BAB. II DESKRIPSI KAWASAN KPH BALI TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB. II DESKRIPSI KAWASAN KPH BALI TIMUR"

Transkripsi

1 BAB. II DESKRIPSI KAWASAN KPH BALI TIMUR 2.1 Aspek Pemerintahan ( Letak dan Luas) Wilayah KPH Bali Timur seluas ,69 Ha, merupakan gabungan kelompok kawasan hutan di wilayah timur Provinsi Bali, didominasi kawasan hutan lindung seluas ,03 Ha dan hutan produksi terbatas seluas 1.086,66 Ha dan meliputi 4 wilayah kabupaten. Keempat wilayah kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bangli, Buleleng, Karangasem dan Klungkung dan tersebar dalam 12 RTK. Luasan RTK di KPH Bali Timur ke dalam setiap wilayah administrasi kabupaten terdapat dalam Tabel 2.1. Tabel 2.1 Letak dan Luas KPH Bali Timur Berdasarkan Kabupaten dan RTK Kelompok Hutan Kabupaten dalam Ha (RTK) Bangli Buleleng Karangasem Klungkung Total RTK 7 / Gunung Batur Bukit Payang RTK 8 / Gunung 1.406, Abang Agung RTK 9 / Gunung Seraya RTK 20 / Penulisan ,25 Kintamani RTK 22 / Nusa Lembongan RTK 23 / Bunutan RTK 24 / Bukit Gumang RTK 25 / Bukit Pawon RTK 26 / Kondangdia RTK 27 / Tanjung Bakung RTK 28 / Suana RTK 29 / Sakti Grand Total Sumber : Dinas Kehutanan Prov Bali 2009 Di Kabupaten Karangasem terdapat lebih dari separuh (62 %) kawasaan hutan yang dikelola KPH Bali Timur dan di Kab. Bangli sebesar 26 %, sedangkan sisanya 10 % terdapat di Kab. Buleleng dan Klungkung. Pembagian wilayah administrasi tersebut terdapat dalam gambar 2.1. II 1

2 Klungkung 3% Bangli 26 % Bangli 27% Karangasem 62 % 63% Buleleng 7 % Gambar 2.1 Prosentase Pembagian KPH Bali Timur Berdasarkan Kabupaten Aspek pemerintahan yang berpengaruh terhadap pengelolaan KPH Bali Timur tidak dapat dilepaskan dari karakteristik dari Provinsi Bali itu sendiri, dimana Bali merupakan satu kesatuan ekosistem pulau dalam satu kesatuan wilayah, ekologi, sosial dan budaya. Provinsi Bali mempunyai luas Ha atau 5.636,66 Km2, terdiri dari 1 (satu) pulau besar dan beberapa pulau kecil dalam gugusan kepulauan Nusa Tenggara, yakni P. Bali, P. Nusa Penida, P. Nusa Lembongan, P. Nusa Ceningan, P. Serangan, P. Menjangan, P. Nusa Dua dan lainnya. Secara geografis, wilayah Provinsi Bali terletak pada BT dan LS, dengan batas sebagai berikut : 1). Sebelah utara : Laut Jawa 2). Sebelah Timur : Selat Lombok 3). Sebelah Selatan : Samudra Indonesia 4). Sebelah Barat : Selat Bali Sedangkan secara administrasi pemerintahan, Provinsi Bali terdiri dari 8 (delapan) Kabupaten, yakni Kabupaten Buleleng, Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Bangli, Klungkung dan Karangasem serta 1 (satu) Kota Denpasar dengan 56 Kecamatan dengan 616 Desa dan 79 Kelurahan seperti pada gambar 2.2. II 2

3 Gambar 2.2 Posisi KPH Bali Timur di Provinsi Bali 2.2 Aspek Kawasan Pengelolaan KPH Bali Timur KPH Bali Timur seluas ,69 Ha, didominasi kawasan hutan lindung seluas ,03 Ha dan hutan produksi terbatas seluas 1.086,66 Ha dan meliputi wilayah kabupaten, DAS, kelompok kawasan hutan, RTK, RPH dan fungsi kawasan hutan sebagaimana disajikan pada Tabel 2.2. Dari aspek kawasan lokasi KPH Bali Timur terletak menyebar dalam RTKRTK termasuk beberapa RTK yang berada diluar Pulau Bali yaitu berada di Pulau Nusa Penida dan sekitarnya. Hal tersebut akan berpengaruh dalam pengelolaan KPH itu sendiri dimana posisi dan letak akan menentukan efektifitas dan efisiensi KPH Bali Timur dan akan di review pada bab selanjutnya. Gambaran umum KPH Bali Timur dirangkum dalam Tabel 2.2 berikut ini. II 3

4 Tabel 2.2 Rekapitulasi Wilayah Pengelolaan KPH Bali Timur NO RTK RPH KABUPATEN FUNGSI HUTAN 1 Gunung Batur Bukit Penelokan Bangli Produksi Terbatas Payang (RTK.7) Panjang batas kaw.hutan 44,20 Km (batas alam: 5,60 Km dan batas buatan: 33,60 Km), jumlah pal batas 390 buah. 2 Gunung Abang Agung Penelokan, Rendang, Bangli, Lindung dan (RTK 8) Selat, Karangasem/ Karangasem Produksi Terbatas Manggis, Abang, Kubu, Daya Panjang batas kawasan hutan 322,42 km (batas alam : 9,54 km dan batas buatan : 312,88 km), jumlah pal batas buah. 3 Gunung Seraya (RTK 9) Karangasem/ Manggis Karangasem Lindung Panjang batas kawasan hutan 30,10 km (batas alam : km dan batas buatan : 30,10 km), jumlah pal batas 212 buah. 4 Penulisan Kintamani Tejakula, Kintamani Buleleng, Bangli Lindung dan (RTK 20) Barat, Kintamani Produksi Terbatas Timur Panjang batas kawasan hutan 223,73 km (batas alam : 18,03 km dan batas buatan : 205,70 km), jumlah pal batas buah. 5 Nusa Lembongan (RTK Klungkung/ Nusa Klungkung Lindung 22) Penida Panjang batas kawasan hutan 12,80 km (batas alam : 6,50 km dan batas buatan : 6,30 km), jumlah pal batas 76 buah. 6 Bunutan (RTK 23) Karangasem/ Manggis Karangasem Lindung Panjang batas kawasan hutan 15,28 km (batas alam : km dan batas buatan : 15,28 km), jumlah pal batas 247 buah. 7 Bukit Gumang (RTK 24) Karangasem/ Manggis Karangasem Lindung Panjang batas kawasan hutan 3,80 km (batas alam : km dan batas buatan : 3,80 km), jumlah pal batas 60 buah. 8 Bukit Pawon (RTK 25) Karangsem/ Manggis Karangsem Lindung Panjang batas kawasan hutan 2,40 km (batas alam : km dan batas buatan : 2,40 km), jumlah pal batas 32 buah. 9 Kondangdia (RTK 26) Klungkung/ Nusa Klungkung Lindung Penida Panjang batas kawasan hutan 12,43 km (batas alam : km dan batas buatan : 12,43 km), jumlah pal batas 131 buah. 10 Tanjung Bakung (RTK Klungkung/ Nusa Klungkung Produksi Terbatas 27) Penida Panjang batas kawasan hutan 29,59 km (batas alam : km dan batas buatan : 29,59 km), jumlah pal batas 250 buah. Suana (RTK 28) Klungkung/ Nusa Klungkung Lindung Penida Panjang batas kawasan hutan 31,15 km (batas alam : km dan batas buatan : 31,15 km), jumlah pal batas 280 buah. 11 Sakti (RTK 29) Klungkung/ Nusa Klungkung Lindung Penida Panjang batas kawasan hutan 39,20 km (batas alam : km dan batas buatan : 39,20 km), jumlah pal batas 401 buah. Luas Wilayah ,69 Ha terdiri dari Hutan Lindung ,03 Ha dan Hutan Produksi terbatas 1.086,66 Ha, tersebar di 12 RPH dan 3 kabupaten Sumber :Dinas Kehutanan Prov Bali, 2009 (SK 800/MenhutII/2009) KPH Bali Timur yang tersebar dalam 12 RTK dan 11 RPH didominasi oleh fungsi lindung sedangkan fungsi yang lain digunakan sebagai hutan produksi terbatas. Sebaran luas dan fungsi tiaptiap RTK terdapat dalam Tabel 2.3. Sedangkan prosentasenya yang didominasi II 4

5 oleh fungsi lindung sebesar 95 % dan sisanya sekitar 5 % dari luas KPH Bali Timur diperuntukan sebagai Hutan Produksi Terbatas (HPT) ada dalam Gambar 2.3. Tabel 2.3 Luas dan Sebaran Fungsi KPH Bali Timur per RTK Kelompok Hutan (RTK) Hutan lindung Fungsi Hutan dalam Ha Htn Prod Terbatas Grand Total RTK 7 / Gunung Batur Bukit Payang RTK 8 / Gunung Abang Agung RTK 9 / Gunung Seraya RTK 20 / Penulisan Kintamani RTK 22 / Nusa Lembongan RTK 23 / Bunutan RTK 24 / Bukit Gumang RTK 25 / Bukit Pawon RTK 26 / Kondangdia RTK 27 / Tanjung Bakung RTK 28 / Suana RTK 29 / Sakti Grand Total Sumber : Dinas Kehutanan Prov Bali, 2009 Htn Prod Terbatas 5% Hutan lindung 95% Gambar 2.3 Prosentase Pembagian KPH Bali Tengah Berdasarkan Fungsi Sebaran fungsi dari KPH Bali Timur yang tersebar ke dalam tiaptiap RTK dapat dilihat dalam gambar 2.4. RTK KPH Bali Timur sendiri memiliki luasan yang sangat beragam dimana terdiri dari satu RTK yang dominan yaitu RTK 8 / Gunung Abang Agung dengan luas Ha (lebih dari 60 %) sedangkan sisanya tersebar dalam 11 RTK yang lain. Sedangkan RTK 8 sendiri didominasi oleh fungsi lindung meskipun ada sebagian yang berfungsi sebagai hutan produksi terbatas. KPH Bali Timur juga memiliki RTK RTK yang II 5

6 luasannya sangat kecil dan tidak lebih dari 100 Ha seperti RTK 24, RTK 25, RTK 26 dan RTK 29. Gambar Sebaran Fungsi KPH Bali Timur 2.3 Sejarah Wilayah KPH dan Ijin Pemanfaatan Hutan Pengelolaan hutan di KPH Bali Timur terkait dengan sejarah dan pengelolaan hutan di setiap RTK yang ada. Berikut gambaran pengelolaan hutan pada masingmasing RTK : 1). Kelompok Hutan Gn. BaturBukit Payang (RTK 7) Sejarah penunjukan dan penetapan kelompok hutan ini barsamaan dangan RTK 1 tahun 1927, tetapi pengumuman pemancangan sementara tanggal 9 Agustus 1923 dan pengesahan penetapan batas hutan pada tanggal 30 Juli 1941, dengan panjang batas luar keliling 44,20 Km, luas 2528,00 ha dan fungsi pokok hutan terdiri dari hutan produksi terbatas ( 453,00 Ha) dan Hutan Wisata/Taman Wisata AIam.(2.075,00 Ha). Kelompok hutan Gunung BaturBukit Payang (RTK 7) secara administratif terletak di desa Kintamani (kaldera Penelokan), desa Kedisan, Toya Bungkah, Songan, kec. Kintamani, Bangli, secara pembagian kepemangkuan hutan terletak dl RPH Penelokan. II 6

7 2). Kelompok Hutan Gunung Abang Agung (RTK 8) Sejarah penunjukan bersamaan dengan RTK 1 pada tahun 1927, tetapi pengumuman pemancangan sementara tanggal 31 Juli 1941 dan pengesahan penetapan batas hutan pada tanggal 9 Pebruari 1948, surat penetapan terakhir adalah SK. Menhut N0.28/Kptsll/1990, tanggal 19 Januari 1990, dangan panjang batas keliling 322,42 Km, luas ,01 Ha, dangan fungsi pokok sebagian besar hutan Lindung (14.038,63 ha) dan sebagian kecil hutan produksi terbatas (204,11 Ha) dan Taman Wisata Alam (574,27 Ha). Sebelumnya berdasarkan SK Menteri Pertanian tanggal 25 Oktober 1978 No. 655/Kpts/Um/10/1978 sebagian kelompok hutan AbangAgung seluas 540 ha disekitar Penelokan ditunjuk sebagai hutan wisata cq. Taman Wisata Alam Penelokan. Kemudian sejak keluarnya SK 800/MenhutII/2009 maka kelompok hutan RTK 8 yang dikelola oleh KPH Bali Timur tinggal kawasan hutan yang berfungsi sebagai kawasan hutan lindung. Kelompok hutan Gunung AbangAgung (RTK 8) secara administratif terletak di kec. Rendang, Selat, Bebandem, Karangasem Manggis, Abang dan Kubu, Karangasem, dan di kec. Kintamani, Bangli. Secara kepemangkuan hutan terletak di RPH Rendang, Selat, Manggis, Abang, Kubu, Daya (Karangasem),dan RPH Penelokan (Bangli). Aksesibilitas hutan ini tinggi, banyak lokasi dapat dijangkau dengan roda empat (Suter, Rendang, Besakih, Sebudi, Daya, Juntal). 3). Kelompok Hutan Gunung Seraya (RTK 9) Sejarah penunjukan dan penatapan bersamaan dangan RTK 1 pada tahun 1927, tetapi pengumuman pemancangan sementara tanggal 17 April 1935 dan pengesahan penetapan batas hutan pada tahun 1937, kemudian dilakukan lagi pengukuran dan disahkan pada tanggal 3 Nopambar 1980, dan juga ditunjuk dangan SK Mentari Pertanian No. 821/Kpts/Um/II/82 tanggal 10 Nopember 1982, dangan batas keliling temu gelang 30,10 Km, luas ha dan fungsi pokok hutan Lindung. Kelompok hutan Gunung Seraya (RTK 9) secara administratif terletak di Kec. Abang, Karangasem, secara pembagian kepemangkuan hutan terletak di RPH Abang. Akesibilitas hutan ini cukup mudah dicapai, bisa dengan kandaraan roda empat dari Karangasem menuju desa Tista sampai naik ke pura Penataran Lempuyang, dan masuk menuju pura Telagamas. II 7

8 4). Kelompok Hutan Penulisan Kintamani (RTK 20) Sejarah penunjukan bersamaan dengan RTK 1, kemudian digabung dengan kelompok hutan Kintamani yang diukur difinitif pada tahun 1979/1980. Penetapannya dengan SK.No.821/Kpts/UmII/82 dengan panjang batas keliling 223,73 Km, luas 5.849,25 ha dan terdiri dari fungsi hutan Lindung (5.663,70 Ha) dan hutan produksi terbatas (185,55 Ha). Kelompok hutan PenulisanKintamani (RTK 20) secara administratif terletak di Kab. Bangli (kec. Kintamani) dan Buleleng (kec. Tejakula), secara kepemangkuan hutan terletak di RPH Kintamani Timur dan RPH Tejakula. 5). Kelompok Hutan Nusa Lembongan (RTK 22) Sejarah penunjukan hutan ini berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No.1013/kpts/Wn/12/1981, tanggal 10 Desamber 1981, kemudian ditetapkan bersamaan dengan RTK 20 dan 21, dengan panjang batas 12,80 Km, luas 202 ha, dan fungsinya sabagai hutan lindung. Kelompok hutan Nusa Lembongan (RTK 22) secara administrative terletak di Kec.Nusa Penida / pulau Lembongan, Kabupatan Klungkung. Secara pembagian kepemangkuan hutan terlatak di RPH Klungkung/Nusa Penida. 6). Kelompok Hutan Bunutan (RTK 23) Kelompok hutan Bunutan ini merupakan program perluasan menurut Peta Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK), dangan Sk Penunjukan No.821/KptsUm/II/82 tanggal 10 Nopembar 1982, kemudian disahkan penetapannya dangan Sk No.389/Kpts/II/1988 tanggal 29 Nopembar 1988, dengan panjang batas 15,80 Km, luasnya 126,70 ha, dan fungsi pokok hutannya adalah hutan lindung. Kelompok hutan Bunutan (RTK 23) terdiri dari tiga bagian yaitu Bukit Balang (88,10 Ha), Bukit Pengelengan (37,10 ha) dan Yeh Mesong (3,5 Ha). secara administratif terletak di Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, secara pembagian kepemangkuan hutan terletak di RPH Abang. 7). Kelompok Hutan Bukit Gumang (RTK 24) Sejarah penunjukan dan penetapan kelompok hutan ini karena adanya tukarmenukar kawasan hutan dengan pengelola Bandara Ngurah Rai, hutan Prapat Benoa dikeluarkan 11 hektar, kemudian diganti dengan Kawasan Gumang yang tadinya statusnya tanah nagara bebas (GG). Kawasan ini ditunjuk dengan SK Menteri Kehutanan No.396/Menhut II/1987 tanggal 26 oktober 1987, dan pengesahan Berita II 8

9 acaranya pada tanggal 22 Pebruari Surat penetapannya berdasarkan keputusan No. 136/KptsUm/II/1989 tanggal 23 Maret 1989 dengan panjang batas 3,8 Km, dan luasnya 22,0 Ha. Fungsi pokoknya adalah hutan lindung. Kelompok hutan Bukit Gumang (RTK 24) secara administratif terletak di Kec. Manggis, Karangasem, menurut pembagian administrasi pengalolaan hutan kepemangkuan hutan terletak di RPH Manggis. Kelompok hutan ini mudah dicapai dari poros jalan Klungkung Karangasem, setelah melewati Candidasa menuju bukit Gumang, dari jalan raya ka Selatan hanya berjarak 200 meter. 8). Kelompok Hutan Bukit Pawon (RTK 25) Kawasan hutan ini merupakan program perluasan hutan berdasarkan TGHK, untuk memperluas kawasan hutan di Bali. Penunjukan hutan ini ditetapkan bersamaan dengan kelompok hutan Bunutan (RTK 23), dengan Sk Penunjukan No.821/Kpts Um/II/82 tanggal 10 Nopembar 1982, kemudian pengukuhannya disahkan/ditetapkan dengan SK. No.247/Kpts II/1991 tanggal 6 Mei 1991, dengan panjang batas keliling 2,4 Km, luasnya 35 Ha, dan fungsi pokoknya adalah hutan lindung. Kelompok hutan Bukit Pawon (RTK 25) secara administratif terletak di Kec. Bebandem, Karangasem secara kepemangkuan hutan terletak di RPH Manggis. Lokasinya dicapai dari poros jalan KarangasemBuleleng, kemudian ke desa Pidpid, barjalan kaki berkisar 500 meter. 9). Kelompok Hutan Kondangdia (RTK 26). Sejarah penunjukan dan penetapan kelompok hutan ini sama halnya dangan RTK 25 (Bunutan), dengan Sk Penunjukan No.821/Kpts Um/II/82 tanggal 10 Nopember 1982, kemudian merupakan perluasan hutan TGHK, dan telah disahkan/ditetapkan hasil pengukuhannya dengan SK. No. 535/KptsII/1995, tanggal 5 Oktober 1995, dengan panjang batas Iuar 12,43 Km, dan luasnya 89,50 Ha. serta fungsinya sabagai hutan Lindung. Kelompok hutan Kondangdia (RTK 26) secara administratif terletak di kec. Abang, Karangasem, secara kepemangkuan hutan terletak di RPH Abang. Hutan ini dapat dicapai dangan roda 4, melalui ruas jalan Karangasem Abang Datah. 10). Kelompok Hutan Tanjung Bakung (RTK 27) Sejarah penunjukan kelompok hutan ini sama halnya dangan RTK 25, 27, dengan Sk Penunjukan N0.821/KptsUm/II/82 tanggal 10 Nopember 1982, merupakan perluasan TGHK. Hasil pengukuhannya sudah disahkan/ditetapkan berdasarkan SK. II 9

