DAMPAK VOLATILITAS VARIABEL EKONOMI TERHADAP KINERJA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DAN MAKROEKONOMI INDONESIA DISERTASI ALLA ASMARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAMPAK VOLATILITAS VARIABEL EKONOMI TERHADAP KINERJA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DAN MAKROEKONOMI INDONESIA DISERTASI ALLA ASMARA"

Transkripsi

1 DAMPAK VOLATILITAS VARIABEL EKONOMI TERHADAP KINERJA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DAN MAKROEKONOMI INDONESIA DISERTASI ALLA ASMARA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2

3 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam disertasi saya yang berjudul: DAMPAK VOLATILITAS VARIABEL EKONOMI TERHADAP KINERJA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DAN MAKROEKONOMI INDONESIA merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri, dengan bimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjuk rujukannya. Disertasi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Seluruh sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya. Bogor, Agustus 2011 Alla Asmara NRP: A

4

5 ABSTRACT ALLA ASMARA. The Impact of Economic Variables Volatility on Manufacturing Sector and Indonesian Macroeconomic Performance (RINA OKTAVIANI as Chairman, KUNTJORO and MUHAMMAD FIRDAUS as Members of the Advisory Committee). The manufacturing sector has a prominent contribution on national economic growth. Aside from being able to provide higher added value, it is also significant in the formation of Gross Domestic Product (GDP), foreign exchange, and employment. Moreover, the growth of manufacturing sector implies a relatively large multiplier effect on the economic growth. The dynamics of the economy that are reflected in the fluctuations of economic variables generally affect the performance of manufacturing sector and macroeconomic condition. In respect to the background, the purpose of this study is to analyze the volatility of economic variables and their impact on manufacturing sector and macroeconomic performance. The economic variables analyzed are oil price, export prices of manufacturing, real interest rate and real devaluation. The analytical methods used are the ARCH-GARCH model and Recursive Dynamic CGE model. Set of economic variables that are analyzed reveal that volatility tends to vary over time (time varying). In addition, the impacts also vary among industries. The volatility of world oil price and real interest rate has a tendency to provide negative influence on the Indonesian manufacturing sector and macroeconomic performance. Meanwhile, the volatility of industrial export prices and real devaluation causes a relatively different effect. Manufacturing sector is relatively susceptible to volatility of economic variables. Nevertheless, advanced durability against shock volatility performed by the manufacturing sector which tend to have linkages with agricultural sector, such as processed food, fertilizer and pesticide. As for the group of export-oriented industry, volatility tends to reduce export. Keywords: Volatility, Manufacturing Sector, Recursive Dynamic CGE, ARCH-GARCH Model

6

7 RINGKASAN ALLA ASMARA. Dampak Volatilitas Variabel Ekonomi terhadap Kinerja Sektor Industri Pengolahan dan Makroekonomi Indonesia (RINA OKTAVIANI sebagai Ketua, KUNTJORO dan MUHAMMAD FIRDAUS sebagai Anggota Komisi Pembimbing). Sektor industri memiliki peran penting bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Selain mampu memberikan nilai tambah yang lebih tinggi terhadap produk antara, sektor ini juga berperan penting dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), penghasil devisa dan penyerapan tenaga kerja. Disamping itu, pertumbuhan sektor industri pengolahan juga memberikan multiplier effect (efek pengganda) yang relatif besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Namun demikian, dinamika yang terjadi dalam perekonomian nasional ataupun global seringkali menyebabkan penurunan kinerja sektor industri pengolahan. Kenaikan harga minyak di pasar dunia, krisis keuangan global hingga penguatan rupiah merupakan dinamika yang terjadi dalam perekonomian belakangan ini. Perubahan yang cukup signifikan pada berbagai variabel ekonomi tersebut ditunjukan dengan peningkatan volatilitas. Berangkat dari pemikiran tersebut maka permasalahan penelitian yang dikaji adalah bagaimana tingkat volatilitas suatu variabel ekonomi dan bagimana dampak volatilitas tersebut terhadap kinerja sektor industri pengolahan dan makroekonomi Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis tingkat volatilitas harga minyak dunia, harga ekspor industri, suku bunga riil dan devaluasi riil; (2) menganalisis perkembangan output, harga, ekspor, impor dan penyerapan tenaga kerja pada sektor industri pengolahan sebagai dampak volatilitas harga minyak dunia, harga ekspor industri, suku bunga riil dan devaluasi riil; (3) menganalisis kinerja makroekonomi Indonesia sebagai dampak volatilitas harga minyak dunia, harga ekspor industri, suku bunga riil dan devaluasi riil; dan (4) merumuskan rekomendasi kebijakan untuk mendorong kinerja sektor industri pengolahan dan makroekonomi Indonesia. Tujuan penelitian tersebut dicapai dengan mengaplikasikan model ARCH-GARCH dan model CGE Recursive Dynamic. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa sejumlah variabel ekonomi yang dianalisis menunjukkan tingkat volatilitas yang bervariasi antar waktu (time varying). Volatilitas harga minyak dunia menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat. Sementara itu, volatilitas harga ekspor industri menunjukkan pola yang beragam. Harga ekspor industri besi baja menunjukkan tingkat volatilitas yang lebih besar dibandingkan harga ekspor industri lainnya. Untuk variabel suku bunga riil, tingkat volatilitas yang dicapai relatif berfluktuasi pada nilai rataan volatilitasnya. Shock volatilitas suatu variabel ekonomi cenderung menyebabkan penurunan kinerja sektor industri pengolahan. Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan relatif rentan terhadap shock volatilitas suatu variabel ekonomi. Daya tahan yang lebih baik terhadap shock volatilitas ditunjukan oleh sektor industri yang cenderung memiliki keterkaitan dengan sektor pertanian seperti terjadi pada sektor industri makanan olahan dan industri pupuk dan pestisida.

8 Pada kelompok sektor industri berorientasi ekspor, shock volatilitas cenderung menurunkan kinerja ekspor. Tingkat produktivitas yang rendah merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan kinerja tersebut seperti terjadi pada industri tekstil, alas kaki dan kilang minyak. Faktor lain yang juga mempengaruhi kinerja industri orientasi ekspor adalah dukungan pertumbuhan pada sektor pemasok sumber bahan baku utama. Penurunan pertumbuhan sektor karet dan sektor kehutanan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan penurunan kinerja sektor industri karet dan plastik dan industri kertas. Pada sisi makro, volatilitas harga minyak dunia dan suku bunga riil memberikan efek kontraksi terhadap pertumbuhan ekonomi serta mendorong kenaikan harga/inflasi. Sementara itu, volatilitas harga ekspor industri dan devaluasi riil menyebabkan pertumbuhan GDP riil sedikit lebih tinggi dibandingkan baseline. Bertitik tolak dari sejumlah temuan yang ada maka rekomendasi kebijakan dari studi ini adalah: (1) pemerintah perlu merumuskan kebijakan yang dapat mendukung peningkatan kinerja sektor industri pengolahan dan makroekonomi Indonesia sebagai respon terhadap volatilitas harga minyak dunia yang terjadi serta antisipasi perkembangannya pada masa mendatang; (2) relatif rentannya sektor industri pengolahan terhadap guncangan dalam perekonomian menunjukkan perlunya perumusan strategi penguatan struktur industri yang bersifat spesifik sesuai karakteristik masing-masing industri dan didasarkan pada skala prioritas kebutuhan setiap industri; (3) pada kelompok industri yang tingkat produktivitasnya cenderung menurun (seperti pada industri tekstil, alas kaki dan kilang minyak) maka strategi penguatan industri yang perlu diprioritaskan adalah peningkatan investasi dan adopsi teknologi dalam bentuk penggantian/peremajaan mesin-mesin dan alat produksi sehingga dapat mencapai tingkat produktivitas yang lebih tinggi; (4) penguatan sektor industri pengolahan yang berbasis sumber daya pertanian (seperti: industri makanan olahan, industri makanan olahan laut, industri minyak lemak, industri karet, industri kertas, dan industri kayu) dan berorientasi ekspor dapat dilakukan dengan menjaga pertumbuhan produksi dan produktivitas sektor pertanian serta pengembangan sektor industri tersebut dilakukan secara terintegrasi dengan pengembangan sektor pertanian; (5) pada kelompok industri yang pangsa input impornya relatif besar maka strategi penguatan industri yang perlu diupayakan adalah dengan pengembangan dan penyediaan input secara domestik guna mengurangi ketergantungan yang tinggi terhadap input impor; dan (6) pada kelompok industri orientasi ekspor serta industri yang pangsa input impornya relatif besar maka dukungan terhadap peningkatan kinerja sektor industri dapat diwujudkan dalam bentuk pengendalian tingkat suku bunga dan nilai tukar rupiah dalam rentang nilai yang dianggap wajar dan stabil.

