BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pertimbangan Dewan Kehormatan Daerah Dalam Menyelesaikan Permasalahan Tentang Jarak Antar Kantor Notaris Di Kabupaten Kulon Progo 1. Hasil Penelitian Tugas Dewan Kehormatan Daerah seperti yang telah disebutkan diatas, salah satunya adalah memeriksa dan mengambil putusan atas dugaan pelanggaran ketentuan kode etik dan/atau disiplin organisasi, yang bersifat internal atau tidak mempunyai kaitan dengan kepentingan masyarakat secara langsung pada tingkat pertama. Berdasarkan hal tersebut, Penulis tertarik untuk meneliti mengenai pertimbangan yang digunakan oleh Dewan Kehormatan Daerah dalam memberikan putusan mengenai dugaan pelanggaran, dimana dugaan pelanggaran tersebut tidak secara tegas diatur dalam Kode Etik Notaris. Kasus dugaan pelanggaran yang dimaksud terjadi di Kabupaten Kulon Progo. Kasus yang pertama adalah kasus yang terjadi antara Notaris berinisial DI dengan Notaris berinisial AN dan NR pada tahun Notaris DI saat itu berkeberatan dengan keberadaan kantor Notaris AN dan Notaris NR yang dalam waktu hampir bersamaan membuka kantor di dekat kantor Notaris DI dan masih dalam satu dusun. Notaris DI kemudian mengajukan keberatan tersebut kepada Pengurus Daerah Kulon Progo (selanjutnya disebut Pengurus Daerah) dan dilanjutkan kepada Dewan Kehormatan Daerah Kulon Progo 60

2 (selanjutnya disebut Dewan Kehormatan Daerah). Dewan Kehormatan Daerah kemudian melakukan sidang dan dilanjutkan dengan memanggil para pihak untuk didengarkan keterangannya dan diberi kesempatan untuk membela diri. Keterangan Notaris DI adalah dia berkeberatan dengan keberadaan Kantor Notaris AN dan NR karena kantor mereka masih berada dalam satu dusun dengan kantor Notaris DI, disamping itu Notaris DI memiliki pertimbangan bahwa profesi Notaris itu adalah profesi yang memberikan pelayanan dan pengabdian, jadi alangkah baiknya kalau Notaris itu membuka kantor di tempat lain yang belum terdapat Notaris sebingga penyebarannya dapat merata. 52 Pembelaan dari Notaris AN dan NR adalah mereka beranggapan bahwa selama ini tidak ada pengaturan yang jelas dan tegas mengenai jarak antar kantor Notaris, jadi Notaris berhak membuka lokasi kantornya dimana saja. 53 Notaris AN dan NR juga sudah terlanjur kontrak kantor selama 2 tahun dan salah satu karyawan Notaris NR merupakan anak dari pemilik kantor yang disewanya tersebut. 54 Berkaitan dengan pembelaan tersebut, Dewan Kehormatan Daerah memiliki pendapat bahwa norma itu tidak selamanya harus dalam bentuk tertulis, ada juga norma yang hidup di dalam masyarakat dan ada pula norma yang sebenarnya sudah ada dalam peraturan tertulis tetapi cuma perlu penggalian makna lebih dalam dari peraturan tersebut. Setelah mendengarkan keterangan dan pembelaan dari para pihak, Dewan Kehormatan Daerah dapat menerima keberatan yang diajukan Notaris DI dan memutuskan agar Notaris AN dan NR untuk memindahkan lokasi kantornya 52 Hasil wawancara dengan DI, tanggal 25 Juli 2013, pukul: WIB. 53 Hasil wawancara dengan AN, tanggal 23 Juli 2013, pukul: WIB. 54 Hasil wawancara dengan NR, tanggal 23 Juli 2013, pukul: WIB. 61

3 dengan toleransi waktu selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak putusan tersebut diberikan. Dewan Kehormatan Daerah juga telah menunjukkan lokasi alternatif yang menurut pertimbangangan Dewan Kehormatan Daerah cocok untuk membuka kantor Notaris karena di lokasi tersebut belum terdapat Notaris pada saat itu. Dasar pertimbangan yang dipakai Dewan Kehormatan Daerah dalam memutuskan permasalahan tersebut adalah sesuai Pasal 3 angka 15 Kode Etik Notaris bahwa seorang Notaris memiliki kewajiban untuk menciptakan suasana kekeluargaan dan kebersamaan dalam menjalankan tugas jabatannya dan kegiatan sehari-hari serta saling memperlakukan rekan sejawat secara baik, saling menghormati, saling menghargai, saling membantu serta selalu berusaha menjalin komunikasi dan tali silaturahmi. Dewan Kehormatan Daerah mencoba menggali dan memperluas makna dari pasal tersebut dengan mengaitkan pada norma yang hidup di dalam masyarakat Jawa. Hal ini dilakukan karena tidak ada pengaturan yang secara tegas mengatur permasalahan jarak antar kantor Notaris, baik di dalam UUJN maupun Kode Etik Notaris. Dari penggalian dan perluasan makna tersebut, Dewan Kehormatan Daerah berpendapat bahwa Notaris AN dan NR telah melakukan pelanggaran terhadap pasal tersebut. Notaris AN dan NR menurut Dewan Kehormatan Daerah tidak dapat menciptakan suasana kekeluargaan dan kebersamaan karena permasalahan yang ditimbulkannya tersebut, serta Notaris AN dan NR seharusnya meminta ijin terlebih dahulu kepada DI sebelum membuka kantor, karena itu bentuk rasa saling menghormati dan 62

4 mengharagai antar rekan sejawat. Dewan Kehormatan Daerah berpendapat apabila Notaris AN dan NR tidak segera pindah kantor, maka suasana kekeluargaan dan kebersamaan akan susah terwujud diantara Notaris DI dengan Notaris AN dan NR. Dewan Kehormatan Daerah juga mengkaitkan Pasal 3 angka 15 Kode Etik Notaris dengan norma yang hidup di dalam masyarakat. Di dalam norma yang hidup di dalam masyakat jawa bahwa apabila seseorang apabila akan memasuki rumah orang ataupun memasuki wilayah atau lingkungan baru, maka sebaiknya kulo nuwun terlebih dahulu kepada orang-orang yang ada di lingkungan tersebut terlebih dulu. Begitu juga dengan Notaris, sebagai seorang Notaris yang akan membuka kantor di wilayah atau lingkungan tertentu, sebaiknya kulo nuwun terlebih dahulu sebelum membuka kantor tersebut, baik dengan masyarakat, rekan sejawat maupun pengurus organisasi INI. Menurut Dewan Kehormatan Daerah, saat ini banyak Notaris-notaris muda yang kurang memiliki bekal tentang etika ataupun budi pekerti. Pada saat setelah diberikan putusan tersebut, Notaris AN dan NR menyatakan menerima putusan tersebut dan berjanji akan pindah lokasi. Kasus yang kedua adalah kasus yang terjadi tahun 2010, Notaris dengan inisial SN mengadukan keberatan kepada Ketua Pengda Kulon Progo tentang keberadaan kantor Notaris dengan inisial E yang menurut Notaris SN terlalu dekat dengan kantor beliau. 55 Jarak antara Kantor Notaris SN dengan Kantor Notaris E cuma terpaut 3 (tiga) ruko atau kurang lebih 10 meter. Dengan 55 Hasil wawancara dengan Sri Rejeki Wulan Sari, tanggal 16 Juli 2013, pukul: WIB. 63

5 adanya laporan tersebut, Ketua Pengda Kulon Progo memberikan rekomendasi kepada Notaris SN untuk membuat laporan pengaduan secara tertulis yang ditujukan kepada Dewan Kehormatan Daerah. Setelah Dewan Kehormatan Daerah menerima laporan tersebut kemudian melakukan sidang dan ditindaklanjuti dengan pemanggilan para pihak untuk didengarkan keterangannya. Saat itu Notaris SN memaparkan bahwa dia hanya meminta pertimbangan dari Dewan Kehormatan Daerah mengenai tindakan yang dilakukan oleh Notaris E itu termasuk etis ataukah tidak dan jarak tersebut apakah pantas menurut pertimbangan Dewan. 56 Sedangkan dari Notaris E memiliki pembelaan bahwa aturan mengenai jarak itu tidak diatur secara tegas dalam Kode Etik Notaris dan alasan lainnya adalah dia sengaja mendekati Notaris SN itu dengan harapan untuk dapat menerima bimbingan dari Notaris SN. 57 Setelah mendengarkan keterangan dan pembelaan dari kedua belah pihak, maka Dewan Kehormatan Daerah menerima keberatan yang disampaikan Notaris SN dan memberikan teguran kepada Notaris E untuk segera pindah lokasi kantornya. Adapun toleransi untuk pindah yang diberikan oleh Dewan Kehormatan Daerah adalah selambat-lambatnya 6 (enam) bulan. Notaris E saat itu dapat menerima putusan tersebut dan berjanji untuk pindah lokasi. Pertimbangan yang digunakan Dewan Kehormatan Daerah dalam menyelesaikan permasalahan tersebut adalah dengan memperluas makna Pasal 3 angka 15 Kode Etik Notaris seperti pertimbangan pada kasus yang pertama. 56 Hasil wawancara dengan SN, tanggal 24 Juli 2013, pukul: WIB. 57 Hasil wawancara dengan E, tanggal 25 Juli 2013, pukul: WIB. 64

6 Dewan Kehormatan Daerah juga memiliki pertimbangan berkaitan rasa kebersamaan profesi (corpsgeest), dengan adanya permasalahan ini apabila tidak segera dicarikan jalan keluarnya, Dewan Kehormatan Daerah khawatir rasa kebersamaan profesi akan ternodai dan akan terjadi usaha-usaha yang menjurus kepada persaingan tidak sehat. Seperti pertimbangan pada kasus yang pertama, Notaris E secara etika seharusnya memperhatikan etika yang ada dalam masyarakat jawa, yaitu ketika seseorang yang akan memasuki suatu daerah tertentu, sebaiknya kulon nuwun terlebih dahulu dengan masyarakat di sekitarnya. Begitu juga dalam hal membuka kantor di suatu daerah, sebaiknya kulon nuwun terlebih dahulu dengan masyarakat sekitar, terutama sesama rekan sejawat yang letak kantornya cukup berdekatan dengan rencana lokasi kantor yang akan dibuka, apakah keberatan atau tidak dengan rencana tersebut. Disamping itu, karena profesi Notaris itu memiliki organisasi profesi yang bernama INI yang berfungsi mewadahi setiap anggotanya, maka sebaiknya Notaris baru yang akan membuka kantor baru di suatu daerah telah kulon nuwun terlebih dahulu dengan pengurus daerah INI. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarinya terjadi hal-hal yang demikian dan dari organisasi juga dapat memberikan rekomendasi tempat untuk membuka kantor. Dewan Kehormatan Daerah juga menyadari bahwa pelanggaran yang dilaporkan tersebut tidak diatur secara tegas dalam Kode Etik Notaris, tetapi karena ada aduan dari salah satu anggota Ikatan Notaris Indonesia serta dengan pertimbangan untuk menjaga kebersamaan antar sesama rekan notaris dan menjaga keharmonisan hubungan antar notaris, maka Dewan Kehormatan 65

7 Daerah berusaha mencarikan solusi atas permasalahan tersebut dengan mencoba memperluas makna dari Pasal 3 angka 15 Kode Etik Notaris dan dijadikan dasar pertimbangan seperti yang disebutkan di atas. Disamping itu, Dewan Kehormatan Daerah memiliki pertimbangan kalau seandainya permasalahan tersebut tidak segera diselesaikan, maka ditakutkan akan terjadi usaha-usaha yang menjurus kepada persaingan tidak sehat. 58 Bapak Mustofa, S.H., M.Kn. selaku anggota Dewan Kehormatan Wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, memberikan pendapatnya berkaitan dengan kasus di atas, bahwa Notaris itu profesi pelayanan, jadi dimana saja boleh membuka kantor asal masyarakat di tempat tersebut membutuhkan. Indikasi di tempat tersebut masih dibutuhkan Notaris adalah dengan masih terbukanya formasi Notaris di tempat tersebut. Tanggapan mengenai pertimbangan yang digunakan Dewan Kehormatan Wilayah Kabupaten Kulon Progo dalam menyelesaikan permasalahan jarak antar kantor Notaris yang terjadi di Kabupaten Kulonprogo adalah Dewan Kehormatan Daerah dalam memberikan putusan seharusnya berpedoman pada aturan yang ada di dalam UUJN dan Kode Etik Notaris. Menurut beliau, selama tidak ada aturan yang mengatur mengenai permasalahan jarak antar kantor Notaris, maka Notaris bebas untuk membuka kantor dimana saja. 59 Bapak Nurhadi Darusalam, S.H., M.Hum secara terpisah memberikan pendapatnya mengenai permasalahan jarak antar kantor Notaris tersebut, bahwa untuk hal tersebut tidak ada aturan secara tegas yang mengatur 58 Hasil wawancara dengan Wurjanto, tanggal 19 Juli 2013, pukul: WIB. 59 Hasil wawancara dengan Mustofa, tanggal 24 September 2013, pukul: WIB. 66

8 mengenai jarak antar kantor Notaris, tetapi memang sebaiknya jangan terlalu berdekatan. Hal ini bertujuan agar hubungan antar Notaris terjalin secara baik, tidak ada permasalahan yang timbul saat awal membuka kantor. Disamping itu, Pengurus Daerah dan Dewan Kehormatan Daerah terkadang memiliki pertimbangan tersendiri yang telah disesuaikan dengan keadaan yang ada di daerah tersebut Pembahasan Penulis terlebih dahulu akan membahas mengenai tugas Dewan Kehormatan Daerah. Dewan Kehormatan Daerah adalah Dewan Kehormatan Daerah yaitu Dewan Kehormatan tingkat Daerah, yaitu pada tingkat Kota atau Kabupaten yang bertugas untuk : a. melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan, pembenahan anggota dalam menjunjung tinggi kode etik; b. memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan pelanggaran ketentuan kode etik Kode Etik dan/atau disiplin organisasi, yang bersifat internal atau yang tidak mempunyai kaitan dengan kepentingan masyarakat secara langsung, pada tingkat pertama ; c. memberikan saran dan pendapat kepada Majelis Pengawas Daerah atas dugaan pelanggaran Kode Etik dan Jabatan Notaris. Kewenangan Dewan Kehormatan Daerah sesuai dengan Pasal 9 Kode Etik Notaris adalah melakukan pemeriksaan atas pelanggaran terhadap Kode Etik WIB. 60 Hasil wawancara dengan Nurhadi Darusalam, tanggal 25 September 2013, pukul:

9 dan menjatuhkan sanksi pada tingkat pertama kepada pelanggarnya, dimana dugaan pelanggaran tersebut berasal dari pengetahuan Dewan Kehormatan Daerah sendiri maupun karena laporan dari Pengurus Daerah ataupun pihak lain kepada Dewan Kehormatan Daerah. Pada kedua kasus di Kulon Progo, dugaan pelanggaran berasal dari laporan Notaris DI dan SN kepada Pengurus Daerah dan Dewan Kehormatan Daerah. Sesuai dengan Pasal 9 angka 1 dan 2 Kode Etik Notaris, Dewan Kehormatan Daerah Kulon Progo segera mengambil tindakan dengan mengadakan sidang Dewan Kehormatan Daerah untuk membicarakan dugaan terhadap pelanggaran tersebut selambatlambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja. Berdasarkan hasil sidang Dewan Kehormatan tersebut, ternyata ada dugaan kuat pelanggaran Kode Etik yang dilakukan oleh Notaris AN, NR dan E, maka dalam waktu tujuh (7) hari kerja setelah tanggal sidang tersebut, Dewan Kehormatan Daerah kemudian memanggil anggota yang diduga melanggar tersebut dengan surat tercatat atau dengan ekspedisi, untuk didengar keterangannya dan diberi kesempatan untuk membela diri. Dewan Kehormatan Daerah memutuskan bahwa Notaris AN, NR dan E untuk pindah lokasi kantornya, setelah mendengarkan keterangan dan pembelaan dari Notaris yang bersangkutan. Adapun pertimbangan yang digunakan Dewan Kehormatan Daerah dalam memutus permasalahan tersebut adalah menggunakan ketentuan Pasal 3 angka 15 yang diperluas maknanya. Seorang Notaris seharusnya memberitahukan terlebih dahulu mengenai rencana dia akan membuka kantornya kepada Notaris yang terlebih dahulu 68

10 membuka kantor dan kepada Pengurus Daerah Notaris di wilayah tersebut. Hal itu sebagai bentuk dari sikap saling menghormati, saling menghargai serta selalu berusaha menjalin komunikasi dan tali silaturahmi, sehingga dengan adanya sikap tersebut akan tercipta suasana kekeluargaan dan kebersamaan antar rekan sejawat. Sedangkan dalam buku Himpunan Etika Profesi disebutkan bahwa etika Notaris dengan sesama rekan Notaris adalah: a. Notaris dengan sesama rekan Notaris hendaklah hormat menghotmati dalam suasana kekeluargaan. b. Notaris dalam melakukan tugas jabatannya tidak melakukan perbuatan ataupun persaingan yang merugikan sesama rekan Notaris, baik moral maupun materiil dan menjauhkan diri dari usaha-usaha untuk mencari keuntungan dirinya semata-mata. c. Notaris harus saling menjaga dan membela kehormatan dan nama baik korp Notaris atas dasar rasa solidaritas dan sikap tolong menolong secara konstruktif. 61 Dewan Kehormatan Daerah dalam menyelesaikan kasus yang kedua menggunakan pertimbangan juga bahwa dengan adanya permasalahan yang terjadi apabila tidak segera dicarikan solusinya maka dikhawatirkan akan terjadi persaingan tidak sehat yang dapat merugikan sesama rekan Notaris seperti disebutkan di atas. Disamping itu, Dewan Kehormatan juga khawatir kebersamaan profesi akan ternodai apabila permasalahan itu tidak dicarikan solusi, karena dari awal antara Notaris yang memiliki masalah sudah ada Pustaka Yustisia, 2006, Himpunan Etika Profesi, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, hlm. 69

11 benih yang tidak bagus. Menurut penulis, apa yang menjadi kekhawaatiran Dewan Kehormatan Daerah ini sudah sesuai dengan Pasal 29 angka 12 Anggaran Rumah Tangga Ikatan Notaris Indonesia Keputusan Rapat Pleno Pengurus Pusat Yang Diperluas disebutkan bahwa dalam rangka menjalankan tugas dan kewajibannya Dewan Kehormatan Daerah berwenang untuk: a. Memberikan dan menyampaikan usulan dan saran yang ada hubungannya dengan Kode Etik dan pembinaan rasa kebersamaan profesi (corpsgeest) kepada Pengurus Daerah; b. Memberikan peringatan, baik secara tertulis maupun dengan lisan secara langsung kepada anggota yang melakukan pelanggaran atau perbuatan yang tidak sesuai dengan Kode Etik atau bertentangan dengan rasa kebersamaan profesi; c. Memberitahukan tentang pelanggaran tersebut kepada Pengurus Daerah, Pengurus Wilayah, Pengurus Pusat dan Dewan Kehormatan Pusat; d. Mengusulkan kepada Pengurus Pusat melalui Dewan Kehormatan Wilayah dan Dewan Kehormatan Pusat untuk pemberhentian sementara (schorsing) anggota perkumpulan yang melakukan pelanggaran terhadap Kode Etik. Dapat dilihat pada point b di atas bahwa Dewan Kehormatan Daerah dapat memberikan peringatan, baik secara tertulis maupun dengan lisan secara langsung kepada anggota yang melakukan pelanggaran atau perbuatan yang tidak hanya yang bertentangan dengan Kode Etik tetapi untuk perbuatan yang bertentangan dengan rasa kebersamaan profesi. Penjelasan mengenai maksud 70

