Prosiding Skripsi Semester Genap 2010/2011

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Prosiding Skripsi Semester Genap 2010/2011"

Transkripsi

1 Prosiding Skripsi Semester Genap 2010/2011 MINYAK ATSIRI DARI DAUN DAN BATANG TANAMAN DUA SPESIES GENUS CYMBOPOGON, FAMILI GRAMINEAE SEBAGAI INSEKTISIDA ALAMI DAN ANTIBAKTERI Regalado Arswendiyumna*, Prof. Dr. R. Y. Perry Burhan 1. Dra. Yulfi Zetra,MS 2 Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Minyak atsiri dari dua spesies genus Cymbopogon yaitu Cymbopogon nardus dan Cymbopogon citratus didapatkan dengan proses destilasi dengan peralatan hidrodestilasi. Minyak atsiri tersebut di identifikasi komponen senyawanya dengan menggunakan Kromatografi Gas Spektrometri Massa ( KG-SM). Komoponen mayor pada minyak atsiri Cymbopogon nardus adalah sitronellal ( 30,58%) sedangkan pada Cymbopogon citratus adalah geranial (42,11%). Minyak atsiri dari kedua spesies ini aktif sebagai antibakteri dan insektisida. Hal ini diketahui dengan nilai LC 50 yang rendah (LC 50 <500) dalam uji antibakteri dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) yaitu sebesar 315,24 ppm untuk C. nardus dan 270,93 ppm untuk C. citratus, sedangkan pada uji insektisiada nilai LC 50 adalah sebesar 422,30 ppm untuk C. nardus dan 321,92 ppm untuk C. citratus. Kata kunci : Cymbopogon nardus, Cymbopogon citratus, KG-SM, hidrodestilasi, bioaktivitas ABSTRACT Two Cymbopogon species, Cymbopogon nardus and Cymbopogon citratus, were chosen to prepare essential oil by hydrodistillation and to identify their volatile compound compositions. Gas chromatography/mass spectrometry (GC/MS) was used to identify the volatile compound compositions. Citronella ( 30,58%) was the major component of C. nardus, while geranial (42,11%) of C. citratus. Essential oil of both species are active as antibacterial and insecticide. This is known by a low LC 50 (LC 50 <500) in the antimicrobial test with Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) method that is equal to 315,24 ppm for C. nardus dan 270,93 ppm for C. citratus, while at insecticide test LC 50 values amounted to 422,30 ppm for C. nardus dan 321,92 ppm for C. citratus. Keyword: Cymbopogon nardus, Cymbopogon citratus, GC-MS, essential oil, hydrodistillation, bioactivity. 1. Pendahuluan Negara kita termasuk negara penghasil minyak atsiri dan minyak ini juga merupakan komoditi yang menghasilkan devisa negara. Oleh karena itu pada tahun-tahun terakhir ini, minyak atsiri mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah Indonesia. Indonesia baru menghasilkan sembilan jenis minyak atsiri yaitu: minyak cengkeh, minyak kenanga, minyak nilam, minyak akar wangi, minyak pala, minyak kayu putih dan minyak sereh wangi. Dari sembilan jenis minyak atsiri ini terdapat enam jenis minyak yang paling menonjol di Indonesia yaitu: minyak pala, minyak nilam, minyak cengkeh dan minyak sereh wangi (Anonimous, 1988).

2 Minyak sereh merupakan komoditi di sektor agrobisnis yang memiliki pasaran bagus dan berdaya saing kuat di pasaran luar negeri. Tetapi tanaman sereh ini tampaknya masih banyak yang belum digarap untuk siap diinvestasi. Sebagai contoh tanaman sereh wangi, tanaman penghasil minyak atsiri yang dalam perdagangan dikenal dengan nama sitronella oil. Nama ini masih asing bagi sebagian orang, sebab hampir sepuluh tahun lebih sereh wangi luput dari perbincangan dan perhatian orang (Anonimous, 1988). Tanaman yang menghasilkan minyak atsiri meliputi sekitar 200 spesies (Ketaren, 1985), 40 spesies diantaranya terdapat di Indonesia (Rusli dan Hobir, 1990). Jenis minyak atsiri yang telah diproduksi dan beredar di pasar dunia saat ini mencapai macam, 15 macam diantaranya berasal dari Indonesia (NAFED, 1993). Minyak atsiri digunakan dalam berbagai industri parfum, kosmetik, makanan, minuman dan obatobatan. Produk dari industri tersebut jenisnya sangat banyak, tetapi kuantitas minyak atsiri bagi setiap produk relatif sangat kecil. Minyak atsiri atau disebut juga volatil oil atau essential oil adalah istilah yang digunakan untuk minyak mudah menguap dan diperoleh dalam tanaman (daun, bunga, buah, kulit batang dan akar) dengan cara destilasi. Minyak atsiri bukanlah senyawa murni, akan tetapi merupakan campuran senyawa organik yang seringkali tersusun lebih dari 25 senyawa atau komponen yang berlainan. Sebagian komponen minyak atsiri adalah senyawa yang mengandung karbon dan hidrogen, atau karbon, hidrogen, dan oksigen yang tidak bersifat aromatik. Senyawa-senyawa ini secara umum disebut terpenoid (Guenther, 2006). Minyak atsiri telah digunakan untuk mengatasi dyspepsia, gastritis, gangguan sirkulasi darah dan penyakit inflamatori di banyak negara sejak zaman dahulu kala Yu, Lee (2007). Aktivitas yang signifikan dari minyak atsiri sebagai antialergi, antipiretik, anaestetik dan analgesik dari berbagai varietas yang telah diteliti oleh Kurokawa (1998) dan Lee (1998). Di Indonesia sendiri minyak atsiri sudah banyak dimanfaatkan, mulai dari pemanfaatan bau dari minyak atsiri itu sendiri sampai penggunaan minyak atsiri sebagai obat-obatan dan aditif makanan. Penelitian terhadap famili Gramineae dari genus Cymbopogon telah berhasil melaporkan keberadaan beberapa komponen minyak atsiri. Fandohan dkk (2008) melaporkan kandungan minyak atsiri dari Cymbopogon citratus yang berasal dari Benin bagian selatan, Afrika barat yaitu neral (sitral B), geranial (sitral A), dan mirsen yang mempunyai potensi sebagai antitoksik. Khadri dkk (2007) melaporkan kandungan minyak atsiri dari Cymbopogon schoenanthus yang berasal dari Maire et weill, Tunisia yaitu limonen, β-fellandrin, dan -terpineol yang mempunyai potensi sebagai antioksidan. Saeed dkk (1978) melaporkan kandungan minyak atsiri dari Cymbopogon jawarancusa yang berasal dari daerah Peshawar, Pakistan yaitu pipertone dan -terpineol. Prashar dkk (2003) melaporkan kandungan minyak atsiri dari Cymbopogon martinii yang berasal dari Battersea, London yaitu geraniol dan geranil asetat yang mempunyai potensi sebagai antibakteri. Takaisi dkk (1999) melaporkan kandungan minyak atsiri dari Cymbopogon densiflorus yang berasal dari Kinsasha (D.R. Congo) yaitu limonen, simenen, p-simen, cisdan trans karveol, karvone, iso-piperitenon yang mempunyai potensi sebagai antibakteri. El-kamali dkk (2005) melaporkan kandungan minyak atsiri dari Cymbopogon nervatus yang berasal dari Sudan bagian timur yaitu cis-pmentha-1(7), 8-dien-2-ol, trans-p- mentha- 1(7), 8-dien-2-ol,2-(1-metil-propil)- siklopentanon, trans-karveol yang mempunyai potensi sebagai antibakteri. Minyak atsiri dari Cymbopogon nardus (sereh wangi) terdiri dari berbagai senyawa. Salah satu senyawa yang dapat membunuh nyamuk adalah sitronelal. Sitronelal mempunyai sifat racun (desiscant), menurut cara kerjanya racun ini seperti racun kontak yang dapat memberikan kematian karena kehilangan cairan secara terus-menerus sehingga tubuh nyamuk kekurangan cairan. Pada penelitian ini dipilih dua spesies dari genus Cymbopogon yaitu Cymbopogon nardus dan Cymbopogon citratus. Berdasarkan hubungan kekerabatan sesama tumbuhan (Venkataraman, 1976) mengemukakan bahwa spesies tumbuhan yang termasuk dalam genus yang sama dari suatu famili tumbuhan tertentu akan mengandung senyawa senyawa kimia yang sama hanya saja intensitasnya yang bervariasi, tergantung dari tempat tumbuhan itu tumbuh. Rendemen minyak yang dihasilkan dari daun sereh tergantung dari bermacam-macam faktor antara lain: iklim, kesuburan tanah, umur tanaman dan cara penyulingan.

3 Penyulingan atau destilasi adalah proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau padatan dari 2 macam campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya dan proses ini dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam air. Prinsip destilasi ini adalah penguapan dan pengembunan kembali uap tersebut pada suhu titik didih. Sebelum dilakukan penyulingan, tanaman tersebut perlu dilakukan proses pelayuan dan pengeringan bertujuan untuk menguapkan sebagian air dalam bahan sehingga penyulingan berlangsung lebih mudah dan lebih singkat (Ketaren, 1985). Minyak atsiri yang didapatkan dari kedua spesies genus Cymbopogon yaitu Cymbopogon nardus dan Cymbopogon citratus akan diuji bioaktivitasnya, insektisida dan uji larvasida. 2. Metodologi 2.1 Alat dan Bahan Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain ; peralatan gelas seperti gelas piala, gelas ukur, botol vial, labu ukur, corong, erlenmeyer, bejana pengembang (chamber), kaca arloji, spatula, mikropipet. Peralatan lain yang digunakan antara lain; alumunium voil, kertas saring, pinset, seperangkat alat hidrodestilasi, dan kotak uji bioaktivitas (microware). Instrumentasi yang digunakan antara lain, seperangkat alat kromatografi lapis tipis (KLT), dan Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (KG- SM) Bahan Bahan-bahan yang diperlukan adalah daun dan batang tumbuhan Cymbopogon nardus (tipe A) dan Cymbopogon citratus (tipe B). Pelarut yang digunakan adalah aquades (H 2 O). Bahan-bahan lain yang digunakan antara lain Na 2 SO 4 anhidrat, dimetil sulfoksida (DMSO), kloroform, etanol (C 2 H 5 OH), diklorometana (CH 2 Cl 2 ), aseton, etil asetat, metanol, n-heksana, dan plat KLT SiO2 F254 sebagai fasa diam untuk Kromatografi Lapis Tipis (KLT). 2.2 Prosedur Kerja Preparasi dan Destilasi Sampel Sampel tipe A dan tipe B dibersihkan, dikeringkan dan dirajang kemudian dimasukkan dalam labu destilasi sebanyak 100 gram dan diisi dengan aquades sampai seluruh bahan terendam dalam air. Peralatan hidrodestilasi di set seperti pada gambar 2.7. Aquades ditambahkan ke dalam labu melalui ujung kolom O sampai batas AB. Mantel pemanas dinyalakan dan destilasi dilakukan selama 6 jam yang dihitung setelah distilat pertama turun. Minyak atsiri hasil destilasi dipindahkan ke dalam labu erlenmeyer. Natrium sulfat anhidrat ditambahkan ke dalam erlenmeyer untuk menyerap aquades yang masih terdapat dalam minyak atsiri. Minyak atsiri yang telah dikeringkan dari air selanjutnya didekantasi dan dipindahkan ke dalam botol vial 5 ml. Masing-masing minyak atsiri yang diperoleh dihitung rendemennya dan dianalisa lebih lanjut meliputi identifikasi secara Kromatogafi Gas Spektrofotome-tri Masa (KG-SM) dan uji bioaktivitas meliputi sifat antibakteri dan larvasida Metode Identifikasi Senyawa Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (KG-SM) Minyak atsiri yang diperoleh diidentifikasi komponen-komponennya menggunakan Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (KG-SM). Peralatan KG-SM yang digunakan adalah QP 2010S Shimadzu dengan kolom jenis : Rastek RXi-5MS (panjang kolom 30 m dengan diameter 0,25 mm, ketebalan 0,25 µm). Temperatur kolom diatur pada suhu 100 C selama 5 menit dan ditingkatkan 10 C/menit hingga suhu 290 C selama 30 menit. Temperatur injektor dan sumber ion (EI pada 70 ev) dikondisikan masing-masing pada suhu 250 o C dan 290 C. Gas pembawa yang digunakan adalah Helium (He) dengan kecepatan alir 0,5 ml/menit dengan rasio kecepatan 1:50. Range scan SM adalah m/z Penentuan struktur senyawa dilakukan dengan menggunakan standart yang sudah diketahui dengan mencocokkan fragmentasi senyawa pada database library. Setiap puncak yang muncul dalam kromatogram memiliki waktu retensi yang berbeda-beda Uji Bioaktivitas Uji Toksisitas dengan menggunakan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) Metode ini mengacu pada penelitian Meyer dan Ferrigni dalam jurnal Planta Medica, volume 45 (1982), hal

4 Pembiakan Larva Udang Artemia salina L. Telur Artemia salina Leach yang telah dibuahi sebanyak ±100 mg dimasukkan ke dalam bejana yang berisi 300 ml air laut yang diambil dari Laut Kenjeran Air laut yang digunakan sebagai media penetasan telur udang disaring terlebih dahulu menggunakan kertas saring Whatman 41. Telur udang yang telah dibuahi dibiarkan menetas dalam medianya selama 1x24 jam menjadi larva sehingga siap digunakan sebagai hewan uji. Prosedur uji Menggunakan Udang Artemia salina L. Minyak atsiri tipe A dan tipe B diambil sebanyak 0,05 ml dan dilarutkan dalam 0,14 ml pelarut dimetil sulfoksida (tipe A) dan 0,14 ml (tipe B) untuk larut sempurna. Larutan sampel tersebut ditambahkan aquades hingga volumenya menjadi 25 ml sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 2000 ppm. Larutan sampel kemudian diencerkan hingga konsentrasinya 1000; 500; 250; 125; 62,5 dan 31,25 ppm. Larutan kontrol dibuat dengan prosedur sama, tetapi tanpa menggunakan sampel. Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam microware yang telah diisi dengan 20 ekor Artemia salina sebagai hewan uji. Untuk setiap konsentrasi masing-masing dilakukan triplo. Prosedur untuk kontrol dilakukan dengan cara yang sama tanpa penambahan sampel. Hewan uji dibiarkan dalam larutan selama 1x24 jam, kemudian dihitung jumlah larva yang mati dan yang masih hidup dari tiap lubang. Grafik dibuat dengan (konsentrasi) 1/2 sebagai sumbu x terhadap mortalitas sebagai sumbu y. Toksisitas dan aktivitas dilaporkan sebagai LC 50, yang menunjukkan kematian hewan uji pada setengah konsentrasi maksimal larutan uji. Nilai LC 50 diperoleh dengan menggunakan persamaan regresi polinomial y = ax 2 + bx + c Uji Insektisida menggunakan Larva Instar III Nyamuk Aedes aegypti Metode ini mengacu pada penelitian Meyer dan Ferrigni dalam jurnal Planta Medica, volume 45 (1982), hal 31-34, dimana hewan uji diganti dengan menggunakan larva instar III nyamuk Aedes aegypti. Larva yang digunakan adalah instar III yang didapatkan dari TDC-UNAIR. Minyak atsiri tipe A dan tipe B diambil sebanyak 0,05 ml dan dilarutkan dalam 0,14 ml pelarut dimetil sulfoksida (tipe A) dan 0,14 ml pelarut dimetil sulfoksida (tipe B) untuk larut sempurna. Larutan sampel tersebut ditambahkan aquades hingga volumenya 25 ml sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 2000 ppm. Larutan sampel kemudian diencerkan hingga konsentrasinya 1000, 500; 250; 125; 62,5 dan 31,25 ppm. Larutan kontrol dibuat dengan prosedur sama, tetapi tanpa menggunakan sampel. Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam microware yang telah terisi 10 ekor larva instar III nyamuk Aedes aegypti. Untuk setiap konsentrasi masing-masing dilakukan triplo. Larutan didiamkan selama 24 jam, kemudian dihitung jumlah larva yang mati dan yang masih hidup dari tiap lubang. Grafik dibuat dengan (konsentrasi) 1/2 sebagai sumbu x terhadap mortalitas sebagai sumbu y. Toksisitas dan aktivitas dilaporkan sebagai LC 50, yang menunjukkan kematian hewan uji pada setengah konsentrasi maksimal larutan uji. Nilai LC 50 diperoleh dengan menggunakan persamaan regresi polinomial y = ax 2 + bx + c 3.1 Hasil dan Diskusi 3.1 Destilasi Masing-masing minyak atsiri hasil destilasi yang diperoleh dihitung rendemennya dan dianalisa lebih lanjut meliputi identifikasi secara Kromatogafi Gas Spektrofoto-metri Masa (KG-SM) dan uji bioaktivitas meliputi sifat antimikroba, antioksidan dan larvasida. Minyak atsiri tipe A berwarna kuning kecoklatan sedangkan minyak atsiri tipe B berwarna kuning kehijauan jernih dan mempunyai rendemen masing-adalah sebesar 1.14 % dan 0,46%. Residu yang merupakan sisa hasil destilasi sebanyak 100 gram dikeringkan pada suhu kamar kemudian di ekstrak dengan pelarut etanol (3 x 250 ml). Pelarut etanol diuapkan dengan rotary evaporator vakum sehingga diperoleh ekstrak pekat etanol yang berwarna kuning coklat agak kehitaman (tipe A) dan berwarna kuning hijau agak kehitaman (tipe B). Ekstrak pekat etanol selanjutnya diuji sifat antioksidannya menggunakan DPPH. 3.2 Analisa KG-SM Berdasarkan data kromatogram dan hasil identifikasi diketahui komponen penyusun minyak atsiri tipe A dan tipe B ditunjukkan pada tabel 4.1. no Senyawa Tipe A Tipe B 1. 6-metil-5-hepten-2-on 0,98

5 2. Mirsen 13,71 3. Linalool 0,67 1, ,3,5-trimetil-1,4-heksadiena 0,52 5. sitronellal 30,58 0,22 6. trans-limonen-oksida 1,85 7. Limonene oksida 2,72 8. Neral 34,78 9. geranial 42, Asam nerik 0, Neril asetat 1, α-bergamonten 0, Limonen 3, ,6 dimetil-5-heptenal 0, Sitonellol 13, Geraniol 25, ,7-dimetiloktahidrokumarin 13, α-ylangen 0, β-elemen 1, β-karyopilen 5, α-humulen 0, Germacren 0, α-muurolen 0, globulol 4, hedikaryol 3, ,6-germacradien-5-ol 2, Karyofilen oksida 0, Tau-kadinol 0, α-kadinol 1, Sikloprop-azulen-4-ol 0,59 Minyak atsiri tipe A mempunyai komponen penyusun utama yaitu sitronellal dengan puncak area sebesar 30,58 %, geraniol sebesar 25,45 % dan sitronellol sebesar 13,19%. Minyak atsiri tipe B mempunyai komponen penyusun utama yaitu geranial dengan puncak area sebesar 42,11 %, neral sebesar 34,78 % dan mirsen sebesar 13,71%. Hasil identifikasi ini sesuai dengan data literatur Willey 229. Tumbuhan dalam satu spesies memiliki biogenetik yang sama sedangkan dalam penelitian ini dilakukan variasi spesies dalam satu genus yang sama yaitu Cymbopogon nardus (sereh wangi) dan Cymbopogon citratus (sereh dapur). Puncak area pada kromatogram KG menunjukkan prosentase konsentrasi senyawa dalam minyak atsiri. Berdasarkan hasil identifikasi kromatogram minyak atsiri tipe A dan B yang dihasilkan, komponen mayor minyak atsiri tipe A yaitu sitronellal memiliki prosentase yang lebih besar (30,58 %) jika dibandingkan dengan minyak atsiri tipe B yang hanya 0,22 %. Berdasarkan hubungan kekerabatan sesama tumbuhan (Venkataraman, 1976) mengemukakan bahwa spesies tumbuhan yang termasuk dalam genus yang sama dari suatu famili tumbuhan tertentu akan mengandung senyawa senyawa kimia yang hampir sama hanya saja intensitasnya belum tentu sama. Menurut Guenther, 1950, komponen utama penyusun minyak sereh wangi yaitu, geraniol, sitronellol, dan sitronellal. Sedangkan menurut Fandohan dkk, (2008) komponen utama minyak atsiri dari Cymbopogon citratus yang berasal dari Benin bagian selatan, Afrika barat yaitu neral (sitral B), geranial (sitral A), dan mirsen. Berdasarkan penelitian terdahulu komponen mayor minyak atsiri dari masingmasing spesies memiliki kesamaan hanya saja intensitasnya tidak sama. Berdasarkan penelitian terdahulu komponen mayor minyak atsiri dari masingmasing spesies memiliki kesamaan hanya saja intensitasnya tidak sama. Hal ini terjadi disebabkan karena enzim yang terdapat dalam masing-masing tumbuhan dimana kerja enzim tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Perbedaan ini diakibatkan oleh perbedaan iklim, lingkungan alam, lingkungan dengan kecepatan angin yang berbeda, kandungan organik dan anorganik yang ada dalam tanah tempat tumbuhan tumbuh. 3.3 Uji Bioaktivitas Uji Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) Minyak Atsiri Tipe A Pengujian bioaktivitas minyak atsiri tipe A dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) didapatkan hasil pengamatan mortalitas udang (Artemia salina L.).dan dari dat yang diperoleh dibuat grafik hubungan antara log konsentrasi dengan % mortalitas udang laut (Artemia salina L.) dan ditunjukkan pada gambar 4.3. Gambar 4.3 Grafik hubungan antara (konsentrasi) 1/2 dengan % mortalitas udang laut (Artemia salina L.) Persamaan regresi polinomial yang diperoleh dari grafik tersebut adalah y = -0,019x 2 + 4,714x - 27,72. Berdasarkan persamaan regresi polinomial tersebut, dapat dihitung nilai LC 50 larutan uji. Hasil perhitungan menunjukkan

6 bahwa minyak atsiri tipe A memiliki nilai LC 50 sebesar 315,24 ppm. Pengujian bioaktivitas minyak atsiri tipe B dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) didapatkan hasil pengamatan mortalitas udang (Artemia salina L.).dan dari dat yang diperoleh dibuat grafik hubungan antara log konsentrasi dengan % mortalitas udang laut (Artemia salina L.) dan ditunjukkan pada gambar 4.4. Gambar 4.4 Grafik hubungan antara (konsentrasi) 1/2 dengan % mortalitas udang laut (Artemia salina L.) Persamaan regresi polinomial yang diperoleh dari grafik tersebut adalah y = -0,046x 2 + 5,691x - 31,22. Berdasarkan persamaan regresi polinomial tersebut, dapat dihitung nilai LC 50 larutan uji. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa minyak atsiri tipe B memiliki nilai LC 50 sebesar 270,93 ppm. Suatu senyawa dikatakan aktif pada uji toksisitas menggunakan metode BSLT dengan konsentrasi maksimal yang digunakan 1000 ppm, jika memiliki harga LC ppm dan dikatakan tidak aktif jika memiliki harga LC 50 > 500 ppm, sedangkan senyawa murni dikatakan aktif dan mempunyai sifat bioaktifitas jika memiliki harga LC ppm dan tidak aktif jika LC 50 > 200 ppm (Meyer dan Ferrigini, 1982). Minyak atsiri tipe A dan minyak atsiri tipe B mempunyai nilai LC ppm yaitu 315,24 ppm dan 270,93 ppm. Hasil ini menunjukkan bahwa minyak atsiri tipe B bersifat lebih aktif dibandingkan dengan minyak atsiri tipe A. Minyak atsiri tersusun dari berbagai senyawa organik. Senyawa-senyawa tersebut ada yang bersifat aktif dan tidak aktif. Nilai LC 50 tersebut dapat digunakan untuk mengetahui urutan aktifitas kedua minyak tersebut. Minyak atsiri tipe B memiliki LC 50 yang lebih kecil jika dibandingkan dengan minyak atsiri tipe A. Sifat antitoksik dari minyak atsiri umumnya dipengaruhi oleh kompenen mayornya. Menurut penelitian terdahulu oleh Fandohan, dkk, komponen mayor minyak atsiri Cymbopogon citratus yang berperan sebagai antitoksik adalah neral, geranial dan mirsen, dan pada minyak atsiri Cymbopogon citratus (tipe B) dalam penelitian ini memiliki komponen mayor yang sama, sehingga dapat dimungkinkan komponen minyak atsiri tipe B yang berperan sebagai antitoksik adalah senyawa tersebut, sedangkan pada minyak atsiri Cymbopogon nardus (tipe A), meskipun dalam genus yang sama tetapi memiliki komponen mayor yang berbeda yaitu sitronellal, sitronellol, dan geraniol, dan komponen minyak atsiri tipe A yang berperan sebagai antitoksik adalah senyawa tersebut. perbedaan nilai LC 50 ini disebabkan prosentase luas area yang berbeda dari komponen mayor masing-masing spesies. Geranial dan neral yang merupakan komponen mayor minyak tipe B mempunyai prosentase area yaitu 42,11% dan 34,78%, sedangkan sitronellal yang merupakan senyawa mayor minyak tipe A memiliki prosentase area sebesar 30,58%. Dari data diatas menunjukkan bahwa keduanya bersifat aktif dan memiliki sifat bioaktivitas tinggi, yang artinya pada konsentrasi yang kecil sudah bersifat toksik dan mematikan terhadap udang Uji Insektisida Menggunakan Larva Instar III Nyamuk Aedes aegypti Uji insektisida menggunakan larva instar III nyamuk Aedes aegypti dilakukan terhadap minyak atsiri hasil destilasi dari spesies Cymbopogon nardus (tipe A) dan Cymbopogon citratus (tipe B). Bredasarkan data yang diperoleh dibuat grafik hubungan antara log konsentrasi dengan % mortalitas udang laut (Artemia salina L.) dan ditunjukkan pada gambar 4.4 dan 4.5.

7 Gambar 4.5 Grafik hubungan antara (konsentrasi) 1/2 dengan % mortalitas larva instar III nyamuk A.aegypti. Persamaan regresi polinomial yang diperoleh dari grafik tersebut adalah y = 0,044x 2 + 2,778x 25,67. Berdasarkan persamaan regresi polinomial tersebut, dapat dihitung nilai LC 50 larutan uji. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa minyak atsiri tipe A memiliki nilai LC 50 sebesar 422,30 ppm. Gambar 4.6 Grafik hubungan antara (konsentrasi) 1/2 dengan % mortalitas larva instar III nyamuk A.aegypti. Persamaan regresi polinomial yang diperoleh dari grafik tersebut adalah y= -0,030x 2 + 5,702x 42,66. Berdasarkan persamaan regresi polinomial tersebut, dapat dihitung nilai LC 50 larutan uji. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa minyak atsiri tipe B memiliki nilai LC 50 sebesar 321,92 ppm. Suatu senyawa dikatakan aktif pada uji toksisitas menggunakan metode BSLT dengan konsentrasi maksimal yang digunakan 1000 ppm, jika memiliki harga LC ppm dan dikatakan tidak aktif jika memiliki harga LC 50 > 500 ppm, sedangkan senyawa murni dikatakan aktif dan mempunyai sifat bioaktifitas jika memiliki harga LC ppm dan tidak aktif jika LC 50 > 200 ppm (Meyer dan Ferrigini, 1982). Minyak atsiri tipe A dan minyak atsiri tipe B mempunyai nilai LC ppm yaitu 422,30 ppm dan 321,92 ppm. Hasil ini menunjukkan bahwa minyak atsiri tipe B bersifat lebih aktif dibandingkan dengan minyak atsiri tipe A. Minyak atsiri tersusun dari berbagai senyawa organik. Senyawa-senyawa tersebut ada yang bersifat aktif dan tidak aktif. Nilai LC 50 tersebut dapat digunakan untuk mengetahui urutan aktifitas kedua minyak tersebut. Minyak atsiri tipe B memiliki LC 50 yang lebih kecil jika dibandingkan dengan minyak atsiri tipe A. Sifat antitoksik dari minyak atsiri umumnya dipengaruhi oleh kompenen mayornya. Menurut penelitian terdahulu oleh Fandohan, dkk, komponen mayor minyak atsiri Cymbopogon citratus yang berperan sebagai antitoksik adalah neral, geranial dan mirsen, dan pada minyak atsiri Cymbopogon citratus (tipe B) dalam penelitian ini memiliki komponen mayor yang sama, sehingga dapat dimungkinkan komponen minyak atsiri tipe B yang berperan sebagai antitoksik adalah senyawa tersebut, sedangkan pada minyak atsiri Cymbopogon nardus (tipe A), meskipun dalam genus yang sama tetapi memiliki komponen mayor yang berbeda yaitu sitronellal, sitronellol, dan geraniol, dan komponen minyak atsiri tipe A yang berperan sebagai antitoksik adalah senyawa tersebut. perbedaan nilai LC 50 ini disebabkan prosentase luas area yang berbeda dari komponen mayor masing-masing spesies. Geranial dan neral yang merupakan komponen mayor minyak tipe B mempunyai prosentase area yaitu 42,11% dan 34,78%, sedangkan sitronellal yang merupakan senyawa mayor minyak tipe A memiliki prosentase area sebesar 30,58%. Dari data diatas menunjukkan bahwa keduanya bersifat aktif dan memiliki sifat bioaktivitas tinggi, yang artinya pada konsentrasi yang kecil sudah bersifat toksik dan mematikan terhadap larva instar III nyamuk A.aegypti. 4. Kesimpulan Minyak atsiri genus Cymbopogon tipe A dan tipe B dapat diperolah dengan metode hidrodestilasi. Minyak atsiri tipe A berwarna kuning kecoklatan sedangkan minyak atsiri tipe B berwarna kuning kehijauan jernih dan mempunyai rendemen masing- masing adalah sebesar 1.14 % dan 0,46%.

8 Hasil dari data kromatogram KG-SM minyak atsiri tipe A diketahui ada 20 macam senyawa dan tipe B ada 12 macam senyawa. Komponen mayor dari minyak atsiri tipe A adalah sitronellal (30,58%), geraniol (25,45%) dan sitronellol (13,19%), sedangkan komponen mayor minyak atsiri tipe B adalah geranial (42,11%), neral (34,78%), dan mirsen (13,70%). Minyak atsiri tipe A dan tipe B samasama memiliki aktivitas sebagai antimikroba, larvasida, hanya berbeda keaktivannnya. Minyak atsiri tipe B lebih aktif sebagai antimikroba dan larvasiada dibandingkan dengan minyak tipe A, hal ini dikarenakan nilai LC 50 dari minyak tipe B lebih kecil daripada tipe A, yaitu 270,93 ppm (tipe B) dan 315,24 ppm (tipe A) untuk antimikroba. Pada uji larvasida nilai LC 50 untuk minyak tipe A sebesar 422,30 ppm dan untuk minyak tipe B sebesar 321,92 ppm, sehingga dapat disimpulakan bahwa minyak atsiri dari kedua spesies tersebut aktif sebagai antimikroba dan larvasida karena memilki nilai LC 50 <500. Ucapan Terimakasih 1. Prof. Dr. R. Y. Perry Burhan dan Dra. Yulfi Zetra, MS atas dukungan,bimbingan dan motivasi yang diberikan. 2. Ibu dan ayahanda atas dukungannya dan doanya. 3. Semua pihak yang mendukung yang tidak dapat sya sebutkan satu persatu hingga terselesaikannya penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, S. A., 1985, Kimia Organik Bahan Alam, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Universitas Terbuka, Jakarta Ames, G.R., Matthews, M.S. A., 1968, The Destilation Of Essential Oil, Trop. Sci Anonimous., 1970, Spesification standards essential oil association of USA, Inc Brady, J., 1994, Kimia Universitas Asas dan Struktur, Jilid satu, Edisi Kelima, Binarupa Aksara, Jakarta Campbell, R. M., 2002, Biologi, Erlangga, Jakarta. Cheng, Sen-Sung., Hui-Ting Chang, Shang- Tzen Chang, Kun-Hsien Tsai, Wei- June Chen, Bioactivity of selected plant essential oils against the yellow fever mosquito Aedes aegypti larvae, Bioresource Technology, 89, Conforti, F., Antioxidant Activity of Methanolic Extract of Hypericum triquetrifolum tura aerial part, Phytoterapia, 73, Dewan Atsiri Indonesia dan IPB, 2009, Minyak Atsiri Indonesia. Editor: Dr. Molide Rizal, Dr. Meika S. Rusli dan Ariato Mulyadi Duke, S.O., Natural Pesticides From Plants, Advances in new crops, Timber Press, Portland, El-Kamali, H. H., Hamza, M. A., El-Amir, M. Y., (2005), Antibacterial activity of the essential oil from Cymbopogon nervatus inflorescence, Fitoterapia Fandohan, P., Gnonlonfin, B., Laleye, A., Gbenou, J. D., Darboux, R., Moudachirou, M., 2008, Toxicity and gastric tolerance of essential oil from Cymbopogon citratus, Ocimum Gratissimum, and Ocimum basilicum in Wistar rats, Food and Chemical Toxicology Fessenden, R.J., Fessenden, J.S., Penerjemah:A.H. Pudjaatmaka, (1986), Kimia Organik Jilid 2, Edisi ketiga, Erlangga, Jakarta Guenther, E, Minyak Atsiri. Jilid I, Universitas Indonesia Press, Jakarta

9 Guenther, E., The essensial oils. Vol.1.D. Van Nostrand Compay. Inc., New York, hal 367. Guenther, E., Minyak Atsiri, Jilid 1, penerjemah Ketaren S., Penerbit UI Press, Jakarta Haliwell, B., Reactive oxigens spesies in living system : Source Biochemistry and Role in Human disease, The American Journal of Medicine, Proceedings of a Symposium Oxidant an Antioxidans, : Patophysiologic Determinants and Therapheutic agents Harbone, J. B., 1987, Metode Fitokimia, Penerbit ITB, Bandung Harris, R, Tanaman Minyak Atsiri. Penebar Swadaya, Jakarta Ketaren, S, Minyak Atsiri. Jurusan Teknologi Industri, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor Ketaren, S., Pengantar teknologi minyak atsiri. Balai Pustaka. Jakarta Khadri, A., Serralheiro, M. L. M., Nogueira, J. M. F., Neffati, M., Smiti, S., Araujo, M. E. M., 2007, Antioxidant and anticetylcholinesterase activities of essential oil from Cymbopogon schoenanthus L. Spreng. Determination of chemical composition by GC-mass spectrometry and 13 C NMR, Food Chemistry Kristanti, A.N., Aminah, N.S., Tanjung, M. dan Kurniadi, B., Bahan Ajar Metode Fitokimia, Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Airlangga, Surabaya Kurokawa, M., Kumeda, C. A., Yamamura, J., Kamiyama, T., & Shiraki, K. (1998). Antipyretic activity of cinnamyl derivatives and related compounds in influenza virus-infected mice. European Journal of Pharmacology, 348, Lee, H. S., Ahn, Y. J. (1998). Growthinhibiting effects of Cinnamomum cassia barkderived materials on human intestinal bacteria, Journal of Agricultural and Food Chemistry, 46, 8 12 Lichtenthaler, H.K., Rohmer, M., Schwender, J., Two Independent Biochemical Pathway for Isopentenyl Diphosphate and Isoprenoid Biosynthesis in Higher Plants, Physiologia Plantarum, 101, Manitto, (1992), Biosintesis Produk Alami, Semarang Press, Semarang Mayo, D. W., Pike, R. M., Trumper, P. K., Microscale Organic Laboratory, Edisi Ketiga, John Willey and Sons, New York Mc Nair, H.M. dan Bonelli, E.J., 1993, Dasar Kromatografi Gas, Edisi Ketiga, ITB, Bandung NAFED, Buyer s guide to Indonesia Essential Oils. Depatement of Coners, RI. Oxtoby, Gillis., Prinsip-prinsip Kimia Modern, Jilid Satu, Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta Poole C. F., dan Salwa, K., 1991, Chromatography Today., Elsevier Science Publisher, Amsterdam Prashar, A., Hili, P., Veness, R. G., Evans, C. S., 2003, Antimicrobial action of

10 palmarosa oil (Cymbopogon martinii) on Saccharomyces cerevisiae, Phytochemistry Putra, S. R., Louis, L. M., Campos, N., Boronat, A., Rohmer, M., Incorporation of [2,3-13 C]- and [2,4-13 C]-D-1-deoxyxylulose Into Ubiquinon of Escherichia coli via The Mevalonate Independent Pathway for The Isoprenoid Biosynthesis, Tetrahedron Letters, 38, 23 Richards, W. F, 1944, Perfumer s Hand Book And Catalog Fritzsche, Brother Inc. New York Rohmer, K,.Lois, L.M., Campos, N., Putra, S.R., Danielsen,,, M. & Boronat, A Cloning and characterization of a gene from Escherichia coli encoding a transketolase-like enzyme that catalyzes the synthesis of D-1- deoxyxylulose 5-phosphate, a common precursor for isoprenoid, thiamin, and pyridoxol biosynthesis. Proc. Natl. Acad. Sci. U.S.A. 95. Rusli, S, Konstruksi Unit Penyulingan Sereh Wangi, Sereh Dapur Dan Cengkeh, Lembaga Penelitian Tanaman Industri Rusli, S dan Hobir Hasil penelitian dan pengembangan tanaman minyak atsiri. Simposium I. Hasil Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Puslitbang Tanaman Industri Bogor. Saeed, T., Sandra, P. J., Verzele, M. J. E., Constituent of the essential oil of Cymbopogon jawarancusa, Phitochemistry Satyadiwiria, Y., Pembuatan Minyak Atsiri. Dinas Pertanian, Medan Santoso, H. B., Sereh Wangi Bertanam dan Penyulingan, Kanisius, Yogyakarta Sastrohamidjojo, H., Spektroskopi, Liberty, Yogyakarta Sell, Charles S A Fragrant Introduction to Terpenoid Chemistry, The Royal Society of Chemistry, Thomas Graham House, sscambridge. UK Syahputra, E., Hutan Kalbar Sumber Pestisida Botani: Dulu, Kini dan Kelak, Makalah Falsafah Sains, Program Pasca Sarjana IPB, Bogor Takaisi, N. B. K., Tshilanda, D., Babady, B., 1999, Antibacterial activity of the essential oil of Cymbopogon densiflorus, Fitoterapia Tan Hong Sieng, Minyak Atsiri. Balai Penelitian Kimia PNPR. Nupika-Yasa Deperindag. Penerbit Kantor dan Penyuluhan Deperindag. Bogor. Tarumingkeng, R.C., Insektisida, Sifat, Mekanisme Kerja dan Dampak Penggunaanya, Ukrida, Jakarta Weiss, E. A., Essential Oil Crops, CAB International, Victoria Yu, H. S., Lee, S. Y., & Jang, C. G. (2007). Involvement of 5-HT1A and GABAA receptors in the anxiolytic-like effects of Cinnamomum cassia in mice. Pharmacology Biochemistry and Behavior, 87, Zetra, Y., 2005, Prinsip Kromatografi Lapis Tipis Retooling Program Batch IV, Kimia Organik, Jurusan Kimia, ITS, Surabaya

Oleh: Niluh Putu Febrina Astarini. Prof. Dr. Perry Burhan, M.Sc Dra. Yulfi Zetra, MS Jurusan Kimia-ITS 2010

Oleh: Niluh Putu Febrina Astarini. Prof. Dr. Perry Burhan, M.Sc Dra. Yulfi Zetra, MS Jurusan Kimia-ITS 2010 MINYAK ATSIRI DARI KULIT BUAH Citrus grandis, Citrus aurantium (L.) dan Citrus aurantifolia (RUTACEAE) SEBAGAI SENYAWA ANTIBAKTERI DAN INSEKTISIDA Oleh: Niluh Putu Febrina Astarini (1406100015) Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan

Lebih terperinci

MINYAK ATSIRI DARI KULIT BATANG Cinnamomum burmannii (KAYU MANIS) DARI FAMILI LAURACEAE SEBAGAI INSEKTISIDA ALAMI, ANTIBAKTERI, DAN ANTIOKSIDAN

MINYAK ATSIRI DARI KULIT BATANG Cinnamomum burmannii (KAYU MANIS) DARI FAMILI LAURACEAE SEBAGAI INSEKTISIDA ALAMI, ANTIBAKTERI, DAN ANTIOKSIDAN MINYAK ATSIRI DARI KULIT BATANG Cinnamomum burmannii (KAYU MANIS) DARI FAMILI LAURACEAE SEBAGAI INSEKTISIDA ALAMI, ANTIBAKTERI, DAN ANTIOKSIDAN Wahyu Agustina Wijayanti*, Yulfi Zetra 1, Perry Burhan 1

Lebih terperinci

UJI BIOAKTIFITAS EKSTRAK LIPID DALAM Zymomonas mobilis DENGAN METODE BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

UJI BIOAKTIFITAS EKSTRAK LIPID DALAM Zymomonas mobilis DENGAN METODE BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) UJI BIOAKTIFITAS EKSTRAK LIPID DALAM Zymomonas mobilis DENGAN METODE BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) Oleh ELOK WIDAYANTI 1406 201 808 PROGRAM MAGISTER KIMIA FMIPA ITS Surabaya 2008 Divisio Sub Divisio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta pemulihan kesehatan. Hal ini disebabkan karena tanaman banyak

BAB I PENDAHULUAN. serta pemulihan kesehatan. Hal ini disebabkan karena tanaman banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu alternatif pengobatan, baik untuk pencegahan penyakit, penyembuhan, serta pemulihan kesehatan.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN MINYAK ATSIRI AKAR WANGI (Vetiveriazizanoides) SEBAGAI SENYAWA ANTIMIKROBA DAN INSEKTISIDA ALAMI

PEMANFAATAN MINYAK ATSIRI AKAR WANGI (Vetiveriazizanoides) SEBAGAI SENYAWA ANTIMIKROBA DAN INSEKTISIDA ALAMI PEMANFAATAN MINYAK ATSIRI AKAR WANGI (Vetiveriazizanoides) SEBAGAI SENYAWA ANTIMIKROBA DAN INSEKTISIDA ALAMI Disusun Oleh: Novi Rahmawati (1406 100 022) Pembimbing I: Dra. Yulfi Zetra, MS (19600727 198701

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-93

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-93 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-93 Pengambilan Minyak Atsiri dari Daun dan Batang Serai Wangi (Cymbopogon winterianus) Menggunakan Metode Distilasi Uap dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar dan Waktu Penelitian Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian daun dari tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Spons

Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Spons Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Spons 96 97 98 Lampiran 2. Pembuatan Larutan untuk Uji Toksisitas terhadap Larva Artemia salina Leach A. Membuat Larutan Stok Diambil 20 mg sampel kemudian dilarutkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di dua tempat yang berbeda, yaitu: 1. Tempat pengambilan sampel dan preparasi sampel dilakukan di desa Sembung Harjo Genuk Semarang

Lebih terperinci

ISOLASI, IDENTIFIKASI SERTA UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI PADA MINYAK ATSIRI SEREH WANGI ( Cymbopogon winterianus Jowitt )

ISOLASI, IDENTIFIKASI SERTA UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI PADA MINYAK ATSIRI SEREH WANGI ( Cymbopogon winterianus Jowitt ) ISOLASI, IDENTIFIKASI SERTA UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI PADA MINYAK ATSIRI SEREH WANGI ( Cymbopogon winterianus Jowitt ) SKRIPSI Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BIOAKTIVITAS EKSTRAK METANOL DAN FRAKSI N-HEKSANA DAUN SUNGKAI (PERONEMA CANESCENS JACK) TERHADAP LARVA UDANG (ARTEMIA SALINA LEACH)

BIOAKTIVITAS EKSTRAK METANOL DAN FRAKSI N-HEKSANA DAUN SUNGKAI (PERONEMA CANESCENS JACK) TERHADAP LARVA UDANG (ARTEMIA SALINA LEACH) BIOAKTIVITAS EKSTRAK METANOL DAN FRAKSI N-HEKSANA DAUN SUNGKAI (PERONEMA CANESCENS JACK) TERHADAP LARVA UDANG (ARTEMIA SALINA LEACH) Islamudin Ahmad dan Arsyik Ibrahim Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung Lawu. Sedangkan pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Biologi dan Kimia

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) Abstrak Kulit buah langsat diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut yang berbeda

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Molekuler dan Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas

III. METODE PENELITIAN. Molekuler dan Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas 17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni 2013 di laboratorium Biologi Molekuler dan Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

Isolasi dan Identifikasi Komponen Kimia Minyak Atsiri dari Daun, Batang dan Bunga Tumbuhan Salembangu (Melissa sp.)

Isolasi dan Identifikasi Komponen Kimia Minyak Atsiri dari Daun, Batang dan Bunga Tumbuhan Salembangu (Melissa sp.) Isolasi dan Identifikasi Komponen Kimia Minyak Atsiri dari Daun, Batang dan Bunga (Isolation and identification of chemical components of essential oils from leaves, stems, and flowers of Salembangu plants

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Pembuatan Pereaksi Pendeteksi. Sebanyak 10 gram NaOH dilarutkan dengan aquades dalam gelas beker

Lampiran 1. Prosedur Pembuatan Pereaksi Pendeteksi. Sebanyak 10 gram NaOH dilarutkan dengan aquades dalam gelas beker Lampiran. Prosedur Pembuatan Pereaksi Pendeteksi. Pereaksi pendeteksi Flavonoid Pereaksi NaOH 0% Sebanyak 0 gram NaOH dilarutkan dengan aquades dalam gelas beker kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari sampai Juni 2014. Lokasi penelitian dilakukan di berbagai tempat, antara lain: a. Determinasi sampel

Lebih terperinci

REAKSI KURKUMIN DAN METIL AKRILAT DENGAN ADANYA ION ETOKSI

REAKSI KURKUMIN DAN METIL AKRILAT DENGAN ADANYA ION ETOKSI REAKSI KURKUMIN DAN METIL AKRILAT DENGAN ADANYA IN ETKSI leh : Rahma Rahayu Dinarlita NRP. 1406 100 026 Dosen Pembimbing Drs. Agus Wahyudi, MS. Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

METODE DESTILASI AIR MINYAK ATSIRI PADA HERBA SERAI WANGI (Andropogon nardus Linn.) Indri Kusuma Dewi, Titik Lestari Poltekkes Kemenkes Surakarta

METODE DESTILASI AIR MINYAK ATSIRI PADA HERBA SERAI WANGI (Andropogon nardus Linn.) Indri Kusuma Dewi, Titik Lestari Poltekkes Kemenkes Surakarta METODE DESTILASI AIR MINYAK ATSIRI PADA HERBA SERAI WANGI (Andropogon nardus Linn.) Indri Kusuma Dewi, Titik Lestari Poltekkes Kemenkes Surakarta ABSTRAK Minyak atsiri merupakan minyak mudah menguap atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel ascidian telah dilakukan di Perairan Kepulauan Seribu. Setelah itu proses isolasi dan pengujian sampel telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah tanaman dengan kode AGF yang diperoleh dari daerah Cihideng-Bandung. Penelitian berlangsung

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri minyak atsiri memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan di Indonesia, karena Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam penyediaan bahan bakunya.

Lebih terperinci

POTENSI SITOTOKSIK EKSTRAK AIR DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) ABSTRAK

POTENSI SITOTOKSIK EKSTRAK AIR DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) ABSTRAK POTENSI SITOTOKSIK EKSTRAK AIR DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) Nadia Rahma Kusuma Dewi*, Hadi Kuncoro, Laode Rijai Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS, Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman,

Lebih terperinci

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat NP 4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat CEt + FeCl 3 x 6 H 2 CEt C 8 H 12 3 C 4 H 6 C 12 H 18 4 (156.2) (70.2) (270.3) (226.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Adisi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu teknologi proses ekstraksi minyak sereh dapur yang berkualitas dan bernilai ekonomis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian menggunakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek atau bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah tanaman AGF yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian

Lebih terperinci

ISOLASI METABOLIT SEKUNDER DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN TANAMAN SRIKAYA (Annona squamosa Linn)

ISOLASI METABOLIT SEKUNDER DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN TANAMAN SRIKAYA (Annona squamosa Linn) ISOLASI METABOLIT SEKUNDER DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN TANAMAN SRIKAYA (Annona squamosa Linn) M. Tripiana 1, H.Y. Teruna 2, N. Balatif 2 E-mail : mahyani_tn@yahoo.co.id 1 Mahasiswi Program

Lebih terperinci

Seminar Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik Kimia UNDIP 2009

Seminar Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik Kimia UNDIP 2009 MAKALAH PENELITIAN ISOLASI RHODINOL DALAM EKSTRAKSI MINYAK SEREH JAWA Disusun Oleh :. Hadi Prasetyo Utomo L2C3 07033 2. Nur Widiatmoko L2C3 07049 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

II. METODOLOGI PENELITIAN

II. METODOLOGI PENELITIAN 1 Perbandingan Antara Metode Hydro-Distillation dan Steam-Hydro Distillation dengan pemanfaatan Microwave Terhadap Jumlah Rendemenserta Mutu Minyak Daun Cengkeh Fatina Anesya Listyoarti, Lidya Linda Nilatari,

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI DAUN LEDA (Eucalyptus deglupta)

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI DAUN LEDA (Eucalyptus deglupta) PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI DAUN LEDA (Eucalyptus deglupta) Ganis Lukmandaru, Denny Irawati dan Sri Nugroho Marsoem Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada,

Lebih terperinci

REAKSI KURKUMIN DAN ETIL AMIN DENGAN ADANYA ASAM

REAKSI KURKUMIN DAN ETIL AMIN DENGAN ADANYA ASAM REAKSI KURKUMIN DAN ETIL AMIN DENGAN ADANYA ASAM leh : Nur Mei Rohmawati 1406 100 007 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNLGI SEPULUH NPEMBER SURABAYA 2010 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Garut, Jawa Barat serta

Lebih terperinci

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Departemen Farmasi FMIPA UI, dalam kurun waktu Februari 2008 hingga Mei 2008. A. ALAT 1. Kromatografi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian RAL (Rancangan Acak Lengkap), dengan 7 perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian RAL (Rancangan Acak Lengkap), dengan 7 perlakuan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian laboratoris yang dilakukan dengan rancangan penelitian RAL (Rancangan Acak Lengkap), dengan 7 perlakuan

Lebih terperinci

4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat

4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat 4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat castor oil + MeH Na-methylate H Me CH 4 (32.0) C 19 H 36 3 (312.5) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Reaksi pada gugus karbonil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daun salam (Syzygium polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam yang didapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil determinasi tumbuhan dilampirkan pada Lampiran 1) yang diperoleh dari perkebunan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Minyak Atsiri Surian (Toona Sinensis Roemor) Minyak atsiri Surian ini didapatkan dengan cara penyulingan menggunakan metode air dan uap atau biasanya disebut metode kukus.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan Januari 2010. Daun gamal diperoleh dari Kebun Percobaan Natar, Lampung Selatan

Lebih terperinci

4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol

4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol 4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol C 12 H 26 O (186.3) OH H 2 SO 4 konz. (98.1) + HBr (80.9) C 12 H 25 Br (249.2) Br + H 2 O (18.0) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Substitusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumberdaya hayati Indonesia sangat berlimpah dan beranekaragam.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumberdaya hayati Indonesia sangat berlimpah dan beranekaragam. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya hayati Indonesia sangat berlimpah dan beranekaragam. Sumbangsih potensi sumberdaya hayati yang ada di Indonesia terhadap kekayaan keanekaragaman sumberdaya hayati

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-234

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-234 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-234 Perbandingan Metode Steam Distillation dan Steam-Hydro Distillation dengan Microwave Terhadap Jumlah Rendemen serta Mutu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. destilasi uap menggunakan pelarut air. Tahap kedua adalah analisis FTIR,

BAB III METODE PENELITIAN. destilasi uap menggunakan pelarut air. Tahap kedua adalah analisis FTIR, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap yaitu tahap pertama adalah destilasi uap menggunakan pelarut air. Tahap kedua adalah analisis FTIR, spektrum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- Cihideung. Sampel yang diambil adalah CAF. Penelitian

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-39

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-39 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-39 Perbandingan Antara Metode - dan Steam- dengan pemanfaatan Microwave terhadap Jumlah Rendemenserta Mutu Minyak Daun Cengkeh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut

BAB I PENDAHULUAN. terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Minyak atsiri yang juga dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah menguap pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan berjenis penelitian eksperimental. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan berjenis penelitian eksperimental. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian yang dilakukan berjenis penelitian eksperimental. Penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tumbuhan Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung untuk mengetahui dan memastikan famili dan spesies tumbuhan

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK Waktu 150 menit Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Lebih terperinci

ISOLASI DAN KARAKTERISASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK DARI KULIT BATANG TAMPOI (Baccaurea macrocarpa) DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

ISOLASI DAN KARAKTERISASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK DARI KULIT BATANG TAMPOI (Baccaurea macrocarpa) DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN ISOLASI DAN KARAKTERISASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK DARI KULIT BATANG TAMPOI (Baccaurea macrocarpa) DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN Novitaria 1*, Andi Hairil Alimuddin 1, Lia Destiarti 1 1 Progam Studi Kimia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perkolasi kemangi kering menggunakan pelarut air dengan variasi waktu

BAB III METODE PENELITIAN. perkolasi kemangi kering menggunakan pelarut air dengan variasi waktu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap yaitu tahap pertama adalah perkolasi kemangi kering menggunakan pelarut air dengan variasi waktu perkolasi.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian 15 HN DN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Pengendalian Serangga Hama dan iodegradasi UPT. alai Penelitian dan Pengembangan iomaterial LIPI dan Laboratorium Parasitologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Sampel Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar Bringharjo Yogyakarta, dibersihkan dan dikeringkan untuk menghilangkan kandungan air yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan Januari

Lebih terperinci

3 Percobaan. Garis Besar Pengerjaan

3 Percobaan. Garis Besar Pengerjaan 3 Percobaan Garis Besar Pengerjaan Rangkaian proses isolasi pertama-tama dimulai dengan proses pengumpulan sampel. Karena area sampling adalah area yang hanya ditemukan pada musim hujan, sampel alga baru

Lebih terperinci

BABm METODOLOGI PENELITIAN

BABm METODOLOGI PENELITIAN BABm METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat-alat yang digunakan Alat-alat yang digunakan adalah seperangkat destilasi sederhana (Elektromantel MX), neraca analitik, ultrasonik Kery Puisatron,

Lebih terperinci

CAHAYA TERHADAP SITRONELAL SERTA UJI TOKSISITAS

CAHAYA TERHADAP SITRONELAL SERTA UJI TOKSISITAS PENGARUH LAMA WAKTU PENYIMPANAN dan PENYINARAN CAHAYA TERHADAP SITRONELAL SERTA UJI TOKSISITAS dengan MENGGUNAKAN METODE BSLT(BRINE SHRIMP LETHALITY TEST) Gilly Putri Pertiwi, Elvina Dhiaul Ifttitah *,

Lebih terperinci

Penetapan Kadar Eugenol dalam Minyak Atsiri dari Daun Sirih Merah (Piper cf fragile Benth.) dan Sirih Hijau (Piper betle L.) secara Kromatografi Gas*

Penetapan Kadar Eugenol dalam Minyak Atsiri dari Daun Sirih Merah (Piper cf fragile Benth.) dan Sirih Hijau (Piper betle L.) secara Kromatografi Gas* Penetapan Kadar Eugenol dalam Minyak Atsiri dari Daun Sirih Merah (Piper cf fragile Benth.) dan Sirih Hijau (Piper betle L.) secara Kromatografi Gas* oleh: 1. Liliek Nurhidayati 2. Yesi Desmiaty 3. Sri

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Sampel. Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Sampel. Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Sampel Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun Kembangan, Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Bagian tanaman yang digunakan adalah daun dan batang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan kekayaan alamnya. Tanahnya yang subur dan iklimnya yang tropis memungkinkan berbagai jenis tumbuhan dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang diperoleh dari perkebunan murbei di Kampung Cibeureum, Cisurupan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2014 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2014 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2014 di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NP 4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat NaEt C 10 H 18 4 Na C 2 H 6 C 8 H 12 3 (202.2) (23.0) (46.1) (156.2) Klasifikasi Tipe reaksi and penggolongan bahan Reaksi pada gugus

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat 47 LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat Biji Alpukat - Dicuci dibersihkan dari kotoran - Di potong menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar

Lebih terperinci

PRODUKSI BIO-ETANOL DARI DAGING BUAH SALAK ( Salacca zalacca ) PRODUCTION OF BIO-ETHANOL FROM FLESH OF SALAK FRUIT ( Salacca zalacca )

PRODUKSI BIO-ETANOL DARI DAGING BUAH SALAK ( Salacca zalacca ) PRODUCTION OF BIO-ETHANOL FROM FLESH OF SALAK FRUIT ( Salacca zalacca ) PRODUKSI BIO-ETANOL DARI DAGING BUAH SALAK ( Salacca zalacca ) Raymond Thamrin 1), Max J.R. Runtuwene 2), Meiske S. Sangi 2) 1) Mahasiswa Program Studi Kimia FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Fraksinasi Sampel buah mahkota dewa yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari kebun percobaan Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2010 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA

Lebih terperinci

Jurnal Bahan Alam Terbarukan

Jurnal Bahan Alam Terbarukan Jurnal Bahan Alam Terbarukan ISSN 2303-0623 PENGAMBILAN MINYAK ATSIRI BUNGA CENGKEH (Clove Oil) MENGGUNAKAN PELARUT n-heksana DAN BENZENA Saiful Hadi Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

3 Percobaan dan Hasil

3 Percobaan dan Hasil 3 Percobaan dan Hasil 3.1 Pengumpulan dan Persiapan sampel Sampel daun Desmodium triquetrum diperoleh dari Solo, Jawa Tengah pada bulan Oktober 2008 (sampel D. triquetrum (I)) dan Januari 2009 (sampel

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kimia Organik Departemen Kimia Fakultas MIPA

Lebih terperinci

2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Determinasi Tanaman Preparasi Sampel dan Ekstraksi

2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Determinasi Tanaman Preparasi Sampel dan Ekstraksi 3 2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Bahan Alam, Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong dan Badan Tenaga Atom

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel PBAG di lingkungan sekitar kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan daerah Cipaku.

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh : Komang Ardipa Saputra NIM

Skripsi. Oleh : Komang Ardipa Saputra NIM i KANDUNGAN KIMIA MINYAK ATSIRI DARI KULIT BUAH JERUK BALI (Citrus maxima) SERTA UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli Skripsi Oleh : Komang Ardipa Saputra NIM.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah gabungan antara metode non eksperimental dan metode eksperimental. Metode non eksperimental

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP

PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP (Baeckea frustescens L) DENGAN PENYULINGAN METODE PEREBUSAN The Influence of Growing Site and duration distillation

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental laboratorik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental laboratorik dengan 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Design Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental laboratorik dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola posttest only with control

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) yang diperoleh dari Kampung Pamahan, Jati Asih, Bekasi Determinasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini melibatkan pengujian secara kualitatif dan kuantitatif. Pelaksanaannya dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahap penyiapan sampel, tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan di negara yang sedang berkembang, khususnya Indonesia. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI GC- MS EKSTRAK MINYAK ATSIRI DARI SEREH WANGI (Cymbopogon winterianus) MENGGUNAKAN PELARUT METANOL

IDENTIFIKASI GC- MS EKSTRAK MINYAK ATSIRI DARI SEREH WANGI (Cymbopogon winterianus) MENGGUNAKAN PELARUT METANOL Techno, ISSN 1410-8607 Volume 18 No. 1, April 2017 Hal. 023 027 IDENTIFIKASI GC- MS EKSTRAK MINYAK ATSIRI DARI SEREH WANGI (Cymbopogon winterianus) MENGGUNAKAN PELARUT METANOL Identification of GC-MS Essential

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL DARI VARIASI TEH DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn) TERHADAP LARVA UDANG (Artemia salina Leach)

UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL DARI VARIASI TEH DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn) TERHADAP LARVA UDANG (Artemia salina Leach) UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL DARI VARIASI TEH DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn) TERHADAP LARVA UDANG (Artemia salina Leach) Mega Yulia, Devahimer Harsep Rosi Akademi Farmasi Imam Bonjol Bukittinggi

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan Bahan Peralatan yang diperlukan pada penelitian ini meliputi seperangkat alat gelas laboratorium kimia (botol semprot, gelas kimia, labu takar, erlenmeyer, corong

Lebih terperinci

Analisis Hayati UJI TOKSISITAS. Oleh : Dr. Harmita

Analisis Hayati UJI TOKSISITAS. Oleh : Dr. Harmita Analisis Hayati UJI TOKSISITAS Oleh : Dr. Harmita Pendahuluan Sebelum percobaan toksisitas dilakukan sebaiknya telah ada data mengenai identifikasi, sifat obat dan rencana penggunaannya Pengujian toksisitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok, pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai banyak jenis tanaman yang mengandung minyak atsiri seperti minyak sereh, minyak daun cengkeh, minyak kenanga, minyak akar wangi, minyak kayu cendana,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di 21 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

PENYULINGAN MINYAK ATSIRI SEREH DAPUR

PENYULINGAN MINYAK ATSIRI SEREH DAPUR PENYULINGAN MINYAK ATSIRI SEREH DAPUR (Cymbopogon citratus) DENGAN METODE PENYULINGAN AIR-UAP (The Destillation of Lemongrass Essential Oil by Using the Water-steam Method ) Zaituni 1, Rita Khathir 1,

Lebih terperinci

Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Journal of Scientific and Applied Chemistry

Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Journal of Scientific and Applied Chemistry Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 11 (1) (2008) : 1 5 1 ISSN: 1410-8917 Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 11 (1) (2008) : 1 5 Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Journal of Scientific and Applied Chemistry Journal

Lebih terperinci