Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process Untuk Menentukan Jenis Usaha Potensial Dalam Suatu Kawasan Wisata

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process Untuk Menentukan Jenis Usaha Potensial Dalam Suatu Kawasan Wisata"

Transkripsi

1 Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process Untuk Menentukan Jenis Usaha Potensial Dalam Suatu Kawasan Wisata Lydia Salvina Helling Program Studi Komputer Akutansi AMIK BSI Bekasi lydia.lsh@bsi.ac.id Abstrak Kotamadya Bogor adalah salah satu kotamadya di daerah Jawa Barat yang memiliki potensi dalam segi pariwisata, yang menarik, unik, dan indah. Kodisi tersebut secara otomatis membuka peluang bagi pedagang kaki lima untuk menjalankan jenis usaha. Kenyataannya pemilihan jenis usaha yang dipilih sering kurang cocok dengan minat wisatawan maupun lokasi tempat mereka membuka usaha, sehingga mengakibatkan usaha tersebut tidak berkembang bahkan dapat terjadi kebangkrutan. Tujuan penelitian ini adalah membangun sistem pengambilan keputusan yang dapat memberikan rekomendasi untuk membantu DISBUDPAR kotamadya Bogor dalam mengarahkan pedagang kaki lima berkaitan dengan pemilihan jenis usaha yang potensial di suatu kawasan wisata tertentu. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah Analytical Hierarchy Process untuk mengolah data kualitatif menjadi suatu bentuk data kuantitatif. Metode ini menggunakan hirarki dalam tahapan pemrosesan data dengan membentuk matrik-matrik dari data-data tersebut. Berdasarkan hasil dari pengolahan yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa kawasan wisata The Jungle merupakan kawasan wisata yang terpilih untuk tempat berwisata bagi wisatawan dan tempat membuka usaha yang terbaik bagi pedagang kaki lima. Sedangkan jenis usaha terbaik yang bisa dilakukan di kawasan wisata tersebut adalah jenis usaha makanan. Kata Kunci: Metode Analytical Hierarchy Process, Jenis Usaha Potensial, Kawasan Wisata I. PENDAHULUAN Bogor adalah salah satu kota di Propinsi Jawa Barat yang memiliki dua bentuk pemerintahan yaitu Kotamadya Bogor dan Kabupaten Bogor. Letak geografis daerah Bogor yang berada di 500 m sampai lebih dari 500 m terhadap permukaan laut, menyebabkan daerah Bogor berhawa sejuk dibandingkan kota-kota lain di sekitarnya. Faktor inilah yang menarik wisatawan dari luar daerah Bogor untuk lebih banyak menghabiskan waktu mereka di Bogor pada hari-hari libur biasa, libur nasional, dan libur cuti bersama. Kotamadya Bogor memiliki 14 obyek wisata, sedangkan Kabupaten Bogor memiliki 46 obyek wisata. Peningkatan di bidang Industri Pariwisata berdampak pula pada meningkatnya perdagangan yang dilakukan di sekitar kawasan wisata, antara lain tempat penginapan, tempat belanja, rumah makan, dan toko cinderamata yang kepemilikannya tidak hanya dikuasai oleh pemerintah dan penduduk Bogor, tetapi ada juga yang dimiliki oleh penduduk di luar daerah Bogor. Namun demikian peningkatan perdagangan di daerah kawasan wisata yang menjamur ternyata tidak diikuti dengan pengawasan terhadap para pedagang, terutama untuk pedagang musiman / pedagang kaki lima sehingga jumlahnya yang cukup banyak mempengaruhi keindahan tempat wisata dan kenyamanan para wisatawan. Beberapa pedagang mengaku bahwa pemilihan jenis dagangan yang mereka lakukan berdasarkan pengamatan terhadap laris atau tidaknya para pedagang yang terlebih dahulu berjualan di kawasan wisata tersebut, sehingga banyak pedagang menjalankan jenis usaha yang sama di suatu kawasan wisata tertentu dan mengakibatkan transaksi yang terjadi tidak menguntungkan untuk beberapa pedagang. Fakta-fakta di atas memberikan gagasan untuk mencarikan solusi bagi DISBUDPAR dalam membina para pedagang musiman / pedagang kaki lima dengan cara menginformasikan dan mengarahkan mereka pada jenis usaha yang tepat untuk suatu kawasan wisata.solusi tersebut diharapkan akan meningkatkan pendapatan yang diperoleh oleh para pedagang musiman / pedagang kaki lima, dimana sebagian besar adalah penduduk Bogor yang bertempat tinggal tidak jauh dari kawasan wisata, sehingga akan berimbas pula pada kesejahteraan dan kondisi perekonomian penduduk Bogor yang meningkat. II. LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Penunjang Keputusan Secara umum, Sistem Penunjang Keputusan adalah suatu sistem yang berbasis komputer dan ditujukan untuk membantu pengambil keputusan dengan memanfaatkan data dan model tertentu untuk memecahkan suatu persoalan. DSS (Decision Support System) yang biasanya dibangun untuk mendukung solusi suatu masalah atau untuk mengevaluasi suatu peluang disebut aplikasi DSS. Aplikasi DSS Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. A-61

