Bab I. Pendahuluan. Pertumbuhan penduduk yang terus mengalami peningkatan serta tidak
|
|
- Yanti Sumadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang terus mengalami peningkatan serta tidak diimbangi oleh lapangan pekerjaan yang memadai membuat angka pengangguran di Indonesia terus mengalami peningkatan. Angka pengangguran yang tinggi ini memicu adanya angka kriminalitas yang tinggi pula, hal ini dikarenakan tiap individu harus memenuhi kebutuhan hidupnya. Ketidakmampuan ekonomi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya membuat banyak individu menggunakan berbagai macam cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sekalipun dengan cara yang bertentangan dengan norma sosial, norma agama, maupun peraturan perundangundangan diatasnya. Masalah kriminalitas juga sering disandingkan dengan masalah kemiskinan, kepadatan penduduk, urban sosial, dan lain sebagainya. Data grafik dibawah ini akan menjelaskan tingkat kriminalitas di Indonesia: angka kriminalitas Gambar 1.1 Grafik Angka Kriminalitas Indonesia Tahun ( Sumber : Data diolah dari BPS ) Pada tahun 2005 angka kejahatan mencapai , tahun 2006 angka kejahatan mencapai , 2007 angka kejahatan mencapai , tahun 2008 angka kejahatan mencapai , tahun2009 angka kejahatan mencapai , tahun 1
2 2010 angka kejahatan mencapai , tahun 2011 angka kejahatan mencapai , tahun 2012 angka kejahatan mencapai , dan ditahun 2013 angka kejahatan mencapai Dari grafik diatas, diketahui bahwa angka kriminalitas di Indonesia tiap tahun terus mengalami peningkatan. Angka penurunan kriminalitas yang ada tidak terlalu signifikan, sehingga dapat dikatakan jika kriminalitas di Indonesia masih cukup tinggi. Salah satu kegiatan yang identik dengan kriminalitas adalah premanisme karena biasanya tindakannya identik dengan kekerasan. Kelompok preman merupakan komunitas yang memiliki power yang kuat dibanding komunitas lainnya. Fenomena premanisme di Indonesia mulai berkembang ketika perekonomian yang dihadapi oleh banyak individu semakin sulit, sehingga pemenuhan kebutuhan tidak dapat dipenuhi. Perilaku premanisme ini merupakan salah satu bentuk dari sikap mental masyarakat yang kurang siap dalam menghadapi segala perubahan yang terjadi di lingkungannya. Suhartono 1 menceritakan tentang sepak terjang para preman atau yang biasa disebut dengan bandit yang seringkali melakukan perampokan dan kerusuhan di Pulau Jawa sebagai salah satu upaya perlawanan atas kemiskinan dan ketidak adilan yang dialami masyarakat petani pedesaan kepada tuan tanah dan kolonial Belanda dengan setting sejarah penjajahan Belanda di Indonesia. Premanisme pada kala itu lebih mengarah kepada aksi peningkatan pajak tanah kepada masyarakat petani, perebutan hak milik tanah, dan pemalakan hasil bumi. Namun hal tersebut berbeda dengan keadaan saat ini, yaitu pelaku premanisme melakukan aksinya hampir keseluruh kegiatan masyarakat yang terdapat celah terhadap adanya serangan premanisme. Biasanya tindak kejahatan premanisme banyak terdapat di 1 Suhartono, 1993, Bandit-Bandit Pedesaan Jawa, Studi Historis , Yogyakarta: Aditya Media 2
3 wilayah perkotaan. Hal ini dikarenakan banyak masyarakat yang berasumsi bahwa kota adalah tempat yang menyediakan banyak lapangan pekerjaan sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup, namun pada kenyataannya yaitu kompleksitas kehidupan di kota justru memicu banyak persoalan. Perubahan nasib yang diharapkan oleh banyak individu itu tidak dapat dipenuhi ketika daya dukung kota kurang memadai sehingga harapan mereka tidak dapat terwujud, sehingga terjadi peningkatan angka pengangguran di kota dan hal inilah yang menimbulkan aksi premanisme. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh preman di tiap daerah secara tidak langsung menujukan adanya pengambil alihan kekuasaan yang dilakukan oleh individu ataupun sekelompok orang tanpa mendapatkan banyak perlawanan dari masyarakat, karena banyak masyarakat yang takut ataupun merasa terancam oleh pelaku premanisme. Kasus-kasus premanisme yang tidak terungkap secara tidak langsung mengartikan adanya peran negara yang kurang terhadap aksi yang dilakukan oleh pelaku premanisme, karena ketika peran negara berkurang maka aksi premanisme akan semakin liar. Kasus-kasus premanisme semakin meningkat serta terorganisir memberikan konsekuensi kepada aparat serta pihak terkait bahwa aparat harus ekstra keras, tegas, dan tanggap dalam memberantas dan mengungkapkan sisi kejahatan yang terjadi. Kesuksesan pembangunan yang digalakan di setiap negara sangat tergantung pada besar kecilnya hambatan dari kriminalitas. Secara normatif seharusnya pihak aparat keamanan bisa menindak secara tegas keberadaan kelompok preman karena menimbulkan keresahan dan merupakan tindakan melawan hukum. Penegakan hukum harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku juga berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 3
4 Republik Indonesia tahun Demi terciptanya tujuan dan cita-cita bangsa sebagaimana yang dirumuskan dalam UUD 1945 alinea ke empat yaitu membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Setiap perilaku individu dalam bermasyarakat telah ada dibuat dalam suatu ketentuan aturan perundangan-undangan untuk membuat kehidupan yang aman dan nyaman dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Perbuatan dan tindakan kejahatan-kejahatan premanisme diatur dalam KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana). Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan beberapa peraturan perundang-undangan tentang tindakan premanisme, diantaranya yaitu pencurian dengan ancaman kekerasan (pasal 365 KUHP), melakukan tindak kekerasan terhadap orang atau barang di muka umum (pasal 170 KUHP), bahkan juga sampai melakukan pembunuhan (pasal 338 KUHP) ataupun pembunuhan berencana (pasal 340 KUHP), perilaku mabuk dimuka umum (pasal 492 KUHP) yang tentunya dapat mengganggu ketertiban umum serta menimbulkan keresahan dimasyarakat. Hukuman yang diberikan kepada pelaku premanisme disesuaikan dengan tindakan kriminalitas yang dilakukan oleh preman tersebut. Pada pelaksanaanya aplikasi peraturan tersebut masih belum maksimal. Hal ini disebabkan bukti fisik dari kegiatan premanisme tidak terlihat secara kasat mata, melainkan lebih pada menekan psikologis korban, salah satunya berupa ancaman. 4
5 Aparat pemerintahan punya wewenang penting dalam menangani kasus premanisme yang mengganggu keamanan dan ketertiban lingkungan serta sangat meresahkan masyarakat, karena hal itu sudah menjadi tanggung jawab bagi kebijakan publik secara umum. Upaya pemerintah yang sangat serius dalam memberantas premanisme telah dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah propinsi maupun pemerintah kabupaten/kota. Salah satu daerah yang terbukti serius untuk menangani kasus premanisme adalah Kabupaten Wonosobo. Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu daerah yang dahulunya cukup dikenal dengan daerah yang rawan tindakan kriminalitas yang dilakukan oleh preman. Berdasarkan riset dari KPPOD, posisi keamanan di kabupaten Wonosobo dalam hal penanganan konflik sosial pada tahun 2004 menduduki peringkat 400 se-indonesia. Kondisi Kabupaten Wonosobo sebelum tahun 2010 tercermin dalam beberapa kasus, yaitu kebakaran hebat menghanguskan pasar induk Wonosobo, pencuri dibakar, pencopetan, mabuk liar, masih banyak perkelahian, pertikaian antar kampung, pemalakan, toko tutup lebih awal, penjambretan, penodongan, begal, angka kriminalitas masih tinggi, dan bentuk kejahatan lainnya. Berikut ini akan disajikan data mengenai angka kriminalitas di Kabupaten Wonosobo sejak tahun yang digolongkan kedalam beberapa kasus kejahatan yaitu pembunuhan, penganiayaan berat, penganiayaan ringan, pencurian berat, pencurian dengan kekerasan, pencurian kendaraan bermotor, pencurian biasa, penipuan, penggelapan, kebakaran, narkotika, pemalsuan uang, pemalsuan surat atau materi, perkosaan, perjudian, pengrusakan, pengroyokan, perbuatan cabul, pemerasan. 5
6 Gambar 1.2 Grafik Banyaknya Kasus Kejahatan Dirinci Tiap Tahun di Kabupaten Wonosobo ( ) (Sumber: data diolah dari BPS Kabupaten Wonosobo ) Data grafik menunjukan angka kriminalitas di Kabupaten Wonosobo pada tahun mengalami penurunan, walaupun ditahun-tahun sebelumnya fluktuatif. Daerah-daerah di Kabupaten Wonosobo yang rawan akan kegiatan premanisme hampir merata ditiap daerahnya. Namun, daerah kotalah yang paling rawan dengan kegiatan premanisme. Untuk mempermudah pengklasifikasian daerah-daerah yang rawan premanisme di Kabupaten Wonosobo, Polres Wonosobo membaginya kedalam beberapa kategori. Daerah-daerah rawan tindakan premanisme di Kabupaten Wonosobo dibedakan kedalam 3 kategori, yaitu daerah sangat rawan, daerah rawan, dan daerah aman, sebagai berikut: Tabel 1.1 Pemetaan Daerah Rawan Premanisme di Kabupaten Wonosobo Daerah Sangat Rawan Daerah Rawan Daerah Aman KecamatanWonosobo Kecamatan Kepil Kecamatan Selomerto kota: Kalianget, Mojotengah, Kejiwan Kecamatan Kertek: Kecamatan Sapuran Kecamatan Garung Binangun Kecamatan Kecamatan Kaliwiro Watumalang Kecamatan Kejajar Kecamatan Sukoharjo Kecamatan Leksono Sumber: Polres Wonosobo,
