BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. kerjanya. Dalam melaksanakan tugasnya bidan bertanggung jawab langsung
|
|
- Yulia Wibowo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. BIDAN Bidan adalah bidan yang ditempatkan, diwajibkan tinggal serta bertugas melayani masyarakat dalam pencapaian target derajat kesehatan di wilayah kerjanya. Dalam melaksanakan tugasnya bidan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas (Leimena, 1994). Maksud dilaksanakannya penempatan bidan di wilayah kerjanya menurut Depkes RI adalah sebagai berikut : a. Mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) b. Menurunkan tingkat fertilitas, sehingga menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan meneruskan penurunan angka kematian bayi yang pada lima tahun terakhir sudah mengalami penurunan cukup besar c. Merupakan upaya untuk memperluas jangkauan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak di samping untuk mendekatkan pelayanan kesehatan lainnya. Tujuan penempatan bidan di wilayah kerjanya adalah : a. Meningkatnya cakupan mutu dan pemerataan jangkauan pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan nifas, kesehatan bayi dan anak balita serta pelayanan dan konseling pemakaian kontrasepsi 7
2 8 serta keluarga berencana melalui upaya strategis antara lain melalui Posyandu dan Polindes b. Terjaringnya seluruh kasus resiko tinggi ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir untuk mendapatkan penanganan yang memadai sesuai kasus dan rujukannya. c. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam pembinaan kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya. d. Meningkatnya perilaku hidup sehat pada ibu, keluarga dan masyarakat yang mendukung dalam upaya penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Menurut panduan bidan (Depkes, 1999) disebutkan ada dua tugas pokok bidan yaitu : a. Melaksanakan kegiatan puskesmas di desa wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas masalah kesehatan yang dihadapi sesuai dengan kewenangan yang dimiliki dan diberikan. b. Menggerakan dan membina masyarakat desa di wilayah kerjanya agar tumbuh kesadaran untuk berperilaku sehat. Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No.900/ Menkes/SK/VII/2002. Bidan dalam menjalankan praktik profesinya berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi : Pelayanan Kebidanan kepada Ibu pada masa pranikah, prahamil, masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas, menyusui. Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi : a) Penyuluhan dan konseling, b) Pemeriksaan fisik, c) Pelayanan antenatal pada kehamilan abnormal, d)
3 9 Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup abortus imminens, Hiperemesis gravidarum tingkat I, pre eklampsia ringan dan anemia ringan, e) Pertolongan persalinan normal, f) Pertolongan persalinan abnormal yaitu yang mencakup letak sungsang pada multi gravida, partus macet kepala di dasar panggul, ketuban pecah dini (KPD) tanpa infeksi, perdarahan primer post partum, laserasi jalan lahir, distosia karena inersia uteri, post term dan pre term. Kebijakan pemerintah saat ini adalah bahwa tenaga fungsional minimal harus berpendidikan Diploma III, termasuk bidan. 2. KINERJA a. Pengertian Kinerja Beberapa pengertian kinerja atau prestasi kerja atau unjuk kerja dikemukakan oleh sejumlah penulis buku Manajemen Sumber Daya Manusia diantaranya pendapat Ilyas menyatakan bahwa kinerja adalah penampilan hasil kerja personal baik secara kualitas dan Kuantitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan hasil personal individu atau organisasi dan tidak terbatas kepada pemangku jabatan struktural ataupun fungsional semata.pendapat Gomes tentang definisi kinerja karyawan adalah ungkapan seperti output, efisiensi serta efektivitas yang sering dihubungkan dengan produktivitas, selanjutnya istilah kinerja menurut pakar pendidikan Indonesia didefinisikan adalah ungkapan kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu.
4 10 Istilah kinerja atau prestasi kerja merupakan istilah yang berhubungan dengan kualitas dan produktivitas diluar hasil (output) pekerjaan seseorang atau sekelompok orang sehingga untuk memperbaiki prestasi kerja seseorang/kelompok merupakan bagian yang penting dengan seluruh tingkat manajemen. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kinerja adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) berupa produk atau jasa yang dicapai seseorang atau kelompok dalam menjalankan tugasnya, baik kualitas maupun kuantitas melalui sumber daya manusia dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. b. Tujuan Penilaian/Evaluasi Kinerja Tujuan evaluasi kinerja secara umum adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja individu melalui peningkatan kinerja dalam upaya peningkatan produktivitas organisasi dan secara khusus dilakukan dalam kaitannya dengan berbagai kebijakan terhadap pegawai seperti untuk tujuan promosi, kenaikan gaji pendidikan dan latihan, sehingga penilaian kinerja dapat menjadi landasan untuk penilaian sejauh mana kegiatan dilaksanakan.pendapat Gibson tentang evaluasi terhadap kinerja bertujuan untuk mengembangkan karyawan melalui sistem yang diterapkan dalam organisasi bersangkutan serta untuk mencapai kesimpulan evaluatif atau kata putus tentang prestasi kerja. Evaluasi kinerja merupakan sarana untuk memperbaiki mereka yang tidak melakukan tugasnya dengan baik didalam organisasi. Banyak
5 11 organisasi berusaha untuk mencapai sasaran suatu kedudukan yang terbaik dan terpercaya dalam bidangnya,s fokus utama evaluasi kinerja adalah kepada kegiatan bagaimana usaha untuk selalu memperbaiki dan meningkatkan kinerja dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Arti pentingnya penilaian kinerja secara lebih rinci dapat dikemukakan sebagai berikut : a) Sebagai perbaikan kinerja dan memberikan kesempatan kepada pegawai untuk mengambil tindakan-tindakan perbaikan untuk meningkatkan kinerja melalui feedback yang diberikan oleh organisasi ; b) Penyesuaian gaji dan dapat dipakai sebagai informasi untuk mengompensasi pegawai secara layak sehingga dapat memotivasi mereka ; c) Keputusan untuk penempatan, yaitu dapat dilakukan penempatan pegawai sesuai dengan keahliannya ; d) Pelatihan dan pengembangan, yaitu penilaian akan diketahui kelemahankelemahan dari pegawai sehingga dapat dilakukan program pelatihan dan pengembangan yang lebih efektif e) Perencanaan karier, yaitu organisasi dapat memberikan bantuan perencanaan karier bagi pegawai dan menyelaraskannya dengan kepentingan organisasi f) Mengidentifikasi kelemahan-kelemahan dalam proses penempatan, yaitu kinerja yang tidak baik menunjukan adanya kelemahan dalam penempatan sehingga dapat dilakukan perbaikan ;
