PICTURE WORD INDUCTIVE MODEL (PWIM) DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN DI SEKOLAH DASAR. Anggi Citra Apriliana*

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PICTURE WORD INDUCTIVE MODEL (PWIM) DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN DI SEKOLAH DASAR. Anggi Citra Apriliana*"

Transkripsi

1 PICTURE WORD INDUCTIVE MODEL (PWIM) DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN DI SEKOLAH DASAR Anggi Citra Apriliana* ABSTRAK Pembelajaran membaca dan menulis di SD dilaksanakan sesuai dengan tingkatan kelas awal dan kelas tinggi. Pembelajaran menulis di kelas awal tidak dapat dipisahkan dengan keterampilan membaca permulaan walaupun antara keterampilan membaca dan menulis merupakan dua keteampilan yang berbeda. Menulis merupakan keterampilan produktif sedangkan membaca merupakan keterampilan reseptif, oleh sebab itu pembelajaran membaca dan menulis di kelas awal dikenal dengan istilah MMP (membaca dan menulis permulaan) sedangkan di kelas tinggi disebut dengan istilah pembelajaran membaca dan menulis lanjut. Pembelajaran membaca dan menulis permulaan sangat penting karena sebagai dasar bagi pembelajaran membaca dan menulis pada tingkatan yang lebih tinggi di Sekolah Dasar. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran membaca dan menulis di sekolah dasar yaitu Picture Word InductiveModel (PWIM). Picture Word Inductive Model merupakan suatu model yang dikembangkan oleh Emily. F. Calhoun pada tahun Model ini memanfaatkan kemampuan siswa untuk berpikir secara induktif. Hal ini memungkinkan siswa untuk membangun generalisasi. Dalam model ini siswa disajikan gambar-gambar dan pemandangan familiar bagi mereka. Selanjutnya, mereka dapat menghubungkan kata-kata dan gambar itu dengan cara mengidentifikasi objek, dengan demikian siswa dapat mengembangkan kosakata mereka sehingga dapat meningkatkan keterampilan membaca dan menulis. Kata Kunci : Membaca Permulaan, Menulis Permulaan, Picture Word Inductive Model PENDAHULUAN Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki empat ruang lingkup keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keterampilan tersebut dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu keterampilan yang bersifat menerima (receptif) meliputi keterampilan menyimak dan membaca, serta keterampilan yang bersifat menghasilkan (productive) meliputi keterampilan berbicara dan menulis. Keterampilan membaca sebagai salah satu dari empat keterampilan berbahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan membaca kita dapat mengetahui segala hal. Banyak wawasan dan ilmu kita dapat 1

2 dari membaca. Pada semua jenjang pendidikan membaca merupakan skala prioritas yang harus dikuasai siswa. Dengan membaca siswa akan memperoleh berbagai informasi yang sebelumnya belum pernah didapatkan. Semakin banyak membaca semakin banyak pula informasi yang diperoleh. Membaca tidak hanya berperan dalam menguasai bidang studi yang dipelajarinya. Namun demikian, membaca juga berperan dalam mengetahui berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang. Menurut pandangan whole language keterampilan berbahasa diajarkan secara terpadu. Dalam hal ini bahwa keterampilan membaca tidak diajarkan secara mandiri tetapi merupakan suatu kesatuan dengan keterampilan berbahasa yang lainnya. Keterampilan membaca memiliki hubungan yang sangat erat dengan keterampilan menulis. Membaca dan menulis merupakan keterampilan yang saling melengkapi. Membaca dan menulis merupakan keterampilan berbahasa tulis. Seseorang yang memiliki kemampuan membaca yang baik akan memiliki kemampuan menulis yang baik pula. Seseorang yang ingin terampil dalam menulis maka ia harus memiliki wawasan terlebih dahulu melalui kegiatan membaca. Seperti halnya membaca, menulis mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan menulis, seseorang dapat menuangkan aspirasi, ide dan gagasan untuk mencapai maksud dan tujuannya yang dapat disajikan dalam berbagai bentuk tulisan serta dapat bermanfaat bagi diri sendiri maupun bagi pembaca. Sebagaimana kita ketahui bahwa menulis bukan merupakan sesuatu yang mudah. Keterampilan menulis hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan latihan.jadi, keterampilan menulis itu mengalami proses pertumbuhan melalui latihan. Untuk memperoleh keterampilan menulis tidak cukup dengan mempelajari tata bahasadan mempelajari pengetahuan tentang teori menulis, melainkan tumbuh melalui proses pelatihan. Menulis dapat meningkatkan kreativitas dan potensi seseorang untuk dikembangkan lebih lanjut. Tulisan dapat membangun peradaban. Jadi peradaban yang modern merupakan peradaban yang menjunjung tinggi budaya berpikir dan menulis. Kiranya tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa keterampilan menulis merupakan ciri orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Sayangnya kita jauh dari realita itu. Masyarakat Indonesia kurang memiliki kesadaran pentingnya menulis. Sebagian besar menganggap bahwa menulis merupakan kegiatan yang siasia dan tidak memiliki manfaat yang besar. Dapat dikatakan bahwa menulis belum menjadi budaya masyarakat Indonesia. Tidak hanya dalam keterampilan menulis, masyarakat Indonesia memiliki budaya baca yang rendah pula. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Galuh, Ben. S ( bahwa: Berdasarkan Bank Dunia Nomor IND, dan studi IEA (International 2

