KOMUNIKASI POLITIK JOKO WIDODO (JOKOWI) ANALISIS SEMIOTIKA IKLAN POLITIK REVOLUSI MENTAL PADA PEMILIHAN PRESIDEN INDONESIA TAHUN 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KOMUNIKASI POLITIK JOKO WIDODO (JOKOWI) ANALISIS SEMIOTIKA IKLAN POLITIK REVOLUSI MENTAL PADA PEMILIHAN PRESIDEN INDONESIA TAHUN 2014"

Transkripsi

1 KOMUNIKASI POLITIK JOKO WIDODO (JOKOWI) ANALISIS SEMIOTIKA IKLAN POLITIK REVOLUSI MENTAL PADA PEMILIHAN PRESIDEN INDONESIA TAHUN 2014 Belli Nasution Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Komunikasi Politik Joko Widodo (Jokowi) Analisis Semiotika Iklan Politik Revolusi Mental Pada Pemilihan Presiden Indonesia Tahun Penelitian ini menggunaka nmetode deskriptif kualitatif, dengan pendekatan analisis struktural atau biasa disebut semiotik konotasi dari Roland Barthes ( ). untuk pengolahan data yang diperoleh dari lapangan melalui wawancara dan pengamatan di lapangan. Semua informasi yang dikumpulkan dipelajari sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh, yang terkait dengan Komunikasi Politik Joko Widodo (Jokowi), Analisis Semiotika Iklan Politik Revolusi Mental Pada Pemilihan Presiden Indonesia Tahun 2014 Berdasarkan dari penelitian yang telah disimpulkan Iklan Revolusi mental tayang di seluruh media massa elektronik nasional dengan berbagai versi. Di media cetak, Iklan ditampilkan dalam bentuk potongan headline koran. Melalui analisis semiotika, dapat dijelaskan bahwa iklan Revolusi mental ini dibedah berdasarkan makna denotasi, konotasi, kajian mitos dan kajian ideologis. Iklan Revolusi mental ini berusaha mengkonstruksi citra positif Jokowi kepada khalayak. Dalam mengkonstruksi pencitraan Jokowi ini, konsultan politik (tim sukses) mencoba membangun komunikasi politik melalui melalui empat tahapan. Persepsi, kognisi, motif dan sikap Kata kunci : Komunikasi Politik. Revolusi Mental, Analisis Semiotika. PENDAHULUAN Dalam proses politik di Indonesia, salah satu hasil paling nyata dari perjuangan reformasi 1998 adalah pemilihan umum secara langsung pada tahun 2004, berbeda dengan pemilihan umum sebelumnya, pemilihan umum 2004 selain memilih langsung anggota parlemen (DPR/DPRD/DPD), juga dilakukan pemilihan langsung presiden dan wakil presiden oleh rakyat sesuai yang diamanahkan Undang-Undang No. 23 Tahun

2 Pemilihan presiden 2014 bagi penulis sangat perlu untuk dilakukan penelitian karena kemenangan yang diperoleh J oko Widodo (Jokowi) sangatlah spektakuler dengan mengalahkan calon presiden lainnya, yaitu Prabowo Subianto yang didukung oleh sebagian besar partai politik pemenang pemilu legislatif. Pada pemilihan presiden Republik Indonesia 2014 t ersebut, Joko Widodo (Jokowi) memanfaatkan situasi politik, isu politik dan tema politik sebagai konten utama tampilannya di media massa. Joko Widodo (Jokowi) sangat sadar akan perlunya menjaga imej diri dihadapan masyarakat umum dan juga sangat mempertimbangkan efisiensi dan pengaruh media dalam menjangkau masyarakat luas hingga ke pelosok negara ini dalam membangun imej dirinya. Media massa terutama televisi dianggap lebih tepat dan efektif dalam melakukan komunikasi politik karena daya jangkaunya luas dan mudah masuk dalam ingatan bawah sadar masyarakat. Sehingga iklan politik Joko Widodo (Jokowi) di media massa m emancarkan citra dirinya yang kuat sebagai pemimpin. Menurut Kaid dan Holtz-Bacha dalam Danial (2014). iklan politik televisi didefinisikan dengan moving image programming that is designed to promote the interest of a given party or individual. Perbedaan peran yang dimainkan iklan politik televisi di banyak negara, ditentukan oleh sejumlah variable sistemik, antara lain sistem politik negara tersebut, sistem pemilihan umum, dan sistem penyiaran televisinya. Selain itu bagaimana pesan-pesan pemilihan umum di desain untuk iklan politik juga sangat bergantung pada budaya politik negara bersangkutan. Karena itulah, setiap penelitian tentang proses komunikasi politik dalam perspektif komparatif harus mempertimbangkan perbedaan-perbedaan yang ada dalam struktur dan proses politik di tiap negara, budaya politik, dan sistem medianya (penyiaran). Berdasarkan variabel-variabel sistem itulah regulasi tentang iklan politik, peran televisi dalam pemilihan umum, dan pengaruh iklan politik di sebuah negara boleh ditafsirkan. Menyadari bahwa Indonesia merupakan negara demokrasi baru dengan sistem penyiaran yang bebas, penulis melihat bahwa tim kampanye Joko Widodo (Jokowi) melalui iklan-iklan politik yang ditampilkan di televisi meniru berbagai model iklan politik di negara-negara Barat terutama Amerika. Berbagai iklan kreatif diciptakan, mulai dari yang paling sederhana berupa pidato Joko Widodo (Jokowi), iklan testimonial, dokumentasi aktivitas, hingga berupa mini sinetron. Semua iklan diakhiri dengan ajakan atau ungkapan memilih Joko Widodo (Jokowi) sebagai presiden Republik Indonesia untuk masa pemerintahan yang ke dua Salah satu iklan paling kontroversial dan menarik perhatian publik adalah iklan politik Jokowi yang bertemakan revolusi mental. Dari fenomena-fenomena yang dikemukakan dalam iklan tersebut muncul dugaan bahwa ada upaya dari Jokowi beserta Tim suksesnya dalam hal memperkuat citra (brand image) Jokowi kepada khalayak dengan cara massif di media, khususnya televisi. Dari kontroversi yang 656

