FIBER OPTIC RING RESONATOR AS A PRELIMINARY PARAMETERS OF FIBER OPTICS GYROSCOPE SENSOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FIBER OPTIC RING RESONATOR AS A PRELIMINARY PARAMETERS OF FIBER OPTICS GYROSCOPE SENSOR"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR SF FIBER OPTIC RING RESONATOR AS A PRELIMINARY PARAMETERS OF FIBER OPTICS GYROSCOPE SENSOR YASIN AGUNG SAHODO NRP Advisor Prof. Dr. rer. nat Agus Rubiyanto, M. Eng. Sc. Departemen of Physics Faculty of Mathematic and Natural Science Sepuluh Nopember Institute of Technology Surabaya 2012 iii

2 iv

3 TUGAS AKHIR SF SERAT OPTIK BERSTRUKTUR RING RESONATOR SEBAGAI PARAMETER AWAL SENSOR GYROSKOP SERAT OPTIK YASIN AGUNG SAHODO NRP Dosen Pembimbing Prof. Dr. rer. nat Agus Rubiyanto, M. Eng. Sc. JURUSAN FISIKA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012 i

4 ii

5 FIBER OPTIC RING RESONATOR AS A PRELIMINARY PARAMETERS OF FIBER OPTICS GYROSCOPE SENSOR Name of Student : Yasin Agung Sahodo Identity Number : Departement : Physics Faculty of Mathematics and Natural Science-ITS Supervisor : Prof. Dr. rer. nat Agus Rubiyanto, M. Eng. Sc Abstract Fiber optics ring resonator was analyzed using coupled mode theory and the principle of power transfer. Analyzes fiber optics ring resonator consist of one input, two opposite inputs, and two direct input based on single mode optical fiber. A dimension of ring resonator has a radius of 5 cm, path length of 10 m. The loss power factors of ring resonator and the switching loss on refractive index of The design of fiber optics ring resonator produces a phase change in the intensity of the wave. The functions has shown effective wavelength μm for one input, μm for two opposite inputs, and μm for two direct input. The function intensity applied to obtain the initial parameters of the fiber optic gyroscope sensor for sensitivity Ω = 0.01 / h. Narrowband frequency modulation of 1 MHz to be used of sensor response. The intensity variation correspond to type of fiber optics ring resonator. Keywords : ring resonator, gyroscope, narrowband, sensitivity ix

6 x

7 SERAT OPTIK BERSTRUKTUR RING RESONATOR SEBAGAI PARAMETER AWAL SENSOR GYROSKOP SERAT OPTIK Nama Mahasisiwa : Yasin Agung Sahodo NRP : Jurusan : Fisika FMIPA-ITS Dosen Pembimbing : Prof. Dr. rer. nat Agus Rubiyanto, M. Eng. Sc Abstrak Serat optik ring resonator dianalisa berdasarkan teori moda terkopel (couple-mode) dan transfer daya. Analisa dilakukan pada jenis satu masukkan, dua masukkan berlawanan arah, dan dua masukkan searah untuk serat optik jenis moda tunggal. Dimensi ring resonator memiliki jari-jari 5 cm, panjang lintasan ring resonator 10 m. Faktor rugi-rugi daya ring resonator dan daerah penyambungan pada indeks bias efektif 1,457. Perancangan serat optik ring resonator menghasilkan fungsi intensitas terhadap perubahan fase gelombang. Fungsi tersebut menunjukkan menunjukkan panjang gelombang efektif untuk satu masukkan 1,55003 μm, dua masukkan berlawanan arah 1,54992 μm, dan dua masukkan searah 1,54996 μm. Fungsi intensitas diaplikasikan untuk mendapatkan parameter awal sensor gyroskop serat optik untuk sensitivitas. Respon sensor menggunakan modulasi frekuensi narrowband sebesar 1 MHz. Gyroskop menunjukkan perubahan intensitas sesuai dengan jenis serat optik ring resonator yang digunakan. Kata Kunci : ring resonator, gyroskop, narrowband, sensitivitas vii

8 viii

9 PERANCANGAN SERAT OPTIK BERSTRUKTUR RING RESONATOR SEBAGAI PARAMETER AWAL SENSOR GYROSKOP SERAT OPTIK TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada Bidang Studi Optoelektronika Program Studi S-1 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Oleh : YASIN AGUNG SAHODO Nrp Disetujui oleh Pembimbing Tugas Akhir : 1. Prof. Dr. rer. nat. Agus Rubiyanto, M. Eng. Sc SURABAYA, JUNI 2012 v

10 vi

11 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan Alhamdulillah ke hidarat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul : SERAT OPTIK BERSTRUKTUR RING RESONATOR SEBAGAI PARAMETER AWAL SENSOR GYROSKOP SERAT OPTIK Penulis sangat menyadari bahwa keberhasilan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan informasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Ibu, Bapak, yossi dan segenap keluarga tercinta atas segala do a, motivasi dan bantuannya baik secara material maupun spiritual. 2. Bapak Prof. Dr. rer. nat. Agus Rubiyanto, M. Eng. Sc selaku dosen pembimbing, dosen wali, terima kasih atas bimbingan, motivasi, semangat, diskusi sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir, melanjutkan pascasarjana, dan mendalami penelitian-penelitian terkait optoelektronika. 3. Bapak Endarko PhD. selaku dosen penguji, yang telah memberikan saran, kritik, sehingga banyak menambah wawasan bagi penulis untuk menyelesaikan tugas akhir. 4. Bapak Gatut Yudoyono, M.T. selaku kepala Laboratorium Optik, dosen penguji yang telah memberikan ijin penuh untuk mengerjakan penelitian di Laboratorium Optik, serta saran, kritik, sehingga banyak menambah wawasan bagi penulis untuk menyelesaikan tugas akhir dan melakukan berbagai eksperimen 5. Segenap staf pengajar dan karyawan di Jurusan Fisika, atas didikan, arahan, dan motivasi. 6. Teman-teman peneliti di BPPT Pak Sasono Rahardjo, Pak Syamroni, Pak Sarjono yang telah mengenalkan penulis mengenai penelitian-penelitian terkini dalam bidang xi

12 optoelektronika dan semangat untuk menjadi masyarakat ilmiah khususnya di bidang fotonik. 7. Keluarga besar Selvy S.W. yang memberikan dukungan kepada penulis untuk terus melanjutkan studi sampai jenjang pascasarjana. 8. Teman-teman yang terlibat langsung dalam penelitian yang penulis lakukan Pak Harmadi, Pak Arifin, mbak erna, mbak pipit, mbak tika, mas aryo, mas nur hadi, rudi, mastuki, arifin, vira, rizqa, geoidy, atoy, chettie, vica dan temanteman lainya, terima kasih atas diskusi, social gathering selama ini. 9. Teman-teman Spektrum 08 dan semua penguni lab optik terima kasih atas do a, semangat, dan bantuannya. 10. Teman-teman kontrakan sistem perkapalan, Bayu A.K, Zaki M., Fauzan H., Aditya Hendra, S. Prabowo, Samsu D. yang telah meringankan beban penulis untuk menetap di Surabaya. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan Tugas Akhir. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih memerlukan pengembangan dan penyempurnaan yang terjadi karena keterbatasan dari berbagai faktor. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis sangat menghargai kritik dan saran terhadap Tugas Akhir ini. Sebagai penutup, semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi pembaca. Surabaya, Juni 2012 Penulis xii

13 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i LEMBAR PENGESAHAN... v ABSTRAK....vii KATA PENGANTAR... xi DAFTAR ISI...xiii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR TABEL... xxi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Tugas Akhir Perumusan Masalah Batasan Masalah Manfat Penelitian Tugas Akhir BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Directional Coupler Serat Optik Berstruktur Ring Resonator Gyroskop Serat Optik Modulasi Frekuensi BAB III METODOLOGI 3.1 Perancangan Serat Optik Ring Resonator Sistematika Analisa dan Perhitungan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Directional Coupler pada Ring Resonator dan pengaruhnya terhadap nilai dan Fungsi Intensitas pada Serat Optik Ring Resonator Serat Optik Ring Resonator Satu Masukkan Serat Optik Ring Resonator Dua Masukkan Berlawanan Arah xiii

14 4.2.3 Serat Optik Ring Resonator Dua Masukkan Searah Respon Serat Optik Ring Resonator pada Kondisi Resonansi Modulasi pada SORR yang diaplikasikan untuk Gyroskop Serat Optik Respon Sensitivitas pada SORR yang diaplikasikan untuk Gyroskop Fiber Optik Perubahan Intensitas SORR yang diaplikasikan pada Gyroskop Fiber Optik BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN A LAMPIRAN B LAMPIRAN C BIODATA PENULIS xiv

15 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Intensitas dan Panjang Gelombang Resonansi SORR 29 Tabel 4.2 Perubahan Intensitas terhadap Resolusi Ω pada FORR Tabel 4.3 Fungsi Regresi Linear pada FORR untuk Gyroskop xxi

16 chapter1.doc chapter2.doc chapter3.doc chapter4.doc chapter5.doc

17 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Serat optik merupakan media untuk mentransmisikan cahaya sebagai sarana telekomunikasi. Serat optik memiliki keunggulan kecepatan transmisi dan akurasi data yang tinggi. Keunggulan serat optik dapat dimanfaatkan sebagai sensor. Sensor serat optik bekerja dengan memanfaatkan faktor rugi-rugi daya dari transmisi cahaya melalui metode microbending, macrobending, dan penggantian cladding dengan bahan yang sensitif sebagai head sensor (Francis, 2002). Rugi-rugi daya menyebabkan perubahan intensitas sensor serat optik karena berkurangnya pemantulan dalam sempurna pada core serat optik. Pemantulan dalam sempurna yang berkurang mengakibatkan cahaya yang terpandu sulit di deteksi detektor, sehingga kinerja sensor yang memanfaatkan intensitas memiliki daerah kerja yang terbatas. Selain itu, serat optik dengan ukuran yang relatif panjang mempengaruhi besarnya daya yang hilang karena faktor rugi-rugi daya transmisi dan mempengaruhi akusisi data (Gracia, 2008). Gyroskop adalah sensor yang berfungsi untuk mengetahui perubahan rotasi terhadap titik orientasi. Gyroskop bekerja dengan memberikan hasil pengukuran terhadap perubahan sudut suatu objek terhadap posisi awal (Armenise dkk, 2010). Sensor gyroskop menggunakan serat optik memiliki resolusi kecepatan sudut hingga (Ciminelli, 2005). Akan tetapi kendala yang dihadapi pada gyroskop serat optik adalah total serat optik yang digunakan harus panjang, sensitivitas masih cukup rendah, dan 1

18 2 intensitas yang terukur sangat kecil. Sehingga pengembangan analisa gyroskop serat optik perlu ditingkatkan untuk mendapatkan kinerja yang lebih optimal, salah satunya gyroskop menggunakan struktur serat optik ring resonator. 1.2 Tujuan Tugas Akhir Penelitian ini bertujuan untuk merancang serat optik ring resonator melalui analisa parameter. Adapun serat optik ring resonator yang digunakan adalah ring resonator tunggal dengan variabel satu sumber cahaya, dua sumber cahaya yang berlawanan arah, dan dua sumber cahaya yang searah. jenis serat optik yang digunakan memiliki moda tunggal. bekerja pada panjang gelombang efektif 1,55 dan indeks bias 1,457. Pengaplikasian serat optik ring resonator untuk gyroskop serat optik menggunakan parameter berupa panjang total serat optik pada ring resonator 10 m, dan sensitivitas kecepatan sudut hingga. 1.3 Perumusan Masalah Agar permasalahan pada penelitian ini menjadi runut dan sederhana maka perlu adanya urutan masalah yang harus dipahami, yaitu : 1. Bagaimana membuat hasil analisa struktur serat optik ring resonator yang terdiri atas satu sumber cahaya, dua sumber cahaya yang berlawanan arah, dan dua sumber cahaya yang searah. 2. Bagaimana mengoptimalkan serat optik ring resonator yang diaplikasikan sebagai sensor gyroskop serat optik dengan parameter panjang total serat optik pada ring

19 3 resonator 10 m, dan sensitivitas kecepatan sudut hingga. 1.4 Batasan Masalah Agar penelitian tidak menjauh dari tujuannya maka diperlukan adanya batasan masalah, yaitu : 1. Jenis serat optik yang digunakan dalam adalah moda tunggal yang bekerja pada panjang gelombang efektif 1, Sensitivitas gyroskop serat optik yang diinginkan adalah dan panjang total daerah ring resonator adalah 10 m. 3. Directional Coupler pada ring resonator memiliki perbandingan 50 : Manfaat Penelitian Tugas Akhir Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai parameter awal untuk memfabrikasi serat optik ring resonator yang diaplikasikan pada sensor gyroskop serat optik.

20 4 Halaman ini sengaja dikosongkan

21 2.1 Directional Coupler BAB II TINJAUAN PUSTAKA Directional coupler merupakan perangkat yang berfungsi sebagai pembagi daya, filter panjang gelombang, pemisah polarisasi cahaya dan sebagai pemodulasi cahaya. Directional coupler terdiri atas dua buah kanal, yaitu kanal A dan kanal B dengan fungsi gelombang masing-masing (2.1a) (2.1b) dengan dan adalah fungsi distribusi medan ternormalisasi, yaitu daya yang mengalir melalui penampang transversal luasan setiap pandu gelombang, A (z) dan B (z) adalah amplitudo masing-masing medan. A (z) 2 B (z) 2 I II Gambar 2.1 Proses pemindahan daya pada directional coupler 5

22 6 Proses perpindahan daya gelombang optik antar kanal serat optik penyusun directional coupler dapat dijelaskan menggunakan coupled-mode theory (teori moda terkopel). Apabila jarak antar kanal sangat lebar, maka gelombang optik yang merambat dalam kanal A dengan konstanta propagasi tidak berinteraksi terhadap kanal B dengan konstanta propagasi. Apabila jarak kedua kanalnya berdekatan tanpa dibatasi oleh cladding, maka gelombang dalam kanal A mengalami kebocoran. Kebocoran gelombang menyebabkan kanal A mempengaruhi kanal B sehingga gelombang menjalar pada kanal B yang dipengaruhi oleh A (Rubiyanto & Rohedi, 2000). Hubungan antara amplitudo kanal A dengan kanal B yang saling terkopel untuk kasus unidirectional yaitu (2.2a) (2.2b) dengan к ab, к ba koefisien-koefisien kopling antar kedua moda, j b a z e propagasi yang saling terkait antar kanal Penyelesaian persamaan 2.1 dan 2.2 menghasilkan persamaan amplitudo untuk setiap kanal yaitu dengan nilai konstanta-konstanta yang diberikan adalah (2.3) (2.4) (2.5) (2.6) Directional coupler untuk serat optik berstruktur ring resonator memiliki nilai k pada kedua kanal sama, sehingga nilai maka. Berdasarkan asumsi ini persamaan 2.3 dan 2.4 dapat dituliskan menjadi (2.7) (2.8)

23 7 Nilai amplitudo maksimum pada persamaan 2.7 dan 2.8 terjadi pada kondisi (2.9) nilai untuk di sebut dengan panjang daerah kopling berdasarkan 2.9 adalah (2.10) dengan mensubstitusikan persamaan 2.10 ke persamaan 2.7 dan 2.8 di dapatkan (2.11) (2.12) Persamaan 2.11 dan 2.12 menyatakan fungsi amplitudo dalam directional coupler yang memiliki karakteristik kanal yang sama (Okamoto, 2006). 2.2 Serat Optik Berstruktur Ring Resonator Serat optik atau pandu gelombang cahaya merupakan media transmisi yang dikembangkan diakhir tahun 1960-an. Prinsip kerja dari serat optik mentransmisikan gelombang cahaya. Gelombang cahaya yang ditransmisikan berupa sinyal optik yang membawa informasi. Sinyal optik di hasilkan oleh LED atau LASER yang berfungsi untuk mengubah sinyal listrik menjadi sinyal optik. Penerima sinyal optik adalah fotodetektor yang berfungsi untuk mengubah sinyal optik menjadi sinyal listrik (Mandal dkk., 2007). Serat optik berstruktur ring resonator (SORR) merupakan komponen optika terpadu yang dimanfaatkan untuk wavlenght filtering (filter gelombang), optical switching (saklar optik) dan optical sensing (sensor optik). SORR terdiri dari directional coupler dan ring resonator serat optik yang tersambung dan beresonansi pada gelombang tertentu. Analisa SORR memiliki kerumitan berupa perubahan konstanta propagasi dalam setiap susunan serat optik yang di lalui, perubahan sifat material serat optik yang di susun, dan

24 8 analisa directional coupler yang digunakan (Elshoff dkk., 2010). Agar analisa pada SORR lebih sederhana, maka analisa ditekankan pada fungsi respon intensitas FORR (Stokes dkk., 1982). Analisa SORR yang dilakukan memperhatikan faktor rugirugi daya pada setiap segmen susunan SORR, dan perubahan fase (Yariv, 2000). Struktur SORR dasar ditunjukkan pada Gambar 2.2. Struktur SORR dasar terdiri atas satu buah directional coupler dengan rasio 50 : 50 dan ring serat optik dengan radius. Koefisien rugi-rugi daya terdiri atas rasio directional coupler dan, ring serat optik. Penjalaran cahaya dalam sistem ini memiliki variasi yang berkaitan dengan atenuasi konstan yang berinterasksi dalam ring serat optik sehingga terjadi resonansi. Gambar 2.2. Struktur serat optik ring resonator (SORR) dasar Parameter directional coupler teridiri atas dan yang menentukkan perbandingan konstanta coupler. Pada jenis directional coupler 50:50 maka. Tanda menunjukkan konjugate pada dan yaitu untuk arah penjalaran cahaya yang berlawanan. Paremeter coupler diasumsikan simetri, dalam rangka untuk lebih menyederhanakan model, sehingga : (2.13)

25 9 E i1 di pilih 1. Kemudian fungsi gelombang cahaya pada Struktur SORR dasar adalah (2.14) (2.15) (2.16) Substitusi persamaan 2.14, 2.15, dan 2.16 menghasilkan Nilai intensitas transmisi cahaya pada adalah : (2.17) (2.18) (2.19) (2.20) (2.21) (2.22) Respon Intensitas pada persamaan 2.21 ditunjukkan pada Gambar 2.3 (Rabus, 2007). Gambar 2.3. Respon intensitas untuk serat optik ring resonator (SORR) dasar dengan konstanta,,, dan