6 12 g) Dapat mengidentifikasi adanya kekurangan dalam desain pekerjaan, yaitu kekurangan kinerja akan menunjukan adanya kekurangan dalam perencanaan jabatan ; h) Meningkatkan adanya perlakuan kesempatan yang sama pada pegawai, yaitu dengan dilakukannya penilaian yang obyektif berarti meningkatkan perlakuan yang adil bagi pegawai i) Dapat membantu pegawai mengatasi masalah yang bersifat eksternal, yaitu dengan penilaian kinerja atasan akan mengetahui apa yang menyebabkan terjadinya kinerja yang jelek sehingga atasan dapat membantu menyelesaikannya ; j) Umpan balik pada pelaksanaan fungsi manajemen sumber daya manusia yaitu dengan diketahuinya kinerja pegawai secara keseluruhan, ini akan menjadi informasi sejauh mana fungsi sumber daya manusia berjalan dengan baik atau tidak
7 13 c. Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja adalah menetapkan ktriterianya, kemudian langkah berikutnya adalah mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan hal tersebut, baik berupa data primer maupun data sekunder selama periode tertentu kemudian dibandingkan hasil tersebut terhadapa target yang dibuat untuk periode yang sama, sehingga didapatkan suatu tingkat kinerja dari seseorang yang sedang diukur. Secara praktis banyak metode penilaian yang dilakukan dan sudah barang tentu berbeda-beda antara suatu organisasi dengan organisasi lainnya. Menurut Hariandja secara garis besar keseluruhan metode penilaian dapat dikelompokan ke dalam dua kategori yaitu: a). Penilaian yang berorientasi kepada masa lalu dan b). Penilaian yang berorientasi kepada masa yang akan dating. Metode penilaian yang berorientasi kepada masa lalu diartikan sebagai penilaian perilaku kerja pegawai yang dilakukan pada masa lalu sebelum penilaian dilakukan, melalui hasil penilaian tersebut dapat dilakukan usaha untuk mengubah perilaku kerja atau pengembangan pegawai, beberapa metode penilaian ini terdiri dari : rating scale, checklist, metode peristiwa kritis, peninjauan lapangan, tes dan observasi dan metode evaluasi kelompok : metode ranking, granding/forced distribution, point allocation method. Metode penilaian masa yang akan datang diartikan dengan penilaian akan potensi seorang pegawai atau penetapan sasaran sasaran prestasi kerja di masa mendatang. Teknik atau metode yang digunakan adalah penilaian diri,
8 14 penilaian psikologis, pendekatan manajemen by objectives (MBO) dan teknik pusat penilaian. Beberapa teori yang mengemukakan tentang cara pengukuran kinerja seseorang adalah Certo (1989) dalam Ilyas (2000), menyatakan penilaian adalah proses penulusuran kegiatan pribadi personel pada masa tertentu, dan menilai hasil karya yang ditampilkan terhadap pencapaian sasaran sistem manajemen. Menurut Maier (1965) yang umum dipakai sampai sekarang adalah sebagai kriteria untuk mengukur kinerja seseorang adalah kualitas, kuantitas, waktu yang dipakai, jabatan yang dipegang, absensi dan keselamatan dalam menjalankan tugas. Untuk memudahkan pengukuran kinerja Maier membagi pekerjaan dalam 2 jenis yaitu : 1) Pekerjaan produksi dimana secara kuantitaif orang membuat sesuatu standar objektif, hasil produksi orang dapat dihitung dan mutunya dapat dinilai melalui suatu pengujian. 2) Pekerjaan non produksi, dimana ukuran sukses tidaknya seseorang dalam tugasnya biasanya diperoleh melalui pertimbangan subjektif. Pengukuran dapat dilakukan oleh penilaian atasan, teman, peneliti atau oleh diri sendiri, sehingga dibuat standar yang objektif baru dilakukan penilaian. Sadeli (2005), pengukuran kinerja bidan dapat di ukur dengan cakupan K-4 dan pertolongan persalinan. Sedangkan Retnasih (2005), pengukuran kinerja bidan lebih tepat dari hasil kerja dan cakupan program Dari teori di atas, kinerja seseorang dapat dinilai antara lain dari hasil yang dicapai atau tingkat pencapaian target yang menunjukkan kualitas dan
9 15 kuantitas kerja tersebut. Untuk menghitung kinerja bidan adalah waktu/jam produktif dijumlah dari formolir kegiatan. Dalam hal mengukur kinerja bidan dalam pertolongan persalinan oleh bidan pengukurannya melalui target cakupan persalinan. Cakupan persalinan oleh bidan adalah skor yang diperoleh dari presentasi cakupan pertolongan persalinan oleh bidan menurut Pedoman Pelayanan Persalinan. 3. PROGRAM JAMINAN PERSALINAN Jaminan persalinan adalah jaminan pembiyaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir. Hal ini diatur dalam Permenkes 2562/Menkes/Per/XII/2011 tentqng petunjuk teknis Jaminan Persalinan (Kemenkes,Juknis,Jampersal,2011). a. Sasaran dan Target Menurut Juknis Jampersal (2011) sasaran yang dijamin dalam Jaminan Persalinan adalah a) Ibu hamil, b) Ibu bersalin, c) Ibu nifas (sampai 42 hari pasca melahirkan) dan d) Bayi baru lahir ( sampai denagan usia 28 hari) Adapun target ibu hamil yang didanai Jampersal berdasarkan perkiraan jumlah sasaran adalah 60 % dari estimasi proyeksi b. Paket Manfaat, antara lain : a) Pemeriksaan kehamilan (ANC), b) Persalinan Normal, c) Pelayanan nifas normal, termasuk KB pasca persalinan, d) Pelayanan bayi baru lahir, e) Pemeriksaan kehamilan pada kehamilan resiko tinggi, f) Pelayananan pasca keguguran, g) Persalinan
10 16 pervaginam dengan tindakan emergency dasar, h) Pelayanan nifas dengan emergency dasar, i) Pelayanan bayi baru lahir dengan emergency dasar, j) Pemeriksaan rujukan kehamilan dengan resiko tinggi, k) Penanganan rujukan pasca keguguran, l) Penanganan kehamilan ektopik terganggu (KET), m) Persalinan dengan tindakan emergency komprehensif, n) Pelayanan nifas dengan tindakan emergency komprehensif, o) Pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan emergenci komprehensif, p) Pelayanan KB pasca persalinan c. Pelayanan Persalinan a) Pelayanan persalinan tingkat pertama Pelayanan pertama tingkat pertama adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan berwenang memberikan pelayanan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan bayi baru lahir, termasuk pelayanan persiapan rujukan pada saat terjadinya komplikasi pertama. Pelayanan tingkat pertama diberikan Puskesmas dan Puskesmas PONED (Pelayanan Obstetry Neonatal Emergensi Dasar)serta jaringannya termasuk Polindes dan Poskesdes, fasilitas kesehatan swasta yang memiliki perjanjian kerjasama (PKS) dengan Tim Pengelola Kabupaten /Kota. b) Pelayanan persalinan tingkat lanjutan Pelayanan persalinan tingkat lanjut adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan spesialitik, terdiri dari pelayanan kebidanan dan neonatus kepada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi dengan resiko tinggi
