PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA"

Transkripsi

1 PEMERINTAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang sering kali kurang mendapatkan perhatian dan menjadi prioritas pembangunan di daerah, hal ini dapat diketahui melalui beberapa program sanitasi di beberapa kabupaten yang merupakan pilot project. Buruknya kondisi sanitasi berpengaruh terhadap menurunnya kualitas lingkungan hidup serta tercemarnya sumber air bersih yang digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga jumlah penderita penyakit terutama balita meningkat. Lebih jauh lagi kondisi tersebut secara umum dapat menurunkan citra kabupaten sebagai tujuan wisata. Pembangunan sanitasi masih dianggap sebagai urusan belakang sehingga seringkali termarjinalkan dari urusan-urusan yang lain, namun seiring dengan tuntutan peningkatan standar kualitas hidup masyarakat, akibat semakin tingginya tingkat pencemaran lingkungan dan keterbatasan daya dukung lingkungan itu sendiri semakin menjadikan sanitasi menjadi salah satu aspek pembangunan yang harus diperhatikan. Sejalan dengan salah satu target Millennium Development Goals (MDGs) Tahun 2015 yaitu mengurangi hingga setengahnya jumlah penduduk Indonesia yang tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman dan sanitasi dasar, namun cakupan untuk target tersebut belum merata secara nasional dan belum menggambarkan kualitas yang sebenarnya mengenai fasilitas sanitasi yang ada. Hal ini disebabkan lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi, yang ditandai dengan pembangunan sanitasi tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan, dan tidak berkelanjutan, serta kurangnya perhatian masyarakat pada Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Masih sering dijumpai bahwa aspek-aspek pembangunan sanitasi yaitu air limbah, persampahan dan drainase serta penyediaan air bersih, berjalan sendiri-sendiri dan ditangani secara terpisah meskipun masuk dalam satu bidang pembangunan yaitu sanitasi. Hal ini menyebabkan terjadinya tumpang tindih kegiatan pembangunan sanitasi oleh institusi yang berbeda-beda, sehingga membingungkan masyarakat sebagai subjek dan objek pembangunan itu sendiri. Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah telah menetapkan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Perkotaan (PPSP) menjadi salah satu program prioritas pembangunan nasional yang akan dilaksanakan secara bertahap dimulai pada tahun 2010 hingga tahun Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) ini dimaksudkan untuk membantu pemerintah Kabupaten/kota peserta program menyusun konsep dan strategi rencana pembangunan sanitasi 1

2 PEMERINTAH yang responsif, berkelanjutan dan terpadu di wilayah masing-masing, yang terintegrasi dalam suatu rencana pembangunan sanitasi secara menyeluruh baik dari aspek jenis kegiatan maupun aspek kewilayahan. Untuk itu perlu disusun sebuah perencanaan pembangunan sanitasi yang lebih integratif, aspiratif, inovatif dan sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat. Agar diperoleh strategi yang tepat, dibutuhkan suatu kerangka acuan dan proses pemetaan kondisi sanitasi yang tepat pula. Hasil pemetaan kondisi fisik sanitasi dan perilaku masyarakat kabupaten, dituangkan dalam Buku Putih Sanitasi. Buku Putih Sanitasi inilah yang akan dijadikan dasar/prinsip kerja dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) yang memiliki prinsip dan karakteristik sebagai berikut : Berskala kota atau kabupaten (multi sektor) Disusun sendiri oleh kota atau kabupaten (dari, oleh, dan untuk pokja) Singkronisasi perencanaan top down & bottom up Berdasarkan data aktual/empiris Untuk menghasilkan SSK yang demikian, maka kota atau kabupaten harus mampu memetakan situasi sanitasi wilayahnya. Pemetaan situasi sanitasi yang baik hanya bisa dibuat apabila kota atau kabupaten mampu mendapatkan informasi lengkap, akurat, dan mutakhir tentang kondisi sanitasi, baik menyangkut aspek teknis mapun non teknis. Dalam konteks ini Buku Putih merupakan prasyarat utama dan dasar bagi penyusunan SSK. Buku Putih Sanitasi merupakan pemetaan situasi sanitasi kota atau kabupaten berdasarkan kondisi aktual. Pemetaan tersebut mencakup aspek teknis dan aspek non-teknis, yaitu aspek keuangan, kelembagaan, pemberdayaan masyarakat, perilaku hidup bersih dan sehat, dan aspek-aspek lain seperti keterlibatan para pemangku kepentingan secara lebih luas. Buku Putih merupakan database sanitasi kota atau kabupaten yang paling lengkap, mutakhir, aktual, dan disepakati seluruh SKPD dan pemangku kepentingan terkait pembangunan sanitasi. 2

3 PEMERINTAH 1.2 LANDASAN GERAK Definisi dan Ruang Lingkup Sanitasi Sanitasi merupakan perilaku yang disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Sedangkan untuk sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyedian air bersih dan sebagainya (Notoadmojo, 2003). Bahaya yang dimaksud diatas bisa terjadi secara fisik, mikrobiologi dan agen-agen kimia atau biologis dari penyakit terkait. Bahan buangan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan terdiri dari tinja manusia atau binatang, sisa bahan buangan padat, air bahan buangan domestik (cucian, air seni, bahan buangan mandi atau cucian), bahan buangan industri dan bahan buangan pertanian. Untuk dapat memahami secara lebih mendalam mengenai Sanitasi, berikut ini beberapa pengertian dan defenisi Sanitasi : Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. (KEPMENKES RI No.965/MENKES/SK/XI/1992) Sementara World Health Organization (WHO) mengartikan Sanitasi sebagai upaya pengendalian terhadap seluruh faktor-faktor fisik, kimia dan biologi yang menimbulkan suatu kerusakan atau terganggunya perkembangan dan kesehatan manusia baik fisik, mental maupun sosial serta kelangsungan kehidupan manusia dalam lingkungan. Terkait makanan, Sanitasi diartikan sebagai penerapan atau pemeliharaan kondisi yang mampu mencegah terjadinya pencemaran/kontaminasi makanan atau terjadinya penyakit yang disebabkan oleh makanan (foodborne illness atau foodborne disease). Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Sanitasi adalah segala upaya untuk menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan terhadap manusia baik fisik, kimia dan biologi yang berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit yang dapat mengganggu perkembangan dan kesehatan manusia baik secara fisik, mental maupun sosial dengan cara membudayakan hidup bersih dan sehat untuk mencapai kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Dengan kata lain, usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan kesehatan masyarakat dan lingkungan yang baik, untuk mewujudkan kesehatan masyarakat melalui pemutusan mata rantai kuman dari sumber penularannya. Di Indonesia defenisi lain dari sanitasi adalah sebagai upaya membuang sampah dan limbah 3

4 PEMERINTAH cair domestik untuk menjamin kebersihan dan lingkungan yang sehat, baik di tingkat rumah tangga maupun di lingkungan perumahan. Sanitasi terbagi dalam 4 (empat) Subsektor yaitu : Subsektor Persampahan, Air Limbah, Drainase Lingkungan dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Untuk itu pengelolaan Sistem Sanitasi juga meliputi keempat sub sektor diatas. Sampah, Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Sampah adalah benda atau barang yang dibuang karena tidak dipakai lagi. Sementara itu menurut Kamus Istilah Lingkungan, Tahun 1994 Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan. Kemudian menurut buku Istilah Lingkungan Untuk Manajemen yang ditulis oleh Ecolink pada Tahun 1996, Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Dan menurut buku Tchobanoglous yang ditulis oleh Theiseen dan Eliassen pada tahun 1993, Sampah adalah semua buangan padat yang dihasilkan dari seluruh kegiatan manusia dan hewan yang tidak berguna atau tidak diinginkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa Sampah adalah semua jenis limbah padat yang berasal dari kegiatan/aktivitas manusia, hewan maupun proses alam dan dibuang karena tidak bermanfaat dan tidak diinginkan lagi atau merupakan bahan sisa pada suatu kegiatan atau proses produksi dan belum memiliki nilai ekonomis. Sampah bersumber dari perumahan, komersil, fasilitas umum, fasilitas sosial serta sumber sampah lainnya seperti pertanian, konstruksi, industri, dan sebagainya, terdiri atas sampah organik dan anorganik seperti plastik, logam, karet, kertas, tekstil, kaca, dll. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi penanganan dan pengurangan sampah. Penanganan dan pengurangan sampah dilakukan dengan langkah-langkah membatasai timbulan sampah, mendaur ulang sampah, dan memanfaatkan kembali sampah serta memilah-milah sampah berdasarkan bentuk, sifat dan jumlah sampah kemudian diangkut ke tempat pemrosesan akhir (TPA). Pertumbuhan penduduk yang pesat pada umumnya melampaui kemampuan penyediaan prasarana dan sarana perkotaan, perkembangan perumahan yang pesat seringkali kurang terkendali 4

5 PEMERINTAH dan tidak sesuai dengan konsep rencata tata ruang, sehingga timbul berbagai permasalahan diantaranya permasalahan drainase perkotaan yang berakibat pada permasalahan banjir dan genangan semakin meningkat. Penanganan banjir pada umumnya masih bersifat parsial sehingga tidak menyelesaikan banjir dan genangan secara tuntas, oleh karenanya diperlukan perencanaan sistem drainase yang baik untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Air Limbah (sullage) merupakan Sampah yang berbentuk cair yang merupakan timbulan dari kegiatan rumah tangga. Limbah cair ini dapat berasal dari kamar mandi, peturasan, cucian barang/bahan dari dapur. Dalam pengertian ini limbah cair ini tidak termasuk limbah cair yang berasal dari WC/jamban keluarga. Air Limbah dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia, antara lain kegiatan permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen, asrama, dan lain-lain. Air limbah itu sendiri terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu : 1. Black Water atau air limbah rumah tangga yang bersumber dari WC dan urinoir; dan 2. Grey Water atau air limbah rumah tangga non kakus yaitu buangan yang berasal dari kamar mandi, dapur (sisa makanan) dan tempat cuci. Sekitar 80% air yang digunakan oleh manusia sehari-hari dalam melakukan kegiatan pada akhirnya dibuang dan menjadi air limbah rumah tangga (domestik). Air limbah tersebut mengandung kotoran manusia, bahan sisa pencucian barang dan sebagainya. Kualitas air limbah tidak bersyarat untuk dibuang langsung ke sungai, got dan atau pekarangan, oleh sebab itu harus dikumpulkan dan dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah. Apabila air limbah yang dibuang ke lingkungan tersebut melebihi kemampuan alam untuk menerimanya maka akan terjadi pencemaran lingkungan sehingga pada akhirnya mengakibatkan penurunan tingkat kesehatan masyarakat dan kesuburan tanah. Untuk itu perlu dilakukan penanganan air limbah yang seksama dan terpadu baik itu dalam penyaluran maupun pengolahannya. Drainase Lingkungan adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan kelebihan air dari suatu kawasan ke badan penerima air. Sistem drainase merupakan jaringan pembuangan air yang berfungsi mengendalikan atau mengeringkan kelebihan air permukaan di daerah permukiman yang berasal dari hujan lokal sehingga tidak menggangu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan manusia. Perilaku Hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran semua anggota keluarga dan masyarakat, sehingga keluarga dan masyarakat itu dapat 5

6 PEMERINTAH menolong dirinya sendiri dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Oleh karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta diperjuangkan oleh semua pihak secara keseluruhan (totalitas). Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Oleh karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta diperjuangkan oleh semua pihak secara keseluruhan (totalitas). Keempat sub sektor sanitasi diatas membutuhkan pengelolaan yang terpadu dan multi proses. Sehingga sanitasi merupakan proses multi-langkah dimana berbagai jenis limbah dikelola dari titik timbulan (sumber limbah) ke titik pemanfaatan kembali atau pemrosesan akhir. Proses ini disebut Sistem Sanitasi, dimana berbagai jenis produk mengalir melalui sistem sanitasi yang terdiri dari berbagai tahapan dengan teknologi sendiri-sendiri dan pengelolaan yang spesifik. Tahapan ini dapat berupa pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan sementara ataupun pengolahan. Setiap tahapan menghasilkan produk lanjutan yang merupakan masukan (input) untuk proses selanjutnya, sebelum akhirnya berlanjut di tahap pengelolaan akhir (TPA) Wilayah Kajian Buku Putih dan SSK Wilayah kajian dalam Penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) dan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) adalah wilayah yang termasuk kategori kawasan perkotaaan. Untuk Kabupaten Mamasa, terdapat 3 (tiga) wilayah kajian, yakni wilayah ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan serta ditambah beberapa desa sebagaimana tertuang dalam rencana struktur ruang dan pusat kegiatan Kabupaten Mamasa, yang meliputi wilayah Kelurahan Mamasa sebagai ibukota kabupaten, Desa Osango, Desa Buntu Buda, dan Desa Taupe di Kec. Mamasa, untuk Kecamatan Sumarorong terdapat Kelurahan Sumarorong dan Kelurahan Tabone, dan Kecamatan Mambi terdapat Kelurahan Mambi, Desa Sendana, dan Desa Sondong Layuk Visi dan Misi Kabupaten Mamasa Visi Kabupaten Mamasa dalam rangka membangun daerah serta masyarakatnya dari berbagai ketertinggalan adalah sebagai berikut : 6

7 PEMERINTAH Terwujudnya Kabupaten Mamasa yang Maju, Mandiri, Aman dan Sejahtera Berlandaskan Iman dan Nilai-Nilai Budaya Daerah Visi tersebut di atas diharapkan dapat menuntun pelaksanaan penyelenggaraan dan pengelolaan pemerintahan, pembangunan serta pembinaan kemasyarakatn dengan baik, yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan melepaskan daerah dari ketertinggalan. berikut : Untuk mewujudkan Visi tersebut diatas, maka dirumuskan Misi Kabupaten Mamasa sebagai 1. Menjadikan ajaran agama dan nilai-nilai budaya sebagai acuan dan sumber kearifan dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan; 2. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat; 3. Menciptakan iklim yang kondusif guna terlaksananya pemerintahan yang efektif serta memacu pembangunan dan kehidupan perekonomian daerah; 4. Membangun infrastruktur penunjang pengembangan ekonomi masyarakat; 5. Menegakkan Supremasi Hukum dan Hak Azasi Manusia (HAM) untuk bertumbuh dan berkembangnya kualitas kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara; 6. Meningkatkan kemampuan dan profesionalisme aparatur pemerintah guna terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat; 7. Mendorong dan meningkatkan partisipasi serta kemandirian masyarakat dalam pembangunan. Pembangunan bidang sanitasi sangat penting dilakukan dalam rangka mencapai misi yang telah ditetapkan bersama yaitu misi meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dalam berbagai aspek kehidupan dan membangun infrastruktur penunjang pengembangan ekonomi masyarakat Tujuan Penataan Ruang Sejalan dengan misi tersebut diatas maka penataan ruang wilayah Kabupaten Mamasa didasarkan pada potensi dan isu permasalahan pengembangan wilayah. Penataan Ruang Kabupaten Mamasa diarahkan untuk meningkatkan perekonomian wilayah dengan memanfaatkan sumberdaya alam secara optimal, pengembangan permukiman dan ketersediaan sarana dan prasarana. Tujuan penataan ruang sebagaimana tercantum dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Mamasa adalah untuk mewujudkan tatanan ruang wilayah Kabupaten 7

8 PEMERINTAH Mamasa yang aman, nyaman, produktif dan berwawasan lingkungan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat berbasis pariwisata, pertanian dan pertambangan serta kearifan lokal. Dalam rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Mamasa dan rencana sistem jaringan prasarana skala kabupaten, Rencana Sistem Jaringan Drainase dan Pembuangan Limbah Cair dan Padat Sistem jaringan saluran drainase direncanakan menggunakan saluran terbuka (riol) yang belum memisahkan antara limpasan air hujan (run off) dan limbah rumah tangga ataupun industri dan juga untuk mengalirkan air. Air limbah yang ada di Kabupaten Mamasa berasal dari air kotor yang ditimbulkan dari rumah tangga yang disebut limbah air kotor domestik dan air kotor yang dihasilkan dari buangan kegiatan ekonomi, industri masyarakat, kegiatan pertanian disebut air kotor non domestik. Berdasarkan hasil analisis produksi limbah cair yang diperoleh dari penggunaan masyarakat setempat untuk masa yang akan datang diketahui bahwa, intensitas terhadap produksi limbah cair semakin meningkat pada tahun perencanaan. Oleh karena itu diperlukan sebuah pengelolaan mengenai limbah cair, baik yang diperolah dari hasil rumah tangga, industri, perkantoran, maupun dari daerah perdagangan. Sehingga tercipta lingkungan yang sehat dan nyaman dan dapat mendorong pembangunan kearah yang lebih baik. 8

9 PEMERINTAH 1.3 MAKSUD DAN TUJUAN Maksud Maksud dan tujuan penyusunan adalah tersedianya dokumen rencana sebagai dasar dan acuan pembangunan sanitasi yang lebih terintegrasi. Karena buku putih sanitasi merupakan hasil kerja berbagai komponen dinas atau kelembagaan lain yang terkait dengan sanitasi. inilah yang menyediakan data dasar yang esensial mengenai struktur, situasi dan kebutuhan sanitasi Kabupaten Mamasa, yang nantinya menjadi panduan kebijakan Pemerintah Kabupaten Mamasa dalam manajemen kegiatan sanitasi. Kelompok kerja (pokja) sanitasi telah melakukan analisis situasi dengan mengakses data-data dari kegiatan inilah pemetaan sanitasi Kabupaten Mamasa akan terbentuk. Pemetaan sanitasi merupakan gambaran awal dan rencana dilakukannya zona sanitasi ditingkat Kabupaten. Dengan adanya zona sanitasi akan muncul kebijakan serta prioritas dalam penanganan kegiatan pengembangan strategi sanitasi skala Kabupaten yang didalamnya mencakup strategi sanitasi, rencana tindak dan anggaran perbaikan maupun peningkatan sanitasi di Kabupaten Mamasa. Pada masa mendatang penerapan strategi serta pelaksanaanya dilakukan dengan rencana tindak atau aksi dilapangan. Kemitraan dari berbagai pihak, baik masyarakat (NGO dan NGS lokal), level Kabupaten maupun nasional sangat diperlukan dalam fase ini. Sanitasi di Indonesia memerlukan perhatian khusus, sehingga peningkatan kepedulian dan penggalakan hidup bersih dan sehat untuk merubah kebiasaan buruk masyarakat dalam bidang sanitasi tidak terlepas dari program ini. Kegiatankegiatan studi pasar untuk mengetahui permintaan juga dilakukan. Monitoring dan evaluasi tidak bisa ditinggalkan dalam implementasi program sehingga strategi monitoring dan evaluasi yang tepat perlu diolah dengan matang. Manfaat pengalaman nasional dalam kerangka pemberdayaan nasional adalah: memperdalam pengkajian sektor sanitasi, mengembangkan kapasitas pembuat kebijakan dan stakeholders, memperkuat kebijakan dan kerangka peraturan, mengembangkan kerangka kelembagaan pada tingkat nasional, mengembangkan dan menyebarluaskan strategi atau rencana tindak serta pedoman bagi pemerintah daerah Tujuan 1. Memberikan informasi sarana dan prasarana sanitasi kabupaten yang ada saat ini. 9

10 PEMERINTAH 2. Menyediakan data sebagai dasar analisis situasi dilihat dari segala aspek, sehingga prioritas wilayah zona sanitasi dapat ditetapkan berdasarkan urutan potensi resiko kesehatan lingkungan/area resiko sanitasi. 3. Sebagai pedoman dalam penanganan dan pengembangan pembangunan sanitasi di Kabupaten Mamasa, sehingga terdapat kesamaan pandang dari setiap pelaku pembangunan dalam penyusunan program pembangunan, pengendalian dan pengawasan dalam pembangunan sanitasi secara efektif, efesien, sistematis, terpadu dan berkelanjutan. 4. Mengidentifikasi keberhasilan dan kegagalan pembangunan sanitasi Kabupaten Mamasa dalam upaya untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. 10

11 PEMERINTAH 1.4 METODOLOGI Metode, Jenis dan Sumber Data Untuk lebih memahami proses dan kegiatan penyusunan Buku Putih ini secara menyeluruh, akan disajikan beberapa hal penting yang berkaitan dengan aspek metodologi yang digunakan dalam penulisan ini yang secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Sumber Data a. Data Sekunder, berupa Arsip dan dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program masingmasing dinas/badan/kantor terkait, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya yang berupa data statistik, proposal, laporan, foto dan peta. b. Data Primer, berupa Narasumber yang terdiri dari beragam posisi yang berkaitan dengan tugas dinas/badan/kantor terkait untuk klarifikasi data-data, pihak swasta, masyarakat sipil, dan tokoh masyarakat. Untuk mendukung data sekunder tersebut juga dilakukan beberapa survey terkait dengan pengelolaan sanitasi seperti : Enviromental Health Risk Assesment (EHRA),Survey peran media dalam perencanaan sanitasi, survey kelembagaan, survey keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan sanitasi, survey keuangan, survey priority setting area beresiko serta survey peran serta masyarakat dan gender. Arsip dan dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program masing-masing dinas/badan/kantor terkait, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya yang berupa data statistik, proposal, laporan, foto dan peta, narasumber, yang terdiri dari beragam posisi yang berkaitan dengan tugas dinas/kantor terkait untuk klarifikasi data-data, pihak swasta, masyarakat sipil dan tokoh masyarakat. 2. Pengumpulan Data Proses seleksi, analisis dan kompilasi data sekunder berada dalam tahap ini. Teknik kajian dokumen dipergunakan tim untuk mengkaji data. Banyak dokumen kegiatan program yang mampu memberikan informasi mengenai apa yang terjadi di masa lampau yang erat kaitannya dengan kondisi yang terjadi pada masa kini, untuk menentukan rencana strategis dan penyelesaian masalah untuk menentukan program jangka menengah dan jangka panjang. 11

12 PEMERINTAH Proses Penulisan Dokumen dan Proses Penyepakatannya Teknik penulisan disepakati pada tahap ini, dimana Pokja Sanitasi Kabupaten menentukan alur penulisan sesuai dengan Petunjuk Praktis Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten. Tabel 1.1 Diagram Tahap Penyusunan Buku Putih Kabupaten Tahun 2012 ini diposisikan sebagai acuan perencanaan strategis sanitasi tingkat kabupaten. Rencana pembangunan sanitasi Kabupaten Mamasa dikembangkan atas dasar permasalahan yang dipaparkan dalam Buku Putih Sanitasi. Setiap tahun data yang ada akan dibuat Laporan Sanitasi Tahunan yang merupakan gabungan antara laporan Tahunan SKPD dan status proyek sanitasi. Laporan Sanitasi Tahunan menjadi Lampiran Buku Putih Sanitasi 2012 dan setelah 3 tahun, semua informasi tersebut dirangkum dalam Revisi. 12

13 PEMERINTAH 1.5 DASAR HUKUM DAN KAITANNYA DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN LAIN Di dalam penyusunan 2012 berlandarkan pada beberapa peraturan perundang-undangan yang berlaku di tingkat nasional, provinsi maupun daerah. Adapun peraturan perundang-undangan tersebut antara lain : Undang-Undang Republik Indonesia 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1992 tentang Kesehatan; 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman; 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang; 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Mamasa dan Kota Palopo di Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4186); 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air; 8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2004 tentang Pembentukan Provinsi Sulawesi Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4422); 10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Daerah; 12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional ; 13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 13

14 PEMERINTAH 14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah; 15. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 16. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air; 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air; 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai; 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 69 Thn 1996 Tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta bentuk dan Tata Cara Peran serta Masyarakat dalam Penataan Ruang; 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan; 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; 7. Permendagri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang terbuka Hijau Kawasan Perkotaan Peraturan Presiden Republik Indonesia Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJM) Tahun Keputusan Presiden Republik Indonesia 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan; 2. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 62 Tahun 2000 Tentang Koordinasi Penataan Ruang; 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air; 4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air. 14

15 PEMERINTAH Keputusan Menteri Republik Indonesia 1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 Tentang Program Kali Bersih; 2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001 Tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi degan AMDAL; 3. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik; 4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup Bagi Usaha dan atau Kegiatan yang Tidak Memiliki Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup; 5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tentang Pedoman Pelaksanaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup; 6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004 Tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA) Petunjuk Teknis 1. Petunjuk Praktis Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten/Kota; 2. Petunjuk Praktis Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota; Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati Kabupaten Mamasa 1. Peraturan Daerah Kabupaten Mamasa Nomor 12 Tahun 2008 tanggal 28 November 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; 2. Perubahan Peraturan Daerah Kabupaten Mamasa Nomor 4 Tahun 2010 tanggal 28 Oktober 2010 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; 3. Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 2003 tanggal 18 November 2003 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Mamasa; 15

16 PEMERINTAH 4. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 tanggal 18 November 2003 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Mamasa; 5. Peraturan Bupati Nomor 12.a Tahun 2007 tanggal 2 April 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Bidang Persampahan; 6. Peraturan Bupati Nomor 12.b Tahun 2007 tanggal 2 April 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Bidang Air Bersih. 7. Peraturan Daerah Kabupaten Mamasa Nomor 1 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Mamasa Tahun Anggaran 2012; 8. Peraturan Bupati Mamasa Nomor 1 Tahun 2012 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Mamasa Tahun Anggaran Kaitan dengan Dokumen Perencanaan Lain Keterkaitan antara dokumen dengan dokumen perencanaan lain seperti RPJPD, RPJMD, Renstra dan RTRW adalah sebagai berikut : 1. Dokumen merupakan dokumen yang berisi kajian dan pemetaan kondisi sanitasi secara komprehensif sesuai dengan kondisi riil, menjelaskan karakteristik kewilayahan Kabupaten Mamasa termasuk prioritas pembangunan sanitasi yang disepakati bersama oleh pemerintah dan masyarakat yang disusun dengan mengacu pada RPJMD, Renstra dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Mamasa terutama menyangkut permasalahan, strategi dan kebijakan, program dan kegiatan pokok yang berkaitan dengan pembangunan prasarana sanitasi kabupaten serta rencana sistem jaringan prasarana skala kabupaten; 2. akan menjadi acuan dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK). Rencana pembangunan sanitasi kabupaten akan dikembangkan atas dasar permasalahan yang tertuang dalam buku putih sanitasi tersebut; 3. merupakan database sanitasi kota atau Kabupaten Mamasa yang paling lengkap, mutakhir, aktual, dan disepakati seluruh SKPD dan pemangku kepentingan terkait pembangunan sanitasi di Kabupaten Mamasa; 4. juga merupakan indikator bagi keberhasilan program pemerintah Kabupaten Mamasa terkhusus pada bidang Sanitasi Masyarakat, Persampahan, Air bersih dan Kesehatan Masyarakat. 16

17 PEMERINTAH BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1. GEOGRAFIS, ADMINISTRATIF DAN KONDISI FISIK Kabupaten Mamasa merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Polewali Mamasa pada tahun 2002 yang terbentuk berdasarkan UU nomor 11 tahun 2002 yang pada saat itu masih dalam wilayah Propinsi Sulawesi Selatan. Namun pada saat terbitnya UU nomor 26 tahun 2004 tentang Pembentukan Propinsi Sulawesi Barat di Propinsi Sulawesi Selatan, Kabupaten Mamasa masuk dalam wilayah Propinsi Sulawesi Barat bersama dengan empat kabupaten lainnya yaitu Kabupaten Mamuju, Mamuju Utara, Majene dan Polewali Mandar. Secara geografis, letak wilayah Kabupaten Mamasa berada pada koordinat antara Bujur Timur, serta hingga Lintang Selatan dengan luas wilayah seluas 3005,88 Km 2. Secara administratif, batas wilayah Kabupaten Mamasa adalah: Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Mamuju; Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan (Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Pinrang); Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Polewali Mandar ; Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Majene. Kabupaten Mamasa memiliki potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang beraneka ragam, antara lain pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan darat, pertambangan dan pariwisata. Secara administratif, Kabupaten Mamasa sampai pada saat ini terdiri dari 17 (tujuh belas) Kecamatan yaitu : Kecamatan Messawa, Kecamatan Sumarorong, Kecamatan Tanduk Kalua, Kecamatan Nosu, Kecamatan Pana, Kecamatan Mamasa, Kecamatan Tabang, Kecamatan Mambi, Kecamatan Tabulahan, Kecamatan Aralle, Kecamatan Rante Bulahan Timur, Kecamatan Sesena Padang, Kecamatan Balla, Kecamatan Tawalian, Kecamatan Bambang, Kecamatan Buntumalangka, dan Kecamatan Mehalaan. Sebagian besar wilayah Kabupaten Mamasa merupakan dataran tinggi dan kawasan hutan. Luas hutan mencapai Ha. Sedangkan luas lahan kritis cukup besar, yaitu dalam kawasan hutan kurang lebih Ha dan di luar kawasan hutan Ha. 17

18 PEMERINTAH Peta 2.1 Peta Kabupaten Mamasa Kabupaten Mamasa termasuk kedalam kategori Daerah Aliran Sungai (DAS). sungai-sungai di DAS Mamasa selain dimanfaatkan untuk persawahan, pembudidayaan ikan air tawar dan digunakan masyarakat untuk kebutuhan MCK, sungai-sungai di DAS Mamasa pun digunakan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bakaru di Kab. Pinrang. 18