3 Association for the Evaluation of Education Achievement) di asia Timur, tingkat terendah membaca dipegang oleh Negara Indonesia dengan skor 51.7, di bawah Filipina skor (52.6), Thailand (skor 65,1), Singapura (skor 74.0), dan Hongkong (skor 75.5). Bukan itu saja, kemampuan orang Indonesia dalam menguasai bahan bacaan juga rendah, hanya 30 persen. Data lain juga menyebutkan (UNDP) dalam human Report 2000, bahwa angka melek huruf orang dewasa Indonesia hanya 65.5 persen, sedangkan Malaysia sudah mencapai 86.4 persen, dan Negara-negara maju seperti Jepang, Inggris, Jerman, Amerika Serikat umumnya sudah mencapai 99.0 persen. Selain itu, suatu hasil penelitian studi perbandingan tentang kemampuan memperoleh serta memahami informasi dari bacaan terungkap dalam Progress in International Reading Literacy Study(PIRLS). Dalam laporan itu diketahui pada tahun 2011 siswa kelas IV SD dari 45 Negara, ternyata Indonesia menduduki urutan ke 42 dengan skor (428). Skor ini di bawah Colombia (448), Uni Emirat Arab (439), dan Arab Saudi (430). Sedangkan negara yang memiliki skor tinggi dipegang oleh Hongkong (571), Rusia (568), Finlandia (568), Singapura (567). Rendahnya kemampuan membaca dan memahami isi bacaan ini disebabkan antara lain oleh kurangnya minat baca siswa. Sehubungan dengan hal tersebut, Hartawan (2013) menyatakan bahwa minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah. Hal tersebut dipertegas oleh menteri koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat H.R Agung Laksono (2012), menyatakan bahwa persentase minat baca masyarakat Indonesia hanya sebesar 0.01 persen. Artinya dalam orang hanya 1 orang saja yang memiliki minat baca. Melihat fenomena tersebut sungguh sangat memprihatinkan. Pada dasarnya keterampilan membaca dan menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa SD karena keterampilan ini secara langsung sangat berkaitan dengan proses belajar mengajar di Sekolah Dasar. Keterampilan ini merupakan dasar bagi seseorang untuk dapat melakukan komunikasi secara tertulis. Kemampuan membaca dan menulis harus dipupuk sejak dini. Tanpa memiliki kemampuan membaca dan menulis yang memadai sejak dini, anak akan mengalami kesulitan belajar pada masa selanjutnya. Oleh karena itu, pembelajaran membaca dan menulis sangat penting diajarkan di sekolah dasar agar anak-anak dapat terlibat kegiatan baca tulis. Pembelajaran membaca dan menulis pada siswa kelas rendah dikenal dengan istilah MMP (Membaca dan Menulis Permulaan). Pembelajaran tersebut merupakan kemampuan dasar yang dapat menentukan murid Sekolah Dasar dalam membaca dan menulis lanjut pada kelas berikutnya. Dalam proses pembelajaran, siswa mempelajari keterampilan membaca dan menulis secara terpadu. Mengajar membaca dan menulis pada siswa kelas rendah tidak mudah. Hal ini sejalan dengan pendapat Wrigth (Sukartingsih, 2004:52) bahwa mengajar anak untuk dapat membaca 3

4 dan menulis merupakan kegiatan yang sulit dilakukan. Apalagi siswa kelas rendah yang berada dalam usia bermain, sangat sulit menghadapkan mereka pada pembelajaran yang serius, oleh sebab itu menuntut guru untuk menyajikan pembelajaran MMP yang menyenangkan bagi siswa. Kenyataan di lapangan, secara umum penguasaan keterampilan membaca dan menulis permulaan siswa SD masih rendah dan belum maksimal. Siswa beranggapan bahwa menulis dirasakan sebagai suatu beban yang berat. Siswa memiliki rasa bosan dan tidak bergairah dalam pembelajaran membaca dan menulis. Dengan permasalahan tersebut, maka guru harus mengambil tindakan, yakni dengan mencari dan menggunakan suatu pendekatan atau model pembelajaran yang efektif, inovatif, dan berpotensi memperbaiki pembelajaran membaca dan menulis supaya meningkatkan gairah siswa terhadap pembelajaran tersebutsehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian guru harus merancang suatu bentuk pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dalam memecahkan masalah tersebut. Salah satu model yang dapat diterapkan dalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan yaitu Picture Word Inductive Model (PWIM). Picture Word Inductive Model merupakan suatu model yang dikembangkan oleh Emily. F. Calhoun pada tahun Model ini memanfaatkan kemampuan siswa untuk berpikir secara induktif. Hal ini memungkinkan siswa untuk membangun generalisasi. Dalam model ini siswa disajikan gambargambar dan pemandangan familiar bagi mereka. Selanjutnya, mereka dapat menghubungkan kata-kata dan gambar itu dengan cara mengidentifikasi objek, dengan demikian siswa dapat mengembangkan kosakata mereka sehingga dapat meningkatkan keterampilan membaca dan menulis. Gambar visual dalam picture word inductive model dapat mendorong untuk menggali pengetahuan awal siswa sehingga dapat membantu mereka dalam menulis kata dan kalimat serta paragraf. Gambar sangat menarik sebagai rangsangan dalam pembelajaran menulis pada siswa sekolah dasar pada tahap awal. Gambar tersebut sangat membantu siswa dalam mengekspresikan gagasannya serta memproduksi bahasa (kata atau kalimat) yang akan diungkapkan melalui tulisan. Dalam kemampuan berpikir, bernalar, dan berbahasa, anak usia sekolah dasar tahap awal memerlukan simbol-simbol atau gambar yang dapat membantu meningkatkan keterampilan literasi siswa. HAKIKAT KETERAMPILAN MEM-BACA DAN MENULIS PERMULAAN DI SEKOLAH DASAR Pembelajaran membaca dan menulis di SD dilaksanakan sesuai dengan tingkatan kelas awal dan kelas tinggi. Pembelajaran menulis di kelas awal tidak dapat dipisahkan dengan keterampilan membaca permulaan walaupun antara keterampilan 4

