BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data Sumatif : Berasal dari survey dan artikel internet. Data Formatif : Berasal dari literatur seperti buku, internet dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data Sumatif : Berasal dari survey dan artikel internet. Data Formatif : Berasal dari literatur seperti buku, internet dan"

Transkripsi

1 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data yaitu: Data-data yang diperoleh dalam bab ini didapat melalui beberapa metode Data Sumatif : Berasal dari survey dan artikel internet Data Formatif : Berasal dari literatur seperti buku, internet dan wawancara langsung dengan narasumber 2.2 Data Umum Hasil Data Wawancara Gambar 2.1 Kak Awam Prakoso Wawancara dilakukan di rumah sekaligus sanggar Kak Awam Prakoso di daerah Ciputat, Tangerang. Dalam wawancara tersebut, Penulis mendapat banyak penjelasan mengenai dongeng yang kemudian dispesifikkan menjadi fabel. Penulis juga mendapat banyak saran untuk keberhasilan tugas akhir Penulis. 3

2 4 Hasil wawancara dengan Kak Awam Prakoso : Apa yang dimaksud dengan dongeng dan apa yang membedakan dongeng dengan fabel? Cerita adalah suatu rangkaian peristiwa yang disampaikan baik secara lisan maupun tertulis dimana cerita tersebut dibagi menjadi dua yaitu : 1. Cerita nyata (non fiksi) Contohnya : biografi, sejarah, kisah-kisah para nabi, testimoni 2. Cerita tidak nyata (fiksi) Contohnya : dongeng Dongeng adalah hasil rekayasa imajinasi seseorang yang ceritanya sederhana, mengandung pesan baik dan ceritanya tidak benar-benar terjadi. Dongeng sendiri terbagi menjadi banyak bagian, seperti : fabel (binatang dan benda mati), sage (cerita petualangan), hikayat (cerita rakyat), legenda (asal usul), mythe (dewa-dewi, peri, roh halus) dan ephos (cerita besar mahabharata, ramayana, saur sepuh, tutur tinular). Jadi, fabel merupakan bagian dari dongeng itu sendiri hanya saja lebih menekankan kepada binatang. Bagaimana dengan perkembangan fabel anak dari waktu ke waktu? Dongeng yang ada di Indonesia sudah disampaikan secara turun menurun dari generasi ke generasi. Kenapa? Karena itu sudah terjadi sekian ratus tahun sama seperti legenda. Dunia dongeng sudah memasyarakat sejak dulu tetapi karena dunia komunikasi tidak secanggih sekarang sehingga tidak terlihat. Banyak masyarakat juga yang mengklaim dongeng semakin tenggelam, tetapi sekarang sudah banyak pendongeng hampir di semua kota. Dan di Kampung Dongeng ini sendiri dalam 3 bulan kami meluluskan minimal 30 pendongeng dari berbagai provinsi di Indonesia. Jadi, perkembangan fabel di Indonesia dari waktu ke waktu cukup baik apalagi dunia komunikasi juga semakin mendukung seperti misalkan adanya blackberry, facebook dan lain sebagainya sehingga memudahkan kita untuk menemukan pendongeng. Lain halnya dengan mendongeng di dunia orang tua, tentu saja masih sangat kurang. Orang tua masih merasa sangat sibuk untuk bercerita pada

3 5 anaknya. Itu juga yang membuat kami terus berupaya membuat suatu gerakan masyarakat gemar mendongeng. Mengapa dongeng khususnya fabel penting bagi anak? Dongeng merupakan salah satu media komunikasi persuasif. Artinya bagaimana anak menerima pesan yang disampaikan dalam cerita secara damai, tidak terpaksa, tidak digurui. Dongeng juga sifatnya menghibur, memberikan pesan tetapi dengan kesenangan. Media komunikasi persuasif merupakan media yang paling efektif karena dengan mudah dapat tertanam di memori anak sehingga sampai bertahun - tahun ke depan memori tersebut tetap terngiang-ngiang dengan pesan yang disampaikan. Jika difokuskan ke manfaat dari fabel sendiri adalah fabel menjadi begitu penting bagi anak karena dapat melatih imajinasi anak, meningkatkan pengetahuan anak akan moral, mengembangkan emosi anak, sarana membangun karakter anak dan lain sebagainya. Menurut Kak Awam mengapa budaya mendongeng di dunia orang tua semakin hilang? Alasannya banyak sekali. Saya sering melakukan seminar di berbagai wilayah Indonesia. Alasan mereka yang pertama adalah sibuk. Kesibukan sebetulnya bukan menjadi persoalan, yang menjadi persoalan justru adalah cara. Dongeng sebetulnya bisa dilakukan tanpa terbatas pada ruang dan waktu. Contohnya adalah sewaktu saya sedang pergi ke luar kota dan makan ikan gurame di sebuah restoran, saya menelepon anak saya yang paling kecil. Melalui telepon, saya menceritakaan tentang si ikan gurame tersebut. Orang tua kadang-kadang lebih baik bercerita kepada tetangga dan teman-temannya tentang belanjaannya daripada bercerita kepada anaknya. Yang kedua orang tua mengatakan mereka tidak bisa mendongeng. Alasan ini kemudian saya patahkan dengan satu kalimat setiap insan manusia secara naluri senang bercerita.

4 6 Ada juga yang mengatakan tidak mempunyai referensi cerita. Orang tua beranggapan bahwa bercerita harus mempunyai referensi cerita. Padahal tidak. Semua hal yang disekeliling kita yang kita temui bisa dijadikan referensi. Selanjutnya adalah mereka merasa tidak percaya diri. Kalau malu dalam mendidik anak, itu saya rasa berarti orang tua tidak mempunyai kesungguhan dalam pengasuhan terhadap anak-anaknya. Kenapa? Karena untuk mengasuh anak itu perlu dengan keceriaan. Orang tua harus masuk ke dalam dunia anak. Tidak bisa anak dipaksa masuk ke dalam dunia orang dewasa. Karena anak itu bukan orang dewasa yang miniatur. Bagimana cara paling efektif untuk menarik minat anak-anak untuk mendengarkan dongeng fabel? Di dalam teknik mendongeng, seorang pendongeng harus belajar untuk mencari perhatian anak-anak. Anak-anak akan sulit dikondisikan mendengarkan sebuah cerita kalau kita tidak mencari perhatian mereka terlebih dahulu. Setelah itu baru menciptakan kondisi akrab, seperti menciptakan pertanyaa-pertanyaan Siapa yang ingin jadi orang hebat? Siapa yang ingin jadi orang pintar? Siapa yang ingin jadi orang utan? Nah, seperti itu nanti anak-anak akan tertawa. Setelah proses mengakrabkan berhasil, baru kemudian bercerita. Karena kalau anak sudah gembira, mau disampaikan pesan apa pun pasti akan masuk. Bagaimana cara menjadi pendongeng yang baik terutama bagi orang tua untuk anaknya? Pertama kita pilih naskah yang benar-benar sederhana tetapi bobot muatan pesannya kuat. Kedua mengenal karakter anak sendiri apakah mereka audiovisual atu audiotori atau kinestetik atau anak spesial atau anak berkebutuhan khusus. Misalkan mempunyai anak audiovisual, orang tua harus menyiapkan alat peraga dan lain sebagainya.

