ARAH KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN ANGGARAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2011

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ARAH KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN ANGGARAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2011"

Transkripsi

1 ARAH KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN ANGGARAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2011 A. PENDAHULUAN Kebijakan Pengelolaan Anggaran DPR RI memiliki arti yang sangat penting dan strategis sebagai pedoman bagi Alat Kelengkapan Dewan dan Sistem Pendukung dalam menyusun Rencana Kerja dan Anggaran yang dijabarkan dalam berbagai program dan kegiatan. Sebagaimana diamanahkan dalam Undang-Undang No. 27 Tahun 2009 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Pasal 73 Ayat (1) dinyatakan bahwa: Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71, DPR menyusun anggaran yang dituangkan dalam program dan kegiatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam penyusunan program dan kegiatan tersebut, DPR dapat menyusun Standar Biaya Khusus (SBK) sebagaimana dinyatakan dalam Ayat (2) bahwa: Dalam menyusun program dan kegiatan DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk memenuhi kebutuhannya, DPR dapat menyusun standar biaya khusus dan mengajukannya kepada Pemerintah untuk dibahas bersama. 1

2 UU No. 27 Tahun 2009 dalam pasal yang sama pada ayat (3) diatur mengenai pelaksana dan pengawas pengelolaan anggaran DPR yang dinyatakan dalam: Pengelolaan anggaran DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Sekretariat Jenderal DPR dibawah pengawasan Badan Urusan Rumah Tangga sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Sementara untuk pertanggungjawaban dan pengelolaan anggaran DPR RI dinyatakan dalam Ayat (4) bahwa: DPR menetapkan pertanggungjawaban pengelolaan anggaran DPR dalam peraturan DPR sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dan pada Ayat (5) disebutkan bahwa: DPR melaporkan pengelolaan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada publik dalam laporan kinerja tahunan. Pasal 133 huruf a dan Peraturan DPR RI No. 1/DPR RI/I/ Tentang Tata Tertib pada Pasal 86 huruf a yang menyebutkan bahwa salah satu tugas BURT adalah menetapkan kebijakan kerumahtanggaan sebagaimana dinyatakan BURT bertugas menetapkan kebijakan kerumahtanggaan DPR. Hal tersebut lebih diperjelas lagi dalam Pasal 87 huruf a Peraturan DPR RI No. 1/DPR RI/I/ Tentang Tata Tertib yang menyatakan Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 huruf a, BURT menetapkan arah, kebijakan umum dan strategi pengelolaan anggaran DPR dengan pimpinan DPR, yang selanjutnya disampaikan kepada Alat Kelengkapan sebagai Pedoman dalam Penyusunan Anggaran. 2

3 Sementara itu, masing-masing Alat Kelengkapan Dewan juga diamanatkan menyusun rancangan anggaran untuk pelaksanaan tugasnya dengan berpedoman pada Arah Kebijakan Umum Pengelolaan Anggaran DPR RI yang disampaikan oleh BURT setelah sebelumnya ditetapkan bersama dengan Pimpinan DPR RI. UU No. 27 Tahun 2009 pasal 84 ayat (1) huruf j dinyatakan bahwa: Pimpinan DPR bertugas menyusun rencana anggaran DPR bersama Badan Urusan Rumah Tangga yang pengesahannya dilakukan dalam Rapat Paripurna. UU No. 27 Tahun 2009 pasal 90 ayat (2) dinyatakan bahwa: Badan Musyawarah menyusun rancangan anggaran untuk pelaksanaan tugasnya sesuai dengan kebutuhan yang selanjutnya disampaikan kepada Badan Urusan Rumah Tangga. UU No. 27 Tahun 2009 pasal 96 ayat (8) dinyatakan bahwa: Komisi menyusun rancangan anggaran untuk pelaksanaan tugasnya sesuai dengan kebutuhan yang selanjutnya disampaikan kepada Badan Urusan Rumah Tangga. UU No. 27 Tahun 2009 pasal 102 ayat (2) dinyatakan bahwa: Badan Legislasi menyusun rancangan anggaran untuk pelaksanaan tugasnya sesuai dengan kebutuhan yang selanjutnya disampaikan kepada Badan Urusan Rumah Tangga. UU No. 27 Tahun 2009 pasal 108 dinyatakan bahwa: Badan Anggaran menyusun rancangan anggaran untuk pelaksanaan tugasnya sesuai dengan kebutuhan yang selanjutnya disampaikan kepada Badan Urusan Rumah Tangga. 3

4 UU No. 27 Tahun 2009 pasal 115 dinyatakan bahwa: Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) menyusun rancangan anggaran untuk pelaksanaan tugasnya sesuai dengan kebutuhan yang selanjutnya disampaikan kepada Badan Urusan Rumah Tangga. UU No. 27 Tahun 2009 pasal 121 dinyatakan bahwa: BKSAP menyusun rancangan anggaran untuk pelaksanaan tugasnya sesuai dengan kebutuhan yang selanjutnya disampaikan kepada Badan Urusan Rumah Tangga. UU No. 27 Tahun 2009 pasal 128 dinyatakan bahwa: Badan Kehormatan menyusun rancangan anggaran untuk pelaksanaan tugasnya sesuai dengan kebutuhan yang selanjutnya disampaikan kepada Badan Urusan Rumah Tangga. UU No. 27 Tahun 2009 pasal 134 dinyatakan bahwa: BURT menyusun rancangan anggaran untuk pelaksanaan tugasnya sesuai dengan kebutuhan. Arah Kebijakan Umum Pengelolaan Anggaran DPR RI yang disiapkan oleh Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) dan disampaikan dalam Forum Rapat Pimpinan DPR RI akan menjadi dasar/pedoman bagi alat-alat kelengkapan DPR RI dan perangkat sistem pendukung dalam menyusun rencana kerja dan anggaran Tahun 2011 yang harus dijabarkan dalam berbagai program dan kegiatan. Atas dasar pedoman kebijakan tersebut, masing-masing Alat Kelengkapan Dewan dan Sekretariat Jenderal menyusun rancangan anggaran yang ukurannya/berbasis kinerja. Setelah masing-masing Alat Kelengkapan Dewan menyerahkan rancangan anggarannya maka BURT bersama Sekretariat jenderal melakukan kompilasi dan sinkronisasi terhadap usulan anggaran masing-masing Alat Kelengkapan Dewan dan Sekretariat Jenderal, melalui pembahasa. BURT juga dapat mengadakan rapat dengan unsur pimpinan Alat Kelengkapan dengan 4