5 membaca dan menulis merupakan dua keteampilan yang berbeda. Menulis merupakan keterampilan produktif sedangkan membaca merupakan keterampilan reseptif, oleh sebab itu pembelajaran membaca dan menulis di kelas awal dikenal dengan istilah MMP (membaca dan menulis permulaan) sedangkan di kelas tinggi disebut dengan istilah pembelajaran membaca dan menulis lanjut. Pembelajaran membaca dan menulis permulaan sangat penting karena sebagai dasar bagi pembelajaran membaca dan menulis pada tingkatan yang lebih tinggi di Sekolah Dasar. Proses belajar mengajar di sekolah dasar tentunya memiliki tujuan yang jelas. Demikian halnya dengan membaca dan menulis permulaan memiliki tujuan meliputi : 1). Memupuk dan mengembangkan kemampuan siswa untuk memahami dan melaksanakan cara membaca dan menulis dengan baik dan benar. 2). Melatih mengembangkan kemampuan siswa untuk mengenal dan menulis huruf-huruf (abjad) sebagai tanda bunyi atau suara. 3). Melatih dan mengembangkan kemampuan siswa agar terampil mengubah tulisan menjadi suara dan terampil menulis bunyi atau suara yang didengar. 4). Mengenal dan melatih siswa mempu membaca dan menulis sesuai dengan teknik-teknik tertentu. 5). Melatih keterampilan siswa untuk dapat memahami kata-kata yang dibaca atau ditulis dan mengingat artinya dengan baik. 6). Melatih keterampilan siswa untuk dapat menetapkan arti tertentu dari sebuah kata dalam konteks kalimat (Darmawati, 2010: 47). Membaca permulaan merupakan suatu proses keterampilan dan proses kognitif. Proses keterampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambanglambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau kalimat (Abidin, 2010: 116). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa membaca permulaan merupakan proses membaca dasar pada siswa kelas awal yang menekankan pada proses mengenalkan huruf dan lambang-lambang tulisan kemudian menyuarakannya sehingga dapat menerjemahkan ke dalam kata-kata yang bermakna. Sejalan dengan ketrampilan membaca, keterampilan menulis di Sekolah Dasar dibedakan menjadi keterampilan menulis permulaan dan keterampilan menulis lanjut. Kegiatan menulis permulaan ditekankan pada kegiatan menulis dengan menjiplak, menebalkan, mencontoh, melengkapi, menyalin, dikte, dan melengkapi kalimat rumpang serta melengkapi cerita. Sedangkan pada keterampilan menulis lanjut diarahkan pada menulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk percakapan, petunjuk, dan cerita. 5

6 Keterampilan menulis permulaan merupakan keterampilan yang harus dikuasai siswa Sekolah Dasar sejak dini, karena keterampilan menulis permulaan merupakan keterampilan yang sangat mendasar bagi siswa Sekolah Dasar. Menulis permulaan merupakan keterampilan menulis yang diajarkan pada siswa kelas rendah, yakni kelas I, II, dan III Sekolah Dasar sebagai pembelajaran menulis pada tingkat dasar serta digabungkan dengan pembelajaran membaca yang lazim disebut MMP (Membaca Menulis Permulaan). Pada dasarnya siswa SD memiliki potensi yang sama untuk menulis, tetapi tidak setiap siswa memiliki keterampilan menulis yang sama. Pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh siswa pada pembelajaran menulis permulaan akan menjadi dasar dalam peningkatan dan pengembangan kemampuan siswa pada jenjang selanjutnya. Apabila pembelajaran menulis permulaan yang dikatakan sebagai acuan dasar tersebut baik dan kuat, maka diharapkan hasil pengembangan keterampilan menulis sampai tingkat selanjutnya akan menjadi baik pula. Sedangkan pembelajaran menulis di kelas, IV, V, VI lazim disebut pembelajaran menulis lanjut. PENGERTIAN PICTURE WORD INDUCTIVE MODEL Calhoun (2005:21) menyatakan bahwa Picture Word Inductive Model merupakan sebuah penyelidikan berorientasi pada strategi seni bahasa yang menggunakan gambar familiar untuk menggali kata-kata berdasarkan keterampilan mendengarkan dan berbicara siswa. Dalam PWIM guru menggunakan gambar familiar bagi siswa untuk menggali kata-kata yang berasal dari gambar tersebut sehingga siswa dapat membaca dan menulis berdasarkan kosakata dari gambar yang kemudian dari kosakata tersebut siswa dapat membuat sebuah kalimat dan paragraf. PWIM mendorong siswa untuk menggali pengetahuan awal mereka melalui gambar visual. Gambar tersebut digunakan untuk meningkatkan keterampilan literasi siswa. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan Adams, et.al (Calhoun: 2005) bahwa Konsep menggunakan gambar sebagai stimulus untuk kegiatan pengalaman bahasa di dalam kelas dikembangkan khusus untuk mengajar siswa muda untuk membaca dan menulis. PWIM menjadi cara yang bagus bagi guru untuk memperkenalkan kosakata baru dan membuka jalan untuk mempelajari topik baru serta dapat menjadi model yang sangat kreatif dan fleksibel untuk semua kelas dan semua tingkatan. PWIM dapat diaplikasikan di berbagai mata pelajaran dan di berbagai tingkatan seperti mengembangkan literasi, ilmu sosial, sastra, geografi, bahasa inggris, seni, dan sebagainya. PWIM memberikan peluang kepada siswa untuk menghasilkan informasi, mengatur informasi, dan mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain. Dengan menggunakan model PWIM siswa dapat menulis cerita kreatif deskriptif, dan dapat mengidentifikasi kosakata berdasarkan gambar yang tertera. Diakui bahwa pengembangan kosakata merupakan 6

