Studi Analisa Kinerja Trafo Pemakaian Sendiri PT. PLN (Persero) Sektor Bukittinggi PLTA Batang Agam dengan Menggunakan ESA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Studi Analisa Kinerja Trafo Pemakaian Sendiri PT. PLN (Persero) Sektor Bukittinggi PLTA Batang Agam dengan Menggunakan ESA"

Transkripsi

1 Seminar Nasional Peranan Ipteks Menuju Industri Masa Depan (PIMIMD-4) Institut Teknologi Padang (ITP), Padang, 27 Juli 2017 ISBN: Studi Analisa Kinerja Trafo Pemakaian Sendiri PT. PLN (Persero) Sektor Bukittinggi PLTA Batang Agam dengan Menggunakan ESA Antonov*, Mirtha Isnay Samindha Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Padang JL. Gajah Mada Kandis Nanggalo, Padang, Indonesia *Correspondence should be addressed to antonov_bp.ac.id Abstrak Transformator distribusi pada PLTA Batang Agam merupakan suatu peralatan yang penting dalam operasional pembangkitan karena berfungsi untuk mentransformasikan energi listrik yaitu menurunkan tegangan dari 20 kv ke 400 V. Berdasarkan hasil pengukuran terakhir menggunakan ESA sebanyak 6 kali yang dilakukan pada trafo dengan daya 125 kva presentase pembebanan tertinggi sebesar 14,122% dan nilai prosentase arus netral tertinggi untuk 6 kali pengukuran yaitu 40,792%. Pembebanan yang tinggi mempengaruhi pada kualitas dan life time trafo. Begitu pula besarnya ketidakseimbangan beban juga berpengaruh terhadap besarnya arus netral yang mengalir pada penghantar netral dan tanah trafo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja trafo berdasarkan pembebanan, ketidakseimbangan beban, arus netral, harmonisa, efisiensi dan life time pada serta memberikan usulan langkah perbaikan agar kinerja trafo baik. Kata kunci: transformator distribusi, pembebanan, ketidakseimbangan beban, arusnetral, harmonisa, efisiensi, life time 1. Pendahuluan PLTA Batang Agam merupakan salah satu pembangkit yang mensuplai energi ke sistem tenaga listrik di Sumatera Barat. Dengan memanfaatkan aliran dari Sungai Agam, pembangkit ini membangkitkan daya sebesar x,5 MW. Trafo utama pada pembangkit ini mentransformasikan tegangan dari keluaran generator sebesar 6, kv menjadi 20 kv kemudian masuk ke sistem interkoneksi. PLTA Batang Agam dilengkapi dengan Trafo Pemakaian Sendiri untuk mentransformasikan tegangan 20 KV ke 80 Volt dengan kapasitas trafo sebesar 125 kva yang digunakan sebagai sumber energi pada peralatan listrik di pembangkit seperti lampu penerangan, motor pompa, compressor, komputer, dan lain-lain. Pembebanan yang tinggi mempengaruhi pada kualitas dan lifetime trafo. Begitu pula besarnya ketidakseimbangan beban juga berpengaruh terhadap besarnya arus netral yang mengalir pada penghantar trafo dan tanah. Semakin besar arus netral yang mengalir pada penghantar netral trafo menyebabkan semakin besar losses pada penghantar netral trafo. Demikian pula semakin besar arus netral yang mengalir ke tanah, maka semakin besar losses akibat arus netral yang mengalir ke tanah. Dengan semakin besar arus netral dan losses di trafo maka efisiensi trafo menjadi turun. Kecilnya efisiensi pada trafo berpengaruh terhadap kualitas dan penurunan keandalan sistem penyaluran energi listrik serta menyebabkan kerusakan dan lifetime alat yang bersangkutan. Maka melalui Penelitian ini perlu dilakukan analisa kinerja trafo yang salah satunya analisa efisiensi, agar efisiensi meningkat sehingga memperkecil losses pada trafo serta menjaga lifetime trafo. Bagaimana perhitungan mengenai pembebanan, ketidakseimbangan beban, arus netral trafo, harmonisa, efisiensi trafo serta life time pada trafo pemakaian sendiri di PLTA Batang Agam PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bukittinggi? Bagaimana analisa hasil perhitungan terhadap standar yang ada yaitu SPLN D.002-1:2007 tentang spesifikasi transformator, IEEE No. 519 tentang harmonisa, SPLN 17: 1979, dan IEC 6054 tentang pembebanan transformator? Agar pembahasan menjadi lebih jelas dan terarah maka diberikan batasan permasalahan, yaitu: 2017 ITP Press. All rights reserved. DOI /PIMIMD

2 Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang Analisa hanya dilakukan pada trafo pemakaian sendiri PLTA Batang Agam PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bukittinggi 2. Analisa kondisi trafo yang dilakukan meliputi pembebanan, ketidakseimbangan beban, arus netral pada trafo, efisiensi pada trafo, THD tegangan dan arus serta life time trafo.. Analisa yang dilakukan tidak meliputi analisa kondisi fisik trafo. Tujuan yang akan dicapai dalam penyusunan penelitian ini adalah : 1. Dapat melakukan perhitungan mengenai pembebanan, ketidakseimbangan beban, arus netral trafo, harmonisa, efisiensi trafo serta life time pada trafo pemakaian sendiri di PLTA Batang Agam PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bukittinggi 2. Dapat melakukan analisa hasil perhitungan terhadap standar yang ada yaitu SPLN D.002-1:2007 tentang spesifikasi transformator, IEEE No. 519 tentang harmonisa, SPLN 17: 1979, dan IEC 6054 tentang pembebanan transformator 2. Tinjauan Pustaka. Transformator Transformator adalah peralatan pada sistem tenaga listrik yang berfungsi untuk mentransformasikan energi listrik. Sedangkan prinsip kerjanya melalui kopling magnet atau induksi magnet. Rugi-rugi Trafo [4] 1. Rugi Tembaga ( Pcu ) Rugi yang disebabkan arus mengalir pada kawat tembaga. Pcu I 2.R Karena arus beban berubah-ubah, rugi tembaga juga tidak konstan, tergantung dengan beban. 2. Rugi Besi (Pi) Rugi besi terdiri atas : 1) Rugi Histerisis Yaitu rugi yang disebabkan fluks bolakbalik pada inti besi. 1.6 Ph Kh ƒ B max watt Dimana: Kh Konstanta B max fluks maksimum 2) Rugi arus eddy Yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada besi inti. Pe Ke ƒ 2 2 B max watt Dimana: Ke Konstanta B max fluks maksimum Jadi, rugi besi (rugi inti) yaitu: Pi Ph + Pe.Vektor Grup Hubungan trafo dibagi menjadi beberapa jenis, sesuai dengan besarnya pergeseran phasa, yang dikenal sebagai bilangan jam. Adapun pembagian grup/kelompoknya adalah berdasarkan penunjukan jarum jam dari vektornya, contoh pegelompokannya dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 2.1 Bilangan Jam 4.Arus Beban Penuh Trafo [5] Daya transformator bila ditinjau dari sisi tegangan tinggi (primer) dapat dirumuskan sebagai berikut : S. V. I Dimana: S Daya Transformator (kva) V (kv) I Tegangan Sisi Primer Transformator Arus Jala-jala (A) Sehingga untuk menghitung arus beban penuh (full load) dapat menggunakan rumus: S I FL. V Dimana: I FL Arus Beban Penuh (A) S Daya Transformator (kva) V Tegangan Sisi Sekunder Transformator (kv) 5.Arus Hubung Singkat Untuk menghitung arus hubung singkat pada transformer digunakan rumus: I SC S. 100 % Z. V Dimana: I SC S V %Z Persen Impedansi Transformator 6.Pembebanan Trafo Menurut SPLN 17:1979 tentang Pedoman Pembebanan Transformator Terendam Minyak

3 252 yang berbunyi Berdasarkan Publikasi IEC 76 (Bagian 1: Umum, ayat 2.1), transformator dirancang dengan syarat pelayanan antara lain bahwa untuk transformator pendinginan-udara maka suhu udara tidak boleh melampaui: 0 o C (Rata-rata harian) 20 o C (Rata-rata tahunan) Menurut IEC 6054 yang berjudul Loading guide for oil-immersed power transformers, terdapat tabel pembebanan trafo yang berhubungan dengan suhu lingkungan trafo. Tabel 2.1Pembebanan Trafo Menurut IEC 6054 (Sumber: IEC 6054) Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang Dari gambar di atas menunjukan vektor diagram arus dalam keadaan seimbang. Di sini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (I R, I S, I T) adalah sama dengan nol. Sehingga tidak muncul arus netral. Sedangkan yang dimaksud dengan keadaan tidak seimbang adalah keadaan dimana salah satu atau kedua syarat keadaan setimbang tidak terpenuhi. Kemungkinan keadaan tidak seimbang ada tiga yaitu: Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk sudut 120 o satu sama lain Ketiga vektor tidak sama besar tetapi memebentuk sudut 120 o satu sama lain Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 120 o satu sama lain. Sehingga menurut peraturan SPLN 17:1979, sebaiknya trafo tidak dibebani sebesar 100%. Sedangkan menurut IEC 6054, menyesuaikan suhu normal di Indonesia sebesar 0 o C maka pembebanan trafo distribusi pendinginan ONAN adalah sebesar 90%. Sehingga diambil batas pembeban trafo adalah sebesar 90%. Dengan demikian untuk menghitung persentase pembebanannya adalah sebagai berikut[5]: %b Iph IFL 100 Dimana: % b Persentase Pembebanan (%) Iph Arus Fasa (A) I FL Arus Beban Penuh (A) 7.Ketidakseimbangan Beban [5] Yang dimaksud dengan keadaan seimbang adalah suatu keadaan dimana: - Ketiga vektor arus / tegangan adalah sama besar - Ketiga vektor saling membentuk sudut 120 o satu sama lain, seperti yang terlihat pada Gambar 2.2 di bawah ini: Gambar 2.2 Vektor Diagram Trafo Seimbang Gambar 2. Vektor Diagram Arus Keadaan Tidak Seimbang 8.Arus Netral Arus netral dalam sistem distribusi tenaga listrik dikenal sebagai arus yang mengalir pada kawat netral di sistem distribusi tegangan rendah tiga fasa empat kawat. Arus netral ini muncul jika[5] : a. Kondisi beban tidak seimbang b. Karena adanya arus harmonisa akibat beban non-linear. Arus yang mengalir pada kawat netral yang merupakan arus bolak-balik untuk sistem distribusi tiga fasa empat kawat adalah penjumlahan vektor dari ketiga arus fasa dalam komponen simetris. Besar arus netral dapat dihitung dengan menggunakan persamaan di bawah. I riel I fasa x cos θ I maj I fasa x sin θ 2 2 I netral i riel + i maj 9.Efisiensi Trafo Efisiensi transformator adalah perbandingan antara daya output dengan daya input. Secara matematis ditulis[7]: Efisiensi (η) Pout x 100 Pin Jika trafo kemudian dibebani terus maka losess akan mempunyai karakteristik effisiensi penyaluran daya vs pembebanan trafo seperti berikut:

4 Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang 25 Gambar 2.4 Karakteristik Efisiensi Pembebanan Trafo 10.Harmonisa Harmonik adalah gejala pembentukan gelombang sinusoidal dengan frekuensi yang merupakan perkalian bilangan bulat dengan frekuensi dasarnya. Bila terjadi superposisi antara gelombang frekuensi dasar dengan gelombang frekuensi harmonik maka terbentuklah Hz gelombang yang terdistorsi sehingga bentuk gelombang tidak lagi sinusoidal. Ada dua kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi distorsi harmonik (Standar harmonisa berdasarkan IEEE 519), yaitu batasan untuk harmonisa arus dan batas harmonisa tegangan. Untuk standar harmonisa arus ditentukan oleh rasio I sc/i L. I sc adalah arus hubung singkat yang ada pada PCC, sedangkan I L adalah arus beban fundamental. Sedangkan untuk standar harmonisa tegangan ditentukan oleh tegangan sistem yang dipakai. Tabel 2.2 Standar THD Tegangan (Sumber: IEEE Std , hal 85) rata-rata dan beban puncak dapat dinyatakan dalam kilowatt, kilovolt-amper, amper dan sebagainya, tetapi satuan dari keduanya harus sama. Faktor beban dapat dihitung untuk periode tertentu biasanya dipakaiharian, bulanan atau tahunan. Faktor Beban (fb) beban rata rata dalam periode beban puncak dalam periode tersebut 12.ESA (Electrical Signature Analyzer) ESA (Electrical Signature Analyzer) merupakan sebuah sistem untuk menganalisa melalui trending dinamis pada sebuah sistem listrik. Alat ini juga memberlakukan motor listrik sebagai tranduser untuk mengevaluasi kondisi dari aspek listrik dan mekanik serta menggunakan analisa grafik FFT (Fast Fourier Transform) untuk analisa vibrasi, tegangan/arus terdemodulasi, dll. Pada pembahasan kali ini, kami menggunakan alat ESA (Electrical Signature Analyzer) ALL- TEST PROC OL II ini untuk membantu melakukan analisa kondisi Trafo Pemakaian Sendiri PLTA Batang Agam. Gambar 2.5 ESA (Electrical Signature Analyzer) ALL-TEST PROC OL II. Metodologi Tabel 2. Standar THD Arus (Sumber: IEEE Std , hal 79) 11.Faktor Beban (Load Factor) Faktor beban adalah perbandingan antara beban rata-rata terhadapbeban puncak yang diukur dalam suatu periode tertentu. Beban Waktu dan Tempat Waktu penelitian : September Februari 2017 Tempat penelitian : 1. PT. PLN (Persero) PLTA Batang Agam 2. PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bukittiggi Diagram Alir Pengerjaan Penelitian Penulis melakukan analisa kinerja trafo pemakaian sendiri pada PLTA Batang Agam dengan menggunakan hasil pengukuran alat ESA (Electrical Signature Analyzer) bersama tim PdM dari bagian Enjiniring di Kantor Sektor Bukittinggi yang merupakan technology owner dari alat tersebut. Data pengukuran yang telah dilakukan saat ini sebanyak 6 kali pengukuran. Kemudian hasil pengukuran tersebut dimasukkan ke dalam rumus yang

5 254 telah penulis cantumkan pada bab sebelumnya. Setelah didapat nilai hasil perhitungan dengan menggunakan excel, penulis membandingkan hasil perhitungan dengan aplikasi Matlab menggunakan list program. Selanjutnya penulis melakukan analisa dengan membandingkan hasil perhitungan dengan standar yang berlaku. Dari hasil analisa tersebut akan dapat diketahui kondisi trafo pemakaian sendiri PLTA Batang Agam saat ini. Mulai Data Teknis Parameter Pcu dan Pcore Trafo Nameplate dan Data Trafo Hasil Pengukuran Beban Trafo Menggunakan ESA bersama tim Enjiniring Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang Tabel 4.1 Data Pengukuran ESA ke- 1 untuk Analisa Pembebanan R 10,180 78, ,000 0,977 S 16,50 79, ,000 0,891 T 11,720 78, ,000 0,99 Sehingga persentase pembebanannya adalah: Total VA terpakai Kapasitas Trafo 855 VA 6,684 % 125 kva Proses Perhitungan menggunakan Excel Analisa Pembebanan Total VA terpakai % Pembebanan Kapasitas Trafo Analisa Ketidakseimbangan Beban { a-1 + b-1 + c-1 } % Ketidakseimbangan Analisa Arus Netral IN % IN 100% Irata rata Analisa Harmonisa (menggunakan hasil pengukuran ESA) Analisa Efisiensi Trafo η P out P out P input P out + P cu + P core Analisa Life Time Trafo Sisa umur pada tahun ke n umur dasar ( n x susut umur ) Kesesuaian dengan Hasil Perhitungan Menggunakan Aplikasi Matlab Proses Analisa Hasil Perhitungan YA Analisa Pembebanan Berdasarkan IEC 6054 yaitu batas pembebanan trafo adalah sebesar 90% Analisa Ketidakseimbangan Beban Standar PLN yaitu ketidakseimbangan beban maksimal 25% Analisa Arus Netral Analisa Harmonisa (menggunakan Tabel IEEE ) Analisa Efisiensi Trafo Analisa Life Time Trafo (Menggunakan tabel susut umur) A YA TIDAK Gambar 4.1 Prosentase Pembebanan pada Matlab untuk Pengukuran ke- 1 Pengukuran ke- 2 Tabel 4.2 Data Pengukuran ESA ke- 2 untuk Analisa Pembebanan R 9,470 79, ,000 0,981 S 16,280 80, ,000 0,900 T 12,20 79, ,000 0,994 Sehingga persentase pembebanannya adalah: Total VA terpakai Kapasitas Trafo 848 VA 6,678 % 125 kva Kesimpulan Selesai Gambar.1 Diagram Alir Umum Pengerjaan Penelitian Analisa Pembebanan Berikut ini adalah perhitungan persentase pembebanan trafo. Pengukuran ke-1

6 Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang 255 Gambar 4.2 Prosentase Pembebanan pada Matlab untuk Pengukuran ke- 2 Pengukuran ke- Tabel 4. Data Pengukuran ESA ke- untuk Analisa Pembebanan R 10,060 79, ,000 0,975 S 1,710 80, ,000 0,98 T 12,270 79, ,000 0,994 Sehingga persentase pembebanannya adalah: Total VA terpakai Kapasitas Trafo 7907 VA 6,26 % 125 kva Gambar 4.4 Prosentase Pembebanan pada Matlab untuk Pengukuran ke- 4 Pengukuran ke- 5 Tabel 4.5 Data Pengukuran ESA ke- 5 untuk Analisa Pembebanan R 27,600 78,600 60,000 0,724 S 22,900 81, ,000 0,619 T 29,700 79, ,000 0,781 Gambar 4. Prosentase Pembebanan pada Sehingga persentase pembebanannya adalah: Total VA terpakai Kapasitas Trafo VA 12,924 % 125 kva Matlab untuk Pengukuran ke- Pengukuran ke- 4 Tabel 4.4 Data Pengukuran ESA ke- 4 untuk Analisa Pembebanan R 27,600 78, ,000 0,727 S 2,000 81, ,000 0,619 T 29,800 79, ,000 0,786 Sehingga persentase pembebanannya adalah: Total VA terpakai Kapasitas Trafo 1760 VA 14,104 % 125 kva Gambar 4.5 Prosentase Pembebanan pada Matlab untuk Pengukuran ke- 5 Pengukuran ke- 6 Tabel 4.6 Data Pengukuran ESA ke- 6 untuk Analisa Pembebanan R 27,700 78, ,000 0,70 S 2,000 81, ,000 0,615 T 29,800 79, ,000 0,786

7 256 Sehingga persentase pembebanannya adalah: Total VA terpakai Kapasitas Trafo VA 14,122 % 125 kva Gambar 4.6 Prosentase Pembebanan pada Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang Irata-rata 10, ,50+11,720 12,750 A Dengan menggunakan koefisien a,b, dan c dapat diketahui besarnya, dimana besarnya arus fasa dalam keadaan seimbang sama dengan besarnya arus rata rata (I Rata rata). I R a.i maka: a I R I 12,750 I S b.i maka: b I S I 12,750 I T c.i maka: c I T I 12,750 Pada keadaan seimbang besarnya koefisien a,b,dan c adalah 1. Dengan demikian, rata rata ketidakseimbangan beban (dalam %) adalah 18,824% R 10,180 78, ,000 0,977 S 16,50 79, ,000 0,891 T 11,720 78, ,000 0,99 { 0, , ,919 1 } x 100 Matlab untuk Pengukuran ke- 6 Tabel 4.7 Tabel Prosentase Pembebanan Trafo Pengukuran ke (R) (S) (T) V S (VA) % PEMBEBANAN 1 10,180 16,50 11,720 78, ,000 6, ,470 16,280 12,20 79,8 848,000 6,678 10,060 1,710 12,270 79, ,000 6, ,600 2,000 29,800 79,8 1760,000 14, ,600 22,900 29,700 79, ,000 12, ,700 2,000 29,800 79, ,000 14,122 Gambar 4.8 Ketidakseimbangan Beban pada Matlab untuk Pengukuran ke- 1 Pengukuran ke- 2 Tabel 4.9 Data Pengukuran ESA ke- 2 untuk Analisa Ketidakseimbangan Beban R 9,470 79, ,000 0,981 S 16,280 80, ,000 0,900 T 12,20 79, ,000 0,994 Gambar 4.7 Grafik Pembebanan Trafo Dari grafik di atas terlihat bahwa persentase pembebanan trafo belum melebihi standar pembebanan trafo berdasarkan SPLN 17:1979 dan IEC 6054 sebesar 90%. Analisa Ketidakseimbangan Beban Berikut ini adalah perhitungan ketidakseimbangan pada trafo. Pengukuran ke- 1 Tabel 4.8 Data Pengukuran ESA ke- 1 untuk Analisa Ketidakseimbangan Beban Irata-rata 16,280+12, ,690 A Dengan menggunakan koefisien a,b, dan c dapat diketahui besarnya, dimana besarnya arus fasa dalam keadaan seimbang sama dengan besarnya arus rata rata (I Rata rata). I R a.i maka: c I R I 12,690 I S b.i maka: a I S I 12,690 I T c.i maka: b I T I 12,690 Pada keadaan seimbang besarnya koefisien a,b,dan c adalah 1. Dengan demikian, rata rata ketidakseimbangan beban (dalam %) adalah

8 Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang 257 { 1, , ,746 1 } x ,860% Tabel 4.11 Data Pengukuran ESA ke- 4 untuk Analisa Ketidakseimbangan Beban R 27,600 78,600 60,000 0,724 S 22,900 81, ,000 0,619 T 29,700 79, ,000 0,781 Gambar 4.9 Ketidakseimbangan Beban pada Matlab untuk Pengukuran ke- 2 Pengukuran ke- Tabel 4.10 Data Pengukuran ESA ke- untuk Analisa Ketidakseimbangan Beban Irata-rata ,710 12,01 A Dengan menggunakan koefisien a,b, dan c dapat diketahui besarnya, dimana besarnya arus fasa dalam keadaan seimbang sama dengan besarnya arus rata rata (I Rata rata). I R a.i maka: a I R 10,060 0,87 I 12,01 I S b.i maka: b I S 1,710 1,141 I 12,01 I T c.i maka: c I T 12,270 1,021 I 12,01 Pada keadaan seimbang besarnya koefisien a,b,dan c adalah 1. Dengan demikian, rata rata ketidakseimbangan beban (dalam %) adalah 10,840% R 10,060 79, ,000 0,975 S 1,710 80, ,000 0,98 T 12,270 79, ,000 0,994 { 1, , ,141 1 } x 100 Gambar 4.10 Ketidakseimbangan Beban pada Matlab untuk Pengukuran ke- Pengukuran ke- 4 Irata-rata 27,600+22,900+29,700 26,800 A Dengan menggunakan koefisien a,b, dan c dapat diketahui besarnya, dimana besarnya arus fasa dalam keadaan seimbang sama dengan besarnya arus rata rata (I Rata rata). I R a.i maka: a I R I 26,800 I S b.i maka: b I S I 26,800 I T c.i maka: c I T I 26,800 Pada keadaan seimbang besarnya koefisien a,b,dan c adalah 1. Dengan demikian, rata rata ketidakseimbangan beban (dalam %) adalah 9,45% { 1, , ,111 1 } x 100 Gambar 4.11 Ketidakseimbangan Beban pada Matlab untuk Pengukuran ke- 4 Pengukuran ke- 5 Tabel 4.12 Data Pengukuran ESA ke- 5 untuk Analisa Ketidakseimbangan Beban R 27,600 78,600 60,000 0,724 S 22,900 81, ,000 0,619 T 29,700 79, ,000 0,781 Irata-rata 27,600+22,900+29,700 26,7 A Dengan menggunakan koefisien a,b, dan c dapat diketahui besarnya, dimana besarnya arus fasa dalam keadaan seimbang sama dengan besarnya arus rata rata (I Rata rata). I R a.i maka: a I R 27,600 1,02 I 26,7 I S b.i maka: b I S 22,900 0,857 I 26,7 I T c.i maka: c I T 29,700 1,111 I 26,7

9 258 Pada keadaan seimbang besarnya koefisien a,b,dan c adalah 1. Dengan demikian, rata rata ketidakseimbangan beban (dalam %) adalah Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang Matlab untuk Pengukuran ke- 6 Berikut ini adalah tabel dan grafik ketidakseimbangan beban 9,559% { 1, , ,111 1 } x 100 Tabel 4.14 Ketidakseimbangan Beban Trafo N012 Pengukuran ke (R) (S) (T) Prosentase Rata-Rata Ketidakseimbangan Beban 1 10,180 16,50 11,720 18, ,470 16,280 12,20 18,860 10,060 1,710 12,270 10, ,600 2,000 29,800 9, ,600 22,900 29,700 9, ,700 2,000 29,800 9,524 Gambar 4.12 Ketidakseimbangan Beban pada Matlab untuk Pengukuran ke- 5 Pengukuran ke- 6 Tabel 4.1 Data Pengukuran ESA ke- 6 untuk Analisa Ketidakseimbangan Beban Irata- 27,700+2,000+29,800 26,8 A Dengan menggunakan koefisien a,b, dan c dapat diketahui besarnya, dimana besarnya arus fasa dalam keadaan seimbang sama dengan besarnya arus rata rata (I Rata rata). I R a.i maka: a I R I 26,8 I S b.i maka: b I S I 26,8 I T c.i maka: c I T I 26,8 Pada keadaan seimbang besarnya koefisien a,b,dan c adalah 1. Dengan demikian, rata rata ketidakseimbangan beban (dalam %) adalah 9,524% R 27,700 78, ,000 0,70 S 2,000 81, ,000 0,615 T 29,800 79, ,000 0,786 { 1, , ,111 1 } x 100 Gambar 4.1 Ketidakseimbangan Beban pada Gambar 4.14 Prosentase Ketidakseimbangan Beban Arus Netral Trafo Besar arus netral merupakan penjumlahan vektor dari ketiga arus fasa dalam komponen simetris. Pada saat beban seimbang idealnya besar arus netral sama dengan nol, namun pada kenyataannya penggunaan beban non linear dan ketidakseimbangan beban mengakibatkan adanya arus netral. Arus netral yang besar menimbulkan rugi arus yang mengalir pada kawat netral trafo tinggi. Di bawah ini adalah perhitungan arus netral Pengukuran ke- 1 Tabel 4.15 Data Pengukuran ESA ke- 1 untuk Analisa Arus Netral Trafo R 10,180 78, ,000 0,977 S 16,50 79, ,000 0,891 T 11,720 78, ,000 0,99 I R+I S+I T Irata-rata 10, ,50+11,720 12,750 A I R 10,180 A 12,12 9, ,171j I S 16,50 A -92,999-0,855 16,28j I T 11,720 A 126,78-7, ,87j I N I R + I S + I T

10 Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang 259 (9, ,171j) + (-0,855 16,28j) + (-7, ,87j) 2,07 4,770j I N 5,201 A -66,511 I % I N N 100% Irata rata 100% 40,792 % 5,201 12,750 4,54 12, % 5,798 % Gambar 4.17 Arus Netral Trafo pada Matlab I untuk Pengukuran ke- 2 Gambar 4.15 Arus Netral Trafo pada Matlab I untuk Pengukuran ke- 1 Gambar 4.18 Arus Netral Trafo pada Matlab II Gambar 4.16 Arus Netral Trafo pada Matlab II untuk Pengukuran ke- 1 Dari perhitungan di atas di dapat nilai arus netral pada trafo sebesar 5,201 A, dengan presentase 40,792% terhadap arus rata-rata. Pengukuran Pengukuran ke- 2 Tabel 4.16 Data Pengukuran ESA ke- 2 untuk Analisa Arus Netral Trafo Irata-rata I R+I S+I T 16, ,20 + 9,470 12,690 A I R 9,470 A 11,187 9, ,87j I S 16,280 A -94,158-1, ,27j I T 12,20 A 126,280-7, ,92j I N I R + I S + I T (9, ,87j) + (-1, ,27j) + (-7, ,92j) 0,820 4,468j I N 4,54 A -79,604 % I N R 10,180 78, ,000 0,977 S 16,50 79, ,000 0,891 T 11,720 78, ,000 0,99 I N Irata rata 100% untuk Pengukuran ke- 2 Dari perhitungan di atas di dapat nilai arus netral pada trafo sebesar 4,54 A, dengan presentase 5,798% terhadap arus rata-rata. Pengukuran ke- Tabel 4.17 Data Pengukuran ESA ke- untuk Analisa Arus Netral Trafo I R+I S+I T Irata-rata I R 10,060 A 12,89 9, ,25j I S 1,710 A -99,718-2,14 1,51j I T 12,270 A 126,280-7, ,891j I N I R + I S + I T (9, ,25j) + (-2,14 1,51j) + (-7, ,891j) 0,24 1,86j I N 1,406 A -80,417 % I N R 10,060 79, ,000 0,975 S 1,710 80, ,000 0,98 T 12,270 79, ,000 0,994 I N Irata rata 100% 1,406 12,01 100% 11,705 %

11 260 Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang Gambar 4.19 Arus Netral Trafo pada Matlab I untuk Pengukuran ke- Gambar 4.21 Arus Netral Trafo pada Matlab I untuk Pengukuran ke- 4 Gambar 4.20 Arus Netral Trafo pada Matlab II untuk Pengukuran ke- Dari perhitungan di atas di dapat nilai arus netral pada trafo sebesar 1,406 A, dengan presentase 11,705% terhadap arus rata-rata. Pengukuran ke- 4 Tabel 4.18 Data Pengukuran ESA ke- 4 untuk Analisa Arus Netral Trafo Irata-rata R 27,600 78, ,000 0,727 S 2,000 81, ,000 0,619 T 29,800 79, ,000 0,786 I R+I S+I T 27,600+2,000+29,800 26,800 A I R 27,600 A 4,65 20, ,951j I S 2,000 A -68,24 8,525 21,62j I T 29,800 A 158,187-27, ,07j I N I R + I S + I T (20, ,951j) + (8,525 21,62j) + (-27, ,07j) 0, ,66j I N 8,712 A 8,912 I % I N N Irata rata 8,712 26,800 2,507 % Gambar 4.22 Arus Netral Trafo pada Matlab II untuk Pengukuran ke- 4 Dari perhitungan di atas di dapat nilai arus netral pada trafo sebesar 8,712 A, dengan presentase 2,507% terhadap arus rata-rata. Pengukuran ke- 5 Tabel 4.19 Data Pengukuran ESA ke- 5 untuk Analisa Arus Netral Trafo Irata-rata I R+I S+I T 27,600+22,900+29,700 26,7 A I R 27,600 A 4,614 19, ,08j I S 22,900 A -68,24 8,488 21,269j I T 29,700 A 158,648-27, ,814j I N I R + I S + I T (19, ,08j) + (8,488 21,269j) + (-27, ,814j) 0, ,584j I N 8,622 A 84,616 % I N R 27,600 78,600 60,000 0,724 S 22,900 81, ,000 0,619 T 29,700 79, ,000 0,781 I N Irata rata 100% 8,622 26,7 100% 2,250 %

12 Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang 261 Gambar 4.2 Arus Netral Trafo pada Matlab I untuk Pengukuran ke- 5 Gambar 4.25 Arus Netral Trafo pada Matlab I untuk Pengukuran ke- 6 Gambar 4.26 Arus Netral Trafo pada Matlab II Gambar 4.24 Arus Netral Trafo pada Matlab II untuk Pengukuran ke- 5 Dari perhitungan di atas di dapat nilai arus netral pada trafo sebesar 8,622 A, dengan presentase 2,250% terhadap arus rata-rata. Pengukuran ke- 6 Tabel 4.20 Data Pengukuran ESA ke- 6 untuk Analisa Arus Netral Trafo Irata-rata I R+I S+I T 27,700+2,000+29,800 26,8 A I R 27,700 A 4,114 20, ,91j I S 2,000 A -67,952 8,64 21,18j I T 29,800 A 158,187-27, ,07j I N R 27,700 78, ,000 0,70 S 2,000 81, ,000 0,615 T 29,800 79, ,000 0,786 I R + I S + I T (20, ,91j) + (8,64 21,18j) + (-27, ,07j) 1,189 8,687j I N 8,768 A -82,206 I N % I N 100% Irata rata 8,768 26,8 100% 2,674 % untuk Pengukuran ke- 6 Dari perhitungan di atas di dapat nilai arus netral pada trafo sebesar 8,768 A, dengan presentase 2,674% terhadap arus rata-rata. Tabel 4.21 Perbandingan Ketidakseimbangan Beban dan Arus Netral Pengukuran ke (R) (S) (T) Prosentase Rata-Rata Ketidakseimbangan Beban Grafik 4.27 Persentase Ketidakseimbangan vs Persentase Arus Netral Faktor Beban Total VA terpakai maksimal pada trafo tahun 2016 adalah VA. Total daya terpasang VA. VA terpakai maks Faktor beban VA terpasang ,77 IN % IN 1 10,180 16,50 11,720 18,824 5,201 40, ,470 16,280 12,20 18,860 4,54 5,798 10,060 1,710 12,270 10,840 1,406 11, ,600 2,000 29,800 9,45 8,712 2, ,600 22,900 29,700 9,559 8,622 2, ,700 2,000 29,800 9,524 8,768 2,674

13 262 Gambar 4.28 Faktor Beban pada Matlab 4. Analisa Perbaikan Ketidakseimbangan Beban Pada perbaikan ketidakseimbangan beban ini metode yang digunakan adalah metode average (rata-rata). Dengan menggunakan metode average didapat rata-rata beban. Tabel 4.22 Sebelum Penyeimbangan Beban 18, , ,95 Beban rata-rata total (A) 19,67 A Dengan menggunakan koefisien a,b,dan c dapat diketahui besarnya, dimana besarnya arus fasa dalam keadaan seimbang sama dengan besarnya arus rata rata (I Rata rata). I R a.i maka: a I R 18,768 0,956 I 19,67 I S b.i maka: b I S 19,207 0,978 I 19,67 I T c.i maka: c I T 20,95 1,066 I 19,67 Pada keadaan seimbang besarnya koefisien a,b,dan c adalah 1. Dengan demikian, rata rata ketidakseimbangan beban (dalam %) adalah Pengukuran ke { a 1 + b 1 + c 1 } x 100 % { 0, , ,066 1 } x 100 % 4,408 % Sehingga penyeimbangan fasa R, S dan T: Fasa R R (Beban rata-rata total) (Beban rata-rata fasa R) 19,67 A 18,768 A 0,868 A Penyeimbangan fasa R I x V FB 0,868 A x 220 V 259,145 VA 0,77 SEBELUM PENYEIMBANGAN BEBAN (R) (S) (T) I Rata-Rata Total 1 10,180 16,50 11,720 12, ,470 16,280 12,20 12,690 10,060 1,710 12,270 12, ,600 2,000 29,800 26, ,600 22,900 29,700 26,7 6 27,700 2,000 29,800 26,8 RATA-RATA 18,768 19,207 20,95 19,67 Fasa S S (Beban rata-rata total) (Beban rata-rata fasa R) 19,67 A 19,207 A 0,40 A Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang Penyeimbangan fasa S I x V FB 0,40 A x 220 V 128,29 VA 0,77 Fasa T T (Beban rata-rata total) (Beban rata-rata fasa R) 19,67 A 20,95 A -1,298 A Penyeimbangan fasa T I x V FB 1,298 A x 220 V -87,474 VA 0,77 Dari perhitungan penyeimbangan trafo di atas maka didapat nilai penyeimbangan yaitu fasa R ditambah sebesar 259,145 VA, fasa S ditambah sebesar 128,29 VA dan fasa T dipindah sebesar 87,474 VA. Sehingga setelah penyeimbangan fasa R, S dan T: Fasa R Beban penyeimbang 259, ,178 A R (Beban penyeimbang) + (Beban rata-rata fasa R) 1,178 A + 18,768 A 19,946 A Fasa S 128,29 Beban penyeimbang 220 0,58 A R (Beban penyeimbang) + (Beban rata-rata fasa R) 0,58 A + 19,207 A 19,790 A Fasa T Beban penyeimbang 220 1,761 A R (Beban penyeimbang) + (Beban rata-rata fasa R) -1,761 A + 20,95 A 19,174 A Dengan menggunakan koefisien a,b,dan c dapat diketahui besarnya, dimana besarnya arus fasa dalam keadaan seimbang sama dengan besarnya arus rata rata (I Rata rata). I R a.i maka: a I R I 19,67 I S b.i maka: b I S I 19,67 I T c.i maka: c I T I 19,67 Pada keadaan seimbang besarnya koefisien a,b,dan c adalah 1. Dengan demikian, rata rata ketidakseimbangan beban (dalam %) adalah { a 1 + b 1 + c 1 } x 100 % { 1, , ,976 1 } 1,572 % x 100 %

14 Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang 26 Tabel 4.2 Penurunan Ketidakseimbangan Beban PROSENTASE KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN (%) SEBELUM SESUDAH PENYEIMBANGAN PENYEIMBANGAN 4,4079 1,572 Gambar 4.29 Penyeimbangan Beban pada Matlab I Gambar 4.0 Penyeimbangan Beban pada Matlab II 5. Analisa Harmonisa Trafo Rasio harmonisa arus ditentukan oleh rasio I sc/i L seperti di bawah ini : S I FL V S xv I FL 180 x 400 kva 100 I SC % Z kv 2296,467 Rasio Harmonisa 12, ,27 80 I SC 2296,467 I FL 180 Gambar 4.1 Penyeimbangan Beban pada Matlab III Gambar 4.2 Penyeimbangan Beban pada Matlab IV Gambar 4. Penyeimbangan Beban pada Matlab V Berikut ini merupakan tabel penurunan nilai ketidakseimbangan beban menggunakan metode average. Gambar 4.4 Rasio Harmonisa pada Matlab Tabel 4.24 Hasil Pengukuran THD Pengukuran Ke 1 2 Fasa THD Odd % THD Even % I V I V R 8,551 2,278 9,21 0,299 S 10,994 1,941,415 0,11 T 7,728 1,829,26 0,457 R 11,566 2,65 5,991 0,815 S 12,714 2,48 2,652 0,095 T 5,495 2,205 5,119 0,29 Berdasarkan pengukuran THD arus pada trafo diketahui bahwa besarnya THD arus telah melebihi standar yang diijinkan oleh IEEE Std yaitu 5%. Besarnya harmonisa dipengaruhi oleh pemakaian beban non-linier seperti beban elektronika diantaranya motormotor listrik, komputer (PC), lampu hemat energi (LHE), dll. Oleh karena itu, harmonisa yang ditimbulkan akibat beban non linier perlu direduksi agar efek buruk tidak terjadi, dan tidak mengganggu kinerja peralatan lain yang tersambung pada sumber yang sama. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan menggunakan filter harmonisa. Filter harmonisa selain untuk meredam harmonisa juga untuk memperbaiki faktor daya.

15 264 Filter harmonisa didesain dengan tujuan untuk mengurangi amplitudo satu atau lebih frekuensi dari sebuah tegangan atau arus. Dengan pemasangan filter harmonisa pada suatu sistem tenaga kelistrikan yang mengandung sumber harmonisa, maka penyebaran arus harmonisa ke seluruh jaringan dapat ditekan sekecil mungkin. Disisi lain filter harmonisa pada frekuensi fundamental dapat mengkompensasi daya reaktif yang digunakan untuk memperbaiki faktor daya sistem. 6. Analisa Efisiensi Trafo Tabel 4.25 Katalog Trafo 125 kva Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang Gambar 4.5 Efisiensi pada Matlab untuk Pengukuran ke Pengukuran ke- 2 Tabel 4.27 Data Pengukuran ESA ke- 2 untuk Analisa Efisiensi Trafo Fasa I rms (A) V rms (Volt) S (VA) Cosφ P (W) R 9,470 79, ,000 0, ,000 S 16,280 80, ,000 0, ,000 T 12,20 79, ,000 0, ,000 P Total : 796,000 W η P out P input P out P out + P cu + P core % 72,901% Sehingga didapatkan nilai efisiensi pada trafo pemakaian sendiri PLTA Batang Agam yaitu sebagai berikut : 1. Pengukuran ke- 1 Tabel 4.26 Data Pengukuran ESA ke- 1 untuk Analisa Efisiensi Trafo Fasa I rms (A) V rms (Volt) S (VA) Cosφ P (W) R 10,180 78, ,000 0, ,000 S 16,50 79, ,000 0,891 18,000 T 11,720 78, ,000 0, ,000 P Total : 7899,000 W η P out P input P out P out + P cu + P core % ,809% Gambar 4.6 Efisiensi pada Matlab untuk Pengukuran ke- 2. Pengukuran ke- Tabel 4.28 Data Pengukuran ESA ke- untuk Analisa Efisiensi Trafo Fasa I rms (A) V rms (Volt) S (VA) Cosφ P (W) R 10,060 79, ,000 0, ,000 S 1,710 80, ,000 0, ,000 T 12,270 79, ,000 0, ,000 P Total : 7650,000 W η P out P input P out P out + P cu + P core % 72,170% Gambar 4.7 Efisiensi pada Matlab untuk Pengukuran ke-

16 Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang Pengukuran ke- 4 Tabel 4.29 Data Pengukuran ESA ke- 4 untuk Analisa Efisiensi Trafo Fasa I rms (A) V rms (Volt) S (VA) Cosφ P (W) R 27,600 78, ,000 0, ,000 S 2,000 81, ,000 0, ,000 T 29,800 79, ,000 0, ,000 P Total : 12660,000 W η P out P input P out P out + P cu + P core ,102% Pengukuran ke- 6 Tabel 4.1 Data Pengukuran ESA ke- 6 untuk Analisa Efisiensi Trafo η P out P input Fasa I rms (A) V rms (Volt) S (VA) Cosφ P (W) R 27,700 78, ,000 0, ,000 S 2,000 81, ,000 0, ,000 T 29,800 79, ,000 0, ,000 P Total : 12670,000 W P out P out + P cu + P core % 81,114% Gambar 4.8 Efisiensi pada Matlab untuk Pengukuran ke Pengukuran ke- 5 Tabel 4.0 Data Pengukuran ESA ke- 5 untuk Analisa Efisiensi Trafo η P out P input Fasa I rms (A) V rms (Volt) S (VA) Cosφ P (W) R 27,600 78,600 60,000 0, ,000 S 22,900 81, ,000 0, ,000 T 29,700 79, ,000 0, ,000 P Total : 12580,000 W P out P out + P cu + P core % 81,005% Gambar 4.40 Efisiensi pada Matlab untuk Pengukuran ke- 6 Tabel 4.2 Perbandingan Prosentase Pembebanan dengan Efisiensi Trafo Pengukuran ke (R) (S) (T) % Pembebanan % IN % Efisiensi 1 10,180 16,50 11,720 6,684 40,792 72, ,470 16,280 12,20 6,678 5,798 72,901 10,060 1,710 12,270 6,25 11,705 72, ,600 2,000 29,800 14,104 2,507 81, ,600 22,900 29,700 12,924 2,250 81, ,700 2,000 29,800 14,122 2,674 81,114 Gambar 4.9 Efisiensi pada Matlab untuk Pengukuran ke- 5 Gambar 4.41 Grafik Perbandingan Prosentase Pembebanan dengan Efisiensi Trafo Berdasarkan kurva diatas, sesuai dengan SPLN 17:1979 yaitu batas maksimal pembebanan trafo 90%, diketahui bahwa semakin pembebanan mendekati batas optimal pembebanan sebuah trafo, efisiensinya juga semakin besar mendekati 100%.

17 266 Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang 7. Analisa Lifetime Trafo Umur operasi trafo distribusi sangat dipengaruhi oleh tingkat beban dan interval pemeliharaannya. Umur pemakaian trafo disini didefinisikan berhubungan dengan timbulnya panas yang diakibatkan adanya pembebanan, sehingga trafo tersebut mengalami kegagalan dalam melaksanakan fungsinya. Berikut adalah tabel susut umur dengan persentase pembebanan tertentu yang merujuk pada standar IEC-54. Tabel 4. Susut Umur pada Persentase Pembebanan Tertentu (Sumber: Sigid, 2009) Jika disesuaikan dengan ambient temperature Indonesia yaitu 0 o C, susut umur yang terjadi pada saat pembebanan 100% adalah 17,48, susut umur pada pembebanan 90% adalah 72,51, dan susut umur pada pembebanan 80% adalah 19,05. Susut umur pada pembebanan 90% pada trafo dapat dihiung sebagai berikut : Sisa umur pada tahun ke n umur dasar ( n x susut umur ) 1 umur dasar ( n x susut umur ) 1 + ( n x susut umur ) umur dasar n umur dasar 1 susut umur 0 1 9,999 tahun 72,51% Susut umur pada pembebanan 80% pada trafo dapat dihiung sebagai berikut : Sisa umur pada tahun ke n umur dasar ( n x susut umur ) 1 umur dasar ( n x susut umur ) 1 + ( n x susut umur ) umur dasar n umur dasar 1 susut umur ,21 tahun 19,05% Gambar 4.42 Life Time Trafo pada Matlab Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa umur trafo saat dibebani 90 % pada ambient temperature 0 o C adalah 9,999 tahun sedangkan saat trafo dibebani 80% pada ambient temperature 0 o C adalah 152,21 tahun. 8. Simpulan 1. Dari hasil perhitungan, didapat nilai prosentase pembebanan tertinggi untuk 6 kali pengukuran yaitu 14,122% dan masih dalam batas standar SPLN 17:1979 dan IEC Dari hasil perhitungan, didapat nilai prosentase arus netral tertinggi untuk 6 kali pengukuran yaitu 40,792%, Tabel dan grafik perhitungan juga menunjukkan bahwa kenaikan ketidakseimbangan beban diikuti oleh kenaikan arus netral pada trafo sehingga dilakukan perhitungan perbaikan ketidakseimbangan beban.. Dengan penyeimbangan beban meggunakan Metode Average yaitu dari perhitungan beban rata-rata, besar ketidakseimbangan menjadi lebih kecil yang kondisi awal adalah 4,4079% menjadi 1,572%. 4. Dari hasil perhitungan, didapat nilai efisiensi trafo tertinggi untuk 6 kali pengukuran yaitu 81,114% pada prosentase pembebanan tertinggi 14,122%. 5. Dari hasil perhitungan, didapat nilai THD Odd% untuk arus tertinggi untuk 6 kali pengukuran yaitu 12,714% dan untuk tegangan tertinggi untuk 6 kali pengukuran yaitu 2,65%. THD Even% untuk arus tertinggi untuk 6 kali pengukuran yaitu 9,21% dan untuk tegangan tertinggi untuk 6 kali pengukuran yaitu 0,815%.

18 Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang Dari hasil perhitungan, didapat life time trafo untuk pembebanan 90% yaitu 9,999 tahun, dan untuk pembebanan 80% yaitu 152,21 tahun. Saran 1. Perlu dilakukan pemerataan beban pada trafo pemakaian sendiri agar tidak terjadi dampak-dampak yang merugikan bagi trafo itu sendiri yang diakibatkan tingginya arus netral. 2. Harus ada pemeliharaan dan pengecekan trafo secara berkala agar ketidaknormalan yang terjadi pada trafo dapat diketahui dari dini sehingga dapat diambil langkah perbaikan untuk pengoptimalan kinerja trafo tersebut. Referensi [1] I Wayan Rinas Studi Analisis Losses dan Derating Akibat Pengaruh THD pada Gardu Transformator Daya di Fakultas Teknik Universitas Udayana. [2] Habibah Zahra Faluqi, Heryogka Ahmad Waritza Studi Evaluasi Kinerja Trafo Distribusi 20 KV sebagai Input Database Berbasis Web Local di PT. PLN (Persero) Rayon Blimbing. [] Zulkarnain, Iskandar Analisis Pengaruh Harmonisa Terhadap Arus Netral, Rugi-Rugi dan Penurunan Kapasitas pada Transformator Distribusi. [4] Lumbanraja, Hotdes Pengaruh Beban Tidak Seimbang Terhadap Efisiensi [5] Zuhal Dasar Tenaga Lisrik. [6] Badaruddin, MT, Ir Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Terhadap Arus Netral dan Losses pada Trafo Distribusi Proyek Rusunami Gading Icon. [7] Syahwil, Muhammad Studi Tampak Harmonisa Terhadap Susut Teknis pada Industri Semen. Makassar: Media ELektrik [8] Ahmad Deni Mulyadi, MeTrik Polban, Vol.5, No.1, 24-28, [9] Ermawanto.Analisa Berlangganan Listrik Antara Tegangan Menengah dengan Teganga Rendah (TR) dan Analisa Efisiensi Trafo Dalam Rangka. [10] Hardi, Supri & Yaman. Peredaman Harmonisa dan Perbaikan Faktor Daya Aplikasi Beban Rumah Tangga. [11] Jurnal Sain dan Teknologi, Agustus Volume 7, Nomor 2. Transformator Tiga Fasa Hubungan Open-Delta. [12] Prasetyadi, Willy Evaluasi Harmonisa dan Perencanaan Filter Pasif pada Sisi Tegangan 20 kv Akibat Penambahan Beban pada Sistem Kelistrikan Pabrik Semen Tuban. [1] PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan, Trafo Dstribusi..

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 39 BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 3.1 Sistem Distribusi Awalnya tenaga listrik dihasilkan di pusat-pusat pembangkit seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, dan PLTP dan yang lainnya, dengan tegangan yang

Lebih terperinci

BAB III. Transformator

BAB III. Transformator BAB III Transformator Transformator merupakan suatu alat listrik yang mengubah tegangan arus bolak-balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsipprinsip

Lebih terperinci

EVALUASI PENENTUAN RUGI-RUGI TRANSFORMATORDALAM PENGARUH ARUS NON-SINUSOIDAL

EVALUASI PENENTUAN RUGI-RUGI TRANSFORMATORDALAM PENGARUH ARUS NON-SINUSOIDAL EVALUASI PENENTUAN RUGI-RUGI TRANSFORMATORDALAM PENGARUH ARUS NON-SINUSOIDAL Erwin Dermawan, Arini Marthalia 2 ) 2) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. Cempaka Putih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transformator Transformator atau trafo adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Transformator distribusi Transformator distribusi yang sering digunakan adalah jenis transformator step up down 20/0,4 kv dengan tegangan fasa sistem JTR adalah 380 Volt karena

Lebih terperinci

PENGARUH ARUS NETRAL TERHADAP RUGI-RUGI BEBAN PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI PLN RAYON JOHOR MEDAN

PENGARUH ARUS NETRAL TERHADAP RUGI-RUGI BEBAN PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI PLN RAYON JOHOR MEDAN PENGARUH ARUS NETRAL TERHADAP RUGI-RUGI BEBAN PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI PLN RAYON JOHOR MEDAN Rendy F Sibarani, Ir. Syamsul Amien, MS Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Suatu sistem tenaga listrik dikatakan ideal jika bentuk gelombang arus yang dihasilkan dan bentuk gelombang tegangan yang disaluran ke konsumen adalah gelombang sinus murni.

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN PEMBEBANAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 KV PT PLN (PERSERO) CABANG PONTIANAK

STUDI PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN PEMBEBANAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 KV PT PLN (PERSERO) CABANG PONTIANAK STUDI PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN PEMBEBANAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 KV PT PLN (PERSERO) CABANG PONTIANAK Edy Julianto D0110707 Fakultas teknik, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Tanjungpura Email

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Gedung Keuangan Negara Yogyakarta merupakan lembaga keuangan dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat serta penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi daya Beban yang mendapat suplai daya dari PLN dengan tegangan 20 kv, 50 Hz yang diturunkan melalui tranformator dengan kapasitas 250 kva, 50 Hz yang didistribusikan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HARMONISA TERHADAP FAKTOR-K PADA TRANSFORMATOR

ANALISIS PENGARUH HARMONISA TERHADAP FAKTOR-K PADA TRANSFORMATOR ANALISIS PENGARUH HARMONISA TERHADAP FAKTOR-K PADA TRANSFORMATOR Eka Rahmat Surbakti, Masykur Sj Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik Generator Transformator Pemutus Tenaga Distribusi sekunder Distribusi Primer 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Secara garis besar, suatu sistem tenaga listrik yang lengkap

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Harmonisa terhadap Pengukuran KWh Meter Tiga Fasa

Analisis Pengaruh Harmonisa terhadap Pengukuran KWh Meter Tiga Fasa Analisis Pengaruh Harmonisa terhadap Pengukuran KWh Meter Tiga Fasa Agus R. Utomo Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok 16424 E-mail : arutomo@yahoo.com Mohamad Taufik

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat BAB II TRANSFORMATOR 2.1 UMUM Transformator merupakan suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkain listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui suatu

Lebih terperinci

STUDI PENGGUNAAN SISTEM PENDINGIN UDARA TEKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSFORMATOR PADA BEBAN LEBIH

STUDI PENGGUNAAN SISTEM PENDINGIN UDARA TEKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSFORMATOR PADA BEBAN LEBIH STUDI PENGGUNAAN SISTEM PENDINGIN UDARA TEKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSFORMATOR PADA BEBAN LEBIH (Aplikasi pada PLTU Labuhan Angin, Sibolga) Yohannes Anugrah, Eddy Warman Konsentrasi Teknik Energi

Lebih terperinci

92 Teknologi Elektro, Vol. 16, No.03,September -Desember I Gusti Ngurah Dwipayana 1, I Wayan Rinas 2, I Made Suartika 3

92 Teknologi Elektro, Vol. 16, No.03,September -Desember I Gusti Ngurah Dwipayana 1, I Wayan Rinas 2, I Made Suartika 3 92 Teknologi Elektro, Vol. 16, No.03,September -Desember 2017 Analisis THD dan Peningkatan Arus pada Kawat Netral Akibat Pengoperasian Beban Non Linier yang Tak pada Sistem Tenaga Listrik di RSUD Kabupaten

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH HARMONISA PADA GARDU TRAFO TIANG DAYA 200 KVA DI PT PLN (Persero) APJ SURABAYA UTARA

STUDI PENGARUH HARMONISA PADA GARDU TRAFO TIANG DAYA 200 KVA DI PT PLN (Persero) APJ SURABAYA UTARA STUDI PENGARUH HARMONISA PADA GARDU TRAFO TIANG DAYA 200 KVA DI PT PLN (Persero) APJ SURABAYA UTARA Titiek Suheta,Abdullah Farid Jurusan Teknik Elektro,Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhi

Lebih terperinci

TRANSFORMATOR. Bagian-bagian Tranformator adalah : 1. Lilitan Primer 2. Inti besi berlaminasi 3. Lilitan Sekunder

TRANSFORMATOR. Bagian-bagian Tranformator adalah : 1. Lilitan Primer 2. Inti besi berlaminasi 3. Lilitan Sekunder TRANSFORMATOR PENGERTIAN TRANSFORMATOR : Suatu alat untuk memindahkan daya listrik arus bolak-balik dari suatu rangkaian ke rangkaian lainnya secara induksi elektromagnetik (lewat mutual induktansi) Bagian-bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Pada dasarnya, definisi dari sebuah sistem tenaga listrik mencakup tiga bagian penting, yaitu pembangkitan, transmisi, dan distribusi, seperti dapat terlihat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Fakultas Teknik UMY 4.1.1 Sejarah Fakultas Teknik UMY didirikan pada tanggal 24 Rabi ul Akhir 1401 H, bertepatan dengan tanggal 1 Maret 1981 M, berdasarkan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Transformator Distribusi, Ketidakseimbangan Beban, Arus Netral, Rugi-rugi, Efisiensi

Kata Kunci : Transformator Distribusi, Ketidakseimbangan Beban, Arus Netral, Rugi-rugi, Efisiensi Rizky Syahputra Srg., Raja Harahap, Perhitungan Arus... SSN : 59 1099 (Online) SSN : 50 3 (Cetak) Perhitungan Arus Netral, Rugi-Rugi, dan Efisiensi Transformator Distribusi 3 Fasa 0 KV/00V Di PT. PLN (Persero)

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1].

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1]. BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu rangkaian listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui gandengan

Lebih terperinci

KERJA DAERAH PROGRAM MEDAN. Menyelesaikan. oleh

KERJA DAERAH PROGRAM MEDAN. Menyelesaikan. oleh ANALISAA PENGARUH BEBAN TIDAK SEIMBANG TERHADAP ARUS NETRAL DAN RUGI-RUGI PADA JARIGAN DISTRIBUSI DAERAH KERJA PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN BARU LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun sebagai syarat untuk Menyelesaikan

Lebih terperinci

ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV

ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV Oleh Endi Sopyandi Dasar Teori Dalam penyaluran daya listrik banyak digunakan transformator berkapasitas besar dan juga bertegangantinggi. Dengan transformator tegangan

Lebih terperinci

USAHA MENGATASI RUGI RUGI DAYA PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel Medan ABSTRAK

USAHA MENGATASI RUGI RUGI DAYA PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel Medan ABSTRAK USAHA MENGATASI RUGI RUGI DAYA PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel Medan ABSTRAK Beban tidak seimbang pada jaringan distribusi tenaga listrik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah 24 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah tangga diantaranya, switch-mode power suplay pada TV,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH BEBAN NONLINIER TERHADAP KINERJA KWH METER INDUKSI SATU FASA

ANALISIS PENGARUH BEBAN NONLINIER TERHADAP KINERJA KWH METER INDUKSI SATU FASA ANALISIS PENGARUH BEBAN NONLINIER TERHADAP KINERJA KWH METER INDUKSI SATU FASA Sofian Hanafi Harahap, Masykur Sjani Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas teknik Universitas

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH BEBAN TIDAK SEIMBANG TERHADAP RUGI DAYA LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI SEKUNDER HASBULAH

ANALISA PENGARUH BEBAN TIDAK SEIMBANG TERHADAP RUGI DAYA LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI SEKUNDER HASBULAH ANALISA PENGARUH BEBAN TIDAK SEIMBANG TERHADAP RUGI DAYA LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI SEKUNDER HASBULAH Jurusan Teknik Elektro, Program Studi Teknik Listrik Politeknik Negeri Sriwijaya Email: hasbulahhasan@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS HARMONIK DAN PERANCANGAN SINGLE TUNED FILTER PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 18 BUS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP POWER STATION 4.

ANALISIS HARMONIK DAN PERANCANGAN SINGLE TUNED FILTER PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 18 BUS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP POWER STATION 4. Jurnal Emitor Vol. 15 No. 02 ISSN 1411-8890 ANALISIS HARMONIK DAN PERANCANGAN SINGLE TUNED FILTER PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 18 BUS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP POWER STATION 4.0 Novix Jefri

Lebih terperinci

PENGARUH HARMONISA PADA GARDU TRAFO TIANG DAYA 200 KVA DI PT PLN (Persero) APJ SURABAYA UTARA

PENGARUH HARMONISA PADA GARDU TRAFO TIANG DAYA 200 KVA DI PT PLN (Persero) APJ SURABAYA UTARA PENGARUH HARMONISA PADA GARDU TRAFO TIANG DAYA 200 KVA DI PT PLN (Persero) APJ SURABAYA UTARA Titiek Suheta Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya sondysuheta@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya.

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya. BAB II TRANSFORMATOR II.. Umum Transformator merupakan komponen yang sangat penting peranannya dalam sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik elektromagnetis statis yang berfungsi

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

PENGARUH HARMONISA PADA GARDU TRAFO TIANG DAYA 200 KVA DI PT PLN (Persero) APJ SURABAYA UTARA

PENGARUH HARMONISA PADA GARDU TRAFO TIANG DAYA 200 KVA DI PT PLN (Persero) APJ SURABAYA UTARA PENGARUH HARMONISA PADA GARDU TRAFO TIANG DAYA 200 KVA DI PT PLN (Persero) APJ SURABAYA UTARA Titiek Suheta Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya sondysuheta@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi kala ini. Peralatan-peralatan yang biasa dijalankan secara

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi kala ini. Peralatan-peralatan yang biasa dijalankan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemakaian listrik dari hari ke hari semakin meningkat seiring dengan perkembangan teknologi kala ini. Peralatan-peralatan yang biasa dijalankan secara manual, sekarang

Lebih terperinci

ANALISA BERBAGAI HUBUNGAN BELITAN TRANSFORMATOR 3 PHASA DALAM KEADAAN BEBAN LEBIH (APLIKASI PADA LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK FT.

ANALISA BERBAGAI HUBUNGAN BELITAN TRANSFORMATOR 3 PHASA DALAM KEADAAN BEBAN LEBIH (APLIKASI PADA LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK FT. ANALISA BERBAGAI HUBUNGAN BELITAN TRANSFORMATOR 3 PHASA DALAM KEADAAN BEBAN LEBIH (APLIKASI PADA LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK FT. USU) Zul Fahmi Dhuha (1), Syamsul Amien (2) Konsentrasi Teknik

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN UMUM [1] Suatu sistem tenaga listrik yang lengkap mengandung empat unsur Pertama, pembangkit tenaga listrik. Kedua, transmisi, lengkap dengan gardu induk. Karena

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya Pada desain fasilitas penunjang Bandara Internasional Kualanamu adanya tuntutan agar keandalan sistem tinggi, sehingga kecuali

Lebih terperinci

BAB II PRINSIP DASAR TRANSFORMATOR

BAB II PRINSIP DASAR TRANSFORMATOR BAB II PRINSIP DASAR TRANSFORMATOR 2.1 UMUM Transformator (trafo ) merupakan piranti yang mengubah energi listrik dari suatu level tegangan AC lain melalui gandengan magnet berdasarkan prinsip induksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain melalui

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR

BAB II TRANSFORMATOR 7 BAB II TRANSFORMATOR 2.1 Umum Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang dapat memindahkan dan mengubah tegangan dan arus bolak-balik dari suatu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PEMBEBANAN TERHADAP SUSUT UMUR TRANSFORMATOR DAYA (APLIKASI PADA GARDU INDUK PEMATANGSIANTAR)

STUDI PENGARUH PEMBEBANAN TERHADAP SUSUT UMUR TRANSFORMATOR DAYA (APLIKASI PADA GARDU INDUK PEMATANGSIANTAR) STUDI PENGARUH PEMBEBANAN TERHADAP SUSUT UMUR TRANSFORMATOR DAYA (APLIKASI PADA GARDU INDUK PEMATANGSIANTAR) Junedy Pandapotan Eddy Warman Konsentrasi Teknik Energi Listrik Departemen Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

Analisa Konfigurasi Hubungan Primer dan Sekunder Transformator 3 Fasa 380/24 V Terhadap Beban Non Linier

Analisa Konfigurasi Hubungan Primer dan Sekunder Transformator 3 Fasa 380/24 V Terhadap Beban Non Linier Analisa Konfigurasi Hubungan Primer dan Sekunder Transformator 3 Fasa 380/24 V Terhadap Beban Non Linier *Mohd Yogi Yusuf, Firdaus**, Feranita** *Alumni Teknik Elektro Universitas Riau **Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pada suatu jaringan distribusi arus bolak-balik dengan tegangan (V), daya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pada suatu jaringan distribusi arus bolak-balik dengan tegangan (V), daya BAB TINJAUAN PUSTAKA.. Faktor Daya Pada suatu jaringan distribusi arus bolak-balik dengan tegangan (V), daya aktif (P) dan daya reaktif (Q), maka besarnya daya semu (S) adalah sebanding dengan arus (I)

Lebih terperinci

BAB III PENGAMBILAN DATA

BAB III PENGAMBILAN DATA BAB III PENGAMBILAN DATA Didalam pengambilan data pada skripsi ini harus di perhatikan beberapa hal sebagai berikut : 3.1 PEMILIHAN TRANSFORMATOR Pemilihan transformator kapasitas trafo distribusi berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri, tegangan masukan pada peralatan tersebut seharusnya berbentuk

BAB I PENDAHULUAN. industri, tegangan masukan pada peralatan tersebut seharusnya berbentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kebutuhan energi listrik untuk rumah tangga dan industri pada umumnya dipenuhi oleh PT. PLN (persero). Akan tetapi pada sistem tenaga listirk banyak terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jarang diperhatikan yaitu permasalahan harmonik. harmonik berasal dari peralatan yang mempunyai karakteristik nonlinier

BAB I PENDAHULUAN. jarang diperhatikan yaitu permasalahan harmonik. harmonik berasal dari peralatan yang mempunyai karakteristik nonlinier BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Energi listrik merupakan suatu sumber energi yang menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia di dunia saat ini. Energi listrik dibangkitkan di pusat pembangkit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transformator Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain,

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PENGUKURAN PARAMETER TRAFO DISTRIBUSI DENGAN MENGGUNAKAN EMT (ELECTRICAL MEASUREMENT & DATA TRANSMIT)

STUDI TENTANG PENGUKURAN PARAMETER TRAFO DISTRIBUSI DENGAN MENGGUNAKAN EMT (ELECTRICAL MEASUREMENT & DATA TRANSMIT) STUDI TENTANG PENGUKURAN PARAMETER TRAFO DISTRIBUSI DENGAN MENGGUNAKAN EMT (ELECTRICAL MEASUREMENT & DATA TRANSMIT) Rolly Elmondo Sinaga, Panusur S.M.L. Tobing Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. maupun untuk menyalurkan energi listrik arus bolak-balik dari satu atau lebih

BAB II TRANSFORMATOR. maupun untuk menyalurkan energi listrik arus bolak-balik dari satu atau lebih BAB II TRASFORMATOR II. UMUM Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang mampu mengubah maupun untuk menyalurkan energi listrik arus bolak-balik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian

Lebih terperinci

ESTIMASI UMUR PAKAI DAN RUGI DAYA TRANSFORMATOR. The Estimated Age of Use and Loss Power Transformer

ESTIMASI UMUR PAKAI DAN RUGI DAYA TRANSFORMATOR. The Estimated Age of Use and Loss Power Transformer Techno, ISSN 1410-8607 Volume 15 No. 2, Oktober 2014 Hal. 50 55 ESTIMASI UMUR PAKAI DAN RUGI DAYA TRANSFORMATOR The Estimated Age of Use and Loss Power Transformer Winarso Program Studi Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemakaian energi listrik pada bangunan industri sebaiknya menjadi kajian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemakaian energi listrik pada bangunan industri sebaiknya menjadi kajian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian energi listrik pada bangunan industri sebaiknya menjadi kajian awal sebelum perencanaan bagi pemilik dan penggunanya. Dengan demikian pemilihan peralatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu seperti beban non linier dan beban induktif. Akibat yang ditimbulkan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu seperti beban non linier dan beban induktif. Akibat yang ditimbulkan adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Kualitas daya listrik sangat dipengaruhi oleh penggunaan jenis-jenis beban tertentu seperti beban non linier dan beban induktif. Akibat yang ditimbulkan adalah

Lebih terperinci

STUDI EFISIENSI TRANSFORMATOR DAYA DI GARDU INDUK GIS LISTRIK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT Dosen Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel Medan

STUDI EFISIENSI TRANSFORMATOR DAYA DI GARDU INDUK GIS LISTRIK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT Dosen Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel Medan STUDI EFISIENSI TRANSFORMATOR DAYA DI GARDU INDUK GIS LISTRIK Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT Dosen Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel Medan ABSTRAK Besar kecilnya efisiensi yang dihasilkan oleh transformator

Lebih terperinci

STUDI SUSUT UMUR TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 kv AKIBAT PEMBEBANAN LEBIH DI PT.PLN (PERSERO) KOTA PONTIANAK

STUDI SUSUT UMUR TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 kv AKIBAT PEMBEBANAN LEBIH DI PT.PLN (PERSERO) KOTA PONTIANAK STUDI SUSUT UMUR TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 kv AKIBAT PEMBEBANAN LEBIH DI PT.PLN (PERSERO) KOTA PONTIANAK Parlindungan Gultom 1), Ir. Danial, MT. 2), Managam Rajagukguk, ST, MT. 3) 1,2,3) Program Studi

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Universitas Sumatera Utara

BAB II TEORI DASAR. Universitas Sumatera Utara BAB TEOR DASAR.1 Jaringan Distribusi Secara garis besar, suatu sistem tenaga listrik yang lengkap mengandung empat unsur. Pertama, adanya suatu unsur pembangkit tenaga listrik. Tegangan yang dihasilkan

Lebih terperinci

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 3/ Juni 2014

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 3/ Juni 2014 ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH BEBAN SEIMBANG DAN TIDAK SEIMBANG TERHADAP REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI PADA BERBAGAI HUBUNGAN BELITAN TRANSFORMATOR TIGA FASA Yuliana Tanjung [1], A. Rachman Hasibuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan teknologi seperti saat ini, peralatan listrik yang berbasis elektronika daya berkembang pesat, karena mempunyai efisiensi yang tinggi dan perancangannya

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. II.1 UMUM Transformator atau trafo adalah suatu peralatan listrik yang dapat memindahkan

BAB II TRANSFORMATOR. II.1 UMUM Transformator atau trafo adalah suatu peralatan listrik yang dapat memindahkan BAB II TRANSFORMATOR II.1 UMUM Transformator atau trafo adalah suatu peralatan listrik yang dapat memindahkan energi listrik atau memindahkan dan mengubah energi listrik bolak-balik dari satu level ke

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR

BAB II TRANSFORMATOR BAB II TRANSFORMATOR II.1 UMUM Transformator merupakan suatu peralatan listrik elektromagnetik statis yang berfungsi untuk memindahkan dan mengubah daya listrik dari suatu rangkaian listrik ke rangkaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik sangat di butuhkan pada zaman modern ini, karena saat ini kebutuhan manusia akan teknologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik sangat di butuhkan pada zaman modern ini, karena saat ini kebutuhan manusia akan teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik sangat di butuhkan pada zaman modern ini, karena saat ini kebutuhan manusia akan teknologi semakin meningkat. Oleh karena itu para ilmuan berlomba-lomba

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang mampu mengubah

BAB II TRANSFORMATOR. Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang mampu mengubah BAB II TRANSFORMATOR II. UMUM Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang mampu mengubah maupun untuk menyalurkan energi listrik arus bolak-balik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian

Lebih terperinci

BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI

BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI 4.1 UMUM Proses distribusi adalah kegiatan penyaluran dan membagi energi listrik dari pembangkit ke tingkat konsumen. Jika proses distribusi buruk

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

BAB II TRANSFORMATOR. magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. BAB II TRANSFORMATOR II.1 Umum Transformator atau trafo adalah suatu peralatan listrik yang dapat memindahkan energi listrik atau memindahkan dan mengubah energi listrik bolakbalik dari satu level ke level

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Serdang. Dalam memenuhi kebutuhan daya listrik industri tersebut menggunakan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Serdang. Dalam memenuhi kebutuhan daya listrik industri tersebut menggunakan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah studi kasus pada pabrik pengolahan plastik. Penelitian direncanakan selesai dalam waktu 6 bulan dan lokasi penelitian berada

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS LOSSES DAN DERATING AKIBAT PENGARUH THD PADA GARDU TRANSFORMATOR DAYA DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA

STUDI ANALISIS LOSSES DAN DERATING AKIBAT PENGARUH THD PADA GARDU TRANSFORMATOR DAYA DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA STUDI ANALISIS LOSSES DAN DERATING AKIBAT PENGARUH THD PADA GARDU TRANSFORMATOR DAYA DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA Staff Pengajar Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Kampus Bukit

Lebih terperinci

ANALISA PEMILIHAN TRAFO DISTRIBUSI BERDASARKAN BIAYA RUGI-RUGI DAYA DENGAN METODE NILAI TAHUNAN

ANALISA PEMILIHAN TRAFO DISTRIBUSI BERDASARKAN BIAYA RUGI-RUGI DAYA DENGAN METODE NILAI TAHUNAN ANALISA PEMILIHAN TRAFO DISTRIBUSI BERDASARKAN BIAYA RUGI-RUGI DAYA DENGAN METODE NILAI TAHUNAN Rizky Ferdinan Eddy Warman Konsentrasi Teknik Energi Listrik Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arus Netral pada Sistem Tiga Fasa Empat Kawat Jaringan distribusi tegangan rendah adalah jaringan tiga fasa empat kawat, dengan ketentuan, terdiri dari kawat tiga fasa (R, S,

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA TRANSFORMATOR TIGA BELITAN SEBAGAI GENERATOR STEP-UP TRANSFORMER

ANALISIS KINERJA TRANSFORMATOR TIGA BELITAN SEBAGAI GENERATOR STEP-UP TRANSFORMER Harrij Mukti K, Analisis Kinerja Transformator, Hal 71-82 ANALISIS KINERJA TRANSFORMATOR TIGA BELITAN SEBAGAI GENERATOR STEP-UP TRANSFORMER Harrij Mukti K 6 Pada pusat pembangkit tenaga listrik, generator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama dari sebagian besar bidang teknik tenaga listrik adalah untuk menyediakan

BAB I PENDAHULUAN. utama dari sebagian besar bidang teknik tenaga listrik adalah untuk menyediakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kualitas hidup manusia menuntut peningkatan kebutuhan dari manusia itu sendiri, seperti kebutuhan akan daya listrik. Oleh karena itu, tujuan utama dari

Lebih terperinci

PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR KERING BHT02 RSG GA SIWABESSY TERHADAP ARUS NETRAL DAN RUGI-RUGI

PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR KERING BHT02 RSG GA SIWABESSY TERHADAP ARUS NETRAL DAN RUGI-RUGI PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR KERING BHT02 RSG GA SIWABESSY TERHADAP ARUS NETRAL DAN RUGI-RUGI Koes Indrakoesoema, Yayan Andryanto, M Taufiq Pusat Reaktor Serba Guna GA Siwabessy, Puspiptek,

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KUALITAS TEGANGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI UNTUK PELANGGAN PLN BERDASAR PADA WINDING RATIO

OPTIMALISASI KUALITAS TEGANGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI UNTUK PELANGGAN PLN BERDASAR PADA WINDING RATIO OPTIMALISASI KUALITAS TEGANGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI UNTUK PELANGGAN PLN BERDASAR PADA WINDING RATIO Muhammad Ade Nugroho, 1410017211121 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB 252 Oleh Vigor Zius Muarayadi (41413110039) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Sistem proteksi jaringan tenaga

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Total Harmonic Distortion Terhadap Losses dan Efisiensi Transformator RSUD Kabupaten Klungkung

Analisis Pengaruh Total Harmonic Distortion Terhadap Losses dan Efisiensi Transformator RSUD Kabupaten Klungkung Teknologi Elektro, Vol. 16, No1, Januari-April 2017 107 Analisis Pengaruh Total Harmonic Distortion Terhadap Losses dan Efisiensi Transformator RSUD Kabupaten Klungkung Wayan Agus Adi Widiastra 1, I Wayan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HARMONISA TERHADAP PANAS PADA BELITAN TRANSFORMATORDISTRIBUSI

ANALISIS PENGARUH HARMONISA TERHADAP PANAS PADA BELITAN TRANSFORMATORDISTRIBUSI SINGUDA ENSIKOM VOL. 6 NO.3 /Maret 24 ANALISIS PENGARUH HARMONISA TERHADAP PANAS PADA BELITAN TRANSFORMATORDISTRIBUSI Hotbe Hasugian, Panusur SML.Tobing Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik

Lebih terperinci

Pemerataan atau penyeimbangan beban merupakan salah satu cara untuk menekan losses teknik. Penekanan losses terjadi dengan prinsip mengurangi arus yan

Pemerataan atau penyeimbangan beban merupakan salah satu cara untuk menekan losses teknik. Penekanan losses terjadi dengan prinsip mengurangi arus yan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu sistem energi listrik, permasalahan rugi-rugi atau losses, merupakan hal yang tidak bisa dihindarkan dan pasti terjadi karena daya yang dibangkitkan selalu

Lebih terperinci

AKIBAT KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TERHADAP ARUS NETRAL DAN LOSSES PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

AKIBAT KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TERHADAP ARUS NETRAL DAN LOSSES PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI AKIBAT KETIDAKEIMBANGAN BEBAN TERHADAP ARU NETRAL DAN LOE PADA TRANFORMATOR DITRIBUI Moh. Dahlan 1 email : dahlan_kds@yahoo.com surat_dahlan@yahoo.com IN : 1979-6870 ABTRAK Ketidakseimbangan beban pada

Lebih terperinci

ANALISIS KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI UNTUK IDENTIFIKASI BEBAN LEBIH DAN ESTIMASI RUGI-RUGI PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH

ANALISIS KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI UNTUK IDENTIFIKASI BEBAN LEBIH DAN ESTIMASI RUGI-RUGI PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 3/ Juni ANALISIS KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI UNTUK IDENTIFIKASI BEBAN LEBIH DAN ESTIMASI RUGI-RUGI PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH Yoakim Simamora, Panusur

Lebih terperinci

BAB III FORMULASI PENENTUAN SUSUT UMUR TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

BAB III FORMULASI PENENTUAN SUSUT UMUR TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BAB III FORMULASI PENENTUAN SUSUT UMUR TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 3.1 Pendahuluan Pada bab ini akan diformulasikan hubungan antara kenaikan suhu yang melebihi batas - batas kemampuan isolasi dengan susutnya

Lebih terperinci

Teknik Tenaga Listrik (FTG2J2)

Teknik Tenaga Listrik (FTG2J2) Teknik Tenaga Listrik (FTG2J2) Kuliah 4: Transformator Ahmad Qurthobi, MT. Engineering Physics - Telkom University Daftar Isi Transformator Ideal Induksi Tegangan pada Sebuah Coil Tegangan Terapan dan

Lebih terperinci

Kualitas Daya Listrik (Power Quality)

Kualitas Daya Listrik (Power Quality) Kualitas Daya Listrik (Power Quality) Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pend. Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta HP: 0812 2745354 giriwiyono@uny.ac.id Perkembangan Teknologi Karakteristik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

(3) dimana rugi tembaga dapat dicari melalui tes hubung singkat. Persamaan matematikanya adalah :

(3) dimana rugi tembaga dapat dicari melalui tes hubung singkat. Persamaan matematikanya adalah : Makalah Seminar Tugas Akhir ANALISA BERLANGGANAN LISTRIK ANTARA TEGANGAN MENENGAH (TM) DENGAN TEGANGAN RENDAH (TR) DAN ANALISA EFISIENSI TRAFO DALAM RANGKA KONSERVASI ENERGI KAMPUS UNDIP TEMBALANG Ermawanto

Lebih terperinci

PENGARUH HARMONISA TERHADAP ARUS NETRAL TRANSFORMATOR DISTRIBUSI (APLIKASI PADA R.S.U SARI MUTIARA MEDAN)

PENGARUH HARMONISA TERHADAP ARUS NETRAL TRANSFORMATOR DISTRIBUSI (APLIKASI PADA R.S.U SARI MUTIARA MEDAN) PENGARUH HARMONISA TERHADAP ARUS NETRAL TRANSFORMATOR DISTRIBUSI (APLIKASI PADA RSU SARI MUTIARA MEDAN) Frederick Sakaja Ginting, Satria Ginting dan Surya Tarmizi Kasim Konsentrasi Teknik Energi Listrik,

Lebih terperinci

Analisa Dampak Pemecahan Beban Feeder Tiku Terhadap Susut Teknis Jaringan Tegangan Menengah

Analisa Dampak Pemecahan Beban Feeder Tiku Terhadap Susut Teknis Jaringan Tegangan Menengah Seminar Nasional Peranan Ipteks Menuju Industri Masa Depan (PIMIMD-4) Institut Teknologi Padang (ITP), Padang, 27 Juli 2017 ISBN: 978-602-70570-5-0 http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/pimimd2017 Analisa

Lebih terperinci

Rancang Bangun Rangkaian AC to DC Full Converter Tiga Fasa dengan Harmonisa Rendah

Rancang Bangun Rangkaian AC to DC Full Converter Tiga Fasa dengan Harmonisa Rendah Rancang Bangun Rangkaian AC to DC Full Converter Tiga Fasa dengan Harmonisa Rendah Mochammad Abdillah, Endro Wahyono,SST, MT ¹, Ir.Hendik Eko H.S., MT ² 1 Mahasiswa D4 Jurusan Teknik Elektro Industri Dosen

Lebih terperinci

Transformator : peralatan listrik elektromagnetik statis yang berfungsi untuk memindahkan dan mengubah daya listrik dari suatu rangkaian listrik ke ra

Transformator : peralatan listrik elektromagnetik statis yang berfungsi untuk memindahkan dan mengubah daya listrik dari suatu rangkaian listrik ke ra TRANSFORMATOR Transformator : peralatan listrik elektromagnetik statis yang berfungsi untuk memindahkan dan mengubah daya listrik dari suatu rangkaian listrik ke rangkaian listrik lainnya,dengan frekuensi

Lebih terperinci

Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) TUGAS AKHIR ANALISA PERHITUNGAN DAN PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH TEGANGAN PADA SISI 20 kv (Studi Kasus Pada PT. PLN (PERSERO) Area Cikokol) Diajukan guna melengkapi sebagian syarat

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN HIGH PASS DAMPED FILTER PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 9 BUS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP POWER STATION 7.

NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN HIGH PASS DAMPED FILTER PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 9 BUS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP POWER STATION 7. NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN HIGH PASS DAMPED FILTER PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 9 BUS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP POWER STATION 7.0 Diajukan Oeh : INDRIANA ZELLA MARGARETA D 400 130 001 JURUSAN

Lebih terperinci

PENGUKURAN TINGKAT HARMONISA PADA BEBERAPA MERK JUICER (DENGAN STANDAR IEC )

PENGUKURAN TINGKAT HARMONISA PADA BEBERAPA MERK JUICER (DENGAN STANDAR IEC ) ENGUKURAN TINGKAT HARMONISA ADA BEBERAA MERK JUICER (DENGAN STANDAR ) Vitra Juniva, Rachman Hasibuan Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

Oleh : ARI YUANTI Nrp

Oleh : ARI YUANTI Nrp TUGAS AKHIR DESAIN DAN SIMULASI FILTER DAYA AKTIF SHUNT UNTUK KOMPENSASI HARMONISA MENGGUNAKAN METODE CASCADED MULTILEVEL INVERTER Oleh : ARI YUANTI Nrp.. 2207 100 617 Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Mochamad

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Tenaga Listrik Suatu sistem tenaga listrik pada dasarnya dapat dikelompokan atas tiga bagian utama, yaitu: sistem pembangkitan, sistem transmisi dan sistem distribusi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PENGOPERASIAN BEBAN- BEBAN NON-LINIER TERHADAP DISTORSI HARMONISA PADA BLUE POINT BAY VILLA & SPA

ANALISIS PENGARUH PENGOPERASIAN BEBAN- BEBAN NON-LINIER TERHADAP DISTORSI HARMONISA PADA BLUE POINT BAY VILLA & SPA ANALISIS PENGARUH PENGOPERASIAN BEBAN- BEBAN NON-LINIER TERHADAP DISTORSI HARMONISA PADA BLUE POINT BAY VILLA & SPA I Putu Alit Angga Widiantara 1, I Wayan Rinas 2, Antonius Ibi Weking 3 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN DAN HARMONISA TERHADAP PEMBEBANAN DI KAWAT NETRAL DAN RUGI DAYA TRANSFORMATOR

ANALISIS PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN DAN HARMONISA TERHADAP PEMBEBANAN DI KAWAT NETRAL DAN RUGI DAYA TRANSFORMATOR ANALISIS PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN DAN HARMONISA TERHADAP PEMBEBANAN DI KAWAT NETRAL DAN RUGI DAYA TRANSFORMATOR ABSTRAK Iwa Garniwa M K, Pursito Departemen Teknik Elektro Fakultas TeknikUniversitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beban non linier pada peralatan rumah tangga umumnya merupakan peralatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beban non linier pada peralatan rumah tangga umumnya merupakan peralatan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber Harmonisa Beban non linier pada peralatan rumah tangga umumnya merupakan peralatan elektronik yang didalamnya banyak terdapat penggunaan komponen semi konduktor pada

Lebih terperinci

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) DAYA ELEKRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) 1. Daya Sesaat Daya adalah energi persatuan waktu. Jika satuan energi adalah joule dan satuan waktu adalah detik, maka satuan daya adalah joule per detik yang disebut

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Arus Transien, Ketahanan Transformator, Jenis Beban. ABSTRACT. Keywords : Transient Current, Transformer withstand, load type.

ABSTRAK. Kata kunci : Arus Transien, Ketahanan Transformator, Jenis Beban. ABSTRACT. Keywords : Transient Current, Transformer withstand, load type. Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Januari 2013 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.1 No.1 Analisis Arus Transien Transformator Setelah Penyambungan Beban Gedung Serbaguna PT

Lebih terperinci

Reduksi Harmonisa dan Ketidakseimbangan Tegangan menggunakan Hybrid Active Power Filter Tiga Fasa berbasis ADALINE-Fuzzy

Reduksi Harmonisa dan Ketidakseimbangan Tegangan menggunakan Hybrid Active Power Filter Tiga Fasa berbasis ADALINE-Fuzzy Reduksi Harmonisa dan Ketidakseimbangan Tegangan menggunakan Hybrid Active Power Filter Tiga Fasa berbasis ADALINE-Fuzzy Oleh: Marselin Jamlaay 2211 201 206 Dosen Pembimbing: 1. Prof. Dr. Ir. Mochamad

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

BAB II AUDIT DAN MANAJEMEN ENERGI LISTRIK

BAB II AUDIT DAN MANAJEMEN ENERGI LISTRIK BAB II AUDIT DAN MANAJEMEN ENERGI LISTRIK 2.1. KONSUMSI ENERGI PADA BANGUNAN BERTINGKAT Peningkatan jumlah konsumsi energi oleh bangunan bertingkat seperti gedung perbelanjaan, perkantoran, rumah sakit,

Lebih terperinci