19 PEMERINTAH Sebagai sumberdaya air permukaan sungai-sungai di Mamasa juga dimanfaatkan oleh PDAM di Kab. Mamasa sebagai sumber air bersih. Tabel 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Mamasa No. Nama DAS Luas (Ha) Debit (l/dtk) Sungai Loko (Mamasa) 4 Ha (Keseluruhan) 150 l/detik 2 Sungai Parak (Tawalian) 100 l/detik 3 Sungai Kampinisan (Tandukkalua) 250 l/detik 4 Sungai Liawan (Sumarorong) 200 l/detik 5 Sungai Loko (Messawa) 50 l/detik Sumber : Data Dasar Penyusunan Rencana Umum Sungai Mamasa Segmen Prov. Sulbar, 2011 Tabel 2.2 Nama, Luas Wilayah per-kecamatan dan Jumlah Kelurahan No. Nama Kecamatan Jumlah Kelurahan/Desa (Ha) Luas Wilayah (%) thd total Sumarorong ,00 8,47 2 Messawa 9 150,88 5,02 3 Pana ,27 6,03 4 Nosu 7 113,33 3,76 5 Tabang 7 304,51 10,14 6 Mamasa ,70 8,31 7 Tandukkalua ,85 4,03 8 Balla 8 59,53 1,98 9 Sesena Padang ,70 5,09 10 Tawalian 4 45,99 1,54 11 Mambi ,66 4,75 12 Bambang ,17 4,54 13 Rantebulahan Timur 7 31,87 1,05 14 Mehalaan 8 162,43 5,41 15 Aralle ,96 5,79 16 Buntu Malangka ,71 7,00 17 Tabulahan ,95 17,09 Sumber : Mamasa Dalam Angka

20 PEMERINTAH Iklim Kondisi iklim di wilayah Kabupaten Mamasa bervariasi sesuai dengan geografisnya. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt Ferguson (1951) adalah sebagai berikut: 1. Wilayah Kecamatan Mamasa, Kecamatan Sesena Padang, Kecamatan Tawalian, Kecamatan Balla dan Kecamatan Tanduk Kalua termasuk dalam zona agriklimat D1 dengan curah hujan rata-rata sekitar mm/tahun dan bulan basah sebanyak 11 bulan 2. Wilayah Kecamatan Sumarorong dan Kecamatan Messawa termasuk dalam zona agriklimat A1 dengan curah hujan rata-rata sekitar mm/tahun dan bulan basah sebanyak 12 bulan. 3. Wilayah Kecamatan Pana, Kecamatan Nosu, dan Kecamatan Tabang termasuk dalam zona agriklimat D2 dengan curah hujan rata sebesar mm/tahun dan bulan basah sebanyak 11 bulan 4. Wilayah Kecamatan Mambi, Kecamatan Bambang, Kecamatan Rantebulahan Timur, Kecamatan Aralle dan Kecamatan Tabulahan berada pada Zona agriklimat B1 dengan curah hujan rata-rata mm/tahun dan bulan basah sebanyak 12 bulan. Secara umum wilayah Kabupaten Mamasa tergolong iklim tropis basah dengan suhu udara minimum 19,0 0 C dan suhu maksimum rata-rata berkisar 28,1 0 C. Kecepatan angin rata-rata setiap tahunnya Km/jam. Berikut ini adalah kondisi iklim Kab. Mamasa secara umum : No. Tabel 2.3 Kondisi Iklim Kabupaten Mamasa Parameter Kondisi Iklim Nilai Kondisi Iklim Satuan Rerata curah Hujan/Tahun 25,7 Mm 2. Curah Hujan Maksimal 158,6 Mm 3. Curah Hujan Minimal 0,4 Mm 4. Suhu Maksimal 28,1 Celcius 5. Suhu Minimal 19,0 Celcius 6. Rerata Kecepatan Angin 0,225 Km/jam 7. Kecepatan Angin Maksimal 0,4 Km/jam 9. Rerata Kelembaban Udara -)* %)* 10. Kelembaban Udara Maksimal -)* %)* 11. Kelembaban Udara Minimal -)* %)* Sumber : Dinas Pertanian dan Holtikultura Kabupaten Mamasa, 2011 Keterangan : )* Tidak ada data 20

21 PEMERINTAH Keadaan Topografi Keadaan topografi Kabupaten Mamasa bervariasi mulai dari datar, berbukit sampai bergunung-gunung dengan tingkat kemiringan yang sangat terjal. Bagian wilayah dengan kemiringan di atas 40% menempati luasan terbesar yaitu seluas Ha (78,74%) dan terdapat pada hampir semua Kecamatan. Bagian wilayah yang memiliki tingkat kemiringan 0 8 % menempati areal yang terkecil yaitu hanya sekitar Ha atau 2,41% dari total luas wilayah Kabupaten Mamasa. Keadaan topografi yang demikian dan ditunjang oleh iklim tropis yang basah mengakibatkan daerah ini dikitari oleh beberapa daerah aliran sungai diantaranya, DAS Mamasa yang mengalir ke wilayah Kabupaten Pinrang (PLTA Bakaru), DAS masuppu yang mengalir ke wilayah Kabupaten Pinrang dan Kabupaten Sidrap, DAS Mapilli mengalir ke wilayah Kabupaten Sidrap dan Kabupaten Enrekang, DAS Mamuju mengalir ke wilayah Kabupaten Mamuju, dan DAS Bone Hau mengalir ke Wilayah Kabupaten Mamuju Utara. Dengan Kekhasan wilayah Kabupaten Mamasa yang didominasi oleh dataran tinggi, maka potensi yang diunggulkan diantanya adalah: pertambangan, Kepariwisataan, Kehutanan, Pertanian, Perkebunan dan Perikanan air tawar. Tabel 2.4 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Pemukaan Laut (DPL) menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa 2011 Kecamatan Bujur Lintang Tinggi DPL (m) Sumarorong Messawa Pana Nosu Tabang Mamasa Tanduk Kalua Balla Sesenapadang Tawalian Mambi Bambang

22 PEMERINTAH Rantebulahan Timur Mehalaan *) *) Aralle Buntu Malangka *) *) Tabulahan *) Data tidak tersedia Sumber : Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Mamasa Peta 2.2 Peta Topografi Kabupaten Mamasa 22

23 PEMERINTAH Penggunaan Lahan Jenis penggunaan lahan pada suatu daerah menunjukkan aktivitas yang ada pada daerah tersebut. Penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Mamasa terdiri atas areal persawahan, perkebunan, peternakan, perikanan, hutan lindung, hutan produksi, padang rumput, pemukiman, jalan dan lain-lain. Berdasarkan hasil analisis data Sistim Informasi Geografis (SIG) tahun 2006 di Kabupaten Mamasa terdapat lahan hutan seluas Ha, yang terdiri dari hutan lindung seluas Ha, hutan produksi terbatas seluas Ha. Demikian juga jenis penggunaan lahan berdasarkan hasil analis data SIG tahun 2006 adalah sebagai berikut: hutan lahan kering primer seluas Ha, hutan lahan kering sekunder seluas Ha, permukiman seluas 483 Ha, pertanian lahan kering seluas Ha, rawa seluas 194 Ha, Sawah seluas Ha, semak belukar seluas Ha, Tanah terbuka seluas Ha, dan tubuh air seluas Ha. Peta 2.3 Peta Penggunaan Lahan di Kabupaten Mamasa 23

24 PEMERINTAH Prasarana dan Sarana Wilayah Kabupaten Mamasa secara keseluruhan adalah daratan/pegunungan sehingga angkutan jalan raya merupakan satu-satunya sarana transportasi yang dapat menghubungkan daerah ini dengan daerah lainnya. Jalan poros polewali Mamasa adalah satu-satunya jalan masuk dan keluar dari kabupaten mamasa, namun sampai saat ini kondisi jalan rusak parah sehingga jalan yang panjangnya hanya 93 Km ditempuh dengan waktu sekitar 4 sampai 5 jam. Pemerintah sudah membuka jalan ke perbatasan Kabupaten Tanah Toraja (Sulawesi Selatan) dan ke Ibukota Provinsi Sulawesi Barat (Mamuju), tetapi sampai saat ini kondisinya rata-rata masih sangat jauh dari kondisi baik sehingga sulit untuk dilalui kendaraan roda empat apalagi bila musim hujan. Demikian juga dengan kondisi jalan yang menghubungkan ibukota Kabupaten dengan ibukota kecamatan pada umumnya kondisinya masih sangat jauh dari kondisi baik. Tabel 2.5 Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan di Kabupaten Mamasa Tahun (Km) Kondisi Jalan Baik 185,66 91* 225,06 97* 208,06 35* 215,3 93* 259,33 40,25* 28,75** Sedang 315,14-315,35-304,35 25* * 78** 381,80 28,75* 23** Rusak 867,4 124* 867,54 118* 879,54 62** 845,5 20* 1 064,25 57,20** Rusak Berat Jumlah 356,10 24* 1 724,30 239* 358,1 24* 1 766,05 239* 374,1 26* 91** 1 766,05 86* 153** Ket : * (Jalan Provinsi) ** (Jalan Negara) Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Permukiman Kabupaten Mamasa ,8 20* 30** 1 842,60 282* 108** 60,68 17,00* 44,05** 1 766,06 86* 153** 24

25 PEMERINTAH Tabel 2.6 Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan (Km) di Kabupaten Mamasa Tahun Permukaan Jalan Diaspal Aspal Pavement Kerikil Gravel Tanah Land ,95 170* 402,11 45* 811,14 24* 162,70 172* 418,61 43* 826,64 24* 169,7 45* 421,61 41* 62** 861,64 91** 169,7 45* 421,61 41* 62** 861,64 91** 195,16 50* 22** 510,15 36* 121** 1.028,36 10** Lainnya 356,10 358,1 313,1 313,1 32,39 Jumlah Total 1.724,30 239* 1.766,05 239* 1.766,05 86* 153** 1.842,60 282* 108** Ket : * (Jalan Provinsi) ** (Jalan Negara) Catatan : Data rinci 2011 masih merupakan data tahun sebelumnya karena belum ada pembaruan Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Permukiman Kabupaten Mamasa ,06 86* 153** Pada bidang komunikasi dan telekomunikasi, terdapat dua kantor pos di Kabupaten Mamasa, masing-masing berada di Kecamatan Mamasa dan Kecamatan Sumarorong. Pada tahun 2011 kantor pos Mamasa dan Sumarorong keseluruhan mengirimkan surat sebanyak lembar, dengan 41 diantaranya dikirim ke luar negeri. Sedangkan untuk paket pos, pada tahun 2011 kantor pos Mamasa dan Sumarorong mengirimkan sebanyak kg paket pos tujuan dalam negeri dan 20 kg untuk tujuan luar negeri. Prasarana telekominikasi terutama jaringan telepon belum tersedia. Satu-satunya alat komunikasi yang dapat digunakan untuk berhubungan keluar kabupaten adalah dengan menggunakan Telepon Selluler/Handpone dan Telepon via satelit yang jangkauannya masih sangat terbatas hanya pada beberapa kantor dan tingkatan masyarakat tertentu. Penyediaan sarana dan prasarana produksi masih sangat terbatas. Perekonomian Kabupaten Mamasa masih didominasi oleh peranan sektor pertanian terutama pertanian tanaman pangan dan perkebunan rakyat. Kegiatan produksi masih dilakukan secara sederhana dengan sarana dan prasarana yang masih sangat sederhana. Hambatan utama yang dihadapi masyarakat petani adalah 25

26 PEMERINTAH terbatasnya saluran irigasi dan sarana lainnya seperti traktor, pupuk, dan obat-obatan masih sangat terbatas. Selain itu juga yang menjadi kendala bagi masyarakat untuk mengembangkan kegiatan ekonominya adalah modal usaha. Sumber permodalan yaitu lembaga perkreditan berupa Bank atau lembanga perkreditan lainnya masih sangat kurang. Sampai saat ini baru terdapat tiga cabang/unit bank, yaitu bank cabang Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dan BRI unit. Dari ketiga cabang/unit bank ini, dua terdapat di ibukota Kabupaten dan satu unit BRI terdapat di Kecamatan Sumarorong. Berdasarkan pada masalah keterbatasan sarana dan prasarana infrastruktur inilah yang menyebabkan kurangnya minat investor untuk menanamkan modalnya di Kabupaten Mamasa. Selain itu dengan kondisi infrstruktur yang sangat tidak memadai menyebabkan pencanangan Kabupaten Mamasa sebagai daerah tujuan wisata di Sulawesi Barat sampai saat ini belum menampakan kegiatan/ hasil yang nyata DEMOGRAFI Jumlah penduduk merupakan modal yang potensial dan sangat menguntungkan bila diimbangi dengan peningkatan kualitas yang baik. Namun bila tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas justru akan menjadi beban dan kendala dalam kegiatan pembangunan. Istilah kependudukan (population) dihubungkan dengan hal-hal yang menyangkut perubahan-perubahan dalam struktur kependudukan, meliputi jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk, komposisi penduduk, dan persebaran penduduk Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Jumlah Penduduk Kabupaten Mamasa pada tahun 2011, berjumlah jiwa, meningkat sekitar jiwa dari tahun sebelumnya dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sebesar 2,07 persen. Kecamatan Mamasa merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar, yaitu sekitar jiwa (16,09%). Sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Mehalaan sebesar jiwa (2,75%). Kepadatan penduduk Kabupaten Mamasa pada tahun 2011 adalah 47 jiwa per Km 2, atau terdapat sekitar 47 jiwa setiap 1 Km 2. 26

27 PEMERINTAH Kepadatan Penduduk Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka tingkat kepadatan penduduk juga mengalami peningkatan. Hingga akhir tahun 2011 kepadatan penduduk tercatat sebanyak jiwa dan 47 jiwa/km², dengan luas wilayah Kabupaten Mamasa ±3.005,88km². Bila memperhatikan data penyebaran penduduk pada tingkat kecamatan, ternyata Kecamatan Rantebulahan Timur merupakan wilayah yang memiliki kepadatan tertinggi yaitu 181 jiwa/km², kemudian Kecamatan Tawalian sebanyak 137 jiwa/km², sedangkan Kecamatan Tabulahan merupakan wilayah yang memiliki kepadatan penduduk terendah yaitu sebanyak 19 jiwa/km². Tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Mamasa dapat dilihat pada table berikut : No Tabel 2.7 Tingkat Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa Tahun 2011 Kecamatan Luas (km²) Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk (Jiwa/ km²)) Banyaknya Rumah Tangga Kepadatan Penduduk per Rumah Tangga Sumarorong 254, Messawa 150, Pana 181, Nosu 113, Tabang 304, Mamasa 250, Tanduk Kalua 120, Balla 59, Sesenapadang 152, Tawalian 45, Mambi 142, Bambang 136, Rantebulahan Timur 31, Mehalaan 162, Aralle 173, Buntu Malangka 211, Tabulahan 513, Jumlah Total 3.005, Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Mamasa

28 PEMERINTAH Tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Mamasa dapat pula dilihat pada peta berikut ini : Peta 2.4 Peta Kepadatan Penduduk di Kabupaten Mamasa 28

29 PEMERINTAH No. Tabel 2.8 Proyeksi Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa Tahun Kecamatan Jumlah Penduduk Sumarorong Messawa Pana Nosu Tabang Mamasa TandukKalua Balla Sesenapadang Tawalian Mambi Bambang Rantebulahan Timur Mehalaan *) *) *) Aralle BuntuMalangka *) *) *) Tabulahan Jumlah Total *) Data masih bergabung dengan kecamatan induk Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Mamasa Rasio Jenis Kelamin Jumlah penduduk laki-laki di Kabupaten Mamasa pada tahun 2011 sebanyak jiwa, sedangkan Penduduk perempuan sebanyak jiwa. Data ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki ternyata 1,03 persen lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan, dengan perbandingan jenis kelamin (sex ratio) 103 yang berarti bahwa diantara 100 orang perempuan terdapat 103 laki-laki. Jumlah penduduk berdasarkan Kecamatan dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2.9 dibawah ini : 29

30 PEMERINTAH Grafik 2.1 Grafik Jumlah Penduduk menurut Kecamatan dan Perbandingan Jenis Kelamin di Kabupaten Mamasa Tahun 2011 TABULAHAN BUNTU MALANGKA ARALLE MEHALAAN RANTEBULAHAN TIMUR BAMBANG MAMBI TAWALIAN SESENA PADANG BALLA TANDUK KALUA MAMASA TABANG NOSU PANA MESSAWA SUMARORONG PEREMPUAN LAKI-LAKI Sumber : Mamasa Dalam Angka, 2012 Tabel 2.9 Rasio Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Mamasa Tahun 2011 No. Kecamatan Populasi Penduduk Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio (%) Sumarorong Messawa Pana

31 PEMERINTAH 4 Nosu Tabang Mamasa Tanduk Kalua Balla Sesenapadang Tawalian Mambi Bambang Rantebulahan Timur Mehalaan Aralle Buntu Malangka Tabulahan Jumlah Sumber : Mamasa Dalam Angka KEUANGAN DAN PEREKONOMIAN DAERAH PDRB merupakan salahsatu indikator untuk mengetahui Pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah dalam satu periode tertentu. PDRB dihitung Atas Dasar Harga (ADH) berlaku atau nominal dan PDRB atas dasar harga konstan atau riil. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk mengetahui perkembangan struktur ekonomi, sementara PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Penggunaan angka atas dasar harga konstan ini dimaksudkan untuk menghindari pengaruh perubahan harga, sehingga perubahan yang diukur merupakan perubahan riil ekonomi. Dalam penghitungan PDRB tahun 2005, pertumbuhan ekonomi baik nasional maupun regional dihitung dengan menggunakan harga konstan Tahun 2000 sebagai tahun dasar. Berdasarkan hasil perhitungan PDRB Kabupaten Mamasa pada tahun 2008, nilai PDRB atas dasar harga berlaku telah mencapai Rp. 517,55 milyar, sedangkan pada tahun 2007, nilainya baru mencapai Rp. 31

32 PEMERINTAH 477,29 milyar, nilai PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2010 telah mencapai Rp. 612,18 milyar sedangkan pada tahun sebelumnya baru mencapai Rp. 564,10 milyar Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mamasa selama periode Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel berikut ini : No. Tabel 2.10 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 serta Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Mamasa Tahun Tahun PDRB Harga Berlaku (Milyar Rp) PDRB Harga Konstan (Milyar Rp) Pertumbuhan (%) ,35 449,91 5, ,82 479,9 6, ,8 517,55 9, ,82 564,1 7, ,39 612,18 8, *) 1.373,71 657,19 7,35 Keterangan : *) Angka Sementara Sumber : BPS, PDRB Kabupaten Mamasa Tahun 2011 Rata-rata 7,47 Berdasarkan hasil perhitungan PDRB, pada tahun 2010 nilai PDRB atas dasar harga berlaku hampir mencapai 1,2 trilyun rupiah sedangkan pada tahun 2005 baru sebesar 525,11 milyar rupiah atau naik sekitarr 50% dalam kurun waktu 6 tahun. Dalam struktur perekonomian Kabupaten Mamasa peranan sektor pertanian masih cukup besar selama lima tahun terakhir (tahun ) yakni rata-rata 55,20 persen, walaupun setiap tahun peranannya mengalami penurunan. Pada tahun 2006 peranannya mencapai 57,39 persen, sedang pada tahun 2010 peranannya turun menjadi 53,58 persen. Tingginya peranan ini ditopang oleh subsektor Tanaman Bahan Makan dengan kontribusi rata-rata 27,22 persen kemudian disusul oleh subsektor tanaman perkebunan dengan kontribusi rata-rata 26,41 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Kabupaten 32

33 PEMERINTAH Mamasa masih mengandalkan sektor pertanian tanaman bahan makanan sebagai sumber utama mata pencahariannya. Selain pertanian, lapangan usaha lain yang mempunyai kontribusi cukup besar adalah sektor jasa-jasa, Lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran, serta lapangan usaha bangunan, yang masing-masing menyumbang 17,42 persen, 10,23 persen, serta 6,16 persen terhadap pembentukan total PDRB Kabupaten Mamasa pada tahun Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.11 Struktur Ekonomi Kabupaten Mamasa Periode (%) No. Lapangan Usaha Pertanian 57,39 55,71 56,43 54,15 53,58 51,25 2. Pertambangan dan Penggalian 0,31 0,32 0,40 0,52 0,55 0,58 3. Industri Pengolahan 3,29 3,34 3,11 3,59 4,54 4,69 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,14 0,18 0,19 0,18 0,25 0,30 5. Bangunan 3,48 3,72 4,98 5,73 6,16 6,22 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 11,85 11,69 10,43 9,99 10,23 10,45 7. Angkutan dan Komunikasi 1,76 1,76 1,46 1,46 1,50 1,54 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4,16 4,06 4,40 5,68 5,78 5,71 9. Jasa-Jasa 17,62 19,21 18,58 18,70 17,42 19,27 PDRB Sumber: BPS, PDRB Kabupaten Mamasa, 2010 Sedangkan Realisasi APBD Kabupaten Mamasa selama 5 ( lima) tahun terakhir mulai tahun sebagai berikut : Tabel 2.12 Ringkasan Realisasi APBD 5 Tahun Terakhir No. Anggaran A. Pendapatan , , , , ,34 1 Pendapatan Asli Daerah , , , , ,34 2 Dana Perimbangan (Transfer)

34 PEMERINTAH 3 Lain - Lain Pendapatan yang Sah B. Belanja 1 Belanja Tidak Langsung , Belanja Langsung , Jumlah Belanja , , Surplus/Defisit Anggaran ( ,95) ( ,04) ( ,20) ( ,24) ( ,34) Ket : n = Tahun Penyusunan Buku Putih Sumber : Hasil Realisasi Keauangan Akhir Tahun APBD Kab. Mamasa (DPKAD Kab. Mamasa) Tabel 2.13 Ringkasan Anggaran Sanitasi dan Belanja Modal Sanitasi per-penduduk 5 Tahun Terakhir No. Sub-Sektor/SKPD (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) A. Air Limbah 1 Bappeda ,00-2 DPU - Cipta Karya , , , , ,00 3 Badan Lingkungan Hidup Dinas Perumahan Pemukiman dan Kebersihan B. Persampahan Dinas Perumahan Pemukiman dan Kebersihan , , ,00 Badan Lingkungan Hidup , , , ,00 Bappeda ,00 C. Drainase - D. DPU - Cipta Karya , , , ,00 Dinas Perumahan Pemukiman dan Kebersihan Aspek PHBS (pelatihan, sosialisasi, komunikasi, pendampingan) , , , , , ,00 E. Belanja Modal Sanitasi (A s/d D) , , , ,00 F. Total Belanja Modal Sanitasi dari APBD Murni (bukan pendampingan) G. Total Belanja APBD H. Proporsi Belanja Modal Sanitasi Terhadap Belanja Total (8:13x100%) I. Jumlah Penduduk

35 PEMERINTAH Belanja Modal Sanitasi per- J , , , ,50 Penduduk (E:I) Ket : belanja modal (investasi baru dan pemeliharaan) Sumber :. Tabel 2.14 Data Mengenai Ruang Fiskal Kabpaten Mamasa 5 Tahun Terakhir No. Tahun Indeks Kemampuan Fiskal/Ruang Fiskal Daerah (IRFD) Sumber : Hasil Realisasi Keauangan Akhir Tahun APBD Kab. Mamasa (DPKAD Kab. Mamasa) Pertanian Tanaman Pangan Luas lahan sawah di kabupaten Mamasa pada Tahun 2010 yakni Ha. Jumlah produksi sekitar Ton, Sebagian besar produksi padi dihasilkan oleh jenis padi sawah. Selain padi sebagai komoditas tanaman pangan andalan, tanaman pangan lainnya adalah jagung, ubi kayu, ubi jalar dan kacang-kacangan. Pada Tahun 2010 Produksi jagung Kabupaten Mamasa sebesar 701 ton, Kacang tanah, 319 ton, dan ubi kayu ton. Gambar 2.1 Areal Persawahan di Kab. Mamasa 35

36 PEMERINTAH Perkebunan Komoditas perkebunan yang menjadi unggulan dilihat dari jumlah produksi dan prospek pengembangannya adalah kopi robusta, kopi arabika, kakao, kelapa dalam, kemiri, lada, dan vanili, serta beberapa jenis komoditi lainnya. Komoditas ini merupakan komoditas yang dapat dikembangkan untuk menjadi komoditas ekspor dari Kabupaten Mamasa. Pada Tahun 2010 luas areal perkebunan di Kabupaten Mamasa adalah, Kopi robusta Ha, kopi arabika Ha, kakao Ha, dan kelapa 105 Ha. Sedangkan produksinya adalah: robusta sebesar ton, kopi arabika ton, kakao ton, dan kelapa 13,72 ton. Gambar 2.2 Biji Kopi dari Perkebunan Rakyat di Kab. Mamasa Peternakan Perkembangan subsektor peternakan di Kabupaten Mamasa cukup menggembirakan. Sebagaimana diketahui, Kabupaten Mamasa dikenal sebagai salah satu daerah sumber kerbau belang yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi bagi masyarakat Kabupaten Mamasa dan Kabupaten Tana Toraja. Jenis ternak yang dapat kembang di Kabupaten Mamasa adalah kerbau, sapi, babi, kambing, ayam buras, ayam ras, dan itik. 36

37 PEMERINTAH Gambar 2.3 Potensi Ternak di Kab Mamasa Kehutanan Berdasarkan hasil analisis data Sistim Informasi Geografis (SIG) tahun 2006 di Kabupaten Mamasa terdapat lahan hutan seluas Ha, yang terdiri dari hutan lindung seluas Ha, hutan produksi terbatas seluas Ha. Luas kawasan hutan berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Mamasa dapat dilihat pada Tabel berikut : No. Tabel 2.15 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsinya dirinci Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa Tahun 2009 Kecamatan Hutan Lindung Hutan Produksi Hutan Produksi Konfersi Cagar Alam Marga Satwa Jumlah (Ha) Sumarorong Messawa Pana Nosu Tabang

38 PEMERINTAH 6 Mamasa Tandukkalua Balla Sesenapadang Tawalian Mambi Rantebulahan Timur Bambang Aralle Tabulahan Jumlah Total Sumber : Kumpulan Data Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Mamasa Tahun 2011 Gambar 2.4 Kondisi Hutan di Kab. Mamasa 38

39 PEMERINTAH Perikanan Kabupaten Mamasa tidak mamiliki pantai karena berada di daerah pengunungan. Sehingga yang dapat dikembangkan hanya perikanan darat/air tawar. Adapun jenis ikan yang dapat dikembangkan di kabupaten Mamasa adalah, ikan mas, ikan nila, lele dumbo, dll. Gambar 2.5 Potensi Perikanan di Kabupaten Mamasa Pertambangan Potensi sumberdaya galian tambang di wilayah Kabupaten Mamasa cukup beragam jenisnya. Yaitu bahan tambang galian golongan A (logam), golongan B (bahan baku industri) dan bahan galian golongan C (bahan bangunan). Bahan-bahan tersebut tersebar di beberapa kecamatan antara lain, Biji besi di Kecamatan Balla, Mamasa, dan Kecamatan Tabulahan; emas di temukan di Kecamatan Tabang dan Kecamatan Tabulahan; Intan di temukan di Kecamatan Sumarorong; serta Zeolit dan pasir kwarsa ditemukan di Kecamatan Messawa dan Kecamatan Sumarorong. Peta berikut ini akan menjelaskan letak potensi bahan tambang galian yang tersebar di Kabupaten Mamasa : 39

40 PEMERINTAH Peta 2.5 Peta Potensi Tambang di Kabupaten Mamasa Industri Kecil dan Industri Rumah Tangga Sampai tahun 2011 kegiatan industri yang ada di Kabupaten Mamasa didominasi oleh industri rumah tangga yang tercacat sebanyak 655 industri dengan menyerap tenaga kerja sebanyak orang. Sedangkan Industri kecil jumlahnya hanya 40 usaha namun menyerap tenaga kerja lebih banyak yaitu sebanyak 265 orang. jenis industri yang terdapat di Kabupaten Mamasa berdasar data pada tahun 2011 diantaranya adalah, industri pengupasan dan pembersihan kopi, pembuatan roti dan kue kering, pengolahan kopi bubuk, tempe, tahu, meubel kayu, kerajinan kayu, anyaman rotan dan bambu, penggergajian kayu, percetakan, pakaian jadi dari tekstil, reparasi radio/tv, batu bata, reparasi 40

41 PEMERINTAH kendaraan roda 4, reparasi kendaraan roda 2, pandai besi, pertenunan kain katun, photo copy, gilingan padi, dan lain-lain. Tabel 2.16 memperlihatkan banyaknya industri kecil dan industri rumah tangga di Kabupaten Mamasa Tahun Gambar 2.6 Industri Tenun Kain Tradisional di Kab. Mamasa Tabel 2.16 Jumlah Industri Kecil dan Industri Rumah Tangga di Kabupaten Mamasa, Tahun 2011 No. Kecamatan Industri Kecil Tenaga Kerja Industri Rumah Tangga Tenaga Kerja Sumarorong Messawa Pana Nosu Tabang Mamasa Tandukkalua Balla Sesenapadang Tawalian Mambi

42 PEMERINTAH 12 Bambang Rantebulahan Timur Mehalaan Aralle Buntumalangka Tabulahan Jumlah Total Sumber : Mamasa Dalam Angka Sektor Perdagangan dan Jasa Sektor perdagangan di Kabupaten Mamasa perlu dikembangkan agar aktivitas perekonomian semakin lancar. Meskipun kegiatan perdagangan sudah merupakan bagian dari pengembangan sektor pertanian (perdagangan hasil-hasil pertanian) dan pengembangan sektor industri (perdagangan hasilhasil industri kecil termasuk kerajinan). Pembinaan dan pengembangan perdagangan, selain untuk tujuan lokal juga untuk ditujukan untuk perdagangan antar Kabupaten dan Provensi serta sedapat mungkin adanya komoditi ekspor dari Kabupaten Mamasa. Fasilitas perdagangan berupa pasar tersebar di semua kecamatan dan pada umumnya masih merupakan pasar tradisonal dengan prasarana yang sangat kurang dan tidak teratur. Demikian juga dengan daya dukung pasar yang ada di Mamasa sebagai ibukota kabupaten sudah sangat tidak memadai, sehingga perlu segerah dicarikan jalan keluarnya. Salah satu jenis sektor jasa yang sedang dikembangkan di Kabupaten Mamasa adalah pariwisata. Berbagai macam potensi/objek wisata di Kabupaten Mamasa yang dapat dikembangkan dan dipromosikan baik potensi wisata alam, dan wisata budaya, serta wisata agro. Objek wisata tersebut yaitu misalnya Permandian Air Panas Kole, Air Terjun Sambabo, Air Terjun Liawan, Gunung Mambulling dan Puncak Buntu Mussa Ballapeu, Arung jeram, Rumah Adat Tradisionil, Makam tua/tradisionil, situs, Gereja tua, Seni tradisionil, dan Ritual-ritual Adat, serta berbagai objek lainnya. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.17 berikut ini : 42

43 PEMERINTAH Tabel 2.17 Jenis dan Nama-nama Objek-objek Wisata Andalan Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa No. Nama Obyek Wisata Jenis Obyek Ibu Kota Kabupaten Jarak Dari Jalan Poros Terdekat A. Kecamatan Mamasa 1 Batu Membali Obyek Wisata Alam 6 Km. 2 Km. 2 Air Terjun Obyek Wisata Alam 6,5 Km. 2,5 Km. 3 Rumah Ukir Obyek Wisata Budaya 7 Km. 3 Km. 4 Batu Bersejarah Obyek Wisata Alam 11 Km. 2 km. 5 Air Terjun Obyek Wisata Alam 13 Km. 4 Km. 6 Permandian Air Panasa Alam Obyek Wisata Alam 3,5 Km. 30 m. 7 Pemandangan Alam Obyek Wisata Alam 4 Km. 1 Km. 8 Air Terjun Tetean Obyek Wisata Alam 7 Km. 5 Km. 9 Kuburan Tua Obyek Wisata Budaya 3 Km. 100 m. 10 Kesenian Daerah Obyek Wisata Budaya 4 Km. 1 Km. 11 Rumah Ukir Obyek Wisata Budaya 4 Km. 4 Km. 12 Banua Layuk Obyek Wisata Budaya 4 Km. 4 Km. 13 Air Terjun Obyek Wisata Alam 4 Km. 4 Km. 14 Rumah Adat Obyek Wisata Budaya 3 Km. 3 Km. 15 Rumah Ukir Obyek Wisata Budaya 3 Km. 3 Km. 16 Musik Bambu Obyek Wisata Budaya 3 Km. 3 Km. 17 Titian Akar Beringin Obyek Wisata Alam 5 Km. 5 Km. 18 Pohon Mangga Bersejarah Obyek wisata Alam 0 Km. o Km. 19 Rumah Ukir Banggo Obyek Wisata Budaya 1 Km. 1 Km. B. Kecamatan Balla 1 Kuburan Tedong-Tedong Minanga Obyek Wisata Budaya 14,5 Km. 2,5 Km. 2 Perkampungan Tradisional Ballapeu' Obyek Wisata Budaya 17 Km. 5 Km. 3 Panorama Alam Mussa' Obyek Wisata Alam 21 Km. 9 Km. 4 Laso Batu Obyek Wisata Alam 20 Km. 6,5 Km. 5 Batu Bekas Telapak Kaki Raksasa Obyek Wisata Alam batu telapak kaki Tantayo 18,5 Km. 4,5 Km. 6 Kuburan Tua Bambalu Obyek Wisata Budaya 17 Km. 3 Km. 7 Gua Alam Ulu Manta Obyek Wisata Alam, gua batu dan aliran sungai 20 Km. 6,5 Km. 8 Gua Alam Lokko' Obyek Wisata Gua Alam 20 Km. 6,5 Km. 9 Air Terjun Allo Dio Obyek Wisata Alam 19 Km. 5 Km. 10 Air Terjun Bunu' Obyek Wisata Alam 19 Km. 5 Km. 11 Air Terjun Lempo Obyek Wisata Alam 16 Km. 5 Km. 12 Perkampungan Tradisional Batarirak Obyek Wisata Budaya 16 Km. 2 Km. 13 Rumah Adat Dusun Tumangke Obyek Wisata Budaya 16 Km. 2 Km. 43

44 PEMERINTAH 14 Air Terjun Tambuk Manuk Obyek Wisata Alam 17 Km. 3 Km. 15 Ari Terjun Ampilli' Obyek Wisata Alam 17 Km. 3 Km. 16 Kelompok Pengrajin Obyek Wisata Budaya 13 Km. 10 meter 17 Batu Sikoba Obyek Wisata Alam 16 Km. 2 Km. 18 Sanggar Wisata Sadar Wisata Obyek Wisata Budaya 14 Km. 2 Km. 19 Panorama Alam Pepassi Obyek Wisata Alam 20 Km. 6,5 Km. C. Kecamatan Tawalian 1 Rumah Adat Parengnge Tawalian Obyek Wisata Budaya ± 3 Km ± 30 m 2 Gereja Tua Gereja Masa Pemerintahan Belanda ± 3 Km. ± 100 m 3 Sumber Air Panas Alam Rante Kamiri Obyek Wisata Alam Pemandian ± 4 Km. ± 300 m 4 Kuburan Tua Ne Pattoni Obyek Wisata Budaya ± 4 Km ± 350 m 5 Kampung Sirenden Obyek Wisata Budaya ± 5 Km ± 700 m 6 Air Panas Alam Rante Dambu Obyek Wisata Alam Pemandian ± 2,5 Km ± 450 m 7 Air Terjun Parak Obyek Wisata Alam ± 5 Km ± 1 Km D. Kecamatan Sesenapadang 1 Air Terjun Minanga Obyek Wisata Alam 17 Km. 2 Rumah Adat Obyek Wiasata Budaya 10 Km. 3 Rumah Adat Obyek Wisata Budaya 8 Km. 4 Rumah Adat Obyek Wisata Budaya 8 Km. 5 Rumah Adat Obyek Wisata Budaya 8 Km. 6 Rumah Adat Obyek Wisata Budaya 4 Km. 7 Rumah Adat Obyek Wisata Budaya 3,5 Km. 8 Kuburan Tua Atap Batu Obyek Wisata Budaya 7 Km. 9 Kuburan Tua Pejuang Benteng Salubanga Obyek Wisata Budaya 9 Km. 10 Kuburan Tua Perengnge' Orobua Obyek Wisata Budaya 8 Km. E. Kecamatan Tanduk Kalua' 1 Air Terjun Bunu' Obyek Wisata Alam 23 Km. 2 Pemandian Air Panas Tamalanti' Obyek Wisata Alam 30 Km. 3 Kuburan Tua Kanan-Kanan Obyek Wisata Budaya 16 Km. 4 Air Terjun Sakunan Obyek Wisata Alam 20 Km. 5 Buntu Tonggo Obyek Wisata Alam 25 Km. 6 Mataurang Obyek Wisata Alam 20 Km. 7 Limbong Obyek Wisata Alam 25 Km. F. Kecamatan Sumarorong 1 Air Terjun Liawan Obyek Wisata Budaya 38 Km. 2 Km. 2 Manusia Menjadi Batu Obyek Wisata Alam 39 Km. 50 m. 3 Angrek Alam Obyek Wisata Alam 25 Km. 0 Km. 4 Perkebunan Kopi dan Coklat Obyek Wisata Agro 25 Km. 0 m. 5 Panorama Alam Bukit Tondok Tallu Obyek Wisata Alam 35 Km. 500 m. 6 Sanggar Tari Sumarorong Obyek Wisata Budaya 35 Km. 0 M. 44

45 PEMERINTAH 7 Tenunan Tradisional Obyek Wisata Budaya 37 Km. 2 Km. 8 Bakkele' Air Terjun Rendah/Kawasan Agrowisata 50 Km 300 Mtr G. Kecamatan Messawa 1 Rumah Adat Makuang Obyek Wisata Budaya 2 Km. 2 Km. 2 Rumah Adat Tappang Obyek Wisata Budaya 1 Km. 0,5 Km. 3 Lokko' Ledo Pasapa' Mambu Obyek Wisata Alam 16 Km. 4 Rumah Adat Malimbong Obyek Wisata Budaya 4 Km. 5 Air Terjun Sollokan Obyek Wisata Alam 5 Km. 6 Rumah Adat Sepang Obyek Wisata Budaya 12 Km. 7 Rumah Adat Kalosi Obyek wisata bbudaya 3 Km. 8 Batu Sawa Obyek wisata Alam 1 Km. H. Kecamatan Nosu 1 Sarambu Talondo Obyek Wisata Alam 61 Km. 2 Km. 2 Sarambu Salu Siwi Obyek Wisata Alam 62 Km. 3 Km. 3 Upacara Mangngaro Obyek Wisata Budaya 4 Sarambu Sikore Obyek Wisata Alam 52 Km. 2 Km. 5 Limbong Kodo Obyek Wisata Alam 53 Km. 25 Km. 6 Gua Aneh Obyek Wisata Alam 63 Km. 4 Km. I. Kecamatan Pana' 1 Rumah Adat Leasa Obyek Wisata Budaya 50 Km. 2 Km. 2 Sampoang Obyek Wisata Alam 50 Km. 5 Km. J. Kecamatan Tabang 1 Rumah Adat Tabang Obyek Wisata Budaya 31 Km. 1,5 Km. 2 Perkampungan Tobugi' Obyek Wisata Budaya 5 Km. 3 Gua Tambing Dewata Obyek Wisata Alam 41 Km. 2 Km. 4 Panorama Alam Pokko Obyek Wisata Alam 5 Tari Bondesan Obyek Wisata Budaya K. Kecamatan Mambi 1 Kuburan Tradisional dan Tua Batutu Obyek Wisata Budaya 26 Km. 300 meter 2 Air Terjun Salulemo Obyek Wisata Alam 31 Km. 5 Km. 3 Rumah Hadat Obyek Wisata Budaya 28 Km. 2 Km. 4 Gua Lewa Obyek Wisata Alam 32 Km. 5 Km L. Kecamatan Aralle 1 Banua Kasalle Andiri Posi' Obyek Wisata Budaya, didirikan sekitar tahun Km. 2 Sumber Ari Panas Alam Obyek Wisata Alam Pemandian Air Panas 60,5 Km. 3 Batu menyerupai seekor babi Obyek Wisata Alam batu aneh sekitar tahun Km. M. Kecamatan Bambang 1 Kuburan Tua Obyek Wisata Budaya 43 Km. 2 Km. 2 Kanan Obyek Wisata Alam air panas 43 Km. 1,5 Km. 3 Panorama Alam Obyek Wisata Alam 47 Km. 100 meter 45

46 PEMERINTAH 4 Kuburan Tua dalam gua alam Obyek Wisata Budaya 47 Km. 200 meter 5 Lumbung Padi Tua Obyek Wisata Budaya 47 Km. 200 meter 6 Gua Alam Obyek Wisata Alam 49 Km. 200 meter 7 Batu Moni Obyek Wisata Alam 49 Km. 100 meter 8 Gua Orang Kerdil Obyek Wisata Alam 35 Km. 3 Km. 9 Batu Alam yang mengeluarkan pecahan batu setiap saat Obyek Wisata Alam 37 Km. 2 Km. 10 Sapingga' Debata Obyek Wisata Alam senjata 35 Km. 1 Km. 11 Panorama Alam Masionobe Obyek Wisata Alam 38 Km. 2 Km. 12 Air Terjun Rante Poda Obyek Wisata Alam 35 Km. 4 Km. 13 Rumah Adat Patoko Obyek Wisata Budaya 46 Km. 1 Km. 14 Batu Takatio Obyek Wisata Alam 48 Km. 2 Km. 15 Eran Batu Obyek Wisata Alam 52 Km. 7 Km. 16 Jembatan Batu Obyek Wisata Alam 53 Km. 8 Km. 17 Batu Ma'puso Makahama' Obyek Wisata Alam 49 Km. 3 Km. 18 Air Kehidupan dan Kematian Obyek Wisata Alam 49 Km. 3 KM. 19 Bettem Pa'dahangam Obyek Wisata Alam 51 Km. 4 Km. 20 Upacara Ritual Ada' Mappurondo Obyek Wisata Budaya 46 Km. 100 meter 21 Air Terjun Tallu Sitodo' Obyek Wisata Alam 40 Km. 0,5 Km. 22 Benda-Benda Budaya Obyek Wisata Budaya 47 Km. 100 meter 23 Benda-Benda Budaya Obyek Wisata Budaya 52 Km. 100 meter 24 Benda-Benda Budaya Obyek Wisata Budaya 58 Km. 100 meter 25 Kuburan Tua Obyek Wisata Budaya 58 Km. 1 Km. 26 Air Terjun Sambabo Obyek Wisata Alam 37 Km. 3 Km. N. Kecamatan Tabulahan 1 Air Terjun Tampaq Obyek Wisata Alam 359 Km. 34 Km. 2 Air Terjun Muhahe Obyek Wisata Alam 362 Km. 34 Km. 3 Air Terjun Burana' Obyek Wisata Alam 360 Km. 34 Km. 4 Air Terjun Mempoang Obyek Wisata Alam 360 Km. 34 Km. 5 Air Terjun Sambabo Kayumea Obyek Wisata Alam 361 Km. 34 Km. 6 Gunung Gandang Dewata (3.107 m) Obyek Wisata Alam 365 Km. 37 Km. 7 Kampung Tua Tanete Kamande Obyek Wisata Budaya 360 Km. 34 Km. 8 Tonde' Obyek Wisata Budaya 362 Km. 36 Km. 9 Gua Sabe Obyek Wisata Alam 361 Km. 35 Km. 10 Rumah Adat Saluleang Obyek Wisata Budaya 365 Km. 38 Km. 11 Kelompok Musik Bambu Obyek Wisata Budaya 360 Km. 34 Km. 12 Sanggar Seni Tari Tabulahan Obyek Wisata budaya 360 Km. 34 Km. Sumber : Dinas Pariwisata & Kebudayaan Kab. Mamasa, 2012 Berikut ini adalah peta persebaran potensi pariwisata, kesenian dan budaya yang terdapat di Kabupaten mamasa menurut letaknya menurut kecamatan : 46

47 PEMERINTAH Peta 2.6 Peta Daerah Obyek Andalan Wisata di Kabupaten Mamasa 47

48 PEMERINTAH Sebagai Daerah Destinasi Pariwisata Andalan di Provinsi Sulawesi Barat yang diresmikan oleh Gubernur Sulawesi Barat pada 11 Maret 2012, disamping memiliki potensi pariwisata yang telah diulas diatas, tentunya Kabupaten Mamasa juga memiliki beberapa fasilitas penunjang wisata yaitu terdapat 22 hotel/losmen/penginapan di pada tahun 2011, 14 diantaranya berada di kecamatan Mamasa, sedangkan sisanya berada di Kecamatan Mambi, Sumarorong, Nosu, dan Tabulahan. Secara keseluruhan terdapat 182 kamar dengan 261 tempat tidur, dan 49 tenaga kerja. 48

49 PEMERINTAH 49

50 PEMERINTAH Gambar 2.7 Beberapa Objek Wisata, Seni dan Kebudayaan Kabupaten Mamasa 50

51 PEMERINTAH 2.4. TATA RUANG WILAYAH Berdasarkan struktur tata ruang Kabupaten Mamasa direncanakan pembentukan wilayah fungsional yang didasarkan pada kecenderungan dan pengarahan kegiatan serta potensi dan karakteristik fisik. Sasaran yang hendak dicapai dalam pembentukan struktur wilayah fungsional tersebut antara lain adalah : Adanya kesamaan fungsi (homogenitas) dan dominasi kegiatan tertentu, dimana pengelompokan kegiatankegiatan tersebut dalam satu satuan wilayah akan lebih menguntungkan baik dalam segi pengadaan sarana dan prasarana pelayanan, interaksi antar kegiatan sejenis maupun pengawasan segala kegiatan yang terjadi; Batasan Kemampuan Jangkauan Pelayanan (radius pelayanan) fasilitas sosial ekonomi skala BWK; Adanya batas fisik yang jelas seperti jalan, sungai dan lain-lain; Kekompakan wilayah terhadap daerah-daerah yang akan dikembangkan; Kemudahan hubungan antar bagian wilayah, tercapainya keserasian, dan integrasi antara kota lama dengan kawasan pengembangan; Memantapkan peran BWK dengan meningkatkan sarana-prasarana yang sesuai dengan karakteristik wilayahnya; Kemudahan dalam pengawasan dan pengelolaan masing-masing wilayah fungsional. Pada setiap Bagian Wilayah tersebut dialokasikan pusat-pusat pengembangan dengan pengarahan pada skala pelayanannya, sedangkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan pembangunan, wilayah Kabupaten Mamasa dibagi dalam beberapa wilayah pengembangan yaitu : Tabel 2.18 Wilayah Pengembangan Kabupaten Mamasa No. WP Wilayah Pengembangan Utara Kecamatan Mamasa, Sesena Padang, Tawalian dan Balla; 2 Selatan Kecamatan Sumarorong, Messawa dan Tanduk Kalua ; 3 Timur Kecamatan Tabang, Pana dan Nosu; 4 Barat Kecamatan Mambi, Rantebulahan Timur, Aralle, Tabulahan, Bambang, Buntu Malangka dan Mehalaan. 51

52 PEMERINTAH Peta 2.7 Rencana Wilayah Pengembangan Kabupaten Mamasa

53 PEMERINTAH Pemanfaatan Ruang Rencana pemanfaatan ruang bertujuan mengidentifikasi bentuk-bentuk pemanfaatan ruang yang menggambarkan ukuran, fungsi dan karakteristik kegiatan alam dan manusia, serta mengantisipasi perubahan/perkembangan bentuk-bentuk pemanfaatan ruang tersebut. Berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 08.a tahun 2010 tanggal 5 Oktober 2010 tentang Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Mamasa, maka pemanfaatan ruang di Kabupaten Mamasa diatur sebagai berikut : a. Rencana Kawasan Lindung 1. Kawasan Hutan Lindung ,80 ha, di Kec. Sumarorong, Mmessawa, Pana, Nosu, Tabang, Mamasa, Tanduk Kalua, Balla, Sesena Padang, Tawalian, Mambi, Bambang, Tabulahan, Aralle; 2. Kawasan Resapan Air adalah DAS di seluruh kecamatan; 3. Sempadan Sungai : a. Sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan min. 3 m dari tepi luar kaki tanggul; b. Sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan min. 5 m dari tepi luar kaki tanggul; c. Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan : Kedalaman < 3 m sempadan min. 10 m; Kedalaman 3-20 m sempadan min. 20 m; Kedalaman >20 m sempadan min. 30 m; d. Sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan: sungai besar luas DAS >500 km², sungai kecil luas DAS < 500 km². Rencana detail penetapan besaran sempadan sungai di Kabupaten Mamasa sampai saat ini belum ditetapkan. Namun rencana sempadan sungai secara grafis digambarkan sebagai berikut : Sempadan sungai Badan sungai Gambar 2.8 Rencana Sempadan Sungai di Kab. Mamasa 53

54 PEMERINTAH 4. Sempadan Sekitar Mata Air radius min 200 m di sekeliling mata air; 5. Kawasan Lindung Spritual & Kearifan Lokal, yaitu Rumah Adat Mamasa, Gereja Peninggalan Belanda, Lokasi Prosesi Adat. 6. Kawasan Suaka Alam yaitu kawasan sekitar Gunung Gandang Dewata di Kec. Tabulahan. 7. Kawasan Suaka Cagar Budaya & Iptek : a. Kawasan Rumah Adat PUS Kondosapata waisapalelean; b. kawasan perkampungan tradisional Balla peu ; c. Kawasan situs makam kuno Tedong-Tedong Kec. Balla; d. Kawasan situs sejarah To pao Kec. Mamasa. 8. Kawasan Cagar Alam Geologi : a. Kawasan keunikan batuan & fosil di Kec. Mamasa, Pana, Messawa, Sumarorong, Tabulahan; b. Kawasan keunikan bentang alam di Kec. Tawalian; c. Kawasan keunikan proses geologi di Kec. Messawa. 9. Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi : a. Kawasan rawan letusan gunung api di Kec. Tabang; b. Kawasan rawan gerakan tanah di Kec. Mamasa, Sumarorong dan Mambi; c. Kawasan rawan longsor di seluruh kecamatan. (RTRW Kab. Mamasa ) b. Rencana Kawasan Budaya 1. Kawasan Hutan Produksi Terbatas sekitar hs di Kec. Sumarorong, Messawa, Pana, Nosu, Mamasa, Balla, Sesena Padang, Mambi, Bambang, Tabulahan, Aralle. 2. Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi 19 ha di Kec. Tabang. 3. Kawasan Hutan Rakyat di Sumarorong, Messawa, Pana, Nosu, Tabang, Tanduk Kalua, Bballa, Sesena Padang, Mambi, Rante Bulahan Timur, Bambang, Tabulahan, Aralle. 4. Kawasan Peruntukan Pertanian Tanaman Pangan: di Kec. Mambi, Aralle, Sumarorong, Messawa, Sesena Padang, Mamasa, Bambang, Rantebulahan, Nosu, Pana, Tanduk Kalua dan Tabulahan; 5. Kawasan Peruntukan Pertanian Holtikultura, Kec. Mamasa, Sesena padang, Nosu, 54

55 PEMERINTAH Pana, Tabang, Sumarorong, Bambang, Messawa, Tanduk Kalua, Rantebulahan, Buntu Malangka, Tawalian dan Mehalaan; 6. Kawasan Peruntukan Perkebunan,: a. Kawasan perkebunan kopi arabila dan robusta di semua kecamatan; b. Kawasan perkebunan kakao di Kec. Mambi, Aralle, Bambang, Tabulahan, Rantebulahan Timur, Buntu Malangka, Mehalaan, Messawa, Sumarorong, Tanduk Kalua Tabang dan Pana; c. Kawasan peternakan di seluruh kecamatan. 7. Kawasan Peruntukan Pertanian, di selutuh kecamatan; 8. Kawasan peruntukan pertambangan: a. Emas: di Kec. Balla, Taalian, Tabang, Tanduk Kalua; b. Besi di Kec. Mesara, Sumarrong, Nosu, Tabang, Arale, Bambang; Pana. 9. Kawasan Peruntukan Industri : a. Industri menengah: pengolahan kopi bubuk, markisa, penggilingan padi, tenun tradisional, batu bata; b. Industri rumah tangga 10. Kawasan Peruntukan Pariwisata; a. Pariwisata budaya b. Pariwisata alam c. Pariwisata buatan 11. Kawasan Peruntukan Permukiman a. Permukiman perkotaan b. Permukiman perdesaan (RTRW Kab. Mamasa ) 55

56 PEMERINTAH Peta 2.8 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Mamasa Tahun

57 PEMERINTAH 2.5. SOSIAL BUDAYA Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia. Pembangunan pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) suatu daerah akan menentukan karakter dari pembangunan ekonomi dan sosial pada daerah tersebut, karena manusia adalah pelaku aktif dari seluruh kegiatan ekonomi dan sosial, sehingga keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan merupakan salah satu parameter untuk mengetahui tingkat kesejahteraan rakyat. Dari tahun ke tahun partisipasi masyarakat Kabupaten Mamasa di dalam pendidikan semakin meningkat, hal ini berkaitan dengan berbagai program pendidikan yang dicanangkan Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah yang bertujuan untuk lebih memperbesar kesempatan masyarakat untuk mengikuti pendidikan. Keadaan pendidikan di Kabupaten Mamasa dapat dilihat dari jumlah fasilitas pendidikan yang tersedia dan banyaknya penduduk berumur 10 tahun keatas menurut kecamatan dan Angka Partisipasi Sekolah di Kabupaten Mamasa Tahun 2011 berdasarkan data dari BPS Mamasa berikut ini : Tabel 2.19 Fasilitas Pendidikan yang Tersedia di Kabupaten Mamasa Jumlah Saran Pendidikan No. Nama Kecamatan Umum Agama SD SMP SMA SMK MI MTs MA Sumarorong Messawa Pana Nosu Tabang Mamasa Tandukkalua Balla Sesena Padang Tawalian Mambi

58 PEMERINTAH 12 Bambang Rantebulahan Timur Mehalaan Aralle Buntu Malangka Tabulahan Sumber : Mamasa Dalam Angka 2012 No. Tabel 2.20 Jumlah Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas menurut Kecamatan dan Angka Partisipasi Sekolah di Kabupaten Mamasa Tahun 2011 Kecamatan Tidak/Belum Sekolah Masih Sekolah Tidak Sekolah Lagi Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Sumarorong Messawa Pana Nosu Tabang Mamasa Tandukkalua Balla Sesenapadang Tawalian Mambi Bambang Rantebulahan Timur Mehalaan Aralle Buntumalangka Tabulahan Jumlah Total Sumber : Mamasa Dalam Angka

59 PEMERINTAH Kesehatan Pembangunan di bidang Kesehatan sangat penting peranannya dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah. Indikator untuk melihat majunya kesehatan diantaranya lengkapnya fasilitas kesehatan dan tercukupinya tenaga medis yang berkualitas. Pada tahun 2011 tercatat bahwa di Kabupaten Mamasa terdapat satu rumah sakit umum dan satu rumah sakit swasta. Selain rumah sakit, di tiap-tiap kecamatan juga terdapat puskesmas, puskesmas pembantu dan poskesdes. Jumlah Dokter Umum yang tercatat di Kabupaten Mamasa hingga pada tahun 2011 sebanyak 9 orang ditambah 1 orang Dokter Gigi, 1 orang Apoteker, Bidan sebanyak 62 orang dan Perawat 177 orang. Sedangkan jumlah sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Mamasa dapat dilihat pada Tabel 2.10 berikut ini : Tabel 2.21 Banyaknya Sarana Kesehatan Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa Tahun 2011 No. Kecamatan Rumah Sakit Rumah Bersalin Swasta Puskes mas Puskes mas Pemban tu Puskes mas Keliling Apotik Sumarorong Messawa Pana Nosu Tabang Mamasa Tanduk Kalua Balla Sesenapadang Tawalian Mambi Bambang Rantebulahan Timur Mehalaan Aralle Buntu Malangka Toko Obat 59

60 PEMERINTAH 17 Tabulahan Jumlah Total Sumber : Mamasa Dalam Angka 2012 Program Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera melalui pembatasan dan pengaturan jarak kelahiran. Di Kabupaten Mamasa wanita usia tahun yang berstatus kawin pada tahun 2007 sekitar 59,66 diantaranya adalah pesrta KB aktif atau yang disebut sebagai prevalensi KB. Kalau dilihat dari data, bahwa wanita berstatus kawin yang perna memakai alat/cara KB sekitar 82,15 persen, sehingga wanita yang berstatus kawin umur tahun yang drop uot KB sekitar 22,49 persen. Untuk lebih jelasnya data akseptor KB di Kabupaten Mamasa dapat dilihat pada Tabel 2.22 dibawah ini : Tabel 2.22 Jumlah Wanita Berumur Tahun yang Berstatus Kawin dan Sedang Ber-KB Menurut Jenis KB dan Kecamatan di Kabupaten Mamasa Tahun 2011 Kecamatan Jenis Alat Kontrasepsi Peserta KB IUD Pil Kondom MOW MOP Suntikan Lainnya Jumlah Sumarorong Messawa Pana Nosu Tabang Mamasa Tanduk Kalua Balla Sesenapadang Tawalian Mambi Bambang Rantebulahan Timur Mehalaan

61 PEMERINTAH Aralle Buntu Malangka Tabulahan Jumlah Total Sumber : BPS dan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kab. Mamasa Spiritual Keberhasilan pembangunan di bidang spiritual salah satu indikatornya dapat dilihat dari banyaknya sarana peribadatan yang dibangun oleh masing-masing agama. Pada Tahun 2011 di Kabupaten Mamasa terdapat Masjid 106 unit ditambah 8 unit Musholla/Langgar, Gereja Protestan 523 unit, Gereja Katholik 42 unit, dan pura 6 unit. Selain itu penduduk Kabupaten Mamasa juga banyak memeluk kepercayaan Aluk Mappurondo yang sampai saat ini belum ada data jumlah sarana peribatannya. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.23 berikut : Tabel 2.23 Jumlah Tempat Peribadatan menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa Tahun 2011 No. Kecamatan Masjid Musholla/ Langgar Protestan Gereja Katolik Pura Hindu Sumarorong Messawa Pana Nosu Tabang Mamasa Tanduk Kalua Balla Sesenapadang Tawalian Mambi Bambang Vihara Budha 61

62 PEMERINTAH 13 R. Timur Mehalaan Aralle Buntu Malangka Tabulahan Jumlah Total Sumber : Kantor Departemen Agama Kabupaten Mamasa dan BPS Kabupaten Mamasa Penduduk & Kemiskinan Aspek sosial budaya masyarakat juga dapat dilihat dari aspek perkembangan kependudukan, seperti tingkat pertumbuhan penduduk, pendapatan perkapita penduduk, ukuran keluarga, budaya atau aktivitas sosial penduduk termasuk tradisi masyarakat yang mengusahakan komoditas unggulan daerah. Jumlah rumah tangga miskin di Kabupaten Mamasa pada tahun 2011, berdasarkan data hasil Pendataan Program Layanan Sosial (PPLS 2011) adalah sebanyak rumah tangga. Jika dibandingkan dengan data rumah tangga hasil estimasi BPS, yaitu sebanyak rumah tangga, maka di Kabupaten Mamasa pada tahun 2011 terdapat 71,69% rumah tangga miskin. Berikut ini tabel mengenai jumlah penduduk miskin perkecamatan tahun Tabel 2.24 Jumlah Penduduk Miskin per-kecamatan No Nama Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin (KK) Sumarorong Messawa Pana Nosu Tabang Mamasa Tandukkalua Balla Sesena Padang Tawalian

63 m 2.. Untuk sarana sanitasi rumahtangga, sebanyak rumah tangga, belum mempunyai PEMERINTAH 11 Mambi Bambang Rantebulahan Timur Mehalaan *) 15 Aralle Buntu Malangka *) 17 Tabulahan Keterangan : *) Masih gabung dengan kecamatan induk Sumber : Mamasa Dalam Angka 2012 Jumlah rumah tangga di Kabupaten Mamasa tahun 2011 sebanyak rumah tangga. Dari jumlah tersebut, sebanyak rumah tangga mempunyai rumah dengan luas m 2, mempunyai luas kurang dari 19 m 2, dengan luas m 2, dengan luas m 2, dan sisanya sebanyak rumah tangga mempunyai tempat tinggal dengan luas lebih dari 149 fasilitas untuk buang air besar. berada di sungai/danau. Sedangkan untuk tempat pembuangan air besar akhir, mayoritas Tabel 2.25 Jumlah Rumah Tangga menurut Kecamatan dan Luas Lantai di Kabupaten Mamasa Tahun 2011 Luas Lantai Rumah (M²) Jumlah No Kecamatan Total Sumarorong Messawa Pana Nosu Tabang Mamasa Tandukkalua Balla Sesena Padang Tawalian Mambi

64 PEMERINTAH 12 Bambang Rantebulahan Timur Mehalaan Aralle Buntu Malangka Tabulahan Jumlah Total Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Mamasa 2012 No Tabel 2.26 Jumlah Rumah tangga menurut Kecamatan dan Penggunaan Fasilitas Tempat Buang Air Besar di Kabupaten Mamasa Tahun 2011 Kecamatan Penggunaan Fasilitas Tempat Buang Air Besar Sendiri Bersama Umum Tidak Ada Jumlah Total Sumarorong Messawa Pana Nosu Tabang Mamasa Tandukkalua Balla Sesena Padang Tawalian Mambi Bambang Rantebulahan Timur Mehalaan Aralle Buntu Malangka Tabulahan Jumlah Total Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Mamasa,

65 PEMERINTAH No Tabel 2.27Jumlah Rumah Tangga Menurut Kecamatan dan Tempat Pembuangan Akhir Tinja di Kabupaten Mamasa Tahun 2011 Kecamatan Tanki/ Spal Jenis Tempat Pembuangan Akhir Tinja Kolam/ Sawah Sungai/ Danau Lobang Tanah Tanah Lapang/ Kebun Lainnya Jumlah Total 1 Sumarorong Messawa Pana Nosu Tabang Mamasa Tandukkalua Balla Sesena Padang Tawalian Mambi Bambang Rantebulahan Timur Mehalaan Aralle Buntu Malangka Tabulahan Jumlah Total Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Mamasa,

66 PEMERINTAH 3.5. KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH Pemerintahan Umum Secara administratif, Kabupaten Mamasa terdiri atas 17 kecamatan dan 165 desa/kelurahan. Kecamatan Mambi, Bambang, Aralle dan Tabulahan memiliki jumlah desa/kelurahan terbesar, yaitu terdiri dari 57 desa/kelurahan. Berikut adalah rincian jumlah Desa/Kelurahan pada tiap kecamatan : Tabel 2.28 Jumlah Dusun, Desa/Kelurahan Pada Tiap Kecamatan di Kabupaten Mamasa, Tahun 2011 No. Nama Kecamatan Jumlah Desa Definitif Persiapan Kelurahan Dusun Sumarorong Messawa Pana Nosu Tabang Mamasa Tandukkalua Balla Sesenapadang Tawalian Mambi Bambang Rantebulahan Timur Mehalaan Aralle Buntumalangka Tabulahan Jumlah Total Sumber : Mamasa Dalam Angka 2012 Dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan secara prima, maka berdasarkan Perubahan Peraturan Daerah Kabupaten Mamasa Nomor 4 Tahun 66

67 PEMERINTAH 2010 tanggal 28 Oktober 2010 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 2003 tanggal 18 November 2003 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Mamasa dan Peraturan Bupati Nomor 5 Tahun 2003 tanggal 18 November 2003 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Mamasa, maka dalam melaksanakan tugas-tugas penyelenggaraan pemerintah, Bupati dan Wakil Bupati dalam melaksanakan tugas dibantu oleh : 1. Sekretaris Daerah; 2. Staf Ahli Bidang : - Politik & Pemerintahan - Ekonomi dan Pembangunan - Bidang Sosial & SDM 3. Asisten Bidang : - Pemerintahan; - Ekonomi & Pembangunan; - Umum & Kepegawaian. 4. Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; 5. Dinas Daerah. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Mamasa Nomor 4 tahun 2003 tanggal 18 November 2003 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Mamasa, maka pembentukan dinas daerah didasarkan pada beberapa hal antara lain, kewenangan pemerintah yang dimiliki, karakteristik, potensi dan kebutuhan daerah serta kemampuan keuangan daerah dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas Pemerintah Kabupaten Mamasa. Dinas-Dinas yang dibentuk di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Mamasa adalah sebagai berikut : Dinas Pekerjaan Umum & Perumahan (DPUPERUMAHAN); Dinas Kesehatan (DINKES); Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (DISDIKPORA); Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi ((DINSOSNAKERTRANS); Dinas Perikanan dan Peternakan (DPP); Dinas Kehutanan (DISHUT); Dinas Perhubungan, Kominikasi dan Informatika (DISHUBKOMINFO); Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan (DISKOUKMPERINDAG); Dinas Pertambangan dan Sumber Daya Mineral (DPSDM); 67

68 PEMERINTAH Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya (DISPABUD); Dinas Pertanian, Perkebunan dan Holtikultura (DISPERTAHOLTI); Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA); Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (DISDUKCAPIL); Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD). 6. Lembaga Teknis : Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Mamasa Nomor 5 Tahun 2003 tanggal 18 November 2003 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Mamasa, maka pembentukan lembaga teknis daerah didasarkan pada beberapa hal antara lain, kewenangan pemerintah yang dimiliki, karakteristik, potensi dan kebutuhan daerah serta kemampuan keuangan daerah dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas Pemerintah Kabupaten Mamasa. Lembaga Teknis yang berbentuk badan, terdiri dari : a. Lembaga teknis berbentuk Badan terdiri dari : Inspektorat Daerah; Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA); Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah (BKDD); Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD); Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat (BKBPPM); Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K); Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BKBPP); Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD). b. Lembaga Teknis yang berbentuk Kantor, terdiri dari : Kantor Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD); Kantor Perpustakaan & Arsip Daerah; Kantor Satuan Polisi Pamong Praja. Lembaga Teknis yang berbentuk Perusahaan Daerah : Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Mamasa Kepegawaian Jumlah Pegawai Negeri Sipil Lingkup Pemerintah Kabupaten Mamasa Tahun 2011 adalah sebanyak orang dengan jenis kelamin perempuan sebanyak orang dan laki-laki sebanyak 68

69 PEMERINTAH 2,605 orang, dilihat dari golongannya 100 orang merupakan golongan I, orang merupakan golongan II, orang merupakan golongan III dan golongan IV sebanyak 512 orang. Sedangkan dari segi pendidikan yang terbanyak adalah yang berpendidikan SMA sederajat, untuk lebih jelasnya banyaknya pegawai menurut jenis kelamin, golongan dan pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2.29 dan 2.30 berikut ini : 69

70 PEMERINTAH No. Tabel 2.29 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Laki-laki Menurut Dinas/Instansi Pemerintah dan Golongan di Kabupaten Mamasa Tahun 2011 Instansi Golongan I/a I/b I/c I/d II/a II/b II/c II/d III/a III/b III/c III/d IV/a IV/b IV/c INSTANSI DI BAWAH PEMKAB. MAMASA 1 BAPPEDA BKDD BLHD BP4K BPPKB DISBUDPAR DINKES DISDIKPORA DINSOSNAKERTRANS DISPENDA DISPERTAHOLTI DPKAD INSPEKTORAT DAERAH KEC. ARALLE KEC. BALLA KEC. BAMBANG KEC. BUNTUMALANGKA KEC. MAMASA KEC. MAMBI KEC. MEHALAAN KEC. MESSAWA KEC. NOSU KEC. PANA KEC. RANTEBULAHAN TIMUR KEC. SESENAPADANG Jumlah 70

71 PEMERINTAH 26 KEC. SUMARORONG KEC. TABANG KEC. TABULAHAN KEC. TANDUKKALUA KEC. TAWALIAN DISHUT DISDUKCAPIL BKBPPM BKPD DISKOUKMPERINDAG KPU DISKAN & PETERNAKAN DISHUBKOMINFO KAPUS & ARSIP DAERAH PMD DPU & PERUMAHAN RSUAD SAT. POL-PP SEK. DPRD SEK. KORPRI SEK. DAERAH TAMBEN BPBD JUMLAH Sumber : Mamasa Dalam Angka

72 PEMERINTAH No. Tabel 2.30 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Perempuan Menurut Dinas/Instansi Pemerintah dan Golongan di Kabupaten Mamasa Tahun 2011 Instansi Golongan I/a I/b I/c I/d II/a II/b II/c II/d III/a III/b III/c III/d IV/a IV/b IV/c INSTANSI DI BAWAH PEMKAB. 1 BAPPEDA BKDD BLHD BP4K BPPKB DISBUDPAR DINKES DISDIKPORA DINSOSNAKERTRANS DISPENDA DISPERTAHOLTI DPKAD INSPEKTORAT DAERAH KEC. ARALLE KEC. BALLA KEC. BAMBANG KEC. BUNTUMALANGKA KEC. MAMASA KEC. MAMBI KEC. MEHALAAN KEC. MESSAWA KEC. NOSU KEC. PANA KEC. RANTEBULAHAN TIMUR KEC. SESENAPADANG Jumlah 72

73 PEMERINTAH 26 KEC. SUMARORONG KEC. TABANG KEC. TABULAHAN KEC. TANDUKKALUA KEC. TAWALIAN DISHUT DISDUKCAPIL BKBPPM BKPD DISKOUKMPERINDAG KPU DISKAN & PETERNAKAN DISHUBKOMINFO KAPUS & ARSIP DAERAH PMD DPU & PERUMAHAN RSUAD SAT. POL-PP SEK. DPRD SEK. KORPRI SEK. DAERAH TAMBEN BPBD JUMLAH Sumber : Mamasa Dalam Angka

74 PEMERINTAH BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH 3.1. PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN PROMOSI HIGIENE Perilaku Hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran semua anggota keluarga dan masyarakat, sehingga keluarga dan masyarakat itu dapat menolong dirinya sendiri dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Oleh karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta diperjuangkan oleh semua pihak secara keseluruhan (totalitas). Manfaat rumah tangga dan masyarakat ber-phbs antara lain (i) Seluruh anggota keluarga dan masyarakat menjadi sehat; (ii) anak akan tumbuh cerdas dalam lingkungan yang sehat; (iii) masyarakat akan mampu mewujudkan lingkungan yang sehat; (iv) mampu mencegah dan menanggulangi penyakit dan masalah kesehatan; (v) biaya untuk kesehatan (penyakit) dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan di masyarakat. PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga ber-phbs yang melakukan 10 kegiatan PHBS yaitu (1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan; (2) Memberi ASI eksklusif; (3) Menimbang balita setiap bulan; (4) Menggunakan air bersih; (5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun; (6) Menggunakan jamban sehat; (7) Memberantas jentik di rumah sekali seminggu; (8) Makan buah dan sayur setiap hari; (9) Melakuka aktivitas fisik setiap hari; dan (10) Tidak merokok di dalam rumah. PHBS di lingkungan sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah yaitu : (1) Mencuci tangan dengan air mengalir dan memakai sabun; (2) Mengkonsumsi jajanan sehat disekolah; (3) Menggunakan jamban yang bersih dan sehat; (4) Olahraga yang teratur dan terukur; (5) Memberantas jentik 74

75 PEMERINTAH nyamuk; (6) Tidak merokok di sekolah; (7) Menimbang berat bada dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan; dan (8) Membuang sampah pada tempatnya. Secara umum Perilaku Hidup Bersih dan Sehat untuk tatanan rumah tangga dan sekolah yang terkait dengan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) antara lain : a. Stop Buang Air Besar Sembarangan (STOP BABS) Perilaku buang air besar sembarangan oleh sebagian masyarakat Indonesia sampai saat ini banyak dilakukan, seperti BABS di sungai, kebun, sawah, kolam dan tempat-tempat terbuka lainnya, dengan berbagai alasan, misalnya anggapan bahwa membangun jamban itu mahal, lebih praktis di sungai, maupun karena kebiasaan turun temurun. Berbagai kebiasaan dan alasan tersebut harus diubah dan diluruskan karena akibat dari kebiasaan yang tidak mendukung pola hidup bersih dan sehat akan menambah dan memperbesar masalah kesehatan. Tinja atau kotoran manusia (mulai dari bayi, anak-anak bahkan orang dewasa) merupakan media tempat berkembangnya bibit penyalit menular (kuman/bakteri, virus dan cacing), apabila dibuang di sembarangan tempat maka bibit penyakit akan tersebar luas ke lingkungan dan akhirnya akan masuk ke dalam tubuh manusia dan berisiko menimbulkan penyakit dan bahkan mewabah ke masyarakat luas. Untuk itu tinja harus dikelola, dibuang dengan baik dan benar, kedalam suatu wadah yang disebut jamban keluarga, baik jamban dalam bentuk yang paling sederhana maupun yang mahal, dengan prinsip utama bahwa jamban adalah tempat yang mampu menjaga dan mencegah tinja TIDAK MENCEMARI AIR terutama air untuk sumber air minum DAN TIDAK MENCEMARI TANAH, dan digunakan oleh semua anggota keluarga. Stop BABS bermanfaat menjaga lingkungan menjadi bersih, sehat, nyaman dan tidak berbau; tidak mencemari sumber air yang dapat dijadikan sebagai air baku air minum atau air untuk kegiatan sehari-hari lainnya seperti mandi, cuci, dll; dan tidak mengundang serangga dan binatang yang dapat menyebarluaskan bibit penyakit, sehingga dapat mencegah penyakit menular. Oleh karenanya peran masyarakat sangat penting untuk memajukan dan meningkatkan derajat kesehatan melalui promosi perilaku stop buang air besar sembarangan dengan senantiasa memberikan penyuluhan pentingnya perilaku buang air besar yang benar dan sehat maupun mengadakan kegiatan pemicuan dan pendampingan bagi masyarakat untuk menghentikan kebiasaan buang air besar sembarangan. 75

76 PEMERINTAH b. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan sasaran penting dalam promosi kesehatan. Dari aspek kesehatan masyarakat, khususnya pola penyebaran penyakit menular cukup banyak penyakit yang dapat dicegah melalui kebiasaan atau perilaku higienes dengan cuci tangan pakai sabun seperti diare, thypus, cacing, dan berbagai macam flu. Perilaku cuci tangan pakai sabun ternyata bukan merupakan perilaku yang biasa dilakukan sehari-hari oleh masyarakat pada umumnya, padahal mencuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit yang dapat menyebabkan ratusan ribu anak meninggal setiap tahunnya namun tidak membutuhkan biaya yang mahal jika dibanding dengan hasil yang diperoleh. Perilaku cuci tangan yang benar yaitu pakai sabun dan menggunakan air bersih yang mengalir akan dapat menurunkan kejadian diare sampai 45%. Mencuci tangan pakai sabun harus dilakukan pada saat-saat waktu kritis yaitu sebelum makan, sebelum menyiapkan makanan, setelah buang air besar dan setelah memegang unggas/hewan, dan pada saat-saat yang lain seperti sebelum menyusui bayi, setelah batuk/bersin dan membersihkan hidung, setelah membersihkan sampah dan setelah bermain di tanah atau lantai (terutama bagi anak-anak). c. Pengamanan Air Minum Rumah Tangga Air merupakan kebutuhan vital masyarakat yang dipergunakan sehari-hari untuk minum, mandi, cuci dan keperluan lainnya. Air banyak dijumpai di alam dan merupakan benda sosial yang melimpah ruah seperti di laut, sungai, danau dll. Namun air yang bersih dan sehat merupakan benda ekonomi yang semakin susah diperoleh masyarakat. Air merupakan unsur yang penting dalam aspek kesehatan masyarakat, karena air dapat menjadi media kehidupan bagi bibit penyakit seperti penyakit diare dan demam berdarah, cholera, disentri, thypus dan berbagai penyakit kulit, oleh sebab itu air harus dipelihara dan dicegah dari pencemaran. Air bersih dan air minum harus memenuhi syarat kesehatan baik syarat fisik, biologi maupun kimiawi. Secara fisik air harus memenuhi syarat; tidak berwarna, bening/jernih; tidak keruh, bebas dari lumpur, sampah, busa, dll; tidak berasa (tidak asin, tidak asam, tidak payau); tidak berbau (tidak bau amis, anyir, busuk dan tidak bau belerang), dll. Berbagai sumber air bersih harus dilindungi dan dijaga dari berbagai bahan pencemar, baik cemaran fisik, biologi maupun kimiawi, misalnya sumber mata air, sumur gali, sumur pompa, kran-kran umum. Meskipun air terlihat bersih namun air tersebut belum tentu bebas dari kuman penyakit, untuk itu air harus direbus dulu sampai mendidih, karena kuman akan mati pada suhu 100 derajat celcius pada saat air mendidih. 76

77 PEMERINTAH d. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sekolah Sampah adalah limbah yang bersifat padat, terdiri dari bahan yang biasa membusuk (organik) dan tidak membusuk (anorganik) yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan masyarakat. Namun demikian anggapan bahwa sampah itu tidak berguna kini mulai memudar, karena ternyata kini sampah justru mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi sehingga sampah biasa menjadi barang rebutan, untuk diolah atau digunakan kembali, dan kemudian dijual sebagai bahan komoditas yang sangat menggiurkan. Sampah harus dikelola dengan baik dan benar, karena bila tidak akan dapat menjadi tempat perindukan vektor bibit penyakit. Sampah akan menarik binatang-binatang yang dikenal dalam aspek kesehatan dapat menyebarluaskan penyakit seperti lalat, kecoa, tikus dan anjing. Penyakit-penyakit yang berkaitan erat dengan sampah yang tidak dikelola dengan benar antara lain: demam berdarah, disentri, thypus dll. Sampah digolongkan menjadi 2 jenis yaitu sampah basah (organik) dan sampah kering (non organik). Sampah basah biasanya akan mudah mengalami pembusukan, seperti misal sisa makanan, sisa sayuran, buah-buahan, daun, dll. Sampah kering relatif sukar dan bahkan tidak dapat membusuk, seperti misal kayu, sisa kertas, botol sisa plastik, sisa-sisa bangunan (pecahan batu, batu bata), seng, logam, kaca, dll. Namun dengan berkembangnya dunia usaha dan juga ilmu pengetahuan, kini sampah dapat dikelola dengan lebih menguntungkan, yaitu yang dikenal dengan istilah pendekatan 3R (reduce, reuce dan recycle). Reduce adalah upaya pengelolaan sampah dengan cara mengurangi volume sampah itu sendiri. Cara ini sifatnya lebih menarik kependekatan pencegahan. Misal kalau beli sayuran pilihlah sayuran yang sesedikit mungkin dibuang, kalau ambil makanan jangan berlebihan sehingga mengurangi makanan yang menjadi sampah. Reuce yaitu suatu cara menggunakan kembali sampah yang ada, untuk keperluan yang sama atau fungsinya yang sama. Misal botol sirop digunakan kembali untuk botol sirop atau untuk botol kecap. Recycle atau daur ulang adalah pemanfaatan limbah melalui pengolahan fisik atau kimia, untuk menghasilkan produk yang sama atau produk yang lain. Misal sampah organik diolah menjadi kompos, besi bekas diolah menjadi barang-barang seni dari besi dll. 77

78 PEMERINTAH e. Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga Limbah cair rumah tangga merupakan limbah yang berbentuk cair yang merupakan timbulan dari kegiatan rumah tangga. Limbah cair ini dapat berasal dari kamar mandi, peturasan, cucian barang/bahan dari dapur. Dari pengertian ini limbah cair ini tidak termasuk limbah cair yang berasal dari wc/jamban keluarga. Limbah cair dari kegiatan rumah tangga volumenya relatif sedikit dibanding dengan luas lahan yang ada di desa tersebut. Namun demikian limbah cair tersebut tetap harus dikelola dengan baik dan benar karena jika dibuang sembarangan akan membuat lingkungan kotor, berbau, dan mengurangi estetika dan kebersihan lingkungan, dapat menjadi tempat perindukan vektor bibit penyakit, serta akan menjadi tempat bagi binatang-binatang yang dapat menyebarluaskan penyakit, seperti lalat, kecoa, tikus Tatanan Rumah Tangga Untuk memperoleh informasi yang lebih jelas dan rinci mengenai kebiasaan dan pola hidup masyarakat utamanya dalam hubungannya dengan sanitasi, maka Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Mamasa melakukan Survey Studi Environment Health Risk Assessement (EHRA) yang dilakukan pada 3 (tiga) kecamatan yaitu seperti table berikut : No. Tabel 3.1 Responden Survey Studi Environment Health Risk Assessement (EHRA) Kabupaten Mamasa Tahun 2012 Kecamatan/ Desa/Kelurahan Jumlah Responden Keterangan I. Sumarorong (80 KK) : 1. Kelurahan Sumarorong 40 KK 2. Kelurahan Tabone 40 KK II. Kecamatan Mamasa (200 KK) : 1. Kelurahan Mamasa 40 KK 2. Desa Buntu Buda 40 KK 78

79 PEMERINTAH 3. Desa Osango 40 KK 4. Desa Taupe 40 KK 5. Desa Taupe 40 KK III. Kecamatan Mambi (120 KK): 1. Kelurahan Mambi 40 KK 2. Desa Sendana 40 KK 3. Desa Sondong Layuk 40 KK Jumlah Responden 400 KK Berdasarkan data dari hasil Pelaksanaan Survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang ditemukan dalam Study EHRA, kondisi PHBS dan Promosi Higiene untuk Tatanan Rumah Tangga di Kabupaten Mamasa adalah sebagai berikut : 1. Masih kurangnya kesadaran sebagian besar masyarakat akan pentingnya hidup bersih dan higenis; 2. Akibat dari kurangnya kesadaran tersebut sebagaian besar masyarakat yang bermukim dibantaran sungai mamasa membuang sampah, limbah rumah tangga, limbah usaha, dan membuang/menyalurkan limbah tinja kesungai; 3. Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk cuci tangan setelah BAB; 4. Sumber mata air yang digunakan kurang terlindungi; 5. Masih banyak masyarakat yang melakukan BAB bukan di kloset, tetapi di kebun, sawah, dan pekarangan; Tatanan Sekolah Berdasarkan data hasil Pelaksanaan Survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang ditemukan dalam Study EHRA, kondisi PHBS dan Promosi Higiene untuk Tatanan Sekolah di Kabupaten Mamasa adalah sebagai berikut : 79

80 PEMERINTAH Permasalahan spesifik dan prioritas yang dihadapi dalam pelaksanaan PHBS dan Promosi Higene di tatanan sekolah adalah : 1. Masih Kurangnya kesadaran dari para pengajar untuk rutin membimbing para murid untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS); 2. Masih kurangnya perhatian dari instansi terkait untuk dapat mensosialisasikan Perilaku Hidup Menunggu Data Hasil Quisioner Study EHRA Bersih dan Sehat (PHBS) dan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS); 3. Masih Kurangnya Sarana dan Prasarana terutama Kloset, Tempat Cuci Tangan, dan Air Bersih yang cukup untuk menunjang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di sekolah-sekolah. 80

81 PEMERINTAH No. Nama Sekolah Jumlah Siswa Jumlah Guru L P L P Tabel. 3.2 Kondisi Fasilitas Sanitasi di Sekolah (Toilet dan Tempat Cuci Tangan) Sumber Air Bersih Jumlah Toilet/WC Jumlah Tempat Kencing Fas. Cuci Tangan Persediaan Sabun Siapa yang membersihkan Toilet PDAM SPT SGL Siswa Guru Pesuruh Guru L P Guru L P Y T Y T S K T S K T S K T L P L P L P I KECAMATAN SUMARORONG 1 SDN 001 Sumarorong SDN 002 Tabone SDN 003 Sibanawa SDN 004 Batanguru SDN 005 Sumarorong SDN 006 Tabone SDN 008 Bussu SDN 009 Ratte SDN 010 Kabaniran SDN 011 Salulombe SDN 012 Ratteliwa SDN 013 Sapan SDN 014 Salubassi SDK Tello Baru SDS Satria Rante Kamase SMPN 001 Sumarorong SMPN 002 Sumarorong SMPN 003 Sumarorong

82 PEMERINTAH 19 SMPN Terbuka Sumarorong SMPN SATAP Sapan SMPN Satria Rantekamase II KECAMATAN MAMASA 1 SDN 001 Mamasa SDN 002 Mamasa SDN 003 Osango SDN 004 Lombok SDN 005 Rantebuda SDN 006 Rambusaratu SDN 007 Taupe SDN 008 Buntubuda SDN 009 Lombok SDN 010 Pakassasan SDN 011 Tatoa SDN 012 Barra-barra SDN 013 Pena SDN 014 Loko SDN 015 Pebassian SDN 016 Rantepongko SDK 017 Ne ke SDS Nusa Bangsa SDK Rantedama SMPN 001 Mamasa SMPN 002 Mamasa

83 PEMERINTAH 22 SMPN 003 Mamasa SMPN 004 Mamasa SMPN 005 Mamasa SMPS Ilmiah Bangsa SMPN Frater Mamasa III KECAMATAN MAMBI 1 SDN 001 Center Mambi SDN 002 Saludurian SDN 003 Maerang SDN 004 Salumaka SDN 005 Mambi SDN 006 Rantebulahan SDN 007 Salubulung SDN 008 Loka SDN 009 Salubanua SDN 010 Saluang SDN 011 Mambi SDN 012 Bulo SDN 013 Loka SDN 014 Saluang SDN 015 Bujung Manurung SDN 016 Salubua SDN 017 Kampung Baru

84 PEMERINTAH 18 SDN 011 Mambi SDS Katiluan SDS Indobanua SMPN 001 Mambi SMPN 002 SATAP Mambi SMPN Saludurian SMPS Talipukki SMPN SATAP Salubanua SMPN 001 Salubulung Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda & Olahraga Kab. Mamasa, 2010/2011 Keterangan : L = Laki Laki P = Perempuan S = Selalu Tersedia Air K = Kadang-Kadang T = Tidak Ada Persediaan Air Y = Ya T = Tidak SPT = Sumur Pompa Tangan SGL = Sumur Gali 84

85 PEMERINTAH No. Nama Sekolah Tabel. 3.3 Kondisi Sarana Sanitasi Sekolah (Pengelolaan Sampah dan Pengetahuan Higiene) Apakah pengetahuan ttg Higiene dan Sanitasi diberikan Ya, saat Ya, saat mata pertemuan / Tidak pelajaran penyuluhan Pernah PenJas di tertentu kelas Apakah ada dana untuk air bersih / sanitasi / pend. Higiene Ya Cara Pengelolaan Sampah Dikumpulk an Tempat Buang Air Kotor Kapan Tangki Septik Dikosongk an I KECAMATAN SUMARORONG 1 SDN 001 Sumarorong Safetytank Selokan Tdk Pernah Baik 2 SDN 002 Tabone Safetytank Selokan Tdk Pernah Baik 3 SDN 003 Sibanawa Safetytank Selokan Tdk Pernah Baik Tidak 4 SDN 004 Batanguru Safetytank Selokan Tdk Pernah Lumayan 5 SDN 005 Sumarorong Safetytank Selokan Tdk Pernah Baik 6 SDN 006 Tabone Safetytank Selokan Tdk Pernah Lumayan 7 SDN 008 Bussu Safetytank Selokan Tdk Pernah Lumayan 8 SDN 009 Ratte Safetytank Selokan Tdk Pernah Lumayan 9 SDN 010 Kabaniran Tdk Ada Tdk Ada Tdk Pernah Buruk 10 SDN 011 Salulombe Safetytank Selokan Tdk Pernah Lumayan 11 SDN 012 Ratteliwa Safetytank Selokan Tdk Pernah Lumayan 12 SDN 013 Sapan Tdk Ada Tdk Ada Tdk Pernah Buruk 13 SDN 014 Salubassi Safetytank Selokan Tdk Pernah Lumayan 14 SDK Tello Baru Tdk Ada Tdk Ada Tdk Pernah Buruk 15 SDS Satria Rante Kamase Tdk Ada Tdk Ada Tdk Pernah Buruk 16 SMPN 001 Sumarorong Safetytank Selokan Tdk Pernah Baik 17 SMPN 002 Sumarorong Safetytank Selokan Tdk Pernah Baik 18 SMPN 003 Sumarorong Safetytank Selokan Tdk Pernah Baik Dipisahk an Dibuat Kompos Dari Toilet Dari Kamar Mandi Kondisi Higiene Sekolah 85

