SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum OLEH HERIYANSYAH PUTRA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum OLEH HERIYANSYAH PUTRA"

Transkripsi

1 PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM RANGKA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG SAHAM DALAM BENTURAN KEPENTINGAN TRANSAKSI TERTENTU DI PASAR MODAL SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum OLEH HERIYANSYAH PUTRA DEPARTEMEN : HUKUM EKONOMI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

2 PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM RANGKA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG SAHAM DALAM BENTURAN KEPENTINGAN TRANSAKSI TERTENTU DI PASAR MODAL SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum OLEH HERIYANSYAH PUTRA DEPARTEMEN : HUKUM EKONOMI Ketua Departemen, Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH NIP : Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II, Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH Dr. Sunarmi, SH, M.Hum NIP : NIP : FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

3 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, Puji syukur kehadirat Allah subhanahu wata ala atas rahmat yang diberikannya, sehingga penulis dapat tiba di batas ini untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Tulisan ini penulis turunkan adalah untuk mengakhiri tugas penulis sebagai seorang mahasiswa guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum, jurusan Ekonomi, Universitas Sumatera Utara Medan. Penulis sangat menyadari bahwa kehadiran karya kecil ini tidak terlepas dari perhatian, bimbingan, dorongan dan bantuan dari semua pihak, untuk itu izinkanlah penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Runtung Sitepu, SH, M. Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan. 2. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, M.Hum, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan. 3. Bapak Syafruddin, SH, MH selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan. 4. Bapak M. Husni, SH, M. Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

4 5. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan, dan juga sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I. 6. Ibu Dr. Sunarmi, SH, M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang banyak memberikan bimbingan dan saran-saran dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf administrasi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan. 8. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan segala kritikan dan saran yang bersifat konstruktif guna penyempurnaan skripsi ini. Medan, Maret 2008 Penulis, HERIYANSYAH PUTRA

5 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Abstrak... v BAB I. PENDAHULUAN.. 1 A. Latar Belakang masalah... 1 B. Perumusan masalah.. 6 C. Tujuan dan Manfaat penulisan.. 6 D. Keaslian Penulisan E. Tinjauan kepustakaan F. Metode penulisan.. 10 G. Sistematika penulisan BAB II. PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM PENGELOLAAN PERUSAHAAN. 12 A. Pengertian B. Latar belakang pelaksanaan Good Corporate Governance.. 15 C. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance.. 18 D. Tujuan dan Manfaat Penerapan Good Corporate Governance E. Penerapan Prinsip Good Corporate Governance di Pasar Modal. 29

6 BAB III. BENTURAN KEPENTINGAN TRANSAKSI TERTENTU.. 35 A. Pengertian. 35 B. Pengaturan tentang Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu dalam Peraturan Bapepam No. IX.E.I dan UU Pasar Modal.. 37 C. Peranan Bapepam. 50 BAB IV. PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG SAHAM TERHADAP BENTURAN KEPENTINGAN TRANSAKSI TERTENTU DALAM PASAR MODAL A. Perlindungan Hukum bagi Pemegang Saham Perlindungan dari Peraturan Perundang-undangan Perlindungan dari Penerapan Good Corporate Governance B. Tanggung jawab Persero dan Pengurus atas Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu 71 C. Sanksi terhadap Pelanggaran Ketentuan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu 79 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan..82 B. Saran 84 DAFTAR PUSTAKA

7 PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM RANGKA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG SAHAM DALAM BENTURAN KEPENTINGAN TRANSAKSI TERTENTU DI PASAR MODAL *) Bismar Nasution **) Sunarmi ***) Heriyansyah Putra Abstrak Perbedaan posisi pemegang saham dengan Direksi dan Komisaris di dalam suatu perusahaan, tidak jarang menyebabkan terjadi suatu benturan kepentingan antara pihak pengelola dengan para pemegang saham. Hal ini dapat terjadi dengan dilakukannya transaksi yang mengandung benturan kepentingan. Yaitu transaksi yang dilakukan Direksi atau Komisaris demi kepentingan pribadi dan merugikan para pemegang saham. Oleh karena itu, UU Pasar Modal melihat hal ini sebagai suatu permasalahan yang berpotensi untuk merugikan pemegang saham. Penyebabnya disinyalir karena pengelolaan perusahaan dilakukan dengan tidak benar, karena tidak diterapkannya Good Corporate Governance dengan baik, yang disebabkan latar belakang perusahaan yang berasal dari perusahaan keluarga belum memisahkan fungsi pengelolaan dan kepemilikan perusahaan yang membuat para pemegang saham tidak dapat menggunakan haknya dengan benar dan membuat potensi tindakan-tindakan yang mengandung konflik kepentingan (conflict of interest) semakin besar. Skripsi ini mengemukakan bagaimana penerapan Good Corporate Governance terhadap transaksi yang mengandung benturan kepentingan dan bagaimana perlindungan bagi pemegang saham terhadap benturan kepentingan transaksi tertentu. Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah jenis penelitian normatif dengan pengumpulan data secara studi pustaka (library research) disertai mengumpulkan dan membaca referensi melalui peraturan, internet kemudian datadata yang layak diseleksi untuk mendukung penulisan. Penerapan Good Corporate Governance terhadap transaksi yang mengandung benturan kepentingan dimaksudkan untuk memberi perlindungan terhadap pemegang saham melalui pengelolaan perusahaan dengan prinsipprinsip yang ada dalam Good Corporate Governance itu, yaitu accountability, independency, transparency, responsibility, fairness. Dan selain itu, Bapepam sebagai otoritas pasar modal juga memberikan perlindungan terhadap pemegang saham dari adanya transaksi yang mengandung benturan kepentingan dengan mengeluarkan Peraturan No. IX.E.1, dan juga ikut mengintensifkan penerapan Good Corporate Governance dengan memasukkan klausul yang mengharuskan pelaku usaha dalam pasar modal agar melakukan aktivitas dalam pasar modal dengan berbasiskan Good Corporate Governance dalam peraturan perundangundangan dalam pasar modal. Kesimpulan dari skripsi ini adalah bahwa penerapan Good Corporate Governance sangat diperlukan dalam kegiatan pasar modal, khususnya mengenai

8 benturan kepentingan transaksi tertentu dan perlindungan pemegang saham terhadap benturan kepentingan transaksi tertentu ada dalam penerapan Good Corporate Governance dan juga ada dalam peraturan perundang-undangan di pasar modal. Key-note : - Good Corporate Governance, Benturan Kepentingan. *) Dosen Pembimbing I **) Dosen Pembimbing II ***) Mahasiswa Semester VIII FH-USU

9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan rencana pembangunan ekonomi yang diharapkan dapat di capai, baik langsung atau tidak langsung pasti akan membawa dampak positif bagi pasar modal di Indonesia. Di samping itu, melihat kondisi sumber dana dari Lembaga Keuangan yang menjadi semakin mahal, sangat besar harapan dunia usaha akan terletak pada mekanisme dunia pasar modal. Mengingat prospek pasar modal yang sangat berpotensi untuk memberikan harapan banyak pada berbagai pihak, maka sudah seharusnya aspek perlindungan hukum terhadap pemegang saham dan masyarakat mendapat perhatian yang sungguh-sungguh. 1 Sebuah perusahaan publik dalam melakukan aktivitasnya melalui pengelola atau pihak pengurusnya, pada hakekatnya harus memandang kepentingan pihak-pihak yang diwakilinya, dan tidak melakukan suatu aktivitas yang berpotensi untuk merugikan pihak-pihak yang ada di dalam suatu perseroan, untuk memperoleh keuntungan pribadi pihak pengurus dalam perseroan tersebut. Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan di pasar modal harus selalu mengikuti peraturan yang ada di dalam pasar modal itu sendiri. Hal ini diperlukan demi terciptanya pasar modal yang aman untuk menarik para investor agar merasa nyaman menginvestasikan dananya di pasar modal. Hal Sri Redjeki Hartono, Kapita Selekta Hukum Perusahaan, (Bandung : Mandar Maju, 2000).

