BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN MASALAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN MASALAH"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN MASALAH Pada dasarnya pasar modal adalah sarana pembiayaan usaha. Pasar modal menyediakan berbagai sarana pembiayaan usaha jangka panjang di mana perusahaan dapat menerbitkan surat hutang, penawaran umum, right issue, dan lain-lain. Fungsi pasar modal sebagai sarana pendanaan usaha semakin signifikan mengingat keterbatasan pendanaan yang disediakan jalur perbankan. Kalau dilihat data-data dalam beberapa tahun terakhir, terlihat bahwa peran pasar modal semakin besar. Jika pada tahun 2006 total dana yang diserap sebesar Rp. 24,22 trilyun, maka pada tahun 2007 terjadi peningkatan 216,87 %. Pada tahun 2007 total dana publik yang diraih mencapai Rp 76,745 trilyun. Sehingga program sosialisasi tentang manfaat yang didapat dari IPO harus terus dilakukan sehingga iklim usaha semakin bergairah. Umumnya perbankan memang masih menjadi sarana utama pendanaan perusahaan, namun demikian apabila dilihat angka trend ke depan pendanaan melalui pasar modal mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun., sebagaimana tergambar dalam grafik dibawah ini. 49

2 50 Gambar 4.1 Perbandingan pendanaan kredit bank dan pasar modal Catatan : Data sampai dengan November 2006 Emisi Efek terdiri dari emisi efek bersifat ekuitas dan utang Kredit Bank hanya terdiri kredit investasi dan kredit modal kerja, tidak termasuk kredit konsumsi (per Nov 2006) Grafik menunjukkan bahwa peranan pasar modal sebagai sarana pembiayaan usaha terus mengalami peningkatan. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir seiring dengan keberadaan suku bunga (BI rate) yang rendah, maka pasar modal menjadi andalan banyak perusahaan dalam hal pendanaan usaha. Dengan suku bunga rendah, maka biaya penerbitan (cost of fund) menjadi rendah pula sehingga banyak perusahaan berlomba menerbitkan obligasi yang sebagian digunakan sebagai sarana refinancing yaitu menerbitkan obligasi baru dengan bunga rendah dan membeli kembali obligasi sebelumnya yang berbunga lebih tinggi. Jika tahun 2005 penerbitan obligasi hanya sebesar Rp. 8,25 trilyun, tahun 2006 meningkat menjadi Rp. 114,45 trilyun dan lompatan nilai terjadi pada tahun 2007 dengan nilai sekitar Rp. 30 trilyun. Hal yang sama terjadi pada saham, jika pada tahun 2005 dan 2006 nilai penerbitan

3 51 saham hanya berkisar Rp. 3 trilyun, tahun 2007 terjadi lonjakan sekitar 6 kali lipat yaitu Rp. 18,11 trilyun. Secara total tahun 2007 dana publik yang mengalir ke pasar modal juga mengalami peningkatan pesat dari sekitar Rp. 24 trilyun pda tahun 2006 menjadi Rp. 76 trilyun pada tahun Tabel 4.1 Perolehan Dana Emiten melalui pasar modal Maju ke pasar modal dengan cara go public merupakan idaman banyak perusahaan. Dengan go public maka perusahaan akan berada pada dataran elit perusahaan terkemuka serta memiliki akses yang lebih luas dalam hal pendanaan. Go public memiliki banyak kelebihan sebagai sarana pendanaan perusahaan serta mendorong manajemen untuk meningkatkan nilai perusahaan dan kemakmuran pemegang saham. Selain itu, dengan go public maka perusahaan memiliki peluang untuk lebih profesional dengan pola manajerial yang lebih transparan dan menjalankan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik Keterangan singkat mengenai PT. Elnusa PT. Elnusa merupakan sebuah perusahaan induk (holding company) dengan bisnis inti (core business) dalam bidang penyediaan jasa hulu Migas terpadu (integrated upstream oil and gas services) dan jasa penunjang hulu Migas. PT.

4 52 Elnusa juga memiliki aktivitas dalam bidang jasa hilir Migas, jasa telekomunikasi dan tehnologi informatika (telematika) terutama untuk menunjang kegiatan Migas. Perseroan juga memiliki aktivitas dalam bidang pengelolaan lapangan Migas yang pada saat ini masih dalam tahapan eksplorasi dan beberapa penyertaan saham di beberapa perusahaan asosiasi. Pada tanggal 31 Oktober 2007, perusahaan melakukan penggabungan usaha dengan beberapa anak perusahaannya (Penggabungan Vertikal) yang bergerak dalam jasa hulu Migas, yaitu PT. Elnusa Geosains, PT. EWS Oilfield Services, PT. Elnusa Drilling Services dan PT. Sinar Riau Drillindo. Dalam penggabungan tersebut, PT. Elnusa menjadi penerima penggabungan. Selain itu pada tanggal 1 Nopember 2007, anak perusahaan yang bergerak dalam bidang telematika, yaitu PT. Elnusa Telematika dan PT. Elnusa Rentrakom melakukan penggabungan usaha ke dalam PT. Sigma Cipta Utama, yang juga merupakan anak perusahaan PT. Elnusa (Penggabungan Horizontal). Setelah terjadi penggabungan vertikal dan horizontal, perusahaan memiliki 6 (enam) anak perusahaan dengan kepemilikan lebih dari 50% dan 5 (lima) perusahaan asosiasi di mana perusahaan memiliki penyertaan saham secara langsung antara 25 % sampai

5 53 dengan 50 %. Berikut adalah anak perusahaan dengan kepemilikan 50 % : Tabel 4.2. Anak Perusahaan dengan kepemilikan 50% Berikut adalah beberapa perusahaan asosiasi yang kepemilikan antara 20 % sampai dengan 50 % pada tiap perusahaan. Tabel 4.3. Anak Perusahaan dengan kepemilikan 20% - 50%

6 54 Secara diagram struktur korporasi PT. Elnusa Tbk. Dan Anak Perusahaan sebelum dan sesudah penggabungan adalah sebagai berikut : Gambar 4.2. Struktur Korporasi PT. Elnusa dan Anak Perusahaan sebelum penggabungan Gambar 4.3. Struktur Korporasi PT. Elnusa dan Anak Perusahaan setelah penggabungan