86 PEMERINTAH 19 SMPN Terbuka Sumarorong Safetytank Selokan Tdk Pernah Lumayan 20 SMPN SATAP Sapan Tdk Ada Tdk Ada Tdk Pernah Buruk 21 SMPN Satria Rantekamase Tdk Ada Tdk Ada Tdk Pernah Buruk II KECAMATAN MAMASA 1 SDN 001 Mamasa Safetytank Selokan Tdk Pernah Baik 2 SDN 002 Mamasa Safetytank Selokan Tdk Pernah Baik 3 SDN 003 Osango Safetytank Selokan Tdk Pernah Baik 4 SDN 004 Lombok Safetytank Selokan Tdk Pernah Lumayan 5 SDN 005 Rantebuda Safetytank Selokan Tdk Pernah Baik 6 SDN 006 Rambusaratu Safetytank Selokan Tdk Pernah Baik 7 SDN 007 Taupe Safetytank Selokan Tdk Pernah Lumayan 8 SDN 008 Buntubuda Safetytank Selokan Tdk Pernah Lumayan 9 SDN 009 Lombok Safetytank Selokan Tdk Pernah Lumayan 10 SDN 010 Pakassasan Safetytank Selokan Tdk Pernah Lumayan 11 SDN 011 Tatoa Safetytank Selokan Tdk Pernah Baik 12 SDN 012 Barra-barra Safetytank Selokan Tdk Pernah Lumayan 13 SDN 013 Pena Safetytank Selokan Tdk Pernah Lumayan 14 SDN 014 Loko Safetytank Selokan Tdk Pernah Lumayan 15 SDN 015 Pebassian Safetytank Selokan Tdk Pernah Lumayan 16 SDN 016 Rantepongko Tdk Ada Tdk Ada Tdk Pernah Buruk 17 SDK 017 Ne ke Tdk Ada Tdk Ada Tdk Pernah Buruk 18 SDS Nusa Bangsa Tdk Ada Tdk Ada Tdk Pernah Buruk 19 SDK Rantedama Tdk Ada Tdk Ada Tdk Pernah Buruk 20 SMPN 001 Mamasa Safetytank Selokan Tdk Pernah Baik 86

87 PEMERINTAH 21 SMPN 002 Mamasa Safetytank Selokan Tdk Pernah Baik 22 SMPN 003 Mamasa Safetytank Selokan Tdk Pernah Baik 23 SMPN 004 Mamasa Safetytank Selokan Tdk Pernah Baik 24 SMPN 005 Mamasa Safetytank Selokan Tdk Pernah Lumayan 25 SMPS Ilmiah Bangsa Safetytank Selokan Tdk Pernah Lumayan 26 SMPN Frater Mamasa Safetytank Selokan Tdk Pernah Baik III KECAMATAN MAMBI 1 SDN 001 Center Mambi Tdk Ada Tdk Ada Tdk Pernah Buruk 2 SDN 002 Saludurian Tdk Ada Tdk Ada Tdk Pernah Buruk 3 SDN 003 Maerang Tdk Ada Tdk Ada Tdk Pernah Buruk 4 SDN 004 Salumaka Tdk Ada Tdk Ada Tdk Pernah Buruk 5 SDN 005 Mambi Safetytank Selokan Tdk Pernah Lumayan 6 SDN 006 Rantebulahan Tdk Ada Tdk Ada Tdk Pernah Buruk 7 SDN 007 Salubulung Safetytank Selokan Tdk Pernah Lumayan 8 SDN 008 Loka Tdk Ada Tdk Ada Tdk Pernah Buruk 9 SDN 009 Salubanua Tdk Ada Tdk Ada Tdk Pernah Buruk 10 SDN 010 Saluang Safetytank Selokan Tdk Pernah Lumayan 11 SDN 011 Mambi Safetytank Selokan Tdk Pernah Baik 12 SDN 012 Bulo Tdk Ada Tdk Ada Tdk Pernah Buruk 13 SDN 013 Loka Safetytank Selokan Tdk Pernah Lumayan 14 SDN 014 Saluang Tdk Ada Tdk Ada Tdk Pernah Buruk 15 SDN 015 Bujung Manurung Tdk Ada Tdk Ada Tdk Pernah Buruk 16 SDN 016 Salubua Safetytank Selokan Tdk Pernah Lumayan 17 SDN 017 Kampung Baru Tdk Ada Tdk Ada Tdk Pernah Buruk 18 SDN 011 Mambi Safetytank Selokan Tdk Pernah Lumayan 87

88 PEMERINTAH 19 SDS Katiluan Tdk Ada Tdk Ada Tdk Pernah Buruk 20 SDS Indobanua Safetytank Selokan Tdk Pernah Lumayan 21 SMPN 001 Mambi Safetytank Selokan Tdk Pernah Baik 22 SMPN 002 SATAP Mambi Safetytank Selokan Tdk Pernah Baik 23 SMPN Saludurian Safetytank Selokan Tdk Pernah Lumayan 24 SMPS Talipukki Safetytank Selokan Tdk Pernah Lumayan 25 SMPN SATAP Salubanua Safetytank Selokan Tdk Pernah Lumayan 26 SMPN 001 Salubulung Safetytank Selokan Tdk Pernah Lumayan Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda & Olahraga Kab. Mamasa, 2010/2011 Keterangan : L = Laki Laki P = Perempuan S = Selalu Tersedia Air K = Kadang-Kadang T = Tidak Ada Persediaan Air Y = Ya T = Tidak SPT = Sumur Pompa Tangan SGL = Sumur Gali 88

89 PEMERINTAH 3.2. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari hasil proses seluruh usaha atau kegiatan permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama, berupa tinja (kotoran manusia), air seni, limbah kamar mandi dan juga sisa kegiatan dapur rumah tangga. Dalam konsentrasi dan kualitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negative terhadap lingkungan terutama kesehatan manusia sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah tersebut. Limbah merupakan buangan/bekas yang berbentuk cair, gas dan padat yang didalamnya terkandung bahan kimia berbahaya sukar untuk dihilangkan dan dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dsb. Air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan bak peresapan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut : 1. Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah. 2. Tidak mengotori permukaan tanah dan tidak menimbulkan bau yang mengganggu. 3. Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah. 4. Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain. 5. Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan murah. 6. Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m. Pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Mamasa saat ini belum menjadi perhatian masyarakat maupun pemerintah. Pengelolaan air limbah domestik yang berasal dari WC (black water) pada umumnya masih bersifat konvensional menggunakan sistem pengolahan yang bersifat individual maupun komunal yaitu menggunakan septictank atau sumur rembesan atau sumur kotoran. Septictank merupakan sistem sanitasi yang terdiri dari pipa saluran dari kloset, bak penampungan kotoran cair dan padat, bak resapan serta pipa pelepasan air bersih dan udara. Di samping itu ada WC yang dipakai secara komunal dimana satu WC dapat digunakan oleh beberapa rumah tangga secara bergantian. Ada juga bentuk kegiatan-kegiatan yang dilakukan masyarakat Kabupaten Mamasa dalam membuang air limbah cair rumah tangga, antara lain membuang air limbah rumah tangga ke got/parit/drainase dekat rumah masing-masing dengan atau tanpa melalui pipa pembuangan, membuang air limbah langsung ke sungai dengan atau tanpa pipa pembuangan atau menampung air limbah rumah tangga ke dalam lubang yang dibuat dekat kamar mandi. Permasalahan air limbah rumah tangga di Kabupaten Mamasa adalah sebagai berikut : 89

90 PEMERINTAH 1. Terbatasnya sarana infrastruktur pengelolaan air limbah rumah tangga (septictank), dibeberapa wilayah banyak dijumpai sarana pembuangan air limbah tidak tertata atau dikelola dengan benar; 2. Belum adanya bangunan pengelolaan lumpur tinja (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja/IPLT) sehingga limbah dari WC hanya dibuang ke septictank; 3. Masih banyak masyarakat yang membuang tinja dari kamar mandi (WC) langsung di sungai atau menjadikan sungai, sawah, kebun maupun saluran air sebagai WC. 4. Masih terbatasnya Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang dibangun loleh pemerintah maupun masyarakat itu sendiri. Kondisi sanitasi secara umum di Kabupaten Mamasa khususnya air limbah domestik adalah sebagai berikut : 1. Prosentasi jumlah keluarga yang mempunyai jamban sehat adalah... sebagian besar membuang limbah rumah tangga ke sungai. 2. Prosentasi jumlah keluarga yang mempunyai saluran pembuangan air limbah hanya sekitar... Menunggu Data Hasil Quisioner Study EHRA sebagian masyarakat tidak mempunyai SPAL dan hanya membuang air limbah ke halaman belakang. Dari hasil STUDY EHRA jumlah keluarga yang memiliki jamban septik terdapat di kecamatan... sebanyak... Hasil lengkapnya dapat dilihat dalam tabel seperti berikut : Kelembagaan Landasan hukum (aspek legal formal) mengenai pengelolaan air limbah domestik antara lain : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 2. Undang-Undang Republik Indonesai Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai; 4. Peraturan pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; 5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan; 6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 37 Tahun 2003 tentang Metode Analisa Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan; 7. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Lingkungan Domestik; 90

91 PEMERINTAH 8. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri; Penanganan limbah domestik/rumah tangga di Kabupaten Mamasa di bawah kewenangan Badan Lingkungan Hidup Daerah, Dinas PU & Perumahan serta Dinas Kesehatan. Namun belum ada Peraturan Daerah ataupun kebijakan yang mengatur mengenai pengelolaan air limbah domestik yang dapat dijadikan pedoman maupun acuan dalam pengelolaan air limbah rumah tangga. Hal ini dapat dilihat dari : 1. Belum adanya kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Mamasa yang diarahkan untuk mewajibkan seluruh pihak untuk melakukan upaya pengelolaan air limbah domestik untuk lingkungan pemukiman rumah tangga/individu; 2. Belum efektifnya upaya pembinaan dan sosialisasi untuk meningkakan pengetahuan, kesadaran dan kepatuhan berbagai pihak di Kabupaten Mamasa terhadap Perda IMB yang saat ini masih merupakan satu-satunya instrument kebijakan pemerintah Kabupaten Mamasa yang dapat digunakan untuk pembangunan maupun pengendalian penyediaan sarana pengolahan air limbah domestik setempat. Deskrispi lengkap mengenai kebijakan maupun kelembagaan yang berwenang dalam penanganan dan pengelolaan air limbah domestik di kabupaten Mamasa termuat pada tabel berikut : 91

92 PEMERINTAH Tabel 3.4 Daftar Pemangku Kepentingan yang Terlibat dalam Pengelolaan Air Limbah Domestik PEMANGKU KEPENTINGAN No. FUNGSI Pemerintah Kabupaten Swasta Masyarakat PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota Menyusun rencana program air limbah dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA Menyediakan sarana pembuangan awal air limbah domestik Membangun sarana pengumpulan dan pengelolaan awal (Tangki Septik) Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik ke IPLT (truk tinja) Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari sumber ke IPAL (pipa kolektor) Membangun sarana IPLT dan atau IPAL PENGELOLAAN Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja Mengelola IPLT dan atau IPAL Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik, dan atau penyedotan air imbah domestik Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septik, dan saluran drainase lingkungan) dalam (PU) pengurusan IMB PENGATURAN DAN PEMBINAAN Mengatur prosedur penyediaan layana air limbah domestik (pengangkutan, personil, peralatan, dll) Melakukan sosialisasi peraturan dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik Memberikan sanksi terhadap 92

93 PEMERINTAH pelanggaran pengelolaan air limbah domestik MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan air limbah domestik Melakukan monitoring dang evaluasi terhadap efektifitas layanan air limbah domestik, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan air limbah domestik Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestik Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Mamasa Tabel 3.5 Daftar Peraturan Terkait Air Limbah Domestik Ketersediaan Ketersediaan No. Peraturan Ada Efektif Belum efektif Tidak efektif Tidak Ada (Sebutkan) Dilaksanakan Dilaksanakan Dilaksanakan AIR LIMBAH DOMESTIK Target capaian pelayanan pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten ini Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam penyediaan layanan pengelolaan air limbah domestik Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan air limbah domestik Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengelolaan air limbah domestik dihunian rumah pengembang untuk menyediakan sarana Kewajiban dan sanksi bagi industri rumah tangga untuk menyediakan sarana 93

94 PEMERINTAH pengelolaan air limbah domestik ditempat usaha Kewajiban dan sanksi bagi kantor untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di kantor Kewajiban penyedotan air limbah domestik untuk masyarakat, industri rumah tangga, dan kantor pemilik tangki septik Retribusi penyedotan air limbah domestik Tata cara perizinan untuk kegiatan pembuangan air limbah domestik bagi kegiatan pemukiman, usaha rumah tangga, dan perkantoran Sumber : Beragam SKPD/Instansi Terkait Sub Sektor Air Limbah Sistem dan Cakupan Pelayanan Sistem pengolahan air limbah domestik yang ada di Kabupaten Mamasa masih merupakan sistem pengolahan on-site atau sistem sanitasi setempat, yaitu sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah berada dalam persil atau batas tanah yang dimiliki, fasilitas ini merupakan fasilitas sanitasi individual seperti septictank atau cubluk. Sistem pengolahan on-site ini masih terbatas pada keluarga atau rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan /ekonomi kelas menengah keatas., sebab keluarga dari kalangan tersebut sudah mampu membuat toilet yang memenuhi syarat dirumah masingmasing, sedangkan masyarakat dengan tingkat penghasilan rendah biasanya mendapatkan bantuan fasilitas jamban umum dari Pemerintah maupun yang dibuat secara swadaya dan dipakai secara kolektif. Namun pada kenyataannya sampai saat ini masih banyak dijumpai masyarakat yang tinggal di sepanjang bantaran sungai memanfaatkan sungai sebagai tempat pembuangan air limbah wc langsung dari rumah tangga bahkan memanfaatkan sungai secara langsung sebagai tempat mandi, cuci dan kakus. Apalagi kondisi geografis dan topografi wilayah Kabupaten Mamasa yang berbukitbukit dan dialiri oleh sungai yang cukup deras menyebabkan masyarakat dengan mudahnya membuang dan mengalirkan sampah maupun limbah rumah tangga ke sungai karena cepat hanyut terbawa arus sungai yang deras. 94

95 PEMERINTAH Sistem pengolahan on-site sudah banyak dimiliki oleh penduduk terutama di pusat kota kabupaten namun hanya terbatas pada pembuangan tinja, sedangkan buangan dapur dan kamar mandi/cuci belum tertangani. Dari hasil Study EHRA dapat diketahui cakupan pelayanan pengolahan air limbah rumah Menunggu Data Hasil Quisioner Study EHRA tangga dengan sistem on-site adalah sekitar... dari total jumlah rumah tangga di Kabupaten Tabel 3.6 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik User Penampungan Pengelolaan Pembuangan/ Kode/Nama Input Pengaliran Interface Awal Akhir Daur Ulang Aliran a b c d e f g Black Water WC Sentor Tanki Septik Sungai Aliran Limbah AL 1 Grey Water Pipa --- Sungai --- Sungai Aliran Limbah AL 2 Tabel 3.7 Sistem Pengelolaan Air Limbah yang ada di Kabupaten Mamasa Teknologi yang Jenis Data (Perkiraan) Kelompok Fungsi Sumber Data digunakan Sekunder Nilai Data a b c d e User Interface Jamban Helikopter Jumlah (kuantitas) Dinas Kesehatan Penampungan Awal Tangki Septik Jumlah (kuantitas) Dinas Kesehatan Pembuangan/Daur Ulang Sungai Nama Sungai Sungai Mamasa Dinas Kesehatan 95

96 PEMERINTAH No. Kecamatan RT RW Tabel 3.8 Pengelolaan Sarana Jamban Keluarga dan MCK oleh Masyarakat Jumlah Jumlah MCK Tahun Jumlah Sanimas Tahun Penduduk Jamban Dikelola Dikelola Dikelola Dikelola MCK Dikelola Dikelola Dikelola Dikelola MCK Miskin Keluarga RT RW CBO Lainnya Dibangun RT RW CBO Lainnya Dibangun Sumarorong 2 Mamasa 3 Mambi Menunggu Data Hasil Quisioner Study EHRA No. Kecamatan RT Lokasi MCK RW Tabel 3.9 Kondisi Sarana MCK Jumlah Pemakai Jumlah Jumlah Fas. Cuci Persediaan Ada Biaya Tempat Buangan Kapan MCK PDAM SPT SGL Toilet/WC Kamar Mandi Tangan Sabun Pemakaian MCK L P S K T S K T S K T L P L P Y T Y T Y T Sumarorong 2 Mamasa 3 Mambi Keterangan : L = Laki-laki P = Perempuan S = Selalu Tersedia Air T = Tidak Ada Persediaan Ai K = Kdang-kadang Y = Ya T = Tidak SPT = Sumur Pompa Tangan SGL = Sumur Gali Menunggu Data Hasil Quisioner Study EHRA Tangki Septik Air Kotor Cubluk Tangki Septik Dikosongkan 96

97 PEMERINTAH Sistem pengolahan off-site atau sistem sanitasi terpusat atau sistem sewerage dimana air limbah dari rumah-rumah secara bersamaan disalurkan melalui sewer (saluran pengumpul limbah) lalu kemudian masuk ke instalasi pengolahan terpusat (IPAL). Sistem off-site sampai saat ini belum disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Mamasa, maupun oleh pihak swasta Kesadaran Masyarakat dan PMJK Kader kesehatan atau kelompok masyarakat yang berkesadaran dan berkepentingan untuk memajukan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat mempunyai peran yang sangat penting dalam promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dengan memberikan pemahan dan pengetahuan mengenai perilaku stop buang air besar sembarangan dan memicu pengggunaan dan pemanfaatan jamban keluarga sebagai tempat pembuangan tinja. Untuk itu senantiasa harus memanfaatkan setiap kesempatan untuk memberikan penyuluhan, pemicuan, pendampingan tentang pentingnya penanganan air limbah rumah tangga terutama buangan WC dan melakukan monitoring terhadap perilaku masyarakat dalam menghentikan kebiasaan membuang air besar di sembarang tempat. Tingkat kesadaran masyarakat di Kabupaten Mamasa tentang pengelolaan air limbah domestik belum optimal. Ini di karenakan masih kurangnya sosialisasi/penyuluhan mengenai pengelolaan air limbah dan perilaku hidup bersih dan sehat serta belum adanya regulasi atau perda yang mengatur mengenai kewajiban dan sanksi bagi kelembagaan/instansi dan masyarakat dalam penyediaan layanan dan pemberdayaan masyarakat dalam hal pengelolaan Air Limbah baik Air Limbah Rumah Tangga, Rumah Sakit maupun Industri dan perkantoran. Dalam hal pengelolaan limbah rumah tangga jenis black water khusus untuk wilayah ibukota Kabupaten Mamasa sudah banyak rumah tangga yang menggunakan septictank, tetapi untuk jenis limbah rumah tangga yang lain yaitu grey water belum ada satupun masyarakat atau kelompok masyarakat yang membuat sarana pengelolaannya. Masyarakat belum banyak mengetahui cara pengelolaan limbah jenis ini sehingga limbah ini biasanya langsung dialirkan ke drainase/got disekitar rumah kemudian dialirkan ke sungai. Namun untuk partisipasi masyarakat dari kaum perempuan (gender), khususnya dari Tim Penggerak PKK Kabupaten Mamasa setiap tahunnya mengadakan kegiatan Penyuluhanpenyuluhan mengenai pengolahan daur ulang sampah rumah tangga, pengelolaan air limbah rumah tangga dan pengetahuan mengenai jamban yang sehat bagi masyarakat yang diadakan di beberapa 97

98 PEMERINTAH kecamatan seperti : Mamasa, Tawalian, Sesenapadang, Tandukkalua, Sumarorong dan Kecamatan Messawa. Disamping kegiatan-kegiatan yang sifatnya menambah pengetahuan melalui penyuluhanpenyuluhan, PKK Kab. Mamasa pun mengadakan Lomba PHBS yang dimaksudkan untuk menguji sejauh mana tingkat kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Dari kegiatan lomba tersebut, yang terpilih menjadi pemenang akan diikutkan dalam lomba yang sama pada tingkat provinsi dan nasional, selain itu pemenang lomba juga berhak mendapatkan satu paket kloset lengkap. Gambar 3.1 Aktifitas Pembuangan Limbah Cair Yang Dialirkan Melalui Pipa-pipa Sewer Ke Sungai 98

99 PEMERINTAH Tabel 3.10 Daftar Program/Proyek Berbasis Masyarakat No. Sub-Sektor Nama Program/ Proyek /Layanan Pelaksana/PJ Tahun Mulai Fungsi Kondisi Sarana Saat Ini Tidak Fungsi Aspek PMJK Rusak PM JDR MBR Subsektor Persampahan 2 Subsektor Air Limbah 3 Subsektor Drainase Tidak Ada Data 4 Subsektor Air Minum Keterangan : PM = Pemberdayaan Masyarakat JDR = Jender MBR = Masyarakat Berpenghasilan Rendah 99

100 PEMERINTAH Pemetaan Media Terdapat dua aspek dalam pembangunan sanitasi yaitu aspek teknis dan aspek non teknis yang terkait satu dengan yang lain. Aspek teknis adalah aspek pembangunan dan pengelolaan sanitasi yang terkait dengan pembangunan maupun pengelolaan secara fisik (infrastruktur sanitasi), misalnya pembangunan MCK, pembangunan IPAL, saluran drainase, dll. Sedangkan aspek non teknis adalah aspek pembangunan dan pengelolaan air limbah yang selain dari pembangunan dan pengelolaan secara fisik, misalnya pendanaan program/kegiatan pembangunan saran pengolahan air limbah, peningkatan kesadaran masyarakat, pembentukan lembaga pengelola, dll termasuk proses dan kegiatan komunikasi serta peran media. Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan studi terhadap masyarakat maupun pemerintah terkait aspek kegiatan komunikasi serta melakukan pemetaan sampai sejauh mana peranserta media dalam menangani persoalan sanitasi. Studi komunikasi pada dasarnya adalah upaya pengumpulan dan analisis data primer dan sekunder dengan metoda tertentu yang akan melakukan penilaian kualitatif tentang potensi dan tantangan kebijakan dan pembangunan sanitasi, khususnya dari tinjauan aspek komunikasi, di tingkat kota melalui dukungan data primer dan sekunder yang relevan. Potret kegiatan komunikasi dan pemetaan media secara umum dan secara khusus tentang sarana air limbah serta segala informasi yang berguna bagi pembangunan air limbah menjadi salah satu data primer dan sekunder dalam Buku Putih sebagai bahan untuk merumuskan Strategi Sanitasi Kota. Tabel 3.11 Kegiatan Komunikasi yang ada di Kabupaten Mamasa No Kegiatan Tahun Dinas Khalayak Tujuan Kegiatan Pelaksana Sasaran Pesan Kunci Pembelajaran KIM (Kelompok Informasi Masyarakat) 2010 DISHUBKO MINFO Peningkatan SDM Masyarakat Memudahkan p elayanan informasi bagi Berkembangnya KIM 2. AMESSA (Ayo Menonton Secara Sehat) 2012 DISHUBKO MINFO Memberikan literasi & proteksi kepada masyarakat terhadap dampak dari tayangan TV Masyarakat & Institusi/Le mbaga Penyiaran masyarakat Menonton secara sehat Penyaringan/Pem ilahan siaran yang baik untuk tingkatan umur tertentu 100

101 PEMERINTAH No Nama Media Tabel 3.12 Media Komunikasi yang Ada di Kabupaten Mamasa Jenis Acara Isu Yang Diangakat Pesan Kunci Pendapat Media Ada tetapi tidak resmi terdaftar Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tabel 3.13 Kerjasama Terkait Sanitasi No Nama Kegiatan Jenis Kegiatan Sanitasi Mitra Kerjasama Bentuk Kerjasama Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tabel 3.14 Daftar Mitra Potensial No Nama Mitra Jenis Kegiatan Sanitasi Bentuk Kerja Sama LSM Green World Belum ada Belum ada 2. Lembaga Kepemudaan Pembersihan Sekitar Sungai Tidak ada 2. PKK Kab. Mamasa Sosialisasi dan Lomba PHBS Tidak ada Partisipasi Dunia Usaha Saat ini belum terdapat kerjasama penanganan antara Pemerintah Kabupaten Mamasa, dan swasta dalam pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Mamasa. Penanganan Air Limbah Domestik hanya dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Mamasa dan ada beberapa program kegiatan yang melibatkan partisipasi masyarakat. Demikian pula halnya dengan pengelolaan dan pemeliharaan prasarana dan sarana pembuangan air limbah domestik yang telah dibangun oleh Pemerintah daerah maupun masyarakat masih belum memadai, dan peran serta masyarakat dan swasta terhadap program ini ternyata masih kurang dan belum termobilisasikan dengan baik. 101

102 PEMERINTAH Tabel 3.15 Penyedia Layanan Air Limbah Domestik yang Ada di Kabupaten Mamasa No Nama Provider Tahun Mulai Operasi Jenis Kegiatan Tidak Ada Perusahaan Penyedia Layanan Air Limbah Domestik Tidak Ada Tidak Ada Tabel 3.16 Ringkasan Pendapatan dan Belanja dari Sub-Sektor Pengelolaan Air Limbah Domestik No Sub-Sektor / SKPD n - 4 n - 3 n - 2 n - 1 n Rata - Rata Pertumbuhan (%) Air Limbah % 2. Retribusi Limbah % 3.3. PENGELOLAAN PERSAMPAHAN Sampah dapat diartikan sebagai benda atau barang yang dibuang karena tidak dipakai lagi (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Tetapi seiring dengan perkembangan zaman dan peradaban manusia kata sampah dapat menjadi berbagai macam arti, diantaranya yaitu : 1. Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan (Kamus Istilah Lingkungan, 1994). 2. Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis (Istilah lingkungan untuk Manajemen, Ecolink, 1996). 3. Sampah adalah semua buangan padat yang dihasilkan dari seluruh kegiatan manusia dan hewan yang tidak berguna atau tidak diinginkan (Tchobanoglous, Theiseen dan Eliassen, 1993). 102

103 PEMERINTAH Jadi dapat pula disimpulkan bahwa Sampah adalah bahan yang tidak dipakai lagi yang merupakan pembuangan dari pembuatan dan pemakaian sesuatu yang tidak berguna, tidak diinginkan, dan belum memiliki nilai ekonomis. Pertambahan jumlah penduduk di perkotaan yang pesat berdampak terhadap peningkatan jumlah sampah yang di hasilkan. Peningkatan jumlah sampah yang tidak diikuti oleh perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan sampah mengakibatkan permasalahan sampah menjadi kompleks, antara lain sampah tidak terangkut dan terjadi pembuangan sampah liar, sehingga dapat menimbulkan berbagai penyakit, kota menjadi kotor dan semerawut, bau tidak sedap, mengurangi daya tampung sungai dan lain-lain. Sampah perkotaan merupakan salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini menunjukkan bahwa timbulan volume sampah cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan pola konsumsinya. Dengan adanya volume sampah yang terus meningkat, maka perlu mendapat perhatian dan penanggulangan khusus dari sumber timbulan sampah. Masalah sampah mutlak harus ditangani secara bersama-sama antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan kesadaran dan komitmen bersama menuju perubahan sikap, perilaku dan etika yang berbudaya lingkungan. Jumlah Produksi sampah yang sangat jauh lebih banyak dibandingkan pengolahan sampah membuat sampah-sampah yang ada menjadi menumpuk. TPA pun tak jarang telah banyak tak dapat menampung sampah yang ada, sehingga perlu lahan lagi dan lagi untuk menampung sampah-sampah tersebut. Penumpukan sampah telah banyak menimbulkan masalah. Antara lain : 1. Gangguan Estetika, dengan menumpuknya sampah pasti akan merusak pemandangan di sekitarnya. Jadi sampah sangat mengganggu estetika atau keindahan yang ada disekitar tumpukan sampah itu. Hal ini akan sangat berdampak negatif pada bidang kepariwisataan; 2. Pencemaran Lingkungan, menumpuknya sampah pasti memiliki dampak yang sangat negatif terhadap lingkungan. Dampak yang diakibatkan dari penumpukan sampah itu antara lain pencemaran udara, pencemaran tanah, dan pencemaran air; 3. Kemacetan Lalu Lintas, hal ini akan terjadi apabila TPA berdekatan dengan tempat-tempat potensial seperti pasar. Arus kendaraan pengangkut sampah yang keluar masuk TPA akan membuat kemacean daerah disekitarnya apalagi itu tempat potensial; 4. Gangguan Kebisingan, kebisingan akibat lalu lintas kendaraan berat dari mesin-mesin, bunyi rem, gerakan bongkar muat, dan lain-lain sangat mengganggu daerah sekitar; 103

104 PEMERINTAH 5. Dampak Sosial, Dengan adanya tumpukan sampah disekitar mereka akan menimbulkan sikap oposisi/sikap menentang dari masyarakat yang daerah sekitarnya dijadikan TPA Kelembagaan Lembaga pengelolaan persampahan di Kab. Mamasa masih dalam bentuk bidang dibawah naungan Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Mamasa dengan pengelolaan yang dilakukan secara komunal oleh masyarakat yaitu dengan ditimbun/dibakar pada lahan di pekarangannya sendiri dan oleh Badan Lingkungan Hidup Kab. Mamasa dilakukan dengan metode pengumpulan pada bak-bak sampah, pengengkutan oleh gerobak sampah menuju TPS dan pengangkutan dengan truk menuju TPA. Studi-studi tentang pengelolaan sampah sudah pernah dilaksanakan. kondisi eksiting sarana dan prasarana persampahan Kabupaten Mamasa dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 3.17 Sarana dan Prasarana Persampahan Kab. Mamasa No Jenis Angkutan Volume Jumlah Kondisi Dump truk 4m³ 4 1 Baik 2 Rusak 1 Dalam Perbaikan 2. Motor Sampah 2 m³ 4 1 Baik 3 Rusak 3. Bak Sampah Besar (Kayu) 2.5 m³ 2 1 Baik 1 Rusak 4. Tong Sampah (Drum) 120 ltr Baik 75 Rusak 5. Bak Sampah (Semen) 2 m³ 10 8 Baik 2 Rusak 6. Tempat Sampah 2 jenis (Sampah Basah dan Sampah Kering) 50 ltr Baik Sumber : Badan Lingkungan Hidup Daerah Kab. Mamasa Tahun Anggaran Aspek hukum dan peraturan Dasar Hukum Pengelolaan Persampahan yang telah diterbitkan oleh Pemerintah Kab. Mamasa adalah Peraturan Bupati Nomor 12.a Tahun 2007 tanggal 02 April 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Standar Minimal Bidang Persampahan. 104

105 PEMERINTAH 2. Aspek pembiayaan Terkait Dengan retribusi pengelolaan Persampahan di Kabupaten Mamasa telah diterbitkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2006 tanggal 14 Agustus 2007 tentang Retribusi Jasa Kebersihan. 3. Aspek Operasional Ketiga aspek tersebut diatas menunjukkan bahwa dalam sistem pengelolaan sampah dikabupaten Mamasa adalah Aspek Kelembagaan, Aspek Hukum/Peraturan Aspek Pembiayaan namun masih belum didukung penuh dengan peran serta masyarakat dan swasta yang seharusnya saling terkait dan tidak dapat berdiri sendiri. Pengelolaan Persampahan Kabupaten Mamasa mengarah kepada Pemisahan antara Operator dan Regulator dimana telah dirancang Pengelolaan TPA berbentuk UPTD. Tabel 3.18 Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan PEMANGKU KEPENTINGAN No. FUNGSI Pemerintah Kabupaten Swasta Masyarakat PERENCANAAN 1. Menyusun target pengelolaan sampah skala kab/kota 2. Menyusun rencana program persampahan dalam rangka pencapaian target 3. Menyusun rencana anggaran program Persampahan dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA 1. Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah 2. Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber sampah ke TPS) 3. Membangun sarana Tempat Penampungan Sementara (TPS) 4. Membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) 5. Membangun sarana TPA 6. Menyediakan Sarana Komposting PENGELOLAAN 1. Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS 2. Mengelola sampah di TPS 105

106 PEMERINTAH 3. Mengangkut sampah dari TPS ke TPA 4. Mengelola TPA 5. Melakukan Pemilahan sampah 6. Memberikan izin usaha persampahan PENGATURAN DAN PEMBINAAN 1. Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah (jam, pengangkutan, personil, peralatan, dll) 2. Melakukan sosialisasi peraturan dan pembinaan dalam hal pengelolaan sampah 3. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah MONITORING DAN EVALUASI 1. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan sampah skala kab/kota 2. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan persampahan 3. Melakukan monitoring dang evaluasi terhadap efektifitas layanan persampahan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan persampahan Sumber : Badan Lingkungan Hidup Daerah, 2012 No. Tabel 3.19 Peta Peraturan Persampahan Kabupaten Mamasa PERATURAN KETERSEDIAAN Ada (Sebutkan) Efektif Dilaksanakan KETERSEDIAAN Belum efektif Dilaksanakan Tidak efektif Dilaksanakan PERSAMPAHAN Target capaian pelayanan pengelolaan 1. Persampahan di Kabupaten Mamasa Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah 2. Kabupaten dalam penyediaan layanan pengelolaan persampahan Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam memberdayakan 3. masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan persampahan Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat 4. sampah dihunian rumah, dan membuang ke TPS TPA Mobil Sampah 106

107 PEMERINTAH Kewajiban dan sanksi bagi kantor/unit usaha di kawasan komersial/fasilitas sosial/fasilitas umum untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah, dan membuang ke TPS Pembagian kerja pengumpulan sampah dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA, pengelolaan TPA, dan pengaturan waktu pengangkutan sampah dari TPS ke TPA Kerjasama pemerintah Kabupaten dengan swasta atau pihak lain dalam pengelolaan persampahan Mobil Sampah TPA 8. Retribusi sampah atau kebersihan Karcis Sumber : Badan Lingkungan Hidup Daerah, Sistim dan Cakupan Layanan Sampah pada dasarnya dihasilkan oleh atau merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Hukum Termodinamika Kedua menyatakan bahwa hakikatnya proses perubahan materi atau proses produksi apapun tidak ada yang berjalan efesien 100 (seratus) persen. Setiap aktivitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah yang jumlah dan volumenya sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang atau material yang kita gunakan sehari-hari. Demikian juga dengan sampah, sangat tergantung dari gaya hidup dan jenis material yang kita konsumsi. Dalam Pedoman Pengelolaan Persampahan Perkotaan yang diterbitkan oleh Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Dirjen Tata Perkotaan dan Tata Pedesaan (2003), maupun yang dinyatakan dalam SNI serta SNI , klasifikasi sumber atau lokasi penimbul sampah adalah sebagai berikut : 1. Permukiman 7. Hotel / Restoran / Tempat Hiburan 2. Terminal 8. Jalan 3. Pasar 9. Drainase 4. Rumah Sakit 10. Sungai 5. Perkantoran 11. Taman Kota 6. Pertokoan / Perdagangan 12. Industri 107

108 PEMERINTAH a. Sumber-Sumber Sampah Kabupaten Mamasa Sampah yang banyak disekitar kita dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok. Yang menjadi dasar pengklasifikasiannya adalah perbedaan dan persamaan yang ada diantara sampah-sampah itu. Indikator pengklasifikasian sampah itu diantaranya berdasarkan sifatnya, bentuknya dan sumbernya. Pengklasifikasian sampah ini berfungsi salah satunya untuk memudahkan cara pengolahan sampah agar tidak merusak alam. Karena pemrosesan yang salah akan menyebabkan masalah lain, misalnya sampah rumah sakit diolah seperti pengolahan sampah alam, akan membuat lingkungan sekitar menjadi terkontaminasi oleh bakteri, virus dan bahan-bahan beracun yang sangat berbahaya bagi manusia dan mahkluk lainnya. Berdasarkan sumbernya sampah di Kabupaten Mamasa dapat dikelompkkan menjadi 6 (enam) jenis, sumber-sumber sampah di Kabupaten Mamasa tersebut antara lain berasal dari : 1. Sampah Permukiman, Sampah ini berasal dari rumah tangga perkampungan maupun permukiman jalan protokol. Sampah ini berasal dari aktivitas dapur, sampah pohon di halaman maupun kegiatan rumah tangga lain. 2. Sampah Pasar Tradisional, Merupakan sampah dari kegiatan pasar, baik sisa bahan pembungkus maupun sisa bahan-bahan yang diperjualbelikan yang tidak dapat dimanfaatkan lagi. Kebanyakan merupakan sisa sayur-mayur dan buah-buahan. 3. Sampah Hotel dan Penginapan, Sumber sampah ini berasal dari semua kegiatan hotel atau penginapan. Sampah yang dihasilkan biasanya berupa sampah kertas, makanan. sampah dapur dan lain-lain. 4. Sampah Rumah Sakit, Merupakan sampah yang berasal dari aktifitas rumah sakit baik termasuk sampah yang berasal dari kegiatan laboratorium. Biasanya sampah yang dibuang di TPA adalah sampah jenis non B3. 5. Sampah Industri, Sampah jenis ini berasal dari sisa-sisa aktifitas pemrosesan di industri. Sampah dari kawasan ini yang dihasilkan dan dibuang ke TPA adalah sampah jenis non B3. 6. Sampah Jalan, Merupakan sampah yang berasal dari pejalan kaki, pengendara kendaraan maupun berasal dari pengguna jalan yang lain. Sampah jalan ditangani oleh penyapu jalan baik dalam pengumpulan maupun pengangkutan. Sebenarnya seluruh jalan di Kabupaten Mamasa membenikan kontribusi sampah yang harus ditangani oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Mamasa. Akan tetapi hanya pada jalan-jalan utama (jalan protokol) 108

109 PEMERINTAH yang telah ditangani oleh BLHD Kabupaten Mamasa. Untuk Kabupaten Mamasa, wilayah yang mendapatkan pelayanan persampahan baru sekitar wilayah perkotaan Mamasa dengan luas pelayanan sebesar 8 km 2 dengan jumlah penduduk yang menerima pelayanan kebersihan sebanyak jiwa dari jumlah penduduk kota sebesar jiwa atau sekitar 2% dari keseluruhan penduduk di Kab. Mamasa. Daerah pelayanan yang sudah dilayani oleh Sistem Pengelolaan Persampahan Kabupaten Mamasa saat ini meliputi daerah pemukiman penduduk, perkantoran, pasar/pertokoan, jalan dalam kota, sarana peribadatan, sarana wisata, sekolah dan lain-lain. Terutama pada daerah perkotaan/ibukota kabupaten. Beberapa daerah khususnya kawasan kumuh dan padat, pelayanan pengumpulan sampah tidak dilakukan sebagaimana mestinya, karena kurangnya armada pengumpul sampah serta jauhnya jarak antara rumah yang merupakan sumber sampah dengan lokasi pengumpulan, serta masih sulitnya akses jalan yang berada diluar Kota Mamasa dan kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan. Sampah yang dihasilkan di lingkungan tersebut, sebagian dibakar, namun sebagian besar lagi dibuang di saluran drainase dan sungai, sehingga menyebabkan tersumbatnya saluran drainase yang dapat mengakibatkan terjadinya banjir dan genangan. Tabel 3.20 Peta Pelayanan Persampahan di Kabupaten Mamasa No. Nama Kecamatan (yang terlayani) Desa/Kelurahan Terlayani Belum Terlayani Mamasa 1. Kelurahan Mamasa 2. Desa Osango 3. Desa Rambusaratu 4. Desa Lambanan 5. Desa Lembangna Salulo 6. Desa Taupe 7. Desa Buntu Buda 8. Desa Tondok Bakaru 9. Desa Pebassian 10. Desa Mambulilling 11. Desa Bombong Lambe 12. Desa Bubun Batu Sumber : Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Mamasa,

110 PEMERINTAH Peta 3.1 Peta Cakupan Layanan Persampahan Peta 3.2 Peta Lokasi Infrastruktur Utama Pengelolaan Persampahan 110

111 PEMERINTAH Gambar 3.2 Foto-foto Sarana dan Prasarana Persampahan yang ada di Kab. Mamasa Tabel 3.21 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Sampah di Kabupaten Mamasa Input User interface Penampungan Awal Pengangkutan Pengolahan Akhir Pembuangan/ Daur Ulang Kode/Nama Area Sampah Rumah Tangga Tong Sampah Motor Sampah - Truk Sampah - Mobil Sampah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) - Aliran Limbah P1 Lubang Sampah Rumah Tangga - Lubang Galian - Di Bakar - Di Buang ke Sungai - Aliran Limbah P1 Timbulan Sampah Pasar & Tempat Umum Lainnya Pengumpulan Sampah - Bak Sampah Kayu - Bak Sampah Semen - Gerobak Sampah - Motor Sampah - Bak Sampah Kayu - Bak Sampah Semen - Bak Sampah Kayu - Bak Sampah Semen - Truk Sampah - Mobil Sampah - Truk Sampah - Mobil Sampah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tempat Pembuangan Akhir (TPA) - - Aliran Limbah P2 Aliran Limbah P2 111

112 PEMERINTAH Tabel 3.22 Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan yang ada di Kabupaten Mamasa Kelompok Fungsi Teknologi yang digunakan Jenis Data Sekunder (Perkiraan) Nilai Data Sumber Data Pewadahan a b c d e - Kantong Plastik Wawancara - Masyarakat - Karung Wawancara Langsung - Masyarakat - Bak Sampah Wawancara Langsung - Masyarakat Pengumpulan - Gerobak Sampah Wawancara Langsung - Pengolahan Masyarakat dan BLHD Mamasa - Di Bakar Wawancara Langsung - Masyarakat - Di Buang ke Sungai Wawancara Langsung - Pemantaua Langsung - Truk/Mobil Sampah Wawancara Langsung - BLHD Mamasa Pengangkutan - Motor Sampah Wawancara Langsung - BLHD Mamasa - Gerobak Sampah Wawancara Langsung - BLHD Mamasa Pengolahan Akhir TPA Wawancara Langsung - BLHD Mamasa Kesadaran Masyarakat & PMJK Pada umumnya masyarakat Kabupaten Mamasa belum banyak berperan serta dalam pengelolaan persampahan di wilayahnya, hal ini dapat dilihat dari belum adanya kelompok masyarakat yang secara rutin terlibat dalam pengelolaan sampah, masih banyaknya sampah yang menyumbat saluran drainase dan gorong-gorong di sekitar kota. Kegiatan-kegiatan kelompok masyarakat yang ada hanya bersifat insidentil seperti kegiatan kerja bakti menjelang hari-hari besar tertentu. Melihat kondisi ini, kesadaran masyarakat (individu maupun kelompok) tentang kebersihan/persampahan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dengan masyarakat, dimana peran dan partisipasi aktif masyarakat sebagai mitra dalam pengelolaan sampah sangat diharapkan. 112

113 PEMERINTAH Jenis Kegiatan Pengumpulan Sampah dari Rumah Tabel 3.23 Pengelolaan Persampahan ditingkat Kelurahan/Kecamatan Dikelola oleh Masyarakat RT RW Dikelola Oleh Sektor Formal di Tingkat Kelurahan/ Kecamatan Dikelola Pihak Swasta L P L P L P L P Keterangan Dilakukan Oleh Petugas Kebersihan Pemilahan sampah di TPS Belum Ada Pengangkutan Sampah ke TPS Pengangkutan sampah ke TPA Motor Sampah/BLHD Truk Sampah/BLHD Pemilahan Sampah di TPA Belum Ada Para Penyapu Jalan Sumber : Badan Lingkungan Hidup Daerah Kab. Mamasa, 2012 Jenis Kegiatan Pengumpulan sampah dari rumah Tabel 3.24 Pengolahan Sampah ditingkat Kabupaten Mamasa Dikelola Oleh Kabupatn/Kot a Dikelola Oleh Masyarakat Dikelola oleh Sektor Formal di Tingkat Dikelola Pihak Swasta L P L P L P L P Pemilahan sampah di TPS Pengangkutan sampah ke TPS Pengangkutan sampah ke TPA Pemilahan sampah di TPA Para Penyapu Jalan Sumber : Badan Lingkungan Hidup Daerah Kab. Mamasa,

114 PEMERINTAH Adapun Program/Proyek layanan yang berbasis masyarakat yang sampai saat ini adalah : No Sub Sektor Tabel 3.25 Daftar Program/Proyek Layanan yang Berbasis Masyarakat Nama Program/Proyek Layanan Pelaksana / PJ Tahun Mulai Kondisi Sarana Saat Ini Fungsi Tidak Fungsi Aspek PMJK Rusak PM JDR MBR Persampahan Pengadaan Tong Sampah BLHD Persampahan Pengadaan Tong Sampah BLHD Sumber : Badan Lingkungan Hidup Daerah Kab. Mamasa, 2012 Permasalahan persampahan ditingkat masyarakat 1. Kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat masih kurang. 2. Perilaku masyarakat Kabupaten Mamasa membuang sampah di sungai atau badan saluran masih banyak terlihat. 3. Kesadaran masyarakat untuk membayar retribusi kebersihan masih rendah. 4. Terdapat beberapa masyarakat yang belum terjangkau oleh layanan persampahan. 5. Pada saat ini rumah tangga yang berasal dari permukiman yang berada diluar jalan protokol belum ditangani secara baik, dan masih ditangani secara individual. Permasalahan persampahan ditingkat pemerintah 1. Masih lemahnya penegakan aturan pengelolaan sampah; 2. Minimnya sistem perencanaan persampahan termasuk data base persampahan; 3. Pihak Pemerintah Kabupaten Mamasa melalui Badan Lingkungan Hidup Daerah Kab. Mamasa mengalami kesulitan menempatkan TPS ( baik permanen maupun kontainer); 4. Masih minimnya sarana dan prasarana yang memadai untuk pengelolaan sampah; 5. Pemerintah Kabupaten Mamasa belum memiliki TPA sanitary landfil; 6. Masih lemahnya monitoring dan evaluasi dampak pengelolaan sampah; 7. Serta belum optimalnya upaya untuk mensosialisaikan dan menegakkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun

115 PEMERINTAH Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Mamasa Nomor 6 Tahun 2003 tentang struktur dan besaranya tarif retribusi. Besaran retribusi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.26 berikut ini : Tabel 3.26 Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pengelolaan Sampahan No. Jenis Pelanggan Besarnya Tarif Keterangan Rumah Kediaman/KK 2.500,- Rumah/bulan 2. Rumah Kost/Asrama 2.500,- Lokasi / Bulan 3. Hotel / Wisma / Penginapan ,- unit / bulan Restoran/Rumah Makan/Bar Rumah Sakit Apotik 7. Pedagang pasar inpres, pedagang sayur, pedagang buah, pedagang ikan dan daging, pedagang kelontong, pedagang lain-lain ,- unit / bulan ,- unit / bulan ,- unit / bulan 8.000,- Pedagang/bulan 8. Kantor (non pemerintahan) ,- unit / bulan 9. Toko ,- Toko / bulan 10. Perusahaan Pertukangan/Pengelolahan bahan perdagangan , Bengkel Reparasi ,- Warung ,- Usaha Lainnya/Jasa Bank ,- TempatT-Tempat Hiburan Lainnya ,- Sumber : Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2006 Kab Mamasa, BLHD 2012 unit / bulan unit / bulan unit / bulan unit / bulan unit / bulan unit / bulan 115

116 PEMERINTAH Sedangkan dari pihak swasta sendiri belum ada peran serta langsung maupun tidak langsung yang dalam hal ini bertindak selaku pengusaha/badan usaha yang begelut dibidak pengunpulan dan daur ulang maupun sebagai produsen pupuk yang berbahan utama sampah. Tabel 3.27 Persentase Asumsi Timbunan Produksi Sampah Kabupaten Mamasa Tahun 2011 No Sumber Produksi sampah (m3/hari) Persentase (%) Pemukiman 15 42% 2 Pasar Tradisional 8 22% 3 Hotel dan penginapan 5 14% 4 Rumah sakit 5 14% 5 Industri (non B3) Tidak ada Data 0% 6 Urban Tidak ada Data 0% 7 Lain-lain 3 8% Jumlah % Sumber : Badan Lingkungan Hidup Daerah Kab. Mamasa, 2012 Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Lokasi TPA yang ada Kab. Mamasa terletak di Desa Salubue Kec. Mamasa, dengan luas lahan TPA 2.480m². Jarak TPA ke pemukiman terdekat 200m serta Jarak TPA ke sungai terdekat 700m. Tetapi untuk TPA yang terdapat di Desa Salubue pada tahun ini akan berakhir masa pinjam lahan oleh pemerintah Kab. Mamasa dan akan dikembalikan kepada pemilik tanah tersebut. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Mamasa melalui bantuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) oleh pemerintah pusat sedang membangun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) pengganti yang sedang dikerjakan dan terletak di Desa Salurano Kecamatan Tandukalua yang berjarak ± 16Km dari pusat Kota Kab. Mamasa dengan luas ± 4Ha Jarak TPA ke pemukiman terdekat ± 1Km serta Jarak TPA ke sungai terdekat ± 1Km. Untuk rencana pemakaian TPA tersebut dari Tahun 2013 sampai dengan Tahun

117 PEMERINTAH Gambar 3.3 Kondisi Eksisting TPA Salubue Kabupaten Mamasa Gambar 3.4 Foto-foto Pembangunan TPA Mamasa di Kec. Tandukkalua Sarana Pengolahan TPA yang sedang dibangun di Kecamatan Tandukkalua tersebut menelan biaya sekitar.. dengan berbagai fasilitas, diantaranya Instalasi Pengkomposan, Instalasi Pembakaran Sampah dan Instalasi Daur Ulang Sampah. 117

118 PEMERINTAH Tabel 3.28 Perkiraan Timbunan Sampah dan Perhitungan Kebutuhan Sarana Dan Prasarana Pengelolaan Persampahan Kab. Mamasa No Uraian Satuan Eksisting 2008 Tahun Prediksi Jumlah Penduduk Jiwa Tingkat Pelayanan Ton Penduduk dilayani Jiwa PERKIRAAN PRODUKSI Timbulan 4 Sampah Domestik Timbulan 5 sampah non domestik Belum Ada Data 6 Total timbulan sampah Ton KAPASITAS PELAYANAN Pelayanan 7 sampah M³ domestik 8 Timbulan sampah domestik terlayani 9 Pelayanan sampah non domestik Timbulan Data Belum Lengkap 10 sampah non domestik terlayani Timbulan 10 sampah non domestik terlayani Total 11 timbulan sampah terlayani SAMPAH TIDAK TERLAYANI 12 Sampah Domestik 118

119 PEMERINTAH No Uraian Satuan 13 Sampah Non Domestik 14 Total Eksisting 2008 Tahun Prediksi Tidak Ada Data KEBUTUHAN PRASARANA Bin/tong 15 sampah 50 Unit lt/0.05 m 3 16 Gerobak/be cak sampah Unit m 3 17 Container 6 Unit m 3 18 Arm roll truck (untuk Unit container) 19 Dump truck 6 m 3 Unit PERALATAN TAMBAHAN Bin/tong 20 sampah 50 Unit lt/0.05 m 3 21 Gerobak/be cak sampah Unit m 3 22 Container 4 Unit m 3 23 Arm roll truck (untuk Unit container) 24 Dump truck 4 m 3 Unit Sumber : BLHD Kab. Mamasa, Pemetaan Media Terdapat dua aspek dalam pembangunan sanitasi yaitu aspek teknis dan aspek non teknis yang terkait satu dengan yang lain. Aspek teknis adalah aspek pembangunan dan pengelolaan sanitasi yang terkait dengan pembangunan maupun pengelolaan secara fisik (infrastruktur sanitasi), misalnya pembangunan MCK, pembangunan IPAL, saluran drainase, dll. Sedangkan aspek non teknis adalah aspek pembangunan dan pengelolaan air limbah yang selain dari pembangunan dan pengelolaan secara fisik, misalnya pendanaan program/kegiatan 119

120 PEMERINTAH pembangunan sarana pengolahan air limbah, peningkatan kesadaran masyarakat melalui sosialisasi/penyuluhan/kampanye, pembentukan lembaga pengelola, dll termasuk proses dan kegiatan komunikasi serta peran media. Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan studi terhadap masyarakat maupun pemerintah terkait aspek kegiatan komunikasi serta melakukan pemetaan sampai sejauh mana peran serta media dalam menangani persoalan sanitasi. Studi komunikasi pada dasarnya adalah upaya pengumpulan dan analisis data primer dan sekunder dengan metode tertentu yang akan melakukan penilaian kualitatif tentang potensi dan tantangan kebijakan dan pembangunan sanitasi, khususnya dari tinjauan aspek komunikasi, di tingkat kota melalui dukungan data primer dan sekunder yang relevan. Potret kegiatan komunikasi dan pemetaan media secara umum dan secara khusus tentang sarana air limbah serta segala informasi yang berguna bagi pembangunan air limbah menjadi salah satu data primer dan sekunder dalam Buku Putih sebagai bahan untuk merumuskan Strategi Sanitasi Kabupaten/ Kota. No Kegiatan Tahun Tabel 3.29 Kegiatan Komunikasi yang ada di Kabupaten Mamasa Dinas Pelaksana Tujuan Kegiatan Khalayak Sasaran Pesan Kunci Pembelajaran Sosialisasi PHBS Dinas Anak SD, Sekolah Kesehatan SMP 2. Penyuluhan Pola Standar Hidup Sehat 2012 Dinas Kesehatan Pengenalan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sejak dini Memberikan/ meningkatka n kesadaran masyarakat tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda & Olahraga dan BLHD Kab. Mamasa Masyarakat Jagalah Kesehatan Sejak Dini, agar sehat dan dapat belajar dengan giat dan berprestasi Melakukan Pola Hidup Bersih dan Sehat - Mengajarkan cara menyikat gigi yang benar. - Mengajarkan cara mandi yang benar. - Mengajarkan cara mencuci tangan yang benar. - Mengajarkan tatacara membuat kompos (khusus murid SMP). - Diberikan pengetahuan mengenai jamban yang sehat. - Diberikan pengetahuan mengenai pengelolaan sampah. - Diberikan pengetahuan mengenai penempatan kandang ternak yang baik. 120

121 PEMERINTAH No Nama Media Tabel 3.30 Media Komunikasi yang ada di Kabupaten Mamasa Jenis Acara Isu Yang Diangakat Pesan Kunci Pendapat Media Ada tetapi tidak resmi terdaftar Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tabel 3.31 Kerjasama Terkait Sanitasi Persampahan No Nama Kegiatan Jenis Kegiatan Sanitasi Mitra Kerjasama Bentuk Kerjasama Belum Ada Kerjasama Tabel 3.32 Daftar Mitra Potensial Persampahan No Nama Mitra Jenis Kegiatan Sanitasi Bentuk Kerja Sama LSM Green World Belum ada Belum ada 2. Lembaga Kepemudaan Pembersihan Sekitar Sungai Tidak ada Partisipasi Dunia Usaha Saat ini belum terdapat kerjasama penanganan antara Pemerintah Kabupaten dan perusahaan swasta yang bergerak pada subsektor pengelolaan persampahan di Kabupaten Mamasa. Penanganan persampahan hanya dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Mamasa melalui Badan Lingkungan Hidup Daerah Kab. Mamasa dibawah kendali Bidang Kebersihan dan Persampahan. Jadi belum ada peran serta langsung maupun tidak langsung oleh sektor swasta/dunia usaha yang dalam hal ini begelut dibidang daur ulang sampah maupun sebagai produsen pupuk organik (kompos) yang berbahan utama sampah organik. 121

122 PEMERINTAH Tabel 3.33 Penyedia Layanan Persampahan yang Ada di Kabupaten Mamasa No Nama Provider Tahun Mulai Operasi Jenis Kegiatan Belum Ada Pengusaha Bid. Persampahan Pendanaan dan Pembiayaan Sumber pembiayaan untuk pelaksanaan pengelolaan persampahan Kabupaten Mamasa sampai saat ini hanya berasal dari 2 sumber, yaitu APBN dan APBD. Secara umum alokasi pembiayaan untuk sektor persampahan masih dibawah 5% dari total anggaran APBD, rendahya biaya tersebut pada umumnya karena pengelolaan persampahan masih belum menjadi prioritas dan menggunakan pola penanganan sampah yang belum professional, dan belum memperhitungkan faktor keselamatan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Anggaran yang adapun masih belum memadai bahkan masih serba kekurangan dalam Belanja Operasional dan Pemeliharaan. Bahkan dalam kegiatan pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir persampahan, dilihat dari sumber pendanaan APBD Kabupaten Mamasa masih di bawah standar operasional pengelolaan, dimana persoalan persampahan masih belum menjadi prioritas dan masih menggunakan pola penanganan sampah kumpul, angkut dan buang. No Subsektor/ SKPD Tabel 3.34 Ringkasan Pendapatan dan Belanja Dari Subsektor Pengelolaan Persampahan Rata-rata Pertumbuhan (%) A Persampahan/ BLHD )* )* )* B Retribusi Sampah/BLHD )* )* )* Ket : )* Tidak Ada Data Sumber : BLHD Kab. Mamasa,

123 PEMERINTAH Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak Permasalahan pada umumnya adalah selisih antara apa yang ingin dicapai di masa datang dengan kondisi riil pada saat ini. Potensi permasalahan pembangunan daerah pada umumnya timbul dari potensi yang belum di explor dan digunakan secara optimal, kelemahan yang tidak diatasi, peluang yang tidak dimanfaatkan serta ancaman yang tidak diantisipasi. Berdasarkan pengertian tersebut maka identifikasi permasalahan pengelolaan persampahan di Kabupaten Mamasa adalah : 1. Masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan persampahan. 2. Masih rendahnya daya tampung TPSS. 3. Masih kurangnya sarana & prasarana pengangkutan, pembuangan serta pengolahan sampah. 4. Masih kurangnya pembiayaan operasional dan pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana yang ada. 5. Masih terbatasnya daya tamping TPA serta rendahnya kepedulian terhadap lingkungan. 6. Kepadatan dan penyebaran penduduk semakin meningkat sehingga mengakibatkan makin besarnya timbulan sampah Isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan dikarenakan dampaknya yang signifikan bagi entitas (daerah/masyarakat) di masa datang. Isu strategis juga diartikan sebagai suatu kondisi/kejadian penting/keadaan yang apabila tidak diantisipasi, akan menimbulkan kerugian yang lebih besar atau sebaliknya akan menghilangkan peluang apabila tidak dimanfaatkan. Karakteristik suatu isu strategis adalah kondisi atau hal yang bersifat penting, mendasar, berjangka panjang, mendesak, bersifat kelembagaan dan menentukan tujuan di masa yang akan datang. Faktor penting lain yang perlu diperhatikan dalam merumuskan isu-isu strategis adalah telaahan terhadap Visi, Misi dan Program Kepala Daerah. Hal tersebut bertujuan agar rumusan isu yang dihasilkan selaras dengan cita-cita dan harapan masyarakat terhadap kepala daerah dan wakil kepala daerah. 123

124 PEMERINTAH 3.4. PENGELOLAAN DRAINASE LINGKUNGAN Kelembagaan Undang-Undang Republik Indonesia Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air. 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai. Keputusan Presiden Republik Indonesia Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih. Tabel 3.35 Pemangku Kepentingan Dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase Lingkungan PERENCANAAN FUNGSI Pemangku Kepentingan Pemerintah Kabupaten/ Provinsi Swasta Masyarakat Menyusun target pengelolaan drainase lingkungan skala kabupaten/kota (Kab/Kota) Menyusun rencana program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA (Kab/Kota) (Provinsi) Menyediakan / membangun sarana drainase lingkungan (Provinsi) Pembersihan saluran drainase lingkungan (Kab/Kota) Memperbaiki saluran drainase lingkungan yang rusak (Kab/Prov.) Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknik bangunan (saluran drainase lingkungan )dalam pengurusan IMB PENGATURN DAN PEMBINAAN (Kab/Prov.) Menyediakan Advis planning untuk pengembangan kawasan permukiman, tremasuk penataan drainase lingkungan diwilayah yang akan dibangun (Kab/Kota) Memastikan integrasi sistem drainase lingkungan (sekunder) dengan sistem drainase skunder dan primer Melakukan sosiaisasi peraturan, dan pembinaan dlam hal pengeglolaan drainase lingkungan (Kab/Prov.) (Kab/Prov.) Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan drainase liingkungan (Kab/Kota) 124

125 PEMERINTAH MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evauasi terhadap capaian target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infra struktur sarana pengelolaan drainase lingkungan Melakukan monitoring dan evauasi terhadap efektivitas layanan drainase lingkungan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan drainase lingkungan (Kab/Prov.) (Kab/Prov.) (Kab/Prov.) Tabel 3.36 Peta Peraturan Drainase Lingkungan Kabupaten Mamasa Peraturan DRAINASE LINGKUNGAN Ketersediaan Ada(sebut kan) Tidak Ada Efektif dilaksana kan Pelaksanaan Belum efeketif Dilaksanak an Tidak Efektif Dilaksana kan Keterangan Belum Ada Regulasi yang mengatur mengenai Subsektor Drainase di Kab. Mamasa baik mengenai Target capaian pelayanan drainase, Kewajiban dan sanksi bagi pemerintah kab/kota, Kewajiban dan sanksi bagi pemerintah kab/kota, Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk memelihara sarana drainase lingkungan. 125

126 PEMERINTAH Gambar 3.5 Kondisi Drainase Kabupaten Mamasa Sistem dan Cakupan Pelayanan Dengan demikian untuk Kabupaten Mamasa, sasaran pelayanan sistem drainase kota diarahkan pada : 1. Peningkatan sistem drainase dalam rangka mengurangi wilayah rawan banjir dan genangan diperkotaan. 2. Pengembangan jaringan drainase, serta sarana prasarana pendukung/pelengkapnya meningkatkan pelayanan sarana drainase dan melindungi kawasan permukiman dan strategis perkotaan dari risiko banjir dan genangan. 3. Menjaga dan meningkatkan fungsi prasarana dan sarana sistem drainase yang ada. 126

127 PEMERINTAH Belum Ada Peta 3.3 Peta Jaringan Drainase Kabupaten Mamasa 127

128 PEMERINTAH Input Grey Water Grey Water Grey Water Tabel 3.37 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Drainase Lingkungan User Interface Dapur Rumah Tangga Kamar Mandi Kamar Mandi Penampungan Awal Got Got Air Hujan Talang/Atap Got Pengaliran Drainase Kota Drainase Kota Pengolaha n Akhir - - Pembuan gan/daur Ulang Sungai Mamasa Sungai Mamasa Lubang Galian Drainase Kota - Sungai Mamasa Kode/Nama Aliran Aliran Limbah D1 Aliran Limbah D2 Aliran Limbah D3 Aliran Limbah D4 Tabel 3.38 Sistem Pengelolaan Drainase Lingkungan Yang ada di Kabupaten Mamasa Teknologi Yang Jenis Data (Perkiraan) Nilai Kelompok Fungsi Sumber Data Digunakan Sekunder Data a b c d e Sistem Pengelolaan Drainase lingkungan di Kabupaten Mamasa belum ada, masih dilakukan dengan mengalirkan langsung ke sungai atau dibuatkan lubang galian disekitar rumah Kesadaran Masyarakat & PMJK Peran serta masyarakat dan gender dalam pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Mamasa secara keseluruhan masih kurang, hal ini terlihat dari prilaku masyarakat terhadap pemeliharaan sarana drainase lingkungan. Perlakuan masyarakat terhadap sarana drainase adalah sebagai berikut : 1. Masih terlihat masyarakat memanfaatkan drainase lingkungan sebagai jaringan pembuangan limbah rumah tangga, tanpa melalui proses pengolahan limbah terlebih dahulu. 2. Masih terlihat masyarakat memanfaatkan drainase lingkungan sebagai Tempat Pembuangan Sampah yang praktis. 3. Masih terlihat masyarakat memanfaatkan drainase lingkungan sebagai jamban untuk BAB. (khususnya anak-anak). 4. Di atas drainase lingkungan masyarakat sering mendirikan bangunan untuk kegiatan bisnis. 128

129 Tidak Ada Ada Swast a Kelur ahan Pemk ot Mamp et Lanca r Rusak Tidak Fungsi Fungsi PEMERINTAH Kelurahan/Desa Tabel 3.39 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Jumlah RT RW Kondisi Drainase Saat Ini Pembersihan Drainase Rutin Tidak Rutin Pengelola Oleh Masyar akat (RT/RW) Kerja Bakti setiap hari Jumat Ya Ya Bangunan diatas Saluran Bakti Sosial oleh organisasi kepemudaan lokal Ya Ya Tabel 3.40 Daftar Program/Proyek Layanan yang Berbasis Masyarakat No Sub Sektor Nama Program/Proyek Layanan Pelaksana / PJ Tahun Mulai Kondisi Sarana Saat Ini Aspek PMJK PM JDR MBR Drainase Lingkungan Pembangunan Drainase (DPDF- PPD) 1 Paket Dinas Kesehatan Pemetaan Media Belum ada terdapat Media Komunikasi Lokal (media cetak dan elektronik) yang terdapat di Kabupaten Mamasa. Media komunikasi yang ada di Kabupaten Mamasa hanya berupa media cetak nasional dan beberapa media cetak yang datang dari berbagai provinsi dan kabupaten yang dekat dengan letak Kabupaten Mamasa. Sedangkan untuk media elektronik masyarakat di Kabupaten Mamasa rata-rata menggunakan pesawat antena parabola dan layanan stasiun televise berbayar untuk mengakses siaran-siaran dari beberapa stasiun televisi nasional dan stasiun televisi yang terdapat di beberapa daerah yang berdekatan dengan Kabupaten Mamasa. Jadi Kabupaten Mamasa masih belum memadai dalam hal mempromosikan ataupun mensosialisasikan kegiatan-kegiatan 129

130 PEMERINTAH sanitasi yang ada dengan tujuan untuk menumbuhkan peran serta masyarakat dalam hal kebersihan dan kesehatan lingkungan. No Kegiatan Tahun Tabel 3.41 Kegiatan Komunikasi yang ada di Kabupaten Mamasa Dinas Pelaksana Tujuan Pelaksana Tujuan Kegiatan Khalayak Sasaran Pesan Kunci Pembelajaran Papan Himbauan Papan Himbauan 2005/2006 BLHD Himbauan 2008 Dinas PU Himbauan Penataan dan kebersihan kota Penataan kota Masyarakat Masyarakat Agar jangan membangun disekitar aliran sungai, Jalan dan Drainase Agar jangan membangun disekitar aliran sungai, Jalan dan Drainase - - No Nama Media Jenis Acara Tabel 3.42 Media Komunikasi yang ada di Kabupaten Mamasa Isu yang diangkat Pesan Kunci Pendapat Media Papan Himbauan Himbauan Bangunan di Bantaran sungai, jalan dan drainase kota Agar jangan membangun disekitar aliran sungai, Jalan dan Drainase Tidak ada Partisipasi Dunia Usaha Adapun mengenai keterlibatan mitra-mitra lain dalam hal mensosialisasikan pentingnya Pengelolaan Drainase Lingkungan yang diharapkan dapat memberi dampak positif bagi suksesnya program-program yang ada, terutama mengurangi jumlah genangan di Kabupaten Mamasa untuk 130

131 PEMERINTAH No saat ini belum ada karena di Kabupaten Mamasa belum terdapat perusahaan/pengusaha yang bergerak dibidang pengolahan draianase.. Nama Kegiatan Tabel 3.43 Kerjasama Terkait Sanitasi Jenis Kegiatan Sanitasi Mitra Kerjasama Bentuk Kerjasama Tidak ada partisipasi dari dunia usaha Tabel 3.44 Daftar Mitra Potensial No Nama Mitra Jenis Kegiatan Sanitasi Bentuk Kerjasama Organisasi Kepemudaan Bakti sosial/kerja bakti Belum ada 2. LSM Lingkungan Hidup Bakti sosial Belum ada Tabel 3.45 Penyediaan Layanan Pengelolaan Drainase Lingkungan yang ada di Kabupaten Mamasa No Nama Provider Tahun Mulai Operasi Jenis Kegiatan Belum ada penyedia layanan dari dunia usaha Pendanaan dan Pembiayaan Sumber pembiayaan untuk pelaksanaan pengelolaan Drainase Kabupaten Mamasa sampai saat ini hanya berasal dari APBN dan APBD. Secara umum alokasi pembiayaan untuk sektor drainase masih kurang, anggaran yang adapun masih belum memadai bahkan masih serba kekurangan dalam Belanja Operasional dan Pemeliharaan sub sektor drainase. 131

132 PEMERINTAH Pendapatan dan belanja (baik investasi maupun operasional dan pemeliharaan) yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan di Kabupaten Mamasa bersumber dari alokasi Dana APBN/APBD. Hingga saat ini di Kabupaten Mamasa belum ada Perda maupun peraturan daerah lain yang mengatur mengenai retribusi pengolahan drainase di Kab. Mamasa. Maka belum ada PAD Kab. Mamasa yang dipungut dari retribusi subsektor pengolahan drainase. Tabel 3.46 Ringkasan Pendapatan dan Belanja Dari Subsektor Pengelolaan Drainase No. Subsektor/SKPD Rata-rata Pertumbu han (%) A. Drainase Tidak Ada - - B. Retribusi Drainase Lingkungan Tidak Ada - - Tabel 3.47 Ringkasan Pendapatan dan Belanja dari Subsektor Pengelolaan Drainase No Anggaran A. Pendapatan 1. DAU B. 1. Belanja Belanja Modal Tidak Ada Data Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak Secara umum jaringan drainase di Kabupaten Mamasa merupakan sistem drainase tercampur, drainase limpasan air hujan dan limbah domestik yang mengandalkan drainase alam. 132

133 PEMERINTAH Pertumbuhan dan kepadatan penduduk pada kawasan terbangun menimbulkan tekanan terhadap lingkungan. Kurang tersedianya saluran primer pada kawasan perkotaan Kota Mamasa dan kota Kecamatan-kecamatan lain mengakibatkan kelebihan tinggi muka air pada musim hujan dan mengakibatkan daya tampung drainase tidak mencukupi sehingga terjadi banjir (genangan), padahal keberadaan saluran ini sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi sistim drainase kota untuk mencegah banjir/genagan. Oleh karena itu hendaknya pemerintah melalui stakeholder yang terkait hendaknya segera membuat perencanaan untuk menanggulangi masalah tersebut, tetapi perlu pula diingat bahwa perencanaan/penanganan yang dilakukan hendaknya lebih memperhitungkan aspek kemasyarakatn, keamanan dan fungsi sebab kedua hal tersebut adalah faktor yang sering tidak menjadi perhatian PENGELOLAAN KOMPONEN TERKAIT SANITASI Pengelolaan Air Bersih Sistem pengelolaan air minum di Kabupaten Mamasa dilakukan dengan dua cara, yakni Pertama, melalui jaringan perpipaan yang dikelola oleh PDAM Kabupaten Mamasa yang berdiri berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Mamasa Nomor 7 Tahun 2003 tentang Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan Peraturan Daerah Kabupaten Mamasa Nomor 8 Tahun 2004 tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Mamasa. Kedua, melalui Sumur Bor/Sumur Dangkal yang diperoleh dengan cara manual atau dengan mesin pompa, cara ini umumnya dilakukan oleh masyarakat di daerah pedesaan, dan di daerah-daerah pinggiran yang tidak terjangkau dengan perpipaan oleh PDAM. Keberadaan PDAM Kabupaten Mamasa sebagai perusahaan daerah yang mengelola air bersih di Kabupaten Mamasa menggunakan sistim pengaliran air secara gravitasi, memiliki kapasitas sumber ltr/det, kapasitas produksi yang terpasang sebanyak 60 ltr/det, dan kapasitas produksi rill sebesar 28 ltr/det. Sistem pengelolaan air bersih melalui jaringan perpipaan yang dikembangkan oleh PDAM Kabupaten Mamasa telah melayani pelanggan, dengan rincian 35 pelanggan sosial, rumahtangga non niaga, 51 instansi pemerintah, dan 116 pelanggan niaga kecil. Pada tahun 2011 PDAM Kabupaten Mamasa mampu menyalurkan air bersih kepada pelanggannya sebanyak

134 PEMERINTAH M 3. Tabel berikut akan menjelaskan mengenai sistim dan cakupan pelayanan PDAM Kabupaten Mamasa : Tabel 3.48 Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih Kabupaten Mamasa No Uraian Satuan Sistem Perpipaan Keterangan Pengelola PDAM Mamasa 2. Tingkat Layanan Kapasitas Produksi 28 ltr/dtk Kapasitas terpasang 60 ltr/dtk Jumlah sambungan rumah (total) sambungan - Untuk 3 Unit Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) 6. Jumlah Kran air Kehilangan Air Tarif (rumah tangga) 900, 2.500,3.500/m Jumlah Pelanggang Perkecamatan : Mamasa sr Tawalian 315 sr Tandukkalua 93 sr Sumarorong 199 sr Messawa 25 sr - - Sumber : PDAM Kabupaten Mamasa,

135 PEMERINTAH Gambar 3.5 Persentase Pelanggan PDAM menurut Jenis Konsumen di Kabupaten Mamasa Tahun 2011 SOSIAL UMUM RUMAH TANGGA INSTANSI PEMERINTAH NIAGA KECIL 3% 2% 3% 92% Sumber : Mamasa Dalam Angka, 2012 Tabel 3.49 Banyaknya Pelanggan PDAM Menurut Jenis Konsumen di Kabupaten Mamasa Tahun No Jenis Konsumen Sosial Umum Khusus Non Niaga Rumahtangga Instansi Pemerintah

136 PEMERINTAH 3. Niaga Kecil Besar Industri Kecil Besar Khusus Pelabuhan Lainnya Jumlah Sumber : PDAM Kab. Mamasa, 2012 Dalam pelayanan air minum oleh PDAM Kabupaten Mamasa terdapat permasalahan yang dihadapi yaitu: 1. Sistem sumber unit air baku yang ada di 3 (tiga) lokasi di Kabupaten Mamasa masih memakai sistim Grafitasi yang pada saat hujan (banjir) air tidak dapat mengalir disebabkan karena sreen atau saringan tersumbat dengan kotoran-kotoran yang terbawa air karena derasnya arus. 2. Sistem sumber air baku yang ada di Kabupaten Mamasa semuanya menganut prinsip distribusi langsung, jadi pada saat hujan (banjir) tidak dapat didistribusikan karena air keruh dan tidak mempunyai pengelolaan air minum yang lengkap. 3. Instalasi Pengelolaan Air (IPA) Unit Mamasa sudah mulai terganggu, karena : a. Miser rusak b. Pompa sentrifugal (distribusi) sering rusak 4. Instalasi pengolahan air di Loko, Mambi dan Nosu belum dioperasikan. 136

137 PEMERINTAH Belum Ada Peta Cakupan Layanan dari PDAM dan Dinas PU Peta 3.4 Peta Cakupan Layanan Air Bersih 137

138 PEMERINTAH Peta 3.5 Peta Sistim Pelayanan Air Bersih Kab. Mamasa

139 PEMERINTAH Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga Pengelolaan Limbah Industri Rumah Tangga di Kabupaten Mamasa belum di lakukan dengan baik dan tidak memperhitungkan resiko kesehatan dan dampak Amdal yang akan ditimbulkan. Limbah Industri Rumah Tangga yang ada di Kabupaten Mamasa sebagian besar atau boleh dikatakan hampir seluruhnya memanfaatkan drainase disekeliling rumah untuk membuang limbah mereka yang kemudian dialirkan ke sungai. No Tabel 3.50 Pengelolaan Limbah Industri Rumah tangga di Kabupaten Mamasa Jenis Industri Rumah Tangga Lokasi Jumlah Industri Jenis Pengelolaan Kapasitas (m 3 /hari) Pembuatan Tempe/Tahu Kec. Mamasa/ Bambang 2. Tenun Ikat Pena /Rante Sepang 4 Tempe/Tahu 1500 buah 50 Kain Tenun 20 lembar Pengelolaan Limbah Medis Penanganan limbah medis yang ada di Kabupaten Mamasa belum dilakukan dengan cara yang benar, sebab belum ada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) baik yang dikhususkan untuk limbah medis maupun limbah umum lainnya, semuanya di alirkan ke drainase yang ada dan diteruskan ke sungai. Pada beberapa kasus penanganan limbah medis (padat) dari beberapa kegiatan pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas masih tercampur oleh penanganan limbah non medis dari pemukiman, artinya limbah medis dari kegiatan rumah sakit dan puskesmas tersebut ikut terbuang ke TPA dan Sungai Mamasa. No. Tabel 3.51 Pengelolaan Limbah Medis di Fasilitas - Fasilitas Kesehatan Nama Fasilitas Kesehatan Lokasi Jenis Pengelolaan Limbah Medis Jenis Pengelolaan Kapasitas (m3/hari) 1. Puskesmas Mamasa Kec. Mamasa Belum ada Rumah Sakit Banua Mamase Kec. Mamasa Belum ada Rumah Sakit Umum Kec. Balla Belum ada

140 PEMERINTAH 4. Puskesmas Tawalian Kec. Tawalian Belum ada Puskesmas Sespa Kec. Sesenapadang Belum ada Puskesmas Balla Kec. Balla Belum ada Puskesmas Tandukkalua Kec. Tandukkalua Belum ada Puskesmas Sumarorong Kec. Sumarorong Belum ada Puskesmas Messawa Kec. Messawa Belum ada Puskesmas Nosu Kec. Nosu Belum ada Puskesmas Pana Kec. Pana Belum ada Puskesmas Tabang Kec. Tabang Belum ada Puskesmas Rantim Kec. Rantim Belum ada Puskesmas Mambi Kec. Mambi Belum ada Puskesmas Bambang Kec. Bambang Belum ada Puskesmas Aralle Kec. Aralle Belum ada Puskesmas Tabulahan Kec. Tabulahan Belum ada - - Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Mamasa, Kondisi Sarana Sanitasi Sekolah Pada Kabupaten Mamasa dalam angka Tahun 2012 diketahui bahwa jumlah sekolah di Kabupaten Mamasa relatif memadai bila dilihat dari jumlahnya, yaitu untuk pendidikan pra sekolah (TK) dan Madrasah Raudhatul Athfal (RA) sebanyak 153 sekolah, Sekolah Dasar (SD) baik negeri dan swasta sebanyak 247 sekolah, Sekolah Menengah Pertama (SMP) berjumlah 84 sekolah (negeri & swasta), dan Sekolah Menengah Umum (SMA) sebanyak 10 sekolah (negeri & swasta). Sementara itu dari hasil survey cepat yang dilakukan oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Mamasa terhadap 3 (tiga) kecamatan yang menjadi sampel pada Study EHRA yaitu Kecamatan Sumarorong, Kecamatan Mamasa dan Kecamatan Mambi diperoleh hasil sebagai berikut : 140

141 PEMERINTAH 1. Sebagian besar sekolah SD yang ada di Kecamatan Mamasa belum terpisah antara toilet untuk guru (laki-laki & perempuan) dan murid (laki-laki & perempuan). Tetapi ada beberapa sekolah yang sudah mempunyai tempat buang air kecil yang terpisah untuk guru dan murid laki-laki. 2. Terdapat beberapa sekolah SMP, SMA, SMK yang ada di 3 (tiga) Kecamatan yang dikunjungi oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Mamasa sudah terpisah antara toilet untuk guru (laki-laki & perempuan) dan murid (laki-laki & perempuan). 3. Rasio jumlah toilet tidak berimbang dengan jumlah murid di sekolah-sekolah tersebut. Peraturan Nasional Rasio Pemakaian Toilet untuk anak SD, SMP dan SMA adalah 1 : 40 untuk anak lakilaki dan 1 : 25 untuk anak perempuan. 4. Pada beberapa sekolah baik itu SD, SMP dan SMA ketersediaan air yang bersumber dari PDAM terkadang tidak cukup bahkan lebih sering tidak mengalir sampai ke toilet guru dan murid/siswa bahkan sekolah-sekolah yang terdapat didalam kota sekalipun. 5. Sekolah-sekolah yang ada diluar ibu kota kabupaten memanfaatkan sumber air dari sumur gali dan sumur resapan untuk dialirkan ke toilet-toilet guru dan murid/siswa. Tetapi terdapat beberapa sekolah yang sama sekali tidak mempunyai sumber air untuk toilet mereka. 6. Sebagian besar sekolah baik itu SD, SMP dan SMA telah memiliki toilet terutama sekolahsekolah yang berada dalam lingkup ibukota kabupaten, sedangkan yang berada diluar ibukota Kabupaten Mamasa sebagian besar hanya memiliki 1 (satu) toilet yang dipakai bersama (baik itu guru maupun murid). 7. Sarana cuci tangan di sebagian besar sekolah tidak tersedia. 8. Yang membersihkan jamban di sekolah umumnya adalah pesuruh sekolah, tapi ada juga di beberapa sekolah yang melakukannya adalah murid sekolah tersebut. 9. Pengetahuan tentang Hygiene dan Sanitasi sudah dimasukkan dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani terutama pada tingkat SMP dan SMA, kecuali di tingkat SD hanya kelas 4,5 dan kelas 6 yang sudah diberikan pengetahuan mengenai sanitasi dan kebersihan. 10. Pada umumnya sampah hanya dikumpulkan di tempat sampah dan belum ada pemilahan dan pengolahan lanjut, tetapi terdapat beberapa SMP yang sudah mulai melakukan pemilahan jenis sampah (organik, botol/kaca dan plastik), sampah organik dikumpulkan untuk pengolahan pupuk kompos. 11. Air limbah/kotor dari toilet dibuang ke dalam tangki septic dan air dari kamar mandi dibuang ke saluran drainase. 141

142 PEMERINTAH 12. Kondisi hygiene sekolah SD & MI kurang sehat dan kotor, terutama pada beberapa sekolah yang berada diluar ibu kota kabupaten. 13. Sejak tahun 2011 s/d 2012 telah dua kali diadakan penyuluhan mengenai Sanitasi dan Tata Cara Daur Ulang Sampah untuk tingkat SD dan SMP kepada beberapa SD dan SMP sekitar ibukota Kabupaten Mamasa. 14. Pengetahuan mengenai masalah hygiene dibeberapa sekolah tingkat SMP, SMA, SMK umumnya sudah baik. 142

143 PEMERINTAH BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN Dalam APBD Tahun Anggaran 2013 Pemerintah Kabupaten Mamasa telah mengalokasikan pembiayaan untuk peningkatan sarana dan prasarana sanitasi melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan sebagaimana disajikan dalam Tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Rencana Program dan Kegiatan PHBS dan Promosi Higiene tahun n + 1 Rencana Program dan Kegiatan PHBS dan Promosi Higiene Tahun 2013*) No. Nama Program/Kegiatan Satuan Volume Indikasi Biaya (Rp.) Sumber Pendanaan / Pembiayaan SKPD Penangg ungjawab Sumber Dokumen Perencanaa n I II III 1. BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Perencanaan Sanitasi Perkotaan Paket ,- DAU Bappeda RKA 2013 Program Perencanaan Pengembangan Kota-Kota Paket ,- DAU Bappeda PPAS 2013 Menengah dan Besar BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Pengadaan Renja APDD Unit ,- DAU,DAK BLHD Gerobak Sampah BLHD 2013 Pengadaan Tempat Renja APDD Sampah Umum & Unit ,- DAU,DAK BLHD BLHD 2013 Sekolah Pengadaan Kendaraan Pengangkut Sampah (Motor sampah) Pengadaan Mesin Pemotong Rumput Mobil Angkutan Sampah DINAS KESEHATAN Program Upaya Kesehatan Unit ,- DAU,DAK BLHD Unit ,- DAU BLHD Unit ,- DAU BLHD Renja APDD BLHD 2013 Renja APDD BLHD 2013 Renja APDD BLHD 2013 Paket ,- DAU Dinkes PPAS

144 PEMERINTAH Masyarakat 2. Program Pengembangan Lingkungan Sehat Paket ,- DAU Dinkes PPAS 2013 IV DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN 1. Program Pengendalian Pemanfaatan Paket ,- DAU DPU PPAS 2013 Ruang 2. DPU Catatan : *) Tahun n adalah tahun berjalan (saat Buku Putih disusun) Tabel 4.2 Program Sanitasi Kabupaten Mamasa TA No. Dinas/Instansi Program/Kegiatan Sasaran Jumlah (Rp) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Koordiansi Perencanaan Sanitasi Perkotaan 1 Paket Tercapainya Perencanaan Sanitasi Perkotaan ,- 2. Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Pengadaan dan Pemasangan Tong Sampah (DAK) 100 Unit Mobil Pick Up 1 Unit. (DAK) 1 Unit Terciptanya Lingkungan Bersih dan Sehat Terciptanya Lingkungan Bersih dan Sehat , ,- Motor Sampah 2 Unit. (DAK) 1 Unit Terciptanya Lingkungan Bersih dan Sehat ,- 4. Dinas Kesehatan (Dinkes) Penyuluhan Pola Standar Hidup Sehat Tercapainya masyarakat yang sehat ,- 5. Dinas Pekerjaan Umu dan Perumahan (DPU) Pembuatan MCK Nosu (Lumika) Kec. Nosu 1 Unit Pembuatan MCK Sespa Kec. Sespa 1 Unit Tersedianya MCK baik bagi masyarakat Tersedianya MCK baik bagi masyarakat , ,- Pengadaan Air Bersih Salu Lotong Desa Tawalian Timur Kec. Tawalian 1 Paket Tersedianya Air Bersih yang baik bagi masyarakat ,- 144

145 PEMERINTAH Pengadaan Air Bersih Dusun Tandiallo Desa Lisuan Ada' Kec. Sespa 1 Paket Pengadaan Air Bersih Bulo Salu Kec. Pana 1 Paket Pengadaan Air Bersih Dusun. Kanan Dassi Desa Baruru Kec. Aralle 1 Paket Pengadaan Air Bersih Tampakurra Dusun Pepatian Kec. Tabulahan 1 Paket Pengadaan Air Bersih Ne'ke Kec. Mamasa 1 Paket Pengadaan Air Bersih Tanete Batu Kec. Messawa 1 Paket Pengadaan Air Bersih Kondo Desa Sepang Kec. Messawa 1 Paket Pengadaan Air Bersih Malankena Padang Kec. Sespa 1 Paket Pengadaan Air Bersih Dusun. Bottik Desa Batupapan Kec. Nosu 1 Paket Pengadaan Air Bersih di Leppan Desa batupapan Kecamatan Nosu 1 Paket Tersedianya Air Bersih yang baik bagi masyarakat Tersedianya Air Bersih yang baik bagi masyarakat Tersedianya Air Bersih yang baik bagi masyarakat Tersedianya Air Bersih yang baik bagi masyarakat Tersedianya Air Bersih yang baik bagi masyarakat Tersedianya Air Bersih yang baik bagi masyarakat Tersedianya Air Bersih yang baik bagi masyarakat Tersedianya Air Bersih yang baik bagi masyarakat Tersedianya Air Bersih yang baik bagi masyarakat Tersedianya Air Bersih yang baik bagi masyarakat , , , , , , , , , ,- JUMLAH ,- Sumber : Data SKPD Kabupaten Mamasa Untuk Tahun Anggaran 2012 Pemerintah Kabupaten Mamasa mengalokasikan pembiayaan untuk peningkatan sarana dan prasarana sanitasi yang akan dilaksanakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai berikut : 145

146 PEMERINTAH a. Pengelolaan Persampahan Pada tahun 2013 kedepan Badan Lingkungan Hidup Daerah merencanakan 2 (dua) Program/Kegiatan Program Pengelolaan Persampahan, serta Peningkatan Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Persampahan Tahun 2013 dengan dialokasikan dana sebesar Rp ,- b. Penanganan Air Limbah Sedangkan untuk Sub Sektor Penanganan Air Limbah, belum ada SKPD yang menangani dan Perda yang mengatur mengenai penangannya. c. Penanganan Drainase Lingkungan Khusus untuk Program/Kegiatan Penanganan Drainase/Gorong-gorong Lingkungan tidak dianggarkan pada tahun Namun Pemerintah Kabupaten Mamasa melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Mamasa (BAPPEDA) yang bekerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya Pemprov. Sulawesi Barat melalui Satker PPLP sedang melaksanakan Program Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Sulawesi Barat dengan Kegiatan Review Master Plan dan DED Kota Mamasa untuk mendata fasilitas-fasilitas drainase yang ada, memetakan kelemahan-kelemahannya kemudian membuat perencanaan pembangunan fasilitas drainase kota yang berbasis pengembangan penyehatan lingkungan perumahan. d. Penanganan Air Bersih Dinas Pekerjaan Umum & Perumahan mengalokasikan dana pada Program/Kegiatan penanganan air bersih perpipaan sebesar Rp ,-. Sedangkan Program/Kegiatan Penanganan Air Bersih Non Perpipaan tidak dianggarkan pada tahun Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Mamasa juga menganggarkan dan melaksanakan Program/Kegiatan Penambahan Unit Pelayanan Air Minum melalui dana APBN sebesar Rp ,-. e. Kampanye dan Pelaksanaan PHBS Untuk Program/Kegiatan Sosialisasi/Penyuluhan/Kampanye/Pengkajian PHBS, Dinas Kesehatan tidak menganggarkan di tahun Hanya pada tahun 2010 yang lalu Dinas Kesehatan Kabupaten Mamasa melaksanakan Program/Kegatan Sosialisasi PHBS di 17 Sekolah dengan anggaran sebesar Rp ,-. Sedangkan untuk tahun 2013 Dinas Kesehatan Kab. Mamasa menganggarkan Rp ,- untuk Program Upaya Kesehatan Masyarakat yang bersumber dari dana DAU. 146

147 PEMERINTAH Kemudian Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan juga melaksanakan Program/Kegatan PHBS dengan membangun MCK di setiap kecamatan secara bertahap. Pada tahun 2010 Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan melaksanakan di 4 (empat) kecamatan yaitu Kecamatan Mamasa, Kec. Sumarorong, Tandukkalua dan Kecamatan Mambi dengan anggaran sebesar Rp ,-. Dan pada tahun 2012 dianggarkan lagi 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Nosu dan Sesenapadang sebesar Rp , VISI DAN MISI SANITASI KOTA Sejalan dengan Visi dan Misi Kabupaten Mamasa yaitu Terwujudnya Kabupaten Mamasa yang Maju, Mandiri, Aman dan Sejahtera Berlandaskan Iman dan Nilai-Nilai Budaya Daerah, maka dirumuskanlah Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten Mamasa, yaitu : Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Mamasa yang Bersih, Higienis Dan Sehat Dalam Rangka Menunjang Pembangunan Daerah Untuk Kesejahteraan, Melalui Pembangunan SDM Dan Peningkatan Layanan Sanitasi Yang Partisipatif Dan Berkesinambungan. Misi pembangunan sanitasi Kabupaten Mamasa dibuat agar visi pembangunan sanitasi Kabupaten Mamasa dapat diimplementasikan secara nyata. Adapun misi pembangunan sanitasi Kabupaten Mamasa adalah sebagai berikut : 1. Mewujudkan pengelolaan persampahan dan limbah yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan penyediaan sarana dan prasarana penunjang yang tepat guna dan inovatif; 2. Mewujudkan sistem saluran drainase lingkungan yang tepat guna serta pengelolaan yang berkelanjutan; 3. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan penyebarluasan informasi dan pembinaan pada masyarakat tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, serta 4. Mewujudkan Masyarakat yang mandiri-sehat dan memupuk kebersamaan dalam membangun daerah dengan mengedepankan aspek kesehatan dan kebersihan STRATEGI PENANGANAN SANITASI KOTA sebagai berikut : Adapun strategi penanganan sanitasi yang sedang dijalankan di Kabupaten Mamasa adalah 147

148 PEMERINTAH 1. Melaksanakan program penataan dan perbaikan kawasan kumuh (Slum Area), terutama di pinggir Sub DAS Mamasa dengan merelokasi penduduk yang bermukim di sekitar bantaran sungai; 2. Melaksanakan program pembangunan infrastruktur permukiman, MCK dan membuat Program/Kegiatan Review Master Plan dan Drainase Perkotaan Kabupaten Mamasa yang bekerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi Barat dan Satker PPLP Prov. Sulbar; 3. Melaksanakan program pengelolaan dan pelestarian sumber daya air dengan menata Daerah Aliran Sungai (DAS) Mamasa yang bekerjasama dengan masyarakat dan LSM Lingkungan Hidup; 4. Melaksanakan Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan yang ramah lingkungan; 5. Melaksanakan Sosialisasi pemahaman mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat bagi masyarakat; 6. Melaksanakan Sosialisasi Sanitasi dan Kesehatan Masyarakat Berbasis Masyarakat mulai tingkat usia sekolah dengan menggalakkan Kegiatan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) RENCANA PENINGKATAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR Pemerintah Kabupaten Mamasa saat ini belum memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah Sakit Umum Daerah atau rumah sakit-rumah sakit lainnya. Tetapi pada tahun ini bersamaan dengan pembangunan dan Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA) di Kecamatan Tandukkalua tepatnya di Desa. Pemerintah Kabupaten Mamasa melalui Badan Lingkungan Hidup Daerah sedang membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk skala kabupaten/kota. Tabel 4.3 Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik tahun n + 1 Rencana Program dan Kegiatan Air Limbah Domestik Tahun 2013*) No. Nama Program/Kegiatan Satuan Volume Indikasi Biaya (Rp.) Sumber Pendanaa n / Pembiaya an SKPD Penangg ung jawab Sumber Dokumen Perencanaan Tidak Ada Kegiatan Catatan : *) Tahun n adalah tahun berjalan (saat Buku Putih disusun) 148

149 PEMERINTAH Tabel 4.4 Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Yang Sedang Berjalan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Tahun 2012*) No. Nama Program/Kegiatan Satuan Volume Biaya (Rp.) Sumber Dana Lokasi Kegiatan Pelaksana Kegiatan Tidak Ada Kegiatan Catatan : *) Tahun n adalah tahun berjalan (saat Buku Putih disusun) 4.4. RENCANA PENINGKATAN PENGELOLAAN SAMPAH (Limbah Padat) Berikut adalah beberapa kegiatan program pengelolaan sampah di Kabupaten Mamasa yang sudah dianggarkan Tahun 2013 : Tabel 4.5 Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan 2013 Rencana Program dan Kegiatan Persampahan Tahun 2013*) No. Nama Program/Kegiatan Satuan Volume Indikasi Biaya (Rp.) Sumber Pendanaan / Pembiayaan SKPD Penanggung jawab Sumber Dokumen Perencanaan Badan Pengadaan Tong Sampah 1 Unit APBD Lingkungan Umum & Sekolah Hidup Daerah 2 Pengadaan Kendaraan Angkutan Sampah (Motor Sampah) Unit APBD 3 Pengadaan Gerobak Sampah Unit APBD Sumber : Badan Lingkungan Hidup Daerah, 2012 Badan Lingkungan Hidup Daerah Badan Lingkungan Hidup Daerah Renja APDD BLHD 2013 Renja APDD BLHD 2013 Renja APDD BLHD 2013 Tabel 4.6 Kegiatan Pengelolaan Persampahan Yang Sedang Berjalan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Tahun 2012*) No. Nama Program/Kegiatan Satuan Volume Biaya (Rp.) Sumber Dana Lokasi Kegiatan Pelaksana Kegiatan

150 PEMERINTAH 1 2 Pengadaan dan Pemasangan Tong Sampah Mobil Pengangkut Sampah (Pick Up) Unit ,- DAU/DAK Kec. Mamasa BLHD Unit ,- DAU/DAK Kec. Mamasa BLHD 3 Motor Sampah 2 Unit Unit ,- DAU/DAK Kec. Mamasa BLHD 4 Pembangunan TPA Permanen dan Pengolahannya Unit 1 APBN Catatan : *) Tahun n adalah tahun berjalan (saat Buku Putih disusun) Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kab. Mamasa, 2012 Kec. Tandukkalua BLHD 4.5. RENCANA PENINGKTAN PENGELOLAAN SALURAN DRAINASE LINGKUNGAN Berikut adalah beberapa kegiatan program pengelolaan saluran drainase lingkungan di Kabupaten Mamasa : Tabel 4.7 Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Drainase Saat Ini (tahun n + 1) Rencana Program dan Kegiatan Drainase Tahun 2013*) No. Nama Program/Kegiatan Satuan Volume Indikasi Biaya (Rp.) Sumber Pendana an / Pembiay aan SKPD Penangg ung jawab Sumber Dokumen Perencanaan Khusu untuk Program Sub Sektor Drainase Perkotaan di Kabupaten Mamasa di lakukan/di Programkan oleh Pemerintah provinsi melalui Dinas PU dan Bappeda Provinsi 5. Catatan : *) Tahun n adalah tahun berjalan (saat Buku Putih disusun) 4.6. RENCANA PEMBANGUNAN PENYEDIAAN AIR MINUM Mamasa : Berikut adalah beberapa kegiatan program pembangunan penyediaan air minum di Kabupaten 150

151 PEMERINTAH Tabel 4.8 Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Penyediaan Air Minum 2013 Rencana Program dan Kegiatan Penyediaan Air Minum Tahun 2013*) No. Nama Program/Kegiatan Satuan Volume Indikasi Biaya (Rp.) Sumber Pendana an / Pembiaya an SKPD Penang gung jawab Sumber Dokumen Perencanaan IKK Bambang Unit ,- APBN Ditjen Cipta Karya 2. BAMPRO Sumarorong ,- APBN 3. BAMPRO Tawalian ,- APBN 4. BAMPRO Lakahang ,- APBN Sumber : PDAM Mamasa Kab. Mamasa, 2012 Satker Air Minum Prov. Sulbar Satker Air Minum Prov. Sulbar Satker Air Minum Prov. Sulbar PDAM Mamasa & Satker Prov. Sulbar PDAM Mamasa & Satker Prov. Sulbar PDAM Mamasa & Satker Prov. Sulbar PDAM Mamasa & Satker Prov. Sulbar 4.7. RENCANA PENINGKATAN KAMPANYE PHBS Pada tahun 2010 yang lalu Dinas Kesehatan Kabupaten Mamasa melaksanakan Program/Kegatan Sosialisasi PHBS di 17 Sekolah dengan anggaran sebesar Rp ,-. Kemudian untuk tahun 2013 Dinas Kesehatan berencana melaksanakan Program/Kegiatan mengenai Program Upaya Kesehatan Masyarakat dengan anggaran yang bersumber dari DAU Kab. Mamasa sebesar Rp , REKAPITULASI PEMBIAYAAN SANITASI Pembiayaan Sanitasi Kabupaten Mamasa TA , untuk anggaran komponen drainase adalah sebesar Rp ,-, sedangkan untuk anggaran komponen Air bersih sebesar Rp ,- Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. 151

152 PEMERINTAH Tabel 4.9 Kegiatan Pengelolaan Drainase Yang Sedang Berjalan Kegiatan Pengelolaan Drainase Tahun 2012*) No. Nama Program/Kegiatan Satuan Volume Biaya (Rp.) Sumber Dana Lokasi Kegiatan Pelaksana Kegiatan Penyusunan Master Plan DED Drainase Kota Mamasa oleh Dinas PU Provinsi Sulbar Paket - *) *) Kota Mamasa PU Sulbar Ket : *) Tidak diketahui Catatan : *) Tahun n adalah tahun berjalan (saat Buku Putih disusun) Tabel 4.10 Rekapitulasi Pembiayaan Sanitasi TA 2012 Rencana Program dan Kegiatan Penyediaan Air Minum Tahun 2012 No. Nama Program/Kegiatan Jumlah (Rp) % Terhadap Total Persampahan ,- 21% 2. Drainase (Dinas Kesehatan) ,- 5% 3. Air Bersih ,- 72% 4. Air Limbah - 0% 5. Kampanye / PHBS ,- 2% JUMLAH ,- 100% Sumber : PPAS Bappeda Kab. Mamasa Tabel 4.11 Rencana Program dan Kegiatan Saat Ini (tahun n + 1) Rencana Program dan Kegiatan Sanitasi Sub-Sektor Persampahan Tahun 2013 (n + 1)*) Sumber SKPD Indikasi Biaya No. Nama Program/Kegiatan Satuan Volume Pendanaan / Penanggung (Rp.) Pembiayaan jawab Sumber Dokumen Perencanaan Pengadaan Tong Sampah Renja APDD 1. Unit ,- APBD BLHD Umum & Sekolah BLHD Pengadaan Kendaraan Unit ,- APBD BLHD Renja APDD 152

153 PEMERINTAH Angkutan Sampah (Motor Sampah) 3. Pengadaan Gerobak Pengangkut Sampah Unit ,- APBD BLHD Catatan : *) Tahun n adalah tahun berjalan (saat Buku Putih disusun) BLHD 2013 Renja APDD BLHD

154 PEMERINTAH BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI 5.1. AREA BERESIKO TINGGI DAN PERMASALAHAN UTAMA Kecamatan/ Desa/Kelurahan Tabel 5.1 Area Beresiko di Kabupaten Mamasa Berdasarkan Data Sekunder Skor berdasarkan persepsi SKPD Skor berdasarkan data sekunder Skor berdasarkan data EHRA Skor yang disepakati Skor berdasarkan kunjungan lapangan Sumarorong Kelurahan Sumarorong Kelurahan Tabone Kelurahan Mamasa Desa Buntu Buda Desa Osango Hanya Data Sementara Pastinya Menunggu Data Hasil Desa Taupe Kelurahan Mambi Desa Sendana Desa Sondong Layuk 154

155 PEMERINTAH Hanya Data Sementara Pastinya Menunggu Data Hasil Quisioner Study EHRA Peta 5.1 Peta Area Beresiko Berdasarkan Data Sekunder Hasil akhir penilaian terhadap area berisiko untuk Kabupaten Mamasa telah ditetapkan oleh kelompok kerja sanitasi setelah membandingkan skor penilaian terhadap data sekunder, data EHRA, dan persepsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menjadi anggota Pokjasan serta melakukan serangkaian observasi atau kunjungan lapangan diseluruh desa/kelurahan. Hasil kesepakatan sebagaimana terlihat pada Tabel 5.1, menetapkan kelurahan yang mempunyai resiko sangat tinggi. Kelurahankelurahan tersebut adalah: Menunggu Data Hasil Quisioner Study EHRA Kelurahan, Kelurahan/Desa, Kelurahan/Desa, Kelurahan/Desa, Kelurahan/Desa. dan Kelurahan/Desa.. 155

156 PEMERINTAH Hanya Data Sementara Pastinya Menunggu Data Hasil Quisioner Study EHRA Peta 5.2 Peta Area Berisiko Sanitasi untuk Kabupaten Berdasarkan Kunjungan Pokja Untuk menentukan pilihan teknologi sanitasi yang akan diterapkan, seluruh desa/kelurahan diklasifikasikan berdasarkan area urban, peri-urban dan rural. Saat ini belum ada standar yang membedakan area urban dari peri urban dan area rural. Sebuah dokumen terakhir dari World Bank Policy Research Paper mengusulkan definisi operasional dari rurality dapat didasarkan kepadatan populasi. Berdasarkan karakteristik kepadatan populasi di 6 kota ISSDP Phase 1 (Surakarta, Blitar, Denpasar, Balikpapan, Jambi dan Payakumbuh), setiap kelurahan akan dikategorikan sebagai area urban bila kepadatan lebih dari 125 orang/ha, peri-urban bila kepadatan berkisar antara orang/ha, atau rural bila kepadatan kurang dari 25 orang/ha. Hasil awal identifikasi area berdasarkan kepadatan populasi ini kemudian disesuaikan dengan pemanfaatan detil ruang Kabupaten Mamasa sebagaimana tercantum dalam RTRW Tahun 2011 s/d Tahun 156

157 PEMERINTAH 2031 untuk mendapatkan hasil akhir klasifikasi tiap kelurahan yang disajikan dalam Tabel 5.2 dan Gambar 5.3. Tabel 5.2 Klasifikasi Desa/Kelurahan di Kabupaten Mamasa Klasifikasi Kelurahan Kecamatan/ Desa/Kelurahan Urban Periurban Rural Seleksi dan urutan final Kepadatan orang/ha Kepadatan Penduduk Pengembangan BWK Future development Lokasi Sumarorong Kelurahan Sumarorong Kelurahan Tabone Mamasa Kelurahan Mamasa Desa Buntu Buda Hanya Data Sementara Pastinya Menunggu Data Hasil Quisioner Study EHRA Desa Osango Desa Taupe Mambi Kelurahan Mambi Desa Sendana Desa Sondong Layuk 157

158 PEMERINTAH Hanya Data Sementara Pastinya Menunggu Data Hasil Quisioner Study EHRA Peta 5.2 Peta Klasifikasi Kelurahan di Kab. Mamasa 5.2. KAJIAN DAN OPSI PARTISIPASI MASYARAKAT DAN GENDER DI AREA PRIORITAS Pembangunan berbasis peran serta masyarakat (community-based development) adalah pembangunan dengan orientasi yang optimal pada pendayagunaan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung, masyarakat seharusnya diberikan kesempatan secara katif berpartisipasi dan berkontribusi untuk merumuskan program-program bangunan dan lingkungan yang sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Manfaat pembangunan yang berbasis masyarakat dalam penyusunan rencana pembangunan khususnya pembangunan sektor sanitasi adalah : a. Memupuk pemahaman dan kesadaran masyarakat akan hak, kewajiban dan peranannya di dalam proses pembangunan, sehingga tumbuh rasa memiliki dan tanggungjawab yang kuat terhadap hasil-hasilnya; 158

PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Mamasa BAB I BAB I.

PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Mamasa BAB I BAB I. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang sering kali kurang mendapatkan perhatian dan menjadi prioritas pembangunan di daerah, hal ini dapat diketahui melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1 BAB I PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan layanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu target MDGS adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak memiliki akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar. Sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman masa lalu pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kab. Bima berjalan secara lamban, belum terintegrasi dalam suatu perencanaan komprehensipif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN

PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi berisi tentang pengkajian dan pemetaan sanitasi awal kondisi sanitasi dari berbagai aspek, yaitu mengenai Persampahan, Limbah Domestik, Drainase

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik ditingkat rumah tangga maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan sanitasi permukiman di Indonesia bertujuan meningkatkan kondisi dan kualitas pelayanan air limbah, pengelolaan persampahan, drainase, dan kesehatan. Targetnya adalah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LAPORAN FINAL BUKU PUTIH SANITASI TABANAN 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LAPORAN FINAL BUKU PUTIH SANITASI TABANAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan

Lebih terperinci

PROGRAM PPSP KABUPATEN BATANG HARI TAHUN 2013

PROGRAM PPSP KABUPATEN BATANG HARI TAHUN 2013 Bab 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kurangnya sikap kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Kabupaten Pasuruan dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara Nasional Pemerintah Indonesia menaruh perhatian yang sangat serius dalam mencapai salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) khususnya yang terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BENGKAYANG. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Landasan Gerak

BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BENGKAYANG. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Landasan Gerak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Tahun berisi hasil pengkajian dan pemetaan sanitasi awal yang memotret kondisi sanitasi dari berbagai aspek, tidak terbatas

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, Pemerintah Indonesia menetapkan sejumlah kebijakan yang mendukung percepatan kinerja pembangunan air minum dan sanitasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I RPJMN Bidang Perumahan Permukiman, Bappenas

BAB I PENDAHULUAN I RPJMN Bidang Perumahan Permukiman, Bappenas BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan sektor sanitasi di Indonesia merupakan usaha bersama terkoordinir dari semua tingkatan pemerintah, organisasi berbasis masyarakat, LSM dan sektor swasta

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Landak 2013 BAB I PENDAHULUAN

Strategi Sanitasi Kabupaten Landak 2013 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang S anitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH

GAMBARAN UMUM WILAYAH Jl. Poros PolewaliMamasa Kompleks Perumahan Dinas Pemkab Mamasa (Dengen) Desa Osango Mamasa Tlp/Fax (08) 800 BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH.. GEOGRAFIS, ADMINISTRATIF DAN KONDISI FISIK Kabupaten Mamasa merupakan

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

Data Agregat per Kecamatan BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMASA

Data Agregat per Kecamatan BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMASA Kabupaten Mamasa Data Agregat per Kecamatan BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMASA 16 1 PENUTUP Kegiatan Sensus Penduduk 2010 merupakan kegiatan besar yang sangat penting demi mensukseskan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di dalam kehidupan masyarakat sangatlah dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, budaya dan faktor lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG BAB I PENDAHULUAN i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka pencapaian target RPJMN 2010-2014 dan MDGs 2015 pemerintah memperbaiki kondisi sanitasi di Indonesia dengan mengarusutamakan percepatan

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TOJO UNA-UNA

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TOJO UNA-UNA Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Deklarasi pembangunan milenium berpihak pada pemenuhan hak-hak dasar manusia yang mengarah kepada peningkatan kualitas hidup, dan dituangkan dalam tujuan-tujuan Millenium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Untuk mengembangkan layanan sanitasi Kabupaten/Kota memang tidak mudah mengingat permasalahan yang terjadi sangat komplek, dibutuhkan waktu yang lama, belum lagi persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan yang erat dengan kemiskinan, tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan kependudukan di Kabupaten Pohuwato sampai saat ini menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan penduduk yang makin cepat, mendorong pertumbuhan aspek-aspek kehidupan

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG BAB 1 PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi di Indonesia adalah lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi: tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan perlu ditingkatkan. Ketidaktahuan dan pemahaman masyarakat

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman. ( Refisi 2012 ) I.1

Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman. ( Refisi 2012 ) I.1 1.1. Latar Belakang. Dalam kontek Program Pembangunan Sektor Sanitasi Indonesia (ISSDP), sanitasi didefinisikan sebagai tindakan memastikan pembuangan tinja, sullage dan limbah padat agar lingkungan rumah

Lebih terperinci

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang . Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan

Lebih terperinci

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan bidang sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, sehingga perhatian dan alokasi pendanaan pun cenderung kurang memadai. Disamping

Lebih terperinci

PPSP BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI I Latar Belakang.

PPSP BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI I Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. World Health Organization (WHO) mendefinisikan sanitasi sebagai suatu upaya pengendalian terhadap seluruh faktor-faktor fisik, kimia dan biologi yang menimbulkan

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Empat Lawang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Strategi Sanitasi Kabupaten Empat Lawang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perilaku hidup bersih dan sehat setiap masyarakat adalah cermin kualitas hidup manusia. Sudah merupakan keharusan dan tanggung jawab baik pemerintah maupun masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan pertumbuhan perekonomian Kota Yogyakarta yang semakin baik menjadikan Kota Yogyakarta sebagai kota yang memiliki daya tarik bagi para pencari kerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir 30% penduduk Indonesia masih buang air besar sembarangan (BABS), baik langsung maupun tidak langsung 18,1% diantaranya di perkotaan. Genangan di permukiman dan

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan bidang Sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, terlihat di Indonesia berada di posisi bawah karena pemahaman penduduknya mengenai pentingnya Sanitasi

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA BUKU PUTIH SANITASI. Tahun 2012 POKJA PPSP KOTA SALATIGA. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP)

BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA BUKU PUTIH SANITASI. Tahun 2012 POKJA PPSP KOTA SALATIGA. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA Provinsi Jawa Tengah Disiapkan oleh: POKJA PPSP KOTA SALATIGA 1 Kata Pengantar Puji dan syukur kita panjatkan

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN Disiapkan oleh: POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun 2014 STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Kabupaten Kendal melalui Pokja AMPL Kabupaten Kendal berupaya untuk meningkatkan kondisi sanitasi yang lebih baik melalui program Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sebagai sebuah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi skala kota, kerangka kebijakan pembangunan sanitasi

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG Bab 1 Sektor sanitasi merupakan sektor yang termasuk tertinggal jika dibandingkan dengan sektor lain. Berdasarkan data yang dirilis oleh UNDP dan Asia Pacific MDGs Report 2010, disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi sanitasi Kabupaten (SSK) Bone adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten.

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Masalah Sanitasi, khususnya sanitasi di perkotaan adalah isu yang sampai hari ini belum terselesaikan secara maksimal bahkan sehingga sangat memerlukan perhatian semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategi sanitasi kabupaten bintan Tahun anggaran Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Strategi sanitasi kabupaten bintan Tahun anggaran Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA DESKRIPSI PROGRAM UTAMA PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat,

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG. Pendahuluan 1

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG. Pendahuluan 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Selama ini pembangunan di sektor sanitasi dan pengelolaannya kurang mendapatkan perhatian dan prioritas di berbagai daerah di Indonesia, dimana baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan 1-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang    Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan 1-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup serta kondisi lingkungan yang dapat memberikan

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang I - 1

1.1. Latar Belakang I - 1 1.1. Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kemiskinan. Kondisi sanitasi yang tidak memadai akan berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan.

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sesungguhnya masih menjadi isu strategis di Indonesia. Tidak hanya di tingkat masyarakat, namun juga pada sisi para pengambil

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN PEMERINTAH BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN Dalam APBD Tahun Anggaran 2013 Pemerintah Kabupaten Mamasa telah mengalokasikan pembiayaan untuk peningkatan sarana dan prasarana

Lebih terperinci

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang MPS Kabupaten Bantaeng 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari negara-negara tetangga, apalagi dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang memiliki komitmen

Lebih terperinci

Guna menghasilkan strategi sanitasi Kabupaten sebagaimana tersebut di

Guna menghasilkan strategi sanitasi Kabupaten sebagaimana tersebut di PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Sukoharjo adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Karimun sebagai daerah yang sangat berpengaruh pada pasang surut dan yang sebagian besar dikelilingi oleh lautan dan penduduk yang masih banyak mendiami pesisir

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MANGGARAI PENDAHULUAN

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MANGGARAI PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Deklarasi Milenium (The Millennium Declaration) yang berisikan komitmen untuk mempercepat pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan. Komitmen itu diterjemahkan kedalam

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Aceh Singkil merupakan suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pertumbuhan kota yang cepat secara langsung berimplikasi pada pembangunan infrastruktur dasar pelayanan publik. Kurangnya pelayanan prasarana lingkungan seperti infrastruktur

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Pembangunan sanitasi di Kabupaten Hulu Sungai Utara masih banyak dilakukan secara parsial, dimana masing-masing SKPD melaksanakan kegiatannya sesuai dengan tugas pokok

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab Latar Belakang

Pendahuluan. Bab Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang sebagai salah satu pusat pertumbuhan di wilayah metropolitan Jabodetabek, yang berada di wilayah barat DKI Jakarta, telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kota Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN

Strategi Sanitasi Kota Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyebab kondisi sanitasi yang buruk adalah kemiskinan. Permasalahan tersebut juga sama dengan permasalahan sosial lainnya yang tidak lepas juga dari persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Republik Indonesia telah memberlakukan kebijakan pembangunan sanitasi sebagai bagian dari strategi nasional bidang sanitasi dan higienitas untuk diterapkan

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) merupakan dokumen perencanaan jangka menengah (5 tahun) yang memberikan arah bagi pengembangan sanitasi di Kabupaten Cilacap karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara, Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara, Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi adalah suatu kebutuhan dasar manusia dalam kehidupannnya sehari-hari. Kondisi sanitasi suatu masyarakat dapat menjadi gambaran tingkat kehidupannya. Bila sanitasinya

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN PEMERINTAH MASA ASI BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN Dalam APBD Tahun Anggaran garan 2013 Pemerintah Kabupaten Mamasa telah mengalokasikan pembiayaan untuk peningkatan

Lebih terperinci

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan 7. URUSAN PERUMAHAN Penataan lingkungan perumahan yang baik sangat mendukung terciptanya kualitas lingkungan yang sehat, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dengan meningkatnya kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor sanitasi yang mencakupi bidang air limbah, persampahan dan drainase merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 2013 STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG POKJA SANITASI KABUPATEN TANGGAMUS POKJA BADAN SANITASI PERENCANAAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai

BAB PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu tantangan Pemerintah Daerah yang paling signifikan karena berhubungan langsung dengan pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pelalawan

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pelalawan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

b. Kecamatan Padang Panjang Timur, terdiri dari : 1. Kelurahan Koto Panjang; Bagian C Lampiran

b. Kecamatan Padang Panjang Timur, terdiri dari : 1. Kelurahan Koto Panjang; Bagian C Lampiran Bab 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi karena lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi : tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan, dan tidak berkelanjutan,

Lebih terperinci

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab ini akan dibahas mengenai strategi pengembangan sanitasi di Kota Bandung, didasarkan pada analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) yang telah dilakukan.

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci