POTENSI PRODUKSI PADI BERAS MERAH MELALUI PENGATURAN KERAPATAN POPULASI TANAMAN DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN KERING SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POTENSI PRODUKSI PADI BERAS MERAH MELALUI PENGATURAN KERAPATAN POPULASI TANAMAN DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN KERING SKRIPSI"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id POTENSI PRODUKSI PADI BERAS MERAH MELALUI PENGATURAN KERAPATAN POPULASI TANAMAN DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN KERING SKRIPSI untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Oleh Ulfa Lutfianis H PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2012 to user i

2 digilib.uns.ac.id SKRIPSI POTENSI PRODUKSI PADI BERAS MERAH MELALUI PENGATURAN KERAPATAN POPULASI TANAMAN DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN KERING Ulfa Lutfianis H Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping Prof. Dr. Ir. MTh. Sri Budiastuti, M.Si Ir. Sumarno, MS NIP NIP Surakarta, Fakultas Pertanian Dekan Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP ii

3 digilib.uns.ac.id SKRIPSI POTENSI PRODUKSI PADI BERAS MERAH MELALUI PENGATURAN KERAPATAN POPULASI TANAMAN DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN KERING yang dipersiapkan dan disusun oleh Ulfa Lutfianis H telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal : 17 Oktober 2012 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Program Studi Agroteknologi Susunan Tim Penguji : Ketua Prof. Dr. Ir. MTh. Sri Budiastuti, M.Si NIP Anggota I Anggota II Ir. Sumarno, MS Ir. Y.V. Pardjo NS, MS. NIP NIP iii

4 digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Potensi Produksi Padi Beras Merah Melalui Pengaturan Kerapatan Populasi Tanaman dan Pemupukan Pada Lahan Kering. Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan berbagai pihak, sehingga penulis tak lupa mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian UNS. 2. Dr. Ir. Hadiwiyono, M.Si selaku Ketua Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian UNS. 3. Prof. Dr. Ir. MTh. Sri Budiastuti, M.Si selaku Pembimbing Utama. 4. Ir. Sumarno, MS selaku Pembimbing Pendamping. 5. Ir. Y.V. Pardjo NS, MS selaku Dosen Pembahas. 6. Prof. Dr. Ir. Djoko Purnomo, MP selaku Dosen Pembimbing. 7. Ir. Suharto Pr. MP selaku Pembimbing Akademik. 8. Seluruh dosen Fakultas Pertanian UNS yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat. 9. Keluarga yang saya sayangi, mama Siti Machsunah, papa Johanes Martinus Hoeven, kakak Ariefyan Mustofa dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan baik materi, semangat dan doa. 10. Kekasih tersayang Oki Satria Fatkhurosi dan semua sahabat serta teman-teman Agroteknologi 2008 (Solmated) yang telah memberikan bantuan tenaga, doa dan semangat yang luar biasa. 11. Mas Rajiman selaku pembimbing lapang dan seluruh warga desa Tawangsari, kecamatan Teras, kabupaten Boyolali yang banyak membantu dalam proses penelitian. iv

5 digilib.uns.ac.id 12. Semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penelitian ini, yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan karya ini. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Surakarta, Oktober 2012 Penulis v

6 digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x RINGKASAN... xii SUMMARY... xiii I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian... 3 D. Manfaat Penelitian... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA... 4 A. Padi Beras Merah... 4 B. Padi Lahan Kering... 6 C. Populasi Tanaman... 8 D. Pemupukan Organik III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Bahan dan Alat Penelitian Bahan Alat C. Perancangan Penelitian dan Analisis Data Rancangan Penelitian Pelaksanaan Penelitian Variabel Pengamatan Analisis Data IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil vi

7 digilib.uns.ac.id 1. Keadaan Lokasi Penelitian dan Pertumbuhan Tanaman Secara Umum Tinggi Tanaman Jumlah Anakan Anakan Produktif Jumlah Malai Panjang Malai Jumlah Gabah Isi per Rumpun Berat Gabah per Rumpun Berat 100 Biji per Petak Berat Kering Brangkasan B. Pembahasan Pola Pertumbuhan Tanaman Pola Pertumbuhan Jumlah Anakan Anakan Produktif Jumlah Malai Panjang Malai Jumlah Gabah Isi per Rumpun Berat Gabah per Rumpun Berat 100 Biji per Petak Berat Kering Brangkasan V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii

8 digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Nomor Judul dalam Lampiran Halaman 1. Hasil Tinggi 13 MST Tanaman Padi Beras Merah Analisis Ragam Tinggi 13 MST Tanaman Padi Beras Merah Hasil Jumlah Anakan 11 MST Tanaman Padi Beras Merah Analisis Ragam Jumlah Anakan 11 MST Tanaman Padi Beras Merah Rerata Jumlah Anakan 11 MST Tanaman Padi Beras Merah pada Perlakuan Populasi Tanaman Hasil Jumlah Anakan Produktif Tanaman Padi Beras Merah Analisis Ragam Anakan Produktif Tanaman Padi Beras Merah Rerata Jumlah Anakan Produktif Tanaman Padi Beras Merah Perlakuan Populasi Tanaman Hasil Jumlah Malai 14 MST Tanaman Padi Beras Merah Analisis Ragam Jumlah Malai 14 MST Tanaman Padi Beras Merah Rerata Jumlah Malai 14 MST Tanaman Padi Beras Merah Perlakuan Populasi Tanaman Hasil Panjang Malai Panen Tanaman Padi Beras Merah Analisis Ragam Panjang Malai Panen Tanaman Padi Beras Merah Rerata Panjang Malai Panen Tanaman Padi Beras Merah Perlakuan Populasi Tanaman Hasil Jumlah Gabah Isi per Rumpun Tanaman Padi Beras Merah Analisis Ragam Jumlah Gabah Isi per Rumpun Padi Beras Merah Hasil Berat Gabah per Rumpun Tanaman Padi Beras Merah Analisis Ragam Berat Gabah per Rumpun Tanaman Padi Beras Merah Rerata Berat Gabah per Rumpun Tanaman Padi Beras Merah Perlakuan Populasi Tanaman Hasil Berat 100 Biji per Petak Tanaman Padi Beras Merah Analisis Ragam Berat 100 Biji per Petak Tanaman Padi Beras Merah Hasil Berat Brangkasan Kering Tanaman Padi Beras Merah Analisis Ragam Berat Brangkasan Kering Tanaman Padi Beras Merah viii

9 digilib.uns.ac.id 24. Rerata Berat Brangkasan Kering Tanaman Padi Beras Merah Perlakuan Populasi Tanaman Hasil Analisis Kimia Tanah Awal Hasil Analisis Pupuk Kandang Sapi Deskripsi Padi Beras Merah Kultivar Merah Wulung Konversi Pupuk ix

10 digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Nomor Judul dalam Teks Halaman 1. Pola Pertumbuhan (Tinggi Tanaman) Tanaman Padi Beras Merah Pola Pertumbuhan (Jumlah Anakan) Tanaman Padi Beras Merah Rerata Jumlah Anakan pada Perlakuan Populasi Tanaman Rerata Jumlah Anakan Produktif pada Perlakuan Populasi Tanaman (Minggu ke-14) Pola Pertumbuhan (Jumlah Malai) Tanaman Padi Beras Merah Rerata Jumlah Malai pada Perlakuan Populasi Tanaman Rerata Panjang Malai pada Perlakuan Populasi Tanaman (Minggu ke-14) Rerata Berat Gabah per Rumpun pada Perlakuan Populasi Tanaman Rerata Berat Kering Brangkasan pada Perlakuan Populasi Tanaman Nomor Judul dalam Lampiran Halaman 10. Kerangka Berpikir Pengolahan Tanah Pemasangan Patok Kegiatan Menimbang Pupuk Kandang Kegiatan Tanam Tanaman Umur 1 Minggu Setelah Tanam Tanaman Umur 3 Minggu Setelah Tanam Tanaman Umur 10 Minggu Setelah Tanam Tanaman Umur 12 Minggu Setelah Tanam Pengamatan Variabel Tanaman Kegiatan Penyiraman Kegiatan Penyiangan Kegiatan Pemupukan Penyemprotan Biosugih Hama Burung Memakan Padi Masak Susu Hama Walang Sangit Memakan Padi Masak Susu Hama Ulat Memakan Daun Padi Gulma Ruput Teki x

11 digilib.uns.ac.id 28. Gulma Rumput Grinting Gulma Krokot Gulma Meniran Hama Walang Padi Dimakan Burung Akibat Gabah Padi Dimakan Burung dan Ayam Akibat Serangan Hama Ulat Penggerek Batang Lahan Sebelum Panen Kegiatan Panen Lahan Setelah Panen Tanaman Padi Minggu ke Padi 100 Biji per Petak Kegiatan Menimbang Berat Kering Brangkasan Denah Penelitian xi

12 digilib.uns.ac.id RINGKASAN POTENSI PRODUKSI PADI BERAS MERAH MELALUI PENGATURAN KERAPATAN POPULASI TANAMAN DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN KERING. Skripsi: Ulfa Lutfianis (H ). Pembimbing: Sri Budiastuti, Sumarno, Y.V Pardjo NS. Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Permintaan beras merah terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan perhatian masyarakat yang besar terhadap kesehatan yaitu dengan mengatur gaya hidup, pola makan dan menu makanan. Kondisi demikian tidak diimbangi dengan ketersediaan yang saat ini relatif rendah mengingat tingginya alih fungsi lahan pertanian sehingga mengurangi luas lahan sawah untuk tanam padi khususnya padi beras merah. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi padi beras merah yang dicobakan pada penelitian ini adalah melalui teknik budidaya padi lahan kering dengan pengaturan populasi tanaman dan dosis pupuk kandang. Populasi tanaman berhubungan dengan kerapatan tanam dan akan mempengaruhi efektivitas penyerapan unsur hara, air dan penerimaan cahaya matahari oleh tanaman. Dosis pupuk kandang berhubungan dengan banyaknya jumlah hara yang dibutuhkan tanaman dalam pertumbuhannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan populasi tanaman dan dosis pupuk kandang yang tepat agar didapatkan hasil padi beras merah yang optimal. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2012 sampai Juli 2012 di desa Tawangsari, Teras, Boyolali. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) faktorial dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama, yaitu populasi tanaman sistem larikan/sebar (kontrol), 2 biji/lubang, 4 biji/lubang dan 6 biji/lubang. faktor kedua, yaitu dosis pupuk kandang sapi 10 ton/ha (kontrol), 3 ton/ha, 5 ton/ha dan 7 ton/ha. Kombinasi perlakuan populasi tanaman dan dosis pupuk kandang ada 16 dan setiap kombinasi perlakuan diulang 3 kali. Variabel pengamatan yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah anakan, anakan produktif, jumlah malai, panjang malai, jumlah gabah isi per rumpun, berat gabah per rumpun, berat 100 biji per petak, dan brangkasan kering tanaman. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis ragam berdasarkan uji F taraf 5% dan apabila terdapat beda nyata dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi tanaman memberikan pengaruh yang berbeda terhadap semua variabel pengamatan kecuali variabel tinggi tanaman dan berat 100 biji per petak. Sedangkan dosis pupuk kandang memberikan pengaruh yang sama terhadap semua variabel pengamatan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa populasi tanaman 6 biji/lubang memberikan hasil padi beras merah paling optimal sehingga pengaturan populasi tanaman 6 biji/lubang dengan dosis pupuk kandang sapi 3 ton/ha dapat direkomendasikan untuk diterapkan pada petani khususnya petani desa Tawangsari dengan memperhatikan faktor lingkungan. xii

13 digilib.uns.ac.id SUMMARY POTENTIAL PRODUCTION OF RED RICE BY ARRANGEMENT DENSITY OF PLANT POPULATION AND FERTILIZING ON DRY LAND. Thesis-S1: Ulfa Lutfianis (H ). Advisers: Sri Budiastuti, Sumarno, Y.V Pardjo NS. Study Program: Agrotechnology, Faculty of Agriculture, University of Sebelas Maret (UNS), Surakarta. Red rice demand continues to increase along with the increase of population and the large public attention to health is a lifestyle management, diet and food menu. This condition is not matched by availability of the current relatively low given the high land conversion of agricultural land to reduce fields for planting rice particularly red rice. One way to increase the production of red rice is tested in this study is through dry land rice cultivation technique by setting the plant population and fertilizer doses. Related to plant population and density planting will affect the effectiveness of the absorption of nutrients, water and sunlight acceptance by plants. Dose manure associated with the number of nutrients that plants need to grow. This study aimed to obtain populations of plants and manure proper dosage in order to get the results of the optimal red rice grain. The research was conducted in March 2012 to July 2012 in the village of Tawangsari, Teras, Boyolali. This study uses a group of Randomized Completed Block Design (RCBD) factorial with two treatment factors. The first factor, is plant population bolt system / spread (control), 2 seeds/hole, 4 seeds/hole and 6 seeds/hole. The second factor, which is the dose cow manure 10 tons/ha (control), 3 tons/ha, 5 tons/ha and 7 tons/ha. Combination treatment plant population and fertilizer dose was 16 and each treatment combination was repeated 3 times. Observation variables observed that plant height, number of tillers, productive tillers, panicle number, panicle length, number of filled grain per hill, grain weight per hill, weight of 100 seeds per plot, and plant dry stover. The data were analyzed using a variety of analysis based on the F test level 5% and if there is a significant difference test followed by DMRT (Duncan's Multiple Range Test) level of 5%. The results show that the treatment plant population gives a different effect on all variables except veriabel observations of plant height and weight of 100 seeds per plot. While the treatment dose of manure having the same effect on all the variables observations. Based on the survey results revealed that plant populations 6 seeds/hole of red rice yield the optimum plant population so that the setting 6 seeds/hole with a dose of cow manure 3 tons/ha can be recommended to be applied to farmers especially farmers Tawangsari village with regard to environmental factors. xiii

14 digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Permintaan akan beras terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Beras tidak hanya merupakan sumber energi dan protein, tetapi juga sumber vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan. Dalam era modern, masyarakat menaruh perhatian yang besar terhadap kesehatan, antara lain dengan mengatur gaya hidup, pola makan dan menu makanan (Santika dan Rozakurniati 2010). Padi beras merah merupakan salah satu jenis padi di Indonesia yang mengandung gizi tinggi. Disamping itu beras merah pun lebih unggul dalam hal kandungan vitamin, utamanya tiamin (vitamin B1) dan mineral (zat besi) daripada beras putih. Keunggulan padi beras merah baik dari rasa, kepulenan maupun fungsinya bagi tubuh memberikan nilai tambah tersendiri sehingga harga jual lebih tinggi dibanding dengan beras putih dari Varietas Unggul Baru (VUB) (Kristamtini dan Purwaningsih 2009). Seiring dengan peningkatan taraf hidup masyarakat dan kesadaran akan pentingnya kesehatan, sebagian masyarakat memerlukan beras berkualitas yang bermanfaat bagi kesehatan. Kondisi demikian tidak diimbangi dengan ketersediaan yang saat ini relatif rendah mengingat konversi / alih fungsi lahan pertanian menjadi peruntukan lain yang sangat tinggi sehingga mengurangi luas lahan sawah untuk tanam padi khususnya padi beras merah. Hal ini dapat mengancam stabilitas ketahanan pangan nasional (Ritung dan Hidayat 2007). Indonesia mempunyai lahan kering yang cukup luas dan tidak termanfaatkan secara optimal. Luas lahan kering di Kabupaten Boyolali yaitu ,0830 Ha atau 55,3% dari seluruh luas lahan di Boyolali. Adapun lahan kering yang dimaksud adalah lahan yang tidak mempunyai saluran irigasi. Ketersediaan air hanya berasal dari air hujan yang ditahan oleh partikel tanah. Oleh karena itu lahan kering pada umumnya mengalami kekeringan pada musim kemarau. Sifat atau karakter lahan kering tersebut menyebabkan terbatasnya komoditas tanaman budidaya yang dapat dikembangkan. Salah satu komoditas 1

15 digilib.uns.ac.id 2 pangan yang dapat berproduksi di lahan kering adalah padi gogo. Pengembangan padi gogo di lahan kering yang selama ini belum termanfaatkan dengan optimal dapat menjadi salah satu solusi dalam menghadapi masalah ketahanan pangan. Penurunan areal sawah akibat alih fungsi lahan yang berubah menjadi areal perumahan dan pabrik industri, tingginya biaya membuka areal sawah baru, serta peruntukan air irigasi padi sawah yang semakin terbatas menyebabkan padi gogo menjadi penting untuk dikembangkan (Rachman et al. 2003). Karena itu usaha meningkatkan potensi produksi padi beras merah di lahan non sawah perlu ditingkatkan dan salah satunya adalah melalui teknik budidaya pada lahan kering. Usaha menjaga stabilitas ketahanan pangan nasional dan meningkatkan produksi padi beras merah adalah dengan meningkatkan potensi lahan kering melalui pengaturan populasi tanaman dan pemupukan. Populasi tanaman diatur sedemikian rupa dengan tujuan agar tercukupi kebutuhan cahaya matahari dan nutrisinya. Pengaturan populasi tanaman hendaknya memperhatikan lebar dan kerapatan tajuk, karakteristik akar dan kondisi tanah. Penentuan populasi tanaman padi beras merah yang tepat perlu dilakukan pada lahan kering dengan harapan produksi padi beras merah meningkat dan didapatkan populasi tanaman padi beras merah yang paling tepat pada lahan kering. Pengaturan populasi tanaman padi beras merah pada lahan kering perlu dilakukan untuk mengatasi keterbatasan lahan sawah dan lahan subur sekaligus dengan harapan agar hasil padi beras merah meningkat. Di samping pengaturan populasi tanaman, perlu diperhatikan juga masalah pemupukan, yaitu dengan menggunakan pupuk organik/pupuk kandang sebagai pupuk dasar dengan dosis yang tepat. Pemupukan merupakan salah satu upaya strategis dalam pengelolaan lahan kering agar dapat dimanfaatkan untuk pengembangan tanaman pertanian secara optimal. Penerapan teknologi pemupukan organik, utamanya sangat penting dalam pengelolaan kesuburan tanah karena mengandung hara makro N, P, K dan hara mikro dalam jumlah cukup yang sangat diperlukan pertumbuhan tanaman sekaligus berfungsi sebagai bahan pembenah tanah (Sutanto 2002 cit. Minardi 2009). Pupuk organik dapat bersumber dari sisa panen, pupuk kandang, kompos atau sumber bahan organik commit lainnya. to user Selain menyumbang hara yang tidak

16 digilib.uns.ac.id 3 terdapat dalam pupuk anorganik, seperti unsur hara mikro, pupuk organik juga penting untuk memperbaiki sifat kimia, fisik dan biologi tanah. Meskipun kontribusi unsur hara dari bahan organik tanah relatif rendah, peranannya cukup penting karena selain unsur NPK, bahan organik juga merupakan sumber unsur esensial lain seperti C, Zn, Cu, Mo, Ca, Mg, dan Si. Dengan demikian penelitian pengaturan populasi tanaman dan pemupukan perlu dilakukan sebagai sarana untuk memperoleh pertumbuhan dan hasil padi beras merah yang baik. B. Perumusan Masalah 1. Berapa kebutuhan biji/lubang yang paling tepat untuk pertanaman padi beras merah pada lahan kering agar hasil yang didapatkan optimal? 2. Berapa dosis pupuk organik yang paling tepat untuk pertanaman padi beras merah pada lahan kering agar hasil yang didapatkan optimal? 3. Kombinasi perlakuan manakah yang paling baik hasilnya untuk pertanaman padi beras merah pada lahan kering? C. Tujuan Penelitian 1. Mendapatkan kebutuhan biji/lubang yang paling tepat untuk pertanaman padi beras merah pada lahan kering. 2. Mendapatkan dosis pupuk organik yang paling tepat untuk pertanaman padi beras merah pada lahan kering. 3. Mendapatkan kombinasi perlakuan yang paling tepat dan sesuai untuk pertanaman padi beras merah pada lahan kering. D. Manfaat Penelitian 1. Mendapatkan hasil padi beras merah yang optimal pada lahan kering dengan pengaturan kerapatan populasi tanaman, dosis pupuk organik dan kombinasi perlakuan keduanya yang paling tepat sehingga nantinya dapat dijadikan rekomendasi bagi para petani agar pendapatannya meningkat. 2. Menunjang program pemerintah dalam meningkatkan produksi padi beras merah dalam rangka peningkatan commit ketahanan to user pangan nasional.

17 digilib.uns.ac.id 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Padi Beras Merah Klasifikasi botani tanaman padi beras merah adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Keluarga : Gramineae Genus : Oryza Species : Oryza spp. (IRRI 1995 cit. Kristamtini dan Heni 2009). Beras merah umumnya dikonsumsi tanpa melalui proses penyosohan, tetapi hanya digiling menjadi beras pecah kulit sehingga kulit arinya masih melekat pada endosperma. Kulit ari beras merah kaya akan serat, minyak alami, dan lemak esensial. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa beras merah dapat menjadi sumber antioksidan yang baik bagi kesehatan. Antioksidan yang dihasilkan beras merah berasal dari pigmen antosianin. Komposisi gizi per 100 g beras merah terdiri atas protein 7,5 g, lemak 0,9 g, karbohidrat 77,6 g, kalsium 16 mg, fosfor 163 mg, zat besi 0,3 g, dan vitamin B1 0,21 mg. Beras ketan dan beras merah yang banyak dijumpai di pasaran umumnya berasal dari varietas lokal. Varietas lokal umumnya berumur dalam (5 6 bulan) dengan potensi hasil 40 50% lebih rendah dibanding varietas unggul. Varietas unggul padi beras ketan dan beras merah yang telah dihasilkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian merupakan varietas unggul lahan sawah irigasi, dan jumlahnya sedikit (Santika dan Rozakurniati 2010). Diantara padi beras warna di atas, padi beras merah memiliki variasi yang tinggi dibandingkan padi beras warna yang lain. Terdapat beberapa aksesi plasma nutfah padi beras merah yang telah dikoleksi dari berbagai lokasi eksplorasi padi di Indonesia. Keragaman pada padi beras merah seperti padi lainnya merupakan bahan dasar untuk kegiatan pemuliaan dalam program perbaikan varietas. Plasma nutfah padi beras merah memiliki kedekatan nenek moyang dengan spesies padi 4

18 digilib.uns.ac.id 5 liar. Beberapa karakter spesies padi liar yang dimiliki beras merah antara lain habitus tanaman yang bersifat serak, daun dan biji terdapat bulu, tanaman tinggi, biji mudah rontok dan memiliki dormansi, batang kecil dan mudah rebah (Nolding et al cit. Utami et al. 2010). Karakter-karakter tersebutlah yang seringkali merupakan kendala dalam usaha budidaya padi beras merah. Untuk lebih dapat memahami karakter spesifik dari padi beras merah diperlukan penelitian yang berkesinambungan sehingga dapat membudidayakan segala potensi yang ada pada padi beras merah dengan mengeliminir karakter-karakter yang tidak diinginkan (Utami et al. 2010). Jumlah padi beras merah sangat terbatas bahkan dari 184 varietas unggul yang telah dilepas baru satu varietas padi beras merah yaitu varietas Bahbuton yang berkulit ari (aleuron) merah, tahan terhadap blas (Pyricularia oryzae), agak tahan terhadap bakteri hawar daun (Xanthomonas oryzae) dan dilepas tahun 1985 (Irsal Las 2004, Djunainah 1993 cit. Muliadi 2005). Penelitian yang lebih intensif terhadap mutu padi beras merah diharapkan dapat memberikan sumbangan nyata terhadap ketahanan pangan dan perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Oleh karena itu untuk memperbanyak pilihan bagi petani maka Balitpa terus melakukan pengujian terhadap galur-galur padi beras merah baik terhadap daya hasil maupun ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotik diantaranya ketahanan terhadap penyakit tungro. Dari pengujian ini diharapkan diperoleh galur-galur padi beras merah tahan terhadap penyakit tungro (Muliadi 2005). Padi beras merah cocok ditanam di lahan kering dengan sistem budidaya padi gogo karena hasilnya akan pulen dan kering. Memang ada beberapa padi beras merah yang ditanam di sawah, tetapi hasilnya tidak terlalu bagus. Malah terkadang rasa nasinya tidak nikmat. Waktu yang tepat untuk menanam padi beras merah adalah ketika datang musim penghujan. Biasanya mulai ditanam pada bulan Oktober dan dipanen ketika bulan Februari atau Maret. Sekali panen, mendapatkan ikat (1 ikat = 5 kg) untuk luas lahan 1 ha. Untuk pengolahannya, menggunakan cara tradisional. Pertama kali, tanah di ladang diolah dengan menggunakan bajak. Setelah dibajak, bibit padi beras merah ditanam (Sinar Tani 2012).