2 digunakan dalam proses pengambilan keputusan berbasis komputer (CBIS/Computer Based Information Systems) memilki sifat fleksibel, interaktif, dan dapat diadaptasi. Tujuan dari DSS adalah (Turban, 2005) : 1. Membantu manajer dalam pengambilan keputusan atas masalah semi terstruktur 2. Memberikan dukungan atas pertimbangan manajer dan bukannya dimaksudkan untuk mengganti fungsi manajer 3. Meningkatkan efektivitas keputusan yang diambil manajer lebih daripada perbaikan efisiensinya 4. Kecepatan komputasi. Komputer memungkinkan para pengambil keputusan melakukan banyak komputasi secara cepat dengan biaya yang rendah 5. Peningkatan produktivitas. Pendukung terkomputerisasi bisa mengurangi jumlah kelompok pengambil keputusan dan memungkinkan setiap anggotanya untuk berada di berbagai lokasi yang berbeda-beda (menghemat biaya perjalanan). Selain itu, produktivitas staf pendukung bisa ditingkatkan dengan menggunakan peralatan optimalisasi yang menentukan cara terbaik untuk menjalankan suatu bisnis 6. Dukungan kualitas. Komputer bisa meningkatkan kualitas keputusan yang dibuat. Semakin banyak data yang diakses, semakin banyak pula alternatif yang bisa dievaluasi. Analisa resiko bisa dilakukan dengan cepat dan pandangan dari para pakar bisa dikumpulkan dengan cepat dan dengan biaya yang lebih rendah. Keahlian bahkan bisa diambil langsung dari sebuah sistem komputer melalui metode kecerdasan tiruan. Para pengambil keputusan bisa melakukan simulasi yang kompleks, memeriksa banyak skenario yang memungkinkan, dan menilai berbagai pengaruh secara cepat dan ekonomis. Semua kapabilitas tersebut mengarah kepada keputusan yang lebih baik. 7. Berdaya saing. Tekanan persaingan menyebabkan tugas pengambilan keputusan menjadi sulit. Manajemen organisasi harus mampu secara sering dan cepat mengubah mode operasi, merekayasa ulang proses dan struktur, memberdayakan karyawan, serta berinovasi. Teknologi pengambil keputusan bisa menciptakan pemberdayaan yang signifikan dengan cara memperbolehkan seseorang untuk membuat keputusan yang baik secara cepat, walaupun mereka memiliki pengetahuan yang kurang. 8. Mengatasi keterbatasan yang kognitif dalam pemrosesan dan penyimpanan. Menurut Simon (1977), otak manusia memiliki kemampuan yang terbatas untuk memproses dan menyimpan informasi. Orang-orang kadang sulit mengingat dan menggunakan sebuah informasi dengan cara yang bebas dari kesalahan. Keputusan yang diambil untuk menyelesaikan suatu masalah dilihat dari jenis strukturnya, dapat dibagi menjadi : 1. Keputusan terstruktur (structured decision) : adalah keputusan yang dilakukan secara berulang-ulang dan bersifat rutin. Prosedur pengambilan keputusan sangatlah jelas. 2. Keputusan semiterstruktur (semistructured decision) : adalah keputusan yang memiliki dua sifat, dimana sebagian keputusan bisa ditangani oleh komputer dan sebagian yang lain tetap dilakukan oleh pengambil keputusan. Prosedur pengambil keputusan tersebut secara garis besar sudah ada, tetapi ada beberapa hal yang masih memerlukan kebijakan dari pengambil keputusan 3. Keputusan tak terstruktur (unstructured decision) : adalah keputusan yang penanganannya rumit karena tidak terjadi berulang-ulang atau tidak selalu terjadi. Keputusan tersebut menuntut pengalaman dan berbagai sumber yang bersifat eksternal. Gambar 1. DSS difokuskan terhadap masalah semi terstruktur (Suryadi, 1994) Gambar 1 menunjukkan hubungan antara struktur masalah dan derajad atau tingkat dukungan yang dapat diberikan komputer. Komputer dapat diterapkan terhadap bagian masalah yang terstruktur, namun masalah yang tak terstruktur akan menjadi tanggung jawab manajer. Manajer ini akan mengandalkan keputusannya sendiri atau intuisinya dan melakukan analisis terhadap masalah tak terstruktur tersebut. Manajer dan komputer akan bekerja sama sebagai sebuah tim pemecah masalah untuk memecahkan masalah yang bersifat semi terstruktur yang sangat luas Metode-Metode pada Sistem Penunjang Keputusan Pada keputusan yang hanya melibatkan sedikit faktor di dalamnya, keputusan dapat diambil dengan mengandalkan intuitif (pertimbangan didasarkan Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. A-62

3 pada suatu pemikiran atau pendapat yang keluar secara spontan dari seseorang yang memiliki pengalaman), sedangkan pada pengambilan keputusan yang banyak melibatkan faktor, perlu digunakan suatu metode tertentu. 1. AHP (Analytic Hierarchy Process) / Proses Hierarki Analitik Suatu metode pengambilan keputusan yang pertama kali dikembangkan oleh Thomas L.Saaty tahun AHP merupakan proses pengambilan keputusan dengan menggunakan perbandingan berpasangan (Pairwise Comparisons) untuk menjelaskan faktor evaluasi dan faktor bobot dalam kondisi multi faktor. AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan salah satu bentuk model pengambilan keputusan yang bersifat MCDM (Multiple Criteria Decision Making), dimana suatu masalah yang memiliki multi faktor atau multi kriteria disusun dalam bentuk hirarki fungsional. Karakteristik umum model AHP adalah (Permadi, 1992) : 1. Berbentuk Hirarki Fungsional 2. Input utamanya adalah persepsi manusia. Model ini memakai persepsi manusia yang dianggap expert, artinya orang tersebut tidak perlu jenius ataupun pintar, tetapi mengerti benar permasalahan yang diajukan. 3. Mengolah data kuantitatif dan kualitatif 4. Memecahkan persoalan yang bersifat tidak terstruktur 5. MCDM. MCDM (Artana, 2005) merupakan suatu metode pengambilan keputusan yang didasarkan atas teori-teori, proses-proses, dan metode analitik yang melibatkan ketidakpastian, dinamika, dan aspek kriteria jamak. MCDM dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yakni Multiple Objective Decision Making (MODM) dan Multiple Attribute Decision Making (MADM). MODM memakai pendekatan optimasi, sehingga untuk menyelesaikannya harus dicari terlebih dahulu model matematis dari persoalan yang akan dipecahkan. MADM, menentukan alternatif terbaik dari sekumpulan alternatif (permasalahan pilihan) dengan menggunakan preferensi alternatif sebagai kriteria dalam pemilihan. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh AHP (Syaifullah08, 2010), adalah : 1. Kesatuan (Unity) : membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu model yang fleksibel dan mudah dipahami 2. Kompleksitas (Complexity) : memecahkan permasalahan yang kompleks melalui pendekatan sistem dan pengintegrasian secara deduktif 3. Saling ketergantungan (Inter Dependence) : dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang bebas dan tidak memerlukan hubungan linier 4. Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring) : mewakili pemikiran alamiah yang cenderung mengelompokkan elemen sistem ke level-level yang berbeda dari masing-masing level berisi elemen yang serupa 5. Pengukuran (Measurement) : menyediakan skala pengukran dan metode untuk mendapatkan prioritas 6. Konsistensi (Consistency) : mempertimbangkan konsistensi logis dalam penelitian yang digunakan untuk prioritas 7. Sintesis (Synthesis) : mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya masing-masing alternatif 8. Trade off : mempertimbangkan prioritas reltif faktor-faktor pada sistem sehinga orang mampu memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan mereka 9. Penilaian dan Konsensus (Judgement and Concensus) : tidak mengaruskan adanya suatu konsensus, tapi menggabungkan hasil penilaian yang berbeda 10. Pengulangan Proses (Process Repetition) : mampu membuat orang untuk menguraikan definisi dari permasalahan dan mengembangkan penilaian serta pengertian mereka melalui proses pengulangan Sedangkan kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh AHP (Syaifullah08, 2010) adalah : 1. Ketergantungan model AHP pada input utamanya : berupa persepsi seorang ahli yang melibatkan subyektifitas sang ahli sehingga model ini menjadi tidak berarti jika ahli tersebut memberikan penilaian yang keliru 2. Metode AHP ini metode matematis : merupakan metode matematis tanpa ada pengujian secara statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk Menurut Saaty (Saaty, 1991), ada 3 prinsip yang mendasari pemikiran analitik pada AHP, yaitu : 1. Menyusun Hirarki : manusia mempunyai kemampuan untuk mempersepsi benda dan gagasan, mengidentifikasikannya, dan mengkomunikasikan apa yang mereka amati. Untuk memperoleh pengetahuan terinci, pikiran kita menyusun realitas yang kompleks ke dalam bagian yang menjadi elemen pokoknya, dan kemudian bagian ini ke dalam bagian-bagiannya lagi, dan seterusnya secara hirarkis. 2. Menentukan Prioritas : manusia juga mempunyai kemampuan untuk mempersepsi hubungan antara hal-hal yang mereka amati, membandingkan sepasang benda atau hal yang serupa berdasrakan kriteria tertentu, dan membedakan kedua anggota pasangan itu dengan menimbang intensitas preferensi mereka terhadap hal yang satu dibandingkan dengan yang. Lalu mereka mensintesis penilaian mereka melalui imajinasi atau, dalam hal menggunakan AHP, melalui suatu proses logis yang baru dan memperoleh pengertian yang lebih baik tentang keseluruhan sistem. 3. Konsistensi Logis : manusia mempunyai kemampuan untuk menetapkan relasi antar obyek atau antar pemikiran sedemikian sehingga koheren, yaitu obyek-obyek atau pemikiran itu saling terkait dengan baik dan kaitan mereka Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. A-63

4 menunjukkan konsistensi. Konsistensi itu berarti dua hal, pertama yaitu pemikiran atau obyek yang serupa dikelompokkan menurut homogenitas dan relevansinya, kedua yaitu intensitas relasi antar gagasan atau antar obyek yang didasarkan pada suatu kriteria tertentu, saling membenarkan secara logis. Dalam mempergunakan prinsip ini, Proses Hierarki Analitik memasukkan baik aspek kualitatif maupun kuantitatif pikiran manusia. Aspek kualitatif untuk mendefinisikan persoalan dan hierarkinya, dan aspek kuantitatif untuk mengekspresikan penilaian dan preferensi secara ringkas padat. 2. Tahapan AHP Dalam metode AHP dilakukan langkah-langkah sebagai berikut (Kadarsyah Suryadi dan Ali Ramdhani, 1998) : 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. Dalam tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan dipecahkan secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada, tentukan solusi yang mungkin cocok bagi masalah tersebut. Solusi dari masalah mungkin berjumlah lebih dari satu. Solusi tersebut kemudian akan dikembangkan lebih lanjut. 2. Membuat struktur Hirarki yang diawali dengan tujuan utama Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level hirarki yang berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk mempertimbangkan atau menilai alternatif yang kita berikan dan menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang berbedabeda. Hirarki dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin diperlukan). 3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasanya. Matrik yang digunakan sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan semua perbandingan yang mungkin dan mampu menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk perubahan pertimbangan. Pendekatan dengan matrik mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yaitu mendominasi dan didominasi. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgement dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen. Untuk memulai proses perbandingan berpasangan dipilih sebuah kriteria dari level paling atas hirarki misalnya K dan kemudian level dibawahnya diambil elemen yang akan dibandingkan misalnya E1, E2, E3, E4, E5. 4. Melakukan dan mendefinisikan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka 1 sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen. Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan. Skala perbandingan berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty dapat dilihat dibawah ini. Tabel 1. Skala Banding Secara Berpasang Intensitas Definisi Pentingnya 1 Kedua elemen sama pentingnya 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting ketimbang yang 5 Elemen yang satu esensial atau sangat penting ketimbang elemen yang 7 Satu elemen jelas lebih penting dari elemen yang 9 Satu elemen mutlak lebih penting ketimbang elemen yang 2,4,6,8 Nilai-nilai antara di antara dua pertimbangan yang berdekatan Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila Penjelasan Dua elemen menyumbangnya sama besar pada sifat itu Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas yang Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen yang Satu elemen dengan kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan Kompromi diperlukan antara dua pertimbangan dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i 5. Menguji nilai Eigen dan menguji konsistensinya. Jika tidak konsisten, maka pengambilan data diulangi. 6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki 7. Menghitung vektor Eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan yang merupakan Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. A-64

5 bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat terendah sampai mencapai tujuan. Penghitungan dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap kolom dari matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan menjumlahan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata. 8. Memeriksa konsistensi hirarki Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat index konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10%. III. Metode Penelitian Tahapan penelitian pada permasalahan pemilihan jenis usaha yang tepat pada wisata di daerah Kotamadya Bogor terdiri atas : pengumpulan data, pengelompokkan dan validasi data, perancangan sistem, uji coba, dan evaluasi. Gambaran umum tahapan penelitian ini seperti skema pada gambar di bawah ini. suatu tabel yang spesifik untuk keperluan tahapan AHP. Tabel-tabel yang terbentuk dari hasil kuisioner untuk wisatawan terdiri atas : 1. Tabel Kebutuhan Jasmani / Rohani 2. Tabel Harga 3. Tabel Lokasi / Sarat Ilmu / Keunikan Dua tabel berikutnya berasal dari hasil kuisioner untuk wisatawan yang merupakan tabel yang akan mempengaruhi pedagang kaki lima ketika memilih jenis usaha yang tepat dilakukan pada kawasan wisata, yaitu : 1. Tabel Harapan 2. Tabel Kebutuhan Sedangkan tabel-tabel yang terbentuk dari hasil kuisioner untuk para pedagang kaki lima, terdiri atas : 1. Tabel Minat Lokasi Teman Kendala 2. Tabel Tidak Ada Bantuan Pemerintah 3. Tabel Kondisi Keluarga 4. Tabel banyak Usaha Sejenis 5. Tabel Tergiur Keuntungan Dari Pedagang Sejenis Data yang sudah memiliki bobot tersebut, kemudian disusun dalam bentuk hirarki yang merupakan tahap awal pembuatan AHP. Gambar 2. Skema tahapan Penelitian yang dilakukan oleh penulis Pengumpulan data diperoleh dengan cara menyebarkan kuisioner kepada para wisatawan dan pedagang kaki lima di 11 daerah wisata Kotamadya Bogor, dimulai dari Januari 2012 sampai dengan Januari Kuisioner terbagi menjadi dua kategori, yaitu : Kuisioner untuk wisatawan dan Kuisioner untuk para pedagang kaki lima. Populasi pada penelitian ini adalah wisatawan dan para pedagang kaki lima yang berada pada 11 obyek wisata di Kotamadya Bogor. Sampel diambil secara acak, masing-masing 10 pedagang kaki lima dan 30% dari jumlah wisatawan untuk tiap tiap tempat obyek wisata. Jumlah 10 pedagang musiman / pedagang kaki lima ditentukan karena tidak adanya data yang tersimpan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kotamadya Bogor. Hal ini karena sifat dari pedagang kaki lima yang tidak tetap atau seringnya berpindah pindah dari satu tempat ke tempat lain dalam menjalankan bisnis mereka. Data yang sudah dikumpulkan, kemudian divalidasi dengan melihat kebutuhan yang diperlukan dalam membuat tahapan pertama pada AHP yaitu hirarki. Kemudian data tersebut dikelompokkan sesuai kriteria yang sudah dirancang sebelumnya. Data-data itu kemudian dihitung, direkapitulasi sehingga terlihat mana kriteria data yang lebih penting dari data-data yang lain dalam Gambar 3. Hirarki AHP Pemilihan Tempat Wisata oleh Wisatawan Gambar 4. Hirarki AHP Pemilihan Tempat Usaha oleh Pedagang Kaki Lima Gambar 5. Hirarki AHP Pemilihan Jenis Usaha Terpilih oleh Pedagang Kaki Lima Uji coba kemudian dilakukan dengan menerapkan prinsip dari AHP yang kedua yaitu menentukan prioritas dari tingkatan hirarki yang sudah dibuat Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. A-65