9 @ Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB

10

11 DAMPAK VOLATILITAS VARIABEL EKONOMI TERHADAP KINERJA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DAN MAKROEKONOMI INDONESIA ALLA ASMARA Disertasi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

12 Penguji Luar Komisi Ujian Tertutup : 1. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Sc. Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 2. Dr. Ir. Ratna Winandi, M.S. Staf Pengajar Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penguji Luar Komisi Ujian Terbuka : 1. Dr. Dedi Mulyadi, M.Si. Direktur Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. 2. Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec. Direktur Program Manajemen Bisnis, Institut Pertanian Bogor.

13 Judul Disertasi : DAMPAK VOLATILITAS VARIABEL EKONOMI TERHADAP KINERJA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DAN MAKROEKONOMI INDONESIA Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi : Alla Asmara : A : Ilmu Ekonomi Pertanian Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. Ketua Prof. Dr. Ir. Kuntjoro Anggota Dr. Muhammad Firdaus, S.P., M.Si. Anggota Mengetahui, 2. Ketua Program Studi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Ekonomi Pertanian Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, M.A. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr. Tanggal Ujian: 27 Juni 2011 Tanggal Lulus:

14

15 PRAKATA Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan disertasi yang berjudul: Dampak Volatilitas Variabel Ekonomi terhadap Kinerja Sektor Industri Pengolahan dan Makroekonomi Indonesia. Disertasi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh penulis untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis volatilitas variabel ekonomi dan dampaknya terhadap kinerja sektor industri pengolahan dan makroekonomi Indonesia. Berdasarkan hasil analisis, lebih lanjut dilakukan pemetaan sektor industri pengolahan berdasarkan capaian kinerjanya terhadap guncangan suatu variabel ekonomi Dalam penyelesaian penulisan disertasi ini, penulis banyak sekali memperoleh bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Arahan dan bimbingan yang sangat berharga penulis dapatkan dari tim komisi pembimbing yang memiliki kualifikasi tinggi dalam bidangnya masing-masing. Prof. Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. selaku ketua komisi pembimbing telah memberikan arahan dan masukan terutama dalam pengolahan dan analisis model CGE yang digunakan. Prof. Dr. Ir. Kuntjoro, selaku anggota komisi pembimbing telah memberikan arahan dan masukan terutama dalam pendalaman hasil analisis. Dr. Muhammad Firdaus, S.P., M.Si. selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan terutama dalam menginterpretasikan temuan yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan. Melalui proses pembimbingan yang dilakukan, penulis memperoleh berbagai masukan berharga dan sangat konstruktif dalam

16 penyusunan dan penyempurnaan disertasi ini. Kepada beliau bertiga, penulis memberikan penghormatan yang setinggi-tingginya dan menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas masukan, arahan, sumbangan pemikiran dan bimbingan yang diberikan. Penyusunan disertasi ini merupakan bagian dari proses pendidikan dalam program doktor di Program Pascasarja IPB. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Rektor dan Dekan SPs-IPB beserta staf yang telah menerima penulis menjadi mahasiswa program doktor dan memberikan pelayanan yang terbaik selama menjalani masa studi. 2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen serta Ketua Departemen Ilmu Ekonomi yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi program doktor di IPB. 3. Prof. Dr. Ir. Bonar M Sinaga, M.A. sebagai Ketua Program Studi EPN dan sebagai penguji wakil Program Studi EPN pada ujian terbuka, yang telah memberikan kritik dan masukan yang sangat berharga bagi penyempurnaan disertasi ini. 4. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Sc. sebagai Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, penguji pada ujian Prelim II dan penguji luar komisi pada ujian tertutup, yang telah memberikan kritik dan masukan yang konstruktif bagi penyempurnaan disertasi ini serta selalu memberikan motivasi kepada penulis. 5. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, M.S. sebagai penguji pada ujian Prelim II yang telah memberikan kritik dan masukan yang sangat berharga bagi penyempurnaan disertasi ini.

17 6. Dr. Ir. M. Parulian Hutagaol, M.S. sebagai penguji wakil Program Studi EPN pada ujian Prelim II yang telah memberikan kritik dan masukan bagi penyempurnaan disertasi ini. 7. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS sebagai penguji luar komisi pada ujian tertutup, yang telah memberikan kritik dan masukan yang sangat berharga bagi penyempurnaan disertasi ini. 8. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS sebagai penguji wakil Program Studi EPN pada ujian tertutup, yang telah memberikan kritik dan masukan yang sangat berharga bagi penyempurnaan disertasi ini. 9. Seluruh dosen Program Studi EPN yang telah mentrasfer ilmu pengetahun dan staf administrasi yang membantu penulis dengan sangat baik. 10. Seluruh Staf Departemen Ilmu Ekonomi, FEM IPB yang memberikan dukungan moril kepada Penulis. 11. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi EPN yang menjadi teman diskusi selama masa perkuliahan dan dalam penulisan disertasi ini. 12. Pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan kontribusinya dalam penyusunan disertasi ini. Ucapan terima kasih dan rasa kasih sayang juga disampaikan kepada istri dan anak-anak yang telah sabar menemani penulis selama masa studi. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda dan Almarhumah Ibunda serta Bapak dan Ibu Mertua atas segala doa dan dukungannya. Sebagai penutup, penulis berharap bahwa disertasi yang disusun mudahmudahan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi berbagai pihak yang berkepentingan. Hasil dan temuan yang dicapai pada penelitian yang dilakukan

18 mudah-mudahan dapat menjadi informasi berharga bagi para pengambil kebijakan terutama yang berkaitan dengan pengembangan sektor industri pengolahan. Semoga disertasi ini bisa memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian Indonesia serta dapat menambah khazanah pengetahuan. Bogor, Agustus 2011 Penulis

19 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir pada tanggal 13 Januari 1973 di Desa Karang Asih, Kecamatan Cikarang, Kabupaten Bekasi. Penulis merupakan anak ketujuh dari Sembilan bersaudara dari pasangan ayahanda Drs. H. Suryadi Bambang dan ibunda Hj. Maesudeh (Almh). Penulis menikah dengan Siti Nurhayati, AMd dan dikarunia empat orang anak yaitu Vania Kirana Asmara, Tiara Mustika Asmara, Daffa Rizky Asmara dan Devananda Putra Asmara. Penulis menamatkan pendidikan dasar di SD Negeri Dwiguna Cikarang pada tahun 1985 dan menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 2 Cikarang pada tahun Untuk pendidikan menengah atas dapat diselesaikan pada tahun 1991 di SMA Negeri 1 Bekasi. Pada tahun 1996 penulis menyelesaikan program sarjana pada Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB. Sejak bulan Februari 1997 hingga tahun 2002 penulis bekerja sebagai staf pengajar di Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan tersebut. Selama bekerja di Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan, penulis memperoleh kesempatan untuk melanjutkan studi program master di Program Pascasarjana IPB yaitu pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian. Program master dapat diselesaikan penulis pada tahun Sejak tahun 2002 hingga saat ini, penulis bekerja di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Pada tahun 2005 penulis memperoleh kesempatan untuk melanjutkan studi pada jenjang strata tiga (S3) dengan beasiswa BPPS di Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana IPB.