3 dihasilkan iklan inilah yang membuat peneliti tertarik ingin meneliti lebih dalam, terkait citra (image) Jokowi yang selama ini dinilai sebagai pemimpin yang b ersih dan peduli kepada masyarakat kecil. TEORI KOMUNIKASI POLITIK Menilik hal seputar popularitas Jokowi tersebut, penulis menggunakan teoriteori yang berkaitan dengan hal - hak tersebut, di antaranya adalah teori Lasswell, teori analisis kultivasi, dan teori agenda setting. Teori Lasswell yakni Who, Says What, In Which Channel, To Whom, With What Effect. Teori ini mengisyaratkan bahwa lebih dari satu saluran dapat membawa pesan. Unsur sumber (who) merangsang pertanyaan mengenai pengendalian pesan (misalnya oleh penjaga gerbang), sedangkan unsur pesan (says what) merupakan bahan untuk analisis isi. Saluran komunikasi (in which channel) dikaji di dalam analisis media. Unsur penerima (to whom) dikaitkan dengan analisis khalayak, sementara unsur pengaruh (with what effect) jelas berhubungan dengan studi mengenai akibat yang ditimbulkan peran komunikasi massa pada khalayak pembaca, pendengar atau pemirsa (Mulyana, 2007: ). Sedangkan Teori yang kedua adalah teori Analisis Kultivasi dikemukakan oleh Gerbner (1969). Teori ini adalah teori yang memprediksikan dan menjelaskan formasi dan pembentukan jangka panjang dari persepsi, pemahaman, dan keyakinan mengenai dunia sebagai akibat dari konsumsi akanpesan-pesan media. Analisis Kultivasi berkembang dengan dua perspektif, yakni perspektiftransmisional dan perspektif ritual. Perspektif transmisional adalah posisi yang menggambarkan media sebagai pengirim pesan-pesan ke seluruh penjuru ruang. Sedangkan perspektif ritual adalah posisi yang menggambarkan media sebagai pembawa representrasi mengenai keyakinan yang dimiliki bersama (West dan Turner, 2008:82-83). Dan yang terakhir adalah teori Agenda Setting. Teori agenda setting model menurut Ardianto, Komala, dan Karlinah, 2009:77) menekankan adanya hubungan positif antara penilaian yang diberikan media pada suatu persoalan tersebut, Dengan kata lain, apa yang dianggap penting oleh media, akan dianggap penting juga oleh masyarakat. Apa yang dilupakan media, akan luput juga dari perhatian masyarakat. Adapun efek dari agenda setting model terdiri atas efek langsung dan efek tidak langsung. Efek langsung berkaitan dengan isu: apakah isu itu ada atau tidak ada dalam agenda khalayak; dari semua isu, mana yang dianggap paling penting menurt khalayak; sedangkan efek lanjutan berupa persepsi (pengetahuan tentang peristiwa tertentu) atau tindakan. 657

4 Iklan Politik sebagai Alat Komunikasi Politik Iklan politik menekankan pada periklanan citra, yaitu imbauan yang ditujukan untuk membina reputasi pejabat pemerintah atau yang menghendaki menjadi pejabat pemerintah. Komunikasi politik itu sendiri hadir dalam setiap realitas kehidupan politik. Denton dan Woodward (Pawito, 2009: 5) mendefinisikan komunikasi politik sebagai diskusi publik mengenai penjatahan sumber daya publik yakni mengenai pembagian pendapatan atau penghasilan yang diterima oleh publik; kewenangan resmi yakni siapa yang diberi kekuasaan untuk membuat keputusan-keputusan hukum, membuat peraturanperaturan; dan sanksi-sanksi resmiyakni apa yang negara berikan sebagai ganjaran atau mungkin hukuman. Komunikasi politik dapat menjadi alat untuk membangun suatu image politik. Komunikasi politik yang dimaksud dalam hal ini adalah semua hal yang dilakukan oleh partai politik untuk mentransfer sekaligus menerima umpan balik tentang isu-isu politik berdasarkan semua aktifitas yang dilakukannya terhadap masyarakat. Isu-isu politik tersebut dapat berupa ideologi partai, program kerja partai, visi dan misi partai, sosok atau figur pemimpin partai, latar belakang pendirian partai, dan permasalahanperlmasalahan lain yang diungkapkan dalam komunikasi politik tersebut (Firmanzah, 2007: 255). Teori Semiotika Dalam teorinya tersebut, Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Misalnya menggunakan contoh fotografi. Apa yang dipotret adalah objek bersifat denotatif. Akan tetapi bagaimana cara memotret, apa objek yang diutamakan, dari sudut pandang mana, apakah memakai film hitam-putih, apakah menggunakan filter lembut, warna merah atau biru, apakah close-up atau long shot, dan sebagainya, semua masuk dalam tataran konotasi. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti. Konotasi menjelaskan adanya interaksi yang muncul ketika tanda bertemu dengan perasaan, emosi, dan nilai-nilai budaya si pengguna tanda. Dengan kata lain, konotasi bersifat subjektif (setidaknya intersubjektif), arbitrer, spesifik dalam suatu lingkungan budaya dan sangat tergantung pada pengetahuan budaya. (Adityawan S, 2008: 23-24). Barthes menciptakan peta tentang bagaimana tanda bekerja (Cobley & Jansz dalam Sobur, 2004;69). 658

5 METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan apa yang terjadi pada situasi atau peristiwa pada penelitian ini dan tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2005;4) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller (dalam Moleong, 2005;4) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik (Moleong, 2005;5). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Komunikasi Politik, Nimmo mendefinisikannya sebagai kegiatan komunikasi yang berdasarkan konsekuensi-konsekuensinya (aktual maupun potensial) yang mengatur perbuatan manusia di dalam kondisi-kondisi konflik. Sedangkan Roelofs (dalam Sumarno & Suhandi, 1993) mendefinisikan komunikasi politik sebagai komunikasi yang materi pesan-pesan berisi politik yang mencakup masalah kekuasaan dan penempatan pada lembaga-lembaga kekuasaan (lembaga otoritatif). Sedangkan Dahlan dalam Cangara (2014) menyebutkan komunikasi politik adalah suatu bidang atau disiplin yang menelaah perilaku dan kegiatan komunikasi yang bersifat politik, mempunyai akibat politik, atau berpengaruh terhadap perilaku politik. Dengan demikian pengertian komunikasi politik dapat dirumuskan sebagai suatu proses pengoperan lambang-lambang atau simbol-simbol komunikasi yang berisi pesan-pesan politik dari seseorang atau kelompok pada orang lain dengan tujuan membuka wawasan atau cara berpikir, serta memengaruhi sikap dan tingkah laku khalayak yang menjadi target politik. Citra (image), terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasi citra kita tentang lingkungan (Danasaputra, dalam Soemirat, 2004: 114). Konstruksi brand image dalam struktur kognitif seperti yang dikutip Danasaputra, sebagai berikut: 659

6 Gambar 2. Model Konstruksi Brand Image Stimulus Rangsang Persepsi Kognisi Sikap Respon Perilaku Motivasi Sumber : Dasar-Dasar PR, Soemirat (2004: 115) Model konstruksi brand image ini menunjukkan bagaimana stimulus yang berasal dari luar diorganisasikan dan mempengaruhi respons. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada individu dapat diterima atau ditolak. Jika rangsang ditolak proses selanjutnya tidak akan berjalan, hal ini menunjukkan bahwa rangsang tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi individu karena tidak ada perhatian dari individu tersebut. Sebaliknya, jika rangsang itu diterima oleh individu berarti terdapat komunikasi dan terdapat perhatian dari organisme, dengan demikian proses selanjutnya dapat berjalan. Empat komponen persepsi-kognisi-motivasi-sikap diartikan sebagai citra individu terhadap rangsang. Ini disebut sebagai picture in our head oleh Lipman. Jika stimulus mendapat perhatian, individu akan berusaha mengerti tentang rangsang tersebut. Menurut Jefkins, ada beberapa jenis citra yang dikenal di dunia aktivitas humas dan dapat dibedakan satu dengan yang lainnya sebagai berikut : a) Citra Bayangan (mirror image), citra ini merupakan pandangan sebuah perusahaan yang selalu merasa memiliki posisi baik tanpa mengacuhkan kesan dari luar. Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-angggota organisasi, biasanya adalah pemimpinnya mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya. Merasa perusahaan baik di mata masyarakat tanpa memperdulikan tanggapan negatif yang muncul. b) Citra Kini (current image), citra merupakan kesan yang baik diperoleh dari orang lain tentang perusahaan atau hal lain yang berkaitan dengan produknya. Berdasarkan pengalaman dan informasi kurang baik penerimaannya, sehingga dalam posisi tersebut pihak humas akan menghadapi resiko yang sifatnya permusuhan, kecurigaan hingga muncul kesalahpahaman yang 660

7 menyebabkan citra kini yang ditanggapi secara tidak adil atau bahkan kesan yang negatif yang diperolehnya. c) Citra Penampilan (performance image) citra ini lebih ditujukan kepada subjeknya, bagaimana kinerja atau penampilan diri para ptofesional pada perusahaan bersangkutan, misalnya dalam memberikan berbagai bentuk dan kualitas pelayanan. d) Citra Perusahaan (corporate image), citra ini berkaitan dengan sosok perusahaan sebagai tujuan utama, bagaimana menciptakan citra perusahaan yang positif, lebih dikenal serta diterima oleh publiknya, mungkin tentang sejarahnya, kualitas pelayanan prima, keberhasilan dalam bidang marketing dan hingga berkaitan dengan tanggungjawab sosial. Dalam hal ini pihak humas berupaya bahkan ikut bertanggungjawab untuk mempertahankan citra perusahaan. e) Citra Majemuk (multiple image), citra ini merupakan citra pelengkap dari citra di atas, misalnya bagaimana pihak humas akan menampilkan pengenalan terhadap identitas perusahaan (Ruslan, 2003;72). Iklan Politik, adalah Semua bentuk aktifitas untuk menghadirkan dan mempromosikan individu maupun partai mereka, secara nonpersonal melalui media yang dibayar oleh sponsor tertentu. Dan berisikan muatan-muatan politik, seperti berisikan profil pribadi tokoh elit partai tersebut yang nantinya akan membangun minat pilih masyarakat akan diberikan kepada calon tersebut yang lebih dikenal masyarakat sehingga nantinya suara atau hak pilih masyarakat terebut diberikan kepada orang yang sering melihat iklan tersebut. Dan kepercayaan individu kepada calon anggota legislatif maupun kepada partai akan tercipta sehingga hak pilih orang tersebut akan diberikan dengan sendirinya. Konteks periklanan politik di Indonesia belum bisa diukur seberapa penting partai politik menempatkan iklan sebagai sarana kampanye politik, begitu pula efektivitasnya. Periklanan politik lebih mirip propaganda. Sasarannya heterogen, tetapi materi kampanye oleh pimpinan parpol dengan jalan pidato terkesan mengarahkan pada sasaran homogen atau kelompok tertentu karena materi kampanye disensor oleh pemerintah, lebih mirip pejabat pidato. Mengutip pendapat Jacques Seguela, ahli kreatif dari Perancis yang pernah menangani kampanye Francois Mitterand dalam pemilihan presiden, periklanan merupakan bagian dari upaya demokrasi. Dalam konteks ini, demokrasi adalah kebebasan untuk memilih. Melalui iklan, warga mengetahui lebih banyak mengenai 661

8 suatu ide atau produk yang dapat dipilih. Di banyak negara, iklan terbukti efektif dan efisien melakukan komunikasi massa. Dengan memahami profesionalismenya, praktisi periklanan dan komunikasi dapat mengoptimalkan peran iklan dalam membantu kampanye politik. Miranty Abidin (dalam Setiyono, 2008;56) mengatakan, iklan politik sangat berpengaruh untuk meraih suara pemilih. Keberhasilannya tentu tidak hanya ditentukan oleh iklan politik. Bantuan media partai saat itu, sangat menentukan sebagai sosialisasi dan kampanye partai politik. Isi pesan iklan-iklan politik umumnya sama, yaitu ajakan mencoblos tanda gambar atau nomor dan menampilkan figur. Harapan bahwa iklan-iklan politik menampilkan program-program partai politik tak terwujud. Iklan politik umumnya berupaya mengkonstruksi pemirsa yang juga adalah segmen politik sebuah partai pada saat pemilihan umum pemilih partai tersebut. Gagasan iklan politik sama dengan iklan konsumen, hanya saja bedanya pada produk yang dijual dan penyelesaian akhir tujuan iklan. Iklan politik tidak menjual produk, namun menjual program partai dan tidak mengarahkan pemirsa pada perilaku membeli, namun mengarahkan pada sikap menerima sebuah partai dan memilihnya pada saat pemilihan umum. Iklan politik tidak beda promosi produk. Keduanya berusaha menjual sesuatu kepada sasaran konsumen tertentu. Memang iklan politik lebih rumit daripada, iklan sabun atau obat nyamuk. Jika berhasil, iklan politik bisa meraih sejumlah target, seperti meningkatkan popularitas calon, meyakinkan pemilih yang masih bingung, meraih dukungan, menyerang pesaing dan penentang, menjelaskan visi dan misi, dan menjaga citra sang calon. Sindiran, kritikan, drama, humor, horor, dan serangan terbuka menjadi isi iklan politik. Meskipun iklan politik memainkan peran yang sangat penting dalam kemenangan seorang kandidat, tetapi iklan politik juga menyimpan sejumlah persoalan. Pertama, berkaitan dengan iklan negatif, kedua, iklan politik disinyalir mengalami krisis etika, dan ketiga tidak adanya batasan tentang pengeluaran (budget) iklan politik. Menurut Denton dalam Cangara (2014: 345), televisi memiliki peranan yang sangat besar dalam pertumbuhan iklan politik. Oleh karena itu, televisi merupakan media yang paling banyak meraup keuntungan dari kampanye politik dan membesarkannya sebagai bisnis penyiaran, sebagaimana dinyatakan oleh Nimmo dan Felsberg bahwa paid political advertising via television now constitutes the mainstream of modern electoral politics. 662

9 yaitu : Baukus (dalam Cangara, 2014: 346) membagi iklan politik atas empat macam, 1. Iklan serangan, yang ditujukan untuk mendiskreditkan lawan 2. Iklan argumen, yang memperlihatkan kemampuan para kandidat untuk mengatasi masalah-masalah yang mereka hadapi 3. Iklan ID, yang memberi pemahaman mengenai siapa sang kandidat kepada para pemilih 4. Iklan resolusi, dimana para kandidat menyimpulkan pemikiran mereka untuk para pemilih Analisis Semiotika Iklan Politik Revolusi mental dalam Pemilihan Presiden 2014 Semiotika pada dasarnya mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensikonvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Pada dasarnya semiotika hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. Tradisi semiotika tidak pernah mengandaikan terjadinya salah pemaknaan, karena setiap pembaca mempunyai pengalaman budaya yang relatif berbeda, sehingga pemaknaan diserahkan kepada pembaca. Dengan demikian istilah kegagalan komunikasi (communication failure) tidak pernah berlaku dalam tradisi ini, karena setiap orang berhak memaknai teks dengan cara yang berbeda. Maka makna menjadi sebuah pengertian yang cair, tergantung pada frame budaya pembacanya. Pada saat iklan telah tersaji ke ruang publik, maka iklan akan memproduksi makna, dan pencipta tanda-tanda dalam iklan tidak lagi memiliki otoritas untuk memaksa makna-makna yang mereka kehendaki. Peran pemaknaan pun be rpindah ke tangan pembaca. Dari tampilan iklan yang ada, peneliti hendak mengkaji melalui pemikiran Barthes. Melalui semiotika, Barthes mengkaji iklan menjadi dua tahapan, yaitu tahapan denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak 663

10 langsung, dan tidak pasti. Setelah melalui tahapan denotasi dan konotasi, peneliti juga membedah iklan menggunakan mitos dan ideologis. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan makna komprehensif dan tidak setengah-setengah. Bila menyaksikan iklan politik revolusi mental, sebenarnya tidak begitu rumit karena unsur-unsur yang digunakan nampak sederhana, seperti tampilan iklan politik tag line: Deskripsi Iklan: REVOLUSI MENTAL 1. Iklan dengan tema Revolusi mental ini merupakan komunikasi politik yang mengandung pesan merubah mental diri pada setiap orang tanpa pandang bulu. 2. Ide berawal dari keprihatinan terhadap situasi bangsa yang semakin terpuruk baik secara ekonomi maupun moral. 3. Iklan Revolusi mental merupakan solusi untuk memperbaiki nasib bangsa Indonesia ke depan oleh setiap individu yang ada di negara ini. Analisis Semiotika Iklan Revolusi mental 1. Makna denotasi: Iklan terlalu berat untuk dilaksanakan publik sehingga terkesan utopis. 2. Makna konotasi: Bila dikaji lebih dalam, iklan mengandung pesan besar yaitu perubahan diri secara drastis terutama para penyelenggara negara. 3. Kajian mitos: Dua mitos, yaitu bangsa ini tidak akan pernah maju jika setiap orang tidak mau merevolusi mentalnya, dan negarawan yang bebas korupsi adalah pemimpin yang bisa merevolusi mentalnya. 4. Kajian ideologis: Sosok Jokowi adalah pemimpin yang sederhana dan nasionalis. Ini ditandai dengan memakai kemeja putih pada tampilan iklannya. Konstruksi Citra Jokowi pada Iklan Politik Revolusi mental 1. Persepsi: Berdasarkan persepsi khalayak secara umum, 664

11 menyatakan bahwa Jokowi sebagai pemimpin yang sangat sederhana, bersih, dan nasionalis. 2. Kognisi: Iklan revolusi mental sebagai stimulus, mempengaruhi kognisi khalayak. Dalam kognisi khalayak tercipta konsistensi Jokowi sebagai pemimpin yang memiliki kepedulian tinggi terhadap persoalan rakyat kecil. 3. Motif: Jokowi sadar bahwa bersaing meraih suara sebanyakbanyaknya di dalam pemilihan presiden tahun 2014 a kan memuluskannya meraih kekuasaan untuk 5 ( lima) tahun kepemimpinannya ke depan. 4. Sikap: Sikap khalayak setelah menerima stimulus, cenderung positif. KESIMPULAN Dari penjelasan hasil penelitian mengenai Komunikasi Politik Joko Widodo, Analisis Semiotika Iklan Politik Revolusi Mental pada Pemilihan Presiden Indonesia Tahun 2014 m aka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa :Iklan Revolusi mental tayang di seluruh media massa elektronik nasional dengan berbagai versi. Di media cetak, Iklan ditampilkan dalam bentuk potongan headline koran. Melalui analisis semiotika, dapat dijelaskan bahwa iklan Revolusi mental ini dibedah berdasarkan makna denotasi, konotasi, kajian mitos dan kajian ideologis. Iklan Revolusi mental ini berusaha mengkonstruksi citra positif Jokowi kepada khalayak. Dalam mengkonstruksi pencitraan Jokowi ini, konsultan politik (tim sukses) mencoba membangun komunikasi politik melalui melalui empat tahapan. Persepsi, kognisi, motif dan sikap. 665

12 DAFTAR PUSTAKA Adityawan S, Arief Propaganda Pemimpin Politik Indonesia. Mengupas Semiotika Orde Baru Soeharto. Jakarta: LP3ES. Agger, Ben Teori Sosial Kritis. Yogyakarta : Kreasi Wacana. Aly, Bachtiar K omunikasi Politik sebagai Penjuru Penyelesaian Konflik dan Mengoptimalkan Sinergitas Hubungan Pusat dan Daerah. Makalah. Seminar Nasional di UMB Jakarta. 15 Mei Aliah Darma, Yoce Analisis Wacana Kritis. Bandung: CV. Yrama Widya. Arifin, Anwar Pers dan Dinamika Politik: Analisis Media Politik Indonesia. Jakarta: Yarsif Watampone. Arif Subiyantoro dan FX Suwarto Metode dan Teknik Penelitian Sosial, Yogyakarta: Penerbit Andi. Barthes, Roland Mythologies. Terjemahan Annete Lavers. London: Granada. Berger, Arthur Asa Signs in Contemporary Culture: An Introductions to Semiotics. New York: Longman. Bessette, Guy Involving the Community, a Guide to Participatory Development Communication. Penang Malaysia: Southbound. Cangara, Hafied Komunikasi Politik. Jakarta: Rajawali Pers. Danial, Akhmad Iklan Politik TV: Modernisasi Kampanye Politik Pasca Orde Baru. Yogyakarta: LKiS. Dan Nimmo Komunikasi Politik: Komunikator, Mesej dan Media (Edisi Terjemahan oleh Tjun Surjaman). Bandung: Remaja Rosdakarya. Ermanto Wawasan Jurnalistik Praktis. Yogyakarta : Cinta Pena Eriyanto Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara. 666

13 Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta : LKiS Pelangi Aksara. Firmanzah Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Fiske, John Cultural and Communication Studies, Sebuah Pengantar Paling Komprehensif. Yogyakarta : Jalasutra Anggita IKAPI. Gunadi Himpunan Istilah Komunikasi. Jakarta : Grasindo. Hardiman, Fransisco Budi, Kritik Ideologi, menyingkap kepentingan pengetahuan bersama Jurgen Habermas. Yogyakarta : Buku Baik. Iskandar Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Gaung Persada Kriyantono, Rachmat Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada. Liliweri, Alo Perspektif Teoritis Komunikasi Antar Pribadi, Suatu Pendekatan ke Arah Psikologi Sosial, Citra Aditya Bakti, Bandung. Mar at Sikap Manusia, Perubahan dan Pengukurannya, Ghalia, Jakarta. Matthew B. Miles & Michael Huberman Analisis Data Kualitatif, Jakarta: Kencana. McCombs, Maxwell E Setting the Agenda for Agenda Setting Research: An Assessment of the priority Ideas and Problems in Mass Communication Review Yearbook. Moleong, J. Lexy Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. Newman, Bruce Handbook of Political Marketing. London, Sage Publication Nimmo, Dan Komunikasi Politik (Dua Jilid). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset. Rakhmat, Djalaluddin. 2007, Psikologi Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. 667

14 Ruslan, Rosady Manajemen PR & Media Komunikasi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Tanjung, Akbar The Golkar Way: Survival Partai Golkar di Tengah Turbulensi Politik Era Transisi, Jakarta: Gramedia. Turner, T.C., Hogg, MA., & Oakes, P.J., Reicher, S.D., & Wetherel, M.S. 1987, Rediscovering the Social Group: A self-categorization theory, Oxford: Blackwell. Narwaya, St tri Guntur Matinya Ilmu Komunikasi. Yogyakarta : Resist Book. Setiyono, Budi Iklan dan Politik: Menjaring Suara dalam Pemilihan Umum. Jakarta: AdGoal.com. Sobur, Alex Analisis Teks Media; Suatu pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. Bandung : Remaja Rosdakarya. Soemirat, Soleh., Elvinaro Ardianto Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sudibyo, Agus Ekonomi Politik Media Penyiaran. Yogyakarta : LkiS. Sumarno & Suhandi Pengantar Bidang Komunikasi Politik. Bandung: Orba Shakti. Suryabrata, Sumadi Metodologi Penelitian. Jakarta : RajaGrafindo Persada.. Jurnal Jurnal Ilmu Komunikasi. Vol. 8 No. 1/Januari 2010, ms. 27. Jurnal Komunikator. Vol. 1/Mei 2014, ms

Sejarah Komunikasi Politik

Sejarah Komunikasi Politik KOMUNIKASI POLITIK Oleh: Belli Nasution, S.IP., MA DISAJIKAN PADA SEMESTER GENAP Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik - Jurusan Ilmu Komunikasi Pekanbaru 2012 Referensi 1. Adityawan S, Arief. 2008. Propaganda

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Kata Paradigma berasal dari Bahasa yunani, paradeigma, yang bearti pola, Thomas Kuhn (1962) menggunakan kata paradigma untuk menunjukan kerangka konseptual

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA DALAM KAMPANYE POLITIK PADA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF

PENGGUNAAN MEDIA DALAM KAMPANYE POLITIK PADA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF PENGGUNAAN MEDIA DALAM KAMPANYE POLITIK PADA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 (Studi tentang Penggunaan Media Reklame dalam Pemenangan Partai Gerindra di Kota Surabaya) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penilitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pemilukada Kabupaten Gunungkidul tahun 2010 yang dilaksanakan secara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pemilukada Kabupaten Gunungkidul tahun 2010 yang dilaksanakan secara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pemilukada Kabupaten Gunungkidul tahun 2010 yang dilaksanakan secara langsung dapat berlangsung tertib dan lancar. Animo masyarakat yang besar atas pesta demokrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara untuk membangun image kepublik agar mendapatkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara untuk membangun image kepublik agar mendapatkan perhatian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perhelatan akbar pemilihan kepala daerah hingga pemilihan presiden di Indonesia setiap calon pasangan yang maju menggunakan berbagai cara untuk membangun image

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan paradigma kritis. Paradigma kritis menyajikan serangkaian metode dan perspektif yang memungkinkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari peranan media yang menyebarkan visi dan misi mereka dalam kampanye untuk meraih suara pemilih.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Paradigma Penelitian Paradigma yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah paradigma teori kritis (critical theory). Aliran pemikiran paradigma ini lebih senang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum melalui penggunaan media berbayar (surat kabar, radio, TV, dll)

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum melalui penggunaan media berbayar (surat kabar, radio, TV, dll) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Iklan kampanye politik merupakan suatu tindakan spesifik yang dirancang untuk mengiklankan sebuah aktifitas politik atau kampanye dalam rangka proses pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) Mass communication is

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) Mass communication is BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (rakhmat,2003:188), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui

Lebih terperinci

KONSEP DIRI DALAM IKLAN ROKOK A MILD (Analisis Semiotika Tentang Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild Versi Cowok Blur Go Ahead 2011) Fachrial Daniel

KONSEP DIRI DALAM IKLAN ROKOK A MILD (Analisis Semiotika Tentang Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild Versi Cowok Blur Go Ahead 2011) Fachrial Daniel KONSEP DIRI DALAM IKLAN ROKOK A MILD (Analisis Semiotika Tentang Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild Versi Cowok Blur Go Ahead 2011) Fachrial Daniel Abstrak Penelitian ini menggunakan analisis semiotika

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menerangkan metode-metode atau cara-cara. Sedangkan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. menerangkan metode-metode atau cara-cara. Sedangkan penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Metodologi berasal dari kata methodology yang maknanya ilmu yang menerangkan metode-metode atau cara-cara. Sedangkan penelitian terjemahan dari

Lebih terperinci

PERBANDINGAN OBYEKTIVITAS PEMBERITAAN PENCITRAAN CALON PRESIDEN DI MEDIA CETAK

PERBANDINGAN OBYEKTIVITAS PEMBERITAAN PENCITRAAN CALON PRESIDEN DI MEDIA CETAK PERBANDINGAN OBYEKTIVITAS PEMBERITAAN PENCITRAAN CALON PRESIDEN DI MEDIA CETAK (Analisis Isi Terhadap Pemberitaan Calon Presiden Jokowi dan Prabowo pada Harian Kompas Edisi 20 Mei 2014 sampai dengan 9

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai 9 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Memasuki era reformasi kebebasan pers seolah-olah seperti terlepas dari belenggu yang sebelumnya mengekang arti kebebasan itu sendiri. Dengan sendirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang pemilihan presiden yang digelar pada 9 Juli 2014, para kandidat

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang pemilihan presiden yang digelar pada 9 Juli 2014, para kandidat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjelang pemilihan presiden yang digelar pada 9 Juli 2014, para kandidat capres mulai berlomba melakukan kampanye dengan berbagai cara dan melalui berbagai media.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye politik juga terus berkembang. Mulai dari media cetak, seperti: poster, stiker, dan baliho. Media

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Jenis Iklan politik dalam Media Massa yang digunakan oleh pasangan calon

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Jenis Iklan politik dalam Media Massa yang digunakan oleh pasangan calon 95 BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. Jenis Iklan politik dalam Media Massa yang digunakan oleh pasangan calon Kepala Daerah dalam pilkada Sidoarjo 2010 Pemilihan kepala daerah secara langsung

Lebih terperinci

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 124 A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Kesimpulan dari keseluruhan cerita dalam sinetron Para Pencari Tuhan Jilid 8, antara lain : 1. Dialog sinetron Para Pencari Tuhan Jilid 8, tidak semuanya memiliki makna,

Lebih terperinci

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DIVISI CORPCOM BINUS BUSINESS SCHOOL DALAM MEMBANGUN BRAND AWARENESS

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DIVISI CORPCOM BINUS BUSINESS SCHOOL DALAM MEMBANGUN BRAND AWARENESS STRATEGI PUBLIC RELATIONS DIVISI CORPCOM BINUS BUSINESS SCHOOL DALAM MEMBANGUN BRAND AWARENESS Fenny 1200968571 Abstrak TUJUAN PENELITIAN ini adalah untuk memaparkan tugas dan kegiatan public relations

Lebih terperinci

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI Jln. Prof. KH. Zainal Abidin Fikry KM 3,5 Palembang

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI Jln. Prof. KH. Zainal Abidin Fikry KM 3,5 Palembang UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI Jln. Prof. KH. Zainal Abidin Fikry KM 3,5 Palembang RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Kode Mata Kuliah : Kode : TIK 5182

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma menurut Nyoman Kutha Ratna (2011:21) adalah seperangkat keyakinan mendasar, pandangan dunia yang berfungsi untuk menuntun tindakantindakan manusia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini memiliki signifikasi berkaitan dengan kajian teks media atau berita, sehingga kecenderungannya lebih bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif. 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif. Dengan ini peneliti menempatkan diri sebagai pengamat dalam memaparkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa adalah pemilik peran penting dalam menyampaikan berbagai informasi pada masyarakat. Media komunikasi massa yaitu cetak (koran, majalah, tabloid), elektronik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN\ sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. 1. Penelitian deskriptif yang ditujukan untuk: 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN\ sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. 1. Penelitian deskriptif yang ditujukan untuk: 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN\ 1.1 Sifat Penelitian Penelitian ini menggunakan sifat penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif ini adalah jenis penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian baik yang mencakup objek penelitian, metode penelitian, dan hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian baik yang mencakup objek penelitian, metode penelitian, dan hasil BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Membahas mengenai pengertian tentang paradigma, yang dimaksud paradigma penelitian adalah dasar kepercayaan seseorang dalam melakukan penelitian baik

Lebih terperinci

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL oleh : Timbul Hari Kencana NPM. 10144300021 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang melibatkan rakyat dalam pengambilan keputusan. Rakyat dilibatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot. Untuk mempermudah penelitian, maka objek kajian tersebut akan ditelisik dan dianalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kita pasti masih ingat dengan fenomena kemenangan Joko Widodo (Jokowi)-Basuki (Ahok) dalam pemilihan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang berjalan selama 2 kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk atau gambar. Bentuk logo bisa berupa nama, angka, gambar ataupun

BAB I PENDAHULUAN. bentuk atau gambar. Bentuk logo bisa berupa nama, angka, gambar ataupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Logo merupakan bagian yang penting untuk menunjukan keberadaan sesuatu. Logo menjadi sebuah pengakuan, kebanggaan, inspirasi, kepercayaan, kehormatan, kesuksesan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui bagaimana nilai Humanisme dan Budaya pada film Okuribito. Dalam penelitian ini menggunakan deskriptif dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu Pendekatan ini diarahkan pada latar belakang dan individu tersebut secara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memakai paradigma dari salah satu penelitian kualitatif yaitu teori kritis (critical theory). Teori kritis memandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita sudah menjadi hal yang dapat dinikmati oleh masyarakat dengan berbagai macam bentuk media seperti media cetak dalam wujud koran dan berita gerak (media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan khidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan khidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia periklanan memang telah menjadi sejarah panjang dalam peradaban manusia. Sekarang ini periklanan semakin berkembang dengan pesat dan dinamis, berkembang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengertian metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengertian metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pengertian metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah cara atau menuju suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya sebagai identitas bangsa menjadi sebuah unsur penting yang dimiliki oleh setiap Negara. Tanpa adanya budaya, Negara tersebut dapat dikatakan tidak memiliki identitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan periklanan sangat lekat dalam kehidupan masyarakat terutama di kota kota besar. Dalam satu hari, masyarakat kota selalu berhadapan dengan iklan, dalam tampilan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap tanda-tanda pada diri Presiden Joko Widodo, dalam media sosial YouTube Vlog

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan informasi kepada publik secara serempak. Melalui media massa,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan informasi kepada publik secara serempak. Melalui media massa, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa memiliki peran strategis sebagai saluran yang menyampaikan informasi kepada publik secara serempak. Melalui media massa, kita dapat memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas bisa berbeda-beda, tergantung bagaimana konsepsi

BAB I PENDAHULUAN. realitas bisa berbeda-beda, tergantung bagaimana konsepsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesanpesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi. 1 Media massa

Lebih terperinci

1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Indonesia sebagai salah satu negara penganut demokrasi, sudah tentu melaksanakan pemilu sebagai perwujudan kedaulatanan rakyat. Seperti yang tertulis dalam Undang-undang

Lebih terperinci

87 DAFTAR PUSTAKA Agustiani, Hendrianti. Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya Dengan Konsep Diri Dan Penyesuaian Diri Pada Remaja, PT Refika Aditama, Bandung. 2006. Ardianto, Elvinaro dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini 73 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini bersifat desktiptif dalam ranah kualitatif. Deskriptif adalah sifat penelitian

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, disingkat BKKBN,

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, disingkat BKKBN, BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, disingkat BKKBN, adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen Indonesia yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan

Lebih terperinci

Komunikasi Politik

Komunikasi Politik Komunikasi Politik Definisi Steven H. Chaffee (1975) Political Communication...peran komunikasi dalam proses politik Brian McNair (1995) Introduction to Political Communication Setiap buku tentang komunikasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe atau jenis penelitian ini adalah penelitian interpretif dengan pendekatan kualitatif. Paradigma merupakan sebuah konstruksi manusia yaitu gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2014 lalu merupakan tahun yang cukup penting bagi perjalanan bangsa Indonesia. Pada tahun tersebut bertepatan dengan dilaksanakan pemilihan umum yang biasanya

Lebih terperinci

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

DUALISME KEPEMIMPINAN MUSYAWARAH NASIONAL PARTAI GOLONGAN KARYA DALAM PEMILIHAN KETUA UMUM PERIODE

DUALISME KEPEMIMPINAN MUSYAWARAH NASIONAL PARTAI GOLONGAN KARYA DALAM PEMILIHAN KETUA UMUM PERIODE DUALISME KEPEMIMPINAN MUSYAWARAH NASIONAL PARTAI GOLONGAN KARYA DALAM PEMILIHAN KETUA UMUM PERIODE 2014 2019 (Analisis Framing pada Media Online Viva.co.id dan Mediaindonesia.com Edisi November 2014 Desember

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum Teori umum membantu peneliti menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya. Teori adalah himpunan konsep, definisi, dan proposisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan metode pendekatan kualitatif, merupakan penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pemilihan langsung kepala daerah (Pilkada). Momen-momen politik. berjalannya proses politik di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dan pemilihan langsung kepala daerah (Pilkada). Momen-momen politik. berjalannya proses politik di Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia pada saat ini momen-momen politik begitu banyak terjadi dan melibatkan masyarakat secara luas seperti melalui pemilihan umum secara langsung anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian citra itu sendiri sangatlah abstrak (intangible), dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian citra itu sendiri sangatlah abstrak (intangible), dan tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pengertian citra itu sendiri sangatlah abstrak (intangible), dan tidak dapat diukur secara matematis tetapi hasilnya dapat dirasakan dari hasil penilaian baik atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. lagi pendekatan yang mencoba berebut nafas yaitu pendekatan Post

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. lagi pendekatan yang mencoba berebut nafas yaitu pendekatan Post BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Sebagai salah satu pendekatan yang baru, maka pendekatan konstruktivis (intepretatif) ini sebenarnya masih kurang besar gaungnya di bandingkan dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. produksi dan strukstur sosial. Pandangan kritis melihat masyarakat sebagai suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. produksi dan strukstur sosial. Pandangan kritis melihat masyarakat sebagai suatu 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Kritis Penelitian ini termasuk dalam kategori paradigma kritis. Paradigma ini mempunyai pandangan tertentu bagaimana media dan pada akhirnya informasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407).

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407). 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dahulu, peneliti-peneliti komunikasi massa telah menyadari betapa kuatnya peran media komunikasi dalam membentuk pikiran masyarakat. Media komunikasi memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. partai politik untuk mengajukan calon presiden dan calon wakil presiden.

BAB I PENDAHULUAN. partai politik untuk mengajukan calon presiden dan calon wakil presiden. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) 2004 merupakan pengalaman pertama bagi partai politik untuk mengajukan calon presiden dan calon wakil presiden. Ketentuan peralihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun ini merupakan tahun demokrasi bagi masyarakat Indonesia. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan bahwa tahun 2014 adalah tahun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Film merupakan media komunikasi yang efektif untuk menyampaikan pesan sosial maupun moral kepada khalayak dengan tujuan memberikan informasi, hiburan, dan ilmu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Penelitian mengenai Motif Penonton Remaja Surabaya dalam Menonton Sinetron Komedi Kelas Internasional Net, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa motif yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan pencitraan menjadi point penting dalam penunjang karir perpolitikan.

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan pencitraan menjadi point penting dalam penunjang karir perpolitikan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pencitraan dalam kehidupan sehari-hari merupakan hal penting dalam kehidupan bersosial. Melalui pencitraan, manusia memilih hal yang akan dilakukan dan juga

Lebih terperinci

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu media massa cetak dan media elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma penelitian Penelitian ini menggunakan metodelogi kualitatif, paradigma yang penulis pilih ialah teori kritis. Penelitian kualitatif merupakan suatu strategy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era yang semakin dikuasai oleh teknologi dan informasi seperti saat ini, menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Di era yang semakin dikuasai oleh teknologi dan informasi seperti saat ini, menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era yang semakin dikuasai oleh teknologi dan informasi seperti saat ini, menuntut manusia untuk selalu mengetahui dan mengikuti perkembangan berbagai informasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kelompok maupun suatu kelompok dengan kelompok lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kelompok maupun suatu kelompok dengan kelompok lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial, dimana satu sama lain saling menumbuhkan yang didalamnya akan terbentuk dan terjalin suatu interaksi atau hubungan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma yang digunakan di dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis ialah paradigma yang hampir merupakan antitesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dukungan teknik-teknik marketing, dalam pasar politik pun diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dukungan teknik-teknik marketing, dalam pasar politik pun diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia politik adalah suatu pasar, dalam pasar itu terjadi pertukaran informasi dan pengetahuan. Dan seperti halnya pertukaran dalam dunia bisnis yang perlu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengungkapkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Pendekatan kualitatif ini

Lebih terperinci

SKRIPSI. PEMAHAMAN PERAN PRODUSER FILM INDIE DALAM MANAJEMEN PRODUKSI (Studi Pada Produser Film Indie Rena Asih dan Lost After Lovv )

SKRIPSI. PEMAHAMAN PERAN PRODUSER FILM INDIE DALAM MANAJEMEN PRODUKSI (Studi Pada Produser Film Indie Rena Asih dan Lost After Lovv ) SKRIPSI PEMAHAMAN PERAN PRODUSER FILM INDIE DALAM MANAJEMEN PRODUKSI (Studi Pada Produser Film Indie Rena Asih dan Lost After Lovv ) Disusun Oleh : Afrianto (09220138) Dosen Pembimbing : 1. Nurudin M.Si

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan global yang begitu cepat terjadi di masa sekarang disebabkan oleh bertambah tingginya tingkat pendidikan masyarakat, tingkat pendapatan, arus informasi serta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

Lebih terperinci

dalam arti penelitian merupakan saran untuk pengembangan ilmu ilmu yang mempelajari metode-metode penelitian 49. Metodologi berasal

dalam arti penelitian merupakan saran untuk pengembangan ilmu ilmu yang mempelajari metode-metode penelitian 49. Metodologi berasal 63 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian merupakan kegiatan pengembangan wawasan keilmuan, dalam arti penelitian merupakan saran untuk pengembangan ilmu pengetahuan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat yang semakin maju dan berkembang, informasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat yang semakin maju dan berkembang, informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat yang semakin maju dan berkembang, informasi menjadi sangat penting. Setiap orang, badan, dan organisasi berhak untuk memperoleh informasi untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan akan informasi dan hiburan. Saat ini begitu banyak media massa yang ada di tengah-tengah masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era keterbukaan dan demokrasi sekarang ini dalam pemilihan umum

BAB I PENDAHULUAN. Pada era keterbukaan dan demokrasi sekarang ini dalam pemilihan umum 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era keterbukaan dan demokrasi sekarang ini dalam pemilihan umum presiden 2014 semakin ketat dan sangat bersaing tidak hanya dibutuhkan kemampuan dari kandidat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Darma, (2009: 91) mengatakan, bahasa politik adalah bahasa yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Darma, (2009: 91) mengatakan, bahasa politik adalah bahasa yang digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sehari-hari tidak pernah lepas dari bahasa, karena bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi satu

Lebih terperinci

TANGGAPAN MASYARAKAT KOTA BATU TERHADAP TELEVISI LOKAL PEMERINTAH (Studi Deskriptif tentang Tanggapan Masyarakat terhadap ATV Kota Batu)

TANGGAPAN MASYARAKAT KOTA BATU TERHADAP TELEVISI LOKAL PEMERINTAH (Studi Deskriptif tentang Tanggapan Masyarakat terhadap ATV Kota Batu) TANGGAPAN MASYARAKAT KOTA BATU TERHADAP TELEVISI LOKAL PEMERINTAH (Studi Deskriptif tentang Tanggapan Masyarakat terhadap ATV Kota Batu) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Sejak manusia mulai mengenal sistem perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Sejak manusia mulai mengenal sistem perdagangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan periklanan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak manusia mulai mengenal sistem perdagangan yang paling awal yakni barter, iklan

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN IKLAN

BAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN IKLAN 1 ABSTRAK Perkembangan dunia komunikasi dan media massa adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Melalui media massa saat ini, masyarakat dapat memperoleh informasi yang tidak terbatas. Tidaklah heran

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 98 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa dari 4 macam motif masyarakat Surabaya dalam mendengarkan program radio

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS TANJUNGPURA SIKAP

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS TANJUNGPURA SIKAP PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS TANJUNGPURA SIKAP a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius; b. Menjunjung tinggi nilai

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. sekali, dan pada tahun 2014 ini merupakan tahun Pemilu di Indonesia yang

BAB IV PENUTUP. sekali, dan pada tahun 2014 ini merupakan tahun Pemilu di Indonesia yang BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Pemilihan Umum Presiden di Indonesia dilaksanakan setiap lima tahun sekali, dan pada tahun 2014 ini merupakan tahun Pemilu di Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 9 Juli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wacana kritis oleh kalangan ahli komunikasi. Untuk itu,diperlukan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. wacana kritis oleh kalangan ahli komunikasi. Untuk itu,diperlukan pengembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analisis mengenai wacana kritis relatif masih sedikit dilakukan oleh kalangan ahli bahasa. Hal ini bertolak belakang dengan banyaknya penelitian wacana kritis oleh kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produsen harus pintar dan jeli dalam memasarkan produk yang dijualnya kepada

BAB I PENDAHULUAN. produsen harus pintar dan jeli dalam memasarkan produk yang dijualnya kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Persaingan pasar yang ketat pada era globalisasi saat ini membuat para produsen harus pintar dan jeli dalam memasarkan produk yang dijualnya kepada konsumen.

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab ini disarikan kesimpulan penelitian Analisis Wacana Kritis

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab ini disarikan kesimpulan penelitian Analisis Wacana Kritis BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dalam bab ini disarikan kesimpulan penelitian Analisis Wacana Kritis Iklan Kampanye Partai Politik Pemilu 2009. Secara tekstual, penggunaan kosakata, gaya bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan simbol-simbol, kode-kode dalam pesan dilakukan pemilihan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan simbol-simbol, kode-kode dalam pesan dilakukan pemilihan sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi dikatakan berhasil disaat transmisi pesan oleh pembuat pesan mampu merengkuh para pemakna pesan untuk berpola tingkah dan berpikir seperti si pemberi

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pandangan konstruktivis memelihat realitas sebagai hasil konstruksi

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pandangan konstruktivis memelihat realitas sebagai hasil konstruksi BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. ParadigmaKonstruktivis Pandangan konstruktivis memelihat realitas sebagai hasil konstruksi manusia atas realitas. Konstruktivisme melihat bagaimana setiap orang pada

Lebih terperinci

Kekalahan Koalisi Partai Politik Besar Dalam Iklan Rokok Surya Pro Mild

Kekalahan Koalisi Partai Politik Besar Dalam Iklan Rokok Surya Pro Mild 1 Kekalahan Koalisi Partai Politik Besar Dalam Iklan Rokok Surya Pro Mild (Analisis Semiotika Iklan Televisi Surya Pro Mild Versi Robot Sebagai Representasi Kekalahan Koalisi Partai Politik Besar dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Berdasarkan data penelitian yang telah dilakukan peneliti tentang tingkat pengetahuan penonton di Surabaya mengenai Program acara MTMA di Trans TV, maka didapatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kandidat presiden juga memanfaatkan media online termasuk di dalamnya

BAB 1 PENDAHULUAN. kandidat presiden juga memanfaatkan media online termasuk di dalamnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi media baru (new media) menghasilkan perubahan besar dalam pengalaman politik masyarakat. Media baru yang dirancang untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wakil presiden dipilih oleh MPR dan anggota-anggotanya dipilih melalui

BAB I PENDAHULUAN. wakil presiden dipilih oleh MPR dan anggota-anggotanya dipilih melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemilu yang bersifat demokratis di Indonesia terwujud untuk pertama kalinya pada tahun 1999. Di mana rakyat dapat memilih sendiri wakil-wakil lembaga pemerintahan

Lebih terperinci

AKTIVITAS HUMAS PADA ORGANISASI PEMERINTAHAN. (Studi pada Humas Sekretariat DPRD Kota Batu Jawa Timur)

AKTIVITAS HUMAS PADA ORGANISASI PEMERINTAHAN. (Studi pada Humas Sekretariat DPRD Kota Batu Jawa Timur) AKTIVITAS HUMAS PADA ORGANISASI PEMERINTAHAN (Studi pada Humas Sekretariat DPRD Kota Batu Jawa Timur) SKRIPSI Diajukan Kepada Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Persyaratan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma menurut Mustopadidjaja adalah teori dasar atau cara pandang yang fundamental, dilandasi nilai-nilai tertentu, dan berisikan teori pokok,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. mencari pemaknaan denotatif dan konotatif foto-foto jurnalistik bencana alam tanah

BAB V PENUTUP. mencari pemaknaan denotatif dan konotatif foto-foto jurnalistik bencana alam tanah BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah menganalisis dan menginterprestasikan fotojurnalistik, dengan mencari pemaknaan denotatif dan konotatif foto-foto jurnalistik bencana alam tanah longsor di Banjarnegara

Lebih terperinci