11 17 dengan komplikasi, di rumah sakit pemerintah dan swasta yang tidak dapat ditangani pada fasilitas kesehatan tingkat pertama dan dilaksanakan berdasarkan rujukan, kecuali pada kondisi kegawatdaruratan. Pelayanan tingkat lanjut diberikan difasilitas perawatan kelas III di RS.Pemerintah dan RS Swasta yang memiliki perjanjian kerjasama (PKS) dengan Tim Pengelola Kabupaten /Kota. d. Pendanaan Jaminan Persalinan Pengelolaan dana pada pelayanan tingkat pertama dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kotas sedangkan pengelolaan tingkat lanjutan dilakukan oleh Rumah Sakit 4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi kinerja Bidan Pendapat Timple tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor Internal (disposisional) yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang, misalnya kinerja seseorang baik disebabkan karena mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras, sedangkan seseorang mempunyai kinerja jelek disebabkan orang tersebut mempunyai kemampuan rendah dan orang tersebut tidak memiliki upaya-upaya untuk memperbaiki kemampuannya (Timple, 1999). Faktor Eskternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan, seperti perilaku, sikap dan tindakantindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim organisasi. Sadeli (2005), menyimpulkan dalam penilitiannya bahwa
12 18 pengukuran kinerja bidan desa dapat di ukur dengan cakupan K-4 dan cakupan pertolongan persalinan. Sedangkan Retnasih (2005) menyimpulkan bahwa kualitas non fisik individu adalah variabel yang paling berperan dan erat hubungannya dengan kinerja bidan dan pengukuran kinerja bidan lebih tepat dari hasil kerja dan cakupan program. Namun dapat di singkat bahwa ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi kinerja bidan antara lain adalah : 1. Penghargaan/Imbalan a) Pengertian Imbalan diartikan Gibson dkk, (1995) adalah sesuatu yang diberikan manajer kepada para karyawan setelah mereka memberikan kemampuan, keahlian dan usahanya kepada organisasi, imbalan dapat berupa upah, alih tugas promosi, pujiandan pengakuan. Jika karyawan melihat bahwa kerja keras dan kinerja yang unggul dan diberikan imbalan oleh organisasi, mereka akan mengharapkan hubungan seperti itu terus berlanjut di masa depan, oleh karena itu mereka akan menentukan tingkat kinerja yang lebih tinggi dan mengharapkan tingkat kompensasi yang tinggi pula.sudah barang tentu bilamana karyawan memperkirakan hubungan yang lemah antara kinerja dengan imbalan, maka mereka mungkin akan menentukan tujuan-tujuan minimal guna mempertahankan pekerjaan mereka tetapi tidak melihat perlunya menonjolkan diri dalam posisi- posisi mereka. Dasar-dasar didalam memberikan imbalan terhadap para karyawan menurut Leavit (2007) adalah :
13 19 a) Menghubungkan antara upah dengan prestasi kerja atau kinerja. Penerimaan upah atas dasar per jam ditambah dengan bonus tiap unit yang diperoleh di atas standar tertentu. b) Pemberian imbalan yang meliputi total unit, pemberian bonus bulanan untuk setiap karyawan didasarkan kepada indeks produksi secara total. Dengan kata lain pemberian gaji bersih karyawan tidak didasarkan kepada produktivitas individu melainkan didasarkan kepada efisiensi produksi dari perusahaan. c) Pola gaji secara langsung, dalam pola ini perusahaan memberikan gajinya kepada setiap individu dari lapisan paling atas sampai paling bawah tanpa didasarkan kepada bentuk produksi per jam atau tarif insentif. Hipotesis yang melandasi hat tersebut adalah : apabila individu diberikan kondisi kerja yang baik mereka akan termotivasi secara positif oleh bermacam-macam hal selain uang, dan uang adalah merupakan faktor kesehatan yang harus tersedia dalam jumlah yang cukup memadai. b) Tujuan Memberikan Imbalan Tujuan program dalam memberikan imbalan menurut Leavitt antara lain untuk : 1) Manajer memberikan upah kepada karyawan sebagai pengganti hasil kerja yang baik. 2) Manajer memberikan upah kepada karyawan sebagai hadiah dari hasil kerja yang baik. 3) Manajer memberikan imbalan kepada karyawan untuk mendorong supaya mereka bekerja lebih giat (Leavit, 2007),
14 20 Gibson menjelaskan bahwa tujuan program pemberian imbalan diantaranya untuk : 1) Menarik orangorangyang berkualitas untuk bergabung dalam organisasi. 2) Mempertahankan karyawan agar mereka tetap dapat bekerja. 3) Memotivasi karyawan untuk mencapai hasil kerja yang tinggi. Menurut Gito sudarmo dan Sudito, (2000) tujuan pemberian imbalan diantaranya adalah : 1) Memotivasi anggota organisasi, artinya sistem imbalan yang dibentuk oleh organisasi harus mampu untuk memacu motivasi kerja dari anggota organisasi agar berprestasii pada tingkat yang lebih tingg. Caranya dengan memperhatikan secara cermat bahwa imbalan harus memiliki nilai dimata karyawan. 2) Membuat betah pekerja yang sudah ada artinya mempertahankan agar para pekerja terutama yang berkualitas tetap mencintai pekerjaannya dan tidak mudah untuk berpindah ke pada organisasi lainnya. 3) Menarik personil yang berkualitas untuk masuk dalam organisasi. c) Macam-macam imbalan Menurut Simamora bentuk imbalan-imbalan dan sistem kompensasi di dalam organisasi mempunyai dua type dasar atau katagori. Kedua tipe diartikan sebagai imbalan-imbalan intrinsik (intrinsic reward) dan imbalanimbalan ekstrinsik (extrinsic reward). Imbalan intrinsik adalah imbalan yang merupakan bagian dari pekerjaan itu sendiri, imbalan tersebut mencakup rasa penyelesaian (completion), pencapaian prestasi (achievement) otonomi (autonomy) dan pertumbuhan pribadi (personal growth) sedangkan imbalan ekstrinsik adalah imbalan yang berasal dari pekerjaan imbalan tersebut mencakup uang status, promosi, dan rasa hormat.
15 21 d) Hubungan Imbalan dengan kinerja bidan Gibson mengatakan bahwa imbalan instrinsik maupun ekstrinsik dapat digunakan untuk memotivasi pekerja, dengan cacatan bahwa imbalan harus dinilai oleh orang yang bersangkutan dan imbalan berkaitan dengan tingkat prestasi kerja yang akan dimotivasi. Dalam pelayanan kebidanan para pemimpin puskesmas maupun kepala dinas kesehatan berusaha membuat para bidan bekerja keras, lebih giat, lebih efektif dengan memberikan imbalan yang sesuai dengan kinerja bidan. 2. Sumber daya/peralatan a) Pengertian Salah satu faktor pendukung yang tidak boleh dilupakan dalam pelayanan adalah faktor sarana atau alat dalam pelaksanaan tugas pelayanan. Sarana pelayanan yang dimaksud disini adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas lain yang berfungsi sebagai alat utama/pembantus dalam pelaksanaan pekerjaan (Sota, 2003). Alat adalah sarana yang membantu manusia melakukan pekerjaan dengan lebih berkeahlian, efisien atau efektif jika seorang manusia mengendalikannya, teknologi akan dipergunakan sebagai sebuah alat, jika ia mengendalikan mereka dipakai sebagai mesin (Sota, 2003). Fungsi sarana pelayanan menurut Moenir (2006) diantaranya adalah: 1) Untuk mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan, sehingga dapat menghemat waktu, 2) Meningkatkan produktivitas baik barang ataupun jasa,
16 22 3) Kualitas produk yang lebih baik/terjamin, 4) Lebih mudah/sederhana dalam gerak para pelakunya, 5) Menimbulkan rasa kenyamanan bagi orang-orang yang berkepentingan, 6) Menimbulkan perasaan puas pada orang-orang yang berkepentingan sehingga dapat mengurangi sifat emosional mereka. Faktor-faktor pendukung pelayanan yang cukup penting untuk diperhatikan adalah sarana yang ada untuk melaksanakan tugas/pekerjaan layanan. Sarana terbagi dua yaitu sarana kerja dan fasilitas, sedangkan sarana kerja sendiri meliputi : peralatan, perlengkapan dan alat bantu. Sarana fasilitas meliputi gedung dengan segala kelengkapannya, fasilitas komunikasi dan kemudahan lain. b) Hubungan sumber daya peralatan dengan kinerja Berbeda-bedanya macam pekerjaan memerlukan peralatan yang berpeda pula, mencocokan alat-alat yang tepat akan membuat kinerja lebih produktif, suatu peralatan belum tentu cocok karena alat itu mahal atau lebih besar peralatan paling baik adalah peralatan yang dapat mengerjakan pekerjaan yang diperlukan dengan usaha minimum, dengan kerumitan yang minimum dan dengan kekuatan yang minimum pula. Bekerja memerlukan alat-alat atau perlengkapan yang cocok, Peralatan merupakan jembatan antara kerja dan pekerjaan dan harus cocok dengan kedua-duanya. Peralatan dapat dipakai untuk mekanisasi atau untuk mengautomasian, masing-masing dengan penerapan analisis, sintesis menjadi proses produksi.
17 23 3. Beban Kerja a) Pengertian Beban kerja adalah semua faktor yang menentukan orang yang sedang bekerja (Ruhimat, 2003). Definisi lain tentang beban kerja adalah merupakan sebagian dari kapasitas kemampuan pekerja yang diberikan untuk mengerjakan tugasnya (Sugianto, 2006). Beban kerja berpengaruh terhadap kinerja individu dalam melaksanakan pekerjaan yang dilakukan. Beban kerja tidak hanya dilihat dari beban fisik semata akan tetapi beban kerja juga bisa berupa beban mental. Pekerja yang mempunyai beban kerja yang berlebihan akan menurunkan produktifitas dan kualitas hasil kerja, dan ada kemungkinan dalam pelaksanaan pekerjaaan tidak tepat waktu, kurang memuaskan dan mengakibatkan kekecewaan dengan hasil yang diharapkan. Menurut Ilyas terdapat 3 cara (teknik) yang dapat digunakan dalam penghitungan beban kerja personal yaitu : 1) Work Sampling, teknik ini dikembangkan pada dunia industri untuk melihat beban kerja yang dipangku oleh personal pada suatu unit, bidang ataupun jenis tenaga tertentu. Pada work sampling ini kita dapat mengamati, aktivitas apa yang sedang dilakukan personal pada waktu jam kerja, apakah aktivitaspersonel berkaitan dengan fungsi dan tugasnya pada waktu jam kerja, proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan produktif atau tidak produktif, pola beban kerja personel dikaitkan dengan waktu, dan schedule jam kerja.
18 24 2) Time and Motion Studies, teknik ini mengamati dan mengikuti dengan cermat tentang kegiatan yang dilakukan oleh personil yang sedang kita amati. 3) Pencatatan kegiatan sendiri (Daily Log), teknik ini merupakan bentuk sederhana dari work sampling dimana orang yang diteliti menuliskan sendiri kegiatan dan waktu yang digunakan untuk kegiatan tersebut. b) Cara pengukuran beban kerja Konsep yang mendasari pengukuran beban kerja adalah penyelesaian suatu tugas memerlukan waktu tertentu. Tingkat beban kerja diperhitungkan dari jumlah waktu yang telah dipakai untuk mengerjakan suatu tugas sampai selesai. Cara pengukuran beban kerja terbagi kedalam 2 cara yaitu : 1) Cara pengukuran berdasarkan konsep kapasitas energi yang terbatas atau lebih dikenal dengan metode primer. Metode tugas primer dilakukan untuk mengetahui performans pekerja yang ditunjukan sewaktu dia mengerjakan satu tugas, dua macam performans yang biasa diukur adalah kecepatan dan kecermatan. 2) Cara pengukuran tugas sekunder, dalam metode ini selain diminta untuk mengerjakan tugas pokok pekerja juga diminta untuk mengerjakan tugas tambahan. Semakin besar tuntutan energi untuk keperluan tugas pokok, semakin sedikit energi yang tersisa untuk keperluan tugas tambahan. c). Hubungan beban kerja dengan kinerja Ditinjau dari kepentingan pekerja, beban kerja mengandung konsep penggunaan energi pokok dan energi cadangan yang tersedia, suatu tugas
19 25 dipandang berat apabila energi pokok telah habis dipakai dan masih harus menggunakan energi cadangan untuk menyelesaikan tugas lain (Ruhimat, 2003). Para pekerja merasa bahwa beban kerja yang harus ditanggung semakin berat, artinya pekerjaan yang ditugaskan tidak sesuai dengan kemampuan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Manusia hanya memiliki kapasitas energi yang terbatas, sebagai akibatnya jika seseorang harus mengerjakan beberapa tugas atau kegiatan dalam waktu yang bersamaan akan terjadi kompetisi prioritas antar tugas-tugas itu untuk memperebutkan energi yang terbatas. Semakin banyak tugas yang harus dikerjakan oleh seseorang itu berarti semakin berat beban kerja yang disandangnya dan semakin tidak optimal hasil yang didapatkannya. B. Penelitian yang Relevan Penelitian sebelumnya yang relevan, yang menguatkan peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Imbalan, Kelengkapan Peralatan Dan Beban Kerja dengan Kinerja Bidan Pada Pelayanan JamPersal Di Puskesmas Kecamatan Matraman Jakarta Timur. Penelitian ini adalah 1. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Bidan Desa Dalam Pertolongan Persalinan Di Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian ini dilakukan oleh Setiawan Jenis penelitian observasional dengan menggunakan pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel yang diteliti 118 responden yang tersebar di desa-desa Kabupaten Tasikmalaya. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Data dianalisis secara
20 26 kuantitatif dengan menggunakan uji statistik Rank-Spearman. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden mempunyai kemampuan cukup baik (38,1%), pengalaman baik (40,7%), pembelajaran baik (37,3%), persepsi terhadap penghargaan/imbalan kurang sesuai (38,1%), persepsi tehadap sumber/daya peralatan kurang sesuai (39,8%), persepsi sikap terhadap pertolongan persalinan cukup baik (39,8%) persepsi terhadap beban kerja cukup baik (42,4%),kinerja bidan desa cukup baik (42,4%) dan hasil kegiatan kinerja dalam pertolongan persalinan tidak sesuai target (84,4%). Faktor yang mempunyai hubungan dengan kinerja : adalah kemampuan (p-value = 0,002), pengalaman (pvalue = 0,000), pembelajaran (p-value = 0,000), penghargaan/imbalan (pvalue = 0,003, sumberdaya/peralatan (p-value = 0,000 sikap dalam pelayanan (p-value = 0,000) dan persepsi tehadap beban kerja (p-value = 0,000) 2. Hubungan Sistem Penghargaan Dengan Kinerja Perawat Dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon. Penelitian Ini Dilakukan oleh royani tahun Penelitian ini dekriptif korelasi dan cross sectional pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan observasi. Analiis data menggunakan chi sguare dan multiple logistic Regression. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara sistem penghargaan dengan kinerja 65 perawat dengan p value ( menurut persepsi perawat) = 0,720 dan p value ( berdasarkan observasi) = 0,716. Sub variabel pengaruh dan pertumbuhan
21 27 diri adalah sub variabel yang paling berhubungan dngan kinerja perawat. Rumah Sakit perlu mempertimbangkan jenjang karier perawat sebagai dasar utama pemberian sistem penghargaan. 3. Hubungan Kemampuan, Pengalaman, Imbalan, Peralatan Danbeban Kerja Dengan Kinerja Bidan Desa Dalam Pertolongan Persalinan Di Kabupaten Sumba Barat Daya. Penelitian ini dilakukan oleh Unudin tahun Hasil penelitian menunjukan ada kecenderungan bahwa responden yang mempunyai kemampuan kurang baik menghasilkan kinerja yang kurang baik pula, kecenderungan ini didukung oleh hasil analisis hubungan menggunakan uji Rank-Spearmen dengan perolehan n i l a i p sebesar 0,002 (p<0,05) y a n g a r t i n y a ada hubungan yang bermakna antara kemampuan dengan kinerja,kekuatan yang terjadi bersifat lemah (rho = 0,280). Pengalaman memiliki pengaruh yang signifikan, yaitu nilai p sebesar 0,004, kekuatan hubunganantara kedua variabel tersebut bersifat kuat (rho = 0,680). Hal tersebut berarti bahwa semakin tinggi pengalaman bidan desa, maka semakin meningkat kinerja kerja, khususnya didalam pertolongan persalinan. Imbalan tidak memilikipengaruh yang signifikan (p = 0,849) pada kinerja bidan desa di Kabupaten SumbaBarat Daya. Hubungan antara peralatan dengan kinerja bidan desa dalam pertolongan persalinan tidak bermakna (p>0,005), hipotesis tidak terbukti.dalam menolong persalinan kit bidan dapat dibawa-bawa dan peralatan. Persepsi 60 bidan desa beban kerja dengan kinerja, kekuatan hubungan kedua variabel tersebut bersifat lemah (rho = 0,226).
22 28 4. Implementasi Kebijakan Program Jampersal Di Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Penelitian ini dilakukan oleh Purwitasari tahun Jenis penelitian ini adalah desain kualitatif. Arah penelitian ini mengenai implementasi kebijakan program Jampersal di kabupaten lebak Propinsi Banten tahun Metode analisa yang digunakan adalah content analysis berdasarkan triangulasi metode, trianggulasi sumber dan trianggulasi data. Hasil analisa yang didapat menunjukkan bahwa implementasi kebijakan sudah berjalan dengan baik, hanya saja ada hambatan terkait kendala seperti terhambatnya laporan dinas kesehatan propinsi, rendahnya tarif, ketersediaan fasilitas, sebagian bidan desa yang tidak berada ditempat dan geografis. Kerangka Teori Yang mempengaruhi kinerja Variabel Individu : 1. Kemampuan & keahlian Mental Fisik 2. Latar Belakang Keluarga Tk Sosial Pengalaman 3. Demografi Umur Asal-usul Jenis Kelamin Variabel Psikologis : 1. Persepsi 2. Sikap 3. Kepribadian 4. Pembelajaran 5. Motivasi
23 29 Variabel Organisasi : 1. Sumber daya 2. Kepemimpinan 3. Penghargaan/imbalan 4. Struktur 5. Design pekerjaan Sumber : Gibson (1985)
24 30 C. Kerangka Berpikir Kemampuan Pengalaman Motivasi Sikap Tekanan Imbalan Peralatan Beban kerja Kinerja bidan pada jaminan persalinan Pelayanan Jaminan Persalinan Puskesmas di Masa kerja Domisili lingkungan Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti Gambar 2.2 kerangka konsep penelitian
25 31 D. Hipotesa 1. Ada hubungan antara imbalan tehadap kinerja bidan dalam pelayanan Jaminan Persalinan 2. Ada hubungan antara kelengkapan peralatan terhadap kinerja bidan dalam pelayanan Jaminan Persalinan 3. Ada hubungan antara beban kerja terhadap kinerja bidan dalam pelayanan Jaminan Persalinan 4. Ada hubungan bersama imbalan, peralatan dan beban kerja terhadap kinerja bidan pada pelayanan Jaminan Persalinan di Kecamatan Matraman Jakarta Timur
BAB II KAJIAN PUSTAKA. bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas setempat dan bekerja. sama dengan perangkat desa (Leimena, 1994).
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bidan Desa Bidan di Desa adalah bidan yang ditempatkan, diwajibkan tinggal serta bertugas melayani masyarakat dalam pencapaian target derajat kesehatan di wilayah kerjanya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dilakukan di negara berkembang termasuk Indonesia. Hal
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyediaan pelayanan maternal dan neonatal yang berkualitas merupakan hal yang sangat penting dilakukan di negara berkembang termasuk Indonesia. Hal tersebut disebabkan
Lebih terperinciKewenangan bidan dalam pemberian obat pada kehamilan dan proses kelahiran dan aspek hukumnya
Kewenangan bidan dalam pemberian obat pada kehamilan dan proses kelahiran dan aspek hukumnya A. Wewenang bidan Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No.900/ Menkes/SK/VII/2002. Bidan dalam menjalankan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kandungan, saat kelahiran dan masa balita (dibawah usia lima tahun).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia dalam bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan secara mudah dan terjangkau dalam rangka meningkatkan derajat
Lebih terperincisuplemen Informasi Jampersal
suplemen Informasi Jampersal A. Apa itu Jampersal? Jampersal merupakan kependekan dari Jaminan Persalinan, artinya jaminan pembiayaan yang digunakan untuk pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan Pencapaian Tujuan Milenium Indonesia Tahun 2010 ditegaskan, penurunan angka kematian ibu melahirkan (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan sasaran Milenium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan puskesmas (Permenkes RI,2014). Angkat Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan Ibu dan Anak merupakan salah satu masalah penting pencapaian pembangunan kesehatan dunia. Pencapaian program KIA dapat dilihat dari Laporan Pemantauan Wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan dan nifas merupakan suatu keadaan yang alamiah. Dimulai dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas yang secara berurutan berlangsung
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 272 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN SERDANG
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULAN. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan hasil Survei
BAB 1 PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup. AKI pada hasil
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PONDOK KESEHATAN DESA DI JAWA TIMUR
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PONDOK KESEHATAN DESA DI JAWA TIMUR Menimbang GUBERNUR JAWA TIMUR, : a. bahwa guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Lebih terperinciBUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DAN JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) PADA FASILITAS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ibu melahirkan menjadi 118 per kelahiran hidup; dan 4) Menurunnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan tahun 2005-2025 memberikan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain: ibu, bayi, anak, usia lanjut dan keluarga miskin. Adapun sasaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan, ekonomi dan kesehatan. Masalah kesehatan sampai saat ini masih belum dapat diselesaikan. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan serta tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu
Lebih terperinciNOMOR 900/MENKES/SK/VII/2002 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 900/MENKES/SK/VII/2002 TENTANG REGISTRASI DAN PRAKTIK BIDAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mereduksi AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia
Lebih terperinciPENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN
PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN Dwi Wahyu Wulan S, SST., M.Keb Prodi Kebidanan Bangkalan Poltekkes Kemenkes Surabaya dwwulan1@gmail.com ABSTRAK Setiap jam terdapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hamil perlu dilakukan pelayanan antenatal secara berkesinambungan, seperti
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya proses kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu kejadian yang fisiologis/alamiah, namun dalam prosesnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Implementasi Program Perawatan Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Program Perawatan Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Implementasi Program Perawatan Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas 2.1.1 Program Perawatan Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas Tugas pokok dan fungsi bidan desa yaitu: (Depkes, 2000) a.
Lebih terperinciMOTIVASI BIDAN DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS BERGAS, KABUPATEN SEMARANG. Natalia Desty Kartika Sari
MOTIVASI BIDAN DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS BERGAS, KABUPATEN SEMARANG Natalia Desty Kartika Sari ABSTRAK Keunggulan ASI adalah adanya kolostrum yang akan memberikan antibodi
Lebih terperinciJurnal Kesehatan Kartika 27
HUBUNGAN MOTIVASI KERJA BIDAN DALAM PELAYANAN ANTENATAL DENGAN KEPATUHAN PENDOKUMENTASIAN KARTU IBU HAMIL DI PUSKESMAS UPTD KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008 Oleh : Yulia Sari dan Rusnadiah STIKES A. Yani Cimahi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut perlu dilakukan secara bersama-sama dan berkesinambungan oleh para
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan ibu dan perinatal merupakan masalah nasional yang perlu dan mendapat prioritas utama karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap negara di dunia memiliki konsep pemeriksaan kehamilan yang berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN DANA JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012
BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN DANA JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012 BUPATI KUDUS, Menimbang : a bahwa dalam rangka menurunkan
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA
PENELITIAN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA Sutarmi*, Mardiana Zakir** WHO memperkirakan resiko klematian akibat kehamilan dan persalinandi usia 15 sampai 19 tahun 2 kali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah bagi kehidupan seorang ibu dalam usia produktif. Bila terjadi gangguan dalam proses ini, baik itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. minggu pertama kehidupan dan 529 ribu ibu meninggal karena penyebab yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian ibu dan bayi merupakan salah satu indikator kesehatan masyarakat. Setiap tahun di dunia diperkirakan empat juta bayi baru lahir meninggal pada minggu pertama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal. memperhitungkan lama kehamilan per kelahiran hidup.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya ( tidak termasuk kecelakaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan ingin menghadapi kelahiran dengan aman dan nyaman. Continuity
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Kehamilan dan persalinan adalah peristiwa yang alamiah atau natural bagi perempuan. Meskipun alamiah, kehamilan, persalinan dan masa setelah persalinan dapat terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dilakukan di negara berkembang termasuk Indonesia. Hal
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyediaan pelayanan maternal dan neonatal yang berkualitas merupakan hal yang sangat penting dilakukan di negara berkembang termasuk Indonesia. Hal tersebut disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian bayi (AKB) dan Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia
Lebih terperinciBUPATI SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS,
BUPATI SAMBAS PERATURAN BUPATI SAMBAS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) DAN PROGRAM PERSALINAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) BAGI PUSKESMAS DAN JARINGANNYA
Lebih terperinciFAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BIDAN DESA PTT DALAM PELAYANAN ANTENATAL DI WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BIDAN DESA PTT DALAM PELAYANAN ANTENATAL DI WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012 Anita Widiastuti, Sunarmi & Wiwin Renny Rahmawati Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi Keperawatan
Lebih terperinciKEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI DI KAB TRENGGALEK
KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI DI KAB TRENGGALEK Kemitraan Bidan dan Dukun Bayi di Kabupaten Trenggalek merupakan suatu bentuk kerja sama antara bidan dan dukun dengan tujuan meningkatkan akses ibu dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu upaya pelayanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu upaya pelayanan dasar yang ada di puskesmas. Tujuan umum program KIA ini adalah meningkatkan derajat kesehatan ibu
Lebih terperinciBUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PENGGUNAAN DANA JAMINAN PERSALINAN DI KABUPATEN KARANGASEM
BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PENGGUNAAN DANA JAMINAN PERSALINAN DI KABUPATEN KARANGASEM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu momen istimewa yang dinanti oleh pasangan suami istri. Kehamilan merupakan serangkaian proses alamiah yang dialami seorang wanita yaitu mulai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu bersalin (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka Kematian Ibu bersalin (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator penting dalam menilai tingkat derajat kesehatan masyarakat di suatu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh timbulnya penyulit persalinan yang tidak dapat segera dirujuk
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,
PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DANA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN JAMINAN PERSALINAN DI LINGKUNGAN KABUPATEN BANDUNG BARAT Menimbang : a. DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan kehamilan kembar sebetulnya abnormal yang mungkin terjadi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seseorang wanita dikatakan hamil secara normal apabila di dalam rahimnya bertumbuh kembang manusia baru. Kehamilan dapat pula terjadi di luar rahim (dinamakan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN BESARAN TARIF PELAYANAN JAMINAN PERSALINAN BAGI PENGGUNA PROGRAM JAMPERSAL DI PELAYANAN KESEHATAN DASAR DALAM KABUPATEN REJANG LEBONG
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008
11 HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008 Novie E. Mauliku, Nurbaeti, Indrianti Windaningsih ABSTRAK Latar Belakang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang baru dilahirkan (Saifuddin, 2010:1). Keberhasilan penyelenggaraan. gerakan keluarga berencana (Manuaba, 2010:10).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu Kebidanan atau Obstetri ialah bagian Ilmu Kedokteran yang khusus mempelajari segala soal yang bersangkutan dengan lahirnya bayi. Dengan demikian, yang menjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keadaan keluarga dan sekitarnya secara umum. Penilaian status kesehatan dan
1 BAB 1 PENDAHULUAN I. Latar Belakang Kesehatan ibu dan anak merupakan prioritas dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, karena ibu dan anak merupakan kelompok rentan terhadap keadaan keluarga dan sekitarnya
Lebih terperinciWALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2012
WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT, JAMINAN PERSALINAN, DAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH DI PUSKESMAS DAN JAJARANNYA
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Hasil penelitian Setiawan (2007), dengan judul penelitian Beberapa Faktor
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.3. Penelitian Terdahulu Hasil penelitian Setiawan (2007), dengan judul penelitian Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Bidan Desa dalam Pertolongan Persalinan di Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan umum yang layak. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bayi yang di kandung (Saifuddin, 2009:284). (Hani, 2011:12). Berdasarkan pengalaman praktek di polindes Kradenan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses kehamilan, persalinan, nifas, neonatus dan pemilihan metode keluarga berencana merupakan suatu mata rantai yang berkesinambungan dan berhubungan dengan
Lebih terperinciBUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DAN PEMANFAATAN DANA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DAN JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) DI PUSKESMAS,
Lebih terperincibelum baik karena standar pelayanan belum dilaksanakan seluruhnya, diperkuat
belum baik karena standar pelayanan belum dilaksanakan seluruhnya, diperkuat fakta muncul masalah peningkatan kejadian BBLR sebesar 5,2% yang dapat dicegah bila pelayanan antenatal dilakukan dengan baik.
Lebih terperinciTENTANG BUPATI SERANG,
BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN BANTUAN OPERASIONAL PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DAN JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) PADA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara terus menerus melakukan berbagai upaya internasional untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan ibu dan anak merupakan masalah penting karena masalah tersebut merupakan salah satu indikator kesejahteraan suatu bangsa. Permasalahan kesehatan ibu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komitmen Indonesia untuk mencapai MDG s (Millennium Development Goals) mencerminkan komitmen Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan memberikan kontribusi
Lebih terperincipanduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal
panduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal 05 02 panduan praktis Kebidanan & Neonatal Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. unsur penentu status kesehatan (Saifuddin, 2013). Keadaan fisiologis bisa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa depan suatu bangsa dipengaruhi oleh kesejahteraan ibu dan anak, kesejahteraan ibu dan anak dipengaruhi oleh proses kehamilan, persalinan, postpartum (nifas), BBL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya angka kematian ibu dapat menunjukkan masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat kesehatan suatu
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN
PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN BANTUAN OPERASIONAL PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DAN JARINGANNYA
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGAJUAN PERMINTAAN DAN PEMANFAATAN BIAYA YANG BERSUMBER DARI DANA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN
Lebih terperinciWALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) DINAS KESEHATAN DAERAH KOTA BLITAR
1 WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) DINAS KESEHATAN DAERAH KOTA BLITAR WALIKOTA BLITAR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menurunkan angka
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan (Kementerian kesehatan RI, 2011). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jampersal (Jaminan Persalinan) 2.1.1 Pengertian Jaminan Persalinan adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan masyarakat sangat diperlukan. seorang bidan yang berkompeten untuk menangani masalah-masalah tersebut.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemantauan dan perawatan kesehatan yang memadai selama kehamilan sampai masa nifas sangat penting untuk kelangsungan hidup ibu dan bayinya. Dalam upaya mempercepat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indikator penting sebagai tolok ukur derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan, baik kesehatan ibu yang mengandung maupun janin yang dikandungnya sehingga dalam masa kehamilan perlu dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kematian ibu dan angka kematian bayi dan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan Millennium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya penurunan angka kematian anak salah
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 53 TAHUN 2011 TENTANG PEMANFAATAN DANA PELAYANAN KESEHATAN JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DAN JARINGANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGAJUAN DAN PENGGUNAAN DANA PROGRAM JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DAN JARINGANNYA DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Sistem Kesehatan adalah meningkatkan derajat kesehatan, ketanggapan, dan keadilan dalam pembiayaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Sistem Kesehatan adalah meningkatkan derajat kesehatan, ketanggapan, dan keadilan dalam pembiayaan pelayanan kesehatan (WHO, 2000). Komponen pengelolaan kesehatan
Lebih terperinciEKUITAS DALAM PEMBERIAN PELAYANAN KESEHATAN (Studi Pada Ibu Pengguna Jampersal dan Non-Jampersal di Wilayah Kerja Puskesmas Dupak Kota Surabaya)
EKUITAS DALAM PEMBERIAN PELAYANAN KESEHATAN (Studi Pada Ibu Pengguna dan Non- di Wilayah Kerja Puskesmas Dupak Kota Surabaya) Oleh: INTAN NINA SARI FKM Universitas Airlangga Surabaya, 19-20 September 2012
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBAGIAN JASA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBAGIAN JASA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, MENIMBANG : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, merupakan suatu masalah yang sejak tahun 1990-an mendapat perhatian besar dari berbagai pihak. AKI di Indonesia
Lebih terperinciBidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Nasional pada hakekatnya diarahkan untuk meningkatkan kualitas hidup dan sumberdaya manusia. Pembangunan kesehatan diarahkan pada peningkatan kesadaran,
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 24
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 24 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 24 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DANA JAMINAN PERSALINAN PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA PUSAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian ibu merupakan suatu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam
Lebih terperinciPelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Ditinjau dari Aspek Bidan Desa sebagai Pelaksana di Kabupaten Jepara
Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia Volume 01 No. 01 April 2013 Pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Ditinjau dari Aspek Bidan Desa sebagai Pelaksana di Kabupaten
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. indikator keberhasilan program pembangunan.kesehatan berimplikasi pada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu indikator kesejahteraan penduduk sekaligus indikator keberhasilan program pembangunan.kesehatan berimplikasi pada produktifitas perorangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri agar pencapaian derajat kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada ibu dalam masa pra konsepsi, hamil, bersalin, post partum, bayi baru lahir (Lestari, 2014:34).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kebidanan (midwifery) merupakan ilmu yang terbentuk dari sintesa berbagai disiplin ilmu (multi disiplin) yang terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi ilmu kedokteran,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dukun paraji. Saat ini, dukun bayi sebagian besar ditemukan di desa-desa. Peran
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak ada sejarah yang mencatat kapan pertama kali pertolongan persalinan dilakukan oleh bidan di Indonesia. Dahulu, para ibu umumnya melahirkan tanpa bantuan orang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. prioritas utama dari pemerintah, bahkan sebelum Millenium Development Goal s
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.6. Latar Belakang Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir telah menjadi prioritas utama dari pemerintah, bahkan sebelum Millenium Development Goal s 2015 ditetapkan.
Lebih terperinciBEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA BIDAN DI DESA DALAM PERTOLONGAN PERSALINAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA
BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA BIDAN DI DESA DALAM PERTOLONGAN PERSALINAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA PROPOSAL TESIS Untuk memenuhi persyaratan Mencapai derajat Sarjana S2 Program Studi Magister
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI. Pengertian kinerja atau prestasi kerja diberi batasan oleh Maier (dalam
II. LANDASAN TEORI 2.1 Kinerja Kinerja pada dasarnya adaiah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan hasil atau dampak dari kegiatan individu selama periode waktu
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kinerja Karyawan 2.1.1 Pengertian Kinerja Karyawan Kinerja merupakan hasil atau dampak dari kegiatan individu selama periode waktu tertentu, dimana dengan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kinerja Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN. Lia Amalia (e-mail: lia.amalia29@gmail.com)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN Lia Amalia (e-mail: lia.amalia29@gmail.com) Jurusan Kesehatan Masyarakat FIKK Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK: Dalam upaya penurunan
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN
PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA PETUGAS PROGRAM TB PARU TERHADAP PENEMUAN KASUS BARU DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Ratna Dewi Husein *, Tumiur Sormin ** Penemuan kasus penderita
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN BIDAN DI DESA DALAM PEMANFAATAN PARTOGRAF DI KABUPATEN BANJAR TAHUN 2013
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN BIDAN DI DESA DALAM PEMANFAATAN PARTOGRAF DI KABUPATEN BANJAR TAHUN 2013 Erni Yuliastuti 1, Rafidah 2, Hapisah 3 ABSTRAK Partograf sebagai alat bantu dalam pemantauan
Lebih terperinci6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara
BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBAGIAN JASA PELAYANAN KESEHATAN Menimbang DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, terutama disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan, eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan suatu bangsa di pengaruhi oleh kesejahteraan ibu dan anak, kesejahteraan ibu dan anak di pengaruhi oleh proses kehamilan, persalinan, pasca salin (nifas),
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium
19 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium Development Goals
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal. Tujuan dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan antenatal care merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan professional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat)
Lebih terperinciKata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal, Angka Kematian Ibu (AKI)
kesehatan ibu dan anak, penyediaan SDM yang berkulitas dan penyediaan sarana dan prasarana dalam upaya percepatan penurunan AKI di Kabupaten Bangka Tengah. Kata kunci : Kebijakan Kesehatan, Jampersal,
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan Pencapaian Tujuan Milenium Indonesia Tahun 2010 ditegaskan, penurunan angka kematian ibu melahirkan (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan sasaran Milenium
Lebih terperinci