26 Gyroskop Serat Optik Gyroskop adalah sensor yang berfungsi untuk mengetahui perubahan rotasi terhadap titik orientasi. Gyroskop bekerja dengan memberikan hasil pengukuran terhadap perubahan sudut suatu objek terhadap posisi awal. Pada gyroskop serat optik, pengukuran sudut diketahui berdasarkan perbedaan fase antara propagasi cahaya yang searah jarum jam dan berlawanan jarum jam sehingga menimbulkan respon perubahan intensitas akibat inteferensi antara kedua buah arah propagasi cahaya. Sistem kerja gyroskop serat optik bersifat pasif. SORR dapat dimanfaatkan sebagai Gyroskop Pasif yang memiliki keuntungan berupa penguatan intensitas pada bagian ring resonator (Armenise dkk., 2010). Propagasi cahaya yang melalui ring resonator memiliki prinsip kerja yang sesuai dengan inteferomater Sagnac. Inteferometer sagnac dikembangkan dari prinsip Inteferometer Michelson. Cahaya yang yang seharusnya dipantulkan kembali ke beam spliter pada Inteferometer Michelson justru diteruskan ke arah cahaya yang berlawanan arah sesuai dengan Gambar 2.4 Gambar 2.4. Susunan Inteferometer Sagnac

27 11 Apabila inteferometer Sagnac di putar dengan kecepataan sudut tertentu maka kecepatan arah cahaya yaitu (2.23) (2.24) untuk searah jarum jam dan untuk berlawanan arah jarum jam. Berdasarkan teori relativitas Einstein maka kecepatan propagasi cahaya menjadi (2.25) (2.26) (2.27) dengan kecepatan cahaya dalam vakum, indeks bias serat optik ring resonator, kecepatan linear, kecepatan sudut dan jari-jari ring resonator(lipson dkk., 2010). Waktu tempuh cahaya pada ring resonator umumnya (2.28) Gyroskop serat optik berputar dengan kecepatan sudut dan dipengaruhi oleh kecepatan relatif terhadaparah propagasi cahaya, sehingga waktu tempuh masin-masing propagasi cahaya (2.29) Perbedaan waktu tempuh antara dan adalah (2.30) (2.31) apabila sumber cahaya memiliki panjang gelombang tertentu maka terjadi perbedaan fase yang di deteksi oleh detektor yaitu (2.32) dengan jumlah lilitan seluruh panjang serat optik pada ring resonator. Prinsip inteferometer Sagnac dimanfaatkan pada gyroskop optik (Meschede, 2007)

28 12 Perkembangan teknologi pada bidang optik membuat perkembangan gyroskop optik menggunakan media serat optik. Gyroskop serat optik memanfaatkan prinsip inteferometer Sagnac. Strukutur gyroskop serat optik ditunjukkan oleh Gambar 2.5 (Rao dkk., 2011). Gambar Struktur gyroskop serat optik berbasis inteferometer Sagnac 2.4 Modulasi Frekuensi Pada proses mentransmisikan musik, suara manusia, atau sinyal data, seringkali dibutuhkan sinyal transmisi yang dapat ditangkap dalam cakupan jarak yang luas. Contohnya, sinyal radio dengan frekuensi tertentu dalam orde MHz. Gelombang pada frekuensi ini merambat melalui atmosfer dan ditangkap oleh pesawat radio. Akan tetapi sinyal yang didengar berupa suara tidak berada pada range frekuensi tersebut. Oleh karena itu, suara harus dimodulasi agar dapat ditransmisikan. Sinyal berfrekuensi lebih tinggi harus dibuat untuk membawa sinyal yang berfrekuensi lebih rendah. Sinyal berfrekuensi lebih tinggi dimodulasi oleh informasi yang dibawa, contohnya suara. Hal yang sama juga terjadi pada transmisi data, data memodulasi frekuensi yang dapat ditransmisikan oleh media transmisi.

29 13 Modulasi terdiri dari modulasi amplitudo dan modulasi fase, dan modulasi frekuensi. Penggunaan modulasi disesuaikan dengan kebutuhan instrument yang digunakan (Susilawati, 2009). Gyroskop serat optik pada umunya menggunakan teknik modulasi untuk meningkatkan sensitivitas dan akurasi pengukuran. Teknik modulasi yang digunakan menggunakan modulasi frekuensi, modulasi fase, dan modulasi amplitudo. Rao,dkk memanfaatkan teknik modulasi frekuensi jenis narrowband untuk memodulasi SORR jenis satu masukkan. Modulasi frekuensi jenis narrowband serupa dengan modulasi frekuensi dengan persamaan (2.33) Nilai adalah, adalah amplitudo gelombang carrier, rotasi gyroskop, kecepatan sudut gelombang carrier, frekuensi modulasi, perubahan frekuensi modulasi, dan adalah indeks modulasi (Rao dkk., 2011). Gambar 2.6. Proses Modulasi Sinyal (a) Sinyal Pembawa (b) sinyal pemodulasi dan (c) sinya termodulasi frekuensi (FM modulation) Halaman ini sengaja dikosongkan

30 BAB III METODOLOGI 3.1. Perancangan Serat Optik Ring Resonator Simulasi secara analitis digunakan untuk memeriksa interaksi cahaya dalam ring resonator. Analisa yang dilakukan difokuskan pada interaksi penjalaran sumber cahaya. ( a ) ( b ) ( c ) Gambar 3.1 Struktur serat optik ring resonator dengan variabel (a) satu masukkan (b) dua masukkan berlawanan arah (c) dua masukkan searah Serat optik berstruktur ring resonator yang dianalisa ditunjukkan pada Gambar 3.1. Jenis yang di analisa terdiri dari satu masukkan, dua masukkan berlawanan arah, dan dua masukkan searah untuk serat optik jenis moda tunggal(ciminelli dkk., 2009). Perancangan SORR memiliki komponen directional coupler, dan ring resonator. Parameter directional coupler yang digunakan memiliki koefisien coupler 50:50 dan paremeter ring resonator memiliki radius 10 cm, panjang lilitan SORR dalam radius meter dan digunakan 10 m. Pengaplikasian SORR untuk gyroskop memiliki sensitivitas yang diinginkan 0,01. Parameter serat optik pada SORR yaitu niali indeks bias 1,457, koefisien rugi-rugi daya ring resonator 0,1 /m dan daerah persambungan 0,3. Sumber cahaya pada sistem gyroskop serat optik dimodulasi dengan modulasi frekuensi narrowband sebesar 1 MHz. 15

31 Sistematika Analisa dan Perhitungan Analisa dan perhitungan untuk mendapatkan respon kerja SORR pada penelitian Tugas Akhir memiliki langkahlangkah sebagai berikut : 1. Menentukan data parameter ring resonator yang meliputi :,, dan data parameter masukkan meliputi,. 2. Menentukan perbandingan koefisien coupler pada directional coupler yang ditentukan 50: Menentukan fungsi intensitas untuk SORR satu masukkan, dua input masukkan berlawanan arah, dan dua masukkan searah dengan menerapkan persamaan (3.2) 4. Menentukan panjang gelombang efektif SORR kondisi resonansi pada fungsi resonansi dengan syarat (3.3) melalui grafik 5. Menerapkan modulasi sumber cahaya dengan persamaan modulasi (3.5) (3.6) 6. Menentukan sensitivitas kecepatan rotasi gyroskop serat optik yaitu 0,01, dengan meneraplan nilai perubahan fase SORR sesuai persamaan (3.4)

32 17 7. Menerapakan fungsi untuk mencari sampling waktu efektif terhadap sensitivitas gyroskop serat optik. 8. Menentukan persamaan linearitas kinerja gyroskop serat optik ring resonator dengan fungsi dengan parameter,,, dan directional coupler 50:50

33 18 Parameter Serat Optik ring resonator Parameter Ring Resonator Indeks Bias Koefisien Coupler (50:50) Fungsi Intensitas Respon (Grafik) Tidak Optimal Optimal Fungsi Modulasi Frekuensi Tidak Optimal Respon Resolusi Gambar 3.2 Alogaritma perancangan gyroskop serat optik ring resonator

34 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter yang digunakan untuk merancang Gyroskop menggunakan serat memiliki komponen dua buah directional coupler dengan karakteristik yang sama, satu buah ring resonator yang memiliki variabel berupa panjang serat optic, jari-jari ring, dan jumlah sumber masukkan cahaya. Perancangan sensor gyroskop serat optik dilakukan agar memiliki resolusi 0,01. Sensor gyroskop serat optik memberikan respon yang optimal apabila jari-jari ring sangat kecil, hingga mendekati orde (Rabus dkk., 2002). Akan tetapi proses fabrikasi sangat sulit, oleh karena itu digunakan jari-jari dalam orde. Optimalisasi lain untuk kinerja serat optik dapat dilakukan dengan pemberian modulasi pada sistem SORR sebagai head sensor gyroskop (Chen S dkk, 2008). 4.1 Parameter Directional Coupler pada Ring Resonator dan Pengaruhnya Terhadap Nilai dan Persamaan directional coupler yang digunakan pada sistem SORR menggunakan pendekatan sesuai dengan persamaan 2.11 dan Pada umumnya datasheet directional coupler hanya menunjukkan nilai perbandingan daya yang dibagi antara kedua buah kopling. Directional coupler umumnya memiliki nilai perbandingan daya 50:50, dan 1:99. Jumlah daya maksimum directional coupler sehingga persamaan 2.11 dan 2.12 dapat ditulis (4.1) (4.2) Apabila perbandingan daya 50:50 maka persamaan 4.2 menjadi 19

35 20 sehingga didapatkan maka untuk perbandingan daya 50:50 nilai adalah (4.3) (4.4) (4.5) 4.2 Fungsi Intensitas pada Serat Optik Ring Resonator Penjalaran gelombang cahaya dalam SORR memiliki keterkaitan dengan fungsi gelombang sumber cahaya, koefisien coupler, rugi-rugi daya dan beda fase pada ring resonator. Analisa SORR dipengaruhi oleh polarisasi cahaya dalam serat optik. Polarisasi cahaya dalam serat optik untuk SORR diasumsikan tidak berubah pada directional coupler dan ring resonator sehingga tidak dianalisa dalam SORR (K. Hotate, 1994) Serat Optik Ring Resonator Satu Masukkan Serat Optik Ring Resonator dengan satu masukkan terdiri atas satu buah masukkan cahaya, dua buah keluaran cahaya, dua buah directional coupler, dan satu buah ring serat optik yang m memiliki susunan sesuai Gambar 4.1.

36 21 Gambar 4.1 Struktur serat optik ring resonator dengan satu masukkan Berdasarkan Gambar 4.1 dapat didefinisikan konstanta-konstanta sebagai berikut (Okamoto, 2006). (4.6) (4.7) dengan kopling rasio ke-i, panjang daerah kopling ke-i, (4.8) (4.9) rugi daya pada ring resonator, rugi daya pada daerah persambungan antar komponen, dan perubahan fase pada ring resonator. Penjalaran cahaya dalam sistem ini memiliki interaksi terhadap faktor rugi-rugi daya maupun fase yang terjadi di ring resonator. Interaksi tersebut dirumuskan menjadi : (4.10) (4.11) (4.12)

37 22 (4.13) Persamaan 4.12 dan 4.13 dapat diubah bentuk melalui eliminasi menjadi (4.14) (4.15) Substitusi persamaan 4.15 ke persamaan 4.10 dan dengan menerapkan maka diperoleh (4.16) Substitusi persamaan 4.14 ke persamaan 4.11 dan dengan menerapkan maka diperoleh (4.17) Fungsi intensitas Serat optik ring resonator dengan satu masukkan didapatkan dari pada persamaan 4.16 dan 4.17 yaitu (4.18) (4.19) Serat Optik Ring Resonator Dua Masukkan Berlawanan Arah Serat Optik Ring Resonator dengan dua masukkan berlawanan arah terdiri atas dua buah masukkan cahaya yang

38 23 berlawanan arah, dua buah keluaran cahaya, dua buah directional coupler, dan satu buah ring serat optik yang memiliki susunan sesuai Gambar 4.2. Gambar 4.2 Struktur serat optik ring resonator dengan dua masukkan berlawanan arah Penjalaran cahaya dalam sistem ini memiliki interaksi terhadap faktor rugi-rugi daya maupun fase yang terjadi di ring resonator. Interaksi tersebut dirumuskan menjadi : (4.20) (4.21) (4.22) (4.23) Persamaan 4.22 dan 4.23 dapat diubah bentuk menggunakan metode eliminiasi sehingga menjadi (4.24)

39 24 (4.25) Substitusi persamaan 4.25 ke persamaan 4.20 dan dengan menerapkan maka diperoleh (4.26) Substitusi persamaan 4.24 ke persamaan 4.21 dan dengan menerapkan maka diperoleh (4.27) Fungsi intensitas Serat optik ring resonator dengan satu masukkan didapatkan dari pada persamaan 4.26 dan 4.27 yaitu (4.28)

40 25 (4.29) Serat Optik Ring Resonator Dua Masukkan Serah Serat Optik Ring Resonator dengan dua masukkan searah terdiri atas dua buah masukkan cahaya yang searah, dua buah keluaran cahaya, dua buah directional coupler, dan satu buah ring serat optik yang memiliki susunan sesuai Gambar 4.3. Gambar 4.3 Struktur serat optik ring resonator dengan dua masukkan searah Penjalaran cahaya dalam sistem ini memiliki interaksi terhadap faktor rugi-rugi daya maupun fase yang terjadi di ring resonator. Interaksi tersebut dirumuskan menjadi : (4.30) (4.31)

41 26 (4.32) (4.33) Persamaan 4.33 dapat diubah bentuk menggunakan metode eliminiasi sehingga menjadi (4.34) Substitusi persamaan 4.34 ke persamaan 4.30 dan dengan menerapkan maka diperoleh (4.35) Substitusi persamaan 4.34 ke persamaan 4.31 dan dengan menerapkan maka diperoleh (4.36) Fungsi intensitas Serat optik ring resonator dengan satu masukkan didapatkan dari pada persamaan 4.35 dan 4.36 yaitu

42 27 (4.37) (4.38) dengan nilai dan masing-masing adalah (4.39) (4.40)

43 Respon Serat Optik Ring Resonator pada Kondisi Resonansi Berdasarkan fungsi intensitas terdapat faktor fase pada semua jenis SORR. Nilai fase dipengaruhi oleh, dari persamaan 3.3. Faktor fase mempengaruhi resonansi gelombang cahaya pada SORR, berdasarkan persamaan 3.3 maka resonansi dapat terjadi pada panjang gelombang tertentu. Berdasarkan kondisi dengan asumsi nilai,, dan pada persamaan 3.3 maka diperoleh untuk masing-masing jenis SORR. dapat ditunjukkan oleh grafik menggunakan software Scilab. Gambar 4.4. Respon SORR satu masukkan pada kondisi resonansi dengan

44 29 Gambar 4.5. Respon SORR dua masukkan berlawanan arah pada kondisi resonansi dengan Gambar 4.6. Respon SORR dua masukkan searah pada kondisi resonansi dengan

45 30 Berdasarkan data-data yang digunakan pada konstantakonstanta untuk persamaan Fungsi Intensitas diperoleh respon intensitas untuk masing-masing struktur SORR pada Gambar 4.4 sampai Gambar 4.6. Intensitas-intensitas maksimum berbeda pada setiap struktur SORR dengan panjang gelombang yang berbedabeda dan di sebut panjang gelombang efektif yang ditunjukkan Tabel. 1. Tabel 4.1. Intensitas dan Panjang Gelombang Resonansi SORR Jenis SORR Intensitas (db) Eo1 Eo2 Satu masukkan ,55003 Dua masukkan ,54992 berlawanan arah Dua masukkan ,54996 searah Panjang gelombang efektif pada masing-masing jenis SORR digunakan sebagai sumber cahaya yang dimodulasi pada gyroskop serat optik. 4.4 Modulasi pada SORR yang Diaplikasikan untuk Gyroskop Serat Optik Fungsi modulasi yang ditunjukkan pada persamaan 3.5 dan 3.6 digunakan dengan menerapkan nilai konstanta yang digunakan yaitu frekuensi modulasi 1 Mhz, deviasi frekuensi modulasi 10 khz, sehingga nilai indeks modulasi. Parameter pada ring resonator sebagai head sensor gyroskop serat optik adalah, kecepatan propagasi cahaya, resonator pada FORR, panjang total ring jumlah lilitan dalam ring

46 31 resonator,, dan panjang gelombang efektif yang digunakan sesuai dengan jenis SORR masing-masing. Gambar 4.7. Respon modulasi SORR satu masukkan dengan frekuensi 1 MHz jenis narrowband pada serat optik ring resonator dengan parameter dan directional coupler 50:50

47 32 Gambar 4.8. Respon modulasi SORR satu masukkan dengan frekuensi 1 MHz jenis narrowband pada serat optik ring resonator dengan parameter dan directional coupler 50:50 Gambar 4.9. Respon modulasi SORR dua masukkan berlawanan arah dengan frekuensi 1 MHz jenis narrowband pada serat optik ring resonator dengan parameter dan directional coupler 50:50

48 33 Gambar Respon modulasi SORR dua masukkan berlawanan arah dengan frekuensi 1 MHz jenis narrowband pada serat optik ring resonator dengan parameter dan directional coupler 50:50 Gambar Respon modulasi SORR dua masukkan searah dengan frekuensi 1 MHz jenis narrowband pada serat optik ring resonator dengan parameter 50:50 dan directional coupler

49 34 Gambar Respon modulasi SORR dua masukkan searah dengan frekuensi 1 MHz jenis narrowband pada serat optik ring resonator dengan parameter dan directional coupler 50:50 Modulasi yang digunakan pada sistem SORR untuk gyroskop serat optik adalah modulasi frekuensi. Modulasi frekuensi yang digunakan memiliki deviasi frekuensi yang sangat kecil dan disebut narrowband. Nilai deviasi yang sangat kecil menyebabkan sehingga penyelesaian persamaan modulasi frekuensi jenis narrowband mirip dengan modulasi amplitude (Rao dkk., 2011). Proses komputasi yang dilakukan menggunakan Scilab dengan fase termodulasi persamaan 3.5 dan 3.6 pada fungsi intensitas untuk masing-masing jenis SORR. Modulasi frekuensi jenis narrowband digunakan untuk memudahkan mendapatkan respon gyroskop serat optik dengan sensitivitas 0,01. Gambar 4.7 sampai 4.12 menunjukkan respon perubahan terhadap resolusi gyroskop serat optik 0,01

50 35 dengan bentuk gelombang yang mirip, karena semua repson menggunakan modulasi yang sama. Efek modulasi frekuensi jenis narrowband memberikan respon mirip dengan modulasi amplitude. Respon pada Gambar 4.6 sampai 4.12 menunjukkan jarum jam. untuk rotasi gyroskop serat optik berlawanan untuk rotasi gyroskop serat optik searah jarum jam. Modulasi narrowband menyebabkan penambahan amplitudo gelombang sesuai dengan perubahan resolusi gyroskop. Penambahan yang terjadi dapat terlihat dengan jelas pada waktu tertentu, sesuai dengan waktu periodik terjadinya resonansi gelombang pada SORR. Respon gyroskop yang baik diharapkan memberikan respon waktu pengukuran yang cepat dideteksi, perubahan nilai amplitudo yang mudah dideteksi, sehingga digunakan berbagai variasi jenis SORR. Gambar 4.7 sampai 4.12 menunjukkan perubahan sensitivitas. Perubahan ini menunjukkan bahwa pengambilan sampling sinyal termodulasi dapat dilakukan antara detik. Pengambilan sampling perlu dilakukan untuk seluruh daerah waktu tersebut. 4.5 Respon Sensitivitas pada SORR yang diaplikasikan untuk Gyroskop Serat Optik Respon sensitivitas menunjukkan kecepatan respon terhadap resolusi gyroskop serat optik dengan sensitivitas 0,01.

51 36 Gambar Respon intensitas SORR satu masukkan untuk mengetahui sensitivitas gyroskop serat optik dengan modulasi frekuensi 1 MHz jenis narrowband pada serat optik ring resonator dengan parameter dan directional coupler 50:50 Gambar Respon intensitas SORR satu masukkan untuk mengetahui sensitivitas gyroskop serat optik dengan modulasi frekuensi 1 MHz jenis narrowband pada serat optik ring resonator dengan parameter

52 37 50:50 dan directional coupler Gambar Respon intensitas SORR dua masukkan berlawanan arah untuk mengetahui sensitivitas gyroskop serat optik dengan modulasi frekuensi 1 MHz jenis narrowband pada serat optik ring resonator dengan parameter dan directional coupler 50:50 Gambar Respon intensitas SORR dua masukkan berlawanan arah untuk mengetahui sensitivitas gyroskop serat optik dengan modulasi

53 38 frekuensi 1 MHz jenis narrowband pada serat optik ring resonator dengan parameter dan directional coupler 50:50 Gambar Respon intensitas SORR dua masukkan searah untuk mengetahui sensitivitas gyroskop serat optik dengan modulasi frekuensi 1 MHz jenis narrowband pada serat optik ring resonator dengan parameter 50:50 dan directional coupler

54 39 Gambar Respon intensitas SORR dua masukkan searah untuk mengetahui sensitivitas gyroskop serat optik dengan modulasi frekuensi 1 MHz jenis narrowband pada serat optik ring resonator dengan parameter 50:50 dan directional coupler Hasil respon grafik pada Gambar 4.13 hingga Gambar 4.18 menggunakan syarat batas sampai detik, dan batas sensitivitas gyroskop dari sampai. Bentuk tampilan grafik tiga dimensi pada Gambar 4.13 sampai Gambar 4.18 menunjukkan waktu sampling respon yang cepat terdapat pada waktu 0,5 detik. Respon sensitivitas gyroskop serat optik ring resonator memiliki range perubahan intensitas yang ditunjukkan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Perubahan Intensitas terhadap Resolusi pada FORR Jenis FORR Intensitas (db) Pada Eo1 Satu input 5,59 Eo2 Satu input -15,948 Eo1 Dua input 4,75 berlawanan Eo2 Dua input -0,561 berlawanan Eo1 Dua input -9,861 searah Eo2 Dua input -9,861 searah Respon sensitivitas memiliki range perubahan intensitas sangat kecil, yang tidak dapat ditunjukkan untuk ketelitian tiga

55 40 digit dibelakang koma sehingga dilakukan komputasi dengan metode penampilan grafik berbeda menggunakan Scilab. Gambar 4.13 sampai Gambar 4.18 bertujuan untuk mengetahui persebaran sensitivitas terhadap respon waktu tertentu, dan diketahui bahwa waktu optimum terdapat pada detik. Respon ini dapat diolah dalam domain frekuensi sehingga dapat diaplikasikan menggunakan sistem kontrol. 4.6 Perubahan Intensitas SORR yang diaplikasikan pada Gyroskop Fiber Optik Perubahan intensitas merupakan faktor penting untuk mengetahui respon gyroskop serat optik. Respon perubahan intesitas pada SORR bersifat periodik, dan memiliki nilai optimum pada periode tertentu, berdasarkan komputasi yang telah dilakukan nilai optimum terdapat pada periode. Pembatasan perhitungan grafik menggunakan panjang total lintasan ring resonator dengan variabel fungsi intesitas pada masing-masing struktur SORR yang digunakan. Gambar Respon intensitas SORR satu masukkan untuk

56 41 mengetahui linearitas sensitivitas gyroskop serat optik dengan modulasi frekuensi 1 MHz jenis narrowband pada serat optik ring resonator dengan parameter directional coupler 50:50, detik dan Gambar Respon intensitas SORR satu masukkan untuk mengetahui linearitas sensitivitas gyroskop serat optik dengan modulasi frekuensi 1 MHz jenis narrowband pada serat optik ring resonator dengan parameter 50:50, detik dan directional coupler

57 42 Gambar Respon intensitas SORR dua masukkan berlawanan arah untuk mengetahui linearitas sensitivitas gyroskop serat optik dengan modulasi frekuensi 1 MHz jenis narrowband pada serat optik ring resonator dengan parameter 50:50, detik dan directional coupler Gambar Respon intensitas SORR dua masukkan berlawanan arah untuk mengetahui linearitas sensitivitas gyroskop serat optik dengan modulasi frekuensi 1 MHz jenis narrowband pada serat optik ring resonator dengan parameter 50:50, detik dan directional coupler

58 43 Gambar Respon intensitas SORR dua masukkan searah dan untuk mengetahui linearitas sensitivitas gyroskop serat optik dengan modulasi frekuensi 1 MHz jenis narrowband pada serat optik ring resonator dengan parameter 50:50, detik dan directional coupler Gambar 4.17 sampai Gambar 4.21 menunjukkan perubahan fungsi intesitas secara linear dengan nilai gradien yang berbedabeda. Perbedaan lain yang ditunjukkan pada Gambar 4.17 sampai Gambar 4.20 adalah nilai intensitas yang dihasilkan. Gyroskop serat optik dapat bekerja secara optimal menggunakan SORR apabila gradien dan intensitas yang dihasilkan cukup besar, sehingga detektor pada sistem gyroskop serat optik ring resonator mudah menerima sinyal dari gyroskop. Fungsi gradien dan intesitas kinerja FORR gyroskop ditunjukkan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Fungsi Regresi Linear pada FORR untuk Gyroskop Jenis FORR Fungsi Regresi Linear Eo1 Satu Masukkan Eo2 Satu Masukkan Eo1 Dua Masukkan Berlawanan

59 44 Eo2 Dua Masukkan Berlawanan Eo1 Dua Masukkan Searah Eo2 Dua Masukkan Searah Berdasarkan Tabel 4.3 gyroskop serat optik ring resonator dengan gradien dan intensitas paling besar ditunjukkan oleh Eo1 Satu Masukkan. Gradien yang besar mempermudah pendeteksian gyroskop serat optik ring resonator.

60 5.1 Kesimpulan BAB 5 KESIMPULAN Dari hasil analisis terhadap karaterisasi serat optik ring resonator jenis satu masukkan, dua masukkan berlawanan arah, dan dua masukkan searah dengan parameter indeks bias, faktor rugi-rugi daya lintasan ring resonator, dan daerah persambungan. Dimensi ring resonator yang digunakan. Directional coupler yang digunakan memiliki koefisien coupler 50:50 dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Fungsi persamaan gelombang dan intensitas pada masingmasing jenis serat optik ring resonator menunjukkan panjang gelombang efektif untuk satu masukkan 1,55003, dua masukkan berlawanan arah 1,54992, dan dua masukkan searah 1, Pengaplikasian serat optik ring resonator sebagai gyroskop dengan resolusi menggunakan modulasi frekuensi narrowband sebesar 1 MHz menunjukkan respon sensitivitas gyroskop dalam persamaan linear. Persamaan linear respon sensitivitas gyroskop menggunakan pengambilan sampling pada detik dihasilkan respon untuk Eo1 satu masukkan, Eo2 satu masukkan, Eo1 dua masukkan berlawanan arah, Eo2 dua masukkan berlawanan arah, Eo1 dua masukkan 43

61 Saran searah, dan Eo2 dua masukkan searah. Berdasarkan perancangan, serat optik ring resonator yang hanya sesuai pada serat optik moda tunggal jenis Polarization Maintain Fiber (PMF) sehingga tidak mempertimbangkan polarisasi. Perancangan secara analisis diharapkan dapat direalisasikan melalui eksperimen secara bertahap, sehingga serat optik ring resonator dapat dimanfaatkan sebagai sensor gyroskop serat optik. Serat optik ring resonator dapat diaplikasikan dalam berbagai sensor berbasis serat optik.

62 DAFTAR PUSTAKA Armenise, M. N., Ciminelli, C., Dell'Olio, F., & Passaro, V, 2010, Advances in Gyroscope Technologies, Springer, London. Ciminelli, C., Campanella, C. E., & Armenise, M. N.,2009, Design of Passive Ring Resonator to be Used for Sensing Applications,Journal of the Europan Optical Society Rapid Publication, 4, Hannover. Ciminelli, C., Peluso, F., & Armenise, M. N.,2005, A new integrated optical angular velocity sensor, SPIE vol 5728, San Jose. García, J. M.,2008, Tesis of Doctoral Applications of Ring Resonators and Fiber Delay Lines for Sensors and WDM Networks, Departement Electronics Technology, Madrid. Lipson, A., Lipson, S. G., & Lipson, H.,2010, Optical Physics, Cambridge University Press, Cambridge. Mandal, S., Ghosh, S. K., & Basak, T. K., 2007, Modeling and Analysis of Fiber Optic Ring Resonator Performance as Temperature Sensor, Sensors & Transducers Journal, 82(8), , Barcelona. Mao, H., Ma, H., & Jin, Z, 2011, Polarization maintaining silica waveguide resonator optic gyro using double phase modulation technique, Opt. Express, 19(5), , Washington, D.C. Meschede, D., 2007, Optics, Light and Lasers: The Practical Approach to Modern Aspects of Photonics and Laser Physics, Wiley-VCH, Verlag. Okamoto, K., 2006, Fundamentals of Optical Waveguides, Elsevier, Tokyo. Rabus, D. G.,2007, Integrated Ring Resonators: The Compendium, Springer, Michigan. 45

63 46 Rabus, D. G., Hamacher, M., Troppenz, U., & Heidrich, H., 2002, Optical filters based on ring resonators with integrated semiconductor optical amplifiers in GaInAsP- InP, Selected Topics in Quantum Electronics, IEEE Journal of, 8(6), , Fraunhofer. Rao, W., Zhang, N., Xiong, S., Yao, Q., & Hu, Y., 2011, Response characteristic analysis of polarization maintaining fiber ring resonator with dual-coupler for sensing application, Optical Fiber Technology, 17(4), , Tokyo. Rubiyanto, A., & Rohedi, A. Y.,2000, Optika Terpadu, Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Shitong, C., Jianhua, C., & Wei, G.,2008, 5-8 Aug. 2008, A phase modulation method for improving the scale factor stability of Fiber-Optic Gyroscope,Paper presented at the Mechatronics and Automation, 2008, ICMA 2008, IEEE International Conference on, Hongkong. Stokes, L. F., Chodorow, M., & Shaw, H. J.,1982, All-singlemode fiber resonator, Opt. Lett, 7(6), , Washington, D.C. Susilawati, I.,2009, Modulasi Frekuensi Teknik Telekomunikasi Dasar, Universitas Mercu Buana, Yogyakarta. Yariv, A.,2000, Universal relations for coupling of optical power between microresonators and dielectric waveguides, Electronics Letters, 36(4), , Hertfordshire. Yu, F. T. S., & Yin, S,2002, Fiber Optic Sensors, Marcel Dekker, New York. Yupapin, P. P., Saeung, P., & Li, C., 2007, Characteristics of complementary ring-resonator add/drop filters modeling by using graphical approach, Optics Communications, 272(1), 81-86, Tokyo.

64 LAMPIRAN A Pernurunan Persamaan Fungsi Transfer Matrik pada SORR A.1 Analisa SORR satu masukkan menggunakan Metode Transfer Matrik Gambar A.1 Model SORR dengan satu masukkan Persamaan untuk setiap medan adalah (A.1) Persamaan A.2 dan A.3 di eliminasi untuk mendapatkan nilai (A.2) (A.3) (A.4) 47

65 48 Persamaan A.2 dan A.3 di eliminasi untuk mendapatkan nilai (A.5)

66 49 (A.6) Persamaan A.1 dan A.2 dapat di tuliskan dalam bentuk matrik menjadi Persamaan A.5 dan A.6 dapat dituliskan dalam bentuk matrik menjadi Matrik persamaan A.8 dapat di substitusikan ke matrik persamaan A.7 sehingga (A.7) (A.8) (A.9) A.2 Analisa SORR dua masukkan berlawanan menggunakan metode Transfer Matrik

67 50 Gambar A.2 Model SORR dengan dua masukkan berlawanan arah Persamaan untuk setiap medan adalah (A.10) (A.11) (A.12) (A.13) Persamaan A.12 dan A.13 digunakan untuk mengeliminasi dan mendapatkan nilai

68 51 (A.14) Persamaan A.12 dan A.13 digunakan untuk mengeliminasi dan mendapatkan nilai

69 52 (A.15) Persamaan A.14 dan A.15 dapat dituliskan dalam bentuk matrik menjadi (A.16) Persamaan A.12 dan A.13 dapat dituliskan dalam bentuk matrik menjadi (A.17) Matriks persamaan A.16 dapat di substitusikan pada matriks persamaan A.17 sehingga menjadi (A.18)

70 53 (A.19) Persamaan A.19 merupakan persamaan Fungsi Transfer Matrik untuk medan output pada SORR dua masukkan berlawanan arah. A.3 Analisa SORR dua masukkan searah menggunakan metode Transfer Matrik Gambar A.3 Model SORR dengan dua masukkan searah Persamaan untuk setiap medan adalah (A.20)

71 54 (A.21) (A.22) Dari persamaan A.22 dan A.23 dieliminasi untuk mendapatkan dengan mengeliminasi (A.23) (A.24)

72 55 Persamaann A.24 dapat dituliskan dalam bentuk matriks menjadi (A.25) dengan (A.26) Persamaan A.20 dan A.21 dapat dituliskan dalam bentuk matriks menjadi (A.26) Persamaan A.25 dan A.26 dapat di substitusikan pada matriks persamaan A.26 sehingga menjadi (A.27) Persamaan A.27 merupakan persamaan Fungsi Transfer Matrik untuk medan output pada SORR dua masukkan searah.

73 LAMPIRAN B Pernurunan Persamaan Fungsi Intensitas pada SORR B.1 Analisa Intensitas SORR satu masukkan Jika maka (B.1) (B.2) (B.3) (B.4) (B.5) (B.6) 56

74 57 (B.7) (B.8) (B.9) (B.10) (B.11) (B.12) B.2 Analisa Intensitas SORR Dua Masukkan Berlawanan (B.13) Jika maka

75 58 (B.14) (B.15) (B.16) (B.17)

76 59 (B.18) (B.19) (B.20) Jika maka (B.21) (B.22)

77 60 (B.23) (B.24) (B.25) (B.26) B.3 Analisa SORR Dua Masukkan Searah

78 61 Penurunan persamaan untuk menentukan fungsi intensitas SORR dua masukkan searah (B.27) (B.28) Substitusi Persamaan B.27 dan B.28 di dapatkan penjabaran sebagai berikut Jika maka (B.29) (B.30) (B.31) (B.32)

79 62 (B.33) (B.34) (B.35) (B.36) Substitusi Persamaan B.35 dan B.36 di dapatkan penjabaran sebagai berikut

80 63 (B.37) Jika maka (B.38) (B.39) (B.40)

81 64 (B.41) (B.42) Menyelesaikan persamaan untuk (B.43)

82 65 (B.44) (B.45) (B.46)

83 66 Menyelesaikan persamaan untuk (B.47) (B.48) (B.49)

84 67 (B.50) (B.51) (B.52)

85 LAMPIRAN C C.1 Fungsi Intensitas terhadap perubahan panjang gelombang oleh SORR satu masukkan format ('v',10) funcprot(0) perbandingancoupler='50:50'; if perbandingancoupler=='50:50' y=45; elseif perbandingancoupler=='1:99' y=84.26; else clear disp ("Maaf Masukkan Salah") end //Koefisien Directional Coupler t1=cosd(y); k1=sind(y); t2=cosd(y); k2=sind(y); //panjang lintasan L L=10; //Loss pada ring alfa=0.1*l; gamma=0.3; //Fase Respon SORR pada kondisi resonanasi lamda=linspace( , ,10000); lamdax=lamda*10^(-6); n=1.457; r=0.05; teta=(4*%pi^2*n*r)./lamdax; //Fungsi Respon SORR satu input Eo1 x1=((1-gamma).*(t1^2+k1^4*(1-gamma)^2*t2^2*alfa^2+2*k1^2*(1- gamma)*t1*alfa.*cos(teta)))./(1+((1-gamma)*alfa*t1*t2)^2-2*(1- gamma)*alfa*t1*t2.*cos(teta)); v=10.*log(x1); //Fungsi Respon SORR satu input Eo2 68

86 69 x2=(1-gamma)^3*(k1*k2)^2*alfa./(1+((1-gamma)*alfa*t1*t2)^2-2*(1- gamma)*alfa*t1*t2.*cos(teta)); y=10.*log(x2); plot(lamdax,v,lamdax,y) hl=legend(['eo1';'eo2']); xgrid(1) C.2 Fungsi Modulasi Intensitas SORR satu masukkan untuk Eo1 sebagai gyroskop serat optik function [v1, v2, v3, v4, v5]=polamodsatuinputeo1(perbandingancoupler, rate1, rate2, rate3, rate4, rate5, L) format ('v',10) funcprot(0) // konstanta directional coupler if perbandingancoupler=='50:50' y=45; elseif perbandingancoupler=='1:99' y=84.26; else clear disp ("Maaf Masukkan Salah") end t1=cosd(y); k1=sind(y); t2=cosd(y); k2=sind(y); //faktor lossless gamma=0.3; alfa=0.1*l; ///////////////Fungsi modulasi pada SORR yang mempengaruhi teta dengan fungsi waktu (t) t=linspace(0,1,85); c=3*10^8; //Kecp Cahaya dalam m/s lamda= *(10^-6);

87 70 // efek sagnac gyroscope R=0.05; k=l./(2*%pi*r); phi1=(8*%pi^2*r^2*k.*rate1)./(c*lamda); //Persamaan carrier phase1 phi2=(8*%pi^2*r^2*k.*rate2)./(c*lamda); //Persamaan carrier phase2 phi3=(8*%pi^2*r^2*k.*rate3)./(c*lamda); //Persamaan carrier phase3 phi4=(8*%pi^2*r^2*k.*rate4)./(c*lamda); //Persamaan carrier phase4 phi5=(8*%pi^2*r^2*k.*rate5)./(c*lamda); //Persamaan carrier phase5 //nilai modulasi fm=1*10^6; // frekuansi angular (Hz) devfm=10*10^3; //deviasi untuk kasus narrowband omegam=(2*%pi)*fm.*t; // frekuensi angular modulasi mf=devfm/fm;; //indeks modulasi untuk kondisi narrowband // nilai fase gel. carrier teta1=(mf.*cos(omegam))+phi1; teta2=(mf.*cos(omegam))+phi2; teta3=(mf.*cos(omegam))+phi3; teta4=(mf.*cos(omegam))+phi4; teta5=(mf.*cos(omegam))+phi5; v1=10.*log(((1-gamma).*(t1^2+k1^4*(1- gamma)^2*t2^2*alfa^2+2*k1^2*(1- gamma)*t2*alfa.*cos(teta1)))./(1+((1-gamma)*alfa*t1*t2)^2-2*(1- gamma)*alfa*t1*t2.*cos(teta1))); v2=10.*log(((1-gamma).*(t1^2+k1^4*(1- gamma)^2*t2^2*alfa^2+2*k1^2*(1- gamma)*t2*alfa.*cos(teta2)))./(1+((1-gamma)*alfa*t1*t2)^2-2*(1- gamma)*alfa*t1*t2.*cos(teta2))); v3=10.*log(((1-gamma).*(t1^2+k1^4*(1- gamma)^2*t2^2*alfa^2+2*k1^2*(1- gamma)*t2*alfa.*cos(teta3)))./(1+((1-gamma)*alfa*t1*t2)^2-2*(1- gamma)*alfa*t1*t2.*cos(teta3)));

88 71 v4=10.*log(((1-gamma).*(t1^2+k1^4*(1- gamma)^2*t2^2*alfa^2+2*k1^2*(1- gamma)*t2*alfa.*cos(teta4)))./(1+((1-gamma)*alfa*t1*t2)^2-2*(1- gamma)*alfa*t1*t2.*cos(teta4))); v5=10.*log(((1-gamma).*(t1^2+k1^4*(1- gamma)^2*t2^2*alfa^2+2*k1^2*(1- gamma)*t2*alfa.*cos(teta5)))./(1+((1-gamma)*alfa*t1*t2)^2-2*(1- gamma)*alfa*t1*t2.*cos(teta5))); plot(t,v1,t,v2,t,v3,t,v4,t,v5); a=gca(); a.font_size=3; a.title.font_size=5; a.x_label.font_size=4; a.y_label.font_size=4; //a.auto_ticks='off'; a.box="off"; a.x_location="bottom"; a.y_location="left"; a.children.children.thickness=1; xtitle("respon SORR satu input Eo2 dengan resolusi 0,01 deg/h untuk coupler 50:50 L = 10 m","$t(detik) $","$Intensitas (db)$"); hl=legend(['$\omega=-0.02$';'$\omega=- 0.01$';'$\Omega=0$';'$\Omega=0.01$';'$\Omega=0.02$'],'in_upper_r ight'); xgrid(1) endfunction C.3 Fungsi Modulasi Intensitas SORR satu masukkan untuk Eo2 sebagai gyroskop serat optik function [v1, v2, v3, v4, v5]=polamodsatuinputeo2(perbandingancoupler, rate1, rate2, rate3, rate4, rate5, L) format ('v',10) funcprot(0) // konstanta directional coupler if perbandingancoupler=='50:50'

89 72 y=45; elseif perbandingancoupler=='1:99' y=84.26; else clear disp ("Maaf Masukkan Salah") end t1=cosd(y); k1=sind(y); t2=cosd(y); k2=sind(y); //faktor lossless gamma=0.3; alfa=0.1*l; ///////////////Fungsi modulasi pada SORR yang mempengaruhi teta dengan fungsi waktu (t) t=linspace(0,1,85); c=3*10^8; //Kecp Cahaya dalam m/s lamda= *(10^-6); // efek sagnac gyroscope R=0.05; k=l./(2*%pi*r); phi1=(8*%pi^2*r^2*k.*rate1)./(c*lamda); //Persamaan carrier phase1 phi2=(8*%pi^2*r^2*k.*rate2)./(c*lamda); //Persamaan carrier phase2 phi3=(8*%pi^2*r^2*k.*rate3)./(c*lamda); //Persamaan carrier phase3 phi4=(8*%pi^2*r^2*k.*rate4)./(c*lamda); //Persamaan carrier phase4 phi5=(8*%pi^2*r^2*k.*rate5)./(c*lamda); //Persamaan carrier phase5 //nilai modulasi fm=1*10^6; // frekuansi angular (Hz) devfm=10*10^3; //deviasi untuk kasus narrowband omegam=(2*%pi)*fm.*t; // frekuensi angular modulasi mf=devfm/fm;; //indeks modulasi untuk kondisi narrowband

90 73 // nilai fase gel. carrier teta1=(mf.*cos(omegam))+phi1; teta2=(mf.*cos(omegam))+phi2; teta3=(mf.*cos(omegam))+phi3; teta4=(mf.*cos(omegam))+phi4; teta5=(mf.*cos(omegam))+phi5; v1=10.*log((1-gamma).^3*(k1*k2)^2.*alfa./(1+((1- gamma).*alfa.*t1*t2)^2-2.*(1-gamma).*alfa.*t1*t2.*cos(teta1))); v2=10.*log((1-gamma).^3*(k1*k2)^2.*alfa./(1+((1- gamma).*alfa.*t1*t2)^2-2.*(1-gamma).*alfa.*t1*t2.*cos(teta2))); v3=10.*log((1-gamma).^3*(k1*k2)^2.*alfa./(1+((1- gamma).*alfa.*t1*t2)^2-2.*(1-gamma).*alfa.*t1*t2.*cos(teta3))); v4=10.*log((1-gamma).^3*(k1*k2)^2.*alfa./(1+((1- gamma).*alfa.*t1*t2)^2-2.*(1-gamma).*alfa.*t1*t2.*cos(teta4))); v5=10.*log((1-gamma).^3*(k1*k2)^2.*alfa./(1+((1- gamma).*alfa.*t1*t2)^2-2.*(1-gamma).*alfa.*t1*t2.*cos(teta5))); plot(t,v1,t,v2,t,v3,t,v4,t,v5); a=gca(); a.font_size=3; a.title.font_size=5; a.x_label.font_size=4; a.y_label.font_size=4; //a.auto_ticks='off'; a.box="off"; a.x_location="bottom"; a.y_location="left"; a.children.children.thickness=1; xtitle("respon SORR satu input Eo2 dengan resolusi 0,01 deg/h untuk coupler 50:50 L = 10 m","$t(detik) $","$Intensitas (db)$"); hl=legend(['$\omega=-0.02$';'$\omega=- 0.01$';'$\Omega=0$';'$\Omega=0.01$';'$\Omega=0.02$'],'in_upper_r ight'); xgrid(1) endfunction

91 74 C.4 Fungsi Pengambilan Sampling Modulasi Intensitas SORR satu masukkan untuk Eo1 sebagai gyroskop serat optik format ('v',10) funcprot(0) function v=cobaduainputbeo1rate(rate, t) L=10; //Panjang lintasan ring SORR gamma=0.3; alfa=0.1*l; //faktor loss pada ring SORR y=45; //nilai untuk menentukan perbandingan coupler //y=84.26; t1=cosd(y); k1=sind(y); t2=cosd(y); k2=sind(y); ///////////////Fungsi modulasi pada SORR yang mempengaruhi teta dengan fungsi waktu (t) c=3*10^8; //kecepatan cahaya dalam m/s lamda= *10^(-6); //nilai panjang gelombang // efek sagnac gyroscope R=0.05; // Jari-jari ring SORR k=l./(2*%pi*r); // jumlah lilitan dalam ring SORR phi=(8*%pi^2*r^2*k.*rate)./(c*lamda); //Persamaan carrier phase //nilai modulasi fm=1*10^6; // frekuansi angular (Hz) devfm=10*10^3; //deviasi untuk kasus narrowband omegam=(2*%pi)*fm.*t; // frekuensi angular modulasi mf=devfm/fm;; //indeks modulasi untuk kondisi narrowband teta=(mf.*cos(omegam))+phi; // nilai fase gel. carrier v1=((1-gamma)^2.*(t1^2+(k1*k2*alfa)^2+((1- gamma)*alfa*k1^2*k2*t2)^2+((cos(teta./2).*(t1*k1*k2*sqrt(alfa)+t 2*k1^3*k2^2*sqrt(alfa)*alfa*sqrt(1- gamma))))+t1*t2*k1^2*k2*alfa*sqrt(1-gamma).*cos(teta)))./(1+((1- gamma)*alfa*t1*t2)^2-2*(1-gamma)*alfa*t1*t2.*cos(teta)); v=10.*log(v1);

92 75 endfunction rate=-0.1:0.01:0.1; t=linspace(0,1,1000); contour(rate,t,cobaduainputbeo1rate,10,flag=[2 2 4]) xgrid(1) xset("fpf","%.10f") xtitle('respon sensitivitas SORR satu input Eo1 untuk coupler 50:50 '); xlabel("$\omega(deg/h)$") ylabel("$t(detik)$") zlabel("$intensitas(db)$") a=gca(); a.font_size=4; a.title.font_size=4; a.x_label.font_size=3; a.y_label.font_size=3; a.z_label.font_size=3; C.5 Fungsi Pengambilan Sampling Modulasi Intensitas SORR satu masukkan untuk Eo2 sebagai gyroskop serat optik format ('v',10) funcprot(0) function v=modsatuinputeo2contour(rate, t) L=10; //Panjang lintasan ring SORR gamma=0.3; alfa=0.1*l; //faktor loss pada ring SORR y=45; //nilai untuk menentukan perbandingan coupler t1=cosd(y); k1=sind(y); t2=cosd(y); k2=sind(y); ///////////////Fungsi modulasi pada SORR yang mempengaruhi teta dengan fungsi waktu (t) c=3*10^8; //kecepatan cahaya dalam m/s

93 76 lamda= *10^(-6); //nilai panjang gelombang // efek sagnac gyroscope R=0.05; // Jari-jari ring SORR k=l./(2*%pi*r); // jumlah lilitan dalam ring SORR phi=(8*%pi^2*r^2*k.*rate)./(c*lamda); //Persamaan carrier phase //nilai modulasi fm=1*10^6; // frekuansi angular (Hz) devfm=10*10^3; //deviasi untuk kasus narrowband omegam=(2*%pi)*fm.*t; // frekuensi angular modulasi mf=devfm/fm;; //indeks modulasi untuk kondisi narrowband teta=(mf.*cos(omegam))+phi; // nilai fase gel. carrier v1=(1-gamma)^3*(k1*k2)^2*alfa./(1+((1-gamma)*alfa*t1*t2)^2-2*(1-gamma)*alfa*t1*t2.*cos(teta)); v=10.*log(v1); endfunction C.6 Fungsi Linearitas Sampling Modulasi Intensitas SORR satu masukkan untuk Eo1 sebagai gyroskop serat optik function v=modsatuinputeo1varrate(perbandingancoupler, L) format ('v',10) funcprot(0) //Konstanta terhadap nilai directional coupler if perbandingancoupler=='50:50' y=45; elseif perbandingancoupler=='1:99' y=84.26; else clear disp ("Maaf Masukkan Salah") end t1=cosd(y); k1=sind(y); t2=cosd(y);

94 77 k2=sind(y); //Konstanta Lossless gamma=0.3; alfa=0.1*l; ///////////////Fungsi modulasi pada SORR yang mempengaruhi teta dengan fungsi waktu (t) rate=-0.1:0.01:0.1; t=0.5//linspace(0,1,1000); c=3*10^8; //dalam m/s lamda= *(10^-6); // efek sagnac gyroscope R=0.05; k=l./(2*%pi*r); phi=(8*%pi^2*r^2*k.*rate)./(c*lamda); //Persamaan carrier phase //nilai modulasi fm=1*10^6; // frekuansi angular (Hz) devfm=10*10^3; //deviasi untuk kasus narrowband omegam=(2*%pi)*fm.*t; // frekuensi angular modulasi mf=devfm/fm;; //indeks modulasi untuk kondisi narrowband teta=(mf.*cos(omegam))+phi; // nilai fase gel. carrier yang dimodulasi /// Fungsi Transfer Intensitas v1=((1-gamma).*(t1^2+k1^4*(1- gamma)^2*t2^2*alfa^2+2*k1^2*(1- gamma)*t2*alfa.*cos(teta)))./(1+((1-gamma)*alfa*t1*t2)^2-2*(1- gamma)*alfa*t1*t2.*cos(teta)); v=10.*log(v1); plot2d(rate,v); a=gca(); a.font_size=3; a.title.font_size=4; a.x_label.font_size=4; a.y_label.font_size=4; a.box="off"; a.x_location="bottom"; a.y_location="left";

95 78 a.children.children.thickness=3; xtitle("perubahan Intensitas SORR satu input Eo1 dengan resolusi 0,01 deg/h untuk coupler 50:50","$\Omega(deg/h) $","$Intensitas (db)$"); hl=legend(['$l=10m$'],'in_upper_right'); xgrid(1) h=regress(rate,v); disp(h) endfunction C.7 Fungsi Linearitas Sampling Modulasi Intensitas SORR satu masukkan untuk Eo2 sebagai gyroskop serat optik function v=modsatuinputeo2varrate(perbandingancoupler, L) format ('v',10) funcprot(0) //Konstanta terhadap nilai directional coupler if perbandingancoupler=='50:50' y=45; elseif perbandingancoupler=='1:99' y=84.26; else clear disp ("Maaf Masukkan Salah") end t1=cosd(y); k1=sind(y); t2=cosd(y); k2=sind(y); //Konstanta Lossless gamma=0.3; alfa=0.1*l; ///////////////Fungsi modulasi pada SORR yang mempengaruhi teta dengan fungsi waktu (t)

96 rate=-0.1:0.01:0.1; t=0.5//linspace(0,1,1000); c=3*10^8; //dalam m/s lamda= *(10^-6); // efek sagnac gyroscope R=0.05; k=l./(2*%pi*r); phi=(8*%pi^2*r^2*k.*rate)./(c*lamda); //Persamaan carrier phase //nilai modulasi fm=1*10^6; // frekuansi angular (Hz) devfm=10*10^3; //deviasi untuk kasus narrowband omegam=(2*%pi)*fm.*t; // frekuensi angular modulasi mf=devfm/fm;; //indeks modulasi untuk kondisi narrowband teta=(mf.*cos(omegam))+phi; // nilai fase gel. carrier yang dimodulasi /// Fungsi Transfer Intensitas v1=(1-gamma).^3*(k1*k2)^2.*alfa./(1+((1-gamma).*alfa.*t1*t2)^2-2.*(1-gamma).*alfa.*t1*t2.*cos(teta)); v=10.*log(v1); plot2d(rate,v); a=gca(); a.font_size=2; a.title.font_size=4; a.x_label.font_size=4; a.y_label.font_size=4; a.box="off"; a.x_location="bottom"; a.y_location="left"; a.children.children.thickness=3; xtitle("perubahan Intensitas SORR satu input Eo2 dengan resolusi 0,01 deg/h untuk coupler 50:50","$\Omega(deg/h) $","$Intensitas (db)$"); hl=legend(['$l=10m$'],'in_upper_right'); xgrid(1) h=regress(rate,v); disp(h) endfunction 79

97 80 Halaman ini sengaja dikosingkan

98 BIODATA PENULIS Penulis dilahirkan di Maospati Kabupaten Magetan, pada tanggal 24 Desember 1990, merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis telah menempuh pendidikan formal yaitu di TK Da rul Istiqomah Cileungsi - Bogor, SDN 1 Babakan Cileungsi Bogor, SDN 1 Maospati - Magetan, SMPN 1 Masopati - Magetan, dan SMAN 1 Masopati - Magetan. Penulis kuliah di Jurusan Fisika FMIPA ITS melalui jalur Seleksi Penerimaan Minat dan Bakat (PMDK) dan terdaftar dengan NRP Atas Rahmat Tuhan YME, kerja keras dan dukungan dari orangorang di sekitar penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan studi di Jurusan Fisika FMIPA ITS dalam waktu 8 semester. Di jurusan Fisika ini Penulis mengambil Bidang Minat Optoelektronika. Penulis sempat aktif di beberapa penelitian, seminar dan pelatihan yang diselenggarakan oleh Jurusan, Institut, maupun bekerja sama dengan lembaga-lembaga penelitian di luar Institut. Penulis aktif di Laboratorium Optik, Komunitas Satelit ITS. Penulis pernah menjabat sebagai staff dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Fisika (HIMASIKA) ITS. Penulis terdaftar sebagai penerima beasiswa Fast Track Jerman pada tahun 2011 dan saat ini masih kuliah di pascasarjana Fisika ITS. Publikasi yang pernah di tulis penulis diantaranya Design Of Ring Resonator To Be Used For Gyroscope Fiber Optics Sensing dan Analysis Of A Fiber Optic Gyroscope Based On Ring Resonator. 81

99 1 Analisa Serat Optik Berstruktur Ring Resonator Sebagai Parameter Awal Sensor Gyroskop Serat Optik Yasin A. Sahodo., Agus Rubiyanto Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya Abstrak Serat optik ring resonator dianalisa menggunakan teori moda terkopel dan transfer daya. Analisa dilakukan pada jenis satu masukkan untuk serat optik jenis moda tunggal dengan indeks bias 1,457 dan dimensi ring resonator memiliki jari-jari 5 cm, panjang lintasan 10 m. Faktor rugi-rugi daya ring resonator α = 0,1 db/m dan daerah penyambungan γ = 0,3 db. Serat optik ring resonator menghasilkan fungsi intensitas terhadap daerah panjang gelombang efektif pada dua buah keluaran intensitas dan. Fungsi intensitas menjadi parameter awal sensor gyroskop serat optik untuk sensitivitas Ω = 0,01 h. Respon sensor menggunakan modulasi frekuensi narrowband sebesar 1 MHz. Sensor gyroskop serat optik menunjukkan perubahan intensitas terhadap sensitivitas dengan persamaan linear db pada dan db pada. lebih panjang dibandingkan menggunakan ring resonator. [5,6]. II. SERAT OPTIK RING RESONATOR Serat optik ring resonator terdiri atas dua buah directional coupler yang terhubung dengan serat optik berbentuk ring sesuai Gambar 1. Kata Kunci ring resonator, gyroskop, narrowband, sensitivitas S I. PENDAHULUAN erat optik merupakan media untuk mentransmisikan cahaya sebagai sarana telekomunikasi. Serat optik memiliki keunggulan kecepatan transmisi dan akurasi data yang tinggi. Keunggulan serat optik dimanfaatkan sebagai sensor yang bekerja dengan memanfaatkan faktor rugi-rugi daya cahaya yang ditransmisikan melalui metode microbending, macrobending, dan penggantian cladding dengan bahan yang sensitif sebagai head sensor [1]. Rugi-rugi daya menyebabkan perubahan intensitas sensor serat optik karena pemantulan dalam sempurna pada inti serat optik berkurang [2]. Pengaplikasian serat optik sebagai sensor diantaranya gyroskop. Gyroskop berfungsi untuk mengetahui perubahan posisi sudut terhadap titik orientasi. Peralatan yang membutuhkan gyroskop diantaranya pesawat, satelit, peluru kendali, dan kapal selam. Gyroskop memiliki daerah sensitivitas yang disesuaikan dengan penggunaan peralatan, contohnya satelit yang membutuhkan sensitivitas [3]. Gyroskop serat optik memberikan pengukuran perubahan sudut suatu objek terhadap posisi awal berdasarkan prinsip inteferometer Sagnac [4]. Gyroskop serat optik dengan prinsip inteferometer Sagnac membutuhkan serat optik yang Gambar 1. Struktur serat optik ring resonator dengan satu buah masukkan cahaya pada dan dua buah keluaran cahaya pada dan. Berdasarkan Gambar 1. terdapat konstanta-konstanta directional coupler, tanda menunjukkan konjugate yang sesuai dengan persamaan (1) Perancangan directional coupler menggunakan jenis pembagi daya 50:50 sehingga nilai. Penjalaran cahaya dalam sistem Gambar 1. memiliki variasi yang berkaitan dengan rugi-rugi daya konstan yang berinterasksi dengan ring resonator sesuai persamaan untuk setiap medan (2) (3)

100 2 Nilai dan dapat dirumuskan menjadi (4) (5) (6) Waktu tempuh cahaya pada ring resonator umumnya (15) Gyroskop serat optik berputar dengan kecepatan sudut dan dipengaruhi oleh kecepatan relatif terhadaparah propagasi cahaya, sehingga waktu tempuh masing-masing propagasi cahaya (16) dengan substitusi pada persamaan 3,4,5 dan 6. Substitusi persamaan 6 dan 7 ke persamaan 2 dan 3 maka dihasilkan Persamaan 8 dan 9 menunjukkan fungsi gelombang hasil resonansi ring resonator untuk dan [6-8]. III. PRINSIP GYROSKOP Gyroskop serat optik bekerja dengan memanfaatkan prinsip inteferometer Sagnac yang ditunjukkan oleh Gambar 2. (7) (8) (9) Perbedaan waktu tempuh antara dan adalah (17) (18) apabila sumber cahaya memiliki panjang gelombang tertentu maka terjadi perbedaan fase yang di deteksi oleh detektor yaitu dengan jumlah lilitan seluruh panjang serat optik pada ring resonator [10]. (19) Gyroskop serat optik pada umunya menggunakan teknik modulasi untuk meningkatkan sensitivitas dan akurasi pengukuran. Teknik modulasi dapat menggunakan modulasi frekuensi, modulasi fase, dan modulasi amplitudo. Rujukkan [11] memanfaatkan teknik modulasi frekuensi jenis narrowband untuk memodulasi serat optik ring resonator. Modulasi frekuensi jenis narrowband serupa dengan modulasi frekuensi dengan persamaan (20) Nilai adalah, adalah amplitudo gelombang carrier, rotasi gyroskop, kecepatan sudut gelombang carrier, frekuensi modulasi, perubahan frekuensi modulasi, dan adalah indeks modulasi. Gambar 2. Struktur gyroskop serat optik berbasis inteferometer Sagnac Pada Gambar 2. terdapat propagasi cahaya melalui ring resonator yang searah jarum jam dan berlawanan arah jarum jam. Kecepatan cahaya masing-masing dan. Gyroskop serat optik bekerja dengan merotasikan seluruh sistem pada Gambar 2. dengan kecepatan sudut tertentu, sehingga kecepatan propagasi cahaya masing-masing (10) (11) (12) Berdasarkan teori relativitas Einstein maka kecepatan propagasi cahaya menjadi (13) (14) dengan kecepatan cahaya dalam vakum, indeks bias serat optik ring resonator, kecepatan linear, kecepatan sudut dan jari-jari ring resonator [9]. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Fungsi gelombang pada persamaan 8 dan 9 memiliki fungsi intensitas gelombang untuk struktur serat optik ring resonator yaitu (21) (22) Respon intensitas ditunjukkan oleh persamaan 21 dan 22, resonansi gelombang dapat terjadi fase tertentu. Fungsi intensitas memiliki nilai fase (23) Asumsi untuk mengetahui resonansi gelombang yaitu nilai maka diperoleh respon resonansi sesuai Gambar 3.

101 3 Gambar 3. Respon intensitas dan serat optik ring resonator dengan parameter dan directional coupler 50:50 Berdasarkan Gambar 3. diperoleh nilai panjang gelombang efektif pada. Nilai panjang gelombang efektif dijadikan acuan untuk sumber cahaya yang dimodulasi gyroskop. Modulasi gyroskop sesuai persamaan 20 menggunakan modulasi narrowband dengan frekuensi modulasi 1 MHz dan indeks modulasi. Respon perubahan intensitas yang dihasilkan sesuai Gambar 4. dan Gambar 5. parameter dan directional coupler 50:50 Modulasi frekuensi yang digunakan memiliki range deviasi frekuensi 1KHz untuk frekuensi 1 MHz. Nilai deviasi yang sangat kecil menyebabkan sehingga penyelesaian persamaan modulasi frekuensi jenis narrowband mirip dengan modulasi amplitudo[11]. Gyroskop serat optik dapat berotasi searah jarum jam dan berlawanan arah jarum jam. Berdasarkan Gambar 4. dan Gambar 5. variasi arah rotasi gyroskop ditunjukkan oleh. Nilai positif menunjukkan gyroskop serat optik berotasi serah jarum jam, dan negatif menunjukkan gyroskop serat optik berotasi berlawanan arah jarum jam. Gambar 4. dan Gambar 5. menunjukkan modulasi terhadap perubahan terjadi pada detik. Perancangan gyroskop dapat menunjukkan perubahan setiap dalam persamaan linear dengan mengambil satu titik sampling modulasi pada detik. Respon persamaan linear modulasi gyroskop serat optik sesuai Gambar 6. dan Gambar 7. Gambar 6. Respon intensitas gyroskop satu masukkan untuk mengetahui linearitas sensitivitas gyroskop serat optik dengan modulasi frekuensi 1 MHz jenis narrowband pada serat optik ring resonator dengan parameter directional coupler 50:50, detik dan Gambar 4 Respon modulasi gyroskop satu masukkan dengan frekuensi 1 MHz jenis narrowband pada serat optik ring resonator dengan parameter dan directional coupler 50:50 Gambar 5. Respon modulasi gyroskop satu masukkan dengan frekuensi 1 MHz jenis narrowband pada serat optik ring resonator dengan Gambar 7. Respon intensitas gyroskop satu masukkan untuk mengetahui linearitas sensitivitas gyroskop serat optik dengan modulasi frekuensi 1 MHz jenis narrowband pada serat optik ring resonator dengan parameter directional coupler 50:50, detik dan

102 4 Gambar 6. dan Gambar 7. menunjukkan nilai intensitas gyroskop yang cukup besar pada dan dan memiliki respon linear dengan orde untuk. Susunan gyroskop menggunakan ring resonator satu buah masukkan cahaya ditunjukkan oleh Gambar 8. [10] D. Meschede, Optics, Light and Lasers: The Practical Approach to Modern Aspects of Photonics and Laser Physics: Wiley-VCH, [11] W. Rao, N. Zhang, S. Xiong, Q. Yao, and Y. Hu, "Response characteristic analysis of polarization maintaining fiber ring resonator with dual-coupler for sensing application," Optical Fiber Technology, vol. 17, pp , Gambar 8. Susunan alat gyroskop menggunakan ring resonator dengan sumber cahaya termodulasi dengan SJJ : Searah Jarum Jam dan BJJ : Berlawanan Arah Jarum Jam KESIMPULAN Serat optik ring resonator memberikan respon penguatan intensitas pada panjang gelombang tertentu secara periodik. Pengaplikasian serat optik ring resonator sebagai gyroskop memberikan keuntungan ukuran panjang total serat optik pada ring resonator berkurang dibandingkan dengan jenis gyroskop serat optik interferometer Sagnac. Gyroskop serat optik ring resonator dengan dimensi ring pada orde centimeter membutuhkan modulasi sumber gelombang cahaya. Pemanfaatan modulasi frekuensi narrowband pada gyroskop serat optik ring resonator mampu memberikan respon berupa persamaan linear db pada dan db pada. DAFTAR PUSTAKA [1] F. T. S. Yu and S. Yin, Fiber Optic Sensors: Marcel Dekker, (2002) Ch. 1. [2] J. M. García, Tesis of Doctoral Applications of Ring Resonators and Fiber Delay Lines for Sensors and WDM Networks. Madrid: Departement Electronics Technology, (2008) [3] X. WANG, "Digitalized Optical Ring Resonator Gyroscope Using Photonics Bandgap Fiber," Master of Engineering, Departement of Electronic Engineering University of Tokyo, Tokyo, [4] M. N. Armenise, C. Ciminelli, F. Dell'Olio, and V. Passaro, Advances in Gyroscope Technologies. London: Springer, 2010 Ch [5] C. Ciminelli, F. Peluso, and M. N. Armenise, "A new integrated optical angular velocity sensor," 2005, pp [6] D. G. Rabus, Integrated Ring Resonators: The Compendium. Michigan University: Springer, [7] P. P. Yupapin, P. Saeung, and C. Li, "Characteristics of complementary ring-resonator add/drop filters modeling by using graphical approach," Optics Communications, vol. 272, pp , [8] C. Ciminelli, C. E. Campanella, and M. N. Armenise, "Design of Passive Ring Resonator to be Used for Sensing Applications," Journal of the Europan Optical Society Rapid Publication, vol. 4, [9] A. Lipson, S. G. Lipson, and H. Lipson, Optical Physics: Cambridge University Press,

103 SEMINAR TUGAS AKHIR S E R AT O P T I K R I N G R E S O N AT O R M E N G G U N A K A N M E T O D E T R A N S F E R M AT R I K U N T U K S E N S O R F I B E R O P T I K G Y R O S K O P Yasin Agung Sahodo PEMBIMBING Prof. Dr. rer. nat Agus Rubiyanto, M. Eng. Sc.

104 Perumusan Masalah Batasan Masalah Manfaat Tujuan Latar Belakang

105 Perumusan Masalah Batasan Masalah Manfaat Tujuan Latar Belakang 1. Pengembangan sensor berbasis serat optik 2. Pemanfaatan sensor serat optik untuk gyroskop 3. Metode meningkatkan sensitivitas sensor

106 Perumusan Masalah Batasan Masalah Manfaat Tujuan Latar Belakang 1. Analisa Serat Optik RingResonator dengan variabel satu input, dua input yang berlawanan, dan dua input yang searah

107 Perumusan Masalah Batasan Masalah Manfaat Tujuan Latar Belakang 1. Bagaimana Hasil Analisa Serat Optik ring resonator 2. Bagimana mengoptimalkan Serat Optik ring resonator sebagai gyroskop

108 Perumusan Masalah Batasan Masalah Manfaat Tujuan Latar Belakang 1. Jenis Serat Optik Moda-Moda Tunggal λ = 1,55 μm 2. Sensitivitas resolusi gyroskop 0,01 h 3. Panjang lilitan ring resonator L = 10 m dan jari-jari R = 5 cm 4. Directional coupler 50:50

109 Perumusan Masalah Batasan Masalah Manfaat Tujuan Latar Belakang parameter awal untuk memfabrikasi serat optik ring resonator yang diaplikasikan pada sensor gyroskop.

110 Directional Coupler Struktur Serat Optik Ring Resonator Gyroskop Serat Optik Modulasi Frekuensi A (z) 2 B (z) 2 A z = cos κl (1) B z = j sin κl (2) I II β a κ : konstanta coupler l : Panjang daerah coupler ψ a β b ψ b

111 Directional Coupler Struktur Serat Optik Ring Resonator Modulasi Frekuensi Gyroskop Serat Optik t i = cos κ i l i (3) k i = j sin κ i l i (4) E o1 E o2 = Gambar 2. Struktur serat optik ring resonator satu input 1 γ t 1 0 k 1 α 1 1 γ αe jθ t 1 t 2 0 α 1 2k e jθ γk 1 E i (5) k 1 1 γ α 1 2e jθ 2 t 2

112 Directional Coupler Struktur Serat Optik Ring Resonator Modulasi Frekuensi Gyroskop Serat Optik t i = cos κ i l i (3) k i = j sin κ i l i (4) Gambar 3. Struktur serat optik ring resonator dua input berlawanan E o1 E o2 = 1 γ t γ αe jθ t 1 t α 0 t 2 α 1 2e jθ 2 k 2 0 2e jθ 2 k k 1 1 γα 1 2e jθ 2 k 2 t 1 E i1 E i2 (6) 1 γα 1 2e jθ 2 k 1 t 2 k 2

113 Directional Coupler Struktur Serat Optik Ring Resonator Modulasi Frekuensi Gyroskop Serat Optik t i = cos κ i l i (3) k i = j sin κ i l i (4) Gambar 4. Struktur serat optik ring resonator dua input searah E 01 E 02 = 1 γ t 1 t 2 1 2e jθ 2 E i1 + K k 1α E i2 k 2 α 1 2e jθ 2 k 1 k E i1 E i2 t 2 α 1 2e jθ 2 t 1 α 1 2e jθ 2 (7) K = 1 γ γ α2e jθ 1 t 2 α2e jθ 2 +t 1 α 1 2e jθ 2 (8)

114 Directional Coupler Struktur Serat Optik Ring Resonator Modulasi Frekuensi Gyroskop Serat Optik Gambar 5. Struktur tranduser serat optik ring resonator sebagai gyroskop berbasis Efek Sagnac τ = 2πR c ΔL = L CW L CCW = 2ΩRτ = 4πΩR2 c Δt = ΔL c (8) (9) = 4πΩR2 c 2 (10) Δφ = Δt 2πc = 8π2 R 2 kω (11) λ cλ

115 Directional Coupler Struktur Serat Optik Ring Resonator Modulasi Frekuensi Gyroskop Serat Optik Narrowband Gambar 6. Modulasi Frekuensi e FM : fungsi gelombang E c amplitudo gelombang carrier ω c : kecepatan sudut gelombang carrier ω M : kecepatan sudut gelombang modulasi m f adalah indeks modulasi e FM t = E c sin ω c t + m f cosω M t (12) Gambar 7. Modulasi Amplitudo m f = δf f m (13) δf : deviasi modulasi f m : frekuensi modulasi Syarat Modulasi narrowband m f 1

116 λ = 1,55 μm L = 10 m R = 5 cm Ω = 0,01 h Directional coupler 50 :50 P z=0 = A z 2 j 2 B z 2 (14) A z = cos κl (15) B z = j sin κl (16) Maka κl = 45 Ring Resonator,,, Parameter Sistem Fiber Optik Indeks Bias Fungsi Intensitas Coupler (50:50) Respon (Grafik) Tidak Optimal Parameter Simulasi Δφ = 8π2 R 2 kδω (17) cλ I = E out E out (18) βl = mπ (19) I α, γ (20) βl = Mcos ω m t + φ c ΔΩ (21) M = δf m f m (22) I t, ΔΩ (23) Tidak Optimal Fungsi Modulasi Frekuensi Respon Resolusi h Optimal Gambar 8. Flow Chart Simulasi

117 Fungsi Transfer Daya pada FORR I o1 = I o2 = 1 γ t 1 2 t 2 2 k γ 2 α 2 +2t 1 k γ α cos θ 1 γ 1+ t 1 t 2 1 γ α 2 2t 1 t 2 1 γ α cos θ k 1 k γ 2 α 1+ t 1 t 2 1 γ α 2 2t 1 t 2 1 γ α cos θ (24) (25) Gambar 2. Struktur serat optik ring resonator satu input

118 Fungsi Transfer Daya pada FORR I o1 = 1 γ 2 t k 1 k 2 α γαk 1 2 k 2 t 2 2 +t 1 k 1 k 2 α2 cos θ 2 +t 2k 1 3 k γα +t 1 t 2 k 2 1 k 1 α 1 γ2cos θ 1+ t 1 t 2 1 γ α 2 2t 1 t 2 1 γ α cos teta 3 2 (26) +k 1 k 2 3 t 1 k 1 k 2 t 2 α 3 1 γα32 cos θ 2 Gambar 3. Struktur serat optik ring resonator dua input berlawanan I o2 = 1 γ 2 +k 2 t 1 t 2 1 γα2 cos θ + k 1 k 2 2 αt k 2 t 1 α 1 γ 2 1+ t 1 t 2 1 γ α 2 2t 1 t 2 1 γ α cos teta (27)

119 Fungsi Transfer Daya pada FORR I 01 = 1 γ t γ k 1 α 1 2 A B + C D + 1 γ k 1 2 α A B C D (28) I 02 = 1 γ t γ k 2 α 1 2 A B + C D + 1 γ k 2 2 α A B C D (29) Gambar 4. Struktur serat optik ring resonator dua input searah 2 k 1 + k 2 + α 1 2 t 1 t 2 2cos θ 2 k k 1 k 2 + t t 2 2 α + 1 γ α 1 2 k 1 + k 2 t 1 + t 2 2cos θ 2 + k α 1 2 k 1 t 1 + k 1 t 2 + k 2 t 1 + k 2 t 2 2cos θ C D = α t t t 1 t 2 2cos θ γ α 1 2 t t t 1 t 2 2cos θ A B C D = t 1 t 2 α 2cos θ γ α 1 2 t t t 1 t 2 2cos θ 2 1 γ α 1 2 t 1 + t 2 2cos θ γ α 1 2 t 1 + t 2 2cos θ 2

120 Respon serat optik ring resonator pada Kondisi Resonansi (a) Gambar 9. (a) Respon pada satu input untuk port E o1 (b) Respon pada satu input untuk port E o2 pada kondisi resonansi dengan L = 10 m, α = 0,1 L db, dan γ = 0,3 db (b)

121 Respon serat optik ring resonator pada Kondisi Resonansi (a) Gambar 10. (a) Respon pada dua input berlawanan untuk port E o1 (b) Respon pada satu input untuk port E o2 pada kondisi resonansi dengan L = 10 m, α = 0,1 L db, dan γ = 0,3 db (b)

122 Respon serat optik ring resonator pada Kondisi Resonansi (a) Gambar 11. (a) Respon pada dua input berlawanan untuk port E o1 (b) Respon pada satu input untuk port E o2 pada kondisi resonansi dengan L = 10 m, α = 0,1 L db, dan γ = 0,3 db (b)

123 Respon serat optik ring resonator pada Kondisi Resonansi Tabel 1. Jumlah Resonansi pada serat optik ring resonator Jenis Jumlah Resonansi (m) π s/d π 0 s/d π Eo1 Satu input 11 6 Eo2 Satu input 11 6 Eo1 Dua input berlawanan 11 6 Eo2 Dua input berlawanan 11 6 Eo1 Dua input searah 2 1 Eo2 Dua input searah 2 1

124 Resonansi serat optik ring resonator dan pengaruhnya terhadap nilai α dan γ (a) Gambar 12. Respon Intensitas ring resonator satu input dengan L = 10 m (a) port E o1 (b) port E o2 (b)

125 Resonansi serat optik ring resonator dan pengaruhnya terhadap nilai α dan γ (a) Gambar 12. Respon Intensitas ring resonator dua input berlawanan dengan L = 10 m (a) port E o1 (b) port E o2 (b)

126 Resonansi serat optik ring resonator dan pengaruhnya terhadap nilai α dan γ (a) (b) ambar 12. Respon Intensitas ring resonator dua input searah L = 10 m (a) port E o1 (b) port E o2

127 Modulasi pada seratoptik ring resonator yang diaplikasikan untuk Gyroskop Fiber Optik ω m = 2πf m M f 1 R = 5 cm λ = 1,55 μm c = m s L = 10 m k = L 2πR ΔΩ = 0,01 h Gambar 13. Respon Intensitas ring resonator satu input Eo1 dengan resolusi 0,01 h = 10 m, α = 0,1 L db, dan γ = 0,3 db, f m = 1 Mhz dan δf = 1Khz dua input searah L = 10 m

128 Modulasi pada seratoptik ring resonator yang diaplikasikan untuk Gyroskop Fiber O ω m = 2πf m M f 1 R = 5 cm λ = 1,55 μm c = m s L = 10 m k = L 2πR ΔΩ = 0,01 h Gambar 13. Respon Intensitas ring resonator satu input Eo2 dengan resolusi 0,01 h = 10 m, α = 0,1 L db, dan γ = 0,3 db, f m = 1 Mhz dan δf = 1Khz dua input searah L = 10 m

129 Modulasi pada seratoptik ring resonator yang diaplikasikan untuk Gyroskop Fiber Optik ω m = 2πf m M f 1 R = 5 cm λ = 1,55 μm c = m s L = 10 m k = L 2πR ΔΩ = 0,01 h Gambar 14. Respon Intensitas ring resonator dua input berlawanan Eo1 dengan resolusi 0,01 h = 10 m, α = 0,1 L db, dan γ = 0,3 db, f m = 1 Mhz dan δf = 1Khz

130 Modulasi pada seratoptik ring resonator yang diaplikasikan untuk Gyroskop Fiber Optik ω m = 2πf m M f 1 R = 5 cm λ = 1,55 μm c = m s L = 10 m k = L 2πR ΔΩ = 0,01 h Gambar 15. Respon Intensitas ring resonator dua input berlawanan Eo2 dengan resolusi 0,01 h = 10 m, α = 0,1 L db, dan γ = 0,3 db, f m = 1 Mhz dan δf = 1Khz

131 Modulasi pada seratoptik ring resonator yang diaplikasikan untuk Gyroskop Fiber Optik ω m = 2πf m M f 1 R = 5 cm λ = 1,55 μm c = m s L = 10 m k = L 2πR ΔΩ = 0,01 h Gambar 16. Respon Intensitas ring resonator dua input searah Eo1 dengan resolusi 0,01 h = 10 m, α = 0,1 L db, dan γ = 0,3 db, f m = 1 Mhz dan δf = 1Khz dua input searah L = 10 m

132 Modulasi pada seratoptik ring resonator yang diaplikasikan untuk Gyroskop Fiber Optik ω m = 2πf m M f 1 R = 5 cm λ = 1,55 μm c = m s L = 10 m k = L 2πR ΔΩ = 0,01 h Gambar 17. Respon Intensitas ring resonator dua input searah Eo2 dengan resolusi 0,01 h = 10 m, α = 0,1 L db, dan γ = 0,3 db, f m = 1 Mhz dan δf = 1Khz dua input searah L = 10 m

133 Respon Sensitivitas pada serat optik ring resonator yang diaplikasikan untuk Gyroskop Fiber Optik (a) Gambar 18. Respon Sensitivitas serat optik ring resonator satu input untuk coupler 50:50 dengan L = 10 m, resolusi Ω = 0,01 h, L = 10 m, α = 0,1 L db, dan γ = 0,3 db (a) port Eo1 (b) port Eo2 (b)

134 Respon Sensitivitas pada serat optik ring resonator yang diaplikasikan untuk Gyroskop Fiber Optik (a) Gambar 19. Respon Sensitivitas serat optik ring resonator dua input berlawanan untuk coupler 50:50 dengan L = 10 m, resolusi Ω = 0,01 h, L = 10 m, α = 0,1 L db, dan γ = 0,3 db (a) port Eo1 (b) port Eo2 (b)

135 Respon Sensitivitas pada serat optik ring resonator yang diaplikasikan untuk Gyroskop Fiber Optik (a) Gambar 20. Respon Sensitivitas serat optik ring resonator dua input searah untuk coupler 50:50 dengan L = 10 m, resolusi Ω = 0,01 h, L = 10 m, α = 0,1 L db, dan γ = 0,3 db (a) port Eo1 (b) port Eo2 (b)

136 Tabel 2. Respon Sensitivitas pada serat optik ring resonator yang diaplikasikan untuk Gyroskop Fiber Optik Jenis Eo1 Satu input 5,595 Eo2 Satu input -15,949 Eo1 Dua input berlawanan Eo2 Dua input berlawanan Eo1 Dua input searah Eo2 Dua input searah Intensitas (db) Pada t = 0,5 s 4,750-0,562-9,9615-9,9615

137 Perubahan Intensitas serat optik ring resonator yang diaplikasikan pada Gyroskop Fiber Optik (a) Gambar 21. Respon Perubahan Intensitas pada serat optik ring resonator Eo1 satu input yang diaplikasikan pada gyroskop fiber optik dengan L = 10 m, t = 0,5 detik, γ = 0,3 db, α = 0,1 db (a) port Eo1 dengan I = Ω L (b) port Eo2 I = Ω (b)

138 Perubahan Intensitas serat optik ring resonator yang diaplikasikan pada Gyroskop Fiber Optik (a) Gambar 22. Respon Perubahan Intensitas pada serat optik ring resonator Eo1 dua input berlawanan yang diaplikasikan pada gyroskop fiber optik dengan L = 10 m, t = 0,5 detik, γ = 0,3 db, α = 0,1 db (a) port Eo1 dengan I = L (b) Ω (b) port Eo2 I = Ω

139 Perubahan Intensitas serat optik ring resonator yang diaplikasikan pada Gyroskop Fiber Optik (a) Gambar 23. Respon Perubahan Intensitas pada serat optik ring resonator Eo1 dua input searah yang diaplikasikan pada gyroskop fiber optik dengan L = 10 m, t = 0,5 detik, γ = 0,3 db, α = 0,1 db (a) port Eo1 dengan I = Ω (b) port Eo2I = Ω L (b)

140 Tabel 3. Perubahan Intensitas serat optik ring resonator yang diaplikasikan pada Gyroskop Fiber Optik Jenis FORR Fungsi Regresi Linear Eo1 Satu Input I Ω = Ω Eo2 Dua Input I Ω = Ω Eo1 Dua Input Berlawanan I Ω = Ω Eo2 Dua Input Berlawanan I Ω = Ω Eo1 Dua Input Searah I Ω = Ω Eo2 Dua Input Searah I Ω = Ω

141 1. Fungsi persamaan transfer daya pada masing-masing jenis serat optik ring resonator (FORR). Fungsi transfer daya paling besar pada serat optik ring resonator FORR jenis dua input searah. 2. Pengaplikasian serat optik ring resonator FORR sebagai fiber optik gyroskop dengan resolusi Ω = 0,01 h menggunakan modulasi frekuensi narrowband sebesar 1 MHz menunjukkan respon sensitivitas gyroskop dalam persamaan linear. Modulasi menunjukkan respon sensitivitas gyroskop paling baik ditunjukkan oleh FORR Dua Input Berlawanan. Permodelan diharapkan dapat direalisasikan melalui eksperimen secara bertahap, sehingga FORR dapat dimanfaatkan sebagai sensor gyroskop fiber optik ataupun jenis sensor berbasis fiber optik lainnya.

142 Aplikasi Startegis untuk Penelitian Terkini di Indonesia

SEMINAR TUGAS AKHIR. Yasin Agung Sahodo PEMBIMBING Prof. Dr. rer. nat Agus Rubiyanto, M. Eng. Sc.

SEMINAR TUGAS AKHIR. Yasin Agung Sahodo PEMBIMBING Prof. Dr. rer. nat Agus Rubiyanto, M. Eng. Sc. SEMINAR TUGAS AKHIR S E R AT O P T I K R I N G R E S O N AT O R M E N G G U N A K A N M E T O D E T R A N S F E R M AT R I K U N T U K S E N S O R F I B E R O P T I K G Y R O S K O P Yasin Agung Sahodo

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK RING RESONATOR TUNGGAL DENGAN MENGGUNAKAN PMF (POLARIZATION MAINTAINING FIBER) UNTUK DIAPLIKASIKAN SEBAGAI FILTER OPTIK

ANALISIS KARAKTERISTIK RING RESONATOR TUNGGAL DENGAN MENGGUNAKAN PMF (POLARIZATION MAINTAINING FIBER) UNTUK DIAPLIKASIKAN SEBAGAI FILTER OPTIK ANALISIS KARAKTERISTIK RING RESONATOR TUNGGAL DENGAN MENGGUNAKAN PMF (POLARIZATION MAINTAINING FIBER) UNTUK DIAPLIKASIKAN SEBAGAI FILTER OPTIK CHARACTERISTIC ANALYSIS OF SINGLE RING RESONATOR USING PMF

Lebih terperinci

Analisis Directional Coupler Sebagai Pembagi Daya untuk Mode TE

Analisis Directional Coupler Sebagai Pembagi Daya untuk Mode TE JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 2, NOMOR 1 JANUARI 2006 Analisis Directional Coupler Sebagai Pembagi Daya untuk Mode TE Agus Rubiyanto, Agus Waluyo, Gontjang Prajitno, dan Ali Yunus Rohedi Jurusan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI FIBER BRAGG GRATING (FBG) TIPE UNIFORM DENGAN MODULASI AKUSTIK MENGGUNAKAN METODE TRANSFER MATRIK

KARAKTERISASI FIBER BRAGG GRATING (FBG) TIPE UNIFORM DENGAN MODULASI AKUSTIK MENGGUNAKAN METODE TRANSFER MATRIK KARAKTERISASI FIBER BRAGG GRATING (FBG) TIPE UNIFORM DENGAN MODULASI AKUSTIK MENGGUNAKAN METODE TRANSFER MATRIK Pipit Sri Wahyuni 1109201719 Pembimbing Prof. Dr. rer. nat. Agus Rubiyanto, M.Eng.Sc ABSTRAK

Lebih terperinci

ANALISA RUGI DAYA MAKROBENDING SERAT OPTIK MODA TUNGGAL TERHADAP PENGARUH PEMBEBANAN DENGAN VARIASI JUMLAH DAN DIAMETER LILITAN

ANALISA RUGI DAYA MAKROBENDING SERAT OPTIK MODA TUNGGAL TERHADAP PENGARUH PEMBEBANAN DENGAN VARIASI JUMLAH DAN DIAMETER LILITAN ANALISA RUGI DAYA MAKROBENDING SERAT OPTIK MODA TUNGGAL TERHADAP PENGARUH PEMBEBANAN DENGAN VARIASI JUMLAH DAN DIAMETER LILITAN Henry Prasetyo 1109100060 Pembimbing : Endarko, M.Si., Ph.D Department of

Lebih terperinci

APLIKASI DIRECTIONAL COUPLER DAN DOUBLE COUPLER SEBAGAI SENSOR PERGESERAN BERDIMENSI MIKRO

APLIKASI DIRECTIONAL COUPLER DAN DOUBLE COUPLER SEBAGAI SENSOR PERGESERAN BERDIMENSI MIKRO APLIKASI DIRECTIONAL COUPLER DAN DOUBLE COUPLER SEBAGAI SENSOR PERGESERAN BERDIMENSI MIKRO Oleh ANWARIL MUBASIROH 1109 100 708 Dosen Pembimbing Drs. Gatut Yudoyono, M.T JURUSAN FISIKA FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Studi Penerapan Fiber Optic Ring Resonator Untuk Sensor Optik

Studi Penerapan Fiber Optic Ring Resonator Untuk Sensor Optik Studi Penerapan Fiber Optic Ring Resonator Untuk Sensor Optik Fransiscus Rosano Adi Prakoso dan Purnomo Sidi Priambodo 1. Departemen Teknik Elektro, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia 2. Departemen

Lebih terperinci

Karakteristik Serat Optik

Karakteristik Serat Optik Karakteristik Serat Optik Kecilnya..? Serat optik adalah dielectric waveguide yang dioperasikan pada frekuensi optik 10 14-10 15 Hz Struktur serat optik Indeks bias core > cladding n 1 > n Fungi cladding:

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. gelombang cahaya yang terbuat dari bahan silica glass atau plastik yang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. gelombang cahaya yang terbuat dari bahan silica glass atau plastik yang BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini akan dipaparkan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Latar belakang dari penelitian ini adalah banyaknya

Lebih terperinci

PEMODELAN ADD-DROP MICRORING RESONATOR DALAM MEMPEROLEH HARGA KECEPATAN DATA DAN DAYA UNTUK SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

PEMODELAN ADD-DROP MICRORING RESONATOR DALAM MEMPEROLEH HARGA KECEPATAN DATA DAN DAYA UNTUK SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK PEMODELAN ADD-DROP MICRORING RESONATOR DALAM MEMPEROLEH HARGA KECEPATAN DATA DAN DAYA UNTUK SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK Hotmariani*, Saktioto, Dedi Irawan Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

SIMULASI FIBER COUPLER KOMBINASI SERAT MODA TUNGGAL DAN SERAT KISI BRAGG UNTUK KOMPONEN SENSOR OPTIK

SIMULASI FIBER COUPLER KOMBINASI SERAT MODA TUNGGAL DAN SERAT KISI BRAGG UNTUK KOMPONEN SENSOR OPTIK Jurnal Komunikasi Fisika Indonesia (KFI) Jurusan Fiska FMIPA Univ. Riau Pekanbaru. Edisi April 2016. ISSN.1412-2960 SIMULASI FIBER COUPLER KOMBINASI SERAT MODA TUNGGAL DAN SERAT KISI BRAGG UNTUK KOMPONEN

Lebih terperinci

Deteksi Kadar Glukosa dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Menggunakan Fiber Coupler

Deteksi Kadar Glukosa dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Menggunakan Fiber Coupler Deteksi Kadar Glukosa dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Menggunakan Fiber Coupler Fina Nurul Aini, Samian, dan Moh. Yasin. Program Studi S1 Fisika, Departemen Fisika, FST Universitas Airlangga,

Lebih terperinci

ANALISA RUGI-RUGI PELENGKUNGAN PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA

ANALISA RUGI-RUGI PELENGKUNGAN PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA ANALISA RUGI-RUGI PELENGKUNGAN PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA Yovi Hamdani, Ir. M. Zulfin, MT Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik

Lebih terperinci

K.S.O TRANSMITTING LIGHTS ON FIBER.

K.S.O TRANSMITTING LIGHTS ON FIBER. K.S.O TRANSMITTING LIGHTS ON FIBER ekofajarcahyadi@st3telkom.ac.id OVERVIEW SMF (Single Mode Fiber) MMF (Multi Mode Fiber) Signal Degradation BASIC PRINCIPLE OF LIGHTS TRANSMISSION IN F.O JENIS-JENIS FIBER

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print) B-38

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print) B-38 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) B-38 Fabrikasi dan Karakterisasi Directional Coupler Konfigurasi 3 3 Planar Berbahan Serat Optik Plastik Step-Index Moda Jamak

Lebih terperinci

Studi Teori dan Eksperimen Sensor Pergeseran Menggunakan Fiber Coupler dengan Target Cermin Cekung

Studi Teori dan Eksperimen Sensor Pergeseran Menggunakan Fiber Coupler dengan Target Cermin Cekung Studi Teori dan Eksperimen Sensor Pergeseran Menggunakan Fiber Coupler dengan Target Cermin Cekung Sefria Anggarani, Samian, Adri Supardi Program Studi Fisika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga

Lebih terperinci

DAB I PENDAHULUAN. komponen utama dan komponen pendukung yang memadai. Komponen. utama meliputi pesawat pengirim sinyal-sinyal informasi dan pesawat

DAB I PENDAHULUAN. komponen utama dan komponen pendukung yang memadai. Komponen. utama meliputi pesawat pengirim sinyal-sinyal informasi dan pesawat DAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi, terutama dalam bidang komunikasi saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Kebutuhan komunikasi dan bertukar informasi antar satu dengan

Lebih terperinci

Kata kunci : laju aliran udara, tabung venturi dan fiber coupler.

Kata kunci : laju aliran udara, tabung venturi dan fiber coupler. Pemanfaatan Fiber Coupler Dan Tabung Venturi Untuk Mengukur Laju Aliran Udara Syamsudin, Samian, Pujiyanto. Departemen Fisika, Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya Kampus C Unair

Lebih terperinci

ANALISA DISPERSI MATERIAL SERAT KISI BRAGG MENGGUNAKAN METODE SOFTWARE OPTIGRATING

ANALISA DISPERSI MATERIAL SERAT KISI BRAGG MENGGUNAKAN METODE SOFTWARE OPTIGRATING ANALISA DISPERSI MATERIAL SERAT KISI BRAGG MENGGUNAKAN METODE SOFTWARE OPTIGRATING Elisa Saadah, Saktioto, Sugianto Mahasiswa Program S1 Fisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

Studi Awal Aplikasi Fiber coupler Sebagai Sensor Tekanan Gas

Studi Awal Aplikasi Fiber coupler Sebagai Sensor Tekanan Gas Studi Awal Aplikasi Fiber coupler Sebagai Sensor Tekanan Gas Samian, Supadi dan Hermawan Prabowo Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya Kampus C Mulyorejo, Surabaya

Lebih terperinci

Deteksi Konsentrasi Kadar Glukosa Dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Serat Optik Menggunakan Cermin Cekung Sebagai Target

Deteksi Konsentrasi Kadar Glukosa Dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Serat Optik Menggunakan Cermin Cekung Sebagai Target Deteksi Konsentrasi Kadar Glukosa Dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Serat Optik Menggunakan Cermin Cekung Sebagai Target Hilyati N., Samian, Moh. Yasin, Program Studi Fisika Fakultas Sains

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENYEBARAN DAYA PADA SINGLE-MODE FIBER DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN LITHIUM NIOBATE (LiNbO 3 ) DAN PARAFIN (C 20 H 42 )

PERANCANGAN PENYEBARAN DAYA PADA SINGLE-MODE FIBER DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN LITHIUM NIOBATE (LiNbO 3 ) DAN PARAFIN (C 20 H 42 ) PERANCANGAN PENYEBARAN DAYA PADA SINGLE-MODE FIBER DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN LITHIUM NIOBATE (LiNbO 3 ) DAN PARAFIN (C 2 H 42 ) Teodora Maria Meliati Sinaga*, Saktioto, Iwantono Jurusan Fisika Fakultas

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol.6, No.1, (2017) ( X Print) B-9

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol.6, No.1, (2017) ( X Print) B-9 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol.6, No.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) B-9 Studi Awal Fabrikasi dan Karakterisasi Directional Coupler Konfigurasi 4 4 Berbahan Serat Optik Plastik Step Index Multimode

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PENGUKURAN REDAMAN SERAT OPTIK MENGGUNAKAN OTDR UNTUK MENDETEKSI KADAR GLUKOSA DALAM AIR

PEMANFAATAN PENGUKURAN REDAMAN SERAT OPTIK MENGGUNAKAN OTDR UNTUK MENDETEKSI KADAR GLUKOSA DALAM AIR PEMANFAATAN PENGUKURAN REDAMAN SERAT OPTIK MENGGUNAKAN OTDR UNTUK MENDETEKSI KADAR GLUKOSA DALAM AIR Intan Pamudiarti, Sami an, Pujiyanto Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga

Lebih terperinci

Desain Sensor Serat Optik pada Uji Aspal dengan Marshall Stability Testing untuk Pengukuran Stabilitas

Desain Sensor Serat Optik pada Uji Aspal dengan Marshall Stability Testing untuk Pengukuran Stabilitas Desain Sensor Serat Optik pada Uji Aspal dengan Marshall Stability Testing untuk Pengukuran Stabilitas Rumaisya Hilmawati Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PEMBENGKOKAN PADA ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM SENSOR SERAT OPTIK

ANALISIS PENGARUH PEMBENGKOKAN PADA ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM SENSOR SERAT OPTIK ANALISIS PENGARUH PEMBENGKOKAN PADA ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM SENSOR SERAT OPTIK Mardian Peslinof 1, Harmadi 2 dan Wildian 2 1 Program Pascasarjana FMIPA Universitas Andalas 2

Lebih terperinci

Fabrikasi Directional Coupler Serat Optik Multimode

Fabrikasi Directional Coupler Serat Optik Multimode JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 4, NOMOR 2 JUNI 2008 Fabrikasi Directional Coupler Serat Optik Multimode Samian Departemen Fisika-FMIPA, Universitas Airlangga Kampus C Unair Jl. Mulyorejo Surabaya

Lebih terperinci

± voice bandwidth)

± voice bandwidth) BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Kebutuhan user akan mutu, kualitas, dan jenis layanan telekomunikasi yang lebih baik serta perkembangan teknologi yang pesat memberikan dampak terhadap pemilihan media

Lebih terperinci

PERANCANGAN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN PERGESERAN OBYEK DALAM ORDE MIKRON MENGGUNAKAN SERAT OPTIK MULTIMODE WIDYANA

PERANCANGAN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN PERGESERAN OBYEK DALAM ORDE MIKRON MENGGUNAKAN SERAT OPTIK MULTIMODE WIDYANA PERANCANGAN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN PERGESERAN OBYEK DALAM ORDE MIKRON MENGGUNAKAN SERAT OPTIK MULTIMODE WIDYANA - 2406100093 PENDAHULUAN Kebutuhan suatu alat pengukuran pergeseran obyek dalam

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print) B-50

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print) B-50 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) B-50 Analisis Pengaruh Perubahan Suhu dan Perubahan Panjang Kupasan Cladding serta Coating Terhadap Rugi Daya yang Dihasilkan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER

BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER Pada bab ini akan dibahas mengenai bagaimana proses perancangan dan realisasi band pass filter square open-loop, mulai dari perhitungan matematis, perancangan ukuran,

Lebih terperinci

PERANCANGAN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN PERGESERAN OBYEK DALAM ORDE MIKROMETER MENGGUNAKAN SERAT OPTIK MULTIMODE

PERANCANGAN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN PERGESERAN OBYEK DALAM ORDE MIKROMETER MENGGUNAKAN SERAT OPTIK MULTIMODE PERANCANGAN SENSOR SERAT OPTIK UNTUK PENGUKURAN PERGESERAN OBYEK DALAM ORDE MIKROMETER MENGGUNAKAN SERAT OPTIK MULTIMODE Widyana - Heru Setijono Laboratorium Rekayasa Fotonika Jurusan Teknik Fisika Fakultas

Lebih terperinci

Rancang Bangun Directional Coupler Konfigurasi 3x3 Planar Step Index Multimode Fiber Optic sebagai Sensor Kemolaran dan ph

Rancang Bangun Directional Coupler Konfigurasi 3x3 Planar Step Index Multimode Fiber Optic sebagai Sensor Kemolaran dan ph JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) B-89 Rancang Bangun Directional Coupler Konfigurasi 3x3 Planar Step Index Multimode Fiber Optic sebagai Sensor Kemolaran dan ph

Lebih terperinci

Modulasi Sudut / Modulasi Eksponensial

Modulasi Sudut / Modulasi Eksponensial Modulasi Sudut / Modulasi Eksponensial Modulasi sudut / Modulasi eksponensial Sudut gelombang pembawa berubah sesuai/ berpadanan dengan gelombang informasi kata lain informasi ditransmisikan dengan perubahan

Lebih terperinci

FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DIRECTIONAL SINGLE DAN DOUBLE COUPLER PADA BAHAN SERAT OPTIK PLASTIK STEP INDEX MULTIMODE TIPE FD

FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DIRECTIONAL SINGLE DAN DOUBLE COUPLER PADA BAHAN SERAT OPTIK PLASTIK STEP INDEX MULTIMODE TIPE FD FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DIRECTIONAL SINGLE DAN DOUBLE COUPLER PADA BAHAN SERAT OPTIK PLASTIK STEP INDEX MULTIMODE TIPE FD-620-10 LUCKY PUTRI RAHAYU NRP 1109 100 012 Dosen Pembimbing Drs. Gatut Yudoyono,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 Analisis output dilakukan terhadap hasil simulasi yang diperoleh agar dapat mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi output. Optimasi juga dilakukan agar output meningkat mendekati dengan hasil

Lebih terperinci

Optical Waveguide berstruktur gabungan antara Loop dan Directional berbasis Mach Zehnder Interferometer

Optical Waveguide berstruktur gabungan antara Loop dan Directional berbasis Mach Zehnder Interferometer TUGAS AKHIR FISIKA 2013 Optical Waveguide berstruktur gabungan antara Loop dan Directional berbasis Mach Zehnder Interferometer Wina Indra Lavina, Yono Hadi Pramono M.Eng Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak diperkenalkan oleh Kao dan Hockham bahwa serat optik dapat digunakan pada sistem komunikasi, metode modulasi cahaya pada serat optik telah banyak diinvestigasi.

Lebih terperinci

PENINGKATAN UNJUK KERJA PEMBAGI DAYA OPTIK BERBASIS STRUKTUR MULTIMODE INTERFERENCE (MMI) DENGAN MENGGUNAKAN PEMANDU GELOMBANG JENIS TAPER

PENINGKATAN UNJUK KERJA PEMBAGI DAYA OPTIK BERBASIS STRUKTUR MULTIMODE INTERFERENCE (MMI) DENGAN MENGGUNAKAN PEMANDU GELOMBANG JENIS TAPER Abstrak PENINGKATAN UNJUK KERJA PEMBAGI DAYA OPTIK BERBASIS STRUKTUR MULTIMODE INTERFERENCE (MMI) DENGAN MENGGUNAKAN PEMANDU GELOMBANG JENIS TAPER Sekartedjo, Agus Muhamad Hatta, Heru Setijono 3, dan Dhany

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Pengukuran kecepatan..., Sayuti Syamsuar U, FT UI, 2009.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Pengukuran kecepatan..., Sayuti Syamsuar U, FT UI, 2009. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan teknologi alat ukur sudut arah Ψ (heading) berbasis Strapdown Inertial Navigation menggunakan sensor Ring Laser Gyro (RLG) dan Interferometer Fiber Optic

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE PENYETABIL SUMBER CAHAYA LASER HE-NE dengan MENGGUNAKAN PLAT λ/4

PENGEMBANGAN METODE PENYETABIL SUMBER CAHAYA LASER HE-NE dengan MENGGUNAKAN PLAT λ/4 PENGEMBANGAN METODE PENYETABIL SUMBER CAHAYA LASER HE-NE dengan MENGGUNAKAN PLAT λ/4 Wiwis Sasmitaninghidayah*, Ari Santoso**, dan Agus Rubiyanto* *Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KONTROL FREKUENSI GETARAN AKUSTIK BERBASIS SENSOR SERAT OPTIK

PERANCANGAN SISTEM KONTROL FREKUENSI GETARAN AKUSTIK BERBASIS SENSOR SERAT OPTIK PERANCANGAN SISTEM KONTROL FREKUENSI GETARAN AKUSTIK BERBASIS SENSOR SERAT OPTIK (The Design of Control System of Acoustic Vibration Frequency Based on Fiber Optic Sensor) Harmadi 1 *, Firmansyah 2, Wildian

Lebih terperinci

Jaringan Lokal Akses (Jarlok) Eka Setia Nugraha,S.T. M.T Uke Kurniawan Usman,MT

Jaringan Lokal Akses (Jarlok) Eka Setia Nugraha,S.T. M.T Uke Kurniawan Usman,MT Jaringan Lokal Akses (Jarlok) Eka Setia Nugraha,S.T. M.T Uke Kurniawan Usman,MT Saluran / Jaringan Lokal Saluran yang menghubungkan pesawat pelanggan dengan Main Distribution Point disentral telepon. Panjang

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIOSENSOR FIBER BERBASIS EVANESCENT WAVE SEBAGAI SENSOR SENYAWA GLUKOSA DENGAN LED

PEMBUATAN BIOSENSOR FIBER BERBASIS EVANESCENT WAVE SEBAGAI SENSOR SENYAWA GLUKOSA DENGAN LED PEMBUATAN BIOSENSOR FIBER BERBASIS EVANESCENT WAVE SEBAGAI SENSOR SENYAWA GLUKOSA DENGAN LED Abstrak Arni Candra Pratiwi 1, Ahmad Marzuki 2 1 Program Studi Fisika FMIPA UNS, Surakarta. Jl. Ir Sutami No.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN. iii. LEMBAR PERSEMBAHAN... iv ABSTRAK... KATA PENGANTAR. vi. DAFTAR ISI ix. DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN.

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN. iii. LEMBAR PERSEMBAHAN... iv ABSTRAK... KATA PENGANTAR. vi. DAFTAR ISI ix. DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN. DAFTAR ISI Halaman JUDUL. i LEMBAR PENGESAHAN. iii LEMBAR PERSEMBAHAN... iv ABSTRAK... v KATA PENGANTAR. vi DAFTAR ISI ix DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN. 1 1.1 Latar Belakang.. 1 1.2 Tujuan Penelitian.

Lebih terperinci

PEMODELAN PERUBAHAN INDEKS BIAS BAHAN OPTIK SEBAGAI FUNGSI FREKUENSI GELOMBANG AKUSTIK

PEMODELAN PERUBAHAN INDEKS BIAS BAHAN OPTIK SEBAGAI FUNGSI FREKUENSI GELOMBANG AKUSTIK PEMODELAN PERUBAHAN INDEKS BIAS BAHAN OPTIK SEBAGAI FUNGSI FREKUENSI GELOMBANG AKUSTIK RINI KHAMIMATUL ULA 1109201703 Dosen Pembimbing: Prof.Dr.rer.nat. Agus Rubiyanto,M.Eng.Sc. Dr. Melania Suweni Muntini,

Lebih terperinci

ANALISA PROPAGASI GELOMBANG DALAM PANDU GELOMBANG OPTIK NONLINEAR DENGAN MEDAN SPATIAL SOLITONS

ANALISA PROPAGASI GELOMBANG DALAM PANDU GELOMBANG OPTIK NONLINEAR DENGAN MEDAN SPATIAL SOLITONS ISSN 0853-8697 ANALISA PROPAGASI GELOMBANG DALAM PANDU GELOMBANG OPTIK NONLINEAR DENGAN MEDAN SPATIAL SOLITONS Harsoyono Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

PENENTUAN RUGI-RUGI BENGKOKAN SERAT OPTIK JENIS SMF-28. Syahirul Alim Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta

PENENTUAN RUGI-RUGI BENGKOKAN SERAT OPTIK JENIS SMF-28. Syahirul Alim   Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta PENENTUAN RUGI-RUGI BENGKOKAN SERAT OPTIK JENIS SMF-8 Syahirul Alim Email: arul_alim@yahoo.com Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstrak Telah dilakukan penelitian tentang Rugi-rugi bengkokan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik Sistem komunikasi optik adalah suatu sistem komunikasi yang media transmisinya menggunakan serat optik. Pada prinsipnya sistem komunikasi serat

Lebih terperinci

FABRIKASI SENSOR PERGESERAN BERBASIS MACROBENDING SERAT OPTIK

FABRIKASI SENSOR PERGESERAN BERBASIS MACROBENDING SERAT OPTIK FABRIKASI SENSOR PERGESERAN BERBASIS MACROBENDING SERAT OPTIK Oleh; Hadziqul Abror NRP. 1109 100 704 Pembimbing: Dr. Melania Suweni Muntini, M.T Ruang Sidang Fisika, 20 Maret 2012 Outline Pendahuluan Tinjauan

Lebih terperinci

DAN KONSENTRASI SAMPEL

DAN KONSENTRASI SAMPEL PERANCANGAN SENSOR ph MENGGUNAKAN FIBER OPTIK BERDASARKAN VARIASI KETEBALAN REZA ADINDA ZARKASIH NRP. 1107100050 DAN KONSENTRASI SAMPEL DOSEN PEMBIMBING : DRS. HASTO SUNARNO,M.Sc Jurusan Fisika Fakultas

Lebih terperinci

BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA

BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA Tujuan Instruksional Umum Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perambatan gelombang, yang merupakan hal yang penting dalam sistem komunikasi serat optik. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. spektrofotometer UV-Vis dan hasil uji serapan panjang gelombang sampel dapat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. spektrofotometer UV-Vis dan hasil uji serapan panjang gelombang sampel dapat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian diawali dengan pembuatan sampel untuk uji serapan panjang gelombang sampel. Sampel yang digunakan pada uji serapan panjang gelombang sampel adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mulyorejo Surabaya pada bulan Februari 2012 sampai bulan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Mulyorejo Surabaya pada bulan Februari 2012 sampai bulan Juni 2012. 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Optik dan Aplikasi Laser Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Tehnologi Universitas Airlangga Kampus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan kecepatan dan bandwidth untuk komunikasi semakin meningkat secara signifikan. Salah satu teknologi yang menjadi solusi adalah sistem transmisi berbasis cahaya

Lebih terperinci

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding TT 1122 PENGANTAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI Information source Electrical Transmit Optical Source Optical Fiber Destination Receiver (demodulator) Optical Detector Secara umum blok diagram transmisi komunikasi

Lebih terperinci

ANALISIS SPLITTING PULSA PADA SERAT OPTIK DUA-CORE DENGAN KENONLINEARAN KERR BERDASARKAN VARIASI KOEFISIEN KOPLING DAN DISPERSI INTERMODAL

ANALISIS SPLITTING PULSA PADA SERAT OPTIK DUA-CORE DENGAN KENONLINEARAN KERR BERDASARKAN VARIASI KOEFISIEN KOPLING DAN DISPERSI INTERMODAL ANALISIS SPLIING PULSA PADA SERA OPIK DUA-CORE DENGAN KENONLINEARAN KERR BERDASARKAN VARIASI KOEFISIEN KOPLING DAN DISPERSI INERMODAL Anita Listanti, Arif Hidayat, Nugroho Adi P Jurusan Fisika, FMIPA,

Lebih terperinci

ANALISIS PANDU GELOMBANG Y-BRANCH MIRING KIRI DENGAN SISIPAN BAHAN TAK-LINIER PADA CLADDING UNTUK GERBANG LOGIKA X-OR SKRIPSI

ANALISIS PANDU GELOMBANG Y-BRANCH MIRING KIRI DENGAN SISIPAN BAHAN TAK-LINIER PADA CLADDING UNTUK GERBANG LOGIKA X-OR SKRIPSI ANALISIS PANDU GELOMBANG Y-BRANCH MIRING KIRI DENGAN SISIPAN BAHAN TAK-LINIER PADA CLADDING UNTUK GERBANG LOGIKA X-OR SKRIPSI Oleh Wahyudi Pramono NIM 061810201042 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

Overview Materi. Redaman/atenuasi Absorpsi Scattering. Dispersi Rugi-rugi penyambungan Tipikal karakteristik kabel serat optic

Overview Materi. Redaman/atenuasi Absorpsi Scattering. Dispersi Rugi-rugi penyambungan Tipikal karakteristik kabel serat optic Overview Materi Redaman/atenuasi Absorpsi Scattering Rugi-rugi bending Dispersi Rugi-rugi penyambungan Tipikal karakteristik kabel serat optic Redaman/Atenuasi Redaman mempunyai peranan yang sangat

Lebih terperinci

Sensor Indeks Bias Larutan Menggunakan Fiber Coupler

Sensor Indeks Bias Larutan Menggunakan Fiber Coupler Sensor Indeks Bias Larutan Menggunakan Fiber Coupler Zilda Qiftia¹, Samian¹, dan Supadi¹. ¹Program Studi S1 Fisika, Departemen Fisika, FST Univesitas Airlangga, Surabaya. Email: zqiftia@gmail.com Abstrak.

Lebih terperinci

Fiber Optics (serat optik) Oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber)

Fiber Optics (serat optik) Oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber) Fiber Optics (serat optik) Oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber) Bahan fiber optics (serat optik) Serat optik terbuat dari bahan dielektrik berbentuk seperti kaca (glass). Di dalam serat

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM PENGONTROL FREKUENSI GETARAN MENGGUNAKAN SERAT OPTIK

RANCANG BANGUN SISTEM PENGONTROL FREKUENSI GETARAN MENGGUNAKAN SERAT OPTIK RANCANG BANGUN SISTEM PENGONTROL FREKUENSI GETARAN MENGGUNAKAN SERAT OPTIK Firmansyah, Harmadi Program Sarjana FMIPA Universitas Andalas Departemen Fisika, FMIPA Universitas Andalas, Padang 25163 e-mail:

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK RING RESONATOR TUNGGAL YANG DIINTEGRASIKAN DENGAN ERBIUM DOPED FIBER (EDF) UNTUK DIAPLIKASIKAN SEBAGAI FILTER OPTIK

ANALISIS KARAKTERISTIK RING RESONATOR TUNGGAL YANG DIINTEGRASIKAN DENGAN ERBIUM DOPED FIBER (EDF) UNTUK DIAPLIKASIKAN SEBAGAI FILTER OPTIK ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 2825 ANALISIS KARAKTERISTIK RING RESONATOR TUNGGAL YANG DIINTEGRASIKAN DENGAN ERBIUM DOPED FIBER (EDF) UNTUK DIAPLIKASIKAN SEBAGAI

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal Xpedia Fisika Optika Fisis - Soal Doc. Name: XPFIS0802 Version: 2016-05 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) muatan listrik yang diam (2) muatan listrik yang bergerak lurus

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2013

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2013 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2013 PERANCANGAN DAN REALISASI BANDPASS FILTER BERBASIS MIKROSTRIP MENGGUNAKAN METODE SQUARE LOOP RESONATOR PADA FREKUENSI 1710-1785

Lebih terperinci

Perancangan Prototipe Biosensor Serat Optik Berbasis pada Metode End-Butt Coupling

Perancangan Prototipe Biosensor Serat Optik Berbasis pada Metode End-Butt Coupling Perancangan Prototipe Biosensor Serat Optik Berbasis pada Metode End-Butt Coupling Adnan Fatahillah Afiff, Purnomo Sidi Priambodo Departemen Teknik Elektro, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mulai bulan Maret 2011 sampai bulan November Alat alat yang digunakan dalam peneletian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. mulai bulan Maret 2011 sampai bulan November Alat alat yang digunakan dalam peneletian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Optika dan Aplikasi Laser Departemen Fisika Universitas Airlangga dan Laboratorium Laser Departemen Fisika

Lebih terperinci

BAB 3 RANCANG BANGUN EKSPERIMEN SISTEM INTERFEROMETER SAGNAC

BAB 3 RANCANG BANGUN EKSPERIMEN SISTEM INTERFEROMETER SAGNAC BAB 3 RANCANG BANGUN EKSPERIMEN SISTEM INTERFEROMETER SAGNAC Interferometer Sagnac terbagi 2 yaitu Interferometer Sagnac aktif dan pasif. Apabila sumber laser berada di dalam ring resonator disebut Aktif

Lebih terperinci

DASAR TELEKOMUNIKASI. Kholistianingsih, S.T., M.Eng

DASAR TELEKOMUNIKASI. Kholistianingsih, S.T., M.Eng DASAR TELEKOMUNIKASI Kholistianingsih, S.T., M.Eng KONTRAK PEMBELAJARAN UAS : 35% UTS : 35% TUGAS : 20% KEHADIRAN : 10% KEHADIRAN 0 SEMUA KOMPONEN HARUS ADA jika ada satu komponen yang kosong NILAI = E

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MOTOR STEPPER UNTUK MENDAPATKAN DAYA OPTIMUM PADA ANTENA SECARA WIRELESS

PENGENDALIAN MOTOR STEPPER UNTUK MENDAPATKAN DAYA OPTIMUM PADA ANTENA SECARA WIRELESS PENGENDALIAN MOTOR STEPPER UNTUK MENDAPATKAN DAYA OPTIMUM PADA ANTENA SECARA WIRELESS Pembimbing: Dr. Melania Suweni Muntini, MT Dr. Yono Hadi Pramono, M. Eng Oleh: Iva Mamlu atul Hidayati PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

SINYAL & MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

SINYAL & MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung SINYAL & MODULASI Ir. Roedi Goernida, MT Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung 2012 1 Pengertian Sinyal Merupakan suatu perubahan amplitudo dari tegangan,

Lebih terperinci

PEMETAAN BEBAN OLEH BIDANG SERAGAM DENGAN METODE BENDING LOSS AKIBAT GRATING PADA SERAT OPTIK

PEMETAAN BEBAN OLEH BIDANG SERAGAM DENGAN METODE BENDING LOSS AKIBAT GRATING PADA SERAT OPTIK PEMETAAN BEBAN OLEH BIDANG SERAGAM DENGAN METODE BENDING LOSS AKIBAT GRATING PADA SERAT OPTIK Mahmudah Salwa Gianti*, Ahmad Marzuki*, Stefanus Adi Kristiawan** *Prodi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

KARAKTERISASI FIBER BRAG GRATING TERHADAP SUHU MENGGUNAKAN TEKNIK SAPUAN PANJANG GELOMBANG LASER

KARAKTERISASI FIBER BRAG GRATING TERHADAP SUHU MENGGUNAKAN TEKNIK SAPUAN PANJANG GELOMBANG LASER Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIV HFI Jateng & DIY, Semarang 10 April 2010 241 hal. 241-246 KARAKTERISASI FIBER BRAG GRATING TERHADAP SUHU MENGGUNAKAN TEKNIK SAPUAN PANJANG GELOMBANG LASER Andi Setiono dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bagian ini akan dipaparkan prosedur pengambilan data dari penelitian ini. Namun sebelumnya, terlebih dahulu mengetahui tempat dan waktu penelitian, alat dan bahan yang dipakai

Lebih terperinci

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Model Sistem Komunikasi Sinyal listrik digunakan dalam sistem komunikasi karena relatif gampang dikontrol. Sistem komunikasi listrik ini mempekerjakan sinyal listrik untuk membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan layanan transmisi data dengan kecepatan tinggi dan kapasitas besar semakin meningkat pada sistem komunikasi serat optik. Kondisi ini semakin didukung lagi

Lebih terperinci

Aslam Chitami Priawan Siregar, Agus Muhamad Hatta

Aslam Chitami Priawan Siregar, Agus Muhamad Hatta PENGARUH SUHU PADA PENGUKURAN PERGESERAN DENGAN MENGGUNAKAN SERAT OPTIK BERSTRUKTUR SMS (SINGLEMODE-MULTIMODE-SINGLEMODE) DAN OTDR (OPTICAL TIME DOMAIN REFLECTOMETER) Aslam Chitami Priawan Siregar, Agus

Lebih terperinci

Aslam Chitami Priawan Siregar, Agus Muhamad Hatta

Aslam Chitami Priawan Siregar, Agus Muhamad Hatta PENGARUH SUHU PADA PENGUKURAN STRAIN BERBASIS SENSOR SERAT OPTIK BERSTRUKTUR SMS (SINGLEMODE- MULTIMODE-SINGLEMODE) DAN OTDR (OPTICAL TIME DOMAIN REFLECTOMETER) Aslam Chitami Priawan Siregar, Agus Muhamad

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM PENGUKURAN PERGESERAN OBJEK DENGAN TRANDUSER ULTRASONIK MENGGUNAKAN METODE KORELASI SILANG SECARA REAL TIME

DESAIN SISTEM PENGUKURAN PERGESERAN OBJEK DENGAN TRANDUSER ULTRASONIK MENGGUNAKAN METODE KORELASI SILANG SECARA REAL TIME DESAIN SISTEM PENGUKURAN PERGESERAN OBJEK DENGAN TRANDUSER ULTRASONIK MENGGUNAKAN METODE KORELASI SILANG SECARA REAL TIME Ridwan Awalin, Agus Naba, D. J. Djoko Herry Santjojo Jurusan Fisika FMIPA, Universitas

Lebih terperinci

INTERFEROMETER MACH ZEHNDER SEBAGAI SENSOR SERAT OPTIK

INTERFEROMETER MACH ZEHNDER SEBAGAI SENSOR SERAT OPTIK Interferometer Mach Zehnder sebagai Sensor Serat Optik Herdiyanto INTERFEROMETER MACH ZEHNDER SEBAGAI SENSOR SERAT OPTIK HERDIYANTO Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60,

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Panjang Kupasan dan Perubahan Suhu Terhadap Pancaran Intensitas pada Serat Optik Plastik Multimode Tipe FD

Analisis Pengaruh Panjang Kupasan dan Perubahan Suhu Terhadap Pancaran Intensitas pada Serat Optik Plastik Multimode Tipe FD JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) B-103 Analisis Pengaruh Panjang Kupasan dan Perubahan Suhu Terhadap Pancaran Intensitas pada Serat Optik Plastik Multimode Tipe

Lebih terperinci

STUDI PERANCANGAN SISTEM RoF-OFDM POLARISASI TIDAK SEIMBANG MENGGUNAKAN MODULASI QPSK DAN QAM

STUDI PERANCANGAN SISTEM RoF-OFDM POLARISASI TIDAK SEIMBANG MENGGUNAKAN MODULASI QPSK DAN QAM STUDI PERANCANGAN SISTEM RoF-OFDM POLARISASI TIDAK SEIMBANG MENGGUNAKAN MODULASI QPSK DAN QAM Teguh Wahyu Dianto 1), Dodi Zulherman 2), Fauza Khair 3) 1),2),3 ) Fakultas Teknik Telekomunikasi dan Elektro,

Lebih terperinci

VISUALISASI FISIKA KUANTUM DENGAN MATHEMATICA 5.1

VISUALISASI FISIKA KUANTUM DENGAN MATHEMATICA 5.1 TUGAS AKHIR SF 1830 VISUALISASI FISIKA KUANTUM DENGAN MATHEMATICA 5.1 MUHAMMAD DODO ROHADI NRP 1103 100053 Dosen Pembimbing Agus Purwanto, D.Sc. JURUSAN FISIKA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. karakterisasi tegangan keluaran detektor terhadap pergeseran cermin. Selanjutnya,

BAB III METODE PENELITIAN. karakterisasi tegangan keluaran detektor terhadap pergeseran cermin. Selanjutnya, BAB III METODE PENELITIAN Bab ketiga ini akan dijelaskan metode penelitiannya, antara lain tempat dan waktu pelaksanaan penelitian, bahan dan alat yang digunakan saat penelitian, prosedur pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

Sistem Pengembangan Pendeteksian Indeks Bias Zat Cair Menggunakan Serat Optik Singlemode Berbasis Otdr (Optical Time Domain Reflectometer)

Sistem Pengembangan Pendeteksian Indeks Bias Zat Cair Menggunakan Serat Optik Singlemode Berbasis Otdr (Optical Time Domain Reflectometer) Sistem Pengembangan Pendeteksian Indeks Bias Zat Cair Menggunakan Serat Optik Singlemode Berbasis Otdr (Optical Time Domain Reflectometer) Prastyowati Budiningsih, Samian, Pujiyanto Fakultas Sains Dan

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Optika Fisis - Latihan Soal Doc Name: AR12FIS0399 Version : 2012-02 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) Mauatan listrik yang diam (2) Muatan listrik

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN REALISASI PLL(88-108) MHZ DENGAN INDIKATOR LED SAAT DAERAH FREKUENSI LOCK DAN UNLOCK

PERANCANGAN DAN REALISASI PLL(88-108) MHZ DENGAN INDIKATOR LED SAAT DAERAH FREKUENSI LOCK DAN UNLOCK Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Tugas Akhir - 2008 PERANCANGAN DAN REALISASI PLL(88-108) MHZ DENGAN INDIKATOR LED SAAT DAERAH FREKUENSI LOCK DAN UNLOCK Gumilar Trisyana Putra¹, Budianto², Budi Prasetya³

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENUNJANG. Perambatan cahaya dalam suatu medium dengan 3 cara : Berikut adalah gambar perambatan cahaya dalam medium yang ditunjukkan

BAB III TEORI PENUNJANG. Perambatan cahaya dalam suatu medium dengan 3 cara : Berikut adalah gambar perambatan cahaya dalam medium yang ditunjukkan BAB III TEORI PENUNJANG Bab tiga berisi tentang tentang teori penunjang kerja praktek yang telah dikerjakan. 3.1. Propagasi cahaya dalam serat optik Perambatan cahaya dalam suatu medium dengan 3 cara :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan dan manfaat dari penelitian ini. teknologi telekomunikasi, terutama dalam era moderen seperti sekarang ini.

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan dan manfaat dari penelitian ini. teknologi telekomunikasi, terutama dalam era moderen seperti sekarang ini. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan tentang latar belakang dari penelitian ini, Permasalahan yang belum terpecahkan, sehingga dilakukannya penelitian ini yang memiliki batasan-batasan dalam

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT UKUR TSS (TOTAL SUSPENDED SOLID) AIR MENGGUNAKAN SENSOR SERAT OPTIK SECARA REAL TIME

PERANCANGAN ALAT UKUR TSS (TOTAL SUSPENDED SOLID) AIR MENGGUNAKAN SENSOR SERAT OPTIK SECARA REAL TIME PERANCANGAN ALAT UKUR TSS (TOTAL SUSPENDED SOLID) AIR MENGGUNAKAN SENSOR SERAT OPTIK SECARA REAL TIME Ani Fatimah 1, Harmadi 2 dan Wildian 2 1 Program Pascasarjana FMIPA Universitas Andalas 2 Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan mensimulasikan MZI di program computer simulation technology (CST) dengan skema penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Tugas Akhir ini akan diselesaikan melalui beberapa tahapan yaitu mengidentifikasi masalah, pemodelan sistem, simulasi dan analisa hasil. Pemodelan dan simulasi jaringan di-design

Lebih terperinci

Kurikulum 2013 Kelas 12 SMA Fisika

Kurikulum 2013 Kelas 12 SMA Fisika Kurikulum 2013 Kelas 12 SA Fisika Persiapan UTS Semester Ganjil Doc. Name: K13AR12FIS01UTS Version : 2016-04 halaman 1 01. Suatu sumber bunyi bergerak dengan kecepatan 10 m/s menjauhi seorang pendengar

Lebih terperinci

Pengembangan Spektrofotometri Menggunakan Fiber Coupler Untuk Mendeteksi Ion Kadmium Dalam Air

Pengembangan Spektrofotometri Menggunakan Fiber Coupler Untuk Mendeteksi Ion Kadmium Dalam Air Pengembangan Spektrofotometri Menggunakan Fiber Coupler Untuk Mendeteksi Ion Kadmium Dalam Air Pujiyanto, Samian dan Alan Andriawan. Program Studi S1 Fisika, Departemen Fisika, FST Universitas Airlangga,

Lebih terperinci

2015 DESAIN DAN OPTIMASI FREKUENSI SENSOR LINGKUNGAN BERBASIS PEMANDU GELOMBANG INTERFEROMETER MACH ZEHNDER

2015 DESAIN DAN OPTIMASI FREKUENSI SENSOR LINGKUNGAN BERBASIS PEMANDU GELOMBANG INTERFEROMETER MACH ZEHNDER BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan aspek penting dalam kehidupan karena lingkungan adalah tempat dimana kita hidup, bernafas dan sebagainya. Lingkungan merupakan kawasan tempat kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Inovasi di dalam teknologi telekomunikasi berkembang dengan cepat dan selaras dengan perkembangan karakteristik masyarakat modern yang memiliki mobilitas tinggi, mencari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bandpass Filter Filter merupakan blok yang sangat penting di dalam sistem komunikasi radio, karena filter menyaring dan melewatkan sinyal yang diinginkan dan meredam sinyal yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gelombang terahertz (THz) adalah bagian dari spektrum elektromagnetik dengan panjang gelombang yang berada di antara spektrum infrared dan microwave. Wilayah terahertz,

Lebih terperinci

PEMBUATAN PROTOTIPE SENSOR TANAH LONGSOR BERBASIS FIBER OPTIK POLIMER DENGAN KONFIGURASI KOIL MENGGUNAKAN PIRANTI LINIER MEKANIK

PEMBUATAN PROTOTIPE SENSOR TANAH LONGSOR BERBASIS FIBER OPTIK POLIMER DENGAN KONFIGURASI KOIL MENGGUNAKAN PIRANTI LINIER MEKANIK PEMBUATAN PROTOTIPE SENSOR TANAH LONGSOR BERBASIS FIBER OPTIK POLIMER DENGAN KONFIGURASI KOIL MENGGUNAKAN PIRANTI LINIER MEKANIK Disusun oleh : MUHAMMAD HERIYANTO M0209034 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUKURAN MENGGUNAKAN OTDR SERTA ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGGUKURAN TERHADAP RUGI-RUGI TRANSMISI

BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUKURAN MENGGUNAKAN OTDR SERTA ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGGUKURAN TERHADAP RUGI-RUGI TRANSMISI BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUKURAN MENGGUNAKAN OTDR SERTA ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGGUKURAN TERHADAP RUGI-RUGI TRANSMISI 4.1 Analisa Perencanaan Instalasi Penentuan metode instalasi perlu dipertimbangkan

Lebih terperinci