20 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xvii DAFTAR GAMBAR... xxi DAFTAR LAMPIRAN... xxv I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian II. TINJAUAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Teori Pengertian dan Batasan Industri Pengolahan Fluktuasi Ekonomi dan Kebijakan Stabilisasi Fluktuasi Ekonomi Kebijakan Stabilisasi Teori Produksi dan Minimisasi Biaya Teori Keseimbangan Umum Tinjauan Studi Terdahulu Tinjauan Studi Volatilitas Tinjauan Studi Dinamika Industri Tinjauan Studi Aplikasi Model Ekonomi Keseimbangan Umum Kerangka Pemikiran Kerangka Model Model ARCH-GARCH Model Keseimbangan Umum Kerangka Pemikiran Operasional Hipotesis Penelitian xv

21 III. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Pengolahan Data Model ARCH-GARCH Model Keseimbangan Umum Struktur Model CGE INDOF Spesifikasi Model Keseimbangan Umum Closure Simulasi Kebijakan IV. KONSTRUKSI DATA DASAR Tabel Input Output dan Agregasi Sektor Sistem Neraca Sosial Ekonomi Anatomi Tabel Sistem Neraca Sosial Ekonomi Klasifikasi Rumahtangga Klasifikasi Tenaga Kerja Tingkat Pengembalian Lahan dan Kapital Elastisitas dan Parameter Lain Elastisitas Armington Elastisitas Permintaan Ekspor Elastisitas Substitusi Faktor Primer Elastisitas Tenaga Kerja Elastisitas Pengeluaran Elastistas Upah Parameter Lainnya Pengujian Keseimbangan Database V. ANALISIS VOLATILITAS VARIABEL EKONOMI Deskripsi Data Eksplorasi Data Harga Minyak Dunia Eksplorasi Data Harga Ekspor Industri Eksplorasi Data Suku Bunga Riil Eksplorasi Data Devaluasi Riil xvi

22 5.2. Spesifikasi Model ARCH-GARCH Tahap Identifikasi dan Penentuan Model Rataan Tahap Identifikasi dan Penentuan Model ARCH GARCH Analisis Volatilitas VI. ANALISIS DAMPAK VOLATILITAS VARIABEL EKONOMI Perkembangan Sektor Industri Pengolahan Perkembangan Jumlah Perusahaan Perkembangan Indeks Produksi Perkembangan Nilai Output Perkembangan Nilai Tambah Perkembangan Ekspor dan Impor Perkembangan Biaya Input Perkembangan Modal Tetap Perkembangan Penggunaan Energi Simulasi Baseline Dampak Volatilitas Variabel Ekonomi terhadap Kinerja Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Lainnya Dampak Volatilitas Harga Minyak Dunia Dampak Volatilitas Harga Ekspor Industri Dampak Volatilitas Suku Bunga Riil Dampak Volatilitas Devaluasi Riil Peta Kinerja Sektor Industri Pengolahan Dampak Volatilitas Variabel Ekonomi terhadap Kinerja Makroekonomi VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN Kesimpulan Rekomendasi Kebijakan Saran Penelitian Lanjutan DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xvii

23 xviii

24 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Laju Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan di Indonesia, Tahun Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Indonesia, Tahun Kelompok Industri Pengolahan yang Dianalisis Klasifikasi Sektor dalam Penelitian Kerangka Dasar Tabel Input-Output Tabel Sistem Neraca Sosial Ekonomi Sederhana Klasifikasi Rumah Tangga Nilai Produk Domestik Bruto Indonesia dari Sisi Pengeluaran dan Sisi Pendapatan, Tahun Statistik Deskriptif Variabel Ekonomi Hasil Uji Augmented Dickey Fuller Model Rataan Terbaik Uji Efek ARCH terhadap Model Rataan Terbaik Pemilihan Model ARCH/GARCH Terbaik Uji Normalitas Besaran Shock Volatilitas Perkembangan Jumlah Perusahaan pada Industri Besar dan Sedang di Indonesia, Tahun Indeks Produksi Industri Besar dan Sedang di Indonesia, Tahun Perkembangan Nilai Output Industri Besar dan Sedang di Indonesia, Tahun xix

25 19. Perkembangan Nilai Tambah Industri Besar dan Sedang di Indonesia, Tahun Nilai Ekspor Industri Besar dan Sedang di Indonesia, Tahun Nilai Impor Industri Besar dan Sedang di Indonesia, Tahun Selisih Ekspor dan Impor Industri Besar dan Sedang di Indonesia, Tahun Perkembangan Biaya Input Industri Besar dan Sedang di Indonesia, Tahun Perubahan Modal Tetap Industri Besar dan Sedang di Indonesia, Tahun Penggunaan Bahan Bakar, Tenaga Listrik, dan Gas Industri Besar dan Sedang di Indonesia, Tahun Laju Pertumbuhan Produktivitas Faktor Total menurut Sektor, Tahun Perbandingan Pertumbuhan Variabel Makroekonomi Hasil Simulasi Peramalan dengan Data Aktual Perbandingan Data Makro pada Neraca Pendapatan Nasional dan Input Output, Tahun Dampak Volatilitas Harga Minyak Dunia terhadap Output dan Harga Sektoral Pangsa Penggunaan Input BBM terhadap Total Input Antara Pada Kelompok Sektor Industri Dampak Volatilitas Harga Minyak Dunia terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Dampak Volatilitas Harga Minyak Dunia terhadap Pertumbuhan Output Industri, Output Domestik, dan Impor Dampak Volatilitas Harga Ekspor Industri terhadap Output dan Harga Sektoral Dampak Volatilitas Harga Ekspor Industri terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral xx

26 35. Dampak Volatilitas Harga Ekspor Industri terhadap Pertumbuhan Output Industri, Output Domestik, dan Impor Dampak Volatilitas Suku Bunga Riil terhadap Output dan Harga Pangsa Penggunaan Input yang Berasal dari Lembaga Keuangan terhadap Total Input Antara pada Setiap Industri Dampak Volatilitas Suku Bunga Riil terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Dampak Volatilitas Suku Bunga Riil terhadap Pertumbuhan Output Industri, Output Domestik, dan Impor Dampak Devaluasi Riil terhadap Output dan Harga Dampak Devaluasi Riil terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pemetaan Industri Berdasarkan Kinerja Pertumbuhan Output dan Penyerapan Tenaga Kerja Hubungan Penggunaan Input dan Penjualan Output Sektor Industri dengan Sektor Petanian Pangsa Biaya Input Pada Sektor Industri Pengolahan Pemetaan Industri Berdasarkan Kinerja Ekspor dan Impor Pangsa Penjualan Output Industri Peningkatan Harga Komoditas di Pasar Internasional, Tahun Dampak Volatilitas Harga Minyak Dunia dan Kenaiakan Harga Beberapa Komoditi di Pasar Internasional terhadap Kinerja Output dan Kinerja Ekspor Sektor Industri Pengolahan Dampak Volatilitas Variabel Ekonomi terhadap Kinerja Makroekonomi xxi

27 xxii

28 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Pangsa Ekspor Non-Migas Utama Menurut Sektor di Indonesia, Tahun Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Pada Sektor Industri di Indonesia, Tahun Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Periode Januari-April Aggregat Demand-Aggregat Supply dalam Keseimbangan Jangka Panjang Guncangan pada Permintaan Agregat: Lonjakan Investasi Guncangan pada Penawaran Agregat: Lonjakan Harga Minyak Efektivitas Kebijakan Fiskal pada Kurs Fleksibel dan Mobilitas Modal Tidak Sempurna Ekspansi Moneter pada Kurs Fleksibel dan Mobilitas Modal Tidak Sempurna Keseimbangan Sektor Produksi dan Konsumsi Kerangka Pemikiran Operasional Hubungan Ekonomi Makro dalam Model Keseimbangan Umum Struktur Produksi Model CGE INDOF Struktur Pembentukan Investasi dan Barang Modal Spesifikasi Konsumsi Rumahtangga Database Input Output dalam Model CGE Recursive Dynamic Perkembangan Harga Minyak Dunia selama Periode Januari Desember Perkembangan Harga Ekspor Industri Minyak dan Lemak Periode Januari 1988-Desember Perkembangan Harga Ekspor Industri Besi dan Baja Periode Januari 1988-Desember xxiii

29 19. Perkembangan Harga Ekspor Industri Mesin dan Alat Listrik Periode Januari 1988-Desember Perkembangan Harga Ekspor Industri Tekstil Periode Januari 1988-Desember Perkembangan Harga Ekspor Industri Karet dan Plastik Periode Januari 1988-Desember Perkembangan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (1 Bulan) Nominal dan Riil selama Periode Januari 2000-Desember Perkembangan Devaluasi Riil selama Periode Januari Desember Perkembangan Nilai Tukar Riil dan Nilai Tukar Nominal selama Periode Januari 2000-Desember Volatilitas Harga Minyak Dunia Volatilitas Harga Ekspor Industri Minyak dan Lemak Volatilitas Harga Ekspor Industri Besi dan Baja Volatilitas Harga Ekspor Industri Tekstil Volatilitas Suku Bunga Riil Perkembangan Persentase Perubahan dari Variabel Devaluasi Riil Dampak Volatilitas Harga Minyak Dunia terhadap Perubahan Output Sektor Industri Dampak Volatilitas Harga Minyak Dunia terhadap Perubahan Harga Sektor Industri Dampak Volatilitas Harga Minyak Dunia terhadap Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Dampak Volatilitas Harga Minyak Dunia terhadap Ekspor Sektor Industri Dampak Volatilitas Harga Minyak Dunia terhadap Impor Sektor Industri Dampak Volatilitas Harga Ekspor Industri terhadap Output Sektor Industri xxiv

30 37. Dampak Volatilitas Harga Ekspor Industri terhadap Harga Output Sektor Industri Dampak Volatilitas Harga Ekspor Industri terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Industri Dampak Volatilitas Harga Ekspor Industri terhadap Perubahan Ekspor Sektor Industri Dampak Volatilitas Harga Ekspor Industri terhadap Perubahan Impor Industri Dampak Volatilitas Suku Bunga Riil terhadap Perubahan Output Sektor Industri Dampak Volatilitas Suku Bunga Riil terhadap Perubahan Harga Sektor Industri Dampak Volatilitas Suku Bunga Riil terhadap Perubahan Penyerapan Tenaga Kerja Dampak Volatilitas Suku Bunga Riil terhadap Perubahan Ekspor Industri Dampak Volatilitas Suku Bunga Riil terhadap Perubahan Impor Industri Dampak Devaluasi Riil terhadap Output Sektor Industri Dampak Devaluasi Riil terhadap Harga Sektor Industri Dampak Devaluasi Riil terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Dampak Devaluasi Riil terhadap Ekspor Sektor Industri Dampak Devaluasi Riil terhadap Impor Sektor Industri xxv

31 xxvi

32 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Agregasi dan Disagregasi Sektor dalam Penelitian Pembayaran Upah Tiap Sektor Berdasarkan Jenis Pekerjaan, Tahun Pendapatan Lahan dan Modal Tahun Nilai Elastisitas Armington, Permintaan Ekspor, Substitusi Input Primer, dan Substitusi Tenaga Kerja pada Masing-masing Komoditi Elastisitas Pengeluaran Berdasarkan Kelompok Rumah Tangga Nilai Penjualan Setiap Sektor Diirinci Menurut Jenisnya, Tahun Biaya Produksi Setiap Sektor Dirinci Menurut Jenisnya, Tahun Komponen Database 44 Sektor Pengujian Unit Root Data Harga Minyak Dunia Pengujian Unit Root Data Harga Ekspor Industri Minyak dan Lemak Pengujian Unit Root Data Harga Ekspor Industri Besi Baja Pengujian Unit Root Data Harga Ekspor Industri Mesin dan Alat Listrik Pengujian Unit Root Data Harga Ekspor Industri Tekstil Pengujian Unit Root Data Harga Ekspor Industri Karet dan Plastik Pengujian Unit Root Data Suku Bunga Riil Model ARIMA untuk Data Harga Minyak Dunia Model ARIMA untuk Data Harga Ekspor Industri Minyak dan Lemak Model ARIMA untuk Data Harga Ekspor Industri Besi Baja Model ARIMA untuk Data Harga Ekspor Industri Mesin dan Alat Listrik xxvii

33 20. Model ARIMA untuk Data Harga Ekspor Industri Tekstil Model ARIMA untuk Data Harga Ekspor Industri Karet dan Plastik Model ARIMA untuk Data Suku Bunga Riil Uji Heteroskedastisitas untuk Data Harga Minyak Dunia Uji Heteroskedastisitas untuk Data Harga Ekspor Industri Minyak dan Lemak Uji Heteroskedastisitas untuk Data Harga Ekspor Industri Besi Baja Uji Heteroskedastisitas untuk Data Harga Ekspor Industri Mesin dan Alat Listrik Uji Heteroskedastisitas untuk Data Harga Ekspor Industri Tekstil Uji Heteroskedastisitas untuk Data Harga Ekspor Industri Karet dan Plastik Uji Heteroskedastisitas untuk Data Suku Bunga Riil Model ARCH-GARCH untuk Data Harga Minyak Dunia Model ARCH-GARCH untuk Data Harga Ekspor Industri Minyak dan Lemak Model ARCH-GARCH untuk Data Harga Ekspor Industri Besi Baja Model ARCH-GARCH untuk Data Harga Ekspor Industri Tekstil Model ARCH-GARCH untuk Data Suku Bunga Riil Uji Normalitas pada Variabel Harga Minyak Dunia Uji Normalitas pada Variabel Harga Ekspor Industri Minyak dan Lemak Uji Normalitas pada Variabel Harga Ekspor Industri Besi Baja Uji Normalitas pada Variabel Harga Ekspor Industri Tekstil Uji Normalitas pada Variabel Harga SBI Riil Contoh Closure pada Model CGE Dampak Volatilitas xxviii

34 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri merupakan sektor yang memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor tersebut terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Selama periode kontribusi sektor industri pengolahan terhadap pembentukkan PDB adalah berkisar persen hingga persen (Badan Pusat Statistik, 2010a). Pangsa sektor industri tersebut jauh berada di atas sektor-sektor lainnya termasuk sektor pertanian, yang memiliki pangsa sekitar persen. Hal ini menunjukan bahwa sektor industri selama kurun waktu tersebut merupakan sektor yang paling dominan kedudukannya dalam hal penciptaan PDB. Lebih lanjut, kontribusi dari setiap sektor terhadap PDB dapat dilihat dari laju pertumbuhannya. Berdasarkan laju pertumbuhannya dalam pembentukan PDB diketahui bahwa meskipun sektor industri pengolahan tidak mengalami laju pertumbuhan yang tertinggi dibandingkan sektor-sektor lainnya, namun laju pertumbuhan yang dicapai selalu mengalami pertumbuhan positif. Laju pertumbuhan yang dicapai sektor industri pengolahan selama periode berkisar antara persen (Badan Pusat Statistik, 2010a). Hal tersebut menunjukan bahwa peranan sektor industri pengolahan dalam pembentukan PDB terus meningkat seiring dengan pertumbuhan sektor-sektor perekonomian lainnya. Apabila dikaji lebih detail diketahui bahwa pertumbuhan positif yang dicapai oleh industri pengolahan merupakan kontribusi dari pertumbuhan yang dicapai oleh industri pengolahan non minyak dan gas (non migas). Selama periode , industri pengolahan non-migas mengalami pertumbuhan positif,

35 2 sedangkan industri migas mengalami pertumbuhan negatif (Tabel 1). Industri pengolahan non-migas mengalami pertumbuhan berkisar antara persen, sedangkan industri pengolahan migas mengalami pertumbuhan negatif dengan kisaran antara sampai persen. Pertumbuhan yang relatif bervariasi antar kelompok industri tersebut tentunya disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi sektor industri tersebut. baik faktor internal maupun faktor eksternal. Tabel 1. Laju Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan di Indonesia, Tahun (%) Uraian * 2009** Industri Pengolahan a. Industri Pengolahan Minyak dan Gas a.1. Pengilangan Minyak a.2. Gas Alam Cair (Liquefied Natural Gas/LNG) b. Industri Pengolahan Non Minyak dan Gas b.1. Makanan. Minuman & Tembakau b.2. Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki b.3. Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya b.4. Kertas & Barang Cetakan b.5. Pupuk, Kimia & Barang dari Karet b.6. Semen & Mineral Non Logam b.7. Logam Dasar Besi & Baja b.8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan b.9. Barang Lainnya * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber: Badan Pusat Statsitik, 2010a (diolah). Disamping berkontribusi dalam pembentukan PDB, peranan sektor industri juga ditunjukkan dalam hal penciptaan devisa negara. Data yang ada

36 3 menunjukan bahwa sektor industri memiliki kontribusi besar dalam menghasilkan devisa bagi negara melalui nilai ekspornya (Gambar 1). Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa selama periode 2007-Mei 2010, kontribusi ekspor dari sektor industri berkisar antara persen sampai dengan persen (Kementerian Perindustrian, 2011). Hal tersebut menunjukan bahwa sektor industri memberikan kontribusi yang paling dominan dibandingkan sektor lainnya untuk kelompok ekspor non-migas Sektor Pertanian Sektor Industri Sektor Tambang Sektor Lainnya Sumber: Kementerian Perindustrian, 2011 (diolah). Gambar 1. Pangsa Ekspor Non-Migas Utama Menurut Sektor di Indonesia, Tahun Peranan yang sangat dominan dari sektor industri dalam pembentukan PDB dan dalam penciptaan devisa negara menunjukan bahwa untuk saat ini sektor industri dapat dipandang sebagai mesin pertumbuhan utama dalam perekonomian Indonesia. Nanga (2001) menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan kemampuan suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa.

37 4 Lebih lanjut, kontribusi sektor industri dalam perekonomian adalah dalam penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan data BPS (2009a) diketahui bahwa pangsa sektor industri dalam menyerap tenaga kerja adalah sebesar persen pada periode Agustus Dengan pangsa tersebut sektor industri menduduki peringkat kedua dalam penyerapan tenaga kerja setelah sektor pertanian. Pangsa sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja adalah sebesar persen. Hal ini menunjukan bahwa meskipun kemampuan sektor industri masih lebih rendah dibandingkan sektor pertanian, namun kontribusi sektor industri dalam penyerapan tenaga kerja tidak dapat diabaikan karena secara relatif masih lebih besar dibandingkan sektor-sektor lainnya. Apabila dilihat dari perkembangan jumlah tenaga kerja yang dapat diserap oleh sektor industri diketahui bahwa selama periode Februari 2005 sampai dengan Agustus 2008 menunjukan kecenderungan peningkatan (Gambar 2). Jumlah tenaga kerja yang dapat diserap meningkat dari juta orang pada Februari 2005 menjadi juta orang pada Agustus Dengan demikian selama periode Februari 2005 sampai dengan Agustus 2008 terdapat peningkatan penyerapan tenaga kerja pada sektor industri sebanyak 0.90 juta orang (BPS, 2009a). Perkembangan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh sektor industri tentunya terkait dengan perkembangan yang terjadi pada sektor industri itu sendiri serta perkembangan kondisi perekonomian secara keseluruhan. Oleh karena itu menjadi sangat penting untuk menjaga pertumbuhan sektor industri dan perekonomian secara keseluruhan guna menjamin terciptanya pertumbuhan penyerapan tenaga kerja pada sektor industri.

38 5 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2009a (diolah). Gambar 2. Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Pada Sektor Industri di Indonesia, Tahun Perkembangan yang terjadi pada sektor industri seringkali digunakan sebagai indikator untuk menilai sejauhmana tahapan pembangunan yang sudah dilakukan oleh suatu negara. Pergeseran peran dari sektor yang dipandang tradisional (pertanian) ke sektor yang dipandang modern (industri dan jasa) diartikan sebagai suatu kemajuan dalam tahapan pembangunan. Baharsyah (1999) dalam studinya menyatakan bahwa potensi sektor industri pengolahan dalam menunjang pertumbuhan ekonomi nasional dapat dilihat dari kontribusinya pada berbagai kegiatan ekonomi. Secara garis besar sektor industri pengolahan memiliki kontribusi dalam tiga bentuk yaitu: (1) kontribusi faktor produksi, yaitu diwujudkan dalam bentuk akumulasi kapital dan membuka kesempatan kerja baru, (2) kontribusi devisa yaitu dari peningkatan penerimaan ekspor, dan (3) kontribusi pasar yang diwujudkan dalam bentuk sumbangan terhadap pembentukan PDB atau pendapatan nasional.

39 6 Dengan peran yang sangat penting seperti dijelaskan pada bagian terdahulu maka berbagai perubahan yang terjadi dalam perekonomian nasional ataupun global yang menyebabkan penurunan kinerja sektor industri juga akan menyebabkan menurunnya kinerja perekonomian Indonesia. Krisis ekonomi yang dialami oleh negara-negara Asia, termasuk Indonesia, telah membuktikan hal tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang negatif terjadi karena memburuknya kinerja sektor industri pengolahan. Kenaikan harga minyak di pasar dunia, krisis keuangan di Amerika Serikat, kenaikan harga pangan dunia dan krisis politik di Timur Tengah merupakan dinamika yang terjadi belakangan ini dan cenderung mempengaruhi perekonomian dunia. Dinamika perekonomian tersebut seringkali menyebabkan perubahan yang signifikan pada berbagai variabel ekonomi. Perubahan variabel ekonomi tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja sektoral dan perekonomian secara keseluruahan. Mankiw (2003) menjelaskan bahwa dalam perekonomian kerapkali terjadi fluktuasi dalam jangka pendek. Fluktuasi tersebut akan mempengaruhi keseimbangan pendapatan nasional, kesempatan kerja dan tingkat harga. Kenaikan harga minyak dunia menjadi fenomena yang sangat mengkhawatirkan bagi bangsa Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari besarnya ketergantungan Indonesia terhadap sumber energi yang bersifat non-renewable tersebut. Peningkatan harga minyak dunia yang terjadi pada akhir tahun 2008 hingga awal tahun 2009 merupakan isyarat bahwa dunia tengah menghadapi krisis energi. Peningkatan harga minyak dunia tersebut pada akhirnya memaksa pemerintah mengambil kebijakan menaikan harga BBM di dalam negeri.

40 7 Pergerakan harga minyak dunia yang cenderung semakin meningkat juga terjadi pada periode akhir tahun 2010 hingga awal tahun Peningkatan harga minyak tersebut distimulus oleh peningkatan konsumsi dunia. Laporan International Energy Agency (IEA) memperkirakan bahwa tingkat konsumsi minyak dunia tahun 2011 mencapai 89.4 juta barel per hari atau meningkat 1.50 juta barel per hari dibanding tahun Pergerakan harga minyak dunia yang cenderung terus meningkat juga distimulus oleh krisis politik di Libya. Krisis politik yang terjadi telah mendorong peningkatan harga minyak dunia mencapai US$ /barrel 2. Lebih lanjut, peningkatan harga minyak dunia juga berimbas terhadap peningkatan harga komoditi lainnya. Harga pangan dunia juga akan cenderung mengalami peningkatan akibat naiknya biaya produksi dan biaya transportasi yang dikeluarkan serta adanya substitusi bahan bakar dari sumber nabati. Kenaikan harga minyak dunia yang disebabkan oleh krisis di Timur Tengah dan Afrika Utara telah mendorong kenaikan harga pangan sebesar persen lebih tinggi dibandingkan harga pangan tahun Perkembangan harga minyak dan harga pangan dunia tentunya akan sangat mempengaruhi perekonomian Indonesia. Volatilitas harga minyak dan harga pangan dunia yang cenderung semakin meningkat akan memunculkan resiko dalam pengendalian partumbuhan ekonomi. Disamping itu, volatilitas yang terjadi juga akan mendorong kenaikan harga-harga barang di pasar domestik. Peningkatan harga tersebut akan berimplikasi terhadap capaian inflasi yang lebih April Maret Membahayakan, 17 April 2011

41 8 tinggi. Tekanan inflasi yang terjadi akan mendorong peningkatan suku bunga yang ditetapkan Bank Indonesia (BI). Berbagai perkembangan tersebut tentunya juga akan sangat mempengaruhi sektor industri pengolahan. Peningkatan harga minyak dan harga pangan akan memberikan tekanan biaya bahan baku dan bahan bakar bagi industri pengolahan. Sementara itu, kenaikan suku bunga akan meningkatkan biaya modal bagi industri pengolahan. Fenomena yang juga sempat mempengaruhi perekonomian nasional adalah krisis keuangan di Amerika Serikat yang kemudian berkembang menjadi krisis keuangan global. Kuatnya dampak krisis telah menyebabkan Bank Dunia dan IMF mengoreksi proyeksi tingkat pertumbuhan ekonomi berbagai negara dan dunia. Perekonomian AS, misalnya, diprediksi akan melemah menjadi tumbuh sebesar 1.30 persen pada 2008 dari sebelumnya sebesar 2.70 persen pada Demikian pula, negara-negara di kawasan Eropa, diprediksi akan melemah dari 2.60 persen pada 2007 menjadi 1.40 persen pada Adapun laju pertumbuhan Indonesia diperkirakan turun dari 6.50 persen 2007 menjadi sekitar 6.00 persen pada 2008 (Bank Indonesia, 2009). Krisis di AS akan berpengaruh terhadap Indonesia paling tidak melalui dua jalur atau transmisi yaitu perdagangan atau ekspor-impor dan pasar keuangan. Menurunnya daya beli masyarakat AS akibat krisis menyebabkan terjadinya penurunan permintaan (impor) terhadap sejumlah produk industri pengolahan, termasuk yang berasal dari Indonesia. Dari jalur keuangan, krisis global akan menyebabkan Indonesia berpotensi mengalami penurunan capital inflows, terutama dari investasi portofolio (Bank Indonesia, 2009). Implikasi dari kondisi

42 9 tersebut menyebabkan fluktuasi pada berbagai variabel ekonomi seperti nilai tukar dan tingkat suku bunga. Fluktuasi tingkat suku bunga selama periode Januari 2008-Desember 2009 cenderung bergerak naik. Berdasarkan data yang dipublikasikan Bank Indonesia (2011a), suku bunga meningkat dari 8.00 persen (Januari 2008) menjadi persen (November 2008). Setelah itu, tingkat suku bunga cenderung terus menurun hingga mencapai 6.64 persen pada Desember Peningkatan suku bunga kembali terjadi sebagai respon terhadap peningkatan inflasi yang terjadi pada bulan-bulan terakhir ini. BI menaikkan suku bunga pada level 6.75 persen per 4 Februari Peningkatan suku bunga tersebut didasarkan pertimbangan inflasi Januari 2011 mencapai 0.89 persen sehingga inflasi year on year pada Januari 2011 mencapai 7.02 persen 4. Fluktuasi variabel suku bunga tersebut akan berpengaruh terhadap besarnya biaya modal yang harus ditanggung pengusaha. Sumber: Bank Indonesia, 2011b (diolah). Gambar 3. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Periode Januari-April april 2011

43 10 Perkembangan yang juga terjadi dalam perekonomian pada periode terakhir ini adalah penguatan nilai tukar rupiah. Penguatan nilai tukar rupiah yang terjadi mendorong Pemerintah untuk merubah asumsi rupiah. Pemerintah berencana mengubah asumsi rupiah dari Rp menjadi Rp per dollar AS. Perkembangan nilai tukar rupiah selama periode 1 Januari 2011 sampai dengan 15 April 2011 ditunjukan pada Gambar 3. Selama periode tersebut nilai tukar rupiah cenderung menguat dari Rp 9 133/US$ menjadi Rp 8 684/US$. Volatilitas rupiah yang terjadi di pasar uang merupakan dinamika perekonomian yang juga akan berpengaruh terhadap sektor industri pengolahan. Penguatan rupiah yang terlalu tinggi akan dapat menurunkan daya saing ekspor industri. Volatilitas merupakan ukuran yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh perubahan dan persebaran nilai fluktuasi terhadap nilai rata-rata dari suatu data time series. Volatilitas harga minyak dunia, harga ekspor industri, suku bunga dan nilai tukar (devaluasi riil) diduga akan berpengaruh terhadap kinerja perekonomian secara keseluruhan dan kinerja sektor-sektor perekonomian. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengkaji bagaimana dampak volatilitas keempat variabel ekonomi tersebut terhadap kinerja sektor industri pengolahan dan makroekonomi Perumusan Masalah Selama lebih dari tiga dasawarsa pembangunan perekonomian Indonesia, industri pengolahan memiliki arti penting bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Selain mampu memberikan nilai tambah yang lebih tinggi terhadap produk antara, sektor ini juga berperan penting dalam memberikan sumbangan terhadap Produk

44 11 Domestik Bruto (PDB) dan penyerapan tenaga kerja. Pertumbuhan di sektor pengolahan memberikan multiplier effect (efek pengganda) yang relatif besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh sebab itu tidak mengherankan jika pemerintah memberikan perhatian yang lebih terhadap pertumbuhan sektor industri pengolahan. Secara umum sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan positif di sepanjang tahun Namun demikian laju pertumbuhan tersebut cenderung mengalami perlambatan. Pada tahun 2004 pertumbuhan sektor industri pengolahan non-migas mencapai sebesar 7.51 persen dan pada tahun 2005 pertumbuhannya turun menjadi sebesar 5.86 persen (BPS, 2008). Pertumbuhan sektor industri secara keseluruhan menurun dari 6.40 persen pada tahun 2004 menjadi 4.60 persen tahun 2005 (Bank Indonesia, 2008). Perlambatan dan turunnya kontribusi sektor industri yang terjadi pada tahun 2005 diduga disebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di tahun tersebut. Nicholson (1997) menjelaskan bahwa peningkatan harga input produksi, yang menyebabkan peningkatan biaya produksi yang dihadapi perusahaan, akan cenderung mendorong perusahaan untuk mengurangi output. Lebih lanjut, penurunan output tersebut akan diikuti dengan penurunan permintaan input (misalnya: tenaga kerja), yang merupakan derived demand. Sementara itu, perkembangan makroekonomi Indonesia selama periode menunjukan perkembangan yang relatif baik. Namun demikian, perubahan harga BBM dan dinamika perekonomian yang terjadi pada tahun 2005 diduga menyebabkan perubahan yang drastis pada beberapa indikator makroekonomi Indonesia seperti inflasi, nilai tukar, dan suku bunga SBI

45 12 (Tabel 2). Perubahan berbagai indikator makro tersebut tentunya juga mempengaruhi kinerja berbagai sektor perekonomian, termasuk sektor industri pengolahan. Tabel 2. Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Indonesia, Tahun Variabel Pertumbuhan PDB (%) Inflasi (%) Nilai Tukar Rata-rata (Rp/$) SBI 1bulan (%) Sumber: Bank Indonesia, 2009 dan Badan Pusat Statistik, 2010a. Untuk tahun 2008, dinamika perekonomian global dan nasional diwarnai dengan fenomena krisis finansial. Laporan Bank Indonesia (2009) menyebutkan bahwa perekonomian Indonesia tahun 2008 secara umum mencatat perkembangan yang cukup baik di tengah terjadinya gejolak eksternal. Pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan tumbuh mencapai 6.01 persen atau sedikit lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 6.30 persen. Perlambatan pada seluruh sektor mulai terjadi di triwulan IV-2008, terutama sektor-sektor tradable seiring dengan anjloknya permintaan dunia. Pada triwulan IV-2008, krisis global yang semakin dalam telah memberi tekanan pada pasar tenaga kerja di Indonesia. Tekanan krisis global telah mengakibatkan beberapa perusahaan melakukan penyesuaian pada operasi kerjanya, efisiensi usaha, dan penutupan beberapa pabrik. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan rencana Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) beberapa perusahaan. Penurunan ekspor produk industri Indonesia ke AS dan negara-negara lain yang juga terkena dampak krisis telah menyulitkan sektor industri dalam negeri menjual produknya.

46 13 Lebih lanjut, Bank Indonesia (2009) menyebutkan bahwa dampak krisis global juga tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah yang ditandai oleh tekanan depresiasi yang tinggi dan volatilitas yang meningkat, terutama sejak Oktober Rupiah tertekan hingga sempat mencapai Rp per dolar AS di November 2008 disertai melonjaknya volatilitas yang mencapai 4.67 persen. Secara rata-rata, nilai tukar rupiah terdepresiasi sebesar 5.40 persen dari Rp (tahun 2007) menjadi Rp (tahun 2008). Sementara itu, melonjaknya harga minyak dan komoditas pangan dunia berimbas pada tingginya inflasi IHK Indonesia yang mencapai persen pada tahun Kenaikan ini dipicu oleh tingginya lonjakan harga minyak dunia yang memaksa Pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi sebesar persen pada Mei Dari jalur keuangan, krisis global menyebabkan Indonesia mengalami kekeringan likuiditas. Hal ini terjadi karena meningkatnya risiko secara global sehingga memicu pelepasan investasi portofolio asing di pasar keuangan domestik. Hasil studi Oliveira dan Fortunato (2006) mengungkapkan bahwa perusahaan yang relatif lebih kecil dan lebih muda akan lebih sulit menghadapi kendala likuiditas dibandingkan dengan perusahaan yang relatif lebih mapan. Berbagai perkembangan yang terjadi sepanjang tahun 2008 menyebabkan pertumbuhan industri pengolahan mengalami perlambatan. Pertumbuhan industri pengolahan menurun menjadi sebesar 3.70 persen, lebih rendah dibandingkan tahun 2007 yang mencapai pertumbuhan sebesar 4.70 persen (Bank Indonesia, 2009). Untuk tahun 2010 perkembangan perekonomian mampu mencapai pertumbuhan sebesar 6.10 persen lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA DI INDONESIA

SURAT PERNYATAAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA DI INDONESIA SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul: STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi (suprime mortgage) di AS secara tiba-tiba berkembang menjadi krisis

BAB I PENDAHULUAN. tinggi (suprime mortgage) di AS secara tiba-tiba berkembang menjadi krisis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian dunia saat ini dihadapkan pada suatu perubahan drastis yang tak terbayangkan sebelumnya. Krisis kredit macet perumahan beresiko tinggi (suprime mortgage)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Pada tahun 2008 terjadi krisis global dan berlanjut pada krisis nilai tukar. Krisis ekonomi 2008 disebabkan karena adanya resesi ekonomi yang melanda Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik BAB I PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik maupun global.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara lain di sekitarnya. Biasanya bentuk kerjasama atau interaksi itu berbentuk perdagangan antar

Lebih terperinci

KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM REFORMASI PERPAJAKAN : KUALITAS PELAYANAN DAN MANAJEMEN ORGANISASI SAKLI ANGGORO

KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM REFORMASI PERPAJAKAN : KUALITAS PELAYANAN DAN MANAJEMEN ORGANISASI SAKLI ANGGORO KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM REFORMASI PERPAJAKAN : KUALITAS PELAYANAN DAN MANAJEMEN ORGANISASI SAKLI ANGGORO SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA LIRA MAI LENA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2 0 0 7 ABSTRAK Lira Mai Lena. Dampak Kebijakan Moneter terhadap Kinerja Sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

V. ANALISIS VOLATILITAS VARIABEL EKONOMI. Perkembangan yang terjadi pada data harga minyak dunia, harga ekspor

V. ANALISIS VOLATILITAS VARIABEL EKONOMI. Perkembangan yang terjadi pada data harga minyak dunia, harga ekspor 117 V. ANALISIS VOLATILITAS VARIABEL EKONOMI 5.1. Deskripsi Data Perkembangan yang terjadi pada data harga minyak dunia, harga ekspor industri, SBI riil dan devaluasi riil diuraikan pada bagian berikut.

Lebih terperinci

DAMPAK INVESTASI TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN: STUDI KOMPARASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING DI JAWA TIMUR

DAMPAK INVESTASI TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN: STUDI KOMPARASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING DI JAWA TIMUR DAMPAK INVESTASI TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN: STUDI KOMPARASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING DI JAWA TIMUR HERNY KARTIKA WATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN INFLASI INDONESIA PERIODE MUHAMMAD ILHAM RIYADH

ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN INFLASI INDONESIA PERIODE MUHAMMAD ILHAM RIYADH ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN INFLASI INDONESIA PERIODE 1999-2006 MUHAMMAD ILHAM RIYADH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 ABSTRAK MUHAMMAD ILHAM RIYADH. Analisis Fluktuasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ekonomi dunia dewasa ini berimplikasi pada eratnya hubungan satu negara dengan negara yang lain. Arus globalisasi ekonomi ditandai dengan

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin

Lebih terperinci

PROYEKSI EKONOMI MAKRO : Masukan bagi Pengelola BUMN Biro Riset LMFEUI

PROYEKSI EKONOMI MAKRO : Masukan bagi Pengelola BUMN Biro Riset LMFEUI PROYEKSI EKONOMI MAKRO 2011-2015: Masukan bagi Pengelola BUMN Biro Riset LMFEUI Indonesia memiliki sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam berbagai bidang usaha. Kendati, tidak seperti

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA LIRA MAI LENA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2 0 0 7 ABSTRAK Lira Mai Lena. Dampak Kebijakan Moneter terhadap Kinerja Sektor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum angka inflasi yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga dan perubahan nilai dapat dipakai sebagai informasi dasar dalam pengambilan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses 115 V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA 5.1. Pertumbuhan Ekonomi Petumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan proses perubahan PDB dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Uang mempermudah manusia untuk saling memenuhi kebutuhan hidup dengan cara melakukan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PAKAN TERNAK AYAM DI PROPINSI LAMPUNG DAN JAWA BARAT ANNA FITRIANI

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PAKAN TERNAK AYAM DI PROPINSI LAMPUNG DAN JAWA BARAT ANNA FITRIANI ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PAKAN TERNAK AYAM DI PROPINSI LAMPUNG DAN JAWA BARAT ANNA FITRIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perjalanan waktu yang penuh dengan persaingan, negara tidaklah dapat memenuhi sendiri seluruh kebutuhan penduduknya tanpa melakukan kerja sama dengan

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2008 Sebagai dampak dari krisis keuangan global, kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2008 mengalami penurunan yang tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

PROYEKSI MAKROEKONOMI INDONESIA

PROYEKSI MAKROEKONOMI INDONESIA PROYEKSI MAKROEKONOMI INDONESIA 2009-2013 Biro Riset LMFEUI Gejolak makroekonomi mulai terjadi sejalan dengan fluktuasi harga energi dan komoditas sejak semester kedua 2007. Fluktuasi tersebut disusul

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA Mudrajad Kuncoro Juli 2008 Peranan Masing- Masing Cabang Industri Terhadap PDB Sektor Industri Tahun 1995-2008* No. Cabang Industri Persen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan sumber daya yang dimiliki setiap negara dan keterbukaan untuk melakukan hubungan internasional

Lebih terperinci

6. HASIL DAN PEMBAHASAN

6. HASIL DAN PEMBAHASAN 6. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas tentang kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan respon kebijakan untuk meminimisasi dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia. Mengingat sejak bulan

Lebih terperinci

DAMPAK KETERGANTUNGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI TERHADAP SUMBERDAYA ALAM TAK TERBARUKAN (PEMBERLAKUAN KUOTA EKSPOR BATUBARA)

DAMPAK KETERGANTUNGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI TERHADAP SUMBERDAYA ALAM TAK TERBARUKAN (PEMBERLAKUAN KUOTA EKSPOR BATUBARA) DAMPAK KETERGANTUNGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI TERHADAP SUMBERDAYA ALAM TAK TERBARUKAN (PEMBERLAKUAN KUOTA EKSPOR BATUBARA) OLEH BUDI KURNIAWAN H14094019 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan salah satu indikator penting dalam perekonomian suatu negara. Kestabilan inflasi merupakan prasyarat

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H14050184 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sebagai penyimpan nilai, unit hitung, dan media pertukaran.

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sebagai penyimpan nilai, unit hitung, dan media pertukaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Uang merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian diseluruh dunia. Bagi seorang ekonom, uang adalah persediaan aset yang dapat dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Menurut data Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Di era globalisasi ini, industri menjadi penopang dan tolak ukur kesejahteraan suatu negara. Berbagai

Lebih terperinci

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011 Mekanisme transmisi Angelina Ika Rahutami 2011 the transmission mechanism Seluruh model makroekonometrik mengandung penjelasan kuantitatif yang menunjukkan bagaimana perubahan variabel nominal membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat krisis keuangan global beberapa tahun belakan ini kurs, inflasi, suku bunga dan jumlah uang beredar seolah tidak lepas dari masalah perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING. Oleh: BEDY SUDJARMOKO

ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING. Oleh: BEDY SUDJARMOKO ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING Oleh: BEDY SUDJARMOKO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK BEDY SUDJARMOKO. Analisis Efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan masyarakat demokratis, yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

KETERKAITAN WILAYAH DAN DAMPAK KEBIJAKAN TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN WILAYAH DI INDONESIA. Oleh: VERALIANTA BR SEBAYANG

KETERKAITAN WILAYAH DAN DAMPAK KEBIJAKAN TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN WILAYAH DI INDONESIA. Oleh: VERALIANTA BR SEBAYANG KETERKAITAN WILAYAH DAN DAMPAK KEBIJAKAN TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN WILAYAH DI INDONESIA Oleh: VERALIANTA BR SEBAYANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami peningkatan yang semakin pesat sejak krisis ekonomi global pada tahun 1998 yang tidak hanya melanda di negara

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H i ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H14053157 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H

DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H14094022 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H

ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H 14104017 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w s. go.id PERKEMBANGAN INDEKS PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG 2011 2013 ISSN : 1978-9602 No. Publikasi : 05310.1306 Katalog BPS : 6102002 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam perdagangan internasional tidak lepas dari negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Apalagi adanya keterbukaan dan liberalisasi

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara ke arah yang lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat aktivitas perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pertukaran barang dan jasa serta untuk pembayaran utang. Pada umumnya setiap

BAB I PENDAHULUAN. proses pertukaran barang dan jasa serta untuk pembayaran utang. Pada umumnya setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Uang memegang peranan yang sangat penting di sepanjang kehidupan manusia. Uang digunakan sebagai alat tukar yang dapat diterima secara umum, yang dimana alat tukarnya

Lebih terperinci

VII. DAMPAK GUNCANGAN DOMESTIK TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA

VII. DAMPAK GUNCANGAN DOMESTIK TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA 87 VII. DAMPAK GUNCANGAN DOMESTIK TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA 7.1 Dinamika Respon Business Cycle Indonesia terhadap Guncangan Domestik 7.1.1 Guncangan Penawaran (Output) Guncangan penawaran dalam penelitian

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H14101038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kurs (Nilai Tukar) a. Pengertian Kurs Beberapa pengertian kurs di kemukakan beberapa tokoh antara lain, menurut Krugman (1999) kurs atau exchange rate adalah

Lebih terperinci

Pembangunan ekonomi berhubungan erat dengan perkembangan jumlah. penduduk, penyediaan kesempatan ke ja, distribusi pendapatan, tingkat output yang

Pembangunan ekonomi berhubungan erat dengan perkembangan jumlah. penduduk, penyediaan kesempatan ke ja, distribusi pendapatan, tingkat output yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi berhubungan erat dengan perkembangan jumlah penduduk, penyediaan kesempatan ke ja, distribusi pendapatan, tingkat output yang dihasilkan, penghapusan

Lebih terperinci

OPTlMALlSASl POLA USAHATANI TANAMAN PANGAN PADA MHAN SAWAH DAN TERNAK DOMBA Dl KECAMATAN SUKAHAJI, MAJALENGKA. Oleh : ALLA ASMARA

OPTlMALlSASl POLA USAHATANI TANAMAN PANGAN PADA MHAN SAWAH DAN TERNAK DOMBA Dl KECAMATAN SUKAHAJI, MAJALENGKA. Oleh : ALLA ASMARA OPTlMALlSASl POLA USAHATANI TANAMAN PANGAN PADA MHAN SAWAH DAN TERNAK DOMBA Dl KECAMATAN SUKAHAJI, MAJALENGKA Oleh : ALLA ASMARA PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2002 ABSTRAK ALLA ASMARA.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (KOJA Container Terminal :2008)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (KOJA Container Terminal :2008) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi yg melanda Amerika Serikat telah memberikan dampaknya ke hampir seluruh dunia dan hampir di seluruh sektor. Krisis keuangan global menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk domestik bruto (PDB) merupakan salah satu di antara beberapa variabel ekonomi makro yang paling diperhatikan oleh para ekonom. Alasannya, karena PDB merupakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak pernah lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth). Karena pembangunan ekonomi mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik

BAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang sangat ditakuti oleh semua negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dewasa ini kita melihat dunia pasar modal semakin cukup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dewasa ini kita melihat dunia pasar modal semakin cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dewasa ini kita melihat dunia pasar modal semakin cukup berpengaruh terhadap perekonomian negara. Dan adanya ketergantungan yang diharapkan bahwa pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan depresiasi. Ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia juga telah

Lebih terperinci

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif. 5. RANGKUMAN HASIL Dari hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dirangkum beberapa poin penting sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu: 1. Deviasi hasil estimasi total output dengan data aktual

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama tiga dekade terakhir, perekonomian Indonesia sudah mengalami perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan melakukan kebijakan deregulasi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia dewasa ini makin berkembang. Peran Indonesia dalam perekonomian global makin besar dimana Indonesia mampu mencapai 17 besar perekonomian dunia

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun. Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci