OPTIMASI KONSENTRASI GARAM BISULFIT PADA PENGENDALIAN KUALITAS NIRA KELAPA. Ellya Indahyanti, Budi Kamulyan, Bambang Ismuyanto

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OPTIMASI KONSENTRASI GARAM BISULFIT PADA PENGENDALIAN KUALITAS NIRA KELAPA. Ellya Indahyanti, Budi Kamulyan, Bambang Ismuyanto"

Transkripsi

1 Abstrak OPTIMASI KONSENTRASI GARAM BISULFIT PADA PENGENDALIAN KUALITAS NIRA KELAPA Ellya Indahyanti, Budi Kamulyan, Bambang Ismuyanto Jurusan Kimia, Universitas Brawijaya Malang Jl. Veteran Malang Jawa Timur Garam bisulfit merupakan bahan tambahan yang sering ditambahkan dalam bahan makanan untuk memberikan efek pengawetan. Pada penelitian ini garam bisulfit ditambahkan dalam nira kelapa. Tujuan penelitian ini untuk mempelajari pengaruh penambahan natrium bisulfit terhadap kualitas nira. Parameter uji kualitas nira mencakup ph, kadar gula reduksi dan kadar sukrosa serta dibandingkan laju hidrolisis sukrosa tanpa dan dengan tambahan garam bisulfit. Kadar gula dianalisis secara volumetri sesuai metoda Lane-Eynon sedangkan laju hidrolisis diamati secara polarimetri. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dengan tambahan bisulfit dalam nira dapat menekan terjadinya reaksi hidrolisis sukrosa. Kata kunci: garam bisulfit, gula kelapa, nira Abstract Bisulphite salt is an additive that usualy added into foodstuff, it was used in order to take a preservation effects. In this research, it was added into coconut sap. The aim of this research was to study the effects of sodium bisulphite adding for increasing coconut sap quality, including ph, reducing sugar and sucrose content. In addition, the rate of sucrose hydrolysis with and without bisulphite have been compared. The volumetric method, i.e Lane-Eynon procedure was used for determining the sugar contents while the hydrolysis rates were measured by polarimetry. The results showed that bisulphite added into coconut sap could repress sucrose hydrolysis. Keywords: bisulphite salt, coconut sap, coconut sugar PENDAHULUAN Nira kelapa merupakan bagian kelapa yang dimanfaatkan pada bahan dasar pembuatan gula kelapa. Pembuatan gula secara umum masih bersifat rumahan menggunakan cara tradisional, sehingga seringkali kualitas tidak homogen (Winarno, 1995). Kualitas gula antara lain dipengaruhi oleh kualitas nira. Proses penyadapan dan penyimpanan mempengaruhi kesegaran nira karena gula dalam nira sangat mudah terfermentasi. Oleh karena itu sering ditambahkan bahan pencegah fermentasi pada saat proses penyadapan. Bahan ini dapat berasal dari alam, seperti tatal nangka, kulit manggis dan bunga tutup atau bahan kimia seperti senyawa karbonat, nitrit, dan bisulfit (Hasbullah, 2001). Natrium bisulfit mempunyai kemampuan untuk bereaksi dengan gugus aktif gula pereduksi, sehingga mencegah reaksi 1

2 Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 19, Nomor 1, April 2014 antara gula pereduksi dengan asam amino yang antara gula dapat pereduksi menyebabkan dengan asam amino reaksi pencoklatan yang dapat (Santoso, menyebabkan 2006). Selain reaksi itu, garam pencoklatan bisulfit (Santoso, merupakan 2006). antimikrobia Selain itu, yang garam aktif bisulfit pada merupakan ph 2-3, lebih antimikrobia efektif untuk yang aktif menghambat pada ph bakteri 2-3, lebih dan kapang efektif karena untuk menghambat merupakan zat bakteri racun enzim-enzim dan kapang dalam karena mikroorganisme. merupakan zat racun Keuntungan enzim-enzim penggunaan dalam mikroorganisme. pengawet ini Keuntungan adalah dapat penggunaan pengawet dengan perebusan, ini adalah sehingga dapat dihilangkan residu dihilangkan menjadi dengan 1 ppm perebusan, SO 2. Kerugiannya sehingga antara residu menjadi lain tidak 1 ppm boleh SOdigunakan 2. Kerugiannya pada bahan antara pangan lain tidak sumber boleh tiamin digunakan (B 1 ), dapat pada mendiskolorsi bahan pangan sumber pigmen tiamin antosianin, (B 1 ), timbul dapat rasa mendiskolorsi pahit jika pigmen konsentrasinya antosianin, melebihi timbul 2000 rasa pahit ppm SO jika 2 (Rahimah, konsentrasinya 2009). melebihi Namun pemakaian 2000 ppm SOnatrium 2 (Rahimah, bisulfit 2009). yang Namun berlebihan pemakaian dapat natrium merugikan bisulfit yang kesehatan berlebihan dapat 2010). merugikan kesehatan (Muchtadi, (Muchtadi, Kualitas 2010). gula ditentukan oleh kandungan Kualitas sukrosa gula pada ditentukan gula. Kandungan oleh sukrosa kandungan yang sukrosa tinggi pada menyebabkan gula. Kandungan kualitas sukrosa gula yang lebih baik tinggi bila menyebabkan dibanding dengan kualitas gula lebih sukrosa baik bila yang dibanding rendah. Sukrosa, dengan kandungan sebagai kandungan zat sukrosa optis aktif yang memutar rendah. Sukrosa, bidang polarisasi sebagai zat cahaya optis aktif ke memutar kanan bidang (dextrorotatory), polarisasi cahaya tetapi bila ke dilarutkan kanan dalam (dextrorotatory), pemutaran tetapi ke kanan bila makin dilarutkan berkurang dalam air dan air pemutaran akhirnya ke sedikit kanan memutar makin berkurang ke kiri. Proses dan akhirnya yang dikenal sedikit dengan memutar istilah ke inversi kiri. sukrosa Proses yang pada dikenal dasarnya dengan merupakan istilah inversi hidrolisis sukrosa sukrosa pada dasarnya menjadi merupakan glukosa hidrolisis dan sukrosa menjadi glukosa dan 2 fruktosa. Gula dengan kandungan glukosa atau fruktosa. gula Gula inversi dengan tinggi kandungan akan glukosa sulit mengeras atau gula dan inversi daya simpan tinggi pendek akan karena sulit mudah mengeras meleleh. dan daya simpan Pada penelitian pendek karena ini dipelajari mudah meleleh. pengaruh Pada penambahan penelitian garam ini bisulfit dipelajari terhadap pengaruh perubahan penambahan kandungan garam sukrosa bisulfit dan terhadap glukosa perubahan serta dibandingkan kandungan peranannya sukrosa dan glukosa terhadap serta laju dibandingkan hidrolisis sukrosa. peranannya terhadap laju hidrolisis sukrosa. METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI Peralatan yang PENELITIAN digunakan dalam penelitian Peralatan ini, antara yang digunakan lain penampung dalam nira, penelitian polarimeter, ini, antara neraca, lain penampung stopwatch, seperangkat nira, polarimeter, peralatan neraca, gelas, refrigerator, stopwatch, sentrifuga, seperangkat ph peralatan meter, kertas gelas, ph refrigerator, universal. sentrifuga, Sampel ph meter, Nira kelapa kertas ph berasal universal. dari pohon Sampel kelapa di Nira Desa kelapa Tlogo, berasal Kecamatan dari Kanigoro, pohon kelapa Kabupaten di Desa Blitar. Tlogo, Bahan Kecamatan kimia yang Kanigoro, dipergunakan Kabupaten pada Blitar. penelitian Bahan kimia ini berkualitas yang dipergunakan pro-analysis pada (p.a) penelitian kecuali jika ini disebutkan berkualitas lain pro-analysis yaitu: CuSO (p.a) 4.5H kecuali 2 O, jika Na- K-tartrat, disebutkan NaOH, lain yaitu: metilen CuSO biru, 4.5H HCl(37%), 2 O, Na- Na K-tartrat, 2 S 2 O 3, NaOH, KI, I 2 metilen, CH 3 COOH, biru, HCl(37%), amilum, natrium Na 2 S 2 O 3 bisulfit, KI, I 2 (teknis),, CH 3 COOH, Ca(OH) amilum, 2 perdagangan natrium bisulfit (teknis), Ca(OH) 2 perdagangan Proses kerja pada penelitian ini meliputi Proses pengumpulan kerja pada nira dan penelitian pengujian ini kualitas meliputi nira. pengumpulan nira dan pengujian kualitas Pengumpulan nira. nira. Nira disadap dalam Pengumpulan wadah yang sudah nira. Nira diisi disadap dengan suspensi dalam wadah kapur yang dan sudah larutan diisi natrium dengan suspensi kapur dan larutan natrium

3 Optimasi Konsentrasi Garam (Ellya Indahyanti dkk) bisulfit. Sebelum jam 8, hasil sadapan bisulfit. disaring, Sebelum dimasukkan jam ke 8, dalam hasil botol sadapan dan disaring, disimpan dimasukkan dalam wadah ke dalam yang botol diisi dan es disimpan untuk dilakukan dalam analisis wadah di yang laboratorium. diisi es untuk Nira kemudian dilakukan analisis disimpan laboratorium. dalam refrigerator. kemudian Konsentrasi disimpan natrium dalam bisulfit refri- Nira gerator. dihitung ulang Konsentrasi saat diketahui natrium volume bisulfit nira dihitung yang tertampung ulang saat dalam diketahui wadah volume yang telah nira yang disiapkan. tertampung dalam wadah yang telah disiapkan. Pengujian kualitas nira. Pengujian ph Pengujian nira. Nira hasil kualitas sadapan nira. diukur Pengujian harga ph-nya nira. setelah Nira hasil suhu sadapan nira sama diukur dengan harga ph-nya suhu ruang. setelah Harga suhu ph nira diukur sama dengan suhu menggunakan ruang. Harga ph-meter nira setelah diukur dengan dikalibrasi menggunakan ph-meter larutan setelah buffer dikali- ph menggunakan 4 brasi dan ph menggunakan 7. Selanjutnya larutan dibuat buffer hubungan ph 4 dan antara ph harga 7. Selanjutnya ph dengan dibuat variasi hubungan konsentrasi harga natrium ph bisulfit. dengan variasi kon- antara sentrasi Pengujian natrium gula bisulfit. pereduksi (Apriyantono, Pengujian 1989). Gula gula pereduksi dalam (Apriyantono, ditentukan 1989). dengan Gula pereduksi metoda Lane-Eynon. dalam nira nira ditentukan Nira sebanyak dengan 50mL metoda dipindahkan Lane-Eynon. dalam Nira labu ukur sebanyak 250mL 50mL dan dipindahkan ditambah aquades dalam labu hingga ukur tanda 250mL batas. dan ditambah Nira yang aquades telah hingga diencerkan tanda kemudian batas. ditempatkan Nira yang dalam telah diencerkan buret 50mL. kemudian Selanjutnya ditempatkan disiapkan Erlenmeyer 50mL. 300mL Selanjutnya dan diisi disiapkan dengan Erlen- 10mL dalam buret meyer larutan Fehling 300mL dan dimasukkan diisi dengan beberapa 10mL larutan butir batu Fehling didih dan dimasukkan ditambah 15mL beberapa nira butir dari batu buret. didih Campuran dan ditambah ini 15mL dididihkan nira dari selama buret. 1 menit Campuran di atas penangas ini dididihkan listrik selama kemudian 1 menit ditambah atas 5 penangas tetes larutan listrik kemudian ditambah 5 tetes larutan metilen biru. Penambahan nira dilanjut- metilen kan dengan biru. cara Penambahan meneteskan nira dari dilanjut- buret kan hingga dengan warna cara biru meneteskan berubah dari menjadi buret hingga jingga kemerahan. warna biru Misal berubah volume menjadi total jingga nira dicatat kemerahan. sebagai Misal V 1. Selama volume penam- total nira bahan dicatat campuran sebagai tetap V 1 dididihkan. Selama penam- di atas bahan penangas. campuran tetap dididihkan di atas penangas. Erlenmeyer lain disiapkan dan diisi 10mL Erlenmeyer larutan Fehling, lain disiapkan kemudian dan diisi di- 10mL tambah larutan nira dari Fehling, buret dengan kemudian volume di- 2 tambah ml kurang nira dari dari volume buret dengan nira sebelumnya volume 2 ml (V 1 2) kurang ml. dari Campuran volume nira ini sebelumnya dididihkan (V selama 1 2) 2 ml. menit Campuran dan ditambah ini dididihkan 5 tetes selama metilen 2 biru menit serta dan dititrasi ditambah dengan 5 tetes nira metilen hingga titik biru akhir. serta dititrasi dengan nira hingga Uji titik jumlah akhir. gula sebagai sukrosa. Nira encer Uji jumlah yang telah gula sebagai diketahui sukrosa. jumlah Nira gula encer pereduksinya yang telah dipipet diketahui 50 ml jumlah dan gula dimasukkan pereduksinya ke dalam dipipet labu ukur ml ml. dan dimasukkan Kemudian ke ke dalam nira labu ditambahkan ukur 250 ml. 10 Kemudian ml HCL 6,3 ke M dalam dan 25 nira ml ditambahkan air. Campuran 10 ml ini HCL selanjutnya 6,3 M dan dipanaskan 25 ml air. di Campuran dalam ini penangas selanjutnya air pada dipanaskan suhu 60 di o C dalam dan penangas digoyang selama air pada 3 menit. suhu Labu 60 o C ukur dan digoyang dibiarkan terendam selama 3 di menit. dalam penangas Labu ukur air dibiarkan selama 6 terendam menit, kemudian dalam penangas didinginkan air selama dengan segera. 6 menit, kemudian didinginkan dengan Campuran segera. kemudian dinetralkan dengan Campuran NaOH 6,25 kemudian M dan dinetralkan ditambah dengan aquades NaOH sampai tanda 6,25 M batas. dan Selanjutnya ditambah aquades dilakukan sampai percobaan tanda yang batas. sama Selanjutnya seperti dilakukan penentuan gula percobaan pereduksi. yang sama seperti penentuan gula pereduksi. 3

4 Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 19, Nomor 1, April 2014 Uji laju hidrolisis sukrosa. Hidrolisis Uji sukrosa laju hidrolisis diamati berdasarkan sukrosa. perubahan Hidrolisis sukrosa derajat polarisasi diamati berdasarkan menggunakan perubahan alat polarimeter derajat polarisasi pada berbagai menggunakan alat Terlebih polarimeter dahulu pada berbagai tabung variasi polari- variasi waktu. meter waktu. dibersihkan Terlebih dahulu dengan tabung akuades polarimeter akuades dibersihkan sampai dengan penuh. Alat akuades pemutar dan dan diisi diatur diisi akuades hingga sampai diperoleh penuh. intensitas Alat pemutar cahaya paling diatur hingga terang, diperoleh kemudian intensitas kedudukan cahaya bidang paling polarisasi terang, dicatat kemudian sebagai kedudukan titik nol. Selanjutnya bidang polarisasi isi tabung dicatat sebagai diganti titik dengan nol. larutan Selanjutnya nira, isi yang tabung telah diganti dijernihkan dengan menggunakan larutan nira, campuran yang telah PAC dan dijernihkan larutan NaOH, menggunakan dibantu campuran dengan sentrifugasi PAC dan larutan untuk mempercepat NaOH, dibantu terjadinya dengan sentrifugasi pemisahan padatan mempercepat tersuspensi. terjadinya Saat tabung pemisahan diletakkan padat- untuk dalam an tersuspensi. alat, stopwatch Saat tabung dihidupkan diletakkan dan dicatat dalam alat, sebagai stopwatch t o. Selanjutnya dihidupkan dicari dan pengamatan dicatat sebagai intensitas t o. Selanjutnya paling terang dicari serta dicatat pengamatan sebagai intensitas o. Pengamatan paling terang dilanjutkan dicatat hingga sebagai 120 menit o. Pengamatan untuk interval dilanjut- 10 serta menit. kan hingga Selanjutnya 120 menit nira untuk dikeluarkan interval dari 10 tabung menit. Selanjutnya dan dimasukkan nira dikeluarkan dalam Erlenmeyer tabung serta dan dipanaskan dimasukkan pada dalam suhu Erlen- 80 C dari selama meyer serta 20 menit dipanaskan menggunakan pada suhu penangas 80 C air. selama Setelah 20 menit nira dingin menggunakan dilakukan penangas kembali pengamatan air. Setelah nira derajat dingin polarisasi dilakukan kembali ~ serta dicatat pengamatan saat t ~ derajat. polarisasi ~ serta dicatat Laju saat t hidrolisis ~. sukrosa dibandingkan berdasarkan Laju hidrolisis harga sukrosa kontanta dibandingkan berdasarkan dari kurva harga antara kontanta ln ( laju t yang ~ ) laju yang diperoleh diperoleh dari kurva antara ln ( t ~ ) terhadap waktu. Laju diamati untuk mengetahui terhadap waktu. perbedaan Laju tanpa diamati dan dengan untuk penambahan mengetahui perbedaan garam bisulfit. tanpa dan dengan penambahan garam bisulfit. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Hasil DAN sadapan PEMBAHASAN nira yang diperoleh bervariasi Hasil dengan sadapan volume nira yang tertampung diperoleh berkisar bervariasi antara dengan 670mL volume hingga tertampung 1200mL. berkisar antara 670mL hingga 1200mL. Tabel 1. Nilai ph Nira pada Berbagai Konsentrasi Bisulfit Tabel 1. Nilai ph Nira pada Berbagai Konsentrasi ph ph Konsentrasi Bisulfit No. bisulfit awal akhir Konsentrasi ph ph (%-b/v) nira nira No. bisulfit awal akhir 1 0, (%-b/v) nira nira 2 0, , , , , , , Hasil pada Tabel 1 menunjukkan bahwa Hasil meski pada konsentrasi Tabel 1 bisulfit menunjukkan dalam nira bahwa berbeda meski tetapi konsentrasi ph awal bisulfit relatif dalam sama terutama nira berbeda karena tetapi pengaruh ph awal adanya relatif kapur sama yang terutama ditambahkan. karena pengaruh Hal ini disebabkan adanya kapur air kapur yang ditambahkan. yang mengandung Hal ini Ca(OH) disebabkan 2 akan air memberikan kapur yang mengandung sistem buffer Ca(OH) yang mampu 2 akan mempertahankan memberikan sistem harga buffer ph. yang Jika mampu dibandingkan mempertahankan ph setelah harga nira ph. dibiarkan Jika di- lebih bandingkan dari 5 hari, ph setelah tampak bahwa nira dibiarkan ph nira tanpa lebih dari adanya 5 hari, bisulfit tampak bahwa menurun ph satu nira satuan, tanpa adanya meskipun bisulfit nira disimpan menurun dalam satu lemari satuan, pendingin. meskipun nira disimpan dalam lemari Hasil pendingin. ini menunjukkan kemungkinan Hasil bisulfit ini dapat menunjukkan berperan kemungkinan bisulfit dapat berperan sebagai sebagai 4

5 Optimasi Konsentrasi Garam (Ellya Indahyanti dkk) pengawet yang menekan kinerja mikroba pengawet seperti saccharomyces yang menekan cereviciae, kinerja mikroba yang seperti secara alami saccharomyces berada dalam cereviciae, nira. Menurunnya harga alami ph berada kemungkinan dalam nira. disebabkan Menurun- yang secara nya sebagian harga ph gula kemungkinan disakarida disebabkan (sukrosa) sebagian mengalami hidrolisis gula disakarida menjadi glukosa (sukrosa) dan mengalami fruktosa karena hidrolisis adanya menjadi air glukosa didukung dan fruktosa kinerja enzim karena invertase adanya kemudian air didukung berlanjut terjadi enzim fermentasi invertase membentuk kemudian asam ber- kinerja lanjut asetat, terjadi dan beberapa fermentasi asam membentuk organik lainnya asam asetat, (Waluyo, dan 2005). beberapa asam organik lainnya (Waluyo, Menurut 2005). Trisnamurti dkk. (1999) nira kelapa Menurut yang berkualitas Trisnamurti baik dkk. dan (1999) masih nira segar kelapa mempunyai yang berkualitas rasa manis, baik berbau dan harum, masih segar tidak mempunyai berwarna, rasa derajat manis, keasaman berbau harum, (ph) tidak berkisar berwarna, 6-7, dan kandungan derajat keasaman gula reduksinya relatif 6-7, rendah. dan kandungan gula reduksi- (ph) berkisar nya relatif Kadar rendah. gula pereduksi dalam nira. Gula reduksi Kadar adalah gula pereduksi gula yang dalam mempunyai nira. Gula reduksi adalah gula yang mempunyai 25 gugus aldehid atau keton bebas yang dalam gugus suasana aldehid basa dapat atau mereduksi keton bebas logam-logam. yang dalam suasana Komponen basa gula dapat akan mereduksi teroksidasi logam-logam. menjadi Komponen asam-asam (asam gula aldonat, akan teroksidasi asam ketonat menjadi atau asam-asam uronat). (asam Hasil aldonat, penentuan asam ketonat gula atau pe- asam reduksi uronat). pada berbagai Hasil penentuan konsentrasi gula bisulfit pereduksi diberikan pada dalam berbagai Gambar konsentrasi 1. Gula reduksi bisulfit diberikan akhir meningkat dalam dibandingkan Gambar 1. Gula dengan reduksi awal akhir karena meningkat nilai yang dibandingkan diperoleh berasal dengan dari awal hasil karena total glukosa nilai yang dan diperoleh fruktosa berasal sebagai dari hasil total hidrolisis glukosa sukrosa. dan Pada fruktosa penambahan sebagai bisulfit hasil hidrolisis 1,33% terlihat sukrosa. bahwa Pada perubahan penambahan kadar bisulfit gula 1,33% reduksi terlihat adalah bahwa paling perubahan tinggi kadar bila gula di- reduksi bandingkan adalah dengan paling kadar tinggi awal. bila Hal di- ini bandingkan memberikan dengan indikasi kadar kemungkinan awal. Hal kadar ini memberikan sukrosa pada indikasi komposisi kemungkinan ini adalah paling kadar sukrosa tinggi. Tanpa pada komposisi adanya bisulfit ini adalah perubahan paling tinggi. jumlah gula Tanpa reduksi adanya paling bisulfit rendah, perubahan karena jumlah kemungkinan gula reduksi sebagian paling glukosa rendah, karena telah kemungkinan sebagian glukosa telah Reduksi awal perubahan gula reduksi Reduksi akhir Reduksi awal perubahan gula reduksi Reduksi akhir Gambar 1. Kadar Gula Pereduksi dalam Nira untuk Berbagai Konsentrasi Bisulfit Gambar 1. Kadar Gula Pereduksi dalam Nira untuk Berbagai Konsentrasi Bisulfit 5

6 Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 19, Nomor 1, April 2014 berubah mengalami fermentasi sehingga berubah tidak terdeteksi mengalami sebagai fermentasi gula reduksi. sehingga tidak terdeteksi Kadar sukrosa sebagai gula dalam reduksi. nira. Dalam pembuatan Kadar gula sukrosa kelapa, dalam kandungan nira. sukrosa Dalam pembuatan nira kelapa gula merupakan kelapa, kandungan faktor penting. sukrosa nira Pemanasan kelapa suhu merupakan tinggi dan faktor ph nira penting. rendah Pemanasan pada pemanasan suhu tinggi nira dan kelapa ph nira akan rendah menyebabkan pemanasan sukrosa nira terhidrolisis kelapa akan menjadi me- pada nyebabkan gula reduksi. sukrosa Semakin terhidrolisis banyak gula menjadi reduksi gula yang reduksi. terbentuk Semakin maka gula banyak yang gula dihasilkan reduksi yang bersifat terbentuk higroskopis maka (Suwardjono, gula yang dihasilkan 2001). bersifat Hasil penentuan higroskopis sukrosa (Suwardjono, dapat dilihat 2001). dalam Hasil Gambar penentuan 2. sukrosa dapat dilihat dalam Gambar Penambahan 2. bisulfit 1,33% dapat memberikan Penambahan kadar sukrosa bisulfit paling 1,33% tinggi. dapat memberikan Hasil ini mendukung kadar sukrosa bahwa jumlah paling bisulfit tinggi. Hasil yang ditambahkan ini mendukung dapat bahwa menjaga jumlah terjadinya bisulfit yang proses ditambahkan inversi sukrosa dapat menjaga menjadi terjadinya gula pereduksi inversi akibat kinerja sukrosa enzim. menjadi Reaksi gula inversi pe- proses reduksi akibat kinerja enzim. Reaksi inversi sukrosa juga dapat dikatalis oleh enzim sukrosa seperti ß-fruktofuranidase. juga dapat dikatalis Meskipun oleh bisulfit enzim seperti yang ditambahkan ß-fruktofuranidase. semakin Meskipun tinggi, bisulfit tidak yang selamanya ditambahkan memberikan semakin kemampuan tinggi, tidak yang selamanya juga meningkat. memberikan Hal ini kemampuan disebabkan garam yang juga bisulfit meningkat. merupakan Hal ini senyawa disebabkan yang garam juga bisulfit bersifat sebagai merupakan pereduksi, senyawa sehingga yang jika kon- juga bersifat sentrasi sebagai bisulfit pereduksi, semakin tinggi sehingga ada jika kemung- konsentrasi kinan terjadi bisulfit kompetisi semakin reaksi tinggi sehingga ada kemung- yang kinan lebih tereduksi terjadi kompetisi adalah senyawa reaksi bisulfit. sehingga yang lebih tereduksi Pengaruh adalah bisulfit senyawa terhadap bisulfit. laju hidrolisis Pengaruh sukrosa. bisulfit Pada terhadap percobaan laju ini hidrolisis dibandingkan sukrosa. laju hidrolisis Pada percobaan sukrosa dalam ini dibandingkan nira tanpa dan laju dengan hidrolisis penambahan sukrosa garam dalam nira bisulfit tanpa 0,4%-b/v. dan dengan Hasil penambahan analisis perubahan garam bisulfit derajat polarisasi 0,4%-b/v. setiap Hasil pengamatan analisis perubahan dibuat derajat kurva kemudian polarisasi ditentukan setiap pengamatan persamaannya dibuat kurva seperti kemudian dihasilkan pada ditentukan Tabel 2. persamaannya seperti dihasilkan pada Tabel Gambar 2. Kadar Sukrosa dalam Nira untuk Berbagai Konsentrasi Bisulfit 6 Gambar 2. Kadar Sukrosa dalam Nira untuk Berbagai Konsentrasi Bisulfit

7 Optimasi Konsentrasi Garam (Ellya Indahyanti dkk) Tabel 2. Perbandingan Hasil Penentuan Orde dan Konstanta Laju Tanpa bisulfit Bisulfit 0,4% Tabel Orde 2. Perbandingan Hasil Penentuan Orde dan Konstanta Laju Persamaan r k Persamaan R k Tanpa bisulfit Bisulfit 0,4% Orde 0 y = -0,635x + 51,58 0,989 0,635 y = x ,994 0,545 Persamaan r k Persamaan R k 1 y = x ,981 0,034 y = x ,926 0, ,635x 51,58 0,989 0, x ,994 0,545 2 y = 0.002x ,867 0,002 y = 0.010x ,689 0, x ,981 0, x ,926 0,047 2 y = 0.002x ,867 0,002 y = 0.010x ,689 0,010 Tampak bahwa penambahan garam gula pereduksi akibat kinerja enzim bisulfit Tampak hingga bahwa 0,4% belum penambahan memberikan garam bisulfit perbedaan hingga laju hidrolisis 0,4% belum yang memberikan bermakna. perbedaan Jika dibandingkan laju hidrolisis berdasarkan yang bermakna. penentuan orde, Jika dibandingkan tampak bahwa berdasarkan tanpa adanya penentuan garam orde, bisulfit tampak hidrolisis bahwa cenderung tanpa mengikuti adanya garam orde bisulfit satu, tetapi hidrolisis untuk cenderung penambahan mengikuti garam orde satu, bisulfit tetapi 0,4% untuk terjadi penyimpangan penambahan garam ordesatu dan 0,4% cenderung terjadi mengikuti penyimpangan orde-nol. orde- Hal bisulfit satu ini menunjukkan dan cenderung adanya mengikuti garam orde-nol. bisulfit Hal ini menyebabkan menunjukkan hidrolisis adanya sukrosa garam bisulfit tidak gula sehingga pereduksi memberikan akibat kadar kinerja sukrosa paling enzim sehingga tinggi. memberikan kadar sukrosa paling tinggi. Laju hidrolisis masih belum memberikan perbedaan Laju hidrolisis yang berarti masih belum antara memberikan nira tanpa perbedaan bisulfit dan yang dengan berarti penambahan antara nira bisulfit tanpa bisulfit 0,4%. Walaupun dan dengan demikian, penambahan penambahan bisulfit 0,4%. bisulfit Walaupun dapat menekan demikian, terjadinya penambahan reaksi bisulfit hidrolisis dapat sukrosa menekan menjadi gula terjadinya reduksi. reaksi hidrolisis sukrosa menjadi gula reduksi. DAFTAR PUSTAKA menyebabkan sepenuhnya ditentukan hidrolisis oleh sukrosa konsentrasi tidak DAFTAR Apriyantono, PUSTAKA A. dan Fardiaz, D sepenuhnya sukrosa di dalam ditentukan larutan oleh nira. konsentrasi Namun Analisa budidaya pangan. Bogor: Apriyantono, A. dan Fardiaz, D sukrosa demikian di hasil dalam ini larutan memberikan nira. indikasi Namun Penerbit ITB. Analisa budidaya pangan. Bogor: demikian bahwa adanya hasil garam ini bisulfit memberikan dapat menekan indikasi Hasbullah. Penerbit ITB. Teknologi tepat guna bahwa terjadinya adanya reaksi garam hidrolisis bisulfit sukrosa dapat menekan menjadi agroindustri kecil Sumatera Barat. Hasbullah Teknologi tepat guna Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi terjadinya gula-gula reduksi reaksi hidrolisis seperti glukosa. sukrosa menjadi agroindustri kecil Sumatera Barat. dan Industri Sumatera Barat. Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi gula-gula reduksi seperti glukosa. Muchtadi, dan Industri Deddy. Sumatera Barat. Sulfit dipermasalahkan dan nitrit dikurangi. KESIMPULAN Muchtadi, Deddy Sulfit dipermasalahkan dan nitrit dikurangi. web.ipb.ac.id/%7etpg/de/pubde.php KESIMPULAN Penambahan garam bisulfit ke dalam web.ipb.ac.id/%7etpg/de/pubde.php nira dapat Penambahan menekan garam laju bisulfit pertumbuhan ke dalam Santoso Teknologi pengawetan bahan segar. nira mikroba dapat saccharomyces menekan cereviciae, laju pertumbuhan sehingga Santoso Teknologi pengawetan bahan com/2010/02/teknologi-pengawetanbahan-segar.pdf. segar. mikroba ph nira setelah saccharomyces beberapa cereviciae, hari penyimpanan sehingga com/2010/02/teknologi-pengawetanbahan-segar.pdf. ph tetap nira stabil. setelah Penambahan beberapa hari bisulfit penyimpanan dengan Souvia Bahan Tambahan Rahimah, tetap konsentrasi stabil. tertentu Penambahan (1,33%) bisulfit dapat menjaga dengan Kimia. Rahimah, Souvia Bahan Tambahan content/uploads/2009/12/bahan-tambahan- kimia.pdf konsentrasi terjadinya proses tertentu inversi (1,33%) sukrosa dapat menjaga menjadi Kimia. terjadinya proses inversi sukrosa menjadi 7

8 Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 19, Nomor 1, April 2014 Suwardjono Pengaruh penggunaan bahan pengawet alam terhadap kualitas Suwardjono Pengaruh penggunaan nira kelapa yang digunakan untuk bahan pengawet alam terhadap kualitas pembuatan gula kelapa di Daerah nira kelapa yang digunakan untuk Istimewa Yogyakarta. pembuatan gula kelapa di Daerah ut.ac. id/puslata/pdf/70096.pdf. Istimewa Yogyakarta. Trisnamurti, ut.ac. id/puslata/pdf/70096.pdf. Roy H., Sutrisno, Ela T., Fatimah, Dewi Perubahan Trisnamurti, Roy H., Sutrisno, Ela T., Kenaikan Titik Didih dan Panas Jenis Fatimah, Dewi Perubahan Larutan pada Pembuatan Gula Semut Kenaikan Titik Didih dan Panas Jenis Larutan pada Pembuatan Gula Semut Aren (Arenga pinnata), Buletin IPT, 5: Aren (Arenga pinnata), Buletin IPT, 5: Waluyo, Eko Baroto Solusi perekayasaan proses produksi pengolahan gula Waluyo, Eko Baroto Solusi perekayasaan proses produksi pengolahan gula kelapa beryodium, katalog.pdii. lipi.go.id/index.php/searchkatalog/ kelapa beryodium, katalog.pdii. downloaddabyid/8239/8239. pdf. lipi.go.id/index.php/searchkatalog/ Winarno, downloaddabyid/8239/8239. F.G Kimia pangan pdf. dan gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Winarno, F.G Kimia pangan dan gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 8

Jurnal Cendekia Vol 13 No 2 Mei 2015 ISSN PENGARUH DOSIS PENAMBAHAN NATRIUM BISULFIT DAN NATRIUM METABISULFIT TERHADAP KUALITAS GULA KELAPA

Jurnal Cendekia Vol 13 No 2 Mei 2015 ISSN PENGARUH DOSIS PENAMBAHAN NATRIUM BISULFIT DAN NATRIUM METABISULFIT TERHADAP KUALITAS GULA KELAPA PENGARUH DOSIS PENAMBAHAN NATRIUM BISULFIT DAN NATRIUM METABISULFIT TERHADAP KUALITAS GULA KELAPA Oleh: Aulia Dewi Rosanti ABSTRAK Pada penelitian ini dilakukan pengolahan gula dengan menambahkan berbagai

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan Laboratorium Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Rion Viscotester Model VT-04F). Sebelum

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung

Lebih terperinci

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

Modul 1 Analisis Kualitatif 1 Modul 1 Analisis Kualitatif 1 Indikator Alami I. Tujuan Percobaan 1. Mengidentifikasikan perubahan warna yang ditunjukkan indikator alam. 2. Mengetahui bagian tumbuhan yang dapat dijadikan indikator alam.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan 20 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur, analisa dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah termasuk penelitian deskriptif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah termasuk penelitian deskriptif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah termasuk penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian di laboratorium kimia Analis Kesehatan Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis Disarikan dari: Buku Petunjuk Praktikum Biokimia dan Enzimologi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di Laboratorium Kimia, Jurusan Pendidikan Kimia dan Laboratorium Mikrobiologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin banyak. Upaya pemenuhan

I. PENDAHULUAN. mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin banyak. Upaya pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Gula merupakan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Setiap tahun konsumsi gula penduduk Indonesia semakin meningkat. Produksi gula tebu dalam negeri tidak

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saus sambal dan minuman dalam kemasan untuk analisis kualitatif, sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan

Lebih terperinci

DAFTAR PEREAKSI DAN LARUTAN

DAFTAR PEREAKSI DAN LARUTAN DAFTAR PEREAKSI DAN LARUTAN Terkadang ketika di laboratorium, ada rasa ingin tahu bagaimana cara membuat pereaksi molisch, barfoed, seliwanoff dan sebagainya. Nah, disini saya mencoba menyajikan bagaimana

Lebih terperinci

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ). 3 Percobaan 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan untuk menyerap ion logam adalah zeolit alam yang diperoleh dari daerah Tasikmalaya, sedangkan ion logam yang diserap oleh zeolit adalah berasal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di 31 III METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di Laboratorium Kimia Fisik, Laboratorium Biomassa, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Brookfield Digital Viscometer Model

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI yang dimodifikasi*) Dengan pengenceran A.2 Pengujian Viskositas (Jacobs, 1958)

LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI yang dimodifikasi*) Dengan pengenceran A.2 Pengujian Viskositas (Jacobs, 1958) LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI 01-3546-2004 yang dimodifikasi*) Penentuan Total Padatan Terlarut (%Brix) saos tomat kental dilakukan dengan menggunakan Hand-Refraktometer Brix 0-32%*.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian 3.1.1 Bagan Alir Pembuatan Keju Cottage Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 900 g Susu skim - Ditambahkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 18 hingga

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di 29 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di Laboratorium Kimia Fisik, Laboratorium Biomassa Universitas Lampung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995) Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995) Bahan sejumlah kurang lebih 1 g ditimbang. Sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml dan ditambahkan 200 ml HCl 3%. Sampel kemudian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7)

Lebih terperinci

Uji benedict (Semikuantitatif) Tujuan : Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin. Dasar teori :

Uji benedict (Semikuantitatif) Tujuan : Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin. Dasar teori : Uji benedict (Semikuantitatif) Tujuan : Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin Dasar teori : Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini diawali dengan mensintesis selulosa asetat dengan nisbah selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Keadaan Lokasi Pengambilan Sampel Sampel yang digunakan adalah sampel bermerek dan tidak bermerek yang diambil dibeberapa tempat pasar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan antara lain : oven, autoklap, ph meter, spatula, saringan, shaker waterbath,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

Praktikum Kimia Fisika II Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & Asam Kuat

Praktikum Kimia Fisika II Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & Asam Kuat I. Judul Percobaan Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & dalam Suasana Asam Kuat II. Tanggal Percobaan Senin, 8 April 2013 pukul 11.00 14.00 WIB III. Tujuan Percobaan Menentukan orde reaksi

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG IV. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian pendahuluan dilakukan di laboratorium kimia pangan dan laboratorium uji Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan-bahan untuk persiapan bahan, bahan untuk pembuatan tepung nanas dan bahan-bahan analisis. Bahan

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

LAMPIRAN 0,5 M 0,75 M 1 M 30 0,6120 % 1,4688 % 5,0490 % 45 2,2185 % 4,7838 % 2,9197 % 60 1,1016 % 0,7344 % 3,3666 %

LAMPIRAN 0,5 M 0,75 M 1 M 30 0,6120 % 1,4688 % 5,0490 % 45 2,2185 % 4,7838 % 2,9197 % 60 1,1016 % 0,7344 % 3,3666 % LAMPIRAN LAMPIRAN 1. DATA PERCOBAAN L.1.1 Data Percobaan Kadar Gula Reduksi Sebelum Inversi Tabel L.1 Data Percobaan Kadar Gula Reduksi Sebelum Inversi Waktu Hidrolisis (Menit) Konsentrai HCl 0,5 M 0,75

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201 PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201 Disusun Ulang Oleh: Dr. Deana Wahyuningrum Dr. Ihsanawati Dr. Irma Mulyani Dr. Mia Ledyastuti Dr. Rusnadi LABORATORIUM KIMIA DASAR PROGRAM TAHAP PERSIAPAN BERSAMA

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

Laporan Resmi Praktikum Kimia Fisika III Inversi Gula

Laporan Resmi Praktikum Kimia Fisika III Inversi Gula I. JUDUL : Inversi Gula II. TANGGAL PERCOBAAN : Rabu, 14 Desember 2011 III. TUJUAN : Menentukan orde reaksi dari reaksi inversi gula menggunakan polarimeter IV. TINJAUAN PUSTAKA : Istilah laju atau kecepatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2016 sampai dengan Januari 2017. Bertempat di Laboratorium Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit singkong dengan penggunaan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau atau tauge. Nata yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SPESIFIKASI KALSIUM KARBONAT

LAMPIRAN 1 SPESIFIKASI KALSIUM KARBONAT LAMPIRAN 1 SPESIFIKASI KALSIUM KARBONAT Nama Produk : PURACAL QStable 140 Stabilized Calcium Carbonate 140 Kode Produksi : 090000004 Tanggal Produksi : 26 Juni 2009 Komposisi PURACAL Qstable 140, Stabilized

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri

Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Kerja Penelitian Pelaksanaan penelitian di PDAM Kota Surakarta dilaksanakan mulai tanggal 17 Februari 2010 sampai dengan tanggal 27 Februari 2010 3.2. Metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2013 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

PENETAPAN NATRIUM BENZOAT Laporan Praktikum Kimia Pangan

PENETAPAN NATRIUM BENZOAT Laporan Praktikum Kimia Pangan PENETAPAN NATRIUM BENZOAT Laporan Praktikum Kimia Pangan Kelompok 3 Ade Juwita (109096000012) Chitta Putri Noviani (109096000007) Galuh Ilmia Cahyaningtyas (109096000011) Hafiz Akhyar (109096000034) Rahmawati

Lebih terperinci

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih. Lampiran 1. Lembar Uji Hedonik Nama : Usia : Pekerjaan : Pengujian organoleptik dilakukan terhadap warna, aroma, rasa dan kekentalan yoghurt dengan metoda uji kesukaan/hedonik. Skala hedonik yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013. 2. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratorium Analisis Kimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Pembuatan larutan buffer menggunakan metode pencampuran antara asam lemah dengan basa konjugasinya. Selanjutnya larutan buffer yang sudah dibuat diuji kemampuannya dalam mempertahankan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Nisbah C/N dan Kadar Air

Lampiran 1. Perhitungan Nisbah C/N dan Kadar Air 50 Lampiran 1. Perhitungan Nisbah C/N dan Kadar Air Contoh perhitungan nisbah C/N 30: 55,80 F + 18,30 S = 20,17 F + 44,52 S 55,80 F 20,17 F = 44,52 S 18,30 S 35,63 F = 26,22 S Jika F = 1 Kg, Maka S = =

Lebih terperinci

Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen

Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen klorida encer, natrium tiosulfat 0,01 N, dan indikator amilum. Kalium hidroksida 0,1 N dibuat dengan melarutkan 6,8 g kalium hidroksida

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang melibatkan 2 faktor perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang melibatkan 2 faktor perlakuan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 RANCANGAN PENELITAN Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang melibatkan 2 faktor perlakuan dengan 3

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM 2 PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM 2 PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA LAPORAN PRAKTIKUM 2 PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA Nama : T.M. Reza Syahputra Dinno Rilando Hari / Tgl: Kamis / 24 Maret 2016 Tujuan Praktikum: 1. Mahasiswa/i dapat memahami pengertian dan fungsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari 2011. Penelitian ini sebagian besar dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari limbah cair tapioka dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak. Nata yang dihasilkan kemudian

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.229

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium 29 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium Kimia Fisik, Laboratorium Biomassa, Laboratorium Biokimia, dan Laboratorium

Lebih terperinci

SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014

SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-undang SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014 CALON PESERTA INTERNATIONAL CHEMISTRY OLYMPIAD (IChO) 2015 Mataram, Lombok 1-7 September 2014 Kimia Praktikum A Waktu: 120 menit

Lebih terperinci

UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT DAN PROTEIN

UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT DAN PROTEIN UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT DAN PROTEIN Molisch Test Uji KH secara umum Uji Molisch dinamai sesuai penemunya yaitu Hans Molisch, seorang ahli botani dari Australia. Prosedur Kerja : a. Masukkan ke dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas BAB III METODE PENELITIAN Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas minyak belut yang dihasilkan dari ekstraksi belut, dilakukan penelitian di Laboratorium Riset Kimia Makanan

Lebih terperinci

II. METODOLOGI C. BAHAN DAN ALAT

II. METODOLOGI C. BAHAN DAN ALAT II. METODOLOGI C. BAHAN DAN ALAT Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah pati sagu (Metroxylon sp.) yang diperoleh dari industri pati sagu rakyat di daerah Cimahpar, Bogor. Khamir yang digunakan

Lebih terperinci

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8 40 setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8 ml. Reaksi enzimatik dibiarkan berlangsung selama 8 jam

Lebih terperinci

PERCOBAAN 6 KONSTANTA KECEPATAN REAKSI

PERCOBAAN 6 KONSTANTA KECEPATAN REAKSI PERCOBAAN 6 KONSTANTA KECEPATAN REAKSI A. TUJUAN Mempelajari kecepatan reaksi hidrolisa sukrosa dengan pengaruh H + sebagai katalisator dan menentukan konstanta kecepatan reaksinya dengan menggunakan polarimeter.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

BAB 3 BAHAN DAN METODE. - Buret 25 ml pyrex. - Pipet ukur 10 ml pyrex. - Gelas ukur 100 ml pyrex. - Labu Erlenmeyer 250 ml pyex

BAB 3 BAHAN DAN METODE. - Buret 25 ml pyrex. - Pipet ukur 10 ml pyrex. - Gelas ukur 100 ml pyrex. - Labu Erlenmeyer 250 ml pyex BAB 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat - Buret 25 ml pyrex - Pipet ukur 10 ml pyrex - Gelas ukur 100 ml pyrex - Labu Erlenmeyer 250 ml pyex - Labu ukur 100 & 1000 ml pyrex - Botol aquades

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah Agroindustri Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

3.1. Tempat dan Waktu Bahan dan Aiat Metode Penelitian

3.1. Tempat dan Waktu Bahan dan Aiat Metode Penelitian in. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Riau, Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

Kimia Pangan ~ Analisis Karbohidrat ~

Kimia Pangan ~ Analisis Karbohidrat ~ Kimia Pangan ~ Analisis Karbohidrat ~ By. Jaya Mahar Maligan Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya 2014 Metode Analisis

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH I. Tujuan Praktikan dapat memahami dan menstandarisasi larutan baku sekunder NaOH dengan larutan baku primer H 2 C 2 O 4 2H 2 O II. Dasar Teori Reaksi asam basa

Lebih terperinci

Menyiapkan tabung reaksi yang bersih dan kering. Setelah itu dipipet 5 ml reagen benedict lalu dimasukkan kedalam tabung.

Menyiapkan tabung reaksi yang bersih dan kering. Setelah itu dipipet 5 ml reagen benedict lalu dimasukkan kedalam tabung. Pembahasan benedict Pada praktikum biokimia gizi tentang pemeriksaan kadar glukosa urine dengan metode benedict, kelompok kami menggunakan sampel urine fenti. Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui

Lebih terperinci

PENGAMBILAN GLUKOSA DARI TEPUNG BIJI NANGKA DENGAN CARA HIDROLISIS ENZIMATIK KECAMBAH JAGUNG

PENGAMBILAN GLUKOSA DARI TEPUNG BIJI NANGKA DENGAN CARA HIDROLISIS ENZIMATIK KECAMBAH JAGUNG PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2004 ISSN : 1411-4216 PENGAMBILAN GLUKOSA DARI TEPUNG BIJI NANGKA DENGAN CARA HIDROLISIS ENZIMATIK KECAMBAH JAGUNG Siti Jamilatun, Yanti Sumiyati dan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS O L E H: NAMA : HABRIN KIFLI HS STAMBUK : F1C1 15 034 KELOMPOK : V (LIMA) ASISTEN : SARTINI, S.Si LABORATORIUM KIMIA ANALITIK FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Untuk lebih memudahkan prosedur kerja pembuatan crude papain dan

BAB III METODOLOGI. Untuk lebih memudahkan prosedur kerja pembuatan crude papain dan BAB III METODOLOGI 31 Bagan Alir Penelitian Untuk lebih memudahkan prosedur kerja pembuatan crude papain dan pembuatan keju cottage, maka di bawah ini dibuat bagan alir prosedur kerja yaitu prosedur preparsi

Lebih terperinci

ANALISIS. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih

ANALISIS. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih ANALISIS KARBOHIDRAT Analisis Zat Gizi Teti Estiasih 1 Definisi Ada beberapa definisi Merupakan polihidroksialdehid atau polihidroksiketon Senyawa yang mengandung C, H, dan O dengan rumus empiris (CH2O)n,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2013 di Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian, Medan. Bahan Penelitian Bahan utama yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini terdapat kontrol sebagai acuan antara

Lebih terperinci

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI)

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI) KIMIA DASAR TITRASI (VOLUMETRI) Drs. Saeful Amin, M.Si., Apt. PRINSIP TITRASI Titrasi (volumetri) merupakan metode analisis kimia yang cepat, akurat dan sering digunakan untuk menentukan kadar suatu unsur

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1.

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1. BAB III METODOLOGI A. ALAT DAN BAHAN A.1. Alat yang digunakan : A.1.1 Alat yang diperlukan untuk pembuatan Nata de Citrullus, sebagai berikut: 1. Timbangan 7. Kertas koran 2. Saringan 8. Pengaduk 3. Panci

Lebih terperinci

Souvia Rahimah Jatinangor, 3 November 2009

Souvia Rahimah Jatinangor, 3 November 2009 Souvia Rahimah Jatinangor, 3 November 2009 Bahan Pengawet Menghambat perubahan sifat inderawi dan gizi Menghambat m.o. Mencegah penurunan kualitas Pro dan kontra karena memberi dampak positif dan negatif

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 : BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 : a) Proses Fermentasi di Laboratorium Biokimia Jurusan Biologi Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN I. JUDUL PERCOBAAN : TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN II. TUJUAN PERCOBAAN : 1. Membuat dan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan November 2011 sampai Januari 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Cisolok, Palabuhanratu, Jawa Barat. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1 ANALISIS PROTEIN Page 1 PENDAHULUAN Merupakan polimer yang tersusun atas asam amino Ikatan antar asam amino adalah ikatan peptida Protein tersusun atas atom C, H, O, N, dan pada protein tertentu mengandung

Lebih terperinci