PELATIHAN INTERVAL INTENSITAS TINGGI LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DARIPADA SENAM AEROBIK HIGH IMPACT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELATIHAN INTERVAL INTENSITAS TINGGI LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DARIPADA SENAM AEROBIK HIGH IMPACT"

Transkripsi

1 TESIS PELATIHAN INTERVAL INTENSITAS TINGGI LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DARIPADA SENAM AEROBIK HIGH IMPACT PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D-III FISIOTERAPI UNIVERSITAS ABDURRAB AYU PERMATA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

2 TESIS PELATIHAN INTERVAL INTENSITAS TINGGI LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DARIPADA SENAM AEROBIK HIGH IMPACT PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D-III FISIOTERAPI UNIVERSITAS ABDURRAB AYU PERMATA NIM: PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 ii

3 PELATIHAN INTERVAL INTENSITAS TINGGI LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DARIPADA SENAM AEROBIK HIGH IMPACT PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D-III FISIOTERAPI UNIVERSITAS ABDURRAB Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Fisiologi Olahraga Konsentrassi Fisioterapi Program Pascasarjana Universitas Udayana AYU PERMATA NIM: PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 iii

4 Lembar Persetujuan Pembimbing TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 3 JULI 2015 Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. dr. I Wayan Weta MS NIP Muh. Ali Imron, M.Fis NIDN Mengetahui, Ketua Program Fisiologi Olahraga Program Pascasarjana Universitas Udayana, DR. dr. Susy Purnawati, M.K.K,AIFO NIP iv

5 Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 3 JULI 2015 Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. dr. I Wayan Weta MS NIP Muh. Ali Imron, M.Fis NIDN Mengetahui Ketua Program Studi Fisiologi Olahraga Fisioterapi Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, DR. dr. Susy Purnawati,M.K.K,AIFO NIP Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi,Sp.S.(K) NIP v

6 Tesis Ini Telah Diuji Pada: Tanggal : 3 Juli 2015 Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No: 1911/UN.14.4/HK/2015 tanggal 1 Juli 2015 Ketua : Dr. dr. I Wayan Weta, M.S Anggota : 1. Muh. Ali Imron, SMPh., S.Sos., M.Fis 2. Prof. Dr. dr. I Putu Gede Adiatmika., M.Kes., AIFO 3. Dr. dr. Desak Wihandani, M.Kes 4. Sugijanto, Dipl.PT, M.Fis vi

7 SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Ayu Permata NIM : Program Studi : Magister Fisiologi Olahraga Judul Tesis : PELATIHAN INTERVAL INTENSITAS TINGGI LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DARIPADA SENAM AEROBIK HIGH IMPACT PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D-III FISIOTERAPI UNIVERSITAS ABDURRAB Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan Peraturan Perundangundangan yang berlaku. Denpasar, Juni 2015 Hormat Saya, Ayu Permata vii

8 UCAPAN TERIMAKASIH Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan judul Pelatihan Interval Intensitas Tinggi Lebih Meningkatkan Kebugaran Fisik daripada Senam Aerobik High Impact pada Mahasiswa Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab yang ditujukan guna memenuhi persyaratan menyelesaikan program pendidikan Pascasarjana Program Fisiologi Olahraga Konsentrasi Fisioterapi di Universitas Udayana. Atas segala bimbingan, arahan, dorongan, dan fasilitas selama menyelesaikan Tesis ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat: 1. Prof.Dr.dr.Ketut Suastika, Sp.PD, KEMD selaku Rektor Universitas Udayana. 2. Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi, Sp.S(K) selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana. 3. Dr.dr.Susy Purnawati,M.K.K.AIFO selaku Ketua Program Studi Fisiologi Olahraga Fisioterapi Universitas Udayana. 4. Dr. dr. I Wayan Weta, M.S selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan selama proses penyelesaian Tesis ini. 5. Muh. Ali Imron, SMPh, S.Sos, M.Fis selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan motivasi dan arahan dalam penyelesaian Tesis ini. 6. Terimakasih kepada Bapak Sugijanto, Dipl. PT, M.Fis., Prof. Dr. dr. I Putu Gede Adiatmika, M. Kes, AIFO, dan Dr. dr, Desak Made Wihandani, M.Kes yang telah bersedia menguji Tesis ini dan telah memberi banyak saran dan kritik membangun dalam Tesis ini. 7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staff Program Studi Fisiologi Olahraga Universitas Udayana yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. 8. Kepada yang tercinta Ibunda Hj. Indrawati dan Ayahanda Drs. H. Syamsir Yahya, SH (Alm) yang selalu memberikan doa dalam setiap langkah penulis serta dorongan semangat pada penulis untuk menjadi pribadi yang lebih ikhlas, sabar dan tegar dalam menghadapi segala keadaan untuk menjadi lebih bermanfaat bagi agama, keluarga, nusa dan bangsa. 9. Kakanda Anang Perdhana Putra, S.STP, Kakanda Rieski Fernanda, SH, Kakanda Shanti Diana Putri, Amd. Keb, Kakanda Rizca Firliani, Amd. Keb atas persaudaraan yang indah, doa dan dorongan semangat agar tetap tegar dan kuat menghadapi segala proses viii

9 perjuangan ini. Kepada Ananda Mahecacakra Perdhana dan Ananda Raffael Adhyaksa Fernanda yang selalu memercikkan kasih sayang yang tulus kepada penulis melalui doa, semangat dan tingkah polah yang menyulut semangat untuk terus berjuang bagi penulis. 10. Seluruh keluarga besar penulis, terutama Datuk H. Mawin Asmi Dt. Manggung (Alm) dan Nenek Hj. Sariana serta Datuk H. Yahya Ja far (Alm) dan Nenek Hj. Maryam (Almh) yang menjadi inspirasi bagi penulis, terimakasih untuk segala contoh dalam menjalani kehidupan. 11. Sahabat-sahabat penulis Thubii-Thucii (Nia, Nuni, dan Nova) dan Arisan Club (Tata, Ria dan Kak Liza) beserta seluruh keluarga besarnya yang selalu siap sedia memberikan support melalui persahabatan yang tulus sebagai rumah kedua bagi penulis. 12. Ibu dr. Hj. Susiana Tabrani, M.Pdi selaku Rektor Universitas Abdurrab beserta seluruh jajaran akademika dan karyawan/wati Universitas Abdurrab yang telah banyak memberikan motivasi pada penulis. 13. Bapak dan Ibu serta Kakak dan Adik rekan-rekan seperjuangan di Universitas Abdurrab serta seluruh alumni dan mahasiswa-mahasiswi Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab yang telah banyak memberikan insiprasi dan motivasi bagi penulis dalam perjuangan menggali, menumbuhkan dan mengembangkan ilmu bersama-sama. 14. Bapak Yohannes Purwanto, SST.FT, S.Psi, S.Ked selaku Ketua IFI Wilayah Riau serta Bapak/Ibu pengurus dan anggota IFI Cabang Kabupaten dan Kota Provinsi Riau yang telah banyak memberikan dorongan semangat dalam proses penyelesaian Tesis ini. 15. Sanggar Senam Ajna Pekanbaru yang telah bersedia bekerjasama dengan penulis untuk memberikan intruksi senam pada sampel penelitian ini. 16. Sahabat-sahabat seperjuangan di Program Studi Fisiologi Olahraga Konsentrasi Fisioterapi angkatan 2013 untuk kebersamaan dan persahabatan yang indah. Dan saudari-saudari Srikandi Fisioterapi dari Riau, Kak Nova Relida, SST.FT, Kak Marliana, SST.FT, Kak Siti Muawanah, SST.FT, Kak Nur Achirda, SST. FT dan Ismaningsih, SST.FT. Semoga persaudaraan kita selalu dalam lindungan dan berkah Allah. Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga proposal penelitian ini bermanfaat bagi kita semua. Denpasar, Juni 2015 AYU PERMATA ix

10 ABSTRAK PELATIHAN INTERVAL INTENSITAS TINGGI LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DARIPADA SENAM AEROBIK HIGH IMPACT PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D-III FISIOTERAPI UNIVERSITAS ABDURRAB Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ditemukannya angka rekapitulasi absensi kehadiran Mahasiswa pada tahun 2013 di Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab dengan rata-rata ketidakhadiran Mahasiswa karena sakit meningkat sebesar 75%. Ketidak hadiran mahasiswa dikarenakan sakit ini dicurigai disebabkan karena kebugaran fisik yang rendah. Bagi mahasiswa peningkatan kebugaran fisik dapat mencegah penyakit dan meningkatkan konsentrasi belajar. Peningkatkan kebugaran fisik yang optimal perlu dilaksanakan melalui pelatihan yang teratur dan terencana. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pelatihan interval intensitas tinggi lebih meningkatkan kebugaran fisik daripada senam aerobik high impact pada Mahasiswa Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab. Sampel dalam penelitian ini adalah 78 orang mahasiswa program studi D-III Fisioterapi dengan usia yang berusia tahun. Rancangan penelitian eksperimental dengan menggunakan Randomized Pre and Post Test Group Design. Sampel dipilih secara random. Kelompok 1 diberikan pelatihan interval intensitas tinggi dan kelompok 2 diberikan senam aerobik high impact. Pelatihan dilakukan 3 kali dalam 1 minggu selama 4 minggu. Hasil analisis kebugaran fisik sebelum diberikan pelatihan didapatkan tidak ada perbedaan kebugaran fisik sebelum diberikan pelatihan pada kedua kelompok. Hasil rerata sebelum pelatihan pada kelompok yang diberikan pelatihan interval intensitas tinggi yaitu 41,36 dan hasil rerata pada kelompok yang diberikan senam aerobic high impact yaitu 43,00 dengan nilai p = 0,282. Hasil analisis kebugaran fisik sesudah diberikan pelatihan didapatkan ada perbedaan kebugaran fisik sesudah diberikan pelatihan pada kedua kelompok. Hasil rerata sesudah pelatihan pada kelompok yang diberikan pelatihan interval intensitas tinggi yaitu 60,92 dan hasil rerata pada kelompok yang diberikan senam aerobic high impact yaitu 57,74 dengan nilai p = 0,014. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pelatihan interval intensitas tinggi lebih meningkatkan kebugaran fisik daripada senam aerobik high impact secara signifikan. Kata kunci : Kebugaran Fisik, Pelatihan Interval Intensitas Tinggi, Senam Aerobik High Impact x

11 ABSTRACT HIGH INTENSITY INTERVAL TRAINING FURTHER IMPROVE THE PHYSICAL FITNESS MORE THAN HIGH IMPACT AEROBIC GYMNASTIC AT THE STUDENT STUDIES D-III PHYSIOTHERAPY ABDURRAB UNIVERSITY This research is motivated by the discovery of recapitulation attendance figures Student attendance in 2013 at the D-III Study Program of Physiotherapy at Abdurrab University with average student absenteeism due to illness increased by 75%. Student absenteeism due to illness is suspected because low physical fitness. For students increase physical fitness can prevent diseases and increase the concentration of learning. Increasing optimal physical fitness needs to be implemented through regular training and planned. This study aims to prove the high intensity interval training further improve the physical fitness than high impact aerobic gymnastics at the Student Studies D-III Physiotherapy at Abdurrab University. Sample in this study were 78 students of the D-III Physiotherapy with age years old. Experimental research is research using Randomized Pre and Post Test Group Design. The sample was selected randomly. One group was given a high-intensity interval training and group 2 was given high impact aerobics gymnastic. The training is done 3 times in 1 week for 4 weeks. Results of the analysis of physical fitness before being given training obtained no difference of physical fitness before being given training in both groups. Results mean before training in the group given high intensity interval training is 41,36 and the average results in the group given high impact aerobic exercise that is 43,00 with p = 0,282. Results of the analysis of physical fitness after training given obtained there were difference given of physical fitness after training in both groups. Average results after training in the group given high intensity interval training is 60,92 and the average results in the group given high impact aerobic exercise that is 57,74 with p = 0,014. Based on these results it can be concluded that high intensity interval training further improve the physical fitness than high impact aerobics gymnastic significantly. Keywords : Physical Fitness, High Intensity Interval Training, High Impact Aerobic Gymnastics xi

12 RINGKASAN PELATIHAN INTERVAL INTENSITAS TINGGI LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DARIPADA SENAM AEROBIK HIGH IMPACT PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D-III FISIOTERAPI UNIVERSITAS ABDURRAB Kebugaran fisik merupakan salah satu tolak ukur dalam menentukan derajat kesehatan. Kehidupan yang sehat merupakan faktor penting agar setiap individu dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk mencapai kehidupan yang sehat dan produktif, setiap individu memerlukan kondisi fisik yang optimal. Kondisi fisik yang optimal bagi setiap individu salah satunya dipengaruhi oleh daya tahan kardiorespirasi yang merupakan kemampuan untuk melakukan latihan pada otot besar, dinamik dengan intensitas sedang sampai tinggi dalam waktu yang singkat. Dengan kebugaran maka seseorang mampu melakukan aktivitas fisik dalam pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan fisik yang berlebihan dan masih dapat melakukan kegiatan lainnya. Kebugaran fisik dapat diukur salah satunya dengan mengukur daya tahan kardiorespirasi. Daya tahan kardiorespirasi merupakan kemampuan untuk secara efisien menggunakan kerja jantung, pembuluh darah serta paru untuk menyediakan zat makanan dan mengangkut oksigen bagian-bagian tubuh yang sedang melakukan aktifitas fisik. Salah satu tes yang digunakan sebagai tes daya tahan kardiorespirasi yaitu Harvard Step Test. Harvard Step Test adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk mendeteksi atau mendiagnosa penyakit kardiovaskuler. Pada penelitian ini pengukuran kebugaran fisik yang digunakan adalah kemampuan melakukan Harvard Step Test yang dihitung berdasarkan Indeks kesanggupan badan (IKB). Hasil penilaian IKB dikonversikan ke dalam nilai normatif kebugaran untuk mengetahui kategori kebugaran subjek penelitian. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ditemukannya angka rekapitulasi absensi kehadiran mahasiswa pada tahun 2013 di Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab dengan rata-rata ketidakhadiran mahasiswa karena sakit meningkat sebesar 75%. Ketidak hadiran mahasiswa dikarenakan sakit ini dicurigai disebabkan oleh karena kebugaran fisik yang rendah. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan pelatihan interval intensitas tinggi lebih meningkatkan kebugaran fisik daripada senam aerobik high impact pada Mahasiswa Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan Randomized Pre and Post Test Group Design yaitu membandingkan antara perlakuaan terhadap dua kelompok. Kelompok 1 yaitu pemberian pelatihan interval intensitas tinggi pada mahasiswa. Kelompok 2 yaitu pemberian senam aerobik high impact pada mahasiswa. Penelitian ini dilakukan di 2 tempat, untuk kelompok 1 dilaksanakan di Program Studi D-III Fisioterapi Unversitas Abdurrab yang berlokasi di Pekanbaru dan kelompok 2 dilaksanakan di Sanggar Senam Ajna Pekanbaru. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 20 April hingga 11 Mei 2015 dengan intensitas latihan 3 kali dalam seminggu selama 4 minggu. Latihan interval intensitas tinggi adalah bentuk latihan kardio yang menggunakan kombinasi antara latihan intensitas tinggi dengan intensitas sedang atau rendah dalam selang waktu tertentu dan merupakan salah satu latihan aerobik untuk membakar kalori dan meningkatkan kekuatan, daya tahan system kardio, kapasitas paru, dan kebugaran fisik. Latihan intensitas rendah yang diselingi diantara latihan intensitas tinggi pada latihan interval membantu pembuangan metabolisme dari otot selama periode istirahat pada saat latihan interval intensitas tinggi sedang dilakukan oleh tubuh. Perubahan periode latihan yang dilakukan bergantian ini membantu tubuh meningkatkan volume dalam mengkonsumsi oksigen selama latihan. Hal ini dikarenakan sel paling sedikit mengkonsumsi oksigen adalah xii

13 pada saat otot dalam keadaan istrahat. Latihan ini juga meningkatkan adaptasi sistem kardiovaskuler terhadap latihan interval yang dilakukan. Senam aerobik high impact adalah salah satu pembagian senam aerobik berdasarkan cara melakukan dan musik yang mengiringinya. Pada gerakan senam aerobic high impact menggunakan tenaga yang maksimum dan diulang-diulang sehingga melatih otot untuk melebihi beban normalnya. Peningkatan ketahanan fisik setelah senam ini dikarenakan gerakan dinamis pada saat melakukan aerobik high impact meningkatkan denyut jantung. Gerakan dinamis pada saat senam ini meningkatkan kapasitas kerja jantung, peredaran darah dan paru-paru untuk memberikan oksigen pada kerja otot selama latihan. Peningkatan denyut jantung akan mengakibatkan stroke volume meningkat. Laju aliran darah meningkat sehingga kebutuhan oksigen ke otot yang aktif dapat dipenuhi untuk memberikan energi pada saat kontraksi otot. Latihan senam aerobik high impact dilakukan secara teratur dengan durasi yang cukup akan memperbaiki kerja jantung dan paru dalam meningkatkan daya tahan kardiorespirasi. Hasil analisis kebugaran fisik sebelum diberikan pelatihan didapatkan tidak ada perbedaan nilai kebugaran fisik sebelum diberikan pelatihan pada kedua kelompok. Hasil rerata sebelum pelatihan pada kelompok yang diberikan pelatihan interval intensitas tinggi yaitu 41,36 dan hasil rerata pada kelompok yang diberikan senam aerobic high impact yaitu 43,00 dengan nilai p = 0,282. Hasil analisis kebugaran fisik sesudah diberikan pelatihan didapatkan ada perbedaan nilai kebugaran fisik sesudah diberikan pelatihan pada kedua kelompok. Hasil rerata sesudah pelatihan pada kelompok yang diberikan pelatihan interval intensitas tinggi yaitu 60,92 dan hasil rerata pada kelompok yang diberikan senam aerobic high impact yaitu 57,74 dengan nilai p = p = 0,014. Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan interval intensitas tinggi lebih meningkatkan kebugaran fisik daripada senam aerobik high impact pada mahasiswa Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab. xiii

14 DAFTAR ISI Hal HALAMAN SAMPUL DEPAN i HALAMAN SAMPUL DALAM.. ii HALAMAN PERSYARATAN GELAR.. iii HALAMAN PENGESAHAN... v HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI... vi SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT vii UCAPAN TERIMAKASIH... viii HALAMAN ABSTRAK DAN RINGKASAN. x DAFTAR ISI xiv DAFTAR TABEL... xviii DAFTAR SKEMA... xix BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Manfaat Praktis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebugaran Fisik Pengertian Kebugaran Fisik Komponen Kebugaran Fisik. 10 xiv