12 kebersamaan profesi tidak disebutkan secara tegas dalam Anggaran Rumah Tangga Ikatan Notaris Indonesia. Menurut penulis rasa kebersamaan profesi yang dimaksud disini adalah merupakan bentuk solidaritas antar sesama anggota organisasi profesi. Dewan Kehormatan Daerah disamping menggunakan pertimbangan sesuai Pasal 3 angka 15 Kode Etik Notaris juga menggunakan pertimbangan etika yang ada dalam masyarakat Jawa, yaitu apabila seseorang ingin masuk atau menempati suatu tempat, menurut etikanya harus kulo nuwun terlebih dahulu. Bertens menjelaskan etika berasal dari bahasa Yunani kuno ethos dalam bentuk tunggal yang berarti adat kebiasaaan, adat istiadat, akhlak yang baik. Bentuk jamak dari ethos adalah ta etha artinya adat kebiasaan. Dari bentuk jamak ini terbentuklah istilah etika yang oleh filsuf Yunani Aristoteles ( SM) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Bersadarkan asalusul kata ini, maka etika berarti tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. 62 Menurut Bertens sebagaiman dikutip oleh Abdulkadir Muhammad, ada tiga arti etika dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Etika dipakai dalam arti: nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Arti ini disebut juga sebagai sistem nilai dalam hidup manusia perseorangan atau hidup bermasyarakat. Misalnya etika orang Jawa, etika agama Budha. hlm Abdulkadir Muhammad, 2001, Etika Profesi Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 71

13 b. Etika dipakai dalam arti: kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimakud di sini adalah kode etik, misalnya Kode Etik Advokat Indonesia, Kode Etik Notaris Indonesia. c. Etika dipakai dalam arti: ilmu tentang yang baik atau yang buruk. Arti etika di sini sama dengan filsafat moral. Dihubungkan dengan etika profesi hukum. Etika dalam arti pertama dan kedua adalah relevan karena kedua arti tersebut berkenaan dengan perilaku seseorang atau kelompok profesi hukum. Misalnya advokat tidak bermoral, artinya perbuatan advokat itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma moral yang berlaku dalam kelompok profesi advokat. Dihubungkan dengan arti yang kedua, etika profesi hukum berarti Kode Etik Profesi Hukum. 63 Sebagaimana dijelaskan oleh Bertens, kata yang dekat dengan etika adalah moral. Kata ini berasal dari bahasa latin mos, jamaknya mores yang juga berarti adat kebiasaan. Secara etimologis, kata etika sama dengan kata moral, keduanya berarti adat kebiasaan. Perbedaannya hanya pada bahasa asalnya, etika berasal dari bahasa Yunani, sedangkan moral berasal dari bahasa latin. Pertimbangan yang digunakan Dewan Kehormatan Daerah berdasarkan pendapat Bertens adalah termasuk dalam arti etika sesuai point a, dimana arti tersebut relevan dengan etika profesi hukum, karena arti tersebut berkenaan dengan perilaku seseorang atau kelompok profesi hukum, dalam hal ini kelompok profesi Notaris. Sedangkan keberatan yang dimaksud oleh Notaris AN dan NR adalah sesuai dengan arti etika pada point b, yaitu etika yang 63 Idem, hlm

14 dimaksud merupakan kumpulan asas atau nilai moral dalam bentuk Kode Etik Notaris. Menurut penulis, aturan yang hidup di dalam masyarakat itu lebih fleksibel dan masih bisa mengikuti fenomena yang berkembang saat ini, sedangkan aturan tertulis semacam Kode Etik Notaris itu kadang belum terdapat aturan yang bisa mencakup serta mengatur fenomena yang ada saat ini. Menurut penulis, permasalahan yang terjadi di Kulon Progo ini dikarenakan adanya fenomena semakin banyaknya jumlah Notaris serta nilainilai moral dan etika yang menurun di masyarakat saat ini. Dalam profesi jabatan notaris berlaku kaidah-kaidah etika yang khusus bagi suatu profesi tersebut. Kaidah-kadiah pokok yang berlaku bagi suatu profesi adalah sebagai berikut: a. Profesi merupakan suatu pelayanan, karena itu mereka harus juga bekerja tanpa pamrih, terutama bagi klien yang tidak mampu. Profesi harus dipandang dan dihayati sebagai suatu pelayanan, karena itu, maka sifat tanpa pamrih menjadi ciri khas dalam mengembangkan profesi. Tanpa pamrih berarti pertimbangan yang menentukan dalam pengambilan keputusan adalah kepentingan klien dan kepentingan umum, dan bukan kepentingan sendiri (pengembangan profesi). Jika sifat tanpa pamrih itu diabaikan, maka pengembangan profesi akan mengarah pada pemanfaatan (yang menjurus kepada penyalahgunaan) sesama manusia yang sedang mengalami kesulitan atau kesusahan; 73

15 b. Pelayanan profesional dalam mendahulukan kepentingan klien mengacu pada kepentingan atau nilai-nilai luhur sebagai norma kritik yang memotivasi sikap dan tindakan; c. Pengemban profesi harus selalu berorientasi kepada masyarakat secara keseluruhan; d. Agar persaingan dalam pelayanan berlangsung secara sehat sehingga dapat menjamin mutu dan peningkatan mutu pengemban profesi, maka pengemban profesi harus bersemangat solidaritas antar sesama rekan seprofesi. Dewan Kehormatan Daerah seperti yang telah disebutkan dalam hasil penelitian di atas, juga menggunakan pertimbangan untuk mencegah terjadinya persaingan tidak sehat antar Notaris, karena di awal hubungan antara Notaris tersebut sudah terdapat permasalahan. Apabila di awal saja sudah ada permasalahan, bagaimana untuk selanjutnya, dikhawatirkan akan terjadi persaingan tidak sehat. Kekhawatiran ini didasarkan pada pengalaman di kasus yang pertama, saat itu justru Notaris DI yang pindah, kemudian antara Notaris AN dan NR terjadi persaingan yang tidak sehat, yaitu terjadi saling serobot klien. Sedangkan dampak yang lebih luas adalah akan mengikis rasa kebersamaan profesi. 74

16 B. Kendala-kendala Yang Dihadapi Oleh Dewan Kehormatan Daerah Dalam Menyelesaikan Permasalahan Mengenai Jarak Antar Kantor Notaris Di Kabupaten Kulon Progo 1. Hasil Penelitian Kendala yang dihadapi oleh Dewan Kehormatan Daerah Kabupaten Kulon Progo dalam menyelesaikan permasalahan pada kasus yang terjadi antara Notaris DI dengan Notaris AN dan NR adalah: a. Pengaturan mengenai jarak antar kantor Notaris tidak diatur secara tegas dalam Undang-undang Jabatan Notaris maupun Kode Etik Notaris; b. Notaris AN dan NR sudah terlanjur mengontrak kantor yang ditempatinya untuk jangka waktu 2 (dua) tahun. c. Notaris AN dan NR enggan melaksanakan putusan yang telah ditetapkan oleh Dewan Kehormatan Daerah. Notaris AN dan NR pada saat itu dapat menerima putusan yang diberikan Dewan Kehormatan Daerah dan berjanji untuk pindah lokasi kantor dalam waktu selambat-lambatnya 6 (enam) bulan, akan tetapi setelah 6 (enam) bulan Notaris AN dan NR tidak juga pindah lokasi kantornya, justru 1 (satu) tahun kemudian Notaris DI yang pindah lokasi kantor karena merasa sudah tidak nyaman di wilayah tersebut. Saat itu Dewan Kehormatan Daerah tidak melakukan tindakan apapun karena Dewan Kehormatan Daerah dan Pengurus Daerah merasa tidak punya alat pemaksa agar Notaris AN dan NR mematuhi putusan yang telah dibuat oleh Dewan Kehormatan Daerah. Dewan Kehormatan Daerah saat itu sebenarnya sudah menunjukkan daerah yang 75

17 cocok untuk dijadikan lokasi membuka kantor karena di daerah tersebut belum ada notaris dan cukup strategis. Menurut Ibu Sri Rejeki Wulan Sari, Pengurus Daerah terkendala karena adanya keberatan dari pemilik kantor yang disewa oleh Notaris NR, pemilik kantor berkeberatan apabila Notaris NR pindah karena anak dari pemilik kantor tersebut merupakan karyawan dari Notaris NR. Pemilik kantor khawatir anaknya tidak memiliki pekerjaan apabila Notaris NR pindah lokasi kantor. 64 Kendala yang dihadapi Dewan Kehormatan Daerah dalam menyelesaikan permasalahan antara Notaris SN dengan Notaris E tidaklah sebanyak kendala yang dihadapi ketika menyelesaikan permasalahan antara Notaris DI dengan Notaris AN dan NR. Adapun kendala-kendala yang dihadapi Dewan Kehormatan Daerah adalah: a. Pengaturan mengenai jarak antar kantor Notaris tidak diatur secara tegas dalam Undang-undang Jabatan Notaris maupun Kode Etik Notaris; b. Notaris E sudah terlanjur mengontrak kantornya dengan jangka waktu kontrak selama 2 (dua) tahun. 65 Menurut bapak Nurhadi Darusalam, kendala-kendala sebagaimana disebutkan di atas bahwa untuk pengaturan mengenai jarak antar kantor Notaris itu susah juga dalam pengaturan mengenai jarak ideal antar kantor Notaris itu seharusnya berapa. Hal ini dikarenakan tiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda. Mengenai keengganan Notaris AN dan NR dalam melaksanakan putusan, hal ini disebabkan karena putusan yang diberikan oleh 64 Hasil wawancara dengan Sri Rejeki Wulan Sari, tanggal 16 Juli 2013, pukul: WIB. 65 Hasil wawancara dengan Siti Baroroh, tanggal 22 Juli 2013, pukul: WIB. 76

18 Dewan Kehormatan Daerah berupa sanksi teguran, sehingga bersifat final dan tidak bisa dilakukan banding ke Dewan Kehormatan Wilayah. Disamping itu, Pengurus Daerah tidak memiliki upaya lain apabila suatu sanksi teguran itu tidak dilaksanakan oleh Notaris yang dijatuhi sanksi. 66 Menurut bapak Mustofa, bahwa untuk kendala tersebut seharusnya tidak perlu terjadi, karena memang dari awal mengenai masalah pengaturan jarak antar kantor Notaris itu tidak diatur dalam UUJN maupun Kode Etik Notaris, sehingga Notaris berhak membuka kantor dimana saja Pembahasan Penulis terlebih dahulu akan membahas mengenai kendala yang dihadapi Dewan Kehormatan Daerah berkaitan dengan pengaturan mengenai jarak antar kantor Notaris yang tidak diatur secara tegas dalam Undang-undang Jabatan Notaris maupun Kode Etik Notaris. Pengaturan mengenai kantor Notaris dalam Undang-undang Jabatan Notaris dapat dilihat dalam Pasal 19 ayat (1) dan (2), yaitu: 1) Notaris wajib mempunyai hanya satu kantor, yaitu di tempat kedudukannya. 2) Notaris tidak berwenang secara teratur menjalankan jabatan di luar tempat kedudukannya. Sedangkan penjelasan dari ayat (1) dan (2) adalah: 66 Hasil wawancara dengan Nurhadi Darusalam, tanggal 17 Januari 2014, pukul: WIB. 67 Hasil wawancara dengan Mustofa, tanggal 21 Januari 2014, pukul: WIB. 77

19 a. Ayat (1): Dengan hanya mempunyai satu kantor, berarti Notaris dilarang mempunyai kantor cabang, perwakilan, dan/atau bentuk lainnya. b. Ayat (2): Akta Notaris sedapat-dapatnya dilangsungkan di kantor Notaris kecuali pembuatan akta-akta tertentu. Pasal 19 ayat (1) dan (2) UUJN dan penjelasannya di atas dapat dilihat bahwa pasal tersebut hanya mengatur mengenai kewajiban Notaris untuk mempunyai hanya satu kantor, yaitu di tempat kedudukannya, dalam hal ini Kabupaten atau Kota. Sedangkan larangannya sebagaimana dalam penjelasan ayat (1) adalah Notaris dilarang mempunyai kantor cabang, perwakilan, dan/ atau bentuk lainnya. Dalam pasal tersebut tidak ada pengaturan mengenai jarak antar kantor Notaris dan tidak ada larangan bahwa jarak antar kantor Notaris tidak boleh terlalu berdekatan dengan jarak tertentu. Pengaturan mengenai kantor dalam Kode Etik Notaris dapat dilihat dalam Pasal 3 angka 8 dan Pasal 4 angka 1. Dalam Pasal 3 angka 8 Kode Etik Notaris berkaitan dengan kewajiban disebutkan bahwa Notaris dan orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris wajib menetapkan satu kantor di tempat kedudukan dan kantor tersebut merupakan satu-satunya kantor bagi Notaris yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas jabatan sehari-hari. Pasal 4 angka 1 Kode Etik Notaris berkaitan dengan larangan disebutkan bahwa Notaris dan orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris dilarang mempunyai lebih dari 1 (satu) kantor, baik kantor cabang ataupun kantor perwakilan. Pengaturan dalam Kode Etik Notaris mengenai kantor hampir sama dengan pengaturan yang ada dalam Undang- 78

20 undang Jabatan Notaris. Dalam Kode Etik Notaris hanya diatur mengenai kewajiban Notaris untuk menetapkan satu kantor di tempat kedudukannya dan melarang Notaris untuk mempunyai lebih dari 1 (satu) kantor, baik kantor cabang ataupun kantor perwakilan. Pengaturan mengenai jarak antar kantor Notaris tidak diatur dalam Kode Etik Notaris. Mengenai kendala tersebut, dalam asas hukum dikenal asas ius curia novit yaitu suatu asas yang menyatakan bahwa hakim dianggap mengetahui hukum. Asas tersebut berarti bahwa hakim tidak boleh menolak mengadili dan memutus perkara yang diajukan kepadanya dengan alasan tidak ada hukumnya karena dia dianggap mengetahui hukum. Menurut penulis, Dewan Kehormatan Daerah memiliki fungsi seperti halnya hakim, ketika ada laporan dugaan pelanggaran kode etik dari Pengurus Daerah, dari notaris maupun dari masyarakat, maka selambatlambatnya dalam waktu tujuh (7) hari kerja, Dewan Kehormatan Daerah wajib segera mengambil tindakan dengan mengadakan sidang Dewan Kehormatan Daerah untuk membicarakan dugaan terhadap pelanggaran tersebut. Apabila menurut hasil sidang Dewan Kehormatan Daerah, ternyata ada dugaan kuat terhadap pelanggaran Kode Etik, maka dalam waktu tujuh (7) hari kerja setelah tanggal sidang tersebut, Dewan Kehormatan Daerah berkewajiban memanggil anggota yang diduga melanggar tersebut dengan surat tercatat atau dengan ekspedisi, untuk didengar keterangannya dan diberi kesempatan untuk membela diri. Dewan Kehormatan Daerah baru akan menentukan putusannya mengenai terbukti atau tidaknya pelanggaran kode etik serta penjatuhan sanksi terhadap 79

21 pelanggarnya (apabila terbukti), setelah mendengar keterangan dan pembelaan diri dari anggota yang bersangkutan dalam sidang Dewan Kehormatan Daerah yang diadakan untuk keperluan itu. Dalam kasus ini, Dewan Kehormatan Daerah memperoleh laporan tentang adanya dugaan pelanggaran, dimana dugaan pelanggaran tersebut tidak diatur dalam UUJN maupun Kode Etik Notaris. Seperti prosedur di atas, maka Dewan Kehormatan Daerah sebelum memberikan putusannya mencoba menemukan hukumnya untuk dijadikan dasar pertimbangan dalam putusannya. Pertimbangan yang digunakan Dewan Kehormatan Daerah adalah Pasal 3 angka 15 Kode Etik Notaris dengan diperluas maknanya yang dikaitkan dengan etika yang ada di masyarakat Jawa. Pembahasan mengenai metode penemuan hukum ini akan dijelaskan pada sub bab tentang solusi yang digunakan untuk menyelesaikan kendalakendala yang dihadapi oleh Dewan Kehormatan Daerah. Kendala yang kedua adalah Notaris AN dan NR, serta E sudah terlanjur mengontrak kantor yang ditempatinya dengan jangka waktu 2 (dua) tahun. Penulis akan membahas hal tersebut dengan berdasarkan pada Pasal 3 angka 6 Kode Etik Notaris yang menyebutkan bahwa Notaris memiliki kewajiban mengutamakan pengabdian kepada kepentingan masyarakat dan Negara. Notaris diangkat bukan untuk kepentingan individu Notaris, jabatan Notaris adalah jabatan pengabdian, oleh karena itu Notaris harus selalu mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara. 68 Salah satu bentuk pengabdian Notaris adalah bersedia ditempatkan dimana saja untuk 68 Arief Rachman, Kapan Seorang Notaris Mengabaikan Tugas dan Jabatannya, diakses tanggal 1 Agustus 2013, pukul: WIB. 80

22 memberikan pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkan. Menurut bapak Wurjanto, di daerah Kulon Progo masih banyak daerah yang belum terdapat Notaris. Notaris AN dan NR, serta E dapat melakukan pindah lokasi dimana di tempat tersebut belum banyak Notaris atau setidak-tidaknya minta ijin (kulon nuwun) terlebih dahulu kepada Notaris yang ada di dekat lokasi baru tersebut dan kepada pengurus Ikatan Notaris Indonesia agar dapat diberikan rekomendasi lokasi baru yang tepat. Sedangkan untuk kantor yang lama dapat dioperkontrakkan. Kendala yang ketiga adalah Notaris AN dan NR enggan melaksanakan putusan dan sanksi yang telah ditetapkan oleh Dewan Kehormatan Daerah. Menurut keterangan bapak Wurjanto, bahwa mereka berdua memang tidak ada niat untuk pindah lokasi, sedangkan Dewan Kehormatan Daerah juga tidak memiliki dasar peraturan untuk memaksa mereka pindah 69. Ketidakpatuhan Notaris AN dan NR ini dikarenakan sanksi yang diberikan Dewan Kehormatan tidak memiliki kekuatan untuk memaksa, karena sanksi kode etik itu sifatnya sanksi moralitas. Kode etik pada dasarnya adalah norma perilaku yang sudah dianggap benar dan tentunya lebih efektif apabila norma perilaku tersebut dirumuskan sedemikian baiknya sehingga diterima dan dijalankan oleh anggotanya, akan tetapi peraturan yang ada dan termuat dalam kode etik terkadang tidak diindahkan oleh anggota ptofesi Notaris, apalagi peraturan atau etika yang tidak ada dan tidak termuat dalam kode etik. Pengaruh negatif dalam 69 Hasil wawancara dengan Wurjanto, tanggal 29 Desember 2013, pukul: WIB. 81

23 pelaksanaan kode etik notaris menurut Abdul Ghofur Anshori mengatakan bahwa: Pengabaian kode etik notaris tentu disebabkan adanya pengaruh negatif baik sebagai individu dalam masyarakat maupun dalam hubungan kerja dalam organisasi profesi, secara internal yakni dalam individu notaris itu sendiri mungkin disebabkan sifat manusiawinya, misalnya sifat konsumerisme atau nilai salary yang diperoleh dalam menjalankan profesi sebagai notaris, sedangkan faktor eksternal mungkin dikarenakan lingkungan budaya yang melingkupi notaris. 70 Menurut Abdulkadir Muhammad terdapat empat alasan mendasar mengapa profesional, termasuk notaris, mengabaikan kode etik. Alasan-alasan tersebut meliputi: pengaruh sifat kekeluargaan; pengaruh jabatan; pengaruh konsumerisme; dank karena lemah iman. 71 Sedangkan I Gede A.B. Wiranata menginventarisir delapan faktor yang mempengaruhi merosotnya moralitas profesi hukum yang meliputi penyalahgunaan profesi, profesi menjadi kegiatan bisnis, kurangnya kesadaran dan kepedulian sosial, kontinuasi sistem peradilan, pengaruh jabatan, gaya hidup konsumerisme, faktor keimanan dan pengaruh sifat kekeluargaan. 72 Menurut Abdul Ghofur Anshori, beberapa pengaruh negatif dalam pelaksanaan kode etik adalah: a. Pengaruh sifat kekeluargaan Seorang notaris yang profesional semestinya membedakan antara persoalan keluarga dan persoalan profesi. Hubungan kekeluargaan boleh 70 Abdul Ghofur Anshori, Op.Cit, hlm Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hlm I Gede A.B. Wiranata, Op.Cit, hlm

24 ditanggalkan ketika berada di kantor namun hubungan kekeluargaan tetap dibina di luar kantor b. Pengaruh jabatan Pengaruh jabatan juga seringkali menjadi faktor yang menyebabkan notaris berlaku tanpa mengindahkan kode etik profesi. Notaris sebagai pejabat negara yang melayani publik semestinya memperlakukan semua masyarakat dalam kedudukan yang sama. Namun karena pengaruh jabatan yang melekat pada diri seseorang kadangkala notaris bertindak lebih istimewa dibandingkan dengan klien yang lain. c. Pengaruh konsumerisme Kehidupan yang serba materialistis dapat berpengaruh negatif atas tindakan seorang notaris. Seorang notaris bila telah dihinggapi oleh sifat materialistis dan konsumtif maka notaris tersebut seringkali melakukan langkah-langkah yang melanggar kode etik demi memenuhi kepuasan hidupnya. d. Profesi menjadi kegiatan bisnis Seorang yang mengabdikan dirinya pada suat profesi mulia seperti notaris harus memahami bahwa profesi berbeda dengan kegiatan bisnis. Hukum ekonomi tidak dapat diterapkan dalam suatu profesi mulia. Bisnis memusatkan pada tujuan utamanya yakni untuk memperoleh keuntungan, sedangkan cita-cita suatu profesi didasarkan pada semangat kesediaan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. 83

25 e. Karena lemah iman. Salah satu syarat menjadi profesional itu adalah taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yaitu melaksanakan perintah dan menjauhi larangannya. Ketaqwaan adalah dasar moral manusia. Jika manusia mempertebal iman dengan taqwa maka di dalam diri akan tertanam nilai moral yang menjadi rem untuk berbuat buruk. Dengan taqwa, manusia makin sadar bahwa kebaikan akan dibalas dengan kebaikan, sebaliknya keburukan akan dibalas keburukan. 73 Kode Etik Notaris kurang dipatuhi karena kode etik tidak mempunyai upaya pemaksa, sanksi kode etik merupakan sanksi intern yang ada dalam organisasi, kecenderungannya tidak pernah dipatuhi oleh anggotanya. Kode etik adalah bagian dari hukum positif, tetapi tidak memiliki upaya pemaksa yang keras seperti dalam hukum positif yang bertaraf undang-undang dan ini merupakan kelemahan kode etik profesi bagi profesional yang lemah imannya. Karena syarat menjadi profesional itu adalah taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan ketaqwaan adalah dasar moral manusia. Jika manusia mempertebal imannya, maka dalam dirinya akan tertanam nilai moral yang kuat yang mendasari manusia dalam bersikap sehingga tidak mudah tergoda dengan hal-hal yang buruk. Kurangnya kesadaran seorang Notaris dalam memahami peraturan yang ada di dalam kode etik yang menyebabkan Notaris tidak memiliki pandangan bagaimana seharusnya bersikap dan berperilaku terhadap sesama rekan Notaris. 73 Abdul Ghofur Anshori, Op.Cit., hlm

26 Menurut penulis, keengganan Notaris AN dan NR itu lebih cenderung disebabkan oleh karena faktor lemah iman. Seperti kita ketahui bahwa sebagai seorang yang beriman dan seorang yang profesional tentunya Notaris AN dan NR akan dapat dipercaya atau amanah. Saat itu, Notaris AN dan NR dapat menerima apa yang telah diputuskan oleh Dewan Kehormatan Daerah dan berjanji untuk melaksanakannya. Akan tetapi, sampai dengan batas waktu yang telah ditetapkan oleh Dewan Kehormatan Daerah, Notaris AN dan NR tidak juga pindah kantor. Sebagai seorang muslim tentunya kita memiliki pedoman dalam bertingkah laku sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW melalui keempat sifatnya, yaitu: as siddiq, amanah, tabligh dan fathonah. Disamping itu, dalam Islam dikenal dengan istilah hablum minallah dan hablum minannas. Hablum minallah adalah hubungan manusia dengan Allah, sedangkan hablum minannas adalah hubungan manusia dengan manusia. Kalau seseorang itu memiliki keimanan yang kuat, tentulah dia juga akan tetap memikirkan hubungannya dengan sesama manusia agar terjalin dengan baik. Dalam kasus ini, Notaris AN dan NR seharusnya dapat menghormati sesama rekan notaris dan menghormati apa yang telah menjadi putusan bersama, serta mematuhi putusan tersebut demi terwujudanya hubungan yang baik antar sesama rekan notaris. 85

27 C. Upaya Yang Dilakukan Oleh Dewan Kehormatan Daerah Untuk Mengatasi Kendala-Kendala Dalam Menyelesaikan Permasalahan Mengenai Jarak Antar Kantor Notaris Di Kabupaten Kulon Progo 1. Hasil Penelitian Upaya yang dilakukan oleh Dewan Kehormatan Daerah untuk mengatasi kendala-kendala seperti yang telah dibahas di atas adalah: a. Untuk kendala mengenai tidak ada aturan yang tegas mengenai pengaturan jarak antar kantor Notaris ini, Dewan Kehormatan Daerah menggunakan penemuan hukum dengan memperluas makna yang ada di dalam Pasal 3 angka 15 Kode Etik Notaris dan dihubungkan dengan etika yang ada di dalam masyarakat jawa sebagai dasar pertimbangannya. Dewan Kehormatan Daerah menggunakan penemuan hukum untuk menemukan hukum yang belum diatur secara tegas dalam UUJN maupun Kode Etik Notaris. Dewan Kehormatan Daerah berpendapat bahwa Kode Etik Notaris tidak mungkin sepenuhnya dapat mengatur mengenai semua etika, pasti ada suatu pelanggaran etika yang baru yang belum diatur dalam Kode Etik Notaris dan hal tersebut perlu dicarikan dasar hukumnya untuk dapat menyelesaikan permasalahannya. 74 Dewan Kehormatan Daerah mempertimbangkan bahwa antar Notaris itu seharusnya saling menghormati, saling menghargai, berusaha menjalin komunikasi dan silaturahmi. Penghormatan dan penghargaan antar Notaris itu dapat berupa minta ijin dulu (kulo nuwun) kepada Notaris yang terlebih dahulu 74 Hasil wawancara dengan Wurjanto, tanggal 19 Juli 2013, pukul: WIB. 86

28 membuka kantor di daerah tersebut, terlebih lagi lokasi kantornya berdekatan dan kulo nuwun juga kepada segenap Pengurus Daerah Ikatan Notaris Indonesia di Kabupaten Kulon Progo. Hal tersebut dapat membuka jalan untuk menjalin komunikasi dan silaturahmi. Dewan Kehormatan Daerah juga memiliki pertimbangan apabila masalah tersebut tidak segera diselesaikan, maka akan terjadi persaingan yang tidak sehat antar Notaris tersebut. b. Upaya Dewan Kehormatan Daerah untuk mengatasi kendala mengenai Notaris sudah terlanjur mengontrak kantor untuk jangka waktu tertentu adalah dengan cara mencarikan alternatif lokasi kantor yang lain. Pada kasus antara Notaris DI dengan Notatis AN dan NR, Dewan Kehormatan Daerah saat itu belum punya solusi sebagai upaya untuk menyelesaikan kendala tersebut. Belajar dari kasus pertama tersebut, untuk kasus kedua Dewan Kehormatan Daerah beserta Pengurus Daerah Kabupaten Kulon Progo berusaha mencarikan alternatif lokasi kantor yang lain, kebetulan saat itu pemilik kontrakan yang ditempati oleh Notaris SN dengan Notaris E tersebut memiliki lokasi kontrakan yang lain. Dewan Kehormatan Daerah beserta Pengurus Daerah kemudian melakukan pembicaraan dengan pemilik kontrakan agar Notaris E dapat menggunakan kontrakan yang satunya dengan lokasi yang tidak terlalu dekat dengan Notaris SN. Pemilik kontrakan saat itu menyetujuinya dan Notaris E dapat menggunakan kontrakan yang satunya tersebut. 87

29 c. Notaris AN dan NR enggan melaksanakan putusan dan sanksi yang telah ditetapkan oleh Dewan Kehormatan Daerah. Saat itu, Dewan Kehormatan Daerah telah memeriksa dan memutuskan permasalahan yang terjadi antara Notaris DI dengan Notaris AN dan NR, kemudian untuk pelaksanaan eksekusi atas sanksi yang diberikan merupakan kewajiban dari Pengurus Daerah. Notaris AN dan NR sampai dengan batas waktu yang ditetapkan yaitu: 6 (enam) bulan tetap tidak pindah kantor juga. Saat itu, Notaris DI justru pindah lokasi kantor setelah 1 (satu) tahun dari adanya putusan. Menurut keterangan yang didapat penulis, Notaris DI merasa tidak nyaman dengan suasana di lokasi kantor tersebut karena ada semacam intimidasi dari pemilik kontrakan yang ditempati oleh Notaris NR. Pengurus Daerah hanya melakukan himbauan agar Notaris AN dan NR segera melaksanakan putusan yang telah ditetapkan Dewan Kehormatan Daerah. 75 Upaya yang dilakukan Dewan Kehormatan Daerah dalam mengatasi keengganan melaksanakan putusan yang dilakukan oleh Notaris AN dan NR adalah dengan sebatas menanyakan kepada Pengurus Daerah mengenai penyebab tidak dilaksanakannya putusan tersebut. Hal ini dikarenakan untuk melaksanakan eksekusi atas putusan yang telah ditetapkan itu bukan merupakan kewenangan Dewan Kehormatan Daerah tetapi merupakan kewenangan Pengurus Daerah. Menurut bapak Nurhadi Darusalam, upaya yang dilakukan Dewan Kehormatan Daerah bisa diterima dan bisa dijadikan acuan apabila ada kasus 75 Hasil wawancara dengan Sri Rejeki Wulan Sari, tanggal 16 Juli 2013, pukul: WIB. 88

30 yang sama di daerah lain. Dewan Kehormatan Daerah itu memiliki tugas dan fungsi seperti seorang hakim, jadi apabila menghadapi suatu permasalahan yang belum ada pengaturannya, maka Dewan Kehormatan Daerah bisa melakukan penemuan hukum serta mengenai upaya Dewan Kehormatan Daerah dan Pengurus Daerah dalam mencarikan lokasi kantor untuk Notaris E itu merupakan suatu inisiatif yang bagus, sehingga suatu masalah dapat dicarikan solusinya demi kebaikan bersama. 76 Menurut bapak Mustofa, mengenai upaya yang dilakukan Dewan Kehormatan Daerah tersebut boleh saja dilakukan oleh Dewan Kehormatan Daerah. Hal ini merupakan hak dari Dewan Kehormatan Daerah maupun Pengurus Daerah untuk menciptakan suasana yang kondusif dan kekeluargaan di daerahnya masing-masing Pembahasan Penulis akan membahas mengenai upaya pertama yang dilakukan Dewan Kehormatan Daerah yaitu mencari dasar hukumnya sebagai dasar pertimbangan dalam memutuskan permasalahan yang terjadi. Pencarian dasar hukum tersebut dapat dimasukkan dalam upaya penemuan hukum. Sebelum membahas lebih lanjut, penulis akan menjelaskan mengenai kedudukan Kode Etik sebagai sumber hukum. Sumber formal hukum yang mungkin belum banyak disinggung adalah apa yang oleh Edgar Bodenheimer disebut sebagai autonomic legislation. Bentuk autonomic legislation ini antara lain berupa 76 Hasil wawancara dengan Nurhadi Darusalam, tanggal 17 Januari 2014, pukul: WIB. 77 Wawancara dengan Mustofa, tanggal 21 Januari 2014, pukul: WIB. 89

31 kode etik profesi. Kode etik oleh Edgar Bodenheimer dapat dikelompokkan kedalam jenis aturan yang disebut autonomic legislation. Biasanya kode etik tidak pernah dianggap sebagai bagian dari hukum positif suatu negara, Namun disadari atau tidak, kode etik dapat saja secara diam-diam diadopsi menjadi salah satu jenis sumber formal hukum. 78 Perkembangan hukum di Indonesia terdapat beberapa Undang-undang yang mencantumkan kode etik harus ditaati sehingga kode etik merupakan bagian dari hukum positif yang akan menimbulkan sanksi hukum bagi pelanggar disisi lain penegakan kode etik juga merupakan tujuan dari hukum positif. Adapun Undang-undang tersebut antara lain: a) pasal 17 ayat 1 huruf f Undang-Undang Nomor: 8 Tahun 1999, tentang perlindungan konsumen, melarang pelaku usaha periklanan memproduksi iklan yang melanggar etika dan/atau ketentuan peraturan perundangan yang berlaku; b) Undang-Undang Nomor: 18 Tahun 2003, tentang Advokat; c) Undang-Undang Nomor: 30 Tahun 2004, tentang jabatan Notaris, pada pasal 85 disinggung beberapa jenis sanksi yang bisa dikaitkan dengan pelanggaran kode etik. Kode Etik Notaris dapat dikatakan sebagai bagian dari hukum positif di Indonesia dan metode penemuan hukum dapat digunakan untuk mencari peraturan hukum yang tidak diatur secara tegas dalam Kode Etik Notaris 78 Tanudjaja, Etika Profesi, diakses tanggal 19 Agustus

32 Penemuan hukum ini lazimnya diartikan sebagai pembentukan hukum oleh hakim atau petugas-petugas hukum lainnya yang diberi tugas melaksanakan hukum terhadap peristiwa-peristiwa hukum yang konkrit. 79 Sudikno juga menjelaskan latar belakang perlunya seorang hakim melakukan penemuan hukum adalah karena hakim tidak boleh menangguhkan atau menolak menjatuhkan putusan dengan alasan karena hukumannya tidak lengkap atau tidak jelas. Ketika undang-undang tidak lengkap atau tidak jelas untuk memutus suatu perkara, saat itulah hakim harus mencari dan menemukan hukumnya (rechtsviding). Dewan Kehormatan Daerah menurut pengertian di atas dapat dimasukkan sebagai petugas-petugas hukum lainnya. Sedangkan mengenai Dewan Kehormatan Daerah tidak boleh menangguhkan atau menolak menjatuhkan putusan dengan alasan karena hukumannya tidak lengkap atau tidak jelas dapat dilihat pada ketentuan Pasal 9 angka 3 Kode Etik Notaris yang berbunyi: Dewan Kehormatan Daerah baru akan menentukan putusannya mengenai terbukti atau tidaknya pelanggaran kode etik serta penjatuhan sanksi terhadap pelanggarnya (apabila terbukti), setelah mendengar keterangan dan pembelaan diri dari anggota yang bersangkutan dalam sidang Dewan Kehormatan Daerah yang diadakan untuk keperluan itu, dengan perkecualian sebagaimana yang diatur dalam ayat (6) dan ayat (7) pasal ini. Pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa Dewan Kehormatan Daerah harus tetap memberikan putusan mengenai terbukti atau tidaknya pelanggaran kode etik dan putusan tersebut dibuat berdasarkan pertimbangan tertentu setelah mendengar keterangan dan pembelaan diri dari anggota yang bersangkutan hlm Sudikno Mertokusumo, 2005, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 91

33 dalam sidang Dewan Kehormatan Daerah. Dalam kasus yang terjadi di Kulon Progo, Dewan Kehormatan Daerah menggunakan pertimbangan sesuai Pasal 3 angka 15 Kode Etik Notaris. Dalam Pasal tersebut memang tidak secara tegas mengatur mengenai permasalahan jarak antar kantor notaris, akan tetapi Dewan Kehormatan Daerah mencoba menggali lebih dalam makna dari pasal tersebut untuk dapat menemukan jawaban atas permasalahan yang terjadi. Beberapa metode penemuan hukum menurut Bambang Sutiyoso adalah sebagai berikut: a) Metode Interpretasi atau penafsiran adalah metode untuk menafsirkan terhadap teks perundang-undangan yang tidak jelas, agar perundangundangan tersebut dapat diterapkan terhadap peristiwa konkret tertentu. Lebih lanjut beberapa metode interpretasi tersebut akan diuraikan di bawah ini: 1) Interpretasi subsumptif adalah penerapan suatu teks perundangundangan terhadap kasus in concreto dengan belum memasuki taraf penggunaan penalaran dan penafsiran yang lebih rumit, tetapi sekedar menerapkan silogisme. 2) Interpretasi gramatikal adalah menafsirkan kata-kata atau istilah dalam perundang-undangan sesuai dengan kaidah bahasa (hukum tata bahasa) yang berlaku. 3) Interpretasi sistematis adalah metode yang menafsirkan peraturan perundang-undangan dengan menghubungkannya dengan peraturan hukum (undang-undang lain) atau dengan keseluruhan sistem hukum. 92

34 4) Interpretasi historis adalah penafsiran makna undang-undang menurut terjadinya dengan jalan meneliti sejarah, baik sejarah hukumnya maupun sejarah terjadinya Undang-Undang. 5) Interpretasi teleologis atau sosiologis adalah menafsirkan Undangundang dengan tujuan pembentuk undang-undang, sehingga tujuan lebih diperhatikan dari bunyi kata-katanya. Interpretasi teleologis terjadi apabila makna Undang-undang itu ditetapkan berdasarkan tujuan kemasyarakatan. 6) Interpretasi komparitif adalah metode dengan jalan membandingkan antara berbagai sistem hukum. 7) Interpretasi antisipatif/futuristis adalah penafsiran dengan menggunakan sumber hukum (peraturan perundang-undangan) yang belum berlaku, misalnya dalam Rancangan Undang-Undang yang nantinya akan diberlakukan sebagai undang-undang. 8) Interpretasi restriktif adalah metode interpretasi yang sifatnya membatasi. 9) Interpretasi ekstensif adalah metode penafsiran yang membuat interpretasi melebihi batas-batas hasil interpretasi gramatikal. Jadi interpretasi ekstensif digunakan untuk menjelaskan suatu ketentuan undang-undang dengan melampaui batas yang diberikan interpretasi gramatikal. 93

BAB I PENDAHULUAN. ini, ada dua aturan yang wajib dipatuhi oleh seorang Notaris yaitu Undang-

BAB I PENDAHULUAN. ini, ada dua aturan yang wajib dipatuhi oleh seorang Notaris yaitu Undang- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris merupakan salah satu profesi yang mulia, oleh karena itu, untuk tetap memuliakan profesi ini, maka diperlukan suatu aturan untuk mengatur tingkah laku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. padat ini termasuk salah satu kota besar di Indonesia, walau luasnya yang

BAB I PENDAHULUAN. padat ini termasuk salah satu kota besar di Indonesia, walau luasnya yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Banjarmasin adalah salah satu pintu gerbang kegiatan ekonomi nasional dan merupakan kota penting di wilayah Kalimantan Selatan yang saat ini memiliki

Lebih terperinci

PERUBAHAN KODE ETIK NOTARIS KONGRES LUAR BIASA IKATAN NOTARIS INDONESIA BANTEN, MEI 2015

PERUBAHAN KODE ETIK NOTARIS KONGRES LUAR BIASA IKATAN NOTARIS INDONESIA BANTEN, MEI 2015 PERUBAHAN KODE ETIK NOTARIS KONGRES LUAR BIASA IKATAN NOTARIS INDONESIA BANTEN, 29-30 MEI 2015 1. Beberapa ketentuan dalam Pasal 1 diubah, sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut : BAB I KETENTUAN UMUM

Lebih terperinci

KODE ETIK IKATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH

KODE ETIK IKATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH Lampiran Keputusan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor : 112/KEP-4.1/IV/2017 Tanggal : 27 April 2017 KODE ETIK IKATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH BAB I KETENTUAN UMUM

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 1. Peran organisasi profesi Notaris dalam melakukan pengawasan terhadap

BAB IV PENUTUP. 1. Peran organisasi profesi Notaris dalam melakukan pengawasan terhadap 111 BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Peran organisasi profesi Notaris dalam melakukan pengawasan terhadap Notaris di Kota Jambi adalah pengawasan secara internal yang dilakukan oleh INI Kota Jambi berkaitan