7 saluran penting untuk peningkatan keterampilan baca tulis (Ehri, et.al dalam Joyce,et.al, 2009:153). Dengan demikian PWIM merupakan salah satu model pengajaran yang berurusan dengan upaya pengembangan ini, yang meliputi bagaimana menyimpan katakata dan bagaimana memindahkan kata-kata tersebut ke dalam memori jangka panjang. (Joyce, et.al, 2009:153). Calhoun (2005) menyatakan bahwa: Guru dapat mengaplikasikan model ini secara klasikal, berkelompok, dan secara individual untuk mengarahkan siswa bertanya dan menggali kosakata berdasarkan gambar sehingga mereka dapat membaca dan menuliskannya. Siswa dapat menemukan prinsip fonetik dan struktural serta dapat menggunakan observasi dan analisis dalam pembelajaran membaca, menulis, dan mengarang. Selain itu, Calhoun (2005:21) juga berpendapat bahwa PWIM dapat digunakan untuk mengajarkan phonik baik secara induktif maupun secara eksplisit. Model ini memungkinkan siswa untuk membangun generalisasi yang membentuk dasar penulisan struktur dan analisis fonetik serta dapat menghargai kemampuan siswa dalam berpikir. PWIM dapat menumbuhkan kepercayaan diri pada siswa, membuat siswa mandiri, menanamkan kecintaan siswa membaca dan menulis, serta dapat menumbuhkan siswa berpikir secara induktif. Dengan demikian prinsip utama model ini adalah bahwa siswa memiliki kemampuan untuk membuat generalisasi yang dapat membantu mereka untuk menguasai konvensi bahasa. Dengan demikianmodel ini dirancang untuk menjadi komponen besar kurikulum seni berbahasa, utamanya untuk para pembaca pemula di tingkatan dasar dan di tingkatan yang lebih tinggi. PWIM merupakan suatu model memproses informasi karena fokus pedagogiknya seputar penyusunan pelajaran-pelajaran sehingga siswa dapat meneliti bahasa, bentuk dan penggunaannya, seperti bagaimana tentang huruf, kata, frasa, kalimat, atau teks yang lebih panjang bekerja untuk mendukung komunikasi. Model ini lebih berkaitan dengan perkembangan berbahasa siswa, bagaimana mereka mampu memanfaatkan kata-kata yang telah dipelajari dan bagaimana membuat hubungan-hubungan antara kata-kata itu dengan objek-objek yang ada disekelilingnya. LANGKAH-LANGKAH PICTURE WORD INDUCTIVE MODEL Menurut Joyce et.al (2009: 165) terdapat beberapa langkah dalam pembelajaran Picture Word Inductive Model diantaranya sebagai berikut: 1). pilihlah sebuah gambar, 2). mintalah siswa mengidentifikasi apa yang mereka lihat dalam gambar tersebut, 3). tandai bagian-bagian gambar yang telah diidentifikasi tadi. (Guru menggambar sebuah garis yang merentang dari objek gambar ke kata, mengucapkan kata itu, dan mengejanya serta menunjuk setiap huruf dengan jarinya, mengucapkan kata itu sekali lagi, dan kemudian meminta siswa mengeja kata tersebut bersama-sama), 7

8 4). membaca/mereview bagan kata bergambar, 5). meminta siswa mengklasifikasi kata-kata ke berbagai jenis kelompok. Mengidentifikasi konsep-konsep umum dalam kata-kata tersebut untuk menekankan kelas/golongan kata tertentu secara umum, 6). menyuruh siswa berpikir tentang judul untuk bagan kata bergambat itu. (Guru membimbing siswa untuk berpikir tentang petunjuk dan informasi dalam bagan mereka dan tentang opini mereka terhadap informasi ini), 7). menyuruh siswa menyusun sebuah kalimat atau sebuah paragraf secara langsung yang berhubungan dengan bagan kata bergambar tadi, 8). membaca/mereview kalimatkalimat atau paragraf-paragraf. Joyce, et.al (2009: 152) berpendapat bahwa hubungan antara benda-benda dan tindakan-tindakan dalam gambar dengan bahasa siswa memungkinkan mereka melakukan peralihan secara alamiah dari bahasa tutur (yang didengar dan diucapkan) menuju bahasa tulis (dibaca dan ditulis). Dengan demikian prinsip penting dari model ini adalah membangun perkembangan kosakata dan bentuk-bentuk sintaksis siswa serta memfasilitasi peralihan dari tutur menjadi tulisan. Prinsip terpenting dalam model ini yaitu bahwa membaca dan menulis secara alamiah berhubungan satu sama lain dan dapat dipelajari secara simultan, yang pada akhirnya juga dapat digunakan secara bersamaan untuk mempercepat pertumbuhan siswa dalam penggunaan bahasa dengan mahir dan terampil. DAMPAK INSTRUKSIONAL DAN PENGIRING PICTURE WORD INDUCTIVE MODEL Menurut Joyce et.al (2009: 167) terdapat beberapa dampak instruksional dan pengiring dalam Picture Word Inductive Model diantaranya yaitu: 1). Belajar bagaimana membangun kosakata mereka, 2). Belajar bagaimana meneliti struktur kata dan kalimat, 3). Menghasilkan tulisan (judul, kalimat, dan paragraf), 4). Menghasilkan pemahaman tentang hubungan membaca/menulis, 5). Mengembangkan keterampilan dalam analisis fonetik dan struktural, 6). Mengembangkan minat dan kemampuan untuk berekspresi dengan cara menulis, 7). Meningkatkan gairah membaca teks-teks non fiksi, 8). Mengembangkan keterampilan meningkatkan bekerja sama dalam belajar bersama orang lain dalam ranah membaca/menulis. PICTURE WORD INDUCTIVE MODEL DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN PADA SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR Dalam PWIM guru menggunakan gambar familiar bagi siswa untuk menggali kata-kata yang berasal dari gambar tersebut sehingga siswa dapat membaca dan menulis berdasarkan kosakata dari gambar yang kemudian dari kosakata tersebut siswa dapat 8

9 membuat sebuah kalimat dan paragraf. PWIM mendorong siswa untuk menggali pengetahuan awal mereka melalui gambar visual. Gambar tersebut digunakan untuk meningkatkan keterampilan literasi siswa. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Adams, et.al (Calhoun: 2005) bahwa Konsep menggunakan gambar sebagai stimulus untuk kegiatan pengalaman bahasa di dalam kelas dikembangkan khusus untuk mengajar siswa muda untuk membaca dan menulis. Langkah-langkah penerapanpwimdalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan pada siswa kelas II sekolah dasar dapat dilihat dari contoh di bawah ini: 1). Guru memilih sebuah gambar dengan tema binatang. Gambar yang Telah Diidentifikasi oleh Siswa 3). Guru menggambar sebuah garis yang merentang dari objek gambar ke kata, mengucapkan kata itu, dan mengejanya serta menunjuk setiap huruf dengan jarinya, mengucapkan kata itu sekali lagi, dan kemudian meminta siswa mengeja kata tersebut. Gambar 2.3 Guru membimbing Siswa Mengeja Kata 4). Siswa dibimbing guru membaca/mereview bagan kata bergambar. Gambar 2.1 Binatang Ternak 2). Siswa dibimbing oleh guru untuk mengidentifikasi apa yang mereka lihat dalam gambar tersebut. Gambar 2.2 Gambar 2.4 Guru Membimbing Siswa Membaca Bagan Kata Bergambar 5). Siswa dibimbing oleh guru mengklasifikasi kata-kata ke berbagai jenis kelompok. Misalnya kata sapi merupakan benda hidup, kata pagar merupakan benda mati, dan sebagainya. 6). Siswa dibimbing guru menyusun sebuah kalimat atau sebuah paragraf 9

10 secara langsung yang berhubungan dengan bagan kata bergambar tadi. 7). Siswa dibimbing oleh guru untuk membaca kalimat yang telah dibuat berdasarkan bagan kata bergambar secara bersama-sama. 8). Siswa dibimbing guru membuat judul yang sesuai dengan bagan kata bergambar tersebut. 9). Siswa membuat karangan sederhana dengan mendeskripsikan bagan kata bergambar menggunakan huruf tegak bersambung. Pada saat siswa membuat karangan, guru berkeliling kelas untuk memberikan bantuan dan bimbingan terhadap siswa yang mengalami kesulitan. Gambar yang digunakan oleh guru harus disesuaikan dengan tema yang terdapat pada kurikulum tematik siswa kelas II sekolah dasar. Gambar digunakan sebagai media dalam Picture Word Inductive Model untuk merangsang siswa mengekspresikan gagasan serta memproduksi bahasa (kata atau kalimat) yang akan diungkapkan melalui tulisan. Sejalan dengan hal tersebut, Joyce, et.al (2009: 152) berpendapat bahwa: Hubungan antara benda-benda dan tindakan-tindakan dalam gambar dengan bahasa siswa memungkinkan mereka melakukan peralihan secara alamiah dari bahasa tutur (yang didengar dan diucapkan) menuju bahasa tulis (dibaca dan ditulis). Dengan demikian prinsip penting dari model ini adalah membangun perkembangan kosakata dan bentukbentuk sintaksis siswa serta memfasilitasi peralihan dari tutur menjadi tulisan.prinsip terpenting dalam model ini yaitu bahwa membaca dan menulis secara alamiah berhubungan satu sama lain dan dapat dipelajari secara simultan, yang pada akhirnya juga dapat digunakan secara bersamaan untuk mempercepat pertumbuhan siswa dalam penggunaan bahasa dengan mahir dan terampil. KESIMPULAN Kemampuan membaca dan menulis harus dipupuk sejak dini. Tanpa memiliki kemampuan membaca dan menulis yang memadai sejak dini, anak akan mengalami kesulitan belajar pada masa selanjutnya. Oleh karena itu, pembelajaran membaca dan menulis sangat penting diajarkan di sekolah dasar agar anak-anak dapat terlibat kegiatan baca tulis. Pembelajaran membaca dan menulis pada siswa kelas rendah dikenal dengan istilah MMP (Membaca dan Menulis Permulaan). Pembelajaran tersebut merupakan kemampuan dasar yang dapat menentukan murid Sekolah Dasar dalam membaca dan menulis lanjut pada kelas berikutnya. Salah satu model yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan yaitu Picture Word Inductive Model (PWIM). Picture Word Inductive Model merupakan suatu model yang dikembangkan oleh Emily. F. Calhoun pada tahun Model ini memanfaatkan kemampuan siswa untuk berpikir secara induktif. Hal ini memungkinkan siswa untuk membangun generalisasi. Dalam model ini siswa disajikan gambargambar dan pemandangan familiar bagi mereka. Selanjutnya, mereka 10