19 digilib.uns.ac.id 6 Padi beras merah dengan kadar protein tinggi sangat bermanfaat dalam perbaikan gizi masyarakat, karena mengandung pigmen antosianin, mengkonsumsi beras merah dapat mencegah penyakit seperti kanker, kolesterol dan jantung koroner. Kekurangan makanan dan nutrisi menjadi permasalahan bagi masyarakat miskin, sedangkan bagi sebagian penduduk yang mampu terjadi kelebihan lemak dan karbohidrat. Pola makan yang tidak seimbang dengan lemak dan karbohidrat tinggi dinilai dapat memicu berbagai penyakit, antara kolesterol tinggi dan perlemakan hati. Padi beras merah yang ditanam pada lahan kering perlu mendapat perhatian. Menurut Sasli 2004 cit. Suzanna CT 2011, kekeringan merupakan kendala bagi peningkatan produksi pada lahan tadah hujan bahkan sawah irigasi di musim kemarau. Kekeringan terjadi hampir setiap tahun yang disebabkan oleh musim hujan yang tidak menentu, terlalu cepat berakhir, penanaman terlambat dan pengairan yang umumnya sangat bergantung pada air hujan (Suzanna CT 2011). B. Padi Lahan Kering Selain ditanam pada lahan sawah, tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem budidaya padi gogo rancah seolah-olah kita anggap tanaman padi seperti tanaman palawija. Sehingga kebutuhan air dalam sistem ini sangatlah minim. Sistem budidaya padi gogo biasanya dilakukan pada tanah-tanah yang kering atau tanah tadah hujan. Kelebihan sistem tanam gogo rancah dibanding sistem sawah diantaranya adalah penghematan tenaga kerja tanam, penghematan tenaga kerja pemeliharaan dan tentunya lebih menghemat waktu. Adapun kekurangan cara tanam gogo rancah adalah produksi yang dihasilkan tidak sebesar dengan sistem tanah sawah (Maspary 2010). Lahan kering umumnya asam dan rendah pasokan P. Penanaman padi gogo disesuaikan dengan keasaman tanah apalagi peningkatan adaptasi padi gogo terhadap keasaman tanah dapat disebabkan oleh peternakan. Padi gogo toleran terhadap keasaman tanah dan adaptasi lahan masam. Kekurangan unsur hara utamanya unsur hara P menjadi kendala utama untuk produksi padi gogo di lahan

20 digilib.uns.ac.id 7 kering. Pupuk fosfor dilaporkan telah dapat meningkatkan hasil padi gogo di wilayah Cerrado Brasil (Fageria et al. 1982), Afrika Barat (Van Reuler dan Janssen 1996, Sahrawat et al. 1995) dan Asia Tenggara (Schmidt et al. 1990) (Thomas et al. 2001). Lahan kering umumnya kahat akan unsur N, dimana hara N ini merupakan salah satu faktor penghambat bagi pertumbuhan dan hasil padi gogo. Di antara unsur hara tanaman, unsur N merupakan hara yang diperlukan dalam jumlah besar dan sering merupakan pembatas produksi padi gogo (Partorahardjo dan Makmur 1996 Gardner et al cit. Aribawa et al. 2007). Disamping faktor hara, jarak tanam juga memegang peranan penting dalam peningkatan produksi. Petani biasanya menggunakan jarak tanam yang tidak teratur, sehingga kemungkinan terjadi kompetisi baik terhadap air, unsur hara maupun cahaya diantara individu tanaman. Jarak tanam menentukan populasi tanaman dalam suatu luasan tertentu, sehingga pengaturan yang baik dapat mengurangi terjadinya kompetisi terhadap faktor-faktor tumbuh tersebut (Aribawa et al. 2007). Potensi sumber daya tanah lain yang dapat dimanfaatkan untuk ekstensifikasi padi adalah lahan kering untuk budidaya padi gogo. Indonesia memiliki lahan kering dengan luasan lebih dari 55,6 juta ha. Potensi lahan kering Indonesia yang luas ini belum dimanfaatkan secara optimal, bahkan cenderung tidak mendapat perhatian khusus. Upaya pemberdayaan lahan kering dapat melalui budidaya padi gogo. Akan tetapi, upaya ini menghadapi kendala antara lain yaitu produktivitas padi gogo yang masih rendah, mutu beras yang rendah yaitu tidak aromatik dan tekstur nasi pera mengakibatkan padi gogo tidak disukai oleh petani dan konsumen sehingga nilai ekonomi padi gogo rendah, kesuburan tanah yang rendah, ketersediaan air yang terbatas musim hujan, kehadiran gulma dan keterbatasan kultivar unggul berdaya hasil tinggi (Tim Peneliti Padi Gogo Aromatik 2009). Pengembangaan areal penanaman padi sawah bergeser ke lahan tegal atau lahan kering karena adanya penyusutan lahan sawah menjadi lahan non pertanian, sehingga posisi padi gogo menjadi penting untuk masa yang akan datang. Berhubung padi gogo ditanam pada commit musim to user hujan dan kebanyakan berkembang di

21 digilib.uns.ac.id 8 sistem agroforestri, maka ketersediaan air dan radiasi matahari merupakan salah satu penyebab rendahnya produktivitas padi gogo. Salah satu upaya peningkatan produksi padi gogo adalah dengan penggunaan varietas toleran naungan misalnya Jatiluhur. Varietas ini perlu dikembangkan ke petani untuk memastikan potensi hasil pada sistem agroforestri. Oleh karena itu diperlukan percobaan lapangan yang membutuhkan biaya banyak dan waktu lama. Penggunaan model simulasi merupakan pendekatan yang efisien dan ekonomis untuk memprediksi pertumbuhan dan produksi tanaman sesuai dengan kondisi daerah yang spesifik, sehingga pengembangan varietas unggul baru dapat diprediksi secara cepat. Salah satu model simulasi untuk memprediksi pertumbuhan dan hasil tanaman pada sistem agroforestri adalah WaNuLCAS (Water Nutrient and Light Capture in Agroforestry System) (Yuniastuti 2004). Padi gogo biasa ditanam pada lahan kering dataran rendah, sedangkan pada areal yang terjal dapat ditanam di antara tanaman keras. Tanaman padi dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah. Reaksi tanah (ph) optimum berkisar 5,5 7,5. Permeabilitas pada sub horison kurang dari 0,5 cm/jam. Selain agroekosistem, cara pengelolaan tanaman juga mempengaruhi keberlanjutan agribisnis padi. Dengan menerapkan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) keberlanjutan agribisnis padi dapat diwujudkan. Saat ini hampir seluruh teknologi budidaya tanaman menggunakan konsep PTT, termasuk budidaya padi sawah dan padi gogo (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 2008). C. Populasi Tanaman Jumlah benih per lubang tanam akan berpengaruh terhadap fase pertumbuhan kaitannya dengan kompetisi penyerapan hara dan cahaya matahari. Makin tinggi kepadatan populasi (jumlah benih per lubang tanam) maka kemampuan individu tanaman untuk tumbuh secara optimal juga menurun. Pada perlakuan 1 benih/lubang dilaksanakan untuk melihat sejauh mana benih dimaksud dapat tumbuh (membentuk anakan) tanpa ada persaingan, 3 benih/lubang dilakukan guna mengoptimalkan pembentukan jumlah anakan, 5 benih/lubang adalah jumlah benih yang biasa dilakukan petani saat pindah tanam.

22 digilib.uns.ac.id 9 Pembentukan jumlah anakan total akan berpengaruh terhadap jumlah anakan produktif dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap produksi padi (Wulandari 2005). Sistem budidaya padi sawah umumnya memakai bibit 3 7 bibit/lubang tanam, terjadi persaingan unsur hara dan ruang gerak untuk perkembangan akar dan anakan yang pada akhirnya produktivitas rendah (Uphoff 2001 cit. Hasrizart 2008). Barkelaar (2001) dalam Hasrizart (2008) menyatakan bahwa metode SRI (The System Of Rice Intensification), dengan penanaman satu tanaman per lubang tanaman akan meningkatkan proses fiksasi nitrogen (Biological Nitrogen Fixation BNF) bakteri dan mikroba yang bebas hidup di sekitar akar padi dapat bersimbiosis dan menguraikan nitrogen sehingga tersedia bagi tanaman. Penanaman 1 bibit/lubang tanam, sebelum keluar anakan pertama tumbuh pada batang primer, tanaman tersebut mempunyai waktu untuk recovery atau kembali menstabilkan diri di lapangan akhirnya anakan yang terbentuk akan maksimal. Anakan pertama tumbuh pada kondisi yang terbaik, sehingga terbentuk anakan yang banyak dari rumpun yang besar (Vallois et al cit. Hasrizart 2008). Jumlah bibit per titik tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan karena secara langsung berhadapan dengan kompetisi antar tanaman dalam satu rumpun. Di Indonesia biasanya dianjurkan menanam 2 sampai 3 bibit per titik tanam dengan produksi padi rata-rata 4,5 ton/ha. Sementara pada sistem intensifikasi padi di Cina, Madagaskar dan Filipina ditanam 1 bibit/titik tanam dengan tingkat produksi padi 10,5 16,0 ton/ha (Hui and Jun 2003 cit. Gasparillo et al. 2003). Jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman, kompetisi tanaman dan keefisienan penggunaan cahaya, mempengaruhi kompetisi dalam menggunakan air dan hara, dengan demikian akan mempengaruhi hasil. Pada umumnya produksi per satuan luas tinggi tercapai dengan populasi yang tinggi pula, karena tercapainya penggunaan cahaya secara maksimal diawal pertumbuhan akan tetapi akhirnya, penampilan masing-masing tanaman secara individu akan menurun karena persaingan cahaya dan faktor tumbuh lainnya (Harjadi 1996 cit. Nurshanti 2008).

23 digilib.uns.ac.id 10 Salah satu upaya meningkatkan produksi adalah pengaturan jarak tanam. Populasi tanaman merupakan salah satu komponen penting dalam menentukan produktivitas lahan. Jumlah bibit per titik tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan karena secara langsung berhadapan dengan kompetisi antar tanaman dalam satu rumpun. Di Indonesia biasanya dianjurkan menanam 2 sampai 3 bibit per titik tanam dengan produksi padi rata-rata 4,5 ton/ha (Utomo dan Nazaruddin 2000 cit. Mayly dan Yusuf 2010). Sementara pada sistem intensifikasi padi di Cina, Madagaskar dan Filipina ditanam 1 bibit per titik tanam dengan tingkat produksi padi 10,5 16,0 ton/ha (Mayly dan Yusuf 2010). Jarak tanam adalah hal yang penting sejak hal ini dipercaya berdampak pada penerimaan cahaya selama proses fotosintesis berlangsung yaitu saat energi digunakan pada bagian hijau tanaman. Hal ini juga berpengaruh pada eksploitasi fotosfer dan rhizosfer oleh tanaman terutama saat jarak tidak cukup dan tanaman menderita bersama. Jarak tanam yang baik memberi kepadatan tanaman yang tepat, yaitu jumlah tanaman pada lahan untuk memperoleh hasil optimal (Obi 1991 cit. Ibeawuchi et al. 2008). D. Pemupukan Organik Pertanian organik dapat menjamin keberlanjutan usaha pertanian mengingat sistem usaha ini mampu menjamin kelestarian kesuburan dan lingkungannya. Pupuk organik mempunyai kelebihan mampu meningkatkan tidak hanya kesuburan kimia tanah, namun juga kesuburan fisik (struktur lebih baik) dan biologi tanah serta mengandung senyawa pengatur tumbuh. Atau dengan kata lain penggunaan pupuk organik tidak sekedar mampu memperbaiki kesuburan saja, namun akan menyehatkan tanah, sehingga akan menjamin terhadap kesehatan tanaman dan hasilnya serta akan menyehatkan manusia yang mengkonsumsinya. Terkait perbaikan kesuburan kimia tanah, penambahan bahan organik akan meningkatkan hara dalam tanah secara lengkap seperti hara N, P, K, S dan hara lainnya. Pupuk organik tidak hanya memasok hara makro, namun mempunyai kelebihan dalam mensuplai unsur hara mikro (terutama Fe dan Zn). Peningkatan hara dalam tanah sangat tergantung oleh macam bahan organik yang

24 digilib.uns.ac.id 11 digunakan atau komposisi bahan organiknya. Disamping itu akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mengikat hara, sehingga hara akan lebih tersedia dalam kurun waktu yang relatif lama, sehingga menjamin keberlanjutan kesuburan. Hal ini dikarenakan selama proses dekomposisi bahan organik akan dihasilkan humus (koloid organik) yang dapat menahan unsur hara dan air, sehingga dapat meningkatkan daya simpan pupuk dan air di tanah (Suntoro 2007). Penambahan bahan organik merupakan suatu tindakan perbaikan lingkungan tumbuh tanaman yang antara lain dapat meningkatkan efisiensi pupuk. Hasil penelitian penggunaan bahan organik, seperti sisa-sisa tanaman yang melapuk, kompos, pupuk kandang atau pupuk organik cair menunjukkan bahwa pupuk organik dapat meningkatkan produktivitas tanah dan efisiensi pemupukan serta mengurangi kebutuhan pupuk terutama pupuk K. Hara nitrogen, fosfor dan kalium merupakan faktor pembatas utama untuk produktivitas padi sawah. Respon padi terhadap nitrogen, fosfor dan kalium dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah penggunaan bahan organik. Bahan organik merupakan kunci utama dalam meningkatkan produktivitas tanah dan efisiensi pemupukan (Arafah dan Sirippa 2003). Pupuk kandang (pukan) didefinisikan sebagai semua produk buangan dari binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Apabila dalam memelihara ternak tersebut diberi alas seperti sekam pada ayam, jerami pada sapi, kerbau dan kuda, maka alas tersebut akan dicampur menjadi satu kesatuan dan disebut pukan pula. Beberapa petani di daerah memisahkan antara pukan padat dan cair. Pupuk kandang (pukan) padat yaitu kotoran ternak yang berupa padatan baik belum dikomposkan maupun sudah dikomposkan sebagai sumber hara terutama N bagi tanaman dan dapat memperbaiki sifat kimia, biologi dan fisik tanah. Pupuk kandang (pukan) cair merupakan pukan berbentuk cair berasal dari kotoran hewan yang masih segar yang bercampur dengan urine hewan atau kotoran hewan yang dilarutkan dalam air dalam perbandingan tertentu. Umumnya urine hewan cukup banyak dan yang telah dimanfaatkan oleh petani adalah urine sapi, kerbau, kuda, babi dan kambing (Hartatik et al. 2005).

25 digilib.uns.ac.id 12 Dewasa ini pemupukan dengan pupuk anorganik atau pupuk buatan penggunaannya semakin meningkat. Hal ini bila berlangsung terus dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan hara dalam tanah, dan rusaknya struktur tanah, sehingga dapat menurunkan produktivitas tanah pertanian. Salah satu alternatif untuk mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah adalah dengan pemberian bahan organik seperti pupuk kandang ke dalam tanah. Pemberian pupuk kandang, selain dapat meningkatkan kesuburan tanah juga dapat mengurangi penggunaan pupuk buatan yang harganya relatif mahal dan terkadang sulit diperoleh. Pupuk kandang adalah kotoran padat dan cair dari hewan yang tercampur dengan sisa-sisa pakan dan alas kandang. Nilai pupuk kandang tidak saja ditentukan oleh kandungan nitrogen, asam fosfat, dan kalium saja, tetapi karena mengandung hampir semua unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman serta berperan dalam memelihara keseimbangan hara dalam tanah (Souri 2001). Pupuk kandang merupakan hasil samping yang cukup penting, terdiri dari kotoran padat dan cair dari hewan ternak yang bercampur sisa makanan, dapat menambah unsur hara dalam tanah (Sarief 1989 cit. Ari 2007). Pemberian pupuk kandang selain dapat menambah tersedianya unsur hara, juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Beberapa sifat fisik tanah yang dapat dipengaruhi pupuk kandang antara lain kemantapan agregat, bobot volume, total ruang pori, plastisitas dan daya pegang air (Soepardi 1983 cit. Ari 2007). Pemakaian pupuk kandang perlu dipertimbangkan, karena pupuk kandang dapat menyebabkan berkembangnya gulma pada lahan yang diusahakan. Diketahui bahwa keberadaan gulma yang dibiarkan tumbuh pada suatu pertanaman dapat menurunkan hasil 20% sampai 80% (Moenandir et al cit. Ari 2007). Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menekan hal tersebut adalah dengan penggunaan jenis pupuk kandang yang tepat. Terdapatnya gulma pada pupuk kandang sangat dipengaruhi oleh kebijaksanaan petani saat mengembalakan ternaknya. Oleh karena lingkungan pengembalaan yang berbeda, maka gulma yang dimakan ternak juga berbeda (Zarwan et al 1994 cit. Ari 2007).

26 digilib.uns.ac.id 13 Dari uraian di atas jelas bahwa pupuk organik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan dan produktivitas beras. Pupuk organik dapat menjadi suplemen yang lebih baik dari pupuk anorganik untuk menghasilkan pertumbuhan dan hasil yang lebih baik. Pada semua perlakuan menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan dan produktivitas padi. Bentuk penelitian ini diamati bahwa 1,5 ton/ha pupuk organik bersama dengan pupuk kimia 50% direkomendasikan bisa memberikan hasil yang sama. Namun, di antara perlakuan pupuk organik 2 ton/ha sendiri menghasilkan gabah yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan pupuk lain. Dari sudut pandang ekonomi petani dapat menggunakan kombinasi pupuk organik dan mengurangi tingkat pupuk anorganik untuk meningkatkan hasil padi serta untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan tanah (Siavoshi et al. 2011). Penggunaan bahan kimia dalam kegiatan pertanian menjadi masalah pencemaran lingkungan. Tingkat penggunaan bahan kimia yang sangat tinggi memberi dampak negatif terhadap struktur tanah yang semakin mengeras dan kelangsungan hidup mikroba tanah yang semakin berkurang (Andoko 2002 cit Cepy dan Wangiyana 2011). Penggunaan bahan organik atau pupuk organik menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi dampak negatif tersebut. Penggunaan bahan organik dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara dan kelangsungan hidup mikroba tanah serta memperbaiki struktur fisik tanah (Andoko 2002 cit Cepy dan Wangiyana 2011). Bahan organik menyediakan unsur hara secara lengkap baik unsur hara makro maupun mikro. Selain itu, bahan organik menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan mikroba tanah sehingga dapat menjaga kelangsungan hidup mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman padi tersebut, salah satunya adalah mikroba pengurai bahan organik. Keberadaan mikroba pengurai bahan organik, dapat berfungsi sebagai perekat yang mengikat butir-butir tanah menjadi butiran yang lebih besar, sehingga menjadikan tanah tidak terlalu keras dan tidak terlalu remah (Cepy dan Wangiyana 2011).

27 digilib.uns.ac.id 14 Sebagian besar lahan penanaman jagung di Indonesia berupa lahan kering. Masalah utama penanaman jagung di lahan kering adalah kebutuhan air sepenuhnya tergantung pada curah hujan, bervariasinya kesuburan lahan dan adanya erosi yang mengakibatkan penurunan kesuburan. Selain itu masalah lain di lahan kering adalah memiliki ph dan kandungan bahan organik yang rendah. Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah, menaikan bahan serap tanah terhadap air, menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah, dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman. Sedangkan pemberian pupuk urea dapat merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya cabang, batang, daun, dan berperan penting dalam pembentukan hijau daun (Lingga dan Marsono 2008 cit Bara A dan A. Chozin 2009). Pupuk urea mudah menguap dan tercuci sehingga pemberiannya dilakukan beberapa kali agar kebutuhan unsur hara N tanaman dapat terpenuhi (Bara A dan MA Chozin 2009).

28 digilib.uns.ac.id 15 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2012 sampai bulan Juli Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Tawangsari Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Secara geografis lokasi tersebut terletak antara ,25 LS dan ,49 BT dengan ketinggian tempat 215 m dpl dan kemiringan lereng 8% yang dikategorikan sebagai daerah yang agak miring. Jenis tanah di lokasi penelitian merupakan tanah entisol. B. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu benih padi beras merah kultivar lokal Boyolali (kultivar Wulung merah), pupuk kandang sapi sebagai pupuk dasar, pupuk organik kencing sapi dan pupuk phonska sebagai pupuk susulan, dan biosugih sebagai pestisida alami. 2. Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat cangkul, tugal, papan nama, rol meter/penggaris, ember, gembor, tali raffia, plastik, koran, timbangan analitik, oven, alat tulis, dan kamera. C. Perancangan Penelitian dan Analisis Data 1. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) faktorial dengan dua (2) faktor perlakuan dan setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Faktor pertama yaitu populasi tanaman, antara lain : B0 : sistem larikan / sistem sebar (kontrol) B1 : 2 biji padi beras merah/lubang B2 : 4 biji padi beras merah/lubang B3 : 6 biji padi beras merah/lubang 15

29 digilib.uns.ac.id 16 Faktor kedua yaitu dosis pupuk organik/pupuk kandang sapi, antara lain : P0 : pupuk organik/pupuk kandang sapi 10 ton/ha (kontrol) P1 : pupuk organik/pupuk kandang sapi 3 ton/ha P2 : pupuk organik/pupuk kandang sapi 5 ton/ha P2 : pupuk organik/pupuk kandang sapi 7 ton/ha Kombinasi perlakuan populasi tanaman dan dosis pupuk kandang sapi ada 16 antara lain, yaitu : B0P0 : sistem larikan/sebar dan pemberian pupuk kandang sapi 10 ton/ha (kontrol) B0P1 : sistem larikan/sebar dan pemberian pupuk kandang sapi 3 ton/ha B0P2 : sistem larikan/sebar dan pemberian pupuk kandang sapi 5 ton/ha B0P3 : sistem larikan/sebar dan pemberian pupuk kandang sapi 7 ton/ha B1P0 : populasi 2 biji/lubang dan pemberian pupuk kandang sapi 10 ton/ha B1P1 : populasi 2 biji/lubang dan pemberian pupuk kandang sapi 3 ton/ha B1P2 : populasi 2 biji/lubang dan pemberian pupuk kandang sapi 5 ton/ha B1P3 : populasi 2 biji/lubang dan pemberian pupuk kandang sapi 7 ton/ha B2P0 : populasi 4 biji/lubang dan pemberian pupuk kandang sapi 10 ton/ha B2P1 : populasi 4 biji/lubang dan pemberian pupuk kandang sapi 3 ton/ha B2P2 : populasi 4 biji/lubang dan pemberian pupuk kandang sapi 5 ton/ha B2P3 : populasi 4 biji/lubang dan pemberian pupuk kandang sapi 7 ton/ha B3P0 : populasi 6 biji/lubang dan pemberian pupuk kandang sapi 10 ton/ha B3P1 : populasi 6 biji/lubang dan pemberian pupuk kandang sapi 3 ton/ha B3P2 : populasi 6 biji/lubang dan pemberian pupuk kandang sapi 5 ton/ha B3P3 : populasi 6 biji/lubang dan pemberian pupuk kandang sapi 7 ton/ha 2. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan melalui tahap-tahap sebagai berikut : a. Persiapan lahan Persiapan lahan ini meliputi pembersihan lahan dan pengolahan tanah. Pembersihan lahan ini dengan membuang gulma, sisa-sisa tanaman dan rumput. Penyiapan lahan commit dilakukan to user dengan cara mencangkul tanah

30 digilib.uns.ac.id 17 pada kedalaman cm kemudian tanah dibalik. Dengan luas lahan per petak 1,6 meter x 1,6 meter dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. b. Persiapan bahan tanam Persiapan ini meliputi penyediaan benih padi beras merah dan pupuk organik/pupuk kandang sapi. Benih padi beras merah dipilih yang normal, sehat, utuh, dan mempunyai kemurnian varietas tinggi. Sebelum dilakukan penanaman, benih diseleksi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan garam. Benih dimasukkan ke dalam larutan garam dan benih yang tenggelam yang digunakan sebagai bahan tanam sedangkan benih yang mengapung dibuang. c. Penanaman Penanaman benih padi beras merah dilakukan dengan menanam biji di setiap lubang yang telah disediakan dengan jumlah biji yang berbeda-beda yaitu 2 biji/lubang, 4 biji/lubang dan 6 biji/lubang serta kontrol dengan sistem larikan atau sistem sebar. Penanaman padi beras merah dilakukan dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. d. Pemupukan Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang sapi sebagai pupuk dasar dan pupuk susulan berupa campuran pupuk organik (pupuk organik kencing sapi) dan pupuk anorganik (pupuk phonska). e. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman meliputi pengairan, penyiangan, penyulaman, pengendalian organisme pengganggu (gulma dan hama) tanaman. Penyiraman dilakukan 2 kali seminggu. Penyiangan dilakukan 5 kali yaitu pada minggu kedua, ketiga, kelima, keenam dan minggu kedelapan. Penyulaman dilakukan 3 kali yaitu pada minggu pertama, kelima dan minggu keenam. Sedangkan untuk pengendalian organisme pengganggu tanaman dilakukan secara mekanik.

31 digilib.uns.ac.id 18 f. Pemanenan Pemanenan dilakukan 4 kali yaitu pada minggu ketiga belas untuk pemanenan pertama dan minggu keempat belas untuk pemanenan kedua, ketiga dan keempat. Pemanenan dilakukan pada saat tanaman padi sudah mulai mengering dan daun padi serta bulir padi sudah menguning. 3. Variabel Pengamatan a. Fase Vegetatif 1) Tinggi tanaman (cm) Pengukuran tinggi tanaman dimulai dari pangkal batang (leher akar) sampai dengan ujung daun/malai terpanjang tanaman padi beras merah sampel. Pengamatan dilakukan seminggu sekali, dimulai pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam dan berakhir pada 1 minggu sebelum panen. 2) Jumlah anakan per rumpun (batang) Yaitu menghitung jumlah anakan per rumpun pada tanaman sampel, kemudian diambil rata-ratanya untuk dianalisis lebih lanjut. Pengamatan dilakukan setiap 1 minggu sekali, dimulai pada saat tanaman sudah mulai terbentuk anakan, selama fase vegetatif sampai terbentuk malai (fase vegetatif maksimal). b. Fase generatif 1) Jumlah anakan produktif per rumpun (batang) Yaitu menghitung anakan yang memiliki malai. Jumlah anakan dihitung per rumpun dari tanaman sampel. Pengamatan dilakukan pada akhir fase generatif saat sebelum panen. 2) Jumlah malai per tanaman Yaitu menghitung jumlah malai per tanaman pada tanaman sampel, kemudian diambil rata-ratanya untuk dianalisis lebih lanjut.

32 digilib.uns.ac.id 19 3) Panjang malai per tanaman (cm) Pengukuran panjang malai per tanaman dimulai dari pangkal malai sampai titik ujung malai tanaman padi beras merah sampel. Pengamatan dilakukan setelah tanaman di panen dan dipilih 3 malai terpanjang. c. Panen 1) Jumlah gabah isi per rumpun (butir) Yaitu menghitung jumlah bulir padi/gabah isi per rumpun pada tanaman sampel, kemudian diambil rata-ratanya untuk dianalisis lebih lanjut. 2) Berat gabah hampa dan gabah isi (gram) Yaitu dengan menimbang bulir padi/gabah isi dan gabah hampa pada tanaman sampel, kemudian diambil rata-ratanya untuk dianalisis lebih lanjut. 3) Berat 100 butir gabah isi (gram) Penghitungan berat 100 butir gabah isi dilakukan dengan cara menghitung biji (gabah isi) padi beras merah sebanyak 100 pada tiap petak, dan kemudian ditimbang untuk mengetahui berat 100 biji. 4) Berat kering brangkasan Tanaman sampel dioven selama 24 jam dan pengovenan dilakukan 2 kali sampai berat konstan. Suhu pengovenan pertama yaitu 90 o C dan suhu kedua 110 o C. 4. Analisis Data Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis ragam berdasarkan uji F taraf 5% dan apabila terdapat beda nyata dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) taraf 5%. Dengan demikian nantinya akan diketahui hasil perlakuan menunjukan pengaruh yang berbeda nyata atau tidak nyata (non signifikan).

JOURNAL OF AGRONOMY RESEARCH ISSN : POTENTIAL PRODUCTION OF RED RICE BY ARRANGEMENT DENSITY OF PLANT POPULATION AND FERTILIZING ON DRY LAND

JOURNAL OF AGRONOMY RESEARCH ISSN : POTENTIAL PRODUCTION OF RED RICE BY ARRANGEMENT DENSITY OF PLANT POPULATION AND FERTILIZING ON DRY LAND JOURNAL OF AGRONOMY RESEARCH ISSN : 2302-8226 POTENTIAL PRODUCTION OF RED RICE BY ARRANGEMENT DENSITY OF PLANT POPULATION AND FERTILIZING ON DRY LAND Ulfa Lutfianis 1 ), Sri Budiastuti 2 ), Sumarno 2 )

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh MOCHAMAD IQBAL WALUYO H

SKRIPSI. Oleh MOCHAMAD IQBAL WALUYO H SKRIPSI PEMUPUKAN, KETERSEDIAAN DAN SERAPAN K OLEH PADI SAWAH DI GRUMUSOL untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Oleh

Lebih terperinci

SKRIPSI RESPON KACANG TANAH DAN JAGUNG TUMPANGSARI SECARA DERET PENGGANTIAN TERHADAP PUPUK ORGANIK PENGGANTI NPK. Oleh Yuni Restuningsih H

SKRIPSI RESPON KACANG TANAH DAN JAGUNG TUMPANGSARI SECARA DERET PENGGANTIAN TERHADAP PUPUK ORGANIK PENGGANTI NPK. Oleh Yuni Restuningsih H SKRIPSI RESPON KACANG TANAH DAN JAGUNG TUMPANGSARI SECARA DERET PENGGANTIAN TERHADAP PUPUK ORGANIK PENGGANTI NPK Oleh Yuni Restuningsih H0709130 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH INTENSITAS CEKAMAN AIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN ANTOSIANIN PADI HITAM DAN PADI MERAH SEBAGAI SUMBER PANGAN FUNGSIONAL

SKRIPSI PENGARUH INTENSITAS CEKAMAN AIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN ANTOSIANIN PADI HITAM DAN PADI MERAH SEBAGAI SUMBER PANGAN FUNGSIONAL SKRIPSI PENGARUH INTENSITAS CEKAMAN AIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN ANTOSIANIN PADI HITAM DAN PADI MERAH SEBAGAI SUMBER PANGAN FUNGSIONAL Oleh Widyabhakti Kisbintari H0709125 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teoritis 2.1.1. Sawah Tadah Hujan Lahan sawah tadah hujan merupakan lahan sawah yang dalam setahunnya minimal ditanami satu kali tanaman padi dengan pengairannya sangat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

SKRIPSI. PENGARUH PEMBERIAN 2,4-D DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) Oleh Nurul Mufidah H

SKRIPSI. PENGARUH PEMBERIAN 2,4-D DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) Oleh Nurul Mufidah H SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN 2,4-D DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) Oleh Nurul Mufidah H0709085 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN FREKUENSI PEMBERIAN EVAGROW PADA PAKCOY (BRASSICA CHINENSIS) SECARA VERTIKULTUR PARALON

SKRIPSI PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN FREKUENSI PEMBERIAN EVAGROW PADA PAKCOY (BRASSICA CHINENSIS) SECARA VERTIKULTUR PARALON SKRIPSI PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN FREKUENSI PEMBERIAN EVAGROW PADA PAKCOY (BRASSICA CHINENSIS) SECARA VERTIKULTUR PARALON Oleh Usman Avandi H0709120 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat peningkatan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Institut Pertanian Bogor, serta di kebun percobaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

PENGARUH KOMBINASI PUPUK KANDANG KAMBING DAN MIKORIZA TERHADAP PRODUKTIVITAS KEDELAI (Glycine max L.) SKRIPSI

PENGARUH KOMBINASI PUPUK KANDANG KAMBING DAN MIKORIZA TERHADAP PRODUKTIVITAS KEDELAI (Glycine max L.) SKRIPSI PENGARUH KOMBINASI PUPUK KANDANG KAMBING DAN MIKORIZA TERHADAP PRODUKTIVITAS KEDELAI (Glycine max L.) SKRIPSI untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh:

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK SKRIPSI Oleh: CAROLINA SIMANJUNTAK 100301156 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya Padi merupakan komoditas strategis yang mendapat prioritas penanganan dalam pembangunan pertanian. Berbagai usaha telah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Sub-divisi: Angiospermae,

Lebih terperinci

SKRIPSI KELIMPAHAN POPULASI WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN PEMBERIAN ZEOLIT DAN PENERAPAN KONSEP PHT

SKRIPSI KELIMPAHAN POPULASI WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN PEMBERIAN ZEOLIT DAN PENERAPAN KONSEP PHT SKRIPSI KELIMPAHAN POPULASI WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN PEMBERIAN ZEOLIT DAN PENERAPAN KONSEP PHT Oleh Ndaru Priasmoro H0709078 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBERIAN LARUTAN MIKRO ORGANISME LOKAL (MOL) DAN ASAP CAIR (LIQUID SMOKE) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI (Oryza sativa.

DAMPAK PEMBERIAN LARUTAN MIKRO ORGANISME LOKAL (MOL) DAN ASAP CAIR (LIQUID SMOKE) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI (Oryza sativa. Penelitian Kelompok LAPORAN PENELITIAN DAMPAK PEMBERIAN LARUTAN MIKRO ORGANISME LOKAL (MOL) DAN ASAP CAIR (LIQUID SMOKE) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI (Oryza sativa.l) Oleh: Drs. Hendy Hendro

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO Yati Haryati dan Agus Nurawan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Jl. Kayuambon No. 80 Lembang, Bandung Email : dotyhry@yahoo.com

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada 27 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada 105 13 45,5 105 13 48,0 BT dan 05 21 19,6 05 21 19,7 LS, dengan

Lebih terperinci

PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. )

PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. ) Agrium, April 2014 Volume 18 No 3 PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. ) Suryawaty Hamzah Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH Buana Sains Vol 6 No 2: 165-170, 2006 165 PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH Fauzia Hulopi PS Budidaya Pertanian, Fak. Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran. 28 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan 4.1.1 Tinggi Tanaman Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis dan dosis amelioran tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman padi ciherang

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH APLIKASI UNSUR FE PADA KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN TERHADAP TANAMAN TOMAT. Oleh Aprilia Ike Nurmalasari H

SKRIPSI PENGARUH APLIKASI UNSUR FE PADA KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN TERHADAP TANAMAN TOMAT. Oleh Aprilia Ike Nurmalasari H SKRIPSI PENGARUH APLIKASI UNSUR FE PADA KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN TERHADAP TANAMAN TOMAT Oleh Aprilia Ike Nurmalasari H0709011 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS RESPONSE OF PLANTING DISTANCE AND GRANUL ORGANIC FERTILIZER DOSAGE DIFFERENT ON GROWTH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang dibudidayakan secara komersial di daerah tropis. Hampir setiap hari produk ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

SKRIPSI. PENGARUH IMBANGAN DOSIS PUPUK ORGANIK DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP PEMBUNGAAN DAN HASIL BAWANG MERAH (Allium cepa var.

SKRIPSI. PENGARUH IMBANGAN DOSIS PUPUK ORGANIK DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP PEMBUNGAAN DAN HASIL BAWANG MERAH (Allium cepa var. SKRIPSI PENGARUH IMBANGAN DOSIS PUPUK ORGANIK DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP PEMBUNGAAN DAN HASIL BAWANG MERAH (Allium cepa var. aggregatum) Oleh Dhea Sashinta Ashari H0710031 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat alternatif karena memiliki kandungan karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

SKRIPSI KERAGAAN PADI CIHERANG M2 HASIL RADIASI SINAR GAMMA PADA CEKAMAN KEKERINGAN

SKRIPSI KERAGAAN PADI CIHERANG M2 HASIL RADIASI SINAR GAMMA PADA CEKAMAN KEKERINGAN SKRIPSI KERAGAAN PADI CIHERANG M2 HASIL RADIASI SINAR GAMMA PADA CEKAMAN KEKERINGAN Oleh RAHMAT SULISTYO H0712155 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR Oleh : Ir. Indra Gunawan Sabaruddin Tanaman Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman penting karena merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Unit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

PENGARUH BENTUK DAN DOSIS PUPUK KOTORAN KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) LOKAL MADURA SKRIPSI

PENGARUH BENTUK DAN DOSIS PUPUK KOTORAN KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) LOKAL MADURA SKRIPSI PENGARUH BENTUK DAN DOSIS PUPUK KOTORAN KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) LOKAL MADURA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa) JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 3 JULI-2013 ISSN : 2338-3976 PENGARUH PUPUK N, P, K, AZOLLA (Azolla pinnata) DAN KAYU APU (Pistia stratiotes) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI SAWAH (Oryza sativa) THE

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monotyledonae : Gramineae (Poaceae)

Lebih terperinci

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi Latar Belakang Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi dan menonjol dibandingkan dengan negara-negara lainnya di Asia, kecuali Cina, Jepang, dan Korea. Namun keberhasilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang bernilai ekonomis tinggi dan cocok untuk dikembangkan di daerah tropika seperti di Indonesia.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS PADI. The Effect of Bokashi Dosages on Growth and Yield of Three Varieties of Rice

PENGARUH DOSIS BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS PADI. The Effect of Bokashi Dosages on Growth and Yield of Three Varieties of Rice PENGARUH DOSIS BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS PADI The Effect of Bokashi Dosages on Growth and Yield of Three Varieties of Rice Oleh : Darta Mulyana 1), Sakhidin 2) dan Achmad Iqbal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan menguntungkan untuk diusahakan karena

Lebih terperinci

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas III. TATA CARA PENELTIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian telah dilaksanakan pada Bulan Juli 2016 November

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

SKRIPSI KERAGAAN PADI ROJOLELE M2 HASIL RADIASI SINAR GAMMA PADA CEKAMAN KEKERINGAN. Oleh THEO DEWANGGA H

SKRIPSI KERAGAAN PADI ROJOLELE M2 HASIL RADIASI SINAR GAMMA PADA CEKAMAN KEKERINGAN. Oleh THEO DEWANGGA H SKRIPSI KERAGAAN PADI ROJOLELE M2 HASIL RADIASI SINAR GAMMA PADA CEKAMAN KEKERINGAN Oleh THEO DEWANGGA H0712174 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 i

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42% 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas jagung (Zea mays L.) hingga kini masih sangat diminati oleh masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42% diantaranya merupakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil, PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil, umur masak, ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta rasa nasi. Umumnya konsumen beras di Indonesia menyukai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan oleh para petani di Indonesia. Kacang hijau dapat dikonsumsi dalam berbagai macam

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Oktober 2014 hingga Maret

Lebih terperinci

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011 PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011 TUJUAN PEMBELAJARAN Memahami definisi pupuk kandang, manfaat, sumber bahan baku, proses pembuatan, dan cara aplikasinya Mempelajari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan pupuk di Indonesia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal pertanian, pertambahan penduduk, serta makin beragamnya penggunaan pupuk sebagai usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Lahan Sawah Tadah Hujan Sawah tadah hujan adalah lahan sawah yang sangat tergantung pada curah hujan sebagai sumber air untuk berproduksi. Jenis sawah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia. Tanaman sorgum mempunyai daerah adaptasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang tanah

Lebih terperinci

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL GABAH BERBAGAI GALUR PADI GOGO BERAS MERAH TERHADAP DOSIS PUPUK P

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL GABAH BERBAGAI GALUR PADI GOGO BERAS MERAH TERHADAP DOSIS PUPUK P RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL GABAH BERBAGAI GALUR PADI GOGO BERAS MERAH TERHADAP DOSIS PUPUK P Siti Zainab*, Wayan W.**, dan ** *Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering, Universitas Mataram,

Lebih terperinci

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU BPTP RIAU 2012 PENDAHULUAN Kebutuhan beras sebagai sumber kebutuhan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS JARAK TANAM DAN JUMLAH BENIH PER LUBANG TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI GOGO

EFEKTIFITAS JARAK TANAM DAN JUMLAH BENIH PER LUBANG TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI GOGO 921. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.4, September 2013 ISSN No. 2337-6597 EFEKTIFITAS JARAK TANAM DAN JUMLAH BENIH PER LUBANG TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI GOGO Agus Hariadi Pinem

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays saccharata Sturt) merupakan tanaman pangan yang memiliki masa produksi yang relatif lebih cepat, bernilai ekonomis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai arti penting bagi masyarakat. Meskipun disadari bawang merah bukan merupakan kebutuhan pokok, akan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur hara guna mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran sangat erat hubungannya dengan kesehatan, sebab sayuran banyak mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh terutama adanya kandungan karotin,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah (Allium ascalonium L.) merupakan tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah (Allium ascalonium L.) merupakan tanaman 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah (Allium ascalonium L.) merupakan tanaman semusim yang tergolong dalam genus Allium. Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L. PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian yang cukup banyak digemari, karena memiliki kandungan gula yang relatif tinggi

Lebih terperinci

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

PENGGUNAAN RADIASI SINAR GAMMA UNTUK PERBAIKAN DAYA HASIL DAN UMUR PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG DAN CEMPO IRENG

PENGGUNAAN RADIASI SINAR GAMMA UNTUK PERBAIKAN DAYA HASIL DAN UMUR PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG DAN CEMPO IRENG PENGGUNAAN RADIASI SINAR GAMMA UNTUK PERBAIKAN DAYA HASIL DAN UMUR PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG DAN CEMPO IRENG TESIS Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Magister Pertanian

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 PUPUK ORGANIK POWDER 135 adalah Pupuk untuk segala jenis tanaman yang dibuat dari bahan

Lebih terperinci