6 sebelumnya dari proses perancangan sistem. Langkah pertama dalam menetapkan prioritas elemen-elemen dalam suatu persoalan keputusan adalah dengan membuat pembandingan berpasangan, yaitu dengan membandingkan elemen-elemen secara berpasangan terhadap suatu kriteria yang ditentukan dengan menggunakan matriks. Rancangan matriks ini secara unik mencerminkan dwi segi prioritas, yaitu : mendominasi dan didominasi. Matriks-matiks yang akan dibentuk akan menentukan prioritas pilihan dan nilai Eigenvector akan dihasilkan. Eigenvector menentukan ranking dari alternatif yang akan dipilih. Ranking pada dasarnya diwakili oleh vektor prioritas, sebagai hasil normalisasi eigenvector utama (principal eigenvector). Ini didapat dari vektor kolom (vj) dengan persamaan berikut : Vj = Kij x wi (1) Dimana Kij adalah matriks dengan bentuk sebagai berikut : W 11 W 12. W 1p W 21 W 22. W 2p... W n1 W n2. W np Pada tahap evaluasi, langkah yang dilakukan dengan menerapkan prinsip konsistensi logis, yaitu dengan mengukur konsistensi menyeluruh dari berbagai pertimbangan melalui suatu rasio konsistensi. Nilai Eigenvalue akan memberikan ukuran konsistensi dari proses pembandingan. Dalam AHP nilai konsistensi dinyatakan dalam rasio konsistensi (consistency ratio, CR) yang diperoleh melalui perhitungan indeks konsistensi (consistency index, CI) dan indeks random konsistensi (consistency random index, RI). CI adalah ukuran simpangan atau deviasi yang dinyatakan sebagai berikut : CI = ( max n) / (n 1).(2) RI merupakan nilai rata-rata index yang dihasilkan secara random yang diperoleh dari percobaan yang menggunakan sampel dengan jumlah besar untuk matriks dengan order 1 hingga 15 (Saaty, 1990). Tabel 2. Nilai RI untuk menghitung Nilai Konsistensi dalam Proses Pembobotan dan Pembandingan Order of matrix Random Index Nilai CR didapat dari pembagian nilai CI dengan nilai RI pada order matriks yang sepadan. CR = CI /RI (3) Jika hasil perhitungan CR lebih kecil atau sama dengan 10%, ketidak konsistenan masih bisa diterima, sebaliknya jika lebih besar dari 10%, tidak bisa diterima. IV. PEMBAHASAN Pengolahan Data pada Hirarki Memilih Tempat Wisata Tahapan pertama dilakukan dengan mengolah data hirarki memilih tempat wisata yaitu dengan menentukan prioritas masing-masing elemen yang ada pada setiap tingkatan hirarki. Tabel 3. Memilih Tempat Wisata Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel 3, nilai Eigen Value dihasilkan dan menentukan prioritas pilihan pada tempat wisata yang sebaiknya dipilih oleh wisatawan. The Jungle memiliki nilai eigen value sebesar 0,265 merupakan alternatif pilihan terbaik untuk wisatawan ketika mengunjungi tempat wisata di kota Bogor. Kebun Raya Bogor dengan nilai eigen value 0,216 menjadi tempat wisata kedua yang sebaiknya dipilih oleh wisatawan. Museum Zoologi dengan nilai eigen value 0,087 merupakan tempat wisata ketiga terbaik setelah dua tempat wisata sebelumnya yang menjadi pilihan bagi wisatawan. Istana Presiden memiliki nilai eigen value sebesar 0,065, Plaza Kapten Muslihat dengan nilai eigen value 0,062, Museum Tanah dengan eigen value 0,053, Museum Perjuangan dengan nilai eigen value 0,052, Situ Gede dengan nilai eigen value 0,052, Museum PETA dengan nilai eigen value 0,050, Prasasti Batu Tulis memiliki nilai eigen value 0,049, dan Museum Etnobotani dengan eigen value 0,049 merupakan tempat-tempat wisata yang dapat menjadi pilihan wisatawan selanjutnya. Pengolahan Data pada Hirarki Memilih Tempat Usaha Pada tahapan kedua ini, pengolahan data dilakukan untuk mencari tempat usaha terbaik bagi pedagang kaki lima. Pengolahan data pada hirarki ini tidak bisa dilakukan sebelum hasil didapatkan dari hirarki memilih tempat wisata dikarenakan data yang dipergunakan pada hirarki ini berasal dari data pada hirarki memilih tempat wisata. Tabel 4. Memilih Tempat Usaha Mnt Wst Lokasi Ik.tmn/ke Kendala Eigen 0,619 0,155 0,124 0,103 Value 0 0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56 1,57 1,59 KRB 0,100 0,038 0,005 0,008 0,151 Mzo 0,050 0,010 0,013 0,008 0,081 Mta 0,033 0,008 0,026 0,012 0,079 Mper 0,033 0,010 0,013 0,006 0,062 Met 0,029 0,019 0,009 0,023 0,080 MPET 0,029 0,013 0,009 0,008 0,058 Pba 0,029 0,019 0,003 0,003 0,053 IsPre 0,040 0,013 0,003 0,012 0,067 The 0,201 0,008 0,026 0,012 0,247 Plz 0,040 0,010 0,007 0,003 0,059 SiG 0,033 0,010 0,009 0,012 0,063 Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel 4, nilai Eigen Value dihasilkan dan menentukan prioritas pilihan pada tempat usaha yang dipilih oleh pedagang kaki lima untuk menjalankan usahanya. The Jungle memperoleh nilai eigen value sebesar 0,247 Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. A-66