Lebih terperinci

KODE ETIK PENERBIT ANGGOTA IKAPI

KODE ETIK PENERBIT ANGGOTA IKAPI KODE ETIK PENERBIT ANGGOTA IKAPI MUKADIMAH 1. Bahwa untuk meningkatkan profesionalisme industri perbukuan di Indonesia sesuai Undang-Undang yang berlaku dan peraturanperaturan lainnya yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Profesi hukum termasuk di dalamnya profesi notaris, merupakan suatu profesi khusus di samping profesi luhur lainnya. Kekhususannya adalah bahwa pada hakikatnya profesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada alam demokratis seperti sekarang ini, manusia semakin erat dan semakin membutuhkan jasa hukum antara lain jasa hukum yang dilakukan oleh notaris. Dalam

Lebih terperinci

KODE ETIK NOTARIS IKATAN NOTARIS INDONESIA (I.N.I.) BAB I KETENTUAN UMUM

KODE ETIK NOTARIS IKATAN NOTARIS INDONESIA (I.N.I.) BAB I KETENTUAN UMUM KODE ETIK NOTARIS IKATAN NOTARIS INDONESIA (I.N.I.) BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Kode Etik ini yang dimaksud dengan : 1. Ikatan Notaris Indonesia disingkat I.N.I. adalah Perkumpulan/organisasi bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap interaksi yang dilakukan manusia dengan sesamanya, tidak

BAB I PENDAHULUAN. Setiap interaksi yang dilakukan manusia dengan sesamanya, tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap interaksi yang dilakukan manusia dengan sesamanya, tidak dapat lepas dari etika karena dapat menjaga martabat sebagai makhluk yang sempurna. Sebagai

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016 SALINAN WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MATARAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In No.1421, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Kode Etik Pegawai. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus menjunjung tinggi Kode Etik Profesi Notaris sebagai rambu yang

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus menjunjung tinggi Kode Etik Profesi Notaris sebagai rambu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Notaris sebagai pejabat umum, sekaligus pula sebagai sebuah profesi, posisinya sangat penting dalam membantu menciptakan kepastian hukum masyarakat.

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH RIAU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHH RIAU 2011 VISI Menjadikan Universitas Muhammadiyah Riau sebagai lembaga pendidikan tinggi yang bermarwah dan bermartabat dalam

Lebih terperinci

KODE ETIK NOTARIS IKATAN NOTARIS INDONESIA (I.N.I)

KODE ETIK NOTARIS IKATAN NOTARIS INDONESIA (I.N.I) KODE ETIK NOTARIS IKATAN NOTARIS INDONESIA (I.N.I) KODE ETIK BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Kode Etik ini yang dimaksud dengan : 1. Ikatan Notaris Indonesia disingkat I.N.I adalah Perkumpulan/organisasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.271, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Kode Etik. PNS. Kementerian. Hukum. HAM. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-07.KP.05.02

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kehadiran notaris sebagai pejabat publik adalah jawaban dari kebutuhan masyarakat akan kepastian hukum atas setiap perikatan yang dilakukan, berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sektor pelayanan jasa publik yang saat ini semakin berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sektor pelayanan jasa publik yang saat ini semakin berkembang, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat memerlukan kepastian hukum. Selain itu, memerlukan sektor pelayanan jasa publik yang saat ini semakin berkembang, seiring meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG. BAB I Ketentuan Umum

KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG. BAB I Ketentuan Umum KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 1. Karyawan adalah setiap pegawai IKIP Veteran Semarang baik sebagai tenaga administrasi maupun tenaga penunjang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan masyarakat yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan masyarakat yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan masyarakat yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial banyak menimbulkan peristiwa maupun perbuatan hukum. Amanat Undang- Undang yang diemban

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

LEMBARAN NEGARA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.143, 2016 KEUANGAN BPK. Kode Etik. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 5904) PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Lebih terperinci

TATA NILAI, BUDAYA KERJA, DAN KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI BIRO SUMBER DAYA MANUSIA KEMENRISTEKDIKTI JAKARTA 2018

TATA NILAI, BUDAYA KERJA, DAN KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI BIRO SUMBER DAYA MANUSIA KEMENRISTEKDIKTI JAKARTA 2018 TATA NILAI, BUDAYA KERJA, DAN KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI BIRO SUMBER DAYA MANUSIA KEMENRISTEKDIKTI JAKARTA 2018 DASAR HUKUM Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

KODE ETIK IKATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH INDONESIA

KODE ETIK IKATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH INDONESIA KODE ETIK IKATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH INDONESIA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah disingkat PPAT adalah perkumpulan/organisasi

Lebih terperinci

2 Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik I

2 Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1423. 2015 KEMENLU. Kode Etik. Pegawai. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI KEMENTERIAN LUAR NEGERI DENGAN

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepot

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepot No.1733, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BEKRAF. Kode Etik. Penegakan. PERATURAN BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DAN TATA CARA PENEGAKAN KODE

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA, 1 PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk mencapai tujuan Ombudsman, para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang diatur dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 1. Dibuat dalam bentuk ketentuan Undang-Undang;

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang diatur dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 1. Dibuat dalam bentuk ketentuan Undang-Undang; 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris sebagai pejabat umum memiliki peranan yang sangat berguna bagi penyelenggaraan negara maupun masyarakat, karena kedudukan notaris merupakan organ negara,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.926, 2013 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Kode Etik. PNS. Pembinaan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara hukum. berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Keberadaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. notaris merupakan pejabat umum yang mendapatkan delegasi kewenangan. yang tidak memihak dan penasehat hukum yang tidak ada cacatnya

BAB I PENDAHULUAN. notaris merupakan pejabat umum yang mendapatkan delegasi kewenangan. yang tidak memihak dan penasehat hukum yang tidak ada cacatnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Negara sebagai pemegang kekuasaan tertinggi memiliki kewajiban untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada warga negaranya. Di dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009.... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan strategi pembangunan hukum nasional. Profesionalitas dan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan strategi pembangunan hukum nasional. Profesionalitas dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi di bidang hukum merupakan profesi luhur yang terhormat atau profesi mulia ( nobile officium) dan sangat berpengaruh di dalam tatanan kenegaraan. Profesi

Lebih terperinci

DPN APPEKNAS KODE ETIK ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA KONTRAKTOR DAN KONSTRUKSI NASIONAL

DPN APPEKNAS KODE ETIK ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA KONTRAKTOR DAN KONSTRUKSI NASIONAL DPN APPEKNAS KODE ETIK ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA SAPTA ETIKA APPEKNAS 1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila, memiliki semangat Nasinalisme dan Patriotisme serta memiliki rasa kepedulian

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

PANITIA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

PANITIA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA PANITIA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA PERATURAN PANITIA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK PANITIA PEMILIHAN

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.263, 2015 LIPI. Pegawai. Kode Etik. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR IKATAN NOTARIS INDONESIA HASIL KONGRES XIX IKATAN NOTARIS INDONESIA JAKARTA, 28 JANUARI 2006

ANGGARAN DASAR IKATAN NOTARIS INDONESIA HASIL KONGRES XIX IKATAN NOTARIS INDONESIA JAKARTA, 28 JANUARI 2006 ANGGARAN DASAR IKATAN NOTARIS INDONESIA HASIL KONGRES XIX IKATAN NOTARIS INDONESIA JAKARTA, 28 JANUARI 2006 MENIMBANG : a. Bahwa Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris telah disahkan

Lebih terperinci

SOSIALISASI KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KAB.BANTUL

SOSIALISASI KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KAB.BANTUL SOSIALISASI KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KAB.BANTUL INSPEKTORAT KAB.BANTUL PENGERTIAN Kode Etik Pegawai Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Kode Etik adalah pedoman

Lebih terperinci

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN PROGRAM I-MHERE INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN Kode Etik dan Peraturan Disiplin Dosen Universitas Negeri Makassar Dokumen

Lebih terperinci

2017, No Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4450); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Peg

2017, No Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4450); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Peg No.1160, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERPUSNAS. Kode Etik PNS. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA -1- PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELESAIAN PELANGGARAN KODE ETIK DAN PELANGGARAN DISIPLIN BERAT

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELESAIAN PELANGGARAN KODE ETIK DAN PELANGGARAN DISIPLIN BERAT PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELESAIAN PELANGGARAN KODE ETIK DAN PELANGGARAN DISIPLIN BERAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN LEMBAGA PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk Undang Undang yaitu Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk Undang Undang yaitu Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia merupakan Negara yang berdasar atas hukum ( rechtsstaat ) dan tidak berdasarkan kekuasaan ( machtsstaat ). Pasal 1 ayat (3) Undang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 8 Tahun : 2014

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 8 Tahun : 2014 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 8 Tahun : 2014 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN KODE ETIK PEGAWAI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

P E M E R I N T A H K O T A M A D I U N

P E M E R I N T A H K O T A M A D I U N P E M E R I N T A H K O T A M A D I U N INSPEKTORAT Jl. Letjend Panjaitan No.17 Madiun, Kode Pos 63137 Jawa Timur Telepon ( 0351 ) 458322 Faximili (0351) 458322 e-mail: inspektorat@madiunkota.go.id KEPUTUSAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 85 TAHUN : 2011 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 85 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM MUKADDIMAH Universitas Muhammadiyah Mataram disingkat UM Mataram adalah Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan

Lebih terperinci

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.465, 2017 BPOM. Kode Etik. Kode Perilaku ASN. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK DAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.3, 2009 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA NEGARA. MAHKAMAH AGUNG. Badan Peradilan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4958) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN PROGRAM I-MHERE INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN Kode Etik dan Peraturan Disiplin Pegawai Universitas Negeri Makassar Dokumen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengawasan majelis..., Yanti Jacline Jennifer Tobing, FH UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengawasan majelis..., Yanti Jacline Jennifer Tobing, FH UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Notaris bertindak sebagai pelayan masyarakat sebagai pejabat yang diangkat oleh pemerintah yang memperoleh kewenangan secara atributif dari Negara untuk melayani

Lebih terperinci

ETIKA PROFESI DAN KODE ETIK KONSULTAN PAJAK INDONESIA. Oleh Bambang Kesit PROGRAM MAKSI-PPAK FE-UII YOGYAKARTA 2010

ETIKA PROFESI DAN KODE ETIK KONSULTAN PAJAK INDONESIA. Oleh Bambang Kesit PROGRAM MAKSI-PPAK FE-UII YOGYAKARTA 2010 ETIKA PROFESI DAN KODE ETIK KONSULTAN PAJAK INDONESIA Oleh Bambang Kesit PROGRAM MAKSI-PPAK FE-UII YOGYAKARTA 2010 Bahasan 1. Pengantar 2. Pengertian Etika 3. Pengertian Profesi 4. Kode Etik Profesi Pengantar

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA KEDIRI

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA KEDIRI SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : WALIKOTA

Lebih terperinci

KETUA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL JADID

KETUA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL JADID KEPUTUSAN KETUA STT NURUL JADID PAITON PROBOLINGGO NOMOR : NJ-T06/0204/A.1.1/08-2011 TENTANG PEDOMAN ETIKA DOSEN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL JADID PAITON PROBOLINGGO KETUA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. robot-robot mekanis yang bergerak dalam tanpa jiwa, karena lekatnya etika pada

BAB I PENDAHULUAN. robot-robot mekanis yang bergerak dalam tanpa jiwa, karena lekatnya etika pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris sebagai pejabat umum, sekaligus sebuah profesi posisinya sangat penting dalam membantu dalam memberikan kepastian hukum bagi masyarakat Notaris harus

Lebih terperinci

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara No.1352, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAKAMLA. Kode Etik Pegawai. PERATURAN KEPALA BADAN KEAMANAN LAUT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN KEAMANAN LAUT DENGAN

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambaha

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambaha No.1775, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DJSN. Kode Etik. Majelis Kehormatan. PERATURAN DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG KODE ETIK DAN MAJELIS KEHORMATAN DEWAN JAMINAN SOSIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah officer of the court. Sebagai Officer of the court,

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah officer of the court. Sebagai Officer of the court, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Advokat merupakan salah satu profesi yang mulia dan terhormat (Officium Nobile). Sesuai pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 tahun 2003, Advokat juga merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP.05.02 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI

Lebih terperinci

2011, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas

2011, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas No.605, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Kode Etik. Pegawai Pemasyarakatan. Majelis Kehormatan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG TATA NILAI, BUDAYA KERJA,

Lebih terperinci

Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara Nomor : 1180/H5.1.R/SK/SDM/2008 Tentang Kode Etik dan Peraturan Disiplin Pegawai Universitas Sumatera

Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara Nomor : 1180/H5.1.R/SK/SDM/2008 Tentang Kode Etik dan Peraturan Disiplin Pegawai Universitas Sumatera i KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS SUMATERA UTARA NOMOR: 1180/H5.1.R/SK/SDM/2008 TENTANG KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1094, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN. Kode Etik. Pegawai Negeri Sipil. Pembinaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

No. Dok. : PD II/DI/004/AKBID YLPP KODE ETIK PEGAWAI AKADEMI KEBIDANAN YLPP PURWOKERTO JL. K.H. WAHID HASYIM NO. 274 A PURWOKERTO

No. Dok. : PD II/DI/004/AKBID YLPP KODE ETIK PEGAWAI AKADEMI KEBIDANAN YLPP PURWOKERTO JL. K.H. WAHID HASYIM NO. 274 A PURWOKERTO No. Dok. : PD II/DI/004/AKBID YLPP KODE ETIK PEGAWAI AKADEMI KEBIDANAN YLPP PURWOKERTO JL. K.H. WAHID HASYIM NO. 274 A PURWOKERTO Halaman 1 dari 15 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEBIDANAN YLPP PURWOKERTO

Lebih terperinci

NOMOR: 10/LAPSPI- PER/2015 TENTANG KODE ETIK MEDIATOR/AJUDIKATOR/ARBITER PERBANKAN INDONESIA

NOMOR: 10/LAPSPI- PER/2015 TENTANG KODE ETIK MEDIATOR/AJUDIKATOR/ARBITER PERBANKAN INDONESIA PERATURAN LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN INDONESIA NOMOR: 10/LAPSPI- PER/2015 TENTANG KODE ETIK MEDIATOR/AJUDIKATOR/ARBITER PENGURUS LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN

Lebih terperinci

KODE ETIK PENYELENGGARA NEGARA SEBAGAI UPAYA PENEGAKAN ETIKA BAGI PENYELENGGARA NEGARA

KODE ETIK PENYELENGGARA NEGARA SEBAGAI UPAYA PENEGAKAN ETIKA BAGI PENYELENGGARA NEGARA KODE ETIK PENYELENGGARA NEGARA SEBAGAI UPAYA PENEGAKAN ETIKA BAGI PENYELENGGARA NEGARA Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 01 November 2014; disetujui: 01 Desember 2014 Terselenggaranya tata pemerintahan

Lebih terperinci

PEDOMAN POKOK NILAI-NILAI PERJUANGAN YAYASAN LBH INDONESIA DAN KODE ETIK PENGABDI BANTUAN HUKUM INDONESIA

PEDOMAN POKOK NILAI-NILAI PERJUANGAN YAYASAN LBH INDONESIA DAN KODE ETIK PENGABDI BANTUAN HUKUM INDONESIA PEDOMAN POKOK NILAI-NILAI PERJUANGAN YAYASAN LBH INDONESIA DAN KODE ETIK PENGABDI BANTUAN HUKUM INDONESIA Diterbitkan oleh Yayasan LBH Indonesia Jakarta, 1986 KETETAPAN No. : TAP 01/V/1985/YLBHI T e n

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG Menimbang UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.345, 2012 KEMENTERIAN KESEHATAN. Kode Etik. Pegawai Negeri Sipil. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 008 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G TATA BERACARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG BADAN KEHORMATAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan hukum dalam mendukung jalannya roda pembangunan maupun dunia usaha memang sangat penting. Hal ini terutama berkaitan dengan adanya jaminan kepastian hukum.

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN AUDIT KEMAHASISWAAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK BADAN AUDIT KEMAHASISWAAN

PERATURAN BADAN AUDIT KEMAHASISWAAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK BADAN AUDIT KEMAHASISWAAN PERATURAN BADAN AUDIT KEMAHASISWAAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK BADAN AUDIT KEMAHASISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN AUDIT KEMAHASISWAAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS AIRLANGGA

UNIVERSITAS AIRLANGGA UNIVERSITAS AIRLANGGA Kampus C Mulyorejo Surabaya 60115 Telp. (031) 5914042, 5914043, 5912546, 5912564 Fax (031) 5981841 Website : http://www.unair.ac.id ; e-mail : rektor@unair.ac.id SALINAN PERATURAN

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KOOE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL 01 L1NGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

RENDAHNYA KUALITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LAMONGAN

RENDAHNYA KUALITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LAMONGAN RENDAHNYA KUALITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA LAMONGAN BIDANG KEGIATAN : PKM GT Diusulkan oleh : Okky Wicaksono 09 / 282652 / SA / 14854 English Department UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

PEDOMAN ETIKA, TATA TERTIB, SISTEM PENGHARGAAN DAN SANKSI DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN OLEH: TIM PENYUSUN

PEDOMAN ETIKA, TATA TERTIB, SISTEM PENGHARGAAN DAN SANKSI DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN OLEH: TIM PENYUSUN PEDOMAN ETIKA, TATA TERTIB, SISTEM PENGHARGAAN DAN SANKSI DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN OLEH: TIM PENYUSUN SEKOLAH TINGGI TEKNIK IBNU SINA BATAM 2011 i KATA PENGANTAR Sekolah tinggi Teknik Ibnu Sina sebagai

Lebih terperinci

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN) disebutkan bahwa y

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN) disebutkan bahwa y PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum yang mempunyai berbagai macam profesi yang bergerak di bidang hukum. Profesi di bidang hukum merupakan suatu profesi yang ilmunya

Lebih terperinci

Kode Etik, Tata Tertib, Sistem Penghargaan dan Sanksi Tenaga Kependidikann Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Komputer Prabumulih

Kode Etik, Tata Tertib, Sistem Penghargaan dan Sanksi Tenaga Kependidikann Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Komputer Prabumulih 1 Lampiran : Kode Etik, Tata Tertib, Sistem Penghargaan dan Sanksi Tenaga Kependidikan STMIK Prabumulih Nomor : 018/STMIK-P/III/2014 Tanggal : 4 Maret 2014 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Kode Etik

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang:

Lebih terperinci

Pembahasan 1. Norma 2. Etika 3. Moral 4. Pengertian Etika Profesi 5. Fungsi Kode Etik Profesi

Pembahasan 1. Norma 2. Etika 3. Moral 4. Pengertian Etika Profesi 5. Fungsi Kode Etik Profesi Pertemuan 1 Pembahasan 1. Norma 2. Etika 3. Moral 4. Pengertian Etika Profesi 5. Fungsi Kode Etik Profesi 1.1. Norma Norma (dalam sosiologi) adalah seluruh kaidah dan peraturan yang diterapkan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum dengan cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakatnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. hukum dengan cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakatnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asas hukum merupakan jantung dari peraturan hukum. Oleh karena ia merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu peraturan hukum, ini berarti bahwa

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR

ANGGARAN DASAR ------------------------------------ANGGARAN DASAR--------------------------------------- -----------------------------------------MUKADIMAH-------------------------------------------- Dengan rahmat Tuhan

Lebih terperinci

2013, No Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2013, No Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.156, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Kode Etik. Disiplin Kerja. PNS PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI

Lebih terperinci

KODE ETIK GURU INDONESIA

KODE ETIK GURU INDONESIA KODE ETIK GURU INDONESIA MUKADIMAH Guru Indonesia tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN, KEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN NOMOR : /IJ-DAG/KEP/01/2017 TENTANG KODE ETIK AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-02.KP TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI IMIGRASI

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-02.KP TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI IMIGRASI PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-02.KP.05.02 TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI IMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Lebih terperinci

Kode Etik Pegawai Negeri Sipil

Kode Etik Pegawai Negeri Sipil Kode Etik Pegawai Negeri Sipil Norma Dasar Pribadi Setiap Pelayan Publik dan Penyelenggara Pelayanan Publik wajib menganut, membina, mengembangkan, dan menjunjung tinggi norma dasar pribadi sebagai berikut:

Lebih terperinci