5 7 Hewan apa yang paling diminati dalam dongeng fabel oleh anak saat ini? Binatang-binatang yang ada di hutan, contohnya harimau, serigala. Sebetulnya bukan masalah hewannya. Tapi lebih ke arah konfliknya. Yang saya pelajari anak-anak menyukai semua hewan tetapi konflik yang ada dalam sebuah cerita itu yang selalu ditunggu-tunggu Menurut Kak Awam, bagaimana ketersediaan buku fabel di toko buku saat ini, apakah semakin banyak atau justru semakin berkurang? Ketersediaan buku fabel sekarang semakin banyak dan juga semakin ngawur. Banyak anak-anak muda yang pintar nulis dongeng tetapi sulit masuk ke penerbit. Justru penerbit dengan mudahnya menerbitkan buku-buku dengan cerita yang sama secara terus menerus. Jadi menurut saya belum banyak buku fabel yang benar-benar membangun karakter anak. Seharusnya penerbit menerbitkan buku fabel dengan cerita-cerita baru bukan cerita yang sudah ada diterbitkan lagi berulang-ulang. Ada saran untuk kesuksesan tugas akhir saya? Ya, saat ini fabel luar lebih diminati daripada fabel dengan konten lokal. Saya juga bingung fabel konten lokal apa yang bisa diangkat. Kalau mau fabel Kak Awam saja. Ha ha ha ha. Itu belum ada visualnya loh. Kamu jangan mengangkat fabel dengan hewan kancil. Menurut saya dongeng kancil itu tidak mendidik karena kancil itu licik dan tidak cocok untuk pembentukan karakter anak. Kamu bisa lihat sekarang banyak koruptor saat ini karena dulu asupan kita dunia kancil. Ini juga sudah diteliti oleh pakar-pakar bahwa fabel kancil itu tidak mendidik karena menyesatkan semua Hasil Data Riset dan Survey Survey ini bertujuan untuk memperkuat argumen Penulis mengenai semakin redupnya kebiasaan mendongeng dalam dunia orang tua.

6 8 HASIL SURVEY Jumlah Responden : 50 Rentang Usia : Tahun Dimulai Diakhiri : sampai Tabel. 1 Usia Jumlah tahun tahun 20 Hal ini menunjukkan hubungan usia dengan pengetahuan akan fabel dan kebiasaan mendongeng. Tabel. 2 Pengertian fabel Jumlah Tahu 42 Tidak Tahu 8 Hal ini menunjukkan sebagian besar respoden tahu apa itu fabel, sehingga dapat disimpulkan rentang usia tidak mempengaruhi pengetahuan resoden secara umum tentang fabel.

7 9 Tabel. 3 Pemahaman contoh dongeng fabel Jumlah Cinderella, Snow White 5 Si Kancil, Kelinci dan Kura-Kura Lomba Lari 35 Sangkuriang 10 Hasil survey menunjukkan sebagian besar respoden tahu contoh cerita dongeng fabel. Tabel. 4 Kebiasaan mendongeng masih sering dilakukan Jumlah Ya 5 Tidak 45 Hal ini menunjukkan sebagian besar respoden dari berbagai rentang usia sudah tidak pernah mendongeng untuk anak lagi, sehingga dapat disimpulkan kebiasaan mendongeng sudah semakin redup. Tabel. 5 Alasan tidak lagi mendongeng Jumlah Sibuk / tidak ada waktu 20 Sudah lupa ceritanya / tidak punya referensi 18 Anak lebih suka main gadget 12 Hasil survey dengan jawaban kesibukan didominasi oleh responden dengan usia tahun, diikuti dengan sudah lupa ceritanya dimana jawaban responden dari rentang usia tahun dan tahun hampir sama rata, diikuti juga dengan

8 10 anak lebih suka main gadget dimana jawaban responden juga hampir sama rata dari rentang usia tahun dan tahun. Tabel. 6 Merasa kesulitan dalam mendongeng Jumlah Ya 35 Tidak 15 Hal ini menunjukkan hampir semua responden dengan rentang usia tahun merasa kesulitan dalam mendongeng, sedangkan jawaban tidak, didominasi oleh rentang usia tahun. Tabel. 7 Buku fabel yang diminati Jumlah Fabel luar (contoh: 3 Little Pigs) 27 Fabel lokal (contoh: Si Kancil) 8 Fabel lokal cerita baru (contoh: Pertualangan Si Ayam Jago) 15 Hasil survey menunjukkan fabel luar paling diminati, diikuti dengan fabel lokal dengan cerita baru seperti Pertualangan si Ayam Jago karya Awam Prakoso dan terakhir diikuti dengan fabel lokal Sumber Data Literatur Pengetian dan manfaat dongeng Dikutip dari: Dongeng berarti cerita rekaan/tidak nyata/fiksi, seperti: fabel (binatang dan benda mati), sage (cerita petualangan), hikayat (cerita rakyat), legenda (asal usul),

9 11 mythe (dewa-dewi, peri, roh halus), ephos (cerita besar; mahabharata, ramayana, saur sepuh, tutur tinular). Jadi kesimpulannya adalah dongeng adalah cerita, namun cerita belum tentu dongeng. Para pakar menyatakan ada beberapa manfaat lain yang dapat digali dari kegiatan mendongeng ini. Pertama, anak dapat mengasah daya pikir dan imajinasinya. Hal yang belum tentu dapat terpenuhi bila anak hanya menonton dari televisi. Anak dapat membentuk visualisasinya sendiri dari cerita yang didengarkan. Ia dapat membayangkan seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi yang muncul dari dongeng tersebut. Lama-kelamaan anak dapat melatih kreativitas dengan cara ini. Kedua, cerita atau dongeng merupakan media yang efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak, bahkan untuk menumbuhkan rasa empati. Misalnya nilai-nilai kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras, maupun tentang berbagai kebiasaan sehari-hari seperti pentingnya makan sayur dan menggosok gigi. Anak juga diharapkan dapat lebih mudah menyerap berbagai nilai dengan tidak bersikap memerintah atau menggurui, sebaliknya para tokoh cerita dalam dongeng tersebutlah yang diharapkan menjadi contoh atau teladan bagi anak. Ketiga, dongeng dapat menjadi langkah awal untuk menumbuhkan minat baca anak. Setelah tertarik pada berbagai dongeng yang diceritakan, anak diharapkan mulai menumbuhkan ketertarikannya pada buku. Diawali dengan buku-buku dongeng yang kerap didengarnya, kemudian meluas pada buku-buku lain seperti buku pengetahuan, sains, agama, dan sebagainya. Selain merangsang kecerdasan anak, para orang tua dapat menyisipkan pesan-pesan moral lewat cerita yang mereka bawakan. Sehingga kita dapat menanamkan budi pekerti kepada anak sejak usia dini Kutipan dari Helen Heard (The Educational Benefits of Story Telling). Manfaat dongeng fabel Dikutip dari : Manfaat yang diperoleh anak melalui dongeng : Merangsang imajinasi dan kreativitas Mengembangkan kecerdasan berbahasa anak Meningkatkan keterampilan berpikir

