UNIVERSITAS INDONESIA PERAN DEWA DAPUR DALAM KEHIDUPAN KAUM TIONGHOA DI INDONESIA MAKALAH NON SEMINAR MUTIA NURUL IZZATI
|
|
- Doddy Oesman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 UNIVERSITAS INDONESIA PERAN DEWA DAPUR DALAM KEHIDUPAN KAUM TIONGHOA DI INDONESIA MAKALAH NON SEMINAR MUTIA NURUL IZZATI FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI CINA DEPOK JANUARI
2 2
3 3
4 PERAN DEWA DAPUR DALAM KEHIDUPAN KAUM TIONGHOA * DI INDONESIA Mutia Nurul Izzati Sastra Cina, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia mutianurul.izzati@gmail.com Abstrak Makalah ini membahas tentang peran Dewa Dapur dalam kehidupan kaum Tionghoa. Dewa dapur merupakan salah satu dari sekian banyak dewa yang dipercaya oleh masyarakat Cina. Dewa Dapur memiliki peranan yang penting dalam kehidupan mereka. Dewa dapur dipercaya sebagai penentu kemakmuran sebuah keluarga. Oleh karena itu setiap tahun selalu diadakan pemujaan kepada dewa dapur. Kepercayaan ini diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat Cina dari jaman dinasti hingga masa kini. Begitu pula dengan kaum Tionghoa di Indonesia yang masih memegang teguh tradisi dan kepercayaan leluhur mereka. Mereka percaya bahwa warisan leluhur tersebut harus terus dilestarikan. Oleh karena itu hingga saat ini di antara mereka masih ada yang percaya dan terus melakukan ritual pemujaan terhadap Dewa Dapur. Kata kunci : Dewa Dapur, Mitologi Cina, Tionghoa The Role of Kitchen God in Tionghoa People s Life in Indonesia Abstract This paper discussed about the role of Kitchen God in the life of the Tionghoa people. Kitchen God is one of the many gods are believed by the Chinese people. Kitchen God has an important role in their lives. Kitchen God believed to be the determinant of a prosperous family. Therefore the ritual worship of Kitchen God always held every year. This belief passed down through the generations by the people of China from dynasty period to the present time. Similarly, Tionghoa people in Indonesia who still adhere to the traditions and beliefs of their ancestors. They believe that the heritage should continue to be preserved. Therefore to this day among them there are those who believe and continue to perform the ritual worship of the Kitchen God. Keywords : Kitchen God, China Myth, Tionghoa * Kaum Tionghoa mengacu pada orang-orang keturunan Cina yang tinggal di Indonesia. Leluhur Kaum Tionghoa di masa lalu berimigrasi dari Cina ke Indonesia dan menikah dengan masyarakat lokal hingga kemudian keluarga dan keturunan mereka menjadi bagian dari warga Indonesia. 4
5 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika pertama kali mempelajari mitologi Cina dalam mata kuliah Pengantar Kebudayaan Cina, penulis sangat tertarik terhadap banyaknya dewa-dewi yang dipercaya dan dipuja oleh masyarakat Cina. Dewadewi dalam mitologi Cina ini menurut kepercayaan masyarakat Cina dibedakan menjadi Dewa yang sesungguhnya, dan Dewa yang pada awalnya merupakan manusia, namun karena telah berjasa maka setelah meninggal mereka diangkat ke langit dan dijadikan dewa. Dalam pandangan masyarakat Cina, dewa-dewi tersebut memiliki birokrasi seperti halnya sebuah kerajaan manusia, yang biasa disebut dengan Kerajaan Langit. Mereka memiliki penguasa tunggal tertinggi yang disebut Tian. Selain itu, juga terdapat sistem aturan yang wajib ditaati oleh semua dewa-dewi di Kerajaan Langit. Mereka memiliki kedudukan dan tugasnya masing-masing. Salah satu di antara banyak dewa yang dipercaya masyarakat Cina adalah Dewa Dapur. Meskipun Dewa Dapur adalah dewa yang memiliki kedudukan terendah tetapi ia memiliki peran yang penting. Masyarakat Cina memiliki cara pemujaan tersendiri untuk Dewa Dapur. Mitos-mitos mengenai Dewa Dapur juga sering terdengar, salah satunya adalah harus memberikan makanan yang manis atau lengket untuk Dewa Dapur. Kepercayaan masyarakat Cina itu dianut juga oleh kaum Tionghoa di Indonesia. Mereka merupakan masyarakat yang menaati adat istiadat dan kepercayaan leluhur yang telah diwariskan secara turun-temurun. Kaum Tionghoa di Indonesia seperti halnya masyarakat Cina juga mempercayai mitologi dewa. Mereka juga melaksanakan upacara persembahan untuk menghormati dewa-dewi yang berjasa dalam kehidupan mereka. Dapat dilihat dalam keseharian kaum Tionghoa, mereka memajang lukisan ataupun patung dewa-dewi yang mereka sembah. Misalnya patung atau lukisan Dewi Kwan Im, Budha, dan lainnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah Dewa Dapur masih dipercaya oleh Kaum Tionghoa di Indonesia saat ini? Bagaimanakah bentuk pemujaannya? Mengapa mereka masih memegang teguh kepercayaan terhadap Dewa Dapur? Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bahwa Dewa Dapur merupakan salah satu dewa yang masih dipercaya oleh kaum Tionghoa di Indonesia. Selain itu juga menjelaskan bagaimana bentuk pemujaan yang dilakukan kaum Tionghoa terhadap Dewa Dapur, dan alasan mengapa mereka masih memegang teguh kepercayaan terhadap Dewa Dapur. 2. Metode Penelitian Metode yang penulis gunakan dalam makalah ini adalah metode kualitatif, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci. Teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, Prof. DR., 2008: 1). Alasan penulis menggunakan penelitian kualitatif karena obyek dalam penelitian ini adalah obyek yang alamiah serta dinamis. Obyek yang alamiah adalah obyek yang apa adanya dan tidak dimanipulasi oleh penulis. Selain itu penelitian ini dilakukan guna mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Oleh karena itu, metode penelitian kualitatif lebih tepat untuk digunakan dalam penelitian ini. 3. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka pembahasan dalam makalah ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu Dewa Dapur, kaum Tionghoa dan peran Dewa Dapur dalam kehidupan mereka, dan ritual pemujaan terhadap Dewa Dapur. 3.1 Dewa Dapur Cina merupakan salah satu negara yang terkenal dengan mitologinya. Kepercayaan masyarakat Cina terhadap suatu kekuatan yang dapat mengendalikan hidup dan menentukan nasib mereka adalah kepercayaan yang turun-temurun diyakini oleh masyarakat Cina. Kekuatan tersebut dalam pandangan masyarakat Cina diwujudkan dalam bentuk dewa atau dalam Bahasa Cina sering disebut shen ( 神 ) yang berarti roh. Masyarakat Cina merupakan masyarakat politeisme, yaitu percaya terhadap banyak dewa. Pada awalnya dewa-dewi dalam mitologi Cina digambarkan berdasarkan imajinasi untuk makhluk seperti manusia atau manusia yang telah meninggal yang diberi kemampuan lebih karena perbuatan baiknya. Imajinasi ini kemudian berkembang menjadi sebuah dunia lain yang memiliki mekanisme yang mirip dengan mekanisme dunia manusia. 5
6 Setelah munculnya dinasti-dinasti penguasa, imajinasi berkembang sehingga membentuk Kerajaan Langit yang dipimpin oleh Yu Huang ( 玉皇 ). Kerajaan Langit ini mencakup Langit dan Neraka. Keduanya memiliki sistem seperti pemerintahan di dunia manusia dengan memperkerjakan banyak dewadewi, bidadari dan makhluk halus lainnya. Selain itu dikenal juga keadaan abadi atau tidak mati seperti pada Delapan Dewa. Delapan Dewa adalah dewa-dewi dari agama Tao. Dewa dalam kepercayaan masyarakat Cina terdiri dari berbagai kategori, diantaranya adalah Dewa Pencipta Alam (dipimpin oleh Yu Huang), Dewa Penguasa Manusia (yang mengurus berbagai aspek kehidupan manusia, seperti kematian, kelahiran, dan lain-lain), dan juga Dewa Penjaga Rumah (jujia baohu shen 居家 保护神 ). Dewa Penjaga Rumah dipercaya dan dipuja oleh seluruh keluarga dalam kehidupan sehari-hari. Mereka melindungi keamanan, kesehatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan setiap rumah tangga dan anggotanya. Dewa Dapur atau Zaoshen ( 灶神 ) adalah salah satu di antara banyaknya dewa yang termasuk dalam kategori Dewa Penjaga Rumah. Dewa Dapur memiliki peran besar dalam kehidupan masyarakat Cina. Beberapa dewa penjaga rumah lainnya (Pradany Hayyu, 2009:28) adalah Dewa Obat (Yaowang 药王 ), Dewa Pintu (Menshen 门神 ), Dewa Kamar Mandi (Ceshen 厕神 ), Dewa Sumur (Jingshen 井神 ), Dewa Kesejahteraan (Caishen 财神 ), Dewa Tempat Tidur (Chuangshen 床神 ), Dewa Asmara (Aishen 爱神 ), Dewa Reuni (Tuanyuanshen 团圆神 ), Dewa Kelahiran (Shengyushen 生育神 ), dan lain-lain Legenda Dewa Dapur Dapur adalah tempat melakukan kegiatan memasak di rumah. Dapur pada jaman dahulu identik dengan tungku. Pada masa itu masyarakat Cina kuno memasak dengan menggunakan tungku. Sesuai dengan namanya Dewa Dapur adalah dewa yang muncul di dapur maka dari itu Dewa Dapur juga berkaitan dengan tungku yang digunakan di dapur oleh masyarakat Cina kuno. Dalam Bahasa Cina nama Dewa Dapur menggunakan kata Zao ( 灶 ) yang berarti dapur atau kompor (tungku) dan Shen ( 神 ) yang berarti dewa atau roh. Dalam sejarah Cina, dapur memiliki sejarah yang cukup panjang. Berdasarkan penemuan fosil Manusia Yuanmou yang ditemukan di Yuanmou, provinsi Yunnan, pada tahun 1965 terbukti bahwa Manusia Yuanmou yang tinggal di goa sudah mulai menciptakan api (Pradany Hayyu, 2009:28). Bagi manusia primitif, api digunakan untuk menghangatkan badan, memasak, alat penerangan, dan melawan binatang liar di malam hari. Oleh karena itu dapat disimpulkan api telah dikenal manusia sejak zaman batu. Setelah manusia dapat menciptakan api secara bertahap mereka mulai membuat media untuk memasak, yaitu tungku (Zao 灶 ). Pada mulanya tungku dimiliki oleh tiap kelompok besar manusia primitif, tetapi setelah mereka hidup dalam kelompok kecil maka tungku dimiliki oleh setiap keluarga. Dalam melangsungkan hidupnya, manusia tidak dapat dipisahkan dari keberadaan api. Karena api dianggap memegang peranan penting dalam kehidupan manusia maka manusia pada zaman dahulu meyakini adanya Dewa Api (Huoshen 火神 ) yang menjaga kehidupan manusia. Dewa Api inilah yang menjadi cikal bakal adanya Dewa Dapur, seperti yang tertulis dalam buku Huaxia Zhushen (Berbagai Macam Dewa di Cina) (2001: 60) : Setelah pemujaan Dewa Api masuk ke dalam rumah, pemujaan terhadap Dewa Dapur telah melahirkan hubungan yang tak terpisahkan, dapur pun menjadi tempat tinggalnya. Seiring berlalunya waktu, Dewa Api berevolusi menjadi Dewa Dapur. Dewa Api bukanlah nama seorang dewa, namun merupakan kategori dewa. Dalam mitologi Cina kuno, Dewa Dapur direpresentasikan oleh Yandi ( 炎帝 ) dan Zhurong ( 祝融 ). Yandi ( 炎帝 ) merupakan salah satu dari Lima Kaisar (Wudi 五帝 ). Di ( 帝 ) yang dimaksud dalam istilah ini adalah sebutan bagi dewa yang dianggap sebagai raja atau kaisar. Dalam mitologi Cina kuno, Wudi merupakan dewa yang mengatur pembagian Lima Arah, yaitu utara, selatan, timur, barat, tengah dan Lima Elemen, yaitu kayu, api, logam, tanah, air di bumi. Sejak dahulu, masyarakat Cina percaya bahwa setiap elemen di dunia ini memiliki dewa yang menguasai dan mengaturnya dalam kegunaannya demi kelangsungan hidup manusia. Oleh karena itu, Wudi disebut juga sebagai penguasa alam. Menurut kitab Chuci ( 楚辞 ), Wudi terdiri dari Penguasa Arah Tengah (Huangdi 黄帝 ), Penguasa Arah Timur (Shaohao 少昊 ), Penguasa Arah Utara (Zhuanxu 颛顼 ), Penguasa Arah Barat (Shennong 神农 ), dan Penguasa Arah Selatan (Fuxi 伏羲 ) (Pradany Hayyu, 2009:30). Menurut mitologi Cina kuno, Huangdi adalah saudara 6
