BAB II TEKNIK JIGSAW DALAM STRATEGI COOPERATIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN POLA KALIMAT DASAR BAHASA PERANCIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TEKNIK JIGSAW DALAM STRATEGI COOPERATIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN POLA KALIMAT DASAR BAHASA PERANCIS"

Transkripsi

1 BAB II TEKNIK JIGSAW DALAM STRATEGI COOPERATIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN POLA KALIMAT DASAR BAHASA PERANCIS 2.1 Kompetensi Komunikatif di dalam Pembelajaran Bahasa Perancis Pendekatan komunikatif bukan hal yang baru bagi kita. Sejak adanya kurikulum tahun 1994, pendekatan komunikatif mulai dicanangkan. Pembelajaran bahasa tidak hanya sekadar bertujuan untuk menguasai kaidah-kaidah gramatikal, tetapi yang lebih penting ialah memiliki kompetensi komunikatif. Itulah sebabnya pendekatan audiolingual ditolak, pendekatan situasional dipertanyakan dan muncullah pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa. Dalam situs pada mengemukakan bahwa Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang berlandaskan pada pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa sedangkan Kompetensi komunikatif itu adalah keterkaitan dan interelasi antara kompetensi gramatikal atau pengetahuan kaidah-kaidah bahasa dengan kompetensi sosiolinguistik atau atauran-aturan tentang penggunaan bahasa yang sesuai dengan kultur masyarakat. Oleh karena itu, seseorang yang dikatakan memiliki kompetensi berbahasa yang baik hendaknya mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang dipelajarinya, baik dalam menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dalam situs: mengemukakan bahwa menurut Canale dan Swain, kompetensi komunikatif itu berdimensi 7

2 majemuk. Di dalamnya terdapat banyak kompetensi, yakni kompetensi gramatikal, kompetensi sosiolinguistik, kompetensi wacana, dan kompetensi strategik. Oleh karena itu, belajar bahasa bukan sekadar menguasai kompetensi gramatikal, menguasai kaidah tata bahasanya saja, tetapi kompetensi komunikatiflah yang utama. Menurut situs ada beberapa ciri pandangan komunitatif mengenai bahasa diantaranya adalah sebagai berikut : 1) Bahasa merupakan sistem untuk mengekspresikan makna. 2) Fungsi utama bahasa adalah untuk berinteraksi dan berkomunikasi. 3) Struktur bahasa merefleksikan fungsinya dan penggunaan komunikatif. 4) Unit utama bahasa bukan hanya ciri struktural dan gramatikal, tetapi kategori makna komunikatif dan fungsional seperti tampak dalam wacana. Belajar bahasa bertujuan untuk berkomunikasi dengan orang lain, dalam berbagai situasi, baik formal maupun informal, lisan maupun tulis, melalui berbagai media, dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam berbahasa baik itu bahasa ibu atau bahasa asing seperti bahasa Perancis yang dibutuhkan oleh kita adalah bagaimana kita mampu berkomunikasi dengan orang lain di dalam setiap situasi. 2.2 Tujuan Pembelajaran Bahasa Perancis Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan makhluk hidup belajar (Depdiknas, 2003:17). Selama dalam pembelajaran, kita mengalami proses dalam belajar. Tentu dalam belajar kita memiliki tujuan mengapa kita harus belajar, begitu pula dalam mempelajari suatu bahasa tentu kita memiliki tujuan yaitu mampu berkomunikasi dengan orang lain. 8

3 Sama halnya seperti yang terdapat dalam situs menyebutkan bahwa Tujuan pembelajaran bahasa adalah keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi. Kemampuan yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan mengekspresikan diri dengan berbahasa. Dalam setiap pembelajaran bahasa tentu ada ketertarikan mengapa kita belajar bahasa asing selain bahasa ibu, banyak alasan seperti ingin pergi ke negara yang dimaksud, ingin mengenyam pendidikan di negara tersebut dan lain-lainnya. Begitu pula dalam mempelajari bahasa Perancis. Namun,pada intinya mampu berkomunikasi adalah hal yang utama dalam mempelajari bahasa asing termasuk bahasa Perancis. 2.3 Strategi Cooperative Learning Pengertian Cooperative Learning Strategi pembelajaran semakin berkembang, berubah serta mendapat respon masyarakat. Salah satu strategi pembelajaran yang mendapat respon dari masyarakat adalah strategi pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. 9

4 Menurut Slavin (2010: 8) inti dari pembelajaran kooperatif adalah para siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil terdiri dari empat orang untuk menguasai materi yang telah disampaikan oleh guru. Di dalam referansi lain juga disebutkan kelompok kecil juga terdiri dari 4-6orang. bahwa Sama halnya seperti Johnson (Isjoni, 2010: 15) mengatakan Cooperanon means working together to accomplish shared goals. Within cooperative activities individuals seek outcomes that are beneficial to all other group members. Cooperative Learning is the instructional use of small groups that allows students to work together to maximize their own and each other as learning. Berdasarkan penyataan tersebut, Cooperative Learning mengandung arti bahwa dalam pembelajaran cooperative ini dibutuhkan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif ini setiap individu mencari hasil yang bermanfaat bagi anggota kelompok dengan memanfaatkan kelompok kecil untuk memaksimalisasikan belajar mereka dengan anggota lainnya dalam kelompot itu. Senada dengan pernyataan Isjoni (2009: 16) tentang pembelajaran kooperatif yaitu: Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada pembelajar (student oriented) terutama untuk mengaktifkan pembelajar terutama pembelajar yang 10

5 tidak dapat bekerjasama dengan orang lain dan pembelajar yang agresif serta tidak peduli dengan orang lain. Selain itu, Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran gotong royong. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Lie (2002: 28) yang menyebutkan bahwa Pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong royong yaitu sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk bekerjasama dengan pembelajar yang lain dalam tugas-tugas terstruktur. Berdasarkan beberapa definisi diatas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran secara berkelompok yang terdiri dari berbagai tingkatan untuk saling bekerjasama dalam memahami dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh pengajar. Berdasarkan pengertian diatas, Cooperative Learning adalah pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dengan berkelompok kecil (4-6 orang) untuk menguasai suatu materi serta memaksimalisasikan belajar mereka dan berbagi dengan anggota kelompok untuk mencapai hasil yang maksimal Tujuan Cooperative Learning Dengan adanya teknik pembelajaran kooperatif tentu memiliki tujuan. Tujuan utama dalam penerapan teknik belajar mengajar Cooperative Learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk 11

