Faktor yang Memengaruhi Perilaku Seksual Pranikah Remaja yang Bertunangan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Faktor yang Memengaruhi Perilaku Seksual Pranikah Remaja yang Bertunangan"

Transkripsi

1 Faktor yang Memengaruhi Perilaku Seksual Pranikah Remaja yang Bertunangan Finda Anesia C.P. dan Hari Basuki Notobroto Departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM UNAIR Alamat Korespondensi: Finda Anesia C.P. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Jl. Mulyorejo Kampus C Unair Surabaya ABSTRACT In a dating relationship, teenagers are usually permissive to do a kind of relationship which leads to premarital sex behaviour. The same condition usually happen to those who were in engagement relationships. The risk of premarital sex behaviour was higher on teenagers who were in engagement relationship. This research aimed to analyze factors that infl uenced premarital sex behaviour of teenagers who were in engagement relationship in Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo. This research was observational with cross-sectional design. The sample of this research were 40 teenagers aged years old who were in engagement relationship in Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo. The sampling technique used in this research was simple random sampling. The independent variables of this research were age, sex, parents educational background, knowledge, attitude, information resources, parents control, family background, and early age engagement in family tradition. Statistical analysis used in this research were chi square statistic (χ 2 ) and multiple logistic regression with significance level α = The result showed that the signifi cance value of parents control was (p < 0.05) and early age engagement in family tradition was p = (p < 0.05). Parents control and early age engagement in family tradition affect the premarital sex behaviour of teenagers who are in engagement relationship in Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo. Keywords: teenagers, engagement, pre marital sex behaviour ABSTRAK Dalam menjalankan hubungan, remaja biasanya permisif untuk melakukan jenis hubungan yang mengarah ke perilaku seks pranikah. Kondisi yang sama biasanya terjadi pada mereka yang berada dalam hubungan pertunangan. Risiko perilaku seks pranikah lebih tinggi pada remaja yang berada dalam hubungan pertunangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja yang berada dalam hubungan pertunangan di Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo. Penelitian ini bersifat observasional dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian ini adalah 40 remaja berusia usia tahun yang berada di hubungan pertunangan di Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Variabel bebas penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, pengetahuan, sikap, sumber informasi, orang tua, kontrol orang tua, latar belakang keluarga, dan keterlibatan anak dalam tradisi keluarga. Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah chi square statistic dan regresi logistik ganda dengan tingkat signifikansi α = χsquare (0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai signifikansi kontrol orang tua adalah 0,001 (p < 0,05) dan keterlibatan usia dini dalam tradisi keluarga adalah p = 0,055 (p < 0,05). Kontrol orang tua dan keterlibatan usia dini dalam tradisi keluarga mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja yang berada dalam hubungan pertunangan di Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo. Kata kunci: remaja, keterlibatan, perilaku seks pranikah PENDAHULUAN Kasus perilaku seksual pranikah yang dilakukan remaja cenderung mengkhawatirkan karena data hasil survey maupun penelitian menunjukkan peningkatan jumlah remaja yang melakukan perilaku seksual pranikah. Berdasarkan hasil temuan Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan serta Pusat Penelitian Bisnis dan Humaniora (LSCK-PUSBIH) di tahun 2008 yang melakukan penelitian terhadap mahasiswi di Yogyakarta memperoleh 140

2 Finda, dkk., Faktor yang Memengaruhi Perilaku 141 hasil 97,05% mahasiswi di Yogyakarta sudah kehilangan keperawanannya (Munir, 2010). Data survei terakhir Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2010 menyebutkan sebanyak wanita di umur tahun secara nasional pernah melakukan hubungan seksual (Munir, 2010). Terjadinya perilaku seksual pada remaja salah satunya dipengaruhi oleh perubahan pandangan yang tampak saat remaja mulai memasuki masa pacaran. Masa pacaran telah diartikan menjadi masa untuk belajar melakukan aktivitas seksual dengan lawan jenis, mulai dari ciuman ringan, ciuman maut, saling masturbasi, seks oral, bahkan sampai hubungan seksual. Berdasarkan hasil survei kesehatan reproduksi remaja yang diselenggarakan BKKBN tahun 2010 perilaku pacaran permisif yang dilakukan oleh remaja antara lain berpegangan tangan saat pacaran (92%), berciuman (82%), rabaan petting (63%) (Ningtyas, 2012). Dalam hubungan dengan status pacaran, para remaja sudah permisif untuk melakukan gaya pacaran yang menjurus pada perilaku seksual pranikah. Hal yang serupa dapat terjadi pada remaja yang menjalani hubungan dengan status bertunangan di mana status bertunangan memiliki tingkatan lebih tinggi bila dibandingkan dengan status pacaran. Menurut hasil riset Wijaya (2001) terhadap 202 remaja di kota Malang diperoleh data bahwa lebih dari 90% remaja yang sudah bertunangan telah melakukan hubungan seksual pranikah. Hasil penelitian Suryoputro tahun 2006 pada remaja di Jawa Tengah menemukan lebih dari 90% remaja wanita telah melakukan hubungan seks pranikah dengan tunangannya. Tradisi tunangan pada usia dini umumnya masih terdapat di daerah pedesaan yang sebagian besar penduduknya bersuku Madura. Di wilayah Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo yang di mana sebagian besar penduduknya berasal dari suku Madura, dapat ditemukan para remaja kelompok usia dini yang telah bertunangan. Berdasarkan hasil survey pendahuluan di Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo ditemukan bahwa sebanyak 66 orang remaja dari total keseluruhan remaja yang berusia tahun telah diikat dengan hubungan pertunangan. Adanya pertunangan pada usia dini ini dapat memicu terjadinya perilaku seksual pranikah yang berujung pada kehamilan. Dari hasil indepth interview dengan bidan di salah satu desa di Kecamatan Kendit, diketahui bahwa pada tahun 2011 terjadi kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) pada siswi kelas 2 SMP yang merupakan hasil hubungan seksual dengan tunangannya. Kehamilan tersebut berakhir dengan aborsi paksa yang kemudian menyebabkan terjadinya infeksi pada rahim, namun untuk kasus-kasus lain tidak diketahui lebih detail karena kasus dugaan hamil di luar nikah ataupun kasus aborsi umumnya ditutupi rapat-rapat oleh pihak keluarga sehingga baik warga kecamatan sendiri maupun pihak sekolah tidak mengetahui. Berdasar uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan pertunangan tersebut berpotensi untuk memicu terjadinya perilaku seks pranikah pada kelompok remaja usia dini tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku seksual pranikah yang telah dilakukan oleh kelompok remaja usia dini yang telah bertunangan dan faktor yang memengaruhinya. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Populasi penelitian adalah remaja usia tahun yang telah bertunangan di Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo sebanyak 66 orang dengan sampel sebanyak 40 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah umur Responden, jenis kelamin Responden, pendidikan terakhir orang tua (pihak ayah), pengetahuan tentang seks pranikah, sikap terhadap seks pranikah, kontrol orang tua, sumber informasi tentang seks pranikah, latar belakang tunangan orang tua dan tradisi pertunangan di usia muda dalam keluarga. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Persentase terbesar umur Responden adalah 14 tahun yaitu sebanyak 18 orang (45%). Hasil

3 142 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 2, No. 2 Desember 2013: Tabel 1. Karakteristik Responden Variabel Frekuensi Persentase Umur 13 tahun 12 30,0 14 tahun 18 45,0 15 tahun 10 25,0 Jenis Kelamin Laki-laki 22 55,0 Perempuan 18 45,0 Pendidikan Orang Tua Tamat SD/sederajat 10 25,0 Tamat SMP/sederajat 17 42,5 Tamat SMA/sederajat 13 32,5 Jumlah ,0 karakteristik umur Responden secara lengkap disajikan dalam Tabel 1. Persentase terbesar Responden berdasarkan jenis kelamin adalah berjenis kelamin lakilaki yaitu sebanyak 22 orang (55%). Hasil karakteristik jenis kelamin Responden secara lengkap disajikan dalam tabel di bawah ini. Sebagian besar orang tua Responden memiliki pendidikan terakhir SMP yaitu sebanyak 42,5%. Hasil karakteristik pendidikan orang tua Responden secara lengkap disajikan dalam tabel di bawah ini. Bentuk Perilaku Seks Pranikah Jenis perilaku seks pranikah yang pernah dilakukan oleh remaja yang bertunangan di Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo yaitu sebanyak 100% pernah berpegangan tangan, 37,5% pernah berpelukan, 37,5% pernah berciuman pipi, 20% pernah berciuman bibir, 17,5% pernah meraba/diraba pada bagian tubuh yang sensitif, 17,5% pernah melakukan petting dan 10% pernah melakukan hubungan seks (intercourse). Hasil bentuk perilaku seks pranikah yang pernah dilakukan oleh Responden secara lengkap disajikan dalam Tabel 2. Hubungan antara Pendidikan Orang Tua dengan Kontrol Orang Tua Hasil hubungan antara pendidikan terakhir orang tua dengan kontrol orang tua terhadap remaja yang bertunangan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa pendidikan orang tua yang semakin rendah berkaitan dengan persentase kontrol/pengawasan yang kurang terhadap hubungan pertunangan anaknya. Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan Fisher s Exact test, diperoleh nilai p sebesar 0,007 (p < 0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan terakhir orang tua dengan kontrol orang tua. Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seks Pranikah Tabel 4 menunjukkan bahwa pada tingkat umur yang semakin tinggi, persentase remaja Tabel 2. Distribusi Perilaku Seks Pranikah Remaja yang Bertunangan Perilaku Seks Pranikah Ya (%) Tidak (%) Berpegangan tangan ,0 0 0,0 Pelukan 15 37, ,5 Ciuman pipi 15 37, ,5 Ciuman bibir 8 20, ,0 Perabaan Daerah Sensitif Tubuh 7 17, ,5 Mendekatkan Alat Kelamin (petting) 7 17, ,5 Hubungan Seks 4 10, ,0

4 Finda, dkk., Faktor yang Memengaruhi Perilaku 143 Tabel 3. Tabulasi Silang Pendidikan Orang Tua dengan Kontrol Orang Tua pada Remaja yang Bertunangan Kontrol Orang Pendidikan Tua Jumlah Peluang Orang Tua Baik Kurang Tamat SD 4 40,0% 6 60,0% ,0% 0,007 Tamat SMP 15 88,2% 2 11,8% ,0% Tamat SMA 11 84,6% 2 15,4% ,0% Jumlah 30 75,0% 10 25,0% ,0% yang melakukan perilaku seks pranikah kategori intim semakin meningkat. Perilaku seks kategori intim lebih banyak dilakukan oleh remaja laki-laki dibandingkan remaja perempuan. Remaja yang memiliki pengetahuan kurang cenderung melakukan perilaku seks pranikah kategori intim dan sebaliknya semakin baik pengetahuan yang dimiliki remaja tentang seks pranikah maka remaja tersebut cenderung melakukan perilaku seks pranikah yang tidak intim. Semakin permisif sikap yang dimiliki remaja maka persentase perilaku seks pranikah kategori intim semakin besar. Sebanyak 70% remaja dengan kontrol orang tua yang baik melakukan perilaku seks yang tergolong tidak intim. Persentase ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan remaja yang memiliki kontrol orang tua baik yang melakukan perilaku seks intim yaitu sebesar 30%. Remaja dengan sumber informasi banyak yang melakukan perilaku seks tidak intim memiliki persentase sebesar 51,6% lebih tinggi jika dibandingkan remaja dengan sumber informasi banyak yang melakukan perilaku seks intim yaitu sebesar 48,4%. Remaja dengan latar belakang orang tua yang bertunangan yang melakukan perilaku seks tidak intim yaitu sebesar 55,2% lebih tinggi jika dibandingkan dengan remaja yang melakukan perilaku seks intim yaitu sebesar 44,8%. Remaja yang memiliki tradisi pertunangan dalam keluarga yang melakukan perilaku seks pranikah tidak intim sebesar 25% lebih rendah jika dibandingkan dengan remaja yang memiliki tradisi pertunangan dalam keluarga yang melakukan perilaku seks intim yaitu sebesar 75%. Hasil analisis bivariat dengan chi square (χ 2 ), diperoleh kesimpulan bahwa umur, Tabel 4. Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seks Pranikah pada Remaja yang Bertunangan Variabel Kategori Perilaku Seks Pranikah Tidak Intim Intim Jumlah Peluang Umur 13 Tahun 9 (75%) 3 (25%) 12 (100%) 0, Tahun 11 (61,1%) 7 (38,9%) 18 (100%) 15 Tahun 2 (20%) 8 (80%) 10 (100%) Jenis kelamin Laki-laki 11 (50%) 11 (50%) 22 (100%) 0,701 Perempuan 11 (61,1%) 7 (38,9%) 18 (100%) Pengetahuan Baik 19 (73%) 7 (27%) 26 (100%) 0,005 Kurang 3 (21,4%) 11 (78,6%) 14 (100%) Sikap Permisif 7 (35%) 13 (65%) 20 (100%) 0,026 Tidak permisif 15 (75%) 5 (25%) 20 (100%) Kontrol Orang Tua Baik 21 (70%) 9 (30%) 30 (100%) 0,002 Kurang 1 (10%) 9 (90%) 10 (100%) Sumber Informasi Banyak 16 (51,6%) 15 (48,4%) 31 (100%) 0,476 Sedikit 6 (66,7%) 3 (33,3%) 9 (100%) Latar Belakang Tunangan Tunangan 16 (55,2%) 13 (44,8%) 29 (100%) 1,000 Orang Tua Tidak Tunangan 6 (54,5%) 5 (45,5%) 11 (100%) Tradisi Pertunangan Ada 4 (25%) 12 (75%) 16 (100%) 0,005 Tidak Ada 18 (75%) 6 (25%) 24 (100%) Jumlah 22 (55%) 18 (45%) 40 (100%)

5 144 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 2, No. 2 Desember 2013: pengetahuan, sikap, kontrol orang tua dan tradisi pertunangan berhubungan dengan perilaku seks pranikah pada remaja yang bertunangan. Analisis tersebut dengan menggunakan α = 5%. Sedangkan jenis kelamin, sumber informasi, latar belakang tunangan orang tua tidak berhubungan dengan perilaku seks pranikah pada remaja yang bertunangan. Faktor yang Memengaruhi Perilaku Seksual Pranikah Remaja yang Bertunangan Dari hasil analisis bivariat diperoleh enam variabel independen yang memiliki nilai p < 0,25 yaitu pendidikan orang tua, umur, pengetahuan tentang seks pranikah, sikap terhadap seks pranikah, kontrol orang tua dan tradisi pertunangan dalam keluarga. Untuk menguji pengaruh variabel independen tersebut terhadap perilaku seks pranikah remaja yang bertunangan dilakukan dengan analisis regresi logistik berganda. Adapun hasil uji regresi logistik berganda secara lengkap disajikan pada Tabel 5. PEMBAHASAN Karakteristik Responden Dorongan seksual dapat muncul pada remaja di umur pertengahan yaitu antara umur 14 sampai 16 tahun. Ciri khas remaja pertengahan yaitu para remaja sudah mengalami pematangan fisik secara penuh, anak laki-laki sudah mengalami mimpi basah sedangkan anak perempuan sudah mengalami haid. Santrock dalam Darmasih (2009) menyatakan bahwa minat remaja terhadap lawan jenis dipengaruhi oleh perkembangan organ seksual. Terjadinya peningkatan minat remaja terhadap lawan jenis dipengaruhi oleh faktor perubahan fisik selama masa pubertas. Tabel 5. Ringkasan Hasil Uji Regresi Logistik Berganda Variabel Koefisien p-value Kontrol Orang Tua 4,619 0,001 Tradisi Pertunangan 2,251 0,055 Konstanta 2,916 0,005 Menurut Prayitno dalam Darmasih (2009), orang tua yang memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang rendah juga akan berdampak pada peranan yang rendah terhadap pendidikan kesehatan reproduksi bagi anak sehingga anak akan mencari informasi tentang seks pranikah kepada sumber lain di mana hal ini bisa mengakibatkan informasi yang diperoleh anak tidak tepat. Hubungan antara Pendidikan Orang Tua dengan Kontrol Orang Tua Menurut Hady dalam Darmasih (2009), ketidaktahuan orang tua tentang konsep kesehatan reproduksi menyebabkan remaja dapat mencari informasi di luar rumah yang justru sering mengarahkan mereka pada solusi yang menjerumuskan. Orang tua yang melakukan pengawasan atau kontrol yang kurang terhadap media informasi, dapat mengakibatkan anak berisiko menerima informasi yang salah tentang seksualitas. Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seks Pranikah Menurut Hyde (2006) semakin muda umur seseorang saat mengalami pubertas maka semakin besar risiko terjadinya perilaku seks pranikah dikarenakan perubahan pada hormon yang terjadi seiring dengan masa pubertas berkontribusi pada meningkatnya keterlibatan seksual pada sikap dan hubungan dengan lawan jenis. Hal ini dikarenakan pada umur ini adalah potensial aktif bagi mereka untuk melakukan perilaku seks bebas. Hal tersebut tergambar dalam hasil penelitian ini di mana sebagian besar Responden yang telah melakukan perilaku seks kategori intim berada pada umur tahun jika dibandingkan dengan Responden umur 13 tahun yang memiliki persentase perilaku seks kategori intim lebih sedikit. Menurut Sarwono (2006) laki-laki memiliki peluang untuk melakukan perilaku seks dibandingkan perempuan dikarenakan norma yang berlaku pada laki-laki lebih longgar daripada perempuan. Selain itu perempuan memiliki orientasi pernikahan yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki sehingga perempuan biasanya memiliki keinginan untuk

6 Finda, dkk., Faktor yang Memengaruhi Perilaku 145 mempertahankan keperawanannya sebelum pernikahan. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dan perilaku seks pranikah. Hal ini dapat disebabkan karena pada hasil penelitian ini jumlah remaja laki-laki yang melakukan perilaku seks kategori tidak intim sama dengan jumlah remaja perempuan meskipun pada perilaku seks kategori intim jumlah remaja laki-laki lebih banyak dibandingkan remaja perempuan. Rendahnya pengetahuan remaja tentang seksualitas akan berpengaruh pada perilaku negatif dikarenakan dukungan informasi yang kurang tentang permasalahan kesehatan reproduksi seperti kehamilan yang tidak diinginkan dan penyakit kelamin akibat hubungan seks pranikah, sedangkan remaja yang memiliki pengetahuan secara benar dan proporsional tentang kesehatan reproduksi cenderung menggunakan cara alternatif yang dapat digunakan untuk menyalurkan dorongan seksual secara sehat dan bertanggung jawab (Sarwono, 2006). Menurut Fitriana (2009) remaja yang memiliki sikap mendukung tentang seks pranikah cenderung telah melakukan perilaku seksual mulai dari berpegangan tangan sampai bersenggama, namun ada juga remaja yang memiliki sikap tidak mendukung tentang seks pranikah cenderung tidak melakukan perilaku seksual. Ini disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya, antara lain agama, sosial budaya dan pendidikan. Tingkat keintiman perilaku seks yang dilakukan Responden yang memperoleh kontrol orang tua yang baik lebih rendah jika dibandingkan Responden yang memperoleh kontrol yang kurang. Menurut Widyastuti (2009), jenis kebebasan yang diberikan orang tua kepada anak dapat dilandasi oleh rasa kepercayaan. Orang tua yang memberikan kebebasan karena kepercayaan yang tinggi pada anak biasanya akan membuat anak melakukan segala sesuatu sesuai dengan rasa tanggung jawab, termasuk menghindari perilaku seks pranikah yang intim. Rohmawati (2008) menyatakan bahwa paparan media cetak dan media elektronik memiliki pengaruh hubungan seksual pranikah yang dilakukan remaja. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari media massa tersebut, akan tetapi dalam hasil penelitian ini diketahui bahwa banyaknya sumber informasi yang diperoleh remaja tentang seksual pranikah tidak berhubungan dengan perilaku seks pranikah yang mereka lakukan. Adanya latar belakang pertunangan di usia muda yang pernah dialami orang tua remaja dapat menimbulkan adanya suatu kebiasaan pada orang tua tersebut untuk mengikatkan hubungan pertunangan pada anaknya di usia muda. Apalagi jika orang tua masih terpengaruh pada nilai budaya lama yang menganggap bahwa menstruasi merupakan tanda telah dewasanya seorang anak gadis, di mana hal ini akan membentuk sikap mendukung orang tua terhadap pertunangan usia dini yaitu segera mencarikan jodoh untuk anak perempuan bila sudah memasuki masa haid, namun karena pertunangan orang tua di masa muda dilakukan di masa lalu sehingga tidak menunjukkan hubungan dengan perilaku seks pranikah yang dilakukan oleh anak. Adanya pertunangan di umur muda menyebabkan remaja memiliki pasangan kencan. Menurut Hyde (2006), remaja yang memiliki kencan lebih awal atau cepat dari remaja yang seumurannya memiliki kemungkinan untuk bersikap permisif dalam hubungan seks bebas. Untuk menjadi lebih aktif secara seksual dan untuk memiliki hubungan dengan lebih banyak pasangan daripada mereka yang mulai bertunangan pada umur yang lebih lanjut. Selain itu dengan adanya hubungan pertunangan juga akan menimbulkan adanya hubungan afeksi/ pengalaman berkencan di mana individu yang menjalin hubungan afeksi/pacaran dari umur yang lebih dini, cenderung lebih permisif terhadap perilaku seks bebas begitu juga halnya dengan individu yang telah lebih banyak berpacaran dari individu yang berumur sebaya dengannya. (Hyde, 2006) Faktor yang Memengaruhi Perilaku Seksual Pranikah Remaja yang Bertunangan Menurut Green dalam Suwarni (2009), perilaku remaja dapat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku dari orang tua terhadap remaja dalam bentuk kontrol orang tua. Hal ini terjadi karena munculnya kontrol psikologis dalam diri remaja bahwa orang tuanya mengetahui keberadaannya

7 146 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 2, No. 2 Desember 2013: dan kegiatan yang dilakukan sewaktu keluar rumah. Semakin tinggi persepsi remaja mengenai kontrol orang tua terhadap dirinya maka dapat mempengaruhi perilaku seksual remaja tersebut. Tradisi pertunangan di usia muda ini biasanya terjadi pada kehidupan keluarga di pedesaan yang mayoritas dari keluarga prasejahtera. Penentuan pertunangan ini dilakukan karena pihak anak perempuan umumnya masih terlalu muda dan masih berada pada masa sekolah sehingga pihak orang tua tidak langsung menikahkan anak perempuan dengan pihak laki-laki. Dari segi budaya yang berkembang di desa-desa yang ada di Kecamatan Kendit masih menganut kepercayaan bahwa jika ada seorang laki-laki yang datang untuk melamar anak perempuannya maka lamaran tersebut harus diterima karena penolakan terhadap sebuah lamaran dapat menyebabkan anak perempuan tidak akan laku lagi. Seorang anak perempuan yang sudah laku/sudah ada yang melamar merupakan kebanggaan bagi orang tuanya. Dampak yang muncul dari adanya hubungan pertunangan pada usia dini tersebut adalah bagi remaja yang secara psikologis sedang mengalami kematangan seksual akan mengembangkan hubungan khusus dengan lawan jenis dan sangat rentan dengan berbagai pengalaman yang dapat mempengaruhi mereka untuk melakukan perilaku seksual pranikah. Hal ini karena pada saat remaja sudah memiliki tunangan, remaja akan mencapai suatu perasaan aman dengan pasangan tunangannya. Perasaan aman ini dapat menimbulkan suatu keintiman seksual pada diri mereka (Gunarsa, 1986). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Perilaku seksual yang dilakukan oleh remaja yang bertunangan di Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo sebagian besar mengarah pada perilaku seks pranikah kategori tidak intim yang meliputi berpegangan tangan dan berpelukan, sedangkan untuk perilaku seks kategori intim jumlahnya tidak terlalu banyak. Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan orang tua dengan kontrol orang tua. Ada hubungan yang signifikan antara umur, pengetahuan, dan sikap dengan perilaku seks pranikah remaja telah bertunangan namun tidak ada pengaruh umur, pengetahuan, dan sikap terhadap perilaku seks pranikah remaja yang telah bertunangan di Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo. Tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, sumber informasi dan latar belakang pertunangan orang tua dengan perilaku seks pranikah remaja yang telah bertunangan di Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo. Ada pengaruh secara signifikan antara kontrol orang tua dan tradisi pertunangan usia muda dalam keluarga dengan perilaku seks pranikah remaja yang telah bertunangan di Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo. Saran Orang tua dapat memberikan pemahaman yang baik tentang pengertian hubungan pertunangan dan hendaknya melakukan kontrol atau pengawasan yang baik terhadap intensitas hubungan anaknya yang sudah bertunangan. Orang tua harap memperhatikan lama pertunangan dari anaknya agar lama waktu pertunangan tidak terlalu lama dengan waktu pernikahan. Pihak sekolah dapat bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan KB Situbondo untuk memberikan KIE atau mensosialisasikan program PUP melalui program PIK Remaja. Pihak sekolah dapat memberikan edukasi tentang pendidikan kesehatan reproduksi melalui bimbingan konseling yang mendalam. Pihak KUA agar dapat mensosialisasikan kepada para mudin untuk lebih teliti dalam mengeluarkan surat keterangan umur untuk persyaratan pernikahan bagi warganya sehingga tidak ada yang memanipulasi umur pernikahan sehingga lolos dari persyaratan pernikahan. DAFTAR PUSTAKA Darmasih, R Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah pada Remaja SMA di Surakarta. Skripsi. Universitas Muhammadiyah. Surakarta. Fitriana, N Hubungan Pengetahuan dan Sikap tentang Seks Pranikah dengan Perilaku Seksual Pada Siswa SMK XX Semarang. diakses tanggal 10 Juni Gunarsa Psikologi Perkembangan dan Remaja. BPK Gunung Mulia. Jakarta.

8 Finda, dkk., Faktor yang Memengaruhi Perilaku 147 Hyde, J.S Psychology of Women. Cengage Learning Publisher. Munir, M Tiap Tahun Remaja Seks Pranikah Meningkat. diakses tanggal 15 Desember Munir, M Survei BKKBN Soal Perawan Bikin Panik Orang Tua. Diakses tanggal 15 Desember Ningytas, I KPAI: Umur Pacaran Anak Petama 12 Tahun. Diakses tanggal 15 Desember Rohmahwati D.A., Lutfiati, A., Sri M., Pengaruh Pergaulan Bebas dan VCD Porno terhadap Perilaku Remaja di Masyarakat. Diakses tanggal 29 Januari Sarwono, S.W Psikologi Remaja. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Suryoputro Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Seksual Remaja di Jawa Tengah: Implikasinya terhadap Kebijakan dan Layanan Kesehatan Seksual dan Reproduksi. Makara Kesehatan. Volume 10, No. 1, Juni 2006: Suwarni Monitoring Parental dan Perilaku Teman Sebaya terhadap Perilaku Seksual Remaja SMA di Kota Pontianak. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, Volume 4, No. 2, Agustus Wijaya, Andik Hasil Riset Perilaku Seksual Remaja di Malang. Nusantari. Widyastuti, E Personal dan Sosial yang Memengaruhi Sikap Remaja terhadap Hubungan Seks. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, Volume 4, No. 2, Agustus 2009.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja ialah suatu waktu kritis seseorang dihadapkan pada berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan menyangkut moral, etika, agama,

Lebih terperinci

The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung

The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung Sari MN, Islamy N, Nusadewiarti A Faculty of Medicine in Lampung University

Lebih terperinci

Faktor yang Mempengaruhi Perkawinan Muda Perempuan

Faktor yang Mempengaruhi Perkawinan Muda Perempuan Faktor yang Mempengaruhi Perkawinan Muda Perempuan Mariyatul Qibtiyah Departemen Biostatistika dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Jl. Mulyorejo Kampus C Unair Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik maupun psikologis diantaranya peningkatan emosional, kematangan

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Novi Dewi Saputri 201410104171 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan yang terjadi pada remaja melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana remaja menjadi labil

Lebih terperinci

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo Bebas Pada (Role Of Peers Relations With Adolescent Sexual Behavior In Smk Bina Patria 1 Sukoharjo) Abstract :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Menurut WHO, remaja adalah penduduk

Lebih terperinci

Rina Indah Agustina ABSTRAK

Rina Indah Agustina ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERSEPSI PERILAKU SEKSUAL MAHASISWASEMESTER II PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Rina Indah Agustina ABSTRAK Remaja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menggeser perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di akses kapanpun tanpa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi, ikut berkembang pula perkembangan remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet yang dengan mudah

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA ABSTRACT Chusnul Chotimah Dosen Prodi D3 Kebidanan Politeknik Kebidanan Bhakti

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang menjadi sebuah kebutuhan dan paling penting dalam hidup seseorang agar dapat menjalani kehidupan secara aktif dan produktif. Apabila

Lebih terperinci

FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA SMA DAN SMK DI KOTA BENGKAYANG

FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA SMA DAN SMK DI KOTA BENGKAYANG 1 FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA SMA DAN SMK DI KOTA BENGKAYANG Robertus Richard Louise, Mardjan, Abduh Ridha Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Pontianak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena kehidupan remaja yang sangat menonjol adalah terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat terjadi, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh memperihatinkan, berbagai survey mengindikasikan bahwa praktik seks pranikah di kalangan remaja semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa remaja tidak dapat dikatakan sebagai orang dewasa dan tidak dapat pula dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa hasil penelitian bahwa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan kelompok umur yang memegang tongkat estafet pembangunan suatu bangsa. Untuk itu, remaja perlu mendapat perhatian. Pada masa remaja seseorang mengalami

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN 2014

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN 2014 144 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 2, Agustus 2016 TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN 2014 Suherni 1, Anita Rahmawati 1 1 Jurusan Kebidanan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang berada pada masa yang potensial, baik dilihat dari segi kognitif, emosi maupun fisik. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai keingintahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku seksual yang berisiko di kalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa hasil penelitian bahwa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar penduduknya berusia 10-24 tahun dan 90% diantaranya tinggal di negara berkembang (PBB, 2013). Hasil Sensus Penduduk tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangat diperlukan oleh masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health Organization (WHO) 2012, kelompok

Lebih terperinci

HUBUNGAN UMUR PUBERTAS DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA SISWA KELAS XII SMK TELKOM SANDHY PUTRA PURWOKERTO 2015 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN UMUR PUBERTAS DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA SISWA KELAS XII SMK TELKOM SANDHY PUTRA PURWOKERTO 2015 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN UMUR PUBERTAS DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA SISWA KELAS XII SMK TELKOM SANDHY PUTRA PURWOKERTO 2015 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : YANINDIHAS RACHMA NURCAHYANI NIM: 201410104320 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI KELURAHAN LAWANGIRUNG KECAMATAN WENANG KOTA MANADO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI KELURAHAN LAWANGIRUNG KECAMATAN WENANG KOTA MANADO FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI KELURAHAN LAWANGIRUNG KECAMATAN WENANG KOTA MANADO Andini Iftinan Tanib *, Angela F. C. Kalesaran*, Budi T. Ratag* *Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, globalisasi teknologi, dan informasi serta berbagai faktor lainnya turut mempengaruhi pengetahuan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 20 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : DINI ARIANI NIM : 20000445 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA Nurul Fatimah Nur Hidayah, Maryatun Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta ABSTRAK Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang merupakan salah satu faktor yang memiliki peran besar dalam menentukan tingkat pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

Kata Kunci : seksual remaja, berpacaran, sumber informasi

Kata Kunci : seksual remaja, berpacaran, sumber informasi KORELASI SUMBER INFORMASI MEDIA DAN LINGKUNGAN PERGAULAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DALAM BERPACARAN (Studi Kasus pada Siswa Kelas XI di Satu SMA Kota Surakarta Tahun 01) * ), Dharminto** ), Yudhy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi yang terunggul dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi yang terunggul dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan sumber daya BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pada era pembangunan saat ini, hampir setiap negara di dunia berusaha untuk menjadi yang terunggul dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan sumber daya manusia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerus bangsa diharapkan memiliki perilaku hidup sehat sesuai dengan Visi Indonesia Sehat

BAB I PENDAHULUAN. penerus bangsa diharapkan memiliki perilaku hidup sehat sesuai dengan Visi Indonesia Sehat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah meningkatkan perilaku masyarakat agar bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP SEKS PRANIKAH KELAS X SMK MUHAMMADIYAH 1 BAMBANGLIPURO

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP SEKS PRANIKAH KELAS X SMK MUHAMMADIYAH 1 BAMBANGLIPURO FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP SEKS PRANIKAH KELAS X SMK MUHAMMADIYAH 1 BAMBANGLIPURO NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Siti Nurjanah 1610104398 PROGRAM STUDI KEBIDANAN JENJANG DIPLOMA IV FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013). Tingkah laku yang

Lebih terperinci

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat SKRIPSI HUBUNGAN SUMBER INFORMASI DAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA TAHUN 2011 Proposal skripsi Skripsi ini Disusun untuk

Lebih terperinci

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA MAHASISWA TINGKAT I TAHUN AJARAN 2013-2014 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World Health Organization (WHO) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang berusia antara 13 tahun sampai dengan 18 tahun. Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan International Conference on Population and

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan International Conference on Population and 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, batasan remaja tentang pemuda adalah usia 15-24 tahun. Data kependudukan Indonesia jumlah penduduk tahun 2009 adalah 213.375.287 jiwa, sedangkan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja usia (13-21 tahun) sebagai masa ketika perubahan fisik, mental, dan sosial-ekonomi terjadi. Secara fisik, terjadi perubahan karakteristik jenis kelamin sekunder

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: DELYANA 201410104149 PROGRAM STUDI BIDAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Lazimnya masa remaja dimulai saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU Riske Chandra Kartika, Kamidah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta

Lebih terperinci

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA HUBUNGA N ANTARAA KETERBUKAAN KOMUNIKASI SEKSUAL REMAJA DENGAN ORANG TUA DALAM PERILAKU SEKS PRANIKAH SKRIPSII Diajukan Oleh: BUNGA MARLINDA F 100 060 163 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi

Lebih terperinci

PERAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRA NIKAH PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

PERAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRA NIKAH PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA GASTER Vol. 10 No. 1 Februari 2013 PERAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRA NIKAH PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA Maryatun Sekolah TinggiIlmu Kesehatan (STIKES) Aisyiyah Surakarta ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam mempengaruhi perilaku seksual berpacaran pada remaja. Hal ini tentu dapat dilihat bahwa hal-hal

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Remaja dalam Mencegah Hubungan Seksual (Intercourse) Pranikah di SMA Muhammadiyah 1 Banjarmasin Tahun 2012

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Remaja dalam Mencegah Hubungan Seksual (Intercourse) Pranikah di SMA Muhammadiyah 1 Banjarmasin Tahun 2012 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Remaja dalam Mencegah Hubungan Seksual (Intercourse) Pranikah di SMA Muhammadiyah 1 Banjarmasin Tahun 2012 The Influence Factors Of Adolescent s Motivation In Preventing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan sebagai peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 10-19 tahun. Remaja juga identik dengan dimulainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis, maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Permasalahan remaja sekarang ini cukup kompleks. Salah satu yang paling peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual remaja. Hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya hidup mereka yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan dan perkembangan yang cepat baik fisik, mental, dan psikososial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara pastilah menginginkan sebuah generasi penerus yang berkualitas dan mampu membawa bangsa dan negaranya menuju kesejahteraan. Harapan itu bisa terlihat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Notoatmodjo (2007) masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Remaja dalam memasuki masa peralihan tanpa pengetahuan yang memadai tentang seksual pranikah. Hal ini disebabkan orang tua merasa tabu membicarakan masalah seksual

Lebih terperinci

Table of Contents

Table of Contents Table of Contents No. Title Page 1 Faktor Pada Ibu yang Berhubungan dengan Kejadian Komplikasi Kebidanan 1-7 2 Peran Faktor Keluarga Dan Karakteristik Remaja Terhadap Perilaku Seksual Pranikah 3 Hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini, anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Remaja adalah mereka yang berusia diantara 10-24 tahun dan merupakan salah satu kelompok populasi terbesar yang apabila dihitung jumlahnya berkisar 30% dari jumlah

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI CIREBON

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI CIREBON 1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI CIREBON Lisnawati 1), Nissa Sari Lestari 2) 1), 2) Poltekkes Tasikmalaya Program Studi Kebidanan Cirebon e-mail : bidan_lisna85@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang. Pengetahuan tentang seksualitas ataupun perkembangan seksual yang seharusnya dipahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang membuat remaja itu kebingungan mengenai situasi yang ia hadapi,

Lebih terperinci

Abortus Spontan pada Pernikahan Usia Dini

Abortus Spontan pada Pernikahan Usia Dini Abortus Spontan pada Pernikahan Usia Dini Andrian dan Kuntoro Departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM UNAIR Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Alamat korespondensi: Andrian E-mail:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan lingkungan seperti perubahan intelektual,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah norma-norma,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUMBANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUMBANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUMBANG Minah, Ika Pantiawati, Yuli Trisnawati Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto Email : icha.pewe@yahoo.com

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG 0 KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA FUTUHIYYAH MRANGGEN DEMAK TAHUN 2011 Karya Tulis Ilmiah ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan-perubahan fisik meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Sampai saat ini masalah seksualitas masih menjadi hal yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi sesuatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia mengalami perkembangan pesat diberbagai bidang di abad ke 21

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia mengalami perkembangan pesat diberbagai bidang di abad ke 21 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia mengalami perkembangan pesat diberbagai bidang di abad ke 21 ini, termasuk didalamnya perkembangan teknologi yang dapat mengakses berbagai macam informasi oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan remaja pada zaman sekarang berbeda dengan zaman pada tahun 90 an. Dimulai tahun 2000 hingga saat ini remaja dalam berperilaku sosial berbeda dalam mencari

Lebih terperinci

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2) P R O S I D I N G ISBN:978-602-8047-99-9 SEMNAS ENTREPRENEURSHIP Juni 2014 Hal:209-217 PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN TENTANG PENCEGAHAN SEKS BEBAS DI SEKOLAH

Lebih terperinci

DAN LINGKUNGAN PERGAULAN DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

DAN LINGKUNGAN PERGAULAN DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN PEER GROUP DAN LINGKUNGAN PERGAULAN DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN PENDAHULUAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS Eny Pemilu Kusparlina (Akademi Kebidanan Muhammadiyah Madiun) ABSTRAK Pendahuluan: Angka aborsi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Unwanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Unwanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Unwanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak diinginkan merupakan suatu kondisi dimana pasangan tidak menghendaki adanya proses kelahiran dari suatu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA BATIK 2 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA BATIK 2 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA BATIK 2 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran Diajukan Oleh: FARUQ

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH DENGAN USIA MENIKAH PADA REMAJA YANG MENIKAH DI TAHUN 2015 DI KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDULYOGYAKARTA 2015

HUBUNGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH DENGAN USIA MENIKAH PADA REMAJA YANG MENIKAH DI TAHUN 2015 DI KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDULYOGYAKARTA 2015 HUBUNGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH DENGAN USIA MENIKAH PADA REMAJA YANG MENIKAH DI TAHUN 2015 DI KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDULYOGYAKARTA 2015 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Yuyun Elitasari 201410104324

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yaitu tahun, adalah. disebut masa remaja. (Widyastuti, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yaitu tahun, adalah. disebut masa remaja. (Widyastuti, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yaitu 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan

Lebih terperinci

BAB 1: PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh.

BAB 1: PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh. BAB 1: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa remaja keadaan fisik, psikologis, dan seksualitas akan mengalami perubahan. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak menuju dewasa, dimana masa perkembangan ini berlangsung cukup singkat dari rentang usia 13 18 tahun. Pada masa ini remaja

Lebih terperinci

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017 GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017 Risa Devita* 1, Desi Ulandari 2 1,2 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKEM SLEMAN TAHUN 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKEM SLEMAN TAHUN 2015 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKEM SLEMAN TAHUN 15 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Novi Erlina Setyawati 1411417 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini.

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa peralihan, yang bukan hanya dalam arti psikologis, tetapi juga fisiknya. Peralihan dari anak ke dewasa ini meliputi semua aspek perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase krusial dalam

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase krusial dalam BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase krusial dalam perkembangan manusia. Dalam masa remaja terjadi banyak perubahan, baik secara fisik maupun psikis. Perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA SMP NEGERI 1 TALANG EMPAT KABUPATEN BENGKULU TENGAH TAHUN 2015

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA SMP NEGERI 1 TALANG EMPAT KABUPATEN BENGKULU TENGAH TAHUN 2015 FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA SMP NEGERI 1 TALANG EMPAT KABUPATEN BENGKULU TENGAH TAHUN 2015 Elvi Destariyani 1, Ratna Dewi 2 1,2 Staf Pengajar Jurusan Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode ketika terjadi perubahan kadar hormon

Lebih terperinci

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PACARAN SEHAT DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI SMA KOTA SEMARANG Riana Prihastuti Titiek Soelistyowatie*) *) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur 10-19 tahun (WHO, 2015 a ). Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode SMA adalah periode dimana seseorang masih menginjak masa remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur 10 20 tahun

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAPREMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKUSEKSUAL DI SMABAYU PERTIWI SUNGGAL TAHUN 2015 ABSTRACT

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAPREMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKUSEKSUAL DI SMABAYU PERTIWI SUNGGAL TAHUN 2015 ABSTRACT HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAPREMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKUSEKSUAL DI SMABAYU PERTIWI SUNGGAL TAHUN 2015 1 Desy Ramayanty,Sri Rahayu Sanusi 2,Maya Fitria 2 1 Alumni Mahasiswa Dapertemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses kehidupannya manusia melewati tahap-tahap perkembangan,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses kehidupannya manusia melewati tahap-tahap perkembangan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam proses kehidupannya manusia melewati tahap-tahap perkembangan, dan salah satunya adalah periode masa remaja. Masa remaja merupakan masa tumbuh kembang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolescence) di mulai sejak usia 10 tahun sampai 19 tahun. Salah

Lebih terperinci