5 masing-masing Pimpinan Alat Kelengkapan Dewan dan selanjutnya menjadi pagu usulan Anggaran DPR RI. BURT juga melakukan menyampaikan rancangan anggaran tersebut kepada Badan Anggaran untuk mendapat masukan dan melaporkan hasil pembahasan rancangan anggaran tersebut dalam Rapat Paripurna untuk ditetapkan menjadi Rancangan Anggaran DPR RI. Sehubungan dengan hal tersebut maka BURT bersama Pimpinan DPR RI menetapkan Kebijakan Pengelolaan Anggaran DPR RI sebagai pedoman bagi Alat Kelengkapan Dewan dalam merumuskan Rencana Kerja dan Anggaran DPR RI Tahun 2011 dalam bentuk program dan kegiatan guna terwujudnya peningkatan kinerja dan citra DPR RI. B. PRINSIP DASAR PENGELOLAAN ANGGARAN DPR Rencana kerja dan anggaran Tahun 2011 yang akan disusun oleh masing-masing Alat kelengkapan maupun unit kerja Sistem Pendukung harus memperhatikan aspek rasionalitas, efisiensi, efektifitas dan akuntabilitas serta dilandasi oleh prinsip-prinsip dasar agar pengelolaan anggaran dapat dilakukan secara optimal dalam konteks penegakan praktek-praktek tata kelola yang baik (good governance). Prinsip-prinsip dasar pengelolaan anggaran harus diwujudkan dalam setiap tahapan proses pengelolaan anggaran sebagaimana dijelaskan dibawah ini: I. Tahapan Perencanaan Anggaran DPR RI Tahapan perencanaan anggaran DPR harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Perencanaan dan penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran DPR RI dalam setiap tahun anggaran harus sejalan dengan visi dan misi serta arah kebijakan yang telah ditetapkan dengan memperhatikan skala prioritas yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan. 5

6 2. Proses penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran DPR RI harus melibatkan seluruh Alat Kelengkapan serta Unit Kerja Sistem Pendukung dengan mengoptimalkan mekanisme koordinasi sehingga anggaran berbasis kinerja dapat terwujud. 3. Sinkronisasi program maupun kegiatan terlebih dahulu harus dilakukan, baik secara horizontal maupun vertikal, baik diantara Alat Kelengkapan maupun diantara Unit Kerja Sistem Pendukung. 4. Penyusunan dan Penyempurnaan Nomenklatur Program dan Kegiatan harus terus dilakukan dan disesuaikan dengan karakteristik, kekuasaan, tugas dan fungsi lembaga legislatif. 5. Perencanaan dan penyusunan Program dan Kegiatan dilakukan dengan penerapan anggaran berbasis kinerja yang memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran (output), hasil (outcome), dampak (impact) dan manfaat (benefit) yang diharapkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut. 6. Pengalokasian anggaran didasarkan pada tingkat keluaran (output) kegiatan yang direncanakan dengan mengacu pada Standar Biaya Umum (SBU). 7. Penyusunan dan penerapan Standar Biaya Khusus (SBK) yang selektif dan implementatif sesuai dengan kebutuhan Dewan. II. Tahapan Pelaksanaan Anggaran DPR RI Tahapan pelaksanaan anggaran DPR RI harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Pelaksanaan anggaran DPR RI mengedepankan efisiensi dan efektifitas dalam kerangka peningkatan kinerja dan citra DPR RI. 2. Pelaksanaan anggaran DPR RI diselenggarakan dalam kerangka pencapaian indikator kinerja yang telah ditetapkan. 3. Program dan kegiatan yang menjadi skala prioritas masing-masing Alat Kelengkapan harus diutamakan pelaksanaannya. 6

7 4. Optimalisasi anggaran dilakukan dengan memperhatikan prioritas kegiatan dan atau kegiatan baru yang dianggap penting dan perlu segera direalisasikan. 5. Revisi/realokasi anggaran dilakukan dengan memperhatikan prioritas kegiatan dan atau kegiatan baru yang dianggap penting dan perlu segera untuk direalisasikan melalui pergeseran kegiatan yang ada dengan tetap memperhatikan pelaksanaan tupoksi DPR RI. 6. Optimalisasi dan revisi/realokasi pelaksanaan anggaran melalui mekanisme pengawasan yang efektif sehingga dapat memperkuat sistem pengendalian internal. 7. Bantuan luar negeri (hibah) harus dimanfaatkan secara maksimal dalam mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Dewan. III. Tahapan Pertanggungjawaban dan Pelaporan Tahapan pertanggungjawaban dan pelaporan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut: 1. Pertanggungjawaban dan pelaporan pelaksanaan anggaran DPR RI harus memperhatikan peraturan perundang-undangan dan peraturan DPR tentang pertanggungjawaban pengelolaan anggaran. 2. Pertanggungjawaban dilakukan dalam rangka akuntabilitas kinerja Alat Kelengkapan kepada Publik. 3. Pertanggungjawaban dan pelaporan pelaksanaan anggaran dilakukan dalam rangka memberikan umpan balik (feed back) sehingga perencanaan progam dan kegiatan di masa yang akan datang dapat lebih efektif. 4. Pelaporan pengelolaan anggaran DPR yang akuntabel dalam laporan kinerja tahunan yang disampaikan kepada Publik melalui Rapat Paripurna guna tercapainya peningkatan citra lembaga. 7

8 Selain prinsip-prinsip dasar tersebut, secara umum proses penyusunan, pelaksanaan dan pengawasan anggaran juga harus mampu mewujudkan hal-hal sebagai berikut: a. Peningkatan implementasi prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance). b. Penataan kesisteman yang diselaraskan/disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berkembang serta dilakukan secara konsisten melalui perubahan pola pikir dan pola tindak. c. Penyusunan program dan kegiatan dengan skala prioritasnya harus dapat mengantisipasi atau merespon perubahan dan dinamika yang terjadi. d. Penerapan sistem manajemen informasi dan teknologi secara terpadu. e. Sinkronisasi perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan anggaran. f. Penerapan pengawasan atas pelaksanaan anggaran melalui sistem pengawasan terpadu. Prinsip dasar pengelolaan anggaran yang mengedepankan transparansi dan akuntabilitas merupakan penerapan amanat UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. C. ARAH KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN ANGGARAN DPR Arah kebijakan umum pengelolaan anggaran DPR RI Tahun 2011 merupakan arahan bagi pencapaian target keseluruhan pelaksanaan tugas dan fungsi Dewan yang dijabarkan dalam rencana kerja dan anggaran DPR RI. Rencana Kerja dan Anggaran DPR RI Tahun 2011 disusun dalam rangka peningkatan kinerja Alat Kelengkapan dalam melaksanaan tugas dan fungsi Dewan baik secara kelembagaan maupun keanggotaan berdasarkan pada komitmen politik, moralitas dan profesionalitas serta memenuhi prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Komitmen tersebut memiliki arti penting dalam kerangka perwujudan DPR 8

9 RI sebagai lembaga perwakilan yang kredibel, akuntabel, transparan, akomodatif dan aspiratif untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Perwujudan DPR RI sebagaimana tersebut diatas dapat terlaksana melalui dukungan keahlian, administrasi dan teknis yang diberikan oleh Sistem Pendukung secara optimal, sehingga dapat mendorong peningkatan kinerja dan citra DPR RI. Rencana Kerja dan Anggaran DPR RI Tahun 2011 diarahkan untuk mencapai visi dan misi DPR RI dengan mengacu pada arah kebijakan umum pengelolaan anggaran yang telah ditetapkan untuk masing-masing Program yang terdiri dari: 1. Program Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPR RI a. Arah Pelaksanaan Fungsi Legislasi untuk Tahun 2011 diarahkan kepada membentuk Rancangan Undang-Undang yang aspiratif dan akomodatif sesuai dengan Program Legislasi Nasional (Prolegnas) untuk mensejahterakan rakyat. b. Strategi Untuk mendukung tercapainya arah sebagaimana telah diuraikan di atas, perlu adanya strategi dalam merumuskan Rencana Kerja dan Anggaran DPR RI pada pelaksanaan fungsi legislasi yang diwujudkan melalui: 1) Efektifitas pelaksanaan dalam penyusunan dan pembahasan RUU 2) Meningkatan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan fungsi legislasi 3) Meningkatkan peran Sistem Pendukung dalam pelaksanaan fungsi legislasi 4) Ketersediaan dukungan anggaran dalam setiap pelaksanaan fungsi legislasi. 9

10 c. Kebijakan Umum Dalam rangka pencapaian arah dan strategi tersebut perlu adanya kebijakan umum sebagai dasar dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran DPR RI. Kebijakan umum yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan kualitas pelaksanaan fungsi legislasi adalah: 1) Mengoptimalkan peran dan fungsi Alat Kelengkapan Dewan baik Badan Legislasi maupun Komisi dalam pelaksanaan fungsi legislasi yang akomodatif dan aspiratif 2) Mewujudkan mekanisme kerja pelaksanaan fungsi legislasi melalui evaluasi atas efektifitas pelaksanaan fungsi legislasi yang telah berjalan. 3) Penyusunan prolegnas dan penentuan prioritas RUU sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 4) Peningkatan kualitas dalam penyusunan dan pembahasan RUU 5) Peningkatan upaya penyelesaian RUU yang efisien dan efektif, membuka peluang bagi saran dan pendapat masyarakat, meminimalisir lahirnya undnag-undang yang dapat di judicial review oleh Mahkamah Konstitusi dengan memperhatikan target waktu penyelesaian RUU sesuai dengan aturan tata tertib, 1 (satu) RUU diselesaikan dalam dua masa persidangan. 6) Penyelenggaraan RDPU yang transparan dalam proses penyusunan dan penentuan prioritas RUU. 7) Menciptakan iklim yang kondusif guna mendorong peran serta masyarakat dalam penyusunan dan pembahasan serta penetapan RUU. 8) Mengoptimalkan Sistem Pendukung dalam setiap tahapan penyusunan dan pembahasan legislasi dan didasarkan pada data yang akurat dan didukung oleh Naskah Akademik yang disiapkan oleh dukungan keahlian. 9) Ketersediaan data dan informasi dari Sistem Pendukung terkait fungsi legislasi. 10

11 10) Ketersediaan kualitas dan kuantitas SDM Sistem Pendukung di bidang legislasi. 11) Agar program Legislasi dapat berjalan dan memenuhi target maka dimungkinkan Baleg melakukan kerjasama dengan universitasuniversitas negeri terkemuka dan berkualitas. 12) Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran dalam pelaksanaan fungsi legislasi yang berbasis kinerja harus rasional dan wajar sehingga tidak menimbulkan polemik di masyarakat. 2. Program Pelaksanaan Fungsi Anggaran DPR RI a. Arah Pada Tahun 2011 pelaksanaan Fungsi Anggaran diarahkan kepada penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang aspiratif, akuntabel dan transparan, sesuai kebutuhan dan berbasis kinerja bagi terwujudnya kesejahteraan rakyat, sesuai peraturan perundang-undangan. b. Strategi Untuk mendukung tercapainya arah sebagaimana telah diuraikan di atas, perlu adanya strategi dalam merumuskan Rencana Kerja dan Anggaran DPR RI pada pelaksanaan fungsi anggaran yang diwujudkan melalui: 1) Efektifitas pelaksanaan dalam kegiatan pembicaraan pendahuluan penyusunan RAPBN, Perubahan dan Penetapan RUU APBN, RUU APBN- Perubahan, RUU Pertanggungjawaban Penggunaan APBN serta Pembahasan Laporan Semester I dan Prognosa Semester II APBN. 2) Meningkatan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan fungsi anggaran. 3) Meningkatkan peran Sistem Pendukung dalam setiap tahapan meliputi penyusunan dan pembahasan RAPBN, penetapan APBN, APBN-P, serta pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBN 4) Ketersediaan dukungan anggaran dalam setiap pembahasan anggaran. 11

12 c. Kebijakan Umum Kebijakan umum yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan kualitas pelaksanaan fungsi anggaran adalah: 1) Mengoptimalkan peran dan fungsi Alat Kelengkapan Dewan dalam hal ini Badan Anggaran dan Komisi dalam pelaksanaan fungsi anggaran. 2) Mewujudkan mekanisme pelaksanaan fungsi anggaran yang efektif melalui evaluasi atas efektifitas pelaksanaan fungsi anggaran yang telah berjalan. 3) Pembicaraan Pendahuluan yang berbasis pada akurasi data dan analisa dalam rangka Penyusunan RAPBN. 4) Memastikan RAPBN yang disusun sesuai dengan skala prioritas Pembangunan Nasional untuk kesejahteraan masyarakat. 5) Pembahasan dan Penetapan RUU tentang Perubahan Atas UU APBN sesuai dengan perubahan lingkungan nasional dan internasional. 6) Pembahasan laporan realisasi dan prognosis yang berkaitan dengan APBN berbasis pada kinerja. 7) Pembahasan dan Penetapan RUU tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN memenuhi prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas Publik. 8) Penyelenggaraan RDPU yang transparan dalam proses pembahasan RAPBN 9) Menciptakan iklim yang kondusif guna mendorong peran serta masyarakat dalam penyusunan dan pembahasan serta penetapan APBN. 10) Mengoptimalkan Sistem Pendukung dalam setiap tahapan pelaksanaan fungsi anggaran. 11) Ketersediaan data dan informasi dari Sistem Pendukung terkait fungsi anggaran. 12

13 12) Ketersediaan kualitas dan kuantitas SDM Sistem Pendukung di bidang anggaran. 13) Untuk keseimbangan kemampuan antara Dewan dan Pemerintah dalam pembahasan APBN dan pembahasan pertanggungjawaban APBN perlu dukungan keahlian yang benar-benar professional sehingga setiap Anggota dapat memahami, menguasai substansi dalam kaitan dengan fungsi anggaran. 14) Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran dalam pelaksanaan fungsi anggaran yang berbasis kinerja. 3. Program Pelaksanaan Fungsi Pengawasan DPR RI a. Arah Arah yang akan dicapai pada Tahun 2011 dalam pelaksanaan Fungsi Pengawasan adalah mewujudkan pengawasan yang kredibel terhadap pelaksanaan undang-undang, APBN dan kebijakan pemerintah lainnya melalui optimalisasi peran Alat Kelengkapan DPR dan Sistem Pendukungnya. b. Strategi Untuk mendukung tercapainya arah sebagaimana telah diuraikan di atas, perlu adanya strategi dalam merumuskan Rencana Kerja dan Anggaran DPR RI pada pelaksanaan fungsi pengawasan yang diwujudkan melalui : 1) Efektifitas pelaksanaan fungsi pengawasan 2) Meningkatan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan fungsi pengawasan. 3) Meningkatkan peran Sistem Pendukung dalam setiap pelaksanaan fungsi pengawasan 4) Ketersediaan dukungan anggaran dalam setiap pelaksanaan fungsi pengawasan 13

14 c. Kebijakan Umum Kebijakan umum yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan kualitas pelaksanaan fungsi pengawasan adalah: 1) Mengoptimalkan peran dan fungsi Alat Kelengkapan Dewan, baik yang dilaksanakan oleh Badan Akuntabilitas Keuangan Negara, Komisi, Panitia Khusus maupun melalui pembentukan Tim yang diselenggarakan secara koordinasi dalam pelaksanaan Fungsi Pengawasan. 2) Mewujudkan mekanisme fungsi pengawasan yang efektif melalui evaluasi atas efektivitas pelaksanaan fungsi pengawasan yang telah berjalan 3) Pelaksanaan pengawasan dilakukan melalui proses yang transparan kepada publik. 4) Optimalisasi pengawasan atas pelaksanaan tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan BPK untuk memastikan pelaksanaan APBN sesuai dengan praktek-praktek terbaik (best practices). 5) Memastikan bahwa penyusunan kebijakan-kebijakan Pemerintah dan pelaksanaannya mengacu pada ketentuan perundang-undangan. 6) Membuka ruang partisipasi publik dalam pelaksanaan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, pengelolaan keuangan Negara dan kebijakan pemerintah. 7) Mengoptimalkan Sistem Pendukung dalam pelaksanaan fungsi pengawasan baik pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, pengelolaan keuangan Negara dan pelaksanaan kebijakan pemerintah. 8) Ketersediaan data dan informasi dari Sistem Pendukung terkait fungsi pengawasan. 9) Ketersediaan kuantitas dan kualitas SDM Sistem Pendukung di bidang pengawasan. 10) Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran dalam pelaksanaan fungsi pengawasan yang berbasis kinerja secara proporsional dan rasional. 14

15 4. Penguatan Kelembagaan DPR RI 4.1. Pelaksanaan Tugas-Tugas Pimpinan DPR RI a. Arah Pada Tahun 2011, pelaksanaan tugas-tugas Pimpinan DPR RI diarahkan pada efektifitas pengelolaan DPR secara organisasi dan kelembagaan serta peningkatkan kinerja sehingga terwujud DPR RI yang terpercaya melalui dukungan anggaran, sarana dan prasarana serta SDM yang berkualitas dalam mendukung pelaksanaan tugastugas Pimpinan DPR RI. b. Strategi Untuk mendukung tercapainya arah, perlu adanya strategi dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran DPR RI pada pelaksanaan tugas-tugas Pimpinan DPR RI yang diwujudkan melalui: 1) Efektifitas dalam pelaksanaan tugas-tugas Pimpinan DPR RI. 2) Meningkatkan peran Sistem Pendukung dalam setiap pelaksanaan tugas-tugas Pimpinan DPR RI 3) Ketersediaan dukungan anggaran dalam setiap pelaksanaan tugas-tugas Pimpinan DPR RI c. Kebijakan Umum Kebijakan umum yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan kualitas pelaksanaan tugas-tugas Pimpinan DPR RI adalah: 1) Optimalisasi peran dan fungsi Alat Kelengkapan Dewan khususnya Pimpinan DPR RI dan Badan Musyawarah dalam memberikan arahan kepada Alat-Alat Kelengkapan Dewan, perangkat Sekretariat Jenderal agar tugas-tugas DPR RI dapat dilaksanakan secara efektif baik secara organisatoris maupun 15

16 kelembagaan dalam upaya meningkatkan citra dan kinerja Dewan. 2) Mewujudkan mekanisme pelaksanaan tugas-tugas Pimpinan DPR RI dan Badan Musyawarah melalui evaluasi terhadap pelaksanaan tugas-tugas yang telah berjalan dan meningkatkan koordinasi, sinkronisasi dan harmonisasi di internal kedewanan. 3) Mewujudkan sinkronisasi dan harmonisasi pelaksanaan tugastugas Pimpinan dan tugas konstitusional lainnya dalam rangka efektifitas pengelolaan DPR secara organisasi dan kelembagaan. 4) Mampu melakukan koordingasi atas tugas-tugas alat kelengkapan Dewan serta sinkronisasi dan harmonisasi baik dengan Lembaga Negara yang lain maupun di internal kedewanan. 5) Prinsip check and balances dengan lembaga eksekutif dilakukan sesuai dengan amanat konstitusi. 6) Mampu menjalin hubungan yang konstruktif dengan insan pers untuk meminimalisir sorotan negatif terhadap Dewan yang didukung oleh semua pihak karena DPR adalah lembaga politis yang terdiri dari berbagai fraksi sebagai kepanjangan tangan partai-partai politik. 7) Mengarahkan Alat Kelengkapan Dewan baik secara kelembagaan maupun perorangan agar senantiasa menegakkan peraturan tata tertib, kode etik DPR RI dan peraturan perundangan lainnya. 8) Ketersediaan data dan informasi dari Sistem Pendukung terkait pelaksanaan tugas-tugas Pimpinan DPR RI dan Badan Musyawarah. 9) Ketersediaan kualitas dan kuantitas SDM Sistem Pendukung dalam memberikan dukungan keahlian, administrasi dan teknis 16