15 2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Fisik Daya Tahan Kardiorespirasi Pengertian Daya Tahan Kardiorespirasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Tahan Kardiorespirasi Pengukuran Daya Tahan Kardiorespirasi Harvard Step Test Latihan Interval Intensitas Tinggi Pengertian Latihan Interval Intensitas Tinggi Tujuan Latihan Interval Intensitas Tinggi Senam Aerobik High Impact Pengertian Senam Aerobik High Impact Tujuan Senam Aerobik High Impact Reaksi Fisiologis Sistem Kardiovaskuler terhadap Latihan BAB III KERANGKA BERFIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Berfikir Kerangka Konsep Penelitian Hipotesis BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Jenis dan Sumber Data Populasi Sampel...35 xv

16 4.3.3 Besaran Sampel Teknik Pengambilan Sampel Variabel Penelitian Variabel Bebas Variabel Terikat Definisi Operasional Variabel Latihan Interval Intensitas Tinggi Senam Aerobik High Impact Pengukuran Kebugaran Fisik Alur Penelitian Analisis Data Uji Normalitas Uji Homogenitas Uji Hipotesis BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Fisik Sampel Penelitian Analisis Uji Homogenitas Analisis Uji Homogenitas Karakteristik Sampel Analisis Uji Homogenitas Kebugaran Fsik Sampel Analisis Uji Beda Pengaruh Pelatihan Interval Intensitas Tinggi dan Senam Aerobik High Impact Terhadap Peningkatan Kebugaran Fisik Pembahasan Karakteristik Sampel Penelitian xvi

17 5.4.2 Pengaruh Pelatihan Interval Intensitas Tinggi dan Senam Aerobik High Impact Terhadap Peningkatan Kebugaran Fisik Perbedaan Pelatihan Interval Intesitas Tinggi dan Senam Aerobik High Impact Terhadap Peningkatan Kebugaran Fisik Kelemahan Penelitian BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA.. 67 LAMPIRAN xvii

18 DAFTAR TABEL Hal Tabel 2.1 Nilai Normatif VO2 Maks Bagi Laki-Laki dan Perempuan.. 21 Tabel 2.2 Nilai Normatif Indeks Kesangupan Harvard Step Test. 23 Tabel 5.1 Karakteristik Fisik Sampel Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Fisik Sampel pada Kelompok 1 dan Tabel 5.3 Uji Homogenitas Kebugaran Fisik Tabel 5.4 Analisis Uji Beda Pengaruh Pelatihan Interval Intensitas Tinggi dan Senam Aerobik High Impact Terhadap Peningkatan Kebugaran Fisik Tabel 5.5 Perbandingan Peningkatan Kebugaran Fisik Sesudah Pelatihan Pada Kedua Kelompok xviii

19 DAFTAR SKEMA Hal Skema 3.1 Bagan Kerangka Konsep Penelitian.. 32 Skema 4.1 Rancangan Metode Penelitian Skema 4.2 Skema Alur Penelitian xix

20 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu dalam masyarakat berperan penting sebagai agen dari suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut membutuhkan suatu keadaan yang mendukung kesehatan fisik masyarakat untuk dapat meningkatkan peran serta dalam pembangunan bangsa. Keberhasilan pembangunan akan tercapai jika didukung dengan masyarakat yang memiliki kebugaran fisik. Kebugaran fisik merupakan salah satu tolak ukur dalam menentukan derajat kesehatan. Kehidupan yang sehat merupakan faktor penting agar setiap individu dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk mencapai kehidupan yang sehat dan produktif, setiap individu memerlukan kondisi fisik yang optimal. Kondisi fisik yang optimal bagi setiap individu salah satunya dipengaruhi oleh daya tahan kardiorespirasi yang merupakan kemampuan untuk melakukan latihan pada otot besar, dinamik dengan intensitas sedang sampai tinggi dalam waktu yang singkat. Dengan kebugaran maka seseorang mampu melakukan aktivitas fisik dalam pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan fisik yang berlebihan dan masih dapat melakukan kegiatan lainnya. Kebugaran fisik dapat dicapai sebagai suatu akibat dari faktor input dan processing. Sebagai produk dari aktifitas fisik, tingkat kebugaran fisik 1

21 2 dari sudut ilmu faal dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Sistem respirasi sebagai organ penyedia oksigen, (2) Sistem cardiovascular dengan isinya (darah, dalam hal ini hemoglobin), sebagai pengangkut oksigen, (3) sistem otot sebagai pengguna oksigen, (4) sistem metabolisme energi sebagai penyedia energi (5) status gizi (indeks masa tubuh), serta (6) tergantung pada umur, jenis kelamin, program aktivitas fisik dan latihan. Keenam faktor tersebut secara fisiologis dan biologis harus berfungsi normal dan ditingkatkan secara simultan ( Sarwono, 2008). Individu yang memiliki kebugaran fisik yang baik dapat dilihat dari kesehatan kerja dari jantung dan paru-parunya. Kerja jantung dan paru-paru dapat diukur dari denyut nadi dan hembusan nafas. Pengukuran denyut nadi dan frekuensi nafas ini dapat memperlihatkan kondisi fisik individu yang sehat atau tidak, terlatih atau tidak. Pada saat bergerak, otot yang bekerja memerlukan pasokan oksigen untuk mengolah energi yang didapat dari makanan. Udara yang dihirup oleh paru, dihantarkan darah menuju jantung, kemudian oleh jantung dipompakan ke seluruh tubuh, terutama pada otot yang bekerja. Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam keadaan tubuh bekerja berat maka oksigen yang diperlukan menjadi meningkat hingga10 hingga 15 kali lipat. Kebugaran fisik dapat diukur salah satunya dengan mengukur daya tahan kardiorespirasi. Daya tahan kardiorespirasi merupakan kemampuan untuk melakukan latihan dinamis menggunakan otot tubuh dengan intensitas sedang hingga tinggi pada jangka waktu yang cukup lama yang berhubungan

22 3 dengan respon jantung, pembuluh darah, serta paru untuk mengangkut oksigen ke otot (Purnawati, 2013). Daya tahan kardiovaskuler merupakan komponen terpenting dari kesegaran jasmani atau kebugaran fisik. Daya tahan kardiovaskuler menunjukkan kemampuan kerja jantung untuk menyediakan zat makanan dan oksigen untuk bagian-bagian tubuh yang sedang melakukan aktivitas. Kemampuan ini diperlukan dalam waktu yang lama dan intensitas rendah sehingga disebut sebagai kapasitas latihan submaksimal (Adiatmika, 2002). Daya tahan kardiorespirasi merupakan komponen terpenting dari kebugaran fisik. Daya tahan kardiorespirasi adalah kesanggupan sistem jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan kerja dalam mengambil oksigen dan menyalurkannya ke jaringan yang aktif sehingga dapat digunakan pada proses metabolisme tubuh. Daya tahan kardiorespiasi yang tinggi menunjukkan kemampuan untuk bekerja yang tinggi, yang berarti kemampuan untuk mengeluarkan sejumlah energi yang cukup besar dalam periode waktu yang lama. Salah satu tes yang digunakan sebagai tes daya tahan kardiorespirasi yaitu Harvard Step Test. Harvard Step Test adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk mendeteksi atau mendiagnosa penyakit kardiovaskuler. Tes ini juga baik digunakan dalam penilaian kebugaran, dan kemampuan untuk pulih dari kerja berat. Semakin cepat jantung berdaptasi (kembali normal), semakin baik kebugaran tubuh (Hasanah, 2012).

23 4 Harvard step test adalah sebuah metode penilaian yang secara akurat mengidentifikasi tingkat kardiorespirasi. Hal ini dikarenakan hasil tes didasarkan pada detak jantung yang akurat pada waktu istirahat dan latihan, (Greenberg 2004). Harvard Step Test merupakan test daya tahan kardiorespirasi dengan mengukur Indeks Kesanggupan Badan (IKB) dalam melakukan tes naik turun bangku selama 5 menit. Pada saat seseorang melakukan tes ini jumlah denyut nadi saat 30 detik pertama, kedua dan ketiga menjadi acuan untuk menetukan indeks kesanggupan individu. Semakin besar nilai dari IKB seseorang maka kesanggupan badannya semakin baik. Nilai IKB dapat diukur sesuai dengan latihan fisik yang mampu dilakukan individu dan menunjukkan kondisi kebugaran fisik. Latihan fisik yang teratur dengan dosis yang tepat dapat meningkatkan kondisi fisik yang bugar. Untuk mendapatkan latihan fisik yang sesuai dengan tubuh maka dibutuhkan usaha-usaha dibidang kesehatan gerak dan fungsi tubuh. Fisioterapi merupakan bagian dari integral pelayanan kesehatan yang berhubungan erat dengan gerak dan fungsi tubuh. Menurut Ikatan fisioterapi Indonesia (IFI) pada tahun 2014 dalam Buku Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesi menyatakan bahwa Fisioterapi merupakan bagian integral pelayanan kesehatan yang memiliki otonomi profesional yaitu kebebasan dalam melakukan upaya-upaya promotif, preventif, restoratif, pemeliharnaan dan wellness dalam batas pengetahuan yang didapat sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. Salah satu dari kewenangan Fisioterapi yaitu dapat memberikan latihan fisik yang dapat meningkatkan kebugaran fisik. Latihan

24 5 fisik tersebut yaitu latihan yang dapat meningkatkan daya tahan kardiorespirasi seperti pelatihan interval intensitas tinggi dan senam aerobik high impact. Pelatihan interval intensitas tinggi adalah sebuah konsep latihan yang menggunakan kombinasi antara latihan intensitas tinggi dan diselingi dengan latihan intensitas sedang atau rendah. Pelatihan ini dilakukan dalam selang waktu tertentu yang dapat memacu kerja jantung dengan lebih keras sehingga dapat menigkatkan konsumsi oksigen dan meningkatkan metabolisme tubuh. Penelitian yang dilakukan oleh Smith dkk, (2013) tentang pelatihan intensitas tinggi berbasis crossfit untuk meningkatkan kebugaran aerobik maksimal dan komposisi tubuh pada 43 orang selama 10 minggu didapatkan hasil signifikan terhadap perbaikan VO 2 maks dan penurunan persentase lemak tubuh. Latihan yang dilakukan oleh Oiliveira dkk, (2013) tentang efek Pelatihan Interval Intensitas Tinggi selama 2 minggu pada pria dewasa dengan nilai Body Mass Index (BMI) tinggi menunjukkan peningkatan VO 2 maks. Senam aerobik merupakan serangkaian gerak yang dipadukan dengan irama musik yang telah dipilih dengan durasi tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pemasukan oksigen di dalam jaringan tubuh yang ditentukan oleh kapasitas maksimal paru saat menghirup udara. Latihan aerobik dilakukan secara teratur dengan durasi yang cukup akan memperbaiki kerja jantung dan paru dalam meningkatkan daya tahan kardiorespirasi. Latihan aerobik memberi pengaruh dalam metabolisme tubuh antara lain perubahan sel darah merah, nilai hematokrit darah dan viskositas darah.

25 6 Penelitian yang dilakukan oleh Alex dkk (2011) tentang pengaruh senam aerobik low impact dan high impact terhadap kebugaran fisik terhadap 20 orang didapatkan hasil yang signifikan terhadap latihan senam aerobik low impact dan high impact terhadap hasil kesegaran jasmani. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa latihan senam aerobik high impact memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan low impact terhadap hasil kebugaran fisik. Sama seperti latihan aerobik lainnya, latihan interval intensitas tinggi meningkatkan fungsi sel otot, membakar lemak dan meningkatkan kapasitas paru. Latihan interval intensitas tinggi selama 30 menit sama dengan 90 menit latihan intensitas rendah (Hoeger, 2014). Penelitian yang dilakukan Mukti (2014), menyatakan bahwa pengukuran indeks keberhasilan olahraga nasional, didapatkan hasil tingkat kebugaran jasmani adalah 4,07% untuk kategori baik. Ini berarti lebih dari 95% kondisi kebugaran jasmani masyarakat Indonesia kurang baik atau bahkan sangat buruk. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ditemukannya angka rekapitulasi absensi kehadiran mahasiswa pada tahun 2013 di Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab dengan rata-rata ketidakhadiran mahasiswa karena sakit meningkat sebesar 75%. Ketidak hadiran mahasiswa dikarenakan sakit ini dicurigai disebabkan oleh karena kebugaran fisik yang rendah. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Pelatihan Interval Intensitas Tinggi Lebih Meningkatkan Kebugaran

26 7 Fisik daripada Senam Aerobik High Impact pada Mahasiswa Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini yaitu : Apakah pelatihan interval intensitas tinggi lebih meningkatkan kebugaran fisik daripada senam aerobik high impact pada Mahasiswa Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan pelatihan interval intensitas tinggi lebih meningkatkan kebugaran fisik daripada senam aerobik high impact pada Mahasiswa Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Memperoleh data yang empirik tentang efek pelatihan interval intensitas tinggi dan senam aerobik high impact untuk meningkatkan kebugaran fisik pada mahasiswa program studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab.

27 Manfaat Praktis Sebagai pedoman bagi mahasiswa dan masyarakat pada umumnya tentang efek pelatihan interval intensitas tinggi dan senam aerobik high impact untuk meningkatkan kebugaran fisik.

28 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kebugaran Fisik Pengertian Kebugaran Fisik Ditinjau secara fisiologis, kebugaran fisik adalah kemampuan tubuh dalam melakukan penyesuaian terhadap pembebanan fisik yang diberikan pada tubuh terhadap aktifitas yang dilakukan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Kebugaran fisik adalah kemamuan untuk memenuhi tuntutan mempertahanakan keselamatan hidup sehari-hari dan efektif tanpa mengalami kelelahan dan masih memiliki energi untuk melakukan aktifitas lainnya dan kegiatan rekreasi (Hoeger, 2014). Menurut Nala (2002) menyatakan bahwa kebugaran fisik ada dua yaitu berhubungan dengan kesehatan dan non kesehatan. Kebugaran fisik yang berhubungan dengan kesehatan sangat erat hubungannya dengan kerja atau menunaikan tugas sehari-hari dalam mengukur kebugaran fisik yang berhubungan dengan kesehatan hal yang paling penting adalah pengukuran daya tahan kardiorespirasi. Kebugaran fisik yang berhubungan dengan non kesehatan adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian atau adaptasi terhadap pembebanan fisik yang diberikan kepadanya tanpa menimbulkan kelelahan berarti. 9

29 10 Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa kebugaran fisik ialah kecocokan keadaan fisik terhadap aktivitas sehari-hari yang harus dilaksanakan oleh fisik. Kebigaran fisik dapat menyebabkan individu mampu melaksanakan tugas fisik tertentu dengan hasil yang baik tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan dan masih memiliki tenaga cadangan untuk melaksanakan aktivitas yang bersifat mendadak Komponen Kebugaran Fisik Menurut Housman dkk (2015) menyatakan bahwa kesegaran jasmani, kebugaran fisik, atau physical fitness terdiri atas sepuluh komponen. Komponen tersebut sebagian besar komponen biomotorik ditambahkan dengan komponen komposisi tubuh (terkait dengan masalah kesehatan). Kesepuluh komponen kebugaran fisik tersebut adalah: 1. Kekuatan Otot (Muscle Strength) Kekuatan otot adalah kemampuan dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja. Kekuatan otot dapat diraih dari latihan dengan beban berat dan frekuensi sedikit. Kita dapat melatih kekuatan otot lengan dengan latihan angkat beban, jika beban tersebut hanya dapat diangkat 8-12 kali saja.

30 11 2. Daya Tahan Otot (Musculer endurance) Daya tahan otot adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu sependek-pendeknya. Dengan kata lain berhubungan dengan sistem anaerobik dalam proses pemenuhan energinya. Daya tahan otot dapat disebut juga daya ledak otot (explosive power). Latihan yang dapat melatih daya ledak otot adalah latihan yang bersifat cepat atau berlangsung secepat mungkin. 3. Kelenturan (Flexibility) Kelenturan adalah efektifitas seseorang dalam menyesuaikan diri untuk segala aktifitas dengan penguluran tubuh yang luas. 4. Komposisi Tubuh (Body Composition) Jaringan lemak menambah berat badan, tapi tidak mendukung kemampuan untuk secara langsung menggunakan oksigen selama olah raga berat. 5. Daya Tahan Kardiovaskuler (cardivasculer endurance) Daya tahan kardiovaskuler adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, paru-paru dan peredaran darahnya secara efektif dan efisien untuk melaksanakan kerja secara terus menerus. Dengan kata lain berhubungan dengan sistem aerobik dalam proses pemenuhan energinya. Latihan untuk melatih daya tahan adalah kebalikan dari latihan kekuatan. Daya tahan dapat

31 12 dilatih dengan beban rendah atau kecil, namun dengan frekuensi yang banyak dan dalam durasi waktu yang lama. 6. Kecepatan Gerak (Speed Movement) Kecepatan merupakan kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dengan waktu sesingkat-singkatnya. Kecepatan sangat dibutuhkan dalam olahraga yang sangat mengandalkan kecepatan, seperti lari pendek 100 m dan lari pendek 200 m. Kecepatan dalam hal ini lebih mengarah pada kecepatan otot tungkai dalam melakukan aktifitas. 7. Kelincahan (Agility) Kelincahan adalah kemampuan seseorang mengubah posisi di area tertentu, dari depan ke belakang, dari kiri ke kanan atau dari samping ke depan. Olahraga yang sangat mengandalkan kelincahan misalnya bulu tangkis. Kelincahan dapat dilatih dengan lari cepat dengan jarak sangat dekat, kemudian berganti arah. 8. Keseimbangan (Balance) Keseimbangan merupakan kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf otot sehingga dapat mengendalikan gerakan-gerakan dengan baik dan benar. Senam merupakan salah satu cabang olahraga yang sangan mengandalkan kesimbangan.

