BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan Kerja Berdasarkan asal kata, keselamatan kerja merupakan frase yang terdiri dari dua kata, yaitu keselamatan dan kerja. Menurut Geotsch (1996), keselamatan (safety) adalah keadaan terbebas dari celaka (accident) dan juga terbebas dari hampir celaka (incident atau near miss). Pada hakikatnya keselamatan adalah suatu pendekatan keilmuan dan praktis terkait faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil risiko terjadinya kecelakaan (Syaaf, 2006). Sementara itu, kerja (work/occupation) adalah kegiatan atau usaha untuk mencapai tujuan (seperti penghasilan dan lain-lain). Jadi, keselamatan kerja dapat didefinisikan sebagai pendekatan keilmuan dan praktis terkait faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil risiko terjadinya kecelakaan yang disebabkan pekerjaan. 2.2 Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja atau kecelakaan akibat kerja adalah Kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak terencana dan tidak terkendali akibat dari suatu tindakan atau reaksi suatu objek, bahan, orang, atau radiasi yang mengakibatkan cidera atau kemungkinan akibat lainnya (Heinrich, Petersen, dan Roos, 1980). Menurut Suma mur (1989), kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan kerja pada perusahaan, artinya bahwa kecelakaan kerja terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Menurut (Rachman, dkk, 1990), kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga, tidak dikehendaki, dan dapat menyebabkan kerugian baik jiwa maupun harta benda. Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 04 Tahun 1998, kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan 10

2 11 berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga, tidak dikehendaki, dan dapat menyebabkan kerugian baik jiwa maupun harta benda yang terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan serta dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. 2.3 Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja Berdasarkan model penyebab kerugian yang dikemukakan oleh Det Norske Veritas (DNV, 1996) seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini, memperlihatkan bahwa kecelakaan kerja menimbulkan kerugian yang mencakup manusia/pekerja, properti, proses, lingkungan, dan kualitas. Lack of Control Basic Causes Immediate Causes Incident Loss 1. Inadequate Programme 2. Inadequate Programme Standard 3. Inadequate Compliance to Standards Personal Factors Job Factors Substandard Acts Substandard Conditions Contact with Energy or Substance People Property Process Environment Quality Gambar 2.1 The DNV Loss Causation Model Pada tahun 1959 Heinrich menyusun daftar kerugian terselubung akibat kecelakaan sebagai berikut (ILO, 1989) : 1. Kerugian akibat hilangnya waktu karyawan yang luka. Kerugian akibat hilangnya waktu karyawan lain yang terhenti bekerja karena: a. Rasa ingin tahu. b. Rasa simpati.

3 12 c. Membantu menolong karyawan yang terluka. d. Alasan-alasan lain. 2. Kerugian akibat hilangnya waktu bagi para mandor, penyelia atau para pimpinanlainnya antara lain sebagai berikut: a. Membantu karyawan yang terluka. b. Menyelidiki penyebab kecelakaan. c. Mengatur agar proses produksi di tempat karyawan yang terluka tetap dapat dilanjutkan oleh karyawan lainnya. d. Memilih, melatih ataupun menerima karyawan baru untuk menggantikan posisi karyawan yang terluka. e. Menyiapkan laporan peristiwa kecelakaan atau menghadiri dengar pendapat sebelum dikeluarkannya suatu penjelasan resmi. 3. Kerugian akibat penggunaan waktu dari petugas pemberi pertolongan pertama dan staf departemen rumah sakit, apabila pembiayaan ini tidak ditanggung oleh perusahaan asuransi. 4. Kerugian akibat rusaknya mesin, perkakas atau peralatan lainnya atau oleh karena tercemarnya bahan-bahan baku / material. 5. Kerugian insidental akibat terganggunya produksi, kegagalan memenuhi pesanan pada waktunya, kehilangan bonus, pembayaran denda, ataupun akibat akibat lainnya yang serupa. 6. Kerugian akibat pelaksanaan kesejahteraan dan maslahat bagi karyawan. 7. Kerugian akibat keharusan untuk meneruskan pembayaran untuk meneruskan pembayaran upah penuh bagi karyawan yang dulu terluka setelah mereka kembali bekerja, walaupun mereka (mungkin belum pulih sepenuhnya) hanya menghasilkan separuh dari kemampuan pada saat normal. 8. Kerugian akibat hilangnya kesempatan memperoleh laba dari produktivitas karyawan yang luka dan akibat dari mesin yang menganggur. 9. Kerugian yang timbul akibat ketegangan ataupun menurunnya moral kerja karena kecelakaan tersebut.

4 Kerugian biaya umum (overhead) per karyawan yang luka misalnya biaya penerangan, pemanasan, sewa dan hal lain yang serupa yang terus berlangsung semasa karyawan yang terluka dan tidak produktif. Studi yang dilakukan oleh Frank E. Bird, Jr. pada 1969 terhadap kecelakaan kerja menunjukkan bahwa setiap serius atau cidera yang melumpuhkan dilaporkan, maka ada 9.8 cidera ringan, 30.2 kecelakaan yang menyebabkan kerusakan properti, dan 600 kecelakaan yang tanpa menimbulkan kerugian. Hasil studi tersebut tergambar dalam piramida kecelakaan berikut: Gambar 2.2 Piramida Kecelakaan 2.4 Biaya Akibat Kecelakaan Kerja Teori Accident Cost Iceberg atau disebut juga teori gunung es yang diperkenalkan pertama kali oleh Heinrich pada tahun 1931, dan kemudian diperbaharui oleh Frank E. Bird tahun 1974, menunjukkan bahwa kecelakaan yang terjadi ternyata bukan hanya mengakibatkan kerugian berupa cedera atau kesakitan (perawatan medis atau biaya kompensasi), akan tetapi berdampak lebih besar dan selama ini tidak begitu diperhatikan, teori ini digambarkan seperti fenomena gunung es yang hanya terlihat ujung atas semantara bagian lain yang lebih besar tertutup oleh air laut. Menurut Frank Bird (1974), perbandingan antara

5 14 bagian yang nampak di permukaan dengan yang tidak terlihat dalam fenomena gunung es ini adalah 1: 5 hingga 1: 50. Artinya adalah selama ini para pengusaha hanya melihat bagian yang kecil saja dan tidak menyadari kerugian lain yang bisa mencapai 50 kali besarnya daripada yang disadari. Kerugian yang nampak dikatagorikan sebagai biaya yang diasuransikan, Sedangkan bagian yang berada di bawah permukaan dikatagorikan sebagai biaya yang tidak diasuransikan, antara lain berupa kerusakan bangunan, peralatan kerja, produk dan bahan baku, penundaan proses produksi, pengeluaran dengan lembaga hukum/kepolisian, pengeluaran persediaan dan peralatan darurat, penyewaaan peralatan sementara, waktu investigasi, biaya untuk gaji pekerja yang yang istirahat, biaya untuk perekrutan dan pelatihan pegawai baru, biaya lembur, waktu pengawasan ekstra, kerugian administrasi, berkurangnya kinerja pekerja yang mengalami kecelakaan, dan penurunan harga saham atau buruknya nama baik perusahaan di mata masyarakat umum dan pemegang saham.

6 15 Gambar 2.3 Accident Cost Iceberg Accident Cost Iceberg menunjukkan juga bahwa biaya kerusakan properti yang tidak diasuransi 5 sampai 50 kali lebih besar dibandingkan dengan biaya kompensasi dan pengobatan cidera akibat kerja. Sementara itu, Organisasi Keselamatan dan Kesehatan kerja Oregon Amerika (OREGONOSHA) membuat model perhitungan biaya kecelakaan untuk menjual keselamatan dan kesehatan kerja (K3) kepada perusahaan. Perhitungan biaya kecelakaan dibagi menjadi biaya langsung (indirect cost/insured cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost/uninsured cost): a. Biaya langsung Biaya langsung dari sebuah kecelakaan adalah biaya-biaya yang diasuransikan oleh perusahaan, seperti biaya perawatan di rumah sakit atau pengobatan, santunan kematian.

7 16 b. Biaya tidak langsung (indirect cost): Biaya kerusakan peralatan, mesin, material dan fasilitas. Hilangnya waktu produksi (akibat tindakan gawat darurat, kerusakan, kegagalan dalam proses, produksi berhenti karena ditutup). Biaya kebakaran, biaya tindakan gawat darurat. Keterlambatan dalam pengiriman produksi. Biaya investigasi kecelakaan dan administrasi oleh petugas keselamatan inspeksi, rapat, pembuatan laporan). Waktu yang hilang selama kecelakaan berlangsung (waktu untuk melihat kejadian kecelakaan, melakukan tindakan pertolongan pertama, pembersihan dari bekas-bekas kecelakaan, perbaikan). Biaya lembur untuk menggantikan waktu produksi yang hilang. Biaya training atau pelatihan pegawai baru. Biaya pemeriksaan kesehatan pegawai baru. 2.5 Cidera Akibat Kerja Menurut ILO (1989) menyebutkan lokasi cidera mencakup: a. Kepala b. Leher c. Badan d. Tangan e. Tungkai f. Aneka lokasi Sementara itu, Bureau of Labor Statistics, U.S. Department of Labor (2008) bahwa bagian tubuh yang terkena cidera dan sakit terbagi menjadi: a. Kepala; mata. b. Leher. c. Batang tubuh; bahu, punggung. d. Alat gerak atas; lengan tangan, pergelangan tangan, tangan selain jari, jari tangan.

8 17 e. Alat gerak bawah; lutut, pergelangan kaki, kaki selain jari kaki, jari kaki f. Sistem tubuh. g. Banyak bagian 2.6 Cidera Tangan Akibat Kerja (Occupational Hand Injury) Definisi Cidera Tangan Akibat Kerja Berdasarkan Kamus Ringkas Kedokteran Stedman (2001), tangan adalah bagian ekstremitas atas distal terhadap sendi radiokarpal, yang mencakup pergelangan tangan, telapak tangan dan jari tangan. Online Medical Dictionary Published at the Centre for Cancer Education, University of Newcastle upon Tyne menyebutkan bahwa tangan adalah bagian tubuh atas distal terhadap sendi radiokarpal yang mencakup pergelangan tangan, telapak tangan, dan jari tangan. Sementara itu, cidera berdasarkan Heinrich, Petersen, dan Roos (1980) adalah patah, retak, cabikan, dan sebagainya yang diakibatkan oleh kecelakaan. Sorock, dkk (2004) menyebutkan bahwa cidera tangan akibat kerja adalah jenis cidera pada pergelangan tangan, tangan, jari tangan yang terjadi akibat kerja. Jadi, cidera tangan akibat kerja adalah patah, retak, cabikan, dan sebagainya pada pergelangan tangan, telapak tangan, punggung tangan dan jari tangan yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja Faktor Penyebab Cidera Tangan Akibat Kerja Leung dan Ng (1978) menyebutkan bahwa kecelakaan kerja yang mengakibatkan cidera tangan disebabkan faktor manusia yang terdiri dari kecerobohan, tergesa-gesa, dan kelelahan. Smith, Auchincloss, dan Ali (1985) menyebutkan bahwa kecelakaan yang mengakibatkan cidera tangan disebabkan: a. Kegagalan peralatan atau kurangnya ketrampilan. b. Kecerobohan. c. Kondisi lingkungan. d. Kekerasan dan alkohol. e. Sisanya penyebab yang tidak spesifik.

9 18 David dan Goel (2001) menyebutkan bahwa kecelakaan kerja yang mengakibatkan cidera tangan sebagian besarnya terkait dengan kecerobohan. Sorock, dkk (2004) menyebutkan bahwa kecelakaan kerja yang mengakibatkan cidera tangan disebabkan: a. Kecerobohan. b. Terganggu. c. Kecelakaan kerja yang aneh. d. Kerepotan. e. Performa mesin atau peralatan yang tidak seperti biasa. f. Tidak diketahui. g. Tangan tergelincir. h. Metode yang tidak seperti biasa. i. Tindakan teman sepekerjaan. Hasil studi-studi tersebut di atas menunjukkan bahwa faktor penyebab terbesar kecelakaan kerja yang mengakibatkan cidera tangan adalah faktor kesalahan manusia. Oleh karena itu salah satu program pencegahan cidera tangan yang dikembangkan di tempat kerja adalah kampanye keselamatan cidera tangan akibat kerja. 2.7 Program Pencegahan Cidera Berdasarkan State of California-Department of Industrial Relations- Division of Occupational Safety & Health (2005), program pencegahan cidera di tempat kerja mencakup 8 (delapan) elemen dan di tiap elemennya terdapat klausul-klausul yang harus dipenuhi, yaitu: 1. Tanggung jawab a. Kebijakan/pernyataan tertulis mengenai program pencegahan cidera b. Orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program pencegahan cidera c. Tanggung jawab manajemen terhadap pelaksanaan dan pemeliharaan program pencegahan cidera di area kerjanya serta

10 19 menjawab pertanyaan-pertanyaan pekerja mengenai program pencegahan cidera d. Objektif untuk pencegahan cidera e. Jaminan bahwa manajemen akan melakukan tindakan jika ada laporan dari pekerja mengenai tindakan/praktik kerja dan kondisi tidak aman yang berisiko menyebabkan cidera f. Alokasi sumber daya uang, material, dan personil untuk: Mengidentifikasi dan mengendalikan bahaya-bahaya serta potensi bahaya pada operasi dan proses yang telah ada dan baru yang berisiko menyebabkan cidera Menerapkan pengendalian rekayasa (engineering control) yang dapat menghindarkan pekerja dari cidera Penyediaan APD yang sesuai g. Manajemen memberikan contoh yang baik dalam melakukan praktik kerja aman yang dapat menghindarkan dari cidera 2. Pemenuhan a. Tanggung jawab manajemen untuk memastikan bahwa semua kebijakan dan prosedur terkait pencegahan cidera secara jelas dikomunikasikan dan dimengerti oleh semua pekerja b. Sistem yang memastikan bahwa semua pekerja memenuhi peraturan dan memelihara lingkungan kerja yang aman yang dapat menghindarkan dari cidera, mencakup: Penginformasian kepada para pekerja mengenai ketentuanketentuan program pencegahan cidera Pengevaluasian kinerja keselamatan semua pekerja Penghargaan bagi pekerja yang melakukan praktik kerja aman Pemberian pelatihan bagi pekerja yang kinerja keselamatannya kurang Pendisiplinan pekerja yang gagal memenuhi praktik kerja aman

11 20 3. Komunikasi a. Seluruh permasalahan cidera selalu dikomunikasikan kepada manajemen b. Sistem komunikasi terhadap pekerja mengenai cidera (misalkan rapat, pelatihan, safety talk, safety briefing, poster, buletin, newsletter, atau jenis publikasi yang lainnya) c. Sistem komunikasi terhadap pekerja mengenai cidera dilakukan secara regular, terbuka, dua arah (ada umpan balik) d. Sistem komunikasi terhadap pekerja mengenai cidera menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh mereka e. Sistem komunikasi terhadap pekerja mencakup publikasi kebijakan/pernyataan mengenai pencegahan cidera yang menyatakan bahwa keselamatan menjadi salah prioritas manajemen, dan mendorong pekerja berpartisipasi aktif dalam program pencegahan cidera f. Sistem komunikasi terhadap pekerja mencakup statistik/kejadian cidera di lokasi kerjanya sendiri dan membandingkan dengan lokasi kerja yang lain g. Sistem komunikasi terhadap pekerja mencakup tindakan pencegahan/pengendalian cidera h. Sistem komunikasi terhadap pekerja mengenai cidera disertai dengan ketentuan yang didisain untuk mendorong pekerja menginformsikan kepada atasan tanpa rasa takut mengenai bahaya yang berisiko menyebabkan cidera/mengenai kejadian cidera di tempat kerjanya i. Manajemen/bagian keselamatan mengadakan rapat secara regular, minimal 3 bulan sekali untuk mengkaji hasil inspeksi, hasil investigasi, dan memutuskan tindakan pencegahan cidera.

12 21 4. Penilaian bahaya a. Inspeksi/survei untuk menilai dan mengevaluasi bahaya-bahaya yang berisiko menyebabkan cidera sebelum program ditetapkan b. Inspeksi/survei secara periodik yang terjadwal, mencakup: Kondisi tidak aman Praktik kerja tidak aman c. Inspeksi/survei secara periodik yang terjadwal untuk mengkaji standar-standar yang harus diaplikasikan sesuai dengan jenis operasi, peralatan, proses, bahan, dan sejenisnya yang dapat menghindarkan cidera d. Inspeksi/survei untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi bahayabahaya yang berpotensi menyebabkan cidera dilakukan: Sewaktu-waktu pada saat adanya bahan baru Sewaktu-waktu pada saat adanya proses baru Sewaktu-waktu pada saat adanya prosedur baru Sewaktu-waktu pada saat adanya peralatan/mesin baru Sewaktu-waktu pada saat adanya pemberitahuan bahaya baru atau bahaya yang sebelumnya tidak teridentifikasi Sewaktu-waktu pada saat terjadi cidera tangan e. Pencatatan inspeksi/survei dibuat untuk mengidentifikasi tindakan dan kondisi yang tidak aman yang berisiko menyebabkan cidera f. Inspeksi/survei dilakukan oleh personil yang terlatih g. Laporan inspeksi secara tertulis mengenai bahaya-bahaya yang berpotensi menyebabkan cidera h. Laporan inspeksi secara tertulis mengenai bahaya-bahaya yang berpotensi menyebabkan cidera dikaji oleh pihak manajemen/bagian keselamatan i. Kajian oleh pihak manajemen/bagian keselamatan dilakukan untuk membuat prioritas tindakan pencegahan cidera dan memeriksa penyelesaian tindakan perbaikan sebelumnya j. Keseluruhan hasil inspeksi dikaji untuk mendapatkan gambaran mengenai tren/kecenderungan cidera

13 22 5. Investigasi kecelakaan a. Prosedur investigasi kecelakaan dan near-miss terkait cidera b. Investigasi kecelakaan dan near-miss terkait cidera dilakukan oleh personil yang terlatih c. Prosedur investigasi kecelakaan dan near-miss terkait cidera, mencakup: Kunjungan ke tempat kejadian sesegera mungkin Wawancara pekerja yang mengalami cidera dan saksi mata Pemeriksaan faktor-faktor tempat kerja yang berhubungan dengan kecelakaan dan near-miss terkait cidera Penentuan penyebab kecelakaan dan near-miss terkait cidera Identifikasi tindakan pengendalian/tindakan perbaikan yang telah dilakukan untuk mencegah kecelakaan dan near-miss terkait cidera Pengambilan tindakan perbaikan/pengendalian untuk mencegah kecelakaan dan near-miss terkait cidera terulang kembali d. Hasil investigasi kecelakaan dan near-miss terkait cidera dikaji oleh pihak manajemen/komite keselamatan untuk membantu dalam memutuskan tindakan perbaikan untuk mencegah kejadian yang sama berulang e. Keseluruhan hasil investigasi dikaji untuk mendapatkan gambaran mengenai tren/kecenderungan cidera 6. Perbaikan/pengendalian bahaya a. Bahaya-bahaya yang berisiko menyebabkan cidera tangan diperbaiki segera setelah teridentifikasi, mencakup: Pengendalian rekayasa (engineering control) Pemeliharaan fasilitas dan peralatan/mesin Prosedur praktik kerja aman Pengendalian adminintratif (administrative control) Penyediaan APD yang sesuai

14 23 b. Tindakan perbaikan terhadap bahaya-bahaya yang berisiko menyebabkan cidera didasarkan pada hasil inspeksi/survei dan didasarkan pada kemungkinan serta keparahan cidera 7. Pelatihan dan instruksi a. Manajemen dan seluruh pekerja mendapatkan pelatihan dan instruksi mengenai praktik kerja aman secara umum dan berdasarkan pekerjaan spesifik yang dapat menghindarkan cidera b. Pelatihan dan instruksi mengenai praktik kerja aman secara umum dan berdasarkan pekerjaan spesifik yang dapat menghindarkan cidera disediakan: Pada saat program pencegahan cidera pertama kali ditetapkan Untuk semua pekerja baru Untuk semua pekerja yang diberikan tugas pekerjaan baru yang sebelumnya pekerja tersebut belum mendapat pelatihan terkait pekerjaan barunya Sewaktu-waktu pada saat ada bahan, proses, prosedur atau peralatan/mesin baru yang digunakan di tempat kerja dan menimbulkan bahaya baru Sewaktu-waktu pada saat adanya pemberitahuan bahaya baru atau bahaya yang sebelumnya tidak teridentifikasi Untuk para supervisor agar mampu mengenali bahaya-bahaya yang berisiko menyebabkan cidera terhadap pekerjanya dan mengetahui peraturan, prosedur, dan praktik kerja aman untuk mengendalikan bahaya tersebut Untuk semua pekerja yang berkenaan dengan bahaya-bahaya spesifik terkait tugas pekerjaannya

15 24 8. Recordkeeping a. Dokumentasi/rekaman mengenai seluruh usaha komunikasi mengenai cidera yang dilakukan baik terhadap pekerja maupun manajemen b. Dokumentasi/rekaman inspeksi/survei penilaian bahaya-bahaya yang berisiko menyebabkan cidera, mencakup: Personil yang melakukan inspeksi/survei Praktik kerja dan kondisi tidak aman yang teridentifikasi Tindakan yang diambil untuk memperbaiki praktik kerja dan kondisi tidak aman c. Dokumentasi/rekaman dipelihara minimal selama satu tahun d. Dokumentasi/rekaman investigasi kecelakaan dan near-miss terkait cidera e. Dokumentasi/rekaman training untuk setiap personil mencakup manajemen dan seluruh pekerja, mencakup: Nama personil atau identitas lain Tanggal pelatihan Jenis pelatihan Nama penyedia pelatihan f. Dokumentasi/rekaman training dipelihara minimal selama 1 tahun, kecuali pekerja yang bekerja kurang dari satu tahun kemudian berhenti bekerja

16 Komunikasi Definisi Komunikasi Komunikasi berasal dari bahasa Latin communico yang artinya membagi (Cherry dalam Stuart, 1983 dalam Cangara, 2000). Menurut Everett M. Rogers dan D. Lawrence Kincaid (1981) dalam Cangara (2000), komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam. Rogers juga mendefinisikan komunikasi sebagai suatu hubungan dengan adanya pertukaran informasi (pesan) serta menginginkan adanya perubahan sikap, tingkah laku dan kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian dari orang-orang yang ikut serta dalam proses komunikasi (Cangara, 2000). Menurut Edward Depari, komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan. Sedangkan menurut Hovland, komunikasi adalah proses dimana seorang individu mentransfer perangsang (stimulan) untuk mengubah tingkah laku individu-individu yang lain (Widjaja, 2000) Unsur-Unsur Komunikasi Menurut David K.Berlo, unsur-unsur komunikasi terdiri dari sumber, pesan, media, dan penerima. Kemudian Charles Osgood, Gerald Miller dan Melvin L. De Fleur menambahkan unsur efek dan unsur umpan balik (feedback) dalam unsur komunikasi. Kedua unsur tambahan tersebut sebagai pelengkap dalam membangun komunikasi yang sempurna. Selain itu, Joseph de Vito, K. Sereno dan Erika Vora juga menambahkan unsur lingkungan sebagai unsur yang penting dalam mendukung proses terjadinya komunikasi (Cangara, 2000). Berdasarkan uraian di atas, maka unsur-unsur komunikasi terdiri dari sumber, pesan, media, penerima, efek, umpan balik, dan lingkungan.

17 Sumber Sumber adalah pembuat atau pengirim informasi. Syarat yang perlu diperhatikan sebagai sumber (Widjaja, 2000): 1. Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikannya 2. Memilik ketrampilan komunikasi 3. Mempunyai pengetahuan yang luas 4. Memiliki sikap yang baik terhadap komunikan 5. Memiliki daya tarik Faktor lain yang perlu diperhatikan sebagai sumber, yaitu kekuatan (power) dan homophily (adanya kesamaan yang dimiliki sumber dengan khalayaknya misalnya bahasa, pendidikan, agama, usia, jenis kelamin) (Cangara, 2000) Pesan Pesan adalah sesuatu yang disampaikan oleh sumber kepada penerima. Pesan dapat disampaikan melalui tatap muka maupun media komunikasi. Berdasarkan Widjaja (2000) sifat pesan terdiri dari informatif, persuasif, dan koersif. 1. Informatif, yaitu pesan yang berisikan keterangan-keterangan (fakta, informasi), kemudian penerima pesan menyimpulkan dan memutuskan sendiri. Dalam situasi tertentu, pesan yang bersifat informatif lebih berhasil jika pendengarnya adalah kalangan cendekiawan. 2. Persuasif, yaitu pesan yang berisikan bujukan. 3. Koersif, yaitu pesan yang berisikan paksaan dengan menggunakan sanksi-sanksi bila tidak dilaksanakan. Selain ketiga sifat tersebut, berdasarkan Planek (1998) pesan juga dapat bersifat emosional, yaitu berisikan pendekatan-pendekatan yang dapat menggugah emosi penerima pesan sehingga penerima pesan menempatkan dirinya seperti apa yang ada di dalam pesan tersebut.

18 27 Sementara itu Edgar Dale (dalam Notoatmodjo, 2007) membagi bentuk pesan menjadi 11 macam dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiaptiap bentuk pesan tersebut dalam sebuah kerucut. Gambar 2.4 Kerucut Edgar Dale Dari kerucut tersebut dapat dilihat bahwa lapisan yang paling dasar, yaitu pesan dalam bentuk benda asli mempunyai intensitas yang paling tinggi untuk mempersepsikan pesan. Sedangkan pesan dalam bentuk kata-kata saja sangat kurang efektif atau intensitasnya paling rendah. Menurut Siahaan (1990), syarat-syarat pesan yang baik: 1. Pesan harus cukup jelas (clear), bahasa yang mudah dipahami, tidak berbelit-belit, tanpa denotasi yang menyimpang dan tuntas 2. Pesan mengandung kebenaran yang sudah diuji (correct). Pesan itu berdasarkan fakta, tidak mengada-ada, tidak diragukan 3. Pesan itu ringkas (concise). Ringkas dan padat serta disusun dengan kalimat pendek, langsung pada intinya tanpa mengurangi arti sesungguhnya. 4. Pesan itu mencakup keseluruhan (comprehensive). Ruang lingkup pesan mencakup bagian-bagian yang penting dan yang patut diketahui komunikan. 5. Pesan itu nyata, dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan data dan fakta yang ada, tidak sekedar isu dan kabar angin 6. Pesan itu lengkap (complete) dan disusun secara sistematis

19 28 7. Pesan itu menarik dan meyakinkan (convincing). Menarik karena bertautan dengan dirinya sendiri. Menarik dan meyakinkan karena logis. 8. Pesan itu disampaikan dengan sopan (courtesy). Harus diperhitngkan kadar kepribadian, kebiasaan, pola hidup, dan nilai-nilai komunikan. Nilai etis sangat menentukan sekali bagaimana orang bisa terbuka. 9. Nilai pesan itu sangat mantap (consistent). Artinya, isi tidak mengandung pertentangan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Konsistensi ini sangat perlu untuk meyakinkan komunikan akan kebenaran pesan yang disampaikan Media Media adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima/target. Faktor yang mempengaruhi media (Brent D. Ruben, 1984 dalam Cangara 2000): 1. Tersedianya media 2. Kehandalan (daya liput) media 3. Kebiasaan media 4. Tempat dan Situasi Penerima Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari atas satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerima adalah sebagai berikut (Brent D. Ruben, 1984 dalam Cangara 2000): 1. Ketrampilan dalam berkomunikasi. 2. Kebutuhan. 3. Tujuan yang diinginkan. 4. Sikap, nilai, kepercayaan, dan kebiasaan. 5. Kemampuan untuk menerima. 6. Kegunaan pesan.

20 Efek Efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan dirasakan, dan dilakukan penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini dapat berupa pengetahuan,sikap, dan tingkah laku (De Fleur, 1982 dalam Cangara, 2000) Umpan Balik Umpan balik merupakan salah satu bentuk dari efek yang berasal dari penerima. Umpan balik dapat berbentuk bermacam-macam seperti hasil pelaksanaan suatu tugas, laporan, sikap yang timbul, pertanyaan, reaksi, juga dapat berupa tulisan, lisan, peragaan, demonstrasi, dan sebagainya (Widjaja, 2000) Lingkungan Lingkungan ialah situasi yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Lingkungan tersebut dapat digolongkan menjadi empat macam, yaitu lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu (Cangara, 2000). 2.9 Komunikasi Massa Definisi Komunikasi Massa Definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (Bittner, 1980 dalam Rakhmat, 1993). Menurut McQuail (1987), komunikasi massa merupakan salah satu proses komunikasi yang berlangsung pada peringkat masyarakat luas, yang identifikasinya ditentukan oleh ciri khas institusionalnya (gabungan antara tujuan, organisasi, dan kegiatan yang sebenarnya). Maletzke (1963) dalam Rakhmat (1993) menghimpun banyak definisi mengenai komunikasi massa, diantaranya: 1) Komunikasi massa adalah setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar.

21 30 2) Komunikasi massa dibedakan dari jenis komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi massa dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi. Komunikasi massa juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk menyampaiakna komunikasi agar komunikasi itu dapat mencapai pada saat yang sama semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat. 3) Komunikasi massa adalah bentuk baru komunikasi yang dapat dibedakan dari corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama sebagai berikut: diarahkan pada khalayak yang relatif besar, heterogen, dan anonim; pesan disampaikan secara terbuka, seringkali dapat mencapai kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekilas; sumber cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks yang melibatkan biaya besar. Merangkum definisi-definisi di atas, komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada seluruh khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektonik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Rakhmat, 1993) Ciri Utama Komunikasi Massa Sumber komunikasi massa bukanlah satu orang, melainkan suatu organisasi formal, dan sumber seringkali merupakan komunikator profesional. Pesannya tidak unik dan beraneka ragam, serta dapat diperkirakan. Di samping itu, pesan tersebut seringkali diproses, distandarisasi, dan selalu diperbanyak. Hubungan antara sumber dan penerima bersifat satu arah dan jarang sekali bersifat interaktif (Rakhmat, 1993).

22 Kampanye Keselamatan Menurut McQuail (1987), kampanye merupakan suatu model komunikasi massa. Kampanye adalah perangkat aktivitas komunikasi untuk menghasilkan akibat tertentu pada sejumlah individu yang besar (Rogers & Storey, 1987 dalam McQuail, 1987). Dalam elemen program pencegahan cidera di tempat kerja, kampanye keselamatan merupakan salah satu model komunikasi kepada para pekerja. Menurut Cooper (2001) menyebutkan bahwa kampanye keselamatan digunakan secara meluas di banyak industri untuk mengedukasi para pekerja agar bekerja secara aman dan kampanye keselamatan diyakini hemat biaya, dengan alasan sederhananya adalah kampanye keselamatan dapat menjangkau jumlah pekerja yang banyak Model Proses Pengaruh Dampak Kampanye Secara garis besar McQuail (1987) menggambarkan Model Proses Pengaruh Kampanye, adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Model Proses Pengaruh Kampanye Sumber Kolektif Beberapa Saluran Banyak Pesan Kondisi Saringan Perhatian Persepsi Situasi Kelompok Variabel Jangkauan Publik Dampak Kognitif Afektif Berperilaku Model tersebut mengarahkan perhatian terhadap beberapa ciri proses yang penting. Pertama, sumber kampanye bersifat kolektif dan bukan perorangan, dikenalnya posisi sumber dalam masyarakat pekerja akan sangat mempengaruhi peluang keberhasilannya dalam suatu kampanye. Kedua, kampanye biasanya terdiri dari banyak pesan yang didistribusikan melalui beberapa media dan peluang untuk menjangkau sasaran dan timbulnya dampak akan bervariasi sesuai dengan sifat saluran dan isi pesan. Ketiga, ada seperangkat kondisi saringan pada target kampanye atau hambatan potensial yang memperlancar atau merintangi arus pesan kepada target kampanye yang ditetapkan sebelumnya. Kondisi saringan tersebut terdiri dari perhatian, persepsi, dan situasi kelompok. Perhatian

23 32 tergantung pada tingkat kepentingan dan relevansi isinya bagi penerima (target), pada motif, dan pradisposisi, serta pada berbagai faktor yang berkaitan dengan media kampanye. Persepsi dicantumkan karena pesan terbuka bagi adanya penafsiran lain dan keberhasilan kampanye dalam kadar tertentu bergantung pada kesamaan penafsiran pesan seperti yang diinginkan. Persepi ialah memberikan makna pada stimulus indrawi (Desiderato, 1976). Begitu pula telah banyak tulisan tentang peran yang dimainkan kelompok dalam mengentarai dampak kampanye (misalnya Katz & Lazarsfeld, 1955). Oleh karena itu berdasarkan Model Proses Pengaruh Kampanye yang digambarkan oleh McQuail (1987), maka dapat disimpulkan bahwa dampak kampanye dipengaruhi oleh: a. Sumber b. Pesan c. Media d. Kondisi saringan pada penerima/target kampanye e. Jangkauan target kampanye Sementara itu berdasarkan Planek (1998) kekuatan kampanye keselamatan diantaranya dipengaruhi oleh tema kampanye, keterlibatan pekerja dalam perencanaan & seleksi bahan, dan keterlibatan pihak manajemen. Oleh karena itu dampak kampanye keselamatan dapat dipengaruhi oleh: a. Sumber b. Pesan kampanye c. Media d. Kondisi saringan pada penerima/target kampanye e. Jangkauan target kampanye f. Keterlibatan target dalam perencanaan & seleksi bahan g. Keterlibatan pihak manajemen

24 Efektifitas Kampanye Keselamatan Keberhasilan atau efektifitas kampanye akan bergantung pada kecocokan antara dampak yang direncanakan dan dampak yang dihasilkan, dengan demikian kriteria keefektifan ditetapkan oleh pengirim/sumber (McQuail, 1987). Oleh karena itu berdasarkan McQuail (1987) dan Planek (1998), maka efektifitas kampanye keselamatan dapat dipengaruhi oleh: a. Sumber b. Pesan kampanye c. Media d. Kondisi saringan pada target kampanye e. Jangkauan target kampanye f. Keterlibatan target dalam perencanaan & seleksi bahan g. Keterlibatan pihak manajemen Sementara itu berdasarkan Boulanger, dkk (2007), keberhasilan atau efektifitas kampanye keselamatan dilihat dari segi perubahan: a. Pengetahuan, yaitu b. Kesadaran c. Sikap d. Niat berperilaku e. Perilaku f. Statistik (jumlah kecelakaan, keparahan, cidera)

25 BAB III KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Teori Boulanger, dkk (2007) menyebutkan bahwa keberhasilan atau efektifitas kampanye keselamatan dilihat dari segi perubahan pengetahuan, kesadaran, sikap, niat berperilaku, perilaku, dan statistik (jumlah kecelakaan, keparahan, cidera). Sementara itu efektifitas kampanye keselamatan berdasarkan McQuail (1987) dan Planek (1998), dapat dipengaruhi oleh sumber, pesan, media, kondisi saringan pada target, jangkauan target, keterlibatan target dalam perencanaan & seleksi bahan, dan keterlibatan pihak manajemen. Maka kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Sumber Media Pesan Kondisi saringan pada target Jangkauan target Keterlibatan target dalam perencanaan & seleksi bahan Efektifitas kampanye keselamatan cidera tangan akibat kerja Pengetahuan Kesadaran Sikap Niat berperilaku Perilaku Statistik (jumlah kecelakaan, keparahan, cidera) Ketelibatan pihak manajemen 34

26 Kerangka Konsep Di TOTAL E&P INDONESIE menilai efektifitas kampanye keselamatan cidera tangan akibat kerja, hanya dilihat dari indikator perubahan statistiknya, yaitu jumlah kejadian cidera tangan akibat kerja. Serta dikarenakan keterbatasan waktu penelitian dan keterbatasan sumber data yang didapatkan oleh peneliti, maka faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas kampanye keselamatan cidera tangan akibat kerja di TOTAL E&P INDONESIE periode tahun 2008, yang diteliti mencakup sifat pesan, media, jangkauan target dan keterlibatan target dalam perencanaan & seleksi bahan. Oleh karena itu, kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Media Sifat pesan Jangkauan target Efektifitas kampanye keselamatan cidera tangan akibat kerja (dilihat dari segi jumlah kejadian cidera tangan akibat kerja) Keterlibatan target dalam perencanaan & seleksi bahan

27 Definisi Istilah Tabel 3.1 Definisi Istilah No. Variabel Definisi Istilah Metode Pengambilan Data 1. Efektifitas kampanye keselamatan cidera tangan akibat kerja Keberhasilan kampanye keselamatan cidera tangan akibat kerja di TOTAL E&P INDONESIE periode tahun 2008 dalam menurunkan jumlah kejadian cidera tangan akibat kerja pada tahun 2008 dibandingkan dengan tahun Dikatakan efektif jika jumlah kejadian cidera tangan akibat kerja pada tahun 2008 mengalami penurunan dibandingkan dengan pada tahun Dikatakan tidak efektif jika jumlah kejadian cidera tangan akibat kerja pada tahun 2008 mengalami kenaikan/tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan pada tahun Telaah dokumen

28 37 2. Media Alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dalam kampanye keselamatan cidera tangan akibat kerja di TOTAL E&P INDONESIE periode tahun Sifat pesan Karakteristik stimulus dalam kampanye keselamatan cidera tangan akibat kerja di TOTAL E&P INDONESIE periode tahun Jangkauan target Capaian kampanye keselamatan cidera tangan akibat kerja di TOTAL E&P INDONESIE periode tahun 2008 dalam menjangkau semua penerimanya 5. Keterlibatan target dalam Peran serta penerima kampanye dalam perencanaan & seleksi bahan perencanaan dan pemilihan materi kampanye keselamatan cidera tangan akibat kerja di TOTAL E&P INDONESIE periode tahun 2008 Wawancara dan telaah dokumen Telaah dokumen Wawancara dan telaah dokumen Telaah dokumen

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Dedi Laksono, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Dedi Laksono, FKM UI, 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut catatan World Health Organization (WHO), 45% penduduk dunia dan 58% penduduk yang berusia diatas sepuluh tahun tergolong tenaga kerja. Diperkirakan dari jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak dikehendaki yang dapat menyebabkan cidera, sakit, atau kerusakan material. Kecelakaan tidak terjadi begitu

Lebih terperinci

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Tujuan Pembelajaran Setelah melalui penjelasan dan diskusi 1. Mahasiswa dapat menyebutkan tujuan Penerapan K3 sekurang-kurangnya 3 buah 2. Mahasiswa dapat memahami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Area dari keselamatan kerja dalam dunia rekayasa mencakup keterlibatan manusia baik para pekerja, klien, maupun pemilik perusahaan. Menurut Goetsch

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Kecelakaan Kecelakaan memiliki definisi yang beragam menurut para ahli. Berikut ini adalah beberapa definisi kecelakaan menurut beberapa sumber. a. Heinrich (1980)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Komunikasi Massa 2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Hakikat komunikasi adalah proses penyampaian pernyataan antar manusia, yang dinyatakan itu adalah pikiran atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi kecelakaan Kecelakaan kerja atau kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak terencana dan tidak terkendali akibat dari suatu tindakan atau reaksi suatu

Lebih terperinci

HAKIKAT PESAN DALAM KOMUNIKASI Danus Ardiansah 5F31 B

HAKIKAT PESAN DALAM KOMUNIKASI Danus Ardiansah 5F31 B HAKIKAT PESAN DALAM KOMUNIKASI Danus Ardiansah 5F31 B06210003 Komunikasi dalam kehidupan manusia terasa sangat penting, karena dengan komunikasi dapat menjembatani segala bentuk ide yang akan disampaikan

Lebih terperinci

PT MDM DASAR DASAR K3

PT MDM DASAR DASAR K3 PT MDM DASAR DASAR K3 KASUS - KASUS K3 Kecelakaan lalu lintas Kasus Kasus Lingkungan KESELAMATAN KERJA Adalah usaha dalam melakukan pekerjaan tanpa kecelakaan Memberikan suasana atau lingkungan kerja yang

Lebih terperinci

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) MODUL E Learning Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia (ASTTI), Seri KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA () Investigasi Kecelakaan Kerja Oleh : Bidang Studi E Laerning Kode Teknik, dll T. Sipil, T. Mesin, dll 001/LP2K

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia ditandai dengan adanya bermunculan proyek yang dibangun baik oleh pemerintah maupun oleh swasta.

Lebih terperinci

MAKALAH TATA CARA PELAPORAN DAN PEMERIKSAAN KECELAKAAN

MAKALAH TATA CARA PELAPORAN DAN PEMERIKSAAN KECELAKAAN MAKALAH TATA CARA PELAPORAN DAN PEMERIKSAAN KECELAKAAN Oleh: Claudio G Bojoh B1-D4K3 UNIVERSITAS BALIKPAPAN 2014/2015 Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. benda. Ada tiga jenis tingkat kecelakaan berdasarkan efek yang ditimbulkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. benda. Ada tiga jenis tingkat kecelakaan berdasarkan efek yang ditimbulkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecelakaan Kerja Pengertian kecelakaan kerja berdasarkan Frank Bird Jr adalah kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi dan menyebabkan kerugian pada manusia dan harta benda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan sarana kesehatan untuk menangani masalah kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat, rumah sakit mempunyai

Lebih terperinci

PANDANGAN KONTRAKTOR DAN PEMILIK TERHADAP PERAN PEMILIK DALAM KESELAMATAN KERJA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

PANDANGAN KONTRAKTOR DAN PEMILIK TERHADAP PERAN PEMILIK DALAM KESELAMATAN KERJA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA PANDANGAN KONTRAKTOR DAN PEMILIK TERHADAP PERAN PEMILIK DALAM KESELAMATAN KERJA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA Johanes Jiman¹, Eka Pramudita², Andi³ ABSTRAK : Konstruksi merupakan salah satu industri yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecelakaan Kerja Sebuah perusahaan yang beroperasi dalam bidang konstruksi mempunyai kemungkinan terjadi kecelakaan kerja. Setiap orang dimanapun berada, siapapun bisa mengalami

Lebih terperinci

KESELAMATAN, KEAMANAN, & KESEHATAN KERJA

KESELAMATAN, KEAMANAN, & KESEHATAN KERJA KESELAMATAN, KEAMANAN, & KESEHATAN KERJA CHAPTER 16 PERSONNEL MANAGEMENT & HUMAN RESOURCES William Werther & Keith Davies (2006), 5 th Edition Singapore. McGraw Hills 1 Konsep tunjangan wajib ini diawali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja atau perusahaan selalu dalam keadaan selamat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Sedarmayanti (2010 :13), pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah kebijakan dan praktik menentukan aspek manusia atau sumber

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian K3 Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan

Lebih terperinci

c. Tidak mampu bekerja seperti semula. e. Kehilangan nafkah dan masa depan. f. Tidak dapat menikmati kehidupan yang layak.

c. Tidak mampu bekerja seperti semula. e. Kehilangan nafkah dan masa depan. f. Tidak dapat menikmati kehidupan yang layak. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 kerugian Akibat Kecelakaan Kerja Banyak karangan telah ditulis mengenai kerugian ekonomis akibat kecelakaan dalam industn, tetapi nampaknya masih sedikit usaha-usaha untuk menilamva

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Komunikasi berasal dari bahasa Latin Communicatio, yang artiya sama. Maksudnya

BAB II URAIAN TEORITIS. Komunikasi berasal dari bahasa Latin Communicatio, yang artiya sama. Maksudnya 15 BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Teori Komunikasi Komunikasi berasal dari bahasa Latin Communicatio, yang artiya sama. Maksudnya adalah komunikasi dapat terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan harta benda. Kecelakaan kerja banyak akhir-akhir ini kita jumpai

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan harta benda. Kecelakaan kerja banyak akhir-akhir ini kita jumpai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan adalah sebuah kejadian tak terduga yang menyebabkan cedera atau kerusakan. Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang dapat

Lebih terperinci

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta ) STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta ) Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selamat sehingga tidak terjadi kecelakaan. Untuk itu harus diketahui risiko-risiko

BAB 1 PENDAHULUAN. selamat sehingga tidak terjadi kecelakaan. Untuk itu harus diketahui risiko-risiko BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan keberhasilan baik berupa hasil produksinya maupun hasil layanannya. Untuk menunjang keberhasilan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Hal tersebut menyebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Hal tersebut menyebabkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Proses pembangunan proyek konstruksi pada umumnya merupakan kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Hal tersebut menyebabkan industri konstruksi mempunyai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) merupakan ilmu yang diimplementasikan untuk membuat pekerja yang sedang bekerja di tempat kerja agar tetap sehat dan selamat. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Bisa dibayangkan jika orang tidak pernah berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Bisa dibayangkan jika orang tidak pernah berkomunikasi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Untuk dapat menjalin hubungan yang baik maka dibutuhkan komunikasi. Bisa dibayangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Konstruksi Suatu proyek konstruksi biasanya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.selain itu,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia kerja, seorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan Kerja 1. Kepatuhan Kepatuhan adalah suatu sikap sejauh mana seseorang sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan secara profesional. 13 Sikap sendiri merupakan respon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi kecelakaan di tempat kerja yang mengakibatkan pekerja sementara tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi kecelakaan di tempat kerja yang mengakibatkan pekerja sementara tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nihil Kecelakaan Kerja Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia PER-01/MEN/I/2007 tentang Pedoman Pemberian Penghargaan Keselamatan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerapan 5S atau 5R 1. Defini 5S atau 5R 5R atau 5S merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi,

Lebih terperinci

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Hand-out Industrial Safety Dr.Ir. Harinaldi, M.Eng Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Tempat Kerja Produk/jasa Kualitas tinggi Biaya minimum Safety comes

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, DRAFT PERBAIKAN RAPAT KEMKUMHAM TANGGAL 24 SEPT 2010 RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT PT. GRAHAINDO JAYA GENERAL CONTRACTOR

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT PT. GRAHAINDO JAYA GENERAL CONTRACTOR HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT STRUKTUR ORGANISASI HSE PROJECT MANAGER Ir. P Tanudjaja HSE OFFICER Suharso HSE SUPERVISOR Widianto HSE SUPERVISOR Deni Santoso HSE STAFF Jauhari J HSE STAFF

Lebih terperinci

ANALISIS STATISTIK KECELAKAAN KERJA

ANALISIS STATISTIK KECELAKAAN KERJA Tugas Kelompok : Keselamatan Kesehatan Kerja Dosen Pembimbing : ANALISIS STATISTIK KECELAKAAN KERJA O L E H : KELOMPOK II DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya risiko yang terjadi tergantung dari jenis industri, teknologi serta upaya pengendalian risiko

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan dalam perkembangan dunia perindustrian di Indonesia. Inovasi tiada henti dan berkelanjutan yang dilakukan

Lebih terperinci

Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko

Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko Solichul HA. BAKRI, et al Ergonomi untuk Keselamatan, Keselamatan Kerja dan Produktivitas ISBN: 979-98339-0-6 Mengelola Kelelahan

Lebih terperinci

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI PROSEDUR NO DOKUMEN : P-AAA-HSE-11 STATUS DOKUMEN : MASTER COPY NO : NOMOR REVISI : 00 TANGGAL EFEKTIF : 01 JULI 2013 DIBUAT OLEH : DIPERIKSA OLEH : DISETUJUI OLEH : HSE MANAJEMEN REPRESENTATIF DIREKTUR

Lebih terperinci

Aspek Kemanusiaan Aspek Pencegahan Kerugian: Aspek Komersial:

Aspek Kemanusiaan Aspek Pencegahan Kerugian: Aspek Komersial: 1. Sebuah perusahaan yang tidak memikirkan safety dapat membahayakan karyawan. Selain itu, karyawan di dalam perusahaan merupakan salah satu aset perusahaan. Jika tidak memikirkan tentang safety bisa jadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahaya, Risiko, dan Kecelakaan Kerja Bahaya adalah keadaan yang mempunyai potensi untuk menyebabkan cedera pada manusia atau kerusakan harta benda maupun lingkungan alam.risiko

Lebih terperinci

Filosofi Pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan : - tenaga kerja dan manusia pada umumnya, baik jasmani maupun rohani, - hasil

Filosofi Pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan : - tenaga kerja dan manusia pada umumnya, baik jasmani maupun rohani, - hasil Era revolusi industri (abad 18) Perubahan sistem kerja : Penggunaan tenaga mesin Pengenalan metode baru pengolahan bahan baku Pengorganisasian pekerjaan Muncul penyakit yg berhubungan dengan pemajanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis A. Pengawasan Fungsi pengawasan merupakan fungsi terakhir dari manajemen. Fungsi ini terdiri dari tugas-tugas memonitor dan mengevaluasi aktivitas perusahaan

Lebih terperinci

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri dan produknya baik formal maupun informal mempunyai dampak positif dan negatif kepada manusia, di satu pihak akan memberikan keuntungan, tetapi di pihak

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PADA PT ABC

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PADA PT ABC BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PADA PT ABC IV.1. Survei Pendahuluan (Preliminary Survey) Tahap survei pendahuluan merupakan tahap awal yang harus dilaksanakan oleh seorang

Lebih terperinci

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesadaran Menurut Hasibuan (2012:193), kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 3 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Komunikasi Massa Menurut McQuail (1987) pengertian komunikasi massa terutama dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk membuat produksi massal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan ditimbulkan akibat aktivitas-aktivitas yang ditimbulkan seperti kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN. akan ditimbulkan akibat aktivitas-aktivitas yang ditimbulkan seperti kecelakaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri pada berbagai perusahaan dewasa ini sangat pesat pertumbuhannya, hal ini didukung dengan kemajuan teknologi di berbagai bidang industri. Dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis,tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar

2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.156, 2013 TRANSPORTASI. Darat. Laut. Udara. Kecelakaan. Investigasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5448) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya pecegahan dari kecelakaan dan melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat pesat seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat

Lebih terperinci

DEFINISI PENGERTIAN KESELAMATAN KERJA (K3)

DEFINISI PENGERTIAN KESELAMATAN KERJA (K3) DEFINISI PENGERTIAN KESELAMATAN KERJA (K3) Nama : Deni Hartono NPM : 21412829 Kelas : 3ic07 UNIVERSITAS GUNADARMA 2015 Definisi Keselamatan Kerja pengertian dari Keselamatan kerja Keselamatan dan kesehatan

Lebih terperinci

Identifikasi Kecelakaan Kerja Pada Industri Konstruksi Di Kalimantan Selatan

Identifikasi Kecelakaan Kerja Pada Industri Konstruksi Di Kalimantan Selatan Volume 4 No. 1, Juli 2003 (11 18) Identifikasi Kecelakaan Kerja Pada Industri Konstruksi Di Kalimantan Selatan Retna Hapsari 1 Abstrak - Peranan jasa konstruksi dimasa sekarang dan nanti akan semakin terasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 Definisi Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda

Lebih terperinci

PT. Pacific Lubritama Indonesia SAFETY PLAN

PT. Pacific Lubritama Indonesia SAFETY PLAN PT. Pacific Lubritama Indonesia SAFETY PLAN 204 PT. Pacific Lubritama Indonesia 204 WORK DAYS JANUARY 204 FEBRUARY 204 MARET 204 APRIL 204 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 3 4 5 6 7 8 9 20 2 22 23 24 25 26 27 28 30

Lebih terperinci

MEDIA RELATIONS. Pokok Bahasan TV RELEASE. Dewi S. Tanti, M.I.Kom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi

MEDIA RELATIONS. Pokok Bahasan TV RELEASE. Dewi S. Tanti, M.I.Kom. Modul ke:  Fakultas Ilmu Komunikasi Modul ke: 09 Fakultas Ilmu Komunikasi MEDIA RELATIONS Pokok Bahasan TV RELEASE Dewi S. Tanti, M.I.Kom. Program Studi Public Relations http://mercubuana.ac.id POKOK BAHASAN TV Release: Perbedaan Release

Lebih terperinci

2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat : a. Tujuan dan Sasaran

2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat : a. Tujuan dan Sasaran VI. KEGIATAN K3 LISTRIK DALAM PENERAPAN SMK3 Penetapan Kebijakan K3: - Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko terkait listrik - Melakukan peninjauan terhadap kejadian yang berbahaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Menurut ILO/WHO (1998) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu promosi, perlindungan dan peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI Kami PT Bening Tunggal Mandiri berkomitmen untuk melaksanakan kegiatan bisnis perusahaan berdasarkan aspek HSE. PT Bening Tunggal Mandiri

Lebih terperinci

PERKIRAAN BIAYA KECELAKAAN TL5181 SMK3. Biaya kecelakaan

PERKIRAAN BIAYA KECELAKAAN TL5181 SMK3. Biaya kecelakaan MATRIX PERKIRAAN BIAYA KECELAKAAN Terdiri dari : Biaya langsung, dan Biaya tidak langsung. Biaya kecelakaan Biaya langsung adalah : Biaya kompensasi dan santunan, Biaya pertolongan pertama, Biaya pengobatan/operasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung upaya penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam pembangunan nasional Indonesia yang terus berkembang dan tumbuh secara cepat serta berdampak

Lebih terperinci

KESELAMATAN KERJA. Keselamatan & Kesehatan Kerja

KESELAMATAN KERJA. Keselamatan & Kesehatan Kerja KESELAMATAN KERJA K3 Keselamatan & Kesehatan Kerja SEJARAH KESELAMATAN KERJA DUNIA - Revolusi Industri Serap Banyak Buruh - Kecelakaan Kerja = Resiko Kerja - Buruh Desak Work Compensation - Buruh Desak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap lingkungan. Tentu saja akibat-akibat negatif itu menjadi tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap lingkungan. Tentu saja akibat-akibat negatif itu menjadi tanggungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka perkembangan industri di suatu negara, masalah besar yang selalu timbul adalah kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan dampak negatif industri terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ketenagakerjaan, antara lain masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ketenagakerjaan, antara lain masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Tenaga Kerja 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah sebuah industri jasa yang mempunyai beragam masalah ketenagakerjaan, antara lain masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Tenaga Kerja di rumah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan bermasyarakat. Komunikasi memegang peran penting dalam kehidupan bersosial dan bermasyarakat. Tanpa

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Labor: Controlling and Accounting for Cost. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen S1

Akuntansi Biaya. Labor: Controlling and Accounting for Cost. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen S1 Akuntansi Biaya Modul ke: Labor: Controlling and Accounting for Cost Fakultas FEB Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Program Studi Manajemen S1 www.mercubuana.ac.id Produktivitas dan Biaya Tenaga Kerja Produktivitas

Lebih terperinci

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk. Rumah Sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk. Rumah Sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk Rumah Sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu:

Lebih terperinci

Sistem Pencegahan dan. Kebakaran. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Sistem Pencegahan dan. Kebakaran. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA Kecelakaan kerja Frank Bird Jr : kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA Menimbang : a. bahwa terjadinya kecelakaan di tempat kerja sebagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik yaitu bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik yaitu bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Proyek Konstruksi Menurut Ervianto (2004), suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Selain

Lebih terperinci

PERTEMUAN #8 PENGELOLAAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN K3 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

PERTEMUAN #8 PENGELOLAAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN K3 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI PENGELOLAAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN K3 PERTEMUAN #8 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah keselamatan dan kesehatan kerja adalah masalah dunia. Bekerja dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut, udara, bekerja disektor

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA. oleh Gunter K. Stahl, L. A. (2010 : ) berjudul Quality of Communication

BAB II STUDI PUSTAKA. oleh Gunter K. Stahl, L. A. (2010 : ) berjudul Quality of Communication BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian pertama yang dijadikan bahan acuan adalah tulisan yang disusun oleh Gunter K. Stahl, L. A. (2010 : 469-487) berjudul Quality of Communication Experience:

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang 1 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan faktor penting dalam rangka perlindungan dunia kerja, dan juga sangat penting untuk produktivitas dan kelangsungan dunia

Lebih terperinci

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR Latar Belakang PP No. 50 Tahun 2012 PENGERTIAN PASAL 1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya pencegahan dari kecelakaan dan melindungi pekerja dari mesin dan peralatan kerja yang akan dapat menyebabkan traumatic

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB I KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag BAB V PEMBAHASAN Dari hasil penelitian PT. Bina Guna Kimia telah melaksanakan programprogram keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag Out (LOTO) dan Line Breaking merupakan program

Lebih terperinci

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 2 R-201: Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak

Lebih terperinci

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek 2012 Oleh: Arrigo Dirgantara 1106069664 Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Indonesia 2012 Pertanyaan:

Lebih terperinci

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI Halaman 1 dari 1 KRONOLOGI DOKUMEN Tanggal Revisi Ke Keterangan (Tuliskan sub-bab & perihal yang diubah serta alasan perubahan) 14-10-2011 0 Penentuan baru 25-11-2013 1 Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya terdapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya terdapat banyak aktivitas yang tidak terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG KETENAGAKERJAAN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG KETENAGAKERJAAN PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG KETENAGAKERJAAN I. PENJELASAN UMUM Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan Daerah

Lebih terperinci

PENGENDALIAN & AKUNTANSI BIAYA

PENGENDALIAN & AKUNTANSI BIAYA Modul ke: AKUNTANSI BIAYA Tenaga Kerja PENGENDALIAN & AKUNTANSI BIAYA Fakultas EKONOMI VENY, SE.MM Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Bagian Isi Modul 1. Produktifitas dan biaya tenaga kerja

Lebih terperinci

SISTEM PENGELOLAAN KESELAMATAN KERJA KONTRAKTOR

SISTEM PENGELOLAAN KESELAMATAN KERJA KONTRAKTOR NAMA PERUSAHAAN : JENIS PEKERJAAN/JASA : BAGIAN 1 : KEPEMIMPINAN DAN KOMITMEN 1. Komitment terhadap K3LL dalam kepemimpinan a) Bagaimanakah secara pribadi manajer-manajer senior terlibat dalam pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan hasil analisis data yang telah diperoleh peneliti selama tanggal 7 Mei - 16 Mei 2008 di Unit Produksi II/III, Indarung, PT. Semen Padang. Responden penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu persoalan dalam upaya pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia. Kesehatan dan keselamatan kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksis. Masalah utama yang selalu berkaitan dan melekat dengan dunia kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. eksis. Masalah utama yang selalu berkaitan dan melekat dengan dunia kerja adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya dunia industri, mengakibatkan munculnya masalahmasalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut ingin tetap eksis. Masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial yang

Lebih terperinci

PERSEPSI, SIKAP DAN PERILAKU PENYEBAB KECELAKAAN KERJA PADA TAMBANG

PERSEPSI, SIKAP DAN PERILAKU PENYEBAB KECELAKAAN KERJA PADA TAMBANG PERSEPSI, SIKAP DAN PERILAKU PENYEBAB KECELAKAAN KERJA PADA TAMBANG Oleh : Handoko setiadji, S.T. Abstrak Di dalam istilah psikologi dikenal adanya persepsi, sikap dan perilaku untuk menggambarkan tingkatan

Lebih terperinci

Oleh. Dr. Zainuddin Iba, SE., M.M 29 November 2017 BAHAN AJAR M S D M. Bagian-3 PROTEKSI SDM

Oleh. Dr. Zainuddin Iba, SE., M.M 29 November 2017 BAHAN AJAR M S D M. Bagian-3 PROTEKSI SDM BAHAN AJAR M S D M Oleh Dr. Zainuddin Iba, SE., M.M 29 November 2017 Bagian-3 PROTEKSI SDM 1 Sistem perlindungan berupa kompensasi yang tidak dalam bentuk imbalan, baik langsung maupun tidak langsung yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kepuasan Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang pengetahuan memiliki pengertian yang berlainan tentang kepuasan, adapun berbagai macam pengertian

Lebih terperinci