6 mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok. Menurut Ibrahim et al (Isjoni, 2009: 27) tujuan strategi pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: a. Peningkatan hasil belajar ; b. Penerimaan terhadap perbedaan individu, dan ; c. Pengembangan keterampilan sosial. Pentingnya tujuan kelompok dan tanggung jawab individu adalah dalam memberikan insentif kepada siswa untuk saling membantu satu sama lain dan untuk saling mendorong untuk melakukan usaha maksimal (Slavin, 2010:81). Selain itu, menurut Slavin (Isjoni, 2010: 21-22) ada tiga konsep sentral yang menjadi tujuan Cooperative Learning, yaitu a. Penghargaan kelompok; Cooperative Learning menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai nilai diatas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu dan saling peduli. b. Pertanggungjawaban individu; Keberhasilan kelompok bergantung pada pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktifitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya. 12

7 c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan. Cooperative Learning menggunakan strategi scoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan strategi scoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang atau tinggi samasama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya. Dalam konsep ini, dapat terlihat bahwa pembelajaran kooperatif memberikan motivasi kepada siswa dalam berkelompok. Setiap individu pun memiliki tanggung jawab masing-masing untuk menunjang keberhasilan anggota kelompok dan mereka memiliki kesempatan yang sama untuk berhasil meningkatkan prestasi mereka Karakteristik Cooperative Learning Banyak orang yang menganggap bahwa Cooperative Learning sama halnya dengan belajar kelompok tapi tidak semua kerja kelompok dikatakan Cooperative Learning. Hal ini dikarenakan ada lima unsur dasar yang dapat membedakan Cooperative Learning dengan kerja kelompok. Menurut Bannet (Isjoni, 2010: 41-43) lima unsur dasarnya adalah sebagai berikut: Positive Interdependence; Hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan di antara anggota kelomppok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya. Kondisi seperti ini memungkinkan setiap siswa merasa adanya ketergantungan secara positif pada anggota kelompok lainnya dalam mempelajari dan menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya, yang mendorong setiap anggota kelompok untuk bekerja sama. 13

8 Interaction Face to Face; Interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara tidak adanya penonjolan kekuatan individu, yang ada hanya pola interaksi dan perubahan yang bersifat verbal diantara siswa yang ditingkatkan oleh adanya saling hubungan timbal balik yang bersifat positif sehingga dapat mempengaruhi hasil pendidikan dan pengajaran. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok; Tanggung jawab pribadi dalam memcahkan suatu permasalahan dalam kelompok dapat memotivasi siswa untuk saling membantu. Hal ini dikarenakan tujuan Cooperative Learning ini adalah menjadikan setiap anggota kelompoknya menjadi lebih kuat pribadinya. Membutuhkan keluwesan; Adanya keluwesan dalam menciptakan hubungan antar pribadi, mengembangkan kemampuan kelompok dan memelihara kerja yang efektif. Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok). Tujuan terpenting yang diharapkan dapat tercapai dalam Cooperative Learning adalah siswa belajar bekerja sama untuk memecahkan masalah sehingga secara tidak langsung mereka bisa meningkatkan rasa kerjasama dalm proses belajar kelompok. Para siswa dapat mengetahui tingkat keberhasilan dan efektifitas kerja sama yang telah dilakukan Teknik-teknik dalam strategi Cooperative Learning Banyak teknik-teknik pembelajaran yang ada dan telah diterapkan oleh guru. Menurut Joice dan Weil (Isjoni, 2010:50) teknik pembelajaran merupakan suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian 14

9 rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar dikelasnya. Begitu pula teknikteknik yang terdapat dalam Cooperative Learning. Cooperative Learning memiliki beberapa teknik yang dapat diterapkan dan dipilih mana yang cocok atau yang sesuai dengan kebutuhan dalam proses belajar mengajar. Menurut Lie (2010: 54-73) ada 14 teknik pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran kooperatif. Antara lain: 1) Mencari Pasangan ; Dengan teknik mencari pasangan (Make a Match) ini, siswa mencari pasangan sambil belajar mengenal suatu konsep atau topik dalam suasana menyenangkan. 2) Bertukar pasangan ; Dengan teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat bekerjasama dengan orang lain. 3) Berkirim salam dan soal ; Dengan teknik ini, memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih pengetahuan dan keterampilan mereka. Pembelajar membuat pertanyaan sendiri sehingga dapat mendorong siswa untuk belajar dan menjawab pertanyaan yang telah dibuat oleh teman-temannya. Kegiatan ini bisaanya dilaksanakan untuk persiapan menjelang ujian. 4) Kepala bernomor ; Teknik ini memberikan kesempatan pada siswa untuk bertukar ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat. Selain itu, teknik ini juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat meningkatkan kerjasama mereka. 5) Kepala bernomor terstruktur ; Teknik ini merupakan modifikasi dari teknik Kepala bernomor. Teknik ini memberikan kemudahan kepada siswa dalam pembagian tugas. Selain itu, teknik ini juga memberikan kesempatan siswa terhadap tanggung jawab tugas pribadinya dalam pembagian tugas kelompok. 6) Dua tinggal dua tamu ; Teknik ini dapat digunakan bersamaan dengan teknik Kepala bernomor. Teknik ini memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Banyak kegiatan pembelajaran yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lainnya. 15

10 7) Keliling kelompok ; Dalam teknik ini, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan konstribusi mereka dan mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota lainnya. 8) Kancing gemerincing ; Dalam teknik ini, masing-masing anggota kelompok memberikan konstribusi mereka dan mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota lain. Dengan menggunakan teknik ini, masing-masing anggota mendapatkan peranannya masing-masing sehingga dapat memeratakan anggota yang dominan dan sebaliknya. 9) Keliling kelas ; Dalam teknik ini, setiap kelompok diberikan kesempatan untuk memamerkan hasil kerja kelompok dan melihat hasil kerja kelompok lain. 10) Lingkaran kecil lingkaran besar ; Dalam teknik ini, memberikan kesempatan kepadsa siswa untuk saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan. Adanya struktur yang jelas memungkinkan siswa untuk dapat berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Selain itu, siswa bekerja sama dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan dalam mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. 11) Tari bambu ; Teknik ini merupakan modifikasi dari teknik lingkaran kecil lingkaran besar. Teknik ini dilkakukan dengan cara siswa disejajarkan dan saling berhadapan seperti dua pohon bambu yang digunakan dalam tarian bambu Filipina. Dalam teknik ini, siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan. 12) Jigsaw ; Teknik ini menggabungkan kegiatan mendengarkan, menulis, membaca dan berbicara. Dalam teknik ini, pengajar memperhatikan pengalaman belajar siswa dan membantu siswa mengaktifkan pengalamannya agar bahan mata pembelajarannya lebih bermakna. Teknik ini yang akan diteliti oleh peneliti. 13) Bercerita berpasangan ; Teknik ini juga sebagai pendekatan interaktif antara pengajar, pembelajar dan bahan yang diajar. Teknik ini juga menggabungkan kegiatan mendengarkan, menulis, membaca dan berbicara. Dalam kegiatan inhi siswa dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi. Buah pemikiran mereka akan dihargai sehingga mereka semakin termotivasi dalam belajar. 14) Teknik Think-Pair-Share. Teknik ini merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Selain itu, teknik ini 16

11 merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Semua teknik diatas dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkat pembelajar. Menurut Stahl (Isjoni, 2010: 83), langkah-langkah dalam mengimplementasikan teknik Cooperative Learning secara umum yang dijelaskan secara operasional adalah sebagai berikut: 1. Merancang rencana program pembelajaran; 2. Merancang lembar observasi; 3. Mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individu maupun secara kelompok baik dalam memahami materi maupun secara kelompok; 4. Memberikan kesempatan kepada siswa dan masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Menurut Slavin (2010: 92-93) strategi pembelajaran efektif yang dapat diajarkan langsung kepada kelompok kooperatif sangat sesuai dengan kerangka teoritis yang digambarkan sebagai berikut Tujuan kelompok yang didasarkan pada pembelajaran M anggota kelompok Motivasi untuk Motivasi untuk mendorong teman satu kelompok untuk belajar Penjelasan terperinci (pengajaran oleh teman) Menjadikan teman sebagai teknik Perluasan kognitif Pembelajaran Motivasi untuk membantu teman satu kelompok untuk belajar Praktik oleh teman Pembenaran dan koreksi oleh teman Gambar 2.1 Faktor yang mempengaruhi permerolehan pembelajaran dalam pembelajaran kooperatif 17

12 Teori yang digambarkan dalam Gambar 2.1 berasumsi bahwa prilaku dalam kelompok kooperatif, seperti perluasan kognitif, pengajaran pada teman, teknik oleh teman dan penilaian mutual, yang mengarahkan pada pencapaian pembelajaran Peranan guru dalam Cooperative Learning Guru berperan penting dalam menciptakan kelas yang optimal baik secara fisik dan mentaldengan suasana kelas yang nyaman, suasana hati senang tanpa tekanan sehingga dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. Langkah pertama yang efektif adalah pengaturan kelas yang baik sehingga dapat mengatur pengalaman belajar siswa secara keseluruhan. Dalam pelaksanaan teknik Cooperative Learning dibutuhkan kemauan, kemampuan dan kreatifitas guru dalam mengelola lingkungan kelas. Hal ini berfungsi agar teknik pembelajaran kooperatif tidak membuat guru bertambah pasif melainkan lebih aktif terutama dalam menyusun rencana pembelajaran secara maksimal, pengaturan kelas saat pelaksanaan serta membuat tugas untuk dikerjakan siswa bersama kelompoknya. Pembelajaran Cooperative Learning dimulai dengan guru menginformasikan tujuan-tujuan dari pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Kemudian, siswa dibawah bimbingan guru bekerja bersamasama untuk menyelesaikan tugas-tugas yang saling bergantung. Penyajian 18

13 produk akhir kelompok atau mengetes apa yang telah dipelajari siswa dan pengenalan kelompok dan usaha-usaha individu. Dalam teknik Cooperative Learning guru harus mampu menciptakan kelas sebagai laboratorium demokrasi sehingga peserta didik terlatih dan terbiasa berbeda pendapat dengan sikap jujur dan sportif dalam mengakui kekurangannya sendiri dan siap menerima pendapat orang lain yang lebih baik serta mampu memecahkan permasalahan yang ada. Menurut Soemantri (Isjoni, 2010: 62) hal yang perlu dihindari ialah bila perbedaan pendapat menjurus pada konflik yang bersifat intrapersonal yang dapat merugikan mental siswa. Dalam pelaksanaan Cooperative Learning, peran guru adalah sebagai fasilitator, mediator, evaluator dan direktor-motivator. Menurut Isjoni (2010: 62) sebagai fasilitator guru harus memiliki sikap sebagai berikut: 1. Mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan; 2. Membantu dan mendorong siswa untuk mengungkapkan dan menjelaskan keinginan dan pembicaraannya baik secara individual maupun kelompok; 3. Membantu kegiatan-kegiatan dan menyediakan sumber atau peralatan serta membantu kelancaran belajar mereka; 4. Membina siswa agar setiap orang merupakan sumber yang bermanfaat bagi yang lainnya, dan; 5. Menjelaskan tujuan kegiatan pada kelompok dan mengatur penyebaran dalam bertukar pendapat. 19

14 Guru sebagai mediator merupakan penghubung dalam menjembatani materi pembelajaran yang sedang dibahas. Sebagai evaluator, guru berperan sebagai penilai kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung. Penilaian tidak hanya pada hasil tapi lebih kepada proses pembelajaran. Penilaian ini dapat berupa penilaian secara individual ataupun kelompok. Selain itu, guru juga berperan sebagai direktor motivator yang membimbing serta mengarahkan jalannya diskusi, membantu kelancaran diskusi tapi tidak memberikan jawaban. Sebagai motivator, guru juga berperan sebagai pemberi semangat pada siswa untuk aktif berpartisipasi. Peranan guru dalam kelas teknik Cooperative Learning terutama dalam pengelolaan kelas ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Menurut Lie (2010: 38-51) tiga hal tersebut adalah: 1. Pengelompokkan Pada saat pengelompokkan siswa, guru membuat kelompok yang heterogenberdasarkan kemampuan akademis. Pada umumnya masingmasing kelompok beranggotakan empat orang yang terdiri atas satu orang yang berkemampuan tinggi, dua orang berkemampuan sedang dan satu orang berkemampuan rendah. 2. Semangat gotong royong Ketika proses pembelajaran kooperatif, masing-masing kelompok perlu memiliki semangat kelompok. Semangat ini dapat dibina dengan melakukan beberapa kegiatan yang bisa mempererat hubungan antara anggota kelompok melalui kegiatan kesamaan kelompok, identitas kelompok serta sapaan atau sorak kelompok. 3. Penataan ruang kelas Pengaturan bangku dalam pembelajaran ini memiliki peranan penting sehingga semua siswa dapat melihat guru atau papan tulis dengan jelas. Selain itu, harus bisa menjangkau rekan-rekan kelompoknya dengan merata. 20

15 Pengelolaan kelas yang diperhatikan oleh guru dapat memberikan suatu motivasi atau suasana baru sehingga siswa dapat merasa nyaman dan termotivasi untuk meningkatkan prestasi mereka. 2.4 Jigsaw Pembelajaran kooperatif ini memiliki berbagai teknik. Salah satu teknik yang diambil oleh peneliti adalah teknik Jigsaw (Tim Ahli). Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diuji cobakan oleh Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skema atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Menurut Isjoni (2010: 54) Pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Teknik pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan teknik pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas 21

16 ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Jumlah siswa yang bekerja sama masing-masing harus dibatasi agar kelompok-kelompok yang terbentuk dapat bekerja sama secara efektif karena ukuran kelompok mempengaruhi kemampuan produktivitasnya. Menurut Soejadi (Isjoni, 2010:55) Jumlah anggota dalam satu kelompok apabila makin besar dapat mengakibatkan makin kurang efektif kerjasama antara para anggota. Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli. Pada teknik Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa 22

17 yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Kelompok Asal 1 Kelompok Asal 2 Kelompok Asal 3 Kelompok Asal 4 Kelompok Asal 5 Kelompok Asal 6 Kelompok Asal 7 Kelompok Ahli 1 Kelompok Ahli 2 Kelompok Ahli 3 Kelompok Ahli 4 Kelompok Ahli 5 Belajar Materi 1 Belajar Materi 2 Belajar Materi 3 Belajar Materi 4 Belajar Materi 5 Gambar 2.2 struktur penerapan strategi Cooperative Learning teknik Jigsaw Menurut Slavin (2010: 241) teknik Jigsaw memiliki jadwal kegiatan berupa: Membaca : Para siswa menerima topik ahli dan membaca materi yang diminta untuk menemukan informasi; Diskusi kelompok ahli: Para siswa dengan keahlian yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok-kelompok ahli; Laporan tim Tes : Para ahli kembali lagi ke dalam kelompok mereka masing-masing untuk mengajari topik-topik mereka pada teman satu timnya; : para siswa mengerjakan kuis-kuis individual yang mencakup semua topik; Rekognisi tim : Nilai tim di hitung. 23

18 Dalam penerapan teknik Jigsaw, guru harus memperhatikan skema atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan suasana kelas agar bahan ajar menjadi lebih bermakna. Siswa bekerja sama dengan siswa yang lain sehingga mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi dengan baik. Menurut Aronson (Isjoni, 2010 :81) langkahlangkah yang harus ditempuh adalah sebagai berikut : a) Guru membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi empat bagian ; b) Sebelum bahan pelajaran diberikan, guru memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran saat itu ; c) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, satu kelompok terdiri dari empat orang ; d) Bagian pertama, bahan diberikan kepada siswa yang pertama, sedangkan siswa kedua menerima bagian yang kedua dan seterusnya ; e) Siswa mengerjakan bagian mereka masing-masing; f) Setelah selesai, siswa saling berbagi mengenai bagian yang dikerjakan masing-masing, dan; g) Kegiatan diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran hari itu. Dalam penerapan teknik Jigsaw, Lie (2010: 76) memberikan beberapa teknik dan prosedur sebagai berikut: a) Guru membagi siswa dalam kelompok bertiga dan memberikan mereka nomor 1,2 dan 3; b) Siswa pertama dalam kelompok bergabung dengan siswa pertama dari kelompok lainnya. Kelompok ini disebut kelompok ahli; 24

19 c) Kelompok ahli tersebut diberkan materi atau kegiatan yang telah disiapkan, dan; d) Setelah selesai, masing-masing anggota kelompok kembali ke kelompok asal dan membagikan apa yang sudah didapatnya dari kegiatan ahli. Selama proses penerapan teknik Jigsaw, siswa diupayakan agar dapat berperan aktif dan berinteraksi dengan baik terutama dalam berdiskusi. Dengan berdiskusi, siswa dapat menemukan berbagai macam pendapat serta berbagai sudut pandang. Selain itu, diskusi pun dapat membuat siswa berpartisipasi sangat dominan sehingga untuk menghindari dominasi dari seseorang dalam berbicara, guru harus memperhatikan jalannya diskusi agar topik yang dibahas tetap pada intinya. Langkah kongkrit yang harus dilakukan oleh guru untuk menghindari meluasnya topik pembicaraan, dominasi seseorang dan lain-lainnya adalah menyusun serangkaian program pembinaan yang disusun secara baik, terarah, simultan dan berkesinambungan (Isjoni, 2010: 82). 2.5 Keterampilan Menulis Pola Kalimat Dasar Bahasa Perancis Keterampilan Menulis Kalimat Menulis merupakan bagian dari salah satu keterampilan berbahasa selain keterampilan menyimak, keterampilan berbicara dan keterampilan membaca. Dalam situs mengatakan bahwa Menulis merupakan keterampilan yang mensyaratkan penguasaan bahasa yang baik. Dalam belajar bahasa, menulis merupakan kemahiran tingkat lanjut. 25

20 Menurut Rahman dalam situs mengatakan bahwa Menulis kalimat adalah berkomunikasi, mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak dari penulis kepada pembaca secara tertulis dalam bentuk kalimat Kalimat adalah ujaran yang unsur-unsurnya terikat pada sebuah predikat tunggal atau pada sejumlah predikat yang dikoordinasikan, dan tanpa perlu menyertakan intonasi di dalam rumusan itu (Martinet, 1980: ). Oleh karena itu, dalam menulis tentu kita tidak terlepas dari unsurunsur yang merupakan bagian dari kalimat deperti subjek serta predikatnya. oleh sebab itu, ketrampilan menulis merupakan keterampilan tingkat lanjut Kalimat Pada umumnya berbagai definisi tentang kalimat memang telah banyak dibuat seperti Kalimat merupakan satuan bahasa yang langsung digunakan sebagai satuan ujaran di dalam komunikasi verbal yang hanya dilakukan oleh manusia (Chaer, 2007: 239). Menurut KBBI (2003 :494), kalimat adalah kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan. Selain itu, menurut Djuha (Chaer, 2007: 240) Kalimat adalah lafal yang tersusun dari dua buah kata atau lebih yang mengandung arti dan disengaja. 26

21 Berbagai definisi mengenai kalimat memang telah banyak dibuat orang. Kalimat berkaitan dengan satuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase dan klausa). Kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar yang bisaanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjugasi bila diperlukan serta disertai dengan intonasi final (Chaer, 2007: 240). Dalam pembuatan kalimat, juga terdapat berbagai jenis kalimat berdasarkan kriteria atau sudut pandang. Menurut Chaer (2007 : ) ada lima jenis kalimat yaitu : a. Kalimat inti dan kalimat non-inti ; Kalimat inti, bisaanya disebut kalimat dasar, kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap bersifat deklaratif, aktif, atau netral dan afirmatif sedangkan kalimat non-inti adalah kalimat inti yang diubah melalui proses transformasi. Contoh : Nenek membaca komik (kalimat inti) diubah menjadi komik dibaca nenek (kalimat non-inti) b. Kalimat tunggal dan kalimat majemuk ; Perbedaan kalimat tunggal dan kalimat majemuk berdasarkan banyaknya klausa yang ada di dalam kalimat itu. Kalau klausanya hanya satu, maka kalimat tersebut disebut kalimat tunggal. Sedangkan kalimat majemuk merupakan hasil proses penggabungan dua buah kalimat yang disertai pelesapan. c. Kalimat mayor dan kalimat dan minor ; Perbedaan kalimat mayor dan kalimat minor dilakukan berdasarkan lengkap atau tidaknya klausa yang menjadi konstituen dasar kalimat itu. Kalimat lengkap yang sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat disebut kalimat mayor. Sedangkan kalimat minor merupakan kalimat yang klausanya tidak lengkap etah itu dari subjeknya saja, predikat saja, objek saja atau keterangan saja. Contoh ; nenek berlari pagi (kalimat mayor), sedang berlari! (kalimat minor). d. Kalimat verbal dan non-verbal ; Secara umum dapat dikatakan kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal atau kalimat yang prdikatnya berupa kata 27

22 atau frase yang berkategori verba. Sedangkan kalimat non verbal adalah kalimat yang predikatnya bukan frase atau kata verbal ; bisa nominal, ajektifal, abverbial atau numeralis. e. Kalimat bebas dan kalimat terikat. Perbedaan adanya kalimat bebas dan kalimat terikat dilakukan dalam kaitan bahwa satuan-satuan yang membentuk wacana atau paragraf. Dalam pembuatan skripsi ini, peneliti lebih kepada pembuatan kalimat dasar. Kalimat dasar adalah kalimat inti yang hanya terdiri atas unsur-unsur wajib berdasarkan tipe verba predikatnya yang dihasilkan atau disusun dengan kaidah-kaidah dasar (KBBI, 2003: 885). Dalam pembuatan kalimat dasar kita dapat menemukan ciri-ciri kalimat dasar. Alwi dan Sugono (Putrayasa, 2009: 5) mengemukakan bahwa ciri-ciri kalimat dasar adalah sebagai berikut: a) kalimat dasar hanya terdiri atas satu klausa. Yang terdiri atas dua klausa atau lebih bukan kalimat dasar, melainkan kalimat turunan, yakni kalimat majemuk ; b) gatra kalimat dasar tidak beratribut, hanya inti saja sehingga mempunyai kemingkinan untuk diperluas. Misalnya: Ibu pulang dapat diperluas menjadi Ibu sendiri akan segera pulang; c) susunannya tidak inversi ; d) kalimat dasar terdiri atas gatra-gatra wajib. Gatra-gatra wajib itu adalah subjek (S), predikat (P), Objek (O) dan pelengkap (P). pemunculan gatra wajib ini dalam bahasa Indonesia tidak selalu bersamaan untuk semua jenis kalimat; e) kalimat dasar terdiri atas unsur-unsur wajib yang tidak dapat dilesapkan. Kalau ada unsur kalimat yang dilesapkan, kalimat iru bukan kalimat dasar melainkan kalimat turunan ; f) kalimat dasar belum pernah mengalami pergantian (substitusi) ; g) kalau verba transitif, kalimat dasar itu berbentuk aktif (fokus pelaku), dan ; 28

23 h) kalimat dasar tidak mengalami penominalisasian. Contoh : Ibu pulang Pulangnya tadi pagi. Predikat verba pulang dinominalisasikan menjadi pulangnya. Kalimat semacam itu bukan kalimat dasar melainkan kalimat turunan Unsur Kalimat Dalam pembuatan kalimat dasar, kita harus mengetahui apa saja unsur-unsur kalimat dasar. Unsur-unsur kalimat tersebut adalah sebagai berikut : 1) Subjek Menurut Putrayasa (2009: 2), bagian yang diterangkan dalam kalimat disebut subjek. Umumnya, subjek berupa KB (kata benda) atau kata lain yang dibendakan. Selain itu, subjek merupakan jawaban dari kata «Siapa» atau «Apa». Contoh: Guru itu cantik sekali Selain itu, subjek inti kalimat dapat diperluas dengan keterangan subjek karena keterangan subjek dapat dibedakan menjadi dua macam. Menurut Putrayasa (2009: 6) subjek dibagi dua macam yaitu a) Perluasan dengan Atributif/Keterangan Contoh: Cerita itu menegangkan. Keterangan/ atributif untuk subjek inti dapat diletakkan di depan atau belakang S atau sekaligus di depan dan di S inti. Subjek tersebut dapat diperluas, misalnya : - Cerita itu// Predikat, atau - Cerita musibah itu// Predikat, atau 29

24 - Cerita musibah Situ Gintung itu// Predikat b) Perluasan dengan Aposisi/ Keterangan Pengganti 2) Predikat Atributif dan aposisi mempunyai kesamaan fungsi, yaitu menerangkan/ member keterangan pada Subjek. Perbedaannya adalah - Aposisi selalu terletak dibelakang subjek inti; - Kecuali bertugas menerangkan subjek inti, aposisi berfungsi juga sebagai pengganti subjek inti sendiri, karena itu aposisi juga disebut keterangan pengganti; - Aposisi selalu terletak dibelakang kata yang diinginkan, biasanya diceraikan dengan menggunakan koma; - Aposisi terdiri dari kata atau kelompok kata; - Aposisi berfungsi menerangkan kata benda, jadi juga bisa menjadi aposisi predikat dan objek. Contoh : Teuku Wisnu, pemain sinetron terfavorit tahun 2009, berasal dari Aceh Predikat yaitu bagian yang menerangkan (Putrayasa, 2009: 2). Selain itu, predikat didapat dari kata «Bagaimana» atau «Mengapa». Contoh : Yesi menyanyi dengan merdu Predikat juga mengalami perluasan inti kalimat. Predikat yang intinya terdiri atas kata kerja paling banyak memiliki kemungkinan untuk dikembangkan. Menurut Putrayasa (2009: 8-14), predikat yang intinya terdiri atas kata kerja dapat dikembangkan dengan dua jenis keterangan: 30

25 a) Perluasan dengan objek Yang dimaksud disini adalah pengembangan dengan penambahan keterangan predikat yang erat hubungannya dengan kata kerja yang menjadi inti predikat. Keterangan yang erat ini disebut objek b) Perluasan dengan adverbial/keterangan Perluasan dengan keterangan yaitu perluasan dengan menambahkan berbagai macam keterangan seperti keterangan waktu, keterangan tempat, keterangan sebab, keterangan akibat, keterangan syarat, keterangan tujuan, keterangan perlawanan, keterangan perbandingan, keterangan alat dan keterangan keadaan. Perluasan yang terjadi pada subjek dan predikat juga berfungsi untuk meningkatkan kosakata dan mengembangkan kalimat namun masih pada kaidah-kaidah dasar yang ada Pola Kalimat Dasar Bahasa Perancis Mempelajari suatu bahasa, pada hakikatnya adalah membuat sebuah kalimat. Kemudian kalimat tersebut dirangkai sehingga menghasilkan paragraf. Begitu pula dalam membuat kalimat bahasa Perancis. Menurut Hutagalung (2003 :1) Hal yang terpenting dalam membuat sebuah kalimat adalah mengenal konstruksi sebuah kalimat dan memahami elemen-elemen kalimat dalam bahasa Perancis. Sama halnya dengan bahasa yang lain, bahasa Perancis memiliki konstruksi tersendiri dalam pembuatan kalimat dasar bahasa Perancis dan juga unsur-unsur kalimat yang terdiri dari subjek dan prediket yang telah disebutkan dalam subbab sebelumnya. Unsur-unsur serta konstruksi pembuatan kalimat bahasa Perancis adalah Subjek dan Predikat. 31

26 Menurut Goffic & McBride (1975 :41-83) ada berbagai predikat yang mempengaruhi konstruksi kalimat. Macam-macam predikat tersebut adalah sebagai berikut : 1) Verbes admettant un attribut du sujet (kata kerja yang mengakui atribut dari subjek) Etre (adalah), Devenir (menjadi), Rester (tinggal atau istirahat) peuvent être suivis d un adjectif ou d un groupe nominal (kata kerja tersebut dapat diikuti oleh kata adjektif atau kata benda). Contoh : Pierre est devenu méchant (Pierre menjadi nakal). Tomber (jatuh) peut être suivi de certains adjectifs attributs du sujet (dapat diikuti oleh adjektif atribut tertentu) contoh tomber malade (jatuh sakit). Paraitre dan sembler (tampaknya) peuvent être suivis d un adjectifs (dapat diikuti oleh sebuah adjektif). Contoh : Pierre paraît (semble) content (Pierre tampak gembira). Selain itu, ada bentuk lain yaitu N V Inf (kata benda + predikat + kata kerja infinitif). Contoh : Pierre paraît (semble) comprendre (Pierre tampaknya mengerti). 2) Verbes intransitifs (kata kerja intransitif) Dans cette classe sont regroupés les verbes qui ne peuvent pas être suivis d un complement normal, direct ou indirect, ni (sauf exception) d un infinitif ou d une completive (kata kerja dalam kelompok ini tidak bisa diikuti oleh kata pelengkap normal, kata kerja langsung atau tak langsung kecuali sebuah kata infinitif atau pelengkap). Contoh : Je viens (saya datang) atau bisa bersifat sebgai kata keterangan. Contoh : Je viens de Paris (saya datang (berasal) dari Paris). 3) Verbes à complement(s) inderect(s) (kata kerja tidak langsung) Verbes qui admettent un ou quelquefois deux complements nominaux en à ou de (kata kerja yang mengakui satu atau kadang-kadang dua kata benda dengan penghubung artikel à atau de). Contoh : N V à N : Jean sourit à Marie (Jean senyum kepada Marie) N V de N : Jean se moque de Marie (Jean mengejek Marie) N V à N de N : Pierre parle de Paul à Marie (Pierre berbicara tentang Paul kepada Marie 32

27 4) Verbes transitifs Pola kalimat dalam kata kerja transitif adalah sebagai berikut : N V N : konstruksi ini biasa diikuti dengan objek berupa kata benda. Contoh: J allume le feu (saya menyalakan api) N V N à N (sesuatu kepada seseorang), contoh : Pierre donne un livre à Marie (Pierre memberikan sebuah buku kepada Marie) N V N à N (sesuatu dengan sesuatu), contoh Pierre passe son temps au jeu (Pierre menghabiskan waktunya dengan bermain) N V N à N (seseorang dengan sesuatu), contoh : Pierre pousse Marie au travail (Pierre menekan Marie dalam pekerjaan) N V N à N (seseorang kepada seseorang), contoh : Pierre presente Paul à Marie (Pierre memperkenalkan Paul kepada Marie) N V N de N (seseorang dengan sesuatu), contoh : Pierre charge Marie d une affaire (Pierre melibatkan Marie dalam sebuah kasus) N V N de N (sesuatu dengan sesuatu), contoh : Pierre enveloppe un livre de papier (Pierre membungkus sebuah buku dengan kertas) N V N de N (sesuatu dengan seseorang), contoh : Pierre attend de Marie un conseil (Pierre mengharapkan saran dari marie) Verba dalam bahasa Perancis mengenal dua nilai (konteks) yaitu konteks waktu dan konteks makna. Sebelum mengenal kalimat tersebut satu persatu, ada konjugasi (aturan-aturan dalam perubahan kata kerja tergantung konteks yang sesuai dengan subjeknya). Penggolongan yang umum digunakan dalam konjugasi adalah dengan mengelompokkan verba dalam 3 (tiga) grup yaitu verba akhiran er, verba akhiran ir dan verba radikal. Kalimat terdiri atas kalimat berita, kalimat tanya dan kalimat negatif. Dalam membuat kalimat bahasa Perancis ini, pelajar pemula terkadang sulit untuk memahami apa yang diajarkan. Selain itu dalam kalimat bahasa Perancis juga memiliki determinan yang sering dipakai yaitu 33

28 berupa artikel dan kata tunjuk. Dalam bahasa Perancis juga memiliki kata kerja pronominal serta pronom yang berfungsi sebagai kata ganti benda. Menurut Le Goffic dan Nicole (1975: 18) La recherche de ces construction nécessitait, pour ordonnée et permettre la constitution de classes, un cadre general théorique, celui que nous avons adopté respecte les catagories gramaticales traditionnelles: N V signifie nom (syntagme nominal) + verbe (ex. Pierre dort) N V N signifie nom + verbe + nom (Pierre voit Paul). (Penelitian konstruksi yang dibutuhkan untuk menertibkan dan memungkinkan pembentukan kelas, kerangka teori umum, kita telah mengadopsi kategori gramtikal tradisional berupa : N V berarti kata benda + predikat (contoh: Pierre tidur) N V N berarti kata benda + predikat + kata benda (contoh: Pierre melihat Paul)) Pendapat ini memberikan keterangan bahwa struktur diatas telah mengalami perluasan dengan mengadopsi struktur gramatikal tradisional. Struktur gramatikal dapat dilihat dalam pembagian kata kerja bahasa Perancis yang telah dijelaskan oleh peneliti. 34

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain. Memang terkadang kita menggunakan bahasa bukan untuk

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD sampai SMP. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik. BAB II KAJIAN TEORI A. Partisipasi dan Prestasi Belajar Matematika 1. Partisipasi Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI : 2007) partisipasi adalah turut berperan serta dalam suatu kegiatan (keikutsertaan/

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya 8 II. LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu

Lebih terperinci

SILABUS SYNTAXE DU FRANCAIS PR. Drs. Kamaludin M, MA., M.Hum.

SILABUS SYNTAXE DU FRANCAIS PR. Drs. Kamaludin M, MA., M.Hum. SILABUS SYNTAXE DU FRANCAIS PR Drs. Kamaludin M, MA., M.Hum. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011 DESKRIPSI MATA KULIAH SYNTAXE DU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu model pembelajaran merupakan salah satu aspek yang sangat penting, dalam menunjang keberhasilan dan pemahaman siswa. Keberhasilan belajar siswa dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti akan menunjukkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPA

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPA Juhji 9 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPA Oleh: Juhji 1 Abstrak. Tujuan penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber daya yang lebih berkualitas.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam memecahkan masalah bersama. Pembelajaran kooperatif adalah

TINJAUAN PUSTAKA. dalam memecahkan masalah bersama. Pembelajaran kooperatif adalah 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Salah satu model pembelajaran yang mengembangkan prinsip kerjasama adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menekankan kepada siswa untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling ketergantungan

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sanggup) dalam melakukan sesuatu. Secara harfiah kemampuan berarti

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sanggup) dalam melakukan sesuatu. Secara harfiah kemampuan berarti BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Kemampuan Menentukan KPK a. Pengertian Kemampuan Kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang artinya kuasa (bisa, sanggup)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Kooperatif Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum

Lebih terperinci

BAB II MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT), KETERAMPILAN KOOPERATIF DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB II MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT), KETERAMPILAN KOOPERATIF DAN PRESTASI BELAJAR SISWA BAB II MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT), KETERAMPILAN KOOPERATIF DAN PRESTASI BELAJAR SISWA A. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan potensi tersebut

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Maka dari iru tugas seorang

BAB V PEMBAHASAN. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Maka dari iru tugas seorang BAB V PEMBAHASAN Tanggung jawab seorang pendidik sebagai orang yang mendidik yaitu dapat merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) Tadjuddin * Abstrak: Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Kooperatif 1. Teori Belajar Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah yang lebih baik. Menurut Sardiman (1986: 22), secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak lahir manusia telah memulai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia secara formal mencakup pengetahuan kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi pembelajaran mengenai asal-usul

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

BAB II KAJIAN TEORI. belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang menggunakan paham kontruktivisme pembelajaran merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Komunikasi Matematis Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia. Dalam proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar di kelas sangat perlu diperhatikan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya di lingkungan itu" (Piaget dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pemahaman Konsep Matematis Pemahaman konsep matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dalam kehidupan manusia menduduki fungsi yang utama. sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat meningkatkan potensi diri manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dalam kehidupan manusia menduduki fungsi yang utama. sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat meningkatkan potensi diri manusia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Bahasa dalam kehidupan manusia menduduki fungsi yang utama sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat meningkatkan potensi diri manusia dalam berekspresi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model Pembelajaran Kooperatif 2.1.1.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Dalam pembelajaran kooperatif, guru berperan sebagai fasilitator

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam mempelajari suatu bahasa, khususnya bahasa asing, pembelajar

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam mempelajari suatu bahasa, khususnya bahasa asing, pembelajar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam mempelajari suatu bahasa, khususnya bahasa asing, pembelajar terlebih dahulu harus memahami kaidah-kaidah tata bahasa, seperti membuat kalimat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam ilmu pengetahuan sebagai penggerak utama perubahan menuntut pendidikan untuk terus maju melakukan adaptasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sutikno mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sutikno mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Sutikno mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci

A. PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING

A. PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING BAB IV ANALISIS A. PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Cooperative learning merupakan strategi atau pendekatan pembelajaran dalam pendidikan. Strategi ini menekankan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi Matematis Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran

Lebih terperinci

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa Indonesia, yaitu terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Besar. Proses pembelajaran yang dilakukan selama ini masih monoton dan

I. PENDAHULUAN. Besar. Proses pembelajaran yang dilakukan selama ini masih monoton dan I. PENDAHULUAN Pembahasan dalam bab ini akan difokuskan pada beberapa sub bab yang berupa latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai berbagai tujuan yang dapat membawa perubahan yang lebih baik.

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai berbagai tujuan yang dapat membawa perubahan yang lebih baik. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran sejarah, di dalam kurikulum pendidikan sejarah dapat diarahkan untuk mencapai berbagai tujuan yang dapat membawa perubahan yang lebih baik. Sebagaimana

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar 1. Defenisi Belajar pada hakikatnya adalah penyempurnaan potensi atau kemampuan pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Cooperative Learning Tipe Make A Match 2.1.1 Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan yang digunakan oleh guru untuk mencapai keberhasilan dalam

Lebih terperinci

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui II. KAJIAN TEORI 2.1 Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Metode Jigsaw, Finishing Bangunan, mahasiswa Arsitektur I. PENDAHULUAN

Kata Kunci : Metode Jigsaw, Finishing Bangunan, mahasiswa Arsitektur I. PENDAHULUAN PENGGUNAAN METODE JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN FINISHING BANGUNAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MAHASISWA TEKNIK ARSITEKTUR UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG Wienty Triyuly Tenaga Pengajar Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan maupun bidang studi non Ilmu Pendidikan. berpikir produktif, dan bekerja sama dengan teman-temannya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan maupun bidang studi non Ilmu Pendidikan. berpikir produktif, dan bekerja sama dengan teman-temannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sangat penting dikuasai oleh seluruh siswa. Salah satu alasan mengapa matematika perlu diajarkan disetiap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) Matematika merupakan mata

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) Matematika merupakan mata 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 1.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) Matematika merupakan mata pelajaran yang yang bersifat abstrak, sehingga dituntut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Makna Belajar Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang hayat, artinya belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada masa Golden Age (keemasan), sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada masa Golden Age (keemasan), sesuai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini berada pada masa Golden Age (keemasan), sesuai dengan pendapat Froebel (M. Solehuddin, 2000:33) bahwa Masa anak-anak merupakan fase yang sangat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Video Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat (mempunyai daya penglihatan), dapat melihat (Prent dkk., Kamus Latin Indonesia, 1969:926).

Lebih terperinci

ISU ISU PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PEMEBELAJARAN KOOPERATIF. Rohana STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRACT

ISU ISU PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PEMEBELAJARAN KOOPERATIF. Rohana STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRACT Rohana STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRACT In reality, especially in the subjects of Indonesian, learning activities are still carried out in the classical style. Learning is more emphasis on models that

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nur Wulan Puji Permari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nur Wulan Puji Permari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan model yang efektif digunakan dalam pembelajaran. Pembelajaran kooperatif menggunakan pendekatan student

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar (SD). IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu

Lebih terperinci

Jln. Kalimantan 37, Jember

Jln. Kalimantan 37, Jember Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Make a match (Mencari Pasangan) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Bangun Ruang Siswa Kelas V SDN Tegal Rejo 1 Mayang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan, yang diciptakan untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam suku, budaya, dan bahasa.

Lebih terperinci

2013 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW

2013 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Model pembelajaran merupakan salah satu komponen penting yang menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Ketepatan pemilihan model pembelajaran akan berdampak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi

Lebih terperinci

Nur Cholisah Matematika, FMIPA, UNESA Kampus Ketintang Surabaya 60231, telp (031) , Ps. 304,

Nur Cholisah Matematika, FMIPA, UNESA Kampus Ketintang Surabaya 60231, telp (031) , Ps. 304, PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE SILIH TANYA PADA MATERI POKOK LINGKARAN Nur Cholisah Matematika, FMIPA, UNESA Kampus Ketintang Surabaya 60231, telp (031) 8296427, 8290009 Ps. 304, 0318297677 email

Lebih terperinci

616 Seminar Nasional dan Launching ADOBSI

616 Seminar Nasional dan Launching ADOBSI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TIPE TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) PADA MATA KULIAH DASAR UMUM PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA (Upaya Pelestarian Bahasa Indonesia bagi Generasi Muda) Welsi Damayanti Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah baik di tingkat SD, SLTP maupun SLTA. Di tingkatan sekolah dasar dan lanjutan tingkat pertama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu alat komunikasi untuk saling berinteraksi dalam kehidupan manusia baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Indonesia merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran

BAB II KAJIAN TEORI. membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran 12 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja dalam bidang tertentu. Serta diharapkan mampu untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja dalam bidang tertentu. Serta diharapkan mampu untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan pada jenjang menengah yang menyiapkan peserta didiknya untuk memasuki

Lebih terperinci

Macam-Macam Model Pembelajaran

Macam-Macam Model Pembelajaran Medel pembelajaran kel.5 1. `Pembelajaran Istilah pembelajaran sama dengan proses belajar mengajar. Dalam konteks pembelajaran terdapat dua komponen penting, yaitu guru dan peserta didik yang saling berinteraksi.

Lebih terperinci

melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11

melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11 BAB II LANDASAN TEORI A. Keterampilan Berbicara 1. Pengertian Berbicara Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat(dengan perkataan,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulisan. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, fikiran,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi proses peningkatan kemampuan dan daya saing suatu bangsa. Menjadi bangsa yang maju tentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Interaksi terasa semakin penting pada saat manusia membutuhkan eksistensinya diakui,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Kedudukan Pembelajaran Menganalisis Isi dan Aspek Kebahasaan Teks Laporan Hasil Observasi Berdasarkan Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Bahasa

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan adanya peningkatan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh guru dan peserta didik serta komponen-komponen lainnya untuk mencapai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran yang digunakan sehingga siswa dituntut bekerjasama dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN TIPE KANCING GEMERINCING

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN TIPE KANCING GEMERINCING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak usia dini (PAUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam proses perkembangan unik karena proses perkembangannya (tumbuh dan kembang) dengan

Lebih terperinci

BAB V MODEL BERBASIS MULTIKULTURAL DAN PEMBELAJARANYA DALAM MASYARAKAT DWIBAHASAWAN

BAB V MODEL BERBASIS MULTIKULTURAL DAN PEMBELAJARANYA DALAM MASYARAKAT DWIBAHASAWAN 189 BAB V MODEL BERBASIS MULTIKULTURAL DAN PEMBELAJARANYA DALAM MASYARAKAT DWIBAHASAWAN Implementasi pendidikan multikultural di sekolah perlu diperjelas dan dipertegas. Bentuk nyata pembelajaran untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Rusman (2011:201) Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori kontruktivisme. Soejadi dalam Teti Sobari,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang berasumsi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang berasumsi dari 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang berasumsi dari pemikiran bahwa seseorang akan belajar dengan baik apabila mereka

Lebih terperinci

METODE DISKUSI KELOMPOK MODEL KEPALA BERNOMOR SEBAGAI INOVASI METODE PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SMP DALAM MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN

METODE DISKUSI KELOMPOK MODEL KEPALA BERNOMOR SEBAGAI INOVASI METODE PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SMP DALAM MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN METODE DISKUSI KELOMPOK MODEL KEPALA BERNOMOR SEBAGAI INOVASI METODE PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SMP DALAM MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN ABSTRAK Secara jujur harus diakui, pembelajaran Bahasa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran dapat di artikan sebagai pedoman atau acuan dalam menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan

Lebih terperinci

COOPERATIVE LEARNING. (Pembelajaran. Kooperatif) Yuni Wibowo

COOPERATIVE LEARNING. (Pembelajaran. Kooperatif) Yuni Wibowo COOPERATIVE LEARNING (Pembelajaran Kooperatif) Yuni Wibowo Pendahuluan Refleksi praktik-praktik pembelajaran disekolah Bersifat kompetisi Bersifat individual Bersifat kooperatif KOMPETISI MENGAPA TIDAK

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Think-Pair-Share (TPS) adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun

Lebih terperinci

Akhlakul Karimah dan Irni Cahyani STKIP PGRI Banjarmasin

Akhlakul Karimah dan Irni Cahyani STKIP PGRI Banjarmasin Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya ISSN 2527-4104 Vol.2 No.2, 1 Oktober 2017 193 MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA PADA KONSEP MEMECAHKAN PERMASALAHAN DAMPAK TEKNOLOGI LEWAT DISKUSI MELALUI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan moral bukanlah sebuah gagasan baru. Sebetulnya, pendidikan moral sama tuanya dengan pendidikan itu sendiri. Sejarah di negara-negara di seluruh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Make a Match 2.1.1 Arti Make a Match Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum habis waktu yang ditentukan. Menurut Lie (2002:30) bahwa,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Proses belajar tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Proses belajar tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative learning atau pembelajaran gotong royong merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan pada anak didik untuk bekerja

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Matematika Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Dalam lampiran Permendiknas No 22 tahun 2006 di kemukakan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Examples Non Examples Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga lima orang dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok

Lebih terperinci