BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI Di masa modern ini kegiatan pemasaran telah berkembang semakin pesat dan perilaku konsumen juga berubah seiring perkembangan zaman. Hal ini dipengaruhi semakin banyaknya jenis produk yang ditawarkan, majunya perkembangan teknologi, semakin banyaknya media baru yang bermunculan, serta berubahnya gaya hidup masyarakat modern yang semakin sibuk dan bergerak semakin cepat. Di Indonesia sendiri persaingan pemasaran semakin ketat terutama di bisnis eceran (retail). Apalagi bila kita berbicara tentang produk fashion yang hanya berumur pendek dan tidak ada habisnya,dengan jenis produk yang ditawarkan sangat beraneka ragam. Hal ini terbukti dengan semakin banyak bermunculannya mall-mall besar sebagai pusat penjualan eceran modern dan menaruh minimal satu department store di tempatnya. Ini mempertegas bahwa tanpa strategi pemasaran yang unik, berani, dan berbeda, sebuah produk hanyalah sebuah komoditas. Oleh karena itu pengecer (retailer) harus lebih kreatif dan cerdas dalam mengelola bauran pemasaran (marketing mix) untuk membujuk konsumen agar mau membeli produknya. Yang kini perlu dicermati terjadi di dunia eceran adalah terjadinya pembelian secara impulsif oleh konsumen wanita. Seperti kita ketahui bahwa berbelanja itu sudah identik dengan wanita. Pembelian impulsif terjadi tidak semata-mata dengan 10

2 sendirinya. Namun ada sejumlah stimulasi-stimulasi yang ditimbulkan oleh berbagai macam faktor, dalam paparan berikut akan dijelaskan mengenai hal-hal tersebut : 2.1 Pemasaran(Marketing) Kotler (2006) mengatakan bahwa pemasaran (marketing) merupakan proses merencanakan dan mengeksekusi suatu konsep, pricing, promotion, dan distribusi dari suatu ide, benda, dan servis untuk menghasilkan kepuasan suatu individu atau organisasi. The American Marketing Association memberikan definisi tentang pemasaran (marketing) merupakan salah satu fungsional dari organisasi dan satu set proses untuk membuat, mengkomunikasikan dan menghantarkan value kepada konsumen dan untuk mengelola hubungan dengan konsumen dengan memberikan keuntungan bagi organisasi dan pemilik saham. Tujuan dari pemasaran adalah untuk mengerti dan memahami konsumen sebaik mungkin hingga produk atau servis yang disampaikan sesesuai dengan yang diinginkan dan terjual dengan sendirinya. Kotler (2006) mengatakan bahwa dunia pemasaran kini sudah banyak berubah oleh beberapa hal: 1. Perubahan teknologi Teknologi digital yang telah berkembang pesat sekarang memungkinkan perubahan cara perusahaan untuk berkomunikasi, konsumen untuk mencari informasi, pemasangan iklan, medistribusikan produk,dan sebagainya. 11

3 2. Globalisasi Teknologi yang berkembang di bidang transportasi,pengiriman,dan komunikasi membuat perusahan lebih mudah untuk memasarkian di negara lain dan lebih mudah bagi konsumen untuk membeli produk dan jasa dari pemasar. 3. Customer empowerment Konsumen sekarang memiliki ekspetasi yang semakin tinggi tentnag kualitas dan jasa serta personalisasi. Mereka semakin peduli akan kenyamanan dan waktu luang. Mereka merasa semakin kecilnya perbedaan antara produk satu dengan yang lain dan menunjukkan smakin tipisnya loyalitas terhadap suatu merk. Mereka dapat mencari informasi dengan menggunakan teknologi seperti internet sehingga berbelanja lebih pintar dan mereka menunjukkan sensivitas harga dalam mencarian value suatu produk. 4. Transformasi eceran (Retail transformation) Pengecer kecil sekarang semakin terdesak oleh pengecer besar. Sedangkan pengecer besar tradisional semakin terdesak oleh pengecer melalui media lain. Sehingga sebagai respon, pengecer kini membuat entertainment di dalam gerainya. Hingga dapat dikatakan mereka sekarang memasarkan pengalaman dari pada sejumlah produk. 12

4 2.2 Bauran Pemasaran McCarthy (1975) merumuskan konsep 4P product, price, promotion, and place marketing mix. Bauran pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran yang sudah dibidik (Kotler, 2003,15). Alat-alat pemasaran ini terdiri dari empat variabel yang kemudian disebut dengan 4P dari pemasaran, yaitu produk (product), harga (price), promosi (promotion), dan tempat (place). Bauran pemasaran adalah salah satu konsep utama dalam pemasaran modern saat ini. Bauran pemasaran merupakan satu set marketing tools yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghasilkan respon yg diinginkan oleh target pasar (Kotler, 2003,15). Empat variabel dari bauran pemasaran tersebut, masingmasing memiliki pengertian: 1. Produk (product) : segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk bersifat tangible, beberapa keputusan produk yang dapat diambil adalah mengenai brand name, functionality, styling, kualitas, keamanan, pengemasan, perbaikan dan dukungan, garansi, aksesoris, dan servis. 2. Harga (price) : satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan 13

5 suatu barang dan jasa. Beberapa keputusan harga yang dapat dibuat misalnya strategi harga (skim, penetration), harga retail yang disarankan, discount, harga paket, fleksibilitas harga, dan sebagainya 3. Promosi (promotion) : Aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk, dan atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Promosi mewakili aspek yang bervariasi dari komunikasi pemasaran, maka dari itu promosi merupakan salah satu cara untuk mendapatkan tanggapan positif dari konsumen. Keputusan marketing communication dapat berupa strategi promosi, iklan, penjualan perorangan, target penjualan, promosi penjualan, public relations dan publicity, marketing communication budget, dan sebagainya 4. Tempat (place) : media atau tempat dimana produk atau jasa disalurkan oleh produsen kepada konsumen yang dapat diakses oleh konsumen atau penempatan suatu produk yang melibatkan aktivitas logistik perusahaan dan kegiatan-kegiatan pemasaran dikonsentrasikan dengan membuat dan mendistribusikan barang jadi tersebut kepada konsumen. Distribusi adalah tentang bagaimana produk dapat diperoleh oleh konsumen. Beberapa keputusan distribusi yaitu jalur distribusi, area pasar (inclusive, selective, atau exclusive distribution), specific channel members, inventory 14

6 management, gudang, pusat distribusi, proses pemesanan, transportasi, dan sebagainya. 2.3 Eceran Eceran (retail) memasukan seluruh aktivitas yang terlibat dalam menjual barang atau jasa secara langsung ke konsumen akhir secara personal, tanpa perantara. (Kotler, 2006: 466). Menurut Kotler (2006: 467) ada beberapa jenis tipe gerai (retail store) : Speciality store: Athlete s Foot, The Body Shop Department store: Metro, Sogo, Debenhams, Seibu Supermarket: Hero,Food Hall Convenience store: circle K Discount store: Indomaret, Alfamart,Kmart Off price retailer: Factory outlet di daerah Kemang Superstore: Carrefour, Hypermart Catalog showroom: Barang yang dijual memiliki harga yang di mark up tinggi, bergerak cepat, dan dijual lewat catalog ketika diskon. Customer memilih merchandise saat di toko. Di masa lalu, para pengecer mampu memikat konsumen dengan menawarkan lokasi yang streategis, special atau produk yang unik, layanan yang lebih baik dari pesaing. Produk sudah tersebar tanpa batas, dimana dari satu tempat ke tempat lain produk yang dijual dan ditawarkan hampir sama kualitas dan harganya. Hal ini bisa kita lihat yang terjadi pada department 15

7 store. Merk-merk yang dapat kita temui di department store ternyata banyak juga yang memiliki gerai sendiri, sehingga pembedaan servis sudah usang. Konsumenpun kini menjadi lebih pandai. Konsumen kini tidak ingin membayar untuk sebuah identitas merk ketika servis yang mereka terima sama. (Kotler, 2006: p469) Department Store Department store sebagai salah satu jenis gerai, merupakan tempat eceran yang berada di mall khusus menjual sejumlah produk tanpa adanya dominasi dari salah satu merchandise. Di Jakarta contohnya Metro, Sogo, Seibu, Debenhams, dan masih banyak lagi. Department store biasa menjual berbagai macam produk seperti baju, perabotan rumah tangga, appliances, elektronik, dan tambahan lain seperti lukisan, perkakas, toiletries, kosmetik, perhiasan,mainan, dan lain-lain. Pengecer sendiri meletakkan department store sesuai dengan target konsumen mall-mall yang ada. 2.4 Perilaku Konsumen Perilaku konsumen merupakan pembelajaran suatu individu, group atau oganisasi dan proses bagaimana mereka menyeleksi, mengamankan, menggunaan dan membuang sebuah produk,servis, pengalamannya, atau ide untk memuaskan kebutuhan serta dampak terhadap proses yang ada pada konsumen dan masyarakat. (Hawkins, Mothersbaugh & Best, 2007) 16

8 Perilaku (behavior) mengarah pada aksi fisik dari konsumen yang dapat secara langsung diamati dan diukur oleh orang lain. Yang patut diingat adalah seluruh keputusan pemasaran dan perundangan berdasar pada asumsi dan pengetahuan tentang perilaku konsumen. Peter dan Olson (2008) dalam bukunya mengatakan bahwa perilaku konsumen itu dinamis karena pemikiran,perasaan dan aksi dari seorang individu konsumen, sekelompok target konsumen, dan masyarakat telah berubah seperti contohnya teknologi internet telah merubah cara konsumen mencari informasi tentang produk atau servis. Perilaku konsumen sangat penting dalam menentukan strategi pemasaran karena dengan mengetahui perilaku itulah maka penjualan dapat dilakukan dan keuntungan dapat digapai. Cobb dan Hoyer (1986) sendiri mengkategorikan konsumen menjadi tiga, yaitu perencana (planner), perencana membeli tanpa tujuan (partial planner), dan pembeli impulsif (Shoham dan Makovec, 2003) Strategi pemasaran dan perilaku konsumen Agar dapat bertahan dalam sebuah lingkungan yang kompetitif, maka penjual harus dapat menyediakan nilai lebih kepada konsumen yang menjadi sasaran dibanding pesaing. 17

9 Customer value dapat didefinisikan sebagai perbedaan seberapa banyak manfaat yang kita dapat dengan biaya yang telah kita keluarkan. Banyak pembeli sekarang mencari lebih dari sekedar harga yang pantas dan juga kenyamanan. Penjual yang mengerti konsumennya dapat menciptakan produk atau servis sesuai kebutuhan target konsumennya. 2.5 Keputusan Mengkonsumsi Pembelian dan kegiatan mengkonsumsi suatu produk seringkali dipengaruhi oleh banyak hal seperti kebutuhan secara mendasar dan rasional. Namun lebih jauh lagi, banyak keputusan konsumen tidak berfokus pada merk tapi berdasarkan perasaan atau emosi yang diasosiasikan dengan menggunakan jenis produk tertentu ketika digunakan. Jadi produk terpilih bukan karena atributnya (harga, gaya, ataupun fungsi) tapi karena it makes me feel good atau my friends will like it Motivasi Konsumen Motivasi merupakan alasan seseorang berperilaku. Motivasi berupa kemauan yang besar untuk memenuhi kebutuhan (needs). Setiap individu secara tidak sadar akan berusaha mengurangi tekanan itu dengan menuhi kebutuhan sehingga mengurangi stress. Motivasi dapat bersifat positif atau negatif. Bisa membuat kita berusaha mendekat atau bisa juga justru membuat kita menjauh. Motivasi juga bisa bersifat rasional atau emosional. Secara rasional, konsumen akan 18

10 memilih cara mencapai tujuan dengan mempertimbangkan kriteriakriteria tertentu seperti harga, ukuran, berat. Tapi apabila bersifat emosional, maka pertimbangannya adalah harga diri, ketakutan, dan status Kebutuhan (Needs) dan Keinginan (Wants) Perubahan dalam kehidupan konsumen menghasilkan kebutuhan dan keinginan yang baru. Seperti contoh: perubahan keadaan financial, kerubahan status pekerjaan,dll. Tidak semua produk dibeli berdasarkan kebutuhan (Belch dan Belch 2007, 108). Beberapa produk atau layanan dirasa tidak dibutuhkan tapi diinginkan. Sebuah keinginan(want) telah didefinisikan sebagai perasaan akan kebutuhan yang dibentuk oleh pengetahuan, kultur, dan personaliti konsumen. Banyak produk terjual lebih kepada untuk memuaskan keinginan konsumen daripada memenuhi kebutuhannya. Abraham Maslow mengemukakan hirarki kebutuhan (needs) sebagai berikut : Kebutuhan psikologis Merupakan kebutuhan level paling mendasar untuk bertahan hidup. Contoh : makanan,sandang,rumah,dll. Kebutuhan akan keamanan Kebutuhan akan rasa aman dari ancaman luar. 19

11 Kebutuhan sosial Merupakan kebutuhan yang muncul untuk memenuhi hasrat memiliki relasi dengan yang lain (Sense of belonging), cinta (love), penerimaan (acceptance) Kebutuhan self-esteem Kebutuhan untuk merasakan mendapat pengakuan, status dan rasa hormat dari yang lain. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization) Kebutuhan untuk pemenuhan diri dan keinginan untuk menyadari potensial diri. 2.6 Belanja impulsif (impulse purchase) Untuk membuat diri menjadi berbeda dan lebih baik serta meningkatkan ketertarikan konsumen, beberapa pengecer besar mencoba membuat gerai dan merchandise lebih bervariasi. Hal ini untuk memancing ketertarikan secara emosional di pikiran konsumen. Sehingga berbelanja kini menjadi suatu aktifitas untuk bersenang-senang dan merupakan bagian dari gaya hidup (Bayle dan Nancarrow 1998). Ini menyebabkan meningkatnya berbelanja tanpa perencanaan, atau pembelian yang tidak perlu (unplanned purchase). Beberapa penelitian tidak membedakan antara pembelian tak terencana dan pembelian impulsif (Bayley dan Nancarrow, 1998). 20

12 Welles(1986) melaporkan bahwa hampir seluruh pembeli membeli secara impulsif setidaknya dalam waktu tertentu. Beberapa peneliti mengemukakan pendapatnya tentang belanja impulsif sebagai berikut : Engel dan Blackwell(1982) mendefinisikan pembelian impulsif sebagai aksi membeli yang diambil tanpa pertimbangan sebelumnya secara sadar diketahui atau sebuah keinginan membeli terlebih dulu untuk masuk ke toko (Bayley dan Nancarrow, 1998). Rook(1987) mendefinisikan pembelian impulsif terjadi ketika consumen mengalami sebuah keinginan yang tiba-tiba, seringkali kuat, terus-menerus dan untuk membeli sesuatu segera. Pembelian impulsif merujuk pada membuat sebuah pembelian yang tiba-tiba dan tanpa rencana. Perilaku pembelian impulsif sering berdasarkan keberadaan sebuah stimulasi yang bersifat cepat dari suatu obyek dan sering disertai dengan perasaan ketertarikan dan kenikmatan dengan sebuah keinginan pentingnya segera membeli yang sangat kuat (Silvera, Lavack, Kropp, 2008). Pembelian impulsif termasuk dalam kategori in-store decision making dimana menurut Salomon (2002) pembelian secara impulsif dibuat ketika seseorang mengalami keinginan tak tertahankan utuk segera membeli sebuah produk. Ada beberapa hal penting berdasarkan definisi-definisi di atas : Belanja impulsif tidak terjadi secara sporadis. Stern (1982) menemukan bahwa belanja impulsif memiliki beberapa pola sebagai berikut: 21

13 Pure impulse purchase: Sama sekali tidak terencana dan tidak ada pola Reminder impulse purchase: Membeli berdasarkan pengalaman sebelumnya Suggestion impulse purchase: Membeli karena melihat produk untuk pertama kali dan mengevalusi nilai kegunaannya. Planned impulse purchase: Bergantung pada faktor lain seperti harga. Thompson et al (1990) mengatakan bahwa belanja impulsif merupakan sesuatu yang bersifat emosional dibandingkan pengalaman rasional. Maka dari itu Rook(1987) mendeskripsikan pembelian impulsif dengan karakteristik sebagai berikut : Perasaan yang berlebihan terhadap suatu produk Sebuah perasaan yang terus-menerus untuk ingin memiliki dengan membeli produk secepat mungkin. Mengesampingkan negatif konsekuensi dari pembelian Perasaan bahagia Konflik antara kontrol dan kegemaran Berbelanja impulsif terdiri dari 4 macam gaya dari motif dan reward hubungannya dengan belanja impulsif: (Bayley dan Nancarrow 1998): 22

14 Accelerator impulse(self-confirmation role) Membeli untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan di masa depan. Merupakan perilaku yang memperkuat sebuah perasaan persepsi positifnya sendiri yang sudah ada. Compensatory impulse(self-compensation role) Dapat merupakan sebuah hadiah untuk melengkapi setelah tugas yang berat. Perilaku ini biasa ditemui ketika membeli baju,sepatu, dll yang biasa tidak terlalu dibutuhkan tapi mungkin menunjukkan kekurangan self-esteem. Breakthrough impulse(self-redefining role) Reaksi yang secara tiba-tiba terjadi saat itu biasa dipicu oleh keinginan untuk mencari jalan keluar dari suatu konflik yang berkepanjangan. Biasa terjadi pada pembelian barang berharga seperti perhiasan, mobil,rumah,dll. Mereka ingin memiliki level social status lebih tinggi, membuat simbol di antara komunitas mereka. Blind impulse (dysfunctional) Sebuah perasaan yang gembira berlebihan oleh karena suatu produk tanpa melihat fungsi atau biaya yang dikeluarkan.perilaku ini agak susah dijelaskan karena tidak ada kejelasan. Biasanya mereka berhubungan dengan aspek keinginan untuk membeli dan bereksperimen dengan identitas atau status sosial tapi tidak 23

15 membentuk self-esteem. Hal ini bersifat sementara, terjebak dalam ketidak bergunaan dari ide estetika aspek suatu produk Faktor-faktor yang memicu belanja impulsif Dalam berbelanja di dalam gerai, konsumen selalu akan telibat dalam suatu situasi aktivitas belanja yang pada akhirnya akan mempengaruhi keputusan membeli produk. Peter dan Olson (2007) mengatakan situasi tersebut dipicu oleh atribut-atribut yang ada di dalam gerai (physical situation) yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli, yaitu store atmosphere /store environment. Store atmosphere merupakan suatu keadaan emosional yang dialami oleh konsumen ketika mereka berada di dalam gerai tapi tidak sepenuhnya menyadarinya pada saat mereka sedang melakukan aktifitas berbelanjanya. ( Peter dan Olson, 2007: 471) Store environtment terdiri dari beberapa atribut yang ada dapat menstimulasi perubahan perilaku belanja konsumen (in-store stimulation) menurut Peter dan Olson (2007) : Signs and price information (Promosi) Tanda di dalam gerai digunakan untuk mengarahkan konsumen kepada merchandise atau produk tertentu dengan memberikan informasi tertentu. Contoh : promosi sale 50 persen, Rp untuk 2 buah. 24

16 Kombinasi Warna Warna memberikan dampak secara psikologis pada manusia. Warna apabila diaplikasikan di dalam gerai akan menimbulkan persepsi sendiri di benak konsumen. Warna hangat biasa akan menarik konsumen namun tidak membuat mereka senang sedangkan warna dingin tidak menarik konsumen tapi membuat mereka merasa senang. Shelf Space dan Display (merchandise) Beberapa penelitian menemukan bahwa bagaimana sebuah tempat mempresentasikan merchandisenya akan memberikan efek yang besar pada perilaku konsumennya. Musik Musik biasa selalu ada di gerai eceran. Tempo yang dimainkan mempengaruhi kecepatan konsumen dalam berbelanja. Semakin cepat tempo konsumen tidak akan lama menjelajah gerai. Keramaian (crowding) Keramaian biasa menghasilkan dampak negatif baik untuk gerai maupun konsumen. Semakin banyak konsumen lain ataupun merchandhise lain yang ada di dalam gerai semakin 25

17 membuat tingkat keramaian meningkat. Kebanyakan konsumen tidak merasa nyaman dengan keadaan tersebut. Personel gerai Keterlibatan staff gerai dengan konsumen begitu penting dalam pengaruhnya terhadap pengalaman konsumen ketika berbelanja. Pencahayaan (lightning) Secara keseluruhan, pencahayaan memberi efek bagaimana orang bekerja dan berinteraksi dengan yang lain, kenyamanan, bahkan kesehatan mental dan fisik seseorang. Maka dalam dunia eceran, pencahayaan dapat mempengaruhi mood konsumen, keingintahuan dan kemauan untuk datang berkunjung ke gerai, serta perilaku berbelanja. Aroma (scent) Aroma yang ada di dalam ruangan dapat mempengaruhi perilaku konsumen. Seperti contoh aroma kulit, parfum, bunga dapat menarik konsumen untuk mengadakan kontak. Ambient scent dapat mempengaruhi perasaan terhadap sebuah gerai dan produknya.aroma netral dan menyenangkan dalam kategori aroma seperti bunga, rempah, sitrus, mint, dapat bercampur dalam suatu gerai dan mempengaruhi konsumen. Namun hal ini sering tidak disadari oleh konsumen. 26

18 Sedangkan dari Hawkins, Mothersbaugh dan Best (2007) menambahkan atribut yang dapat menstimulasi perubahan perilaku belanja konsumen : Persediaan produk Ketersediaan produk ketika konsumen menginginkan mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli. Apabila barang tersebut tidak tersedia, konsumen harus berpikir ulang apakah harus mencari alternatif lain atau keluar dan pergi ke tempat lain. 2.7 Fashion Kita dapat berpikir bahwa fashion adalah kode atau suatu bentuk bahasa yang membantu kita untuk mengartikan sesuatu. Tidak seperti bahasa pada umumnya, Salomon (2007) mengatakan bahwa fashion adalah context dependent, konsumen yang satu dengan yang lain akan memiliki intrepetasi yang berbeda pada style yang sama. Fashion merupakan proses difusi sosial dimana style baru akan diadopsi oleh sekelompok konsumen (Salomon, 2007,589) Difusi Inovasi terhadap Produk Fashion Hal-hal yang mempengaruhi konsumen dalam berbelanja tidak hanya berasal dari situasi dan pengaruh fisik yang ada di dalam gerai, 27

19 namun sisi karakteristik konsumen juga memberikan pengaruh dalam mengambil keputusan dalam membeli suatu produk. Menurut Salomon (2007), inovasi adalah hal-hal pada produk apapun atau servis yang konsumen tanggapi sebagai hal yang baru. Sebuah inovasi dikatakan berhasil apabila menyebar ke populasi. Peter dan Olson (2007) dan Salomon (2007) membagi karakteristik konsumen berdasarkan kemampuannya mengadopsi suatu produk atau servis, bahwa masing-masing konsumen membutuhkan waktu yang berbeda dalam life cycle suatu produk. Secara tradisional maka 5 adopter ini dikarakteristikkan sebagai berikut : 1. Innovators Merupakan karakteristik konsumen yang seorang petualang dan berani mengambil resiko. Mereka akan menjadi orang yang berani dan pertama kali mencoba hal baru. 2. Early adopter Merupakan konsumen yang memiliki karakteristik hampir sama dengan innovators, dimana mereka biasanya dihormati dan cenderung menjadi panutan konsumen early majority. 3. Early majority Menghindari resiko dan hati-hati di setiap pembeliannya 4. Late majority 28

20 Ragu-ragu dan berhati-hati dengan setiap ide 5. Laggards Sangat tradisional dan mengatur segala cara berperilaku mereka. Peter dan Olson (2007) pada risetnya untuk mengidentifikasi karateristik innovator dan perbedaannya dari konsumen lain menemukan bahwa innovator cenderung memiliki edukasi yang tinggi, muda, dan memiliki mobilitas sosial yang lebih tinggi, suka mengambil resiko. Salomon (2007) menjelaskan bahwa perbedaan besar antara early adopter dengan innovators adalah tingkat perhatian pada penerimaan sosial, terutama hal yang bersangkutan untuk mengekspresikan sebuah produk seperti baju,kosmetik, dan lain-lain. Pada umumnya early adopter menerima style baru karena mereka dilibatkan dalam pengkategorian produk dan nilai pada suatu fashion, dan karena testing telah dilakukan innovators. 29

BAB I PENDAHULUAN. produk fashion yang bisa disebutkan. Produk fashion merupakan suatu pasar

BAB I PENDAHULUAN. produk fashion yang bisa disebutkan. Produk fashion merupakan suatu pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Baju, celana, aksesoris, sepatu, tas merupakan satu dari sekian banyak produk fashion yang bisa disebutkan. Produk fashion merupakan suatu pasar yang sangat dinamis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini mengindikasikan bahwa seorang pengecer dalam mengelola Department Store dapat memperhatikan beberapa hal yang telah peneliti temukan berikut ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin besarnya antusiasme dan agresifitas para pelaku bisnis baik di sektor industri, jasa,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perilaku Konsumen Pengertian perilaku konsumen menurut para ahli sangatlah beraneka ragam, salah satunya yaitu menurut Kotler (2007) yang menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pemasaran tidak bisa terlepas dari aktifitas bisnis yang bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pemasaran tidak bisa terlepas dari aktifitas bisnis yang bertujuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pemasaran tidak bisa terlepas dari aktifitas bisnis yang bertujuan pada pencapaian profit. Fokus utama kegiatan pemasaran adalah mengidentifikasikan peluang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu fungsi pokok yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemasaran Sehubungan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan penjelasan. Dalam banyak perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah usaha untuk menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada orang-orang yang tepat pada tempat dan waktu serta harga yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Bab ini berisikan landasan teori yang berhubungan dengan masalah penelitian dan

BAB II LANDASAN TEORI. Bab ini berisikan landasan teori yang berhubungan dengan masalah penelitian dan BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisikan landasan teori yang berhubungan dengan masalah penelitian dan konsep yang mendasari perumusan masalah. Kerangka pemikiran dan hipotesis. Melihat kerangka konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Info Bisnis, Maret 2007:30 (www.about;retail 8/10/2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Info Bisnis, Maret 2007:30  (www.about;retail 8/10/2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula keanekaragaman produk yang dihasilkan. Produk dengan jenis, kemasan, manfaat, rasa, dan tampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Globalisasi menuntut kebutuhan akan arus informasi dan pengetahuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Globalisasi menuntut kebutuhan akan arus informasi dan pengetahuan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi merupakan suatu era keterkaitan dan ketergantungan antara satu manusia dengan manusia lainnya, baik dalam hal perdagangan, investasi, perjalanan, budaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2009:6) : Pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pusat perbelanjaan merupakan tempat konsumen melakukan pembelian, baik itu terencana maupun tidak terencana. Pembelian terencana adalah perilaku pembelian dimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya dunia modemenyebabkan tingginya tuntutan pada mode di kehidupan modern saat ini. Banyak masyarakat khususnya di Surabaya memperhatikan gaya hidup dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bertahan dan memenangkan persaingan di dalam bisnis ritel. bisnis yang melakukan penambahan nilai terhadap produk-produk dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bertahan dan memenangkan persaingan di dalam bisnis ritel. bisnis yang melakukan penambahan nilai terhadap produk-produk dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bisnis ritel atau eceran mengalami perkembangan yang cukup pesat, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai berkembang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri ritel di Surabaya pada zaman sekarang sangat berkembang. Perkembangan industri ritel ini akan terus bertumbuh seiring berjalannya waktu. Banyak bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekunder dan tersier. Semua kebutuhan tersebut dipenuhi melalui aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. sekunder dan tersier. Semua kebutuhan tersebut dipenuhi melalui aktivitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu memiliki kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Semua kebutuhan tersebut dipenuhi melalui aktivitas ekonomi berupa konsumsi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pemasaran 1. Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan barang atau jasa untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaanya. Pemasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia bisnis jasa saat ini sudah banyak dijumpai di setiap kota

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia bisnis jasa saat ini sudah banyak dijumpai di setiap kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis jasa saat ini sudah banyak dijumpai di setiap kota yang berada di Indonesia, menjamurnya bisnis jasa mulai dari yang berskala kecil yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini, kondisi dunia usaha di Indonesia dihadapkan pada keadaan persaingan yang sangat ketat. Hal ini antara lain disebabkan oleh para pesaing dari luar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perilaku Konsumen Ada beberapa macam definisi spesifik mengenai perilaku konsumen, diantaranya sebagai berikut: Perilaku konsumen adalah aktifitas aktifitas individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu, ritel modern dan ritel tradisional. Ritel modern sebenarnya merupakan pengembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran mengandung arti luas karena membahas mengenai masalah yang terdapat dalam perusahaan dan hubungannya dengan perdagangan barang dan jasa. Menurut

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka 7 BAB 2 Tinjauan Pustaka Bab ini akan menjelaskan mengenai teori-teori yang akan berkaitan dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Variabel-variabel tersebut adalah impulsive buying

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perdagangan pada pasar modern di Indonesia mengalami perkembangan dan persaingan yang sangat ketat. Pada saat ini perkembangannya diperkirakan tiap tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beredar memenuhi pasar, mengakibatkan perusahaan berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN. beredar memenuhi pasar, mengakibatkan perusahaan berlomba-lomba BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya perusahaan yang memproduksi produk-produk yang saat ini beredar memenuhi pasar, mengakibatkan perusahaan berlomba-lomba menciptakan komunikasi yang unik agar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. American Marketing Association dalam Kotler dan Keller (2009:5), Pemasaran adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. American Marketing Association dalam Kotler dan Keller (2009:5), Pemasaran adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pemasaran American Marketing Association dalam Kotler dan Keller (2009:5), Pemasaran adalah fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Tujuan

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Tujuan BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Tujuan pemasaran yaitu membuat agar penjualan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan keberadaan industri dagang khususnya pada sektor ritel

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan keberadaan industri dagang khususnya pada sektor ritel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dan keberadaan industri dagang khususnya pada sektor ritel atau eceran di Indonesia telah memperlihatkan bahwa industri pada sektor ini memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang bernilai dengan orang lain (Kotler, 2008). Oleh karena itu, kegiatan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang bernilai dengan orang lain (Kotler, 2008). Oleh karena itu, kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan dalam dunia usaha semakin ketat, terlebih dengan semakin meningkatnya kebutuhan dan keinginan konsumen. Perkembangan zaman yang sangat pesat secara

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar belakang Penelitian Krisis ekonomi yang berkepanjangan di Indonesia dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2001 menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi tidak stabil.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis semakin maju di era globalisasi saat ini sehingga membuka berbagai peluang bisnis termasuk di Indonesia. Di satu sisi era globalisasi memperluas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman keberadaan bisnis eceran ditengahtengah masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan dalam pola

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gambar 1.1 Persentase Pertumbuhan Omzet Ritel Modern Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gambar 1.1 Persentase Pertumbuhan Omzet Ritel Modern Nasional BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia menjadi negara dengan perkembangan kelas menengah terbesar di dunia. Hasil dari data Bank Dunia mencatatkan bahwa jumlah kelas menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, terjadi pula pergeseran tata kehidupan masyarakat secara menyeluruh

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, terjadi pula pergeseran tata kehidupan masyarakat secara menyeluruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan semakin banyak dan kompleksnya tantangan yang ada di dalamnya. Seiring dengan hal tersebut, terjadi

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha saat ini telah membawa para pelaku dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan konsumen. Berbagai pendekatan dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di antaranya melalui promosi terhadap produk-produk yang ditawarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di antaranya melalui promosi terhadap produk-produk yang ditawarkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bauran Promosi Setiap perusahaan yang menghasilkan suatu produk berusaha agar produk-produk yang ditawarkan dapat diserap oleh masyarakat secara optimal. Untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka penelitian ini

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka penelitian ini BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka penelitian ini menghasilkan kesimpulan umum bahwa perilaku pembelian produk fashion oleh konsumen wanita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan yang semakin ketat, perubahan lingkungan yang cepat, dan kemajuan teknologi yang pesat mendorong pelaku usaha untuk selalu melakukan perubahan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Lingkungan Dalam Toko terhadap Niat Pembelian Ulang pada Konsumen

BAB II URAIAN TEORITIS. Lingkungan Dalam Toko terhadap Niat Pembelian Ulang pada Konsumen BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Purba (2008), melakukan penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Lingkungan Dalam Toko terhadap Niat Pembelian Ulang pada Konsumen Toserba Carrefour Plaza

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa contoh bentuk pusat perbelanjaan modern seperti minimarket,

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa contoh bentuk pusat perbelanjaan modern seperti minimarket, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis ritel di Indonesia sudah semakin pesat. Hal ini ditandai dengan keberadaan pasar tradisional yang mulai tergeser oleh munculnya

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penjualan Pribadi (Personal Selling) Menurut Kotler (2010: 29), pemasaran adalah suatu proses sosial-manajerial yang membuat seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mall mendorong terjadinya pembelian secara tiba-tiba atau pembelian impulsif,

BAB I PENDAHULUAN. mall mendorong terjadinya pembelian secara tiba-tiba atau pembelian impulsif, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya kecenderungan orang untuk berbelanja di supermarket atau mall mendorong terjadinya pembelian secara tiba-tiba atau pembelian impulsif, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar, maka Indonesia dapat menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk memasarkan produk-produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis UKDW

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bisnis ritel, merupakan bisnis yang menjanjikan karena dapat memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia di akhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melewati tiga tahap yang berbeda namun berhubungan yang harus dilalui, tahap

BAB I PENDAHULUAN. melewati tiga tahap yang berbeda namun berhubungan yang harus dilalui, tahap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pengambilan keputusan konsumen untuk membeli suatu barang melewati tiga tahap yang berbeda namun berhubungan yang harus dilalui, tahap yang pertama berupa input

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dalam keadaan pembuatan keputusan secara cepat tanpa memikirkan akibat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dalam keadaan pembuatan keputusan secara cepat tanpa memikirkan akibat BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Impulse Buying Impulse Buying adalah perilaku berbelanja yang terjadi secara tidak terencana dalam keadaan pembuatan keputusan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk memuaskan kebutuhan konsumen atau pelanggannya akan barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Sejarah PT Carrefour di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Sejarah PT Carrefour di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1.Gambaran Umum Objek Penelitian Kecenderungan impulse buying merupakan fenomena yang sering terjadi di masyarakat. Menurut Ma ruf dalam penelitian Divianto (2013 : 4) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

PENGANTAR BISNIS MINGGU KE-6. Pemasaran. Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si

PENGANTAR BISNIS MINGGU KE-6. Pemasaran. Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si PENGANTAR BISNIS MINGGU KE-6 Pemasaran Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si Definisi Pemasaran Kotler dan Lane (2007): Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ritel merupakan mata rantai yang penting dalam proses distribusi barang dan merupakan mata rantai terakhir dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ritel merupakan mata rantai yang penting dalam proses distribusi barang dan merupakan mata rantai terakhir dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ritel merupakan mata rantai yang penting dalam proses distribusi barang dan merupakan mata rantai terakhir dalam suatu proses distribusi. Melalui bisnis ritel, suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Bauran Pemasaran Bauran pemasaran menurut Kotler, (2002 :18) adalah Seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. alat pemasaran yang disebut dengan bauran pemasaran(marketing mix). Marketing

BAB I PENDAHULUAN UKDW. alat pemasaran yang disebut dengan bauran pemasaran(marketing mix). Marketing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan bisnis saat ini disebabkan oleh perubahaan pola pikir konsumen yang dinamis. Dengan dasar inilah maka dapat dikatakan bahwa kegiatan pemasaran sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. promosi secara berkesinambungan dan terarah akan mampu mencapai hasil. tawarkan demi mencapai tujuan finansial dan nonfinansial.