7 Keseriusan pemerintah Kabupaten Wonosobo dalam upaya menangani masalah premanisme salah satunya melalui program besar Kabupaten Wonosobo, yaitu Human Right Cities. Human Right Cities sebagai identitas Kabupaten Wonosobo adalah sebuah paradigma yang mengajarkan manusia satu dengan yang lain saling menghormati dan mengakui, serta tidak saling mengintimidasi. Usaha lain yang dilakukan untuk meminimalisasi kegiatan premanisme di Kabupaten Wonosobo juga dilakukan oleh kepolisian Kabupaten Wonosobo yaitu dengan membentuk Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) dalam rangka meningkatkan keamanan dan ketertiban di lingkungan masyarakat. Reformasi birokrasi di lingkungan pemerintahan Wonosobo untuk menekan angka kriminalitas serta meminimalisasi adanya premanisme juga dilakukan dengan melibatkan preman untuk menjaga keamanan dalam kegiatan keagamaan. 2 Tidak cukup TNI dan petugas kepolisian yang menjaga keamanan, Bupati Wonosobo periode , H. Abdul Kholiq Arif mengerahkan preman untuk menjaga ketertiban antar umat beragama di daerahnya, serta pendekatan kemanusiaan berbasis ekonomi. Dalam hal ini, Pemerintah kabupaten berusaha merangkul preman yakni dengan memberi tanggung jawab, baik di desa-desa maupun di komunitasnya. Pemangku kepentingan yang terlibat dalam menangani permasalahan premanisme bukan hanya berasal dari pemangku kepentingan formal saja (pemerintah), melainkan juga pemangku kepentingan non-formal ( swasta dan civil society). Semua aktor tersebut bersikeras untuk mengubah kondisi preman agar dapat menjalankan fungsi sosial ekonomi yang positif. Para pemangku 2 diakses pada tanggal 10 april
8 kepentingan tersebut saling bersinergi sehingga membentuk koordinasi yang terintegrasi untuk menangani kasus premanisme di Kabupaten Wonosobo. Selain itu, peran aktif dan dukungan masyarakat juga dibutuhkan agar kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dalam menangani masalah premanisme ini dapat berjalan optimal, sehingga angka kriminalitas dapat ditekan serendah-rendahnya. Strategi pemerintah Kabupaten Wonosobo telah berhasil merubah paradigma masyarakat Wonosobo tentang kondisi keamanan dari keadaan yang kurang kondusif, kini telah berubah menjadi lebih aman dan jauh dari unsur negatif premanisme. Pada tahun 2007 KPPOD menjadikan Kabupaten Wonosobo teraman peringkat ke-8 di Indonesia. Kemudian, di Jawa Tengah, Wonosobo mendapat predikat kabupaten teraman dan merupakan salah satu kabupaten yang berhasil dalam menangani konflik. 3 Gambar 1.3 Grafik Peringkat 10 Posisi Teratas dan 10 Posisi Terbawah Sub Indeks Keamanan dan Resolusi Konflik (sumber: Tata Kelola Ekonomi Daerah 2007) 3 diakses pada tanggal 10 april
9 Selain peningkatan peringkat posisi keamanan, pada tahun 2014 tidak ada demonstrasi yang anarkistis di Wonosobo, hal tersebut dikemukan oleh kasubbag Bantuan Hukum dan HAM Bagian Hukum Setda Wonosobo yaitu Ratna Anggraini. Kondisi daerah Wonosobo yang aman dan jauh dari unsur premanisme dan konflik sosial di daerah memberikan dampak positif pada beberapa sektor, diantaranya yaitu sektor pariwisata dan sektor investasi bisnis perekonomian. Dalam sektor pariwisata ini terjadi peningkatan kunjungan wisatawan yang akan disajikan dalam grafik dibawah ini: pengunjung Gambar 1.4 Grafik Pengunjung Wisata Kabupaten Wonosobo (sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo) Grafik diatas menggambarkan jumlah wisatawan yang mengunjungi Kabupaten Wonosobo mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2006 terjadi jumlah pengunjung sebanyak , pada tahun 2007 jumlah pengunjung sebanyak atau dalam kata lain terjadi angka peningkatan sebesar 33,38 persen dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2008 jumlah pengunjung sebanyak atau meningkat sebesar 6,62 persen dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2009 jumlah wisatawan sebesar atau meningkat sebesar 21,01 persen. Pada tahun 2010 jumlah pengunjung sebesar atau terjadi peningkatan 9
10 sebesar 5,19 persen. Pada tahun 2011 jumlah pengunjung sebesar atau terjadi peningkatan sebesar 5,56 persen. Pada tahun 2012 jumlah pengunjung sebanyak atau naik sebesar 42,23 persen dan pada tahun 2013 jumlah pengunjung sebanyak atau terjadi peningkatan sebesar 17,12 persen. Sedangkan pada sektor investasi bisnis perekonomian terjadi banyak peningkatan kegiatan bisnis ekonomi yang dilakukan oleh para investor yang menanamkan sahamnya di Kabupaten Wonosobo. Peningkatan jumlah investor yang menanamkan modal di Kabupaten Wonosobo terlihat dari peningkatan jumlah usaha yang ada di Kabupaten Wonosobo. Hal ini nantinya akan berdampak pada peningkatan pendapatan daerah, sedangkan di sektor pariwasata terjadi peningkatan jumlah pengunjung wisatawan yang berwisata di objek pariwasata yang berada di sekitar Daerah Wonosobo. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, maka penelitan ini akan membahas tentang Analisis Peran dan Tahapan yang Dilakukan Pemangku kepentingan Dalam Pemberdayan Premanisme Di Kabupaten Wonosobo. Pengertian tentang premanisme yang begitu makro, membuat penelitian ini berfokus pada preman jalanan yang kegiatannya sangat meresahkan di lingkungan masyarakat. Label preman dalam penelitian ini didasarkan atas kejahatan yang dilakukan oleh para individu atau kelompok yang sering mengganggu keamanan, ketertiban, ketentraman di lingkungan masyarakat, yang aksinya dapat memicu adanya korban. Contoh kegiatan yang dilakukan yaitu mabuk, mencuri, menjambret, penodongan, dan lain sebagainya. Penelitian ini juga dilakukan dengan pelacakan sejarah di tiga daerah yang terkenal sebagai daerah rawan premanisme yaitu Kejiwan, Kalianget, dan Binangun mengenai 10
11 perkembangan premanisme di Kabupaten Wonosobo hingga terjadi angka penurunan terhadap premanisme, karena sejak reformasi birokrasi yang dijalankan oleh Bupati Kholik Arif pada masa pemerintahan tahun 2005 sampai saat ini eksistensi Preman di Kabupaten Wonosobo mengalami penurunan. 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang yang telah disampaikan diketahui bahwa peran antar pemangku kepentingan dalam melakukan pemberantasan kegiatan premanisme di Kabupaten Wonosobo memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap keamanan dan ketertiban di Kabupaten Wonosobo saat ini. Perubahanperubahan yang terjadi di Kabupaten Wonosobo telah menjadikan Wonosobo sebagai Kabupaten teraman dan berhasil dalam menangani konflik yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Untuk bisa mencapai predikat tersebut, peran-peran yang dimiliki oleh masing-masing pemangku kepentingan serta interaksi yang terjadi dalam tahapan pemberdayaan terhadap premanisme sangat menentukan adanya suatu keberhasilan yang terjadi. Keberhasilan yang dilakukan oleh para pemangku kepentingan dalam menangani kasus premanisme di Kabupaten Wonosobo membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini. Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah: - Bagaimana peran dan tahapan yang dilakukan pemangku kepentingan dalam melakukan pemberdayaan terhadap pelaku premanisme sebagai langkah meningkatkan keamanan dan ketertiban di lingkungan masyarakat Kabupaten Wonosobo? 11
12 1.3 Tujuan Penelitian Penulisan penelitian ini bertujuan untuk: - Mendeskripsikan peran dan tahapan pemangku kepentingan dalam melakukan pemberdayaan terhadap premanisme di Kabupaten Wonosobo, disertai dengan deskripsi program kegiatan yang dilakukan tiap pemangku kepentingan yang terlibat. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang dilakukan terhadap seluruh rangkaian kegiatan penelitian danhasil penelitian adalah sebagai berikut: Manfaat untuk pemerintah a Hasil penelitian ini dapat dijadikan pemerintah sebagai rujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja pemerintah daerah Wonosobo dalam memberdayakan preman di seluruh daerah di Kabupaten Wonosobo terutama pada daerah yang dikategorikan sebagai daerah rawan. b Penelitian ini dapat dijadikan rujukan baru bagi pengembangan ilmu pemerintahan khususnya dalam bidang peningkatan keaman dan ketertiban di daerahnya masing-masing. c Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi para pemangku kepentingan dalam membuat suatu kebijakan, mengimplementasikan, mengembangkan, dan mengevaluasi kebijakan yang diterapkan di pemerintahan. d Penelitian ini dapat dijadikan contoh bagi pemerintah daerah lain untuk meniru strategi inovasi baru yang berhasil diterapkan oleh pemerintah 12
13 daerah Wonosobo dalam rangka meminimalisasi kegiatan premanisme di Kabupaten Wonosobo Manfaat untuk masyarakat a Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk melakukan kajian terhadap kinerja aparatur pemerintahan khususnya dalam hal meningkatkan keamanan dan ketertiban di Kabupaten Wonosobo. b Penelitian yang dilakukan dapat digunakan untuk mengetahui segala upaya yang dilakukan oleh pemerintah maupun aktor yang terlibat dalam meminimalisasi kegiatan premanisme di Kabupaten Wonosobo guna meningkatkan keamanan dan ketertiban di lingkungan masyarakat Kabupaten Wonosobo Manfaat untuk peneliti Seluruh tahapan proses penelitian serta hasil penelitian yang dilakukan dapat memperluas wawasan mengenai keadaan Kabupaten Wonosobo pada masa lampau, keberagaman karakter masyarakat, serta menambah pengetahuan empirik mengenai penerapan fungsi ilmu pemerintahan. 13
BAB I PENDAHULUAN. masalah yang dihadapi bangsa Indonesia pada saat ini. Kemiskinan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman sekarang ini membawa pengaruh besar pada negara Indonesia, hal ini berdampak pada perkembangan perilaku dalam masyarakat. Persoalan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengertian yang berbeda. Dimana secara yuridis-formal, kejahatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara yuridis formal dan sosiologi istilah kriminal atau kejahatan mempunyai pengertian yang berbeda. Dimana secara yuridis-formal, kejahatan adalah bentuk
Lebih terperinciPeningkatan Keamanan dan Ketertiban serta Penanggulangan Kriminalitas
XIX Peningkatan Keamanan dan Ketertiban serta Penanggulangan Kriminalitas Keamanan dan ketertiban merupakan prasyarat mutlak bagi kenyamanan hidup penduduk, sekaligus menjadi landasan utama bagi pembangunan
Lebih terperinciSikap Dan Tindakan Kepolisian Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Premanisme Yang Terjadi Di Masyarakat. Oleh : Suzanalisa
Sikap Dan Tindakan Kepolisian Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Premanisme Yang Terjadi Di Masyarakat Oleh : Suzanalisa ABSTRAK Tindak pidana kekerasan premanisme yang sangat lekat dengan pelanggaran hukum
Lebih terperinciBUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penegakan hukum dan ketertiban merupakan syarat mutlak dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penegakan hukum dan ketertiban merupakan syarat mutlak dalam upaya menciptakan kehidupan bangsa Indonesia yang aman, damai dan sejahtera. Tanpa adanya penegakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara perlu adanya kerjasama yang baik antara pemerintah dan rakyat. Peran dan partisipasi rakyat sangat besar peranannya
Lebih terperinciBUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA LAKSANA UNIT PELAKSANA TEKNIS KEPENDUDUKAN, KELUARGA BERENCANA, PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena korupsi yang terjadi di Indonesia selalu menjadi persoalan yang hangat untuk dibicarakan. Salah satu hal yang selalu menjadi topik utama sehubungan
Lebih terperinciBUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA LAKSANA UNIT PELAKSANA TEKNIS PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA KECAMATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum. Hal ini tertuang dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara Indonesia berdasar atas hukum, tidak
Lebih terperinciBUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA LAKSANA UNIT PELAKSANA TEKNIS PENGELOLAAN PASAR DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA LAKSANA UNIT PELAKSANA TEKNIS CIPTA KARYA, TATA RUANG, DAN KEBERSIHAN WILAYAH DENGAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini publik Jakarta
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Publik Jakarta tersentak tatkala geng motor mengamuk. Mereka menebar teror pada dini hari tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Regresi spasial merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel prediktor terhadap variabel respon yang memperhatikan pengaruh lokasi pengamatan.
Lebih terperinciBUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA LAKSANA UNIT PELAKSANA TEKNIS SUMBER DAYA AIR DAN BINA MARGA WILAYAH DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciSAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT
1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT Yang saya hormati: Tanggal, 19 Juni 2008 Pukul 08.30 W IB
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Remaja merupakan fase perubahan baik itu dalam bentuk fisik, sifat, sikap, perilaku maupun emosi. Seiring dengan tingkat pertumbuhan fisik yang semakin berkembang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Belanda. Istilah preman sendiri berasal dari bahasa Belanda yaitu vrijman yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Premanisme di Indonesia sudah ada sejak jaman penjajahan kolonial Belanda. Istilah preman sendiri berasal dari bahasa Belanda yaitu vrijman yang berarti orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Reformasi Birokrasi Polri terus mengalami pembaharuan baik dari sisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Reformasi Birokrasi Polri terus mengalami pembaharuan baik dari sisi paradigma maupun dalam memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan keamanan kepada
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a.bahwa setiap warga negara berhak untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisa dilakukan secara merata ke daerah-daerah, khususnya di bidang ekonomi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemakmuran dan kesejahteraan rakyat akan tercipta dari pembangunan yang baik dan merata bagi seluruh rakyat. Di Indonesia pembangunan yang dilakukan pemerintah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. eksistensinya diakui dan diterima sebagai suatu fakta, baik oleh masyarakat
15 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Dampak Negatif Kejahatan Kejahatan baik dalam arti sebagai tindak pidana (konsep yuridis) maupun dalam arti sebagai perilaku yang menyimpang (konsepsi sosiologis), eksistensinya
Lebih terperinciBUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA LAKSANA UNIT PELAKSANA TEKNIS PENYULUHAN DAN PELAYANAN TERPADU PERTANIAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN ANGGARAN 2018
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN ANGGARAN 2018 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2018 disusun
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 726 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kenyamanan dalam rangka menuju masyarakat sejahtera, adil, dan makmur.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia bertujuan mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Primary needs, Pengalaman-pengalaman tersebut menghasilkan nilai-nilai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pergaulan hidup manusia diatur oleh berbagai macam kaidah atau norma yang pada hakekatnya bertujuan untuk menghasilkan kehidupan bersama yang tertib dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang memiliki sejumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang memiliki sejumlah masalah perkotaan yang sangat kompleks. Salah satu ciri negara berkembang adalah pesatnya perkembangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar keseimbangan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum pada dasarnya bersifat mengatur atau membatasi setiap tindakan yang dilakukan oleh setiap masyarakat (individu). Pada garis besarnya hukum merupakan peraturan-peraturan
Lebih terperinciKriminalitas Sebagai Masalah Sosial
Kriminalitas Sebagai Masalah Sosial Kriminalitas berasal dari kata crime yang artinya kejahatan. Kriminalitas adalah semua perilaku warga masyarakat yang bertentangan dengan norma-norma hukum pidana. Kriminalitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin tidak ada habisnya, mengenai masalah ini dapat dilihat dari pemberitaan media masa seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kejahatan merupakan suatu fenomena kompleks yang dapat dipahami dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kejahatan merupakan suatu fenomena kompleks yang dapat dipahami dari berbagai sisi yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar
Lebih terperinciPAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun Wates, 27 September 2017
PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun 2017-2022 Wates, 27 September 2017 1 PDRB PER KAPITA MENURUT KABUPATEN/ KOTA DI D.I. YOGYAKARTA ATAS DASAR HARGA BERLAKU, 2012-2016 (JUTA RUPIAH) 1 PERSENTASE PENDUDUK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945 (selanjutnya disebut UUD NRI tahun 1945), mengatur setiap tingkah laku warga negaranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas Hukum, hukum diciptakan untuk mengatur kehidupan manusia agar tercipta suatu kehidupan yang serasi, selaras
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia, adalah salah satu institusi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepolisian Negara Republik Indonesia, adalah salah satu institusi pemerintah yang bertugas sebagai ujung tombak penegakan hukum di Indonesia. Tugas yang diemban ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. otoriter juga dipicu oleh masalah ekonomi dan adanya perubahan sosial dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arus reformasi telah berhasil menumbangkan pemerintahan Orde Baru yang otoriter. Faktor keruntuhan Orde Baru selain karena kekuasaan yang otoriter juga dipicu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum adalah Negara Republik Indonesia. Negara Indonesia adalah negara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara yang berdasarkan hukum, atau sering disebut sebagai negara hukum adalah Negara Republik Indonesia. Negara Indonesia adalah negara hukum yang selama
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sehingga banyak teori-teori tentang kejahatan massa yang mengkaitkan dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya kekerasan yang dilakukan oleh massa sebagai kejahatan kekerasan, sewaktu-waktu berubah sejalan dengan keadaan yang terdapat dalam masyarakat, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tegaknya negara hukum menjadi tugas dan tanggung jawab dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tegaknya negara hukum menjadi tugas dan tanggung jawab dari seluruh warga Negara Indonesia dari generasi ke generasi, oleh karena itu hukum harus dijunjung