11 dapat menghubungkan kata-kata dan gambar itu dengan cara mengidentifikasi objek, dengan demikian siswa dapat mengembangkan kosakata mereka sehingga dapat meningkatkan keterampilan membaca dan menulis. Picture Word Inductive Model merupakan suatu model yang dikembangkan oleh Emily. F. Calhoun pada tahun Model ini memanfaatkan kemampuan siswa untuk berpikir secara induktif. Hal ini memungkinkan siswa untuk membangun generalisasi. Dalam model ini siswa disajikan gambargambar dan pemandangan familiar bagi mereka. Selanjutnya, mereka dapat menghubungkan kata-kata dan gambar itu dengan cara mengidentifikasi objek, dengan demikian siswa dapat mengembangkan kosakata mereka sehingga dapat meningkatkan keterampilan membaca dan menulis. *Anggi Citra Apriliana adalah Dosen STKIP Sebelas April Sumedang DAFTAR PUSTAKA Abbas. E.W. (2009). Menulis Membangun Peradaban. Yogyakarta: Gama Media. Abidin, Yunus. (2010). Strategi Membaca. Bandung: Rizki Press. Abidin, Yunus. (2012). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama. Ahuja dan Ahuja. (2010).Membaca Secara Efektif dan Efisien. Bandung. PT. Kiblat Buku Utama. Calhoun. Emily. F. (2005). Teaching Beginning Reading and Writing with the Picture Word Inductive Model. USA: Association for Supervision and Curriculum Development (ASCD). Darmawati. (2010). Pelaksanaan Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan di Kelas 1 SD Negeri 1 Jeumpet Aceh Besar. Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu. 7 (2). 47. Galus, Ben. S. (2011). Budaya Baca Orang Indonesia Masih Rendah. Dalam DIKPORA (Dinas Penadidikan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) [Online]. Tersedia: [21 Februari 2013]. 11

12 Hartati, et.al (2006). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Bandung: UPI Press. Hartati, et.al. (2009). Pembinaan & Pengembangan Pembelajaran Bahasa & Sastra Indonesia. Bandung: UPI Press. Hartati, et.al (2012). Panduan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar. Hartawan, Tonny. (2013). Hanya 1 dari 10 Ribu Warga Indonesia Suka Membaca. Dalam Tempo.co. [Online]. Tersedia: Indonesia-Suka-Membaca. [21 Februari 2013]. Joyce, et.al. (2009). Models of Teaching (Eight Edition). Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Mulyati, Yeti. Dkk. (2010). Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka. Rahim, Farida. (2008). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Resmini, et.al. (2009). Membaca dan menulis di SD. Bandung: UPI Press. Sukartiningsih, W. (2004). Peningkatan Kualitas Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan di Kelas 1 Sekolah Dasar melalui Media Katu Bergambar. Jurnal Pendidikan Dasar. 5. (1)

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas delapan hal. Pertama, dibahas latar belakang masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa sekolah dasar. Kemudian, dibahas identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar-mengajar dilakukan siswa dan guru di sekolah. Siswa mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. Kegiatan Belajar Mengajar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sehubungan dengan penelitian yang dilakukan supaya memenuhi syarat-syarat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sehubungan dengan penelitian yang dilakukan supaya memenuhi syarat-syarat BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian ini merupakan urutan kegiatan yang ditempuh sehubungan dengan penelitian yang dilakukan supaya memenuhi syarat-syarat ilmiah dalam pelaksanaannya. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting terhadap kemajuan suatu bangsa di dunia. Pendidikan diproses

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS V MADRASYAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH TEMPURSARI, NGAWEN, KLATEN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN PENGALAMAN BERBAHASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH

PENERAPAN PENDEKATAN PENGALAMAN BERBAHASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH PENERAPAN PENDEKATAN PENGALAMAN BERBAHASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH Devita Vuri Guru SDN Karawang Kulon II Kabupaten Karawang Abstrak Pembelajaran bahasa di SD kelas rendah

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia diharapkan dapat saling mengenal dan berhubungan satu sama lain, saling berbagi pengalaman dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas dan terstruktur pula pikirannya. Keterampilan hanya dapat

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BILDERGESCHICHTE

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BILDERGESCHICHTE 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Jerman meliputi empat keterampilan berbahasa, yaitu Hörfertigkeit (menyimak), Sprechfertigkeit (berbicara), Lesefertigkeit (membaca) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan pada semua

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan pada semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan pada semua jenjang pendidikan di Indonesia. Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP secara umum adalah sebagai sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa berarti terampil menyimak (mendengarkan), terampil berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa berarti terampil menyimak (mendengarkan), terampil berbicara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran keterampilan berbahasa, sesuai namaya bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan bahasa siswa. Terampil berbahasa berarti terampil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tulis. Melalui bahasa seseorang dapat mengemukakan pikiran dan keinginannya kepada orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan. Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan. Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi, mengingat bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat. Untuk dapat berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) secara umum dikembangkan menjadi keterampilan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) secara umum dikembangkan menjadi keterampilan berbahasa yang 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) secara umum dikembangkan menjadi keterampilan berbahasa yang meliputi mendengarkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lancar. Keterampilan membaca memiliki peranan yang sangat penting. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. lancar. Keterampilan membaca memiliki peranan yang sangat penting. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD hendaknya berjalan seefektif mungkin karena Bahasa Indonesia termasuk pembelajaran yang utama. Salah satu faktor keberhasilan suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin maju serta peradaban manusia yang semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas belajar siswa sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEKNIK MENULIS SEMI TERPIMPIN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 27 KOTA BENGKULU

PENGGUNAAN TEKNIK MENULIS SEMI TERPIMPIN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 27 KOTA BENGKULU Resnani Jurnal PGSD: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 9 (2) 2016. Hal.248-254 PGSD FKIP Universitas Bengkulu PENGGUNAAN TEKNIK MENULIS SEMI TERPIMPIN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah sudah menjadi sempit. Interaksi antar manusia dalam wujud tertentu sudah tidak dapat dibatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Bahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai karena bahasa adalah sarana interaksi dan alat komunikasi antar manusia. Negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi, dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut.