7 merupakan tempat usaha yang sebaiknya dipilih oleh pedagang kaki lima untuk menjalankan usahanya di kawasan wisata kota Bogor. Kebun Raya Bogor dengan nilai eigen value 0,151 menjadi tempat usaha terbaik kedua yang bisa dipilih oleh pedagang kaki lima. Museum Zoologi dengan nilai eigen value 0,081 merupakan tempat usaha terbaik ketiga setelah dua tempat usaha sebelumnya yang bisa menjadi alternatif pilihan untuk pedagang kaki lima. Museum Etnobotani memperoleh nilai eigen value 0,080, Museum Tanah dengan nilai eigen value 0,079, Istana Presiden dengan nilai eigen value 0,067, Situ Gede dengan nilai eigen value 0,063, Museum Perjuangan mendapatkan nilai eigen value 0,062, Plaza Kapten Muslihat memperoleh nilai eigen value 0,059, Museum PETA mendapatkan nilai eigen value 0,058, dan Prasasti Batu Tulis memperoleh nilai eigen value 0,053, merupakan tempat-tempat usaha lain yang dapat dipilih pedagang kaki lima selanjutnya. Pengolahan Data pada Hirarki Jenis Usaha Terpilih Tahapan ini merupakan tahapan terakhir dalam pengolahan data hirarki. Hirarki Jenis Usaha Terpilih adalah hirarki yang akan memberikan jawaban atas jenis usaha terpilih yang sebaiknya dijalankan oleh pedagang kaki lima. Pengolahan data pada hirarki ini tidak bisa dilakukan sebelum hasil didapatkan dari hirarki memilih tempat usaha dikarenakan data yang dipergunakan pada hirarki ini berasal dari data pada hirarki memilih tempat usaha. Tabel 5. Jenis Usaha Terpilih Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel 5, maka nilai Eigen Value yang dihasilkan dan menentukan prioritas pilihan pada jenis usaha yang dipilih oleh pedagang kaki lima untuk menjalankan usahanya. Jenis usaha makanan memiliki nilai eigen value sebesar 0,409 yang merupakan jenis usaha yang baik dijalankan oleh pedagang kaki lima dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi terpilihnya jenis usaha tersebut pada hirarki jenis usaha terpilih. Jenis usaha kedua yang baik untuk dijalankan oleh pedagang kaki lima adalah minuman yang memiliki nilai eigen value sebesar 0,199, kemudian jenis-jenis usaha lain yang bisa menjadi pilihan untuk pedagang kaki lima, yaitu : jenis usaha cinderamata yang memiliki nilai eigen value sebesar 0,116, jenis usaha asongan yang memiliki nilai eigen value sebesar 0,109, jenis usaha penjualan buah/sayur khas bogor yang memiliki nilai eigen value sebesar 0,064, jeni usaha penjualan binatang unik dengan nilai eigen value sebesar 0,053, dan jenis usaha penjualan tanaman hias dengan nilai eigen value sebesar 0,051. V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis pengujian data, dapat disimpulkan bahwa algoritma AHP dapat digunakan untuk membantu dalam hal pengambilan keputusan pemiliha jenis usaha yang potensial untuk kawasan wisata di kotamadya Bogor. Hasil analisis menunjukkan bahwa kawasan wisata pilihan terbaik berdasarkan pada hirarki minat wisatawan adalah : (1) The Jungle (2) Kebon Raya Bogor (3) Museum Zoologi (4) Istana Presiden (5) Plaza Kapten Muslihat (6) Museum tanah (7) Museum Perjuangan (7) Situ Gede (8) Museum PETA (9) Museum Etnobotani (9) Prasasti Batu Tulis. Sedangkan hasil analisis yang merupakan lokasi terbaik berdasarkan pada hirarki pemilihan tempat usaha terbaik adalah : (1) The Jungle (2) Kebon Raya Bogor (3) Museum Zoologi (4) Museum Etnobotani (5) Museum Tanah (6) Istana Presiden (7) Situ Gede (8) Museum Perjuangan (9) Plaza Kapten Muslihat (10) Museum PETA (11) Prasasti Batu Tulis. Selanjutnya untuk kawasan tersebut diperoleh jawaban jenis usaha potensial adalah : (1) usaha makanan atau kuliner (2) usaha minuman (3) usaha Cinderamata (4) usaha asongan (5) usaha buah / sayur (6) usaha penjualan binatang (6) usaha penjualan tanaman hias. Hal ini lah yang menjadi suatu rekomendasi untuk DISBUDPAR. Metode Analytical Hierarchy Process ini memiliki kelemahan-kelemahan dalam beberapa faktor, yaitu: Ketergantungan pada input datanya : input data metode ini melibatkan subyektifitas sehingga hasil yang didapatkan akan menjadi keliru bila penilaian orang tersebut salah. Metode ini menggunakan metode matematis tanpa adanya pengujian statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk REFERENSI Kusrini Konsep dan Aplikasi Sistem Penunjang Keputusan. Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta. Liyantanto Metode Promethee. Diambil dari: Liyantanto.wordpress.com. Mc.Leod,Jr, Raymond Sistem Informasi Manajemen Edisi Ketujuh Versi Bahasa Indonesia. Jakarta: Pearson Education Asia Pte.Ltd dan PT.Prenhallindo. Permadi S, Bambang AHP. Jakarta: PAU-EK- UI Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi Universitas Indonesia. Saaty, Thomas L Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Jakarta: Institut Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (IPPM) dan PT.Pustaka Binaman Pressindo. Suryadi,K. dan M.Ali Ramdhani Sistem Pendukung Keputusan. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. A-67

8 Syaifullah Pengenalan Metode AHP (Analytic Hierarchy Process). Diambil dari: Syaifullah08.wordpress.com Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. A-68

METODE AHP UNTUK MENENTUKAN JENIS USAHA POTENSIAL DI KAWASAN WISATA

METODE AHP UNTUK MENENTUKAN JENIS USAHA POTENSIAL DI KAWASAN WISATA METODE AHP UNTUK MENENTUKAN JENIS USAHA POTENSIAL DI KAWASAN WISATA Lydia Salvina Helling AMIK BSI Bekasi, Jalan Cut Mutiah No.88, Bekasi Email : Lydia.lsh@bsi.ac.id / lydiasalvina.h@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process ) Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process ) A. Pengertian AHP ( Analitycal Hierarchy Process ) AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemilihan Supplier Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan kegiatan strategis terutama apabila supplier tersebut memasok item yang kritis atau akan digunakan

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

Analytical hierarchy Process

Analytical hierarchy Process Analytical hierarchy Process Pengertian AHP Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. AHP menguraikan masalah multi faktor atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Literatur Berikut adalah beberapa penelitian serupa mengenai kualitas yang telah dilakukan dilakukan sebelumnya, yaitu: 1. Harwati (2013), yaitu: Model Pengukuran Kinerja

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN Yosep Agus Pranoto Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Pendukung Keputusan 2.1.1. Definisi Keputusan Keputusan (decision) yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Keputusan dapat dilihat pada kaitannya dengan proses,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknik dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vendor Dalam arti harfiahnya, vendor adalah penjual. Namun vendor memiliki artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam industri yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan mengenai metode Analytic Hierarchy Process (AHP) sebagai metode yang digunakan untuk memilih obat terbaik dalam penelitian ini. Disini juga dijelaskan prosedur

Lebih terperinci

P11 AHP. A. Sidiq P.

P11 AHP. A. Sidiq P. P11 AHP A. Sidiq P. http://sidiq.mercubuana-yogya.ac.id Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta Tujuan Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terkait Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dita Monita seorang mahasiswa program studi teknik informatika dari STMIK Budi Darma Medan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Suatu sistem pada dasarnya adalah sekolompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Lebih terperinci

Implementasi Metode AHP dalam Perancangan Sistem Penunjang Keputusan Penentuan Kuota Pembimbing Mahasiswa. Irfan Dwi Jaya

Implementasi Metode AHP dalam Perancangan Sistem Penunjang Keputusan Penentuan Kuota Pembimbing Mahasiswa. Irfan Dwi Jaya 2 Implementasi Metode AHP dalam Perancangan Sistem Penunjang Keputusan Penentuan Kuota Pembimbing Mahasiswa Irfan Dwi Jaya IMPLEMENTASI METODE AHP DALAM PERANCANGAN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENENTUAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manusia dan Pengambilan Keputusan Setiap detik, setiap saat, manusia selalu dihadapkan dengan masalah pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele. Bagaimanapun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dilakukan sebelumnya oleh pengambil keputusan. Kualitas dari sebuah keputusan

BAB II LANDASAN TEORI. dilakukan sebelumnya oleh pengambil keputusan. Kualitas dari sebuah keputusan 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pola Pengambilan Keputusan. Keputusan adalah merupakan hasil dari berbagai proses yang telah dilakukan sebelumnya oleh pengambil keputusan. Kualitas dari sebuah keputusan bukan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENEJMEN KARIR PEGAWAI. (Studi Kasus STMIK Pringsewu) Mailasari. Jurusan sistem informasi, STMIK PRINGSEWU

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENEJMEN KARIR PEGAWAI. (Studi Kasus STMIK Pringsewu) Mailasari. Jurusan sistem informasi, STMIK PRINGSEWU 1 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENEJMEN KARIR PEGAWAI (Studi Kasus STMIK Pringsewu) Mailasari Jurusan sistem informasi, STMIK PRINGSEWU E-mail:smaila761@gmail.com Abstrak Dalam penentuan pegawai dan Dosen

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PENDUKUNG KEPUTUSAN PADA SELEKSI PENERIMAAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

SISTEM INFORMASI PENDUKUNG KEPUTUSAN PADA SELEKSI PENERIMAAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SISTEM INFORMASI PENDUKUNG KEPUTUSAN PADA SELEKSI PENERIMAAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : Imam Husni A Abstrak - Penelitian ini mengembangankan Sistem Pendukung

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI Dwi Nurul Izzhati Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang 50131 E-mail : dwinurul@dosen.dinus.ac.id

Lebih terperinci

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX Daniar Dwi Pratiwi 1, Erwin Budi Setiawan 2, Fhira Nhita 3 1,2,3 Prodi Ilmu Komputasi

Lebih terperinci

ANALISIS DAN USULAN SOLUSI SISTEM UNTUK MENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DOSEN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS DAN USULAN SOLUSI SISTEM UNTUK MENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DOSEN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) ANALISIS DAN USULAN SOLUSI SISTEM UNTUK MENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DOSEN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Petrus Wolo 1, Ernawati 2, Paulus Mudjihartono 3 Program Studi

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT Multi-Attribute Decision Making (MADM) Permasalahan untuk pencarian terhadap solusi terbaik dari sejumlah alternatif dapat dilakukan dengan beberapa teknik,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN TERHADAP KEBERLANJUTAN BISNIS TATA RIAS KECANTIKAN DI KABUPATAN GARUT

FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN TERHADAP KEBERLANJUTAN BISNIS TATA RIAS KECANTIKAN DI KABUPATAN GARUT FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN TERHADAP KEBERLANJUTAN BISNIS TATA RIAS KECANTIKAN DI KABUPATAN GARUT Rahmat Hidayat 1, Andri Ikhwana 2, Rina Kurniawati 3 Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI UNTUK SISWA YANG MELANJUTKAN KULIAH PADA SMA N 1 TEGAL

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI UNTUK SISWA YANG MELANJUTKAN KULIAH PADA SMA N 1 TEGAL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI UNTUK SISWA YANG MELANJUTKAN KULIAH PADA SMA N 1 TEGAL Asep Nurhidayat Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro

Lebih terperinci

Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Pendidikan Indonesia

Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Pendidikan Indonesia Sistem Promosi Jabatan Karyawan dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Multi-Attribute Utility Theory (MAUT) (Studi Kasus pada PT. Ginsa Inti Pratama) 1) Eka Andrita Gusdha M, 2) Asep Wahyudin,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Pada dasarnya Sistem Pendukung Keputusan ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem informasi manajemen terkomputerisasi yang dirancang sedemikian

Lebih terperinci

PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG

PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG Fitriyani STMIK Atma Luhur Pangkalpinang Jl. Jend. Sudirman Selindung Pangkalpinang bilalzakwan12@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Sistem Pendukung Keputusan Pada dasarnya sistem pendukung keputusan merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem informasi manajemen terkomputerisasi. Sistem

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 56 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai perancangan penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penulisan ini. Penelitian ini memiliki 2 (dua) tujuan,

Lebih terperinci

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi ABSTRAK Tulisan ini memaparkan tentang penerapan Analitycal

Lebih terperinci

Pemanfaatan Analytical Hierarchy Process(AHP) sebagai Model Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Penerimaan Karyawan

Pemanfaatan Analytical Hierarchy Process(AHP) sebagai Model Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Penerimaan Karyawan Pemanfaatan Analytical Hierarchy Process(AHP) sebagai Model Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Penerimaan Karyawan Kusrini dan Ester Sulistyawati STMIK AMIKOM Yogyakarta Jl.Ringroad Utara Condong Catur,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang tujuannya untuk menyajikan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA Yuli Astuti 1, M. Suyanto 2, Kusrini 3 Mahasiswa 1, Pembimbing 1 2, Pembimbing 2 3 Program Studi Magister Informatika STMIK AMIKOM

Lebih terperinci

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014 PENERAPAN METODE TOPSIS DAN AHP PADA SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENERIMAAN ANGGOTA BARU, STUDI KASUS: IKATAN MAHASISWA SISTEM INFORMASI STMIK MIKROSKIL MEDAN Gunawan 1, Fandi Halim 2, Wilson 3 Program

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PAKET INTERNET OPERATOR TELEKOMUNIKASI DENGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PAKET INTERNET OPERATOR TELEKOMUNIKASI DENGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) ISSN : 2338-4018 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PAKET INTERNET OPERATOR TELEKOMUNIKASI DENGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Bagus Prasetyo (bagusprasetyo21@ymail.com) Wawan Laksito Y.S.

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI LAMPUNG TENGAH MENGGUNAKAN ANALITICAL HIERARCHY PROCESS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI LAMPUNG TENGAH MENGGUNAKAN ANALITICAL HIERARCHY PROCESS SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI LAMPUNG TENGAH MENGGUNAKAN ANALITICAL HIERARCHY PROCESS (A HP) Heri Nurdiyanto 1), Heryanita Meilia 2) 1) Teknik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Sistem Pendukung Keputusan/Decision Support System (DSS) Sistem Pendukung Keputusan/Decision Support System (DSS)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Sistem Pendukung Keputusan/Decision Support System (DSS) Sistem Pendukung Keputusan/Decision Support System (DSS) BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sistem Pendukung Keputusan/Decision Support System (DSS) Sistem Pendukung Keputusan/Decision Support System (DSS) merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi,

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 75 ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN Dyna

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah A Yani Ranius Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bina Darma Palembang ay_ranius@yahoo.com Abstrak Sistem

Lebih terperinci

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK 3.1 Pengertian Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) pertama kali dikembangkan oleh Thomas Lorie Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA Agustian Noor Jurusan Teknik Informatika, Politeknik Negeri Tanah Laut Jl. A Yani Km 6 Pelaihari Tanah Laut Kalimantan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan 22 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan 2.1.1. Definisi Sistem Sistem adalah kumpulan objek seperti orang, sumber daya, konsep dan prosedur yang dimaksudkan

Lebih terperinci

Pengertian Metode AHP

Pengertian Metode AHP Pengertian Metode AHP Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 10, No. 1, Juni 2011 ISSN 1412-6869 ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) Pendahuluan Ngatawi 1 dan Ira Setyaningsih 2 Abstrak:

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Sumber kerumitan masalah keputusan bukan hanya dikarenakan faktor ketidakpasatian atau ketidaksempurnaan informasi saja. Namun masih terdapat penyebab

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG)

PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG) PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG) Frans Ikorasaki 1 1,2 Sistem Informasi, Tehnik dan Ilmu Komputer, Universitas Potensi

Lebih terperinci

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 02, No. 03 (2014), pp. 213-224. PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

Lebih terperinci

Jurnal SCRIPT Vol. 3 No. 1 Desember 2015

Jurnal SCRIPT Vol. 3 No. 1 Desember 2015 PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ( AHP ) PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAHASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN FRAMEWORK LARAVEL (STUDI KASUS : INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Pendukung Keputusan 1. Pengertian Sistem Pendukung Keputusan Menurut Alter (dalam Kusrini, 2007), Sistem pendukung keputusan merupakan sistem informasi interaktif yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Pendukung Keputusan Pengertian Keputusan. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Pendukung Keputusan Pengertian Keputusan. Universitas Sumatera Utara 6 BAB 3: ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Bab ini menjabarkan tentang tujuan dari perancangan sistem, kriteria dan pilihan kesimpulan dalam menentukan pemilihan pegawai terbaik. Selain itu juga tahapan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT SANSAN SAUDARATEX JAYA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT SANSAN SAUDARATEX JAYA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT SANSAN SAUDARATEX JAYA Deni Andrianto 1), Eddie Krishna Putra 2), Fajri Rakhmat

Lebih terperinci

JURNAL LENTERA ICT Vol.3 No.1, Mei 2016 / ISSN

JURNAL LENTERA ICT Vol.3 No.1, Mei 2016 / ISSN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA GURU BERDASARKAN HASIL EVALUASI UMPAN BALIK DARI BEBAN KERJA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : SD LPI AT-TAUFIQ) Oleh : Fahrizal

Lebih terperinci

GROUP DECISION SUPPORT SYSTEM UNTUK PEMBELIAN RUMAH DENGAN MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DAN BORDA

GROUP DECISION SUPPORT SYSTEM UNTUK PEMBELIAN RUMAH DENGAN MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DAN BORDA GROUP DECISION SUPPORT SYSTEM UNTUK PEMBELIAN RUMAH DENGAN MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DAN BORDA Standy Oei Jurusan Teknik Informatika Universitas Nusantara Manado Jl. Lengkong Wuaya

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Supplier Terbaik dengan Metode AHP Pada AMALIUN FOODCOURT

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Supplier Terbaik dengan Metode AHP Pada AMALIUN FOODCOURT Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Supplier Terbaik dengan Metode AHP Pada AMALIUN FOODCOURT ati Putra 1) Septi Arianto 2) STMIK IBBI l. Sei Deli No. 18 Medan, Telp. 061-4567111 Fax. 061-4527548 e-mail:

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kata Kunci analytical hierarchy process, analytic network process, multi criteria decision making, zero one goal programming.

METODE PENELITIAN. Kata Kunci analytical hierarchy process, analytic network process, multi criteria decision making, zero one goal programming. PENENTUAN MULTI CRITERIA DECISION MAKING DALAM OPTIMASI PEMILIHAN PELAKSANA PROYEK Chintya Ayu Puspaningtyas, Alvida Mustika Rukmi, dan Subchan Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS Endang Widuri Asih 1 1) Jurusan Teknik Industri Institut Sains

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Penelitian Terdahulu dan Penelitian Sekarang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Penelitian Terdahulu dan Penelitian Sekarang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1.Tinjauan Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu dan Penelitian Sekarang Penelitian mengenai evaluasi sistem penggjian dan pengupahan sudah banyak dilakukan salah

Lebih terperinci

AHP (Analytical Hierarchy Process)

AHP (Analytical Hierarchy Process) AHP (Analytical Hierarchy Process) Pengertian Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

KOMBINASI METODE AHP DAN TOPSIS PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

KOMBINASI METODE AHP DAN TOPSIS PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KOMBINASI METODE AHP DAN TOPSIS PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN Ahmad Abdul Chamid 1*, Alif Catur Murti 1 1 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Muria Kudus Gondangmanis, PO Box

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DATA PENGANGKATAN KARYAWAN TETAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PENGOLAHAN DATA PENGANGKATAN KARYAWAN TETAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) ISBN: 978-602-72850-3-3 SNIPTEK 2016 PENGOLAHAN DATA PENGANGKATAN KARYAWAN TETAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Dewi Ayu Nur Wulandari AMIK BSI Karawang Jl. Ahmad Yani No.

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALITYC HIERARCHY PROCESS(AHP) DALAM MENENTUKAN KELAYAKAN BAKAL CALON PRESIDEN RI 2014 STUDI KASUS SMK N 3 PURWOKERTO

PENERAPAN ANALITYC HIERARCHY PROCESS(AHP) DALAM MENENTUKAN KELAYAKAN BAKAL CALON PRESIDEN RI 2014 STUDI KASUS SMK N 3 PURWOKERTO PENERAPAN ANALITYC HIERARCHY PROCESS(AHP) DALAM MENENTUKAN KELAYAKAN BAKAL CALON PRESIDEN RI 2014 STUDI KASUS SMK N 3 PURWOKERTO Lutfi Syafirullah Program Studi Manajemen Informatika Amik Bina Sarana Informatika

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) PADA COUNTER NASA CELL SKRIPSI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) PADA COUNTER NASA CELL SKRIPSI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) PADA COUNTER NASA CELL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KARYAWAN BARU MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : PT. BTN)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KARYAWAN BARU MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : PT. BTN) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KARYAWAN BARU MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : PT. BTN) 1 Restu Marisi Tampubolon (1111757), 2 Nelly Astuti Hsb 1 Mahasiswa program

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENENTUAN PEMBERIAN BEASISWA TINGKAT SEKOLAH

PENGEMBANGAN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENENTUAN PEMBERIAN BEASISWA TINGKAT SEKOLAH PENGEMBANGAN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENENTUAN PEMBERIAN BEASISWA TINGKAT SEKOLAH Gunawan 1, Ririn Prananingrum Kesuma 2, Ruwilin Restu Wigati 3 Program Studi Sistem Informasi, STMIK Mikroskil Jl. Thamrin

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAKANAN PADA BAYI LIMA TAHUN (BALITA) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAKANAN PADA BAYI LIMA TAHUN (BALITA) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAKANAN PADA BAYI LIMA TAHUN (BALITA) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Rudiansyah Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global Sri Subekti 1, Arni Retno Mariana 2, Andri Riswanda 3 1,2 Dosen STMIK Bina Sarana Global,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan adalah sebuah sistem yang efektif dalam membantu mengambil suatu keputusan yang kompleks, sistem ini menggunakan aturan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BANTUAN LANGSUNG TUNAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCY PROCESS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BANTUAN LANGSUNG TUNAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCY PROCESS SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BANTUAN LANGSUNG TUNAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCY PROCESS Dita Monita 0811118 Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika STMIK Budi Darma Medan Jl.

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI Jakarta Imam Sunoto, Fiqih Ismawan, Ade Lukman Nulhakim,, Dosen Universitas Indraprasta PGRI Email : raidersimam@gmail.com, vq.ismaone@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan ( decision support systems disingkat DSS) adalah bagian dari sistem informasi berbasis computer termasuk sistem berbasis

Lebih terperinci

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN Indriyati APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN Indriyati Program Studi Teknik Informatika Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Abstrak Dalam era globalisasi dunia pendidikan memegang peranan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN DESTINASI WISATA UNGGULAN DI KOTA PALEMBANG

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN DESTINASI WISATA UNGGULAN DI KOTA PALEMBANG SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN DESTINASI WISATA UNGGULAN DI KOTA PALEMBANG A Yani Ranius Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Bina Darma Jln. Jend. A. Yani No 3 Plaju Palembang, 30264 email : ay_ranius@yahoo.com

Lebih terperinci

PENERAPAN AHP UNTUK SELEKSI MAHASISWA BERPRESTASI

PENERAPAN AHP UNTUK SELEKSI MAHASISWA BERPRESTASI bidang TEKNIK PENERAPAN AHP UNTUK SELEKSI MAHASISWA BERPRESTASI SRI NURHAYATI, SRI SUPATMI Program Studi Teknik Komputer Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia Tujuan dari Perguruan

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALITYC HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM MEMILIH GADGET SMARTPHONE

PENERAPAN ANALITYC HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM MEMILIH GADGET SMARTPHONE PENERAPAN ANALITYC HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM MEMILIH GADGET SMARTPHONE Lutfi Syafirullah 1), Joko Dwi Mulyanto 2) Program Studi Manajemen Informatika AMIK BSI Purwokerto Jl. DR. Bunyamin No. 106, Pabuaran,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB 2 LANDASAN TEORI 2 1 Analytial Hierarchy Process (AHP) 2 1 1 Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode AHP merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor

Lebih terperinci

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS Muhammad Yusuf Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Email : yusuf@akprind.ac.id ABSTRAK Pemilihan lokasi yang

Lebih terperinci

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN)

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN) PEDEKT LITYCL HIERRCHY PROCESS (HP) DLM PEETU URUT PEGERJ PES PELGG (STUDI KSUS: PT TEMBG MULI SEM) urlailah Badariah, Iveline nne Marie, Linda Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK. Surmayanti, S.Kom, M.Kom

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK. Surmayanti, S.Kom, M.Kom SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK Surmayanti, S.Kom, M.Kom Email : surmayanti94@yahoo.co.id Dosen Tetap Universitas Putra Indonesia YPTK Padang Padang Sumatera

Lebih terperinci

PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP

PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP Junaidi, Retno Indryani, Syaiful Bahri Laboratorium Manajemen Konstruksi Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS

Lebih terperinci

Penentuan Pemilihan Bentuk Outline Tugas Akhir Dengan Menggunakan Model Analytical Hierarchy Process (AHP)

Penentuan Pemilihan Bentuk Outline Tugas Akhir Dengan Menggunakan Model Analytical Hierarchy Process (AHP) Penentuan Pemilihan Bentuk Outline Tugas Akhir Dengan Menggunakan Model Analytical Hierarchy Process (AHP) Agung Baitul Hikmah 1, Herlan Sutisna 2 1 AMIK BSI Tasikmalaya e-mail: agung.abl@ac.id 2 Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Sistem Pendukung Keputusan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan dan memanipulasi data. Sistem ini digunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI. Sistem Pendukung Keputusan Pada dasarnya pembuatan keputusan merupakan suatu pendekatan yang bersifat sistematis, artinya pendekatan yang berawal dan bermula dari hakikat suatu masalah,

Lebih terperinci

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE Nunu Kustian Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Matematika dan IPA Email: kustiannunu@gmail.com ABSTRAK Kebutuhan

Lebih terperinci

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK Siti Komsiyah Mathematics Department, School of Computer Science, Binus University Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah,

Lebih terperinci

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Rizal Afriansyah Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Email : rizaldi_87@yahoo.co.id Abstrak - Transportasi mempunyai

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP Mayang Anglingsari Putri 1, Indra Dharma Wijaya 2 Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik

Lebih terperinci

Penentuan Toko Buku Gramedia ter Favorit pilihan Mahasiswa T Di Bogor Dengan Metode AHP (Analytical. Hierarchy Process)

Penentuan Toko Buku Gramedia ter Favorit pilihan Mahasiswa T Di Bogor Dengan Metode AHP (Analytical. Hierarchy Process) K O M P U Vol13, No.2, Juli 2016, pp. 94-104 ISSN: 1693 7-554 Penentuan Toko Buku Gramedia ter Favorit pilihan Mahasiswa T Di Bogor Dengan Metode AHP (Analytical A Hierarchy Process) S I, Lis. Uta.ri V

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE AHP UNTUK REKOMENDASI TEMPAT KOST PADA APLIKASI KOST ONLINE

IMPLEMENTASI METODE AHP UNTUK REKOMENDASI TEMPAT KOST PADA APLIKASI KOST ONLINE IMPLEMENTASI METODE AHP UNTUK REKOMENDASI TEMPAT KOST PADA APLIKASI KOST ONLINE Galang Bogar Santos 1, Hendra Pradipta 2, Mungki Astiningrum 3 1,2 Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Teknologi Informasi,

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Tujuan analisa sistem dalam pembangunan aplikasi sistem pendukung keputusan ini adalah untuk mendapatkan semua kebutuhan pengguna dan sistem, yaitu

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR TI BAHREN, MUNAR a Jurusan Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Almuslim Jln. Almuslim Tlp.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) ini dilaksanakan di PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat pada

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) AN ANALYSIS OF THE TUITION FEE PAYMENT SYSTEM IN UKRIDA USING ANALYTICAL

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Untuk memperkenalkan AHP, lihat contoh masalah keputusan berikut: Sebuah kawasan menghadapi kemungkinan urbanisasi yang mempengaruhi lingkungan. Tindakan apa yang harus dilakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori tentang Permasalahan 2.1.1 Prosedur penilaian prestasi kerja Pada Rumah Sakit Umum Daerah Singaraja, rotasi tenaga perawat dilakukan dua tahun sekali. Selama ini,

Lebih terperinci

Laporan Rancangan DRONE SUGGESTION SYSTEM

Laporan Rancangan DRONE SUGGESTION SYSTEM Laporan Rancangan DRONE SUGGESTION SYSTEM Laporan ini Disusun sebagai Tugas Ujian Tengah Semester Dosen Pembina : A. Sidiq Purnomo S. Kom., M. Eng. Oleh : Verri Andriawan (14111036) Andi Gustanto Mucharom

Lebih terperinci

Analisa Pemilihan Kualitas Android Jelly Bean Dengan Menggunakan Metode AHP Pendekatan MCDM

Analisa Pemilihan Kualitas Android Jelly Bean Dengan Menggunakan Metode AHP Pendekatan MCDM Analisa Pemilihan Kualitas Android Jelly Bean Dengan Menggunakan Metode AHP Pendekatan MCDM Dian Gustina 1, Rendi Haposan Siahaan 2 1 Universitas Persada Indonesia Y.A.I, 2 STMIK Nusa Mandiri 1 Jl Salemba

Lebih terperinci

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP A Yani Ranius Universitas Bina Darama, Jl. A. Yani No 12 Palembang, ay_ranius@yahoo.com ABSTRAK Sistem

Lebih terperinci

Siti Mujilawati dkk: Penerapan Algoritma AHP 53

Siti Mujilawati dkk: Penerapan Algoritma AHP 53 Siti Mujilawati dkk: Penerapan Algoritma AHP 53 Penerapan Algoritma AHP (Analytical Hierarchy Process) untuk Pengambilan Keputusan dalam Seleksi Calon Peserta Olimpiade Sains Nasional bidang Matematika

Lebih terperinci