BAB 1 PENDAHULUAN. promosi secara berkesinambungan dan terarah akan mampu mencapai hasil. tawarkan demi mencapai tujuan finansial dan nonfinansial. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah : Perusahaan dewasa ini menganggap bahwa promosi merupakan bagian penting dari pemasaran, karena pihak perusahaan berharap dengan promosi yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin ketatnya kondisi persaingan yang ada menuntut setiap perusahaan untuk mampu mempertahankan usahanya. Hal ini merupakan suatu peluang dan tantangan bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kunci utama dalam memenangkan persaingan. harus mengkaji sikap konsumen terhadap produk yang dihasilkan dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kunci utama dalam memenangkan persaingan. harus mengkaji sikap konsumen terhadap produk yang dihasilkan dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Perkembangan dunia usaha saat ini mengalami kemajuan yang cukup pesat sehingga tingkat persaingan semakin ketat. Tingkat perkembangan industri yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan kebutuhan konsumen maka produsen perlu memahami perilaku

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan kebutuhan konsumen maka produsen perlu memahami perilaku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik, karena preferensi dan sikap terhadap obyek setiap orang berbeda. Semakin beragamnya keinginan dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran dalam suatu perusahaan memegang peranan yang sangat penting, karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketatnya persaingan bisnis saat ini membuat perusahaan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketatnya persaingan bisnis saat ini membuat perusahaan melakukan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Ketatnya persaingan bisnis saat ini membuat perusahaan melakukan berbagai cara untuk menarik minat konsumen terhadap produk mereka. Syarat agar suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang yang sama sehingga banyak perusahaan yang tidak dapat. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. bidang yang sama sehingga banyak perusahaan yang tidak dapat. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian Indonesia yang semakin maju dan mengalami perkembangan, ini ditunjukkan semakin banyaknya bermunculan perusahaan industri, baik industri

Lebih terperinci

Kebutuhan. Keinginan. Pasar. Hubungan. Permintaan. Transaksi. Produk. Nilai & Kepuasan. Pertukaran

Kebutuhan. Keinginan. Pasar. Hubungan. Permintaan. Transaksi. Produk. Nilai & Kepuasan. Pertukaran Kebutuhan Pasar Keinginan Hubungan Permintaan Transaksi Produk Pertukaran Nilai & Kepuasan Memaksimumkan konsumsi Memaksimumkan utilitas (kepuasan) konsumsi Memaksimumkan pilihan Memaksimumkan mutu hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konvensional menuju konsep pemasaran modern. Faktor - faktor seperti

BAB I PENDAHULUAN. konvensional menuju konsep pemasaran modern. Faktor - faktor seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran saat ini terus berkembang dan berubah, dari konsep pemasaran konvensional menuju konsep pemasaran modern. Faktor - faktor seperti meningkatnya jumlah pesaing,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia usaha yang sangat kompetitif menuntut perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia usaha yang sangat kompetitif menuntut perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan dunia usaha yang sangat kompetitif menuntut perusahaan untuk merancang dan mengaplikasikan strategi pemasaran seakurat mungkin dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ritel adalah sebuah set aktivitas bisnis untuk menambahkan nilai pada produk

BAB I PENDAHULUAN. Ritel adalah sebuah set aktivitas bisnis untuk menambahkan nilai pada produk BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Ritel adalah sebuah set aktivitas bisnis untuk menambahkan nilai pada produk dan jasa yang dijual kepada konsumen untuk kegunaan pribadi atau keluarga konsumen.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang.

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas konsumen terdiri dari tiga kegiatan, yaitu: berbelanja, melakukan pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, konsumen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan usaha ritel di Indonesia dipicu oleh semakin pesatnya persaingan dalam pasar konsumen akhir dan faktor sosial. Dengan perkembangan ritel yang semakin

Lebih terperinci

Pengaruh Atmosfer Toko Terhadap Keputusan Pembelian

Pengaruh Atmosfer Toko Terhadap Keputusan Pembelian Pengaruh Atmosfer Toko Terhadap Keputusan Pembelian I. Pengertian Perilaku Konsumen Menurut Solomon (2000), perilaku konsumen adalah studi yang meliputi proses ketika individu atau kelompok tertentu membeli,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan

BAB II LANDASAN TEORI. maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Sehubungan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan penjelasan. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah krisis ekonomi yang berkepanjangan, membuat setiap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah krisis ekonomi yang berkepanjangan, membuat setiap masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di tengah krisis ekonomi yang berkepanjangan, membuat setiap masyarakat berlomba-lomba untuk mulai berusaha dan beraktivitas untuk mendapatkan penghasilan agar dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Buchari Alma, 2005:130

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Buchari Alma, 2005:130 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peningkatan taraf hidup masyarakat dan perkembangan zaman telah mempengaruhi banyak hal, salah satunya gaya hidup dan kebutuhan yang semakin meningkat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. banyak bermunculan perusahaan dagang yang bergerak dibidang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. banyak bermunculan perusahaan dagang yang bergerak dibidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan di bidang perekonomian selama ini telah banyak membawa akibat perkembangan yang pesat dalam bidang usaha. Sejalan dengan itu banyak bermunculan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri ritel merupakan industri yang strategis bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Industri ini merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Teori Pemasaran Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar adalah himpunan semua pelanggan potensial yang sama-sama mempunyai kebutuhan atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Pemasaran Pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR Jurusan : Administrasi Bisnis Konsentrasi : Mata Kuliah : Pengantar Bisnis

BAHAN AJAR Jurusan : Administrasi Bisnis Konsentrasi : Mata Kuliah : Pengantar Bisnis BAB 7 Manajemen Pemasaran 7.1. Konsep-Konsep Inti Pemasaran Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan produk, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian dan perkembangan zaman khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian dan perkembangan zaman khususnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perekonomian dan perkembangan zaman khususnya Indonesia telah semakin modern, berdampak pada pergeseran budaya berbelanja masyarakat di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini perkembangan bisnis pakaian fashion telah

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini perkembangan bisnis pakaian fashion telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini perkembangan bisnis pakaian fashion telah mengalami peningkatan yang pesat yang terjadi di berbagai Negara, dengan adanya perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kotler (2009 ; 215) : Eceran (retailing)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kotler (2009 ; 215) : Eceran (retailing) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tantangan era globalisasi serta kondisi perekonomian yang kondusif memberikan suatu peluang bagi para pelaku bisnis untuk terus berinovasi dan berkreasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia bisnis sekarang ini identik dengan persaingan dalam memperebutkan pelanggan potensial dan mempertahankan pelanggan yang ada. Persaingan bisnis hampir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleksitas dan berbagai tekanan yang dihadapi perusahaan meningkat. Globalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleksitas dan berbagai tekanan yang dihadapi perusahaan meningkat. Globalisasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi telah menimbulkan persaingan pada bisnis global sehingga kompleksitas dan berbagai tekanan yang dihadapi perusahaan meningkat. Globalisasi ini diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lain (Kotler dan Amstrong, 2008:5). Dalam definisi manajerial, banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang lain (Kotler dan Amstrong, 2008:5). Dalam definisi manajerial, banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial di mana pribadi atau organisasi memperoleh apa yang dibutuhkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. macam kegiatan pemasaran yang tidak lepas dari perilaku konsumen.

BAB 1 PENDAHULUAN. macam kegiatan pemasaran yang tidak lepas dari perilaku konsumen. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang maju dan berkembang pesat, telah menjadi perubahan berbagai sektor, termasuk bidang industri dan produksi serta pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga perusahaan memiliki strategi tersendiri dalam menarik konsumen yang

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga perusahaan memiliki strategi tersendiri dalam menarik konsumen yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan dunia industri fashion yang meningkat tanpa disadari ternyata juga memberikan peningkatan pada animo masyarakat dalam memilih fashion yang diinginkan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. adalah Manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan, implementasi dan

BAB II LANDASAN TEORI. adalah Manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan, implementasi dan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Pemasaran 2.1.1 Pengertian Manajemen Pemasaran Definisi manajemen pemasaran menurut Kotler dan Amstrong (2005 : 18) adalah Manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis pasar modern sudah cukup lama memasuki industri retail Indonesia dan dengan cepat memperluas wilayahnya sampai ke pelosok daerah. Bagi sebagian konsumen pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini seringkali disebabkan oleh keseragaman target market yang dimiliki bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini seringkali disebabkan oleh keseragaman target market yang dimiliki bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya bisnis kafe dewasa ini, telah menyebabkan semakin tinggi tingkat persaingan dalam memperebutkan dan mempertahankan konsumennya. Hal ini seringkali disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era yang modern, pertumbuhan ekonomi terus berkembang seiring

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era yang modern, pertumbuhan ekonomi terus berkembang seiring BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era yang modern, pertumbuhan ekonomi terus berkembang seiring perkembangan yang disertai dengan kemajuan teknologi. Segala kemudahan yang diciptakan oleh manusia,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam suatu penelitian diperlukan dukungan dukungan hasil penelitian yang telah ada sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang sedang diteliti. Begitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen 2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen Pengertian Menurut Prasetijo (2005:15) perilaku konsumen dimaknai sebagai proses yang dialalui oleh seseorang dalam mencari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (JBE), hlm Dani Mohamad Dahwilani, Pertumbuhan Ritel Indonesia Peringkat 12 Dunia,

BAB I PENDAHULUAN. (JBE), hlm Dani Mohamad Dahwilani, Pertumbuhan Ritel Indonesia Peringkat 12 Dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri ritel di Indonesia cukup menarik bagi pendatang baru dimana pasar yang ada saat ini cukup potensial melihat peningkatan ekonomi dan peningkatan jumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gagasan, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gagasan, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Konsumen 2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen Perilaku konsumen merupakan studi tentang cara individu, kelompok, dan organisasi menyeleksi, membeli, menggunakan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ini adalah tingkat pertumbuhan ritel tertinggi yang pernah dicapai Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Ini adalah tingkat pertumbuhan ritel tertinggi yang pernah dicapai Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan era globalisasi saat ini membawa kemajuan diberbagai bidang, salah satunya bidang perdagangan. Perdagangan di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat

Lebih terperinci

MARKETING MANAGEMENT 12 th edition. Pertemuan 11 Strategi Distribusi

MARKETING MANAGEMENT 12 th edition. Pertemuan 11 Strategi Distribusi MARKETING MANAGEMENT 12 th edition Pertemuan 11 Strategi Distribusi Kotler Keller Saluran Pemasaran Seperangkat organisasi yang saling bergantung yang terlibat di dalam suatu proses penyampaian produk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena saat ini tidak bisa dilepaskan dari perilaku konsumen yang menjadi target pasar suatu perusahaan ritel modern. Indonesia merupakan negara berkembang yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketat, terutama dalam industri otomotif. Hal ini di sebabkan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. ketat, terutama dalam industri otomotif. Hal ini di sebabkan kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi persaingan di dunia bisnis menjadi lebih ketat, terutama dalam industri otomotif. Hal ini di sebabkan kebutuhan manusia tidak hanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Pemasaran

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Pemasaran 6 BAB II LANDASAN TEORI 2. 2 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan yaitu mempertahankan kelangsungan

Lebih terperinci