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk yang bersifat individu juga sebagai makhluk yang bersifat sosial. Sebagai makhluk sosial manusia cendrung hidup berkelompok, misalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia diarahkan agar siswa terampil berkomunikasi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik serta merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemanusiaan untuk bermasyarakat dan menjadi manusia yang sempurna. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kemanusiaan untuk bermasyarakat dan menjadi manusia yang sempurna. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana menumbuh kembangkan potensi kemanusiaan untuk bermasyarakat dan menjadi manusia yang sempurna. Menurut Sahertian (2008: 26) pendidik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan. Bahasa dijadikan sebagai alat komunikasi untuk melakukan sosialisasi satu sama lain. Melalui bahasalah

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tidak dapat dipungkiri, bahwa dalam kehidupan modern saat ini, penguasaan bahasa bagi seseorang mutlak diperlukan. Keterampilan berbahasa seseorang harus mengacu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat dan terencana dengan strategi pembelajaran yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat dan terencana dengan strategi pembelajaran yang efektif. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar (SD). Bahasa Indonesia mempunyai peran penting dalam pengembangan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge). Pada fungsi ini bahasa menjadi penarik yang mempercepat berkembangnya penguasaan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan perkembangan yang terjadi pada peserta didik. Supaya perubahan pada peserta didik dalam

Lebih terperinci

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan dasar bagi pengetahuan manusia. Bahasa juga dikatakan sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap manusia dengan yang lain. Sebagai alat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa digunakan

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa digunakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi, untuk menyampaikan pesan dari sesorang kepada orang lain, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut saling menunjang dan saling berkaitan. Kemahiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas dan terstruktur pula pikirannya. Keterampilan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan membaca merupakan salah satu aspek penting. dalam kemampuan berkomunikasi yang perlu dikuasai oleh orangorang

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan membaca merupakan salah satu aspek penting. dalam kemampuan berkomunikasi yang perlu dikuasai oleh orangorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keterampilan membaca merupakan salah satu aspek penting dalam kemampuan berkomunikasi yang perlu dikuasai oleh orangorang yang ingin berhasil dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang mempunyai peran penting didalam komunikasi baik secara lisan maupun tulisan dan digunakan sebagai bahasa nasional sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Ketrampilan menulis tegak bersambung. pernyataan keinginan, atau pengungkapan perasaan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Ketrampilan menulis tegak bersambung. pernyataan keinginan, atau pengungkapan perasaan dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Ketrampilan menulis tegak bersambung Keterampilan menulis merupakan keterampilan menuangkan pikiran, gagasan, pendapat tentang sesuatu, tanggapan terhadap suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang semakin maju diperlukan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan intelek tingkat tinggi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Semakin terampil seseorang berpikir, semakin jelas dan cerah jalan pikirannya. Kemampuan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dari membaca. Roger Farr (Damaianti, 2001:4) mengemukakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dapat dari membaca. Roger Farr (Damaianti, 2001:4) mengemukakan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Membaca merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan seseorang karena dengan membaca kita dapat mengetahui segala hal. Banyak ilmu yang kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE PADA ANAK KELOMPOK A TK SIWI PENI XI SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE PADA ANAK KELOMPOK A TK SIWI PENI XI SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE PADA ANAK KELOMPOK A TK SIWI PENI XI SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 Sul Indah Pratiwi 1, M Ismail Sriyanto 2, Ruli Hafidah 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bisa diartikan sebagai sebuah proses kegiatan pelaksanaan kurikulum suatu lembaga pendidikan yang telah ditetapkan (Sudjana, 2001: 1). Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan, tidak boleh dipisahpisahkan

BAB I PENDAHULUAN. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan, tidak boleh dipisahpisahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu pengajaran bahasa Indonesia secara umum adalah agar siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa. Kebiasaan seseorang berpikir logis akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan komponen utama pembelajaran Bahasa Indonesia yang kurang diminati siswa. Hal itu tampak pada kegiatan menulis siswa kelas V MI Miftahul Huda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki hubungan yang sangat erat dalam kehidupan bermasyarakat karena bahasa merupakan alat komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai tema. Kata tema berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai tema. Kata tema berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran SD menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dan berlangsung secara terus menerus dari generasi ke generasi. Pendidikan merupakan sesuatu yang universal, bersifat umum karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia atau peserta didik dengan cara mendorong kegiatan belajar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup keterampilan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Di antara

BAB I PENDAHULUAN. mencakup keterampilan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Di antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menulis merupakan bagian dari empat keterampilan berbahasa yang mencakup keterampilan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Di antara empat keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik itu berasal dari aspek bahasa yaitu bahasa Indonesia. Banyak yang

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik itu berasal dari aspek bahasa yaitu bahasa Indonesia. Banyak yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai daya tarik sendiri bagi orang asing. Salah satu daya tarik itu berasal dari aspek bahasa yaitu bahasa Indonesia. Banyak yang datang ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai alat komunikasi, bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena hampir seluruh aktivitas manusia melibatkan bahasa. Melalui bahasa manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan hasil kebudayaan yang

Lebih terperinci

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Keempat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan lembaga untuk peserta didik. Kurikulum pendidikan sudah beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) merupakan bagian penting dalam kerangka pengembangan pendidikan nasional yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

Kata kunci: kesalahan ejaan, karangan siswa kelas V.

Kata kunci: kesalahan ejaan, karangan siswa kelas V. ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN SISWA KELAS V MI MUHAMMADIYAH KLOPOGODO, KECAMATAN GOMBONG, KABUPATEN KEBUMEN, TAHUN 2014/2015 Oleh: Sri Wardani Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang tidak dapat keluar dari sistem yang mengikatnya atau mengaturnya.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang tidak dapat keluar dari sistem yang mengikatnya atau mengaturnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berperan penting dalam dunia pendidikan, yaitu pada saat menyampaikan materi kepada peserta didik di sekolah khususnya saat penyampaikan materi bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari media internet ketimbang harus membaca.kecenderungan ini ternyata

BAB I PENDAHULUAN. dari media internet ketimbang harus membaca.kecenderungan ini ternyata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya membaca merupakan budaya yang mulai terkikis seiring dengan perkembangan teknologi yang kian maju. Masyarakat pada umumnya lebih memilih untuk menonton TV,

Lebih terperinci

BAB 1. Pembelajaran Bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang memiliki. beberapa aspek keterampilan berbahasa yang harus dicapai oleh siswa.

BAB 1. Pembelajaran Bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang memiliki. beberapa aspek keterampilan berbahasa yang harus dicapai oleh siswa. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran Bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang memiliki beberapa aspek keterampilan berbahasa yang harus dicapai oleh siswa. Keterampilan berbahasa mempunyai

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MUIHAMMAD BAKRI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MUIHAMMAD BAKRI 255 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MUIHAMMAD BAKRI ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis

Lebih terperinci

UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN BAHASA ARAB

UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN BAHASA ARAB Pedagogik Standar Memahami berbagai Menguasai teori teori belajar dan prinsipprinsip belajar dan prinsipprinsip pembelajaran pembelajaran yang mendidik terkait yang mendidik dengan mata pelajaran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Berikut ini terdapat beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai berikut.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling melengkapi

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini keterampilan berbahasa kiranya tidaklah terlalu berlebihan apabila dikatakan sebagai ciri dari orang terpelajar atau bangsa yang terpelajar.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengajaran berbahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan pengajaran keterampilan-keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang berbahasa. Keterampilan-keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor penting dalam meningkatkan harkat martabat suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor penting dalam meningkatkan harkat martabat suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam meningkatkan harkat martabat suatu bangsa. Hal itulah yang menjadi salah satu perhatian pemerintah Indonesia seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Standar Isi 2006 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa, bahwa belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sarana komunikasi dalam kehidupan manusia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sarana komunikasi dalam kehidupan manusia. Hal A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bahasa merupakan sarana komunikasi dalam kehidupan manusia. Hal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk hidup yang lain. Dengan bahasa kita dapat mengutarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi dari hari ke hari semakin pesat dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Perkembangan tersebut meliputi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari. Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap bangsa menginginkan negara itu berkembang dan maju. Maju dan berkembangnya suatu negara itu dipengaruhi oleh pendidikan dalam negara itu sendiri. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia SMA, tujuan pembelajaran bahasa indonesia di sekolah adalah siswa terampil berbahasa. Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai kedudukan yang sangat penting. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan agar pelajar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Membaca 2.1.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan bertujuan untuk membina para siswa agar siswa memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap positif dalam menjalani kehidupan. Jadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung pada kemampuan dan keterampilannya dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa terdiri dari empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. kita dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi sertiap manusia, dengan pendidikan kita dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan hidup di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis karangan merupakan kompetensi dasar yang harus dicapai pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV sekolah dasar. Terdapat beberapa kompetensi dasar yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar para siswa terampil berbahasa, yaitu terampil mendengarkan (listening skill),

BAB I PENDAHULUAN. agar para siswa terampil berbahasa, yaitu terampil mendengarkan (listening skill), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada prinsipnya tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah agar para siswa terampil berbahasa, yaitu terampil mendengarkan (listening skill), terampil berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi menulis dalam KTSP SD yang berbunyi sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi menulis dalam KTSP SD yang berbunyi sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang disempurnakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa mata pelajaran

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah kegiatan pembelajaran yang mengedepankan proses dan hasil. Menulis merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan unik yang menuntut sejumlah

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 7 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI OLEH HINDUN RRA1B114025

KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 7 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI OLEH HINDUN RRA1B114025 KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 7 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI OLEH HINDUN RRA1B114025 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2017/2018 KEMAMPUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah dasar (SD) ditujukan untuk memberikan pengetahuan dan latihan pada siswa agar mereka mampu

Lebih terperinci

FILM ANIMASI SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN TERPADU UNTUK MEMACU KEAKSARAAN MULTIBAHASA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

FILM ANIMASI SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN TERPADU UNTUK MEMACU KEAKSARAAN MULTIBAHASA PADA SISWA SEKOLAH DASAR FILM ANIMASI SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN TERPADU UNTUK MEMACU KEAKSARAAN MULTIBAHASA PADA SISWA SEKOLAH DASAR Irfai Fathurohman, Agung Dwi Nurcahyo, Wawan Shokib Rondli Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia terintegrasi dalam empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia terintegrasi dalam empat keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia terintegrasi dalam empat keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan berbahasa tersebut yaitu, menyimak, berbicara, membaca, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbahasa pada dasarnya kegiatan berkomunikasi. Oleh karena itu, belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan berkomunikasi

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berbahasa yang mumpuni serta dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan

Lebih terperinci

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan ISSN 2252-6676 Volume 4, No. 1, April 2016 http://www.jurnalpedagogika.org - email: jurnalpedagogika@yahoo.com KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci