DISUSUN OLEH TIO RIZKI PERMANA NIM :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DISUSUN OLEH TIO RIZKI PERMANA NIM :"

Transkripsi

1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING (ISR) PADA PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA (ISSI) TAHUN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) DISUSUN OLEH TIO RIZKI PERMANA NIM : JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015 i

2 ii

3 iii

4 iv

5 MOTO DAN PERSEMBAHAN MOTO After being hit by rain You will become stronger than anyone Not giving up now Doing all that you can today (After Rain _ AKB48) Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu untuk dirimu sendiri.. (QS. Al-Isra : 7) PERSEMBAHAN Skripsi ini ku persembahkan untuk : Kedua orang tuaku tercinta Kakakku tersayang Sahabat dan teman-temanku Almamater v

6 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil'alamin. Segala puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas segala limpahan rahmat dan karunia-nya, sehingga penelitian dan penulisan skripsi dengan judul "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING (ISR) PADA PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM DAFTAR INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA (ISSI) TAHUN dapat selesai sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Jurusan Perbankan Syariah Institut Agama Islam Negri (IAIN) Salatiga. Penulis menyadari bahwa dari awal, proses, dan hingga terselesainya skripsi ini banyak menghadapi kesulitan-kesulitan, namun berkat pertolongan Allah SWT dan bimbingan, saran, bantuan, doa serta dorongan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Maka dari itu, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dalam kesempatan ini, kepada : 1. Kedua orang tua yang saya hormati dan sayangi yaitu Ayahanda Edi Siswanto dan Ibunda Murtiningrum yang dengan tulus ikhlas dan penuh kasih sayang selalu mencurahkan perhatian, kepedulian, bimbingan, nasihat dukungan serta doa tiada henti kepada penulis. 2. Bapak Dr. H.Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. vi

7 3. Dr. Anton Bawono,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. 4. Fetria Eka Yudiyana, SE,.M.Si selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah S1 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. 5. Ibu Hikmah Endraswati, S.E, M.S.i selaku dosen pembimbing yang telah berkenan secara ikhlas dan sabar meluangakan waktu serta mencurahkan pikiran dan tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini. Dan juga selaku dosen wali yang telah membantu penulis dalam mengikuti dan meyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negri (IAIN) Salatiga. 6. Segenap dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negri (IAIN) Salatiga yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan. 7. Kakakku tercinta Arif Nuswantoro yang selalu mendoakan dan memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman satu bimbingan: Afiana Izatal Choir dan Any Novianti yang selalu mau berbagi cerita dengan penulis, memberikan bantuan, dan dukungan selama penulis mengerjakan skripsi ini hingga selesai. 9. Sahabat-sahabat PS-S1 dan rekan KKN Dusun Cungkup yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis baik selama dalam mengikuti perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi ini. 10. Semua pihak yang telah sangat membantu namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk sekecil apapun dukungan serta doa yang kalian berikan. vii

8 Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan yang disebabkan keterbatasan pengetahuan serta pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Dan semoga segala bentuk bantuan dan do a mereka dicatat sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapat balasan yang berlipat ganda. Amin ya robbal alamin. Salatiga, 9 Agustus 2015 Penulis Tio Rizki Permana NIM : viii

9 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan, ukuran dewan komisaris dan proporsi komisaris independen terhadap tingkat pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) pada perusahaan yang terdaftar dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Tahun Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Putri (2014). Namun, variabel independen yang digunakan Putri (2014) yaitu surat berharga syariah tidak digunakan dalam penelitian ini, dan menambah variabel umur perusahaan, ukuran dewan komisaris dan proporsi komisaris independen seta variabel dummy tahun sebagai pembeda penelitian ini. Data penelitian ini adalah data sekunder berbentuk laporan keuangan (annual report) yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) di Dengan menggunakan indeks Islamic Social Reporting (ISR) milik Othman (2009) yang berjumlah 46 item pengungkapan yang terbagi menjadi 6 tema untuk mengukur indeks ISR yang dilihat dari laporan tahunan perusahaan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) tahun berturut-turut sejumlah 324 perusahaan. Sampel dipilih dengan metode purposive sampling. Jumlah sampel penelitian ini adalah 162 perusahaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda (Multiple Regression) dengan bantuan program komputer SPSS Versi 20. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa faktor Ukuran Perusahaan (SIZE), Profitabilitas (ROA), Umur Perusahaan dan Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh signifikan terhadap Islamic Social Reporting (ISR). Sedangkan Proporsi Komisaris Independen (PKI) tidak mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap Islamic Social Reporting (ISR). Kata Kunci: Islamic Social Reporting (ISR), Ukuran Perusahaan (SIZE), Profitabilitas (ROA), Umur Perusahaan (AGE), Ukuran Dewan Komisaris (UDK), Proporsi Komisaris Independen (PKI) ix

10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii PENGESAHAN... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Batasan Penelitian Sistematika Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Teori Legitimasi Pengungkapan (Disclosure) Definisi Corporate Social Responsibility (CSR) Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Islamic Social Reporting (ISR) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ISR Ukuran Perusahaan Profitabilitas Umur Perusahaan Ukuran Dewan Komisaris Proporsi Komisaris Independen Penelitian Terdahulu x

11 2.5. Hipotesis Ukuran Perusahaan Terhadap ISR Profitabilitas Terhadap ISR Umur Perusahaan Terhadap ISR Ukuran Dewan Komisaris Terhadap ISR Proporsi Komisaris Independen Terhadap ISR Kerangka Pemikiran BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Variabel Bebas (Independen) Variabel Terikat (Dependen) Populasi dan Sampel Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Statistik Deskriptif Uji Asumsi Klasik Analisis Regresi Koefisien Determinan Uji F Uji T BAB IV ANALISIS PENELITIAN 4.1 Analisis Hasil Content Analiysis Analisa Statistik Deskriptif Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji Multikolinearitas Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi Analisis Hasil Regresi Koefisien Determinasi Uji Signifikan Simultan (Uji-F) Uji Signifikan Parsial (Uji-t) BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Keterbatasan Penulisan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN xi

12 DAFTAR TABEL 1. Tabel 1.1 Research Gap Penelitian Tabel 2.1 Daftar Peneliti Terdahulu Tabel 3.1 Rangkuman Hasil Proses Pengambilan Sampel Tabel 3.2 Kriteria Pengujian Ada Tidaknya Autokorelasi Tabel 4.1 Daftar Perusahaan dengan Skor Indeks ISR Tiga Tertinggi dan Tiga Terendah Tabel 4.2 Daftra Perushaan dengan Skor Indeks Tema ISR Tertinggi Tahun Tabel 4.3 Daftar Perusahaan dengan Fokus Tema Produk dan Jasa Tertinggi Tabel 4.4 Daftar Perusahaan dengan Fokus Tema Karyawan Tertinggi Tabel 4.5 Daftar Perusahaan dengan Fokus Tema Lingkungan Tertinggi Tabel 4.6 Daftar Perusahaan dengan Fokus Tema Tata Kelola Perusahaan Tertinggi Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Variabel ISR Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Variabel Ukuran Perusahaan yang diukur dengan Total Aset Tabel 4.9 Statistik Deskriptif Variabel Profitabilitas yang diukur dengan Retrun Of Asset (ROA) Tabel 4.10 Statistik Deskriptif Variabel Umur Perusahaan Tabel 4.11 Statistik Deskriptif Variabel Ukuran Dewan Komisaris Tabel 4.12 Statistik Deskriptif Variabel Proporsi Komisaris Independen (PKI) Tabel 4.13 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Tabel 4.14 Hasil Uji Multikolinieritas Tabel 4.15 Hasil Uji Heteroskedastisitas Tabel 4.16 Hasil Uji Autokorelasi Tabel 4.17 Hasil Regresi Model xii

13 DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 2.1 Tiga Pilar Pembangunan Berkelanjutan Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Gambar 4.1 Total Skor Indeks ISR Tahun Gambar 4.2 Total Skor Indeks ISR Masing-masing Tema Tahun Gambar 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN 1. Lampiran 1 Islamic Social Responsibility (ISR) 2. Lampiran 2 Daftar Perusahaan Sampel 3. Lampiran 3 Skor Indeks ISR Tahun Lampiran 4 Rangkuman Jumlah Perusahaan Per Pokok Pengungkapan 5. Lampiran 5 Rangkuman Data Penelitian 6. Lampiran 6 Hasil SPSS 20 xiv

15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, dunia perekonomian banyak mengalami perkembangan sejalan dengan bertambahnya waktu. Perkembangan yang begitu pesatnya antara lain ditandai dengan kemajuan di bidang teknologi informasi, persaingan yang ketat, pertumbuhan inovasi yang luar biasa yang mengakibatkan banyak perusahaan juga mengubah cara berbisnisnya. Perkembangan kondisi lingkungan tersebut turut serta mempengaruhi dunia usaha dan menciptakan persaingan yang semakin ketat. Oleh sebab itu, salah satu cara perusahaan untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat ialah perusahaan diharapkan dapat lebih transparan dalam mengungkapkan informasi tentang perusahaannya agar memperoleh citra positif kepada masyarakat luas. Salah satu hal yang perlu diungkapkan oleh perusahaan ialah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility). Corporate Social Responsibilty (CSR) secara umum didefinisikan sebagai komitmen perusahaan untuk tidak hanya berupaya mencari keuntungan dari roda bisnisnya, tetapi juga menjaga keharmonisan dengan lingkungan sosial di sekitar tempatnya berusaha, melalui upaya-upaya yang mengarah pada peningkatan kehidupan komunitas setempat di segala aspeknya (Khoirudin, 2013). 1

16 2 Saat ini isu CSR kian menjadi sorotan dalam beberapa dekade terakhir. Karena konsep CSR merupakan inti dari etika bisnis. Hal ini menjadikan perusahaan yang berkonsep single bottom line yang mengutamakan nilai perusahaan, dianggap sudah ketinggalan zaman (Widiawati, 2012). Konsep ini menekankan hanya pada pencapaian profit yang maksimal pada pelaporan laba rugi perusahaan. Widiawati (2012) menambahkan bahwa gagasan utama CSR menjadikan perusahaan dihadapkan pada konsep triple bottom line dalam bentuk tanggung jawab aspek keuangan, kehidupan sosial dan lingkungan hidup. Suharto (2011) mengungkapkan, dalam CSR, perusahaan tidak dapat dipisahkan dari para individu yang terlibat di dalamnya, yakni pemilik dan karyawannya. Mereka tidak boleh hanya memikirkan keuntungan finansial bagi perusahaannya saja melainkan harus memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap publik, khususnya masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan. Istilah mengenai Corporate Sosial Responsibility ini juga berkaitan dengan dampak lingkungan yang disebabkan oleh perusahaan yang beroperasi di lingkungan tersebut. Hal ini muncul sebagai reaksi dari banyak pihak terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi baik fisik, psikis, maupun sosial sebagai imbas dari pengelolaan sumber-sumber produksi perusahaan. Oleh karena itu, CSR dapat dijadikan keberpihakan perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan serta wahana untuk menjaga dan melakukan upaya-upaya preventif dan represif terhadap kemungkinan munculnya pandangan negatif terhadap industrialisasi.

17 3 Dewasa ini, konsep CSR mulai berkembang pesat ke arah yang positif. Berbagai perusahaan, baik nasional maupun internasional mulai menunjukkan komitmennya terhadap praktik tanggung jawab sosial kepada para pemangku kepentingan mereka. Maulida, Yulianto dan Asrori (2014) mengungkapkan bahwa praktik dalam pengungkapkan CSR di Indonesia mengalami peningkatan baik dalam kuantitas maupun kualitas dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya. Dimana pelaporan tentang CSR perusahaan yang semula bersifat sukarela (voluntary) menjadi bersifat wajib (mandatory) dengan adanya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 pasal 74 tentang Perseroan Terbatas yang menyatakan bahwa laporan tahunan harus memuat beberapa informasi, salah satunya adalah laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Akhir-akhir ini, semakin banyak perusahaan yang menerapkan prinsip syariah dalam kegiatan bisnisnya. Aspek yang mendapatkan sorotan dari menjamurnya perusahaan berlabel syariah ialah pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip hukum Islam. Dusuki (2008) menyatakan bahwa paradigma takwa kepada Allah SWT merupakan landasan utama dari CSR dalam perspektif islam. Hasil penelitian Dusuki (2008) didukung oleh Siwar dan Hossain (2009) yang mengungkapkan bahwa nilai-nilai Islam yang terdapat dalam Al-Quran dan diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW dapat digunakan sebagai landasan untuk menyelesaikan segala permasalahan di muka bumi. Al-Quran berisi berbagai macam petunjuk mengenai hukum, ekonomi, sosial, politik dan jihad. Al-

18 4 Quran juga memaparkan bahwa islam menempatkan manusia sebagai khalifah Allah SWT. Oleh karena itu, sebagai khalifah, manusia memiliki tanggung jawab untuk memelihara seluruh ciptaan Allah SWT. Konsep CSR dalam Islam lebih ditekankan sebagai bentuk ketakwaan manusia kepada Allah SWT dalam dimensi perusahaan. Dalam penelitiannya, mereka menyimpulkan bahwa nilai-nilai Islam memiliki hubungan yang relevan dan memiliki kontribusi terhadap konsep CSR yang telah berkembang saat ini. Islam memandang perusahaan bukan hanya bertanggung jawab terhadap pemegang saham, tetapi juga masyarakat dan lingkungan secara keseluruhan dengan tujuan mendapatkan ridha dari Allah SWT. Hal ini mewajibkan perusahaan untuk melaksanakan CSR dengan menjaga lingkungan dengan baik, menjamin keselamatan kerja karyawan dan melakukan kegiatan sosial. Dasar filosofi tersebut bersifat relijius, maka diyakini bahwa hubungan prinsip Islam dan CSR akan lebih bersifat berkelanjutan dibandingkan pola perusahaan konvensional. Karena jika tidak melaksanakan CSR, sama dengan melanggar perintah Allah SWT yang diyakini akan ada balasannya di dunia maupun di akhirat (Fitria dan Hartanti, 2010). Pasar modal syariah berperan penting dalam meningkatkan pangsa pasar perusahaan-perusahaan berbasis syariah di Indonesia (Putri, 2014). Pasar modal bebasis syariah di Indonesia diawali dengan dibentuknya Jakarta Islamic Index (JII). Jakarta Islamic Index ini hanya terdiri dari 30 saham syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Akan tetapi,

19 5 Efek Syariah yang terdapat di pasar modal syariah tidak hanya berjumlah 30 saham syariah (Raditya, 2012). Bapepam dan LK mengeluarkan Daftar Efek Syariah (DES) pada November 2007 sebagai satu-satunya rujukan tentang Efek Syariah di pasar modal Indonesia. Dan pada tanggal 12 Mei 2011 diluncurkan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). ISSI merupakan indeks saham yang mencerminkan keseluruhan saham syariah yang tercatat di BEI. Konstituen ISSI adalah keseluruhan saham syariah yang tercatat di BEI dan terdaftar dalam DES. Munculnya ISSI akan menjadi acuan bagi investor untuk berinvestasi di saham syariah sekaligus menggambarkan kinerja seluruh saham syariah yang tercatat di BEI serta membantu menjelaskan kesalahpahaman masyarakat yang beranggapan bahwa saham syariah hanya terdiri dari 30 saham yang masuk JII ( ). Dewasa ini pengukuran CSR masih mengacu kepada Global Reporting Initiative Index (Haniffa, 2002). Pengukuran tersebut tentunya kurang tepat karena indeks GRI belum menggambarkan prinsip-prinsip Islam. Haniffa (2002) menjelaskan bahwa terdapat keterbatasan pada kerangka pelaporan sosial yang dilakukan oleh lembaga konvensional. Karena prinsip konvensional hanya mengedepankan material saja, sedangkan prinsip syariah mencakup aspek spiritual dan moral. Oleh karena itu, Othman, Thani dan Ghani (2009) mengembangkan indeks pengungkapan yang relevan dengan hal-hal yang sesuai dengan prinsip syariah yaitu Islamic Social Reporting (ISR).

20 6 Indeks ISR merupakan tolak ukur pelaksanakaan tanggung jawab sosial syariah yang berisi kompilasi item-item standar CSR yang ditetapkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions) yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh para peneliti mengenai item-item CSR yang seharusnya diungkapkan oleh suatu entitas Islam (Othman et al, 2009). Sesuainya indeks ISR untuk entitas islam karena mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan prinsip Islam seperti transaksi yang sudah terbebas dari unsur riba, spekulasi dan gharar, serta mengungkapkan zakat, status kepatuhan syariah serta aspek-aspek sosial seperti sodaqoh, waqaf, qardul hasan, sampai dengan pengungkapan peribadahan di lingkungan perusahaan. Menurut Maulida et. al (2014), Indeks ISR ialah metode pengukuran CSR yang merupakan pengembangan pengungkapan tanggungjawab sosial yang didalamnya sesuai prinsip syariah. Pengungkapan indeks ISR di Indonesia masih bersifat sukarela, hal ini menyebabkan pelaporan ISR setiap perusahaan syariah menjadi tidak sama. Pelaporan yang tidak sama tersebut disebabkan tidak adanya standart yang baku secara syariah tentang pelaporan ISR. Dalam social reporting, karakteristik perusahaan dapat mempengaruhi kinerja serta luas penyajian laporan tahunan termasuk laporan sukarela perusahaan (Tristanti, 2012). Karakteristik perusahaan dapat dilihat dari ukuran perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan, ukuran dewan komisaris dan proporsi komisaris independen.

21 7 Untuk ukuran perusahaan, perusahaan yang lebih besar biasanya memiliki aktivitas yang lebih banyak dan kompleks, mempunyai dampak yang lebih besar terhadap masyarakat, memiliki shareholder yang lebih banyak, serta mendapat perhatian lebih dari kalangan publik, oleh karena itu perusahaan besar cenderung mendapat tekanan yang lebih untuk mengungkapakan pertanggungjawaban sosialnya (Cowen et al., dalam Putri, 2014). Amran dan Devi (2008) menambahkan bahwa suatu perusahaan yang memiliki profit lebih besar harus lebih aktif melaksanakan CSR. Karena perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang kuat akan mendapat tekanan yang lebih dari pihak eksternal untuk lebih mengungkapkan pertanggungjawaban sosialnya secara luas. Untuk umur perusahaan, Tristanti (2012) menyatakan bahwa semakin lama perusahaan dapat bertahan, maka perusahaan semakin mengungkapkan informasi sukarelanya sebagai bentuk tanggung jawabnya agar tetap diterima di masyarakat. Ukuran dewan komisaris yang dimaksud adalah jumlah anggota dewan komisaris dalam perusahaan. Coller dan Gregory dalam Sembiring (2005) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah memonitoring aktifitas perusahaan. Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, maka tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapkan ISR.

22 8 Komisaris independen merupakan komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi. Yang dimaksud terafiliasi adalah pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri, sehingga terbebas dari hubungan bisnis atau lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak hanya untuk kepentingan perusahaan (Ariningtika, 2013). Oleh karena itu, semakin banyak dewan komisaris independen, maka perusahaan akan mengungkapkan informasi sukarelanya secara lebih luas dan terbukti kebenarannya. Penelitian ini menarik untuk diteliti, sebab dengan indeks ISR, maka calon investor muslim dapat menilai apakah perusahaan yang masuk dalam pasar modal syariah benar-benar melaksanakan prinsip islam dalam operasionalnya yang tercermin dalam laporan tanggungjawab sosial perusahaan. Karena banyak kasus yang mengarah pada pelanggaran tanggung jawab sosial suatu perusahaan. Contohnya ialah melubernya lumpur dan gas panas di Kabupaten Sidoarjo yang disebabkan oleh eksploitasi PT Lapindo Brantas yang sampai saat ini belum selesai dalam ganti rugi lahan warga yang tertutup lumpur. PT. Djarum yang kita kenal bergerak dalam bidang industri rokok dan yang kita ketahui dengan maraknya isu Global Warming / pemanasan global yang diakibatkan asap rokok yang dihasilkan konsumen rokok itu sendiri. Limbah industri PT Wings Surya yang melampaui baku

23 9 mutu buangan limbah cair yang telah merusak sekitar 18 hektar tanaman padi milik warga (CSR Indonesia Newsletter : 2008). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Othman et al. (2009) pada 100 perusahaan yang terdaftar di Bursa Malaysia pada periode penelitian Hasil penelitian ini menemukan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, dan ukuran dewan direksi muslim secara signifikan mempengaruhi tingkat pengungkapan ISR, sedangkan tipe industri bukanlah faktor penting yang mempengaruhi ISR secara signifikan karena tipe industri yang satu dengan yang lain memiliki tingkat risiko yang berbeda-beda. Pada penelitian Raditya (2012) di perusahaan yang masuk Daftar Efek Syariah dengan sampel sebanyak 117 perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan selama kurun waktu tahun membuktikan bahwa penerbitan sukuk, jenis industri dan umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan ISR, sedangkan ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan ISR. Khoirudin (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh dari elemen Good Corporate Governance terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting pada perbankan syariah di Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bank umum syariah di Indonesia yang berjumlah 11 unit bank pada periode Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris terbukti memiliki pengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan Islamic social reporting pada perbankan syariah di Indonesia. Sedangkan ukuran dewan pengawas syariah tidak terbukti berpengaruh

24 10 terhadap pengungkapan Islamic social reporting pada perbankan syariah di Indonesia. Maulida, Yulianto dan Asrori (2014) mencoba menguji pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas dan kinerja lingkungan terhadap pengungkapan ISR pada perusahaan yang terdaftar di JII pada periode Sampel yang terpilih untuk penelitian sebanyak 9 perusahaan syariah dikalikan 4 tahun yaitu sebanyak 36. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel profitabilitas dan variabel kinerja lingkungan secara parsial berpengaruh terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting perusahaan syariah di JII. Sedangkan variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting perusahaan syariah di JII. Karena perusahaan yang masuk dalam penelitian ini dikategorikan sebagai perusahaan dengan ukuran perusahaan yang besar, memperlihatkan bahwa ukuran perusahaan yang diukur menggunakan total aset tidak tepat digunakan untuk perusahaan dengan berbagai sektor bidang.

25 11 Tabel 1.1 Research Gap Penelitian No Variabel Hasil Peneliti Penjelasan 1 Ukuran Perusahaan 2 Profitabilitas 3 Umur Perusahaan Othman (2009), Raditya (2012), Widyawati (2012), Putri (2014) Wicaksono (2011), Kuiksuko (2013) Othman (2009), Raditya (2012), Widyawati (2012) Dyah (2008), Suta (2012), Putri (2014) Tristanti (2012), Nurseto (2012) Akhtarudin (2005), Dyah (2008), Raditya (2012) berpengaruh karena perusahaan yang lebih besar memiliki sumber daya lebih banyak dari pada perusahaan yang lebih kecil. Tidak berpengaruh karena perusahaan yang lebih kecil melakukan pengungkapan informasi secara lebih luas agar mendapat citra positif oleh masyarakat luas. berpengaruh karena perusahaan dengan profitabilitas lebih tinggi akan mempunyai publik demand yang tinggi pula. tidak berpengaruh karena pengungkapan informasi akutansi akan mengurangi laba perusahaan karena biaya tambahan untuk mengungkapkan informasi tersebut. Berpengaruh karena semakin lama perusahaan dapat bertahan, maka perusahaan semakin mengungkapkan informasi sukarelanya sebagai bentuk tanggung jawabnya agar tetap diterima di masyarakat. tidak berpengaruh karena perusahaan yang berumur lebih muda melakukan pengungkapan informasi lebih besar untuk mengurangi ketidakpastian risiko operasi.

26 Ukuran Dewan Komisaris Proporsi Komisaris Independen Terzaghi (2012), Amirul Khoirudin (2013) Ratnasari (2011), Miftah dan Arifin (2013), Dipika (2014) Adi Wardhana (2013), Jizi et. al (2014) Ratnasari (2011), Dipika (2014) Berpengaruh karena semakin banyak dewan komisaris maka tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapkan informasi secara lebih luas. Sebagai wakil dari shareholders dewan komisaris akan membuat kebijakan menggunakan laba perusahaan untuk ektivitas operasional perusahaan yang lebih menguntungkan daripada melakukan aktivitas sosial. Berpengaruh karena perusahaan dengan tingkat proporsi dewan komisaris independen yang tinggi biasanya akan mendapat tuntutan untuk memberikan informasi lebih banyak. Tidak berpengaruh karena tugas dari komisaris independen adalah untuk menciptakan keseimbangan intern saja seperti pemegang saham utama, direksi, komisaris, manajemen, maupun pemegang saham publik. Bertolak dari hasil penelitian yang berbeda-beda, penulis tertarik untuk mengembangkan tulisan Othman et al. (2009) dengan menggunakan ISR sebagai indeks pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian mengenai ISR ini masih sangat jarang ditemui, karena penelitian terdahulu lebih banyak menggunakan indeks Global Reporting Initiatives

27 13 (GRI) sebagai guideline untuk sustainability reporting pada perusahaanperusahaan publik serta sebagian besar penelitian terdahulu berkaitan dengan pengungkapan CSR berdasarkan ketentuan syariah yang hanya spesifik terhadap bank syariah. Penulis menggunakan data perusahaan yang masuk dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) karena ISSI mampu memberikan pilihan investasi yang lebih luas. Penelitian sebelumnya kebanyakan menggunakan data perusahaan yang masuk dalam DES (Daftar Efek Syariah) oleh Widiawati dan Raditya (2012) dan JII (Jakarta Islamic Index) oleh Maulida, Yulianto dan Asrori (2014). Penelitian ini menggunakan dummy tahun dan dummy industri untuk membedakan penelitian ini dengan penelitian lainnya. Karena menurut Ghozali (2007) dummy tahun dan dummy tipe industri dapat berpengaruh terhadap variabel dependen. Kondisi di masing-masing tahun dan industri berbeda-beda sehingga diduga berpengaruh terhadap variabel dependen tersebut. Dummy tahun digunakan karena kondisi perekonomian Indonesia berbeda pada tahun 2012 dan Perekonomian Indonesia dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu kondisi perekonomian dunia, dan faktor internal yaitu kondisi perekonomian dalam negeri. Sedangkan dummy industri digunakan untuk mengetahui apakah tipe industri yang terdiri dari 8 kategori mempengaruhi pengungkapan ISR.

28 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap Islamic Social Reporting perusahaan yang terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia? 2. Apakah profitabilitas berpengaruh positif terhadap Islamic Social Reporting perusahaan yang terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia? 3. Apakah umur perusahaan berpengaruh positif terhadap Islamic Social Reporting perusahaan yang terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia? 4. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap Islamic Social Reporting perusahaan yang terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia? 5. Apakah proporsi komisaris independen berpengaruh positif terhadap Islamic Social Reporting perusahaan yang terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis dan memperoleh bukti adanya pengaruh positif ukuran perusahaan terhadap Islamic Social Reporting (ISR)

29 15 perusahaan yang terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). 2. Menganalisis dan memperoleh bukti adanya pengaruh positif profitabilitas terhadap Islamic Social Reporting (ISR) perusahaan yang terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). 3. Menganalisis dan memperoleh bukti adanya pengaruh positif umur perusahaan terhadap Islamic Social Reporting (ISR) perusahaan yang terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). 4. Menganalisis dan memperoleh bukti adanya pengaruh positif ukuran dewan komisaris terhadap Islamic Social Reporting (ISR) perusahaan yang terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). 5. Menganalisis dan memperoleh bukti adanya pengaruh positif proporsi dewan komisaris independen terhadap Islamic Social Reporting (ISR) perusahaan yang terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan daya guna bagi : 1. Bagi penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam dunia kerja. Selain itu, penelitian ini digunakan sebagai pemenuhan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi. 2. Bagi investor

30 16 Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi calon investor khususnya calon investor Muslim dalam pengambilan keputusan investasi. 3. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi perusahaan-perusahaan yang masuk dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) agar dapat melakukan tanggung jawab sosialnya dengan membuat Islamic Social Reporting (ISR) yang memadai dan sesuai dengan prinsip syariah. 4. Bagi akademisi, atau penelitian selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan referensi dalam penelitian-penelitian selanjutnya Batasan Penelitian Batasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Indeks yang digunakan mengacu pada beberapa penelitian dengan rujukan utama pada Othman et al. (2009) yang telah melakukan penilaian terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Malaysia. 2. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang masuk dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) pada tahun Sampel penelitian ini adalah sesuai dengan kriteria berikut : a. Perusahaan yang masuk Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).

31 17 b. Perusahaan yang masuk dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) sebanyak 4 periode dan tercatat (listed) di BEI selama tahun c. Laporan tahunan menggunakan mata uang Rupiah. d. Laporan tahunan tersedia Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan. Bab ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum mengenai isi penulisan secara menyeluruh. BAB II : LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang landasan teori yang digunakan dalam penelitian, landasaan teori ini diperoleh dari berbagai studi literatur yang berkaitan dengan topik. Dalam bab ini juga dijelaskan mengenai kerangka pemikiran serta penelitian-penelitian terdahulu. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang deskripsi tentang variabel-varibel penelitian, penentuan populasi dan sampel penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta metode analisis yang digunakan dalam penelitian.

32 18 BAB IV : ANALISIS DATA Bab ini berisi mengenai analisis data, interpretasi hasil dan argumen terhadap hasil penelitian. Bab ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah yang telah dikemukakan penulis. BAB V : PENUTUP Bab ini berisi tentang simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian, serta saran-saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Landasan Teori Teori Legitimasi Menurut Hadi (2011), legitimasi merupakan sistem pengelolaan perusahaan yang berorientasi pada keberpihakan terhadap masyarakat, pemerintah, individu, dan kelompok masyarakat. Dalam teori legitimasi, perusahaan secara terus-menerus mencoba untuk meyakinkan bahwa mereka melakukan kegiatan sesuai dengan batasan dan norma-norma masyarakat dimana mereka berada. Legitimasi adalah sesuatu yang penting karena perusahaan dan masyarakat sekitarnya memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Legitimasi merupakan batasan-batasan terhadap norma-norma dan nilainilai sosial sehingga diharapkan dapat mendorong organisasi berperilaku dengan memperhatikan nilai-nilai sosial di lingkungan perusahaan. Dowling dan Pfeffer dalam Harsanti (2011) menyatakan bahwa teori legitimasi menjadi suatu sumber yang menentukan keberadaan perusahaan. Perusahaan dikatakan memiliki legitimasi ketika sistem nilai perusahaan selaras dengan sistem nilai kemasyarakatan, dimana perusahaan merupakan bagian dari masyarakat. Dalam pengertian secara mendasar, legitimasi adalah hubungan sosial yang dikukuhkan sebagai hal yang benar dan tepat secara moral. Legitimasi adalah status atau kondisi yang terjadi ketika sistem nilai suatu perusahaan adalah sama dan 19

34 20 sebangun dengan masyarakat. Tristanti (2012) menambahkan bahwa legitimasi adalah proses yang mengarah ke sebuah organisasi yang dipandang sah. Organisasi berusaha untuk memastikan bahwa mereka beroperasi dalam batas-batas dan norma-norma masyarakat. Ciri organisasi yang dilegitimasi oleh masyarakat adalah sesuai dengan kerangka rasional dan legal dalam masyarakat tersebut. Meskipun perusahaan mempunyai kebijaksanaan operasi dalam batasan institusi, kegagalan perusahaan dalam menyesuaikan diri dengan norma ataupun adat yang diterima oleh masyarakat, akan mengancam legitimasi perusahaan serta sumber daya perusahaan, yang pada akhirnya akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Deegan (2000), harapan masyarakat terhadap perilaku perusahaan dapat bersifat implisit dan eksplisit. Bentuk eksplisit dari kontrak sosial adalah persyaratan legal yang tercantum dalam peraturan legal, sementara bentuk implisitnya adalah harapan masyarakat yang tidak tercantum dalam peraturan legal (uncodified community expectation). Kontrak implisit perusahaan terhadap masyarakat ialah melakukan kegiatannya berdasarkan nilai-nilai yang dijunjung di lingkungan masyarakat. Jika suatu perusahaan dapat memenuhi kontrak implisit tersebut terhadap stakeholders, maka stakeholders akan bertindak sesuai keinginan perusahaan. Sebaliknya, jika perusahaan tidak memenuhi kontrak implisit terhadap stakeholders maka akan terjadi kemungkinan kontrak implisit menjadi sesuatu yang eksplisit dan akan

35 21 menimbulkan biaya yang lebih tinggi. Jika hal ini dibiarkan terusmenerus maka akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Legitimasi dianggap seperti menyamakan persepsi atau asumsi bahwa tindakan yang dilakukan oleh suatu perusahaan merupakan tindakan yang pantas ataupun sesuai dengan sistem norma, nilai dan kepercayaan yang berkembang dalam masyarakat. Richardson dalam Harsanti (2011) mengatakan bahwa akuntansi adalah institusi yang melegitimasi dan memberikan suatu makna dimana nilai-nilai sosial dihubungkan dengan tindakan ekonomi. Teori legitimasi mendasarkan pada isu sentral dari kontrak sosial sebuah perusahaan dengan masyarakat dan memprediksi bahwa manajemen akan mengadopsi strategi tertentu (termasuk strategi pelaporan) dalam tawaran untuk menyakinkan masyarakat bahwa organisasi mengikuti nilai masyarakat dan norma yang ada. Dengan diberlakukannya pengungkapan, perusahaan merasa keberadaan dan aktivitasnya terlegitimasi. Pengungkapan adalah suatu media yang dapat menghubungkan perusahaan dengan masyarakat. Adanya pengungkapan secara sukarela oleh manajemen perusahaan akan memberikan pengetahuan dan informasi lebih tentang perusahaan kepada semua pemakai laporan, dalam hal ini termasuk masyarakat. Oleh karena itu masyarakat dapat mengetahui segala aktivitas dan kinerja perusahaan dari pengungkapan tersebut.

36 22 Tristanti (2012) menyatakan bahwa perusahaan yang sudah mengungkapkan informasi dan telah diketahui masyarakat sesuai dengan nilai dan norma yang ada, maka perusahaan tersebut akan terlegitimasi. Artinya perusahaan tersebut sudah mendapatkan reputasi yang baik di mata masyarakat, sehingga akan menghindarkan dari kemungkinan pemberhentian aktivitas perusahaan. Selain itu, dengan adanya penerimaan dari masyarakat, diharapkan menjadi nilai tambah maupun citra baik bagi perusahaan sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi stakeholders. Meskipun masih terdapat pesimisme yang kuat yang dikemukakan oleh banyak peneliti, teori ini telah dapat menawarkan sudut pandang yang nyata mengenai pengakuan sebuah perusahaan oleh masyarakat (Widiawati, 2012) Pengungkapan (Disclosure) Definisi Pengungkapan secara sederhana dapat diartikan sebagai pengeluaran informasi (Sudarmadji dan Sularto, 2007). Sementara itu menurut Haniffa (2002) yaitu membuat sesuatu menjadi diketahui atau mengungkapkan sesuatu. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengungkapan adalah pemberian informasi atas konsekuensi atau bentuk pertanggungjawaban mengenai aktivitas yang telah dilakukan oleh suatu perusahaan. Tingkat pengungkapan sangat dipengaruhi oleh sumber pembiayaan, sistem hukum, keadaan ekonomi dan politik, tingkat

37 23 perkembangan ekonomi dan tingkat pendidikan dan budaya. Menurut Cooke dalam Ayu (2010) ada beberapa biaya yang harus dikeluarkan untuk membuat pengungkapan yaitu biaya pengumpulan informasi, biaya supervise manajemen, biaya auditor dan kuasa hukum, dan biaya penyebaran informasi. Raditya (2012) menyatakan bahwa pengungkapan terbagi menjadi dua macam, yaitu : 1. Pengungkapan Wajib (mandatory disclosure) Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan informasi yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Di Indonesia, peraturan mengenai pengungkapan laporan keuangan dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM dan LK) melalui Surat Edaran Nomor SE- 02/PM/2002 yang direvisi pada Surat Edaran Nomor SE- 02/BL/2008 kemudian direvisi kempali pada Surat Edaran Nomor SE-03/BL/2011 tentang Pedoman dan Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik. 2. Pengungkapan Sukarela (voluntary disclosure) Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan melebihi yang diwajibkan. Pengungkapan sukarela merupakan cara untuk mewujudkan transparansi dalam bidang bisnis perusahaan. Selain

38 24 itu, pengungkapan sukarela juga dapat meningkatkan kepercayaan investor dan pengguna laporan keuangan lainnya. Pengungkapan fakta keuangan harus berisi informasi yang benar, akurat dan tersedia bebas untuk pengguna laporan keuangan (Raditya, 2012). Pengungkapan juga harus memberikan informasi memadahi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan para pengguna laporan keuangan. Hal ini dapat membantu dalam membuat keputusan ekonomi dan bisnis yang konsisten Corporate Social Responsibility (CSR) Menurut The World Business Council on Sustainable Development (WBCSD), pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) adalah sebagai suatu komitmen dari perusahaan untuk melaksanakan etika keprilakuan (behavioral ethnics) dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan (sustainable economic development). Karena perusahaan tidak lagi hanya dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value/ profit) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya (financial) saja. Selain mengejar profit, perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) serta turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Menurut Hackston dan Milne dalam Sembiring (2005), Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan proses pengkomunikasian

39 25 dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Hal tersebut mengakibatkan bertambahnya tanggung jawab perusahaan, di luar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham. Bertambahnya tanggung jawab berarti mengasumsikan bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham. Menurut Watts dan Holme (1999), CSR ditempatkan dalam konteks pembangunan berkelanjutan. Gambar 2.1 mengilustrasikan hubungan antara pembangunan berkelanjutan dengan konsep CSR. Corporate Responsibility (Sustainable Development) Corporate Financial Responsibility Corporate Environmental Responsibility Corporate Social Responsibility Sumber: Watts dan Holme (1999) Gambar 2.1 Tiga Pilar Pembangunan Berkelanjutan Berdasarkan Gambar 2.1, pembangunan berkelanjutan terdiri dari tiga pilar utama, yaitu tanggung jawab keuangan perusahaan, tanggung

40 26 jawab lingkungan perusahaan, tanggung jawab sosial perusahaan (Watts dan Holme, 1999). Menurut Steurer et al. (2005), pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi depan dalam memenuhi kebutuhan dan aspirasi mereka. Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan melakukan kegiatan pembangunannya saat ini tanpa mengorbankan kemampuan/manfaat di masa datang. Di Indonesia praktek pengungkapan tanggung jawab sosial diatur oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 (Revisi 2009) paragraf 12, yang menyatakan bahwa: Entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan keuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Laporan tambahan tersebut di luar ruang lingkup Standar Akutansi Keuangan. Dasar hukum CSR juga tertuang dalam UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) pasal 74 UU RI Ayat 1 mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, yaitu: Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

41 27 Dalam pelaksanaannya di Indonesia, CSR bersifat wajib bagi perusahaan. Namun pelaporan CSR belum memiliki standar baku yang berlaku berhubungan dengan hal-hal apa saja yang harus diungkapkan didalamnya. Masing-masing pihak memiliki definisi dan interpretasi yang beragam mengenai pelaporan CSR. Dalam prakteknya, CSR merupakan konsep yang sulit diartikan. Beberapa pengertian tentang CSR di atas, dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian CSR, yaitu kewajiban atau komitmen perusahaan untuk tidak hanya mencari keuntungan dalam kegiatan bisnisnya, akan tetapi juga harus memperhatikan kehidupan masyarakat dan alam di sekitar lingkungan perusahaan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Indonesia sebagai Negara muslim terbesar di dunia merupakan pasar yang sangat besar untuk pengembangan industri keuangan syariah (Raditya, 2012). Industri keuangan syariah meliputi perbankan syariah, asuransi syariah dan yang terbaru adalah pasar modal syariah. Dengan kehadiran pasar modal syariah, memberikan kesempatan bagi kalangan muslim yang ingin menginvestasikan dananya sesuai dengan prinsip syariah, sehingga memberikan ketenangan dan keyakinan atas transaksi yang halal. Pasar Modal menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, serta perusahaan publik yang berkaitan dengan efek. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pasar modal syariah adalah kegiatan

42 28 dalam pasar modal sebagaimana yang diatur dalam undang-undang yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Secara umum kegiatan pasar modal syariah tidak memiliki perbedaan dengan pasar modal konvensional, namun terdapat beberapa karakteristik khusus pasar modal syariah yaitu bahwa produk dan mekanisme transaksi tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah sebagaimana diatur dalam peraturan BAPEPAM dan LK No. IX.A.13, yaitu tidak melakukan kegiatan usaha : a. Perjudian dan permainan yang tergolong judi. b. Perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa. c. Perdagangan dengan penawaran/ permintaan palsu. d. Bank berbasis bunga. e. Perusahaan pembiayaan berbasis bunga. f. Jual beli yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) dan atau judi (maisir), antara lain asuransi konvensional. g. Memproduksi, mindistribusikan, memperdagangkan dan atau menyediakan barang atau jasa haram zatnya (haram lil-dzatihi), baarang dan jasa haram bukan karena zatnya ((haram lighairihi)yang ditetapkan oleh DSN-MUI dan atau, barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat. h. Melakukan transaksi yang mengandung unsur suap. Kumpulan efek yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah di pasar modal yang ditetapkan oleh BAPEPAM dan LK

43 29 (sekarang OJK) atau pihak yang disetujui oleh BAPEPAM dan LK disebut Daftar Efek Syariah (DES). Daftar Efek Syariah (DES) dibentuk pada tanggal 12 September DES didirikan dengan tujuan untuk memandu investor agar mengetahui perusahaan yang termasuk dalam kategori syariah. Kinerja saham-saham yang masuk dalam kategori syariah secara umum diwakili oleh 2 indeks yaitu Jakarta Islamic Index (JII) dan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Perbedaan JII dan ISSI hanya terletak pada jumlah perusahaan. Jakarta Islamic Index (JII) hanya mengambil 30 perusahaan dari DES dengan pertimbangan likuiditas, kapitalisasi dan faktor fundamental lainnya. Sedangkan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) adalah cerminan semua saham yang masuk dalam Daftar Efek Syariah (DES) yang akan dievaluasi enam bulan sekali yaitu setiap bulan Mei dan November, atau setiap adanya penyesuaian apabila terdapat saham syariah yang baru tercatat atau dihapuskan dari DES ( Islamic Social Reporting (ISR) Dalam perspektif islam, sosial reporting tidak hanya menekankan pada tanggungjawab perusahaan antar sesama manusia. Haniffa (2002) berpendapat bahwa seharusnya aspek spiritual juga dijadikan sebagai fokus utama dalam social reporting perusahaan karena para pembuat keputusan Muslim memiliki ekspektasi agar perusahaan mengungkapkan informasi-informasi secara sukarela guna membantu dalam pemenuhan

44 30 kebutuhan spiritual mereka. Oleh karena itu, ia memandang bahwa perlu adanya kerangka khusus untuk pelaporan pertanggungjawaban sosial yang sesuai dengan prinsip Islam. Kerangka tersebut tidak hanya berguna bagi para pembuat keputusan Muslim, tetapi juga berguna bagi perusahaan Islam dalam memenuhi pertanggungjawabannya terhadap Allah SWT dan masyarakat. Kerangka ini dikenal dengan sebutan Islamic Social Reporting (ISR). Islamic Social Reporting (ISR) menggunakan prinsip syariah sebagai landasan dasarnya. Prinsip syariah dalam ISR menghasilkan aspek-aspek material, moral, dan spiritual yang menjadi fokus utama dari pelaporan sosial perusahaan. Islamic Social Reporting (ISR) merupakan perluasan dari pelaporan sosial yang tidak hanya berupa keinginan besar dari seluruh masyarakat terhadap peranan perusahaan dalam ekonomi melainkan berkaitan dengan perspektif spiritual (Haniffa, 2002). Menurut Haniffa (2002), Islamic Social Reporting (ISR) memiliki dua tujuan utama. Pertama yaitu sebagai bentuk akuntabilitas kepada Allah SWT dan masyarakat. Kedua, adalah untuk meningkatakan transparansi kegiatan bisnis dengan cara memberikan informasi yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan spiritual para pembuat keputusan muslim. Abu-Tapanjeh (2009) mengungkapkan bahwa akuntabilitas tidak hanya ditujukan kepada para pemangku kepentingan saja, tetapi juga pada Allah SWT sebagai Dzat yang memiliki otoritas tertinggi dalam

45 31 memberikan keberkahan dan kesuksesan. Dengan kata lain, akuntabilitas yang utama adalah kepada Allah SWT sebagai Tuhan bagi semesta alam. Ada dua hal lagi yang merupakan hal terpenting dalam Islamic Social Reporting (ISR) menurut Othman dan Thani (2009). Pertama ialah Keadilan sosial, yang dimaksud keadilan sosial disini adalah keadilan bagi seluruh orang yang terkait dalam lingkungan perusahaan seperti keadilan kepada karyawan, pelanggan, distributor, dan seluruh anggota masyarakat dimana kegiatan bisnis tersebut beroperasi. Dan yang kedua ialah tanggungjawab perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang dimilikinya dalam upaya memberikan manfaat kepada umat agar mencapai kesejahteraan. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa islam ingin menyelaraskan antara kegiatan ekonomi dan spiritual dalam kegiatan bisnisnya. Syariah Islam memiliki tiga dimensi yang saling berhubungan, yaitu mencari ridho Allah agar tercapainya keadilan sosial, yang kemudian memberikan manfaat kepada umat, dan mencapai kesejahteraan (Haniffa, 2002). Penelitian ini menggunakan kerangka Islamic Social Reporting (ISR) dengan rujukan utama Haniffa (2002) yang dimodifikasi dengan item-item yang terdapat pada penelitian Othman et.al. (2009). Berikut keenam tema pengungkapan dalam Islamic Social Reporting (ISR) yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

46 32 1. Pendanaan dan Investasi a) Riba (interest-free) Riba berasal dari bahasa Arab yang berarti tambahan (Al- Ziyadah), berkembang (An-Nuwuw), meningkat (Al-Irtifa ), dan membesar (Al- uluw). Antonio dalam Putri (2014) memaparkan mengenai masalah riba sebagai setiap penambahan yang diambil tanpa adanya suatu penyeimbang atau pengganti ( iwad) yang dibenarkan syariah. Hal yang dimaksud transaksi pengganti atau penyeimbang yaitu transaksi bisnis atau komersil yang melegitimasi adanya penambahan secara adil, seperti jual beli, sewa menyewa, atau bagi hasil proyek dimana dalam transaksi tersebut ada faktor penyeimbang berupa ikhtiar/usaha,risiko dan biaya. Larangan riba dalam Al-Quran QS. Al-Baqarah : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tingglkanlah sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak melaksanakannya, maka umumkanlah perang dari Allah dan Rasul-Nya. Tetapi jika kamu bertobat, maka kamu berhak atas pokok hartamu. Kamu tidak berbuat zalim (merugikan) dan tidak pula dizalimi (dirugikan). Dan jika orang yang berutang itu dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. b) Gharar (ketidakpastian) Terjadi ketika terdapat incomplete information antara kedua belah pihak yang bertransaksi dalam hal kuantitas, kualitas, harga, waktu penyerahan dan akad (Widiawati, 2012). Salah satu contoh dari transaksi yang mengandung gharar adalah

47 33 transaksi lease and purchase (sewa-beli) karena adanya ketidakpastian dalam akad yang diikrarkan antara kedua pihak. c) Zakat Zakat merupakan kewajiban bagi seluruh umat Muslim atas harta benda yang dimiliki ketika telah mencapai nisab (Raditya, 2012). Zakat tidaklah sama dengan donasi, sumbangan, dan shadaqah. Zakat memiliki aturan yang jelas mengenai harta yang harus dizakatkan, batasan harta yang terkena zakat, cara penghitungannya, dan siapa saja yang boleh menerima harta zakat sesuai apa yang telah diatur oleh Allah SWT. d) Kebijakan atas keterlambatan pembayaran piutang dan penghapusan piutang tak tertagih. Penangguhan atau penghapusan utang harus dilakukan dengan adanya penyelidikan terlebih dahulu kepada pihak debitur terkait ketidakmampuannya dalam pembayaran piutang (Widiawati, 2012). Penangguhan atau penghapusan utang merupakan suatu bentuk sikap tolong-menolong yang dianjurkan didalam Islam sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 280 berikut: Dan jika (orang berutang) dalam kesulitan, maka berilah tangguh hingga dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

48 34 e) Current Value Balance Sheet (Nilai masa kini) Nilai kini dalam neraca akan dijadikan sebagai pedoman untuk menentukan berapa jumlah zakat yang dikeluarkan. Nilai masa kini dapat diperoleh dari estimasi nilai rata-rata transaksi yang terjadi atau transaksi yang akan terjadi apabila aset tersebut diperjualbelikan oleh perusahaan. Current value balance sheet sudah seharusnya dimasukkan sebagai bagian dari persyaratan pelaporan operasi perusahaan (Sulaiman, 2003). Namun, PSAK Indonesia masih memberlakukan nilai historis atas nilai-nilai akun pada neraca. Salah satu aspek yang masih mengandung nilai historis adalah pengukuran setelah pengakuan aset tidak berwujud. Dalam PSAK No 19 (revisi 2000) disebutkan bahwa entitas hanya dapat menggunakan model harga perolehan dalam mengukur aset tidak berwujud. Meskipun, PSAK No. 19 (revisi 2009) yang mulai berlaku efektif tahun buku 1 Januari 2011 sudah mengarahkan pada konsep current value menyatakan bahwa tiap entitas diberikan kebebasan untuk menggunakan model harga perolehan atau model revaluasi dalam mengukur aset tidak berwujud. Oleh karena itu, klasifikasi current value balance sheet tidak relevan untuk dijadikan kriteria dalam pengungkapan penelitian ini. f) Value Added Statement Menurut Staden dalam Raditya (2012) value added adalah nilai yang tercipta dari hasil aktivitas perusahaan dan karyawan-

49 35 karyawannya. Value added statement merupakan pernyataan yang melaporkan perhitungan nilai tambah beserta pemanfaatannya oleh para pemangku kepentingan perusahaan (Widiawati, 2012). Istilah value added statement pada dewasa ini diartikan sebagai laporan pertambahan nilai. Value Added Statement lebih berkembang di negara-negara maju dibandingkan dengan negara berkembang seperti Indonesia. Dalam penelitian ini istilah value added statement lebih merujuk pada pernyataan nilai tambah dalam laporan tahunan perusahaan. 2. Produk dan Jasa a. Produk yang ramah lingkungan (green product) Setiap perusahaan di seluruh dunia diharapkan menghasilkan produk ataupun jasa yang ramah lingkungan sebagai suatu bentuk partisipasi dalam menjaga dan memelihara lingkungan yang kian mengalami kerusakan (Widiawati, 2012). b. Status kehalalan produk Widiawati (2012) mengungkapkan bahwa status kehalalan suatu produk merupakan suatu kewajiban yang harus diungkapkan oleh perusahaan dalam laporan tahunannya kepada seluruh konsumen Muslim. Status kehalalan suatu produk diketahui setelah mendapatkan sertifikat kehalalan produk dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

50 36 c. Kualitas dan keamanan suatu produk Setelah produk dinyatakan halal, hal lain yang juga penting untuk perusahaan dalam mengungkapkan produknya adalah mengenai kualitas dan keamanan produk (Widiawati, 2012). Produk yang berkualitas dan aman akan meningkatkan kepercayaan dan loyalitas konsumen terhadap suatu perusahaan. Kualitas dan keamanan suatu produk perusahaan dinyatakan dengan adanya ISO 9000 : 2000 yang merupakan sertifikat manajemen mutu. d. Keluhan konsumen/indikator yang tidak terpenuhi dalam peraturan dan kode sukarela (jika ada). Item pengungkapan selanjutnya adalah mengenai keluhan konsumen atau pelayanan pelanggan. Suatu perusahaan diharapkan tidak hanya berfokus pada produk yang dihasilkan (product-oriented) melainkan memberikan pelayanan terhadap konsumen yang memuaskan (consumer-oriented) dengan menyediakan pusat layanan keluhan konsumen setelah proses jual beli (Widiawati, 2012). 3. Karyawan Haniffa (2002) dan Othman dan Thani (2010) memaparkan bahwa masyarakat Islam ingin mengetahui apakah karyawankaryawan perusahaan telah diperlakukan secara adil dan wajar melalui informasi-infromasi yang diungkapkan, seperti upah,

51 37 karakteristik pekerjaan, jam kerja per hari, libur tahunan, jaminan kesehatan dan kesejahteraan, kebijakan terkait waktu dan tempat ibadah, pendidikan dan pelatihan, kesetaraan hak, dan lingkungan kerja. Berdasarkan penjelasan di atas, item pengungkapan pada tema karyawan yang digunakan dalam penelitian ini terdapat pada lampiran Masyarakat Haniffa (2002) menerangkan bahwa konsep dasar yang mendasari tema ini adalah ummah, amanah, dan adl. Konsep tersebut menekankan pada pentingnya saling berbagi dan meringankan beban orang lain dengan hal-hal yang telah disebutkan pada item-item pengungkapan di atas. Perusahaan memberikan bantuan dan kontribusi kepada masyarakat dengan tujuan sematamata untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan membantu menyelesaikan permasalahan sosial di masyarakat seperti membantu memberantas buta aksara, memberikan beasiswa, dan lain-lain (Maali et al., 2006 dan Othman dan Thani, 2010). Ada sebelas item pada tema ini yang dipaparkan lebih lanjut dalam lampiran satu. 5. Lingkungan Menurut Haniffa (2002), penting bagi seluruh makhluk hidup untuk melindungi lingkungan sekitarnya. Konsep yang mendasari tema lingkungan dalam penelitian ini adalah mizan, i tidal, khilafah, dan akhirah. Konsep tersebut menekankan pada

52 38 prinsip keseimbangan, kesederhanaan, dan tanggung jawab dalam menjaga lingkungan. Oleh karena itu, informasi-informasi yang berhubungan dengan penggunaan sumber daya dan programprogram yang digunakan untuk melindungi lingkungan harus diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan (Othman dan Thani, 2010). Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al- Quran surat Ar-Rum ayat 41 berikut: Telah tampak kerusakan di darat dan di laut akibat ulah tangan manusia, supaya Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). 6. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) Tata kelola perusahaan dalam sistem ekonomi Islam mempunyai cakupan yang lebih luas dibandingkan dengan tata kelola perusahaan dalam sistem konvensional (Abu-Tapanjeh, 2009). Tata kelola perusahaan dalam Islam berasal dari konsep khalifah. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 30 berikut: Ingatlah ketika Tuhan-mu berfirman kepada malaikat, Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata, Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih kepada dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau? Tuhan berfirman, Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. Makna ayat di atas adalah manusia sebagai utusan Allah SWT telah diberikan kepercayaan oleh-nya untuk menjaga bumi beserta isinya

53 39 dari segala bentuk kerusakan. Pertanggungjawaban manusia atas amanah itu tidak hanya kepada masyarakat atau para pemangku kepentingan, tetapi juga kepada Allah SWT sebagai pemilik dari bumi beserta isinya. Dalam Islam, tujuan utama akuntabilitas adalah semata-mata untuk mencapai al-falah dan kesejahteraan sosial. Sedangkan dalam ekonomi konvensional, tujuan utama akuntabilitas adalah sebagai bentuk transparansi dalam rangka menciptakan pasar efisien yang sesuai dengan aturan yang berlaku (Abu-Tapanjeh, 2009). Menurut Kasri (2009), perbedaan utama tata kelola perusahaan dalam sistem Islam dan konvensional terletak pada aspek filosofi yang mencakup tujuan perusahaan, jenis keterlibatan kontrak, pemain kunci dalam praktik kelola perusahaan, serta hubungan antara pemain kunci tersebut. Praktik tata kelola perusahaan dalam perspektif Islam merupakan salah satu bentuk kewajiban umat muslim kepada Allah SWT sehingga tercipta kontrak implisit antara manusia dan Allah SWT dan kontrak eksplisit antara sesama manusia. Namun, pada praktiknya perbedaan tata kelola perusahaan dalam ekonomi Islam dan ekonomi konvensional terlihat tidak ada bedanya. Munid dalam Raditya (2012) memaparkan bahwa prinsip-prinsip tata kelola perusahaan dalam ekonomi Islam terbagi menjadi empat, yaitu :

54 40 a. Akuntabilitas (Accountability) Dalam hal akuntabilitas, umat Muslim harus percaya bahwa apapun yang telah diperbuat di bumi pasti ada balasannya di akhirat kelak. Oleh karena itu, manusia harus menjalankan perintah Allah SWT semata-mata demi mengharap ridha Allah SWT. b. Transparansi (Transparency) Konsep mengenai transparansi terdapat dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 282. Makna dari ayat tersebut menyiratkan bahwa tujuan perusahaan bukan hanya untuk menghasilkan keuntungan saja, melainkan juga untuk menyejahterakan masyarakat. Oleh karena itu, perusahaan harus mengungkapkan informasi-informasi yang terkait dengan usaha perusahaan dalam menyejahterakan masyarakat tersebut. Haniffa (2002) menambahkan bahwa sesuai dengan konsep transparansi, perusahaan harus mengungkapkan informasi yang terkait dengan kebijakan-kebijakan perusahaan, aktifitas-aktifitas bisnis yang dilakukan, kontribusi perusahaan terhadap masyarakat, penggunaan sumber daya yang telah dimanfaatkan, dan upaya perlindungan lingkungan. c. Keadilan (Fairness) Prinsip keadilan terdapat dalam firman Allah SWT Al-Quran surat An-Nisa ayat 58. Makna dari ayat tersebut adalah Allah

55 41 SWT menghimbau agar manusia dapat selalu berlaku adil dalam menghadapi masalah-masalah hukum di muka bumi. d. Tanggung Jawab (Responsibility) Konsep tanggung jawab erat kaitannya dengan konsep akuntabilitas. Firman Allah SWT yang mendasari prinsip tanggungjawab terdapat dalam Al-Quran surat Al-Anfal ayat 27. Ayat tersebut mengindikasikan bahwa islam mengajarkan kepada umatnya untuk berperilaku etis dalam setiap kegiatan bisnis mereka. Dengan kata lain, para pelaku kegiatan bisnis harus dapat memanfaatkan sebaik-baiknya titipan yang dipercayakan Allah SWT kepada mereka Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Islamic Social Reporting (ISR) Ukuran Perusahaan Perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki public demand terhadap informasi yang lebih tinggi dibanding perusahaan yang berukuran lebih kecil. Cowen et al. dalam Sembiring (2003) menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar mungkin akan memiliki pemegang saham yang memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan dalam laporan tahunannya. Penelitian Haniffa dan Cooke (2005) periode 1996 dan 2002 pada 138 perusahaan non keuangan di Bursa Malaysia dan Jizi et al., (2014) pada 193 bank komersial yang ada di Amerika periode waktu telah membuktikan bahwa ukuran perusahaan yang diukur dengan menggunakan proxy total aset memiliki pengaruh positif signifikan

56 42 terhadap tingkat pengungkapan wajib ataupun sukarela. Hal itu dikarenakan perusahaan yang lebih besar adalah perusahaan yang memiliki sumber daya lebih banyak daripada perusahaan yang lebih kecil dan perusahaan yang lebih besar memiliki pembiayaan, fasilitas, dan sumber daya manusia yang lebih banyak untuk dapat melakukan pengungkapan yang lebih sesuai dengan prinsip Islam (Othman et al., 2009). Namun, ada pula penelitian yang mengindikasikan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat pengungkapan wajib dan sukarela karena perusahaan yang lebih kecil melakukan pengungkapan informasi secara lebih luas agar mendapat citra positif oleh masyarakat luas. Penelitian tersebut dihasilkan oleh Kuiksuko (2013) pada 40 perusahaan yang tercatat di BEI pada periode tahun Profitabilitas Profitabilitas digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan dan untuk melihat keefektifan manajemen suatu perusahaan dalam mengungkapkan tanggungjawab sosialnya (Maulida et al. 2014). Semakin tinggi profitabilitas berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sehingga public demand meningkat yang akan menekan manajemen untuk mempublikasikan laporan tahunannya secara lebih luas agar mendapatkan citra positif dari masyarakat. Penelitian Tagesson, Blank, Broberg, & Collin (2009) pada 267 perusahaan yang terdaftar pada Bursa Swedia dan Othman (2009) dengan sampel 100 perusahaan yang terdaftar di Bursa Malaysia telah

57 43 membuktikan bahwa profitabilitas yang diukur dengan menggunakan proxy ROA memiliki pengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengungkapan wajib ataupun sukarela. Hal itu dikarenakan perusahaan yang memiliki profitabilitas yang lebih besar akan banyak mendapat perhatian dari masyarakat, sehingga manajemen akan memperluas laporan sukarelanya agar mendapat citra positif dari masyarakat. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Suta (2012) pada 105 perusahaan yang terdaftar di BEI periode tahun menyatakan bahwa profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat pengungkapan wajib dan sukarela karena pengungkapan informasi akuntansi akan mengurangi laba perusahaan yang disebabkan karena biaya tambahan yang digunakan untuk membayar sumber daya untuk mengungkapkan informasi tersebut Umur Perusahaan Umur perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan tersebut dalam bersaing dan memanfaatkan peluang bisnis untuk dapat tetap eksis dalam perekonomian. Dalam penelitian ini, umur perusahaan dihitung sejak perusahaan listing atau terdaftar di Bursa Efek. Umur perusahaan diduga memiliki pengaruh positif terhadap luas pengungkapan informasi sukarela. Alasan yang mendasari pemilihan variabel ini, yaitu dugaan bahwa perusahaan yang lebih senior atau tua mungkin telah lebih meningkatkan praktek-praktek pelaporan keuangan mereka dari waktu ke waktu, sehingga informasi yang diungkapkan akan lebih luas (Akhtarudin, 2005).

58 44 Penelitian Tristanti (2012) pada 726 perusahaan yang terdaftar pada BEI periode tahun , dan Dwita (2014) pada 14 perusahaan yang terdaftar pada BEI periode tahun membuktikan bahwa terdapat hubungan positif antara umur perusahaan dengan tingkat pengungkapan wajib maupun sukarela karena perusahaan dengan umur yang lebih tua akan cenderung mengungkapkan informasi yang lebih banyak dalam laporan tahunannya dengan tujuan meningkatkan reputasi dan citra perusahaan di pasar. Penelitian yang dilakukan Dyah (2008) pada 62 perusahaan yang terdaftar di BEI dan Raditya (2012) dengan sampel 117 perusahaan yang masuk dalam DES menyatakan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan sukarela karena perusahaan yang berumur lebih muda akan melakukan pelaporan informasi yang lebih banyak dibandingkan perusahaan yang lebih tua dengan tujuan untuk mengurangi ketidakpastian risiko operasi serta untuk meningkatkan kepercayaan diri investor terhadap posisi mereka Ukuran Dewan Komisaris Ukuran dewan komisaris yang dimaksud adalah jumlah anggota dewan komisaris dalam perusahaan. Dewan komisaris merupakan mekanisme pengendali intern tertinggi yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak. Individu yang bekerja sebagai anggota dewan komisaris merupakan hal penting dalam memonitor aktivitas manajemen secara efektif (Sembiring, 2005).

59 45 Penelitian Terzaghi (2012) pada 89 perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI untuk tahun 2008 dan Khoirudin (2013) pada 11 unit bank umum syariah menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela perusahaan karena semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif. Dihubungkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial syariah perusahaan, maka tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapkan ISR. Penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari (2011) pada 16 perusahaan yang terdaftar di BEI menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela karena dalam dewan komisaris terdapat hubungan terafiliasi seperti hubungan kekeluargaan dengan pemilik perusahaan, sehingga tekanan yang dilakukan kurang efektif Proporsi Komisaris Independen Komisaris independen merupakan komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi, sedangkan komisaris non-independen merupakan komisaris yang terafiliasi. Terafiliasi adalah pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri (Ariningtika, 2013). Keberadaan dewan komisaris independen diharapkan dapat bersikap netral terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh direksi.

60 46 Keberadaan dewan komisaris independen telah diatur dalam peraturan BEJ tanggal 19 Juli 2004 yang menyatakan bahwa perusahaan yang terdaftar di Bursa harus mempunyai komisaris independen sekurangkurangnya 30% dari seluruh jajaran anggota dewan komisaris (Surya dan Yustivandana, 2006). Penelitian Wardhana (2013) pada 328 perusahaan yang terdaftar di BEI dan Jizi, Salama, Dixon dan Stratling (2014) pada 193 bank komersial yang ada di Amerika periode waktu menyatakan bahwa proporsi komisaris independen mempengaruhi pengungkapan informasi sukarela karena semakin banyak komisaris independen yang terdapat pada suatu perusahaan, maka tuntutan untuk memberikan informasi lebih banyak juga semakin besar. Penelitian Ratnasari (2011) pada 16 perusahaan yang terdaftar di BEI menyatakan bahwa proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela karena tugas dari komisaris independen hanya untuk menciptakan keseimbangan intern saja seperti pemegang saham utama, direksi, komisaris, dan manajemen Penelitian Terdahulu Penelitian-peneitian terdahulu yang membahas mengenai pengungkapan ISR masih sangat tebatas. Penelitian-penelitian tersebut kebanyakan dilakukan di negara Malaysia dengan perusahaan-perusahaan Malaysia sebagai objek penelitiannya. Sehingga, ada beberapa aspek

61 47 spesifik yang melekat pada kondisi negara Malaysia yang sulit diterapkan di negara lain. Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana pengaruh karakteristik perusahaan terhadap tingkat pengungkapan ISR perusahaan yang masuk pada Indeks Saham Syariah Indonesia tahun Tabel 2.1 menunjukkan beberapa penelitian terdahulu : Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu No. Peneliti dan Judul Variabel Metode Hasil 1. Rohana Othman, Azlan Md Thani dan Erlane.K. Ghani (2009) Determinants of Islamic Social Reporting Among Top Shariah- Approved Companies in Bursa Malaysia Dependen : Islamic Social Reporting (ISR) Independen: Size,Profitabilitas, Komposisi Dewan dan Tipe Industri Metode analisis regresi linier berganda Ukuran perusahaan dan Profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan ISR, sedangkan tipe industri tidak berpengaruh terhadap pengungkapan 2. Raditya (2012) Analisis Faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat pengungkapan ISR Pada Perusahaan yang Masuk Daftar Efek Syariah (DES) Periode Independen : Islamic Sosial Reporting Dependen : Sukuk, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Jenis Industri, Umur Perusahaan Metode analisis regresi linier berganda ISR. Ukuran perusahaan dan profitabilitas mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan ISR. Namun, Jenis Industri, penerbitan sukuk dan Umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan ISR

62 48 3. Widiawati (2012) Analisis Faktorfaktor yang mempengaruhi Islamic Social Reporting Perusahaanperusahaan pada Daftar Efek Syariah Tahun Putri (2014) Faktorfaktor yang Mempengaruhi ISR Perusahaanperusahaan yang terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia Tahun Maulida, Yulianto dan Asrori (2014) Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Islamic Sosial Responsibility pada Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) Tahun Independen : Islamic Sosial Reporting Dependen : Ukuran perusahaan, Profitabilitas, Tipe industri dan Jenis bank Dependen : Islamic Sosial Reporting Independen : Ukuran perusahaan, Profitabilitas, Tipe industri, dan Surat berharga syariah Dependen : Islamic Sosial Reporting Independen : Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Kinerja Lingkungan. Metode analisis regresi linier berganda Metode analisis regresi berganda Metode analisis regresi berganda Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh variabel berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan ISR. Ukuran Perusahaan, Tipe Industri, dan Surat Berharga Syariah berpengaruh positif signifikan terhadap ISR di Indonesia. Sedangkan profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ISR di Indonesia. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan ISR perusahaan syariah di JII. Sedangkan variabel profitabilitas dan variabel kinerja lingkungan secara partial berpengaruh terhadap pengungkapan ISR perusahaan syariah di JII.

63 Hipotesis Hipotesis merupakan dugaan sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya melalui penelitian lebih lanjut (Suta, 2012). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Hipotesis Ukuran Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan ISR Ukuran perusahaan merupakan tingkat identifikasi besar atau kecilnya suatu perusahaan. Perusahaan yang lebih besar melakukan aktivitas yang lebih banyak, menyebabkan dampak yang lebih besar. Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin banyak modal yang ditanamkan sehingga sumber daya dan dana yang besar dalam perusahaan cenderung memiliki permintaan yang lebih luas akan informasi pelaporan perusahaannya (Maulida et al. 2014). Secara lebih spesifik, penelitian yang terkait antara ukuran perusahaan dan ISR pernah dilakukan oleh Othman et al. (2009) di Bursa Malaysia dan Raditya (2012) di Daftar Efek Syariah (DES). Hasil penelitian keduanya menyatakan bahwa ukuran perusahaan secara positif signifikan mempengaruhi tingkat ISR. Othman et al. (2009) menduga bahwa perusahaan yang lebih besar akan cenderung melakukan pengungkapan ISR secara lebih luas. Hal ini sesuai dengan teori legitimasi. Perusahaan yang besar biasanya memiliki aktivitas yang lebih banyak dan kompleks, mempunyai dampak yang lebih besar terhadap masyarakat sehingga mendapat perhatian lebih dari kalangan publik, maka dari itu perusahaan besar akan mendapat tekanan yang lebih untuk

64 50 mengungkapkan pertanggungjawaban sosialnya (Cowen et al.,) dalam (Amran dan Devi, 2008). Dengan demikian penelitian ini merumuskan ke dalam hipotesis: H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap tingkat Islamic Social Reporting (ISR) Hipotesis Profitabilitas Terhadap Tingkat Pengungkapan ISR Perusahaan yang berada pada posisi menguntungkan akan cenderung melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas dalam laporan tahunannya (Raditya, 2012). Menurut Watts dan Zimmerman (1986), perusahaan dengan profit yang lebih tinggi memiliki kecenderungan untuk melakukan intervensi kebijkan. Oleh karena itu, perusahaan tersebut akan terdorong untuk mengungkapkan informasi yang lebih rinci dalam laporan tahunan mereka dalam rangka mengurangi biaya politik dan menunjukkan kinerja keuangan kepada publik. Raditya (2012) menambahkan bahwa profitabilitas dapat diukur dengan beberapa cara, antara lain ROA, ROE, laba per saham, deviden dalam suatu periode, marjin keuntungan, tingkat pengembalian, dan lain-lain. Penelitian sebelumnya Othman et al. (2009) dan Raditya (2012) membuktikan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengungkapan ISR. Oleh karena itu, penelitian ini menduga bahwa perusahaan dengan profitabilitas yang lebih tinggi akan melakukan ISR secara lebih luas.

65 51 Hal ini sesuai dengan teori legitimasi yang menyatakan bahwa profitabilitas sebagai sistem nilai yang menjadi pencapaian perusahaan dalam meningkatkan keuntungannya sejalan dengan sistem sosial yang dilakukan oleh perusahaan dalam pengungkapan tanggungjawab sosial secara islami (Maulida et al. 2014). Oleh karena itu, semakin banyak keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan maka perusahaan memiliki biaya yang lebih dalam mengungkapkan informasi dalam pembuatan laporan pertanggungjawaban sosial secara islami. Dengan demikian penelitian ini merumuskan ke dalam hipotesis : H2 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap tingkat Islamic Social Reporting (ISR) Umur Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan ISR Umur perusahaan adalah pengelompokan perusahaan berdasarkan kriteria lamanya perusahaan tersebut listing di Bursa Efek Indonesia. Menurut Marwata (2001), umur perusahaan memiliki hubungan yang positif dengan pengungkapan sukarela. Alasan yang mendasari adalah bahwa perusahaan yang berumur lebih tua memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam mempublikasikan lapoan keuangan. Perusahaan yang memiliki pengalaman yang lebih banyak akan lebih mengetahui kebutuhan konstituennya akan informasi tentang perusahaan. Hal ini dapat dikaitkan dengan teori legitimasi. Menurut teori ini, legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari

66 52 perusahaan dari masyarakat (Tristanti, 2012). Semakin lama perusahaan, maka semakin banyak informasi yang diperoleh masyarakat tentang perusahaan tersebut. Sehingga semakin lama perusahaan dapat bertahan, maka perusahaan lebih mengungkapkan informasi sukarelanya sebagai bentuk tanggung jawabnya agar tetap diterima di masyarakat. H3 : Umur perusahaan berpengaruh positif terhadap tingkat Islamic Social Reporting (ISR) Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Tingkat Pengungkapan ISR Dewan komisaris bertugas dan bertanggungjawab untuk melaksanakan pengawasan dan memberikan nasihat kepada dewan direksi serta memastikan bahwa perusahaan telah melaksanakan GCG (Good Corporate Governance) sesuai dengan aturan yang berlaku. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007 Pasal 97 yang menjelaskan bahwa komisaris bertugas mengawasi kebijakan direksi dalam menjalankan perusahaan serta memberikan nasihat kepada direksi. Untuk mewujudkan akuntabilitas perusahaan, dewan komisaris dapat memberikan pengaruh yang cukup kuat untuk menekan manajemen dalam mengungkapkan informasi sosial yang lebih luas. Dengan pengungkapan informasi sosial dan lingkungan yang lebih luas ini, diharapkan perusahaan mampu memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh para stakeholder serta dapat mengelola para stakeholder

67 53 agar mendapatkan legitimasi oleh para stakeholder yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan (Ratnasari, 2011). Dewan komisaris dianggap sebagai mekanisme pengendalian intern tertinggi, yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak. Semakin besar ukuran dewan komisaris, maka pengawasan akan semakin baik. Dengan pengawasan yang baik, maka diharapkan pengungkapan Islamic Social Reporting akan semakin luas karena dapat meminimalisir informasi yang mungkin dapat disembunyikan oleh manajemen. Hasil penelitian Sembiring (2005) serta Veronica dan Sumin (2009) menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris mempengaruhi tingkat pengungkapan CSR. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut: H4 : Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap tingkat Islamic Social Reporting (ISR) Proporsi Komisaris Independen Terhadap Tingkat Pengungkapan ISR Komisaris Independen merupakan pihak yang tidak terafiliasi dengan pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota Direksi dan Dewan Komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri (KNKG, 2010). Dewan Komisaris Independen diharapkan dapat bersikap netral terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh direksi (Ratnasari 2011).

68 54 Penelitian yang dilakukan oleh Webb (2004) menunjukkan bahwa dewan komisaris independen memainkan peran penting dalam meningkatkan image perusahaan. Karena dewan komisaris independen dapat mendorong perusahaan untuk mengungkapakan informasi sosial dan lingkungannya agar dapat meningkatkan image perusahaan di mata masyarakat. Dengan demikian, semakin besar proporsi Komisaris Independen yang dimiliki oleh perusahaan, diharapkan dapat bertindak semakin objektif dalam rangka memastikan keselarasan antara keputusan organisasi, tindakan perusahaan dengan nilai-nilai sosial agar perusahaan tersebut terlegitimasi (Parbonetti, 2010). H5 : Proporsi komisaris independen berpengaruh positif terhadap tingkat Islamic Social Reporting (ISR) 2.6. Kerangka Pemikiran Gambar 2.2 mengilustrasikan kerangka yang akan mendukung dalam penelitian ini. Kerangka pemikiran ini akan menjelaskan lima faktor karakteristik perusahaan yang berpengaruh dalam mengungkapkan Islamic Social Reporting (ISR). Kelima faktor tersebut antara lain ukuran perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan, ukuran dewan komisaris dan proporsi komisaris independen.

69 55 Ukuran Perusahaan (+) Profitabilitas (+) H2 H1 Umur Perusahaan (+) Ukuran Dewan Komisaris (+) H3 H4 Islamic Social Reporting (ISR) Proporsi Komisaris Independen (+) H5 Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

70 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian adalah sebuah proses pencarian solusi dalam suatu masalah dengan melakukan studi dan analisis terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Jenis penelitian menurut tujuannya dapat dibagi menjadi 3, yaitu explanatory study, deskripsi dan pengujian hipotesis. Sedangkan menurut jenis investigasinya dapat dibedakan menjadi studi kausal dan studi korelasi (Sekaran, 2010). Penelitian ini menggunakan studi kausal dimana peneliti ingin mengetahui pengaruh dari satu atau lebih faktor dalam menyebabkan suatu masalah. Penelitian ini ingin mengetahui apakah ukuran perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan, ukuran dewan komisaris dan proporsi komisaris independen mempengaruhi tingkat ISR. Selain itu penelitian ini juga menggunakan pengujian hipotesis. Menurut Sekaran (2010) pengujian hipotesis biasanya digunakan untuk menjelaskan hubungan atau melihat perbedaan diantara kelompok atau independensi dari dua atau lebih faktor yang ada dalam suatu situasi. Selain itu penelitian ini juga menggunakan tekhnik content analysis terhadap laporan tahunan perusahaan dalam penghitungan indeks ISR. Content analysis yaitu metode penelitian observasi yang digunakan untuk mengevaluasi secara sistematis isi dari suatu informasi (Sekaran, 2010). Ada 56

71 57 beberapa alasan mengapa menggunakan laporan tahunan perusahaan untuk melakukan content analysis (Kent dan Chan dalam Siregar dan Bachtiar, 2010), yaitu : 1. Laporan tahunan merupakan sumber utama komunikasi perusahaan kepada investor dan banyak digunakan oleh perusahaan untuk mengungkapkan laporan sosialnya. 2. Penyajian laporan keuangan dan laporan sosial dalam satu dokumen laporan tahunan perusahaan merupakan salah satu cara untuk mengurangi biaya pengungkapan. 3. Laporan tahunan merupakan salah satu informasi yang banyak dilihat oleh masyarakat luas. 4. Pengungkapan yang dilakukan melalui media lain seperti media jurnalistik memiliki risiko kesalahan interpretasi sedangkan pengungkapan yang dilakukan melalui laporan tahunan dapat dikontrol langsung oleh manajemen. 3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Variabel adalah apapun yang dapat membedakan atau mengubah nilai (Sekaran dan Bougie, 2010). Variabel juga dapat diartikan sebagai karakteristik yang dapat diamati dari suatu objek dan mampu memberikan bermacam-macam nilai atau berbagai kategori (Riduwan dan Akdon, 2005). Penelitian ini melibatkan lima variabel bebas (independen) dan satu variabel terikat (dependen). Sekaran dan Bougie (2010) mendefinisikan variabel terikat sebagai variabel yang menjadi perhatian utama dari peneliti dengan

72 58 tujuan untuk mengetahui variable-variabel bebas yang mempengaruhinya dan menemukan jawaban atau solusi atas semua masalah. Sedangkan variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, baik secara positif maupun negatif Variabel Bebas (Independen) Variabel bebas dalam penelitian ini terbagi menjadi dua macam, yaitu variabel bebas berskala ukuran metrik (angka) dan non-metrik (kategori). Variabel independen berukuran kategori dalam penelitian ini dinyatakan sebagai variabel dummy (Ghozali, 2011). Cara pemberian kode dummy umumnya menggunakan kategori yang dinyatakan dengan angka 1 dan 0. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah jumlah nilai kekayaan yang dimiliki perusahaan. Dalam penelitian Almilia dan Retrinasari (2007), Widiawati (2012) dan Maulida et al. (2014), variabel ukuran perusahaan diukur dengan mentransformasikan jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan ke dalam bentuk logaritma natural. SIZE = Ln (nilai buku total asset) 2. Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba. Nilai profitabilitas perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Return On Asset (ROA) sama

73 59 seperti penelitian yang dilakukan oleh Raditya (2012), Tristanti (2012) dan Ariningtika (2013). Hal ini dikarenakan ROA menunjukkan kinerja keuangan yang dilihat dari perbandingan antara laba bersih setalah pajak dengan total asset (Amalia, 2005). Semakin tinggi profit/ laba maka kemungkinan besar perusahaan mempunyai kemampuan untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial secara islami lebih luas. ROA = Laba Bersih Setelah Pajak Total Asset 3. Umur Perusahaan Umur perusahaan menunjukkan seberapa lama perusahaan mampu bertahan di bursa. Dalam penelitian Liu dan Anbummozhi (2008), Hossain dan Hammami (2009) dan Tristanti (2012), umur perusahaan dihitung dari selisih antara tahun penelitian dengan tahun pencatatan atau tahun IPO (first issue) di Bursa Efek. Informasi tersebut dapat diperoleh dari situs web BEI dan/atau laporan tahunan masing-masing perusahaan. Variabel ini disimbolkan dengan simbol AGE. AGE= Tahun sejak perusahaan listing di Bursa Efek Indonesia sampai dengan tahun periode penelitian

74 60 4. Ukuran Dewan Komisaris Ukuran Dewan Komisaris yang dimaksud dalam penelitian ini adalah banyaknya jumlah anggota Dewan Komisaris dalam suatu perusahaan. Dalam penelitian Ratnasari (2011), Khoiruddin (2013) dan Dipika (2014), Ukuran Dewan komisaris diukur dengan menghitung jumlah anggota Dewan Komisaris dalam suatu perusahaan yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan. UDK = Jumlah Dewan Komisaris 5. Proporsi Komisaris Independen Komisaris Independen merupakan pihak yang tidak terafiliasi dengan pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ratnasari (2011) dan Suta (2012), variabel proporsi dewan komisaris independen diukur dengan menghitung pembagian antara jumlah anggota Komisaris Independen dan total seluruh dewan komisaris yang dimiliki perusahaan. PKI = Jumlah Komisaris Independen Jumlah Dewan Komisaris 6. Dummy Tahun Dummy tahun digunakan untuk melihat pengaruh tahun terhadap variabel dependen. Pengukuran dummy tahun dengan

75 61 memberikan nilai 1 dan 0. Dummy tahun 2013 diberi nilai satu dan yang lainnya Dummy Tipe Industri Dummy tipe industri digunakan untuk melihat pengaruh tipe industri terhadap variabel dependen. Pengukuran dummy tipe industri dengan memberikan nilai 1 dan 0. Dummy tipe industri menggunakan tipe industri pertambangan sebagai excluded variabel dan yang lainnya diberi nilai satu ketika perusahaan berada pada industri selain pertambangan Variabel Terikat (Dependen) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah ISR yang diukur dengan nilai (score) dari ISR masing-masing perusahaan. Nilai ISR ini diperoleh dari hasil content analysis. Indeks ISR yang digunakan dalam penelitian ini merupakan adaptasi dari indeks ISR yang dibuat oleh Othman et. al (2009) dengan beberapa penyesuaian. Adapun langkahlangkah yang dilakukan dalam melakukan content analysis adalah : 1. Membuat daftar ISR sesuai dengan Othman et. al (2009) dengan beberapa penyesuaian. ISR yang digunakan terdiri dari 46 item pengungkapan yang terbagi dalam enam tema yaitu tema Pendanaan dan Investasi, Produk dan Jasa, Karyawan, Masyarakat, Lingkungan dan Tata kelola perusahaan.

76 62 2. Memberi nilai pada setiap komponen ISR secara diktomi, yaitu 1 apabila komponen tersebut diungkapkan dan 0 apabila tidak diungkapkan. 3. Nilai yang diperoleh setiap perusahaan kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan nilai total dari indeks ISR. 3.3 Populasi dan Sampel Populasi merujuk pada keseluruhan kelompok orang, peristiwa atau sesuatu yang menjadi perhatian yang akan diinvestigasi oleh peneliti (Sekaran dan Bougie, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang masuk pada Indeks Saham Syariah Indonesia tahun 2012 sebanyak 235 perusahaan. Indeks Saham Syariah Indonesia adalah kumpulan efek yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah di pasar modal yang ditetapkan oleh BAPEPAM dan LK atau pihak yang disetujui oleh BAPEPAM dan LK. Setelah menentukan populasi, tahap selanjutnya adalah pengambilan sampel. Pengambilan sampel adalah proses memilih jumlah elemen secukupnya dari populasi sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman terhadap suatu sifat atau karakteristik memungkinkan kita untuk menggeneralisasi sifat atau karakteristik tersebut pada elemen populasi (Sekaran dan Bougie, 2010). Metode pengambilan sampel dalam penelitian adalah purposive sampling. Purposive sampling merupakan proses pengambilan sampel yang membatasi jumlah sampel sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan oleh peneliti (Sekaran dan Bougie, 2010). Kriteria sampel dalam penelitian ini, antara lain:

77 63 1. Perusahaan yang masuk dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dan tercatat (listed) di BEI pada tahun Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) selalu diperbaharui oleh BAPEPAM dan LK setiap enam bulan sekali (satu periode) sehingga sampel yang digunakan adalah perusahaan yang masuk dalam ISSI sebanyak empat periode. 3. Perusahaan yang menggunakan mata uang Rupiah sebagai satuan mata uang dalam laporan keuangan perusahaan dan menerbitkan laporan tahunan berturut-turut dari tahun Kriteria ini dipilih karena untuk mempermudah peneliti dalam penentuan nilai. Dan penelitian dilakukan pada tahun karena sepengetahuan peneliti belum ada. Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, berikut hasil yang diperoleh : 1. Berdasarkan kriteria pertama diperoleh 235 perusahaan yang terdaftar dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) tahun Berdasarkan kriteria kedua terdapat 21 perusahaan yang tidak masuk dalam daftar ISSI pada periode berikutnya. 21 perusahaan tersebut tidak terdaftar dalam ISSI selama empat periode, sehingga perusahaan sampel menjadi 214 perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain : ABBA, BORN, BRMS, BTEK, BUDI, BUVA, CPDW, ETWA, IKBI, INDX, KARK, KPIG, KRAS, MAMI, MBAI, MORE, PNSE, PTRO, ROTI, SQMI, TRAM.

78 64 3. Berdasarkan kriteria ketiga, sebanyak 52 perusahaan tidak memenuhi kreteria ini, karena perusahaan-perusahaan tersebut menggunakan mata uang Dollar sebagai satuan mata uang dalam laporan keuangannya. Sehingga terdapat 162 perusahaan yang menggunakan mata uang Rupiah dalam laporan keuangannya dan menerbitkan laporan tahunan berturut-turut selama Perusahaan yang dikeluarkan dari kriteria ketiga antara lain : ADRO, ARII, ARTI, ASIA, ASII, BRAM, BRPT, BSDE, BTON, BULL, BYAN, CASS, CTBN, DEWA, DNET, DSSA, DVLA, EKAD, ENREG, ESTI, FPNI, GDYR, GIAA, GTBO, HEXA, HITS, HRUM, IATA, IKAI, INCO, INDR, ITMG, KKGI, MBSS, MKPI, NIKL, PGAS, PSAB, PTBA, PTIS, PTSN, RICY, RIGS, SMAR, SMCB, SOBI, SUGI, TFCO, TOTL, TPIA, UNIC, WINS. No Tabel 3.1 Rangkuman Hasil Proses Pengambilan Sampel Kriteria Perusahaan yang masuk dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dan tercatat (listed) di BEI selama 2012 Eliminasi perusahaan yang tidak masuk ISSI pada periode tahun 2013 Eliminasi perusahaan yang tidak menggunakan mata uang rupiah dan perusahaan yang tidak mempunyai laporan keuangan selama 4 periode Jumlah Perusahaan 235 (21) (52) Total Perusahaan 162 Sumber : Hasil olah penulis

79 Metode Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Almilia dan Retrinasari, 2007). Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan tahunan (annual report) perusahaan yang masuk dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) pada tahun Metode Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data sehingga menjadikan sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah untuk dipahami, yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), median, modus, standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum (Ghozali, 2011). Statistik deskriptif menyajikan ukuran-ukuran numerik yang sangat penting bagi data sampel. Uji Statistik deskriptif tersebut dilakukan dengan program SPSS Uji Asumsi Klasik Untuk menguji hipotesis penelitian ini dengan menggunakan regresi linier berganda. Sebagai prasyarat regresi linier berganda dilakukan uji asumsi klasik untuk memastikan bahwa data penelitian valid, tidak bias, konsisten, dan penaksiran koefisien regresinya bersifat

80 66 efisien (Ghozali, 2011). Pengujian asumsi klasik meliputi uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi. 1. Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Menurut Ghozali (2011) ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik. Cara menganalisis dengan analisis grafik yaitu dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dengan distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarakan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Cara kedua adalah analisis statistik yaitu dengan Uji Kolmogorov-Smirnov yang merupakan pengujian normalitas dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal. Apabila nilai signifikansi di atas 0,05 menunjukkan bahwa tidak terdapat adanya perbedaan yang signifikan atau hasilnya normal, dan jika nilai signifikansi di bawah

81 67 0,05 maka terdapat adanya perbedaan yang signifikan atau hasil tidak normal. 2. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Uji ini merupakan uji model. Model Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen (Ghozali, 2011). Multikolinearitas dapat dilihat dengan cara menganalisis nilai VIF (Variance Inflation Factor). Suatu model regresi menunjukkan adanya Multikolinearitas jika: (1) Tingkat korelasi > 95%, (2) Nilai Tolerance < 0,10, atau (3) Nilai VIF > 10. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen (Ghozali, 2011). 3. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2011). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW test). Metode ini digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation). Adapun dalam pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi:

82 68 Tabel 3.2 Kriteria Pengujian Ada Tidaknya Autokorelasi Hipotesis nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi Tolak 0 < d < dl positif Tidak ada autokorelasi No desicison dl d du positif Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 dl < d < 4 Tidak ada korelasi negatif No desicison 4 du d 4 dl Tidak ada autokorelasi, du d 4-du Tidak ditolak positif atau negatif Sumber : Ghozali (2011) 4. Uji Heterokedastisitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang tidak terjadi heterokedastisitas, dimana titik-titik dalam gambar scatterplot menyebar dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas. Akan tetapi, jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol (0) pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2011). 3.6 Analisis Regresi Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel terikat (dependen) dengan satu atau lebih variabel bebas (independen), dengan tujuan untuk mengestimasi dan/atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai

83 69 variabel independen yang diketahui (Gujarati, 2003). Untuk regresi yang variabel independennya terdiri atas dua atau lebih disebut juga regresi linear berganda (Multiple Regression). Dalam upaya menjawab permasalahan dalam penelitian ini yang variabel bebasnya ada tujuh variabel, maka digunakan analisis regresi linear berganda. Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah :: ISR= α + β1 SIZE + β2 PROFIT + β3 AGE + β4 UDK +β5 PKI + β6 DTH + β7 DINDS + ε Keterangan: ISR α βi SIZE PROFIT AGE UDK PKI DTH DINDS ε : Tingkat Islamic Social Reporting : Konstanta : Koefisien regresi : Ukuran Perusahaan, Total Aset (Ln) : Profitabilitas, ROA : Umur Perusahaan : Ukuran Dewan Komisaris : Proporsi Komisaris Independen : Dummy Tahun : Dummy Tipe Industri : Error term Kemudian untuk mengetahui pengaruh antara variabel-variabel independen dengan tingkat ISR maka dilakukan pengujian-pengujian

84 70 hipotesis penelitian terhadap variabel-variabel dengan pengujian di bawah ini Koefisien Determinan ( Adjusted R²) Koefisien determinasi (R²) pada intinya adalah mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen Uji F (Uji Simultan) Menurut Ghozali (2011) uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05 (α=5%). Ketentuan penerimaan atau penolakan hipotesis adalah sebagai berikut: 1. Jika nilai siginifikansi f 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi tidak signifikan). Hal ini berarti bahwa secara simultan kelima variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

85 71 2. Jika nilai signifikansi f 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi signifikan). Hal ini berarti secara simultan kelima variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen Uji-T (Uji Signifikan Parsial) Uji t digunakan untuk mengetahui kemampuan masing-masing variabel independen secara individu (parsial) dalam menjelaskan perilaku variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan probabilitas statistik t dengan tingkat signifikansi 0,05 (α = 5%). Apabila probabilitas statistik t tingkat signifikansi (α) 0,05 maka variabel bebas tersebut signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat (Riduwan dan Akdon, 2005).

86 72 BAB 4 ANALISIS PENELITIAN 4.1 Analisis Hasil Content Analisis Skor indeks ISR yang merupakan variabel terikat dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode content analysis terhadap laporan tahunan 162 perusahaan sampel dalam kurun waktu dua tahun pada periode , sehingga berjumlah 324 data. Hasil content analysis skor indeks ISR secara lebih lengkap disajikan dalam lampiran Skor ISR 2012 Skor ISR Sumber: Hasil olah penulis Gambar 4.1 Total Skor Indeks ISR Tahun Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan skor indeks ISR mengalami peningkatan, yaitu dengan total sebanyak pokok pengungkapan pada tahun 2012 dan pokok pengungkapan pada tahun Hal ini menandakan bahwa perusahaan yang kegiatan operasionalnya berdasarkan prinsip syariah telah melakukan 72

87 73 peningkatkan pelaksanaan, pelaporan dan pengungkapan tanggung jawab sosial yang sesuai dengan prinsip syariah selama kurun waktu Hasil ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan praktik tanggung jawab sosial perusahaan syariah di Indonesia. Tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah setiap perusahaan berbeda-beda. Ada perusahaan yang melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah dengan baik, namun ada pula perusahaan yang melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah dengan sangat minim meskipun perusahaan tersebut telah dikategorikan oleh badan otoritas pasar modal dan lembaga keuangan (Raditya, 2012). Perbedaan tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah dalam perusahaan dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal perusahaan. Salah satu contoh faktor internal adalah keadaan lingkungan alam di sekitar perusahaan dan kebijakan pimpinan setiap perusahaan. Menurut Fitria dan Hartanti (2010), kebijakan pimpinan sangat mempengaruhi pola pelaksanaan tanggung jawab sosial dalam perusahaan syariah. Sedangkan salah satu faktor eksternal adalah tekanan dari pemangku kepentingan masing-masing perusahaan untuk melaksanakan, melaporkan dan mengungkapakan tanggung jawab sosial perusahaan sesuai dengan ketentuan syariah. Selain itu, pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan bersifat sukarela, tidak ada standar

88 74 mengenai pelaksanaan dan pokok-pokok pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah sehingga pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan menjadi tidak seragam. No Tabel 4.1 Daftar Perusahaan dengan Skor Indeks ISR Tiga Tertinggi dan Tiga Terendah Tahun Skor Indeks ISR Tertinggi Skor Indeks ISR Terendah Kode Skor Kode Skor Kode Skor Kode Skor 1 INDF 35 INDF 35 AIMS 6 SQBB, TRIL ICBP, KLBF INTP, TINS Sumber : Hasil olah penulis ICBP, KLBF GEMS, INAF, INTP, TINS 34 ZBRA 7 PDES 9 33 LPIN, SQBB, TRIL 8 BAPA, CENT Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa Skor Indeks ISR Tertinggi tahun adalah PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dengan skor 35 poin. Skor indeks ISR tiga tertinggi didominasi oleh perusahaan yang bergerak dalam industri barang konsumsi bidang makanan (INDF, ICBP), bidang farmasi (INAF, KLBF) dan industri manufaktur dalam bidang semen (INTP), eksportir dan produsen timah (TINS), serta pertambangan (GEMS). Di sisi lain, PT Akbar Indomakmur Stimec Tbk (AIMS) menempati posisi terendah pada tahun 2012 sebanyak 6 skor pengungkapan. Sementara pada tahun 2013 posisi terendah ditempati oleh PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBB) dan PT 10

89 75 Triwira Insanlestari Tbk (TRIL) yang mengungkapkan 7 skor pengungkapan. Sangat wajar bila perusahaan yang bergerak dalam bidang industri barang konsumsi dan bidang konsumsi dan farmasi mengungkapkan informasi secara lebih luas karena risiko perusahaan yang bergerak dalam bidang ini sangat kompeks dibandingkan dengan industri lainnya. Industri barang konsumsi berdampak pada 2 hal sekaligus, yaitu dampak lingkungan dan dampak kepada konsumen (Putri, 2014). Dampak lingkungan yaitu limbah hasil produksi yang berdampak kerusakan bagi lingkungan perusahaan. Sementara dampak kepada konsumen timbul akibat dari hasil produksi yang dapat menyebabkan adanya kejadian yang buruk akibat dari dari mengkonsumsi produk tersebut. Sehingga sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada konsumen, maka perusahaan harus dapat meyakinkan konsumen bahwa produknya mempunyai kualitas produk yang baik, jaminan mutu bahan bermutu dan sertifikasi halal melalui pengungkapan informasi yang baik. Perusahaan dalam bidang industri manufaktur bahan kimia dan industri pertambangan juga mengungkapkan informasi secara lebih dikarenakan bidang ini mempunyai dampak lingkungan yang sangat besar sebagai akibat dari produksinya. Kita ketahui bahwa bahan kimia sangat berbahaya bagi keberlangsungan lingkungan hidup. Begitu pula pertambangan yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat dibutuhkan pengungkapan informasi

90 76 yang besar agar perusahaan diterima oleh pemangku kepentingan dan masyarakat luas. Dari daftar perusahaan di atas terdapat perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yaitu PT Indofarma Tbk (INAF) dan PT Timah (Persero) Tbk (TINS). Perusahaan BUMN sangat logis jika melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah yang lebih luas karena lebih dari setengah kepemilikan BUMN berasal dari dana pemerintah atau APBN. Dengan kata lain, sebagian besar kepemilikan BUMN merupakan dana masyarakat yang mereka setorkan ke pemerintah melalui sistem pajak. Oleh karena itu, BUMN sudah seharusnya melakukan pengungkapan laporan tanggung jawab sosial yang lebih baik dan lebih luas kepada seluruh pemangku kepentingannya termasuk masyarakat. Apabila dicermati, daftar perusahaan yang menempati posisi tiga tertinggi cenderung konsisten dalam mengungkapkan tanggungjawab sosial secara syariah. Dan daftar perusahaan tiga terendah skor indeks ISR masing-masing perusahaan cenderung meningkat dari tahun 2012 ke Perusahaan dengan skor indeks ISR tinggi cenderung konsisten dalam melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah. Sedangkan perusahaan dengan skor ISR rendah cenderung meningkatkan pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah. Namun, skor indeks ISR yang rendah tidak dapat mutlak disalah artikan bahwa perusahaan tersebut tidak melakukan pengungkapan tanggung jawab secara syariah dengan baik karena terdapat dua kemungkinan, yakni perusahaan tersebut

91 77 melakukan tanggung jawab sosial secara syariah akan tetapi tidak diungkapkan dalam laporan tahunannya atau perusahaan tersebut memang tidak melakukan pengungkapkan tanggung jawab sosial secara syariah. Pembahasan content analysis juga dapat dilakukan dari segi masing-masing tema indeks ISR. Indeks ISR terdiri dari enam tema, antara lain pembiayaan dan investasi, produk dan jasa, karyawan, masyarakat, lingkungan dan tata kelola perusahaan (Othman et. al. 2009). Hasil content analysis skor indeks ISR masing-masing tema disajikan lebih lengkap pada lampiran Sumber: Hasil olah penulis Gambar 4.2 Total Skor Indeks ISR Masing-masing Tema Tahun

92 78 Sesuai dengan gambar 4.2 di atas, secara umum skor indeks ISR masing-masing tema mengalami peningkatan selama tahun , kecuali tema tata kelola perusahaan yang mengalami penurunan dari 576 pada tahun 2012, menjadi 566 pada tahun Tema pembiayaan dan investasi mengalami peningkatan sebanyak 16 skor dari 410 tahun 2012 menjadi 426 pada tahun Tema produk dan jasa meningkat sebanyak 16 skor dari 377 pada tahun 2012 menjadi 393 tahun Tema karyawan adalah tema yang paling banyak mengalami peningkatan yaitu sebanyak 77 skor dari 1069 pada tahun 2012 menjadi 1146 pada tahun Selain itu, tema masyarakat mengalami peningkatan sebanyak 70 skor dari 818 pada tahun 2012 menjadi 888 tahun Dan terakhir tema lingkungan yang meningkat 48 skor dari 353 pada tahun 2012 menjadi 401 pada tahun Peningkatan-peningkatan dari masing-masing tema yang diungkapkan tersebut menunjukkan bahwa perusahaan yang terdaftar dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) berusaha mengungkapkan indeks Islamic Social Reporting (ISR) secara lebih luas untuk mendapatkan citra positif dari masyarakat luas, khususnya masyarakat Muslim. Pembahasan selanjutnya terkait daftar perusahaan dengan skor indek ISR tertinggi dan terendah per masing-masing tema. Setiap perusahaan memiliki concern yang berbeda-beda terhadap aspek yang ingin perusahaan tonjolkan dalam laporan tahunannya. Aspek-aspek

93 79 tersebut tentu selaras dengan visi dan misi perusahaan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan tersebut. Oleh karena itu, sangat wajar apabila perusahaan dengan karakteristik bisnis yang berbeda memiliki kecenderungan pengungkapan yang berbeda atas keenam indeks ISR tersebut. Tabel 4.2 Daftar Perusahaan dengan Skor Tema Indeks ISR Tertinggi dan pada Tahun No 1 Tema Pembiayaan dan Investasi 2 Produk dan jasa 3 Karyawan 4 Masyarakat Skor Indeks Tema ISR Tertinggi Kode Skor Kode Skor 85 Perusahaan Perusahaan 3 CPIN, FAST, ICBP, INAF, INDF, KAEF, KLBF, MDRN, MERK, MYOR, PYFA, SIPD, STTP, ULTJ, UNVR BHIT, ELTY, EMDE, INDF, INTP, SIMP, WIKA DILD, GEMS, MTLA, SIMP, TINS, ARNA, CPIN, FAST, ICBP, INAF, INDF, KAEF, KLBF, MDRN, MERK, MYOR, PYFA, SIPD, SKLT, STTP, ULTJ, UNVR BHIT, ELTY, EMDE, INDF, INTP, STAR, WIKA DILD, GEMS, SCMA, TINS, TMPO, Lingkungan AALI, AKPI, AKRA, ALKA, AMFG, ANTM, APLN, ARNA, ASGR, AUTO, BATA, BHIT, BKSL, CTRA, DILD, FAST, GEMS, ICBP, INAF, INDF, INTP, KAEF, KBLF, SGRO, TINS, TLKM, 5 AALI, AKPI, AKRA, AMFG, ANTM, ARNA, ASGR, AUTO, BATA, BHIT, BKSL, CTRA, DILD, FAST, GEMS, ICBP, INDF, INTP, KAEF, KBLI, KBLF, PJAA, SCCO, SGRO, SIMP, TINS, TLKM, 5

94 80 6 Tata kelola perusahaan INDF, PYFA, SKLT, ULTJ, UNVR 5 INDF, SKLT, ULTJ, UNVR 5 Sumber: Hasil olah peneliti Pada tabel 4.2 di atas, penjelasan untuk masing-masing tema akan dijelaskan satu per satu. Pertama ialah pada tema pembiayaan dan investasi, sebanyak 85 perusahaan yang diteliti pada tahun 2012 mengungkapkan 3 pokok item, dan pada tahun 2013 sebanyak 102 perusahaan juga mengungkapkan 3 pokok item dari total 5 pokok item yang perlu diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan secara syariah. Tiga pokok item tersebut adalah kegiatan yang mengandung riba, kebijakan atas keterlambatan pembayaran piutang dan penghapusan piutang tak tertagih, dan pernyataan nilai tambah perusahaan. Hal ini memcerminkan bahwa seluruh perusahaan yang terdaftar dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) pada tahun , paling banyak hanya mengungkapkan sebanyak 60% dari total pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan secara syariah. Perusahaan yang fokus dengan tema kedua yaitu produk dan jasa mengalami peningkatan dari 15 perusahaan di tahun 2012 menjadi 17 perusahaan di tahun Sebanyak 15 perusahaan konsisten untuk tetap fokus pada pengungkapan aspek produk dan jasa pada tahun Kelimabelas perusahaan tersebut ialah :

95 81 Tabel 4.3 Daftar Perusahaan dengan Fokus Tema Produk dan Jasa Tertinggi No Kode Nama Perusahaan Bidang 1 CPIN PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk Konsumsi (Makanan) 2 FAST PT Fast Food Indonesia Tbk Konsumsi (Makanan) 3 ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Konsumsi (Makanan) 4 INAF PT Indofarma (Persero) Tbk Kesehatan (Obat-obatan) 5 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk Konsumsi (Makanan) 6 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk Kesehatan (Obat-obatan) 7 KLBF PT Kalbe Farma Tbk Kesehatan (Obat-obatan) 8 MDRN PT Modern Internasional Tbk Perdagangan (Makanan) 9 MERK PT Merck Tbk Kesehatan (Obat-obatan) 10 MYOR PT Mayora Indah Tbk Konsumsi (Makanan) 11 PYFA PT Pyridan Farma Tbk Kesehatan (Obat-obatan) 12 SIPD PT Sierad Produce Tbk Konsumsi (Makanan) 13 STTP PT Siantar Top Tbk Konsumsi (Makanan) 14 ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk Konsumsi (Makanan) 15 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk Konsumsi (Makanan) Dari daftar di atas dapat disimpulkan bahwa sebanyak 10 perusahaan bergerak dalam bidang industri konsumsi dan 5 perusahaan bergerak di bidang kesehatan. Dengan demikian, sudah sewajarnya bahwa perusahaan yang bergerak dalam bidang konsumsi dan kesehatan melakukan pengungkapan yang lebih utama pada tema produk dan jasa karena bidang usahanya berhubungan dengan tanggung jawab moral kesehatan masyarakat luas. Perusahaan-perusahaan tersebut harus meyakinkan masyarakat luas bahwa produk-produknya merupakan produk ramah lingkungan, halal, aman untuk dikonsumsi serta memiliki kualitas terbaik. Selain itu pelayanan yang dilakukan harus memadai dan sesuai dengan standar mutu baik nasional maupun internasional.

96 82 Ketiga ialah tema karyawan. Pada tema ini, daftar perusahaan yang menaruh perhatian maksimal pada pengungkapan tema karyawan berjumlah 7 perusahaan pada tahun 2012 dan Akan tetapi hanya terdapat 6 perusahaan yang konsisten mengungkapkan tema karyawan berturut-turut selama dua tahun yaitu : Tabel 4.4 Daftar Perusahaan dengan Fokus Tema Karyawan Tertinggi No Kode Nama Perusahaan Bidang Perdagangan Jasa dan 1 BHIT PT MNC Investama Tbk Investasi 2 ELTY PT Bakrieland Development Tbk Properti, Real Estate dan Konstruksi Bangunan 3 EMDE PT Megapolitan Developments Tbk Properti, Real Estate dan Konstruksi Bangunan 4 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk Konsumsi (Makanan) PT Indocement Tunggal Prakarsa 5 Industri Semen INTP Tbk 6 WIKA PT Wijaya Karya (Persero) Tbk Infrastruktur Dari daftar perusahaan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang memaksimalkan pengungkapan tema karyawan tidak didominasi oleh perusahaan yang bergerak dalam bidang yang sejenis seperti tema produk dan jasa. Dibuktikan dengan adanya enam perusahaan di atas yang bergerak dalam lima industri berbeda dan mengungkapkan tema karyawan secara maksimal. Itu berarti perusahaan yang bergerak dalam berbagai industri telah memperhatikan Sumber Daya Manusia (SDM) secara layak. Dalam berbagai laporan tahunan perusahaanperusahaan tersebut memang terlihat komitmen penuh untuk selalu meningkatkan kesejahteraan karyawan-karyawannya.

97 83 Keempat, pada tahun 2012 terdapat lima perusahaan yang skor indeks tema ISR tertingginya terletak pada tema masyarakat, yaitu PT Intiland Development Tbk (DILD-Properti), PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS-Pertambangan), PT Metropolitan Land Tbk (MTLA-Properti), PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP-Perkebunan), PT TIMAH (Persero) Tbk (TINS-Pertambangan). Namun pada tahun 2013 hanya terdapat tiga perusahaan yang konsisten tetap menjadikan tema masyarakat sebagai tema yang mendapat perhatian penuh dalam melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah, yaitu DILD, GEMS dan TINS. Bentuk kongkrit tanggung jawab sosial terhadap masyarakat diwujudkan perusahaan-perusahaan tersebut dalam program kemitraan. Program kemitraan merupakan wujud komitmen perusahaan-perusahaan tersebut dalam memberdayakan ekonomi masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi perusahaan. Kelima, tema lingkungan merupakan tema indeks ISR yang paling banyak mendapat sorotan utama. Dalam penelitian ini, terlihat bahwa dalam kurun waktu jumlah perusahaan yang melaksanakan, melaporkan dan mengungkapkan Islamic Social Reporting (ISR) yang fokus utamanya pada tema lingkungan paling banyak dari pada pengungkapan tema yang lain. Pada tahun 2012 terdapat 26 perusahaan yang fokus utama laporan tanggung jawab sosial syariahnya mengarah pada tema lingkungan, dan bertambah satu perusahaan menjadi 27

98 84 perusahaan pada tahun Sebanyak 22 perusahaan yang konsisten mengungkapkan tema lingkungan berturut-turut selama dua tahun yaitu : Tabel 4.5 Daftar Perusahaan dengan Fokus Tema Lingkungan Tertinggi No Kode Nama Perusahaan Bidang 1 AALI PT Astra Agro Lestari Pertanian dan Perkebunan 2 AKPI PT Argha Karya Prima Industry Tbk Industri Dasar Kimia 3 AKRA PT AKR Korporindo Tbk Industri Dasar Kimia 4 AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk. Industri Dasar Kimia 5 ANTM PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. Pertambangan 6 ARNA PT Arwana Citramulia Tbk. Infrastruktur 7 ASGR PT Astra Graphia Tbk. Aneka Industri 8 AUTO PT Astra Otoparts Tbk. Perdagangan 9 BATA PT Sepatu BATA Tbk. Perdagangan 10 BHIT PT MNC Investama Tbk Perdagangan Jasa dan Investasi 11 BKSL PT Sentul City Tbk. Properti 12 CTRA PT Ciputra Development Tbk Properti 13 DILD PT Intiland Development Tbk. Properti 14 FAST PT Fast Food Indonesia Tbk Konsumsi (Makanan) 15 GEMS PT Golden Energy Mines Tbk. Pertambangan 16 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk Konsumsi (Makanan) 17 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Industri Semen 18 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk Kesehatan (Obat-obatan) 19 KLBF PT Kalbe Farma Tbk Kesehatan (Obat-obatan) 20 SGRO PT Sampoerna Agro Tbk. Pertanian dan Perkebunan 21 TINS PT Timah (Persero) Tbk. Pertambangan 22 TLKM PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Perdagangan Jasa Secara umum, perusahaan-perusahaan tersebut konsisten untuk selalu berkomitmen mengedepankan praktik tanggung jawab sosial terhadap lingkungan serta mengungkapkan secara lengkap dan komprehensif dalam laporan tahunan perusahaan. Perusahaan yang

99 85 menitikberatkan pengungkapan laporan-laporannya pada tema lingkungan dikarenakan proses operasional perusahaan tersebut besentuhan langsung dengan alam atau lingkungan. Tidak ada satu pun perusahaan yang ingin diberi label pengrusak lingkungan hanya karena mengedepankan profitoriented. Oleh karena itu, perusahaan tersebut merasa berkepentingan dan berkewajiban untuk melaksanakan, melaporkan dan mengungkapkan tanggung jawab sosial dengan fokus utama pada aspek lingkungan. Hal tersebut merupakan salah satu cara bagi perusahaan untuk menjaga reputasi (image) perusahaan dihadapan para pemegang saham dan para pemangku kepentingan. Keenam, tema yang terakhir adalah tema tata kelola perusahaan. Dalam tema ini terdapat 4 perusahaan yang konsisten untuk berfokus pada tema tata kelola perusahaan dalam melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah berturut-turut pada Keempat perusahaan tersebut memiliki indeks skor ISR tertinggi pada tema tata kelola perusahaan dalam kurun waktu Perusahaan-perusahaan tersebut yaitu : Tabel 4.6 Daftar Perusahaan dengan Fokus Tema Tata Kelola Perusahaan Tertinggi No Kode Nama Perusahaan Bidang 1 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk Konsumsi (Makanan) 2 SKLT PT Sekar Laut Tbk Perdagagan (Makanan) PT Ultrajaya Milk Industry & Trading ULTJ Konsumsi (Makanan) 3 Company Tbk 4 UNVR PT PT Unilever Indonesia Tbk Konsumsi (Makanan)

100 86 Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa perusahaan pada industri konsumsi mendominasi perusahaan yang mengungkapkan secara maksimal tema tata kelola perusahaan. Bentuk kongkrit tanggung jawab sosial terhadap tata kelola perusahaan diwujudkan perusahaan-perusahaan tersebut dengan adanya pernyataan bahwa perusahaan tersebut telah mengelola perusahaannya sesuai dengan prinsip syariah. Bukti perusahaan tersebut sudah sesuai syariah adalah dengan adanya sertifikat langsung dari Majelis Ulama Indenesia (MUI) mengenai operasional perusahaan yang berlandaskan prinsip syariah. Dalam rangka memepertajam analisis, bagian selanjutnya merupakan pembahasan-pembahasan mengenai pokok-pokok pengungkapan setiap tema. Rangkuman mengenai jumlah perusahaan yang disajikan per pokok pengungkapan dapat dilihat dalam lampiran 4. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, tema pengungkapan dalam indeks ISR terbagi menjadi enam tema yakni, pembiayaan dan investasi, produk dan jasa, karyawan, masyarakat, lingkungan, dan tata kelola perusahaan. Berikut adalah penjelasan hasil content analysis untuk setiap tema indeks ISR: 1. Tema Pembiayaan dan Investasi Tema pembiayaan dan investasi terdiri dari lima pokok pengungkapan. Pokok pengungkapan kegiatan yang mengandung riba dan pernyataan nilai tambah perusahaan merupakan pokok

101 87 pengungkapan yang paling banyak diungkapkan oleh perusahaan. Pada tahun sebanyak 162 perusahaan konsisten mengungkapkan kegiatan yang mengandung riba dan pernyataan nilai tambah perusahaan. Pengungkapan kegiatan yang mengandung riba tersebut mencakup jumlah utang yang mengandung bunga serta pendapatan bunga. Pengungkapan mengenai apakah perusahaan melakukan kegiatan yang mengandung gharar atau tidak, dalam penelitian ini tidak ada satu pun perusahaan yang mengungkapkannya dalam laporan tahunan perusahaannya. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan syariah di Indonesia dapat dikatakan buruk dalam mengungkapkan apakah mereka terlibat dalam kegiatan gharar atau tidak. Tidak dimuatnya perihal apakah perusahaan melakukan kegiatan gharar mengandung dua kemungkinan, yakni perusahaan telah mengungkapkan akan tetapi tidak mengungkapkannya di laporan tahunan perusahaan atau diungkapkan pada laporan lain selain laporan tahunan perusahaan, dan atau perusahaan memang tidak mengungkapkan perihal kegiatan gharar. Sebagai perusahaan yang sahamnya dikategorikan sebagai saham syariah oleh BAPEPAM dan LK, sudah selazimnya perusahaan tersebut melakukan pembayaran zakat serta mengungkapkannya (Raditya, 2012). Namun, dalam penelitian ini tidak ada perusahaan yang mengungkapkan perihal kegiatan zakat

102 88 dalam laporan tahunan perusahaannya. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut tidak komprehensif mengugkapkan kegiatan zakat yang telah mereka lakukan. Tidak dimuatnya perihal zakat dalam laporan tahunan perusahaan mengandung dua kemungkinan, yakni perusahaan telah membayar zakat akan tetapi tidak dimuat dalam laporan tahunannya atau dimuat dalam laporan lain dan atau perusahaan memang tidak melakukan pengungkapan dalam laporan tahunannya. Pokok pengungkapan selanjutnya adalah kebijakan atas keterlambatan piutang dan penghapusan piutang tak tertagih. Perusahaan yang mengungkapkan hal ini meningkat dari 86 perusahaan pada tahun 2012 menjadi 102 perusahaan di tahun Salah satu faktor yang diduga menyebabkan peningkatan ialah dengan diberlakukannya PSAK 50 (Revisi 2006) pada 1 Januari 2010 (sesuai dengan surat pengumuman DSAK IAI No. 1705/DSAK/IAI/XII/2008). Dalam PSAK 50 disebutkan bahwa perusahaan harus mengungkapkan mengenai risiko-risiko yang melekat pada kegiatan usaha perusahaan, salah satunya adalah risiko kredit. Dampak dari hal tersebut membuat sebagian besar perusahaan mengungkapkan kebijakan atas pembayaran piutang dan penghapusan piutang tak tertagih secara lebih komprehensif dalam laporan tahunannya.

103 89 Pokok pengungkapan yang terakhir dalam tema ini terkait dengan ada atau tidaknya pernyataan nilai tambah dalam laporan tahunan perusahaan. Jumlah perusahaan yang melaporkan hal ini relatif konsisten dari tahun Karena pernyataan nilai tambah biasanya diungkapkan pada bagian visi, misi, nilai-nilai perusahaan, laporan dewan komisaris, atau laporan dewan direksi yang isinya cenderung hampir sama tiap tahun. Secara keseluruhan, jumlah perusahaan yang mengungkapkan masing-masing pokok pengungkapan pembiayaan dan investasi mengalami peningkatan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin bertambahnya tahun, perusahaan syariah semakin meningkatkan kualitas pengungkapan pembiayaan dan investasinya agar lebih sesuai dengan prinsip islam. 2. Tema Produk dan Jasa Dalam tema ini terdapat empat pokok pengungkapan. Pertama, pokok pengungkapan terkait dengan produk atau kegiatan operasi ramah lingkungan. Jumlah perusahaan yang mengungkapkan hal ini mengalami peningkatan sebanyak 11 perusahaan selama tahun Peningkatan ini berhubungan erat dengan semakin maraknya isu pemanasan global dalam beberapa tahun belakangan. Isu pemanasan global memicu perusahaan-perusahaan di seluruh dunia untuk dapat menghasilkan produk dan/atau melakukan kegiatan operasi ramah lingkungan (Raditya, 2012).

104 90 Kedua, pokok pengungkapan yang berhubungan dengan kehalalan produk. Pada tahun 2012, perusahaan yang mengungkapkan kehalalan produk berjumlah 18 perusahaan. Dan meningkat pada tahun 2013 menjadi 19 perusahaan. Hal ini memberikan dampak positif bagi pemangku kepentingan muslim, khususnya konsumen muslim, untuk mengetahui apakah produk yang dihasilkan perusahaan tersebut halal atau tidak. Meskipun menurut BAPEPAM dan LK perusahaan yang masuk ke dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) merupakan perusahaan yang produknya tidak bertentangan dengan prinsip syariah, sebagian besar perusahaan masih belum mengungkapkan kehalalan produk dalam laporan tahunannya. Namun, perusahaan yang tidak mengungkapkan kehalalan produk dalam laporan tahunannya bukan berarti bahwa produk yang dihasilkan itu tidak halal. Oleh karena itu, alangkah lebih baik apabila perusahaan-perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan syariah tersebut melakukan pengungkapan mengenai status kehalalan produk dalam laporan tahunannya. Pokok pengungkapan yang ketiga dan keempat adalah keamanan dan kualitas produk serta pelayanan pelanggan. Pokok pengungkapan ini menekankan pada pengungkapan sistem manajemen mutu, pelayanan jual-beli, dan penanganan komplain atau keluhan konsumen. Kedua pokok pengungkapan ini merupakan pokok pengungkapan yang paling banyak dilakukan oleh

105 91 perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa keamanan dan kualitas produk serta pelayanan pelanggan menjadi fokus utama bagi sebagian besar perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen Muslim. Secara keseluruhan, perusahaan-perusahaan yang melakukan pengungkapan terhadap tema produk dan jasa mengalami peningkatan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin bertambahnya tahun perusahaan syariah semakin berupaya memenuhi informasi-informasi yang dibutuhkan oleh konsumen Muslim. 3. Tema Kayawan Tema karyawan terdiri dari tiga belas pokok pengungkapan. Pada tahun 2012 dan 2013, pokok pengungkapan tunjangan dan remunerasi merupakan pokok pengungkapan yang paling banyak dilakukan perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa tunjangan dan remunerasi merupakan aspek paling penting bagi kesejahteraan karyawan sehingga perusahaan sudah seharusnya memberikan tunjangan dan remunerasi yang memadai bagi seluruh karyawannya. Selain tunjangan dan remunerasi, pokok pengungkapan pendidikan dan pelatihan kerja atau pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) juga menjadi sorotan penting bagi perusahaan. Hasil content analysis menunjukkan bahwa terdapat 133 perusahaan di tahun 2012 dan 140 perusahaan di tahun 2013 yang melakukan

106 92 pengungkapan terkait pendidikan dan pelatihan kerja dalam laporan tahunannya. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar perusahaan berkomitmen untuk selalu meningkatkan kualitas dan kompetensi karyawan-karyawannya. Perusahaan biasanya memberikan pendidikan dan pelatihan dengan memperhatikan kebutuhan karyawan secara personal dan kebutuhan perusahaan secara profesional. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, motivasi, sikap, produktifitas dan karir. Di beberapa perusahaan biasanya juga terdapat survei yang dilakukan untuk menilai efektivitas dan efisiensi dari pendidikan dan pelatihan yang telah diberikan. Kegiatan ini dilakukan agar pendidikan dan pelatihan tidak hanya berorientasi pada kuantitas tetapi juga berorientasi pada kualitas. Pokok pengungkapan ini tampak pada bentuk sistem pendidikan dan pelatihan, frekuensi pendidikan dan pelatihan, jumlah yang mengikuti pendidikan dan pelatihan, dan biaya pendidikan dan pelatihan tersebut. Sekitar 72%-89% perusahaan melakukan pengungkapan mengenai kesehatan keselamatan kerja dan lingkungan kerja. Pokok pengungkapan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja serta lingkungan kerja telihat dari pelaksanaan dan evaluasi pengelolaan lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja (LK3) perusahaan, contohnya zero accident program dan sertifikasi dari pihak

107 93 independen seperti OHASS Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan kerja (Raditya, 2012). Tema berikutnya adalah karyawan muslim boleh melaksanakan ibadah dan karyawan kelas atas melakukan ibadah bersama-sama dengan karyawan menengah dan kebawah. Pada tema ini, sebanyak 65%-71% perusahaan mengungkapkan pokok pengungkapan tersebut. Tema ini merupakan tema yang sangat penting karena menyangkut kebebasan beribadah (Putri, 2014). Oleh karena itu, sudah sewajarnya bahwa perusahaan yang bergerak dalam prinsip syariah megedepankan keleluasaan beribadah bagi para karyawannya. Sebanyak 30 perusahaan mengungkapkan mengenai kesetaraan hak antara pria dan wanita pada tahun 2012 dan meningkat menjadi 39 perusahaan pada tahun Pokok pengungkapan mengenai kesetaraan hak antara pria dan wanita terlihat dari komitmen perusahaan yang menjunjung tinggi asas kewajaran dan kesetaraan dengan cara memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh karyawan tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, gender, dan kondisi fisik yang merujuk pada Hak Asasi Manusia (HAM), Undang-Undang Ketenagakerjaan, dan berbagai konvensi Internasional Labour Organitataion (ILO) (Raditya, 2012). Selanjutnya, terlihat bahwa perusahaan tidak terlalu menaruh perhatian penuh pada pengungkapan jam kerja, keterlibatan

108 94 karyawan dalam diskusi menajemen dan pengambilan keputusan, karyawan dari kelompok khusus dan tempat ibadah yang memadai. Hanya sekitar 0%-22% perusahaan yang melakukan pengungkapkan terhadap masing-masing pokok pengungkapan tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat hak-hak dasar karyawan muslim yang belum diungkapkan secara baik dalam laporan tahunan perusahaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa walaupun sebagian besar pengungkapan pada tema ini sudah meningkat dari tahun ketahun, akan tetapi masih terdapat sub tema yang belum diungkapkan secara lebih komprehensif oleh perusahaan. Perusahaan seharusnya memenuhi hak kebutuhan spiritual karyawan dan mengungkapkannya dalam laporan perusahaan agar masyarakat luas mengetahui apakah karyawan-karyawannya telah diperlakukan sesuai dengan ajaran Islam (Haniffa, 2002 dan Othman dan Thani, 2010). 4. Tema Masyarakat Pokok pengungkapan pada tema ini terdiri dari sebelas bagian. Selaras dengan tema-tema lain, secara rata-rata, jumlah pengungkapan pada tema ini mengalami peningkatan. Pokok pengungkapan yang paling banyak diungkapkan di tahun adalah pengungkapan terkait sedekah, donasi atau sumbangan. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar perusahaan syariah di

109 95 Indonesia telah memiliki kesadaran yang baik mengenai pentingnya melakukan infak dan sedekah dengan tujuan untuk saling meringankan beban orang lain. Meskipun demikian, bentuk saling berbagi yang lain seperti wakaf dan qardh hasan masih sedikit perusahaan yang melakukannya. Informasi dari content analysis yang menunjukan bahwa pada tahun hanya sekitar perusahaan yang mengungkapkan bahwa mereka telah memberikan wakaf kepada pihak lain. Sedangkan, tidak ada perusahaan yang mengungkapkan qardh hasan pada tahun Pokok pengungkapan lain yang cukup menonjol dalam tema ini adalah sukarelawan dari kalangan karyawan, pemberian beasisiwa sekolah, peningkatan kualitas hidup masyarakat miskin, kepedulian terhadap anak-anak, kegiatan amal atau sosial, dan menyokong kegiatan-kegiatan kesehatan, hiburan, olahraga, budaya, pendidikan dan keagamaan. Hal tersebut cukup menjadi sorotan utama setiap perusahaan karena kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat sekitar merupakan indikator yang sangat erat hubungannya dengan konsep tanggung jawab sosial. Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai salah satu upaya dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi Negara. Salah satu bentuk dukungan pemerintah terhadap peningkatan kualitas masyarakat miskin diwujudkan melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

110 96 (PKBL) yang diwajibkan bagi seluruh BUMN yang tertuang dalam Peraturan Mentri Negara BUMN Nomer PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan program Bina Lingkungan. Pokok pengungkapan lain yang tidak terlalu banyak dilakukan perusahaan terkait dengan pemberdayaan kerja pada lulusan sekolah/kuliah, dan pembangunan tunas muda. Berdasarkan hasil content analysis, kedua program tersebut merupakan program yang hanya dimiliki oleh 18%-27% dari seluruh perusahaan. Karakteristik kedua program tersebut sifatnya bergantung pada kebijakan masing-masing perusahaan dengan memperhitungkan terlebih dahulu tujuan, biaya, dan manfaat dari kedua program tersebut bagi perusahaan (Raditya, 2012). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepedulian perusahaan syariah di Indonesia terhadap masyarakat tergolong baik. Penjelasan terkait biaya yang dikeluarkan, pihak yang menerima bantuan, dan bukti kongkrit berupa foto kegiatan juga telah diungkapkan secara komprehensif oleh sebagian besar perusahaan. Meskipun demikian, masih terdapat keterbatasan dalam pengungkapan aspek-aspek spesifik yang terkait dengan prinsip Islam, seperti wakaf dan qardh hasan. Perusahaan syariah seharusnya melakukan pengungkapan secara detail dan lengkap tidak terkecuali terhadap aspek-aspek spesifik yang terkait dengan prinsip

111 97 Islam agar para pemangku kepentingan Muslim mengetahui apakah tanggung jawab sosial yang diberikan perusahaan kepada masyarakat telah sesuai dengan prinsip Islam. 5. Tema Lingkungan Dalam kurun waktu , jumlah perusahaan yang melakukan pengungkapan terhadap masing-masing pokok pengungkapan pada tema lingkungan mengalami peningkatan. Tema lingkungan terbagi menjadi lima pokok pembahasan. Pokok pengungkapan yang paling banyak dilakukan oleh perusahaan adalah kegiatan mengurangi pemanasan global, yakni sebanyak 97 perusahaan di tahun 2012 dan 111 perusahaan di tahun Kegiatan mengurangi efek pemanasan global dapat diwujudkan dalam bentuk meminimalisasi polusi, pengelolaan limbah, pengelolaan air bersih, dan lain-lain (Raditya, 2012). Pokok pengungkapan tertinggi kedua dan ketiga adalah konservasi lingkungan dan pendidikan melalui lingkungan. Pengungkapan tentang konservasi lingkungan dibuktikan dengan dilakukannya kegiatan penanaman kembali pohon di lingkungan sekitar perusahaan untuk mengganti pohon yang telah hilang dan penanaman pohon di pantai untuk mengantisipasi abrasi air laut. Sedangkan pendidikan melalui lingkungan dilakukan dengan mengajak anak-anak dalam konservasi lingkungan.

112 98 Selain itu, pokok pengungkapan selanjutnya yang fokus utamanya tidak lebih dari 40% perusahaan adalah pernyataan verifikasi independen atau audit dan sistem manajemen lingkungan. Salah satu faktor yang menyebabkan tidak banyaknya perusahaan yang melakukan dan mengungkapkan mengenai pernyataan verifikasi independen atau audit lingkungan adalah faktor biaya. Sedangkan salah satu tanda perusahaan memiliki sistem manajemen lingkungan yang baik adalah perusahaan memiliki sertifikasi ISO Sistem Manajemen Lingkungan. Kebanyakaan perusahaan yang memiliki kedua hal tersebut adalah perusahaan-perusahaan besar dan paling banyak bergerak dalam bidang pertambangan, properti dan perkebunan. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa kesadaran dan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan semakin meningkat seiring dengan semakin rusaknya alam semesta akibat aktivitas operasi berbagai perusahaan. Tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan diwujudkan oleh perusahaan dalam komitmen untuk selalu menjaga, memelihara dan melestarikan lingkungan. Peningkatan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan hanya konsisten terjadi pada perusahaan besar. Dengan kata lain, masih banyak perusahaan kecil yang kurang perduli terhadap lingkungan. Hal tersebut seharusnya tidak terjadi pada perusahaan yang tergolong sebagai perusahaan syariah. Perusahaan syariah seharusnya memiliki

113 99 kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan non-syariah karena sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai segala bentuk kerusakan yang ada di bumi. 6. Tata Kelola Perusahaan Tema tata kelola perusahaan mencakup delapan pokok pembahasan. Diantara kelima tema sebelumnya, tema tata kelola perusahaan merupakan tema yang paling konsisten diungkapkan oleh perusahaan syariah di Indonesia. Pokok pengungkapan yang dilakukan oleh seluruh perusahaan adalah pengungkapan struktur kepemilikan saham, profil dewan direksi dan kebijakan anti koropsi. Dua dari tiga pokok pengungkapan tersebut, yakni pengungkapan struktur kepemilikan saham dan profil dewan direksi merupakan pokok pengungkapan yang diwajibkan oleh BAPEPAM dan LK yang dituangkan dalam BAPEPAM-LK Nomor K.X.6. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan seluruh perusahaan telah mentaati peraturan yang diberikan oleh BAPEPAM dan LK. Pokok pengungkapan status kepatuhan terhadap syariah dari tahun 2012 sampai 2013 tidak mengalami perubahan jumlah, yaitu hanya terdapat 14 perusahaan yang menyatakan patuh terhadap ketentuan syariah. Perusahaan-perusahaan yang patuh terhadap syariah kebanyakan bergerak dalam bidang industri konsumsi dan obat-obatan. Dibuktikan dengan sertifikasi halal dari Majelis Ulama

114 100 Indonesia (MUI) tentang produk yang mereka jual adalah produk yang benar-benar halal untuk dikonsumsi. Sedangkan pokok pengungkapan tentang ada atau tidaknya perkara hukum mengalami penurunan. Pada tahun 2012, terdapat 76 perusahaan dan menurun pada tahun 2013 menjadi 66 perusahaan. Penurunan ini dapat mengandung dua arti, yakni perkara hukum yang dialami perusahaan semakin berkurang tetapi tidak diungkapkan dalam laporan tahunan atau perusahaan semakin enggan untuk mengungkapkan ada atau tidaknya perkara hukum yang sedang dihadapi. Ketidakterlibatan perusahaan dalam perkara hukum merupakan salah satu upaya untuk menjaga dan meningkatkan citra perusahaan di mata publik (Putri, 2013). Di sisi lain, pokok pengungkapan yang tidak dilakukan sama sekali oleh perusahaan adalah pokok mengenai pengungkapan ada atau tidaknya praktik monopoli, menimbun barang dan memanipulasi harga. Pokok pengungkapan tersebut tidak diungkapkan oleh perusahaan diduga karena pengungkapan tersebut bisa dikatakan sebagai pengungkapan yang dapat merusak citra perusahaan (Raditya, 2012). Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pengungkapan perusahaan syariah terhadap tema tata kelola perusahaan masih didominasi dengan motivasi untuk mematuhi pengungkapan wajib dari BAPEPAM dan LK. Padahal, sebagai perusahaan syariah sudah

115 101 seharusnya perusahaan melakukan pengungkapan tata kelola perusahaan berbasis syariah dengan seluas-luasnya. Informasi tersebut sangat bermanfaat bagi para investor Muslim dalam proses pengambilan keputusan. Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil analisis keenam tema tersebut adalah perusahaan-perusahaan syariah di Indonesia masih kurang komprehensif dalam melakukan tanggung jawab sosial yang spesifik terhadap aspek-aspek syariah. Hal tersebut memberikan dampak tersendiri bagi para investor Muslim dalam melakukan pertimbangan investasi. Indeks Saham Syariah Indonesia merupakan panduan investasi bagi para investor yang ingin berinvestasi pada portofolio efek syariah. Indeks Saham Syariah Indonesia hanya menyajikan informasi mengenai daftar perusahaanperusahaan yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan prinsip syariah tanpa memberi informasi lebih dalam mengenai apakah kegiatan operasi sehari-hari dan tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan tersebut telah sesuai dengan prinsip syariah. Satu-satunya sumber informasi lain yang dapat diakses oleh para investor Muslim dalam rangka melakukan pertimbangan investasi adalah laporan tahunan. Oleh karena itu, keterbatasan pengungkapan pada laporan tersebut akan mempengaruhi pola investasi para investor Muslim.

116 102 Menurut Raditya (2012), ada beberapa faktor yang menyebabkan masih rendahnya pengungkapan perusahaan syariah terhadap aspek-aspek spesifik syariah dalam laporan tahunan perusahaan. Pertama, masih sempitnya pemahaman mengenai konsep tanggung jawab sosial secara syariah di Indonesia. Kedua, konsep indeks ISR belum terlalu berkembang di Indonesia. Perkembangan indeks ISR di Indonesia masih lambat karena indeks ISR merupakan sesuatu yang baru dan tidak banyak diketahui oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia. Selain itu, salah satu standar pengungkapan yang diterima secara umum dan paling banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan di seluruh dunia adalah Global Reporting Initiative (GRI). Ketiga, pokok pengungkapan yang sebagian besar dipenuhi oleh perusahaan adalah pokok pengungkapan yang sifatnya memenuhi unsur kepatuhan. Kesadaran perusahaan untuk melakukan pengungkapan aspek-aspek spesifik syariah secara sukarela masih minim. Dan terakhir, kurangnya tekanan dari para pemangku kepentingan dalam menggalakkan pengungkapan aspek-aspek spesifik syariah pada perusahaan syariah. Akibatnya, perusahaan syariah di Indonesia tidak terlalu lengkap dalam mengungkapkan aspek-aspek spesifik syariah. Meskipun demikian, kurang lengkapnya pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah tidak dapat disalahartikan bahwa perusahaan tersebut kurang atau tidak patuh terhadap prinsip syariah.

117 103 Rendahnya skor indeks ISR pada suatu perusahaan syariah dapat diartikan dalam dua kondisi, yakni perusahaan telah melakukan pokok-pokok tanggung jawab sosial secara syariah tetapi tidak mengungkapkannya dalam laporan perusahaan atau perusahaan memang tidak melakukan pokok-pokok tanggung jawab sosial seperti yang ada dalam indeks ISR. Secara keseluruhan, pokok pengungkapan indeks ISR masih sangat sederhana dan setiap pokok pengungkapannya masih mengandung makna yang cukup luas sehingga diperlukan batasanbatasan yang jelas agar masing-masing pokok pengungkapan dapat dievaluasi secara baik. Untuk kedepannya, bukan tidak mungkin indeks ISR berkembang menjadi pedoman pengungkapan yang diterima secara umum bagi perusahaan-perusahaan syariah atau dikonversi kedalam indeks GRI sebagai satu bagian (section) khusus untuk pengungkapan aspek-aspek spesifik syariah (Fitria dan Hartanti, 2010). 4.2 Analisa Statistik Deskriptif Analisis selanjutnya terkait dengan hasil regresi model dalam penelitian ini. Keseluruhan rangkuman data penelitian yang digunakan dalam proses regresi tersebut disajikan dalam lampiran 5. Sedangkan, hasil output SPSS 20 statistik deskriptif disajikan dalam lampiran 6.

118 104 Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Variabel ISR Tahun Minimum Maksimum Rata-rata Std.Dev ,2407 6, ,5802 6,19329 Total ,9105 6,36904 Sumber : Hasil olah penulis Tabel 4.7 menggambarkan mengenai statistik deskriptif skor indeks ISR. Tabel tersebut menunjukkan bahwa rata-rata skor ISR secara keseluruhan masih kurang dari setengah total pokok pengungkapan indeks ISR. Rata-rata indeks skor ISR secara keseluruhan adalah 22,9. Sedangkan total dari pengungkapan indeks ISR adalah 46. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata perusahaan yang masuk ke dalam Indeks Saham Syariah Indonesia memiliki tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial yang cukup jauh dari kriteria-kriteria ISR. Dan secara keseluruhan, standar deviasi skor indeks ISR bernilai 6,36. Hal ini mengandung arti bahwa skor indeks ISR menyimpang sebesar 6,36 dari rata-rata skor indeks ISR secara keseluruhan. Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Variabel Ukuran Perusahaan yang Diukur dengan Total Aset Tahun Minimum (Ribuan Rp) Maksimum (Ribuan Rp) Rata-rata (Ribuan RP) Std. Dev (Ribuan Rp) , , , ,4 Total , ,7 Sumber: Hasil olah penulis Tabel 4.8 menampilkan statistik deskriptif dari variabel bebas ukuran perusahaan yang diukur oleh total aset. Secara keseluruhan, rata-

119 105 rata total aset yang dimiliki oleh perusahaan yang masuk dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) mencapai Rp ,76 dan standar deviasinya sebesar Rp ,7. Dengan kata lain, nilai total aset memiliki variabilitas sebesar Rp ,7 atau menyimpang kurang lebih Rp ,7 dari rata-rata total aset secara keseluruhan. Tidak ada standar yang jelas untuk mengelompokkan sebagai suatu perusahaan yang kecil, sedang ataupun besar. Namun, secara umum dapat dikatakan bahwa ukuran perusahaan yang tercatat di ISSI relatif sangat beragam. Hal ini terlihat dari nilai total aset terendah sebesar Rp dan nilai total aset tertinggi sebesar Rp Ada dua kemungkinan mengapa total aset suatu perusahaan bernilai rendah, yakni bidang bisnis dari perusahaan tersebut tidak membutuhkan kepemilikan aset yang sangat besar atau perusahaan tersebut masih baru. Tabel 4.9 Statistik Deskriptif Variabel Profitabilitas yang Diukur dengan ROA Tahun Minimum Maksimum Rata-rata Std. Dev % 54% 7,77% 8,63% % 40% 6,63% 8,23% Total -20% 60% 7,19% 8,42% Sumber: Hasil olah penulis Tabel 4.9 menyajikan tentang statistik deskriptif variabel profitabilitas yang diukur dengan rasio ROA. Nilai terendah ROA tahun 2012 dimiliki oleh PT Zebra Nusantara Tbk (ZBRA) dengan nilai -18%. Dan nilai terendah ROA tahun 2013 dimiliki oleh PT Triwira Insanlestari

120 106 dengan nilai -20%. Faktor utama yang menyebabkan rendahnya nilai ROA perusahaan tersebut adalah masalah nilai tukar rupiah terhadap dollar yang semakin melemah. Walaupun dampak dari melemahnya nilai tukar rupiah berdampak pada seluruh perusahaan, akan tetapi terdapat perusahaan yang memiliki nilai ROA yang cukup baik. PT Wicaksana Overseas International Tbk (WICO) membukukan ROA tertinggi di tahun 2012 dengan nilai sebesar 54%. Di tahun 2013, ROA tertinggi berhasil dicapai oleh PT Unilever Indonesia Tbk dengan nilai sebesar 40%. Rata-rata ROA seluruh perusahaan sampel dalam kurun waktu adalah 7,19%. Nilai tersebut mengandung arti bahwa rata-rata kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih dari setiap satu rupiah aset yang digunakan adalah sebesar 7,19%. Nilai standar deviasi ROA sebesar 8,42% menunjukkan bahwa nilai ROA mengalami penyimpangan sebesar kurang lebih 8,42% dari rata-rata nilai ROA secara keseluruhan. ROA memberikan ukuran yang lebih baik dalam mengukur profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektifitas perusahaan dalam menggunakan aset untuk memperoleh laba bersih. Tabel 4.10 Statistik Deskriptif Variabel Umur Perusahaan Tahun Minimum Maksimum Rata-rata Std. Dev ,84 7, ,84 7,57 Total ,34 7,58 Sumber: Hasil olah peneliti

121 107 Tabel 4.10 merupakan gambaran mengenai statistik deskriptif pada variabel bebas umur perusahaan. Data tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan rata-rata umur perusahaan yang tercatat di ISSI adalah 14,34 tahun dengan tingkat variabilitas sebesar 7,58 tahun. Dalam penelitian ini, umur perusahaan-perusahaan yang tercatat di ISSI berada pada kisaran 1 sampai 32 tahun. Jumlah perusahaan dengan umur tertua adalah satu perusahaan dan termuda sebanyak 8 perusahaan. Satu-satunya perusahaan dengan umur tertua yang tercatat di ISSI dalam penelitian ini adalah PT Merck Tbk (MERK). Tabel 4.11 Statistik Deskriptif Variabel Ukuran Dewan Komisaris Tahun Minimum Maksimum Rata-rata Std. Dev ,15 1, ,26 1,69 Total ,20 1,66 Sumber : Hasil olah penulis Tabel 4.11 adalah statistik deskriptif variabel ukuran dewan komisaris. Data tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan rata-rata ukuran dewan komisaris perusahaan yang terdaftar di ISSI adalah 4,20 dengan tingkat variabilitas 1,66. Dalam penelitian ini, ukuran dewan komisaris yang paling kecil adalah dua orang. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan-perusahaan yang masuk dalam ISSI telah mengikuti peraturan Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007 Pasal 108 ayat (5) yang menjelaskan bahwa bagi perusahaan berbentuk

122 108 Perseroan Terbatas wajib memiliki paling sedikit 2 (dua) anggota Dewan Komisaris. Tabel 4.12 Statistik Deskriptif Variabel Proporsi Komisaris Independen Tahun Minimum Maksimum Rata-rata Std. Dev ,38 0, ,8 0,39 0,12 Total 0 1 0,38 0,13 Sumber: Hasil olah penulis Tabel 4.12 merupakan gambaran mengenai statistik deskriptif pada variabel bebas proporsi komisaris independen. Data tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan rata-rata proporsi komisaris independen pada perusahaan yang terdaftar di ISSI adalah 0,38 dengan tingkat variabilitas 0,13. Pada penelitian ini, masih terdapat perusahaan yang belum mempunyai komisaris independen pada tahun 2012 dan Jumlah perusahaan yang tidak mempunyai dewan komisaris pada perusahaan yang terdaftar dalam ISSI adalah sebanyak 10 perusahaan pada tahun 2012 dan 5 perusahaan pada tahun PT Alakasa Industrindo Tbk (ALKA), (HOME), (INCI), (LION), (TRST) adalah perusahaan yang tidak mempunyai dewan komisaris pada tahun

123 Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Sumber: Olah data penulis Gambar 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Hasil uji statistik normalitas menggunakan SPSS 20 di atas menunjukkan bahwa grafik normal plot terdistribusi secara normal. Dalam grafik normal plot di atas, menunjukkan bahwa adanya titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal sedangkan penyebarannya mengikuti arah garis diagonalnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi klasik normalitas. Untuk lebih meyakinkan normalitas dari residual estimasi maka digunakan pengujian one sample Kolmogorov- Smirnov, berikut hasilnya :

124 110 Tabel 4.13 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov One Sample Kologorov-Smirnov Test Asymp.Sig (2- Variabel Kolmogorov-Smirnov Z Keterangan tailed) RES_1 1,023 0,246 Normal Sumber : Hasil olah penulis Berdasarkan tabel 4.13 di atas dapat diketahui bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 1,023 dan nilai probabilitasnya sebesar 0,246. Jadi residual terdistribusi secara normal karena nilai p = 0,246 lebih besar dari pada 0, Uji Multikolinearitas Mulrikoliniearitas mengandung arti bahwa adanya hubungan linier yang sempurna diantara beberapa variabel pada model regresi. Dalam penelitian ini, uji multikolinearitas dilakukan dengan menganalisis korelasi antar variabel dan perhitungan nilai tolerance serta Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai tolerance lebih kecil dari 0,1 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%, dan jika nilai VIF kurang dari 10 maka dapat dikatakan bahwa variabel independen yang digunakan dalam model adalah objektif dan dapat dipercaya.

125 111 Tabel 4.14 Hasil Uji Multikolinearitas Model sig. Tolerance VIF (Constant) 0,006 Ukuran Perusahaan 0,000 0,794 1,259 Profitabilitas 0,017 0,871 1,149 Umur Perusahaan 0,020 0,909 1,101 Ukuran Dewan Komisaris 0,000 0,842 1,187 Proporsi Komisaris Independen 0,629 0,933 1,072 Dummy tahun ,034 0,986 1,014 Dummy Tipe Industri -) Pertanian 0,158 0,918 1,090 -) Industri Kimia 0,970 0,808 1,237 -) Aneka Industri 0,392 0,902 1,108 -) Konsumsi 0,158 0,797 1,254 -) Properti 0,032 0,825 1,212 -) Infrastruktur 0,111 0,916 1,092 -) Perdagangan 0,080 0,833 1,200 Sumber: Hasil olah penulis Hasil statistik menggunakan SPSS 20 dijelaskan secara lengkap pada lampiran 6. Tabel 4,14 di atas adalah hasil rangkuman dari hasil SPSS uji multikolinearitas. Dari tabel di atas, nilai Tolerance menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0.10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih besar dari 95%. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikoliniearitas antar variabel independen dalam model regresi.

126 Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas merupakan keadaan dimana semua gangguan yang muncul dalam fungsi regresi tidak memiliki varians yang sama. Dalam penelitian ini, uji heteroskedastisitas dilakukan dengan uji statistik yang lebih dapat menjamin keakuratan hasil. Uji statistik yang digunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah Uji White. Pengujian pada uji white dilakukan dengan mengamati nilai x²-hitung, dimana x²-hitung = n R². Apabila nilai x²-hitung lebih kecil dari pada x²-tabel, maka hipotesis adanya heteroskedastisitas dalam model ditolak, begitu pula sebaliknya. Tabel 4.15 Hasil SPSS Uji White Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 0,318 0,101 0,70 3,544,814 Sumber : Olah data penulis Dengan mengetahui nilai R² sebesar 0,101, maka kita dapat mengetahui besarnya x²-hitung, yaitu 324 x 0,101 = 32,724. Sedangkan besarnya x²-tabel adalah 341,3950. Karena x²-hitung lebih kecil dari x²-tabel, maka gejala penyakit heteroskedastisitas dalam model persamaan tidak ada Uji Autokorelasi Autokorelasi merupakan korelasi yang terjadi antar observasi dalam satu variabel. Autokorelasi dapat terjadi jika observasi yang terjadi secara berturut-turut sepanjang waktu memiliki korelasi antara satu dengan yang lain. Dalam penelitian

127 113 ini, uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan statistik Durbin Watson. Tabel 4.16 Hasil SPSS Uji Durbin Watson Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 0,541 0,292 0,281 0, ,919 Sumber: Hasil olah penulis Dalam tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai statistik Durbin-Watson sebesar Apabila dibandingkan dengan nilai tabel dari jumlah sampel sebanyak 324 dan jumlah variabel independen (k) adalah 5 dengan asumsi derajat kepercayaan 5%. Maka diperoleh nilai tabel dl = dan nilai tabel du = Sedangkan syarat tidak adanya autokorelasi adalah du<d< 4-du. Karena nilai DW test diantara du dan 4-du, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala penyakit autokorelasi dalam model regresi. 4.4 Analisis Hasil Regresi Hasil output hasil regresi model dari SPSS 20 disajikan secara lengkap dalam lampiran 6. Berikut adalah rangkuman hasil regresi model yang telah dilakukan :

128 114 Tabel 4.17 Hasil Regresi Model Variabel Koefisien t-statistik Sig. C -12,683-2,762 0,006 SIZE 1,127 6,531 0,000 PROFIT 8,863 2,399 0,017 AGE -0,094-2,338 0,020 UDK 1,166 6,152 0,000 PKI -1,325-0,484 0,629 Dummy tahun ,242 2,129 0,034 Dummy Tipe Industri -) Pertanian -0,014 1,415 0,158 -) Industri Kimia -0,002-0,038 0,970 -) Aneka Industri -0,041-0,858 0,392 -) Konsumsi -0,072-1,415 0,158 -) Properti -1,635-2,154 0,032 -) Infrastruktur -0,076-1,597 0,111 -) Perdagangan -1,213-1,757 0,080 N 324 R² 0,330 F-statistik 23,764 Sig. (F-statistik) 0,000 Signifikansi 1% Signifikansi 5% Signifikansi 10 % Sumber: Hasil olah penulis Berdasarkan tabel 4.17, maka model regresi berganda antara variabel independen dan variabel dependen dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan berikut : ISR= -12, ,127 SIZE + 8,863 PROFIT - 0,094 AGE + 1,166 UDK - 1,325 PKI + 1,242 DTH 0,014 Dpert 0,002 Dkim 0,041 Dai 0,072 Dkon 1,635 Dpro 0,076 Dinf 1,213 Dperd

129 115 Penjelasan yang dapat diberikan berkaitan dengan model regresi yang terbentuk adalah: 1. Konstanta Persamaan tersebut dapat menunjukkan bahwa jika seluruh variabel independen (ukuran perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan, ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen, dummy tahun dan dummy tipe industri) bernilai 0, maka tingkat pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) nilainya negatif, yaitu 12, Ukuran Perusahaan (SIZE) Koefisien ukuran perusahaan yang bernilai positif 1,127 mengandung arti bahwa setiap peningkatan 1% ukuran perusahaan atau total aset mampu meningkatkan skor ISR sebesar 1,127%. 3. Profitabilitas (PROFIT) Koefisien profitabilitas yang bernilai positif sebesar 8,863 mengandung arti bahwa setiap peningkatan 1% nilai ROA mampu meningkatkan skor indeks ISR sebesar 8,863%. 4. Umur Perusahaan (AGE) Koefisien umur perusahaan yang bernilai negatif sebesar 0,094 mengandung arti bahwa setiap peningkatan 1 umur perusahaan maka akan diikuti penurunan ISR sebesar 0,094.

130 Ukuran Dewan Komisaris (UDK) Koefisien ukuran dewan komisaris yang bernilai positif sebesar 1,166 mengandung arti bahwa setiap peningkatan 1 dewan komisaris, maka mampu meningkatkan skor indeks ISR sebesar 1, Proporsi Komisaris Independen (PKI) Koefisien proporsi komisaris independen yang bernilai negatif sebesar 1,325 mengandung arti bahwa setiap peningkatan 1 maka akan diikuti penurunan ISR sebesar 1, Dummy Tahun 2013 (DTH) Koefisien variabel dummy tahun 2013 adalah sebesar 1,242. Hal itu berarti bahwa pengungkapan ISR pada tahun 2013 lebih tinggi sebesar 1,242 dari tahun sebelumnya. 8. Dummy Tipe Industri a. Industri Pertanian (Dpert) Berdasarkan tabel 4.17 nilai koefisien variabel dummy tipe industri pertanian adalah sebesar -0,014. Ini berarti bahwa perusahaan dengan tipe industri pertanian mengungkapkan ISR lebih rendah sebesar 0,014 dari tipe industri pertambangan. b. Industri Kimia (Dkim) Berdasarkan tabel 4.17 nilai koefisien variabel dummy tipe industri kimia adalah sebesar -0,002. Ini berarti bahwa

131 117 perusahaan dengan tipe industri kimia mengungkapkan ISR lebih rendah sebesar 0,002 dari tipe industri pertambangan. c. Aneka Industri (Dai) Berdasarkan tabel 4.17 nilai koefisien variabel dummy tipe industri dari berbagai macam aneka industri adalah sebesar -0,041. Ini berarti bahwa perusahaan yang bergerak di bidang aneka industri mengungkapkan ISR lebih rendah sebesar 0,041 dari tipe industri pertambangan. d. Industri Konsumsi (Dkon) Berdasarkan tabel 4.17 nilai koefisien variabel dummy tipe industri konsumsi adalah sebesar -0,072. Ini berarti bahwa perusahaan dengan tipe industri konsumsi mengungkapkan ISR lebih rendah sebesar 0,072 dari tipe industri pertambangan. e. Industri Properti (Dpro) Berdasarkan tabel 4.17 nilai koefisien variabel dummy tipe industri properti adalah sebesar -1,635. Ini berarti bahwa perusahaan dengan tipe industri properti mengungkapkan ISR lebih rendah sebesar 1,635 dari tipe industri pertambangan. f. Industri Infrastruktur (Dinf) Berdasarkan tabel 4.17 nilai koefisien variabel dummy tipe industri yang bergerak dalam bidang infrastruktur adalah sebesar -0,076. Ini berarti bahwa perusahaan dengan tipe

132 118 industri bidang infrastruktur mengungkapkan ISR lebih rendah sebesar 0,076 dari tipe industri pertambangan. g. Industri Perdagangan (Dperd) Berdasarkan tabel 4.17 nilai koefisien variabel dummy tipe industri dalam bidang perdagangan adalah sebesar -1,213. Ini berarti bahwa perusahaan dengan tipe industri perdagangan mengungkapkan ISR lebih rendah sebesar 1,213 dari tipe industri pertambangan Koefisien Determinasi Koefisien determinasi dinotasikan dengan R² (R square). Koefisien determinasi menunjukkan proporsi variasi variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas. Sesuai dengan tabel 4.17 di atas, nilai R² penelitian ini sebesar 33%. Nilai R² sebesar 33% mengandung arti bahwa variabel terikat skor indeks Islamic Social Reporting mampu dijelaskan 33% oleh variabel bebas dalam model, sedangkan sisanya 67% dijelaskan oleh faktor di luar model Uji Signifikan Simultan (Uji-F) Uji signifikansi simultan atau Uji-F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat. Sesuai dengan tabel 4.17 di atas, nilai statistik F dan nilai probabilitas statistik F dalam penelitian ini masing-masing sebesar 23,764 dan 0,000. Nilai probabilitas statistik F tersebut lebih kecil dari pada tingkat signifikansi (α) =

133 119 0,05 atau Ho ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel bebas dalam model secara bersama-sama mempengaruhi variabel skor indeks Islamic Social Reporting Uji Signifikan Parsial (Uji-t) Uji signifikansi parsial atau Uji-t dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi atau pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Berikut adalah penjelasan mengenai analisis uji signifikansi parsial atau uji-t pada kelima variabel bebas : 1. Ukuran Perusahaan Tabel 4.17 menunjukkan bahwa nilai statistik t pada variabel bebas ukuran perusahaan sebesar 6,531. Sedangkan, nilai signifikansi variabel bebas ukuran perusahaan sebesar 0,000. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil daripada tingkat signifikansi (α) 5% dengan tingkat keyakinan 95%. Dengan demikian, berarti variabel bebas ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap tingkat pengungkapan Islamic Social Reporting. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Othman (2009), Raditya (2012), dan Widyawati (2012) dengan hasil penelitian positif signifikan. Hal ini dikarenakan perusahaan yang lebih besar sudah pasti memiliki pembiayaan, fasilitas, dan sumber daya manusia yang lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Secara

134 120 spesifik, semakin besar ukuran perusahaan syariah, maka semakin bertambah pula para pemangku kepentingan Muslim yang ikut mempengaruhi atau dipengaruhi oleh kegiatan bisnis perusahaan tersebut. Dengan demikian, perusahaan yang lebih besar akan cenderung untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah lebih luas dibandingkan perusahaan syariah yang lebih kecil. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kuiksuko (2013) pada 40 perusahaan yang tercatat di BEI pada periode tahun 2010, dan Maulida, Yulianto dan Asrori (2014) pada perusahaan yang terdaftar di JII pada periode yang membuktikan bahwa variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa ukuran perusahaan yang besar tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat pengungkapan wajib dan sukarela karena perusahaan yang lebih kecil melakukan pengungkapan informasi secara lebih luas agar mendapat citra positif oleh masyarakat. 2. Profitabilitas Berdasarkan tabel 4.17, secara keseluruhan variabel bebas profitabilitas mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan Islamic Social Reporting dengan nilai statistik t sebesar 2,399 dan nilai signifikansi

135 121 sebesar 0,017. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari pada tingkat signifikansi (α) 5% dengan tingkat keyakinan 95%. Secara keseluruhan, hasil ini sesuai dengan temuan Othman et al. (2009), Ayu (2010), Raditya (2012) dan Widyawati (2012) yang membuktikan bahwa profitabilitas yang diukur dengan proxy nilai ROA mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting. Beberapa bukti empiris menunjukkan bahwa perusahaan yang berada pada posisi menguntungkan akan cenderung mengungkapkan informasi secara lebih luas. Terminologi probabilitas identik dengan kinerja ekonomi perusahaan. Semakin tinggi kinerja ekonomi perusahaan, nilai perusahaan pun akan relatif meningkat. Tingginya nilai perusahaan diyakini oleh manajemen perusahaan sebagai salah satu cara untuk menarik perhatian investor, khususnya investor Muslim. Dengan demikian, perusahaan syariah yang semakin untung akan cenderung melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah lebih luas. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dyah (2008) pada 62 perusahaan BEI periode dan Suta (2012) pada 105 perusahaan yang terdaftar di BEI periode dengan hasil bahwa profitabilitas tidak mempengaruhi pengungkapan informasi. Pengungkapan

136 122 informasi dianggap akan mengurangi laba perusahaan karena biaya tambahan untuk mengungkapkan informasi tersebut. 3. Umur Perusahaan Pada tabel 4.17 menunjukkan bahwa secara keseluruhan variabel bebas umur perusahaan mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap tingkat pengungkapan Islamic Social Reporting dengan nilai statistik t sebesar -2,338 dan nilai signifikansi sebesar 0,020. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari pada tingkat signifikansi (α) 5% dengan tingkat keyakinan 95%. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Tristanti (2012) pada 726 perusahaan yang terdaftar pada BEI periode dan Dwita (2014) pada 14 perusahaan yang terdaftar pada BEI periode tahun yang menyatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan informasi karena semakin lama perusahaan dapat bertahan, maka perusahaan cenderung mengungkapakan informasinya secara lebih luas agar tetap diterima di masyarakat. Penelitian ini tidak sejalan dengan Raditya (2012) yang menemukan bahwa umur perusahaan bukanlah faktor yang signifikan dalam mempengaruhi tingkat pengungkapan Islamic Social Reporting. Sedangkan, Sembiring (2003), Akhtarudin (2005) dan Dyah (2008) berhasil membuktikan umur

137 123 perusahaan tidak mempengaruhi tingkat pengungkapan wajib dan/atau sukarela. Penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa perusahaan dengan umur yang lebih tua pasti melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah lebih luas dibandingkan dengan perusahaan yang lebih muda umurnya. Menurut Raditya (2012), ada dua kemungkinan umur perusahaan tidak menjamin pengungkapan informasi secara lebih luas. Pertama, perusahaan dengan umur yang lebih tua memungkinkan untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah lebih sempit karena perusahaan yang lebih tua tidak dapat dipastikan bahwa perusahaan tersebut merupakan perusahaan besar yang dianggap telah memiliki pembiayaan, fasilitas dan sumber daya manusia yang lebih memadai sehingga mampu melakukan pengungkapan lebih luas. Kedua, perusahaan dengan umur yang lebih muda juga memungkinkan untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial syariah secara lebih luas karena perusahaan yang lebih muda kemungkinan melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah lebih luas dengan tujuan mengurangi ketidakpastian risiko dan meningkatkan kepercayaan investor, khususnya investor Muslim terhadap posisi perusahaan.

138 Ukuran Dewan Komisaris Tabel 4.17 menunjukkan bahwa secara keseluruhan variabel bebas ukuran dewan komisaris mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan ISR dengan nilai statistik t sebesar 6,152 dan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai probabilitas statistik t (p-value) tersebut lebih kecil dari pada tingkat signifikansi (α) 5% dengan tingkat keyakinan 95%. Karena semakin banyak dewan komisaris maka tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapkan informasi secara lebih luas. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Terzaghi (2012) pada 89 perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI untuk tahun 2008 dan Khoirudin (2013) pada 11 unit bank umum syariah tahun dengan hasil penelitian positif signifikan. Berbeda dengan Ratnasari (2011) pada 16 perusahaan yang terdaftar di BEI yang menyatakan bahwa dewan komisaris tidak efektif dalam menekan manajemen karena terdapat dewan komisaris yang berasal dari pihak terafiliasi yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan. 5. Proporsi Komisaris Independen Berdasarkan tabel 4.17 variabel bebas proporsi dewan komisaris independen tidak mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan Islamic Social

139 125 Reporting. Hal ini ditunjukkan oleh nilai statistik t sebesar - 0,484 dan nilai signifikansi sebesar 0,629. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari pada tingkat signifikansi (α) 5% dengan tingkat keyakinan 95%. Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari (2011) pada 16 perusahaan yang terdaftar dalam BEI yang menyatakan bahwa proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela. Karena tugas dari komisaris independen adalah untuk menciptakan keseimbangan intern saja seperti pemegang saham utama, direksi komisaris, manajemen, maupun pemegang saham publik. Akan tetapi, penelitian ini tidak sejalan dengan Penelitian Wardhana (2013) pada 328 perusahaan yang terdaftar di BEI dan Jizi, Salama, Dixon dan Stratling (2014) pada 193 bank komersial yang ada di Amerika periode waktu yang menyatakan bahwa komisaris independen berpengaruh terhadap pengungkapan informasi sukarela karena perusahaan yang memiliki komisaris independen yang tinggi biasanya akan mendapatkan tuntutan untuk memberikan informasi yang lebih banyak.

140 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Dari hasil analisis penelitian dari bab sebelumnya, kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut : 1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengungkapan ISR. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa perusahaan syariah yang memiliki total aset yang lebih besar memiliki kecenderungan untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah yang lebih luas dibandingkan perusahaan yang mempunyai total aset kecil. 2. Secara keseluruhan, profitabilitas mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan ISR. Dengan demikian, perusahaan syariah yang semakin untung akan cenderung melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah lebih luas. 3. Secara keseluruhan variabel bebas umur perusahaan mempunyai pengaruh yang negatif signifikan terhadap tingkat pengungkapan ISR. Ada dua kemungkinan mengapa umur perusahaan berpengaruh negatif signifikan. Pertama, perusahaan yang lebih tua umurnya tidak dapat dipastikan bahwa perusahaan tersebut merupakan perusahaan besar yang dianggap telah memiliki 126

141 127 pembiayaan, fasilitas dan sumber daya manusia yang lebih memadai sehingga mampu melakukan pengungkapan lebih luas. Kedua, perusahaan yang lebih muda kemungkinan melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah lebih luas dengan tujuan mengurangi ketidakpastian risiko dan meningkatkan kepercayaan investor, khususnya investor Muslim terhadap posisi perusahaan. 4. Secara keseluruhan, variabel bebas ukuran dewan komisaris mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan ISR. Penelitian ini membuktikan bahwa semakin banyak dewan komisaris maka perusahaan akan melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial syariah secara lebih luas. 5. Variabel bebas proporsi dewan komisaris independen tidak mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengungkapan ISR. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai dewan komisaris independen yang banyak tidak menjamin melakukan pengungkapan informasi tanggung jawab sosial secara syariah lebih banyak pula Keterbatasan Penelitian Setelah melakukan analisis penelitian, maka penulis mengetahui bahwa masih terdapat keterbatasan penelitian yaitu sebagai berikut : 1. Penelitian ini dilakukan hanya untuk periode tahun 2012 dan 2013 saja.

142 Pengungkapan indeks ISR yang pokok pengungkapannya merupakan hasil pengembangan dan penyesuaian penulis memungkinkan adanya pokok pengungkapan yang kurang dikembangkan secara komprehensif. 3. Subjektifitas penulis dalam memberikan nilai pada saat melakukan penilaian (scoring) terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan berdasarkan indeks ISR. 4. Sumber informasi yang dijadikan sebagai bahan penelitian pengungkapan informasi tanggung jawab sosial secara syariah hanya terbatas pada laporan tahunan perusahaan yang bersangkutan saja Saran Penelitian lanjutan menjadi suatu hal penting dalam rangka mendukung perkembangan Islamic Social Reporting di Indonesia. Berikut adalah saran penulis untuk penelitian selanjutnya. 1. Memperluas jumlah sampel dengan memperpanjang periode penelitian menjadi tiga tahun atau lebih. 2. Penelitian selanjutnya harus dapat mengembangkan pokok-pokok pengungkapan indeks ISR secara lebih komprehensif dengan tidak lupa memperhatikan karakteristik perusahaan di Indonesia. Hal ini dilakukan agar indeks ISR yang digunakan dapat lebih merefleksikan tanggung jawab sosial yang sesuai dengan prinsip Islam dan dapat diterapkan di Indonesia.

143 Metode content analysis dalam penelitian ini sarat akan subjektifitas dalam melakukan interpretasi terhadap pokok pengungkapan. Dengan demikian, penelitian selanjutnya mungkin dapat menggunakan metode content analysis lain yang dapat mengurangi tingkat subjektifitas terhadap informasi yang disajikan oleh perusahaan dalam laporannya. 4. Menambah sumber informasi yang dijadikan sebagai bahan penilaian pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah seperti press release, informasi yang diungkapkan di situs web perusahaan dan sumber informasi lain. Selain saran terkait penelitian selanjutnya, saran untuk pihak-pihak terkait juga diperlukan dalam rangka turut mendukung perkembangan praktik CSR secara syariah dan indeks ISR di Indonesia. Berikut adalah saran untuk berbagai pihak terkait : 1. BAPEPAM dan LK Langkah BAPEPAM dan LK yang berkerja sama dengan DSN MUI dalam rangka untuk mengembangkan pasar modal syariah Indonesia dengan menerbitkan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) sebenarnya patut diapresiasi. Sayangnya, langkah tersebut tidak dibarengi dengan sosialisasi kepada perusahaan yang bersangkutan. Akibatnya, perusahaan tersebut tidak menyadari bahwa ia telah mendapatkan sorotan dari para pemangku kepentingan (stakeholder) Muslim. Ekspektasi para pemangku

144 130 kepentingan Muslim terhadap indeks tersebut lebih hanya sebagai panduan investasi. Para pemangku kepentingan Muslim pasti berharap bahwa perusahaan-perusahaan yang masuk dalam ISSI juga berperilaku layaknya suatu entitas islam. Expectation gap ini sebaiknya dapat diminimalisir oleh BAPEPAM dan LK selaku regulator pasar modal. Salah satu langkah yang seharusnya dilakukan BAPEPAM dan LK adalah dengan mengeluarkan suatu regulasi yang sifatnya memberikan insentif bagi perusahaanperusahaan tersebut untuk berlaku sesuai dengan prinsip syariah, tidak terkecuali dalam hal tanggung jawab sosial. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan tersebut mempunyai dorongan untuk melakukan tanggung jawab sosial secara syariah yang lebih komprehensif. 2. Perusahaan yang masuk Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Perusahaan yang masuk dalam ISSI seharusnya memiliki kesadaran tinggi dalam melakukan tanggung jawab sosial secara syariah sebagai konsekuensi dari kebijakan BAPEPAM dan LK terkait dengan dikeluarkannya daftar nama perusahaan-perusahaan yang termasuk ke dalam kategori perusahaan yang memiliki efek atau sekuritas syariah. 3. Akademisi Pihak akademisi dalam dimensi Perguruan Tinggi seharusnya melakukan diskusi berkala dengan BAPEPAM-LK dan perwakilan dari perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI

145 131 terkait dengan hasil-hasil penelitian mahasiswa. Hasil-hasil penelitian tersebut diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi BAPEPAM-LK untuk menghasilkan aturanaturan yang lebih komprehensif dalam rangka menciptakan pasar modal Indonesia yang lebih efisien. Selain itu, hasil-hasil penelitian tersebut juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.

146 DAFTAR PUSTAKA Abu-Tapanjeh, A. M. (2009). Corporate Governance from the Islamic Perspective: A comparative analysis with OECD principles. Critical Perspective on Accounting, 20, Akhtaruddin, M. (2005). Corporate Mandatory Disclosure Practices in Bangladesh. The International Jurnal of Accounting, 40, Almilia, L Spica dan Retrinasari Ikka, Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengaruh dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI, Proocedings Seminar Nasional. FE Universitas Trisakti: hal Amalia, D Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela Pada Laporan Tahunan Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi Pemerintahan Vol.1, No.2, November Amran, A and Devi, S.S. (2008). The impact of government and foreign affiliate influence on corporate social reporting: The case of Malaysia. Managerial Auditing Journal. Vol. 23 No. 4, pp Amurwani, A. (2006). Pengaruh Luas Pengungkapan Sukarela dan Asimetri Informasi Terhadap Cost of Equity Capital. Skripsi. Yogyakarta. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Anggraini, Fr. (2006). Pengungkapan informasi sosial dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan informasi sosial dalam laporan keuangan tahunan (Studi empiris pada perusahaanperusahaan yang terdaftar Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi 9. Ariningtika, P. (2013). Pengaruh Praktik Tata Kelola Perusahaan Terhadap Pengungkapan Lingkungan Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun ). Skripsi. Semarang. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Ayu, D. F Analisis Pengaruh Jenis Industri, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas terhadap Tingkat Pengungkapan Islamic Social

147 Reporting (ISR) pada Perusahaan yang Masuk Daftar Jakarta Islamic Index (JII). Skripsi. Depok. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Cooke, T.E The Impact of Size, Stock Market Listing and Industry Type on Disclosure in The Annual Reports of Japanese Listed Companies. Accounting and Business Research, Vol.19: Daniri, Mas Achmad. Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Sambutan Menteri Negara Lingkungan Hidup pada Seminar Sehari A Promise of Gold Rating: Sustainable CSR, Tanggal 23 Agustus 2006, diambil dari diakses pada tanggal 4 November Deegan, C Financial Accounting Theory. Sydney: McGraw Hill Book Company. Dipika, A, N. (2014). Pengaruh Good Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan ISR (Studi Kasus Pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode ). Skripsi. Yogyakarta. Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga. Dusuki, A, W. (2008). What Does Islam Say about Corporate Sosial Responsibility? Review of Islamic Economics, 12, Dyah, I. (2008). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Lingkungan Hidup dalam Laporan Tahunan Perusahaan (Studi Pada Perusahaan PROPER yang Terdaftar Di BEI). Skripsi. Malang. Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Fitria, S., & Hartanti, D. (2010) Islam dan Tanggung Jawab Sosial: Studi Pengungkapan Berdasarkan Global Reporting Initiative Indeks dan Islamic Social Reporting Indeks, Simposium Nasional Akutansi XIII. Purwokerto. Friedmen, M. (1982). Capitalism and Freedom. USA: The University of Chicago. Ghozali, Imam Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang. Universitas Diponegoro Ghozali, Imam dan Chariri, Anis Teori Akuntansi. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang.

148 Gray, R., Owen, D., & Maunders, K. (1987). Corporate Social Reporting: Accounting and Accountability. USA: Prentice-Hall. Gray. S. J., Meek, g., & Roberts, C. (1995). International Capital Market Pressures and Voluntary Annual Reports Disclosure by US and UK Multinationals. Journal of International Financial Management and Accounting, 6, Gunawan, Y Analisis Pengungkapan Informasi Laporan Tahunan pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi III Hadi, Nor Corporate Social Responsibility. Yogyakarta : Graha Ilmu. Haniffa, R. M., & Cooke, T. E. (2002). Culture, Corporate Government, and Disclosure in Malaysian Corporations. Abacus, 38, Haniffa, R. M., & Cooke, T. E. (2005). The Impact of Culture and Governance Corporate Social Reporting. Journal of Accounting and Public Policy, 24, Haniffa, R. (2002). Social Reporting Disclosure An Islamic Perspective. Indonesian Management & Accounting Research, 1, Hariandy, P. P. (2011). Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Tingkat Diversifikasi dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Tingkat Pengungkapan Sukarela (Studi Empiris pada Bank yang Terdaftar Di BEI Tahun ). Skripsi. Depok. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Harsanti, P. (2011). Corporate Social Responsibility dan Teori Legitimasi. Jurnal Mawas, Juni Universitas Muria Kudus. Ho, S. S., & Wong, K. S A Study of the Relationship between Corporate Governance Structures and the Extent of Voluntary Disclosure. Journal of International Accounting, Auditing, & Taxation, 10, Hossain, M., & Hammami, H. (2009). Voluntary Disclosure in the Annual Reports of an Emerging Country : The Case of Qatar. Advances in Accounting, Incorporating Advances in International Accounting, 25,

149 Ikatan Akutansi Indonesia. (2009). ED PSAK 1 (Revisi 2009) Penyajian Laporan Keuangan. Dipetik 12 November 2014, dari Ikatan Akutansi Indonesia: Jizi, M. and Salama, A. and Dixon, R. and Stratling, R. (2014). 'Corporate governance and corporate social responsibility disclosure : evidence from the US banking sector.', Journal of business ethics., 125 (4). pp Lestari, P. (2013). Determinants Of Islamic Social Reporting In Syariah Banks: Case Of Indonesia. International Journal of Business and Management Invention ISSN, 2, Kasri, R. A. (2009). Corporate Governance: Conventional vs Islamic Perspective. Working Paper Series SSRN, Khoirudin, Amirul. (2013). Corporate Governance dan Pengungkapan ISR Pada Perbankan Syariah Di Indonesia. Accounting Analysis Journal, 2, Kuiksuko. (2013). Pengaruh Jenis Industri dan Ukuran Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Laporan Tahunan Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Publik yang Tercatat pada BEI Tahun 2010). Skripsi. Makassar. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanudin. Maali, B., Casson, P., & Napier, C. (2006). Social Reporting by Islamic Banks. ABACUS, 42, Marwata. (2001). Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas Ungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia. Simposium Nasional Akutansi 4, Maulida. P. A., Yulianto, A., & Asrori. (2014). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan ISR Pada Perusahaan yang Terdaftar di JII Tahun Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Munid, D. S. (2007). Corporate Governance in Islamic Perspective: 5 th International Islamic Finance Conference: Thity Five Years On-The Future of Islamic Finance. Kuala Lumpur.

150 Noegraheni. (2005). Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kualitas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan pada Perusahaan Publik Non Industri Keuangan di Bursa Efek Jakarta. EQUITY, 2, Nurhayati, S., & Wasilah (2009). Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Nurseto, Adhi. (2012). Pengaruh Krakteristik Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela dan Implikasinya terhadap Asimetri Informasi (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2009). Skripsi. Semarang. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Oktoviana, A. (2009). Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Pengungkapan Sukarela Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun Skripsi. Depok. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Omar, B., & Simon, J. (2011). Corporate Aggregate Disclosure Practice in Jordan. Advances in Accounting, incorporating Advances in International Accounting, 27, Othman, R., Thani, A. M.,& Ghani, E. K. (2009). Determinants of Islamic Sosial Reporting Among Top Syariah-Approved Companies in Bursa Malaysia. Research Jurnal of International Studies and Azlan Md ani Islamis Social Reporting of Listed Companies in Malaysia. International Business & Economics Research Journal Vol. 9. Pp Owusu-Ansah, S. (1998). The Impact of Corporate Attributes on the Extent of Mandatory Disclosure and Reporting by Listed Companies in Zimbabwe. The International Journal of Accounting, 33, Parbonetti, A. & Michelon, G. (2010). The Effect of Corporate Governance on Sustainability Disclosure. The International Research, Birmingham University. Peraturan BAPEPAM-LK Nomor II.K.1 tahun 2009 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah. Dipetik 12 Februari 2015, Dari

151 Peraturan BAPEPAM-LK Nomor IX.A.13 tahun 2009 tentang Penerbitan Efek Syariah. Dipetik 12 Februari 2015, Dari Peraturan BAPEPAM-LK Nomor IX.A.14 tahun 2006 tentang Akad-akad yang Digunakan dalam Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal. Dipetik 12 Februari 2015, Dari Peraturan BAPEPAM-LK Nomor X.K.6 tahun 2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan bagi Emiten atau Perusahaan Publik. Diunduh 10 februari 2015, dari Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 1 (Revisi 2009) tentang Pengungkapan Laporan Sukarela Perusahaan. Dipetik 10 Februari 2015, dari Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 50 (Revisi 2006) tentang Kewajiban Penyampaian Risiko Usaha Perusahaan. Dipetik 10 Februari 2015, dari Prastowo, Dwi Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Putri, K. T. (2014). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ISR Perusahaan- Perusahaan Yang Terdaftar ISSI Tahun Skripsi. Semarang. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Raditya, N. A. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat ISR Pada Perusahaan yang Masuk DES Tahun Skripsi. Depok. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Ratnasari, Y. (2011). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di dalam Sustainability Report. Skripsi. Semarang. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Riduwan, & Akdon. (2005). Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika. Bandung : Alfabeta. Sekaran, U., & Bougie, R. (2010). Research Methods for Business Fifth Edition. UK : John Wiley & Son.

152 Sembiring, E. R. (2003). Kinerja Keuangan, Political Visibility, Ketergantungan Pada Hutang, dan Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi 6, Sembiring. (2005). Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung jawab Sosial: Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta, Simposium Nasional Akutansi 8. Solo. Siamat, D. (2004). Manajemen Lembaga Keuangan Edisi Keempat. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Siregar, S. V., & Utama, S. (2005). Pengaruh Struktur Kepemilikan Ukuran Perusahaan, Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earning management). Simposium Nasional Akuntansi VII, Solo, September 2005, Siregar, S.V. and Bachtiar, Y. (2010). Corporate social reporting: empirical evidence fromindonesia Stock Exchange. International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management, Vol. 3 No.3, pp Siwar, C.,& Hossain, M. T. (2009). An Analysis of Islamic CSR concept and the opinions of Malaysian managers. Managemen of Environmental Quality: An International Journal, 20, Staden, C. V. (2000). Revisiting the Value Added Statement: Social Responsibility or Social Manipulation. Critic Perspect Acc Conference at Baruch College. University of New York City. Steurer, R., Langer, M. E., Konard, A., & Martinuzzi, A. (2005). Corporation, Stakeholders and Sustainable Development I: A Theoritical Exploration of Business-Society Relations. Jurnal of Business Ethnic, 61, Sudarmaji, A. M., & Sularto, L. (2007). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil). Depok. Suharto, Edi. (2011). Pekerja Sosial di Dunia Industri, Memperkuat CSR. Bandung: Alfabeta.

153 Sulaiman, M. (2003). The Influence of Riba and Zakat on Islamic Accounting. Indonesian Management and Accounting Review, 2, Sulaiman, M., & Willet, R. (2003). Using the Hofstede-Gray Framework to argue normatively for an extension of Islamic Corporate Report. Malaysian Accounting Review, 2, Suta, Y. A. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Informasi Sukarela Laporan Tahunan (Studi Empiris Perusahaan yang Terdaftar Di BEI Tahun ). Skripsi. Semarang. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Tagesson, T., Blank, V., Broberg, P., & Collin, S. O. (2009). What explains the extent and content of social and environmental disclosures on corporate websites: a study of social and environmental reporting in Swedish listed corporations. Corporate Social Responsibility & Environmental Management, 16(6), /csr.194 Terzaghi, M. T. (2012). Pengaruh Earning Managemen dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akutansi (JENIUS). Tristanti, L. L. (2012). Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Sukarela Pada Perusahaan yang Terdaftar Di BEI tahun Skripsi. Semarang. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Diunduh 13 Februari 2015, dari Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Diunduh 14 Oktober 2014, dari Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Diunduh 12 Februari 2015, dari Utama, S. (2007). Evaluasi Infrastruktur Pendukung Pelaporan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan di Indonesia. Pidato Ilmiah Pengukuhan Guru Besar FEUI. Jakarta.

154 Verrecchia, R. (1983). Discretionary disclosure, Journal of Accounting and Economics, Vol 5, pp Veronica, Theodora Martina dan Agus Sumin Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Universitas Gunadarma Jakarta. Wardhana A, A. (2013). Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Tingkat Pengungkapan Risiko (Studi Empiris pada Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Skripsi. Semarang. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Watts dan Zimmerman. Positive Accounting Theory. (New York: Prentice- Hall, Englewood ChB, NJ, 1986) Watt, P., & Holme, L. (1999). CSR: Meeting Changing Expectations. WBCSD Publication. Webb, E., (2004). An Examination of Socially Responsible Firms Board Structure. Journal of Management and Governance 8, Wicaksono, B, B. (2011). Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela pada Laporan Keuangan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI). Skripsi. Semarang. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Widiawati. S. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ISR Perusahaan-Perusahaan yang Terdapat pada DES Tahun Skripsi. Semarang. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

155 DAFTAR LAMPIRAN 1 Islamic Sosial Reporting (ISR) A Pokok-pokok Pengungkapan Tema Pembiayaan dan Investasi Poin Sumber Referensi 1 Kegiatan yang mengandung riba (beban bunga dan pendapatan bunga) 1 Haniffa (2002) Othman et al. (2009) Fitria dan Hartanti ( Pengungkapan kegiatan yang mengandung gharar atau tidak (hegding, future non delivery trading/margin trading, arbitrage baik spot maupun forward, short selling, pure swap, warrant, dan lain-lain 3 Zakat 1 4 Kebijakan atas keterlambatan pembayaran piutang dan penghapusan piutang tak tertagih 5 Pernyataan nilai tambah perusahaan 1 B TEMA PRODUK DAN JASA 1 1 Haniffa (2002) Maali et al. (2006) Othman et al.(2009) Fitria dan Hartanti (2010) Haniffa (2002) Maali et al. (2006) Othman et al. (2009) Fitria dan Hartanti (2010) Maali et al. (2006) Othman et al. (2009) Fitria dan Hartanti (2010) Sulaiman dan Willet (2003) Othman et al. (2009) 6 Produk atau kegiatan operasi ramah lingkungan 1 Othman et al. (2009) 7 Kehalalan produk 1 Haniffa (2002) Othman et al. (2009) 8 Keamanan dan kualitas produk 1 Othman et al. (2009) 9 Pelayanan pelanggan 1 Othman et al. (2009) Fitria dan Hartanti (2010)

156 C TEMA KARYAWAN 10 Jam kerja 1 11 Hari libur dan cuti 1 12 Tunjangan 1 13 Remunerasi 1 Haniffa (2002) Othman et al. (2009) Fitria dan Hartanti (2010) Haniffa (2002) Othman et al. (2009) Fitria dan Hartanti (2010) Haniffa (2002) Othman et al. (2009) Fitria dan Hartanti (2010) Haniffa (2002) Othman et al. (2009) Fitria dan Hartanti (2010) 14 Pendidikan dan pelatiha kerja ( pengembangan Sumber Daya Manusia) 15 Kesetaraan hak antara pria dan wanita 1 16 Keterlibatan karyawan dalam diskusi manajemen dan pengambilan keputusan 17 Kesehatan dan keselamatan kerja 1 18 Lingkungan kerja 1 19 Karyawan dari kelompok khusus (cacat fisik, mantan narapidana, mantan pecandu narkoba) 1 1 Maali et al. (2006) Othman et al. (2009) Fitria dan Hartanti (2010) Maali et al. (2006) Othman et al. (2009) Fitria dan Hartanti (2010) Othman et al. (2009) Fitria dan Hartanti (2010) Haniffa (2002) Othman et al. (2009) Fitria dan Hartanti (2010) Maali et al. (2006) Othman et al. (2009) Fitria dan Hartanti (2010) 1 Othman et al.(2009)

157 20 21 Karyawan kelas atas melakukan ibadah bersamasama dengan karyawan tingkat menengah dan bawah Karyawan muslim diperbolehkan menjalankan ibadah di waktu-waktu shalat dan berpuasa di bulan Ramadhan 1 Othman et al.(2009) 1 Othman et al. (2009) Fitria dan Hartanti (2010) 22 Tempat ibadah yang memadahi 1 Othman et al.(2009) D TEMA MASYARAKAT 23 Sedekah, donasi atau sumbangan 1 24 Wakaf 1 Haniffa (2002) Othman et al.(2009) Haniffa (2002) Othman et al.(2009) 25 Qardh Hasan 1 Haniffa (2002) Maali et al.(2006) Othman et al.(2009) 26 Sukarelawan dari kalangan karyawan 1 Othman et al.(2009) 27 pemberian beasiswa sekolah 1 Othman et al.(2009) 28 Pemberdayaan kerja pada lulusan sekolah/kuliah (magang atau praktik kerja lapangan) 1 Othman et al.(2009) 29 Pembangunan tunas muda 1 Othman et al.(2009) 30 Peningkatan kualitas hidup masyarakat miskin 1 Othman et al.(2009) 31 Kepedulian terhadap anak-anak 1 Othman et al.(2009) E Kegiatan amal atau kegiatan sosial (bencana alam, donor darah, sunatan masal, pembangunan infrastruktur dan lain-lain) Menyokong kegiatan-kegiatan kesehatan, hiburan, olahraga, budaya, pendidikan dan keagamaan TEMA LINGKUNGAN 34 Konservasi lingkungan 1 35 Kegiatan mengurangi efek pemanasan global (minimalisasi polusi, pengelolaan limbah, pengelolaan air bersih dan lain-lain 1 Othman et al.(2009) 1 Othman et al.(2009) Haniffa (2002) Maali et al. (2006) Othman et al. (2009) Fitria dan Hartanti (2010) 1 Othman et al.(2009) 36 Pendidikan melalui lingkungan 1 Othman et al.(2009) 37 Pernyataan verifikasi independen atau audit lingkungan 1 Othman et al.(2009)

158 38 Sistem manajemen lingkungan 1 Othman et al. (2009) Fitria dan Hartanti (2010) F TEMA TATA KELOLA PERUSAHAAN 39 Status kepetuhan terhadap syariah 1 Othman et al.(2009) 40 Struktur kepemilikan saham 1 Othman et al. (2009) Fitria dan Hartanti (2010) 41 Profil dewan direksi 1 Othman et al.(2009) Pengungkapan melakukan praktik monopoli usaha atau tidak Pengungkapan melakukan praktik menimbun bahan kebutuhan pokok atau tidak Pengungkapan melakukan praktik manipulasi harga atau tidak Pengungkapan melakukan perkara hukum atau tidak Kebijakan anti korupsi (code of conduct, whisteblowing system dan lain-lain TOTAL Othman et al. (2009) Fitria dan Hartanti (2010) Othman et al. (2009) Fitria dan Hartanti (2010) Othman et al. (2009) Fitria dan Hartanti (2010) 1 Othman et al.(2009) 1 Othman et al.(2009)

159 Lampiran 2 : Daftar Perusahaan Sampel No Kode Nama Perusahaan 1 AALI Astra Agro Lestari Tbk. 2 ACES Ace Hardware Indonesia Tbk. 3 AIMS Akbar Indo Makrnur Stimec Tbk 4 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk 5 AKRA AKR Corporindo Tbk. 6 ALKA Alakasa Industrindo Tbk. 7 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk. 8 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk. 9 APLI Asiaplast Industries Tbk. 10 APLN Agung Podomoro Land Tbk. 11 ARNA Arwana Citramulia Tbk. 12 ASGR Astra Graphia Tbk. 13 ASRI Alam Sutera Realty Tbk. 14 ATPK ATPK Resources Tbk 15 AUTO Astra Otoparts Tbk. 16 BAPA Bekasi Asri Pemula Tbk. 17 BATA Sepatu Bata Tbk. 18 BAYU Bayu Buana Tbk. 19 BCIP Bumi Citra Permai Tbk. 20 BHIT Bhakti Investama Tbk. 21 BIPP Bhuanatala Indah Permai Tbk. 22 BISI BISI International Tbk. 23 BKDP Bukit Darrno Property Tbk. 24 BKSL Sentul City Tbk. 25 BMSR Bintang Mitra Semestaraya Tbk. 26 BMTR Global Mediacom Tbk. 27 CENT Centrin Online Tbk. 28 CITA Cita Mineral Investindo Tbk 29 CMNP Citra Marga Nusaphala Persada Tbk. 30 CMPP Centris Multipersada Pratama Tbk. 31 CNKO Exploitasi Energi Indonesia Tbk. 32 COWL Cowell Development Tbk. 33 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 34 CSAP Catur Sentosa Adiprana Tbk. 35 CTRA Ciputra Development Tbk

160 36 CTRS Ciputra Surya Tbk. 37 DILD Intiland Development Tbk. 38 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk. 39 DUTI Duta Pertiwi Tbk. 40 ELSA Elnusa Tbk. 41 ELTY Bakrieland Development Tbk. 42 EMDE Megapolitan Developments Tbk. 43 EMTK Elang Mahkota Tekhnologi Tbk. 44 EPMT Enseval Putera Megatrading Tbk. 45 FAST Fast Food Indonesia Tbk. 46 FMII Fortune Mate Indonesia Tbk. 47 FORU Fortune Indonesia Tbk. 48 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk. 49 GEMS Golden Energy Mines Tbk. 50 GMCW Grahamas Citrawisata Tbk. 51 GMTD Gowa Makassar Tourism Development Tbk. 52 GOLD Golden Retailindo Tbk. 53 GPRA Gapuraprima Tbk. 54 GREN Evergreen Invesco Tbk. 55 GZCO Gozco Plantations Tbk. 56 HDTX Panasia Indosyntec Tbk. 57 HERO Hero Supermarket Tbk. 58 HOME Hotel Mandarine Regency Tbk. 59 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. 60 IGAR Champion Pacific Indonesia Tbk. 61 IIKP Inti Agri Resources Tbk. 62 INAF Indofarma Tbk. 63 INCI Intanwijaya International Tbk. 64 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk. 65 INDS Indospring Tbk. 66 INPP Indonesia Paradise Property Tbk. 67 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk. 68 INVS Inovisi Infracom Tbk. 69 JAWA Jaya Agra Wattie Tbk. 70 JKON Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk. 71 JPRS Jaya Pari Steel Tbk. 72 JRPT Jaya Real Property Tbk. 73 JSPT Jakarta Setiabudi Intemasional Tbk. 74 JTPE Jasuindo Tiga Perkasa Tbk.

161 75 KAEF Kimia Farma Tbk. 76 KBLI KMI Wire & Cable Tbk. 77 KBLM Kabelindo Murni Tbk. 78 KBLV First Media Tbk. 79 KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk. 80 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk. 81 KICI Kedaung Indah Can Tbk. 82 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk. 83 KLBF Kalbe Farma Tbk. 84 KOIN Kokoh Inti Arebama Tbk. 85 LAMI Lamicitra Nusantara Tbk. 86 LAPD Leyand International Tbk. 87 LCGP Laguna Cipta Griya Tbk. 88 LION Lion Metal Works Tbk. 89 LMPI Langgeng Makmur lndustri Tbk. 90 LMSH Lionmesh Prima Tbk. 91 LPCK Lippa Cikarang Tbk. 92 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk 93 LPKR Lippo Karawaci Tbk. 94 LPLI Star Pacific Tbk. 95 LSIP PP London Sumatra Indonesia Tbk. 96 MAPI Mitra Adiperkasa Tbk. 97 MBTO Martina Berto Tbk. 98 MDLN Modemland Realty Ltd. Tbk. 99 MDRN Modem Intemasional Tbk. 100 MERK Merck Tbk. 101 META Nusantara Infrastruktur Tbk. 102 MFMI Multifiling Mitra Indonesia Tbk. 103 MICE Multi Indocitra Tbk. 104 MLPL Multipolar Tbk. 105 MNCN Media Nusantara Citra Tbk. 106 MPPA Matahari Putra Prima Tbk. 107 MRAT Mustika Ratu Tbk. 108 MTDL Metrodata Electronics Tbk. 109 MTLA Metropolitan Land Tbk. 110 MTSM Metro Reality Tbk. 111 MYOR Mayora Indah Tbk. 112 PDES Destinasi Tirta Nusantara Tbk. 113 PGLI Pembangunan Graha Lestari Indah Tbk.

162 114 PJAA Pembangunan Jaya Antol Tbk. 115 PLIN Plaza Indonesia Realty Tbk. 116 PTSP Pioneerindo Gourmet International Tbk. 117 PWON Pakuwon Jati Tbk. 118 PYFA Pyridam Farma Tbk. 119 RALS Ramayana Lestari Sentosa Tbk. 120 RBMS Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk. 121 RDTX Roda Vivatex Tbk. 122 RODA Royal Oak Development Asia Tbk 123 SCBD Danayasa Arthatama Tbk. 124 SCCO Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk. 125 SCMA Surya Citra Media Tbk. 126 SDMU Sidomulyo Selaras Tbk. 127 SGRO Sampoema Agro Tbk. 128 SHID Hotel Sahid Jaya International Tbk. 129 SIAP Sekawan Intipratama Tbk. 130 SIMP Surya lntrindo Makmur Tbk. 131 SIPD Sierad Produce Tbk. 132 SKLT Sekar Laut Tbk. 133 SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk. 134 SMGR Semen Gresik (Persero) Tbk. 135 SMRA Sumrnarecon Agung Tbk. 136 SMSM Selamat Sempuma Tbk. 137 SONA Sona Topas Tourism Industry Tbk. 138 SQBB Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. 139 SRAJ Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. 140 SRSN Indo Acidatama Tbk. 141 SSIA Surya Semesta Intemusa Tbk. 142 STAR Star Petrochem Tbk. 143 STTP Siantar Top Tbk. 144 TCID Mandom Indonesia Tbk. 145 TINS Timah (Persero) Tbk. 146 TIRA Tira Austenite Tbk. 147 TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. 148 TMPO Tempo Intimedia Tbk. 149 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk. 150 TRIL Triwira lnsanlestari Tbk. 151 TRST Trias Sentosa Tbk. 152 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk.

163 153 TURI Tunas Ridean Tbk. 154 ULTJ Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company, Tbk. 155 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk. 156 UNTR United Tractors Tbk. 157 UNVR Unilever Indonesia Tbk. 158 VOKS Voksel Electric Tbk. 159 WICO Wicaksana Overseas International Tbk 160 WIKA Wijaya Karya (Persero) Tbk. 161 YPAS Yanaprima Hastapersada Tbk. 162 ZBRA Zebra Nusantara Tbk.

164

165

166

167

168

169

170

171

BAB I PENDAHULUAN. mengemuka di dunia perusahaan multinasional. Corporate Social

BAB I PENDAHULUAN. mengemuka di dunia perusahaan multinasional. Corporate Social 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan wacana yang sedang mengemuka di dunia perusahaan multinasional. Corporate Social Responsibility (CSR) ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kualitas dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya. Dimana pelaporan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kualitas dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya. Dimana pelaporan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan CSR di Indonesia mengalami peningkatan baik dalam kuantitas maupun kualitas dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya. Dimana pelaporan tentang CSR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta tata kelola perusahaan yang semakin bagus (good corporate

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta tata kelola perusahaan yang semakin bagus (good corporate BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Isu CSR kian menjadi topik terhangat dalam beberapa dekade terakhir, fenomena ini dipicu dengan mengglobalnya tren mengenai praktik CSR di dalam dunia bisnis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Khoirudin (2013) berpendapat bahwa Corporate Social Responsibility. berusaha, melalui upaya-upaya yang mengarah pada peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Khoirudin (2013) berpendapat bahwa Corporate Social Responsibility. berusaha, melalui upaya-upaya yang mengarah pada peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menerangkan bahwa laporan tahunan harus memuat beberapa informasi, salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksinya dengan para pemangku kepentingan (stakeholder) secara sukarela.

BAB I PENDAHULUAN. interaksinya dengan para pemangku kepentingan (stakeholder) secara sukarela. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan merupakan komitmen bisnis suatu perusahaan yang secara terus menerus menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya berfokus pada tujuan komersil saja, melainkan juga harus

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya berfokus pada tujuan komersil saja, melainkan juga harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank syariah dikembangkan sebagai lembaga bisnis keuangan yang melaksanakan kegiatan usahanya sejalan dengan prinsip prinsip dasar dalam ekonomi Islam. Tujuan ekonomi

Lebih terperinci

sebagai Bank Umum Syariah (BUS) pertama di Indonesia (Rustam, 2013: 21). periode hanya ada satu unit bank syariah, pada tahun 1999 didirikan

sebagai Bank Umum Syariah (BUS) pertama di Indonesia (Rustam, 2013: 21). periode hanya ada satu unit bank syariah, pada tahun 1999 didirikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal kelahirannya, perbankan syariah era modern lahir sebagai lembaga keuangan yang berlandaskan etika. Pada rintisan paling awal perbankan syariah mulai mewujud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istilah corporate social responsibility (CSR) sedang marak dibicarakan.

BAB I PENDAHULUAN. istilah corporate social responsibility (CSR) sedang marak dibicarakan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini tanggung jawab sosial perusahaan atau lebih dikenal dengan istilah corporate social responsibility (CSR) sedang marak dibicarakan. Perusahaan yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan pemilik modal (investor dan kreditor) tetapi juga karyawan,

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan pemilik modal (investor dan kreditor) tetapi juga karyawan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi dunia dewasa ini sangatlah pesat. Semua negara dan perusahaan multinasional bersiap untuk menghadapi era pasar bebas (Wulandari, 2014:1).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi iklim yang tidak menentu saat ini yang ditandai dengan global

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi iklim yang tidak menentu saat ini yang ditandai dengan global BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kondisi iklim yang tidak menentu saat ini yang ditandai dengan global warming telah menggerakkan pemerintah negara-negara maju dan berkembang untuk ambil

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya selalu berusaha untuk memaksimalkan laba untuk mempertahankan keberlangsungannya. Dalam upaya memaksimalkan laba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maraknya isu kedermawanan sosial perusahaan belakangan ini mengalami perkembangan yang sangat pesat sejalan dengan berkembangnya konsep tanggung jawab sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate social responsibility sejak beberapa tahun belakangan seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai suatu entitas bisnis, sebuah perusahaan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Tujuan tersebut terkadang menyebabkan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)).

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, menghadapi dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi, dan keterbukaan pasar, perusahaan harus secara serius dan terbuka memperhatikan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap lingkungan dan stakeholder,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat berusaha, melalui upaya-upaya yang mengarah pada peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. tempat berusaha, melalui upaya-upaya yang mengarah pada peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Corporate Social Responsibilty mempunyai definisi umum sebagai komitmen perusahaan untuk tidak hanya berupaya mencari keuntungan dari roda bisnisnya, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen

BAB I PENDAHULUAN. sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu isu menarik di tahun ini adalah pertanggungjawaban sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen perusahaan dalam berkontribusi terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan dan tekhnologi saat ini berdampak pada semakin maju

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan dan tekhnologi saat ini berdampak pada semakin maju BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pembangunan dan tekhnologi saat ini berdampak pada semakin maju dan kompleksnya aktivitas operasional serta tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sarana atau media informasi bagi para stakeholders. Dengan diterbitkannya laporan keuangan dapat memberikan informasi tentang kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena perhatian kepada lingkungan. Terutama sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Guthrie dan Mathews (1985), kemajuan teknologi serta perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Guthrie dan Mathews (1985), kemajuan teknologi serta perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Guthrie dan Mathews (1985), kemajuan teknologi serta perubahan sosial ekonomi yang semakin pesat mengakibatkan adanya revolusi perubahan bagi dunia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang pengaruh ukuran perusahaan, leverage, likuiditas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang pengaruh ukuran perusahaan, leverage, likuiditas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian tentang pengaruh ukuran perusahaan, leverage, likuiditas dan ukuran dewan pengawas syariah pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) pada bank umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang dihadapi oleh perusahaan akan semakin banyak dan semakin sulit.

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang dihadapi oleh perusahaan akan semakin banyak dan semakin sulit. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat dewasa ini maka persoalan yang dihadapi oleh perusahaan akan semakin banyak dan semakin sulit. Pada tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta: Salemba Empat, h BPS.go.id.diaksespada12/19/2016/11:39. 2 m.republika.co.id/diaksespada12/19/2016 pukul12:45

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta: Salemba Empat, h BPS.go.id.diaksespada12/19/2016/11:39. 2 m.republika.co.id/diaksespada12/19/2016 pukul12:45 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, data Badan Pusat Statistik mencatat per tahun 2010 penduduk Indonesia yang beragama muslim sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga setiap keputusan yang dibuat oleh institusi dan setiap tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga setiap keputusan yang dibuat oleh institusi dan setiap tindakan yang digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama setengah abad terakhir ini, dunia bisnis telah menjadi institusi paling berkuasa. Setiap institusi yang paling dominan di masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang memiliki tujuan. Salah satu tujuan perusahaan yaitu untuk memenuhi kepentingan para stakeholder.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan manufaktur yang sangat pesat menciptakan persaingan usaha yang semakin ketat di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang dengan baik pada suatu negara menunjukan bahwa negara

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang dengan baik pada suatu negara menunjukan bahwa negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perusahan-perusahaan pada suatu negara adalah salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan negara tersebut. Perusahaan yang berkembang dengan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, maka seharusnya dalam menjalankan segala aktivitas kehidupan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. dunia, maka seharusnya dalam menjalankan segala aktivitas kehidupan sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia, maka seharusnya dalam menjalankan segala aktivitas kehidupan sesuai dengan aturan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran perusahaan sebagai bagian dari masyarakat seharusnya memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan dituntut untuk memberikan kontribusinya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini studi tentang tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) semakin

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini studi tentang tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini studi tentang tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) semakin populer dalam dunia bisnis di Indonesia, di mana fenomena ini dipicu dengan semakin meningkatnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori keagenan mengungkapkan adanya hubungan antara principal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori keagenan mengungkapkan adanya hubungan antara principal BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Teori keagenan mengungkapkan adanya hubungan antara principal (pemilik perusahaan atau pihak yang memberikan mandat/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate social responsibility (CSR) semakin banyak dibahas di kalangan bisnis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi untuk mewujudkan tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi untuk mewujudkan tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini perkembangan teknologi sangat maju dan dinamis, yang mengakibatkan persaingan di dunia bisnis juga semakin meningkat. Hal ini mendorong perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility)

BAB I PENDAHULUAN. Isu tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) sudah lama muncul di berbagai negara, hal ini terlihat dari praktik pengungkapan corporate social

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna. Perseroan Terbatas (PT) mempunyai tanggung jawab sosial terhadap

BAB I PENDAHULUAN. berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna. Perseroan Terbatas (PT) mempunyai tanggung jawab sosial terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap perusahaan dalam mewujudkan peran aktif perusahaan dalam pembangunan

Lebih terperinci

PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN

PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan pertanggungjawaban kinerja ekonomi perusahaan kepada para investor, kreditor, dan pemerintah adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan atau dalam bahasa Inggris adalah enterprise terdiri dari satu

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan atau dalam bahasa Inggris adalah enterprise terdiri dari satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan atau dalam bahasa Inggris adalah enterprise terdiri dari satu atau lebih unit-unit usaha yang disebut pabrik. Perusahaan merupakan suatu lembaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya jaman membuat berbagai macam perubahan yang dapat dirasakan oleh setiap orang. Perubahan yang saat ini dapat dirasakan adalah perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring

BAB I PENDAHULUAN. media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaporan merupakan komponen penting dalam setiap kegiatan, baik sebagai media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring bagi perusahaan terbuka.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar. perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar. perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham (shareholders) tapi juga untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial (Social Responsibility) pada hakekatnya adalah hal

PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial (Social Responsibility) pada hakekatnya adalah hal PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Tanggung jawab sosial (Social Responsibility) pada hakekatnya adalah hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Tanggung jawab sosial merupakan suatu kewajiban yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan akhir-akhir ini semakin marak dibahas di dunia baik di media cetak, elektronik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengungkapan informasi oleh perusahaan merupakan hal yang penting khususnya bagi para investor. Pengungkapan informasi tersebut disajikan perusahaan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR),

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR), belakangan ini patut untuk dirayakan. Corporate Social Responsibility (CSR) memang sedang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate social responsibility (CSR) merupakan bagian penting dari strategi bisnis berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan teknologi, sosial ekonomi, budaya pada abad 18 ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan teknologi, sosial ekonomi, budaya pada abad 18 ditandai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan teknologi, sosial ekonomi, budaya pada abad 18 ditandai dengan dominasi mesin sebagai alat produksi (Kartasasmita, 1996). Revolusi ini melahirkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kecenderungan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Menurut Gray et al., (1995) teori kecenderungan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selama beberapa tahun terakhir ini. Banyak orang berbicara tentang CSR dan

BAB I PENDAHULUAN. selama beberapa tahun terakhir ini. Banyak orang berbicara tentang CSR dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) yang selanjutnya disebut CSR menjadi topik hangat yang sering dibicarakan selama beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) akhir-akhir ini semakin populer

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) akhir-akhir ini semakin populer BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan istilah Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) akhir-akhir ini semakin populer dengan semakin meningkatnya praktek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. tahunan perusahaan merupakan media komunikasi antara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. tahunan perusahaan merupakan media komunikasi antara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan tahunan perusahaan merupakan media komunikasi antara perusahaan dan masyarakat yang membutuhkan informasi keuangan dan perkembangan perusahaan. Bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum, perusahaan atau business merupakan suatu organisasi atau lembaga dimana sumber daya (input) dasar seperti bahan baku dan tenaga kerja dikelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia usaha tidak hanya memperhatikan informasi laporan keuangan perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting lainnya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan keberlanjutan (sustainability) perusahaan telah menjadi isu perkembangan utama perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan-perusahaan pada masa kini mengalami pergeseran paradigma. Perusahaan tidak satu-satunya mempunyai tujuan utama dalam menghasilkan laba, namun perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)

Lebih terperinci

BAB I. Pada awalnya bisnis dibangun dengan paradigma single bottom line

BAB I. Pada awalnya bisnis dibangun dengan paradigma single bottom line BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian besar perusahaan, terutama di Indonesia saat ini masih fokus untuk mengungkapkan laporan keuangan yang berkaitan dengan kinerja keuangan saja. Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk mendapatkan laba yang tinggi tampa memperhatikan dampak yang muncul dalam kegiatan usahanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin maraknya komitmen untuk melaksanakan good governance. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. semakin maraknya komitmen untuk melaksanakan good governance. Pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan-perusahaan di Indonesia pada saat ini semakin tumbuh dan berkembang, baik di dalam jumlah maupun jenis usaha yang dijalankan. Pada umumnya, tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sah dari pihak-pihak yang memiliki klaim atas perusahaan. Para pihak ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. sah dari pihak-pihak yang memiliki klaim atas perusahaan. Para pihak ini tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjaga eksistensinya, perusahaan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan resiprokal (timbal balik) antara perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterima lagi. Perkembangan dunia usaha saat ini menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. diterima lagi. Perkembangan dunia usaha saat ini menuntut perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk mendapatkan laba yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan dampak yang muncul dalam kegiatan usahanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan sejumlah laba yang diinginkan. Dalam melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan sejumlah laba yang diinginkan. Dalam melakukan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis saat ini mempunyai berbagai macam kegiatan untuk mendapatkan sejumlah laba yang diinginkan. Dalam melakukan kegiatan perusahaan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang terdaftar di Bank Indonesia pada tahun yang terdiri dari 11

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang terdaftar di Bank Indonesia pada tahun yang terdiri dari 11 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah (BUS) yang terdaftar di Bank Indonesia pada tahun 2011-2015 yang terdiri dari 11 bank syariah.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir seluruh perusahaan yang ada di setiap negara berlomba-lomba untuk menjalankan bisnisnya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab sosial, yang lebih dikenal dengan CSR (Corporate Social

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab sosial, yang lebih dikenal dengan CSR (Corporate Social 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan pasti memiliki orientasi untuk memperoleh laba bagi perusahaannya, untuk itu perusahaan berusaha untuk membangun citra yang baik di masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah untuk mengantisipasi kondisi di luar perusahaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. mudah untuk mengantisipasi kondisi di luar perusahaan yang terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perubahan kondisi lingkungan dan ekonomi pada dunia usaha seperti tingkat persaingan yang tinggi, biaya ekonomi yang tinggi, adanya undang-undang perburuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelola Perusahaan atau Corporate Governance. Banyak perusahaan yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Kelola Perusahaan atau Corporate Governance. Banyak perusahaan yang saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan dunia usaha saat ini telah dikenal dengan konsep Tata Kelola Perusahaan atau Corporate Governance. Banyak perusahaan yang saat ini menerapkan konsep

Lebih terperinci

Nim : Abstrak

Nim : Abstrak Judul Nama : Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan dengan Corporate Social Responsibility sebagai Variabel Mediasi pada Perusahaan Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia : Dea Putri Ayu Nim :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab perusahaan terhadap para stakeholder yang memunculkan

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab perusahaan terhadap para stakeholder yang memunculkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanggung jawab perusahaan terhadap para stakeholder yang memunculkan istilah tanggung jawab sosial perusahaan atau lebih dikenal dengan istilah Corporate Social Responsibility

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, laporan keuangan digunakan sebagai salah satu sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai kinerja perusahaan, dan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah sebuah elemen yang menjadi bagian dari masyarakat serta lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini perusahaan dalam hal mengembangkan bisnisnya harus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Signal Theory Teori sinyal atau signal theory menjelaskan mengenai bagaimana manajemen mampu memberikan sinyal-sinyal keberhasilan atau kegagalan yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam akuntansi konvensional, pusat perhatian perusahaan hanya terbatas kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan kontribusinya bagi perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan akhir-akhir ini semakin marak dibahas di dunia baik di media cetak, elektronik maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal, sebagai sarana untuk mematuhi peraturan pemerintah dan

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal, sebagai sarana untuk mematuhi peraturan pemerintah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan menghasilkan informasi keuangan untuk keperluan berbagai stakeholder, seperti kreditor untuk keputusan pemberian hutang, investor untuk penanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi telah mempengaruhi beberapa aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek yang paling signifikan perubahannya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan apakah terdapat perbedaan tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat atau lingkungan sekitar (Hexa, 2008). Dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat atau lingkungan sekitar (Hexa, 2008). Dewasa ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan entitas ekonomi yang dalam menjalankan kegiatan usahanya didukung oleh berbagai pihak. Pihak-pihak tersebut antara lain pemegang saham,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesejahteraan bersama yang berkelanjutan (sustainable. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesejahteraan bersama yang berkelanjutan (sustainable. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena yang sedang berkembang dewasa ini menuntut perubahan tatanan kehidupan baru dalam berbagai bidang politik, ekonomi dan sosial budaya. Kecenderungan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan merupakan isu yang sangat penting bagi perusahaan baik perusahaan nasional maupun perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pasar modal merupakan wadah bagi pemilik modal (investor) untuk melakukan investasi dan salah satu alternatif untuk melakukan pembiayaan. Pasar modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perusahaan dihadapkan dalam persoalan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perusahaan dihadapkan dalam persoalan yang semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat dewasa ini menyebabkan perusahaan dihadapkan dalam persoalan yang semakin banyak dan semakin sulit. Pada tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perusahaan diharapkan peduli pada kepentingan stakeholder dan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perusahaan diharapkan peduli pada kepentingan stakeholder dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini perusahaan diharapkan peduli pada kepentingan stakeholder dan memiliki tanggung jawab kepada lingkungan sosial mereka. Pengungkapan tanggung jawab sosial

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Perusahaan Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai

DAFTAR ISI. Perusahaan Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR...... iv ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu alat yang digunakan oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu alat yang digunakan oleh manajemen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan suatu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan pertanggungjawaban kinerja ekonomi perusahaan kepada para investor, kreditur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. social responsibility (CSR) bukanlah hal yang baru, karena CSR telah

BAB I PENDAHULUAN. social responsibility (CSR) bukanlah hal yang baru, karena CSR telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbincangan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) bukanlah hal yang baru, karena CSR telah berkembang sejak era

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya alam baik secara langsung maupun tidak langsung tentu memberikan dampak pada lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi hubungan yang tidak harmonis antar perusahaan dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi hubungan yang tidak harmonis antar perusahaan dengan lingkungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era yang serba modern ini, perkembangan bisnis dan persaingannya sangatlah ketat. Semua manajer ingin mengunggulkan perusahaannya dengan cara apapun agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkepentingan dalam pengambilan keputusan. Dalam proses pelaporan keuangan tahunan perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. berkepentingan dalam pengambilan keputusan. Dalam proses pelaporan keuangan tahunan perusahaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu informasi yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan pertanggungjawaban kinerja ekonomi perusahaan kepada para investor,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya saling memberi dan membutuhkan. Untuk menjaga keberlanjutannya,

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya saling memberi dan membutuhkan. Untuk menjaga keberlanjutannya, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dengan masayarakat memiliki hubungan timbal balik dimana keduanya saling memberi dan membutuhkan. Untuk menjaga keberlanjutannya, perusahaan tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal inilah yang mendorong perubahan paradigma para pemegang saham dan

BAB I PENDAHULUAN. Hal inilah yang mendorong perubahan paradigma para pemegang saham dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era yang sekarang ini, sektor bisnis di Indonesia mulai berkembang. Tentu saja kebanyakan dari mereka masih memfokuskan tujuan utamanya pada pencarian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh perusahaan manufaktur yang telah go public dan tercatat dalam BEI (Bursa Efek Indonesia) pada periode tahun 2013-2015.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara kepada pihak luar maupun pihak di dalam negara itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. negara kepada pihak luar maupun pihak di dalam negara itu sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki posisi penting dalam perekonomian nasional karena pasar modal memberikan gambaran mengenai kondisi perekonomian sebuah negara kepada pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dimasyarakat meningkat, hal ini dapat dilihat pada banyaknya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dimasyarakat meningkat, hal ini dapat dilihat pada banyaknya perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dekade terakhir ini pertumbuhan kesadaran publik terhadap peran perusahaan dimasyarakat meningkat, hal ini dapat dilihat pada banyaknya perusahaan yang dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu kepedulian organisasi bisnis

BAB I PENDAHULUAN. CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu kepedulian organisasi bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial atau yang biasa disebut dengan CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak dengan

Lebih terperinci

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era pertumbuhan perusahaan yang semakin tinggi membuat kesadaran akan penerapan tanggung jawab sosial menjadi penting seiring dengan semakin maraknya kepedulian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan

Lebih terperinci