10 Pentingnya untuk menarik investor dalam pasar modal tidak terlepas dari pentingnya pemegang saham dalam suatu perseroan yang melakukan aktivitas di pasar modal itu sendiri. Karena secara tidak langsung modal pemegang sahamlah yang diinvestasikan di pasar modal melalui saham yang ada di perusahaan masing-masing. Karena modal yang berasal dari para pemegang saham merupakan suatu hal yang sangat penting demi menjaga kelancaran aktivitas perusahaan tersebut. Ketentuan ini berlaku bagi segala aktivitas dari perusahaan yang bersangkutan, termasuk bila perusahaan tersebut melakukan kegiatan di dalam pasar modal. Dalam melakukan aktivitas di dalam pasar modal, perusahaan publik atau sebuah perusahaan tercatat di dalam rencananya untuk melakukan suatu transaksi bisnis wajib memperhatikan rambu-rambu yang diatur dalam peraturan pasar modal yang berlaku, yaitu Undang-Undang Pasar Modal (UUPM) beserta seluruh peraturan pelaksananya. Hal ini perlu dilakukan demi untuk mencapai sasaran yang ingin di capai Undang-Undang Pasar Modal, yaitu; 2 a. Terciptanya kerangka hukum yang kuat di bidang pasar modal. b. Menciptakan transparansi dan memberikan jaminan perlindungan hukum bagi investor. c. Meningkatkan profesionalisme para pelaku pasar modal. d. Menciptakan sistem perdagangan yang aman, tertib, efisien, dan likuid. e. Memberikan kesempatan berinvestasi bagi para investor kecil. 2 Nindyo Pramono, Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2006). Hal 15.

11 Di sisi lain, dalam suatu perusahaan posisi pemegang saham berbeda dengan pihak pengelola perusahaan. Dimana pemegang saham bukanlah sebagai pihak yang menjalankan perusahaan. Direksi dan Komisaris adalah pihak yang bertugas sebagai pengelola perusahaan yang memiliki kewenangan dalam menjalankan perusahaan. Karena perbedaan posisi tersebut, tidak jarang terjadi suatu benturan kepentingan antara pihak pengelola dengan para pemegang saham. Hal ini dapat terjadi dengan dilakukannya transaksi yang mengandung benturan kepentingan. Yaitu transaksi yang dilakukan Direksi atau Komisaris demi kepentingan pribadi dan merugikan para pemegang saham. Oleh karena itu, UU Pasar Modal melihat hal ini sebagai suatu permasalahan yang harus ada pengaturannya agar tidak berpotensi untuk merugikan pemegang saham. Benturan kepentingan atau sering disebut dengan istilah conflict of interest telah menjadi suatu perdebatan di seluruh dunia dalam beberapa tahun belakangan ini. Bahkan di Indonesia, kasus yang berbau benturan kepentingan yang erat hubungannya dengan KKN (Korupsi Kolusi & Nepotisme) tidak hanya terjadi dalam sektor perusahaan swasta tetapi juga di lembaga pemerintahan dan bisa pula terjadi di organisasi lainnya. Hal tersebut terjadi karena saat ini situasi dan sistem manajemen perusahaan telah jauh berkembang sehingga antara sektor swasta dan publik telah terdapat suatu zona abu-abu dan berpotensi untuk terjadinya KKN. 3 Transaksi dalam pasar modal yang mengandung benturan kepentingan atau yang lazim disebut Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu dalam 3 diakses tanggal 11 Februari 2008.

12 prakteknya telah berlangsung sejak lama, dan berpotensi untuk merugikan berbagai pihak, karena praktek ini rentan akan unsur kolusi dan merupakan suatu pelanggaran terhadap unsur keterbukaan informasi. 4 Karena di dalam aktivitas pasar modal, prinsip keterbukaan menjadi suatu persoalan yang penting dan merupakan inti yang menjadi jiwa dari pasar modal itu sendiri. 5 Kerugian terhadap adanya benturan kepentingan transaksi tertentu ini dirasakan terutama oleh para pemegang saham, karena transaksi tersebut menyangkut kepentingan mereka yang dirugikan. Oleh karena itu perlu diketahui perangkat hukum yang ada untuk melindungi kepentingan mereka sebagai pemegang saham dalam suatu perusahaan. 6 Penyebab dari adanya Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu tersebut yang menyebabkan kerugian bagi pihak pemegang saham disinyalir karena pengelolaan perusahaan dilakukan dengan tidak benar, sehingga para pemegang saham tidak dapat menggunakan haknya dengan benar dan tepat. Hal ini disebabkan karena tidak dilaksanakannya penerapan Good Corporate Governance dengan baik dalam menjalankan atau mengelola suatu perusahaan, karena latar belakang perusahaan yang berasal dari perusahaan keluarga yang belum memisahkan fungsi pengelolaan dan kepemilikan perusahaan yang membesar menjadi konglomerasi makin membuat kemungkinan atau peluang terjadinya tindakan-tindakan yang mengandung konflik kepentingan (conflict of interest). 4 M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004). Hal Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal, (Jakarta : Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2001). Hal 1. 6 M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Op cit. Hal 245.

13 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) sebenarnya bukan sesuatu yang terlalu asing. Secara umum perusahaan harus dijalankan secara amanah, akuntabel, transparan, dan fair untuk mencapai tujuan terciptanya nilai perusahaan jangka panjang seraya terlayaninya semua kepentingan pihak yang berkepentingan dengan jalannya perusahaan (stakeholders). Introduksi Good Corporate Governance secara formal oleh Organisation for Economic Cooperation and Development (OECG) dan diterbitkannya pedoman Good Corporate Governance oleh Komite Nasional Kebijakan Good Corporate Governance merupakan sistematisasi dari praktek-praktek yang selama ini terbukti baik dalam mengelola perusahaan. 7 Berdasarkan hal tersebut, maka penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam pengelolaan perusahaan dapat memberikan suatu rasa aman bagi para pihak dalam perusahaan, karena dengan prinsip-prinsip tersebut perusahaan dapat berjalan dengan baik. Sebaliknya, para pihak dalam suatu perusahaan tidak akan mendapat kenyamanan dalam perusahaannya bila pengelolaan perusahaan tidak dijalankan dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana penerapan Good Corporate Governance dalam pengelolaan perusahaan sehingga dapat melindungi kepentingan para pihak. Khususnya kepentingan pemegang saham sebagai pihak yang dirugikan bila terjadi transaksi yang mengandung benturan kepentingan yang terjadi karena kesalahan dari Direksi dan Komisaris sebagai pengelola perusahaan. 7 diakses tanggal 11 Februari 2008.

14 B. Perumusan Masalah: 1. Bagaimanakah penerapan Good Corporate Governance terhadap benturan kepentingan transaksi tertentu dalam pasar modal? 2. Bagaimanakah perlindungan terhadap pemegang saham terhadap Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu? C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Tujuan pembahasan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui penerapan Good Corporate Governance dalam suatu perusahaan terhadap adanya Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu. 2. Untuk mengetahui perlindungan terhadap pemegang saham terhadap Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu yang ada dalam peraturan perundang-undangan. Manfaat penulisan yang dapat diambil dari skripsi ini antara lain yaitu agar dapat memberi masukan dalam ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan hukum bisnis dalam pasar modal, khususnya yang berkaitan dengan pemegang saham. D. Keaslian Penulisan Penerapan Prinsip Good Corporate Governance Dalam Rangka Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Saham Dalam Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu Di Pasar Modal yang diangkat menjadi judul skripsi ini merupakan hasil karya penulis sendiri melalui pemikiran, referensi dari buku-

15 buku, internet, bantuan dari para sumber dan pihak-pihak lain. Skripsi ini bukan jiplakan ataupun merupakan judul skripsi yang sudah pernah diangkat sebelumnya oleh orang lain. E. Tinjauan Kepustakaan Penerapan Good Corporate Governance sebagai bentuk perlindungan bagi pemegang saham terhadap adanya benturan kepentingan dalam pasar modal dapat dilihat dengan dikeluarkannya Peraturan No. IX.E.1 tentang Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu. Peraturan Bapepam Nomor IX.E.1 pada pokoknya merupakan sebuah penghormatan dan perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham minoritas. Ketentuan mengenai transaksi yang mengandung benturan kepentingan tertentu ini menunjukkan bahwa peraturan perundang-undangan di pasar modal menjunjung hak dan perlindungan pemegang saham suatu perseroan berdasarkan asas kesetaraan. Pengaturan ini memberikan koridor yang akan membatasi pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkuasa seperti pemegang saham mayoritas, Direksi, dan Komisaris perseroan untuk bersepakat mengenai transaksi tertentu yang memberikan keuntungan kepada pihak-pihak tersebut dengan mengabaikan hak dan kepentingan pemegang saham minoritas. Pada dasarnya ketentuan mengenai transaksi yang mengandung benturan kepentingan bersifat preventif, menerapkan prinsip keterbukaan sebagai suatu asas fundamental dalam pasar

16 modal dan lebih memberdayakan pemegang saham minoritas dan sekaligus mendidik mereka agar memahami haknya. 8 Dan pemberlakukan ketentuan ini sejalan dengan prinsip Good Corporate Governance, yaitu menghormati hak pemegang saham, memberikan perlakuan sama diantara pemegang saham, dan melindungi kepentingan pemegang saham minoritas. Prinsip lainnya adalah penerapan prinsip keterbukaan. 9 Karena Corporate Governance pada intinya adalah mengenai suatu sistem, proses dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, Dewan Komisaris dan Dewan Direksi demi tercapainya tujuan organisasi. Corporate Governance dimaksudkan untuk mengatur hubunganhubungan ini dan mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan (mistakes) signifikan dalam strategi korporasi dan untuk memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera. 10 Pengaturan transaksi yang mengandung benturan kepentingan ditujukan untuk mendorong akuntabilitas pengelola perseroan jika harus melakukan transaksi yang mengandung benturan kepentingan. Di lain sisi, perusahaan membutuhkan kecepatan dalam proses pengambilan keputusan, mengingat peluang bisnis selalu di perebutkan. Oleh karena itu, pengambilan keputusan bisa mendatangkan keuntungan, tetapi tidak tertutup kemungkinan kalau di kemudian hari transaksi yang telah dilakukan perseroan malah mendatangkan kerugian. 8 9 M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Op cit. Hal Ibid. Hal I Nyoman Tjager, dkk, Corporate Governance ; Tantangan dan Kesempatan Bagi Komunitas Bisnis Indonesia, (Jakarta : PT. Prenhallindo, 2003). Hal 28.

17 Untuk menjaga kejujuran (fairness), pengambilan keputusan untuk transaksi yang mengandung benturan kepentingan tertentu itu harus melibatkan pemegang saham yang tidak terkait dengan transaksi tersebut untuk dimintakan persetujuan, sehingga risiko yang harus ditanggung perusahaan bisa dikalkulasikan secara matang oleh pemegang saham. Perusahaan tidak akan dipersalahkan untuk transaksi yang demikian, tetapi itu harus dibuktikan dengan risalah atau notulen Rapat Umum Pemegang Saham. Dengan demikian, jika terdapat pertentangan kepentingan ekonomis antara kepentingan perseroan dengan kepentingan Direksi, Komisaris, atau pemegang saham utama, maka kepentingan perseroanlah yang harus didahulukan. Pada dasarnya pelanggaran ketentuan benturan kepentingan transaksi tertentu adalah tindakan yang melampaui kekuasaan yang dimiliki oleh Direksi. Direksi yang menyetujui pelaksanaan transaksi yang mengandung benturan kepentingan transaksi tertentu tanpa mendapat persetujuan pemegang saham melalui RUPS adalah perbuatan yang dikategorikan melanggar hukum, sedangkan jika seorang anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, atau pemegang saham utama mempengaruhi tindakan perseroan untuk melakukan transaksi yang mengandung benturan kepentingan transaksi tertentu tanpa melalui persetujuan RUPS merupakan contoh dari perbuatan yang melampaui wewenangnya M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Op cit. Hal

18 F. Metode Penulisan Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah jenis penelitian normatif dengan pengumpulan data secara studi pustaka (library research) disertai mengumpulkan dan membaca referensi melalui peraturan, internet kemudian datadata yang layak diseleksi untuk mendukung penulisan. G. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini dibagi ke dalam 5 (lima) bab, dimana masing masing bab dibagi atas beberapa sub bab. Urutan bab tersebut tersusun secara sistematik dan saling berkaitan antara satu sama lain. Uraian singkat atas bab bab dan sub bab tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : BAB I: Bab ini merupakan bab pendahuluan, yang menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II: Bab ini merupakan bab yang berisi tentang penerapan Good Corporate Governance dalam suatu perusahaan, menguraikan bagaimana pengertian, latar belakang, prinsip-prinsip dasar, tujuan dan manfaat, serta bagaimana penerapannya dalam pasar modal. Yang berkaitan dengan masalah perlindungan hukum bagi pemegang saham terhadap benturan kepentingan transaksi tertentu.

19 BAB III: Bab ini merupakan bab yang berisi tentang Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu. Yang menguraikan bagaimana pengertian, pengaturannya dalam Peraturan Bapepam No. IX.E.1 dan UU Pasar Modal. Serta bagaimana peranan Bapepam dalam terjadinya Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu. BAB IV: Bab ini merupakan bab yang berisi tentang Perlindungan Hukum bagi Pemegang Saham terhadap Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu dalam pasar modal, bab ini menguraikan tentang bagaimana perlindungan hukum bagi pemegang saham, yang ada dalam peraturan perundang-undangan dan dengan penerapan Good Corporate Governance. Serta bagaimana tanggung jawab pengurus perusahaan dan sanksi dari adanya pelanggaran ketentuan tentang Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu. BAB V: Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari skripsi dan saran-saran yang mungkin berguna bagi perkembangan hukum pasar modal di Indonesia.

20 BAB II PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM PENGELOLAAN PERUSAHAAN Pada hakekatnya praktek benturan kepentingan transaksi tertentu dapat terjadi disebabkan karena pada perusahaan yang bersangkutan di kelola dengan cara yang tidak professional, disebabkan masih berbasis perusahaan keluarga yang tidak menunjukkan pengelolaan yang transparan, independen dan akuntabel seperti prinsip-prinsip yang ada dalam Good Corporate Governance. Karena prinsip Good Corporate Governance bertujuan untuk menghormati hak dan melindungi kepentingan dari pemegang saham, yang sejalan dengan pengaturan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu dalam peraturan perundang-undangan dalam pasar modal. 12 Untuk itu, dalam bab ini akan dibahas tentang apakah Good Corporate Governance itu dan bagaimana proses penerapannya. Karena pemahaman terhadap prinsip-prinsip dasar yang terkandung dalam Good Corporate Governance merupakan suatu esensi yang mendasar, karena melalui proses pemahaman tersebut, diharapkan Good Corporate Governance dapat terlaksana dengan baik, baik oleh pemerintah selaku pembuat kebijakan maupun para pelaku usaha sebagai pihak yang melaksanakan ketentuan dari peraturan tersebut. 13 Sehingga pada akhirnya dapat menjadi suatu bentuk perlindungan bagi para pihak yang berkepentingan, khususnya para pemegang saham. 12 M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya. Loc cit. 13 Johannes Ibrahim, Hukum Organisasi Perusahaan ; Pola Kemitraan Dan Badan Hukum, (Bandung : Refika Arditama, 2006). Hal 69.

21 A. Pengertian Good Corporate Governance Secara umum istilah governance lebih ditujukan untuk sistem pengendalian dan pengaturan perusahaan, yang lebih ditujukan pada tindakan yang dilakukan eksekutif perusahaan agar tidak merugikan para stakeholders. Good Corporate Governance memang menyangkut orang (moralitas), etika kerja, dan prinsip-prinsip kerja yang baik. 14 Dalam rangka lebih memahami tentang Good Corporate Governance, maka terlebih dahulu perlu dipahami tentang pengertiannya yang dapat dilihat dari pendapat beberapa pakar dari dan literatur sebagai dasar pemahaman tentang Good Corporate Governance, antara lain : 1. Ernst and Young; Corporate Governance terdiri atas sekumpulan mekanisme yang saling berkaitan yang terdiri dari Pemegang Saham Institusional, Dewan Direksi dan Komisaris, para manajer yang dibayar berdasarkan kinerjanya, pasar sebagai pengendali perseroan, struktur kepemilikan, struktur keuangan, investor terkait, dan persaingan produk Task Force Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance: Good Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah pada perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang saham, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders 14 diakses tanggal 11 Februari Johannes Ibrahim, Op cit. Hal

22 lainnya, berdasarkan pertauran perundang-undangan dan norma yang berlaku Forum For Corporate Governance In Indonesia; Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. 17 Selain itu, Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum memberikan pengertian Good Corporate Governance sebagai berikut: Good Corporate Governance adalah suatu tata kelola Bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency), dan kewajaran (fairness). 18 Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa Good Corporate Governance adalah suatu kumpulan atau seperangkat peraturan yang memuat ketentuan tentang bagaimana suatu perusahaan dikelola dengan baik dan benar, dengan penuh integritas dan bagaimana membina hubungan yang baik dengan para stakeholders, yang dapat berguna dalam mewujudkan visi dan misi 16 Nindyo Pramono, Op cit. hal Johannes Ibrahim, Loc cit. 18 Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum. Pasal 1 angka 6.

23 serta tujuan dari perusahaan, baik dalam jangka panjang maupun pendek. Karena sistem tata kelola perusahaan yang baik merupakan jalinan keterkaitan antar stakeholders perusahaan yang digunakan untuk menetapkan dan mengawasi arah strategis dan kinerja usaha suatu organisasi. Dan dalam pasar modal, maka penerapan Good Corporate Governance juga dapat diartikan sebagai suatu kewajiban bagi perusahaan dalam menjalankan kegiatannya di pasar modal untuk senantiasa patuh terhadap berbagai peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan oleh badan atau bursa tempat saham perseroan terdaftar dan tercatat. Termasuk juga bagaimana suatu perusahaan mematuhi peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam sebagai otoritas pasar modal untuk menjaga agar tidak terjadi pelanggaranpelanggaran terhadap ketentuan pasar modal yang akhirnya bertujuan untuk melindungi semua pihak yang melakukan aktivitas dalam pasar modal itu sendiri. B. Latar Belakang Pelaksanaan Good Corporate Governance Di dalam tubuh perusahaan, khususnya dalam pengelolaannya dapat menyebabkan kerugian diakibatkan sistem pengelolaannya yang tidak benar. Salah satunya contohnya adalah terjadinya Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu, sebagai akibat dari penyalahgunaan wewenang dari pihak Direksi ataupun Komisaris, yang membuat para pihak (khususnya pemegang saham) dalam perusahaan mengalami kerugian. Dan untuk mengurangi resiko itu, maka dibutuhkan suatu sistem pengelolaan perusahaan yang baik dan benar, yang menerapkan prinsip akuntabilitas dan transparansi dengan benar. Dimana prinsipprinsip tersebut ada dalam Good Corporate Governance.

24 Latar belakang penerapan Good Corporate Governance secara umum, dapat dilihat pada era bisnis pasca perang dingin banyak para pelaku bisnis dengan berbagai macam jenis korporasi mulai menjalankan sistem tata kelola perusahaannya secara terbuka, sistimatis dan bertanggung jawab. Hal ini didorong oleh kebutuhan pasar yang menuntut perusahaan publik menjalankan sistem manajemennya secara baik, transparan dan auditabel menyusul maraknya berbagai skandal sistem pelaporan keuangan perusahaan global pada masa itu. 19 Hal ini terkait dengan kebutuhan akan transparansi dalam pengambilan keputusan untuk melakukan suatu transaksi yang mengandung benturan kepentingan agar tidak merugikan para pihak seperti pemegang saham, karena untuk menghormati posisi para pemegang saham maka segala keputusan yang berhubungan dengan jalannya perusahaan harus diambil dengan melibatkan pemegang saham termasuk pemegang saham minoritas, dengan melakukan RUPS. 20 Sistem tata kelola perusahaan yang tertib dan terbuka ini, yang biasa disebut dengan Good Corporate Governance (GCG), dipromosikan lebih lanjut oleh berbagai instansi, seperti lembaga keuangan dunia seperti the World Bank dan Asian Development Bank dan berbagai kalangan akademisi di dunia pendidikan. Pada saat ini hampir sebagian besar buku baca wajib dalam bidang manajemen umum dan strategi manajemen (strategic management) akan membahas masalah ini dalam salah satu babnya dan menyarankan agar Good Corporate Governance mulai untuk dijalankan oleh perusahaan-perusahaan modern di dunia diakses tanggal 11 Februari Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan tentang Perseroan Terbatas, (Bandung : Nuansa Aulia, 2006). Hal Loc cit.

25 Latar belakang pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance di Indonesia dapat dilihat dari pengaruh perkembangan perekonomian global, dimana perekonomian modern yang telah mempengaruhi perekonomian nasional yang menuntut adanya pemisahan manajemen perusahaan dari kepemilikan perusahaan yang sejalan dengan agency theory yang menekankan pentingnya pemegang saham sebagai pemilik perusahaan atau menyerahkan pengelolaan perusahaanya tersebut kepada tenaga-tenaga independen dan profesional, yang bertugas untuk kepentingan perusahaan dan memiliki keleluasaan dalam menjalankan manajemen perusahaan. Dan dalam konsep ini, pemegang saham hanya bertugas mengawasi dan memonitor jalannya perusahaan yang dikelola oleh manajemen pengelola, serta mengembangkan sistem insentif bagi manajemen pengelola untuk memastikan bahwa tenaga-tenaga profesional yang ditunjuk bekerja sebaik-baiknya demi kepentingan perusahaan. Namun perlu disadari pula bahwa pengelolaan perusahaan dengan cara seperti itu memiliki segi negatif, yaitu keleluasaan yang dimiliki oleh manajemen pengelola perusahaan dapat disalahgunakan sehingga mengakibatkan kondisi dimana pengelola perusahaan memaksimalkan keuntungan bagi dirinya dengan beban dan biaya yang harus ditanggung oleh pemegang saham. 22 Berdasarkan hal tersebut, benturan kepentingan antara pemegang saham dengan pengelola perusahaan bisa saja terjadi disebabkan pengelolaan perusahaan yang belum sepenuhnya dilakukan dengan benar karena sistem pengelolaannya tidak menerapkan prinsip-prinsip yang ada dalam Good Corporate Governance, yang mendukung perlindungan 22 Johannes Ibrahim, Op cit. Hal 71.

26 terhadap pemegang saham dengan cara pengelolaan perusahaan yang transparan dan memiliki akuntabilitas. 23 Perkembangan perekonomian secara global juga membuat perusahaan bergantung pada modal ekstern yang berasal dari equity capital (yaitu dana yang disediakan oleh pemilik perusahaan sebagai bukti dari kepemilikan perusahaan, seperti saham) dan pinjaman, yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatankegiatan perusahaan. Untuk itu, perusahaan harus dapat memberikan kepastian kepada para pemegang saham bahwa dana mereka digunakan secara tepat dan efisien. Dengan manajemen perusahaan yang bertindak secara terbaik untuk kepentingan perusahaan, bukan untuk kepentingan pribadi. Oleh karena itu, penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance, dapat memberikan apa yang diinginkan oleh para pemegang saham, karena dengan pengelolaan perusahaan yang berdasarkan Good Corporate Governance, perusahaan tersebut dapat menciptakan lingkungan kondusif terhadap pertumbuhan usahanya yang efisien dan berkesinambungan. 24 C. Prinsip-Prinsip Dasar Good Corporate Governance Esensi dari perlunya penerapan Good Corporate Governance dalam pengelolaan perusahaan terletak pada ajaran dan prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang menerapkan bagaimana mengelola suatu perusahaan dengan baik dan benar. Oleh sebab itu, setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas Good Corporate Governance diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua 23 Nindyo Pramono, Op cit. Hal Johannes Ibrahim, Loc cit.

27 jajaran perusahaan dengan benar. Secara umum prinsip-prinsip dasar Good Corporate Governance yang diperlukan dan harus diterapkan oleh perusahaan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan, antara lain; Transparansi (Transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materil dan relevan mengenai perusahaan. 2. Kemandirian/Independensi (Independency), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. 3. Akuntabilitas (Accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. 4. Pertanggungjawaban (Responsibility), yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. 5. Kesetaraan/Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan didalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 25 Menteri Badan Usaha Milik Negara, Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-117/M- MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada BUMN, Pasal 3.

28 Dimana prinsip-prinsip dasar Good Corporate Governance tersebut sejalan dengan apa yang dirumuskan oleh Organization for Economic Corporation and Development (OECD). 26 Prinsip-prinsip tersebut juga dapat diwujudkan secara konkrit, antara lain dengan melakukan pemisahan kekuasaan berupa tanggung jawab dan kewenangan yang disertai dengan mekanisme kerjasama antara organ-organ perusahaan, melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dari organ-organ tersebut untuk menghindari adanya benturan kepentingan atau intervensi dari pihak luar, melakukan sistem pengendalian internal dan eksternal yang kuat dan pengungkapan informasi material mengenai perusahaan melalui media yang dapat diakses dengan mudah oleh pihak-pihak yang berkepentingan (accessable) serta juga menetapkan visi, misi, tujuan, dan strategi secara jelas sehingga kinerja perusahaan maupun kontribusi masing-masing individu dapat dinilai secara objektif. 27 Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) adalah forum perkumpulan dari asosiasi-asosiasi bisnis dan profesi di Indonesia yang memberikan penjabaran tentang bentuk-bentuk konkrit dari prinsip-prinsip dasar secara internasional Good Corporate Governance yang lain, yaitu sebagai berikut: 28 a. Hak-hak para pemegang saham, yang harus diberi informasi dengan benar dan tepat pada waktunya mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta 26 I Nyoman Tjager, dkk, Op cit. Hal Johannes Ibrahim. Op cit. Hal Nindyo Pramono. Op cit. Hal 78. Lihat juga Forum for Corporate Governance in Indonesia, dalam Johannes Ibrahim, Ibid.

29 dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan-perubahan yang mendasar atas perusahaan, dan turut memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan. b. Perlakuan sama terhadap pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam (insider trading). c. Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerjasama yang aktif antara perusahaan serta para pemegang saham dan kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja, dan perusahaan yang sehat dari aspek keuangan. d. Pengungkapan yang akurat dan tepat waktu serta transparansi mengenai semua hal yang penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan serta para pemegang kepentingan (stakeholders). e. Tanggung jawab pengurus dalam manajemen, pengawasan manajemen dan pertanggungjawaban kepada perusahaan dan para pemegang saham. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance dapat dilaksanakan dengan adanya pedoman pokok pelaksanaan dari masing-masing prinsip tersebut, antara lain : Akuntabilitas (Accountability), pedoman pelaksanaannya adalah : 29 Pelaksanaan-Good-Corporate-Governance. Hal 4-6, diakses tanggal 11 Februari 2008.

30 a. Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masingmasing organ perusahaan dan semua karyawan secara jelas dan selaras dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan. b. Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua karyawan mempunyai kompetensi sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam pelaksanaan Good Corporate Governance. c. Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal yang efektif dalam pengelolaan perusahaan. d. Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang konsisten dengan nilai-nilai perusahaan, sasaran utama dan strategi perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and punishtment system). e. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ perusahaan dan semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku (code of conduct) yang telah disepakati. 2. Kemandirian/Independensi (Independency), pedoman pelaksaanaannya adalah; a. Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara obyektif. b. Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, tidak

31 saling mendominasi dan atau melempar tanggung jawab antara satu dengan yang lain sehingga terwujud sistem pengendalian internal yang efektif. 3. Transparansi (Transparency), pedoman pelaksanaannya; a. Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan haknya. b. Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan perusahaan lainnya yang memiliki benturan kepentingan, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan Good Corporate Governance serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan. c. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi. d. Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan.

32 4. Pertanggungjawaban (Responsibility), pedoman pelaksanaannya; a. Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran dasar dan peraturan perusahaan (by-laws). b. Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial antara lain dengan peduli terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai. 5. Kesetaraan/Kewajaran (fairness), pedoman pelaksanaanya; a. Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan serta membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup kedudukan masing-masing. b. Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan kepada perusahaan. c. Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa membedakan suku, agama, ras, jender, dan kondisi fisik. D. Tujuan dan Manfaat Penerapan Good Corporate Governance Good Corporate Governance atau tata kelola perusahaan yang baik adalah suatu wahana untuk mengamankan aset perseroan untuk meningkatkan nilai bagi pemegang saham dalam jangka panjang. Menurut konsep Good Corporate

33 Governance, perusahaan akan memperoleh nilai perusahaan (value of the firm) yang maksimal apabila fungsi dan tugas masing-masing pelaku organisasi bisnis yang modern dapat dipisahkan dengan membentuk; Board of Directors (BOD), dengan syarat mereka bekerja full time dengan tidak boleh merangkap pekerjaan. Dewan Direksi mengelola perusahaan melalui berbagai keputusan strategis manajemen perusahaan. 2. Board of Commisionners (BOC), meliputi Komisaris Biasa dan Komisaris Independen serta berbagai komite yang dibentuknya. Fungsi utama BOC adalah mengawasi arah pengelolaan perusahaan dan jalannya perusahaan menurut prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Selain itu manfaat Good Corporate Governance bagi suatu korporasi, adalah : Perbaikan dalam komunikasi. 2. Minimalisasi potensi benturan kepentingan. 3. Fokus pada strategi-strategi utama. 4. Peningkatan dalam produktivitas dan efisiensi. 5. Kesinambungan manfaaat. 6. Promosi citra korporasi. 7. Peningkatan kepuasan pelanggan. 8. Perolehan kepercayaan investor. 9. Lebih mudah memperoleh modal. 10. Biaya modal rendah Loc cit. 31 Nindyo Pramono, Op cit. Hal 91.

34 11. Memperbaiki kinerja usaha. 12. Mempengaruhi harga saham perusahaan di bursa efek. 13. Memperbaiki kinerja ekonomi. Penerapan Good Corporate Governance tidak bisa bila hanya dilakukan oleh pihak perusahaan saja. Karena pada prakteknya, suatu perusahaan melakukan aktivitas tidak secara internal saja, tapi juga di luar dari perusahaan yang berpengaruh bagi masyarakat dan negara. Oleh karena itu, pelaksanaannya perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha. Dimana hal ini diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan. Prinsip dasar yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pilar adalah: Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundang-undangan yang menunjang iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan, melaksanakan peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum secara konsisten (consistent law enforcement). Sebagai langkah konkrit dari pemerintah terhadap pembangunan iklim ekonomi yang sehat adalah dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara, menekankan kewajiban bagi BUMN untuk menerapkan Good 32 Op cit. Hal 1.

35 Corporate Governance secara konsisten dan atau menjadikan prinsip-prinsip Good Corporate Governance sebagai landasan operasionalnya, yang pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, dan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan Good Corporate Governance sebagai pedoman dasar pelaksanaan usaha. 3. Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan perusahaan, menunjukkan kepedulian dan melakukan kontrol sosial (social control) secara obyektif dan bertanggung jawab. Selanjutnya, penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dimaksudkan untuk mencapai hal-hal sebagai berikut, yaitu; Memaksimalkan nilai perseroan dan nilai perseroan bagi pemegang saham dengan cara meningkatkan prinsip-prinsip yang ada dalam Good Corporate Governance, agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, yang mendukung investasi. 2. Mendorong pengelolaan perseroan secara profesional, transparan dan efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian Dewan Komisaris, Direksi dan RUPS diakses tanggal 14 Februari I Nyoman Tjager, dkk, Op cit. Hal

36 3. Mendorong agar pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial perseroan terhadap pihak yang berkepentingan maupun kelestarian lingkungan di sekitar perseroan. Selain itu, menurut FCGI penerapan prinsip-prinsip dasar dari Good Corporate Governance dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain : Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders. 2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak rigid (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value. 3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. 4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan deviden. Khusus bagi BUMN akan dapat membantu penerimaan bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terutama dari hasil privatisasi. Khusus mengenai Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu, penerapan Good Corporate Governance bertujuan dan bermanfaaat untuk memberikan 35 Forum for Corporate Governance in Indonesia, dalam Johannes Ibrahim, Loc cit.

37 perlindungan terhadap kepentingan para pemegang saham sebagai pihak yang dirugikan. Perlindungan kepentingan pemegang saham terhadap Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu melalui penerapan Good Corporate Governance tersebut dapat dilakukan karena prinsip-prinisip pengelolaan perusahaan yang ada dalam Good Corporate Governance memandang kepentingan pemegang saham serta masyarakat luas sebagai bagian dari stakeholders, adalah suatu hal yang harus dilindungi. Dengan demikian, bila prinsip-prinsip yang ada dalam Good Corporate Governance tersebut dilaksanakan dengan baik dan benar, maka Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu dapat dihindarkan. Karena pihak pengelola berdasarkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance tersebut akan melaksanakan pengelolaan perusahaan dengan baik dan berusaha agar Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu tidak terjadi, karena menyadari bahwa mereka harus melindungi kepentingan pemegang saham yang dapat dirugikan karena adanya transaksi tersebut. E. Penerapan Prinsip Good Corporate Governance Di Pasar Modal Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada suatu perusahaan, selain bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan (value of firm) juga harus diterapkan dalam setiap kegiatan perusahaan itu, termasuk kegiatan di dalam pasar modal. Dalam hal Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu yang terjadi karena ada benturan kepentingan ekonomis antara perusahaan dengan kepentingan pihak pengelola perusahaan, yang dapat terjadi karena

38 penyalahgunaan wewenang dari pihak pengelola (ultra vires) karena tidak diterapkannya prinsip Good Corporate Governance dengan baik. Dalam segala aktivitas pasar modal yang dilakukan oleh para pelaku usaha harus berdasarkan prinsip keterbukaan. Dan prinsip keterbukaan tersebut merupakan bentuk dari penerapan Good Corporate Governance. Dan sebaliknya penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance diperlukan untuk mendukung prinsip keterbukaan, karena prinsip keterbukaan di dalam pasar modal memiliki tiga fungsi, yaitu : 36 pertama, untuk memelihara kepercayaan publik terhadap pasar; kedua, untuk menciptakan mekanisme pasar yang efisien; dan ketiga, untuk mencegah penipuan (fraud). Perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance, akan memisahkan fungsi pengelolaan dari kepemilikan perusahaan. Dimana fungsi pengelolaan akan diserahkan kepada pihak di luar pemilik perusahaan yang independen yang akan bekerja secara independen dan profesional dalam memberi informasi yang diperlukan dalam kegiatan perusahaan dalam pasar modal dengan sebenarnya (transparansi). Karena bersifat independen dan profesional maka tidak akan ada maksud untuk melindungi perusahaan, atau demi kepentingan pribadi sebagai pengelola perusahaan. Sehingga dalam pengungkapan segala informasi yang diperlukan tidak ada informasi yang tidak benar tentang perusahaan tersebut (omission), yang berguna demi memperlancar langkah perusahaan tersebut dan menjaga kredibilitasnya dalam kegiatan pasar modal. Namun bila pihak pengelola dari perusahaan tersebut berasal dari keluarga pemilik perusahaan tersebut, maka 36 Bismar Nasution, Op cit. Hal 7.

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan memperoleh dan meningkatkan kesejahteraan. 1 Mengingat prospek

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan memperoleh dan meningkatkan kesejahteraan. 1 Mengingat prospek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu sumber pembiayaan perusahaan secara jangka panjang. Keberadaan institusi ini bukan hanya sebagai wahana sumber pembiayaan saja, tetapi

Lebih terperinci

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 09Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rendahnya penerapan corporate governance merupakan salah satu hal yang memperparah terjadinya krisis di Indonesia pada pertangahan tahun 1997. Hal ini ditandai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Mangkunegara di dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai berikut Kinerja adalah hasil kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan keadaan saat ini, khususnya dalam dunia ekonomi, pengelolaan perusahaan (corporate governance) telah dianggap penting sebagaimana pemerintahan negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT PJB Services meyakini bahwa penerapan GCG secara konsisten dan berkesinambungan akan meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan. Oleh karena itu PT PJB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, tuntutan terhadap paradigma Good Governance dalam seluruh kegiatan tidak dapat dielakan lagi. Istilah Good Governance sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan keadaan saat ini, khususnya dalam dunia ekonomi, pengelolaan perusahaan (corporate governance) telah dianggap penting sebagaimana pemerintahan negara.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Good Corporate Governance. Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Good Corporate Governance. Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Good Corporate Governance Beberapa institusi Indonesia mengajukan definisi Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate Governance in IndonesialFCGl

Lebih terperinci

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Magisster Akuntasi www.mercubuana.ac.id The System and Structure of GCG Dosen Pengampu : Mochammad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. GCG berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Good Corpossrate Governance (GCG) adalah suatu istilah yang sudah tidak asing lagi. Dengan keadaan saat ini, khususnya dalam dunia perekonomian, pengelolaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Satuan Pengawasan Intern Satuan pengawasan intern pada hakekatnya sebagai perpanjangan rentang kendali dari tugas manajemen

Lebih terperinci

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN P T Darma Henwa Tbk PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PT Darma Henwa Tbk DAFTAR ISI Kata Pengantar 3 BAB I PENGANTAR. 4 1. Mengenal Good Corporate Governance (GCG) 4 2.

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk Perseroan meyakini bahwa pembentukan dan penerapan Pedoman Tata Kelola Perusahan Yang Baik ( Pedoman GCG ) secara konsisten dan berkesinambungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis dan ekonomi di era globalisasi saat ini sudah berkembang semakin pesat, sehingga mengakibatkan persaingan dalam dunia usaha menjadi semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu tentang analisis penerapan Good Corporate Governance pada perusahaan telah dilakukan dan menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No.

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No. KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No. COM/001/01/1215 Tanggal Efektif 1 Desember 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sosialisasi dan pengembangan era good corporate governance di Indonesia dewasa ini lebih ditujukkan kepada perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) khususnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemilikinya atau

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG)

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG) PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG) PENDAHULUAN A. Latar Belakang : 1. Perusahaan asuransi bergerak dalam bidang usaha yang menjanjikan perlindungan kepada pihak tertanggung

Lebih terperinci

Analisis Pengungkapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Indeks Pefindo25 (SME Index) Tahun

Analisis Pengungkapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Indeks Pefindo25 (SME Index) Tahun Analisis Pengungkapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Indeks Pefindo25 (SME Index) Tahun 2011-2013 Diana Alfrita (dianaalfrita1204@gmail.com) Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pendirian suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta memaksimalkan kekayaan pemegang saham

Lebih terperinci

Kebijakan Corporate Governance. PT. Persero Batam. Tim GCG PT. Persero Batam Hal : 1 of 9

Kebijakan Corporate Governance. PT. Persero Batam. Tim GCG PT. Persero Batam Hal : 1 of 9 Tim GCG Hal : 1 of 9 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 3 1.1 Definisi Good Corporate Governance 3 1.2 Prinsip Good Corporate Governance 3 1.3 Pengertian dan Definisi 4 1.4 Sasaran dan Tujuan Penerapan GCG 5

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Good Corporate Governance 2.1.1.1 Pengertian Good Corporate Governance Istilah corporate governance pertama sekali diperkenalkan oleh Cadbury Comitee

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan keadaan sekarang ini, khususnya dalam dunia ekonomi, pengelolaan perusahaan (corporate governance) telah dianggap penting sebagaimana pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal Tahun 2016 telah berlaku ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Persepsi Good dalam good corporate governance adalah tingkat pencapaian

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Persepsi Good dalam good corporate governance adalah tingkat pencapaian 6 BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 1.1. Pengertian Good Corporate Governance Persepsi Good dalam good corporate governance adalah tingkat pencapaian terhadap suatu hasil upaya yang memenuhi persyaratan,

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM GOOD CORPORATE GOVERNANCE PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM GOOD CORPORATE GOVERNANCE PENDAHULUAN PEDOMAN UMUM GOOD CORPORATE GOVERNANCE PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1999, Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) yang dibentuk berdasarkan Keputusan Menko Ekuin Nomor: KEP/31/M.EKUIN/08/1999

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SK BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT BARATA INDONESIA(Persero)

DAFTAR ISI. SK BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT BARATA INDONESIA(Persero) DAFTAR ISI DAFTAR ISI SK BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT BARATA INDONESIA(Persero) i ii I. PENDAHULUAN 1 II. PEMEGANG SAHAM 3 II.1 HAK PEMEGANG SAHAM 3 II.2 RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) 3 II.3

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan kontrak dimana satu atau lebih

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Direksi

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Direksi PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Direksi BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi maupun

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 3 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Landasan Hukum... 3 1.3 Maksud dan Tujuan...

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM I. UMUM Perkembangan industri perbankan yang sangat pesat umumnya disertai dengan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi di dunia yang ditandai dengan era globalisasi dan perdagangan bebas ikut mempengaruhi perekonomian Indonesia. Banyak dampak positif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah asing Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah asing Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mulai populernya istilah tata kelola perusahaan yang baik atau yang lebih dikenal dengan istilah asing Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat dilepaskan

Lebih terperinci

BAB IV PEMAHAMAN KARYAWAN TERHADAP SITEM MANAJEMEN SYARIAH DI KJKS BMT WALISONGO SEMARANG

BAB IV PEMAHAMAN KARYAWAN TERHADAP SITEM MANAJEMEN SYARIAH DI KJKS BMT WALISONGO SEMARANG BAB IV PEMAHAMAN KARYAWAN TERHADAP SITEM MANAJEMEN SYARIAH DI KJKS BMT WALISONGO SEMARANG A. Pemahaman karyawan terhadap system manajemen syari ah KJKS BMT Walisongo Semarang adalah sebuah Lembaga Keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Adapun Teori yang dapat mendukung berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti: 1. Teori Keagenan(Agency Theory) Teori Keagenan (Agency Theory) merupakan teori

Lebih terperinci

Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN

Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TRANSPARANSI AKUNTABILITAS RESPONSIBILITAS INDEPENDENSI KEWAJARAN & KESETATARAAN Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Nusa Raya Cipta Tbk PT Nusa Raya Cipta Tbk (yang selanjutnya

Lebih terperinci

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN Dalam rangka menerapkan asas asas Tata Kelola Perseroan yang Baik ( Good Corporate Governance ), yakni: transparansi ( transparency ), akuntabilitas ( accountability

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan pembangunan yang meningkat dalam segala bidang menyebabkan banyak sekali perubahan yang terjadi dalam masyarakat baik itu cara hidup, pola pikir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) sangat penting artinya, karena tujuan dalam mendirikan sebuah perusahaan selain untuk

Lebih terperinci

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan ) Piagam Direksi PT Link Net Tbk ( Perseroan ) BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti organ Perseroan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi yang terjadi di berbagai pelosok dunia termasuk di Amerika Serikat dan khususnya di Indonesia, dipercaya merupakan akibat dari tidak diterapkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan yang pesat dalam bidang teknologi informasi. ekonomi, sosial, budaya maupun politik mempengaruhi kondisi dunia bisnis dan persaingan yang timbul

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ekstern (modal ekuiti serta pinjaman) untuk pembiayaan kegiatan-kegiatan mereka,

BAB II LANDASAN TEORI. ekstern (modal ekuiti serta pinjaman) untuk pembiayaan kegiatan-kegiatan mereka, BAB II LANDASAN TEORI II.1. Latar Belakang Corporate Governance Dewasa ini, perusahaan-perusahaan semakin banyak bergantung pada modal ekstern (modal ekuiti serta pinjaman) untuk pembiayaan kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup

BAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pelaksanaan pengendalian internal di suatu perusahaan dapat dilakukan secara langsung oleh anggota perusahaan dan dapat pula dilakukan oleh suatu departemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan korporasi pada awalnya dibentuk agar badan usaha dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan korporasi pada awalnya dibentuk agar badan usaha dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pupuk sangat penting dalam upaya pencapaian ketahanan pangan nasional. Segala cara dilakukan oleh Pemerintah sebagai regulator untuk dapat memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH UMUM Seiring dengan perkembangan industri perbankan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Penelitian ini menggunakan teori keagenan, dimana teori ini sering kali digunakan sebagai landasan dalam penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transparan. Oleh karena itu, baik perusahaan publik maupun tertutup harus memandang good

BAB I PENDAHULUAN. transparan. Oleh karena itu, baik perusahaan publik maupun tertutup harus memandang good BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Good corporate governance merupakan sebuah konsep yang menekankan pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar, akurat, dan tepat waktu. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dunia usaha yang semakin berkembang dengan pesatnya pada setiap perusahaan baik yang bergerak dibidang jasa, perdagangan, maupun manufaktur selalu berhadapan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh masyarakat. Proses penjualan saham ke masyarakat dilakukan

Lebih terperinci

PT HD CAPITAL TBK ( PERSEROAN ) KODE ETIK ( CODE OF CONDUCT )

PT HD CAPITAL TBK ( PERSEROAN ) KODE ETIK ( CODE OF CONDUCT ) 1 dari 9 1. LATAR BELAKANG Perseroan menyadari pentingnya penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) atau GCG sebagai salah satu acuan bagi Perseroan untuk meningkatkan nilai

Lebih terperinci

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi BAB I: PENDAHULUAN Pasal 1 D e f i n i s i 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan Perum mempunyai maksud

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan Perum mempunyai maksud BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Usaha Milik Negara atau BUMN berdasar UU No. 19 Th 2003 adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis dan ekonomi sudah berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis dan ekonomi sudah berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia bisnis dan ekonomi sudah berkembang semakin pesat. Tantangan yang dihadapi oleh para pelaku bisnis pun semakin beragam, mulai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Corporate Governance II.1.1 Pengertian Corporate Governance Kata governance berasal dari bahasa Perancis gubernance yang berarti pengendalian. Selanjutnya kata tersebut dipergunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Corporate governance sampai saat ini memiliki peranan yang sangat penting di dalam menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen. Menurut Forum for Corporate

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Teori Keagenan Dalam rangka memahami good corporate governance maka digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi yang dilaksanakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi yang dilaksanakan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Audit Internal 2.1.1 Pengertian Audit Internal Audit internal menurut Hiro Tugiman (2001:11) adalah suatu fungsi penilaian yang independen yang ada dalam suatu organisasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini, tuntutan terhadap paradigma good governance dalam seluruh kegiatan tidak dapat dielakkan lagi. Istilah good governance sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan dan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Batang Tubuh Penjelasan Tanggapan TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

Batang Tubuh Penjelasan Tanggapan TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Batang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sosialisasi dan pengembangan era good corporate governance di Indonesia dewasa ini lebih ditujukan kepada perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) khususnya

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM TRANSAKSI AFILIASI DI PASAR MODAL BERDASARKAN KEPUTUSAN KETUA BAPEPAM-LK NO: KEP-421/BL/2009 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Lebih terperinci

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PEMERINTAH DAERAH. Badan Usaha Milik Daerah. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 305) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mekanisme pengelolaan itu sendiri. Jika kondisi Good Governance dapat dicapai

BAB I PENDAHULUAN. mekanisme pengelolaan itu sendiri. Jika kondisi Good Governance dapat dicapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, tuntutan terhadap paradigma Good Governance dalam seluruh kegiatan tidak dapat dielakan lagi. Istilah Good Governance sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Pedoman Etika dan Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. 1 Pedoman Etika dan Perilaku BAB I PENDAHULUAN PT. Pelayaran Tempuran Emas, Tbk (Temas Line) merupakan salah satu perusahaan terbuka di bidang industri pelayaran yang berkembang cukup signifikan. Seiring dengan perkembangan ini Perseroan

Lebih terperinci

B. Latar Belakang Penyusunan Pedoman Perilaku Perusahaan (Code of Conduct)

B. Latar Belakang Penyusunan Pedoman Perilaku Perusahaan (Code of Conduct) Bab I Pendahuluan A. Pengertian Umum Pedoman Perilaku Perusahaan atau Code of Conduct adalah norma tertulis yang menjadi panduan standar perilaku dan komitmen seluruh karyawan PT. Perkebunan Nusantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance mulai meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance mulai meningkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance mulai meningkat tajam sejak negara-negara Asia dilanda krisis moneter pada tahun 1997 dan sejak kejatuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien agar bisa bersaing dengan perusahaan lain di dalam negeri

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien agar bisa bersaing dengan perusahaan lain di dalam negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan ekonomi era globalisasi saat ini, indonesia mengalami perkembangan ekonomi dengan cepat dan kondisi perekonomian nasional yang semakin membaik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk Halaman I. Pembukaan 1 II. Kedudukan 2 III. Keanggotaan 2 IV. Hak dan Kewenangan 4 V. Tugas dan Tanggungjawab 4 VI. Hubungan Dengan Pihak Yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik ( principle)

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KEBIJAKAN GOVERNANCE (KNKG) Corporate Governance Self Assessment Checklist

KOMITE NASIONAL KEBIJAKAN GOVERNANCE (KNKG) Corporate Governance Self Assessment Checklist KOMITE NASIONAL KEBIJAKAN GOVERNANCE (KNKG) Corporate Governance Self Assessment Checklist Maksud dan Tujuan Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) menyusun kuesioner ini dengan tujuan untuk digunakan

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. ditarik kesimpulan bahwa peranan Komisaris Independen dalam rangka

BAB III PENUTUP. ditarik kesimpulan bahwa peranan Komisaris Independen dalam rangka BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa peranan Komisaris Independen dalam rangka implementasi Good Corporate Governance

Lebih terperinci

PEDOMAN & TATA TERTIB KERJA KOMITE KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN

PEDOMAN & TATA TERTIB KERJA KOMITE KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN 2016 PEDOMAN & TATA TERTIB KERJA KOMITE KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN ( PIAGAM KOMITE KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN ) PT. ASURANSI JIWA BRINGIN JIWA SEJAHTERA PT. ASURANSI JIWA BRINGIN JIWA SEJAHTERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibawah pemerintahan disebut dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Badan

BAB I PENDAHULUAN. dibawah pemerintahan disebut dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Badan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan memiliki badan usaha sendiri yang bergerak dalam berbagai bidang. Badan usaha yang berada langsung dibawah pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global sangat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global sangat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keadaan ekonomi dunia yang sedang dilanda krisis ekonomi global menyebabkan banyak perusahaan (korporasi) di Indonesia diambang kehancuran. Krisis ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan menjadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kondisi perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan menjadikan industri keuangan salah satu industri yang berkembang secara pesat dan memiliki kompleksitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kondisi Perekonomian yang saat ini masih belum pulih akibat terjadinya krisis moneter pada tahun 1998, dimana perusahaan-perusahaan yang mendominasi dunia

Lebih terperinci

Tentang Panduan Good Corporate Governance.

Tentang Panduan Good Corporate Governance. Tentang Panduan Good Corporate Governance. Panduan Good Corporate Governance PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) yang selanjutnya disebut Perseroan, ini merupakan kristalisasi dari kaidah-kaidah Good Corporate

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I. No. COM/002/00/0116

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I. No. COM/002/00/0116 KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I No. COM/002/00/0116 Tanggal Efektif 4 Januari 2016 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri keuangan merupakan

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris 1 BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi

Lebih terperinci

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 12Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT 2015

PIAGAM KOMITE AUDIT 2015 PIAGAM KOMITE AUDIT 2015 DAFTAR ISI Halaman BAGIAN PERTAMA... 1 PENDAHULUAN... 1 1. LATAR BELAKANG... 1 2. VISI DAN MISI... 1 3. MAKSUD DAN TUJUAN... 1 BAGIAN KEDUA... 3 PEMBENTUKAN DAN KEANGGOTAAN KOMITE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya mengalami krisis ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun 1997 dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Good Corporate Governance Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee Inggris pada tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak adanya gerakan reformasi tahun 1998, muncul banyak tekanan dari publik yang menghendaki agar Pemerintah maupun swasta dapat menghapuskan praktek-praktek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari: a. Untuk mencapai keuntungan yang maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. b.

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Atas bantuan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

LAMPIRAN. Atas bantuan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih. LAMPIRAN Kepada Yth, Bapak/Ibu Ditempat Dengan hormat, Sehubungan dengan penyelesaiaan skripsi program strata satu (S1) fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi pada (USU), saya bermaksud untuk melakukan penelitian

Lebih terperinci

PT. BUANA FINANCE, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

PT. BUANA FINANCE, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT. BUANA FINANCE, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) JULI 2016 DAFTAR ISI Halaman BAGIAN I... 1 PENDAHULUAN... 1 1. LATAR BELAKANG... 1 2. VISI DAN MISI... 1 3. MAKSUD DAN TUJUAN... 1 BAGIAN

Lebih terperinci

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN Yth. Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek di tempat SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.04/20.. TENTANG LAPORAN PENERAPAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa PT Jasa Raharja sebagai salah satu BUMN di Indonesia telah dapat menerapkan tata kelola perusahaan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM KOMITE AUDIT ( AUDIT COMMITTEE CHARTER ) PT. BANK NTT Dewan Komisaris PT Bank Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

Piagam Dewan Komisaris. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

Piagam Dewan Komisaris. PT Link Net Tbk ( Perseroan ) Piagam Dewan Komisaris PT Link Net Tbk ( Perseroan ) BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 D e f i n i s i 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti organ Perseroan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan

Lebih terperinci

PEDOMAN & TATA TERTIB KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

PEDOMAN & TATA TERTIB KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PEDOMAN & TATA TERTIB KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) No Ref. SK. 007/DEKOM/V/13 PT Bank Mega, Tbk Mei 2013 PERNYATAAN Pedoman ini telah disetujui oleh Dewan Komisaris PT. Bank Mega, Tbk untuk dilaksanakan

Lebih terperinci