10 12 Mengembangkan emosi Menanamkan nilai moral dan etika Memperkuat ikatan emosional dengan orangtua Ajang relaksasi atau hiburan Persiapan bercerita Dikutip dari : Sebelum bercerita, pendidik harus memahami terlebih dahulu tentang cerita apa yang hendak disampaikannya, tentu saja disesuaikan dengan karakteristik anakanak usia dini. Agar dapat bercerita dengan tepat, pendidik harus mempertimbangkan materi ceritanya. Pemilihan cerita antara lain ditentukan oleh : 1. Pemilihan tema dan judul yang tepat bagaimana cara memilih tema cerita yang tepat berdasarkan usia anak? Anak-anak menyukai hal-hal yang fantastis, aneh, yang membuat imajinasinya menari-nari. Bagi anak-anak, hal-hal yang menarik, berbeda pada setiap tingkat usia, misalnya: a. Sampai pada usia 4 tahun, anak menyukai dongeng fabel dan horor, seperti Si Wortel, Tomat yang Hebat, Anak Ayam yang Manja, Kambing Gunung dan Kambing Gi As, Anak Nakal Tersesat di Hutan Rimba, Cerita Nenek Sihir, Orang Jahat, Raksasa yang Menyeramkan dan sebagainya. b. Pada usia 4-8 tahun, anak-anak menyukai dongeng jenaka, tokoh pahlawan/hero dan kisah tentang kecerdikan, seperti; Perjalanan ke Planet Biru, Robot Pintar, Anak yang Rakus dan sebagainya c. Pada usia 8-12 tahun, anak-anak menyukai dongeng petualangan fantastis rasional (sage), seperti: Persahabatan Si Pintar dan Si Pikun, Karni Juara Menyanyi dan sebagainya. 2. Waktu penyajian dengan mempertimbangkan daya pikir, kemampuan bahasa, rentang konsentrasi dan daya tangkap anak, maka para ahli dongeng menyimpulkan sebagai berikut:

11 13 a. Sampai usia 4 tahun, waktu cerita hingga 7 menit b. Usia 4-8 tahun, waktu cerita hingga menit c. Usia 8-12 tahun, waktu cerita hingga 25 menit Namun tidak menutup kemungkinan waktu bercerita menjadi lebih panjang, apabila tingkat konsentrasi dan daya tangkap anak dirangsang oleh penampilan pencerita yang sangat baik, atraktif, komunikatif dan humoris. 3. Suasana (situasi dan kondisi) Suasana disesuaikan dengan acara/peristiwa yang sedang atau akan berlangsung, seperti acara kegiatan keagamaan, hari besar nasional, ulang tahun, pisah sambut anak didik, peluncuran produk, pengenalan profesi, program sosial dan lain-lain, akan berbeda jenis dan materi ceritanya. Pendidik dituntut untuk memperkaya diri dengan materi cerita yang disesuaikan dengan suasana. Jadi selaras materi cerita dengan acara yang diselenggarakan, bukan satu atau beberapa cerita untuk segala suasana. Panduan Mendongeng Dikutip dari: 1. Persiapan Sebelum mendongeng, siapkan cerita yang menarik dan mengandung pesan moral, tentunya. Biasanya, anak usia 3-8 tahun menyukai dongeng tentang binatang, cerita rakyat tradisional, dan cerita tentang orang di sekitarnya. sedangkan anak usia 9-12 tahun, lebih suka cerita tokoh heroik, penuh tantangan dan bahaya, yang sifatnya lebih realistis. 2. Bangun suasana Saat mendongeng, suasana yang menarik juga perlu dibangun agar anak tetap fokus pada cerita. Curi perhatian dari anak dengan pancingan tebak-tebakan, iringan lagu, atau selingan permainan di sela-sela waktu mendongeng. kegiatan mendongeng akan terasa lebih atraktif, dan orang tua bisa makin intim dengan anak.

12 14 3. Kuasai teknik Teknik mendongeng memang penting, tetapi anda juga tak harus terlalu terpaku pada teori. Vokal dan ekspresi wajah, serta posisi saat mendongeng, merupakan teknik yang perlu diperhatikan. 4. Beri penutup Karena dongeng merupakan salah satu sarana sosialisasi moral dan budi pekerti, maka setelah mendongeng anda perlu memberi kesimpulan atas cerita. anak perlu tahu mana tokoh yang baik dan patut dicontoh, dan mana yang sebaiknya tidak diikuti. 5. Durasi Perhatikan durasi mendongeng. anak usia dini tak bisa berlama-lama berkonsenrasi mendengarkan dongeng. buat dongeng yang singkat, paling lama 15 menit untuk anak pada usia enam tahun kebawah. sementara untuk anak yang lebih besar dan menginjak sekolah dasar, mereka bisa mendengarkan dongeng lebih lama. 6. Materi Dongeng Anak usia dini menyenangi cerita fabel yang sederhana. sementara anak yang lebih besar menyenangi cerita petualangan atau heroik. 7. Mimik Muka Jangan lupa bercerita disertai mimik wajah untuk memperkuat cerita. meski anda mendongeng dengan cara membaca buku, tapi bila disertai mimik yang kuat, pengalaman dongeng yang anda berikan akan membuat dongeng menjadi lebih menarik bagi anak. 8. Variasi Selingi dongeng dengan aktivitas lain yang melibatkan anak, seperti bernyanyi bersama, menebak teka-teki, dan bermain.

13 15 Hati-Hati Dampak Kisah Dongeng Si Kancil Dikutip dari : Si kancil anak nakal suka mencuri ketimun. Ayo cepat ditangkap Jangan diberi Ampun Masih ingatkah kita dengan dongeng si kancil, lagu diatas tentunya mengingatkan kita tentang cerita anak-anak di masalalu, kisah kancil yang berkisah tentang kecerdikannya dalam melakukan tipu muslihat pada pak tani, gajah, buaya, monyet, dan lain-lain. Dalam cerita si kancil selalu dikisahkan sebagai tokoh yang selalu menang dalam setiap topik ceritanya, si kancil berhasil menang setelah menipu pak tani, si kancil berhasil lolos dari sumur setelah menipu gajah, dll, namun tahukah dampak dari cerita si kancil? Sebuah cerita yang akan disampaikan pada anak-anak harusnya mengusung nilai-nilai moral yang baik karena pada fase anak-anak nilai-nilai moral mulai berkembang, apa yang akan terjadi jika yang diajarkan adalah nilai-nilai negatif, sikap culas, menipu, berbohong, melakukan sesuatu atas kepentingan pribadi, nah hal inilah yang kita dapati dari tokoh cerita si kancil. Apalagi dalam cerita kancil selalu menjadi tokoh sentral, dan dalam ceritanya tidak ada punishment, sanksi jera dari perbuatan buruk yang dia lakukan, apalagi tokoh-tokoh yang baik selalu terkena dampak, tidak bisa berbuat apa-apa, selalu sial, sehingga secara tidak langsung nilai moral yang disampaikan, jangan jadi jujur, jangan jadi baik, tiadak apa-apa kita menipu orang lain, berbohong tidak apa-apa, jadi orang baik kan membuat hidup sengsara dan sial. Kuatnya nilai moral yang dapat disampaikan melalui tokoh dan cerita akan tersimpan dan berpengaruh kuat pada karakter kepribadian hingga dewasa, karena cerita disampaikan dengan menyenangkan, tokoh imajinatif seperti hewan-hewan, serta cara penyampaiannya tidak menggurui anak-anak, sehingga nilai-nilai itu membekas pada alam bawah sadar anak-anak tanpa disadarinya. Ketika saya melihat cerminan bangsa ini, mengapa banyak orang yang suka menipu, mengapa banyak pejabat yang suka korupsi, mulai dari yang kelas kakap

14 16 sampai dengan kelas teri, saya merasa ada kaitannya juga mungkin dengan ceritacerita yang disampaikan masalalu, dalam alam bawah sadar mereka menyimpan nilai-nilai moral yang tidak baik,dan hal inilah yang mungkin membedakan kenapa bangsa jepang menjadi bangsa yang pekerja keras, atau bangsa barat yang pandai berdiplomasi, cerita anak yang disampaikan mengandung niali-nilai positif tersebut. Profil Awam Prakoso Awam Prakoso, yang akrab dipanggil Kak Awam ini lahir di Blora Jawa tengah pada 18 Mei 1973 dari pasangan Taksisman dan Soekartini. Yang semasa kecilnya, bukan saja mendapatkan perhatian lebih dari kedua orang tuanya, namun juga oleh keempat saudara laki-lakinya. Semangat berkesenian dimulainya sejak ia duduk di bangku Taman Kanak- Kanak Hingga sekarang. Sejak di bangku perkuliahan pada tahun 1992, ia sudah dipercaya untuk menjadi ketua umum Sanggar di kampusnya. Dari sanggarlah diri Kak Awam terbentuk pribadi seni yang matang. Bahkan setelah menamatkan kuliahnya tahun 1996, dan mulai bekerja di salah satu Bank Swasta di Jakarta, ia masih dipercaya untuk membina sanggarnya. Bekerja di kantoran tidaklah mematahkan semangatnya untuk terus berkesenian. Terbukti ketika itu ia mampu membuat pertunjukan seni (Drama Musikal) dengan pemain dari karyawankaryawan Bank tempat ia bekerja. Tercatat pada tahun 1998 saat krisis moneter melanda tanah air, Kak Awam terkena dampak PHK di kantor tempat ia bekerja. Kondisi tersebut membuatnya semakin bebas berkesenian. Dan mulai tahun 2000 Kak Awam dipercaya untuk membina Berbagai Sanggar di Jakarta. Selain mempunyai tugas mendongeng keliling, ia juga tak pernah lelah untuk memberikan pelatihan drama dan membuat pertunjukan anak. Karir dongengnya sendiri dimulai sejak ia menjuarai sebuah festival Dongeng di Taman Mini Indonesia Indah pada tahun Awam Prakoso juga berprestasi menjuarai berbagai festival mendongeng. Lalu, mendapatkan penghargaan sebagai Tokoh Muda Pemerhati Anak-Anak yang

15 17 diberikan oleh Kak Seto di acara 40 Tahun Pengabdian Kak Seto di Dunia Anak- Anak. Hingga Saat ini sudah tercatat begitu banyak Kak Awam mendongeng di berbagai tempat, baik di sekolah-sekolah, event-event anak sampai mengudara di radio. Saat ini dan seterusnya, waktunya akan terus dicurahkan untuk dunia anak. Visual Buku Awam Prakoso Gambar 2.2 Cover Buku Kampung Dongeng Kak Awam Gambar 2.3 Visual Pipit Tidak Mengejek Lagi

16 18 Gambar 2.4 Visual Bonbin Si Kera yang Serakah Gambar 2.5 Visual Ayam Jago Gemar Menabung Gambar 2.6 Visual Petualangan Jinggo si Ayam Kecil

17 Media Online Berupa Blog dan Website Media pendukung dan informasi : - Juli-web.pdf view=article&id= Target Audience Target Primer Geografi: Domisili : Jakarta Wilayah: Perkotaan Iklim: Tropis Demografi: Usia: tahun Gender: Perempuan Pekerjaan: Business woman, karyawan, ibu rumah tangga SES: B-A

18 20 Psikografi : Gaya hidup: aktif dan hedonis Ciri-ciri: sibuk, memiliki waktu bersama anak di akhir pekan dan malam hari, penyayang, perhatian, dekat dengan anak Target Sekunder Geografi: Domisili : Jakarta Wilayah: perkotaan Iklim: tropis Demografi Usia: 3-5 tahun Gender: laki-laki dan perempuan Pekerjaan: pelajar dan belum sekolah SES: B-A Psikografi Gaya hidup: aktif Ciri-ciri: ceria, senang beraktivitas, lincah dan cekatan 2.4 Analisa SWOT Strength Banyak dongeng fabel dengan cerita-cerita baru di luar Si Kancil yang bermunculan Semakin banyaknya profesi pendongeng sehingga mudah mendapatkan referensi cerita serta panduan orang tua untuk mendongeng

19 21 Konten sebuah dongeng tidak mutlak harus sama dari awal hingga akhir tetapi bisa disesuaikan dengan umur pembaca yang penting garis besar cerita tidak berubah Weakness Dongeng fabel kurang menyentuh semua lapisan usia anak Banyak cerita fabel yang tidak membangun karakter anak Opportunity Buku dongeng fabel dengan cerita yang baru masih sedikit di penerbit Buku dongeng fabel di toko buku masih didominasi cerita yang dahulu seperti Si Kancil Buku dongeng fabel dengan cerita baru masih belum diolah secara visual Threat Cerita fabel baru sulit diterima masyarakat karena yang tertanam di memori orang tua bahwa cerita fabel adalah si kancil Fabel luar lebih digemari masyarakat

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dongeng adalah cerita kreatif yang diakui sebagai khayalan yang bertujuan untuk menghibur. Dongeng bukanlah sejarah. Meskipun demikian, dongeng berisi wejangan atau memberi

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA Dalam penyusunan Tugas Akhir ini dibutuhkan beberapa data yang valid sebagai sumber penelitian untuk konsep pembuatan media CD interaktif dongeng fabel anak. 2.1 Sumber Umum Survey

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan dengan baik dan benar pada anak didik kita. Semua pelajaran tentunya

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan dengan baik dan benar pada anak didik kita. Semua pelajaran tentunya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bagian penting untuk ditanamkan dan diajarkan dengan baik dan benar pada anak didik kita. Semua pelajaran tentunya tidak akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah pendidikan yang berfungsi untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan sosial anak. Penddidikan anak usia dini juga mencakup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan lingkungannya. Dari proses belajar mengajar itu akan diperoleh suatu hasil, yang pada

I. PENDAHULUAN. dengan lingkungannya. Dari proses belajar mengajar itu akan diperoleh suatu hasil, yang pada 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan latihan.

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB II DATA DAN ANALISA BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Data dan Literatur 2.1.1 Pengertian Cerita Rakyat Berdasarkan definisi Folklore dari Wikipedia.org, (2012) cerita rakyat merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang kaya akan cerita dongeng. Dongeng merupakan bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian yang luar biasa yang penuh khayalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membaca adalah jantung pendidikan. Sering kali kita lupa bahwa kegiatan membaca sangatlah penting. Kita menganggap kegiatan membaca itu penting, namun tidak disertai

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Produk 2.1.1 Buku Dongeng / Cerita Rakyat Indonesia Berdasarkan pada kajian dari wikipedia bahasa Indonesia dijelaskan bahwa Definisi Dongeng adalah suatu kisah yang diangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia, dimana anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia, dimana anak-anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia, dimana anak-anak mulai mengenal dan belajar sesuatu. Anak kecil pada dasarnya senang mencoba aktivitas yang

Lebih terperinci

Monolog/Dongeng PERTEMUAN KE-5. > Berbicara dalam kegiatan monolog/dongeng - Konsep monolog/dongeng - Persiapan monolog/dongeng

Monolog/Dongeng PERTEMUAN KE-5. > Berbicara dalam kegiatan monolog/dongeng - Konsep monolog/dongeng - Persiapan monolog/dongeng Monolog/Dongeng PERTEMUAN KE-5 > Berbicara dalam kegiatan monolog/dongeng - Konsep monolog/dongeng - Persiapan monolog/dongeng Definisi Dongeng Dongeng adalah cerita sederhana yang tidak benar-benar terjadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan suatu kebiasaan masyarakat yang sukar diubah dan

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan suatu kebiasaan masyarakat yang sukar diubah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan suatu kebiasaan masyarakat yang sukar diubah dan disampaikan secara turun menurun. Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Pada umumnya, cerita

BAB I PENDAHULUAN. budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Pada umumnya, cerita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia memiliki banyak cerita rakyat atau dongeng berbentuk fabel. Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain : 1. Literatur Buku Biografi Seto Mulyadi KAK SETO Sahabat Anak-Anak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah karya seni yang diciptakan tidak lepas dari emosional, tekanan psikologis, kepribadian, bahkan dari pengalaman seseorang yang menciptakan karya seni tersebut. Tekanan-tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bercerita memang mengasyikkan untuk semua orang. Kegiatan bercerita dapat dijadikan sebagai wahana untuk membangun karakter seseorang terutama anak kecil. Bercerita

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan penulis dalam mendapatkan data adalah: Tinjauan pustaka: melalui media buku, dan internet

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan penulis dalam mendapatkan data adalah: Tinjauan pustaka: melalui media buku, dan internet BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Objek Penelitian Metode yang digunakan penulis dalam mendapatkan data adalah: Tinjauan pustaka: melalui media buku, dan internet Survei lapangan: melalui wawancara dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan investasi masa depan yang perlu distimulasi perkembangannya sejak usia dini. Sel-sel otak yang dimiliki anak sejak lahir tidak akan mampu berkembang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN

BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN 2.1 Tinjauan Umum Metode yang digunakan penulis adalah dengan melakukan tinjauan pustaka melalui riset media buku elektronik cerita Wiro Sableng,film Wiro Sableng, sinetron Wiro

Lebih terperinci

MENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa

MENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa MENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa Keith Johnstone (1999) menjelaskan bahwa mendongeng atau bercerita (storytelling) merupakan produk seni budaya kuno. Hampir semua suku bangsa di dunia memiliki tradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama pradominan sepanjang Timur Tengah, juga disebagian besar Afrika dan Asia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi umat Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fabel adalah cerita singkat yang tokohnya berupa binatang dan bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Fabel adalah cerita singkat yang tokohnya berupa binatang dan bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fabel adalah cerita singkat yang tokohnya berupa binatang dan bertujuan mengajarkan nilai moral (Wilhelm, 2001, hlm. 144). Fabel merupakan cerita yang tidak hanya

Lebih terperinci

Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2

Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2 Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2 www.juraganles.com I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d di depan jawaban yang paling benar! 1. Bacalah penggalan pidato berikut! Hadirin yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR LEGENDA GUNUNG ARJUNAUNTUK ANAK SEKOLAH DASAR ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : DIAN RATRI WIJAYANTI

PERANCANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR LEGENDA GUNUNG ARJUNAUNTUK ANAK SEKOLAH DASAR ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : DIAN RATRI WIJAYANTI PERANCANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR LEGENDA GUNUNG ARJUNAUNTUK ANAK SEKOLAH DASAR ARTIKEL SKRIPSI Oleh : DIAN RATRI WIJAYANTI 309253416928 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dongeng merupakan bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian yang luar biasa yang penuh khayalan (fiksi) yang dianggap oleh masyarakat suatu hal

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Pustaka : Hari-Hari Raya Tionghoa (Suara Harapan Bangsa) Psikologi Anak Usia Dini (Wiwien D.Prastiti)

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Pustaka : Hari-Hari Raya Tionghoa (Suara Harapan Bangsa) Psikologi Anak Usia Dini (Wiwien D.Prastiti) BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data 2.1.1 Data Literatur Pustaka : Hari-Hari Raya Tionghoa (Suara Harapan Bangsa) Psikologi Anak Usia Dini (Wiwien D.Prastiti) Pustaka Online : http://id.wikipedia.org/wiki/barongsai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu cerita bohong, cerita bualan, cerita khayalan, atau cerita mengada-ada

BAB II LANDASAN TEORI. suatu cerita bohong, cerita bualan, cerita khayalan, atau cerita mengada-ada 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Dongeng Menurut Priyono (2006 : 9) dongeng sering diidentikan sebagai suatu cerita bohong, cerita bualan, cerita khayalan, atau cerita mengada-ada yang menganggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak

Lebih terperinci

Pengaruh Menyimak Cerita terhadap Kemampuan Bercerita Fiksi pada Anak

Pengaruh Menyimak Cerita terhadap Kemampuan Bercerita Fiksi pada Anak Pengaruh Menyimak Cerita terhadap Kemampuan Bercerita Fiksi pada Anak Tri Wahyono Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Abstrak Penulisan makalah ini bertujuan untuk 1) mengetahui apakah menyimak cerita

Lebih terperinci

Bagaimana Memotivasi Anak Belajar?

Bagaimana Memotivasi Anak Belajar? Image type unknown http://majalahmataair.co.id/upload_article_img/bagaimana memotivasi anak belajar.jpg Bagaimana Memotivasi Anak Belajar? Seberapa sering kita mendengar ucapan Aku benci matematika atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cerita tidak hanya sekedar hiburan melainkan merupakan suatu cara yang dipandang cukup efektif digunakan dalam mencapai target pendidikan. Oleh karena itu melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan generasi masa depan bangsa. Pedidikan anak adalah sesuatu hal penting yang tidak bisa diabaikan. Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh pendidikan yang

Lebih terperinci

BERCERITA PADA ANAK SERI BACAAN ORANG TUA

BERCERITA PADA ANAK SERI BACAAN ORANG TUA 24 SERI BACAAN ORANG TUA BERCERITA PADA ANAK Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional Milik Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak pada zaman sekarang umumnya lebih banyak menghabiskan waktu

BAB I PENDAHULUAN. Anak pada zaman sekarang umumnya lebih banyak menghabiskan waktu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penciptaan Anak pada zaman sekarang umumnya lebih banyak menghabiskan waktu untuk browsing internet atau menonton televisi dan film-film yang cenderung menampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dongeng merupakan bagian dari budaya Indonesia yang sejak dulu diceritakan pada anak-anak. Dongeng adalah cerita fantasi sederhana yang tidak benar-benar terjadi berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur 5-10 tahun. Selain itu dongeng juga

BAB I PENDAHULUAN. SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur 5-10 tahun. Selain itu dongeng juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dongeng merupakan kisah yang disampaikan dengan cara bercerita. Dongeng biasanya disampaikan dan dibacakan oleh guru TK, SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1. Sumber Data Sumber data dan informasi yang digunakan untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini diperoleh dari : 2.1.1 Literatur Pencarian data literatur dilakukan dengan mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi merupakan aktivitas ilmiah tentang prilaku manusia yang berkaitan dengan proses mental

Lebih terperinci

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* Hartono Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY e-mail: hartono-fbs@uny.ac.id Pemilihan metode pengenalan bahasa untuk anak usia dini perlu memperhatikan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENCIPTAAN

A. LATAR BELAKANG PENCIPTAAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENCIPTAAN Pendidikan karakter di Indonesia sedang marak dibicarakan dan menjadi sebuah tanggung jawab kita semua. Pendidikan di Indonesia saat ini sedang dihadapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa yang lebih baik pendidikan anak anak harus diperhatikan. Tidak

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa yang lebih baik pendidikan anak anak harus diperhatikan. Tidak BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak anak adalah tunas bangsa dan harapan bagi masa depan. Untuk masa depan bangsa yang lebih baik pendidikan anak anak harus diperhatikan. Tidak hanya pendidikan

Lebih terperinci

Menghormati Orang Lain

Menghormati Orang Lain BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Desain Sikap Toleran Pada Buku Teks Tematik Kelas 1 SD Desain sikap toleran pada buku teks tematik kelas 1 SD meliputi: sikap menghormati orang lain, bekerjasama,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing.

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini merupakan generasi penerus bangsa dimasa yang akan datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing. Untuk mengoptimalkan potensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Melihat perkembangan dan kemajuan ilmu teknologi yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Melihat perkembangan dan kemajuan ilmu teknologi yang semakin BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melihat perkembangan dan kemajuan ilmu teknologi yang semakin berkembang pesat dengan adanya sarana media pendidikan dan hiburan yang lebih banyak menggunakan media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu dongeng binatang yang terkenal di Indonesia adalah dongeng Kancil, merupakan dongeng yang menceritakan tentang bagaimana ia menggunakan kecerdasannya untuk

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori Teori Publikasi

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori Teori Publikasi 16 BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori 4.1.1 Teori Publikasi Timothy Samara (2005:10) menyatakan publikasi merupakan sebuah perluasan aplikasi dari dua unsur yaitu teks dan gambar. Perluasan aplikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PERANAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DALAM PERANCANGAN VISUAL GAME THE LEGEND OF PRAMBANAN"/Permana Adi Wijaya

BAB I PENDAHULUAN. PERANAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DALAM PERANCANGAN VISUAL GAME THE LEGEND OF PRAMBANAN/Permana Adi Wijaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki ratusan peninggalan benda bersejarah yang berbedabeda. Masing masing daerah memiliki benda yang bersejarah tersendiri yang dapat diangkat

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.3

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.3 SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.3 1. Sesampainya di ladang, Kancil segera mencari tempat yang tersembunyi. Saat itu Pak Tani sedang menanam timun. Kata kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana anak-anak akan memasuki usia pra-remaja. Pada usia pra-remaja ini anakanak

BAB I PENDAHULUAN. dimana anak-anak akan memasuki usia pra-remaja. Pada usia pra-remaja ini anakanak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Periode usia 10 hingga 15 tahun atau kelas 5 sampai kelas 9 merupakan periode dimana anak-anak akan memasuki usia pra-remaja. Pada usia pra-remaja ini anakanak akan

Lebih terperinci

Bab 6. Persahabatan. M e n u U t a m a. Peta Konsep. M e n u T a m b a h a n. Persahabatan. Memahami cerita dan teks drama. Bertelepon dan bercerita

Bab 6. Persahabatan. M e n u U t a m a. Peta Konsep. M e n u T a m b a h a n. Persahabatan. Memahami cerita dan teks drama. Bertelepon dan bercerita Bab 6 Persahabatan M e n u U t a m a Peta Konsep Persahabatan dibahas Memahami cerita dan teks drama Bertelepon dan bercerita Memahami teks Menulis paragraf dan puisi fokus fokus fokus fokus Membaca teks

Lebih terperinci

ABSTRAKSI. Pendidikan Moral Untuk Anak Usia 4-6 Tahun Melalui Cerita Fabel

ABSTRAKSI. Pendidikan Moral Untuk Anak Usia 4-6 Tahun Melalui Cerita Fabel ABSTRAKSI Pendidikan Moral Untuk Anak Usia 4-6 Tahun Melalui Cerita Fabel Anak merupakan penentu kemajuan bangsa di masa depan. Kehidupan anak yang baik akan membuat perkembangan emosi, intelektual serta

Lebih terperinci

SEHAT DAN CERDAS MELALUI CERGAM (CERITA BERGAMBAR)

SEHAT DAN CERDAS MELALUI CERGAM (CERITA BERGAMBAR) SEHAT DAN CERDAS MELALUI CERGAM (CERITA BERGAMBAR) Dian Kristiana Dosen PG PAUD Universitas Muhammadiyah Ponorogo dianrespati@ymail.com Abstrak Cerita bergambar merupakan salah satu cara untuk menarik

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB II DATA DAN ANALISA BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Metode yang digunakan penulis untuk mendapatkan data adalah dengan melakukan tinjauan pustaka melalui riset media buku, karya tulis, observasi, survey, artikel dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mudah untuk dicerna. Televisi secara universal juga mampu untuk menjangkau audiens

BAB I PENDAHULUAN. yang mudah untuk dicerna. Televisi secara universal juga mampu untuk menjangkau audiens 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi merupakan salah satu jenis media massa yang paling diminati oleh masyarakat karena keunggulannya dalam memanjakan masyarakat melalui kemampuan audio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan arus informasi yang menyajikan kebudayaan barat sudah mulai banyak. Sehingga masyarakat pada umumnya

Lebih terperinci

Peristiwa di Sekitar Kita

Peristiwa di Sekitar Kita 3 Peristiwa di Sekitar Kita Tahukah kamu profesi komentator olahraga? Tayangan olahraga di televisi semakin menarik dengan kehadiran mereka. Mereka memberikan tanggapan (pujian atau kritik) mengenai pertandingan

Lebih terperinci

BAGAIMANA MEMILIH MATERI PEMBELAJARAN LAGU ANAK-ANAK DI PAUD/TK DAN SD?

BAGAIMANA MEMILIH MATERI PEMBELAJARAN LAGU ANAK-ANAK DI PAUD/TK DAN SD? BAGAIMANA MEMILIH MATERI PEMBELAJARAN LAGU ANAK-ANAK DI PAUD/TK DAN SD? disajikan dalam Workshop dan Seminar Pembelajaran lagu anak-anak Edukatif untuk PAUD/TK/SD Diah Uswatun Nurhayati PUSAT PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

hidup damai pelajaran 6 suasana hutan damai ada kicauan burung suara hewan bersahutan suara daun bergesekan kehidupan di hutan sungguh damai

hidup damai pelajaran 6 suasana hutan damai ada kicauan burung suara hewan bersahutan suara daun bergesekan kehidupan di hutan sungguh damai pelajaran 6 hidup damai suasana hutan damai ada kicauan burung suara hewan bersahutan suara daun bergesekan kehidupan di hutan sungguh damai apakah kamu suka hidup damai hidup damai 77 menulis melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni tari seyogyanya mengarah pada pencapaian tiga domain

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni tari seyogyanya mengarah pada pencapaian tiga domain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan seni tari seyogyanya mengarah pada pencapaian tiga domain dalam pendidikan, yakni domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Tetapi pada kenyataannya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB I HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian dilakukan di SD Negeri Jlamprang 2 Kecamatan Wonosobo Kabupaten Wonosobo kelas II dengan jumlah siswa sebanyak 35 yang terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah aset yang sangat berharga, tidak hanya bagi orang tua, keluarga, masyarakatnya tetapi juga bagi keberlangsungan sebuah peradaban, sehingga anak juga disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan agama Kristiani untuk anak sangatlah penting dan bermanfaat bagi tumbuh kembang karakter anak. Hidayatullah (2010: 13) menyatakan bahwa karakter adalah kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Pendidikan adalah sebuah usaha sadar yang direncanakan untuk mewujudkan suasana belajar dan merupakan sebuah proses pembelajaran agar peserta didik dapat

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1 Strategi Perancangan 3.1.1 Pendekatan Komunikasi Komunikasi banyak dilakukan melalui media gambar. Karena anak-anak lebih tertarik terhadap gambar dan

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya.

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya. BAB 2 DATA DAN ANALISIS 2.1. Legenda Hanoman 2.1.1 Perang Wanara dan Raksasa Setelah lakon Hanoman Obong. Hanoman kembali bersama Sri Rama dan Laskmana beserta ribuan pasukan wanara untuk menyerang Alengka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan termasuk salah satu dasar pengembangan karakter seseorang. Karakter merupakan sifat alami jiwa manusia yang telah melekat sejak lahir (Wibowo, 2013:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budi pekerti selalu di ajarkan, namun seiring berkembangnya jaman nilai-nilai budi

BAB I PENDAHULUAN. budi pekerti selalu di ajarkan, namun seiring berkembangnya jaman nilai-nilai budi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur budi pekerti dan tata krama. Sudah dari jaman dahulu lalu di turunkan ke anak cucu budi pekerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa dengan masyarakat yang di dalamnya memiliki nilai budaya dan melahirkan keunikan yang membedakan dengan bangsa lain. Adanya keunikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun perilakunya (gerakan anggota tubuh). Tubuh manusia akan terlihat kelenturannya apabila sering

Lebih terperinci

Permasalahan Permasalahan minimnya minat membaca dan santun berbahasa pada siswa harus segera diselesaikan. Ketidaktertarikan siswa terhadap keterampi

Permasalahan Permasalahan minimnya minat membaca dan santun berbahasa pada siswa harus segera diselesaikan. Ketidaktertarikan siswa terhadap keterampi PENDIDIKAN KARAKTER SANTUN BERBAHASA MELALUI DONGENG ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Dholina Inang Pambudi, M.Pd, Rahayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan saling membutuhkan satu sama lain, selain makhluk sosial manusia juga membutuhkan yang namanya

Lebih terperinci

SEBAGAI JURI LOMBA MENYANYI DI TK ABA BOGORAN, PEPE, TRIRENGGO, BANTUL

SEBAGAI JURI LOMBA MENYANYI DI TK ABA BOGORAN, PEPE, TRIRENGGO, BANTUL LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) SEBAGAI JURI LOMBA MENYANYI DI TK ABA BOGORAN, PEPE, TRIRENGGO, BANTUL Disusun oleh: Fu adi, S.Sn., M.A Disusun oleh: Fu adi, S.Sn., M.A NIP 19781202 200501

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 2 BAB 2 DATA DAN ANALISA Produk utama yang akan dibuat berbentuk sebuah game interaktif untuk anak anak. Game tersebut mengajarkan sekaligus mendidik anak anak mulai dari usia 7-9 tahun mengenai sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan usia dimana anak memiliki pengaruh dari lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan usia dimana anak memiliki pengaruh dari lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia dini merupakan usia dimana anak memiliki pengaruh dari lingkungan sekitarnya, sehingga mudah terpengaruh akan suatu hal. Anak usia dini menciptakan hal yang fantastik

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA SAUNG DONGENG : WAHANA EDUFUN INSPIRATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN REVITALISASI CERITA RAKYAT UNTUK PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK DI LERENG GUNUNG SALAK, DESA PAMIJAHAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan. Norma norma dan nilai nilai yang mencerminkan jati diri

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan. Norma norma dan nilai nilai yang mencerminkan jati diri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini kesadaran akan nasionalisme di kalangan pemuda Indonesia sangat memprihatinkan. Norma norma dan nilai nilai yang mencerminkan jati diri bangsa semakin terkikis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zaman sudah berubah, perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. Zaman sudah berubah, perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zaman sudah berubah, perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat membawa manusia kepada era globalisasi. Menghadapi era tersebut bangsa Indonesia menjalani

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI 1.1.1. Judul Perancangan Dalam pemberian suatu judul dalam perancangan dapat terjadinya kesalahan dalam penafsiran oleh pembacanya, maka dari itu dibuatlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Di tengah perkembangan zaman seperti sekarang ini. Tugas mendidik, menjaga dan melindungi anak dari pengaruh buruk arus globalisasi dan modernisasi, bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan program pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan program pendidikan yang A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini merupakan program pendidikan yang dicanangkan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak, seperti yang tercantum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cerita rakyat atau folklor adalah adatistiadat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cerita rakyat atau folklor adalah adatistiadat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai banyak provinsi. Setiap provinsi memiliki budaya yang beraneka ragam. Bahasa, pakaian adat, senjata daerah, rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi merupakan tempat tinggal seluruh makhluk di dunia. Makhluk hidup di bumi memiliki berbagai macam bentuk dan jenis yang dipengaruhi oleh tempat tinggal masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permainan modern seperti game on line dan play station. Dongeng dapat

BAB I PENDAHULUAN. permainan modern seperti game on line dan play station. Dongeng dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni budaya merupakan salah satu warisan dari leluhur atau nenek moyang yang menjadi keanekaragaman suatu tradisi dan dimiliki oleh suatu daerah. Seiring dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran atau moral atau bahkan sindiran (James Danandjaja, 1984:83).

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran atau moral atau bahkan sindiran (James Danandjaja, 1984:83). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zaman sekarang ini dongeng seakan hanya tinggal kenangan indah yang membekas dibenak kita pada masa kecil dahulu. Berbagai kesibukan yang menyita banyak waktu

Lebih terperinci

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengenalan budaya pada dunia hiburan khususnya dalam seni tradisional Indonesia semakin berkurang dan ditinggalkan, banyak para remaja yang lebih mengikuti era teknologi

Lebih terperinci

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Latar Belakang. Disajikan dengan menggunakan teks dan ilustrasi gambar, biasanya

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Latar Belakang. Disajikan dengan menggunakan teks dan ilustrasi gambar, biasanya BAB II IDENTIFIKASI DATA A. Latar Belakang Disajikan dengan menggunakan teks dan ilustrasi gambar, biasanya ditujukan untuk anak-anak usia sekolah dasar. Gambar berperan penting dalam proses belajar membaca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang serba konsumtif, orang tua lupa mengajak anakanaknya. untuk hidup hemat, apalagi menabung. Alih-alih mengajak anak

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang serba konsumtif, orang tua lupa mengajak anakanaknya. untuk hidup hemat, apalagi menabung. Alih-alih mengajak anak BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pada zaman yang serba konsumtif, orang tua lupa mengajak anakanaknya untuk hidup hemat, apalagi menabung. Alih-alih mengajak anak menabung, orangtua sendiri terkadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia banyak orang-orang yang cerdas secara akademik namun rendah empatinya. Rendahnya empati membuat individu melakukan tindakan-tindakan yang egois,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran

BAB I PENDAHULUAN. yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa dan sastra adalah cermin kebudayaan dan sebagai rekaman budaya yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran penting bahasa dan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA. Analisis diperlukan guna mengetahui perilaku target terhadap masalah dalam. 5W+1H Pertanyaan Jawaban. Apa yang menjadi masalah

BAB III ANALISIS DATA. Analisis diperlukan guna mengetahui perilaku target terhadap masalah dalam. 5W+1H Pertanyaan Jawaban. Apa yang menjadi masalah BAB III ANALISIS DATA 3.1 Analisis Masalah Menggunakan 5W+1H Analisis diperlukan guna mengetahui perilaku target terhadap masalah dalam penelitian ini, berdasarkan data yang sudah dihimpun berikut adalah

Lebih terperinci

Lihat Ma, Dengar Ma! Copyright Murtiyarini.

Lihat Ma, Dengar Ma! Copyright Murtiyarini. Lihat Ma, Dengar Ma! Lihat Ma, Asa seperti kerbau, kata Asa (2 tahun) sambil kedua telunjuknya di atas kepala. Tak lama kemudian dia merangkak di lantai. Mama dengar suara Asa seperti kucing, meoow! Gerakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam hal mendewasakan

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. diperoleh dari sumber-sumber sebagai berikut:

BAB 2 DATA DAN ANALISA. diperoleh dari sumber-sumber sebagai berikut: 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Sumber data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari sumber-sumber sebagai berikut: 1. Literatur Pencarian data melalui buku-buku tutorial

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Sesuai dengan Sastra dalam Wikipedia Indonesia Ensiklopedia Bebas Berbahasa

Bab 1. Pendahuluan. Sesuai dengan Sastra dalam Wikipedia Indonesia Ensiklopedia Bebas Berbahasa Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan Sastra dalam Wikipedia Indonesia Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia (2008), kesusastraan adalah sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada beberapa tahun kebelakang ini budaya Indonesia mulai menghilang sedikit demi

BAB I PENDAHULUAN. Pada beberapa tahun kebelakang ini budaya Indonesia mulai menghilang sedikit demi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa tahun kebelakang ini budaya Indonesia mulai menghilang sedikit demi sedikit, salah satu penyebabnya adalah munculnya berbagai macam film dan animasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sebagai suatu proses merupakan suatu sistem yang melibatkan berbagai komponen antara lain komponen pendidik (guru), peserta didik (siswa), materi,

Lebih terperinci