BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amandemen terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) telah dilakukan sebanyak empat kali (tahun ), yang mengakibatkan perubahan desain ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan desain ketatanegaraan yang terjadi adalah perubahan fungsi dari lembaga negara. Sebelum Amandemen UUD 1945, Presiden memiliki peran strategis dalam proses pembentukan undang-undang. Presiden diberi kekuasaan untuk membentuk undang-undang. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) sebagai organ kekuasaan legislatif hanya memberikan persetujuan rancangan undang-undang yang diajukan oleh Presiden, sehingga fungsi kekuasaan legislatif sebelum Amandemen UUD 1945 dipegang dan didominasi oleh Presiden. Pasca-Amandemen UUD 1945 terjadi pergeseran kekuasaan legislatif dalam menjalankan fungsinya, yakni membentuk undang-undang. Peran DPR RI sebagai organ kekuasaan legislatif pasca-amandemen lebih diperkuat lagi. DPR RI yang dulu hanya diberikan kewenangan untuk memberikan persetujuan atas rancangan undang-undang yang diajukan Presiden kini mulai diberikan kekuasaan untuk membentuk undang-undang. Peralihan kekuasaan membentuk undang-undang kepada DPR RI sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 20 UUD 1945 pascaamandemen yang semakin memperkuat fungsi DPR RI di bidang legislasi, selain fungsi anggaran dan pengawasan yang sudah berjalan. Kedudukan dan fungsi DPR RI yang semakin kuat pasca-amandemen UUD 1945 tersebut membuat peran DPR RI semakin penting dalam penyelenggaraan negara. DPR RI memiliki peran sentral dalam pembentukan hukum melalui fungsi legislasi yang dimiliki. DPR RI juga berperan menentukan kebijakan pembangunan melalui fungsi anggaran yang dimiliki sekaligus mengawasi kinerja pemerintah melalui fungsi pengawasan. Selanjutnya, dengan penguatan fungsi DPR RI tersebut masyarakat berharap DPR RI dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik, konsisten, dan bertanggung jawab sehingga memberikan manfaat yang besar bagi rakyat sebagaimana diamanatkan Pasal 20A ayat (1) UUD Realitas menunjukkan DPR RI merupakan lembaga legislatif yang sering mendapat perhatian serius dari masyarakat karena mengalami pasang surut dalam menjalankan tugas dan fungsinya, terutama dalam fungsi legislasi yang dinilai oleh publik tidak mencapai target sebagaimana direncanakan dalam Program Legislasi Nasional. Selain itu, tantangan yang dihadapi juga akan semakin berat dan rakyat akan semakin kritis terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi DPR RI. Peningkatan peran parlemen inilah yang menjadi salah satu tujuan upaya penguatan sistem ketatanegaraan sebagaimana tercermin dalam perubahan fungsi lembaga permusyawaratan atau perwakilan rakyat yaitu MPR, DPR, DPD, dan DPRD dalam perubahan keempat UUD Hal ini secara teknis dan implementatif bertujuan untuk menciptakan lembaga perwakilan rakyat yang lebih profesional, akuntabel, dan demokratis. Sebagai konsekuensi, perlu dilakukan perbaikan yang tidak hanya bertujuan untuk mendukung kinerja 1

2 anggota legislatif saja, melainkan perbaikan kinerja dalam sistem pendukungnya yang meliputi pemisahan secara jelas dukungan pelaksanaan tugas teknis, administratif, dan keahlian. Keberadaan DPR RI sebagai lembaga perwakilan sangat dipengaruhi oleh dua unsur utama, yaitu DPR RI sebagai lembaga yang terdiri atas Anggota DPR, Alat Kelengkapan DPR RI (AKD), dan Fraksi. Berikutnya adalah unsur pendukung yang memberikan dukungan teknis, administrasi, dan keahlian. DPR RI sebagai lembaga perwakilan dalam menjalankan fungsi, tugas, dan wewenangnya perlu mendapatkan dukungan dengan tata kelola yang baik. Oleh karena itu unsur pendukung tata kelola DPR harus memberikan dukungan administrasi, teknis, dan keahlian yang berkualitas yang disertai dengan integritas dan kinerja yang baik. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU MD3) dalam Pasal 413 telah menyatakan bahwa untuk mendukung kelancaran pelaksanaan wewenang dan tugas DPR RI, terutama untuk mendukung tiga fungsi DPR RI yaitu fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan dibentuk Badan Keahlian DPR RI. Dengan demikian, pelaksanaan dukungan teknis dan administrasi kepada DPR RI sebagai lembaga perwakilan dilaksanakan oleh Sekretariat Jenderal DPR RI, sementara dukungan yang bersifat keahlian dan substantif dilaksanakan oleh Badan Keahlian (BK) DPR RI. BK DPR RI yang lahir dari upaya penguatan kembali parlemen diharapkan dapat memenuhi harapan akan adanya penguatan supporting system demi mendukung terwujudnya lembaga perwakilan rakyat yang lebih profesional, akuntabel, dan demokratis. Dukungan keahlian yang bersifat substansi diberikan kepada DPR RI dalam menjalankan tiga fungsi utamanya. Adapun produk dukungan tersebut antara lain naskah akademik dan draf awal rancangan undang-undang, analisis APBN dalam setiap pembahasan siklus APBN, kajian terhadap hasil pengawasan Badan Pemeriksa Keuangan, serta pemantauan dan pelaksanaan undang-undang. Selain itu dukungan keahlian juga dilaksanakan melalui berbagai penelitian dan pengkajian dalam bentuk laporan penelitian, buku, jurnal, dan info singkat yang membahas isu terbaru di dalam maupun luar negeri. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2015 tentang Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI, BK DPR RI mempunyai tugas mendukung kelancaran pelaksanaan wewenang dan tugas DPR RI di bidang keahlian. Peraturan Presiden tersebut merupakan salah satu peraturan pelaksana atas UU MD3. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Sekretaris Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Sekretaris Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Sekretaris Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dinyatakan bahwa tugas dan fungsi Badan Keahlian DPR RI adalah mendukung kelancaran pelaksanaan wewenang dan tugas DPR RI. Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Keahlian DPR RI tersebut dibentuk pusat-pusat, yaitu: 2

3 1) Pusat Perancangan Undang-Undang dengan tugas pokok memberikan dukungan keahlian pada perancangan undang-undang; 2) Pusat Pemantauan Pelaksanaan Undang-Undang dengan tugas pokok memberikan dukungan keahlian pada pemantauan pelaksanaan undang-undang dan pemberian keterangan DPR untuk persidangan Mahkamah Konstitusi; 3) Pusat Kajian Anggaran dengan tugas pokok memberikan dukungan keahlian pada analisis anggaran; 4) Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara dengan tugas pokok memberikan dukungan keahlian pada analisis akuntabilitas keuangan negara; dan 5) Pusat Penelitian dengan tugas pokok memberikan dukungan keahlian pada pelaksanaan fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan melalui penelitian, pengkajian, dan pengembangan ilmu pengetahuan. Pusat Perancangan Undang-Undang melaksanakan dukungan di bidang perancangan undang-undang, meliputi: 1) Penyiapan naskah Program Legislasi Nasional; 2) Penyiapan Naskah Akademik RUU; 3) Penyiapan penyusunan RUU; dan, 4) Pendampingan pembahasan RUU. Pusat Pemantauan Pelaksanaan Undang-Undang melaksanakan dukungan di bidang pengawasan pemantauan pelaksanaan undang-undang dan penanganan perkara pengujian undang-undang, meliputi: 1) Pemantauan pelaksanaan undang-undang; 2) Pemantauan peraturan pelaksanaan undang-undang; 3) Penanganan perkara pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan, 4) Pendampingan Tim Kuasa DPR dalam persidangan di Mahkamah Konstitusi. Pusat Kajian Anggaran melaksanakan dukungan di bidang anggaran, meliputi: 1) Rencana Kerja Pemerintah; 2) Kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal; 3) Rencana kerja dan anggaran kementerian dan lembaga; 4) RUU tentang APBN; 5) Laporan semester APBN; 6) RUU tentang Perubahan atas APBN; 7) RUU tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN; 8) Pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah yang berkaitan dengan APBN; dan, 9) Pelaksanaan APBN. Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara melaksanakan dukungan di bidang anggaran dalam pelaksanaan dan pengawasan anggaran, meliputi: 1) Hasil pemeriksaan atas LKPP; 3

4 2) Hasil pemeriksaan atas laporan keuangan; 3) Hasil pemeriksaan kinerja; 4) Hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu; 5) Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester; 6) Ikhtisar hasil pemeriksaan 5 (lima) tahunan; 7) Hasil Evaluasi atas Laporan Hasil Pemeriksaan Akuntan Publik terhadap Badan Usaha Milik Negara; dan, 8) Hasil pertimbangan dan pengawasan Dewan Perwakilan Daerah terhadap tindak lanjut hasil pemeriksaan dan rekomendasi BPK. Pusat Penelitian melaksanakan dukungan dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi DPR di bidang legislasi, pengawasan, dan anggaran serta diplomasi parlemen. Dukungan Pusat Penelitian dilakukan melalui: 1) Penelitian perseorangan dan penelitian kelompok; 2) Penerbitan buku; 3) Penerbitan jurnal ilmiah; 4) Pembuatan kajian berupa: a) Kajian info singkat/policy paper secara periodik; b) Kajian kebijakan secara periodik; c) Kajian khusus, baik atas prakarsa Puslit maupun permintaan Alat Kelengkapan DPR dan Anggota DPR; 5) Penyelenggaraan diskusi, workshop/lokakarya, serta seminar; 6) Pemberian dukungan dalam rangka perancangan undang-undang, pemantauan pelaksanaan undang-undang, kajian terhadap APBN, kajian terhadap akuntabilitas keuangan negara, dan pendampingan dalam pelaksanaan fungsi DPR lainnya. B. Dasar Hukum 1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD; 3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara; 4) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 5) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 6) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara; 7) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 8) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun ; 9) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik; 4

5 10) Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2015 tentang Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI; 11) Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 tentang Tata Tertib sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 tentang Tata Tertib; 12) Peraturan Pimpinan DPR Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Badan Keahlian DPR RI; dan, 13) Peraturan Sekretaris Jenderal DPR RI Nomor 6 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Sekretaris Jenderal DPR RI Nomor 2 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Sekretaris Jenderal DPR RI Nomor 6 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI. C. Kondisi Saat Ini 1. Pengelolaan Administrasi Keuangan dan Kepegawaian Secara administratif kelembagaan BK DPR RI berada di bawah Setjen DPR RI. Dalam perspektif ini dan kedudukan BK DPR RI sebagai unsur aparatur pemerintah, segala pengelolaan administrasi keuangan dan kepegawaiannya harus dikelola oleh Setjen DPR RI. Implikasinya, idealisme praktek terbaik pemberian dukungan keahlian BK DPR RI terhadap DPR RI tidak dapat dilaksanakan secara optimal. 2. Dukungan SDM Keahlian Merujuk pada praktek terbaik pemberian dukungan keahlian parlemen di negara-negara yang telah mapan secara demokratis, jumlah SDM keahlian tidak seluruhnya dibatasi dalam kerangka pertimbangan yang sifatnya rasional dan efisien sebagaimana terjadi dalam birokrasi pemerintahan secara umum. Hal ini dilandasi oleh sifat kekhususan kelembagaan politik parlemen yang dengan tugas dan fungsinya mensyaratkan adanya kecepatan dukungan keahlian dalam memperlancar proses pengambilan kebijakan di parlemen. Dalam kerangka ini, rasio kebutuhan SDM dengan jumlah Anggota DPR RI, AKD, dan tugas dan wewenang DPR RI perlu dipenuhi secara terukur. Hal ini belum diperhitungkan, terutama dengan jenis keahlian yang dibutuhkan. Secara khusus permasalahan SDM di BK DPR RI antara lain: 1) Kebijakan Pemerintah mengenai zero growth dalam penerimaan pegawai memberikan dampak terhadap perkembangan jumlah tenaga fungsional di BK DPR RI dalam memberikan dukungan keahlian, misalnya perbandingan antara jumlah peneliti dengan jumlah Anggota DPR RI dan Alat Kelengkapan DPR RI yang tidak proporsional; 2) Selain itu dari sisi kepakaran, terjadi ketimpangan antar-disiplin ilmu dan bidang kepakaran pejabat fungsional dengan beban masalah yang dibahas di masing-masing AKD; 3) Secara kualitas tingkat pendidikan tenaga fungsional masih lebih banyak berlatar belakang jenjang pendidikan S 2 dan S 1, sehingga harus ditingkatkan agar dapat selaras dengan perkembangan kualitas dukungan keahlian yang dapat diberikan kepada DPR RI; 5

6 4) Kepangkatan pejabat fungsional sebagian besar masih berada pada jenjang muda dan madya. Idealnya pejabat fungsional berada pada jenjang utama, sehingga memiliki kompetensi yang memadai dalam memberikan dukungan keahlian kepada DPR RI; dan, 5) Jumlah dukungan staf tata usaha yang sangat terbatas menyebabkan kurang optimalnya dukungan teknis dan administrasi yang dapat membantu pelaksanaan kegiatan para pejabat fungsional dalam memberikan dukungan keahlian kepada DPR RI. 3. Kelembagaan Secara kelembagaan, kedudukan BK DPR RI memiliki fungsi yang sangat strategis sebagai salah satu unsur pendukung kelancaran pelaksanaan wewenang dan tugas DPR RI di bidang keahlian yang bersifat organik dan permanen sebagai unsur aparatur pemerintah yang dalam menjalankan tugas dan fungsinya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada pimpinan DPR RI. Hal ini sejalan dengan mandat Pasal 413 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Selanjutnya pelaksanaan fungsi BK DPR RI diatur dengan Pasal 30 Peraturan Presiden No. 27 Tahun 2015 tentang Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. a. Struktur Organisasi Struktur organisasi sebagaimana diatur dalam Perpres No. 27 Tahun 2015 tentang Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia masih memiliki kelemahan sehingga berdampak kepada efektivitas penyelenggaraan tugas dna fungsi organisasi. Salah satu kelemahan mendasar adalah Eselon I membawahi langsung Eselon II dan Eselon III, dan Eselon II membawahi Eselon IV. Begitu juga dalam praktek terbaik, seorang Kepala Badan idealnya dibantu oleh seorang Sekretaris Badan. b. Output Layanan Masih adanya persepsi umum tentang tingginya ketimpangan praktek pemberian dukungan sistem pendukung keahlian dengan yang dibutuhkan kelembagaan dewan selama ini, baik dari Pimpinan DPR RI maupun Anggota DPR RI menjadi tantangan yang sifatnya khusus bagi kelembagaan BK DPR RI. Secara umum, kelahiran kelembagaan BK DPR RI pun dibidani oleh persepsi tersebut dan idealisme dukungan keahlian dalam sistem keparlemenan modern ke depan. Khusus terhadap output layanan dari Pusat Penelitian (dulu Bidang Pengkajian), secara produk dan jenis kegiatan sudah sangat variatif dan memiliki kuantitas yang cukup yaitu hasil penelitian, buku, jurnal, Majalah Info Singkat, penyelenggaraan diskusi, seminar, dan workshop, serta kegiatan lainnya. Namun demikian disadari bahwa produk tersebut belum sepenuhnya relevan dan tidak selalu sinkron dengan kebutuhan DPR meskipun setiap tahun Pusat Penelitian mencoba memperbaiki dan semakin mendekatkan pada kebutuhan DPR. Misalnya dalam hal penelitian, Pusat Penelitian mengajukan surat permintaan topik penelitian kepada setiap Komisi selain mendasarkan kepada Program Legislasi Nasional (Prolegnas). Begitu juga dengan kegiatan diskusi, seminar, dan workshop, diselenggarakan sesuai isu terkini yang terkait dengan kebutuhan DPR RI. 6

7 c. Tata laksana Lemahnya koordinasi dan konsolidasi sangat terasa pada saat pembahasan RUU di AKD yang melibatkan berbagai stakeholders, yaitu Peneliti, Perancang Undang-Undang, Tenaga Ahli AKD, Sekretariat AKD, dan staf dari Pemerintah. Khusus terkait dengan koordinasi pendukung subtansi yaitu antara Peneliti, Perancang, dan Tenaga Ahli AKD belum ada mekanisme kerja (standard operating procedure) yang dapat dijadikan panduan sehingga terdapat pembagian tugas yang jelas dan tidak terjadi overlapping antar-tenaga pendukung serta Di samping mekanisme kerja, adanya regulasi dari instansi induk/pembina pejabat fungsional di BK DPR RI, pada kenyataannya dapat menjadi faktor penghambat dalam melaksanakan tugas sebagai unsur pendukung keahlian di DPR RI. Peraturan teknis yang menjadi panduan bagi penilaian hasil kerja tenaga fungsional banyak yang tidak sesuai dengan pelaksanaan tugas dan fungsi pejabat fungsional di DPR RI. 4. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana pendukung keahlian di lingkungan BK DPR RI menjadi persoalan teknis yang cenderung tidak akan tuntas dalam jangka menengah. Hal ini dapat dilihat dari kedudukan kelembagaan parlemen yang dalam upaya penyediaan sarana dan prasarana fisik pendukung selalu dinilai tidak atas semata-mata berdasarkan kebutuhan riil tetapi lebih pada bagaimana penyediaannya yang secara relatif tidak memunculkan resistensi masyarakat. Secara spesifik masalahnya yaitu ketersediaan ruang kerja SDM fungsional yang belum berorientasi kepada kebutuhan penambahan jumlah SDM fungsional agar sesuai dengan rasio perbandingan jumlah SDM fungsional dengan layanan keahlian yang dapat diberikan kepada DPR RI, antara lain: 1) Belum optimalnya fasilitas pendukung ruang kerja, seperti lampu penerangan ruangan, AC, dankamera perekam keamanan; 2) Keterbatasan sarana kerja berupa komputer/laptop dan printer. Belum semua pejabat fungsional mendapatkan sarana kerja tersebut. Selain itu komputer/laptop dan printer yang telah ada masih berbeda-beda standar kualitasnya; 3) Krangnya akses data dan informasi dari lembaga-lembaga lain yang terkait dengan bidang tugas para pejabat fungsional di BK DPR RI; 4) Terbatasnya jumlah ruang rapat, belum sebanding dengan kebutuhan para pejabat fungsional di BK DPR RI untuk melaksanakan tugasnya; dan, 5) Terbatasnya fasilitas jurnal online baik dari dalam maupun luar negeri. D. Kondisi yang Diinginkan Kondisi yang diinginkan oleh BK DPR RI dalam kurun waktu empat tahun ke depan adalah: 1) Pengelolaan Administrasi Keuangan yang mandiri Pengelolaan independen penuh di sejumlah lembaga negara yang bersifat khusus kiranya dapat menjadi rujukan empiris yang penting dalam mencapai upaya penguatan BK DPR RI. Oleh karena itu BK DPR RI harus memiliki kewenangan pengelolaan administrasi dan keuangan yang mandiri. 7

8 2) Pengelolaan Kepegawaian yang mandiri Pelaksanaan tugas dan fungsi BK DPR RI harus didukung oleh jumlah SDM yang ideal dan berkualitas sesuai dengan tugas dan fungsinya. Di samping itu, dalam hal terjadi kasus di mana penguasaan bidang keahlian tertentu oleh SDM belum kuat, BK DPR RI dengan dukungan politik parlemen pun dapat menggunakan SDM dari lembaga lainnya. 3) Penguatan kelembagaan yang efektif dan efisien Pembentukan struktur organisasi yang tepat fungsi dan ukuran; penyusunan output yang mengedepankan kebutuhan Dewan secara cepat, ringkas, dan mudah dipahami serta sifat layanan yang imparsial, teknokrat, akademis dan substantif. 4) Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana yang cukup dan representatif. 8

9 BAB II GRAND DESIGN BADAN KEAHLIAN DEWAN A. UMUM Peningkatan peran parlemen dalam menjalankan fungsinya menjadi suatu keharusan yang tak terelakkan di tengah era globalisasi dunia. Peningkatan peran parlemen ini telah dimulai pada tahun 1997 dalam Konferensi para Ketua Parlemen Negara Uni Eropa yang membahas tema tentang kualitas legislasi. Pertemuan tersebut menghasilkan dokumen The Complexity of Legislation and the Role of Parliaments in an Era of Globalization yang menekankan adanya perubahan dalam masyarakat modern sebagai dampak dari globalisasi dan merekomendasikan peran baru bagi parlemen. Parlemen tidak lagi sekedar menjalankan mandat kedaulatan dan konstituensinya, namun terfokus pada upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas legislasi dan bagaimana globalisasi mempengaruhi proses politik dalam perumusan kebijakannya. 1 Masalah ini kemudian ditindak lanjuti melalui World e-parliament Conference pada tahun 2012 yang menghasilkan Declaration on Parliamentary Openness dan menyerukan kepada setiap parlemen, baik di pusat maupun daerah, untuk meningkatkan komitmennya bagi keterbukaan dan keterlibatan masyarakat dalam proses kerja parlemen. 2. Parlemen dituntut untuk meningkatkan budaya keterbukaan, membuka akses informasi dan kemudahan dalam memperoleh informasi, dan menerapkan teknologi sistem informasi dalam membangun komunikasi parlemen. Kondisi ini menuntut adanya sistem pendukung dalam menyediakan informasi yang lebih berkualitas, kajian-kajian yang lebih responsif dan pro-aktif seperti analisis dampak kebijakan, yang terfokus pada perkembangan di masa mendatang. Hal ini sejalan dengan meningkatnya kompleksitas permasalahan yang dihadapi parlemen yang mensyaratkan peningkatan kapasitas parlemen dalam hal pengawasan dan perumusan kebijakan serta membuka akses partisipasi publik dalam proses kerjanya. Peningkatan peran parlemen inilah yang menjadi salah satu tujuan upaya penguatan sistem ketatanegaraan sebagaimana tercermin dalam perubahan fungsi lembaga permusyarawaratan atau perwakilan rakyat yaitu MPR, DPR, DPD, dan DPRD (MD3) dalam Perubahan Keempat Undang-undang Dasar Hal ini diterjemahkan secara teknis dan implementatif dalam rumusan peraturan MD3 yang bertujuan menciptakan lembaga perwakilan rakyat yang lebih profesional, akuntabel, dan demokratis. Sebagai konsekuensi, perlu dilakukan perbaikan yang tidak hanya bertujuan untuk mendukung kinerja anggota legislatif saja, melainkan perbaikan kinerja dalam sistem pendukungnya. Perbaikan kinerja sistem pendukung meliputi pemisahan secara jelas dukungan pelaksanaan tugas teknis, administratif, dan keahlian. BK DPR RI yang lahir sebagai hasil dari upaya penguatan kembali parlemen diharapkan dapat memenuhi harapan akan adanya peningkatan fungsi parlemen di bidang perundang- 1 European Governance Team The Future of Parliamentary Democracy: Transition and Challenge in European Governance. 2 Declaration on Parliamentary Openness, dalam 9

10 undangan, anggaran, pengawasan dan keparlemenan dalam mendukung terwujudnya lembaga perwakilan rakyat yang lebih profesional, akuntabel, dan demokratis. Pasal 30 Peraturan Presiden Nomor 27 tahun 2015 tentang Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian telah mengamanatkan kepada BK DPR RI untuk menyelenggarakan fungsi penyiapan rumusan kebijakan dan pelaksanaan dukungan perancangan undang-undang, kajian anggaran, kajian akuntabilitas keuangan negara, penelitian dan kajian keparlemenen kepada DPR RI. Melalui mandat ini, BK DPR RI diharapkan mampu: 1) Melaksanakan tugas-tugas yang multifungsi, mulai dari intervensi dalam perumusan kebijakan perundang-undangan, pengalokasian dan pengawasan anggaran, dan evaluasi atas kebijakan-kebijakan yang telah dijalankan oleh eksekutif; 2) Menjadi pusat data dan referensi dan membangun kemudahan akses data yang siap digunakan; 3) Membangun sistem peningkatan kompetensi SDM yang berkesinambungan dalam meningkatkan integritas, profesionalisme, dan independensi; 4) Memperbaiki sistem koordinasi dan kerja sama yang konstruktif secara internal, eksternal dan lintas lembaga/institusi; dan, 5) Membangun sistem edukasi yang efektif bagi anggota legislatif dan masyarakat umum. Dalam tatanan implementatif, peningkatan peran BK DPR RI merupakan akumulasi yang integratif dari penguatan fungsi dan peran setiap pusat yang ada di BK DPR RI, yaitu Pusat Perancangan Undang-undang, Pusat Pemantauan Pelaksanaan Undang-undang, Pusat Kajian Anggaran, Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara, dan Pusat Penelitian. Sinergi kelima pusat ini dalam menjalankan fungsinya memiliki tujuan yang sama, yaitu memastikan dukungan peningkatan fungsi dewan di bidang legislasi, anggaran, dan pengawasan dilaksanakan dalam kerangka representasi rakyat. Ada pun penguatan sekaligus merupakan sebuah upaya menghadirkan kondisi yang diharapkan dari BK DPR RI dimaksud meliputi aspek kemandirian administrasi dan keuangan, SDM, kelembagaan, serta sarana dan prasarana. Oleh karena itu, sejumlah upaya penting yang diterjemahkan ke dalam Rencana Aksi yang nyata dalam upaya mengatasi ketimpangan ini perlu mendapatkan perhatian khusus. Dalam konteks ini, gagasan kemandirian kelembagaan secara anggaran dan pengelolaan SDM yang sepadan dengan tuntutan pekerjaan pun harus segera direspons. Hal ini kiranya tidak berlebihan karena langkah ini telah menjadi praktek terbaik dalam pemberian dukungan keahlian modern di sejumlah parlemen negara lain. Konsep dan gagasan pegawai parlemen juga bisa menjadi pilihan rasional yang perlu terus didorong setidak-tidaknya dalam jangka panjang. B. RENCANA AKSI 1. Pembentukan Satuan Kerja (Satker) Pengelolaan anggaran BK DPR RI dalam prakteknya masih menjadi bagian dari Satker Setjen DPR RI. BK DPR RI yang setingkat Eselon I.a. belum menjadi satker tersendiri. Keadaan ini dikhawatirkan mengakibatkan pelaksanaan tugas dan fungsi BK DPR RI tidak terlaksana secara optimal, padahal sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Presiden No. 27 Tahun 2015 tentang Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI, di mana baik Setjen DPR RI maupun BK 10

11 DPR RI bertanggung jawab kepada Pimpinan DPR RI dan menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya serta wajib menerapkan sistem akuntabilitas kinerja aparatur. Oleh karena itu, untuk memperkuat BK DPR RI dalam menjalankan program kerjanya secara optimal, diperlukan penguatan sistem pengelolaan anggaran melalui pembentukan Satker. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 143/PMK.02/2015 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga dan Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran, dalam rangka efektivitas pengelolaan anggaran, K/L dapat mengusulkan Satker baru sebagai Kuasa Pengguna Anggaran untuk melaksanakan kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan, dengan kriteria sebagai berikut: 1) Harus/wajib memiliki unit-unit yang lengkap sebagai suatu entitas (unit yang melaksanakan fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pelaporan dan akuntansi); 2) Merupakan bagian dari struktur organisasi K/L dan/atau melaksanakan tugas fungsi K/L; 3) Karakteristik tugas/kegiatan yang ditangani bersifat kompleks/spesifik dan berbeda dengan kantor induknya; dan, 4) Adanya penugasan secara khusus dari Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran Eselon I Satker yang bersangkutan; dan, Lokasi Satker yang bersangkutan berada pada propinsi/kabupaten/kota yang berbeda dengan kantor induknya. BK DPR RI sebagai sebuah unit organisasi baru telah memiliki unit yang lengkap sebagai suatu entitas yang melaksanakan fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pelaporan dan akuntansi. Saat ini fungsi di atas dilaksanakan oleh bagian tata usaha BK DPR RI yang meliputi: Subbagian Perencanaan dan Keuangan, Subbagian Kepegawaian dan Umum, serta Subbagian Evaluasi dan Pelaporan. BK DPR RI merupakan bagian dari struktur organisasi yang mempunyai tugas mendukung kelancaran pelaksanaan wewenang dan tugas DPR bersama Setjen DPR RI sesuai Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2015 tentang Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR. BK DPR RI memiliki karakteristik tugas/kegiatan yang bersifat spesifik dan berbeda. Hal ini ditandai dengan spesifikasi tugas yang dimiliki BK DPR RI bersifat keahlian sementara Setjen DPR RI bersifat administrasi dan persidangan. Penegasan mengenai perbedaan karakteristik tugas yang diamanahkan kepada Setjen dan BK DPR RI, membuat rincian gugus fungsi masing-masing menjadi berbeda. Sementara untuk kriteria huruf d dan e pada PMK tersebut, tidak sesuai dengan karakteristik kelembagaaan pendukung yang dimiliki DPR RI baik Setjen DPR RI maupun BK DPR RI. Dengan demikian, kriteria untuk dapat mengusulkan pembentukan satuan kerja secara keseluruhan dapat terpenuhi. Oleh karena itu, terdapat beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh BK DPR RI dan Setjen DPR RI sebagaimana terdapat pada Tabel

12 Tabel 2.1. Tahapan Pembentukan Satker Baru Rencana Kegiatan Pengajuan usulan permintaan pembentukan Bagian Anggaran (BA) atau Satker kepada Menteri Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Anggaran Penyusunan daftar inventarisasi kebutuhan sarana dan prasarana, baik untuk Setjen DPR RI dan BK DPR RI Terbentuknya Satker Baru 2. Pembenahan Tata Kelola Kepegawaian a. Penyusunan Peraturan Pemerintah tentang Manajemen Kepegawaian Pasal 415 ayat (2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD menyatakan bahwa, Ketentuan mengenai manajemen kepegawaian MPR, DPR, dan DPD diatur dengan peraturan lembaga masing-masing yang dibahas bersama dengan Pemerintah untuk ditetapkan dalam peraturan pemerintah. Ada pun yang dimaksud dengan manajemen kepegawaian adalah keseluruhan upaya untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan derajat profesionalisme penyelenggaraan tugas, fungsi, dan kewajiban pegawai, yang meliputi perencanaan, pengadaan, pengembangan kualitas, penempatan, promosi, penggajian, kesejahteraan, dan pemberhentian. Adanya pendelegasian pengaturan melalui peraturan pemerintah menjadi momentum untuk melakukan pembenahan dalam pengelolaan kepegawaian secara mandiri. Untuk itu langkah-langkah yang harus dilakukan meliputi: Tabel 2.2. Tahapan Manajemen Pegawai Parlemen Rencana Kegiatan Usul Perubahan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Penyusunan Naskah Akademis Peraturan Presiden tentang Manajemen Pegawai Parlemen Pengajuan Rancangan Peraturan Presiden tentang Manajemen Pegawai Parlemen Terbitnya Peraturan Presiden tentang Manajemen Pegawai Parlemen b. Penambahan Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) Sampai dengan 1 Januari 2016 BK DPR RI didukung oleh 136 orang pejabat fungsional. Jumlah tenaga fungsional pada masing-masing pusat di BK DPR RI perlu ditambah sesuai dengan bidang kepakaran yang diperlukan. Hal ini dimaksudkan untuk mencukupi jumlah tenaga fungsional yang akan memberikan dukungan keahlian kepada DPR RI. Jumlah tersebut jauh dari 12

13 kebutuhan ideal, yaitu 365 orang SDM fungsional yang terdiri dari: Perancang Undang-Undang sebanyak 75 orang, Analis Hukum sebanyak 40 orang, Analis APBN sebanyak 100 orang dan Peneliti sebanyak 150 orang. Dengan demikian terdapat kekurangan pegawai sebanyak 229 orang. Untuk itu pada tahun 2017 perlu dilakukan pengadaan CPNS sebanyak 229 orang. Untuk itu langkah-langkah yang harus dilakukan meliputi: Tabel 2.3. Tahapan Penambahan SDM Rencana Kegiatan Pengajuan usulan formasi kepada KemenPan&RB Persetujuan formasi CPNS Tahun 2017 Revisi Anggaran untuk pengadaan CPNS dalam Rancangan Anggaran 2017 Proses rekrutmen Terpilihnya CPNS sebanyak 229 orang Di samping kebutuhan SDM fungsional juga perlu dilakukan penambahan dukungan SDM administrasi pada masing-masing pusat guna membantu dukungan teknis dan administrasi dalam pelaksanaan tugas SDM fungsional. c. Peningkatan Kualitas SDM Peningkatan kualitas SDM yang harus dilaksanakan oleh BK DPR RI selama kurun waktu , yaitu: 1) Jenjang pendidikan pejabat fungsional perlu ditingkatkan, dengan memperbanyak SDM fungsional yang melanjutkan pendidikannya untuk memperoleh gelar S-3. Hal ini dimaksudkan untuk lebih memaksimalkan dukungan keahlian kepada DPR RI; 2) Memperbanyak kegiatan diklat yang bersifat tematik, baik untuk pejabat fungsional maupun pejabat administrasi agar mampu meningkatkan dukungan keahlian kepada DPR RI; 3) Bidang kepakaran tenaga fungsional perlu ditambah, sesuai dengan bidang masalah yang ditangani oleh AKD. Hal ini agar sejalan dengan dukungan keahlian BK DPR RI yang terspesialisasi sesuai dengan bidang masalah yang ditangani oleh AKD; dan, 4) Mempercepat dan memperbanyak pejabat fungsional yang memiliki jenjang kepangkatan utama, agar menambah kualitas dukungan keahlian kepada DPR RI. Untuk itu langkah-langkah yang dilakukan meliputi: Tabel 2.4. Peningkatan Kualitas SDM Rencana Kegiatan Peningkatan Pendidikan Formal Penyelenggaraan Diklat Tematik Spesialisasi Kepakaran pada masing-masing Jabatan Fungsional Peningkatan proporsionalitas jenjang kepangkatan Pejabat Fungsional 13

14 3. Kelembagaan Penguatan kelembagaan BK DPR RI dipusatkan pada struktur organisasi, output layanan, dan tata laksana. a. Struktur Organisasi Struktur organisasi keahlian BK DPR RI belum selaras dengan kecepatan dan tuntutan kerja yang profesional dalam rangka memberikan dukungan keahlian kepada Dewan secara lebih optimal. Untuk itu perlu dilakukan restrukturisasi dengan memperhatikan dasar-dasar perubahan berikut: 1) BK DPR RI terdiri dari 5 Pusat dan Sekretariat Badan setara dengan Eselon II; 2) Sekretariat Badan didukung oleh paling banyak 5 (lima) Bagian; 3) Masing-masing Pusat didukung oleh paling banyak 5 (lima) Bidang dan 1 (satu) Bagian Tata Usaha; 4) Masing-masing Bagian didukung oleh paling banyak 6 Subbagian. Langkah-langkah yang harus dilakukan meliputi: Tabel 2.5. Tahapan Restrukturisasi Organisasi Rencana Kegiatan Penyusunan Evaluasi Organisasi Pengajuan usul perubahan Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2015 tentang Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI kepada KemenPANRB Terbitnya Perpres tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2015 tentang Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI b. Outcome layanan Peningkatan outcome layanan yang harus dilakukan oleh BK DPR RI selama kurun waktu yaitu: 1) Menghasilkan output keahlian yang sesuai dan langsung dapat dimanfaatkan oleh Dewan dalam mengambil kebijakan; 2) Menyediakan analisis data atau kajian yang sesuai dengan kebutuhan DPR RI; 3) Mempublikasikan hasil kajian ilmiah yang berkualitas dan dapat dijadikan referensi bagi banyak pihak; 4) Menerbitkan buku, jurnal, dan terbitan lainnya yang sesuai dengan kebutuhan dan dijadikan referensi oleh Dewan dalam mengambil kebijakan; 5) Memaksimalkan kuantitas dan kualitas SDM agar mampu mendampingi AKD dalam menjalankan tugas dan fungsinya; 14

15 6) Membangun data base tentang berbagai isu untuk mendukung kebutuhan data dan informasi bagi DPR RI; 7) Memaksimalkan dukungan dalam pemantauan pelaksanaan UU dalam rangka memberikan masukan kepada DPR RI dalam melaksanakan fungsi pengawasan; 8) Memaksimalkan sinergi kerja dukungan keahlian dalam penyiapan keterangan DPR terkait judicial review UU di Mahkamah Konstitusi secara lebih optimal; 9) Memaksimalkan sinergi dukungan keahlian dalam pendampingan secara optimal pada proses penyusunan dan pembahasan RUU; 10) Mengoptimalkan pendampingan dalam pelaksanaan fungsi diplomasi parlemen; dan, 11) Memberikan masukan atas berbagai aspirasi publlik serta isu yang berkembang melalui kegiatan diskusi, seminar, dan workshop yang hasilnya sesuai dengan kebutuhan dan digunakan oleh AKD terkait secara lebih optimal. Untuk itu langkah-langkah yang harus dilakukan meliputi: Tabel 2.6. Peningkatan Output Layanan Rencana Kegiatan Penyusunan standar kualitas hasil kerja Membangun data base untuk semua Pusat di BKD Pemutakhiran Jurnal/Jurnal online pada semua Pusat di BKD c. Tata Laksana Aspek tata laksana yang harus dibentuk oleh BK DPR RI selama kurun waktu yaitu: 1) Semua hasil kerja keahlian BK DPR RI telah disusun berdasarkan standar kualitas yang disediakan bagi masing-masing produk keahlian yang dihasilkan; 2) Mekanisme kerja internal BK DPR RI yang dilakukan bersama-sama antar-pusat yang ada di BKD dalam bentuk Standard Operating Procedure (SOP); 3) Proses kerja keahlian yang dilakukan di BK DPR RI telah memiliki SOP yang senantiasa dievaluasi berdasarkan dinamika masalah yang terjadi di DPR RI; 4) Proses dan hasil kerja yang dilakukan oleh BK DPR RI dilandasi oleh etika dan etos kerja yang profesional; dan, 5) Semua proses kerja, output, dan outcome kinerja BK DPR RI secara periodik dimonitor dan dievaluasi dengan standar pengawasan dan evaluasi yang profesional. Di samping tata laksana, hal yang perlu diperbaiki adalah regulasi yang mengatur jabatan fungsional di lingkungan BK DPR RI yang harus disesuaikan dengan kebutuhan DPR RI sehingga pengaturannya pun harus spesifik diperuntukkan bagi BK DPR RI. Untuk itu langkah-langkah yang dilakukan meliputi: 15

16 Tabel 2.7.Perbaikan Tata Laksana Rencana Kegiatan Penyusunan SOP semua kegiatan pada pusat-pusat di BKD Penyusunan standar evaluasi kerja pada semua pusat di BKD Harmonisasi semua regulasi yang mengatur tentang kegiatan jabatan fungsional di semua pusat di BKD Menyusun dan mengajukan regulasi yang mengatur kegiatan jabatan fungsional di semua pusat di BKD kepada instansi induk/pembina jabatan fungsional, Kemenpan RB, dan BKN 4. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana di BK DPR RI yang harus terpenuhi selama kurun waktu meliputi: 1) Penambahan ruang kerja agar yang mampu meningkatkan kinerja pejabat struktural, SDM fungsional, staf administrasi dan staf pendukung; 2) Penambahan ruang-ruang rapat; 3) Penambahan dan peningkatan kualitas sarana kerja seperti komputer/laptop dan printer; 4) Peningkatan kualitas jaringan internet dan wifi, agar mempercepat akses informasi; 5) Peningkatan kuantitas dan kualitas jaringan ke sumber data/informasi atau jurnal online; 6) Peningkatan kualitas dan kuantitas koleksi perpustakaan dan arsip. Untuk itu langkah-langkah yang dilakukan yaitu: Tabel 2.8. Peningkatan Sarana dan Prasarana Rencana Kegiatan Penguatan jaringan internet di lingkungan pusat-pusat BKD Penambahan langganan Jurnal Ilmiah/Jurnal Ilmiah online Penambahan ruang kerja dan ruang rapat Penambahan dan pemutakhiran komputer/laptop dan printer 16

17 BAB III PENUTUP Badan Keahlian DPR RI harus dikelola berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola yang baik dan profesional. Badan Keahlian DPR RI harus sepenuhnya mengabdi pada kepentingan DPR RI untuk memberikan pelayanan prima, transparan, akuntabel, dan bebas dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Semangat inilah yang mendasari pelaksanaan penguatan Badan Keahlian DPR RI. Pelaksanaan penguatan Badan Keahlian DPR RI harus mampu mendorong perbaikan dan peningkatan kinerja Badan Keahlian DPR RI. Kinerja akan meningkat apabila ada motivasi yang kuat, didukung oleh komitmen seluruh pihak terkait. Oleh karena itu kunci keberhasilan pelaksanaan penguatan Badan Keahlian DPR RI terletak pada beberapa hal berikut, yaitu: 1. Komitmen Penguatan Badan Keahlian DPR RI menjadi komitmen bersama antara DPR RI dan Badan Keahlian DPR RI. Komitmen tersebut perlu dilaksanakan secara konsisten oleh semua pihak yang terkait, berlandaskan pada rencana aksi yang telah ditetapkan. 2. Penggerak Kekuatan Badan Keahlian DPR RI terletak pada pusat-pusat yang ada di Badan Keahlian DPR RI, yaitu: 1) Pusat Perancangan Undang-Undang; 2) Pusat Pemantauan Pelaksanaan Undang-Undang; 3) Pusat Kajian Anggaran; 4) Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara; dan, 5) Pusat Penelitian. Optimalisasi pencapaian hasil kerja penggerak yang bertumpu pada pusat-pusat di Badan Keahlian DPR RI berpedoman pada Rencana Aksi yang telah dan akan dilaksanakan setiap tahunnya. 3. Muatan Muatan penguatan BK DPR RI dirumuskan dalam Penguatan BK DPR RI Pelaksanaan Penguatan BK DPR RI dilakukan dengan mengacu kepada Rencana Aksi. 4. Proses Penguatan Proses penguatan BK DPR RI dikoordinasikan oleh tim yang dibentuk oleh Kepala Badan Keahlian DPR RI. 17

PEMBERIAN DUKUNGAN BADAN KEAHLIAN KEPADA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT. Johnson K Rajagukguk, SH, MH (Kepala Badan Keahlian DPR RI)

PEMBERIAN DUKUNGAN BADAN KEAHLIAN KEPADA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT. Johnson K Rajagukguk, SH, MH (Kepala Badan Keahlian DPR RI) PEMBERIAN DUKUNGAN BADAN KEAHLIAN KEPADA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT Johnson K Rajagukguk, SH, MH (Kepala Badan Keahlian DPR RI) LANDASAN HUKUM DUKUNGAN KEAHLIAN DPR RI Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) lahir dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) lahir dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) lahir dalam sistem ketatanegaraan Indonesia melalui Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945 yang diputuskan

Lebih terperinci

. ' Rencana Strategis DPR RI 2015-2019 Uraian di atas memperlihatkan bahwa terkait dengan fungsi legislasi dan terkait dengan pengawasan, DPR RI telah ditempatkan sesuai dengan yang dikehendaki oleh konstitusi.

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENINGKATKAN KINERJA ANGGOTA DPR-RI. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENINGKATKAN KINERJA ANGGOTA DPR-RI. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENINGKATKAN KINERJA ANGGOTA DPR-RI Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan pada Acara Rapat Kerja Fraksi Partai Demokrat DPR-RI Jakarta, 26 November 2010

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 21 Maret 2011 Kepada, Nomor : 050 / 883 / SJ Yth. 1. Gubernur. Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota. Lamp : Satu berkas di - Hal : Pedoman Penyusun Program

Lebih terperinci

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH TERKAIT DENGAN KINERJA DAN SISTEM PENDUKUNG DPR Dipersiapkan oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia (PSHK)

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH TERKAIT DENGAN KINERJA DAN SISTEM PENDUKUNG DPR Dipersiapkan oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia (PSHK) DAFTAR INVENTARISASI MASALAH TERKAIT DENGAN KINERJA DAN SISTEM PENDUKUNG DPR Dipersiapkan oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia (PSHK) No Informasi Yang 1. Staf Ahli Baleg Rekrutmen pertama staf

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusya

2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusya No.1802, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Analis Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Fungsional. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 28 Maret 2012 Kepada Nomor : 070 / 1082 / SJ Yth. 1. Gubernur Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota Lampiran : Satu berkas di Hal : Pedoman Penyusunan Program

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rak

2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rak TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 383) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P No.29, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6187) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEBIJAKAN Reformasi Birokrasi NASIONAL ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI Pengorganisasian Pelaksanaan Tim Pengarah Kementerian/Lembaga Ketua: Pimpinan K/L Sekretaris: Sekjen Anggota: Pejabat Eselon I Pemerintah

Lebih terperinci

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemilihan Umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara demokratis, Langsung Umum Bebas Rahasia, Jujur dan Adil dalam Negara Kesatuan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh i KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Rencana Strategis (Renstra) merupakan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

Penyusunan instrument evaluasi organisasi. Pengumpulan data. evaluasi organisasi. Pengolahan dan analisis data evaluasi organisasi

Penyusunan instrument evaluasi organisasi. Pengumpulan data. evaluasi organisasi. Pengolahan dan analisis data evaluasi organisasi RENCANA AKSI AREA PERUBAHAN 4 PENGUATAN KELEMBAGAAN REFORMASI BIROKRASI SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA A. ROAD MAP 2015 2019 Rencana Aksi Area Perubahan

Lebih terperinci

PERAN ALAT KELENGKAPAN DEWAN DAN PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD. Oleh : Imam Asmarudin, SH

PERAN ALAT KELENGKAPAN DEWAN DAN PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD. Oleh : Imam Asmarudin, SH PERAN ALAT KELENGKAPAN DEWAN DAN PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD Oleh : Imam Asmarudin, SH Abstraks Pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan otonomi daerah,

Lebih terperinci

SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH RI REVISI PERJANJIAN KINERJA. Profesional, Akuntabel, dan Modern

SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH RI REVISI PERJANJIAN KINERJA. Profesional, Akuntabel, dan Modern SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH RI REVISI PERJANJIAN KINERJA 2016 Profesional, Akuntabel, dan Modern DEWAN PERWAKILAN DAERAH SEKRETARIAT JENDERAL ------------------ REVISI I PERJANJIAN KINERJA

Lebih terperinci

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

1 KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2017 a.n Kepala Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan, Kepala Bidang Sinkronisasi Kebijakan

1 KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2017 a.n Kepala Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan, Kepala Bidang Sinkronisasi Kebijakan ( REVISI I ) KATA PENGANTAR Rencana Strategis Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan (PASKA) 205 209 merupakan turunan dari Rencana Strategis (Renstra) Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN ANGGARAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2011

ARAH KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN ANGGARAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2011 ARAH KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN ANGGARAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2011 A. PENDAHULUAN Kebijakan Pengelolaan Anggaran DPR RI memiliki arti yang sangat penting dan strategis

Lebih terperinci

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum emangat reformasi telah mendorong pendayagunaan aparatur Negara untuk melakukan pembaharuan dan peningkatan efektivitas dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan pemerintahan Negara dalam pembangunan,

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN

BAB III OBJEK PENELITIAN BAB III OBJEK PENELITIAN A. Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Salah satu unsur yang sangat penting dalam rangka mendukung tugastugas Dewan adalah Sekretariat Jenderal DPR RI (Setjen DPR RI)

Lebih terperinci

peraturan (norma) dan kondisi pelaksanaannya, termasuk peraturan pelaksanaan dan limitasi pembentukannya. 2. Peninjauan, yaitu kegiatan pemeriksaan

peraturan (norma) dan kondisi pelaksanaannya, termasuk peraturan pelaksanaan dan limitasi pembentukannya. 2. Peninjauan, yaitu kegiatan pemeriksaan LAPORAN KUNJUNGAN KERJA BADAN LEGISLASI DPR RI DALAM RANGKA PEMANTAUAN DAN PENINJAUAN TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KE PROVINSI ACEH, PROVINSI

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH 2.1 Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Badan Pemeriksa Keuangan BPK merupakan salah satu lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan yang terlepas dari kekuasaan eksekutif, yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Pandangan Umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Pandangan Umum BAB I PENDAHULUAN A. Pandangan Umum Konsep dasar akuntabilitas didasarkan pada klasifikasi responsibilitas manajerial pada tiap tingkatan dalam organisasi yang bertujuan untuk pelaksanaan kegiatan pada

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA buku 1 PEDOMAN pengajuan dokumen usulan reformasi birokrasi kementerian/lembaga Peraturan menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi nomor 7 tahun 2011 kementerian pendayagunaan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2010-2014 DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET 2012 SEKRETARIAT

Lebih terperinci

DRAFT EVALUASI TARGET PRIORITAS PENCAPAIAN RENSTRA DPR RI TAHUN SAMPAI DENGAN TAHUN KEDUA ( )

DRAFT EVALUASI TARGET PRIORITAS PENCAPAIAN RENSTRA DPR RI TAHUN SAMPAI DENGAN TAHUN KEDUA ( ) DRAFT EVALUASI TARGET PRIORITAS PENCAPAIAN RENSTRA DPR RI TAHUN 2010 2014 SAMPAI DENGAN TAHUN KEDUA (2010 2011) I. Pendahuluan 1. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan kelembagaan demokrasi yang kuat,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka meningkatkan efektivitas

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan,

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Kerja Keras Kerja Lebih Keras Kerja Lebih Keras Lagi 1

Kata Pengantar. Kerja Keras Kerja Lebih Keras Kerja Lebih Keras Lagi 1 Kata Pengantar Reformasi birokrasi dilingkungan Kementerian Hukum dan HAM pada hakikatnya adalah perubahan besar dalam paradigma dan tata kelola pemerintahan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang

Lebih terperinci

PERAN PARLEMEN DALAM TRANSPARANSI ANGGARAN

PERAN PARLEMEN DALAM TRANSPARANSI ANGGARAN Input Delegasi Indonesia PERAN PARLEMEN DALAM TRANSPARANSI ANGGARAN AIPA Workshop on Parliamentary Budgeting / Transparency Jakarta, 9-12 September, 2013 Disampaikan oleh : Drs. Setyanta Nugraha, M.M Yth.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun anggaran 2013, kewenangan atas pengesahan Daftar Isian

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun anggaran 2013, kewenangan atas pengesahan Daftar Isian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun anggaran 2013, kewenangan atas pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) beralih dari Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB) kepada Direktorat

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi 4.1.1 Visi Visi adalah pandangan ideal keadaan masa depan (future) yang realistik dan ingin diwujudkan, dan secara potensial

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang

Lebih terperinci

2 (2) Sekretariat Kabinet dipimpin oleh Sekretaris Kabinet. Pasal 2 Sekretariat Kabinet mempunyai tugas memberikan dukungan pengelolaan manajemen kabi

2 (2) Sekretariat Kabinet dipimpin oleh Sekretaris Kabinet. Pasal 2 Sekretariat Kabinet mempunyai tugas memberikan dukungan pengelolaan manajemen kabi LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.33, 2015 ADMINISTRASI. Sekretariat. Kabinet. Organisasi. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 JAKARTA, FEBRUARI 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

2017, No Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah No.33, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEGISLATIF. DPD. Setjen. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 07 TAHUN 2006 TENTANG TATA HUBUNGAN KERJA ANTAR PENYELENGGARA PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NUNUKAN, Menimbang

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.1899, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN-RB. Standar Pelayanan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2016

Lebih terperinci

Catatan Terhadap Peraturan DPR tentang Keterbukaan Informasi Publik di DPR RI Oleh: Ronald Rofiandri *

Catatan Terhadap Peraturan DPR tentang Keterbukaan Informasi Publik di DPR RI Oleh: Ronald Rofiandri * Catatan Terhadap Peraturan DPR tentang Keterbukaan Informasi Publik di DPR RI Oleh: Ronald Rofiandri * Profil Umum Peraturan DPR tentang Keterbukaan Informasi Publik di DPR RI (selanjutnya disingkat menjadi

Lebih terperinci

MEWUJUDKAN DPR RI SEBAGAI LEMBAGA PERWAKILAN YANG KREDIBEL 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2

MEWUJUDKAN DPR RI SEBAGAI LEMBAGA PERWAKILAN YANG KREDIBEL 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2 MEWUJUDKAN DPR RI SEBAGAI LEMBAGA PERWAKILAN YANG KREDIBEL 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2 Seiring dengan upaya reformasi birokrasi dan lembaga-lembaga negara, setiap lembaga negara dan instansi pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 2019. Periode ini ditandai dengan fokus pembangunan pada pemantapan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN AGEN PERUBAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN AGEN PERUBAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN AGEN PERUBAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai lima tahun secara

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA www.legalitas.org PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

Achmad Djuned, SH, MH

Achmad Djuned, SH, MH Achmad Djuned, SH, MH PERMASALAHAN Permasalahan yang dihadapi oleh Sistem Pendukung, pada dasarnya terangkum dalam empat permasalahan besar, yang dapat dilihat dengan pendekatan elemen organisasi (4M),

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia, masyarakat memiliki stigma bahwa organisasi sektor publik (pemerintahan) hanya sebagai sarang pemborosan keuangan negara saja (Mahmudi 2005). Hal ini mendorong

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN TAHUN 2014 LAPORAN KINERJA BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN TAHUN 2014 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN Jakarta, Januari 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas

Lebih terperinci

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA Keberadaan BKN secara yuridis formal termuat di dalam Undang- Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi informasi dipercaya sebagai kunci utama dalam sistem informasi manajemen. Teknologi informasi ialah seperangkat alat yang sangat penting untuk bekerja

Lebih terperinci

2016, No Nomor 826, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (

2016, No Nomor 826, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara ( No.879, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKN. RIA. Penggunaan.Metode. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENGGUNAAN METODE REGULATORY IMPACT ASSESSMENT (RIA) DALAM

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG MEKANISME PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

Regulasi Tahapan dalam Siklus Akuntansi. Contoh Hasil Regulasi Publik Sektor Publik. Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)

Regulasi Tahapan dalam Siklus Akuntansi. Contoh Hasil Regulasi Publik Sektor Publik. Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) BOOK RESUME AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK - INDRA BASTIAN BAB 2 REGULASI KEUANGAN PUBLIK 2.1 DEFINISI REGULASI PUBLIK Regulasi publik adalah ketentuan yang harus dijalankan dan dipatuhi dalam proses pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM BAB 1 Pendahuluan SI L IHA N PEM UMUM MI KO I 2014 PEMILIHAN UMUM A. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan yang telah mengalami

Lebih terperinci

PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR DALAM RANGKA REFORMASI BIROKRASI BIRO KEPEGAWAIAN

PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR DALAM RANGKA REFORMASI BIROKRASI BIRO KEPEGAWAIAN PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR DALAM RANGKA REFORMASI BIROKRASI BIRO KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN OKTOBER 2012 1. Krisis ekonomi Tahun 1997 berkembang menjadi krisis multidimensi.

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA 2012 Kedeputian Pelayanan Publik Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Akuntabilitas sebagai salah satu pilar tata kepemerintahan

Lebih terperinci

Tata Tertib DPR Bagian Kesatu Umum Pasal 99 Pasal 100 Pasal 101 Pasal 102

Tata Tertib DPR Bagian Kesatu Umum Pasal 99 Pasal 100 Pasal 101 Pasal 102 Tata Tertib DPR Bagian Kesatu Umum Pasal 99 1. Rancangan undang-undang dapat berasal dari DPR, Presiden, atau DPD. 2. Rancangan undang-undang dari DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5568 LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI SEKRETARIAT KABINET 2010 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Good Governance pada hakekatnya merupakan kepemerintahan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Pembangunan aparatur Negara merupakan bagian yang tidak terpisahkan. dari keseluruhan proses pembangunan nasional yang diarahkan untuk

Pembangunan aparatur Negara merupakan bagian yang tidak terpisahkan. dari keseluruhan proses pembangunan nasional yang diarahkan untuk A. Latar Belakang Pembangunan aparatur Negara merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses pembangunan nasional yang diarahkan untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia menuju

Lebih terperinci

DPD RI, BUBARKAN ATAU BENAHI?? Oleh: Moch Alfi Muzakki * Naskah diterima: 06 April 2016; disetujui: 15 April 2016

DPD RI, BUBARKAN ATAU BENAHI?? Oleh: Moch Alfi Muzakki * Naskah diterima: 06 April 2016; disetujui: 15 April 2016 DPD RI, BUBARKAN ATAU BENAHI?? Oleh: Moch Alfi Muzakki * Naskah diterima: 06 April 2016; disetujui: 15 April 2016 Dinamika perkembangan ketatanegaraan di Indonesia terusterjadi. Hal yang kembali mencuat

Lebih terperinci

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI Irtama 2016 1 Irtama 2016 2 SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan internal adalah

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (RPJMN) tahun , program reformasi birokrasi dan tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (RPJMN) tahun , program reformasi birokrasi dan tata kelola BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana telah tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014, program reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan yang

Lebih terperinci

SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DPR RI

SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DPR RI SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DPR RI Disampaikan dalam Pembekalan Diklat Pegawai tanggal 2 Agustus 2016 8/4/2016 1 DPR menjadi parlemen moden Membuka ruang untuk partisipasi publik dan keterbukaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHAKUASA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG TATA HUBUNGAN KERJA ANTAR PENYELENGGARA PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERTIMBANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMILIHAN ANGGOTA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG KEWENANGAN KAPASITAS DAN TUGAS, INSPEKTORAT UNTUK MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA ORGANISASI

Lebih terperinci

BAHAN PANITIA KERJA (PANJA) RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA NO RUU APARATUR SIPIL NEGARA PENJELASAN PASAL

BAHAN PANITIA KERJA (PANJA) RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA NO RUU APARATUR SIPIL NEGARA PENJELASAN PASAL BAHAN PANITIA KERJA (PANJA) RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA Hasil Penserasian Rumusan Tim Teknis Pemerintah Tanggal 27 Januari 2012 NO RUU APARATUR SIPIL NEGARA PENJELASAN PASAL RANCANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.737, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pengawasan. Pelaksanaan. Tata Cara Tetap. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 91 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA TETAP

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS,

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA HUBUNGAN LEGISLATIF DAN EKSEKUTIF DALAM PELAKSANAAN LEGISLASI, BUDGETING, DAN PENGAWASAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA HUBUNGAN LEGISLATIF DAN EKSEKUTIF DALAM PELAKSANAAN LEGISLASI, BUDGETING, DAN PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA HUBUNGAN LEGISLATIF DAN EKSEKUTIF DALAM PELAKSANAAN LEGISLASI, BUDGETING, DAN PENGAWASAN Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan pada Forum Konsolidasi Pimpinan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bergulirnya reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 membawa dampak banyak perubahan di negeri ini, tidak terkecuali terhadap sistem dan praktik ketatanegaraan

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN INSPEKTORAT MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Penjaminan Mutu Lembaga Berbasis Reformasi Birokrasi Internal (RBI) Di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan

Sistem Manajemen Penjaminan Mutu Lembaga Berbasis Reformasi Birokrasi Internal (RBI) Di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan PANDUAN Sistem Manajemen Penjaminan Mutu Lembaga Berbasis Reformasi Birokrasi Internal (RBI) Di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Disusun oleh Tim Pengembang Lembaga (TPL) LPMP/ BDK Klaster II BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5494 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI ADMINISTRASI. Kepegawaian. Aparatur Sipil Negara. Manajemen. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

II. PASAL DEMI PASAL - 2 -

II. PASAL DEMI PASAL - 2 - PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Badan Pengawasan, Dr. H.M. SYARIFUDDIN, SH., MH.

KATA PENGANTAR. Kepala Badan Pengawasan, Dr. H.M. SYARIFUDDIN, SH., MH. KATA PENGANTAR Penyusunan Renstra (Rencana Strategis) Badan Pengawasan Mahkamah Agung RI Tahun 200 204, dimaksudkan guna mencapai tujuan dan sasaran strategis dalam rangka pencapaian visi dan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM

BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM Mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis merupakan upaya yang terus-menerus dilakukan, sampai seluruh bangsa Indonesia benar-benar merasakan keadilan dan

Lebih terperinci

1. NAMA JABATAN: Sekretaris Direktorat Jenderal.

1. NAMA JABATAN: Sekretaris Direktorat Jenderal. LAMPIRAN II KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KM.1/2016 TENTANG URAIAN JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN 1. NAMA JABATAN: Sekretaris Direktorat

Lebih terperinci