BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA Pemahaman Diri Siswa 1. Pengertian Pemahaman Diri Pemahaman diri banyak diperbincangkan oleh banyak orang dan setiap orang mengartikan pemahaman diri menurut cara pandang mereka masing-masing. Maslow menyebutnya personal meaning yang dimuat Kira pada yahoo answer menggambarkan bahwa meaning dialami dari aktualisasi diri, individu yang termotivasi untuk mengetahui alasan atau maksud dari keberadaan dirinya. Ia juga mengatakan bahwa setiap individu memiliki dorongan untuk memenuhi kebutuhannya dari yang sederhana sampai kebutuhan yang kompleks. Aktualisasi diri adalah pencapaian suatu potensi terbesar dalam diri, menjadi yang terbaik yang dapat dilakukannya, dan mencapai tujuan hidup dirinya. Selalin itu Baumeister mengatakan bahwa meaning mengandung beberapa bagian kepercayaan yang saling berhubungan antara benda, kejadian dan hubungan. Baumeister menekankan bahwa meaning pada akhirnya memberikan arahan, intensi pada setiap individu, di mana perilaku menjadi memiliki tujuan, daripada hanya berperilaku berdasarkan insting atau impuls.

2 Menurut Reker yang di tulis oleh Maria Antoinete pada blog menjelaskan bahwa orang yang memahami diri adalah mereka yang memiliki tujuan hidup, memiliki arah, rasa memiliki kewajiban dan alasan untuk ada (eksis), identitas diri yang jelas dan kesadaran sosial yang tinggi. Pemahaman diri adalah suatu cara untuk memahami, menaksir karakteristik, potensi dan atau masalah (gangguan) yang ada pada individu atau sekelompok individu (buku ajar-pemahaman individu teknik.non.html). Menurut Santrock, Pemahaman diri (self Understanding) adalah gambaran kognitif remaja mengenai dirinya, dasar, dan isi dari konsep diri remaja ( Menurut Hartono (2010: 209) pemahaman diri siswa SMA adalah pengenalan secara mendalam atas potensi-potensi dirinya yang mencakup ranah minat, abilitas, kepribadian, nilai dan sikap yang mana pengenalan siswa atas pribadinya sendiri mencakup dua sisi yaitu pengenalan siswa atas keunggulannya dan pengenalan siswa atas kekurangannya sendiri. Kekuatan merupakan seperangkat kemampuan yang dimiliki siswa baik yang bersifat potensial maupun aktual. Kekuatan siswa menggambarkan keunggulan, kehebatan pribadi siswa, sedang kekurangan siswa adalah sejumlah keterbatasan yang dimiliki siswa. Kekurangan siswa menggambarkan ketidak mampuan siswa yang menjadi hambatan siswa dalam meraih cita-cita.

3 Dalam modul layanan informasi tentang pemahaman diri yang disusun oleh tim konselor RSMABI Jawa Tengah pada workshop penyusunan modul RSMABI Jawa Tengah tanggal 6 s/d 9 Nopember 2009 menggambarkan bahwa pengelan terhadap diri sendiri merupakan kemampuan seseorang dalam mengeksplorasi potensi diri sendiri yang terdiri dari potensi fisik dan potensi psikis. Potensi psikis yaitu kelebihan pada anggota badan, panca indera beserta kekuatan/ kualitasnya, sedangkan potensi psikis yaitu seluruh kemampuaqn dan kekuatan yang dimiliki seseorang yang berkaitan dengan kemampuan kejiwaan antara lain : intelektual(iq), bakat, minat, dan sifat, ciri-ciri kepribadian. Sumber lain, dalam materi kuliah perencanaaan karier yang susun di Universitas Negeri Malang (UM) jurusan Bimbingan Konseling dan Psikologi menyatakan tujuan materi pemahaman diri adalah membantu siswa mengeksplorasi kemampuan/ bakat, miatnya, nilai-nilai kepribadian dan kemampuan emosioalnya dalam rangka memahami diri dalam kaitannya dengan memasuki dunia kerja. Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa pemahaman diri adalah suatu situasi yang dialami individu dimana seseorang mengenal tentang potensinya baik potensi fisik maupun potensi psikisya sehingga individu memahami arah dan tujuan hidupnya atau cita-cita. Potensi fisik yaitu sejumlah kemampuan yang ada pada anggota badan dan panca indra individu sedangkan potensi psikis

4 individu mencakup minat, abilitas, kepribadian, nilai dan sikap. Pemahaman yang dimaksudkan disini tidak hanya terbatas pada pengenalan siswa atas keunggulannya saja tetapi juga mencakup pengelan siswa atas kekurangan yang ada dalam diri. 2. Tujuan Pemahaman Diri Pemahaman diri merupakan aspek penting bagi siswa SMA. Siswa yang memahamai diri lebih memiliki peluang yang besar dalam meraih cita-cita dari pada siswa yang belum mengenal dengan baik akan diri mereka sendiri, karena mereka yang memahami diri telah memahi kemampun, minat, kepribadian, dan nilai termasuk kelebihan dan kekurangan yang ada dalam diri mereka sehingga mereka memiliki arah dan tujuan hidup yang realistis dimana mereka memilliki cita-cita yang sesuai dengan potensi diri. Menurut Muhamat Farid ( ketika seseorang mengetahui kondisi dan gambaran tentang dirinya maka dia akan dapat menjalani hidupnya dengan nyaman dan juga memiliki rasa percaya diri yang kuat karena sudah memiliki pandangan diri yang jelas. Dalam materi kuliah yang disusun di Universitas Negeri Malang dengan materi pemahaman diri

5 ditujukan agar siswa mampu mempersiapkan diri dalam memasuki dunia kerja, sehingga dapat mencapai kesuksesan dalam karier. Pemahaman diri atau disebut knowing yourself oleh Levinson, Ohler, Caswell dan Kiewra merupakan aspek penting dalam pengambilan keputusan ( dalam Hartono, 2010: 61) selanjutnya kemampuan siswa dalam pengambilan keputusan karier merupakan wujud nyata dari kematangan perkembangan karier siswa. Sedangkan kematanngan karier menurut Super ( dalam Hartono, 2010: 63) memilki enam dimensi, yaitu; (1) dimensi membuat pilihan karier, (2) dimensi kompetensi khusus tentang mencari informasi karier dan keterampilan-keterampilan membuat perencanaan karier, (3) dimensi konsistensi pilihan-pilihan, (4) dimensi pengenbangan konsep diri, (5) dimensi kebebasan membuaat keputusan karier, dan (6) dimensi konsistensi membuat pilihan yang realistis berdasarkan tujuan pribadi. Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa tujuan pemahaman diri bagi siswa adalah: a. Mampu mengeksplorasi potensi diri mereka

6 yang mencakup: minat, abilitas, dan cita-cita sehingga individu dapat merencanakan karier yang sesuai dengan potensi diri. b. Siswa bisa mempersiapkan diri dengan baik dalam memasuki dunia kerja. Dengan persiapan yang matang individu dapat mencapai kesuksesan dalam berkarier. c. Siswa mencapai kematangan dalam perkembangan karier d. Siswa mampu mengambil keputusan karier secara mandiri 3. Ciri-ciri Siswa yang Memahami Dirinya Siswa SMA merupakan usia dimana seseorang mencapai kematangan kariernya. Kematangan karier bagi siswa terbukti bila mereka mampu mengambil keputusan karier secara mandiri, dimana kemandirian itu tidak pernah terlepas dari pengaruh pemahaman diri siswa. Menurut Bastaman (dalamhttp://rumahbelajarpsikologi.com) menjelaskan dalam diri seseorang yang memahami diri terjadi meningkatnya kesadaran atas buruknya kondisi diri pada saat ini dan keinginan kuat untuk

7 melakukan perubahan kearah kondisi yang lebih baik. Almond (dalam mereka yang memahami diri yaitu; (1). Orang yang percaya bahwa hidupnya bermakna, secara positif pasti meyakini konsep-konsep tertentu, seperti humanistik, religiusitas, atau idiosyncratic yang berhubungan dengan makna kehidupan, (2). Konsep meaning yang mereka yakini, memunculkan kekonsistensian mereka untuk mencapai arah dan tujuan hidup mereka, (3). Orang yang percaya bahwa hidup mereka bermakna, entah hidup mereka sudah bermakna atau mereka yang masih berusaha mencapai tujuan hidupnya, (4). Dalam proses mencapai tujuan hidup yang mereka buat, dalam diri seseorang, akan muncul perasaan signifikan pada diri mereka sendiri dan rasa bangga terhadap kehidupan mereka. Muhamat Farid, dalam tesisnya yang dimuat pada blog menjelaskan bahwa ketika seseorang mengetahui kondisi dan gambaran tentang dirinya maka dia akan dapat menjalani hidupnya dengan nyaman dan juga memiliki rasa percaya diri yang kuat karena sudah memiliki pandangan diri yang jelas. Dalam sumber yang sama dijelaskan juga bahwa percaya diri terkait dengan (1) self-concept yaitu bagaiman Anda menyimpulkan diri anda secara keseluruhan, bagaimana Anda melihat potret diri Anda secara keseluruhan, bagaimana Anda

8 mengkonsepsikan diri anda secara keseluruhan, (2). Self-esteem: sejauh mana Anda punya perasaan positif terhadap diri Anda, sejauhmana Anda punya sesuatu yang Anda rasakan bernilai atau berharga dari diri Anda, sejauh mana Anda meyakini adanya sesuatu yang bernilai, bermartabat atau berharga di dalam diri Anda, (3). Selfefficacy: sejauh mana Anda punya keyakinan atas kapasitas yang Anda miliki untuk bisa menjalankan tugas atau menangani persoalan dengan hasil yang bagus (to succeed). Ini yang disebut dengan general Self-efficacy atau sejauhmana Anda meyakini kapasitas anda di bidang anda dalam menangani urusan tertentu. Ini yang disebut dengan specific self-efficacy, (4). Self-confidence; sejauhmana Anda punya keyakinan terhadap penilaian Anda atas kemampuan Anda dan sejauh mana Anda bisa merasakan adanya kepantasan untuk berhasil. Self confidence itu adalah kombinasi dari self esteem dan self-efficacy. Rahmat Arif Gunawan menjelaskan dalam blognya bahwa sebuah perjuangan besar yang harus dilalui seseorang dalam kehidupan adalah memahami diri, dengan memahami seseorang akan mampu mencapi kesuksesan. Menurutnya pemahaman diri bias dicapai dengan jalan berfikir positif dan memiliki kebiasaan yang efektif. Dari uraian-uraian diatas penulis dapat menyimpulkan siswa yang memahami diri memiliki ciri-ciri sebagai berikut;

9 a.percaya diri Dalam kamus istilah Bimbingan dan konseling yang ditulis Thantaway ( percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Menurut Hakim ( rasa percaya diri yaitu suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya. Jadi, dapat dikatakan bahwa seseorang yang memiliki kepercayaan diri akan optimis di dalam melakukan semua aktivitasnya, dan mempunyai tujuan yang realistik, artinya individu tersebut akan membuat tujuan hidup yang mampu untuk dilakukan, sehingga apa yang direncanakan akan dilakukan dengan keyakinan akan berhasil atau akan mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Hakim juga mengemukakan cirri individu yang percaya diri sebagai berikut: 1) Selalu bersikap tenang di dalam mengerjakan segala sesuatu; 2) Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai; 3) Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul di dalam berbagai situasi. 4) Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai

10 situasi; 5) Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilannya; 6) Memiliki kecerdasan yang cukup; 7) Memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup; 8) Memiliki keahlian atau keterampilan lain yang menunjang kehidupannya, misalnya ketrampilan berbahasa asing; 9) Memiliki kemampuan bersosialisasi; 10) Memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang baik; 11) Memiliki pengalaman hidup yang menempa mentalnya menjadi kuat dan tahan di dalam menghadapi berbagai cobaan hidup; 12) Selalu bereaksi positif di dalam menghadapi berbagai masalah, misalnya dengan tetap tegar, sabar, dan tabah dalam menghadapi persoalan hidup. b. Befikir positif, dengan cirri sebagai berikut: 1) melihat masalah sebagai tantangan 2) menikmati hidupnya 3) pikiran terbuka untuk menerima saran dan ide 4) mengenyahkan pikiran negatif segeraa setelah melintas di pikiran 5) mensyukuri apa yang dimilikinya, bukan berkeluh kesah. 6) tidak mendengarkan gosip dan isu yang tidak tentu

11 7) Tidak banyak excuse, langsung action. 8) Menggunakan bahasa positif, optimis. 9) Menggunakan bahasa tubuh yang positif 10) peduli pada citra diri sendiri c. Memiliki kebiasaan yang efektif, dengan cirri sebagai berikut: 1) Menjadi proaktif 2) Merujuk pada tujuan akhir 3) Mendahulukan yang utama 4) Berpikir dan bertindak menang-menang 5) Berusaha mengerti terlebih dahulu baru dimengerti 6) Mewujudkan sinergi 7) Melakukan evaluasi 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Diri Siswa Pemahaman diri (minat, abilitas, kepribadian, nilai-nilai dan sikap, kelebihan dan kekurangan) di pengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang turut mempengaruhi pemahaman diri ditentukan oleh diri terbuka dan tertutup. Kepribadian yang terbuka berkonstribusi positif

12 terhadap pemahaman diri, sedangkan kepribadian yang tertutup adalah faktor penghambat dalam pemahaman diri. Faktor eksternal (lingkungan) yang mempengaruhi pemahaman diri antara lain, lingkungan keluarga, teman sebaya, dan sekolah. Menurut Hurlock ( masa remaja dikatakan sebagai masa transisi karena belum mempunyai pegangan, sementara kepribadianya masih menglami suatu perkembangan, remaja masih belum mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisiknya. Remaja masih labil dan mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya. Remaja sebagai bagian dari generasi penerus yang menjadi tonggak sebagai individu yang bermakna pada hari kemudian diharapkan juga memiliki pemahaman tentang diri yang benar, hal tersebut sangat diperlukan bagi setiap orang dalam menjalani kehidupannya, sehingga di peroleh suatu gambaran yang jelas tentang dirinya dan supaya sremaja bias menjalankan apa yang sudah didapatkannya. Pada kesempatan ini penulis lebih menekan pada pengaruh lingkungan sekolah terhadap pemahaman diri siswa terletak pada peran kepala sekolah, sataf administrasi, guru mata pelajaran, dan peran konselor sekolah dalam melaksanakan program bimbingan dan konseling. Program bimbingan yang dilaksanakan oleh

13 konselor sekolah mencakup empat bidang antara lain; bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan karier, dan bimbingan belajar. Untuk mewujudkan tujuan bimbingan di sekolah, konselor perlu melaksanakan berbagai kegiatan layanan bantuan dimana salah satunya adalah layanan informasi. Pemahaman diri siswa SMA di pengaruhi oleh pelaksanaan layanan informasi dalam bidang bimbingan karier, yang mana materi dalam pemberian informasi kepada siswa mencakup, potensi diri (minat, abilitas, nilai-nilai dan sikap) serta kekuatan atau kelebihan dan kekurangan/ kelemahan diri. Bimbingan Karier 1. Pengerttian Bimbingan Karier di SMA Menurut Munandir (dalam Hartono, 2010: 24) bimbingan karier adalah proses membantu siswa dalam hal memahami dirinya, memahami lingkungan khususnya memahami lingkungan dunia kerja, menentukan pilihan kerja, dan akhirnya membantunya dalam mewujudkan keputusan yang diambilnya. Menurut Hartono, (2010: 24) bimbingan karier adalah proses bantuan yang diberikan oleh konselor kepada siswa dalam bentuk berbagai aktivitas

14 bimbingan kelompok atau individual, agar para siswa mampu mencapai pemahaman diri, pemahaman karier, dan mampu memperoleh kemandirian dalam pengambilan keputusan karier, dapat meraih dan mempertahankan kariernya dalam kehidupan di masyarakat. Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bimbingan karier adalah suatu proses bantuan yang diberikan oleh konselor kepada siswa dalam bentuk bimbingan kelompok atau individu agar siswa dapat memahami dirinya, memahami karier, mandiri dalam merencanakan dan menentukan karier hingga dapat meraih karier dan mempertahankan kariernya dalam kehidupan di masyarakat. 2. Tujuan Bimbingan Karier di SMA Pelaksanaan bimbingan karier di SMA bertujuan agar siswa dapat memahami dirinya, memahami kariernya, dan mandiri dalam merencanakan karier serta mandiri menentukan pilihan kariernya. Menurut Hartono, (2010: 26) tujuan bimbingan karier di SMA sebagi berikut: (1) siswa dapat memahami dirinya dalam hal; minat, abilitaas, kepribadian, nilai-nilai dan sikap, serta kelebihan dan

15 kekurangan-kekurangannya, (2) siswa dapat memahami dunia kerja seperti berbagai jenis karier dan peluang untuk mencapainya, (3) siswa dapat mempertemukan potensi diri dan kesempatan-kesempatan alternatif pilihan karier yang sesuai dengan potensi dirinya, (4) siswa dapat memperoleh kemandirian dalam membuat keputusan karier yang sesuai dengan potensi dirinya dan mampu mengikuti pendidikan karier dengan baik, dan (5) siswa dapat mengembangkan sikap positif terhadap pilihan kariernya, meraih dan mempertahan kariernya dalam kehidupan masyarakat mendatang. Peters dan Shetzer ( diakses tanggal, 15 Mei 2010, Pkl. 21: 40 WIB), mengemukakan bahwa tujuan bimbingan karir adalah membantu siswa dengan cara yang sistematis dan terlibat dalam perkembangan karir. Guru pembimbing hendaknya dapat membantu siswa merencanakan karirnya sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat yang dimilikinya. Surya (1988:14) menyatakan bahwa tujuan bimbingan karir adalah membantu individu memperoleh kompetensi yang diperlukan agar dapat menentukan perjalanan hidupnya dan mengembangkan karir kearah yang dipilihnya secara optimal. Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan, tujuan bimbingan karier sebagai berikut: (1) siswa dapat memahami dirinya sendiri yang

16 mencakup; minat, abilitas, nilai-nilai dan sikap, serta kelebihan dan kekurangan diri sendiri, (2) siswa dapat memahami tentang dunia kerja, (3) siswa dapat mencapai kematangan karier yang meliputi: perencanaan karier, pemilihan karier secara mandiri, dan dapat mengembangkan karier kearah yang lebih optimal. 3. Fungsi Bimbingan Karier Menurut James C. Hansen, dan kawan-kawan, ada empat fungsi utama bimbingan dalam memberikan bantuan layanan bimbingan yang berkaitan dengan pilihan pekerjaan, jabatan atau karier yaitu; (1) fungsi yang berkenaan dengan masalah penempatan. Di sini petugas bimbingan terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan analisis pekerjaan, dan keterangan adanya lowongan pekerjaan, serta pembahasan tentang pengenbangan pekerjaan atau penciptaan pekerjaan baru. Semua ini bermanfaat sebagai sumber informasi bagi klien yang memerlukannya. (2) berkenaan dengan menyesuaikan diri terhadap pekerjaan yang sedang dijabat. (3) fungsi yang berkenan dengan kepuasan kerja dalam menjabat suatu pekerjaan. Di sini sebelum seseorang memasuki suatu pekerjaan tertentu terlebih dahulu dibahas

17 mengenai segi positif dan segi negatif dari pekerjaan kepada klien. Dengan pembahasan ini akan dapat dipertemukan antara unsur subyektif dan realistik, sehingga klien dapat memahami faktor-faktor kepuasan kerja yang dijabat. (4) fungsi yang berkenaan dengan masalah pergantian pekerjaan. Di sini petugas bimbingan bertugas menangani klien-klien yang melepaskan pekerjaan atau jabatan, dan kemudian mencari pekerjaan atau jabatan sebagai penggantinya, ( dikutip dari Dewa Ketut Sukardi, 1984: 252) Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa bimbingan karier memiliki fungsi sebagai berikut: (1) sebagai sumber informasi karier bagi siswa, (2) membekali siswa agar mampu menyesuiakan diri dengan pilihan karier, (3) memberikan informasi kepada siswa tentang segi positif dan negatif dari suatu karier, sehingga siswa mampu mentukan karier yang realistik, (4) membantu siswa dalam menyelesaikan masalah masalah-masalah yang berkaitan dengan karier. 4. Prinsip-prinsip Bimbingan Karier di SMA Menurut Hartono, (2010: 27), prinsip-prinsip bimbingan karier sebagaiberikut: 1) Prinsip-primsip yang berkenaan dengan sasaran

18 layanan, yang mencakup: (1) bimbingan karier melayani semua siswa tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, bangsa, agama, dan status sosial ekonomi, (2) bimbingan karier berurusan dengan sikap dan tingkah laku siswa yang terbentuk dari aspek kepribadian yang kompleks dan unik, oleh karena itu bimbingan karier perlu menjangkau keunikan dan kommpleksitas pribadi siswa, (3) untuk meningkatkan pelayanan bimbingan karier sesuai dengan kebutuhan siswa, perlu dipahamai keunikan siswa dengan berbagai kekuatan, kelemhan dan permasalahan kariernya, (4) setiap aspek pola kepribadian yang kompleks seserorang siswa, mengandung faktor-faktor yang secara potensial mengarah kepada sikap dan pola-pola tingkah laku yang tidak seimbang. Oleh karena itu pelayanan bimbingan karier harus mempertimbangkan berbagai aspek kepribadian itu, dan (5) meskipun beberapa individu memilki persamaan dalam beberapa hal, perbedaan individu harus dipahami dalam rangka upaya meamberikan bimbingan karier kepada mereka. 2) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan permasalahan yang dialami siswa, meliputi: (1) bimbingan karier berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental dan fisik siswa dalam kaitannya dengan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh lingkungan pekerjaan terhadap kondisi mental dan fisik siswa, dan (2) kesenjangan sosial, ekonomi, dan budaya merupakan faktor timbulnya masalah siswa yang semuanya menjadi perhatian bimbingan karier. 3) Prinsi-prinsip yang berkenaan dengan program layanan, yang mencakup: (1) bimbingan karier merupakan bagian integral dari pelayanan bimbingan dan konseling, oleh karena itu program bimbingan karier harus selaras dan dipadukan dengan programnbimbingan dan konseling sekolah (2) program bimbingan karier harus fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan siswa, masyarakat, dan kondisi sekolah, (3) program bimbingan karier di sekolah disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan yang terendah sampai yang tertinggi, dan (4) pelaksanaan bimbingan karier perlu dievaluasi (assesment) secara teratur dan terarah.

19 4) Pelaksanaan yang berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan, yang meliputi: (1) bimbingan karier harus diarahkan untuk membantu siswa yang akhirnya mampu membimbing dirinya sendiri (self help) dalam menghadapi masalah karier, (2) dalam proses bimbingan karier keputusan yang diambil dan dilaksanakan siswa hendaknya ataas keinginan siswa sendiri, bukan karena kemauan atau desakan dari konselor atau pihak lain, (3) permasalahan karier siswa harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, (4) kerja sama knselor, guru-guru lain, dan orang tua sangat menentukan hasil bimbingan karier, dan (5) pengembangan program bimbingan karier dilakukan melalui pemanfaatan hasil evaluasi (assesment) terhadap siswa yang mendapatkan bimbingan karier. 5. Layanan Informasi dalam Bimbingan Karier di SMA 1)Pengertian Layanan Informasi Bimbingan Karier Layanan informasi di SMA yang dilaksanakan oleh konselor sekolah dapat dilaksanakan melalui bimbingan kelompok dan individu. Dengan layanan informasi akan secara langsung bisa membantu siswa dalam memahami dirinya tentang potensi yang dimilikinya, minat, nilai-nilai dan sikap, kekuatan dan kelemahaman yang ada pada diri mereka sendiri. Menurut Dewa Ketut (1984: 238). Pemberian informasi karier kepada para siswa di sekolah hendaknya mengacu kepada kebutuhan-kebutuhan

20 individu siswa, sekolah, dan dunia kerja atau lapangan kerja yang tersedia, serta dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan lain yang berhubungan dengan perkembangan pribadi, pendidikan, dan sosial dari individu siswa. Hartono, (2010: 32) menyatakan bahwa layanan inforamsi dapat dilaksanakan oleh konselor sekolah kepada seluruh konseli yang berlangsung di dalam kelas melalui komunikasi secara langsung, yang bertujuan agar konseli dapat memperoleh pemahaman tentang diri yang mencakup: minat, kemampuan, keterampilan, kepribadian, sikap dan nilai-nilai) serta kondisi dunia kerja yang mencakup: perkembangan dunia kerja, iklim kehidupan dunia kerja, dan cara melamar pekerjaan. 2) Materi Layanan Informasi dalam Bimbingan Karier Dalam penelitian ini penulis membatasi materi layanan informasi dalam bimbingan karier yang diberikan kepada siswa yakni: (a) layanan informasi bimbingan karier dengan topik mengenal minat; (b) layanan informasi bimbingan karier dengan topik memahami abilitas; (c) layanan informasi bimbingan karier dengan topik memahami karakteristik kepribadian; (d) layanan informasi bimbingan karier dengan topik nilai-nilai dan sikap

21 karier siswa. Minat, merupakan perasaan tertarik dari seseorang terhadap obyek atau kegiatan tertetu. Menurut Hartono (2010:70) minat adalah suatu sikap ketertarikan individu pada suatu obyek, aktivitas, perbuatan yang disertai adanya intensitas: perhatian, perasaan senang, dan keterlibatan perilaku individu pada obyek, aktivitas atau perbuatan tersebut. Strong (dalam Hartono, 2010: 70) mengungkapakan empat elemen minat yaitu: (1). Cognition (kognisi) merupakan atribut kualitatif minat pertama yang ditandai adanya perhatian atau atensi subyek pada suatu obyek atau aktivitas, (2). Affection (afeksi) merupakan atribut kualitatif minat kedua yang ditandai adanya perasaan senang terhadap suatu kegiatan atau aktivitas tertentu, (3). Conation (konasi) merupakan atribut kualitatif minat ketiga yang perwujudannya dalam bentuk adanya suatu kehendak pada aktivitas atau kegiatan yang diminati, (4). Action (tindakan) merupakan atribut kualitatif minat yang keempat yang ditandai adanya perbuatan/ kegiatan pada bidang yang diminati. Hartono (2010: 72), mengungkapkan ragam minat siswa mencakup tiga kelompok yaitu: (1). Minat pada kegiatan intra kurikuler, (2). Minat pada bidang kegiatan ekstra kurikuler, dan (3). Minat pada kegiatan karier. Dengan demikian sesorang dikatakan memiliki minat pada suatu aktivitas jika orang tersebut mampu

22 menunjukkan sikap tertariknya pada suatu aktivitas. Dengan adanya layanan informasi dalam bimbingan karier diharapkan siswa mampu mengenal minat mereka sendiri yang pada akhirnya siswa merasa tertarik untuk mengembangkan minat yang ada dalam diri mereka dan menunjang dalam merencana dan mengembangkan karier mereka. Abilitas, menurut Maltby, Gage & Berliner (Hartono, 2010: 79) abilitas merupakan kemampuan individu yang mencakup tiga aspek: Pertama, abilitas sebagai kemampuan untuk memahami obyek abstrak seperti idea-idea, simbol-simbol, hubunganhubungan, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip, Kedua, abilitas sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah seperti masalah belajar, ekonomi, sosial, budaya dan masalah-masalah lain, Ketiga, abilitas sebagai kemampuan untuk belajar seperti belajar matematika, belajat tentang bahasa, belajar tentang komputer, belajar tentang sejarahm dan lain-lain. Hartono (2010:79), abilitas adalah sejauh mana kemampuan atau kecerdasan individu dalam melakukan perbuatan atau aktivitas, perbuatan atau aktivitas tersebut mencakup banyak hal seperti aktivitas untuk memahami sesuatu hal yang bersifat abstrak dan konkrit, aktivitas untuk memecahkan masalah (problem solving), aktivitas belajar, dan aktivitas yang dapat mengahasilkan produk yang berguna bagi masyarakat.

23 Kepribadian, kepribadian seseorang tergambar dari apa yang dia inginkan, dan apa yang di lakukan seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Hartono, (2010: 89) kepribadian adalah (1). Sebagai suatu sistem yang terorganisir dari berbagai sifat-sifat yang unik yang menentukan perwujudan perilaku seseorang, (2). Kepribadian bersifat dinamis artinya dapat mengalami perubahan atas hasil interaksi faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal, dan (3). Kepribadian menggambarkan keunikan seseorang. Holand menguraikan tipe kepribadian sebagai berikut: a). Tipe realistis, orang yang memiliki tipe kepribadian realistis memiliki ciri-ciri: suka hal-hal yang praktis, pemalu, tulus, patuh, berani berterus terang, rajin, materialis, kurang terlibat dengan orang lain, suka pada sesuatu yang sudah pasti, dan suka kegiatan di luar ruangan. b). Tipe intelektual, orang yang memilki tipe kepribadian ini memiliki ciri-ciri: selalu ingin tahu, serius, orisinil, berpendirian teguh, selalu disiplin, suka menyelidiki sesuatu, optimis, berfikir yang kompleks, kurang bergaul dan menghargai pendekatan ilmiah. c). Tipe artistik, individu yang memiliki tipe kepribadian artistik memilki ciri-ciri: suka santai, seederhana, sulit menyesuaikan diri, perasaan peka, mudah terpengaruh, idialis, imajinatif,

24 mudah emosional, ekspresionis, dan menghargai seni. d). Tipe sosisal, individu yang bertipe kepribadian ini memiliki ciri-ciri: mudah bergaul, mudah menyesuaikan diri, suka menolong, ramah, mudah memahami orang lain, suka bekerja sama, peduli sesama, menghargai perbedaan, mudah membuat keputusan, dan suka membimbing orang lain. e). Tipe usaha, orang yang bertipe kepribadian ini memiliki ciriciri: percaya diri, irit, rajin, mudah menyesuaikan diri, enerjik/lincah, suka manipulasi, mampu memimpin, ingin berkuasa, dan orang yang berambisius. f). Tipe konvensional, individu yang bertipe kepribadian ini memiliki ciri-ciri: patuh, setia, suka hal-hal yang praktis, efisien, berbahasa yang baik, rajin, suka mengabdi, disiplin, tidak suka hal-hal yang imajinatif, dan suka bekerja keras. Nilai dan Sikap, nilai dan sikap merupakan dua hal yang berbeda namun saling berkaitan. Nilai merupakan keyakinan seseorang menegenai cara bertingkah laku terhadap tujuan akhir dari individu, sedangkan sikap menurut Hartono (2010:97) sikap merupakan kecendrungan merespon atau pernyaataan evaluatif seseorang kepada sesuatu hal. Nilai seseorang memiliki orientasi seperti; orientasi diri, orientasi keluarga, dan orientasi sosial. Orientasi diri, menganggap sangat penting pertimbangan pribadi menjadi prioritas dalam mengambil keputusan atau

25 tindakan. Individu lebih mengutamakan pandakan pribadi untuk memilih suatu tindakan seperti dalam memilih olah raga, pendidikan, keterampilan, atau pekerjaan yang baik bagi dirinya. Orientasi keluarga, pertimbangan dalam menentukan suatu tindakan itu baik atau tidak perlu dilakukan atau tidak, lebih menekankan pada kepentingan keluarga. Individu dengan orientasi nilai ini lebih memperioritaskan apakah suatu tindakan akan dilakukan atau tidak lebih mengutamakan apakah tindakan tersebut menguntungkan atau justru dapat merugikan keluarga. Orientasi sosial, Pertimbangan individu dalam orientasi sosial ini menaruh nilai tertinggi pada pandangan orang lain. Sesuatu akan dilakukan bila dengan tindakan tersebut dapat membantu orang lain dan ia tidak akan melakukan bila mana tindakannya dapat merugikan orang lain. 3)Metode Layanan Informasi dalam Bimbingan Karier Layanan informasi dapat diselenggarakan melalui berbagai cara seperti ceramah, tanya jawab, dan diskusi selanjutnya dapat dilengkapi dengan peragaan, selebaran, tayangan foto, film, video, dan peninjauan tempat-tempat atau objek-objek yang di maksud. Uraian mengenai metode pemberian informasi bimbingan karier adalah sebagai berikut: a) Ceramah

26 Metode ceramah adalah metode yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi dan termasuk metode yang paling sederhana. Metode ceramah ini akan bagus jika didukung dengan alat-alat dan media. Penyajian informasi ini dapat dilakukan oleh konselor/ guru pembimbing, kepala sekolah, guru-guru dan dapat juga dengan mendatangkan narasumber. b) Diskusi Metode diskusi yaitu metode informasi untuk bertukar informasi, pendapat-pendapat dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud-maksud mendapat pengertian yang lebih jelas dan lebih cermat dengan topik yang dibahas. Di dalam diskusi siswa didorong untuk mendapatkan sebanyak mungkin bahan informasi yang akan disajikan dan guru pembimbing memberikan pengarahan ataupun melengkapi informasiinformasi yang akan dibahas. Diskusi dapat menarik perhatian siswa jika dalam diskusi tersebut menampilkan berbagai contoh dan peragaan. c) Karyawisata Metode karyawisata yaitu metode yang dapat membantu siswa belajar dengan menggunakan berbagai sumber yang ada dalam masyarakat yang dapat menunjang perkembangan mereka, dan juga dapat membantu mengembangkan sikap-

27 sikap terhadap pendidikan, pekerjaan dan berbagai masalah dalam masyarakat. d) Buku Panduan Metode buku panduan yaitu metode yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam mendapatkan banyak informasi yang berguna seperti buku panduan sekolah, pekerjaan, selain itu juga siswa dapat diajak untuk membuat buku karier yang merupakan kumpulan berbagai artikel dan keterangan tentang pekerjaan atau pendidikan dari koran atau media cetak. e) Konferensi Karier Metode konferensi karier yaitu metode yang melibatkan para narasumber baik dari kepala usaha, jawatan atau dinas pendidikan untuk menyajikan tentang berbagai aspek program pendidikan, latihan atau pekerjaan dengan melibatkan siswa sehingga terjadi suatu tanya jawab dan diskusi. Pola yang diikuti dalam konferensi karier yaitu menyisihkan waktu selama satu jam/ lebih di luar hari-hari sekolah setiap semester, menyediakan waktu sehari penuh/ lebih setiap semester untuk mengadakan konferensi karier, dan menyediakan jadual konferensi dengan mengadakan pertemuan sekali setiap minggu, serta mengadakan pekan bimbingan karier selama satu minggu terus menerus.

28 Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu metode ceramah, diskusi dan tugas disertai dengan tanya jawab sehingga terjadi suatu komunikasi langsung dua arah. Dengan adanya metode tersebut siswa akan memperoleh kesempatan yaitu berupa pengalaman dan informasi/ pengetahuan/ wawasan tentang dirinya sendiri yakni memahami tentang potensi diri, dan kekuatan dan kelemahan diri sendri. Hubungan Layanan Informasi dalam Bimbingan Karier Terhadap Pemahaman Diri Siswa. Layanan informasi bimbingan karier adalah seperangkat kegiatan dalam memberikan informasi karier kepada siswa sehingga dengan informasi-informasi itu siswa dapat memahami dirinya sendiri yaitu pengenalan lebih dalam tentang potensi diri, kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri. Pelaksanaan layanan informasi secara efektif dengan materi layanan tentang potensi diri yang mencakup minat, abilitas, nilai-nilai dan sikap, serta kelebihan dan kekurangan diri secara signifikan dapat meningkatkan pemahaman diri siswa SMA. Hal ini terbukti seperti pada penelitian yang dilaksanakan oleh Nur Khayati (UNNES) tentang (Efektivitas Layanan Informasi dalam Bimbingan Karier terhadap Kesiapan Kerja ditinjau dari Aspek Psikologis pada Siswa kelas

29 III, Tahun Pelajaran 2005/ 2006), bahwa Minat, pada pemahaman minat, skor yang dihasilkan dalam pre test adalah 65,6% dengan kriteria sedang, setelah diberikan layanan informasi bimbingan karier menunjukkan adanya peningkatan skor sebesar 78,1% yaitu dengan kriteria tinggi berarti selisih peningkatannya sebesar 12,5%. Nilai, pada pemahaman nilai yang diyakini memperoleh skor yang dihasilkan dalam pre test adalah 59,1% dengan kriteria sedang, setelah diberikan layanan informasi bimbingan karier menunjukkan adanya peningkatan skor sebesar 80,2% yaitu dengan kriteria tinggi berarti selisih peningkatannya sebesar 21,1%, Sikap, pada pengembangan sikap skor yang dihasilkan dalam pre test adalah 61,6% dengan kriteria sedang, setelah diberikan layanan informasi bimbingan karier menunjukkan adanya peningkatan skor sebesar 81,6% yaitu dengan kriteria tinggi berarti selisih peningkatannya sebesar 20,0%. Selain hal diatas yang membuktikan bahwa layanan informasi bimbingan karier memiliki kaitan yang sangat erat dengan pemahaman diri siswa, Ahmat Sudrajat juga menerangkan bahwa salah satu tujuan khusus bimbingan konseling yang terkait dengan aspek karier adalah memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat, dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan ( Hartono juga membuktikan dalam penelitiannya tentang bimbingan karier berbantuan komputer untuk siswa SMA yang menerangkan bahwa aspek pemahaman diri siswa mengalami peningkatan setelah diberi

30 layanan bimbingan karier berbantuan komputer dimana siswa diberikan informasi tentang potensi diri melalui jaringan online. Hal-hal diatas merupakan bukti bahwa terdapat hubungan antara bimbingan karier dengan pemahaman diri, dimana pemahaman diri itu bisa diwujudkan melalui layanan informasi dalam bidang bimbingan karier.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengenai eksistensi individulisnya, pengamatan tentng apa yang merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengenai eksistensi individulisnya, pengamatan tentng apa yang merupakan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Konsep Dasar Pemahaman Diri Pemahaman diri berasal dari kata pemahaman dan diri. Sobur (2003:499) mengemukakan bahwa diri (self) adalah komposisi pikiran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Tentang Penggunaan Buku Kerja Layanan Informasi. Menurut Sujarwas, buku pelajaran sebagai salah satu sumber belajar,

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Tentang Penggunaan Buku Kerja Layanan Informasi. Menurut Sujarwas, buku pelajaran sebagai salah satu sumber belajar, BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Tentang Penggunaan Buku Kerja Layanan Informasi Dalam layanan Informasi, media merupakan pendukung yang dapat mempermudah proses pemberian layanan oleh guru pembimbing kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan proses pendidikan. Bimbingan diartikan sebagai suatu proses. mengarahkan diri sendiri, dan mewujudkan diri sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan proses pendidikan. Bimbingan diartikan sebagai suatu proses. mengarahkan diri sendiri, dan mewujudkan diri sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bimbingan dan konseling di sekolah merupakan satu kesatuan dalam keseluruhan proses pendidikan. Bimbingan diartikan sebagai suatu proses memberikan bantuan kepada seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karier adalah bagian hidup yang berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karier

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 9 BAB II TINJAUAN TEORI A. Minat Siswa Kelas XII SMA Mengikuti Ujian Nasional Kejar Paket C sebagai Alternatif Kelulusan 1. Pengertian Minat Siswa Kelas XII SMA Mengikuti Ujian Nasional Kejar Paket C sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju serta terbukanya pasar global akan menstimulus kita untuk selalu meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Manusia sebagai pemegang dan penggerak utama dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia tidak pernah statis, semenjak pembuahan hingga ajal selalu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia tidak pernah statis, semenjak pembuahan hingga ajal selalu terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia tidak pernah statis, semenjak pembuahan hingga ajal selalu terjadi perubahan, baik dalam kemampuan fisik maupun kemampuan psikologis. Masa bayi berlangsung dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut turut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Bimbingan Kelompok. 1. Pengertian Bimbingan Kelompok. Sebelum membahas lebih lanjut tentang bimbingan kelompok, akan diuraikan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Bimbingan Kelompok. 1. Pengertian Bimbingan Kelompok. Sebelum membahas lebih lanjut tentang bimbingan kelompok, akan diuraikan BAB II KAJIAN TEORI A. Bimbingan Kelompok 1. Pengertian Bimbingan Kelompok Sebelum membahas lebih lanjut tentang bimbingan kelompok, akan diuraikan terlebih dahulu tentang pengertian bimbingan. Bimbingan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. KEMATANGAN KARIR 1. Pengertian Kematangan Karir Crites (dalam Salami, 2008) menyatakan bahwa kematangan karir sebagai sejauh mana individu dapat menguasai tugas-tugas perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsep Diri Istilah konsep diri biasanya mengarah kepada sebuah pembentukan konsep pribadi dari diri seseorang. Secara umum konsep diri adalah pandangan dan sikap

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia. 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Layanan Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia. Dari manusia artinya pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa tidak hanya didukung oleh pemerintah yang baik dan adil, melainkan harus ditunjang pula oleh para generasi penerus yang dapat diandalkan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORITIK BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan gabungan dari prestasi belajar dan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi. Prestasi dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN MASALAH 1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi, sosial, budaya masyarakat dewasa ini semakin pesat. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep diri Konsep diri adalah gambaran tentang diri individu itu sendiri, yang terjadi dari pengetahuan tentang diri individu itu sendiri, yang terdiri dari pengetahuan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH PERSEPSI SISWA TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DI SMA NEGERI 6 MUARO JAMBI

ARTIKEL ILMIAH PERSEPSI SISWA TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DI SMA NEGERI 6 MUARO JAMBI ARTIKEL ILMIAH PERSEPSI SISWA TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DI SMA NEGERI 6 MUARO JAMBI Oleh : VERA MUTIA NIM. EA1D08002 PROGRAM EKSTENSI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG POLA BIMBINGAN KARIR BAGI SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-FALAH DAN KETERKAITANNYA DENGAN TEORI BIMBINGAN KARIR

BAB IV ANALISIS TENTANG POLA BIMBINGAN KARIR BAGI SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-FALAH DAN KETERKAITANNYA DENGAN TEORI BIMBINGAN KARIR 95 BAB IV ANALISIS TENTANG POLA BIMBINGAN KARIR BAGI SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-FALAH DAN KETERKAITANNYA DENGAN TEORI BIMBINGAN KARIR A. Analisis tentang Pola Bimbingan Karir bagi Santriwati Pondok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu, terkait dengan pemilihan jurusan kuliah di Perguruan Tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu, terkait dengan pemilihan jurusan kuliah di Perguruan Tinggi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karir merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan dewasa, oleh karena itu perlu adanya persiapan saat seseorang berada pada usia remaja yaitu, terkait dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk mengerjakan sesuatu sendiri, melainkan orang tua harus menemani dan memberi bimbingan sampai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah jenjang pendidikan yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesiapan Kerja. mempraktekkan sesuatu. Pendapat yang hampir sama dikemukakan Kartono dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesiapan Kerja. mempraktekkan sesuatu. Pendapat yang hampir sama dikemukakan Kartono dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesiapan Kerja 1. Pengertian Kesiapan Kerja Kesiapan (readiness) menurut Kamus Psikologi adalah tingkat perkembangan dari kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk

Lebih terperinci

1. Periode 18/ 19 tahun 20/ 21 tahun yaitu mahasiswa semester I s/ d semester IV. Pada periode ini tampak karakteristik sebagai berikut : Stabilitas

1. Periode 18/ 19 tahun 20/ 21 tahun yaitu mahasiswa semester I s/ d semester IV. Pada periode ini tampak karakteristik sebagai berikut : Stabilitas 1. Periode 18/ 19 tahun 20/ 21 tahun yaitu mahasiswa semester I s/ d semester IV. Pada periode ini tampak karakteristik sebagai berikut : Stabilitas kepribadian mulai meningkat Pandangan lebih realistis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas BAB II KAJIAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Sejarah self efficacy pertama kali diperkenalkan oleh Bandura dalam pembelajaran sosial, dimana self efficacy merupakan turunan dari teori

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten A. Deskripsi Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia terlibat dengan banyak hal, dari yang sepele sampai yang kompleks. Pengambilan keputusan merupakan bagian dari hidup manusia dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilannya (underemployed) dan tidak menggunakan keterampilannya

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilannya (underemployed) dan tidak menggunakan keterampilannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari seperempat angkatan muda Indonesia kini menganggur dan masih banyak lagi yang mengerjakan pekerjaan yang tidak sesuai dengan ketrampilannya (underemployed)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kemandirian Belajar 1. Pengertian Kemandirian Belajar Hiemstra yang dikutip Darmayanti (2004) menyatakan tentang kemandirian belajar sebagai bentuk belajar yang memiliki tanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang kehidupan. Persaingan, baik di bidang ekonomi, pendidikan, teknologi politik, menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di sepanjang kehidupannya sejalan dengan pertambahan usianya. Manusia merupakan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kesiapannya dalam menghadapi kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. pada kesiapannya dalam menghadapi kegiatan belajar mengajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pendidikan di Indonesia tidak hanya terletak pada persoalan, pengajar/ dosen, sarana prasarana serta media pembelajaran. Masalah pembelajaran jauh lebih kompleks

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. A. Deskripsi Konseptual Dan Subfokus Penelitian 1. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar

BAB II KAJIAN TEORETIS. A. Deskripsi Konseptual Dan Subfokus Penelitian 1. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar BAB II KAJIAN TEORETIS A. Deskripsi Konseptual Dan Subfokus Penelitian 1. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan layanan bimbingan dan konseling belajar

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK Emilia Roza (Eroza82@yahoo.com) 1 Muswardi Rosra 2 Ranni Rahmayanthi Z 3 ABSTRACT The objective of this research was

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini,

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, pendidikan semakin menjadi suatu kebutuhan yang tidak terelakkan. Pendidikan memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sisten Kredit Semester UKSW, 2009). Menurut Hurlock (1999) mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. Sisten Kredit Semester UKSW, 2009). Menurut Hurlock (1999) mahasiswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak pihak sekarang ini yang mengritik tajam sistem pendidikan di Indonesia. Ada yang merasa bahwa sekolah-sekolah di negeri ini hanya menghasilkan manusia-manusia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah mahasiswa di Indonesia cenderung meningkat. Latief (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa Indonesia pada tahun

Lebih terperinci

FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING

FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 Hak cipta Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING Dr. Catharina

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

PENGENALAN DOSEN PENASEHAT AKADEMIK

PENGENALAN DOSEN PENASEHAT AKADEMIK PENGENALAN DOSEN PENASEHAT AKADEMIK Sub Pokok Bahasan : Tugas dan peran dosen PA Karakteristik dosen PA yang efektif Modalitas yang dimiliki dosen sebagai PA Masalah yang dihadapi dosen PA Faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XI merupakan masa usia seseorang di sebut remaja. Pikunas (1976) menyatakan bahwa masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan formal yang menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional dan mempunyai tujuan untuk menyiapkan peserta didik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja selalu menjadi perbincangan yang sangat menarik, orang tua sibuk memikirkan anaknya menginjak masa remaja. Berbicara tentang remaja sangat menarik karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita individu. Pendidikan secara filosofis merupakan proses yang melibatkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam semua aspek kehidupan manusia termasuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya manusia di ciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dan di kodratkan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individual memiliki unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin lahir dalam keadaan normal, namun pada kenyataannya ada orang yang dilahirkan dengan keadaan cacat. Bagi orang yang lahir dalam keadaan cacat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan dengan tujuan untuk membentuk karakteristik seseorang agar menjadi lebih baik. Melalui jalur pendidikan formal, warga negara juga diharapkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

SUYUT ADIN FEBRIANTO NPM

SUYUT ADIN FEBRIANTO NPM PENGARUH LAYANAN INFORMASI DENGAN MEDIA FILM TERHADAP PENYESUAIAN DIRI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 17 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: SUYUT ADIN FEBRIANTO NPM :

Lebih terperinci

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR Murhima A. Kau Universitas Negeri Gorontalo Email : murhimakau@ymail.com ABSTRAK Permasalahan kreativitas menjadi sangat penting untuk dibicarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992).

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian Konsep Diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga berprestasi maka setiap siswa diharapkan untuk mempersiapkan diri agar dapat menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri guna memasuki masa dewasa. Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan, salah satu tugas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri. Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri. Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Efikasi Diri A. Efikasi Diri Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam teori sosial kognitif atau efikasi diri sebagai kepercayaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima belas tahun sampai dengan dua puluh dua tahun. Pada masa tersebut, remaja akan mengalami beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian, kreativitas dan produktivitas. Namun, pendidikan di sekolah sampai

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian, kreativitas dan produktivitas. Namun, pendidikan di sekolah sampai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa adalah manusia berpotensi yang layak dikembangkan untuk mencapai kemandirian, kreativitas dan produktivitas. Namun, pendidikan di sekolah sampai saat

Lebih terperinci

PERSEPSI, NILAI DAN SIKAP. DRA. SUMARNI P., Msi

PERSEPSI, NILAI DAN SIKAP. DRA. SUMARNI P., Msi PERSEPSI, NILAI DAN SIKAP DRA. SUMARNI P., Msi Persepsi Persepsi merupakan proses kognitif yang kompleks. Persepsi dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan impresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini kita semua pasti pernah merasakan tekanan-tekanan batin akibat kesalahan

BAB I PENDAHULUAN. ini kita semua pasti pernah merasakan tekanan-tekanan batin akibat kesalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Didalam dunia pendidikan saat ini terjadi kesadaran akan pentingnya penerimaan atas diri. Salah satunya adalah menghargai diri sendiri. Dalam hidup ini kita

Lebih terperinci

Sigit Sanyata

Sigit Sanyata #3 Sigit Sanyata sanyatasigit@uny.ac.id Komitmen kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/ Madrasah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Aktivitas matematika seperti problem solving dan looking for

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Aktivitas matematika seperti problem solving dan looking for 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Aktivitas matematika seperti problem solving dan looking for problems (Gravemeijer,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia pendidikan, kini orangtua semakin memiliki banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk mendaftarkan

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia 1 B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia akan mengalami serangkaian tahap perkembangan di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia adalah tahap remaja. Tahap

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak, baik di luar dan di dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup. Proses

Lebih terperinci

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran Pendidikan bertanggungjawab mengembangkan kepribadian siswa sebagai upaya menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keterampilan yang memadai. Mahasiswa bukan hanya mampu

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keterampilan yang memadai. Mahasiswa bukan hanya mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hakekat belajar di Perguruan Tinggi adalah membangun pola pikir dalam struktur kognitif mahasiswa, bukan sekedar untuk memperoleh materi kuliah sebanyak-banyaknya

Lebih terperinci

TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISWA

TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISWA ARTIKEL ILMIAH TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISWA DI SMP NEGERI 24 KOTA JAMBI OLEH : IIN ERA 1D010090 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2014 0 TINGKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses interaksi bertujuan, interaksi ini terjadi antara guru dan siswa, yang bertujuan meningkatkan perkembangan mental sehingga menjadi mandiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap manusia wajib untuk belajar baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, remaja berasal dari kata Latin adolensence yang berarti tumbuh atau

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, remaja berasal dari kata Latin adolensence yang berarti tumbuh atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa yang penuh dengan dinamika. Dikatakan demikian karena memang masa remaja adalah masa yang sedang dalam tahap pertumbuhan. Ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia memiliki potensi di dalam dirinya. Potensi

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia memiliki potensi di dalam dirinya. Potensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya setiap manusia memiliki potensi di dalam dirinya. Potensi diri yang dimiliki seseorang, pada dasarnya merupakan sesuatu yang unik. Artinya,

Lebih terperinci

BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM Disampaikan oleh HARTONO Program Studi BK FKIP Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM Disampaikan oleh HARTONO Program Studi BK FKIP Universitas PGRI Adi Buana Surabaya BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 Disampaikan oleh HARTONO Program Studi BK FKIP Universitas PGRI Adi Buana Surabaya BAGAIMANA BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Setiap orang sepanjang hayatnya berusaha untuk memperoleh kehidupan yang layak sesuai kodratnya. Maka dari itu manusiapun berhak pula untuk mengecap pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah di pelajari dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelompok dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelompok dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pelaksanaan model konseling kelompok dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Secara uji statistik

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 2, Mei 2016 ISSN 2442-9775 PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin besarnya kebutuhan akan tenaga kerja profesional di bidangnya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai

Lebih terperinci

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan jalur pendidikan formal yang berfungsi untuk mendidik, mengajar dan melatih siswa mempersiapkan dirinya di masa yang akan datang. Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.I Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia hidup di zaman global yang menuntut perubahan sangat pesat, serta muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya. Di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak pengalaman yang remaja peroleh dalam memantapkan

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak pengalaman yang remaja peroleh dalam memantapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Konsep diri yang dimiliki remaja akan mengalami perkembangan secara terus menerus. Semakin luas pergaulan remaja dalam mengenal lingkunganya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan begitu banyak perguruan tinggi seperti

Lebih terperinci