IV. ARAHAN PERATURAN ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI JAWA TIMUR. Tabel 1 Arahan Pemanfaatan Ruang Blad A2
|
|
- Sucianty Sasmita
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 IV. ARAHAN PERATURAN ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI JAWA TIMUR Tabel 1 Arahan Pemanfaatan Ruang Blad A2 Blad A2 Kawasan Rencana Penggunaan Pemanfaatan Umum Pertambangan I B - - B I B T T B - - BLAD A2 Pertambangan I B - - B B B T B B - - Pertambangan Kawasan Koordinat Pola ruang/arahan KPU Laut '31,445"E '56,575"E 5 31'59,91"S '48,314"S pola ruang laut: fishing ground, perikanan tangkap I T T T I B T T T T T B Alur Pelayaran B T T T B I B T I T T T Keterangan/Koreksi : 1.Fishing ground p.b dan wilayah potensi pertambangan (East Muriah-Exploration) overlap 2.Perikanan tangkap laut dan pertambangan minyak lepas pantai(pc Muriah Ltd- Tahap development) overlap Keterangan : Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya 1 Perikanan tangkap 7 Prasarana umum 2 Perikanan budidaya 8 Pembuangan limbah/sampah 3 Kehutanan 9 4 Pertanian 10 Wisata 5 Pertambangan 11 Permukiman 6 Alur laut 12 Industri Pengendalian : I : kegiatan utama dan kegiatan lainnya yang diperbolehkan karena bersesuaian B : kegiatan lain yang diperbolehkan dengan pembatasan karena masih bersesuaian T : kegiatan lain yang tidak diperbolehkan karena tidak bersesuaian
2 Bersyarat : Fishing Ground kondisi ideal fishing ground : Perairan jernih; bebas pencemaran; pada dasarnya lingkungan kondusif bagi kehidupan ikan (pelagis maupun demersal); menggunakan alat tangkap ramah lingkungan. 1. Pertambangan : - Tidak boleh menimbulkan bahan pencemar terhadap perairan - Dilarang menggunakan bahan peledak dan bahan kimia/beracun - Meminimalkan kekeruhan perairan - Memberi tanda larangan bagi nelayan untuk tidak masuk ke zona terlarang bagi operasional pertambangan - Izin dari gubernur berdasarkan analisis bio-tekniko-sosio-ekonomiko yaitu analisis faktor-faktor biologi, teknologi, sosial, dan ekonomi akan keberadaan pertambangan 2. Alur Laut - Tidak boleh membuang sisa bahan bakar/minyak serta bahan yang menimbulkan pencemaran di perairan fishing ground - Menjaga dan memprioritaskan operasional penangkapan ikan oleh nelayan - Memasang tanda khusus pada alur perhubungan laut - Izin dari gubernur berdasarkan analisis bio-tekniko-sosio-ekonomiko yaitu analisis faktor-faktor biologi, teknologi, sosial, dan ekonomi berkaitan dengan keberadaan dan kegiatan perhubungan laut di perairan fishing ground 3. Prasarana Umum - Tidak boleh menimbulkan bahan pencemar di perairan fishing ground - Prasarana fisik tidak boleh mengganggu kegiatan penangkapan ikan di periaran fishing ground - Menjaga dan memprioritaskan operasional penangkapan ikan oleh nelayan - Memasang tanda khusus larangan apabila dibutuhkan - Izin dari gubernur berdasarkan analisis bio-tekniko-sosio-ekonomiko yaitu analisis faktor-faktor biologi, teknologi, sosial, dan ekonomi keberadaan prasarana umum di perairan fishing ground 4. Wisata : - Tidak boleh menimbulkan sampah/bahan pencemar maupun dampak limbah buangan wisata di perairan fishing ground
3 - Aktivitas wisata tidak boleh menimbulkan ganggunan terhadap populasi ikan, serta mengganggu kegiatan penangkapan ikan di perairan fishing ground - Menjaga dan memprioritaskan operasional penangkapan ikan oleh nelayan - Wisata yang berkaitan dengan kegiatan penangkapan ikan dilarang menggunakan alat tangkap yang merusak kelestarian sumberdaya ikan (alat tangkap yang tidak ramah lingkungan) - Izin dari gubernur berdasarkan analisis bio-tekniko-sosio-ekonomiko yaitu analisis faktor-faktor biologi, teknologi, sosial, dan ekonomi keberadaan wisata di perairan fishing ground
4 Tabel 2 Arahan Pemanfaatan Ruang Blad A3 Blad A3 Kawasan Rencana Penggunaan Pemanfaatan Umum Pertambangan I B - - T B B T B B - - Fishing Ground Pukat Berkapal I B - - B I B T T B - - Alur Alur Migrasi Biota I B T T B I T T I B T T Pelayaran B T T T B I B T I T T T Keterangan/Koreksi : 1.Pertambangan (East Bawean I-Exploration) overlap dengan alur migrasi dan fishing ground pancing 2. Pertambangan (East Bawean II- Exploration) overlap dengan fishing ground pancing Keterangan : Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya 1 Perikanan tangkap 7 Prasarana umum 2 Perikanan budidaya 8 Pembuangan limbah/sampah 3 Kehutanan 9 4 Pertanian 10 Wisata 5 Pertambangan 11 Permukiman 6 Alur laut 12 Industri Pengendalian : I : kegiatan utama dan kegiatan lainnya yang diperbolehkan karena bersesuaian B : kegiatan lain yang diperbolehkan dengan pembatasan karena masih bersesuaian T : kegiatan lain yang tidak diperbolehkan karena tidak bersesuaian
5 Tabel 3 Arahan Pemanfaatan Ruang Blad A4 Blad A4 Kawasan Rencana Penggunaan Pemanfaatan Umum BLAD A4 Budidaya Laut F.G Pancing B I I B T T B B B B T T I B B B Kawasan Koordinat F.G Pukat I B - - B I B T T B '30,703"E - Berkapal KPU Laut 1 (P '26,341"E Potensi Keranian) 4 52'9,334"S '45,973"S Perikanan Tangkap I B - - B B B T B B - - KPU Laut 2 (P. Masalembu Kecil- Besar) KPU Darat 1 (P.Keranian) KPU Darat 2 (P. Masalembu Kecilbesar '45,935"E '23,564"E 5 14'40,306"S '22,297"S '44,332"E '4,639"E 5 2'27,137"S - 5 5'17,869"S '9,506"E '50,129"E 5 25'15,196"S '22,297"S Pertambangan Sibaru - Exploration Pelabuhan khusus Pelabuhan B B T T B I B T I B T B T T T T T I B T T B B B T T T T T I B T B B B B Alur Pelayaran B T T T B I B T I T T T Pesisir Pengembangan Konsevasi Laut 1 (P. keranian) '39,822"E '18,155"E 5 1'8,92"S - Terumbu Karang 5 7'15,658"S B B - - T B T T I B - - Laut 2 (P. Masalembu Kecil- Besar Keterangan / Koreksi : Keterangan : '59,355"E '20,608"E 5 23'10,551"S '22,297"S Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya
6 1 Perikanan tangkap 7 Prasarana umum 2 Perikanan budidaya 8 Pembuangan limbah/sampah 3 Kehutanan 9 4 Pertanian 10 Wisata 5 Pertambangan 11 Permukiman 6 Alur laut 12 Industri Pengendalian : I : kegiatan utama dan kegiatan lainnya yang diperbolehkan karena bersesuaian B : kegiatan lain yang diperbolehkan dengan pembatasan karena masih bersesuaian T : kegiatan lain yang tidak diperbolehkan karena tidak bersesuaian Bersyarat : Budidaya Laut : Kondisi lingkungan budidaya laut harus mempertimbangkan aspek fisika. Kimia, dan bio;ogi perairan yang cocok untuk biota aut; seperti salinitas, oksigen terlarut, tingkat keasaman (ph), ammonia, nitrit, kecerahan air, kecepatan arus, dan kedalaman. 1. Perikanan Tangkap - Tidak boleh membuang sisa bahan bakar/minyak serta bahan yang menimbulkan pencemaran di perairan laut sekitar lokasi budidaya - Tidak mengganggu pelaksanaan operasional budidaya laut, dalam hal ini lokasi budidaya diberi tanda sebagai batas diperbolehkannya perikanan tangkap beroperasi - Operasi penangkapan ikan tidak boleh menggunakan alat tangkap yang dapat merusak jaring budidaya laut maupun menyebabkan kekeruhan perairan - Batas operasi penangkapan ikan dtentukan minimal 500 meter dari lokasi pembudidayaan
7 2. Kehutanan - Dilarang melakukan penebangan hutan mangrove atau sejenisnya yang mengakibatkan erosi pantai karena berdampak pada t9ngkat kejernihan perairan - Penebangan dan rehabiiitasi mangrove dengan izin gubernur berdasarkan analisis faktor-faktor biologi, teknologi, sosial, dan ekonomi serta pengaruhnya pada perairan lokasi budidaya 3. Alur Laut - Tidak boleh membuang sisa bahan bakar/minyak serta bahan yang menimbulkan pencemaran di perairan laut sekitar lokasi budidaya - Tidak mengganggu pelaksanaan operasional budidaya laut, dalam hal ini lokasi budidaya diberi tanda sebagai batas diperbolehkannya perhubungan laut/kapal beroperasi - Operasional perhubungan laut/kapal dlsb diatur dan diberi tanda khusus agar supaya tidak mengganggu operasional budidaya laut - Batas operasi penangkapan ikan dtentukan minimal 500 meter dari lokasi pembudidayaan 4. Prasarana Umum - Prasarana fisik tidak boleh mengganggu kegiatan pembudidayaan ikan - Izin pembangunan prasarana gisik dari gubernur berdasarkan analisis biotekniko-sosio-ekonomiko yaitu analisis faktor-faktor biologi, teknologi, sosial, dan ekonomi keberadaan prasarana umum di perairan lokasi budidaya laut 5. Wisata - Tidak boleh menimbulkan sampah/bahan pencemar maupun dampak limbah buangan wisata di perairan laut lokasi budidaya
8 - Aktivitas wisata tidak menimbulkan ganggunan terhadap proses produksi budidaya laut - Aktivitas wisata yang langsung berkaitan dengan pengelolaan budidaya harus mendapat rekomendasi pihak berwenang, serta izin dari pengelola
9 Tabel 4 Arahaan Pemanfaatan Ruang Blad B1 Blad B1 Kawasan Rencana Penggunaan Pemanfaata Umum Pertambangan (Rembang- B B T T B B B T I B T B Exploration) BLAD B1 Pertambangan (Rembang- Exploration) Kawasan KPU Laut KPU Daerah Ranjau Koordinat '7,515"E '45,952"E 6 34'49,088"S '37,337"S '56,803"E '45,952"E 6 34'44,432"S '47,192"S I B T T B I B T I B T B Alur Pelayaran B T T T B I B T I B T T Keterangan/Koreksi : 1.Daerah Ranjau overlap dengan pertambangan (Rembang-Exploration) Keterangan : Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya 1 Perikanan tangkap 7 Prasarana umum 2 Perikanan budidaya 8 Pembuangan limbah/sampah 3 Kehutanan 9 4 Pertanian 10 Wisata 5 Pertambangan 11 Permukiman 6 Alur laut 12 Industri Pengendalian : I : kegiatan utama dan kegiatan lainnya yang diperbolehkan karena bersesuaian B : kegiatan lain yang diperbolehkan dengan pembatasan karena masih bersesuaian T : kegiatan lain yang tidak diperbolehkan karena tidak bersesuaian
10 Tabel 5 Arahan Pemanfaatan Ruang Blad B2 Blad B2 Kawasan Rencana Penggunaan Pemanfaatan Umum Darat Pertanian Permukiman - - B T B T I B T T - - B B T B T T B B B I B T Tambak - I T B T - B T T B B B BLAD B2 Pelabuhan Kawasan Koordinat perikanan T T T T T I B T T B B B KPU Darat (P. Bawean) '27,083"E '6,541"E 5 42'25,694"S '58,764"S pantai Pelabuhan T T T T T I B T T B B B KPU Daerah Ranjau Pemanfaatan Umum Laut KPU Laut 2 KPU Laut 1 (P. Bawean) '51,076"E '28,948"E 6 37'55,515"S '46,558"S '51,076"E '4,563"E 6 35'19,675"S '46,558"S '0,505"E '3,885"E 5 34'57,605"S - 6 1'33,085"S Fishing Ground I B - - T B B T B B - - Pancing Fishing Ground Pukat I B - - B I B T T B - - Berakapal Perikanan Tangkap I B - - B B B T B B - - Budidaya Laut B I - - T B B T I B - - Pertambangan B T T T I B B T B T T B Bangunan Lepas Pantai B T T T I T T T T T T B Pelabuhan khusus T T T T T I B T T B T B Daerah Ranjau B B T T B B B T I B T B Darat Darat '58,461"E '2,485"E 5 43'32,836"S '27,4"S Cagar Alam - - B T T - T T I B T T Hutan Lindung - - I T T - T T I B T T
11 Laut Laut Alur '59,029"E '27,51"E 5 40'53,872"S '54,716"S Keterangan/Koreksi : 1.East Muriah (Development-Exploration) overlap dengan fishing ground 2. Alur Rencana Pelayaran overlap dengan Pipa Minyak dan Gas Keterangan : Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya 1 Perikanan tangkap 7 Prasarana umum 2 Perikanan budidaya 8 Pembuangan limbah/sampah 3 Kehutanan 9 4 Pertanian 10 Wisata 5 Pertambangan 11 Permukiman Sempadan Pantai - T I T T - T T I B T T Terumbu Karang B B - - T B T T I B - - PPK B B I T T B B T I B B T Pipa Minyak dan Gas B B T T I B T T T T T T Rencana Alur Pelayaran B T T T T I T T I B T T 6 Alur laut 12 Industri Pengendalian : I : kegiatan utama dan kegiatan lainnya yang diperbolehkan karena bersesuaian B : kegiatan lain yang diperbolehkan dengan pembatasan karena masih bersesuaian T : kegiatan lain yang tidak diperbolehkan karena tidak bersesuaian Bersyarat : Tambak : Pada prinsipnya daya dukung lingkungan budidaya tambak dipengaruhi gabungan berbagai hal, seperti kualitas sumber air (tawar dan asin) dan air tanah, arus air di pantai, pasang surut, ketinggian lahan, iklim, serta kondisi tanah pantai (berlumpur, berpasir atau berkarang).
12 1. Pertanian - Izin pembukaan lahan dari gubernur atau pejabat yang ditunjuk berdasarkan analisis bio-tekniko-sosio-ekonomiko yaitu analisis faktor-faktor biologi, teknologi, sosial, dan ekonomi keberadaan sector pertanian; - Pembukaan lahan pertanian tetap memperhatikan aspek perlindungan lingkungan sehingga tidak berdampak negative pada pengelolaan tambak maupun pertanian itu sendiri; - Tidak boleh menimbulkan penurunan kualitas air di pesisir akibat masuknya bahan pencemar seperti inseksisida, pestisida, maupun fungisida melalui saluran/drainase tambak; - Kegiatan-kegiatan konstruksi yang berkaitan dengan usaha pertanian seperti pmbuatan saluran/irigasi, penebangan hutan pantai dapat menggangu aliran alami pengairan berikut kualitasnya seperti penurunan salinitas, timbul kekeruhan dlsb. 2. Prasarana Umum - Prasarana fisik tidak boleh mengganggu kegiatan operasional tambak - Izin pembangunan prasarana umum/fisik dari gubernur atau pejabat yang ditunjuk berdasarkan analisis bio-tekniko-sosio-ekonomiko yaitu analisis faktor-faktor biologi, teknologi, sosial, dan ekonomi keberadaan prasarana umum di kawasan pertambakan 3. Wisata - Tidak boleh menimbulkan sampah/bahan pencemar maupun dampak limbah buangan wisata di kawasan pertambakan - Aktivitas wisata tidak menimbulkan ganggunan terhadap proses produksi budidaya tambak - Aktivitas wisata yang langsung berkaitan dengan pengelolaan budidaya tambak harus mendapat rekomendasi pihak berwenang, serta izin dari pengelola 4. Permukiman - Prasarana permukiman yang dibangun tidak boleh menimbulkan gangguan terhadap lingkungan pertambakan - Izin pembangunan dan pengembangan permukiman dari gubernur atau pejabat yang ditunjuk berdasarkan analisis bio-tekniko-sosio-ekonomiko yaitu analisis faktorfaktor biologi, teknologi, sosial, dan ekonomi keberadaan prasarana umum di kawasan
13 pertambakan - Penentuan lokasi permukiman harus mempertimbangkan kepentingan pengelolaan sistem aliran air di kawasan pertambakan, pencegahan proses erosi, pengendalian pemadatan permukan tanah, serta pengendalian buangan limbah permukiman, serta perlindungan terhadap sumber air tanah 5. Industri - Pembangunan kawasan industri tidak ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak berpengaruh langsung terhadap kawasan pertambakan - Lokasi pembuagan limbah industri tidak boleh mencemari lingkungan, serta tidak mengganggu higienitas dan estitika - Semua jenis limbah industri terutama yang bersifat toksik terhadap komoditas budidaya tambak, dilarang dibuang di sungai, saluran tambak, perairan pantai maupun lepas pantai, tanpa melalui proses pengelolaan terlebih dahulu - Semua jenis industri terutama yang menghasilkan limbah beracun, harus mendirikan harus mendirikan fasilitas pengolahan limbah untuk meminimalkan pengaruhnya terhadap degradasi lingkungan pertambakan - Izin pembangunan dan pengembangan industri dari gubernur atau pejabat yang ditunjuk berdasarkan analisis bio-tekniko-sosio-ekonomiko yaitu analisis faktorfaktor biologi, teknologi, sosial, dan ekonomi akan keberadaan industri di kawasan pertambakan
14 Tabel 6 Arahan Pemanfaatan Ruang Blad B3 Blad B3 Kawasan Rencana Penggunaan Pemanfaatan Umum Laut Fishing Ground Jaring Insang I B - - B I B T T B - - Hanyut BLAD B3 Fishing Ground I B - - B I B T T B - - Kawasan Koordinat Pukat Berkapal Pertambangan KPU Laut B B T T I B T T B T T B '0,311"E '41,294"E 6 41'31,312"S '34,037"S Pengembangan Terumbu B B - - T B T T I B - - Karang Alur Migrasi Biota I B T T B I T T I B T T Pelayaran Ke Kalimantan dan Sulawesi B T T T T I T T I B T T Keterangan/Koreksi : 1. Bawean-Production dan Bulu-Exploration overlap dengan terumbu karang 2. Alur Migrasi Biota overlap dengan Pertambangan 3. Pertambangan berada di wilayah rencana alur pelayaran Keterangan : Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya 1 Perikanan tangkap 7 Prasarana umum 2 Perikanan budidaya 8 Pembuangan limbah/sampah 3 Kehutanan 9 4 Pertanian 10 Wisata 5 Pertambangan 11 Permukiman 6 Alur laut 12 Industri Pengendalian : I : kegiatan utama dan kegiatan lainnya yang diperbolehkan karena bersesuaian B : kegiatan lain yang diperbolehkan dengan pembatasan karena masih bersesuaian T : kegiatan lain yang tidak diperbolehkan karena tidak bersesuaian
15 KPU Darat (P '48,324"E '55,911"E Masalembu 5 34'30,642"S '50,774"S besar) Pemanfaatan Umum Laut Tabel 7 Arahan Pemanfaatan Ruang Blad B4 Blad B4 Kawasan Rencana Penggunaan Pemanfaatan Umum Darat Pertanian - B B I T - B T T B B B Permukiman - T T B T - B B T B I T Pelabuhan T T T T T I B T T B B B KPU Laut 1 (P. Masalembu besar) KPU Laut 2 Laut (P. Masalembu Besar) Alur '47,195"E '22,656"E 5 34'30,642"S '27,537"S 115 9'5,787"E '7,236"E 6 40'36,495"S '47,191"S '13,941"E '46,131"E 5 34'30,642"S '55,933"S Fishing Ground I B - - T B B T B B - - Pancing Fishing Ground I B - - B I B T T B - - Tangkul Potensi Perikanan Tangkap I B - - B B B T B B - - Sempadan Pantai - T I T T - T T I B T T Terumbu Karang B B - - T B T T I B - - Alur Pelayaran Keterangan/Koreksi : 1.Sempadan Pantai dan terumbu karang overlap dengan alur rencana pelayaran 2.Rencana alur pelayaran overlap dengan pertambangan (North east Madura I&II) Keterangan : Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya 1 Perikanan tangkap 7 Prasarana umum 2 Perikanan budidaya 8 Pembuangan limbah/sampah 3 Kehutanan 9 4 Pertanian 10 Wisata B T T T T I T T I B T T
16 5 Pertambangan 11 Permukiman 6 Alur laut 12 Industri Pengendalian : I : kegiatan utama dan kegiatan lainnya yang diperbolehkan karena bersesuaian B : kegiatan lain yang diperbolehkan dengan pembatasan karena masih bersesuaian T : kegiatan lain yang tidak diperbolehkan karena tidak bersesuaian
17 Tabel 8 Arahan Pemanfaatan Ruang Blad B5 Blad B5 Kawasan Rencana Penggunaan Pemanfaatan Umum Perikanan KPU Laut '11,745"E '45,843"E Tangkap I B - - B B B T B B '1,274"S '43,185"S B B I T T B B T I B B T Sempadan Laut '28,453"E '18,448"E 6 32'1,37"S '38,025"S Pantai Terumbu Karang - T I T T - T T I B T T B B - - T B T T I B - - Keterangan/Koreksi : 1.North Kangean-Exploration overlap dengan PPK,Sempadan Pantai dan Terumbu Karang 2.East Kangean-Exploration overlap dengan Terumbu Karang Keterangan : Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya 1 Perikanan tangkap 7 Prasarana umum 2 Perikanan budidaya 8 Pembuangan limbah/sampah 3 Kehutanan 9 4 Pertanian 10 Wisata 5 Pertambangan 11 Permukiman 6 Alur laut 12 Industri Pengendalian : I : kegiatan utama dan kegiatan lainnya yang diperbolehkan karena bersesuaian B : kegiatan lain yang diperbolehkan dengan pembatasan karena masih bersesuaian T : kegiatan lain yang tidak diperbolehkan karena tidak bersesuaian Bersyarat :
18 Kawasan Laut Kawasan konservasi laut mempunyai cirri khas tertentu sebagai suatu ekosistem yang dilindungi, dilestarikan dan dimanfaatkan secara berkelanjutan. Pemintakatan kawasan konservasi terdiri dari (a) kawasan preservasi, (b) kawasan konservasi, dan (c) kawasan pemanfaatan; dalam hal ini kawasan preservasi dan konservasi merupakan kawasan lindung, sedangkan kawasan pemanfaatan merupakan kawasan budidaya. 1. Kawasan Sempadan Pantai Sempadan pantai meliputi daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah laut, yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai. - Perikanan Budidaya 2. Terumbu Karang Dilarang mengadakan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas pantai, tanpa rekomendasi/izin yang berwenang Perikanan budidaya dapat dilakukan dengan izin dari gubernur berdasarkan analisis biotekniko-sosio-ekonomiko yaitu analisis faktor-faktor biologi, teknologi, sosial, dan ekonomi keberadaan budidaya perikanan Ekosistem terumbu karang pada perairan yang dangkal; untuk mencapai pertumbuhan maksimum memerlukan perirn yang jernih, dengan suhu perairan hangat, gerakan gelombang yang besar, dan sirkulasi air yang lancer dan terhindar dari proses sedimentasi. - Perikanan Tangkap Tidak boleh menggunakan bahan kimia, bahan peledak untuk melakukan penangkapan ikan di ekosistem terumbu karang Tidak boleh membuang sisa bahan bakar/minyak serta bahan yang menimbulkan pencemaran di ekosisem perairan ekosistem terumbu karang Batas operasi penangkapan ikan dtentukan minimal 500 meter dari lokasi terumbu karang - Perikanan Budidaya Perikanan budidaya dapat dilakukan dengan jarak tertentu ( 500 meter) dari lokasi ekosistem terumbu karang dengan izin gubernur dan/atau pejabat berwenang
19 berdasarkan analisis bio-tekniko-sosio-ekonomiko yaitu analisis faktor-faktor biologi, teknologi, sosial, dan ekonomi atas keberadaannya Perikanan budidaya yang sudah mendapat izin beroperasi dilarang membuang limbah pakan serta limbah budidaya lainnya ke perairan disekitarnya yang dapat berdampak terhadap pencemaran perairan
20 Tabel 9 Arahan Pemanfaatan Ruang Blad C1 Blad C1 Kawasan Rencana Penggunaan Pemanfaatan Umum Laut Daerah Ranjau B B T T B B B T I B T B KPU Laut '35,558"E '46,075"E 6 42'52,295"S '58,312"S Pemanfaatan Umum Darat KSNT KPU Darat KPU Daerah Ranjau '32,499"E '46,075"E 6 45'15,256"S '32,936"S '35,558"E '46,075"E 6 42'52,295"S '58,312"S Pertanian - B B I T - B T T B B B Hutan Produksi - B I B T - B T I B T T Permukiman - T T B T - B B T B I T Industri - T T T T - B B T B B I Tambak garam - I T T T - B T T T B B Pariwisata alam - T I B T - B T B I B T Pertambangan T T T T I T T T T B B B Pelabuhan khusus T T T T T I B T T T B B Pelabuhan perikanan T T T T T I B T T B B B Minapolitan - I B B T - B B T B B B Daerah latihan B B T T B B T B B B T B Alur Pipa Gas B T T T I B T T T T T T Keterangan/Koreksi : 1.Alur rencana pipa gas overlap dengan permukiman, industri dan kehutanan-produksi 2.Randugunting block-exploration dan jawa bagian timur area 3-production overlap dengan pemanfaatan umum darat. Keterangan : Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya 1 Perikanan tangkap 7 Prasarana umum 2 Perikanan budidaya 8 Pembuangan limbah/sampah 3 Kehutanan 9
21 4 Pertanian 10 Wisata 5 Pertambangan 11 Permukiman 6 Alur laut 12 Industri Pengendalian : I : kegiatan utama dan kegiatan lainnya yang diperbolehkan karena bersesuaian B : kegiatan lain yang diperbolehkan dengan pembatasan karena masih bersesuaian T : kegiatan lain yang tidak diperbolehkan karena tidak bersesuaian
22 Tabel 10 Arahan Pemanfaatan Ruang Blad C2 Blad C2 Kawasan Eksisting Rencana Penggunaan Pemanfaatan Umum Darat 1.Hutan Produksi Hutan Kawasan KPU Darat 1 (Kab. Tuban - Kab. Lamongan) KPU Darat 2 (Kab. Gresik- Kota Surabaya) KPU Darat 3 (Kab. Sidoarjo - Kab. Pasuruan) KPU Darat 4 (Kab. Bangkalan) Koordinat '51,884"E '44,291"E 6 45'50,827"S '9,208"S '32,109"E '44,075"E 6 50'8,307"S '45,932"S '34,333"E '52,553"E 7 20'33,184"S '40,164"S '22,14"E '40,376"E 6 53'5,512"S '57,383"S Pola ruang/arahan - B I B T - B T I B T T Produksi 2.Hutan Rakyat Hutan Rakyat - T I B B - B T I B T B 3.Pertanian Pertanian - B B I T - B T T B B B 4.Perkebunan Perkebunan - T I B T - B T I B B T 5.Permukiman Permukiman - T T B T - B B T B I T 6.Industri Industri - T T T T - B B T B B I 7.Tambak Tambak - I T B T - B T T B B B 8.Tambak Garam 9.Pariwisata Alam 10.Pariwisata Buatan Tambak Garam Pariwisata Alam Pariwisata Buatan dan Minat Khusus - I T T T - B T T T B B - T I B T - B T B I B T - T T T T - B B T I B T 11.Pertambangan Pertambangan T T T T I T T T T B B B 12. Pelabuhan Pelabuhan T T T T T I B T T B B B 13.Pelabuhan Pelabuhan T T T T T I B T T T B B khusus khusus 14.Pelabuhan Pelabuhan T T T T T I B T T B B B perikanan perikanan 15.Pipa Minyak Pipa Minyak T T T T B T B T I T B B dan Gas dan Gas 16. Minapolitan Minapolitan - I B B T - B B T B B B Pemanfaatan Umum Laut '51,121"E '38,805"E KPU Laut 6 42'51,26"S '18,134"S 17.Fishing Ground Tangkul 18.Fishing Ground Jaring Insang Menetap Fishing Ground Tangkul Fishing Ground Jaring Insang Menetap I B - - B I B T T B - - I B - - B I B T T B - -
23 Darat Darat 1 (Kab. Tuban, Kec. Palang) Darat 2 (Kab. Tuban, Kec. Palang) Darat 3 (Kab. Lamongan, Kec. Brondong) Darat 4 (Kab. Lamongan, Kec. Brondong) Darat 5 (Kab. Lamongan, Kec. Paciran) Darat 6 (Kab. Gresik, Kec Ujung Pangkah, Kec Sedayu, Kec Bungah, Kec Manyar) 112 9'7,249"E '41,846"E 6 57'48,39"S '11,03"S 112 9'48,277"E '5,371"E 6 58'54,827"S '4,849"S '15,83"E '47,745"E 6 52'19,838"S '55,285"S '54,762"E '26,536"E 6 55'28,538"S '59,42"S '13,675"E '51,412"E 6 51'50,172"S '7,966"S '20,497"E '8,111"E 6 50'7,691"S - 7 5'54,47"S Hutan Lindung Hutan Lindung Hutan Lindung 19.Fishing Ground Pukat Berkapal 20.Fishing Ground Jaring Insang Hanyut 21.Perikanan Tangkap Fishing Ground Pukat Berkapal Fishing Ground Jaring Insang Hanyut Perikanan Tangkap I B - - B I B T T B - - I B - - B I B T T B - - I B - - B B B T B B Daerah ranjau Daerah ranjau B B T T B B B T I B T B 23.Pelabuhan Pelabuhan T T T T T I B T T T T B khusus khusus 24.Pipa Minyak dan Gas Pipa Minyak dan Gas B B T T B I B T I T T B 25.PPK PPK B B I T T B B T I B B T I I T T - T T I B T T
24 Darat 7 (Kab. Gresik, Kec Kebomas - Kota Surabaya, Kec Benowo, Kec Asemrowo, Kec Krembangan, Kec Pabean Cantikan) Darat 8 (Kota Surabaya, Kec Kenjeran, Kec Bulak) Darat 9 (Kota Surabaya, Kec Mulyorejo, Kec Sukolilo, Kec Rungkut, Kec Gunung Anyar) Darat 10 (Kab. Sidoarjo, Kec Sedati, Kec Buduran) Darat 11 (Kab. Sidoarjo, Kec Sidoarjo, Kec Jabon) Darat 12 (Kab. Pasuruan, Kec Kraton) Darat 13 (Kab. Pasuruan, Kec Purworejo) Darat 14 (Kab. Pasuruan, Kec Rejoso, Kec Lekok) Darat 15 (Kab. Bangkalan, Kec Klampis) '28,132"E '17,935"E 7 11'39,002"S '50,058"S '12,055"E '11,936"E 7 11'45,074"S '15,555"S '13,554"E '45,134"E 7 15'13,468"S '29,879"S '10,705"E '26,778"E 7 20'6,197"S '44,475"S '33,49"E '21,19"E 7 28'51,664"S '43,599"S '5,051"E '35,537"E 7 35'0,582"S '59,169"S '32,981"E '5,594"E 7 37'39,834"S '47,859"S '6,549"E '47,409"E 7 37'45,822"S '20,78"S '57,455"E '59,424"E 6 53'25,717"S '54,814"S
25 Darat 16 (Kab. Bangkalan, Kec Arosbaya, Kec Bangkalan) Darat 17 (Kab. Bangkalan, Kec Socah) Darat 18 (Kab. Bangkalan, Kec Socah, Kec Kamal) Darat 19 (Kab. Bangkalan, Kec Kwayar) Darat 20 (Kab. Bangkalan, Kec Modung) Laut Laut 1 (Kab. Tuban) Laut 2 (Kab. Bangkalan) '46,481"E '14,365"E 6 56'53,498"S - 7 2'34,797"S '21,595"E '45,949"E 7 3'43,691"S - 7 4'43,154"S '31,112"E '51,814"E 7 5'50,445"S '11,307"S '35,279"E '18,274"E 7 9'49,031"S '33,051"S '4,174"E '44,016"E 7 11'1,053"S '57,721"S '20,075"E '3,714"E 6 44'52,934"S '54,341"S '21,898"E '39,724"E 6 51'20,011"S - 7 0'10,431"S 27.Sempadan Pantai 28.Terumbu Karang Sempadan Pantai Terumbu Karang - T I T T - T T I B T T B B - - T B T T I B - - KSNT 29.Daerah Daerah B B T T B B T B B B T B Latihan Latihan KSP 30.LIS LIS - T T T T - B B T T B I 31.Kawasan Kaki Kaki I B T I T I I B I I I I Jembatan Suramadu Suramadu 32.SIER SIER - T T T T - B B T T B I Alur 33.Pipa Minyak Pipa Minyak B B T T B I B T I T T B dan Gas 34. Alur Pelayaran dan Gas Alur pelayaran T T T T T I T T I B T T
26 Keterangan/Koreksi : 1. Daerah terlarang overlap dengan alur pelayaran, kabel laut dan pipa minyak dan gas eksisting 2. Terumbu karang overlap dengan daerah latihan militer Keterangan : Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya 1 Perikanan tangkap 7 Prasarana umum 2 Perikanan budidaya 8 Pembuangan limbah/sampah 3 Kehutanan 9 4 Pertanian 10 Wisata 5 Pertambangan 11 Permukiman 6 Alur laut 12 Industri Pengendalian : I : kegiatan utama dan kegiatan lainnya yang diperbolehkan karena bersesuaian B : kegiatan lain yang diperbolehkan dengan pembatasan karena masih bersesuaian T : kegiatan lain yang tidak diperbolehkan karena tidak bersesuaian
27 Tabel 11 Arahan Pemanfaatan Ruang Blad C3 Blad C3 Kawasan Rencana Penggunaan Pemanfaatan Umum Darat BLAD C3 Kawasan KPU Darat 1 (Kab. Bangkalan - Kab. Sampang - Kab. Pamekasan - Kab. Sumenep) KPU Darat 2 (Kab. Pasuruan - Kab. Probolinggo - Kota Probolinggo - Kab. Situbondo) Koordinat '41,982"E '38,723"E 6 51'56,418"S '19,225"S '41,982"E '38,723"E 7 36'23,317"S '58,518"S Hutan Produksi - B I B T - B T I B T T Hutan Rakyat - T I B B - B T I B T B Pertanian - B B I T - B T T B B B Perkebunan - T I B T - B T I B B T Permukiman - T T B T - B B T B I T Industri - T T T T - B B T B B I Tambak - I T B T - B T T B B B Tambak Garam - I T T T - B T T T B B Pariwisata Alam - T I B T - B T B I B T Pariwisata Buatan - T T T T - B B T I B T Minapolitan - I B B T - B B T B B B Pelabuhan T T T T T I B T B B B B Pelabuhan T T T T T I B T T T B B khusus Pelabuhan perikanan T T T T T I B T T B B B Pipa Minyak dan Gas T T T T B T B T I T B B Pemanfaatan Umum Laut KPU Laut 1 (Kab. Bangkalan - Kab '41,982"E - Sampang - Kab '38,723"E Pamekasan - Kab. 6 42'39,836"S - Sumenep) 7 29'20,695"S KPU Laut 2 (Kab. Pasuruan - Kab. Probolinggo - Kota '41,982"E '38,723"E 7 25'54,166"S - Fishing Ground Jaring Lingkar Bertali Kerut Fishing Ground Pancing Fishing Ground I B - - B I B T T B - - I B - - T B B T B B - - I B - - B I B T T B - -
28 Probolinggo - Kab. Situbondo) Darat Darat 1 (Kab. Bangkalan, Kec Tanjung Bumi) Darat 2 (Kab. Sumenep, Kec Gapuro) Darat 3 (Kab. Sumenep, Kec Kalianget) Darat 4 (Kab. Sumenep, Kec Pragan) Darat 5 (Kab. Pamekasan, Kec Galis, Kec Larangan) Darat 6 (Kab. Pamekasan, Kec Tlanakan, Kec Pademawu) 7 46'53,519"S '49,798"E '38,315"E 6 52'50,619"S '26,172"S '36,067"E '10,704"E 7 0'43,433"S - 7 2'19,57"S '36,578"E '20,136"E 7 2'50,073"S - 7 5'38,374"S '41,356"E '11,206"E 7 6'49,383"S - 7 7'47,463"S '15,761"E '4,961"E 7 8'48,642"S '53,894"S '13,728"E '0,194"E 7 13'18,637"S '21,791"S Konsevasi Konsevasi Konsevasi Konsevasi Konsevasi Konsevasi Tangkul Fishing Ground Pukat Berkapal I B - - B I B T T B - - Daerah Ranjau B B T T B B B T I B T B Perikanan Tangkap I B - - B B B T B B - - Perikanan Budidaya B I - - T B B T I B - - Pertambanga n B T T T I B B T I B T B Pelabuhan khusus T T T T T I B T T T T B Pipa Minyak dan Gas B B T T B I B T I T T B Hutan Lindung - - I T T - T T I B T T Taman Nasional - - I T T - T T I B T T PPK B B I T T B B T I B B T - I I T T - T T I B T T
29 Darat 7 (Kab. Sampang, Kec Complang) Darat 8 (Kab. Sampang, Kec Sampang) Darat 9 (Kab. Sampang, Kec Torjun) Darat 10 (Kab. Bangkalan, Kec Modung) Darat 11 (Kab. Probolinggo, Kec Tongas, Kec Sumber Asih, Kec Kademangan, Kec Mayangan, Kec Dringu, Kec Gending, Kec Pajarakan, Kec Kraksaan) Darat 12 (Kab. Situbondo, Kec Banyulugur) Darat 13 (Kab. Situbondo, Kec Banyulugur) Darat 14 (Kab. Situbondo, Kec Suboh) Darat 15 (Kab. Situbondo, Kec Mandingan, Kec Bangutan, Kec Kendit, Kec Panarukan) '15,906"E '1,77"E 7 12'53,755"S '31,645"S '14,833"E '1,892"E 7 13'17,73"S '31,961"S 113 8'36,89"E '9,249"E 7 12'18,802"S '14,29"S '48,732"E '58,767"S 7 11'58,732"S '7,553"S 113 7'19,43"E '35,463"E 7 43'22,953"S '13,533"S '37,594"E '40,888"E 7 43'29,031"S '38,358"S '19,016"E '44,235"E 7 44'18,886"S '56,643"S '53,804"E '7,927"E 7 42'46,786"S '2,315"S '41,187"E '45,51"E 7 41'5,607"S '47,963"S Konsevasi Konsevasi Konsevasi Konsevasi Konsevasi Konsevasi Htuan Lindung Konsevasi
30 Darat 16 (Kab. Situbondo, Kec Panarukan) Darat 17 (Kab. Situbondo, Kec Mangaran) Darat 18 (Kab. Situbondo, Kec Arjasa) Laut Laut 1 (Kab. Bangkalan, Kec Sepulu, Kec Tanjung Bumi - Kab. Sampang, Kec Banyuates) Laut 2 (Kab Sumenep, Kec Pragan, Kec Bluto, Kec Saronggi, Kec Kalianget, Kec Gapuro, Dungkek, P. Puteran, P. Genteng) Laut 3 (Kab. Sumenep) Laut 4 (Giligilingan) Laut 5 (Kab. Pamekasan, Kec Pademawu, Kec Galis) '24,936"E '59,341"E 7 40'40,393"S '5,087"S 114 1'11,796"E '21,423"E 7 36'21,693"S '35,903"S 114 4'53,853"E '45,844"E 7 49'18,297"S '59,277"S '33,5"E '47,176"E 6 51'10,551"S '41,685"S '54,466"E '31,574"E 6 56'43,921"S '19,331"S 114 1'32,42"E '3,433"E 7 10'30,781"S '29,776"S '44,971"E '2,022"E 7 11'31,522"S '49,486"S '57,011"E '35,107"E 7 10'6,944"S '43,442"S Konsevasi Konsevasi Hutan Lindung Sempadan Pantai Terumbu Karang - T I T T - T T I B T T B B - - T B T T I B - -
31 Laut 6 (Kab. Sampang, Kec Complang - Kab. Pamekasan, Kec Tlanakan) Laut 7 (Kab. Bangkalan, Kec Modung - Kab. Sampang, Kec Sreseh) Laut 8 (P. Kambing) Laut 9 Laut 10 (P. Katapang) Laut 11 (Kab. Situbondo, Kec Banyulugur, Kec Besuki) Laut 12 (Kab. Situbondo, Kec Suboh, Kec Mandingan) Laut 13 (Kab. Situbondo, Kec Bangutan, Kec Kendit, Kec Panarukan) Laut 14 (Kab. Situbondo, Kec Panarukan) '1,186"E '3,026"E 7 12'56,217"S '4,897"S '55,286"E '10,939"E 7 12'7,644"S '17,226"S '52,706"E '29,839"E 7 17'45,67"S '54,973"S '30,389"E '41,233"E 7 19'54,363"S '39,695"S '30,291"E '52,385"E 7 39'36,683"S '22,926"S '49,143"E '0,931"E 7 40'41,408"S '15,584"S '9,402"E '5,945"E 7 42'21,88"S '19,764"S '15,892"E '44,929"E 7 38'15,036"S '14,568"S '4,426"E '14,234"E 7 37'27,633"S '42,573"S 114 1'0,144"E '13,824"E 7 35'14,825"S '58,886"S Laut 15 (Kab. Situbondo, Kec Mangaran) KSNT Daerah B B T T B B T B B B T B
32 Latihan Daerah Terlarang T T T T T T T T T T T T Alur Pelayaran B T T T T I T T I B T T Pipa Air Bersih B B T T T I B T I B T T Keterangan/Koreksi : 1. Daerah latihan overlap dengan kegiatan pertambangan 2. Daerah ranjau dengan kegiatan pertambangan overlap 3. Daerah terumbukarang dengan pertambangan overlap 4. Daerah mangrove dengan pertambangan overlap Keterangan : Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya 1 Perikanan tangkap 7 Prasarana umum 2 Perikanan budidaya 8 Pembuangan limbah/sampah 3 Kehutanan 9 4 Pertanian 10 Wisata 5 Pertambangan 11 Permukiman 6 Alur laut 12 Industri Pengendalian : I : kegiatan utama dan kegiatan lainnya yang diperbolehkan karena bersesuaian B : kegiatan lain yang diperbolehkan dengan pembatasan karena masih bersesuaian T : kegiatan lain yang tidak diperbolehkan karena tidak bersesuaian Pipa Minyak dan Gas B B T T B I B T I T T T
33 Tabel 12 Arahan Pemanfaatan Ruang Blad C4 Blad C4 Kawasan Rencana Penggunaan Pemanfatan Umum Darat Hutan KPU Darat 1 (Kab Sumenep, P. Sapudi) KPU Darat 2 (Kab Sumenep, P. Raas) KPU Darat 3 (Kab. Sumenep, P. Kangean) KPU Darat 4 (Kab. Situbondo) Pemanfaatan Umum Laut KPU Laut 1 (Kab Sumenep, P. Sapudi, P. Raas) KPU Laut 2 (Kab. Sumenep, P. Kangean) KPU Laut 3 (Kab. Situbondo) Darat Darat 1 (Kab. Sumenep, P. Raas) '32,267"E '6,607"E 7 3'26,24"S '58,025"S '55,536"E '13,959"E 7 6'41,928"S - 7 9'23,359"S '33,555"E '13,433"E 6 50'23,952"S '34,187"S 114 6'56,403"E '27,281"E 7 41'59,132"S '53,273"S 114 6'36,333"E '13,978"E 6 45'4,226"S '46,709"S 115 0'23,927"E '19,056"E 6 41'49,467"S '1,95"S 114 6'36,333"E '11,783"E 7 27'5,404"S '45,966"S '55,332"E '14,693"E 7 8'29,992"S - - B I B T - B T I B T T Produksi Hutan Rakyat - T I B B - B T I B T B Pertanian - B B I T - B T T B B B Perkebunan - T I B T - B T I B B T Permukiman - T T B T - B B T B I T Tambak - I T B T - B T T B B B Pariwisata - T I B T - B T B I B T Alam Pertambangan T T T T I T T T T B B B Pelabuhan T T T T T I B T B B B B Pelabuhan T T T T T I B T T T B B khusus Pelabuhan perikanan T T T T T I B T T B B B Fishing Ground I B - - B I B T B B - - Kangean Fishing Ground I B - - T B B T B B - - Pancing Perikanan Tangkap I B - - B B B T B B - - Budidaya Laut B I - - T B B T I B - - Pipa Minyak dan Gas B B T T B I B T I T T B Pertambangan B B T T I B T T B T T B Daerah Ranjau B B T T B B B T I B T B Hutan Lindung - - I T T - T T I B T T Taman Nasional - - I T T - T T I B T T - I I T T - T T I B T T
34 7 9'38,582"S PPK Darat 2 (Kab. Sumenep, P. Raas) Darat 3 (Kab. Sumenep, P. Kangean) Darat 4 (Kab. Situbondo, Kec Banyuputih) Darat 5 (Kab. Situbondo, Kec Banyuputih) Darat 6 (Kab. Situbondo, Kec Banyuputih) Darat 7 (Kab. Situbondo, Kec Jangkar) Darat 8 (Kab. Situbondo, Kec Jangkar) Darat 9 (Kab. Situbondo, Kec Jangkar) Darat 10 (Kab. Situbondo, Kec Widuri) '29,52"E '7,814"E 7 7'11,047"S - 7 8'8,678"S '3,328"E '15,52"E 6 53'42,802"S '58,989"S '0,821"E '34,231"E 7 44'55,016"S '33,384"S '15,353"E '44,931"E 7 47'12,261"S '48,75"S '10,406"E '32,404"E 7 45'18,535"S '48,75"S 114 7'34,944"E '59,409"E 7 49'9,528"S '42,882"S 114 8'34,162"E '48,55"E 7 49'3,87"S '17,784"S 114 9'23,487"E '47,205"E 7 49'3,466"S '56,89"S '21,858"E '8,945"E 7 49'10,158"S '56,954"S Taman Nasional Hutan Lindung Hutan Lindung Hutan Lindung Hutan Lindung B B I T T B B T I B B T
35 Darat 11 (Kab. Situbondo, Kec Widuri) Laut Laut 1 (Kab. Sumenep, Kec Dungkek, P. Giliyang) Laut 2 (Kab. Sumenep, P. Sapudi, P. Raas, P. Palayang, P. Bulumanuk, P. Ayer, P. Goadaya) Laut 3 Laut 4 Laut 5 Laut 6 Laut '52,447"E '26,53"E 7 49'1,103"S '56,597"S 114 6'35,989"E '55,202"E 6 56'20,299"S - 7 1'12,537"S '56,14"E '28,56"E 6 55'56,394"S '48,983"S '46,318"E '15,074"E 6 51'43,885"S '19,044"S 114 8'23,433"E '33,28"E 7 5'3,702"S - 7 7'9,205"S '53,024"E '23,098"E 7 15'42,09"S '20,229"S 115 0'26,287"E '30,886"E 7 0'43,199"S - 7 4'27,933"S 115 9'53,83"E '8,749"E 6 47'22,844"S '57,062"S 114 6'53,926"E '22,164"E 7 41'20,205"S '50,51"S Hutan Lindung Sempadan Pantai Terumbu karang - T I T T - T T I B T T B B - - T B T T I B - - Laut 8 KSNT Daerah latihan B B T T B B T B B B T B ALUR Pipa Minyak dan Gas B B T T B I B T I T T B Alur pelayaran B T T T T I T T I B T T
36 Keterangan/Koreksi : 1.Pertambangan di darat overlap dengan pemanfaatan umum dan konservasi 2.Daerah latihan militer overlap dengan pertambangan yang di laut Keterangan : Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya 1 Perikanan tangkap 7 Prasarana umum 2 Perikanan budidaya 8 Pembuangan limbah/sampah 3 Kehutanan 9 4 Pertanian 10 Wisata 5 Pertambangan 11 Permukiman 6 Alur laut 12 Industri Pengendalian : I : kegiatan utama dan kegiatan lainnya yang diperbolehkan karena bersesuaian B : kegiatan lain yang diperbolehkan dengan pembatasan karena masih bersesuaian T : kegiatan lain yang tidak diperbolehkan karena tidak bersesuaian Blad C4 Kawasan Rencana Penggunaan Pemanfatan Umum Darat Hutan '32,267"E - Produksi - B I B T - B T I B T T '6,607"E Hutan Rakyat - T I B B - B T I B T B KPU Darat 1 (Kab Sumenep, P. 7 3'26,24"S - Pertanian - B B I T - B T T B B B Sapudi) 7 10'58,025"S Perkebunan - T I B T - B T I B B T Permukiman - T T B T - B B T B I T KPU Darat 2 (Kab Sumenep, P. Raas) Tambak Pariwisata - I T B T - B T T B B B KPU Darat 3 (Kab. Sumenep, P. Kangean) '55,536"E '13,959"E 7 6'41,928"S - 7 9'23,359"S '33,555"E '13,433"E 6 50'23,952"S '34,187"S - T I B T - B T B I B T Alam Pertambangan T T T T I T T T T B B B Pelabuhan T T T T T I B T B B B B Pelabuhan khusus T T T T T I B T T T B B
37 KPU Darat 4 (Kab. Situbondo) Pemanfaatan Umum Laut KPU Laut 1 (Kab Sumenep, P. Sapudi, P. Raas) KPU Laut 2 (Kab. Sumenep, P. Kangean) KPU Laut 3 (Kab. Situbondo) Darat Darat 1 (Kab. Sumenep, P. Raas) Darat 2 (Kab. Sumenep, P. Raas) Darat 3 (Kab. Sumenep, P. Kangean) Darat 4 (Kab. Situbondo, Kec Banyuputih) Darat 5 (Kab. Situbondo, Kec Banyuputih) Darat 6 (Kab. Situbondo, Kec 114 6'56,403"E '27,281"E 7 41'59,132"S '53,273"S 114 6'36,333"E '13,978"E 6 45'4,226"S '46,709"S 115 0'23,927"E '19,056"E 6 41'49,467"S '1,95"S 114 6'36,333"E '11,783"E 7 27'5,404"S '45,966"S '55,332"E '14,693"E 7 8'29,992"S - 7 9'38,582"S '29,52"E '7,814"E 7 7'11,047"S - 7 8'8,678"S '3,328"E '15,52"E 6 53'42,802"S '58,989"S '0,821"E '34,231"E 7 44'55,016"S '33,384"S '15,353"E '44,931"E 7 47'12,261"S '48,75"S '10,406"E '32,404"E Taman Nasional Pelabuhan perikanan T T T T T I B T T B B B Fishing Ground I B - - B I B T B B - - Kangean Fishing Ground I B - - T B B T B B - - Pancing Perikanan Tangkap I B - - B B B T B B - - Budidaya Laut B I - - T B B T I B - - Pipa Minyak dan Gas B B T T B I B T I T T B Pertambangan B B T T I B T T B T T B Daerah Ranjau B B T T B B B T I B T B Hutan Lindung - - I T T - T T I B T T Taman Nasional - - I T T - T T I B T T - I I T T - T T I B T T PPK B B I T T B B T I B B T
38 Banyuputih) 7 45'18,535"S '48,75"S Darat 7 (Kab. Situbondo, Kec Jangkar) Darat 8 (Kab. Situbondo, Kec Jangkar) Darat 9 (Kab. Situbondo, Kec Jangkar) Darat 10 (Kab. Situbondo, Kec Widuri) Darat 11 (Kab. Situbondo, Kec Widuri) Laut Laut 1 (Kab. Sumenep, Kec Dungkek, P. Giliyang) Laut 2 (Kab. Sumenep, P. Sapudi, P. Raas, P. Palayang, P. Bulumanuk, P. Ayer, P. Goadaya) Laut 3 Laut 4 Laut '34,944"E '59,409"E 7 49'9,528"S '42,882"S 114 8'34,162"E '48,55"E 7 49'3,87"S '17,784"S 114 9'23,487"E '47,205"E 7 49'3,466"S '56,89"S '21,858"E '8,945"E 7 49'10,158"S '56,954"S '52,447"E '26,53"E 7 49'1,103"S '56,597"S 114 6'35,989"E '55,202"E 6 56'20,299"S - 7 1'12,537"S '56,14"E '28,56"E 6 55'56,394"S '48,983"S '46,318"E '15,074"E 6 51'43,885"S '19,044"S 114 8'23,433"E '33,28"E 7 5'3,702"S - 7 7'9,205"S '53,024"E '23,098"E Hutan Lindung Hutan Lindung Hutan Lindung Hutan Lindung Hutan Lindung Sempadan Pantai Terumbu karang - T I T T - T T I B T T B B - - T B T T I B - -
39 7 15'42,09"S '20,229"S 115 0'26,287"E '30,886"E 7 0'43,199"S - Laut 6 7 4'27,933"S 115 9'53,83"E '8,749"E 6 47'22,844"S - Laut '57,062"S 114 6'53,926"E '22,164"E 7 41'20,205"S - Laut '50,51"S KSNT Daerah latihan B B T T B B T B B B T B ALUR Pipa Minyak B B T T B I B T I T T B dan Gas Keterangan/Koreksi : 1.Pertambangan di darat overlap dengan pemanfaatan umum dan konservasi 2.Daerah latihan militer overlap dengan pertambangan yang di laut Alur pelayaran B T T T T I T T I B T T Keterangan : Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya 1 Perikanan tangkap 7 Prasarana umum 2 Perikanan budidaya 8 Pembuangan limbah/sampah 3 Kehutanan 9 4 Pertanian 10 Wisata 5 Pertambangan 11 Permukiman 6 Alur laut 12 Industri Pengendalian : I : kegiatan utama dan kegiatan lainnya yang diperbolehkan karena bersesuaian B : kegiatan lain yang diperbolehkan dengan pembatasan karena masih bersesuaian T : kegiatan lain yang tidak diperbolehkan karena tidak bersesuaian
40 Blad C4 Kawasan Rencana Penggunaan Pemanfatan Umum Darat Hutan '32,267"E - Produksi - B I B T - B T I B T T '6,607"E Hutan Rakyat - T I B B - B T I B T B KPU Darat 1 (Kab Sumenep, P. 7 3'26,24"S - Pertanian - B B I T - B T T B B B Sapudi) 7 10'58,025"S Perkebunan - T I B T - B T I B B T Permukiman - T T B T - B B T B I T KPU Darat 2 (Kab Sumenep, P. Raas) Tambak Pariwisata - I T B T - B T T B B B KPU Darat 3 (Kab. Sumenep, P. Kangean) KPU Darat 4 (Kab. Situbondo) Pemanfaatan Umum Laut KPU Laut 1 (Kab Sumenep, P. Sapudi, P. Raas) KPU Laut 2 (Kab. Sumenep, P. Kangean) KPU Laut 3 (Kab. Situbondo) Darat Darat 1 (Kab. Sumenep, P. Raas) '55,536"E '13,959"E 7 6'41,928"S - 7 9'23,359"S '33,555"E '13,433"E 6 50'23,952"S '34,187"S 114 6'56,403"E '27,281"E 7 41'59,132"S '53,273"S 114 6'36,333"E '13,978"E 6 45'4,226"S '46,709"S 115 0'23,927"E '19,056"E 6 41'49,467"S '1,95"S 114 6'36,333"E '11,783"E 7 27'5,404"S '45,966"S '55,332"E '14,693"E 7 8'29,992"S - 7 9'38,582"S - T I B T - B T B I B T Alam Pertambangan T T T T I T T T T B B B Pelabuhan T T T T T I B T B B B B Pelabuhan T T T T T I B T T T B B khusus Pelabuhan perikanan T T T T T I B T T B B B Fishing Ground I B - - B I B T B B - - Kangean Fishing Ground I B - - T B B T B B - - Pancing Perikanan Tangkap I B - - B B B T B B - - Budidaya Laut B I - - T B B T I B - - Pipa Minyak dan Gas B B T T B I B T I T T B Pertambangan B B T T I B T T B T T B Daerah Ranjau B B T T B B B T I B T B Hutan Lindung - - I T T - T T I B T T Taman Nasional - - I T T - T T I B T T - I I T T - T T I B T T PPK B B I T T B B T I B B T
41 Darat 2 (Kab. Sumenep, P. Raas) Darat 3 (Kab. Sumenep, P. Kangean) Darat 4 (Kab. Situbondo, Kec Banyuputih) Darat 5 (Kab. Situbondo, Kec Banyuputih) Darat 6 (Kab. Situbondo, Kec Banyuputih) Darat 7 (Kab. Situbondo, Kec Jangkar) Darat 8 (Kab. Situbondo, Kec Jangkar) Darat 9 (Kab. Situbondo, Kec Jangkar) Darat 10 (Kab. Situbondo, Kec Widuri) Darat 11 (Kab. Situbondo, Kec Widuri) '29,52"E '7,814"E 7 7'11,047"S - 7 8'8,678"S '3,328"E '15,52"E 6 53'42,802"S '58,989"S '0,821"E '34,231"E 7 44'55,016"S '33,384"S '15,353"E '44,931"E 7 47'12,261"S '48,75"S '10,406"E '32,404"E 7 45'18,535"S '48,75"S 114 7'34,944"E '59,409"E 7 49'9,528"S '42,882"S 114 8'34,162"E '48,55"E 7 49'3,87"S '17,784"S 114 9'23,487"E '47,205"E 7 49'3,466"S '56,89"S '21,858"E '8,945"E 7 49'10,158"S '56,954"S '52,447"E '26,53"E 7 49'1,103"S '56,597"S Taman Nasional Hutan Lindung Hutan Lindung Hutan Lindung Hutan Lindung Hutan Lindung Laut Sempadan - T I T T - T T I B T T
42 Laut 1 (Kab. Sumenep, Kec Dungkek, P. Giliyang) Laut 2 (Kab. Sumenep, P. Sapudi, P. Raas, P. Palayang, P. Bulumanuk, P. Ayer, P. Goadaya) Laut 3 Laut 4 Laut 5 Laut 6 Laut '35,989"E '55,202"E 6 56'20,299"S - 7 1'12,537"S '56,14"E '28,56"E 6 55'56,394"S '48,983"S '46,318"E '15,074"E 6 51'43,885"S '19,044"S 114 8'23,433"E '33,28"E 7 5'3,702"S - 7 7'9,205"S '53,024"E '23,098"E 7 15'42,09"S '20,229"S 115 0'26,287"E '30,886"E 7 0'43,199"S - 7 4'27,933"S 115 9'53,83"E '8,749"E 6 47'22,844"S '57,062"S 114 6'53,926"E '22,164"E 7 41'20,205"S '50,51"S Pantai Terumbu karang B B - - T B T T I B - - Laut 8 KSNT Daerah latihan B B T T B B T B B B T B ALUR Pipa Minyak dan Gas B B T T B I B T I T T B Alur pelayaran B T T T T I T T I B T T Keterangan/Koreksi : 1.Pertambangan di darat overlap dengan pemanfaatan umum dan konservasi 2.Daerah latihan militer overlap dengan pertambangan yang di laut
43 Keterangan : Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya 1 Perikanan tangkap 7 Prasarana umum 2 Perikanan budidaya 8 Pembuangan limbah/sampah 3 Kehutanan 9 4 Pertanian 10 Wisata 5 Pertambangan 11 Permukiman 6 Alur laut 12 Industri Pengendalian : I : kegiatan utama dan kegiatan lainnya yang diperbolehkan karena bersesuaian B : kegiatan lain yang diperbolehkan dengan pembatasan karena masih bersesuaian T : kegiatan lain yang tidak diperbolehkan karena tidak bersesuaian
44 Tabel 13 Arahan Pemanfaatan Ruang Blas C5 Blad C5 Kawasan Rencana Penggunaan Pemanfaatan Umum Darat Hutan KPU Darat 1 (Kab '12,514"E - Produksi - B I B T - B T I B T T Sumenep, P. Kangean, '1,488"E Pertanian - B B I T - B T T B B B P. Sepeken, P. Saubi, P. 6 50'21,092"S - Permukiman - T T B T - B B T B I T Sabunten, P. Sapankur) 7 3'0,987"S Tambak - I T B T - B T T B B B '39,165"E- Pertambangan T T T T I T T T T B B B KPU Darat 2 (P '20,251"E Sepanjang) 7 5'41,918"S - Pelabuhan T T T T T I B T B B B B 7 11'4,083"S Pelabuhan T T T T T I B T T T B B khusus Pelabuhan T T T T T I B T T B B B Pemanfaatan Umum Laut '12,514"E '56,186"E KPU Laut 6 41'48,048"S '32,621"S Darat Darat () Laut Laut '12,514"E '9,005"E 6 50'18,371"S - 7 8'59,625"S '43,579"E '0,294"E perikanan Fishing Ground Kangean I B - - B I B T B B - - Perikanan Tangkap I B - - B B B T B B - - Perikanan Budidaya B I - - T B B T I B - - Pertambangan B B T T I B T T B T T B Pelabuhan khusus T T T T T I B T T T T B Pipa Minyak dan Gas B B T T B I B T I T T B PPK B B I T T B B T I B B T - I I T T - T T I B T T Sempadan Pantai - T I T T - T T I B T T Terumbu Karang B B - - T B T T I B - -
45 6 47'42,187"S '16,088" '28,647"E - Laut '57,006"E 6 50'2,123"S '29,745"S '50,821"E - Laut '29,308"E 6 44'32,989"S '9,844"S '15,527"E - Laut '25,524"E 6 41'42,214"S '38,479"S '10,713"E - Laut '35,737"E 6 44'1,918"S '7,279"S Alur Migrasi Biota I B T T B I T T I B T T Pipa Minyak dan Gas B B T T B I B T I T T B Alur pelayaran B T T T T I T T I B T T Keterangan/Koreksi : 1.Pertambagan overlap dengan alur migrasi, konservasi perairan, budidaya laut, terumbu karang dan potensi perikanan tangkap Keterangan : Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya 1 Perikanan tangkap 7 Prasarana umum 2 Perikanan budidaya 8 Pembuangan limbah/sampah 3 Kehutanan 9 4 Pertanian 10 Wisata 5 Pertambangan 11 Permukiman 6 Alur laut 12 Industri
46 Pengendalian : I : kegiatan utama dan kegiatan lainnya yang diperbolehkan karena bersesuaian B : kegiatan lain yang diperbolehkan dengan pembatasan karena masih bersesuaian T : kegiatan lain yang tidak diperbolehkan karena tidak bersesuaian
III. INDIKASI PEMANFAATAN ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI LIMA TAHUNAN
III. INDIKASI PEMANFAATAN ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROINSI LIMA TAHUNAN No Program Utama Lokasi Instansi Pelaksana Sumber A Program Utama Pengembangan Wilayah 1 Pengembangan kerjasama
Lebih terperinciMENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinci- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG
- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN 2012 2032 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir bukan merupakan pemisah antara perairan lautan dengan daratan, melainkan tempat bertemunya daratan dan perairan lautan, dimana didarat masih dipengaruhi oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Menurut Suprihayono (2007) wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan laut,
Lebih terperinciPEMETAAN KERUSAKAN MANGROVE DI MADURA DENGAN MEMANFAATKAN CITRA DARI GOOGLE EARTH DAN CITRA LDCM
PEMETAAN KERUSAKAN MANGROVE DI MADURA DENGAN MEMANFAATKAN CITRA DARI GOOGLE EARTH DAN CITRA LDCM Oleh : Firman Farid Muhsoni, S.Pi., M.Sc Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura email
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/PERMEN-KP/2016 TENTANG PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM
PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL SUKANDAR, IR, MP, IPM (081334773989/cak.kdr@gmail.com) Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Sebagai DaerahPeralihan antara Daratan dan Laut 12 mil laut
Lebih terperinciBUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinci3 DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN
38 3 DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN 3.1 Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kabupaten Situbondo merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang dikenal dengan daerah wisata pantai Pasir Putih dan cagar
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
No.573, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. Pertanahan. Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Penataan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM,
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang : a. bahwa pantai merupakan garis pertemuan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.121, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SERBAGITA. Kawasan Perkotaan. Tata Ruang. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN
Lebih terperinciTitiek Suparwati Kepala Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial. Disampaikan dalam Workshop Nasional Akselerasi RZWP3K
Titiek Suparwati Kepala Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial Disampaikan dalam Workshop Nasional Akselerasi RZWP3K Latar Belakang Dasar Hukum Pengertian Peran BIG dalam Penyusunan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia dan hidup serta tumbuh berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN
Lebih terperinciAnalisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya
1 Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya PENDAHULUAN Wilayah pesisir merupakan ruang pertemuan antara daratan dan lautan, karenanya wilayah ini merupakan suatu
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON
BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR? TAHUN 2016 SERI E. 2 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN SEMPADAN PANTAI DI KABUPATEN CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB V RENCANA PROGRAM DAN PRIORITAS DAERAH
BAB V RENCANA PROGRAM DAN PRIORITAS DAERAH 5.1. Prioritasdan Arah Kebijakan RKPD Tahun 2013 5.1.1. Prioritas dan Arah Kebijakan Spasial Arah kebijakan spasial akan berintegrasi dengan kebijakan sektoral
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar didunia yang memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang ± 81.000 km dan luas sekitar 3,1 juta km 2.
Lebih terperinciKeterkaitan Rencana Strategis Pesisir dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Timur
P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR Keterkaitan Rencana Strategis Pesisir dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Timur Oleh: Ir. Suprihanto, CES (Kepala BAPPEDA Kab. Kutai Timur)
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 109 TAHUN 2016
3 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan
BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 17.000 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km atau dua kali keliling bumi melalui khatulistiwa.
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KABUPATEN SINJAI TAHUN
- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KABUPATEN SINJAI TAHUN 2012-2032 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,
Lebih terperinciPemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Kupang adalah salah satu kabupaten dengan ekosistem kepulauan. Wilayah ini terdiri dari 27 pulau dimana diantaranya masih terdapat 8 pulau yang belum memiliki
Lebih terperinci3. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
3. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Pemikiran Pembangunan pulau kecil menjadi kasus khusus disebabkan keterbatasan yang dimilikinya seperti sumberdaya alam, ekonomi dan kebudayaannya. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi
Lebih terperinciRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi
Lebih terperinciBAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN
BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,
Lebih terperinciSTRATEGI DAN PROGRAM STRATEGIS PADA KAWASAN ASSET NEGARA 1.1
PADA KAWASAN ASSET NEGARA 1.1 PADA KAWASAN SEMPADAN SUNGAI DAN REL KERETA API 1.2 PADA KAWASAN YANG PERLU DIPELIHARA KEBERADAANNYA 1.3 PADA KAWASAN YANG PERLU DIPELIHARA KEBERADAANNYA 1.3 PADA KAWASAN
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penentuan karakteristik
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;
Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI
Lebih terperinciSidang Akhir Tugas Akhir
Sidang Akhir Tugas Akhir Aji Muda Casaka Laboratorium E-Bisnis Jurusan Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Dosen Pembimbing: Faizal Johan Atletiko, S.Kom,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Kawasan pesisir merupakan ekosistem yang kompleks dan mempunyai nilai sumberdaya alam yang tinggi.
Lebih terperincidan (3) pemanfaatan berkelanjutan. Keharmonisan spasial mensyaratkan bahwa dalam suatu wilayah pembangunan, hendaknya tidak seluruhnya diperuntukkan
KERANGKA PEMIKIRAN Dasar teori yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada konsep pembangunan berkelanjutan, yaitu konsep pengelolaan dan konservasi berbasis sumberdaya alam serta orientasi perubahan
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENCADANGAN KAWASAN TERUMBU KARANG PASIR PUTIH SEBAGAI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO, Menimbang
Lebih terperinciKeputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung
Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciBAB I. Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari
BAB I BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari 95.181 km. Sehingga merupakan negara dengan pantai terpanjang nomor empat di dunia setelah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau
I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yakni 3,2 juta ha (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau besar mulai dari Sumatera,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laut Indonesia sudah sejak lama didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia terutama pemanfaatan sumberdaya hayati seperti ikan maupun sumberdaya non hayati
Lebih terperinciPENGAMANAN PANTAI DI WILAYAH PROVINSI BANTEN Oleh:
PENGAMANAN PANTAI DI WILAYAH PROVINSI BANTEN Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Sesuai dengan undangundang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, kewenangan pengelolaan bangunan pengaman pantai diberikan
Lebih terperinciBAB III ISU STRATEGIS
BAB III ISU STRATEGIS Berdasar kajian kondisi dan situasi Pengelolaan Lingkungan Hidup tahun 2006 2010 (Renstra PLH 2006 2010), dan potensi maupun isu strategis yang ada di Provinsi Jawa Timur, dapat dirumuskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak abad ke-18, pertumbuhan penduduk di dunia meningkat dengan tajam. Lahan lahan dengan potensi untuk dipergunakan sebagai tempat bermukim pun beragam. Besarnya
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMEN-KP/2013
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMEN-KP/2013 TENTANG PERIZINAN REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
1 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PERMEN-KP/2016 TENTANG TATA CARA REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN
Lebih terperinciRENCANA KERJA DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010
RENCANA KERJA DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 200 KODE PERMEN 2 05 000 2 Kelautan dan Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Dinas 2.400.000 Fasilitasi Program Anti Kemiskinan
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN
Lebih terperinciSTUDI TENTANG DINAMIKA MANGROVE KAWASAN PESISIR SELATAN KABUPATEN PAMEKASAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN DATA PENGINDERAAN JAUH
STUDI TENTANG DINAMIKA MANGROVE KAWASAN PESISIR SELATAN KABUPATEN PAMEKASAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN DATA PENGINDERAAN JAUH Bambang Suprakto Staf Pengajar Akademi Perikanan Sidoarjo Abstrak Pesisir selatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut. Kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi
Lebih terperinciBAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan
29 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan ekosistem laut. Mangrove diketahui mempunyai fungsi ganda
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciKimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah yang memberikan kontribusi produksi perikanan yang sangat besar dan tempat aktivitas manusia paling banyak dilakukan; bahkan menurut
Lebih terperinciTINJAUAN ASPEK GEOGRAFIS TERHADAP KEBERADAAN PULAU JEMUR KABUPATEN ROKAN HILIR PROPINSI RIAU PADA WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA - MALAYSIA
TINJAUAN ASPEK GEOGRAFIS TERHADAP KEBERADAAN PULAU JEMUR KABUPATEN ROKAN HILIR PROPINSI RIAU PADA WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA - MALAYSIA Tito Latif Indra, SSi, MSi Departemen Geografi FMIPA UI
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
88 I. PENDAHULUAN Kawasan pesisir memerlukan perlindungan dan pengelolaan yang tepat dan terarah. Keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup menjadi tujuan akhir yang berkelanjutan. Telah
Lebih terperinciGERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI
GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI PROGRES IMPLEMENTASI 4 FOKUS AREA RENCANA AKSI GUBERNUR BALI 1 KONDISI GEOGRAFIS DAN WILAYAH ADMINISTRASI
Lebih terperinci2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2014 WILAYAH. Kepulauan. Pesisir. Pulau-Pulau Kecil. Pengelolaan. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5490) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari atas 17.508 pulau, dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Luas laut Indonesia sekitar 3,1
Lebih terperinciAmonia (N-NH3) Nitrat (N-NO2) Orthophosphat (PO4) mg/l 3 Ekosistem
Tabel Parameter Klasifikasi Basis Data SIG Untuk Pemanfaatan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Kelautan No Parameter Satuan 1 Parameter Fisika Suhu ºC Kecerahan M Kedalaman M Kecepatan Arus m/det Tekstur
Lebih terperinci2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180, 2013 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5460) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBab 4 Hasil Dan Pembahasan
Bab 4 Hasil Dan Pembahasan 4.1. Potensi Sumberdaya Lahan Pesisir Potensi sumberdaya lahan pesisir di Kepulauan Padaido dibedakan atas 3 tipe. Pertama adalah lahan daratan (pulau). Pada pulau-pulau berpenduduk,
Lebih terperinciPERSEMBAHAN PRODI ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA UNTUK MARITIM MADURA
PERSEMBAHAN PRODI ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA UNTUK MARITIM MADURA Penanggung Jawab: Ketua Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura Editor: Prof. Dr. Ir. M. Zainuri, M.Sc.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terumbu karang untuk berkembangbiak dan hidup. Secara geografis terletak pada garis
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang secara geografis memiliki iklim tropis dan perairannya lumayan dangkal, sehingga menjadi tempat yang optimal bagi ekosistem terumbu
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI
-157- LAMPIRAN XXII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SINJAI TAHUN 2012-2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI A. KAWASAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Ekosistem mangrove adalah tipe ekosistem yang terdapat di daerah pantai dan secara teratur di genangi air laut atau dipengaruhi oleh pasang surut air laut,
Lebih terperinciHIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3
LAMPIRAN VI : PERATURAN DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN TABEL-2 KLASIFIKASI ZONA DAN SUB ZONA HIRARKI I fungsi lindung adm fungsi
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMEN-KP/2013
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMEN-KP/2013 TENTANG PERIZINAN REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung
Lebih terperinci3.1 Metode Identifikasi
B A B III IDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR DAS PENYEBAB KERUSAKAN KONDISI WILAYAH PESISIR BERKAITAN DENGAN PENGEMBANGAN ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL MASYARAKAT PESISIR 3.1 Metode Identifikasi Identifikasi adalah meneliti,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Sibolga yang terletak di pantai barat Pulau Sumatera, membujur sepanjang pantai dari utara ke selatan dan berada pada kawasan teluk yang bernama Teluk Tapian Nauli,
Lebih terperinciDAFTAR PERDA/PERKADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR YANG DIBATALKAN OLEH GUBERNUR JAWA TIMUR
- 1 - DAFTAR PERDA/PERKADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR YANG DIBATALKAN OLEH GUBERNUR JAWA TIMUR NO. KABUPATEN/KOTA JML PERATURAN DAERAH PEMBATALAN PERATURAN BUPATI/ PERATURAN WALIKOTA KEPUTUSAN GUBERNUR
Lebih terperinciRencana Pengembangan Berkelanjutan Kelautan dan Perikanan di Pulau Maratua
Rencana Pengembangan Berkelanjutan Kelautan dan Perikanan di Pulau Maratua Pulau Maratua berada pada gugusan pulau Derawan, terletak di perairan laut Sulawesi atau berada dibagian ujung timur Kabupaten
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN TENTANG RENCANA ZONASI KAWASAN STRATEGIS NASIONAL KAWASAN PERKOTAAN JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG, BEKASI, PUNCAK, CIANJUR TERMASUK KEPULAUAN SERIBU
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan laut yang sangat luas, terdiri dari wilayah perairan teritorial dengan luas sekitar 3,1 juta km 2 dan zona ekonomi ekslusif (ZEE)
Lebih terperinciVI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI
55 VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI 6.1 Analisis DPSIR Analisis DPSIR dilakukan dalam rangka memberikan informasi yang jelas dan spesifik mengenai faktor pemicu (Driving force), tekanan
Lebih terperinciMelestarikan habitat pesisir saat ini, untuk keuntungan di esok hari
Melestarikan habitat pesisir saat ini, untuk keuntungan di esok hari Kesejahteraan masyarakat pesisir secara langsung terkait dengan kondisi habitat alami seperti pantai, terumbu karang, muara, hutan mangrove
Lebih terperinciMENGAPA ASPEK RUANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA? 1. PERENCANAAN EKONOMI SERINGKALI BERSIFAT TAK TERBATAS 2. SETIAP AKTIVITAS SELAL
KESERASIAN TATA RUANG KAWASAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA Ani Rahmawati, S.Pi, M.Si Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA MENGAPA ASPEK RUANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA? 1.
Lebih terperinciMENCEGAH KERUSAKAN PANTAI, MELESTARIKAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
MENCEGAH KERUSAKAN PANTAI, MELESTARIKAN KEANEKARAGAMAN HAYATI YUDI WAHYUDIN PUSAT KAJIAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Surade, 22 Juli 2003 APA ITU PANTAI? PANTAI adalah daerah
Lebih terperinciBencana Baru di Kali Porong
Bencana Baru di Kali Porong Pembuangan air dan Lumpur ke Kali Porong menebarkan bencana baru, air dengan salinitas 38/mil - 40/mil akan mengancam kualitas perikanan di Pesisir Porong. Lapindo Brantas Inc
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kawasan pesisir merupakan prioritas utama sebagai pusat pengembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir merupakan prioritas utama sebagai pusat pengembangan kegiatan industri, pariwisata, agribisnis, agroindustri, permukiman, transportasi, dan pelabuhan.
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP.59/DJ-PSDKP/2011 TENTANG
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP.59/DJ-PSDKP/2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN PENCEMARAN PERAIRAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN
Lebih terperinci-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG OPTIMALISASI PEMANFAATAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG OPTIMALISASI PEMANFAATAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa sumberdaya
Lebih terperinciADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada, dua per tiga wilayah Indonesia adalah kawasan perairan.
Lebih terperinciGerakan air laut yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan sehari-hari adalah nomor
SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.5 1. Bagi para nelayan yang menggunakan kapal modern, informasi tentang gerakan air laut terutama digunakan untuk... mendeteksi
Lebih terperinciBUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KABUPATEN BATANG TAHUN 2014 2034 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekayaan sumberdaya alam wilayah kepesisiran dan pulau-pulau kecil di Indonesia sangat beragam. Kekayaan sumberdaya alam tersebut meliputi ekosistem hutan mangrove,
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah teritorial Indonesia yang sebagian besar merupakan wilayah pesisir dan laut kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam ini berpotensi untuk dimanfaatkan bagi
Lebih terperinciBAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS A. Kerangka Teori Hutan mangrove merupakan ekosistem wilayah pesisir yang potensial yang memiliki kaitan erat dengan kondisi ekonomi, sosial dan lingkungan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR, LAUT DAN PULAU-PULAU KECIL DI KABUPATEN REMBANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR, LAUT DAN PULAU-PULAU KECIL DI KABUPATEN REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang :
Lebih terperinciKebijakan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Kebijakan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Oleh: Dr,Ir. Subandono Diposaptono, MEng Direktur Perencanaan Ruang Laut Hp. 081585659073 Disampaikan Pada : FGD Reklamasi FB ITB Bandung, 28
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2014-2034 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk
Lebih terperinciPENATAAN KAWASAN PULAU, PANTAI, PESISIR, DAN PELABUHAN
WALIKOTA MAKASSAR PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAAN KAWASAN PULAU, PANTAI, PESISIR, DAN PELABUHAN BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2004 LEMBARAN DAERAH
Lebih terperinci