10 N0.191/KptsII/1993 tanggal 27 Pebruari 1993, dengan panjang batas keliling 29,59 Km, luasnya 244 Ha dan fungsi pokoknya adalah hutan produksi terbatas. Kelompok Hutan Tanjung Bakung (RTK 27) secara administratif terletak di kec. Nusa Penida, Klungkung, secara pembagian kepemangkuan hutan terletak di RPH Klungkung/Nusa Penida. 11). Kelompok Hutan Suana (RTK 28) Sejarah penunjukan dan penetapan kelompok hutan ini ditunjuk berdasarkan Sk. Gubernur Bali No.694 tahun 1992, tanggal 19 Nopember 1992, dan Keputusan Menteri Kehutanan N0. 781/KptsII/1993 tanggal 18 Nopember 1993, telah ditata batas pada tahun 1993 dengan berita acara tanggal 24 Mei 1993, dan telah disahkan tanggal 24 Maret 1994, dengan panjang batas keliling 31,15 Km, luasnya 329,5 Ha terdiri dan 4 lokasi yaitu hutan Suana I di dusun Karangsari dan Jurangaya (103 ha), Suana II di dusun Calagilan (29,3 ha), Suana III di dusun Suana (157,7 ha) dan Suana IV di dusun Karang Gada (39,5 ha). Fungsi pokoknya sebagai hutan Lindung. Kelompok hutan Suana (RTK 28) secara administratif terletak di desa Suana, Kec. Nusa Penida, Klungkung, secara pembagian kepemangkuan hutan terletak di RPH Klungkung. 12). Kelompok Hutan Sakti (RTK 29) Sejarah penunjukan dan penetapan kelompok hutan ini berdasarkan TGHK, penunjukannya berdasarkan SK. N0.78/KptsII/1995 tanggal 8 Pebruari 1995, dangan panjang batas kaliling 39,20 Km, luasnya 273 ha., terdiri dari 3 lokasi, yaitu RTK 29 A, 29 B dan 29 C. dan fungsi pokoknya hutan Lindung. Kelompok hutan Sakti (RTK 29) secara administratif terletak di desa Sakti, kec. Nusa Penida, Klungkung, sedangkan menurut pembagian wilayah administrasi kepemangkuan hutan terletak di RPH Klungkung/Nusa Penida. Sementara dari segi pengelolaan hutan, kawasan hutan KPH Bali Timur terdiri 11 RPH yang sangat bervariasi luasannya. Luas RPH bervariasi dari yang terendah di RPH Kintamani Barat seluas Ha dan terluas di RPH Rendang Ha. Tabel 2.4 dan Gambar 2.5 menunjukan sebaran dan prosentase luasan RPH yang ada di KPH Bali Timur. II 10

11 Tabel 2.4 Sebaran Luasan Kawasan Hutan per RPH di KPH Bali Timur RPH Luas (Ha) Abang Daya Karangasem / Manggis Kintamani Barat Kintamani Timur Klungkung / Nusa Penida Kubu Penelokan Rendang Selat Tejakula Grand Total Sumber. Dinas Kehutanan Prov Bali, 2009 Tejakula 7% Rendang 21% Penelokan 8% Selat 4% Kubu 10% Abang 6% Daya 14% Klungkung / Nusa Penida 5% Karangasem / Manggis 7% Kintamani Barat 3% Kintamani Timur 15% Gambar 2.5 Prosentase Pembagian wilayah perrph KPH Bali Timur II 11

12 Sedangkan posisi dari tiaptiap RPH dalam KPH Bali Timur disajikan dalam Gambar 2.6. Gambar 2.6. RPH di kawasan KPH Bali Timur 2.4 Kondisi Biofisik KPH Bali Timur 1). Daerah Aliran Sungai (DAS) Wilayah KPH Bali Timur berada pada Sub DAS Blingkang Anyar, Oos Jinah, Pangi Ayung, Penida dan Unda. RTK 7 hampir seluruh areal hutan ini, DAS nya mengumpul pada Danau Batur. Di RTK 8 sungai yang mengalir ke Selatan terdiri dari tukad Nyuling, T.Bangke, T.Unda, T.Jinah, dan T. Belok. Sedang yang mengalir ke Utara Tukad Sumbung, T.Daya (Tianyar), T. Tulamben, T. Linggah, T. Nansang, dan T.Klontong. RTK 9 merupakan DAS Tukad Nyuling, T. Bangka, T. Saraya dan T. Base. Hutan di RTK 20 merupakan DAS hulu yang mengalir ke Selatan adalah Tukad Ayung, Tukad Angas, sedangkan yang mengalir ke Utara adalah Tukad Batumeyeh, sedangkan di RTK 23 hutan merupakan DAS Tukad Base, T. Bunut, T. Karat, T. Kosambi, dan T. Dalam. RTK 24 memiliki hutan yang terletak dipinggir pantai sebelah Timur Teluk Labuan Amuk dan RTK 25 merupakan DAS tukad Nyuling dan T. Jangga. Sementara hutan di RTK 26 merupakan DAS tukad Paluh dan T. Klontong dan RTK 28 adalah Tukad Pulagan, T. Jurangaya, T. Angkal, T.CaIagi Landan, T. Jurang Batu, dan T.Calagi yang pada musim kamarau umumnya kering. Demikian juga dengan RTK 29 dimana hutan ini merupakan DAS Tukad Penida yang memiliki mata air, T. II 12

13 Gamat, T. Pikat, sungai ini umumnya kering saat kemarau. Tabel 2.5 menunjukan sebaran DAS ke dalam RTK di KPH Bali Timur. Jika dilihat dari Gambar 2.7 tentang prosentase DAS terlihat dominasi DAS Blingkang Anyar sekitar 88 %. Tabel 2.5 Daerah Aliran Sungai (DAS) di KPH Bali Timur Kelompok Hutan (RTK) Blingkang Anyar Oos Jinah Daerah Aliran Sungai dalam Ha Pangi Ayung Penida Unda Grand Total RTK 7 / Gunung Batur Bukit Payang RTK 8 / Gunung Abang Agung RTK 9 / Gunung Seraya RTK 20 / Penulisan Kintamani ,67 519, RTK 22 / Nusa Lembongan RTK 23 / Bunutan RTK 24 / Bukit Gumang RTK 25 / Bukit Pawon RTK 26 / Kondangdia RTK 27 / Tanjung Bakung RTK 28 / Suana RTK 29 / Sakti Grand Total 5.932, , Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Bali, 2009 Blingkang Anyar 25,82% Unda 67,11% Oos Jinah 0,24% Pangi Ayung 2,26% Penida 4,56% Gambar 2.7. Prosentase Luas DAS di KPH Bali Timur II 13

14 Gambar 2.8. DAS di KPH Bali Timur 2) Morfologi dan Geologi Morfologi pada wilayah KPH Bali Timur sangatlah komplek dan beragam. hampir seluruh karakteristik morfologi Provinsi Bali terdapat di KPH Bali Timur, mulai dari pegunungan vulkanik di Gunung Agung sampai pada perbukitan Karst di Nusa Penida serta morfologi pantai terdapat di KPH Bali Timur. Morfologi pada wilayah Provinsi Bali, tersusun dari bentang alam sebagai berikut : a) Dataran rendah pantai (bentuk lapangan datar dengan ketinggian 0 50 m dpl), antara lain di Tianyar, Kusamba, Amlapura, Rendang, Tejakula sebelah Tengah, jalur sempit pantai Utara sekitar Sampalan, Ped, Toyapakeh, Jungutbatu, Nusa Lembongan. b) Dataran tinggi (bentuk lapangan berombak sampai bergelombang dengan ketinggian m dpl), antara lain di Dawan. c) Daerah perbukitan (bentuk lapangan berbukit kecil sampai berbukit dengan ketinggian m dpl), perbukitan Kintamani sebelah Tengah sampai Kubutambahan, perbukitan di Kubu sebelah Barat dan Rendang sebelah Utara sampai Padang Bai serta bukit bukit lainnya seperti bukit Bisbis. d) Daerah perbukitan dan pegunungan / landform karst (bentuk lapangan berbukit kecil sampai berbukit dengan ketinggian m dpl), antara lain di II 14

15 semenanjung Prapat Agung serta bukit bukit lainnya seperti bukit Jurangaya, Pandan, Gunungsari, Bingin, Sekartaji dan sekitar Desa Tanglad. Pada puncak pegunungan karst ini yang sebelumnya berupa topografi karst (jenjang satu), berkembang menjadi karst plato dengan bekas tebing yang sudah berkembang menjadi lereng dan perbukitan karst, sekaligus menjadi pemisah dengan daerah perbukitan karst jenjang yang lebih rendah (jenjang kedua, dengan ketinggian m dpl), antara lain bukit Padangsari dan bukit lainnya seperti bukit Celagi, perkampungan di Desa Batumadeg, Klumpu, Cemukil. Landform karst dicirikan oleh banyaknya timbulan bukit bukit kecil (gumuk) yang berbentuk kerucut, adanya sungai bawah tanah, lubang larian, lapis, lembah lembah dan gua gua. Fenomena ini, berguna terhadap pembentukan air tanah yang tersimpan dalam celahan, rekahan dan saluran pelarutan. Pada proses pembentukannya, pernah mengalami pengangkatan sekurang kurangnya tiga kali. Bekas pantai lama membentuk lereng terjal (cliff) dan diikuti oleh adanya bekas perataan gelombang (flat form) di bagian bawahnya. Oleh karena batuan penyusunnya adalah batu gamping terumbu, maka proses pelarutannya juga berlangsung sejak terangkatnya batuan ini ke permukaan dan menghasilkan topografi karst. e) Daerah kerucut gunung api (bentuk lapangan bergunung dengan ketinggian m dpl), antara lain pada kaki tubuh dan puncak Gunung Agung dan gunung gunung lainnya seperti Gunung Seraya, Abang, Bratan, Batur, Penulisan, Batukau dan Patas. Tersusunnya bentang alam akibat dari proses volkanisme (membentuk landform volkanik : volkanik lereng tengah, lereng bawah / kaki volkan dan kipas volkan), pelipatan dan pengangkatan (membentuk fisiografi perbukitan), pengangkatan (membentuk landform karst : lereng dan perbukitan karst terkikis, bukit sisa batu gamping terisolasi, doline, uvala, kagelkarst dan lapies) dan denudasional (membentuk landform denudasional : perbukitan sisa, bukit terisolasi, nyaris dataran, lereng kaki, pediment, gawir / lereng terjal, kipas rombakan lereng, lahan rusak dll). Tatanan geologi dari bentukan bentang alam, antara lain ditutupi oleh batuan sedimen dari batuan gunung api tua formasi Ulakan, gunung api Seraya, gunung api muda Agung, gunung api muda Pawon, gunung api muda Batur dan kelompok gunung Batur, formasi Selatan, formasi Prapat Agung, formasi Sorga, formasi Asah, batuan gunung api tua Pulaki dan endapan alluvium dari batuan sediment II 15

16 kuarter. Sedangkan komposisi batuan sedimen antara lain terdiri dari breksi volkanik, lava, tufa, sisipan batuan sedimen gampingan, aglomerat, laharik, ignimbrit, lava andesit basal, batu gamping terumbu, napal, batu pasir gampingan, konglomerat, kerakal, kerikil, pasir, lanau dan lempung yang merupakan endapan dari sungai dan pantai. Struktur geologi KPH Bali Timur dilihat dari struktur regional Bali, struktur geologi regional Bali dimulai dengan adanya kegiatan di lautan selama kala Miosen Bawah yang menghasilkan batuan lava bantal dan breksi yang disisipi oleh batu gamping. Di bagian selatan terjadi pengendapan oleh batu gamping yang kemudian membentuk Formasi Selatan. Di jalur yang berbatasan dengan tepi utaranya terjadi pengendapan sedimen yang lebih halus. Pada akhir kala Pliosen, seluruh daerah pengendapan itu muncul di atas permukaan laut. Bersamaan dengan pengangkatan, terjadi pergeseran yang menyebabkan berbagai bagian tersesarkan satu terhadap yang lainnya. Umumnya sesar ini terbenam oleh bahan batuan organik atau endapan yang lebih muda. Selama kala Pliosen, di lautan sebelah utara terjadi endapan berupa bahan yang berasal dari endapan yang kemudian menghasilkan Formasi Asah. Di barat laut sebagian dari batuan muncul ke atas permukaan laut. Sementara ini semakin ke barat pengendapan batuan karbonat lebih dominan. Seluruh jalur itu pada akhir Pliosen terangkat dan tersesarkan. Kegiatan gunung api lebih banyak terjadi di daratan, yang menghasilkan gunung api dari barat ke timur. Seiring dengan terjadinya dua kaldera, yaitu mulamula kaldera BuyanBratan dan kemudian kaldera Batur, Pulau Bali masih mengalami gerakan yang menyebabkan pengangkatan di bagian utara. 3) Tanah Jenis tanah pada wilayah Provinsi Bali, tersusun dari proses pelapukan bahan induk dengan sebaran dominan berupa Latosol (46,05 %), selebihnya secara berurutan adalah Regosol (32,35 %), Alluvial (7,53 %), Mediteran (6,55 %), Asosiasi Latosol dan Litosol (4,21 %) serta Andosol (3,30 %), dengan penyebaran sebagai berikut : a. Latosol, tersebar memanjang dari bagian Utara (Buleleng) ke bagian Tengah (Pupuan) ke bagian Timur (Bangli, Klungkung dan Karangasem) ke bagian Selatan (Badung dan Denpasar) hingga ke bagian Barat (Tabanan sampai Gilimanuk di Jembrana). II 16

17 b. Regosol, tersebar memanjang dari bagian Utara (Buleleng), ke bagian Tengah (Petang, Badung dan Denpasar) ke bagian Barat (Tabanan dan Jembrana) hingga ke bagian Timur (Gianyar, Bangli, Klungkung dan Karangasem). c. Alluvial, tersebar pada daerah dataran rendah dan muara sungai di Jembrana, Buleleng, Karangasem, Bangli, Badung dan Denpasar. d. Mediteran, tersebar di Nusa Penida Klungkung, Bukit Jimbaran di Badung, Prapat Agung di Buleleng, Jembrana dan Karangasem. e. Asosiasi Latosol dan Litosol, tersebar di dataran rendah Jembrana dan Buleleng. f. Andosol, tersebar di dataran rendah Badung, Tabanan dan Buleleng. Secara khusus di KPH Bali Timur memiliki karakteristik jenis tanah sebagai berikut. RTK 7, RTK 8, RTK 20 memiliki jenis tanah Regosol yang sangat peka terhadap erosi sedangkan RTK 9 jenis tanahnya Latosol dan Lithosol. RTK 22 memiliki jenis tanah mediteran, sedangkan RTK 23 jenis tanahnya terdiri dari Regosol kekuningan yang juga peka terhadap erosi. RTK 24 dengan jenis tanahnya gray Brown aluvial dan gray Regosol yang peka terhadap erosi dan RTK 25 dan RTK 26 jenis tanahnya regosol kelabu, regosol coklat yang sifatnya sangat peka terhadap erosi. Jenis tanah di RTK 27 terdiri dari jenis tanah Regosol kelabu, Andosol dan latosol, sedangkan di RTK 28 dan RTK 29 jenis tanahnya Mediteranian, dangan permukaan tanah berupa batu kapur/gamping, dengan lapisan tanah yang sangat tipis. Sebaran lokasi jenis tanah di Provinsi Bali disajikan dari Gambar 2. 9 yang bersumber dari Dinas Kehutanan Prov. Bali dan Balai Perbenihan Tanaman Hutan Bali dan Nusa Tenggara. Gambar 2.9. Jenis Tanah di Prov. Bali II 17

18 4).Topografi Secara umum keadaan topografi wilayah Provinsi Bali cukup komplek, dengan kelas kelerengan : datar (35,08 %), landai (10,93 %), agak curam (18,96 %), curam (15,17 %) sampai sangat curam (19,86 %) dan secara topografi, terletak pada ketinggian antara m di atas permukaan air laut. Bentuk wilayah berbukit dan bergunung mendominasi Provinsi Bali, dengan deretan memanjang dari Barat ke arah Timur dan puncak tertinggi adalah Gunung Agung (3.142 m dpl), sedangkan pada bagian Selatan berupa dataran yang landai sampai datar dan pada bagian Utara yang sejajar garis pantai terdapat dataran rendah pantai dengan luasan sempit. Citra SRTM (Shuttle Radar for Topographic Mission) memberikan kenampakan tiga dimensi dari wilayah KPH Bali Timur. Kelas kelerengan di KPH Bali Timur yang diturunkan dari citra SRTM memberikan kelas lereng yang beragam mulai dari landai dengan kelas lereng landai (0 8 %) sampai dengan kelas lereng terjal (>40 %) seperti pada Gambar 2.10 Gambar Keadaan Topografi KPH Bali Timur. Topografinya datar sampai cukup berat, ketinggiannya dari m sampai puncak tertinggi Gunung Batur (1.717 m) DPL. Kelerangannya dari 0 sampai lebih dari 45 %. Bukit Payang tingginya (1360 m), Bukit Sampaan Wani (1165 m), dan bukit Dalam (1073 m) terdapat di RTK 7. RTK 8 topografinya pada lereng Barat yang menghadap Danau Batur, cukup berat mencapai lebih dari 100 %, namun dibeberapa lokasi II 18

19 seperti di T Rendang datar sampai bergelombang, dan menuju puncak Gunung Agung sangat curam, ketinggiannya dari 600 m sampai puncak Gunung Agung 3142 m DPL. Topografi RTK 9 sangat barat/sangat curam, dengan kelas lereng 15 % sampai lebih dari 45 %. ketinggiannya dari 100 m sampai puncak Gunung Saraya m DPL. Selain itu juga ada bukit Bisbis (1.058 m), dan Gunung Nampu (820 m). Di RTK 20 topografinya bervariasi mulai datar di bagian atas, berbentuk sadel, kemudian hampir 90 % curam sampai sangat curam. Lereng Selatan dan Utara ketinggiannya dari 100 m sampai puncak Gunung Panulisan (1745 m) DPL. Di RTK 22 topografinya datar merupakan habitat mangrove yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. RTK 23 topografinya landai sampai sangat barat/sangat curam (550%), merupakan bukit gundul/sangat kritis. Ketinggiannya dari 200 m sampai 600 m DPL. RTK 24 topografinya untuk lereng Utara landai, daerah pegunungan yang bergelombang, namun lereng Selatan sangat curam yang menghadap ke Laut. Ketinggiannya 80 meter sampai puncak Bukit Gumang 299 m DPL. RTK 25 topografinya bergelombang ringan, kelas lerang 015%, dengan ketinggian tempat berkisar antara m DPL. Bentuk wilayah di RTK 26 bergelombang sampai berbukit, kelas A lerengnya 825 % dengan ketinggian antara 300 meter sampai puncak Bukit Kondangdia setinggi 575 meter DPL. Topografi hutan RTK 27 merupakan daerah perbukitan dangan kelerengan datar sampai landai, kelas lereng (0 15) %, ketinggiannya mulai dari 0 sampai bukit tertinggi adalah Bukit Bingin (436), disamping itu juga terdapat bukit Sakartaji (322 m) dan bukit Calagi (219 m) DPL. Topografi RTK 28 datar sampai berbukit, dengan kelas lereng (8 25 )%. Ketinggian mulai dari 0 sampai puncak tertinggi Bukit Jurangaya (505 m), bukit lainnya Bukit Pandan (354 m), Bukit Gunungsari (329 ha), Bukit Padangsei (242 m) dan Bukit Celagi (219 m) DPL, sementara RTK 29 topografinya landai sampai curam (815%) ketinggiannya dari 200 sampai 250 meter m DPL. 5). Iklim dan Curah Hujan Curah hujan setahun rerata pada wilayah Provinsi Bali antara mm / tahun, dengan curah hujan tertinggi berada di Baturiti Tabanan dan terendah berada di Grokgak Buleleng, Kubu dan Seraya Karangasem. Bulan kering berkisar antara 5 9 bulan, sedangkan musim hujan terjadi antara bulan Nopember sampai Maret. Sifat hujan suatu musim ditetapkan berdasarkan persentase nilai perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama musim berlangsung (musim hujan atau kemarau) dengan curah hujan rata rata atau normalnya sifat hujan. Mengingat sifat II 19