17 bagi pelaksanaan tugas-tugas Pimpinan DPR RI dan Badan Musyawarah. 10) Mengarahkan Sekretariat Jenderal dalam memberikan dukungan keahlian dan SDM keahlian yang berkualitas sebagai bagian dari supporting system DPR RI. 11) Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran dalam pelaksanaan tugas-tugas Pimpinan DPR RI dan Badan Musyawarah yang berbasis kinerja perlu didukung anggaran yang memadai, terarah, rasional dan dapat dipertanggungjawabkan Pelaksanaan Tugas-Tugas Kerumahtanggaan DPR RI a. Arah Pelaksanaan tugas-tugas kerumahtanggaan DPR RI diarahkan pada peningkatan efektifitas dan efisiensi dalam penyelenggaraan tugastugas kerumahtanggaan meliputi penetapan kebijakan kerumahtanggaan, pembahasan dan pengelolaan anggaran DPR RI maupun pengawasan dalam pelaksanaan tugas-tugas kerumahtanggaan sehingga tercapai DPR RI sebagai lembaga yang kredibel dan akuntabel di mata publik. b. Strategi Untuk mendukung tercapainya arah, perlu adanya strategi dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran DPR RI pada pelaksanaan tugas-tugas Kerumahtanggaan yang diwujudkan melalui: 1) Efektifitas penyusunan, pembahasan dan monitoring anggaran DPR RI. 2) Meningkatkan peran Sistem Pendukung dalam setiap pelaksanaan tugas-tugas KerumahtanggaanDPR RI. 17

18 3) Ketersediaan dukungan anggaran dalam setiap pelaksanaan tugas-tugas kerumahtanggaan. c. Kebijakan Umum Kebijakan umum yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan kualitas pelaksanaan tugas-tugas kerumahtanggan DPR RI adalah: 1) Mengoptimalkan peran dan fungsi Alat Kelengkapan Dewan khususnya BURT terkait kebijakan dan tugas-tugas kerumahtanggaan. 2) Mewujudkan mekanisme pelaksanaan tugas-tugas kerumahtanggaan DPR RI melalui evaluasi atas Pelaksanaan tugas-tugas kerumahtanggan yang telah berjalan. 3) Menetapkan kebijakan kerumahtanggaan DPR RI dalam rangka peningkatan kinerja dan citra Dewan 4) Efektifitas dalam penyusunan, pembahasan dan monitoring pelaksanaan Anggaran DPR RI 5) Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan anggaran internal DPR RI dan pelaksanaan kebijakan kerumahtanggaan lainnya. 6) Mengoptimalkan peran Sistem Pendukung dalam pelaksanaan tugas-tugas kerumahtanggaan DPR RI. 7) Ketersediaan data dan informasi dari Sistem Pendukung terkait pelaksanaan tugas-tugas Kerumahtanggaan Dewan. 8) Ketersediaan kualitas dan kuantitas SDM Sistem Pendukung dalam memberikan dukungan keahlian, administrasi dan teknis bagi pelaksanaan tugas-tugas Kerumahtanggaan. 9) Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran untuk mendukung pelaksanaan tugas-tugas kerumahtanggaan yang berbasis kinerja. 18

19 4.3. Pelaksanaan Kerjasama Antar Parlemen / Hubungan Internasional a. Arah Dalam rangka peningkatan hubungan antar Parlemen, pada Tahun 2011 pelaksanaan kerjasama harus terus dibina dan ditingkatkan sehingga DPR RI dapat berperan secara aktif (bilateral maupun multilateral) dalam forum-forum internasional. b. Strategi Untuk mendukung tercapainya arah, perlu adanya strategi dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran DPR RI pada pelaksanaan kerjasama antar parlemen/hubungan internasional yang diwujudkan melalui: 1) Efektifitas dalam pelaksanaan kegiatan terkait Kerjasama Antar Parlemen/Hubungan Internasional 2) Kerjasama DPR RI dengan Parlemen negara lain dan organisasi internasional dikemas dalam bentuk diplomasi parlementer yang dikoordinasikan oleh Badan Kerjasama Antar Parlemen. 3) Meningkatkan peran Sistem Pendukung dalam setiap pelaksanaan kegiatan Kerjasama Antar Parlemen/Hubungan Internasional 4) Ketersediaan dukungan anggaran dalam setiap pelaksanaan kegiatan Kerjasama Antar Parlemen/Hubungan Internasional. c. Kebijakan Umum Kebijakan umum yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan kualitas pelaksanaan kerjasama antar parlemen/hubungan internasional adalah: 19

20 1) Optimalisasi peran dan fungsi Alat Kelengkapan Dewan khususnya BKSAP dalam pelaksanaan kerjasama antar Parlemen/Hubungan Internasional. 2) Mewujudkan mekanisme Pelaksanaan Kerjasama Antar Parlemen/Hubungan Internasional secara efektif dan efisien melalui evaluasi Pelaksanaan Kerjasama Antar Parlemen/Hubungan Internasional yang telah berjalan. 3) Peningkatan hubungan Dewan dengan parlemen negara-negara sahabat dalam rangka pembinaan, pengembangan dan peningkatann kerja sama persahabatan baik yang bersifat bilateral (GKSB), regional (AIPU) maupun Internasional (IPU), melalui kunjungan ke luar negeri baik dalam rangka menghadiri konferensi-konferensi maupun pelaksanaan kunjungan kerja delegasi muhibah dan teknis. 4) Peningkatan kerjasama bilateral khususnya di bidang politik dengan negara-negara sahabat. 5) Mengoptimalkan peran Sistem Pendukung dalam pelaksanaan kerjasama antar parlemen/hubungan internasional. 6) Ketersediaan data dan informasi dari Sistem Pendukung terkait pelaksanaan Kerjasama Antar Parlemen/Hubungan Internasional. 7) Ketersediaan kualitas dan kuantitas SDM Sistem Pendukung dalam memberikan dukungan keahlian, administrasi dan teknis bagi pelaksanaan Kerjasama Antar Parlemen/Hubungan Internasional. 8) Peningkatan kuantitas dan kualitas analisa kerjasama parlemen. 9) Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran untuk mendukung pelaksanaan kerjasama parlemen dan hubungan internasional yang berbasis kinerja. 20

21 4.4. Pelaksanaan Penegakan Peraturan DPR RI a. Arah Penegakkan standar etika tertinggi harus menjadi prinsip dasar bagi setiap individu di lingkungan DPR RI dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai bentuk kredibilitas kepada publik. b. Strategi Untuk mendukung tercapainya arah, perlu adanya strategi dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran DPR RI pada pelaksanaan penegakkan peraturan DPR RI yang diwujudkan melalui: 1) Penguatan tugas Badan Kehormatan (BK) dalam pelaksanaan kode etik sehingga penegakkan hukum (law enforcement) dapat berjalan sesuai dengan peraturan DPR tentang tata beracara Badan Kehormatan. 2) Meningkatkan peran Sistem Pendukung dalam setiap pelaksanaan penegakkan Peraturan DPR RI. 3) Ketersediaan dukungan anggaran dalam setiap pelaksanaan kegiatan penegakkan Peraturan DPR RI. c. Kebijakan Umum Kebijakan umum yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan kualitas pelaksanaan penegakkan peraturan DPR RI adalah: 1) Optimalisasi peran dan fungsi Alat Kelengkapan Dewan khususnya Badan kehormatan 2) Mewujudkan mekanisme penegakkan peraturan/kode etik di lingkungan DPR RI melalui evaluasi terhadap pelaksanaan dan penegakkan Peraturan DPR RI yang telah berjalan. 3) Mengedepankan prinsip keadilan (fairness) dalam penegakan hukum di lingkungan DPR RI. 21

22 4) Terwujudnya penegakkan peraturan DPR RI sesuai kebutuhan untuk mewujudkan DPR RI yang akuntabel. 5) Mengoptimalkan peran Sistem Pendukung dalam penegakkan peraturan DPR RI. 6) Ketersediaan data dan informasi dari Sistem Pendukung terkait pelaksanaan penegakkan Peraturan DPR RI 7) Ketersediaan kualitas dan kuantitas SDM Sistem Pendukung dalam memberikan dukungan keahlian, administrasi dan teknis bagi pelaksanaan penegakkan Peraturan DPR RI. 8) Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran untuk mendukung pelaksanaan penegakkan Peraturan DPR RI yang berbasis kinerja. 5. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya dari Sistem Pendukung DPR RI a. Arah Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas lainnya diarahkan pada terwujudnya manajemen perubahan (change management) melalui penerapan manajemen mutu layanan yang didukung dengan pengembangan pembelajaran organisasi dan pengembangan budaya organisasi dalam mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Dewan termasuk peningkatan dukungan kinerja fraksi-fraksi dalam rangka mewujudkan DPR RI yang kredibel, akuntabel, transparan, akomodatif dan aspiratif untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. b. Strategi Untuk mendukung tercapainya arah, perlu adanya strategi dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran DPR RI pada pelaksanaan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas lainnya yang diwujudkan melalui: 22

. ' Rencana Strategis DPR RI 2015-2019 Uraian di atas memperlihatkan bahwa terkait dengan fungsi legislasi dan terkait dengan pengawasan, DPR RI telah ditempatkan sesuai dengan yang dikehendaki oleh konstitusi.

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENINGKATKAN KINERJA ANGGOTA DPR-RI. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENINGKATKAN KINERJA ANGGOTA DPR-RI. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENINGKATKAN KINERJA ANGGOTA DPR-RI Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan pada Acara Rapat Kerja Fraksi Partai Demokrat DPR-RI Jakarta, 26 November 2010

Lebih terperinci

Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang Pasal 71. Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang. Pasal 6

Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang Pasal 71. Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang. Pasal 6 Persandingan UU Nomor 27 tahun 2009 tentang MD3 dan TATIB DPR Dalam kaitannya dengan pembahasan dan penetapan APBN, Peran DPD, Partisipasi Masyarakat, dan tata cara pelaksanaan rapat. UU NOMOR 27 TAHUN

Lebih terperinci

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P No.29, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6187) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERUBAHAN FORMAT DAN STRUKTUR MATERI NOTA KEUANGAN PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PELAKSANAAN FUNGSI ANGGARAN DPR.

PERUBAHAN FORMAT DAN STRUKTUR MATERI NOTA KEUANGAN PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PELAKSANAAN FUNGSI ANGGARAN DPR. PERUBAHAN FORMAT DAN STRUKTUR MATERI NOTA KEUANGAN PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PELAKSANAAN FUNGSI ANGGARAN DPR Abstrak Putusan Mahkamah Konstitusi yang menetapkan bahwa persetujuan APBN terinci

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.805, 2015 DPR. Tata Tertib. Perubahan. PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Lebih terperinci

2 c. bahwa beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakila

2 c. bahwa beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakila LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.383, 2014 LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5650) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1124 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT. Program Legislasi Nasional. Penyusunan. Tata Cara. PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TATA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,

Lebih terperinci

Tata Tertib DPR Bagian Kesatu Umum Pasal 99 Pasal 100 Pasal 101 Pasal 102

Tata Tertib DPR Bagian Kesatu Umum Pasal 99 Pasal 100 Pasal 101 Pasal 102 Tata Tertib DPR Bagian Kesatu Umum Pasal 99 1. Rancangan undang-undang dapat berasal dari DPR, Presiden, atau DPD. 2. Rancangan undang-undang dari DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan

Lebih terperinci

BAGIAN KEDUA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH

BAGIAN KEDUA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA BAGIAN KEDUA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH Jakarta, 2013 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 5 2010 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG MEKANISME PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Diterbitkan oleh ; SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI 2005

PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Diterbitkan oleh ; SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI 2005 PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Diterbitkan oleh ; SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI 2005 KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 08/ DPR RI/I/2005.2006

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG MEKANISME PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

Catatan Terhadap Peraturan DPR tentang Keterbukaan Informasi Publik di DPR RI Oleh: Ronald Rofiandri *

Catatan Terhadap Peraturan DPR tentang Keterbukaan Informasi Publik di DPR RI Oleh: Ronald Rofiandri * Catatan Terhadap Peraturan DPR tentang Keterbukaan Informasi Publik di DPR RI Oleh: Ronald Rofiandri * Profil Umum Peraturan DPR tentang Keterbukaan Informasi Publik di DPR RI (selanjutnya disingkat menjadi

Lebih terperinci

Independensi Integritas Profesionalisme

Independensi Integritas Profesionalisme BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Independensi Integritas Profesionalisme VISI Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilainilai dasar untuk berperan

Lebih terperinci

Independensi Integritas Profesionalisme

Independensi Integritas Profesionalisme BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Independensi Integritas Profesionalisme VISI Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilainilai dasar untuk berperan

Lebih terperinci

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) sebagaimana telah

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) sebagaimana telah BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1361, 2016 DPR. Prolegnas. Penyusunan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM

Lebih terperinci

Tanggal 26 Januari Disampaikan oleh: H. Firman Subagyo, SE.,MH. Wakil Ketua Badan Legislasi, A.273

Tanggal 26 Januari Disampaikan oleh: H. Firman Subagyo, SE.,MH. Wakil Ketua Badan Legislasi, A.273 LAPORAN BADAN LEGISLASI TENTANG PENETAPAN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL RUU PRIORITAS TAHUN 2016 DAN PERUBAHAN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL RUU TAHUN 2015-2019 DALAM RAPAT PARIPURNA DPR RI Tanggal 26 Januari

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA MEMPERSIAPKAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH

BUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH BUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROVINSI KALIMANTAN BARAT PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, Menimbang : Mengingat : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

Disampaikan Dalam Pembekalan Tenaga Ahli DPR RI Tanggal April /3/2013 Biro Analisa APBN 1

Disampaikan Dalam Pembekalan Tenaga Ahli DPR RI Tanggal April /3/2013 Biro Analisa APBN 1 Disampaikan Dalam Pembekalan Tenaga Ahli DPR RI Tanggal 15-17 April 2013 4/3/2013 Biro Analisa APBN 1 UUD 1945 Pasal 20: (1) Tiap-tiap Undang-undang menghendaki persetujuan DPR (2) Jika sesuatu rancangan

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : C. MISI UNIT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 07 TAHUN 2006 TENTANG TATA HUBUNGAN KERJA ANTAR PENYELENGGARA PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NUNUKAN, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA HUBUNGAN LEGISLATIF DAN EKSEKUTIF DALAM PELAKSANAAN LEGISLASI, BUDGETING, DAN PENGAWASAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA HUBUNGAN LEGISLATIF DAN EKSEKUTIF DALAM PELAKSANAAN LEGISLASI, BUDGETING, DAN PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA HUBUNGAN LEGISLATIF DAN EKSEKUTIF DALAM PELAKSANAAN LEGISLASI, BUDGETING, DAN PENGAWASAN Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan pada Forum Konsolidasi Pimpinan

Lebih terperinci

PERAN PARLEMEN DALAM TRANSPARANSI ANGGARAN

PERAN PARLEMEN DALAM TRANSPARANSI ANGGARAN Input Delegasi Indonesia PERAN PARLEMEN DALAM TRANSPARANSI ANGGARAN AIPA Workshop on Parliamentary Budgeting / Transparency Jakarta, 9-12 September, 2013 Disampaikan oleh : Drs. Setyanta Nugraha, M.M Yth.

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERTIMBANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMILIHAN ANGGOTA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG 1 PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN

Lebih terperinci

SAMBUTAN KETUA DPR RI PADA SILATURAHMI PIMPINAN DPR RI, MENKO POLHUKAM, MENKO EKUIN DAN MENKO KESRA SERTA PARA MENTERI KABINET INDONESIA BERSATU II

SAMBUTAN KETUA DPR RI PADA SILATURAHMI PIMPINAN DPR RI, MENKO POLHUKAM, MENKO EKUIN DAN MENKO KESRA SERTA PARA MENTERI KABINET INDONESIA BERSATU II DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN KETUA DPR RI PADA SILATURAHMI PIMPINAN DPR RI, DIDAMPINGI PIMPINAN KOMISI-KOMISI DAN BADAN-BADAN DPR RI DENGAN MENKO POLHUKAM, MENKO EKUIN DAN MENKO

Lebih terperinci

PELAKSANAAN FUNGSI LEGISLASI DPR RI OLEH: DRA. HJ. IDA FAUZIYAH WAKIL KETUA BADAN LEGISLASI DPR RI MATERI ORIENTASI TENAGA AHLI DPR RI APRIL

PELAKSANAAN FUNGSI LEGISLASI DPR RI OLEH: DRA. HJ. IDA FAUZIYAH WAKIL KETUA BADAN LEGISLASI DPR RI MATERI ORIENTASI TENAGA AHLI DPR RI APRIL PELAKSANAAN FUNGSI LEGISLASI DPR RI OLEH: DRA. HJ. IDA FAUZIYAH WAKIL KETUA BADAN LEGISLASI DPR RI MATERI ORIENTASI TENAGA AHLI DPR RI 25-27 APRIL 2011 Program Orientasi Tenaga Ahli DPR RI 25-27 April

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN PEMBEKALAN TENAGA AHLI

LAPORAN PELAKSANAAN PEMBEKALAN TENAGA AHLI LAPORAN PELAKSANAAN PEMBEKALAN TENAGA AHLI I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang DPR RI sebagai lembaga perwakilan yang menampung dan mewujudkan aspirasi rakyat mempunyai tugas dan fungsi yang sangat strategis

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT

GUBERNUR SULAWESI BARAT GUBERNUR SULAWESI BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGANGGARAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUN 2015

RENCANA KERJA TAHUN 2015 RENCANA KERJA TAHUN 2015 SEKRETARIAT DPRD PROVINSI SUMATERA SELATAN JL. KAPTEN A. RIVAI PALEMBANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Kerja Tahun Anggaran 2015 adalah Rencana Operasional

Lebih terperinci

Drs. Setyanta Nugraha, MM Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI

Drs. Setyanta Nugraha, MM Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI Drs. Setyanta Nugraha, MM Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI 109 91 73 61 49 47 40 39 35 16 Kuota keterwakilan perempuan sesuai dengan UU adalah 30 persen di Parlemen. Namun Anggota DPR RI periode

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/DPR RI/TAHUN 2009 TENTANG TATA TERTIB

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/DPR RI/TAHUN 2009 TENTANG TATA TERTIB PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/DPR RI/TAHUN 2009 TENTANG TATA TERTIB Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan kehidupan kenegaraan yang demokratis konstitusional berdasarkan

Lebih terperinci

PERAN ALAT KELENGKAPAN DEWAN DAN PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD. Oleh : Imam Asmarudin, SH

PERAN ALAT KELENGKAPAN DEWAN DAN PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD. Oleh : Imam Asmarudin, SH PERAN ALAT KELENGKAPAN DEWAN DAN PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD Oleh : Imam Asmarudin, SH Abstraks Pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan otonomi daerah,

Lebih terperinci

(BIDANG HUKUM, HAM DAN KEAMANAN)

(BIDANG HUKUM, HAM DAN KEAMANAN) RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN SEKRETARIS JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH, SEKRETARIS JENDERAL MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT DAN SEKRETARIS JENDERAL MAHKAMAH

Lebih terperinci

PEMBERIAN DUKUNGAN BADAN KEAHLIAN KEPADA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT. Johnson K Rajagukguk, SH, MH (Kepala Badan Keahlian DPR RI)

PEMBERIAN DUKUNGAN BADAN KEAHLIAN KEPADA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT. Johnson K Rajagukguk, SH, MH (Kepala Badan Keahlian DPR RI) PEMBERIAN DUKUNGAN BADAN KEAHLIAN KEPADA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT Johnson K Rajagukguk, SH, MH (Kepala Badan Keahlian DPR RI) LANDASAN HUKUM DUKUNGAN KEAHLIAN DPR RI Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 tentang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ------- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT,

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 28 Maret 2012 Kepada Nomor : 070 / 1082 / SJ Yth. 1. Gubernur Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota Lampiran : Satu berkas di Hal : Pedoman Penyusunan Program

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENYUSUNAN, PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNJAWABAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA SERTA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Oleh Drs. Setyanta Nugraha, MM

Oleh Drs. Setyanta Nugraha, MM Oleh Drs. Setyanta Nugraha, MM Disampaikan dalam rangka Kunjungan Ilmiah Himpunan Mahasiswa Administrasi Negara FISIP Universitas Jayabaya Jakarta 28 Oktober 2013 11/26/2013 Biro Analisa APBN 1 KONSTITUSI

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) lahir dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) lahir dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) lahir dalam sistem ketatanegaraan Indonesia melalui Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945 yang diputuskan

Lebih terperinci

ORASI KETUA DPR-RI PADA ACARA FORUM RAPAT KERJA NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) TAHUN 2009

ORASI KETUA DPR-RI PADA ACARA FORUM RAPAT KERJA NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) TAHUN 2009 KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ORASI KETUA DPR-RI PADA ACARA FORUM RAPAT KERJA NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) TAHUN 2009 DPR RI DAN ASPIRASI MASYARAKAT Minggu, 25 Oktober 2009

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SALINAN - 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku

Lebih terperinci

SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH RI REVISI PERJANJIAN KINERJA. Profesional, Akuntabel, dan Modern

SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH RI REVISI PERJANJIAN KINERJA. Profesional, Akuntabel, dan Modern SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH RI REVISI PERJANJIAN KINERJA 2016 Profesional, Akuntabel, dan Modern DEWAN PERWAKILAN DAERAH SEKRETARIAT JENDERAL ------------------ REVISI I PERJANJIAN KINERJA

Lebih terperinci

LAPORAN MENTERI KEUANGAN PADA ACARA PENYERAHAN DIPA TAHUN ANGGARAN 2015

LAPORAN MENTERI KEUANGAN PADA ACARA PENYERAHAN DIPA TAHUN ANGGARAN 2015 1 LAPORAN MENTERI KEUANGAN PADA ACARA PENYERAHAN DIPA TAHUN ANGGARAN 2015 Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Salam sejahtera untuk kita semua. Yth. Bapak Presiden Republik Indonesia Yth. Bapak

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari Wasit Saronto

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari Wasit Saronto 1 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Asisten Deputi Bidang Hubungan Kemasyarakatan dan Kelembagaan Tahun 2014 disusun sebagai bentuk komitmen untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tujuan dan sasaran strategis

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran dapat diinterpretasi sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 41B/DPR RI/I/ TENTANG

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 41B/DPR RI/I/ TENTANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT NOMOR : 41B/ RI/I/2009-2010 TENTANG PROGRAM LEGISLASI NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG PRIORITAS TAHUN 2010 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai lima tahun secara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR :16/DPR RI/I/ TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR :16/DPR RI/I/ TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR :16/DPR RI/I/2004-2005 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015-2019 KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

TATA TERTIB DPR. Bab I Ketentuan Umum. Pasal 1. Dalam Peraturan Tata Tertib ini yang dimaksud dengan :

TATA TERTIB DPR. Bab I Ketentuan Umum. Pasal 1. Dalam Peraturan Tata Tertib ini yang dimaksud dengan : TATA TERTIB DPR 2009 Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Dalam Peraturan Tata Tertib ini yang dimaksud dengan : 1. Dewan Perwakilan Rakyat, selanjutnya disingkat DPR, adalah Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut pasal 373 ayat (4) UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pembinaan yang bersifat umum dan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA IKHTISAR EKSEKUTIF SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DPR RI

LAPORAN KINERJA IKHTISAR EKSEKUTIF SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DPR RI IKHTISAR EKSEKUTIF P enyusunan Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (Setjen dan BK DPR RI) Tahun dimaksudkan sebagai bentuk akuntabilitas Setjen

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMPERKUAT KELEMBAGAAN DPR-RI SEBAGAI PILAR DEMOKRASI. Oleh KETUA DPR-RI Dr. H.

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMPERKUAT KELEMBAGAAN DPR-RI SEBAGAI PILAR DEMOKRASI. Oleh KETUA DPR-RI Dr. H. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMPERKUAT KELEMBAGAAN DPR-RI SEBAGAI PILAR DEMOKRASI Oleh KETUA DPR-RI Dr. H. Marzuki Alie Disampaikan Pada Acara Seminar BEM Se-Indonesia Diselenggarakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi. Pada organisasi privat atau swasta, anggaran merupakan suatu hal yang sangat dirahasiakan,

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 1 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 1 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 1 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia, masyarakat memiliki stigma bahwa organisasi sektor publik (pemerintahan) hanya sebagai sarang pemborosan keuangan negara saja (Mahmudi 2005). Hal ini mendorong

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 21/DPD RI/I/2013 2014 HASIL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2013 PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 5 TAHUN : 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYUSUNAN PROLEGNAS RUU PRIORITAS TAHUN 2011

KEBIJAKAN PENYUSUNAN PROLEGNAS RUU PRIORITAS TAHUN 2011 KEBIJAKAN PENYUSUNAN PROLEGNAS RUU PRIORITAS TAHUN 2011 Ignatius Mulyono A. Pendahuluan Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945) membawa perubahan mendasar dalam kehidupan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum emangat reformasi telah mendorong pendayagunaan aparatur Negara untuk melakukan pembaharuan dan peningkatan efektivitas dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan pemerintahan Negara dalam pembangunan,

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa produk hukum

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MEWUJUDKAN DPR RI SEBAGAI LEMBAGA PERWAKILAN YANG KREDIBEL 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2

MEWUJUDKAN DPR RI SEBAGAI LEMBAGA PERWAKILAN YANG KREDIBEL 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2 MEWUJUDKAN DPR RI SEBAGAI LEMBAGA PERWAKILAN YANG KREDIBEL 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2 Seiring dengan upaya reformasi birokrasi dan lembaga-lembaga negara, setiap lembaga negara dan instansi pemerintah

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : C. MISI UNIT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG TATA HUBUNGAN KERJA ANTAR PENYELENGGARA PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI JAMBI

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI JAMBI BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI JAMBI PIDATO KEPALA PERWAKILAN BPK RI PROVINSI JAMBI PADA ACARA PENYERAHAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA JAMBI TAHUN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci