunakan 46 Tingkat pengembalian dan digunakan (usable response rate): 46/74 x 100% = 62,16% Sumber: Data primer diolah, 2015 Tabel 5.2 menunjukkan bahwa terdapat 74 kuesioner yang disebarkan kepada auditor BPKP Perwakilan Provinsi Bali, namun terdapat 28 kuesioner yang tidak kembali karena adanya beberapa auditor yang sedang melakukan pemeriksaan lapangan di luar daerah. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah 46 kuesioner. Penelitian ini layak untuk dilanjutkan karena berdasarkan central limit theorem menyatakan bahwa jumlah minimal sampel untuk dapat dianggap mencapai kurva normal yaitu dengan jumlah sampel atau responden minimum 30 (Sugiyono, 2010:129) Karakteristik Responden Data karakteristik responden merupakan data responden yang dikumpulkan untuk mengetahui profil responden penelitian. Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pelatihan audit, dan masa kerja. Karakteristik tersebut diperoleh melalui data yang telah didapatkan dari kuesioner seperti dijelaskan dalam Tabel 5.3 sebagai berikut.

49 49 Tabel 5.3 Karakteristik Responden No Keterangan Jumlah Persentase 1. Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Total ,48 56, Usia 30 Tahun Tahun Tahun Total 3. Tingkat Pendidikan Terakhir D3 S1 Total 4. Pelatihan Audit Pernah mengikuti Tidak pernah mengikuti Total 5. Masa Kerja 1-3 Tahun > 3-5 Tahun > 5 Tahun Total Sumber: Data primer diolah, ,57 56,52 23, ,78 65, ,39 30,43 52, Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa responden dalam penelitian ini sebagian besar terdiri atas auditor yang berusia antara tahun yaitu sebanyak 56,52%. Pada umumnya tingkat pendidikan terakhir responden adalah S1 yaitu sebanyak 65,22%. Seluruh auditor pernah mengikuti pelatihan audit dan mayoritas dari mereka memiliki masa kerja selama lebih dari 5 tahun yaitu sebanyak 52,18%.

50 Hasil Analisis Data Deskripsi Variabel Penelitian 1) Statistik Deskriptif Statistik deskriptif dalam penelitian ini memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yaitu nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi. Nilai minimum menunjukkan nilai terkecil atau terendah pada suatu gugus data. Nilai maksimum menunjukkan nilai terbesar atau tertinggi pada suatu gugus data sedangkan rata-rata (mean) merupakan cara yang paling umum digunakan untuk mengukur nilai sentral dari suatu distribusi data yang diteliti. Standar deviasi adalah ukuran yang menunjukkan standar penyimpangan data observasi terhadap rata-rata datanya (Ghozali, 2009:19). Statistik deskriptif dalam penelitian ini menggunakan data interval ditunjukkan pada Tabel 5.4. Tabel 5.4 Statistik Deskriptif Variabel Minimum Maksimum Rata-Rata Standar Deviasi Independensi (X 1 ) 2,12 3,88 2,97 0,61 Due Professional Care (X 2 ) 1,54 3,75 2,64 0,69 Time Budget Pressure (X 3 ) 1,22 4,69 2,99 0,62 Komitmen Organisasi (X 4 ) 1,60 4,66 2,95 0,67 Kualitas Audit (Y) 1,59 3,38 2,46 0,62 IDP x KO (X 1 X 4 ) 4,19 18,07 8,95 3,47 DPC x KO (X 2 X 4 ) 4,15 17,48 7,91 3,31 TBP x KO (X 3 X 4 ) 4,03 18,95 8,76 2,65 Sumber: Lampiran 4 (data diolah), 2015 Tabel 5.4 menunjukkan nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata dan standar deviasi dari keseluruhan variabel penelitian. Variabel independensi memiliki nilai minimum sebesar 2,12 merupakan nilai terbesar dari seluruh nilai minimum variabel. Hal ini dapat menunjukkan bahwa nilai minimum independensi pada gugus

51 51 data memiliki nilai yang paling besar sehingga cenderung dapat mempengaruhi variabel dependen. Variabel time budget pressure memliki nilai maksimum dan nilai rata-rata paling besar pada gugus data yaitu masing-masing sebesar 4,69 dan 2,99. Hal ini dapat menunjukka bahwa nilai maksimum dan nilai rata-rata variabel time budget pressure memiliki nilai data yang paling besar sehingga cenderung dapat mempengaruhi variabel dependen. Nilai rata-rata independensi sebesar 2,97 lebih besar dari nilai standar deviasinya sebesar 0,61 yang menunjukkan bahwa pendistribusian data pada independensi sudah baik Hasil Uji Instrumen Penelitian 1) Uji Validitas Uji validitas dilakukan untuk mengetahui bahwa pernyataanpernyataan dalam kuesioner tersebut valid atau tidak. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2010:172). Uji validitas dilakukan dengan bantuan program Statistical Package for Social Science (SPSS). Suatu instrumen dikatakan valid jika r 0,30 (Sugiyono, 2010:178). Berdasarkan hasil uji validitas dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasinya lebih dari 0,30 sehingga dapat dinyatakan bahwa seluruh pernyataan dalam kuesioner tersebut valid sehingga layak digunakan dalam penelitian. Hasil uji validitas pada penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 5. 2) Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur apakah instrumen yang digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasikan data yang sama (Sugiyono, 2010:173). Pengujian dilakukan dengan bantuan program Statistical

52 52 Package for Social Science (SPSS). Suatu variabel dianggap reliabel apabila nilai cronbach s alpha lebih besar dari 0,60 (Nunnally, 1960 dalam Ghozali, 2009:46). Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.5 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Cronbach s Alpha Keterangan Independensi (X 1 ) 0,814 Reliabel Due Professional Care (X 2 ) 0,918 Reliabel Time Budget Pressure (X 3 ) 0,826 Reliabel Komitmen Organisasi (X 4 ) 0,930 Reliabel Kualitas Audit (Y) 0,893 Reliabel Sumber: Lampiran 6 (data diolah), 2015 Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai nilai Cronbach s Alpha yang lebih besar dari 0,6. Jadi berdasarkan data yang tersaji pada tabel 5.5, dapat dinyatakan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini reliabel Hasil Uji Asumsi Klasik Model persamaan regresi harus melalui uji Asumsi Klasik. Adapun uji Asumsi Klasik yang dilakukan pada penelitian kali ini yaitu uji Normalitas, uji Multikolinearitas dan uji Heteroskedastisitas. 1) Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji variabel terikat dan variabel bebas dalam model regresi berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mendeteksi terpenuhi atau tidaknya uji Normalitas dengan ketentuan bila signifikansi tiap variabel lebih besar dari atau sama dengan 0,05 maka berdistribusi normal, sedangkan bila signifikansi tiap variabel lebih kecil

53 53 dari 0,05 maka data tidak berdistribusi normal (Ghozali, 2009:32). Berdasarkan atas pengujian yang telah dilakukan, diperoleh signifikansi yang dilihat melalui nilai koefisien Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,231 yaitu lebih besar dari alpha 0,05 yang artinya model regresi pada penelitian ini berdistribusi normal. Hasil uji Normalitas dapat dilihat pada Lampiran 7. 2) Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linier diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Hasil Tolerance yang nilainya lebih besar dari 10% (0,10) dan VIF yang besarnya kurang dari 10 mengindikasikan tidak adanya Multikolinearitas (Ghozali, 2009:96). Hasil uji Multikolinearitas dapat dilihat pada Tabel 5.6. Tabel 5.6 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Collinearity Statistics Tolerance VIF Independensi (X 1 ) 0,317 3,155 Due Professional Care (X 2 ) 0,370 2,701 Time Budget Pressure (X 3 ) 0,859 1,164 Komitmen Organisasi (X 4 ) 0,756 1,323 Sumber: Lampiran 8 (data diolah), 2015 Tabel 5.6 menunjukkan bahwa variabel independensi, due professional care, time budget pressure, komitmen organisasi, dan kualitas audit menunjukkan nilai tolerance lebih dari 10% (0,10) dan nilai VIF yang kurang dari 10. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi permasalahan Multikolinearitas pada model regresi dalam penelitian ini.

54 54 3) Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji terjadinya ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain dalam suatu model regresi. Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak mengandung gejala Heteroskedastisitas atau mempunyai varians yang homogen. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya Heteroskedastisitas digunakan metode glejser. Jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka tidak terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali, 2009: 125). Hasil uji Heteroskedastisitas dapat dilihat pada Tabel 5.7. Tabel 5.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel t Signifikansi Independensi (X 1 ) 0,721 0,475 Due Professional Care (X 2 ) -0,804 0,426 Time Budget Pressure (X 3 ) -0,201 0,842 Komitmen Organisasi (X 4 ) -1,222 0,229 Sumber: Lampiran 9 (data diolah), 2015 Tabel 5.7 menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel independensi, due professional care, time budget pressure, komitmen organisasi, dan kualitas audit lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa tidak terdapat Heteroskedastisitas pada model regresi penelitian ini Hasil Analisis Regresi Analisis regresi dilakukan untuk mengatahui Goodness of Fit (uji kecocokan) model regresi dengan melihat koefisien determinasi (R 2 ), uji kelayakan model (Uji F), dan uji hipotesis (Uji t). Adapun hasil analisis regresi penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.8.

55 55 Tabel 5.8 Hasil Analisis Regresi Unstandardized Standardized Model Coeficients B Std. Error Beta t Sig. (Constant) -1,569 2,086-0,752 0,457 Independensi (X 1 ) 0,819 0,135 0,801 6,047 0,005 Due Professional Care (X 2 ) 0,138 0,111 0,153 1,248 0,219 Time Budget Pressure (X 3 ) 0,194 0,081 0,193 2,403 0,021 Komitmen Organisasi (X 4 ) 0,200 0,669 0,215 0,300 0,766 IDP*KO (X 1 X 4 ) -0,411 0,222-2,285-1,845 0,073 DPC*KO (X 2 X 4 ) 0,315 0,199 1,675 1,585 0,121 TBP*KO (X 3 X 4 ) 0,060 0,140 0,255 0,429 0,670 R 0,890 R 2 0,792 Adjusted (R 2 ) 0,753 F Hitung 20,628 Signifikansi F 0,000 Sumber: Lampiran 10 (data diolah), 2015 berikut: Berdasarkan Tabel 5.8 maka dapat disusun persamaan regresi sebagai Y = -1,569 +0,819X 1 + 0,138X 2 + 0,194X 3 + 0,200X 4-0,411X 1 X 4 + 0,315X 2 X 4 + 0,060X 3 X 4 + e Persamaan regresi tersebut menunjukkan nilai konstanta model regresi adalah sebesar -1,569. Ini berarti ketika variabel independensi, due professional care, time budget pressure dan komitmen organisasi bernilai nol maka kualitas audit akan cenderung menurun sebesar 1,569. Hal ini mengindikasikan bahwa ketika seorang auditor sama sekali tidak memiliki sifat independensi, due professional care dan time budget pressure, maka yang bersangkutan akan cenderung memiliki kualitas audit yang rendah.

56 56 Selain menghasilkan persamaan regresi, analisis regresi juga digunakan untuk mengamati goodness of fit (uji kecocokan) dengan melihat koefisien determinasi (R 2 ), uji kelayakan model (uji F) dan uji hipotesis (uji t) yaitu sebagai berikut: 1) Koefisien Determinasi Total pengaruh seluruh variabel bebas dapat dilihat dari nilai adjusted R square adalah sebesar 75,3%. Hal ini mengandung pengertian bahwa 75,3% variasi variabel kualitas audit mampu dijelaskan oleh variasi variabel independensi, due professional care dan time budget pressure. Sisanya sebesar 24,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model misalnya integritas (Moroney dan Carey, 2011) dan etika profesi (Woodbine dan Liu, 2010). 2) Hasil Uji F Uji F digunakan untuk menguji pengaruh simultan variabel bebas (X) yang digunakan terhadap variabel terikat (Y). Berdasarkan hasil analisis regresi dengan program komputer Statistical Package for Social Science (SPSS), didapatkan nilai F sebesar 20,628 dengan signifikansi F = 0,000 lebih kecil dari alpha 0,05. Hal ini menunjukkan model regresi ini dapat digunakan untuk memprediksi variabel kualitas audit. 3) Hasil Uji t Uji t digunakan untuk menguji hipotesis yang menunjukkan bahwa variabel bebas (X) yang digunakan dalam penelitian ini secara parsial memiliki pengaruh terhadap variabel terikat (Y). Hasil pengujian secara parsial masing-masing sebagai berikut.

57 57 (1) Pengaruh independensi pada kualitas audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Uji yang digunakan adalah uji satu sisi, sehingga α = 0,05. Apabila nilai signifikansi t lebih besar dari α = 0,05 maka H 0 diterima dan H 1 ditolak, apabila nilai signifikansi t α = 0,05 maka H 0 ditolak dan H 1 diterima. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa nilai signifikansi t = 0,005 < α = 0,05, maka H 0 ditolak dan H 1 diterima sehingga Independensi (X 1 ) berpengaruh positif pada kualitas audit (Y). Hal ini berarti auditor dengan sifat independensi yang tinggi akan cenderung memiliki kualitas audit yang lebih tinggi. (2) Pengaruh due professional care pada kualitas audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai signifikansi t = 0,219 > α = 0,05. Berdasarkan hal tersebut, maka H 0 diterima dan H 2 ditolak yang berarti due professional care (X 2 ) tidak berpengaruh positif pada kualitas audit (Y). Hal ini menunjukkan bahwa adanya kemahiran profesional yang cermat dan seksama yang dimiliki auditor cenderung tidak dapat meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan. (3) Pengaruh time budget pressure pada kualitas audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai signifikansi t = 0,021 < α = 0,05. Berdasarkan hal tersebut, maka H 0 ditolak dan H 3 diterima yang berarti time budget pressure (X 3 ) berpengaruh positif pada

58 58 kualitas audit (Y). Hal ini menunjukkan bahwa adanya tekanan anggaran waktu yang dimiliki auditor saat melakukan pemeriksaan cenderung dapat meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan. (4) Komitmen organisasi memoderasi pengaruh independensi pada kualitas audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa nilai signifikansi t = 0,073 > α = 0,05, maka H 0 diterima dan H 4 ditolak sehingga komitmen organisasi (X 4 ) tidak mampu sebagai pemoderasi pengaruh independensi (X 1 ) pada kualitas audit (Y). Hal ini berarti auditor dengan sifat independensi yang tinggi dan memiliki komitmen terhadap organisasi cenderung tidak meningkatkan kualitas audit. (5) Komitmen organisasi memoderasi pengaruh due professional care pada kualitas audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa nilai signifikansi t = 0,121 > α = 0,05, maka H 0 diterima dan H 5 ditolak sehingga komitmen organisasi (X 4 ) tidak mampu sebagai pemoderasi pengaruh due professional care (X 2 ) pada kualitas audit (Y). Hal ini berarti auditor dengan sifat due professional care yang tinggi dan memiliki komitmen terhadap organisasi cenderung tidak meningkatkan kualitas audit. (6) Komitmen organisasi memoderasi pengaruh time budget pressure pada kualitas audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa nilai signifikansi t = 0,670 > α = 0,05, maka H 0 diterima dan H 6 ditolak sehingga komitmen

59 59 organisasi (X 4 ) tidak mampu sebagai pemoderasi pengaruh time budget pressure (X 3 ) pada kualitas audit (Y). Hal ini berarti auditor dengan sifat time budget pressure yang tinggi dan memiliki komitmen terhadap organisasi cenderung tidak meningkatkan kualitas audit. 5.2 Pembahasan Berdasarkan atas hasil uji F pada penelitian ini, didapatkan bahwa model yang digunakan dalam penelitian adalah layak (fit). Independensi (X 1 ), due professional care (X 2 ), time budget pressure (X 3 ), dan komitmen organisasi (X 4 ) sebagai variabel moderasi, secara serempak mampu menjelaskan kualitas audit (Y) pada BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Adapun hasil pengujian hipotesis yaitu pengaruh masing-masing variabel independensi (X 1 ), due professional care (X 2 ), time budget pressure (X 3 ), dan komitmen organisasi (X 4 ) sebagai variabel moderasi pada kualitas audit dijabarkan sebagai berikut Pengaruh Independensi pada Kualitas Audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Pengujian yang dilakukan pada hipotesis pertama (H 1 ) menghasilkan bahwa independensi berpengaruh positif pada kualitas audit. Koefisien regresi bernilai 0,819 menunjukkan bahwa independensi berpengaruh positif pada kualitas audit BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Hasil penelitian ini konsisten dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Teguh Harhinto (2004), Alim, dkk. (2007) Ardini (2010) dan Aprianti (2010) juga menemukan bahwa independensi berhubungan positif pada kualitas audit.

60 60 Independensi APIP serta obyektifitas auditor diperlukan agar kredibilitas hasil pekerjaan APIP meningkat. Posisi APIP ditempatkan secara tepat sehingga bebas dari intervensi, dan memperoleh dukungan yang memadai dari pimpinan tertinggi organisasi sehingga dapat bekerja sama dengan auditi dan melaksanakan pekerjaan dengan leluasa. Auditor harus obyektif dalam melaksanakan audit. Prinsip obyektifitas mensyaratkan agar auditor melaksanakan audit dengan jujur dan tidak mengkompromikan kualitas. Pimpinan APIP tidak diperkenankan menempatkan auditor dalam situasi yang membuat auditor tidak mampu mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan profesionalnya. Independensi berarti tidak mudah dipengaruhi, karena auditor melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Auditor tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun. Karena pentingnya independensi dalam menghasilkan kualitas audit, maka auditor harus memiliki dan mempertahankan sikap ini dalam menjalankan tugas profesionalnya. Auditor dengan independensi yang tinggi cenderung lebih percaya dengan kemampuannya sendiri dalam menyelesaikan suatu penugasan audit. Hal seperti ini akan menumbuhkembangkan motivasi dalam diri auditor untuk bekerja dengan lebih optimal yang akan berkontribusi positif pada peningkatan kualitas auditnya Pengaruh Due Professional Care pada Kualitas Audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Pengujian yang dilakukan pada hipotesis kedua (H 2 ) menghasilkan bahwa due professional care tidak berpengaruh pada kualitas audit. Koefisien regresi bernilai 0,138 menunjukkan bahwa due professional care tidak berpengaruh signifikan pada kualitas audit BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Hasil penelitian ini

61 61 tidak konsisten dengan beberapa penelitian sebelumnya. Rahman (2009) dan Aprianti (2010) menguji due professional care terhadap kualitas audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa due professional care berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Berdasarkan hasil distribusi jawaban responden, variabel due professional care yang diukur dalam bentuk bekerja dengan cermat dan terampil, bersikap teguh dan energik, kemampuan teknik audit, mewaspadai kecurangan yang terjadi, ketidakefektifan, dan risiko audit, belum dapat meningkatkan kualitas audit. Hal ini terjadi karena adanya jawaban responden yang memberikan pendapat netral atau ragu-ragu yang memberikan nilai rata-rata sebesar 1,63 dan 1,47, adanya kemungkinan pernyataan-pernyataan yang sensitif terutama pernyataan 4, dan 6. Ketidaksignifikan ini karena auditor dalam melakukan pemeriksaan belum dapat bekerja dengan penuh kecermatan, bersikap energik, menggunakan kemampuan teknik yang dimiliki serta belum secara optimal menggunakan kemahiran profesionalnya untuk selalu mewaspadai adanya kecurangan dalam laporan keuangan. Due professional care dapat diterapkan dalam pertimbangan profesional (professional judgement), meskipun dapat saja terjadi penarikan kesimpulan yang tidak tepat ketika audit sudah dilakukan dengan seksama. Untuk itu auditor harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama (due professional care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan.

62 Pengaruh Time Budget Pressure pada Kualitas Audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Pengujian yang dilakukan pada hipotesis ketiga (H 3 ) menghasilkan bahwa time budget pressure berpengaruh positif pada kualitas audit. Koefisien regresi bernilai 0,194 menunjukkan bahwa time budget pressure berpengaruh positif pada kualitas audit BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan (Prasito dan Priyo, 2007), dan Simanjuntak, 2008 yang menunjukkan hasil bahwa tekanan anggaran waktu berpengaruh negatif terhadap kualitas audit. Time budget pressure adalah keadaan yang menunjukkan auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat pembahasan waktu anggaran yang sangat ketat dan kaku (Sososutikno, 2003). Tekanan anggaran waktu secara konsisten berhubungan dengan perilaku disfungsional, dimana merupakan ancaman langsung dan serius terhadap kualitas audit karena tekanan anggaran waktu merupakan keadaan di mana auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat pembatasan waktu dalam anggaran yang sangat ketat dan kaku. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan tekanan anggaran waktu yang dihadapi oleh professional dalam bidang pengauditan yang dapat menimbulkan tingkat stress yang tinggi dan mempengaruhi sikap, niat, dan perilaku auditor, tetapi tetap dapat menghasilkan laporan audit yang berkualitas. Hal ini sesuai dengan perilaku resiliensi (Jakson, 2002) kemampuan individu untuk dapat beradaptasi dengan baik meskipun dihadapkan dengan keadaan yang sulit. Auditor telah dapat

63 63 mengatasi kegagalan dalam hidup, dan menahan stres agar dapat berfungsi dengan baik dalam mengerjakan tugas sehari-hari Komitmen Organisasi memoderasi pengaruh Independensi pada Kualitas Audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Pengujian yang dilakukan pada hipotesis keempat (H 4 ) menghasilkan bahwa komitmen organisasi tidak mampu sebagai pemoderasi pengaruh independensi pada kualitas audit. Hasil penelitian menunjukkan komitmen organisasi memperlemah pengaruh independensi pada kualitas audit. Hal ini juga dilihat atas koefisien regresi bernilai -0,411 menunjukkan bahwa komitmen organisasi dan independensi berpengaruh negatif pada kualitas audit BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Pengaruh negatif menunjukkan bahwa semakin turun komitmen organisasi pada independensi maka kualitas audit semakin baik. Komitmen organisasi dapat tumbuh karena individu memiliki ikatan emosional terhadap organisasi yang meliputi dukungan moral dan menerima nilai yang ada serta tekad dari dalam diri untuk mengabdi pada organisasi. Seseorang yang memiliki komitmen terhadap organisasi akan menunjukkan kesediaan untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi. Dirinya pun akan ikut terlibat aktif karena merasa sebagai bagian dari organisasi. Komitmen organisasi yang kuat di dalam diri individu akan menyebabkan individu berusaha keras mencapai tujuan organisasi sehingga berpengaruh pada independensi dan dapat meningkatkan kualitas kerja secara keseluruhan. Sebaliknya, apabila anggota organisasi memiliki komitmen organisasi yang rendah, maka dapat pula mempengaruhi independensi dan kualitas kerja sehingga dapat menurunkan kualitas auditnya.

64 64 Komitmen organisasi tidak mampu memoderasi independensi pada kualitas audit karena adanya pernyataan auditor yang tidak setuju untuk independensi dan memperoleh nilai rata-rata sebesar 1,73. Hal ini terlihat dari pernyataan nomor 3 yang menyatakan auditor menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan hasil audit. Adanya menghindari konflik kepentingan ini cenderung mempengaruhi loyalitas auditor pada organisasi tempatnya bekerja serta merasa kurang terikat secara emosional sehingga dapat menurunkan komitmen organisasi auditor. Perasaan emosional ini terkait dengan tingkat usia dari auditor. Karakteristik usia responden sebagian besar berumur 31 tahun sampai 40 tahun sebesar 56,52% dan berumur kurang dari atau sama dengan 30 tahun sebesar 19,57% Komitmen Organisasi memoderasi pengaruh Due Professional Care pada Kualitas Audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Pengujian yang dilakukan pada hipotesis kelima (H 5 ) menghasilkan bahwa komitmen organisasi tidak mampu sebagai pemoderasi pengaruh due professional care pada kualitas audit. Hasil penelitian menunjukkan komitmen organisasi memperlemah pengaruh due professional care pada kualitas audit. Pengujian statistik koefisien regresi bernilai 0,315 menunjukkan bahwa komitmen organisasi dan due professional care berpengaruh positif pada kualitas audit BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Pengaruh positif menunjukkan bahwa semakin naik komitmen organisasi pada due professional care maka kualitas audit juga semakin baik. Penelitian Davis dan Olesen (1963) dalam Kalbers dan Forgaty (1995) mengungkapkan untuk membangun komitmen pada profesi sering diharapkan pada tendensi profesionalisme. Kalbers dan Forgaty (1995) mengemukakan adanya

65 65 kesesuaian hubungan antara tingkat profesionalisme dengan komitmen organisasi. Penelitian tentang hubungan antara profesionalisme dengan komitmen telah dilakukan oleh Kalbers dan Forgaty (1995) serta Rahmawati (1997) yang mengungkapkan dedikasi berpengaruh positif terhadap effective commitment. Hal ini menunjukkan bahwa adanya komitmen yang bersifat efektif akan dapat meningkatkan tingkat profesionalisme para anggota organisasi. Komitmen organisasi tidak mampu memoderasi due professional care pada kualitas audit karena adanya pernyataan auditor tidak sangat setuju untuk due professional care sehingga memperoleh nilai rata-rata 1,63 dan 1,47. Hal ini terlihat dari pernyataan auditor yang kurang mewaspadai kecurangan yang terjadi dalam mengaudit laporan keuangan serta pernyataan kurang waspada terhadap risiko yang signifikan yang dapat mempengaruhi obyektifitas pemeriksaan. Pernyataanpernyataan ini cenderung menurunkan usaha diatas batas normal auditor untuk mensukseskan organisasi dan dapat menurunkan komitmen organisasi auditor. Usaha ini terkait dengan pelaksanaan due professional care ketika audit sedang dilakukan. Untuk itu due professional care auditor harus ditingkatkan yang dapat diperoleh dengan pelatihan audit. Pelatihan audit yang telah diikuti ternyata cenderung belum dapat meningkatkan keinginan untuk menggunakkan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama dalam pelaksanaan audit Komitmen Organisasi memoderasi pengaruh Time Budget Pressure pada Kualitas Audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Pengujian yang dilakukan pada hipotesis keenam (H 6 ) menghasilkan bahwa komitmen organisasi tidak mampu sebagai pemoderasi pengaruh time budget pressure pada kualitas audit. Hasil penelitian menunjukkan komitmen organisasi

66 66 memperlemah pengaruh time budget pressure pada kualitas audit. Pengujian statistik koefisien regresi bernilai 0,060 menunjukkan bahwa komitmen organisasi dan time budget pressure berpengaruh positif pada kualitas audit BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Pengaruh positif menunjukkan bahwa semakin naik komitmen organisasi pada time budget pressure maka kualitas audit juga semakin baik. Komitmen organisasi yang kuat di dalam diri individu akan menyebabkan individu berusaha keras mencapai tujuan organisasi sehingga berpengaruh pada kualitas kerja yang dilakukan auditor secara keseluruhan. Adanya penggunaan anggaran waktu bagi auditor yang disusun dengan cermat dan seksama seiring dengan komitmen organisasi yang tinggi dimiliki auditor memungkinkan auditor untuk dapat menghasilkan audit yang berkualitas. Komitmen organisasi tidak mampu memoderasi time budget pressure pada kualitas audit karena adanya pernyataan auditor yang terlalu tergesa-gesa dan tidak fokus dalam melaksanakan tugas dengan waktu yang diberikan terlalu sempit memperoleh nilai rata-rata sebesar 2,72. Hal ini terlihat pada pernyataan 4, dimana pernyataan ini cenderung menurunkan usaha individu auditor untuk berusahaan keras meningkatkan kemampuan diri auditor dalam beradaptasi mengatasi stres dan tekanan pekerjaan sehari-hari sehingga tidak dapat menghasilkan audit yang bekualitas. Adanya pernyataan ini cenderung dapat menurunkan usaha dan komitmen auditor pada organisasinya untuk dapat mensuskseskan tujuan dan nilai-nilai organisasi tempatnya bekerja.

67 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, hipotesis dan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Independensi berpengaruh positif pada kualitas audit BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa auditor dengan sifat independensi yang tinggi akan cenderung memiliki kualitas audit yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan auditor yang memegang teguh independensinya, akan dapat bekerja dengan lebih optimal yang berkontribusi positif pada kualitas audit yang dihasilkan. 2) Due professional care tidak berpengaruh signifikan pada kualitas audit BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa adanya kemahiran profesional yang cermat dan seksama yang dimiliki auditor cenderung tidak dapat meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan. Hal ini diasumsikan karena auditor yang dalam melakukan pemeriksaan belum dapat bekerja dengan penuh kecermatan, bersikap energik, menggunakan kemampuan teknik yang dimiliki serta belum secara optimal menggunakan kemahiran profesionalnya untuk selalu mewaspadai adanya kecurangan dalam laporan keuangan. 67

68 68 3) Time budget pressure berpengaruh positif pada kualitas audit BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa adanya pengelolaan anggaran waktu dengan secara cermat, efisien, dan profesional akan cenderung memiliki kualitas audit yang lebih baik. Hal ini dikarenakan auditor yang karena adanya tekanan anggaran waktu namun dapat dikelola dengan secara cermat, efisien, dan profesional sehingga dapat berkontribusi positif pada kualitas audit yang dihasilkan. 4) Komitmen organisasi tidak mampu memoderasi pengaruh independensi pada kualitas audit. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa auditor yang memiliki independensi yang tinggi namun tidak disertai dengan komitmen organisasi yang tinggi maka kualitas audit yang dihasilkan cenderung semakin turun. Hal ini dikarenakan adanya pernyataan auditor yang tidak setuju atas menghindari konflik kepentingan, sehingga cenderung dapat mempengaruhi loyalitas auditor pada organisasi tempatnya bekerja serta dapat mengurangi rasa keterikatan secara emosional pada organisasi. 5) Komitmen organisasi tidak mampu memoderasi pengaruh due profesional care pada kualitas audit. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama namun tidak disertai dengan adanya komitmen organisasi tinggi yang dimiliki auditor maka kualitas audit yang dihasilkan cenderung semakin turun. Hal ini terlihat dari pernyataan auditor yang tidak setuju dan netral atas kurang mewaspadai kecurangan yang terjadi dalam mengaudit laporan keuangan serta pernyataan kurang waspada terhadap risiko yang signifikan yang dapat mempengaruhi

69 69 obyektifitas pemeriksaan, sehingga cenderung dapat menurunkan usaha diatas batas normal auditor untuk mensuskseskan organisasinya. 6) Komitmen organisasi tidak mampu memoderasi pengaruh time budget pressure pada kualitas audit. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa penggunaan anggaran waktu bagi auditor yang dikelola secara profesional namun tidak didukung dengan komitmen organisasi tinggi yang dimiliki auditor, sehingga cenderung tidak dapat menghasilkan audit yang berkualitas. Hal ini dikarenakan adanya pernyataan auditor yang tidak setuju dan netral atas terlalu tergesa-gesa dan tidak fokus dalam melaksanakan tugas dengan waktu yang diberikan terlalu sempit, sehingga cenderung dapat menurunkan komitmen auditor dalam mensuskseskan tujuan organisasinya. 6.2 Saran Penelitian ini tidak terlepas dari berbagai keterbatasan, antara lain metode pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik kuesioner sehingga dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya perbedaan persepsi antara responden dan peneliti berkaitan dengan pernyataan yang terdapat dalam kuesioner. Responden pada penelitian ini adalah auditor dari seluruh jabatan fungsional yang telah bekerja lebih dari atau sama dengan satu tahun. Responden menilai kinerja dirinya sendiri (self-rated measures) dengan mengisi kuesioner yang tersedia. Cara tersebut cenderung menghasilkan jawaban yang bersifat subjektif. Peneliti ini menggunakan komitmen organisasi sebagai variabel moderasi, namun masih banyak variabel perilaku lain yang dapat mempengaruhi kualitas audit seperti pendidikan dan pelatihan auditor. Penilaian kualitas audit untuk pernyataan 1 tentang

70 70 penetapan sasaran, ruang lingkup, dan metodelogi pemeriksaan serta pernyataan 4 tentang penatausahaan dokumen audit dalam bentuk kertas kerja audit dan disimpan dengan baik agar dapat secara efektif diambil, dirujuk dan dianalisis memberikan nilai rata-rata sebesar 1,57 dan 1,73. Hal ini menunjukkan auditor BPKP Perwakilan Provinsi Bali harus terus meningkatkan kemampuan teknis pemeriksaan serta didukung dengan penatausahaan dokumen audit dan kertas kerja pemeriksaan. Berdasarkan keterbatasan penelitian yang telah disebutkan di atas, maka masih diperlukan pengembangan dan perbaikan guna memperoleh hasil penelitian yang lebih baik pada penelitian-penelitian selanjutnya. Berikut adalah beberapa saran yang dapat disampaikan untuk penelitian selanjutnya. 1) Peneliti selanjutnya disarankan menggunakan studi eksperimen. Cara ini diharapkan mampu memberikan hasil yang lebih objektif dibandingkan dengan penilaian kualitas audit yang dilakukan oleh diri sendiri (self-rated measures). 2) Menggunakan variabel lain yang diduga berpengaruh pada kualitas audit maupun menggunakan variabel moderasi yang terkait dengan perilaku lainnya seperti pendidikan dan pelatihan dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. 3) BPKP Perwakilan Provinsi Bali disarankan untuk tetap mengikutsertakan auditornya dalam pendidikan dan pelatihan secara berkala, sehingga mampu meningkatkan kemampuan dalam penetapan sasaran dan metodelogi pemeriksaan serta mampu meningkatkan komitmen organisasi auditor dalam mensukseskan tujuan organisasi. BPKP juga diharapkan tetap memerhatikan

71 71 kondisi kerja auditor, salah satunya dapat dilakukan dengan memberikan sarana dan prasarana dalam mendukung penatausahaan dokumen audit sehingga dapat menunjang pelaksanaan audit.

72 72 DAFTAR PUSTAKA Alim, M. Nizarul Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Auditor dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi. Simposium Nasional Akuntansi X. Ardini, Lilis Pengaruh Kompetensi, Independensi, Akuntabilitas, dan Motivasi terhadap Kualitas Audit. Majalah Ekonomi Tahun XX, No. 3. p , Desember. Arens, A. A. and J. K. Loebbecke Auditing: Suatu Pendekatan Terpadu. Terjemahan oleh Amir Abadi Jusuf. Buku Satu. Jakarta : Salemba Empat. Basuki dan Krisna, Y. Mahardani Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu terhadap Perilaku Disfungsional Auditor dan Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya. Jurnal Manajemen Akuntansi dan Sistem Informasi MAKSI UNDIP (Agustus): vol. 6, No. (2), Carcello, J. V., R. H. Hermanson. dan N.T. McGrath Audit Quality Attributes: The Perceptions of Audit Partners, Prepares, and Financial Statement Users. Auditing : A Journal of Practice and Theory 11, (Spring): Christiawan, Yulius Jogi Kompetensi Dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 4 No. 2, November. Coram, Paul, et al., The Moral Intensity of Reduced Audit Quality Acts. Working paper, The University of Melbourne, Australia, De Angelo, LE Auditor Independence, Low Balling, and Disclosure Regulation. Juornal of Accounting and Economics 3 August. p Deis, D. R. dan Gary A. Giroux Determinants of Audit Quality in the Public Sector. The Accounting Review, July. p Faisal, Nardiyah dan M. Rizal Yahya Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit Dengan Kecerdasan Emosional Sebagai Variabel Moderasi (Survei Pada Kantor Akuntan Publik di Indonesia). Jurnal Akuntansi. Banda Aceh. Universitas Syiah Kuala. Ghozali, Imam Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi Kedua. Semarang: Universitas Diponegoro. Govindarajan, V Impact of Participation in the Budgetary Process on Managerial Attitudes and Performance: Universalistic and Contogency Perspective, Decision Science 17. p

73 73 Huntoyungo, Siti Badriyah Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kualitas Audit. (Studi Pada Inspektorat Daerah Gorontalo). Tesis. Tidak untuk dipublikasikan. Haslinda Lubis Pengaruh Keahlian, Independensi, Kecermatan Profesional dan Kepatuhan Pada Kode Etik Terhadap Kualitas Auditor Pada Inspektorat Provinsi Sematera Utara (Tesis). Tidak untuk dipublikasikan. Indra Bastian Audit Sektor Publik. Edisi Kedua. Jakarta : Salemba Empat. Iskandar, T. M. dan Sanusi, Z. M Assesing the Effects of Self-Efficacy and Task Complexity on Internal Control Audit Judgement. Asian Academy of Management Journal of Accounting and Finance, Vol. 7: Jaffar, N., Haron, H., dan Iskandar, T. M Fraud Risk Assesment and Detection of Fraud: The Moderating Effect of Personality. International Journal of Business and Management, Vol. 6: Jensen, M. C. and W. H. Meckling Theory of the Firm: Managerial Behaviour, Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3, p Kisnawati, Baiq Pengaruh Kompetisi, Independensi, dan Etika terhadap Kualitas Auditor (Studi Empiris pada Auditor Pemerintah di Inspektorat Kabupaten dan Kota Se-Pulau Lombok). Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan. Vol. 8 No. 3 November 2012 hal: Kitta, Syfaruddin Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit yang dimoderasi Orientasi Etika Auditor (Studi pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan). (Tesis). Tidak untuk dipublikasikan. Krisna Sintia Dewi Efektifitas Penerapan Ancaman Sanksi Pidana Tambahan Guna Pengembalian Kerugian Keuangan Negara dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Denpasar). (Tesis). Tidak untuk dipublikasikan. Lastanti, Sri Hexana Tinjauan terhadap Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi atas Skandal Keuangan. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi Vol.5 No.1 April 2005, hal Lauw Tjun Tjun, Elyzabet I. M., dan Santy Setiawan Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Akuntansi. Bandung: Program Studi Akuntansi, Universitas Kristen Maranatha. M.Riadhussyah Peranan BPKP Menghitung Kerugian Keuangan Negara Dalam Rangka Penanganan Perkara Tindak Pidana Korupsi (Studi di Kota Mataram). Jurnal Karya Ilmiah. Mataram: Fakultas Hukum, Universitas Mataram.

74 74 Munawir H.S Auditing Modern.Buku 1. Yogyakarta : BPFE. Mulyadi Auditing. Edisi Keenam. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Muliani, Elisha dan Icuk Rangga Bawono Faktor-Faktor dalam Diri Auditor dan Kualitas Audit: Studi pada KAP Big Four di Indonesia. Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia, Vol. 14 No. 2. Mayangsari, Sekar Pengaruh Keahlian dan Independensi terhadap Pendapat Audit: Sebuah Kuasieksperimen. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.6 No.1 (Januari). McNamara dan Liyanarachchi Time Budget Pressure and Dysfungsional Behaviour withinan Occopational Stres Model. Journal Accountancy Business and the Public Interest, Vol. 7, No. 1, 2008 Meier and Fuglister How to Improve Audit Quality Perception of Auditor and Client. The Ohio CPA Journal. June 1992 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Peraturan Presiden Republik Indonesia Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Ratih, C., dan Dyan. Y Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Time Budget Pressure Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Akuntansi. Denpasar: Program Studi Akuntansi, Universitas Udayana. Samelson, D., S. Lowensohn. dan L. E. Johnson The Determinants of Perceived Audit Quality and Auditee Satisfaction in Local Government. Journal of Public Budgeting, Accounting and Financial Management, 18 (2). p Saripudin, Netty Herawaty, dan Rahayu Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional Care Dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit (Survei terhadap Auditor KAP di Jambi dan Palembang). e-jurnalbinar AkuntansiVol. 1 No. 1. Universitas Jambi. Schroeder, M. S., I. Salomon dan D. Vickrey Audit Quality: The Perception of Audit Committee Chairpersons and Audit Partners. Auditing : A Journal of Practice and Theory 5, (Spring). p Siggih, Elisa Muliani dan Icuk Rangga Bawono, Pengaruh Independensi Pengalaman, Due Propesional Car, dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit (Studi pada Auditor di KAP Big Four di Indonesia) Simposium Nasional Akuntansi 13, Purwokerto, 2010.

75 75 Simanjuntak, Piter Pengaruh Time Budget Pressure dan Resiko Kesalahan Terhadap Penurunan Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Auditor KAP di Jakarta) (tesis). Semarang: Universitas Diponegoro. Soegiastuti, Janti Persepsi Masyarakat Terhadap Independensi Auditor Dalam Penampilan (Studi Empiris Pada Analis Kredit BKK Jawa Tengah). (Tesis). Program Pasca Sarjana Magister Sains Akuntansi UNDIP. Soobaroyen, Teeroven dan Chelven Chengabroyan, Auditors Perception of Time Budget Pressure, Premature Sign Offs and Under-reporting of Chargeable, Time : Evidence from a Developing Country [On-line] http : // Sososutikno, Christina, Hubungan Tekanan Anggaran Waktu dengan Perilaku Disfungsional serta Pengaruhnya terhadap kualitas Audit, Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya, 2003 Suara Pembangunan 2015, Jumlah Tersangka Korupsi Orang. Rabu 18 Pebruari, Hal. A4 Suartana I.W Akuntansi Keperilakuan, Edisi 1, Yogyakarta: Penerbit Andi. Sugiyono Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Sukriah, I., Akram dan B. A. Inapty Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan. SNA XII. Palembang. Suliyanto Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta: ANDI. Suyana Utama Aplikasi Analisis Kuantitatif. Denpasar: Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Trisnaningsih, S Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi Sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar, Juli. Urip Santoso, Yohanes 2010, Pengaruh Penerapan Akuntansi Sektor Publik Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dalam Mencegah Fraud Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Katolik Parahyangan. Undang-Undang No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Wood, R. dan Bandura, A Social Cognitive Theory of Organizational Management. Academy of Management Review, Vol. 14:

76 76 Woodbine, G. F. dan Liu, J Leadership Styles and the Moral Choice of Internal Auditors. Electronic Journal of Business Ethics and Organization Studies, Vol. 1: Wright. A Performance Appraisal of Staff Auditors. The CPA Journal, Vol. 50: Zimmerman, Jerold L.1977, The Municipal Accounting Maze: An Analysis of Political Incentives. Journal of Accounting Research (Impact Factor: 2.38).01/1997; 15:107.

77 77 Lampiran 1 HASIL PENELITIAN SEBELUMNYA Nama No (Tahun) 1. Meier and Fuglister (1992) 2. McNamara dan Liyanarachc hi (2005) 3. Rahman (2009) Judul How to Improve Audit Quality Perception of Auditor and Client Time Budget Pressure and Dysfungsional Behaviour withinan Occopational Stres Model Pengaruh kompetensi, independensi, dan due professional care terhadap kualitas audit Variabel Variabel dependen Perception of Auditor; Variabel independen Perception of Client, Audit Quality Variabel dependen Occopational Stres Model; Variabel independen Time Budget Pressure and Dysfungsional Behaviour Variabel dependen Kualitas Audit; Variabel independen kompetensi, independensi, dan due professional care Metode Penelitian Regresi linier berganda Regresi kategoris dengan skala yang optimal Regresi linier berganda Hasil Pengalaman dalam melakukan audit mempunyai dampak yang signifikan terhadap kualitas audit Time budget pressure berpengaruh terhadap auditor dyfungsional behavior Pengetahuan, independensi, dan due professional care berpengaruh terhadap kualitas audit, sedangkan pengalaman tidak berpengaruh signifikan.

78 78 Lampiran 1 (Lanjutan) No Nama (Tahun) 4. Sukriah, dkk (2010) Judul Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan (Inspektorat NTB) Variabel Variabel dependen Kualitas Hasil Pemeriksaan; Variabel independen Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi Metode Penelitian Metode statistik regresi berganda (Multiple Regression) Hasil Pengalaman kerja, obyektifitas dan kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Independensi dan integritas tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Secara simultan, kelima variabel tersebut berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. 5. Ardini (2010) 6. Aprianti (2010) Pengaruh Kompetensi, Independensi, Akuntabilitas dan Motivasi terhadap Kualitas Audit (KAP di SBY) Pengaruh Kompetensi, Independensi, Keahlian Profesional terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi (KAP di Jaksel) Variabel dependen Kualitas Audit; Variabel independen Kompetensi, Independensi, Akuntabilitas dan Motivasi. Variabel dependen Kualitas Audit; Variabel independen Kompetensi, Independensi, Keahlian Profesional; Variabel moderasi Etika Auditor Regresi linier berganda Regresi linier berganda Variabel kompetensi, independensi, akuntabilitas dan motivasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas audit adalah signifikan. Variabel kompetensi, independensi, keahlian profesional berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Variabel kompetensi, independensi, keahlian profesional secara bersamasama dengan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

79 79 Lampiran 1 (Lanjutan) No Nama (Tahun) 7. Riharna, dkk (2013) 8. Alim, dkk (2007) Judul Pengaruh Keahlian, Independensi, dan Etika Terhadap Kualitas Audit (BPKP Sulsel) Pengaruh Kompetensi, Independensi, terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi (KAP di Jawa Timur) Variabel Variabel dependen Kualitas Audit; Variabel independen Keahlian, independensi, etika Variabel dependen Kualitas Audit; Variabel independen Kompetensi, Independensi Variabel moderasi Etika Auditor Metode Penelitian Regresi linier sederhana dan regresi linier berganda Regresi modrate two way interaction Hasil Keahlian, independensi, dan etika tidak berpengaruh secara bersama-sama terhadap kualitas audit. Independensi dan etika yang berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan keahlian tidak ikut berperan didalamnya Kompetensi dan independensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Interaksi kompetensi dan etika auditor terhadap kualitas audit dalam penelitian ini tidak dapat diketahui. Interaksi independensi dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 9. Ratih, dkk (2013) Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Time Budget Pressure terhadap Kualitas Audit (KAP di Bali) Variabel dependen Kualitas Audit; Variabel independen Kompetensi, Independensi, time budget pressure. Regresi linier berganda Kompetensi dan independensi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Time budget pressure berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap kualitas audit. Sumber: Data primer diolah, 2015

80 80 Lampiran 2 KUESIONER PENELITIAN Yth. Bapak/ Ibu/ Saudara/i Responden di- Tempat Denpasar, 2015 Perihal Lampiran : Permohonan menjadi Responden : Satu Berkas Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Anak Agung Made Bayu Wirama NIM : Pekerjaan : Mahasiswa Magister Akuntansi Universitas Udayana Adapun topik dari penelitian yang diangkat adalah Kemampuan Komitmen Organisasi Memoderasi Pengaruh Independensi, Due Professional Care, Time Budget Pressure pada Kualitas Audit. Agar dapat menyelesaikan tugas penelitian tersebut, sangat diperlukan bantuan dari pihak-pihak terkait terutama para auditor Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Bali. Untuk maksud tersebut, saya memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i berkenan mengisi kuesioner yang semata-mata untuk kepentingan ilmiah, bukan untuk hal diluar kepentingan akademis, serta saya akan menjaga kerahasiaan identitas responden dan isi kuesioner. Atas kesediaan waktu dalam menjawab kuesioner ini peneliti sampaikan terima kasih, sekaligus meminta maaf seandainya penelitian ini mengganggu pekerjaan responden. Peneliti Anak Agung Made Bayu Wirama NIM

81 81 Lampiran 2 (Lanjutan) Kuesioner ini ditujukan untuk diisi oleh Bapak/Ibu/Saudara/i dengan menjawab seluruh pernyataan dan pertanyaan yang telah disediakan. Saya mengharapkan jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan nantinya adalah jawaban obyektif agar diperoleh hasil maksimal. Dalam pengisian pernyataan dan pertanyaan dengan 2 bagian utama yaitu pertanyaan umum dan kuesioner sesuai dengan petunjuk pengisian yang telah disediakan. I. PERTANYAAN UMUM Pertanyaan berikut ini merupakan pertanyaaan umum mengenai identitas Bapak/ Ibu/ Saudara/i. 1. Nama :.. 2. Usia : tahun 3. Status perkawinan :.. 4. Jabatan : sejak tahun 5. Pendidikan terakhir :.. 6. Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan*) 7. Diklat yang diikuti : a. Sertifikasi Auditor b. Teknis Substantif 8. Pengalaman bekerja : a. di bawah 1 tahun b. 1-3 tahun c. 3-5 tahun d. di atas 5 tahun *) coret yang tidak perlu II. KUESIONER Petunjuk Bapak/ Ibu/ Saudara/i dimohon untuk memberikan tanggapan yang sesuai atas pertanyaan dan pernyataan berikut dengan memberikan tanda centang pada jawaban yang dipilih. Jika menurut Bapak/ Ibu/ Saudara tidak ada jawaban yang tepat, maka jawaban dapat diberikan pada pilihan yang paling mendekati. Alternatif jawaban adalah sebagai berikut: Keterangan alternatif jawaban - Sangat setuju (SS) - Setuju (S) - Netral (N) - Tidak setuju (TS) - Sangat tidak setuju (STS) Pilihlah jawaban yang sesuai dengan memberikan tanda centang ( ) pada pilihan jawaban yang telah tersedia.

82 82 Lampiran 2 (Lanjutan) A. Kualitas Audit NO. Uraian Pernyataan 1. Saat menerima penugasan, saya menetapkan sasaran, ruang lingkup, metodelogi pemeriksaan. 2. Dalam semua pekerjaan saya harus direview oleh atasan secara berjenjang sebelum laporan hasil pemeriksaan dibuat. 3. Proses pengumpulan dan pengujian bukti harus dilakukan dengan maksimal untuk mendukung kesimpulan, temuan audit serta rekomendasi yang terkait. 4. Saya menatausahakan dokumen audit dalam bentuk kertas kerja audit dan disimpan dengan baik agar dapat secara efektif diambil, dirujuk dan dianalisis. 5. Dalam melaksanakan pemeriksaan, saya harus mematuhi kode etik yang ditetapkan. 6. Saya telah menggunakan keahlian dan pengetahuan yang mutahir mengenai jenis serta standar pemeriksaan dalam melaporkan hasil pemeriksaan. 7. Laporan hasil pemeriksaan memuat temuan dan simpulan hasil pemeriksaan secara obyektif, serta rekomendasi yang konstruktif. 8. Laporan harus dapat menyatakan pengakuan atas suatu prestasi atau suatu tindakan perbaikan yang telah dilaksanakan oleh auditan. STS TS N S SS B. Independensi NO. Uraian Pernyataan 1. Saya sebagai auditor pemerintah bebas dari intervensi, dan mendapat dukungan dari pimpinan tertinggi. 2. Saya sebagai auditor harus memiliki sikap netral, dan tidak bias. 3. Saya sebagai auditor menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan hasil audit. STS TS N S SS

83 83 4. Saya sebagai auditor tidak mempunyai hubungan yang dekat dengan auditan seperti hubungan sosial, kekeluargaan atau hubungan lainnya. 5. Saya sebagai auditor pemerintah melaporkan kepada pimpinan APIP mengenai situasi jika independensi atau objektivitas saya terganggu baik secara fakta maupun penampilan. 6. Pimpinan APIP harus menggantikan auditor yang menghadapi gangguan terhadap konflik kepentingan. C. Due Profesional Care NO. Uraian Pernyataan 1. Dalam melakukan pekerjaan saya bekerja penuh kecermatan, dan mempunyai keterampilan dalam mengaudit laporan keuangan. 2. Saya memiliki keteguhan, kesungguhan serta bersikap energik. 3. Saya memiliki kemampuan teknik untuk melaksanakan prosedur audit, dan melakukannya dengan berhati-hati. 4. Saya perlu mewaspadai kecurangan yang terjadi dalam mengaudit laporan keuangan. 5. Saya mewaspadai kecurangan, dan ketidakefektifan. 6. Dalam melakukan pekerjaan saya selalu waspada terhadap resiko yang signifikan yang dapat mempengaruhi objektifitas pemeriksaan. STS TS N S SS D. Time Budget Pressure NO. Uraian Pernyataan 1. Saya merasakan beban atas pekerjaan yang saya emban cukup berat mengingat waktu yang diberikan terlalu sempit. 2. Dengan waktu yang telah ditentukan, tugas yang diberikan belum sepenuhnya dapat saya kerjakan dengan sebaik-baiknya. 3. Selama menjalankan tugas saya kurang mampu memenuhi target yang telah ditentukan. STS TS N S SS

84 84 4. Saya terlalu tergesa-gesa dan tidak fokus dalam melaksanakan tugas, dengan waktu yang diberikan terlalu sempit. 5. Ditempat saya bekerja, anggaran waktu tidak pernah dikomunikasikan. 6. Dalam penugasan saya, efisiensi dalam pekerjaan proses audit sangat ditekankan. 7. Di tempat saya bekerja kesesuaian penugasan audit dengan anggaran waktu dijadikan indikator penilaian kinerja dari atasan. 8. Di tempat saya bekerja, anggaran waktu merupakan keputusan yang mutlak dari atasan yang tidak dapat diganggu gugat. NO. E. Komitmen Organisasi Uraian Pernyataan 1. Saya merasa ikut memiliki organisasi di tempat saya bekerja. 2. Saya merasa terikat secara emosional dengan organisasi di tempat saya bekerja. 3. Organisasi di tempat saya bekerja sangat berarti bagi saya. 4. Saya merasa menjadi bagian dari organisasi di tempat saya bekerja. 5. Saya merasa masalah organisasi di tempat saya bekerja juga seperti masalah saya. 6. Saya sulit terikat dengan organisasi lain seperti organisasi di tempat saya bekerja. 7. Saya mau berusaha di atas batas normal untuk mensukseskan organisasi di tempat saya bekerja. 8. Saat ini saya tetap tinggal di organisasi ini karena komitmen terhadap organisasi. 9. Alasan utama saya tetap bekerja di organisasi ini adalah karena loyalitas terhadap organisasi. 10. Saya merasa tidak komitmen jika meninggalkan organisasi di tempat saya bekerja. 11. Saya merasa tidak profesional jika meninggalkan pekerjaan di tempat saya bekerja. 12. Saya merasa tidak loyalitas terhadap organisasi jika saya memutuskan untuk keluar dari pekerjaan saya. STS TS N S SS

85 85 Lampiran 3 TRANSFORMASI DATA ORDINAL - INTERVAL

86 Lampiran 3 (Lanjutan) 86

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang tidak selaras. Teori ini mengasumsikan bahwa masing-masing individu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang tidak selaras. Teori ini mengasumsikan bahwa masing-masing individu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Agensi Teori Agensi muncul karena prinsipal dan agen memiliki kepentingan yang tidak selaras. Teori ini mengasumsikan bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan agent untuk memberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan agent untuk memberikan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi Jensen & Meckling (1976) menjelaskan bahwa hubungan keagenan muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori Keagenan (Agency Theory) menjelaskan adanya konflik antara manajemen selaku agen dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemilik (principals) dengan pihak lain, yaitu manajer (agent). Dalam kontrak,

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemilik (principals) dengan pihak lain, yaitu manajer (agent). Dalam kontrak, BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Adanya hubungan keagenan, ketika terjadi kontrak antara satu pihak, yaitu pemilik (principals)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Agusti dan Pratistha (2013) membuktikan melalui penelitiannya bahwa variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh signifikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Melalui BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Auditing sektor publik memiliki peran penting dan strategis dalam perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Melalui auditing sektor publik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik atau auditor merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Masyarakat mengharapkan profesi akuntan publik melakukan penilaian yang bebas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan juga akan berkualitas tinggi. etik profesi. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) guna

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan juga akan berkualitas tinggi. etik profesi. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) guna BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini persaingan dunia usaha semakin ketat, termasuk persaingan dalam bisnis jasa akuntan publik. Untuk dapat bertahan di tengah persaingan yang ketat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masing-masing. Pengertian laporan keuangan menurut Pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masing-masing. Pengertian laporan keuangan menurut Pernyataan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi akuntansi keuangan menunjukkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan yang digunakan oleh para pemakainya sesuai dengan kepentingan masing-masing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan antar perusahaan sekarang ini sangat meningkat, terlebih lagi semakin meningkatnya permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh perusahaan terutama di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini merupakan tinjauan atas berbagai referensi, literatur, jurnal-jurnal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini merupakan tinjauan atas berbagai referensi, literatur, jurnal-jurnal BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini merupakan tinjauan atas berbagai referensi, literatur, jurnal-jurnal penelitian maupun sumber-sumber lainnya yang relevan dengan penelitian yang dilakukan peneliti sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Auditor adalah akuntan publik yang memberikan jasa audit, menurut Mulyadi (2002: 5). Jasa seorang auditor sekarang ini banyak digunakan oleh suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. hubungan antara agent dengan principal. Hubungan teori keagenan mucul

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. hubungan antara agent dengan principal. Hubungan teori keagenan mucul BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keanggenan (Agency Theory) adalah teori yang menjelaskan hubungan antara agent dengan principal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham. Untuk itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham. Untuk itu diperlukan pihak ketiga (akuntan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai kinerja auditor yang dapat dijadikan sebagai referensi peneliti dalam melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan audit laporan keuangan dalam suatu organisasi dan merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan salah satu hasil penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan salah satu hasil penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Penelitian Terdahulu Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan salah satu hasil penelitian yang telah dilakukan, yaitu: Batubara (2008) melakukan penelitian tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan suatu pengawas intern untuk meminimalisir penyimpangan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan suatu pengawas intern untuk meminimalisir penyimpangan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 (pasal 24) pengawasan terhadap urusan pemerintahan di daerah dilaksanakan oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dalam setiap sektor, salah satunya dalam hal pelaporan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dalam setiap sektor, salah satunya dalam hal pelaporan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap Perusahaan akan saling berkompetisi dalam persaingan usaha yang semakin meningkat ini agar terlihat baik di depan pihak eksternal termasuk juga pesaingnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). tanggungjawab profesionalnya. Standar-standar ini meliputi pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). tanggungjawab profesionalnya. Standar-standar ini meliputi pertimbangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mazsalah Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan tingkat kehandalan laporan keuangan perusahaan sehingga masyarakat memperoleh informasi keuangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan BAB I PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. A. Latar Belakang Masalah Akuntan publik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham. Untuk itu diperlukan pihak ketiga (Akuntan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan titik terang, untuk mendorong perubahan dalam tata kelola

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan titik terang, untuk mendorong perubahan dalam tata kelola 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pemberantasan tindakan korupsi saat ini semakin menunjukkan titik terang, untuk mendorong perubahan dalam tata kelola pemerintahan yang baik dan mendukung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. manajemen selaku agen dengan pemilik selaku principal. Jensen dan Meckling

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. manajemen selaku agen dengan pemilik selaku principal. Jensen dan Meckling BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Teori keagenan merupakan teori yang menjelaskan adanya konflik antara manajemen selaku agen dengan pemilik selaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan audit laporan keuangan dalam suatu organisasi dan merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kualitas audit sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien (De Angelo, 1981). Deis dan Groux

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan tersebut bebas

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan tersebut bebas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Auditor adalah pihak yang diyakini berperan sangat penting dalam bidang yang terkait dengan keuangan. Auditor bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Beberapa tahun terakhir sangat berarti bagi profesi akuntan khususnya para auditor. Munculnya beberapa kasus mengenai profesi auditor di awal abad ini mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kualitas Pelaksanaan Audit Internal Audit secara umum memiliki unsur penting yang diuraikan Mulyadi (2009:9) yaitu antara lain sebagai berikut: 1. Suatu

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN ETIKA AUDITOR SEBAGAI VARIABEL MODERASI

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN ETIKA AUDITOR SEBAGAI VARIABEL MODERASI PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN ETIKA AUDITOR SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Kota Surakarta dan Yogyakarta) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Profesi seorang akuntan publik merupakan salah satu profesi kepercayaan bagi para pihak yang berkepentingan, di antaranya adalah kreditor, investor, pemilik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun di sisi lain

BAB II LANDASAN TEORI. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun di sisi lain BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Agensi Teori agensi adalah teori yang mendasari hubungan atau kontak antara principal dan agent (Anthony dan Govindarajan, 2002). Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat memunculkan adanya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat memunculkan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat memunculkan adanya persaingan yang terjadi antar entitas dalam berbagai sektor industri. Entitas bersaing untuk

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien sesuai

BAB1 PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien sesuai BAB1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengawasan Intern Pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui bahwa suatu instansi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah k ti e g n e m r a d e k es na k u b M, O ZC LI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah k ti e g n e m r a d e k es na k u b M, O ZC LI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi auditor telah menjadi sorotan masyarakat dalam beberapa tahun terakhir, terutama pada perusahaan go public yang harus memberikan informasi berupa laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian terdahulu Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan dapat melalui hasil berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Atribusi Teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan mengenai perilaku individu. Lebih khususnya, teori ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus audit yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir membuat. kepercayaan masyarakat terhadap kualitas audit menurun.

BAB I PENDAHULUAN. Kasus audit yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir membuat. kepercayaan masyarakat terhadap kualitas audit menurun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kasus audit yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir membuat kepercayaan masyarakat terhadap kualitas audit menurun. Masyarakat menjadi bertanya-tanya mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengawasan intern yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana,

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui apakah suatu instansi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Audit dalam bentuk umum yaitu pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. Audit dalam bentuk umum yaitu pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Auditing adalah suatu proses pemeriksaan terhadap laporan keuangan perusahaan klien yang dilakukan oleh seseorang yang independen dan kompeten. Audit dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan memberikan gambaran dan informasi posisi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan memberikan gambaran dan informasi posisi keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan memberikan gambaran dan informasi posisi keuangan suatu perusahaan, setiap perusahaan ingin terlihat baik dari perusahaan lain. Laporan keungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, permasalahan yang sering dihadapi oleh suatu lembaga pemerintahan salah satunya adalah tindakan KKN (Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme). Banyaknya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory. BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Agensi Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory. Pihak kepala unit organisasi berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, terdapat tuntutan sektor publik khususnya pemerintah yaitu terlaksananya akuntabilitas pengelolaan keuangan sebagai bentuk terwujudnya praktik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kemunculan teori keagenan (agency theory) disebabkan karena adanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kemunculan teori keagenan (agency theory) disebabkan karena adanya BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori keagenan Kemunculan teori keagenan (agency theory) disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan yang muncul dan timbulnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jenderal Departemen, Satuan Pengawas Intern (SPI) di lingkungan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Jenderal Departemen, Satuan Pengawas Intern (SPI) di lingkungan lembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah dalam mengelola negara sangat memerlukan biaya atau dana yang sangat besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur tentang tanggung jawab profesi, kompetensi dan kehati-hatian

BAB I PENDAHULUAN. mengatur tentang tanggung jawab profesi, kompetensi dan kehati-hatian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang penelitian Norma (2012) memamparkan pendapat Mulyadi dan Puradireja, (1998) Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan audit laporan keuangan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, terutama dalam Era Globalisasi saat ini, membuat persaingan para pebisnis akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam penelitian. Kjian teori berfungsi sebagai kerangka acuan dan sudut pandang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam penelitian. Kjian teori berfungsi sebagai kerangka acuan dan sudut pandang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori adalah dasar berpikir yang bersumber dari suatu teori yang relevan dan dapat digunakan sebagai tuntunan untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang selanjutnya data tersebut digunakan sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang selanjutnya data tersebut digunakan sebagai dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan unsur penting bagi pihak internal maupun eksternal dalam perusahaan sebagai informasi tentang kondisi keuangan perusahaan yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa tahun terakhir, permasalahan hukum terutama berkaitan dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dengan segala praktiknya seperti penyalahgunaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia bisnis, perusahaan yang dapat bertahan adalah perusahaan yang memiliki konsisten tinggi dalam menjalankan kinerjanya. Untuk melihat konsistensi dari kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan atau organisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengauditan merupakan bagian dari assurance service dari kantor akuntan

BAB I PENDAHULUAN. Pengauditan merupakan bagian dari assurance service dari kantor akuntan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengauditan merupakan bagian dari assurance service dari kantor akuntan publik (KAP), sehingga jelas bahwa pengauditan melibatkan usaha peningkatan kualitas informasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Auditing Agoes (2008:3), menyatakan bahwa auditing merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan audit terhadap pemerintah. Sedangkan undang-undang No 15 tahun

BAB I PENDAHULUAN. melakukan audit terhadap pemerintah. Sedangkan undang-undang No 15 tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akuntansi merupakan ilmu yang terus berkembang sesuai dengan kebutuhan para penggunanya. Tujuan akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil dan harus memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian dari Ivan dan Nurul ini mengenai Faktor-faktor yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian dari Ivan dan Nurul ini mengenai Faktor-faktor yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.1.1 Ivan dan Nurul (2015) Penelitian dari Ivan dan Nurul ini mengenai Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Pemeriksaan Keuangan Negara (Studi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan akuntan. (Arens dan Loebbecke, 1996:4). keputusan. Para pemakai laporan keuangan selalu memeriksa dan mencari

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan akuntan. (Arens dan Loebbecke, 1996:4). keputusan. Para pemakai laporan keuangan selalu memeriksa dan mencari BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang auditor disamping memiliki pemahaman mengenai akutansi, auditor juga harus memiliki keahlian dalam mengumpulkan dan menafsirkan bahan bukti audit. Keahlian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan muncul ketika

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan muncul ketika BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Dan Konsep 2.1.1 Theory Agency Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan muncul ketika satu orang atau lebih (principal)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab pertama dari skripsi adalah pendahuluan yang mencakup gambaran

BAB I PENDAHULUAN. Bab pertama dari skripsi adalah pendahuluan yang mencakup gambaran BAB I PENDAHULUAN Bab pertama dari skripsi adalah pendahuluan yang mencakup gambaran umum dalam penyusunan sesuai dengan judul. Penulis menyusun pembabakan dari ringkasan setiap isi dari bab per bab yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meyakini kualitas pekerjaannya. Dalam penyelenggaraanya good governance

BAB I PENDAHULUAN. meyakini kualitas pekerjaannya. Dalam penyelenggaraanya good governance BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap profesi harus mampu membangun kepervayaan masyarakat agar martabat dan kualitas jasa professionalnya dapat terjaga. Untuk membangun kepercayaan masyarakat, maka

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa teori keagenan (agency theory)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa teori keagenan (agency theory) BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa teori keagenan (agency theory) merupakan teori

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Atribusi Menurut Fritz Heider pencetus teori atribusi, teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan tentang perilaku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini kasus korupsi atau penyelewengan keuangan makin marak terjadi di perusahaan sehingga jasa akuntan publik semakin dibutuhkan. Akuntan publik profesional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diperdagangakan di bursa saham, mayoritas perusahaan besar lainnya, serta

BAB 1 PENDAHULUAN. diperdagangakan di bursa saham, mayoritas perusahaan besar lainnya, serta 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kantor Akuntan Publik bertanggung jawab pada audit atas laporan keuangan historis yang dipublikasikan dari semua perusahaan yang sahamnya diperdagangakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, keberadaan dan peran profesi auditor mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, keberadaan dan peran profesi auditor mengalami BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini, keberadaan dan peran profesi auditor mengalami peningkatan yang sesuai dengan perkembangan bisnis dan perubahan global. Keberadaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal membutuhkan informasi terkait bisnis, dan

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal membutuhkan informasi terkait bisnis, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi Akuntan Publik adalah profesi yang saat ini dibutuhkan dalam masalah perekonomian. Negara yang perekonomiannya berkembang pesat akan merasakan masalah ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha yang semakin kompetitif (Nirmala dan Cahyonowati, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha yang semakin kompetitif (Nirmala dan Cahyonowati, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Audit merupakan pengumpulan data dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002: 2). Kepercayaan yang besar dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002: 2). Kepercayaan yang besar dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Auditing Mulyadi (2011: 9) mengartikan auditing sebagai suatu proses sistematik untuk memeroleh dan mengevaluasi bukti secara objektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah tersebut melalui berbagai cara, salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah tersebut melalui berbagai cara, salah satunya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindakan kecurangan di pemerintah Indonesia sudah mencapai tingkat yang memprihatinkan. Berbagai usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. objektif, tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit. Kualitas audit

BAB I PENDAHULUAN. objektif, tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit. Kualitas audit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kualitas audit termasuk salah satu jasa yang sulit untuk diukur secara objektif, tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit. Kualitas audit merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan.

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang ada di Indonesia. Dari profesi akuntan publik, masyarakat dan pemakai laporan keuangan mengharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diketahui karena banyaknya pemberitaan-pemberitaan di media masa mengenai

BAB I PENDAHULUAN. diketahui karena banyaknya pemberitaan-pemberitaan di media masa mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja pemerintah saat ini menjadi sorotan masyarakat. Hal tersebut diketahui karena banyaknya pemberitaan-pemberitaan di media masa mengenai demonstran-demonstran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi akuntan publik adalah profesi yang bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi akuntan publik adalah profesi yang bertanggung jawab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik adalah profesi yang bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan. Salah satu jasa akuntan publik adalah memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian bebas dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian bebas dan tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian bebas dan tidak memihak terhadap informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan dan mencari informasi tentang kehandalan laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan dan mencari informasi tentang kehandalan laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang berguna dalam pengambilan keputusan untuk penggunanya. Sudah menjadi kewajiban perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akuntansi sektor publik terkait dengan tiga hal pokok, yaitu : penyediaan informasi, pengendalian manajemen, dan akuntabilitas. Akuntansi sektor publik merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009. 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fungsi audit sangat penting untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi dalam suatu organisasi. Hasil audit akan memberikan umpan balik bagi semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri bergerak dengan cepat dan bervariasi yang membuat persaingan antar pengusaha semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas,

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas, BAB 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Auditor eksternal adalah seorang profesional auditor yang melakukan audit pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan

Lebih terperinci

KUESIONER Profil Responden KOMPETENSI Dimensi Pernyataan Alternatif Jawaban STS TS N S SS

KUESIONER Profil Responden  KOMPETENSI Dimensi Pernyataan Alternatif Jawaban STS TS N S SS KUESIONER Profil Responden 1. Nama : 2. Umur : tahun 3. Jenis Kelamin : L / P 4. Masa Kerja : tahun 5. Golongan : 6. Pendidikan terakhir : 7. Pendidikan dan pelatihan tentang audit yang pernah diikuti:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang

Lebih terperinci

BAB II KUALITAS AUDIT, BATASAN WAKTU AUDIT DAN DUE PROFESSIONAL CARE. dikatakan berkualitas, jika memenuhi ketentuan atau standar

BAB II KUALITAS AUDIT, BATASAN WAKTU AUDIT DAN DUE PROFESSIONAL CARE. dikatakan berkualitas, jika memenuhi ketentuan atau standar BAB II KUALITAS AUDIT, BATASAN WAKTU AUDIT DAN DUE PROFESSIONAL CARE 2.1. Kualitas Audit Kualitas audit dapat diartikan sebagai bagus tidaknya suatu pemeriksaan yang telah dilakukan oleh auditor. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memastikan kelayakan informasi akuntansi perusahaan, pengelola perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. memastikan kelayakan informasi akuntansi perusahaan, pengelola perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan dalam persaingan usaha di Indonesia semakin meningkat dewasa ini. Dalam menghadapi permasalan tersebut, informasi akuntansi sangat dibutuhkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tidak dapat dibendung dan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tidak dapat dibendung dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan masyarakat secara umum untuk meningkatkan kualitas, profesionalisme dan akuntabilitas publik dalam menjalankan aktivitas pengelolaan keuangan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksternal perusahaan. (Singgih dan Bawono 2010). sulit untuk diukur, sehingga para pemakai informasi membutuhkan jasa pihak

BAB I PENDAHULUAN. eksternal perusahaan. (Singgih dan Bawono 2010). sulit untuk diukur, sehingga para pemakai informasi membutuhkan jasa pihak BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu media terpenting dalam mengkomunikasikan fakta-fakta mengenai perusahaan dan sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang semakin berkembang saat ini, tidak hanya membutuhkan modal

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang semakin berkembang saat ini, tidak hanya membutuhkan modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan yang semakin berkembang saat ini, tidak hanya membutuhkan modal dari pemilik tetapi modal dari masyarakat. Perusahaan yang membutuhkan modal dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beberapa kasus keuangan yang terjadi di perusahaan besar baik di dalam maupun diluar negeri manjadikan kualitas audit untuk tetap diperhatikan. Kasus Enron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Financial Accounting Standard Board, terdapat dua karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Financial Accounting Standard Board, terdapat dua karakteristik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan menjadi hal yang sangat dibutuhkan oleh para pengelola perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnis pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditor hars memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditor hars memiliki BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Audit merupakan pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompeten, objektif, dan tidak memihak, yang disebut auditor. Tujuannya adalah

BAB I PENDAHULUAN. kompeten, objektif, dan tidak memihak, yang disebut auditor. Tujuannya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Audit atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses, atau produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal perusahaan. Menurut Financial Accounting Standards

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal perusahaan. Menurut Financial Accounting Standards BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai saran pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Akuntansi Keuangan (SAK) atau Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Akuntansi Keuangan (SAK) atau Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini, audit terhadap laporan keuangan sangatlah diperlukan. Hal ini dikarenakan laporan keuangan selain digunakan untuk memberikan informasi tentang keadaan

Lebih terperinci