20 hujan pada wilayah Provinsi Bali mempunyai jumlah nilai kurang 85 %, % dan lebih 115 %, maka secara rerata termasuk dalam katagori di bawah normal normal lebih dari normal, dengan besaran rendah sedang (kurang 1.500,0 lebih 2.500,0 mm / tahun) dan tipe iklim B F (Smith dan Ferguson). Tipe iklim RTK RTK yang berada di daerah selatan di Nusa Penida menurut klasifikasi Schimdth dan Ferguson mempunyai tipe E, musim hujan sangat pendek. Semetara yang berda di daerah utara di dekat Gunung Agung seperti RTK 8 memiliki tipe iklim bervariasi C, D dan E dengan curah hujan yang lebih banyak dari pada di daerah Selatan. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap penutupan vegetasi damn kondisi flora dan fauna tiap RTK. 6). Potensi tegakan dan flora/fauna Kawasan hutan lindung dan hutan produksi di wilayah KPH Bali Timur, sebagian berupa lahan kritis akibat dari berbagai sebab, antara lain perencekan, pencurian kayu, kebakaran hutan, perambahan untuk penanaman tanaman pisang, tanaman semusim, rumput gajah, galian C dan lainnya. Keadaan lahan sangat kritis dan kritis dalam kawasan hutan masingmasing 3933 Ha dan 6793 Ha antara lain dapat dilihat RPH Rendang, Kintamani Timur, Penelokan, Daya, Kubu dan di beberapa lokasi lain. Lahan kritis selengkapnya pada KPH Bali Timur disajikan pada Tabel 2.6 Tabel 2.6 Lahan Kritis di Dalam Kawasan Hutan KPH Bali Timur Tahun 2004 No. Kabupaten/ RPH No. RT K Luas Hutan (Ha) Kawasan Lindung dalam Kawasan Hutan Tingkat Kekritisan (Ha) Kawasan Hutan dalam Kawasan Budidaya Tingkat Kekritisan (Ha) Jumlah (Ha) I II III IV Jml I II III IV Jml Karangasem Rendang Selat Karangasem /Mangis A B 1 C 1 2 Abang Kubu , , ,14 446,56 22,00 35,00 495,62 664,44 126,70 89, , , , , , ,14 446,56 22,00 35,00 495,62 664,44 126,70 89, , , ,14 446,56 22,00 35,00 495,62 664,44 126,70 89, , ,90 Daya Jumlah , Buleleng Tejakula , Jumlah , Bangli Kintamani Barat ,50 613, , II 20

21 3 Kintamani Timur Penelokan , D 1 Jumlah 6.079, Klungkung Ns Penida , , , , , Jumlah 1.048, ,50 Jumlah 26239, ,96 Keterangan : I : Sangat Kritis, II: Kritis, III : Agak Kritis IV : Potensial Kritis RTK 5 Munduk pengajaran masuk KPH Bali tengah, TWA di Penelokan Luasnya 2075,00 Ha Kondisi vegetasi di daerah utara KPH Bali Timur seperti di RTK 8 memiliki karakteristik flora dan fauna tertentu. Sebagai akibat dari meletusnya Gunung Agung pada tanggai 18 Pebruari 1963 ditambah meletusnya Gunung Batur pada tanggal 5 September 1963, maka banyak vegetasi dalam kawasan ini menjadi musnah baik hutan tua maupun tanaman seluas ha yang terdiri dari Tusam/Pinus, Ampupu, Puspa (Shima noronhae) dan Sonokeling. Tanaman Puspa dan Ampupu sudah bisa merehabilitasi kembali dengan permudaan alamnya yang menggembirakan, beberapa tahun sesudah terjadinya bencana. Tanaman yang ada sekarang seluas 4298, 21 ha terdiri dari jenis jenis seperti diatas. Vegetasi hutan tua yang terdapat dilereng Gunung Agung dan di jurangjurang terdiri dari seming, tengsek (Dodonia viscosa), keduduk, belantih, alangalang (Imperata cylindrica), tembelekan, dan tekik (Albizzia leuophloea). Pada ketinggian lebih dari 2000 m DPL terdapat hutan cemara geseng. Pada ketinggian di atas 2500 m tidak ada tumbuhan sama sekali. Di bagian utara kelompok hutan ini iklimnya relatif sangat kering vegetasinya jarang terdiri dari hutan musim dengan geiagah (Saccharum spontanium) dan semak belukar. Sebagian dari kelompok hutan ini terdiri dari lahan kosong bekas aliran lahar dan timbunan effata. Satwa yang dijumpai jenis kijang, ayam hutan, trengiling, babi hutan, landak, puyuh, enang, kera dan tekukur. Dengan kondisi vegetasi semacam ini sangat sulit bagi penduduk disekitar kelompok hutan untuk memproleh air, terutama di musim kemarau. Tanahnya muda dan sangat kaya akan mineral mineral tetapi masih cerai berai. Tanahnya sangat labil/goyang, sehingga terbentuk jurang jurang sampai berpuluhpuiuh meter dalamnya. Sedangkan di daerah Selatan di Pulau Nusa Penida seperti di RTK 28 dan 29, potensi vegetasinya sangat jarang yang didominasi rumput, semak dan belukar, ditemukan jenis tanaman juwet manting, gamal, bakul (Ziziphus cucuba), santan, II 21

22 kesambi, kepuh (Sterculia poatida) dengan penyebaran yang sangat jarang. Sedangkan satwa yang ditemukan adalah ayam hutan, burung tekukur dan kera. Sementara di RTK 22 terdapat hutan mangrove. 2.5 Sosial Budaya masyarakat di dalam dan Sekitar Hutan 1. Sistem dan struktur Masyarakat Masyarakat di sekitar kawasan KPH Bali timur memiliki system dan struktur masyarakat yang homogen. Hal tersebut dapat dilihat dari kesamaan etnis yaitu etnis Bali yang beragama Hindu. Bahasa yang digunakan seharihari adalah bahsasa Bali yang dalam pelaksanaannya mengenal tiga tingkatan pemakaian bahasa, yaitu halus, lumrah (madya) dan bahasa bali kasar. Pada masa sekarang bahasa Bali halus digunakan secara resmi oleh hamper semua golongan dalam pergaulan di daerah Bali. Sistem garis keturunan dan hubungan kekerabatan penduduk masyarakat di sekitar hutan masih berpegang pada pinsip patrilineal (purusa) yang sangat dipengaruhi oleh sistem keluarga luar patrilineal yang mereka sebut dadia. Penduduk disekitar kawasan hutan terbagi dalam pelapisan sosial yang dipengaruhi oleh sistem nilai, utama, madya dan nista. Kasta utama atau tertinggi adalah golongan Brahmana, kasta madya adalah golongan Ksatrya, dan kasta nista adalah golongan Waisya. Selain itu masih ada golongan yang dianggap paling rendah atau tidak berkasta yaitu golongan Sudra, sering juga disebut jaba wangsa (tidak berkasta). Dari kekuatan sosial kekerabatannya dapat pula dibedakan atas klen pande, pasek, bujangga dan sebagainya. Kehidupan sosial budaya seharihari penduduk di sekitar hutan hampir semuanya dipengaruhi oleh keyakinan/kepercayaan kepada agama Hindu yang mereka anut, oleh karena itu adat istiadat dan kebudayaan penduduk tidak dapat dilepas dari pengaruh sistem religi agama Hindu. Tata kehidupan masyarakat disekitar /di dalam hutan umumnya terbagi menjadi 2 yaitu :sistem kekerabatan dan sistem kemasyarakatan. Sistem kekerabatan terbentuk menurut adat yang berlaku, dan dipengaruhioleh adanya klen klen keluarga, seperti kelompok kekerabatan disebut dadia (keturunan), pekurenan yaitu kelompok kekerabatan yang terbentuk sebagai akibat adanya perkawinan dari anak anak yang berasal dari suatu keluarga inti. Sistem kemasyarakatan merupakan satu kesatuan social yang didasarkan atas kesatuan wilayah/territorial administrasi (perbekelan/kelurahan) yang pada umumnya II 22

23 terpecah lagi menjadi kesatuan social yang lebih kecil yaitu banjar dan territorial adat yang mengatur halhal yang bersifat keagamaan, adat dan masyarakat lainnya. Dari system kemasyarakatan yang ada tersebut maka warga desa dapat masuk menjadi dua keanggotaan warga desa ataupun satu keanggotaan, yaitu system pemerintahan desa dinas sebagai wilayah administrative dan atau desa pakraman yang kehidupan masyarakat setempat terdapat banyak kelompokkelompok adat. 2. Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Kondisi soaial ekonomi masyarakat di sekitar/dalam kawasan dapat dilihat dari tingkat pendidikan masyarakatnya, hal tersebut dapat dilihat dari adanya kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anaknya hingga ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, bahkan sudah ada yang melanjutkan hingga perguruan tinggi. Selain kesadaran dari masyarakat, sarana dan prasarana pendidikan yang memadai juga menjadi factor keberhasilan dari pendidikan. Bidang pendidikan, dan kesehatan masyarakat di sekitar/dalam kawasan juga sudah baik, hal tersebut dapat dilihat dari sarana dan prasarana yang dimiliki cukup memadai dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Masyarakat di sekitar/dalam kawasan pada umumnya sudah memahami tentang pelestarian kawasan hutan bahkan terdapat kebijakan bahwa penduduk desa dilarang menguasai/menyerobot kawasan hutan, menebang pohon bahkan mengambil kayu dari kawasan hutan, hal ini sudah disiratkan dalam awigawig desa. Masyarakat yang menetap di sekitar kawasan hutan masih memanfaatkan kawasan hutan. Dilihat dari interaksinya dengan hutan, kondisi desa hutan dapat dikelompokkan menjadi desa enklave dan desa bukan enklave tetapi berbatasan langsung dengan kawasan hutan negara. Jumlah desa enklave di KPH Bali Timur ada 59 buah dengan luas desa total adalah 1.617,77 ha. Desa enklave tersebut terletak di tengahtengah kawasan hutan dan berbatasan langsung dengan hutan terutama di RPH Kintamani Timur, Kintamani Barat, Klungkung/Nusa Penida, Panelokan, dan Rendang. Desa tersebut terletak di tiga kabupaten, yaitu Bangli, Klungkung, dan Karangasem. Berdasarkan wilayah administrasi, jumlah desa yang berada di sekitar KPH Bali Timur sebanyak 59 desa. Proyeksi ke depan perlu data sosial ekonami dan budaya masyarakat yang berbatasan dengan kawasan hutan Bali Timur. II 23

24 Masyarakat Bali yang mayoritas pemeluk agama Hindu dikenal sangat menjaga dan menghormati hutan yang dibuktikan dengan banyaknya tempat ibadah Pura yang didirikan di dalam hutan. DI KPH Bali Timur, terdapat beberapa pura dengan berbagai statusnya yang didirikan di dalam kawasan hutan dan dimasukan sebagai enklave. Jumlah pura seluruhnya adalah 60 buah dengan luas total mencapai 63,93 ha yang tersebar di tiga RTK dan 9 RPH. Pura tersebut terbagi menjadi status Dang Kahyangan (3 pura), Sad Kahyangan (11 pura), dan Kahyangan Jagat (7 pura), kahyangan desa 914 pura), Dadia (19 pura), Tri Kahyangan (1 pura). Tabel.2.7 Jumlah Desa Enklave di KPH Bali Timur RPH Kabupaten/kecamatan Jumlah Luas (ha) Kintamani Timur Kintamani Barat Bangli/Kintamani Bangli/Kintamani Bangli/Kintamani ,50 62,21 363,23 Penelokan Nusa Penida Abang Karangasem Manggis Klungkung/Klungkung Karangasem/Abang Karangasem/Bebandem Karangasem/Selat Karangasem/Rendang ,60 7,99 2,41 16,00 526,82 Selat Rendang Jumlah ,77 II 24

25 2.6 Aspek Pemanfaatan dan Pembangunan Kehutanan Ijinijin Pemanfaatan Hutan Sampai saat ini ijinijin pemanfaatan hutan masih belum ada, tetapi untuk ke depan direncanakan akan dilakukan penataan pemanfaatan hutan dan akan dilakukan pengajuan ijinijinnya, seperti ijin pemanfaatan hutan desa, sebagian sudah ada yang dalam proses perijinannya IjinIjin Penggunaan Kawasan Hutan Ijinijin penggunaan kawasan hutan untuk pembangunan di luar kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan di dalam kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung. Di wilayah KPH Bali Timur ijinijin penggunaan kawasan hutan berjumlah 9 (Sembilan) meliputi : 1 (satu) pengguna di klompok hutan Gunung Batur Bukit Payang (RTK 7), 5 (lima) pengguna di klompok hutan Gunung Abang Agung (RTK8), dan 3(tiga) pengguna di klompok hutan Penulisan Kintamani (RTK 20). Adapun jenis ijin penggunaanya adalah sebagai berikut: a. Pengguna Bupati Bangli, pengembangan jalan KedisanToya Bungkah di hutan taman wisata alam seluas 2,01 ha dengan persetujuan Dirjen Kehutanan No. 3820/07/I/1978,tanggal 18 Desember Perjanjian pinjam pakai, tanpa nomor dan berlaku dari tanggal s/d b. Pengguna Bupati Bangli, peruntukan Pasar Seni Penelokan lokasinya hutan taman wisata alam seluas 0,04 ha dengan persetujuan prinsip Dirjen Kehutanan No. 4293/DJ/I/1980 tanggal 10 Desember Perjanjian pinjam pakai No.22/TGH 132/1981, berlaku dari tanggal s/d Persetujuan perpanjangan pinjam pakai oleh Kakanwil Dephut Prop. Bali No. 1347/Kwl5/1996, tanggal 25 September c. Pengguna PT. Adi Murti, untuk Galian Golongan C di hutan lindung Kabupaten Karangasem seluas pm ha, persetujuan prinsip Menteri Kehutanan No. 177/MenhutII/1996, tanggal 12 Februari 1996, perjanjian pinjam pakai No. 1284/Kwl5/1996 dan No. A.3/336/AM/IX/1996, berlaku dari tanggal s/d dengan jaminan Garansi Bank. d. Pengguna Dirjen Vulkanologi, untuk Pos Pengamatan Gunung Api, hutan taman wisata alam Kabupaten Bangli seluas pm ha, Surat persetujuan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam No.731/DJ/VI/Prog/1986, tanggal 30 Mei II 25

26 e. Pengguna Dinas Pariwisata Daerah (Diparda) Kabupaten Bangli, untuk tempat parkir Penelokan, hutan taman wisata alam Kabupaten Bangli seluas pm ha, Surat Bupati Bangli No. 661/282/Bappeda, tanggal 30 Juli f. Pengguna Pemerintah Propinsi Bali dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli, peruntukan Musium Gunung Api Batur, di hutan taman wisata alam Kabupaten Bangli seluas 1,09 ha, Perjanjian Kerja sama antara Dirjen Geologi Sumber Daya Mineral dengan Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli No. 323/07.00/DJG/2004 dengan No. 432.I/1184/Sekret dan No. 323/1059/Umum, tanggal 10 Pebruari g. Pengguna PT. PLN Wilayah XI Denpasar, untuk Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) 20 KV, di Hutan Lindung Kabupaten Bangli,seluas 1,03 ha, persetujuan prinsip Menteri Kehutanan, No. 382/MenhutVI/1991, 14 Maret Perjanjian pinjam pakai No. 702/Kwl5/1992/M, berlaku dari tanggal s/d h. Pengguna PT. Telkom (Kantor Daerah Telekomonikasi Bali di Denpasar), untuk Station Repeater UHF, di Hutan Lindung Kabupaten Bangli seluas 0,14 ha, Surat Kakanwil Kehutanan Provinsi Bali No. 1777/Kwl5/1996, tanggal 12 Desember Perjanjian pinjam pakai No. 2641/Kwl5/2000 dan No. Tel.105/HK. 810/Re/DPR.06//2000 berlaku dari tahun 2000 s/d i. Pengguna Direktorat Jendral Cipta Karya, untuk Bronkaptering Bak Pengumpul dan Sumur Bor Air Bersih, di Hutan Lindung Kabupaten Bangli seluas 0,0115 ha, Persetujuan prinsip Direktur Jenderal Kehutanan No.572/DJ/I/1977, tanggal 7 Maret 1977, Perjanjian pinjam pakai No. 8/TGH.132/1980 berlaku dari tanggal s/d Tata Batas Kawasan Seluruh kawasan hutan di Wilayah KPH Bali Timur telah di tata batas dan sebagaimana disajikan pada Tabel 2.8. dikukuhkan II 26

27 Tabel 2.8 : Tata Batas dan Pengukuhan Kawasan Hutan di KPH Bali Timur No. Rincian Tata Batas dan Pengukuhan Penulisan Kintamani / 20 a. Kabupaten Buleleng dan Bangli b. Fungsi Hutan a. Hutan lindung b. Hutan produksi terbatas c. TWA c. Luas (Ha.) 5.663,70 185,55 574,27 d. Panjang Batas Luar Kawasan Hutan (Km.) e. Jumlah Pal Batas (Buah) f. Batas Fungsi (Km.) g. Tahun Anggaran Tata Batas h. Tanggal Berita Acara Tata Batas i. Tanggal Pengesahan Tata Batas j. No. Penetapan Tata Batas k. Tgl. Penetapan Tata Batas l. Jumlah Buku Tata Batas (Buah) a. 1988/1989 Lks : Pm Luas : 26,60 Ha. (Perluasan) BL : Pm BF : Pm Gunung Abang Agung / 8 Bangli dan Karangasem a. Hutan lindung b. Hutan produksi terbatas ,63 204,11 Kelompok Kawasan Hutan / RTK Gunung Batur Bukit Nusa Lembongan / 22 Tanjung Bakung / 27 Suana / 28 Sakti / 29 Gunung Seraya / 9 Bunutan / 23 Bukuit Gumang / 24 Bukit Pawon /25 Kondangdia / 26 Payang / 7 Bangli Karangasem Karangasem Karangasem Karangasem Karangasem Klungkung Klungkung Klungkung Klungkung a. Hutan produksi terbatas b. TWA 453, ,00 a. Hutan lindung b. Hutan lindung c. Hutan lindung d. Hutan lindung e. Hutan lindung Hutan lindung Hutan produksi terbatas Hutan lindung Hutan lindung 1.111,00 126,70 22,00 35,00 89,50 202,00 244,00 329,50 273,00 223,73 322,42 44,20 30,72 15,28 3,80 2,40 12,43 12,80 29,59 31,15 39, ,68 28,80 1. Pm a. Pm a. 1989/1990 Lks : Pm Perluasan Luas : 0,32 Ha. BL : Pm BF : Pm b. 1992/1993 Lks : Pm perluasan Luas : 51,00Ha. BL : 5,10 Km BF : Pm c. 1978/1979 a. Pm a. Pm a. Pm b c a a. Pm a. Pm a. Pm b c b. 611/KptsII/90 a. Pm a. Pm a. Pm b. 355/KptsII/94 c. Pm b a. Pm a. Pm a. Pm b c. Pm b. 2 a. Pm a. Pm b. c. 1 d. 6 a. 1 a. Pm a. Pm b. c. 7 m. Jumlah Peta Tata Batas (Lembar) n. File Tata Batas a. 142,014 a. Pm a. Pm b. c d a Lks : Pm Luas : 44,05 Ha. BL : 44,05 km BF : Pm /1980 Lks : Pm Luas : 202,00 Ha. BL : 11,80 km BF : Pm /1992 Lks : Pm Luas : 244,00 Ha. BL : 29,59 km BF : Pm /1993 Lks : Pm Luas : 329,50 Ha. BL : 30,828 km BF : Pm a. 1979/1980 Lks : Pm Luas : 202,00 Ha. BL : 11,80 km BF : Pm a. 1791/1992 Lks : Pm Luas : 244,00 Ha. BL : 29,59 km BF : Pm a. 1992/1993 Lks : Pm Luas : 329,50 Ha. BL : 30,828 km BF : Pm a. 1993/199 4 Lks : Pm Luas : 273,0 0 Ha. BL : 39,20 km BF : Pm a. 1 a. 02 a. 2 a a a a b a. Pm a. Pm a a a a a a b. 8 a. Pm a. Pm 1. 7 a. Pm a. 191/KptsII/93 a. 759/Kpts II/96 a. 49/Kpts II/96 c. 1 a. Pm a a. Pm a a a a. Pm a. 4 a. 1 1 a. 4 a. 1 b. 1 a. 1 a. Pm a. 1 a. 1 1 a. 1 a. 1 b. 1 a. 1 a. Pm a a a a b a II 27

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG UPT KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN BALI TIMUR TAHUN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG UPT KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN BALI TIMUR TAHUN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG UPT KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN BALI TIMUR TAHUN 2014 2023 Disusun Oleh, KEPALA UPT KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN BALI TIMUR Ir.

Lebih terperinci

ANDA HARUS TAU!!!!!!!!!! Tentang Kawasan Hutan di Provinsi Bali

ANDA HARUS TAU!!!!!!!!!! Tentang Kawasan Hutan di Provinsi Bali ANDA HARUS TAU!!!!!!!!!! Tentang Kawasan Hutan di Provinsi Bali HUTAN ALAM PENGERTIAN HUTAN Satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam

Lebih terperinci

GEOMORFOLOGI BALI DAN NUSA TENGGARA

GEOMORFOLOGI BALI DAN NUSA TENGGARA GEOMORFOLOGI BALI DAN NUSA TENGGARA PULAU BALI 1. Letak Geografis, Batas Administrasi, dan Luas Wilayah Secara geografis Provinsi Bali terletak pada 8 3'40" - 8 50'48" Lintang Selatan dan 114 25'53" -

Lebih terperinci

II. KEADAAN UMUM PROVINSI BALI

II. KEADAAN UMUM PROVINSI BALI II. KEADAAN UMUM PROVINSI BALI 2.1. Letak dan Luas Provinsi Bali terdiri dari 1 (satu) pulau besar yaitu Pulau Bali dan beberapa pulau kecil seperti Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik Bali Dalam Angka Denpasar

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik Bali Dalam Angka Denpasar DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2015. Bali Dalam Angka 2015. Denpasar Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VIII Denpasar 2015, Sejarah/Kronologi Kawasan Hutan Provinsi Bali s/d Tahun 2015. Denpasar

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus Secara geografis wilayah Kabupaten Tanggamus terletak pada posisi 104 0 18 105 0 12 Bujur Timur dan

Lebih terperinci

IV. ANALISIS DAN PROYEKSI

IV. ANALISIS DAN PROYEKSI IV. ANALISIS DAN PROYEKSI Analisis dan Proyeksi dimaksud adalah menjelaskan analisis situasi pengelolaan hutan di wilayah KPH Bali Timur yang mencakup aspek manajemen pengelolaan KPH Bali Timur, yang meliputi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

KONDISI W I L A Y A H

KONDISI W I L A Y A H KONDISI W I L A Y A H A. Letak Geografis Barito Utara adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Kalimantan Tengah, berada di pedalaman Kalimantan dan terletak di daerah khatulistiwa yaitu pada posisi 4 o

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki

Lebih terperinci

BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR

BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR Perencanaan dan perancangan bangunan gedung pertunjukan musik rock sangat dipengaruhi dengan lokasi bangunan tersebut berada. Bangunan penunjang rekreasi

Lebih terperinci

BENTUK LAHAN (LANDFORM) MAYOR DAN MINOR

BENTUK LAHAN (LANDFORM) MAYOR DAN MINOR BENTUK LAHAN (LANDFORM) MAYOR DAN MINOR BENTUK LAHAN MAYOR BENTUK LAHAN MINOR KETERANGAN STRUKTURAL Blok Sesar Gawir Sesar (Fault Scarp) Gawir Garis Sesar (Fault Line Scarp) Pegunungan Antiklinal Perbukitan

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Berdasarkan pengamatan awal, daerah penelitian secara umum dicirikan oleh perbedaan tinggi dan ralief yang tercermin dalam kerapatan dan bentuk penyebaran kontur pada

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH

GAMBARAN UMUM WILAYAH 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH 3.1. Batas Administrasi dan Luas Wilayah Kabupaten Sumba Tengah merupakan pemekaran dari Kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dibentuk berdasarkan UU no.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB III TINJAUAN LOKASI BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Gambaran Umum Kota Surakarta 3.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah Kota Surakarta secara geografis terletak antara 110 o 45 15 dan 110 o 45 35 Bujur Timur dan antara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mangrove. Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan

I. PENDAHULUAN. mangrove. Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 15 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi Kabupaten Lebak secara geografis terletak antara 6º18'-7º00' Lintang Selatan dan 105º25'-106º30' Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha atau 3.044,72 km².

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 23 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Tabalong merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Tanjung yang mempunyai

Lebih terperinci

DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN PROPINSI BALI

DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN PROPINSI BALI DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN PROPINSI BALI KATA PENGANTAR Booklet Data dan Informasi Propinsi Bali disusun dengan maksud untuk memberikan gambaran secara singkat mengenai keadaan Kehutanan di Propinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320 28 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Kepulauan Krakatau terletak di Selat Sunda, yaitu antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Luas daratannya sekitar 3.090 ha terdiri dari Pulau Sertung

Lebih terperinci

2 KONDISI UMUM 2.1 Letak dan Luas 2.2 Kondisi Fisik Geologi dan Tanah

2 KONDISI UMUM 2.1 Letak dan Luas 2.2 Kondisi Fisik Geologi dan Tanah 2 KONDISI UMUM 2.1 Letak dan Luas Taman Nasional Manupeu Tanahdaru (TNMT) secara geografi terletak di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur pada 119º27-119º55 BT dan 09º29`-09º54` LS sedangkan secara administratif

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK i UCAPAN TERIMA KASIH ii DAFTAR ISI iii DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR TABEL viii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 2 1.3 Tujuan Penelitian 3 1.4 Manfaat

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi CV. Jayabaya Batu Persada secara administratif terletak pada koordinat 106 O 0 51,73 BT dan -6 O 45 57,74 LS di Desa Sukatani Malingping Utara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium BALAI BESAR KERAMIK Jalan Jendral A. Yani 392 Bandung. Conto yang digunakan adalah tanah liat (lempung) yang berasal dari Desa Siluman

Lebih terperinci

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH Asmoro Widagdo*, Sachrul Iswahyudi, Rachmad Setijadi, Gentur Waluyo Teknik Geologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Profil Perusahaan PT. Cipta Kridatama didirikan 8 April 1997 sebagai pengembangan dari jasa penyewaan dan penggunaan alat berat PT. Trakindo Utama. Industri tambang Indonesia yang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG BAB 3 GEOLOGI SEMARANG 3.1 Geomorfologi Daerah Semarang bagian utara, dekat pantai, didominasi oleh dataran aluvial pantai yang tersebar dengan arah barat timur dengan ketinggian antara 1 hingga 5 meter.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 6 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Penelitian Secara administrasi, lokasi penelitian berada di Kecamata Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh. Sebelah utara Sebelah selatan Sebelah timur Sebelah

Lebih terperinci

Grup Perbukitan (H), dan Pergunungan (M)

Grup Perbukitan (H), dan Pergunungan (M) Grup Perbukitan (H), dan Pergunungan (M) Volkan (V) Grup volkan yang menyebar dari dat sampai daerah tinggi dengan tut bahan aktivitas volkanik terdiri kerucut, dataran dan plato, kaki perbukitan dan pegunungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yaitu : Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Penelitian Secara geografis, kabupaten Ngada terletak di antara 120 48 36 BT - 121 11 7 BT dan 8 20 32 LS - 8 57 25 LS. Dengan batas wilayah Utara adalah Laut Flores,

Lebih terperinci

Geographycal Situation. KEADAAN GEOGRAFIS Geographycal Situation

Geographycal Situation. KEADAAN GEOGRAFIS Geographycal Situation Geographycal Situation KEADAAN GEOGRAFIS Geographycal Situation Geographycal Situation 1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Klungkung merupakan Kabupaten yang luasnya terkecil kedua setelah Kodya Denpasar

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Letak dan Batas Letak suatu wilayah adalah lokasi atau posisi suatu tempat yang terdapat di permukaan bumi. Letak suatu wilayah merupakan faktor yang sangat

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH Bab ini akan memberikan gambaran wilayah studi yang diambil yaitu meliputi batas wilayah DAS Ciliwung Bagian Hulu, kondisi fisik DAS, keadaan sosial dan ekonomi penduduk, serta

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 37 IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Pengelolaan Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang merupakan kawasan hutan produksi yang telah ditetapkan sejak tahun

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI BAB I KONDISI FISIK A. GEOGRAFI Kabupaten Lombok Tengah dengan Kota Praya sebagai pusat pemerintahannya merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara

Lebih terperinci

GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA

GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA SURANTA Penyelidik Bumi Madya, pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Wilayah

Lebih terperinci

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta, BAB II Geomorfologi II.1 Fisiografi Fisiografi Jawa Barat telah dilakukan penelitian oleh Van Bemmelen sehingga dapat dikelompokkan menjadi 6 zona yang berarah barat-timur (van Bemmelen, 1949 op.cit Martodjojo,

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 27 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Ratah Timber merupakan salah satu perusahaan swasta nasional yang memperoleh kepercayaan dari pemerintah untuk mengelola

Lebih terperinci

DAERAH RAWAN BENCANA ANGIN KENCANG DI BALI. Oleh. Komang Arthawa Lila, MS

DAERAH RAWAN BENCANA ANGIN KENCANG DI BALI. Oleh. Komang Arthawa Lila, MS DAERAH RAWAN BENCANA ANGIN KENCANG DI BALI Oleh Ir. Komang Arthawa Lila, MS JURUSAN ARSITEKTUR PERTAMANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 RINGKASAN Secara geografis daerah Bali memang bukan

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB BENTUK MUKA BUMI. Gambar 8.1 Salah satu contoh peta topografi untuk penggambaran relief permukaan bumi.

BAB BENTUK MUKA BUMI. Gambar 8.1 Salah satu contoh peta topografi untuk penggambaran relief permukaan bumi. Bab 8 Peta Tentang Pola dan Bentuk Muka Bumi 149 BAB 8 PETA TENTANG POLA DAN BENTUK MUKA BUMI Sumber: Encarta Encyclopedia, 2006 Gambar 8.1 Salah satu contoh peta topografi untuk penggambaran relief permukaan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Bentuk dan Pola Umum Morfologi Daerah Penelitian Bentuk bentang alam daerah penelitian berdasarkan pengamatan awal tekstur berupa perbedaan tinggi dan relief yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Kesampaian Daerah Daerah penelitian secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kampung Seibanbam II, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan.

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Kota Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta 4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Secara geografis DI. Yogyakarta terletak antara 7º 30' - 8º 15' lintang selatan dan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Umum 4.1.1. Letak Geografis dan Batas Administrasi Kota Jambi sebagai pusat wilayah dan Ibukota Provinsi Jambi, secara geografis terletak pada koordinat 01 32 45

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kawasan Tahura WAR mencakup luas areal ,31 ha secara geografis

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kawasan Tahura WAR mencakup luas areal ,31 ha secara geografis 19 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Administrasi Kawasan Tahura WAR mencakup luas areal 22.249,31 ha secara geografis terletak diantara 105⁰ 02 42,01 s/d 105⁰ 13 42,09 BT dan

Lebih terperinci

Perancangan Perkuatan Longsoran Badan Jalan Pada Ruas Jalan Sumedang-Cijelag KM Menggunakan Tiang Bor Anna Apriliana

Perancangan Perkuatan Longsoran Badan Jalan Pada Ruas Jalan Sumedang-Cijelag KM Menggunakan Tiang Bor Anna Apriliana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan sebagai prasarana transportasi darat harus selalu dalam kondisi yang baik, hal ini adalah untuk kelancaran lalu lintas yang berada diatasnya, namun pada kenyataannya

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Deskripsi umum lokasi penelitian 3.1.1 Perairan Pantai Lovina Kawasan Lovina merupakan kawasan wisata pantai yang berada di Kabupaten Buleleng, Bali dengan daya tarik

Lebih terperinci

III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALI

III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALI III. HUTAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALI Povinsi Bali merupakan pulau yang relatif kecil dan mempunyai sebaran topografi dari dataran rendah sampai dataran tinggi serta memiliki keanekaragaman hayati (flora

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Kota Bandung dan 119 km

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 3 Peta Lokasi Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran.

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 3 Peta Lokasi Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran. 25 BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran (KST) terletak di Sub DAS Kali Madiun Hulu. Secara geografis Sub-sub DAS KST berada di antara 7º 48 14,1 8º 05 04,3 LS

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Berdasarkan bentuk topografi dan morfologi daerah penelitian maka diperlukan analisa geomorfologi sehingga dapat diketahui bagaimana

Lebih terperinci

Buku Informasi Peta Kekeringan dengan Metode SPI 1

Buku Informasi Peta Kekeringan dengan Metode SPI 1 Buku Informasi Peta Kekeringan dengan Metode SPI 1 PENGERTIAN Standardized Precipitation Index (SPI) adalah indeks yang digunakan untuk menentukan penyimpangan curah hujan terhadap normalnya, dalam suatu

Lebih terperinci

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / BAB III GEOLOGI DAERAH PERBUKITAN RUMU 3.1 Geomorfologi Perbukitan Rumu Bentang alam yang terbentuk pada saat ini merupakan hasil dari pengaruh struktur, proses dan tahapan yang terjadi pada suatu daerah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Fisik Wilayah 1. Letak dan Luas Kelurahan Sumber Agung secara Administratif masuk dalam Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung. Letak Kelurahan Sumber

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Pemanfaatan Hutan Areal konsesi hutan PT. Salaki Summa Sejahtera merupakan areal bekas tebangan dari PT. Tjirebon Agung yang berdasarkan SK IUPHHK Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan lebih lanjut ketentuan Bab IV Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN

Lebih terperinci

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Daerah penelitian berada pada kuasa HPH milik PT. Aya Yayang Indonesia Indonesia, yang luasnya

Lebih terperinci

Cakupan bahasan. A. Status B. Progres C. Permasalahan

Cakupan bahasan. A. Status B. Progres C. Permasalahan KHDTK Carita Cakupan bahasan A. Status B. Progres C. Permasalahan status Landasan hukum : SK. Menhut No. 290/Kpts-II/2003 tanggal 26 Agustus 2003 Lokasi : Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Propinsi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 26 III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Lokasi kawasan Gunung Endut secara administratif terletak pada wilayah Kecamatan Lebakgedong, Kecamatan Sajira, Kecamatan Sobang dan Kecamatan Muncang,

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Regional Daerah penelitian berada di Pulau Jawa bagian barat yang secara fisiografi menurut hasil penelitian van Bemmelen (1949), dibagi menjadi enam zona fisiografi

Lebih terperinci

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro BAB III DATA LOKASI 3.1 Data Makro 3.1.1 Data Kawasan wilayah Kabupaten Sleman yaitu : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang (Provinsi Jawa Tengah) Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten

Lebih terperinci

Buku Informasi Peta Kekeringan dengan Metode SPI 1

Buku Informasi Peta Kekeringan dengan Metode SPI 1 Buku Informasi Peta Kekeringan dengan Metode SPI 1 KATA PENGANTAR Buku Informasi Peta Kekeringan dengan Metode SPI Bulan Oktober 2015 memuat informasi hasil analisis: Tingkat Kekeringan tiga bulanan (Juli

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 21 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Umum Fisik Wilayah Geomorfologi Wilayah pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar daratannya terdiri dari dataran aluvial yang terbentuk karena banyaknya sungai

Lebih terperinci

Buku Informasi Peta Kekeringan dengan Metode SPI 1

Buku Informasi Peta Kekeringan dengan Metode SPI 1 Buku Informasi Peta Kekeringan dengan Metode SPI 1 KATA PENGANTAR Buku Informasi Peta Kekeringan dengan Metode SPI Bulan November 2015 memuat informasi hasil analisis: Tingkat Kekeringan tiga bulanan (Agustus

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 118 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 118 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 118 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN RINCIAN TUGAS POKOK UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. km dari pusat pemerintahan kecamatan. Desa Talang Mulya mempunyai luas 654

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. km dari pusat pemerintahan kecamatan. Desa Talang Mulya mempunyai luas 654 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Demografi Desa 1. Letak dan Luas wilayah Desa Talang Mulya merupakan salah satu desa pemekaran dari Desa Hurun Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran yang terletak

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili Secara administratif pemerintah, areal kerja IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili dibagi menjadi dua blok, yaitu di kelompok Hutan Sungai Serawai

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH

KARAKTERISTIK WILAYAH III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Karakteristik Wilayah Studi 1. Letak Geografis Kecamatan Playen terletak pada posisi astronomi antara 7 o.53.00-8 o.00.00 Lintang Selatan dan 110 o.26.30-110 o.35.30 Bujur

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon KONDISI UMUM LOKASI Gambaran Umum Kabupaten Cirebon Letak Administrasi Kabupaten Cirebon Kabupaten Cirebon merupakan salah satu wilayah yang terletak di bagian timur Propinsi Jawa Barat. Selain itu, Kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG 101 GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG Wilayah Pegunungan Kendeng merupakan bagian dari Kabupaten Pati dengan kondisi umum yang tidak terpisahkan dari kondisi Kabupaten Pati. Kondisi wilayah Pegunungan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Karakteristik Biofisik 4.1.1 Letak Geografis Lokasi penelitian terdiri dari Kecamatan Ciawi, Megamendung, dan Cisarua, Kabupaten Bogor yang terletak antara 6⁰37 10

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 33 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kepulauan Seribu Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah Utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta. Pulau Paling utara,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Daerah Penelitian Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara geografis, daerah penelitian terletak dalam selang koordinat: 6.26-6.81

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 GEOGRAFIS Jawa bagian barat secara geografis terletak diantara 105 0 00-108 0 65 BT dan 5 0 50 8 0 00 LS dengan batas-batas wilayahnya sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU 75 GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu propinsi yang masih memiliki tutupan hutan yang baik dan kaya akan sumberdaya air serta memiliki banyak sungai. Untuk kemudahan dalam

Lebih terperinci