BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu keniscayaan, perihal konsep dan praktik pemerintahan ataupun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu keniscayaan, perihal konsep dan praktik pemerintahan ataupun"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu keniscayaan, perihal konsep dan praktik pemerintahan ataupun ketatanegaraan terus menerus mengalami perkembangan seiring dengan kompleksitas problem yang dihadapi suatu negara. Tak dapat dinafikan, perkembangan tersebut merupakan sintesis dari berbagai implikasi yang ditimbulkan. Hal ini dihadapi pula oleh Negara Republik Indonesia, setelah mengalami empat kali perubahan Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 ( ), 1 dimana terjadi perubahan yang sangat mendasar terutama terkait dengan kekuasaan Presiden Republik Indonesia. Jika ditarik sejarahnya, secara klasik, Presiden atau kepala negara maupun dengan sebutan lain, menjalankan kekuasaan eksekutif. Hal ini merupakan implementasi doktrin terkait dasar struktur kekuasaan negara yang dibagi menjadi tiga cabang kekuasaan yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif. 2 Ketiga cabang kekuasaaan tersebut yang oleh banyak pakar diinterpretasikan melaksanakan fungsinya masing-masing. Kekuasaan legislatif sebagai kekuasaan 1 Bagi Moh. Mahfud MD, secara konsep dan substansi amandemen Undang-Undang Dasar Tahun 1945 hanya dilakukan satu kali, tetapi disahkan dalam empat tahap secara berkesinambungan, lihat Moh. Mahfud MD, 2010, Konstitusi dan Hukum dalam Kontroversi Isu, Rajawali Pers, Jakarta, hlm Awal mulanya konsep pembagian tiga cabang kekuasaan dipopuleri oleh John Locke dalam karyanya Two Treaties of Government (1690) yang membagi tiga cabang kekuasaan yakni cabang kekuasan eksekutif, cabang kekuasaan legislatif, dan cabang kekuasaan federatif, dan kemudian dikembangkan oleh Baron Secondate Montesquieu dalam The Spirit of Laws (1748) yang dikenal dengan Trias Politika.

2 2 membuat undang-undang, kekuasaan eksekutif, kekuasaan yang menjalankan undang-undang, dan kekuasaan yudikatif, kekuasaan untuk mempertahankan undang-undang (kekuasaan untuk mengadili). 3 Namun dewasa ini, kekuasaan tersebut tidak lagi dispesialisasikan kepada satu cabang kekuasaan semata, sehingga terjadi fenomena campur-sari. Kenyataan inilah yang membuat Ramlan Surbakti mengatakan bahwa ketiga istilah eksekutif, legislatif, dan yudikatif mengandung kelemahan karena mempunyai pengertian struktur mapan yang terspesialisasikan untuk melaksanakannya, dan proses yang eksplisit untuk melaksanakannya. Sebaliknya, pada berbagai masyarakat fungsi itu tidak dilaksanakan oleh satu struktur. 4 Fenomena tersebut terjadi pula pada kekuasaan Presiden sebagai penyelenggara pemerintahan. Dalam negara modern (modern states), interaksi mendasar antar lembaga negara diatur oleh konstitusi, 5 hal tersebut berimplikasi pada penerapan sistem pemerintahan yang berkaitan langsung dengan kekuasaan presiden. Umumnya, terdapat tiga sistem pemerintahan yakni, sistem pemerintahan parlementer, sistem pemerintahan presidensial dan sistem pemerintahan semi-presidensial. Sistem pemerintahan tersebut, mempunyai karakter berbeda satu sama lainnya. Perbedaan tersebut tidak hanya pada karakter umum melainkan menyangkut pula perihal kekuasaan presiden dalam sistem pemerintahan yang dianut. 3 C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, 2008, Hukum Tata Negara Republik Indonesia; Pengertian Hukum Tata Negara dan Perkembangan Pemerintah Indonesia Sejak Proklamasi Kemerdekaan 1945 Hingga Kini, Rineka Cipta, Jakarta, hlm Ramlan Surbakti, 2013, Memahami Ilmu Politik, Grasindo, Jakarta, hlm Saldi Isra, 2010, Pergeseran Fungsi Legislasi: Menguatnya Model Legislasi Parlementer Dalam Sistem Presidensial Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 2.

3 3 Oleh karena itu, sebagai sebuah negara modern, Indonesia merupakan salah satu negara yang pernah mempraktikkan beberapa model sistem pemerintahan yang berbeda-beda. Konsekuensinya akan berdampak pula pada kekuasaan presiden yang bertalian erat dengan sistem pemerintahan. Sepanjang sejarahnya, Indonesia telah menerapkan beberapa konstitusi yang mempunyai arti penting terhadap corak sistem pemerintahan dan kekuasaan presiden. Selama periode , Indonesia menerapkan sistem pemerintahan yang berbeda dengan tiga konstitusi yang berbeda pula, yakni; Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dengan sistem pemerintahan yang cenderung menonjolkan corak presidensialismenya yang kemudian diikuti perubahan sistem pemerintahan dari presidensial ke parlementer, Konstitusi Republik Indonesia Serikat ( ) dengan sistem pemerintahan yang cenderung menonjolkan parlementariannya, dan Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia Tahun 1950 ( ) dengan sistem pemerintahan parlementernya. Dengan Dekrit Presiden 5 Juli Tahun 1959 dan kembali diberlakukannya UUD Tahun 1945, dimulailah langgam otoritarian dalam kehidupan politik di Indonesia di bawah demokrasi terpimpin 6 dengan tidak didukung oleh sistem pemerintahan yang jelas yang oleh Sri Soemantri dikatakan bahwa sistem pemerintahan Indonesia pada saat itu mengandung unsur sistem pemerintahan presidensial dan sistem pemerintahan parlementer. 7 6 Moh. Mahfud MD, 2011, Politik Hukum di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, hlm Sri Soemantri, 1976, Sistem-Sistem Pemerintahan Negara-negara Asean, Tarsito, Bandung, hlm

4 4 Ditambah, kekuasaan Presiden yang teramat luas di dukung dengan tidak adanya sistem checks and balances, seperti yang dikenal dalam sistem Amerika Serikat, di mana badan eksekutif dan legislatif, sekalipun bebas satu sama lain, mengadakan check satu sama lain, tidak dikenal dalam sistem Undang-Undang Dasar Tahun Karena itu pula, dengan ketidakjelasan sistem pemerintahan, ketika Majelis Permusyawaratan Rakyat melakukan perubahan UUD Tahun 1945 pada tahun , salah satu agenda yakni melakukan purifikasi sistem pemerintahan presidensial pada sistem pemerintahan Indonesia. Walaupun telah mempurifikasi sistem pemerintahan presidensial dalam konstitusi hasil amandemen, bukan tidak mungkin tidak membawa pengaruh pada kekuasaan presiden. Ditambah sistem pemerintahan presidensial lebih menitikberatkan kekuasaan pada presiden dan presiden merupakan figur yang paling berpengaruh dan lebih menonjol dibandingkan dengan peran kelompok, organisasi, atau partai politik yang ada dalam negara, 9 sehingga dapat menjadikan presiden lebih berkuasa dari pada unsur yang lainnya. Jika demikian, hal tersebut akan menimbulkan distorsi dalam implementasi kekuasaan presiden. Jauh sebelum Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, seorang ahli sejarah Inggris, Lord Acton, menyatakan bahwa, Power tends corrupt, but absolute power corrupts absolutely, dimana kekuasaan 8 Miriam Budiardjo, 2008, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, hlm Saldi Isra, 2010, Pergeseran..., op.cit., hlm. 38.

5 5 cenderung disalahgunakan dan akan disalahgunakan secara absolut ketika kekuasaan tersebut bersifat absolut pula. Sekiranya perlu pula diperhatikan apa yang diungkapkan oleh Juan Linz yang melihat sistem pemerintahan presidensial merupakan ancaman bagi kehidupan demokrasi. Linz mengungkapkan adanya sebuah korelasi yang kuat antara sistem pemerintahan presidensial dengan pembusukan politik. Pembusukan itu diisyaratkannya sebagai sebuah pemerintahan anti-demokrasi. 10 Dua hal yang mendasari pandangan Linz, pertama adalah kecenderungan bahwa sistem pemerintahan presidensial menghasilkan tirani minoritas dalam real politik dan kedua, adanya periode waktu pemerintahan yang tidak dapat disela (fixed term) dalam sistem pemerintahan presidensial yang merupakan persoalan mendasar dan turut berkontribusi bagi pembusukan politik sekaligus ancaman terhadap demokrasi. Hal ini menurut Linz memunculkan pemerintahan yang kaku dan tidak sejalan dengan semangat zaman yang dinamis. Bahkan kritikan dalam beberapa kajian mengenai sistem pemerintahan, lebih banyak ditujukan pada sistem pemerintahan presidensial ketimbang sistem pemerintahan yang lainnya. Sumber kritikan tersebut terletak pada kekuasaan presiden yang besar dalam sistem pemerintahan presidensial yang membuka timbulnya penyelewengan kekuasaan oleh presiden. 11 Terkait hal ini Arend 10 Firman Noor, 2009, Menimbang Masa Depan Sistem Presidensial di Indonesia Problematika Demokrasi dan Kebutuhan Perbaikan Sistemik, dalam Moch. Nurhasim dan Ikrar Nusa Bhakti, Sistem Presidensial & Sosok Presiden Ideal, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm Maswadi Rauf, 2009, Evaluasi Sistem Presidensial: Sistem Parlementer dan Sistem Presidensial di Indonesia, dalam Moch. Nurhasim dan Ikrar Nusa Bhakti, Sistem Presidensial & Sosok Presiden Ideal, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm. 31.

6 6 Lijphart menuliskan bahwa terdapat banyak ketidakpuasan ataupun sentimen terhadap presidensialisme. 12 Ditambah pengalaman Indonesia sebelum dilakukannya perubahan UUD Tahun 1945, memuat anasir sistem pemerintahan presidensial yang mempunyai kontribusi atas dominannya seorang presiden, bahkan Valina Singka Subekti dalam penelitiannya mengungkapkan secara de facto UUD Tahun 1945 tidak pernah mampu menghadirkan pemerintahan yang demokratis. Akibatnya berkembang praktik abuse of power (penyalahgunaan kekuasaan). 13 Selain fakta tersebut, Amerika Latin yang juga menerapkan sistem pemerintahan presidensial dalam menyelenggarakan pemerintahannya memunculkan penguasa-penguasa otoriter. Bahkan dikatakan oleh Maswadi Rauf bahwa sistem pemerintahan presidensial menurut konstitusi hasil amandemen mempunyai kemiripan dengan sistem pemerintahan presidensial di sejumlah negara Amerika Latin yang menghasilkan penguasa-penguasaa otoriter. 14 Dengan kenyataan tersebut, para pengubah UUD telah mempurifikasi sistem pemerintahan presidensial di dalam UUD NRI Tahun 1945 dengan kenyataan bahwa sebelum Indonesia melakukan perubahan terhadap UUD Tahun 1945 telah pula mengandung anasir presidensialisme yang telah menghasilkan penguasa yang sangat dominan terhadap cabang kekuasaan lainnya. Ditambah, sistem pemerintahan presidensial seperti yang diungkapkan oleh Scoot 12 Ibid. 13 Valina Singka Subekti, 2008, Menyusun Konstitusi Transisi; Pergulatan Kepentingan dan Pemikiran dalam Proses Perubahan UUD 1945, Jakarta, Rajawali Pers, hlm Maswadi Rauf, 2009, Evaluasi..., op.cit., hlm

7 7 Mainwaring sering menimbulkan kemandekan dan kelumpuhan terkait penyelenggaraan pemerintahan sekaligus menimbulkan penguasa-penguasa dominan. 15 Hal inilah yang mendorong penulis untuk melihat dan mengkaji lebih jauh perihal kekuasaan presiden setelah perubahan UUD Tahun 1945 yang telah mempurifikasi sistem pemerintahan presidensial. Penelitian inipun tidak hanya didasarkan pada pengkajian UUD NRI Tahun 1945, namun melihat pula bagaimana interelasi Presiden dan cabang kekuasaan lainnya terkait dengan penggunaan kekuasaan Presiden setelah perubahan UUD Tahun 1945 dalam bangunan sistem pemerintahan presidensial. Di samping itu, dianalisis pula implikasi yang ditimbulkan terkait dengan penggunaan kekuasaan Presiden terhadap penyelenggaraan pemerintahan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulisan ilmiah ini akan mengkaji permasalahan sebagai berikut: 1. Apa saja yang menjadi kekuasaan Presiden dalam sistem pemerintahan Indonesia setelah perubahan UUD Tahun 1945? 2. Bagaimana interelasi Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan dengan cabang kekuasaan lain dalam sistem pemerintahan Indonesia setelah perubahan UUD Tahun 1945? 15 Ibid.

8 8 3. Implikasi apa saja yang ditimbulkan terkait penggunaan kekuasaan Presiden setelah perubahan UUD Tahun 1945 terhadap penyelenggaraan pemerintahan? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman terkait beberapa hal, yakni; mengenai hal apakah yang menjadi kekuasaan Presiden pasca perubahan UUD Tahun 1945 serta bagaimanakah hubungan Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD NRI Tahun 1945 dengan cabang kekuasaan lainnya dan sekaligus melihat implikasi apakah yang ditimbulkan terkait dengan penggunaan kekuasaan Presiden. Pertama, mengenai kekuasaan Presiden pasca perubahan UUD Tahun Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran secara komprehensif terkait kekuasaan Presiden setelah perubahan UUD Tahun 1945 dalam bingkai presidensialisme. Kedua, dalam hal hubungan antara Presiden dan cabang kekuasaan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk untuk melihat interelasi antara Presiden dan cabang kekuasaan lainnya dalam sistem pemerintahan Indonesia baik secara normatif dan sekaligus menghubungkannya dengan berbagai landasan teoritik untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya sistematis. Ketiga, penelitian ini juga bertujuan mencoba melihat implikasi dari penggunaan kekuasaan Presiden setelah perubahan UUD Tahun 1945 terhadap penyelenggaraan pemerintahan. D. Manfaat Penelitian

9 9 Penelitian ini mencoba melihat faktor-faktor apa sajakah yang menjadi kekuasaan Presiden setelah perubahan UUD Tahun 1945 dan melihat pola hubungan antara Presiden dengan cabang kekuasaan lainnya sekaligus melihat dampak yang akan terjadi, sehingga manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu; Pertama, memberikan manfaat terkait dengan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada khususnya. Selain itu penelitian ini dapat melengkapi penelitian sebelumnya yang secara spesifik membahas tentang kekuasaan Presiden. Jika diperhatikan, dari penelusuran penulis, pasca amandemen UUD Tahun 1945, minimnya literatur yang membahas terkait dengan kekuasaan Presiden dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pasca amandemen UUD Tahun Pada umumnya kajian-kaijan yang ada hanya membahas terkait kekuasaan Presiden dari pendekatan hukum semata dengan tidak mengasimilasikan kekuasaan Presiden dengan disiplin keilmuan yang lain, semisal pengetahuan politik. Padahal pembahasan kekuasaan Presiden sebagai pucuk pimpinan eksekutif tidak dapat dilepaskan dari pengetahuan politik. Ismail Suny misalnya, dalam pengantar buku Pergeseran Kekuasaan Eksekutif mengatakan bahwa pembahasan mengenai eksekutif terletak di daerah tapal batas antara hukum dan pengetahuan politik. 16 Selain itu kajian-kajian yang ada pun hanya sebatas membahas kekuasaan Presiden yang sifatnya parsial dan tidak secara komprehensif. 16 Ismail Suny, 1986, Pergeseran Kekuasaan Eksekutif, Aksara Baru, Jakarta, hlm. vii.

10 10 Penelitian inipun diharapkan dapat memberikan pengayaan terhadap perkembangan maupun wacana ilmu hukum terkhusus pada ilmu hukum tata negara. Kedua, manfaat bagi pembangunan bangsa dan negara. Kajian ini dapat dijadikan masukan maupun refleksi baik dari segi keilmuan maupun dari segi praktek dalam penyelenggaraan pemerintahan terkhusus Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan yang telah diamanatkan oleh UUD NRI Tahun 1945 sehingga dalam menjalankan kewenangannya Presiden tidak keluar dari koridor-koridor yang telah ditentukan agar penyimpangan kekuasaan dalam penyelenggaraan pemerintahan tidak terjadi. E. Keaslian Penelitian Sepanjang penelusuran penulis dalam berbagai kepustakaan, penulis tidak menemukan penelitian lain yang secara substansi sama dengan penelitian yang penulis lakukan. Namun demikian, penulis mengungkapkan terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan kekuasaan Presiden sebagai objek yang penulis teliti, yaitu: 1. Politik Hukum Kekuasaan Presiden Dalam Bidang Militer Dan Menyatakan Perang Dengan Negara Lain merupakan Tesis yang ditulis oleh Dilli Trisna Novitasari pada program pascasarjana fakultas hukum Universitas Gadjah Mada tahun Mekanisme Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Memberikan Pertimbangan Kepada Presiden Berdasarkan Undang-Undang Dasar

11 11 Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan Tesis yang ditulis oleh Muhammad Yasin pada program pascasarjana fakultas hukum Universitas Gadjah Mada tahun Fungsi Hak Prerogatif Presiden Dalam Rangka Mempertegas Sistem Pemerintahan Presidensial Di Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia merupakan Tesis yang ditulis oleh Garry Rafeldha Sharon Tapilatu pada program pascasarjana fakultas hukum Universitas Gadjah Mada tahun Sederhananya, berdasarkan penjelasan ataupun objek penelitian ini berbeda dengan beberapa penelitian yang telah disebutkan diatas. Hal yang membedakan dapat dilihat pada: 1. Perbedaan judul penelitian. Judul penelitian ini adalah Kekuasaan Presiden Dalam Sistem Pemerintahan Indonesia Setelah Perubahan UUD Tahun 1945 sedangkan penelitian di atas mempunyai judul yang berbeda dengan judul penelitian ini. 2. Perbedaan pada rumusan masalah. Penelitian ini memiliki tiga permasalahan, yakni; (1) Hal apa saja yang menjadi kekuasaan Presiden dalam sistem pemerintahan Indonesia setelah perubahan UUD Tahun 1945, (2) Bagaimana hubungan Presiden dengan cabang kekuasaan lain dalam sistem pemerintahan Indonesia setelah perubahan UUD Tahun 1945, dan (3) Implikasi apa saja yang ditimbulkan dalam sistem pemerintahan Indonesia terkait penggunaan kekuasaan Presiden setelah

12 12 perubahan UUD Tahun Penelitian yang dilakukan oleh Dilli Trisna Novitasari memuat rumusan masalah, (1) mengapa kekuasaaan dalam bidang militer dan menyatakan perang terhadap negara lain berada pada Presiden, (2) bagaimanakah kekuasaan Presiden dalam bidang militer dan menyatakan perang dengan negara lain, dan (3) bagaimanakah mekanisme kontrol yang dapat diterapkan terhadap kekuatan militer oleh Presiden dalam menyatakan perang. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Yasin merumuskan tiga permasalahan, yakni; (1) bagaimana peran Dewan Perwakilan Rakyat dalam memberikan pertimbangan kepada Presiden terhadap pengangkatan duta besar, (2) bagaimana mekanisme Dewan Perwakilan Rakyat dalam memberikan pertimbangan kepada Presiden berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan (3) apakah implikasi pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat bagi Presiden. Penelitian yang dilakukan oleh Garry Rafeldha Sharon Tapilatu merumuskan permasalahan, yakni; (1) apakah arti penting hak prerogatif Presiden di dalam ilmu hukum, (2) bagaimana pengaturan hak prerogatif Presiden sepanjang sejarah ketatanegaraan Republik Indonesia, dan yang terakhir, yaitu, (3) apakah hak prerogatif yang dimiliki Presiden Republik Indonesia telah sejalan dengan teori dan konsep sistem pemerintahan presidensial di bidang hukum tata negara. Selain penelitian yang telah dikemukakan, terdapat pula berbagai karya tulis yang telah dipublikasikan sekaligus berkaitan dengan penelitian ini yang

13 13 penting untuk dicantumkan dalam keaslian penelitian ini. Hal ini sangat diperlukan untuk menghindari kejahatan akademik yang begitu sangat tercela dalam dunia pendidikan yakni plagiat atau dengan sengaja mengambil karya milik orang lain dan menjadikannya seolah-olah karya milik sendiri. Dan, sepanjang penelusuran maupun pengetahuan penulis atas berbagai bahan hukum sekunder, karya tulis yang telah dipublikasikan dan berkaitan dengan tema penelitian ini, yaitu: 1. Pergeseran Kekuasaan Eksekutif yang ditulis oleh Ismail Suny dan diterbitkan oleh Aksara Baru pada tahun 1986 (cetakan keenam) di Jakarta. Buku ini merupakan penelitian desertasi untuk memenuhi persyaratan strata tiga (S3) sekaligus untuk memperoleh gelar Doktor. Dalam buku ini dilihat pasang surut terkait dengan kekuasaan eksekutif mengingat telah diberlakukannya beberapa konstitusi dalam Negara Republik Indonesia. Landasan yang digunakan dalam buku ini yaitu UUD Tahun 1945, Konstitusi RIS Tahun 1949 dan UUD Sementara Tahun Dengan ini dapat dilihat perbedaan yang mendasar dari penelitian yang penulis lakukan, yaitu dengan memakai UUD NRI Tahun 1945 sebagai landasan konstitusional yang utama untuk melihat kekuasaan Presiden, akan tetapi penelitian ini pun tidak melepaskan seutuhnya UUD Tahun 1945, Konstitusi RIS Tahun 1949 dan UUD Sementara Tahun 1950 sebagai bahan hukum. Buku ini sesungguhnya

14 14 merupakan salah satu dari beberapa buku yang dijadikan penulis sebagai pijakan awal untuk melakukan penelitian dan melihat kekuasaan Presiden sebelum perubahan UUD Tahun Lembaga Kepresidenan yang ditulis oleh Bagir Manan dan diterbitkan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia pada tahun 2006 di Yogyakarta. Dalam buku ini kekuasaan presiden dibagi dalam sifatnya, yakni kekuasaan presiden yang sifatnya eksekutif, legislatif, yudikatif dan diplomatik. Namun tak dapat dinafikkan bahwa buku inipun memberi peran yang penting dalam penelitian ini sebagai bahan hukum sekunder yang dipakai penulis dalam melakukan penelitian yang lebih mendalam terkait dengan kekuasaan Presiden. 3. Sistem Presidensial & Sosok Presiden Ideal yang ditulis oleh Maswadi Rauf, Firman Noor, Syamsudin Haris, J. Kristiadi, Andrinof A. Chaniago, Ade Armando, I. Hendrasmo, Lili Romli, Ramlan Surbakti, Kacung Marijan, dan di sunting oleh Moch. Nurhasim dan Ikrar Nusa Bhakti yang diterbitkan oleh Pustaka Pelajar pada tahun 2009 di Yogyakarta. Buku ini merupakan kumpulan dari makalah yang telah diseminarkan dalam seminar nasional Asosiasi Ilmu Politik Indonesia di Banjarmasin pada April Buku ini terdiri dari empat bagian; (1) telaah sistem pemerintahan presidensial di Indonesia, (2) sosok Presiden ideal, (3) format kampanye pemilihan Presiden, dan yang terakhir (4) peta

15 15 politik, perilaku pemilih dan pengalaman pemilihan Presiden pada tahun Buku ini tidak menitik beratkan pembahasannya pada kekuasaan Presiden, akan tetapi buku ini memberikan pula pengayaan wacana terkait dengan hubungan Presiden dengan cabang kekuasaan lainnya dan memberikan berikan sudut pandang baru untuk tidak melakukan pendekatan dengan pendekatan hukum semata dengan tidak mengindahkan variabel-variabel lain dalam melakukan penelitian, semisal pengetahuan politik. 4. Perbandingan Kekuasaan Presiden Indonesia Setelah Perubahan UUD 1945 dengan Delapan Negara Maju yang ditulis oleh Abdul Ghoffar dan diterbitkan oleh penerbit Kencana pada tahun 2009 di Jakarta. Buku ini merupakan hasil penelitian untuk meraih gelar magister pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Fokus buku ini yaitu melihat kekuasaan Presiden setelah perubahan UUD Tahun 1945 dan membandingkannya dengan delapan negara yakni Amerika Serikat, Republik Afrika Selatan, Jerman, Rusia, Jepang, Republik Rakyat Cina, Kuait dan Australia. Walaupun buku ini melihat pula kekuasan Presiden setelah perubahan UUD Tahun 1945, namun pendekatan dalam buku ini hanya sebatas pendekatan peraturan perundang-undangan semata. Hal ini terlihat pada metode penelitian yang dipakai dimana dalam buku yang dituliskan oleh Abdul Ghoffar adalah melalui pendekatan hukum sedangkan dalam penelitian ini tidak semata-mata hanya dengan melekatkan pada

16 16 pendekatan hukum, mengingat pembahasan terkait dengan kekuasaan Presiden berada pada tapal batas antara hukum dan pengetahuan politik. Selain itu, pisau analisis yang dipakai buku ini untuk menganalisis kekuasaan Presiden berbeda jauh dengan penelitian ini. Abdul Ghoffar memetakan sepuluh kekuasaan Presiden (halaman ) setelah perubahan UUD Tahun 1945 sebagaimana yang tertuang dalam UUD NRI Tahun Sepuluh kekuasaan Presiden tersebut yaitu; (1) kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan, (2) kekuasaan di bidang peraturan perundangundangan, (3) kekuasaan di bidang yudisial, (4) kekuasaan dalam hubungan luar negeri, (5) kekuasaan menyatakan keadaan bahaya, (6) kekuasaan sebagai pemegang kekuasaan tertinggi angkatan bersenjata, (7) kekuasaan memberi gelar dan tanda kehormatan lainnya, (8) kekuasaan Presiden dalam membentuk dewan pertimbangan presiden, (9) kekuasaan mengangkat dan memberhentikan Menteri-menteri, dan (10) kekuasaan mengangkat, menetapkan atau meresmikan pejabat-pejabat negara lainnya. Pendekatan yang dipakai oleh Abdul Ghoffar dengan memetakan kekuasaan Presiden sesungguhnya telah banyak dipakai oleh para pendahulu yang memfokuskan penelitian pada kekuasaan Presiden, seperti misalnya, Ismail Suny, Bagir Manan, dan Jimly Asshidiqie. 5. Presidensialisme Setengah Hati; Dari Dilema ke Kompromi yang ditulis oleh Hanta Yuda AR dan diterbitkan oleh Gramedia tahun

17 di Jakarta. Buku ini merupakan penelitian untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada strata satu (S1) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada yang berjudul Kekuasaan Presiden dalam Perpaduan Sistem Presidensial dan Multipartai; Telaah Kekuasaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Fokus penelitian dalam buku ini lebih menekankan kajian terhadap sistem pemerintahan yang dianut oleh Indonesia setelah perubahan UUD Tahun 1945 dimana telah terjadi purifikasi sistem pemerintahan presidensial dengan mengkombinasikannya pada sistem kepartaian yang dianut oleh Indonesia yakni multipartai. Dua hal yang menjadi titik fokus penting dalam penelitian yang dilakukan Hanta Yuda yaitu melihat kekuasaan Presiden Republik Indonesia yang seharusnya kuat dikarenakan setelah perubahan UUD terjadi purifikasi sistem persidensial, namun direduksi oleh faktor eksternal (Partai Politik, DPR) maupun faktor internal (Wakil Presiden, Menteri) akibatnya Presiden Republik Indonesia harus melakukan kompromi-kompromi politik untuk menyelenggarakan pemerintahan. 6. Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia yang ditulis oleh Jimly Asshidiqie dan diterbitkan oleh penerbit Sinar Grafika pada tahun 2011 cetakan kedua di Jakarta, memang tidak secara spesifik membahas kekuasaan Presiden namun tema terkait dalam buku ini yaitu berada pada sub-bab yang berjudul Kekuasaan Pemerintahan

18 18 Negara pada halaman Secara singkat dan komprehensif Jimly Asshidiqie memaparkan; peristilahan kepemimpinan negara, kepala pemerintahan, sistem pemerintahan, Presiden dan Wakil Presiden, syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden, pemilihan Presiden, kewenangan Presiden, hubungan Presiden dengan parlemen, dan lembaga eksekutif yang bersifat independen. Berkaitan dengan kekuasaan Presiden setelah perubahan UUD Tahun 1945 Jimly Asshidiqie merumuskan lima kekuasaan Presiden yaitu; kekuasaan eksekutif, kekuasaan legislatif, kekuasaan yudisial, kekuasaan diplomatik, dan kekuasaan administratif. Sesungguhnya, buku yang ditulis oleh Jimly Asshidiqie merupakan salah satu literatur yang menjadi bahan hukum penulis dalam melakukan kajian, namun penulis tidak hendak mengikuti pola pendekatan sebagaimana yang dirumuskan Jimly Asshidiqie terkait dengan kekuasaan Presiden setelah perubahan UUD Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. serta berbagai percobaan-percobaan yang diadaptasi oleh negara-negara di

BAB I PENDAHULUAN. serta berbagai percobaan-percobaan yang diadaptasi oleh negara-negara di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbincangan mengenai kekuasaan Presiden tidak dapat dilepaskan dari perdebatan yang telah berlangsung sejak lama seputar negara, sistem pemerintahan dan diskursus mengenai

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pada pembahasan diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Bahwa dengan dibentuknya koalisi partai

Lebih terperinci

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN WEWENANG DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN DALAM SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN WEWENANG DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN DALAM SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN WEWENANG DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN DALAM SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA SKRIPSI Oleh : RAMA PUTRA No. Mahasiswa : 03 410 270 Program Studi : Ilmu Hukum FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu ujung tombak dalam mewujudkan demokrasi. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu ujung tombak dalam mewujudkan demokrasi. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai sebuah negara hukum, hubungan fundamental antara pemerintah dan rakyatnya adalah sesuatu yang penting untuk diperhatikan. Hubungan tersebut terselenggarakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perubahan Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD tahun 1945) tidak hanya

I. PENDAHULUAN. Perubahan Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD tahun 1945) tidak hanya I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Perubahan Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD tahun 1945) tidak hanya didasari oleh keinginan untuk hidup berbangsa dan bernegara secara demokratis. Terdapat alasan lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota 1 periode 2014-

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota 1 periode 2014- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum (pemilu) untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL YANG EFEKTIF

DESAIN SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL YANG EFEKTIF DESAIN SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL YANG EFEKTIF Abstract Constitutionally Indonesia adopted a presidential system of government, proportional electoral system and embrace multi-party system. Until

Lebih terperinci

BAB II KEDUDUKAN PRESIDEN DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA. Dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan Indonesia, bentuk republik telah

BAB II KEDUDUKAN PRESIDEN DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA. Dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan Indonesia, bentuk republik telah BAB II KEDUDUKAN PRESIDEN DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA A. Sistem Pemerintahan Indonesia Dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan Indonesia, bentuk republik telah dipilih sebagai bentuk pemerintahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. susunan organisasi negara yang terdiri dari organ-organ atau jabatan-jabatan

BAB I PENDAHULUAN. susunan organisasi negara yang terdiri dari organ-organ atau jabatan-jabatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara senantiasa memiliki seperangkat kaidah yang mengatur susunan organisasi negara yang terdiri dari organ-organ atau jabatan-jabatan kenegaraan untuk menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disingkat UUD RI Tahun 1945, adalah hukum dasar tertulis (basic law)

BAB I PENDAHULUAN. disingkat UUD RI Tahun 1945, adalah hukum dasar tertulis (basic law) BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD RI Tahun 1945, adalah hukum dasar tertulis (basic law) dan merupakan konstitusi bagi pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan adalah buah perjuangan untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam kehidupan bangsa yang lebih baik, adil, dan sejahtera. Nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya amandemen besar menuju penyelenggaraan negara yang lebih demokratis, transparan,

BAB I PENDAHULUAN. adanya amandemen besar menuju penyelenggaraan negara yang lebih demokratis, transparan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berhentinya Presiden Soeharto di tengah-tengah krisis ekonomi dan moneter menjadi awal dimulainya era reformasi di Indonesia. 1 Dengan adanya reformasi, masyarakat berharap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan konstitusi yang memberikan jaminan kemandirian dan akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. perubahan konstitusi yang memberikan jaminan kemandirian dan akuntabilitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi demokrasi di berbagai negara umumnya ditandai dengan terjadinya perubahan konstitusi yang memberikan jaminan kemandirian dan akuntabilitas kekuasaan kehakiman.

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN TUGAS DAN WEWENANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH DI INDONESIA. A. Kewenangan Memberi Pertimbangan dan Fungsi Pengawasan Dewan

BAB II PENGATURAN TUGAS DAN WEWENANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH DI INDONESIA. A. Kewenangan Memberi Pertimbangan dan Fungsi Pengawasan Dewan BAB II PENGATURAN TUGAS DAN WEWENANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH DI INDONESIA A. Kewenangan Memberi Pertimbangan dan Fungsi Pengawasan Dewan Perwakilan Daerah DPD sebagai Lembaga Negara mengemban fungsi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Konstitusi merupakan segala ketentuan dan aturan dasar mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Konstitusi merupakan segala ketentuan dan aturan dasar mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konstitusi merupakan segala ketentuan dan aturan dasar mengenai ketatanegaraan. 1 Berdirinya sebuah negara tidak lepas dari adanya konstitusi yang mendasarinya. Konstitusi

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Asshiddiqie, Jimly Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta: Sekertariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi.

DAFTAR PUSTAKA. Asshiddiqie, Jimly Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta: Sekertariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi. DAFTAR PUSTAKA Asshiddiqie, Jimly. 2006. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta: Sekertariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi. Asshiddiqie, Jimly. 2007. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya pemerintah yang berdaulat dan terakhir yang juga merupakan unsur untuk

BAB I PENDAHULUAN. adanya pemerintah yang berdaulat dan terakhir yang juga merupakan unsur untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara adalah suatu organisasi yang terdiri dari masyarakat yang mempunyai sifat-sifat khusus antara lain sifat memaksa, dan sifat monopoli untuk mencapai tujuannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011: 34 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Judicial Review Kewenangan Judicial review diberikan kepada lembaga yudikatif sebagai kontrol bagi kekuasaan legislatif dan eksekutif yang berfungsi membuat UU. Sehubungan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. A. Latar belakang Masalah

BAB I Pendahuluan. A. Latar belakang Masalah BAB I Pendahuluan A. Latar belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum sesuai dengan yang tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik indonesia Tahun 1945 yang menyatakan,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai peran kamar kedua dalam

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai peran kamar kedua dalam BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai peran kamar kedua dalam lembaga perwakilan dua kamar di sistem pemerintahan presidensial Indonesia, didapat kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum merupakan suatu sarana untuk memilih orang agar dapat mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut sistem demokrasi,

Lebih terperinci

MEKANISME CHECKS AND BALANCES ANTARA PRESIDEN DAN DPR DALAM SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL DI INDONESIA 1 Oleh : Hezky Fernando Pitoy 2,

MEKANISME CHECKS AND BALANCES ANTARA PRESIDEN DAN DPR DALAM SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL DI INDONESIA 1 Oleh : Hezky Fernando Pitoy 2, MEKANISME CHECKS AND BALANCES ANTARA PRESIDEN DAN DPR DALAM SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL DI INDONESIA 1 Oleh : Hezky Fernando Pitoy 2, Artikel Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jean J. Rousseau ( ), telah memperkenalkan kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jean J. Rousseau ( ), telah memperkenalkan kedaulatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jean J. Rousseau (1712-1778), telah memperkenalkan kedaulatan rakyat sebagai asas ideal dalam penerapan dan keberlangsungan sistem pemerintahan. Asas tersebut

Lebih terperinci

PENUTUP. partai politik, sedangkan Dewan Perwakilan Daerah dipandang sebagai

PENUTUP. partai politik, sedangkan Dewan Perwakilan Daerah dipandang sebagai 105 BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Lembaga perwakilan rakyat yang memiliki hak konstitusional untuk mengajukan Rancangan Undang-Undang adalah Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah. Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

Lebih terperinci

Kata Kunci : Pengawasan DPRD, dan Harmonisasi Hubungan Kepala Daerah serta DPRD.

Kata Kunci : Pengawasan DPRD, dan Harmonisasi Hubungan Kepala Daerah serta DPRD. Kolaborasi Kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Kepala Daerah Kota Tanjungbalai di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah 1. RAHMAT, S.H.,M.H 2. JUNINDRA

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL YANG EFEKTIF

DESAIN SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL YANG EFEKTIF DESAIN SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL YANG EFEKTIF Susilo Imam Santosa I Ketut Suardita Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract Constitutionally Indonesia adopted a presidential

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disingkat UUD 1945 1 telah mengalami perubahan sebanyak empat kali, yakni Perubahan Pertama pada tahun 1999, Perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TERHADAP SISTEM PEMERINTAHAN. dari beberapa bagian yang memiliki hubungan fungsional, baik antara bagian yang satu dengan

BAB II TINJAUAN TERHADAP SISTEM PEMERINTAHAN. dari beberapa bagian yang memiliki hubungan fungsional, baik antara bagian yang satu dengan BAB II TINJAUAN TERHADAP SISTEM PEMERINTAHAN Untuk memahami lebih jauh mengenai pengertian sistem, berikut ini akan ditemukan beberapa pendapat tentang defenisi dari sistem tersebut. Sistem adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adanya korupsi di berbagai bidang menjadikan cita-cita demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adanya korupsi di berbagai bidang menjadikan cita-cita demokrasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Korupsi masih menjadi masalah mendasar di dalam berjalannya demokrasi di Indonesia. Adanya korupsi di berbagai bidang menjadikan cita-cita demokrasi menjadi terhambat.

Lebih terperinci

KEWEWENANGAN PRESIDEN DALAM BIDANG KEHAKIMAN SETELAH AMANDEMEN UUD 1945

KEWEWENANGAN PRESIDEN DALAM BIDANG KEHAKIMAN SETELAH AMANDEMEN UUD 1945 KEWEWENANGAN PRESIDEN DALAM BIDANG KEHAKIMAN SETELAH AMANDEMEN UUD 1945 Oleh : Masriyani ABSTRAK Sebelum amandemen UUD 1945 kewenangan Presiden selaku kepala Negara dan kepala pemerintahan Republik Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. meruntuhkan tirani yang terjadi bertahun-tahun di negeri ini. Salah satu hal

I. PENDAHULUAN. meruntuhkan tirani yang terjadi bertahun-tahun di negeri ini. Salah satu hal I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal era reformasi, terjadi beberapa perubahan dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, hal ini dilatarbelakangi oleh kehendak segenap bangsa untuk meruntuhkan tirani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekuasan beralih pada konsep negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat).

BAB I PENDAHULUAN. kekuasan beralih pada konsep negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan, kehidupan bernegara mengalami banyak perubahan, termasuk mengenai konsep negara. Konsep bernegara yang pada awalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern sekarang ini, hampir semua negara mengklaim menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern sekarang ini, hampir semua negara mengklaim menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman modern sekarang ini, hampir semua negara mengklaim menjadi penganut paham demokrasi. Seperti dapat diketahui dari penelitian Amos J. Peaslee pada tahun 1950,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat

BAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat sebagai bentuk pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan.

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Sri Soemantri tidak ada satu negara pun yang tidak mempunyai konstitusi atau Undang-Undang

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MATERI AUDIENSI DAN DIALOG DENGAN FINALIS CERDAS CERMAT PANCASILA, UUD NEGARA RI TAHUN 1945, NKRI, BHINNEKA TUNGGAL IKA, DAN KETETAPAN MPR Dr. H. Marzuki Alie

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi dari ketentuan ini adalah bahwa setiap sikap, pikiran, perilaku, dan kebijakan pemerintahan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD NRI Tahun 1945), Negara Indonesia secara tegas dinyatakan sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kendatipun disebut sebagai karya agung yang tidak dapat terhindar dari

PENDAHULUAN. kendatipun disebut sebagai karya agung yang tidak dapat terhindar dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanggal 18 Agustus 1945 para pemimpin bangsa, negarawan pendiri NKRI dengan segala kekurangan dan kelebihannya telah berhasil merumuskan konstitusi Indonesia

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL SILABI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL SILABI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL SILABI Fakultas : Ilmu Sosial Jurusan/Program Studi : PKNH Mata Kuliah : PKH423 Hukum Tata Negara SKS : 4 Semester : 4 (A & B) Dosen : 1. Sri Hartini,

Lebih terperinci

PRINSIP CHECKS AND BALANCES DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

PRINSIP CHECKS AND BALANCES DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA Masalah - Masalah Hukum, Jilid 45 No. 2, April 2016, Halaman 157-163 p-issn : 2086-2695, e-issn : 2527-4716 PRINSIP CHECKS AND BALANCES DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA Sunarto Fakultas Ilmu Sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum dikenal adanya kewenangan uji materiil (judicial review atau

BAB I PENDAHULUAN. hukum dikenal adanya kewenangan uji materiil (judicial review atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diskursus mengenai Mahkamah Konstitusi muncul saat dirasakan perlunya sebuah mekanisme demokratik, melalui sebuah lembaga baru yang berwenang untuk menafsirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kekuasaan raja yang semakin absolut di Negara Perancis

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kekuasaan raja yang semakin absolut di Negara Perancis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kekuasaan raja yang semakin absolut di Negara Perancis pada abad ke-18 (delapan belas), memunculkan gagasan dari para pakar hukum dan negarawan untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diberitakan kemungkinan bakal menjadi calon tunggal dalam pemilihan presiden tahun 2009. Kemungkinan calon tunggal dalam pilpres

Lebih terperinci

Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Asahan Kata Kunci : Pengawasan DPRD, Pemerintah Daerah, Harmonisasi Hubungan Kepala Daerah dan DPRD

Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Asahan Kata Kunci : Pengawasan DPRD, Pemerintah Daerah, Harmonisasi Hubungan Kepala Daerah dan DPRD Kolaborasi Kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Kepala Daerah Kota Tanjungbalai di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibentuk maka ditarik tiga. kesimpulan, yakni:

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibentuk maka ditarik tiga. kesimpulan, yakni: 363 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibentuk maka ditarik tiga kesimpulan, yakni: 1. Pasca amandemen konstitusi kekuasaan presiden terdiri dari tiga pola sebagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 50 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Legislasi Dewan Perwakilan Daerah Definisi tentang peran bisa diperoleh dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1051) yang mengartikannya sebagai perangkat tingkah

Lebih terperinci

CHECK AND BALANCES ANTAR LEMBAGA NEGARA DI DALAM SISTEM POLITIK INDONESIA. Montisa Mariana

CHECK AND BALANCES ANTAR LEMBAGA NEGARA DI DALAM SISTEM POLITIK INDONESIA. Montisa Mariana CHECK AND BALANCES ANTAR LEMBAGA NEGARA DI DALAM SISTEM POLITIK INDONESIA Montisa Mariana Fakultas Hukum, Universitas Swadaya Gunung Jati E-mail korespondensi: montisa.mariana@gmail.com Abstrak Sistem

Lebih terperinci

IMPLIKASI HUKUM KOALISI PARTAI POLITIK DALAM MEMBENTUK PEMERINTAHAN YANG EFEKTIF

IMPLIKASI HUKUM KOALISI PARTAI POLITIK DALAM MEMBENTUK PEMERINTAHAN YANG EFEKTIF IMPLIKASI HUKUM KOALISI PARTAI POLITIK DALAM MEMBENTUK PEMERINTAHAN YANG EFEKTIF Oleh I Gede D.E. Adi Atma Dewantara I Dewa Gde Rudy Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract In the

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bergulirnya reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 membawa dampak banyak perubahan di negeri ini, tidak terkecuali terhadap sistem dan praktik ketatanegaraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam beberapa bagian, tetapi tidak dipisahkan. Hal ini membawa konsekuensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam beberapa bagian, tetapi tidak dipisahkan. Hal ini membawa konsekuensi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Trias Politica (Pemisahan dan Pembagian Kekuasaan) Pemisahan kekuasaan berarti bahwa kekuasaan negara itu terpisah dalam beberapa bagian, baik mengenai orangnya maupun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang...1. B. Rumusan Masalah...7. C. Tujuan Penelitian...8. D. Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang...1. B. Rumusan Masalah...7. C. Tujuan Penelitian...8. D. Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii HALAMAN PERNYATAAN...iii KATA PENGANTAR...iv DAFTAR ISI...vii DAFTAR TABEL...xi INTISARI...xii ABSTRACT...xiii BAB I PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang...1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laju reformasi yang menghantarkan Negara Republik Indonesia menuju negara yang lebih demokratis ditandai dengan diamandemennya Undang-Undang Dasar 1945. Amandemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam BAB VIIA Pasal 22C dan Pasal 22D UUD NRI Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam BAB VIIA Pasal 22C dan Pasal 22D UUD NRI Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu lembaga baru yang lahir melalui perubahan ketiga Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang selanjutnya disingkat UUD NRI 1945 antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi negara yang lain secara distributif (distribution of power atau

BAB I PENDAHULUAN. tinggi negara yang lain secara distributif (distribution of power atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Amandemen UUD 1945 membawa pengaruh yang sangat berarti bagi sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satunya adalah perubahan pelaksanaan kekuasaan negara.

Lebih terperinci

TUGAS KEWARGANEGARAAN LATIHAN 4

TUGAS KEWARGANEGARAAN LATIHAN 4 1 TUGAS KEWARGANEGARAAN LATIHAN 4 DISUSUN OLEH: NAMA NIM PRODI : IIN SATYA NASTITI : E1M013017 : PENDIDIKAN KIMIA (III-A) S-1 PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum ( rechtsstaat), dengan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum ( rechtsstaat), dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum ( rechtsstaat), dengan pengertian bahwa pola yang diambil tidak menyimpang dari negara berdasarkan hukum pada

Lebih terperinci

KONSTITUSI DAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL

KONSTITUSI DAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL KONSTITUSI DAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL SAMSURI FISE UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Semester Gasal 2010/2011 TOPIK MATERI PEKAN INI KONSEP KONSTITUSI dan DEMOKRASI KONSTITUSIONAL PERAN WARGA NEGARA MENURUT

Lebih terperinci

Daftar Pustaka. Adnan Buyung Nasution, 2012, Nasihat Untuk SBY, Kompas, Jakarta.

Daftar Pustaka. Adnan Buyung Nasution, 2012, Nasihat Untuk SBY, Kompas, Jakarta. 369 Daftar Pustaka Buku: Adnan Buyung Nasution, 2009, Aspirasi Pemerintahan Konstitusional Di Indonesia: Studi Sosio-Legal atas Konstituante 1956-1959, Pustaka Utama Grafiti, Adnan Buyung Nasution, 2012,

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PEMERINTAHAN INDONESIA

BAB III PROFIL PEMERINTAHAN INDONESIA 23 BAB III PROFIL PEMERINTAHAN INDONESIA A. Masa Tahun 1945-1949 Masa Tahun 1945-1949 sebagai masa berlakunya UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945. UUD 1945 menghendaki sistem pemerintahan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Bagir Manan, DPR, DPD, dan MPR Dalam UUD 1945 Baru, UII Press, Yogyakarta, 2003.

DAFTAR PUSTAKA. Bagir Manan, DPR, DPD, dan MPR Dalam UUD 1945 Baru, UII Press, Yogyakarta, 2003. 73 DAFTAR PUSTAKA Bagir Manan, DPR, DPD, dan MPR Dalam UUD 1945 Baru, UII Press, Yogyakarta, 2003. Howard Williams, Filsafat Politik Kant, JP-Press dan IMM, Jakarta, 2003. Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 48 partai politik peserta Pemilu Sistem multipartai ini

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 48 partai politik peserta Pemilu Sistem multipartai ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang telah mengalami beberapa masa kepemimpinan yang memiliki perbedaan karakteristik perlakuan hak politik setiap warga negara

Lebih terperinci

DPD memberikan peran yang lebih maksimal sebagai perwakilan daerah yang. nantinya akan berpengaruh terhadap daerah-daerah yang mereka wakili.

DPD memberikan peran yang lebih maksimal sebagai perwakilan daerah yang. nantinya akan berpengaruh terhadap daerah-daerah yang mereka wakili. dewan tersebut. Dengan adanya keseimbangan antara DPR dan DPD, diharapkan DPD memberikan peran yang lebih maksimal sebagai perwakilan daerah yang nantinya akan berpengaruh terhadap daerah-daerah yang mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menjamurnya lembaga negara, termasuk keberadaan komisi negara

BAB I PENDAHULUAN. Menjamurnya lembaga negara, termasuk keberadaan komisi negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjamurnya lembaga negara, termasuk keberadaan komisi negara independen, sebetulnya adalah konsekuensi logis dari redistribusi kekuasaan negara yang terjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum yuridis normatif ( normative legal reserch) yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum yuridis normatif ( normative legal reserch) yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum yuridis normatif ( normative legal reserch) yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan pengkajian

Lebih terperinci

Negara Demokrasi Modern dan Negara Autokrasi Modern

Negara Demokrasi Modern dan Negara Autokrasi Modern 1 Negara Demokrasi Modern dan Negara Autokrasi Modern Disusun oleh: Pamungkas Satya Putra Pamungkas Satya Putra Fakultas Hukum Universitas Singaperbangsa Karawang Karawang 2014 2 Perkuliahan Tema Pamungkas

Lebih terperinci

PERAN KELEMBAGAAN NEGARA DI INDONESIA DALAM MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG EFEKTIF

PERAN KELEMBAGAAN NEGARA DI INDONESIA DALAM MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG EFEKTIF KELEMBAGAAN NEGARA DI INDONESIA ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN DALAM MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG EFEKTIF H. Marzuki Alie, SE.MM. KETUA DPR-RI Disampaikan pada Kuliah Perdana Semester Genap tahun 2009-2010

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Bagir Manan Lembaga Kepresidenan. FH UII Press: Yogyakarta. Bambang Sunggono Metodologi Penelitian Hukum Cetakan ke-12.

DAFTAR PUSTAKA. Bagir Manan Lembaga Kepresidenan. FH UII Press: Yogyakarta. Bambang Sunggono Metodologi Penelitian Hukum Cetakan ke-12. DAFTAR PUSTAKA A. Buku Agus Riwanto. 2016. Hukum Partai Politik dan Hukum Pemilu di Indonesia. Thafa Media: Yogyakarta. Bagir Manan. 2006. Lembaga Kepresidenan. FH UII Press: Yogyakarta. Bambang Sunggono.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang (UU) tehadap Undang-Undang Dasar (UUD). Kewenangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang (UU) tehadap Undang-Undang Dasar (UUD). Kewenangan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada satu peristiwa penting dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, yakni Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) hasil Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 1999 yang

Lebih terperinci

MENGGAPAI KEDAULATAN RAKYAT YANG MENYEJAHTERAKAN RAKYAT 1

MENGGAPAI KEDAULATAN RAKYAT YANG MENYEJAHTERAKAN RAKYAT 1 MENGGAPAI KEDAULATAN RAKYAT YANG MENYEJAHTERAKAN RAKYAT 1 Oleh: Siti Awaliyah, S.Pd, S.H, M.Hum Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, Universitas Negeri Malang A. Pengantar Kedaulatan merupakan salahsatu

Lebih terperinci

Faridah T, S.Pd., M.Pd. NIP Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan

Faridah T, S.Pd., M.Pd. NIP Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan TRIAS POLITICA DI INDONESIA, ANTARA SEPARATION OF POWER DENGAN DISTRIBUTION OF POWER, MENURUT UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945. Faridah T, S.Pd., M.Pd. NIP.19651216 198903

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia melalui Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sehari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia melalui Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sehari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Indonesia mencatat secara materiil lahirnya konstitusi pertama Negara Republik Indonesia bersumber pada Proklamasi 17 Agustus 1945. Indonesia melalui Panitia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah negara yang menganut paham demokrasi paling tidak terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah negara yang menganut paham demokrasi paling tidak terdapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah negara yang menganut paham demokrasi paling tidak terdapat beberapa hal yang mutlak keberadaannya, yakni mengharuskan adanya pemilihan umum, adanya rotasi atau

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD Tahun 1945) menyatakan

I.PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD Tahun 1945) menyatakan I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang menganut paham demokrasi. Dalam paham ini, rakyat memiliki kedudukan yang sangat penting, sebab kedaulatan berada di tangan rakyat. Pasal 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap

BAB I PENDAHULUAN. di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah institusi yang berperan melakukan kegiatan pengujian konstitusional di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas hukum, yang kekuasaan tertinggi dalam negara berada di tangan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. atas hukum, yang kekuasaan tertinggi dalam negara berada di tangan rakyat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik, berdasarkan atas hukum, yang kekuasaan tertinggi dalam negara berada di tangan rakyat. Kedaulatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah adanya perkembangan tersebut, yaitu agenda checks and balances

BAB I PENDAHULUAN. setelah adanya perkembangan tersebut, yaitu agenda checks and balances 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mengalami dinamika perkembangan ketatanegaraan yang sangat pesat. Ada dua hal pokok yang menjadi agenda mendesak setelah adanya perkembangan tersebut, yaitu

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. III/No. 2/Mar/2015/Edisi Khusus

Lex et Societatis, Vol. III/No. 2/Mar/2015/Edisi Khusus KAJIAN YURIDIS FUNGSI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT (DPR) DALAM BIDANG LEGISLASI 1 Oleh : Weron Murary 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perubahan kekuasaan membentuk

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Asshiddiqie, Jimly, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam UUD 1945, (Yogyakarta: FH UII Press, 2005).

DAFTAR PUSTAKA. Asshiddiqie, Jimly, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam UUD 1945, (Yogyakarta: FH UII Press, 2005). DAFTAR PUSTAKA A. Buku-buku : Asshiddiqie, Jimly, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam UUD 1945, (Yogyakarta: FH UII Press, 2005). ---------------------, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berhentinya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998 dari jabatan

BAB I PENDAHULUAN. Berhentinya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998 dari jabatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berhentinya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998 dari jabatan presiden diakibatkan unjuk rasa yang dilakukan terus-menerus oleh mahasiswa, pemuda, dan rakyat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimulai pada tahun Pada tahun itulah berdirinya Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. dimulai pada tahun Pada tahun itulah berdirinya Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah kehidupan berbangsa dan bernegara pada Republik Indonesia dimulai pada tahun 1945. Pada tahun itulah berdirinya Negara Republik Indonesia sebagai suatu kumpulan

Lebih terperinci

KEDUDUKAN MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM PROSES PEMBERHENTIAN PRESIDEN DAN/ATAU WAKIL PRESIDEN DALAM MASA JABATANNYA DI INDONESIA OLEH: RENY KUSUMAWARDANI

KEDUDUKAN MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM PROSES PEMBERHENTIAN PRESIDEN DAN/ATAU WAKIL PRESIDEN DALAM MASA JABATANNYA DI INDONESIA OLEH: RENY KUSUMAWARDANI KEDUDUKAN MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM PROSES PEMBERHENTIAN PRESIDEN DAN/ATAU WAKIL PRESIDEN DALAM MASA JABATANNYA DI INDONESIA OLEH: RENY KUSUMAWARDANI 07940077 PROGRAM KEKHUSUSAN: HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita memiliki tiga macam dokumen Undang-undang Dasar (konstitusi) yaitu: 1

BAB I PENDAHULUAN. kita memiliki tiga macam dokumen Undang-undang Dasar (konstitusi) yaitu: 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sebagai hukum dasar yang digunakan untuk penmbentukan dan penyelenggaraan Negara Indonesia adalah Undang-undang Dasar, yang pertama kali disahkan berlaku sebagai konstitusi

Lebih terperinci

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Oleh: Dr. (HC) AM. Fatwa Wakil Ketua MPR RI Kekuasaan Penyelenggaraan Negara Dalam rangka pembahasan tentang organisisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 mengandung empat pokok pikiran yang meliputi suasana dari

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 mengandung empat pokok pikiran yang meliputi suasana dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, dapat diketahui bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengandung empat pokok pikiran yang meliputi suasana dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. struktur organisasi negara, termasuk bentuk-bentuk dan fungsi-fungsi lembaga

BAB I PENDAHULUAN. struktur organisasi negara, termasuk bentuk-bentuk dan fungsi-fungsi lembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan dan pembentukan institusi atau lembaga negara baru dalam sistem dan struktur ketatanegaraan merupakan hasil koreksi terhadap cara dan sistem kekuasaan negara

Lebih terperinci

MAKALAH PERBANDINGAN SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA

MAKALAH PERBANDINGAN SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA Makalah Perbandingan Sistem Pemerintahan Negara MAKALAH PERBANDINGAN SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA RUSDIANTO KARIM SMA NEGERI 1 BONTOMARANNU TAHUN AJARAN 2011-2012 BAB I PENDAHULUAN Sistem pemerintahan suatu

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Dahlan Thaib, dkk, 2013, Teori dan Hukum Konstitusi, Cetakan ke-11, Rajawali Perss, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Dahlan Thaib, dkk, 2013, Teori dan Hukum Konstitusi, Cetakan ke-11, Rajawali Perss, Jakarta. DAFTAR PUSTAKA I. Buku Achmad Ali, 2012, Vol. 1 Pemahaman Awal: Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicial Prudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence), Kencana,

Lebih terperinci

Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945

Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945 Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945 Oleh : Mahesa Rannie Dosen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya Abstrak : Setelah

Lebih terperinci

FUNGSI LEGISLASI DPR PASCA AMANDEMEN UUD Sunarto 1

FUNGSI LEGISLASI DPR PASCA AMANDEMEN UUD Sunarto 1 FUNGSI LEGISLASI DPR PASCA AMANDEMEN UUD 1945 Sunarto 1 sunarto@mail.unnes.ac.id Abstrak: Salah satu fungsi yang harus dijalankan oleh DPR adalah fungsi legislasi, di samping fungsi lainnya yaitu fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaku sepenuhnya dari kedaulatan rakyat Indonesia, Presiden sebagai kepala

BAB I PENDAHULUAN. pelaku sepenuhnya dari kedaulatan rakyat Indonesia, Presiden sebagai kepala 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu perubahan mendasar dari UUD 1945 pasca amandemen adalah kedudukan Presiden yang bukan lagi sebagai mandataris dari MPR. Sebelum amandemen, MPR merupakan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulkadir Muhammad Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya Bhakti.

DAFTAR PUSTAKA. Abdulkadir Muhammad Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya Bhakti. DAFTAR PUSTAKA Buku: Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya Bhakti. Armen Yasir, 2007. Hukum Perundang-Undangan. Bandar Lampung: Pusat Studi Universitas Lampung. Bagir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan ilmu hukum tata negara, konstitusi diberi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan ilmu hukum tata negara, konstitusi diberi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah perkembangan ilmu hukum tata negara, konstitusi diberi arti yang berubah-ubah sejalan dengan perkembangan kedua ilmu tersebut. Pengertian terhadap konstitusi

Lebih terperinci

BAB II KOMISI YUDISIAL, MAHKAMAH KONSTITUSI, PENGAWASAN

BAB II KOMISI YUDISIAL, MAHKAMAH KONSTITUSI, PENGAWASAN BAB II KOMISI YUDISIAL, MAHKAMAH KONSTITUSI, PENGAWASAN A. Komisi Yudisial Komisi Yudisial merupakan lembaga tinggi negara yang bersifat independen. Lembaga ini banyak berkaitan dengan struktur yudikatif

Lebih terperinci

GAGASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG LEMBAGA KEPRESIDENAN: CERMINAN PENEGASAN DAN PENGUATAN SISTEM PRESIDENSIIL INDONESIA

GAGASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG LEMBAGA KEPRESIDENAN: CERMINAN PENEGASAN DAN PENGUATAN SISTEM PRESIDENSIIL INDONESIA Gagasan Rancangan Undang-undang Lembaga Kepresidenan...( I Gede Yusa & Bagus Hermanto ) GAGASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG LEMBAGA KEPRESIDENAN: CERMINAN PENEGASAN DAN PENGUATAN SISTEM PRESIDENSIIL INDONESIA

Lebih terperinci

KEDUDUKAN PRESIDEN DALAM MEMBERIKAN GRASI 1 Oleh : Rezha Donald Makawimbang 2

KEDUDUKAN PRESIDEN DALAM MEMBERIKAN GRASI 1 Oleh : Rezha Donald Makawimbang 2 KEDUDUKAN PRESIDEN DALAM MEMBERIKAN GRASI 1 Oleh : Rezha Donald Makawimbang 2 A B S T R A K Permohonan Grasi diajukan oleh yang dihukum bersalah kepada Kepala Negara atau Presiden yang mempunyai hak prerogatif.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 1. Ada peluang yuridis perubahan non-formal konstitusi dalam hal bentuk negara

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 1. Ada peluang yuridis perubahan non-formal konstitusi dalam hal bentuk negara 187 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Ada peluang yuridis perubahan non-formal konstitusi dalam hal bentuk negara bentuk negara kesatuan Indonesia. Ditemukan 7 peluang yuridis terjadinya perubahan non-formal

Lebih terperinci

PERGESERAN KEKUASAAN PRESIDEN DAN PENGUATAN KEKUASAAN DPR PASCA PERUBAHAN UUD NRI 1945

PERGESERAN KEKUASAAN PRESIDEN DAN PENGUATAN KEKUASAAN DPR PASCA PERUBAHAN UUD NRI 1945 PERGESERAN KEKUASAAN PRESIDEN DAN PENGUATAN KEKUASAAN DPR PASCA PERUBAHAN UUD NRI 1945 Mugeni Mahasiswa Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Jayabaya, Jakarta Korespondensi: mugeni02@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN YES GBHN No!

PEMBANGUNAN YES GBHN No! Kajian Politik Hukum terhadap Perencanaan Pembangunan Nasional Semesta Berencana Guna Meningkatkan Daya Bangsa PEMBANGUNAN YES GBHN No! REFLY HARUN (Dr. SH, MH, LL.M) Semarang, 28 Juli 2016 Sistem Pemerintahan

Lebih terperinci