GAMBARAN DEMENSIA PADA USIA LANJUT DI UPTD RUMOH SEUJAHTERA GEUNASEH SAYANG ULEE KARENG BANDA ACEH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN DEMENSIA PADA USIA LANJUT DI UPTD RUMOH SEUJAHTERA GEUNASEH SAYANG ULEE KARENG BANDA ACEH"

Transkripsi

1 GAMBARAN DEMENSIA PADA USIA LANJUT DI UPTD RUMOH SEUJAHTERA GEUNASEH SAYANG ULEE KARENG BANDA ACEH THE DESCRIPTION OF DEMENTIA IN ELEDERLY AT REGIONAL TECHNICAL IMPLEMENTATION UNIT OF RUMOH ACEH GEUNASEH SAYANG IN ULEE KARENG OF BANDA ACEH Mohd. Rizal Fahmi Adha 1, Nurhasanah 2 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2 Bagian Keilmuan Keperawatan Gerontik Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh mohd.rizalfahmiadha@gmail.com; nurhasanah_@unsyiah.ac.id ABSTRAK Meningkatnya usia harapan hidup penduduk di Indonesia, menyebabkan jumlah penduduk usia lanjut terus meningkat dari tahun ketahun. Salah satu permasalahan yang sering timbul pada usia lanjut salah satunya berupa gangguan fungsi kognitif atau demensia. Demensia merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan fungsi kognitif berupa kemunduran daya ingat dan daya pikir sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat demensia pada usia lanjut di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh tahun Desain penelitian ini bersifat deskriptif dengan jumlah populasi 70 orang dan menggunakan teknik pengambilan sampel total sampling. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara terpimpin. Waktu pengumpulan data 09 mei s/d 28 juni Hasil analisa univariat didapatkan demensia ringan sebanyak 19 orang (27,1%), demensia sedang sebanyak 29 orang (41,4%), demensia berat sebanyak 14 orang (20,0%) dan yang tidak mengalami demensia sebanyak 8 orang (11,4%). Kesimpulan penelitian adalah lansia yang berada di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh sebagian besar mengalami demensia (penurunan daya ingat) sedang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis menyarankan kepada petugas Panti agar dapat menyiapkan dan mendukung kebutuhan yang diperlukan untuk para lansia dengan demensia. Kemungkinan strategi untuk dukungan yang lebih efektif meliputi asuhan keperawatan dalam merawat lansia dengan demensia serta dapat memfasilitasi lansia untuk melakukan latihan senam otak secara efektif dan teratur untuk mengurangi kejadian demensia. Kata kunci : Lansia, Demensia ABSTRACT Increasing life expectancy of the population in Indonesia has caused the number of elderly population continues to increase over the years. One of the problems that often arises in the elderly is a cognitive impairment or dementia. Dementia is a condition where there is a decline in cognitive functions such as deterioration of memory and the power of thought that affect daily activities. The purpose of this research was to find out the level of dementia in elderly at Regional Technical Implementation Unit (UPTD) of Rumoh Aceh Geunaseh Sayang in Ulee Kareng of Banda Aceh in This research used descriptive research design with total population of 70 people and samples were collected by using total sampling technique. Instrument used were questionnaires and guided interview. Data were collected on June 23 to 28, The result of univariate analysis showed that elderly with mild dementia were 19 people (27.1%), with moderate dementia were 29 people (41.4%), with severe dementia were 14 people (20.0%) and without dementia were 8 people (11.4%). It can be concluded that a majority the elderly at Regional Technical Implementation Unit (UPTD) of Rumoh Aceh Geunaseh Sayang in Ulee Kareng of Banda Aceh had moderate dementia. Based on the results of the research, the researcher suggests the caregivers in the nursing home provide and support the needs of elderly with dementia. The possible strategies to provide more effective support are by providing nursing care in caring for the elderly with dementia and facilitating the elderly to do brain gymnastics effectively and regularly to reduce the occurrence of dementia. Keywords: Elderly, Dementia 1

2 PENDAHULUAN Menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya di mulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan (Nugroho, 2008). Usia permulaan tua menurut Depkes RI tahun 2003 adalah mereka yang berumur 60 tahun ke atas. Memasuki masa tua banyak mengalami perubahan sistem tubuh meliputi sistem kardiovaskuler, pernafasan, penglihatan, pendengaran, integumen, endokrin, genitorurinaria dan sistem gastrointestinal. Selain itu perubahan yang sering di alami oleh lansia adalah perubahan kognitif meliputi lansia mudah lupa, orientasi terhadap waktu, ruang, tempat, serta tidak mudah menerima hal atau ide baru (Mubarak, 2011). Saat ini di dunia, terjadi peningkatan jumlah lanjut usia yang berusia lebih dari 60 tahun ke atas sekitar 13,4% pada tahun 2013, dan pada tahun 2050 diperkirakan akan meningkat menjadi 25,3%. Pada tahun 2100 yang akan datang menjadi 35,1%. Peningkatan persentase lansia akan meningkat setiap tahunnya dan angka beban tanggungan juga semakin meningkat seiring meningkatnya jumlah populasi lansia (Kemenkes RI, 2014). Menurut hasil estimasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2015, diperoleh jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2014 sebanyak jiwa. Jumlah ini tergolong besar dan membuktikan bahwa angka harapan hidup lansia di Indonesia semakin tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh tahun 2015, jumlah lansia saat ini dengan rentang usia lebih dari 65 tahun mencapai jiwa dan diperkirakan akan terus meningkat setiap tahunnya, hal ini dibuktikan dengan peningkatan jumlah lansia pada tahun-tahun sebelumnya sejak tahun Meningkatnya populasi lansia akan dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan di antaranya adalah demensia atau yang sering kita sebut dengan pikun. Demensia atau pikun adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual yang biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi aktivitas sosial dan aktivitas sehari-hari. Demensia bukanlah suatu penyakit yang spesifik, melainkan suatu gejala yang bisa disebabkan oleh berbagai kelainan yang mempengaruhi otak. Seorang penderita demensia memiliki fungsi intelektual yang terganggu dan menyebabkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari maupun hubungan dengan orang sekitarnya. Penderita demensia juga kehilangan kemampuan untuk memecahkan masalah, mengontrol emosi, bahkan bisa mengalami perubahan kepribadian dan masalah tingkah laku seperti mudah marah dan berhalusinasi. Seseorang yang dikatakan demensia bila dua atau lebih fungsi otak mengalami penurunan seperti daya ingat dan keterampilan berbahasa menurun secara signifikan tanpa disertai penurunan kesadaran (Stanley & Beare, 2006). Demensia merupakan kemunduran kognitif yang sedemikian berat sehingga menggangu aktivitas hidup sehari-hari dan aktivitas sosial. Kemunduran kognitif pada lansia biasanya meliputi kemunduran memori atau daya ingat. Demensia terutama disebabkan oleh penyakit Alzheimer yang berkaitan erat dengan usia lanjut. Penyakit alzheimer ini 60% menyebabkan kepikunan atau demensia dan di perkirakan akan terus meningkat (Nugroho, 2008) Demensia biasanya dimulai secara perlahan dan makin lama makin parah, sehingga keadaan ini pada mulanya tidak di sadari. Terjadi penurunan dalam ingatan, kemampuan untuk mengingat waktu, mengenali orang, tempat dan benda. Gejala awal biasanya adalah kemunduran fungsi kognitif ringan, kemunduran dalam mempelajari hal-hal yang baru, ingatan terhadap peristiwa jangka pendek menurun, dan kesulitan 2

3 menemukan kata-kata yang tepat (Pieter, Janiwarti, & Saragih, 2011). Saat ini di negara maju seperti Amerika jumlah lanjut usia yang mengalami demensia mencapai 10-15% atau sekitar 3-4 juta orang. Demensia alzheimer merupakan kasus demensia terbanyak di Amerika dan eropa sekitar 50-70%. Di perkirakan pada tahun 2050 akan ada 14 juta orang di Amerika Serikat yang menderita penyakit tersebut. Penyakit Alzheimer sendiri adalah penyakit yang paling sering di jumpai pada usia lanjut terkait dengan pertambahan usia dan kerusakan jaringan otak yang menyebabkan lansia mengalami demensia serta dapat menghabiskan biaya sekitar 90 miliar Dolar Amerika per tahun untuk tagihan medis, biaya perawatan jangka panjang, dan hilangnya produktivitas. Sementara di indonesia jumlah lanjut usia yang mengalami demensia sekitar 5% dengan rentang usia tahun dan akan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih dari 45% pada usia diatas 85 tahun (Wibowo, 2007 dalam Hartati, 2010). Sedangkan pada tahun 2005 penderita demensia di kawasan Asia Pasifik berjumlah 13,7 juta orang dan menjelang tahun 2050 jumlah ini akan meningkat menjadi 64,6 juta orang. Di samping peningkatan jumlah penderita demensia, ada faktor-faktor lain yang memperparah dampak demensia pada bidang sosial dan ekonomi. Faktor-faktor ini termasuk urbanisasi, kecenderungan meninggalkan sistem keluarga besar menuju keluarga batih, dan sebagai akibatnya terjadi peningkatan dalam jumlah orang tua yang hidup sendirian. Kemampuan merawat orang-orang ini akan tergantung pada gabungan antara perawatan formal dan informal. Banyak negara di kawasan Asia Pasifik mungkin belum cukup siap untuk memberikan pelayanan kesehatan dan perawatan bermutu kepada penderita demensia dan keluarga yang merawatnya. Demensia berpotensi mengakibatkan dampak yang menghancurkan sistem kesehatan masyarakat negara-negara Asia Pasifik. Hal ini tidak hanya disebabkan karena penduduk bertambah ubanan, tetapi karena demensia adalah satu penyakit kronis yang dapat menyebabkan ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Beban penyakit demensia melebihi beban penyakit malaria, tetanus, kanker payudara, penyalahgunaan obat-obatan dan diperkirakan akan meningkat sebanyak 76% selama seperempat abad mendatang (ADI, 2006). Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Untari (2014) di Panti Wredha Darma Bakti Surakarta menunjukkan bahwa sebagian besar lansia yang ada di panti tersebut mengalami demensia berat. Dengan rincian, demensia ringan sebanyak 11 orang (18,3%), demensia sedang sebanyak 21 orang (35%) dan demensia berat sebanyak 28 orang (46,7%). Dengan kelompok umur antara tahun ke atas. Saat ini Jumlah lanjut usia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh sebanyak 72 orang dengan rata-rata usia 60 tahun ke atas, namun belum pernah ada penelitian yang melihat berapa prevalensi demensia berdasarkan tingkatannya mulai dari demensia ringan, sedang maupun berat di panti ini. Demensia pada lansia bila dideteksi dan dicegah sejak dini dapat membuat golongan usia lanjut tersebut tetap bisa menjalani hidup dengan optimal dengan produktivitas yang relatif baik di usianya. Pencegahan bisa dilakukan dengan menekuni hobi seperti bermain musik, menulis, membaca buku, berkebun di halaman, mengikuti kegiatan sosial, seperti bergabung dengan beberapa yayasan amal, mengisi teka-teki silang (TTS), selalu beraktivitas, menggambar dan senam otak yang bertujuan untuk memfungsikan terus-menerus organ tubuh, indera, dan otak sehingga kepikunan dapat diperlambat saat memasuki usia lanjut (Suwarsa, 2006). Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee 3

4 Kareng Banda Aceh pada tanggal 27 Oktober 2015 di dapatkan data bahwa lansia yang berada di panti tersebut banyak mengalami masalah dengan ingatan (demensia) seperti tidak mengingat nama, tempat, hari, tanggal dan juga tanggal lahirnya. Dilatarbelakangi masalah tersebut, maka peneliti ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana Gambaran Demensia pada usia lanjut di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh. METODE penelitian yang digunakan dalam peneltian ini bersifat deskriptif sesuai dengan tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana gambaran demensia pada usia lanjut di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh. Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang berada di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh. Berdasarkan data yang didapat dari UPTD tersebut bahwa lansia yang berada di panti tersebut sebanyak 70 orang. Penelitian ini yang menjadi sampel adalah seluruh lansia yang tinggal di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh. Dengan kata lain penetapan sampel dilakukan dengan teknik total sampling. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan wawancara terpimpin. Peneliti tidak melakukan uji alat ukur karena alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini sudah baku. Untuk mendapatkan data yang diinginkan sesuai dengan tujuan penelitian, peneliti menggunakan 2 format kuesioner sebagai berikut: Bagian A merupakan data demografi responden, meliputi: kode responden, umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan terakhir, kebiasaan merokok, trauma kepala, riwayat penyakit, dan riwayat keluarga dengan demensia. Bagian B merupakan format pengkajian yaitu dengan menggunakan format pengkajian Short Portable Mental Status Quesioner (SPMSQ) yang dilakukan langsung oleh peneliti kepada lansia yang tinggal di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh. Instrumen SPSMQ terdiri dari 10 pertanyaan meliputi fungsi kognitif lansia untuk mengetahui tingkat kerusakan intelektual pada usia lanjut. Peneliti tidak melakukan uji alat ukur karena alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini sudah baku. Dengan kriteria penilaian sebagai berikut: kesalahan 0-2 : fungsi intelektual utuh, kesalahan 3-4 : kerusakan fungsi intelektual ringan, kesalahan 5-7 : kerusakan fungsi intelektual sedang dan kesalahan 8-10 : kerusakan fungsi intelektual berat HASIL Tabel 1 menunjukkan bahwa frekuensi responden terbanyak pada usia Lanjut (60-74 tahun) dengan frekuensi sebanyak 43 orang (61.4%), berjenis kelamin perempuan dengan frekuensi sebanyak 46 orang (65.7%), berstatus Janda dengan frekuensi sebanyak 43 orang (61,4%), yang berpendidikan rendah dengan frekuensi sebanyak 36 orang (51,4%), tidak merokok dengan frekuensi sebanyak 59 orang (84.3%), tidak ada trauma kepala dengan frekuensi sebanyak 66 orang (94.3%), tidak ada riwayat penyakit dengan frekuensi sebanyak 43 orang (61.4%), tidak ada riwayat keluarga yang demensia dengan frekuensi sebanyak 61 orang (87.1%). Tabel 1. Distribusi Frekuensi Demografi Lansia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh No Data Demografi f % 1 Usia (menurut WHO a. Usia pertengahan 2 9 (45-59) b. Lanjut usia (60-74) c. Lanjut usia tua (75-90) d. Usia sangat tua (

5 100) Jenis kelamin: a. Laki-laki b. Perempuan 3 Status perkawinan: a. Menikah b. Janda c. Duda 4 Tingkat Pendidikan: a. Tidak sekolah b. Pendidikan dasar rendah c. Pendidikan menengah d. Pendidikan tinggi 5 Kebiasaan merokok: a. Ada b. Tidak ada 6 Trauma kepala: a. Ada b. Tidak ada 7 Riwayat penyakit: a. Tidak ada b. Hipertensi c. Diabetes d. Kolesterol 8 Riwayat keluarga dengan demensia a. Ada b. Tidak ada Total Tabel 2 menunjukkan bahwa demensia sedang lebih banyak dialami oleh responden dengan frekuensi 29 orang (41,4%), demensia ringan 19 orang (27,1%), demensia berat 14 orang (20,0%), dan fungsi kognitif utuh atau yang tidak demensia 8 orang (11,4%). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Demensia Pada Usia Lanjut di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh No Tingkat f % Demensia 1 Utuh 8 11,4 2 Ringan 19 27,1 3 Sedang 29 41,4 4 Berat 14 20,0 Total ,0 PEMBAHASAN Gambaran tingkat demensia pada usia lanjut di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada tabel 5.3 diketahui bahwa tingkat demensia pada usia lanjut di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 29 responden (41,4%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Guslinda (2013) yang menunjukkan bahwa lansia yang mengalami demensia ringan sebanyak 58,4% dan demensia sedang sebanyak 41,6%. Hal tersebut di dukung oleh data demografi pada tabel 5.1 dengan presentase umur responden paling banyak pada lanjut usia yaitu umur tahun sebanyak 43 responden (61,4%). Penelitian yang dilakukan oleh Roan (2009) menyatakan bahwa demensia dapat terjadi pada setiap umur, tetapi lebih banyak pada lansia untuk rentang umur tahun (5%) dan 40% bagi yang berumur >85 tahun. Hasil Menurut Kusuma (2013) umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya dimensia pada usia lanjut. Biasanya penyakit ini sering terjadi pada seseorang yang telah berumur di atas 65 tahun dan akan meningkat menjadi lima puluh persen pada lansia yang berumur 85 tahun ke atas. Seiring pertambahan usia sel-sel tubuh banyak yang mati dan mengalami degenerasi. Akibatnya terjadi gangguan fungsional dan berbagai macam organ terutama pada sistem saraf. Keadaan yang biasa dialami oleh para lansia (usia diatas 65 tahun) adalah adanya 5

6 gangguan daya ingat (memori), gangguan kecerdasan (kognitif), gangguan fungsi gerak dan rasa, serta gangguan keseimbangan dan koordinasi. Sehingga lansia akan merasa terganggu pekerjaannya, aktivitas sosialnya ataupun dalam berhubungan dengan orang lain (Basuki, 2014). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Basuki (2014) dengan judul Hubungan usia dengan tingkat demensia pada lansia menurut pemeriksaan portable status mental examination di Desa Kemantren Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo yang dilakukan pada 56 lansia, sampel diambil dengan menggunakan teknik total sampling, berdasarkan hasil uji spearmen rho diperoleh data α = 0,05 ρ = 0,017 maka ρ < α maka Hο di tolak H 1 diterima sehingga ada hubungan usia dengan kejadian demensia di Desa Kemantren Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo. Pada saat pengumpulan data peneliti menemukan bahwa sebagian besar lansia perempuan lebih sulit menjawab pertanyaan yang diberikan peneliti dibandingkan laki-laki. Jika ditinjau dari jenis kelamin, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan lebih banyak mengalami demensia dengan persentase 65.7%.. Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan Aisyah (2009) di Depok yang menunjukkan bahwa lansia yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak mengalami demensia dengan persentase 52,4% di bandingkan laki-laki dengan persentase 47,6%. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Maryam (2015) tentang hubungan tingkat pendidikan dan activity daily living dengan demensia pada lanjut usia di panti werdha wilayah DKI Jakarta mengatakan bahwa lansia perempuan mempunyai peluang 1,185 kali untuk demensia dibandingkan dengan lansia laki-laki. Menurut Kusuma (2013) perempuan lebih berisiko terjadinya penyakit alzheimer. Kerentanan perempuan disebabkan oleh keadaan menopouse yang praktis menghentikan beberapa fungsi hormon, sedangkan pada laki-laki lebih panjang masa andropousenya. Berdasarkan tabel 1 didapatkan bahwa pendidikan terakhir responden paling banyak pada tingkat SD yaitu sebanyak 31 responden (44,3%). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Khasanah (2012) mengenai hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian penurunan daya ingat pada lansia pada 32 orang lansia menunjukan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan kejadian demensia pada lansia. Jadi, semakin rendah pendidikan seseorang maka seseorang tersebut lebih mudah mengalami demensia. Fungsi dari pendidikan sendiri adalah menghilangkan penderitaan rakyat dari kebodohan dan ketertinggalan. Diasumsikan bahwa orang yang berpendidikan akan terhindar dari kebodohan dan kemiskinan, karena dengan modal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang di milikinya akan mampu mengatasi problema kehidupan yaang dihadapinya. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka diasumsikan semakin tinggi pengetahuan, keterampilan, dan kemampuannya (Suardi, 2012). Berdasarkan data yang didapatkan dari jawaban responden sebanyak 42 responden (60,0%) responden salah dalam menjawab pertanyaan kesepuluh yaitu tentang kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru, semua secara menurun. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden sangat kurang dalam kemampuan berhitung. Hal ini sesuai dengan data demografi yang mengatakan bahwa sebanyak 31 responden (44,3%) berpindidikan SD. Menurut Kusuma (2013) di katakan bahwa Gaya hidup yang buruk akan berpengaruh terjadinya penyakit alzheimer seperti merokok dan konsumsi alkohol berlebihan dan juga kurang berolahraga. Faktor gaya hidup berkaitan erat dengan penyakit-penyakit tidak menular yang ditimbulkan seperti diabetes, tinggi kolesterol, gangguan jantung, dan lain 6

7 sebagainya. Hal ini tidak sesuai dengan data demografi tentang kebiasaan merokok yang menyatakan bahwa responden yang tidak merokok sebanyak 59 responden (84,3%). Jika dilihat dari kejadian trauma kepala sebanyak 66 responden (94,3%) mengatakan tidak ada mengalami trauma kepala. Cedera kepala, trauma kepala, dan TBI jenis yang dihubungkan dengan peningkatan risiko penyakit alzheimer dan demensia jenis yang lain. Cedera kepala sedang (moderate) dikaitkan dengan dua kali risiko yang berkembang menjadi alzheimer dibandingkan dengan kepala normal yang sehat. Sementara cedera kepala berat (severe) meningkatkan risiko sebesar 4,5 kali. Pada cedera kepala sedang ditandai dengan hilangnya kesadaran atau amnesia pasca-trauma lebih dari 30 menit. Apabila lebih dari 24 jam, cedera yang dialami digolongkan sebagai cedera kepala berat. Meskipun demikian, hubungan antara cedera kepala dengan peningkatan kejadian alzheimer masih membutuhkan penelitian ulang. Setelah dilakukan pengumpulan data didapatkan hasil 43 responden (61,4%) tidak ada riwayat penyakit. Hal ini tidak sesuai dengan Kusuma (2013) yang mengatakan bahwa Penyakit-penyakit tertentu seperti penyakit jantung, diabetes, stroke, darah tinggi, kolesterol tinggi, dan rendah tingkat vitamin folat dikaitkan dengan risiko peningkatan penyakit Alzheimer. Tekanan darah tinggi dapat merusak pembuluh darah di otak sehingga mengganggu area yang penting dalam fungsi memori dan berbahasa. Akibatnya, dapat terjadi kondisi yang pada akhirnya menjadi penyakit Alzheimer. Hasil wawancara peneliti dengan perawat didapatkan informasi bahwa bukan hanya lansia yang menderita penyakit yang mengalami demensia akan tetapi lansia yang tidak memilki penyakit juga dapat mengalami demensia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil penelitian riwayat penyakit dapat dikatakan tidak memiliki pengaruh terhadap kejadian demensia, akan tetapi kejadian demensia lebih di pengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti umur, jenis kelamin dan pendidikan terakhir. Berdasarkan data demografi dengan kategori riwayat keluarga yang mengalami demensia sebanyak 61 responden (87,1%) tidak memilki riwayat keluarga dengan demensia. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2013) yang mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan (p> 0.05) antara riwayat demensia keluarga dengan kejadian demensia pada lansia. Namun terdapat kecenderungan positif yang berarti bahwa dengan adanya orangtua subjek yang menderita demensia maka semakin tinggi nilai Clinical dementia rating scale (CDR). Hal ini diduga karena adanya 33.3% dari keseluruhan lansia yang menjadi subjek tidak diketahui ada atau tidaknya riwayat demensia keluarganya. Akan tetapi, hasil yang didapatkan peneliti tidak sesuai dengan teori menurut Kusuma (2013) mengatakan bahwa Seseorang yang dalam sejarah keluarganya terdapat penderita Alzheimer, sangat mungkin ada anggota keluarganya yang lain juga akan mengalami penyakit serupa. Berdasarkan hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa tingkat demensia pada usia lanjut di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh berada pada kategori sedang dan berdasarkan data demografi dapat disimpulkan bahwa usia, jenis kelamin, dan pendidikan terakhir sangat mempengaruhi terjadinaya demensia. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang didapatkan mengenai tingkat demensia pada usia lanjut di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh sebagian besar lansia yang berada di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh berada dalam kategori 7

8 demensia sedang dengan frekuensi 29 orang (41,4%). Adapun saran dari penulis diharapkan kepada UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh agar lebih meningkatkan asuhan keperawatan dalam merawat lansia dengan demensia serta dapat memfasilitasi lansia untuk melakukan latihan senam otak secara efektif dan teratur untuk mengurangi kejadian demensia. REFERENSI ADI. (2006). Demensia di Kawasan Asia Pasifik: sudah ada wabah. Indonesian: Dementia in the Asia Pacific Aisyah, B. (2009). Hubungan AsupanZat Gizi Dengan Kejadian Demensia Di Kelurahan Depok Jaya. Jakarta: FKM UI. Basuki, D. (2014). Hubungan Usia Dengan Tingkat Demensia Pada Lansia Menurut Pemeriksaan Portable Status Mental Examination Di Desa Kemantren Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Keperawatan Sehat Vol 11 No. 01 Badan Pusat Statistik. (2015). Aceh dalam angka 2015: Aceh in figure. BPS Provinsi Aceh Guslinda (2013). Pengaruh Senam Otak terhadap Fungsi Kognitif pada Lansia Dengan Dimensia Di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Padang Pariaman. Dikutip pada tanggal 18 juli 2016,darihttp://journal. mercubaktijaya.ac.id/downlotfile.php?file =1e.pdf Hartati, S. (2010). Clock Drawing: Asesmen untuk Demensia. Jurnal Psikologi Undip vol 7, No. 1 Kementerian Kesehatan RI. (2014). Situasi dan analisis lanjut usia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI Kementerian Kesehatan RI. (2015). Profil kesehatan indonesia Jakarta: Kementerian Kesehatan RI Kusuma, R. (2013). Berdamai dengan Alzheimer. Jakarta: Katahati Maryam, R. S. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika (2011). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika Maryam, R. S. (2015). Hubungan Tingkat Pendidikan dan Activity Daily Living dengan Demensia pada Lanjut Usia di Panti Werdha Wilayah DKI Jakarta. Dikutip pada tanggal 18 juli 2016, dari php/kespro/article/download/4757/4217 Mubarak, W. I. (2011). Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Salemba Medika (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC Stanley, M & Beare, P. G. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC Suwarsa, I. (2006). Kiat Sehat Bagi Lansia. Bandung: MQS Publishing Suardi, M. (2012). Pengantar Pendidikan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Indeks Untari, I. (2014). Kajian Tingkat Demensia pada Lansia di Panti Wredha Darma Bakti Surakarta. Jurnal Profesi, 12,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demensia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat. Demensia akan mengganggu kegiatan sehari-hari lansia maupun hubungan sosial lansia dengan lingkungannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi kognitif merupakan bagian dari fungsi kortikal luhur, dimana pengetahuan fungsi kognitif luhur mengaitkan tingkah laku manusia dengan sistem saraf. Fungsi

Lebih terperinci

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun di perkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan

Lebih terperinci

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018 HUBUNGAN TINGKAT DEMENSIA DENGAN KONSEP DIRI PADA LANJUT USIA DI BPLU SENJA CERAH PROVINSI SULAWESI UTARA Meiske Gusa Hendro Bidjuni Ferdinand Wowiling Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk lansia (lanjut usia) Indonesia pada tahun 2025 dibandingkan dengan keadaan pada tahun 1990 akan mengalami kenaikan sebesar 414% dan hal ini merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 62 tahun pada negara berkembang dan 79 tahun pada negara maju (WHO, 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. 62 tahun pada negara berkembang dan 79 tahun pada negara maju (WHO, 2015). 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan terjadinya peningkatan usia harapan hidup (UHH) penduduk (Kemenkes RI, 2014). Usia

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG 7 Anik Eka Purwanti *, Tri Nur Hidayati**,Agustin Syamsianah*** ABSTRAK Latar belakang:

Lebih terperinci

tahun 2005 adalah orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi orang dan

tahun 2005 adalah orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi orang dan 3). Di Indonesia, berdasarkan access economics pty limited jumlah penderita demensia pada tahun 2005 adalah 606.100 orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi 1.016.800 orang dan pada tahun 2050 menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam sejarah, kebanyakan penduduk dapat hidup lebih dari 60 tahun. Populasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam sejarah, kebanyakan penduduk dapat hidup lebih dari 60 tahun. Populasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, penduduk di dunia hidup lebih lama. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, kebanyakan penduduk dapat hidup lebih dari 60 tahun. Populasi manusia dengan usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju seperti Amerika Serikat

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju seperti Amerika Serikat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini para lansia diseluruh dunia diperkirakan berjumlah sekitar 500 juta jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun. Untuk tahun 2025 jumlah para lansia tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah lanjut usia (lansia) sekarang ini semakin meningkat. Hal ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju, tetapi di Indonesia pun terjadi hal yang serupa. Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 (Kemenkes RI, 2014). Semakin meningkat usia harapan hidup

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 (Kemenkes RI, 2014). Semakin meningkat usia harapan hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan adalah cita-cita suatu bangsa yang terlihat dari peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup (UHH)/angka harapan hidup (AHH). Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan data United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP) tahun 2011 menyebutkan bahwa, jumlah penduduk lanjut usia

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk akan berpengaruh pada peningkatan usia harapan hidup. Lansia dengan jumlah yang meningkat dapat berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini di kawasan Asia Tenggara penduduk yang berusia diatas 60 tahun berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 3 kali lipat di tahun 2050.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. orang didunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. orang didunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih. Secara global pada tahun 2013 proporsi dari populasi penduduk berusia lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia sejak lahir dibagi dalam beberapa masa, yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa serta masa lansia. Keberhasilan pemerintah dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL LANJUT USIA DI DESA TOMBASIAN ATAS KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT. Andriano H Sengkey Mulyadi Jeavery Bawotong

HUBUNGAN DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL LANJUT USIA DI DESA TOMBASIAN ATAS KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT. Andriano H Sengkey Mulyadi Jeavery Bawotong HUBUNGAN DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL LANJUT USIA DI DESA TOMBASIAN ATAS KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT Andriano H Sengkey Mulyadi Jeavery Bawotong Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, terutama. dari masyarakat dan ilmu pengetahuan masyarakat, akan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, terutama. dari masyarakat dan ilmu pengetahuan masyarakat, akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang: Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, terutama di bidang kesehatan serta meningkatnya sosial ekonomi dari masyarakat dan ilmu pengetahuan masyarakat, akan menyebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transisi demografi sedang terjadi di seluruh dunia, sehingga terjadi penambahan proporsi penduduk lanjut usia, sedangkan proporsi penduduk berusia muda menetap atau berkurang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit degeneratif tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Lansia adalah seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di negara-negara maju. Berdasarkan data WHO (2013), pada tahun 2008 angka kematian Penyakit Tidak Menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No.13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia dinyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. No.13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia dinyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembagunan kesehatan di Indonesia diarahkan pada peningkatan kualitas hidup manusia dan masyarakat termaksud usia lanjut. Berdasarkan undang-undang No.13 tahun 1998

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang menghadapi beban ganda di bidang kesehatan, yaitu penyakit menular yang masih tinggi diikuti dengan mulai meningkatnya

Lebih terperinci

Comparison Of Functional Status of Elderly Living with Family and Living in UPTD Banda Aceh

Comparison Of Functional Status of Elderly Living with Family and Living in UPTD Banda Aceh PERBANDINGAN STATUS FUNGSIONAL LANSIA YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA DENGAN YANG TINGGAL DI UPTD BANDA ACEH Comparison Of Functional Status of Elderly Living with Family and Living in UPTD Banda Aceh Muhammad

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Fadhil Al Mahdi STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin *korespondensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya. adalah intellectual impairment (gangguan intelektual/demensia).

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya. adalah intellectual impairment (gangguan intelektual/demensia). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Lanjut usia menurut Constanstinides dalam Darmojo (2004) adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Sedangkan dalam proses penuaan terjadi penurunan secara perlahan-lahan

Lebih terperinci

JNPH Volume 4 No. 1 (Juli 2016) The Author(s) 2016

JNPH Volume 4 No. 1 (Juli 2016) The Author(s) 2016 JNPH Volume 4 No. 1 (Juli 2016) The Author(s) 2016 HUBUNGAN TINGKAT KEMAMPUAN DALAM AKTIVITAS DASAR SEHARI-HARI (ACTIVITY DAILY LIVING) DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI BALAI PELAYANAN DAN PENYANTUNAN LANJUT

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Gumarang Malau, 2 Johannes 1 Akademi Keperawatan Prima Jambi 2 STIKes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Usia lanjut atau lanjut usia merupakan kelompok usia yang mengalami peningkatan paling cepat dibanding kelompok usia lainnya. Dalam bidang kesehatan, hal ini dapat dilihat

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA TERHADAP PENURUNAN FUNGSI PENGLIHATAN DI DAERAH YAYASAN PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA AL- KAUTSAR PALU

PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA TERHADAP PENURUNAN FUNGSI PENGLIHATAN DI DAERAH YAYASAN PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA AL- KAUTSAR PALU PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA TERHADAP PENURUNAN FUNGSI PENGLIHATAN DI DAERAH YAYASAN PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA AL- KAUTSAR PALU Andi Nurhany Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demensia merupakan jenis penyakit tidak menular, tetapi mempunyai. membahayakan bagi fungsi kognitif lansia.

BAB I PENDAHULUAN. Demensia merupakan jenis penyakit tidak menular, tetapi mempunyai. membahayakan bagi fungsi kognitif lansia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demensia merupakan jenis penyakit tidak menular, tetapi mempunyai dampak yang membahayakan bagi fungsi kognitif lansia. Demensia adalah keadaan ketika seseorang mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan melalui serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia. Semua individu pasti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lansia yaitu kelompok usia tahun yang disebut masa virilitas, 55-64

BAB I PENDAHULUAN. lansia yaitu kelompok usia tahun yang disebut masa virilitas, 55-64 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Populasi lanjut usia (lansia) adalah kemajuan bagi keberhasilan umat manusia dalam meningkatkan kesehatan dan keberhasilan masyarakat untuk perilaku hidup sehat.

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA 1 Yasinta Ema Soke, 2 Mohamad Judha, 3 Tia Amestiasih INTISARI Latar Belakang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan menjadikan lansia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Population Prospects: the 2015 Revision, pada

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Population Prospects: the 2015 Revision, pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut data World Population Prospects: the 2015 Revision, pada tahun 2015 ada 901.000.000 orang berusia 60 tahun atau lebih, yang terdiri atas 12% dari jumlah populasi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Proporsi dan jumlah usia lanjut dalam populasi dunia mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Proporsi dan jumlah usia lanjut dalam populasi dunia mengalami BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Proporsi dan jumlah usia lanjut dalam populasi dunia mengalami peningkat yang substansial. Hampir seluruh negara di dunia mengalami pertumbuhan populasi usia lanjut.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena penuaan populasi (population aging) merupakan fenomena yang telah terjadi di seluruh dunia, istilah ini digunakan sebagai istilah bergesernya umur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan suatu negara adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TENTANG PENCEGAHAN KEJADIAN JATUH PADA LANSIA DI KELURAHAN PAHLAWAN BINJAI

PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TENTANG PENCEGAHAN KEJADIAN JATUH PADA LANSIA DI KELURAHAN PAHLAWAN BINJAI PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TENTANG PENCEGAHAN KEJADIAN JATUH PADA LANSIA DI KELURAHAN PAHLAWAN BINJAI Sry Oktaviana Br Sitepu*, Iwan Rusdi** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat hingga dua kali lipat pada tahun 2025 (Depkes, 2013). Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat hingga dua kali lipat pada tahun 2025 (Depkes, 2013). Hal ini BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni mencapai 18,1 juta jiwa pada tahun 2010 atau 9,6 persen dari jumlah

Lebih terperinci

Lentera Vol. 14 No.2 Maret

Lentera Vol. 14 No.2 Maret GAMBARAN STATUS GIZI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA DESA COT BADA TUNONG KABUPATEN BIREUEN ACEH Nurhidayati Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Almuslim yun_bir_aceh@yahoo.com Gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan mudah retak atau patah. Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penuaan merupakan bagian dari rentang kehidupan manusia, menua atau aging adalah suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan manusia yang diberi umur panjang. Menua bukanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang saling berkaitan. Proses menua dapat diartikan sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Stanley and

BAB I PENDAHULUAN. dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Stanley and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demensia merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi kognitif pada seseorang yang bersifat progresif dan biasanya dapat memngganggu aktivitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan

BAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses menua adalah proses dimana menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya secara perlahan (Darmojo,

Lebih terperinci

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN POLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN Efitri Novalina Siboro*, Iwan Rusdi ** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU ** Dosen Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia (lanjut usia) merupakan seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial (UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di Negara-negara maju. Namun seiring dengan transisi demografi di negaranegara berkembang mengakibatkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERUBAHAN PSIKOSOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA

HUBUNGAN PERUBAHAN PSIKOSOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA ISSN : 2087 2879 HUBUNGAN PERUBAHAN PSIKOSOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA Relationship Of Psychosocial Change With Quality Of Life In Gampong Lamceu Kuta Baro Subdistrict Aceh Besar Regency In 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang memegang sebuah posisi tertentu. Posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering diwarnai kondisi hidup yang tidak sesuai dengan harapan. Banyak faktor yang menyebabkan seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas pada anak sampai kini masih merupakan masalah, satu dari sepuluh anak di dunia ini mengalami obesitas dan peningkatan obesitas pada anak dan remaja saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk. negara-negara dunia diprediksikan akan mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk. negara-negara dunia diprediksikan akan mengalami peningkatan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari kehidupan dan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu. Proses alami ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di Negara-negara maju. Namun seiring dengan transisi demografi di negaranegara berkembang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia kita mengetahui bahwa yang disebut dengan lanjut usia adalah seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, lanjut usia atau lansia adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun atau lebih. Menurut Departemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih cepat kelompok usia lainnya. Antara tahun 1970 dan 2025 pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) di dunia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan laporan WHO tahun 2005, dari 58 juta kematian di dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mulai masuk ke dalam kelompok negara berstruktur tua (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari semakin tingginya usia rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk, berpengaruh terhadap peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) masyarakat di Indonesia. Menurut laporan Perserikatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada peningkatan usia harapan hidup (life expectancy) seseorang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah lanjut usia dihadapi oleh negara- negara di dunia, termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa beberapa wilayah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes melitus, cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah yang memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga timbul kerusakan lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup (AHH). Namun, dalam bidang kesehatan karena meningkatnya jumlah penduduk lanjut

BAB 1 PENDAHULUAN. Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup (AHH). Namun, dalam bidang kesehatan karena meningkatnya jumlah penduduk lanjut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu negara, keberhasilan pembangunan adalah citacita suatu bangsa yang dilihat dari peningkatan taraf hidup dan Umur Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup

Lebih terperinci

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Lanjut usia merupakan salah satu fase hidup yang akan dialami oleh setiap manusia, meskipun usia bertambah dengan diiringi penurunan fungsi organ tubuh tetapi lansia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasalahan kesehatan yang berkaitan dengan penyakit degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi di dunia. Stroke merupakan penyakit neurologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan. Terdapat beberapa siklus kehidupan menurut Erik Erikson, salah satunya adalah siklus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian nasional maupun global. Masalah PTM pada akhirnya tidak hanya menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyakit stroke merupakan masalah kesehatan yang utama di negara maju maupun negara berkembang. Stroke mengakibatkan penderitaan pada penderitanya, beban sosial ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami proses penuaan di dalam kehidupannya. Menurut Padila (2013), proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang di mulai sejak permulaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015 ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015 Fatma Abd Manaf 1, Andi ayumar 1, Suradi Efendi 1 1 School od Health

Lebih terperinci

Aspek Biologis Lansia Di Uptd Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang Dan Desa Lubuk Sukon Banda Aceh

Aspek Biologis Lansia Di Uptd Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang Dan Desa Lubuk Sukon Banda Aceh Jurnal Ilmu Keperawatan (2017) 5:1 ISSN: 2338-6371, e-issn 2550-018X Aspek Biologis Lansia Di Uptd Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang Dan Desa Lubuk Sukon Banda Aceh Biological Aspect Between The Elderlies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk terjadi secara global, tidak terkecuali di Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut usia (lansia), yakni

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : VRIASTUTI 201210201214 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang,

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat dianjurkan untuk melakukan upaya promotif dan preventif, dengan mengadopsi gaya hidup sehat dengan cerdik, yaitu cek kesehatan secara berkala, enyahkan asap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

GAMBARAN STRES DAN STRATEGI KOPING IBU BEKERJA YANG MEMILIKI ANAK DIASUH ASISTEN RUMAH TANGGA. Abstrak.

GAMBARAN STRES DAN STRATEGI KOPING IBU BEKERJA YANG MEMILIKI ANAK DIASUH ASISTEN RUMAH TANGGA.   Abstrak. GAMBARAN STRES DAN STRATEGI KOPING IBU BEKERJA YANG MEMILIKI ANAK DIASUH ASISTEN RUMAH TANGGA Rachel Satyawati Yusuf 1, Novy Helena Catharina Daulima 2 1. Program Studi Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy); semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy); semakin banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan kesehatan dalam menurunkan angka kematian dan kelahiran berdampak pada perubahan struktur penduduk yang di dominasi oleh kelompok muda, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak kemajuan dari ilmu teknologi dan ilmu pengetahuan, terutama dibidang kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu melenyapkan berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. secara tidak langsung dapat meningkatkan angka usia harapan hidup. Di tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. secara tidak langsung dapat meningkatkan angka usia harapan hidup. Di tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan program kesehatan dan pembangunan sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari meningkatnya derajat kesehatan suatu negara yang secara tidak langsung

Lebih terperinci

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar Laporan hasil penelitian Hubungan antara Fungsi Sosial dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia di Kota Denpasar Nandini Parahita Supraba 1,2, N.P Widarini 2,3, L. Seri Ani 2,4 1 Akademi Kebidanan Bina Husada

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEJADIAN DEMENSIA PADA LANSIA DI BALAI PENYANTUNAN LANJUT USIA SENJA CERAH PANIKI KECAMATAN MAPANGET MANADO

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEJADIAN DEMENSIA PADA LANSIA DI BALAI PENYANTUNAN LANJUT USIA SENJA CERAH PANIKI KECAMATAN MAPANGET MANADO HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEJADIAN DEMENSIA PADA LANSIA DI BALAI PENYANTUNAN LANJUT USIA SENJA CERAH PANIKI KECAMATAN MAPANGET MANADO Danny Indra Setiawan Hendro Bidjuni Michael Karundeng Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker telah menjadi masalah kesehatan serius bagi negara, disebabkan insidennya semakin meningkat. Penyakit ini termasuk salah satu jenis penyakit tidak menular

Lebih terperinci

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3 INTISARI HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PENDERITA HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI CUKA KABUPATEN TANAH LAUT M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd.,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Penduduk lanjut usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup (BPS,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia populasi lanjut usia juga mengalami peningkatan (Tanaya, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia populasi lanjut usia juga mengalami peningkatan (Tanaya, 1997). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dekade belakangan ini populasi lanjut usia meningkat di negara-negara sedang berkembang, yang awalnya hanya terjadi di negara maju. Demikian halnya di Indonesia

Lebih terperinci