7 55 Beberapa manfaat atas dilakukannya penggabungan vertikal adalah : 1. Perusahaan menjadi sebuah operating holding yang mengintegrasikan seluruh kegiatan operasional dari perusahaan yang menggabungkan diri ke dalam PT. Elnusa. 2. Sinergitas lebih dimungkinkan dalam upaya untuk menghasilkan aktivitas operasi yang lebih efisien dan meningkatkan daya saing. 3. Struktur permodalan perusahaan yang menggabungkan diri akan menjadi lebih besar sehingga menambah akses yang lebih luas kepada sumber-sumber pendanaan untuk mendukung pertumbuhan perseroan. 4. Struktur perpajakan menjadi lebih efisien 5. Sebagai operating holding, perseroan menjadi lebih menarik bagi investor maupun kreditor. 6. Memperjelas fokus bisnis perusahaan sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa hulu Migas. Sedangkan manfaat yang diperoleh dari penggabungan horizontal adalah : 1. Terbentuknya suatu perusahaan yang lebih besar sehingga lebih memiliki daya saing. 2. Mempermudah dalam hal pembinaan dan pengawasan anak perusahaan. 3. Sinergitas untuk mendapatkan aktivitas operasi yang lebih efisien sangat dimungkinkan.

8 56 Secara diagram perkembangan PT. Elnusa dari awal sampai dengan saat dilakukan IPO adalah sebagai berikut : Gambar 4.4. Perkembangan PT. Elnusa 4.2. Mengapa PT. Elnusa melakukan IPO Banyak alasan yang mendasari mengapa PT. Elnusa melakukan IPO. Salah satu hal mendasar yang ingin dilakukan oleh Elnusa pada tahunn 2008 dan seterusnya adalah melakukan pengembangan usaha seperti Marine Seismic Acquisition, Deep Well Drilling activities dan Testing Barge yang mana membutuhkan peralatan yang sangat besar. Kompetensi PT. Elnusa dan banyaknya anak perusahaan yang harus dikontrol keberhasilannya membuat keputusan IPO merupakan keputusan yang tidak dapat ditunda lagi. Sangat sulit bagi Elnusa untuk mengembangkan core business

9 57 dengan modal yang sangat terbatas. Sumber pendanaan dari bank yang selama ini sudah digunkan oleh PT. Elnusa masih belum bisa memenuhi kebutuhan pengembangan usaha ke depan. Gambar 4.5. Aktivitas Bisnis PT. Elnusa Gambar 4.6. Core Business PT. Elnusa

10 58 Diagram di atas menunjukkan bahwa seluruh bisnis yang dikembangkan oleh Elnusa hampir sempuanya berbasis tehnologi. Artinya kesuksesan bisnis yang ada di Elnusa sangat tergantung dengan kemampuan Elnusa mengadopsi tehnologi yang ada. Tidak dapat dipungkiri bahwa tehnologi sangat berkaitan dengan investasi. Kecepatan perkembangan tehnologi menuntuk Elnusa untuk selalu bisa meng-update tehnologinya sehingga tidak ketinggalan dengan kompetitor dan sesuai dengan kebutuhan customer. Ini terbukti dengan data yang ada bahwa selama 7 (tujuh) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2007 data tahun-tahun sebelumnya perusahaan telah melakukan investasi dalam rangka pengembangan usaha yang cukup besar masing-masing Rp. 155,9 milyar untuk 2007; Rp. 161,1 milyar untuk tahun 2006; Rp. 118,8 milyar untuk tahun 2005; dan 75,9 milyar untuk tahun Di mana selama ini sumber pembiayaan berasal dari internal perusahaan, pinjaman bank, sewa guna usaha dan pembiayaan dari pihak pemasok. Seperti telah dijelaskan di atas bahwa salah satu alasan utama dilakukannya pendanaan IPO adalah kebutuhan untuk pengembangan usaha yaitu investasi peralatan dan tehnologi untuk menunjuang pertumbuhan perusahaan. Fokus perhatian investasi yang akan dicapai oleh perusahaan adalah upstream services. Rencana investasi PT. Elnusa sampai dengan tahun 2008 adalah sebagai berikut :

11 59 Gambar 4.7. Rencana Investasi PT. Elnusa Investasi yang direncanakan oleh PT. Elnusa terhadap peralatan upstream services umumnya telah mempunyai calon customer yang sudah jelas untuk menghasilkan pendapatan bagi Elnusa. Hal ini menguatkan bahwa pihak Elnusa harus secepatnya melakukan investasi terhadap peralatan tersebut sehingga market yang sudah ada tidak diambil oleh pesaing apabila peralatan yang dibutuhkan untuk project tersebut belum siap sesuai dengan persyaratan konsumen. Rincian rencana investasi yang akan dilakukan oleh PT. Elnusa adalah sebagai berikut : Untuk merealisasikan rencana tersebut maka penambahan dana melalui IPO merupakan syarat yang tidak boleh ditunda lagi mengingat IPO merupakan salah satu jalan untuk merealisasika rencana Elnusa mengembangkan pasar yang ada.

12 Mengapa pendanaan melalui Saham bukan Obligasi Ada beberapa pertanyaan yang muncul dalam benak sebagian orang mengapa PT. Elnusa melakukan pembiayaan dengan IPO, bukan menerbitkan obligasi. Ada beberapa hal yang mendasari mengapa PT. Elnusa memilih melakukan IPO saham daripada obligasi. Sebelum kita mengamati lebih dalam kita lihat kondisi laporan keuangan PT. Elnusa yang ada Solvabilitas Tingkat solvabilitas mencerminkan kemampuan perusahaan dan anak perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancar dan tidak lancarnya yang diukur dengan perbandingan antara jumlah kewajiban terhadap aktiva (debt to asset ratio = DAR) atau perbandingan antara jumlah kewajiban terhadap jumlah ekuitas (debt to equity ratio = DER), semakin rendah tingkat solvabilitas maka kemampuan perusahaan semakin baik, demikian pula sebaliknya. Tabel 4.2. Solvabilitas

13 61 Apabila diperhatikan dalam tabel di atas, tingkat sovabilitas perusahaan pada tahun 2007 semakin meningkat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan perkembangan perusahaan yang melakukan investasi (aset) sejalan dengan pertumbuhan perusahaan. Apabila dilihat secara menyeluruh kondisi aktiva, kewajiban dan ekuitas perusahaan dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Gambar 4.9. Aktiva, Kewajiban dan Ekuitas Dapat dilihat bahwa jumlah kewajiban semakin mendekati ekuitas yang ada sehingga pembiayaan melalui kewajiban sudah sangat sulit dilakukan. Di samping itu dari total ekuitas sebesar Rp. 899 milyar pada Juli tahun 2007 yang dimiliki oleh perusahaan tidak likuid karena sebagain besar penyertaan berupa aktiva tetap (tanah dan bangunan). Aktiva tersebut misalnya tanah dan bangunan di Batam (Rp. 130,9 milyar), tanah di Graha Elnusa (Rp. 93,5 milyar), tanah dan bangunan di Jl. S. Parman (Rp. 15,7 milyar), Merak (Rp. 5,2 milyar) dan Masalembo (Rp. 3,6 milyar).

14 62 Di samping itu Rp. 262 milyar atau sekitar 29,9 % merupakan selisih dari penilaian kembali aktiva tetap yang dilakukan pada tahun Dengan kondisi tersebut tentunya pembiayaan melalui surat utang (obligasi) sudah sangat sulit bagi Elnusa. Ditambah beberapa anak perusahaan nilai Debt to Equity-nya ada yang mendekati 2. Demikian pula 3 (tiga) bakcbone PT. Elnusa juga mempunyai ekuitas yang sangat terbatas (Geosains USD 8,6 juta; EWS USD 7,1 juta dan EDS USD 4,7 juta). Hal ini jelas akan sangat menyulitkan perusahaan dalam melakukan pengembangan dan investasi. Memang dengan adanya IPO yang mana dipastikan Modal Saham meningkat akan terjadi ROE ( Return on Equity) yang menurun dibandingkan dengan ROE sebelum diadakannya IPO. Namun sebagaimana dicantumkan dalam RKAP (Rencana Kerja Anggaran Perusahaan) PT. Elnusa tahun 2008 dan 2009 diperkirakan dengan adanya suntikan dana IPO return/profit perusahaan akan mengalami kenaikan 2 x lipat. Dari NPAT Rp. 100 milyard pada tahun 2008 meningkat menjadi Rp. 200 milyard pada tahun Hal ini tentunya membuat stakeholder PT. Elnusa merasa yakin bahwa PT. Elnusa dengan adanya IPO akan meningkatakan profitabilitas yang pada akhirnya meningkatkan ROE perusahaan. Hal ini juga terbukti bahwa dengan adanya IPO, Bank Sindikasi (BCA, Mizuho Bank, China Trust, Rabobank, BII) merasa yakin dengan kinerja Elnusa, sehingga berani memberikan pinjaman kredit investasi sampai dengan USD 95 juta. Hal ini akan lain apabila IPO tidak dilakukan, di mana nilai kewajiban PT. Elnusa yang sudah di atas ekuitas membuat kalangan perbankan keberatan memberikan pinjamannya dikarenakan nilai kewajiban yang saat ini ada sudah sangat besar melebihi kemampuannya.

15 Debt to EBITDA Pada tahun 2006 PT. Elnusa secara konsolidasi mencatat EBITDA sebesar Rp. ± 200 milyar. Dengan asumsi Debt to EBITDA rasio maksimum adalah 3.5 maka maksimum kemampuan borrowing perusahaan adalah Rp. 700 milyar. Dengan total pinjaman per 31 Desember 2006 sebesar Rp. 675 milyar, maka ruang bagi perusahaan untuk mendapatkan pinjaman menjadi sangat kecil. Hal ini ditambah dengan keinginan Pertamina, selaku mayoritas pemegang saham, untuk mendapatkan deviden 30 % dari laba bersih semakin mengurangi kemampuan perusahaan untuk mendapatkan tambahan pinjaman. Hal ini sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan investasi PT. Elnusa pada tahun 2007 sebesar USD 40 juta. Perkembangan Kewajiban sampai dengan Juli 2007 adalah sebagai berikut :

16 64 Tabel 4.3. Kewajiban PT. Elnusa s.d. tahun Penentuan Harga Penawaran Pada Pasar Perdana Harga penawaran untuk saham PT. Elnusa ditentukan berdasarkan hasil kesepakatan dan negosiasi pemegang saham (Pemerintah), PT. Elnusa dan Penjamin Emisi Efek. Penetapan harga penawaran sebesar Rp. 400 (empar ratus rupiah) juga mempertimbangkan hasil bookbuilding yang telah dilakukan oleh para penjamin emisi efek dengan melakukan kegiatan penjajakan kepada para investor di pasar domestik dan di pasar internasional dan dengan dengan pertimbangan berbagai faktor sebagai berikut : 1. Kondisi pasar pada saat bookbuilding dilakukan. 2. Permintaan investor global (domestik dan international). 3. Permintaan dari calon investor yang berkualitas. 4. Kinerja keuangan perusahaan. 5. Data dan informasi mengenai perusahaan, kinerja perusahaan, sejarah singkat, prospek usaha dan keterangan mengenai industri Migas di Indonesia.

17 65 6. Status dari perkembangan terakhir perusahaan. 7. Faktor-faktor di atas dengan kaitannya dengan penentuan nilai pasar dan berbagai metode penilaian beberapa perusahaan yang bergerak di bidang yang sejenis dengan perusahaan. 8. Penilaian berdasarkan rasio perbandingan PER dari beberapa perusahaan publik yang tercatat dalam bursa efek regional yang dapat dijadikan perbandingan. 9. Mempertimbangkan kinerja saham di pasar sekunder. Dalam perencanaan yang dilakukan oleh Tim Elnusa dan Underwiter mempunyai dasar-dasar sebagai berikut : Net income 200 & (estimate) P/E multiple Valuation berdasarkan P/E multiple Elnusa Bangkanai (50.01%) Total Valuation Elnusa Rp. 100 Milyar 10 X Rp Milyar Rp. 100 Milyar Rp Milyar Beberapa hal yang mendasari adalah faktor-faktor sebagai berikut : 1. Rata-rata P/E multiple perusahaan di Jakarta Stock Exchange adalah Untuk perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang jasa, umumnya memiliki P/E multiple lebih rendah.

