Manfaat Berkumur dengan Larutan Ekstrak Siwak (Salvadora Persica)
|
|
- Glenna Budiaman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Manfaat Berkumur dengan Larutan Ekstrak Siwak (Salvadora Persica) Endarti*, Fauzia*, Erly Zuliana** * Departemen Farmasi Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas ndonesia, Jakarta ** Fakultas Kedokteran Gigi Universitas ndonesia, Jakarta Abstrak: Plak bakteri dan produknya merupakan faktor penyebab utama karies dan penyakit periodontal. ndeks plak, ph plak dan ph saliva dapat mewakili keadaan kesehatan mulut seseorang.penelitian ini untuk membuktikan manfaat berkumur dengan menggunakan larutan ekstrak siwak dapat menurunkan indeks plak, meningkatkan ph plak dan meningkatkan ph saliva. Dengan melibatkan 40 sukarelawan.30 orang berkumur dengan larutan ekstraks siwak dan 10 rang sebagai kontrol.ndeks plak, ph plak dan saliva plak diukur pada hari 1, ke 4 dan ke 8.Hasil yang didapat berkumur dengan larutan ekstrak siwak tidak efektif dalam menurunkan indeks plak, namun efektif dalam meningkatkan ph plak dan ph saliva. Kata kunci: ekstrak siwak, kebersihan mulut Abstract Bacterial plaque and its products were determine as the main cause of caries and the periodontal disease. t is considered that plaque index, plaque ph and saliva ph could represent the oral status.siwak could be used to improved the oral hygiene status. The aim of this study was to investigate the effectivity of siwak as mouthrinse in decreasing the plaque index, increasing the plaque and saliva ph, using 40 th subyects. 30 th subjects in the study group have to raise with extract siwak twice daily and 10 th subjects in the control group have to brush the teeth with convensional tooth brush withouth tooth paste for eight days.the plaque index, plaque ph and saliva ph were measured in the 1 st, 4 th and 8 th day.t is concluded that siwak as mouthrinse is not effective to reduce the plaque index, but can effective in increasing the plaque ph and saliva ph. Keywords: extract siwak, oral hygiene PENDAHULUAN Siwak sudah digunakan berabad abad tahun yang lalu pada masa kekaisaran Yunani dan Romawi. Kemudian berkembang siwak semakin dikenal diwilayah Timur Tengah dan Amerika Selatan. 1,2,3. Penyakit yang sering terjadi di rongga mulut adalah karies dan periodentitis.sebagai penyebabnya adalah plak bakteri baik sebagai pencetus maupun faktor yang memperparah kondisi penyakit.dirongga mulut 1,2 Penggunaan obat kumur adalah salah satu cara yang dianggap cukup berhasil dalam menjaga kebersihan rongga mulut. 4.5 Larutan ekstrak siwak berbeda dengan obat kumur lain karena ekstrak siwak tidak mengandung bahan kimia dan tidak mengan dung alkohol.6 Salah satu indikator untuk melihat status higiene mulut adalah dengan melihat indeks plak. Semakin rendah indeks plak berarti semakin baik status higiene mulut individu yang bersangkutan. Adanya kandungan minyak esensial di dalam batang siwak dapat merangsang aliran saliva. Dengan adanya aliran saliva yang cepat ini, penurunan ph plak dapat dihambat, karena di dalam saliva ditemukan adanya bufer utama yaitu bikarbonat yang merupakan pertahanan efektif terhadap produksi asam dari bakteri kariogenik. 7 Siwak mempunyai efek bakterisida terhadap beberapa bakteri yang ada di dalam plak, termasuk di antaranya bakteri penghasil asam. Sehingga metabolisme makanan oleh bakteri tersebut tidak terjadi, yang mengakibatkan produk asam tidak terbentuk, sehingga ph plak tidak mengalami penurunan. 7 Bikarbonat adalah sistem bufer yang terpenting di dalam saliva. Konsentrasi bikarbonat dalam saliva berbanding lurus dengan kecepatan sekresi saliva yang artinya Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 4 Desember
2 Karangan Asli semakin tinggi konsentrasi bikarbonat, semakin tinggi kapasitas bufernya yang mengakibatkan semakin tinggi pula ph saliva. 8 Siwak, seperti telah diungkapkan di atas, mengandung minyak esensial yang berfungsi meningkatkan aliran saliva. Peningkatan aliran saliva ini akan meningkatkan aktifitas bufer saliva sehingga ph saliva juga akan meningkat. 8 Plak gigi adalah lapisan berwarna putih kekuningan yang melekat pada permukaan gigi di bagian bukal, lingual, dan interproksimal gigi. ndeks Plak (modifikasi Spolsky 1996; Joelimar 1997) adalah jumlah deposit bakteri pada empat permukaan gigi yaitu bukal atau fasial, mesial, lingual atau palatal, dan distal semua gigi yang ada. HPOTESS 1. Berkumur dengan larutan ekstrak siwak 2 kali sehari dapat menghambat pembentukan plak supragingival. 2. Berkumur dengan larutan ekstrak siwak 2 kali sehari dapat menurunkan indeks plak. 3. Berkumur dengan larutan ekstrak siwak 2 kali sehari dapat meningkatkan ph plak. 4. Berkumur dengan larutan ekstrak siwak 2 kali sehari dapat meningkatkan ph saliva. METODE PENELTAN Penelitian ini dimulai dengan mengumpulkan 40 orang sukarelawan yang bersedia dijadikan obyek dalam penelitian dan mencari siwak untuk ekstrak siwak. Siwak didapat dari Jedah dalam satu ikatan berasal dari satu pohon. Dari 40 orang sukarelawan dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu: a. Kelompok yang berkumur 2 kali sehari dengan larutan ekstrak siwak setelah makan pagi dan sebelum tidur malam tanpa menyikat gigi. b. Kelompok kontrol yang menyikat gigi dengan sikat gigi konvensional tanpa pasta gigi. Kriteria inklusi: - Dewasa muda (18-28 tahun) - Keadaan umum baik - Bersedia mengisi informed consent - Bersedia untuk tidak menyikat gigi dengan sikat gigi konvensional yang digunakan bersama pasta gigi selama waktu penelitian bagi kelompok perlakuan dan bersedia hanya menyikat gigi dengan sikat gigi konvensional tanpa pasta gigi. - Gigi anterior rahang atas dan rahang bawah teratur atau berjejal derajat ringan. Kriteria eksklusi: - Memiliki kelainan sistemik (diabetes melitus, penyakit jantung, dll) - Memiliki kelainan periodontal - Menggunakan protesa atau alat ortodonti - Memiliki kebiasaan merokok - Sedang memakai obat kumur - Pengukuran ph Plak Derajat keasaman plak yang didapat dengan cara melarutkan 0,5 mg plak dari masing-masing individu ke dalam 5 ml aquades kemudian diukur dengan menggunakan alat ph meter. - Pengukuran ph Saliva Derajat keasaman saliva yang didapat dengan cara mengumpulkan saliva istirahat dari masing-masing individu hingga + 5 ml, kemudian diukur dengan menggunakan alat ph meter. - Pengukuran ndeks Plak (modifikasi Spolsky 1996; Joelimar 1997) Skor 0 : Tidak ada plak Skor 1 : Plak tidak terlihat mata tapi terambil oleh probe pada saat sondasi Skor 2 : Plak terlihat mata Skor 3 : Jumlah plak banyak Kemudian skor tersebut dijumlahkan menjadi indeks plak individu yang bersangkutan. Nilai setiap individu bervariasi antara (0-3) x 4 permukaan x 32 gigi atau Skor = kriteria rendah Skor = kriteria sedang Skor = kriteria tinggi - Pembuatan Larutan Ekstrak Siwak Batang-batang siwak yang masih segar dipotong-potong hingga halus. Kemudian dibiarkan dalam ruangan dengan suhu kamar selama dua hari. Setelah itu, timbang siwak yang sudah dihaluskan tadi sebanyak 10 gram dan rendam dalam aqua deionisasi selama 48 jam dengan temperatur 4 o C, pisahkan dengan sentrifugasi selama 10 menit, ambil cairan supernatannya dan saring kembali dengan saringan 0,45 μm/saringan Whatman. Lalu buat konsentrasi 50%, artinya larutan tersebut diencerkan 2 kali. Tambahkan bahan anti jamur atau pengawet karena pemakaian larutan lebih dari 7 hari. Pengawet yang digunakan adalah methyl paraben, dengan konsentrasi 0,1-0,2% Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 4 Desember 2006
3 Endarti dkk. Manfaat Berkumur dengan Larutan Ekstrak Siwak PENELTAN 1. Peserta dalam penelitian diberi penjelasan terlebih dahulu mengenai kegiatan atau tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya selama penelitian. Apabila menyetujuinya maka dapat mengisi lembar persetujuan (informed consent) untuk kemudian mendapat perlakuan. 2. Pada masa penelitian, kelompok perlakuan tidak diperkenankan untuk menyikat gigi dengan sikat gigi konvensional selama 8 hari. Penelitian dilakukan pada 40 orang dibagi menajdi dua kelompok: a. Kelompok perlakuan yang berkumur 2 kali sehari dengan larutan ekstrak siwak. b. Kelompok kontrol yang menyikat gigi dengan sikat gigi konvensional tanpa pasta gigi. Kepada kelompok yang berkumur dengan larutan ekstrak siwak diberi penjelasan untuk berkumur 2 kali sehari setelah makan pagi dan sebelum tidur malam. Setiap kali berkumur dilakukan selama 30 detik sebanyak 10 ml. Mula-mula, masukkan obat kumur sebanyak 5 ml ke dalam mulut, lalu dengan tekanan kuat, arahkan ke seluruh permukaan dan lekuk gigi selama kurang lebih 15 detik. Dilanjutkan dengan 5 ml obat kumur sisanya dengan cara yang sama. Pengambilan data dilakukan pada hari pertama penelitian sebelum mulai berkumur dengan larutan ekstrak siwak, hari keempat, dan hari kedelapan untuk melihat perkembangan indeks plak supragingival, ph plak supragingival, dan ph saliva. Plak sebanyak + 0,5 mg diambil dan dimasukkan ke tabung plastik dengan menggunakan instrmen plastis, segera ditutup dan disimpan di dalam termos dengan dryice. Lalu saliva dikumpulkan + 5 ml ke dalam tabung reaksi dan ditutup dengan wrap plastic. Selanjutnya sampel ini disimpan dalam lemari es hingga saat pengukuran. ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik hingga sebanyak 0,5 mg. Plak tersebut dilarutkan ke dalam 5 ml aquades. Kemudian dilakukan pengukuran nilai ph plak dengan menggunakan alat ph meter. Pengukuran ph saliva dilakukan dengan cara mengumpulkan sampel saliva dari masingmasing individu sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan corong. Saliva yang sudah terkumpul kemudian diukur dengan menggunakan alat ph meter.. Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh berupa data interval. Dilakukan penghitungan apakah distribusi data tersebut normal atau tidak. Pada data dengan sebaran normal dilakukan uji T, sedang pada data dengan sebaran tidak normal dilakukan uji Wilcoxon untuk analisis inter kelompok dan uji U-Mann Whitney untuk analisis antar kelompok. Penghitungan statistik dilakukan dengan derajat kepercayaan 95% dan dengan program SPSS. Alat dan Bahan Penelitian Bahan : Larutan ekstrak siwak dari batang S.persica Betadine, alkohol, aquadest, dryes, Gloves, masker, kapas, wrap, plastic, tissue Alat : Timbangan analitik, ph meter, Gelas takar, tabung plastik, tabung reaksi, corong, kaca, sonde, kaca mulut, instrumen plastik. HASL PENELTAN Diperoleh sebanyak 40 orang sukarelawan yang dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu 30 orang dalam kelompok berkumur dengan larutan ekstrak siwak 2 kali sehari dan 10 orang dalam kelompok kontrol yang menyikat gigi 2 kali sehari tanpa pasta. Data klinis yang didapat penelitian adalah indeks plak, ph plak dan ph saliva yang diperiksa pada hari pertama, keempat dan kedelapan. Perbedaan data-data yang didapat dari kedua kelompok dapat dilihat pada Gambar dan Tabel 1,2,3,4,5,6. Pengambilan Data Plak yang diperoleh dari masing-masing individu diletakkan di atas tabung plastik dan Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 4 Desember
