ΙΙ. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alpukat ( Persea americana

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ΙΙ. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alpukat ( Persea americana"

Transkripsi

1 15 ΙΙ. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alpukat (Persea americana) Menurut Orwa et al. (2009) tanaman alpukat merupakan tanaman buah berupa pohon yang dikenal dengan nama kyesehtaw bat (Myanmar); avocado (Filipina); butter fruit, avocado, avocado pear, alligator pear (Inggis); avocat, avocatier, zaboka, zabelbok (Prancis); alligatorbirne, avocadobirne (Jerman); Avokad, Adpukat (Indonesia); avokaa (Kamboja); apukado, avokado (Malaysia); pagua, aguacate (Spanyol); awokado (Thai) Sejak zaman dahulu, buah alpukat sudah dikenal sebagai salah satu makanan yang berkhasiat bagi pengobatan. Manfaat yang dapat diperoleh antara lain dapat membantu menurunkan kolesterol darah, regenerasi darah merah, mencegah anemia, melembabkan kulit serta mencegah konstipasi. Diketahui bahwa kandungan gizi alpukat dalam 100 g BDD antara lain energi 93 kal, protein 0,9 kal, lemak 6,2 kal dan karbohidrat 10,5 g. Buah ini mengandung lemak kali lebih banyak dibanding buah lainnya (Mahendra dan Rachmawati 2005). Menurut Mahendra dan Rachmawati (2005) jenis lemak dalam alpukat termasuk asam oleik dan asam linoleik sehingga mudah dicerna dan berfungsi dalam tubuh. Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada sampel daun alpukat dapat menurunkan serum kolesterol jenuh sebanyak 8,7-42,8%. Alpukat mengandung 14 jenis mineral yang berguna dalam mengatur fungsi tubuh dan menstimulasi pertumbuhan, salah satunya besi dan tembaga yang berperan dalam regenerasi darah merah dan mencegah anemia. Menurut Nurrasid (1999) dan Wijayakusuma (1998) biji alpukat mengandung alkaloid, tanin, triterpen, dan kuinon. Kandungan kimia buah alpukat dan daun alpukat adalah saponin, alkaloid dan flavonoid. Buah juga mengandung tanin sedangkan daun mengandung polifenol, kuersetin dan gula alkohol persit. Khasiat lain dari tumbuhan ini diantaranya untuk mengobati sariawan, sebagai pelembab, kencing batu, darah tinggi, nyeri saraf, nyeri lambung, saluran napas bengkak, menstruasi tidak teratur dan sakit gigi. Tanaman alpukat adalah tanaman buah dengan tinggi antara 9-20 m. alpukat sering dikelompokan dalam tanaman yang selalu hijau atau evergeen,

2 16 walaupun ada beberapa varietas yang menggugurkan daunnya dalam waktu singkat sebelum berbunga. Panjang daun antara 7-41 cm dan bentuknya bervariasi mulai dari oval, elips, dan lanceolate. Daun alpukat muda bewarna kemerahan, lalu menjadi licin dan bewarna hijau gelap saat tua (Orwa et al. 2009). Tanaman alpukat mempunyai bunga majemuk, berumah dua, tersusun dalam malai yang keluar dekat ujung ranting, warnanya kuning kehijauan. Buahnnya buni, berbentuk bola atau bulat telur dengan panjang 5-20 cm, warnanya hijau atau hijau kekuningan, berbintik-bintik ungu, daging buah lunak jika sudah matang, warnanya hijau kekuningan. Biji bulat dengan diameter 2,5-5 cm, keping biji putih kemerahan. Minyak buah alpukat biasa digunakan untuk keperluan kosmetik (BAPPENAS 2000). Klasifikasi lengkap tanaman alpukat adalah sebagai berikut (BAPPENAS 2000) : Divisi :Spermatophyta Subdivisi :Angiospermae Kelas :Dicotyledoneae Ordo :Ranales Famili :Lauraceae Genus :Persea Spesies :Persea americana Mill Orwa et al. (2009) melaporkan bahwa ekstrak daun alpukat mepunyai sifat anti-kanker. Minyak yang diekstrak dari biji alpukat mempunyai kandungan adnstrigent. Pemberian oral infusum daun alpukat digunakan untuk mengobati disentri. Kulit buahnya mengandung anti-helmintik. Alpukat juga mempunyai sifat spasmolitik. Minyak dari biji alpukat dapat digunakan sebagai treatment dalam melembabkan kulit, mengobati skabies, luka purulent, dan lesio akibat scalp dan ketombe. Kandungan tiap 100 g buah alpukat yakni g air, 1-4 g protein, g lemak, g karbohidrat (dengan gula hanya 1 g), g besi, g vitamin A dan B-kompleks dan energi kj/100 g. Buah alpukat yang belum matang dapat menyebabkan keracunan pada tikus (Orwa et al.2009).

3 17 Buah dan daun alpukat dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2 Gambar 1. Buah Alpukat (Persea americana Mill) Daun alpukat yang telah tua dan dapat digunakan sebagai bahan obat herbal dapat terlihat pada Gambar 2 Gambar 2. Daun Alpukat (Orwa et al. 2009) 2.2 Etilen Glikol Menurut Eder et al (1998) etilen glikol merupakan bahan dasar dalam pembuatan produk-produk otomotif yang sangat penting seperti anti pendingin dan antifreezing tapi umumnya menimbulkan masalah toksik dalam praktis medis saat ini. Umumnya etilen glikol dikonsumsi sebagai penghangat tubuh akibat mahalnya alkohol atau sebagai racun untuk bunuh diri. Etilen glikol dapat menyebabkan depressi pada susunan saraf pusat, kardiopulmonari dan insuffisiensi ginjal. Metabolisme etilen glikol menjadi asam organik dapat menyebabkam kerusakan organ. Keracunan etilen glikol dapat meningkatkan batasan metabolik asidosis, meningkatkan batasan osmolaritas, kalsium oksalat, kristaluria dan jumlah etilen glikol yang terdeteksi dalam serum. Keracunan etilen glikol dapat digambarkan dalam tiga tahap. Gejala saraf terjadi jam setelah ingesti dan termasuk mabuk yang dapat dideteksi

4 18 keberadaan etanol pada nafas atau darah, nausea, muntah, nistagmus, papillaedema, tekanan sistem refleks, konvulsi dan koma. Gejala kardiopulmonari dapat terlihat setelah jam pasca ingesti dan termasuk tachypnea (sesak napas), tachycardia, hipertensi, edema pulmonal, dan gagal jantung kongesti. Komplikasi ginjal umumnya terjadi jam setelah ingesti dan terdiri dari dari sakit pada daerah legok lapar, kostovertebral, oligouria (urin sedikit) dan gagal ginjal. Tingkat keparahan dari tiap stadium dan perkembangannya tergantung pada jumlah etilen glikol yang dikonsumsi. Etilen glikol diabsorbsi dengan cepat dari saluran pencernaan dan menimbulkan gejala sekitar 30 menit setelah ingesti. Absorbsi etilen glikol perkutaneus jarang terjadi tapi secara topikal dapat menimbulkan keracunan terutama preparasi yang mengandung propilen glikol dan dietilen glikol (Eder et al. 1998). Berikut merupakan mekanisme metabolisme etilen glikol dalam tubuh dan perubahan etilen glikol menjadi zat lain yang dapat diekskresi ke luar tubuh melalui urin atau menjadi bahan yang dapat menginduksi terjadinya nefrolitiasis. Mekanisme tersebut dapat dilihat pada Gambar 3 Gambar 3. Metabolisme Etilen Glikol (Eder et al 1998)

5 19 Etilen glikol di hati dimetabolisme dengan alkohol dehidrogenase dan enzim hepatik lainnya menjadi glikoaldehid dan asam organik. Eliminasi paruh waktu etilen glikol dapat meningkat menjadi lima kali lipat akibat adanya etanol. Hal ini terjadi karena keduanya mengandung komponen lengkap yang dapat mengaktifkan alkohol dehidrogenase. Enzim ini mempunyai afinitas yang lebih kuat dengan etanol daripada etilen glikol atau metanol ( Eder et al 1998) Di Amerika Serikat keracunan etilen glikol menyebabkan 50 sampai 60 kematian tiap tahun. Keracunan ini dapat menimbulkan injuri pada sistem saraf, jantung, dan ginjal. Indikator klinis dari ingesti atau keracunan etilen glikol tidak jelas sehingga diagnosis harus diperoleh melalui demonstrasi laboratorium etilen glikol pada serum pasien (Ryder et al.1986) Konsumsi asam prekursor atau asam non- volatil seperti etilen glikol dapat mengakibatkan metabolik asidosis sehingga terjadi peningkatan gap anion dan konsentrasi anion organik, terutama glikonat. Metabolisme asidosis juga dapat dihubungkan dengan komposisi kimia urin sebagai gambaran respon fisiologi atau biokimia dengan miningkatnya jumlah asam, seperti penurunan ph dan ekskresi sitrat pada urin. Selain itu juga dapat terjadi peningkatan ekskresi kalsium, ammonium dan phospat ( Geen et al.2005). 2.4 Ureum Ureum adalah ampas terakhir yang terpenting dalam metabolisme protein. Air dan ureum merupakan dua bagian penting dalam air kemih. Dalam keadaan normal ureum dapat melalui saringan glomeruli ginjal. Bila saringan glomeruli rusak maka jumlah air yang melalui saringan berkurang dan pengeluaran ureum juga tidak sempurna sehingga dapat menimbulkan intoksikasi yang disebut uremi atau asam urat (Hidayah 2005). Ureum dan kreatinin merupakan senyawa kimia yang menandakan fungsi ginjal normal atau tidak. Ureum merupakan produk nitrogen yang dikeluarkan ginjal dari diet protein. Kadar ureum memberikan gambaran paling baik untuk timbulnya ureum toksik dan gejala yang dapat dideteksi dibandingkan kreatinin pada gagal ginjal kronik. Nilai perbandingan ureum kreatinin pada manusia normal berkisar ( Pratiwi 2009). Penurunan GFR akibat peningkatan jumlah

6 20 nefron yang mengalami kerusakan akan mengakibatkan peningkatan kreatinin serum dan BUN yang sangat mencolok. Hal ini biasanya terjadi pada gagal ginjal stadium tiga atau progesif akibat kerusakan nefron sekitar 90 % (Lorraine dan Sylvia 2002). Tahapan pembentukan ureum terlihat pada Gambar 4 +CO 2 +NH 3 Ornitin -H 2 O Sitrulin +NH 3 -H 2 O Arginin Ureum Gambar 4. Tahapan pembentukan Ureum sebagai hasil metabolisme protein normal (Guyton 1994) Reaksi dimulai dengan derivat asam amino ornitin yang bergabung dengan satu molekul karbondioksida dan satu molekul amonia untuk membentuk zat kedua yaitu sitrulin. Sitrulin kemudian bergabung dengan molekul amonia lain untuk membentuk arginin, yang kemudian pecah menjadi ornitin dan ureum. Ureum berdifusi dari sel hati ke cairan tubuh dan dikeluarkan melalui ginjal. Ornitin dipakai kembali dalam siklus berulang-ulang (Guyton 1994). Menurut Poedjiadi dan Supriyanti (2006) ureum merupakan suatu senyawa yang mudah larut dalam air, bersifat netral dan terdapat dalam urin yang dikeluarkan dari dalam tubuh. Dalam pembentukan ureum, amonia bereaksi dengan CO 2 membentuk karbamil phospat. Karbamil yang terbentuk bereaksi dengan ornitin membentuk sitrulin. Kemudian sitrulin bereaksi dengan asam aspartat membentuk asam arginosuksinat, selanjutnya asam arginosuksiksinat diuraikan menjadi arginin dan asam fumarat serta reaksi terakhir penguraiaan arginin menjadi urea dan ornitin. Menurut Girindra (1988) ureum merupakan senyawa organik sederhana yang dihasilkan oleh hati mamalia sebagai hasil akhir katabolisme protein. Senyawa ini sangat mudah berdifusi sehingga tedapat diseluruh cairan tubuh. Secara relatif tidak toksik, namun dalam konsentrasi yang tinggi dapat

7 21 menyebabkan denaturasi protein dengan terbentuknya suatu produk yang besifat racun. Ureum terbentuk dalam hati melalui reaksi daeaminasi asam amino menjadi amonia dan masuk dalam siklus Krebs lalu terbentuk ureum yang terutama dikeluarkan melalui urin. Ureum mengalami reabsorbsi yang bermakna dalam tubulus renal, meskipun bebas filtrasi dalam glomerulus. Sejumlah urea yang telah difiltrasi dan direabsorbsi dalam tubulus proksimal, loop of Henle terjadi secara pasif (Noer 1992). Menurut Gatot (2003) kadar urea-nitrogen plasma yang meningkat disebabkan peningkatan pemasukan protein, hiperkatabolisme (infeksi), perdarahan ganstrointestinal, fungsi renal residual yang menurun dan efesiensi hemodialisis yang menurun. Penurunan GFR akibat insufisiensi ginjal akan meningkatkan BUN plasma, keadaan ini dikenal dengan nama azotemia atau zat nitrogen dalam darah (Lorraine dan Sylvia 2002). Kadar BUN yang tinggi dapat menimbulkan gejala uremia antara lain letargi, anoreksia, mual dan muntah, kebingungan, kedutan otot, kejang-kejang dan akhirnya koma (Ganong 1995). 2.3 Kreatinin Kreatinin merupakan hasil metabolisme kreatin dan fosfokreatin, disintesis terutama dalam otot bergaris, hati, pankreas dan ginjal. Kreatinin secara eksklusif diekskresi melalui ginjal, terutama melalui proses filtrasi glomerulus dan sedikit sekali melalui sekresi tubulus. Kreatinin kemih berasal dari sekresi tubulus pada manusia sehat tidak melampaui persen, tetapi secara bermakna akan lebih tinggi pada pasien gagal ginjal kronik. Umumnya kecepatan sintesis kreatinin relatif konstan, dan kadar dalam serum menggambarkan kecepatan eliminasi ginjal (Noer 1992). Kreatin dalam tubuh sebagai phospat berenergi tinggi yakni sebagai sumber energi dalam urat daging. Kadar kreatin dalam plasma hewan dewasa lebih sedikit dibanding pada hewan muda. Kreatinin merupakan senyawa yang mudah berdifusi sehingga terdapat di seluruh cairan tubuh. Pengeluaran kreatinin dalam urin tidak dipengaruhi oleh kreatinin yang berasal dari makanan, umur, seks, olahraga dan diet (Girindra 1988). Hati mensintesis metionin, arginin dan glisin menjadi kreatin. Difosforilasi kreatin terjadi dalam otot rangka menjadi

8 22 fosforil kreatin yang merupakan cadangan energi yang penting bagi sintesis Adenosintriphospat (ATP). Pembentukan ATP melalui proses glikolisis dan fosforilasi oksidatif bereaksi dengan kreatin membentuk Adenosindiphospat (ADP) dan fosfokreatin yang mengandung ikatan phospat lebih banyak sehingga energinya lebih banyak dibanding dengan ATP. Kreatin di dalam urin dibentuk fosforilasi kreatin. Kreatin tidak dikonversi secara langsung menjadi kreatinin tetapi kecepatan ekskresi kreatinin relatif konstan (Ganong 1995). H 2 N Istrahat HN PO 3 H 2 N + C + ATP H 2 N C + ADP CH 3 NCH 2 COO - olahraga CH 3 NCH 2 COO - Kreatin Fosforilkreatin HN C O HN C Gambar 5. Sintesis Kreatinin (Ganong 1995) CH 3 N CH 2 Kreatinin Kreatininphospat dapat bereaksi dengan ADP secara berulang untuk membentuk ATP dengan cara memberikan gugus phospat kepada ADP dan berubah menjadi kreatin, kemudian kreatin dalam urin dibentuk oleh fosfokreatin. Kemudian fosfokreatin diubah menjadi kreatinin. Jika ATP banyak dibutuhkan maka kreatininphospat yang berubah menjadi kreatin meningkat pula. Sebaliknya, bila ATP telah terbentuk kembali oleh proses glikolisis dan siklus asam sitrat maka kreatinin phospat terbentuk kembali (Poedjiadi dan Supriyanti 2006). Kreatinin disekresi dalam urin melalui proses filtrasi glomerulus, tetapi kreatinin tidak direabsorbsi oleh tubulus ginjal bahkan sejumlah kecil disekresi oleh tubulus terutama bila kadar kreatinin dalam serum tinggi. Uji bersihan

9 23 kreatinin merupakan pemeriksaan yang cukup memuaskan untuk memperkirakan GFR dalam pemeriksaan klinis. Kreatinin plasma merupakan indeks GFR yang lebih cermat daripada BUN karena kecepatan produksinya merupakan fungsi dari massa otot yang sedikit sekali mengalami perubahan (Sylvia dan Lorraine 2002). Kadar BUN dan kreatinin bervariasi sesuai dengan jenis hewan. Pada Tabel 1 berikut disajikan kadar normal BUN dan kreatinin dari beberapa jenis hewan. Tabel 1 Kadar normal BUN dan kreatinin beberapa jenis hewan (Malole dan Pramono 1989) Hewan Kadar Normal (mg/dl) BUN Kreatinin Kelinci Marmut Hamster Mencit Tikus 17,0-23,5 9,0-31,5 0,91-0,99 17,0-28,0 15,0-21,0 0,8-1,8 0,6-2,2 0,25-0,60 0,31-1,0 0,2-0,8 2.5 Ginjal Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan teletak sedikit lebih ke posterior karena tertekan ke bawah oleh hati. Ginjal mempunyai peran yang sangat vital dalam mempertahankan volume dan komposisi Extracellular Fluid (ECF) dalam batas normal dengan kontrol filtrasi glomerulus, reabsorbsi, dan sekresi tubulus (Lorraine dan Sylvia 2002). Menurut Sharma dan Rajput (2008) nefron merupakan unit satuan terkecil dari ginjal. Pada masing-masing ginjal mempunyai sekitar satu juta nefron. Setiap nefron terdiri dari satu unit penyaring yang terdiri dari pembuluh darah halus yang disebut glomerulus, dan setiap glomerulus menempel pada sebuah tubula yang merupakan tempat terjadinya proses kimia yang rumit dan penyaringan darah menjadi urin. Ginjal menyaring sekitar 200 liter darah setiap hari dan menghasilkan sekitar 2 liter urin. Sampah dari hasil penyaringan darah berasal

10 24 dari hasil proses metabolisme seperti urea, kreatinin, asam urat, kalsium, kalium, natrium, klorida dan ion-ion hidrogen Ada dua populasi nefron yaitu kortikal nefron yang mempunyai glomerulus pada lapisan dua dan tiga dari korteks dan short loop of Henle kemudian masuk ke lapisan luar medula. Populasi nefron yang kedua yaitu nefron juxtamedullary yang mempunyai glomerulus pada lapisan dalam korteks dan long loop of Henle ( Sharma dan Rajput 2008). Gambar 6. Ginjal dan nefron (Noer 1992) Proses ultrafiltrasi glomerulus mempunyai komposisi yang sama seperti plasma kecuali tanpa protein. Sel-sel darah dan protein yang berukuran besar atau protein bermuatan negatif (albumin) secara efektif tertahan oleh seleksi ukuran dan seleksi muatan dari sawar membran filtrasi glomerular sedangkan molekul yang berukuran kecil atau dengan muatan netral dan positif akan tersaring seperti kalium, natrium, klorida, phospat inorganik, glukosa, kreatinin dan asam urat (Lorraine dan Sylvia 2002). Ginjal merupakan alat pengatur utama dalam tubuh sedangkan urin dapat dipandang sebagai hasil dari aktivitas pengaturannya. Sehubungan dengan

11 25 itu, ginjal dalam keadaan normal dapat membedakan zat yang berguna dan harus dibuang,bahkan benda asing pun dengan segera dikenalnya. Dalam keadaan patologis atau ada gangguan pada ginjal, daya pengaturan filtrasi ginjal akan menyimpang. Perubahan ini biasanya dapat dilihat dari senyawa kimia yang dilepaskannya. Begitu juga jika ada kelainan pada organ lain yang dapat menyebabkan perubahan komposisi darah, maka komposisi air kemih akan mengalami perubahan (Girindra 1988). 2.6 Batu Ginjal (Nefrolitiasis) Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah (termasuk lingkungan dalam tubuh) dengan mensekresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi utama ginjal dicapai dengan filtrasi plasma darah melalui glomerulus diikuti dengan reabsorbsi sejumlah zat terlarut dan air dalam jumlah yang sesuai di sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan zat terlarut dan air diekskresikan keluar tubuh dalam urin melalui sistem pengumpul urin. Zat terlarut kadang kala menjadi endapan jika dalam keadaan superjenuh dan tidak dikeluarkan. Hal ini yang akan menyebabkan batu di ginjal atau berpindah ke kandung kemih (Lorraine dan Sylvia 2002) Nefrolitiasis umumnya merupakan penyakit dengan multifaktorial etiopathogenesis (Jaeger 1996 ; Baggio 1999). Batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan penyakit yang melibatkan beberapa mekanisme yang kompleks. Batu ginjal umumnya terdiri dari garam kalsium, asam urat, magnesium amonium phospat (struvite), atau cystine. Umummya batu ginjal yang mengandung kalsium sekitar 70 % tersusun oleh kalsium oksalat atau kalsium phospat atau keduanya. Pembentuk batu ginjal kalsium oksalat berasal dari metabolisme endogonius glisin, glikonat, hidroxiprolin, dan diet vitamin C. Intake kalsium dan magnesium yang dapat membatasi absorbsi oksalat di usus sehingga sebagian besar oksalat dapat diekskresikan melalui urin, hal ini dapat mencegah terbentuknya batu oksalat (Taylor dan Curhan 2007). Kurangnya sitrat, magnesium, pirophospat dalam urin dapat menyebabkan terbentuknya batu (Dewi dan Subawa 2007). Batu struvit sering terjadi karena ada infeksi di ginjal sedangkan batu sistin terbentuk jika ada gangguan metebolisme (Coe 2003).

12 26 Pembentukan batu pada urin yang mengalami supersaturasi berhubungan dengan komponen ion dari batu spesifik dan urin yang mengalami saturasi tergantung pada aktivitas ion kimia bebas. Aktivitas ion kimia pembentuk batu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain konsentrasi ion, ph urin, dan kompleksitas zat dalam urin. Konsentrasi urin menunjukan fungsi dan banyaknya ion yang diekresikan di urin melalui ginjal. Peningkatan ekskresi ion urinari dan menurunnya volume urin akan meningkatkan aktivitas ion bebas dan pembentukan batu (Bushinsky 1998). Nefrolitiasis juga dapat menurunkan Glomerulus Filtration Rate (GFR) karena adanya obstruksi pada saluran urinari akibat akumulasi batu pada saluran tersebut. Penurunan GFR berlanjut pada peningkatan nitrogenous partikular seperti urea, kreatinin dan asam urat yang terakumulasi dalam darah (Ghodkhar 1994). 2.7 Hewan Percobaan Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian harus memenuhi kriteria tertentu, antara lain kemiripan fungsi fisiologis dengan manusia, perkembangan cepat, canderung mudah didapat dan dipelihara (Subahagio et al. 1997). Hewan percobaan yang umum digunakan dalam penelitian farmakologi dan toksikologi adalah mencit dan tikus putih. Hewan ini dipilih karena murah, mudah diperoleh, dan mudah ditangani. Mencit dan tikus putih mempunyai data toksikologi sehingga akan mempermudah perbandingan toksisitas zat-zat kimia (Lu 1995). Menurut Malole dan Pramono (1989) terdapat 3 galur tikus putih yang umum dikenal yakni galur Sprague- Dawley, galur Winstar, dan Galur Long Evans. Galur Sparague-Dawley yang umum digunakan untuk penelitian mempunyai ciri berwarna putih albino, berkepala kecil, dan ekornya lebih panjang dari badannya. Taksonomi tikus putih dalam Robinson (1979) : Kingdom : Animalia Kelas : Mamalia Ordo : Rodentia

13 27 Subordo : Myorpha Famili : Muridae Subfamili : Murinae Genus : Rattus Spesies : Rattus sp. Tikus putih (Rattus novergicus) strain Sprague Dawley merupakan salah satu pilihan hewan model eksprimental yang diminati untuk penelitian laboratorium. Hal ini karena penetapan data kontrol sesuai dengan dasar ciri anatominya yang merupakan kemudahan dalam berbagai penelitian biomedis (Ezumi et al. 2007). Penelitian dalam bidang toksikologi dan farmakologi memerlukan serangkaian percobaan terhadap hewan percobaan untuk mengetahui tingkat toksisitas dan keamanan obat untuk manusia. Penggunaan berbagai tingkat dosis obat terhadap hewan percobaan dilakukan untuk mendapatkan dosis tebesar yang tidak menimbulkan efek merugikan atau dosis yang sangat besar yang dapat menimbulkan kelainan jaringan atau efek toksik yang jelas. Waktu observasi akan jauh lebih pendek bila kita menggunakan dosis yang lebih besar, sehinnga akan mengurangi biaya pemeriksaan. Pada waktu tertentu sebagian hewan percobaan perlu dibunuh untuk mengetahui pengaruh terhadap oragan dalamnya. Pemeriksaan kimia darah, urin dan tinja dilakukan untuk mengetahui kelainan yang timbul (Darmansjah 1995). 2.8 N-heksan Menurut Agency For Toxic Substances and Disease Registry (1999) n- heksan merupakan senyawa kimia yang diperoleh dari minyak mentah. N- hexan murni berupa cairan yang berwarna dan sedikit berbau busuk. Senyawa ini mudah terbakar dan meledak. N-heksan murni sering digunakan di laboratorium. Umumnya n-heksan digunakan dalam industri sebagai pelarut bahan kimia lainnya. Kegunaan utama pelarut yang mengandung n-heksan yaitu mengekstrak minyak tumbuhan. Senyawa ini merupakan senyawa non-polar dan tidak larut dalam air.n- hexan merupakan senyawa anorganik yang tidak larut dalam air, larut dalam sebagian besar pelarut organik dan sangat larut dalam alkohol.

14 28 Senyawa ini sering digunakan untuk mengekstrak minyak tumbuhan (HSDB 1999). Bahan ini juga sering digunakan sebagai pelarut alkohol dan campuran cat. Industri tekstil, furnitur, dan kulit sering menggunakan n-heksan sebagai cleaning agent (HSDB 1999). Yamada (1967) melaporkan bahwa polineuropathi yang berkembang menjadi atrophi otot dan parastesia pada ekstrimitas distal yang terjadi pada pekerja yang terpapar 500 dan 1000 ppm (1 ppm = 3,52 mg/m 3 ) n- heksan yang diperoleh dari tanaman herbal. Konsentrasi hexanedione pada urin secara signifikan lebih tinggi pada 35 orang yang terpapar n- hexan dibanding dengan dengan kelompok orang yang tidak terpapar n-heksan (Karakaya et al. 1996). Penurunan serum IgG, IgM dan IgA pada urine secara signifikan berkorelasi dengan konsentrasi 2,5 hexanedione (Karakaya et al.1996). Menurut Daughtrey et al.(1999) tidak ada perbedaan signifikan yang jelas antara tikus yang terpapar n-heksan dengan kelompok tikus kontrol, tapi secara statistik ada penurunan berat badan secara signifikan pada tikus yang terpapar n-heksan dibanding dengan kelompok tikus yang tidak terpapar n-heksan (kelompok kontrol). Menurut Perbelinni et al. (1981) metabolisme n-heksan dalam tubuh diubah menjadi 2-hexanol, 2,5-hexadione, 2,5-dimetil-furan dan γ-valerolacetone. Seluruh hasil metabolit tersebut dapat ditemukan dalam serum tikus yang terpapar n-heksan tapi tidak ditemukan dalam urin manusia yang terpapar n-heksan. Senyawa 2,5 hexadione dapat menghambat kerja fosfofruktokinase, glyceraldehid-3-phospat dehidrogenase dan α-glicerophospat dehidrogenase. Mekanisme metabolisme n-heksan dalam tubuh dapat terlihat pada Gambar 7 2,5-Dimetilfluran Siklisasi Oksidasi Metil-n-butil keton Enolisasi N-heksan 2-hexanol 5-hidroxy-2-hexanon α-oksidasi 2,5 Hexadiol Dekarboksilasi Oksidasi 2,5- Hexadion Laktonosasi γ -Valeroaseton Gambar 7. Metabolisme N-heksan dalam tubuh (Pebellini et al.1981)

15 29 Menurut Tensiska et al. (2007) dalam pengujian efektivitas palarut untuk mengekstrak komponen flovonoid (Randemen), n-heksan mempunyai randeman yang terendah dibandingkan dengan etil-asetat dan etenol sehingga n-heksan hanya dapat mengekstrak komponen aglikon yang sifatnya non-polar. 2.9 Maserasi Metode dasar ekstraksi obat adalah maserasi dan perkolasi. Cara ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat bahan mentah obat, daya penyesuaian dengan cara-cara ekstraksi, dan tujuan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna atau mendekati sempurna dari obat. Sifat dari bahan mentah obat merupakan faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam memilih metode ekstraksi. Pada umunya lebih sering digunakan kombinasi dari kedua proses dalam melakukan ekstraksi bahan mentah obat. Obat mula-mula dimaserasi untuk melunakan jaringan tanaman dengan melarutkan lebih banyak zat aktifnya, kemudian dilakukan proses perkolasi untuk memisahkan ekstrak dari ampasnya. Preparat farmasi dibuat dengan proses ekstraksi, yakni dengan penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang diinginkan larut, sedangkan hasil dari ekstraksi yang berisi unsur-unsur yang dapat larut dalam pelarut tertentu disebut dengan ekstrak. Sistem pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus dipilih berdasarkan kemampuan dalam melarutkan jumlah yang maksimum dari zat aktif dan seminimum mungkin bagi unsur yang tidak diinginkan (Voight 1994). Beberapa bahan yang dapat dijadikan mesentrum diantaranya air, campuran hidroalkohol, dan gliserin. Gliserin dan campuran hidroalkohol merupakan bahan mesentrum yang sering digunakan. Penggunaan ini dikarenakan mudah tercampur, melindungi dari kontaminasi mikroba, mencegah pemisahan dengan bahan yang diekstraksi, dan dapat membantu kemantapan dari ekstrak obat (Voight 1994).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 34 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penapisan fitokimia merupakan suatu metode kimia untuk mengetahui kandungan kimia suatu simplisia, ekstrak ataupun fraksi senyawa metabolit suatu tanaman herbal. Hasil penapisan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Tanaman alpukat.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Tanaman alpukat. 3 TINJAUAN PUSTAKA Alpukat Tanaman alpukat berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah dan diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-18, namun secara resmi antara tahun 1920-1930 (Anonim 2009). Kata

Lebih terperinci

PENGARUH FRAKSI N-HEKSANDAUN ALPUKAT TERHADAP GAMBARAN UREUM DAN KREATININ PADA TIKUS HARIS PRAYITNO

PENGARUH FRAKSI N-HEKSANDAUN ALPUKAT TERHADAP GAMBARAN UREUM DAN KREATININ PADA TIKUS HARIS PRAYITNO 1 PENGARUH FRAKSI N-HEKSANDAUN ALPUKAT TERHADAP GAMBARAN UREUM DAN KREATININ PADA TIKUS HARIS PRAYITNO DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI DAN PATOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

EFEK EKSTRAK TANDUK RUSA SAMBAR (CERVUS UNICOLOR) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS)

EFEK EKSTRAK TANDUK RUSA SAMBAR (CERVUS UNICOLOR) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS) EFEK EKSTRAK TANDUK RUSA SAMBAR (CERVUS UNICOLOR) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS) Defriana, Aditya Fridayanti, Laode Rijai Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 1. Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... A. B. C. D. 1 2 3 4 E. Kunci Jawaban : D

Lebih terperinci

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter Ginjal adalah organ pengeluaran (ekskresi) utama pada manusia yang berfungsi untik mengekskresikan urine. Ginjal berbentuk seperti kacang merah, terletak di daerah pinggang, di sebelah kiri dan kanan tulang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga retroperitonium. Secara anatomi ginjal terletak dibelakang abdomen atas dan di kedua sisi kolumna

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Tanaman Pada penelitian ini digunakan Persea americana Mill yang diperoleh dari perkebunan Manoko, Lembang, sebanyak 800 gram daun alpukat dan 800 gram biji alpukat.

Lebih terperinci

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru O R G A N P E N Y U S U N S I S T E M E K S K R E S I K U L I T G I N J A L H A T I P A R U - P A R U kulit K ULIT K U L I T A D A L A H O R G A

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Persea americana Mill.

TINJAUAN PUSTAKA Persea americana Mill. 3 TINJAUAN PUSTAKA Persea americana Mill. Alpukat merupakan tanaman buah berupa pohon dengan nama alpuket (Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur dan Jawa Tengah), boah pokat, jamboo pokat (Batak), dan pookat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan diekskresi dalam

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi. Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013

Sistem Ekskresi. Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013 Sistem Ekskresi Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013 Pengertian & Fungsi Proses Ekskresi Penegrtian : Proses pengeluaran zat-zat sisa hasil

Lebih terperinci

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik Latar Belakang Masalah Gagal ginjal kronik merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah dan diserap di dinding

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah dan diserap di dinding BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Karbohidrat merupakan salah satu senyawa yang penting dalam tubuh manusia. Senyawa ini memiliki peran struktural dan metabolik yang penting. 10 Selama proses pencernaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk akhir metabolisme kreatin.keratin sebagai besar dijumpai di otot rangka, tempat zat terlibat dalam penyimpanan energy sebagai keratin fosfat.dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2 kelompok. Pada kelompok pertama adalah kelompok pasien yang melakukan Hemodialisa 2 kali/minggu,

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi Manusia

Sistem Ekskresi Manusia Sistem Ekskresi Manusia Sistem ekskresi merupakan sistem dalam tubuh kita yang berfungsi mengeluarkan zatzat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh dan zat yang keberadaannya dalam tubuh akan mengganggu

Lebih terperinci

Sistem Osmoregulasi Pada Ikan

Sistem Osmoregulasi Pada Ikan Sistem Osmoregulasi Pada Ikan A. Pengertian Osmoregulasi Osmoregulasi adalah proses pengatur konsentrasi cairan dan menyeimbangkan pemasukan serta pengeluaran cairan tubuh oleh sel atau organisme hidup.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh manusia terutama dalam sistem urinaria. Pada manusia, ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Berenuk (Crescentia cujete L). a. Sistematika Tumbuhan Kingdom : Plantae Sub kingdom : Tracheobionata Super divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

I. PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab terjadinya peningkatan prevalensi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang berfungsi dalam proses penyaringan dan pembersihan darah. Ginjal menjalankan fungsi vital sebagai pengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu industri minuman yang dikemas dalam kantong plastik. Minuman

BAB I PENDAHULUAN. suatu industri minuman yang dikemas dalam kantong plastik. Minuman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minuman serbuk instan adalah minuman yang diproduksi oleh suatu industri minuman yang dikemas dalam kantong plastik. Minuman tersebut dijual dan dapat ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal mempunyai peran yang sangat penting dalam mengaja kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital dalam tubuh. Ginjal berfungsi

Lebih terperinci

M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns

M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns Pendahuluan Ginjal mempertahankan komposisi dan volume cairan supaya tetap konstan Ginjal terletak retroperitoneal Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal 1. Mekanisme Filtrasi Ginjal Glomerulus adalah bagian kecil dari ginjal yang mempunyai fungsi sebagai saringan yang setiap menit kira-kira 1 liter darah yang mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas merupakan masalah dunia dan terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2014 lebih dari 600 juta penduduk dunia mengalami obesitas dan 13% remaja berusia 18

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara mutlak maupun relatif (Schoenfelder, et al., 2006). Terapi insulin dan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara mutlak maupun relatif (Schoenfelder, et al., 2006). Terapi insulin dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan gejala yang dapat dikarakterisasi melalui hiperglikemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme tubuh, termasuk dalam mekanisme keseimbangan kadar glukosa darah yang berperan penting dalam aktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman herbal sudah lama digunakan oleh penduduk Indonesiasebagai terapi untuk mengobati berbagai penyakit. Hal ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat berpendapat

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1 . Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal. Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... Berdasarkan pada gambar di atas yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan keanekaragaman hayatinya dan menduduki peringkat lima besar di dunia dalam hal keanekaragaman tumbuhan, dengan 38.000 spesies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal dasar dalam kehidupan untuk menunjang semua aktivitas mahkluk hidup. Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. hal dasar dalam kehidupan untuk menunjang semua aktivitas mahkluk hidup. Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hal dasar dalam kehidupan manusia. Dengan kondisi yang sehat dan tubuh yang prima, manusia dapat melaksanakan proses kehidupan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Urinalisis Urinalisis merupakan suatu metode analisa untuk mengetahui zat-zat yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine. Urinalisis berasal dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang volatil (mudah

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat Komposisi rumput laut Padina australis yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu tidak larut asam dilakukan

Lebih terperinci

FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph

FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph Dr. MUTIARA INDAH SARI NIP: 132 296 973 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN.......... 1 II. ASAM BASA DEFINISI dan ARTINYA............ 2 III. PENGATURAN KESEIMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman beralkohol telah banyak dikenal oleh masyarakat di dunia, salah satunya Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup tinggi angka konsumsi minuman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Pengujian nilai LD 50 Dari pengujian yang dilakukan menggunakan dosis yang bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada hewan coba dalam

Lebih terperinci

Reabsorpsi dan eksresi cairan, elektrolit dan non-elektrolit (Biokimia) Prof.dr.H.Fadil Oenzil,PhD.,SpGK Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Reabsorpsi dan eksresi cairan, elektrolit dan non-elektrolit (Biokimia) Prof.dr.H.Fadil Oenzil,PhD.,SpGK Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Reabsorpsi dan eksresi cairan, elektrolit dan non-elektrolit (Biokimia) Prof.dr.H.Fadil Oenzil,PhD.,SpGK Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Fungsi homeostatik ginjal Proses penyaringan (filtrasi)

Lebih terperinci

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA A. GINJAL SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA Sebagian besar produk sisa metabolisme sel berasal dari perombakan protein, misalnya amonia dan urea. Kedua senyawa tersebut beracun bagi tubuh dan harus dikeluarkan

Lebih terperinci

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI 15 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI Pengeluaran zat di dalam tubuh berlangsung melalui defekasi yaitu pengeluaran sisa pencernaan berupa feses. Ekskresi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rataan volume urin (ml) kumulatif tikus percobaan pada setiap jam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rataan volume urin (ml) kumulatif tikus percobaan pada setiap jam 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini terdiri atas volume urin, persentase ekskresi urin, kerja diuretik, aktivitas diuretik, ph, kadar natrium, dan kalium urin. Selanjutnya, hasil penelitian disajikan

Lebih terperinci

Reabsorbsi pada kapiler peritubuler

Reabsorbsi pada kapiler peritubuler SISTEM UROPOETIKA Reabsorbsi pada kapiler peritubuler Substansi yang dieliminasikan dari tubuh melalui filtrasi dari kapiler peritubuler GANGGUAN GINJAL Menunjukkan gejala klinis jika 70% fungsinya terganggu

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) Abstrak Kulit buah langsat diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut yang berbeda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perhatian adalah buah luwingan (Ficus hispida L.f.). Kesamaan genus buah

I. PENDAHULUAN. perhatian adalah buah luwingan (Ficus hispida L.f.). Kesamaan genus buah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengobatan terhadap penyakit ringan atau berat dapat dilakukan menggunakan obat sintetis ataupun obat yang berasal dari bahan alam. Namun demikian, beberapa pihak terutama

Lebih terperinci

studi populasi diabetes melitus diberbagai negara, Indonesia menempati urutan ke-4 pada tahun 2000 dengan jumlah penderita DM 8,4 juta jiwa setelah

studi populasi diabetes melitus diberbagai negara, Indonesia menempati urutan ke-4 pada tahun 2000 dengan jumlah penderita DM 8,4 juta jiwa setelah BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes melitus berasal dari kata Yunani διαβαίνειν, diabainein, tembus atau pancuran air, dan kata Latin melitus, rasa manis. Diabetes juga umum dikenal sebagai kencing manis, di mana

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3 1. Zat yang tidak boleh terkandung dalam urine primer adalah... Air Asam amino Urea Protein Kunci Jawaban : D Menghasilkan urine primer

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang yang masing-masing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang yang masing-masing BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ginjal Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang yang masing-masing berukuran satu kepalan tangan, dan terletak tepat di bawah tulang rusuk. Setiap hari kedua ginjal menyaring

Lebih terperinci

Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan

Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan Indikator Pencapaian: MATERI IX SISTEM EKSKRESI Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan Materi Mahluk hidup dalam hidupnya melakukan metabolisme. Metabolisme ini selain

Lebih terperinci

a. Cedera akibat terbakar dan benturan b. Reaksi transfusi yang parah c. Agen nefrotoksik d. Antibiotik aminoglikosida

a. Cedera akibat terbakar dan benturan b. Reaksi transfusi yang parah c. Agen nefrotoksik d. Antibiotik aminoglikosida A. Pengertian Gagal Ginjal Akut (GGA) adalah penurunan fungsi ginjal mendadak dengan akibat hilangnya kemampuan ginjal untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Akibat penurunan fungsi ginjal terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida adalah bahan racun yang disamping memberikan manfaat di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida adalah bahan racun yang disamping memberikan manfaat di bidang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pestisida adalah bahan racun yang disamping memberikan manfaat di bidang pertanian tetapi dapat memberikan dampak terhadap kesehatan masyarakat. Residu pestisida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan perkembangan teknologi sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat, salah satu dampak negatifnya ialah munculnya berbagai penyakit degeneratif seperti Diabetes

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji ) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Durian 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian Menurut Rahmat Rukmana ( 1996 ) klasifikasi tanaman durian adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh yang berperan dalam mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume

Lebih terperinci

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si darma_erick77@yahoo.com LOGO Proses Pengeluaran Berdasarkan zat yang dibuang, proses pengeluaran pada manusia dibedakan menjadi: Defekasi: pengeluaran zat sisa hasil ( feses

Lebih terperinci

- - SISTEM EKSKRESI MANUSIA - - sbl1ekskresi

- - SISTEM EKSKRESI MANUSIA - - sbl1ekskresi - - SISTEM EKSKRESI MANUSIA - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian sbl1ekskresi Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai sumber pangan, papan, maupun obat-obatan. Gaya hidup kembali ke

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai sumber pangan, papan, maupun obat-obatan. Gaya hidup kembali ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuh-tumbuhan mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia, baik sebagai sumber pangan, papan, maupun obat-obatan. Gaya hidup kembali ke alam (back to nature),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekarang ini hampir semua orang lebih memperhatikan penampilan atau bentuk tubuh, baik untuk menjaga kesehatan ataupun hanya untuk menjaga penampilan agar lebih menarik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada makhluk hidup multiseluler. Zatzat yang tidak digunakan oleh tubuh akan dikeluarkan dalam bentuk urin oleh ginjal. Pada seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia banyak sekali masyarakat yang mengkonsumsi produk

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia banyak sekali masyarakat yang mengkonsumsi produk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali masyarakat yang mengkonsumsi produk minuman sachet, tidak hanya dari kalangan anak-anak tetapi banyak juga remaja bahkan orang tua yang gemar

Lebih terperinci

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia (Sukandar et al., 2009). Diabetes menurut WHO (1999) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi saat ini telah menjadi masalah kesehatan yang serius di dunia. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan osmotik serta stres panas. Itik akan mengalami kesulitan

PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan osmotik serta stres panas. Itik akan mengalami kesulitan I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik sangat rentan terhadap cuaca panas ditambah lagi dengan sistem pemeliharaan minim air menyebabkan konservasi air oleh ginjal lebih banyak dan meningkatnya tekanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari.

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup tinggi, kontaminasi dalam makanan, air, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tingkat kematian akibat berbagai macam penyakit seperti serangan jantung, angina, gagal jantung, stroke, penuaan, kerusakan otak, penyakit ginjal, katarak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini

BAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ribuan jenis tumbuhan yang diduga berkhasiat obat, sejak lama secara turun-temurun dimanfaatkan oleh masyarakat. Salah satu dari tumbuhan berkhasiat obat ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 tahun 2012 tentang Bahan

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 tahun 2012 tentang Bahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jenis makanan yang terdapat di masyarakat tidak jarang mengandung bahan kimia berbahaya serta tidak layak makan, penggunaan bahan kimia berbahaya yang marak digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 200 SM sindrom metabolik yang berkaitan dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein, diberi nama diabetes oleh Aretaeus, yang kemudian dikenal

Lebih terperinci

PENGANTAR FARMAKOLOGI

PENGANTAR FARMAKOLOGI PENGANTAR FARMAKOLOGI FARMAKOLOGI : PENGGUNAAN OBAT - PREVENTIV - DIAGNOSIS - PENGOBATAN GEJALA PENYAKIT FARMAKOTERAPI : CABANG ILMU PENGGUNAAN OBAT - PREVENTIV - PENGOBATAN FARMAKOLOGI KLINIK : CABANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lemak merupakan salah satu zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Lemak ini mencakup kurang lebih 15% berat badan dan dibagi menjadi empat kelas yaitu trigliserida,

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL TAHUN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL TAHUN ASIDOSIS METABOLIK Disusun oleh: Desi (A101.19.006) Dewi Sekar (A101.19.007) Dina Fitri Astuti (A101.19.008) Ela Kusumawati (A101.19.009) Fatoni Aditya O (A101.19.010) Febriana Ramadhani (A101.19.011)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang berkembang pesat. Pada 2013 populasi broiler di Indonesia mencapai 1.255.288.000 ekor (BPS,

Lebih terperinci

Kesetimbangan asam basa tubuh

Kesetimbangan asam basa tubuh Kesetimbangan asam basa tubuh dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Departemen Biokimia, Biologi Molekuler dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ph normal darah Dipertahankan oleh sistem pernafasan

Lebih terperinci

kematian sebesar atau 2,99% dari total kematian di Rumah Sakit (Departemen Kesehatan RI, 2008). Data prevalensi di atas menunjukkan bahwa PGK

kematian sebesar atau 2,99% dari total kematian di Rumah Sakit (Departemen Kesehatan RI, 2008). Data prevalensi di atas menunjukkan bahwa PGK BAB 1 PENDAHULUAN Gagal ginjal kronik merupakan salah satu penyakit yang berpotensi fatal dan dapat menyebabkan pasien mengalami penurunan kualitas hidup baik kecacatan maupun kematian. Pada penyakit ginjal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekstraksi biji tanaman kopi. Kopi merupakan minuman psikostimulant yang akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekstraksi biji tanaman kopi. Kopi merupakan minuman psikostimulant yang akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kopi 1. Pengertian kopi Kopi adalah salah satu minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman kopi. Kopi merupakan minuman psikostimulant yang akan menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola perilaku makan seseorang dibentuk oleh kebiasaan makan yang merupakan ekspresi setiap individu dalam memilih makanan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rifampisin adalah terapi lini pertama dari TBC, terutama dalam kombinasi

I. PENDAHULUAN. Rifampisin adalah terapi lini pertama dari TBC, terutama dalam kombinasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat merupakan zat kimia yang meracuni tubuh manusia bila pemberiannya tidak sesuai dosis. Obat yang menyebabkan gangguan cukup banyak termasuk antibiotik yang sebenarnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia telah memanfaatkan tumbuhan obat untuk memelihara kesehatan (Dorly,

I. PENDAHULUAN. dunia telah memanfaatkan tumbuhan obat untuk memelihara kesehatan (Dorly, I. PENDAHULUAN Tumbuhan telah digunakan manusia sebagai obat sepanjang sejarah peradaban manusia. Penggunaan tumbuh-tumbuhan dalam penyembuhan suatu penyakit merupakan bentuk pengobatan tertua di dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolisme yang disebabkan kurangnya hormon insulin. Kadar glukosa yang tinggi dalam tubuh tidak seluruhnya dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Per Mortality Rate (PMR) 13 %. Di negara-negara maju seperti

BAB I PENDAHULUAN. dengan Per Mortality Rate (PMR) 13 %. Di negara-negara maju seperti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyebab kematian dengan kontribusi sebesar 13 % kematian dari 22 % kematian akibat penyakit tidak menular utama di dunia. Insidensi penyakit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3). BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Nilai Rendemen Ekstrak Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3). 2. Deskripsi Organoleptik Ekstrak Ekstrak berbentuk kental, berasa pahit, berwarna hitam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suplemen berenergi adalah jenis minuman yang ditujukan untuk. stamina tubuh seseorang yang meminumnya. (www.wikipedia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suplemen berenergi adalah jenis minuman yang ditujukan untuk. stamina tubuh seseorang yang meminumnya. (www.wikipedia. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Suplemen Berenergi 1. Pengertian Suplemen Berenergi Suplemen berenergi adalah jenis minuman yang ditujukan untuk menambah energi, kesegaran, stimulasi metabolisme, memelihara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes adalah penyakit tertua didunia. Diabetes berhubungan dengan metabolisme kadar glukosa dalam darah. Secara medis, pengertian diabetes mellitus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Garut, Jawa Barat serta

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada setiap sediaan otot gastrocnemius dilakukan tiga kali perekaman mekanomiogram. Perekaman yang pertama adalah ketika otot direndam dalam ringer laktat, kemudian dilanjutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zat gizi dalam makanan yang telah dikenal adalah karbohidrat, lemak,

BAB I PENDAHULUAN. Zat gizi dalam makanan yang telah dikenal adalah karbohidrat, lemak, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zat gizi dalam makanan yang telah dikenal adalah karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan protein. Protein dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan ataupun penggantian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Walaupun nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering memudahkan diagnosis, pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab meningkatnya prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ terpenting dalam mempertahankan homeostasis cairan tubuh secara baik. Berbagai fungsi ginjal untuk mempertahankan homeostatic dengan mengatur

Lebih terperinci

EFEK DIURETIK DAN DAYA LARUT BATU GINJAL DARI EKSTRAK TALI PUTRI (Cassytha filiformis L.)

EFEK DIURETIK DAN DAYA LARUT BATU GINJAL DARI EKSTRAK TALI PUTRI (Cassytha filiformis L.) EFEK DIURETIK DAN DAYA LARUT BATU GINJAL DARI EKSTRAK TALI PUTRI (Cassytha filiformis L.) Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.3

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.3 1. Kaitan antara hati dan eritrosit adalah??? SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.3 Hati berperan dalam perombakan eritosit Hati menghasilkan eritrosit Eritrosit merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Wasser, 2002). Polisakarida mempunyai kemampuan untuk meningkatkan sistem

BAB I PENDAHULUAN. (Wasser, 2002). Polisakarida mempunyai kemampuan untuk meningkatkan sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jamur merupakan sumber terbesar dari produk baru dalam bidang farmasi. Lebih dari itu, jamur memiliki peranan penting dalam pengobatan modern, itu menunjukkan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegemukan atau obesitas telah menjadi hal yang dikhawatirkan banyak orang sejak dahulu. Hal ini tak lepas dari berbagai penyakit yang dapat diakibatkan oleh obesitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berkembang, sehingga banyak menimbulkan perubahan baik dari pola hidup maupun pola makan. Pola hidup seperti kurang berolahraga dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron ginjal, mengakibatkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008). Tindakan mempertahankan dan

Lebih terperinci

Artikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga

Artikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga Artikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga A. PENGERTIAN Larutan penyangga atau dikenal juga dengan nama larutan buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan nilai ph apabila larutan tersebut ditambahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepanjang hidup manusia secara langsung atau tidak terpapar bahan kimia. Beberapa bahan kimia yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari diketahui berbahaya. Bahaya

Lebih terperinci