18 66 3. Valuation Bangkanai berdasarkan transaksi pembelian 15% working interest (USD 3.75 juta) oleh Medco dari Mitra Energi Bangkanai 20% diskon diterapkan untuk low end valuation. 4. Valuation berdasarkan income approach. Meskipun dengan beberapa acuan harga tersebut, namun dari hasil musyawarah dan pertimbangan terhadap faktor-faktor di atas, maka ditetapkan harga saham perdana adalah Rp Rencana dan Realisasi penggunaan Dana IPO IPO yang dilakukan oleh elnusa melepas sejumlah (satu milyar empat ratus enam puluh juta) saham biasa atas nama, dengan nilai nominal Rp. 100 (seratus rupiah) setiap saham, yang ditawarkan kepada masyarakat dengan harga penawaran Rp. 400 (empat ratus rupiah) setiap saham. Saham-saham yang ditawarkan dalam rangka Penawaran Umum Perdana ini seluruhnya adalah saham baru yang dikeluarkan dari portepel perusahaan, dan akan memberikan kepada pemegangnya hak yang sama dan sederajat dalam segala hal dengan saham lainnya dari perusahaan yang telah ditenpatkan dan disetor penuh, termasuk hak atas dividen dan suara. Dengan dilakukannya Penawaran Perdana saham maka struktur permodalan PT. Elnusa yang semula :

19 67 menjadi : Dana yang diperoleh dari Penawaran Umum Perdana setelah dikurangi seluruh biayabiaya emisi saham, akan digunakan sebagai berikut : 1. Sekitar 25 % akan dialokasikan sebagai modal kerja perseroan yang sebagian besar untuk biaya overhead, pembelian bahan baku langsung, biaya tenaga kerja dan pembayaran kepada pemasok.

20 68 2. Sekitar 15 % akan dialokasikan untuk membiayai pengembangan dan perluasan aktivitas utama Anak Perusahaan dengan kepemilikan perseroan lebih dari 99 %, melalui pinjaman dengan tingkat bunga wajar, yaitu kepada : a. Elnusa Bangkanai - sekitar 35 % dari alokasi biaya tersebut yang selanjutnya digunakan untuk biaya ekplorasi dan ekploitasi di ladang gas Bangkanai, Kalimantan Tengah. b. Elnusa Petrofin - sekitar 28 % dari alokasi tersebut untuk modal kerja yang mendukung operasi SPBU dan bisnis transportasi BBM. c. Sigma Cipta Utama - sekitar 25 % dari alokasi tersebut untuk perluasan storage yang mendukung bisnis SCU. d. Sigma Cipta Utama - sekitar 12 % dari alokasi dana tersebut digunakan untuk investasi peralatan radio Trunking. 3. Sekitar 7 % akan dialokasikan untuk membayar sebagian hutang pemasok utama peralatan ekplorasi salah satu divisi PT. Elnusa, yaitu :

21 69 4. Sekitar 53 % akan dialokasikan untuk membiayai pembelian barang modal yang mendukung bisnis utama perusahaan diantaranya adalah : a. Peralatan survey seismic (Geoscience Services) sekitar 30 % dari alokasi pembiayaan tersebut. b. Peralatan pemboran (Drilling Services) sekitar 50 % dari alokasi pembiayaan tersebut. c. Peralatan Oilfield Services sekitar 20 % dari alokasi pembiayaan tersebut. Dari proses IPO maka rencana pemakaian dana hasil IPO tersebut per 15 Juli 2008 adalah sebagai berikut : Tanggal efektif : 25 Januari 2008 Jumlah Hasil Penawaran Umum : Rp Biaya penawaran Umum : Rp Hasil Bersih : Rp Digunakan untuk :

22 70 Modal Kerja Perseroan : Rp (25%) Pinjaman Pengembangan Anak Perusahaan : Rp (15%) Pembayaran sebagian hutang : Rp (7%) Pembelian Barang Modal : Rp (53%) Total : Rp (100%) Sedangkan realisasi atas penggunaan dana menurut prospektus adalah sebagai berikut : Tabel 4.4. Rincian Penggunaan Ekpansi Anak Perusahaan (11 %) per 30 Juni 2008 per 30 Juni 2008

23 71 Tabel 4.5.Realisasi penggunaan dana IPO untuk pembayaran sebagian hutang (7 %) per 30 Juni 2008 Tabel 4.6. Realiasi penggunaan dana IPO untk pembelian barang modal (39%). Dalam realisasi masih lebih rendah dari yang direncanakan dikarenakan pembelian masih dalam proses. Sedangkan yang dipergunakan untuk modal kerja perusahaan sebesar 25 % atau Rp Dari keempat penggunaan tersebut sisa dana IPO masih Rp Tahapan-Tahapan IPO Elnusa Dalam melakukan IPO tahapan yang harus dilalui memang cukup panjang. Meskipun ada beberapa kendala yang dialami namun akhirnya Elnusa dapat mencapai target tanggal efektif : 25 Januari 2008, masa penawaran Januari 2008, tanggal penjatahan 4 Pebruari 2008, tanggal pengembalian uang pemesanan 5

24 72 Pebruari 2008, tanggal distribusi saham 5 Pebruari 2008 dan tanggal pencataan di BEJ tanggal 6 Pebruari Rincian tahapan tersebut sebagai berikut : 4.7 Kendala yang dihadapi dalam IPO Elnusa Meskipun sukses dalam proses IPO, namun dalam perjalanannya terdapat beberapa hambatan yang ditemui baik sebelum IPO maupun permasalahan pasca IPO. Beberapa kendala tersebut antara lain : a. Merger Untuk memberikan nilai tambah bagi Elnusa, maka tantangan bagi manajemen untuk melakukan terobosan bisnis yang ada. Menghadapi hal ini manajmen Elnusa memutuskan untuk melakukan konsetrasi terhadap bisnis hulu serta mereposisi beberapa anak perusahaan yang ada. Dengan konsentrasi terhadap sektor hulu diharapkan masa depan Elnusa menjadi lebih jelas dan menarik

25 73 investor. Konsentrasi pada sektor hulu membawa implikasi mergernya seluruh anak perusahaan yang bergerak pada sektor hulu yaitu Geosains, Drilling dan Workover. Sehingga merger atas tidak anak perusahaan hulu tersebut merupakan salah satu konsekuensi dari keputusan IPO yang sangat terasa dampaknya. Keputusan ini otomatis berdampak pada struktur organisasi dan job description pada masing-masing fungsi yang ada. Tuntutan struktur organisasi yang dibuat lebih ramping daripada sebelumnya menjadi kendala yang besar dalam proses IPO. Dari 3 (tiga) anak perusahaan besar yang sebelumnya mempunyai 3 Direktur (Direktur Utama, Direktur Operasi dan Direktur Keuangan) dirampingkan menjadi hanya 1 Deputy Direktur, pengurangan level Senior Manager, dan rotasi jabatan manager merupakan permasalahan yang harus dipecahkan sebelum IPO dilakukan. Permasalahan lain yang cukup penting adanya adanya kegundahan dari karyawan, bahwa IPO dan merger identik dengan masalah pengurangan pegawai. Manajemen dalam menghadapi hal tersebut melakukan beberapa langkah yaitu : i. Direksi PT. Elnusa memberikan surat jaminan bahwa tidak ada terjadi pengurangan pegawai dan pengurangan penghasilan dibandingkan dengan sebelum IPO dilakukan. Jaminan ini dilakukan segera setelah manajemen PT. Elnusa melihat adanya kegundahan dikalangan karyawan tentang rencana IPO, merger dan permasalahan Sumber Daya Manusia. ii. Dalam menyusun struktur organisasi yang baru PT. Elnusa meminta konsultan yang cukup berpangalaman dalam hal organisasi yaitu AB Susanto. Dengan bantuan konsultan dan pemikiran dari internal maka dibuatkan struktur organisasi yang baru. Organisasi ini menyerap seluruh

26 74 kepentingan yang ada, baik kepentingan karyawan,kepentingan perusahaan dan kepentingan share holder yang ada. iii. Pihak manajemen selelu melakukan sosialisasi secara insentif kepada seluruh karyawan. Direksi PT. Elnusa bahkan melakukan roadshow kepada seluruh anak perusahaan dan mendengarkan aspirasi yang berkembang, sehingga bisa dijadikan bahan evaluasi dalam memutuskan keputusan yang sangat penting. b. Permasalahan Legal Kendala lain yang harus diselesaikan adalah masalah hukum. Sebelum IPO PT. Elnusa mempunyai 3 anak perusahaan inti, yaitu PT. Elnusa Geosains, PT. Elnusa Drilling Services dan PT EWS Oilfield Services. Dengan proses IPO, maka tiga perusahaan itu lebur menjadi PT. Elnusa. Permasalahan yang muncul misalnya hampir seluruh kontrak yang sedang jalan masih memakai nama lama dan akan mengalami hambatan pada saaat proses invoicing berlangsung. Tidak dapat dihindarkan seluruh tim legal melakuka perubahan dan penjelasan kepada pelanggan yang ada tentang perubahan status tersebut. Dampak yang ditimbulkan adalah kontrak sebagai produk hukum berjalannya sebuah poerasi harus diganti dan memakan waktu yang cukup lama sehingga sempat membuat operasional berhenti. Proses penagihan yang biasanya berjalan maksimal 3 (tiga) bulan harus mundur sampai dengan 7 (tujuh) bulan. Untuk menghadapi masalah ini dibentuklah tim Adhoc yang bekerja untuk memonitor damapak merger baik di kalangan karyawan maupun pelanggan. Tim ini juga secara terus menerus bekerjasama dengan Tim Konsultan Hukum. untuk

27 75 melakukan langkah-langah hukum strategis, sehingga keputusan yang dihasilkan mempunyai kekuatan legal dan demi kepentingan bersama. c. Permasalahan Perubahan Budaya sebagai perusahaan terbuka Salah satu hal yang dituntut setelah proses IPO adalah berubahnya budaya dari perusahaan yang tertutup menjadi perusahaan terbuka. Dengan go public, perusahaan diwajibakan melaksanakan fungsi GCG dengan baik. Fungsi ini bukan hanya bersifat simbolik namun harus benar-benar diimplementasikan. Adanya anggapan bahwa GCG hanya manambah panjangnya birokrasi terus dievaluasi sehingga efeknya justru mempersingkat bisnis proses namun menjamin seluruh kegiatan lebih singkat dan lebih transparan. Sebagai perusahaan yang dulunya dimiliki Negara, perubahan ini juga menjadi tantangan yang cukup berat. Sehingga seluruh bisnis proses yang ada harus disempurnakan sesuai dengan keinginan pemegang saham dan tuntutan kemajuan perusahaan dimasa yang akan datang. Salah satu hal penting lainnya yang harus diantisipasi adalah kesiapan perusahaan dalam menghadapai gejolak pasar internasional yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap pasar Indonesia. Tidak dapat dihindari bahwa krisis yang terjadi secara global akan membawa dampak bagi Elnusa. Nilai saham Elnusa sangat ditentukan oleh pasar nasional dan regional. Krisi global yang terjadi juga berpengaruh terhadap nilai saham elnusa pada akhir tahun Hal ini juga menjadi tantangan sekaligus permasalah besar yang harus disiapkan oleh Elnusa ketika memutuskan melakukan go public melalui IPO.

28 76 d. Permasalahan Perpajakan Pajak juga menjadi salah satu kendala yang dialami dalam proses IPO. Dari masalah administrasi nomor NPWP yang sebelumnya ada 3 setelah IPO diubah menjadi 1 (satu) nomor. Dan hal ini harus didahului dengan pemeriksaan oleh kantor pajak terhadap seluruh perpajakan yang ada. Tidak dapat dihindari apabila ada salah satu anak perusahaan mempunyai permasalahan dalam perpajakan harus segera diselesaikan. Sehingga PT. Elnusa harus melunasi seluruh tunggakan pajak yang terjadi di anak perusahaan. Berubahnya nomor ini juga membawa dampak bagi proses administrasi dari mulai faktur pajak, proses penagihan, penjelasan ke seluruh vendor Elnusa dan perubahan sistem akuntasi perpajakan. Semua hal itu membutuhkan kerja keras tim dalam mengejar proses IPO tersebut. Pada tahap permula tim keuangan dan Tim Konsultan Pajak MUC melakukan penelaahan dan tax review internal sebelum melaporkan kepada knator pajak. Dalam tax review seluruh permasalahan yang muncul diidentifikasi dan dimitigasi oleh tim (seluruh tax manager anak) selanjutanya dilakukan langkah strategis untuk mengimplementasikannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah memberikan beberapa kemudahan untuk dapat lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah memberikan beberapa kemudahan untuk dapat lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan dunia usaha dalam situasi perekonomian saat ini semakin lama semakin ketat. Hal ini dikarenakan banyak perusahaan yang berkembang cukup pesat dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. investor dan perusahaan yang telah go public (emiten). Bagi emiten, pasar modal

BAB 1 PENDAHULUAN. investor dan perusahaan yang telah go public (emiten). Bagi emiten, pasar modal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah bagian dari pasar finansial dan tempat bertemunya investor dan perusahaan yang telah go public (emiten). Bagi emiten, pasar modal merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh positif sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai

Lebih terperinci

Bab 3 PENAWARAN UMUM DI PASAR PERDANA

Bab 3 PENAWARAN UMUM DI PASAR PERDANA Bab 3 PENAWARAN UMUM DI PASAR PERDANA 3.1. Pengertian Penawaran Umum Penawaran Umum (public offering) merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Saham Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang 14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa di perjual belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal sebagai sarana untuk memobilitasi dana yang bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi. Masuk ke pasar modal merupakan idaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu dilakukan oleh Ayu (2011), pada perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Demi menjaga kelangsungan hidup usahanya, perusahaan harus menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Demi menjaga kelangsungan hidup usahanya, perusahaan harus menjalankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Demi menjaga kelangsungan hidup usahanya, perusahaan harus menjalankan dan mengelola kegiatan bisnis dengan baik. Hal ini perlu didukung oleh ketersediaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dan menawarkan sahamnya di masyarakat/publik (go public). Perusahan

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dan menawarkan sahamnya di masyarakat/publik (go public). Perusahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini pasar modal memegang peranan penting bagi keberlangsungan perusahaan, baik perusahaan perbankan maupun perusahaan non bank. Munculnya

Lebih terperinci

CARA MEMBACA PROSPEKTUS DAN LAPORAN KEUANGAN

CARA MEMBACA PROSPEKTUS DAN LAPORAN KEUANGAN CARA MEMBACA PROSPEKTUS DAN LAPORAN KEUANGAN PROSPEKTUS Prospektus merupakan informasi atau dokumen penting dalam proses penawaran umum, baik saham maupun obligasi. Dalam prospektus terdapat banyak informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup pesat khususnya pada perusahaan go public. Hal ini ditandai

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup pesat khususnya pada perusahaan go public. Hal ini ditandai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa sekarang ini dalam dunia usaha mengalami perkembang yang cukup pesat khususnya pada perusahaan go public. Hal ini ditandai dengan berlakunya perdagangan bebas.

Lebih terperinci

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2003-2005 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh modal tersebut adalah dengan melakukan go public. Go public

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh modal tersebut adalah dengan melakukan go public. Go public BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan yang berbasis bisnis adalah perusahaan yang bertujuan untuk memaksimalisasi nilai perusahaan dan mencari keuntungan yang optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan maka kewajiban akan pendanaan juga semakin besar jumlahnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan maka kewajiban akan pendanaan juga semakin besar jumlahnya. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan semakin lama akan semakin berkembang seiring dengan meningkatnya produktivitas dan performa perusahaan. Modal investasi dulunya dapat dipenuhi dengan utang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya agar mampu mempertahankan kelangsungan usahanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendirian sebuah perusahaan bukanlah tanpa tujuan. Tujuan didirikannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendirian sebuah perusahaan bukanlah tanpa tujuan. Tujuan didirikannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendirian sebuah perusahaan bukanlah tanpa tujuan. Tujuan didirikannya perusahaan adalah mengoptimalkan laba dan memakmurkan pemilik perusahaan maupun pemegang saham.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh transaksi saham yang berlaku dalam lantai bursa pasar modal. Hal ini dimungkinkan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan suatu Negara memerlukan dana investasi dalam jumlah yang banyak sehingga perlu ada usaha yang mengarah pada dana investasi yang bersumber dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sebuah negara yang memiliki keuangan yang kuat dan modern, berarti telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini menjadi sangat di

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH xi xi xii xii 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 8 Tujuan Penelitian 10 Manfaat Penelitian 10 Ruang Lingkup Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang hebat, yang berdampak pada semua aktivitas bisnis di sektor riil. Selama dua tiga tahun terakhir

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan UKDW. Usaha Milik Negara (BUMN) untuk go public. Salah satu perusahaan BUMN. yang melakukan go public adalah Garuda Indonesia.

Bab I. Pendahuluan UKDW. Usaha Milik Negara (BUMN) untuk go public. Salah satu perusahaan BUMN. yang melakukan go public adalah Garuda Indonesia. Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk., suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan Akta Notaris Nomor 8 tanggal 4 Maret 1975 dan memperoleh status badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (private) menjadi perusahaan publik atau sering dikenal dengan istilah go public

BAB I PENDAHULUAN. (private) menjadi perusahaan publik atau sering dikenal dengan istilah go public BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dan persaingan bisnis yang ada pada saat ini tentunya akan menciptakan suatu persaingan yang ketat. Hal tersebut menuntut perusahaan untuk bertumbuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan pada penelitian ini adalah: 2.1.1 Widayanti dan Haryanto (2013) Penelitian Widayanti dan Haryanto (2013)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 51 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas analisa kinerja keuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dan kemudian dilakukan penelitian berdasarkan teori-teori dan konsep yang tercantum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Pasar modal juga menjadi sumber dana bagi pelaku dunia usaha dimana sumber dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen dibanding tahun 2012, dimana semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat usaha serta rekreasi di kota-kota besar di Indonesia. Hal ini membuka

BAB I PENDAHULUAN. tempat usaha serta rekreasi di kota-kota besar di Indonesia. Hal ini membuka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jumlah penduduk yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Indonesia menciptakan kebutuhan akan tempat tinggal yang lebih baik dan juga tempat usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Seiring dengan laju perekonomian Indonesia yang terus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Seiring dengan laju perekonomian Indonesia yang terus mengalami BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seiring dengan laju perekonomian Indonesia yang terus mengalami perkembangan maka persaingan pun akan semakin meningkat. Dalam persaingan tersebut perusahaan terdorong

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu cara untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan adalah dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut. Analisis yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha yang kian pesat saat ini menyebabkan persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Setiap perusahaan harus berjuang untuk tetap bertahan

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 10 BAB 2 Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Harga saham menjadi indikator keberhasilan manajemen dalam mengelola

BAB I PENDAHULUAN. Harga saham menjadi indikator keberhasilan manajemen dalam mengelola 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Harga saham menjadi indikator keberhasilan manajemen dalam mengelola perusahannya (Ahmad, 2004:105). Harga saham terbentuk berdasarkan pertemuan antara penawaran

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. badan perseroan terhadap suatu perusahaan.wujud saham adalah selembar kertas

II. LANDASAN TEORI. badan perseroan terhadap suatu perusahaan.wujud saham adalah selembar kertas II. LANDASAN TEORI 2.1 Saham Saham adalah surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan seseorang atau badan perseroan terhadap suatu perusahaan.wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan. Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan. Semua perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan. Semua perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. regulasi di Bidang keuangan dan perbankkan termasuk pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. regulasi di Bidang keuangan dan perbankkan termasuk pasar modal. 0 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat pesat, terutama setelah pemerintahan melakukan berbagai regulasi di Bidang keuangan dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Cara mencatatkan perusahaan di BEI (go public)

Cara mencatatkan perusahaan di BEI (go public) Cara mencatatkan perusahaan di BEI (go public) Efek yang dapat dicatatkan di BEI (go public) dapat berupa: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Saham Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (Exchange Traded Fund/ETF)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan bukan hanya dimiliki oleh pemilik lama (founders), tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan bukan hanya dimiliki oleh pemilik lama (founders), tetapi juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan ekonomi, banyak perusahaan yang melakukan ekspansi usaha. Pada saat itu, perusahaan harus menentukan untuk menambah modal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis keuangan di Amerika Serikat yang bermula dari krisis kredit perumahan (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara global.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi perusahaan yang mampu bersaing dengan perusahaan yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi perusahaan yang mampu bersaing dengan perusahaan yang lain. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan industri barang konsumsi adalah salah satu perusahaan yang ikut berperan dalam pasar modal. Perusahaan industri barang konsumsi merupakan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian Indonesia setelah terjadinya krisis ekonomi pada sekitar awal tahun 1997 ternyata masih berbekas, dan bahkan dampak atas krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN I. UMUM Otoritas Jasa Keuangan yang merupakan otoritas tunggal (unified supervisory model)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut telah melakukan proses initial public offering (IPO). Yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut telah melakukan proses initial public offering (IPO). Yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan berkembangnya perekonomian Indonesia, banyak perusahaan yang melakukan ekspansi usaha. Untuk tujuan tersebut, maka perusahaan memerlukan dana

Lebih terperinci

No Pembiayaan OJK selain bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara juga berasal dari Pungutan dari Pihak. Sebagai pelaksanaan dari

No Pembiayaan OJK selain bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara juga berasal dari Pungutan dari Pihak. Sebagai pelaksanaan dari TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5504 OJK. Pungutan. Kewajiban. Pelaksanaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 33) PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dari periode ke

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dari periode ke BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dari periode ke periode, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah saham yang ditransaksikan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) guna menjual

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) guna menjual BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu penggerak utama perekonomian dunia termasuk Indonesia, melalui pasar modal perusahaan dapat memperoleh dana untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Sebuah perusahaan pastilah memerlukan pencatatan keuangan atas transaksi-transaksi bisnis yang telah dilakukan agar perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Tujuan utama dari pendirian sebuah perusahaan adalah mendapatkan tingkat profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba (Sartono,2002).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dunia bisnis semakin hari semakin ketat dan sangat kompetitif. Terbukti jika perusahaan tidak dapat menghadapi tantangan ini sangat banyak perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pasar modal mirip dengan pasar-pasar lainnya, dimana terjadi transaksi

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pasar modal mirip dengan pasar-pasar lainnya, dimana terjadi transaksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal mempunyai peranan yang penting bagi perekonomian suatu negara. Pemerintah dalam hal ini berupaya untuk meningkatkan peran pasar modal karena peranannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran penting dalam melakukan bisnis perekonomian. Pasar modal menjembatani bertemunya investor yang menginvestasikan dananya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini kegiatan privatisasi Badan Usaha Milik Negara atau disingkat BUMN menjadi isu yang sangat kontroversial. Privatisasi BUMN yang banyak dijalankan terutama di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan sektor properti dan real estate juga mengalami kenaikan sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan sektor properti dan real estate juga mengalami kenaikan sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat menyebabkan kebutuhan akan tempat tinggal, perkantoran, pusat perbelanjaan, taman hiburan, dan kebutuhan akan sektor properti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibeberapa perusahaan melalui pembelian surat-surat berharga yang. yang dibutuhkan dengan menawarkan surat-surat berharga tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. dibeberapa perusahaan melalui pembelian surat-surat berharga yang. yang dibutuhkan dengan menawarkan surat-surat berharga tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat. Melalui pasar modal, investor dapat melakukan investasi dibeberapa perusahaan melalui pembelian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Penggabungan Usaha Penggabungan usaha merupakan salah satu strategi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan menegmbangkan perusahaan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Struktur Modal Struktur modal pada dasarnya berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal maupun sumber eksternal. Sumber dana internal berasal dari

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak mengenal bank dan tidak berhubungan dengan bank. Perbankan sendiri memegang peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ingin melakukan investasi sehingga masyarakat umum juga dapat ikut berperan

BAB I PENDAHULUAN. ingin melakukan investasi sehingga masyarakat umum juga dapat ikut berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal merupakan salah satu lembaga yang memiliki peran yang sangat penting bagi suatu negara. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. akhir dari proses akuntansi, yang disajikan sebagai bahan informasi bagi

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. akhir dari proses akuntansi, yang disajikan sebagai bahan informasi bagi BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian laporan keuangan Laporan keuangan pada hakekatnya merupakan suatu output dan hasil akhir dari proses akuntansi, yang disajikan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN KEUANGAN GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA ( BEI )

ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN KEUANGAN GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA ( BEI ) ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN KEUANGAN GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA ( BEI ) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia merupakan Self Regulatory Organization (SRO)

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia merupakan Self Regulatory Organization (SRO) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bursa Efek Indonesia merupakan Self Regulatory Organization (SRO) yang berperan sebagai fasilitator dalam perkembangan pasar modal di Indonesia. Menurut Husnan

Lebih terperinci

BAB 1. peminjam dana atau emiten (perusahaan yang go public). Para pemodal. bagi investor perusahaan yang memilki kinerja yang baik mampu

BAB 1. peminjam dana atau emiten (perusahaan yang go public). Para pemodal. bagi investor perusahaan yang memilki kinerja yang baik mampu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BEI atau Bursa Efek Indonesia adalah suatu Pasar modal di Indonesia yang mempunyai fungsi sebagai penghubung antara investor (pemilik modal) dengan peminjam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan melakukan ekspansi. Seiring dengan ekspansi yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan melakukan ekspansi. Seiring dengan ekspansi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era milenium seperti sekarang ini, dunia perekonomian berkembang secara pesat baik perekonomian di dalam negeri maupun secara global. Banyak perusahaan

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGA

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGA No.45, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Prospektus. Efek Bersifat Ekuitas. Bentuk dan Isi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6029) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersumber dari dalam negeri misalnya tabungan luar negeri, tabungan pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. bersumber dari dalam negeri misalnya tabungan luar negeri, tabungan pemerintah, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah yang tidak sedikit sehingga perlu adanya usaha yang mengarah pada dana investasi yang bersumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masalah pendanaan menjadi tombak dalam dunia usaha dan perekonomian. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada masa perekonomian saat ini perusahaan diwajibkan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada masa perekonomian saat ini perusahaan diwajibkan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa perekonomian saat ini perusahaan diwajibkan untuk mempunyai daya saing yang kuat agar dapat mempertahankan kelangsungan hidup dan mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Underpricing Yolana dan Martani (2005) mendefinisikan underpricing adalah adanya selisih positif antara harga saham di pasar sekunder dengan harga saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pesatnya perkembangan dunia industri menimbulkan persaingan yang ketat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pesatnya perkembangan dunia industri menimbulkan persaingan yang ketat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pesatnya perkembangan dunia industri menimbulkan persaingan yang ketat diantara para pelaku usaha. Perusahaan manufaktur di Indonesia berkembang cukup pesat,

Lebih terperinci

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PASAR MODAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami karakteristik pasar modal. 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perdana yang dilakukan perusahaan yang hendak go-public. Saham adalah satuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perdana yang dilakukan perusahaan yang hendak go-public. Saham adalah satuan 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Initial Public Offering (IPO) Menurut Hartono dan Ali (2002), IPO merupakan penawaran saham di pasar perdana yang dilakukan perusahaan yang hendak go-public.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. dan interprestasi terhadap laporan keuangan badan yang bersangkutan.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. dan interprestasi terhadap laporan keuangan badan yang bersangkutan. BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Pada bab sebelumnya di jelaskan bahwa laporan keuangan merupkan sumber informasi yang penting dan dapat dipercaya untuk menilai kondisi keuangan dan hasil usaha suatu badan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Segala macam kegiatan terorganisir untuk mencapai tujuan pasti membutuhkan manajemen. Jadi orang-orang dalam kegiatan tersebut akan membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk melaksanakan pembangunan ekonomi yang berkesinambungan akan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk melaksanakan pembangunan ekonomi yang berkesinambungan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Untuk melaksanakan pembangunan ekonomi yang berkesinambungan akan memerlukan dana yang cukup besar, di mana pemenuhannya tidak hanya mengandalkan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yang belum memiliki rumah. Disisi lain pemerintah juga sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yang belum memiliki rumah. Disisi lain pemerintah juga sulit untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011, menyebutkan bahwa masih ada sekitar 14 juta keluarga, atau 23% dari 61 juta keluarga di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap neraca dan laporan laba-rugi PT Astra Otoparts Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya agar dapat tetap bertahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya agar dapat tetap bertahan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri manufaktur memicu perkembangan sektor industri jasa dan perdagangan, perkembangan industri yang pesar membawa implikasi pada persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal semakin besar seiring dengan perkembangan perusahaan. Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. modal semakin besar seiring dengan perkembangan perusahaan. Perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan berjalannya waktu kebutuhan akan penambahan modal semakin besar seiring dengan perkembangan perusahaan. Perusahaan dalam mengembangkan dan menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Bakrie and Brothers Tbk adalah perusahaan investasi strategis internasional

BAB I PENDAHULUAN. PT. Bakrie and Brothers Tbk adalah perusahaan investasi strategis internasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Bakrie and Brothers Tbk adalah perusahaan investasi strategis internasional yang berbasis di Jakarta, Indonesia. PT. Bakrie and Brothers Tbk didirikan pada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisa Perlakuan Akuntansi pada Penggabungan Usaha

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisa Perlakuan Akuntansi pada Penggabungan Usaha BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa Perlakuan Akuntansi pada Penggabungan Usaha 1. Bentuk Penggabungan Usaha Penggabungan usaha yang dilakukan oleh PT MB Tbk, PT KS, PT MS dan PT TS, merupakan

Lebih terperinci

profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan

profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal atau pasar ekuitas (equity market) adalah tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan risiko untung dan rugi. Pasar modal merupakan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan demi kemakmuran para pemegang saham. Di era globalisasi sekarang ini, perkembangan dunia bisnis

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan perekonomian di Indonesia tidak dapat terlepas dari sektor perbankan, khususnya peran perbankan sebagai sumber pembiayaan industri dalam negeri. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. era 1997 silam. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya perdagangan di bursa

BAB I PENDAHULUAN. era 1997 silam. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya perdagangan di bursa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan perekonomian, banyak perusahaan termasuk perbankan dalam rangka mengembangkan usahanya melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan sangat mempengaruhi iklim usaha di Indonesia. Para pelaku bisnis harus

BAB I PENDAHULUAN. akan sangat mempengaruhi iklim usaha di Indonesia. Para pelaku bisnis harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kondisi perekonomian baik global maupun regional dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami pasang surut, contohnya krisis ekonomi yang terjadi di Eropa

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 14 BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan Perseroan merupakan anak perusahaan Pertamina yang di dirikan di Jakarta pada Akte Pendirian 25 Januari 1969 dengan nama PT. Elektronika Nusantara

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Periode 2004-2008 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 8 /POJK.04/2017 TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DAN PROSPEKTUS RINGKAS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM EFEK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru Indonesia, baik di kota-kota besar maupun didaerah. Pembangunan ini tentunya tidak terlepas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaporan keuangan merupakan sarana yang digunakan perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pelaporan keuangan merupakan sarana yang digunakan perusahaan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaporan keuangan merupakan sarana yang digunakan perusahaan untuk menyediakan dan menyampaikan informasi keuangan bagi pihak investor, kreditur, dan pemakai eksternal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ringan pada tahun Krisis keuangan di Amerika Serikat yang bermula dari

BAB I PENDAHULUAN. ringan pada tahun Krisis keuangan di Amerika Serikat yang bermula dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian global yang mengalami tekanan akibat krisis menghadapkan perekonomian Indonesia pada beberapa tantangan yang tidak ringan pada tahun 2009.

Lebih terperinci