4 Karangan Asli Gambar 1. Perbedaan rerata indeks plak pada hari pemeriksaan ke-1, ke-4, ke-8 pada kedua kelompok Tabel 1. Perbedaan rerata dan simpang baku indeks plak kelompok pada setiap saat pengukuran 1 75, , , , , ,97 0, , , , , , ,23 Keterangan: Kelompok Berkumur dengan larutan ekstrak siwak 2 kali sehari Tabel 2. Perbedaan rerata dan simpang baku indeks plak kelompok pada setiap saat pengukuran 1 58,6 + 35,85 0,976* 4 58,3 + 34, ,3 + 34,23 0, ,6 + 29, ,6 + 35,85 0, ,6 + 29,66 Keterangan: Kelompok Kontrol Gambar 2. Perbedaan rerata indeks plak pada hari pemeriksaan ke-1, ke-4, ke-8 pada kedua kelompok Tabel 3. Perbedaan rerata dan simpang baku indeks plak kelompok pada setiap saat pengukuran 1 6,32 + 0,40 4 7,12 + 0,23 4 7,12 + 0,23 0,001* 8 6,90 + 0,38 1 6,32 + 0,40 8 6,90 + 0,38 Keterangan: Kelompok Berkumur dengan larutan ekstrak siwak 2 kali sehari 396 Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 4 Desember 2006
5 Endarti dkk. Manfaat Berkumur dengan Larutan Ekstrak Siwak Tabel 4. Perbedaan rerata dan simpang baku indeks plak kelompok pada setiap saat pengukuran 1 7,04 + 0,38 0, ,16 + 0,40 4 7,16 + 0,40 0, ,86 + 0,29 1 7,04 + 0,38 0, ,86 + 0,29 Keterangan: Kelompok Kontrol Rerata ph saliva Hari pemeriksaan Berkumur Kontrol Gambar 3. Perbedaan rerata ph saliva pada hari pemeriksaan ke-1, ke-4, ke-8 pada kedua kelompok Tabel 5. Perbedaan rerata dan simpang baku indeks plak kelompok pada setiap saat pengukuran 1 6,83 + 0,44 0,002* 4 7,47 + 0,24 4 7,47 + 0,24 0,006* 8 7,56 + 0,26 1 6,83 + 0,44 8 7,56 + 0,26 Keterangan: Kelompok Berkumur dengan larutan ekstrak siwak 2 kali sehari Tabel 6. Perbedaan rerata dan simpang baku indeks plak kelompok pada setiap saat pengukuran 1 7,46 + 0,38 0, ,57 + 0,53 4 7,57 + 0,53 0, ,38 + 0,33 1 7,46 + 0,38 0, ,38 + 0,33 Keterangan: Kelompok : Kontrol Dari Gambar 1, dapat dilihat adanya perbedaan rerata indeks plak pada kelompok yang berkumur dengan larutan ekstrak siwak 2 kali sehari lebih tinggi daripada kelompok kontrol, baik pada pemeriksaan hari ke-1, ke-4, ke-8. Dengan uji T dapatkan bahwa perubahan rerata indeks plak kelompok antara pemeriksaan hari ke-1 dan ke-4 serta antara hari ke-1 dan ke-8 tidak bermakna (p < 0,005) (Tabel 1). Tetapi dalam kelompok ditemukan perubahan tidak bermakna dari indeks plak antara hari-hari pemeriksaan (p > 0,005) (Tabel 2). Dari Gambar 2 menunjukkan bahwa rerata ph plak pada hari ke-1 dan ke-4 kelompok lebih rendah dibandingkan kelompok. Pada hari ke-8 rerata ph plak kelompok lebih tinggi dibandingkan kelompok. Pada rerata indeks plak antara hari-hari pemeriksaan kelompok dengan uji Wilcoxon menunjukkan perbedaan yang bermakna (p < 0,005) (Tabel 3). Namun analisis uji T terhadap perubahan yang terjadi dalam kelompok antara hari-hari pemeriksaan menunjukkan tidak berbeda bermakna (Tabel 4). Dari Gambar 3 terlihat bahwa rerata ph saliva pada pemeriksaan hari ke-4 kelompok 1 Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 4 Desember
6 Karangan Asli lebih tinggi dari hari ke-1, namun keduanya masih lebih rendah dari pada kelompok. Sedangkan rerata ph saliva kelompok relatif sama pada setiap saat pemeriksaan. Hasil analisis uji T terhadap perbedaan rerata ph saliva kelompok antara hari-hari pemeriksaan menunjukkkan perubahan yang bermakna (p < 0,005) (Tabel 5). Sedangkan uji T terhadap perbedaan rerata ph saliva kelompok antara hari-hari pemeriksaan menunjukkan perubahan yang tidak bermakna (Tabel 6). Analisis Statistik Untuk mengetahui perbedaan indeks plak, ph plak dan ph saliva antara kedua kelompok, dilakukan uji T untuk data dengan sebaran normal, uji U-Mann Whitney untuk analisis antar kelompok dan uji Wilcoxon untuk analisis inter kelompok. Data indeks plak kedua kelompok pada hari pemeriksaan ke-4 dan ke-8 menunjukkan adanya perbedaan bermakna. Demikian pula mengenai data ph plak kedua kelompok pada hari pemeriksaan ke-1 serta data ph saliva kedua kelompok pada hari pemeriksaan ke-1. Tabel 7. Analisis data indeks plak antara kelompok dan kelompok pada setiap saat pemeriksaan Hari ke- Kelompok (p) 1 75, ,77 58,6 + 35,85 0, , ,97 58,3 + 34, , ,23 59,6 + 29,66 Keterangan: Kelompok berkumur dengan larutan ekstrak siwak 2 kali sehari Kelompok kontrol Tabel 8. Analisis data ph plak antara kelompok dan kelompok pada setiap saat pemeriksaan Hari ke- Kelompok (p) 1 6,32 + 0,40 7,04 + 0,38 0,001* 4 7,12 + 0,23 7,16 + 0,40 0, ,90 + 0,38 6,86 + 0,29 0,472 Keterangan: Kelompok berkumur dengan larutan ekstrak siwak 2 kali sehari Kelompok kontrol Tabel 9. Analisis data ph saliva antara kelompok dan kelompok pada setiap saat pemeriksaan. Hari ke- Kelompok (p) 1 6,83 + 0,44 7,46 + 0,38 0, ,47 + 0,24 7,57 + 0,53 0, ,56 + 0,26 6,38 + 0,33 0,195 Keterangan: Kelompok berkumur dengan larutan ekstrak siwak 2 kali sehari Kelompok : kontrol PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, sukarelawan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang berkumur dengan larutan siwak 2 kali sehari sebanyak 30 orang dan kelompok kontrol yang menyikat gigi tanpa pasta sebanyak 10 orang. Selama tiga kali pemeriksaan, rerata indeks plak pada hari ke-1, ke-4, ke-8, kelompok yang berkumur dengan larutan ekstrak siwak 2 kali sehari mengalami peningkatan. Secara statistik rerata indeks plak pada hari ke-1 dibandingkan hari ke-4 juga antara hari ke-1 dibandingkan dengan hari ke-8 menunjukkan peningkatan hari ke-8 juga menunjukkan peningkatan, namun tidak bermakna. Sedangkan pada kelompok yang menyikat gigi tanpa pasta, rerata indeks plak relatif sama. Pemeriksaan indeks plak pada hari ke-1, ke-4, dan ke-8 antara kelompok yang berkumur dengan larutan ekstrak siwak dibandingkan dengan kelompok kontrol juga menunjukkan adanya perbedaan. Namun pada uji statistik hanya rerata indeks plak pada pemeriksaan hari ke-4 dan ke-8 yang menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p < 0,05) antara kelompok yang berkumur dengan larutan ekstrak siwak dibandingkan kelompok kontrol. 398 Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 4 Desember 2006
7 Endarti dkk. Manfaat Berkumur dengan Larutan Ekstrak Siwak Peran obat kumur sebagai kontrol plak hanya sebagai penunjang dari perlakuan mekanis. Pada penelitian ini, akumulasi plak pada kelompok yang berkumur dengan larutan ekstrak siwak mengalami peningkatan. Bahkan pada hari ke-4 sudah terlihat perbedaan bermakna antara hanya berkumur dengan larutan ekstrak siwak dengan mekanik penyikatan gigi dengan sikat gigi konvensional. Berarti pembersihan geligi dengan cara mekanik tetap diperlukan, dan tidak dapat digantikan dengan cara hanya berkumur. Hal ini berbeda dengan yang dituliskan oleh Almas mengenai penelitian yang dilakukan oleh Mostafa yang menyatakan bahwa penggunaan siwak sebagai obat kumur dapat mereduksi jumlah plak. 9 Lampiran 1 memperlihatkan hasil pemeriksaan ph plak selama 8 hari pada kelompok berkumur dengan larutan ekstrak siwak 2 kali sehari. Uji statistik yang digunakan adalah uji non-parametrik Wilcoxon. Hasil yang didapat menunjukkan nilai rerata ph plak antara hari ke-1 dan hari ke-4 mengalami peningkatan yang bermakna. Hal yang sama juga terjadi antara nilai rerata ph plak hari ke-1 dan hari ke-8. Sedangkan antara hari ke-4 dan hari ke-8, nilai rerata ph plak mengalami penurunan yang juga bermakna. Keadaan rerata nilai ph plak pada hari pemeriksaan ke-1, ke-4, dan ke-8 pada kelompok berkumur dengan larutan ekstrak siwak dibandingkan dengan kelompok kontrol menunjukkkan perbedaan bermakna. Hasil uji U-Mann Whitney mengenai rerata ph plak antara kedua kelompok baik pada hari pemeriksaan ke-4, dan ke-8 tidak menunjukkan adanya perbedaan bermakna. Sedangkan uji T yang dilakukan pada hari ke- 1, menunjukkan adanya perbedaan bermakna. Namun hal tersebut dapat diabaikan mengingat saat itu belum ada perlakuan apapun atau belum ada pengaruh siwak saat itu. Bahkan penemuan perbedaan bermakna ini menunjukkan keadaan dasar individu kedua kelompok sudah berbeda. Dalam penelitian ini terbukti bahwa penggunaan larutan ekstrak siwak selama 4 hari sudah dapat menaikkan ph plak individu yang bersangkutan. Sedangkan penyikatan gigi cara konvensional tanpa pasta gigi tidak berpengaruh sama sekali terhadap ph plak (Gambar 2, Tabel 4). Penurunan ph plak yang terjadi antara hari ke-4 dan ke-8, dipengaruhi banyak faktor. Antara lain, kepatuhan sukarelawan.mengingat masa penelitian yang relatif cukup lama, yang mengharuskan sukarelawan untuk tidak menyikat gigi selama delapan hari, ada kemungkinan sukarelawan tidak meneruskan penggunaan obat kumur secara teratur dan dengan teknik yang benar. Analisis statistik yang dilakukan pada pemeriksaan ph saliva hari ke-1, ke-4, ke-8, pada kelompok yang berkumur dengan larutan ekstrak siwak menunjukkan peningkatan yang bermakna. Uji statistik yang digunakan adalah uji T dan uji U-Mann Whitney. Nilai rerata ph saliva kelompok kontrol dibandingkan dengan kelompok berkumur dengan larutan ekstrak siwak menunjukkan adanya perbedaan. Namun berdasarkan uji statistik, perbedaan pada hari ke-4 dan ke-8 tidak bermakna (p > 0,05). Sedangkan pada hari ke-1 memperlihatkan perbedaan yang bermakna. Seperti yang terjadi pada ph plak, kemaknaan ini dapat diabaikan karena sukarelawan belum menerima perlakuan apapun. Perbedaan nilai ph plak dan ph saliva yang bermakna pada pemeriksaan hari ke-1, yaitu saat sukarelawan belum menerima perlakuan, dapat dihubungkan dengan macam makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Orang yang banyak mengkonsumsi karbohidrat olahan cenderung memiliki nilai ph plak dan ph saliva lebih rendah bila dibandingkan dengan yang banyak mengkonsumsi makanan berserat KESMPULAN - Dari analisis data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan obat kumur larutan ekstrak siwak 2 kali sehari efektif dalam meningkatkan ph plak dan meningkatkan ph saliva namun tidak efektif dalam menurunkan indeks plak supragingival. - Penggunaan obat kumur larutan ekstrak siwak harus digunakan bersama alat penyikat gigi untuk memberikan aksi mekanis. Karena, obat kumur hanya memiliki aksi kimiawi saja yang berfungsi sebagai pelengkap dalam usaha meningkatkan status higiene mulut. SARAN 1. Memberikan pengarahan yang jelas kepada peserta mengenai ketepatan menggunakan larutan obat kumur dan mengenai cara berkumur yang benar. Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 4 Desember
8 Karangan Asli 2. Peneliti disarankan untuk menyempurnakan teknik dan prosedur pengambilan data. 3. Diharapkan dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai manfaat lain dari siwak. 4. Apabila saat pengambilan plak dan saliva tidak segera dilakukan pengukuran ph, sebaiknya sampel disimpan didalam kulkas atau wadah berisi dry ice, agar tidak terjadi penurunan ph. 5. Dilakukan penelitian serupa pada dua kelompok berbeda dengan jumlah sukarelawan yang sama, namun setiap kelompok pada selang waktu berbeda menjadi kelompok kontranya, untuk mempertegas hasil penelitian ini, karena terlihat adanya basis yang berbeda sejak awal penelitian sebelum diberikan perlakuan. DAFTAR PUSTAKA 1. Almas K, Al-Sadhan R. Miswak (Chewing Stick): A Cultural and Scientific Heritage. Saudi Dent 1999; 11: Almas K, Al-Sadhan R. Miswak (Chewing Stick): A Cultural and Scientific Heritage. Saudi Dent 1999; 11: Almas K. The Effect of Salvadora Persica Extract (Miswak) and Chlorhexidine Glucunateon Human Dentin. Available in almas.pdf. Accepted on March, 5 th Haake SK. Periodontal Microbiology. Dalam: Carranza FA Jr, Newman MG, eds. Carranza s Clinical Periodontology, 8 th ed. Philadelphia: Saunders, 1996: Darout A. Miswak as an Alternative to the modern Toothbrush in Preventing Oral Diseases. Available in 02ceo.pdf. Accepted on February, 18 th El Rahman HF, Skaug N, Francis GW. n Vitro Antimicrobial Effects of Crude Miswak Extract on Oral Pathogens. Saudi Dent J 2002; 14: El Rahman HF, Skaug N, Francis GW. n Vitro Antimicrobial Effects of Crude Miswak Extract on Oral Pathogens. Saudi Dent J 2002; 14: Zaenab. Penapisan Kandungan Kimia dan Uji Antibakteri Siwak (Salvadora persica Linn). Terhadap Streptococcus mutans dan Bacteroides melaninogenicus. FMPA STN. Jakarta., Almas K. The Antimicrobial Effects of seven Different Types of Asian Chewing Sticks. Available in pdf. Accepted on April, 2 nd LAMPRAN A Tabel 1. Tabel induk kelompok berkumur larutan ekstra siwak 2 kali sehari No. Umur Pemeriksaan hari ke-1 Pemeriksaan hari ke-4 Pemeriksaan hari ke-8 P ph plak ph Saliva P ph plak ph Saliva P ph plak ph Saliva Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 4 Desember 2006
9 Endarti dkk. Manfaat Berkumur dengan Larutan Ekstrak Siwak LAMPRAN B Tabel 1. Tabel induk kelompok kontrol No. Umur Pemeriksaan hari ke-1 Pemeriksaan hari ke-4 Pemeriksaan hari ke-8 P ph plak ph Saliva P ph plak ph Saliva P ph plak ph Saliva Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 4 Desember
BAB 4 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis.
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis. 4.2. Subjek Penelitian Subjek penelitian terdiri dari 39 orang dan harus memenuhi beberapa kriteria:
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis.
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis. 4.2. Subyek Penelitian Subyek penelitian terdiri dari 39 orang dan harus memenuhi beberapa kriteria
Lebih terperinciPENGARUH LARUTAN KUMUR EKSTRAK SIWAK (Salvadora persica) TERHADAP ph SALIVA JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH
PENGARUH LARUTAN KUMUR EKSTRAK SIWAK (Salvadora persica) TERHADAP ph SALIVA JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil Karya Tulis Ilmiah mahasiswa
Lebih terperinciBayyin Bunayya Cholid*, Oedijani Santoso**, Yayun Siti Rochmah***
PENGARUH KUMUR SARI BUAH BELIMBING MANIS (Averrhoa carambola L.) (Studi terhadap Anak Usia 12-15 Tahun Pondok Pesantren Al-Adzkar, Al-Furqon, Al-Izzah Mranggen Demak) Bayyin Bunayya Cholid*, Oedijani Santoso**,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obar kumur memiliki banyak manfaat bagi peningkatan kesehatan gigi dan mulut. Obat kumur digunakan untuk membersihkan mulut dari debris atau sisa makanan,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian klinis laboratoris dengan
A. DESAIN PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini termasuk jenis penelitian klinis laboratoris dengan rancangan post-test only control group design. B. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN Populasi
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis.
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis. 4.2 Subyek penelitian Subyek penelitian adalah pasien yang dirawat dengan alat ortodonti cekat sebanyak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum terjadi pada individu di seluruh dunia (Selwitz dkk, 2007). Menurut data riskesdas tahun 2013, sekitar
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan studi observasional analitik potong lintang (crosssectional).
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan studi observasional analitik potong lintang (crosssectional). 4.2 Alur Penelitian Mendapatkan ethical clearance dari Komisi Etik FKG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mulut merupakan tempat yang ideal untuk tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme karena mulut memiliki kelembaban serta memiliki asupan makanan yang teratur. Mikroba
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung pada bulan Mei s/d juni Penelitian ini termasuk dalam lingkup Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian 4.1.1 Ruang lingkup tempat Penelitian ini berlangsung di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 4.1.2 Ruang lingkup waktu Penelitian ini berlangsung
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian Pengumpulan data klinis dilakukan mulai tanggal 10 November 2008 sampai dengan tanggal 27 November 2008 di klinik orthodonti FKG UI dan di lingkungan FK UI.
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN LARUTAN EKSTRAK SIWAK (Salvadora persica) TERHADAP PEMBENTUKAN PLAK GIGI ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH
PENGARUH PEMBERIAN LARUTAN EKSTRAK SIWAK (Salvadora persica) TERHADAP PEMBENTUKAN PLAK GIGI EFFECT OF MISWAK (Salvadora persica) EXTRACT SOLUTION ON THE FORMATION OF DENTAL PLAQUE ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta yang berusia tahun. Penelitian ini. n= Z 2 p.q d 2 n= 1,96 2.0,5.0,25 0,25 2 n= 7,68
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian klinis laboratoris dengan posttest only group design. B. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi pada penelitian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang perbedaan derajat keasaman ph saliva antara sebelum
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tentang perbedaan derajat keasaman ph saliva antara sebelum dan sesudah mengunyah buah nanas (Ananas comosus) pada anak usia 8-10 tahun, telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Departemen Kesehatan RI tahun
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN
BAB 5 HASIL PENELITIAN Pengumpulan data klinis dilakukan mulai tanggal 10 November 2008 sampai dengan 27 November 2008 bertempat di klinik ortodonti FKG UI dan di lingkungan FK UI. Selama periode tersebut
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. manggis (Garcinia mangostana Linn) yang telah matang
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian eksperimental kuasi dengan pretest dan posttest control group design. B. Populasi dan Sampel Penelitian 1.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
28 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan deskriptif analitik, yaitu dengan melakukan pengukuran pada sampel sebelum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada rongga mulut terdapat berbagai macam koloni bakteri yang masuk melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang masuk melalui makanan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah 23,5%. Menurut hasil RISKESDAS tahun 2013, terjadi peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi karies gigi dan penyakit periodontal pada anak usia 12-15 tahun di Indonesia cenderung meningkat dari 76,25% pada tahun 1998 menjadi 78,65% pada tahun
Lebih terperinciPERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Strata-1
Lebih terperinciKata kunci : Plak gigi, pasta gigi, pasta gigi herbal, metode O Leary
ABSTRAK Plak gigi merupakan kumpulan lebih dari 500 jenis mikroba yang melekat ataupun berkembang secara bebas pada jaringan lunak dan keras di permukaan rongga mulut seperti epithelium gingival maupun
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci:berkumur, infusa jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle), plak gigi
ABSTRAK Plak gigi merupakan deposit lunak yang membentuk lapisan biofilm dan melekat erat pada permukaan gigi serta permukaan keras lainnya dalam rongga mulut. Plak yang menempel pada gigi dapat menyebabkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pohon Arak (salvadora persica) (Almas,2002). dan minyak atsiri untuk meningkatkan air liur (Zaenab dkk,2004)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Siwak Kusumasari (2012) menyatakan bahwa penggunaan siwak sudah bergeser dari tradisional menjadi modern, siwak juga merupakan alat pembersih mulut terbaik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling sering dijumpai di Indonesia. 1 Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, menunjukkan prevalensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasta gigi adalah produk oral yang digunakan untuk membersihkan gigi dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah penampilan estetik gigi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi di masyarakat luas. Hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2007, menunjukkan prevalensi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan oleh faktor etiologi yang kompleks. Karies gigi tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi dapat
Lebih terperinciVolume 47, Number 3, September 2014
153 Volume 47, Number 3, September 2014 Research Report Efektifitas siwak (Salvadora persica) dan pasta gigi siwak terhadap akumulasi plak gigi pada anak-anak (Effectiveness of Siwak (Salvadora persica)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. American Association of Orthodontists menyatakan bahwa Ortodonsia
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang American Association of Orthodontists menyatakan bahwa Ortodonsia merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran Gigi yang terpusat untuk membimbing, mengawasi dan mengoreksi pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh manusia jauh sebelum mengenal gula. Madu baik dikonsumsi saat perut kosong (Suranto, Adji :
Lebih terperinciPERBEDAAN EFEKTIFITAS OBAT KUMUR HERBAL DAN NON HERBAL TERHADAP AKUMULASI PLAK DI DALAM RONGGA MULUT
Ristianti;Kusnanta;Marsono PERBEDAAN EFEKTIFITAS OBAT KUMUR HERBAL DAN NON HERBAL TERHADAP AKUMULASI PLAK DI DALAM RONGGA MULUT Nina Ristianti*, Jaka Kusnanta W.**, Marsono** ABSTRAK Plak gigi adalah suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Plak gigi merupakan komunitas mikroba yang melekat maupun berkembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plak gigi merupakan komunitas mikroba yang melekat maupun berkembang bebas pada jaringan lunak dan keras pada permukaan rongga mulut, yang terdiri dari bakteri hidup
Lebih terperinciABSTRAK. Plak gigi, obat kumur cengkeh, indeks plak
ABSTRAK Plak merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi dan gusi serta permukaan keras lainnya dalam rongga mulut. Akumulasi plak yang tidak ditangani akan menyebabkan karies, gingivitis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh keseluruhan (Tambuwun et al., 2014). Kesehatan gigi dan mulut tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan
Lebih terperinciKata kunci: plak gigi; indeks plak gigi; ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn.).
ABSTRAK Plak gigi adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak diatas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut penduduk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut semakin menjadi masalah yang cukup serius di masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat, baik dibidang kedokteran maupun kedokteran gigi yang dapat dipertanggung jawabkan secara
Lebih terperinciLEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Bersama dengan ini saya, Olivian Wijaya, mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi. Saat ini, saya sedang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut di Indonesia merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian serius dari tenaga kesehatan. Data Riskesdas 2013 menunjukkan 25,9% penduduk Indonesia
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis. 4.2 Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah mahasiswa FKG UI yang dirawat dengan alat ortodonti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan ortodontik dapat meningkatkan mastikasi, bicara dan penampilan, seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan ortodontik memiliki
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
27 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. JENIS PENELITIAN Eksperimental Klinis 4.2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN 4.2.1. Tempat Penelitian : FKG UI 4.2.2. Waktu Penelitian : November 2008 4.3. POPULASI DAN SUBYEK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang paling sering ditemui dalam kesehatan gigi dan mulut yaitu karies gigi dan penyakit periodontal. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2000,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang tersebar luas di masyarakat Indonesia. Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat di Indonesia pada umumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak dialami masyarakat di Indonesia adalah karies gigi. Penyakit tersebut menyerang semua golongan umur, mulai dari anak-anak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saliva adalah cairan oral kompleks yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk di rongga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lainnya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Angka kejadian masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi merupakan salah satu anggota tubuh yang memiliki peran penting dan apabila mengalami kerusakan maka dapat mempengaruhi kesehatan anggota tubuh lainnya sehingga
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: alat ortodontik cekat, menyikat gigi, chlorhexidine 0,2%, plak dental, indeks plak modifikasi dari PHP Index.
iv ABSTRAK Pasien pengguna alat ortodontik cekat membutuhkan perawatan ekstra untuk membersihkan giginya dikarenakan komponen alat ortodontik cekat membatasi aksi mekanis sikat gigi untuk menghilangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan pada 90% dari populasi dunia. Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: Plak gigi; teh hitam; indeks plak, O Leary
ABSTRAK Plak gigi merupakan penyebab utama terjadinya karies gigi, dengan prevalensi secara nasional tahun 2007 mencapai 43.40%. Plak mengandung bakteri Streptococcus mutans yang dapat memfermentasi karbohidrat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berdasarkan ada atau tidaknya deposit organik, materia alba, plak gigi, pelikel,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya karies gigi (Suwelo, 2005). Kebersihan rongga mulut dapat dilihat berdasarkan ada atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada permukaan gigi atau permukaan jaringan keras lain didalam rongga mulut. Plak gigi terdiri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia memerlukan perhatian yang serius dari berbagai pihak. Hal ini dibuktikan dari adanya peningkatan rerata persentase penduduk
Lebih terperinciBAB III. Jenis penelitian yang dilakukan adalah observasional analitik dengan. membandingkan antar kelompok. Desain penelitian ini menggunakan desain
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah observasional analitik dengan membandingkan antar kelompok. Desain penelitian ini menggunakan desain cross
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempengaruhi derajat keasaman saliva. Saliva memiliki peran penting dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan di dalam rongga mulut merupakan faktor penting yang mempengaruhi derajat keasaman saliva. Saliva memiliki peran penting dalam mengontrol ph plak gigi. Komposisi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi dan menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering terjadi adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan kelompok mikroba di dalam rongga mulut dan dapat diklasifikasikan. bakteri aerob, anaerob, dan anaerob fakultatif.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Flora oral terdiri dari beragam populasi mikroba di antaranya bakteri, jamur, mikoplasma, protozoa, dan virus yang ditemukan dari waktu ke waktu. Bakteri merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prevalensi jaringan periodontal yang tidak sehat sebesar 95,21% atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan penyakit yang terjadi pada umat manusia yang meluas ke seluruh dunia. 1 Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi jaringan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah observasional analitik. Setiap subjek hanya dikenai satu kali pengukuran tanpa dilakukan tindak lanjut atau pengulangan pengukuran.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan alat ortodontik merupakan salah satu perawatan dari kesehatan gigi dan mulut. Perawatan ortodontik merupakan perawatan yang dilakukan di bidang kedokteran
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Early Childhood Caries (ECC) Early childhood caries merupakan suatu bentuk karies rampan pada gigi desidui yang disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang
Lebih terperinciUJI EFEKTIVITAS BERKUMUR MENGGUNAKAN AIR SEDUHAN TEH HITAM (Camellia sinensis) DALAM MENURUNKAN AKUMULASI PLAK
UJI EFEKTIVITAS BERKUMUR MENGGUNAKAN AIR SEDUHAN TEH HITAM (Camellia sinensis) DALAM MENURUNKAN AKUMULASI PLAK Putu Ary Satryadi 1), Shirley E.S Kawengian 2), P.S. Anindita 1) 1) Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciPERBEDAAN INDEKS PLAK PADA PENGGUNA ALAT ORTODONTIK CEKAT YANG MENGGUNAKAN SIKAT GIGI KHUSUS ORTODONTIK DENGAN DAN TANPA OBAT KUMUR
PERBEDAAN INDEKS PLAK PADA PENGGUNA ALAT ORTODONTIK CEKAT YANG MENGGUNAKAN SIKAT GIGI KHUSUS ORTODONTIK DENGAN DAN TANPA OBAT KUMUR Windy Tjiali 1), PS. Anindita 1), Olivia Waworuntu 2) 1) Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia menjadi perhatian khusus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia menjadi perhatian khusus karena termasuk dalam sepuluh besar yang tersebar di berbagai daerah (Dewanti, 2012). Penyakit
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. pertama kali merokok pada usia 5-9 tahun di kota tersebut merupakan urutan ke-2
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini tercakup dalam bidang kesehatan gigi dan mulut. 4.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di kota Jogjakarta
Lebih terperinciABSTRAK PERBEDAAN PENGGUNAAN PASTA GIGI MENGANDUNG ENZIM AMYLOGLUCOSIDASE
ABSTRAK PERBEDAAN PENGGUNAAN PASTA GIGI MENGANDUNG ENZIM AMYLOGLUCOSIDASE DAN GLUCOSEOXIDASE DENGAN SODIUM BICARBONATE TERHADAP INDEKS PLAK (Penelitian Pada Pasien Pengguna Alat Ortodontik Cekat) Dwiki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara keseluruhan, untuk itu dalam memperoleh kesehatan rongga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di seluruh dunia dan dialami oleh hampir seluruh individu pada sepanjang hidupnya.
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: Pasta gigi herbal, pasta gigi non herbal, indeks plak, ortodontik cekat.
ABSTRAK Alat ortodontik cekat adalah alat yang melekat pada gigi geligi sehingga dapat menimbulkan akumulasi plak di dalam rongga mulut dan sulit untuk dibersihkan secara mekanis. Area retensi yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alat ortodontik cekat menyebabkan pemeliharaan oral hygiene menjadi lebih sulit
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gigi yang crowding, irregular, dan protrusif merupakan masalah bagi beberapa orang. Masalah-masalah pada posisi gigi dapat berpengaruh pada fungsi mastikasi dan estetik.1
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 mahasiswa FKG UI semester VII tahun 2008 diperoleh hasil sebagai berikut.
36 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 mahasiswa FKG UI semester VII tahun 2008 diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 5.1. Frekuensi distribusi tes saliva subjek penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia dikatakan sehat tidak hanya dari segi kesehatan umum saja tetapi juga meliputi kesehatan
Lebih terperinciLEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Salam Sejahtera, Saya Dziah Marhani sedang melakukan penelitian untuk menyelesaikan skripsi di Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : Plak gigi; susu murni; indeks plak; O Leary
ABSTRAK Susu merupakan bagian penting dari diet manusia karena memiliki nilai gizi tinggi. Penelitian menunjukkan susu memiliki sifat kariostatik, tetapi susu murni memiliki potensi kariogenik yang rendah.
Lebih terperinciDAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i PRASYARAT... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR PENGUJI... iv
DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... i PRASYARAT... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR PENGUJI... iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL...
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis dengan metode cross over. 4.2. Penentuan populasi Subyek penelitian dibagi menjadi 3 kelompok yaitu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka nasional (>25,9%) dan sebanyak
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013 sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka nasional (>25,9%) dan sebanyak 15 provinsi memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mikroba pada gigi dan permukaan gingiva yang berdekatan. 1,2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah utama kesehatan gigi dan mulut yang paling umum adalah karies dan penyakit periodontal. 1 Plak sangat berperan dalam terjadinya kedua penyakit ini. 2 Kontrol
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saliva mayor dan minor. Saliva diproduksi dalam sehari sekitar 1 2 liter,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saliva merupakan cairan komplek yang dapat dihasilkan dari kelenjar saliva mayor dan minor. Saliva diproduksi dalam sehari sekitar 1 2 liter, yang terdiri dari
Lebih terperinciBAB I. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang
BAB I I. Pendahuluan A. Latar Belakang Karies gigi merupakan masalah gigi dan mulut yang banyak dijumpai pada anak-anak di negara berkembang dan cenderung meningkat pada setiap dasawarsa. Hasil penelitian
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN
BAB 5 HASIL PENELITIAN Data penelitian ini diperoleh dari sampel 30 anak usia 10-12 tahun di Pesantren Al-Hamidiyah, Depok yang dipilih secara acak. Penelitian ini menggunakan metode cross over, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Rongga mulut manusia tidak pernah terlepas dari bakteri. Dalam rongga mulut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Rongga mulut manusia tidak pernah terlepas dari bakteri. Dalam rongga mulut manusia terdapat lebih dari tiga ratus spesies bakteri (Wilson dan Kornman,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas mikroba dalam suatu karbohidrat yang dapat difermentasikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies dan penyakit periodontal merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua kelompok umur di Indonesia (Tampubolon,
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut dan Ilmu Kebidanan
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut dan Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan dan plak, terutama pada daerah sayap bukal atau bagian-bagian yang sukar dibersihkan (David dan MacGregor,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, prevalensi karies dan penyakit periodontal masih sangat tinggi yaitu berkisar 80%, bahkan penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi juga merupakan hasil interaksi antara kondisi fisik, mental dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. 1 Sehat
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : anak SD, jajanan, sukrosa, ph saliva, indikator ph, karies
ABSTRAK Anak kelas 5 SD mulai terjadi peningkatan nafsu makan sehingga terjadi peningkatan mengonsumsi jajanan. Jajanan yang banyak dikonsumsi banyak mengandung sukrosa sehingga dapat mengubah ph saliva
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
21 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif analatik dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional study). Penelitian potong lintang merupakan
Lebih terperinciLEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi teman-teman, saya Diah Okti mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Lebih terperinciABSTRAK PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SIKAT GIGI ELEKTRIK DAN SIKAT GIGI KONVENSIONAL TERHADAP PENURUNAN INDEKS PLAK
ABSTRAK PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SIKAT GIGI ELEKTRIK DAN SIKAT GIGI KONVENSIONAL TERHADAP PENURUNAN INDEKS PLAK Dr. G. Soetjipto Soegiharto, drg., Sp.Perio* Winny Suwindere, drg., MS** *Bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 25,9%, tetapi hanya 8,1% yang mendapatkan perawatan. 2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan, termasuk fungsi bicara, pengunyahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. golongan usia (Tarigan, 1993). Di Indonesia penderita karies sangat tinggi (60-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi merupakan penyakit yang sering dijumpai di rongga mulut sehingga menjadi masalah utama kesehatan gigi dan mulut (Tampubolon, 2005). Karies gigi terjadi pada
Lebih terperinciLEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
47 Lampiran I LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi teman-teman, Nama saya Stefani Hutagalung, saya adalah mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dkter gigi di Fakultas Kedkteran
Lebih terperinci