PERIOPERATIF KARDIOLOGI PADA GERIATRI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERIOPERATIF KARDIOLOGI PADA GERIATRI"

Transkripsi

1 PERIOPERATIF KARDIOLOGI PADA GERIATRI Bistok Sihombing, Ricky Rivalino Sitepu Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Pendahuluan Seiring bertambahnya usia maka terjadi penurunan kemampuan kardiak dan timbulnya penyakit jantung yang tak terlihat secara klinis. Segala perubahan fisiologis yang terjadi pada sistem kardiovaskular bertanggung jawab terhadap peningkatan insidensi infark miokard, gagal jantung, dan aritmia perioperative pada usia lanjut. Hal ini menyebabkan pasien usia lanjut memiliki resiko lebih besar dalam menjalani operasi dikarenakan berkurangnya kemampuan untuk mengembalikan homeostasis fisilogik saat menjalani pembedahan []. Reading assignment kali ini membahas mengenai perubahan fungsi jantung yang terjadi pada usia lanjut dan juga penanganan perioperatif. Perubahan Fisiologis Jantung Perubahan-perubahan yang terjadi di sistem kardiovaskular pada kelompok usia lanjut meningkatkan resiko terjadinya kegagalan jantung, infark miokard, dan juga aritmia perioperatif. Perubahan akibat penuaan antara lain adalah penurunan sensitivitas system parasimpatis dalam mengubah tanggapan baroreseptor, tekanan darah, dan denyut jantung (table ). Sensitivitas system simpatis juga menurun. Kondisi tersebut menurunkan kemampuan tubuh untuk mengkompensasi perubahan yang mendadak. Pembuluh darah arteri dan vena menjadi kaku sehingga menurunkan kapasitas untuk berkontriksi atau berdilatasi. Kekakuan miokardium juga terjadi sehingga memengaruhi relaksasi diastolic dan tekanan pengisian. Pada gilirannya akan terjadi disfungsi diastollik dengan peningkatan arterial kiri dan kongesti paru [].

2 Pemberian obat anastesi menyebabkan vasodilatasi perifer dan menurunkan resistensi vaskular. Pada kelompok usia lanjut yang memiliki volume intravaskular yang kurang akibat pemakaian diuretik, pemberian obat anastesi dapat menyebabkan pengurangan perfusi ke jaringan secara mendadak []. Tabel. Perubahan Fisiologis Jantung Terkait Proses Penuaan dan Pengaruhnya Terhadap Perawatan Perioperatif [] Perubahan Pengaruh Kekakuan vaskular Tekanan darah dan beban ventrikel Kekakuan ventrikel Hipertensi Degenerasi system konduksi Hipertrofi ventrikel Degenerasi katup jantung Sensitivitas terhadap perubahan volume Frekuensi jantung maksimal Respon frekuensi jantung Dekondisi kardiopulmonal Resiko blok AV derajat tinggi Prevelensi penyakit arteri koroner Resiko iskemia miokard Pengkajian Pra Operasi Pada Lansia Saat melakukan pengkajian pra operasi pada pasien usia lanjut, sangat penting untuk meletakkan fungsi sistem kardiovaskular dalam konteks secara menyeluruh. The American Heart Association dan American College of Cardiology (AHA/ACC) telah mepublikasikan algoritma terbaru yang dapat membantu dalam pengkajian risiko praoperatif. Berdasarkan algoritma AHA/ACC, faktor usia merupakan predictor klinis minor sehingga meskipun berusia lanjut namun tidak memiliki predictor klinis mayor atau menengah dan memiliki kapasitas fungsional moderate/baik >4 metabolik equivalent/met (mampu naik tangga) atau bila kapasitas fungsional buruk <4 MET namun menjalani prosedur operasi risiko rendah/menengah, dapat dilakukan operasi tanpa perlu dilakukan pemeriksaan non invasif atau invasif terlebih dahulu [3]. a. Algoritme AHA/ACC

3 Berdasarkan Algoritme yang dikeluarkan AHA/ACC pendekatan dalam penilaian jantung perioperatif dibagi membagi 4 tahap (gambar ). Tahap : Menentukan urgensi operasi non kardiak. Pada kasus emergensi yang membutuhkan operasi secepatnya, penilaian risiko kardiak dilakukan pasca operasi. Pada keadaan tersebut, konsultan dapat memberikan risiko rekomendasi untuk tatalaksana medis perioperatif [3]. Tahap : Melihat apakah pasien memiliki salah satu kondisi jantung aktif pada table. Jika tidak, masuk ke tahap 3. Pada pasien yang dilakukan operasi elektif, adanya penyakit koroner yang tidak stabil, gagal jantung dekompensata, aritmia, atau kelainan katup dapat mengakibatkan penundaan atau pembatalan operasi hingga masalah jantung dapat diklarifikasi dan diterapi secara adekuat. Bergantung dari hasil tes dan risiko operasi, biasanya pasien cukup adekuat untuk dilakukan operasi dengan pemberian terapi medis maksimal. Tabel. Kondisi jantung aktif di mana pasien harus menjalani evaluasi sebelum dilakukan operasi elektif. Sindrom koroner tidak stabil a. Unstable angina atau angina pektoris berat (Kelas III atau IV) b. Infark miokard akut (<30 hari) dengan risiko iskemik. Gagal jantung kongestif stadium dekompensasi (Kelas IV NYHA) 3. Aritmia bermakna a. Blok AV derajat tinggi, blok AV mobitz II, blok AV derajat III b. Aritmia ventrikular simptomatik yang didasari kelainan jantung c. Aritmia supraventricular atau atrial fibrilasi (>00x/menit pada istirahat) d. Bradikardia simtomatik e. Takikardia ventrikular 4. Penyakit katup yang berat a. Stenosis aorta berat (mean preassure gradient >40 mmhg) b. Stenosis mitral simtomatik (sesak saat aktivitas) 3

4 Tahap 3: Melihat apakah pasien menjalani operasi risiko rendah? Pada tahap ini, faktor usia menjadi penting dalam menilai stratifikasi risiko kardiak (table 3). Pasien dengan umur >70 tahun dan akan menjalani operasi major memiliki risiko kardiak tinggi, >5%, sehingga memerlukan pemeriksaan kapasitas fungsional atau bahkan intervensi. Tabel 3. Stratifikasi risiko kardiak pada tindakan bedah non jantung [3] Tinggi (risiko kardiak >5%) o Operasi emergensi atau major pada usia tua o Aorta dan vascular major lainnya o Vaskular perifer o Tindakan bedah yang lama dan terjadi pergeseran o Cairang dan/atau darah hilang yang banyak Sedang (risiko kardiak <5%) o Carotid end arterectomy o Kepala dan leher o Intra peritoneal dan intratorak o Ortopedi o Prostate Rendah (risiko kardiak <%) o Prosedur endoskopi o Prosedur superficial o Katarak o Payudara Tahap 4: Apakah pasien mempunyai kapasitas fungsional yang baik? Penilaian kapasitas fungsional dilakukan pada mereka yang memiliki riwayat kardiovaskular atau sekurang-kurangnya faktor risiko klinis. Penilaian dilakukan dengan menggunakan treadmill namun dapat juga dilakukan dengan menilai metabolic equivalents (METs) pada tabel 4. 4

5 Tabel 4. Taksiran kebutuhan energi pada berbagai aktivitas [3] METs Apakah dapat mengurus diri sendiri? Makan, berpakaian, ke toilet? Berjalan dari rumah? Berjalan atau blok pada jalan datar 3,-4,8 km/jam. Dapat mengerjakan pekerjaan rumah seperti membersihkan debu atau mencuci piring/ 4 METs Naik trap anak tangga atau jalan mendaki? Jalan datar 6,4 km/jam? Lari jarak pendek? Mengerjakan pekerjaan berat seperti menyikat lantai, mengangkat/menggeser perabot yang berat? Mengikuti aktivitas seperti gold, bowling, menari tenis ganda, melempar base ball atau bola kaki? >0 METs Olah raga renang, tenis tunggal, bola kaki, bola basket atau main ski? Kapasitas fungsional diklasifikasikan sebagai sangat baik (>0 METs), baik (7-0 METs), sedang (4-7 METs), dan rendah (<4 METs). Risiko perioperatif kardiak mengingkat pada pasien yang memiliki kapasitas fungsional <4 METs. Tahap 5: Jika pasien mempunyai kapasitas fungsional yang rendah, simptomatik atau kapasitas fungsionalnya tidak diketahui, maka perlu dinilai faktor risiko klinis untuk melakukan operasi yang direncanakan. Jika tidak ada faktor risiko klinis maka operasi dapat dilakukan sesuai rujukan Pasien dengan atau faktor risiko, beralasan untuk dilakukan operasi yang direncanakan dengan kontrol frekuensi jantung yang baik, biasanya dengan pemberian beta bloker. Pasien dengan 3 faktor risiko atau lebih, memiliki risiko sedang hingga berat. Operasi dapat dilakukan bila dinilai penyakit yang mendasari memiliki morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi. Pemberian beta bloker dilakukan untuk mengontrol frekuensi jantung. Pemeriksaan dengan tes non invasif hanya dilakukan bila akan mengubah tata laksana terapi. Pada pasien yang akan menjalani operasi vaskular, pemeriksaan hanya dilakukan bila akan mengubah tatalaksana terapi. Jenis operasi yang memiliki risiko sama dengan bedah vascular belum memiliki data penelitian yang lebih dalam [3]. 5

6 Gambar. Algoritme evaluasi kardiovaskular pada operasi non kardiak [3] b. Indeks praoperasi Goldman Salah satu indeks risiko jantung yang paling banyak digunakan pada pasien lanjut usia diantaranya adalah cardiac risk index/cri dari Goldman. Terdapat 9 faktor independen dan usia merupakan salah satu faktor yang dinilai penting (nilai 5) dalam memprediksi outcome jantung pasca pembedahan. Faktor-faktor tersebut diantaranya meliputi: Tabel 5. Indeks Goldman cardiac risk index untuk perioperatif Riwayat Infark miokard dalam 6 bulan terakhir 0 Usia di atas 70 tahun 5 6

7 Pemeriksaan fisik Bunyi jantung 3 & tekanan vena Jugular meningkat Stenosis aorta berat 3 Electrocardiogram EKG menunjukkan lebih dari 5 PVC (premature ventricular contracture) 7 EKG PAC (premature atrial contraction) atau irama selain sinus 7 Faktor lainnya Prosedur emergensi 4 Pembedahan intra toraks, intra abdomen, atau aorta 3 Keadaan umum buruk, metabolic atau tirah baring lama 3 Nilai dari 9 faktor tersebut dijumlah dan digunakan untuk mengklasifikasikan pasien menjadi 4 kategori risiko, yakni: Kelas Nilai Komplikasi Mengancam Kematian (%) Nyawa (%) Kelas I 0-5 0,7 0, Kelas II 6-0,5 Kelas III 3-5 Kelas IV >6 56 Pasien berusia lanjut di atas 70 tahun yang menjalani pembedahan intraabdomen, intra toraks, atau prosedur aorta, dan yang memiliki 5 faktor pertama akan memili poin total 3, dan kondisi tersebut menempatkan mereka pada kategori berisiko tertinggi [4]. c. Elektrokardiografi EKG merupakan evaluasi praoperasi yang harus dilakukan secara rutin untuk menilai risiko kardiak terutama pada mereka yang berusia lanjut dan memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya. EKG dikerjakan untuk mengevaluasi adanya infark 7

8 miokard sebelumnya, iskemia, aritmia, gangguan konduksi, hipertrofi ventrikel kiri dan perubahan pada gelombang ST-T yang non spesifik. Temuan yang berarti adalah bila ada infark miokard yang tidak bergejala, terutama pada pasien yang EKG sebelumnya tidak menunjukkan gambaran seperti infark miokard. Adanya hipertrofi ventrikel kiri menunjukkan adanya hipertensi yang lama, sesuai dengan temuan klinis pada pasien atau tidak harus disesuaikan. Banyak jenis aritmia bisa ditemukan dari EKG. Depresi pada segmen ST yang signifikan dan adanya blok cabang berkas kiri (LBBB) tidak meningkatkan risiko perioperatif pada pasien yang diketahui maupun tidak diketahui menderita PJK [5]. Meskipun demikian, abnormalitas EKG yang dijumpai pada usia lanjut tidak dapat memprediksi komplikasi kardiak paska operasi. Penelitian Linda et al, 00, menunjukkan pasien usia lanjut dengan gangguan jantung berdasarkan hasil EKG tidak mempunyai komplikasi yang signifikan dibandingkan pada pasien lanjut usia dengan EKG normal. Risiko mortalitas yang disebabkan oleh komplikasi jantung paska operasi lebih dapat diprediksi dari kekuatan fisik, riwayat penyakit, dan jenis operasi yang dilakukan pada pasien [5]. d. Ekokardiografi Pemeriksaan ekokardiografi saat istirahat bukan merupakan pemeriksaan rutin. Namun jika ditemukan pada beberapa pasien terdapat perburukan/penurunan kemampuan fisik ekokardiografi ini bisa menjadi alat bantu. Hasul pemeriksaan fraksi ejeksi ventrikel kiri bisa diketahui dari pemeriksaan ini. Angka <35% bisa menjadi petunjuk akan terjadinya gagal jantung pasca operasi, tapi tidak dapat memprediksi iskemia miokard perioperatif. Pemeriksaan ini sangat dianjurkan pada pasien dengan kecurigaan memiliki penyakit jantung katup dan kardiomiopati (table ) []. Terapi Perioperatif Pada Penyakit Kardiovaskular 8

9 Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, faktor usia merupakan faktor independen dalam memprediksi risiko operasi. Perlu dijadikan perhatian bahwa pasien lanjut usia (batas usia >70 tahun) sering memiliki riwayat penyakit kardiovaskular. Tugas kita adalah menurunkan risiko kardiak tersebut dengan pemberian terapi medikamentosa atau bahkan dengan tindakan langsung seperti PCI. Penatalaksanaan umumnya tidak berbeda pada pasien lansia. Yang perlu dipertanyakan adalah apakah tindakan intervensi tersebut dapat memperbaiki outcome? Berapa lama tindakan tersebut diberikan? Dan pada pasien apa yang biasanya memberikan manfaat? Hipertensi Penelitian awal pada pasien dengan hipertensi berat yang tidak terkontrol (tekanan rerata sistolik mmhg dan diastolic 05 mmhg) memperlihatkan respons hipotensi saat dilakukan induksi dan respons hipertensi terhadap stimulus yang diberikan. Penelitian lain mendapatkan adanya komplikasi pada pasien hipertensi berat seperti disritmia, iskemik dan infark miokard, komplikasi neurologis, dan gagal ginjal. Sedangkan pada pasien dengan hipertensi ringan-sedang atau terkontrol tidak memiliki peningkatan risiko operasi [6]. Terapi oral diberikan pada pasien dengan hipertensi berat (tekanan darah >80/0 mmhg) dengan rawat jalan selama beberapa hari-minggu untuk operasi elektif. Pada operasi emergensi dapat diberikan obat injeksi seperti furosemide 0-80 mg, metildopa mg, dan enalapril injeksi.5-5 mg. Antihipertensi intravena juga dapat diberikan pada pasien dengan krisis hipertensi sebelum operasi dilakukan, diantaranya nicardipin HCl 5-5 mg/jam. Tabel 6. Obat hipertensi oral [6] Kelompok Obat Dosis (mg/hari) Frekuensi (/hari) Diuretik Hidroklorotiazid.5-50 Furosemide 0-80 Penyekat reseptor Spironolakton 5-50 aldosteron Penyekat beta Atenolol

10 Bisoprolol.5-0 Metoprolol Propanolol Carvedilol.5-50 Penyekat ACE Captopril 5-00 Lisinopril 0-40 Ramipril.5-0 Antagonis angiotensin Losartan II Telmisartan 0-80 Valsarta Penyekat kanal Diltiazem kalsium extended release Amlodipin.5-0 Penyekat alfa- Doxazosin -6 Prazosin -0-3 Terazosin -0 - Agonis alfa- sentral Klonidin Metildopa Penyakit jantung koroner Penderita jantung koroner yang tidak stabil, angina pektoris berat (Skala Canadian Cardiovascular Society Kelas III-IV), dan infark miokard <30 hari memiliki risiko tinggi untuk dilakukan operasi. Pada operasi elektif pasien dapat terlebih dahulu dilakukan tindakan intervensi seperti Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) ataupun Percutaneous Coronary Intervention (PCI) [7]. Tatalaksana medikamentosa seperti bisoprolol.5-0 mg per hari atau atenolol mg per hari dapat diberikan 7 hari sebelum operasi dan dilanjutkan hingga 30 hari paska operasi. Tujuan terapi ialah untuk mencapai nadi <65 x/menit dan menurunkan angka terjadinya infark [, 7]. 0

11 Aritmia Aritmia perioperatif dibagi menjadi, yakni bradikardia dan takikardia. Risiko perioperatif pada aritmia menjadi tinggi bila terdapat keluhan seperti syncope, mual, berdebar, sesak, dan lainnya. Umumnya keluhan terjadi kondisi aritmia seperti blok AV derajat tinggi, blok AV Mobitz II, blok AV derajat III, supraventricular, dan takikardia ventrikular. Pada prinsipnya semua tatalaksana aritmia baik supraventrikular maupun ventrikular tergantung dari kausanya. Jika tidak ada dasar penyakit jantung organic atau metabolic, boleh operasi jika frekuensi denyut jantung terkontrol berkisar 60-00x/menit. Terapi pada aritmia yang tidak terkontrol dapat diberikan obat kardioversi seperti pada table 6 [8]. Tabel 7. Dosis obat yang direkomendasikan efektif untuk kardioversi farmakologis Obat Dosis Amiodaron Rawat inap:.-.8 g/hari dalam dosis terbagi sampai 0 g. Kemudian mg/hari sebagai dosis pemeliharaan atau 30 mg/kg sebagai dosis tunggal. Rawat jalan: mg/hari dalam dosis terbagi sampai 0 g, kemudian mg/hari dosis pemeliharaan 5-7 mg/kg dalam menit, kemudian.-.8 gram/hari diteruskan IV atau oral dalam dosis terbagi sampai total 0 g, kemudian mg/hari sebagai dosis pemeliharaan. Dofetilide (ug BID) berdasarkan creatinine clearance dengan dosis Flecainide Oral : mg Intravena : mg/kg dalam 0-0 menit Propafenon Oral : mg Intravena :.5-.0 mg/kg

12 Quinidine Oral g dalam dosis terbagi dalam 6- jam Harus diperhatikan bahwa obat-obat tersebut dapat menyebabkan bradikardi, hipotensi, pemanjangan interval QT, torsades de pointes (jarang), gangguan saluran cerna, konstipasi, dan flebitis (IV). Penyakit jantung valvular Adanya kelainan katup seperti stenosis mitral, stenosis aorta, insufisiensi mitral dan insufisiensi aorta dapat meningkatkan risiko operasi. Pada kelainan katup yang berat (simptomatik atau mean aortic pressure gradient >40 mmhg) tindakan operasi katup dapat dilakukan. Pemberian obat ditujukan untuk mengurangi afterload, diantaranya penghambat ACE, penghambat kanal kalsium, dan penyekat beta. Terapi antibiotik terkadang diberikan pada pasien dengan operasi katup dan dengan risiko endocarditis. Contoh antibiotik yang dapat diberikan seperti ampicillin, clindamisin, amoksisilin, dan gentamisin [3]. Kesimpulan Terdapat berbagai hal yang harus diperhatikan pada pasien usia lanjut yang akan menjalani operasi oleh karena berbagai perubahan fisiologis terkait dengan proses penuaan yang dapat memengaruhi perawatan perioperatif. Pemeriksaan perioperatif kardiologi menilai faktor usia sebagai faktor independen dan tidak dapat dijadikan patokan tunggal dalam memprediksi risiko operasi.

13 REFERENSI. Arief Mansjoer, A.W.s., Idris Alwi, Ikhwan Rinaldi, Kuntjoro Harimurti, Purwita Wijaya Laksmi, Kedokteran Perioperatif, ed. A.W.s. Arief Mansjoer, Idris Alwi, Ikhwan Rinaldi, Kuntjoro Harimurti, Purwita Wijaya Laksmi007, Jakarta: InternaPublishing Rosenthal, R.A. and S.M. Kavic, Assessment and management of the geriatric patient. Critical care medicine, (4): p. S9-S Fleisher, L.A., et al., 009 ACCF/AHA focused update on perioperative beta blockade incorporated into the ACC/AHA 007 guidelines on perioperative cardiovascular evaluation and care for noncardiac surgery. Journal of the American College of Cardiology, (): p. e3-e8. 4. Goldman, L., Assessment of perioperative cardiac risk. New England Journal of Medicine, (0): p Liu, L.L., S. Dzankic, and J.M. Leung, Preoperative electrocardiogram abnormalities do not predict postoperative cardiac complications in geriatric surgical patients. Journal of the American Geriatrics Society, (7): p Zakowski, M., Perioperative Management of Hypertension, in Anaesthesia, Pain, Intensive Care and Emergency Medicine APICE999, Springer. p Mangano, D.T. and L. Goldman, Preoperative assessment of patients with known or suspected coronary disease. New England Journal of Medicine, (6): p Rydén, L., et al., Guidelines for the management of patients with ventricular arrhythmias and the prevention of sudden cardiac death--executive summary. Revista portuguesa de cardiologia: orgão oficial da Sociedade Portuguesa de Cardiologia= Portuguese journal of cardiology: an official journal of the Portuguese Society of Cardiology, (): p. 3. 3

Manajemen Kardiak Pre-Operatif pada Pasien Pembedahan Non-Kardiak : Pendekatan Berbasis Individu dan Bukti Ringkasan

Manajemen Kardiak Pre-Operatif pada Pasien Pembedahan Non-Kardiak : Pendekatan Berbasis Individu dan Bukti Ringkasan Manajemen Kardiak Pre-Operatif pada Pasien Pembedahan Non-Kardiak : Pendekatan Berbasis Individu dan Bukti Ringkasan Manajemen kardiovaskular pre-operatif adalah bagian yang penting dari keseluruhan penanganan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung, jaringan arteri, vena, dan kapiler yang mengangkut darah ke seluruh tubuh. Darah membawa oksigen dan nutrisi penting untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular yang terdiri dari penyakit jantung dan stroke merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian terjadi di negara berkembang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gagal jantung adalah keadaan di mana jantung tidak mampu memompa darah untuk mencukupi kebutuhan jaringan melakukan metabolisme dengan kata lain, diperlukan peningkatan

Lebih terperinci

Penatalaksanaan Astigmatism No. Dokumen : No. Revisi : Tgl. Terbit : Halaman :

Penatalaksanaan Astigmatism No. Dokumen : No. Revisi : Tgl. Terbit : Halaman : 1. Pengertian Angina pektoris ialah suatu sindrom klinis berupa serangan nyeri dada yang khas, yaitu seperti rasa ditekan atau terasa berat di dada yang sering menjalar ke lengan kiri. Nyeri dada tersebut

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. negara-negara maju maupun berkembang. Diantara penyakit-penyakit tersebut,

B A B I PENDAHULUAN. negara-negara maju maupun berkembang. Diantara penyakit-penyakit tersebut, B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan penyebab kematian tertinggi di negara-negara maju maupun berkembang. Diantara penyakit-penyakit tersebut, penyakit

Lebih terperinci

MANAGEMENT OF ATRIAL FIBRILLATION IN PATIENTS WITH HEART FAILURE EUROPEAN HEART JOURNAL (2007) 28, Ferry Sofyanri

MANAGEMENT OF ATRIAL FIBRILLATION IN PATIENTS WITH HEART FAILURE EUROPEAN HEART JOURNAL (2007) 28, Ferry Sofyanri MANAGEMENT OF ATRIAL FIBRILLATION IN PATIENTS WITH HEART FAILURE EUROPEAN HEART JOURNAL (2007) 28, 2568 2577 Ferry Sofyanri Kejadian AF disebabkan oleh berbagai keadaan, salah satunya adalah pada pasienpasien

Lebih terperinci

jantung dan stroke yang disebabkan oleh hipertensi mengalami penurunan (Pickering, 2008). Menurut data dan pengalaman sebelum adanya pengobatan yang

jantung dan stroke yang disebabkan oleh hipertensi mengalami penurunan (Pickering, 2008). Menurut data dan pengalaman sebelum adanya pengobatan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia saat ini adalah penyakit gagal jantung (Goodman and Gilman, 2011). Menurut data WHO 2013 pada tahun 2008,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN penduduk Amerika menderita penyakit gagal jantung kongestif (Brashesrs,

I. PENDAHULUAN penduduk Amerika menderita penyakit gagal jantung kongestif (Brashesrs, I. PENDAHULUAN Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskular masih menduduki peringkat yang tinggi. Menurut data WHO dilaporkan bahwa sekitar 3000 penduduk Amerika menderita penyakit gagal jantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular menempati urutan pertama penyebab kematian di seluruh dunia. Sebanyak 17.3 juta orang diperkirakan meninggal oleh karena penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah yang membatasi

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah yang membatasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung adalah sindroma klinis yang kompleks (sekumpulan tanda dan gejala) akibat kelainan struktural dan fungsional jantung. Manifestasi gagal jantung yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) merupakan suatu sindroma klinis berupa sekumpulan gejala khas iskemik miokardia yang berhubungan dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi seorang anestesiologis, mahir dalam penatalaksanaan jalan nafas merupakan kemampuan yang sangat penting. Salah satu tindakan manajemen jalan nafas adalah tindakan

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat

B A B I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat kaitannya. Pasien dengan diabetes mellitus risiko menderita penyakit kardiovaskular meningkat menjadi

Lebih terperinci

5/30/2013. dr. Annisa Fitria. Hipertensi. 140 mmhg / 90 mmhg

5/30/2013. dr. Annisa Fitria. Hipertensi. 140 mmhg / 90 mmhg dr. Annisa Fitria Hipertensi 140 mmhg / 90 mmhg 1 Hipertensi Primer sekunder Faktor risiko : genetik obesitas merokok alkoholisme aktivitas

Lebih terperinci

sebesar 0,8% diikuti Aceh, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 0,7 %. Sementara itu, hasil prevalensi jantung koroner menurut

sebesar 0,8% diikuti Aceh, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 0,7 %. Sementara itu, hasil prevalensi jantung koroner menurut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang menyumbang angka kematian terbesar di dunia. Disability-Adjusted Life Years (DALYs) mengatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. darah termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, infark

BAB 1 PENDAHULUAN. darah termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, infark BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Penyakit kardiovaskular merupakan gangguan pada jantung dan pembuluh darah termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, infark miokardium, penyakit vaskular

Lebih terperinci

Definisi Rehab Jantung

Definisi Rehab Jantung Rehab Jantung Definisi Rehab Jantung Serangkaian kegiatan diperlukan untuk mempengaruhi penyebab penyakit jantung dan mencapai kondisi fisik, mental dan sosial terbaik, sehingga mereka dapat mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. 2. di vena sehingga menimbulkan kenaikan tekanan vena. 3 Penyebab utama gagal

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. 2. di vena sehingga menimbulkan kenaikan tekanan vena. 3 Penyebab utama gagal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung merupakan sindroma klinis yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. 1 Dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah sindroma klinis yang ditandai dengan gejala khas iskemia miokard disertai elevasi segmen ST yang persisten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya peningkatan tekanan pengisian (backward failure), atau kombinasi

BAB I PENDAHULUAN. adanya peningkatan tekanan pengisian (backward failure), atau kombinasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal jantung terjadi ketika jantung tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh dengan jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan metabolik tubuh (forward failure), atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagal jantung adalah sindroma klinis yang kompleks yang timbul akibat kelainan struktur dan atau fungsi jantung yang mengganggu kemampuan ventrikel kiri dalam mengisi

Lebih terperinci

DIAGNOSIS ARITMIA DEFINISI

DIAGNOSIS ARITMIA DEFINISI DIAGNOSIS DEFINISI ARITMIA Deviasi abnormal dari irama sinus yaitu suatu gangguan pembentukan impuls dan atau gangguan sistem konduksi listrik jantung. Gangguan Pembentukan Impuls. 1. Gangguan Pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan adanya penyempitan pada katup mitral (Rilantono, 2012). Kelainan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan adanya penyempitan pada katup mitral (Rilantono, 2012). Kelainan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stenosis mitral adalah penyakit kelainan katup jantung yang menyebabkan terlambatnya aliran darah dari atrium kiri menuju ventrikel kiri pada fase diastolik disebabkan

Lebih terperinci

Informed Consent Penelitian

Informed Consent Penelitian 62 Lampiran 1. Lembar Kerja Penelitian Informed Consent Penelitian Yth. Bapak/Ibu.. Perkenalkan saya dr. Ahmad Handayani, akan melakukan penelitian yang berjudul Peran Indeks Syok Sebagai Prediktor Kejadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling sering adalah berupa angina pektoris stabil (Tardif, 2010; Montalescot et al.,

BAB I PENDAHULUAN. paling sering adalah berupa angina pektoris stabil (Tardif, 2010; Montalescot et al., BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada penyakit jantung koroner (PJK) terdapat kondisi dimana terjadi ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan yang menyebabkan kondisi hipoksia pada miokardium

Lebih terperinci

BAB I. 1.1 Latar Belakang. Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang

BAB I. 1.1 Latar Belakang. Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang BAB I 1.1 Latar Belakang Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang abnormal dengan aktivitas listrik jantung yang cepat dan tidak beraturan. Hal ini mengakibatkan atrium bekerja terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian. Kasus ini menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung.

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung. BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otot jantung. Angina seringkali digambarkan sebagai remasan, tekanan, rasa berat, rasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kardiotoksisitas adalah efek samping yang tidak diinginkan pada jantung dan pembuluh darah yang disebabkan karena efek kemoterapi. Diantara efek kardiotoksisitas pada

Lebih terperinci

Ns. Furaida Khasanah, M.Kep Medical surgical department

Ns. Furaida Khasanah, M.Kep Medical surgical department Ns. Furaida Khasanah, M.Kep Medical surgical department Survey WHO, 2009 : angka kematian akibat penyakit kardiovaskular terus meningkat, thn 2015 diperkirakan 20 juta kematian DKI Jakarta berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut data statistik WHO (World Health Organization) penyakit kardiovaskular mengalami pertumbuhan, diprediksi pada tahun 2020 penyakit kronis akan mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segmen ST yang persisten dan peningkatan biomarker nekrosis miokardium.

BAB I PENDAHULUAN. segmen ST yang persisten dan peningkatan biomarker nekrosis miokardium. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMAEST) adalah sindrom klinis yang ditandai dengan gejala khas iskemia miokardium disertai elevasi segmen ST yang persisten

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jantung merupakan suatu organ yang berfungsi memompa darah ke

BAB 1 PENDAHULUAN. Jantung merupakan suatu organ yang berfungsi memompa darah ke BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jantung merupakan suatu organ yang berfungsi memompa darah ke seluruh jaringan tubuh serta menarik darah kembali ke jantung. Ketidakmampuan jantung melakukan fungsinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung gagal mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan pengisian cukup. Gagal jantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia membawa dampak

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia membawa dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia membawa dampak terhadap pergeseran epidemiologi penyakit. Kecenderungan penyakit bergeser dari penyakit dominasi penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Profesor Shahryar A. Sheikh, MBBS dalam beberapa dasawarsa terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Profesor Shahryar A. Sheikh, MBBS dalam beberapa dasawarsa terakhir 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Profesor Shahryar A. Sheikh, MBBS dalam beberapa dasawarsa terakhir ancaman dari pembunuh nomor satu di dunia belum pernah surut. Tidak lagi orang tua yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat ke-3 penyebab kematian setelah stroke dan hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat ke-3 penyebab kematian setelah stroke dan hipertensi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab kematian pertama pada negara-negara berkembang. Di Indonesia, menurut hasil Riset Kesehatan Dasar(RISKESDAS)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyakit kardiovaskular yang meningkat setiap tahun menjadi masalah utama di negara berkembang dan negara maju (Adrogue and Madias, 2007). Berdasarkan

Lebih terperinci

OBAT ANTI HIPERTENSI

OBAT ANTI HIPERTENSI OBAT ANTI HIPERTENSI Obat antihipertensi Hipertensi adalah penyakit kardiovaskuler yang terbanyak 24% penduduk AS memiliki hipertensi Hipertensi yang berlanjut akan merusak pembuluh darah di ginjal, jantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindrom Koroner Akut (SKA)/Acute coronary syndrome (ACS) adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindrom Koroner Akut (SKA)/Acute coronary syndrome (ACS) adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindrom Koroner Akut (SKA)/Acute coronary syndrome (ACS) adalah salah satu manifestasi klinis Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang utama dan paling sering mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59

BAB 1 PENDAHULUAN. urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke tertinggi di Asia. Jumlah

Lebih terperinci

Tatalaksana Sindroma Koroner Akut pada Fase Pre-Hospital

Tatalaksana Sindroma Koroner Akut pada Fase Pre-Hospital Tatalaksana Sindroma Koroner Akut pada Fase Pre-Hospital dr Jetty RH Sedyawan SpJP K FIHA FAsCC Sindroma koroner akut (SKA) atau acute coronary syndrome (ACS) merupakan suatu spektrum penyakit jantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangan jantung merupakan penyakit mematikan nomor satu di dunia. Banyak data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung menempati posisi pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab stenosis mitral paling sering adalah demam rematik, kemudian dapat

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab stenosis mitral paling sering adalah demam rematik, kemudian dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Stenosis mitral adalah kondisi dimana terjadi hambatan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri pada fase diastolik akibat penyempitan katup mitral. 1 Penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyekat beta merupakan salah satu terapi medikamentosa pada pasien

BAB I PENDAHULUAN. Penyekat beta merupakan salah satu terapi medikamentosa pada pasien BAB I PENDAHULUAN 1.A. Latar Belakang Penelitian Penyekat beta merupakan salah satu terapi medikamentosa pada pasien penyakit jantung koroner (PJK). Penggunaan penyekat beta diindikasikan pada semua pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di antara penyakit-penyakit neurologi yang terjadi pada orang dewasa, stroke menduduki rangking pertama baik pada frekuensinya maupun pada pentingnya (emergensi) penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang albuminuria, yakni: mikroalbuminuria (>30 dan <300 mg/hari) sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang albuminuria, yakni: mikroalbuminuria (>30 dan <300 mg/hari) sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan faktor resiko yang telah diketahui untuk Cardiovascular Disease (CVD) dan progresi penyakit ginjal. Proteinuria umumnya terjadi pada pasien

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tindakan laringoskopi dan intubasi endotrakhea merupakan hal yang rutin dilakukan pada anastesi umum. Namun tindakan laringoskopi dan intubasi tersebut dapat menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Hubungan antara..., Eni Indrawati, FK UI, Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL. Hubungan antara..., Eni Indrawati, FK UI, Universitas Indonesia 23 BAB 4 HASIL 4.1 Karakteristik Umum Sampel penelitian yang didapat dari studi ADHERE pada bulan Desember 25 26 adalah 188. Dari 188 sampel tersebut, sampel yang dapat digunakan dalam penelitian ini sebesar

Lebih terperinci

Mahasiswa mampu: 3. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kateterisasi jantung

Mahasiswa mampu: 3. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kateterisasi jantung Wantiyah Mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan tentang arteri koroner 2. Menguraikan konsep keteterisasi jantung: pengertian, tujuan, indikasi, kontraindikasi, prosedur, hal-hal yang harus diperhatikan 3. Melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Asia saat ini terjadi perkembangan ekonomi secara cepat, kemajuan industri, urbanisasi dan perubahan gaya hidup seperti peningkatan konsumsi kalori, lemak, garam;

Lebih terperinci

4. HASIL 4.1 Karakteristik pasien gagal jantung akut Universitas Indonesia

4. HASIL 4.1 Karakteristik pasien gagal jantung akut Universitas Indonesia 4. HASIL Sampel penelitian diambil dari data sekunder berdasarkan studi Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) pada bulan Desember 2005 Desember 2006. Jumlah rekam medis yang didapat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia dalam dekade terakhir (2000-2011). Penyakit ini menjadi penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit ini diperkirakan menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global dan prevalensinya hampir

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Pasien Penelitian mengenai evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien stoke akut di bangsal rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta

Lebih terperinci

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit hipertensi atau disebut juga tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Tekanan darah pasien

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Jantung Koroner 2.1.1 Definisi Penyakit jantung koroner adalah penyakit pada pembuluh darah arteri koroner yang terdapat di jantung, yaitu terjadinya penyempitan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada umumnya berakhir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. arrhythmias, hypertension, stroke, hyperlipidemia, acute myocardial infarction.

BAB 1 PENDAHULUAN. arrhythmias, hypertension, stroke, hyperlipidemia, acute myocardial infarction. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian pada negara maju antara lain heart failure, ischemic heart disease, acute coronary syndromes, arrhythmias,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi aorta dan cabang arteri yang berada di perifer terutama yang memperdarahi

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi aorta dan cabang arteri yang berada di perifer terutama yang memperdarahi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah gangguan vaskular yang disebabkan oleh proses aterosklerosis atau tromboemboli yang mengganggu struktur maupun fungsi aorta dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teoritik A.1. Hipertensi a. Definisi : Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah 140 mmhg (tekanan sistolik) dan atau 90 mmhg (tekanan darah

Lebih terperinci

The Prevalence and Prognosis of Resistant Hypertension in Patients with Heart Failure

The Prevalence and Prognosis of Resistant Hypertension in Patients with Heart Failure The Prevalence and Prognosis of Resistant Hypertension in Patients with Heart Failure Pembimbing : dr. Dasril Nizam, Sp. PD Disusun oleh : Isnan Wahyudi 1102009145 Judul asli : The Prevalence and Prognosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi telah menjadi penyebab kematian yang utama dari 57,356 penduduk Amerika, atau lebih dari 300,000 dari 2.4 milyar total penduduk dunia pada tahun 2005. Selebihnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maju, dan sampai dengan tahun 2020 diprediksikan merupakan penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maju, dan sampai dengan tahun 2020 diprediksikan merupakan penyebab kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian terbesar di negara maju, dan sampai dengan tahun 2020 diprediksikan merupakan penyebab kematian terbesar di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal jantung disebabkan oleh beberapa keadaan yang menyebabkan kerusakan otot jantung, termasuk Coronary Artery Disease (CAD), heart attack, kardiomiopati dan keadaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Hipertensi Hipertensi dapat ditetapkan sebagai tingginya tekanan darah secara menetap dimana tekanan sistolik di atas 140 mmhg dan tekanan diastolik di atas 90

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun fungsional dari pengisian atau pompa ventrikel (Yancy et al., 2013).

BAB I PENDAHULUAN. maupun fungsional dari pengisian atau pompa ventrikel (Yancy et al., 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal jantung merupakan suatu sindrom klinis akibat kelainan struktural maupun fungsional dari pengisian atau pompa ventrikel (Yancy et al., 2013). Prevalensi gagal

Lebih terperinci

PREVENSI & REHABILITASI KARDIOVASKULAR DI RSJPDHK

PREVENSI & REHABILITASI KARDIOVASKULAR DI RSJPDHK PREVENSI & REHABILITASI KARDIOVASKULAR DI RSJPDHK DEFINISI REHABILITASI JANTUNG Serangkaian kegiatan diperlukan untuk memperbaiki penyebab penyakit jantung untuk mencapai kondisi fisik, mental dan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskuler secara cepat di negara maju dan negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskuler secara cepat di negara maju dan negara berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perubahan pola hidup yang terjadi meningkatkan prevalensi penyakit jantung dan berperan besar pada mortalitas serta morbiditas. Penyakit jantung diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau iskemia miokard, adalah penyakit yang ditandai dengan iskemia (suplai darah berkurang) dari otot jantung, biasanya karena penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyesuaian dari keperawatan, khususnya keperawatan perioperatif. Perawat

BAB 1 PENDAHULUAN. penyesuaian dari keperawatan, khususnya keperawatan perioperatif. Perawat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan yang pesat di bidang pembedahan dan anestesi menuntut penyesuaian dari keperawatan, khususnya keperawatan perioperatif. Perawat perioperatif mempunyai peranan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan

I. PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan jantung mempertahankan curah jantung yang cukup untuk kebutuhan tubuh sehingga timbul akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan yang semakin meningkat di dunia (Renjith dan Jayakumari, perkembangan ekonomi (Renjith dan Jayakumari, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan yang semakin meningkat di dunia (Renjith dan Jayakumari, perkembangan ekonomi (Renjith dan Jayakumari, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyebab utama kematian dan gangguan kesehatan yang semakin meningkat di dunia (Renjith dan Jayakumari, 2011). Dalam 3 dekade terakhir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Stroke atau yang sering disebut juga dengan CVA (Cerebrovascular Accident) merupakan gangguan fungsi otak yang diakibatkan gangguan peredaran darah otak,

Lebih terperinci

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010 POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010 Farida Rahmawati, Anita Agustina INTISARI Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah arteri melebihi normal dan kenaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jantung merupakan suatu organ yang memompa darah ke seluruh organ tubuh. Jantung secara normal menerima darah dengan tekanan pengisian yang rendah selama diastol dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. dunia karena biaya perawatannya yang besar, kualitas hidup yang buruk dan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. dunia karena biaya perawatannya yang besar, kualitas hidup yang buruk dan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian Gagal jantung masih merupakan beban besar bagi masyarakat di seluruh dunia karena biaya perawatannya yang besar, kualitas hidup yang buruk dan kematian dini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery Disease (CAD) merupakan suatu penyakit yang terjadi ketika arteri yang mensuplai darah untuk dinding

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersering kematian di negara industri (Kumar et al., 2007; Alwi, 2009). Infark

BAB 1 PENDAHULUAN. tersering kematian di negara industri (Kumar et al., 2007; Alwi, 2009). Infark BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infark miokard akut (IMA) yang dikenal sebagai serangan jantung, merupakan salah satu diagnosis rawat inap tersering di negara maju dan penyebab tersering kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu. Pemberian antibiotik seperti penisilin pada streptococcal faringitis turut

BAB I PENDAHULUAN. individu. Pemberian antibiotik seperti penisilin pada streptococcal faringitis turut BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Stenosis mitral adalah kondisi dimana terjadi hambatan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri pada fase diastolik akibat penyempitan katup mitral. Stenosis

Lebih terperinci

Persalinan Induksi persalinan diindikasikan pada pre-eklampsia dengan kondisi buruk seperti gangguan

Persalinan Induksi persalinan diindikasikan pada pre-eklampsia dengan kondisi buruk seperti gangguan HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN 1.1 Definisi Definisi hipertensi pada kehamilan berdasarkan nilai tekanan darah absolut (sistolik 140 atau diastolik 90 mmhg) dan dibedakan antara kenaikan tekanan darah ringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil survei kesehatan nasional pada tahun 2001 menunjukkan bahwa: 26,3% penyebab kematian adalah penyakit jantung dan pembuluh darah, kemudian diikuti oleh penyakit

Lebih terperinci

Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A

Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A PENYAKIT JANTUNG BAWAAN Penyakit jantung yang dibawa dari lahir kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir akibat gangguan atau

Lebih terperinci

Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN. Perubahan dispersi QT pada pasien gagal ginjal tahap akhir dengan terapi hemodialisis.

Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN. Perubahan dispersi QT pada pasien gagal ginjal tahap akhir dengan terapi hemodialisis. Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN Perubahan dispersi QT pada pasien gagal ginjal tahap akhir dengan terapi hemodialisis. Bapak / Ibu /Saudara/Saudari yang terhormat, Saya yang bertandatangan dibawah ini: Nama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global,

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai macam penyakit akibat gaya hidup yang tidak sehat sangat sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global, banyak stresor dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab utama kematian di negara maju dan diperkirakan akan terjadi di negara berkembang pada tahun 2020 (Tunstall. 1994). Diantaranya,

Lebih terperinci

JURNAL KOMPLIKASI ANESTESI VOLUME 1 NOMOR 3, AGUSTUS 2014 TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL KOMPLIKASI ANESTESI VOLUME 1 NOMOR 3, AGUSTUS 2014 TINJAUAN PUSTAKA JURNAL KOMPLIKASI ANESTESI VOLUME 1 NOMOR 3, AGUSTUS 2014 TINJAUAN PUSTAKA Penatalaksanaan Perioperatif pada Pasien dengan Penyakit Jantung Valvular dr. Sylvana Martina Kolibonso SpAn, KAKV Instalasi Anestesiologi

Lebih terperinci

Curah jantung. Nama : Herda Septa D NPM : Keperawatan IV D. Definisi

Curah jantung. Nama : Herda Septa D NPM : Keperawatan IV D. Definisi Nama : Herda Septa D NPM : 0926010138 Keperawatan IV D Curah jantung Definisi Kontraksi miokardium yang berirama dan sinkron menyebabkan darah dipompa masuk ke dalam sirkulasi paru dan sistemik. Volume

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUDUS TAHUN 2012 SKRIPSI

POLA PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUDUS TAHUN 2012 SKRIPSI POLA PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUDUS TAHUN 2012 SKRIPSI Oleh : SAMROTUL CHUSNA K 100 090 057 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit Menurut PERMENKES RI nomor 58 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

SOAL SOAL UJIAN SEMESTER GANJIL ILMU PENYAKIT DALAM FK UNILA, SEMESTER GANJIL. MATA KULIAH : HIPERTENSI, GAGAL GINJAL DAN GERIATRI.

SOAL SOAL UJIAN SEMESTER GANJIL ILMU PENYAKIT DALAM FK UNILA, SEMESTER GANJIL. MATA KULIAH : HIPERTENSI, GAGAL GINJAL DAN GERIATRI. SOAL SOAL UJIAN SEMESTER GANJIL ILMU PENYAKIT DALAM FK UNILA, SEMESTER GANJIL. MATA KULIAH : HIPERTENSI, GAGAL GINJAL DAN GERIATRI. Pilihlah satu jawaban yang benar : 1. Seorang wanita dengan umur 70 tahun,

Lebih terperinci

MODUL GAGAL JANTUNG AKUT

MODUL GAGAL JANTUNG AKUT MODUL GAGAL JANTUNG AKUT PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER BAGIAN KARDIOLOGI DAN KEDOKTERAN VASKULAR FAKULTAS KEDOKTERAN UNAND KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS ANDALASFAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak dengan manifestasi klinis yang paling sering, dan merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. banyak dengan manifestasi klinis yang paling sering, dan merupakan penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan jenis penyakit jantung yang paling banyak dengan manifestasi klinis yang paling sering, dan merupakan penyebab kematian tertinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah, termasuk penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung kongestif, penyakit vaskular

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Gagal jantung adalah saat kondisi jantung tidak mampu memompa darah untuk

PENDAHULUAN. Gagal jantung adalah saat kondisi jantung tidak mampu memompa darah untuk PENDAHULUAN Gagal jantung adalah saat kondisi jantung tidak mampu memompa darah untuk mencukupi kebutuhan jaringan melakukan metabolisme, dengan kata lain diperlukan peningkatan tekanan yang abnormal pada

Lebih terperinci

Farmakoterapi Obat pada Gangguan Kardiovaskuler

Farmakoterapi Obat pada Gangguan Kardiovaskuler Farmakoterapi Obat pada Gangguan Kardiovaskuler Alfi Yasmina Obat Jantung Antiangina Antiaritmia Antihipertensi Hipolipidemik Obat Gagal Jantung (Glikosida jantung) Antikoagulan, Antitrombotik, Trombolitik,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gagal jantung (heart failure) adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak

BAB 1 PENDAHULUAN. Gagal jantung (heart failure) adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung (heart failure) adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak napas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas), edema dan tanda objektif adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perubahan hemodinamik yang signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perubahan hemodinamik yang signifikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propofol telah digunakan secara luas untuk induksi dan pemeliharaan dalam anestesi umum. Obat ini mempunyai banyak keuntungan seperti mula aksi yang cepat dan pemulihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Gagal jantung kronik (GJK) merupakan penyakit yang sering muncul dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Gagal jantung kronik (GJK) merupakan penyakit yang sering muncul dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Gagal jantung kronik (GJK) merupakan penyakit yang sering muncul dan menjadi penyebab kematian tertinggi pada pasien rawat inap terutama usia lanjut (Croft

Lebih terperinci