7 dari Yandi. Mereka adalah penguasa arah tengah dan elemen api. Dalam perkembangannya, Huangdi dan Yandi dianggap sama dengan Dewa Api (Huoshen). Selain itu, masyarakat Cina kuno juga mengenal Zhurong sebagai Dewa Api. Dikatakan bahwa Zhurong merupakan keturunan kelima dari Yandi. Ada pula yang mengatakan bahwa Zhurong merupakan bawahan Yandi dalam sistem hierarki para dewa. Maka dari itu dapat dikatakan Zhurong juga merupakan bagian dari kategori Dewa Api (Huoshen). Maka, dapat disimpulkan bahwa Dewa Api yang terdiri dari Yandi dan Zhurong merupakan dewa yang dipuja oleh masyarakat Cina kuno. Mereka juga merupakan dewa yang sering muncul dalam kitab-kitab Cina kuno yang disebut memiliki hubungan dengan Dewa Dapur (Zaoshen). Dikatakan bahwa Dewa Dapur mulai dipuja ketika manusia menciptakan tungku, yang pada waktu itu terbuat dari batu bata. Jauh sebelum tungku ditemukan manusia, Zhurong sebagai Dewa Api telah dipuji sebagai dewa yang memberi manusia kesejahteraan dan perlindungan. 3.2 Kaum Tionghoa dan Dewa Dapur Perkembangan Kepercayaan Kaum Tionghoa di Indonesia terhadap Dewa Dapur Menurut Gondomono dalam buku Membanting Tulang Menyembah Arwah: Kehidupan Kekotaan Masyarakat Cina (1996: 2-3) Kaum Tionghoa di Indonesia telah ada jauh sebelum orang-orang Portugis maupun orang Belanda datang ke wilayah Jawa. Para pedagang Cina ketika itu telah ada yang bermukim di sekitar pantai utara pulau Jawa pada tahun-tahun terakhir abad keenam belas. Ketika kehidupan di Nusantara terbukti lebih baik dan memberi harapan yang lebih cerah, maka semakin banyak imigran yang datang dalam jumlah besar ke Indonesia. Pada awalnya mereka masih berniat untuk kembali ke negeri Cina setelah mengumpulkan kekayaan, namun lama kelamaan pikiran tersebut hilang dan mereka malah hidup dengan perempuan setempat dan menetap di Indonesia untuk selamanya. Mereka membentuk komunitas sendiri yang semakin lama semakin berbeda secara kultural dengan masyarakat leluhur Cina. Maka terbentuklah sebuah kelompok yang sering disebut sebagai peranakan. Kaum imigran yang datang pada abad kesembilan belas sampai awal tahun 1930an banyak yang membawa istri atau keluarganya sehingga mereka pun membentuk komunitas sendiri yang disebut golongan Cina Totok, yang secara kultural lebih akrab dengan budaya leluhur mereka daripada golongan peranakan. Unsur kebudayaan leluhur yang dibawa mengalami percampuran dengan budaya setempat. Bahkan terdapat unsur kebudayaan Cina lainnya yang dianggap kurang sesuai dengan budaya Indonesia, yaitu keyakinan-keyakinan religius Cina. Pada masa Orde Baru, terdapat kebijakan untuk mengurangi bahkan meniadakan kegiatan atau penyelenggaraan perayaanperayaan yang masih ada kaitannya dengan budaya Cina secara mencolok oleh Pemerintah RI dimaksudkan untuk mempercepat pembaruan dan penerimaan kelompok etnik Cina ke dalam masyarakat Indonesia. Akibatnya terjadi perubahan secara terpaksa tradisi leluhur yang dilakukan Kaum Tionghoa karena peraturan tersebut. Upacara keagamaan Cina dilakukan secara tidak mencolok, pengunjung klenteng berkurang, tradisi mengunjungi kuburan sudah sangat berkurang. Tradisi memperingati arwah keluarga pada Hari Raya itu hanya dilakukan di rumah sesuai dengan ketentuan pemerintah RI. Namun, sejak masa Reformasi, di bawah pemerintahan Presiden K.H Abdurahman Wahid Kaum Tionghoa di Indonesia kembali mendapatkan kebebasan mereka dalam mejalankan tradisi dan keyakinannya. Mereka tidak perlu lagi menyembunyikan identitas diri mereka sebagai golongan Cina peranakan maupun Cina Totok. Tradisi yang sebelumnya dilarang dapat kembali dijalankan dengan jaminan dari pemerintah. Perayaan Hari Imlek dilakukan dengan meriah oleh masyarakat Cina, klenteng kembali ramai pengunjung. Tradisi dan keyakinan tersebut walaupun sudah bercampur dengan budaya setempat namun masih tetap dipegang teguh oleh Kaum Tionghoa di Indonesia, termasuk mitos dan kepercayaan terhadap dewa-dewa Cina yang terbukti masih dipuja hingga saat ini. Hal itu dapat terlihat ketika mengunjungi klenteng terdapat patung-patung dewa yang digunakan untuk sembahyang. Selain di klenteng, patung-patung dewa juga terdapat di dalam rumah Kaum Tionghoa, termasuk Dewa Dapur Peran Dewa Dapur dalam kehidupan kaum Tionghoa Dewa Dapur dipercaya sebagai salah satu dewa yang memiliki peran penting dalam kehidupan keluarga oleh Kaum Tionghoa. Mereka percaya bahwa Dewa Dapur berkuasa atas kehidupan anggota keluarga, memiliki wewenang untuk memberikan kekayaan dan kemiskinan sesukanya, dan membuat laporan kepada Yang Tertinggi. Untuk itu ia biasanya tidak berada di tempat selama empat sampai tujuh hari. Sebagian orang meyakini laporan itu dilakukan satu atau dua kali atau beberapa kali dalam sebulan. Hal ini juga berlaku dalam Kaum Tionghoa di Indonesia yang masih memiliki kepercayaan terhadap Dewa Dapur. Mereka percaya bahwa Dewa Dapur 7
8 berpengaruh terhadap kesejahteraan kehidupan keluarga, seperti yang dikatakan oleh Tanuwijaya (45 tahun) bahwa dengan menyenangkan Dewa Dapur ketika ia akan naik ke Langit maka dipercaya rezeki keluarga tersebut akan terjamin untuk satu tahun mendatang. Mitos mengenai Dewa Dapur pun masih sering terdengar di kalangan Kaum Tionghoa, misalnya saja mitos tentang Dewa Dapur yang senang dengan rasa manis. Menurut penuturan Dharmawan, mitos tersebut sudah ada sejak ia masih kecil. Pria yang sekarang berumur 52 tahun tersebut percaya bahwa tradisi keyakinan terhadap Dewa Dapur harus tetap dilestarikan. Sebagai salah satu mitos, Dewa Dapur memiliki manfaat dan peran bagi kehidupan sosial kaum Tionghoa. Berikut ini akan dijelaskan peranan Dewa Dapur dilihat dari berbagai sisi (Pradany Hayyu, 2009: 50-51). 1) Sebagai salah satu mitos, Dewa Dapur dapat berfungsi sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat. Kisah asal usul Zaoshen yang diceritakan secara turun temurun kepada generasi muda dijadikan sebagai sarana untuk menanamkan moral yang baik kepada generasi tersebut, yaitu berupa rasa mensyukuri terhadap nikmat yang dimilikinya serta agar selalu berbuat baik kepada anggota keluarga. 2) Zaoshen sebagai pelindung keluarga Zaoshen merupakan satu-satunya dewa yang tinggal di rumah sebuah keluarga. Oleh karena itu, Zaoshen memiliki kedekatan khusus dengan kehidupan Kaum Tionghoa dibandingkan dewadewa yang lainnya. Kaum Tionghoa juga sangat menghormati Zaoshen karena dipercaya dapat melindungi serta memberi kesejahteraan kepada keluarga tempat ia bersemayam. Disamping itu, Zaoshen juga memiliki peranan dalam kehidupan sosial budaya keluarga. Saat anggota keluarga akan meninggalkan rumah untuk melakukan perjalanan yang cukup panjang, ia terlebih dahulu akan membakar hio di depan Zaoshen dengan harapan akan mendapatkan keselamatan. Begitu pula dalam hal keselamatan, saat ada anggota keluarga yang menikah maka pengantin wanita akan bersembahyang di depan lukisan Zaoshen setelah terlebih dahulu bersembahyang kepada tian (langit) dan Dewa Bumi (bumi), dan para leluhur. 3.3 Ritual Pemujaan terhadap Dewa Dapur Zaoshen merupakan dewa penjaga rumah yang memiliki peranan penting dalam kehidupan keluargakaum Tionghoa. Ia sangat disegani dan dihormati oleh Kaum Tionghoa. Dalam beberapa literatur Barat, ia juga disebut sebagai Lord of The Heath (pangeran tungku) dan Master of The Household (tuan dalam rumah) (Amy Tan, 1994: 90-93). Oleh sebab kedudukannya yang penting, tak heran jika tahun baru Cina segera tiba, masyarakat beramairamai mempersiapkan pemujaan terhadap Zaoshen yang akan pergi menghadap Yang Tertinggi. Ritual pemujaan Zaoshen adalah sebagai berikut: 1) Songzao 送灶 (Mengantar Zaoshen) Ritual ini dilakukan pada tanggal 23 bulan ke-12 penanggalan Cina. Namun ada juga sebagian kecil Kaum Tionghoa yang melakukannya pada tanggal 24. Pada hari itu dikenal dengan Jizao Rizi yaitu hari mengadakan pemujaan kepada Zaoshen ( 中国民俗网, 2007: 2). Disebut juga sebagai Xiao Nian (tahun baru kecil) karena pada hari itu masyarakat sibuk membeli bahan makanan, gambar Zaoshen yang baru, Hio dan lain-lain layaknya kesibukan menjelang tahun baru tiba. Ritual mengantar Zaoshen umum dilakukan setelah makan malam. Menurut salah satu sumber, tata cara pelaksanaan ritual ini yaitu: - Meletakkan beberapa meja di dapur tepatnya di depan tungku atau kompor yaitu dihadapan gambar Zaoshen. (Perlengkapan-perlengkapan yang sebelumnya sudah dibeli seperti Hio, bunga, arak, lilin, permen, buah-buahan dan makanan manis digunakan sebagai instrumen utama). - Membuat alat transportasi yang bentuknya menyerupai kuda dari sebuah batang gandum atau padi-padian untuk Zaoshen dalam perjalanannya menuju Tian. - Tiap anggota keluarga mengoleskan madu, manisan atau permen pada gambar bibir Zaoshen agar ia melaporkan hal-hal yang baik saja kepada Tian. - Kepala Keluarga membakar Hio dan berlutut dihadapan Zaoshen, kemudian melepas gambar Zaoshen dan membakarnya di dalam sebuah jambangan berisi uang kertas tiruan (digunakan untuk sembahyang) serta membakar kuda tiruan bersama Hio, lilin, dan kertas sembahyang. Zaoshen pun siap untuk pergi menghadap Tian. Dalam melakukan ritual Songzao, kaum Tionghoa mempersembahkan makanan dan minuman yang bervariasi berupa makanan manis dan lengket. Seperti yang dilakukan Irmawati (38 tahun), ia menyediakan pula 3 cangkir arak sebagai tambahan. Pemilihan makanan dan minuman tersebut mencerminkan kemampuan suatu keluarga dalam memberi pemujaan terbaik kepada Zaoshen serta tentu saja mengharapkan keberuntungan, kesejahteraan dan perlindungan dari Zaoshen untuk kurun waktu satu tahun mendatang. 8
9 2) Jiezao 接灶 (Menyambut kedatangan Zaoshen) Ritual ini dilakukan untuk menyambut kedatangan Zaoshen yang menurut kepercayaan orang Cina jatuh pada malam tahun baru atau Chuxi (tanggal 30 bulan ke-12 penanggalan Cina) dimana Zaoshen dan para dewa lainnya kembali ke bumi. Umumnya Kaum Tionghoa melakukan ritual ini pada malam tahun baru, namun ada juga yang melakukannya pada tanggaltanggal berikut : - Bulan pertama tanggal 1 penanggalan cina disebut yuandan atau zhengyue chu yi - Bulan pertama tanggal 3 penanggalan cina disebut zhengyue sanri - Bulan pertama tanggal 4 penanggalan cina disebut Zhengyue Siri - Bulan pertama tanggal 5 penanggalan cina disebut Zhengyue Wuri Meskipun Kaum Tionghoa melakukan tradisi tersebut pada tanggal yang berlainan namun paling lambat ritual tersebut akan dilakukan sebelum bulan pertama tanggal 15 penanggalan cina atau sebelum tiba Perayaan Capgomeh /Perayaan Lentera (Yuanxiao Jie). Tata cara Ritual Menyambut Zaoshen yaitu : - Menempelkan gambar Zaoshen yang baru di dekat dapur atau tempat memasak. Cara lain untuk menyambut Zaoshen adalah dengan mengganti lampu dapur dan membakar Hio didepan lukisan Zaoshen yang baru. - Mempersiapkan hidangan makanan, arak, hio yang nantinya akan dibakar sebagai bentuk penghormatan terhadap Zaoshen. Ritual pemujaan terhadap Dewa Dapur dapat dilakukan di klenteng maupun dirumah. Seperti yang dilakukan keluarga Hendro Lazuardi, pada hari sebelum perayaan imlek mereka tidak pergi ke klenteng untuk melakukan sembahyang, melainkan melakukannya di rumah sendiri. Di dalam rumah mereka terdapat berbagai altar untuk berbagai macam dewa, seperti Dewi Kwan Im, Buddha, Dewa Bumi, Dewa Dapur dan lain-lain. Hendro sebagai kepala keluarga memimpin pelaksanaan upacara sembahyang. Upacara ini dimaksudkan untuk mengantar dewa-dewa yang akan naik ke langit dan memohon doa kepada mereka agar membawakan kesejahteraan dan kekayaan sekembalinya mereka dari langit. Altar untuk Dewa Dapur yang terdapat dalam rumah Hendro diletakkan di belakang pintu dapur. Menurutnya upacara sembahyang terhadap Dewa Dapur merupakan salah satu ritual penting yang harus dilakukan setiap tahunnya. Demi kesejahteraan dan kemakmuran hidup keluarga selama setahun mendatang, maka harus memohon kepada dewa-dewa. Pada dasarnya ritual pemujaan yang dilakukan di klenteng maupun di rumah tidak jauh berbeda. Namun, pada pelaksanaan ritual pemujaan Dewa Dapur kebanyakan orang Cina lebih memilih melakukannya di rumah. Hal ini dikarenakan Dewa Dapur merupakan dewa yang tinggal di rumah sehingga dalam mengantar dan menjemput Zaoshen akan terasa lebih sesuai bila dilakukan di rumah. Akan tetapi, menurut Amelia Salim, tidak semua keluarga keturunan Cina saat ini memiliki altar khusus di rumah, sehingga masih banyak dari mereka yang pergi ke klenteng untuk melakukan sembahyang. Pilihan tersebut disesuaikan dengan kondisi masing-masing keluarga. 4. Kesimpulan Kaum Tionghoa di Indonesia merupakan masyarakat yang memegang teguh tradisi dan adat istiadat leluhur. Meskipun terjadi akulturasi budaya antara budaya leluhur, yaitu budaya Cina dengan budaya tempat tinggal mereka di Indonesia, namun hal tersebut tidak membuat hilangnya kepercayaan dan keyakinan orang Cina peranakan dan Cina Totok terhadap budaya warisan leluhur. Mereka percaya bahwa budaya dan keyakinan warisan tersebut haruslah dilestarikan. Alasan mereka tetap berpegang teguh kepada keyakinan tersebut sangatlah sederhana. Mereka mengatakan bahwa kepercayaan terhadap dewa-dewi adalah warisan leluhur, sehingga tanpa perlu mempertanyakan lebih jauh mereka meyakini bahwa warisan tersebut adalah hal yang harus tetap dipertahankan. Dewa Dapur sebagai dewa pelindung dan pemberi kesejahteraan pada keluarga, merupakan salah satu dari sekian banyak dewa yang hingga saat ini masih dipercaya oleh kaum Tionghoa di Indonesia. Kepercayaan ini dapat terlihat dari ritual pemujaan yang dilakukan menjelang Tahun Baru Imlek. Ritual ini dapat dilakukan di klenteng-klenteng atau rumah masing-masing. Ritual pemujaan yang dilakukan kaum Tionghoa di Indonesia merupakan bukti bahwa mereka masih menganggap penting kepercayaan terhadap dewa-dewi yang memiliki peran dalam kehidupan mereka. Selain itu, budaya dan adat istiadat warisan leluhur yang tetap dipegang teguh oleh Kaum Tionghoa di Indonesia merupakan salah satu cara untuk tetap menjaga jati diri sebagai orang yang memiliki darah keturunan Cina. 5. Daftar Acuan Gondomono. (1996). Membanting Tulang Menyembah Arwah: Kehidupan Kekotaan Masyarakat Cina. Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi, Rineka Cipta. 9
10 Hayyu, Pradany. (2009). Dewa Dapur (Zaoshen) sebagai Salah Satu Mitos dalam Mitologi Cina dan Bentuk Pemujaannya. Skripsi Sarjana Universitas Indonesia, Depok. Yang Lihui. (2005). Handbook of Chinese Mythology, California: ABC-CLIO. Sugiyono. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta. Amy Tan. (1994). The Kitchen God s Wife. Terj. Joyce K. Isa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 刘锡诚. (2007). 谈谈灶王爷传说, 中国民俗网. 北京 : 中国文史出版社. Qi Xing. (1998). Folk Customs at Traditional Chinese Festivities. Beijing: Foreign Language Press. 王作楫. (2007). 中国居家保护神. 北京 : 中国文史出 版社. 10
BAB II MITOS DALAM MASYARAKAT CINA
BAB II MITOS DALAM MASYARAKAT CINA 2.1 MITOS SECARA UMUM Sebelum membahas mitologi Cina, penulis akan memaparkan terlebih dahulu mengenai mitologi dan mitos secara umum. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. formal dalam bentuk sebuah negara. Sub-sub etnik mempunyai persamaanpersamaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki berbagai macam agama, suku bangsa dan keturunan, baik dari keturunan Cina, India, Arab dan lain-lain. Setiap golongan memiliki karakteristik
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:588) adalah
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengertian konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:588) adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, kebudayaan meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Sesuai dengan yang dinyatakan
Lebih terperinciKata Kunci :Tionghoa-Indonesia; Marga; Tionghoa; Etnis Tionghoa - Indoneisa
ABSTRAKSI Tionghoa-Indonesia adalah salah satu etnis di Indonesia yang asal usul mereka dari Tiongkok.Biasanya mereka menyebut dirinya dengan istilah Tenglang (Hokkien), Tengnang (Tiochiu), atau Thongnyin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budaya Indonesia, namun tradisi-tradisi dari tanah asal masih tetap diterapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, masyarakat Tionghoa memiliki keunikan adat dan tradisi. Walaupun masyarakat Tionghoa sudah menetap lama di seluruh wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai halhal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.
BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalu penggunaan simbol (Samovar, 2014,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Jepang terdapat bermacam-macam budaya, salah satunya adalah olahraga. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap suatu olahraga.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat
Bab 5 Ringkasan Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat perayaan-perayaan ataupun festival yang diadakan setiap tahunnya. Pada dasarnya, perayaan-perayaan yang ada di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Simbol fu..., Andhara Aisya, FIB UI, 2008Universitas
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan keseluruhan sistim pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial. Pengetahuan tersebut digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju dan modern di kawasan Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang kehidupan.
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. dengan masuknya etnik Tionghoa di Indonesia. Medio tahun 1930-an dimulai. dan hanya mengandalkan warisan leluhurnya.
BAB IV PENUTUP 1.1. Simpulan Agama Tao masuk dan berkembang di Indonesia sejak abad 6 SM seiring dengan masuknya etnik Cina di wilayah Nusantara. Agama Tao diyakini berasal dari Kaisar Kuning (Huang Di)
Lebih terperinciTidak tertarik melakukan Ritual Sembahyang Imlek
BAB III STRATEGI KOMUNIKASI III.1 Analisis Masalah Berdasarkan hasil riset kepada 100 warga keturunan Tionghoa baik muda maupun tua, dapat disimpulkan bahwa : Survei ketertarikan melakukan Ritual Sembahyang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai halhal yang
Lebih terperinciBAB III. Pengertian Thian Kong (Tian Gong) 天公
BAB III. Pengertian Thian Kong (Tian Gong) 天公 天公 Secara umum, orang Tionghoa biasa menyebut Tuhan Yang Maha Esa sebagai Thian Kong (Tian Gong) atau Thi Kong, bahkan ada yang menyebutnya sebagai Siang Te
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mereka sebut sebagai kepercayaan Tri Dharma. Perpindahan masyarakat Tiongkok
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mayoritas masyarakat Tiongkok memiliki tiga kepercayaan, yaitu ajaran Taoisme, Konghucu dan Buddhisme. Gabungan dari ketiga kepercayaan tersebut mereka sebut sebagai
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Wonosobo sebagai kota di dirikannya kelenteng Hok Hoo Bio ( 福和庙 )
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Wonosobo sebagai kota di dirikannya kelenteng Hok Hoo Bio ( 福和庙 ) merupakan daerah dataran tinggi yang cukup dingin. Gunung Sindoro dan gunung Sumbing sebagai ciri khususnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan aturan yang harus di patuhi untuk setiap suami, istri, anak, menantu, cucu,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam upacara kematian etnis Tionghoa ini, terdapat beragam pantangan dan aturan yang harus di patuhi untuk setiap suami, istri, anak, menantu, cucu, buyut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dimanapun masyarakat Cina berada, termasuk masyarakat Tionghoa di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimanapun masyarakat Cina berada, termasuk masyarakat Tionghoa di Indonesia, merupakan suatu kelompok masyarakat yang penuh dengan segala macam legenda, misteri, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan dapat menimbulkan rasa solidaritas terhadap lingkungan sekitar. Tradisi ritual dalam
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha. 1 (http://id.wikipedia.org/wiki/tahun_baru_imlek).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mendengar istilah Tahun Baru Imlek tentu semua orang sudah tidak asing lagi, ini dikarenakan Tahun Baru Imlek adalah sebuah tradisi yang tentunya sudah semua orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan suku bangsa. Masing-masing dari suku bangsa tersebut memiliki tradisi atau kebudayaan yang berbeda-beda.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut. Kebudayaan masing-masing suku bangsa dapat berdampingan, tumbuh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara mempunyai kebudayaan yang khas yang dimiliki dari negara tersebut. Kebudayaan masing-masing suku bangsa dapat berdampingan, tumbuh dan berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap kebudayaan memiliki sistem religi atau sistem kepercayaan, termasuk dalam kebudayaan etnis Tionghoa. Etnis Tionghoa selalu melestarikan kebudayaan
Lebih terperinciWen Chang Di Jun, Kui Dou Xing Jun, Zhu Yi Fu Zi Dewa Pelindung Kaum Terpelajar
文昌帝君, 魁斗星君, 朱衣神君 Wen Chang Di Jun, Kui Dou Xing Jun, Zhu Yi Fu Zi Dewa Pelindung Kaum Terpelajar Hal 1 a). Wen Chang Di Jun adalah salah satu dari kelompok bintang utara. Keenam bintang lainnya yaitu Shang-jiang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekaligus penduduk terpadat di Kabupaten Langkat. Kecamatan ini dilalui oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Stabat adalah ibu kota Kabupaten Langkat provinsi Sumatera Utara. Stabat memiiliki luas daerah 90.46 km², merupakan kota kecamatan terbesar sekaligus penduduk terpadat
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap
Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap kehidupan bangsanya. Hal ini dapat dilihat pada sejarah, tabiat dan watak bangsa tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negara yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau (Kodansha, 1993: ). Barisan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang yang oleh penduduknya sendiri disebut Nippon atau Nihon merupakan negara yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau (Kodansha, 1993: 649-658). Barisan pulau-pulau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Kebudayaan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, kebudayaan meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuankemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemberontakan, dan masih banyak lagi yang lainnya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang sadar akan pentingnya waktu. Dimensi waktu yang dilalui manusia selalu menghasilkan berbagai peristiwa penting, baik itu untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan pada abad ke-16. Masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Tionghoa adalah salah satu kelompok masyarakat yang mendiami wilayah Indonesia dan masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan pada abad ke-16.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh tentang upaya pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai Sembahyang Rebut kepada
Lebih terperinciJURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)
JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku bangsa, beranekaragam Agama, latar belakang sejarah dan kebudayaan daerah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan upacara tradisional suatu masyarakat umumnya sangat menarik untuk diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keanekaragaman etnis, budaya, adat-istiadat serta agama. Diantara banyaknya agama
Lebih terperinci, 2015 NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemunculan sastra Indonesia-Tionghoa tiba pada suatu batas ikatan yang agak erat dengan penerjemahan hasil karya sastra Tiongkok ke dalam bahasa Melayu-Rendah.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi
BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP di Bandung disimpulkan bahwa perayaan Imlek merupakan warisan leluhur
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari penelitian yang dilakukan dengan judul Perayaan Tahun Baru Imlek 2015 di Bandung disimpulkan bahwa perayaan Imlek merupakan warisan leluhur yang patut dilestarikan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman
Lebih terperinciBAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam
40 BAB III PENYAJIAN DATA A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam masyarakat Pujud Data yang disajikan adalah data yang diperoleh dari lapangan yang dihimpun melalui observasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Berelson dan Gary A. Steiner (1964) dalam Wiryanto (2004:7) Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suku Tionghoa merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia. Saat ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suku Tionghoa merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia. Saat ini jumlah suku Tionghoa di Indonesia mencapai 3,7% dari penduduk Indonesia (nikodemusyudhosulistyo.wordpress.com).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku bangsa (etnik) yang tersebar di seluruh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku bangsa (etnik) yang tersebar di seluruh wilayahnya. Berbagai suku bangsa ini ada yang dipandang sebagai penduduk asal Nusantara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan satu bagian dalam proses kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan satu bagian dalam proses kehidupan manusia. Menurut Kusnadi (2005), perkawinan adalah suatu ikatan antara laki-laki dan perempuan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kematian merupakan suatu hal yang pasti dialami oleh semua orang, tanpa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian merupakan suatu hal yang pasti dialami oleh semua orang, tanpa terkecuali. Setiap manusia tidak akan mengetahui kapan seseorang akan meninggal, dan setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM TENTANG AMIGURUMI. Boneka berasal dari bahasa Portugis yaitu Boneca yang berarti sejenis
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG AMIGURUMI 2.1 Sejarah Amigurumi Boneka berasal dari bahasa Portugis yaitu Boneca yang berarti sejenis mainan yang dapat berbentuk macam-macam, terutamanya bentuk manusia dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan diwariskan manusia dari generasi ke generasi. Setiap bangsa memiliki kebudayaan, meskipun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Seiring dengan kedatangan perantau dari Tiongkok dalam kurun waktu yang panjang, mereka pun membawa serta kebudayaan Tionghoa ke Indonesia. Orang Tionghoa sudah terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan
1 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Mitos adalah tipe wicara, segala sesuatu bisa menjadi mitos asalkan disajikan oleh sebuah wacana. Mitos tidak ditentukan oleh objek pesannya, namun oleh bagaimana
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa, memiliki nilai-nilai dan prinsip-prinsip luhur yang harus di junjung tinggi keberadaannya. Nilai-nilai
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berisi mengenai simpulan yang dikemukakan penulis sebagai analisis hasil temuan dalam permasalahan yang di kaji.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kertas oleh Cailun yaitu pada zaman Dinasti Han Timur (tahun M ).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lampion adalah sejenis lampu yang biasanya terbuat dari kertas dengan lilin di dalamnya. Lampion yang lebih rumit dapat terbuat dari rangka bambu dibalut dengan kertas
Lebih terperinci2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut
Lebih terperinci2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Sunda Ciamis mempunyai kesenian yang khas dalam segi tarian yaitu tarian Ronggeng Gunung. Ronggeng Gunung merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan gerbang terbentuknya keluarga dalam kehidupan masyarakat, bahkan kelangsungan hidup suatu masyarakat dijamin dalam dan oleh perkawinan. 1 Setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian sastra lisan sangat penting untuk dilakukan sebagai perlindungan dan pemeliharaan tradisi, pengembangan dan revitalisasi, melestarikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tradisi Jepang ada satu tradisi yang dapat mengangkat pamor pariwisata negeri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia dan kaya akan kebudayaan. Seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat dan kemajuan media informasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dananjaya (dalam Purwadi 2009:1) menyatakan bahwa kata folklor berasal dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. Kata folk berarti
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. tertentu. Seperti halnya tanabata (festival bintang), hinamatsuri (festival anak
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Di Jepang banyak terdapat perayaan, festival, maupun ritual-ritual yang dilakukan setiap tahunnya. Biasanya setiap perayaan tersebut memiliki suatu makna tertentu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki aneka ragam budaya. Budaya pada dasarnya tidak bisa ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan individu yang ada dari
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS AKTIVITAS KOMUNITAS KHONGHUCU DI KELENTENG HWIE ING KIONG KOTA MADIUN
BAB IV ANALISIS AKTIVITAS KOMUNITAS KHONGHUCU DI KELENTENG HWIE ING KIONG KOTA MADIUN A. Aktivitas Keagamaan di Kelenteng Hwie Ing Kiong Telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa penelitian ini menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Setiap suku biasanya memiliki tradisi yang menjadi keunikan tersendiri yang menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi
Lebih terperinciATRIBUT RUANG SEBAGAI PENANDA RUANG RITUAL PADA PESAREAN GUNUNG KAWI KABUPATEN MALANG
ATRIBUT RUANG SEBAGAI PENANDA RUANG RITUAL PADA PESAREAN GUNUNG KAWI KABUPATEN MALANG Dhinda Ayu, Antariksa, Abraham M. Ridjal Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya dhindayu@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Kong Yuanzhi, Silang Budaya Tiongkok Indonesia, edisi Bahasa Indonesia, hal. 24, PT Bhuana Ilmu Populer,
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah I. A. Sejarah Singkat Keberadaan Masyarakat Tionghoa di Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki budaya yang beraneka ragam. Tidak hanya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan salah satu kekayaan yang Indonesia miliki, kebudayaan yang beranekaragam ini merupakan aset negara yang harus tetap dipertahankan maupun dilestarikan.
Lebih terperinciPANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO
PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan kata Inggris folklore. Kata itu adalah kata majemuk, yang berasal dari dua kata dasar folk dan
Lebih terperinciBAB 4 KESIMPULAN. 69 Universitas Indonesia. Memori kolektif..., Evelyn Widjaja, FIB UI, 2010
BAB 4 KESIMPULAN Berbagai bentukan memori seperti memisahkan, mengatasi, dan memasarkan memori telah membangun konstruksi memori kolektif kota Jakarta. Kota Jakarta sejak masa pemerintahan kolonial tidak
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG. Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia,
BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG 2.1. Letak Geografis Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia, membentang seperti busur yang ramping sepanjang 3.800 KM. Luas totalnya adalah 377.815
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan. moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak keanekaragaman budaya tradisional termasuk
Lebih terperinciBAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA
36 BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA 5.1 Gambaran Sosial-Budaya Masyarakat Lokal Masyarakat Kampung Batusuhunan merupakan masyarakat yang identik dengan agama Islam dikarenakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu yang tidak bisa terungkap secara kasat mata. Untuk mengungkapkan sesuatu kadang tabu untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. namun akhirnya menetap di Indonesia. Mereka berbaur dengan penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Etnis Tionghoa adalah salah satu etnis yang ada di Indonesia. Etnis ini berasal dari Tiongkok. Mereka adalah pedagang yang berlayar mencari rempahrempah namun
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. Mitos memang lebih dikenal untuk menceritakan kisah-kisah di masa
BAB IV ANALISIS A. Mitos Sanja Kuning dalam Sejarah Mitos memang lebih dikenal untuk menceritakan kisah-kisah di masa lampau. Kisah-kisah tersebut biasanya dianggap sebagai warisan orang-orang zaman dahulu.
Lebih terperinciLászló Hankó: Kebahagiaan Marina
1 László Hankó: Kebahagiaan Marina Terjemahan: Mentari Siahaan Dahulu kala hiduplah seorang wanita muda dan cantik bernama Marina. Dia tinggal di sebuah gubuk kecil di tepi pantai bersama suaminya yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang tentunya pulau-pulau tersebut memiliki penduduk asli daerah yang mempunyai tata cara dan aspek-aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, dengan memiliki berbagai suku, bahasa, dan agama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan budaya. Hal ini menyebabkan daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tadut merupakan salah satu nama kesenian etnik Besemah yang berupa sastra tutur/ sastra lisan yang isinya pengajaran agama Islam di daerah provinsi Sumatera Selatan.
Lebih terperinciOleh : Siti Masriyah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
Perubahan Cara Pandang Masyarakat Terhadap Mitos dalam Tradisi Bersih Makam Ki Hajar Welaran di Gunung Paras Desa Karangsambung Kecamatan Karangsambung Kabupaten Kebumen Oleh : Siti Masriyah Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumardjo (2001:1) seni adalah bagian dari kehidupan manusia dan masyarakat.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni merupakan sebuah kata yang semua orang pasti mengenalnya. Beragam jawaban dapat diberikan oleh para pengamat, dan pelaku seni. Menurut Sumardjo (2001:1)
Lebih terperinci