Pengembangan Papan Garis dan Sudut
|
|
- Liana Yuwono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 240 Pengembangan Papan Garis dan Sudut 1 Sugiati Tabrang 1 SMP Negeri 11 Bulukumba ugikarra@gmail.com Abstrak Pengajaran garis dan sudut selama ini di SMP Negeri 11 Bulukumba didominasi oleh penyajian dalam bentuk gambar dan alat peraga yang langsung diamati tanpa proses melibatkan aktivitas mandiri siswa dalam penggunaannya. Dikuatirkan hal ini akan menimbulkan sifat bosan siswa dalam belajar dan kurang merangsang aktivitas pembelajarannya, sehingga timbul semangat inovasi penulis sebagai guru untuk membuat sebuah alat peraga bernama Papan Garis dan Sudut. Alat peraga ini digunakan siswa untuk memahami kedudukan dua garis sejajar, garis berpotongan, garis bersilangan, sudut bertolak belakang dan sifat sudut yang dibentuk oleh dua buah garis sejajar yang dipotong oleh sebuah garis lain. Dari kegiatan pembelajaran menggunakan Papan Garis dan Sudut yang dikembangkan oleh peneliti sudah memenuhi kriteria valid dan praktis. Valid terlihat dari hasil penilaian pakar berdasarkan instrumen kelayakan alat peraga yang digunakan yaitu mendapatkan hasil Indeks Kelayakan (IK) sebesar 0,73 yang berarti berada pada kategori layak, yang berarti papan Garis dan Sudut sudah memenuhi kriteria valid. Praktis terlihat dari hasil uji coba pada small group. Hasil uji coba menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen sebesar 81,25 dengan aktivitas belajar sebesar 83%. Sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata hasil belajarnya sebesar 78,50 dengan aktivitas belajar sebesar 70%. Papan Garis dan Sudut yang dikembangkan oleh peneliti juga memiliki efek potensial terhadap hasil belajar dan aktivitas belajar siswa. Ini terlihat dari aplikasi praktis dalam pembelajaran yang dilakukan selama dua tahun pelajaran yaitu 2014/2015 dan 2015/2016. Siswa kelas VIIA SMP Negeri 11 Bulukumba tahun pelajaran 2014/2015 menunjukkan hasil belajar rata-rata 82,10 dengan ketuntasan 81,6%. Pada tahun 2015/2016 siswa kelas VIIC menunjukkan hasil belajar rata-rata 84,25 dengan ketuntasan 85%. Aktivitas belajar menunjukkan hasil 65,31% pada tahun 2014/2015 dan pada tahun 2015/2016 sebesar 79%. Kata kunci:garis Berpotongan, Garis Sejajar, Papan Garis dan Sudut, Sifat Kesejajaran I. PENDAHULUAN Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat dipindah tangankan dari pikiran seseorang yang telah mempunyai pengetahuan kepada pikiran orang lain yang sama sekali belum memiliki pengetahuan tersebut. Jika seorang guru bermaksud mentransfer konsep, ide dan pengetahuannya kepada siswa, alangkah baiknya jika proses tersebut dikonstruksi sendiri oleh siswa melalui pengamatan dan pengalamannya sendiri. Seorang guru dituntut untuk bisa memfasilitasi siswa dalam proses tersebut terutama dalam mempelajari matematika yang sejak dulu sampai sekarang masih saja dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit bagi sebagian besar siswa. Berbagai macam upaya berusaha dilakukan guru dan pemerhati pendidikan matematika melalui penelitian dan pengembangan baik berupa model pembelajaran ataupun media pembelajaran yang digunakan agar sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa berdasarkan masalah yang dialami. Salah satu yang dikembangkan oleh penulis sebagai guru matematika di SMP Negeri 11 Bulukumba adalah media pembelajaran berupa alat peraga matematika yang diberi nama Papan Garis dan Sudut. Selama ini pembelajaran garis dan sudut dari tahun ke tahun dilakukan dengan menggunakan gambar saja dengan bantuan mistar dan busur derajat sehingga bisa dikatakan tanpa variasi dalam pembelajaran. Hal ini diduga kuat juga menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil belajar matematika siswa.seperti yang terjadi di SMP Negeri 11 Bulukumba khususnya kelas VIIA tahun ajaran 2013/2014, nilai hasil ulangan siswa rata-rata 73,25 semester ganjil dan ini berada di bawah nilai KKM. Aktivitas belajar siswa sebesar 34,95% juga menunjukkan hasil yang kurang menggembirakan karena berada pada kategori rendah yang menggambarkan sangat kurangnya aktivitas siswa dalam pembelajaran kelompok. Kedua hal tersebut yaitu hasil belajar dan aktivitas memberikan hasil yang kurang menggembirakan, dikuatirkan jika dibiarkan siswa akan semakin rendah hasil belajarnya dan juga aktivitas dikelas menjadi hal yang membosankan. II. LANDASAN TEORI (JIKA DIPERLUKAN) A. Alat Peraga Alat peraga memiliki arti penting dalam pembelajaran dikarenakan sifat matematika yang berhubungan dengan abstraksi..dalam Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi dinyatakan bahwa : Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga atau media lainnya. Johnson, Berger, & Rising dalam Sumardyono (2011) menggunakan istilah model untuk menunjukkan pada dua pengertian, dalam arti khusus dan dalam arti umum. Dalam arti khusus, model berarti concrete representation of mental constructs or ideas (representase konkrit dari ide atau konstruk mental). Sedang dalam arti umum, model menunjukkan pada berbagai jenis benda yang dapat digunakan dalam pembelajaran: alat demostrasi, lembar peraga (chart), alat hitung, alat ukur, alat lukis, alat permainan dan benda-benda real lainnya.