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Kriminalitas Kriminalitas merupakan segala macam bentuk tindakan dan perbuatan yang merugikan secara ekonomis dan psikologis yang melanggar hukum yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini seringkali terdengar terjadinya tindakan kriminal yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi saat ini seringkali terdengar terjadinya tindakan kriminal yang menyebabkan banyak orang merasa takut dan hidupnya tidak nyaman. Tindak kriminal terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada zaman modern sekarang ini, pertumbuhan dan perkembangan manusia seakan tidak mengenal batas ruang dan waktu karena didukung oleh derasnya arus informasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya non tembakau dan alkohol) baik di tingkat global, regional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, tidak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka. Penegakan Hukum harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku juga berdasarkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan internasional, regional dan nasional. Sampai dengan saat ini, penyalahgunaan narkotika di seluruh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Konsep good governance adalah konsep yang diperkenalkan oleh Bank Dunia
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep good governance adalah konsep yang diperkenalkan oleh Bank Dunia (World Bank) dan banyak berkembang di negara-negara dunia ketiga (negara berkembang). Dalam menjalankan
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI PERANAN POLISI DALAM MENANGANI KASUS PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI BAWAH UMUR DI POLRES WONOGIRI PADA TAHUN
NASKAH PUBLIKASI PERANAN POLISI DALAM MENANGANI KASUS PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI BAWAH UMUR DI POLRES WONOGIRI PADA TAHUN 2012 (Studi Kasus di Polres Wonogiri) Oleh: DELY SETYAWAN A220080019
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum, setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama di hadapan hukum serta setiap individu dalam kehidupan bermasyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia memiliki Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu mengalami perkembangan diberbagai bidang. Perkembangan yang diawali niat demi pembangunan nasional tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah. Perkembangan globalisasi sangat berpengaruh terhadap pola dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Perkembangan globalisasi sangat berpengaruh terhadap pola dan perilaku manusia di tengah masyarakat, selain dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah
1.1. Latar Belakang Masalah Bab I Pendahuluan Rasa aman (security) merupakan salah satu hak asasi yang harus diperoleh atau dinikmati setiap orang. Hal ini tertuang dalam UUD Republik Indonesia 1945 Pasal
Lebih terperinciRGS Mitra 1 of 7 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERCEPATAN PEMULIHAN PEMBANGUNAN PROPINSI MALUKU DAN PROPINSI MALUKU UTARA PASCAKONFLIK
RGS Mitra 1 of 7 INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PERCEPATAN PEMULIHAN PEMBANGUNAN PROPINSI MALUKU DAN PROPINSI MALUKU UTARA PASCAKONFLIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PERCEPATAN PEMULIHAN PEMBANGUNAN PROPINSI MALUKU DAN PROPINSI MALUKU UTARA PASCAKONFLIK PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa saat ini masih terdapat permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan dan teknologi, secara tidak langsung berpengaruh pada manusia sebagai makhluk sosial yang selalu berkembang.
Lebih terperinciBUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA LAKSANA UNIT PELAKSANA TEKNIS PENGELOLAAN OBYEK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciTUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE
C. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015-2019 MISI 1. MEWUJUDKAN BOGOR KOTA YANG CERDAS DAN BERWAWASAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 88 TAHUN 2007
PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 88 TAHUN 2007 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR KESATUAN BANGSA, POLITIK DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : Mengingat
Lebih terperinciV BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN
V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1
Lebih terperinciNASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN
1 NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN (Sebagai Tindak Lanjut Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2010 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 17/PUU-XIII/2015 Upaya Hukum Peninjauan Kembali (PK) terhadap Putusan Hukuman Mati
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 17/PUUXIII/2015 Upaya Hukum Peninjauan Kembali (PK) terhadap Putusan Hukuman Mati I. PEMOHON a. Perkumpulan Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (Pemohon I) b. Lembaga Pengawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu organisasi kemasyarakatan yang bertujuan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara hukum, dimana menurut Logemann Negara merupakan suatu organisasi kemasyarakatan yang bertujuan dengan kekuasaannya yang mengatur serta menyelenggarakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan tersebut dapat meliputi berbagai hal, mulai dari aspek sosial,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan pembangunan yang semakin meningkat seiring dengan kemajuan zaman telah mempengaruhi terjadinya perubahan dalam berbagai aspek, baik secara fisik maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang menyatakan sebagai berikut bahwa : Pemerintah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak sedikit membawa kemajuan bagi bangsa Indonesia dalam meningkatkan sumber daya manusia, sebagai modal dasar pembangunan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO
PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR: 7 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 02 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota-Kota Besar
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota-Kota Besar di Indonesia termasuk di Kota Medan. Sejak berbagai pemberitaan tentang geng motor menjadi sajian
Lebih terperinciTugas Umum Pemerintahan
Tugas Umum Pemerintahan 5.1. Koordinasi Dengan Instansi Vertikal di Daerah 5.1.1. Forum koordinasi Dalam rangka tertib penyelenggaraan pemerintahan didaerah dan terwujudnya keserasian serta keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap kurun waktu, setiap zaman memiliki penjahatnya sendiri atau
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap kurun waktu, setiap zaman memiliki penjahatnya sendiri atau sebaliknya setiap penjahat memiliki zamannya sendiri, sehingga baik modus operandi kejahatan
Lebih terperinciBUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PRUSEDUR PENCEGAHAN KONFLIK, PENGHENTIAN KONFLIK DAN PENYELESAIAN KONFLIK SOSIAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pekanbaru adalah kota terbesar yang berada pada posisi ketiga jumlah penduduknya setelah Medan dan Palembang di Pulau Sumatra. Mengingat arus migrasi yang masuk ke Kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hanya menimbulkan dampak positif, tetapi ada beberapa kebiasaan yang dinilai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Generasi muda merupakan harapan masa depan bagi bangsa Indonesia. Dalam perkembangannya, generasi muda Indonesia mulai meniru kebudayaan dari luar Indonesia, berupa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi ketentraman dan rasa aman merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang tertuang dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak ditemukan tindak pidana atau kejahatan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak ditemukan tindak pidana atau kejahatan yang dilakukan dengan menggunakan senjata api,salah satu jenis kejahatan menggunakan senjata api yang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang
Lebih terperinciA. GAMBARAN UMUM KABUPATEN WONOSOBO
BAB I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM KABUPATEN WONOSOBO 1. Kondisi Geografi Secara geografis Kabupaten Wonosobo terletak antara 7. 11 dan 7. 36 Lintang Selatan (LS), 109. 43 dan 110. 04 Bujur Timur (BT).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. empat dunia setelah China, India dan Amerika Serikat, jumlah penduduk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah penduduk terbesar ke empat dunia setelah China, India dan Amerika Serikat, jumlah penduduk Indonesia di tahun 2012
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan hukum yang diterapkan di Indonesia saat ini kurang memperhatikan kepentingan korban yang sangat membutuhkan perlindungan hukum. Bisa dilihat dari banyaknya
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 5 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002, Kepolisian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002, Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat Negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Negara berkembang saat ini sedang giat-giatnya melaksanakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara berkembang saat ini sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam rangka mencapai kesejahteraan masyarakat, demikian juga dengan negara Indonesia.
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENCEGAHAN PERMAINAN JUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2005 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENCEGAHAN PERMAINAN JUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinci7. URUSAN PERDAGANGAN
7. URUSAN PERDAGANGAN Perdagangan mempunyai peran strategis dalam pembangunan ekonomi daerah, utamanya dalam mendukung kelancaran penyaluran arus barang dan jasa, memenuhi kebutuhan pokok rakyat, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kekuatan mutlak untuk mempertahankan sebuah negara adalah kekuatan militer, Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) merupakan bagian dari birokrasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan teknologi yang sangat cepat, berpengaruh secara signifikan terhadap kehidupan sosial masyarakat. Dalam hal ini masyarakat dituntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan nasional merupakan upaya untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan upaya untuk meningkatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang sekaligus merupakan proses pengembangan
Lebih terperinciBUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk mempertahankan hidup. Oleh karena itu kecukupan pangan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk mempertahankan hidup. Oleh karena itu kecukupan pangan bagi setiap orang di setiap waktu merupakan hak asasi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu negara tanpa memiliki aparat yang melaksanakan fungsi keamanan dan ketertiban masyarakat, maka negara tersebut tidak akan mampu bertahan lama, karena pelanggaran
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2003 PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME, MENJADI UNDANG-UNDANG DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciMAKALAH. Bermitra dan Harmonis Dukung Kabupaten Ramah HAM. Oleh: H.A. Kholiq Arif Bupati Wonosobo
WORKSHOP DAN SEMINAR HAM UNTUK TENAGA PENDIDIK AKPOL Negara, Radikalisme dan Tantangan Kepolisian untuk Perlindungan Kebebasan Agama dan Berkeyakinan Di Indonesia Hotel Santika Premiere Semarang, 15 17
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya yang adil dan makmur, sejahtera, tertib dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum, artinya segala tindakan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia harus berdasarkan hukum yang berlaku di negara Indonesia. Penerapan hukum
Lebih terperinciPERUBAHAN RPJMD KOTA SEMARANG TAHUN
k e g i a t a n K O N S U L T A S I P U B L I K PERUBAHAN RPJMD KOTA SEMARANG TAHUN 2016-2021 - S e m a r a n g, 0 3 M e i 2 0 1 7-1 K e r a n g k a p e n y a j i a n 2 2 1. Berdasarkan HASIL EVALUASI
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO
PEMERINTAH PERATURAN DAERAH NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang : a. bahwa untuk pelaksanaan urusan
Lebih terperinci