BAB I PENDAHULUAN. unsur yang diatur dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 1. Dibuat dalam bentuk ketentuan Undang-Undang;

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris sebagai pejabat umum memiliki peranan yang sangat berguna bagi penyelenggaraan negara maupun masyarakat, karena kedudukan notaris merupakan organ negara, yang mendapat limpahan bagian dari tugas dan kewenangan negara yaitu berupa tugas, kewajiban, wewenang dan tanggung jawab dalam rangka pemberian pelayanan kepada masyarakat umum di bidang keperdataan. Khususnya dalam pembuatan dan peresmian akta. Akta-akta tersebut dikatakan otentik bila memenuhi tiga unsur yang diatur dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu : 1. Dibuat dalam bentuk ketentuan Undang-Undang; 2. Dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum; 3. Pejabat umum itu harus berwenang untuk itu di tempat akta itu dibuat. Notaris sebagai manusia yang bebas dan menjadi elemen penting dalam pembangunan bangsa kiranya harus lekat dengan sifat-sifat humanism mengingat perananya yang signifikan dalam lalu lintas kemasyarakatan. Notaris sebagai pejabat negara yang berwenang membuat akta sedikit banyak berpengaruh pada hak dan kewajiban para pihak yang menghadap kepadanya. Adanya legalisasi dari notaris memang sangat diperlukan untuk membuktikan akan adanya suatu perbuatan serta hak dan kewajiban tertentu.

2 2 Mengingat begitu besarnya tugas yang diemban oleh seorang notaris maka dibutuhkan adanya suatu kode etik sebagai acuan bagi notaris dalam bersikap dan berperilaku dalam melaksanakan tugasnya. Seluruh tata aturan hidup manusia yang ada tentu memiliki tujuan yang sama yakni tercapainya ketertiban manusiawi. Bila etika seorang notaris baik maka seringkali masyarakat umum akan percaya terhadap notaris tersebut. Lain halnya bila etika seorang notaris buruk maka masyarakat umum akan tidak percaya terhadap notaris yang bersangkutan. 1 Hal ini sudah terlihat dalam pendidikan formal Notariat (Master) diperhatikan pula etika notaris. Bahwa membangun etika merupakan membangun manusia dalam keutuhannya. Hal ini dapat diukur dalam perilaku etis yang ada pada notaris. Perilaku dalam hal ini dimaknai secara luas, artinya apa yang disebut sebagai perilaku tidak hanya merupakan aktifitas fisik melainkan juga aktifitas batin dan pikiran. Dengan demikian membangun etika adalah membangun keyakinan. Keyakinan didapatkan dari rasionalisasi dan nilai-nilai etika dan disinilah letak rumitnya membangun keyakinan disebabkan apa yang disebut keyakinan adalah sesuatu yang abstrak, subyektif, dan personal. Notaris dalam menjalankan jabatannya, harus berpegang pula pada Kode Etik Notaris yang telah ditentukan oleh Organisasi Notaris yaitu Ikatan Notaris Indonesia (INI). Berdasarkan Pasal 83 ayat (1) Undang- 1 Abdul Ghofur Anshori, 2009, Lembaga kenotariatan Indonesia, UII Press, Yogyakarta, Hlm.13.

3 3 Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, menyatakan bahwa Organisasi Notaris menetapkan dan menegakkan Kode Etik Notaris. Ketentuan di atas tersebut ditindak lanjuti dengan ketentuan Pasal 13 ayat (1) Anggaran Dasar Ikatan Notaris Indonesia yaitu untuk menjaga kehormatan dan keluhuran martabat jabatan Notaris, perkumpulan mempunyai kode etik Notaris yang ditetapkan oleh kongres dan merupakan kaidah moral yang wajib ditaati oleh setiap anggota perkumpulan. Sejak kehadiran institusi Notaris di Indonesia, pengawasan terhadap Notaris selalu dilakukan oleh lembaga dan pemerintah. Tujuan dari pengawasan tersebut adalah agar para notaris ketika menjalankan tugas jabatannya, demi untuk pengawasan dari kepentingan masyarakat, karena Notaris diangkat oleh pemerintah, bukan untuk kepentingan diri notaris sendiri, tapi untuk kepentingan masyarakat yang dilayaninya. Tujuan lain dari pengawasan terhadap notaris, bahwa notaris dihadirkan untuk melayani kepentingan masyarakat yang membutuhkan alat bukti berupa akata otentik sesuai permintaan yang bersangkutan kepada notaris, sehingga tanpa adanya masyarakat yang membutuhkan notaris, maka Notaris tidak ada gunanya. 2 Kenyataannya masih ada juga notaris yang melanggar ketentuan dan kewenangannya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Jabatan Notaris, sehingga harus mempertanggungjawabkan akta yang dibuatnya. Pertanggungjawaban tersebut dapat menjadikan notaris berstatus sebagai 2 Habib Adjie, 2008, Hukum Notaris Indonesia, Refika Aditama, Bandung, Hlm.13.

4 4 saksi dan bahkan dapat meningkat pula menjadi tersangka. Untuk mewadahi kepentingan notaris sekaligus melakukan pengawasan, dan untuk melakukan pelayanan yang optimal terhadap kebutuhan masyarakat akan akta otentik, maka dibentuklah wadah organisasi notaris. Sesuai dengan Pasal 12 ayat (3) Anggaran Dasar INI, bahwa Dewan Kehormatan mempunyai tugas sebagai berikut : 1. Melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan, pembenahan, anggota dalam menjunjung kode etik; 2. Memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan pelanggaran ketentuan kode etik yang bersifat internal atau yang tidak mempunyai kaitan dengan kepentingan masyarakat secara langsung; 3. Memberikan saran dan pendapat kepada Majelis Pengawas atas dugaan pelanggaran kode etik dan jabatan notaris. Pengawasan bukan hanya dilakukan oleh INI, tetapi juga terdapat Majelis Pengawas Notaris. Majelis Pengawas Notaris secara umum mempunyai ruang lingkup menyelenggarakan sidang untuk memeriksa adanya dugaan pelanggaran kode etik Notaris atau pelanggaran pelaksanaan jabatan Notaris (Pasal 70 huruf a, pasal 73 ayat (1) huruf a dan b, pasal 77 huruf a dan b UUJN). Berdasarkan substansi pasal tersebut bahwa Majelis Pengawas Notaris berwenang melakukan sidang untuk memeriksa tiga hal yaitu : 1. Memeriksa adanya dugaan pelanggaran kode etik; 2. Memeriksa dugaan pelanggaran pelaksanaan tugas jabatan Notaris;

5 5 3. Memeriksa para notaris yang di luar menjalankan tugas jabatannya sebagai notaris yang dapat mengganggu atau mempengaruhi pelaksanaan tugas jabatan notaris. Kabupaten Tulungagung merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang masih membuka peluang dalam hal penggunaan jasa Notaris berdasarkan luas wilayah 1.150,41 km². Secara administratif Kabupaten Tulungagung, terbagi menjadi 19 kecamatan, 271 desa/kelurahan dengan jumlah penduduk sebanyak kurang lebih jiwa. 3 Berdasarkan pada data direktori notaris Sistem Administrasi Badan Hukum menerangkan bahwa jumlah notaris di Kabupaten Tulungagung sebanyak 15 (lima belas) notaris yang masih aktif menjabat, namun dengan kurangnya jumlah Notaris ini, tidak menutup kemungkinan terjadinya suatu pelanggaran kode etik. Hal ini bisa saja disebabkan kurang adanya suatu pengawasan dan pembinaan terhadap notaris. Sangat disayangkan ketika Notaris yang baru diangkat dan menjalankan jabatannya di Kabupaten Tulungagung akan mengikuti atau meniru kinerja notaris-notaris senior atau notaris terdahulu yang mana kiranya ada yang tidak tunduk dan patuh pada kode etik notaris dan Undang-Undang Jabatan Notaris, misalnya dalam pembacaan dan penandatangan akta notaris oleh para Penghadap yang mana akta tersebut dibacakan oleh karyawan notaris dan notaris yang bersangkutan sedang tidak berada di kantor, seorang notaris yang 3 Website BPS Kabupaten Tulungagung, tanggal 4 Juli 2013

6 6 memberikan bingkisan ucapan terimakasih kepada seluruh karyawan Bank yang menjadi rekanannya, ataupun Notaris yang melakukan penandatanganan akta diluar wilayah kerjanya. Tentu hal ini merupakan suatu pelanggaran kode etik dan Undang-Undang Jabatan Notaris. Pelanggaran-pelanggaran yang dianggap kecil dan bahkan sudah menjadi kebisaaan ini akan terus berjalan dan bahkan berkembang dengan diikutinya pertambahan jumlah populasi notaris dimasa yang akan datang apabila tidak adanya suatu ketegasan dalam penegakan kode etik notaris, untuk itu dengan adanya dua badan pengawasan terhadap Notaris yaitu Dewan Kehormatan Daerah dan Majelis Pengawas Daerah diharapkan mampu berperan dalam menegakkan kode etik notaris, maka penulis akan lebih mengkaji mengenai Peranan Dewan Kehormatan Daerah terhadap penegakan kode etik Notaris khususnya di Kabupaten Tulungagung. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan lebih dikaji mengenai proses pemberian sanksi oleh Dewan Kehormatan Daerah kepada Notaris yang melakukan pelanggaran kode etik dan cara atau upaya dari Dewan Kehormatan Daerah di Kabupaten Tulungagung untuk mengatasi kendala atau hambatan dalam menjalankan peranannya tersebut. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk memilih judul penelitian Peranan Dewan Kehormatan Daerah terhadap Penegakan Kode Etik Notaris di Kabupaten Tulungagung.

7 7 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pemberian sanksi oleh Dewan Kehormatan Daerah kepada Notaris yang melakukan pelanggaran kode etik di Kabupaten Tulungagung? 2. Bagaimana upaya Dewan Kehormatan Daerah di Kabupaten Tulungagung untuk mengatasi kendala atau hambatan dalam menjalankan peranannya tersebut? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah penulis rumuskan sebelumnya, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pemberian sanksi oleh Dewan Kehormatan Daerah kepada Notaris yang melakukan pelanggaran kode etik di Kabupaten Tulungagung. 2. Untuk mengetahui upaya Dewan Kehormatan Daerah di Kabupaten Tulungagung untuk mengatasi kendala atau hambatan dalam menjalankan peranannya tersebut. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari adanya penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis

8 8 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu pengetahuan yang jelas dan benar menurut hukum tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan peranan Dewan Kehormatan Daerah terhadap pelanggaran kode etik di Kabupaten Tulungagung. 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan memberikan suatu pengetahuan dan pemahaman yang jelas mengenai kedudukan Dewan Kehormatan Daerah Kabupaten Tulungagung dalam hal pengawasan praktek kewenangan Notaris di kabupaten Tulungagung. b. Penelitian ini diharapkan memberikan suatu pengetahuan dan pemahaman yang jelas mengenai peranan Dewan Kehormatan Daerah Kabupaten Tulungagung dalam hal penegakan Kode Etik Notaris di Kabupaten Tulungagung. c. Penelitian ini diharapkan memberikan suatu pengetahuan dan pemahaman yang jelas mengenai kepatuhan kode etik Notaris oleh Notaris di Kabupaten Tulungagung. E. Keaslian Penelitian Sepanjang penulis ketahui dan penulis telah melakukan penelusuran kepustakaan terhadap tulisan-tulisan sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian tentang Peranan Dewan Kehormatan Daerah Terhadap Penegakan Kode Etik Notaris di Kabupaten Tulungagung, namun sebagai

9 9 referensi keaslian terhadap penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, dan memperoleh hasil bahwa terdapat beberapa penelitian mendekati kemiripan dengan apa yang diteliti oleh penulis, namun dapat dipastikan bahwa hal tersebut berbeda dengan apa yang akan diteliti oleh penulis. 1. Penelitian pertama berjudul Peran Dewan Kehormatan dalam Penegakan Kode Etik Notaris di Kota Padang oleh Minar Meriyanti Magister Kenotariatan 2009, dengan rumusan masalah, yaitu Bagaimana Peran Dewan Kehormatan Daerah dalam penegakan kode etik Notaris menurut Kode Etik Notaris INI Padang? Dan apakah kendala dalam Penegakan kode etik Notaris menurut Kode Etik Notaris di Kota Padang?, dengan hasil penelitian bahwa Dewan Kehormatan dalam melakukan perannya telah sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan Kode Etik Notaris dengan dibuktikannya adanya pemberian sanksi kepada para Notaris yang melakukan pelanggaran kode etik, serta dikemukakan adanya kendala yang dihadapi oleh Dewan Kehormatan dalam melakukan perannya yaitu pelanggaran-pelanggaran tersebut dianggap sebagai kebisaaan, serta adanya rasa sungkan untuk menindak karena merasa rekan seprofesi. Secara garis besar, Minar Maryanti menulis mengenai bagaimana Dewan Kehormatan Daerah Kota Padang menegakkan kode etik Notaris beserta berbagai kendala dan hambatannya. Hal tersebut tentunya berbeda dengan apa yang ditulis oleh penulis. Disini penulis lebih menitik beratkan pada sanksi yang diberikan oleh Dewan

10 10 Kehormatan Daerah serta kendala-kendala yang dihadapi dalam penegakan kode etik notaris di kabupaten Tulungagung. 2. Penelitian kedua berjudul Pengawasan Dan Pembinaan Majelis Pengawas Daerah Solok Terhadap Pelaksanaan Tugas Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris, oleh Rita Sofiani Magister Kenotariatan 2010, dengan rumusan masalah yaitu yang pertama bagaimana pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Daerah Solok terhadap pelaksanaan Tugas jabatan Notaris dan kode etik Notaris? Yang kedua faktor-faktor apa yang menjadi kendala bagi Majelis Pengawaas Daerah dalam melaksanakan dan pembinaan kepada Notaris?. Hasil penelitiannya bahwa masih banyak masalah-masalah yang belum terselesaikan diantaranya adalah belum terlaksananya penyerahan protokol Notaris secara formal kepada Notaris yang ditunjuk oleh Majelis Pengawas Daerah dan Belum terlaksananya penunjukan Notaris pengganti serta belum berfungsinya Majelis Pengawas Daerah dalam menyelesaikan kasus pelanggaran kode etik yang melibatkan Ketua Majelis Pengawas Daerah. Hal tersebut berbeda dengan apa yang akan diteliti penulis sebab penulis disini meneliti tentang mekanisme pemberian sanksi baik oleh Dewan Kehormatan dalam hal penegakan kode etik notaris. 3. Penelitian yang ketiga berjudul Peranan Dewan Kehormatan Ikatan Notaris Indonesia dalam Penegakan Kode Etik Notaris di Kota Makassar oleh Irmawati Danumulyo Magister Kenotariatan 2012,

11 11 rumusan masalah pertama bagaimana peranan Dewan Kehormatan setelah adanya Undang-Undang Jabatan Notaris?, yang kedua Apakah Dewan Kehormatan Kota Makassar masih mempunyai kewenangan dalam memberikan sanksi kepada anggotanya yang terbukti bersalah setelah dijatuhkan sanksi oleh Majelis Pengawas Wilayah? Dan yang ketiga Kendala-kendala apa saja yang dihadapi Dewan Kehormatan dalam menegakkan Kode Etik Notaris di Kota Makasar?, dari rumusan penulis itu didapat hasil penelitian adalah seluruh masalah yang ada kaitannya dengan Kode etik diserahkan kepada Dewan Kehormatan sedang Majelis Pengawas Daerah hanya bersifat mendengarkan. Dalam hal pemberian sanksi Dewan Kehormatan ini masih mempunyai kewenangan terhadap Notaris yang melanggar setelah dijatuhi sanksi oleh Majelis Pengawas Daerah sesuai dengan pasal 8 Kode Etik Hal tersebut tentunya berbeda dengan apa yang ditulis oleh penulis. Disini penulis berusaha untuk menguak kasus pelanggaran kode etik notaris yang banyak terjadi di Kabupaten Tulungagung, yang dirasa memang jauh dari jangkauan pengawasan. Dengan adanya beberapa penelitian di atas terlihat adanya persamaan tema yang diteliti, yaitu berkenaan dengan kendala-kendala yang dihadapi oleh Dewan Kehormatan Daerah terhadap Notaris yang berbeda wilayah yang menjadi kewenangannya. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dalam tesis ini adalah mengenai pemberian sanksi oleh Dewan Kehormatan Daerah kepada Notaris yang melakukan

12 12 pelanggaran kode etik Notaris khususnya di Kabupaten Tulungagung serta upaya Dewan Kehormatan Daerah di Kabupaten Tulungagung untuk mengatasi kendala atau hambatan dalam menjalankan peranannya tersebut. Adanya perbedaan penelitian tersebutdi atas serta belum pernah dilakukannya penelitian dengan judul Peranan Dewan Kehormatan Daerah terhadap Penegakan Kode Etik Notaris di Kabupaten Tulungagungmaka dapat dinyatakan penelitian ini asli, namun apabila terdapat penelitian yang serupa, penulis berharap penelitian ini dapat saling melengkapi sehingga akan memperkaya pengetetahuan khususnya di bidang ilmu Kenotariatan.