IV. ARAHAN PERATURAN ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI JAWA TIMUR. Tabel 1 Arahan Pemanfaatan Ruang Blad A2

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. ARAHAN PERATURAN ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI JAWA TIMUR. Tabel 1 Arahan Pemanfaatan Ruang Blad A2"

Transkripsi

1 IV. ARAHAN PERATURAN ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI JAWA TIMUR Tabel 1 Arahan Pemanfaatan Ruang Blad A2 Blad A2 Kawasan Rencana Penggunaan Pemanfaatan Umum Pertambangan I B - - B I B T T B - - BLAD A2 Pertambangan I B - - B B B T B B - - Pertambangan Kawasan Koordinat Pola ruang/arahan KPU Laut '31,445"E '56,575"E 5 31'59,91"S '48,314"S pola ruang laut: fishing ground, perikanan tangkap I T T T I B T T T T T B Alur Pelayaran B T T T B I B T I T T T Keterangan/Koreksi : 1.Fishing ground p.b dan wilayah potensi pertambangan (East Muriah-Exploration) overlap 2.Perikanan tangkap laut dan pertambangan minyak lepas pantai(pc Muriah Ltd- Tahap development) overlap Keterangan : Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya 1 Perikanan tangkap 7 Prasarana umum 2 Perikanan budidaya 8 Pembuangan limbah/sampah 3 Kehutanan 9 4 Pertanian 10 Wisata 5 Pertambangan 11 Permukiman 6 Alur laut 12 Industri Pengendalian : I : kegiatan utama dan kegiatan lainnya yang diperbolehkan karena bersesuaian B : kegiatan lain yang diperbolehkan dengan pembatasan karena masih bersesuaian T : kegiatan lain yang tidak diperbolehkan karena tidak bersesuaian

2 Bersyarat : Fishing Ground kondisi ideal fishing ground : Perairan jernih; bebas pencemaran; pada dasarnya lingkungan kondusif bagi kehidupan ikan (pelagis maupun demersal); menggunakan alat tangkap ramah lingkungan. 1. Pertambangan : - Tidak boleh menimbulkan bahan pencemar terhadap perairan - Dilarang menggunakan bahan peledak dan bahan kimia/beracun - Meminimalkan kekeruhan perairan - Memberi tanda larangan bagi nelayan untuk tidak masuk ke zona terlarang bagi operasional pertambangan - Izin dari gubernur berdasarkan analisis bio-tekniko-sosio-ekonomiko yaitu analisis faktor-faktor biologi, teknologi, sosial, dan ekonomi akan keberadaan pertambangan 2. Alur Laut - Tidak boleh membuang sisa bahan bakar/minyak serta bahan yang menimbulkan pencemaran di perairan fishing ground - Menjaga dan memprioritaskan operasional penangkapan ikan oleh nelayan - Memasang tanda khusus pada alur perhubungan laut - Izin dari gubernur berdasarkan analisis bio-tekniko-sosio-ekonomiko yaitu analisis faktor-faktor biologi, teknologi, sosial, dan ekonomi berkaitan dengan keberadaan dan kegiatan perhubungan laut di perairan fishing ground 3. Prasarana Umum - Tidak boleh menimbulkan bahan pencemar di perairan fishing ground - Prasarana fisik tidak boleh mengganggu kegiatan penangkapan ikan di periaran fishing ground - Menjaga dan memprioritaskan operasional penangkapan ikan oleh nelayan - Memasang tanda khusus larangan apabila dibutuhkan - Izin dari gubernur berdasarkan analisis bio-tekniko-sosio-ekonomiko yaitu analisis faktor-faktor biologi, teknologi, sosial, dan ekonomi keberadaan prasarana umum di perairan fishing ground 4. Wisata : - Tidak boleh menimbulkan sampah/bahan pencemar maupun dampak limbah buangan wisata di perairan fishing ground

3 - Aktivitas wisata tidak boleh menimbulkan ganggunan terhadap populasi ikan, serta mengganggu kegiatan penangkapan ikan di perairan fishing ground - Menjaga dan memprioritaskan operasional penangkapan ikan oleh nelayan - Wisata yang berkaitan dengan kegiatan penangkapan ikan dilarang menggunakan alat tangkap yang merusak kelestarian sumberdaya ikan (alat tangkap yang tidak ramah lingkungan) - Izin dari gubernur berdasarkan analisis bio-tekniko-sosio-ekonomiko yaitu analisis faktor-faktor biologi, teknologi, sosial, dan ekonomi keberadaan wisata di perairan fishing ground

4 Tabel 2 Arahan Pemanfaatan Ruang Blad A3 Blad A3 Kawasan Rencana Penggunaan Pemanfaatan Umum Pertambangan I B - - T B B T B B - - Fishing Ground Pukat Berkapal I B - - B I B T T B - - Alur Alur Migrasi Biota I B T T B I T T I B T T Pelayaran B T T T B I B T I T T T Keterangan/Koreksi : 1.Pertambangan (East Bawean I-Exploration) overlap dengan alur migrasi dan fishing ground pancing 2. Pertambangan (East Bawean II- Exploration) overlap dengan fishing ground pancing Keterangan : Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya 1 Perikanan tangkap 7 Prasarana umum 2 Perikanan budidaya 8 Pembuangan limbah/sampah 3 Kehutanan 9 4 Pertanian 10 Wisata 5 Pertambangan 11 Permukiman 6 Alur laut 12 Industri Pengendalian : I : kegiatan utama dan kegiatan lainnya yang diperbolehkan karena bersesuaian B : kegiatan lain yang diperbolehkan dengan pembatasan karena masih bersesuaian T : kegiatan lain yang tidak diperbolehkan karena tidak bersesuaian

5 Tabel 3 Arahan Pemanfaatan Ruang Blad A4 Blad A4 Kawasan Rencana Penggunaan Pemanfaatan Umum BLAD A4 Budidaya Laut F.G Pancing B I I B T T B B B B T T I B B B Kawasan Koordinat F.G Pukat I B - - B I B T T B '30,703"E - Berkapal KPU Laut 1 (P '26,341"E Potensi Keranian) 4 52'9,334"S '45,973"S Perikanan Tangkap I B - - B B B T B B - - KPU Laut 2 (P. Masalembu Kecil- Besar) KPU Darat 1 (P.Keranian) KPU Darat 2 (P. Masalembu Kecilbesar '45,935"E '23,564"E 5 14'40,306"S '22,297"S '44,332"E '4,639"E 5 2'27,137"S - 5 5'17,869"S '9,506"E '50,129"E 5 25'15,196"S '22,297"S Pertambangan Sibaru - Exploration Pelabuhan khusus Pelabuhan B B T T B I B T I B T B T T T T T I B T T B B B T T T T T I B T B B B B Alur Pelayaran B T T T B I B T I T T T Pesisir Pengembangan Konsevasi Laut 1 (P. keranian) '39,822"E '18,155"E 5 1'8,92"S - Terumbu Karang 5 7'15,658"S B B - - T B T T I B - - Laut 2 (P. Masalembu Kecil- Besar Keterangan / Koreksi : Keterangan : '59,355"E '20,608"E 5 23'10,551"S '22,297"S Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya

6 1 Perikanan tangkap 7 Prasarana umum 2 Perikanan budidaya 8 Pembuangan limbah/sampah 3 Kehutanan 9 4 Pertanian 10 Wisata 5 Pertambangan 11 Permukiman 6 Alur laut 12 Industri Pengendalian : I : kegiatan utama dan kegiatan lainnya yang diperbolehkan karena bersesuaian B : kegiatan lain yang diperbolehkan dengan pembatasan karena masih bersesuaian T : kegiatan lain yang tidak diperbolehkan karena tidak bersesuaian Bersyarat : Budidaya Laut : Kondisi lingkungan budidaya laut harus mempertimbangkan aspek fisika. Kimia, dan bio;ogi perairan yang cocok untuk biota aut; seperti salinitas, oksigen terlarut, tingkat keasaman (ph), ammonia, nitrit, kecerahan air, kecepatan arus, dan kedalaman. 1. Perikanan Tangkap - Tidak boleh membuang sisa bahan bakar/minyak serta bahan yang menimbulkan pencemaran di perairan laut sekitar lokasi budidaya - Tidak mengganggu pelaksanaan operasional budidaya laut, dalam hal ini lokasi budidaya diberi tanda sebagai batas diperbolehkannya perikanan tangkap beroperasi - Operasi penangkapan ikan tidak boleh menggunakan alat tangkap yang dapat merusak jaring budidaya laut maupun menyebabkan kekeruhan perairan - Batas operasi penangkapan ikan dtentukan minimal 500 meter dari lokasi pembudidayaan

7 2. Kehutanan - Dilarang melakukan penebangan hutan mangrove atau sejenisnya yang mengakibatkan erosi pantai karena berdampak pada t9ngkat kejernihan perairan - Penebangan dan rehabiiitasi mangrove dengan izin gubernur berdasarkan analisis faktor-faktor biologi, teknologi, sosial, dan ekonomi serta pengaruhnya pada perairan lokasi budidaya 3. Alur Laut - Tidak boleh membuang sisa bahan bakar/minyak serta bahan yang menimbulkan pencemaran di perairan laut sekitar lokasi budidaya - Tidak mengganggu pelaksanaan operasional budidaya laut, dalam hal ini lokasi budidaya diberi tanda sebagai batas diperbolehkannya perhubungan laut/kapal beroperasi - Operasional perhubungan laut/kapal dlsb diatur dan diberi tanda khusus agar supaya tidak mengganggu operasional budidaya laut - Batas operasi penangkapan ikan dtentukan minimal 500 meter dari lokasi pembudidayaan 4. Prasarana Umum - Prasarana fisik tidak boleh mengganggu kegiatan pembudidayaan ikan - Izin pembangunan prasarana gisik dari gubernur berdasarkan analisis biotekniko-sosio-ekonomiko yaitu analisis faktor-faktor biologi, teknologi, sosial, dan ekonomi keberadaan prasarana umum di perairan lokasi budidaya laut 5. Wisata - Tidak boleh menimbulkan sampah/bahan pencemar maupun dampak limbah buangan wisata di perairan laut lokasi budidaya

8 - Aktivitas wisata tidak menimbulkan ganggunan terhadap proses produksi budidaya laut - Aktivitas wisata yang langsung berkaitan dengan pengelolaan budidaya harus mendapat rekomendasi pihak berwenang, serta izin dari pengelola

9 Tabel 4 Arahaan Pemanfaatan Ruang Blad B1 Blad B1 Kawasan Rencana Penggunaan Pemanfaata Umum Pertambangan (Rembang- B B T T B B B T I B T B Exploration) BLAD B1 Pertambangan (Rembang- Exploration) Kawasan KPU Laut KPU Daerah Ranjau Koordinat '7,515"E '45,952"E 6 34'49,088"S '37,337"S '56,803"E '45,952"E 6 34'44,432"S '47,192"S I B T T B I B T I B T B Alur Pelayaran B T T T B I B T I B T T Keterangan/Koreksi : 1.Daerah Ranjau overlap dengan pertambangan (Rembang-Exploration) Keterangan : Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya 1 Perikanan tangkap 7 Prasarana umum 2 Perikanan budidaya 8 Pembuangan limbah/sampah 3 Kehutanan 9 4 Pertanian 10 Wisata 5 Pertambangan 11 Permukiman 6 Alur laut 12 Industri Pengendalian : I : kegiatan utama dan kegiatan lainnya yang diperbolehkan karena bersesuaian B : kegiatan lain yang diperbolehkan dengan pembatasan karena masih bersesuaian T : kegiatan lain yang tidak diperbolehkan karena tidak bersesuaian

10 Tabel 5 Arahan Pemanfaatan Ruang Blad B2 Blad B2 Kawasan Rencana Penggunaan Pemanfaatan Umum Darat Pertanian Permukiman - - B T B T I B T T - - B B T B T T B B B I B T Tambak - I T B T - B T T B B B BLAD B2 Pelabuhan Kawasan Koordinat perikanan T T T T T I B T T B B B KPU Darat (P. Bawean) '27,083"E '6,541"E 5 42'25,694"S '58,764"S pantai Pelabuhan T T T T T I B T T B B B KPU Daerah Ranjau Pemanfaatan Umum Laut KPU Laut 2 KPU Laut 1 (P. Bawean) '51,076"E '28,948"E 6 37'55,515"S '46,558"S '51,076"E '4,563"E 6 35'19,675"S '46,558"S '0,505"E '3,885"E 5 34'57,605"S - 6 1'33,085"S Fishing Ground I B - - T B B T B B - - Pancing Fishing Ground Pukat I B - - B I B T T B - - Berakapal Perikanan Tangkap I B - - B B B T B B - - Budidaya Laut B I - - T B B T I B - - Pertambangan B T T T I B B T B T T B Bangunan Lepas Pantai B T T T I T T T T T T B Pelabuhan khusus T T T T T I B T T B T B Daerah Ranjau B B T T B B B T I B T B Darat Darat '58,461"E '2,485"E 5 43'32,836"S '27,4"S Cagar Alam - - B T T - T T I B T T Hutan Lindung - - I T T - T T I B T T

11 Laut Laut Alur '59,029"E '27,51"E 5 40'53,872"S '54,716"S Keterangan/Koreksi : 1.East Muriah (Development-Exploration) overlap dengan fishing ground 2. Alur Rencana Pelayaran overlap dengan Pipa Minyak dan Gas Keterangan : Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya 1 Perikanan tangkap 7 Prasarana umum 2 Perikanan budidaya 8 Pembuangan limbah/sampah 3 Kehutanan 9 4 Pertanian 10 Wisata 5 Pertambangan 11 Permukiman Sempadan Pantai - T I T T - T T I B T T Terumbu Karang B B - - T B T T I B - - PPK B B I T T B B T I B B T Pipa Minyak dan Gas B B T T I B T T T T T T Rencana Alur Pelayaran B T T T T I T T I B T T 6 Alur laut 12 Industri Pengendalian : I : kegiatan utama dan kegiatan lainnya yang diperbolehkan karena bersesuaian B : kegiatan lain yang diperbolehkan dengan pembatasan karena masih bersesuaian T : kegiatan lain yang tidak diperbolehkan karena tidak bersesuaian Bersyarat : Tambak : Pada prinsipnya daya dukung lingkungan budidaya tambak dipengaruhi gabungan berbagai hal, seperti kualitas sumber air (tawar dan asin) dan air tanah, arus air di pantai, pasang surut, ketinggian lahan, iklim, serta kondisi tanah pantai (berlumpur, berpasir atau berkarang).

12 1. Pertanian - Izin pembukaan lahan dari gubernur atau pejabat yang ditunjuk berdasarkan analisis bio-tekniko-sosio-ekonomiko yaitu analisis faktor-faktor biologi, teknologi, sosial, dan ekonomi keberadaan sector pertanian; - Pembukaan lahan pertanian tetap memperhatikan aspek perlindungan lingkungan sehingga tidak berdampak negative pada pengelolaan tambak maupun pertanian itu sendiri; - Tidak boleh menimbulkan penurunan kualitas air di pesisir akibat masuknya bahan pencemar seperti inseksisida, pestisida, maupun fungisida melalui saluran/drainase tambak; - Kegiatan-kegiatan konstruksi yang berkaitan dengan usaha pertanian seperti pmbuatan saluran/irigasi, penebangan hutan pantai dapat menggangu aliran alami pengairan berikut kualitasnya seperti penurunan salinitas, timbul kekeruhan dlsb. 2. Prasarana Umum - Prasarana fisik tidak boleh mengganggu kegiatan operasional tambak - Izin pembangunan prasarana umum/fisik dari gubernur atau pejabat yang ditunjuk berdasarkan analisis bio-tekniko-sosio-ekonomiko yaitu analisis faktor-faktor biologi, teknologi, sosial, dan ekonomi keberadaan prasarana umum di kawasan pertambakan 3. Wisata - Tidak boleh menimbulkan sampah/bahan pencemar maupun dampak limbah buangan wisata di kawasan pertambakan - Aktivitas wisata tidak menimbulkan ganggunan terhadap proses produksi budidaya tambak - Aktivitas wisata yang langsung berkaitan dengan pengelolaan budidaya tambak harus mendapat rekomendasi pihak berwenang, serta izin dari pengelola 4. Permukiman - Prasarana permukiman yang dibangun tidak boleh menimbulkan gangguan terhadap lingkungan pertambakan - Izin pembangunan dan pengembangan permukiman dari gubernur atau pejabat yang ditunjuk berdasarkan analisis bio-tekniko-sosio-ekonomiko yaitu analisis faktorfaktor biologi, teknologi, sosial, dan ekonomi keberadaan prasarana umum di kawasan

13 pertambakan - Penentuan lokasi permukiman harus mempertimbangkan kepentingan pengelolaan sistem aliran air di kawasan pertambakan, pencegahan proses erosi, pengendalian pemadatan permukan tanah, serta pengendalian buangan limbah permukiman, serta perlindungan terhadap sumber air tanah 5. Industri - Pembangunan kawasan industri tidak ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak berpengaruh langsung terhadap kawasan pertambakan - Lokasi pembuagan limbah industri tidak boleh mencemari lingkungan, serta tidak mengganggu higienitas dan estitika - Semua jenis limbah industri terutama yang bersifat toksik terhadap komoditas budidaya tambak, dilarang dibuang di sungai, saluran tambak, perairan pantai maupun lepas pantai, tanpa melalui proses pengelolaan terlebih dahulu - Semua jenis industri terutama yang menghasilkan limbah beracun, harus mendirikan harus mendirikan fasilitas pengolahan limbah untuk meminimalkan pengaruhnya terhadap degradasi lingkungan pertambakan - Izin pembangunan dan pengembangan industri dari gubernur atau pejabat yang ditunjuk berdasarkan analisis bio-tekniko-sosio-ekonomiko yaitu analisis faktorfaktor biologi, teknologi, sosial, dan ekonomi akan keberadaan industri di kawasan pertambakan

14 Tabel 6 Arahan Pemanfaatan Ruang Blad B3 Blad B3 Kawasan Rencana Penggunaan Pemanfaatan Umum Laut Fishing Ground Jaring Insang I B - - B I B T T B - - Hanyut BLAD B3 Fishing Ground I B - - B I B T T B - - Kawasan Koordinat Pukat Berkapal Pertambangan KPU Laut B B T T I B T T B T T B '0,311"E '41,294"E 6 41'31,312"S '34,037"S Pengembangan Terumbu B B - - T B T T I B - - Karang Alur Migrasi Biota I B T T B I T T I B T T Pelayaran Ke Kalimantan dan Sulawesi B T T T T I T T I B T T Keterangan/Koreksi : 1. Bawean-Production dan Bulu-Exploration overlap dengan terumbu karang 2. Alur Migrasi Biota overlap dengan Pertambangan 3. Pertambangan berada di wilayah rencana alur pelayaran Keterangan : Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya 1 Perikanan tangkap 7 Prasarana umum 2 Perikanan budidaya 8 Pembuangan limbah/sampah 3 Kehutanan 9 4 Pertanian 10 Wisata 5 Pertambangan 11 Permukiman 6 Alur laut 12 Industri Pengendalian : I : kegiatan utama dan kegiatan lainnya yang diperbolehkan karena bersesuaian B : kegiatan lain yang diperbolehkan dengan pembatasan karena masih bersesuaian T : kegiatan lain yang tidak diperbolehkan karena tidak bersesuaian

15 KPU Darat (P '48,324"E '55,911"E Masalembu 5 34'30,642"S '50,774"S besar) Pemanfaatan Umum Laut Tabel 7 Arahan Pemanfaatan Ruang Blad B4 Blad B4 Kawasan Rencana Penggunaan Pemanfaatan Umum Darat Pertanian - B B I T - B T T B B B Permukiman - T T B T - B B T B I T Pelabuhan T T T T T I B T T B B B KPU Laut 1 (P. Masalembu besar) KPU Laut 2 Laut (P. Masalembu Besar) Alur '47,195"E '22,656"E 5 34'30,642"S '27,537"S 115 9'5,787"E '7,236"E 6 40'36,495"S '47,191"S '13,941"E '46,131"E 5 34'30,642"S '55,933"S Fishing Ground I B - - T B B T B B - - Pancing Fishing Ground I B - - B I B T T B - - Tangkul Potensi Perikanan Tangkap I B - - B B B T B B - - Sempadan Pantai - T I T T - T T I B T T Terumbu Karang B B - - T B T T I B - - Alur Pelayaran Keterangan/Koreksi : 1.Sempadan Pantai dan terumbu karang overlap dengan alur rencana pelayaran 2.Rencana alur pelayaran overlap dengan pertambangan (North east Madura I&II) Keterangan : Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya 1 Perikanan tangkap 7 Prasarana umum 2 Perikanan budidaya 8 Pembuangan limbah/sampah 3 Kehutanan 9 4 Pertanian 10 Wisata B T T T T I T T I B T T

16 5 Pertambangan 11 Permukiman 6 Alur laut 12 Industri Pengendalian : I : kegiatan utama dan kegiatan lainnya yang diperbolehkan karena bersesuaian B : kegiatan lain yang diperbolehkan dengan pembatasan karena masih bersesuaian T : kegiatan lain yang tidak diperbolehkan karena tidak bersesuaian

17 Tabel 8 Arahan Pemanfaatan Ruang Blad B5 Blad B5 Kawasan Rencana Penggunaan Pemanfaatan Umum Perikanan KPU Laut '11,745"E '45,843"E Tangkap I B - - B B B T B B '1,274"S '43,185"S B B I T T B B T I B B T Sempadan Laut '28,453"E '18,448"E 6 32'1,37"S '38,025"S Pantai Terumbu Karang - T I T T - T T I B T T B B - - T B T T I B - - Keterangan/Koreksi : 1.North Kangean-Exploration overlap dengan PPK,Sempadan Pantai dan Terumbu Karang 2.East Kangean-Exploration overlap dengan Terumbu Karang Keterangan : Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya 1 Perikanan tangkap 7 Prasarana umum 2 Perikanan budidaya 8 Pembuangan limbah/sampah 3 Kehutanan 9 4 Pertanian 10 Wisata 5 Pertambangan 11 Permukiman 6 Alur laut 12 Industri Pengendalian : I : kegiatan utama dan kegiatan lainnya yang diperbolehkan karena bersesuaian B : kegiatan lain yang diperbolehkan dengan pembatasan karena masih bersesuaian T : kegiatan lain yang tidak diperbolehkan karena tidak bersesuaian Bersyarat :

18 Kawasan Laut Kawasan konservasi laut mempunyai cirri khas tertentu sebagai suatu ekosistem yang dilindungi, dilestarikan dan dimanfaatkan secara berkelanjutan. Pemintakatan kawasan konservasi terdiri dari (a) kawasan preservasi, (b) kawasan konservasi, dan (c) kawasan pemanfaatan; dalam hal ini kawasan preservasi dan konservasi merupakan kawasan lindung, sedangkan kawasan pemanfaatan merupakan kawasan budidaya. 1. Kawasan Sempadan Pantai Sempadan pantai meliputi daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah laut, yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai. - Perikanan Budidaya 2. Terumbu Karang Dilarang mengadakan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas pantai, tanpa rekomendasi/izin yang berwenang Perikanan budidaya dapat dilakukan dengan izin dari gubernur berdasarkan analisis biotekniko-sosio-ekonomiko yaitu analisis faktor-faktor biologi, teknologi, sosial, dan ekonomi keberadaan budidaya perikanan Ekosistem terumbu karang pada perairan yang dangkal; untuk mencapai pertumbuhan maksimum memerlukan perirn yang jernih, dengan suhu perairan hangat, gerakan gelombang yang besar, dan sirkulasi air yang lancer dan terhindar dari proses sedimentasi. - Perikanan Tangkap Tidak boleh menggunakan bahan kimia, bahan peledak untuk melakukan penangkapan ikan di ekosistem terumbu karang Tidak boleh membuang sisa bahan bakar/minyak serta bahan yang menimbulkan pencemaran di ekosisem perairan ekosistem terumbu karang Batas operasi penangkapan ikan dtentukan minimal 500 meter dari lokasi terumbu karang - Perikanan Budidaya Perikanan budidaya dapat dilakukan dengan jarak tertentu ( 500 meter) dari lokasi ekosistem terumbu karang dengan izin gubernur dan/atau pejabat berwenang

19 berdasarkan analisis bio-tekniko-sosio-ekonomiko yaitu analisis faktor-faktor biologi, teknologi, sosial, dan ekonomi atas keberadaannya Perikanan budidaya yang sudah mendapat izin beroperasi dilarang membuang limbah pakan serta limbah budidaya lainnya ke perairan disekitarnya yang dapat berdampak terhadap pencemaran perairan

20 Tabel 9 Arahan Pemanfaatan Ruang Blad C1 Blad C1 Kawasan Rencana Penggunaan Pemanfaatan Umum Laut Daerah Ranjau B B T T B B B T I B T B KPU Laut '35,558"E '46,075"E 6 42'52,295"S '58,312"S Pemanfaatan Umum Darat KSNT KPU Darat KPU Daerah Ranjau '32,499"E '46,075"E 6 45'15,256"S '32,936"S '35,558"E '46,075"E 6 42'52,295"S '58,312"S Pertanian - B B I T - B T T B B B Hutan Produksi - B I B T - B T I B T T Permukiman - T T B T - B B T B I T Industri - T T T T - B B T B B I Tambak garam - I T T T - B T T T B B Pariwisata alam - T I B T - B T B I B T Pertambangan T T T T I T T T T B B B Pelabuhan khusus T T T T T I B T T T B B Pelabuhan perikanan T T T T T I B T T B B B Minapolitan - I B B T - B B T B B B Daerah latihan B B T T B B T B B B T B Alur Pipa Gas B T T T I B T T T T T T Keterangan/Koreksi : 1.Alur rencana pipa gas overlap dengan permukiman, industri dan kehutanan-produksi 2.Randugunting block-exploration dan jawa bagian timur area 3-production overlap dengan pemanfaatan umum darat. Keterangan : Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya 1 Perikanan tangkap 7 Prasarana umum 2 Perikanan budidaya 8 Pembuangan limbah/sampah 3 Kehutanan 9

21 4 Pertanian 10 Wisata 5 Pertambangan 11 Permukiman 6 Alur laut 12 Industri Pengendalian : I : kegiatan utama dan kegiatan lainnya yang diperbolehkan karena bersesuaian B : kegiatan lain yang diperbolehkan dengan pembatasan karena masih bersesuaian T : kegiatan lain yang tidak diperbolehkan karena tidak bersesuaian

22 Tabel 10 Arahan Pemanfaatan Ruang Blad C2 Blad C2 Kawasan Eksisting Rencana Penggunaan Pemanfaatan Umum Darat 1.Hutan Produksi Hutan Kawasan KPU Darat 1 (Kab. Tuban - Kab. Lamongan) KPU Darat 2 (Kab. Gresik- Kota Surabaya) KPU Darat 3 (Kab. Sidoarjo - Kab. Pasuruan) KPU Darat 4 (Kab. Bangkalan) Koordinat '51,884"E '44,291"E 6 45'50,827"S '9,208"S '32,109"E '44,075"E 6 50'8,307"S '45,932"S '34,333"E '52,553"E 7 20'33,184"S '40,164"S '22,14"E '40,376"E 6 53'5,512"S '57,383"S Pola ruang/arahan - B I B T - B T I B T T Produksi 2.Hutan Rakyat Hutan Rakyat - T I B B - B T I B T B 3.Pertanian Pertanian - B B I T - B T T B B B 4.Perkebunan Perkebunan - T I B T - B T I B B T 5.Permukiman Permukiman - T T B T - B B T B I T 6.Industri Industri - T T T T - B B T B B I 7.Tambak Tambak - I T B T - B T T B B B 8.Tambak Garam 9.Pariwisata Alam 10.Pariwisata Buatan Tambak Garam Pariwisata Alam Pariwisata Buatan dan Minat Khusus - I T T T - B T T T B B - T I B T - B T B I B T - T T T T - B B T I B T 11.Pertambangan Pertambangan T T T T I T T T T B B B 12. Pelabuhan Pelabuhan T T T T T I B T T B B B 13.Pelabuhan Pelabuhan T T T T T I B T T T B B khusus khusus 14.Pelabuhan Pelabuhan T T T T T I B T T B B B perikanan perikanan 15.Pipa Minyak Pipa Minyak T T T T B T B T I T B B dan Gas dan Gas 16. Minapolitan Minapolitan - I B B T - B B T B B B Pemanfaatan Umum Laut '51,121"E '38,805"E KPU Laut 6 42'51,26"S '18,134"S 17.Fishing Ground Tangkul 18.Fishing Ground Jaring Insang Menetap Fishing Ground Tangkul Fishing Ground Jaring Insang Menetap I B - - B I B T T B - - I B - - B I B T T B - -

23 Darat Darat 1 (Kab. Tuban, Kec. Palang) Darat 2 (Kab. Tuban, Kec. Palang) Darat 3 (Kab. Lamongan, Kec. Brondong) Darat 4 (Kab. Lamongan, Kec. Brondong) Darat 5 (Kab. Lamongan, Kec. Paciran) Darat 6 (Kab. Gresik, Kec Ujung Pangkah, Kec Sedayu, Kec Bungah, Kec Manyar) 112 9'7,249"E '41,846"E 6 57'48,39"S '11,03"S 112 9'48,277"E '5,371"E 6 58'54,827"S '4,849"S '15,83"E '47,745"E 6 52'19,838"S '55,285"S '54,762"E '26,536"E 6 55'28,538"S '59,42"S '13,675"E '51,412"E 6 51'50,172"S '7,966"S '20,497"E '8,111"E 6 50'7,691"S - 7 5'54,47"S Hutan Lindung Hutan Lindung Hutan Lindung 19.Fishing Ground Pukat Berkapal 20.Fishing Ground Jaring Insang Hanyut 21.Perikanan Tangkap Fishing Ground Pukat Berkapal Fishing Ground Jaring Insang Hanyut Perikanan Tangkap I B - - B I B T T B - - I B - - B I B T T B - - I B - - B B B T B B Daerah ranjau Daerah ranjau B B T T B B B T I B T B 23.Pelabuhan Pelabuhan T T T T T I B T T T T B khusus khusus 24.Pipa Minyak dan Gas Pipa Minyak dan Gas B B T T B I B T I T T B 25.PPK PPK B B I T T B B T I B B T I I T T - T T I B T T

24 Darat 7 (Kab. Gresik, Kec Kebomas - Kota Surabaya, Kec Benowo, Kec Asemrowo, Kec Krembangan, Kec Pabean Cantikan) Darat 8 (Kota Surabaya, Kec Kenjeran, Kec Bulak) Darat 9 (Kota Surabaya, Kec Mulyorejo, Kec Sukolilo, Kec Rungkut, Kec Gunung Anyar) Darat 10 (Kab. Sidoarjo, Kec Sedati, Kec Buduran) Darat 11 (Kab. Sidoarjo, Kec Sidoarjo, Kec Jabon) Darat 12 (Kab. Pasuruan, Kec Kraton) Darat 13 (Kab. Pasuruan, Kec Purworejo) Darat 14 (Kab. Pasuruan, Kec Rejoso, Kec Lekok) Darat 15 (Kab. Bangkalan, Kec Klampis) '28,132"E '17,935"E 7 11'39,002"S '50,058"S '12,055"E '11,936"E 7 11'45,074"S '15,555"S '13,554"E '45,134"E 7 15'13,468"S '29,879"S '10,705"E '26,778"E 7 20'6,197"S '44,475"S '33,49"E '21,19"E 7 28'51,664"S '43,599"S '5,051"E '35,537"E 7 35'0,582"S '59,169"S '32,981"E '5,594"E 7 37'39,834"S '47,859"S '6,549"E '47,409"E 7 37'45,822"S '20,78"S '57,455"E '59,424"E 6 53'25,717"S '54,814"S

25 Darat 16 (Kab. Bangkalan, Kec Arosbaya, Kec Bangkalan) Darat 17 (Kab. Bangkalan, Kec Socah) Darat 18 (Kab. Bangkalan, Kec Socah, Kec Kamal) Darat 19 (Kab. Bangkalan, Kec Kwayar) Darat 20 (Kab. Bangkalan, Kec Modung) Laut Laut 1 (Kab. Tuban) Laut 2 (Kab. Bangkalan) '46,481"E '14,365"E 6 56'53,498"S - 7 2'34,797"S '21,595"E '45,949"E 7 3'43,691"S - 7 4'43,154"S '31,112"E '51,814"E 7 5'50,445"S '11,307"S '35,279"E '18,274"E 7 9'49,031"S '33,051"S '4,174"E '44,016"E 7 11'1,053"S '57,721"S '20,075"E '3,714"E 6 44'52,934"S '54,341"S '21,898"E '39,724"E 6 51'20,011"S - 7 0'10,431"S 27.Sempadan Pantai 28.Terumbu Karang Sempadan Pantai Terumbu Karang - T I T T - T T I B T T B B - - T B T T I B - - KSNT 29.Daerah Daerah B B T T B B T B B B T B Latihan Latihan KSP 30.LIS LIS - T T T T - B B T T B I 31.Kawasan Kaki Kaki I B T I T I I B I I I I Jembatan Suramadu Suramadu 32.SIER SIER - T T T T - B B T T B I Alur 33.Pipa Minyak Pipa Minyak B B T T B I B T I T T B dan Gas 34. Alur Pelayaran dan Gas Alur pelayaran T T T T T I T T I B T T

26 Keterangan/Koreksi : 1. Daerah terlarang overlap dengan alur pelayaran, kabel laut dan pipa minyak dan gas eksisting 2. Terumbu karang overlap dengan daerah latihan militer Keterangan : Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya 1 Perikanan tangkap 7 Prasarana umum 2 Perikanan budidaya 8 Pembuangan limbah/sampah 3 Kehutanan 9 4 Pertanian 10 Wisata 5 Pertambangan 11 Permukiman 6 Alur laut 12 Industri Pengendalian : I : kegiatan utama dan kegiatan lainnya yang diperbolehkan karena bersesuaian B : kegiatan lain yang diperbolehkan dengan pembatasan karena masih bersesuaian T : kegiatan lain yang tidak diperbolehkan karena tidak bersesuaian

27 Tabel 11 Arahan Pemanfaatan Ruang Blad C3 Blad C3 Kawasan Rencana Penggunaan Pemanfaatan Umum Darat BLAD C3 Kawasan KPU Darat 1 (Kab. Bangkalan - Kab. Sampang - Kab. Pamekasan - Kab. Sumenep) KPU Darat 2 (Kab. Pasuruan - Kab. Probolinggo - Kota Probolinggo - Kab. Situbondo) Koordinat '41,982"E '38,723"E 6 51'56,418"S '19,225"S '41,982"E '38,723"E 7 36'23,317"S '58,518"S Hutan Produksi - B I B T - B T I B T T Hutan Rakyat - T I B B - B T I B T B Pertanian - B B I T - B T T B B B Perkebunan - T I B T - B T I B B T Permukiman - T T B T - B B T B I T Industri - T T T T - B B T B B I Tambak - I T B T - B T T B B B Tambak Garam - I T T T - B T T T B B Pariwisata Alam - T I B T - B T B I B T Pariwisata Buatan - T T T T - B B T I B T Minapolitan - I B B T - B B T B B B Pelabuhan T T T T T I B T B B B B Pelabuhan T T T T T I B T T T B B khusus Pelabuhan perikanan T T T T T I B T T B B B Pipa Minyak dan Gas T T T T B T B T I T B B Pemanfaatan Umum Laut KPU Laut 1 (Kab. Bangkalan - Kab '41,982"E - Sampang - Kab '38,723"E Pamekasan - Kab. 6 42'39,836"S - Sumenep) 7 29'20,695"S KPU Laut 2 (Kab. Pasuruan - Kab. Probolinggo - Kota '41,982"E '38,723"E 7 25'54,166"S - Fishing Ground Jaring Lingkar Bertali Kerut Fishing Ground Pancing Fishing Ground I B - - B I B T T B - - I B - - T B B T B B - - I B - - B I B T T B - -

28 Probolinggo - Kab. Situbondo) Darat Darat 1 (Kab. Bangkalan, Kec Tanjung Bumi) Darat 2 (Kab. Sumenep, Kec Gapuro) Darat 3 (Kab. Sumenep, Kec Kalianget) Darat 4 (Kab. Sumenep, Kec Pragan) Darat 5 (Kab. Pamekasan, Kec Galis, Kec Larangan) Darat 6 (Kab. Pamekasan, Kec Tlanakan, Kec Pademawu) 7 46'53,519"S '49,798"E '38,315"E 6 52'50,619"S '26,172"S '36,067"E '10,704"E 7 0'43,433"S - 7 2'19,57"S '36,578"E '20,136"E 7 2'50,073"S - 7 5'38,374"S '41,356"E '11,206"E 7 6'49,383"S - 7 7'47,463"S '15,761"E '4,961"E 7 8'48,642"S '53,894"S '13,728"E '0,194"E 7 13'18,637"S '21,791"S Konsevasi Konsevasi Konsevasi Konsevasi Konsevasi Konsevasi Tangkul Fishing Ground Pukat Berkapal I B - - B I B T T B - - Daerah Ranjau B B T T B B B T I B T B Perikanan Tangkap I B - - B B B T B B - - Perikanan Budidaya B I - - T B B T I B - - Pertambanga n B T T T I B B T I B T B Pelabuhan khusus T T T T T I B T T T T B Pipa Minyak dan Gas B B T T B I B T I T T B Hutan Lindung - - I T T - T T I B T T Taman Nasional - - I T T - T T I B T T PPK B B I T T B B T I B B T - I I T T - T T I B T T

29 Darat 7 (Kab. Sampang, Kec Complang) Darat 8 (Kab. Sampang, Kec Sampang) Darat 9 (Kab. Sampang, Kec Torjun) Darat 10 (Kab. Bangkalan, Kec Modung) Darat 11 (Kab. Probolinggo, Kec Tongas, Kec Sumber Asih, Kec Kademangan, Kec Mayangan, Kec Dringu, Kec Gending, Kec Pajarakan, Kec Kraksaan) Darat 12 (Kab. Situbondo, Kec Banyulugur) Darat 13 (Kab. Situbondo, Kec Banyulugur) Darat 14 (Kab. Situbondo, Kec Suboh) Darat 15 (Kab. Situbondo, Kec Mandingan, Kec Bangutan, Kec Kendit, Kec Panarukan) '15,906"E '1,77"E 7 12'53,755"S '31,645"S '14,833"E '1,892"E 7 13'17,73"S '31,961"S 113 8'36,89"E '9,249"E 7 12'18,802"S '14,29"S '48,732"E '58,767"S 7 11'58,732"S '7,553"S 113 7'19,43"E '35,463"E 7 43'22,953"S '13,533"S '37,594"E '40,888"E 7 43'29,031"S '38,358"S '19,016"E '44,235"E 7 44'18,886"S '56,643"S '53,804"E '7,927"E 7 42'46,786"S '2,315"S '41,187"E '45,51"E 7 41'5,607"S '47,963"S Konsevasi Konsevasi Konsevasi Konsevasi Konsevasi Konsevasi Htuan Lindung Konsevasi

30 Darat 16 (Kab. Situbondo, Kec Panarukan) Darat 17 (Kab. Situbondo, Kec Mangaran) Darat 18 (Kab. Situbondo, Kec Arjasa) Laut Laut 1 (Kab. Bangkalan, Kec Sepulu, Kec Tanjung Bumi - Kab. Sampang, Kec Banyuates) Laut 2 (Kab Sumenep, Kec Pragan, Kec Bluto, Kec Saronggi, Kec Kalianget, Kec Gapuro, Dungkek, P. Puteran, P. Genteng) Laut 3 (Kab. Sumenep) Laut 4 (Giligilingan) Laut 5 (Kab. Pamekasan, Kec Pademawu, Kec Galis) '24,936"E '59,341"E 7 40'40,393"S '5,087"S 114 1'11,796"E '21,423"E 7 36'21,693"S '35,903"S 114 4'53,853"E '45,844"E 7 49'18,297"S '59,277"S '33,5"E '47,176"E 6 51'10,551"S '41,685"S '54,466"E '31,574"E 6 56'43,921"S '19,331"S 114 1'32,42"E '3,433"E 7 10'30,781"S '29,776"S '44,971"E '2,022"E 7 11'31,522"S '49,486"S '57,011"E '35,107"E 7 10'6,944"S '43,442"S Konsevasi Konsevasi Hutan Lindung Sempadan Pantai Terumbu Karang - T I T T - T T I B T T B B - - T B T T I B - -

31 Laut 6 (Kab. Sampang, Kec Complang - Kab. Pamekasan, Kec Tlanakan) Laut 7 (Kab. Bangkalan, Kec Modung - Kab. Sampang, Kec Sreseh) Laut 8 (P. Kambing) Laut 9 Laut 10 (P. Katapang) Laut 11 (Kab. Situbondo, Kec Banyulugur, Kec Besuki) Laut 12 (Kab. Situbondo, Kec Suboh, Kec Mandingan) Laut 13 (Kab. Situbondo, Kec Bangutan, Kec Kendit, Kec Panarukan) Laut 14 (Kab. Situbondo, Kec Panarukan) '1,186"E '3,026"E 7 12'56,217"S '4,897"S '55,286"E '10,939"E 7 12'7,644"S '17,226"S '52,706"E '29,839"E 7 17'45,67"S '54,973"S '30,389"E '41,233"E 7 19'54,363"S '39,695"S '30,291"E '52,385"E 7 39'36,683"S '22,926"S '49,143"E '0,931"E 7 40'41,408"S '15,584"S '9,402"E '5,945"E 7 42'21,88"S '19,764"S '15,892"E '44,929"E 7 38'15,036"S '14,568"S '4,426"E '14,234"E 7 37'27,633"S '42,573"S 114 1'0,144"E '13,824"E 7 35'14,825"S '58,886"S Laut 15 (Kab. Situbondo, Kec Mangaran) KSNT Daerah B B T T B B T B B B T B

32 Latihan Daerah Terlarang T T T T T T T T T T T T Alur Pelayaran B T T T T I T T I B T T Pipa Air Bersih B B T T T I B T I B T T Keterangan/Koreksi : 1. Daerah latihan overlap dengan kegiatan pertambangan 2. Daerah ranjau dengan kegiatan pertambangan overlap 3. Daerah terumbukarang dengan pertambangan overlap 4. Daerah mangrove dengan pertambangan overlap Keterangan : Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya 1 Perikanan tangkap 7 Prasarana umum 2 Perikanan budidaya 8 Pembuangan limbah/sampah 3 Kehutanan 9 4 Pertanian 10 Wisata 5 Pertambangan 11 Permukiman 6 Alur laut 12 Industri Pengendalian : I : kegiatan utama dan kegiatan lainnya yang diperbolehkan karena bersesuaian B : kegiatan lain yang diperbolehkan dengan pembatasan karena masih bersesuaian T : kegiatan lain yang tidak diperbolehkan karena tidak bersesuaian Pipa Minyak dan Gas B B T T B I B T I T T T

33 Tabel 12 Arahan Pemanfaatan Ruang Blad C4 Blad C4 Kawasan Rencana Penggunaan Pemanfatan Umum Darat Hutan KPU Darat 1 (Kab Sumenep, P. Sapudi) KPU Darat 2 (Kab Sumenep, P. Raas) KPU Darat 3 (Kab. Sumenep, P. Kangean) KPU Darat 4 (Kab. Situbondo) Pemanfaatan Umum Laut KPU Laut 1 (Kab Sumenep, P. Sapudi, P. Raas) KPU Laut 2 (Kab. Sumenep, P. Kangean) KPU Laut 3 (Kab. Situbondo) Darat Darat 1 (Kab. Sumenep, P. Raas) '32,267"E '6,607"E 7 3'26,24"S '58,025"S '55,536"E '13,959"E 7 6'41,928"S - 7 9'23,359"S '33,555"E '13,433"E 6 50'23,952"S '34,187"S 114 6'56,403"E '27,281"E 7 41'59,132"S '53,273"S 114 6'36,333"E '13,978"E 6 45'4,226"S '46,709"S 115 0'23,927"E '19,056"E 6 41'49,467"S '1,95"S 114 6'36,333"E '11,783"E 7 27'5,404"S '45,966"S '55,332"E '14,693"E 7 8'29,992"S - - B I B T - B T I B T T Produksi Hutan Rakyat - T I B B - B T I B T B Pertanian - B B I T - B T T B B B Perkebunan - T I B T - B T I B B T Permukiman - T T B T - B B T B I T Tambak - I T B T - B T T B B B Pariwisata - T I B T - B T B I B T Alam Pertambangan T T T T I T T T T B B B Pelabuhan T T T T T I B T B B B B Pelabuhan T T T T T I B T T T B B khusus Pelabuhan perikanan T T T T T I B T T B B B Fishing Ground I B - - B I B T B B - - Kangean Fishing Ground I B - - T B B T B B - - Pancing Perikanan Tangkap I B - - B B B T B B - - Budidaya Laut B I - - T B B T I B - - Pipa Minyak dan Gas B B T T B I B T I T T B Pertambangan B B T T I B T T B T T B Daerah Ranjau B B T T B B B T I B T B Hutan Lindung - - I T T - T T I B T T Taman Nasional - - I T T - T T I B T T - I I T T - T T I B T T

34 7 9'38,582"S PPK Darat 2 (Kab. Sumenep, P. Raas) Darat 3 (Kab. Sumenep, P. Kangean) Darat 4 (Kab. Situbondo, Kec Banyuputih) Darat 5 (Kab. Situbondo, Kec Banyuputih) Darat 6 (Kab. Situbondo, Kec Banyuputih) Darat 7 (Kab. Situbondo, Kec Jangkar) Darat 8 (Kab. Situbondo, Kec Jangkar) Darat 9 (Kab. Situbondo, Kec Jangkar) Darat 10 (Kab. Situbondo, Kec Widuri) '29,52"E '7,814"E 7 7'11,047"S - 7 8'8,678"S '3,328"E '15,52"E 6 53'42,802"S '58,989"S '0,821"E '34,231"E 7 44'55,016"S '33,384"S '15,353"E '44,931"E 7 47'12,261"S '48,75"S '10,406"E '32,404"E 7 45'18,535"S '48,75"S 114 7'34,944"E '59,409"E 7 49'9,528"S '42,882"S 114 8'34,162"E '48,55"E 7 49'3,87"S '17,784"S 114 9'23,487"E '47,205"E 7 49'3,466"S '56,89"S '21,858"E '8,945"E 7 49'10,158"S '56,954"S Taman Nasional Hutan Lindung Hutan Lindung Hutan Lindung Hutan Lindung B B I T T B B T I B B T

35 Darat 11 (Kab. Situbondo, Kec Widuri) Laut Laut 1 (Kab. Sumenep, Kec Dungkek, P. Giliyang) Laut 2 (Kab. Sumenep, P. Sapudi, P. Raas, P. Palayang, P. Bulumanuk, P. Ayer, P. Goadaya) Laut 3 Laut 4 Laut 5 Laut 6 Laut '52,447"E '26,53"E 7 49'1,103"S '56,597"S 114 6'35,989"E '55,202"E 6 56'20,299"S - 7 1'12,537"S '56,14"E '28,56"E 6 55'56,394"S '48,983"S '46,318"E '15,074"E 6 51'43,885"S '19,044"S 114 8'23,433"E '33,28"E 7 5'3,702"S - 7 7'9,205"S '53,024"E '23,098"E 7 15'42,09"S '20,229"S 115 0'26,287"E '30,886"E 7 0'43,199"S - 7 4'27,933"S 115 9'53,83"E '8,749"E 6 47'22,844"S '57,062"S 114 6'53,926"E '22,164"E 7 41'20,205"S '50,51"S Hutan Lindung Sempadan Pantai Terumbu karang - T I T T - T T I B T T B B - - T B T T I B - - Laut 8 KSNT Daerah latihan B B T T B B T B B B T B ALUR Pipa Minyak dan Gas B B T T B I B T I T T B Alur pelayaran B T T T T I T T I B T T

36 Keterangan/Koreksi : 1.Pertambangan di darat overlap dengan pemanfaatan umum dan konservasi 2.Daerah latihan militer overlap dengan pertambangan yang di laut Keterangan : Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya 1 Perikanan tangkap 7 Prasarana umum 2 Perikanan budidaya 8 Pembuangan limbah/sampah 3 Kehutanan 9 4 Pertanian 10 Wisata 5 Pertambangan 11 Permukiman 6 Alur laut 12 Industri Pengendalian : I : kegiatan utama dan kegiatan lainnya yang diperbolehkan karena bersesuaian B : kegiatan lain yang diperbolehkan dengan pembatasan karena masih bersesuaian T : kegiatan lain yang tidak diperbolehkan karena tidak bersesuaian Blad C4 Kawasan Rencana Penggunaan Pemanfatan Umum Darat Hutan '32,267"E - Produksi - B I B T - B T I B T T '6,607"E Hutan Rakyat - T I B B - B T I B T B KPU Darat 1 (Kab Sumenep, P. 7 3'26,24"S - Pertanian - B B I T - B T T B B B Sapudi) 7 10'58,025"S Perkebunan - T I B T - B T I B B T Permukiman - T T B T - B B T B I T KPU Darat 2 (Kab Sumenep, P. Raas) Tambak Pariwisata - I T B T - B T T B B B KPU Darat 3 (Kab. Sumenep, P. Kangean) '55,536"E '13,959"E 7 6'41,928"S - 7 9'23,359"S '33,555"E '13,433"E 6 50'23,952"S '34,187"S - T I B T - B T B I B T Alam Pertambangan T T T T I T T T T B B B Pelabuhan T T T T T I B T B B B B Pelabuhan khusus T T T T T I B T T T B B

37 KPU Darat 4 (Kab. Situbondo) Pemanfaatan Umum Laut KPU Laut 1 (Kab Sumenep, P. Sapudi, P. Raas) KPU Laut 2 (Kab. Sumenep, P. Kangean) KPU Laut 3 (Kab. Situbondo) Darat Darat 1 (Kab. Sumenep, P. Raas) Darat 2 (Kab. Sumenep, P. Raas) Darat 3 (Kab. Sumenep, P. Kangean) Darat 4 (Kab. Situbondo, Kec Banyuputih) Darat 5 (Kab. Situbondo, Kec Banyuputih) Darat 6 (Kab. Situbondo, Kec 114 6'56,403"E '27,281"E 7 41'59,132"S '53,273"S 114 6'36,333"E '13,978"E 6 45'4,226"S '46,709"S 115 0'23,927"E '19,056"E 6 41'49,467"S '1,95"S 114 6'36,333"E '11,783"E 7 27'5,404"S '45,966"S '55,332"E '14,693"E 7 8'29,992"S - 7 9'38,582"S '29,52"E '7,814"E 7 7'11,047"S - 7 8'8,678"S '3,328"E '15,52"E 6 53'42,802"S '58,989"S '0,821"E '34,231"E 7 44'55,016"S '33,384"S '15,353"E '44,931"E 7 47'12,261"S '48,75"S '10,406"E '32,404"E Taman Nasional Pelabuhan perikanan T T T T T I B T T B B B Fishing Ground I B - - B I B T B B - - Kangean Fishing Ground I B - - T B B T B B - - Pancing Perikanan Tangkap I B - - B B B T B B - - Budidaya Laut B I - - T B B T I B - - Pipa Minyak dan Gas B B T T B I B T I T T B Pertambangan B B T T I B T T B T T B Daerah Ranjau B B T T B B B T I B T B Hutan Lindung - - I T T - T T I B T T Taman Nasional - - I T T - T T I B T T - I I T T - T T I B T T PPK B B I T T B B T I B B T

38 Banyuputih) 7 45'18,535"S '48,75"S Darat 7 (Kab. Situbondo, Kec Jangkar) Darat 8 (Kab. Situbondo, Kec Jangkar) Darat 9 (Kab. Situbondo, Kec Jangkar) Darat 10 (Kab. Situbondo, Kec Widuri) Darat 11 (Kab. Situbondo, Kec Widuri) Laut Laut 1 (Kab. Sumenep, Kec Dungkek, P. Giliyang) Laut 2 (Kab. Sumenep, P. Sapudi, P. Raas, P. Palayang, P. Bulumanuk, P. Ayer, P. Goadaya) Laut 3 Laut 4 Laut '34,944"E '59,409"E 7 49'9,528"S '42,882"S 114 8'34,162"E '48,55"E 7 49'3,87"S '17,784"S 114 9'23,487"E '47,205"E 7 49'3,466"S '56,89"S '21,858"E '8,945"E 7 49'10,158"S '56,954"S '52,447"E '26,53"E 7 49'1,103"S '56,597"S 114 6'35,989"E '55,202"E 6 56'20,299"S - 7 1'12,537"S '56,14"E '28,56"E 6 55'56,394"S '48,983"S '46,318"E '15,074"E 6 51'43,885"S '19,044"S 114 8'23,433"E '33,28"E 7 5'3,702"S - 7 7'9,205"S '53,024"E '23,098"E Hutan Lindung Hutan Lindung Hutan Lindung Hutan Lindung Hutan Lindung Sempadan Pantai Terumbu karang - T I T T - T T I B T T B B - - T B T T I B - -

39 7 15'42,09"S '20,229"S 115 0'26,287"E '30,886"E 7 0'43,199"S - Laut 6 7 4'27,933"S 115 9'53,83"E '8,749"E 6 47'22,844"S - Laut '57,062"S 114 6'53,926"E '22,164"E 7 41'20,205"S - Laut '50,51"S KSNT Daerah latihan B B T T B B T B B B T B ALUR Pipa Minyak B B T T B I B T I T T B dan Gas Keterangan/Koreksi : 1.Pertambangan di darat overlap dengan pemanfaatan umum dan konservasi 2.Daerah latihan militer overlap dengan pertambangan yang di laut Alur pelayaran B T T T T I T T I B T T Keterangan : Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya 1 Perikanan tangkap 7 Prasarana umum 2 Perikanan budidaya 8 Pembuangan limbah/sampah 3 Kehutanan 9 4 Pertanian 10 Wisata 5 Pertambangan 11 Permukiman 6 Alur laut 12 Industri Pengendalian : I : kegiatan utama dan kegiatan lainnya yang diperbolehkan karena bersesuaian B : kegiatan lain yang diperbolehkan dengan pembatasan karena masih bersesuaian T : kegiatan lain yang tidak diperbolehkan karena tidak bersesuaian

40 Blad C4 Kawasan Rencana Penggunaan Pemanfatan Umum Darat Hutan '32,267"E - Produksi - B I B T - B T I B T T '6,607"E Hutan Rakyat - T I B B - B T I B T B KPU Darat 1 (Kab Sumenep, P. 7 3'26,24"S - Pertanian - B B I T - B T T B B B Sapudi) 7 10'58,025"S Perkebunan - T I B T - B T I B B T Permukiman - T T B T - B B T B I T KPU Darat 2 (Kab Sumenep, P. Raas) Tambak Pariwisata - I T B T - B T T B B B KPU Darat 3 (Kab. Sumenep, P. Kangean) KPU Darat 4 (Kab. Situbondo) Pemanfaatan Umum Laut KPU Laut 1 (Kab Sumenep, P. Sapudi, P. Raas) KPU Laut 2 (Kab. Sumenep, P. Kangean) KPU Laut 3 (Kab. Situbondo) Darat Darat 1 (Kab. Sumenep, P. Raas) '55,536"E '13,959"E 7 6'41,928"S - 7 9'23,359"S '33,555"E '13,433"E 6 50'23,952"S '34,187"S 114 6'56,403"E '27,281"E 7 41'59,132"S '53,273"S 114 6'36,333"E '13,978"E 6 45'4,226"S '46,709"S 115 0'23,927"E '19,056"E 6 41'49,467"S '1,95"S 114 6'36,333"E '11,783"E 7 27'5,404"S '45,966"S '55,332"E '14,693"E 7 8'29,992"S - 7 9'38,582"S - T I B T - B T B I B T Alam Pertambangan T T T T I T T T T B B B Pelabuhan T T T T T I B T B B B B Pelabuhan T T T T T I B T T T B B khusus Pelabuhan perikanan T T T T T I B T T B B B Fishing Ground I B - - B I B T B B - - Kangean Fishing Ground I B - - T B B T B B - - Pancing Perikanan Tangkap I B - - B B B T B B - - Budidaya Laut B I - - T B B T I B - - Pipa Minyak dan Gas B B T T B I B T I T T B Pertambangan B B T T I B T T B T T B Daerah Ranjau B B T T B B B T I B T B Hutan Lindung - - I T T - T T I B T T Taman Nasional - - I T T - T T I B T T - I I T T - T T I B T T PPK B B I T T B B T I B B T

41 Darat 2 (Kab. Sumenep, P. Raas) Darat 3 (Kab. Sumenep, P. Kangean) Darat 4 (Kab. Situbondo, Kec Banyuputih) Darat 5 (Kab. Situbondo, Kec Banyuputih) Darat 6 (Kab. Situbondo, Kec Banyuputih) Darat 7 (Kab. Situbondo, Kec Jangkar) Darat 8 (Kab. Situbondo, Kec Jangkar) Darat 9 (Kab. Situbondo, Kec Jangkar) Darat 10 (Kab. Situbondo, Kec Widuri) Darat 11 (Kab. Situbondo, Kec Widuri) '29,52"E '7,814"E 7 7'11,047"S - 7 8'8,678"S '3,328"E '15,52"E 6 53'42,802"S '58,989"S '0,821"E '34,231"E 7 44'55,016"S '33,384"S '15,353"E '44,931"E 7 47'12,261"S '48,75"S '10,406"E '32,404"E 7 45'18,535"S '48,75"S 114 7'34,944"E '59,409"E 7 49'9,528"S '42,882"S 114 8'34,162"E '48,55"E 7 49'3,87"S '17,784"S 114 9'23,487"E '47,205"E 7 49'3,466"S '56,89"S '21,858"E '8,945"E 7 49'10,158"S '56,954"S '52,447"E '26,53"E 7 49'1,103"S '56,597"S Taman Nasional Hutan Lindung Hutan Lindung Hutan Lindung Hutan Lindung Hutan Lindung Laut Sempadan - T I T T - T T I B T T

42 Laut 1 (Kab. Sumenep, Kec Dungkek, P. Giliyang) Laut 2 (Kab. Sumenep, P. Sapudi, P. Raas, P. Palayang, P. Bulumanuk, P. Ayer, P. Goadaya) Laut 3 Laut 4 Laut 5 Laut 6 Laut '35,989"E '55,202"E 6 56'20,299"S - 7 1'12,537"S '56,14"E '28,56"E 6 55'56,394"S '48,983"S '46,318"E '15,074"E 6 51'43,885"S '19,044"S 114 8'23,433"E '33,28"E 7 5'3,702"S - 7 7'9,205"S '53,024"E '23,098"E 7 15'42,09"S '20,229"S 115 0'26,287"E '30,886"E 7 0'43,199"S - 7 4'27,933"S 115 9'53,83"E '8,749"E 6 47'22,844"S '57,062"S 114 6'53,926"E '22,164"E 7 41'20,205"S '50,51"S Pantai Terumbu karang B B - - T B T T I B - - Laut 8 KSNT Daerah latihan B B T T B B T B B B T B ALUR Pipa Minyak dan Gas B B T T B I B T I T T B Alur pelayaran B T T T T I T T I B T T Keterangan/Koreksi : 1.Pertambangan di darat overlap dengan pemanfaatan umum dan konservasi 2.Daerah latihan militer overlap dengan pertambangan yang di laut

43 Keterangan : Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya 1 Perikanan tangkap 7 Prasarana umum 2 Perikanan budidaya 8 Pembuangan limbah/sampah 3 Kehutanan 9 4 Pertanian 10 Wisata 5 Pertambangan 11 Permukiman 6 Alur laut 12 Industri Pengendalian : I : kegiatan utama dan kegiatan lainnya yang diperbolehkan karena bersesuaian B : kegiatan lain yang diperbolehkan dengan pembatasan karena masih bersesuaian T : kegiatan lain yang tidak diperbolehkan karena tidak bersesuaian

44 Tabel 13 Arahan Pemanfaatan Ruang Blas C5 Blad C5 Kawasan Rencana Penggunaan Pemanfaatan Umum Darat Hutan KPU Darat 1 (Kab '12,514"E - Produksi - B I B T - B T I B T T Sumenep, P. Kangean, '1,488"E Pertanian - B B I T - B T T B B B P. Sepeken, P. Saubi, P. 6 50'21,092"S - Permukiman - T T B T - B B T B I T Sabunten, P. Sapankur) 7 3'0,987"S Tambak - I T B T - B T T B B B '39,165"E- Pertambangan T T T T I T T T T B B B KPU Darat 2 (P '20,251"E Sepanjang) 7 5'41,918"S - Pelabuhan T T T T T I B T B B B B 7 11'4,083"S Pelabuhan T T T T T I B T T T B B khusus Pelabuhan T T T T T I B T T B B B Pemanfaatan Umum Laut '12,514"E '56,186"E KPU Laut 6 41'48,048"S '32,621"S Darat Darat () Laut Laut '12,514"E '9,005"E 6 50'18,371"S - 7 8'59,625"S '43,579"E '0,294"E perikanan Fishing Ground Kangean I B - - B I B T B B - - Perikanan Tangkap I B - - B B B T B B - - Perikanan Budidaya B I - - T B B T I B - - Pertambangan B B T T I B T T B T T B Pelabuhan khusus T T T T T I B T T T T B Pipa Minyak dan Gas B B T T B I B T I T T B PPK B B I T T B B T I B B T - I I T T - T T I B T T Sempadan Pantai - T I T T - T T I B T T Terumbu Karang B B - - T B T T I B - -

45 6 47'42,187"S '16,088" '28,647"E - Laut '57,006"E 6 50'2,123"S '29,745"S '50,821"E - Laut '29,308"E 6 44'32,989"S '9,844"S '15,527"E - Laut '25,524"E 6 41'42,214"S '38,479"S '10,713"E - Laut '35,737"E 6 44'1,918"S '7,279"S Alur Migrasi Biota I B T T B I T T I B T T Pipa Minyak dan Gas B B T T B I B T I T T B Alur pelayaran B T T T T I T T I B T T Keterangan/Koreksi : 1.Pertambagan overlap dengan alur migrasi, konservasi perairan, budidaya laut, terumbu karang dan potensi perikanan tangkap Keterangan : Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya 1 Perikanan tangkap 7 Prasarana umum 2 Perikanan budidaya 8 Pembuangan limbah/sampah 3 Kehutanan 9 4 Pertanian 10 Wisata 5 Pertambangan 11 Permukiman 6 Alur laut 12 Industri

46 Pengendalian : I : kegiatan utama dan kegiatan lainnya yang diperbolehkan karena bersesuaian B : kegiatan lain yang diperbolehkan dengan pembatasan karena masih bersesuaian T : kegiatan lain yang tidak diperbolehkan karena tidak bersesuaian

III. INDIKASI PEMANFAATAN ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI LIMA TAHUNAN

III. INDIKASI PEMANFAATAN ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI LIMA TAHUNAN III. INDIKASI PEMANFAATAN ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROINSI LIMA TAHUNAN No Program Utama Lokasi Instansi Pelaksana Sumber A Program Utama Pengembangan Wilayah 1 Pengembangan kerjasama

Lebih terperinci

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG - 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN 2012 2032 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir bukan merupakan pemisah antara perairan lautan dengan daratan, melainkan tempat bertemunya daratan dan perairan lautan, dimana didarat masih dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Menurut Suprihayono (2007) wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan laut,

Lebih terperinci

PEMETAAN KERUSAKAN MANGROVE DI MADURA DENGAN MEMANFAATKAN CITRA DARI GOOGLE EARTH DAN CITRA LDCM

PEMETAAN KERUSAKAN MANGROVE DI MADURA DENGAN MEMANFAATKAN CITRA DARI GOOGLE EARTH DAN CITRA LDCM PEMETAAN KERUSAKAN MANGROVE DI MADURA DENGAN MEMANFAATKAN CITRA DARI GOOGLE EARTH DAN CITRA LDCM Oleh : Firman Farid Muhsoni, S.Pi., M.Sc Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura email

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/PERMEN-KP/2016 TENTANG PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL SUKANDAR, IR, MP, IPM (081334773989/cak.kdr@gmail.com) Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Sebagai DaerahPeralihan antara Daratan dan Laut 12 mil laut

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

3 DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN

3 DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN 38 3 DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN 3.1 Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kabupaten Situbondo merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang dikenal dengan daerah wisata pantai Pasir Putih dan cagar

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun No.573, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. Pertanahan. Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Penataan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM, MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang : a. bahwa pantai merupakan garis pertemuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.121, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SERBAGITA. Kawasan Perkotaan. Tata Ruang. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN

Lebih terperinci

Titiek Suparwati Kepala Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial. Disampaikan dalam Workshop Nasional Akselerasi RZWP3K

Titiek Suparwati Kepala Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial. Disampaikan dalam Workshop Nasional Akselerasi RZWP3K Titiek Suparwati Kepala Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial Disampaikan dalam Workshop Nasional Akselerasi RZWP3K Latar Belakang Dasar Hukum Pengertian Peran BIG dalam Penyusunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia dan hidup serta tumbuh berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN

Lebih terperinci

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya 1 Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya PENDAHULUAN Wilayah pesisir merupakan ruang pertemuan antara daratan dan lautan, karenanya wilayah ini merupakan suatu

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR? TAHUN 2016 SERI E. 2 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN SEMPADAN PANTAI DI KABUPATEN CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN PRIORITAS DAERAH

BAB V RENCANA PROGRAM DAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN PRIORITAS DAERAH 5.1. Prioritasdan Arah Kebijakan RKPD Tahun 2013 5.1.1. Prioritas dan Arah Kebijakan Spasial Arah kebijakan spasial akan berintegrasi dengan kebijakan sektoral

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar didunia yang memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang ± 81.000 km dan luas sekitar 3,1 juta km 2.

Lebih terperinci

Keterkaitan Rencana Strategis Pesisir dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Timur

Keterkaitan Rencana Strategis Pesisir dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Timur P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR Keterkaitan Rencana Strategis Pesisir dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Timur Oleh: Ir. Suprihanto, CES (Kepala BAPPEDA Kab. Kutai Timur)

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 109 TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 109 TAHUN 2016 3 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 17.000 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km atau dua kali keliling bumi melalui khatulistiwa.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KABUPATEN SINJAI TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KABUPATEN SINJAI TAHUN - 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KABUPATEN SINJAI TAHUN 2012-2032 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

Lebih terperinci

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Kupang adalah salah satu kabupaten dengan ekosistem kepulauan. Wilayah ini terdiri dari 27 pulau dimana diantaranya masih terdapat 8 pulau yang belum memiliki

Lebih terperinci

3. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

3. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 3. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Pemikiran Pembangunan pulau kecil menjadi kasus khusus disebabkan keterbatasan yang dimilikinya seperti sumberdaya alam, ekonomi dan kebudayaannya. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

STRATEGI DAN PROGRAM STRATEGIS PADA KAWASAN ASSET NEGARA 1.1

STRATEGI DAN PROGRAM STRATEGIS PADA KAWASAN ASSET NEGARA 1.1 PADA KAWASAN ASSET NEGARA 1.1 PADA KAWASAN SEMPADAN SUNGAI DAN REL KERETA API 1.2 PADA KAWASAN YANG PERLU DIPELIHARA KEBERADAANNYA 1.3 PADA KAWASAN YANG PERLU DIPELIHARA KEBERADAANNYA 1.3 PADA KAWASAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penentuan karakteristik

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

Sidang Akhir Tugas Akhir

Sidang Akhir Tugas Akhir Sidang Akhir Tugas Akhir Aji Muda Casaka Laboratorium E-Bisnis Jurusan Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Dosen Pembimbing: Faizal Johan Atletiko, S.Kom,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Kawasan pesisir merupakan ekosistem yang kompleks dan mempunyai nilai sumberdaya alam yang tinggi.

Lebih terperinci

dan (3) pemanfaatan berkelanjutan. Keharmonisan spasial mensyaratkan bahwa dalam suatu wilayah pembangunan, hendaknya tidak seluruhnya diperuntukkan

dan (3) pemanfaatan berkelanjutan. Keharmonisan spasial mensyaratkan bahwa dalam suatu wilayah pembangunan, hendaknya tidak seluruhnya diperuntukkan KERANGKA PEMIKIRAN Dasar teori yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada konsep pembangunan berkelanjutan, yaitu konsep pengelolaan dan konservasi berbasis sumberdaya alam serta orientasi perubahan

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENCADANGAN KAWASAN TERUMBU KARANG PASIR PUTIH SEBAGAI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB I. Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari

BAB I. Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari BAB I BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari 95.181 km. Sehingga merupakan negara dengan pantai terpanjang nomor empat di dunia setelah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yakni 3,2 juta ha (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau besar mulai dari Sumatera,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laut Indonesia sudah sejak lama didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia terutama pemanfaatan sumberdaya hayati seperti ikan maupun sumberdaya non hayati

Lebih terperinci

PENGAMANAN PANTAI DI WILAYAH PROVINSI BANTEN Oleh:

PENGAMANAN PANTAI DI WILAYAH PROVINSI BANTEN Oleh: PENGAMANAN PANTAI DI WILAYAH PROVINSI BANTEN Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Sesuai dengan undangundang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, kewenangan pengelolaan bangunan pengaman pantai diberikan

Lebih terperinci

BAB III ISU STRATEGIS

BAB III ISU STRATEGIS BAB III ISU STRATEGIS Berdasar kajian kondisi dan situasi Pengelolaan Lingkungan Hidup tahun 2006 2010 (Renstra PLH 2006 2010), dan potensi maupun isu strategis yang ada di Provinsi Jawa Timur, dapat dirumuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak abad ke-18, pertumbuhan penduduk di dunia meningkat dengan tajam. Lahan lahan dengan potensi untuk dipergunakan sebagai tempat bermukim pun beragam. Besarnya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMEN-KP/2013

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMEN-KP/2013 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMEN-KP/2013 TENTANG PERIZINAN REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, 1 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PERMEN-KP/2016 TENTANG TATA CARA REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010

RENCANA KERJA DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010 RENCANA KERJA DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 200 KODE PERMEN 2 05 000 2 Kelautan dan Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Dinas 2.400.000 Fasilitasi Program Anti Kemiskinan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN

Lebih terperinci

STUDI TENTANG DINAMIKA MANGROVE KAWASAN PESISIR SELATAN KABUPATEN PAMEKASAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN DATA PENGINDERAAN JAUH

STUDI TENTANG DINAMIKA MANGROVE KAWASAN PESISIR SELATAN KABUPATEN PAMEKASAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN DATA PENGINDERAAN JAUH STUDI TENTANG DINAMIKA MANGROVE KAWASAN PESISIR SELATAN KABUPATEN PAMEKASAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN DATA PENGINDERAAN JAUH Bambang Suprakto Staf Pengajar Akademi Perikanan Sidoarjo Abstrak Pesisir selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut. Kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan 29 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan ekosistem laut. Mangrove diketahui mempunyai fungsi ganda

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah yang memberikan kontribusi produksi perikanan yang sangat besar dan tempat aktivitas manusia paling banyak dilakukan; bahkan menurut

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK GEOGRAFIS TERHADAP KEBERADAAN PULAU JEMUR KABUPATEN ROKAN HILIR PROPINSI RIAU PADA WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA - MALAYSIA

TINJAUAN ASPEK GEOGRAFIS TERHADAP KEBERADAAN PULAU JEMUR KABUPATEN ROKAN HILIR PROPINSI RIAU PADA WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA - MALAYSIA TINJAUAN ASPEK GEOGRAFIS TERHADAP KEBERADAAN PULAU JEMUR KABUPATEN ROKAN HILIR PROPINSI RIAU PADA WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA - MALAYSIA Tito Latif Indra, SSi, MSi Departemen Geografi FMIPA UI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 88 I. PENDAHULUAN Kawasan pesisir memerlukan perlindungan dan pengelolaan yang tepat dan terarah. Keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup menjadi tujuan akhir yang berkelanjutan. Telah

Lebih terperinci

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI PROGRES IMPLEMENTASI 4 FOKUS AREA RENCANA AKSI GUBERNUR BALI 1 KONDISI GEOGRAFIS DAN WILAYAH ADMINISTRASI

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2014 WILAYAH. Kepulauan. Pesisir. Pulau-Pulau Kecil. Pengelolaan. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5490) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari atas 17.508 pulau, dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Luas laut Indonesia sekitar 3,1

Lebih terperinci

Amonia (N-NH3) Nitrat (N-NO2) Orthophosphat (PO4) mg/l 3 Ekosistem

Amonia (N-NH3) Nitrat (N-NO2) Orthophosphat (PO4) mg/l 3 Ekosistem Tabel Parameter Klasifikasi Basis Data SIG Untuk Pemanfaatan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Kelautan No Parameter Satuan 1 Parameter Fisika Suhu ºC Kecerahan M Kedalaman M Kecepatan Arus m/det Tekstur

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180, 2013 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5460) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Bab 4 Hasil Dan Pembahasan

Bab 4 Hasil Dan Pembahasan Bab 4 Hasil Dan Pembahasan 4.1. Potensi Sumberdaya Lahan Pesisir Potensi sumberdaya lahan pesisir di Kepulauan Padaido dibedakan atas 3 tipe. Pertama adalah lahan daratan (pulau). Pada pulau-pulau berpenduduk,

Lebih terperinci

PERSEMBAHAN PRODI ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA UNTUK MARITIM MADURA

PERSEMBAHAN PRODI ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA UNTUK MARITIM MADURA PERSEMBAHAN PRODI ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA UNTUK MARITIM MADURA Penanggung Jawab: Ketua Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura Editor: Prof. Dr. Ir. M. Zainuri, M.Sc.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terumbu karang untuk berkembangbiak dan hidup. Secara geografis terletak pada garis

I. PENDAHULUAN. terumbu karang untuk berkembangbiak dan hidup. Secara geografis terletak pada garis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang secara geografis memiliki iklim tropis dan perairannya lumayan dangkal, sehingga menjadi tempat yang optimal bagi ekosistem terumbu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI -157- LAMPIRAN XXII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SINJAI TAHUN 2012-2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI A. KAWASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Ekosistem mangrove adalah tipe ekosistem yang terdapat di daerah pantai dan secara teratur di genangi air laut atau dipengaruhi oleh pasang surut air laut,

Lebih terperinci

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3 LAMPIRAN VI : PERATURAN DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN TABEL-2 KLASIFIKASI ZONA DAN SUB ZONA HIRARKI I fungsi lindung adm fungsi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMEN-KP/2013

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMEN-KP/2013 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMEN-KP/2013 TENTANG PERIZINAN REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung

Lebih terperinci

3.1 Metode Identifikasi

3.1 Metode Identifikasi B A B III IDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR DAS PENYEBAB KERUSAKAN KONDISI WILAYAH PESISIR BERKAITAN DENGAN PENGEMBANGAN ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL MASYARAKAT PESISIR 3.1 Metode Identifikasi Identifikasi adalah meneliti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Sibolga yang terletak di pantai barat Pulau Sumatera, membujur sepanjang pantai dari utara ke selatan dan berada pada kawasan teluk yang bernama Teluk Tapian Nauli,

Lebih terperinci

DAFTAR PERDA/PERKADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR YANG DIBATALKAN OLEH GUBERNUR JAWA TIMUR

DAFTAR PERDA/PERKADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR YANG DIBATALKAN OLEH GUBERNUR JAWA TIMUR - 1 - DAFTAR PERDA/PERKADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR YANG DIBATALKAN OLEH GUBERNUR JAWA TIMUR NO. KABUPATEN/KOTA JML PERATURAN DAERAH PEMBATALAN PERATURAN BUPATI/ PERATURAN WALIKOTA KEPUTUSAN GUBERNUR

Lebih terperinci

Rencana Pengembangan Berkelanjutan Kelautan dan Perikanan di Pulau Maratua

Rencana Pengembangan Berkelanjutan Kelautan dan Perikanan di Pulau Maratua Rencana Pengembangan Berkelanjutan Kelautan dan Perikanan di Pulau Maratua Pulau Maratua berada pada gugusan pulau Derawan, terletak di perairan laut Sulawesi atau berada dibagian ujung timur Kabupaten

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN TENTANG RENCANA ZONASI KAWASAN STRATEGIS NASIONAL KAWASAN PERKOTAAN JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG, BEKASI, PUNCAK, CIANJUR TERMASUK KEPULAUAN SERIBU

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan laut yang sangat luas, terdiri dari wilayah perairan teritorial dengan luas sekitar 3,1 juta km 2 dan zona ekonomi ekslusif (ZEE)

Lebih terperinci

VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI

VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI 55 VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI 6.1 Analisis DPSIR Analisis DPSIR dilakukan dalam rangka memberikan informasi yang jelas dan spesifik mengenai faktor pemicu (Driving force), tekanan

Lebih terperinci

Melestarikan habitat pesisir saat ini, untuk keuntungan di esok hari

Melestarikan habitat pesisir saat ini, untuk keuntungan di esok hari Melestarikan habitat pesisir saat ini, untuk keuntungan di esok hari Kesejahteraan masyarakat pesisir secara langsung terkait dengan kondisi habitat alami seperti pantai, terumbu karang, muara, hutan mangrove

Lebih terperinci

MENGAPA ASPEK RUANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA? 1. PERENCANAAN EKONOMI SERINGKALI BERSIFAT TAK TERBATAS 2. SETIAP AKTIVITAS SELAL

MENGAPA ASPEK RUANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA? 1. PERENCANAAN EKONOMI SERINGKALI BERSIFAT TAK TERBATAS 2. SETIAP AKTIVITAS SELAL KESERASIAN TATA RUANG KAWASAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA Ani Rahmawati, S.Pi, M.Si Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA MENGAPA ASPEK RUANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA? 1.

Lebih terperinci

MENCEGAH KERUSAKAN PANTAI, MELESTARIKAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

MENCEGAH KERUSAKAN PANTAI, MELESTARIKAN KEANEKARAGAMAN HAYATI MENCEGAH KERUSAKAN PANTAI, MELESTARIKAN KEANEKARAGAMAN HAYATI YUDI WAHYUDIN PUSAT KAJIAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Surade, 22 Juli 2003 APA ITU PANTAI? PANTAI adalah daerah

Lebih terperinci

Bencana Baru di Kali Porong

Bencana Baru di Kali Porong Bencana Baru di Kali Porong Pembuangan air dan Lumpur ke Kali Porong menebarkan bencana baru, air dengan salinitas 38/mil - 40/mil akan mengancam kualitas perikanan di Pesisir Porong. Lapindo Brantas Inc

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kawasan pesisir merupakan prioritas utama sebagai pusat pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kawasan pesisir merupakan prioritas utama sebagai pusat pengembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir merupakan prioritas utama sebagai pusat pengembangan kegiatan industri, pariwisata, agribisnis, agroindustri, permukiman, transportasi, dan pelabuhan.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP.59/DJ-PSDKP/2011 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP.59/DJ-PSDKP/2011 TENTANG KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP.59/DJ-PSDKP/2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN PENCEMARAN PERAIRAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN

Lebih terperinci

-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG OPTIMALISASI PEMANFAATAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG OPTIMALISASI PEMANFAATAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN -1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG OPTIMALISASI PEMANFAATAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa sumberdaya

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada, dua per tiga wilayah Indonesia adalah kawasan perairan.

Lebih terperinci

Gerakan air laut yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan sehari-hari adalah nomor

Gerakan air laut yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan sehari-hari adalah nomor SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.5 1. Bagi para nelayan yang menggunakan kapal modern, informasi tentang gerakan air laut terutama digunakan untuk... mendeteksi

Lebih terperinci

BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KABUPATEN BATANG TAHUN 2014 2034 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekayaan sumberdaya alam wilayah kepesisiran dan pulau-pulau kecil di Indonesia sangat beragam. Kekayaan sumberdaya alam tersebut meliputi ekosistem hutan mangrove,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah teritorial Indonesia yang sebagian besar merupakan wilayah pesisir dan laut kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam ini berpotensi untuk dimanfaatkan bagi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS A. Kerangka Teori Hutan mangrove merupakan ekosistem wilayah pesisir yang potensial yang memiliki kaitan erat dengan kondisi ekonomi, sosial dan lingkungan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR, LAUT DAN PULAU-PULAU KECIL DI KABUPATEN REMBANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR, LAUT DAN PULAU-PULAU KECIL DI KABUPATEN REMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR, LAUT DAN PULAU-PULAU KECIL DI KABUPATEN REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang :

Lebih terperinci

Kebijakan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Kebijakan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kebijakan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Oleh: Dr,Ir. Subandono Diposaptono, MEng Direktur Perencanaan Ruang Laut Hp. 081585659073 Disampaikan Pada : FGD Reklamasi FB ITB Bandung, 28

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2014-2034 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

PENATAAN KAWASAN PULAU, PANTAI, PESISIR, DAN PELABUHAN

PENATAAN KAWASAN PULAU, PANTAI, PESISIR, DAN PELABUHAN WALIKOTA MAKASSAR PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAAN KAWASAN PULAU, PANTAI, PESISIR, DAN PELABUHAN BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2004 LEMBARAN DAERAH

Lebih terperinci