2 241 Sejalan dengan itu menurut Estiningsih (dalam A.Suharjana,2009:3) alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dan konsep yang dipelajari. Sesuai teori tersebut, maksud penggunaan alat peraga dalam pelajaran Matematika ialah: (1). Mempermudah dalam hal pemahaman konsep-konsep dalam matematika.(2). Memberikan pengalaman yang efektif bagi siswa dengan berbagai kecerdasan yang berbeda. (3). Memotivasi siswa untuk menyukai pelajaran matematika.(4). Memberikan kesempatan bagi siswa yang lebih lamban berfikir untuk menyelesaikan tugas dengan berhasil.(5). Memperkaya program pembelajaran bagi siswa yang lebih pandai. (6). Mempermudah abstraksi. (7) Efisiensi waktu. (8). Menunjang kegiatan Matematika di luar sekolah. Dapat disimpulkan bahwa alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk memperagakan fakta, konsep, prinsip, atau prosedur tertentu agat tampak lebih nyata atau konkrit.. B. Hasil Belajar Bloom, dalam Abadi(2005:2) mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir. Ranah afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Sedang ranah psikomotorik berorientasi pada ketrampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan (action)yang memerlukan koordinasi sysraf dan otot. Ketiga hasil belajar tersebut dalam diri siswa tidak berdiri sendiri melainkan merupakan satu kesatuan. Menurut Gagne dalam Abadi (2005:3) ada lima kategori hasil belajar yaitu hasil belajar informasi verbal, hasil belajar kemahiran intelektual, hasil belajar pengaturan kegiatan kognitif, hasil belajar keterampilan motorik dan hasil belajar sikap. Jadi hasil belajar merupakan perubahan-perubahan prilaku yang diperoleh dari proses belajar yaitu aktifitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan dengan kata lain hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam kegiatan belajar mengajar selama kurun waktu tertentu yang dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai. C. Kelayakan Alat Peraga Menggunakan instrument kelayakan aaat peraga adalaah salah satu cara mengetahui layak atau tidaknya alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran. Dengan mengetahui kelayakan akan diperoleh suatu nilai yang menunjukkan kevalidan dan kepraktisan alat peraga. Penelitian ini menggunakan instrument pengukuran kelayaan alat peraga matematika skala Likert yang dikembangkan oleh Sumardyono, Widyaswara P4TK Matematika.Dari instrument penilaian tersebut diperoleh hasil berupa total skor yang disebut Fit Scores (FS). Pada instrument skala Likert ini: 59 FS 295 Indeks kelayakan (IK) alat peraga matematika didefinisikan sebagai berikut : (Rata-rata FS yang diperoleh) Sedangkan intepretasi Indeks Kelayakan alat peraga matematika dapat dilihat pada tabel 1 berikut : Tabel 1. Indeks Kelayakan dan Kategori Nilai Daerah Indeks Kelayakan (IK) IK > 0,8 0,6 < IK < 0,8 0,4 < IK < 0,6 0,2 < IK < 0,4 IK < 0,2 Kategori Penilaian Sangat Layak Layak Cukup Layak Kurang layak Tidak layak Dengan menggunakan indeks kelayakan tersebut, peneliti mengarahkan pada kesimpulan akhir yang menyangkut kevalidan dan kepraktisan III. METODE PENELITIAN/EKSPERIMEN Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan atau development research (Akker dalam Anggria, 2013). Penelitian ini akan mengembangkan alat peraga Papan Garis dan Sudut yang valid dan praktis dalam pembelajaran maatematika di kelas VII, melalui dua tahapan yaitu preliminary study dan tahap formative study. Tahap preliminary study meliputi persiapan dan desain, sedangkan tahap formative study meliputi Self Evaluation, Expert Review, One to One, Small Group dan Field Test. Tahapan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1. Alur Desain Formative Evaluation Zulkardi dalam Septiani (2013) A. Preliminary Study 1. Persiapan Tahap ini dilakukan dengan melakukan analisis kurikulum matematika SMP pada pokok bahasan Garis dan Sudut, analisis aktivitas belajar, analisis buku paket serta analisis terhadap alat peraga yang digunakan.kurikulum yang digunakan pada penelitian ini adalah Kurikulum Desain Pada tahap ini peneliti mendesain atau merancang alat peraga yang dilengkapi Lembar Aktivitas Siswa yang
3 242 berdasarkan langkah-langkah metode inquiry yang disebut dengan prototype I. Desain prototype I dapat dilihat pada gambar 2 : Gambar 2. Prototipe I B. Formative Study 1. Self Evaluation Setelah didesain, prototype I dievaluasi oleh peneliti sendiri dan diakukan revisi kecil sehingga menjadi prototype II.Kekurangan dan kelemahan prototype I adalah (1) model garis sejajar terbuat dari benang wol yang agak menyusahkan untuk melepaskannya (2) tempat mengikat benang adalah jarum pentul yang sangat berbahaya jika digunakan secara serampangan oleh siswa. (3) medianya terbuat dari papan gabus yang rapuh dan gampang patah. (4) agak sulit dan butuh waktu untuk membuat model garis sejajar. Demi meyakinkan penulis akan kelemahan ini, prototype I disajikan kepada satu kelompok siswa. Dipilih 4 orang siswa sebagai pengamat. Kelemahan-kelemahan ini membuat penulis berinovasi lagi untuk membuat alat peraga yang lebih baik, sehingga dibuatlah desain prototype II yang dapat dilihat pada gambar3berikut : Gambar 3. Prototipe II Dugase Dipotsega 2. Expert Review Prototipe II diberi nama oleh penulis yaitu papan Dugase Dipotsega. Prototipe II ini merupakan hasil revisi prototype I berdasarkan hasil self evaluation. Prototipe II terbuat dari (1) media tripleks (2) model garis diwakili oleh tali kecil (3) Paku yang ditancapkan pada bingkai papan dengan jarak yang sama yaitu 1 cm. (4) busur derajat. Prototipe II selanjutnya dianalisis dan divalidasi oleh beberapa pakar. Proses validasi dilakukan oleh 5 orang guru dengan tingkat pendidikan 3 orang Sarjana dan 2 orang Magister. Prototype II ini dicermati, dinilai dan dievaluasi oleh pakar dari segi content, konstruk dan bahasa pada Lembar Aktivitas Peserta Didik. Berdasarkan penilaian tersebut diperoleh hasil Indeks Kelayakan (IK) sebesar 0,73 yang berarti berada pada kategori layak. Didukung dengan hasil diskusi pakar dan pengamatan alat peraga, dapat disimpulkan bahwa papan Dugase Dipotsega tergolong baik (valid dan praktis). Namun diperoleh beberapa masukan untuk melakukan pembenahan pada prototype II ini. Perbaikan yang dimaksud adalah: a. Paku biasa yang digunakan adalah paku kecil tripleks yang dianggap masih agak berbahaya karena ada beberapa paku yang bagian atas (kepalanya) agak tajam, sehingga peneliti memilih bahan paku lain yang lebih aman. b. Bingkai kayu di bagian pinggir tempat menancapkan paku disarankan untuk diberikan ukuran sehingga peserta didik betul-betul yakin bahwa garis yang akan dibuat berjarak sama sesuai dengan pengertian garis sejajar, sehingga peneliti memikirkan alternative bingkai kayu lainnya. 3. One to One Kegiatan one to one dimaksudkan untuk mengidentifikasi error yang terdapat pada alat peraga prototype II serta mengetahui langsung respon dari peserta didik. 4. Small Group Prototipe II kemudian diujicobakan pada small group (kelompok kecil) 2 kelompok siswa yang masing-masing terdiri dari 4 orang peserta didik sebagai tester. Kelompok pertama (eksperimen) menggunakan alat peraga Papan Dugase Dipotsega, dan kelompok kedua (kontrol) menggunakan mistar, pensil dan busur derajat (manual). Hasil uji coba menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen sebesar 81,25 dengan aktivitas belajar sebesar 83%. Sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata hasil belajarnya sebesar 78,50 dengan aktivitas belajar sebesar 70%. Ini menunjukkan bahwa hasil belajar 4 orang siswa yang menggunakan Prototipe II lebih tinggi dibandingkan hasil belajar 4 orang siswa yang menggunakan alat manual.aktivitas belajar juga menunjukkan hasil bahwa siswa yang menggunakan prototype II lebih tinggi dibandingkan siswa yang menggunakan alat manual. 5. Field Test Berdasarkan hasil Expert Review, one to one dan small group dikembangkanlah prototype III. Setelah diperoleh prototype III yang valid dan praktis, maka dilakukan uji coba field test untuk melihat efek potensial terhadap hasil belajar. Tahap ini hanya berisikan uji keefektifan dari prototype III. Hasil dari field test akan dipaparkan pada bagian aplikasi praktis dalam pembelajaran. Sebelum dilakukan field test, kembali prototype III dipaparkan kepada kelima orang pakar yang sebelumnya telah meberikan masukan dan menilai kelayakan prototype II.Prototipe III ini diberi nama Papan Garis dan Sudut.
4 243 Bentuk dari Papan Garis dan Sudut dapat dilihat pada gambar 6 berikut : Gambar 4. Prototipe IIIPapan Garis dan sudut IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Papan Garis dan Sudut digunakan ketika mempelajari materi dengan judul kedudukan dua garis, sudut bertolak belakang dan hubungan antar sudut jika dua garis sejajar dipotong oleh garis lain. Materi ini dipelajari di kelas VII semester genap dan Kompetensi Dasar (KD) 5.2. memahami sifat-sifat sudut yang terbentuk jika dua garis berpotongan atau dua garis sejajar berpotongan dengan garis lain.dengan memodelkan sendirikedudukan dua garis sejajar, kedudukan dua garis berpotongan, kedudukan dua garis bersilangan, besar sudut bertolak belakang, dan sifat sudut yang dibentuk oleh dua garis sejajar yang dipotong oleh sebuah garis lain tidak hanya melalui gambar yang selama ini dilakukan guru pada tahun-tahun sebelumnya., diharapkan siswa akan lebih lebih kreatif. Pada tahun 2014/2015, siswa kelas VIIA sebanyak 32 orang dan pada tahun 2015/2016 siswa kelas VIIC sebanyak 31 orang. Proses pembelajaran dimulai dengan menginformasikan langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan. Di pertemuan pertama, siswa dapat menyimpulkan sendiri kedudukan dua garis sejajar yaitu garis yang jaraknya sama. Kesimpulan ini setelah mengamati bahwa ternyata tali yang diikat pada paku yang ditancapkan bisa dijadikan patokan jarak antara kedua tali yang mewakili model dua garis sejajar. Demikian pula kedudukan dua garis bersilangan, bahwa dua gris bersilangan terletak tidak sebidang. Pada dua garis berpotongan siswa mengamati bahwa terjadi 4 daerah sudut yang ternyata mempunyai hubungan yang dikenal dengan pasangan sudut bertolak belakang. Kegiatan belajar ini diisi dengan proses menemukan sendiri oleh siswa dengan mengamati Papan Garis dan Sudut. Dipertemuan kedua, kegiatan dilakukan untuk menemukan sifat sudut yang dibentuk oleh dua garis sejajar yang dipotong oleh sebuah garis lain. Kegiatan ini juga menggunakan langkah-langkah penemuan yang sudah dipaparkan di Lembar Kerja Siswa. Pada dasarnya, kedua kegiatan tersebut membutuhkan bantuan dan kerjasama di antara masing-masing anggota kelompok. Sehingga menumbuhkan sikap bertanggung jawab, bekerja sama, peduli dan menghargai sesama teman. Hal ini sesuai dengan harapan guru ditunjukkan oleh tes ulangan harian yang diberikan kepada siswa kelas VIIA SMP Negeri 11 Bulukumba tahun pelajaran 2014/2015 menunjukkan rata-rata hasil belajar sebesar 82,10 dengan ketuntasan 81,6%. Pada tahun 2015/2016 siswa kelas VIIC menunjukkan hasil belajar rata-rata 84,25 dengan ketuntasan 85%.Harapan ini juga ternyata ditunjukkan oleh pengamatan aktivitas siswa yang dilakukan selama proses pembelajaran yang meliputi aspek keaktifan, aspek perhatian, aspek kerjasama dan tanggungjawab sebesar 65,31% pada tahun 2014/2015 dan pada tahun 2015/2016 sebesar 79%. Berdasarkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa menunjukkan bahwa Papan Garis dan Sudut mempunyai efek potensial terhadap kedua hal tersebut. V. KESIMPULAN 1. Papan Garis dan Sudut yang dikembangkan oleh peneliti sudah memenuhi kriteria valid dan praktis. Valid terlihat dari hasil penilaian pakar berdasarkan instrumen kelayakan alat peraga yang digunakan yaitu mendapatkan hasil Indeks Kelayakan (IK) sebesar 0,73 yang berarti berada pada kategori layak, yang berarti papan Garis dan Sudut sudah memenuhi kriteria valid. Praktis terlihat dari hasil uji coba pada small group. Hasil uji coba menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen sebesar 81,25 dengan aktivitas belajar sebesar 83%. Sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata hasil belajarnya sebesar 78,50 dengan aktivitas belajar sebesar 70%. Ini menunjukkan bahwa hasil belajar 4 orang siswa yang menggunakan Prototipe II lebih tinggi dibandingkan hasil belajar 4 orang siswa yang menggunakan alat manual. 2. Papan Garis dan Sudut yang dikembangkan oleh peneliti memiliki efek potensial terhadap hasil belajar dan aktivitas belajar siswa. Ini terlihat dari aplikasi praktis dalam pembelajaran yang dilakukan selama dua tahun pelajaran yaitu 2014/2015 dan 2015/2016. Siswa kelas VIIA SMP Negeri 11 Bulukumba tahun pelajaran 2014/2015 menunjukkan hasil belajar rata-rata 82,10 dengan ketuntasan 81,6%. Pada tahun 2015/2016 siswa kelas VIIC menunjukkan hasil belajar rata-rata 84,25 dengan ketuntasan 85%. Aktivitas belajar menunjukkan hasil 65,31% pada tahun 2014/2015 dan pada tahun 2015/2016 sebesar 79%. PUSTAKA [1] Anggria Septini. Dkk. Pengembangan Bahan Ajar Matematika Bangun Ruang Sisi Datar Berbasis Inquiry Untuk Siswa SMP.Yogyakarta: Jurnal Edukasi Matematika (Edumat) Vol.4.No pp [2] Sumardyono.Pengembangan Instrumen Pengukuran Kelayakan Alat Peraga Matematika. Yogyakarta: Jurnal Edukasi Matematika(Edumat) Vol.2.No pp [3] Abadi.Psikologi Pendidikan Dalam Pembelajaran. Depdiknas. Semarang: [4] Departemen Pendidikan Nasional.Peraturan Menteri Pendidian Nasional No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas. [5] Rani Kristina Dewi. Pengembangan Multimedia Pembelajaran Matematika Math-Tainment Materi Pokok Garis dan Sudut untuk SMP Kls VII,Program studi Pendidikan Matematika Jurusan pendidikan Matematika FMIPA UNY. Yogyakarta : Skripsi : Website:
5 _%28P_Mat_ %29.pdf, diakses tanggal 1 September [6] Amin Suyitno. Sistem Deduktif Aksiomatis dalam [7] Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Matematika dan Matematika Sekolah.Jurusan Pendidikan Pengembangan Pusat Kurikulum.Kajian Kebijakan Matematika Universitas Negeri Semarang. Semarang: Kurikulum Mata Pelajaran Matematika. Makalah Volume 1 Nomor 2/September Website: diakses tanggal 1 Website: diakses tanggal 1 September September
PENGEMBANGAN SOAL-SOAL OPEN-ENDED
PENGEMBANGAN SOAL-SOAL OPEN-ENDED MATERI LINGKARAN UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1O PALEMBANG Devi Emilya Penelitian ini bertujuan untuk: (1)
Lebih terperinciPRAKTIKALITAS PERANGKAT PEMBELAJARAN BERORIENTASI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM MATERI SUHU DAN KALOR DI KELAS X SMA ADABIAH 2 PADANG
PRAKTIKALITAS PERANGKAT PEMBELAJARAN BERORIENTASI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM MATERI SUHU DAN KALOR DI KELAS X SMA ADABIAH 2 PADANG Megasyani anaperta (1) Farida (2) (1) Prodi Pendidikan
Lebih terperinciT-1 PENGEMBANGAN MATERI INTEGRAL BERBASIS MODUL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
T-1 PENGEMBANGAN MATERI INTEGRAL BERBASIS MODUL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI Allen Marga Retta 1 1 Email: Allen_marga_retta@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan
25 III. METODE PENELITIAN A. Desain Pengembangan Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development). Metode penelitian pengembangan adalah metode penelitian
Lebih terperinciPENGEMBANGAN HANDOUT FISIKA DASAR BERBASIS KONSTRUKTIVITAS PADA MATERI DINAMIKA
PENGEMBANGAN HANDOUT FISIKA DASAR BERBASIS KONSTRUKTIVITAS PADA MATERI DINAMIKA Silvi Yulia Sari 1, Nursyahra 2, dan Husna 3 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Padang, Padang 2 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciPengembangan Bahan Ajar Dimensi Tiga Menggunakan Pendekatan Open-Ended di Kelas VIII MTs
Pengembangan Bahan Ajar Dimensi Tiga Menggunakan Pendekatan Open-Ended di Kelas VIII MTs Risnawati, Wahyunur Mardianita, Ruzi Rahmawati Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PENUNTUN TUGAS KINERJA PRAKTIKUM MAHASISWA DI LABORATORIUM BIOLOGI
Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PENGEMBANGAN PENUNTUN TUGAS KINERJA PRAKTIKUM MAHASISWA DI LABORATORIUM BIOLOGI Fitriyah Karmila 1, Khaerati 2 Universitas Cokroaminoto Palopo
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan Van den Akker (1999:3-5) tujuan penelitian pengembangan bisa
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan. Berdasarkan Van den Akker (1999:3-5) tujuan penelitian pengembangan bisa dilihat dari berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mata pelajaran Biologi untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang dikemukakan oleh Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (2006:443)
Lebih terperincipesar baik dari segi materi maupun kegunaannya. Tugas guru adalah membosankan. Jika hal ini dapat diwujudkan maka diharapkan di masa yang
A. Kondisi Kelas dan Proses Pembelajaran Matematika sebagai salah satu ilmu dasar dewasa ini telah berkembang amat pesar baik dari segi materi maupun kegunaannya. Tugas guru adalah menciptakan strategi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Alat Peraga Alat peraga merupakan alat bantu atau penunjang yang digunakan oleh guru untuk menunjang proses belajar mengajar. Pada siswa SD alat peraga sangat dibutuhkan,
Lebih terperinciPengembangan Soal-Soal Open-Ended pada Pokok Bahasan Barisan dan Deret Bilangan di Kelas IX A SMP Negeri 2 Tolitoli
Pengembangan Soal-Soal Open-Ended pada Pokok Bahasan Barisan dan Deret Bilangan di Kelas IX A SMP Negeri 2 Tolitoli Saniah Djahuno SMP Negeri 2 Tolitoli, Sulawesi Tengah ABSTRAK Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Penggunaan media pembelajaran dalam mata pelajaran IPS kelas IV SD
BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis pada bab IV, dapat ditarik benang merah terkait dengan penelitian dan pengembangan media pembelajaran berbasis video peninggalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Guru sebagai agen pembelajaran merasa terpanggil untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut adalah mengoptimalkan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN BAHAN AJAR PROGRAM LINEAR MENGGUNAKAN APLIKASI GEOGEBRA BERBANTUAN ANDROID DI SEKOLAH MENENGAH ATAS
JPPM Vol. 9 No. 1 (2016) PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PROGRAM LINEAR MENGGUNAKAN APLIKASI GEOGEBRA BERBANTUAN ANDROID DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Ibnu Fazar 1), Zulkardi 2), Somakim 3) Pendidikan Matematika PPs
Lebih terperinciIII. METODE PENGEMBANGAN. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah research and development
III. METODE PENGEMBANGAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah research and development atau penelitian pengembangan. Pengembangan yang dilakukan adalah pembuatan media
Lebih terperinciVol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) Ria Erviana STKIP Muhammadiyah Pagaralam riaerviana1987@yahoo.com Abstrak Matematika merupakan studi tentang
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODUL EVALUASI PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME
PENGEMBANGAN MODUL EVALUASI PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME Ratu Ilma Indra Putri 1) 1) Program Magister Pendidikan Matematika FKIP Unsri,Jl. Padang Selasa 524, Palembang, ratu.ilma@yahoo.com
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP Ali Syahbana Universitas Muhammadiyah Bengkulu E-mail : syahbanaumb@yahoo.com Abstrak
Lebih terperinciPENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATERI TRIGONOMETRI UNTUK SISWA SMA KELAS X DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING SKRIPSI OLEH TANTRI IKA YULANDARI
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATERI TRIGONOMETRI UNTUK SISWA SMA KELAS X DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING SKRIPSI OLEH TANTRI IKA YULANDARI NIM 209311420840 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinciVALIDASI PENGEMBANGAN MODUL FISIKA DASAR BERBASIS PROBLEM BASED INSTRUCTION UNTUK MAHASISWA STKIP PGRI SUMATERA BARAT
VALIDASI PENGEMBANGAN MODUL FISIKA DASAR BERBASIS PROBLEM BASED INSTRUCTION UNTUK MAHASISWA STKIP PGRI SUMATERA BARAT Iing Rika Yanti (1) Lince Meriko (2) (1) Prodi Pendidikan Fisika STKIP PGRI Sumatra
Lebih terperinci2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA PAPAN BERPAKU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KELILING PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting bagi manusia. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Hal tersebut sesuai dengan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat menciptakan perubahan perilaku anak baik cara berfikir maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan dengan sengaja, teratur dan terencana untuk membina kepribadian dan mengembangkan kemampuan anak sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI. IPA mempelajari tentang bagaimana cara mencari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI. IPA mempelajari tentang bagaimana cara mencari tahu tentang alam secara
Lebih terperinciPENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PADA MATERI LIMAS MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI)
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PADA MATERI LIMAS MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) Rizky Putri Jannati 1 Muhammad Isnaini 2 Muhammad Win Afgani 3 1 Alumni UIN Raden
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research and Development (R & D). Menurut Sugiyono (2007: 407), penelitian
Lebih terperinciPEMBELAJARAN DIMENSI TIGA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DI SMA NEGERI 2 TANJUNG RAJA
PEMBELAJARAN DIMENSI TIGA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DI SMA NEGERI 2 TANJUNG RAJA Norma Setiawati 1, Zulkardi 2, dan Cecil Hiltrimartin 3 1 norma_thsetia@yahoo.com
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis, Subjek, dan Tempat Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D), penelitian pengembangan adalah metode penelitian
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan dari siswa setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN INSTRUMEN KETERAMPILAN MELUKIS SUDUT UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) SKRIPSI
PENGEMBANGAN INSTRUMEN KETERAMPILAN MELUKIS SUDUT UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) SKRIPSI Oleh Erik Alexander NIM 060210191202 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODUL MATERI LINGKARAN BERBASIS DISCOVERY UNTUK SISWA SMP
Jurnal Elemen Vol. 2 No. 1, Januari 2016, hal. 72 82 PENGEMBANGAN MODUL MATERI LINGKARAN BERBASIS DISCOVERY UNTUK SISWA SMP Amrina Rizta 1, Rusdy A. Siroj 2 & Rani Novalina 3 1,2,3 Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensial
Lebih terperinciPENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATERI GARIS DAN SUDUT MENGGUNAKAN MACROMEDIA FLASH DAN MOODLE KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
JURNAL GANTANG Vol. II, No. 1, Maret 2017 p-issn. 2503-0671, e-issn. 2548-5547 Tersedia Online di: http://ojs.umrah.ac.id/index.php/gantang/index PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATERI GARIS DAN SUDUT MENGGUNAKAN
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran IPA a. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan haanya penguasaan kumpulan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA Susilawati Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Semarang Jln. Lontar No. 1 Semarang susilawatiyogi@yahoo.com
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
Self Eva lua tion expert BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan (development research). Menurut Sugiyono
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tugas utama seorang guru adalah mendidik, mengajar dan melatih siswanya. Agar mampu melaksanakan tugas tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tugas utama seorang guru adalah mendidik, mengajar dan melatih siswanya. Agar mampu melaksanakan tugas tersebut dengan baik, guru harus menguasai berbagai kemampuan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan dunia pendidikan pada abad ke-21 akan tergantung pada sejauh mana kita mengembangkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan dunia pendidikan pada abad ke-21 akan tergantung pada sejauh mana kita mengembangkan keterampilan-keterampilan yang tepat untuk menguasai kekuatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) pada
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan suatu produk berupa perangkat pembelajaran. Perangkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika, kemampuan berpikir sangat penting sebagai modal. utama untuk meningkatkan hasil belajar matematika.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah perkembangan manusia sampai sekarang peranan matematika dianggap penting. Matematika berbeda dengan ilmu lain. Meteri matematika bersifat kreatif, menarik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar yang signifikan sebelum siswa menggunakan modul dan setelah menggunakan modul pada sub pokok
Lebih terperinciBAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)
BAB 1I 2.1. Kajian Teori KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi pembelajaran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori, pendapat-pendapat ahli yang mendukung penelitian akan dipaparkan dalam obyek yang sama, dengan pandangan dan pendapat yang berbedabeda. Kajian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya adalah dalam hal melengkapi bahan ajar, meningkatkan kualitas pengajar, maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha untuk menyiapkan siswa melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan penilaian hasil pembelajaran siswa sejalan dengan perkembangan kurikulum yang dipergunakan. Hal itu disebabkan penilaian merupakan salah satu
Lebih terperinciPF-42: PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA MATERI LISTRIK DINAMIS DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MEMFASILITASI PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA
PF-42: PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA MATERI LISTRIK DINAMIS DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MEMFASILITASI PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA Niza Zesrita 1*), Agus Setyo Budi 1, Vina Serevina
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa SMP kelas VIII ini
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kegiatan siswa (LKS) berbasis pendekatan saintifik pada materi lingkaran untuk
Lebih terperinciPENGEMBANGAN ALAT PERAGA MENGGUNAKAN RANGKAIAN LISTRIK SERI-PARALEL UNTUK MENGAJARKAN LOGIKA MATEMATIKA DI SMK NEGERI 2 PALEMBANG
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MENGGUNAKAN RANGKAIAN LISTRIK SERI-PARALEL UNTUK MENGAJARKAN LOGIKA MATEMATIKA DI SMK NEGERI 2 PALEMBANG Eni Yulianti 1) Zulkardi 2) dan Rusdy A Siroj 3) Abstrak: Penelitian ini
Lebih terperinciPENGEMBANGAN WEBSITE BAHAN AJAR TURUNAN UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PESERTA DIDIK
PENGEMBANGAN WEBSITE BAHAN AJAR TURUNAN UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PESERTA DIDIK Dina Octaria, Zulkardi, dan Somakim PGRI Palembang dan FKIP Universitas Sriwijaya Palembang email: dinaoktaria@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang diartikan sebagai usaha membimbing anak untuk mencapai kedewasaan. Menurut Undang-Undang Nomor : 20 Tahun 2003 Bab I Pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang digunakan manusia untuk memecahkan persoalan sehari-hari dan persoalan ilmu lainnya. Para ahli yang mendefinisikan
Lebih terperinciPENINGKATAN KREATIVITAS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SPONTANEOUS GROUP DISCUSSION (SGD) PADA SISWA KELAS VII
PENINGKATAN KREATIVITAS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SPONTANEOUS GROUP DISCUSSION (SGD) PADA SISWA KELAS VII Dani Nur Khasanah; Nila Kurniasih Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan Sosial dan Pendidikan Kewarganegaraan, diantara. metapelajaran tersebut masuk dalam kelompok mata pelajaran yang di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan pengamatan lapang terhadap jenis mata pelajaran yang dianggap sebagai mata pelajaran utama dalam pendidikan sekolah dasar seperti Bahasa Indonesia,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan
4 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Pengertian belajar menurut pendapat Slameto (dalam kurnia, 2007 : 3) adalah sebagai berikut : Belajar adalah sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber. Perkembangan teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar
Lebih terperinciTUGAS EVALUASI PEMBELAJARAN. Oleh : 1. Aprizal Putra 2. Nailur Rahmi 3. Renti Yunda Sari 4. Tika Septia
TUGAS EVALUASI PEMBELAJARAN Oleh : 1. Aprizal Putra 2. Nailur Rahmi 3. Renti Yunda Sari 4. Tika Septia KONSENTRASI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester genap tahun pelajaran 2009-2010,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Bab ini akan membahas tentang jenis penelitian yang digunakan, subyek penelitian, desain pengembangan, sumber data, teknik dan instrument pengumpulan data, serta analisis data.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pengubahan tingkah laku dan kemampuan seseorang menuju kearah kemajuan dan peningkatan. Selain itu pendidikan dapat mengubah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika adalah ilmu pengetahuan yang paling mendasar karena berhubungan dengan perilaku dan struktur benda. Tujuan utama sains termasuk fisika umumnya dianggap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang Standar Proses, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebaiknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum yang berlaku di sekolah dasar saat ini adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), yang salah satu isi program pembelajarannya adalah Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut kurikulum KTSP SD/MI tahun 2006 Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian pustaka Pada bab II kajian pustaka ini terkait dengan variabel penelitian, variabel hasil belajar matematika sebagai variabel terikat, tahapan-tahapan belajar menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, sekarang ini makin banyak digunakan dalam berbagai bidang kehidupan seperti bidang industri, asuransi, ekonomi, pertanian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian & Pengembangan (Research and Development) ini terdiri dari tiga tahap, di mana langkah-langkah penelitian mengacu pada model pengembangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. pada rumpun ilmu dimana obyeknya merupakan benda-benda alam dengan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang sudah dipelajari dari jenjang sekolah dasar. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah proses penemuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Kontekstual Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan dengan strategi. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Kondisi Awal Penelitian Siswa SMP NU 01 Muallimin Weleri dalam kegiatan pembelajaran PAI, sebelum penelitian masih menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem
kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan sebuah proses transformasi menuju ke arah perbaikan, penguatan, dan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Proses belajar mengajar sebagai suatu sistem yang terdiri dari komponen guru atau instruktur, siswa, serta lingkungan belajar yang saling berinteraksi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi lebih tepat dan pada usia 5 tahun
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini 1. Pengertian Motorik Halus Anak Usia Dini Menurut Santrock (1995: 225) Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak-anak telah semakin
Lebih terperinciMENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)
MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) Diah Nugraheni Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Veteran Semarang email: diah_fisika@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Heni Sri Wahyuni, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa IPA
Lebih terperinciPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN PROYEK MATERI ALAT-ALAT OPTIK UNTUK KELAS X SMA
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN PROYEK MATERI ALAT-ALAT OPTIK UNTUK KELAS X SMA Oktarinah 1), Ketang Wiyono 2), Zulherman 2) 1 Alumni Pendidikan FisikaUniversitas Sriwijaya 2 Dosen
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan model pengembangan ADDIE yaitu tahap analysis (analisis),
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan model pengembangan ADDIE yaitu tahap analysis (analisis), design (perancangan), development (pengembangan), implementation (implementasi),
Lebih terperinciEFEKTIVITAS BAHAN AJAR BANGUN RUANG SISI DATAR MENGGUNAKAN 5E INSTRUCTIONAL MODEL TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
EFEKTIVITAS BAHAN AJAR BANGUN RUANG SISI DATAR MENGGUNAKAN 5E INSTRUCTIONAL MODEL TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR Swaditya Rizki 1, Syutaridho 2 1,2 FKIP Universitas Muhammadiyah Metro E-mail: swaditya.rizki@gmail.com
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SOAL NON RUTIN untuk MENGETAHUI BERPIKIR KRITIS SISWA SMP N 18 PALEMBANG. Eka Fitri Puspa Sari, M.Pd
PENGEMBANGAN SOAL NON RUTIN untuk MENGETAHUI BERPIKIR KRITIS SISWA SMP N 18 PALEMBANG Eka Fitri Puspa Sari, M.Pd Dosen Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang ABSTRAK kurikulum tingkat satuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari Sekolah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari Sekolah Dasar (SD) agar siswa mampu berpikir logis, analistis, sistematis, kritis, dan kreatif
Lebih terperinciMeningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene
Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene Muh. Jupriadi, Bustamin, dan Lilies Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu fenomena manusia yang sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu, maka pendidikan dapat dilihat dan dijelaskan dari berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan dalam sistem pendidikan nasional termuat dalam UU Sisdiknas, yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia dewasa ini tidak hanya menuntut aspek kognitif saja, melainkan aspek afektif dan psikomotor juga sangat berpengaruh. Tujuan pendidikan dalam
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT PENILAIAN PSIKOMOTORIK PADA PESERTA DIDIK
PENGEMBANGAN PERANGKAT PENILAIAN PSIKOMOTORIK PADA PESERTA DIDIK Sri Mukminati Nur STKIP-PI Makassar, Jln. A.P. Pettarani No.99 B. Telp (011) 662875 Makassar. Sulawesi Selatan (90222). Email: srimukminati89@gmail.com
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang
III. METODE PENELITIAN A. Penelitian Pengembangan Metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan lanjutan serta suatu alat untuk mengembangkan
Lebih terperinciPROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DAN DISCOVERY
PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DAN DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 18 SURAKARTA SKRIPSI Oleh : Puji Harmisih NIM
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur
9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta
Lebih terperinciOleh: Asis Nuansa Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta 2015 ABSTRAK
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION PADA SISWA KELAS VIIIA MTS SUDIRMAN GETASAN KAB. SEMARANG
Lebih terperinciDeti Ahmatika Universitas Islam Nusantara, Jl. Soekarno Hatta No. 530, Bandung; Abstrak
Jurnal Euclid, vol.3, No.1, p.394 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN PENDEKATAN INQUIRY/DISCOVERY Deti Ahmatika Universitas Islam Nusantara, Jl. Soekarno Hatta No. 530, Bandung; dheti_ah@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup seseorang bahkan dalam kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sangat dibutuhkan dalam kelangsungan dan kesejahteraan hidup seseorang bahkan dalam kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pendidikan seseorang akan terhindar
Lebih terperinci