32 13 9. Kecepatan Reaksi (Reaction time) Kecepatan reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera. 10. Koordinasi (coordination) Koordinasi adalah kemampuan seseorang mengintegrasikan berbagai gerakan yang berbeda ke dalam pola gerakan tunggal secara efektif Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Fisik Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran fisik: 1. Jenis Kelamin Jenis kelamin seseorang bertanggungjawab atas 25% hingga 40% dari perbedaan nilai VO 2 max. Lebih dari setengah perbedaan genotype dengan faktor lingkungan aerobik dikarenakan oleh perbedaan genotype dengan faktor lingkungan sebagai penyebab lainnya (Sharkey, 2003). 2. Latihan Latihan adalah gerakan tubuh yang terencana dan terstruktur dan dilakukan berulang-ulang untuk menye mpurnakan atau mempertahankan komponen kebugaran. Latihan yang teratur dapat mencegah kematian dini pada umumnya, kematian karena

33 14 penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kanker usus, derajat kolesterol tinggi. Latihan yang dilakukan lebih dari 30 menit akan memberikan efek ganda, disatu pihak akan meningkatkan aliran darah, dilain pihak akan membantu memecahkan metabolisme lemak dan kolesterol. Bila tujuan dari latihan hanya untuk membina atau meningkatkan kesegaran jasmani bukan untuk meningkatkan prestasi olahraga, maka frekuensi latihan cukup 3-5 kali seminggu. Setiap berlatih waktu yang digunakan antara menit untuk latihan intinya. 3. Usia Dengan penurunan sampai 10% perdekade untuk individu yang tidak aktif, tanpa memperhitungkan tingkat kebugaran awal mereka. Bagi yang aktif, dapat menghentikan setengah penurunan tersebut 4% hingga 5% perdekade dan yang terlibat dalam latihan fitness dapat menghentikan setengahnya hingga 2,5 perdekade (Sharkey, 2003). 4. Status Gizi Ketersediaan zat gizi dalam tubuh akan berpengaruh pada kemampuan otot berkontraksi dan daya tahan kardiovaskuer. Untuk mendapatkan kebugaran yang baik, seseorangg haruslah melakukan latihan olahraga-olahraga yang cukup, mendapatkan gizi yang memadai untuk kegiatan fisiknya dan tidur (Fatmah, 2011).

34 15 Status gizi yang baik dapat mencapai kesehatan dan kesegaran jasmani yang optimal, mampu bertahan terhadap latihan yang keras dan mampu mencapai performance dalam olahraga secara baik. Status gizi adalah suatu kondisi tubuh sebagai akibat keseimbangan intake makanan dan penggunaanyaoleh tubuh yang dapat diukur dari berbagai dimensi. Untuk mengevaluasi status gizi dapat digunakan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rumus sebagai berikut: Indeks Massa Tubuh (IMT) = Berat Badan (kg) Tinggi Badan (m) 2 Kemudian berdasarkan nilai yang didapatkan dari rumus IMT tersebut dapat ditentukan klasifikasinya. Menurut Permaesih (2001), klasifikasi IMT terdiri dari: berat badan kurang (<18,5), berat badan normal (18,5 22,9), kelebihan berat badan ( 23,0), beresiko menjadi obes (23,0 24,9), obes I (25,0 29,9), obes II ( 30,0). 5. Aktivitas Fisik Aktivitas fisik dapat meningkatkan konsumsi oksigen maksimum (VO 2 maks) yang dihasilkan oleh gerak badan seseorang individu sekitar 36 ml/kg/menit dalam pria sehat aktif dan sekitar 29 ml/kg/menit dalam wanita sehat aktif. VO 2 maks akan lebih rendah pada individu yang banyak duduk.

35 16 6. Pola Tidur Keadaan tidur yang sebenarnya adalah saat pikiran dan tubuh berbeda dengan keadaan terjaga, yakni ketika tubuh beristirahat secara tenang, aktivitas metabolisme tubuh menurun, dan pikiran menjadi tidak sadar terhadap dunia luar. Tidur di tempatkan pada posisi ketiga terkait aktifitas paling vital bagi manusia setelah udara dan air, tidur termasuk bagian dari periode alamiah kesadaran yang terjadi ketika tubuh direstorasi, yang dicirikan oleh rendahnya kesadaran dan keadaan metabolisme tubuh yang minimal (Putra, 2011). 2.2 Daya Tahan Kardiorespirasi Pengertian Daya Tahan Kardiorespirasi Daya tahan kardiorespirasi adalah kemampuan paru-paru, jantung dan pembuluh darah untuk memberikan jumlah oksigen yang cukup ke sel untuk memenuhi tuntutan aktivitas fisik yang berkepanjangan (Hoeger, 2014). Daya tahan kadiorespirasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan latihan pada otot besar, dinamik dengan intensitas sedang sampai tinggi untuk waktu yang lama. Kinerja latihan daya tahan kardiorespirasi tergantung pada status fungsional sistem respirasi, kardiovaskuler, dan otot skeletal (Mahler, 2003).

36 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya TahanKardiorespirasi Menurut Ikrami (2013) daya tahan kardiorespirasi dipengaruhi beberapa faktor yakni genetik, umur dan jenis kelamin, aktivitas fisik, kebiasaan merokok dan status gizi. a. Genetik Daya tahan kardiovaskuler dipengaruhi oleh faktor genetik yakni sifat-sifat spesifik yang ada dalam tubuh seseorang sejak lahir. Pengaruh genetik pada kekuatan otot dan daya tahan otot pada umumnya berhubungan dengan komposisi serabut otot yang terdiri dari serat merah dan serat putih. Seseorang yang memiliki lebih banyak serabut otot merah lebih mampu melakukan kegitan bersifat aerobic, sedangkan yang lebih banyak memiliki serat otot rangka putih lebih mampu melakukan kegiatan yang bersifat anaerobic. Demikian pula pengaruh keturunan terhadap komposisi tubuh, sering dihubungkan dengan tipe tubuh. Seseorang yang mempunyai tipe endomorf (bentuk tubuh bulat dan pendek) cenderung memiliki jaringan lemak yang lebih banyak bila dibandingkan dengan tipe otot ektomorf (bentuk tubuh kurus dan tinggi). b. Umur Daya tahan kardiovaskuler menunjukkan suatu tendensi meningkat pada masa anak-anak sampai sekitar dua puluh tahun dan mencapai maksimal di usia 20 sampai 30 tahun. Daya tahun

37 18 tersebut akan makin menurun sejalan dengan bertambahnya usia, dengan penurunan 8-10% perdekade untuk individu yang tidak aktif, sedangkan untuk individu yang aktif penurunan tersebut 4-5% perdekade (Sharkey, 2003). Peningkatan kekuatan otot pria dan wanita sama sampai usia 12 tahun, selanjutnya setelah usia pubertas pria lebih banyak peningkatan kekuatan otot, maksimal dicapai pada usia 25 tahun yang secara berangsur-angsur menurun dan pada usia 65 tahun kekuatan otot hanya tinggal 65-70% dari kekuatan otot sewaktu berusia 20 sampai 25 tahun. Pengaruh umur terhadap kelenturan dan komposisi tubuh pada umumnya terjadi karena proses menua yang disebabkan oleh menurunnya elastisitas otot karena berkurangnya aktivitas dan timbulnya obesitas pada usia tua. c. Jenis Kelamin Perbedaan ukuran tubuh yang terjadi setelah masa pubertas pada laki-laki dan perempuan mempengaruhi daya tahan kardiovaskuler. Pada masa pubertas laki-laki memiliki jaringan lemak yang lebih sedikit daripada perempuan. Hal yang sama juga terjadi pada kekuatan otot,karena perbedaan kekuatan otot antara pria dan wanita disebabkan oleh perbedaan ukuran otot baik besar maupun proporsinya dalam tubuh.

38 19 d. Pelatihan Fisik Pelatihan yang bersifat aerobik yang di lakukan secara teratur akan meningkatkan daya tahan kardiovaskuler dan dapat mengurangi lemak tubuh. Dengan melakukan latihan olahraga atau kegiatan fisik yang baik dan benar berarti seluruh organ dipicu untuk menjalankan fungsinya sehingga mampu beradaptasi terhadap setiap beban yang diberikan. e. Status Gizi Ketersediaan zat gizi dalam tubuh akan berpengaruh pada kemampuan otot berkontraksi dan daya tahan kardiovakuler. Untuk mendapatkan kebugaran yang baik, seseorang haruslah melakukan olahraga yang cukup, mendapatkan gizi yang memadai untuk kegiatan fisik Pengukuran Daya Tahan Kardiorespirasi Pengukuran adalah proses pengumpulan data atau informasi tentang individu maupun objek tertentu yaitu mulai dari mempersiapkan alat ukur yang digunakan sampai diperolehnya hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif yang hasilnya dapat diolah secara statistika. Setiap sel dalam tubuh manusia membutuhkan oksigen untuk mengubah energi makanan menjadi ATP (Adenosine Triphosphate) yang siap dipakai untuk kerja. Sel paling sedikit mengkonsumsi

39 20 oksigen adalah pada saat otot dalam keadaan istrahat. Sel otot yang berkontraksi membutuhkan banyak ATP. Akibatnya otot yang dipakai dalam latihan membutuhkan lebih banyak oksigen (O 2 ) dan menghasilkan karbondioksida (CO 2 ). Kebutuhan akan O 2 dan menghasilkan CO 2 dapat diukur melalui pernafasan. Dengan mengukur jumlah O 2 yang dipakai selama latihan, dapat diketahui jumlah O 2 yang dipakai oleh otot yang bekerja. Makin tinggi jumlah otot yang dipakai maka makin tinggi pula intensitas kerja otot. Tingkat kebugaran dapat diukur dari volume dalam mengkonsumsi oksigen saat latihan pada volume dan kapasitas maksimum atau disebut juga dengan VO 2 maks. Kapasitas aerobik menunjukkan kapasitas maksimal oksigen yang dipergunakan oleh tubuh (VO 2 maks). Semakin banyak oksigen yang diasup atau diserap oleh tubuh menunjukkan semakin baik kinerja otot dalam bekerja sehingga zat sisa-sisa yang menyebabkan kelelahan jumlahnya akan semakin sedikit. VO 2 maks diukur dalam banyaknya oksigen dalam liter per menit (l/min) atau banyaknya oksigen dalam mililiter per berat badan dalam kilogram per menit (ml/kg/min). Tingkat kebugaran fisik seseorang berbeda-beda seusai dengan komponen-komponen yang mempengaruhi kebugaran yang dimilikinya. Untuk itu dilakukan latihan-latihan penunjang yang dapat meningkatkan serta melibatkan sistem kardiovaskuler dan kardiorespirasi yang baik. Dalam hal ini organ jantung dan paru

40 21 mensuplai O 2 keseluruh otot dan mengirimkan karbondioksida CO 2 kembali ke paru, sehingga hal ini pula yang menentukan jumlah konsumsi oksigen maksimal atau VO 2 maks. Tabel 2.1 Nilai Normatif VO2 Maks Bagi Laki-Laki dan Perempuan (Sumber: Doust, 2006) Age Very poor FEMALE ( ml/ kg/min ) Poor Fair Good Exellent Superior < > < > < > < > < > < >31.4 Age Very poor Poor Fair Good Exellent Superior MALE ( ml/ kg/min ) < > < > < > < > < > < > Harvard Step Test Harvard step test adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan aerobik yang dibuat oleh Brouha pada tahun Ada beberapa istilah seperti kemampuan jantung-paru, daya tahan jantung-paru, aerobic power, cardiovascular endurance, cardiorespiration endurance, dan kebugaran aerobik yang

41 22 mempunyai arti yang kira-kira sama. Penelitian ini dilakukan di Universitas Harvard, USA, sehingga nama tes ini dimulai dengan nama Harvard. Inti dari pelaksanaan tes ini adalah dengan cara naik turun bangku selama 5 menit. Pada tes ini individu yang diperiksa melalui uji untuk melangkah naik dan turun dari bangku (NTB) gym setingi 45 cm selama 5 menit pada tingkat 30 langkah / menit. Kemudian di lakukan pemeriksaan terhadap jumlah denyut nadi setelah test pada saat 30 detik pertama (DN1), 30 detik kedua (DN2), dan 30 detik ketiga (DN3). Setelah mendapatkan DN 1, DN 2, DN 3, maka data tersebut dihitung kedalam rumus Indeks Kesanggupan Badan (IKB) yang selanjutnya dikonversikan sesuai rumus yang dipilih. Apabila individu yang diuji tidak mampu melakukan NTB selama 5 menit, maka waktu lama NTB tersebut dicatat, lalu DN-nya dihitung sesuai dengan petunjuk pengambilan DN (Rusip, 2006). Menurut Rusip (2006) kesanggupan badan seseorang dinyatakan dengan IKB yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus diatas. Semakin besar nilai dari IKB seseorang makan kesanggupan badannya semakin baik. Dari data denyut nadi yang sudah dicatat, kemudian dilakukan penghitungan indeks kesanggupan dengan cara berikut: a. Cara lambat : Indeks Kesanggupan = NTB (dalam detik) x x (DN1 + DN2 + DN3)

42 23 Nilai normal : < 55 : kurang : sedang : cukup : baik > 89 : sangat baik b. Cara cepat: Indeks Kesanggupan = NTB (dalam detik) x 100 5,5 x DN1 Nilai norma : < 50 : kurang : sedang >80 : baik Tabel 2.2 Nilai Normatif Indeks Kesanggupan Harvard Step test (Sumber: Rusip, 2006) Lama Naik Turun Denyut Nadi 1 menit - 1 menit.30 detik DN1 Tangga >

43 Latihan Interval Intensitas Tinggi Pengertian Latihan Interval Intensitas Tinggi Latihan interval intensitas tinggi adalah program pelatihan yang menantang, terutama aerobik yang melibatkan intensitas tinggi ke interval intensitas sangat tinggi (kapasitas maksimal 80-90%) Setiap latihan diikuti oleh intensitas rendah sampai sedang dengan interval 1: 3 atau kurang bekerja untuk rasio pemulihan digunakan. Latihan ini memberikan manfaat kesehatan dan kebugaran yang lebih besar dari program intensitas rendah tradisional (Hoeger, 2014). Latihan interval intensitas tinggi adalah bentuk latihan kardio yang menggunakan kombinasi antara latihan intensitas tinggi dengan intensitas sedang atau rendah dalam selang waktu tertentu salah satu latihan aerobik untuk membakar kalori dan meningkatkan kekuatan, daya tahan, dan kebugaran fisik. Pelatihan interval ini dilakukan dengan interval yang tinggi selama 4 30 menit untuk latihan kardiovaskuler kemudian dilakuan bergantian dengan latihan intensitas rendah. Porsi melakukan latihan intensitas tinggi dan latihan intensitas rendah harus dilakukan dengan rentang waktu yang sama (Barlett, 2013).

44 Tujuan Latihan Interval Intensitas Tinggi Latihan interval intensitas tinggi ini terdiri dari periode melakukan lari dengan intensitas tinggi yang diselingi dengan periode istirahat yaitu berjalan. Hal ini menyebabkan tubuh secara efektif membentuk dan menggunakan energi yang berasal dari sistem anaerobik. Penambahan interval membantu pembuangan metabolisme dari otot selama periode istirahat pada saat latihan interval intensitas tinggi sedang dilakukan oleh tubuh. Perubahan periode latihan yang dilakukan bergantian ini membantu tubuh meningkatkan volume dalam mengkonsumsi oksigen saat latihan pada volume dan kapasitas maksimum (VO2max) selama latihan (Kolt, 2007). Menurut American College of Sports Medicine menyatakan bahwa lebih banyak oksigen yang digunakan pada saat melakukan latihan interval intensitas tinggi dari pada latihan noninterval. Kecepatan Metabolik rate meningkat untuk 90 menit sampai dengan 24 jam setelah sesi latihan interval intensitas tinggi. Peningkatan metabolisme dikarenakan tubuh membakar lemak dan kalori dengan cepat. Latihan intensitas tinggi memacu kerja jantung dengan lebih keras sehingga konsumsi oksigen pun meningkat yang berarti metabolisme tubuh juga menigkat sehingga makin banyak lemak yang dipakai untuk pembakaran. Selain metabolisme pada saat kita melakukan latihan yang meningkat, metabolisme pada saat kita

45 26 beristirahat pun meningkat, hal ini dikenal dengan istilah Resting Metabolic Rate (RMR) atau tingkatan metabolisme pada saat kita beristirahat selama 24 jam setelah melakukan latihan interval intensitas tinggi (Kafiz, 2014). Sama seperti latihan aerobik lainnya, latihan interval intensitas tinggi ini meningkatkan fungsi sel otot, membakar lemak dan meningkatkan kapasistas paru. Latihan interval intensitas tinggi selama 30 menit sama dengan 90 menit latihan intensitas rendah. Sehingga latihan interval intensitas tinggi membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mencapai manfaat kebugaran (Hoeger, 2014). 2.4 Senam Aerobik High Impact Pengertian Senam Aerobik High Impact Senam aerobik high impact adalah salah satu pembagian senam aerobik berdasarkan cara melakukan dan musik yang mengiringinya. Pada gerakan senam aerobic high impact memiliki ciri khas dengan irama tubuh yang cepat dengan diiringi oleh musik yang berirama cepat dan gerakan dinamis dengan lutut diangkat tinggi sehingga memberikan beban latihan pada seluruh organ tubuh yang lebih berat (Yudha, 2011).

46 27 Latihan senam aerobik high impact yang dilakukan dalam intensitas yang tinggi. Senam aerobik high impact menggunakan oksigen sebanyak mungkin atau memperbanyak jumlah oksigen yang dapat diproses oleh tubuh Tujuan Senam Aerobik High Impact Menurut Purwanto (2011) menyatakan bahwa tujuan senam aerobik high impact yaitu: 1. Kekuatan otot Senam pada intensitas yang tinggi dalam waktu singkat, mempergunakan tenaga yang maksimum dan diulang-ulang sehingga melatih otot untuk melebihi beban normalnya. 2. Ketahanan fisik Sema aerobik dengan intensitas yang tinggi dapat memingkatkan ketahanan fisik dikarenakan gerakan dinamis pada saat melakukan senam aerobik high impact meningkatkan penghantaran oksigen ke seluruh jaringan tubuh. 3. Ketahanan otot jantung Istilah aerobik berarti dengan oksigen. Kapasitas kerja jantung, peredaran darah, dan paru-paru berguna untuk memberikan oksigen pada kerja otot dan jaringan-jaringan selama beberapa kali melakukan latihan, dan dapat menghasilkan rasa lelah, penggunaan secara efisiensi sistem kerja jantung adalah

47 28 tercapainya kegiatan fisik secara optimal. Secara umum kegiatan tersebut adalah latihan senam dan merupakan kunci dalam mengembangkan fungsi kerja jantung secara efisiensi. 4. Kelenturan Kelenturan merupakan keluasan gerak dalam persendian. Kelentukan ini ditentukan oleh elastisitas otot, ligamentum dan tendon. Gerakan dinamis pada saat melakukan senam aerobik high impact dapat meningktakan kelenturan. 5. Komposisi tubuh Gerakan aerobik high impact akan membantu pembakaran lemak sehingga menghindari seluruh tubuh menjadi gemuk. 2.5 Reaksi Fisiologis Sistem Kardiovaskuler terhadap Latihan Pemakaian oksigen (O2) dan pembentukan karbondioksida (CO 2 ) dapat meningkat hingga 20 kali lipat pada saat tubuh sedang melakukan latihan fisik. Pada saat latihan fisik pada orang yang sehat, ventilasi alveolus meningkat hampir sama dengan langkah-langkah peningkatan tingkat metabolism oksigen. Otak akan memberikan transmisi impuls motorik ke otot yang berlatih dianggap mentransmisikan impuls kolateral ke batang otak untuk mengeksitasi pusat pernafasan. Hal ini analog dengan perangsanagan pusat vasomotor di batang otak selama latihan fisik yang menyebabkan peningkatan tekanan arteri secara bersamaan (Guyton,

48 ). Reaksi fisiologis yang terjadi setelah latihan dilakukan secara teratur memberikan respon fisiologis, yaitu: a. Pengaruh latihan terhadap kesehatan umum otot jantung Bukti yang ada menunjukkan bahwa otot jantung ukurannya meningkat karena digunakan dengan tuntutan yang lebih besar diletakkan pada jantung sebagai akibat dari aktivitas jasmani, terjadi pembesaran jantung. b. Pengaruh latihan terhadap isi denyut jantung Hasil penelitian pada atlet, pada umumnya disepakati bahwa jumlah isi darah perdenyut jantung lebih besar dipompakan ke seluruh tubuh dari pada orang yang tidak terlatih. Atlet terlatih dapat memompakan sebanyak 22 liter darah sedangkan individu yang tidak terlatih hanya 10,2 liter darah saja. c. Pengaruh latihan terhadap denyut jantung Hasil tes dari atlet olimpiade, diperoleh bukti bahwa individu yang terlatih mempunyai denyut jantung yang tidak cepat bila dibandingkan dengan orang yang tidak terlatih. Diperkirakan bahwa jantung manusia berdenyut 6 sampai 8 kali lebih sedikit bila seseorang terlatih. Pada kebanyakan atlet jantungnya berdenyut 10, 20 sampai 30 kali lebih sedikit dari pada denyut jantung yang tidak terlatih (Jardins, 2002). d. Pengaruh latihan terhadap tekanan arteri Banyak eksperimen menunjukkan bahawa peningkatan tekanan darah pada orang terlatih lebih sedikit dari pada orang yang tidak terlatih.

49 30 e. Pengaruh latihan terhadap pernafasan 1) Jumlah pernafasan permenit berkurang. Individu terlatih bernafas 6 sampai 8 kali permenit pada saat istirahat, sedangkan pada orang yang tidak terlatih sebanyak kali permenit pada saat istirahat (Hayes, 1997). 2) Pernafasan lebih dalam dengan diafragma. Pada orang yang tidak terlatih diafragma bergerak sedikit sekali. 3) Dalam mengerjakan pekerjaan yang sama, individu yang terlatih menghirup udara dalam jumlah yang lebih kecil, dan mengambil oksigen lebih besar dari pada individu yang tidak terlatih. Ada keyakinan bahwa peningkatan jumlah kapiler dalam paru-paru, menyebabkan jumlah darah yang berhubungan dengan udara lebih besar yang mengakibatkan efisiensi dalam pernafasan. f. Pengaruh latihan terhadap sistem otot Latihan terhadap otot-otot yang dapat menyebabkan peredaran ke otot lebih baik, diantaranya adalah sarkoma dari serabut otot menjadi lebih tebal dan kuat, ukuran otot bertambah, kekuatan otot meningkat, daya tahan otot meningkat serta terjadi penambahan jumlah kapiler.

50 31 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Berfikir Kebugaran fisik merupakan hal paling penting bagi setiap individu agar dapat menjalani aktivitas sehari-hari dengan prima serta mencegah datangnya penyakit. Tubuh yang bugar memiliki kesesuaian antara keadaan fisik terhadap aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan dan tubuh masih memeliki energi cadangan untuk tetap mampu melakukan aktifitas mendadak. Kebugaran fisik dapat dicapai dengan melakukan aktivitas fisik yang tepat. Latihan interval intensitas tinggi atau disebut juga dengan high intensity interval training (HIIT) yaitu latihan yang menggunakan kombinasi antara latihan intensitas tinggi dengan intensitas sedang atau rendah dalam selang waktu tertentu salah satu latihan aerobik untuk membakar kalori dan meningkatkan kekuatan, daya tahan, dan kebugaran fisik. Senam aerobik high impact adalah senam yang dilakukan dengan intensitas yang tinggi dengan irama musik yang cepat serta gerakan yang dinamis. Gerakan yang dilakukan saat melakukan senam aerobik high impact dilakukan dengan cepat sehingga terjadi pembebanan pada jantung untuk memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang mendapatkan suplai darah dari pembuluh darah dapat menggunakan oksigen 31

51 32 sebanyak mungkin atau memperbanyak jumlah oksigen yang dapat diproses oleh tubuh. Kebugaran fisik dapat diukur berdasarkan daya tahan kardiorespirasi yaitu dengan melakukan Harvard step test yang menggunakan prinsip indeks kesanggupan individu saaat melakukan tes naik turun bangku setinggi 45 cm selama 5 menit berdasarkan denyut nadi 30 detik pertama, 30 detik kedua dan 30 detik ketiga. Pencatatan denyut nadi digunakan sebagai nilai yang dimasukkan ke dalam rumus indeks kesanggupan yang hasilnya akan dapat dilihat berdasarkan tabel data normatif indeks kesanggupan untuk menentukan kebugaran fisik. 3.2 Kerangka Konsep Penelitian Subjek Kebugaran Fisik Pelatihan Interval Intensitas Tinggi Senam Aerobik High Impact Pemeriksaan kebugaran dengan Harvard Step Test Kebugaran Fisik Meningkat Skema 3.1 Bagan Kerangka Konsep Penelitian

52 Hipotesis Pelatihan interval intensitas tinggi lebih meningkatkan kebugaran fisik daripada senam aerobik high impact pada mahasiswa program studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab.

53 34 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan Eksperimental dengan menggunakan Randomized Pre and Post Test Group Design yaitu membandingkan antara perlakuaan terhadap dua kelompok. Kelompok pertama yaitu pemberian pelatihan interval intensitas tinggi pada mahasiswa. Kelompok kedua yaitu pemberian senam aerobik high impact pada mahasiswa. Sehingga dapat disusun suatu rancangan penelitian sebagai berikut: O1 O2 P R S KP-1 O3 Skema 4.1 Rancangan Metode Penelitian KP-2 O4 Keterangan: P : Populasi R : Random S : Sampel KP-1 : Kelompok Perlakuan-1 (Latihan Interval Intensitas Tinggi untuk meningkatkan kebugaran fisik) KP-2 : Kelompok Perlakuan-2 (Senam Aerobik High Impact untuk meningkatkan kebugaran fisik) O1 : Observasi Indeks Kesanggupan Tubuh awal pada kelompok-1 O2 : Observasi Indeks Kesanggupan Tubuh pada kelompok-1 setelah diberikan Pelatihan Interval Intensitas Tinggi O3 : Observasi Indeks Kesanggupan Tubuh awal pada kelompok-2 O4 : Observasi Indeks Kesanggupan Tubuh pada kelompok-2 setelah diberikan Senam Aerobik High Impact 34

54 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di 2 tempat yaitu di Program Studi D-III Fisioterapi Unversitas Abdurrab yang berlokasi di Pekanbaru dan di sanggar Senam Ajna Pekanbaru selama 1 bulan terhitung dari tanggal 20 April hingga 11 Mei 2015 dengan intensitas latihan 3 kali dalam seminggu selama 4 minggu. 4.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dengan tipe penelitian eksperimen yaitu membandingkan antara perlakuaan terhadap dua kelompok sampel Populasi Target Populasi target dalam penelitian ini adalah mahasiswa program studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab yang berjumlah 146 orang Kriteria Subjek a. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. b. Kriteria Inklusi (1) Mahasiswa program studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab

55 36 (2) Absensi sakit pada semester sebelumnya lebih dari 15% (3) Mahasiswa yang mengalami penurunan IPK sebesar 0.50 (4) Bersedia menjadi subjek penelitian dari awal hingga akhir penelitian dengan menandatangani informed consent. d. Kriteria Eksklusi (1) Memiliki riwayat penyakit kardiorespirasi (2) Sampel tidak bersedia menjadi subjek penelitian. e. Kriteria Drop Out (1) Tidak megikuti program penelitian selama 4 kali (2) Sampel tiba-tiba mengalami sakit kardiorespirasi Besaran Sampel Pada penelitian ini perhitungan jumlah sampel dihitung dengan rumus Pocock (2008) sebagai berikut: Keterangan : n = jumlah sampel σ = simpang baku μ1 = rerata nilai awal pada kelompok perlakuan μ2 = rerata nilai akhir kelompok perlakuan α = tingkat kesalahan I (ditetapkan 0,05) β = tingkat kesalahan II (ditetapkan 0,20) (α.β) = interval kepercayaan 10,5 (sesuai table Pocock)

56 37 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Oliveira, M dkk (2013) dalam International Journal of Exercise Science, diperoleh nilai rerata μ1 = 3,40 dan standar deviasi σ = 0,5, sedangkan kelompok perlakuan μ2 = 3,66. Dengan demikian dapat dihitung besaran sampel sebagai berikut : n = 2 (0,5) 2 (3,66 3,40) 2 x 10,5 n = 2 (0,25) (0,26) 2 n = 0,5 0,0676 x 10,5 x 10,5 n = 7, x 10,5 n = 77, Berdasarkan hasil perhitungan sampel diatas diperoleh jumlah sampel awal sebanyak 77, atau dibulatkan menjadi 78 orang, Hasil rumusan diatas, dapat disimpulkan bahwa setiap kelompok memiliki jumlah sampel 39 orang. Kelompok pertama 39 orang dan kelompok kedua 39 orang.

57 Teknik Pengambilan Sampel 1. Melakukan pemilihan sejumlah sampel dari seluruh polulasi mahasiswa Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab berdasarkan kriteria inklusi. 2. Jumlah sampel yang terpilih, kemudian diseleksi berdasarkan kriteria ekslusi. 3. Sampel yang terpilih menjadi subjek penelitian diberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian, manfaat penelitian serta diberikan penjelasan mengenai program penelitian yang akan dilakukan. 4. Sampel yang bersedia mengikuti program penelitian diminta mengisi informed consent. 5. Sampel dibagi menjadi dua kelompok perlakuan yang dibagi secara acak. 4.4 Variabel Penelitian Variabel Bebas Variabel bebas pada penelitian ini adalah: pelatihan interval intensitas tinggi dan senam aerobik high impact Variabel Terikat Variabel terikat pada penelitian ini adalah nilai indeks kesanggupan badan (IKB) untuk kebugaran fisik.

58 Definisi Operasional Variabel Latihan Interval Intensitas Tinggi Intensitas latihan interval intensitas tinggi dilakukan dengan cara: a. Pemanasan statis dan dinamis: 1) Gerakan kepala menoleh ke kanan, ke kiri dan ke atas yang ditahan selama 6 detik dan masing-masing gerakan di ulangi 6 kali. 2) Gerakan mengulur otot leher dengan memiringkan kepala yang ditarik oleh salah satu tangan, geerakan ini ditahan selama 6 detik dan diulangi 6 kali. Dilakukan bergantian pada kedua sisi. 3) Peregangan bahu dengan gerakan menarik bahu melewati sisi bahu yang berlawanan dan ditahan selama 6 detik, diulangi sebanyak 6 kali. Dilakukan bergantian dengan sisi lainnya. 4) Peregangan bahu dengan gerakan menarik bahu melewati kepala dan meraih sisi bahu yang berlawanan dan ditahan selama 6 detik, diulangi sebanyak 6 kali. Dilakukan bergantian dengan sisi lainnya. 5) Peregangan tangan yang diulur ke atas kepala yang ditahan selama 6 detik dan masing-masing gerakan di ulangi 6 kali.

59 40 6) Peregangan tangan yang diulur ke atas ke lantai dengan tubuh membungkuk dan kaki tetap dijaga lurus, gerakan ini ditahan selama 6 detik dan masing-masing gerakan di ulangi 6 kali. 7) Peregangan tangan yang diulur ke depan tubuh yang ditahan selama 6 detik dan masing-masing gerakan di ulangi 6 kali. 8) Peregangan tangan yang diulur ke depan tubuh yang ditahan selama 6 detik dan masing-masing gerakan di ulangi 6 kali. 9) Peregangan tangan yang diulur ke belakang tubuh yang ditahan selama 6 detik dan masing-masing gerakan di ulangi 6 kali. 10) Gerakan menarik salah satu lutut ke tubuh dengan posisi berdiri, gerakan ini ditahan selama 6 detik dan diulangi 6 kali. Dilakukan bergantan dengan kedua kaki. 11) Gerakan menarik salah satu lutut ke belakang tubuh dengan posisi berdiri, gerakan ini ditahan selama 6 detik dan diulangi 6 kali. Dilakukan bergantan dengan kedua kaki. 12) Gerakan menarik salah satu lutut ke belakang tubuh dengan posisi berdiri, gerakan ini ditahan selama 6 detik dan diulangi 6 kali. Dilakukan bergantan dengan kedua kaki. 13) Gerakan mengulur otot-otot kaki bagian belakang dengan mempoisiskan salah satu kaki di depan dan kaki lainnya lurus ke belakang. Gerakan ditahan selama 6 detik dan diuangi 6 kali. Dilakukan bergantian dengan kaki sisi lainnya.

60 41 14) Gerakan memutar pergelangan kaki keluar dan ke dalam sebanyak 10 kali. 15) Melompat dengan ringan kearah depan sebanyak 8 kali. 16) Berlari memutari lapangan voli dalam 1 putaran. 17) Berlari selama 3 menit 18) Berjalan santai 3 menit b. Pelaksanaan latihan: 1) Intensitas : Berlari cepat selama 3 menit diselingi berjalan santai 3 menit. 2) Durasi : 30 menit 3) Frekuensi : 3 kali seminggu selama 4 minggu c. Latihan Pendinginan (fase colling down) 1) Durasi : 5 menit 2) Frekuensi : 3 kali pengulangan Senam Aerobik High Impact Tahap-tahap senam aerobik high impact dilakukan dalam 3 fase, yaitu: a. Latihan Pemanasan (fase warming up) : 1) Durasi : 5 menit 2) Frekuensi : 3 kali pengulangan

61 42 b. Latihan Inti (fase aerobic) 1) Durasi : 10 menit 2) Frekuensi : 5 kali pengulangan Latihan inti dilakukan pengulangan yang terdiri dari gerakan: (a) Latihan jalan di tempat (b) Latihan lari di tempat atau keliling (c) Latihan Lompat-lompat bervariasi (d) Latihan ayunan lengan c. Latihan Pendinginan (fase colling down) 3) Durasi : 5 menit 4) Frekuensi : 3 kali pengulangan Pengukuran Kebugaran Fisik Indikator yang digunakan untuk mengukur kebugaran fisik dalam penelitian ini adalah nilai Indeks Kesanggupan Badan (IKB) Harvard step test dengan cara: 1. Persiapkan bangku sebagai alat yang digunakan untuk test. Tinggi bangku 20 feet (45 cm). 2. Subjek diminta unutk melakukan naik turun bangku (NTB) dengan irama langkah pada waktu NTB adalah 30 langkah per menit. 3. Satu langkah terdiri dari 4 hitungan:

62 43 a. Hitungan 1 : Salah satu kaki diangkat (boleh kanan atau kiri terlebih dahulu tetapi konsisten), kemudian menginjak bangku (asumsi kaki kanan). b. Hitungan 2 : Kaki kiri diangkat lalu bediri tegak di atas bangku. c. Hitungan 3 : Kaki yang pertama menginjak bangku pada hitungan 1 (asumsi kaki kanan) diturunkan kembali ke lantai. d. Hitungan 4 : Kaki kiri diturunkan kembali ke lantai untuk berdiri tegak seperti sikap semula. 4. Satu langkah terdiri dari 4 hitungan. Ganti langkah diperbolehkan tetapi tidak lebih dari 3 kali. 5. Irama langkah diusahakan stabil. 6. NTB dilakukan selama 5 menit. Saat aba-aba stop, tubuh harus dalam keadaan tegak. Kemudian duduk dibangku tersebut dengan santai selama 1 menit. 7. Hitung denyut nadi (DN) subjek selama 30 detik. Dicatat sebagai DN1. 8. Tiga puluh detik kemudian hitung kembali DN subjek selama 30 detik. Dicatat sebagai DN2. 9. Tiga puluh detik kemudian hitung DN subjek selama 30 detik. Dicatat sebagai DN3.

63 Data dari DN1, DN2, DN3 dimasukkan ke dalam rumus indeks kebugaran yang selanjutnya dikonversikan sesuai rumus kebugaran. 11. Apabila subjek tidak mampu melakukan NTB selama 5 (lima) menit, maka waktu lama NTB tersebut dicatat, lalu DN subjeek diukur sesuai dengan petunjuk pengambilan DN.

64 Alur Penelitian Populasi Sampel Random Kelompok 1 Kelompok 2 Pelatihan Interval Intensitas Tinggi Indeks Kesanggupan Badan sebelum latihan pada Kelompok 1 Indeks Kesanggupan Badan sesudah latihan pada Kelompok 1 Kebugaran Fisik Indeks Kesanggupan Badan sebelum latihan pada Kelompok 2 Indeks Kesanggupan Badan sesudah latihan pada Kelompok 2 Senam Aerobik High Impact Analisis Data Hasil Skema 4.2 Alur Penelitian

65 Analisis Data Analisis data untuk pengujian statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap dua kelompok sampel yang berskala interval menggunakan uji T-Test Independent. Data yang akan diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut: Uji Normalitas Pengujian normalitas data bertujuan untuk mengetahui distribusi data nilai kebugaran mahasiswa sebelum dan sesudah perlakuan pada kedua kelompok. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 78 orang yang terdiri dari 39 orang pada setiap kelompok. Oleh karena sampel lebih dari 30 maka distribusi data diasumsikan normal. Hal ini sesuai dengan Central Limit Theorem (Dalil Limit Pusat) bahwa untuk pendekatan distribusi normal, distribusi rata-rata sampel tidak membutuhkan data yang besar. Dengam sampel sebesar 30 telah terjadi pendekatan ke distribusi normal (Budiarto, 2004) Uji Homogenitas Uji homogenitas data dengan levene test, bertujuan untuk mengetahui varian nilai peningkatan nilai indeks kebugaran fisik sebelum dan setelah perlakuan pada kedua kelompok sampel, kemudian mengetahui adanya varian umur, jenis kelamin, tinggi badan dan berat badan. Batas kemaknaan yang digunakan adalah p = 0,05. Dengan

66 47 pengujian Ho diterima bila p > 0,05 maka data homogen. Dan Ho ditolak bila nilai p < 0,05 berarti data tidak homogen Uji Hipotesis Oleh karena data uji normalitas dianggap normal dikarenakan jumlah sampel lebih dari 30 maka uji hipotesa menggunakan uji parametrik yaitu independent t-test.

67 48 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Sampel Penelitian Penelitian eksperimental ini dilaksanakan di Pekanbaru dimulai dari tanggal 20 April 11 Mei Sampel penelitian berjumlah 78 orang mahasiswa Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab yang memenuhi kriteria inkusi. Sampel ini berasal dari jumlah seluruh populasi yang berjumlah 146 orang. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok yang dibagi secara acak untuk mengetahui peningkatan kebugaran fisik yang diukur dengan indeks kesanggupan tubuh Harvard step test setelah diberikan pelatihan. Kelompok 1 diberikan pelatihan interval intensitas tinggi di lapangan basket Universitas Abdurrab. Kelompok 2 diberikan senam aerobik High Impact di Sanggar Senam Ajna Pekanbaru. Setiap kelompok diberikan pelatihan dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu selama 4 minggu. Pada akhir program latihan dilakukan pengukuran kebugaran fisik melalui pengukuran daya tahan kardiorepisrasi. Tes yang digunakan dengan mengukur nilai nomatif Indeks Kesanggupan Badan (IKB) Harvard step test, hal ini dilakukan untuk menentukan dan membandingkan tingkat keberhasilan peningkatan kebugaran antara kedua kelompok. Karakteristik sampel penelitian dilihat berdasarkan kelompok sampel yang dibagi menjadi 2 kelompok yang dibagi secara acak. Kelompok 1 diberikan pelatihan interval intensitas tinggi dan kelompok 2 diberikan senam 48

68 49 aerobik high impact. Adapun data sampel yang digunakan untuk identifikasi yaitu data ditribusi karakteristik subjek sampel peneitian yang terdiri dari Jenis Kelamin, Usia, Tinggi Badan, Berat Badan, dan IMT pada masing-masing kelompok. Tabel 5.1 Karakteristik Sampel Kelompok 1 Kelompok 2 Karakteristik L F Pr f L f Pr F n = n = n = n = (%) (%) (%) (%) Usia (tahun) , , , , , , , ,90 Tinggi Badan (cm) , , , , Berat Badan (kg) , , , , , , ,90 BMI Kurang (< 18,5) , ,59 Normal (18,5-22,9) , ,72 Overweight ( 23,0) , ,34 Obes I dan II (25,0 30,0) , ,34 Keterangan: L = Laki-laki Pr = Perempuan n = Jumlah sampel f = Frekuensi

69 50 Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa masing-masing kelompok terdiri dari 39 orang dengan rentang usia tahun. Pada kedua kelompok sampel memiliki subjek sampel terbanyak berusia 20 tahun dengan tingi badan terbanyak yaitu cm. Karakeristik pada sampel kelompok 1 paling banyak memilki berat badan kg yaitu sejumlah 46,15%. Pada sampel kelompok 2 paling banyak memiliki berat badan kg yaitu sejumlah 61,54%. Pada kedua kelompok sampel memiliki BMI berat badan normal. Pada kelompok 1 yaitu sebesar 51,28% dan pada sampel kelompok 2 sebesar 43,59%. 5.2 Analisis Uji Homogenitas Analisis Uji Homogenitas Karakteristik Sampel Distribusi karekteristik sampel penelitian dilihat berdasarkan subjek sampel yang telah dibagi secara acak menjadi 2 kelompok untuk mengetahui varian homogenitas antara kedua kelompok, dilakukan dengan uji homogenitas Levene test untuk mengetahui varian distribusi sampel sebelum dilakukan pelatihan pada kedua kelompok. Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Sampel pada Kelompok 1 dan 2 Kebugaran Fisik Karakteristik Kelompok 1 Kelompok 2 Rerata ± SB Rerata ± SB p* Usia (tahun) 19,69 ± 0,863 19,51 ± 0,756 0,498 Tinggi Badan (cm) 157,10 ± 5, ,62 ± 6,319 0,153 Berat Badan (kg) 50,85 ± 8,116 50,67 ± 7,842 0,978 BMI 20,72 ± 3,605 21,07 ± 2,625 0,55 Keterangan: p* : Levene test

70 51 Tabel 5.2 menunjukkan ditribusi karakteristik sampel pada kedua kelompok yaitu untuk karakteristik usia pada kedua kelompok sampel dengan nilai p = 0,498 yang berarti tidak ada perbedaaan usia pada kedua kelompok. Pada karakteristik tinggi badan pada kedua kelompok sampel dengan nilai p = 0,153 yang berarti tidak ada perbedaaan tinggi badan ada kedua kelompok sampel. Karakteristik berat badan dengan nilai p = 0,978 yang berarti tidak ada perbedaan berat badan pada kedua kelompok. Pada arakteristik BMI dengan nilai p = 0,55 yang berarti tidak ada perbedaan BMI pada kedua kelompok. Varian karakteristik sampel tersebut menunjukkan bahwa masing-masing subjek penelitian yang terdapat dalam kelompok 1 dan 2 memiliki karakteristik yang homogen Analisis Uji Homogenitas Kebugaran Fisik Sampel Data kebugaran fisik sebelum dan sesudah pelatihan pada sampel penelitian berdasarkan nilai kebugaran fisik sebelum dan sesudah pelatihan pada kedua kelompok untuk mengetahui varian homogenitas antara kedua kelompok yaitu dengan Levene test, Tabel 5.3 Uji Homogenitas Kebugaran Fisik Kebugaran Fisik Sampel Sebelum Sesudah p* Rerata ± SB Rerata ± SB Pelatihan Interval Intensitas Tinggi 41,36 ± 7,642 60,92 ± 6,433 0,10 Senam Aerobik High Impact 43,00 ± 5,563 57,74 ± 4,638 0,363 Keterangan: p* : Levene test

71 52 Tabel 5.3 menunjukkan hasil uji varian kebugaran fisik pada kedua kelompok sebelum pelatihan menunjukkan nilai kebugaran fisik dengan nilai p = 0,10 yang berarti distribusi tidak homogen sebelum pelatihan. Distribusi uji varian kebugaran fisik pada kedua kelompok sesudah pelatihan dengan nilai p = 0,363 yang berarti distribusi homogen sesudah pelatihan. 5.3 Analisis Uji Beda Pengaruh Pelatihan Interval Intensitas Tinggi dan Senam Aerobik High Impact terhadap Peningkatan Kebugaran Fisik Hasil analisis data kebugaran fisik sebelum dan sesudah diberikan pelatihan pada kedua kelompok menggunakan uji t parametrik yaitu Independent sampel T test. Tabel 5.4 Uji Beda Pengaruh Pelatihan Interval Intensitas Tinggi dan Senam Aerobik High Impact Terhadap Kebugaran Fisik Kebugaran Fisik Sampel Sebelum Sesudah p* Rerata ± SB Rerata ± SB Pelatihan Interval Intensitas Tinggi 41,36 ± 7,642 60,92 ± 6,433 0,000 Senam Aerobik High Impact 43,00 ± 5,563 57,74 ± 4,638 0,000 p** 0,282 0, 014 Keterangan: p* : Paired sampel T test p** : Independent sampel T-test Berdasarkan tabel 5.4 analisis data kebugaran fisik sebelum diberikan pelatihan pada kedua kelompok menunjukkan nilai p = 0,282 (p>0,05) yang berarti tidak ada perbedaan nilai kebugaran fisik sebelum diberikan pelatihan pada kedua kelompok. Dan hasil uji nilai kebugaran fisik setelah diberikan

72 53 pelatihan pada kedua kelompok menunjukkan nilai p = 0,014 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan kebugaran fisik setelah diberikan pelatihan pada kedua kelompok. Terdapat perbedaan nilai rerata kebugaran fisik sesudah diberikan pelatihan pada kedua kelompok yaitu nilai rerata kelompok pelatihan interval intensitass tinggi 60,92 sementara nilai rerata kelompok senam aerobik high impact 57,74. Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan interval intensitas tinggi lebih meningkatkan kebugaran fisik daripada senam aerobik high impact. Maka dilakukan analisis terhadap perbandingan peningkatan kebugaran fisik sampel sesudah pelatihan pada masing-masing kelompok. Analisis tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 5.5 Perbandingan Peningkatan Kebugaran Fisik Sesudah Pelatihan Pada Kedua kelompok Kategori Kebugaran Fisik Kelompok Sampel Kebugaran Sebelum Sesudah Fisik n f (%) n f (%) Pelatihan Interval Intensitas Tinggi Kurang ,08 Sedang ,67 Cukup ,79 Senam Aerobik High Impact Kurang ,46 Sedang ,85 Cukup ,69 Berdasarkan tabel 5.5 perbandingan peingkatan kebugaran fisik sesudah pelatihan pada keuda kelompok menunjukkan peningkatan fisik pada kelompok yang diberikan pelatihan interval intensitas tinggi dari 39 orang sampel berada pada kategori kurang bugar sebesar 100% menjadi 26 orang berada pada kategori kebugaran sedang yaitu sebesar 66,67% dan 4 orang

73 54 berada pada kategori cukup bugar sebesar 13,79% sementara 9 orang tetap berada pada kategori kurang bugar sebesar 23,08%. Pada kelompok yang senam aerobik high impact dari 39 orang sampel berada pada kategori kurang bugar sebesar 100% menjadi 21 orang berada pada kategori kebugaran sedang yaitu sebesar 53,85% dan 3 orang berada pada kategori cukup bugar sebesar 7,69% sementara 15 orang tetap berada pada kategori kurang bugar sebesar 38,46%. 5.4 Pembahasan Karakteristik Sampel Penelitian Kebugaran fisik merupakan kecocokan keadaan fisik terhadap aktivitas sehari-hari yang harus dilaksanakan oleh fisik untuk dapat melaksanakan tugas fisik tertentu dengan hasil yang baik tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan dan masih memiliki tenaga cadangan untuk melaksanakan aktivitas yang bersifat mendadak. Kebugaran fisik setiap individu dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia, tinggi badan, berat badan, status gizi, IMT serta aktivitas fisik. Menurut Hoeger (2014), kebugaran fisik adalah kemampuan untuk memenuhi tuntutan mempertahankan keselamatan hidup seharihari dan efektif tanpa mengalami kelelahan dan masih memiliki energi untuk melakukan aktifitas lainnya dan kegiatan rekreasi. Pada penelitian ini varian karakteristik sampel pada kedua kelompok tersebut menunjukkan bahwa masing-masing subjek

74 55 penelitian yang terdapat dalam kelompok 1 dan 2 memiliki karakteristik yang sama sehingga tidak akan mempengaruhi hasil penelitian Pengaruh Pelatihan Interval Intensitas Tinggi dan Senam Aerobik High Impact Terhadap Peningkatan Kebugaran Fisik Hasil analisis deskriptif sebelum dan sesudah pelatihan pada kedua kelompok menunjukkan hasil analisis data yaitu ada perbedaan yang signifikan nilai kebugaran fisik antara sebelum dan sesudah pelatihan pada masing-masing kelompok. Pelatihan yang diberikan pada masing-masing kelompok sampel penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kebugaran fisik. Kebugaran fisik erat hubungannya dengan daya tahan kardiovaskuler. Besarnya kebugaran fisik individu dapat diukur dari besaran kemampuan gerak yang dilakukan. Kemampuan gerak yang dilakukan merupakan hasil dari kemampuan tubuh untuk menghasilkan energi yang berasal dari olah daya atau disebut dengan metabolisme dan suplai oksigen yang didapatkan oleh otot untuk berkontraksi. Kemampuan tubuh menghasilkan energi terjadi melalui mekanisme anaerobik (tanpa menggunakan O2) dan mekanisme aerobik (dengan menggunakan O2). Semakin berat intensitas gerakan yang dilakukan maka semakin besar kebutuhan oksigen di dalam tubuh.

75 56 Kebutuhan oksigen didalam tubuh akibat intensitas gerakan menyebabkan tubuh mengimbangi dengan peningkatan sistem kardiovaskuler yaitu peningkatan denyut jantung, dilatasi pembuluh darah kororner, peningkatan stroke volume dan peningkatan kekuatan kontraksi jantung. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan stroke volume. Pada sampel yang mengalami peningkatan kebugaran fisik mengalami adaptasi pada kontraksi jantung selama latihan. Peningkatan efektifitas pompa jantung sesudah diberikan beban latihan yang terus menerus dan berkesinambungan secara fisiologis maka otot jantung beradaptasi sehingga kekuatan jantung dalam memompakan darah menjadi lebih meningkat dibandingkan sebelum latihan. Kinerja jantung menjadi lebih baik maka dapat mencukupi suplai oksigen ke seluruh tubuh. Hal ini dapat diukur melalui pengukuran denyut nadi sesudah latihan. Denyut nadi sesudah sampel menjalani pelatihan menjadi lebih lambat karena telah terjadi adaptasi pada sistem kardiovaskuler terhadap latihan yang telah dilakukan dengan teratur. Latihan interval intensitas tinggi memberikan efek fisiologis pada sistem kardiovaskuler yaitu melalui adaptasi jantung terhadap latihan interval yang diberikan. Pada saat melakukan latihan intensitas tinggi maka akan terjadi peningkatan sistem sistem kardiorepirasi yaitu peningkatan kebutuhan oksigen di otot yang aktif. Peningkatan kekuatan otot pernapasan (otot inspirasi dan otot ekspirasi), berkaitan

76 57 erat dengan peningkatan metabolisme energi di dalam mitokondria sel otot pernapasan yang aktif. Sel otot yang berkontraksi membutuhkan banyak ATP. Akibatnya otot yang dipakai dalam latihan intensitas tinggi membutuhkan lebih banyak oksigen (O 2 ) dan menghasilkan karbondioksida (CO 2 ). Peningkatan kardiovaskuler juga terjadi dikarenakan terjadinya peningkatan denyut jangtung saat latihan. Peningkatan denyut jantung saat latihan ini akan meningkatkan stroke volume. Peningkatan stroke volume dan peningkatan frekuensi jantung dapat menyebabkan peningkatan cardiac output yaitu volume darah yang dikeluarkan oleh kedua ventrikel per menit. Peningkatan ini disertai dengan vasodilatasi pembuluh darah untuk membawa oksigen ke otot yang aktif. Pelatihan intensitas tinggi menyebabkan peningkatan stroke volume sehingga terjadi penurunan denyut nadi sementara cardiac output tetap. Hal ini menyebabkan efisiensi otot jantung dalam menyuplai darah ke seluruh tubuh. Efisiensi denyut jantung ditunjukkan dengan penurunan denyut nadi. Latihan intensitas rendah yang diselingi diantara latihan intensitas tinggi pada latihan interval membantu pembuangan metabolisme dari otot selama periode istirahat pada saat latihan interval intensitas tinggi sedang dilakukan oleh tubuh. Perubahan periode latihan yang dilakukan bergantian ini membantu tubuh meningkatkan volume dalam mengkonsumsi oksigen selama latihan.

77 58 Oksigen yang menuju ke otot yang aktif ini kan menguraikan asam laktat menjadi energi kembali. Sesuai dengan penelitian tentang pelatihan interval intensitas tinggi yang dilakukan oleh Marta Oliveira dkk, (2013) tentang efek Pelatihan Interval Intensitas Tinggi selama 2 minggu pada pria dewasa dengan nilai Body Mass Index (BMI) tinggi menunjukkan peningkatan VO 2 maks. Senam dengan intensitas tinggi menggunakan tenaga yang maksimum dan diulang-diulang sehingga melatih otot untuk melebihi beban normalnya. Peningkatan ketahanan fisik setelah senam aerobik high impact dikarenakan gerakan dinamis pada saat melakukan aerobik high impact meningkatkan denyut jantung. Gerakan dinamis pada saat senam ini meningkatkan kapasitas kerja jantung, peredaran darah dan paru-paru untuk memberikan oksigen pada kerja otot selama latihan. Peningkatan denyut jantung akan mengakibatkan stroke volume meningkat. Laju aliran darah meningkat sehingga kebutuhan oksigen ke otot yang aktif dapat dipenuhi untuk memberikan energi pada saat kontraksi otot. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Alex dkk (2011) tentang pengaruh senam aerobik low impact dan high impact terhadap kebugaran fisik terhadap 20 orang didapatkan hasil yang signifikan terhadap latihan senam aerobik low impact dan high impact terhadap hasil kesegaran jasmani. Berdasarkan penelitian tersebut

78 59 didapatkan hasil bahwa latihan senam aerobik high impact memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan low impact terhadap hasil kebugaran fisik Perbedaan Pelatihan Interval Intensitas Tinggi dan Senam Aerobik High Impact Terhadap Peningkatan Kebugaran Fisik Hasil analisis deskriptif sesudah pelatihan pada kedua kelompok menunjukkan hasil analisis data yaitu ada perbedaan yang signifikan nilai kebugaran fisik antara sesudah pelatihan pada kedua kelompok. Namun terdapat perbedaan nilai rerata sesudah pelatihan pada kedua kelompok. Pada kelompok 1 yang diberikan pelatihan interval intensitas tinggi nilai rerata 60,92 sesudah pelatihan. Sedangkan pada kelompok 2 yang diberikan senam aerobik high impact nilai rerata 57,74 sesudah pelatihan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kelompok sampel yang diberikan latihan interval intensitas tinggi mengalami peningkatan kebugaran fisik lebih baik dari pada kelompok sampel yang diberikan senam aerobik high impact. Perbedaan ini terjadi akibat adanya latihan intensitas rendah yang diselingi pada latihan interval intesitas tinggi sementara pada senam aerobic high impact tidak ada pelatihan interval intensitas rendah selama pelaksanaan senam. Pada senam aerobic high impact intensitas rendah hanya dilakukan pada saat fase pendinginan (cooling down) setelah 50 menit melakukan gerakan inti. Latihan intensitas

79 60 rendah yang diselingi diantara latihan intensitas tinggi pada latihan interval membantu pembuangan metabolisme dari otot selama periode istirahat pada saat latihan interval intensitas tinggi sedang dilakukan oleh tubuh. Perubahan periode latihan yang dilakukan bergantian ini membantu tubuh meningkatkan volume dalam mengkonsumsi oksigen selama latihan. Hal ini dikarenakan sel paling sedikit mengkonsumsi oksigen adalah pada saat otot dalam keadaan istrahat. Latihan ini juga meningkatkan adaptasi sistem kardiovaskuler terhadap latihan interval yang dilakukan. Berdasarkan analisis uji beda pelatihan yang diberikan pada kedua kelompok terhadap kebugaran fisik sampel didapatkan bahwa pelatihan interval intensitas tinggi lebih meningkatkan kebugaran fisik daripada senam aerobik high impact. Pada subjek sampel penelitian yang diberikan pelatihan interval intensitas tinggi dengan intensitas 3 kali seminggu selama 4 minggu ditemukan adanya peningkatan kebugaran fisik dari kategori kurang bugar menjadi cukup bugar hingga kebugaran sedang. Peningkatan kebugaran fisik sampel sesudah pelatihan ini dipengaruhi oleh varian karakteristik sampel yang diberikan pelatihan interval intensitas tinggi yaitu salah satunya berdasarkan komposisi tubuh daalm hal ini body mass index (BMI). Pada peneltian ini ditemukan hasil pengukuran kebugaran sampel sebelum pelatihan pada 29 orang sampel perempuan berada pada kategori kurang bugar sebesar 100%. Sesudah pelatihan interval

80 61 intensitas tinggi sampel perempuan mengalami peningkatan kebugaran fisik sesudah pelatihan yaitu 7 orang pada kategori kurang bugar sebesar 24,14%, kemudian 20 orang pada kategori kebugaran sedang sebesar 68,97% dan 2 orang pada kategori cukup bugar sebesar dan 6,90%. Hasil pengukuran kebugaran sampel sebelum pelatihan pada 10 orang sampel laki-laki berada pada kategori kurang bugar sebesar 100%. Sesudah pelatihan interval intensitas tinggi sampel laki-laki mengalami peningkatan kebugaran fisik yaitu 1 orang pada kategori kurang bugar sebesar 10%, kemudian 4 orang pada kategori kebugaran sedang sebesar 40% dan 5 orang pada kategori cukup bugar sebesar 50%. Hal ini dikarenakan faktor jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi daya tahan kardiovaskuler untuk menigkatkan kebugaran fisik. Menurut Sharkey (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran fisik yaitu jenis kelamin seseorang yang bertanggungjawab atas 25% hingga 40% dari perbedaan nilai VO 2 max. Lebih dari setengah perbedaan genotype dengan faktor lingkungan aerobik dikarenakan oleh perbedaan genotype dengan faktor lingkungan sebagai penyebab lainnya. Selain jenis kelamin, menurut Sharkey, latihan juga menjadi faktor yang mempengaruhi kebugaran. Penurunan sampai 10% perdekade untuk individu yang tidak aktif, tanpa memperhitungkan tingkat kebugaran awal mereka. Bagi yang aktif, dapat menghentikan setengah penurunan tersebut 4% hingga 5%

81 62 perdekade dan yang terlibat dalam latihan fitness dapat menghentikan setengahnya hingga 2,5 perdekade. Berdasarkan hasil analisis pengaruh faktor BMI terhadap peningatan kebugaran fisik sesudah pelatihan interval intensitas tinggi mengalami peningkatan paling besar pada sampel laki-laki kategori BMI normal dan sampel laki-laki kategori BMI normal. Jumlah sampel laki-laki dengan kategori BMI normal yaitu sejumlah 7 orang dengan kategori kurang bugar sebesar 100%. Sesudah diberikan pelatihan sampel tersebut mengalami peningkatan kebugaran fisik yaitu 2 orang berada dalam kategori kurang bugar sebesar 28,57%, kemudian 5 orang pada kategori kebugaran sedang sebesar 71,43% dan 1 orang pada kategori cukup bugar sebesar 14,29%. Jumlah sampel perempuan dengan kategori BMI normal yaitu sejumlah 13 orang dengan kategori kurang bugar sebesar 100%. Sesudah diberikan pelatihan sampel tersebut mengalami peningkatan kebugaran fisik yaitu 3 orang berada dalam kategori kurang bugar sebesar 23,08%, kemudian 8 orang pada kategori kebugaran sedang sebesar 61,54% dan 2 orang pada kategori cukup bugar sebesar 15,38%. Hal ini menunjukkan bahwa faktor BMI yang berhubungan dengan komposisi tubuh mempengaruhi peningkatan kebugaran fisik sesduah diberikan pelatihan. Jaringan lemak pada perempuan lebih banyak dari pada laki-laki sehingga pada saat tubuh mengalami

82 63 peningkatan kardiovaskuler melalui peningkatan metabolisme dikarenakan tubuh membakar lemak dan kalori dengan cepat. Menurut Housman dkk (2015) salah satu faktor yang mempengaruhi kebugaran fisik adalah komposisi tubuh, Jaringan lemak menambah berat badan, tapi tidak mendukung kemampuan untuk secara langsung menggunakan oksigen selama olahraga. Ketersedaiaan zat gizi dalam tubuh akan berpengaruh pada kemampuan otot berkontraksi dan daya tahan kardiovaskuler. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Smith dkk, (2013) tentang pelatihan intensitas tinggi berbasis crossfit untuk meningkatkan kebugaran aerobik maksimal dan komposisi tubuh pada 43 orang selama 10 minggu didapatkan hasil signifikan terhadap perbaikan VO 2 maks dan penurunan persentase lemak tubuh. Sama seperti latihan aerobik lainnya, latihan interval intensitas tinggi ini meningkatkan fungsi sel otot, membakar lemak dan meningkatkan kapasistas paru. Latihan interval intensitas tinggi selama 30 menit sama dengan 90 menit latihan intensitas rendah. Sehingga latihan interval intensitas tinggi membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mencapai manfaat kebugaran (Hoeger, 2014). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal American College of Sports Medicine yang menyatakan bahwa lebih banyak oksigen yang digunakan pada saat melakukan latihan interval intensitas tinggi dari pada latihan noninterval.

83 64 Kecepatan Metabolic rate meningkat untuk 90 menit sampai dengan 24 jam setelah sesi latihan interval intensitas tinggi. Peningkatan metabolisme dikarenakan tubuh membakar lemak dan kalori dengan cepat. Latihan intensitas tinggi (misalnya sprint) memacu kerja jantung dengan lebih keras sehingga konsumsi oksigen pun meningkat yang berarti metabolisme tubuh juga meningkat sehingga makin banyak lemak yang dipakai untuk pembakaran. Selain metabolisme pada saat kita melakukan latihan yang meningkat, metabolisme pada saat kita beristirahat pun meningkat, hal ini dikenal dengan istilah Resting Metabolic Rate (RMR) atau tingkatan metabolisme pada saat kita beristirahat selama 24 jam setelah melakukan latihan interval intensitas tinggi (Kafiz, 2014).

84 Kelemahan Penelitian Peneliti menyadari bahwa penelitian yang telah dilakukan masih mempunyai kelemahan, diantaranya adalah: 1. Tidak dapat memantau secara efektif terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran yaitu aktivitas fisik subjek penelitian yang tidak sama, pola tidur subjek penelitian yang tidak sama, dan status gizi sampel yang menjadi subjek penelitian yang sulit dipantau melalui pola makan, porsi makanan dan nutrisi yag dikonsumsi sehingga dapat mempengaruhi satus gizi subjek 2. Pengaruh cuaca dan suhu lingkungan outdoor yang tidak dapat diprediksi sehingga frekuensi latihan dapat berubah menyesuaikan dengan cuaca. 3. Pengukuran denyut nadi sampel tidak menggunakan alat yang lebih objektif dan dilakukan sendiri oleh sampel dengan instruksi batas waktu saat mulai dan berakhir pada 30 detik sehingga dapat mengganggu pengkuran dimulainya denyut nadi pada denyutan pertama.

85 66 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Pelatihan interval intesitas tinggi lebih meningkatkan kebugaran fisik dari pada senam aerobic high impact. 6.2 Saran Berdasarkan kelemahan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi peneliti selanjutnya dapat menjadi referensi untuk melakukan penelitian dengan metode yang sama di dalam ruangan dengan suhu yang dapat disesuaikan. 2. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat meminimalisir terjadinya faktor-faktor yang menganggu efektifitas metode yang diberikan yaitu memantau aktvitas fisik sampel, status gizi sampel serta pola tidur sampel serta menggunakan alat ukur yang leebih objektif bagi peengukuran denyut nadi.. 3. Hasil penelitian ini dapat menjadi referefnsi dan rujukan bagi intitusi pendidikan Prodi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab dalam melaksanakan menjaga kebugaran fisik mahasiswa dan civitas akademika. 66

86 67 DAFTAR PUSTAKA Adiatmika, I.P.G Asupan Tambahan Magnesium Oral Fisiologis sebagai Salah Satu Usaha Meningkatkan Daya Tahan Umum Pelari 5000 meter Siswa Militer SPK KESDAM IX/Udayana Denpasar. Universitas Udayana Denpasar. Alex, S., Subiono, H.S., and Sutardji Pengaruh Senam Aerobik Low Impact dan High Impact terhadap Kesegaran Jasmani. Journal of Sport Sciences and Fitness. Volume: 1. Barlett, A Interval Training. Available on: Budiarto, E Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Doust, J and Jones A Improving Your Vo2 Max and Factor Affecting Your Vo2 Max. Availabe on: Fatmah and Ruhayati Gizi, Kebugaran dan Olahraga. Bandung: Lubuk Agung. Greenberg, J.S., Dintiman, G,B., Oakes, B.M Physical Fitness and Wellness: Changing the Way You Look, Feel and Perform. Human Kinetics. Guyton and Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC. Hasanah, U Laporan Percobaan Harvard. Available on: Hayes, P.C Buku Saku Diagnosis dan Terapi. Jakarta: EGC. Hoeger, W.W.K and Hoeger, S.A Lifetime Physical Fitness and Wellness: A Personalized Programe 13 th Edition. Paper Back Cengage Learning. Housman, J and Odum, M Alters and Schiff Essential Concepts for Healthy Living 7 th Edition. Burlington: Jones & Bartlett Learning. 67

87 68 IFI Ikatan Fisioterapi Indonesia Standar Kompetensi Fisioterapis Indonesia. Jakarta. Ikrami, U Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani. Available on: Jardins, T.D Cardiopulmonary Anatomy and Physiology Essentials for Respiratory Care 4 th Edition. USA: Thomson Learning Kafiz, L American College of Sport Medicine. Available on: Kenney, W.L., Wilmore, J.H and Costill, D.L Physiology of Sport and Exercise Fifth Edition. Human Kinetics Publishers. Kolt, G.S Physical Therapies in Sport and Exercise 2nd Edition. Churcill Livingstone. Mahler, D.A American College of Sport Medicine, Panduan Uji Latihan Jasmani dan Peresepannya. Jakarta: EGC Mukti, A.F Profil Kebugaran Jasmani Dilihat dari Indeks Massa Tubuh di SMA Negeri 9 Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia. Nala, I.G.N Kebudayaan Kesehatan. Denpasar: Program Doktor Ilmu Kedokteran Pasca Sarjana Universitas Udayana. Oiliveira, M., Leggate, M and Lesson, M Effect of Two Weeks of High Intensity Interval Training (HIIT) on Monocyte TLR2 and TLR4 Expression in High Sedentary Men. International Journal of Exercise Science. Available on: Permaesih, D., Rosmalina, Y., Moeloek, D and Herman, S Cara Praktis Pendugaan Tingkat Kesegaran Jasmani. Buletin Penelitian Kesehatan. April Pocock, S.J Clinical Trials, A Practical Approach. Cichestes. John Wiley & Sons. Purnawati, S and Wulandari, P.A Perbandingan Daya Tahan Kardiorespirasi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Angkatan 2013 dengan Mahasiswa D1

88 69 Bea Cukai Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Denpasar Angkatan 2013.Available on: Purwanto Dampak Senam Aerobik terhadap Daya Tahan Tubuh dan Penyakit. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia. Volume 1. Edisi1. Juli Putra, R.S Tips Sehat dengan Pola Tidur Tepat dan Cerdas. Yogyakarta: Buku Biru. Rusip, G A Comparative Study on The Physical Fitness Level Using The Harvard, Sharkey, and Kash Step Test. Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39, No. 3. September Sarwono Kebugaran Jasmani Mahasiswa Hubungannya dengan Indeks Massa Tubuh dan Kadar Haemoglobin. Program Pendidikan POK Universitas Sebelas Maret. Sharkey, B.J Kebugaran dan Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Smith, M.M., Sommer, A.J., Starkoff, B.E and Devor, S.T Crossfit-based High Intensity Power Training Improves Maximal Aerobic Fitness and Body Composition. Colombus-Ohio: The Ohio State University, Departement of Human Sciences. Yudha, M Fitness. Jakarta: Niaga Swadaya.

89 PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA KONSENTRASI FISIOTERAPI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR PERSETUJUAN TINDAKAN (INFORMED CONSENT) MENGIKUTI PROGRAM PENELITIAN Saya yang bertandatangan di bawah ini mewakili 39 orang anggota kelompok: Bersedia menjadi sampel untuk penelitian yang berjudul Pelatihan Interval Intensitas Tinggi Lebih Meningkatkan Kebugaran Fisik daripada Senam Aerobik High Impact pada Mahasiswa Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab. Saya telah mendapat penjelasan dari peneliti tentang maksud atau tujuan penelitain, cara melakukan dan konsekuensinya, demi manfaat yang sebesar-besarnya bagi pemeliharaan kesehatan saya dan bagi kemajuan upaya pelayanan, dengan ini saya menyatakan: 1. Memahami sepenuhnya maksud dan tujuan penelitian, prosedur penelitian dan segala konsekuensinya. 2. Bersedia menyampaikan informasi dengan sejujur-jujurnya tentang segala hal yang berkaitan dengan data diri saya. 3. Bersedia mengikuti dan melaksanakan petunjuk serta program penelitian yang diberikan secara sungguh-sungguh dan bertanggung jawab secara rutin. 4. Bersedia menghubungi peneliti bila ada hal-hal yang tidak dipahami maupun melaporkan hal-hal yang berkembang saat penelitian. 5. Bersedia sewaktu-waktu dihubungi atau dikunjungi oleh peneliti guna peenyempurnaan penelitian ini. 6. Tidak membebani peneliti berkaitan dengan biaya pengobatan, tindakan atas permasalahan yang saya derita dalam penyelenggaraan penelitian ini akibat kelalaian saya. 7. Bersedia mengikuti penelitian ini secara tidak terpaksa dan hingga penelitian ini selesai. Pekanbaru, Sampel Penelitian Peneliti (AYU PERMATA) (...)

90 FORM PENGUKURAN KEBUGARAN DENGAN HARVARD STEP TEST Nama : Jenis Kelamin : L / P Usia : Tinggi Badan : Berat Badan : Tanggal DN 1 DN2 DN3 Tingkat Kebugaran

91 Lampiran 2: Dokumentasi Sampel sedang melaksanakan pemanasan statik Sampel sedang melaksanakan pemanasan dinamik Sampel sedang melaksanakan pelatihan interval intensitas tinggi (berlari 3 menit) Sampel sedang melaksanakan pelatihan interval intensitas tinggi (berjalan 3 menit) Sampel sedang melaksanakan Harvard step test sebelum pelatihan Sampel sedang mengukur demyut nadi awal untuk target latihan

92 Lokasi sanggar senam Ajna Sampel sedang melakukan senam aerobik high impact Senam aerobik high impact dipandu oleh instruktur senam Pelaksanaan senam aerobik high impact Sampel sedang melakukan Harvard step tes setelah pelatihan Sampel sedang menukur denyut nadi setelah melakukan Harvard step test

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu dalam masyarakat berperan penting sebagai agen dari suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut membutuhkan suatu keadaan yang mendukung

Lebih terperinci

PELATIHAN INTERVAL INTENSITAS TINGGI LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DARIPADA SENAM AEROBIK HIGH IMPACT

PELATIHAN INTERVAL INTENSITAS TINGGI LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DARIPADA SENAM AEROBIK HIGH IMPACT TESIS PELATIHAN INTERVAL INTENSITAS TINGGI LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DARIPADA SENAM AEROBIK HIGH IMPACT PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D-III FISIOTERAPI UNIVERSITAS ABDURRAB AYU PERMATA PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. aktifitas lainnya dan kegiatan rekreasi (Hoeger, 2014).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. aktifitas lainnya dan kegiatan rekreasi (Hoeger, 2014). 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kebugaran Fisik 2.1.1 Pengertian Kebugaran Fisik Ditinjau secara fisiologis, kebugaran fisik adalah kemampuan tubuh dalam melakukan penyesuaian terhadap pembebanan fisik yang

Lebih terperinci

Oleh: Ayu Permata*, I Wayan Weta**, Muh. Ali Imron*** Pogram Studi Magister Fisiologi Olahraga** STIKES AISYIYAH***

Oleh: Ayu Permata*, I Wayan Weta**, Muh. Ali Imron*** Pogram Studi Magister Fisiologi Olahraga** STIKES AISYIYAH*** ABSTRAK PELATIHAN INTERVAL INTENSITAS TINGGI LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DARIPADA SENAM AEROBIK HIGH IMPACT PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D-III FISIOTERAPI UNIVERSITAS ABDURRAB Oleh: Ayu Permata*,

Lebih terperinci

PELATIHAN METODE BOBATH LEBIH BAIK DARIPADA METODE FELDENKRAIS TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN PADA PASIEN PASCA STROKE

PELATIHAN METODE BOBATH LEBIH BAIK DARIPADA METODE FELDENKRAIS TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN PADA PASIEN PASCA STROKE TESIS PELATIHAN METODE BOBATH LEBIH BAIK DARIPADA METODE FELDENKRAIS TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN PADA PASIEN PASCA STROKE ADITYA DENNY PRATAMA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

Lebih terperinci

Ayu Permata. : Physical Fitness, High Intensity Interval Training, High Impact Aerobic Gymnastics

Ayu Permata. : Physical Fitness, High Intensity Interval Training, High Impact Aerobic Gymnastics PELATIHAN INTERVAL INTENSITAS TINGGI LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DARIPADA SENAM AEROBIK HIGH IMPACT PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D-III FISIOTERAPI UNIVERSITAS ABDURRAB ABSTRACT Ayu Permata Program

Lebih terperinci

SKRIPSI PELATIHAN TARI GALANG BULAN MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK PADA PELAJAR SMP DI YAYASAN PERGURUAN KRISTEN HARAPAN DENPASAR

SKRIPSI PELATIHAN TARI GALANG BULAN MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK PADA PELAJAR SMP DI YAYASAN PERGURUAN KRISTEN HARAPAN DENPASAR SKRIPSI PELATIHAN TARI GALANG BULAN MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK PADA PELAJAR SMP DI YAYASAN PERGURUAN KRISTEN HARAPAN DENPASAR A.A NGURAH WISNU PRAYANA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

AL UM ANISWATUN KHASANAH

AL UM ANISWATUN KHASANAH TESIS PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA PROGRAM SKJ 2008 LEBIH MENINGKATKAN KOORDINASI ANTARA MATA DAN TANGAN DARIPADA SKJ 2008 PADA ANAK USIA 7 8 TAHUN DI SD NEGERI 3 SUMBERJO LAMPUNG TENGAH AL UM ANISWATUN

Lebih terperinci

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Fisiologi Olahraga, Program Pascasarjana Universitas Udayana

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Fisiologi Olahraga, Program Pascasarjana Universitas Udayana METODE HIGH INTENSITY INTERVAL TRAINING SELAMA 15 MENIT DAPAT MENINGKATKAN VO2MAX DAN KECEPATAN GERAK SISWA PUTRA PESERTA EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS SMP PGRI 2 DENPASAR Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesegaran Jasmani 2.1.1 Pengertian Kesegaran jasmani sudah umum dipakai dalam bahasa Indonesia, khususnya dalam bidang keolahragaan. Kesegaran jasmani biasa diucapkan dengan

Lebih terperinci

SKRIPSI SENAM JANTUNG SEHAT DAPAT MENURUNKAN PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

SKRIPSI SENAM JANTUNG SEHAT DAPAT MENURUNKAN PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA SKRIPSI SENAM JANTUNG SEHAT DAPAT MENURUNKAN PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA I NYOMAN AGUS PRADNYA WIGUNA KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI

Lebih terperinci

ANAK AGUNG GEDE ANOM NIM:

ANAK AGUNG GEDE ANOM NIM: TESIS PELATIHAN BERJALAN DENGAN TANGAN JARAK 5 METER 5 REPETISI 4 SET LEBIH MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT LENGAN DARI PADA 4 REPETISI 5 SET PADA SISWA PUTRA KELAS VII SMP NEGERI 9 DENPASAR ANAK AGUNG GEDE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, memelihara kesegaran jasmani (fitness) atau sebagai terapi untuk memperbaiki kelainan,

Lebih terperinci

SKRIPSI PERBEDAAN LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP DAN JUMP TO BOX TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SMA N 1 MANGGIS

SKRIPSI PERBEDAAN LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP DAN JUMP TO BOX TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SMA N 1 MANGGIS SKRIPSI PERBEDAAN LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP DAN JUMP TO BOX TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SMA N 1 MANGGIS I MADE HENDRA MEIRIANATA KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi dan trasportasi dirasa memperpendek jarak dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi dan trasportasi dirasa memperpendek jarak dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan modern kini menuntut segala sesuatu yang serba cepat. Baik dalam aktivitas pekerjaan, kehidupan rumah tangga dan kebutuhan makan dalam sehari-hari. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaannya sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Serta meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diemban. Kebugaran jasmani dipertahankan dengan berbagai bentuk latihan.

BAB I PENDAHULUAN. diemban. Kebugaran jasmani dipertahankan dengan berbagai bentuk latihan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) memerlukan tingkat kebugaran jasmani lebih tinggi dibandingkan orang biasa karena beratnya tugas yang diemban. Kebugaran jasmani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Sehat juga keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinan setiap orang hidup produktif dan ekonomis.

Lebih terperinci

SKRIPSI ANAK AGUNG GEDE ANGGA PUSPA NEGARA

SKRIPSI ANAK AGUNG GEDE ANGGA PUSPA NEGARA SKRIPSI PELATIHAN SIRKUIT LEBIH EFEKTIF DALAM MENINGKATKAN NILAI VO 2 MAX DARIPADA PELATIHAN JOGING PADA ANGGOTA EKSTRAKURIKULER PASKIBRA DI SMA NEGERI 1 GIANYAR ANAK AGUNG GEDE ANGGA PUSPA NEGARA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

KOMBINASI LATIHAN EKSENTRIK M.GASTROCNEMIUS DAN LATIHAN PLYOMETRIC LEBIH BAIK DARI PADA LATIHAN EKSENTRIK M

KOMBINASI LATIHAN EKSENTRIK M.GASTROCNEMIUS DAN LATIHAN PLYOMETRIC LEBIH BAIK DARI PADA LATIHAN EKSENTRIK M TESIS KOMBINASI LATIHAN EKSENTRIK M.GASTROCNEMIUS DAN LATIHAN PLYOMETRIC LEBIH BAIK DARI PADA LATIHAN EKSENTRIK M.QUADRICEPS DAN LATIHAN PLYOMETRIC TERHADAP PENINGKATAN AGILITY PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SKRIPSI PERBEDAAN EFEKTIVITAS LATIHAN INTERVAL

SKRIPSI PERBEDAAN EFEKTIVITAS LATIHAN INTERVAL SKRIPSI PERBEDAAN EFEKTIVITAS LATIHAN INTERVAL DAN LATIHAN FARTLEK DALAM MENINGKATKAN DAYA TAHAN KARDIOVASKULER PADA PEMAIN BASKET PUTRA USIA 16-17 TAHUN I GUSTI NGURAH AGUS PUTRA MAHARDANA HALAMAN JUDUL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulutangkis adalah salah satu cabang olahraga yang popular dan banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Bahkan masyarakat Indonesia sudah melekat kecintaanya terhadap

Lebih terperinci

I G P Ngurah Adi Santika*, I P G. Adiatmika**, Susy Purnawati***

I G P Ngurah Adi Santika*, I P G. Adiatmika**, Susy Purnawati*** PELATIHAN BERJALAN DI ATAS BALOK LURUS SEJAUH 8 METER 5 REPETISI 4 SET LEBIH BAIK DARIPADA 4 REPETISI 5 SET TERHADAP KESEIMBANGAN TUBUH MAHASISWA FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN IKIP PGRI BALI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik. 1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat VO2max Burns (2000:2) VO2max adalah jumlah maksimal oksigen yang dapat dikonsumsi selama aktivitas fisik yang intens sampai akhirnya terjadi

Lebih terperinci

DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE

DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE TESIS KOMBINASI MC.KENZIE DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE TIDAK BERBEDA DENGAN PILATES EXERCISE DALAM MENINGKATKAN KESEIMBANGAN STATIS DAN FLEKSIBILITAS TRUNK PADA WANITA DEWASA TRI FARNIANTI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH FREKUENSI LATIHAN SENAM AEROBIK TERHADAP PENURUNAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DAN BERAT BADAN PADA MEMBERS

PERBEDAAN PENGARUH FREKUENSI LATIHAN SENAM AEROBIK TERHADAP PENURUNAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DAN BERAT BADAN PADA MEMBERS Perbedaan Pengaruh Frekuensi... (Elfiannisa Azmy Andini) 3 PERBEDAAN PENGARUH FREKUENSI LATIHAN SENAM AEROBIK TERHADAP PENURUNAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DAN BERAT BADAN PADA MEMBERS WANITA DI CAKRA SPORT

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv. ABSTRAK... v. ABSTRACT... vi. RINGKASAN... vii. SUMMARY...

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv. ABSTRAK... v. ABSTRACT... vi. RINGKASAN... vii. SUMMARY... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN.... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi RINGKASAN... vii SUMMARY... ix KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI ATLET PENCAK SILAT DI KLUB SMP NEGERI 01 NGUNUT TULUNGAGUNG JURNAL

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI ATLET PENCAK SILAT DI KLUB SMP NEGERI 01 NGUNUT TULUNGAGUNG JURNAL HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI ATLET PENCAK SILAT DI KLUB SMP NEGERI 01 NGUNUT TULUNGAGUNG JURNAL EKO ANDI SUSILO 096484002 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu yang membutuhkan daya tahan jantung paru. Kesegaran jasmani yang rendah diikuti dengan penurunan

Lebih terperinci

PEMBERIAN PELATIHAN KEKUATAN AYUNAN LENGAN (ARM SWING)

PEMBERIAN PELATIHAN KEKUATAN AYUNAN LENGAN (ARM SWING) SKRIPSI PEMBERIAN PELATIHAN KEKUATAN AYUNAN LENGAN (ARM SWING) DENGAN DUMBBELL MENINGKATKAN KECEPATAN LARI 100 METER PADA ATLET SPRINT SMK NEGERI 1 DENPASAR I PUTU GEDE ANGGA WINATA KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuratif saja, tetapi juga usaha promotif, preventif, dan rehabilitatif. Gerak yang

BAB I PENDAHULUAN. kuratif saja, tetapi juga usaha promotif, preventif, dan rehabilitatif. Gerak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan ilmu fisioterapi, usaha-usaha di bidang kesehatan gerak dan fungsi tubuh telah mengalami perkembangan. Tidak terbatas pada usaha kuratif saja, tetapi

Lebih terperinci

SKRIPSI GOVINDA VITTALA

SKRIPSI GOVINDA VITTALA SKRIPSI PENGARUH SENAM JANTUNG SEHAT TERHADAP DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI PADA MAHASISWI DENGAN KELEBIHAN BERAT BADAN DI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA GOVINDA VITTALA

Lebih terperinci

L B E I B H I H E F E E F KT K I T F F DI

L B E I B H I H E F E E F KT K I T F F DI TESIS PEMULIHAN BERENANG LAMBAT GAYA BEBAS LEBIH EFEKTIF DIBANDINGKAN DENGANN PEMULIHAN BERENANG LAMBAT GAYA DADA DALAM MEMPERCEPAT PEMULIHAN DENYUT NADI SETELAH LATIHAN MAKSIMAL PADA ATLET RENANG PRIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi, tetapi juga dari kegiatan olahraga atau aktivitas fisik yang kita lakukan.

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi, tetapi juga dari kegiatan olahraga atau aktivitas fisik yang kita lakukan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan tubuh kita tidak hanya tergantung dari jenis makanan yang kita konsumsi, tetapi juga dari kegiatan olahraga atau aktivitas fisik yang kita lakukan. Dengan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PILATES EXERCISES

PERBEDAAN PILATES EXERCISES SKRIPSI PERBEDAAN PILATES EXERCISES DAN CORE STABILITY EXERCISES UNTUK MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT PERUT PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI UNIVERSITAS UDAYANA Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu

Lebih terperinci

KOMBINASI PELATIHAN CORE STABILITY

KOMBINASI PELATIHAN CORE STABILITY TESIS KOMBINASI PELATIHAN CORE STABILITY DAN PELATIHAN LARI KONVENSIONAL LEBIH EFEKTIF MENINGKATKAN KECEPATAN LARI DARIPADA PELATIHAN LARI KONVENSIONAL PADA SISWA EKSTRAKURIKULER SEPAK BOLA NI PUTU DEVI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternyata berhubungan dengan penurunan resiko terkena penyakit

BAB I PENDAHULUAN. ternyata berhubungan dengan penurunan resiko terkena penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Latihan telah mendapat tempat dalam dunia kesehatan sebagai salah satu faktor penting dalam usaha pencegahan penyakit. Latihan terbukti pula dapat meningkatkan derajat

Lebih terperinci

PENAMBAHAN RESISTANCE EXERCISE PADA SENAM AEROBIK LEBIH BAIK TERHADAP PENURUNAN DENYUT NADI 2 MENIT SETELAH LATIHAN PADA REMAJA PUTRI USIA TAHUN

PENAMBAHAN RESISTANCE EXERCISE PADA SENAM AEROBIK LEBIH BAIK TERHADAP PENURUNAN DENYUT NADI 2 MENIT SETELAH LATIHAN PADA REMAJA PUTRI USIA TAHUN SKRIPSI PENAMBAHAN RESISTANCE EXERCISE PADA SENAM AEROBIK LEBIH BAIK TERHADAP PENURUNAN DENYUT NADI 2 MENIT SETELAH LATIHAN PADA REMAJA PUTRI USIA 17-21 TAHUN Oleh Herru 2011-66-170 PROGRAM STUDI S-1 FISIOTERAPI

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA ANAK USIA 7-8 TAHUN DI SD NEGERI PABELAN 03 MENDUNGAN KARTASURA SUKOHARJO

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA ANAK USIA 7-8 TAHUN DI SD NEGERI PABELAN 03 MENDUNGAN KARTASURA SUKOHARJO PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA ANAK USIA 7-8 TAHUN DI SD NEGERI PABELAN 03 MENDUNGAN KARTASURA SUKOHARJO SKIRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PELATIHAN LARI SAMBUNG BACK TO BACK

PELATIHAN LARI SAMBUNG BACK TO BACK TESIS PELATIHAN LARI SAMBUNG BACK TO BACK 20 METER ENAM REPETISI EMPAT SET DAN LARI SAMBUNG BACK TO BACK 30 METER EMPAT REPETISI EMPAT SET MEMPERSINGKAT WAKTU TEMPUH LARI 80 METER SISWA PUTRA SMP DHARMA

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN INTERVAL TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR DAN KECEPATAN

PENGARUH PELATIHAN INTERVAL TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR DAN KECEPATAN PENGARUH PELATIHAN INTERVAL TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR DAN KECEPATAN I Ketut Sutisna Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia

Lebih terperinci

PELATIHAN FOOTWORK BULUTANGKIS 10 REPETISII 2 SET LEBIH BAIK DIBANDINGKAN 5 REPETISI 4 SET UNTUK MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KELINCAHAN

PELATIHAN FOOTWORK BULUTANGKIS 10 REPETISII 2 SET LEBIH BAIK DIBANDINGKAN 5 REPETISI 4 SET UNTUK MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KELINCAHAN TESIS PELATIHAN FOOTWORK BULUTANGKIS 10 REPETISII 2 SET LEBIH BAIK DIBANDINGKAN 5 REPETISI 4 SET UNTUK MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KELINCAHAN I PUTU ASTRAWAN NIM 1490361012 PROGRAM MAGISTER

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 SKRIPSI LATIHAN LARI AEROBIK MENURUNKAN KETERGANTUNGAN NIKOTIN MAHASISWA PEROKOK AKTIF DI DENPASAR 011 I GEDE ADI SUSILA WESNAWA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH LATIHAN BEBAN TERHADAP PENINGKATAN MASSA OTOT PECTORALIS MAYOR DAN BICEPS PADA USIA REMAJA DAN DEWASA GDE RABI RAHINA SOETHAMA

SKRIPSI PENGARUH LATIHAN BEBAN TERHADAP PENINGKATAN MASSA OTOT PECTORALIS MAYOR DAN BICEPS PADA USIA REMAJA DAN DEWASA GDE RABI RAHINA SOETHAMA SKRIPSI PENGARUH LATIHAN BEBAN TERHADAP PENINGKATAN MASSA OTOT PECTORALIS MAYOR DAN BICEPS PADA USIA REMAJA DAN DEWASA GDE RABI RAHINA SOETHAMA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

Lebih terperinci

sebagainya. Menurut Susan M Sawyer et al, 2012 masa remaja merupakan salah satu fase kehidupan saat fungsi fisik hampir mencapai puncaknya.

sebagainya. Menurut Susan M Sawyer et al, 2012 masa remaja merupakan salah satu fase kehidupan saat fungsi fisik hampir mencapai puncaknya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat kebugaran jasmani berhubungan erat dengan aktivitas fisik yang dilakukan seseorang. Semakin tinggi aktivitas semakin besar tingkat kebugarannya begitupun sebaliknya

Lebih terperinci

PENAMBAHAN PROPRIOCEPTIVE EXERCISE PADA INTERVENSI STRENGTHENING EXERCISE LEBIH MENINGKATKAN KELINCAHAN PADA PEMAIN SEPAKBOLA

PENAMBAHAN PROPRIOCEPTIVE EXERCISE PADA INTERVENSI STRENGTHENING EXERCISE LEBIH MENINGKATKAN KELINCAHAN PADA PEMAIN SEPAKBOLA TESIS PENAMBAHAN PROPRIOCEPTIVE EXERCISE PADA INTERVENSI STRENGTHENING EXERCISE LEBIH MENINGKATKAN KELINCAHAN PADA PEMAIN SEPAKBOLA ISMANINGSIH PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS

Lebih terperinci

Cara Meningkatkan Kebugaran Jasmani

Cara Meningkatkan Kebugaran Jasmani Kebugaran jasmani berfungsi untuk meningkatkan kemampuan kerja bagi siapapun yang memilikinya sehingga dapat melaksanakan tugas-tugasnya secara optimal untuk mendapatkan hasil yang lebih baik Kebugaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas/olahraga secara teratur, tidur yang cukup dan tidak merokok

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas/olahraga secara teratur, tidur yang cukup dan tidak merokok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gaya hidup sehat mempunyai peranan yang penting untuk meningkatkan kesehatan setiap individu. Gaya hidup sehat dapat dilakukan dengan cara mengkonsumsi makanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latihan fisik merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran. Seseorang dengan aktivitas fisik rendah memiliki 20% sampai 30% lebih tinggi risiko

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

SKRIPSI HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA SKRIPSI HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA MARTHA YULIANI HABUT KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah VO 2 max adalah volume maksimal O 2 yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini adalah suatu tingkatan kemampuan

Lebih terperinci

MUHAMMAD RIDWAN NIM : PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

MUHAMMAD RIDWAN NIM : PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR TESIS PELATIHAN LARI LOMPAT RINTANGAN SETINGGI 50 CM LIMA REPETISI TIGA SET LEBIH BAIK DIBANDINGKAN LARI LOMPAT RINTANGAN SETINGGI 30 CM LIMA REPETISI TIGA SET DALAM MENINGKATKAN JARAK LOMPATAN NOMOR LOMPAT

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Kesegaran Jasmani Kesegaran Jasmani menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1997:4), pada hakekatnya berkenaan dengan kemampuan dan kesanggupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi sekarang ini masyarakat disibukkan dengan pekerjaan yang menjadi rutinitas masyarakat tersebut. Masyarakat membutuhkan waktu untuk merefresh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Menurut Irianto (2004: 2),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Menurut Irianto (2004: 2), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebugaran Jasmani Lutan (2001:7), mengatakan bahwa kebugaran jasmani (yang terkait dengan kesehatan) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tugas fisik yang memerlukan

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

SKRIPSI HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA SKRIPSI HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA NI KADEK FEBRIYANTI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses

Lebih terperinci

2015 PENGARUH LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENURUNAN LEMAK TUBUH DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN DAYA TAHAN AEROBIK (VO2 MAX)

2015 PENGARUH LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENURUNAN LEMAK TUBUH DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN DAYA TAHAN AEROBIK (VO2 MAX) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tubuh ideal dan sehat menjadi dambaan bagi semua orang karena hal ini akan menimbulkan rasa percaya diri dalam pergaulan serta tampil sehat dalam setiap kesempatan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selama metabolisme berkepanjangan saat latihan yang intens. 1,2 Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. selama metabolisme berkepanjangan saat latihan yang intens. 1,2 Berdasarkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Daya tahan kardiorespirasi adalah salah satu unsur kebugaran jasmani yang menggambarkan kemampuan pembuluh paru-paru jantung dan darah untuk memberikan jumlah

Lebih terperinci

TESIS PELATIHAN SENAM LANSIA MENURUNKAN TEKANAN DARAH LANSIA DI BANJAR TUKA DALUNG

TESIS PELATIHAN SENAM LANSIA MENURUNKAN TEKANAN DARAH LANSIA DI BANJAR TUKA DALUNG TESIS PELATIHAN SENAM LANSIA MENURUNKAN TEKANAN DARAH LANSIA DI BANJAR TUKA DALUNG OLEH : I GUSTI AGUNG OKA MAYUNI NIM. 1190361005 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013 PELATIHAN SENAM

Lebih terperinci

Program Studi Magister Fisiologi Olahraga Universitas Udayana 2,5,6. Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 3,4

Program Studi Magister Fisiologi Olahraga Universitas Udayana 2,5,6. Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 3,4 METODE HIGH INTENSITY INTERVAL TRAINING SELAMA 15 MENIT DAPAT MENINGKATKAN VO2MAX DAN KECEPATAN GERAK SISWA PESERTA EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS SMP PGRI 2 DENPASAR Yogie Wiswadewa 1, N. Adiputra 2, Komang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena diartikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena diartikan dengan proses kemunduran prestasi kerja dan penurunan kapasitas fisik seseorang. Menua adalah

Lebih terperinci

PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VO 2 MAKSIMUM PADA ATLIT SEPAK BOLA DENGAN FUTSAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VO 2 MAKSIMUM PADA ATLIT SEPAK BOLA DENGAN FUTSAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VO 2 MAKSIMUM PADA ATLIT SEPAK BOLA DENGAN FUTSAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 2), kesegaran fisik (physical fitness)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 2), kesegaran fisik (physical fitness) BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Kesegaran Jasmani Rusli Lutan (2002: 7), mengatakan bahwa kesegaran jasmani (yang terkait dengan kesehatan) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PRODI KEDOKTERAN UNJA

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PRODI KEDOKTERAN UNJA HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PRODI KEDOKTERAN UNJA Ahmad Syauqy 1 1 Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Jambi email : asqyjbi30@gmail.com

Lebih terperinci

NARASI KEGIATAN TES KEBUGARAN JANTUNG PARU DENGAN METODE ROCKPORT BAGI KARYAWAN DINAS KESEHATAN PROPINSI DIY

NARASI KEGIATAN TES KEBUGARAN JANTUNG PARU DENGAN METODE ROCKPORT BAGI KARYAWAN DINAS KESEHATAN PROPINSI DIY NARASI KEGIATAN TES KEBUGARAN JANTUNG PARU DENGAN METODE ROCKPORT BAGI KARYAWAN DINAS KESEHATAN PROPINSI DIY Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or NIP 19830127 200604 2 001 FIK UNY Abstrak Dalam rangka menilai

Lebih terperinci

I MADE GEDE SUWIRYANATHA NIM PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

I MADE GEDE SUWIRYANATHA NIM PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR TESIS PELATIHAN JINJIT DENGAN BEBAN DI PINGGANG DUABELAS REPETISI TIGA SET TIDAK LEBIH BAIK DARIPADA SEMBILAN REPETISI EMPAT SET DALAM MENINGKATKAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PADA OLAHRAGA BOLA VOLI SISWI

Lebih terperinci

KOMBINASI FOOT MUSCLE STRENGTHENING

KOMBINASI FOOT MUSCLE STRENGTHENING TESIS KOMBINASI FOOT MUSCLE STRENGTHENING DAN KINESIOTAPING LEBIH BAIK DIBANDINGKAN DENGAN FOOT MUSCLE STRENGTHENING TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN DINAMIS PADA ANAK DENGAN FLEXIBLE FLATFOOT LUH ITA

Lebih terperinci

KONSEP PENDIDIKAN KEB. JASMANI

KONSEP PENDIDIKAN KEB. JASMANI KONSEP PENDIDIKAN KEB. JASMANI 1. Definisi kebugaran jasmani 2. Komponen kebugaran jasmani 3. Permasalahan kebugaran jasmani 4. Kiat/cara mencapai keb. jasmani DEFINISI KEB. JASMANI Kebugaran jasmani (Physical

Lebih terperinci

ABSTRAK. MANIPULASI VISERAL LEBIH BAIK DARIPADA SENAM AEROBIK DALAM MENGURANGI PRIMARY DYSMENORRHEA PADA MAHASISWI DI POLTEKKES Dr.

ABSTRAK. MANIPULASI VISERAL LEBIH BAIK DARIPADA SENAM AEROBIK DALAM MENGURANGI PRIMARY DYSMENORRHEA PADA MAHASISWI DI POLTEKKES Dr. ABSTRAK MANIPULASI VISERAL LEBIH BAIK DARIPADA SENAM AEROBIK DALAM MENGURANGI PRIMARY DYSMENORRHEA PADA MAHASISWI DI POLTEKKES Dr.RUSDI MEDAN Berbagai gejala yang dirasakan wanita saat menstruasi sangat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah merupakan suatu bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah merupakan suatu bentuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kebugaran jasmani Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah merupakan suatu bentuk pembinaan dan peningkatan kebugaran jasmani bagi siswa. Batasan mengenai kebugaran jasmani dikemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinamis. Olahraga juga sebagai media pendidikan sudah pula diakui

BAB I PENDAHULUAN. dinamis. Olahraga juga sebagai media pendidikan sudah pula diakui BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Olahraga sudah menjadi kebutuhan masyarakat, khususnya olahraga kesehatan yang merupakan salah satu alat untuk memelihara kesehatan dinamis. Olahraga juga sebagai media

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebugaran jasmani adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas seharihari dengan giat dan penuh kewaspadaan tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan dengan energi yang cukup

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN FISIK PADA KELOMPOK LANSIA PEREMPUAN DI DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR BARAT

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN FISIK PADA KELOMPOK LANSIA PEREMPUAN DI DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR BARAT PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN FISIK PADA KELOMPOK LANSIA PEREMPUAN DI DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR BARAT 1 Ari Widiastuti, 2 Ari Wibawa, 3 Indah Sri Handari, 4 I Wayan Sutadarma

Lebih terperinci

ADAPTASI CARDIORESPIRATORY SAAT LATIHAN AEROBIK DAN ANAEROBIK Nugroho Agung S.

ADAPTASI CARDIORESPIRATORY SAAT LATIHAN AEROBIK DAN ANAEROBIK Nugroho Agung S. ADAPTASI CARDIORESPIRATORY SAAT LATIHAN AEROBIK DAN ANAEROBIK Nugroho Agung S. PENGERTIAN Cardiorespiratory -> kesanggupan sistem jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut 54 tahun untuk wanita dan laki-laki 50,9 tahun. Pada tahun 1985

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut 54 tahun untuk wanita dan laki-laki 50,9 tahun. Pada tahun 1985 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Di Indonesia angka harapan hidup semakin meningkat. Pada tahun 1980 angka tersebut 54 tahun untuk wanita dan laki-laki 50,9 tahun. Pada tahun 1985 meningkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kesegaran Jasmani 2.1.1. Definisi Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani sering juga disebut kebugaran jasmani atau physical fitness. Kesegaran jasmani merupakan hal yang rumit

Lebih terperinci

KOMBINASI LATIHAN STAR EXCURSION BALANCE DAN KINESIOLOGY TAPE

KOMBINASI LATIHAN STAR EXCURSION BALANCE DAN KINESIOLOGY TAPE TESIS KOMBINASI LATIHAN STAR EXCURSION BALANCE DAN KINESIOLOGY TAPE LEBIH EFEKTIF DIBANDINGKAN LATIHAN WOOBLE BOARD DAN KINESIOLOGY TAPE TERHADAP PERBAIKAN INSTABILITAS FUNGSIONAL PADA PERGELANGAN KAKI

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH HIGH INTENSITY CIRCUIT TRAINING (HICT) TERHADAP INDEKS KEBUGARAN JASMANI DAN KESEIMBANGAN TUBUH PADA LAKI-LAKI DEWASA MUDA

ABSTRAK PENGARUH HIGH INTENSITY CIRCUIT TRAINING (HICT) TERHADAP INDEKS KEBUGARAN JASMANI DAN KESEIMBANGAN TUBUH PADA LAKI-LAKI DEWASA MUDA ABSTRAK PENGARUH HIGH INTENSITY CIRCUIT TRAINING (HICT) TERHADAP INDEKS KEBUGARAN JASMANI DAN KESEIMBANGAN TUBUH PADA LAKI-LAKI DEWASA MUDA Janice Setiawan, 2016; Pembimbing I : Stella Tinia, dr., M.Kes,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : latihan sirkuit training, latihan teknik, kardiorespirasi

ABSTRAK. Kata Kunci : latihan sirkuit training, latihan teknik, kardiorespirasi ABSTRAK Hendri Permana: Pengaruh Latihan Sirkuit Training di awal dan di akhir Latihan Teknik Terhadap Kemampuan Kardiorespirasi, Power, Keterampilan Smes Dan Passing Bawah pada Atlet Bolavoli Putra Klub

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Luh Putu Ayu Wulandari Nim

SKRIPSI. Oleh : Luh Putu Ayu Wulandari Nim SKRIPSI PERMAINAN PAPAN KESEIMBANGAN (BALANCE BOARD) LEBIH MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DINAMIS DARIPADA PERMAINAN BALOK KESEIMBANGAN (BALANCE BEAM) PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK PRADNYANDARI I KEROBOKAN

Lebih terperinci

KOMBINASI HALF SQUAT EXERCISE

KOMBINASI HALF SQUAT EXERCISE SKRIPSI KOMBINASI HALF SQUAT EXERCISE DAN METODE PROGRESSIVE RESISTANCE LEBIH BAIK DARI PADA KOMBINASI HALF SQUAT EXERCISE DAN METODE THE STEP TYPE APPROACH DALAM MENINGKATKAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PADA

Lebih terperinci

LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta Latihan endurance (endurance training) merupakan model latihan yang biasa digunakan

Lebih terperinci

TESIS PELATIHAN LONG SITTING

TESIS PELATIHAN LONG SITTING TESIS PELATIHAN LONG SITTING HAND UP EXERCISE LEBIH BAIK DIBANDINGKAN PELATIHAN CONTRACT RELAX STRETCHING UNTUK MENINGKATKAN FLEKSIBILITAS HAMSTRING MUSCLE TIGHTNESS SISWA SMK SMSR UBUD GIANYAR ADI SAPUTRA

Lebih terperinci

PENAMBAHAN BALLISTIC STRETCHING

PENAMBAHAN BALLISTIC STRETCHING SKRIPSI PENAMBAHAN BALLISTIC STRETCHING PADA LATIHAN KNEE TUCK JUMP LEBIH EFEKTIF DIBANDINGKAN LATIHAN KNEE TUCK JUMP TERHADAP PENINGKATAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PADA PEMAIN VOLI LAKI- LAKI FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGARUH ANTARA SENAM AEROBIK LOW IMPACT DENGAN JOGGING TERHADAP PERSENTASE LEMAK TUBUH

PERBANDINGAN PENGARUH ANTARA SENAM AEROBIK LOW IMPACT DENGAN JOGGING TERHADAP PERSENTASE LEMAK TUBUH PERBANDINGAN PENGARUH ANTARA SENAM AEROBIK LOW IMPACT DENGAN JOGGING TERHADAP PERSENTASE LEMAK TUBUH MUHAMMAD ARIEF SETIAWAN muhammad.arief.setiawan.80@gmail.com Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1).

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1). BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan fisik sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran, selain itu olahraga juga dapat ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berdampak buruk pada kesehatan. Menurut Alder dan Higbee, walaupun

BAB I PENDAHULUAN. dapat berdampak buruk pada kesehatan. Menurut Alder dan Higbee, walaupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola hidup masyarakat zaman sekarang yang cenderung tidak banyak melakukan aktivitas fisik adalah hal yang patut diwaspadai karena kebiasaan ini dapat berdampak buruk

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI, KEKUATAN OTOT LENGAN DAN KETAHANAN CARDIOVASKULER

PERKEMBANGAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI, KEKUATAN OTOT LENGAN DAN KETAHANAN CARDIOVASKULER PERKEMBANGAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI, KEKUATAN OTOT LENGAN DAN KETAHANAN CARDIOVASKULER PADA ADOLESENSI USIA 13-18 TAHUN DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN KETINGGIAN WILAYAH TEMPAT TINGGAL (Studi Kros-Seksional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Fisiologi khususnya Fisiologi Olahraga dan Fisiologi Respirasi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN...

LEMBAR PERSETUJUAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i ABSTRAK... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii PENGESAHAN SKRIPSI... iv SURAT PERNYATAAN... v RIWAYAT HIDUP... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merokok juga banyak dilakukan oleh remaja bahkan anak-anak. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dalam DepKes RI

BAB I PENDAHULUAN. merokok juga banyak dilakukan oleh remaja bahkan anak-anak. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dalam DepKes RI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman di Indonesia saat ini membawa banyak perubahan bagi lingkungan maupun masyarakatnya. Perubahan yang sering terjadi ialah perubahan perilaku pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Penelitian ini menggunakan contoh mahasiswa mayor Ilmu Gizi tahun ajaran 2009 yang mengikuti mata kuliah Gizi Olahraga. Jumlah contoh awal dalam penelitian

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PAKAIAN COMPRESSION BASE LAYER MEMPERCEPAT PEMULIHAN FISIOLOGIS DAN MENINGKATKAN KENYAMANAN TUBUH MAHASISWA SAAT BEROLAHRAGA

PENGGUNAAN PAKAIAN COMPRESSION BASE LAYER MEMPERCEPAT PEMULIHAN FISIOLOGIS DAN MENINGKATKAN KENYAMANAN TUBUH MAHASISWA SAAT BEROLAHRAGA TESIS PENGGUNAAN PAKAIAN COMPRESSION BASE LAYER MEMPERCEPAT PEMULIHAN FISIOLOGIS DAN MENINGKATKAN KENYAMANAN TUBUH MAHASISWA SAAT BEROLAHRAGA ADI SAPUTRA PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa adalah siswa pada perguruan tinggi yang memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan sebagai remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan

Lebih terperinci

2015 MENINGKATKAN DAYA TAHAN CARDIOVASCULAR MELALUI ZUMBA DANCE

2015 MENINGKATKAN DAYA TAHAN CARDIOVASCULAR MELALUI ZUMBA DANCE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap insan manusia membutuhkan olahraga untuk menunjang kebutuhan jasmaninya dalam menjalani setiap aktivitas sehari-hari. Segala bentuk aktivitas yang dilakukan

Lebih terperinci

NI LUH GDE WIDIANTARI NIM

NI LUH GDE WIDIANTARI NIM PERBANDINGAN PELATIHAN LONCAT RINTANGAN 50 CM DENGAN VARIASI LARI CEPAT 5 METER ANTARA 10 REPETISI 3 SET DAN 5 REPETISI 6 SET TERHADAP PENINGKATAN TINGGI LONCATAN BLOK DALAM PERMAINAN BOLA VOLI MAHASISWA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani disekolah merupakan satu bentuk pembinaan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani disekolah merupakan satu bentuk pembinaan dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka a. Kebugaran Jasmani Pelaksanaan pendidikan jasmani disekolah merupakan satu bentuk pembinaan dan peningkatan kebugaran jasmani bagi siswa. Batasan mengenai kebugaran

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA FISIOTERAPI. Oleh : AYU RIESKY NIM.

SKRIPSI. Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA FISIOTERAPI. Oleh : AYU RIESKY NIM. SKRIPSI TERAPI LATIHAN KONSEP TARI GALANG BULAN EFEKTIF DALAM PENURUNAN PERSENTASE LEMAK SUBKUTAN REGIO TRICEPS PADA PELAJAR DENGAN OVERWEIGHT DI YAYASAN PERGURUAN KRISTEN HARAPAN Skripsi ini diajukan

Lebih terperinci

PELATIHAN PROGRAM KEBUGARAN BAGI INSTRUKTUR FITNESS SE-KABUPATEN MAGELANG

PELATIHAN PROGRAM KEBUGARAN BAGI INSTRUKTUR FITNESS SE-KABUPATEN MAGELANG LAPORAN PELAKSANAAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT PELATIHAN PROGRAM KEBUGARAN BAGI INSTRUKTUR FITNESS SE-KABUPATEN MAGELANG Oleh: Ahmad Nasrulloh, S.Or., M.Or. FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci